kepercayaan masyarakat terhadap dukun di desa...
TRANSCRIPT
-
KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP DUKUN DI DESA PULAU
PANJANG KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
MALA KARMILA
NIM : 110569201053
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
-
1
KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP DUKUN DI DESA PULAU
PANJANG KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA
MALA KARMILA
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik Universitas Maritim
Raja Ali Haji
A B S T R A K
Dukun secara umum adalah orang yang memiliki kemampuan supranatural,
yang dengan kemampuan supranaturalnya itu bisa membantu terwujudnya
keinginan orang yang datang kepadanya. Masyarakat desa yang masih tradisional
memiliki kecenderungan untuk menggunakan jasa dukun karena pola berpikir
yang masih bersifat irasional. Fenomena yang terjadi saat ini di Desa Pulau
Panjang Kecamatan Subi masyarakat lebih mempercayai dukun untuk menyerahkan
semua permasalahannya seperti masalah kesehatan, jodoh dan pelaris untuk
berdagang kepada dukun, karena menganggap dukun bisa menyelesaikan segala
permasalahan.
Tujuan dalam penelitia ini yaitu Untuk mengetahui kepercayaan masyarakat Di
Desa Pulau Panjang Kecamatan Subi Kabupaten Natuna terhadap dukun.
Pembahasan dalam skripsi ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif, Informan
yang dipilih adalah 9 orang dengan kriteria yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa
Kepercayaan Masyarakat Terhadap Dukun di Desa Pulau Panjang Kecamatan Subi
Kabupaten Natuna di sebabkan oleh adanya kebiasan turun temurun yang dibawa
oleh orang tua atau nenek moyang sebelum mereka. Kemudian masyarakat cendrung
lebih memilih dukun sebagai tempat mereka berobat daripada puskesmas ataupun
rumah sakit alasan mereka sebenarnya sederhana saja yaitu karena tidak adanya
biaya untuk bersalin ke puskesmas ataupun rumah sakit.biasanya biaya rumah sakit
lebih mahal di bandingkan ongkos dukun kemudian faktor letak wilayah juga sangat
mempengaruhi masyarakat cendrung lebih memilih dukun daripada puskesmas atau
rumah sakit sebagai tempat untuk tempat pengobatan.
Kata Kunci : Kepercayaan, Dukun
-
2
A B S T R A C T
Shaman in General is a person who has supernatural abilities, which with the
ability supranaturalnya it could help materialize the desires of the people who come
to him. The villagers are still traditionally have a tendency to use the services of a
shaman because of thinking patterns that still are irrational. Phenomenon that
occurs when this Long Island Village in the Sub-District of Subi community more
trust the shaman to give up all of the problem as a health problem, love match and
pelaris to trade to the shaman, considered a Shaman can resolve any problems.
The goal in this is to find out the penelitia trust of the community In the long
Island Village of the subdistrict Subi Natuna Islands against quacks. The discussion
in this thesis using a descriptive qualitative techniques, Informants chosen is 9
people with criteria that has been set.
Based on the research results then can be drawn the conclusion that public
confidence towards the long island village of Dukun Subdistrict Subi Natuna Islands
caused by the existence of hereditary customs brought by parents or ancestors before
them. Then the appropriate community prefer the shaman as their place of treatment
rather than clinics or hospitals is the reason they are in fact a simple course that is
due to the absence of costs for maternity to clinics or hospitals typically cost
hospitals more expensive in compare cost shaman then factor in the location of the
region also greatly affect the appropriate community prefer shaman than clinics or
hospitals as places for treatment.
Key Words: Trust, Shaman
-
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan masyarakat pada
masa kini tidak lepas dari budaya nenek
moyang atau leluhur yang telah melekat
pada hidup sehari-hari. Budaya nenek
moyang tersebut antara lain adalah
kepercayaan pada roh halus (animisme),
kepercayaan bahwa benda-benda
tertentu mempunyai kekuatan gaib
(dinamisme), dan adanya benda-benda
tertentu yang dipuja atau disembah
(totemisme). Meskipun pada masa kini
agama dan ilmu pengetahuan yang
rasional telah menggeser kepercayaan
lama tersebut, masih ada budaya-
budaya lama yang tetap melekat pada
sebagian masyarakat.Salah satunya
adalah kepercayaan terhadap dukun.
Masyarakat yang sudah
mencapai tahap berpikir positif pun
ternyata masih membawa nilai
ketradisionalannya, termasuk
kepercayaan pada hal-hal yang irasional
dan berbau mistik.Bukti konkrit terlihat
dari kenyataan di masyarakat, dimana
seseorang yang sudah menduduki
jabatan penting, berpendidikan tinggi,
ternyata masih memerlukan datang ke
seorang dukun.Dukun adalah profesi
yang sangat popular di
masyarakat.Keterlibatan mereka dalam
kehidupan masyarakat selama ini sangat
kuat.Bagi orang yang belum pernah
berinteraksi dengan dukun secara
langsung, atau minta bantuannya dan
memanfaatkan jasanya, umumnya
mendengar adanya dukun ini dari mulut
ke mulut. Kesaktian dukun dianggap
bisa melakukan apa saja yang
diinginkan oleh masyarakat.
Dukun secara umum adalah
orang yang memiliki kemampuan
supranatural, yang dengan kemampuan
supranaturalnya itu bisa membantu
terwujudnya keinginan orang yang
datang kepadanya. Dukun termasuk
tipe pemimpin informal karena pada
umumnya mereka memiliki kekuasaan
dan wewenang yang disegani oleh
masyarakat sekelilingnya.Wewenang
yang dimilikinya terutama adalah
wewenang karismatis.Secara teoritis,
wewenang dapat dibedakan atas
wewenang tradisional, wewenang
rasionil dan wewenang
karismatis.Dukun dianggap sebagai
orang yang memiliki wewenang
karismatis, yaitu kemampuan atau
wibawa yang khusus yang terdapat
dalam dirinya.Wibawa tadi dimiliki
tanpa dipelajari, tetapi ada dengan
sendirinya dan merupakan anugerah
dari Tuhan (Adimihardja, 2005).
Dukun memperoleh keahlian
mengobati tidak melalui proses belajar
atau diajarkan oleh seseorang,
melainkan mengetahui dengan
sendirinya secara turun temurun dan
setelah sebelumnya mengalami sakit
bertahun-tahun. Bagi yang
mendapatkan keahlian melalui turun
temurun. Salah satu ciri pengobatan
dukun adalah penggunaan Bacaan doa-
doa/mantra dengan menggunakan
media air putih dan ramuan dari
tumbuhan.
Masyarakat dalam menghadapi
berbagai permasalahan memilih jalan
keluar yang rasional, ada pula yang
irasioanal. Jalan yang rasional tentu
dilakukan berkaitan dengan melalui
cara berpikir logis dan empiris. Namun
pada kenyataannya ada juga diantara
masyarakat yang mencari jalan keluar
-
4
permasalahan hidupnya melalui
dukun.Praktek jasa dukun terdiri dari
beberapa bentuk jasa pendukunan.
Masyarakat desa yang masih
tradisional memiliki kecenderungan
untuk menggunakan jasa dukun
karena pola berpikir yang masih
bersifat irasional. Masyarakat desa
masih mempercayai sesuatu yang
berhubungan dengan ghaib, dan
seseorang yang menghubungkan
mereka dengan sesuatu yang ghaib
yaitu seorang dukun. Fenomena yang
terjadi saat ini di Desa Pulau Panjang
Kecamatan Subi masyarakat lebih
mempercayai dukun untuk
menyerahkan semua permasalahannya
seperti masalah kesehatan, jodoh dan
pelaris untuk berdagang kepada
dukun,karena menganggap dukun bisa
menyelesaikan segala
permasalahan.Padahal di desa ini
terdapat 1 puskesmas pembantu,
kemudian 1 orang perawat, dan 1 orang
bidan, namun dukun yang ada jauh
lebih banyak dari pada tenaga medis
tersebut yaitu dapat dilihat dari data
berikut :
Tabel I.1
Jenis Dukun
No Dukun Jenis Keahlian
1 Cak Awi Dipercaya bisa mengobati segala
penyakit
2 Long Ahim Dipercaya bisa mengobati segala
penyakit
3 Long Mail Dipercaya bisa mengobati demam,
sakit kepala dan asma
4 Amril Dipercaya bisa mendatangkan
jodoh
5 Jaharudin Dipercaya bisa mengobati bisul dan
infeksi
6 Yanto Dipercaya bisa mengobati demam
sakit perut dan sakit kepala
7 Sofyan Dipercaya bisa mengobati demam dan patah tulang
8 Yusuf Dipercaya bisa mengobati sakit
pinggang
9 Mian Dipercaya bisa mengobati demam
Berdasarkan data tersebut
dijelaskan bahwa dukun yang dikenal
masyarakat di Desa Pulau Panjang yaitu
dukun yang dipercayai khusus
mengobati deman, dukun yang
dipercayai khusus mengobati sakit
kepala, dukun yang dipercayai khusus
mengobati sakit kulit, serta dukun yang
dianggap bisa mengobati seluruh
penyakit dan dapat menyelesaikan
semua permasalahan yang dialami
orang-orang tersebut.
Masyarakat di Desa ini hampir
semuanya mempercayai dukun, tidak
hanya masyarakat yang memiliki
pendidikan rendah, bahkan masyarakat
di Desa ini yang memiliki pendidikan
tinggi juga masih memilih dukun
menyerahkan segala permasalahannya.
Berikut data pendidikan di Desa Pulau
Panjang yang dapat dilihat dari tabel
berikut :
-
5
Tabel 1.2
Data pendidikan Desa Pulau Panjang
No Tingkat Jumlah
1 Belum bersekolah/ Tidak bersekolah
78
2 Sekolah dasar/tamat sekolah dasar
179
3 Sekolah menengah pertama/ tamat sekolah menengah pertama
160
4 Sekolah menengah atas/ tamat sekolah menengah atas
119
5 Strata 1 15
6 Strata 2 1
Jumlah 552
Sumber : Kantor Desa Pulau Panjang,
2015
Jika dilihat dari tabel diatas
maka dapat dilihat pendidikan
masyarakat yang ada di desa ini
berjenjang mulai dari yang tidak pernah
bersekolah hingga sampai dengan
kejenjang perguruan tinggi.
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat
masyarakat di Desa ini mayoritas
bersekolah hingga sekolah menengah
baik SMA maupun SMP dengan jumlah
keseluruhan 279 orang, kemudian
banyak juga yang hanya menyelesaikan
sekolah hingga sekolah dasar berjumlah
179 orang, dan yang tidak bersekolah
berjumlah 78 orang.Namun masyarakat
Desa Pulau Panjang masih saja
mempercayai dukun sebagai penolong
dalam masalah-masalah yang mereka
hadapi.Termasuk bagi masyarakat yang
berpendidikan tinggi, jika dilihat di
Desa ini masyarakatnya yang
berpendidikan tinggi berjumlah 16
orang.Dukun mengangap dirinya sama
saja dengan masyarakat sekitar hanya
saja yang membedakan, bahwa sang
dukun punya kelebihan indra ke-6
sehingga bisa menerawang masa depan
dan dianggap punya kekuatan
supranatural.
Dari latar belakang
permasalahan tersebut maka penelitian
ini mengambil judul penelitian
:KEPERCAYAAN MASYARAKAT
TERHADAP DUKUN DI DESA
PULAU PANJANG KECAMATAN
SUBI KABUPATEN NATUNA
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang
di paparkan dalam latar belakang
berkaitan dengan kepercayaan yang ada
di masyarakat Desa Pulau Panjang,
rumusan masalah dalam penelitian ini,
yaitu:Mengapa masyarakat Masyarakat
Di Desa Pulau Panjang Kecamatan Subi
Kabupaten Natuna masih mempercayai
dukun?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini
yaitu:Untuk mengetahui alasan
masyarakat Di Desa Pulau Panjang
Kecamatan Subi Kabupaten Natuna
masih mempercayai dukun.
-
6
2. Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan
penelitian dari penulisan ini adalah
sebagai berikut :
a. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat tentang
keberadaan Dukun di
daerah pulau panjang.
b. Dapatdijadikan refrensi bagi peneliti selanjutnya
D. Konsep Operasional
Konsep operasional adalah
operasionalisasi konsep-konsep yang
ada dan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang ada dilapangan. Bagian ini
menguraikan tentang konsep-konsep
yang akan digunakan peneliti dalam
menjawab permasalahan dalam
penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan konsep sebagai berikut :
1. Dukun : Dukun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
orang yang dipercayai
masyarakatsebagai media
pengobatan serta mencari solusi
dalam permasalahan hidup yang
dialami oleh masyarakat.
2. Percaya terhadap Dukun :Kepercayaan masyarakat
terhadap dukun di dalam
penelitian yang akan dilakukan
meliputi: Budaya masyarakat
yaitu tradisi dan keyakinan yang
dianut masyarakat di Desa Pulau
Panjang dari nenek moyang
mengenai dukun. Yang peneliti
maksud dalam penelitian ini
adalah masyarakat Desa Pulau
Panjang menggunakan jasa
dukun mulai dari nenek moyang
sehingga menjadi suatu atau
kebiasan untuk kembali datang
ke dukun.
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini jenis
penelitian ini adalah kualitatif yang
merupakan data yang berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka-angka
(Moleong, 2011: 11).Sedangkan tipe
penelitian adalah deskriptif. Menurut
Sugiyono (2012:11) bahwa penelitian
deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel atau
lebih (independent) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan
variabel satu dengan variabel yang
lain.Dengan demikian penelitian ini
mencoba menjelaskan dan memahami
secara mendetail tentang Kepercayaan
Masyarakat Terhadap Dukun Di Desa
Pulau Panjang Kecamatan Subi
Kabupaten Natuna
F. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh
sepenuhnya, data-data tersebut akan
dianalisa, dengan menggunakan Analisa
Data Kualitatif serta mengacu kepada
konsep Operasional yang telah dibuat.
Analisa terhadap data-data tersebut
akan dilakukan secara berulang-ulang
dan memperhatikan serta
membandingkan fenomena-fenomena
dan pendapat-pendapat masyarakat
yang timbul terhadap Kepercayaan
Masyarakat Terhadap Dukun Di Desa
Pulau Panjang Kecamatan Subi
Kabupaten Natuna. Analisis data yang
akan digunaka untuk menganalisa data-
data yang didapat dari penelitian ini
adalah analisis deskriftif kualitatf,
Miles dan Hubermen (dalam Sugiyono:
-
7
2012 : 21) mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.
Ukuran kejenuhan data ditandai dengan
tidak diperolehnya lagi data atau
informasi baru. Aktivitas dalam analisis
meliputi reduksi data (data reduction),
penyajian data (data display) serta
Penarikan kesimpulan dan verifikasi
(conclusion drawing/ verification).
Sejumlah peneliti kualitatif berupaya
mengumpulkan data selama mungkin
dan bermaksud akan menganalisis
setelah meninggalkan lapangan.
Pekerjaan pengumpulan data bagi
peneliti kaulitatif harus langsung diikuti
dengan pekerjaan menuliskan,
mengedit, mengklasifikasikan,
mereduksi, dan menyajikan.
II. LANDASAN TEORI
1. Dukun
Pengertian dukun biasanya pekerjaan
ini turun temurun dalam keluarga atau
karena ia merasa mendapat panggilan
tugas ini (Wiknjosastro, 2007).
Berdasarkan jenis-jenis dukun di atas
terlihat bahwa dukun memiliki macam-
macam jenis sesuai dengan keahlian
yang dimilikinya.Penjelasan tersebut
memberikan gambaran mengenai jenis-
jenis dukun.Adapun dukun yang
dimaksud dalam penelitian saya adalah
termasuk jenis dukun parewangan,
yaitu dukun yang memberikan nasihat
dan benda-benda tertentu yang
dianggap mampu menyelesaikan
masalah masyarakat yang mempercayai
dukun. Menurut Abidin (2010, 99-100)
terdapat beberapa faktor penyebab
mayoritas masyarakat Indonesia
mempercayai dukun, yaitu:
1. Akar budaya Indonesia. keyakinan yang dianut
masyarakat nusantara sebelum
masuk agama Islam adalah
agama Hindu, Budha,
Animisme, dan Dinamisme;
2. Mereka tidak berpegang teguh kepada akidah yang benar
ditambah jauhnya mereka dari
ilmu agama dan para ulama
rabbani;
3. Kurang sabar dalam menerima ujian kemiskinan, baik yang
menimpa para dukun maupun
pasiennya;
4. Banyak kalangan bisnisman dan elit politik yang
memanfaatkan jasa dukun dan
paranormal untuk kelancaran
usaha dan politiknya, sehingga
mereka menjadi panutan orang-
orang awam untuk mendatangi
para dukun karena ngiler dengan
kesuksesan dan keberhasilan
mereka.
5. Jalan pintas untuk mencapai kesuksesan ini dianggap paling
mudah dan ringan, apalagi
setelah melihat banyak bukti
dan beragam cerita dari orang-
orang yang berhasil dalam
waktu singkat dengan
memanfaatkan jasa paranormal.
6. Pemerintah yang terkesan membiarkan, bahkan cenderung
mendukung praktik perdukunan,
karena tidak ada sanksi tegas
dan hukuman yang jelas buat
mereka yang menyesatkan umat
dunia.
-
8
Di Indonesia dikenal bermacam-
macam tipe dukun, antara lain. Dukun
yang satu ini ahli dalam memasukkan,
membenamkan semacam jarum
pendek-berukuran satu sentimeter yang
amat halus yang terbuat dari bahan
emas, berlian, ataupun batu kristal ke
bagian tubuh manusia untuk
kepentingan kecantikan, karir,
kewibawaan, dan sebagainya
(Kompasiana.com, 2011).
2. Kepercayaan Terhadap Dukun
Menurut Koentjaraningrat (2002)
mengatakan, bahwa menurut ilmu
antropologi kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan
millik diri manusia dengan belajar. Dia
membagi kebudayaan atas 7 unsur:
sistem religi, sistem organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan,
sistem mata pencaharian hidup, sistem
teknologi dan peralatan bahasa dan
kesenian. Kesemua unsur budaya
tersebut terwujud dalam bentuk sistem
budaya/adat-istiadat (kompleks budaya,
tema budaya, gagasan), sistem sosial
(aktivitas sosial, kompleks sosial, pola
sosial, tindakan), dan unsur-unsur
kebudayaan fisik (benda kebudayaan).
1. Sistem Religi Sistem religi meliputi kepercayaan, nilai,
pandangan hidup, komunikasi
keagamaan dan upacara
keagamaan. Definisi
kepercayaan mengacu kepada
pendapat Fishbein dan Azjen
(dalam Soekanto, 2007), yang
menyebutkan pengertian
kepercayaan atau keyakinan
dengan kata “belief”, yang
memiliki pengertian sebagai inti
dari setiap perilaku manusia.
Aspek kepercayaan tersebut
merupakan acuan bagi
seseorang untuk menentukan
persepsi terhadap sesuatu objek.
Kepercayaan membentuk
pengalaman, baik pengalaman
pribadi maupun pengalaman
sosial.
2. Sistem Organisasi dan Kemasyarakatan Sistem
kemasyarakatan atau organisasi
sosial yang meliputi:
kekerabatan, organisasi politik,
norma atau hukum, perkawinan,
kenegaraan, kesatuan hidup dan
perkumpulan. Sistim organisasi
adalah bagian kebudayaan yang
berisikan semua yang telah
dipelajari yang memungkinkan
bagi manusia
mengkoordinasikan perilakunya
secara efektif dengan tindakan-
tindakan-tindakan orang lain
(Syani, 1995).
3. Pengetahuan budaya itu bukanlah sesuatu yang bisa
kelihatan secara nyata,
melainkan tersembunyi dari
pandangan, namun memainkan
peranan yang sangat penting
bagi manusia dalam
menentukan perilakunya.
Pengetahuan budaya yang
diformulasikan dengan beragam
ungkapan tradisional itu
sekaligus juga merupakan
gambaran dari nilai - nilai
budaya yang mereka hayati.
Nilai budaya sebagaimana
dikemukan oleh
Koentjaraningrat (2002) adalah
konsep-konsep yang hidup
dalam alam pikiran sebagian
besar dari warga suatu
masyarakat, mengenai hal-hal
-
9
yang harus mereka anggap amat
bernilai dalam hidup. Dan suatu
sistem nilai budaya, yang
sifatnya abstrak, biasanya
berfungsi sebagai pedoman
tertinggi bagi kelakuan manusia.
4. Sistem Mata Pencaharian Hidup Sistem mata pencaharian
hidup merupakan produk dari
manusia sebagai homo
economicus yang mejadikan
kehidupan manusia terus
meningkat. Dalam tingkat
sebagai food gathering,
kehidupan manusia sama
dengan hewan. Tetapi dalam
tingkat food producing terjadi
kemajuan yang pesat. Setelah
bercocok tanam, kemudian
beternak yang terus meningkat
(rising demand) yang kadang-
kadang serakah. Sistem mata
pencaharian hidup atau sistem
ekonomi meliputi jenis
pekerjaan dan penghasilan
(Koentrajaningrat, 2002).
5. Sistem Teknologi dan Peralatan Teknologi dan
peralatan kesehatan adalah
sarana prasarana yang
diperlukan.
6. Bahasa. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang
digunakan manusia untuk saling
berkomunikasi atau
berhubungan, baik lewat tulisan,
lisan, ataupun gerakan (bahasa
isyarat), dengan tujuan
menyampaikan maksud hati
atau kemauan kepada lawan
bicaranya atau orang lain.
Melalui bahasa, manusia dapat
menyesuaikan diri dengan adat
istiadat, tingkah laku, tata krama
masyarakat, dan sekaligus
mudah membaurkan dirinya
dengan segala bentuk
masyarakat
7. Kesenian. Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika)
yang berasal dari ekspresi hasrat
manusia akan keindahan yang
dinikmati dengan mata ataupun
telinga. Sebagai makhluk yang
mempunyai cita rasa tinggi,
manusia menghasilkan berbagai
corak kesenian mulai dari yang
sederhana hingga perwujudan
kesenian yang kompleks.
Kesenian yang meliputi: seni
patung/pahat, seni rupa, seni
gerak, lukis, gambar, rias, vocal,
musik/seni suara, bangunan,
kesusastraan, dan drama
(Koentrajaningrat, 2002).
Sehingga dapat diperoleh
pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari kebudayaan
bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-
lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu umat manusia dalam
melangsungkan kehidupan
bermasyarakat
Konsep tentang perdukunan telah
mendominasi hampir semua lapisan
masyarakat di Indonesia.Perdukunan
merupakan budaya yang sudah ada
turun temurun di Indonesia.Hampir
semua suku mempunyai konsep dan
pencitraan tersendiri tentang hal
tersebut.Hal itu bertahan dalam konsep
kehidupan masyarakat karena
-
10
diwariskan secara turun temurun dalam
keluarga.Dalam tataran perilaku,
maraknya fenomena perdukunan, di
kalangan masyarakat dan sebagainya
merupakan suatu fenomena yang
menjadi realitas dalam masyarakat
Indonesia.
Durkheim (dalam Ritzer, 2010:25)
menyatakan bahwa satu cara dalam
mempelajari masyarakat adalah dengan
melihat pada bagian-bagian
komponennya dalam usaha mengetahui
bagaimana masing-masing
berhubungan satu sama lain. Dengan
kata lain, manusia harus melihat kepada
struktur masyarakat, guna melihat
bagaiman ia berfungsi, yang mana jika
masyarakat itu stabil maka bagian-
bagiannya akan beroperasi secara
lancar, dan susunan-susunan sosialnya
akan berfungsi. Masyarakat seperti itu
ditandai dengan perpaduan, kerjasama
dan kesepakatan serta tidak ada nada
komponen dalam masyarakat tersebut
terbatas dan berada dalam keadaan
yang tidak stabil serta membahayakan,
terutama dalam hal keteraturan atau
ketertiban sosial.
Coleman dan Putnam
mendefinisikan kepercayaan sebagai
suatu komponen penting dalam modal
sosial. Pada tahun 1980-an misalnya
Coleman telah menulis tentang arti
penting kepercayaan dalam kehidupan
ekonomi dan menuduh ekonomi
mengabaikan perubahan kualitatif yang
terjadi dalam transisi dari level mikro
individu hingga level makro sistem
yang terdiri dari beberapa individu
(John Field, 2010: 101-102). Fukuyama
(dalam John Field, 2010: 102)
mengatakan bahwa kepercayaan itu
sendiri sebagai unsur dasar modal sosial
dimana modal sosial adalah kapabilitas
yang muncul dari kepercayaan abadi di
tengah- tengah masyarakat atau pada
bagian tertentu dari masyarakat
tersebut.
Dalam sosiologi, konsep
kepercayaan dikenal dengan
trust.Kepercayaan bermakna percaya
atas beberapa kualitas atau atribut
sesuatu atau seseorang, atau kebenaran
suatu pernyataan.Kemudian Torsvik
(dalam Damsar, 2011: 185) menyatakan
bahwa kepercayaan merupakan
kecenderungan perilaku tertentu yang
dapat mengurangi risiko. Pendapat lain
dikemukakan oleh Lawang (dalam
Damsar, 2011: 186) bahwa kepercayaan
adalah hubungan antara dua belah pihak
atau lebih yang mengandung harapan
yang menguntungkan salah satu pihak
atau kedua belah pihak melalui
interaksi sosial. Dari beberapa definisi
kepercayaan yang telah dipaparkan
dapat disimpulkan bahwa kepercayaan
merupakan suatu tindakan penerimaan
terhadap suatu atau
seseorang/kelompok, dalam hal ini
orang yang memiliki kepercayan
menganggap positif setiap apa yang
dipercayainya. Jika dihubungkan
dengan penelitian yang saya lakukan
maka kepercayaan tersebut berlangsung
antara masyarakat terhadap
dukun.Masyarakat mempercayai dukun
dalam menyelesaikan berbagai
persoalan hidup.Misalnya,
permasalahan jodoh, berdagang, dan
kepentingan kedudukan politik.
3. Masyarakat percaya Terhadap
Dukun
Masyarakat terbentuk atas dasar
hakikat individu, apabila kepentingan
individu berubah maka masyarakatpun
akan berubah. Soerjono Soekanto
-
11
(2009) menjelaskan bahwa masyarakat
yang sudah kompleks, individu
biasanya menjadi anggota dari
kelompok‑kelompok sosial tertentu, misalnya atas dasar seks, ras, pekerjaan,
profesi, dan sebagainya.Secara
sosiologis kelompok sosial mempunyai
pengertian sebagai kumpulan dari
orang--orang yang mempunyai
hubungan dan berinteraksi, dimana
dapat mengakibatkan tumbuhnya
perasaan bersama.
Melalui kelompok, manusia dapat
bersama-sama berusaha memenuhi
berbagai kebutuhannya. Di dalam suatu
kelompok, seseorang pribadi harus
dapat membedakan dua kepentingan,
yaitu sebagai mahluk individu dan
sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk
individu, manusia pada dasarnya
mempunyai hasrat untuk sebesar-
-besarnya mengutamakan kepentingan
diri sendiri. Namun sebagai manusia
tidak mungkin dapat hidup layak tanpa
berkelompok sebab manusia lahir harus
melalui proses belajar dan tidak
sertamerta mampu berusaha sendiri
dalam memenuhi berbagai macam
kebutuhan hidupnya.
Masyarakat tradisional sebelum
mengenal dokter dan ilmu ilmiah
lainnya mereka mempercayakan segala
urusannya kepada dukun.Dukun
dianggap orang yang dapat memberikan
kesembuhan penyakit dan
menyelesaikan berbagai masalah yang
di hadapi masyarakat.Kepercayaan
terhadap dukun sudah berjalan sejak
lama, hal ini kemudian menjadi tradisi
yang saat ini masih sering dilakukan
oleh banyak masyarakat.Banyak
masyarakat yang hingga saat ini masih
lebih mempercayai dukun dari pada
dokter.
Durkheim (dalam Ritzer, 2010:25)
menyatakan bahwa satu cara dalam
mempelajari masyarakat adalah dengan
melihat pada bagian-bagian
komponennya dalam usaha mengetahui
bagaimana masing-masing
berhubungan satu sama lain. Dengan
kata lain, manusia harus melihat kepada
struktur masyarakat, guna melihat
bagaiman ia berfungsi, yang mana jika
masyarakat itu stabil maka bagian-
bagiannya akan beroperasi secara
lancar, dan susunan-susunan sosialnya
akan berfungsi. Masyarakat seperti itu
ditandai dengan perpaduan, kerjasama
dan kesepakatan serta tidak ada nada
komponen dalam masyarakat tersebut
terbatas dan berada dalam keadaan
yang tidak stabil serta membahayakan,
terutama dalam hal keteraturan atau
ketertiban sosial.
Manusia dalam menghadapi
berbagai permasalahan memilih jalan
keluar yang rasional, ada pula yang
irasioanal. Jalan yang rasional tentu
dilakukan berkaitan dengan melalui
cara berpikir logis dan empiris. Namun
fakta sosial menyatakan bahwa
masyarakat banyak mencari hal-hal
mistis.Salah satu nya mereka mencari
jalan keluar permasalahaan hidupnya
melalui panannyaan atau
paranormal.Agama seringkali menjadi
salah satu jalan keluar dari berbagai
persoalan tersebut.Walau begitu, tak
sedikit pula yang bertentangan dengan
ajaran agama itu sendiri.
Soekanto (2009, 22) menyatakan
bahwa unsur-unsur dalam masyarakat
adalah sebagai berikut: pertama,
manusia yang hidup bersama. Dalam
ilmu sosial tidak ada ukuran mutlak
ataupun angka pasti untuk menentukan
beberapa jumlah manusia yang harus
-
12
ada.Akan tetapi secara teoritis angka
minimalnya adalah dua orang yang
hidup bersama; kedua, bercampur untuk
waktu yang cukup lama. Kumpulan dari
manusia tidaklah sama dengan
kumpulan benda-benda mati seperti
kursi, meja dan sebagainya. Oleh
karena itu dengan berkumpulnya
manusia akan timbul manusia baru.
Selain itu sebagai akibat dari hidup
bersama itu, timbul sistem komunikasi
dan timbul peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan antara manusia
dalam kelompok tersebut; ketiga,
mereka sadar bahwa mereka merupakan
suatu kesatuan.
Menurut Soekanto (2009, 22)
dalam arti yang lebih khusus
masyarakat disebut pula kesatuan
sosial, mempunyai ikatan-ikatan kasih
sayang yang erat.Selanjutnya, kesatuan
sosial mempunyai kehidupan jiwa
seperti adanya ungkapan-ungkapan jiwa
rakyat, kehendak rakyat, kesadaran
masyarakat, dan sebagainya.Jiwa
masyarakat ini merupakan polusi yang
berasal dari unsur masyarakat, meliputi
pranata, status, dan peranan sosial;
kelima, mereka merupakan suatu sistem
hidup bersama.Sistem kehidupan
bersama menimbulkan kebudayaan,
oleh karena setiap anggota kelompok
merasa dirinya terikat satu dengan yang
lainnya.Dalam hal ini manusia
senantiasa mempunyai naluri yang kuat
untuk hidup bersama dengan
sesamanya.
Apabila dibandingkan dengan
makhluk hidup lain seperti hewan.
Manusia tidak mungkin hidup sendiri,
suatu misal manusia yang dikurung
sendirian di dalam suatu ruangan
tertutup, pasti akan mengalami
gangguan pada perkembangan
pribadinya, sehingga lama kelamaan dia
akan mati. Marion Levy (dalam
Sunarto, 2004, 54) mengatakan bahwa
terdapat empat kriteria yang perlu
dipenuhi agar suatu kelompok dapat
disebut sebagai masyarakat, yaitu:
pertama, kemampuan bertahan melebihi
masa hidup seorang individu; kedua,
rekrutmen anggota melalui reproduksi;
ketiga, kesetian pada suatu sistem
tindakan utama bersama; keempat,
adanya sistem tindakan utama yang
bersifat swasembada (usaha untuk
mencukupi kebutuhan sendiri).
Masyarakat berkembang dari primitif
ke modern melalui proses modernisasi.
Bermacam-macam cara dapat
digunakan untuk mengenal berbagai
reaksi terhadap proses modernisasi.
Ada reaksi yang menggunakan warisan
sistem budaya daerah, tetapi ada pula
yang merumuskan reaksi mereka dalam
bentuk tradisi yang tidak
tersistemkan.Ada pula reaksi yang
bersifat permanen. Ada yang berpola
umum,tetapi adapula yang
menggunakan cara-cara khusus dalam
memberikan reaksi (Gus Dur, 2006).
Berdasarkan pernyataan di atas
dapat dipahami bahwa masyarakat
memiliki reaksi yang bersifat
menggunakan warisan sistem budaya
dan ada pula yang berreaksi dengan
yang tidak tersistem.Warisan sistem
budaya dalam kaitannya dengan
penelitian yang peneliti lakukan adalah
warisan budaya mengenai kepercayaan
masyarakat terhadap dukun.Jika
dihubungkan dengan kepercayaan
terhadap dukun yang memang telah
menjadi tradisi dari nenek moyang
maka dapat dipahami bahwa
masyarakat yang masih memiliki
kepercayaan terhadap dukun saat ini
adalah mereka yang tetap
-
13
mempertahankan warisan sistem
budaya yang telah terinternalisasi dalam
individu di masyarakat.
Kepercayaan merupakan paham
yang secara keseluruhan dalam adat
istiadat sehari-hari dari berbagai suku
bangsa yang percaya dengan nenek
moyang.Menurut Endraswara (2003:
29) Kepercayaan sumbernya menuju
kepada Tuhan Yang Maha Esa, adapun
pelaku budaya itu yang berusaha untuk
mendekatkan diri kepada
Tuhan.Kepercayaan bahwa
pengetahuan tentang hakikat Tuhan
dengan melalui kesadaran spiritual yang
dilakukan para pelaku ritual mistik
untuk mendapatkan kemuliaan dari
Tuhan.Dari beberapa pendapat, mistik
juga dapat diartikan sebagai cinta
kepada Yang Mutlak, suatu upaya yang
mencerminkan hasrat jiwa manusia
yang ingin mengenal dan mendapatkan
kesadaran langsung dari kebenaran
mutlak.Mistik merupakan wacana
budaya yang bertujuan untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Kepercayaan masyarakat terhadap
dukun dikarenakan pemahaman
masyarakat mengenai dukun sebagai
penolong. Abidin (2010, 101)
menyatakan bahwa orang ingin cepat
mendapat jodoh, cepat naik pangkat,
cepat kaya juga datang ke tempat orang
pintar (dukun). Masyarakat memiliki
suatu pemahaman atau kepercayaan
bahwa dukun merupakan orang yang
serba mampu mengatasi masalah. Ada
beberapa sebab orang pergi ke dukun;
1. Tidak yakin akan kemampuan dan potensi yang ada pada
dirinya. banyak orang yang
pergi ke dukun karena ia merasa
jika hanya mengandalkan
kemampuannya maka apa yang
ia inginkan tidak akan atau sulit
terwujud.
2. Ingin cepat sukses tanpa harus melalui rumit dan sulitnya
sebuah proses. banyak orang
yang pergi ke dukun karena ia
ingin segera sukses,ia percaya
kekuatan supranatural yang di
miliki dukun akan bisa
membantu keinginannya
sehingga itu tidak terlalu
bersusah payah dalam
mewujudkan impiannya itu.
4. Masyarakat
Durkheim (dalam Ritzer, 2010:25)
menyatakan bahwa satu cara dalam
mempelajari masyarakat adalah dengan
melihat pada bagian-bagian
komponennya dalam usaha mengetahui
bagaimana masing-masing
berhubungan satu sama lain. Dengan
kata lain, manusia harus melihat kepada
struktur masyarakat, guna melihat
bagaiman ia berfungsi, yang mana jika
masyarakat itu stabil maka bagian-
bagiannya akan beroperasi secara
lancar, dan susunan-susunan sosialnya
akan berfungsi. Masyarakat seperti itu
ditandai dengan perpaduan, kerjasama
dan kesepakatan serta tidak ada nada
komponen dalam masyarakat tersebut
terbatas dan berada dalam keadaan
yang tidak stabil serta membahayakan,
terutama dalam hal keteraturan atau
ketertiban sosial.
Soekanto (2009, 22) menyatakan
bahwa unsur-unsur dalam masyarakat
adalah sebagai berikut: pertama,
manusia yang hidup bersama. Dalam
ilmu sosial tidak ada ukuran mutlak
ataupun angka pasti untuk menentukan
-
14
beberapa jumlah manusia yang harus
ada.Akan tetapi secara teoritis angka
minimalnya adalah dua orang yang
hidup bersama; kedua, bercampur untuk
waktu yang cukup lama. Kumpulan dari
manusia tidaklah sama dengan
kumpulan benda-benda mati seperti
kursi, meja dan sebagainya. Oleh
karena itu dengan berkumpulnya
manusia akan timbul manusia baru.
Selain itu sebagai akibat dari hidup
bersama itu, timbul sistem komunikasi
dan timbul peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan antara manusia
dalam kelompok tersebut; ketiga,
mereka sadar bahwa mereka merupakan
suatu kesatuan.
Menurut Soekanto (2009, 22)
dalam arti yang lebih khusus
masyarakat disebut pula kesatuan
sosial, mempunyai ikatan-ikatan kasih
sayang yang erat.Selanjutnya, kesatuan
sosial mempunyai kehidupan jiwa
seperti adanya ungkapan-ungkapan jiwa
rakyat, kehendak rakyat, kesadaran
masyarakat, dan sebagainya.Jiwa
masyarakat ini merupakanpolusi yang
berasal dari unsur masyarakat, meliputi
pranata, status, dan peranan sosial;
kelima, mereka merupakan suatu sistem
hidup bersama.Sistem kehidupan
bersama menimbulkan kebudayaan,
oleh karena setiap anggota kelompok
merasa dirinya terikat satu dengan yang
lainnya.Dalam hal ini manusia
senantiasa mempunyai naluri yang kuat
untuk hidup bersama dengan
sesamanya.
Apabila dibandingkan dengan
makhluk hidup lain seperti hewan.
Manusia tidak mungkin hidup sendiri,
suatu misal manusia yang dikurung
sendirian di dalam suatu ruangan
tertutup, pasti akan mengalami
gangguan pada perkembangan
pribadinya, sehingga lama kelamaan dia
akan mati. Marion Levy (dalam
Sunarto, 2004, 54) mengatakan bahwa
terdapat empat kriteria yang perlu
dipenuhi agar suatu kelompok dapat
disebut sebagai masyarakat, yaitu:
pertama, kemampuan bertahan melebihi
masa hidup seorang individu; kedua,
rekrutmen anggota melalui reproduksi;
ketiga, kesetian pada suatu “sistem
tindakan utama bersama”; keempat,
adanya sistem tindakan utama yang
bersifat swasembada. Masyarakat
berkembang dari primitif ke modern
melalui proses modernisasi. Bermacam-
macam cara dapat digunakan untuk
mengenal berbagai reaksi terhadap
proses modernisasi. Ada reaksi yang
menggunakan warisan sistem budaya
daerah, tetapi ada pula yang
merumuskan reaksi mereka dalam
bentuk tradisi yang tidak
tersistemkan.Ada pula reaksi yang
bersifat permanen.Ada yang berpola
umum, tetapi adapula yang
menggunakan cara-cara khusus dalam
memberikan reaksi (Gus Dur, 2006).
Berdasarkan pernyataan di atas
dapat dipahami bahwa masyarakat
memiliki reaksi yang bersifat
menggunakan warisan sistem budaya
dan ada pula yang berreaksi dengan
yang tidak tersistem.Warisan sistem
budaya dalam kaitannya dengan
penelitian yang peneliti lakukan adalah
warisan budaya mengenai kepercayaan
masyarakat terhadap dukun.Jika
dihubungkan dengan kepercayaan
terhadap dukun yang memang telah
menjadi tradisi dari nenek moyang
maka dapat dipahami bahwa
masyarakat yang masih memiliki
kepercayaan terhadap dukun saat ini
adalah mereka yang tetap
-
15
mempertahankan warisan sistem
budaya yang telah terinternalisasi dalam
individu di masyarakat.
III. GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
Penduduk di Kabupaten Natuna
mayoritas adalah Suku Melayu dan
memeluk agama Islam dengan mata
pencaharian sektor pertanian dan
perikanan.Profesi lain yang juga
dilakukan oleh penduduk Kabupaten
Natuna adalah industri, perdagangan,
transportasi, dan pemerintahan. Agama
lain yang dianut oleh para penduduk
adalah Budha, aliran kepercayaan,
Katolik, Kristen dan Hindu.Salah satu
Desa yang ada di Kabupaten Natuna
adalah Desa Pulau Panjang yang
memiliki luas wilayah 50,367 Ha.
Dalam hubungannya dengan
sistem kepercayaan masyarakat di
Desa Pulau Panjang ini, dukun
dijadikan tumpuan dan tempat
menanyakan berbagai masalah
kesehatan, keselamatan serta
penghidupan seseorang yang datang
kepadanya.Dukun, sebagai penyembuh
penyakit bagi masyarakat tradisional
mampu memberikan penjelasan,
tafsiran bahkan memberikan resep obat
berupa ramuan daun atau tanam-
tanaman dan yang terbanyak dengan
jampi-jampi melalui bacaan mantra
yang ditulis oleh orang-orang
terdahulu. Proses ini telah menjadi
bagian dari kultur masyarakat.
Masyarakat yang memiliki
kepercayaan terhadap dukun adalah
komunitas pelajar, pedagang, petani,
dan pejabat.Pada umumnya masyarakat
ke dukun untuk membantu dalam
melaksanakan fungsi-fungsi atau peran
dalam pekerjaan masing-
masing.Interaksi sosial dalam
masyarakat dalam bentuk hubungan
antar individu yang menimbulkan
adanya hubungan saling
mempengaruhi.Hubungan saling
mempengaruhi menimbulkan suatu
keyakinan bahwa dukun adalah
penyelamat.Kepercayaan masyarakat
terhadap dukun tidak terlepas dari
interaksi sosial masyarakat, yang mana
informasi mengenai dukun tersebar luas
melalui komunikasi secara langsung
maupun tidak langsung. Interaksi sosial
menyebabkan maraknya masyarakat
yang memiliki keprcayaan terhadap
dukun karena adanya perbincangan
mengenai kehebatan sang dukun yang
kemudian tersebar dari individu ke
individu lainnya.
Penduduk yang berada di Desa Pulau
Panjang tidak lazim seperti penduduk
yang berada dikelurahan atau Daerah
lainnya , karena Penduduk yang
bermukim di Desa ini terdiri dari dua
suku bangsa yaitu suku Melayu.
Untuk menjaga hubungan sosial
masyarakat, di Desa ini sering
diadakan gotong royong khusus bagi
para laki-laki yang dilakukan rutin satu
bulan sekali untuk melakukan
pembersihan jalan-jalan desa,
sedangkan untuk para perempuan
setiap haru Jumat rutin melakukan
yasinan bersama untuk mempererat
silaturahmi.
IV. ANALISA DATA DAN
PEMBAHASAN
1. Kepercayaan masyarakat terhadap
dukun
1.1 Pengobatan Kesehatan
-
16
Berdasarkan hasil wawancara dengan
seluruh informan maka dapat dianalisa
bahwa masyarat desa Pulau Panjang
mayoritas masih menggunakan jasa
dukun untuk mengobati segala macam
penyakit, pengobatan dukun yang
sederhana menjadi pilihan masyarakat.
Kepercayaan masyarakat yang sangat
mendalam terhadap nilai-nilai budaya
setempat juga terlihat dalam upaya
pengobatan penyakit.Masyarakat Desa
Pulau Panjang hampir seluruhnya
mengenal dukun sebagai juru sembuh
alternatif.Khususnya untuk penyakit-
penyakit yang dianggap disebabkan
oleh sihir.Ilmu sihir selalu dikaitkan
dengan dukun sebagai pihak yang
menguasai kekuatan sihir.
1.2 Pelaris
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan maka dapat dianalisa
bahwa masyarakat khususnya pedagang
yang ada di Desa Pulau Panjang ini,
masih sangat mempercayai dukun untuk
melancarkan rezekinya atau menjadi
pelaris dalam usahanya. Isi mantra
pelaris dagangan umumnya dukun
meminta pertolongan kepada Allah.
Karena dukun percaya atas izin Allah
lah segala usaha dan keinginan akan
terjadi dengan semestinya sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh dukun
dan pasien.
1.3 Jodoh
Berdasarkan hasil wawancara dengan
informan maka dapat dianalisa bahwa
masyarakat datang ke dukun untuk
banyak permasalahan termasuk jodoh,
namun di Desa Pulau Panjang yang
datang adalah masyarakat yang sedang
menghadapi masalah keluarga.Budaya
dari masyarakat Desa Pulau Panjang
yang telah ditanamkan oleh generasi
sebelumnya atau yang disebut oleh
mereka sebagai nenek moyang.Budaya
sebagai struktur mempengaruhi
tindakan individu dalam masyarakat
sehingga menimbulkan rasa percaya
terhadap dukun yang hal tersebut
disosialisasikan sebelumnya.
Berdasarkan penemuan di atas
dapat dipahami bahwa penyebab
masyarakat percaya dukun adalah
karena pengaruh struktur terhadap
individu dalam
masyarakat.Kepercayaan terhadap
dukun berlangsung sebagai suatu
bentuk pemeliharaan sistem yang telah
dibangun sejak lama dan telah
terinternalisasi sehingga telah dianggap
hal yang biasa.dukun memiliki peran
sebagai individu yang dianggap
memiliki kelebihan yang dapat
membantu masyarakat dalam
menghadapi persoalan kehidupannya.
Peran dukun dianggap fungsional oleh
masyarakat sehingga sangat penting dan
memiliki kedudukan atas yang
perkataan atau anjuranya diikuti oleh
masyarakat.Mengikuti anjuran dukun
menjadi suatu yang penting karena
dukun memiliki kemampuan yang
berfungsi dalam keberlangsungan
kehidupan masyarakat di Desa Pulau
Panjang.Oleh karena itu dapat dipahami
bahwa kepercayaan terhadap dukun
terjadi pada dasarnya karena dukun
masih diangga fungsional oleh
masyarakat sehingga kepercayaan
tersebut terus berlangsung.
2. Latar Belakang Kepercayaan
Terhadap Dukun
Berdasarkan hasil wawancara dengan
informan maka dapat dianalisa bahwa
masyarakat di desa Pulau Panjang
mempercayaia dukun karena turun
temurun yang dibawa dari nenek
-
17
moyang pada zaman dahulu.Pengobatan
dukun juga terkesan santai, sehingga
membuat pasien langsung cepat akrab,
meski baru pertama kali bertemu dan
diobati.Dukun juga sering mengajak
pasiennya berbicara di luar dari
pembicaraan penyakit.Masing-masing
kebudayaan memiliki berbagai
pengobatan untuk penyembuhan
anggota masyarakatnya yang
sakit.Berbeda dengan ilmu kedokteran
yang menganggap bahwa penyebab
penyakit adalah kuman, kemudian
diberi obat antibiotika dan obat tersebut
dapat mematikan kuman penyebab
penyakit.Pada masyarakat tradisional,
tidak semua penyakit itu disebabkan
oleh penyebab biologis.Kadangkala
mereka menghubung-hubungkan
dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh
jahat atau iblis yang mengganggu
manusia dan menyebabkan sakit.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka
Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat diambil kesimpulan
bahwaKepercayaan Masyarakat
Terhadap Dukun Di Desa Pulau
Panjang Kecamatan Subi Kabupaten
Natuna di sebabkan oleh adanya
kebiasan turun temurun yang dibawa
oleh orang tua atau nenek moyang
sebelum mereka.Hal ini juga
dikarenakan dahulu tidak ada tenaga
medis yang ditempatkan di Desa
ini.dukun sudah dipercayai masyarakat
desa pulau panjang ini lama, dukun
dipercayai mampu mengobati dan
sampai saat ini masyarakat juga masih
mempercayai hal tersebut, karena sudah
banyak bukti yang diperlihatkan dan
dirasakan masyarakat. Memang bukan
pekerjaan mudah untuk mengubah
pandangan masyarakat tentang
pentingnya berobat di lembaga
kesehatan seperti puskesmas dan rumah
sakit. Apalagi dilakukan seorang dokter
yang baru lulus perguruan tinggi.
Kepercayaan masyarakat terhadap
dukun sudah begitu mengakar dan turun
temurun.
Kemudian masyarakat cendrung lebih
memilih dukun sebagai tempat mereka
berobat daripada puskesmas ataupun
rumah sakit alasan mereka sebenarnya
simpel saja yaitu karna tidak adanya
biaya untuk bersalin ke puskesmas
ataupun rumah sakit.biasanya biaya
rumah sakit lebih mahal di bandingkan
ongkos dukun kemudian faktor letak
wilayah juga sangat mempengaruhi
masyarakat cendrung lebih memilih
dukun daripada puskesmas atau rumah
sakit sebagai tempat untuk tempat
pengobatan.
Kepercayaan masyarakat yang sangat
mendalam terhadap nilai-nilai budaya
setempat juga terlihat dalam upaya
pengobatan penyakit.Masyarakat Desa
Pulau Panjang hampir seluruhnya
mengenal dukun sebagai juru sembuh
alternatif.Khususnya untuk penyakit-
penyakit yang dianggap disebabkan
oleh sihir.Ilmu sihir selalu dikaitkan
dengan dukun sebagai pihak yang
menguasai kekuatan sihir.Penyebab
masyarakat lebih mempercayai dukun
adalah karena adanya adat istiadat dan
budaya yang sudah berkembang sejak
lama.Pengobatan dukun masih menjadi
sesuatu yang integral dan sulit
terpisahkan dari kehidupan sebagian
masyarakat.Pengobatan dukun telah
membudaya dan ada yang menjadikan
sebagai sebuah tradisi dalam
lingkungan keluarga mereka.Salah satu
ciri pengobatan dukun adalah
penggunaan doa-doa atau bacaan-
-
18
bacaan, air putih, dan ramuan
tradisional.Pengobatan dukun juga
terkesan santai, sehingga membuat
pasien langsung cepat akrab, meski
baru pertama kali bertemu dan diobati.
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan
adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya masyarakat juga harus mulai diperkenalkan
dengan ilmu kedokteran, karena
pada saat ini banyak penyakit
yang tidak dapat disembuhkan
hanya dengan pengobatan
tradisional, hal ini untuk
menghindari penyakit tersebut
semakin parah.
2. Seharusnya ada kegiatan yang dilakukan pemerintah untuk
masyarakat agar masyarakat
memahami tentang pentingnya
pengobatan kedokteran,
kegiatan bisa dilakukan dengan
melakukan pengobatan gratis
atau pemeriksaaan kesehatan
gratis untuk memsosialisasikan
tentang pentingnya pengobatan
kedokteran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika,
Abidin, Zainal. 2010.
Membongkar Dunia Klenik
dan Perdukunan Berkedok
Karoma. Bogor: Pustaka
Imam Abu Hanifah
Adimihardja K. 2005. Tinjauan
Antropologi Kesehatan
Reproduksi dalam.Obstetri
dan Ginekologi Sosial.
Penerbit Yayasan Bina
Pustaka
Damsar.2011 Pengantar Sosiologi
Ekonomi. Jakarta: Prenada
Media.
Endraswara, Suwardi. 2003.
Metodologi Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka.
Gus Dur. 2006. Islamku Islam Anda
Islam Kita Agama
Masyarakat Negara
Demokrasi”, The Wahid
Institute
John, Field. 2010. Modal Sosial. Kreasi
Wacana. Yogyakarta.
Maleong, J Lexy. 2011. Metode
Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Ramdan. 1990. Mistisisme. LESFI :
Yogyakarta.
-
19
Ritzer, George. 2010. Sosiologi Ilmu
Pengetahuan Berparadigma
Ganda, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Soejono,Soekanto. 2009. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta.
Raja Grafindo
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan, R
& D. Bandung: Alfabeta.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar
Sosiologi. Jakarta : Lembaga
Penerbitan Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia