kelompok 5 chd

27
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK CONGENITAL HEART DISEASEN (CHD) ATAU PENYAKIT JANTUNG BAWAAN DI BIMBING OLEH: Yeni Setyo Prastiwi, SST DI SUSUN OLEH Kelompok 5 1. Angga Setiawan (01.12.005) 2. Leny Diah Febriani (01.12.025) 3.Nurmiadi (01.12.034) 4. Sielvia Eka W. H (01.12.046) 5. Yunita Krisnawati .H (01.12.055) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Upload: sielvia-eka-wijayanti-hasan

Post on 20-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

chd

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 5 CHD

ASUHAN KEPERAWATANPADA ANAK CONGENITAL HEART DISEASEN (CHD)

ATAU PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

DI BIMBING OLEH:

Yeni Setyo Prastiwi, SST

DI SUSUN OLEH

Kelompok 5

1. Angga Setiawan (01.12.005)

2. Leny Diah Febriani (01.12.025)

3. Nurmiadi (01.12.034)

4. Sielvia Eka W. H (01.12.046)

5. Yunita Krisnawati .H (01.12.055)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG

TAHUN AJARAN 2015

Page 2: Kelompok 5 CHD

BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan merupakan kelainan

bawaan yang sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan sebagai

penyebab utama kematian pada masa neonatus. Perkembangan di bidang diagnostik,

tatalaksana medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40

tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada neonatus dengan CHD yang

kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah dapat dideteksi defek

anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin. Di bidang pencegahan

terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin sampai saat ini masih

belum memuaskan, walaupun sudah dapat diidentifikasi adanya multifaktor yang saling

berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan (Ide Bagus : 2008)

Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan merupakan kelainan

bawaan yang sering ditemukan, yaitu 10% dari seluruh kelainan bawaan dan sebagai

penyebab utama kematian pada masa neonatus. Perkembangan di bidang diagnostik,

tatalaksana medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40

tahun terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada neonatus dengan CHD yang

kritis. Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah dapat dideteksi defek

anatomi jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin. Di bidang pencegahan

terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin sampai saat ini masih

belum memuaskan, walaupun sudah dapat diidentifikasi adanya multifaktor yang saling

berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan (Ide Bagus : 2008).

Penyakit jantung kongenital bisa terjadi kepada anak-anak di dunia tanpa melihat

kedudukan sosial ekonomi. Kejadian ini berlaku antara 8 -10 kes bagi setiap 1000 kelahiran

hidup. Jika seorang anak dijangkiti, kadar berulangnya kejadian ini pada anaknya nanti ialah

antara 4.9 -16% . Penyakit Jantung Kongenital merupakan 42% dari keseluruhan kecacatan

kelahiran. Sebagian besar dari kematian bayi akibat kecacatan kelahiran adalah disebabkan

oleh keabnormalan jantung. Mengikut Persatuan Jantung Amerika, pada tahun 1992,

kecacatan jantung merupakan 31.4% dari semua kematian akibat kecacatan kelahiran. Kira-

Page 3: Kelompok 5 CHD

kira 40,000 bayi yang dilahirkan setiap tahun mendapat kecacatan jantung (Dikutip dari

IdeBagus : 2008)

Congenital heart diseases (CHD) yang berat dan tidak diatasi segera akan

menimbulkan kegawatan dan kematian pada awal kehidupan bayi. Selain faktor tenaga dan

fasilitas medis yang terbatas, problem finansial banyak menjadi penyebab bayi-bayi CHD tak

dapat hidup. Kebanyakan orangtua bayi CHD adalah pasangan muda yang ekonominya masih

rendah. Insidensi penyakit jantung bawaan di dunia diperkirakan 8/1000 kelahiran hidup.

Data mengenai penyakit jantung bawaan sangat bervariasi bergantung pada hasil penelitian

terhadap anak atau orang dewasa, serta berdasarkan autopsy dan pemeriksaan kateterisasi. Di

Indonesia sekitar 40.000 bayi dengan penyakit jantung bawaan. Saat ini, hanya sekitar 2%

penderita yang bisa diselamatkan. Dengan perkiraan penduduk Indonesia sekitar 220 juta,

maka setiap tahun terdapat sekitar 40.000 bayi lahir dengan CHD/ PJB (IdeBagus : 2008).

Sebagai kalangan mahasiswa kesehatan selayaknya mengetahui bahaya congenital

heart diseases (CHD) bagi kehidupan anak-anak yang bisa mempengaruhi kesehatan mereka

dan bisa berujung pada kematian. Sebagai mahasiswa kesehatan sepatutnya mampu

mengidentifikasi faktor penyebab serta tanda dan gejala dari Congenital heart diseases

(CHD), serta dapat bertindak dalam memberikan pelayanan terbaik pada klien anak yang

menderita Congenital heart diseases (CHD) khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan

di rumah sakit

B.        Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana asuhan

keperawatan pada klien anak yang menderita Congenital heart diseases (CHD) ?”

C.       Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan dapat

memberikan   informasi   dan pemahaman mengenai asuhan keperawatan pada klien anak

yang menderita Congenital heart diseases (CHD).

D.       Metode

Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya melalui media

literatur perpustakaan dan elektronik.

E.        Sistematika

Secara umum makalah ini terbagi menjadi tiga bagian diantaranya; BAB I tentang

Pendahuluan, BAB II yang berisi Pembahasan dan BAB III tentang kesimpulan dan saran.

Page 4: Kelompok 5 CHD

BAB II

PEMBAHASAN

A.       Definisi

Congenital heart diseases (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan

malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit

jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak

dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan

ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui

seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda (IPD FKUI : 1996)

Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah kelainan jantung

yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi

kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir tidak jarang

kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan

beberapa tahun (Ngastiyah:1997).

B.        Etiologi

Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan

embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar

dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui

secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan

angka kejadian penyakit jantung bawaan :

1.   Faktor Prenatal :

a.    Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox.

b.   Ibu alkoholisme.

c.    Umur ibu lebih dari 40 tahun.

d.   Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.

e.    Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program KB oral atau

suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, ( thalidmide, dextroamphetamine,

aminopterin, amethopterin).

f.     Terpajan radiasi (sinar X).

g.    Gizi ibu yang buruk.

h.   Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio.

2.   Faktor Genetik

a.       Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.

b.      Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.

Page 5: Kelompok 5 CHD

c.       Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.

d.      Lahir dengan kelainan bawaan yang lain

C.       Klasifikasi

Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang

sangat sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta

vaskuiarisasi paru.

  Congenital Heart Diseases (CHD) non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya

defek septum ventrikel (DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus persisten

(DAP).

  Congenital Heart Diseases (CHD) non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada

penggolongan ini termasuk stenosis aorta (SA), stenosis pulmonal (SP) dan koartasio aorta.

  Congenital Heart Diseases (CHD) sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada

penggolongan ini yang paling banyak adalah tetralogi fallot (TF)

  Congenital Heart Diseases (CHD) sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya

transposisi arteri besar (TAB).

  CHD/ PJB Non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah

Terdapat defek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan

adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih

tinggi daripada dibagian kanan.

1.      Defek Septum Ventrikel (VSD)

DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik

kiri mengalir ke bilik kanan pada saat sistole.

Manifestasi klinik : Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat

pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah,

sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi

pada jugulum, sela intrakostalis dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls

jantung yang hiperdinamik.

Penatalaksanaan : Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk

mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat

dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya

berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat

menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang

Page 6: Kelompok 5 CHD

2.      Duktus Arteriosus Persisten (PDA)

DAP adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan arteri

pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal

arteri subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP

bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu dan prematuritas.

Manifestasi klinik : Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti

mendengkur, tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak akan

mengalami dispnea, jantung membesar, hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung

terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda machinery type . Murmur jantung akibat

aliran darah turbulensi dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik mungkin

tinggi karena pembesaran ventrikel kiri.

Penatalaksanaan : Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya

diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus

arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.

3.      Tetralogi fallot

Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari  4 kelainan yaitu:

a)      stenosis pulmonal

b)      hipertropi ventrikel kanan

c)      kelainan septum ventrikuler

d)     kelainan aorta yang menerima darah dari ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui

kelainan septum ventrikel.

Manifestasi klinik : Bayi baru lahir dengan TF menampakkan gejala yang nyata yaitu

adanya sianosis, letargi dan lemah. Selain itu juga tampak tanda-tanda dyspne yang kemudian

disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan dengan

pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah

terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi saluran pernafasan atas. Diagnosa

berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-mur jantung, EKG foto rongent dan kateterisasi

jantung.

Penatalaksanaan : Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk

memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan

berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua

pendekatan paliatif adalah dengan cara :

a)      Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi subklavikula kanan atau

arterikarotis menuju arteri pulmonalis kanan.

Page 7: Kelompok 5 CHD

b)      Waterson dikerjakan padasisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri

pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatkan darah yang teroksigenasi dan membebaskan

gejala-gejala penyakit jantung sianosis.

D.       Patofisiologi

Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama.

Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran darah pulmonal dan

tekanan darah. Normalnya, tekanan pada jantung kanan lebih besar daripada sirkulasi

pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui lubang abnormal pada jantung

sehat dari daerah yang bertekanan lebih tinggi ke daerah yang bertekanan rendah,

menyebabkan darah yang teroksigenisasi mengalir kedalam sirkulasi sistemik.

Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan penipisan

normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir. Penebalan vascular

meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah pulmonal dapat melampaui sirkulasi

sistemik dan aliran darah bergerak dari kanan ke kiri. Perubahan pada aliran darah,

percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan

kerja jantung. Manifestasi dari penyakit jantung congenital yaitu adanya gagal jantung,

Perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.

4.         Manifestasi Klinis

1.      Infants

  Dyspnea

  Difficulty breathing (Kesulitan Bernafas)

  Pulse rate over 200 beats/mnt (Nadi lebih dari 200 kali/menit)

  Recurrent respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang)

  Failure to gain weight (kesulitan penambahan berat badan)

  Heart murmur

  Cyanosis

  Cerebrovasculer accident/ CVA

  Stridor and choking spells/ mencekik

2.      Children

  Dyspnea

  Poor physical development ( perkembangan fisik yang kurang)

  Decrease exercise tolerance (aktitas menurun)

Page 8: Kelompok 5 CHD

  Recurrent respiratory infections (infeksi saluran nafas yang berulang)

  Heart murmur and thrill

  Cyanosis

  Squatting

  Clubbing of fingers and toes

  Elevated blood pressure (tekanan darah tinggi)

5.         Komplikasi

Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalami berbagai komplikasi antara

lain:

1.            Gagal jantung kongestif / CHF.

2.            Renjatan kardiogenik/ Henti Jantung.

3.            Aritmia.

4.            Endokarditis bakterialistis.

5.            Hipertensi.

6.            Hipertensi pulmonal.

7.            Tromboemboli dan abses otak.

8.            Obstruksi pembuluh darah pulmonal.

9.            Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur).

10.        Enterokolitis nekrosis.

11.        Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia

bronkkopulmoner).

12.        Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit.

13.        Hiperkalemia (penurunan keluaran urin).

14.        Gagal tumbuh.

6.         Pemeriksaan Penunjang

1.   Foto thorak : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara

signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.

2.   Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup

bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri

sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).

3.   Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)

akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl

Page 9: Kelompok 5 CHD

dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial

karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.

4.   Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan

arahnya.

5.   Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel

kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.

6.   Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau

Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.

7.   Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB) meningkat.

7.         Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

a.       Riwayat Keperawatan

1)   Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah

rubella, influenza atau chicken pox.

2)   Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada

insulin.

3)   Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak

kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.

4)   Proses kelahiran atau secara alami atau adanya faktor-faktor memperlama proses persalinan,

penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.

5)   Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga

mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetik yang menunjang.

6)   Riwayat pertumbuhan, biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan

karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi

penyakit.

7)   Riwayat psikososial/ perkembangan :

-          Kemungkinan mengalami masalah perkembangan.

-          Mekanisme koping anak/ keluarga.

-          Pengalaman hospitalisasi sebelumnya.

b.      Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap

pasien yang menderita penyakit jantung padaumumnya. Secara spesifik data yang dapat

ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:

  Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas).

Page 10: Kelompok 5 CHD

  Observasi adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung

tambahan (machinery mur-mur), cedera tungkai, hepatomegali.

  Observasi adanya hipoksia kronis : clubbing finger.

  Observasi adanya hiperemia pada ujung jari.

  Observasi pola makan, pola pertambahan berat badan.

  Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang.

  Observasi apakah anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.

  Observasi diameter dada bertambah, sering terlihat benjolan dada kiri.

  Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan

region epigastrium.

  Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.

  Observasi anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan,

sedangkan neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur,

tacipnea dan retraksi.

  Observasi apakah anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan

terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada

batas kiri sternum.

  Observasi apakah ada kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan

daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temporal.

  Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang

digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan

penyesuaian keluarga terhadap stress.

2.      Diagnosa Keperawatan

a.    Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung, perubahan

tekanan jantung.

b.   Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru, kongesti

pulmonal.

c.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard.

d.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat

makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.

e.    Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai

oksigen dan nutrisi ke jaringan.

Page 11: Kelompok 5 CHD

f.     Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, ketidakseimbangan antara pemakaian

oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan.

g.    Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena, penurunan fungsi

ginjal.

h.   Kurang pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya berhubungan dengan kurangnya inforrnasi.

i.     Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang

diagnosis/prognosis penyakit anak.

3.      Rencana Keperawatan

a.    Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung, perubahan

tekanan jantung.

Tujuan : Pasien dapat mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akibat penurunan curah

jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi peningkatan curah jantung

sehingga keadaan normal.

Kriteria Hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung/ cardiac

output.

Intervensi

  Bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan pasien dan keluarga pasien.

Rasional : Menciptakan suasana yang kondusif dan bersahabat.

  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output.

Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien

serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.

  Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

Rasional: permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan pada tanda-tanda

vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadi meningkat, peningkatan

tekanan darah, semuanya dapat cepat dideteksi untuk penanganan lebih lanjut.

  Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat.

Rasional: istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dan dapat

mempertahankan energi yang ada.

  Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.

Rasional : meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord dan untuk melawan efek

hipoksia/iskemia.

  Observasi keadaan kulit terhadap pucat dan sianosis.

Rasional : pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap ketidakadekuatan

curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.

Page 12: Kelompok 5 CHD

  Monitor tanda-tanda CHF seperti gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital

edema, oliguria, dan hepatomegali.

Rasional : untuk mengetahui sejauhmana tingkat kegawatan dari anak serta diperlukan dalam

mendeteksi untuk penanganan lebih lanjut.

  Observasi perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas.

Rasional: dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan

curah jantung.

  Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian tindakan farmakologis berupa digitalis dan

digoxin.

Rasional : mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin meningkatkan kekuatan

kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan

memperlambat periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah

jantung.

b.   Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskuler paru, kongesti

pulmonal.

Tujuan : Tidak terjadi ketidakefektitan pola nafas.

Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi

pembuluh paru dan efektif pola nafasnya

Intervensi

  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cardiac output.

Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien

serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.

  Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman serta catat upaya pernafasan.

Rasional : pengenalan dini dan pengobatan ventilasi abnormal dapat mencegah komplikasi.

  Observasi penyimpangan dada, penurunan ekspansi paru atau ketidaksimetrisan gerakan dada.

Rasional : udara atau cairan pada area pleura mencegah ekspansi lengkap (biasanya satu sisi)

dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.

  Observasi ulang laporan foto thorax dan pemeriksaan laboratorium GDA, Hb sesuai indikasi.

Rasional: pantau keefektifan terapi pernafasan dan catat terjadinya komplikasi.

  Minimalkan menangis atau aktifitas yang meningkat pada anak.

Rasional : menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan meningkatkan.

c.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia miokard.

Tujuan : Menyatakan nyeri hilang dan anak keliatan nyaman.

Kriteria hasil : Anak akan merasa nyaman dan tidak mengalami/ merasa nyeri dada

Intervensi

Page 13: Kelompok 5 CHD

  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang nyeri dan penanganannya.

Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien

serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.

  Observasi adanya keluhan nyeri, pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau sering

menangis.

Rasional: Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri.

  Observasi perilaku dan tanda-tanda vital anak tiap 4 jam.

Rasional : Perilaku dan tanda vital membantu menentukan derajat atau adanya

ketidaknyamanan pasien.

  Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan.

Rasional: penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau menurun

dengan penggunaan nitrat.

  Berikan lingkungan istirahat yang nyaman dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan.

Rasional: aktivitas berlebih dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. (contoh kerja

tiba-tiba, stress, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.

  Ajarkan teknik distraksi relaksasi pada anak dan ibu.

Rasional : dengan adanya distraksi nyeri anak dapat dialihkan/pengalihan dan dapat

menurunkan respon nyeri.

  Anjurkan ibu untuk selalu memberikan ketenangan pada anak.

Rasional: ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri yang

dirasakan.

  Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian analgesic.

Rasional : analgesik bekerja dengan menghambat nosiseptor nyeri menempati reseptornya,

sehingga nyeri tidak dirasakan lagi.

d.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat

makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.

Tujuan: Anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan berat badan selama

terjadi perubahan status nutrisi.

Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk

mempertahankan berat badan dalam menopang pertumbuhan

Intervensi:

  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang manfaat dari nutrisi sendiri.

Rasional: lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien

serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.

Page 14: Kelompok 5 CHD

  Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, walaupun sedikit tetapi sering

Rasional: air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi anak.

  Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsi sedikit tapi

sering dengan diet sesuai instruksi (TKTP).

Rasional : meningkatan intake atau masukan dan mencegah kelemahan.

  Jika anak menunjukkan kelemahan akibat ketidakadekuatannya nutrisi yang masuk maka

pasang infuse.

Rasional: infuse akan menambah kebutuhan nutrisi yang tidak dapat dipenuhi melalui oral.

  Observasi selama pemberian makan atau menyusui.

Rasional: selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak atau tersedak.

  Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama.

Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.

  Observasi dan catat masukan makanan anak/ intake dan output secara benar.

Rasional : mengawasi masukkan kalori dan kualitas kekurangan konsumsi makanan.

  Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi

halus untuk penyikatan yang lembut, berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa

oral luka.

Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan

bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi.

e.    Peningkatan volume cairan tubuh berhubungan dengan kongestif vena, penurunan fungsi

ginjal.

Tujuan : Menunjukan keseimbangan masukan dan keluaran, berat badan stabil,tanda-tanda

vital dalam rentang normal, tidak terjadinya edema.

Kriteria hasil : Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.

Intervensi:

  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang cairan.

Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien

serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.

  Pantau pemasukan dan pengeluaran/ intake dan output, catat keseimbangan cairan,

timbangberat badan anak setiap hari.

Rasional : penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi diuretic,

keseimbangan cairan berlanjut dan berat badan meningkat menunjukkan makin buruknya

gagal jantung.

Page 15: Kelompok 5 CHD

  Kaji adanya edema periorbital, edema tangan dan kaki, hepatomegali, rales,ronchi,

penambahan berat badan.

Rasional: menunjukan kelebihan cairan tubuh.

  Berikan batasan diet natrium sesuai dengan indikasi.

Rasional : menurunkan retensi natrium.

  Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian diuretic ( furosemid ) sesuai indikasi.

Rasional: menghambat reabsorsi natrium, yang meningkatkan eksresi cairan dan menurunkan

kelebihan cairan total tubuh.

f.     Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan, ketidakseimbangan antara pemakaian

oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke jaringan.

Tujuan : Anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya kelemahan.

Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat

Intervensi:

  Berikan health education pada pasien dan keluarga pasien tentang aktifitas.

Rasional : lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi bagi pasien dan keluarga pasien

serta lebih kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang dilakukan perawat.

  Kaji perkembangan tanda-tanda peningkatan tanda-tanda vital, seperti adanya sesak.

Rasional: menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akan menggunakan energi

lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi kelelahan.

  Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya.

Rasional: teknik penghematan energi.

  Support dalam pemberian nutrisi anak.

Rasional : nutrisi dapat membantu meningkatkan metabolisme juga akan meningkatkan

produksi energi.

  Batasi aktifitas anak yang berlebihan.

Rasional : meminimalkan kerja dari jantung dan dapat mempertahankan energi yang ada.

g.    Kurang pengetahuan ibu/ keluarga tentang keadaan anaknya berhubungan dengan kurangnya

informasi.

Tujuan : Ibu/ keluarga tidak mengalami kecemasan dan mengetahui proses penyakit dan

penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan.

Kriteria hasil : Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan

kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang

tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.

Intervensi:

Page 16: Kelompok 5 CHD

  Berikan pendidikan kesehatan (health education) kepada ibu dan keluarga mengenai penyakit

serta gejala dan penataksanaan yang akan dilakukan.

Rasional: informasi akan meningkatkan pengetahuan ibu/ keluarga sehingga cemas yang

dialami ibu/ keluarga melihat kondisi anaknya akan berkurang bahkan hilang.

BAB III

PENUTUP

A.          Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada klien anak yang mengalami congenital heart diseases atau

penyakit jantung bawaan (CHD) merupakan bentuk asuhan keperawatan kompleks yang

melibatkan aspek biologis, psikologis dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh

aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.

Asuhan keperawatan yang paripurna harus dilaksanakan dengan kompeten dan

professional agar dapat memcapai tingkat homeostatis maksimal bagi klien anak. Manajemen

keperawatan harus benar-benar ditegakkan untuk membantu klien anak mencapai tingkat

optimalisasi dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat penyakit congenital

heart diseases atau penyakit jantung bawaan (CHD)

B.           Saran

Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka harus disertai saran-

saran yang bersifat mendorong dan membangun, saran - saran itu antara lain :

1.   Kita hendaknya lebih memahami tentang congenital heart diseases atau penyakit jantung

bawaan (CHD) dalam meningkatkan pelayanan pada penderita/ anak khususnya dalam

pemberian asuhan keperawatan.

2.   Kita hendaknya mampu dan mau mempelajari makalah “Asuhan Keperawatan Anak Dengan

CHD”, demi untuk menambah pengetahuan dibidang ilmu keperawatan khususnya, dan

dibidang pelayanan dan pemberian asuhan keperawatan pada umumnya.

Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan dapat bermanfaat bagi kami

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya

Page 17: Kelompok 5 CHD

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Juall. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed. 10. Jakarta : Penerbit

buku kedokteran EGC.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan

Dan Pendokumentasian Pasien. ed.03. Jakarta : EGC. Gusty. Reni Prima, dkk. (2010).

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Tetralogi Fallot

www.pediatrik.com/perawat_pediatrik/061031-dqrn164.doc. (akses tanggal 6 April 2010)

IdeBagus. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kelainan Jantung Bawaan.

http://one.indoskripsi.com/node/4348. (akses tanggal 6 April 2010).

Madiyono, Bambang, dkk. (2005). Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi Dan Anak..

Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Mansjoer Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, -Ed.03-. Jilid 2. Jakarta : Media

Aesculapius.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan

Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Penerbit buku kedokteran

EGC.

Tim Keperawatan Anak. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Congenital Heart

Diseases (CHD).

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache%3AAZYB6GQjcSgJ

%3Ainherent.brawijaya.ac.id%2Fvlm%2Ffile.php

%2F35%2Fchd.pdf+askep+penyakit+jantung+bawaan+pada+anak&hl=id&gl=id. (akses

tanggal 6 April 2010)

Tyo. (2010). Askep Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan. http://www.kuliah-

keperawatan.co.cc/2010/04/askep-anak-dengan-penyakit-jantung.html. (akses tanggal 6 April

2010).

http://www.docguide.com/patients-poor-knowledge-heart-conditions-may-have-harmful-

consequences (akses tanggal 17 april 2012)

Page 18: Kelompok 5 CHD

Diposkan oleh Kapevi Hatake di 5:16 PM