kepengawasan

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Pengawasan sekolah itu penting karena merupakan mata rantai terakhir dan kunci dari proses manajemen. Kunci penting dari proses manajemen sekolah yaitu nilai fungsi pengawasan sekolah terletak terutama pada hubungannya terhadap perencanaan dan kegiatan-kegiatan yang didelegasikan (Robbins 1997). Holmes (t. th.) menyatakan bahwa ‘School Inspection is an extremely useful guide for all teachers facing an Ofsted inspection. It answers many important questions about preparation for inspection, the logistics of inspection itself and what is expected of schools and teachers after the event’. Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan (Robbins 1997). Pengawasan juga merupakan fungsi manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja 1

Upload: asniar-shelalahi

Post on 16-Apr-2017

230 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kepengawasan

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi.

Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu

Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan

menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun

bagi para pekerjanya. Pengawasan sekolah itu penting karena merupakan mata rantai

terakhir dan kunci dari proses manajemen. Kunci penting dari proses manajemen sekolah

yaitu nilai fungsi pengawasan sekolah terletak terutama pada hubungannya terhadap

perencanaan dan kegiatan-kegiatan yang didelegasikan (Robbins 1997). Holmes (t. th.)

menyatakan bahwa ‘School Inspection is an extremely useful guide for all teachers facing

an Ofsted inspection. It answers many important questions about preparation for

inspection, the logistics of inspection itself and what is expected of schools and teachers

after the event’.

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan

bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga

merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya

penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan (Robbins 1997). Pengawasan

juga merupakan fungsi manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi

atau unit-unit dalam suatu organisasi guna menetapkan kemajuan sesuai dengan arah yang

dikehendaki (Wagner dan Hollenbeck dalam Mantja 2001). Oleh karena itu mudah

dipahami bahwa pengawasan pendidikan adalah fungsi manajemen pendidikan yang harus

diaktualisasikan, seperti halnya fungsi manajemen lainnya (Mantja 2001). Berdasarkan

konsep tersebut, maka proses perencanaan yang mendahului kegiatan pengawasan harus

dikerjakan terlebih dahulu. Perencanaan yang dimaksudkan mencakup perencanaan:

pengorganisasian, wadah, struktur, fungsi dan mekanisme, sehingga perencanaan dan

pengawasan memiliki standard dan tujuan yang jelas.

Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak

terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (2000)

menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha

memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik

secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan

1

Page 2: Kepengawasan

hasil pembelajaran. Oleh sebab itu maka seorang pengawas sekolah harus mengetahui

prinsip pengawasan pendidikan, Dimensi Pengawasan Pendidikan, Objek Pengawasan

Pendidikan, Strategi Pengawasan Pendidikan dan langkah-langkah proses pengawasan

sebagai usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan dalam usaha

memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran, untuk memperbaiki kesalahan agar

sesuai dengan aturan hukum, sehingga administrasi pemerintahan berjalan secara

berkualitas dalam memberikan layanan kepada masyarakatnya

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada pembahasan ini

adalah

1. Bangaimanakah Prinsip Pengawasan Pendidikan?

2. Apakah dimensi Pengawasan Pendidikan?

3. Apakah Objek Pengawasan Pendidikan?

4. Bagaimanakah Strategi Pengawasan Pendidikan?

5. Bagaimanakah Langkah-langkah proses kepengawasan?

C.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan Penulisan makalah ini adalah

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengawas dan Kepengawasan.

2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama tentang Prinsip,Dimensi,

Objek, Strategi dan Langkah-langkah Proses Pengawasan Pendidkan

2

Page 3: Kepengawasan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Pengawasan Pendidikan

Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak

terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Pengawasan atau

supervisi pendidikan adalah usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan,

terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha

memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran, hal tersebut menuntut pengawas

memiliki Prinsip-prinsip antara lain:

Adapun mengenai prinsip-prinsip pengawasan Penulis akan mengemukakan

beberapa pendapat para ahli. Menurut Handayaningrat (1997) menemukakan bahwa

pengawasan adalah:

1. Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi

2. Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum

3. Pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan-peraturan yang

berlaku, berorientasi terhadap kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan dan

berorientasi terhadap kebenaran tujuan dalam pelaksanaan pekerjaan

4. Pengawasan harus menjamin sumber daya dan hasil guna pekerjaan

5. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti dan tepat

6. Pengawasan harus bersifat terus menerus

7. Hasil pengawasan, harus dapat memberikan umpan balik terhadap perbaikan dan

penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan serta kebijaksanaan waktu yang akan

datang

Sedangkan menurut Abdurrahman (1995) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip

pengawasan adalah sebagai berikut:

1. Prinsip menjamin sasaran

Pengawasan pekerja ditunjukkan untuk menjamin tercapainya tujuan yaitu apabila

menemukan perubahan-perubahan dari rencana, maka tindakan perbaikan harus

dilakukan. Hal ini untuk menghindari penyimpangan dan mencegah terulangnya

kembali kesalahan yang dibuat dalam pelaksanaan suatu tugas.

3

Page 4: Kepengawasan

2. Prinsip Efisiensi

Pengawasan pekerja harus dapat dilakukan dengan baik oleh manajer yang

bertanggung jawab atas pelaksanaan rencana, dalam hal ini ditunjukkan agar semua

sumber daya yang ada baik sumber daya manusia ataupun modal yang dapat

dipergunakan sesuai dengan yang dibutuhkan atau sesuai dengan rencana. Dengan kata

lain pengawasan pekerja ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya pemborosan atau

ketidaksesuaian daripada penggunaan sumber daya yang ada dengan rencana atau

kebutuhan yang harus dipenuhi.

3. Prinsip Penglihatan Ke Muka

Pengawasan pekerja harus bersifat preventif yang berarti proses pengawasan itu

dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dari rencana yang telah

ditentukan baik pada saat sekarang maupun dimasa yang akan datang. Pengawasan

pekerja ini dilakukan untuk memperkecil penyimpangan dari rencana serta dapat

mencegah penyimpangan pelaksanaan suatu kegiatan.

4. Prinsip Pengawasan Secara Langsung

Pengawasan pekerja dilakukan oleh manajer secara langsung ke tempat pelaksanaan

pekerjaan baik dengan sistem inspektif, verifikatif, maupun dengan sistem investiatif.

Metode ini dimaksudkan agar segera dapat dilakukan tindakkan perbaikkan dan

penyempurnaan dalam pelaksanaan pekerjaan

5. Prinsip Standar

Pengawasan pekerja yang dilakukan harus didasarkan kepada suatu pedoman atau

standar serta peraturan dan ketentuan yang ada sebelumnya. Maka dalam pengawasan

pekerja perlu adanya alat pengukur untuk menilai pelaksanaan pekerjaan. Standar

tersebut harus objektif, teliti serta tepat. Hal ini dimaksudkan agar dalam menemukan

suatu penyimpangan dapat diketahui bagaimana yang seharusnya dipedomani.

6. Prinsip Titik Strategis

Pengawasan pekerja harus dilakukan terutama untuk faktor-faktor dan kegiatan yang

paling utama, vital serta strategis yang tidak lain menjadi bagian tujuan dari organisasi

itu sendiri. Bagian-bagian yang dikontrol jadi dilakukan pada saat-saat yang strategis

saja.

4

Page 5: Kepengawasan

7. Prinsip Teliti Ulang

Cara pengontrolan haruslah diteliti ulang dan diperiksa secara periodik.

Pengawasan dapat dilakukan dengan cara sebelumnya atau periode yang lalu sehingga

untuk periode yang sekarang pengawasan pekerja yang dilakukan ini hasil dari penelitian

cara pengawasan periode lalu.

Prinsip-prinsip di atas digunakan pengawas dalam rangka melaksanakan tugas

pokoknya sebagai seorang pengawas/ supervisor pendidikan pada sekolah yang dibinanya.

Dengan demikian kehadiran pengawas di sekolah bukan untuk mencari kesalahan sebagai

dasar untuk memberi hukuman akan tetapi harus menjadi mitra sekolah dalam membina

dan mengembangkan mutu pendidikan di sekolah sehingga secara bertahap kinerja sekolah

semakin meningkat menuju tercapainya sekolah yang efektif.

Prinsip-prinsip kepengawasan itu harus dilaksanakan dengan tetap memperhatikan

kode etik pengawas satuan pendidikan. Kode etik yang dimaksud minimal berisi sembilan

hal berikut ini.

1. Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas satuan pendidikan senantiasa

berlandaskan Iman dan Taqwa serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

2. Pengawas satuan pendidikan senantiasa merasa bangga dalam mengemban tugas

sebagai pengawas.

3. Pengawas satuan pendidikan memiliki pengabdian yang tinggi dalam menekuni

tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas.

4. Pengawas satuan pendidikan bekerja dengan penuh rasa tanggungjawab dalam

melaksanakan tugas profesinya sebagai pengawas.

5. Pengawas satuan pendidikan menjaga citra dan nama baik profesi pengawas.

6. Pengawas satuan pendidikan menjunjung tinggi disiplin dan etos kerja dalam

melaksanakan tugas profresional pengawas.

7. Pengawas satuan pendidikan mampu menampilkan keberadaan dirinya sebagai

supervisor profesional dan tokoh yang diteladani.

8. Pengawas satuan pendidikan sigap dan terampil dalam menanggapi dan membantu

pemecahan masalah-masalah yang dihadapi stakeholder sekolah binaannya

9. Pengawas satuan pendidikan memiliki rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi, baik

terhadap stakeholder sekolah binaannya maupun terhadap koleganya.

5

Page 6: Kepengawasan

B. Dimensi Pengawasan Pendidikan

Hakikat pengawasan adalah menjadi baik dengan memperbaiki kesalahan agar

sesuai dengan aturan hukum, sehingga administrasi pemerintahan berjalan secara

berkualitas dalam memberikan layanan kepada masyarakatnya.

Dimensi pertama dari hakikat pengawasan yaitu dimensi support. Dimensi ini

menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor itu

harus mampu mendukung pihak sekolah untuk mengevaluasi diri kondisi

existingnya. Oleh karena itu, supervisor bersama pihak sekolah dapat melakukan

analisis kekuatan, kelemahan dan potensi serta peluang sekolahnya untuk

mendukung peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan pada sekolah di

masa yang akan datang.

Dimensi kedua dari hakikat pengawasan yaitu dimensi trust. Dimensi ini menunjuk

pada hakikat kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh supervisor itu harus

mampu membina kepercayaan stakeholder pendidikan dengan penggambaran profil

dinamika sekolah masa depan yang lebih baik dan lebih menjanjikan.

Dimensi ketiga dari hakikat pengawasan yaitu dimensi challange. Dimensi ini

menunjuk pada hakikat pengawasan yang dilakukan supervisor itu harus mampu

memberikan tantangan pengembangan sekolah kepada stakeholder pendidikan di

sekolah. Tantangan ini harus dibuat serealistik mungkin agar dapat dan mampu

dicapai oleh pihak sekolah, berdasarkan pada situasi dan kondisi sekolah pada sat

ini. Dengan demikian stakeholder tertantang untuk bekerjasama secara kolaboratif

dalam rangka pengembangan mutu sekolah.

Dimensi keempat dari hakikat pengawasan yaitu dimensi networking and

collaboration. Dimensi ini memnunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang

dilakukan oleh supervisor itu harus mampu mengembangkan jejaring dan

berkolaborasi antar stakeholder pendidikan dalam rangka meningkatkan

produktivitas, efektivitas, dan efisiensi pendidikan di sekolah. Fokus dari keempat

dimensi hakikat pengawasan itu dirumuskan dalam tiga aktivitas utama

pengawasan yaitu negosiasi, kolabotrasi, dan networking. Negosisasi dilakukan

oleh supervisor terhadap stakeholder pendidikan dengan fokus pada substansi apa

yang dapat dan perlu dikembangkan atau ditingkatkan serta bagaimana cara

meningkatkannya. Kolaborasi merupakan inti kegiatan supervisi yang harus selalu

6

Page 7: Kepengawasan

diadakan kegiatan bersama dengan pihak stakeholder pendidikan di sekolah

binaannya. Hal ini penting karena muara untuk terjadinya peningkatan mutu

pendidikan ada pada pihak sekolah. Networking merupakan inti hakikat kegiatan

supervisi yang prospektif untuk dikembangkan terutama pada era globalisasi dan

cybernet teknologi seperti sekarang ini

Fokus dari keempat dimensi hakikat pengawasan itu dirumuskan dalam tiga

aktivitas utama pengawasan yaitu: negosiasi, kolaborasi dan networking. Negosiasi

dilakukan oleh supervisor terhadap stakeholder pendidikan dengan fokus pada substansi

apa yang dapat dan perlu dikembangkan atau ditingkatkan serta bagaimana cara

meningkatkannya. Kolaborasi merupakan inti kegiatan supervisi yang harus selalu

diadakan kegiatan bersama dengan pihak stakeholder pendidikan di sekolah binaannya.

Hal ini penting karena muara untuk terjadinya peningkatan mutu pendidikan ada pada

pihak sekolah. Networking merupakan inti hakikat kegiatan supervisi yang prospektif

untuk dikembangkan terutama pada era globalisasi dan cybernet teknologi seperti sekarang

ini. Jejaring kerjasama dapat dilakukan baik secara horisontal maupun vertikal. Jejaring

kerjasama secara horisontal dilakukan dengan sesama sekolah sejenis untuk saling

bertukar informasi dan sharing pengalaman pengembangan mutu sekolah, misalnya

melalui MKP, MKKS, MGBS, MGMP. Jejaring kerjasama secara vertikal dilakukan baik

dengan sekolah pada aras dibawahnya sebagai pemasok siswa barunya, maupun dengan

sekolah pada jenjang pendidikan di atasnya sebagai lembaga yang akan menerima para

siswa lulusannya

C. Objek Pengawasan Pendidikan

Objek pengawasan yaitu hal-hal yang harus diawasi dalam pelaksanaan suatu

rencana. Objek pengawasan ini banyak macamnya, tergantung dari program atau kegiatan

yang dilaksanakan. Objek pengawasan pendidikan menurut irjen kemendikbud :

1. Substansi Bidang, meliputi pendidikan, kepegawaian dan perlengkapan. 2. Unit kerja

seperti unit utama, Pusat- Pusat, Perguruan Tinggi Negeri, Kopertis/PTS, Unit Pelaksana

Teknis, dan Satuan Kerja Pendidikan Di Luar Negeri 3. Dana Alokasi Khusus 4. BNBP

dan Block Grant 5. Dana bos dan APBN Kemdiknas 6. Ujian Nasional, Sertifikasi Guru

dan Dosen.

Objek pengawasan menurut pidarta : 1.Pengawasan terhadap karya 2. Pengawasan

terhadap kemampuan 3. Pengawasan terhadap gaji

7

Page 8: Kepengawasan

D. Strategi Pengawasan Pendidikan

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

ditandaskan pada Pasal 55 ayat 1, Pengawasan satuan Pendidikan memiliki peran dan

tugas untuk Pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan

yang harus dilakukan secara teratur dan kesinambungan. Lebih lanjut pada Pasal 57

ditegaskan, bahwa tugas supervisi meliputi: Supervisi akademik dan manajerial terhadap

keterlaksanaan dan ketercapaian tujuan pendidikan disekolah.

Menurut Subarna (2009), jabatan fungsional pengawas sekolah merupakan profesi

tersendiri yang tidak diartikan sebagai kelanjutan profesi guru. Untuk menjadi pengawas

sekolah, seseorang harus menjadi guru atau kepala sekolah, setidaknya pernah menjadi

guru. Dengan demikian, pengawas sekolah dapat memahami apa yang dilakukan dan

seharusnya dilakukan oleh guru dan kepala sekolah.

Pengawas sekolah bertugas melakukan pengawasan terhadap dua hal penting dalam

pendidikan di sekolah, yaitu proses pendidikan dan pengelolaan sekolah. Proses

pendidikan terkait erat dengan kegiatan pengembangan potensi kognitif, afektif dan

psikomotorik siswa. Sementara pengelolaan sekolah berkaitan dengan pengaturan dalam

memanfaatkan sumber daya sekolah secara efektif dan efisien.

Didalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional

Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, pada Pasal 5 menyatakan Tugas Pokok

Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan Akademik dan manajerial pada

satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan

pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP),

penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil pelaksanaan

program pengawasan. Pengawas sekolah dalam hal ini harus dapat berfungsi sebagai

Mitra, Konsultan, Asesor, konselor dan motivator baik terhadap Kepala Sekolah dan guru-

guru yang berada dibawah binaannya.

Untuk melaksanakan tugas tersebut maka diperlukan seorang pengawas

sekolah/madrasah yang profesional dengan kompentesi yang harus dimiliki oleh seorang

pengawas adalah Kompetesi kepribadian, Supervisi Manajerial, Supervisi Akademik,

Evaluasi Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan serta kompetensi sosial. Pengawas

sekolah dalam pelaksanaan tugasnya adalah sebagai jembatan penghubung (mediator)

antara sekolah dengan Dinas Pendidikan. Kebijakan-kebijakan dari Dinas Pendidikan atau

8

Page 9: Kepengawasan

Pemerintah disampaikan oleh Pengawas kepada masing-masing sekolah binaannya

sebaliknya imformasi-imformasi dari sekolah binaan, maka pengawas yang akan

menyampaikannya kepada pihak pengambil Kebijakan dalam hal ini Dinas Pendidikan

baik secara lisan maupun bentuk laporan tertulis. Dari hal itulah maka peran pengawas

sekolah/madrasah sangat strategis dalam rangka peningkatan mutu pendidikan secara

umum.

Tujuan umum pembinaan dan pengembangan karir pengawas satuan pendidikan

sebagaimana dikemukakan di atas perlu dijabarkan lebih lanjut menjadi tujuan-tujuan yang

lebih khusus agar memudahkan dalam menetapkan program pembinaan.

Strategi-strategi kontrol yang perlu diperhatikan oleh para manajer pendidikan

adalah:

1. Dalam bentuk kebijakan atau peraturan

2. Desain organisasi harus jelas

3. Unit personalia berfungsi dengan baik

4. Memiliki dan memberi hadiah

5. Anggaran belanja

6. Memakai teknik yang tepat

E. Langkah-Langkah Proses Pengawasan

Seperti dikemukakan di depan bahwa langkah-langkah proses pengawasan ada

empat langkah. Empat langkah tersebut apabila digambarkan sebagai berikut:

1. Menetapkan Standar pelaksanaan

Kegiatan pengawasan adalah mengukur atau menilai pelaksanaan atau hasil

pekerjaan dari pada pejabat atau pekerja, untuk dapat melakukan pengukuran harus

mempunyai alat pengukur (standar). Standar ini adalah mutlak diperlukan, yaitu untuk

mengukur atau menilai apakah pekerjaan dilakukan sesuai dengan sasaran-sasaran yang

ditentukan (standar) atau tidak. Standar tersebut harus ditetapkan lebih dahulu sebelum

para pekerja melaksanakan pekerjaan (tugas-tugasnya), dan para pekerja harus tahu benar

ukuran yang dipergunakan untuk menilai pekerjaannya. Karena itu harus dijelaskan

sebaik-baiknya kepada para pekerja sebelum melaksanakan pekerjaannya.

Dalam garis besarnya, jenis-jenis standar itu dapat digolongkan ke dalam empat

bentuk yaitu:

9

Page 10: Kepengawasan

a.Standar fisik:

Jumlah produksi

Kwalitas produksi

Jumlah langganan

b. Standar moneter

Biaya tenaga kerja

Biaya penjualan

Laba kotor

Pendapatan penjualan

c. Standar waktu

Kecepatan produksi

Batas waktu selesainya suatu pekerjaan

d. Standar intangible

Sikap pekerja terhadap perusahaan

Kesetiaan pekerja terhadap pekerjaan

2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan

Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur

pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh sebab itu, langkah kedua dalam proses pengawasan

adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat

3. Pengukuran pelaksanaan Kegiatan

Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu 1) pengamatan

(observasi), 2) laporan-laporan, baik lisan dan tertulis, 3) metode-metode otomatis dan 4)

inspeksi, pengujian (test), atau dengan pengambilan sampel.

4. Membandingkan kegiatan dengan standar dan analisa penyimpangan

Dimaksudkan untuk mengetahui ada/tidaknya penyimpangan-penyimpangan

(deviasi). Penyimpangan-penyimpangan dianalisa untuk mengetahui mengapa standar

tidak dapat dicapai dan mengidentifikasi penyebab-penyebab terjadinya penyimpangan.

5. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan

Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, maka tindakan ini harus

diambil/dilakukan.

Tindakan koreksi mungkin berupa:

10

Page 11: Kepengawasan

Mengubah standar mula-mula (mungkin standar terlalu tinggi atu rendah).

Mengubah pengukuran kegiatan (inspeksi terlalu sering/kurang, mungkin

mengganti sistem pengukuran).

Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpangan-

penyimpangan.

11

Page 12: Kepengawasan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan:

1. Menurut Abdurrahman (1995) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip pengawasan

adalah Prinsip menjamin sasaran, Prinsip Efisiensi, Prinsip Penglihatan Ke Muka,

Prinsip Pengawasan Secara Langsung, Prinsip Standar, Prinsip Titik Strategis dan

Prinsip Teliti Ulang. Prinsip-prinsip tersebutdigunakan pengawas dalam rangka

melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang pengawas/ supervisor pendidikan pada

sekolah yang dibinanya. Dengan demikian kehadiran pengawas di sekolah bukan

untuk mencari kesalahan sebagai dasar untuk memberi hukuman akan tetapi harus

menjadi mitra sekolah dalam membina dan mengembangkan mutu pendidikan di

sekolah sehingga secara bertahap kinerja sekolah semakin meningkat menuju

tercapainya sekolah yang efektif.

2. Dimensi Pengawasan Pendidikan antara lain dimensi support, dimensi trust, dimensi

challenge, dimensi networking and collaboration. Fokus dari keempat dimensi hakikat

pengawasan itu dirumuskan dalam tiga aktivitas utama pengawasan yaitu: negosiasi,

kolaborasi dan networking

3. Mmmmmm

4. Strategi Pengawasan Pendidikan : Pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan

tindak lanjut hasil pengawasan yang harus dilakukan secara teratur dan

kesinambungan. Lebih lanjut pada Pasal 57 ditegaskan, bahwa tugas supervisi

meliputi: Supervisi akademik dan manajerial ( melaksanakan tugas pengawasan

Akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program

pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan) Standar

Nasional Pendidikan (SNP), penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru,

evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan.terhadap keterlaksanaan dan

ketercapaian tujuan pendidikan disekolah)

5. Langkah-Langkah Proses Pengawasan terdiri dari Lima langkah tersebut apabila

digambarkan sebagai berikut: Menetapkan Standar pelaksanaan, Penentuan

pengukuran pelaksanaan kegiatan, Pengukuran pelaksanaan Kegiatan,

12

Page 13: Kepengawasan

Membandingkan kegiatan dengan standar dan analisa penyimpangan serta

Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.

B. Saran

Sebagai mahasiswa yang tidak terlepas dari segala sesuatu yang berkaitan

dengan pendidikan dan bidang keilmuan. Kita seharusnya dapat mempelajari Ilmu

Pengawas dan Kepengawasan dengan baik. Hal ini bertujuan supaya kita dapat

mengatur, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan segala sesuatu yang

kita pimpin.

13

Page 14: Kepengawasan

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Oemi. 1995. Dasar–Dasar Public Relations. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Handayaningrat, 1997. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta: Haji Masagung.

Mantja, W., 2001. Organisasi dan Hubungan Kerja Pengawas Pendidikan. Makalah disampaikan dalam Rapat Konsultasi Pengawasan antara Inspektorat Jendral Departemen Pendidikan Nasional dengan 151 Badan Pengawasan Daerah di Solo, tanggal 24 s/d 28 September 2001.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya

Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah

Sahertian, Piet A, 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

Siahaan, Amiruddin, H. asli Rambe, dan Mahidin. 1985. Manajemen Pengawas Pendidikan. Ciputat : Quantum Teaching

Subarna, Babang. 2009. Strategi Pengawas Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Pemberdayaan Gugus. dalam http://babangsubarna.blogspot.com

Sudjana dkk, Nana. 2011. Buku Kerja Pengawas Sekolah. Jakarta : Kemendiknas

14