kepmensos no. 50 tahun 2013

106
KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 / HUK / 2013 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN TERPADU DAN GERAKAN MASYARAKAT PEDULI KABUPATEN/KOTA SEJAHTERA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dengan berkembangnya permasalahan sosial yang diakibatkan dari terbatasnya layanan sosial, krisis ekonomi, bencana sosial, dan konflik sosial membutuhkan penanganan yang holistik dan komprehensif; b. bahwa dalam penanganan permasalahan sosial diperlukan pendekatan pekerjaan sosial bagi individu, keluarga, kelompok dan komunitas agar mereka memiliki akses terhadap pelayanan dasar sehingga dapat mencapai kesejahteraan dan kualitas hidup yang lebih baik; c. bahwa agar pelaksanaan kesejahteraan sosial dapat dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkelanjutan, perlu menetapkan Keputusan Menteri Sosial tentang Pedoman Pelayanan Terpadu dan Gerakan Masyarakat Peduli Kabupaten/Kota Sejahtera; 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Upload: idnjournal

Post on 30-Jun-2015

554 views

Category:

Law


8 download

DESCRIPTION

PEDOMAN PELAYANAN TERPADU DAN GERAKAN MASYARAKAT PEDULI KABUPATEN/KOTA SEJAHTERA

TRANSCRIPT

Page 1: Kepmensos no. 50 tahun 2013

KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 50 / HUK / 2013

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN TERPADU DAN GERAKAN MASYARAKAT

PEDULI KABUPATEN/KOTA SEJAHTERA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

Mengingat :

a. bahwa dengan berkembangnya permasalahansosial yang diakibatkan dari terbatasnya layanansosial, krisis ekonomi, bencana sosial, dankonflik sosial membutuhkan penanganan yangholistik dan komprehensif;

b. bahwa dalam penanganan permasalahan sosialdiperlukan pendekatan pekerjaan sosial bagiindividu, keluarga, kelompok dan komunitasagar mereka memiliki akses terhadap pelayanandasar sehingga dapat mencapai kesejahteraandan kualitas hidup yang lebih baik;

c. bahwa agar pelaksanaan kesejahteraan sosialdapat dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh,dan berkelanjutan, perlu menetapkan KeputusanMenteri Sosial tentang Pedoman PelayananTerpadu dan Gerakan Masyarakat PeduliKabupaten/Kota Sejahtera;

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintah Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4437) sebagaimana telah diubah, terakhirdengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentangKesejahteraan Sosial (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 12, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4967);

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 2: Kepmensos no. 50 tahun 2013

2

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentangPenanganan Fakir Miskin (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5235);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5294);

5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009tentang Pembentukan Kabinet Indonesia BersatuII;

6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009tentang Pembentukan dan OrganisasiKementerian Negara yang telah beberapa kalidiubah, terakhir dengan Peraturan PresidenNomor 91 Tahun 2011;

7. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010tentang Kedudukan, Tugas, dan FungsiKementerian Negara Serta Susunan Organisasi,Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negarayang telah beberapa kali diubah, terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011;

8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010tentang Struktur Organisasi dan Tata KerjaKementerian Sosial;

Memperhatikan : Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentangPembangunan Berkeadilan;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL TENTANGPEDOMAN PELAYANAN TERPADU DAN GERAKANMASYARAKAT PEDULI KABUPATEN/KOTASEJAHTERA.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 3: Kepmensos no. 50 tahun 2013

3

KESATU : Pedoman Pelayanan Terpadu dan GerakanMasyarakat Peduli Kabupaten/Kota Sejahterasebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusanini.

KEDUA : Pedoman pelayanan terpadu sebagaimana dimaksuddalam Diktum KESATU dibuat sebagai acuan dalampelaksanaan teknis kegiatan pelaksanaan programpelayanan terpadu dan gerakan masyarakat pedulikabupaten/kota sejahtera.

KETIGA : Pedoman sebagaimana dimaksud dalam DiktumKEDUA membangun kerja sama dalam pelaksanaan,pembinaan dan pengembangan program pelayananterpadu dan gerakan masyarakat pedulikabupaten/kota sejahtera yang berbasis pada :

a. terciptanya model pengembangan kebijakan,strategi dan program pelayanan terpadu dangerakan masyarakat peduli kabupaten/kotasejahtera; dan

b. terselenggaranya program pelayanan terpadudalam rangka menanggulangi masalahkemiskinan dan masalah sosial lainnya.

KEEMPAT : Pedoman sebagaimana dimaksud pada DiktumKESATU terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : KERANGKA KONSEPTUAL

BAB III

BAB IV

:

:

KEBIJAKAN, STRATEGI, DANKOMPONEN PROGRAM

TAHAPAN DAN JENIS KEGIATAN

BAB V : ORGANISASI PELAKSANAAN DANMEKANISME KERJA

BAB VI : PENGEMBANGAN SDM

BAB VII

BAB VIII

:

:

PENGENDALIAN

PENUTUP

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 4: Kepmensos no. 50 tahun 2013

4

KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggalditetapkan, dengan ketentuan apabila di kemudianhari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikansebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 1 Mei 2013

MENTERI SOSIALREPUBLIK INDONESIA,

TTD

SALIM SEGAF AL JUFRI

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth:1. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Sosial.2. Para Gubernur di Seluruh Indonesia.3. Para Pejabat Eselon II di lingkungan Kementerian Sosial.4. Para Kepala Dinas/Instansi Sosial di seluruh Indonesia.

Salinan sesuai dengan aslinyaKepala Pusat Kajian Hukum,

BHAKTI NUSANTORO, SHNIP.19590604 198403 1 002

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 5: Kepmensos no. 50 tahun 2013

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBerkembangnya masalah sosial akibat dari terbatasnya layanan

sosial dasar, tidak terpenuhinya hak dasar, krisis ekonomi, bencana alam,

dan konflik sosial; membutuhkan penanganan secara holistik dan

komprehensif. Jenis masalah sosial yang dimaksud dapat dikelompokkan,

antara lain: kemiskinan dan kerawanan sosial ekonomi; ketunaan sosial;

keterlantaran; kecacatan; keterpencilan/keterisolasian; kebencanaan dan

kedaruratan, serta kekerasan sosial ekonomi.

Dalam situasi tersebut, dibutuhkan pendekatan pekerjaan sosial

bagi individu, keluarga, kelompok dan komunitas, agar mereka memiliki

akses terhadap pelayanan sosial dasar dalam rangka mencapai taraf

kesejahteraan dan kualitas hidup yang memadai.

Pelayanan sosial bagi warga miskin/ tidak mampu dan mengalami

masalah sosial harus didukung dengan kebijakan dan program

pembangunan nasional bidang kesejahteraan sosial. Dalam hal ini

Kementerian Sosial sebagai bagian dari pemerintah pusat yang

mempunyai mandat dan tugas pokok serta fungsi di bidang pembangunan

kesejahteraan sosial. Tantangan terbesar adalah kemampuan pemerintah

melalui Kementerian Sosial dalam menangani masalah sosial dalam lima

tahun terakhir hanya menjangkau rata-rata sekitar 8-10% dari total

penyandang masalah kesejahteraan sosial sekitar 15,5 juta rumah tangga.

Oleh karena itu dukungan Pemerintah Daerah, khususnya Pemerintah

Kabupaten/kota menjadi penting.

Dalam situasi dan kondisi perkembangan permasalahan sosial dan

tuntutan publik terhadap kebijakan dan program pembangunan nasional

yang bertumpu pada keadilan untuk semua dan melindungi hak asasi

manusia, dibutuhkan perubahan paradigma dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 6: Kepmensos no. 50 tahun 2013

2

Selama ini penyelenggaraan kesejahteraan sosial masih bersifat

sektoral/ fragmentaris, jangkauan pelayanan sosial terbatas, merespon

masalah yang aktual secara reaktif, fokus pada pelayanan berbasis

institusi/ panti sosial serta belum adanya rencana strategis nasional. Atas

dasar itu maka ke depan harus diorientasikan pada; pelayanan sosial

terpadu dan berkelanjutan; menjangkau seluruh warga yang mengalami

masalah sosial; sistem dan program kesejahteraan sosial yang melembaga

dan profesional; mengedepankan peran dan tanggung jawab keluarga serta

masyarakat; dan yang terakhir berdasarkan RPJP, RPJMN, dan Renstra.

Berdasarkan kerangka kerja tersebut, maka untuk mengoptimalkan

kinerja penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial, maka Kementerian Sosial

menetapkan program/kegiatan prioritas sebagai pilot projek berupa

Pelayanan Terpadu dan Gerakan Masyarakat Peduli Kabupaten/Kota

Sejahtera (Pandu Gempita). Untuk mencapai sasaran strategis itu,

diperlukan koordinasi serta dukungan kerjasama Pemerintah Daerah,

utamanya Pemerintah Kabupaten/Kota. Berkenaan dengan maksud

tersebut, maka untuk membangun kesepahaman dan mengukuhkan

komitmen aksi bersama pada Tahun 2013 ini, dilakukan

penandatanganan kesepakatan bersama (MoU) dan Perjanjian Kerjasama

antara Kementerian Sosial RI dengan Pemerintah Kabupaten/Kota

terpilih.

Kebijakan strategis melalui MoU dan Perjanjian Kerjasama dalam

rangka mewujudkan keterpaduan program sangat diperlukan untuk

mengatasi berbagai keterbatasan yang dirasakan selama ini. Utamanya

untuk menjadikan Kabupaten/Kota yang ramah terhadap Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dengan menerapkan pelayanan satu

atap dalam pelayanan kesejahteraan sosial. Ketiadaan kebijakan

pelayanan kesejahteraan sosial yang terpadu saat ini, bagaimanapun

telah membatasi pemangku kepentingan untuk menyelaraskan berbagai

upaya mereka dalam menciptakan sebuah sistem pelayanan

kesejahteraan sosial yang berkelanjutan.

Berdasarkan gambaran yang terjadi dalam konteks pelayanan

kesejahteraan sosial dan kondisi yang menyertainya, terdapat

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 7: Kepmensos no. 50 tahun 2013

3

serangkaian masalah yang teridentifikasi. Secara kelembagaan

Pemerintah Daerah, khususnya Kabupaten/Kota masih belum

menjadikan penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagai program dan

kegiatan prioritas menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia, karena:

1. Pemahaman tentang pelayanan kesejahteraan sosial yang diposisikan

sebagai sektor pemerintah, bukan sebagai sistem pelayanan sosial bagi

masyarakat yang miskin, rentan atau menjadi penyandang masalah

kesejahteraan sosial agar terpenuhi hak-hak dasarnya.

2. Pembinaan/fasilitasi oleh Pemerintah (pusat) belum dilakukan secara

komprehensif, akibatnya partisipasi masih rendah.

3. Upaya pengawasan belum mampu memberikan keyakinan yang

memadai atas tercapainya tujuan penyelenggaraan kesejahteraan

sosial melalui kegiatan yang efektif dan efisien serta taat azas terhadap

peraturan perundang-undangan maupun ketentuan lain yang berlaku.

4. Pendampingan yang dilakukan belum mampu memperkuat dukungan,

membantu memecahkan masalah, memotivasi, memfasilitasi dan

menjembatani berbagai kebutuhan.

Fasilitasi oleh Pemerintah (pusat) sudah semenjak lama dijalankan

melalui berbagai program dan kegiatan. Namun upaya itu belum

membuahkan hasil yang memuaskan sebagaimana diinginkan bersama.

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kurang berhasilnya program

dan kegiatan tersebut. Salah satu faktor yang paling dominan adalah

kurangnya kesepahaman dan lemahnya komitmen aksi bersama,

sehingga menghambat daya kreativitas dan inovasi dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Sistem dan mekanisme tidak

berjalan efektif yang berimplikasi pada sulitnya koordinasi serta

menggalang dukungan.

Belajar dari pengalaman masa lalu, maka Pelayanan Terpadu dan

Gerakan Masyarakat Peduli Kabupaten/Kota Sejahtera (Pandu Gempita)

diharapkan dapat menjadi kebijakan strategis, sehingga secara nyata

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 8: Kepmensos no. 50 tahun 2013

4

mampu menstimulasi dan menggerakkan pilar-pilar partisipan sosial

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, pada

langkah awal Pandu Gempita sebagai pilot projek menjadi bagian dari

rangkaian kegiatan yang amat penting untuk dilakukan, guna

mewujudkan sistem kesejahteraan sosial nasional yang inovatif dan

kompetitif.

B. Dasar Hukum1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008;

2. Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial;

C. Pengertian

1. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah,

terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah

daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna

memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi

rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan

perlindungan sosial.

2. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak

dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan

fungsi sosialnya.

3. Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan

pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan

masyarakat.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 9: Kepmensos no. 50 tahun 2013

5

4. Perlindungan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk

mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan

sosial.

5. Pemberdayaan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk

menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai

daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

6. Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya

yang layak.

7. Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di

lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan

profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang

diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman

praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan

dan penanganan masalah sosial.

8. Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah seseorang yang dididik dan

dilatih secara profesional untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan

dan penanganan masalah sosial dan/atau seseorang yang bekerja,

baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang ruang lingkup

kegiatannya di bidang Kesejahteraan Sosial.

9. Relawan Sosial adalah seseorang dan/atau kelompok masyarakat,

baik yang berlatar belakang pekerjaan sosial maupun bukan berlatar

belakang pekerjaan sosial, tetapi melaksanakan kegiatan

penyelenggaraan di bidang sosial bukan di instansi sosial pemerintah

atas kehendak sendiri dengan atau tanpa imbalan.

10. Lembaga Kesejahteraan Sosial adalah organisasi sosial atau

perkumpulan sosial yang melaksanakan Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang

berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 10: Kepmensos no. 50 tahun 2013

6

11. Lembaga Kesejahteraan Sosial Asing adalah organisasi sosial atau

perkumpulan sosial yang didirikan menurut ketentuan hukum yang

sah dari negara dimana organisasi sosial atau perkumpulan sosial itu

didirikan, dan telah mendapatkan izin dari Pemerintah Republik

Indonesia untuk melaksanakan Penyelenggaraan Kesejahteraan

Sosial di Indonesia.

12. Standar Sarana dan Prasarana Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

adalah ukuran kelayakan yang harus dipenuhi secara minimum baik

mengenai kelengkapan kelembagaan, proses, maupun hasil

pelayanan sebagai alat dan penunjang utama dalam Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial.

D. Maksud dan Tujuan1. Maksud

Mensinergikan segenap potensi dan sumber daya dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial menuju Kabupaten/Kota

sejahtera.

2. TujuanMembangun kerjasama dalam pelaksanaan, pembinaan dan

pengembangan pelayanan terpadu dan gerakan masyarakat peduli

kabupaten/kota sejahtera yang terindikasi pada:

a. Terciptanya model pengembangan kebijakan, strategi dan program

kesejahteraan sosial menuju Kabupaten/Kota sejahtera;

b. Terselenggaranya pelayanan sosial secara terpadu dan gerakan

masyarakat peduli kabupaten/kota sejahtera dalam rangka

menanggulangi masalah kemiskinan dan masalah sosial lainnya.

E. Sasaran1. Terbangunnya model kebijakan, strategi dan program pelayanan

terpadu dan gerakan masyarakat peduli kabupaten/kota sejahtera,

melalui:

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 11: Kepmensos no. 50 tahun 2013

7

a. Pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia kesejahteraan

sosial;

b. Penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial;

c. Penyediaan data dan informasi kesejahteraan sosial; dan

d. Penyediaan sumber daya manusia kesejahteraan sosial dan

pengembangan profesi pekerjaan sosial

e. Pengembangan sistem sertifikasi sumber daya manusia

kesejahteraan sosial dan akreditasi lembaga kesejahteraan sosial

f. Bidang lainnya yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah.

2. Terselenggaranya pelayanan sosial secara terpadu dalam bentuk

pelayanan satu atap dalam rangka menanggulangi masalah

kemiskinan dan masalah sosial lainnya di bidang:

a. Pencegahan masalah sosial;

b. Pelayanan rehabilitasi sosial;

c. Pemberdayaan sosial;

d. Perlindungan sosial;

e. Jaminan sosial; dan

f. Bidang lainnya yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 12: Kepmensos no. 50 tahun 2013

8

BAB IIKERANGKA KONSEPTUAL

A. Analisis SituasiImplementasi pembangunan nasional, tidak terkecuali di bidang

kesejahteraan sosial yang relatif masih kurang memperhatikan prinsip

keseimbangan. Kondisi itu berdampak pada terciptanya kesenjangan

sosial maupun wilayah. Banyak peneliti yang sudah membuktikan bahwa

pembangunan semakin memperlebar kesenjangan antara si miskin dan

orang kaya serta kota dan desa. Disadari, bahwa negara berkembang

seperti lndonesia mengkonsentrasikan pembangunan ekonomi pada

sektor industri yang membutuhkan investasi relatif mahal untuk mengejar

pertumbuhan. Akibatnya, sektor lain seperti bidang kesejahteraan sosial

dikorbankan yang akhirnya pembangunan hanya dinikmati oleh kalangan

menengah-atas yang umumnya tinggal di perkotaan. Hal ini juga sesuai

dengan hipotesa Kuznets dalam Todaro (2000), yang menyatakan bahwa

pada tahap awal, pertumbuhan diikuti dengan pemerataan yang buruk

dan baru setelah masuk pada tahap pertumbuhan lanjut, pemerataan

semakin membaik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan

tersebut menurut Arndt (1988), antara lain karena perbedaan pendidikan,

ketersediaan lapangan pekerjaan, infrastruktur, investasi dan kebijakan.

Kemiskinan dan ketertinggalan itu merupakan akar dari

permasalahan sosial. Berkembangnya masalah sosial akibat dari

terbatasnya layanan sosial dasar, tidak terpenuhinya hak dasar, krisis

ekonomi, bencana alam, dan konflik sosial; membutuhkan penanganan

secara holistik dan komprehensif. Jenis masalah sosial yang dimaksud

dapat dikelompokkan, antara lain: kemiskinan dan kerawanan sosial

ekonomi; ketunaan sosial; keterlantaran; kecacatan;

keterpencilan/keterisolasian; kebencanaan dan kedaruratan, serta

kekerasan sosial ekonomi.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 13: Kepmensos no. 50 tahun 2013

9

Berkembangnya permasalahan sosial tersebut terindikasi dari masih

banyaknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), dengan

karakteristik antara lain:

1. Berpenghasilan hanya cukup untuk makan atau tingkat subsistensi.

2. Mempunyai tanggungan keluarga yang banyak.

3. Tinggal dalam rumah yang sempit dan tidak layak huni.

4. Berada dalam lingkungan dengan sumber daya yang terbatas/ belum

diolah.

5. Seringkali status tanahnya ilegal.

6. Sulit/tidak akses layanan sosial dasar baik bagi anaknya maupun

anggota keluarga lainnya karena tidak memiliki identitas penduduk

(KTP, Akte Kelahiran, Kartu Keluarga).

7. Terkena resiko sosial seperti terkena pembongkaran, penggusuran,

perlakuan diskriminasi.

8. Mengalami masalah sosial lainnya seperti migrasi ke kota, eksploitasi

seksual komersial, eksploitasi anak, perdagangan manusia, menjadi

tenaga kerja ilegal, dan lain-lain.

Fenomena tersebut terjadi karena secara struktural terjadi

permasalahan, seperti pembangunan dipusatkan di perkotaan bukan

diperdesaan, karena adanya faktor penarik (infrastruktur, lapangan kerja,

akses pasar, transportasi, dll) dan faktor pendorong (terbatas lapangan

kerja, kemiskinan kronis & budaya, dll), disparitas kesejahteraan antar

wilayah, anggaran belum berpihak pada yang miskin, baru berpihak pada

pekerjaan menengah ke atas dan berpihak pada pertumbuhan,

ketidakadilan secara sistematis dan program sektoral/ parsial.

Secara internal kondisi PMKS umumnya masih berada dalam

kondisi:

1.Fisik : cacat, kurang gizi, sakit-sakitan

2. Intelektual : kurangnya pengetahuan dan informasi

3. Mental emosional : malas, mudah menyerah, putus asa,

temperamental

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 14: Kepmensos no. 50 tahun 2013

10

4. Spiritual : kurang jujur, penipu, serakah, kurang

disiplin

5. Sosial psikologis : kurang motivasi, kurang percaya diri,

kurang relasi, kurang mampu mencari

dukungan

6. Keterampilan : tidak mempunyai keahlian yang sesuai

dengan permintaan lapangan kerja

7. Asset : tidak memiliki stok kekayaan dalam

bentuk tanah, rumah, tabungan,

kendaraan, dan modal kerja.

Adapun secara eksternal kondisi mereka dipengaruhi oleh beberapa

hal, yakni:

1. Budaya : Kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan

2. Pelayanan : Terbatasnya pelayanan sosial dasar

3. Perlindungan : Hak Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan

tanah.

4. Lapangan kerja : Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan

informal

5. Kebijakan modal : Perbankan tidak mendukung sektor usaha mikro.

6. Kondisi geografis : Sulit, tandus, terpencil, atau daerah bencana

7. Dampak sosial : Terpuruk akibat penyesuaian harga barang publik

(kenaikan BBM, listrik, air bersih, dll)

Pada kondisi seperti itu PKMS umumnya:

1. Tidak mampu memenuhi kebutuhan sandang, papan, pangan, air

bersih, kesehatan dasar, dan pendidikan dasar;

2. Tidak mampu melaksanakan tanggungjawab sebagai pencari nafkah,

sebagai orang tua, dan sebagai warga masyarakat dalam suatu

lingkungan komunitas;

3. Mereka juga tidak mampu mengatasi konflik kepribadian, stress,

kurang percaya diri, masalah keluarga, dan keterasingan dari

lingkungan;

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 15: Kepmensos no. 50 tahun 2013

11

4. Tidak memiliki keterampilan wirausaha, kurang keberanian memulai

bisnis, sulit membangun jaringan, terbatas akses informasi;

5. Kepemilikan tanah terbatas, tidak ada sarana prasarana produksi.

Oleh karena itu maka yang timbul adalah kerawanan sosial,

kehilangan prinsip keimanan, tindak kejahatan, pemicu terjadinya

disintegrasi sosial, menjadi beban sosial masyarakat dan pemerintah,

membutuhkan biaya pembangunan yang lebih besar dan

mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Disadari bahwa bagaimanapun kondisinya, dibalik banyaknya

permasalahan sosial yang tampak tersimpan potensi dan sistem sumber

kesejahteraan sosial, seperti tersedianya sumber daya manusia

kesejahteraan sosial, tanggung jawab sosial dari berbagai lembaga bisnis

dan masih banyak lagi lainnya.

B. Perubahan Paradigma Pembangunan Kesejahteraan SosialUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal

34 mengamanatkan Negara memelihara fakir miskin dan anak-anak yang

terlantar, mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan

martabat kemanusiaan, serta bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

pelayanan sosial yang layak yang diatur dengan undang-undang. Selain itu,

pada Pasal 28 H ayat (2) dinyatakan bahwa setiap orang berhak mendapat

kemudahan dan perlakukan khusus untuk memperoleh kesempatan dan

manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Pada sisi lain,

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

khususnya yang tertuang dalam Pasal 5 ayat (3) juga menyatakan bahwa

“setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak

memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenan dengan

kekhususannya”.

Untuk menjamin terpenuhinya hak sosial, dan untuk menghadapi

tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan sosial pada tingkat lokal,

nasional, dan global, maka perlu dilakukan pembaruan sistem kesejahteraan

sosial nasional secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Sistem

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 16: Kepmensos no. 50 tahun 2013

12

Kesejahteraan Sosial Nasional (SKSN) diarahkan untuk menjamin

terselenggaranya pelayanan kesejahteraan dan investasi sosial yang

berkualitas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kapabilitas, harkat,

martabat dan kualitas hidup manusia, mengembangkan prakarsa dan peran

aktif masyarakat, mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial,

mengembangkan sistem perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial,

serta memperkuat ketahanan sosial bagi setiap warga negara. SKSN yang

dimaksud dengan merujuk kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009

tentang Kesejahteraan Sosial disajikan dalam gambar berikut ini.

Sasaran:a. keluarga;b. anak;c. perempuan;d. lanjut usia;e. penyandang cacat;f. komunitas

Masalah sosial:a. miskin;b. telantar;c. cacat fisik dan mental;d. tuna sosial dan penyimpangan perilaku;e. terasing/terpencil;f. bencana alam dan sosial;g. tindak kekerasan;h. masalah sosial lainnya

Postensi Kesejahteraan Sosial:a. nilai kepahlawanan, kejuangan, dan

keperintisan;b. nilai kesetiakawanan sosial dan

kearifan lokal;c. tanggung jawab organisasi

sosial/lembaga swadaya masyarakatdan tanggung jawab profesi;

d. kesukarelawanan sosial/ tenagakesejahteraan sosial masyarakat;

e. tanggung jawab sosial dunia usaha;f. penggalangan dana sosial;g. ketersediaan sarana dan prasarana

pelayanan kesejahteraan sosial;h. sumbangan dan bantuan masyarakat;i. sumber daya manusia;j. sumber daya alam; dan .k. sumber kesejahteraan sosial lainnya

Sumber dayaa. SDMb. sarana dan prasaranac. pendanaand. organisasi profesie. lembaga kesosf. dunia usahag. masyarakat

Bidang kesejahteraan sosial:a. Kesejahteraan Keluargab. Kesejahteraan Anakc. Kesejahteraan Perempuand. Kesejahteraan Lanjut Usiae. Kesejahteraan Penyandang Cacatf. Kesejahteraan Tuna Sosial

(Gelandangan dan Pengemis, TunaSusila, Orang Terlantar dan KorbanTindak Kekerasan, PenyalahgunaNarkoba, Bekas Narapidana, Orangdengan HIV/AIDS (ODHA))

g. Kesejahteraan Korban Bencana danMusibah Sosial

h. Kesejahteraan KAT

Tujuan :a. meningkatkan aksesibilitas

terhadap pelayanan sosialdasar dan fasilitas pelayananpublik;

b. memulihkan kembali fungsisosial dalam rangka mencapaikemandirian;

c. meningkatkan tarafkesejahteraan, kualitas dankelangsungan hidup;

d. meningkatkan kemampuan,tanggung jawab dankepedulian masyarakat dalampelayanan kesejahteraansosial;

e. meningkatkan ketahanansosial keluarga danmasyarakat;

f. mencegah danmenanggulangi masalahkemiskinan, masalah sosialdan kerawanan sosialekonomi;

g. memberikan perlindungankepada anak-anak,perempuan, lanjut usia, dankelompok rentan lainnya darisituasi lingkungan yangburuk.

Pengelolaan:a. Metode profesionalb. Promosi dan penghargaanc. Pengawasan dan evaluasid. Akreditasi dan sertfikasie. Pendaftaran dan perijinan lembaga

kesejahteraan sosialf. Sanksi administratif dan pidana

Metode:a. menggunakan prinsip-prinsip

pekerjaan sosial;b. menggunakan metode pekerjaan

sosial dan metode lainnya yangrelevan;

b. memanfaatkan ilmu pengetahuandan teknologi tepat guna;

c. dilaksanakan oleh pekerja sosialbersama profesi lain;

d. dilaksanakan secara terpadu ;d. dalam wahana kelembagaan

Prinsip:a. kepentingan terbaik bagi

penerima layanan;b. partisipasic. kesetiakawanan sosial;d. profesionalisme;e. kemitraan, koordinasi dan

keterpaduan;f. transparansi dan akuntabilitas;g. berdayaguna dan berhasil

guna; danh. non diskriminasi.

Fungsi:PencegahanPemulihanPengembanganPemberdayaanPerlindunganPendukung

Gambar 2.1. Analisis Klasifikasi Sistem Kesejahteraan Sosial Nasional

Berdasarkan SKSN, agenda kebijakan yang terkait dengan tugas pokok

dan fungsi Badiklit Kesos meliputi :

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 17: Kepmensos no. 50 tahun 2013

13

1. Memastikan bahwa arah kebijakan kesejahteraan sosial merupakan

kebijakan yang berbasis pada bidang kesejahteraan sosial. Saat ini yang

terjadi masih berbasis pada fungsi kesejahteraan sosial, seperti yang

tercermin dalam Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial.

Dengan demikian diperlukan evaluasi kebijakan nasional yang

komprehensif, sehingga ada keselarasan antara pengaturan agenda

dengan fungsi Kementerian Sosial.

2. Memastikan bahwa strategi pembangunan kesejahteraan sosial merespon

sasaran, masalah dan pendayagunaan potensi kesejahteraan sosial

dengan mendayagunakan sumber daya dan pengelolaan yang berbasis

ilmu pengetahuan dan keterampilan serta sistem nilai pekerjaan sosial.

Dengan demikian diperlukan pengembangan sistem pekerjaan sosial

dalam SKSN.

3. Memastikan bahwa tujuan pembangunan kesejahteraan sosial dapat

dipantau dan diukur keberhasilannya. Dengan demikian diperlukan

penyediaan data dan informasi, serta penelitian evaluasi kebijakan yang

mampu memberikan sumbangan pemikiran yang bersifat mendasar,

profesional dan prospektif bagi pembaharuan kebijakan kesejahteraan

sosial.

4. Memastikan bahwa SKSN merupakan landasan dasar dalam

penanggulangan kemiskinan yang selama ini nampaknya masih

merupakan sistem yang belum terintegrasi dengan SKSN. Dengan

demikian strategi membangun link & match (mengkaitkan &

mencocokkan) bukan hanya untuk lingkungan kementerian sosial,

namun juga untuk lingkungan strategis nasional.

Secara umum respon negara untuk pemenuhan hak dasar warga negara

merupakan kewajiban negara, sedangkan agenda seting pemberdayaan

masyarakat merupakan tanggung jawab masyarakat itu sendiri, dan

pemerintah berperan sebagai fasilitator.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 18: Kepmensos no. 50 tahun 2013

14

Modifikasi schema Perlindungan SosialChu, Ke-yong & Sanjeev G, 1995Social Safety Nets, Issues andRecent Experiences(IMF, Washington)

SistemKesejahteraan SosialKewajiban

Negara

Tanggung JawabMasyarakat

Pelayanan Sosial DasarPemberdayaan Masyarakat-PNPM (P2KP & PPK)- CSR (Comdev)- NGO-BAZIS/ Dana Amal

Subsidi/Kompensasi- Social Safety Net

- UCT/ BLT

Jaminan Sosial &Perlindungan

Asistensi Sosial- PKSA (CCT)- PKH ( CCT))- BOS- RAskin- JSLU & JS ODK

Modal SosialAksesibilitas

PemberdayaanAsuransi Sosial- Asuransi Kesehatan- Askesos

Perlindungan Sosial- Pusat Rehabilitasi- Pusat layanan anak- Trauma Centre

Gambar 2.2. Analisis Klasfikasi Sistem Kesejahteraan Sosial Nasional

Berdasarkan hasil analisis situasi di atas, maka dipandang perlu

perubahan paradigma dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Dari

praktik yang selama ini masih bersifat:

1. Pelayanan sosial sektoral/ fragmentaris.

2. Jangkauan pelayanan sosial terbatas.

3. Merespon masalah yang aktual secara reaktif.

4. Fokus pada pelayanan berbasis institusi/ panti sosial.

5. Belum didasarkan perencanaan strategis nasional/daerah.

Menjadi penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang memiliki

karakteristik:

1. Pelayanan sosial terpadu dan berkelanjutan.

2. Menjangkau seluruh warga yang mengalami masalah sosial.

3. Sistem dan program kesejahteraan sosial yang melembaga dan

profesional.

4. Mengedepankan peran dan tanggung jawab keluarga dan masyarakat.

5. Berdasarkan RPJMN/ RPJMD dan Perencanaan Strategis Nasional/

Daerah.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 19: Kepmensos no. 50 tahun 2013

15

Tugas dan fungsi Kementerian Sosial dan Instansi Sosial/ Dinas Sosial

melakukan langkah-langkah strategis dalam penyelenggaraan kesejahteraan

sosial, yang meliputi upaya pencegahan, rehabilitasi/ remedial,

pemberdayaan, perlindungan da jaminan sosial. Dalam pelaksanaan tugas

dan fungsi tersebut diperlukan sistem pendukung yang mampu

meningkatkan efektivitas, efisiensi dan kelangsungan penyelenggaraan

kesejahteraan sosial. Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial

memiliki tugas dan fungsi sebagai bagian dari sistem pendukung dan

sekaligus memastikan bahwa koordinasi/sinergi antar fungsi pelayanan

kesejahteraan sosial dapat berlangsung efektif. Hal ini menjadi strategi link

& match (mengkaitkan&mencocokkan) jangka pendek dan jangka menengah,

karena SOTK Unit Kerja Eselon I (UKE I) dibangun berdasarkan fungsi

kesejahteraan sosial, belum berdasarkan bidang kesejahteraan sosial.

Dalam keadaan sekarang ini, maka tantangan bagi Badiklit Kesos

bagaimana membangun link & match (mengkaitkan&mencocokkan) dengan

tugas dan fungsi Uke I yang lain, serta bagaimana memastikan bahwa

adanya hubungan sinergi antar tugas dan fungsi Uke I. Hal ini didasarkan

bahwa penanganan masalah sosial umumnya tidak dapat direspon dengan

hanya satu pendekatan, misal melalui rehabilitasi sosial, namun setiap

individu/keluarga atau komunitas membutuhkan pelayanan rehabilitasi

sosial, pemberdayaan, perlindungan dan jaminan sosial secara terpadu dan

berkelanjutan. Oleh karena itu, dengan ditetapkannya Peraturan Menteri

Sosial Nomor 03/HUK/2012 tentang Fungsi Balai Besar Pendidikan dan

Pelatihan Kesejahteraan Sosial (B2P2KS) yang tersebar di 6 (enam) wilayah

regional sebagai Koordinator Wilayah Pembangunan Kesejahteraan Sosial di

6 (enam) wilayah regional menjadi sangat strategis untuk mencapai tujuan

pembangunan kesejahteraan sosial.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 20: Kepmensos no. 50 tahun 2013

16

Perumahan

Pangan

Kesehatan

Pendidikan

Air bersih & sanitasi lingkungan

Lapangan kerja

Kebutuhan dasar lainnya

Disfungsisosial

Hambatanfisik,pengetahuan,keterampilan,mental/ sosialpsikologis,budaya,ge ografis

AKSESIBILITAS

PELAYANAN

Individu/perseorangan,keluarga,komunitas

TUGAS POKOKDAN FUNGSI

KEMENTERIANSOSIAL &

INSTANSI SOSIALDI DAERAH

FUNGSI PENCEGAHAN

FUNGSI PENDUKUNG/ KOORDINASI

FUNGSI REMEDIAL/ REHABILITASI

FUNGSI PENGEMBANGAN/ PEMBERDAYAAN

FUNGSI PERLINDUNGAN HAM

KUALITAS

HIDUP

&KESEJAHTERAN

Gambar 2.3. Analisis Klasifikasi Tugas Pokok dan FungsiKementerian Sosial & Dinas Sosial

Paradigma baru dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat

didasarkan kepada regulasi dan kerangka kebijakan yang kontinum dari

pelaksanaan kebijakan utama yang bersifat universal, kebijakan sekunder

yang memprioritaskan target sasaran yang beresiko terancam

kesejahteraannya sampai dengan kebijakan tertier yang memfokuskan

kepada indidu yang mengalami masalah sosial.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 21: Kepmensos no. 50 tahun 2013

17

Dukungan KeluargaIntensifPelayanan AlternatifKeluargaDukungan KeluargaIntervensi Dini

Sekunder(Target)Utama(Universal) Tertier(Individu)LayananPerlindungan

Regulasi dan Kerangka Kebijakan

Intensitas Resiko

Pendidikan,InformasiSensitisasi

Penelitian dan Analisis

TingkatPencegahan

KontinumPelayanan

TingkatResiko

Kapasitas Kelembagaan

Gambar 2.4. Analisis Klasifikasi Sistem Kesejahteraan Sosial BerbasisKeluarga dan Komunitas (Sumber : Unicef,

2010)

Tingkat pencegahan utama (primer) berupa pendidikan masyarakat,

penyebarluasan informasi dan peningkatan sesitisasi/kesadaran pihak-pihak

yang terkait tentang kesejahteraan masyarakat, sedangkan tingkat

pencegahan sekunder berupa penguatan/dukungan tanggung jawab

keluarga dalam peningkatan kesejahteraan sosial dan intervensi dini dalam

pencegahan masalah sosial. Adapun tingkat pencegahan tertier adalah

pemberian pelayanan kesejahteraan dan perlindungan sosial kepada

individu/ keluarga yang mengalami masalah kemiskinan, keterlantaran,

kecacatan, korban kekerasan, korban eksploitasi dan diskriminasi melalui

lembaga kesejahteraan sosial/ pusat rehabilitasi sosial dengan tetap

terintegrasi dengan pelayanan yang memberikan dukungan intensif terhadap

keluarganya dan pelayanan alternatif yang berbasis keluarga.

Berbeda dengan paradigma lama, individu/ keluarga yang mengalami

masalah sosial solusinya difokuskan untuk ditangani di panti sosial sebagai

alternatif penanganan di luar keluarganya. Paradigma baru akan difokuskan

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 22: Kepmensos no. 50 tahun 2013

18

upaya yang intensif berupa dukungan terhadap keluarga agar individu yang

mengalami masalah sosial (misal anak terlantar, lanjut usia terlantar, orang

dengan kecacatan, gelandangan dan pengemis, dll) memperoleh hak-hak

dasarnya. Jika keluarganya mengalami masalah sosial sehingga dinilai tidak

mampu menanganinya, harus diupayakan penguatan dan bantuan terhadap

orang tua/keluarganya, sehingga individu yang mengalami masalah sosial

tetap dapat terpenuhi hak-hak dasarnya. Jika telah diberikan dukungan

terhadap orang tua/ keluarga secara intensif, namun individu yang

mengalami masalah sosial tetap membutuhkan penanganan di luar

keluarganya, maka akan diutamakan penanganan yang berbasis keluarga

lainnya, seperti: melalui keluarga kerabat, orang tua/ keluarga pengganti,

perwalian. Khusus untuk kelompok sasaran anak bisa juga melalui

pengangkatan anak. Semua upaya dimaksud didasarkan pada prinsip bahwa

lingkungan yang terbaik agar seseorang dalam keadaan mengalami masalah

sosial dapat kembali pulih fungsi sosialnya secara maksimal adalah dalam

lingkungan keluarga. Dengan demikian pelayanan kesejahteraan sosial

berbasis Institusi/ Panti Asuhan adalah alternatif terakhir, jika penanganan

berbasis keluarga benar-benar tidak dapat dilakukan.

Untuk mendukung perubahan paradigma pembangunan kesejahteraan

sosial yang berbasis kepada keluarga dan komunitas, maka Badiklit Kesos

mengoptimalkan peran Balai Besar Penelitian Pengembangan Pelayanan

Kesejahteraan Sosial di Jogyakarta. Arah kebijakan penelitian yang akan

dikembangkan dalam bentuk penelitian pengembangan model pelayanan

kesejahteraan sosial berbasis keluarga dan komunitas dalam kerangka

pengembangan program kesejahteraan sosial secara terpadu.

C. Pendekatan Sistem dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan SosialTerpadu

Metode pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian

persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya

sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi

dari sistem yang dianggap efektif (Eriyatno 1999). Dalam pelaksanaan

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 23: Kepmensos no. 50 tahun 2013

19

metode pendekatan sistem diperlukan tahapan kerja yang sistematis

(Hartrisari, 2001). Sistem itu sendiri dipahami sebagai “pengorganisasian

dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling menggantungkan diri

antara yang satu dengan yang lain dan membentuk satu kesatuan”

(Koeswadji, 1993). Pengertian sistem ini digunakan sebagai kerangka berpikir

karena dalam pembentukan peraturan daerah terkait dengan beberapa

organisasi pemerintah seperti Kepala Daerah termasuk didalamnya Dinas-

dinas Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang harus

diorganisasikan sehingga membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan

yakni terbentuknya peraturan daerah. Sistem merupakan suatu entitas atau

suatu konsep yang merupakan himpunan dari bagian-bagian yang saling

berkaitan, dipadukan kedalam suatu kesatuan yang bulat dan utuh, untuk

“melakukan kegiatan transformasi atau proses merubah masukan menjadi

keluaran dan dalam batas lingkup berdasarkan ruang dan waktu tertentu,

berinteraksi dengan lingkungan dan dikendalikan oleh mekanisme kontrol

yang mengerahkannya kepada pencapaian sasaran dan tujuan bersama”

(Koeswadji, 1998 ).

Dalam konsep ini, sasaran-sasaran yang merupakan bagian dari

tujuan juga dimasukkan ke dalam konsep sistem. Oleh karena itu, lembaga

pemerintah yang terlibat dalam pembentukan peraturan daerah sebaiknya

memperhatikan pula sasaran-sasaran yang ingin dicapai sehubungan

dengan peraturan daerah yang dibentuknya.

Setelah terbentuknya suatu peraturan daerah diharapkan agar Kepala

Daerah bersama dengan dinas-dinasnya melaksanakannya dengan penuh

kepatuhan dan penuh rasa memiliki dan tanggung jawab yang mana

perasaan ini timbul karena adanya penerapan kebulatan secara menyeluruh

dalam proses terbentuknya peraturan daerah. Dalam suatu keseluruhan

yang bulat dan utuh tercermin adanya saling hubungan dan saling

ketergantungan antara Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Kepala Daerah

beserta Dinas-dinasnya sehingga hubungan ini tidak saja terjadi secara

horizontal tetapi juga vertikal. Dengan demikian “dari sudut pendekatan

sistem hubungan itu tidak semata-mata ‘otoritatif’ seperti pandangan klasik,

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 24: Kepmensos no. 50 tahun 2013

20

melainkan hubungan itu terjadi secara menyeluruh dari satu bagian ke

bagian lai” (Amirin, 1996).

Belajar dari pengalaman masa lalu, maka Pelayanan Terpadu

diharapkan dapat menjadi kebijakan yang strategis, sehingga secara nyata

mampu menstimuli dan menggerakkan pilar-pilar partisipan sosial dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial menuju terwujudnya kota atau

kabupaten/kota sejahtera.

Terkait dengan upaya mewujudkan pelayanan terpadu diperlukan suatu

kebijakan strategis yang tujuan utamanya adalah menjadikan

Kota/Kabupaten yang ramah terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial (PMKS) dengan menerapkan “Pelayanan Satu Atap” dalam sistem

pelayanan kesejahteraan sosial. Kalau mengikuti cara biasa memerlukan

waktu lama untuk mengatasi masalah sosial yang ada, mengingat tidak ada

daerah yang tidak punya masalah sosial. Oleh karena itu pelayanan satu

atap ini menjadi solusi terbaik saat ini semua masalah akan terselesaikan di

tempat, seperti layanan anak terlantar, lansia terlantar, dan masalah

keluarga lainnya.

PELAYANAN TERPADU DAN GERAKAN MASYARAKATPEDULI KABUPATEN/KOTA SEJAHTERA (PANDU GEMPITA)

DI DAERAH KOTA/KAB. TERTINGGAL, BERKEMBANG DAN MAJU

Data Dasar& Peta

MasalahSosial

Basis DataTerpadu

Komitmen Pemda, Perguruan Tinggi &Penggalangan CSR

PelayananSatu Atap

Prakondisi Masyarakat

Penyiapan Pendamping& Assesment

PROGRAMPENCEGAHAN

MASOS

REHABSOS

PERLINDUNGAN

JAMINAN SOSIAL

PEMBERDAYAANSOSIAL

PENANGGKEMISKINAN

LAYANAN SOSIALDASAR

KOTA/KABSEJAH-TERA

KerjasamaLintas Sektor

KerjasamaDunia Usaha

& LKS

Gambar 2.5. Pelayanan Terpadu dan Gerakan Masyarakat PeduliKabupaten/Kota Sejahtera (Pandu Gempita)

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 25: Kepmensos no. 50 tahun 2013

21

Ketiadaan kebijakan pelayanan kesejahteraan sosial yang terpadu dan

berbasis pendekatan sistem sampai saat ini, tampaknya membatasi para

pemangku kepentingan untuk menyelaraskan berbagai upaya dalam

menciptakan sebuah sistem penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang

berkelanjutan. Dalam konteks pelayanan kesejahteraan sosial yang ada saat

ini, teridentifikasi berbagai persoalan: secara kelembagaan Pemerintah

Daerah, khususnya kabupaten/kota masih belum menjadikan

penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagai program dan kegiatan prioritas

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Hal ini disebabkan karena: 1) Pembinaan/fasilitasi oleh

Pemerintah (pusat) belum dilakukan secara komprehensif, akibatnya

partisipasi masih rendah; 2) Upaya pengawasan belum mampu memberikan

keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan penyelenggaraan

kesejahteraan sosial melalui kegiatan yang efektif dan efisien serta taat asas

terhadap peraturan perundang-undangan maupun ketentuan lain yang

berlaku; dan 3) Pendampingan yang dilakukan belum mampu memperkuat

dukungan, membantu memecahkan masalah, memotivasi, memfasilitasi dan

menjembatani berbagai kebutuhan.

Pembangunan kota lebih diarahkan untuk mengembangkan kota tidak

saja sebagai pendorong pertumbuhan nasional dan regional, namun juga

kota sebagai tempat tinggal yang berorientasi pada kebutuhan penduduk

kota untuk hidup secara nyaman dan berkelanjutan. Menurut Menteri

Sosial, kabupaten/kota yang dimaksud adalah kabupaten/kota sejahtera

yang merupakan daerah yang ramah terhadap anak, penyandang cacat,

orang lanjut usia, serta ramah pada pelayanan publik. Di daerah yang

dijadikan contoh kota sejahtera itu, di dalamnya ada dinas-dinas yang

melayani kesejahteraan masyarakat berada di bawah satu atap,misalnya

dinas tenaga kerja, dinas kesehatan, dinas pendidikan, dan dinas sosial.

Selain itu, di gedung tersebut juga ada relawan-relawan yang siap

membantu warga untuk mendapatkan pelayanan dasar lainnya.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 26: Kepmensos no. 50 tahun 2013

22

D. Pelayanan Kesejahteraan Sosial

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan dan PelayananKesejahteraan Sosial

Memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat (publik)

merupakan hal penting yang mempengaruhi kinerja kompetitif, kualitas dan

produktivitas suatu organisasi pemerintahan. Albrecht dalam Lovelock (1999)

mendefinisikan pelayanan sebagai “…pendekatan organisasi total yang

membuat kualitas layanan seperti yang dipersepsikan oleh nasabah, kekuatan

penggerak nomor satu untuk operasi bisnis”. Pelayanan merupakan suatu

pendekatan organisasi total yang menjadi kualitas pelayanan yang diterima

pengguna jasa sebagai kekuatan penggerak utama yang menjadi tugas

organisasi.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN Nomor

81 Tahun 1993) tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum,

mengemukakan bahwa pelayanan umum (publik) adalah segala bentuk

kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di

Pusat di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah

dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan

kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Dalam pengertian pelayanan masyarakat

tersebut secara kongkrit mengandung beberapa hal, yaitu; pertama, bahwa

pelayanan sosial itu merupakan salah satu tugas utama pemerintah. Kedua,

objek yang dilayani adalah masyarakat, dan ketiga, bentuk layanan itu

berupa barang dan jasa yang sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan

masyarakat serta peraturan perundang-undangan.

Masyarakat adalah himpunan sekelompok anggota yang mempunyai

ikatan sosial, ekonomi, tujuan, cita-cita tertentu. Dalam kehidupan

bermasyarakat ada kepentingan individu atau golongan dan kepentingan

bersama (umum atau publik). Kepentingan umum merupakan himpunan

kepentingan pribadi yang sama dari suatu masyarakat dalam suatu wilayah

(negara). Dengan demikian, pelayanan masyarakat dapat diartikan sebagai

suatu proses pemenuhan kebutuhan masyarakat terutama yang berkaitan

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 27: Kepmensos no. 50 tahun 2013

23

dengan kepentingan umum dan kepentingan golongan atau individu dalam

bentuk barang dan jasa (Sianipar, 1999). Hakekat pelayanan sosial, adalah:

a. meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsiinstansi pemerintah di bidang pelayanan sosial;

b. mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan,sehingga pelayanan sosial dapat diselenggarakan secara lebih berdayaguna dan berhasil guna; dan

c. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta masyarakatdalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.

Pelayanan sosial dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu

yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar dan

terjangkau. Pelayanan sosial harus mengandung unsur-unsur sebagai

berikut:

a. Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan sosialharus jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak;

b. Pengaturan bentuk pelayanan sosial harus disesuaikan dengan kondisikebutuhan dan kemampuan masyarakat berdasarkan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegangpada efisiensi dan efektivitas;

c. Mutu proses dan hasil pelayanan sosial harus diupayakan agar dapatmemberi keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukumyang dapat dipertanggungjawabkan; dan

d. Apabila pelayanan sosial yang diselenggarakan oleh instansi pemerintahterpaksa harus mahal, maka instansi pemerintah yang bersangkutanberkewajiban memberi peluang kepada masyarakat untuk ikutmenyelenggarakannya sesuai peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Pembangunan kesejahteraan sosial adalah serangkaian aktivitas yang

terencana dan melembaga yang ditujukan untuk meningkatkan standar dan

kualitas kehidupan manusia. Menurut Suharto (2009) “.... ‘welfare’

(kesejahteraan) secara konseptual mencakup segenap proses dan aktivitas

mensejahterakan warga negara dan menerangkan sistem pelayanan sosial

dan skema perlindungan sosial bagi kelompok yang tidak beruntung”. Hal

tersebut menunjukkan bahwa pembangunan kesejahteraan sosial pada

hakekatnya untuk mengatasi masalah sosial dan memenuhi kebutuhan

manusia melalui pendekatan pelayanan kesejahteraan sosial.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 28: Kepmensos no. 50 tahun 2013

24

Pelayanan kesejahteraan sosial dapat diterapkan untuk percepatan

pengentasan kemiskinan di daerah tertinggal maupun diperkotaan yang

rawan masalah sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial dilaksanakan dengan

mengintegrasikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada penyandang

masalah sosial dengan berdasarkan kepada potensi dan sumber

kesejahteraan sosial dengan menerapkan prinsip berbasis

komunitas/masyarakat, dengan menggunakan model pelayanan

kesejahteraan sosial rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial,

dan pemberdayaan sosial.

Pelayanan kesejahteraan sosial merupakan suatu upaya yang terarah,

terpadu dan berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan sosial dan

memenuhi kebutuhan penyandang masalah kesejahteraan sosial sebagai

suatu program yang dihubungkan langsung dengan kesejahteraan sosial.

Johnsosn (1986) mengemukakan tentang pelayanan sosial sebagai berikut:

Pelayanan sosial adalah konsep terbaru untuk analisis. Pelayanan sosialdidefinisikan disini sebagai program-program atau ukuran kerja pekerjasosial atau profesional-profesional terkait dan dihubungkan langsungdengan tujuan kesejahteraan sosial. Pekerja sosial bertugas dalambanyak hal yang berbeda: di pelayanan koreksional, pekerja sosialmungkin saja bekerja sebagai pegawai probasi, dalam pelayanan sosialkeluarga, sebagai konselor pernikahan; dalam bidang lansia, pekerjasosial mungkin bekerja sebagai perencana program, seorang advokatatau seorang pengorganisasi).

Pada sisi lain, Khan (1979) mengemukakan bahwa “Pelayanan

pekerjaan sosial mungkin saja adalah suatu hal yang merupakan pelayanan

sosial dimana pekerja sosial memiliki peran sentral”.

Kedua definisi tersebut menyebutkan bahwa pelayanan sosial

merupakan program kerja dari pekerja sosial secara profesional, dimana

pekerja sosial mempunyai peran sentral dalam menyelesaikan permasalahan

yang terjadi. Pelayanan sosial merupakan aktivitas yang terorganisir yang

bertujuan untuk menolong orang-orang agar terdapat suatu penyesuaian

secara timbal balik dengan lingkungannya.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 29: Kepmensos no. 50 tahun 2013

25

2.Jenis Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Pelayanan kesejahteraan sosial merupakan implementasi dari

penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan

taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup melalui rehabilitasi

sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial. Siporin

(1975), menyebutkan bahwa:

Layanan sosial bisa dalam beberapa bentuk, sesuai dengan fungsinya:a. Layanan akses: Informasi, referal, advokasi, dan pastisipasi (seperti

di kantor bulu merah, kelompok hak kesejahteraan)b. Therapy, pertolongan, rehabilitasi, termasuk perlindungan sosial dan

perawatan pengganti( seperti dalam instansi-instansi konseling,kesejahteraan anak, sekolah dan pekerjaan sosial medis, programpemasyarakatan, perawatan pelindung untuk lanjut usia)

c. Sosialisasi dan perkembangan layanan (seperti dalam penitipansiang hari, keluarga berencana, pusat komunitas, programpendidikan hidup keluarga).

Berdasarkan pendapat tersebut, pelayanan sosial memiliki beberapa

bentuk berdasarkan pada fungsinya, yaitu; pertama, pelayanan akkses,

informasi, rujukan, advokasi, dan partisipasi. Kedua, terapi, pertolongan,

rehabilitasi, termasuk perlindungan sosial dan perawatan pengganti; dan

ketiga, pelayanan sosialisasi dan pengembangan sebagaimana di penitipan

anak, perencanaan keluarga, pusat pelayanan komunitas, program

pendidikan kehidupan keluarga.

Fungsi dari pelayanan kesejahteraan sosial adalah sebagai pelayanan

akses kepada sumber-sumber yang dapat digunakan untuk penyelesaian

penyelesaian permasalahan; rehabilitasi sosial termasuk didalamnya

perlindungan sosial, jaminan sosial; serta pemberdayaan sosial. Cakupan

pelayanan kesejahteraan sosial meliputi bidang yang sangat luas, seperti

bidang bantuan sosial, pelayanan kesehatan, perumahan, ketenaga kerjaan,

pemeliharaan pendapatan, bantuan makanan dan lain sebagainya.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 30: Kepmensos no. 50 tahun 2013

26

Pelayanan kesejahteraan sosial memiliki tujuan utama memperbaiki dan

mengembangkan kepribadian dan sistem sosial dari masyarakat. Hal ini pada

hakekatnya untuk mengembangkan, memelihara, dan memperkuat sistem

kesejahteraan sosial. Sasaran dari pelayanan kesejahteraan sosial adalah

orang-orang yang mengalami permasalahan sosial, seperti yang dikemukakan

oleh Brenda & Milley (2005) sebagai berikut:

Bantuan umum seringkali melayani kelompok populasi khusus, seperti

orang yang kurang mampu atau tidak memiliki rumah, miskin sementara,

dan orang dengan retardasi mental, kecatatan pertumbuhan, atau penyakit

mental kronis. Juga, beberapa lokalitas mengakses pajak khusus untuk

rumah perawatan, program-program pelayanan kepemudaan, dan pelayanan

kesehatan publik. Keadaan akhir-akhir ini dalam partisipasi komunitas

telah meningkatkan tanggungjawab lokal untuk membuat keputusan

mengenai dana distribusi yang menghubungkan komunitas lokal dari

regional, negara dan sumber-sumber nasional.

Pelayanan kesejahteraan sosial pada hakekatnya untuk mengatasi

masalah sosial yang ada di masyarakat, sehingga dapat meningkatkan taraf

kesejahteraan masyarakat tersebut. Ruang lingkup pelayanan kesejahteraan

sosial meliputi asuransi sosial, bantuan pelayanan untuk umum, dan

program perumahan serta makanan, seperti yang dikemukakan Johnson

(1986) berikut ini:

a. Asuransi Sosial: Jaminan Sosial, Layanan Kesehatan, AsuransiPengangguran, Kompensasi Pekerja;

b. Bantuan Umum: Jaminan Penghasilan Tambahan, Bantuan Medis,Bantuan Umum, Bantuan Veteran; dan

c. Program Makanan dan Perumahan: Kupon Makanan, ProgramMakanan Lainnya, Perumahan.

Pelayanan kesejahteraan sosial merupakan bentuk bantuan yang

pengimplentasiannya berupa asuransi sosial, bantuan untuk umum sebagai

jaring pengamanan sosial serta program perumahan dan makanan.

Pelayanan sosial mempunyai beberapa tipe dan klasifikasi dari fungsi

pelayanan sosial. Menurut Titmuss (1971) bahwa “.... fungsi nyata dari

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 31: Kepmensos no. 50 tahun 2013

27

pelayanan sosial dari perspektif masyarakat, daftar berikut ini, yang telah kita

diparafrasekan, ulang, dan diilustrasikan:

a. Jasa atau manfaat yang dirancang untuk menambah kesejahteraanindividu, keluarga, atau kelompok, segera, atau dalam jangka panjang(program penitipan);

b. Jasa atau manfaat yang dirancang untuk melindungi masyarakat(percobaan);

c. Jasa atau manfaat yang dirancang sebagai investasi pada orangpenting untuk prestasi gals sosial (program tenaga kerja);dan

d. Jasa atau manfaat dirancang "sebagai kompensasi atas tidakanmerugikan yang disebabkan sosial" di mana tanggung jawab tidakdapat dinyatakan ditugaskan (kompensasi kecelakaan industri,program kompensasi di mana telah terjadi diskriminasi rasial).

Fungsi pelayanan kesejahteraan sosial merupakan program untuk

meningkatkan kesejahteraan sosial dan untuk melindungi masyarakat yang

merupakan modal bagi pencapaian tujuan kesejahteraan sosial. Klasifikasi

pelayanan sosial dapat digambarkan sebagai fungsi dari sosialisasi,

rehabilitasi sosial, perlindungan sosial serta akses informasi, seperti yang

dikemukakan Khan (1975) bahwa “... klasifikasi berikut yang merupakan

fungsi pelayanan sosial (yang digambarkan di bawah) adalah membantu dan

akan digunakan dalam buku ini: (a) sosialisasi dan pengembangan; (b) terapi,

bantuan, dan rehabilitasi (termasuk perlindungan sosial dan perawatan

pengganti, dan (c ) akses, informasi, dan saran.”

Fungsi pelayanan kesejahteraan sosial merupakan fungsi untuk

sosialisasi dan pengembangan, rehabilitasi, perlindungan sosial serta akses,

informasi, yang ditujukan untuk penyelesaian permasalahan-permasalahan

sosial yang ada di masyarakat sehingga dapat mensejahterakan masyarakat.

Secara umum bidang-bidang pelayanan kesejahteraan sosial meliputi:

Rehabilitasi Sosial, Perlindungan Sosial, Jaminan Sosial dan Pemberdayaan

Sosial (Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial).

a. Rehabilitasi SosialRehabilitasi sosial merupakan proses refungsionalisasi dan

pengembangan yang digunakan pada pengembangan kabupaten tertinggal.

Definisi rehabilitasi sosial menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 32: Kepmensos no. 50 tahun 2013

28

tentang Kesejahteraan Sosial, Pasal 1 menyebutkan: Rehabilitasi sosial

adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan

seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam

kehidupan masyarakat.

Rehabilitasi sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan

yang memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya

secara wajar.

Rehabilitasi sosial pada dasarnya adalah untuk memulihkan dan

mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial

agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Rehabilitasi sosial

dapat dilaksanakan secara persuasi, motivatif, koersif, baik dalam keluarga,

masyarakat maupun panti. Menurut Brown & Hughson (dalam Aritonang,

2001), model rehabilitasi harus merupakan proses menyeluruh, dan melihat

seluruh sistem berkaitan dengan fungsi individu dan dalam beberapa kasus

memerlukan teknik rehabilitasi berkaitan dengan vokasional, waktu luang,

sosial dan aspek gaya kehidupan. Model pelayanan rehabitasi memberikan

kesempatan untuk menanyakan apa jenis program selanjutnya yang

mungkin akan dikembangkan. Model pelayanan rehabilitasi menunjukkan

bidang-bidang kompleksitas yang lebih luas, keterlibatan masyarakat yang

lebh besar. Model pelayanan rehabilitasi yang terintegrasi, harus menjamin

pelayanan yang konsisten, serta harus memahami tujuan umum dan

program.

Pelayanan sosial untuk terapi, pertolongan rehabilitasi dan

perlindungan sosial melputi: (1) layanan keluarga dan bimbingan

perseorangan/ kerja kasus; (2) program kesejahteraan anak, utamanya anak

asuh dan adopsi; (3) pekerjaan percobaan dan pembebasan bersyarat; (4)

terapi kelompok; (5) kunjungan bersahabat untuk orang dengan kecacatan;

kecatatan parsial tapi masih bisa beraktivitas normal atau lansia; (6)

perkemahan terapeutik; (7) intitusi untuk menangani penjahat; (8) institusi

bagi anak yang memerlukan pengawasan; (9) pekerjaan sosial sekolah

dengan anak yang bermasalah atau sangat bermasalah; (10) pekerjaan sosial

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 33: Kepmensos no. 50 tahun 2013

29

medis; (11) program bimbingan anak; dan (12) pelayanan perlindungan bagi

lansia.

b. Perlindungan Sosial

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,

Pasal 1 menyebutkan bahwa perlindungan sosial adalah semua upaya yang

diarahkan untuk mencegah dan menangani risiko dan guncangan dari

kerentanan sosial. Perlindungan sosial pada hakekatnya adalah untuk

mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial

seseorang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat agar kelangsungan

hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.

Perlindungan sosial dapat dilkukan melalui: bantuan sosial, advokasi sosial,

dan/atau bantuan hukum.

c. Jaminan SosialUndang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,

Pasal 1 menyebutkan bahwa jaminan sosial adalah skema yang melembaga

untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar

hidupnya yang layak. Menurut Thomson (2004), “Hal ini berpendapat bahwa

tidak seorangpun dalam masyarakat yang beradab harus berada dalam posisi

dimana mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup”. Uraian

tersebut menyebutkan bahwa masyarakat yang beradab, tidak boleh ada

seorang pun yang berada dalam posisi tidak mampu memenuhi kehidupan

dasarnya. Hal tersebut seperti yang dikemukakan Suharto (2009), bahwa

jaminan sosial menunjuk pada sistem atau skema pemberian tunjangan yang

menyangkut pemeliharaan penghasilan.

Sebagai pelayanan sosial publik, jaminan sosial merupakan perangkat

negara yang didesain untuk menjamin bahwa setiap orang sekurang-

kurangnya memiliki pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan dasarnya. Jaminan sosial diperuntukkan dalam rangka menjamin

fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang

cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 34: Kepmensos no. 50 tahun 2013

30

kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial ekonomi agar

kebutuhan dasarnya terpenuhi, menghargai pejuang, perintis kemerdekaan,

dan keluarga pahlawan atas jasa-jasanya. Jaminan sosial diberikan dalam

bentuk asuransi kesjahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutan.

d. Pemberdayaan SosialUndang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,

Pasal 1 menyebutkan bahwa pemberdayaan sosial adalah semua upaya yang

diarahkan untuk menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial

mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

Menurut Payne (1997: 266) pada intinya pemberdayaan adalah: “Membantu

klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan

tindakan yang akan ia lakukan yag terkait dengan diri mereka, termasuk

mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.

Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri

untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya

dari lingkungannya”.

Hakekat pemberdayaan adalah kemampuan menentukan keputusan

dalam menentukan pilihannya sendiri, sehingga mandiri dan meningkatkan

segala permasalahan yang dihadapi untuk kehidupan yang lebih sejahtera.

Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Biestek yaitu menentukan diri sendiri

dan Shardlow (1998) : “Seperti definisi pemberdayaan terpusat tentang

orang-orang yang mengambil kendali atas kehidupan mereka sendiri dan

memiliki kekuatan untuk membentuk masa depan mereka sendiri”. Uraian

tersebut menyebutkan bahwa pemberdayaan pada intinya membahas

bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol

kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa

depan sesuai dengan keinginan mereka).

Pemberdayaan sosial adalah untuk memberdayakan seseorang,

keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan

sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Pemberdayaan

sosial dapat dilakukan melalui: peningkatan kemauan dan kemampuan,

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 35: Kepmensos no. 50 tahun 2013

31

penggalian potensi dan sumber daya, penggalian nilai-nilai dasar, pemberian

akses dan atau, pemberian bantuan usaha.

3.Pelayanan Satu Atap dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

Dalam pelayanan umum dikenal adanya model pelayanan pembagian

dan model pelayanan terpadu. Model pertama adalah model pembagian

ditandai dengan pelayanan yang diberikan oleh masing-masing sektor/dinas

sesuai kewenangannya. Dengan model ini masyarakat aktif mendatangi

instansi/dinas/unit kerja yang berwenang. Model pembagian ini merupakan

model lama yang dijalankan di instansi pemerintah.

Model kedua adalah model pelayanan terpadu. Secara umum model ini

diterapkan melalui pembentukan unit pelayanan satu atap/satu pintu

sebagai satu unit tersendiri dengan mengambil alih beban kerja pelayanan

umum instansi sektoralnya, mulai dari pekerjaan administratif sampai

dengan pemeriksaan substantif.

Kebaikan model terpadu untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial

adalah adanya kemudahan bagi masyarakat, utamanya warga miskin, rentan

atau Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dalam mengakses pelayanan

sosial dasar. Model pelayanan terpadu dapat dijadikan sebagai sarana bagi

pemerintah daerah untuk memberikan semua informasi yang dibutuhkan

masyarakat. Melalui model terpadu dengan seluruh kelengkapannya

menjadikan aksesitas pelayanan sosial akan menjadi mudah dan murah.

Untuk membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu perlu

memperhatikan:

1.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

2.Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

3.Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial;

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 36: Kepmensos no. 50 tahun 2013

32

4.Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

63/Kep/M.Pan/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik.

a. PelaksanaanBeberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan

pelayanan terpadu satu pintu pada penyelenggaraan kesejahteraan sosial,

terutama bagi pemerintah daerah adalah ketersediaan segala sarana yang

mendukung baik perangkat lunak maupun perangkat keras yang meliputi:

1) Peraturan Daerah tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial Terpadu.

Peraturan ini penting karena pertama sebagai pedoman bagi aparat

pemda dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial dan atau

memberikan rujukannya.

2) Peraturan Daerah yang mengatur mengenai kedudukan tugas, fungsi

kewenangan dan tata kerja unit pelayanan terpadu. Dengan peraturan

ini terdapat acuan yang tegas mengenai keberadaan dari lembaga

pelayanan dimaksud.

3) Teknologi informasi dan komunikasi sangat penting dalam mendukung

pelaksanaan tugas-tugas unit pelayanan terpadu. Teknologi lebih

memungkinkan terciptanya asas, prinsip, dan pemenuhan standar

pelayanan publik sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/Kep/M.Pan/7/2003

tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

4) Peran SDM pelaksana lembaga pelayanan terpadu, yang terdiri atas

manajer program/ koordinator, Pekerja Sosial Profesional, Tenaga

Kesejahteraan Sosial Pemerintah, Tenaga Kesejahteraan Sosial

Masyarakat dan relawan sosial. SDM merupakan ujung tombak dan

etalase pelayanan. Image suatu organisasi pelayanan akan tergantung

pada SDM-nya. Oleh karena itu, SDM dalam lembaga ini harus

mempunyai kompetensi yang memadai untuk melakukan tugas-tugas

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 37: Kepmensos no. 50 tahun 2013

33

pelayanan. Untuk memacu komitmen dan semangat kerja, kepada

SDM dapat diterapkan sistem reward and punishment. Punishment

diberikan kepada SDM yang tidak mampu melaksanakan tugasnya,

dan reward atau insentif diberikan kepada SDM yang menunjukkan

pekerjaan yang memuaskan.

b. Pemantauan dan evaluasiUntuk memastikan pelaksanaan pelayanan terpadu satu atap dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial sudah sesuai dengan yang

direncanakan, maka diperlukan pemantauan dan pengawasan secara

berjenjang dan berkesinambungan terhadap pelaksanaan pekerjaan serta

melakukan evaluasi guna memperbaiki pelaksanaan pekerjaan. Sebagai

acuan dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut:

1) Pengawasan terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial

dilakukan oleh aparat pengawas dalam pemerintah sesuai dengan

fungsi dan kewenangannya.

2) Pengawasan atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial dilakukan

secara berjenjang dan berkesinambungan sesuai dengan tingkat

urusan pemerintahan masing-masing melalui mekanisme koordinasi,

integrasi, dan sinkronisasi.

3) Materi pengawasan yang dilakukan didasarkan pada:

a) Peraturan Daerah tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial (jika

sudah diterbitkan).

b) Peraturan Daerah yang mengatur mengenai kedudukan tugas,

fungsi kewenangan dan tata kerja unit pelayanan terpadu dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial (jika sudah diterbitkan).

c) Pengintegrasian program dan kegiatan pelayanan kesejahteraan

sosial dalam dokumen perencanaan pembangunan dan

penyediaan anggarannya.

d) Ketersediaan SDM Peksos, TKSM dan Relawan Sosial di daerah

sesuai dengan jumlah dan kualifikasi yang diperlukan

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 38: Kepmensos no. 50 tahun 2013

34

e) Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas pelayanan

kesejahteraan sosial.

f) Kinerja penyelenggaraan kesejahteraan sosial berpedoman pada

Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

4) Bupati/Walikota menyampaikan laporan secara tertulis kepada

Gubernur mengenai perkembangan pembentukan, penyelenggaraan

pelayanan, capaian kinerja, kendala yang dihadapi dan pembiayaan

yang disampaikan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan.

5) Gubernur menyampaikan laporan secara tertulis kepada Menteri

Dalam Negeri dan Menteri Sosial mengenai perkembangan proses

pembentukan dan penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial di wilayahnya

berdasarkan laporan dari Bupati/Walikota.

Selain pemantauan internal seharusnya dibuka pula pemantauan

eksternal oleh masyarakat melalui penerimaan pengaduan dan survey

kepuasan masayarakat terhadap pelayanan yang diberikan (indeks kepuasan

masyarakat atau IKM) yang akan berfungsi sebagai timbal balik dalam

sebuah sistem.

Secara konseptual pelayanan terpadu dan gerakan masyarakat peduli

kabupaten/kota sejahtera (Pandu Gempita) bertumpu pada instrumen

targeting yang terpadu, hasil yang terukur dalam sistem yang terpadu,

mekanisme pembiayaan terpadu serta shering data dan informasi terpadu.

Sedangkan secara eksternal perlu kebijakan yang pro PMKS, khususnya

yang paling rentang dan rawan sosial, seperti fakir miskin, anak dan lansia

terlantar, ODA dan lainnya. Pendampingan dilakukan oleh Pekerja Sosial

dengan starndar yang sama, serta didukung oleh TKSM dan relawan sosial.

Adanya keterkaitan-sistem arahan dengan lintas sektor. Keterkaitan

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 39: Kepmensos no. 50 tahun 2013

35

komponen Pandu Gempita secara lebih detil dapat disajikan dalam bentuk

gambar sebagai berikut ini.

Gambar 2.6. Komponen Utama Pelayanan Terpadu

Dari sisi pengelolaan, maka Pandu Gempita harus menganut prinsip:

1. Koordinasi wilayah. Artinya bahwa dalam satu wilayah tertentu

terdapat berbagai pelayanan dasar, sehingga ada jaminan

ketersediaan pelayanan.

2. Koordinasi dalam penetapan sasaran penerima layanan, artinya

bahwa berbagai pelayanan terfokus pada keluarga yang sama,

sehingga instrumen targetingnya sama.

• Untuk kelompokrentan palingrentan (fakirmiskin, ODK,anak, lansia,WRSE, dll)

• Pendampingandiberikan olehtenaga pekerjasosial dg standaryg sama,didukung TKSK,TKSM danrelawan sosial

• Keterkaitan –sistem referralsdengan lintassektor

KEBIJAKANINTERSEKTORAL

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 40: Kepmensos no. 50 tahun 2013

36

3. Pengelolaan antara sektor, artinya bahwa berbagai instansi bekerja

dengan strategi yang sama, sehingga terjadi sinergi pelayanan, hasil

dan pengeluaran dari koordinasi lintar sektor.

4. Pengelolaan jaringan, artinya bahwa berbagai program menggunakan

data base yang terpadu, sehingga tergambar jelas peta pengembangan

pelayanan arahan sistemnya.

Kunci pengelolaan pelayanan terpadu yang terintegrasi dapat

difisualisasikan dalam bentuk gambar sebagai berikut.

Gambar 2.7. Kunci pengelolaan pelayanan terpadu

ISU STRATEGIS :Pandu Gempita sebagai bagian dari implementasi perubahan paradigmaPenyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang semua menganut prinsip“pemerataan-parsial” menjadi “penuntasan-terintegrasi”.

REGULASI:1) Peraturan perundang-undangan tentang Kesejahteraan Sosial.

2) Peraturan Daerah yang mengatur mengenai kedudukan tugas, fungsikewenangan dan tata kerja unit pelayanan terpadu satu pintu dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

PROSES:1) SDM

2) Teknologi Informasi3) Sarana & Prasarana

4) Kepastian Sumber Anggaran

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 41: Kepmensos no. 50 tahun 2013

37

DINAS/INSTANSI TERKAITDinas/Instansi Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Perumahan dan Tata Kota, DinasKoperasi/ UKM, Dinas PU, dll

PENGAWASAN OLEH :1) Pemerintah (Pusat)

2) Gubernur3) Bupati / Walikota

4) Masyarakat

HASIL :1) Efektif/Efisien2) Kepastian Hasil

PENGELUARAN :1) Aksesibilitas Pelayanan Kesejahteraan Sosial Meningkat

2) Pemenuhan Kebutuhan dasar Meningkat3) Kemiskinan Menurun

4) Kesejahteraan Sosial Masyarakat Meningkat

DAMPAK:Kota/Kabupaten Sejahtera

Gambar 2.8. Skema Permodelan Pelayanan Terpadu

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 42: Kepmensos no. 50 tahun 2013

38

BAB IIIKEBIJAKAN, STRATEGI DAN

KOMPONEN PROGRAM

A.Kebijakan

1. Menyediakan model kebijakan, strategi dan program penyelenggaraan

kesejahteraan sosial secara terpadu menuju kota/ kabupaten sejahtera.

2. Memberikan dukungan dalam penyelenggaraan program kesejahteraan

sosial secara terpadu dalam rangka menanggulangi masalah

kemiskinan dan masalah sosial lainnya melalui pencegahan masalah

sosial, layanan rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, perlindungan

sosial dan jaminan sosial.

3. Membangun layanan satu atap dalam merespon masalah sosial.

4. Menyelenggarakan koordinasi lintas sektor dalam mewujudkan program

kesejahteraan sosial secara terpadu.

5. Menyediakan kemudahan akses layanan sosial dasar bagi penyandang

masalah kesejahteraan sosial.

6. Mengupayakan pemenuhan kebutuhan dasar secara terpadu dalam

rangka mewujudkan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat

miskin, tidak mampu dan rentan mengalami masalah sosial.

7. Menguatkan kelembagaan lintas sektor yang mendukung keterpaduan

penyelenggaraan program kesejahteraan sosial terpadu

B.Strategi1. Strategi Dasar

Strategi dasar yang ditempuh dalam penyelenggaraan Pandu Gempita

adalah dengan cara membangun kesepahaman dan memperkuat

kerjasama untuk mewujudkan:

a. Model kebijakan, strategi dan program kesejahteraan sosial menuju

kota/kabupaten sejahtera.

b. Pelaksanaan program kesejahteraan sosial secara terpadu dalam

rangka menanggulangi masalah kemiskinan dan masalah sosial

lainnya.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 43: Kepmensos no. 50 tahun 2013

39

2. Strategi Operasional

Berdasarkan arah kebijan dan ruang lingkup penyelenggaraan Pandu

Gempita, maka strategi operasional yang ditempuh sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Kesepakatan Bersama berpedoman pada ketentuan

perundang-undangan.

b. Pembinaan teknis pelaksanaan program kesejahteraan sosial

terpadu menuju kota/kabupaten sejahtera pada tingkat pemerintah

(pusat) dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial

dan Penanggulangan kemiskinan, Direktorat Jenderal Perlindungan

dan Jaminan Sosial, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial,

Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal dan Badan Pendidikan

dan Penelitian Kesejahteraan Sosial.

c. Pembinaan teknis program kesejahteraan sosial terpadu menuju

kota/kabupaten sejahtera pada tingkat Kota/Kabupaten dilakukan

oleh Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan, Dinas Kependudukan dan Pencacatan Sipil, Dinas

Perumahan dan Tata Kota, Dinas Koperasi dan UKM, Kepolisian

Sektor, Dinas Pelrindungan Masyarakat, Badan KB dan

Dinas/Instansi lainnya yang bertanggung jawab dalam pemenuhan

kebutuhan dasar dan penanganan masalah sosial.

d. Pelaksanaan teknis di daerah dikoordinasikan oleh Balai Besar

Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial

Regional I s.d VI.

C.Komponen Program1. Pengembangan model kebijakan, strategi dan program kesejahteraan

sosial menuju kota/kabupaten sejahtera, melalui:

a. pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia kesejahteraan

sosial;

b. penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial;

c. penyediaan data dan informasi kesejahteraan sosial; dan

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 44: Kepmensos no. 50 tahun 2013

40

d. penyediaan sumber daya manusia kesejahteraan sosial dan

pengembangan profesi pekerjaan sosial;

e. pengembangan sistem sertifikasi SDM kesejahteraan sosial dan

akreditasi lembaga kesejahteraan sosial; dan

f. bidang lainnya yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah.

2. Penyelenggaraan program kesejahteraan sosial secara terpadu dalam

rangka menanggulangi masalah kemiskinan dan masalah sosial lainnya

di bidang:

a. pencegahan masalah sosial;

b. pelayanan rehabilitasi sosial;

c. pemberdayaan sosial;

d. perlindungan sosial;

e. jaminan sosial;dan

f. bidang lainnya yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah.

D. Pelaksanaan Komponen program

Pelaksanaan komponen program penyelenggaraan kesejahteraan sosial

terpadu mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012

tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang dilaksanakan secara

terencana, terpadu dan berkelanjutan. Penyelenggaraan Kesejahteraan

Sosial ditujukan kepada perseorangan; keluarga; kelompok; dan/atau

masyarakat.

Prioritas penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan kepada

mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan

dan memiliki kriteria masalah sosial yakni kemiskinan, ketelantaran,

kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku,

korban bencana dan/atau korban tindak kekerasan, eksploitasi, dan

diskriminasi.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 45: Kepmensos no. 50 tahun 2013

41

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial meliputi Rehabilitasi Sosial,

Jaminan Sosial, Pemberdayaan Sosial dan Perlindungan Sosial.

1. Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi Sosial merupakan upaya untuk memulihkan dan

mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi

sosial agar dapat melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya yang meliputi

fungsi fisik, mental dan sosial secara wajar. Rehabilitasi Sosial dapat

dilaksanakan secara persuasif, motivatif, koersif, baik dalam keluarga,

masyarakat maupun panti sosial.

Rehabilitasi Sosial secara persuasif dilaksanakan dalam bentuk

ajakan, anjuran, dan bujukan dengan maksud untuk meyakinkan

seseorang agar bersedia direhabilitasi. rehabilitasi sosial secara motivatif

dilaksanakan dalam bentuk dorongan, pemberian semangat, pujian,

dan/atau penghargaan agar seseorang tergerak secara sadar. Sedangkan

rehabilitasi sosial secara koersif dilaksanakan dalam bentuk tindakan

pemaksaan terhadap seseorang dalam proses rehabilitasi sosial.

Rehabilitasi Sosial ditujukan kepada seseorang yang mengalami

kondisi kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan

sosial dan penyimpangan perilaku, serta yang memerlukan perlindungan

khusus yang meliputi: penyandang cacat fisik; penyandang cacat mental;

penyandang cacat fisik dan mental; tuna susila; gelandangan; pengemis;

eks penderita penyakit kronis; eks narapidana; eks pencandu narkotika;

eks psikotik; pengguna psikotropika sindroma ketergantungan; orang

dengan Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency

Syndrome (HIV/AIDS); korban tindak kekerasan; korban bencana;

korban perdagangan orang; anak terlantar; dan anak dengan kebutuhan

khusus.

Rehabilitasi Sosial diberikan dalam bentuk motivasi dan diagnosis

psikososial; perawatan dan pengasuhan; pelatihan vokasional dan

pembinaan kewirausahaan; bimbingan mental spiritual; bimbingan fisik;

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 46: Kepmensos no. 50 tahun 2013

42

bimbingan sosial dan konseling psikososial; pelayanan aksesibilitas;

bantuan dan asistensi sosial; bimbingan resosialisasi; bimbingan lanjut;

dan/atau rujukan.

Bentuk Rehabilitasi Sosial dilaksanakan dengan melalui berbagai

tahapan yakni pendekatan awal; pengungkapan dan pemahaman

masalah; penyusunan rencana pemecahan masalah; pemecahan

masalah; resosialisasi; terminasi; dan bimbingan lanjut.

2. Jaminan SosialJaminan Sosial dimaksudkan untuk menjamin fakir miskin, anak

yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat

mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang

mengalami masalah ketidakmampuan sosial ekonomi agar kebutuhan

dasarnya terpenuhi dan untuk menghargai pejuang, perintis

kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas jasa-jasanya.

Jaminan Sosial diberikan dalam bentuk asuransi kesejahteraan

sosial dan bantuan langsung berkelanjutan. Asuransi kesejahteraan

sosial diberikan dalam bentuk bantuan iuran oleh Pemerintah.

Sementara bantuan langsung berkelanjutan diberikan kepada seseorang

yang kebutuhan hidupnya bergantung sepenuhnya kepada orang lain

dalam bentuk pemberian uang tunai atau pelayanan dalam panti sosial.

Sebagai penghargaan kepada pejuang, perintis kemerdekaan, dan

keluarga pahlawan nasional, jaminan sosial dalam bentuk tunjangan

berkelanjutan diberikan dalam bentuk tunjangan kesehatan, tunjangan

hidup, dan/atau tunjangan perumahan dan/atau tunjangan pendidikan.

3. Pemberdayaan SosialPemberdayaan sosial dimaksudkan untuk memberdayakan

seseorang, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mengalami

masalah Kesejahteraan Sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 47: Kepmensos no. 50 tahun 2013

43

secara mandiri serta untuk meningkatkan peran serta lembaga dan/atau

perseorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial.

Upaya pemberdayaan dilakukan melalui peningkatan kemauan dan

kemampuan; penggalian potensi dan sumber daya; penggalian nilai-nilai

dasar; pemberian akses; dan/atau pemberian bantuan usaha. Bentuk

upaya pemberdayaan sosial meliputi diagnosis dan pemberian motivasi;

pelatihan keterampilan; pendampingan; pemberian stimulan modal,

peralatan usaha dan tempat usaha; peningkatan akses pemasaran hasil

usaha; supervisi dan advokasi sosial; penguatan keserasian sosial;

penataan lingkungan; dan/atau bimbingan lanjut.

Pemberdayaan Sosial terhadap seseorang ditujukan kepada

seseorang sebagai individu yang miskin, terpencil, dan/atau rentan

sosial ekonomi serta memiliki kriteria: penghasilan namun tidak

mencukupi kebutuhan dasar minimal; keterbatasan terhadap

keterampilan kerja; keterbatasan akses terhadap pelayanan sosial dasar;

keterbatasan akses terhadap pasar kerja, modal, dan usaha, mempunyai

kompetensi, kemauan, dan/atau kemampuan untuk berperan dalam

pemberdayaan sosial, mempunyai kepedulian terhadap pemberdayaan

sosial; dan mempunyai komitmen sebagai relawan mitra pemerintah

dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

Pemberdayaan Sosial terhadap keluarga ditujukan kepada keluarga

yang miskin, terpencil, dan/atau rentan sosial ekonomi serta memiliki

kriteria: berpenghasilan tidak mencukupi kebutuhan dasar minimal;

keterbatasan akses terhadap pelayanan sosial dasar; dan/atau

mengalami masalah sosial psikologis.

Pemberdayaan Sosial terhadap kelompok ditujukan kepada

kumpulan orang baik yang terbentuk secara sukarela maupun yang

sengaja dibentuk dengan tujuan tertentu, miskin, terpencil, dan/atau

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 48: Kepmensos no. 50 tahun 2013

44

rentan sosial ekonomi serta memiliki kriteria: mempunyai potensi,

kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan usaha bersama;

mempunyai jenis usaha dan tinggal di wilayah yang sama; dan/atau

mempunyai keterbatasan akses terhadap pasar, modal, dan usaha.

Pemberdayaan Sosial terhadap masyarakat ditujukan kepada komunitas

adat terpencil yang terdiri dari sekumpulan orang dalam jumlah tertentu

yang terikat oleh kesatuan geografis, ekonomi, dan/atau sosial budaya;

dan miskin, terpencil, dan/atau rentan sosial ekonomi serta memiliki

kriteria: keterbatasan akses pelayanan sosial dasar; sifat tertutup,

homogen, dan penghidupannya tergantung kepada sumber daya alam;

marjinal di pedesaan dan perkotaan; dan/atau tinggal di wilayah

perbatasan antar negara, daerah pesisir, pulau-pulau terluar, dan

terpencil.

Pemberdayaan Sosial terhadap lembaga ditujukan kepada Lembaga

Kesejahteraan Sosial yang memiliki kriteria: mempunyai potensi,

kemauan dan kemampuan untuk menyelenggarakan Kesejahteraan

Sosial; dan mempunyai kepedulian dan komitmen sebagai mitra

pemerintah dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

Pelaksanaan Pemberdayaan Sosial untuk perseorangan, keluarga,

kelompok, dan masyarakat yang mengalami masalah Kesejahteraan

Sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri dilakukan

melalui tahapan kegiatan yakni persiapan pemberdayaan; pelaksanaan

pemberdayaan; rujukan; dan terminasi. Sementara pelaksanaan

pemberdayaan sosial untuk lembaga dan/atau perseorangan sebagai

potensi dan sumber daya dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

dilakukan melalui: persiapan pemberdayaan; pelaksanaan

pemberdayaan; dan pendayagunaan berkelanjutan.

4. Perlindungan SosialPerlindungan sosial dimaksudkan untuk mencegah dan

menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang,

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 49: Kepmensos no. 50 tahun 2013

45

keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya

dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.

Perlindungan Sosial ditujukan kepada seseorang, keluarga,

kelompok, dan/atau masyarakat yang berada dalam keadaan tidak

stabil yang terjadi secara tiba-tiba sebagai akibat dari situasi krisis

sosial, ekonomi, politik, bencana, dan fenomena alam. Perlindungan

Sosial dilaksanakan melalui bantuan sosial; advokasi sosial; dan/atau

bantuan hukum.

Bantuan sosial dimaksudkan agar seseorang, keluarga, kelompok,

dan/atau masyarakat yang mengalami guncangan dan kerentanan

sosial dapat tetap hidup secara wajar. Bantuan sosial yang diberikan

bersifat sementara dan/atau berkelanjutan. Bentuk bantuan tersebut

berupa bantuan langsung; penyediaan aksesibilitas; dan/atau

penguatan kelembagaan. Bantuan sosial yang bersifat sementara

diberikan pada saat terjadi guncangan dan kerentanan sosial secara

tiba-tiba sampai keadaan stabil. Sedangkan bantuan sosial yang

bersifat berkelanjutan diberikan setelah bantuan sementara dinyatakan

selesai. Bantuan ini diberikan sampai terpenuhinya kebutuhan dasar

minimal secara wajar.

Jenis bantuan langsung berupa sandang, pangan, dan papan;

pelayanan kesehatan; penyediaan tempat penampungan sementara;

pelayanan terapi psikososial di rumah perlindungan; uang tunai;

keringanan biaya pengurusan dokumen kependudukan dan

kepemilikan; penyediaan kebutuhan pokok murah; penyediaan dapur

umum, air bersih, dan sanitasi yang sehat; dan/atau penyediaan

pemakaman.

Bantuan penyediaan aksesibilitas berupa pemberian rujukan;

pengadaan jejaring kemitraan; penyediakan fasilitas; dan/atau

penyediakan informasi. Sementara penguatan kelembagaan dilakukan

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 50: Kepmensos no. 50 tahun 2013

46

dengan kegiatan menyediakan dukungan sarana dan prasarana;

melakukan supervisi dan evaluasi; melakukan pengembangan sistem;

memberikan bimbingan dan pengembangan sumber daya manusia;

dan/atau mengembangkan kapasitas kepemimpinan dan kelembagaan.

Advokasi sosial dimaksudkan untuk melindungi dan membela

seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang dilanggar

haknya. Advokasi sosial diberikan dalam bentuk penyadaran hak dan

kewajiban, pembelaan, dan pemenuhan hak. Penyadaran hak dan

kewajiban dilaksanakan dengan kegiatan penyuluhan; pemberian

informasi; dan/atau diseminasi. Pembelaan dilaksanakan dengan

kegiatan pendampingan; bimbingan; dan/atau mewakili kepentingan

warga negara yang berhadapan dengan hukum. Pemenuhan hak

dilaksanakan dengan kegiatan pemberian pelayanan khusus; dan/atau

pemulihan hak yang dilanggar.

Bantuan hukum diselenggarakan untuk mewakili kepentingan

warga negara yang menghadapi masalah hukum dalam pembelaan atas

hak, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Bantuan hukum ini

diberikan dalam bentuk pembelaan dan konsultasi hukum.

Pembelaan dan konsultasi hukum dilakukan dengan melakukan

investigasi sosial; memberikan informasi, nasihat, dan pertimbangan

hukum; memfasilitasi tersedianya saksi; memfasilitasi terjadinya

mediasi hukum; memfasilitasi tersedianya jasa bantuan hukum;

dan/atau memberikan pendampingan bagi anak yang berhadapan

dengan hukum.

Untuk mewujudkan Kabupaten/Kota Sejahtera maka setiap

daerah kabupaten/kota memfasilitasi terbentuknya Pusat Kesejahteraan

sosial (Pelayanan Satu Atap) sesuai amanat pasal 44 PP Nomor 39 tahun

2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 51: Kepmensos no. 50 tahun 2013

47

Pusat kesejahteraan sosial dimaksudkan sebagai tempat yang berfungsi

untuk melakukan kegiatan pelayanan sosial bersama secara sinergis dan

terpadu antara kelompok masyarakat dalam komunitas yang ada di desa

atau kelurahan dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Standar

minimum sarana dan prasarana pusat kesejahteraan sosial meliputi

ketersediaan tempat sebagai pusat kegiatan bersama; tenaga pelayanan

yang terdiri dari tenaga pengelola dan pelaksana; dan peralatan yang terdiri

dari peralatan penunjang perkantoran dan peralatan penunjang pelayanan

teknis.

E. Peran MasyarakatPeran serta masyarakat untuk mewujudkan kepedulian terhadap

kabupaten/kota sejahtera sangatlah penting baik itu perseorangan;

keluarga; organisasi keagamaan; organisasi sosial kemasyarakatan;

lembaga swadaya masyarakat; organisasi profesi; badan usaha; Lembaga

Kesejahteran Sosial; dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Asing mempunyai

kesempatan yang luas untuk berperan dalam Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial.

Peran masyarakat ini dapat berupa pemikiran, prakarsa, keahlian,

dukungan, kegiatan, tenaga, dana, barang, jasa, dan/atau fasilitas untuk

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Kegiatan yang bisa dilakukan

masyarakat diantaranya pemberian saran dan pertimbangan dalam

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial; pelestarian nilai-nilai luhur budaya

bangsa, kesetiakawanan sosial, dan kearifan lokal yang mendukung

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial; penyediaan sumber daya manusia

dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial; penyediaan dana, jasa,

sarana dan prasarana dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial;

dan/atau pemberian pelayanan kepada penyandang masalah Kesejahteraan

Sosial.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 52: Kepmensos no. 50 tahun 2013

48

F. Sumber Daya Manusia Penyelenggaraan Kesejahteraan SosialSumber daya manusia penyelenggara kesejahteraan sosial terdiri atas

Tenaga Kesejahteraan Sosial; Pekerja Sosial Profesional; Relawan Sosial;

dan Penyuluh Sosial. Sumber daya manusia ini terdiri dari unsur

Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Ketentuan mengenai SDM Kesejahteraan Sosial mengacu kepada

peraturan perundangan tentang sertifikasi pekerja sosial dan tenaga

kesejahteraan sosial, serta standar nasional pendampingan sosial.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 53: Kepmensos no. 50 tahun 2013

49

BAB IVTAHAPAN DAN JENIS KEGIATAN

Pelaksanaan Pandu Gempita dilakukan sebagai upaya penanggulangan

masalah kemiskinan serta masalah sosial lainnya menuju terwujudnya

sistem kesejahteraan sosial nasional yang inovatif dan kompetitif. Oleh

karena itu, program dan kegiatannya dilakukan melalui tahapan yang logis

dan sistematis.

Sesuai dengan strategi operasional, maka secara umum tahapan

pelaksanaan Pandu Gempita dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori.

Masing-masing adalah program/kegiatan pada tahap persiapan, pelaksanaan

dan tinfdak lanjut. Sementara itu, pengendalian dilaksanakan secara

simultan mulai dari kegiatan persiapan, pelaksanaan sampai dengan upaya

menjamin keberlangsungannya.

A. PersiapanKegiatan pada tahap persiapan Pelaksanaan Pandu Gempita

meliputi:

1. SosialisasiSosialisasi adalah upaya memperkenalkan atau menyebarluaskan

informasi mengenai Pelaksanaan Pandu Gempita kepada masyarakat

sebagai penerima program, maupun kelompok masyarakat lainnya

serta kepada para pelaku dan instansi atau lembaga pendukung di

semua tingkatan. Hasil yang diharapkan dari proses sosialisasi

Pelaksanaan Pandu Gempita adalah dimengerti dan dipahaminya

secara utuh tentang konsep-konsep, prinsip prosedur, kebijakan dan

tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya oleh pelaku-pelaku

pendukung dan masyarakat sebagai pelaku sekaligus sasaran

penerima program. Untuk mencapai pemahaman yang utuh tentang

Pelaksanaan Pandu Gempita, maka proses sosialisasi tidak hanya

dilakukan pada awal pelaksanaan program saja tetapi secara terus

menerus sampai dengan akhir pelaksanaan program.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 54: Kepmensos no. 50 tahun 2013

50

Pada dasarnya proses sosialisasi Pelaksanaan Pandu Gempita

dilakukan melalui dua cara, yaitu pertemuan langsung dan media

informasi.

a. Sosialisasi Melalui Pertemuan LangsungSosialisasi Pelaksanaan Pandu Gempita melalui pertemuan

langsung dilakukan dengan menggunakan pertemuan-pertemuan

formal yang sengaja diadakan maupun secara informal

menggunakan pertemuan-pertemuan yang telah ada sebelumnya.

Pertemuan sosialisasi yang memang sengaja diadakan dalam

rangka Pelaksanaan Pandu Gempita adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan Sosialisasi Pelaksanaan Pandu Gempita di Provinsi

2) Pertemuan Sosialisasi Pelaksanaan Pandu Gempita diKabupaten/kota

3) Sosialisasi Pelaksanaan Pandu Gempita di Kecamatan dankomunitas

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan

sosialisasi Pelaksanaan Pandu Gempita melalui pertemuan

langsung antara lain:

1) Memastikan persiapan pelaksanaan pertemuan.

2) Memastikan ketersediaan materi yang akan diinformasikan ataudisampaikan

3) Kesiapan untuk penyampaian materi seperti: metode, mediaatau alat yang digunakan.

Untuk membantu memastikan agar proses sosialisasi

Pelaksanaan Pandu Gempita melalui pertemuan berjalan dengan

lancar dan tidak ada informasi yang terlewatkan maka perlu

dibuatkan ceklis tentang persiapan apa saja yang akan dilakukan

dan informasi-informasi apa yang akan disampaikan. Ceklis

tersebut dapat dikembangkan sendiri sesuai kebutuhan dan kondisi

di masing-masing daerah.

Sosialisasi Pelaksanaan Pandu Gempita di tingkat provinsi

dan kabupaten sebaiknya tidak hanya melalui forum resmi, tetapi

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 55: Kepmensos no. 50 tahun 2013

51

perlu ditindaklanjuti dengan pertemuanpertemuan lanjutan secara

formal maupun informal terutama kepada instansi-instansi terkait,

sehingga tercapai suatu persepsi yang sama tentang Pelaksanaan

Pandu Gempita.

Materi yang disosialisasikanpun tidak sematamata hanya

konsep-konsep Pelaksanaan Pandu Gempita yang ada di Pedoman

atau petunjuk resmi lainnya, tetapi proses, permasalahan yang

terjadi dan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan Pelaksanaan

Pandu Gempita juga perlu disebarluaskan.

Dengan mengetahui konsep-konsep Pelaksanaan Pandu

Gempita secara utuh dan tahu apa yang terjadi di lapangan akan

sangat membantu para pelaku pendukung Pelaksanaan Pandu

Gempita di tingkat provinsi dan kabupaten/kota menjalankan

fungsi dan perannya.

Untuk sosialisasi langsung di tingkat komunitas/lokal, hal-hal yang

harus diperhatikan adalah:

1) Gunakan pertemuan-pertemuan formal maupun informal yang

telah ada di masyarakat dan desa

2) Manfaatkan setiap kesempatan ketika bertemu dengan

sekumpulan masyarakat seperti: di pos ronda, lapangan olah

raga, tempat pengajian, persekutuan, misa atau tempat-tempat

berkumpul masyarakat lainnya untuk penyebarluasan

Pelaksanaan Pandu Gempita secara informal.

3) Undangan pertemuan dengan masyarakat menggunakan cara-

cara yang lazim dilakukan (seperti: menggunakan “kenthongan”,

diumumkan melalui masjid, gereja atau media lainnya). Bila

menggunakan undangan tertulis, usahakan undangan tersebut

juga di tempel di papan-papan informasi sehingga setiap orang

merasa berhak juga untuk hadir.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 56: Kepmensos no. 50 tahun 2013

52

4) Tidak boleh melakukan pertemuan sosialisasi hanya dengan

kelompok dari kalangan tertentu saja atau sengaja tidak

melakukan sosialisasi pada kelompok tertentu.

5) Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti

masyarakat.

6) Informasi Pelaksanaan Pandu Gempita jangan hanya sekedar

disampaikan begitu saja, tetapi perlu diberikan pemahaman

kepada masyarakat tentang informasi tersebut. Misalnya

tentang daftar positif/negatif mengapa hal tersebut

dianjurkan/dilarang dalam Pelaksanaan Pandu Gempita,

mengapa proses atau tahapannya sering dirasakan cukup

panjang, mengapa ada dana yang sifatnya hibah dan ada yang

pinjaman dan harus dikembalikan, mengapa harus ada

kompetisi dan tidak dibagi rata saja dan lain-lain.

7) Dalam penyampaian informasi kepada masyarakat gunakan

simbol-simbol, jargon atau pepatah yang ada dimasyarakat

sehingga mudah untuk diingat.

8) Masyarakat pada dasarnya akan tertarik, menerima informasi

suatu program yang datang dari luar dan akan mau berperan

serta untuk memberikan kontribusinya jika mereka merasakan

ada manfaat yang dapat diambil. Untuk itu perlu diberikan

pemahaman kepada masyarakat bahwa Pelaksanaan Pandu

Gempita merupakan salah satu “jembatan” bagi masyarakat

dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dasarnya.

b. Sosialisasi Melalui Media InformasiSelain melalui pertemuan-pertemuan langsung dengan

masyarakat, sosialisasi dan penyebarluasan informasi Pelaksanaan

Pandu Gempita dapat dilakukan melalui media-media informasi.

Dewasa ini cukup banyak media informasi yang berkembang di

masyarakat dan desa yang dapat digunakan sebagai media

penyebarluasan informasi, baik media informasi tradisional

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 57: Kepmensos no. 50 tahun 2013

53

maupun yang telah modern. Beberapa media informasi yang dapat

digunakan antara lain:

1) Tokoh-tokoh masyarakat (agama, adat) yang ada di lokasi

program.

Tokoh-tokoh masyarakat yang ada di pedesaan seringkali

merupakan tokoh panutan yang dipercaya dalam ucapan

maupun tindakannya. Karena itu keberadaan tokoh-tokoh

tersebut merupakan alternatif sebagai media sosialisasi atau

penyebarluasan informasi Pelaksanaan Pandu Gempita

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: kunjungi

mereka, perkenalkan diri, sampaikan informasi tentang

Pelaksanaan Pandu Gempita (latar belakang, tujuan, sasaran),

minta ijin akan bertemu dengan masyarakat untuk

mensosialisasikan Pelaksanaan Pandu Gempita. Jika hubungan

telah terjalin dengan baik ajukan permohonan agar tokoh

tersebut membantu menyampaikan Pelaksanaan Pandu Gempita

kepada kepada masyarakat. Hubungan akan terjalin dengan baik

jika dilakukan tidak hanya sekali tetapi dilakukan berkali-kali

sejauh memungkinkan.

2) Media Cetak dan Elektronika

Media cetak seperti majalah, surat kabar atau media elektronika

seperti radio, televisi juga merupakan alternatif untuk

menyampaikan informasi mengenai Pelaksanaan Pandu Gempita

kepada masyarakat desa. Sebagian besar wilayah di Indonesia

biasanya telah terjangkau oleh media-media tersebut. Namun

demikian dapat pula membuat media cetak sendiri seperti:

brosur, selebaran, bulletin, spanduk dan lain-lain dengan tetap

mangacu pada panduan/pedoman resmi Pelaksanaan Pandu

Gempita.

3) Papan Informasi

Papan informasi merupakan media penyebarluasan informasi

Pelaksanaan Pandu Gempita yang hendaknya diwajibkan

keberadaannya untuk diletakkan di tempat-tempat umum.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 58: Kepmensos no. 50 tahun 2013

54

Penempatan papan informasi tidak hanya di dalam ruangan

tetapi juga di ruang terbuka dan diletakkan di tempat-tempat

umum yang biasa dikunjungi orang, seperti: pasar, balai desa,

pos kamling, polindes, tempat ibadah dan lain-lain.

Berkaitan dengan papan informasi hal-hal yang perlu

diperhatikan:

a) Informasi yang ditempelkan di papan informasi usahakan

menggunakan bahasa dan/atau formulir yang sederhana dan

bisa dimengerti masyarakat umum.

b) Dalam papan informasi selalu dituliskan Nomor Kotak Pos,

nama dan alamat UP Pandu Gempita sebagai media

pengaduan masyarakat. Dalam rangka meningkatkan fungsi

pengawasan oleh masyarakat, sangat dianjurkan pada setiap

papan informasi disediakan kotak saran dan pengaduan yang

secara periodik dibuka oleh petugas UP Pandu Gempita.

Setiap pengaduan agar segera ditindaklanjuti sesuai prinsip

dan prosedur penanganan pengaduan, terbuka serta adanya

partisipasi masyarakat. Permasalahan dan tindak lanjut yang

telah dilakukan agar selalu dilaporkan ke jenjang di atasnya,

untuk memastikan penanganannya telah sesuai dengan

prinsip dan prosedur dalam Pelaksanaan Pandu Gempita.

c) Sekali waktu warga masyarakat/komunitas dikumpulkan di

depan papan informasi. Fasilitator dan atau Pendamping

serta petugas lainnya menjelaskan apa yang diinformasikan

dalam papan informasi tersebut. Pada papan informasi

Pelaksanaan Pandu Gempita harus tertulis nama dan alamat

UP Pandu Gempita serta kotak pos pengaduan.

2. Penguatan KebijakanStrategi penguatan kebijakan yang dilakukan adalah melalui

advokasi. Strategi advokasi harus diintegrasikan ke dalam semangat

dan dukungan kemitraan dengan berbagai stakeholder. Kesemuanya

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 59: Kepmensos no. 50 tahun 2013

55

diarahkan agar semua pihak mampu melaksanakan Pandu Gempita

sesuai tugas dan fungsi masing-masing secara optimal.

a. Arah dan Strategi Advokasi

Advokasi diarahkan untuk menghasilkan kebijakan yang

mendukung upaya Pelaksanaan Pandu Gempita. Kebijakan yang

dimaksud di sini dapat mencakup peraturan perundang-undangan

di tingkat nasional maupun kebijakan daerah seperti Peraturan

Daerah (PERDA), Surat Keputusan Gubernur, Bupati/Walikota,

Peraturan Desa, dan lain sebagainya.

Strategi advokasi yang digunakan adalah melakukan

pendekatan kepada pengambil keputusan, media massa dan sektor

terkait sehingga dapat dikeluarkan pernyataan dukungan untuk

Pelaksanaan Pandu Gempita. Strategi ini dilakukan untuk menjawab

isu startegis tentang kurangnya dukungan dari para pemangku

kepentingan terkait di daerah dalam penyelenggaraan kesejahteraan

sosial.

Dalam pendanaan juga perlu dilakukan peningkatan kapasitas

pengelola program menyusun perencanaan anggaran sebagai dasar

advokasi.

b. Kegiatan Advokasi

Teknis pelaksanaan kegiatan advokasi dilakukan melalui

proses komunikasi dalam rangka mempengaruhi kebijakan. Proses

komunikasi tersebut dibedakan menjadi tiga kategori. Masing-

masing adalah; proses legislasi dan jurisdiksi, politik dan birokrasi

serta sosialisasi dan mobilisasi untuk Pelaksanaan Pandu Gempita.

B. PelaksanaanPelaksanaan Pandu Gempita pada tahap awal ini diarahkan pada

tiga sasaran utama. Masing-masing adalah:

1. wilayah perkotaan.

2. wilayah kabupaten berkembang

3. wilayah kabupaten tertinggal.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 60: Kepmensos no. 50 tahun 2013

56

Adapun komponen kegiatan pelaksanaan Pandu Gempita, meliputi:

1. Pemetaan Sosial, Studi Etnografi, AnalisisKebutuhan/Penjajagan Awal, Studi Kelayakan

Kegiatan ini dilakukan untuk menemukenali kondisi sosial budaya

masyarakat lokal atau disebut juga sebagai kegiatan orientasi sosial

dan wilayah sasaran Pandu Gempita. Kegiatan ini merupakan

bagian dari proses Sosialisasi Awal, dilakukan setelah dan atau

bersamaan dengan kegiatan Kunjungan Informal ke kelompok-

kelompok strategis di tingkat desa/kelurahan (melobi kelompok

strategis) serta sebelum kegiatan Koordinasi Persiapan Sosialisasi

Pandu Gempita di tingkat desa/kelurahan (komunitas lokal).

Kondisi sosial budaya yang perlu ditemukenali dan atau perlu

diorientasi adalah mencakup beberapa kondisi sebagai berikut :

Nilai-nilai apakah yang dianut oleh masyarakat secara dominan

yang mampu menggerakkan masyarakat.

Kekuatan-kekuatan sosial apakah yang mampu mendatangkan

perubahan-perubahan sehingga masyarakat dapat berubah dari

dalam diri mereka sendiri.

Karakter dan karakteristik masyarakat, khususnya dalam

menyikapi intervensi sosial.

Pola informasi dan komunikasi yang terjadi di tengah

masyarakat, baik penyebaran informasi maupun dalam kerangka

pembelajaran.

Media-media dan sumber belajar yang digunakan dan diyakini

masyarakat sebagai sarana informasi dan pembelajaran.

Kekuatan-kekuatan sosial yang dominan di dalam kerangka

perubahan sosial.

Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku masyarakat.

a. Tujuan Pemetaan Sosial

1) Terpetakannya lokasi sasaran program.

2) Terpahaminya kondisi sosial masyarakat sasaran program

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 61: Kepmensos no. 50 tahun 2013

57

3) Tersedianya acuan dasar dalam penentuan pendekatan dan

metoda pelaksanaan program

4) Tersedianya bahan penyusunan rencana kerja yang bersifat

taktis terhadap permasalahan yang dihadapi.

5) Tersedianya acuan dasar untuk mengetahui terjadinya proses

perubahan sikap dan perilaku pada masyarakat sasaran program

b. Hasil yang Diharapkan

Pemetaan sosial diharapkan menghasilkan data dan Informasi

tentang :

1) Data Demografi: jumlah penduduk, komposisi penduduk

menurut usia, gender, mata pencaharian, agama, pendidikan,

dll.

2) Data Geografi: topografi, letak lokasi ditinjau dari aspek

geografis, aksesibilitas lokasi, pengaruh lingkungan geografis

terhadap, kondisi sosial masyarakat, dll.

3) Data Psikografi: nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut, mitos,

kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, karakteristik masyarakat,

pola hubungan sosial yang ada, motif yang menggerakkan

tindakan masyarakat, pengalaman-pengalaman masyarakat

terutama terkait dengan mitigasi bencana, pandangan, sikap,

dan perilaku terhadap intervensi luar, kekuatan sosial yang

paling berpengaruh, dll.

4) Pola Komunikasi: media yang dikenal dan digunakan, bahasa,

kemampuan baca tulis, orang yang dipercaya, informasi yang

biasa dicari, tempat memperoleh informasi.

c. Metode Pemetaan Sosial

1) Wilayah Sasaran Pemetaan

Wilayah pemetaan sosial adalah setiap desa/kelurahan yang

menjadi sasaran program Pandu Gempita.

2) Obyek Pemetaan

Obyek yang dipetakan dalam kegiatan pemetaan sosial ini adalah

meliputi :

a) Tingkat aksesibilitas lokasi desa/kelurahan

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 62: Kepmensos no. 50 tahun 2013

58

b) Letak lokasi desa/kelurahan dari aspek geografis

c) Sarana informasi yang dimiliki masyarakat

d) Penyebaran atau konsentrasi PMKS dan PSKS

e) Kegiatan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat

f) Hubungan sosial antar kelompok (Relasi-relasi sosial)

g) Golongan masyarakat menurut agama, aliran kepercayaan,

aliran politik, kepentingan, profesi, dll.

h) Jenis-jenis profesi di kalangan masyarakat

i) Tingkat mobilitas penduduk (baik mobilitas vertikal maupun

mobilitas horizontal)

j) Media-media informasi yang digunakan masyarakat,

termasuk media-media warga

k) Tanggapan masyarakat terhadap program-program yang

diluncurkan pemerintah/non pemerintah

l) Keterlibatan masyarakat dalam program-program yang

diluncurkan pemerintah/non pemerintah

m) Pemeliharaan terhadap hasil-hasil program yang pernah

diluncurkan pemerintah/non pemerintah

n) Forum yang biasa digunakan masyarakat untuk menyikapin

intervensi sosial

o) Kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam pengambilan

keputusan

p) Cara-cara masyarakat menanggulangi masalah-masalah

lingkungan fisik, masalah-masalah sosial, budaya dan

ekonomi masyarakat

q) Cara dan kebiasaan masyarakat mengantisipasi dan

menanggulangi bencana dan permasalahan sosial lainnya.

3) Metode Pengumpulan Data

a) Mengumpulkan data sekunder dengan cara mengumpulkan

dokumen-dokumen yang dibutuhkan (dokumentasi) diambil

dari kelurahan, kecamatan, kabupaten dan atau sumber-

sumber lainnya.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 63: Kepmensos no. 50 tahun 2013

59

b) Mengumpulkan data primer dengan cara :

(1) Wawancara bersturktur maupun wawancara mendalam

terhadap anggota masyarakat yang dianggap mengetahui

informasi yang diperlukan (lurah, BPD, dan pimpinan

lembaga-lembaga lokal, pemuka masyarakat, pemuka

agama, dll)

(2) Observasi (pengamatan langsung): terhadap kondisi-

kondisi lingkungan fisik, lingkungan sosial, hubungan

sosial, kebiasaan-kebiasaan masyarakat setempat, dll.

(3) Diskusi dengan kelompok-kelompok masyarakat.

4) Metode Analisa Data

a) Analisa dilakukan dengan menggunakan metode triangulasi

yakni dengan cara melakukan cek dan ricek atas informasi

yang diterima untuk melihat persamaan dan keselarasan, dan

juga perbedaan.

b) Hasil triangulasi selanjutnya disusun ke dalam suatu

rangkuman secara deskriptif, dengan melihat persamaan dan

perbedaan pendapat dan pandangan yang ada di masyarakat

c) Setelah deskripsi analisa disusun maka selanjutnya

dilakukan pengambilan kesimpulan dan rekomendasi

(RKTL/Perumusan pendekatan, metode dan strategi

pendampingan/ pemberdayaan masyarakat).

d. Tahapan Pelaksanaan Pemetaan Sosial

Kegiatan pemetaan sosial dilaksanakan oleh Tim Fasilitator di

masing-masing wilayah sasaran program dengan tahapan kegiatan

sebagai berikut :

1) Tahap Persiapan

a) Menyiapkan SOP Pemetaan Sosial (Orientasi Sosial dan

b) Wilayah) dan mendesiminasi SOP.

c) Mendetailkan SOP agar implementatif dan memberikan

pelatihan kepada Tim Fasilitator.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 64: Kepmensos no. 50 tahun 2013

60

d) Fasilitator menyusun RKTL dan jadwal pelaksanaan

Pemetaan Sosial sesuai alokasi waktu yang tersedia dalam

jadwal master

2) Tahap Pelaksanaan

a) Fasilitator membagi peran dalam tim masing-masing sesuai

RKTL yang telah disusun

b) Fasilitator melaksanakan kegiatan pemetaan sosial sesuai

dengan pembagian peran masing-masing

3) Tahap Pelaporan

a) Fasilitator menyusun laporan hasil pemetaan sosial yang

dilaksanakan

b) Fasilitator menyampaikan laporan hasil pemetaan sosial

e. Monitoring dan Evaluasi

1) Melakukan monitoring dan uji petik ke lapangan terkait dengan

beberapa kegiatan sebagai berikut :

a) Kegiatan pembekalan fasilitator

b) Kegiatan pemetaan sosial

c) Kegiatan penyusunan laporan hasil pemetaan sosial

2) Melakukan evaluasi terhadap hasil pemetaan sosial yang telah

dilaksanakan.

f. Instrumen yang Diperlukan

Kegiatan pemetaan sosial memerlukan beberapa instrumen

sebagai berikut :

1) Panduan Teknis tentang Metode Pengumpulan Data (Wawancara

Terstruktur, Wawancara Mendalam, Observasi, dan FGD)

2) Format isian data sesuai kebutuhan dalam proses pemetaan

sosial.

3) Format Laporan Hasil Pemetaan Sosial.

2. Penjangkauan/ Pendampingan / Bimbingan SosialKegiatan ini merupakan suatu konsep pengembangan masyarakat

dilandasi pandangan adanya kesadaran baru bahwa masyarakat

bukanlah pihak yang tidak tahu dan tidak mau maju. Sebaliknya,

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 65: Kepmensos no. 50 tahun 2013

61

masyarakat adalah pihak yang mau, memiliki pengetahuan lokal,

mempunyai potensi besar serta kearifan tradisional.

Penjangkauan/pendampingan/bimbingan sosial pada dasarnya

merupakan upaya untuk menyertakan masyarakat dalam

mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki sehingga mampu

mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Kegiatan ini

dilaksanakan untuk memfasilitasi pada proses pengambilan

keputusan berbagai kegiatan yang terkait dengan kebutuhan

masyarakat, membangun kemampuan dalam meningkatkan

pendapatan, melaksanakan usaha yang berskala bisnis serta

mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang

partisipatif.

Penjangkauan/pendampingan/bimbingan sosial sebagai

pendekatan Pandu Gempita menitikberatkan pada upaya perbaikan

sistem kelembagaan (pembangunan kapasitas) dan aspek manajerial.

Dilakukan secara intensif dan berkelanjutan, dengan melibatkan

secara aktif pendamping yang kompeten. Dalam pelaksanaan

pendampingan Pandu Gempita diperlukan ketersediaan Sumber Daya

Manusia (SDM) yang berkualitas serta mampu berperan sebagai

fasilitator, komunikator dan dinamisator selama kegiatan berlangsung

dan berfungsi sebagai konsultan sewaktu diperlukan. Perubahan

perilaku untuk mandiri dan kreatif dalam penanganan masalahan

kesejahteraan sosial merupakan fokus program pendampingan Pandu

Gempita. Tenaga pendamping berasal dari luar komunitas (diutamakan

pekerja sosial).

a. Maksud dan Tujuan1) Maksud

Penjangkauan/pendampingan/bimbingan sosial Pandu Gempita

dimaksudkan sebagai upaya fasilitatasi, mediasi, advokasi dan

motivasi dalam rangka meningkatkan kemampuan serta

aksesitas dalam menemukenali permasalahan, potensi dan

sumber daya yang ada di lingkungannya, sehingga mampu

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 66: Kepmensos no. 50 tahun 2013

62

merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, maupun

mengendalikan program/kegiatan dengan optimal.

2) Tujuan

Tujuan penjangkauan/pendampingan/bimbingan sosial Pandu

Gempita adalah:

a) Memperkuat kelembagaan sosial, sehingga dapat menjadi

penggerak penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

b) Menumbuhkan dan mengembangkan pelayanan

kesejahteraan sosial sebagai upaya pemenuhan kebutuhan

dasar dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

c) Memperkuat sistem ketahanan sosial pada tingkat individu,

keluarga/rumahtangga dan komunitas.

d) Membangun mekanisme pengambilan keputusan secara

partisipatif dalam semua aspek pengelolaan sumberdaya

masyarakat.

e) Meningkatkan peran serta aparat, tokoh masyarakat dan

pilar-pilar partisipan sosial dalam memperkuat sistem

kesejahteraan sosial nasional.

b. Sasaran1) Sasaran Subjek

a) Warga Kabupaten/Kota

b) PMKS dan PSKS

c) Aparat Pemerintah

2) Sasaran Lokasi

Pendampingan dilaksanakan di wilayah kerja Pandu Gempita

yang didampingi, baik pada level Kabupaten/kota maupun lokal.

3) Sasaran Target Pencapaian

Secara umum target pencapaian kegiatan pendampingan Pandu

Gempita adalah sebagai berikut:

a) Tercapainya penguatan Pandu Gempita, sehingga dapat

menjadi pengungkit pemenuhan kebutuhan dasar dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat .

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 67: Kepmensos no. 50 tahun 2013

63

b) Tercapainya pemenuhan kebutuhan dasar dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat, utamanya bagi PMKS.

c) Tercapainya penguatan sistem ketahanan sosial pada tingkat

individu, keluarga/rumahtangga dan komunitas.

d) Terbangunnya mekanisme pengambilan keputusan secara

partisipatif dalam semua aspek pengelolaan sumberdaya

masyarakat.

e) Tercapainya peningkatan peran serta aparat, tokoh

masyarakat dan pilar-pilar partisipan sosial dalam

memperkuat sistem kesejahteraan sosial nasional.

Mengacu pada kedudukan sasaran subjek dalam Pandu Gempita

seperti tersebut di atas, maka tingkat/level penjangkauan/

pendampingan/bimbingan sosial dan target capaian yang

diharapkan sebagai berikut:

MatrikTingkat atau level Penjangkauan/Pendampingan/Bimbingan

Sosial dan Target Capaian Pandu Gempita

NoLevel

Pendampingan

Target Pencapaian

1. Individu,keluargadanmasyarakat(komunitas)

Adanya perkembangan terhadap: Pola Pikir Pola Sikap Pola Tindak

2. Lembaga(PanduGempita)

Berkembangnya nilai-nilai danstruktur social baru.

Kelembagaan makin efektifmenstimuli dan menggerakkansistem kesejahteraan sosial.

3. Kabupaten/kota

Adanya kebijakan baru yangmengubah pola hubungan dandistribusi kekuasaan yang lebihberpihak pada masyarakat/warga.

c. Strategi Penjangkauan/Pendampingan/Bimbingan Sosial

Dalam rangka mencapai tujuan sesuai sasaran seperetitersebut di atas, maka perlu menentukan strategi penjangkauan/pendampingan/bimbingan sosial Pandu Gempita, yang meliputi:

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 68: Kepmensos no. 50 tahun 2013

64

MatrikStrategi Penjangkauan/Pendampingan/Bimbingan Sosial

Pandu Gempita

No Strategi Uraian Kegiatan1. Penguatan

kelembagaanPanduGempita

Konsolidasi Struktur Internaluntuk Pembenahan strukturorganisasi

Merikrut pimpinan yang kapabel Optimalisasi pelayanan kepada

masyarakat dengan melakukanpembenahan sistem/norma-normaorganisasi

Penerbitan dokumentasiadministrasi dan pembukuansecara profesional, transparan danakuntabel

2 PengembanganJaringan/KemitraanPanduGempita

Konsolidasi jaringan internal Kejelasan informasi dan nilai

hubungan kemitraan denganmeningkatkan kemampuanpelayanan kesejahteraan sosial,khususnya terhadap PMKS

Mendorong munculnya inovasidalam pelayanan kesejahteraansosial

Melakukan diversifikasi pelayanankesejahteraan sosial

Terjadinya sinergi dalamhubungan kerjasama denganpihak-pihak terkait dalam sistemPandu Gempita

3 Penggaliansistemsumberkesejahteraan sosial

Optimalisasi pendayagunaansumber daya untukpenyelenggaraan kesejahteraansosial

Optimalisasi penggunaansumberdaya secara efektif danefisien

Pendistribusian pelayanan secaraadil dan merata

4 Meningkatkan peransertamasyarakat,aparatpemerintahdesa dan

Mensinergikan pelaksanaan PanduGempita dari, oleh dan untuk semuakomponen masyarakat.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 69: Kepmensos no. 50 tahun 2013

65

tokohmasyarakatdalamPanduGempita

d. Lingkup Kerja Penjangkauan/Pendampingan/Bimbingan SosialLingkup kerja Penjangkauan/Pendampingan/Bimbingan Sosial

Pandu Gempita, meliputi:

Perencanaan, yakni membantu masyarakat dalam menyusun

rencana dan target penyelenggaraan kesejahteraan sosial ke depan

secara terukur, terarah, dan wajar.

1) Pengorganisasian, yakni membantu masyarakat dalam

pengkoordisasian program/kegiatan yang akan dilakukan guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2) Implementasi, yakni membantu masyarakat dalam menjalankan

rencana yang telah disusunnya, membantu mencarikan solusi

ketika menghadapi kendala dan permasalahan.

3) Pengendalian, yaitu membantu masyarakat dalam pemantauan,

supervisi, evaluasi dan pelaporan dalam rangka turut

memberikan penilaian atas kinerja yang dicapai lembaga, dan

membantu dalam menemukan penyebab terjadinya

penyimpangan dari target yang telah dibuat.

4) Pengembangan, yakni turut membantu dalam menyusun

rencana pengembangan dari hasil yang telah dicapai selama ini.

e. Prinsip Penjangkauan/Pendampingan/Bimbingan SosialPrinsip-prinsip pendampingan yang dapat digunakan sebagai

panduan dalam upaya pelaksanaan Pandu Gempita meliputi:

1) Prinsip Kemitraan

Pandu Gempita dibangun dari, oleh dan untuk kepentingan

masyarakat dan desa. Selain dengan anggota Pandu Gempita

sendiri, kerjasama juga dikembangkan dengan mitra kerjanya,

agar upayanya berkembang, sehingga dapat memenuhi

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 70: Kepmensos no. 50 tahun 2013

66

kebutuhan dasar dan meningkatkan kesejahteraan sosial

masyarakat desa.

2) Prinsip Keberlanjutan

Seluruh kegiatan penumbuhan dan pengembangan

diorientasikan pada terciptanya sistem dan mekanisme yang

mendukung pemberdayaan Pandu Gempita secara

berkelanjutan. Berbagai kegiatan yang dilakukan merupakan

kegiatan yang memiliki potensi untuk berlanjut di kemudian

hari.

3) Prinsip Keswadayaan

Anggota dan pengelola Pandu Gempita diberi motivasi dan

didorong untuk berusaha atas dasar kemauan dan kemampuan

sendiri dan tidak selalu tergantung pada bantuan dari luar.

4) Prinsip Kesatuan

Pandu Gempita tumbuh dan berkembang sebagai satu kesatuan

yang utuh. Tim pusat hingga lokal beserta segenap masyarakat

merupakan pemacu dan pemicu kemajuan. Prinsip ini menuntut

para pendamping untuk memberdayakan seluruh subjek dan

sekaligus objek Pandu Gempita dapat berperan serta dalam

meningkatkan kesejahteraan sosial.

5) Prinsip Belajar Menemukan Sendiri

Pandu Gempita tumbuh dan berkembang atas dasar kemauan

dan kemampuan warga desa beserta aparatnya untuk belajar

menemukan sendiri apa yang mereka butuhkan dan apa yang

akan mereka kembangkan, termasuk upaya untuk mengubah

penghidupan dan kehidupannya.

f. Jenis dan Tahapan Kegiatan Penjangkauan/Pendampingan/Bimbingan Sosial

1) Jenis Kegiatan Penjangkauan/Pendampingan/Bimbingan Sosial

Fokus dari serangkaian kegiatan Penjangkauan/Pendampingan/

Bimbingan Sosial Pandu Gempita seperti tersebut di atas,

diarahkan pada upaya-upaya sebagai berikut:

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 71: Kepmensos no. 50 tahun 2013

67

a) Memotivasi partisipasi sosial masyarakat dalam pelaksanaan

Pandu Gempita.

b) Memantapkan penyusunan Rencana Kerja.

c) Memfasilitasi lembaga dalam peningkatan dan perluasan

pelayanan kesejahteraan sosial.

d) Memfasilitasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dalam

rangka pelaksanaan Pandu Gempita.

e) Mengembangkan kemitraan strategis dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial.

f) Memperkuat sistem administrasi Pandu Gempita.

g) Membuat laporan monitoring dan evaluasi.

2) Tahapan Kegiatan Pendampingan

Pendampingan terhadap Pandu Gempita selayaknya memiliki

tahap-tahap kegiatan agar lebih terarah dan dapat dipahami kapan

program akan berakhir. Tahap-tahap ini pada hakikatnya

merupakan target atau sasaran yang ingin dicapai pada kurun

waktu tertentu. Tahapan kegiatan pendampingan adalah sebagai

berikut:

a) Tahap Awal/persiapan

(1) Membuat kesepakatan antara penyelenggara Pandu Gempita

dengan pendamping tentang fokus, waktu, dan cara

melakukan pendampingan.

(2) Mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan

pencatatan.

b) Tahap Pelaksanaan

(1) Mendefinisikan keanggotaan atau siapa yang akan

dilibatkan pengalaman dan perbedaan-perbedaan.

(2) Mendefinisikan tujuan keterlibatan.

(3) Mendorong komunikasi dan relasi, serta menghargai

keterampilan.

(4) Memfasilitasi keterikatan dan kualitas sinergi sebuah

sistem: menemukan kesamaan dan perbedaan.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 72: Kepmensos no. 50 tahun 2013

68

(5) Memfasilitasi pendidikan/pelatihan: membangun

pengetahuan dan dalam pelaksanaan kegiatan.

(6) Memberikan model atau contoh dan memfasilitasi

pemecahan masalah bersama: mendorong kegiatan

kolektif.

(7) Mengidentifikasi masalah-masalah yang akan

dipecahkan.

(8) Memfasilitasi penetapan tujuan.

(9) Merancang solusi-solusi alternatif.

(10) Mendorong pelaksanaan tugas.

(11) Memelihara relasi system.

(12) Memecahkan konflik.

c) Tahap Pasca Pendampingan

Mengembangkan Rencana Tindak Lanjut (RTL)

3. Penataan dan pembangunan permukiman, sanitasi lingkungan,sarana prasarana pelayanan sosial dasar dan pengembanganinfrastruktur sosial ekonomi secara terpadu.

a. Permasalahan umum1) Ketidaksesuaiannya persediaan dan permintaan sarana dan

prasarana.

2) Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak sebanding denganpenyediaan sarana dan prasarana permukiman menyebabkanpermasalahan yang serius. Perpindahan penduduk ini terkaiterat dengan kegiatan ekonomi dan pembangunan sarana danprasarana yang masih terpusat di perkotaan.

3) Meningkatnya arus migrasi akibat semakin timpangnyaperkembangan antar wilayah sehingga penyebaran penduduktidak merata

4) Menurunnya kualitas permukiman, seperti :a) Kepadatan permukiman yang terlalu tinggi.

b) Taman dan ruang terbuka semakin berkurang.

c) Jaringan air bersih, listrik, pembuangan air kotor tidakmemadai.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 73: Kepmensos no. 50 tahun 2013

69

d) Tingkat pelayanan dan fasilitas umum seperti sekolah, tempatpertemuan dan olahraga, serta rekreasi semakin menurun.

e) Ciri khas atau karakter spesifik permukiman daerah setempatsemakin terkikis.

b. TujuanTerciptanya sarana dan prasarana kawasan permukiman menuju‘sehat dan kondusif”

c. Sasaran1) Kampung dalam Kota

2) Permukiman tradisional di perkotaan,

3) Permukiman yang tidak didukung sarana dan prasarana yangmemadai

4) Permukiman yang kurang sehat,

5) Penduduk yang mayoritas bekerja di sektor informal.

6) Terbentuknya permukiman secara spontan tanpa perencanaand. Kriteria Sasaran :

1) Kepadatan penduduk 250 -400 jiwa/ha (untuk wilayahperkotaan)

2) Jalan-jalan sempit tidak dapat dilalui kendaraan roda empat,cendrung berupa jalan tanah, belum berupa perkerasan.

3) Fasilitas drainase sangat tidak memadai sehingga ketika hujansangat mudah tergenang air.

4) Fasilitas pembuangan air kotor/tinja sangat minim.5) Fasilitas penyediaan air bersih sangat minim, memanfaatkan

sumur dangkal, air hujan atau membeli secara kalengan.6) Tata bangunan sangat tidak teratur, bangunan umumnya tidak

permanen.7) Rawan terhadap penularan penyakit akibat kepadatan yang

tinggi.8) Pemilikan hak terhadap lahan sering ilegal.

e. Komponen KegiatanKomponen kegiatan penataan dan pembangunan permukiman,penataan sanitasi lingkungan, peningkatan sarana prasaranapelayanan sosial dasar dan pengembangan infrastruktur sosialekonomi secara terpadu

1) Jalan/gang/pedestrian.

2) Rumah.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 74: Kepmensos no. 50 tahun 2013

70

3) Rumah Ibadah.

4) Warung.

5) Pasar Tradisional.

6) Ruang Terbuka.

7) Stasiun Kereta Api.

8) Sekolah.

9) Pusat Kesehatan Masyarakat.

10) Pusat Pertemuan Rakyat.

11) Keberadaan Situ di sekitar permukiman.

12) Sarana komunikasi umum.

13) Drainasi.

4. Diversifikasi dan Pengembangan Usaha Ekonomi Sesuai denganpotensi dan Sumber Lokal

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, angkatan kerja

pedesaan terus bertambah, sementara pertambahan luas lahan

pertanian yang relative tidak meningkat secara signifikan, sehingga

penyerapan tenaga kerja di sector pertanian menjadi tidak produktif.

Disisi lain, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di pedesaan relatif

rendah yang menyebabkan pemanfaatan Sumer Daya Alam (SDA) yang

cenderung tidak dimanfaatkan dengan baik.

Untuk mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat

dan desa, maka upaya konprehensif yang dilakukan adalah dengan

menitikberatkan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat di

perdesaan.

a. Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat dan Wilayah/DaerahDengan memperhatikan masalah dan tantangan yang dihadapi

serta peluang yang ada dan berdasarkan misi yang diemban, maka

kebijakan pemberdayaan masyarakat dirumuskan sebagai berikut:

1) Pemberdayaan diarahkan pada penyelenggaraan mekanisme

demokrasi.

2) Pemberdayaan didasarkan atas potensi dan sumber daya

lokal.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 75: Kepmensos no. 50 tahun 2013

71

3) Pemberdayaan dilakukan melalui pengembangan inisiatif

lokal.

4) Pemberdayaan dijalankan dengan cara fasilitasi, komunikasi,

penguatan inisiatif dan pemberian penghargaan.

5) Pemberdayaan dilakukan dalam rangka mewujudkan

penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata, dan

bertanggung jawab.

Dalam kerangka meningkatkan kemampuan serta

kemandirian masyarakat, maka pendekatan yang perlu

dikembangkan adalah sebagai berikut.

1) Menempatkan masyarakat sebagai subjek dan sekaligus

subjek dalam proses pemberdayaan masyarakat dan desa.

2) Mengembangkan usaha ekonomi produktif untuk

meningkatkan pendapatan serta kesejahtraan masyarakat dan

desa.

3) Optimalisasi peran aktif serta kemandirian masyarakat dan

desa dalam proses pemberdayaan.

4) Mengembangkan kemampuan dan kemandirian masyarakat

dan desa.

5) Optimalisasi manfaat serta pelestarian hasil untuk

keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat dan desa.

Pokok-pokok kebijakan program pemberdayaan masyarakat meliputi

beberapa hal sebagai berikut.

1) Mengembangkan kemampuan serta kemandirian masyarakat

melalui pemberdayaan di segala bidang kehidupan.

2) Pembangunan yang berpusat pada manusia, yaitu

menempatkan masyarakat sebagai subjek atau pelaku utama

dalam proses pengelolaan pembangunan melalui

pengembangan kemampuan dan kemandirian masyarakat,

peningkatan partisipasi/peran aktif masyarakat, serta

pengembangan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab

masyarakat dalam pengelolaan pembangunan.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 76: Kepmensos no. 50 tahun 2013

72

3) Pemberdayaan yang meliputi, (a) aspek ekonomi, yaitu upaya

pengembangan usaha ekonomi produktif masyarakat, (b)

aspek sosial budaya, yaitu pemantapan nilai-nilai sosial

budaya lokal sebagai pengatur sikap dan prilaku bersama

menuju keharmonisan kehidupan masyarakat, (c) aspek

politik, yaitu pengembangan demokratisasi dalam proses

pengelolaan pembangunan dan penyelenggaraan

pemerintahan, (d) aspek lingkungan, yaitu peran aktif

masyarakat dalam mendayagunakan Sumber Daya Alam (SDA)

dan melestarikan lingkungan agar dapat digunakan secara

berkelanjutan.

b. Program Pemberdayaan Masyarakat dan Wilayah/daerahProgram dan kegiatan prioritas pemberdayaan meliputi:

1) Penataan dan pemantapan kelembagaan badan pemberdayaan

masyarakat di daerah, yaitu bimbingan, supervisi, dan

pengawasan dalam pembentukan organisasi perangkat daerah,

khususnya pembentukan Badan/Kantor pemberdayaan.

2) Pemantapan dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan

pemerintahan, yaitu mengatur penetapan dan penegasan batas

wilayah/daerah, pembentukan dan penghapusan atau

penggabungan (desa, kecamatan) penggabungan desa,

perubahan status menjadi kelurahan, tata cara pelaporan dan

pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan,

pengelolaan keuangan, dan kerja sama wilayah/daerah.

3) Akselerasi program/kegiatan pembangunan berbasis dan

berorientasi pemberdayaan masyarakat, yaitu (a) Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), (b) pemantapan

peran kelembagaan dan kader pemberdayaan masyarakat, (c)

pengembangan lembaga ekonomi dan kegiatan sosial ekonomi

masyarakat, (d) peningkatan ketahanan dan kesejahtraan

keluarga, dan (e) pendayagunaan teknologi tepat guna dan

pelestarian lingkungan.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 77: Kepmensos no. 50 tahun 2013

73

4) Percepatan penanggulangan kemiskinan melalui Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

5) Peningkatan kegiatan sosial ekonomi masyarakat melalui (a)

penguatan lembaga keuangan mikro dalam penyediaan kredit

modal usaha, (b) pengembangan infrastruktur sosial dan

ekonomi wilayah untuk mendukung percepatan pembangunan

ekonomi masyarakat, (c) pengembangan cadangan pangan

melalui lumbung pangan masyarakat, dan (d) penguatan peran

pasar dalam memasarkan produk masyarakat.

5. Pengembangan Sistem Rujukan dan Kemitraan1) Sistem Rujukan dan Kemitraan dalam Pelayanan Kesejahteraan

Sosial:

a) Dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari pelayanan

kesejahteraan sosial tingkat pertama/dasar yang berlanjut

sampai dengan tingkat diatasnya.

b) Pelayanan kesejahteraan sosial tingkat lanjutan/di atasnya

hanya dapat diberikan atas rujukan pelayanan di bawahnya,

kecuali dalam keadaan rescue; bencana; kekhususan

permasalahan; dan pertimbangan geografis.

c) Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas, pemerataan dan

peningkatan efektifitas pelayanan kesejahteraan sosial

rujukan dilakukan ke fasilitas pelayanan terdekat yang

memiliki kemampuan pelayanan sesuai kebutuhan klien.

d) Keseluruhan pelayanan sesuai dengan levelnya dibatasi

dengan parameter standar yang terukur secara jelas

2) Tata Cara Rujukan:

a. Rujukan Vertikal : Antar pelayanan kesejahteraan sosialyang berbeda tingkatan dari yang lebihrendah/dasar ke yang lebih tinggi atausebaliknya.

b.Rujukan Horizontal : Antar pelayanan kesejahteraan sosialdalam satu tingkatan

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 78: Kepmensos no. 50 tahun 2013

74

6. Peningkatan Akses Terhadap Pelayanan Sosial Dasar

Permasalahan penting yang masih dihadapi dalam

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial saat ini adalah terbatasnya

aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar yang berkualitas,

terutama pada kelompok penduduk miskin, penduduk daerah

tertinggal, terpencil dan di daerah perbatasan serta pulau-pulau

terluar. hal ini, antara lain, disebabkan oleh karena kendala jarak,

biaya dan kondisi fasilitas yang masih minim.

Kelompok kurang mampu/miskin pada umumnya mempunyai

tingkat kesejahteraan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan

status kesejahteraan rata-rata penduduk. Rendahnya tingkat

kesejahteraan penduduk miskin/kurang mampu terutama disebabkan

oleh terbatasnya akses terhadap pelayanan sosial dasar akibat

kendala geografis dan kendala biaya. Selain itu, penduduk

miskin/kurang mampu belum seluruhnya terjangkau oleh sistem

jaminan/asuransi sosial. Asuransi sosial sebagai suatu bentuk sistem

jaminan sosial sosial hanya menjangkau 18,7 persen penduduk.

Walaupun Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) dan Badan Penyelenggara Jaminan Kesejahteraan Sosial

(BPJS) telah ditetapkan serta didirikan, pengalaman di berbagai

wilayah menunjukkan bahwa keterjangkauan penduduk miskin

terhadap pelayanan sosial dasar belum cukup terjamin.

Meskipun pelayanan sosial dasar bagi penduduk miskin telah

tersedia, belum semua memanfaatkan pelayanan ini karena mereka

tidak mampu menjangkau fasilitas pelayanan yang disediakan akibat

kendala biaya, jarak dan transportasi. Permasalahan lainnya yang

berkaitan dengan distribusi kartu miskin adalah penyalahgunaan

Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) oleh orang yang tidak berhak.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 79: Kepmensos no. 50 tahun 2013

75

Banyak pihak yang mengharapkan bahwa asuransi sosial dapat

menjadi cikal bakal asuransi kesejahteraan sosial nasional. Namun,

banyak hal dari sistem dan pengelolaannya yang perlu disempurnakan.

7.Kegiatan Pelayanan Khusus bagi Anak-Anak, Perempuan, Lansia,ODK dan Lainnya.

Kebutuhan kabupaten/kota ramah PMKS pada dasarnya

merupakan suatu bentuk respon logis untuk promosi rasa

kesetiakawanan sosial dan kontribusi seluruh warga dalam

mempertahankan keberlangsungan kabupaten/kota.

Bagaimana merumuskan kriteria sebuah kabupaten/kota ramah

PMKS; Kabupaten/kota ramah PMKS paling kurang memenuhi 8

standar kehidupan, yaitu:

1) Tersedia fasilitas umum untuk semua warga, seperti; ruang

terbuka dan bangunan dengan lingkungan yang bersih,

menyenangkan dan tidak bising; taman yang menyenangkan; jalan

yang cukup lebar, aman dan pedestrian serta trotoar yang cukup

lebar untuk pejalan kaki; bangunan yang memiliki aksesibilitas

cukup dan toilet umum yang bersih;

2) Transportasi; jadwal angkutan yang tepat, ada prioritas jalan

masuk dan tempat duduk untuk lansia, perempuan dan anak-anak

serta penyandang disabilitas. Kendaraan yang tangganya rendah,

lantainya rendah dan tempat duduk yang nyaman, supir yang

sopan dan mau berhenti sabar menunggu penumpang, informasi

yang jelas, tempat parkir yang yang mudah terjangkau dekat

dengan gedung, tidak deskriminatif dan lain-lain;

3) Tersedia lingkungan perumahan untuk semua golongan warga

masyarakat yang menyenangkan serta memiliki aksesibilitas yang

dibutuhkan.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 80: Kepmensos no. 50 tahun 2013

76

4) Partisipasi Sosial; diantaranya adalah menyediakan tempat untuk

berkumpulnya warga masyarakat tidak terkecuali masyarakat kelas

bawah (marjinal) untuk melaksanakan aktivitas seperti usaha, olah

raga, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pemenuhan kebutuhan

sosial dasar lainnya.

5) Penghormatan dan penghargaan dari lingkungan socialnya.

Penghormatan terhadap PMKS diharapkan dari seluruh warga

kabupaten/kota tanpa kecuali. PMKS ini dimudahkan dalam

berbagai kegiatan dan mendapat dukungan dari semua pihak, baik

oleh pemerintah, masyarakat maupun swasta.

6) Partisipasi dan pekerjaan; pada dasarnya PMKS tidak seluruhnya

tidak berdaya, kebanyakan malah masih cukup potensial sehingga

membutuhkan kegiatan dan lapangan pekerjaan.

7) Informasi dan komunikasi; PMKS diharapkan dapat bertemu dalam

pertemuan publik dipusat komunitas sehingga mereka dapat

menerima dan mengakses informasi yang diperlukan untuk

mereka. Komunikasi ini diharapkan dapat disampaikan dengan

bahasa yang sederhana dan bila perlu dicetak dalam bentuk leaflet

ataupun brosur dengan huruf yang cukup jelas dibaca oleh PMKS.

8) Tersedia pelayanan sosial dasar yang memadahi, seperti layanan

pendidikan, kesehatan dan bantuan sosial.

8.Perlindungan Hak Ulayat, Hukum Adat, Ilmu Pengetahuan danKearifan Lokal, Advokasi dan Legislasi.

Hak ulayat, hukum adat, ilmu pengetahuan dan kearifan lokal

yang dimiliki masyarakat adat di Indonesia harus diangkat dan

dilindung.

Upaya ini penting untuk memberi manfaat yang lebih baik

kepada masyarakat. Selama ini telah banyak eksploitasi sumberdaya

alam maupun sosial, namun masyarakat lokal pemilik kekayaan tidak

mendapat manfaatnya secara optimal.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 81: Kepmensos no. 50 tahun 2013

77

Pembangunan ekonomi boleh jalan tapi masyarakat dan

lingkungan harus tetap lestari. Oleh karena itu, memperjuangkan

masyarakat melindungi hak ulayat dan kearifan local menjadi bagian

penting dari Pandu Gempita. Pembangunan yang berkelanjutan harus

melihat pada lingkungan karena lingkungan yang menjamin

keberlangsungan pembangunan tersebut. Terkait dengan hal ini, maka

dipandang perlu untuk senantiasa menjaga hak ulayat, hukum adat,

ilmu pengetahuan dan kearifan lokal yang berlaku di masing-masing

daerah agar tidak punah.

Hal itu memiliki tujuan untuk melindungi hak ulayat, hukum

adat, ilmu pengetahuan dan kearifan lokal, mengendalikan

pemanfaatannya serta menjamin pemenuhan hak masyarakat dan

menjadi dasar kebijakan perlindungan dan pengelolaan yang dapat

digunakan sebagai pengembangan kebijakan publik baik di tingkat

internasional, nasional, maupun daerah.

Pemerintah kabupaten/kota sebagai pemegang otoritas

berwenang untuk hak ulayat, hukum adat, ilmu pengetahuan dan

kearifan lokal. Untuk mengimplementasikan hal tersebut maka peme-

rintah perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Mengatur dan mengembangkan kebijakan perlindungan hak ulayat,

hukum adat, ilmu pengetahuan dan kearifan lokal.

2) Mengatur pemanfaatan dan pengelolaan hak ulayat, hukum adat,

ilmu pengetahuan dan kearifan.

3) Mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang

lain atau subyek hukum lainya serta pembuatan hukum terhadap

sumber sumberdaya, termasuk sosial kapital.

4) Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial.

5) Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi hak

ulayat, hukum adat, ilmu pengetahuan dan kearifan lokal sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9. Transformasi Strategi Untuk Keberlanjutan Program

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 82: Kepmensos no. 50 tahun 2013

78

Kegiatan pada tahap transformasi strategi pelaksanaan Pandu Gempita

meliputi:

a. Fasiilitasi dalam rangka Optimalisasi Manfaat

1) Mengoptimalkan partisipasi sosial masyarakat sebagai modal sosial.

2) Mengefektifkan pemeliharaan dan pelestarian hasil-hasil

pelaksanaan Pandu Gempita

3) Mengoptimalkan pemanfaatan hasil pelaksanaan Pandu Gempita

untuk sebanyak-banyaknya meningkatkan taraf kesejahteraan

sosial masyarakat.

b. Fasilitasi dalam rangka Pelestarian

1) Melembagakan pelaksanaan Pandu Gempita.

2) Melakukan rekonsiliasi dan penilaian kinerja pelaksanaan Pandu

Gempita.

c. Fasilitasi dalam rangka Pengembangan

1) Memperbesar jumlah penerima manfaat dan memperluas

jangkauan pelayanan dalam pelaksanaan Pandu Gempita secara

efektif dan efisien.

2) Deversifikasi dan peningkatan kegiatan dalam rangka

pelaksanaan Pandu Gempita.

3) Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan dalam

pelaksanaan Pandu Gempita.

4) Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengendalian dalam

pelaksanaan Pandu Gempita.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 83: Kepmensos no. 50 tahun 2013

79

BAB VORGANISASI PELAKSANAAN DAN

MEKANISME KERJA

Pandu Gempita dilakukan secara terorganisir dan berkelanjutan,

sehingga pada tahap awal ini dapat diharapkan mampu mewujudkan

pengembangan model kebijakan, strategi dan program kesejahteraan

sosial secara terpadu dalam rangka menanggulangi masalah kemiskinan

serta masalah sosial lainnya. Dengan demikian pada gilirannya nanti

dapat diadopsi oleh Kabupaten/kota lain di seluruh Indonesia menuju

terwujudnya sistem kesejahteraan sosial nasional yang inovatif dan

kompetitif. Untuk itu, diperlukan dukungan dari semua pihak, termasuk

Pemerintah Provinsi, pendamping, pilar-pilar partisipan sosial dan

instansi/lembaga sektoral terkait dalam pelaksanaannya.

A. Struktur Organisasi1. Pemerintah (Pusat)

a. Pemerintah (pusat) cq Kementerian Sosial RI adalah penanggung

jawab program dan kegiatan Pandu Gempita.

b. Untuk mendukung pelaksanaan program tersebut dibentuk Unit

Pelayanan Terpadu dan Gerakan Masyarakat Peduli

Kabupaten/Kota (UP Pandu Gempita) Pusat yang berkedudukan

di Kementerian Sosial RI .

c. UP Pandu Gempita (pusat) mewadahi dua komponen, masing-

masing adalah Tim Koordinasi Pandu Gempita (pusat) pada

level kebijakan dan Tim Teknis (pusat) untuk operasionalisasi

program.

d. Kementerian/lembaga sektoral pada tingkat pusat berperan

sebagai penyalur bantuan sosial

2. Pemerintah Provinsi

a. Pada tingkat provinsi dibentuk Unit Pelayanan Terpadu dan

Gerakan Masyarakat Peduli Kabupaten/Kota (UP Pandu

Gempita) yang berkedudukan di Dinas/instansi Sosial Provinsi.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 84: Kepmensos no. 50 tahun 2013

80

b. UP Pandu Gempita Provinsi mewadahi Tim Koordinasi Pandu

Gempita Provinsi.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Pada tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Unit Pelayanan Terpadu

dan Gerakan Masyarakat Peduli Kabupaten/Kota yang

berkedudukan di Dinas/instansi Sosial Kabupaten/Kota.

b. UP Pandu Gempita Kabupaten/Kota mewadahi Tim Koordinasi

Pandu Gempita Kabupaten/Kota.

c. Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan, maka pada tingkat

Kabupaten/Kota dapat dibentuk UP Pandu Gempita lokal.

e. Dinas/instansi/lembaga sektoral pada tingkat Kabupaten/Kota

berperan sebagai pemberi layanan atau penyalur bantuan sosial

setelah mendapat persetujuan pusat kesejahteraan sosial/

layanan satu atap.

4. Kecamatan

Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan ini berada pada

pemerintah tingkat kecamatan.

Mereka adalah para petugas penyalur bantuan yang secara sinergis

bersama-sama SDM Kesejahteraan Sosial (Pendamping Pandu

Gempita, Peksos, TKSM dan Relawan Sosial) sebagai ujung tombok

pelaksanaan di lapangan.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 85: Kepmensos no. 50 tahun 2013

81

Struktur organisasi pelaksanaan Pandu Gempita dapat

digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar 5.1. Struktur Organisasi Pelaksanaan Pandu Gempita

B. Tugas dan Fungsi

1. Kementerian Sosial RI

Kementerian Sosial RI melalui UP Pandu Gempita Pusat sebagai

penanggung jawab Pandu Gempita, mempunyai kewajiban

memfasilitasi koordinasi persiapan dan pelaksanaan serta

mengendalikan, dengan melaksanakan tugas antara lain:

a. Merumuskan kebijakan Pandu Gempita.

b. Membentuk UP Pandu Gempita Pusat

c. Memfasilitasi terbentuknya Tim Koordinasi dan Tim Teknis

Pandu Gempita Pusat

d. Menyusun Pedoman Umum Pandu Gempita, sebagai acuan

dalam pelaksanaannya.

UP Pandu Gempita Lokal

UP Pandu GempitaDinasos Provinsi

Tim Koordinasi PanduGempita Provinsi

Provinsi

Kemensos RIUP Pandu Gempita Pusat

Tim Koordinasi PanduGempita Pusat & Tim

Teknis

Lembaga Penyalurbantuan Sosial

UP Pandu GempitaDinasos Kabupaten/kota

Tim Koordinasi PanduGempita Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota

Kecamatan

Pendamping, Peksos,TKSM Relawan Sosial

Lembaga Penyalurbantuan Sosial

Pusat

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 86: Kepmensos no. 50 tahun 2013

82

e. Menyusun Panduan Teknis, seperti Manajemen Operasional

pelayanan satu atap, Pembinaan, Pengawasan dan

Pendampingan serta lainnya, untuk mengarahkan kegiatan

dalam mencapai tujuan dan sasaran kebijakan yang ditetapkan.

f. Menggalang kemitraan dengan kementerian/lembaga sektoral

terkait tingkat pusat, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota

dalam pelaksanaan fasilitasi dan pengendalian program.

g. Mengalokasikan anggaran Pandu Gempita melalui APBN

h. Menyusun laporan pertanggungjawaban sebagai penyelenggara

program dan anggaran.

i. Memfasilitasi pembentukan dan berfungsinya Unit Pengaduan

Masyarakat Tingkat Pusat.

2. Pemerintah Provinsi

a. Membentuk UP Pandu Gempita Provinsi

b. Memfasilitasi terbentuknya Tim Koordinasi Pandu Gempita

Provinsi

c. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) sesuai keperluan

dengan mengacu pada Penduan Umum dan Panduan Teknis.

d. Melakukan koordinasi lintas sektoral antar instansi di tingkat

propinsi dalam rangka pelaksanaan Pandu Gempita.

e. Melakukan koordinasi dengan Tim Koordinasi Pandu Gempita

Kabupaten/kota dalam pengendalian (pemantauan, supervisi,

evaluasi dan pelaporan) serta membantu mengatasi

permasalahan di lapangan.

f. Mengalokasikan anggaran Pandu Gempita melalui APBD Provinsi

g. Menyusun laporan hasil pengendalian serta menyampaikan

laporan ke UP Pandu Gempita Pusat.

h. Memfasilitasi pembentukan dan berfungsinya Unit Pengaduan

Masyarakat Tingkat Provinsi.

3. Pemerintah kabupaten/kota

a. Menandatangani MoU dan kesepakatan bersama pelaksanaan

Pandu Gempita dengan Kementerian Sosial RI

b. Membentuk UP Pandu Gempita Kabupaten/kota

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 87: Kepmensos no. 50 tahun 2013

83

c. Memfasilitasi terbentuknya Tim Koordinasi Pandu Gempita

Kabupaten/kota dan tingkat lokal.

d. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) sesuai keperluan

dengan mengacu pada Penduan Umum dan Panduan Teknis.

e. Melakukan koordinasi lintas sektoral antar instansi di tingkat

Kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan Pandu Gempita.

f. Melakukan koordinasi dengan Tim Koordinasi Pandu Gempita

Kabupaten/kota, tingkat lokal dan petugas pelaksana lapangan

dalam pengendalian (pemantauan, supervisi, evaluasi dan

pelaporan) serta membantu mengatasi permasalahan di

lapangan.

g. Mengalokasikan anggaran Pandu Gempita melalui APBD

Kabupaten/kota

h. Menyusun laporan hasil pengendalian serta menyampaikan

laporan ke UP Pandu Gempita Pusat dan provinsi.

i. Memfasilitasi pembentukan dan berfungsinya Unit Pengaduan

Masyarakat Tingkat kabupaten/kota dan tingkat lokal.

4. Pendamping, Peksos, Relawan Sosial dan petugas Pandu Gempita

pada Tingkat Kecamatan lainnya:

a. Menjalin komunikasi, memberikan informasi dan edukasi (KIE)

serta menampung dan menyalurkan aspirasi Masyarakat.

b. Melakukan pendekatan dan koordinasi dengan para pemangku

kepentingan serta sistem sumber lainnya guna mendapatkan

dukungan.

c. Memfasilitasi, memediasi, mengadvokasi dan memotivasi

masyarakat dalam pelaksanaan program/kegiatan.

d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pimpinan dalam

pelaksanaan Pandu Gempita.

e. Melaporkan kegiatannya kepada Tim Koordinasi Pandu Gempita

Kabupaten/kota dan tingkat lokal.

5. Instansi/lembaga Sektoral Terkait:

a. Koordinasi lintas sektor dalam pelaksanaan Pandu Gempita

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 88: Kepmensos no. 50 tahun 2013

84

b. Menjalin relasi, komunikasi dan pertukaran informasi antar

instansi/lembaga/unit dalam rangka pelaksanaan Pandu

Gempita

c. Mewujudkan sinergisitas program/kegiatan lintas

instansi/lembaga/unit dalam rangka pelaksanaan Pandu

Gempita

d. Membangun kesepahaman dan kerjasama kemitraan strategis

dalam pelaksanaan Pandu Gempita

e. Memberikan fasilitasi pelaksanaan Pandu Gempita melalui one

stop services sesuai tugas dan fungsi pokok masing-masing

dalam perannya sebagai penyalur bantuan sosial.

f. Mengawasi, memonitor, mengevaluasi dan melaporkan

pelaksanaan program/kegiatan fasiitasi pelaksanaan Pandu

Gempita sesuai jalur dan jenjang dalam Struktur Organisasi

Pelaksanaan.

C. Prosedur KerjaMengacu pada struktur organisasi pelaksanaan serta tugas dan

fungsinya, maka mekanisme pelaksanaan Pandu Gempita dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

1. Kementerian Sosial RI melalui UP Pandu Gempita Pusat sebagai

penanggung jawab, menyelenggarakan Pandu Gempita pada skala

nasional. Melalui kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang

digariskan berupaya untuk mengkoordinasikan penyelenggaraan

pelaksanaan Pandu Gempita, mulai dari tahap persiapan,

pelaksanaan sampai pada pengendaliannya. Koordinasi dilaksanakan

secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal bertanggung jawab

untuk mengkoordinasikan program/kegiatan dengan

kementerian/lembaga di tingkat nasional. Sedangkan secara vertikal

dilakukan secara khirarkhis mulai para tingkat pemerintah provinsi,

kabupaten/kota, hingga pendamping dan petugas pelaksana teknis

lainnya.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 89: Kepmensos no. 50 tahun 2013

85

2. Pemerintah Provinsi sebagai penanggung jawab fungsional dan

pengendali, melalui UP Pandu Gempita Provinsi melaksanakan Pandu

Gempita sesuai kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang

digariskan Pemerintah (pusat) di wilayah kerja masing-masing.

Fasilitasi pelaksanaan Pandu Gempita, dilakukan mulai dari tahap

persiapan, pelaksanaan sampai pada pengendaliannya. Secara

horizontal bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan pelaksanaan

program/kegiatan dengan dinas/instansi/lembaga/unit kerja sektoral

terkait di tingkat provinsi. Sedangkan secara vertikal dilakukan

secara khirarkhis mulai para tingkat pemerintah kabupaten/kota

hingga pendamping dan petugas pelaksana teknis lainnya.

3. Pemerintah Kabupaten/kota sebagai penanggung jawab pelaksana,

melalui UP Pandu Gempita Kabupaten/kota dan lokal melaksanakan

Pandu Gempita sesuai kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang

digariskan Pemerintah (pusat) dan Pemerintah Provinsi serta Mou

dan kesepakatan bersama yang telah ditandatangani di wilayah kerja

masing-masing. Fasilitasi pelaksanaan Pandu Gempita, dilakukan

mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai pada

pengendaliannya. Secara horizontal bertanggung jawab untuk

mengkoordinasikan pelaksanaan program/kegiatan dengan

dinas/instansi/lembaga/unit kerja sektoral terkait di tingkat

kabupaten/kota. Sedangkan secara vertikal dilakukan secara

khirarkhis pada tingkat Kecamatan hingga pendamping dan petugas

pelaksana teknis lainnya.

4. Pendamping dan petugas pelaksana teknis lainnya sebagai ujung

tombak pelaksanaan Pandu Gempita menjalankan aktifitasnya sesuai

kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang digariskan Pemerintah

(pusat), Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota di wilayah kerja

masing-masing. Fasilitasi pelaksanaan Pandu Gempita, dilakukan

mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai pada

pengendaliannya. Secara teknis dan fungsional bertanggung jawab

untuk mengkoordinasikan pelaksanaan program/kegiatan di

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 90: Kepmensos no. 50 tahun 2013

86

lapangan serta dengan aparat dinas/instansi/lembaga/unit kerja

sektoral terkait.

5. Instansi/lembaga Sektoral terkait dalam perannya sebagai lembaga

penyalur bantuan sosial, sesuai kebijakan, strategi, program dan

kegiatan yang digariskan Pemerintah pada levelnya turut serta

berpartisipasi secara aktif melaksanakan Pandu Gempita di wilayah

kerja masing-masing. Fasilitasi pelaksanaan Pandu Gempita dapat

dilakukan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai pada

pengendaliannya. Secara teknis fungsional dapat berkoordinasi dan

bekerjasama sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing.

D.Alur KerjaBerdasarkan prosedur kerja seperti uraian di atas, maka alur kerja

pelaksanaan Pandu Gempita dapat digambarkan dalam bentuk skema

sebagai berikut:

Gambar 5.2. Alur Kerja pelaksanaan Pandu Gempita

UP PANDU GEMPITADinasos Provinsi

Tim Koordinasi PANDUGEMPITA Provinsi

Provinsi

Kemensos RIUP PANDU GEMPITA Pusat

Tim Koordinasi PANDUGEMPITA Pusat & Tim

Teknis

Lembaga Penyalur bantuanSosial

UP PANDU GEMPITADinasos Kabupaten/kota

Tim Koordinasi PANDUGEMPITA Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota

UP PANDU GEMPITALokal

Kecamatan

Pendamping, Peksos, TKSMRelawan Sosial

Lembaga Penyalur bantuanSosial

Pusat

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 91: Kepmensos no. 50 tahun 2013

87

BAB VIPENGEMBANGAN SDM

A. Rekrutmen SDM Pandu GempitaTersedianya SDM Pandu Gempita yang kompeten (memiliki

kecakapan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan), sangat

diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program/kegiatan dalam

upaya mencapai tujuan.

1. Kriteria SDM Pandu GempitaFasilitator Pandu Gempita, baik sebagai pendamping, TKS atau

relawan sosial selayaknya merupakan kaidah. Dengan demikian

dilakukan oleh orang yang berkompeten dan secara terus-menerus.

Jadi bukan hanya sekedar sebagai kebijaksanaan, dalam arti

kegiatan fasilitasi hanya merupakan suatu kebijakan penyela

terhadap kebijakan lain yang memiliki dimensi temporal yang lebih

panjang.

Kegiatan fasilitasi perlu memiliki tujuan dan sasaran yang jelas

dan merupakan sesuatu yang dapat diukur. Pencapaian tujuan dan

sasaran akan lebih terarah apabila dirumuskan secara berjenjang

serta bertahap. Dengan cara ini, upaya fasilitasi dapat dimonitor dan

dievaluasi tingkat keberhasilannya.

Perekrutan SDM Pandu Gempita merupakan salah satu tahap

yang menentukan bagi keberhasilan program. Proses rekruitmen ini

harus dapat menghasilkan SDM yang berdedikasi tinggi dan

mempunyai motivasi yang kuat untuk membantu pihak-pihak terkait

dalam pelaksanaan Pandu Gempita.

Atas dasar itu, maka pendampingan Pandu Gempita bukanlah

merupakan suatu tugas yang mudah. Untuk menjadi seorang Pandu

Gempita, dipersyaratkan sejumlah kriteria yang harus dimiliki, yakni:

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 92: Kepmensos no. 50 tahun 2013

88

a. Pendamping:

1) Berstatus PNS (jabatan fungsional Pekerja Sosial) atau Non

PNS (Satuan Bakti Pekerja Sosial)

2) Diprioritaskan berdomisili di Kabupaten/kota tempat lokasi

3) Sehat jasmani dan rohani (mental sosial dan spiritual).

4) Jenjang pendidikan minimal S1 Pekerjaan Sosial atau bidang

Ilmu Kesejahteraan Sosial.

5) Prioritas diberikan kepada yang sudah berpengalaman

di bidang pendampingan pemberdayaan masyarakat.

6) Mempunyai komitmen dan dedikasi yang tinggi untuk

membantu pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan Pandu

Gempita.

7) Memiliki profesionalitas, motivasi dan kematangan dalam

pelaksanaan pekerjaan.

8) Memiliki kemauan/integritas yang sangat kuat untuk

membagi apa yang dianggapnya baik bagi pelaksanaan

Pandu Gempita.

9) Memiliki kemampuan memfasilitasi perubahan dan

pengembangan individu, keluarga, kelompok maupun

komunitas

10) Memiliki kompetensi kognitif atau pengetahuan yang dalam

dan luas dibidang pelaksanaan Pandu Gempita.

11) Memiliki kemampuan dalam mengumpulkan data,

menganalisis dan identifikasi masalah, baik sendiri maupun

bersama-sama pengelola Pandu Gempita lainnya.

12) Memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi atau

membangun hubungan dengan para pemangku kepentingan.

13) Memiliki kemampuan berorganisasi dan mengembangkan

kelembagaan.

14) Bersedia dan sanggup mematuhi peraturan dan tata laksana

Pandu Gempita.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 93: Kepmensos no. 50 tahun 2013

89

Selain kriteria tersebut, pendamping perlu memiliki kemampuan

untuk dapat berfungsi sebagai pemrakarsa, penunjuk jalan,

pendorong, pendamai, pengumpul fakta dan pemberi fakta, serta

penyelarasan (konvergensi) kepentingan-kepentingan semua

pihak.

b. TKS Aparatur Pemerintah:

1) Berstatus sebagai PNS.

2) Diutamakan mereka yang punya komitmen tinggi pada

pemahaman kebutuhan masyarakat dan bersedia

ditempatkan di lokasi kegiatan

3) Diprioritaskan berdomisili di Kabupaten/kota tempat lokasi.

4) Sehat jasmani dan rohani (mental sosial dan spiritual).

5) Jenjang pendidikan minimal SLTA.

6) Prioritas diberikan kepada yang sudah berpengalaman

di bidang penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

7) Mempunyai komitmen dan dedikasi yang tinggi untuk

membantu pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan Pandu

Gempita.

8) Memiliki profesionalitas, motivasi dan kematangan dalam

pelaksanaan pekerjaan.

9) Memiliki kemauan/integritas yang sangat kuat untuk

membagi apa yang dianggapnya baik bagi pelaksanaan

Pandu Gempita.

10) Memiliki kemampuan memfasilitasi perubahan dan

pengembangan individu, keluarga, kelompok maupun

komunitas

11) Memiliki kompetensi kognitif atau pengetahuan yang dalam

dan luas dibidang pelaksanaan Pandu Gempita.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 94: Kepmensos no. 50 tahun 2013

90

12) Memiliki kemampuan dalam mengumpulkan data,

menganalisis dan identifikasi masalah, baik sendiri maupun

bersama-sama pengelola Pandu Gempita lainnya.

13) Memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi atau

membangun hubungan dengan para pemangku kepentingan.

14) Memiliki kemampuan berorganisasi dan mengembangkan

kelembagaan.

15) Bersedia dan sanggup mematuhi peraturan dan tata laksana

Pandu Gempita.

Selain kriteria tersebut, TKS perlu memiliki kemampuan untuk

dapat berfungsi sebagai pemrakarsa, penunjuk jalan, pendorong,

pendamai, pengumpul fakta dan pemberi fakta, serta penyelarasan

(konvergensi) kepentingan-kepentingan semua pihak.

c. Relawan Sosial:

1) Berstatus bukan sebagai PNS.

2) Diutamakan mereka yang punya komitmen tinggi pada

pemahaman kebutuhan masyarakat dan bersedia

ditempatkan di lokasi kegiatan

3) Diprioritaskan berdomisili di Kabupaten/kota tempat lokasi

4) Sehat jasmani dan rohani (mental sosial dan spiritual).

5) Mempunyai komitmen dan dedikasi yang tinggi untuk

membantu pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan Pandu

Gempita.

6) Memiliki kemauan/integritas yang sangat kuat untuk

membagi apa yang dianggapnya baik bagi pelaksanaan

Pandu Gempita.

7) Memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi atau

membangun hubungan dengan para pemangku kepentingan.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 95: Kepmensos no. 50 tahun 2013

91

8) Bersedia dan sanggup mematuhi peraturan dan tata laksana

Pandu Gempita.

Selain kriteria tersebut, relawan sosial perlu memiliki kemampuan

untuk dapat berfungsi sebagai pemrakarsa, penunjuk jalan,

pendorong, pendamai, pengumpul fakta dan pemberi fakta, serta

penyelarasan kepentingan-kepentingan semua pihak.

2. Mekanisme Perekrutan Pendamping1) Rekruitmen SDM Pandu Gempita dilaksanakan oleh

Dinas/instansi/ kantor/unit kerja sosial kabupaten/kota.

2) Proses rekrutmen/seleksi penerimaan SDM Pandu Gempita

menggunakan sistem gugur, meliputi tahapan:

a) Tes kesehatan.

b) Seleksi administrasi

c) Test tertulis dengan materi potensi akademik, pengetahuan

umum dan pengetahuan khusus tentang PMD dan Pandu

Gempita.

d) Tes Psikologi/Diskusi Kelompok/Wawancara.

3) Wawancara.

Persyaratan Umum

a) Mendaftar/menyampaikan lamaran yang ditujukan kepada

Bupati/walikota c.q. Dinas/instansi/kantor/unit kerja sosial

setempat.

b) Menyampaikan lamaran sesuai batas waktu yang ditentukan

Panitia

c) Panitia Rekrutmen hanya memproses surat lamaran yang

dikirim melalui alamat tercantum di atas.

d) Test/seleksi penerimaan dilaksanakan secara serentak dalam

waktu yang bersamaan di kabupaten/kota yang bersangkutan.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 96: Kepmensos no. 50 tahun 2013

92

e) Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan Surat

Keterangan dari Lembaga Pelayanan Kesehatan Resmi

(Puskesmas, Rumah Sakit dan lain sejenisnya).

f) Tidak dipungut biaya apapun untuk mengikuti program

rekrutmen/seleksi penerimaan calon pendamping Pandu

Gempita.

g) Hanya Pelamar yang memenuhi persyaratan yang akan

dipanggil untuk mengikuti seleksi/test yang diselenggarakan

dengan sistem gugur.

h) Tidak ada korespondensi berkaitan dengan rekrutmen.

i) Keputusan Panitia tidak dapat diganggu gugat.

4) Surat Lamaran

Surat lamaran ditujukan kepada ditujukan kepada

Bupati/walikotai c.q. Dinas/instansi/kantor/unit kerja sosial

setempat, dengan melampirkan:

a) Riwayat hidup ( CV ).

b) Foto copy ijasah minimal:

o Pendamping : S1 Pekerjaan Sosial atau Ilmu

Kesejahteraan Sosial dan transkripsi nilai,

keduanya telah dilegalisir.

o TKS : SLTA yang telah dilegalisir.

o Relawan Sosial : SLTP yang telah dilegalisir.

c) Foto copy KTP dan Akte Kelahiran.

d) Pas foto terbaru ukuran 4 x 6 sebanyak 3 lembar.

e) Surat keterangan berbadan sehat Lembaga Pelayanan

Kesehatan Resmi (Puskesmas, Rumah Sakit dan lain

sejenisnya).

f) Melampirkan pernyataan sanggup melaksanakan tugas

pendampingan Pandu Gempita sesuai peraturan dan

ketentuan yang berlaku.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 97: Kepmensos no. 50 tahun 2013

93

g) Surat lamaran yang telah dikirim/diterima oleh Panitia tidak

dapat ditarik kembali.

h) Pengumuman-pengumuman selanjutnya yang berkaitan

dengan rekrutmen disampaikan kemudia.

B. Pelatihan Sumber Daya Manusia Pandu Gempita.

Kegiatan pelatihan pendamping dan fasilitator (TKS dan relawan

Sosial) ini adalah untuk menyiapkan SDM pedukung agar memahami

situasi tempat bekerja, mampu mengidentifikasi serta memberikan

alternatif penyelesaian masalah yang dihadapi di lapangan. Pelatihan

untuk pendamping dan fasilitator dilakukan oleh BBPPKS regional yang

bersangkutan. Materi pelatihan meliputi materi dasar, inti dan

penunjang, dengan mengkategorikan sebagai berikut:

a. Pendamping: Menekankan pada peningkatan kompetensi Spesialis

dengan tidak mengabaikan keterampilan teknis dan bidang.

b. TKS: Menekankan pada peningkatan kompetensi genelaris dengan

tidak mengabaikan keterampilan teknis dan bidang.

c. Relawan Sosial: Menekankan pada peningkatan kompetensi

praktis/teknis.

Uraian selengkapnya tentang pelatihan pendamping dan fasilitator

pengembangan Pandu Gempita masing-masing akan dibahas dalam

Modul tersendiri.

C. Pemantapan Manajemen Pandu Gempita.Pemantapan manajemen Pandu Gempita ini adalah untuk

menyiapkan SDM pengelola agar memahami dan cakap

melaksanakan keseluruhan kegiatan Pandu Gempita. Pemantapan

Pandu Gempita diperuntukkan bagi semua pengelola sesuai dengan

levelnya. Kegiatan ini dapat diselenggarakan oleh BBPPKS regional

setempat atau Kabupaten/kota serta pihak lain sesuai dengan

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 98: Kepmensos no. 50 tahun 2013

94

keperluan. Uraian selengkapnya tentang Pemantapan Manajemen

Pandu Gempita dibahas dalam Modul tersendiri.

Kegiatan pemantapan manajemen Pandu Gempita dengan

dilaksanakan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan atau

bimbingan teknis.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 99: Kepmensos no. 50 tahun 2013

95

BAB VIIP E N G E N D A L I A N

A. Indikator Keberhasilan1. Indikator Dampak

a. Peningkatan kualitas hidup (terpenuhi kebutuhan dasar)

b. Keberdayaan masyarakat (aktualisasi diri dan koaktualisasi

eksistensi komunitas)

c. Ketahanan Sosial masyarakat

2. Indikator Pengeluaran

a. Ramah PMKS (persuasif, aksesibilitas, kemudahan)

b. Apresiasi (kesadaran, tanggung jawab & peran aktif)

c. Pemanfaatan sumber sosial ekonomi berkelanjutan

d. Mekanisme penanganan & pencegahan oleh masyarakat

3. Indikator Indikator

a. Pengendalian (bobot dan pertumbuhan) masalah sosial satu

atap.

b. Peningkatan cakupan pelayanan.

c. Derajat penggunaan potensi dan sumber masyarakat

d. Peran aktif masyarakat

B. Indikator kinerja Pandu Gempita sampai dengan tahun 20141. Terbangunnya layanan satu atap untuk penanggulangan kemiskinan

dan masalah sosial lainnya

2. Peningkatan aksesibilitas layanan sosial dasar yang mudah,

murah/gratis, berkualitas bagi warga miskin dan rentan (pangan,

pendidikan, kesehatan, perumahan, lapangan kerja, air bersih,

layanan kesos, dll)

3. Bangkitnya gerakan kesetiakawanan sosial terpadu (bedah kampung,

aksi bersama, CSR, dll)

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 100: Kepmensos no. 50 tahun 2013

96

4. Terbangunnya mekanisme yang ramah dalam penanganan

penyandang masalah sosial

5. Terbangunnya sarana prasarana mobilitas bagi penyandang

disabilitas dan kelompok rentan (lansia, perempuan hamil dan anak-

anak)

C. Mekanisme PengendalianMekanisme pengendalian disusun sebagai rambu-rambu bagi

para penyelenggara maupun pelaksana atau bahkan bagi

pendamping/fasilitator. Pengendalian merupakan upaya agar program

atau kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah digariskan.

Pengendalian Pandu Gempita dilakukan dengan membentuk

Tim Pengendali yang terdiri dari unsur tingkat (pusat) provinsi,

kabupaten/kota dan lokal. Struktur Tim Pengendali Pandu Gempita

dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Gambar 7.1. Struktur Pengendali Pandu Gempita

Penanggung Jawab Pandu Gempita(Kementerian Sosial)

Tim Pengendali Tk. Pusat(UP Pandu Gempita Pusat)

Tim Pengendali Tk Provinsi (UPPandu Gempita Provinsi)

Tim Pengendali Tk.Kabupaten/Kota (UP PanduGempita Kabupaten/Kota)

Tim Pengendali Tk. Lokal(UP Pandu Gempita Lokal)

PendampingPandu Gempita

Instansi/LembagaSektoralTerkait

Warga Masyarakat

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 101: Kepmensos no. 50 tahun 2013

97

Ada tiga fungsi, yang harus dilakukan oleh tim pengendali yaitu

fungsi pengembangan program, pengawasan dan fungsi pendampingan.

Dalam prosesnya, pengendalian dijalankan juga dari tingkat pusat

sampai ke daerah.

a. Supervisi

1) Tujuan, supervisi bertujuan untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam pelaksanaan kegiatan serta membantu

mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan.

2) Pelaksana

a) Kementerian Sosial

b) Dinas/ Instansi Sosial Provinsi

c) Instansi sektoral terkait

d) Kabupaten/ Kota.

e) Pendamping/fasilitator

f) Lembaga non pemerintah.

3) Sasaran, lembaga pelaksana, tim pengelola, pendamping dan tim

pengendali.

4) Pelaksanaan, pertemuan antara supervisor dengan pengurus

lembaga pelaksanan, tim pengelola, pendamping dan tim

pengendali yang dilakukan secara berkala.

5) Aspek-aspek Supervisi

a) Kondisi sumber daya manusianya

b) Manajemen pengelolaan

c) Pemanfaatan dana yang tersedia

d) Proses pelaksanaan Pandu Gempita

e) Pendampingan sosial

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 102: Kepmensos no. 50 tahun 2013

98

b. Pengawasan

1) Tujuan

a) Memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam kegiatan

telah menjalankan peranan dan fungsi sesuai tugas serta

tanggung jawab masing-masing.

b) Mengetahui proses pelaksanaan program

2) Pelaksana

a) Kementerian Sosial

b) Dinas/ Instansi Sosial Provinsi

c) Pemerintah Kabupaten/Kota

d) Instansi sektoral terkait

e) Pendamping Sosial

3) Pelaksanaan, dilakukan dengan cara mengamati, menanyakan

dan mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan proses

pelaksanaan kegiatan.

4) Aspek-aspek Pengawasan

a) Managerial kelembagaan

b) Pelaksanaan Pandu Gempita

c) Perluasan jangkauan dan peningkatan kualitas Pandu

Gempita.

d) Pemanfaatan Pandu Gempita.

e) Pendampingan.

c. Evaluasi

1) Tujuan, untuk mengetahui kesiapan, hambatan, peluang dan

tingkat keberhasilan pelaksanaan program sebagai acuan dalam

upaya perbaikan dan penyempurnaan.

2) Pelaksana:

a) Departemen Sosial

b) Dinas /Instansi Sosial Provinsi

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 103: Kepmensos no. 50 tahun 2013

99

c) Dinas /Instansi Sosial Kabupaten / Kota

d) Instansi sektoral terkait

e) Pendamping sosial

3) Pelaksanaan

a) Dilakukan secara bersama-sama antara Kementerian Sosial,

Dinas /Instansi Sosial Provinsi, Kabupaten/Kota, penerima

santunan, pendamping, tim pengelola, lembaga pelaksana, dan

pihak-pihak terkait.

b) Dilakukan pada awal, saat berjalan dan akhir setiap periode

kegiatan atau saat dibutuhkan.

4) Aspek-aspek yang dievaluasi

a) Tujuan Pandu Gempita.

b) Efektifitas kegiatan Pandu Gempita.

c) Target pencapaian Pandu Gempita.

d) Kinerja petugas.

e) Manajemen pelayanan.

f) Proses pelayanan.

g) Kelayakan sarana dan prasarana Pandu Gempita.

h) Pendampingan sosial.

d. Laporan

1) Laporan bertujuan, untuk menginformasikan pelaksanaan Pandu

Gempita baik dari sisi masukan/input, proses, keluaran/output,

dan kendala pelaksanaan Pandu Gempita serta tingkatan

pencapaian dari indicator kinerja yang telah disusun sebelumnya

sebagai bahan/dokumen bagi perkembangan pelaksanaan

kegiatan Pandu Gempita lebih lanjut.

2) Laporan, dilakukan oleh pendamping, tim pengelola, lembaga

pelaksana, Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota, Provinsi

kepada Departemen Sosial secara berjenjang.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 104: Kepmensos no. 50 tahun 2013

100

3) Pelaksanaan, pelaporan dibuat setiap triwulan, semester dan

akhir tahun kegiatan atau setiap waktu bilamana dipandang perlu

dan mendesak harus dilaporkan.

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 105: Kepmensos no. 50 tahun 2013

101

BAB VIII

PENUTUP

Pedoman Pandu Gempita diharapkan dapat menjadi acuan dan

pendorong bagi seluruh pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial terpadu untuk mewujudkan Kota/Kabupaten yang

maju, aman, adil dan sejahtera searah dengan pembangunan nasional.

Indikator Kabupaten/Kota dapat dinilai sejahtera jika :

1. Terbangunnya layanan satu atap untuk penanggulangan kemiskinan

dan masalah sosial lainnya.

2. Peningkatan aksesibilitas layanan sosial dasar yang mudah,

murah/gratis, berkualitas bagi warga miskin dan rentan (pangan,

pendidikan, kesehatan, perumahan, lapangan kerja, air bersih, layanan

kesos, dan lain-lain).

3. Bangkitnya gerakan kesetiakawanan sosial terpadu (bedah kampung,

aksi bersama, CSR, dan lain-lain).

4. Terbangunnya mekanisme yang ramah dalam penanganan penyandang

masalah sosial.

5. Terbangunnya sarana prasarana mobilitas bagi penyandang disabilitas

dan kelompok rentan (lansia, perempuan hamil dan anak-anak).

Dalam pelaksanaan Pandu Gempita harus dilakukan beberapa

langkah untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan pembangunan

kesejahteraan sosial, antara lain:

1. Harus diciptakan pelayanan sosial terpadu yang berkelanjutan;

2. Menyediakan layanan yang mudah diakses, dikontrol dan menjangkau

seluruh warga yang mengalami masalah kesejahteraan sosial;

3. Sistem dan program kesejahteraan sosial yang melembaga dan

professional didukung oleh SDM Pekerja Sosial dan Tenaga

Kesejahteraan Sosial

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Page 106: Kepmensos no. 50 tahun 2013

102

4. Melibatkan peran dan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah,

kalangan perguruan tinggi, swasta, maupun masyarakat dalam satu

kesatuan gerakan pembangunan kesejahteraan sosial.

5. Memastikan penyelenggaran pembangunan kesejahteraan sosial terarah,

terpadu dan berkelanjutan.

MENTERI SOSIAL

REPUBLIK INDONESIA,

SALIM SEGAF AL JUFRI

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review

Downloaded from IdnJournal.com | Indonesia Social Welfare Review