kepemimpinan sap 5

57
KEPEMIMPINAN (EKU 476 CP1) KEKUASAAN DAN PENGARUH Dosen Pengampu Mata Kuliah Ni Putu Santi Suryantini, S.E., M.M Oleh Kelompok IV Made Wulan Purnama Yani 1306205028 Ni Komang Ayu Ariani 1306205033 Ni Nengah Novi Ariani 1306205034 Ni Putu Diah Erna Dewi 1306205037 Putu Eka Trisna Yanti 1306205042 1

Upload: novi-ariani

Post on 27-Jan-2017

210 views

Category:

Leadership & Management


0 download

TRANSCRIPT

KEPEMIMPINAN

(EKU 476 CP1)KEKUASAAN DAN PENGARUH

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Ni Putu Santi Suryantini, S.E., M.M

Oleh

Kelompok IV

Made Wulan Purnama Yani 1306205028

Ni Komang Ayu Ariani 1306205033

Ni Nengah Novi Ariani 1306205034

Ni Putu Diah Erna Dewi 1306205037

Putu Eka Trisna Yanti 1306205042

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

1

KEKUASAAN DAN PENGARUH

A. Konsep Kekuasaan, Otoritas, dan Pengaruh

Istilah kekuasaan dan otoritas telah digunakan dengan cara yang berbeda oleh para

penulis, sehingga terciptalah cukup banyak konsep yang membingungkan. Karenanya,

penting mengawalinya dengan meninjau ulang sebagaian interpretasi dan

mengklasifikasikan bagaimana istilah ini akan digunakan.

Kekuasaan

Konsep kekuasaan sangat penting untuk memahami bagaimana orang mampu saling

mempengaruhi dalam organisasi (Mitzberg, 1983; Pfeffer, 1981, 1992). Kekuasaan

melibatkan kapasitas dari satu pihak (“agen”) untuk mempengaruhi pihak lain (“target”).

Konsep ini lebih fleksibel untuk digunakan dengan berbagai cara. Istilah ini dapat

mengacu pada pengaruh agen terhadap seseorang sebagai satu target, atau terhadap

berbagai orang yang menjadi target. Terkadang istilah ini menunjukkan potensi pengaruh

atas hal-hal atau peristiwa dan juga sikap dan perilaku. Terkadang agen merupakan

kelompok atau organisasi bukannya individual. Terkadang kekuasaan didefinisikan dalam

kontek relative bukannya absolut, yang berarti batasan di mana agen tersebut mempunyai

pengaruh lebih besar terhadap target dibandingkan dengan yang dimiliki target terhadap

agen. Akhirnya, terdapat berbagai jenis kekuasaan, dan satu agen bisa mempunyai lebih

banyak jenis dibandingkan agen lainnya.

Sangat sulit untuk menjelaskan kekuasaan dari suatu agen tanpa menyebutkan

seseorang sebagai target, sasaran pengaruh dan periode waktunya. Seorang agen akan

memiliki lebih banyak kekuasaan atas beberapa orang dibandingkan orang lainnya dan

mempunyai lebih banyak pengaruh bagi beberapa jenis masalah dibandingkan masalah

lainnya. Selanjutnya, kekuasaan adalah variable yang dinamis yang berubah bersamaan

dengan perubahan kondisi. Bagaimana kekuasaan digunakan dan hasil dari usaha

mempengaruhi dapat meningkatkan atau menjatuhkan kekuasaan seorang agen.

Otoritas

Otoritas melibatkan hak, prerogative, kewajiban, dan tugas yang berkaitan dengan

posisi khusus dalam organisasi atau sistem sosial. Otoritas pemimpin biasanya meliputi

hak untuk membuat keputusan khusus untuk orgasnisasi. Pemimpin yang memiliki

wewenang langsung terhadap seorang target mempunyai hak untuk membuat permintaan

yang konsisten dengan otoritasnya, seseorang yang mempunyai target itu memiliki

kewajiban untuk mematuhinya. Sebagai contoh, manajer umumnya mempunyai hak yang

2

sah untuk memberikan aturan kerja dan memberikan tugas kepada bawahan. Otoritas juga

melibatkan hak agen untuk menerapkan pengendalian untuk berbagai hal, seperti

keuangan, sumber daya, peralatan dan material, dan pengendalian ini merupakan sumber-

sumber kekuasaan yang lainnya.

“Cakupan otoritas” untuk menduduki posisi sebagai manajer adalah berbagai

permintaan yang dapat dilakukan dengan tepat dan berbagai tindakan yang dapat

dilakukan dengan tepat. Cakupan otoritas untuk beberapa manajer lebih besar daripada

manajer lainnya, dan sebagian besar tergantung pada pengaruh yang dibutuhkan untuk

memenuhi persyaratan peran yang diberikan dan tujuan organisasi (Barnard, 1952)

Hasil dari Upaya Pengaruh

Keberhasilan upaya mempengaruhi jelas tergantung pada tingkatannya. Agen

dapat mencapai efek yang diharapkan dari target, atau pengaruhnya barangkali lebih

rendah dari yang diharapkan. Sangatlah penting untuk membedakan tiga perbedaan hasil

upaya pengaruh dyadic yang melibatkan seorang agen dan seorang target. Tiga hasil yang

dimaksud adalah komitmen, kepatuhan dan perlawanan.

Komitmen. Istilah komitmen menjelaskan hasil di mana seorang target secara

internal menyetujui keputusan atau permintaan agen dan memberikan dukungan penuh

untuk melaksanakan apa yang menjadi permintaan agen atau mengimplementasikan

keputusan secara efektif. Untuk tugas yang kompleks dan sulit, komitmen umumnya

merupakan hasil yang paling berhasil dari perspektif agen yang melakukan usaha untuk

mempengaruhi.

Kepatuhan. Istilah kepatuhan menjelaskan hasil di mana target bersedia

melakukan apa yang agen inginkan tetapi lebih didasarkan pada rasa apatis daripadsa rasa

antusiasme dan hanya memberikan sedikit dukungan. Agen telah mempengaruhi perilaku

seorang target tetapi tidak terhadap sikapnya. Seorang target tidak merasa yakin bahwa

keputusan atau tindakan yang diambil adalah hal yang terbaik yang harus dilakukan atau

akan efektif untuk mencapai suatu tujuan. Untuk tugas yang sulit dan kompleks,

kepatuhan akan menjadi hasil yang tidak terlalu berhasil dibandingkan dengan komitmen.

Akan tetapi, untuk tugas – tugas rutin dan sederhana, mungkin kepatuhan memang

dibutuhkan para agen untuk mencapai tujuan dari suatu tugas.

Perlawanan. Istilah perlawanan menjelaskan hasil di mana seorang target

menentang proposal atau permintaan, bukan hanya tidak tertarik saja, dan secara aktif

berusaha untuk menghindari untuk tidak menjalankannya. Seorang target akan

memberikan respons dalam cara berikut:

3

a. Membuat alasan mengapa permintaan tidak dapat dilaksanakan,

b. Berusaha melakukan pendekatan kepada agen untuk membatalkan atau mengubah

permintaannya,

c. Meminta orang yang memiliki otoritas lebih tinggi untuk mengesampingkan

permintaan agen,

d. Menunda tindakan dengan harapan agen akan melupakan permintaan itu,

e. Berpura – pura menuruti tetapi berusaha melakukan sabotase tugas itu, atau

f. Menolak melaksanakan permintaan.

Proses Mempengaruhi

Penjelasan psikolgis terhadap pengaruh seseorang terhadap orang lain berkaitan

dengan motif dan persepsi target dalam hubungannya dengan tindakan agen dan konteks

di mana interaksi itu terjadi. Kelman (1958) berpendapat ada tiga jenis proses

mempengaruhi, yaitu “kepatuhan instrumental”, “internalisasi” dan “identifkasi

personal.” Proses mempengaruhi ini secara kuantitatif berbeda satu dengan yang lainnya,

tetapi lebih dari satu proses dapat terjadi bersamaan. Sebagai contoh, target mungkin akan

berkomitmen untuk melaksanakan program baru yang diajukan agen, karena target

mengakui agen, mempercayai idelisme program tersebut dan mengaharapkan untuk

memperoleh manfaat nyata dengan mendukungnya.

Kepatuhan Instrumental. Seorang target melaksanakan tindakan yang diminta

untuk tujuan mendapatkan imbalan yang pasti atau menghindari hukuman yang

dikendalikan oleh agen. Motivasi perilkau itu murni instrumental; satu – satunya alasan

kepatuhan adalah untuk mendapatkan manfaat nyata dari agen. Level dukungan yang

diberikan mungkin sangat kecil yang diperlukan untuk mendapatkan penghargaan atau

untuk menghindari hukuman.

Internalisasi. Seorang target memiliki komitmen untuk mendukung dan

menerapkan proposal yang diajukan oleh agen terlihat seperti diharapkan secara intrinsic

dan sesuai dalam hubungannya dengan nilai, keyakinan dan citra pribadi dari target.

Pengaruhnya, proposal agen (seperti tujuan, rencana, strategi, kebijakan dan prosedur)

akan menyatu dengan nilai dan keyakinan seorang target. Komitmen akan terjadi tanpa

memperhatikan apakah ada manfaat nyata yang diharapkan, dan kesetiaan target

berkaitan dengan ide itu sendiri, bukan terhadap agen yang menyampaikan.

Identifikasi Personal. Seorang target meniru perilaku agen atau mengambil sikap

yang sama agar disukai oleh agen dan menjadi seperti agen itu. Motivasi target mungkin

4

berkaitan dengan kebutuhan seorang target untuk diterima atau dihargai. Dengan

melakukan sesuatu untuk mendapat persetujuan dari agen, target dapat menjaga hubungan

yang memuaskan kebutuhan untuk diterima. Menjaga hubungan dekat dengan agen yang

menarik mungkin akan membantu memuaskan kebutuhan seorang target untuk dihargai

oleh orang lain, dan menjadi seperti agen yang menarik akan membantu target untuk

mempertahankan citra diri yang lebih menguntungkan.

B. Sumber dan Tipe Kekuasaan

Upaya untuk memahami kekuasaan biasanya dengan membedakan berbagai tipe

kekuasaan. French dan Raven (1959) membuat taksonomi untuk mengklasifikasikan

berbagai tipe kekuasaan menurut sumbernya. Taksonomi ini memiliki lima tipe

kekuasaan yang berbeda (Tabel 6-1). Taksonomi French dan Raven member banyak

pengaruh kepada penelitian selanjutnya mengenai kekuasaan, tetapi tidak meliputi semua

sumber kekuasaan yang relevan bagi manajer (Pettigrew, 1972; Yuki & Falbe, 1991).

Konseptualisasi lain dari sumber kekuasaan yang secara luas diterima adalah

dikotomi antara “kekuasaan posisi” dan “kekuasaan personal” (Bass,1960; Etzioni,1961).

Berdasarkan konseptualisasi dua faktor ini, kekuasaan sebagian berasal dari suatu

kesempatan yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi, dan sebagian

merupakan bagian dari atribut hubungan agen dan hubungan agen-target. Penelitian yang

dilakukan oleh Yuki & Falbe (1991) memperlihatkan bahwa kedua kekuasaan ini relatif

independen dan masing-masingnya memiliki beberapa komponen yang berbeda tetapi

sebagian saling tumpang tindih (Tabel 6-2). Kekuasaan posisi meliputi potensi pengaruh

yang berasal dari legitimasi wewenang, kendali atas sumber daya dan penghargaan,

kendali atas hukuman, kendali atas informasi, dan kendali atas lingkungan fisik tempat

kerja. Kekuasaan personal meliputi potensi pengaruh yang berasal dari keahlian dalam

melaksanakan tugas dan pengaruh potensial yang didasarkan pada persahabatan dan

loyalitas. Determinan posisi dan personal dari kekuasaan berinteraksi dalam cara yang

rumit dan terkadang sangat sulit untuk membedakan keduanya.

TABEL 6-1 Taksonomi Kekuasaan French dan Rayen

5

Kekuasaan memberti penghargaan (Reward Power) : Para target patuh terhadap perintah untuk memperoleh penghargaan yang dikendalikan oleh agen.

Kekuasaan Memaksa (Coercive Power): Para target patuh terhadap perintah untuk menghindari hukuman yang dikendalikan oleh agen

Kekuasaan yang memiliki legitimasi (Legitimate Power) : Para target patuh karena mereka percaya bahwa agen memiliki hak untuk memerintah dan seorang target berkewajiban untuk mematuhinya

Kekuasaan berdasarkan keahlian (Expert Power) : Para target patuh karena mereka percaya bahwa agen memiliki pengetahuan khusus mengenai cara menyelesaikan suatu pekerjaan

Kekuasaan Berdasarkan Referensi (Referensi Power): Para target patuh karena mereka mengagumi atau mengenal agen dan ingin mendapatkan persetujuan agen

TABEL 6-2 Tipe-tipe Kekuasaan

KEKUASAAN POSISIKekuasaan yang memiliki legitimasiKekuasaan yang member penghargaanKekuasaan memaksaKekuasaan akan informasiKekuasaan secara ekologis

KEKUASAAN PERSONALKekuasaan berdasarkan keahlian

Kekuasaan yang Memiliki Legitimasi

Kekuasaan yang berasal dari wewenang formal dalam aktivitas pekerjaan terkadang

disebut “kekuasaan yang memiliki legitimasi” (French &Raven, 1959). Proses mempengaruhi

yang terjadi dalam kekuasaan yang memiliki legitimasi sangatlah kompleks. Beberapa ahli

teori memberi penekanan pada wewenang yang mengarah ke bawah dari pemilik perusahaan

dan manajemen puncak, tetapi potensi mempengaruhi yang berasal dari wewenang banyak

tergantung pada kekuasaan yang disetujui seperti pada kepemilikan dan kendali atas hak

milik (Jacobs, 1970). Anggota organisasi biasanya setuju untuk mematuhi aturan dan arahan

dari pemimpin agar mendapatkan keuntungan dari keanggotaan mereka (March & Simon,

1958). Namun, biasanya persetujuan ini merupakan pemahaman bersama yang implicit

bukannya sebuah kontrak formal yang eksplisit.

Kepatuhan terhadap aturan dan perintah yang sah akan lebih mungkin terjadi kepada

anggota yang mengakui organisasi dan loyal terhadapnya. Kepatuhan ini juga akan lebih

6

mungkin terjadi kepada anggota yang mengalami internalisasi nilai yang tepat untuk

mematuhi tokoh yang memiliki otoritas, menghormati hokum, dan mengikuti tradisi.

Diterimanya wewenang jug atergantung pada apakah agen dirasa sebagai orang yang

memiliki wewenang dalam posisi kepemimpinannya. Prosedur spesifik untuk memilih

pemimpin biasanya didasarkan pada tradisi dan berbagai ketentuan hokum yang resmi atau

konstitusi. Penyimpangan dari proses seleksi yang diangga sah oleh para anggota akaan

melemahkan otoritas pemimpin baru.

Besarnya kekuasaan yang memiliki legitimasi juga berkaitan dengan cakupan

wewenang yang dimiliki seseorang. Manajer pada level yang tinggi biasanya mempunyai

wewenang yang lebih banyak dibandingkan dengan manajer dengan level yang lebih rendah,

dan wewenang seorang manajer biasanya jauh lebih kuat dalam hubungannya dengan

bawahan daripada hubungannya dengan rekan sejawat, atasan atau pihak luar organisasi.

Meskipun demikian, terhadap target yang berada di luar rentang kendali, agen masih

mempunyai hal yang memiliki legitimasi dalam memberikan perintah yang diperlukan untuk

melaksanakan tanggung jawab pekerjaan, seperti permintaan informasi, pasokan, pelayanan,

dukungan, saran teknis dan bantuan untuk menyelesaikan tugas yang saling berhubungan.

Cakupan wewenang manajer biasanya digambarkan oleh dokumen seperti dokumen

resmi organisasi, uraian tugas tertulis, atau dalam kontrak pekerjaan bagi karyawan, tetapi

biasanya tetap saja mengakibatkan ambiguitas (Davis, 1968; Reitz, 1977). Orang tidak hanya

mengevaluasi apakah permintaan atau perintah termasuk dalam cakupan wewenang

pemimpin, tetapi juga apakah permintaan atau pernah termasuk dalam cakupan wewenang

pemimpin, tetapi juga apakah hal tersebut konsisten dengan nilai dasar, prinsip dan tradisi

dari organisasi atau system social. Legitimasi terhadap perintah mungkin akan dipertanyakan

jika kontradiktif dengan nilai organisasi atau sebagian besar anggota komunitas di mana

anggota organisasi berada. Sebagai contoh, tentara mungkin tidak mematuhi perintah untuk

menembak siapa saja yang tinggal di desa yang dianggap membantu pemberontak, karena

tentara merasa bahwa hal ini menggunakan kekerasan yang berlebihan dan bertentangan

dengan hak asasi manusia.

Wewenang biasanya diterapkan melalui permintaan, perintah atau intruksi yang

dikomunikasikan secara lisan atau tertulis. Cara, menggunakan kekuasaan yang memiliki

legitimasi akan berpengaruh pada hasilnya (Tabel 6-3). Permintaan dengan cara yang sopan

lebih efektif daripada dengan cara yang arogan, karena penekanannya bukam pada perbedaan

status atu mengimplikasikan ketergantungan target terhadap agen. Menggunakan permintaan

secara sopan khususnya amat penting untuk orang akan merasa sensitive terhadapa

7

perbedaan status dan hubungan wewenang, seperti terhadap orang yang lebih tua daripada

agen atau terhadap rekan sejawat daripada terhadap bawahan. Melakukan permintaan secara

sopan tidak mengimplikasikan bahwa agen terus memohon atau kelihatan meminta maaf atas

permintaan itu. Melakukan hal ini mempunyai risiko terkesan bahwa permintaan itu tidak

terlalu berharga atau tifak memiliki legitimasi dan memberikan kesan bahwa penyelesaiannya

tidak benar-benar diharapkan (Sayles, 1979). Permintaan yang memiliki legitimasi harus

dibuat dengan tegas dan dengan cara yang meyakinkan. Dalam situasi yang mendesak, sangat

pentinf permintaan dilakukan dengan cara yang tegas daripada dengan cara yang sopan.

Perintah langsung oleh pemimpin dengan nada memerintah terkadang perlu untuk

mengejutkan bawahan agar melakukan tindakan segera dalam situasi mendesak. Dalam tipe

situasi seperti ini, bawahan menghubungkan kepercayaan diri dan arahan yang tegas itu

dengan keahlian dan wewenang (Mulder et al., 1970). Keragu-raguan atau terlihat bingung

akan berisiko kehilangan pengaruh terhadap bawahan.

Hal yang ditolak kebenarannya oleh bawahan dalam melaksanakan perintah atau

permintaan yang memiliki legitimasi itu menurunkan kewenangan pemimpin dan

meningkatkan kemungkinan ketidakpatuhan di masa dating. Perintah yang tidak dapat

dilaksanakan sebaiknya jangan diserahkan. Jika wewenang agen dalam permintaan

diragukan, perlu dilakukan verifikasi legitimasi taktik. Terkadang bawahan menunda

melaksanakan permintaan yang tidak biasa atau tidak menyenangkan untuk menguji apakah

pemimpin benar-benar serius dengan permintaannya. Jika pemimpin tidak menindaklanjuti

permintaan awal tadi dengan memeriksa apakah telah diselesaikan, bawahan dapat

mengambil kesimpulan bahwa permintaan tersebut mungkin dapat diabaikan.

TABEL 6-3 Panduan untuk Menggunakan Wewenang yang Memiliki Legitimasi

Melakukan permintaan dengan cara sopan dan jelas

Menjelaskan alasan dari permintaan

Jangan keluar dari cakupan wewenang Anda

Verifikasikan wewenang jika perlu

Ikuti jalur yang jelas

Menindaklanjuti untuk memverifikasi kepatuhan

Mendesak kepatuhan jika perlu

Kekuasaan Memberi Penghargaan (Reward Power)

8

Kekuasaan memberi penghargaan adalah persepsi dari seorang target bahwa agen

mempunyai kendali terhadap sumber daya yang penting dan penghargaan yang diinginkan

oleh seorang target. Kekuasaan memberikan penghargaan itu berasal dari bentuk wewenang

formal untuk mengalokasikan sumber daya dan imbalan. Wewenang ini memiliki banyak

variasi di antara organisasi dan antara satu tipe posisi manajemen dengan posisi lainnya

dalam organisasi yang sama. Pengendalian dipegang oleg level eksekutif tinggi daripada oleh

manajer level rendah. Eksekutif sumber daya untuk berbagai subunit dan aktivitas, dan

mereka juga memiliki hak untuk meninjau dan mengubah keputusan pengalokasian sumber

daya yang dibuat pada level yang lebih rendah.

Kekuasaan memberi penghargaan tidak hanya tergantung pada kendali actual dari

manajer atas sumber daya dan penghargaan, tetapi juga oleh persepsi seorang target bahwa

agen memiliki kapasitas dan keinginan untuk memenuhi janjinya. suatu upaya untuk

menggunakan kekuasaan memberi penghargaan tidak akan berhasil jika agen itu kekurangan

kredibilitas sebagai sumber dari sumber daya dan penghargaan.

Manajer biasanya memiliki lebih banyak kekuasaan memberikan penghargaan

terhadap bawahan daripada terhadap rekan sejawat atau atasan (Yuki & Falbe, 1991). Salah

satu bentuk kekuasaan memberi penghargaan terhadap bawahan adalah wewenang

memberikan kenaikan gaji, bonus, atau insentif ekonomi yang pantas bagi bawahan.

Kekuasaan memberi penghargaan juga berasal dari pengendalian terhadap manfaat nyata

seperti promosi, pekerjaan yang lebih bauk, jadwal kerja yang lebih baik, anggaran

operasional yang lebih besar, jumlah pembelanjaan yang lebih besar, dan symbol atau status

seperti ruang kerja yang lebih besat atau tempat parkir sendiri. Kemungkinan batasan manajer

atas kekuasaan memberi penghargaan adalah pada kebijakan formal atau persetujuan yang

menentukan bagaiamana penghargaan harus dialokasikan (Podsakoff,1982)

Salah satu sumber kekuasaan memberi penghargaan dalam hubungan yang sejajar

adalah ketergantungan rekan sejawat dengan agen dalam hal sumber daya informasi, bantuan

atau dukungan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan rekan sejawat. Bertukar

bantuan yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran tugas sejawat dalam organisasi, dan

penelitian menunjukkan bahwa kekuasaan memberi penghargaan sangat penting bagai

keberhasilan para manajer level menengah (Cohen & Bradford,1989; Kapian, 1984; Kotter

1982;; Strauss,1962). Sumber daya lainnya bagi kekuasaan memberi penghargaan dalam

level yang sejajar pada beberapa organisasi adalah system penilaian prestasi yang berkaitan

dengan evaluasi dari rekan sejawat sebagai masukan dalam mengambil keputusan tentang

kenaikan gaji atau promosi bagi manajer.

9

Meningkatnya kekuasaan memberi penghargaan oleh bawahan terhadap atasannya

sangat terbatas pada sebagian besar organisasi. Beberapa organisasi memberikan mekanisme

formal kepada bawahan untuk mengevaluasi pimpinannya. Namun, bawahan biasanya

mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap reputasi pimpinannya dan prospek untuk

mendapatkan kenaikan gaji atau promosi. Jika bawahan memiliki kinerja yang baik, reputasi

manajernya biasanya akan meningkat. Sebagian bawahan juga akan meningkat kekuasaan

memberi penghargaan berdasarkan kemampuan mereka mendapatkan sumber daya di luar

system wewenang formal organisasi. Sebagai contoh, pimpinan jurusan pada universitas

negeri diberikan kebebasan memilih dana bantuan dan kontrak, serta kebebasan penggunaan

dana sebagai dasar untuk mempengaruhi keputusan yang diambil oleh dekan, yang

mempunyai kebebasan terbatas dalam pendanaan.

Kekuasaan memberi penghargaan sebagian besar diterapkan dengan janji secara

eksplisit atau implicit untuk memberikan sesuatu kepada seorang target uang digunakan agen

sebagai control dalam melaksanakan permintaan atau melakukan sebuah tugas. Bagaimana

kekuasaan memberi penghargaan itu diterpakan akan berpengaruh terhadap hasil (Tabel 6-4).

Kepatuhan akan didapatkan jika penghargaannya dianggap merupakan sesuatu yang bernilai oleh

seorang target,dan agen merasa penghargaan yang diberikan adalah sumber daya yang kredibel.

Jadi, penting untuk menentukan penghargaan aoa yang bernilai bagi orang yang ingin dipengaruhi,

dan kredibilitas agen tidak akan berisiko dengan memberikan janji yag tidak realistis atau gagal

memenuhi janji setelah pekerjaan selesai.

TABEL 6-4. Panduan untuk Menggunakan Kekuasaan Memberi Imbalan

Menawarkan jenis penghargaan yang diinginkan orang tersebut

Menawarkan imbalan yang adil dan etis

Jangan memberi janji lebih dari apa yang dapat anda berikan

Jelaskan kriteria pemberian penghargaan dan jelaskan secara sederhana

Berikanlah penghargaan sesuai janji jika syaratnya terpenuhi

Gunakanlah penghargaan simbolis (tidak dengan cara manipulasi)

Ketika kondisi memungkinkan untuk menggunakan penghargaan, mereka lebih suka

menggunakan cara saling percaya daripada berdasarkan komitmen. Penghargaan yang

dijanjikan tidak selalu memotivasi seseorang untuk memberikan upaya ekstra melebihi dari

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Seorang target mungkin tergoda untuk

mengabaikan aspek tugas yang tidak berkaitan dengan spesifikasi kriterisa kinerja atau aspek

yang tidak mudah diawasi oleh agen. Jika penghargaan digunkan dengan cara manipulative

10

maka akan menghasilkan perlawanan bukannya rasa saling percaya. Kekuasaan untuk

memberi atau tidak memberi penghargaan dapat menyebabkan kebencian antara seorang

terhadap orang lain yang tidak menyukai kesewenangan tingkah laku seorang figure

penguasa yang berwenang atau yang yakin bahwa agen memanipulasi mereka untuk

keuntungan pribadi. Meskipun ketika penghargaan yang diberikan sangat menarikk,

perlawanan akan terjadi jika penghargaan dipandang sebagai suap agar target melakukan

sesuatu yang tidak seharusnya atau tidak etis.

Ketika penghargaan sering digunakan sebagai sumber untuk mempengaruhi, orang

akan merasa hubungan mereka dengan pemimpin benar-benar didasarkan pada ekonomi

belaka. Mereka akan mengharapkan penghargaan setiap kali mereka diminta melaksanakan

sesuatu yang baru atau bukan hal yang rutin. Akan lebih memuaskan bila kedua belah pihak

memandang hubungan mereka berdasarkan kesetiaan dan persahabatan bersama.

Dibandingkan menerapkan penghargaan sebagai insentif secara impersonal dengan cara yang

mekanis, makamereka harus lebih banyak digunakan dengan cara simbolis untuk menghargai

prestasi dan memberikan penghargaan secara pribadi untuk kontribusi khusus atau dukungan

yang diharapkan. Digunakan dengan cara ini, kekuasaan memberi penghargaan dapat menjadi

sumber untuk meningkatkan kekuasaan referensi dari waktu ke waktu (French & Reven,

1959)

Kekuasaan Memaksa

Pemimpin yang menerapkan kekuasaan memaksa kepada bawahan membuat dasar

pada wewenang memberi hukuman, yang memiliki variasi amat banyak pada berbagai

organisasi berbeda. Kekuasaan memaksa oleh pimpinan militer dan politik biasanya lebih

besar daripada kekuasaan manajer pada suatu perusahaan. Dalam dua abad terakhir, secara

umum terjadi penurunan terhadap legitimasi yang memaksa pada semua tipe kepemimpinan

(Katz & Kahn, 1978). Sebagai contoh, manajer pernah mempunyai hak untuk memecat

karyawan karena berbagai alasan yang mereka pikir benar. Seorang kapten kapal dapat

memukul kelasinya yang tidak patuh atau dianggap tidak rajin dalam menjalankan tugasnya.

Perwira militer dapat menghukum prajurit karena disersi atau tidak mematuhi perintah dalam

pertempuran. Sekarang ini, bentuk kekuasaan memaksa telah dilarang atau dengan tegas

dibatasi pada sebagian besar Negara.

Dalam hubungan yang sejajar, terdapat beberapa kesempatan untuk menerapkan

kekuasaan memaksa. Jika rekan sejawat tergantung pada bantuan manajer dalam

melaksanakan tugas pentingnya, manajer mungkin akan mengancam untuk tidak mau

11

melakukan kerja sama jika rekan sejawat gagal memenuhi permintaannya. Akan tetapi,

karena saling ketergantungan juga terdapat di antara para manajer sub unit yang berbeda,

kekuasaan memaksa akan dibalas dan akan meningkat menjadi konflik yang tidak akan

menguntungkan pihak manapun.

Kekuasaan memaksa yang dimiliki bawahan terhadap atsan bentuknya bervariasi

antara satu jenis organisasi dengan organisasi lainnya. Pada beberapa organisasi bawahan

mempunyai kapasitas secara tidak langsung untuk mempengaruhi evaluasi kinerja atasan

mereka. Bawahan pada organisasi seperti ini dapat merusak reputasi atasannya jika mereka

membatasi produksi, melakukan sabotase, mengajukan keluhan, melakukan demonstrasi, atau

mengajukan keluhan kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi. Dalam organisasi di mana

pemimpinnya dipilih, bawahan memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan kekuasaan

bahkan dapat mengganti pimpinannya. Terkadang kekuasaan memaksa bawahan dapat

menggunakan metode yang lebih ekstrem dalam mengganti pemimpinnya. Pada perang

Vietnam, terdapat banyak kasus di mana bawahan membunuh pemimpin yang memandang

rendah bawahannya dengan melemparkan granat pada atasannya ketika terjadi pertempuran,

di mana kematian tidak dapat ditentukan. Dalam kasus pemimpin politik, kekuasaan

memaksa pada bawahan berakhir dengan revolusi berdarah yang mengakibatkan hukuman

penjara, kematian atau pengasingan seorang pemimpin.

Kekuasaan memaksa diterapkan dengan mengancam atau memberi peringatan kepada

seorang target bahwa ia akan mendapatkan konsekuensi yang tidak menyenangkan jika tidak

memenuhi permintaan, aturan atau kebijakan. Bentuk ancaman itu bisa eksplisit, atau

mungkin hanya samar-samar di mana target akan menyesal bila gagal memenuhi apa yang

diinginkan agen. Kemungkinan kepatuhan akan sangat besar saat ancaman itu dianggap

memenuhi syarat dan target mempunyai keinginan kuat untuk menghindari ancaman

hukuman. Kredibilitas akan direndahkan oleh berbagai ancaman yang tidak dilaksanakan

meskipun target tidak memenuhi permintaan. Terkadang kredibilias perlu dimantapkan

dengan memperlihatkan kemauan dan kemampuan untuk memberikan konsekuensi yang

tidak menyenangkan bagi target. Meskipun demikian, bahkan ancaman yang kredibel

mungkin tidak akan berhasil jika target menolak untuk diintimidasi atau yakin bahwa ada

cara untuk menghindari kepatuhan atas permintaan itu tanpa diketahui oleh agen.

Yang terbaik adalah menghindari pemaksaan kecuali hal itu benar-benar dibutuhkan, karena

hal sepeerti ini sulit untuk diterapkan dan mungkin mengakibatkan efek sampingan yang tidak

diharapkan. Kekuasaan memaksa sering menimbulkan kemarahan atau kebencian, dan akhirnya

mengakibatkan pembalasan. Dalam organisasi kerja, penggunaan pemaksaan yang paling tepat

12

adalah untuk menghalangi perilaku yang mengganggu organisasi, seperti aktivitas illegal, pencurian,

pelanggaran peraturan keamanan, tindakan yang sembrono yang membahayakan orang lain, dan

ketidakpatuhan langsung terhadap permintaan yang resmi. Kekuasaan memaksa tidak akan

menghasilkan komitmen, tetapi ketika diterapkan dengan cara yang tepat dalam situasi yang tepat,

mungkin akan menghasilkan pemenuhan permintaan. Sejumlah penulis mengajukan panduan

penerapan kekuasaan memaksa saat digunakan terutama untuk menjaga disiplin bawahan (Arvey &

Ivancevich, 1989; Preston & Zimmerer, 1978; Schoen & Durand,1979)

TABEL 6-5. Panduan Penerapan Kekuasaan Memaksa untuk Menjaga Disiplin

1. Jelaskanlah aturan dan syarat, serta pastikan bahwa setiap orang memahami dengan benar konsekuensi pelanggarannya

2. Berikan respons dengan cepat dan secara konsisten pelanggaran tanpa pandang bulu

3. Lakukan penyelidikan untuk mendapatkan fakta sebelum melakukan teguran atau hukuman, serta hindari mengambil kesimpulan terlalu cepat atau tergesa-gesa membuat tuduhan

4. Kecuali untuk pelanggaran serius, cukup berikan teguran lisan atau tertulis sebelum memberikan hukuman

5. Berikan peringatan dan teguran secara tertutup, hindari membuat ancaman secara gegabah

6. Tetap tenang dan hindarilah terlihat bermusuhan atau melakukan penolakan secara personal

7. Tunjukkan keinginan yang tulus untuk membantu orang itu agar memenuhi harapan peran sehingga terhindar dari hukuman

8. Mintalah mereka untuk memberikan masukan untuk mengatasi masalah, dan buatlah kesepakatan dengan recana yang konkret

9. Jagalah kredibilitas dengan memberikan hukuman jika ketidakpatuhan itu berlanjut setelah ancaman dan peringatan telah diberikan

10. Gunakanlah hukuman yang sah, adil, dan sepadan dengan keseriusan pelanggaran itu

Kekuasaan berdasarkan Referensi

Kekuasaan berdasarkan referensi diperoleh dari keinginan orang lain untuk

menyenangkan seorang agen yang kepadanya mereka memiliki perasaan kasih,

penghormatan, dan kesetiaan yang kuat (French & Raven, 1959). Orang biasanya bersedia

melakukan bantuan khusus bagi seorang teman, dan mereka akan lebih mungkin menjalankan

permintaan yang dilakukan oleh seseorang yang amat mereka hormati. Bentuk yang paling

kuat dari kekuasaan berdasarkan referensi melibatkan proses mempengaruhi yang disebut

“identifikasi personal.” Untuk memperoleh dan tetap mendapat persetujuan dan diterima oleh

13

agen, target bersedia melaksanakan apa yang diminta oleh agen, meniru perilaku agen, dan

mengembangkan sikap yang serupa dengan sikap yang diperlihatkan oleh agen tersebut.

Kekuasaan berdasarkan referensi biasanya lebih besar bagi seseorng yang bersahabat,

menarik, mempunyai daya tarik dan dapat dipercaya. Cara spesifik untuk mrmperoleh dan

menjaga kekuasaan berdasarkan referensi diringkas dalam tabel 6-6. Kekuasaan berdasarkan

referensi akan meningkat dengan memperlihatkan perhatian terhadap kebutuhan dan perasaan

orang lain, memperlihatkan kepercayaan dan penghargaan, serta memperlakukan orang lain

secara adil. Akan tetapi, untuk mencapai dan menjaga kekuatan kekuasaan berdasarkan

referensi biasanya membutuhkan lebih dari sekadar pujian yang berlebihan, kebaikan dan

daya tarik. Kekuasaan berdasarkan referensi akhirnya tergantung pada karakter dan integritas

agen. Dari waktu ke waktu, tindakan akan lebih baik dari sekadar kata-kata, dan seseorang

yang berusaha untuk terlihat bersahabat, tetapi memanipulasi dan mengeksploitasi orang lain

akan kehilangan kekuasaaan berdasarkan referensi. Integritas dapat diperlihatkan dengan

kejujuran, memperlihatkan konsistensi terhadap nilai-nilai,bertindak dengan cara yang

konsisten dengan nilai yang dipegang seseorang, dan memenuhi janji dan kesepakatan yang

telah dibuat.

Kekuasaan-kekuasaan berdasarkan referensi akan cenderung meningkatkan pengaruh

agen terhadap target meskipun tanpa dukungan yang eksplisit dari agen untuk meminta

kekuasaan ini. Ketika ada ikatan kasih saying atau persahabatan. Hal ini mungkin cukup

untuk meminta target untuk melakukan sesuatu. Akan tetapi, ketika kekuasaan berdasarkan

referensi tidak sekuat itu, mungkin perlu untuk dilakukan hubungan diam-diam selama

pengaruh sedang diupayakan. Tipe “daya tarik personal.”

Kekuasaan berdasarkan referensi merupakan sumber penting untuk mempengaruhi

bawahan, rekan sejawat dan atasan, tetapi ada batasnya. Permintaan yang semata-mata

didasari oleh kekuasaan berdasarkan referensi akan sepadan dengan tingkat loyalitas target

dan persahabatan dengan pemimpin. Beberapa hal memang meminta terlalu banyak,

mengingat sifat dari hubunganitu. Ketika permintaannya ekstrem atau lebih sering dilakukan,

seorang target mungkin akan merasa dieksploitasi. Hasil dari perilaku demikian mungkin

akan merendahkan hubungan dan mengurangi kekuasaan berdasarkan referensi dari agen itu.

Cara lain untuk menerapkan kekuasaan berdasarkan referensi adalah melalui “model

peran.” Seseorang yang disukai dan dikagumi dapat memiliki pengaruh besar terhadap orang lain

dengan memberikan contoh perilaku yang tepat dan diinginkan agar dapat ditiru oleh mereka. Ketika

diidentifikasi menguat, peniru akan terjadi bahkan tanpa maksud sadar oleh agen. Karena orang juga

14

meniru perilaku yang tidak diharapkan orang yang dikaguminya, maka penting untuk menyadari hal

yang akan dijadikan contoh.

Tabel 6-6 Cara Memperoleh dan Menjaga Kekuasaan Berdasarkan Referensi

Memperlihatkan tanggapan yang mendukung dan positif. Memberikan dukungan dan bantuan. Menggunakan bentuk mengambil hati yang tulus. Membela dan mendukung setiap orang ketika dibutuhkan. Melakukan bantuan yang tidak diminta. Memberikan pengorbanan diri untuk memperlihatkan perhatian. Memenuhi janji.

Kekuasaan Berdasarkan Keahlian (Expert Power)

Pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan tugas adalah sumber utama

kekuasaan personal di dalam organisasi. Pengetahuan yang unik mengenai cara terbaik untuk

melaksanakan tugas atau menyelesaikan masalah penting memberikan pengaruh potensial

kepada bawahan, rekan sejawat dan atasan. Akan tetapi, keahlian merupakan sumber

kekuasaan hanya jika orang lain tergantung pada agen untuk memberikan saran. Kekuasaan

ini akan semakin besar bila masalah yang dihadapi oleh target hanya dapat diselesaikan oleh

keahlian yang dimiliki oleh agen. Ketergantungan akan meningkatkan ketika target tidak

dapat dengan mudah mendapatkan tempat bertanya yang lain selain agen (Hickson, Hinings,

Lee, Schneck, & Pennings, 1971; Patchen, 1974).

Agen tidak cukup hanya memiliki keahlian; tetapi target harus mengakui keahlian ini

dan merasa pemimpin akan menjadi sumber informasi dan tempat bertanyayang dapat

diandalkan. Dalam jangka pendek, dianggap memiliki keahlian adalah lebih penting daripada

memiliki keahlian yang sebenarnya, dan agen mungkin dapat berpura-pura sementara waktu

dengan berperilaku meyakinkan dan berpura-pura sebagai seorang ahli. Tetapi selanjutnya,

pengetahuan agen akan diuji, sehingga persepsi taget terhadap agen akan lebih akurat. Jadi

sangat penting bagi pemimpin untuk membentuk dan menjaga reputasi keahlian teknis dan

kredibilitas yang kuat.

Keahlian aktual dipelihara melalui proses kontinuitas pendidikan dan pengalaman

praktisnya. Sebagai contoh, dalam berbagai profesi sangat penting untuk mendapatkan

informasi mengenai perkembangan baru dengan membaca publikasi teknis dan menghadiri

berbagai workshop dan seminar. Bukti dari keahlian dapat terlihat dari ijasah, lisensi, dan

piagam penghargaan. Akan tetapi, cara yang paling meyakinkan dalam memperlihatkan

keahlian adalah dengan menyelesaikan masalah penting, membuat keputusan yang tepat,

15

memberikan petunjuk yang bagus, dan berhasil menyelesaikan proyek yang sangat sulit.

Salah satu taktik yang ekstrem adalah dengan memperlihatkan kemampuan dalam mengatasi

masalah tersebut (Goldner, 1970; Pfeffer 1977a).

Pengetahuan khusus dan keterampilan teknis akan tetap menjadi sumber kekuasaan

hanya selama ada ketergantungan terhadap mereka yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan tersebut. Jika masalah diselesaikan dengan tuntas atau orang lain belajar

bagaimana menyelesaikan masalah tersebut sendiri, keahlian agen tidak lagi bernilai tinggi.

Jadi, orang terkadang berusaha melindungi kekuasaan berdasarkan keahlian dengan

mempertahankan prosedur dan teknik tetap sebagai rahasia terselubung dengan menggunakan

bahasa teknis sehingga pekerjaan kelihatan lebih sulit dan misterius, dan menghilangkan

sumber informasi alternative tentang prosedur kerja seperti panduan terlulis, diagram, cetak

biru, dan program computer (Hickson et al, 1971).

Ketika agen mempunyai banyak kekuasaan berdasarkan keahlian dan dipercaya

menjadi sumber informasi dan nasihat yang dapat diandalkan, target dapat melaksanakan

permintaan tanpa mendapatkan penjelasan untuk permintaan itu. Salah satu contoh adalah

dokter yang memberikan resep kepada pasien yang tidak terlalu banyak tahu tentang obat.

Contoh lain adalah investor yang membeli saham yang direkomendasi oleh konsultan

keuangan tanpa mengetahui perusahaan yang menerbitkan saham itu. Orang yang memiliki

banyak kekuasaan berdasarkan keahlian seperti ini langka. Dalam banyak kasus, agen harus

mendukung usulan atau permintaan itu berdasarkan pada argument logis dan menunjukan

bukti yang terlihat kredibel. Pengaruh yang berhasil tergantung pada kredibilitas agen dan

keterampilan komunikasi persuasif selain juga pengetahuan teknis dan kemampuan analitis.

Beberapa panduan untuk menerapkan kekuasaan berdasarkan keahlian diperlihatkan dalam

Tabel 6-7. Prosposal atau permintaan harus dibuat dengan cara yang jelas dan meyakinkan, dan

agen harus menghindari membuat pernyataan yang kontradiktif atau bimbang dalam posisi yang

tidak konsisten. Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa keahlian atasan juga dapat menyebabkan

kebencian jika digunakan dengan menyiratkan bahwa taget adalah bodoh atau payah. Dalam proses

memberikan argument yang rasional, beberapa orang melakukannya dengan cara arogan yang

merendahkan diri. Dalam upaya untuk menjual prosposalnya, mereka berapi-api dalam

menyampaikan argumennya, secara kasar melakukan interupsi jawaban yang disampaikan dan

mengabaikan berbagai keberatan atau kekhawatiran tanpa pertimbangan yang serius. Meskipun

agen memiliki pengetahuan yang lebih banyak untuk keahlian itu, target biasanya memiliki beberapa

informasi, ide dan kekhawatiran yang relevan yang harus dipertimbangkan.

TABEL 6-7 Panduan Menggunakan Kekuasaan Berdasarkan Keahlian

16

Menjelaskan alasan dari permintaan atau proposal dan mengapa hal tersebut

penting.

Memberikan bukti bahwa proposal itu akan berhasil dicapai.

Jangan membuat pernyataan yang gegabah, sembarangan atau tidak konsisten.

Jangan membesar-besarkan atau salah menerjemahkan fakta.

Dengarkan dengan serius orang yang memberi perhatian dan menyampaikan

usulan.

Bertindak yakin dan tegas dalam sebuah krisis.

Kekuasaan Terhadap Informasi (Information Power)

Sumber kekuasaan lain yang juga penting adalah kendali atau informasi. Tipe

kekuasaan ini melibatkan akses terhadap informasi vital dan kendala atas distribusi informasi

kepada orang lain (Pettigrew, 1972). Beberapa akses untuk informasi merupakan hasil dari

kedudukan seseorang dalam jaringan komunikasi organisasi. Posisi manajerial seringkali

memberikan kesempatan untuk mendapatkan informasi yang tidak secara langsung tersedia

bagi bawahan atau rekan sejawat (Mintzberg, 1973, 1983). Batasan posisi peran (seperti,

pemasaran, pembelian, hubungan masyarakat) memberikan akses pada informasi penting

mengenai peristiwa di lingkungan eksternal organisasi. Akan tetapi, hal itu tidak hanya

masalah kedudukan pada posisi penting dan memiliki informasi yang seolah muncul begitu

saja; seseorang harus secara aktif terlibat dalam usaha membangun jaringan sumber informasi

dan mengumpulkan informasi tersebut dari mereka (Kotter, 1982).

Pemimpin yang mengendalikan arus informasi vital mengenai peristiwa di luar

organisasi memiliki kesempatan untuk menginterpretasikan peristiwa ini untuk bawahan dan

mempengaruhi persepsi dan sikap mereka (Kuhn, 1963). Beberapa manajer mengubah

informasi untuk membujuk orang lain melakukan serangkaian tindakan yang diharapkan.

Contoh informasi yang diubah adalah mengedit laporan dan dokumen secara selektif,

membiaskan interpertasi data dan menyampaikan informasi yang salah. Beberapa manajer

menggunakan kendali mereka atas distribusi informasi sebagai sebuah cara memperkuat

kekuasaan mereka berdasarkan keahlian dan meningkatkan ketergantungan bawahan. Jika

pemimpin merupakan satu-satunya orang yang “mengetahui apa yang sedang terjadi,”

bawahan akan kekurangan bukti untuk membantah hak pemimpinnya bahwa sebuah

keputusan yang tidak popular itu dibenarkan karena alas an tertenu. Selain itu, kendali atas

informasi akan memudahkan pemimpin untuk menutupi kekeliruan dan kesalahan yang

17

sebaiknya akan merendahkan citra keahlian yang secara hati-hati telah dipelihara. (Pfeffer,

1977a)

Kendali atas informasi merupakan sumber pengaruh ke atas dan ke bawah dan kepada

orang yang posisinya sejajar. Ketika bawahan memiliki akses eksklusif terhadap informasi

yang dibutuhkan oleh atasan untuk membuat keputusan, keuntungan seperti ini dapat

digunakan sebagai sumber mempengaruhi keputusan atasan. Beberapa bawahan secara aktif

berusaha mendapatkan tipe mempengaruhi seperti ini dengan cara bertahap mengasumsikan

tanggung jawab yang lebih banyak untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis dan

melaporkan hasil informasi operasi. Jika pemimpin benar-benar tergantung terhadap bawahan

untuk menginterpretasikan analisis yang kompleks dari hasil informasi operasi, bawahan

akan diajak untuk berpartisipasi langsung untuk membuat keputusan yang didasarkan pada

analisis tersebut (Korda, 1975}. Akan tetapi, meskipun tanpa partisipasi langsung, seorang

bawahan yang memiliki kendali atas informasi akan dapat mempengaruhi keputusan atasan.

Sebagai contoh, dalam studi yang dilakukan oleh Pettigrew (1972), manajer mampu

mempengaruhi pilihan komputer baru dengan memberikan informasi kepada dewan direksi

yang mendukung salah satu pilihan dan menganggap yang lainnya tidak baik. Kendali atas

arus informasi operasi juga dapat membuat bawahan mampu memperbesar keberhasilan

mereka, menutupi kesalahan dan meningkatkan keahlian dan sumber daya yang dibutuhkan

untuk melaksanakan pekerjaannya.

Kekuasaan Terhadap Ekologi (Ecological Power)

Kontrol terhadap lingkungan fisik, teknologi, dan organisasi kerja memberikan

kesempatan tidak langsung untuk mempengaruhi orang lain. Karena perilaku sebagian

ditentukan oleh persepsi tentang kesempatan dan keterbatasan, perilaku tersebut dapat diubah

dengan membangun kembali situasinya (Cartwright, 1965). Bentuk pengaruh seperti ini

terkadang disebut “rekayasa situasi” atau “pengendalian secara ekologis.”

Salah satu bentuk rekayasa situasi adalah dengan memodifikasi rancangan pekerjaan

bawahan untuk meningkatkan motivasi bawahan (Oldhan, 1976). Penelitian dalam

memperkaya pekerjaan menyatakan bahwa terkadang mungkin terjadi peningkatan yang

signifikan dalam kualitas pekerjaan dan kepuasan kerja (Hackman & Oldman, 1980; Lawler,

1986). Pengelolaan aktivitas pekerjaan dan rancangan struktur formal adalah bentuk lain dari

rekayasa situasi. Pengelompokan aktivitas ke dalam subunit, penentuan hubungan pelaporan,

dan rancangan system informasi semuanya merupakan sumber pengaruh atas perilaku

karyawan (Lawrence & Lorsch. 1967; Mintzberg, 1983).

18

Bentuk lain dari rekayasa situasi adalah kendali atas lingkungan fisik tempat kerja.

Sebagai contoh, pemcahayaan atau suara pemberi tanda pada peralatan dapat digunakan

untuk memberitahu operator bahwa telah waktunya untuk melakukan perawatan yang

diperlukan atau mengingatkan operator untuk menghentikan pekerjaannya melakukan sesuatu

karena bila dilanjutkanccbb akan mengakibatkan kecelakaan atau mesin akan rusak.

Rancangan aliran pekerjaan dan susunan fasilitas fisik mennentukan karyawan mana yang

saling berinteraksi dan siapa yang mengambil tindakan inisiaktif terhadap siapa. Lini

perakitan yang menggunakan mesin menentukan kecepatan pekerjaan karyawan.

C. Tipe Perilaku Mempengaruhi

Pada beberapa tahun terakhir, peneliti mulai menguji tipe spesifik perilaku yang

digunakan untuk mempengaruhi, bukannya memfokuskan diri secara eksklusif pada

kekuasaan sebagai sumber potensial untuk mempengaruhi. Bentuk perilaku

mempengaruhi yang paling umumdalam organisasi adalah “permintaan yang sederhana”

yang didasarkan pada kekuasaan yang memiliki legitimasi. Kepatuhan target hanya

terhadap permintaan yang sederhana dan jelas legitimasinya, relevan untuk pekerjaan dan

sesuatu di mana seorang target tahu bagaimana cara mengerjakannya. Akan tetapi, jika

tindakan yang diminta tersebut tidak menyenangkan, menyulitkan, tidak relevan atau sulit

untuk dikerjakan, reaksi target akan berupa perlawanan. Komitmen target akan menjadi

hasil yang tidak diinginkan untuk permintaan yang sederhana, kecuali dalam kondisi yang

menguntungkan. Untuk berbagai tipe upaya mempengaruhi perlu menggunakan bentuk

lain perilaku mempengaruhi yang disebut “taktik mempengaruhi proaktif”.

Berbagai studi telah mengidentifikasikan beberapa tipe berbeda dari taktik

mempengaruhi proaktif (Kipnis, Schmidit & Wilkinson, 1980; Mowday, 1978; Porter,

1990). Berdasarkan studi terakhirnya, Yukl dan para koleganya (seperti

Yukl&Falbe;1990; Yukl, Lepsinger & Lucia, 1982); Yukl & Tracey, 1992) telah

mengindentifikasikan 11 taktik mempengaruhi proaktif yang relevan untuk

mempengaruhi bawahan, rekan sejewat dan atasan pada organisasi besar. Taktik tersebut

dijelaskan dalam Tabel. Setiap taktik akan dijelaskan secara singkat dan kondisi yang

mendukung penggunaannya akan diuraikan.

TABEL Penjelasan Taktik Mempengaruhi Proaktif

Persuasi Rasional : Agen menggunakan argumen yang logis dan bukti yang factual dalam menunjukkan proposal atau permintaan itu memungkinkan dan relevan untuk mencapai tujuan tugas.

19

Memberi Penilaian : Agen menjelaskan bagaimana melaksanakan permintaan atau mendukung usulannya yang akan memberikan keuntungan kepada target secara pribadi atau membantu meningkatkan karier tareget.

Memberi Inspirasi : Agen memberikan pertimbangan nilai dan idealism atau berusaha menimbulkan emosi dan target untuk mendapatkan komitmen terhadap permintaan atau proposal

Konsultasi : Agen mendorong target untuk menyaramkan perbaikan dalam proposal, atau membantu merencanakan aktivitas atau perubahan di mana dukungan dan bantuan dari target itu dibutuhkan.

Pertukaran : Agen menawarkan insentif, menyarankan pertukaran yang baik atau menunjukkan kesediaannya untuk saling timbal baliknantinya jika target mau melakukan apa yang diminta oleh agen.

Kolaborasi : Agen menawarkan untuk memberikan sumber yang relevan dan bantuan jika targetmau melaksanakan permiantaan atau menerima perubahan yang diusulkan.

Daya Tarik Personal : Agen meminta kepada target untuk melaksanakan permintaan atau mendukung proposal berdasarkan persahabatan atau meminta kebaikan personal sebelum mengatakan apa pun.

Mengambil Hati : Agen memberikan pujian dan bujukan sebelum atau selama memberikan pengaruh atau keyakinan terhadap kemampuan target untuk melaksanakan permintaan yang sulit.Taktik Legitimasi : Agen berusaha untuk membangun legitimasi dari permintaan atau memverifikasi wewenang dengan mengacu kepada aturan, kebijakan formal atau dokumen resmi.

Taktik Koalisi : Agen mencari bantuan orang lain untuk mendesak target untuk melakukan sesuatu atau menggunakan dukungan dari orang lain sebagai alas an agar target menyetujuinya.Persuasi Rasional

Persuasi rasional harus menggunakan penjelasan, argumen yang logis dan bukti yang

faktual untuk menunjukkan bahwa sebuah permintaan atau proposal memungkinkan dan

relevan untuk mencapai tujuan pekerjaan. Bentuk lemah dari persuasi rasional bisa meliputi

penjelasan singkat tentang alasan permintaan itu, atau penegasan yang tidak terdokumentasi

bahwa usulan perubahan itu diinginkan dan memungkinkan. Bentuk persuasi rasional yang

lebih kuat berisi penjelasan rinci mengenai alasan mengapa permintaan atau perubahan yang

20

diusulkan tersebut penting dan memperhatikan bukti yang kuat bahwa proposal itu

memungkinkan.

Persuasi rasional sangatlah tepat bila target memiliki tujuan yang sama dengan

manajer, tetapi tidak mengetahui bahwa proposal itu adalah cara terbaik untuk mencapai

tujuan. Jika agen dan target memiliki tujuan yang berbeda, maka persuasi rasional tidak akan

berhasil untuk mendapatkan komitmen target atau kepatuhannya. Bersama dengan fakta dan

logika, pertimbangan rasional biasanya merupakan beberapa pendapat atau kesimpulan yang

diharapkan agen agar target mau menerima nilai yang dihadapinya karena tidak cukup bukti

untuk memverifikasinya. Jadi, keberhasilan dalam mempengaruhi juga tergantung pada

bagaimana target merasa agen itu merupakan sumber informasi, kesimpulan dan prediksi

yang kredibel dan dapat dipercaya.

Memberi Penilaian

Dengan taktik ini agen menjelaskan mengapa permintaan atau proposal akan

memberikan keuntungan kepada target secara individual. Salah satu tipe keuntungan yang

ditawarkan adalah karier target, yang membantu memberikan kesempatan mempelajari

keterampilan baru, bertemu dengan orang penting atau meningkatkan kemampuan dan

reputasi yang lebih baik. Tipe keuntungan lainnya adalah membuat pekerjaan target itu

menjadi lebih mudah atau lebih menarik. Seperti persuasi rasional, memberi penilaian sering

menggunakan fakta dan bukti logis, tetapi keuntungan yang dijelaskan lebih banyak bagi

target dari pada bagi organisasi. Tidak seperti taktik pertukaran, keuntungan yang akan

diperoleh oleh target adalah produk sampingan dari apa yang diminta agen, bukan yang akan

agen berikan. Menggunakan pemberian penilaian akan berhasil jika agen memahami

kebutuhan target dan bagaimana permintaan atau proposal itu relevan untuk memuaskan

mereka. Kredibilitas agen juga dibutuhkan untuk keberhasilan penggunaan taktik ini.

Memberi Inspirasi

Taktik ini melibatkan emosi atau nilai yang didasarkan oleh daya tarik, berbeda

dengan argument logis yang digunakan dalam persuasi rasional. Memberi inspirasi adalah

upaya untuk membangun antusiasme dan komitmen dengan membentuk emosi yang kuat dan

menghubungkan sebuah permintaan atai proposal dengan kebutuhan, nilai, harapan dan

idealisme bagi seseorang. Dasar untuk memberi inspirasi orang lain adalah keinginan orang

itu untuk menjadi orang penting, merasa berguna, mengembangkan dan menggunakan

21

keterampilan mereka, menyelesaikan sesuatu yang berharga, memperlihatkan prestasi yang

terbaik, menjadi anggota tim terbaik atau berpartisipasi dengan dukungan penuh untuk

membuat segala sesuatunya lebih baik. Beberapa hal yang ideal dapat menjadi dasar untuk

memberi inspirasi seperti patriotism, loyalitas, kemerdekaan, kebebasan, kepuasaan diri,

keadilan, kejujuran, persamaan, cinta toleransi, kesempurnaan, humanism dan kemajuan.

Sebagai contoh, tentara yang diminta secara sukarela untuk misi yang berbahaya sebagai

ekspresi dari patriotism, atau kelompok pekerja yang diminta untuk bekerja lembur untuk

proyek khusus karena proyek itu akan menyelamatkan banyak nyawa. Tidak ada imbalan

yang nyata yang dijanjikan, hanya prospek bahwa orang akan meras senang sebagai hasil dari

mengerjakan sesuatu yang mulia dan adil, memberikan kontribusi yang penting, melakukan

prestasi yang luar biasa atau melayani Tuhan dan negara.

Memberi inspirasi sangatlah kompleks, dari penjelasan singkat tentang keuntungan

ideologis pada proposal proyek atau perubahan, hingga menyampaikan pidato yang berisi

tentang visi yang menarik tentang apa yang dapat dicapai organisasi atau menjadi sesuatu.

Tingkat kompleksitas yang tepat tergantung pada besarnya tugas yang akan dijalani, besarnya

upaya dan risiko yang terlibat, serta batas dimana orang diminta untuk menyimpang dari cara

yang telah dibuat dan tradisional dalam melaksanakan sesuatu. Untuk memformulasi

pemberian inspirasi yang efektif, agen harus memiliki wawasan terhadap nilai, harapan dan

ketakutan dari seseorang atau kelompok yang akan dipengaruhi. Efektivitas juga tergantung

pada keterampilan komunikasi, seperti kemampuan agen untuk menggunakan berbagai

imajinasi dan metafora, memanipulasi symbol dan menggunakan suara dan gerak tubuh untuk

mendorong antusiasme dan kegairahan.

Konsultasi

Konsultasi terjadi ketika target diajak berpartisipasi dalam merencanakan bagaimana

melaksanakan permintaan atau menerapkan perubahan yang diusulkan. Ada beberapa alasan

menggunakan konsultasi sebagai prosedur pengambilan keputusan (lihat Bab 4), tetapi ketika

digunakan seabagai titik mempengaruhi proaktif, tujuan utama konsultasi adalah untuk

mempengaruhi target agar mendukung keputusan yang telah dibuat agen. Konsultasi dapat

mengambil beberapa bentuk ketika digunakan sebagai titik mempengaruhi. Salah satu bentuk

umum dari konsultasi adalah manajer mengajukan usulan kebijakan atau rencana kepada

orang yang akan terlibat dalam penerapannya untuk mengetahui jika ada orang yang memiliki

keraguan atau kekhawatiran. Dalam pembahasan, yang memang merupakan sebuah bentuk

negosiasi dan penyelesaian masalah secara bersama-sama, manajer berusaha untuk mencari

cara untuk memodifikasi proposal untuk menghadapi kekhawatiran utama orang tersebut.

22

Dalam bentuk variasi umum lainnya dari konsultasi, manajer mengajukan strategi umum atau

tujuannya bagi orang lain bukannya proposal yang rinci dan meminta kepada orang lain

untuk menyarankan langkah tindakan khusus untuk menerapkannya. Langkah-langkah

tindakan yang diusulkan akan dibahas hingga ada kesepakatan dari kedua belah pihak.

Pertukaran

Tipe ini merupakan taktik mempengaruhi yang secara eksplisit dan implisit

menawarkan untuk memberikan sesuatu yang target inginkan sebagai imbalan bila mau

melaksanakan sebuah permintaan. Taktik ini sangatlah berguna ketika target tidak tertarik

atau enggan memenuhi permintaan karena tidak memberikan keuntungan yang diharapkan

dan membutuhkan dukungan yang besar dan kesulitan. Taktik pertukaran merupakan sebuah

cara untuk meningkatkan keuntungan yang cukup berharga agar target mau menyelesaikan

permintaan itu. Kondisi yang esensial agar efektif dalam menggunakan taktik ini adalah

kendali terhadap sesuatu yang sangat diinginkan oleh target agar penyelesaikan tugas dapat

dipastikan. Insentif yang ditawarkan haruslah bermacam-macam manfaat baik sesuatu yang

nyata maupun yang tidak nyata (seperti kenaikan gaji atau promosi, sumber daya yang

langka, informasi, bantuan terhadap tugas yang lain, bantuan untuk kemajuan karier target).

Terkadang janji yang diberikan lebih implisit, bukannya eksplisit. Yaitu, agen menawarkan

memberikan sesuatu yang tidak ditentukan untuk masa yang akan dating. Tawaran pertukaran

keuntungan tidak akan efektif, kecuali bila target merasa agen mampu dan mau memenuhi

kesepakatan itu.

Kolaborasi

Ini adalah taktik mempengaruhi yang menawarkan sumber yang diperlukan atau

bantuan jika target mau melaksanakan permintaan atau menyetujui proposal. Kolaborasi

tampaknya mempunyai persamaan dengan pertukaran dalam taktik menawarkan untuk

melakukan sesuatu kepada taerget. Akan tetapi, ada perbedaan penting dalam penekanan

pada proses memotivasi yang menjadi dasar dan kondisi yang ada. Pertukaran berkaitan

dengan meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh bila permintaan dilaksanakan, dan hal

ini sangatlah tepat bila keuntungan dari kepatuhan itu mungkin bisa rendah bagi target itu.

Kolaborasi melibatkan pengurangan kesulitan atau biaya dalam melaksanakan permintaan,

dan hal ini sangatlah tepat bila kepatuhan dianggap sulit bagi target. Pertukaran biasanya

berkaitan dengan pertukaran impersonal yang tidak sama keuntungannya, sementara

kolaborasi biasanya berkaitan dengan upaya bersama untuk menyelesaikan tugas atau tujuan.

Daya Tarik Personal

23

Daya tarik personal melibatkan meminta kepada seseorang agar mau melakukan

kebaikan demi persahabatan atau kesetiaan terhadap agen. Taktik mempengaruhi ini tidak

dapat dilakukan bila target tidak menyukai agen atau tidak tertarik dengan yang terjadi pada

agen. Makin kuat rasa persahabatan atau loyalitasnya, maka makin banyak yang dapat

diminta orang itu dari target. Tentu saja, jika kekuasaan berdasarkan referensi sangat kuat,

pendekatan personal seharusnya tidak diperlukan. Pendekatan personal akan dapat digunakan

untuk permintaan yang tidak berkaitan dengan tanggung jawab regular dari target (misalnya,

memberikan bantuan, memberikan bantuan pribadi).

Mengambil Hati

Mengambil Hati adalah perilaku yang membuat target merasa lebih baik terhadap

agen. Contohnya adalah memberikan pujian, melakukan kebaikan yang tidak diminta,

berperilaku menghormati dan menghargai dan berperilaku amat bersahabat. Ketika tindakan

mengambil hati itu dirasakan tulus, maka hal ini akan cenderung menguatkan pandangan

positif dan membuat target lebih bersedia memenuhi keinginan agen. Akan tetapi, mengambil

hati akan dipandang sebagai manipulasi ketika digunakan tepat sebelum permintaan

dilakukan. Untuk itu, mengambil hati tidak akan terlalu berguna untuk upaya mempengaruhi

yang terlalu cepat dibandingkan dengan strategi jangka panjang dalam menjalin hubungan

dengan orang lain (Liden & Mitchell, 1988; Wayne & Ferris, 1990).

Taktik Legitimasi

Taktik legitimasi adalah usaha untuk membangun legitimasi wewenang atau hak

seseorang untuk melakukan suatu tipe permintaan yang penting. Permintaan akan terpenuhi

jika permintaan mempunyai legitimasi dan tepat. Legitimasi tidak akan dipertanyakan jika

permintaannya rutin yang pernah dilakukan dan diselesaikan pada waktu-waktu sebelumnya.

Namun, legitimasi akan dipertanyakan bila Anda meminta sesuatu yang tidak biasa, jika

permintaan berda di luar wewenang apa yang menjadi hak anda.

Ada beberapa tipe taktik legitimasi yang berbeda, sebagaian dari tipe itu cocok satu

sama lain. Contohnya meliputi memberi teladan sebelumnya, memperlihatkan peran

profesionalisme yang diharapkan dan memperhatikan bahwa permintaan disetujui oleh

seseorang yang memiliki wewenang yang teapat.

Tekanan

Taktik dengan tekanan berupa anacaman, peringatan dan tindakan tegas seperti

mengulang permintaan atau sering melakukan pemeriksaan untuk melihat apakah orang lain

menyelesaikan permintaan itu. Taktik dengan tekanan terkadang dapat berhasil memenuhi

permintaan, khususnya bila target malas atau apatis bukan menentangnya dengan kuat. Akan

24

tetapi, taktik dengan tekanan tidak akan menghasilkan komitmen dan taktik ini

mengakibatkan efek samping yang serius. Bentuk tekanan ada yang keras dan ada yang

lunak. Bentuk tekanan yang keras (seperti ancaman, peringatan, tuntutan) akan menyebabkan

kebencian dan merendahkan hubungan kerja. Target mungkin akan berusaha untuk

menghindari Anda, mendiskreditkan Anda, atau membatasi kekuasaan Anda. Terkadang

taktik tekanan yang keras dibutuhkan untuk memperoleh kepatuhan terhadap aturan atau

kebijakan yang penting dalam organisasi, seperti untuk aturan keselamatan dan etika

pekerjaan. Akan tetapi, dalam sebagian besar kasus, bentuk yang lunak (seperti terus menerus

melakukan permintaan, meningkatkan bahwa orang itu berjanji untuk melakukan sesuatu)

akan lebih mendapatkan kepatuhan tanpa merusak hubungan Anda dengan orang lain.

Taktik Koalisi

Taktik koalisi adalah cara mendapatkan bantuan dari orang lain untuk mempengaruhi

target. Pasangan koalisi bisa saja rekan sejawat, bawahan, atasan atau orang luar. Ketika

bantuan diberikan oleh atasan dari target, taktik seperti ini biasanya disebut “pendekatan ke

atas”. Tipe taktik koalisi lainnya adalah menggunakan persetujuan sebelumnya dari orang

lain yang akan membantu, mempengaruhi target agar mau mendukung proposal Anda. Agar

membantu, persetujuan itu harus berasal dari orang yang disukai dan dihargai oleh target.

Taktik koalisi biasanya dikombinasikan dengan satu atau dua bentuk taktik mempengaruhi

lainnya. Sebagai dengan target, dan kedua agen harus menggunakan persuasi rasional untuk

mempengaruhi target.

Tipe Lain Perilaku Mempengaruhi

Sebelas taktik mempengaruhi yang baru dijelaskan digunakan dalam upaya

mempengaruhi proaktif untuk memotivasi orang lain untuk memenuhi permintaan,

melaksanakan tugas, mendukung proposal. Beberapa tipe perilaku mempengaruhi lainnya

lebih reaktif daripada proaktif. Perilaku ini khususnya digunakan setelah target siap untuk

melaksanakan permintaan atau gagal untuk mematuhi atauran dan target siap untuk

melaksanakan permintaan atau gagal untuk mematuhi aturan dan regulasi. Contohnya adalah

memberikan pujian dan penghargaan untuk menguatkan perilaku yang diinginkan dan

menggunakan kekuasaan memaksa untuk menghukum perilaku yang tidak diharapkan.

Perilaku manajerial lain masih mempengaruhi perilaku target terutama dengan lebih banyak

memberi panduan atau memudahkannya daripada memberikan energi kepadanya. Contohnya

adalah memberikan model perilaku yang tepat, memperlihatkan kepada bawahan tentang

bagaimana cara melaksanakan tugasnya, memberikan pelatihan, menentukan prestasi atau

25

standar yang diharpkan, dan memberikan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

tugas. Hanya terdapat sedikit penelitian yang meneliti bagaimana taktik mempengaruhi

proaktif mempunyai hubungan dengan aspek lain dari perilaku kepemimpinan.

KEKUASAAN DAN PERILAKU MEMPENGARUHI

Studi yang menggunakan kuesioner (Hinkin & Schriesheim, 1990; Kapoor & Ansari,

1988) atau peristiwa mempengaruhi (Yuki, Kim & Falbe, 1996) menemukan bahwa

kekuasaan dan perilaku mempengaruhi memiliki bentuk yang berbeda. Akan tetapi,

hubungan antara bentuk kekuasaan yang spesifik, perilaku mempengaruhi yang spesifik dan

hasil mempengaruhi ternyata belum benar-benar dipahami. Terdapat lima tipe efek yang

memungkinkan dan kelimanya tidak mempunyai hubungan timbal balik.

1 3

2

Gambar Efek dari Kekuasaan dan Perilaku Mempengaruhi dari Agen pada Hasil Mempengaruhi

Kekuasaan agen dapat secara langsung mempengaruhi pilihan agen dalam memilih

taktik mempengaruhi (digambarkan dengan panah 1). Beberapa taktik membutuhkan tipe

kekuasaan yang khusus agar efektif dan pemimpin kekuasaan yang relevan akan lebih

mungkin menggunakan taktik ini. Sebagai contoh, taktik pertukaran membutuhkan kekuasaan

memberi penghargaan, dimana agen akan mendapatkan sesuatu yang mempunyai nilai untuk

dipertukaran dengan target. Bentuk tekanan yang kuat seperti peringatan dan ancaman akan

lebih banyak digunakan oleh agen yang menggunakan kekuasaan memaksa terhadap target.

Persuasi rasional akan lebih banyak digunakan ketika agen mempunyai pengetahuan yang

diperlukan untuk menjelaskan mengapa permintaan itu penting dan memungkinkan.

26

Kekuasaan Pemimpin

Perilaku Pemimpin yang Mempengaruhi

Hasil dari Pengaruh

Komitmen

Kepatuhan

perlawanan

Beberapa taktik mempengaruhi mungkin mempunyai efek terhadap sikap atau

perilaku target, tanpa melihat kekuasaan agen. Akan tetapi, sebagian besar usaha

mempengaruhi, akan tampak bahwa kekuasaan bertindak sebagai variabel penengah untuk

meningkatkan atau menurunkan efektivitas taktik yang digunakan oleh agen. Efek penengah

kekuasaan ini (digambarkan dengan panah 2) kebanyakan terjadi pada tipe kekuasaan yang

secara langsung relevan dengan taktik yang digunakan dalam usaha mempengaruhi. Sebagai

contoh, kekuasaan berdasarkan keahlian mungkin akan menengahi pengaruh dari persuasi

rasional. Suatu proposal yang menjelaskan mengapa itu penting untuk mengubah prosedur

operasional akan lebih berhasil jika dilakukan oleh seseorang yang dirasa mempunyai

keahlian yang relevan. Efek menengahi yang serupa barangkali terjadi pada kekuasaan

memberi penghargaan dan taktik pertukaran. Seorang agen yang memiliki kekuasaan tinggi

dalam meberi penghargaan akan mendapatkan lebih banyak keberhasilan menawarkan

sebuah pertukaran daripada agen yang memiliki kekuasaan yang rendah dalam memberi

penghargaan. Perhatikan bahwa persepsi target terhadap kekuasaan agen dalam memberi

penghargaan lebih penting daripada kendali agen yang sebenarnya terhadap penghargaan itu.

Dalam tema film klasik, seorang milyuner yang berpura-pura menjadi pengemis menawarkan

uang banyak kepada orang asing bila mau melakukan sesuatu dan orang asing itu menolak

melakukannya, karena yakin agen itu miskin. Sebaliknya, seorang artis yang berpakaian

bagus, tetapi memiliki sedikit uang, terkadang mampu mempengaruhi orang lain untuk

memberikan kepercayaan dan sesuatu yang bernilai atas harapan (yang tidak dapat

dipenuhinya) yang mereka harapkan yang akan dihasilkan dalam pembelian mendatang.

Juga dimungkinkan bahwa kekuasaan agen dapat memperkuat keberhasilan dari taktik

mempengaruhi di mana kekuasaan tidak relevan secara langsung (juga digambarkan dengan

panah 2). Agen yang memiliki kekuasaan yang kuat berdasarkan referensi mungkin akan

lebih berhasil menggunakan persuasi rasional untuk mendapatkan dukungan atas

proposalnya. Agen yang memiliki kekuasaan memaksa yang kuat mungkin akan lebih

berhasil dalam memperoleh kepatuhan dari pertukaran. Kekuasaan berdasarkan keahlian akan

meningkatkan kredibilitas sebuah permintaan yang tidak berhubungan dengan keahlian agen.

Sebagai contoh, seorang ilmuwan terkenal mempengaruhi orang untuk berpartisipasi dalam

sebuah usaha yang berisiko dari segi keuangan.

Kemungkinan lain (digambarkan dengan panah 3) adalah kekuasaan agen dapat

mempengaruhi target, tidak masalah apakah agen itu melakukan upaya mempengaruhi yang

jelas. Sebagai contoh, orang akan lebih bekerja sama dengan agen yang memiliki kekuasaan

yang besar dalam memberi penghargaan dengan harapan akan mendapatkan penghargaan

27

dimasa depan. Contoh klasiknya diberikan oleh kasus orang bertindak lebih berbeda terhadap

seseorang yang memiliki kekuasaan yang tinggi dalam posisinya, karena mereka sadar

adanya kemungkinan bahwa orang itu dapat mempengaruhi kinerja pekerjaan dan kemajuan

kariernya. Orang tidak akan mengkritik tau melawan agen yang sangat berkuasa, karena

mereka tidak mau mengambil risiko membuat agen itu tidak senang. Orang akan lebih

bekerja sama dengan agen yang mempunyai kekuasaan yang kuat berdasarkan referensi,

meskipun agen itu tidak melakukan apa pun untuk mendorong perilaku demikian.

Hanya ada sedikit penilitian yang menyelidiki hubungan antara kekuasaan dan

pengaruh. Ditemukan hanya ada sedikit bukti tentang usulan bahwa kekuasaan berpengaruh

terhadap cara memilih taktik mempengaruhi. Tidak ada bukti yang mendukung bahwa

kekuasaan menjadi penengah efektivitas dalam suatu taktik mempengaruhi yang spesifik.

Hanya ada bukti berupa anekdot bahwa kekuasaan akan meningkatkan kepatuhan atau

mengubah perilaku target secara independen dari menggunakan taktik yang didasarkan pada

kekuasaan ini. Jelas bahwa pertanyaan penelitian penting ini patut mendaptkan perhatian

lebih.

PENELITIAN MENGENAI TAKTIK MEMPENGARUHI

Sejumlah studi telah dilakukan untuk menguji bagaimana penggunaan taktik

mempengaruhi agen adalah bervariasi tergantung pada arah dari pengaruh itu (seperti, dengan

bawahan, rekan sejawat, atau atasan) dan tujuan dari upaya mempengaruhi itu. Beberapa

studi telah menguji bagaimana taktik berbeda digunakan bersamaan secara kombinasi dan

menurut rangkaian. Studi lainnya telah melakukan penilaian terhadap efektivitas relatif dan

teknik yang berbeda atau kombinasi dari taktik itu. Bagian dari bab ini secara singkat

membahas temuan besar dalam penelitian tentang taktik mempengaruhi.

Perbedaan Arah dalam Menggunakan Taktik Mempengaruhi

Salah satu pertanyaan penelitian adalah apakah manajer dengan menggunakan taktik

yang berbeda tergantung pada status relatif dari agen dan target. Yuki dan Tracey (1992)

mengembangkan sebuah model di mana faktor yang saling berkaitan menentukan pemilihan

taktik mempengaruhi dalam upaya mempengaruhi sebagai berikut : (1) konsisten dengan

norma sosial yang berlaku dan dengan peran yang diharapkan dalam hal penggunaan taktik

dalam konteks itu, (2) agen yang memiliki dasar kekuasaan yang memadai untuk penggunaan

28

taktik dalam konteks itu, (3) kepantasan suatau tujuan upaya mempengaruhi, (4) tingkat

perlawanan target yang ditemui atau diantisipasi, dan (5) akibat dari penggunaan taktik yang

berhubungan dengan kemungkinan keuntungan. Asumsi yang mendasari adalah bahwa

sebagian besar agen akan lebih suka menggunakan taktik yang dapat diterima secara social,

sehingga memungkinkan dalam hal kekuasaan posisi dan personal agen dalam hubungannya

dengan target, taktik yang tidak terlalu berisiko (dalam hal waktu, upaya, hilangnya sumber

daya atau keterasingan target), dan taktik yang akan efektik untuk tujuan utama yang

mengantisipasi level perlawanan target.

Model itu digunakan untuk membuat hipotesis tentang perbedaan arah pada berapa

banyak setiap tpe taktik itu digunakan. Sebagai contoh, ada hipotesis bahwa pertukaran,

tekanan, mengambil hati dan taktik yang memiliki legitimasi lebih banyak digunakan kepada

bawahan dan yang jabatannya sejajar daripada kepada atasan, karena taktik ini lebih

konsisten dengan dasar kekuasaan dan harapan peran untuk atasan yang berhubungan dengan

bawahan daripada untuk bawahan berhubungan dengan atasan. Dukungan pada sebagian

besar hipotesis ditemukan dalam tiga studi yang menggunakan kuesioner survei atas deskripsi

peristiwa mempengaruhi (Yukl & Falbe, 1990; Yukl, Falbe & Young 1993; Yukl & Tracey,

1992). Hasilnya diringkas dalam Tabel. Studi lainnya yang menguji perbedaan arah dalam

penggunaan berbagai taktik mempengaruhi telah menemukan hasil yang cukup konsisten,

dan adanya sedikit ketidaksesuaian akan mencerminkan perbedaan dalam bagaimana taktik

tersebut didefinisikan dan diukur secara operasional. (Gravenhorst & Boonsta, 1998; Erez,

Rim & Keider, 1986; Kipnis et al., 1980; Savard & Roger, 1992; Xin & Tsui, 1996).

Taktik Mempengaruhi dan Tujuannya

Beberapa studi telah berusaha menentukan apakah ada hubungan anatara tujuan dari

upaya mempengaruhi dengan pilihan agen terhadap taktik (Ansari & Kapoor, 1987; Kipnis et

al., 1986; Schmidt & Kipnis, 1984; Yukl, Guiman & Sottolano, 1995). Tipe tujuan utama

yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) memberikan pekerjaan,

(2) mendapatkan bantuan, (3) mengubah perilaku target, (4) mendapatkan persetujuan,

sumber daya atau dukungan politis dan (5) mendapatkan keuntungan pribadi. Hasilnya tidak

konsisten pada beberapa studi yang dilakukan. Beberapa taktik tampaknya digunakan lebih

sering untuk suatu tujuan tertentu, tetapi hubungannya sangat lemah. Persuasi rasional, yang

sejauh ini merupakan taktik yang paling umum, digunakan untuk semua tipe tujuan.

TABEL Ringkasan Hasil Temuan Untuk Taktik Mempengaruhi Yang Spesifik

29

Taktik Mempengaruhi

Arah Dari Penggunaan Taktik

Rangkaian Hasil

Digunakan secare terpisah atau dalam Kombinasi

Efektivitas

Persuasi rasional Lebih sering digunakan untuk semua arah

Lebih banyak digunakan untuk permintaan awal

Sering digunakan untuk kedua arah

Tinggi

Memberi inspirasi

Lebih sering digunakan ke bawah daripada keatas atau sejajar

Tidak ada perbedaan

Tinggi

Konsultasi Lebih sering digunakan ke bawah dan sejajar daripada ke atas

Tidak ada perbedaan

Tinggi

Kolaborasi Lebih sering digunakan ke bawah dan sejajar daripada ke atas

Studinya tidak dilakukan

Tinggi

Pemberian Nilai Lebih sering digunakan ke bawah dan sejajar daripada ke atas

Studinya tidak dilakukan

Sedang

Mengambil hati Lebih sering digunakan ke bawah dan sejajar daripada ke atas

Lebih banyak digunakan untuk permintaan awal

Sedang

Pertukaran Lebih sering digunakan ke bawah dan sejajar daripada ke atas

Lebih sering digunakan untuk tidak lanjut segera

Sedang

Daya Tarik Personal

Lebih sering digunakan ke bawah dan sejajar daripada ke

Lebih banyak digunakan untuk permintaan awal

Sedang

30

atasTaktik Koalisi Lebih sering

digunakan terhadap yang sejajar ke atas daripada ke bawah

Lebih sering digunakan untuk tidak lanjut yang ditunda

Rendah

Taktik Legitimasi Lebih sering digunakan ke bawah dan sejajar daripada ke atas

Lebih sering digunakan untuk tidak lanjut segera

Rendah

Tekanan Lebih sering digunakan ke bawah dan sejajar daripada ke atas

Lebih sering digunakan untuk tidak lanjut yang ditunda

Rendah

Pengaburan tujuan yang tidak dapat dihindari dengan arah mempengaruhi

merumitkan intepretasi hasilnya. Tujuan dari upaya mempengaruhi adalah amat bervariasi

tergantung pada targetnya, apakah bawahan, rekan sejawat, atau atasan (Erez et al, 1986;

Kipnis et al, 1980; Yukl & Falbe, 1990). Perbedaan arah pada tujuan mempengaruhi

konsisten dengan perbedaan kekuasaan posisi dan harapan peran. Sebagai contoh, upaya

untuk membuat penugasan pekerjaan, mengubah cara pekerjaan tersebut dilaksanakan, atau

meminta target untuk bekerja lebih cepat atau lebih baik sering arahnya ditujukan ke bawah

dan paling sedikit yang ditujukan kea rah atas. Upaya untuk memperoleh sumber daya dan

mendapat persetujuan untuk perubahan lebih banyak mengarah ke atas dan hanya sedikit

yang mengarah ke bawah.

Rangkaian Taktik

Upaya mempengaruhi sering melibatkan serangkaian episode mempengaruhi yang

terpisah yang terjadi selama periode beberapa hari atau beberapa minggu. Beberapa taktik

lebih sering digunakan pada awal upaya mempengaruhi dan taktik lain lebih digunakan dalam

upaya mempengaruhi pada tahap tindak lanjut. Model pemilihan takti yang dijelaskan

sebelumnya dapat digunakan untuk menjelaskan perbedaan rangkaian yang digunakan dalam

berbagai taktik mempengaruhi. Secara umum, sangat beralasan untuk berasumsi bahwa pada

awalnya manajer akan memilih taktik yang memungkinkan dapat tercapainya tujuan dengan

dukungan dan pengorbanan yang sesedikit mungkin. Dukungan untuk usulan ini ditemukan

31

dalam studi peristiwa mempengaruhi yang dijelaskan dari persepektif agen atau target (Yulk

et al,. 1993), dan hasilnya diringkas dalam table 6-9. Studi lainnya mengenai berbagai

perbedaan rangkaian telah mendapatkan hasil yang sebagian besar lebih konsisten (seperti,

Savard & Rogers, 1992).

Sebagian besar awal dari upaya mempengaruhi melibatkan sebuah permintaan yang

sederhana atau bentuk persuasi rasional yang relative lemah. Taktik ini mudah digunakan dan

memerlukan sedikit pengorbanan agen. Akan tetapi, jika penolakan target diantisipasi, maka

agen menggunakan bentuk persuasi rasional yang lebih kuat dan taktik yang “lunak” seperti

daya tarik personal, mengambil hati, konsultasi, kolaborasi, dan memberi inspirasi. Dalam

menghadapi penolakan yang terus berlanjut oleh target, agen akan meningkat ke taktik yang

“lebih keras” atau membatalkan upaya jika permintaan tidak seimbang dengan risiko yang

terlibat dalam eskalasi taktik. Tekanan, pertukaran dan koalisin akan banyak digunakan untuk

upaya mempengaruhi tahap tindak lanjut, karena taktik ini memiliki pengorbanandan risiko

yang lebih tinggi.

Efektivitas Taktik Mempengaruhi

Yukl dan Tracey (1992) mengemukakan model untuk memprediksi hasil penggunaan

berbagai taktik mempengaruhi. Efektivitas taktik mempengaruhi terutama digunakan oleh

agen dalam konteks yang tergantung pada beberapa faktor : (1) sejumlah penolakan intrinsik

oleh target dikarenakan oleh sifat permintaan tersebut, (2) taktik yang berpotensi

mempengaruhi sikap target mengenai keinginannya memenuhi permintaan, (3) agen memiliki

dasar kekuasaan yang cukup untuk menggunakan taktik sesuai konteksnya, (4) keterampilan

agen dalam menggunakan taktik, dan (5) norma sosial yang berlaku dan peran yang

diharapkan dalam penggunaan taktik sesuai konteks. Taktik akan lebih berhasil jika target

merasa hal ini menjadi bentuk perilaku mempengaruhi yang dapat diterima secara sosial, jika

agen memiliki posisi dan kekuasaan personal yang cukup untuk menggunakan taktik itu, jika

taktik memiliki kemampuan untuk mempengaruhi sikap target mengenai keinginannya

memenuhi permintaan, jika taktik itu digunakan dengan cara yang terampil, dan jika hal ini

digunakan untuk permintaan yang memiliki legitimasi dan konsisten dengan nilai atau

kebutuhan target.

Beberapa studi telah menguji efektivitas relatif dari taktik mempengaruhi secara

individual (seperti, Thacker & Weyne, 1995; Yulk, Kim & Chavez, 1999, Yukl et al.,1996;

Yulk & Tracey;1992). Beberapa studi yang berbeda menggunakan metode penelitian yang

berbeda (seperti survai, peristiwa kritis, percobaan dilaboratorium), dan studi juga berbeda

dengan kaitannya dengan taktik yang digunakan. Perbedaan antarstudi merumitkan

32

pengintegrasian hasilnya, tetapi beberapa kesimpulan tentatif dapat ditarik tentang efektivitas

setiap tipe taktik mempengaruhi (lihat juga table 6-9)

Persuasi rasional, konsultasi, kolaborasidan memberi inspirasi adalah taktik yang

paling efektif dalam mempengaruhi komitmen target untuk melaksanakan permintaan atau

mendukung proposal. Bentuk persuasi rasional yang kuat ( seperti, proposal yang rinci,

dokumen yang terperinci) akan lebih jauh efektif daripada bentuk persuasi rasional yang

lemah (seperti penjelasan singkat, tuntutan yang tidak didasarkan bukti).

Mengambil hati, pertukaran dan memberi penilaian cukup efektif dalam

mempengaruhi bawahan dan rekan sejawat, tetapi taktik ini sulit untuk digunakan pada upaya

mempengaruhi proaktif terhadap atasan. Agen mempunyai pertukaran yang kecil untuk arah

ke atas, karena sebagian besar pengahargaan atau sumber daya dikendalikan oleh atasan

daripada bawahan. Keberhasilan penggunaan pemberian penilaian membutuhkan

pengetahuan unik tentang kemungkinan keuntungan personal yang berkaitan dengan aktivitas

atau perubahan, dan bawahan hanya mempunyai sumber pengetahuan yanh jumlahnya jauh

lebih sedikit dibandingkan dengan atasan yang dianggap kredibel. Mengambil hati akan

dianggap sebagai manipulasi jika digunakan sebagai bagian dari upaya mempengaruhi

proaktif terhadap atasan. Secara umum, akan lebih efektif menggunakan mengambil hati

sebagai bagian dari strategi jangka panjang dalam membangun hubungan kerja sama daripada

taktik mempengaruhi proaktif.

Pendekatan personal dapat sangat bermanfaat dalam mempengaruhi target dengan

siapa agen itu memiliki hubungan persahabatan. Akan tetapi, taktik ini hanya relevan untuk

tipe permintaan tertentu (seperti, mendapatkan bantuan, mendapatkan kebaikan personal,

mengubah jadwal pertemuan), dan hal ini akan lebih mungkin menghasilkan kepatuhan target

bukannya komitmen.

Tekanan dan taktik legitimasi tidak mungkin menghasilkan komitmen target, tetapi

taktik ini dapat berguna untuk mendapatkan kepatuhan. Seperti yang diperhatikan

sebelumnya, kepatuhan terkadang merupakan satu-satunya hal yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan dari sebuah upaya mempengaruhi.

Koalisi dapat menjadi efektif untuk mempengaruhi rekan sejawat atau atasan untuk

mendukung perubahan atau inovasi, khususnya jika rekan itu menggunakan taktik langsung

seperti, persuasi rasional dan memberi inspirasi. Akan tetapi, penggunaan koalisi tidak akan

efektif untuk mempengaruhi seseorang untuk melaksanakan tugasnya atau meningkatkan

kinerjanya, jika dipandang sebagai usaha mengeroyok target.

33

Secara keseluruhan, hasilnya konsisten dengan usulan bahwa setiap taktik dapat

berguna dalam situasi yang tepat. Beberapa taktik cenderung lebih efektif dibandingkan

dengan yang lain, tetapi taktik yang terbaik tidak selalu menghasilkan komitmen terhadap

tugas dan taktik yang buruk tidak selalu menghasilkan penolakan. Hasil dari upaya

mempengaruhi akan amat terpengaruh oleh faktor lainnya selain jenis taktik tambahan yang

digunakan oleh agen (seperti , kekuasaan dan wewenang dari agen, tipe tujuan

mempengaruhi, merasa bahwa permintaan itu penting, hubungan antara agen dan target, nilai

budaya dan norma dalam penggunaan taktik). Suatu taktik akan menghasilkan penolakan bila

tidak digunakan secara terampil, atau jika digunakan untuk permintaan yang tidak pantas atau

tidak etis.

Efektifitas Kombinasi Taktik

Dari pemabahasan terakhir, taktik yang berbeda dapat digunakan bersamaan untuk

mempengaruhi. Hanya ada sedikit studi yang menguji penggunaan kombinasi taktik dan

beberapa penelitian diantaranya dilakukan dengan meta kategorikan yang abstrak (seperti

takti yang lunak dibandingkan dengan yang keras) bukan taktik yang spesifik (Barry &

Shapiro, 1992; Case, Dosier Murkinson & Keys, 1998; Emans, Klaver, Munduate & Van de

Vliert, 1999; Falbe & Yukl, 1992). Meskipun demikian, beberapa kesimpulan tentatif dapat

diambil dari penilitian-penelitian tersebut. Apakah kombinasi dari dua atau lebih taktik akan

lebih baik daripada satu taktik, sangat tergantung pada taktik apa yang dikombinasikan.

Kombinasi yang efektif tampaknya tergantung pada potensi dari setiap taktik. Sebagai

contoh, efektivitas tekanan akan meningkat bila dikombinasikan dengan persuasi rasional

tetapi tidak meningkat jika dikombinasikan dengan takti legitimasi. Efektivitas kombinasi

taktik juga akan tergantung pada batas dimana taktik komponen tersebut saling cocok satu

sama lain. Taktik yang cocok akan mudah digunakan bersama-sama dan akan saling

meningkatkan efektivitas masing-masing. Persuasi rasional adalah taktik yang paling

fleksibel yang biasanya cocok dengan takti yang lainnya. Beberapa taktik lainnya jelas tidak

saling cocok. Sebagai contoh, taktik tekanan tidak akan cocok dengan pendekatan personal

atau mengambil hati. Untuk mengetahui berhasilnya kombinasi taktik mempengaruhi,

dibutuhkan pengalaman dan ketrampilan yang memadai.

Keterbatasan dari Penelitian mengenai Taktik Mempengaruhi

Penelitian mengenai taktik memepengaruhi memberikan beberpa pemahaman yang

berguna tentang cara menajer mempengaruhi orang lain dalam organisasi, tetapi tetap ada

pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya. Sebagian besar peneliti memperlakukan setiap

upaya mempengaruhi sebagai suatu episode tersendiri, bukannnya sebagai bagian dari

34

rangkaian proses saling mempengaruhi yang berkelanjutan antara berbagai pihak yang

berhubungan. Akibatnya, kita hanya memiliki pemahaman yang terbatas mengenai proses

mempengaruhi dalam organisasi dan implikasinya terhadap kepemimpinan yang efektif.

Penelitian mengenai taktik mempengaruhi proaktif seperti yang dibahas dalam makalah ini

harus diintegrasikan dengan literatur penelitian yang mendalam untuk mengetahui lebih

lanjut cara manajer mempengaruhi orang lain dalam pekerjaannya hukuman kontigensi,

penetapan tujuan, membimbing dan memberi instruksi, model muslihat dan manipulasi dalam

organisasi dan konsekuensi dari paksaan dan bentuk tidak etis dari perilaku mempengaruhi.

35

DAFTAR PUSTAKA

Yukl, Gary. 2015. “Kepemimpinan dalam Organisasi”. Jakarta : PT. Index

36