kelompok 5 - penyusunan alat teknik tes

Upload: zuhriyah-siti

Post on 16-Jul-2015

1.058 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH KELOMPOK EVALUASI PENGAJARAN PAITeknik Penyusunan dan Pelaksanaan Tes Hasil Belajar

Di Susun Oleh Kelompok 5 (Lima) : Zahratuz Zikriyah Siti Zuhriyah Phaedra Fathiyya Bilqis Dede Rosadi Idris

Prodi Ilmu Pendidikan Islam Jurusan Ilmu Agama Islam Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta 2011

Teknik Penyusunan dan Pelaksanaan Tes Hasil Belajar A. Ciri-Ciri Tes Hasil Belajar yang Baik

Ada 4 (empat) karekteristik yang harus dimiliki tes oleh tes hasil belajar, sehingga tes tersebut dapat dinyatakan dengan tes yang baik adalah : 1. Valid, Sebuah tes dikatakan valid apabila, tes tersebut dengan cara tepat, benar, absah dapat mengukur hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik, setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. 2. Reliabel, hasil tes belajar dikatakan reliabel apabila, hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subjek yang sama, sehingga menunjukkan hasil yang tetap sama dan stabil. Jadi prinsip realibilitas adalah menghendaki adanya keajegan dari hasil pengukuran yang berulang-ulang terhadap seorang atau sekelompok subjek yang sama, dengan catatan bahwa subjeksubjek yang diukur itu tidak mengalami perubahan. 3. Objektif, apabila tes disusun dan dilaksanakan menurut materi tes yang diambil dari materi yang telah diberikan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. 4. Praktis, tes hasil belajar dilaksanakan dengan mudah, karena tes bersifat sederhana (tidak memerlukan peralatan yang banyak dan sulit), dan bersifat lengkap (tes tersebut telah dilengkapi petunjuk mengenai cara mengerjakanya, kunci jawabannya, dan pedoman scoring dan penentuan nilai). Juga bersifat ekonomis yang berarti hasil belajar tersebut tidak memakan waktu yang panjang dan tidak memerlukan tenaga serta biaya yang banyak. B. Prinsip-prinsip Dasar Dalam Penyusunan Tes Ada beberapa prinsip dasar dalam menyusun tes belajar agar tes tersebut dapat mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik, antara lain: 1. Tes hasil belajar harus mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan di tujuan intruksional. 2. Butir-butir soal tes belajar harus merupakan sempel yang representative dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan. 3. Bentuk soal dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi, sehingga betul-betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri. 4. Tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Dalam hal ini desain placement test sudah pasti tentu berbeda dengan formative test, oleh karena itu jangan memasukkan desain tes yang berbeda dalam satu test.

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

2

5. Tes hasil belajar harus memiliki reliabilitas yang selalu atau relative sama.

dapat diandalkan. Maksudnya

setelah tes hasil belajar dilakukan berulang kali terhadap subjek yang sama hasilnya 6. Tes hasil belajar dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru C. Bentuk-bentuk Tes Hasil Belajar dan Teknik Penyusunannya Dilihat dari segi bentuk soal, maka tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tes hasil belajar bentuk uraian dan tes hasil belajar bentuk obyektif. 1) Tes hasil belajar bentuk uraian a) Pengertian Tes Uraian Tes uraian sering dikenal dengan istilah tes subjektif, adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik seperti berikut : 1. Tes berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang. 2. Bentuk-bentuk pertanyaan menuntut kepada peserta tes untuk memberikan penjelasan, sebagainya. 3. Jumlah butir soal umumnya terbatas, yaitu berkisar lima sampai sepuluh butir. 4. Umumnya butir-butir tes soal diawali dengan kata-kata: jelaskan, terangkan., uraikan, mengapa.. atau kata-kata lain yang serupa dengan itu. b) Penggolongan tes uraian Tes uraian terbagi menjadi dua: tes uraian bentuk bebas (terbuka) dan tes uraian bentuk terbatas. Pada tes uraian bentuk terbuka, jawaban yang dikehendaki muncul dari peserta tes sepenuhnya diserahkan kepada peserta tes itu sendiri. Maksudnya peserta tes mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan, mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian. Contoh : Allah telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita yang amat banyak, sehingga kita tak mampu untuk menghitungnya. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita mensyukuri nikmat tersebut kepada Allah SWT. Jelaskan, bagaimana caranya kita nikmat Allah itu sesuai dengan ajaran Rasulullah! komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan dan

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

3

Adapun pada uraian tes bentuk terbatas, jawaban yang dikehendaki muncul peserta tes adalah jawaban yang sifatnyasudah lebih terarah (dibatasi). Contoh : Dimasa khalafaurrasyidin, tercatat tiga peristiwa peperangan antara kaum muslimin menghadapi romawi. Sebutkan dan jelaskan secara ringkas ketiga peristiwa dimaksud! Dapat diamati dari contoh soal diatas, maka setiap butir soal tes uraian tertuang dalam bentuk susunan kalimat yang cukup pendek, namun jawaban atas butir-butir soal tersebut akan berupa uraian kalimat yang panjang lebar. c) Ketepatan penggunaan tes uraian Tes hasil belajar bentuk uraian tepat dipergunakan apabila pembuat soal (guru, dosen, panitia ujian dan lain-lain) disamping ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman peserta tes terhadap materi pelajaran yang ditayangkan dalam tes juga untuk mengungkap kemampuan peserta tes dalam memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya. Selain itu, tes subyektif ini lebih tepat dipergunakan apabila jumlah peserta tes terbatas. d) Segi-segi kebaikan dan kelemahan tes uraian Berikut ini, keunggulan dari tes uraian adalah: 1. Pembuatan tes uraian dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Hal ini disebabkan karena kalimat-kalimat soal pada tes uraian itu adalah cukup pendek, sehingga dalam penyusunannya tidak terlalu sulit dan tidak terlalu banyak memakan waktu, tenaga, pikiran , peralatan dan biaya. 2. Tes uraian dapat mencegah kemungkinan timbulnya permainan spekulasi di kalangan peserta tes. Hal ini dimungkinkan karena hanya peserta tes yang mampu memahami pertanyaan yang diajukan dalam tes itu sajalah yang akan dapat memberikan jawaban yang benar dan tepat. Adapaun peserta tes yang tidak memahami butir pertanyaan, kecil sekali kemungkinannya untuk dapat memberiakan jawabannya dengan tepat dan benar. 3. Membantu penyusun soal untuk dapat mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan penguasaan peserta tes dalam memahami materi yang diujikan. 4. Mendorong peserta tes untuk berani mengemukakan pendapat dengan menggunakan susunan kalimat dan gaya bahasa yang merupakan hasil olahannya sendiri. Adapun kelemahan-kelemahan tes subyektif antara lain:Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

4

1. Tes uraian kurang dapat mencakup dan mewakili isi dan luasnya materi yang telah diberikan kepada peserta tes. 2. Cara mengoreksi tes uraian cukup sulit. Hal ini disebabkan karena jawabannya bias panjang lebar dan sangat bervariasi, sehinggan pekerjaan mengoreksi akan banyak menguras waktu, tenaga dan pikiran. 3. Dalam pemberian skor hasil tes uraian, terdapat kecendrungan bahwa pembuat tes lebih banyak bersifat subjektif. Sebagai contoh: walaupun peserta tes dapar menjawab dengan betul, namun karena tulisannya jelek, tidak teratur, jorok dan sebagainya, maka nilai yang diberikan menjadi lebih rendah daripada yang semestinya. Begitu juga sebaliknya. 4. Pekerjaan koreksi terhadap lembar-lembar jawaban hasil tes uraian sulit untuk diserahkan kepada orang lain, sebab pada tes uraian orang yang paling mengetahui jawaban yang sempurna adalah penyusun tes itu sendiri. 5. Daya ketepatan mengukur dan daya keajegan mengukur yang dimiliki tes uraian pada umumnya rendah sehingga kurang dapat diandalkan sebagai alat pengukur hasil belajar yang baik. e) Petunjuk operasional dalam penyusunan tes uraian Berikut ini, beberapa pentunjuk operasional yang dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir soal tes uraian: 1. Dalam menyusun soal, diusahakan soal tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan. 2. Hendaknya diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan kalimat yang terdapat dibuku pelajaran atau bahan lain yang diminta untuk mempelajarinya, hal ini berguna untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh peserta tes seperti: menyontek dan bertanya kepada peserta tes 3. Setelah soal tes uraian dibuat, hendaknya segera disusun dan dirumuskan secara tegas, bagaimana atau seperti apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki peserta tes sebagai jawaban yang betul. 4. Dalam menyusun tes uraian diusahakan agar pertanyaan-pertanyaan jangan dibuat seragam, melainkan dibuat secara bervariasi. Contoh yang jelek: y Jelaskan, perbedaan antara.dengan ..

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

5

y Jelaskan, hubungan antaradengan y Jelaskan, mengapa ? Contoh yang baik: y Jelaskan, perbedaan antara.dengan .. y Buatlah sebuah uraian sehingga dapat tergambar dengan jelas, hubungan antaradengan . y Kemukakan alasannya, mengapa.. Dengan contoh yang disebutkan terakhir itu, maka akan dapat dicegah timbulnya rasa jenuh di kalangan peserta tes dalam mengerjakan soal tes 5. Kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas 6. Sebelum sampai pada butir-butir soal yang harus dijawab, hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan butir-butir soal tersebut. Misalnya : jawaban soal harus dituliskan di atas lembar berdasarkan nomor urut soal. 2) Tes Hasil Belajar Obyektif a) Pengertian Tes Obyektif Tes obyektif yang juga dikenal dengan istilah jawaban pendek, tes ya-tidak dan tes model baru, adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh peserta tes dengan jalan memilih salah satu diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing butir soal, atau dengan jalan mengisikan jawabannya berupa kata-kata atau symbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir soal yang bersangkutan. b) Penggolongan tes obyektif Tes objektif dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu: y y y y y Tes obyektif benar-salah (true-false test) Tes obyektif bentuk menjodohkan (matching test) Tes obyektif bentuk melengkapi (completion test) Tes obyektif bentuk isian (fill in test) Tes obyektif bentuk pilihan ganda (multiple choice item test)

1) Tes obyektif benar-salah (true-false test)

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

6

Tes obyektif yang sering dikenal dengan bentuk ya-tidak (true-false test) adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan, pernyataan tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Tugas peserta tes adalah membubuhkan tanda (simbol) tertentu atau mencoret huruf B jika menurut keyakinan mereka pernyataan itu benar, atau membubuhkan tanda (simbol) tertentu atau mencoret huruf S jika menurut keyakinan mereka pernyataan tesebut salah. Jadi, tes objektif berbentuk kalimat yang mengandung dua kemungkinan jawab: benar atau salah. Contoh: B S : percaya kepada malaikat merupaka rukun iman yang ke empat B S : wukuf di padang arafah ialah salah satu wajib haji Keunggulan tes obyektif bentuk true false ialah : 1. Pembuatannya mudah 2. Dapat digunakan berulang kali 3. Dapat mencakup bahan pelajaran yang luas 4. Tidak terlalu banyak memakan lembaran kertas 5. Bagi peserta tes, cara mengerjakannya mudah 6. Bagi pembuat tes, cara mengoreksinya juga mudah Adapun kelemahan-kelemahannya ialah : 1. 2. Membuka peluang bagi peserta tes untuk berspekulasi dalam memberikan jawaban Sifatnya amat terbatas, maksudnya tes tersebut hanya dapat mengungkap daya ingat dan pengenalan kembali saja. Jadi sifatnya hanya hafalan. 3. Pada umumnya, tes obyektif jenis ini tingkat reliabilitasnya rendah, kecuali apabila butir-butir soalnyadibuat dalam jumlah yang banyak sekali. 4. Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes obyektif jenis ini tidak dapat dijawab dengan dua kemungkinan saja, yaitu betul atau salah.

Contoh: B S : sifat syukur lebih baik dari pada sifat sabar B S : wakaf lebih bermanfaat daripada amal jariyahEvaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

7

Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif bentuk true-false, yaitu: 1. 2. 3. 4. Tulisan B S diletakkan di depan masing-masing pernyataan dan jangan dibelakangnya. Jumlah butir soal hendaknya berkisar antara 10 sampai 20 butir. Jumlah butir soal yang jawabannya betul (B) sebaiknya seimbang dengan jumlah butir soal yang jawabannya salah (S). Urutan soal yang jawabannya betul (B) dan yang jawabannya salah (S) hendaknya jangan dibuat ajeg , buatlah berselang-seling sehingga dapat mencegah timbulnya permainan spekulasi di kalangan peserta tes. Contoh yang jelek: BSBSBSBSBS BBSSBBSSBB Contoh yang baik: BSSBSBBBSS 5. Butir soal yang jawabannya betul (B) sebaiknya tidak mempunyai corak yang berbeda dari soal yang jawabannya salah (S). Misalnya, soal yang jawabannya benar (B) kalimatnya dibuat lebih panjang ketimbang soal-soal yang jawabannya salah atau sebaliknya. 6. Hindari pernyataan-pernyataan yang susunan kalimatnya persis seperti yang dimuat dalam buku. 7. Hindari pernyataan pernyataan yang jawabannya bersifat relative (maksudnya kemungkinan jawabannya betul dan ada kemungkinan jawabannya juga salah) 2) Tes obyektif bentuk matching Tes bentuk ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan dan tes mempertandingkan. Tes obyektif mempunyai cici-ciri sebagai berikut: a. b. Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok, atau merupakan jodoh dari pertanyaannya. atau

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

8

Jadi dalam tes obyektif bentuk ini, disediakan dua kelompok bahan dan peserta tes harus mencari pasangan-pasangan yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai dengan petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut. Contoh: Daftar I 1. .. shalat sunnah yang dilakukan sewaktu memasuki mesjid 2. .. shalat sunnah yang dilakukan tiap malam pada bulan ramadhan 3. . Shalat sunnah yang jumlah bilangan rokaatnya ganjil Daftar II a. Dhuha b. Witir c. Terawih d. Tahajud e. Tahiyyatul mesjid Keunggulan-keunggulan tes bentuk matching ialah : a) Pembuatannya mudah b) Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan obyektif c) Apabila tes bentuk ini dibuat dengan baik, maka factor menebak praktis dapat dihilangkan d) Tes jenis ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal, misalnya: Antara problem dan penyelesaiannya Antara teori dan penemuannya Antara sebab dan akibatnya Antara singkatan dan kata-kata lengkapnya Antara istilah adan definisinya

Adapun kelemahan-kelemahannya antara lain: a) Tes ini cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya ingat saja.

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

9

b) Karena mudah disusun, maka tes ini acapkali dijadikan pelarian bagi pengajar, yaitu dipergunakan kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain. c) Karena jawaban yang pendek-pendek, maka tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran (interpretasi). d) Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering masuk hal-hal yang sebenarnya kurang perlu untuk diujikan. Petunjuk-petunjuk yang harus diperhatikan dalam tes bentuk ini adalah: 1. Hendaknya butir-butir item yang dituangkan dalam bentuk ini jumlahnya tidak kurang dari 10 dan jangan lebih dari 15. 2. Pada tiap kelompok item hendaknya ditambahkan sekitar 20% kemungkinan jawab (daftar II). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya suatu keadaan dimana pasangan yang harus dipilih tinggal sedikit (misalnya tinggal dua atau tiga saja) yang belum diisikan, maka soal menjadi terlalu mudah untuk dicari jawabannya. 3. Hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok soal maupun jawabannya berada pada satu halaman kertas. 4. Usahakanlah agar petunjuk tentang cara mengerjakan soal dibuat setegas dan seringkas mungkin. 3) Tes obyektif bentuk fill in Tes ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Kata-kata penting dalam cerita atau karangan itu beberapa di antaranya dikosongkan, sedangkan tugas peserta tes adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan itu. Contoh: Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang lahir pada tanggal . (1); ibunya bernama (2); dan ayahnya bernama (3); setelah orang tuanya meninggal Beliau diasuh oleh kakeknya yang bernama . (4); Nabi Muhammad menikah dengan seorang saudagar yang kaya raya bernama (5) pada usia 25 tahun.

Kebaikan-kebaikan tes bentuk fill in adalah: a. Masalah yang diujikan tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

10

b. Soal dalam bentuk teks ini, berguna untuk mengungkapkan pengetahuan peserta tes secara bulat atau utuh mengenai suatu hal c. Cara penyusunan itemnya mudah Adapun kelemahan-kelemahannya adalah: a. Cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan atau pengenalan saja. b. Banyak memakan tempat, karena tes tertuang dalam bentuk cerita c. Kurang komprehensif, sebab hanya dapat mengungkap sebagian saja dari bahan yang seharusnya diteskan. d. Terbuka peluang bagi peserta tes untuk bermain tebak terka . Pedoman penyusunan tes bentuk fill in: 1. Sebaiknya jawaban yang harus diisikan ditulis pada jawaban lembaran atau pada tempat yang terpisah, jadi jangan dituliskan di atas titik-titik yang sudah disediakan. 2. Ungkapkan cerita yang dijadikan bahan tes hendaknya disusun secara ringkas dan padat 3. Usahakan memasukkan soal bentuk ini tidak hanya mengungkapkan pengetahuan saha akan tetapi juga dapat meningkatkan taraf kompetensi lain yang sifatnya lebih mendalam. 4. Apabila jenis mata pelajaran yang akan diteskan itu memungkinkan, penyajian soal juga dapat dituangkan dalam bentuk gambar, peta dan sebagainya. 4) Tes obyektif bentuk completion Tes ini sering dikenal dengan isilah tes melengkapi atau menyempurnakan, yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut: a. Tes tersebut terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan b. Bagian-bagian yang dihilangkan itu diganti dengan titik-titik c. Titik-titik tersebut harus diisi oleh peserta tes Perbedaan tes bentuk fill in dengan tes bentuk completion adalah : Tes bentuk fill in merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan tes bentuk completion tidak harus demikian. Jadi, pada tes bentuk completion, butir-butir soal tes dapat saja dibuat berlainan antara yang satu dengan yang lain. Tes bentuk ini juga dapat pula dituangkan dalam bentuk gambar atau peta.

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

11

Contoh: Isilah titik-titik berikut ini dengan jawaban yang benar dan tepat 1. Ibu susu nabi Muhammad SAW bernama .. 2. Sifat wajib bagi Allah ada .. 3. Khalifah yang ke tiga pada masa khalafaurrasyidin bernama .. Keunggulan-keunggulan tes bentuk completion adalah: a) Tes model ini sangat mudah dalam penyusunannya b) Tes obyektif bentuk ini lebih menghemat kertas dari pada tes bentuk fill in c) Persyaratan komprehensif dapat dipenuhi karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam d) Dapat mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja. Adapun kelemahan-kelemahannya antara lain: 1. Pada umumnya pembuat tes lebih cendrung menggunakan tes model ini untuk mengungkap daya ingat atau hafalan saja. 2. Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes modal ini kurang relevan untuk diajukan 3. Pembuat tes sering menjadi kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat. Mengenai pedoman penyusunan butir-butir soal tes bentuk completion pada dasarnya sama dengan tes obyektif bentuk fill in. 5) Tes Obyektif berbentuk Multiple Choice Soal pilihan ganda merupakan bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disedikan. Kontruksinya terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri atas kunci dan pengecoh. Kunci jawaban harus merupakan jawaban benar atau paling benar sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar, namun daya jebaknya harus berfungsi, artinya siswa memungkinkan memilihnya jika tidak menguasai materinya. Soal pilihan ganda dapat diskor dengan mudah, cepat, dan dalam suatu tes. Bentuk ini sangat tepat digunakan untuk ujian berskala besar yang hasilnya harus segera diumumkan, seperti ujian nasional, ujian akhir sekolah, dan ujian seleksi memiliki objektivitas yang tinggi, mengukur berbagai tingkatan kognitif, serta dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

12

pegawai negeri. Hanya saja, untuk meyusun soal pilihan ganda yang bermutu perlu waktu lama dan biaya cukup besar, disamping itu, penulis soal akan kesulitan membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi, terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban, dan peserta mudah mencotek kunci jawaban. Secara umum, setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).1 Ada 2 (dua) bentuk soal dalam Multiple Choice yaitu soal dalam bentuk pertanyaan dan soal dalam bentuk pernyataan2. Berikut ini adalah contohnya :

Soal berbentuk pertanyaan 1. Apa tujuan penciptaan manusia menurut Q.S. Al Baqarah : 30? a) Beribadah kepada Allah b) Menjadi khalifah di bumi c) Melahirkan keturunan d) Menunggu kematian 2. Berapa ekor banyak hewan aqiqah untuk anak laki-laki dan perempuan? a) Laki laki 1 ekor kambing dan perempuan 2 ekor kambing b) Laki laki 2 ekor kambing dan perempuan 1 ekor kambing c) Laki laki 1 ekor kambing dan perempuan 3 ekor kambing d) Laki laki 1 ekor sapi dan perempuan 2 ekor sapi

Soal berbentuk pernyataan 1. Ali mendapat perintah dari pamannya untuk mengantarkan sepucuk surat kepada seseorang. Ali menyanggupinya, akan tetapi tanpa sebab yang jelas di perjalanan Ali malah membuang surat itu. Tindakan yang dilakukak Ali mencerminkan sikap... a) Suudzhon b) Hasud c) Jubun d) Khianat 2. Kita sebagai seorang muslim wajib mempercayai bahwa Allah SWT menyaksikan apapun yang kita perbuat, karena Allah SWT mempunyai sifat...1 2

Pusat Penelitian Pendidikan. 2007. Panduan Penulisan Soal Pilihan Ganda. Balitbang. Depdiknas. Hal : 12 Prof. Drs. Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Rajawali Press : Jakarta. Hal : 118

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

13

a) Bashar b) Ilmu

c) Wahdaniyah d) Wujud

Dalam perkembangannya, sampai saat ini tes obyektif bentuk multiple choice item dapat di bedakan menjadi 9 (sembilan) model3, yaitu : a. Model Melengkapi 5 (lima) Pilihan Bentuk ini merupakan suatu kalimat pernyataan dan pertanyaan yang belum lengkap dan diikuti lima kemungkinan jawaban yang tepat dan melengkapi pernyataan serta pertanyaan tersebut. Tugas testee dalam model ini adalah memilih salah satu jawaban yang di anggap paling benar dan tepat. Dengan demikian, dalam model multiple choice ini hanya ada satu jawaban yang akan di temukan. Berikut ini adalah contoh dari Model melengkapi 5 (lima) pilihan : Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda silang (X) pada huruf a), b), c), d), atau e) ! 1. Nabi Muhammad SAW mendapat gelar Al Amin yang berarti . a) Dapat dipercaya b) Patut ditiru c) Aman d) Jujur e) Baik Hati 2. Hari pembangkitan pada hari kiamat disebut . a) Yaumul Barzah b) Yaumul Baats c) Yaumul Mahsyar d) Yaumul Khulu e) Yaumul Kiyamah 3. Orang yang termulia di sisi Allah adalah orang yang .... a) Dermawan b) Taqwa c) Kaya b. Model Asosiasi Dengan 5 (lima) atau 4 (empat) Pilihan d) Berpangkat tinggi e) Penolong

3

Prof. Drs. Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Rajawali Press : Jakarta. Hal : 119

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

14

Tes obyektif bentuk multiple choice model asosiasi dengan 5 (lima) atau 4 (empat) pilihan ini terdiri dari 5 atau 4 judl/ istilah/ pengertian, yang di beri tanda huruf abjad di depannya, dan di ikuti oleh beberapa pernyataan yang di beri nomor urut di depannya. Untuk tiap pernyataan tersebut, testee di minta memilih salah satu judul/ istilah/ pengertian yang berhuruf abjad, yang menurut keyakinan testee adalah yang paling benar. Berikut ini adalah contoh dari model asosiasi dengan 5 (lima) atau 4 (empat) pilihan : Untuk soal berikut ini, cocokkanlah istilah yang terdapat di belakang hudruf abjad, dengan pernyataan yang terdapat pada masing-masing soal ! Soal Nomor 1 (5 pilihan) : A. Haram -- B. Makruh -- C. Wajib -- D. Sunnah -- E. Mubah 1. Hukum mengantarkan jenazah hingga ke makam atau berziarah untuk wanita 2. Hukum melakukan shalat tahiyatul masjid 3. Hukum memakan bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih dengan tidak menyebut nama Allah. 4. Hukum zakat bagi orang yang mampu membayarnya. 5. Hukum jual beli Soal Nomor 2 (4 pilihan) A. Al-Ghsyiyah B. Al-Qariah C. Ar-Rjifah ( 1. Peristiwa Yang Dahsyat 2. Hari yang Menggemparkan 3. Hari yang Menggetarkan 4. Peristiwa Yang Pasti Terjadi ) D. Al-Wqiah ( )

c. Model Melengkapi Berganda Butir soal sejenis ini pada dasarnya sama dengan multiple choice item model melengkapi lima pilihan, yaitu terdiri atas satu kalimat pokok yang tidak (belum) lengkap, di ikuti dengan beberapa kemungkinan jawaban (bisa merupakan lima pernyataan dan bisa pula merupakan empat pernyataan). Perbedaannya adalah, bahwa pada butir soal jenis ini, kemungkinan jawaban betulnya bisa satu, dua, tiga, atau empat. Berikut ini adalah contoh dari Model melengkapi berganda :

Petunjuk :Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

15

Pilih A jika (1), (2) dan (3) benar Pilih B jika (1) dan (3) benar Pilih C jika (2) dan (4) benar Pilih D jika hanya (4) yang benar Pilih E jika semuanya benar Soal : 1. Cara-cara untuk menyucikan diri dari hadats adalah: 1) Berwudlu 2) Mandi besar 3) Tayamum 4) Berkumur 2. Macam-macam shalat sunnah adalah: 1) Rawatib 2) Tahiyatul masjid 3) Istisqa 4) Tahajud 3. Yang termasuk Khulafa Ar-Roshidin adalah: 1) Ali Bin Abi Thalib 2) Abu Bakar 3) Utsman Bin Affan 4) Hasan Basri

d. Model Analisis Hubungan AntarHal Tes obyektif bentuk multiple choice item ini biasanya terdiri atas satu kalimat pernyataan yang di ikuti oleh satu kalimat pernyataan yang di ikuti oleh satu kalimat keterangan. Kepada testee di tanyakan, apakah pernyataan itu betul, dan apakah keterangan itu juga betul. Jika pernyataan dan keterangan itu betul, testee harus memikirkan, apakah pernyataan itu di sebabkan oleh keterangan yang di berikan, ataukah pernyataan itu tidak di sebabkan oleh keterangan tersebut ? Bentuk tes ini terdiri dari dua kalimat : satu kalimat pernyataan dan satu kalimat alasan. Ditanyakan apakah pernyataan memiliki hubungan sebab akibat atau tidak dengan alasan. Berikut ini adalah contoh dari Model analisis hubungan antar hal : Soal di bawah ini terdiri atas tiga bagian, yakni pernyataan, sebab, dan alasan yang disusun secara berurutan.Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

16

Pilihlah : A. Jika pernyataan BETUL, Alasan BETUL dan keduanya menunjukkan HUBUNGAN SEBAB AKIBAT B. Jika pernyataan BETUL, Alasan BETUL dan keduanya TIDAK MENUNJUKKAN HUBUNGAN SEBAB AKIBAT C. Jika pernyataan BETUL, dan Alasan SALAH D. Jika pernyataan SALAH, dan Alasan BETUL E. Jika pernyataan SALAH, dan Alasan SALAH Soal : 1) Bersuci merupakan syarat sah dari shalat SEBAB Tidak sah jika sebelum melakukan shalat tidak bersuci 2) Aspek yang didahulukan saat memilih jodoh adalah agamanya SEBAB Wali merupakan syarat sah pernikahan 3) Syahadat merupakan rukun Islam yang pertama SEBAB Iman Kepada Allah adalah rukun iman yang ke tiga

e. Model Analisis Kasus Butir soal jenis ini merupakan tiruan keadaan yang sebenarnya. Jadi, seolah-olah testee di hadapkan kepada suatu kasus. Dari kasus tersebut, kepada testee di tanyakan mengenai berbagai hal dan kunci jawaban-jawaban itu tergantung pada tahu atau tidaknya testee dalam memahami kasus tersebut. Berikut ini adalah contoh dari model analisis kasus : Ikutilah kasus dibawah ini dan pilihlah jawaban yang tepat untuk soal-soal berikut ini: Allah memerintahkan manusia untuk mengerjakan shalat sejak peristiwa isra miraj yang merupakan penegasan Allah bagi umat Islam atas perintah wajib ini. Pada saat nabi Muhammad menghadap Allah, beliau diperintahkan untuk mengerjakan shalat pada waktu-waktu tertentu. Seperti salah satunya adalah shalat subuh yang dikerjakan pada saat terbitnya fajar. Shalat merupakan ibadah yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, ia menjadi kewajiban mutlak bagi orang muslim. Dalam keadaan apapun seorang muslim tidak boleh meninggalkan shalat. Dengan catatan ia masih dalam keadaan sadar dan

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

17

masih berfungsi akal fikirannya. Meskipun jika seorang Islam itu tidak bisa bergerak karena sakit atau sibuk karena urusannya sangat padat maka hal ini shalatnya tetap tidak boleh ditinggalkannya walau hanya dapat dilakukan dengan isyarat kedipan mata bagi yang sakit itu.

Soal : 1. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwasannya peristiwa isra miraj itu: a) c) e) 2. Merupakan tanda di mana Muhammad SAW diangkat sebagai nabi dan rasul Merupakan penegasan Allah bagi umat Islam atas perintah shalat wajib Untuk menentukan waktu shalat Subuh saja b) Adalah peristiwa di mana Allah menciptakan bumi dan langit beserta isinya d) Waktu yang dipilih Allah untuk menurunkan al-Quran

Dari pemaparan di atas, shalat merupakan: a) Perintah wajib bagi umat Islam, apapun keadaannya seorang muslim tidak boleh meninggalkan shalat b) Anjuran bagi orang yang sakit c) Kegiatan yang dapat dilakukan kapan saja dalam satu hari asalkan berjumlah lima waktu d) Perintah yang harus dikerjakan oleh nabi Muhammad saja sebagai tugas dari nabi dan rasul e) Ibadah yang dikerjakan hanya saat terbit fajar

3.

Dari ulasan cerita di atas, yang harus mengerjakan shalat adalah: a) Semua umat Islam asalkan dalam keadaan sadar dan masih berfungsi akal fikirannya b) Hanya umat Islam yang sehat secara fisik c) e) Umat Islam yang tidak memiliki kegiatan apapun atau tidak sibuk Orang tua atau orang yang telah udzur karena akan segera meninggal dunia. d) Sebagian umat Islam untuk menggugurkan kewajiban umat Islam yang lain

f. Model Hal Kecuali

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

18

Model ini mempunyai ciri-ciri di kolom sebelah kiri dicantumkan tiga macam gejala atau kategori (yakni A,B dan C) sedangkan pada kolom sebelah kanan terdapat lima hal atau keadaan (yaitu 1,2,3,4,dan 5) di mana empat diantaranya cocok dengan satuhal yang berbeda di sebelah kiri. Tugas testee adalah menentukan hal berabjad mana yang dipandang cocok dengan empat keadaan yang bernomor, dan keadaan yang tidak cocok dengan hal atau keadaan itu, jadi testee di minta memberikan jawaban dua yaitu : 1 jawaban huruf abjad dan 1 nomer. Model ini di kembangkan atas dasar asosiasi positif dan asosiasi negatif secara serempak. Berikut ini adalah contoh dari model hal kecuali : Untuk soal di bawah ini anda di minta dua jawaban. Pada kolom sebelah kiri terdapat tiga macam kategori, sedangkan pada kolom sebelah kanan terdapat lima hal, di mana empat diantaranya berhubungan erat dengan salah satu kategori di kolom sebelah kiri. Pilihlah : Kategori manakah yang berhubungan erat dengan empat hal tersebut, dan pilihlah hal yang tidak termasuk kelompok hal dimaksud diatas! 1. Sifat-sifat orang yang tercela 2. Sifat-sifat orang kafir 3. Orang yang termulia di sisi Allah A. Menyia-nyiakan amanah B. Menyalahgunakan kepercayaan C. Murtad D. Syirik E. Taqwa

g. Model Hubungan Dinamik Tes model ini adalah salah satu jenis tes obyektif bentuk pilihan ganda, yang menuntut kepada peserta tes untuk memiliki bekal pengertian dan pemahaman tentang perbandingan kuantitatif dalam hubungan dinamik. Dalam praktek model ini lebih sesuai di terapkan pada tes hasil belajar yang termasuk dalam kelompok mata pelajaran eksakta seperti : Fisika, Kimia, Biologi dan sebagainya. Berikut ini adalah contoh dari model hubungan dinamik : Pilihlah : A. Jika (1) Sejajar Jatuh Jika (1) Sejajar Searah B. Jika (1) Sejajar Searah Jika (1) Sejajar Jatuh C. Jika (1) tidak mempengaruhi (2) Soal Nomor 1 (1) Pemantulan Berkas SinarEvaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

Maka (2) Sejajar Searah Maka (2) Sejajar Jatuh Maka (2) Sejajar Searah Maka (2) Sejajar Jatuh

19

(2) Berkas Sinar Dipantulkan A. Jika (1) > Nomor Ruang Benda Jika (1) < Nomor Ruang Benda B. Jika (1) < Benda Jika (1) < Benda C. Jika Jika (1) tidak mempengaruhi (2) Soal Nomor 2 (1) Nomor Ruangan Bayangan (2) Bayangan Maka (2) > Benda Maka (2) < Benda Maka (2) > Nomor Ruang Benda Maka (2) < Nomor Ruang Benda

h. Model Perbandingan Kuantitatif Pada model perbandingan kuantitatif ini, yang perlu di tanyakan kepada testee adalah bahan hafalan kuantitatif yang sifatnya fundamental dan di kemudian hari perlu hafal di luar kepala, di dalam profesinya, tanpa melihat buku, daftar atau tabel. Berikut ini adalah contoh model perbandingan kuantitatif : Petunjuk : Di bawah ini ada beberapa soal mengenai perbandingan Tulisalah : A. Jika (1) lebih besar daripada (2) B. Jika (1) lebih kecil daripada (2) C. Jika keduanya sama besar atau hampir sama besar. 1. (1) Pengguna Facebook (2) Pengguna Twitter 2. (1) Pengguna Sepeda Motor (2) Pengguna Mobil Pribadi

i. Model Pemakaian Diagram, Grafik, Peta atau Gambar Pada tes obyektif bentuk multiple choice item model ini, terdapat gambar/ diagram, grafik, peta, yang di beri tanda huruf abjad A,B,C,D,E dan sebagainya. Kepada testee ditanyakan tentang sifat/ keadaan/ hal-hal tertentu yang berhubungan dengan tanda-tanda tersebut. Berikut ini adalah contoh model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar : 1. Perhatikan gambar di bawah ini !Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

20

Bagian yang berperan sebagai penerima stimulus adalah nomor... A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 E. 5

c. Ketepaatan Penggunaan Tes Objektif Tepat digunakan apabila tester berhasil dengan kenyataan-kenyataan berikut : 1. Jumlah peserta tes cukup banyak. Dengan jumlah testee yang cukup banyak, maka penggunaaan tes uraian menjadi kurang efektif dan efisien, terutama ditinjau dari segi waktu yang dibutuhkan untuk mengoreksi hasilnya. 2. 3. 4. Tester telah memiliki kemampuan dan pengalaman dalam menyusun butir soal tes objektif. Penyusunan tes memiliki waktu yang cukup longgar dalam mempersiapkan penyusunan butir soal tes objektif. Penyususnan tes merencanakan, bahwa butir-butir soal onjektif tidak hanya dgunakan dalam satu kali tes saja melainkan digunakan pada kesempatan tes hasil belajar yang akan datang. 5. Penyusunan tes mampunyai keyakinan penuh bahwa dengan menggunakan butir soal tes objektif yang disusunnya itu, akan dapat dilakukan penganalisan dalam rangka mengetahui kualitas butir itemnya. 6. Penyusunan tes berkeyakinan dengan menggunakan butir soal tes objektif, maka prinsip objektivitas akan lebih mungkin untuk diwujudkan ketimbang menggunakan butir soal tes objektif. d. Segi-Segi Kebaikan dan Kelemahan Tes Objektif Kebaikan tes objektif adalah : 1. Sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik untuk mempelajarinya. Yang mencakup aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sdan sintesis. 2. Lebih memungkinkan tester untuk bertindak lebih objektif, baik dalam mengoreksi jawaban, menentukan bobot skor maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya.

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

21

3.

Mengoreksi hasil tes objektif jauh lebih mudah dan cepat ketimbang mengoreksi hasil tes uraian. Ini disebabkan karena setiap butir tes objektif telah disediakan kunci jawaban yang jawaban yang sifatnya sederhana.

4.

Tes objektif memberikan kemungkinan kepada orang lain untuk diminta bantuan mengoreksi hasil tes tersebut. Soal tes objektif lebih mudah dianalisis dari segi derajat kesukarannya , daya pemberdayaannya validitas maupun reliabilitas.

5.

Kelemahannya Tes Objektif adalah : 1. 2. 3. 4. Menyusun soal tes objektif tidak semudah menyusun tes uraian. Karena jumlah butir soal cukup banyak. Tes objektif kurang dapat mengukur proses berpikir yang tinggi. Dengan tes objektif, terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain spekulasi, tebak tebak terka, adu untung dalam memberikan jawaban soal. Cara memberiksn jawaban soal pada tes objektif, dimana digunakan simbol huruf yang sifatnya seragam. e. Petunjuk Opersional Penyusunan Tes Objektif 1. Pembuat soal sempurna 2. Hendaknya dilakukan penganalisisan item, dengan tujuan dapat mengidentifikasi butir item mana yang sudah termasuk dalam kategori baik dan dalam kategori kurang baik. 3. 4. Perlu disiapkan terlebih dahulu suatu sanksi yang akan diberikan kepada testee. Dalam merancang dan menyusun butir item tes objektif hendaknya tester menggunakan alat bantu berupa Tabel Spesifikasi soal. 5. Hendaknya menggunakan bahasa dan istilah yang sederhana, ringkas, jelas dan mudah dipahami oleh testee. 6. 7. Hendaknya tidak ada butir soal yang menghasilkan penafsiran ganda dalam pemberian jawaban. Tanda baca hendaknya ditulis secara benar , sehingga tidak mengganggu konsentrasi testee dalam memberikan jawaban soal tes harus membiasakan diri dan sering berlatih, sehingga dapat merancang dan menyusun butir soal tes objektif dengan lebih baik dan lebih

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

22

8.

Diberikan petunjuk secara jelas dan tegas dalam memberikan jawaban terhadap butir soal yang diajukan dalam tes sehinng testee dapat bekerja sesuai petunjuk yang dicantumkan dalam lenbar soal.

f. Pembuatan Tabel Spesifikasi Soal Sebagai Salah Satu Upaya dalam Mengatasi Kelemahan Tes Objektif 1) Pengertian Tabel Spesifikasi Dikenal juga dengan kisi-kisi soal adalah sebuah Tabel analisis yang didalamnya dimuat rincian materi tes dan tingkah laku beserta proposi yang dikehendaki oleh tester, dimana pada tiap petak sel dari tabel tersebut diisi dengan angka yang menunjukkan banyaknya butir soal yang akan dikeluarkan dalam tes hasil belajar bentuk objektif. Cara yang ditempuh dalam menyiapkan tabel spesifikasi dengan menyusun tabel dua jalan, yang menunjukkan isi mata pelajaran yang akan diteskan serta tingkah laku tertentu yang dipandang dapat mencerminkan taraf kompetensi testee dalam mata pelaajaran yang akan diukur. Menurut Benjamin S. Bloom, Kompetensi kognitif peserta didik dari yang paling rendah sampai paling tinggi adalah : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi. Keenam atraf kompetensi ini yang harus diukur dalam setiap ujian atau tes hasil belajar. 2) Cara Membuat Tabel Spesifikasi Misalkan seluruh isi mapel yang harus diujikan terdiri atas 7 BAB. Masingmasing BAB diukur dalam taraf kompetensi. Dalam tebel spesifikasi harus sudah ditentukan proporsi dari masing-masing BAB isi mapel dan proporsi dari masingmasing taraf kompetensi. Contoh Tabel Spesifikasi model 2 jalan Lihat di halaman 143 tabel 4.1. Dan Contoh Tabel Komposisi Taraf Kompetensi untuk tingkat SD, SMP, SMA lihat hal 145 tabel 4.2. Dalam menyusun butir soal tes objektif langkahnya adalah : a. Menyiapkan tabel spesifikasi Taraf kompetensi Materi tes Hafalan (50%) 3 6 Pemahaman (30%) 1,8 =2 3,6 = 4 Aplikasi (20%) 1,2 = 1 2,4 = 2 Total (100%) 6 12

BAB I (= 10%) BAB II (= 20%)

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

23

BAB III (= 25%) BAB IV (= 30%) BAB V (= 15%) TotaL (= 100%)

7,5 = 8 9 4,5 = 4 30

4,5 = 4 5,4 = 5 2,7 = 3 18

3 3,6 = 4 1,8 = 2 12

15 18 9 60

b. Menetapkan bentuk dan model tes objektif yang akan diterapkan dalam evalusi hasil belajar. c. Menetapkan banyaknya butir soal yang akan diambil dari tiap BAB, berhubungan dengan taraf kompetensi yang akan diungkap dan bentuk tes objektif yang akan digunakan d. Menyusun / Membuat / Menuliskan butir soal tes sesuai dengan jumlah yang telah dirancang dalam tabel spesifikasi.

D. TEKNIK PELAKSANAAN TES HASIL BELAJAR Teknik dalam pelaksanaan tes hasil belajar di sini terbagi menjadi tiga teknik, yaitu secara tertulis (tes tulis), secara lisan (tes lisan) dan tes perbuatan. Dalam tes tertulis, semua soal-soal yang diberikan secara tertulis dan jawabannya juga tertulis. Pada tes lisan, yaitu semua dilakukannya secara lisan dan jawabannya secara lisan pula. 4 Adapula soal-soal yang diberikan secara lisan, tetapi jawabanya secara tertulis dalam waktu yang telah ditentukan. Sedangkan tes perbuatan dalam bentuk soalnya yaitu pemberian perintah atau tugas yang harus dilaksanakan oleh testee, dan cara penilaiannya setelah testee itu selesai mengerjakan tugas tersebut. 1. Teknik Pelaksanaan Tes Tertulis Dalam melaksanakan tes tertulis ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: y Pilihlah ruangan yang tidak mengganggu para testee yang jauh dari keramaian, kebisingan, suara hiruk pikuk, dan lalu lalang orang lain. dan sebaiknya didepan ruangan tes dipasang papan pemberitahuan. Hal ini dilakukan agar para testee mendapat ketenangan dalam mengerjakan tes.

4

http://kauhumairah.blogspot.com/2011/02/teknik-penyusunan-dan-pelaksanaan-tes.html

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

24

y

Ruangan tes tidak terlalu sempit, harus cukup longgar dan tempat duduk diatur sedemikian mungkin.5 Jangan terlalu dekat jarak tempat duduk yang satu dengan yang lain dan jangan terlalu jauh, agar tercegahnya kerja sama yang tidak sehat diantara testee. Ruangan tes sebaiknya memiliki system pencahayaan dan pertukaran udara yang baik. Ruangan tes jangan terlalu gelap atau remang-remang, karena hal ini dapat menyulitkan testee untuk membaca soal tes dan menjawabnya, dan juga bagi tester atau pengawas untuk menunaikan tugasnya. Jika dalam ruangan tes tidak terdapat meja tulis atau alas untuk penulis, sebaiknya disiapkan terlebih dahulu alas tulis yang terbuat dari triplex, harboard, atau alat bahan lainnya, sehingga testee tidak menggunakan paha kakinya untuk alas tulis. Soal yang diberikan hendaknya dibalik terlebih dahulu, agar semua testee dapat mengerjakannya secara bersamaan. Dan sebaiknya tester atau pengawas memberi pemberitahuan terlebih dahulu sebelum soal itu dibagikan. Dalam mengawasi jalannya tes, sebaiknya para tester atau pengawas berlaku wajar. Artinya, tester jangan terlalu sering berjalan dalam ruangan, sehingga mengganggu konsentrasi testee. Sebaliknya, tester pun jangan terlalu sering duduk, sehingga memungkinkan para testee bekerja sama atau menyontek. Jika pengawas lebih dari satu orang, sebaiknya jangan terlalu bercakap-cakap yang dapat mengganggu jalannya tes. Dengan demikian pelaksanaan tes dapat berjalan dengan lancar, tidak terlalu longgar dan tidak terlalu mencekam. Bagi para tester atau pengawas, sebelum berlangsungnya tes sebaiknya terlebih dahulu memberitahukan sanksi bagi testee yang berbuat curang. Sanksi itu dapat berupa, dikeluarkan dari kelas, soalnya diambil atau disobek, atau dicoret soal jawaban testee tersebut. Sebagai bukti mengikuti tes, harus disiapkan daftar hadir yang ditanda tangani semua peserta tes. Dan sebaiknya dalam mngedarkan daftar hadir ini jangan mengganggu ketenangan testee. Jika waktu telah habis dan berbunyi, hendaknya testee menghentikan pekerjaannya dan meninggalkan ruangan tes. Dan tester segera mengambil

y

y

y

y

y

y

y

5

http://www.rahmawatibeddu.com/tehnik-pelaksanaan-evaluasi-hasil-belajar.html

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

25

lembaran-lembaran soal dengan teliti, apakah jumlah lembaran tersebut sama dengan jumlah di dalam daftar hadir. y Untuk mencegah berbagai kesulitan di kemudian hari, pada berita Pelaksanaan Tes harus dituliskan secara lengkap berapa orang yang mengikuti tes dan berapa orang yang tidak mengikuti tes dengan menuliskan identitas-identitasnya (nomor urut, nomor induk, nomor ujian, nama, dan sebagainya). 2. Teknik Pelaksanaan Tes Lisan Dalam tes lisan pun ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut: y Sebelum tes lisan dimulai, tester sebaik sudah memberikan pertanyaanpertanyaan yang akan diujikan, agar testee terlebih dahulu untuk belajar dan dapat diharapkan memiliki validitas yang tinggi, baik dari segi isi maupun kontruksinya. y Setiap butir soal yang telah ditetapkan, juga harus disiapkan sekaligus pedoman atau ancar-ancar jawaban betulnya.6 Hal ini dilakukan agar tester mempunyai kritea dalam memberikan skor atau nilai kepada testee. y Para tester atau pengawas jangan sekali memberikan nilai atau skor setelah seluruh testee menjalani tes lisan. Seharusnya dan sebaiknya memberikan skor atau nilai saat masing-masing testee selesai tes lisan. y Tes hasil belajar yang dilaksanakan secara lisan hendaknya jangan sampai menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi. Tester harus menyadari bahwa yang dihadapannya adalah testee yang sedang diukur dan dinilai prestasi belajarnya setelah mereka menempuh proses pembelajaran dlam jangka waktu tertentu. Dengan demikian apabila testee menjawab soal tes yang dibrikan itu menyimpang dari kritea-kritea yang sudah ditentukan, jangalah disalahkan dan jangan sampai diperdebatkan yang dapat mengakibatkan kegiatan evaluasi berubah menjadi kegiatan diskusi. y Bagi tester jangan sekali-kali memberikan angin segar atau memancingmancing dengan kata-kata atau dengan kode-kode yang yang bisa membantu testee. Dan sekali-kali tester tidak adil dalam member nilai atau skor karena alasan kasihan. Pada hakikat adalah mengukur dan bukan membimbing testee.

6

http://bengkelpendidikan.blogspot.com/2010/04/teknik-pelaksanaan-tes-hasil-belajar.html

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

26

y

Tes lisan harus berlangsung secara wajar. Makna disini, bahwa tester dalam mengajukan pertanyaan jangan sampai membuat testee tersebut takut, gugup, atau panik. Karena itu, tester harus menggunakan kata-kata yang halus, yang dapat dimengerti oleh testee. Penggunaan kalimat-kalimat yang bersifat Menteror yang dapat menimbulkan tekanan psikis pada diri testee. Sebaiknya tester harus mempunyai pedoman atau ancar-ancar yang pasti barapa lama atau berapa waktu yang disediakan bagi tiap peserta tes dalam menjawab soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan dalam tes lisan. Alokasi waktu harus tepat antara testee yang satu dengan testee yang lainnya. Pentanyaan yang diajukan haruslah bervariasi, dalam arti bahwa sekalipun pertanyaan inti persoalan itu sama, anmun cara pengajuan pertanyaannya dibuat berlainan atau beragam. Hal ini dilakukan, agar testee yang selanjutnya tidak mendapatkan yang lebih mujur daripada testee yang sebelumnya. Sejauh mungkin tes lisan ini diusahakan secara individu (satu demi satu). Hal ini dilakukan agar tidak menurunkan mental testee yang lain.

y

y

y

Evaluasi Pengajaran PAI (Penyusunan Teknik Tes)

27