ken l kev (autosaved)

26
KENNY "Ken!!! Apa yang... Ya Tuhan! Apa yang terjadi sama kamu!" Yeah, i thought this would happen. Kenny yang baru tiba di rumahku segera berhamburan saja mencapaiku saat matanya jelas mendapati tubuhku dalam kondisi babak belur begini. "Hehe, hanya sedikit sial di pagi hari." Raut khawatirnya terlihat jelas. Ia memperhatikan sekujur tubuhku dari ujung rambut sampai kaki. "Bagaimana kejadiannya?" "Sebenarnya ini salahku juga... tadi..." Singkatnya aku kemudian menuturkan kembali bagaimana semua ini terjadi pada Kevin. Bagaimana aku tertabrak hingga di tolong kak Mulan kemari. Aku hanya tersenyum menanggapi betapa sewotnya Kevin yang mengomeliku tanpa henti. "Jadi... Kamu sampai babak belur begini cuma karena nolongin anak anjing ini? Ya Tuhan..." "Hehe, tapi kamu lihat deh... dia lucu sekali kan? Aku tak rugi sepenuhnya." * Aku terbangun malam hari merasakan dada bagian kiriku sakit sekali. Seperti koyak dari dalam. Ada apa ini? Padahal sampai sebelum tidur tadi sakitnya sudah jauh berkurang. Terasa jauh lebih nyaman lagi dengan obat yang diberikan tadi pagi. Tapi sekarang, aku sampai menahan nafas merasakan sakit yang teramat sangat. Menjalari dada bagian kiriku. Dapat kurasakan

Upload: renly-yohanis-r

Post on 20-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jyghhvbcxcv

TRANSCRIPT

Page 1: Ken L Kev (Autosaved)

KENNY

"Ken!!! Apa yang... Ya Tuhan! Apa yang terjadi sama kamu!"

Yeah, i thought this would happen. Kenny yang baru tiba di rumahku segera berhamburan saja mencapaiku saat matanya jelas mendapati tubuhku dalam kondisi babak belur begini.

"Hehe, hanya sedikit sial di pagi hari."

Raut khawatirnya terlihat jelas. Ia memperhatikan sekujur tubuhku dari ujung rambut sampai kaki.

"Bagaimana kejadiannya?"

"Sebenarnya ini salahku juga... tadi..."

Singkatnya aku kemudian menuturkan kembali bagaimana semua ini terjadi pada Kevin. Bagaimana aku tertabrak hingga di tolong kak Mulan kemari.

Aku hanya tersenyum menanggapi betapa sewotnya Kevin yang mengomeliku tanpa henti.

"Jadi... Kamu sampai babak belur begini cuma karena nolongin anak anjing ini? Ya Tuhan..."

"Hehe, tapi kamu lihat deh... dia lucu sekali kan? Aku tak rugi sepenuhnya."

*

Aku terbangun malam hari merasakan dada bagian kiriku sakit sekali. Seperti koyak dari dalam. Ada apa ini? Padahal sampai sebelum tidur tadi sakitnya sudah jauh berkurang. Terasa jauh lebih nyaman lagi dengan obat yang diberikan tadi pagi.

Tapi sekarang, aku sampai menahan nafas merasakan sakit yang teramat sangat. Menjalari dada bagian kiriku. Dapat kurasakan airmataku keluar dengan sendirinya, sakit ini sungguh tak tertahankan.

"Ke...Kevin... Kevin..."

Kevin yang tidur di sofa sepertinya terlelap sangat dalam. Aku berusaha membangunkannya dengan seruan-seruan kecilku. Sambil menahan sakit yang begitu menusuk.

"Kevin... Tolong..."

Page 2: Ken L Kev (Autosaved)

Rasa sakit yang mengguncangku ini perlahan membawa pergi kesadaranku. Rasa sakit ini perlahan menghilang seiring pandanganku yang kian gelap. Kian gelap hingga aku tak bisa melihat apapun. Dapat kudengar dengan samar seruan Kevin yang berusaha membangunkanku...

"Ken?! Kenny? Kamu kenapa? Ada apa....."

Sebelum kesadaranku sepenuhnya hilang.

*

"Ken... Kenny?"

"Kenny? Bangun dek... Ini kakak dek, Kev ayo panggilkan dokter.”

Perlahan mataku terbuka, rasanya tubuh seperti tak bertulang saja. Letih sekali. Pendengaranku disambut dua suara lelaki. Yang ku kenal dengan baik keduanya.

Mindaku memutar kembali apa yang terjadi padaku sebelumnya. Kecelakaan kecil, sampai kehilangan sadarku semalam.

"Kak... Kevin."

Sudah ada kak Leo dan Kevin di sampingku. Aku coba tersenyum walau sisa-sisa rasa sakit itu masih menyerang walau tak seintens sebelumnya.

“Kak haus…” Tenggorokanku rasanya kering sekali.

“Haus dek, se…sebentar, ini airnya.” Kak Leo memberikan air putih lewat sedotan ke mulutku.

Tak lama berselang Kevin datang dengan seorang dokter dan suster. Suster mengecek kembali infus, dan tranfusi darah yang di pasangkan padaku. Dokter mengecek suhu tubuhku, juga memeriksa dadaku dimana lokasi luka tadi.

“Syukurlah mas Kenny sudah sadar, ini lebih cepat dari perkiraan kami. Pak Leo, kondisi adik anda sudah terkendali sekarang. Tapi tolong kalau bisa untuk beberapa hari ke depan mas Kennynya harus di rawat inap dulu untuk di pantau. Jangan sampai ada infeksi. Tapi overall, pemulihannya sudah bagus.”

Kak Leo menghela nafas berat, lalu tersenyum dan berterima kasih pada pak dokter. “Terima kasih, dok.”

Page 3: Ken L Kev (Autosaved)

“Kalau begitu kami permisi dulu, semuanya. Kalau ada perkembangan langsung hubungi kami.”

“Iya dok, terima kasih.”

Ku pandangi Kevin di samping kak Leo, seperti ini berlaku banyak. Memberikan perhatannyannya, tapi semua tertahan karena keberadaan kak Leo. Kak Leo belum tahu seperti apa hubungan kami. Bahkan kenyataan bahwa aku juga menyukai sesama lelaki. Aku belum berani mengutarakannya. Aku coba tersenyum, mengisyaratkannya untuk sedikit bersabar.

Tenggorokanku terasa lumayan membaik setelah menelan beberapa mililiter air dari sedotan itu.

“Kevin udah cerita semuanya, apa yang terjadi sama kamu kemarin. Oh ayolah dek, ini kebiasaan kamu sejak kecil. Ini bukan yang pertama kamu celaka cuma gara-gara menyelamatkan anak anjing.”

“Hmmp, aku nggak bisa kak. Kalau terlambat sedetik saja, anak anjing itu pasti sudah mati. I can’t let it.”

“Gosh, pokoknya lain kali lebih hati-hati. Lagian kenapa tidak pakai mobil ke kampusnya?”

“Lagi di bengkel kak mobilnya, niatnya mau naik bus dekat situ. Tapi nemu anak anjing lucu itu.”

Kak Leo menyuapiku sarapan setengah jam kemudian. Kevin dengan susah hati pamit untuk mengikuti kuliah. Aku melarangnya bolos dengan sangat hanya untuk menjagaiku di rumah sakit. Lagipun ada kak Leo yang menjagaku.

Pintu ruanganku di ketuk beberapa menit setelah Kevin pergi. Kak Mulan.

“Kenny! Ya Tuhan… Kenapa bisa seperti ini lagi. Bukannya kemarin sudah membaik.” Seru Kak Mulan gusar, mendekati kami. Lalu kemudian sedikit salah tingkah menyadari kalau aku tak sendiri di ruangan ini, ada kak Leo.

Kak Leo mengernyit ke arahku lalu berbisik, “Girlfriend?”

“Kenny udah nggak apa-apa kok kak Mulan, kemarin tengah malam nggak tau kenapa kumat lagi sakitnya, sakit banget! Tapi udah di tangani kok, katanya di operasi kecil tadi.”

Page 4: Ken L Kev (Autosaved)

“Operasi?” Kak Mulan makin terperanjat.

“Cuma… Aww…” Tiba-tiba nyerinya menyerang sejenak, menghentikan ujaranku.

“Ehm, kata dokter ada inner bleeding skala kecil di lokasi luka dalamnya, darahnya nekan sobekan di luka itu makannya Kenny kesakitan. Operasinya buat ngeluarin gumpalan darah itu. Udah kok, udah aman… Mmm, anyway anda…”

“Aa… I…ini kak Mulan kak, kenalin… kakak ini yang nyerempet aku kemarin pagi.”

Seketika raut wajah kak Leo berubah, sebelum ku lanjutkan kalimatku.

“Tapi, kak Mulan bertanggung jawab atas semuanya kak sejak kemarin. Pengobatanku, sampai di antar pulang ke rumah lagi kak. Tolong jangan dimarahi ya kak.”

“Sa…saya sangat menyesal, saya minta maaf atas keadaan adik anda. Saya tidak menyangka akan separah ini.” Kak Mulan tak kuasa menahan tangis.

Aku agak jengah dengan suasana ini, diam untuk beberapa saat. Aku juga bingung harus berujar apa.

Kak Leo menarik nafas dalam-dalam, lalu berujar.

“Hmmp, yang terpenting kondisi Kenny sekarang sudah baik-baik saja. Saya tidak mempermasalahkannya lagi.”

“Sa…saya berjanji akan menangani segala biaya pengobatan adik anda. Saya, saya juga punya seorang adik, dengan kondisi yang tak jauh beda dengan Kenny sekarang. Saya sangat menyayangi dia, saya tidak bisa memaafkan diri saya jika sampai ada adik orang lain yang bernasib sama dengan adik saya, dan itu karena kelalaian saya.”

Kak Mulan berujar panjang, kali ini ku tangkap sorot mata Kak Leo yang terpaku menatap Kak Mulan. Aku tersenyum dengan hati berfantasi andai mereka berdua menjadi sepasang kekasih.

***

Sore yang sepi, sudah hampir hari aku di rawat di rumah sakit ini. Aku bosan…

Super bosan…

Page 5: Ken L Kev (Autosaved)

Kupandangi layar ponsel berharap mendapat satu saja sambungan panggilan. Entah dari Kevin, Kak Leo or anyone. Siapapun!

Waktu menunjukan pukul empat sore, lewat sedikit saat akhirnya ku putuskan beranjak dari ruangan ini. Sakit di dadaku masih terasa, tapi sudah jauh berkurang dari dua hari lalu. Tapi bosan yang merejamku sudah tak tertahan lagi, aku harus melihat sesuatu selain ruangan ukuran empat kali empat meter ini di sisa hari ini.

Dengan usaha susah payah akhirnya aku berhasil berdiri tegap di samping ranjang. Dengan hati-hati aku melangkah keluar, menjinjing kateter dengan infus tergantung di sana. Transfusi darah sudah di cabut kemarin sore, I’m already better now.

Ini pertama kalinya aku keluar kamar semenjak dua hari lalu. Baru sadar kalau kamarku ini tak berada di lantai dasar, entah berapa tingkat di atasnya. Rumah sakit ini yang terbesar di kotaku, sepertinya aku di lantai teratas. Aku ingat rumah sakit ini, berarti ini lantai lima. Akhirnya aku menikmati juga rumah sakit mewah ini. Haha, tapi harus dengan tragis seperti ini. Naas memang. Satu ide terbersit di benakku, ide gila yang selalu menjadi pelampiasanku jika sedang stres atau bosan. Situasinya sedang pas sekarang.

Aku mau menikmati senja di rooftop rumah sakit ini.

*Aku menggunakan tangga, karena memang ini lantai terakhir rumah sakit ini. Aku sadar, kondisiku yang belum pulih benar membuat menaiki tak lebih dari limabelas anak tangga saja sudah membuatku ngos-ngosan.

Tapi yang di sajikan rooftop rumah sakit ini sebanding dengan lelah yang kurasa. Pantulan sinar surya senja begitu indah dari puncak sini. Dari sini juga terlihat cukup jelas hiruk-pikuk sebagian daerah kota kami di sore hari. Bagiku ini sangat indah.

Ku keluarkan ponsel flip ku mengambil beberapa foto diriku di terpa angin dan pantulan sinar senja dari atas gedung ini. Puas memotret aku melangkah sedikit ke tepi lalu memandang ke bawah, lalu kemudian sedikit merinding mendapati betapa tingginya gedung ini. Padahal hanya enam lantai saja.

“Brug!” aku tersentak mendengar suara seperti sesuatu terjatuh di dekatku.

Semakin kaget mendapati kalau aku tak sendiri di atas sini.

Page 6: Ken L Kev (Autosaved)

Yang terjatuh tadi bukan lah sesuatu, tepatnya seseorang. Seorang pemuda dengan baju pasien sama sepertiku. Hanya saja tidak menjinjing tiang infus kemari. Aku berinisiatif membantunya.

“He…hey, kamu baik-baik aja?”

Ia bereaksi begitu terkejut mendengar suara lain menyambutnya kala terjatuh. Ia sepertinya juga tak menyadari keberadaanku di sini.

“Mari ku ban…”

“Kalungku… kalung… kalungku!” Ia tiba-tiba mulai histeris sambil mencari-cari sesuatu dari dadanya.

Langkahku yang ingin membantunya pun langsung terhenti melihat yang ia lakukan ketika sadar kalungnya menghilang. Tubuhnya tersungkur ke lantai lalu serampangan tangannya bergerak kesana kemari menyapu lantai beton yang kotor itu. Pandangannya tak tertuju dimana tangannya berada. Tapi seru gelisahnya perlahan menjadi makin keras hingga seperti raungan.

Ia ternyata buta. Tak mampu melihat apapun di sekitarnya.

Menyadari keadaanku, aku berinisiatif ikut mencari benda itu. Tak langsung merunduk karena sakit di dadaku masih cukup terasa hingga hari ini, hanya mataku yang bergerak mencarinya.

Dapat, aku menemukannya beberapa hasta dari titik pemuda ini berjongkok mencarinya serampangan.

“Ini, aku menemukannya.” Segera kuberikan padanya begitu berhasil kugapai.

“Kalungku…” ia mengambilnya dengan cepat lalu memeluknya. “Ayo… aku bantu berdiri… Tenang saja, aku tak akan menyakitimu. Aku juga pasien disini kok.” Anak itu awalnya masih berusaha menghindar saat aku membantunya bangkit, tapi perlahan kudapatkan juga kepercayaannya.

Aku mengambil sesuatu lagi dari lantai yang terjatuh darinya saat tengah sibuk mencari kalung tadi.

“Hmm, ini satu lagi yang jatuh. Mp3 playermu…”

“Te…terima kasih…” di ambilnya dengan enggan. Aku tersenyum melihat ekspresinya, bahkan untuk ukuran orang buta wajahnya begitu polos. Teduh tapi terlihat rapuh.

Page 7: Ken L Kev (Autosaved)

“Kamu sudah mau pergi? Tidak apa-apa sendiri? Apa perlu…”

“A…aku masih ingin disini, menikmati senja.”

“Wah, sama dong. Kamu, sudah sering kemari? Apa tidak takut?”

Kami melangkah bersama ke arah barat, tepat memandangi mentari yang sebentar lagi terbenam.

“Awalnya juga takut, tapi aku bosan… tiap sore terbangun dalam sepi tak ada yang menjenguk, kakakku masih harus kerja sampai jam setengah tujuh malam.” Jeda sejenak, lalu ia tersenyum sambil mengantongi kalung yang jatuh tadi. “Berbekal pengetahuan singkat tentang gedung ini semasa aku masih melihat dulu, aku naik kesini. Ternyata segar dan menenangkan sekali… hingga kini, sudah hampir tiga minggu semenjak aku dirawat disini tanpa sepengetahuan kakak aku menghabiskan senja disini.”

Tanpa sadar aku termenung memandangnya, anak ini berujar begitu pelan dengan nada rendah hingga kalimat panjang itu terasa begitu lama untuk selesai.

“Eh… anyway… namaku Kenny, kamu?” ia sedikit tersentak lagi mendapati tanganku menjabat tangannya untuk berkenalan.

“A.. Nathan, panggil saja Nathan.” Ujarnya masih dengan kaku.

“Good name, hopefully we can be friends dude.” Ujarku bersemangat, hanya dibalas senyuman olehnya.

Kami kemudian menikmati sunset bersama dengan mengobrol banyak hal. Aku menceritakan kronologis bagaimana akhirnya aku bisa di rawat disini, dan tanpa ku duga Nathan mau menceritakan pengalaman pahitnya yang menimpanya hingga membuatnya kehilangan penglihatan hingga sosok ayah yan begitu ia sayang. Aku jadi semakin iba dengan lelaki ini.

“Tapi aku tak mau berlarut-larut dalam sedih lagi. Hidup harus terus ku jalani bagaimana pun keadaanku sekarang.” Ujarnya beberapa detik setelah matahari sepenuhnya tenggelam di ufuk barat.

“Betul itu! Banyak hal yang bisa kita lakukan di dunia, dan keterbatasan apapun tak dapat menghalanginya! Hehe, aku jadi malu nih sama kamu. Aku yang baru mendapat musibah kecil begini saja sudah sering mengeluh.”

“Ya, memang semua ada hikmahnya. Aku jadi memahami betapa berartinya hidup ini saat semuanya tak dapat ku lihat dan ku nikmati dengan mata. Betapa berharganya hidup itu.”

Page 8: Ken L Kev (Autosaved)

“Waw, super words mas bro! haha…”

Baru sebentar kami kenal langsung saja akrab seperti ini. Ya, anak ini memang asik di ajak bertukar pikiran. Dan satu statement terakhirnya membuatku kian takjub.

“Lagipula, sekarang aku masih punya lelaki yang sangat ku cintai.” Ujarnya ringan tanpa beban. Aku tercengang.

“Lelaki? Maksudmu ayah?”

“No, hehe… Semoga kamu nggak kaget dan ngejauhin aku ya… Hmm, yang ku maksud ya… lelakiku, dia dulu mantan kekasihku yang kusia-siai. Kini dia kembali, dan memberi semangat untukku menjalani hari-hari kedepan.” Ia tersenyum memandangku.

Aku terdiam. Baru kali ini ada lelaki gay yang dengan mudahnya memberitahukan ‘keistimewaan’nya pada lelaki lain dengan santai. Baru kali ini.

“Ken? Hmmp, kamu jijik ya… sama aku?” Wajahnya berubah agak murung.

“Ah, no… Than, nggak kok… aku… aku Cuma takjub aja ada cowok gay yang dengan mudahnya come out about his self ke lelaki lain dengan mudah. Aku no problem kok, te..temanku banyak yang gay.”

Aku mengurungkan niatku untuk juga mengakui kalau aku memiliki kesamaan rasa dengannya. Menyukai sesama lelaki, ya walau satu-satunya dan lelaki pertama yang membuatku jatuh hati adalah Kevin. Rasanya sudah terlalu jauh untuk aku dan Nathan saling mengetahui sejauh itu. Mungkin akan, tapi belum sekarang.

*

Kami turun dari roof saat langit benar-benar sudah gelap. Aku mengantar Nathan kembali ke kamarnya yang ternyata berada di lantai yang sama dengan kamarku. Hanya saja dia di ujung lain koridor, dan aku di ujung satunya lagi. Koridornya cukup panjang.

Aku mengantar Nathan sampai ke kamarnya.

“Thanks ya Ken, semoga kita bisa jadi teman terus!” ujar Nathan penuh semangat.

“Iya Than, pasti. Aku permisi ya…”

Page 9: Ken L Kev (Autosaved)

“Iya…”

“Jonathan! Ya Tuhan kamu dari mana aja? Kakak cariin dari tadi nggak ada! Eh, Kenny kok?”

Tiba-tiba seorang wanita menghampiri kami saat aku siap bergegas pergi. Aku kenal suaranya. Kak Mulan. Ia yang panik makin kaget mendapati aku bersama Nathan.

“Ehm, Nathan Cuma jalan-jalan sebentar kak… nggak jauh kok…”

“Kalian, sudah saling kenal?”

“Kakak, kenal sama Kenny?”

Kami bertiga tercengang dengan kebetulan yang begitu apik tersusun ini, seperti skenario saja.

:/

KEVIN

Aku tak bisa konsen dengan mata kuliah struktur bangunan air yang dijelaskan bu cindy dari tadi. Berbuah beberapa menit lalu, aku harus menanggung malu mendapat kritikan pedas dari dosen menyebalkan itu karena tak bisa mengerjakan soal di depan. Buyar, angka dan rumus yang di pelajari sejak nyaris dua jam lalu tak ada yang tersinggah di mindaku.

Pikiran tertuju ke tempat lain. Sebuah rumah sakit dengan dua sosok yang begitu ku sayangi terbaring sakit di sana. Aku hampir gila saat mendapati Kenny mengerang kesakitan dengan sangat di tengah malam, dan benar-benar menjadi frustasi saat sadar, kak Leo membawanya di rawat di rumah sakit yang sama dengan tempat Jonathan berada.Kenny dan Jonathan, dua lelaki yang tengah bertahta di hatiku sekarang. They trapped me equally. Tak ada yang saling mengalahkan, atau saling mendahului. Mereka silih berganti mengisi pikiranku sekarang.

*

Bermenit seusai kelas berakhir, aku ditemani Nino berteduh sebentar di taman kampus.

“Kamu serakah jika memposisikan mereka seperti itu.” Ujar Nino sembari menatapku tajam.

Page 10: Ken L Kev (Autosaved)

“Tapi, aku… nggak bisa memilih. Aku lebih memilih sebelah telingaku di potong daripada di suruh milih satu dari mereka. Sungguh, aku nggak bisa.”

“Dan kamu akan menyakiti mereka bersamaan kalau begitu. No doubt of it.”

Telak. Kalimat Nino itu menusukku hingga ke relung hati terdalam. Ia benar, aku akan menyakiti keduanya jika tak ku pilih salah satu dari mereka. Di satu sisi aku mulai mencintai dan begitu membutuhkan sosok lembut Kenny dengan segala perlakuannya, membuatku merasa menjadi begitu berharga. Di sisi lain, Jonathan kembali datang dan entah bagaimana menghidupkan kembali rasa yang sempat kami bangun bertahun silam. Menyadari begitu aku masih menyayanginya, terlebih saat mendapatinya dalam keadaan tak berdaya seperti ini.

“Jangan terlalu lama, cepatlah sadari siapa yang benar-benar bertahta di hati kamu. Mungkin salah satu dari mereka Cuma sensasi sesaat yang hinggap di hati kamu. Jangan sampai menyakiti yang lain terlalu jauh.”

Aku kian terdiam. Tanya dalam hati, siapa yang terbaik di antara mereka berdua? Siapa yang benar-benar ku cintai?

“Tapi, aku menyayangi mereka berdua…”

“Sayang, tentu. Aku pun menyayangimu Kev, sebagai sahabatmu. Kakakmu menyayangimu, sebagai adiknya. Salah satu dari mereka, pastilah ada yang kau sayangi hanya sebagai sahabatmu… dan yang sebagai kekasih, pemilik hati kamu.”

Aku terbahak kecil melihat cara Nino menuturkan kalimat nasehatnya yang terakhir ini. Seperti biasa dia begitu puitis dan lucu. Aku tak sanggup membayangkan bagaimana reaksinya jika tau dua insan yang sedang kita perdebatkan sejak tadi ini adalah lelaki.

“Eh, No… hape kamu getar tuh!”

“Mana Kev? Ambilin dong mintol, lagi seru ini mainnya.”

Aku hanya menggeleng kepala, kebiasaan Nino kalau sedang asik dengan game laptopnya tak bisa diganggu bahkan oleh telepon penting sekalipun.

“One message received from, My Love.” Ujarku membaca notif di layar ponsel Nino.

Nino terdiam sejenak lalu tiba-tiba membelalak seraya merebut ponselnya dari tanganku.

Page 11: Ken L Kev (Autosaved)

“Ya ampun mampus, mampus beneran ini.” Matanya membelalak.

“Eh, ada apa No?”

“Perang dunia ke tiga sebentar lagi pecah Kev.” Jawabnya asal.

“What?”

“Lena Kev, aku lupa harus nganter dia ke salon abis kuliah tadi.”

“Astaga No, hahaha… ini sih, bukan perang dunia aja No…” Aku terbahak menyadari sebab cemas hiperbolik Nino ini.

“Apa dong?”

“Kiamat, hahaha… lagian penyakit pikun kamu udah stadium akhir deh. Udah tau punya pacar bom waktu, pake di telatin lagi.”

“Enak aja ngatain pacar aku bom waktu… duh…”

“Hehe maaf, ya udah ke sana sekarang! Selamatkan yang masih bisa, pake bengong lagi!”

“I…iya, ya ampun…”

***

Hampir pukul enam sore.

Aku dalam perjalanan menuju rumah sakit. Singgah sebentar membeli beberapa makanan untuk Kenny dan Nathan.

Bungkusan di tangan kananku berisi satu box bolu pandan dan susu kedelai untuk Kenny, sedang di tangan kiriku bungkusan berisi dua box lapis legit untuk Jonathan.

Dalam perjalanan, ucapan-ucapan Nino tadi terus terngiang di benakku.

Siapa yang benar-benar aku cintai, sebagai seorang kekasih. Dan siapa yang sebenarnya hanya ku sayangi sebagai sahabat. Kian di pikirkan kepalaku kian berat saja. Aku tak mau memusingkan apapun dulu sekarang.

Aku ingin mempelajari hatiku lebih dalam lagi. Mempelajari perasaanku pada mereka untuk beberapa waktu lagi. Dan berusaha sebisa mungkin untuk tak menyakiti satu pun dari mereka.

Aku tiba di rumah sakit hampir setengah tujuh malam. Dengan cemas aku memasuki kamar Jonathan dahulu sambil mengawasi sekitar, kalau-kalau ada Kenny berkeliaran di sekitar. Beberapa pesan singkatnya sudah masuk di ponselku sejak dari toko kue tadi.

Page 12: Ken L Kev (Autosaved)

*

“Eh Kev, udah datang.” Kak Mulan menyambutku dengan senang, ia sedang menyuapi makan malam untuk Nathan.

Yang sedang di suapi langsung girang mendengar namaku di sebut.

“Kevin?”

“Iya, gimana harinya handsome? Oh iya kak, ini aku bawain lapis legit kesukaan Nathan.”

“Aku kangen banget sama kamu, hari ini sepi sangat, bosan aku.” Ia berujar manja, aku tersenyum sambil meremas jemari tanganku.

“Ah iya Kev, besok Nathan akan di rawat jalan dirumah saja. Dokter sudah mengizinkan. Lagian kuping kakak udah hampir budeg lama-lama mendengar rengekan anak ini yang ingin pulang.” Tutur kak Mulan.

Aku lega dengan situasi ini, tanpa sadar aku terus mendukung tindakan untuk Jonathan di rawat inap saja. Berharap kemungkinan pertemuan kami dengan Kenny dapat terhindar.

“Aduh, Kevin, Nathan, kakak harus pergi dulu sebentar ini. Ada meeting mendadak dengan klien dari Ausie di café Rama.”

“Aaah kakak gitu ih, baru juga datang udah mau pergi lagi.”

“Hmm, kakak nggak akan lama kok sayang. Ini cuma follow up kesepakatan sebelumnya kok, kliennya minta dipercepat karena mereka harus berangkat balik ke Ausie besok pagi dek. I promise you, nggak akan lama. Ok.”

Nathan masih tak bisa menghilangkan raut kesalnya.

“Iya Than, udah tenang aja kan ada aku. Ok, handsome?”

Dengan enggan akhirnya ia mengangguk. Kak Mulan pergi beberapa menit lepas pukul tujuh malam. Seperti sudah terskenario di pikiranku. Nathan akan terlelap beberapa menit setelah minum obat-obatnya usai makan malam.

Kenny menelponku saat aku sudah berniat menuju kamarnya.

“Halo?”

“Halo, Kev… lama banget sih? Kamu, nggak akan datang kah malam ini?” Kenny berujar lemah dari telepon.

“Ah… itu, aku akan datang malam ini. Aku udah dekat kok Ken. Cuma ada urusan sedikit tadi.”

Page 13: Ken L Kev (Autosaved)

Aku menunggu beberapa menit menyempurnakan ucapanku di talian tadi. Hampir pukul delapan aku keluar dari kamar Nathan menuju kamar Kenny jauh di ujung koridor.

*

Kudapati Kenny dalam kondisi serupa dengan Nathan saat ku tinggal di kamarnya tadi. Terlelap. Ponselnya bahkan belum dilepasnya, mungkin sejak dia menelponku nyaris setengah jam tadi. Ia tertidur dengan raut sendu di wajahnya.

Ku letakan bolu dan susu yang ku beli tadi di lemari es. Sepertinya kak Leo tak datang malam ini, jelas ia kesepian. Aku merasa bersalah, dan merasa lemah. Menyadari tak bisa menghindar dari keadaan menyiksa ini.

Lalu ku duduk di sisi kiri ranjangnya. Meraih ponsel dari genggamannya, meletakkannya di atas meja. Perlahan ku naikkan letak selimutnya yang tersingkap sedikit ke bawah.

“I’m sorry Ken, for letting you in this hard times.” Ku bisikan perlahan di telinganya.

Satu ciumanku mendarat di pipinya kemudian. Lalu kurenungkan, dua insan ini begitu tulus. Tulus mencintaiku. Tak mungkin aku sakiti, memilih satu dari mereka.

“Emhh, udah lama? Aku ketiduran… Hoahm, lagian kamu lama banget.” Tiba-tiba lamunanku buyar. Kenny terbangun.

“Ah, Ken… nggak kok, just a few minutes.”

“Let me up, let me have some kiss and hug from my prince.” Ia berujar sambil mengulurkan tangan.

Perlahan ku bantu ia tegak dari baringnya. Tanpa jeda dahulu dipeluknya tubuhku lalu memagut bibirku dengan lembut. Sebentar saja ia menciumku, lalu kembali memelukku erat.

“Jangan terlalu erat meluknya, Ken. Dada kamu…”

“Kalau aku harus ngerasain sakit supaya pelukan aku bisa cukup erat untuk nahan kamu tetap disisi aku, aku rela. Bahkan jika rasa sakit itu sampai membunuh aku Kev.”

Aku tersentak. Dari mana Kenny dapati kalimat mengerikan barusan.

“Ken, kok ngomongnya gitu sih?”

Page 14: Ken L Kev (Autosaved)

“Hehe, kok aku jadi hiperbola gini yah… Hmm…” Ada jeda, Kenny menggenggam jemariku. “Yang jelas, semua akan aku lakukan, semua akan aku terima, sebagai harga mencintai kamu.”

Dan malam ini pun berakhir sendu, dalam keheningan antara aku dan Kenny. Dia biliang dia ingin tidur lagi, tidur sambil aku membelai rambutnya. Aku melakukannya. Dan menghabiskan malam dengan merejam hatiku dalam kalimat Kenny yang sarat makna. Mungkin kalimat itu memang wajar untuknya, menggambarkan besar dan dalamnya ia begitu mencintaiku. Tapi bagiku begitu menusuk hingga ke relung hati, menegaskan diriku yang tak mampu tegas terhadap hatiku sendiri. Terlalu takut.

KEVIN

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sudah lebih sebulan sejak aku akhirnya bertemu Nathan lagi setelah sekian lama. Situasi sekarang memang tenang, tapi jika aku bisa menggambarkannya. Tenang dan hening yang terasa sekarang seperti detik-detik menunggu bom waktu yang tersimpan untuk meledak.

Kenny, sudah jauh lebih baik sekarang. He can do all things him self now. Tak perlu di bantu-bantu lagi. Dia jadi hiperaktif di kampus akhir-akhir ini. Wajar lah, nyaris genap sebulan ia tak berurusan dengan yang namanya kuliah. It other words, dia ketinggalan sebagian besar progress dari mata kuliah yang dia kontrak. Aku udah berusaha cover untuk kelas yang kita kontrak bersama, tapi itu cuma tiga dari sembilan mata kuliah yang dia kontrak. Sisanya, dia harus berusaha sendiri untuk memperbaiki. Ini sudah lebih seminggu dari hari ia kembali ke kampus lagi.

Sedang Nathan, dia sedang asyik dengan aktifitas barunya sekarang. Bernyanyi. Dia punya pekerjaan baru sekarang, jadi penyanyi di café tempat kakaknya sering meeting. Ini berkat satu kesempatan dia diajak ke sana untuk merayakan ulang tahun kak Mulan. Disana dia berkesempatan menyanyikan satu lagu indah untuk kakaknya. Aku ingat benar hari itu, seisi café dibuat terpukau dengan suaranya, dan kejutan lainnya pemilik café yang kebetulan hadir saat itu menawarkan pekerjaan untuk Nathan sebagai penyanyi café nya.

Page 15: Ken L Kev (Autosaved)

Aku pun masih ingat wajah haru Nathan saat menerima tawaran itu. Dia jadi punya banyak fans sekarang. Kabarnya, café itu jadi sangat ramai di kunjungi ketika jadwal Nathan tampil bernyanyi.

*

[story line : nathan dikira sudah meninggal lewat sebuah kecelakaan mobil, kemudian kembali menjadi lelaki penuh dendam dengan segala kemewahannya, berusaha membunuh KENNY dan Kevin]

“Huaahh… capek…”

Kenny membaringkan kepalanya di pangkuanku. Aku tersenyum sambil membelai pelan dahinya.

“Kamu ih… udah ah bangun, nanti kelihatan orang.” Sahutku lembut, masih membelai kepalanya.

“Gak mau, nggak ada yang liatin juga gelap gini.” Dia tak mau bergeser.

“Udah makan Ken?”

“Udah tadi, di seminarnya dapat makanan. Tapi seriusan lah, tadi seminarnya sebenarnya bisa di pelajari sendiri. Tapi diwajibin, ngantuk berat tadi itu. Huh.” Sungut Kenny. Lengan kanannya menutup wajahnya yang letih.

“Ngeluh terus, hehe. Jangan terlalu di forsir Ken. Baru sembuh juga… masih sering sakit nggak dadanya?”

Lengannya disingkirkan dari wajah.

“Beberapa kali sih, kalau geraknya suka over. Tapi udah nggak sakit-sakit amat. Eh iya Kev, tadi… aduh iya bener aku hampir lupa.”

Dia bangkit dari baringnya duduk merapat ke sampingku.

“Tadi abis jam makan siang di seminar, kak Mulan telpon aku.”

Aku tersentak mendengar nama kak Mulan di sebut Kenny. Apa itu Mulan kakak Nathan…

“Ka…Kak Mulan?”

“Iya, ah iya benar, aku nggak sempat-sempat bilang sama kamu. Kak Mulan itu yang nabrak aku, tapi dia tanggung jawab sampai pantau terus pengobatan aku sampai tuntas. Yang lunasin biayanya semua dia.”

“Oh…”

Page 16: Ken L Kev (Autosaved)

“Iya, dan tadi dia nelpon. Dia ngundang aku datang ke ulang tahun adiknya… namanya Nathan. Katanya aku tamu yang wajib datang ke sana, hehe. Ah iya, aku sempat ketemu satu kali dengan adiknya kak Mulan itu di rumah sakit. Kasihan Kev, dia sekarang buta karena kecelakaan mobil. Tapi orangnya asik dan seru jadi teman ngobrol. Dan ganteng banget loh, hehe. Jangan cemburu ya. Hari itu juga aku tau kalau dia adiknya kak Mulan yang nabrak aku. Sayangnya… pas besok paginya aku pengen nemuin lagi dia udah pulang.”

“Ah, gitu yah…”

Aku terperangah. Hanya menjawab sekenanya ditengah ujaran-ujaran Kenny tentang Nathan yang tanpa sengaja waktu di rumah sakit berapa bulan lalu ditemuinya. Baru kurasakan sempitnya dunia ini sekarang, ternyata mereka terlanjur bertemu sebelum aku menyadarinya.

Hingga akhirnya kami beranjak dari perpustakaan tak jua nyaliku cukup untuk mengatakan kalau dialah Nathan mantan kekasihku dulu. Aku makin terjebak dalam skenario buruk yang ku buat sendiri.

*

TRAGEDI

Semua dimulai dengan satu tatapan yang dalam. Jemari Kenny kemudian membelai wajahku dengan lembut. Perlahan digeser posisi baringnya hingga mendekat padaku yang berbaring di sampingnya.

Lembut. Lembut sekali. Aku selalu menikmati saat-saat dibuai dalam percintaan yang dahsyat dan begitu indah bersama Kenny. Hanya bersamanya aku merasa diperlakukan begitu berharga oleh seseorang.

Perlahan jemarinya membuka satu demi satu kancing kemejaku, lalu meloloskannya dari tubuhku. Juga kaos di dalamnya kemudian. Gerak jemarinya berkolaborasi nan indah dengan sapuan lidahnya yang melintasi setiap jengkal bagian tubuhku. Aku memejamkan mata merasakan nikmat yang begitu dalam merasuk ke tubuhku. Begitu lincah gerakan tangannya hingga aku tak menyadari kalau tubuhku telah polos tanpa sehelai benang pun dihadapannya.

Kenny punya ritual wajib yang akan ia lakukan tiap kami bercinta. Memandangi sekujur tubuhku yang dalam keadaan tanpa busana begini.

Page 17: Ken L Kev (Autosaved)

“Indah sekali Kev, aku… aku sungguh lelaki paling beruntung di dunia. Mendapatkanmu.” Ujaran Kevin agak berbeda kali ini, terasa haru yang sedikit lebih dalam dari biasanya.

Aku tak menjawabnya. Tepatnya tak berani menjawabnya.

Ujaran haru itu hanya kujawab dengan menarik tengguknya. Ku pagut bibirnya dengan penuh hasrat. Dengan tak sabar kugeser tubuhnya makin ketengah. Aku berubah nakal dihadapannya. Seperti lelaki penghibur yang sudah terlatih aku duduk di perutnya, lalu membuka kancing kemejanya dengan tak sabar. Kemudian lanjut ku pagut dengan ganas bibirnya, telinganya, leher hingga dadanya. Aku bahkan lupa jika sebulan lebih lalu Kenny baru saja mengalami kecelakaan dan terluka dadanya.

Kenny menggelinjang dan meraung merasakan nikmat yang tak terkira dari setiap sentuhanku. Aku, begitu ingin mempersembahkan permainan cinta terpanas dan terindah untuknya malam ini.

Tak butuh waktu lama sejak kami memulainya. Kini kami berdua telah sama-sama polos. Sama-sama tak menyembunyikan satu inchi pun dari tubuh kami. Aku kian mengagumi pahatan indah tubuh Kenny dihadapanku. Sungguh sebuah maha karya.

Dadanya yang bidang dengan pentil merah kecoklatan yang melenting tinggi menantang lidahku untuk bermain-main di sana , bisep dan trisepnya yang terbentuk dengan indah dengan ketiak yang ditumbuhi buluh halus dengan aroma khas lelaki yang membuatku gila jika harus bertahan tak membauinya. Enam bongkah otot padat terbentuk sempurna ditubuhnya. Di hiasi bulu-bulu halus yang memanjang hingga ke daerah sensitifnya.

Lama lidahku bermain-main di putingnya. Kiri kanan ku ganti-ganti seperti ingin mereguk sari di dalamnya. Tubuh Kenny mengejang di iringi rintihan halusnya merasakan nikmat. Lalu sapuan lidahku turun kebawah, menikmati indah tubuhnya. Darahku berdesir mendapati batang kejantanannya mengacung tinggi dengan indah. Panjang dan besar jika di banding milikku. Cairan bening terus menetes di ujungnya membuatku tak sabar meresapinya.

Perlahan ku jilati kepala penis Kenny, seperti tak rela jika satu tetes saja luput dari lidahku.

“Kevin, ahh… nikmat sekali!” Tubuh Kenny kian menggelinjang dengan kedua kakinya yang terbuka lebar.

Aku semakin kesetanan melumat benda pusakanya itu. Ku jilati naik turun hingga ke testisnya yang menggantung. Tubuh Kenny mengejang saat

Page 18: Ken L Kev (Autosaved)

sesekali ku gigit pelan kepala penisnya. Memberinya sengatan nikmat yang ku tau begitu dahsyat.

“Kev, please… let me…”

Sepertinya tidak sabar lagi, Kenny bangkit dari baringnya lalu memagut bibirku dengan ganas.

Nafasku beberapa kali tertahan merasakan hantaman nikmat saat lidahnya mulai turun bermain ke bagian tengah tubuhku.

“Ohh, Kevin! Ahh…” Racauku tak karuan.

Tubuhku mengejang saat lidahnya bermain di atas pentil dadaku, sudah melenting keras lalu di sedot lagi sambil sesekali lidahnya bermain-main di ujungnya. Diam-diam kurasakan jemarinya turun mengusap penisku, mengocoknya dengan lembut beberapa saat.

Racauanku kian tak jelas merasakan nikmat nan dahsyat itu. Keringat perlahan mulai membasahi tubuh kami.

Puas bermain-main dengan dadaku, dengan tak sabar Kevin beringsut menuju bagian bawah tubuhku. Dapat ku perhatikan dadanya naik turun menahan hasrat yang begitu menggebu. Aku sangat suka raut wajahnya begitu. Ku pasrahkan tubuhku, menanti apa yang selanjutnya ingin ia lakukan padaku.

“Ken, please let me have you completely tonight.” Ujarnya parau. Aku hanya mengangguk, sambil mengatur nafasku.

[berlanjut]

*

Aku terbangun di pagi yang dingin, sepertinya hujan turun sangat deras di luar sana. Tapi tubuhku tetap terasa hangat, Kenny menyelimutiku setelah sebelumnya mengenakan pakaian-pakaianku. Mataku yang masih berat menatap cahaya memicing berusaha melihat letak jarum jam dindingku. Duapuluh menit lepas pukul tujuh pagi. Kemana Kenny pagi-pagi begini. Aku keluar dan mencari-cari ke semua sudut rumah, Kenny tak ada. Kemana dia?

To : BestFriend_Kenny

Where r u now? -,-

Page 19: Ken L Kev (Autosaved)

Sent : 07.22

To : My Heart

Kmu udh bangun?

aq lg di minimarket ini

td mw bikin sarapan ga ada apa2 di kulkas

udh mw pulang tapi hujan :D

Sent : 07.24

To : BestFriend_Kenny

Hmm, ke minimarket di ujung jalan itu?!

Awas ya kmu nglirikin kasirnya di sana!

Sent : 07.25

To : My Heart

Haha, tau aja yg cakep2 :p

Ketauan yg sering kmri..

Iya nih, betah bgt aq pandangin dari tadi :p

Sent : 07.25

To : BestFriend_Kenny

Awas aja, pulang ntar aq sunat kmu :@ !!!

Sent : 07.27

To : My Heart

Hwewh, syeremm…

Heheh, ga atuh syg…

Kan hati aq udh keisi penuh sma kmu :*

Page 20: Ken L Kev (Autosaved)

Yang lain cuman numpang lewat…

Ga transit pun ^^

Sent : 07.30

To : BestFriend_Kenny

Nah itu pinter…

Gitu dong, nurut sma istri :3

Sent : 07.33

To : My Heart

Wkwk, ngaku dia :p

Iya deh istriku, udh brenti ujannya ini…

Suamimu segera datang ini… :* hihi…

Sent : 07.34

To : BestFriend_Kenny

-_-“ udh cpetan…

Aq udh laper ini.

Hati2 d jln.

Sent : 07.35

Aku tersenyum sendiri membaca sms-sms tak penting kami tadi. Cuma dengan dia aku betah berlama-lama mengetik huruf tak jelas lewat pesan singkat macam anak-anak sma yang baru mengenal pacaran. Kenny memang banyak mengenalkan hal-hal baru yang begitu berwarna bagiku. Dia banyak menunjukan sisi-sisi dunia yang bahkan tak pernah ada di jangkauan pikiranku dulu, yang menurutku tak begitu menarik.

Dari dapur aku menuju ruang keluarga. Sungguh, pasti rasanya kesepian menjadi Kenny. Tinggal nyaris selalu sendiri di rumah sebesar ini. Kakaknya yang sudah kerja dan berkeluarga tak bisa selalu ada menemaninya. Sedang kedua orang tuanya, sudah untung jika punya waktu

Page 21: Ken L Kev (Autosaved)

dua sampai tiga kali sebulan untuk menghabiskan waktu dengan Kenny. Terlalu sibuk dan terobsesi dengan pekerjaan mereka.

Di ruang keluarga terdapat sebuah foto berukuran sangat besar, foto keluarga mereka. Mungkin di ambil saat Kenny masih sekolah menengah pertama. Di foto itu ada dia, kak Leo, juga ayah dan ibunya. Seolah menggambarkan potret keluarga yang begitu bahagia. Ku dapati foto-foto masa kecil Kenny di buffet tepat di bawah bingkai foto keluarganya yang cukup besar itu. Aku tersenyum-senyum sendiri memerhati foto-foto Kenny sejak masih bayi, balita, hingga ia kini dewasa. Semua lengkap dengan peralihan masanya dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.

*

Page 22: Ken L Kev (Autosaved)