kemampuan literasi informasi siswa di sma negeri 7 …
TRANSCRIPT
KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI SISWA DI SMA NEGERI 7 PURWOREJO
Karimatul Laila dan Utami Budi Rahayu Hariyadi
Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia,
Depok, Jawa Barat 16424, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan keterampilan literasi informasi sebagai sebuah kebutuhan bagi para siswa dalam membangun pengetahuannya. Para siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menggunakan informasi yang ada secara efektif, efisien dan etis. Perpustakaan sekolah sebagai lembaga informasi yang bertanggung jawab dalam menyediakan sumber informasi bagi kegiatan belajar dan mengajar diharapkan dapat berperan aktif dalam mengembangkan kemampuan literasi informasi siswa. Artikel ini membahas mengenai kemampuan literasi informasi siswa di SMA Negeri 7 Purworejo. Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode survei dan kuesioner sebagai instrumen untuk pengumpulan data. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 86 responden. Model yang digunakan sebagai pedoman instrument penelitan adalah The Big6 Skills. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan literasi informasi siswa kelas XI lebih unggul dibanding kemampuan literasi informasi siswa kelas X, dengan melihat adanya perbedaan mean dari kedua kelompok responden dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh pelaksanaan program kelas literasi informasi terhadap tingkat kemampuan literasi informasi siswa.
Information Literacy Skills of Senior High School Students at
SMA Negeri 7 Purworejo
Abstract
The development of science and technology makes the information literacy skills as a necessity for students to construc their own knowledge. Students are expected to have the ability to use information effectively, efficiently and ethically. The school library as an information institution responsible for providing information recources for learning and teaching activities is expected to play an active role in developing student’s information literacy skills. This articel describes about information literacy skills of students at SMA Negeri 7 Purworejo. This research is a descriptive-quantitative approach using survey method and questionnaire as instruments to collect the data. The model used as the instrument research tool is The Big6 Skills. The result of this research shows that the information literacy skills of students in grade XI is better than the students in grade X, by looking at the difference of mean from both groups of respondents can be said that the implementation of information literacy class program gave impact to the level of information literacy skills of the students.
Keywords: Information literacy, school librarian, school library, the big6 skills
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
Pendahuluan
Informasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Sebagai hasil dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, setiap detik informasi
tercipta dengan cepat dan menyebar melalui berbagai sumber informasi. Fenomena tersebut
peningkatan produksi informasi tersebut mengakibatkan sulitnya proses seleksi informasi oleh
manusia dalam memperoleh informasi yang tepat guna, karena tidak setiap informasi yang
tersedia dapat dipercaya dan bermutu. Agar terhindar dari kesulitan dalam pencarian dan
pemanfaatan informasi, diperlukan adanya keterampilan atau pengetahuan untuk mencari,
menggunakan, mengorganisir, dan mengevaluasi informasi secara efektif dan efisien.
Literasi informasi dan dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, keduanya saling terkait satu sama lain dalam proses pembelajaran sepanjang
hayat. Kemampuan dalam literasi informasi sangat diperlukan bagi siswa dalam kegiatan
belajar dan mengajar di sekolah. Hal tersebut dikarenakan saat ini arah pendidikan sekolah
tidak lagi berorientasi kepada guru yang memberikan informasi satu arah terhadap siswa, akan
tetapi lebih berorientasi pada kemandirian siswa. Siswa dituntut untuk dapat berpartisipasi
aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan guru lebih difokuskan untuk berperan
sebagai fasilitator.
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Purworejo merupakan salah satu lembaga
pendidikan tingkat menengah atas unggulan yang difavoritkan di kabupaten Purworejo. Visi
dari sekolah ini yaitu untuk membentuk siswa-siswi yang unggul dalam prestasi, santun dalam
perilaku, memiliki apresiasi seni budaya yang tinggi, peduli lingkungan dan berwawasan
global. Demi mewujudkan visinya, SMA Negeri 7 Purworejo tentunya membutuhkan
pengajar serta siswa-siswi yang information literate, yaitu sivitas sekolah yang memiliki
keterampilan dalam mengikuti perkembangan informasi dan kemajuan teknologi yang ada.
Lembaga informasi yang dimanfaatkan dalam mendukung peningkatan keterampilan
literasi informasi siswa adalah perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah disediakan
sebagai fasilitas untuk menjalankan dan mendukung pendidikan, dengan menyediakan ilmu
pengetahuan dan informasi melalui koleksi dan layanan yang tersedia. Sesuai dengan School
Library Manifesto yang dikeluarkan oleh International Federation of Library Associations
and Institutions (IFLA)/UNESCO pada tahun 2000, perpustakaan sekolah menjadi fasilitas
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
dalam dalam pengajaran dan pembelajaran untuk sivitas sekolah, serta penyedia informasi dan
ide yang merupakan dasar keberhasilan masyarakat masa kini yang berbasis pengetahuan dan
informasi (IFLA/UNESCO, 2000). Tenaga perpustakan sekolah sebagai tonggak utama
kualitas pelayanan perpustakaan, haruslah memiliki kompetensi dalam literasi informasi.
Keterampilan literasi informasi tenaga perpustakaan tersebut berguna untuk membantu para
siswa sebagai pemustakanya dalam mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dengan
efisien dan efektif, sehingga kemudian dapat menggunakan informasi tersebut secara etis
(Sudarsono et al, 2007: 6).
Agar dapat mengetahui bagaimana penerapan program literasi informasi di SMA
Negeri 7 Purworejo, peneliti telah terlebih dahulu melakukan observasi dan wawancara
singkat dengan Ana Rizka Mashud, M.IP selaku kepala perpustakaan sekolah. Berdasarkan
hasil observasi, peneliti memperoleh informasi bahwa perpustakaan telah memberikan
pengenalan secara garis besar mengenai perpustakaan kepada siswa-siswi baru pada saat
kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS). Proses literasi informasi juga terlihat dalam kegiatan
belajar mengajar yang merujuk pada sistem pembelajaran modern, dengan mengunakan
pemicu berupa tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Perpustakaan SMA Negeri 7 Purworejo juga pernah mengadakan program literasi
informasi yaitu berupa kegiatan kelas literasi informasi. Program kelas literasi informasi
mulai diadakan di SMA Negeri 7 Purworejo pada tahun 2014, materi yang disampaikan yaitu
meliputi cara pencarian informasi melalui internet, pencarian menggunakan operator Boole
and; or; not (boolean searching), cara menggunakan koleksi referens, dan cara menggunakan
sumber informasi di website. Program ini dilakukan pertama kali oleh mahasiswa Diploma 3
(D3) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta yang sedang melakukan kegiatan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di perpustakaan SMA Negeri 7 Purworejo. Mahasiswa PKL
tersebut melaksanakan program dengan didampingi oleh mbak Ana (kepala perpustakaan)
yang pada waktu itu masih menjabat sebagai tenaga perpustakaan. Satu tahun berikutnya,
kegiatan ini dilanjutkan oleh mbak Ana sendiri. Kelas literasi ini dilaksanakan pada saat
terdapat jam kosong, yaitu apabila guru berhalangan mengajar. Pada tahun 2016, SMA Negeri
7 Purworejo mulai menerapkan pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) 5 hari
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
sepekan, karenanya jadwal siswa semakin padat dan Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga
perpustakaan pun kurang, maka sejak tahun itu kelas literasi informasi tidak berjalan lagi.
Berdasarkan hasil observasi di atas, penulis tertarik untuk membahas topik
Kemampuan Literasi Informasi Siswa di SMA Negeri 7 Purworejo. Topik ini dipilih untuk
mengetahui perbandingan tingkat kemampuan literasi siswa kelas XI yang telah mengikuti
program kelas literasi informasi dengan kemampuan siswa kelas X yang belum mengikuti
program dan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan pengaruh pelaksanaan program
terhadap tingkat kemampuan literasi informasi siswa.
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran secara khusus
mengenai tingkat kemampuan literasi informasi siswa kelas X dan kelas XI, serta pengaruh
pelaksanaan program terhadap kemampuan literasi informasi siswa. Selain itu, hasil penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau acuan pihak sekolah dalam
pengambilan kebijakan pelaksanaan program literasi informasi di perpustakaan SMA Negeri 7
Purworejo kedepannya.
Tinjauan Literatur
Konsep mengenai literasi informasi telah muncul dan dikenal pertama kali sejak tahun
1970-an. Menurut Michael B. Eisenberg dalam bukunya yang berjudul “Information literacy:
essential skills for information age”, istilah literasi informasi pertama kali diperkenalkan oleh
Paul Zurkowski (The President of Information Industry Association of United States) dalam
proposal yang dia ajukan kepada National Commision on Libraries and Information Science
(NCLIS) di Amerika Serikat. Paul Zurkowski berpendapat bahwa seseorang yang telah
terlatih dalam menggunakan sumber-sumber informasi untuk menyelesaikan tugasnya, orang
tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang melek informasi (information literate). Seorang
yang melek informasi telah mempelajari teknik dan kemampuan untuk menggunakan berbagai
macam alat dan sumber-sumber informasi utama, untuk memecahkan masalahnya (Eisenberg,
2004, hal. 3).
Dalam laporan High-Level Colloquium on Information Literacy and Lifelong Learning
yang diadakan di Alexandria pada tanggal 6-9 November 2005 yang ditulis oleh Sarah
Devotion Garner, Alexandria Proclamation menyatakan bahwa literasi merupakan inti dari
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
pembelajaran sepanjang hayat. Literasi memberdayakan individu di semua lapisan masyarakat
untuk mencari, mengevaluasi, menggunakan dan menciptakan informasi secara efektif untuk
mencapai tujuan pribadi, sosial, pekerjaan dan pendidikan mereka. Dalam laporan tersebut
dinyatakan bahwa literasi informasi merupakan dasar hak asasi manusia di era digital
(Garner, 2006, hal. 3).
Literasi informasi di Indonesia mulai diperkenalkan kepada para tenaga perpustakaan
pada awal tahun 2000. Sejak tahun 2005, Perpustakaan Nasional RI (PNRI) mulai
mengenalkan literasi informasi kepada pustakawan di perpustakaan sekolah, perpustakaan
perguruan tinggi, dan perpustakaan umum melalui kegiatan seminar dan lokakarya. Sudarsono
dalam bukunya Literasi Informasi: Pengantar untuk Perpustakaan Sekolah, menyebutkan
organisai lain yang turut berpartisipasi dalam menyebarkan literasi informasi adalah Ikatan
Pustakawan Indonesia (IPI). Pada kongres IPI yang ke-10 di Denpasar, Bali, pada November
2006, IPI bahkan menjadikan literasi informasi sebagai tema kongresnya. Pada tahun 2007,
Departemen Pendidikan Nasional dalam menyusun standar kompetensi tenaga perpustakaan
sekolah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan, menetapkan literasi informasi sebagai
salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga perpustakaan sekolah (Sudarsono,
2007, hal. 7).
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah Madrasah, dicantumkan bahwa literasi informasi merupakan salah satu
dimensi kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga perpustakaan sekolah. Tujuannya yaitu
agar tenaga perpustakaan sekolah sebagai pekerja informasi profesional dapat
memperkenalkan kepada komunitas sekolah, khususnya kepada siswa dan pengajar tentang
bagaimana cara berinteraksi dengan informasi yang baik agar menjadi individu yang melek
informasi (information literate) melalui program literasi informasi. Dalam buku “Information
Power: building partnerships for learning” American Association of School Librarians
(AASL) tahun 1998, menyatakan bahwa siswa yang information literate adalah siswa yang
memiliki kemampuan untuk mengakses informasi secara efisien dan efektif, memiliki
kemampuan untuk mengevaluasi informasi secara kritis dan dapat menggunakan informasi
secara akurat dan kreatif (AASL, 1998, hal. 2).
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
Untuk menumbuhkan kemampuan literasi informasi siswa, terdapat langkah-langkah
yang harus dikuasai. Beberapa langkah tersebut disusun menjadi suatu model yang disebut
sebagai model literasi informasi. Model tersebut menyediakan sebuah mekanisme atau
langkah untuk mengukur dan menguji kemampuan literasi informasi seseorang, serta dapat
memberikan pengarahan tahapan kemampuan literasi yang dapat membantu seseorang untuk
meningkatkan keterampilan dalam memanfaatkan informasi. Dalam penelitian ini, model
literasi informasi yang digunakan adalah model literasi informasi The Big6 Skills yang
dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1987 oleh dua pustakawan bernama Robert E.
Berkowitz dan Michael B. Eisenberg.
Agustin Widya Gunawan, dalam bukunya “7 Langkah Literasi Informasi: Knowledge
Management” menyebutkan bahwa The Big6 mempunyai konsep yang sifatnya lebih fleksibel
sehingga dapat diaplikasikan dan dikembangkan sesuai dengan tingkatan kebutuhan informasi
(Gunawan, 2008, hal. 3). Model ini terdiri dari 6 keterampilan dan 12 langkah indikator
sebagai berikut:
1. Definisi tugas (task definition)
1.1 Definisikan masalah informasi yang dihadapi
1.2 Identifikasi informasi yang diperlukan
2. Strategi mencari informasi (information seeking strategies)
2.1 Menentukan semua sumber yang mungkin atau dapat digunakan
2.2 Memilih sumber yang terbaik
3. Lokasi dan akses (location and access)
3.1 Tentukan lokasi sumber secara intelektual maupun fisik
3.2 Menemukan informasi dalam sumber informasi
4. Menggunakan informasi (use of information)
4.1 Hadapi, misalnya membaca, mendengar, menyentuh, mengamati sumber informasi
4.2 Ekstrak informasi yang relevan
5. Sintesa (synthesis)
5.1 Mengorganisasikan dari banyak sumber
5.2 Sajikan informasi
6. Evaluasi (evaluation)
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
6.1 Nilai produk yang dihasilkan dari segi efektivitas
6.2 Nilai proses, apakah efisien
(Eisenberg, 2004, hal. 4).
Dalam Standar Nasional Indonesia untuk Perpustakaan Sekolah, tujuan dari
penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah untuk menyediakan pusat sumber belajar
sehingga dapat membantu pengembangan dan peningkatan minat baca, literasi informasi,
bakat serta kemampuan peserta didik (Badan Standardisasi Nasional, 2009). Selanjutnya,
Bafadal dalam bukunya yang berjudul “Pengelolaan Perpusataakan Sekolah” menyebutkan
bahwa tujuan dari penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya sekedar untuk kegiatan
mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, akan tetapi penyelenggaraan
perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu siswa dan guru menyelesaikan tugas-tugas
dalam proses belajar mengajar (Bafadal, 2009, hal. 5).
Tenaga perpustakaan sekolah memiliki peran yang besar dalam pengembangan
kemampuan literasi informasi siwa. Tenaga perpustakaan sekolah diharapkan memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam penyediaan informasi dan pemecahan
masalah informasi serta keahlian dalam menggunakan berbagai sumber informasi, baik
tercetak maupun elektronik untuk kegiatan pelayanan terhadap pengguna terutama siswa dan
pengajar. Untuk mendukung perealisasian tujuan tersebut, pada tahun 2007 Departemen
Pendidikan Nasional menyusun standar kompetensi tenaga perpustakaan sekolah melalui
Badan Standar Nasional Pendidikan, telah menetapkan bahwa tenaga perpustakaan harus
sekolah memiliki kompetensi literasi informasi sebagai salah satu kompetensi yang dikuasai
(Sudarsono, 2007, hal. 7). Terlihat bahwa pemerintah telah menempatkan literasi informasi
sebagai suatu keterampilan yang penting untuk dikuasai tek terkecuali bagi para siswa. Agar
dapat memiliki kemampuan literasi informasi yang baik maka perpustakaan perlu
mengadakan program literasi informasi bagi siswa. Dalam Standar Nasional Perpustakaan
tentang Perpustakaan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SNP 009:2011) disebutkan
bahwa pelaksanaan program literasi informasi di sekolah seharusnya dilakukan sekurang-
kurangnya empat kali dalam satu tahun untuk setiap tingkatan kelas (Perpustakaan Nasional
RI, 2011, hal. 5).
Metode Penelitian
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang berarti
memberikan gambaran atau melukiskan suatu hal. Penelitian ini digunakan untuk mencoba
mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktivitas, objek, proses, dan manusia yang
biasanya merupakan dasar bagi semua penelitian. Bilamana memungkinkan dan dianggap
tepat, deskripsi semacam itu dapat dilakukan secara kuantitatif, dengan tujuan agar dapat
dilakukan analisis statistik (Sulistyo-Basuki, 2006, hal. 110). Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian deskriptif ini adalah bentuk metode penelitian survei, dengan
tujuan untuk menyamaratakan dari sampel ke populasi sehingga dapat dibuat kesimpulan
tentang karakteristik, sikap atau perilaku populasi ini (Babbie dalam Creswell, 2003, hal.
113).
Berdasarkan hubungan antara variabelnya, menurut Sugiyono pada tahun 2009 dalam
bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D” menjelaskan
klasifikasi dari variabel penelitian dapat dikategorikan sebagai variabel independen atau
bebas (X) dan variabel dependen atau terikat (Y). Variabel independen (X) merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen (variabel terikat). Sedangkan variabel (Y) merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009, hal. 61). Hubungan
dari kedua variabel diilustrasikan dalam gambar 1 berikut:
Gambar 1. Hubungan Variabel Independen-Dependen
Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan literasi informasi siswa dibuat
dan dikonstruksi sendiri oleh penulis berdasarkan standar kompetensi literasi informasi untuk
tingkat sekolah The Big6 Skills yang dibuat oleh Eisenberg.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI yang telah mengikuti program kelas
literasi informasi dan siswa kelas X yang belum mengikuti program kelas literasi informasi.
ProgramKelasLiterasiInformasi
(variabelX)
KemampuanLiterasiInformasiSiswa
(VariabelY)
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
Sedangkan objek penelitiannya adalah kemampuan literasi informasi siswa SMA Negeri 7
Purworejo.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X dan kelas XI SMA Negeri 7
Purworejo. Teknik pengambilan sampel yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah metode sampel sebanding atau probability sampling design dengan teknik penarikan
sampel acak berstrata proporsional (proportionate stratified random sampling). Berdasarkan
hasil perhitungan slovin, jumlah sampel yang akan dijadikan sebagai responden dalam
penelitian ini adalah sejumlah 86 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi literature, wawancara, dan
angket. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dalam bentuk pernyataan tertutup dengan
menggunakan skala Likert. Teknik pengujian kelayakan instrumen dilakukan dengan uji
validitas, reliabilitas dan uji coba keterbacaan pernyataan.
Data primer yang diperoleh kemudian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif
menggunakan perhitungan nilai rata-rata (mean), dan analisis pengaruh program kelas literasi
informasi terhadap kemampuan literasi informasi siswa menggunakan prosedur Analisis of
Variance (ANOVA) atau dikenal One-Way ANOVA. Untuk menafsirkan hasil perhitungan
mean penulis menggunakan pedoman kualifikasi sebagi berikut: 1,0 – 1,75 (sangat kurang);
1,76 – 2,5 (kurang); 2,51 – 3,25 (baik); dan 3,41 – 4,0 (sangat baik). Untuk pengolahan dan
penyajian data dalam kegiatan analisis ini penulis akan menggunakan program aplikasi IBM
SPSS (Statistical Package for the Social Science) versi 20.
Pembahasan
Uji Validitas dan Reabilitas
Dalam kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini, terdapat 22 butir pernyataan
yang diuji menggunakan 30 responden sampel. Uji validitas instrumen penelitian berupa
kuesioner dilakukan terhadap tiap butir pernyataan kuesioner untuk melihat signifikansinya.
Tujuannya yaitu untuk melihat tingkat kesahihan tiap item instrumen untuk mengukur
variabel. Hasil perhitungan validitas instrument dijelaskan dalam Tabel 1. di bawah ini.
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Product Moment Pearson
Item r hitung r tabel Keputusan
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
Pernyataan TDS1 (S1_P1) 0.376 0.300 Valid TDS2 (S1_P2) 0.490 0.300 Valid TDS3 (S1_P3) 0.539 0.300 Valid ISSS1 (S2_P4) 0.383 0.300 Valid ISSS2 (S2_P5) 0.422 0.300 Valid ISSS3 (S2_P6) 0.449 0.300 Valid ISSS4 (S2_P7) 0.509 0.300 Valid LAS1 (S3_P8) 0.622 0.300 Valid LAS2 (S3_P9) 0.470 0.300 Valid
LAS3 (S3_P10) 0.616 0.300 Valid LAS4 (S3_P11) 0.321 0.300 Valid UIS1 (S3_P12) 0.527 0.300 Valid UIS2 (S3_P13) 0.694 0.300 Valid UIS3 (S3_P14) 0.607 0.300 Valid UIS4 (S3_P15) 0.552 0.300 Valid SS1 (S3_P16) 0.545 0.300 Valid SS2 (S3_P17) 0.557 0.300 Valid SS3 (S3_P18) 0.568 0.300 Valid ES1 (S3_P19) 0.602 0.300 Valid ES2 (S3_P20) 0.490 0.300 Valid ES3 (S3_P21) 0.580 0.300 Valid ES4 (S3_P22) 0.560 0.300 Valid
Sumber: Data diolah, Mei 2017
Hasil pengujian yang dilakukan terhadap 22 item pernyataan menunjukkan bahwa
sebanyak 22 item pernyataan dapat dinyatakan valid karena rhitung > rtabel yang ditetapkan
untuk pengujian terhadap 30 responden yaitu 0,300. Apabila korelasi tiap faktor bernilai
positif dan besarnya senilai 0,3 ke atas maka item instrumen tersebut merupakan konstruk
yang kuat (Sugiyono, 2009: 121-126)
Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skala pengukuran.
Kestabilan ukuran dapat membuktikan baik tidaknya sebuah instrumen dalam mengukur suatu
konsep. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode
Cronbach’s Alpha. Hasil perhitungan nilai reliabilitas untuk masing-masing variabel
dirincikan dalam tabel 2. berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas per Variabel
Variabel Skor Cronbach’s Alpha
Reliabilitas
TDS 0.514 Rendah ISSS 0.542 Rendah LAS 0.694 Cukup UIS 0.731 Tinggi SS 0.620 Cukup
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
ES 0.606 Cukup Sumber: Data diolah, Mei 2017
Berdasarkan tabel 2. di atas dapat dilihat bahwa semua variabel penelitian dinyatakan
sudah reliabel. dua variabel pertama memiliki reliabilitas rendah, satu variabel dengan
reabilitas tinggi, dan tiga variabel lainnya termasuk reliabilitas cukup.
Kemampuan Literasi Informasi Siswa SMA Negeri 7 Purworejo
Pengaruh variabel dependen (Y) yaitu program kelas literasi informasi yang dilakukan
oleh perpustakaan terhadap variabel independen (X) yaitu kemampuan literasi informasi siswa
SMA Negeri 7 Purworejo. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0: µ1 = µ2 (mean dari kedua kelompok sama)
H1: µ1 ≠ µ2 (mean dari kedua kelompok tidak sama)
Keterangan:
µ1 à mean dari siswa yang belum mengikuti kelas literasi informasi (kelas X)
µ2 à mean dari siswa yang telah mengikuti kelas literasi informasi (kelas XI)
Dalam penelitian ini α (tingkat kesalahan) yang digunakan adalah sebesar 0,05 atau
tingkat kepercayaan 95%. Persyaratan untuk hipotesis tersebut adalah apabila nilai
probabilitas atau signifikansi >0,05 maka H0 diterima, dan apabila signifikansi <0,05 maka
H0 ditolak (Sarwono, 2012, hal. 153).
Hasil analisis perbandingan mean dari jawaban responden menggunakan prosedur
analisis One-Way ANOVA dapat diliat dalam tabel 3. di bawah ini:
Tabel 3. Analisis Variansi (ANOVA) Program Kelas Literasi Informasi terhadap Kemampuan Literasi Informasi Siswa
Sum of Squares Mean Square F Sig.
Variabel 1 (TDS) Between Groups 1.494 1.494 15.268 .000 Within Groups 8.217 .098 Total 9.711
Variabel 2 (ISSS) Between Groups 10.640 10.640 83.323 .000 Within Groups 10.727 .128 Total 21.367
Variabel 3 (LAS) Between Groups 2.198 2.198 14.808 .000 Within Groups 12.471 .148 Total 14.669
Variabel 4 (UIS) Between Groups 1.745 1.745 15.654 .000 Within Groups 9.363 .111
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
Total 11.108
Variabel 5 (SS) Between Groups 1.163 1.163 7.044 .010 Within Groups 13.866 .165 Total 15.028
Variabel 6 (ES) Between Groups 3.262 3.262 24.403 .000 Within Groups 11.230 .134 Total 14.492
Sumber: Data primer diolah, Mei 2017
Berdasarkan data hasil analisis SPSS pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi dari keenam variabel <0,05, artinya H0 ditolak yaitu terdapat perbedaan mean
dari kedua kelompok sampel. Dapat disimpulkan bahwa pemberian program kelas literasi
informasi memberikan pengaruh terhadap kemampuan literasi informasi siswa SMA Negeri 7
Purworejo, karena siswa yang telah mengikuti kelas literasi informasi (kelas XI) memiliki
nilai mean berbeda dibandingkan dengan siswa yang belum mendapat program kelas literasi
informasi (kelas X).
Rincian nilai rata-rata dari enam variabel kemampuan literasi informasi The Big6 Skills
yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat dalam tabel 4. di bawah ini:
Tabel 4. Nilai Rata-Rata Kemampuan Literasi Informasi Siswa
No Variabel Mean Kelas X Kelas XI
1. Kemampuan mendefinisikan informasi (task defining skill) 3.05 3.31
2. Kemampuan strategi pencarian informasi (information seeking strategy skill) 2.71 3.42
3. Kemampuan menentukan lokasi dan akses informasi (location and access skill) 3.07 3.39
4. Kemampuan menggunakan informasi (use of information skill). 3.18 3.47
5. Kemampuan sintesa informasi (synthesis skill) 3.19 3.42
6. Kemampuan mengevaluasi informasi (evaluation skill) 2.99 3.39
Total 3.03 3.40 Sumber: Data primer diolah, Mei 2017
Berdasarkan tabel 4. di atas, rata-rata jawaban responden untuk mengukur kemampuan
literasi informasi siswa SMA Negeri 7 Purworejo berdasarkan enam variabel kemampuan
literasi informasi The Big6 Skills untuk responden kelas X adalah senilai 3,03 yang termasuk
dalam kategori baik, dan untuk nilai rata-rata jawaban responden kelas XI adalah senilai 3,40
yang termasuk dalam kategori sangat baik. Berdasarkan nilai rata-rata jawaban responden
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
pada keenam variabel kemampuan literasi informasi The Big6 Skills nilai rata-rata untuk siswa
kelas XI lebih tinggi, dengan selisih sebanyak 0,37 poin diatas nilai rata-rata siswa kelas X.
Berdasarkan selisih nilai rata-rata kedua tingkatan kelas tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan literasi informasi siswa kelas XI yang telah mengikuti program kelas literasi
informasi di perpustakaan lebih unggul dari kemampuan literasi informasi siswa kelas X.
Penutup
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian yang dibahas dalam bab pembahasan, secara
umum kemampuan literasi informasi siswa SMA Negeri 7 Purworejo dilihat dari nilai rata-
rata jawaban responden terhadap variabel kemampuan literasi informasi The Big6 Skills untuk
responden siswa yang telah mengikuti program kelas literasi informasi termasuk dalam
kategori sangat baik dengan mean senilai 3,40. Meskipun demikian, siswa yang belum
mengikuti program kelas literasi informasi sudah termasuk dalam kategori baik dengan mean
senilai 3,03.
Pelaksanaan program kelas literasi informasi memiliki pengaruh terhadap kemampuan
literasi informasi siswa. Perbedaan tingkat kemampuan literasi informasi yang dilihat dari
perbandingan nilai mean melalui uji ANOVA pada responden kelas X dan kelas XI
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara program kelas literasi informasi dengan
kemampuan literasi informasi siswa, terutama pada variabel kemampuan dalam strategi
pencarian informasi. Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
siswa kelas XI yang telah mengikuti program kelas literasi informasi memiliki tingkat
kemampuan literasi yang lebih unggul dibandingkan dengan kemampuan literasi informasi
siswa kelas X yang belum pernah mengikuti program kelas literasi informasi.
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis
menyaran agar Perpustakaan Tanjung Pustaka perlu bekerjasama dengan pihak sekolah untuk
mengadakan kembali secara rutin program literasi informasi yang sebelumnya pernah
dilakukan untuk mengembangkan kemampuan literasi informasi yang telah dimiliki siswa.
Perpustakaan juga perlu membuat rancangan program secara terstruktur dengan materi yang
lebih luas disesuaikan dengan standar dan model literasi informasi yang sudah ada serta
mengevaluasi program yang telah dilakukan secara berkala.
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
Pihak sekolah perlu menyediakan fasilitas pendukung pelaksanaan program literasi
informasi khususnya sumber daya manusia yang kompeten dalam bidang literasi informasi
untuk ditugaskan melakukan bimbingan literasi informasi kepada siswa maupun para guru dan
staf sekolah. Selain itu sekolah juga perlu menyediakan jadwal khusus untuk pelaksanaan
program literasi informasi, atau bila perlu dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dan
diwajibkan bagi semua siswa untuk mengikuti program pendidikan literasi informasi.
Siswa sendiri sebagai akademisi juga perlu mengembangkan kemampuan literasi
informasi yang telah dimiliki karena dengan berkembangnya teknologi informasi, siswa
dituntut untuk dapat beradaptasi mengikuti perkembangan IPTEK dalam keperluan
pemenuhan kebutuhan informasi pribadi maupun untuk keperluan akademik. Selain itu
kemampuan literasi informasi merupakan bekal untuk pembelajaran sepanjang hayat secara
mandiri.
Daftar Referensi
American Association of School Librarians and Association for Educational Communications and Technology. (1998). Information literacy standards for student learning: standards and indicators. Sumber: https://www.ala.org/ala/aasl/aaslproftools/informationpower/InformationLiteracyStandards_final.pdf. Diakses pada 18 Maret 2017, pukul 03.54 WIB.
American Association of School Librarians, & Association for Educational Communications. (1998). Information power: building partnerships for learning. American Library Association.
Armstrong, Chris, et al. (2004). CILIP defines information literacy for the UK. Sumber: http://eprints.rclis.org/7459/1/Article_Update_25102004.pdf. Diakses pada 18 Maret 2017, pukul 04.37 WIB.
Bafadal, Ibrahim. (2009). Pengelolaan perpusataakan sekolah. Jakarta : Bumi Aksara
Blaxter, L., Hughes, C., & Thight, M. (2006). How to research: seluk beluk melakukan riset. Jakarta: PT. Indeks (Buku asli diterbitkan 2001).
Creswell, John W. (2003). Research designm quantitative & qualitatives approachess. Jakarta: KIK Press.
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
Eisenberg, M., Johnson, D., & Berkowitz, B. (2010). Information, communications, and technology (ICT) skills curriculum based on the Big6 skills approach to information problem-solving. Library Media Connection, 28 (6): 24-27.
Eisenberg, Michael B. (2006). A Big 6 Skill Overview. Sumber:http://www.big6.com. Diakses pada 29 Februari 2017, pukul 06.40 WIB.
Eisenberg, Michael B.. (2004). Information literacy: essential skills for information age. (2nd ed.). Westport: Libraries Publishing
Garner, S. D. (2006). High-level colloquium on information literacy and lifelong learning bibliotheca Alexandrina, Alexandria, Egypt. UNESCO.
George, Hanna Chaterina, et al. (2011). Peran tenaga perpustakaan sekolah dalam implementasi literasi informasi di Indonesia: kajian terhadap tenaga perpustakaan sekolah yang telah mengikuti pelatihan literasi informasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional R. I.
Gumilar, Ivan, & Hayati, Neuneung Ratna. (2007). Metode riset untuk bisnis & manajemen. Bandung: Universitas Widyatama.
Horton, Forest Woody. (2008). Understanding information literacy: a primer. United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization. Sumber: http://unesdoc.unesco.org/images/0015/001570/157020e.pdf. Diakses pada 28 Februari 2017, pukul 05.45 WIB.
IFLA. (2000). IFLA/UNESCO school library manifesto: the school library in teaching and learning for all. Sumber: http://www.ifla.org/VII/s11/pubs/manifest.htm. Diakses pada 28 Februari 2017, pukul 9.21 WIB .
IFLA. (2015). IFLA school library guidelines, (2nd ed.). Den Haag: IFLA Professional Committee
Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017
Indonesia. Badan Standardisasi Nasional. (2009). Standar Nasional Indonesia: perpustakaan sekolah. Jakarta: BSN.
Indonesia. Perpustakaan Nasional. (2011). Standar nasional perpustakaan (SNP): bidang perpustakaan sekolah dan perpustakaan perguruan tinggi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI
Pickard, Alison Jane. (2007). Research methods in information. London: Facet Publishing.
Pijpers, Guus. (2010). Information overload: a system for better managing everyday data. Kanada: John Wiley & Sons.
Sarwono, Jonathan. (2012). Metode riset skripsi pendekatan kuantitatif (menggunakan prosedur SPSS): tuntunan praktis dalam menyusun skripsi. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sudarsono, Blasius, et al. (2007). Literasi informasi (information literacy): pengantar untuk perpustakan sekolah. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Sugiyono. (2009). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alumni.
Sulistyo-Basuki. (2006). Metode penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
US National Commision on Library and Information Science. (2003). The prague declaration: towards an information literate society. Sumber: http://portal.unesco.org/ci/en/files/19636/11228863531PragueDeclaration.pdf/PragueDeclaration.pdf . Diakses pada 28 Februari 2017, pukul 10.21 WIB.
Yusuf, M, Pawit, & Suhendar, Yaya. (2010). Pedoman penyelanggaraan perpustakaan sekolah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Kemampuan literasi ..., Karimatul Laila, FIB UI, 2017