kemudahan impor tujuan ekspor akses pasar diperluas€¦ · triliun itu buat pelatihan, kalau...

1
11 Jumat, 17 April 2020 MAKROEKONOMI KELEBIHAN PASOKAN IKAN PEMBAYARAN CUKAI DITUNDA Cash Flow Kian Terjaga Bisnis, JAKARTA — Pemerintah memberi- kan keringanan berupa relaksasi pembayaran cukai hingga 90 hari untuk menjaga cash flow. Pasalnya, aktivitas bisnis di Tanah Air ter- hambat sejalan dengan diterapkannya pemba- tasan sosial berskala besar akibat wabah COVID-19 atau virus corona. Dalam ketentuan normalnya, penunda- an pembayaran cukai hanya dimungkinkan selama 2 bulan atau 60 hari. Ketentuan tersebut tertuang dalam Per- aturan Menteri Ke- uangan (PMK) No. 30/2020 tentang Pe- rubahan atas PMK No. 57/PMK.04/2017 tentang Penundaan Pembayaran Cukai un- tuk Pengusaha Pabrik atau Importir Barang Kena Cukai yang Me- laksanakan Pelunasan dengan Cara Pelekatan Pita Cukai. Penundaan ini berla- ku untuk pemesanan pita cukai yang diaju- kan oleh pengusaha pada 9 April—9 Juli 2020. Kebijakan ini digulir- kan mengingat adanya ganggung logistik ba- rang kena cukai (BKC) di pasaran akibat wa- bah COVID-19. Direktur Kepabea- nan Internasional dan Antar Lembaga Ditjen Bea dan Cukai Kemen- terian Keuangan Syarif Hidayat mengatakan relaksasi ini bisa membantu cash flow perusahaan di tengah tekanan ekonomi aki- bat pandemi. “Keberlangsungan industri sangat diperlu- kan untuk mengatasi terhambatnya penye- diaan logistik dan penyerapan tenaga kerja agar tidak ter- jadi PHK,” kata Syarif, Kamis (16/4). Ekonom Pemering- kat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menilai, kebijakan pemerin- tah untuk menunda pembayaran pita cu- kai akan efektif untuk menguatkan cash flow pelaku usaha. Terutama, industri rokok yang selama ini menyumbang se- kitar 80% dari total penerimaan cukai di Tanah Air. Selain itu, industri hasil tembakau juga termasuk dalam sek- tor padat karya yang butuh insentif dari pemerintah. “Memang akan menjaga cash flow perusahaan. Utamanya karena perusahaan-per- usahaan rokok identik dengan SDM [sumber daya manusia] yang banyak,” katanya. Selain cash flow, keuntungan lain dari kebijakan ini adalah mampunya perusaha- an mempertahankan jumlah pekerja, ter- utama industri kelas menengah. MENEKAN PHK Dengan kata lain, berkurangnya beban pembayaran pita akan menekan jumlah pe- mutusan hubungan kerja (PHK). “Akan efektif kalau tujuannya itu [menjaga jumlah pekerja].” Untuk meminima- lisasi dampak wabah COVID-19 ke pelaku usaha, Ditjen Bea Cukai memang telah memberikan sejumlah keringanan. Selain penundaan pembayaran cukai, pemerintah juga mem- bebaskan cukai etil alkohol untuk pem- buatan hand saniti- zer, disinfektan, dan produk sejenis lainnya. Adapun total cu- kai etil alkohol yang dibebaskan per 11 April 2020 menca- pai Rp936,12 miliar dengan volume 46,8 juta liter. (Muhamad Wildan/ Tegar Arief) KEMUDAHAN IMPOR TUJUAN EKSPOR AKSES PASAR DIPERLUAS Bisnis, JAKARTA — Pemerintah memberikan perluasan akses pasar di dalam negeri bagi pelaku usaha yang memanfaatkan kemudahan impor tujuan ekspor (KITE). Selain itu, wajib pajak KITE juga mendapatkan keringanan pajak. Muhamad Wildan [email protected] K etentuan ini tertuang dalam Peraturan Men- teri Keuangan (PMK) No. 31/2020 tentang Insentif Tambahan untuk Pe- rusahaan Penerima Fasilitas Kawasan Berikat dan/atau Ke- mudahan Impor Tujuan Ekspor untuk Penanganan Dampak Bencana Penyakit Virus Corona (Corona Virus Disease 2019/ COVID-19). Sebelum ketentuan ini diri- lis, hasil produksi yang boleh dijual ke dalam negeri paling banyak sebesar 25%. Adapun dalam ketentuan baru, KITE pembebasan dan KITE IKM diperbolehkan untuk menjual hasil produksinya di dalam negeri maksimal 50% dari nilai ekspor tahun lalu. Dari sisi fiskal, wajib pajak KITE mendapatkan insentif berupa pembebasan PPN dan PPnBM untuk pemasukan ba- rang dari dalam negeri yang diolah untuk dieskpor. Dalam aturan sebelumya, wajib pajak KITE telah menda- patkan fasilitas PPh 21 ditang- gung pemerintah (DTP), PPh Pasal 22 impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25 sebe- sar 30%, dan resti- tusi PPN dipercepat. Plt. Ketua Umum Asosia- si Perusahaan Jalur Prioritas (APJP) Rishdianto Budi Irawan menilai, kebijakan ini menjadi angin segar bagi pelaku usaha di tengah wabah COVID-19. Menurutnya, kemudahan ini akan menggerakkan ekonomi yang telah lesu dalam beberapa bulan terakhir, serta mendong- krak daya beli masyarakat. “Ini akan membantu memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan menurunkan biaya logistik,” ujarnya, Kamis (16/4). Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk men- dapatkan pembebasan PPN dan PPnBM. Fasilitas PPN dan PPnBM tidak dipungut atas perolehan barang dari tempat lain dalam daerah pabean ha- nya berlaku pada perusahaan KITE yang hasil produksinya 100% diekspor. Perusahaan KITE pembe- basan dan KITE IKM wajib melakukan eskpor atas hasil olah, rakit, dan pasang dari barang yang tidak dipungut PPN dan PPnBM-nya paling lambat 12 bulan sejak dilakukan pe- masukan barang. Perusahaan KITE juga wajib menyampaikan laporan realisasi ekspor. Terhadap pemasukan barang yang tidak dilakukan penye- lesaian dengan cara diolah, dirakit, atau dipasang untuk diekspor, maka perusahaan KITE tersebut wajib membayar PPN dan PPnBM yang semula tidak dipungut. Direktur Kepabeanan Inter- nasional dan Antar Lembaga Ditjen Bea dan Cukai Syarif Hidayat mengatakan tujuan klausul ini adalah untuk mem- berikan persamaan perlakuan antarpengusaha KITE. “Ini untuk memberikan per- samaan perlakuan terhadap pengusaha yang tidak men- dapatkan fasilitas sejenis dan produknya dijual di dalam negeri,” kata Syarif. Artinya, bila perusahaan KITE memutuskan untuk menju- al produknya ke luar negeri, maka perusahaan tersebut bisa mendapatkan fasilitas PPN. Sedangkan bila perusahaan KITE menjual produknya ke dalam negeri, maka batasannya ditingkatkan dari 25% menjadi 50% dari nilai ekspor tahun sebelumnya. Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai pilihan untuk menjual hasil produksi ke dalam negeri bakal lebih menarik bagi perusahaan KITE ketimbang menjual ke luar negeri. Hal ini didorong oleh pros- pek ekonomi Indonesia masih cenderung lebih baik diban- dingkan dengan negara lain. “Hal ini tentu kabar positif bagi perusahaan yang menjual produknya di Indonesia.” Ini tentu kabar positif bagi perusahaan yang menjual produknya di Indonesia. Foto aerial kapal nelayan bersan- dar di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (16/4). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyampaikan adanya oversupply ikan di pelabuhan karena hasil tang- kapan tidak terserap oleh pasar ikan atau unit pengolahan yang tidak berope- rasi. Hal tersebut mengakibatkan harga ikan rendah sehingga nelayan mengalami kerugian. Bisnis/Himawan L. Nugraha PROGRAM BANTUAN SOSIAL Efektivitas Kartu Prakerja Diragukan Bisnis, JAKARTA — Efektivitas Kartu Prakerja diragukan kendati minat masyarakat terhadap pro- gram tersebut sangat tinggi. Kepala Departemen Eko- nomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri meyakini kebijakan ini ti- dak akan efektif mengingat cukup rumitnya pelaksana- an program tersebut. Misalnya penggunaan platform digital. Jenis pe- latihan hard skill seperti menjahit, menenun, mema- sak, dan sejenisnya menu- rutnya menjadi tantangan karena harus dilakukan secara langsung. “Selama masa pandemi, program Kartu Prakerja se- baiknya fokus sebagai ban- tuan sosial dan mengurangi aspek pelatihan,” katanya, Kamis (16/4). Dia menilai skema Kartu Prakerja saat ini berisiko menimbulkan dilema mo- tivasi peserta, yaitu untuk meningkatkan keterampil- an atau memperoleh uang. “Pemerintah harus meng- antisipasi jika peserta tidak serius, padahal biaya pela- tihan cukup tinggi.” Ekonom Indef Bhima Yudhistira menambahkan program pelatihan menjadi tidak tepat sasaran dan be- lum menjawab kebutuhan khususnya bagi masyarakat yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Selain itu, anggaran Rp5,6 triliun yang disa- lurkan untuk pelatihan da- ring hanya menguntungkan penyedia jasa. Anggaran itu dapat dialihkan ke sek- tor lain, misalnya bantuan tunai. “Kalau dipaksakan de- ngan pelatihan, ini artinya sudah gagal ketika lahir. Sayang sekali uang Rp5,6 triliun itu buat pelatihan, kalau dijadikan BLT [ban- tuan langsung tunai] per orang bisa dapat Rp1 juta dengan asumsi penerima 5,6 juta orang,” jelasnya. Di samping itu, Bhima menilai banyak yang tidak relevan dari implementa- si Kartu Prakerja. Salah satunya materi pelatihan yang tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Sementara itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan setiap penerima Kartu Prakerja mendapatkan paket manfa- at total senilai Rp3,55 juta, yang terdiri dari bantuan biaya pelatihan sebesar Rp1 juta yang dapat di- pergunakan untuk membeli satu atau lebih pelatihan di mitra platform digital. Insentif tersebut terdiri atas dua bagian. Pertama, insentif pascapenuntasan pelatihan pertama sebesar Rp2,4 juta, yang terdiri dari Rp600.000 per bulan. “Ke- dua, insentif pascapengi- sian, yaitu survei evaluasi sebesar Rp50.000 per sur- veinya. Ada 3 survei sehing- ga totalnya Rp150.000.” Dari 2,78 juta peserta Kartu Prakerja yang lolos seleksi gelombang pertama, pemerintah akan memilih 200.000 peserta untuk bat- ch pertama. (Maria Elena/Dewi A. Zuhriyah/Feni Freycinetia) INSENTIF TAMBAHAN Ketentuan Baru KITE Sebelumnya Saat ini Kementerian Keuangan kembali memberikan kemudahan bagi untuk swasta, di mana perusahaan KITE tidak dipungut PPN/PPnBM dan dapat melakukan penyerahan hasil produksi untuk diolah dengan hasil produksi kawasan berikat atau KITE IKM. Harapannya, fasilitas ini bisa mendorong ekspor di tengah wabah COVID-19 dan mampu memaksimalkan penyerapan tenaga kerja. Pemasukan barang dari dalam negeri dalam rangka diolah untuk tujuan ekspor dipungut PPN atau PPN dan PPnBM. Pemasukan barang dari dalam negeri dalam rangka diolah untuk tujuan ekspor tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM. Tidak diperbolehkan melakukan penyerahan hasil produksi untuk diolah dan/atau digabungkan dengan hasil produksi KB maupun KITE IKM. Dapat melakukan penyerahan hasil produksi untuk diolah dan/atau digabungkan dengan hasil produksi KB maupun KITE IKM. KITE pembebasan tidak diperboleh- kan menjual hasil produksi ke dalam negeri KITE IKM hanya diperboleh- kan menjual hasil produksi ke dalam negeri sebanyak 25%. -Tidak diatur KITE pembebasan dan KITE IKM diperbolehkan menjual hasil produksi ke dalam negeri paling banyak 50% dari nilai ekspor tahun sebelumnya. KITE pembebasan dan KITE IKM dapat melakukan penyerahan hasil produksi untuk penanganan bencana COVID-19 kepada pemerintah atau orang yang memperoleh pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor di dalam negeri tanpa mengurangi kuota penjualan lokal. Sumber: Ditjen Bea Cukai Kementerian Keuangan. BISNIS/TRI UTOMO

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMUDAHAN IMPOR TUJUAN EKSPOR AKSES PASAR DIPERLUAS€¦ · triliun itu buat pelatihan, kalau dijadikan BLT [ban-tuan langsung tunai] per orang bisa dapat Rp1 juta dengan asumsi penerima

11Jumat, 17 April 2020 M A K R O E K O N O M I

�KELEBIHAN PASOKAN IKAN PEMBAYARAN CUKAI DITUNDA

Cash Flow Kian Terjaga

Bisnis, JAKARTA — Pemerintah memberi-kan keringanan berupa relaksasi pembayaran cukai hingga 90 hari untuk menjaga cash fl ow.

Pasalnya, aktivitas bisnis di Tanah Air ter-hambat sejalan dengan diterapkannya pemba-tasan sosial berskala besar akibat wabah COVID-19 atau virus corona.

Dalam ketentuan normalnya, penunda-an pembayaran cukai hanya dimungkinkan selama 2 bulan atau 60 hari.

Ketentuan tersebut tertuang dalam Per-aturan Menteri Ke-uangan (PMK) No. 30/2020 tentang Pe-rubahan atas PMK No. 57/PMK.04/2017 tentang Penundaan Pembayaran Cukai un-tuk Pengusaha Pabrik atau Importir Barang Kena Cukai yang Me-laksanakan Pelunasan dengan Cara Pelekatan Pita Cukai.

Penundaan ini berla-ku untuk pemesanan pita cukai yang diaju-kan oleh pengusaha pada 9 April—9 Juli 2020.

Kebijakan ini digulir-kan mengingat adanya ganggung logistik ba-rang kena cukai (BKC) di pasaran akibat wa-bah COVID-19.

Direktur Kepabea-nan Internasional dan Antar Lembaga Ditjen Bea dan Cukai Kemen-terian Keuangan Syarif Hidayat mengatakan relaksasi ini bisa membantu cash fl ow perusahaan di tengah tekanan ekonomi aki-bat pandemi.

“Keberlangsungan industri sangat diperlu-kan untuk mengatasi terhambatnya penye-diaan logistik dan penyerapan tenaga kerja agar tidak ter-jadi PHK,” kata Syarif, Kamis (16/4).

Ekonom Pemering-kat Efek Indonesia

(Pefindo) Fikri C. Permana menilai, kebijakan pemerin-tah untuk menunda pembayaran pita cu-kai akan efektif untuk menguatkan cash fl ow pelaku usaha.

Terutama, industri rokok yang selama ini menyumbang se-kitar 80% dari total penerimaan cukai di Tanah Air.

Selain itu, industri hasil tembakau juga termasuk dalam sek-tor padat karya yang butuh insentif dari pemerintah.

“Memang akan menjaga cash flow perusahaan. Utamanya karena perusahaan-per-usahaan rokok identik dengan SDM [sumber daya manusia] yang banyak,” katanya.

Selain cash flow, keuntungan lain dari kebijakan ini adalah mampunya perusaha-an mempertahankan jumlah pekerja, ter-utama industri kelas menengah.

MENEKAN PHKDengan kata lain,

berkurangnya beban pembayaran pita akan menekan jumlah pe-mutusan hubungan kerja (PHK).

“Akan efektif kalau tujuannya itu [menjaga jumlah pekerja].”

Untuk meminima-lisasi dampak wabah COVID-19 ke pelaku usaha, Ditjen Bea Cukai memang telah memberikan sejumlah keringanan.

Selain penundaan pembayaran cukai, pemerintah juga mem-bebaskan cukai etil alkohol untuk pem-buatan hand saniti-zer, disinfektan, dan produk sejenis lainnya.

Adapun total cu-kai etil alkohol yang dibebaskan per 11 April 2020 menca-pai Rp936,12 miliar dengan volume 46,8 juta liter. (Muhamad Wildan/

Tegar Arief)

KEMUDAHAN IMPOR TUJUAN EKSPOR

AKSES PASAR DIPERLUASBisnis, JAKARTA — Pemerintah memberikan perluasan akses pasar di dalam negeri bagi

pelaku usaha yang memanfaatkan kemudahan impor tujuan ekspor (KITE). Selain itu, wajib pajak KITE juga mendapatkan keringanan pajak.

Muhamad [email protected]

Ketentuan ini tertuang dalam Peraturan Men-teri Keuangan ( P M K ) N o . 31/2020 tentang

Insentif Tambahan untuk Pe-rusahaan Penerima Fasilitas Kawasan Berikat dan/atau Ke-mudahan Impor Tujuan Ekspor untuk Penanganan Dampak Bencana Penyakit Virus Corona (Corona Virus Disease 2019/COVID-19).

Sebelum ketentuan ini diri-lis, hasil produksi yang boleh dijual ke dalam negeri paling banyak sebesar 25%. Adapun dalam ketentuan baru, KITE pembebasan dan KITE IKM diperbolehkan untuk menjual hasil produksinya di dalam negeri maksimal 50% dari nilai ekspor tahun lalu.

Dari sisi fi skal, wajib pajak KITE mendapatkan insentif berupa pembebasan PPN dan PPnBM untuk pemasukan ba-rang dari dalam negeri yang diolah untuk dieskpor.

Dalam aturan sebelumya, wajib pajak KITE telah menda-patkan fasilitas PPh 21 ditang-gung pemerintah (DTP), PPh Pasal 22 impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25 sebe-sar 30%, dan resti-tusi PPN

dipercepat.Plt. Ketua Umum Asosia-

si Perusahaan Jalur Prioritas (APJP) Rishdianto Budi Irawan menilai, kebijakan ini menjadi angin segar bagi pelaku usaha di tengah wabah COVID-19.

Menurutnya, kemudahan ini akan menggerakkan ekonomi yang telah lesu dalam beberapa bulan terakhir, serta mendong-krak daya beli masyarakat. “Ini akan membantu memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan menurunkan biaya logistik,” ujarnya, Kamis (16/4).

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk men-dapatkan pembebasan PPN dan PPnBM. Fasilitas PPN dan PPnBM tidak dipungut atas perolehan barang dari tempat lain dalam daerah pabean ha-nya berlaku pada perusahaan KITE yang hasil produksinya 100% diekspor.

Perusahaan KITE pembe-basan dan KITE IKM wajib melakukan eskpor atas hasil olah, rakit, dan pasang dari barang yang tidak dipungut PPN dan PPnBM-nya paling lambat 12 bulan sejak dilakukan pe-

masukan barang. Perusahaan KITE juga wajib menyampaikan laporan realisasi ekspor.

Terhadap pemasukan barang yang tidak dilakukan penye-lesaian dengan cara diolah, dirakit, atau dipasang untuk diekspor, maka perusahaan KITE tersebut wajib membayar PPN dan PPnBM yang semula tidak dipungut.

Direktur Kepabeanan Inter-nasional dan Antar Lembaga Ditjen Bea dan Cukai Syarif Hidayat mengatakan tujuan klausul ini adalah untuk mem-berikan persamaan perlakuan antarpengusaha KITE.

“Ini untuk memberikan per-samaan perlakuan terhadap pengusaha yang tidak men-dapatkan fasilitas sejenis dan produknya dijual di dalam negeri,” kata Syarif.

Artinya, bila perusahaan KITE memutuskan untuk menju-al produknya ke luar negeri, maka perusahaan tersebut bisa mendapatkan fasilitas PPN.

Sedangkan bila perusahaan KITE menjual produknya ke

dalam negeri, maka batasannya ditingkatkan dari 25% menjadi 50% dari nilai ekspor tahun sebelumnya.

Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai pilihan untuk menjual hasil produksi ke dalam negeri bakal lebih menarik bagi perusahaan KITE ketimbang menjual ke luar negeri.

Hal ini didorong oleh pros-pek ekonomi Indonesia masih cenderung lebih baik diban-dingkan dengan negara lain. “Hal ini tentu kabar positif bagi perusahaan yang menjual produknya di Indonesia.”

“Ini tentu kabar positif bagi perusahaan yang menjual produknya di Indonesia.

Foto aerial kapal nelayan bersan-dar di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (16/4). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyampaikan adanya oversupply ikan di pelabuhan karena hasil tang-kapan tidak terserap oleh pasar ikan atau unit pengolahan yang tidak berope-rasi. Hal tersebut mengakibatkan harga ikan rendah sehingga nelayan mengalami kerugian.

Bisnis/Himawan L. Nugraha

PROGRAM BANTUAN SOSIAL

Efektivitas Kartu Prakerja DiragukanBisnis, JAKARTA —

Efek tivitas Kartu Prakerja diragukan kendati minat masyarakat terhadap pro-gram tersebut sangat tinggi.

Kepala Departemen Eko-nomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri meyakini kebijakan ini ti-dak akan efektif mengingat cukup rumitnya pelaksana-an program tersebut.

Misalnya penggunaan platform digital. Jenis pe-latihan hard skill seperti menjahit, menenun, mema-sak, dan sejenisnya menu-rutnya menjadi tantangan karena harus dilakukan

secara langsung.“Selama masa pandemi,

program Kartu Prakerja se-baiknya fokus sebagai ban-tuan sosial dan mengurangi aspek pelatihan,” katanya, Kamis (16/4).

Dia menilai skema Kartu Prakerja saat ini berisiko menimbulkan dilema mo-tivasi peserta, yaitu untuk meningkatkan keterampil-an atau memperoleh uang.

“Pemerintah harus meng-antisipasi jika peserta tidak serius, padahal biaya pela-tihan cukup tinggi.”

Ekonom Indef Bhima Yudhistira menambahkan program pelatihan menjadi

tidak tepat sasaran dan be-lum menjawab kebutuhan khususnya bagi masyarakat yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Selain itu, anggaran Rp5,6 triliun yang disa-lurkan untuk pelatihan da-ring hanya menguntungkan penyedia jasa. Anggaran itu dapat dialihkan ke sek-tor lain, misalnya bantuan tunai.

“Kalau dipaksakan de-ngan pelatihan, ini artinya sudah gagal ketika lahir. Sayang sekali uang Rp5,6 triliun itu buat pelatihan, kalau dijadikan BLT [ban-tuan langsung tunai] per

orang bisa dapat Rp1 juta dengan asumsi penerima 5,6 juta orang,” jelasnya.

Di samping itu, Bhima menilai banyak yang tidak relevan dari implementa-si Kartu Prakerja. Salah satunya materi pelatihan yang tidak sesuai dengan kondisi saat ini.

Sementara itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan setiap penerima Kartu Prakerja mendapatkan paket manfa-at total senilai Rp3,55 juta, yang terdiri dari bantuan biaya pelatihan sebesar Rp1 juta yang dapat di-pergunakan untuk membeli

satu atau lebih pelatihan di mitra platform digital.

Insentif tersebut terdiri atas dua bagian. Pertama, insentif pascapenuntasan pelatihan pertama sebesar Rp2,4 juta, yang terdiri dari Rp600.000 per bulan. “Ke-dua, insentif pascapengi-sian, yaitu survei evaluasi sebesar Rp50.000 per sur-veinya. Ada 3 survei sehing-ga totalnya Rp150.000.”

Dari 2,78 juta peserta Kartu Prakerja yang lolos seleksi gelombang pertama, pemerintah akan memilih 200.000 peserta untuk bat-ch pertama. (Maria Elena/Dewi

A. Zuhriyah/Feni Freycinetia)

INSENTIFTAMBAHAN

KetentuanBaru KITESebelumnya Saat ini

Kementerian Keuangan kembali memberikan kemudahan bagi untuk swasta, di mana perusahaan KITE

tidak dipungut PPN/PPnBM dan dapat melakukan penyerahan hasil produksi

untuk diolah dengan hasil produksi kawasan berikat atau KITE IKM.

Harapannya, fasilitas ini bisa mendorong ekspor di tengah wabah

COVID-19 dan mampu memaksimalkan penyerapan tenaga kerja.

Pemasukan barang dari dalam negeri dalam rangka diolah

untuk tujuan ekspor dipungut PPN atau PPN dan PPnBM.

Pemasukan barang dari dalam negeri dalam rangka diolah untuk tujuan ekspor tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM.

Tidak diperbolehkan melakukan penyerahan hasil produksi untuk

diolah dan/atau digabungkan dengan hasil produksi KB maupun KITE IKM.

Dapat melakukan penyerahan hasil produksi untuk diolah dan/atau digabungkan dengan hasil produksi KB maupun KITE IKM.

KITE pembebasan tidak diperboleh-kan menjual hasil produksi ke dalam

negeri KITE IKM hanya diperboleh-kan menjual hasil produksi ke dalam

negeri sebanyak 25%.

-Tidak diatur

KITE pembebasan dan KITE IKM diperbolehkan menjual hasil produksi ke dalam negeri paling banyak 50% dari nilai ekspor tahun sebelumnya.

KITE pembebasan dan KITE IKM dapat melakukan penyerahan hasil produksi untuk penanganan bencana COVID-19 kepada pemerintah atau orang yang memperoleh pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor di dalam negeri tanpa mengurangi kuota penjualan lokal.

Sumber: Ditjen Bea Cukai Kementerian Keuangan.

BISNIS/TRI UTOMO