kepribadian dan citra kepemimpinan jokowi...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
KEPRIBADIAN DAN CITRA KEPEMIMPINAN JOKOWI
DALAM 100 HARI
(Studi Korelasional Antara Kepribadian, Citra Kepemimpinan, dan
Kebijakan Pada Masa Kepemimpinan Jokowi Selama 100 Hari
Sebagai Presiden di Kalangan Masyarakat Kelas Menengah ke Bawah
di Kelurahan Sangkrah Surakarta)
Disusun Oleh :
Andre Hendrawadi
D1212011
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program 100 Hari pertama tampaknya sudah menjadi trend politik di
negeri ini. Setiap pimpinan puncak yang baru terpilih, baik di organisasi
politik, institusi negara dan lebih-lebih pemimpin politik mulai dari
Bupati/walikota, Gubernur hingga Presiden selalu „sesumbar‟ dengan janji
manis memuaskan aspirasi rakyat dalam 100 Hari pertama. Program kerja 100
hari presiden terpilih Indonesia baru dikenal sejak masa reformasi. 100 hari
adalah waktu yang singkat yaitu 3 bulan, dan tradisi ini pun banyak menyita
perhatian masyarakat yang ingin tahu tentang kinerja presiden yang baru.
Banyak masyarakat yang ingin mengetahui langkah apa saja dan
bagaimanakah kinerja presiden terpilih dalam waktu 3 bulan. Dalam 100 hari,
presiden terpilih biasanya akan banyak mendapatkan kritikan-kritikan dari
masyarakat apabila kinerjanya tidak sesuai janji-janji yang telah diutarakan
dalam pemilihan presiden sebelumnya, terlebih bagi mereka yang telah
memilih dan ternyata tidak sesuai dengan harapan-harapan mereka
sebelumnya.
Sebelum menjabat menjadi presiden, Jokowi menjabat sebagai
Gubernur Jakarta. Pada saat itu telah banyak pro dan kontra di kalangan
masyarakat. Jokowi dinilai berbeda karena beliau sangat berani untuk
langsung terjun ke lapangan atau yang biasa disebut dengan blusukan. Pada
saat itu beliau berpasangan dengan Basuki Tjahaja Prunama (Ahok) dan
sukses merebut hati rakyat. Kemudian Tak berapa lama Jokowi mulai masuk
ke berbagai survei capres. Elektabilitas Jokowi pun semakin meroket
memasuki tahun 2013. Di awal tahun 2014 ini bahkan elektabilitas Jokowi
sudah menembus 40%, setali tiga uang, elektabilitas Jokowi juga menarik
perolehan suara PDIP ke titik tertinggi. Banyak pihak memprediksi jika PDIP
mencapreskan Jokowi maka akan mendongkrak suara sampai 35%. Jika
Jokowi nyapres, diprediksi Pilpres akan berakhir hanya dalam satu putaran.
2
Namun dorongan pencapresan Jokowi di internal PDIP beradu dengan pihak
yang masih ingin Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri nyapres lagi.
Serangan terhadap Jokowi dari luar juga makin santer. Sampai kemudian
Megawati mengajak Jokowi ke makam Bung Karno Kemudian setelah Jokowi
pulang dari Blitar kabar deklarasi pencapresan Jokowi pun semakin santer.
Dalam hasil pemilu pun banyak sekali hambatan-hambatan yang
dihadapi oleh pasangan Jokowi-JK. Penghitungan cepat atau quick count
menunjukan hasil yang berbeda-beda tetapi pada saat penghitungan resmi
keluar, akhirnya Jokowi-JK menempati posisi tertinggi. Tetapi hal tersebut
belum kelar, karena rivalnya saat itu menginginkan untuk diadakan pemilu
ulang karena dianggap terjadinya kecurangan. Tetapi pemilu ulang tersebut
pun akhirnya ditolak. Akhirnya tanggal 21 Oktober 2014 dimulailah lembaran
baru bagi Indonesia dengan Jokowi sebagai presiden yang baru. Pergantian
jabatan kepresidenan ini menarik tidak hanya karena kebaruan sosok yang
menjabat, tapi juga latar belakang yang dimiliki. Jokowi bisa disebut sebagai
presiden pertama di Indonesia dengan latar belakang biasa-biasa saja.
Layaknya rakyat kebanyakan, ia menembus sekat-sekat elit politik di
Indonesia yang secara tradisi didominasi para petinggi partai politik maupun
militer. Merepresentasikan rakyat kebanyakan, Jokowi dipandang mampu
membawa harapan dan perubahan besar.
Seminggu setelah menjabat menjadi Presiden Indonesia, Pada tanggal
26 Oktober 2014, 34 menteri Kabinet Kerja sudah dilantik dan masyarakat
pun menunggu realisasi janji politik Presiden Jokowi saat kampanye. Belum
ada 100 hari, pemerintahan Jokowi banyak mendapatkan kritikan dari
masyarakat, terlebih akibat kenaikan BBM subsidi pada hari Selasa tanggal 18
November 2014 kemarin, dari harga Rp 6.500,- / liter menjadi Rp 8.500,- /
liter untuk premium dan solar dari harga Rp 5.500,- / liter menjadi Rp 7.500,-.
Akibatnya banyak aksi demo yang dilakukan oleh masyarakat serta banyak
juga media yang mengkritik tentang kenaikan harga BBM subsidi tersebut.
BBM adalah sesuatu yang sangat vital bagi masyarakat, karena biasanya
kenaikan BBM akan diikuti dengan kenaikan kebutuhan-kebutuhan pokok
3
lainnya. Sudah pasti banyak yang kecewa dengan keputusan kenaikan BBM
tersebut terlebih bagi masyarakat kelas bawah.1
Adanya pengumuman kenaikan harga bbm langsung mendapat
penolakan di sejumlah daerah. Penolakan kenaikan harga bbm tidak saja
dilakukan oleh masyarakat melainkan para akademisi seperti mahasiswa juga
turut memberikan aksi penolakan kenaikan harga bbm. Para mahasiswa di
berbagai daerah pun melakukan aksi yang sama yaitu melakukan penolakan
harga bbm yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi-JK. Para mahasiswa pun
mengatasnamakan rakyat kecil melakukan aksi ini. Dengan adanya kenaikan
harga bbm semua elemen mengatasnamakan rakyat kecil untuk melakukan
aksi ini.
Sebenarnya kenaikan BBM tersebut bertujuan untuk mengalihkan
subsidi ke arah sektor yang produktif sehingga ada jalan terbuka untuk
menghadirkan anggaran belanja yang lebih bermanfaat bagi masyarakat
Indonesia secara keseluruhan. Akan tetapi, banyak pihak-pihak yang tidak
setuju dengan langkah yang diambil pemerintah teresebut. Sehingga banyak
media yang mengkritik tentang kenaikan harga BBM subsidi dan
menimbulkan fenomena sosial di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat
kelas bawah yang langsung merasakan dampak dari kenaikan harga BBM
bersubsidi tersebut. Pemberitaan tersebut menimbulkan polemik baru di
masyarakat dan menjadi masalah sosial. Dengan pemberitaan yang ada
masyarakat kelas bawah menjadi takut apabila pemerintahan Presiden Jokowi
yang telah mereka pilih tidak sesuai harapan ke depannya dan dengan adanya
kejadian tersebut tidak dapat dipungkiri citra Pak Jokowi sebagai presiden
dapat menurun.
Kebijakan Presiden Jokowi menaikan harga BBM ternyata
berpengaruh terhadap popularitasnya. Tak sampai hitungan minggu,
popularitas Jokowi merosot tajam setelah mengumumkan kenaikan harga
BBM pada Senin 17 November lalu. Berdasarkan hasil jajak pendapat yang
dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI), kepuasan masyarakat terhadap
1 http://jakartagreater.com/bbm/
4
kebijakan pemerintah menaikan harga BBM hanya 44,94%. "Hasil survei
kami menyebutkan, 44,94% responden mengaku puas dengan kebijakan
Jokowi menaikan harga BBM. Sedangkan, 43,82% mengaku tidak puas
dengan kebijakan itu," kata peneliti LSI, Ade Mulyana, Jumat (21/11/2014).
Sedangkan 11,24% masyarakat tidak menjawab.
Angka kepuasan yang berada di bawah 50%, menurut Ade, harus
menjadi perhatian khusus pemerintahan Jokowi-JK. Sebab, sebelumnya
kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi-JK selalu di atas 50%
bahkan mencapai 70%. Tapi kini angka kepuasan masyarakat turun dan
bahkan terjadi diawal pemerintahan. "Ini harusnya menjadi warning karena
Jokowi belum 100 hari tapi sudah mengambil kebijakan yang tidak populer
dengan menaikan harga BBM," ujar Ade. Survei dilakukan pada 18-19
November 2014 dengan melibatkan 1.200 responden. Survei dilakukan
dengan metode quickpoll dan multistage random ampling dengan margin of
eror plus minus 2,9%.2
Tetapi sebelumnya, Jokowi telah menegaskan, tidak khawatir menjadi
tidak populer dengan keputusannya menaikkan harga BBM. Menurut Jokowi,
dengan menaikan harga BBM bukan berarti menghapus subsidi BBM. Tapi
mengalihkannya dari sektor konsumtif menjadi produktif, yakni antara lain
untuk pembangunan infrastruktur dan memperkuat perlindungan sosial bagi
masyarakat.
Disamping adanya kenaikan harga BBM subsidi, sebelumnya
Pemerintahan Jokowi-JK juga meresmikan “kartu sakti” yaitu berupa Kartu
Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Kartu Keluarga
Sejahtera (KKS) kepada warga.
Demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, Pemerintah
meluncurkan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia
Pintar, dan Program Indonesia Sehat hari ini di lima Kantor Pos di Jakarta,
2 http://news.liputan6.com/read/2137584/survei-lsi-harga-bbm-naik-kepercayaan-publik-ke-
jokowi-4494
5
termasuk Kantor Pos Pasar Baru, Kantor Pos Kebon Bawang, Kantor Pos
Jalan Pemuda, Kantor Pos Mampang, dan Kantor Pos Fatmawati.
Secara bertahap pemerintah akan membagikan kepada 15,5 juta
keluarga kurang mampu di seluruh Indonesia, yaitu Kartu Keluarga Sejahtera
(KKS), yang menggantikan Kartu Perlindungan Sosial (KPS) sebagai
penanda keluarga kurang mampu; Kartu HP (SIM card) yang berisi uang
elektronik yang digunakan untuk mengakses Simpanan Keluarga Sejahtera;
Kartu Indonesia Pintar (KIP), sebagai penanda penerima manfaat Program
Indonesia Pintar; dan Kartu Indonesia Sehat (KIS), sebagai penanda
penerima manfaat Program Indonesia Sehat.3
KIP, KIS dan KKS merupakan program yang telah didengungkan
Jokowi saat masih kampanye Pemilu Presiden 2014. Kini pada hari ke-15-nya
bekerja usai dilantik sebagai presiden Indonesia, Jokowi meluncurkan
program perdananya tersebut. Program tersebut sangat menguntungkan bagi
rakyat kecil. Jokowi mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan
akan melakukan perbaikan manajemen rumah sakit demi mencegah kesulitan
berobat. Sedangkan program KKS, dibuat untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat kurang mampu. Ke depannya, bantuan ini diusulkan dalam bentuk
e-money untuk menggerakkan usaha yang produktif. Adapun KIP, bisa dibawa
ke sekolah swasta atau negeri. Dengan menunjukkan KIP ke sekolah
disertakan KK dan kartu penunjuk lainnya, kartu ini bisa digunakan. Bagi
yang belum mendapatkan KIP bisa mendaftar ke sekolah masing-masing.
Selain hal-hal tersebut, di dalam Kabinet Kerja yang telah resmi
dilantik juga menuai pro-kontra di masyarkat. Kurang lebih ada beberapa
menteri yang dianggap kontoversial di tengah masyarakat.
Yang pertama, Susi Pudjiastuti dikarenakan bertato dan merokok.
pendapat seperti itulah yang dituai oleh Susi Pudjiastuti pasca
pengangkatannya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan dalam kabinet
kerja 2014-2019 ini. Wanita yang berpenampilan cuek dan tidak suka dandan
3 http://health.liputan6.com/read/2128206/3-kartu-sakti-pemerintahan-jokowi-diluncurkan-hari-
ini
6
ini langsung dicap macam-macam bahkan ada yang bilang kalau ia tidak
pantas jadi Menteri. Susi Pudjiastuti memang memiliki tato dan merokok,
serta tidak lulus SMP. Namun di balik itu semua, Susi adalah sosok yang luar
biasa. Ia adalah pelopor penerbangan ke tempat-tempat terpencil yang tidak
bisa dijangkau pesawat komersial lainnya. Susi Pudjiastuti mengangkat
perdagangan hasil laut Indonesia ke dunia internasional. Baginya, biarlah
orang berkata apa yang jelas ia bertekad untuk bekerja dan mempersembahkan
yang terbaik untuk bangsanya.
Kedua, Rini Soemarno yaitu Menteri BUMN Dengan Jumlah Utang
Puluhan Milyar. Kontroversi Rini Soemarno menjadi menteri sudah muncul
sejak awal. Ia mendapat „kartu kuning‟ alias kurang direkomendasikan oleh
KPK karena pernah dipanggil oleh lembaga ini terkait penyelidikan penerbitan
surat keterangan lunas (SKL) beberapa obligor Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI). Dalam rekam jejaknya pun, ternyata Rini punya jumlah
utang yang fantastis yaitu puluhan milyar.
Ketiga, Ignasius Jonan yaitu “Sang Direktur Yang Tidur di Gerbong
Kereta”. Nama Ignasius Jonan melesat bagai roket tepat beberapa minggu
sebelum Jokowi memilih orang-orang untuk mengisi kursi menteri di kabinet
kerja bentukannya. Sosoknya yang dulu tidak dikenal mendadak jadi
omongan, tidak lain tidak bukan karena ternyata di bawah kepemimpinan
dirinyalah PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) jauh lebih maju dan menambah
banyak kereta dengan rute-rute baru.
Beliau membuat sistem pembelian tiket kereta jadi lebih mudah
(bahkan bisa dibeli di minimarket) dan juga tidak ada lagi kereta ekonomi
berdesakan. Pria yang berusia 51 tahun ini mengubah image kereta api yang
sumpek dan berantakan menjadi lebih nyaman dan jadi kendaraan umum
favorit banyak orang. Bahkan saat ramainya mudik lebaran, Jonan tidur di
gerbong kereta, ikut bekerja keras piket siaga mudik agar semuanya berjalan
lancar. Kini Jonan menjabat sebagai Menteri Perhubungan dan diharapkan
bisa merombak seluruh kendaraan umum agar lebih nyaman dan bisa
dinikmati oleh lebih banyak lagi masyarakat Indonesia.
7
Keempat, Anies Baswedan. Kiprahnya dalam dunia politik sebenarnya
bukanlah hal yang fantastis. Ia ikut konvensi partai Demokrat lalu kalah, dan
kemudian merapat menjadi salah satu orang yang membawa Jokowi meraih
kemenangan di Pilpres lalu. Setelah itu ia berkata akan kembali ngajar dan jadi
rektor di Universitas Paramadina. Saat ia jadi menteri, banyak orang langsung
berkata “gimana sih kok tidak konsisten dengan omongannya”. Namun jika
ingin melihat lebih dalam lagi, Anies Baswedan memang sosok yang tepat
untuk memimpin Kementerian Kebudayaan dan Pedidikan Dasar dan
Menengah. Ia akan merombak sistem pendidikan yang kurang sesuai dan juga
membangun sekolah di tempat terpencil agar semuanya bisa mendapatkan
pendidikan yang sama rata.
Jokowi pun kembali menjadi sorotan publik setelah Komjen Budi
Gunawan diajukan sebagai calon tunggal Kapolri ke DPR olehnya. Budi akan
menggantikan Jenderal Sutarman yang masa jabatannya akan habis pada
Oktober 2015 mendatang. Ternyata Budi Gunawan ditetapkan sebagai
tersangka oleh Ketua KPK, Abraham Samad pada hari Senin, 12 Januari 2015
lalu. Menurut Samad, pria yang kini menjabat sebagai Kepala Lembaga
Pendidikan Polri itu diduga terlibat kasus dugaan tindak pidana korupsi
penerimaan hadiah atau janji saat menduduki jabatan sebagai Kepala Biro
Pembinaan Karier Deputi SDM Polri Periode 2003-2006 dan jabatan lainnya
di Polri. Selang beberapa hari setelah kasus Komjen Budi Gunawan, Kapolri
melaporkan para petinggi KPK dengan tuduhan korupsi.
Kepercayaan merupakan aset atau modal yang amat mahal bagi setiap
tokoh masyarakat, terlebih seorang presiden. Rumusan ini sudah tidak bisa
ditawar lagi, seprofesional apa pun seorang tokoh menjadi presiden, dan
sekuat apa pun modal yang dimiliki, akan tetapi bila kepercayaan publik itu
sudah negatif dapat dipastikan tokoh masyarakat itu akan terus mendapatkan
kritikan yang buruk dan akan merusak atau menurunkan citranya. Oleh karena
itu seorang presiden harus berusaha membangun citra yang positif di mata
masyarakat. Citra positif penting untuk selalu dibentuk dan dipertahankan
untuk menjaga kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat dengan cara
8
membangun kepribadian yang baik dan juga membuat kebijakan-kebijakan
yang tidak merugikan masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah
yang biasanya selalu terabaikan aspirasinya.
Berdasarkan dengan penjelasan tersebut, maka diangkatlah persoalan
tersebut sebagai skripsi dengan judul KEPRIBADIAN DAN CITRA
KEPEMIMPINAN JOKOWI DALAM 100 HARI (Studi Korelasional Antara
Kepribadian, Citra Kepemimpinan, dan Kebijakan Pada Masa Kepemimpinan
Jokowi Selama 100 Hari Sebagai Presiden di Kalangan Masyarakat Kelas
Menengah ke Bawah di Kelurahan Sangkrah Surakarta)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat hubungan yang siginifikan antara Kepribadian dengan
Citra Kepemimpinan Jokowi dalam 100 hari kepemimpinannya sebagai
presiden di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah di Kelurahan
Sangkrah Surakarta.
2. Apakah terdapat hubungan yang siginifikan antara Kepribadian dan Citra
Kepemimpinan Jokowi dengan Kebijakannya dalam 100 hari
kepemimpinannya sebagai presiden di kalangan masyarakat kelas
menengah ke bawah di Kelurahan Sangkrah Surakarta?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui respon masyarakat menengah ke bawah terhadap 100
hari kepemimpinan Jokowi.
2. Untuk mengetahui apakah ada perubahan citra Jokowi di masyarakat
menengah ke bawah dalam 100 hari kepemimpinannya.
D. Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah agar
masyarakat lebih bersikap kritis dalam menyikapi berbagai pemberitaan
tentang berbagai masalah yang ada saat ini, selain itu juga bisa dijadikan
9
sebagai bahan evaluasi bagi pimpinan tertinggi di negeri ini sendiri dalam
memandang permasalahan ini di tengah masyarakat.
E. Kerangka Teori
1. Kepribadian
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai pola kompleks
karakteristik psikologis tertanam yang sebagian besar di bawah sadar dan
tidak mudah diubah, mengekspresikan diri secara otomatis di hampir
setiap aspek dari fungsi. Intrinsik dan meresap, sifat-sifat ini muncul dari
matriks rumit disposisi biologis dan Experiential pembelajaran, dan
akhirnya berdiri pola khas individu yang mempersepsi, merasakan,
memikirkan, mengatasi, dan berperilaku. (Millon, 1996, p. 4)4
Menurut Nana Syaodih (2003: 136), kepribadian merupakan
keterpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu aspek psikis seperti
aku, kecerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan, moral, dan aspek
jasmaniah seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan, indra, dll.
Menurut Agus Sujanto dkk (2004), menyatakan bahwa kepribadian
adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga
nampak dalam tingkah lakunya yang unik. Gordon W. Allport (dalam
Pasaribu, I.L. (1984: 95), mendefinisikan Personality is the dynamic
organization within the individual of those psychopysical system, that
determines his unique adjstment to his environment. (Kepribadian adalah
suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis dalam individu yang
menentukan keunikan penyesuaian diri terhadap lingkungan)5
Kebanyak definisi tentang kepribadian mencakup faktor social skill
(a roitness) dan keefektipan berhubungan dengan berbagai keadaan.
Allport mengemukakan dua aspek dalam definisinya yaitu (1) biosocial,
(2) biopshysical. Definisi lain menekankan pada (1) segi integrasi
kepribadian (2) tingkah-laku individu (3) menekankan pada keunikan atau
4 Immelman, Aubrey, 2010, The Political Personality of U.S. President Barack Obama : Saint
John's University 5 Pasaribu, I.L. (1984). Teori kepribadian. Bandung: Tarsito
10
aspek tingkah-laku tertentu. Ada ahli membuat skema kepribadian sebagai
berikut:
a. vitalitas: daya pendorong dari kehidupan, baik yang bersifat jasmani-
rokhani.
1) vitalitas fisis bergantung pada konsistusi fisis a.l susunan sel-sel
fungsi kelenjar, pencernaan, susunan syaraf sentral, urat-urat.
Konsistusi bawaan ini menjadi konsistusi dasar yang bersifat relatif
konstan sepanjang kehidupan. Vitalitas fisis ini merupakan daya-
hidup yang bersifat jasmaniah seperti tahan penyakit, tahan
terhadap iklim, awet muda dan sebagainya.
2) Vitalitas psikis merupakan daya hidup yang bersifat psikis
berkaitan erat dengan konstitusi jasmaniah, terjadi tenaga
pendorong seluruh kegiatan psikis manusia. Vitalitas psikis ini
merupakan refleksi tenaga psikis terhadap pengaruh sensorik
merupakan perasaan umum yang vital. Manifestasinya berupa
lekas lelah, segar kembali.
b. Tempramen
c. Karakter
d. Bakat ialah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkan
mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, ketrampilan khusus dengan
suatu latihan khusus. Mencakup segala faktor yang ada pada individu
sejak awal kehidupan dan bersifat latent sepanjang hidup manusia. Dia
dapat diaktuilkan-diaktipkan.
e. Diferensiasi regulasi dan integrasi kepribadian.
Diferensiasi: ada perbedaan mengenai tugas-tugas masing-masing
bagian tubuh a.l. fungsi jantung, lambung, darah, fungsi kejiwaan
(inteligensi, kamauan, perasaan dan lain-lain). Regulasi ialah
pengaturan yang bersifat mendorong untuk mengadakan perbaikan
sesudah terhadap satu gangguan di dalam organisme. Sedang intergrasi
ialah suatu proses yang membuat keseluruhan jasmani dan rokhani
11
menjadi satu kesatuan yang harmonis karena satu peraturan yang
harmonis-rapih.6
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kepribadian meliputi segala bentuk perilaku dan sifat yang khas yang
dapat digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap
rangsangan/peristiwa, sehingga corak tingkah lakunya menjadi satu
kesatuan fungsional yang khas bagi individu tersebut.
Millon membuat delapan domain atribut, antara lain: perilaku
ekspresif, perilaku interpersonal, perilaku kognitif, suasana hati, citra diri,
mekanisme pengaturan, representasi objek, dan organisasi morfologis.
Tabel 1.1 Delapan Atribut Domain Millon
Attribute Description
Expressive behavior
Perilaku karakteristik individu ;
Bagaimana individu biasanya muncul
untuk orang lain; apa individu sadar
atau tidak sadar mengungkapkan
tentang dirinya- atau dirinya sendiri;
apa individu keinginan orang lain
berpikir atau mengetahui tentang dia.
Interpersonal conduct
Bagaimana individu biasanya
berinteraksi dengan orang lain; sikap
yang mendasari, meminta dan
memberi bentuk tindakan ini; metode
yang melibatkan individu lain untuk
memenuhi kebutuhannya; Bagaimana
individu berupaya dengan ketegangan
sosial dan konflik.
Cognitive style
Bagaimana individu berfokus
mengalokasikan perhatian, encode dan
memproses informasi, mengatur
pikiran, membuat atribusi dan
6 Pasaribu, I.L. (1984). Teori kepribadian. Bandung: Tarsito hal. 95
12
berkomunikasi reaksi dan ide-ide
kepada orang lain.
Mood/temperament
Bagaimana individu biasanya
menampilkan emosi; sifat yang
dominan mempengaruhi individu dan
intensitas dan frekuensi dengan mana
dia menyatakannya.
Self-image
Individu persepsi diri sebagai objek
atau cara di mana individu terang-
terangan menggambarkan dirinya
sendiri.
Regulatory mechanisms
Mekanisme perlindungan diri,
karakteristik individu perlu kepuasan,
dan resolusi konflik.
Object representations
Jejak batin yang ditinggalkan oleh
individu signifikan pengalaman
dengan orang lain; residu struktural
signifikan melewati pengalaman,
terdiri dari kenangan, sikap dan
mempengaruhi yang mendasari
persepsi individu dan reaksi terhadap
peristiwa yang sedang berlangsung dan
berfungsi sebagai substrat disposisi
untuk memahami dan bereaksi
terhadap peristiwa kehidupan yang
sedang berlangsung.
Morphologic organization
Arsitektur keseluruhan yang berfungsi
sebagai kerangka kerja untuk interior
psikis individu; kekuatan struktural,
interior keharmonian diri, dan
fungsional kemanjuran dari sistem
kepribadian (yaitu, ego kekuatan).
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Menurut Purwanto (2006), terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian antara lain:
13
1) Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan
dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor
fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan,
peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan,
dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap
orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-
perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir.
Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap
orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang
merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan
fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian
seseorang.
2) Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ;
yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan.
Termasuk juga ke dalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat
istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku
dimasyarakat itu.
Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-
orang disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah
keluarga. Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat
penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian
selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan
memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap
perkembangan kepribadian anak. Pengaruh lingkungan keluarga
terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam
dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini
disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang
pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan
luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung
14
terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam
suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak
maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar
dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.
3) Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri
masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan
masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek
kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan kepribadian antara lain : Nilai-nilai, adat dan tradisi,
pengetahuan dan ketrampilan, bahasa, dan milik kebendaan.
2. Citra
Citra berasal dari bahasa Jawa, berarti gambar. Kemudian
dikembangkan menjadi gambaran sebagai padanan kata image dalam
bahasa Inggris. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai
Pustaka menyebutkan, citra berarti: (1) (Kata benda): gambar, rupa,
gambaran. (2) Gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi,
perusahaan, organisasi atau produk. (3) Mental atau bayangan visual yang
ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat, dan merupakan unsur
dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi (Ardial, 2009:45). Berikut
ini adalah beberapa definisi citra menurut beberapa sumber antara lain:
a. Menurut Philip Kotler (2000:553), “Image is the sum beliefs, ideas
and impressions that a person holds regarding an object. People’s
attitude and actions toward an object are highly conditioned by that
object’s image”. Citra adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan
seseorang terhadap suatu obyek tertentu. Sikap dan tindakan seseorang
terhadap suatu obyek akan ditentukan oleh citra objek tersebut yang
menampilkan kondisi terbaiknya.
15
b. Menurut Rhenald Kasali (2005:30), citra adalah kesan yang timbul
karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri
muncul karena adanya informasi.
c. Citra adalah segala sesuatu yang dipelajari seseorang, yang relevan
dengan situasi dan dengan tindakan yang bisa terjadi di dalamnya. Ke
dalam citra tercakup seluruh pengetahuan seseorang (kognisi), baik
benar ataupun keliru, semua preferensi (afeksi) yang melekat kepada
tahap tertentu, peristiwa yang menarik atau menolak orang tersebut
dalam situasi itu, dan semua pengharapan (konasi) yang dimiliki orang
tentang apa yang mungkin terjadi jika ia berperilaku dengan cara yang
berganti-ganti terhadap objek di dalam situasi itu. Ringkasnya citra
adalah kecenderungan yang tersusun dari pikiran, perasaan dan
kesudian. Citra selalu berubah seiring dengan berubahnya pengalaman
(Nimmo, 2000:4).
d. Dalam konteks kampanye pemilihan, citra adalah bayangan, kesan atau
gambaran tentang suatu objek terutama partai politik, kandidat, elite
politik dan pemerintah. Citra sejauh ada kebebasan yang memadai,
dapat menentukan cara berpikir dan cara berperilaku seseorang
termasuk dalam mengambil keputusan dalam pemilihan (Pawito,
2009:263)
Dengan memahami definisi citra yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa citra tokoh adalah seperangkat kesan yang
timbul dan keyakinan seseorang terhadap seorang tokoh. Citra tokoh
tersebut menentukan sikap dan tindakan seseorang termasuk dalam hal
loyalitas dan kepercayaan.
Menurut Frank Jefkins dalam buku Public Relations , definisi citra
dalam konteks humas citra diartikan sebagai "kesan, gambaran, atau
impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan) atas sosok keberadaan
berbagai kebijakan personil personil atau jasa-jasa dari suatu organisasi
atau perusaahaan.”
16
Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut
ini lima jenis citra yang dikemukakan, yakni:
a. Mirror Image (Citra Bayangan). Citra ini melekat pada orang dalam
atau anggota-anggota organisasi – biasanya adalah pemimpinnya –
mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam kalimat
lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam
mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya. Citra ini seringkali
tidak tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak
memadainya informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang
dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau
pandangan pihak-pihak luar. Dalam situasi yang biasa, sering muncul
fantasi semua orang menyukai kita.
b. Current Image (Citra yang Berlaku). Citra yang berlaku adalah suatu
citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu
organisasi. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya
informasi yang dimiliki oleh mereka yang mempercayainya.
c. Multiple Image (Citra Majemuk). Yaitu adanya image yang bermacam-
macam dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan
oleh mereka yang mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang
berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan atau asas organisasi
kita.
d. Corporate Image (Citra Perusahaan). Apa yang dimaksud dengan citra
perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi
bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya.
e. Wish Image (Citra Yang Diharapkan). Citra harapan adalah suatu citra
yang diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra
yang diharapkn biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu
yang relatif baru, ketika khalayak belum memiliki informasi yang
memadai mengenainya.
17
Sutojo, Siswanto (dalam Widodo Muktiyo. 2006-cetakan I), ada
beberapa strategi dasar membangun citra (image) antara lain:
a. Menentukan kelompok sasaran.
Memilih segmen sasaran dengan saran riset pasar.
b. Keberhasilan membangun citra dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Citra dibangun berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang
dibutuhkan dan diinginkan kelompok sasaran.
2) Manfaat yang ditonjolkan cukup realistis.
3) Citra yang ditonjolkan sesuai dengan kemampuan perusahaan.
4) Citra mudah dimengerti kelompok sasaran.
5) Citra merupakan sarana, bukan tujuan usaha
c. Koordinasi di dalam.
d. Merger dan Franchising sebagai sarana penunjang membangun citra.
Menurut Soleh Sumirat dan Elvinaro Ardianto, terdapat empat
komponen pembentukan citra antara lain :
a. Persepsi, diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan yang
dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan dengan kata lain. Individu
akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan
pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi inilah
yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra. Persepsi atau
pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh
rangsang dapat memenuhi kognisi individu
b. Kognisi, yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus
keyakinan ini akan timbul apabila individu harus diberikan informasi-
informasi yang cukup dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya.
c. Motivasi dan sikap yang ada akan menggerakan respon seperti yang
diinginkan oleh pemberi rangsang. Motif adalah keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
18
d. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan
merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan
prilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan
prilaku tetapi merupakan kecendrungan untuk berprilaku dengan cara-
cara tertentu, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi sikap
menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu,
menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, sikap
mengandung aspek evaluatif artinya mengandung nilai menyenangkan
atau tidak menyenangkan, sikap juga diperhitungkan atau diubah.
Gambar 1.1
Model Pembentukan Citra
Proses ini menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar
diorganisasikan dan mempengaruhi respons. Stimulus atau rangsangan
yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika rangsangan
ditolak, maka proses selanjutnya tidak akan berjalan. Hal ini menunjukan
bahwa rangsangan tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi individu
karena tidak adanya perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya, jika
rangsangan itu diterima oleh individu, berarti terdapat komunikasi dan
perhatian dari organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat
berjalan.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis memahami bahwa terdapat
empat komponen pembentukan citra, yaitu persepsi, kognisi, motivasi dan
sikap. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan
19
dimana kemampuan mempersepsi inilah dapat melanjutkan proses
pembentukan citra dengan memberikan informasi-informasi kepada
individu untuk memunculkan suatu keyakinan. Sehingga dari keyakinan
tersebut timbul suatu sikap pro dan kontra tentang produk, dari sikap itulah
terbentuknya citra yang positif atau negatif.
3. Kebijakan
Dalam buku Dwiyanto, Indiahono (2009) Kebijakan Publik
Berbasis Dynamic Policy Analisys, kebijakan menurut Lasswell adalah
sebagai suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik
yang terarah. Menurut Budiardjo (2008), kebijakan adalah sekumpulan
keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam
usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Kebijakan publik dalam definisi yang manshur dari Dye adalah
whatever governments choose to do or not to do, maksudnya bahwa
apapun kegiatan pemerintah baik yang exsplisit maupun implisit
merupakan kebijakan. James E. Anderson mendefinisikan kebijakan
sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi
pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.
Pembicaraan tentang kebijakan memang tidak lepas dari kaitan
kepentingan antar kelompok, baik di tingkat pemerintahan maupun
masyarkat secara umum (Anderson, 1979: 2-3)7
Hogwood dan Gunn (1984 dalam Parson. 2006-cetakan kedua: 15)
menyatakan bahwa terdapat 10 istilah kebijakan dalam pengertian modern,
yaitu:
a. sebagai label untuk bidang aktivitas
b. sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan
c. sebagai proposal spesifik
d. sebagai keputusan pemerintah
7 Dwiyanto, Indiahono. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys.Yogyakarta:
Gava Media.
20
e. sebagai otorisasi formal
f. sebagai sebuah program
g. sebagai output
h. sebagai “hasil” (outcome)
i. sebagai teori dam model
j. sebagai sebuah proses
Kebijakan memang menjadi ranah yang amat berbau kekuatan
untuk saling mempengaruhi dan melakukan tekanan para pihak. Sehingga
tidak heran jika Carl Friedrich pun mendefinisikan kebijakan sebagai suatu
tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan
adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang
untuk mencapai tujuan tertentu (Carl J. Friedrich, 1963 dalam Anderson,
1979-second edition:2)8
Dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan adalah suatu
konsep yang menjadi dasar rencana dalam suatu pekerjaan,
kepemimpinan, serta menjadi keputusan cara untuk bertindak. Kebijakan
publik diarahkan untuk memecahkan masalah publik untuk memenuhi
kepentingan dan penyelenggaraan urusan-urusan publik. Kebijakan publik
sejauh mungkin diupayakan berada dalam rel kebijakan yang beraras pada
sebesar-besarnya kepentingan publik. Kebijakan publik memang masuk
dalam ranah kepentingan dengan banyak aktor yang berkepentingan di
dalamnya.
8 Dwiyanto, Indiahono. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys.Yogyakarta:
Gava Media.
21
a. Proses Kebijakan Publik
Gambar 1.2 Proses Kebijakan Publik
Tabel 1.2 Tahap Analisis Kebijakan
Tahap Karakteristik
Perumusan
Masalah
Memberikan informasi mengenai kondisi-kondisi
yang menimbulkan masalah
Forecasting Memberikan informasi mengenai konsekuensi di
masa mendatang dari diterapkannya alternatif
kebijakan termasuk apabila membuat kebijakan
Rekomendasi
Kebijakan
Memberikan informasi mengenai manfaat bersih dari
setiap alternatif dan merekomendasikan alternatif
kebijakan yang memberikan manfaat bersih paling
tinggi
Monitoring Memberikan informasi mengenai komsekuensi
perumusa
nmasalah
forecastin
g
rekomendas
i kebijakan
monitorin
g
Evaluasi
kebijakan
Penyusunan
Agenda
Formulasi
Kebijakan
Adopsi Kebijakan
Implementasi
Kebijakan
Penilaian Kebijakan
22
Kebijakan sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif
kebijakan termasuk kendala-kendalanya
Evaluasi
Kebijakan
Memberikan informasi mengenai kinerja atau hasil
dari suatu kebijakan
sumber: Subarsono, 2005: 109
4. Presiden
Presiden Indonesia (nama jabatan resmi: Presiden Republik
Indonesia) adalah kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia.
Sebagai kepala Negara, Presiden adalah symbol resmi Negara Indonesia di
dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden
dan menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehari-hari. Presiden (dan Wakil
Presiden) menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali
dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan.10
a. Wewenang, Kewajiban, dan Hak
Wewenang, kewajiban, dan hak Presiden antara lain :
1) Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
2) Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara
3) Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden melakukan pembahasan dan
pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR serta mengesahkan
RUU menjadi UU.
4) Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(dalam kegentingan yang memaksa)
5) Menetapkan Peraturan Pemerintah
6) Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri
9 Dwiyanto, Indiahono. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisys.Yogyakarta:
Gava Media. 10
Buku Pintar Politik: Sejarah, Pemerintahan, dan Ketatanegaraan : Jogja Great Publiser
23
7) Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain dengan persetujuan DPR
8) Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR
9) Menyatakan keadaan bahaya.
10) Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden
memperhatikan pertimbangan DPR
11) Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
12) Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung
13) Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
DPR
14) Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang
diatur dengan UU
15) Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih oleh
DPR dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Daerah
16) Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi
Yudisial dan disetujui DPR
17) Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden,
DPR, dan Mahkamah Agung
18) Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan
persetujuan DPR.
5. Kepemimpinan
a. Arti Kepemimpinan
Istilah “kepemimpinan” sebagai terjemahan dari “leadership”
seringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian
umum, kepemimpinan menunjukan proses kegiatan seseorang dalam
memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran,
perasaan, atau tingkah laku orang lain. Kegiatan tersebut dapat
24
dilakukan melalui suatu karya, seperti buku, lukisan dan sebagainya,
atau melalui kontak pribadi antara seseorang dengan orang lain secara
tatap muka (face to face).11
b. Ciri-ciri Kepemimpinan
1) Persepsi Sosial
Yang dimaksud persepsi sosial ialah kecakapan dalam melihat dan
memahami perasaan, sikap, dan kebutuhan anggota-anggota
lainnya dalam suatu kelompok.
2) Kemampuan berfikir abstrak
Kemampuan berabstraksi yang sebenarnya merupakan salah satu
segi dari struktur intelegensi, khusus dibutuhkan oleh seorang
pemimpin untuk dapat menafsirkan kecenderungan-kecenderungan
kegiatan di dalam kelompok dan keadaan umum di luar kelompok
dalam hubungannya dengan tujuan kelompok.
3) Keseimbangan Emosional
Pada diri seorang pemimpin harus terdapat suatu kematangan
emosional yang berdasarkan kesadaran yang mendalam akan
kebutuhan-kebutuhan. Keinginan-keinginan, cita-cita, dan alam
perasaan, serta pengintegrasian kesemuanya itu ke dalam suatu
kepribadian yang harmonis.
c. Faktor-faktor dalam kepemimpinan politik
1) Kapasitas Intelektual
Sesorang yang memiliki kemampuan intelektual yang menonjol
dapat mempengaruhi orang banyak yang intelektualitanya biasa.
Kapasitas intelektual mencakup sifat-sifat yang khusus, seperti:
mental, moral, kepekaan social, kecakapan dalam berbagai
lapangan, atau ketangkasan dalam memecahkan masalah yang
sifatnya philosofis, artistic, dan ilmiah, dan kecakapan yang tinggi
untuk kegiatan ituitif.
11
Effendy Onong Uchjana 1993. Kepemimpinan Dan Komunikasi. Bandung; PT Mandar Maju
25
2) Rasa Diri Penting
Percaya kepada diri sendiri, kepada cara sendiri, dan kepada tujuan
sendiri dipadukan dengan hasrat untuk bergiat guna menerima
pengakuan, kepatuhan dan kepercayaan, cenderung untuk
membawa seseorang kepada posisi yang lebih tinggi.
3) Vitalitas
Seseorang pemimpin harus memiliki daya lenting spirit dan phisik
yang secara cepat dapat mengisi lagi benaknya, tubuhnya, dan
spiritnya setelah melakukan kegiatan politik yang melelahkan
4) Latihan
Pemimpin yang bijaksana senantiasa menambah pengetahuannya
dengan jalan mengikuti salah satu bentuk latihan.
5) Pengalaman
Pengalaman merupakan fakor yang sedemikian pentingnya
sehingga dianggap sebagai kunci kepemimpinannya.
6) Reputasi
Untuk memperoleh reputasi dalam kemampuan menjadi pemimpin
yang sukses, seorang pemimpin harus dapat memberikan vitallitas
dan kesempatan kepada pengalaman, latihan, dan kapasitas
intelektual.
Kartono (2009) menyebutkan, macam gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh pemimpin di seluruh dunia antara lain:
a. Gaya Kepemimpinan Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistic yang bersifat kebapakan, dengan sifat-
sifat diantaranya:
1) Overly protective
2) Selalu bersikap maha tahu dan maha besar
3) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
berinisiatif, hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat
tradisional, umumnya di masyarakat agraris.
26
b. Gaya Kepemimpinan Karismatik
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu
menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang
membangkitkan semangat
c. Gaya kepemimpinan bebas
Kepemimpinan yang bebas ialah kepemimpinan di mana si
pemimpin menyerahkan penentuan tujuan dan usaha-usaha yang akan
dicapai, sepenuhnya kepada anggota-anggota kelompok. Si pemimpin
dalam menjalankan peranan kepemimpinannya hanya pasif saja.
Dialah yang menyediakan bahan-bahan dan alat-alat untuk suatu
pekerjaan, tetapi inisiatif diserahkan kepada para anggota.12
d. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya
selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen
organisasi. Kepemimpinan demokratis biasanya berlangsung secara
mantap dengan gejala-gejala sebagai berikut :
1) Organisasi dengan segenap bagiannya berjalan lancar
2) Otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah, dan masing-masing
menyadari tugas serta kewajibannya masing-masing
e. Gaya kepemimpinan Otokratis
Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian
prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi
langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah
harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah-
langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit
kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini.
f. Gaya Kepemimpinan Militeristis
Tipe kepemimpinan ini sangat mirip dengan otoriter. Adapun sifat-
sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
12
Effendy Onong Uchjana 1993. Kepemimpinan Dan Komunikasi. Bandung; PT Mandar Maju
hal.28
27
1) Lebih banyak menggunakan sistem perintah, keras dan sangat
otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana
2) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan
3) Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-
tanda kebesaran yang berlebihan
4) Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya
5) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari
bawahannya
6) Komunikasi hanya berlangsung searah
g. Gaya Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat yang tradisional, tidak mempercayai dukungan kekuatan
serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini
mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
h. Gaya Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang
mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.
6. Masyarakat Kelas Menengah ke Bawah
Di Indonesia, kelas menengah ke bawah merupakan kelompok
dengan penghasilan per bulannya kurang dari Rp 2.6 juta. Kelas ini terdiri
dari sebagian besar dari total penduduk suatu Negara. Kelas menengah ke
bawah berjuang untuk sampai ke tingkat kelas menengah ke atas, yang
pada gilirannya bertujuan untuk memasuki kelas kaya atau elit.13
BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin,
seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan
Informatika (2005), rumah tangga yang memiliki ciri rumah tangga
miskin, yaitu:
a. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
b. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah
13
http://www.fiskal.co.id
28
c. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia
d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar
e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
f. Sumber air minum berasal dari sungai
g. Bahan bakar untuk memasak adalah kayu bakar
h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
j. Hanya sanggup makan hanya satu/dua kali dalam sehari.
k. Tidak sanggup membayar pengobatan di puskesmas
l. Penghasilan kepala rumah tangga dengan pendapatan di bawah Rp.
600.000 per bulan.
m. Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolah/tidak tamat
SD/hanya SD.
n. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.
500.000
F. Penelitian terdahulu
Tabel 1.3 Penelitian Terdahulu
No Judul Pengarang Tahun Variabel Temuan
1 The Political
Personality of
U.S. President
BarackObama
Aubrey
Immelman
2010 Personality Kepribadian
merupakan salah satu
yang menjadi faktor
masyarakat mejadi
percaya terhadap
Obama
2 Personality
and Nigeria‟s
Foreign
Policy: A
Comparative
Analysis of
Obasanjo‟s
Ngara,
Christopher
Ochanja ;
Esebonu,
2013 Personality,
Policy
Temuan
menunjukkan bahwa
kepribadian
Obasanjo memiliki
29
Foreign
Policy as
Military Head
of State and
Civilian
President
Edward
Ndem ;
Ayabam,
Alexius
Terwase
tingkat nasionalisme
tinggi dan keyakinan
kuat dari kemampuan
untuk mengendalikan
peristiwa dan telah
mempengaruhi
kebijakan luar negeri
Nigeria selama dua
era yang berbeda.
Sehingga membuat
pemerintahan
menjadi lebih baik
3 Membangun
Citra Positif
Organisasi
melalui Public
Relations
Lena
Satlita
2015 Citra Publik sebuah
organisasi akan
mendukung
keberadaan
organisasi, program-
program dan
kebijakan
organisasi. Dukungan
publik terhadap
organisasi
menujukkan adanya
kepercayaan
publik yang
sekaligus bisa
dimaknai bahwa
organisasi tersebut
memiliki citra dan
reputasi yang baik.
30
G. Definisi Konsepsional dan Operasional
1. Definisi Konsepsional
Definisi konsepsional adalah definisi yang dipakai peneliti untuk
menggambarkan fenomena sosial atau alami secara abstrak (Singarimbun,
1989:33).
Definisi konsepsional dalam penelitian ini antara lain:
a. Kepribadian
Teori Kepribadian ialah suatu ilmu yang membahas secara
sistematis mengenai manusia sebagai individu. Ilmu ini mencoba
mengenal individu dalam hubungannya dengan situasinya, lingkungan,
pengalaman sehari-hari. Inilah sebabnya mengapa teori kepribadian
menitik-beratkan pada sifat-sifat individual dari manusia dan
dihubungkan dalam/situasi yang konkrit.14
Koentjaraningrat dalam bukunya “Pengantar Antropologi I”
menyatakan bahwa kepribadian ialah susunan dari unsur-unsur akal
dan jiwa yang menentukan tingkah laku dan tindakan seseorang.
Pasaribu dan Simandjuntak (1984:118) berpendapat bahwa
kepribadian merupakan susunan yang dinamis pada individu di dalam
sistem psikofisik yang menentukan keunikan penyesuaian terhadap
lingkungannya. Keunikan menunjukkan bahwa tidak ada dua atau
lebih individu yang menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara
tepat sama.15
1) Tipe Kepribadian
Hall dan Lindzey dalam Pasaribu (1984) membedakan dua
orientasi utama kepribadian, yaitu:
a) Tipe Kepribadian Ekstravert
Pasaribu (1984:227-228) menyatakan bahwa individu
dengan pribadi ekstravert yaitu individu yang melihat pada
14 Pasaribu, I.L. (1984). Teori kepribadian. Bandung: Tarsito hal. 94 15 Pasaribu, I.L. (1984). Teori kepribadian. Bandung: Tarsito hal 118
31
kenyataan dan keharusan, tidak lekas merasakan kritik, ekspresi
emosinya spontan, dan dirinya tidak dituruti dalam alasannya,
tidak begitu merasakan kegagalannya, tidak banyak
mengadakan analisa dan kritik sendiri.
Individu dengan tipe kepribadian ekstravert memiliki
kendali diri yang kuat. Ketika dihadapkan pada rangsangan-
rangsangan traumatik, individu bertipe kepribadian ekstravert
akan menahan diri, artinya dia tidak akan ”mengacuhkan”
trauma yang dialami dan karenanya tidak akan terlalu teringat
akan apa yang terjadi (Boree, 2005:233). Individu-individu
yang memiliki kepribadian ekstravert bersikap positif terhadap
masyarakatnya, hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan
dengan individu lain lancar. Bahaya bagi tipe kepribadian
ekstravert ialah apabila ikatan terhadap dunia luar terlampau
kuat, sehingga akan menyebabkan ia tenggelam di dalam dunia
obyektif, kehilangan diri atau asing terhadap dunia
subyektifnya sendiri (Suryabrata, 1990:190).
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka disimpulkan
bahwa sifat-sifat individu tipe ekstravert:
(1) Cenderung menyukai pertisipasi dalam realita sosial,
dalam dunia obyektif dan dalam peristiwa-peristiwa praktis
lancar dalam pergaulan.
(2) Bersikap realitas, aktif dalam bekerja dan komunikasi
sosialnya baik (positif), serta ramah tamah.
(3) Gembira dalam hidup, bersikap spontan dan wajar dalam
ekspresi serta menguasai perasaan.
(4) Bersikap optimis, tidak putus asa dalam menghadapi
kegagalan atau dalam menghadapi konflik-konflik
pekerjaan selalu tenang, bersikap suka mengabdi.
32
(5) Tidak begitu banyak pertimbangan, ceroboh dan kadang-
kadang tidak terlalu banyak melakukan analisa serta
kurang kritik diri, berpikir kurang mendalam.
(6) Relatif bersikap bebas dalam berpendapat, mempunyai
cita-cita yang bebas.
(7) Meskipun ulet dalam berpikir namun mempunyai
pandangan yang pragmatis, di samping punya sifat keras
hati.
b) Tipe Kepribadian Introvert
Individu dengan tipe kepribadian introvert mengacu
pada individu yang tertutup, ragu-ragu, pemikir, suka
merenung, kurang spontan, tujuannya tersembunyi, agak
defensif, tidak mudah percaya dan hati-hati.
Individu dengan tipe kepribadian introvert ialah
individu yang suka memikirkan tentang diri sendiri, banyak
fantasi, lekas merasakan kritik, menahan ekspresi emosinya,
lekas tersinggung dalam latihan, suka membesarkan kesalahan
kecil, analisa dan kritik sendiri menjadi buah pikirannya
(Pasaribu, 1984:227-228). Individu introvert memiliki kendali
diri yang buruk. Ketika mengalami trauma yang sama seperti
orang ekstravert tadi, otaknya tidak terlalu sigap melindungi
diri dan ”berdiam diri”, akan tetapi malah membesar-besarkan
persoalan dan mempelajari detail-detail kejadian sehingga
individu ini dapat mengingat apa yang terjadi dengan sangat
jelas (Boeree, 2005:234).
Gambaran tipe kepribadian introvert menurut Pervin
(1984:271-272) merupakan individu yang tenang, mawas diri,
bersikap hati-hati, pemikir, kurang percaya pada keputusan
yang impulsif, lebih suka hidup teratur, pemurung, kuatir,
kaku, sederhana, pesimis, suka menyendiri, kurang suka
bergaul, pendiam, pasif, berhati-hati, tenggang rasa, damai,
33
terkendali, dapat diandalkan, mampu menguasai diri, dan
tenang.
Individu-individu yang mempunyai kepribadian
introvert penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik:
jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan
individu lain, kurang dapat menarik individu lain. Penyesuaian
dengan batinnya sendiri baik. Bahaya tipe introvert ialah jika
jarak dengan dunia obyektif terlalu jauh, maka individu dengan
tipe kepribadian ini dapat lepas dari dunia obyektifnya
(Suryabrata, 1990:190).
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka sifat-sifat
manusia tipe introvert:
(1) Cenderung lebih suka ”memasuki” dunia imaginer, biasa
merenung yang kretif.
(2) Produksi dan ekspresi-ekspresinya diwarnai oleh perasaan-
perasaan yang subyektif, pusat kesadaran dirinya adalah
kepada egonya sendiri dan sedikit perhatian pada dunia
luar.
(3) Perasaan halus dan cenderung untuk tidak melahirkan
emosi secara menyolok; biasanya melahirkan ekspresinya
dengan cara-cara yang halus yang jarang ditemukan pada
individu-individu yang lain.
(4) Sikapnya ”tertutup”, sehingga jika ada konflik-konflik
disimpannya dalam hati dan ia berusaha menyelesaikannya
sendiri.
(5) Banyak pertimbangan, sering suka mengadakan analisis
dan kritik diri.
(6) Sensitif terhadap kritik, pengalaman-pengalaman pribadi
bersikap mengendap dalam kenangan yang kuat, apalagi
hal-hal yang bersifat pujian atau celaan tentang dirinya.
34
(7) Pemurung, dan cenderung selalu bersikap menyendiri, serta
kurang bergaul.
(8) Lemah lembut tindak dan sikapnya, serta punya pandangan
idealistis.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai
dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak
sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan
ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :
1) Kepribadian Sehat
a) Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai
diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara
fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
b) Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi
situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik
dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi
kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
c) Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat
menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara
rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami
superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi
atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak
mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
d) Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap
kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan
yang dihadapinya.
e) Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan
bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan
mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma
yang berlaku di lingkungannya.
35
f) Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya,
dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara
positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
g) Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam
setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan
secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan
berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan
kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
h) Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati
terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau
masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam
berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya,
merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak
membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang
lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
i) Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan
sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan
dengan orang lain.
j) Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan
filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang
dianutnya.
k) Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang
didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance
(penerimaan), dan affection (kasih sayang).
2) Kepribadian tidak sehat
a) Mudah marah (tersinggung)
b) Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
c) Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
d) Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang
usianya lebih muda atau terhadap binatang
36
e) Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang
meskipun sudah diperingati atau dihukum
f) Kebiasaan berbohong
g) Hiperaktif
h) Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
i) Senang mengkritik/mencemooh orang lain
j) Sulit tidur
k) Kurang memiliki rasa tanggung jawab
l) Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya
bukan faktor yang bersifat organis)
m) Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
n) Pesimis dalam menghadapi kehidupan
o) Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani
kehidupan
b. Citra
Menurut Ruslan (2008:75), citra adalah penerimaan dan
tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari
publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya.
Menurut Lawrence L. Steinmetz yang dikutip oleh Sutojo
(2004: 1), citra adalah pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk
perorangan, benda atau organisasi.
Jadi citra memiliki definisi sesuatu yang ada dalam diri
seseorang yang dapat dinilai oleh publik karena sifat, tingkah laku,
maupun cara berpikir.
Citra pemimpin yang positif dapat meliputi:
1) jujur, bisa dipercaya dan amanah
2) bersih dari korupsi
3) berwibawa
4) pintar dan berwawasan luas
5) perhatian pada rakyat
37
6) Tegas
7) berpelangalaman Internasional
c. Kebijakan publik
Definisi dari kebijakan publik yang paling awal dikemukakan
oleh Harold Laswell dan Abraham Kaplan dalam Howlett dan Ramesh
(1995:2) yang mendefinisikan kebijakan publik/public policy sebagai
“suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan, nilai-nilai,
dan praktik-praktik tertentu (a projected of goals, values, and
practices)”
George C. Edwards III dan Ira Sharkansky dalam Suwitri
(2008: 10) mendefinisikan kebijakan publik sebagai “suatu tindakan
pemerintah yang berupa program-program pemerintah untuk
pencapaian sasaran atau tujuan”
Menurut James A. Anderson dalam Subarsono (2005: 2),
kebijakan publik merupakan “kebijakan yang ditetapkan oleh badan-
badan dan aparat pemerintah”.
1) Implementasi Kebijakan
Ukuran keberhasilan maupun kegagalan dari suatu
kebijakan sebagian besar ditentukan dari implementasi kebijakan,
sebagaimana dikemukakan oleh Nugroho (2008: 501):
“Rencana adalah 20% keberhasilan, implementasi adalah
60% sisanya, 20% sisanya adalah bagaimana kita mengendalikan
implementasi. Implementasi kebijakan adalah hal yang paling
berat, karena di sini masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai
dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu, ancaman utama,
adalah konsistensi implementasi.”
Menurut Bridgman & Davis, Fenn, dan Turner & Hulme
dalam Badjuri dan Yuwono (2002, 113-129), terdapat beberapa
pelajaran yang bisa diambil dari kesuksesan sebuah kebijakan,
yaitu:
38
a) Jika kebijakan publik didesain tidak berdasar kerangka dan
acuan teori yang kuat dan jelas, maka implementasinya akan
terganggu.
b) Antara kebijakan dan implementasi harus disusun suatu
korelasi yang jelas sehingga konsekuensi yang diinginkanpun
jelas.
c) Implementasi kebijakan publik akan gagal jika terlalu banyak
lembaga yang bermain.
d) Sosialisasi kebijakan kepada mereka yang akan melaksanakan
kebijakan sangatlah penting karena akan sangat mempengaruhi
keberhasilan implementasi.
e) Evaluasi kebijakan secara terus menerus (monitoring) terhadap
sebuah kebijakan sangatlah krusial karena sebuah kebijakan
akan berevolusi menjadi baik dan efisien jika ada evaluasi yang
terus menerus dan berkesinambungan.
f) Untuk berhasil dengan baik, pembuat kebijakan publik harus
menaruh perhatian yang sama terhadap implementasi dan
perumusan kebijakan.
Prof. Graeme Hugo dalam Yuwono (2002) menyatakan
bahwa terlalu banyak bukti yang menunjukkan bahwa kebijakan
publik di Indonesia sebagian besar perhatian ditujukan pada
bagaimana kebijakan publik dibuat, bukan pada bagaimana
implementasi kebijakan dikelola dandiawasi dengan baik. Contoh
dari hal ini adalah : pemberantasan korupsi, JPS, maupun bantuan
masyarakat miskin.
Berikut ini adalah model dasar yang menghubungkan antara satu
teori dan lainnya dalam penelitian ini:
39
Gambar 1.3
Model Hubungan Antar Variabel
2. Definisi Operasional
Dengan telah ditetapkan definisi konsepsional, maka perlu untuk
meneruskan kepada bentuk operasionalnya, sebagai seperangkat petunjuk
yang lengkap mengenai apa yang akan diamati dan bagaimana mengukur
suatu (konsep), sehingga dapat menggolongkan gejala lingkungannya
kedalam berbagai kategori variabel.
Definisi operasional adalah meletakan arti pada suatu konstruk atau
variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-
Variabel Bebas (X)
Kepribadian Jokowi :
- Tidak sombong
- Bertanggung
jawab
- Mandiri
- Dapat mengontrol
emosi
- Peduli
Variabel Terikat (Y)
Citra Kepemimpinan
- Jujur
- Bersih dari korupsi
- Berwibawa
- Tegas
Variabel Kontrol
(Z)
Kebijakan dalam
100 hari
Kepemimpinan :
- Kabinet Kerja
Jokowi
- Kasus Kapolri vs
KPK
40
tindakan yang perlu untuk mengukur konstruk atau variabel itu (Kerlinger,
2000:51).
Untuk membantu pemahaman dalam penelitian ini maka dibuat
tabel sebagai berikut:
Tabel 1.4
Variabel Indikator
Variabel
Bebas (X)
X → Kepribadian
Jokowi
- Tidak sombong / angkuh
- Bertanggung jawab
- Mandiri
- Dapat mengontrol emosi
- Peduli
Variabel
Terikat
(Y)
Y → Citra
Kepemimpinan
- Jujur, bisa dipercaya dan
amanah
- Bersih dari korupsi
- Berwibawa
- Tegas
Variabel
Kontrol
(Z)
Z → Kebijakan
1. Kinerja kabinet kerja
2. Kasus Kapolri vs
KPK
- Pemilihan menteri-menteri yang
berkompeten
- Keputusan pemberhentian Budi
Gunawan
H. Hipotesis
1. Terdapat hubungan yang siginifikan antara Kepribadian Jokowi dengan
Citra Kepemimpinan Jokowi dalam 100 hari kepemimpinannya sebagai
presiden di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah di Kelurahan
Sangkrah Surakarta.
2. Hubungan antara Kepribadian Jokowi dengan Citra Kepemimpinan
Jokowi dalam 100 hari kepemimpinannya di kalangan masyarakat kelas
41
menengah ke bawah di Kelurahan Sangkrah Surakarta dipengaruhi oleh
Kebijakannya sebagai variabel kontrol.
I. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif
dengan menggunakan metode survei. Metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme (memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat
diklasifikasikan, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat
sebab akibat), digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis
data bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah
ditetapkan (Sugiyono, 2008:13)
Metode survei digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan
hubungan kausal antara beberapa variabel dengan pengujian hipotesis.
Secara umum, penelitian ini dibatasi pada penelitian yang datanya
dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi.
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam
ruang lingkup yang ingin diteliti (Sugiarto, dkk., 2003). Populasi
penting artinya dalam menentukan cara pengambilan sampel dan
besarnya sampel (Budiarto, 2003).
Populasi pada penelitian ini adalah warga Kelurahan Sangkrah
Surakarta RW 10. Artinya populasi dari penelitian ini adalah mereka
yang terdaftar sebagai pemilih dalam pemilihan Presiden 2014. Jumlah
populasi berjumlah 567 warga.
42
b. Sampel
Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih
dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat
mewakili populasinya (Sugiarto, dkk, 2003).
Sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1) Laki-laki dan perempuan yang bertempat tinggal di Kelurahan
Sangkrah
2) Berusia 17 tahun ke atas
3) Bersedia dijadikan sampel dalam penelitian ini
Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti menggunakan
rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan
90% (Bungin, 2005: 105), yakni sebagai berikut:
n =
( )
Keterangan :
N = Jumlah Populasi
n = Sampel
d² = presisi (digunakan 10% atau 0.1)
Berdasarkan rumus tersebut maka dapat diperhitungkan jumlah
sampel yang dijadikan responden sebagai berikut:
n =
( )
n =
( )
n =
n =
( )
n = 85.007
n = 85
Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 85 orang.
43
3. Teknik Penarikan Sampel
Karena berbagai alasan, tidak semua hal yang ingin dijelaskan atau
diramalkan atau dikendalikan dapat diteliti. Penelitian ilmiah boleh
dikatakan hampir selalu hanya dilakukan terhadap sebagian saja dari hal-
hal yang sebenarnya mau diteliti. Jadi penelitian hanya dilakukan terhadap
sampel, tidak terhadap populasi.
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah accindental
sampling, yaitu mengambil sampel siapa saja yang ada atau kebetulan
ditemui. Jadi setiap warga yang ditemui oleh peneliti di Kelurahan
Sangkrah akan menjadi sampel penelitian ini sebanyak 85 orang.
4. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara melakukan survey di lokasi penelitian.
Metode survey yaitu suatu metode pengumpulan data primer
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu
(Jogiyanto, 2004: 115). Metode penelitian survei merupakan penelitian
yang menitikberatkan atau bertujuan untuk menemukan pendapat atau
opini atau sikap atau orientasi yang terdapat di dalam masyarakat dengan
cara meminta informasi dari individu. Metode survey yang akan
digunakan adalah teknik kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data-data
dengan cara member seperangkat pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab.
Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 85
responden, yang berisi pertanyaan-pertanyaan seputar Presiden Jokowi.
Peneliti melakukan penyebaran seluruh kuesioner selama 3 hari, yaitu
pada tanggal 22 april sampai 24 april 2015. Waktu penyebaran dipilih sore
hari karena lebih banyak responden yang telah pulang ke rumahnya setelah
bekerja. Diharapkan dengan angket ini peneliti dapat menggali banyak
44
informasi dari subjek yang berkaitan secara langsung dengan masalah
penelitian yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini.
Kuesioner/angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket tertutup, dimana pertanyaan atau pernyataan telah memiliki
alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih responden. Responden
tidak bisa memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah
tersedia sebagai alternatif jawaban. Skala yang digunakan dalam angket ini
menggunakan skala likert.
Suharsimi Arikunto dalam Ramanda (2010 : 63) menyebutkan
beberapa keuntungan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
angket, antara lain:
a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti
b. Dapat dibagikan secara serentak kepada responden
c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing
dan menurut waktu senggang responden
d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-
malu menjawab
e. Dapat dibuat standar sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama
f. Waktu yang diperlukan relatif singkat dalam menghimpun data
g. Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga,
dan memudahkan dalam pengelolaannya.
Skala yang digunakan dalam angket ini adalah skala likert.
Sugiyono (2008: 134) menyatakan “Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial.” Fenomena sosial disini telah ditetapkan sebagai
variabel penelitian. Lebih lanjut Sugiyono (2008: 134) menjelaskan
“Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan
atau pernyataan.”
45
Pernyataan yang dijawab oleh responden mendapat nilai sesuai
dengan alternatif jawaban yang bersangkutan. Kriteria penilaian dari
pernyataan tersebut memiliki 5 alternatif jawaban, yaitu untuk pernyataan
positif mempunyai nilai SS=5, S=4, BS=3, TS=2, dan STS=1 sedangkan
untuk pernyataan negatif mempunyai sifat SS=1, S=2, BS=3, TS=4, dan
STS=5.
Tabel 1.5
rentang skala pada model Likert :
Pernyataan
sikap
Sangat
Setuju
(SS)
Setuju
(S)
Biasa
Saja
(BS)
Tidak
Setuju
(TS)
Sangat
Tidak
Setuju (STS)
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
sumber: Syaodih (2007: 240)
5. Validitas dan Reliabilitas Data
a. Uji validitas
Uji validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menguji
kevalidan kuesioner. Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi alat ukurnya.
Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut (Ghozali, 2006).
Setiap uji dalam statistik tentu mempunyai dasar dalam
pengambilan keputusan sebagai acuan untuk membuat kesimpulan,
begitu pula Uji Validitas Product Momen Pearson Correlation dalam
uji validitas, dasar pengambilan keputusannya adalah:
1) Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka angket
tersebut dinyatakan valid
46
2) Jika nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel, maka angket
tersebut dinyatakan tidak valid.
Proses perhitungan dalam uji validitas dalam penelitian ini
menggunakan program SPSS 20 for Windows.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Gozali, 2006). Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Adapun cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas
kuesioner dalam penelitian ini adalah mengukur reliabilitas dengan uji
statistik Cronbach Alpha. Untuk mengetahui kuesioner tersebut sudah
reliabel akan dilakukan pengujian reliabilitas kuesioner dengan
bantuan komputer program SPSS 20 for Windows. Dasar pengambilan
keputusan dalam Uji Reliabilitas adalah jika nilai Alpha lebih besar
dari r tabel maka item-item angket yang digunakan dinyatakan reliabel
atau konsisten, sebaliknya jika nilai alpha lebih kecil dari r tabel maka
item-item angket yang digunakan dinyatakan tidak reliabel atau tidak
konsisten.
6. Teknik analisis data
Berdasarkan bentuk rumusan hipotesisnya, hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini tergolong hipotesis asosiatif. Menurut Sugiyono (2008
: 224), hipotesis asosiatif merupakaan dugaan tentang adanya hubungan
antar variabel dalam sampel yang diambil dari populasi tersebut. Jadi
menguji hipotesis asosiatif adalah menguji koefisiensi korelasi yang ada
pada sampel untuk diberlakukan pada seluruh populasi dimana sampel
diambil.
Pemilihan teknik statistik korelasi tergantung pada jenis data yang
akan dianalisis. Pedomannya dapat dilihat pada tabel berikut:
47
Tabel 1.6
Macam/Tingkatan Data Teknik Korelasi yang Digunakan
Nominal 1. Koefisien Kontingency
Ordinal 1. Spearman Rank
2. Kendal Tau
Interval dan Ratio 1. Pearson Product Moment
2. Korelasi Ganda
3. Korelasi Parsial
Sumber : Sugiyono (2008: 227)
Dengan demikian terdapat dua tahap analisis data yang dilakukan
dengan penelitian ini. Tahap pertama yakni perhitungan dengan rumus
korelasi Pearson’s Product Moment untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen. Berikut ini rumus korelasi
Pearson’s Product Moment :
rxy = ( )( )
√* ( ) +* ( ) +
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi
n = jumlah sampel
x = skor variabel x
y = skor variabel y
48
Bentuk hubungan positif atau negatif menyatakan arah hubungan,
sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien
korelasi. Interpretasi terhadap besar kecilnya koefisien korelasi dapat
berpedoman pada ketentuan dari Sugiyono16
:
0,00 – 0,199 = Sangat Rendah
0,20 – 0,399 = Rendah
0,40 – 0,599 = Sedang
0,60 – 0,799 = Kuat
0,80 – 1,000 = Sangat Kuat
Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi yang diperoleh
signifikan (dapat digeneralisasikan pada populasi) atau tidak, maka perlu
dibandingkan dengan nilai rtabel dengan taraf kesalahan tertentu. Bila
ternyata lebih besar dari rtabel, berarti data dari sampel dapat
digeneralisasikan pada populasi dimana sampel diambil.
Kemudian tahap kedua adalah untuk mengetahui pengaruh variabel
kontrol terhadap hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen dengan rumus korelasi parsial Pearson’s Product Moment.
Korelasi parsial antara dua variabel didefinisikan sebagai korelasi antara
dua variabel yang dikontrol oleh dua variabel lain atau lebih. Berikut ini
rumus korelasi parsial Pearson’s Product Moment :
ryx1.x2=
√ √
Keterangan :
ry1.2 = korelasi antara Y dengan X1 yang dikontrol oleh X2
ryX1 = korelasi antara y dengan X1
Seberapa besar kontribusi variabel kontrol dapat dilihat dari
koefisien korelasi parsial yang diperoleh. Jika selisih antara nilai koefisien
korelasi tanpa variabel kontrol (rx.y) dan dengan adanya variabel kontrol
16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Dan R&D. (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), hal. 231