alat pemahaman individu non tes

29
ALAT PEMAHAMAN INDIVIDU NON-TES (Makalah Bimbingan dan Konseling di Sekolah) Oleh Florensia Evindonta Bangun (1113021031)

Upload: butterflow

Post on 30-Jun-2015

7.026 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Alat pemahaman individu non tes

ALAT PEMAHAMAN INDIVIDU NON-TES(Makalah Bimbingan dan Konseling di Sekolah)

Oleh

Florensia Evindonta Bangun

(1113021031)

PENDIDIKAN MATEMATIKAPENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

2012

Page 2: Alat pemahaman individu non tes

DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................ii

Kata Pengantar..................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Tujuan.................................................................................................2

BAB II Isi

2.1 Pengumpulan Data Non-Tes..............................................................3

2.2 Instrumen-Instrumen Pengumpulan Data Non-Tes...........................4

2.2.1 Wawancara................................................................................4

2.2.2 Observasi...................................................................................6

2.2.3 Angket.......................................................................................8

2.2.4 Inventori....................................................................................9

2.2.5 Sosiometri.................................................................................11

2.2.6 Catatan Harian...........................................................................13

2.2.7 Analisis Hasil Karya.................................................................14

2.2.8 Otobiografi................................................................................15

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan dan Saran........................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Alat pemahaman individu non tes

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya sembahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat penyertaan-Nya maka saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya juga berterima kasih kepada Bapak Drs. Giyono, selaku pengasuh mata

kuliah Bimbingan dan Konseling di Sekolah atas pengajaran yang teliah beliau

berikan. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Makalah yang berjudul Alat Pemahaman Individu Non-Tes ini berisi

rangkuman mengenai instrumen (alat) yang digunakan dalam pengumpulan-

pengumpulan data yang sifatnya pribadi serta kualitatif. Instrumen-instrumen

yang dijabarkan adalah instrumen yang umum digunakan untuk pengumpulan

data dalam kaitannya dengan bimbingan dan konseling. Dalam makalah ini

dijabarkan beberapa fungsi, kelemahan, serta kelebihan yang terdapat pada

masing-masing instrumen.

Diharapkan melalui makalah ini, pembaca dapat mengetahui macam

instrumen dalam suatu bimbingan, sehingga kelak sebagai seorang calon pengajar

dapat membimbing siswanya dengan professional. Saya juga mengharapkan kritik

dan saran yang membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat lebih baik

lagi. Atas perhatian pembaca, saya ucapkan terima kasih.

Bandarlampung, Desember 2012

Penulis

Page 4: Alat pemahaman individu non tes

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam berbagai keperluan ilmiah, data merupakan bentuk jamak dari

datum, yang mempunyai arti sebagai sejumlah keterangan atau informasi tentang

sesuatau benda atau nonbenda. Informasi atau keterangan tersebut dapat berupa

besaran, ukuran, angka, atau dapat pula berupa penjelasan deskriftif, uraian atau

kualifikasi tentang sesuatu. Jadi, data merupakan “potret” atau gambaran lengkap

tentang sesuatu. Misalnya, data intelegensi dapat dimaknai sebagai ukuran, angka,

deskripsi atau kualifikasi tentang intelegensi seseorang. Demikian pula pengertian

data pribadi berarti kumpulan tentang angka – angka, ukuran, besaran, deskripsi,

dan kualifikasi tentang pribadi seseorang.

Begitu pun dalam melakukan bimbingan dan konseling terhadap individu

maupun kelompok, dibutuhkan data-data berupa data pribadi. Data-data pribadi

individu ini amat berguna agar seorang pembimbing dapat melakukan bimbingan

dengan tepat. Juga bagi seorang konselor, pengumpulan data-data pribadi dapat

membantu seorang konselor memahami permasalahan seorang individu dengan

jelas sehingga dapat membantu dalam pemecahan masalah yang dialami individu

tersebut.

Pengumpulan data-data pribadi didapat melalui instrumen. Instrumen-

instrumen yang digunakan dapat berupa instrumen tes dan non-tes. Pada

pembahasan ini akan dipaparkan mengenai pengumpulan data menggunakan

instrumen non-tes. Diharapkan setelah membaca makalah ini, mahasiswa,

terutama para calon pengajar, mengetahui pengertian serta macam-macam

instrumen pengumpulan data non-tes sehingga dapat diketahui penggunaan

instrumen yang tepat dalam melaksanakan salah satu tugas professional pengajar,

yaitu membimbing.

Page 5: Alat pemahaman individu non tes

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Pembaca dapat mengetahui pengertian instrumen pengumpulan data

terutama instrumen non-tes.

2. Pembaca dapat mengetahui macam-macam instrumen pengumpulan data

non-tes.

3. Pembaca dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing

instrumen.

BAB IIISI

2.1 Pengumpulan Data Non-Tes

Dalam Bimbingan dan Konseling, pengumpulan data dilakukan melalui

dua pendekatan, yaitu pendekatan tes dan non-tes. Pendekatan tes lebih banyak

mengacu pada pengumpulan data yang bersifat kuantitatif, walaupun akhirnya

Page 6: Alat pemahaman individu non tes

dapat dikualitatifkan. Pengumpulan data yang dilakukan melalui pendekatan non-

tes diperlukan sebagai pengumpul data khususnya dalam hal memperoleh data

sosial yang relevan untuk menyimpan serta mengolah keseluruhan data yang

masuk.

(http://andanapohan-the.blogspot.com/2012/06/instrumen-tes-dan-non-tes-dalam-

bk.html) (Diakses 30 November 2012, pk.13:30)

Pengumpulan data non-tes lebih banyak dimaksudkan untuk

mengumpulkan data-data yang bersifat kualitatif. Teknik non-tes lebih sesuai

digunakan untuk menilai aspek tingkah laku, seperti sikap, minat, perhatian,

karakteristik dan lain sebagainya. Instrumen-instrumen dalam teknik ini

dimaksudkan untuk mengumpulkan data pelengkap atau pendukung dari

instrumen pengumpulan data tes, sehingga data yang didapatkan menjadi lebih

akurat.

(http://kampusryan.blogspot.com/2012/08/teknik-tes-dan-nontes-bimbingan.html)

(Diakses 30 November 2012, pk. 13:30)

2.2 Instrumen-Instrumen Pengumpulan Data Non-Tes

Adapun instrumen-instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data

melalui pendekatan non-tes adalah sebagai berikut.

2.2.1 Wawancara

Wawancara ialah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara tanya jawab antara interviewer (penanya) dengan interviewee

(responden=penjawab). Dalam wawancara terdapat unsur-unsur sebagai

berikut: (a) pertemuan tatap muka. (b) cara yang dipergunakan dalam

wawancara adalah cara lisan, dan (c) pertemuan tatap muka itu

mempunyai tujuan tertentu.

(Sukardi, 1984:118)

Wawancara informasi adalah alat pengumpul data untuk

memperoleh data dan informasi dari siswa secara lisan. Wawancara

informasi berbeda tujuan dengan wawancara konseling, yang berkisar pada

Page 7: Alat pemahaman individu non tes

suatu masalah yang akan dibahas bersama untuk mencari penyelesainnya.

Wawancara informasi digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi

yang sulit diperoleh dengan lain cara, untuk melengkapi data dan

informasi yang sudah terkumpul dengan lain cara; untuk mengecek

kebenaran dari fakta dan data yang telah diketahui melalui saluran lain;

dan untuk mengadakan observasi terhadap tingkah laku siswa.

Keunggulan dari wawancara informasi ialah: diperoleh informasi

dalam suasana komunikasi langsung, yang memungkinkan siswa, selain

memberitahukan data faktual, juga mengungkapkan sikap, pikiran,

harapan, dan perasaan; perumusan pertanyaan-pertanyaan dapat

disesuaikan dengan daya tangkap siswa; dapat ditanyakan hal-hal yang

bersifat sensitif. Hambatan yang timbul ialah: makan banyak waktu dan

energy bagi petugas bimbingan; siswa berprasangka terhadap petugas

bimbingan dan memberikan informasi yang tidak sesuai dengan keadaan

yang sebenarnya atau tidak lengkap; petugas bimbingan mendengarkan

terlslu selektif atau bertanya-tanya dengan cara yang sugestif; pembuatan

catatan memberikan kesan kepada siswa bahwa dia sedang berhadapan

dengan petugas kepolisian.

Wawancara informasi bersifat agak berstruktur dan terencana,

dengan berpegang pada suatu daftar pertanyaan tertulis yang memuat

ruang-ruang untuk menulis jawaban. Bilamana wawancara bertujuan

melengkapi jawaban siswa pada angket tertulis, pertanyaan-pertanyaan

didasarkan pada angket itu. Mewawancarai seorang siswa menuntut

keterampilan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a) Mengadakan persiapan (bidang-bidang, urutan, dan perumusan

pertanyaan)

b) Berpegang pada urutan fase dalam wawancara (fase pembuka, inti, dan

penutup)

c) Menunjukkan sikap yang serasi

d) Merumuskan pertanyaan dalam corak bahasa yang jelas dan mudah

ditangkap

Page 8: Alat pemahaman individu non tes

e) Tidak memaksa-maksa siswa untuk memberikan penjelasan panjang

lebar

f) Membatasi lamanya wawancara

g) Menghindari perumusan pertanyaan yang sugestif

h) Berwaspada terhadap kemungkinan informasi yang diberikan tidak

sesuai fakta atau penghindaran terhadap pertanyaan tertentu

i) Minta izin kepada siswa untuk membuat catatan seperlunya

(Winkel, 1991:249-251)

2.2.2 Observasi

Observasi adalah teknik pengumpul data yang dilakukan secara

sistematis dan sengaja, melalui pencatatan terhadap gejala-gejala yang

diselidiki. Dalam dunia bimbingan, observasi dapat diartikan sebagai

proses mengamati tingkah siswa dalam situasi tertentu (situasi alamiah

maupun eksperimental). Alat pengumpul data yang bias dipergunakan

dalam melakukan observasi ialah dengan menggunakan catatan anekdot

(blanko observasi). Hal yang perlu diperhatikan dalam observasi oleh

pembimbing ialah mencatat hanya apa yang nyata-nyata terjadi, dan tidak

mencampuradukkan dengan berbagai komentar atau interpretasinya

terhadap tingkah laku siswa yang diamati. Fungsi observasi ialah di

samping untuk memperoleh gambaran dan pengetahuan serta pemahaman

mengenai diri klien, juga berfungsi untuk menunjang dan melengkapi

bahan-bahan yang diperoleh melalui interview.

Terdapat tiga jenis teknik observasi (Marie Jahoda dkk., 1957),

yaitu sebagai berikut.

a) Observasi partisipasi, umumnya dipergunakan untuk penelitian yang

bersifat eksploratif, ditandai dengan observer turut mengambil bagian

dalam kehidupan observasi.

b) Observasi sistematik/ observasi berkerangka, ditandai dengan

pembuatan kerangka berbagai factor dan ciri-ciri yang akan

diobservasi sebelum mengadakan observasi.

Page 9: Alat pemahaman individu non tes

c) Observasi eksperimental, ialah suatu observasi yang memiliki ciri-ciri

yaitu: (1) situasi dibuat sedemikian sehingga observasi tidak

mengetahui maksud diadakannya observasi, (2) dibuat variasi situasi

untuk menimbulkan tingkah laku tertentu, (3) observasi dihadapkan

pada situasi yang seragam, (4) situasi dibuat sengaja, (5) faktor-faktor

yang tidak diinginkan pengaruhnya dikontrol secermat mungkin, dan

(6) segala aksi-reaksi dari observasi dicatat dengan teliti dan cermat.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang observer, dalam hal

ini konselor, adalah kemampuan dan keadaan-keadaan sebagai berikut.

1) Perlu memiliki alat indra yang baik.

2) Keteranpilan, pengalaman, dan pengetahuan di dalam melakukan

observasi kiranya perlu secara terus-menerus dikembangkan.

3) Observer/konselor perlu memiliki motivasi, serta kesediaan untuk

melakukan observasi.

4) Seorang observer atau konselor sebaiknya memiliki pengetahuan

sosial-kultural klien (siswa).

5) Dalam melakukan kegiatan observasi, seorang observer/konselor

sebaiknya selalu memperhatikan kondisi tubuhnya.

6) Seorang konselor/observer sebaiknya selalu bersikap netral dan bebas

dari segala bentuk prasangka serta tidak tergesa-gesa dalam

mengambil kesimpulan.

7) Konselor perlu menciptakan suasana akrab dan relasi yang baik dengan

klien.

Alat pencatat observasi sering pula disebut Pedoman Observasi,

merupakan alat yang digunakan dalam membantu observer mencatat hal-

hal yang diobservasi. Macam-macam alat pembantu observasi adalah

sebagai berikut.

1) Anecdotal Records/ Blanko Observasi, ialah menggambarkan perilaku

seseorang atau sekelompok orang dalam situasi seperti apa adanya.

Ada tiga tipe catatan anekdot, yaitu:

a) Catatan anekdot tipe deskriptif

Page 10: Alat pemahaman individu non tes

b) Catatan anekdot tipe interpretatif

c) Catatan anekdot tipe evaluatif

2) Checklist (Daftar Cek), ialah sebuah daftar yang mengandung atau

mencakup faktor-faktor yang ingin diselidiki atau diamati. Fungsi

daftar cek dalam rangka observasi yang berkaitan dengan proses

hubungan konseling adalah sebagai alat pencatat hasil observasi

situasi, tingkah laku, ataupun kegiatan individu yang

diselidiki/diamati. Sedangkan manfaat daftar cek adalah untuk

mendapatkan faktor-faktor yang relevan dengan permasalahan yang

sedang dihadapi.

3) Rating scale (Skala Penilaian), adalah pencatatan gejala menurut

tingkatan-tingkatannya.

(Sukardi, 1984:110-116)

2.2.3 Angket/Kuisioner

Angket/kuisioner adalah seperangkat pertanyaan yang harus

dijawab oleh responden, yang digunakan untuk mengubah berbagai

keterangan yang langsung diberikan oleh responden menjadi data, serta

dapat pula digunakan untuk mengungkapkan pengalaman-pengalaman

yang telah dialami oleh responden pada masa yang lampau maupun pada

saat ini. Ciri khas angket sebagai pengumpul data, yaitu: pengumpulan

data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk

mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data yaitu beberapa

orang.

(Sukardi, 1984:121)

Kegunaan angket tertulis ialah: dalam waktu singkat diperoleh

bannyak keterangan; pengerjaannya dapat dikerjakan di kelas; siswa dapat

menjawab sesuai dengan keadaan tanpa dipengaruhi orang lain.

Kelemahannya ialah: siswa tidak dapat memberi penjelasan lebih lanjut

karena jawabannya terbatas pada hal-hal yang ditanyakan; siswa dapat saja

menjawab tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnyaa kalau dia

Page 11: Alat pemahaman individu non tes

menghendaki demikian; jawaban hanya mengungkapkan keadaan siswa

pada saat angket diisi.

Terdapat persyaratan dalam konstruksi alat angket, yaitu sebagai

berikut.

a) Ditentukan dengan tujuan apa angket diberikan dan dipikirkan luas

informasi yang dibutuhkan.

b) Harus ada introduksi yang menjelaskan kepada siswa dengan tujuan

apa mereka diminta mengisi angket serta siapa yang akan membaca

angket itu dengan menjaga kerahasiaannya.

c) Perumusan item-item harus jelas dan isinya mudah ditangkap.

d) Suatu item jangan menanyakan dua hal sekaligus (pertanyaan ganda).

e) Jangan ditanyakan hal-hal yang dirasa mempermalukan atau

mempunyai konotasi emosional negatif.

f) Perumusan item jangan mengandung jawaban yang baik atau

mengandung sugesti mengenai jawaban yang ideal.

g) Bilamana item tertentu ada lanjutannya, sebaiknya dipisahkan menjadi

dua bagian.

h) Susunan teknis perlu diperhatikan.

i) Butir-butir yang cara menjawabnya berbeda dengan butir lainnya,

harus disertai instruksi yang jelas.

j) Pengisian angket harus dilangsungkan pada waktu yang tepat.

k) Penyesuaian angket pada kurun waktu tertentu.

(Winkel, 1991:240-242)

2.2.4 Inventori

Tes inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan kertas

dan pensil. Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk

menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested),

sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). 

Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian

seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun perlu di

ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang

Page 12: Alat pemahaman individu non tes

sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa

aspek kepribadian. Beberapa masalah dalam tes inventori kepribadian

adalah sebagai berikut.

1. Definisi kepribadian sedemikian banyak, sehingga seleksi yang tepat

dari macam-macam definisi kepribadian perlu mendasari pemakaian tes

inventori.

2. Tes inventori kepribadian tidak dapat bersifat culture free atau bebas

budaya. Oleh karena itu aspek kultural harus di pertimbangkan, padahal

nilai-nilai kultur selalu berubah. Sedangkan di sisi lain tes inventori

diharapkan dapat memberikan profil kepribadian yang stabil. 

3. Bila tes inventori kepribadian terlalu sensitif terhadap perubahan, maka

sulit memperoleh reliabilitas yang tinggi.

Secara umum tes inventori kepribadian memiliki beberapa

kelemahan, seperti;

1. Aitemnya ambigu dan perintah tidak jelas

2. Subjek ingin menunjukkan kesan-kesan tertentu kepada penguji.

3. Kesukaran semantik, penafsiran yang berbeda

4. Sikap subjek yang tak kooperatif/defensif 

5. Faking atau tidak jujur.

6. Acquiscence; bila aitem yang dibuat lebih mengarah ke jawaban-

jawaban tertentu.

untuk mengurangi kelemahan-kelemahan ini, tester perlu memahami tes

yang hendak digunakan dengan baik sehingga menyajikan tes dengan baik.

Macam-macam Tes Inventori

- Tes Inventori kepribadian

1. MMPI (Minnesota Personality Inventory)

2. CPI (California Psychological Inventory)

3. PIC (Personality Inventory for Children)

4. MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)

5. 16 PF (Sixteen Personality Factor Questionnaire)

6. EPPS (Edward Perssonal Preference Schedule)

Page 13: Alat pemahaman individu non tes

7. PRF (Personality Research Form)

8. Jackson Personality Inventory

- Tes Inventori Minat

1. SCII (Strong-Campbell Interest Inventory)

2. JVIS (Jackson Vocationalinterest Survey)

3. KPR-V (Kuder Preference Record - Vocational)

4. CAI (Career Assessment Inventory)

5. RM (The Rothwell-Miller Interest Blank)

- Tes Inventori Nilai

1. Study OF Value

2. WVI (Work Value Inventory)

(http://www.masbow.com/2009/07/tes-inventori.html) (Diakses 2

Desember 2012, pk. 11:15)

2.2.5 Sosiometri

Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data

tentang jaringan hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran

kecil sampai sedang (10-50 orang), berdasarkan preferensi pribadi antara

anggota-anggota kelompok. Preferensi pribadi dinyatakan dalam kesukaan

untuk berada bersama dengan beberapa anggota kelompok dalam

melakukan kegiatan tertentu. Yang diselidiki melalui metode ini adalah

status sosial masing-masing anggota kelompok menurut pandangan

anggota-anggota yang lain dalam kelompok. Status sosial itu tercermin

dalam diterima atau tidak diterima oleh anggota-anggota kelompok. Alat

atau instrumen pengumpulan pengumpulan data yang digunakan ialah

angket sosiometri atau tes sosiometri. Tes sosiometri ada dua macam,

yaitu tes yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam

kelompok sebagai pernyataan kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu

(criterium) bersama dengan teman-teman yang dipilih, dan tes yang

mengharuskan menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap

Page 14: Alat pemahaman individu non tes

teman-teman dalam kelompok pada umumnya. Tes sosiometri jenis

pertama paling sering digunakan dengan tujuan meningkatkan jaringan

hubungan sosial dalam kelompok.

Ciri-ciri penggunaan angket sosiometri, yang terikat pada situasi

pergaulan sosial atau kriterium tertentu adalah sebagai berikut.

a) Dijelaskan kepada siswa yang tergabung dalam suatu kelompok bahwa

akan dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil dalam rangka

mengadakan kegiatan tertentu.

b) Setiap siswa diminta untuk menulis nama beberapa teman dalam

kelompok dengan siapa dia ingin/lebih suka melakukan kegiatan itu

pada blanko.

c) Setiap siswa dalam kelompok menangkap dengan jelas kegiatan apa

yang dimaksud, dan mengetahui bahwa kegiatan itu terbuka bagi

semua.

d) Pilihan-pilihan yang ditulis pada lembar jawaban tidak diberitahukan

satu sama lain dan juga tidak diumumkan.

e) Biasanya siswa diminta untuk menyatakan siapa yang mereka pilih.

f) Tenaga kependidikan yang dapat menerapkan tes sosiometri adalah

guru bidang studi, wali kelas, atau tenaga ahli bimbingan, tergantung

kegiatan yang dilakukan.

Setelah blanko diserahkan kepada tenaga kependidikan yang

bertanggung jawab, data hasil penyebaran angket diolah tanpa disaksikan

oleh siswa. Pengolahan data melalui tiga cara, yaitu mengadakan analisa

indeks, menyusun table, atau membuat sosiogram.

(Winkel, 1991:260-262)

Analisa Sosiogram

Analisa status sosial berdasarkan sosiogram dapat dilakukan

berdasarkan beberapa hal sebagai berikut.

1) Jumlah poin yang dikumpulkan, tiap pilihan yang dilakukan oleh

pemilih mendapat poin tertentu yang kemudian dapat menentukan

keadaan populer dan terisolir dari satu anggota kelompok.

Page 15: Alat pemahaman individu non tes

2) Saling pilih memilih, pilih memilih dapat terjadi antara perempuan

dengan perempuan, laki-laki dengan perempuan, ataupun antar jenis

kelamin yang berbeda.

3) Bentuk hubungan, apabila garis-garis penghubung dalam sosiogram

membentuk konfigurasi-konfigurasi tertentu, di antaranya:

a) Hubungan sosial dengan intensitas yang cukup kuat berbentuk

segitiga (triangle)

b) Hubungan sosial terpusat berbentuk star, menunjukkan popularitas

dalam kelompok.

c) Hubungan sosial yang intim di mana antara individu yang satu

dengan lainnya saling pilih memilih.

d) Hubungan berbentuk jala menunjukkan intensitas kuat yang

menyeluruh, hilangnya seseorang tidak akan menyebabkan

terjadinya perpecahan/kerapuhan.

e) Hubungan berbentuk rantai, ialah hubungan yang bersifat searah

dan tidak menyeluruh, serta cenderung rapuh.

(Sukardi, 1984:126-129)

2.2.6 Catatan Harian

Catatan harian (diaries) adalah catatan pribadi tentang pengamatan,

perasaan,tanggapan, penafsiran, refleksi, firasat, hipotesis dan penjelasan.

Catatan harian tidak hanya melaporkan kejadian tugas sehari-hari,

melainkan juga mengungkapkan perasaan bagaimana rasanya

berpartisipasi dalam penelitian tindakan kelas.

(http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/06/resumeptk-v-prosedur-

pengumpulan-data.html) (Diakses 2 Desember 2012, pk. 17:00)

2.2.7 Analisis Hasil Karya

Analisis hasil belajar atau karya merupakan bentuk lain dari tes

diagnostik. Tujuannya sama, yaitu mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang

dialami oleh siswa dalam mata pelajaran tertentu. Apabila tes diagnostik

Page 16: Alat pemahaman individu non tes

disusun, dilakukan, dan diselenggarakan dalam bentuk tes (sebagian besar

tertulis), analisis hasil karya merupakan prosedur yang pelaksanaannya

dilakukan dengan jalan memeriksa secara langsung materi hasil belajar yang

ditampilkan siswa, baik melalui tulisan, bentuk grafik, atau gambar bentuk

tiga dimensi yang berupa model, maket, dan bentuk-bentuk tiga dimensi hasil

kerajinan dan keterampilan tangan lainnya, serta gerak dan suara. Bentuk

hasil belajar yang lain dapat berupa foto, film, maupun rekaman video.

Dalam analisis hasil belajar atau hanya materi yang dimaksudkan

dicermati melalui pengamatan yang sistematik dengan menggunakan

pedoman tertentu. Hasil pengamatan itu dibandingkan dengan kriteria yang

telah ditetapkan atau bahkan yang telah dibakukan. Perbandingan hasil

pengamatan terhadap kriteria itu akan memperlihatkan kekuatan dan

kelemahan si pembuat karya itu. Dari analisis karya (tertulis) siswa misalnya,

dapat diketahui sampai berapa jauh siswa telah memahami dan menggunakan

tata bahasa dan ejaan secara tepat pada karangan mereka. Analisis hasil

pengerjaan soal berhitung atau matematik secara terurai akan memperlihatkan

sampai seberapa jauh siswa telah memahami operasi hitung atau pemakaian

rumus-rumus berkenaan dengan soal tersebut. Analisis hasil karya seni rupa

(seperti gambar, patung) akan memperlihatkan kelemahan dan sekaligus

kekuatan siswa yang bersangkutan dengan menggambar atau mematung, dan

lain sebagainya. Kekuatan yang dijumpai dalam hasil karya itu merupakan

sesuatu yang perlu dipupuk, sedangkan kelemahan-kelemahannya merupakan

sesuatu yang memerlukan perhatian khusus untuk diperbaiki.

(Prayitno dan Erman Amti, 2004)

2.2.8 Otobiografi

Otobiografi merupakan karangan yang ditulis oleh siswa mengenai

riwayat hidupnya sampai pada saat sekarang, mencakup keseluruhan

hidupnya yang lampau atau hanya satu dua aspek kehidupannya saja.

Otobiografi sangat berguna karena mengungkapkan kejadian-kejadian

penting disertai pikiran dan perasaan subjektif tentang kejadian-kejadian

itu. Deskripsi kualitatif ini menolong konselor dalam memahami

kehidupan batin siswa dan membantu siswa untuk lebih menyadari garis

besar riwayat perkembangannya sampai sekarang. Unsur subjektivitas

Page 17: Alat pemahaman individu non tes

pada otobiografi membawa keuntungan: karena menggambarkan

bagaimana dunia ini, dilihat dari sudut pandangan sendiri (internal frame

reference), dan kesulitan bagi interpretasi, karena siswa kerap melebih-

lebihkan kelebihan atau kelemahannya dan menilai peranan orang lain

secara berat sebelah. Manfaat dari menulis suatu otobiografi tergantung

dari kerelaan siswa untuk membuka diri; dari kemampuan siswa untuk

berefleksi diri; dari kemampuan siswa untuk mengungkapkan pengalaman

hidupnya secara tertulis; serta dari kemampuan petugas bimbingan untuk

menginterpretasikannya secara bijaksana dan seimbang.

Dari segi bentuk, otobiografi dibedakan atas bentuk yang

terstruktur atau yang terbatas pada topic-topik tertentu, dan yang tidak

terstruktur atau yang komprehensif. Karangan yang terstruktur

menguraikan topik-topik yang luas dalam urutan tertentu atau hanya

menanggapi topik-topik yang dibatasi. Karangan yang tidak terstruktur

menyajikan riwayat hidup tanpa berpegang pada suatu kerangka yang

diikuti secara ketat, dengan memasukkan segala sesuatu yang dianggap

penting.

Dalam menggunakan teknik penulisan otobiografi, konselor harus

mengindahkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut.

a) Harus ada kepastian bahwa penulisan otobiografi akan membantu

siswa dalam mengatasi masalah yang dihadapi sekarang.

b) Konseli tidak boleh dipaksa untuk menulis otobiografi.

c) Konselor harus menilai dahulu, apakah siswa memang mampu untuk

mengungkapkan semua secara tertulis dan sudah cukup matang dalam

hal refleksi diri.

d) Konselor perlu menekankan bahwa segi-segi teknik pembahasan tidak

akan diperhatikan.

e) Lebih baik konselor memberikan petunjuk tentang topic-topik yang

diungkapkan, dengan memperhatikan masalah yang sedang dicari

penyelesaiannya.

f) Kerahasiaan otobiografi harus dijamin sepenuhnya.

Page 18: Alat pemahaman individu non tes

g) Dalam mengadakan interpretasi, konselor mencari jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: kesan umum apa yang timbul?;

apakah banyak digunakan kata-kata yang mengandung konotasi

emosional, dll.

h) Seandainya konseli tidak menerima usul untuk menulis otobiografi

atau dipandang kurang mampu menyusunnya, konseli dapat ditanyai

apakah ia mempunyai buku harian yang ditulis secara berkala.

i) Kadang-kadang sepucuk surat yang berisi ungkapan permasalahan

bersama latar belakangnya, sedikit banyak dapat menggantikan

otobiografi.

(Winkel, 1991:251-253)

BAB IIIPENUTUP

2.1 Kesimpulan dan Saran

Dalam pengumpulan data dapat dilakukan melalui dua pendekatan,

yaitu pendekatan tes dan non-tes. Pengumpulan data melalui pendekatan

tes untuk mengumpulkan data-data kuantitatif, sedangkan pengumpulan

data melalui pendekatan non-tes untuk mengumpulkan data-data

kuantitatif. Dalam proses pengumpulan data diperlukan instrumen/alat

Page 19: Alat pemahaman individu non tes

pengumpul data. Alat pengumpulan data non-tes adalah wawancara,

observasi, angket, inventori, sosiometri, catatan harian, analisis hasil

karya, dan otobiografi. Masing-masing instrumen memiliki kelemahan dan

kelebihan tersendiri, sehingga dalam menggunakannya harus

memperhatikan segi fungsi spesifik dari masing-masing instrumen.

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sukardi, Dewa Ketut. 1984. Pengantar Teori Konseling. Denpasr: Ghalia

Indonesia.

Winkel, W. S.. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:

PT. Grasindo.

(http://andanapohan-the.blogspot.com/2012/06/instrumen-tes-dan-non-tes-dalam-bk.html) (Diakses pada tanggal 30 November 2012, pk.13:30)

(http://kampusryan.blogspot.com/2012/08/teknik-tes-dan-nontes-bimbingan.html) (Diakses pada tanggal 30 November 2012, pk. 13:30)

(http://www.masbow.com/2009/07/tes-inventori.html) (Diakses pada tanggal 2 Desember 2012, pk. 11:15)

(http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/06/resumeptk-v-prosedur-pengumpulan-data.html) (Diakses pada tanggal 2 Desember 2012, pk. 17:00)