kematian mendadak
DESCRIPTION
kematian mendadakTRANSCRIPT
Bagian forensik FK UNJANI
PENDAHULUAN
Kematian mendadak akibat penyakit seringkali mendatangkan kecurigaan baik bagi penyidik,
masyakat atau keluarga , khususnya bila yang meninggal adalah orang yang cukup dikenal oleh
masyarakat , orang yang meninggal di rumah tahanan dan ditempat-tempat umum seperti :
Hotel, cottege, terminal, cattage, motel, atau di dalam kendaraan. Kecurigaan adanya unsur
kriminal pada kasus kematian mendadak terutama disebabkan masalah TKP (tempat
kejadian perkara) yaitu bukan di rumah korban atau di rumah sakit melainkan di tempat umum
karena alasan tersebut kematian mendadak termasuk kasus forensik walaupun hasil otopsinya
menunjukan kematian diakibatkan oleh misalnya penyakit jantung koroner, perdarahan otak
atau pecahnya berry aneurisma.
Penentuan sebab kematian menjadi penting terkait dengan kepentingan hukum, perubahan
status almarhum dan keluarganya, serta hak dan kewajiban yang timbul dari meninggalnya
orang tersebut. Autopsi sebagai suatu jalan penentuan sebab kematian merupakan pilihan solusi
saat berhadapan dengan suatu kematian mendadak.
Definisi WHO untuk kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada 24 jam sejak gejala-
gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik, sebagian besar kematian terjadi dalam
hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul. Kematian mendadak tidak selalu
tidak diduga, dan kematian yang tak diduga tidak selalu terjadi mendadak, namun amat sering
keduanya ada bersamaan pada suatu kasus.
Terminologi kematian mendadak dibatasi pada suatu kematian alamiah yang terjadi tanpa
diduga dan terjadi secara mendadak, mensinonimkan kematian mendadak dengan terminologi
”sudden natural unexpected death”. Kematian alamiah di sini berarti kematian hanya disebabkan
oleh penyakit bukan aibat trauma atau racun .
PREVALENSI
Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan pada perempuan.
Penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan pertama dalam penyebab
kematian mendadak, dan sesuai dengan kecenderungan kematian kematian mendadak pada
laki-laki yang lebih besar, penyakit jantung dan pembuluh darah juga memiliki kecenderungan
serupa. Penyakit jantung dan pembuluh darah secara umum menyerang laki-laki lebih sering
dibanding perempuan dengan perbandingan 7 :1 sebelum menopause, dan menjadi 1 : 1 setelah
perempuan menopause. Di Indonesia, seperti yang dilaporkan Badan Litbang Departemen
Kesehatan RI, persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1%
(1981), 16,0% (1986) dan 19,0% (1995).
Tahun 1997 -2003 di Jepang dilakukan penelitian pada 1446 kematian pada kecelakaan lalu
lintas dan dari autopsi pada korban kecelakaan lalu lintas di Dokkyo University dikonfirmasikan
bahwa 130 kasus dari 1446 kasus tadi penyebab kematiannya digolongkan dalam kematian
mendadak, bukan karena trauma akibat kecelakaan lalu lintas.
PENGGOLONGAN KEMATIAN ALAMIAH
Kematian alamiah dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu:
1. Kematian yang terjadi dimana ada saksi mata dan keadaan dimana faktor fisik dan emosi
mungkin memainkan peran, juga dapat terjadi saat aktivitas fisik, dimana cara mati dapat lebih
mudah diterangkan atau kematian tersebut terjadi selama perawatan/pengobatan yang
dilakukan oleh dokter ( Attendaned Physician).
2. Keadaan dimana mayat ditemukan dalam keadaan yang lebih mencurigakan seringnya
diakibatkan TKP nya atau pada saat orang tersebut meninggal tidak dalam perawatan atau
pengobatan dokter (unattendaned physician), terdapat kemungkinan hadirnya saksi-saksi yang
mungkin ikut bertanggung jawab terhadap terjadinya kematian.
Pada kematian alamiah kategori pertama, kematian alamiah dapat dengan lebih mudah
ditegakkan, dan kepentingan dilakukannya autopsi menjadi lebih kecil. Pada kematian alamiah
kategori kedua, sebab kematian harus benar-benar ditentukan agar cara kematian dapat
ditentukan dan kematian alamiah dan tidak wajar sedapat mungkin ditentukan dengan cara
apakah kekerasan atau racun ikut berperan dalam menyebabkan kematian.
Pada kematian alamiah kategori kedua, karena keadaan yang lebih mencurigakan, polisi akan
mengadakan penyidikan dan membuat surat permintaan visum et repertum. Pada keadaan ini
hasil pemeriksaan akan dituangkan dalam visum et repertum, dan persetujuan keluarga akan
menjadi prioritas yang lebih rendah dari kepentingan penegakan hukum.
ASPEK MEDIKOLEGAL NATURAL SUDDEN DEATH
Pada tindak pidana pembunuhan, pelaku biasanya akan melakukan suatu tindakan/usaha agar
tindak kejahatan yang dilakukanya tidak diketahui baik oleh keluarga, masyarakat dan yang pasti
adalah pihak penyiidik (polisi) , salah satu modus operandus yang bisa dilakukan adalah dengan
cara membawa jenazah tersebut ke rumah sakit dengan alasan kecelakaan atau meninggal di
perjalanan ketika menuju kerumah sakit (Death On Arrival) dimana sebelumnya almarhum
mengalami serangan suatu penyakit ( natural sudden death).
Pada kondisi diatas, dokter sebagai seorang profesional yang mempunyai kewenangan untuk
memberikan surat keterangan kematian harus bersikap sangat hati-hati dalam mengeluarkan
dan menandatangani surat kematian pada kasus kematian mendadak (sudden death) karena
dikhawatirkan kematian tersebut setelah diselidiki oleh pihak penyidik merupakan kematian
yang terjadi akibat suatu tindak pidana. Kesalahan prosedur atau kecerobohan yang dokter
lakukan dapat mengakibatkan dokter yang membuat dan menandatangani surat kematian
tersebut dapat terkena sangsi hukuman pidana. Ada beberapa prinsip secara garis besar harus
diketahui oleh dokter berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu:
1. Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda kekerasan yang
signifikan dan dapat diprediksi dapat menyebabkan kematian ?
2. Apakah pada pemeriksaan luar terdapat adanya tanda-tanda yang mengarah pada
keracunan ?
3. Apakah almarhum merupakan pasien (Contoh: Penyakit jantung koroner) yang rutin
datang berobat ke tempat praktek atau poliklinik di rumah sakit ?
4. Apakah almarhum mempunyai penyakit kronis tetapi bukan merupakan penyakit
tersering penyebab natural sudden death ?
Adanya kecurigaan atau kecenderungan pada kematian yang tidak wajar berdasarkan kriteria
tersebut, maka dokter yang bersangkutan harus melaporkan kematian tersebut kepada penyidik
(polisi) dan tidak mengeluarkan surat kematian.
LESI PENYEBAB
Lesi yang dapat menyebabkan kematian alamiah yang mendadak secara garis besar terdiri dari 3
golongan :2
1. Grup terbesar adalah lesi yang diakibatkan oleh proses penyakit yang berjalan perlahan
atau insidental berulang yang merusak organ vital tanpa menimbulkan suatu gejala renjatan akut
sampai terjadi suatu penghentian fungsi organ vital yang tiba-tiba. Salah satu contoh yang paling
baik untuk golongan ini adalah kematian mendadak akibat penyakit jantung koroner.
2. Terjadinya ruptur pembuluh darah yang mendadak dan tak terduga, yang diikuti dengan
perdarahan yang berakibat fatal. Contoh golongan ini adalah pecahnya aneurisma aorta dengan
perdarahan ke dalam pericardial sac atau pecahnya aneurisma pada sirkulus Willisi yang
menyebabkan perdarahan subdural.
3. Golongan ketiga mencakup infeksi latent atau infeksi hebat yang perjalanan penyakitnya
berkembang tanpa menunjukkan gejala yang nyata atau bermakna sampai terjadi kematian.
Contohnya adalah endokarditis bakterial atau obstruksi mendadak usus karena volvulus.
Pengenalan sebab kematian pada kasus kematian mendadak secara mendasar adalah proses
interpretasi yang mencakup deteksi perubahan patologis yang ditemukan secara anatomis,
patologi anatomi, bakteriologis dan kimiawi serta seleksi lesi yang ditemukan yang dianggap
mematikan bagi korban.
Menurut sistem tubuh, lesi yang menyebabkan kematian mendadak dapat dibagi atas :2
1. Penyakit jantung dan pembuluh darah
a. Penyumbatan arteri koroner
b. Lesi miokard, katup jantung, endocardium dan pericardium
c. Penyakit jantung kongenital
d. Lesi aorta
2. Penyakit respirasi
a. Lesi yang menyebabkan asfiksia
b. Perdarahan dari jalan nafas
c. Pneumothorax
d. Infeksi paru
3. Penyakit otak dan lesi intrakranial lain
4. Penyakit saluran cerna dan urogenital
a. Perdarahan ke dalam saluran cerna
b. Perdarahan intra-abdomen
c. Syok
d. Infeksi peritoneum
e. Lesi urogenital
5. Lain-lain
a. Addison disease
b. Pheochromocytoma dari medula adrenal yang menyebabkan hiperadrenalin
c. Senile marasmus