kenalkan kopi pasuruan sebagai instrumen meningkatkan...

6
29 | 1 | Februari 2017 >> 28 PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA Warta M Kenalkan Kopi Pasuruan sebagai Instrumen Meningkatkan Citra Daerah Lya Aklimawati 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Kopi Indonesia kini semakin dikenal karena keunikan citarasanya. Keunikan kopi tergambarkan dari karakteristik citarasa yang berbeda antar daerah. Perbedaan citarasa inilah yang mendorong stakeholders terutama pemerintah daerah untuk melindungi produk lokalnya dengan Indikasi Geografis. Maraknya dunia bisnis kopi menjadikan Indikasi Geografis sebagai instrumen untuk memasarkan kopi dan meningkatkan citra daerah. Melalui karakter citarasanya, kopi Pasuruan dapat dikenalkan dan sekaligus digunakan sebagai “alat” untuk mengangkat nama daerah ke khalayak luas. daerah. Berbagai kopi specialty Indonesia yang sudah mempunyai brand di pasar internasional meliputi Toraja Coffee, Kallosi Coffee, Java Arabika Coffee, Gayo Coffee, Mandailing Coffee, Lintong Coffee, Bali Kintamani Coffee, Flores Bajawa Coffee, Java Preanger, Baliem Coffee, dan lain-lain. Sebagian besar kopi specialty Indo- nesia umumnya termasuk jenis kopi Arabika. Produksi kopi spesialti tidak hanya berasal dari kopi Arabika, tetapi juga dapat dikembangkan untuk jenis kopi Robusta dengan menghasilkan fine Robusta. Sebagian besar kopi Arabika In- donesia dipasarkan ke segmen pasar khusus (niche market), sehingga harganya lebih tinggi dengan jaminan kualitas yang tentunya lebih tinggi dibanding segmen pasar komersial. Posisi pasar kopi specialty Indonesia harus tetap dipertahankan karena dapat dijadikan sebagai branded product dalam membangun citra Indo- nesia sebagai negara produsen kopi 8) . eluasnya budaya minum kopi di kalangan masyarakat telah menjadikan kopi sebagai “media atau instrumen” untuk meningkatkan citra daerah penghasil kopi kepada khalayak umum. Kopi telah menjadi sorotan bagi para penikmat kopi baik di dalam negeri maupun manca negara melalui citarasanya yang khas. Indonesia sebagai produsen kopi mampu menarik perhatian para penikmat dan penggemar kopi dengan menawar- kan keunikan citarasa kopi Indonesia. Melalui kopi, posisi pasar Indonesia di pasar kopi dunia semakin mantap dan diperhitungkan karena Indonesia telah menghasilkan kopi specialty dari berbagai daerah, mulai dari Aceh hingga Papua. Kopi specialty umumnya dinilai bermutu tinggi, karakter citarasa yang khas dan nilai sejarah tinggi 4) . Kopi specialty juga dikaitkan dengan faktor lokasi geografis yang spesifik sehingga mampu membentuk karakter citarasa yang berbeda antar

Upload: hadieu

Post on 20-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

29 | 1 | Februari 2017

>> 28PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta

M

Kenalkan Kopi Pasuruan sebagaiInstrumen Meningkatkan Citra Daerah

Lya Aklimawati1)

1)Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Kopi Indonesia kini semakin dikenal karena keunikan citarasanya. Keunikankopi tergambarkan dari karakteristik citarasa yang berbeda antar daerah.Perbedaan citarasa inilah yang mendorong stakeholders terutama pemerintahdaerah untuk melindungi produk lokalnya dengan Indikasi Geografis. Maraknyadunia bisnis kopi menjadikan Indikasi Geografis sebagai instrumen untukmemasarkan kopi dan meningkatkan citra daerah. Melalui karakter citarasanya,kopi Pasuruan dapat dikenalkan dan sekaligus digunakan sebagai “alat” untukmengangkat nama daerah ke khalayak luas.

daerah. Berbagai kopi specialty Indonesia yangsudah mempunyai brand di pasar internasionalmeliputi Toraja Coffee, Kallosi Coffee, JavaArabika Coffee, Gayo Coffee, Mandailing Coffee,Lintong Coffee, Bali Kintamani Coffee, FloresBajawa Coffee, Java Preanger, Baliem Coffee,dan lain-lain. Sebagian besar kopi specialty Indo-nesia umumnya termasuk jenis kopi Arabika.Produksi kopi spesialti tidak hanya berasal darikopi Arabika, tetapi juga dapat dikembangkanuntuk jenis kopi Robusta dengan menghasilkanfine Robusta. Sebagian besar kopi Arabika In-donesia dipasarkan ke segmen pasar khusus(niche market), sehingga harganya lebih tinggidengan jaminan kualitas yang tentunya lebihtinggi dibanding segmen pasar komersial. Posisipasar kopi special ty Indonesia harus tetapdipertahankan karena dapat dijadikan sebagaibranded product dalam membangun citra Indo-nesia sebagai negara produsen kopi8).

eluasnya budaya minumkopi di kalangan masyarakattelah menjadikan kopisebagai “media atau

instrumen” untuk meningkatkan citra daerahpenghasil kopi kepada khalayak umum. Kopi telahmenjadi sorotan bagi para penikmat kopi baik didalam negeri maupun manca negara melaluicitarasanya yang khas. Indonesia sebagaiprodusen kopi mampu menarik perhatian parapenikmat dan penggemar kopi dengan menawar-kan keunikan citarasa kopi Indonesia. Melaluikopi, posisi pasar Indonesia di pasar kopi duniasemakin mantap dan diperhitungkan karenaIndonesia telah menghasilkan kopi specialty dariberbagai daerah, mulai dari Aceh hingga Papua.

Kopi specialty umumnya dinilai bermutu tinggi,karakter citarasa yang khas dan nilai sejarahtinggi4). Kopi specialty juga dikaitkan dengan faktorlokasi geografis yang spesifik sehingga mampumembentuk karakter citarasa yang berbeda antar

29 <<29 | 1 | Februari 2017

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta

perkebunan rakyat, sehingga pembudidayaannyabersifat tradisional dan mutu kopi tergolongrendah.

Saat ini, pemerintah daerah telah mem-programkan pengembangan kopi ke beberapadaerah, terutama di sentra-sentra produksi kopiRobusta maupun Arabika. Upaya ini dilakukanuntuk meningkatkan produksi dan mutu kopi yangdihasilkan petani. Sasaran utama pemerintahadalah meningkatkan nilai tambah produk kopimelalui perbaikan mutu dan mekanisme pasar.Pada tahun 2015, perkebunan kopi rakyat diKabupaten Pasuruan seluas 4.458,20 ha dengantotal produksi sekitar 1.283,13 ton2). Berdasarkanluas areal tersebut, pengembangan kopi Robustabelum terpisah secara jelas dengan pengembangan

Potensi Pengembangan Kopidi Pasuruan

Indonesia masih memiliki wilayah potensialuntuk pengembangan kopi Arabika maupun kopiRobusta. Salah satu wilayah yang berpotensiuntuk pengembangan kopi adalah Jawa Timur,khususnya Kabupaten Pasuruan. Sebagai sentraproduksi kopi, Kabupaten Pasuruan dapatdikatakan masih memiliki potensi yang tersembunyiterkait pengembangan kopi. DibandingkanKabupaten Bondowoso dan Malang, kopi dariKabupaten Pasuruan masih kalah bersaing dalammemperluas pangsa pasarnya. Hal ini terkaitketerbatasan akses pasar yang masih dihadapioleh petani. Sebagian besar kopi dikelola oleh

Kopi specialty dari beberapa sentra produksi kopi Arabika di Indonesia

29 | 1 | Februari 2017

>> 30PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta

kopi Arabika. Pembudidayaan kopi tersebar dibeberapa kecamatan dengan sentra produksiutama antara lain Kecamatan Tutur, Purwodadi,Puspo, Purwosari, Lumbang dan Prigen. Sebagianbesar petani masih membudidayakan kopi Robustadan hanya sebagian kecil yang mengembangkankopi Arabika. Belakangan ini, petani mulai melirikuntuk mengembangkan kopi Arabika karenatertarik dengan tawaran harga yang lebih tinggidibanding kopi Robusta. Selama ini petani hanyamengetahui bahwa harga jual kopi Arabika dipasar lokal atau pun di pedagang pengumpultidak berbeda dengan kopi Robusta. Minimnyapengetahuan petani terkait aspek budidaya kopihingga aspek pemasarannya, mencerminkanpetani belum pernah mengikuti pelatihan/pembinaan guna memperbaiki performa kebundan mutu kopinya.

Pada tahun 2015, Dinas Perkebunan danKehutanan (Disbunhut) Kabupaten Pasuruanbekerjasama dengan Pusat Penelitian Kopi danKakao Indonesia (Puslitkoka) untuk meningkatkankapasitas dan pengetahuan petani melalui programpelatihan. Petani dan petugas lapang diberikanpelatihan tentang aspek agronomis, penangananpasca panen, uji citarasa kopi, dan pemasaran.Hal ini dilakukan untuk membuka wawasan petanimengenai prospek komoditas kopi ke depan.Selain program pelatihan, Disbunhut KabupatenPasuruan menjalin kerjasama dengan Puslitkokauntuk memetakan potensi kopi guna mengangkatreputasi kopi Pasuruan. Melalui skema kerjasamaini, beberapa sampel kopi asalan hasil produksipetani diambil untuk dilakukan analisis mutu diLaboratorium Pengujian Pusat Penelitian Kopidan Kakao Indonesia.

Dari segi mutu citarasa, penilaian mutucitarasa kopi Robusta maupun kopi Arabika asalKabupaten Pasuruan tergolong cukup bagus.Profil citarasa positif yang ditemukan padasampel kopi Robusta sangat bervariasi yangmeliputi chocolaty (sensasi rasa coklat), caramelly(sensasi bau gula gosong), spicy (sensasi aromarempah seperti cinnamon, cengkeh dll), cereally(sensasi aroma biji-bijian seperti jagung, kedelai

dll), sweet (rasa manis), buttery (rasa kentalseperti mentega/minyak), dan brown sugar (baugula jawa). Beragamnya profil citarasa positif jugamuncul pada sampel kopi Arabika. Citarasa positifyang sering dijumpai pada kopi Arabika meliputichocolaty (sensasi rasa coklat), herbal (sensasiaromatik seperti tumbuhan/sayuran), spicy(sensasi aroma rempah seperti cinnamon,cengkeh dll), dan nutty (sensasi aroma kacangpanggang). Kedua jenis kopi (Robusta danArabika) asal Pasuruan tersebut memilikikesamaan karakter citarasa chocolaty dan spicy.

Meskipun citarasa positif kopi bervariasi,tetapi kopi asalan dari petani juga ditemukancacat rasa. Beberapa cacat rasa yang ditemukanpada kopi Robusta meliputi harsh (rasa getir),coffee pulp (bau kulit/daging buah kopi (pulp),sensasi aroma asam), dan earthy (bau tanahsegar/basah). Sementara pada kopi Arabika,cacat rasa yang ditemui meliputi dried fruit (baubuah kering), winey (bau minuman anggur),astringent (rasa sepat/kelat), liberoid (bau buahnangka, asam, dan kulit kopi terfermentasi), greenish(bau dedaunan segar, kacang-kacangan segar,rumput segar, buah mentah), dan coffee pulp(bau kulit/daging buah kopi (pulp), sensasi aromaasam). Cacat-cacat citarasa kopi asalan tersebutdapat dikurangi melalui perbaikan metodepengolahan hulu, pemetikan buah secara selektif,proses penjemuran, dan penyimpanan kopi yangbaik.

Penilaian citarasa terhadap kopi Robusta,kopi asalan di tingkat petani memiliki nilai citarasamencapai nilai 80. Kopi asalan tersebut berasaldari Desa Gerbo, Desa Tambaksari, Desa Puspodan Desa Ledug. Nilai citarasa kopi Arabika jugatidak kalah dengan nilai citarasa kopi Robusta,karena nilainya juga dapat mencapai nilai 80.Kopi Arabika tersebut diambil dari petani kopi diDesa Tambaksari dan Desa Dawuhan Sengon.Nilai citarasa melebihi nilai 80 memberikanpeluang kopi Robusta maupun kopi Arabika asalPasuruan untuk dikembangkan sebagai produkkopi dengan mutu citarasa yang khas.

31 <<29 | 1 | Februari 2017

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta

Ledug: 81,75

Puspo: 81,125

Jatiarjo: 79,125

Tambak Sari: 77,75

Tutur: 78,25

Tambak Sari: 83

Gerbo: 80

Kode

con

toh

Nilai citarasa

65 70 75 80 85

Robusta 7

Robusta 6

Robusta 5

Robusta 4

Robusta 3

Robusta 2

Robusta 1

Sumber Rejo: 70,88

Dawuhan Sengon: 82,63

Tambak Sari: 80

Ledug: 75,13

Kode

con

toh

Nilai citarasa

65 70 75 80 85

Arabika 4

Arabika 3

Arabika 2

Arabika 1

Nilai citarasa kopi Robusta asal Pasuruan di beberapa desa

Nilai citarasa kopi Arabika asal Pasuruan di beberapa desa

29 | 1 | Februari 2017

>> 32PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta

Pembentukan Citra KopiPasuruan di Mata Publik

Dalam menggarap komoditas kopi ke depan,Pemerintah setempat mulai membentuk citramerek (brand image) untuk mengenalkan kopiPasuruan kepada khalayak luas. Tujuan jangkapanjangnya adalah menarik pembeli-pembelipotensial dan menjalin kerjasama kemitraankhususnya eksportir. Dengan demikian, petani kopiakan mendapatkan akses pasar dan nama kopiPasuruan akan terangkat. Pembentukan citrayang positif berperan sangat penting dalampemasaran produk kopi. Berdasarkan definisinya,citra diartikan sebagai seperangkat keyakinan,kepercayaan, ide, kesan, dan persepsi yangdimiliki seseorang atau konsumen terhadap suatuproduk4). Melalui pembangunan citra, kopi Pasuruandapat menarik pembeli potensial baru, mem-pertahankan pelanggan lama, dan membuat parakonsumen membayar lebih mahal atas produkkopi tersebut. Dengan konsep citra positifterhadap produk kopi, pemerintah setempatbersama petani dapat mengenalkan dan memasar-kan produk kopi dengan mengedepankan mutukopi terutama mutu citarasa. Sebab, unsur yangmelekat pada citra dan mampu mencuri perhatiankonsumen adalah mutu kopi itu sendiri. Keunikancitarasa kopi yang ditawarkan akan mendorongkonsumen untuk membeli produk tersebut.

Berbicara membentuk citra, petani memangharus memperhatikan aspek mutu karena petanisebagai tangan pertama yang memproduksi kopi.Mutu kopi yang dapat memenuhi dan bahkanmelebihi harapan konsumen akan meningkatkannilai jual produk kopi tersebut. Dengan kata lain,mutu merupakan aspek yang perlu mendapatperhatian besar dalam membangun citra.Sementara itu, citra diperlukan untuk menggugahrasa ketertarikan konsumen dalam membeli kopidari suatu daerah. Berkaitan dengan citra daerah,eksistensi Indikasi Geografis (IG) dalam memeta-kan dan memberikan perlindungan produk kopidari suatu daerah semakin berkembang. Beragamkopi Indonesia yang telah terdaftar sebagai produkIG meliputi kopi Kintamani Bali, kopi Flores Bajawa,kopi Java Preanger, kopi Gayo, kopi Toraja, dansebagainya. Perkembangan IG untuk melindungiproduk daerah tersebut dapat dijadikan sebagai

salah satu strategi branding dalam mengenalkankopi Pasuruan di mata publik.

Pemahaman produk IG pada dasarnya belumdiketahui oleh masyarakat luas. Pemberian labelIG umumnya ditujukan untuk semua barangdengan mutu, reputasi atau karakteristik tertentuyang dipengaruhi oleh asal geografis produktersebut. Dalam rantai perdagangan kopi, IGdigunakan sebagai instrumen promosi ataustrategi pemasaran produk untuk meningkatkanreputasi produk maupun kemampuan ekonomidaerah. Dengan melihat potensi kopi Pasuruan,implementasi IG memegang peran penting bagiprodusen lokal, dalam hal ini petani, untukmemberikan perlindungan terhadap nama asalproduk, menghindari perdagangan tidak sehatmelalui sistem keterunutan, dan memasuki segmenpasar tertentu. Perlindungan tersebut terwujuddalam bentuk “label” yang menunjukkan bahwaproduk IG merupakan produk milik masyarakatdi daerah tersebut.1,3,5,6)

PenutupKeberagaman kopi Indonesia yang telah

memiliki reputasi di mata konsumen mancanegara, mendorong pemerintah daerah utamanyasentra produksi kopi untuk melindungi produknyamelalui skema Indikasi Geografis. Peran IndikasiGeografis menjadi penting terutama bagi petanimaupun Pemerintah daerah dalam mengangkatcitra produk dan daerah asal produk. KeberadaanIndikasi Geografis ini berpotensi untuk digunakansebagai instrumen promosi produk kopi Pasuruandan sekaligus mengenalkan Pasuruan sebagaidaerah penghasil kopi dengan karakter citarasakopi yang khas. Selanjutnya, kopi Pasuruandijadikan “alat” untuk menggugah ketertarikankonsumen kopi dan meningkatkan citra daerah.

Sumber Pustaka

1)Arnawa, I.K.; N.G.A.G.E. Martiningsih; I.M. Budiasa &I.G. Sukarna (2010). Peningkatan kualitas dankuantitas kopi Arabika Kintamani dalam upayameningkatkan komoditas ekspor sektor perkebunan.Majalah Aplikasi Ipteks Ngayah, 1, 63-70.

2)Disbunhut Pasuruan, (2015). Luas areal dan produksikopi di Kabupaten Pasuruan. Dinas Perkebunandan Kehutanan Kabupaten Pasuruan. Jawa Timur,Indonesia.

33 <<29 | 1 | Februari 2017

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAWarta

3)Dradjat, B.; A. Agustian & A. Supriatna (2007). Ekspordan daya saing kopi bij i Indonesia di pasarinternasional: Implikasi strategis bagi pengembangankopi biji organik. Pelita Perkebunan, 23, 159-179.

4)Djulaeka; Y.W. Harimurti & M. Zulkifli (2014). Tantangandaerah dalam upaya perlindungan indikasigeografis. Prosiding SNaPP (Seminar NasionalPenelitian dan Pengabdian ) bidang Sosial,Ekonomi dan Humaniora, vol. 4, p. 259-264.Indonesia: Bandung.

5)Ellyanti; A. Karim & H. Basri (2012). Analisis indikasigeografis kopi Arabika Gayo ditinjau dari rencanatata ruang wilayah kabupaten. Agrista, 16, 46-61.

6)Irianto, H.E. (2011). Strategi pengembangan produkindikasi geografis berbasis komoditas perikananbudidaya. Prosiding Forum Inovasi TeknologiAkuakultur, p. 1059-1068. Indonesia: Bali.

7)Kotler, P. (2000). Marketing Management. The MilleniumEdition. New Jersey: Prentice Hall International,Inc.

8)Mayrowani, H. (2013). Kebijakan penyediaan teknologipascapanen kopi dan masalah pengembangan-nya. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 31, 31-49.

**0**