kepercayaan masyarakat terhadap dukun di desa...

20
KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP DUKUN DI DESA PULAU PANJANG KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA NASKAH PUBLIKASI Oleh: MALA KARMILA NIM : 110569201053 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP DUKUN DI DESA PULAU

    PANJANG KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA

    NASKAH PUBLIKASI

    Oleh:

    MALA KARMILA

    NIM : 110569201053

    PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

    TANJUNGPINANG

    2017

  • 1

    KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP DUKUN DI DESA PULAU

    PANJANG KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA

    MALA KARMILA

    Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik Universitas Maritim

    Raja Ali Haji

    A B S T R A K

    Dukun secara umum adalah orang yang memiliki kemampuan supranatural,

    yang dengan kemampuan supranaturalnya itu bisa membantu terwujudnya

    keinginan orang yang datang kepadanya. Masyarakat desa yang masih tradisional

    memiliki kecenderungan untuk menggunakan jasa dukun karena pola berpikir

    yang masih bersifat irasional. Fenomena yang terjadi saat ini di Desa Pulau

    Panjang Kecamatan Subi masyarakat lebih mempercayai dukun untuk menyerahkan

    semua permasalahannya seperti masalah kesehatan, jodoh dan pelaris untuk

    berdagang kepada dukun, karena menganggap dukun bisa menyelesaikan segala

    permasalahan.

    Tujuan dalam penelitia ini yaitu Untuk mengetahui kepercayaan masyarakat Di

    Desa Pulau Panjang Kecamatan Subi Kabupaten Natuna terhadap dukun.

    Pembahasan dalam skripsi ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif, Informan

    yang dipilih adalah 9 orang dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

    Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa

    Kepercayaan Masyarakat Terhadap Dukun di Desa Pulau Panjang Kecamatan Subi

    Kabupaten Natuna di sebabkan oleh adanya kebiasan turun temurun yang dibawa

    oleh orang tua atau nenek moyang sebelum mereka. Kemudian masyarakat cendrung

    lebih memilih dukun sebagai tempat mereka berobat daripada puskesmas ataupun

    rumah sakit alasan mereka sebenarnya sederhana saja yaitu karena tidak adanya

    biaya untuk bersalin ke puskesmas ataupun rumah sakit.biasanya biaya rumah sakit

    lebih mahal di bandingkan ongkos dukun kemudian faktor letak wilayah juga sangat

    mempengaruhi masyarakat cendrung lebih memilih dukun daripada puskesmas atau

    rumah sakit sebagai tempat untuk tempat pengobatan.

    Kata Kunci : Kepercayaan, Dukun

  • 2

    A B S T R A C T

    Shaman in General is a person who has supernatural abilities, which with the

    ability supranaturalnya it could help materialize the desires of the people who come

    to him. The villagers are still traditionally have a tendency to use the services of a

    shaman because of thinking patterns that still are irrational. Phenomenon that

    occurs when this Long Island Village in the Sub-District of Subi community more

    trust the shaman to give up all of the problem as a health problem, love match and

    pelaris to trade to the shaman, considered a Shaman can resolve any problems.

    The goal in this is to find out the penelitia trust of the community In the long

    Island Village of the subdistrict Subi Natuna Islands against quacks. The discussion

    in this thesis using a descriptive qualitative techniques, Informants chosen is 9

    people with criteria that has been set.

    Based on the research results then can be drawn the conclusion that public

    confidence towards the long island village of Dukun Subdistrict Subi Natuna Islands

    caused by the existence of hereditary customs brought by parents or ancestors before

    them. Then the appropriate community prefer the shaman as their place of treatment

    rather than clinics or hospitals is the reason they are in fact a simple course that is

    due to the absence of costs for maternity to clinics or hospitals typically cost

    hospitals more expensive in compare cost shaman then factor in the location of the

    region also greatly affect the appropriate community prefer shaman than clinics or

    hospitals as places for treatment.

    Key Words: Trust, Shaman

  • I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kehidupan masyarakat pada

    masa kini tidak lepas dari budaya nenek

    moyang atau leluhur yang telah melekat

    pada hidup sehari-hari. Budaya nenek

    moyang tersebut antara lain adalah

    kepercayaan pada roh halus (animisme),

    kepercayaan bahwa benda-benda

    tertentu mempunyai kekuatan gaib

    (dinamisme), dan adanya benda-benda

    tertentu yang dipuja atau disembah

    (totemisme). Meskipun pada masa kini

    agama dan ilmu pengetahuan yang

    rasional telah menggeser kepercayaan

    lama tersebut, masih ada budaya-

    budaya lama yang tetap melekat pada

    sebagian masyarakat.Salah satunya

    adalah kepercayaan terhadap dukun.

    Masyarakat yang sudah

    mencapai tahap berpikir positif pun

    ternyata masih membawa nilai

    ketradisionalannya, termasuk

    kepercayaan pada hal-hal yang irasional

    dan berbau mistik.Bukti konkrit terlihat

    dari kenyataan di masyarakat, dimana

    seseorang yang sudah menduduki

    jabatan penting, berpendidikan tinggi,

    ternyata masih memerlukan datang ke

    seorang dukun.Dukun adalah profesi

    yang sangat popular di

    masyarakat.Keterlibatan mereka dalam

    kehidupan masyarakat selama ini sangat

    kuat.Bagi orang yang belum pernah

    berinteraksi dengan dukun secara

    langsung, atau minta bantuannya dan

    memanfaatkan jasanya, umumnya

    mendengar adanya dukun ini dari mulut

    ke mulut. Kesaktian dukun dianggap

    bisa melakukan apa saja yang

    diinginkan oleh masyarakat.

    Dukun secara umum adalah

    orang yang memiliki kemampuan

    supranatural, yang dengan kemampuan

    supranaturalnya itu bisa membantu

    terwujudnya keinginan orang yang

    datang kepadanya. Dukun termasuk

    tipe pemimpin informal karena pada

    umumnya mereka memiliki kekuasaan

    dan wewenang yang disegani oleh

    masyarakat sekelilingnya.Wewenang

    yang dimilikinya terutama adalah

    wewenang karismatis.Secara teoritis,

    wewenang dapat dibedakan atas

    wewenang tradisional, wewenang

    rasionil dan wewenang

    karismatis.Dukun dianggap sebagai

    orang yang memiliki wewenang

    karismatis, yaitu kemampuan atau

    wibawa yang khusus yang terdapat

    dalam dirinya.Wibawa tadi dimiliki

    tanpa dipelajari, tetapi ada dengan

    sendirinya dan merupakan anugerah

    dari Tuhan (Adimihardja, 2005).

    Dukun memperoleh keahlian

    mengobati tidak melalui proses belajar

    atau diajarkan oleh seseorang,

    melainkan mengetahui dengan

    sendirinya secara turun temurun dan

    setelah sebelumnya mengalami sakit

    bertahun-tahun. Bagi yang

    mendapatkan keahlian melalui turun

    temurun. Salah satu ciri pengobatan

    dukun adalah penggunaan Bacaan doa-

    doa/mantra dengan menggunakan

    media air putih dan ramuan dari

    tumbuhan.

    Masyarakat dalam menghadapi

    berbagai permasalahan memilih jalan

    keluar yang rasional, ada pula yang

    irasioanal. Jalan yang rasional tentu

    dilakukan berkaitan dengan melalui

    cara berpikir logis dan empiris. Namun

    pada kenyataannya ada juga diantara

    masyarakat yang mencari jalan keluar

  • 4

    permasalahan hidupnya melalui

    dukun.Praktek jasa dukun terdiri dari

    beberapa bentuk jasa pendukunan.

    Masyarakat desa yang masih

    tradisional memiliki kecenderungan

    untuk menggunakan jasa dukun

    karena pola berpikir yang masih

    bersifat irasional. Masyarakat desa

    masih mempercayai sesuatu yang

    berhubungan dengan ghaib, dan

    seseorang yang menghubungkan

    mereka dengan sesuatu yang ghaib

    yaitu seorang dukun. Fenomena yang

    terjadi saat ini di Desa Pulau Panjang

    Kecamatan Subi masyarakat lebih

    mempercayai dukun untuk

    menyerahkan semua permasalahannya

    seperti masalah kesehatan, jodoh dan

    pelaris untuk berdagang kepada

    dukun,karena menganggap dukun bisa

    menyelesaikan segala

    permasalahan.Padahal di desa ini

    terdapat 1 puskesmas pembantu,

    kemudian 1 orang perawat, dan 1 orang

    bidan, namun dukun yang ada jauh

    lebih banyak dari pada tenaga medis

    tersebut yaitu dapat dilihat dari data

    berikut :

    Tabel I.1

    Jenis Dukun

    No Dukun Jenis Keahlian

    1 Cak Awi Dipercaya bisa mengobati segala

    penyakit

    2 Long Ahim Dipercaya bisa mengobati segala

    penyakit

    3 Long Mail Dipercaya bisa mengobati demam,

    sakit kepala dan asma

    4 Amril Dipercaya bisa mendatangkan

    jodoh

    5 Jaharudin Dipercaya bisa mengobati bisul dan

    infeksi

    6 Yanto Dipercaya bisa mengobati demam

    sakit perut dan sakit kepala

    7 Sofyan Dipercaya bisa mengobati demam dan patah tulang

    8 Yusuf Dipercaya bisa mengobati sakit

    pinggang

    9 Mian Dipercaya bisa mengobati demam

    Berdasarkan data tersebut

    dijelaskan bahwa dukun yang dikenal

    masyarakat di Desa Pulau Panjang yaitu

    dukun yang dipercayai khusus

    mengobati deman, dukun yang

    dipercayai khusus mengobati sakit

    kepala, dukun yang dipercayai khusus

    mengobati sakit kulit, serta dukun yang

    dianggap bisa mengobati seluruh

    penyakit dan dapat menyelesaikan

    semua permasalahan yang dialami

    orang-orang tersebut.

    Masyarakat di Desa ini hampir

    semuanya mempercayai dukun, tidak

    hanya masyarakat yang memiliki

    pendidikan rendah, bahkan masyarakat

    di Desa ini yang memiliki pendidikan

    tinggi juga masih memilih dukun

    menyerahkan segala permasalahannya.

    Berikut data pendidikan di Desa Pulau

    Panjang yang dapat dilihat dari tabel

    berikut :

  • 5

    Tabel 1.2

    Data pendidikan Desa Pulau Panjang

    No Tingkat Jumlah

    1 Belum bersekolah/ Tidak bersekolah

    78

    2 Sekolah dasar/tamat sekolah dasar

    179

    3 Sekolah menengah pertama/ tamat sekolah menengah pertama

    160

    4 Sekolah menengah atas/ tamat sekolah menengah atas

    119

    5 Strata 1 15

    6 Strata 2 1

    Jumlah 552

    Sumber : Kantor Desa Pulau Panjang,

    2015

    Jika dilihat dari tabel diatas

    maka dapat dilihat pendidikan

    masyarakat yang ada di desa ini

    berjenjang mulai dari yang tidak pernah

    bersekolah hingga sampai dengan

    kejenjang perguruan tinggi.

    Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat

    masyarakat di Desa ini mayoritas

    bersekolah hingga sekolah menengah

    baik SMA maupun SMP dengan jumlah

    keseluruhan 279 orang, kemudian

    banyak juga yang hanya menyelesaikan

    sekolah hingga sekolah dasar berjumlah

    179 orang, dan yang tidak bersekolah

    berjumlah 78 orang.Namun masyarakat

    Desa Pulau Panjang masih saja

    mempercayai dukun sebagai penolong

    dalam masalah-masalah yang mereka

    hadapi.Termasuk bagi masyarakat yang

    berpendidikan tinggi, jika dilihat di

    Desa ini masyarakatnya yang

    berpendidikan tinggi berjumlah 16

    orang.Dukun mengangap dirinya sama

    saja dengan masyarakat sekitar hanya

    saja yang membedakan, bahwa sang

    dukun punya kelebihan indra ke-6

    sehingga bisa menerawang masa depan

    dan dianggap punya kekuatan

    supranatural.

    Dari latar belakang

    permasalahan tersebut maka penelitian

    ini mengambil judul penelitian

    :KEPERCAYAAN MASYARAKAT

    TERHADAP DUKUN DI DESA

    PULAU PANJANG KECAMATAN

    SUBI KABUPATEN NATUNA

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan permasalahan yang

    di paparkan dalam latar belakang

    berkaitan dengan kepercayaan yang ada

    di masyarakat Desa Pulau Panjang,

    rumusan masalah dalam penelitian ini,

    yaitu:Mengapa masyarakat Masyarakat

    Di Desa Pulau Panjang Kecamatan Subi

    Kabupaten Natuna masih mempercayai

    dukun?

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini

    yaitu:Untuk mengetahui alasan

    masyarakat Di Desa Pulau Panjang

    Kecamatan Subi Kabupaten Natuna

    masih mempercayai dukun.

  • 6

    2. Kegunaan Penelitian

    Adapun yang menjadi kegunaan

    penelitian dari penulisan ini adalah

    sebagai berikut :

    a. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat tentang

    keberadaan Dukun di

    daerah pulau panjang.

    b. Dapatdijadikan refrensi bagi peneliti selanjutnya

    D. Konsep Operasional

    Konsep operasional adalah

    operasionalisasi konsep-konsep yang

    ada dan disesuaikan dengan situasi dan

    kondisi yang ada dilapangan. Bagian ini

    menguraikan tentang konsep-konsep

    yang akan digunakan peneliti dalam

    menjawab permasalahan dalam

    penelitian. Dalam penelitian ini

    menggunakan konsep sebagai berikut :

    1. Dukun : Dukun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    orang yang dipercayai

    masyarakatsebagai media

    pengobatan serta mencari solusi

    dalam permasalahan hidup yang

    dialami oleh masyarakat.

    2. Percaya terhadap Dukun :Kepercayaan masyarakat

    terhadap dukun di dalam

    penelitian yang akan dilakukan

    meliputi: Budaya masyarakat

    yaitu tradisi dan keyakinan yang

    dianut masyarakat di Desa Pulau

    Panjang dari nenek moyang

    mengenai dukun. Yang peneliti

    maksud dalam penelitian ini

    adalah masyarakat Desa Pulau

    Panjang menggunakan jasa

    dukun mulai dari nenek moyang

    sehingga menjadi suatu atau

    kebiasan untuk kembali datang

    ke dukun.

    E. Metode Penelitian

    Dalam penelitian ini jenis

    penelitian ini adalah kualitatif yang

    merupakan data yang berupa kata-kata,

    gambar dan bukan angka-angka

    (Moleong, 2011: 11).Sedangkan tipe

    penelitian adalah deskriptif. Menurut

    Sugiyono (2012:11) bahwa penelitian

    deskriptif adalah penelitian yang

    dilakukan untuk mengetahui nilai

    variabel mandiri, baik satu variabel atau

    lebih (independent) tanpa membuat

    perbandingan, atau menghubungkan

    variabel satu dengan variabel yang

    lain.Dengan demikian penelitian ini

    mencoba menjelaskan dan memahami

    secara mendetail tentang Kepercayaan

    Masyarakat Terhadap Dukun Di Desa

    Pulau Panjang Kecamatan Subi

    Kabupaten Natuna

    F. Teknik Analisis Data

    Setelah data diperoleh

    sepenuhnya, data-data tersebut akan

    dianalisa, dengan menggunakan Analisa

    Data Kualitatif serta mengacu kepada

    konsep Operasional yang telah dibuat.

    Analisa terhadap data-data tersebut

    akan dilakukan secara berulang-ulang

    dan memperhatikan serta

    membandingkan fenomena-fenomena

    dan pendapat-pendapat masyarakat

    yang timbul terhadap Kepercayaan

    Masyarakat Terhadap Dukun Di Desa

    Pulau Panjang Kecamatan Subi

    Kabupaten Natuna. Analisis data yang

    akan digunaka untuk menganalisa data-

    data yang didapat dari penelitian ini

    adalah analisis deskriftif kualitatf,

    Miles dan Hubermen (dalam Sugiyono:

  • 7

    2012 : 21) mengemukakan bahwa

    aktivitas dalam analisis data kualitatif

    dilakukan secara interaktif dan

    berlangsung secara terus menerus

    sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.

    Ukuran kejenuhan data ditandai dengan

    tidak diperolehnya lagi data atau

    informasi baru. Aktivitas dalam analisis

    meliputi reduksi data (data reduction),

    penyajian data (data display) serta

    Penarikan kesimpulan dan verifikasi

    (conclusion drawing/ verification).

    Sejumlah peneliti kualitatif berupaya

    mengumpulkan data selama mungkin

    dan bermaksud akan menganalisis

    setelah meninggalkan lapangan.

    Pekerjaan pengumpulan data bagi

    peneliti kaulitatif harus langsung diikuti

    dengan pekerjaan menuliskan,

    mengedit, mengklasifikasikan,

    mereduksi, dan menyajikan.

    II. LANDASAN TEORI

    1. Dukun

    Pengertian dukun biasanya pekerjaan

    ini turun temurun dalam keluarga atau

    karena ia merasa mendapat panggilan

    tugas ini (Wiknjosastro, 2007).

    Berdasarkan jenis-jenis dukun di atas

    terlihat bahwa dukun memiliki macam-

    macam jenis sesuai dengan keahlian

    yang dimilikinya.Penjelasan tersebut

    memberikan gambaran mengenai jenis-

    jenis dukun.Adapun dukun yang

    dimaksud dalam penelitian saya adalah

    termasuk jenis dukun parewangan,

    yaitu dukun yang memberikan nasihat

    dan benda-benda tertentu yang

    dianggap mampu menyelesaikan

    masalah masyarakat yang mempercayai

    dukun. Menurut Abidin (2010, 99-100)

    terdapat beberapa faktor penyebab

    mayoritas masyarakat Indonesia

    mempercayai dukun, yaitu:

    1. Akar budaya Indonesia. keyakinan yang dianut

    masyarakat nusantara sebelum

    masuk agama Islam adalah

    agama Hindu, Budha,

    Animisme, dan Dinamisme;

    2. Mereka tidak berpegang teguh kepada akidah yang benar

    ditambah jauhnya mereka dari

    ilmu agama dan para ulama

    rabbani;

    3. Kurang sabar dalam menerima ujian kemiskinan, baik yang

    menimpa para dukun maupun

    pasiennya;

    4. Banyak kalangan bisnisman dan elit politik yang

    memanfaatkan jasa dukun dan

    paranormal untuk kelancaran

    usaha dan politiknya, sehingga

    mereka menjadi panutan orang-

    orang awam untuk mendatangi

    para dukun karena ngiler dengan

    kesuksesan dan keberhasilan

    mereka.

    5. Jalan pintas untuk mencapai kesuksesan ini dianggap paling

    mudah dan ringan, apalagi

    setelah melihat banyak bukti

    dan beragam cerita dari orang-

    orang yang berhasil dalam

    waktu singkat dengan

    memanfaatkan jasa paranormal.

    6. Pemerintah yang terkesan membiarkan, bahkan cenderung

    mendukung praktik perdukunan,

    karena tidak ada sanksi tegas

    dan hukuman yang jelas buat

    mereka yang menyesatkan umat

    dunia.

  • 8

    Di Indonesia dikenal bermacam-

    macam tipe dukun, antara lain. Dukun

    yang satu ini ahli dalam memasukkan,

    membenamkan semacam jarum

    pendek-berukuran satu sentimeter yang

    amat halus yang terbuat dari bahan

    emas, berlian, ataupun batu kristal ke

    bagian tubuh manusia untuk

    kepentingan kecantikan, karir,

    kewibawaan, dan sebagainya

    (Kompasiana.com, 2011).

    2. Kepercayaan Terhadap Dukun

    Menurut Koentjaraningrat (2002)

    mengatakan, bahwa menurut ilmu

    antropologi kebudayaan adalah

    keseluruhan sistem gagasan, tindakan

    dan hasil karya manusia dalam rangka

    kehidupan masyarakat yang dijadikan

    millik diri manusia dengan belajar. Dia

    membagi kebudayaan atas 7 unsur:

    sistem religi, sistem organisasi

    kemasyarakatan, sistem pengetahuan,

    sistem mata pencaharian hidup, sistem

    teknologi dan peralatan bahasa dan

    kesenian. Kesemua unsur budaya

    tersebut terwujud dalam bentuk sistem

    budaya/adat-istiadat (kompleks budaya,

    tema budaya, gagasan), sistem sosial

    (aktivitas sosial, kompleks sosial, pola

    sosial, tindakan), dan unsur-unsur

    kebudayaan fisik (benda kebudayaan).

    1. Sistem Religi Sistem religi meliputi kepercayaan, nilai,

    pandangan hidup, komunikasi

    keagamaan dan upacara

    keagamaan. Definisi

    kepercayaan mengacu kepada

    pendapat Fishbein dan Azjen

    (dalam Soekanto, 2007), yang

    menyebutkan pengertian

    kepercayaan atau keyakinan

    dengan kata “belief”, yang

    memiliki pengertian sebagai inti

    dari setiap perilaku manusia.

    Aspek kepercayaan tersebut

    merupakan acuan bagi

    seseorang untuk menentukan

    persepsi terhadap sesuatu objek.

    Kepercayaan membentuk

    pengalaman, baik pengalaman

    pribadi maupun pengalaman

    sosial.

    2. Sistem Organisasi dan Kemasyarakatan Sistem

    kemasyarakatan atau organisasi

    sosial yang meliputi:

    kekerabatan, organisasi politik,

    norma atau hukum, perkawinan,

    kenegaraan, kesatuan hidup dan

    perkumpulan. Sistim organisasi

    adalah bagian kebudayaan yang

    berisikan semua yang telah

    dipelajari yang memungkinkan

    bagi manusia

    mengkoordinasikan perilakunya

    secara efektif dengan tindakan-

    tindakan-tindakan orang lain

    (Syani, 1995).

    3. Pengetahuan budaya itu bukanlah sesuatu yang bisa

    kelihatan secara nyata,

    melainkan tersembunyi dari

    pandangan, namun memainkan

    peranan yang sangat penting

    bagi manusia dalam

    menentukan perilakunya.

    Pengetahuan budaya yang

    diformulasikan dengan beragam

    ungkapan tradisional itu

    sekaligus juga merupakan

    gambaran dari nilai - nilai

    budaya yang mereka hayati.

    Nilai budaya sebagaimana

    dikemukan oleh

    Koentjaraningrat (2002) adalah

    konsep-konsep yang hidup

    dalam alam pikiran sebagian

    besar dari warga suatu

    masyarakat, mengenai hal-hal

  • 9

    yang harus mereka anggap amat

    bernilai dalam hidup. Dan suatu

    sistem nilai budaya, yang

    sifatnya abstrak, biasanya

    berfungsi sebagai pedoman

    tertinggi bagi kelakuan manusia.

    4. Sistem Mata Pencaharian Hidup Sistem mata pencaharian

    hidup merupakan produk dari

    manusia sebagai homo

    economicus yang mejadikan

    kehidupan manusia terus

    meningkat. Dalam tingkat

    sebagai food gathering,

    kehidupan manusia sama

    dengan hewan. Tetapi dalam

    tingkat food producing terjadi

    kemajuan yang pesat. Setelah

    bercocok tanam, kemudian

    beternak yang terus meningkat

    (rising demand) yang kadang-

    kadang serakah. Sistem mata

    pencaharian hidup atau sistem

    ekonomi meliputi jenis

    pekerjaan dan penghasilan

    (Koentrajaningrat, 2002).

    5. Sistem Teknologi dan Peralatan Teknologi dan

    peralatan kesehatan adalah

    sarana prasarana yang

    diperlukan.

    6. Bahasa. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang

    digunakan manusia untuk saling

    berkomunikasi atau

    berhubungan, baik lewat tulisan,

    lisan, ataupun gerakan (bahasa

    isyarat), dengan tujuan

    menyampaikan maksud hati

    atau kemauan kepada lawan

    bicaranya atau orang lain.

    Melalui bahasa, manusia dapat

    menyesuaikan diri dengan adat

    istiadat, tingkah laku, tata krama

    masyarakat, dan sekaligus

    mudah membaurkan dirinya

    dengan segala bentuk

    masyarakat

    7. Kesenian. Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika)

    yang berasal dari ekspresi hasrat

    manusia akan keindahan yang

    dinikmati dengan mata ataupun

    telinga. Sebagai makhluk yang

    mempunyai cita rasa tinggi,

    manusia menghasilkan berbagai

    corak kesenian mulai dari yang

    sederhana hingga perwujudan

    kesenian yang kompleks.

    Kesenian yang meliputi: seni

    patung/pahat, seni rupa, seni

    gerak, lukis, gambar, rias, vocal,

    musik/seni suara, bangunan,

    kesusastraan, dan drama

    (Koentrajaningrat, 2002).

    Sehingga dapat diperoleh

    pengertian mengenai kebudayaan

    adalah sesuatu yang akan memengaruhi

    tingkat pengetahuan dan meliputi

    sistem ide atau gagasan yang terdapat

    dalam pikiran manusia, sehingga dalam

    kehidupan sehari-hari kebudayaan

    bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan

    kebudayaan adalah benda-benda yang

    bersifat nyata, misalnya pola-pola

    perilaku, bahasa, peralatan hidup,

    organisasi sosial, religi, seni, dan lain-

    lain, yang kesemuanya ditujukan untuk

    membantu umat manusia dalam

    melangsungkan kehidupan

    bermasyarakat

    Konsep tentang perdukunan telah

    mendominasi hampir semua lapisan

    masyarakat di Indonesia.Perdukunan

    merupakan budaya yang sudah ada

    turun temurun di Indonesia.Hampir

    semua suku mempunyai konsep dan

    pencitraan tersendiri tentang hal

    tersebut.Hal itu bertahan dalam konsep

    kehidupan masyarakat karena

  • 10

    diwariskan secara turun temurun dalam

    keluarga.Dalam tataran perilaku,

    maraknya fenomena perdukunan, di

    kalangan masyarakat dan sebagainya

    merupakan suatu fenomena yang

    menjadi realitas dalam masyarakat

    Indonesia.

    Durkheim (dalam Ritzer, 2010:25)

    menyatakan bahwa satu cara dalam

    mempelajari masyarakat adalah dengan

    melihat pada bagian-bagian

    komponennya dalam usaha mengetahui

    bagaimana masing-masing

    berhubungan satu sama lain. Dengan

    kata lain, manusia harus melihat kepada

    struktur masyarakat, guna melihat

    bagaiman ia berfungsi, yang mana jika

    masyarakat itu stabil maka bagian-

    bagiannya akan beroperasi secara

    lancar, dan susunan-susunan sosialnya

    akan berfungsi. Masyarakat seperti itu

    ditandai dengan perpaduan, kerjasama

    dan kesepakatan serta tidak ada nada

    komponen dalam masyarakat tersebut

    terbatas dan berada dalam keadaan

    yang tidak stabil serta membahayakan,

    terutama dalam hal keteraturan atau

    ketertiban sosial.

    Coleman dan Putnam

    mendefinisikan kepercayaan sebagai

    suatu komponen penting dalam modal

    sosial. Pada tahun 1980-an misalnya

    Coleman telah menulis tentang arti

    penting kepercayaan dalam kehidupan

    ekonomi dan menuduh ekonomi

    mengabaikan perubahan kualitatif yang

    terjadi dalam transisi dari level mikro

    individu hingga level makro sistem

    yang terdiri dari beberapa individu

    (John Field, 2010: 101-102). Fukuyama

    (dalam John Field, 2010: 102)

    mengatakan bahwa kepercayaan itu

    sendiri sebagai unsur dasar modal sosial

    dimana modal sosial adalah kapabilitas

    yang muncul dari kepercayaan abadi di

    tengah- tengah masyarakat atau pada

    bagian tertentu dari masyarakat

    tersebut.

    Dalam sosiologi, konsep

    kepercayaan dikenal dengan

    trust.Kepercayaan bermakna percaya

    atas beberapa kualitas atau atribut

    sesuatu atau seseorang, atau kebenaran

    suatu pernyataan.Kemudian Torsvik

    (dalam Damsar, 2011: 185) menyatakan

    bahwa kepercayaan merupakan

    kecenderungan perilaku tertentu yang

    dapat mengurangi risiko. Pendapat lain

    dikemukakan oleh Lawang (dalam

    Damsar, 2011: 186) bahwa kepercayaan

    adalah hubungan antara dua belah pihak

    atau lebih yang mengandung harapan

    yang menguntungkan salah satu pihak

    atau kedua belah pihak melalui

    interaksi sosial. Dari beberapa definisi

    kepercayaan yang telah dipaparkan

    dapat disimpulkan bahwa kepercayaan

    merupakan suatu tindakan penerimaan

    terhadap suatu atau

    seseorang/kelompok, dalam hal ini

    orang yang memiliki kepercayan

    menganggap positif setiap apa yang

    dipercayainya. Jika dihubungkan

    dengan penelitian yang saya lakukan

    maka kepercayaan tersebut berlangsung

    antara masyarakat terhadap

    dukun.Masyarakat mempercayai dukun

    dalam menyelesaikan berbagai

    persoalan hidup.Misalnya,

    permasalahan jodoh, berdagang, dan

    kepentingan kedudukan politik.

    3. Masyarakat percaya Terhadap

    Dukun

    Masyarakat terbentuk atas dasar

    hakikat individu, apabila kepentingan

    individu berubah maka masyarakatpun

    akan berubah. Soerjono Soekanto

  • 11

    (2009) menjelaskan bahwa masyarakat

    yang sudah kompleks, individu

    biasanya menjadi anggota dari

    kelompok‑kelompok sosial tertentu, misalnya atas dasar seks, ras, pekerjaan,

    profesi, dan sebagainya.Secara

    sosiologis kelompok sosial mempunyai

    pengertian sebagai kumpulan dari

    orang--orang yang mempunyai

    hubungan dan berinteraksi, dimana

    dapat mengakibatkan tumbuhnya

    perasaan bersama.

    Melalui kelompok, manusia dapat

    bersama-sama berusaha memenuhi

    berbagai kebutuhannya. Di dalam suatu

    kelompok, seseorang pribadi harus

    dapat membedakan dua kepentingan,

    yaitu sebagai mahluk individu dan

    sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk

    individu, manusia pada dasarnya

    mempunyai hasrat untuk sebesar-

    -besarnya mengutamakan kepentingan

    diri sendiri. Namun sebagai manusia

    tidak mungkin dapat hidup layak tanpa

    berkelompok sebab manusia lahir harus

    melalui proses belajar dan tidak

    sertamerta mampu berusaha sendiri

    dalam memenuhi berbagai macam

    kebutuhan hidupnya.

    Masyarakat tradisional sebelum

    mengenal dokter dan ilmu ilmiah

    lainnya mereka mempercayakan segala

    urusannya kepada dukun.Dukun

    dianggap orang yang dapat memberikan

    kesembuhan penyakit dan

    menyelesaikan berbagai masalah yang

    di hadapi masyarakat.Kepercayaan

    terhadap dukun sudah berjalan sejak

    lama, hal ini kemudian menjadi tradisi

    yang saat ini masih sering dilakukan

    oleh banyak masyarakat.Banyak

    masyarakat yang hingga saat ini masih

    lebih mempercayai dukun dari pada

    dokter.

    Durkheim (dalam Ritzer, 2010:25)

    menyatakan bahwa satu cara dalam

    mempelajari masyarakat adalah dengan

    melihat pada bagian-bagian

    komponennya dalam usaha mengetahui

    bagaimana masing-masing

    berhubungan satu sama lain. Dengan

    kata lain, manusia harus melihat kepada

    struktur masyarakat, guna melihat

    bagaiman ia berfungsi, yang mana jika

    masyarakat itu stabil maka bagian-

    bagiannya akan beroperasi secara

    lancar, dan susunan-susunan sosialnya

    akan berfungsi. Masyarakat seperti itu

    ditandai dengan perpaduan, kerjasama

    dan kesepakatan serta tidak ada nada

    komponen dalam masyarakat tersebut

    terbatas dan berada dalam keadaan

    yang tidak stabil serta membahayakan,

    terutama dalam hal keteraturan atau

    ketertiban sosial.

    Manusia dalam menghadapi

    berbagai permasalahan memilih jalan

    keluar yang rasional, ada pula yang

    irasioanal. Jalan yang rasional tentu

    dilakukan berkaitan dengan melalui

    cara berpikir logis dan empiris. Namun

    fakta sosial menyatakan bahwa

    masyarakat banyak mencari hal-hal

    mistis.Salah satu nya mereka mencari

    jalan keluar permasalahaan hidupnya

    melalui panannyaan atau

    paranormal.Agama seringkali menjadi

    salah satu jalan keluar dari berbagai

    persoalan tersebut.Walau begitu, tak

    sedikit pula yang bertentangan dengan

    ajaran agama itu sendiri.

    Soekanto (2009, 22) menyatakan

    bahwa unsur-unsur dalam masyarakat

    adalah sebagai berikut: pertama,

    manusia yang hidup bersama. Dalam

    ilmu sosial tidak ada ukuran mutlak

    ataupun angka pasti untuk menentukan

    beberapa jumlah manusia yang harus

  • 12

    ada.Akan tetapi secara teoritis angka

    minimalnya adalah dua orang yang

    hidup bersama; kedua, bercampur untuk

    waktu yang cukup lama. Kumpulan dari

    manusia tidaklah sama dengan

    kumpulan benda-benda mati seperti

    kursi, meja dan sebagainya. Oleh

    karena itu dengan berkumpulnya

    manusia akan timbul manusia baru.

    Selain itu sebagai akibat dari hidup

    bersama itu, timbul sistem komunikasi

    dan timbul peraturan-peraturan yang

    mengatur hubungan antara manusia

    dalam kelompok tersebut; ketiga,

    mereka sadar bahwa mereka merupakan

    suatu kesatuan.

    Menurut Soekanto (2009, 22)

    dalam arti yang lebih khusus

    masyarakat disebut pula kesatuan

    sosial, mempunyai ikatan-ikatan kasih

    sayang yang erat.Selanjutnya, kesatuan

    sosial mempunyai kehidupan jiwa

    seperti adanya ungkapan-ungkapan jiwa

    rakyat, kehendak rakyat, kesadaran

    masyarakat, dan sebagainya.Jiwa

    masyarakat ini merupakan polusi yang

    berasal dari unsur masyarakat, meliputi

    pranata, status, dan peranan sosial;

    kelima, mereka merupakan suatu sistem

    hidup bersama.Sistem kehidupan

    bersama menimbulkan kebudayaan,

    oleh karena setiap anggota kelompok

    merasa dirinya terikat satu dengan yang

    lainnya.Dalam hal ini manusia

    senantiasa mempunyai naluri yang kuat

    untuk hidup bersama dengan

    sesamanya.

    Apabila dibandingkan dengan

    makhluk hidup lain seperti hewan.

    Manusia tidak mungkin hidup sendiri,

    suatu misal manusia yang dikurung

    sendirian di dalam suatu ruangan

    tertutup, pasti akan mengalami

    gangguan pada perkembangan

    pribadinya, sehingga lama kelamaan dia

    akan mati. Marion Levy (dalam

    Sunarto, 2004, 54) mengatakan bahwa

    terdapat empat kriteria yang perlu

    dipenuhi agar suatu kelompok dapat

    disebut sebagai masyarakat, yaitu:

    pertama, kemampuan bertahan melebihi

    masa hidup seorang individu; kedua,

    rekrutmen anggota melalui reproduksi;

    ketiga, kesetian pada suatu sistem

    tindakan utama bersama; keempat,

    adanya sistem tindakan utama yang

    bersifat swasembada (usaha untuk

    mencukupi kebutuhan sendiri).

    Masyarakat berkembang dari primitif

    ke modern melalui proses modernisasi.

    Bermacam-macam cara dapat

    digunakan untuk mengenal berbagai

    reaksi terhadap proses modernisasi.

    Ada reaksi yang menggunakan warisan

    sistem budaya daerah, tetapi ada pula

    yang merumuskan reaksi mereka dalam

    bentuk tradisi yang tidak

    tersistemkan.Ada pula reaksi yang

    bersifat permanen. Ada yang berpola

    umum,tetapi adapula yang

    menggunakan cara-cara khusus dalam

    memberikan reaksi (Gus Dur, 2006).

    Berdasarkan pernyataan di atas

    dapat dipahami bahwa masyarakat

    memiliki reaksi yang bersifat

    menggunakan warisan sistem budaya

    dan ada pula yang berreaksi dengan

    yang tidak tersistem.Warisan sistem

    budaya dalam kaitannya dengan

    penelitian yang peneliti lakukan adalah

    warisan budaya mengenai kepercayaan

    masyarakat terhadap dukun.Jika

    dihubungkan dengan kepercayaan

    terhadap dukun yang memang telah

    menjadi tradisi dari nenek moyang

    maka dapat dipahami bahwa

    masyarakat yang masih memiliki

    kepercayaan terhadap dukun saat ini

    adalah mereka yang tetap

  • 13

    mempertahankan warisan sistem

    budaya yang telah terinternalisasi dalam

    individu di masyarakat.

    Kepercayaan merupakan paham

    yang secara keseluruhan dalam adat

    istiadat sehari-hari dari berbagai suku

    bangsa yang percaya dengan nenek

    moyang.Menurut Endraswara (2003:

    29) Kepercayaan sumbernya menuju

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, adapun

    pelaku budaya itu yang berusaha untuk

    mendekatkan diri kepada

    Tuhan.Kepercayaan bahwa

    pengetahuan tentang hakikat Tuhan

    dengan melalui kesadaran spiritual yang

    dilakukan para pelaku ritual mistik

    untuk mendapatkan kemuliaan dari

    Tuhan.Dari beberapa pendapat, mistik

    juga dapat diartikan sebagai cinta

    kepada Yang Mutlak, suatu upaya yang

    mencerminkan hasrat jiwa manusia

    yang ingin mengenal dan mendapatkan

    kesadaran langsung dari kebenaran

    mutlak.Mistik merupakan wacana

    budaya yang bertujuan untuk

    mendekatkan diri kepada Tuhan Yang

    Maha Esa.

    Kepercayaan masyarakat terhadap

    dukun dikarenakan pemahaman

    masyarakat mengenai dukun sebagai

    penolong. Abidin (2010, 101)

    menyatakan bahwa orang ingin cepat

    mendapat jodoh, cepat naik pangkat,

    cepat kaya juga datang ke tempat orang

    pintar (dukun). Masyarakat memiliki

    suatu pemahaman atau kepercayaan

    bahwa dukun merupakan orang yang

    serba mampu mengatasi masalah. Ada

    beberapa sebab orang pergi ke dukun;

    1. Tidak yakin akan kemampuan dan potensi yang ada pada

    dirinya. banyak orang yang

    pergi ke dukun karena ia merasa

    jika hanya mengandalkan

    kemampuannya maka apa yang

    ia inginkan tidak akan atau sulit

    terwujud.

    2. Ingin cepat sukses tanpa harus melalui rumit dan sulitnya

    sebuah proses. banyak orang

    yang pergi ke dukun karena ia

    ingin segera sukses,ia percaya

    kekuatan supranatural yang di

    miliki dukun akan bisa

    membantu keinginannya

    sehingga itu tidak terlalu

    bersusah payah dalam

    mewujudkan impiannya itu.

    4. Masyarakat

    Durkheim (dalam Ritzer, 2010:25)

    menyatakan bahwa satu cara dalam

    mempelajari masyarakat adalah dengan

    melihat pada bagian-bagian

    komponennya dalam usaha mengetahui

    bagaimana masing-masing

    berhubungan satu sama lain. Dengan

    kata lain, manusia harus melihat kepada

    struktur masyarakat, guna melihat

    bagaiman ia berfungsi, yang mana jika

    masyarakat itu stabil maka bagian-

    bagiannya akan beroperasi secara

    lancar, dan susunan-susunan sosialnya

    akan berfungsi. Masyarakat seperti itu

    ditandai dengan perpaduan, kerjasama

    dan kesepakatan serta tidak ada nada

    komponen dalam masyarakat tersebut

    terbatas dan berada dalam keadaan

    yang tidak stabil serta membahayakan,

    terutama dalam hal keteraturan atau

    ketertiban sosial.

    Soekanto (2009, 22) menyatakan

    bahwa unsur-unsur dalam masyarakat

    adalah sebagai berikut: pertama,

    manusia yang hidup bersama. Dalam

    ilmu sosial tidak ada ukuran mutlak

    ataupun angka pasti untuk menentukan

  • 14

    beberapa jumlah manusia yang harus

    ada.Akan tetapi secara teoritis angka

    minimalnya adalah dua orang yang

    hidup bersama; kedua, bercampur untuk

    waktu yang cukup lama. Kumpulan dari

    manusia tidaklah sama dengan

    kumpulan benda-benda mati seperti

    kursi, meja dan sebagainya. Oleh

    karena itu dengan berkumpulnya

    manusia akan timbul manusia baru.

    Selain itu sebagai akibat dari hidup

    bersama itu, timbul sistem komunikasi

    dan timbul peraturan-peraturan yang

    mengatur hubungan antara manusia

    dalam kelompok tersebut; ketiga,

    mereka sadar bahwa mereka merupakan

    suatu kesatuan.

    Menurut Soekanto (2009, 22)

    dalam arti yang lebih khusus

    masyarakat disebut pula kesatuan

    sosial, mempunyai ikatan-ikatan kasih

    sayang yang erat.Selanjutnya, kesatuan

    sosial mempunyai kehidupan jiwa

    seperti adanya ungkapan-ungkapan jiwa

    rakyat, kehendak rakyat, kesadaran

    masyarakat, dan sebagainya.Jiwa

    masyarakat ini merupakanpolusi yang

    berasal dari unsur masyarakat, meliputi

    pranata, status, dan peranan sosial;

    kelima, mereka merupakan suatu sistem

    hidup bersama.Sistem kehidupan

    bersama menimbulkan kebudayaan,

    oleh karena setiap anggota kelompok

    merasa dirinya terikat satu dengan yang

    lainnya.Dalam hal ini manusia

    senantiasa mempunyai naluri yang kuat

    untuk hidup bersama dengan

    sesamanya.

    Apabila dibandingkan dengan

    makhluk hidup lain seperti hewan.

    Manusia tidak mungkin hidup sendiri,

    suatu misal manusia yang dikurung

    sendirian di dalam suatu ruangan

    tertutup, pasti akan mengalami

    gangguan pada perkembangan

    pribadinya, sehingga lama kelamaan dia

    akan mati. Marion Levy (dalam

    Sunarto, 2004, 54) mengatakan bahwa

    terdapat empat kriteria yang perlu

    dipenuhi agar suatu kelompok dapat

    disebut sebagai masyarakat, yaitu:

    pertama, kemampuan bertahan melebihi

    masa hidup seorang individu; kedua,

    rekrutmen anggota melalui reproduksi;

    ketiga, kesetian pada suatu “sistem

    tindakan utama bersama”; keempat,

    adanya sistem tindakan utama yang

    bersifat swasembada. Masyarakat

    berkembang dari primitif ke modern

    melalui proses modernisasi. Bermacam-

    macam cara dapat digunakan untuk

    mengenal berbagai reaksi terhadap

    proses modernisasi. Ada reaksi yang

    menggunakan warisan sistem budaya

    daerah, tetapi ada pula yang

    merumuskan reaksi mereka dalam

    bentuk tradisi yang tidak

    tersistemkan.Ada pula reaksi yang

    bersifat permanen.Ada yang berpola

    umum, tetapi adapula yang

    menggunakan cara-cara khusus dalam

    memberikan reaksi (Gus Dur, 2006).

    Berdasarkan pernyataan di atas

    dapat dipahami bahwa masyarakat

    memiliki reaksi yang bersifat

    menggunakan warisan sistem budaya

    dan ada pula yang berreaksi dengan

    yang tidak tersistem.Warisan sistem

    budaya dalam kaitannya dengan

    penelitian yang peneliti lakukan adalah

    warisan budaya mengenai kepercayaan

    masyarakat terhadap dukun.Jika

    dihubungkan dengan kepercayaan

    terhadap dukun yang memang telah

    menjadi tradisi dari nenek moyang

    maka dapat dipahami bahwa

    masyarakat yang masih memiliki

    kepercayaan terhadap dukun saat ini

    adalah mereka yang tetap

  • 15

    mempertahankan warisan sistem

    budaya yang telah terinternalisasi dalam

    individu di masyarakat.

    III. GAMBARAN UMUM LOKASI

    PENELITIAN

    Penduduk di Kabupaten Natuna

    mayoritas adalah Suku Melayu dan

    memeluk agama Islam dengan mata

    pencaharian sektor pertanian dan

    perikanan.Profesi lain yang juga

    dilakukan oleh penduduk Kabupaten

    Natuna adalah industri, perdagangan,

    transportasi, dan pemerintahan. Agama

    lain yang dianut oleh para penduduk

    adalah Budha, aliran kepercayaan,

    Katolik, Kristen dan Hindu.Salah satu

    Desa yang ada di Kabupaten Natuna

    adalah Desa Pulau Panjang yang

    memiliki luas wilayah 50,367 Ha.

    Dalam hubungannya dengan

    sistem kepercayaan masyarakat di

    Desa Pulau Panjang ini, dukun

    dijadikan tumpuan dan tempat

    menanyakan berbagai masalah

    kesehatan, keselamatan serta

    penghidupan seseorang yang datang

    kepadanya.Dukun, sebagai penyembuh

    penyakit bagi masyarakat tradisional

    mampu memberikan penjelasan,

    tafsiran bahkan memberikan resep obat

    berupa ramuan daun atau tanam-

    tanaman dan yang terbanyak dengan

    jampi-jampi melalui bacaan mantra

    yang ditulis oleh orang-orang

    terdahulu. Proses ini telah menjadi

    bagian dari kultur masyarakat.

    Masyarakat yang memiliki

    kepercayaan terhadap dukun adalah

    komunitas pelajar, pedagang, petani,

    dan pejabat.Pada umumnya masyarakat

    ke dukun untuk membantu dalam

    melaksanakan fungsi-fungsi atau peran

    dalam pekerjaan masing-

    masing.Interaksi sosial dalam

    masyarakat dalam bentuk hubungan

    antar individu yang menimbulkan

    adanya hubungan saling

    mempengaruhi.Hubungan saling

    mempengaruhi menimbulkan suatu

    keyakinan bahwa dukun adalah

    penyelamat.Kepercayaan masyarakat

    terhadap dukun tidak terlepas dari

    interaksi sosial masyarakat, yang mana

    informasi mengenai dukun tersebar luas

    melalui komunikasi secara langsung

    maupun tidak langsung. Interaksi sosial

    menyebabkan maraknya masyarakat

    yang memiliki keprcayaan terhadap

    dukun karena adanya perbincangan

    mengenai kehebatan sang dukun yang

    kemudian tersebar dari individu ke

    individu lainnya.

    Penduduk yang berada di Desa Pulau

    Panjang tidak lazim seperti penduduk

    yang berada dikelurahan atau Daerah

    lainnya , karena Penduduk yang

    bermukim di Desa ini terdiri dari dua

    suku bangsa yaitu suku Melayu.

    Untuk menjaga hubungan sosial

    masyarakat, di Desa ini sering

    diadakan gotong royong khusus bagi

    para laki-laki yang dilakukan rutin satu

    bulan sekali untuk melakukan

    pembersihan jalan-jalan desa,

    sedangkan untuk para perempuan

    setiap haru Jumat rutin melakukan

    yasinan bersama untuk mempererat

    silaturahmi.

    IV. ANALISA DATA DAN

    PEMBAHASAN

    1. Kepercayaan masyarakat terhadap

    dukun

    1.1 Pengobatan Kesehatan

  • 16

    Berdasarkan hasil wawancara dengan

    seluruh informan maka dapat dianalisa

    bahwa masyarat desa Pulau Panjang

    mayoritas masih menggunakan jasa

    dukun untuk mengobati segala macam

    penyakit, pengobatan dukun yang

    sederhana menjadi pilihan masyarakat.

    Kepercayaan masyarakat yang sangat

    mendalam terhadap nilai-nilai budaya

    setempat juga terlihat dalam upaya

    pengobatan penyakit.Masyarakat Desa

    Pulau Panjang hampir seluruhnya

    mengenal dukun sebagai juru sembuh

    alternatif.Khususnya untuk penyakit-

    penyakit yang dianggap disebabkan

    oleh sihir.Ilmu sihir selalu dikaitkan

    dengan dukun sebagai pihak yang

    menguasai kekuatan sihir.

    1.2 Pelaris

    Berdasarkan hasil wawancara

    dengan informan maka dapat dianalisa

    bahwa masyarakat khususnya pedagang

    yang ada di Desa Pulau Panjang ini,

    masih sangat mempercayai dukun untuk

    melancarkan rezekinya atau menjadi

    pelaris dalam usahanya. Isi mantra

    pelaris dagangan umumnya dukun

    meminta pertolongan kepada Allah.

    Karena dukun percaya atas izin Allah

    lah segala usaha dan keinginan akan

    terjadi dengan semestinya sesuai

    dengan apa yang diinginkan oleh dukun

    dan pasien.

    1.3 Jodoh

    Berdasarkan hasil wawancara dengan

    informan maka dapat dianalisa bahwa

    masyarakat datang ke dukun untuk

    banyak permasalahan termasuk jodoh,

    namun di Desa Pulau Panjang yang

    datang adalah masyarakat yang sedang

    menghadapi masalah keluarga.Budaya

    dari masyarakat Desa Pulau Panjang

    yang telah ditanamkan oleh generasi

    sebelumnya atau yang disebut oleh

    mereka sebagai nenek moyang.Budaya

    sebagai struktur mempengaruhi

    tindakan individu dalam masyarakat

    sehingga menimbulkan rasa percaya

    terhadap dukun yang hal tersebut

    disosialisasikan sebelumnya.

    Berdasarkan penemuan di atas

    dapat dipahami bahwa penyebab

    masyarakat percaya dukun adalah

    karena pengaruh struktur terhadap

    individu dalam

    masyarakat.Kepercayaan terhadap

    dukun berlangsung sebagai suatu

    bentuk pemeliharaan sistem yang telah

    dibangun sejak lama dan telah

    terinternalisasi sehingga telah dianggap

    hal yang biasa.dukun memiliki peran

    sebagai individu yang dianggap

    memiliki kelebihan yang dapat

    membantu masyarakat dalam

    menghadapi persoalan kehidupannya.

    Peran dukun dianggap fungsional oleh

    masyarakat sehingga sangat penting dan

    memiliki kedudukan atas yang

    perkataan atau anjuranya diikuti oleh

    masyarakat.Mengikuti anjuran dukun

    menjadi suatu yang penting karena

    dukun memiliki kemampuan yang

    berfungsi dalam keberlangsungan

    kehidupan masyarakat di Desa Pulau

    Panjang.Oleh karena itu dapat dipahami

    bahwa kepercayaan terhadap dukun

    terjadi pada dasarnya karena dukun

    masih diangga fungsional oleh

    masyarakat sehingga kepercayaan

    tersebut terus berlangsung.

    2. Latar Belakang Kepercayaan

    Terhadap Dukun

    Berdasarkan hasil wawancara dengan

    informan maka dapat dianalisa bahwa

    masyarakat di desa Pulau Panjang

    mempercayaia dukun karena turun

    temurun yang dibawa dari nenek

  • 17

    moyang pada zaman dahulu.Pengobatan

    dukun juga terkesan santai, sehingga

    membuat pasien langsung cepat akrab,

    meski baru pertama kali bertemu dan

    diobati.Dukun juga sering mengajak

    pasiennya berbicara di luar dari

    pembicaraan penyakit.Masing-masing

    kebudayaan memiliki berbagai

    pengobatan untuk penyembuhan

    anggota masyarakatnya yang

    sakit.Berbeda dengan ilmu kedokteran

    yang menganggap bahwa penyebab

    penyakit adalah kuman, kemudian

    diberi obat antibiotika dan obat tersebut

    dapat mematikan kuman penyebab

    penyakit.Pada masyarakat tradisional,

    tidak semua penyakit itu disebabkan

    oleh penyebab biologis.Kadangkala

    mereka menghubung-hubungkan

    dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh

    jahat atau iblis yang mengganggu

    manusia dan menyebabkan sakit.

    V. PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian maka

    Berdasarkan hasil penelitian maka

    dapat diambil kesimpulan

    bahwaKepercayaan Masyarakat

    Terhadap Dukun Di Desa Pulau

    Panjang Kecamatan Subi Kabupaten

    Natuna di sebabkan oleh adanya

    kebiasan turun temurun yang dibawa

    oleh orang tua atau nenek moyang

    sebelum mereka.Hal ini juga

    dikarenakan dahulu tidak ada tenaga

    medis yang ditempatkan di Desa

    ini.dukun sudah dipercayai masyarakat

    desa pulau panjang ini lama, dukun

    dipercayai mampu mengobati dan

    sampai saat ini masyarakat juga masih

    mempercayai hal tersebut, karena sudah

    banyak bukti yang diperlihatkan dan

    dirasakan masyarakat. Memang bukan

    pekerjaan mudah untuk mengubah

    pandangan masyarakat tentang

    pentingnya berobat di lembaga

    kesehatan seperti puskesmas dan rumah

    sakit. Apalagi dilakukan seorang dokter

    yang baru lulus perguruan tinggi.

    Kepercayaan masyarakat terhadap

    dukun sudah begitu mengakar dan turun

    temurun.

    Kemudian masyarakat cendrung lebih

    memilih dukun sebagai tempat mereka

    berobat daripada puskesmas ataupun

    rumah sakit alasan mereka sebenarnya

    simpel saja yaitu karna tidak adanya

    biaya untuk bersalin ke puskesmas

    ataupun rumah sakit.biasanya biaya

    rumah sakit lebih mahal di bandingkan

    ongkos dukun kemudian faktor letak

    wilayah juga sangat mempengaruhi

    masyarakat cendrung lebih memilih

    dukun daripada puskesmas atau rumah

    sakit sebagai tempat untuk tempat

    pengobatan.

    Kepercayaan masyarakat yang sangat

    mendalam terhadap nilai-nilai budaya

    setempat juga terlihat dalam upaya

    pengobatan penyakit.Masyarakat Desa

    Pulau Panjang hampir seluruhnya

    mengenal dukun sebagai juru sembuh

    alternatif.Khususnya untuk penyakit-

    penyakit yang dianggap disebabkan

    oleh sihir.Ilmu sihir selalu dikaitkan

    dengan dukun sebagai pihak yang

    menguasai kekuatan sihir.Penyebab

    masyarakat lebih mempercayai dukun

    adalah karena adanya adat istiadat dan

    budaya yang sudah berkembang sejak

    lama.Pengobatan dukun masih menjadi

    sesuatu yang integral dan sulit

    terpisahkan dari kehidupan sebagian

    masyarakat.Pengobatan dukun telah

    membudaya dan ada yang menjadikan

    sebagai sebuah tradisi dalam

    lingkungan keluarga mereka.Salah satu

    ciri pengobatan dukun adalah

    penggunaan doa-doa atau bacaan-

  • 18

    bacaan, air putih, dan ramuan

    tradisional.Pengobatan dukun juga

    terkesan santai, sehingga membuat

    pasien langsung cepat akrab, meski

    baru pertama kali bertemu dan diobati.

    B. Saran

    Adapun saran yang dapat disampaikan

    adalah sebagai berikut :

    1. Sebaiknya masyarakat juga harus mulai diperkenalkan

    dengan ilmu kedokteran, karena

    pada saat ini banyak penyakit

    yang tidak dapat disembuhkan

    hanya dengan pengobatan

    tradisional, hal ini untuk

    menghindari penyakit tersebut

    semakin parah.

    2. Seharusnya ada kegiatan yang dilakukan pemerintah untuk

    masyarakat agar masyarakat

    memahami tentang pentingnya

    pengobatan kedokteran,

    kegiatan bisa dilakukan dengan

    melakukan pengobatan gratis

    atau pemeriksaaan kesehatan

    gratis untuk memsosialisasikan

    tentang pentingnya pengobatan

    kedokteran.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika,

    Abidin, Zainal. 2010.

    Membongkar Dunia Klenik

    dan Perdukunan Berkedok

    Karoma. Bogor: Pustaka

    Imam Abu Hanifah

    Adimihardja K. 2005. Tinjauan

    Antropologi Kesehatan

    Reproduksi dalam.Obstetri

    dan Ginekologi Sosial.

    Penerbit Yayasan Bina

    Pustaka

    Damsar.2011 Pengantar Sosiologi

    Ekonomi. Jakarta: Prenada

    Media.

    Endraswara, Suwardi. 2003.

    Metodologi Penelitian Sastra.

    Yogyakarta: Pustaka.

    Gus Dur. 2006. Islamku Islam Anda

    Islam Kita Agama

    Masyarakat Negara

    Demokrasi”, The Wahid

    Institute

    John, Field. 2010. Modal Sosial. Kreasi

    Wacana. Yogyakarta.

    Maleong, J Lexy. 2011. Metode

    Penelitian Kualitatif.

    Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya

    Ramdan. 1990. Mistisisme. LESFI :

    Yogyakarta.

  • 19

    Ritzer, George. 2010. Sosiologi Ilmu

    Pengetahuan Berparadigma

    Ganda, Jakarta: PT. Raja

    Grafindo Persada

    Soejono,Soekanto. 2009. Sosiologi

    Suatu Pengantar. Jakarta.

    Raja Grafindo

    Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

    Pendidikan Pendekatan

    Kuantitatif, Kualitatif dan, R

    & D. Bandung: Alfabeta.

    Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar

    Sosiologi. Jakarta : Lembaga

    Penerbitan Fakultas Ekonomi

    Universitas Indonesia