alat pemahaman individu non tes
TRANSCRIPT
ALAT PEMAHAMAN INDIVIDU NON-TES(Makalah Bimbingan dan Konseling di Sekolah)
Oleh
Florensia Evindonta Bangun
(1113021031)
PENDIDIKAN MATEMATIKAPENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
2012
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
Kata Pengantar..................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................2
BAB II Isi
2.1 Pengumpulan Data Non-Tes..............................................................3
2.2 Instrumen-Instrumen Pengumpulan Data Non-Tes...........................4
2.2.1 Wawancara................................................................................4
2.2.2 Observasi...................................................................................6
2.2.3 Angket.......................................................................................8
2.2.4 Inventori....................................................................................9
2.2.5 Sosiometri.................................................................................11
2.2.6 Catatan Harian...........................................................................13
2.2.7 Analisis Hasil Karya.................................................................14
2.2.8 Otobiografi................................................................................15
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan dan Saran........................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya sembahkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat penyertaan-Nya maka saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya juga berterima kasih kepada Bapak Drs. Giyono, selaku pengasuh mata
kuliah Bimbingan dan Konseling di Sekolah atas pengajaran yang teliah beliau
berikan. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Makalah yang berjudul Alat Pemahaman Individu Non-Tes ini berisi
rangkuman mengenai instrumen (alat) yang digunakan dalam pengumpulan-
pengumpulan data yang sifatnya pribadi serta kualitatif. Instrumen-instrumen
yang dijabarkan adalah instrumen yang umum digunakan untuk pengumpulan
data dalam kaitannya dengan bimbingan dan konseling. Dalam makalah ini
dijabarkan beberapa fungsi, kelemahan, serta kelebihan yang terdapat pada
masing-masing instrumen.
Diharapkan melalui makalah ini, pembaca dapat mengetahui macam
instrumen dalam suatu bimbingan, sehingga kelak sebagai seorang calon pengajar
dapat membimbing siswanya dengan professional. Saya juga mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat lebih baik
lagi. Atas perhatian pembaca, saya ucapkan terima kasih.
Bandarlampung, Desember 2012
Penulis
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam berbagai keperluan ilmiah, data merupakan bentuk jamak dari
datum, yang mempunyai arti sebagai sejumlah keterangan atau informasi tentang
sesuatau benda atau nonbenda. Informasi atau keterangan tersebut dapat berupa
besaran, ukuran, angka, atau dapat pula berupa penjelasan deskriftif, uraian atau
kualifikasi tentang sesuatu. Jadi, data merupakan “potret” atau gambaran lengkap
tentang sesuatu. Misalnya, data intelegensi dapat dimaknai sebagai ukuran, angka,
deskripsi atau kualifikasi tentang intelegensi seseorang. Demikian pula pengertian
data pribadi berarti kumpulan tentang angka – angka, ukuran, besaran, deskripsi,
dan kualifikasi tentang pribadi seseorang.
Begitu pun dalam melakukan bimbingan dan konseling terhadap individu
maupun kelompok, dibutuhkan data-data berupa data pribadi. Data-data pribadi
individu ini amat berguna agar seorang pembimbing dapat melakukan bimbingan
dengan tepat. Juga bagi seorang konselor, pengumpulan data-data pribadi dapat
membantu seorang konselor memahami permasalahan seorang individu dengan
jelas sehingga dapat membantu dalam pemecahan masalah yang dialami individu
tersebut.
Pengumpulan data-data pribadi didapat melalui instrumen. Instrumen-
instrumen yang digunakan dapat berupa instrumen tes dan non-tes. Pada
pembahasan ini akan dipaparkan mengenai pengumpulan data menggunakan
instrumen non-tes. Diharapkan setelah membaca makalah ini, mahasiswa,
terutama para calon pengajar, mengetahui pengertian serta macam-macam
instrumen pengumpulan data non-tes sehingga dapat diketahui penggunaan
instrumen yang tepat dalam melaksanakan salah satu tugas professional pengajar,
yaitu membimbing.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian instrumen pengumpulan data
terutama instrumen non-tes.
2. Pembaca dapat mengetahui macam-macam instrumen pengumpulan data
non-tes.
3. Pembaca dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing
instrumen.
BAB IIISI
2.1 Pengumpulan Data Non-Tes
Dalam Bimbingan dan Konseling, pengumpulan data dilakukan melalui
dua pendekatan, yaitu pendekatan tes dan non-tes. Pendekatan tes lebih banyak
mengacu pada pengumpulan data yang bersifat kuantitatif, walaupun akhirnya
dapat dikualitatifkan. Pengumpulan data yang dilakukan melalui pendekatan non-
tes diperlukan sebagai pengumpul data khususnya dalam hal memperoleh data
sosial yang relevan untuk menyimpan serta mengolah keseluruhan data yang
masuk.
(http://andanapohan-the.blogspot.com/2012/06/instrumen-tes-dan-non-tes-dalam-
bk.html) (Diakses 30 November 2012, pk.13:30)
Pengumpulan data non-tes lebih banyak dimaksudkan untuk
mengumpulkan data-data yang bersifat kualitatif. Teknik non-tes lebih sesuai
digunakan untuk menilai aspek tingkah laku, seperti sikap, minat, perhatian,
karakteristik dan lain sebagainya. Instrumen-instrumen dalam teknik ini
dimaksudkan untuk mengumpulkan data pelengkap atau pendukung dari
instrumen pengumpulan data tes, sehingga data yang didapatkan menjadi lebih
akurat.
(http://kampusryan.blogspot.com/2012/08/teknik-tes-dan-nontes-bimbingan.html)
(Diakses 30 November 2012, pk. 13:30)
2.2 Instrumen-Instrumen Pengumpulan Data Non-Tes
Adapun instrumen-instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data
melalui pendekatan non-tes adalah sebagai berikut.
2.2.1 Wawancara
Wawancara ialah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara tanya jawab antara interviewer (penanya) dengan interviewee
(responden=penjawab). Dalam wawancara terdapat unsur-unsur sebagai
berikut: (a) pertemuan tatap muka. (b) cara yang dipergunakan dalam
wawancara adalah cara lisan, dan (c) pertemuan tatap muka itu
mempunyai tujuan tertentu.
(Sukardi, 1984:118)
Wawancara informasi adalah alat pengumpul data untuk
memperoleh data dan informasi dari siswa secara lisan. Wawancara
informasi berbeda tujuan dengan wawancara konseling, yang berkisar pada
suatu masalah yang akan dibahas bersama untuk mencari penyelesainnya.
Wawancara informasi digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi
yang sulit diperoleh dengan lain cara, untuk melengkapi data dan
informasi yang sudah terkumpul dengan lain cara; untuk mengecek
kebenaran dari fakta dan data yang telah diketahui melalui saluran lain;
dan untuk mengadakan observasi terhadap tingkah laku siswa.
Keunggulan dari wawancara informasi ialah: diperoleh informasi
dalam suasana komunikasi langsung, yang memungkinkan siswa, selain
memberitahukan data faktual, juga mengungkapkan sikap, pikiran,
harapan, dan perasaan; perumusan pertanyaan-pertanyaan dapat
disesuaikan dengan daya tangkap siswa; dapat ditanyakan hal-hal yang
bersifat sensitif. Hambatan yang timbul ialah: makan banyak waktu dan
energy bagi petugas bimbingan; siswa berprasangka terhadap petugas
bimbingan dan memberikan informasi yang tidak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya atau tidak lengkap; petugas bimbingan mendengarkan
terlslu selektif atau bertanya-tanya dengan cara yang sugestif; pembuatan
catatan memberikan kesan kepada siswa bahwa dia sedang berhadapan
dengan petugas kepolisian.
Wawancara informasi bersifat agak berstruktur dan terencana,
dengan berpegang pada suatu daftar pertanyaan tertulis yang memuat
ruang-ruang untuk menulis jawaban. Bilamana wawancara bertujuan
melengkapi jawaban siswa pada angket tertulis, pertanyaan-pertanyaan
didasarkan pada angket itu. Mewawancarai seorang siswa menuntut
keterampilan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a) Mengadakan persiapan (bidang-bidang, urutan, dan perumusan
pertanyaan)
b) Berpegang pada urutan fase dalam wawancara (fase pembuka, inti, dan
penutup)
c) Menunjukkan sikap yang serasi
d) Merumuskan pertanyaan dalam corak bahasa yang jelas dan mudah
ditangkap
e) Tidak memaksa-maksa siswa untuk memberikan penjelasan panjang
lebar
f) Membatasi lamanya wawancara
g) Menghindari perumusan pertanyaan yang sugestif
h) Berwaspada terhadap kemungkinan informasi yang diberikan tidak
sesuai fakta atau penghindaran terhadap pertanyaan tertentu
i) Minta izin kepada siswa untuk membuat catatan seperlunya
(Winkel, 1991:249-251)
2.2.2 Observasi
Observasi adalah teknik pengumpul data yang dilakukan secara
sistematis dan sengaja, melalui pencatatan terhadap gejala-gejala yang
diselidiki. Dalam dunia bimbingan, observasi dapat diartikan sebagai
proses mengamati tingkah siswa dalam situasi tertentu (situasi alamiah
maupun eksperimental). Alat pengumpul data yang bias dipergunakan
dalam melakukan observasi ialah dengan menggunakan catatan anekdot
(blanko observasi). Hal yang perlu diperhatikan dalam observasi oleh
pembimbing ialah mencatat hanya apa yang nyata-nyata terjadi, dan tidak
mencampuradukkan dengan berbagai komentar atau interpretasinya
terhadap tingkah laku siswa yang diamati. Fungsi observasi ialah di
samping untuk memperoleh gambaran dan pengetahuan serta pemahaman
mengenai diri klien, juga berfungsi untuk menunjang dan melengkapi
bahan-bahan yang diperoleh melalui interview.
Terdapat tiga jenis teknik observasi (Marie Jahoda dkk., 1957),
yaitu sebagai berikut.
a) Observasi partisipasi, umumnya dipergunakan untuk penelitian yang
bersifat eksploratif, ditandai dengan observer turut mengambil bagian
dalam kehidupan observasi.
b) Observasi sistematik/ observasi berkerangka, ditandai dengan
pembuatan kerangka berbagai factor dan ciri-ciri yang akan
diobservasi sebelum mengadakan observasi.
c) Observasi eksperimental, ialah suatu observasi yang memiliki ciri-ciri
yaitu: (1) situasi dibuat sedemikian sehingga observasi tidak
mengetahui maksud diadakannya observasi, (2) dibuat variasi situasi
untuk menimbulkan tingkah laku tertentu, (3) observasi dihadapkan
pada situasi yang seragam, (4) situasi dibuat sengaja, (5) faktor-faktor
yang tidak diinginkan pengaruhnya dikontrol secermat mungkin, dan
(6) segala aksi-reaksi dari observasi dicatat dengan teliti dan cermat.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang observer, dalam hal
ini konselor, adalah kemampuan dan keadaan-keadaan sebagai berikut.
1) Perlu memiliki alat indra yang baik.
2) Keteranpilan, pengalaman, dan pengetahuan di dalam melakukan
observasi kiranya perlu secara terus-menerus dikembangkan.
3) Observer/konselor perlu memiliki motivasi, serta kesediaan untuk
melakukan observasi.
4) Seorang observer atau konselor sebaiknya memiliki pengetahuan
sosial-kultural klien (siswa).
5) Dalam melakukan kegiatan observasi, seorang observer/konselor
sebaiknya selalu memperhatikan kondisi tubuhnya.
6) Seorang konselor/observer sebaiknya selalu bersikap netral dan bebas
dari segala bentuk prasangka serta tidak tergesa-gesa dalam
mengambil kesimpulan.
7) Konselor perlu menciptakan suasana akrab dan relasi yang baik dengan
klien.
Alat pencatat observasi sering pula disebut Pedoman Observasi,
merupakan alat yang digunakan dalam membantu observer mencatat hal-
hal yang diobservasi. Macam-macam alat pembantu observasi adalah
sebagai berikut.
1) Anecdotal Records/ Blanko Observasi, ialah menggambarkan perilaku
seseorang atau sekelompok orang dalam situasi seperti apa adanya.
Ada tiga tipe catatan anekdot, yaitu:
a) Catatan anekdot tipe deskriptif
b) Catatan anekdot tipe interpretatif
c) Catatan anekdot tipe evaluatif
2) Checklist (Daftar Cek), ialah sebuah daftar yang mengandung atau
mencakup faktor-faktor yang ingin diselidiki atau diamati. Fungsi
daftar cek dalam rangka observasi yang berkaitan dengan proses
hubungan konseling adalah sebagai alat pencatat hasil observasi
situasi, tingkah laku, ataupun kegiatan individu yang
diselidiki/diamati. Sedangkan manfaat daftar cek adalah untuk
mendapatkan faktor-faktor yang relevan dengan permasalahan yang
sedang dihadapi.
3) Rating scale (Skala Penilaian), adalah pencatatan gejala menurut
tingkatan-tingkatannya.
(Sukardi, 1984:110-116)
2.2.3 Angket/Kuisioner
Angket/kuisioner adalah seperangkat pertanyaan yang harus
dijawab oleh responden, yang digunakan untuk mengubah berbagai
keterangan yang langsung diberikan oleh responden menjadi data, serta
dapat pula digunakan untuk mengungkapkan pengalaman-pengalaman
yang telah dialami oleh responden pada masa yang lampau maupun pada
saat ini. Ciri khas angket sebagai pengumpul data, yaitu: pengumpulan
data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk
mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data yaitu beberapa
orang.
(Sukardi, 1984:121)
Kegunaan angket tertulis ialah: dalam waktu singkat diperoleh
bannyak keterangan; pengerjaannya dapat dikerjakan di kelas; siswa dapat
menjawab sesuai dengan keadaan tanpa dipengaruhi orang lain.
Kelemahannya ialah: siswa tidak dapat memberi penjelasan lebih lanjut
karena jawabannya terbatas pada hal-hal yang ditanyakan; siswa dapat saja
menjawab tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnyaa kalau dia
menghendaki demikian; jawaban hanya mengungkapkan keadaan siswa
pada saat angket diisi.
Terdapat persyaratan dalam konstruksi alat angket, yaitu sebagai
berikut.
a) Ditentukan dengan tujuan apa angket diberikan dan dipikirkan luas
informasi yang dibutuhkan.
b) Harus ada introduksi yang menjelaskan kepada siswa dengan tujuan
apa mereka diminta mengisi angket serta siapa yang akan membaca
angket itu dengan menjaga kerahasiaannya.
c) Perumusan item-item harus jelas dan isinya mudah ditangkap.
d) Suatu item jangan menanyakan dua hal sekaligus (pertanyaan ganda).
e) Jangan ditanyakan hal-hal yang dirasa mempermalukan atau
mempunyai konotasi emosional negatif.
f) Perumusan item jangan mengandung jawaban yang baik atau
mengandung sugesti mengenai jawaban yang ideal.
g) Bilamana item tertentu ada lanjutannya, sebaiknya dipisahkan menjadi
dua bagian.
h) Susunan teknis perlu diperhatikan.
i) Butir-butir yang cara menjawabnya berbeda dengan butir lainnya,
harus disertai instruksi yang jelas.
j) Pengisian angket harus dilangsungkan pada waktu yang tepat.
k) Penyesuaian angket pada kurun waktu tertentu.
(Winkel, 1991:240-242)
2.2.4 Inventori
Tes inventori adalah tes-tes yang terutama menggunakan kertas
dan pensil. Tes inventori merupakan self report Questionnare, untuk
menentukan karakteristik-karakteristik kepribadian, minat (interested),
sikap (attitude), dan nilai-nilai (value).
Tes inventori sangat berguna untuk mengetahui karakteristik kepribadian
seperti minat, penyesuaian diri, motivasi, dan prasangka. Namun perlu di
ingat bahwa alat-alat tes yang digunakan umumnya tidak ada yang
sempurna dan masing-masing tes hanya menjelaskan satu atau beberapa
aspek kepribadian. Beberapa masalah dalam tes inventori kepribadian
adalah sebagai berikut.
1. Definisi kepribadian sedemikian banyak, sehingga seleksi yang tepat
dari macam-macam definisi kepribadian perlu mendasari pemakaian tes
inventori.
2. Tes inventori kepribadian tidak dapat bersifat culture free atau bebas
budaya. Oleh karena itu aspek kultural harus di pertimbangkan, padahal
nilai-nilai kultur selalu berubah. Sedangkan di sisi lain tes inventori
diharapkan dapat memberikan profil kepribadian yang stabil.
3. Bila tes inventori kepribadian terlalu sensitif terhadap perubahan, maka
sulit memperoleh reliabilitas yang tinggi.
Secara umum tes inventori kepribadian memiliki beberapa
kelemahan, seperti;
1. Aitemnya ambigu dan perintah tidak jelas
2. Subjek ingin menunjukkan kesan-kesan tertentu kepada penguji.
3. Kesukaran semantik, penafsiran yang berbeda
4. Sikap subjek yang tak kooperatif/defensif
5. Faking atau tidak jujur.
6. Acquiscence; bila aitem yang dibuat lebih mengarah ke jawaban-
jawaban tertentu.
untuk mengurangi kelemahan-kelemahan ini, tester perlu memahami tes
yang hendak digunakan dengan baik sehingga menyajikan tes dengan baik.
Macam-macam Tes Inventori
- Tes Inventori kepribadian
1. MMPI (Minnesota Personality Inventory)
2. CPI (California Psychological Inventory)
3. PIC (Personality Inventory for Children)
4. MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
5. 16 PF (Sixteen Personality Factor Questionnaire)
6. EPPS (Edward Perssonal Preference Schedule)
7. PRF (Personality Research Form)
8. Jackson Personality Inventory
- Tes Inventori Minat
1. SCII (Strong-Campbell Interest Inventory)
2. JVIS (Jackson Vocationalinterest Survey)
3. KPR-V (Kuder Preference Record - Vocational)
4. CAI (Career Assessment Inventory)
5. RM (The Rothwell-Miller Interest Blank)
- Tes Inventori Nilai
1. Study OF Value
2. WVI (Work Value Inventory)
(http://www.masbow.com/2009/07/tes-inventori.html) (Diakses 2
Desember 2012, pk. 11:15)
2.2.5 Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data
tentang jaringan hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran
kecil sampai sedang (10-50 orang), berdasarkan preferensi pribadi antara
anggota-anggota kelompok. Preferensi pribadi dinyatakan dalam kesukaan
untuk berada bersama dengan beberapa anggota kelompok dalam
melakukan kegiatan tertentu. Yang diselidiki melalui metode ini adalah
status sosial masing-masing anggota kelompok menurut pandangan
anggota-anggota yang lain dalam kelompok. Status sosial itu tercermin
dalam diterima atau tidak diterima oleh anggota-anggota kelompok. Alat
atau instrumen pengumpulan pengumpulan data yang digunakan ialah
angket sosiometri atau tes sosiometri. Tes sosiometri ada dua macam,
yaitu tes yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam
kelompok sebagai pernyataan kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu
(criterium) bersama dengan teman-teman yang dipilih, dan tes yang
mengharuskan menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap
teman-teman dalam kelompok pada umumnya. Tes sosiometri jenis
pertama paling sering digunakan dengan tujuan meningkatkan jaringan
hubungan sosial dalam kelompok.
Ciri-ciri penggunaan angket sosiometri, yang terikat pada situasi
pergaulan sosial atau kriterium tertentu adalah sebagai berikut.
a) Dijelaskan kepada siswa yang tergabung dalam suatu kelompok bahwa
akan dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil dalam rangka
mengadakan kegiatan tertentu.
b) Setiap siswa diminta untuk menulis nama beberapa teman dalam
kelompok dengan siapa dia ingin/lebih suka melakukan kegiatan itu
pada blanko.
c) Setiap siswa dalam kelompok menangkap dengan jelas kegiatan apa
yang dimaksud, dan mengetahui bahwa kegiatan itu terbuka bagi
semua.
d) Pilihan-pilihan yang ditulis pada lembar jawaban tidak diberitahukan
satu sama lain dan juga tidak diumumkan.
e) Biasanya siswa diminta untuk menyatakan siapa yang mereka pilih.
f) Tenaga kependidikan yang dapat menerapkan tes sosiometri adalah
guru bidang studi, wali kelas, atau tenaga ahli bimbingan, tergantung
kegiatan yang dilakukan.
Setelah blanko diserahkan kepada tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab, data hasil penyebaran angket diolah tanpa disaksikan
oleh siswa. Pengolahan data melalui tiga cara, yaitu mengadakan analisa
indeks, menyusun table, atau membuat sosiogram.
(Winkel, 1991:260-262)
Analisa Sosiogram
Analisa status sosial berdasarkan sosiogram dapat dilakukan
berdasarkan beberapa hal sebagai berikut.
1) Jumlah poin yang dikumpulkan, tiap pilihan yang dilakukan oleh
pemilih mendapat poin tertentu yang kemudian dapat menentukan
keadaan populer dan terisolir dari satu anggota kelompok.
2) Saling pilih memilih, pilih memilih dapat terjadi antara perempuan
dengan perempuan, laki-laki dengan perempuan, ataupun antar jenis
kelamin yang berbeda.
3) Bentuk hubungan, apabila garis-garis penghubung dalam sosiogram
membentuk konfigurasi-konfigurasi tertentu, di antaranya:
a) Hubungan sosial dengan intensitas yang cukup kuat berbentuk
segitiga (triangle)
b) Hubungan sosial terpusat berbentuk star, menunjukkan popularitas
dalam kelompok.
c) Hubungan sosial yang intim di mana antara individu yang satu
dengan lainnya saling pilih memilih.
d) Hubungan berbentuk jala menunjukkan intensitas kuat yang
menyeluruh, hilangnya seseorang tidak akan menyebabkan
terjadinya perpecahan/kerapuhan.
e) Hubungan berbentuk rantai, ialah hubungan yang bersifat searah
dan tidak menyeluruh, serta cenderung rapuh.
(Sukardi, 1984:126-129)
2.2.6 Catatan Harian
Catatan harian (diaries) adalah catatan pribadi tentang pengamatan,
perasaan,tanggapan, penafsiran, refleksi, firasat, hipotesis dan penjelasan.
Catatan harian tidak hanya melaporkan kejadian tugas sehari-hari,
melainkan juga mengungkapkan perasaan bagaimana rasanya
berpartisipasi dalam penelitian tindakan kelas.
(http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/06/resumeptk-v-prosedur-
pengumpulan-data.html) (Diakses 2 Desember 2012, pk. 17:00)
2.2.7 Analisis Hasil Karya
Analisis hasil belajar atau karya merupakan bentuk lain dari tes
diagnostik. Tujuannya sama, yaitu mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang
dialami oleh siswa dalam mata pelajaran tertentu. Apabila tes diagnostik
disusun, dilakukan, dan diselenggarakan dalam bentuk tes (sebagian besar
tertulis), analisis hasil karya merupakan prosedur yang pelaksanaannya
dilakukan dengan jalan memeriksa secara langsung materi hasil belajar yang
ditampilkan siswa, baik melalui tulisan, bentuk grafik, atau gambar bentuk
tiga dimensi yang berupa model, maket, dan bentuk-bentuk tiga dimensi hasil
kerajinan dan keterampilan tangan lainnya, serta gerak dan suara. Bentuk
hasil belajar yang lain dapat berupa foto, film, maupun rekaman video.
Dalam analisis hasil belajar atau hanya materi yang dimaksudkan
dicermati melalui pengamatan yang sistematik dengan menggunakan
pedoman tertentu. Hasil pengamatan itu dibandingkan dengan kriteria yang
telah ditetapkan atau bahkan yang telah dibakukan. Perbandingan hasil
pengamatan terhadap kriteria itu akan memperlihatkan kekuatan dan
kelemahan si pembuat karya itu. Dari analisis karya (tertulis) siswa misalnya,
dapat diketahui sampai berapa jauh siswa telah memahami dan menggunakan
tata bahasa dan ejaan secara tepat pada karangan mereka. Analisis hasil
pengerjaan soal berhitung atau matematik secara terurai akan memperlihatkan
sampai seberapa jauh siswa telah memahami operasi hitung atau pemakaian
rumus-rumus berkenaan dengan soal tersebut. Analisis hasil karya seni rupa
(seperti gambar, patung) akan memperlihatkan kelemahan dan sekaligus
kekuatan siswa yang bersangkutan dengan menggambar atau mematung, dan
lain sebagainya. Kekuatan yang dijumpai dalam hasil karya itu merupakan
sesuatu yang perlu dipupuk, sedangkan kelemahan-kelemahannya merupakan
sesuatu yang memerlukan perhatian khusus untuk diperbaiki.
(Prayitno dan Erman Amti, 2004)
2.2.8 Otobiografi
Otobiografi merupakan karangan yang ditulis oleh siswa mengenai
riwayat hidupnya sampai pada saat sekarang, mencakup keseluruhan
hidupnya yang lampau atau hanya satu dua aspek kehidupannya saja.
Otobiografi sangat berguna karena mengungkapkan kejadian-kejadian
penting disertai pikiran dan perasaan subjektif tentang kejadian-kejadian
itu. Deskripsi kualitatif ini menolong konselor dalam memahami
kehidupan batin siswa dan membantu siswa untuk lebih menyadari garis
besar riwayat perkembangannya sampai sekarang. Unsur subjektivitas
pada otobiografi membawa keuntungan: karena menggambarkan
bagaimana dunia ini, dilihat dari sudut pandangan sendiri (internal frame
reference), dan kesulitan bagi interpretasi, karena siswa kerap melebih-
lebihkan kelebihan atau kelemahannya dan menilai peranan orang lain
secara berat sebelah. Manfaat dari menulis suatu otobiografi tergantung
dari kerelaan siswa untuk membuka diri; dari kemampuan siswa untuk
berefleksi diri; dari kemampuan siswa untuk mengungkapkan pengalaman
hidupnya secara tertulis; serta dari kemampuan petugas bimbingan untuk
menginterpretasikannya secara bijaksana dan seimbang.
Dari segi bentuk, otobiografi dibedakan atas bentuk yang
terstruktur atau yang terbatas pada topic-topik tertentu, dan yang tidak
terstruktur atau yang komprehensif. Karangan yang terstruktur
menguraikan topik-topik yang luas dalam urutan tertentu atau hanya
menanggapi topik-topik yang dibatasi. Karangan yang tidak terstruktur
menyajikan riwayat hidup tanpa berpegang pada suatu kerangka yang
diikuti secara ketat, dengan memasukkan segala sesuatu yang dianggap
penting.
Dalam menggunakan teknik penulisan otobiografi, konselor harus
mengindahkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut.
a) Harus ada kepastian bahwa penulisan otobiografi akan membantu
siswa dalam mengatasi masalah yang dihadapi sekarang.
b) Konseli tidak boleh dipaksa untuk menulis otobiografi.
c) Konselor harus menilai dahulu, apakah siswa memang mampu untuk
mengungkapkan semua secara tertulis dan sudah cukup matang dalam
hal refleksi diri.
d) Konselor perlu menekankan bahwa segi-segi teknik pembahasan tidak
akan diperhatikan.
e) Lebih baik konselor memberikan petunjuk tentang topic-topik yang
diungkapkan, dengan memperhatikan masalah yang sedang dicari
penyelesaiannya.
f) Kerahasiaan otobiografi harus dijamin sepenuhnya.
g) Dalam mengadakan interpretasi, konselor mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: kesan umum apa yang timbul?;
apakah banyak digunakan kata-kata yang mengandung konotasi
emosional, dll.
h) Seandainya konseli tidak menerima usul untuk menulis otobiografi
atau dipandang kurang mampu menyusunnya, konseli dapat ditanyai
apakah ia mempunyai buku harian yang ditulis secara berkala.
i) Kadang-kadang sepucuk surat yang berisi ungkapan permasalahan
bersama latar belakangnya, sedikit banyak dapat menggantikan
otobiografi.
(Winkel, 1991:251-253)
BAB IIIPENUTUP
2.1 Kesimpulan dan Saran
Dalam pengumpulan data dapat dilakukan melalui dua pendekatan,
yaitu pendekatan tes dan non-tes. Pengumpulan data melalui pendekatan
tes untuk mengumpulkan data-data kuantitatif, sedangkan pengumpulan
data melalui pendekatan non-tes untuk mengumpulkan data-data
kuantitatif. Dalam proses pengumpulan data diperlukan instrumen/alat
pengumpul data. Alat pengumpulan data non-tes adalah wawancara,
observasi, angket, inventori, sosiometri, catatan harian, analisis hasil
karya, dan otobiografi. Masing-masing instrumen memiliki kelemahan dan
kelebihan tersendiri, sehingga dalam menggunakannya harus
memperhatikan segi fungsi spesifik dari masing-masing instrumen.
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1984. Pengantar Teori Konseling. Denpasr: Ghalia
Indonesia.
Winkel, W. S.. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:
PT. Grasindo.
(http://andanapohan-the.blogspot.com/2012/06/instrumen-tes-dan-non-tes-dalam-bk.html) (Diakses pada tanggal 30 November 2012, pk.13:30)
(http://kampusryan.blogspot.com/2012/08/teknik-tes-dan-nontes-bimbingan.html) (Diakses pada tanggal 30 November 2012, pk. 13:30)
(http://www.masbow.com/2009/07/tes-inventori.html) (Diakses pada tanggal 2 Desember 2012, pk. 11:15)
(http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/06/resumeptk-v-prosedur-pengumpulan-data.html) (Diakses pada tanggal 2 Desember 2012, pk. 17:00)