kemitraan.docx
TRANSCRIPT
Kemitraan pada dasarnya merupakan sarana untuk saling memajukan dua belah pihak yang
bermitra. Filosofi dari kemitraan yang dilakukan antara BUMN/BUMS dengan koperasi agroindustri
di Kabupaten Batanghari adalah peningkatan keberhasilan koperasi yang bergerak di bidang
agroindustri. Diharapkan pada gilirannya nanti, koperasi dapat benar-benar menjadi kekuatan
perekonomian rakyat.
Prinsip kemitraan terdiri dari kesamaan, keterbukaan, dan saling menuntungkan. Kesamaan artinya
bahwa dalam kemitraan yang dijalin, tidak ada yang direndahkan antara koperasi agroindustri di
kabupaten Batanghari dan juga BUMN/BUMS. Dua belah pihak yang bermitra juga saling terbuka,
tidak ada niat buruk yang disembunyikan dalam menjalin kemitraan. Prinsip yang paling terlihat
adalah saling menguntungkan. BUMN/BUMS bisa mendapat hasil produksi lebih banyak dari suplai
koperasi agroindustri. Koperasi agroindustri sendiri mendapat keuntungan tidak hanya dalam
penyaluran hasil produksi tetapi juga dalam manajemen dan juga peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
Asas dalam bermitra yang baik terdiri dari empat hal yaitu kesejajaran kedudukan mitra, saling
membutuhkan, saling menguntungkan, dan saling memenuhi etika bisnis kemitraan. Koperasi
agroindustri memang lebih besar ketergantungannya kepada BUMN/BUMS bila dibandingkan
dengan sebaliknya. Namun, BUMN/BUMS tetap tidak menganggap rendah koperasi agroindustri.
BUMN/BUMS membutuhkan koperasi agroindustri untuk menjamin kontinuitas suplai bahan baku
dan koperasi agroindustri membutuhkan BUMN/BUMS untuk menjamin kontinuitas serapan hasil
produksi anggotanya. Hal itulah yang membuat hubungan kemitraan menjadi menguntungkan kedua
belah pihak yang bermitra. Etika bisnis kemitraan juga dipenuhi dengan baik. Terbukti kerjasama
mereka tidak hanya dalam hal hasil produksi tetapi juga BUMN/BUMS membantu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia di koperasi agroindustri berupa pengorganisasian dan juga pelatihan
di bidang teknis budidaya maupun manajemen koperasi melalui program Sarjana Masuk
Desa.Download full file at:
Manajemen Pembelanjaan Koperasi
Filed under: Agribisnis Semester 3 — Leave a comment October 26, 2012
Terkait dengan masalah modal, maka menjadi tugas pengurus untuk mendapatkan modal/dana dan
menggunakannya seefisien dan seefektif mungkin. Optimalisasi penggunaan dana merupakan cara
untuk mencapai tujuan manajemen keuangan dalam koperasi. Optimalisasi penggunaan modal akan
dapat memaksimalisasi profit atau SHU dan pada gilirannya akan dapat memaksimisasi
kesejahteraan anggota. SHU yang meningkat dan kesejahteraan anggota yang meningkat akan
menambah kepercayaan pihak ketiga (kreditur) terhadap koperasi. Dengan kepercayaan tersebut,
maka koperasi memiliki peluang untuk dipercaya mengelola modal yang lebih besar lagi dengan
manajemen pembelanjaan yang tersistematis. Manajemen koperasi dapat diartikan mengendalikan,
mengarahkan dan memanfaatkan segala sumber daya yang ada untuk tujuan memajukan atau
mensejahterakan para anggota dan pengurus koperasi. Dan menurut Arman D. Hutasuhut ditinjau
dan sudut pandang gaya manajemen (managment style), manajemen koperasi menganut gaya
partisipatif (participation management), di mana posisi anggota ditempatkan sebagai subjek dan
manajemen yang aktif dalam mengendalikan manajemen perusahaannya.
Menurut Ign.Sukamdiyo dalam organisasi koperasi ada stuktur internal dan eksternal. Struktur
internal organisasi kopersi meliputi:
1. Alat kelengkapan atau Perangkat Organisasi Koperasi
a.Rapat Anggota
b.Pengurus Koperasi
c.Pengawas
2.Dewan Penasehat atau Badan Pembina
3.Manajer
Sedangkan stuktur Eksternal Organisasi Koperasi meliputi:
1.Fungsi Idiil
2.Pembinaan di Bidang Perkoperasian
Ign.Sukamdiyo mengemukakan, Dilihat dari strukur koperasi, masalah pembelanjaan merupakan
bagian dari sistem yang dianut oleh koperasi itu sendiri yang bersumber pada dua hal yang berkaitan
yaitu :
1. Pelanggan koperasi yang merupakan para anggota dan sekaligus sebagai pemilik koperasi (prinsip
identitas)
2. Sendi dasar dan asas koperasi Indonesia yang membedakan koperasi dengan badan usaha lainnya.
Dalam pembelanjaan bisa dibedakan menjadi lima macam yaitu
Pembelanjaan internal koperasi
Pembelanjaan internal koperasi meliputi pembelanjaan aktif menyangkut bagaimana usaha
penggunaan yang dimiliki agar bisa efisien sedangkan pembelanjaan pasif menyangkut bagaimana
caranya untuk mencari dana dengan seefisien mungkin. dalam pembelanjaan aktif tentunya jangan
sampai ada dana yang menganngur terlalu besar karena akan mengakibatkan ketidak efisienan dari
segi biaya bunga tetapi juga jangan sampai ada kekuarangan dana agar tidak mempersempit
kesempatan memperoleh laba. Bila besarnya pembelanjaan aktif dan pembelanjaan pasif seimbang
maka keadaan keuangan perusahaan menunjukan suatu pembelanjaan yang efisien.
Pembelanjaan eksternal koperasi
Pembelanjaan eksternal koperasi atau pembelanjaan dari luar adalah usaha yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan dana yang bersal dari luar perusahaan.
Modal eksternal dapt diperoleh melalui: pinjaman dari perbankan, pinjaman dari induk koperasi,
gabungan koperasi dan dari pusat koperasi. Pinjaman dari pembeli, penjual, dan sejawat koperasi.
Pinjaman dari lembaga keuangan lainnya sperti perusahaan asuransi. Pinjaman dari perusahaan
swasta. Pinjaman dalam bentuk uang atau saham dari BUMN dan BUMS. Penerbitan obligasi. Dalam
pemilihan modal eksternal, manajemen harus pandai memilih sumber dana yang murah dan mudah
manajemen juga harus memperhatikan kemampuan perusahaan.
Modal sendiri koperasi
Yang dimaksud dengan modal sendiri adalah modal yang menaggung resiko (penjelasan UU
No.25/92, 41:2). Sehingga apabila dalam suatu tahun buku koperasi menderita kerugian maka yang
harus menanggung kerugian tersebut adalah komponen-komponen modal sendiri. Modal sendiri
koperasi terdiri dari :
Simpanan pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada
saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok jumlahnya sama untuk setiap
anggota.
Simpanan wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota kepada
koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, misalnya tiap bulan dengan jumlah simpanan yang
sama untuk setiap bulannya. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan
masih menjadi anggota koperasi.
Dana cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil usaha, yang
dimaksudkan untuk pemupukan modal sendiri, pembagian kepada anggota yang keluar dari
keanggotaan koperasi, dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
Dana cadangan diperoleh dan dikumpulkan dari penyisihan sebagian sisa hasil usaha (SHU) tiap
tahun, dengan maksud jika sewaktu-waktu diperlukan untuk menutup kerugian dan keperluan
memupuk permodalan.
Hibah
Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari
pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak mengikat.
Hibah adalah pemberian yang diterima koperasi dari pihak lain, berupa uang atau barang. Hibah
muncul sebagai komponen modal sendiri disebabkan karena pengalaman banyak koperasi menerima
hibah, terutama dari pemerintah.
Maksud ketentuan hibah dalam UU adalah agar koperasi dapat memeliharanya dengan baik dan
dicatat dalam neraca pos modal sendiri. Koperasi yang menerima hibah harta tetap seperti peralatan
atau mesin diwajibkan melakukan penyusutan, sehingga pada saatnya koperasi dapat membeli yang
baru. Ketentuan tersebut dianggap berlebihan, karena hibah seharusnya ditentukan oleh perjanjian
antara penerima dan pemberi hibah, termasuk persyaratan yang disepakati. Status dan perlakukan
akuntansi disesuaikan dengan perjanjian tersebut.
Simpanan sukarela.
Simpanan sukarela adalah adalah jumlah simpanan tertentu yang dibayarkan oleh anggota kepada
koperasi dalam waktu tertentu secara sukarela.
Modal asing pada koperasi
Modal asing pada koperasi adalah sejumlah modal yang digunakan oleh perusahaan koperasi yang
berasal dari luar koperasi.
Pemanfaatan Modal Asing
• Kredit penjual = Dilakukan dengan cara koperasi membeli secara kredit
• Kredit pembeli = Dilakukan ketika ada pembeli dengan cara membayar sejumlah uang muka
kepada koperasi
• Simpanan sukarela dari anggota
• Model bapak angkat = Dilakukan dengan cara koperasi mencari bapak angkat dari suatu usaha
• Kredit
• Cara pembelanjaan modern misalnya belanja dengan cara leasing
Cara mengatasi permodalan koperasi.
Cara mengatasi permodalan koperasi bisa dilakukan dengan pemanfaatan modal koperasi seperti
simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan wajib khusus, sisa hasil usaha, cadangan-cadangan dan
dengan cara pemanfaatan modal asing seperti kredit penjual, kredit pembeli, simpanan sukarela dari
anggota, model bapak angkat atau bapak asuh, kredit atau dana dan cara pembelanjaan modern.
Pengelolaan dan perencanaan modal yang mandiri( mendirikan unit – unit usaha yang berkualitas )
dan melakuakan kerjasama yang baik dengan instansi lain seperti koperasi lain dan bank.
Istilah permodalan koperasi, dengan demikian, tidak hanya mencakup modal yang disetor olah
anggota. Pemodalan dalam koperasi meliputi seluruh sumber pembelanjaan koperasi, yang dapat
bersifat permanen atau sementara. Pihak-pihak yang meliputi klaim terhadap sumber daya koperasi
terdiri dari kreditur, anggota/ pemilik dan badan usaha koperai itu sendiri. Struktur klaim yang
demikian menunjukan bahwa koperasi mempunyai eksistensi tersindiri, terpisah dengan anggota-
anggotanya.
Perlu diingat, bahwa dalam hubungannya dengan berbagai kegiatan usaha koperasi, masalah
manajemen keuangan atau pembelanjaan merupakan fungsi pokok yang harus mendapat perhatian.
Dalam hal ini, maka pihak pengurus atau manajemen koperasi harus mengarahkannya pada:
Terwujudnya stabilitas usaha dengan cara pengelolaan likuiditas dan solvabilitas yang baik.
Terwujudnya pendayagunaan modal yang optimal
Terwujudnya kemampuan membentuk modal sendiri.
Ketiga hal di atas merupakan bagian dari indikator kinerja keuangan dan usaha koperasi. Suksesnya
pengurus koperasi mewujudkan ketiganya, berarti pengurus telah mencapai kinerja keuangan yang
baik. Sebaliknya, apabila pengurus gagal mewujudkan ketiganya, berarti kinerja pengurus dinilai
buruk. Masalah pertama dari ketiga hal di atas, merupakan gambaran yang diperoleh melalui analisa
rasio keuangan dari laporan akuntansi koperasi
Masalah kedua, menyangkut masalah manajemen keuangan koperasi. Masalah manajemen
keuangan ini menuntut pengurus untuk mememikirkan bagaimana kedua aktivitas (mencari sumber
modal dan menggunakan modal) dalam manajemen keuangan dapat dilakukan dengan baik. Dari
segi pengelolaan permodalan, koperasi sebagai badan usaha harus melakukannya dengan
perhitungan yang rasional, yang mendasarkan setiap rencana usaha pada studi kelayakan.
Perlakuan yang demikian akan memacu pengelola koperasi untuk selalu berfikir ekonomis sejak awal
berdiri, sehingga secara makro kriteria keberhasilan koperasi dapat diukur dengan menggunakan
alat analisa rasio keuangan. Melalui mengukuran tersebut maka dapat diketahui efisiensi pada
koperasi, dan pada akhirnya tingkat efisiensi ini akan menentukan terhadap pencapaian SHU
koperasi.
Masalah ketiga, pada hakekatnya merupakan wujud dari keberhasilan pengurus koperasi dalam
mencapai masalah kedua. Masalah ketiga ini didasarkan atas prinsip koperasi harus dapat mandiri
dan tangguh. Semakin tinggi tingkat efisiensi maka SHU akan meningkat. Peningkatan SHU dengan
sendirinya akan meningkatkan pula pembentukan modal sendiri yang dibentuk melalui cadangan.
Ketiga masalah di atas menjadi tugas para pengelola koperasi (pengurus berserta manajer) untuk
dapat menciptakan ketiga kondisi yang menjadi arah dari perkembangan manajemen keuangan
koperasi. Dalam hal ini pengelola harus dapat menciptakan kondisi optimal dalam koperasi, yang
antara lain dapat dilakukan melalui:
Optimalisasi skala usaha koperasi, melalui alokasi modal yang efisien, produktif dan rasional.
Optimalisasi pemanfaatan kapasitas usaha dan modal koperasi.
Optimalisasi kerjasama dengan berbagai pihak, baik dalam bentuk usaha, permodalan maupun
manajemen koperasi secara umum.
Optimalisasi pemupukan modal sendiri, melalui simpanan-simpanan anggota dan pembentukan
dana cadangan.
Agar usaha optimalisasi di atas tercapai, maka sudah seharusnya kesan bahwa ”koperasi sebagai
perkumpulan orang bukan perkumpulan modal” yang seringkali dianggap sebagai faktor penyebab
gagalnya manajemen keuangan koperasi dapat dihapuskan. Ini menjadi tugas berat bagi pengelola
koperasi.
KESIMPULAN
Salah satu kunci sukses koperasi adalah mampu menjalankan manajemen pembelanjaan koperasi
dengan baik dan terorganisir sehingga koperasi mampu bertahan dalam kondisi apapaun, termasuk
krisis.
Karena yang menjadi pokok pembahasan dalam manajemen pembelanjaan koperasi ini adalah
mengenai pembelanjaan dan modal koperasi yang menjadi sendi penting pembangunan koperasi.
Oleh karenanya, pemberian pemahaman mengenai manajemen pembelanjaan koperasi dibutuhkan
agar generasi muda penerus bangsa mampu meneruskan pengembangan koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://lensa.diskopjatim.go.id/warta-koperasi/manajemen-koperasi/213-manajemen-keuangan-
dan-permodalan-koperasi-2.html
http://ozzyzone.blogspot.com/2011/03/manajemen-pembelanjaan-koperasi.html
http://mutiasiimumuth.blogspot.com/2011/01/laporan-keuangan-koperasi.html
http://blog.student.uny.ac.id/ukiransejarahhidup/2010/10/19/manajemen-koperasi/
Koperasi di Indonesia
Filed under: Agribisnis Semester 3 — Leave a comment September 17, 2012
Gerakan koperasi bermula pada abad ke-20 yang pada umumnya merupakan hasil dari usaha yang
tidak spontan dan tidak dilakukan oleh orang-orang yang sangat kaya. Koperasi tumbuh dari
kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh
sistem kapitalisme semakin memuncak. Beberapa orang yang penghidupannya sederhana dengan
kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan dan beban ekonomi yang sama, secara
spontan mempersatukan diri untuk menolong dirinya sendiri dan manusia sesamanya.
Pada tahun 1896 seorang Pamong Praja Patih R.Aria Wiria Atmaja di Purwokerto mendirikan sebuah
Bank untuk para pegawai negeri (priyayi). Ia terdorong oleh keinginannya untuk menolong para
pegawai yang makin menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan pinjaman dengan
bunga yang tinggi. Maksud Patih tersebut untuk mendirikan koperasi kredit model seperti di Jerman.
Cita-cita semangat tersebut selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode, seorang asisten
residen Belanda. De Wolffvan Westerrode sewaktu cuti berhasil mengunjungi Jerman dan
menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi Bank
Pertolongan, Tabungan dan Pertanian. Selain pegawai negeri juga para petani perlu dibantu karena
mereka makin menderita karena tekanan para pengijon. Ia juga menganjurkan mengubah Bank
tersebut menjadi koperasi. Di samping itu ia pun mendirikan lumbung-lumbung desa yang
menganjurkan para petani menyimpan pada pada musim panen dan memberikan pertolongan
pinjaman padi pada musim paceklik. Ia pun berusaha menjadikan lumbung-lumbung itu menjadi
Koperasi Kredit Padi. Tetapi Pemerintah Belanda pada waktu itu berpendirian lain. Bank
Pertolongan, Tabungan dan Pertanian dan Lumbung Desa tidak dijadikan Koperasi tetapi Pemerintah
Belanda membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank –bank Desa , rumah gadai dan Centrale Kas
yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI). Semua itu adalah badan usaha Pemerntah dan
dipimpin oleh orang-orang Pemerintah.Download full file at:
PRAKTIKUM KOPERASI DAN KEMITRAAN AGRIBISNIS
Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-orang demi kepentingan
bersama. Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan.
Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka
waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling
membesarkan.
Lokasi praktikum koperasi dan kemitraan agribisnis bertempat di Koperasi Serba Usaha (KSU) Karika
dan Koperasi Pondok Pesantren (Koppontren) Al Falah, Kabupaten Wonosobo. Praktikum koperasi
dan kemitraan agribisnis ini dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Desember 2012. Tujuan praktikum ini
adalah untuk mengetahui organisasi yang meliputi struktur, koordinasi, pembagian kerja, tugas dan
wewenang, tanggung jawab, sistem pengambilan keputusan, pola komunikasi organisasi pada KSU
Karika dan Koppontren Al Falah serta mengetahui hubungan kemitraan KSU Karika dengan UD Yuasa
Food, UD Afifah dan UD Sekar Raos serta kemitraan Koppontren Al Falah dengan PT. Solo Agro
Lestari.
Kerangka Teori
Koperasi Serba Usaha (KSU) Karika
Koperasi Serba Usaha (KSU) Karika merupakan koperasi agribisnis yang mewadahi anggota pelaku
usaha dari hulu sampai hilir khususnya di bidang budidaya, pengolahan, pemasaran carica yang
merupakan produk unggulan daerah Kabupaten Wonosobo dengan alamat di Jalan Dieng km 3,5
Krasak, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
KSU Karika dibentuk pada tahun 2008 yang pada saat itu masih pra Koperasi Karika. Sedangkan
pada bulan April 2011, KSU Karika sudah sah berbadan hokum No. 518/077/BH/XIV-29/IV/2011 yang
merupakan koperasi bergerak di usaha agribisnis OVOP (One Village One Product) carica. Hal itu
bertujuan untuk memperkenalkan produk unggulan daerah Wonosobo ke masyarakat luas, yaitu
carica. Pemberian nama KSU Karika berdasarkan visi dan misi koperasi tersebut, yaitu dengan visi
mensejahterakan anggota melalui usaha carica dari hulu sampai hilir, dan misi 1) mengembangkan
usaha agribisnis carica hulu sampai hilir, 2) mengembangkan usaha toserba, 3) mengembangkan
usaha simpan pinjam dan 4) mengembangkan usaha jasa. Selain itu, nama KSU Karika sesuai dengan
nama produk unggulan di Kabupaten Wonosobo, yaitu Karika (Carica papaya). KSU Karika juga
mempunyai filosofi Kami Berdiri Karena Anda dan semboyan “Thinking Better to Greatest Value”
dengan maksud berfikir positif untuk mendapat hasil yang terbaik. Dengan semboyan tersebut, KSU
Karika yang tergolong baru mendapat apresiasi tinggi dari Dinas Koperasi Kabupaten Wonosobo
karena KSU Karika dapat melakukan RAT (Rapat Anggota Tahunan) tepat waktu, yaitu pada tanggal
29 Februari 2011.
KSU Karika mempunyai 80 anggota yang terdiri dari petani carica, UKM carica, pemasar carica,
instansi petani dan masyarakat sekitar. KSU Karika juga memiliki fasilitas-fasilitas untuk para
anggotanya diantaranya pelayanan simpan pinjam, pelayanan kredit melalui proses yang mudah,
cepat dan tanpa bunga dan bantuan berupa peralatan produksi carica serta peralatan pemasaran
berupa meja kasir dan etalase kaca.
Sampai saat ini KSU Karika telah menerima kunjungan dan studi banding dari berbagai instansi dan
lembaga antara lain dari kalanga siswa dan mahasiswa, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten
Wonosobo, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah, Deputy Bidang Pengembangan
sumberdaya Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Asisten Deputy Bidang Produksi
Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Pada tanggal 21 Juni 2011, KSU KARIKA
menerima bantuan dari Gubernur Jawa Tengah berupa peralatan produksi carica. Pada tanggal 24
November 2011 KSU KARIKA mendapat bantuan peralatan pemasaran berupa meja kasir dan etalase
kaca yang sebagian telah dihibahkan kepada anggota yang memiliki usaha pemasaran carica.
Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al Falah
Kopontren (Koperasi Pondok Pesantren) Al Falah Wonosobo beralamat di Dusun Gesing Desa
Gemblengan Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Kopontren Al Falah berdiri
pada tanggal 13 Mei 2006, yang kemudian dibadanhukumkan pada tanggal 9 Agustus 2006 dengan
BH No : 518/024/BH/VIII/2006 dan akta notaries dari Ny. Henny Ika Putri, S.H. Nomor
516/024/BH/VIII/2006. Pada tanggal 14 Juni 2006, diharapkan dengan terbentuknya Kopontren ini
akan menjadi sarana pemberdayaan ekonomi yang berwatak sosial, melatih kebersamaan serta
mengupayakan pemberdayaan ekonomi masyarakat berdasar pada sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang ada. Menjalin silaturrahim antar anggota sekaligus sebagai sarana membangun
sinergi antar anggota dengan mengoptimalkan potensi anggota guna mencapai kesejahteraan
bersama.
Tak kalah pentingnya, Kopontren Al Falah didirikan sebagai pondok pesantren sebagai pusat
ekonomi masyarakat di samping kegiatan belajar mengajar yang selama ini dijalani. Transfer
teknologi serta pengembangan kegiatan ekonomi akan menjadi materi pembelajaran para santri dan
masyarakat sekitar pondok untuk mengembangkan dirinya khususnya di bidang ekonomi dan
pertanian. Kopontren Al Falah diberi suatu kepercayaan untuk membudidayakan tanaman paprika
yang bibitnya diperoleh dari PT Solo Agro Lestari. Kopontren Al Falah merupakan suatu wadah yang
berfungsi untuk mengembangkan budidaya paprika agar mendapatkan hasil berupa komoditas
unggulan.
Kopontren Al Falah merupakan koperasi yang awalnya hanya bergerak dalam bidang peternakan,
namun saat ini usaha bertambah dalam bidang pertanian. Koperasi ini mengedepankan usaha
tanaman paprika, hal tersebut dipilih karena hasil yang diperoleh dari paprika sangatlah tinggi
dampak dari permintaan dipasar akan paprika sangat tinggi juga. Paprika ini memiliki kelebihan
antara lain adalah dapat tumbuh di sembarang tempat, selain itu belum banyak pesaing. Tanaman
papikra yang dibudidayakan oleh kopontren Al Falah ditanam pada polibag besar sehingga tidak
memerlukan kandungan nutria tanah lokasi untuk media tanam. Setiap polibag bisa menghasilkan
lima kilogram paprika (satu kilogram sama dengan empat buah paprika). Kopontren Al Falah ini
mempunyai visi untuk mensejahteraan masyarakat petani paprika dari tradisional ke modern yang
ada di wilayah desa Gemblengan pada khususnya dan dengan misi mensejahterakan sumber daya
manusia dan memnafaatkan peluang yang ada.
Pada tahun 2011, Kopontren Al Falah menjalin kemitraan dengan PT. Solo Agro Lestari. Kemitraan
yang lain juga dijalin Kopontren dengan para petani melalui pola kemitraan inti plasma. Dimana
dalam hal ini Kopotren Al Falah sangat diuntungkan, karena PT. Solo Agro Lestari telah menyediakan
bahan baku tersebut, sedangkan pihak koperasi yang menjalankan tugasnya. Dari bentuk kerjasama
tersebut sudah terbentuk 16 green house yang sudah berproduksi ± 70%. Dalam keberjalanan
koperasi ini, Kopontren Al Falah mengalami hambatan sumber karena letak koperasi tidak strategis
dengan PT. Solo Agro Lestari, karena jaraknya jauh sehingga kurang efektif serta terdapat hambatan
dalam masalah permodalan.
Kopontren Al Falah terdiri dari 23 orang anggota koperasi, calon anggota 60 orang, pengawas 2
orang, dan pengurus 6 orang. Fasilitas yang dimiliki oleh Kopontren Al Falah berupa beberapa
peralatan pendukung koperasi, green house sebagai tempat budidaya paprika dan sebuah bangunan
kantor sekretariat.