makalah chd

26
ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL CORONARY HEART DISEASE (CHD) DI NEGARA AMERIKA SERIKAT DAN INDIA Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Non Menular Dosen Pengampu : Lukman Fauzi, S.KM, M. PH Disusun Oleh: 1. Miftah Fatmawati (6411412186) 2. Lina Shofiyanah (6411412188) 3. Khasiatun Nurul K (6411412189) 4. Ani Rofika (6411412190) Rombel 5

Upload: miftahfatmawati

Post on 21-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penyakit jantung koroner

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Chd

ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL CORONARY HEART DISEASE

(CHD) DI NEGARA AMERIKA SERIKAT DAN INDIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Non Menular

Dosen Pengampu :

Lukman Fauzi, S.KM, M. PH

Disusun Oleh:

1. Miftah Fatmawati (6411412186)

2. Lina Shofiyanah (6411412188)

3. Khasiatun Nurul K (6411412189)

4. Ani Rofika (6411412190)

Rombel 5

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: Makalah Chd

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi

Penyakit jantung koroner adalah keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara

kebutuhan miokardium atas oksigen dengan penyediaan yang diberikan oleh pembuluh darah

koroner.

Terdapat 4 faktor yang menentukan besarnya kebutuhan oksigen miokardium, yaitu:

frekuensi denyut jantung, daya kontraksi, massa otot, dan tegangan dinding ventrikel. Bila

kebutuhan miokardium meningkat, otomatis penyediaan oksigen juga harus meningkat.

Untuk meningkatkan penyediaan oksigen dalam jumlah yang memadai, aliran pembuluh

darah koroner harus ditingkatkan. Rangsangan yang paling kuat untuk mendilatasi arteri

koronaria dan meningkatkan aliran darah koroner adalah hipoksia jaringan lokal. Pembuluh

darah koroner dapat melebar sekitar lima sampai enam kali sehingga dapat memenuhi

kebutuhan miokardium. Namun pembuluh darah dapat mengalami stenosis dan tersumbat

akibatnya kebutuhan miokardium akan oksigen tidak dapat terpenuhi.

B. Epidemiologi

Menurut Raharjoe (2011) penyakit kardiovaskular adalah penyebab mortalitas tertinggi

di dunia dimana, dilaporkan sebanyak 30% dari mortalitas global. Pada tahun 2010, penyakit

kardiovaskular kira –kira telah membunuh 18 juta orang, 80% terdapat di Negara

berkembang, seperti Indonesia. Penyakit kardiovaskular yang paling sering salah satunya

adalah PJK. Data statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1992persentase penderita PJK di

Indonesia adalah 16,5%, dan pada tahun 2000 melonjak menjadi 26,4%. Berdasarkan Suyono

(2010) dan Raharjoe (2011) dapat disimpulkan bahwa akan terjadi peningkatan yang

signifikan setiap tahunnya.

C. Patofisiologi

Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung

lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau

permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan

akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner

Page 3: Makalah Chd

menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti

angina pectori.

Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut

densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL

(Very Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density

Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik.

HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di

ekskresikan. Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner

berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya.

D. Penyebab Jantung Koroner

Penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh nadi koroner ini disebut

penyakit jantung koroner. Penyempitan dan penyumbatan ini dapat menghentikan aliran

darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Dalam kondisi lebih parah

kemampuan jantung memompanya darah dapat hilang. Hal ini akan merusak system

golongan irama jantung dan berakibat dengan kematian.

Penyempitan pembuluh nadi koroner biasanya adalah aterosklerosis yang merupakan

penyebab tersering penyakit jantung koroner. Aterosklerosis disebabkan oleh adanya

penimbunan lipid di lumen arteri koronaria sehingga secara progresif mempersempit lumen

arteri tersebut dan bila hal ini terus berlanjut, maka dapat menurunkan kemampuan pembuluh

darah untuk berdilatasi. Dengan demikian, keseimbangan penyedia dan kebutuhan oksigen

menjadi tidak stabil sehingga membahayakan miokardium yang terletak sebelah distal daerah

lesi.

E. Gejala Jantung Koroner

Gejala klinis akan timbul apabila sudah terjadi obstruksi pada arteri koronaria, dapat

diakibatkan oleh plak yang sudah menutupi pembuluh darah atau plak terlepas membentuk

trombosis sehingga perfusi darah ke miokard menjadi sangat minim dan dapat menimbulkan

tanda – tanda infark miokard.

Page 4: Makalah Chd

Tanda – tanda tersebut adalah sebagai berikut:

Nyeri dada (angina pectoris),

Sesak nafas, merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak

merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti

pulmoner atau edema pulmoner).

Kelelahan atau kepenatan, jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot

selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan

lelah.

Palpitasi (jantung berdebar-debar)

Pusing & pingsan, penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang

abnormal serta kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan

pingsan.

Page 5: Makalah Chd

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ANALISIS JURNAL 1

A. Judul Jurnal

Judul jurnal yang pertama adalah “PREVALENCE OF CORONARY HEART DISEASE

RISK FACTORS AND SCREENING FOR HIGH CHOLESTEROL LEVELS AMONG

YOUNG ADULTS, UNITED STATES, 1999–2006”.

B. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di negara Amerika Serikat.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai adalah cohort. Penelitian dilakukan dengan pemeriksaan

kesehatan dan status gizi penduduk Amerika Serikat secara terus-menerus. Peserta dipilih

melalui desain probabilitas multistage. Setiap tahun, sekitar 6.000 peserta terpilih untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini. Pertama-tama mereka akan diwawancarai di rumah

mereka mengenai kesehatan, riwayat penyakit, dan pola hidup mereka. Selanjutnya mereka

diundang pada Mobile Exam Center untuk kuesioner tambahan, latihan fisik dan tes

laboratorium. Data tersebut dihasilkan secara bertahap dan analisis ini dilakukukan terhadap

data yang diperoleh 4 tahap penelitian terbaru, yaitu 1999-2000, 2001-2002, 2003-2004, dan

2005-2006. Hasil pemeriksaan untuk semua tahap penelitian tersebut yang dilakukan oleh

semua peserta yang disaring adalah berturut-turut 76% (9.282 dari 12.160), 80% (10.477 dari

13.156), 76% (9.643 dari 12.761). Selanjutnya dari data tersebut digabungkan menjadi satu

dengan jumlah 39,352 peserta.

Seluruh peserta tersebut diundang untuk Mobile Exam Center, 13875 dipilih secara acak

untuk berpuasa 8 jam atau lebih (hingga 24 jam) untuk dilakukan tes laboratorium. Setelah

pengecualian 10.663 peserta yang berusia lebih muda dari 20 tahun, laki-laki 35 tahun atau

lebih , atau wanita 45 tahun atau lebih, sampel penelitian berubah menjadi 3,212 peserta.

Wanita hamil (n = 462) dan peserta dengan tekanan darah rendah (n = 163), dikeluarkan dari

sampel penelitian sejumlah 2.587 peserta.

Tingkat skrining kolesterol diestimasi berdasarkan pada screening yang dilaporkan

sendiri yang terjadi sebelum penelitian. Peserta diwawancarai apakah mereka pernah

diperiksa kadar kolesterol darah mereka dan sudah berapa lama sejak kolesterol terakhir

mereka diperiksa. Skrining dikotomi dibagi menjadi 2 kategori, yaitu (1) tidak pernah

Page 6: Makalah Chd

diskrining atau diskrining 5 tahun yang lalu atau lebih atau (2) diskrining dalam 5 tahun

terakhir.

D. Faktor Risiko

Peserta pada penelitian ini yaitu laki-laki dengan usia 20 tahun sampai 35 tahun dan

wanita dengan usia 20 hingga 45 tahun pada tahun 1999–2006 di Amerika Serikat. Data

dianalisis menggunakan aplikasi komputer SUDAAN, yaitu software untuk penghitungan

dengan desain sempel yang banyak (complex sampling). Sehingga diperoleh Standar Error

(SE) dari masing-masing variabel. Berikut ini faktor risiko penjakit jantung koroner.

a. Jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin secara umum

tidak berpengaruh terhadap kejadian PJK di Amerika Serikat. Total SE untuk laki-laki adalah

38.8 %(1.1),sedangkan untuk wanita adalah 61.2 % (1.1).

b. Ras atau etnik

Ras atau etnik di Amerika Serikat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya jantung

koroner. Berikut ini beberapa suku yang ada di Amerika Serikat:

- Suku non Amerika Latin berkulit hitam

Suku ini bukanlah suku asli penduduk Amerika Serikat. Suku bukan Amerika Latin

yang berkulit hitam lebih berisiko terhadap PJK dan memiliki total Standard Error (SE)

12,6% (1,1). Laki-laki suku ini lebih berisiko terhadap PJK dengan SE 11,5% (1,4),

sedangkan SE untuk perempuan yaitu 13.3% (1,2).

- Suku Mexico-Amerika

Suku ini paling bersiko dibanding dengan suku yang lain dengan total SE 10,5% (1,0),

terutama jenis kelamin perempuan dengan SE 8,6% (0,9). Laki-laki berisiko terhadap

PJK dengan SE 13,5% (1.3).

- Suku lain

Suku lain memiliki total SE 12,6% (1,1). Perempuan lebih berisiko terhadap PJK

dengan SE10,4% (1,4), sedangkan SE untuk laki-laki yaitu 12,7% (1,9).

Namun PJK tidak dipengaruhi salah satu suku di Amerika Serikat, yaitu suku non

Amerika Latin berkulit putih. Karena berdasarkan hasil penelitian tersebut SE yang

dihasilkan yaitu 65.6 %(1.7).

Page 7: Makalah Chd

c. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan yang lebih rendah dari SMA berisiko terkena PJK dan memiliki SE

sebesar 18.2 (1.1). Sedangkan untuk penduduk dengan tingkat pendidikan setara dengan

SMA juga berisiko terhadap PJK dengan SE sebasar 25.7 %(1.3). Namun PJK tidak berisiko

untuk penduduk dengan status pendidikan yang lebih tinggi dari SMA.

d. Status ekonomi

Penduduk dengan status ekonomi rendah memiliki faktor risiko terhadap PJK dengan

SE sebesar 15.0 %(0.9). Yang dimaksud penduduk dengan status ekonomi rendah adalah

keluarga dengan total pendapatan kurang dari index pendapatan rata-rata yang ditentukan

oleh Amerika Serikat.

e. Asuransi kesehatan

Penduduk yang mempunyai asuransi kesehatan tidak berisiko terhadap PJK. Sedangkan

penduduk yang tidak mempunyai asuransi kesehatan lebih berisiko dengan total SE sebesar

26.9 %(1.2), terutama pada penduduk wanita dengan SE sebesar 21.6 %(1.3). Ada beberapa

asuransi kesehatan di Amerika Serikat, seperti asuransi swasta, Medicaid, atau Civilian

Health and Medical Program of the Uniformed Services (CHAMPUS)/asuransi Veterans

Affairs.

f. Jumlah kunjungan pelayanan kesehatan selama 12 bulan terakhir

Penduduk yang selama 12 bulan terakhir tidak mendapatkan pelayanan kesehatan lebih

berisiko terhadap PJK dibanding mereka yang pernah mendapatkan pelayanan kesehatan

dalam kurun waktu tersebut, terutama penduduk perempuan dengan SE sebesar 13.3 %(1.0).

Total SE untuk penduduk yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu sebesar 21,7%

(0,9). Sedangkan penduduk yang melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan 2 sampai 3

kali dalam kurun waktu tersebut tidak berisiko terhadap PJK, karena kesehatan mereka

terpantau dengan baik. Namun penduduk yang melakukan kunjungan lebih dari 4 kali justru

berisiko terhadap PJK, karena mereka cenderuk memiliki kesehatan yang buruk dengan total

SE 12.0 %(0.7) dan didominasi oleh laki-laki dengan SE sebesar 6.6 %(0.9).

g. PJK atau penyakit yang setara dengan PJK

Orang yang mempunyai riwayat PJK atau penyakit lain yang setara dengan PJK

memiliki faktor risiko lebih besar. Total SE untuk yang berisiko tersebut adalah 4.6 %(0.4)

dan didominasi oleh laki-laki dengan SE sebesar 2.7 %(0.6). sedangkan perempuan sebesar

5.9 %(0.7). Orang yang mempunyai riwayat kejang jantung atau infrak otot jantung

digolongkan sebagai orang dengan riwayat PJK, sedangkan orang yang dilaporkan stroke

atau diabetes digolongkan sebagai orang dengan riwayat penyakit setara dengan PJK.

Page 8: Makalah Chd

h. Faktor risiko

- Hipertensi

Orang yang mempunyai penyakit hipertensi atau dengan tekanan darah lebih

besar dari 140/90 mm Hg akan lebih berisiko terkena PJK. Berdasarkan hasil

penelitian ini, total SE untuk orang yang hipertensi berisiko PJK adalah 10.9 %(0.7).

- Merokok

Perokok atau orang yang merokok memiliki faktor risiko lebih besar dibanding

mereka yang tidak merokok. Total SE orang yang merokok berisiko PJK adalah

sebesar 24.1 %(1.0).

- Keturunan

Penduduk yang keluarganya memiliki riwayat terkena PJK (kejang jantung atau

infrak otot jantung) maka mereka akan lebih berisiko dibanding penduduk yang

keluarganya tidak memiliki riwayat terkena PJK. Total SE nya yaitu sebesar 15.9

%(0.8).

- Obesitas

Penduduk dengan Index Masa Tubuh lebih besar dari 30kg/m2 lebih berisiko

terkena PJK dengan total SE sebesar 28.3 %(1.0). IMT dihitung dari berat badan

dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter.

i. Konsumsi obat penurun kolesterol

Orang yang mengonsumsi obat penurun kolesterol berisiko PJK dengan total SE sebesar

1.7 %(0.3) terutama untuk wanita yang mengonsumsi, yaitu dengan SE 2.3 %(0.5).

Sedangkan lali-laki yang mengonsumsi tidak terdeteksi SE nya.

2.2 ANALISIS JURNAL 2

A. Judul :

“ARSENIC BODY-BURDEN IN CORONARY HEART DISEASE CASES OF

WEST BENGAL, INDIA.”

B. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Bengal Barat, India.

Page 9: Makalah Chd

C. Metode:

Desain penelitian dalam jurnal ini adalah desain penelitian case-control dimana

penelitian dimulai dengan mengidentifikasi kelompok dengan penyakit jantung koroner

(kasus) dan kelompok sehat (kontrol). Populasi dalam penelitian ini memilki usia mulai dari

20 sampai 70 tahun. Pada penelitian ini kelompok kasus berjumlah 100 sampel yang dibagi

menjadi dua yaitu 50 kelompok kasus A yang berada dibawah terapi statin dan 50 kelompok

kasus B tidak berada dibawah terapi statin. Sedangkan, kelompok kontrol berjumlah 70

sampel yang berasal dari daerah nonarsenik dan bebas dari Penyakit jantung koroner. Data

rinci dari Sampel kasus dan sampel kontrol diambil dengan bantuan kuesioner yang berisi

pertanyaan tentang faktor gaya hidup (merokok ), pribadi faktor (usia, jenis kelamin, sumber

air minum, riwayat keluarga, status kesehatan (keadaan kesehatan, diabetes, hipertensi).

Penelitian ini juga disertai beberapa metode lain seperti analisis lipid menggunakan

metode GPO-PAP, Short-term leukocyte cultures dengan metode Sharma and Taluklder,

Estimasi konsentrasi arsenik menggunakan sampel rambut dan kuku sampel kontrol dan

sampel kasus, serta menggunakan regresi logistik multivariat untuk menemukan Rasio Odds

(O.R.) dan 95 % CI digunakan untuk menilai sejauh mana risiko variabel independen

terhadap Penyakit Jantung Koroner.

D. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian dihasilkan bahwa Usia rata-rata pada kelompok kasus penyakit

jantung koroner ditemukan 50.06 ± 1.25 tahun & kasus kontrol dengan 52.27 ± 1.96 tahun.

Dalam kasus PJK persentase sampel laki-laki ( 79 % ) lebih tinggi dibandingkan perempuan

(21 %). Frekuensi perokok pada kelompok kasus (60%) secara signifikan lebih tinggi

(p<0,001) dibanding kelompok kontrol (18.57%).Adanya riwayat keluarga yang menderita

penyakit koroner pada kelompok kasus (66%) lebih tinggi (p<0,01) dibandingkan kelompok

kontrol (37.14%), Serta tingkat prevalensi hipertensi (p < 0,001) dan diabetes (p <0,01) pada

kelompok kasus juga secara signifikan lebih tinggi di dibandingkan dengan kelompok

kontrol.

Perbedaan parameter biokimia hiperkolesterolemia antara tiga kelompok yaitu

kelompok A dan kelompok B vs kelompok kontrol yang sehat. Hiperkolesterolemia

merupakan masalah yang cukup panting karena termasuk faktor resiko utama PJK. Kadar

Kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari yang masuk dalam tubuh

Page 10: Makalah Chd

(diet). Beberapa parameter yang dipakai untuk mengetahui adanya resiko PJK dan

hubungannya dengan kadar kolesterol darah:

a. Kolesterol Total.

Berdasarkan penelitian, jumlah kolesterol total pada kelompok kasus kelompok A

(162,81 ± 6,23) dan kelompok kasus B ( 204,79 ± 10,47 ) secara signifikan lebih tinggi

(p < 0,005) dan ( p < 0,0005 ) dari kelompok kontrol sehat.

b. LDL Kolesterol.

LDL (Low Density Lipoprotein) kontrol merupakan jenis kolesterol yang bersifat

buruk atau merugikan (bad cholesterol) : karena kadar LDL yang meninggi akan

rnenyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL kolesterol lebih tepat

sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK dari pada kolesterol total.

Pada penelitian ini dihasilkan bahwa tingkat signifikansi kelompok kasus B

( 142,33 ± 4,77 ) ( p < 0,0005 )lebih tinggi dari kelompok kasus A ( 99,65 ± 4,86 ) (p <

0,0005) sementara dibandingkan dengan kelompok kontrol tingkat LDL secara signifikan

pada kelompok kasus lebih tinggidibandingkan dengan kelompok kontrol yang sehat

( 78,52 ± 2,50 ) .

c. HDL Koleserol

HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis kolesterol yang

bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol), karena mengangkut kolesterol dari

pembuluh darah kembali ke hati untuk di buang sehingga mencegah penebalan dinding

pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses arterosklerosis.

Hasil penelitian ini berbeda dengan sebelumnya dimana pada kasus kontrol tingkat

HDL lebih tinggi ( 44,44 ± 1,29 ) ( p < 0,001 ) dibandingkan dengan kelompok kasus B

( 37,30 ± 0,612 ).

d. Kadar Trigliserida.

Trigliserid terdiri dari 3 jenis lemak yaitu Lemak jenuh, Lemak tidak tunggal dan

Lemak jenuh ganda. Berdasarkan hasil penelitian tingkat trigliserida Grup A ( 129,21 ±

8,84 ) & Grup B ( 218,63 ± 9,24 ) yang secara signifikan masing-masing lebih tinggi ( p

< 0,05 ) dan ( p < 0,0005 ) dari kasus kontrol sehat ( 149,14 ± 8,818 ).

Analisis logistik multivariat dilakukan pada 120 sampel (kelompok kasus jantung B=

50, kelompok kontrol = 70). Dari berbagai variabel , usia , LDL dan hipertensi tetap dalam

model akhir. Usia pasien (p < 0,025), tingkat LDL (p < 0,004) dan hipertensi (p < 0,019)

memiliki peran yang penting dalam perkembangan PJK.

Page 11: Makalah Chd

Semua regresi koefisien variabel independen yang positif yang menunjukkan

hubungan positif risiko faktor dengan PJK, sebagai berikut:

1. Usia

OR ( 1,166 ) , menunjukkan bahwa ada 1,166 kali lebih banyak kesempatan untuk

memiliki PJK dengan peningkatan satu tahun usia

2. Tingkat LDL tinggi

Peningkatan LDL oleh 1μg/dl, diperkirakan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung

sebesar 1.358

3. Hipertensi

dalam adanya hipertensi terdapat 41,596 kali lebih banyak kesempatan untuk

mendapatkan penyakit PJK .

Selain faktor diatas, dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa beban arsenik

dapat meningkatkan risiko terjadinya PJK, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya

konsentrasi arsen rambut dari kelompok kasus secara signifikan ( p <0,01 ) lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu orang yang sehat. Dalam penelitian ditemukan

beberapa kromosom penyimpangan yang diamati. Kelompok kasus memiliki penyimpangan

kromosom 2,65 kali lipat dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kadar arsenik rambut pada

kelompok kasus PJK ( 0,7 ± 0,2 ) mg/kg secara signifikan lebih tinggi (p <0,01)

dibandingkan dengan kelompok kontrol (0,20 ± 0,09) mg / kg. MitosisIndeks (4.4 ± 0.21)

secara signifikan lebih rendah (p ≤ 0.05) dan penyimpangan kromosom (0,61 ± 0,13) lebih

tinggi (p≤ 0.005) dalam kelompok kasus PJK. Hal ini terjadi karena sekitar 80 % kasus MI

adalah datang dari daerah dengan kandungan arsenik diatas 50μg /L. Penelitian ini

menunjukkan bahwa air tanah yang terkontaminasi arsenik dari Bengal barat kemungkinan

memiliki dampak terjadinya PJK pada penduduk.

Page 12: Makalah Chd

2.3 PERBEDAAN FAKTOR RISIKO KEDUA JURNAL

Perbedaan faktor risiko pada penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan di

India dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Perbedaan faktor risiko Penyakit Jantung Koroner di India dan US

NO INDIA US

1. Umur Jenis kelamin

2. Hipertensi Ras atau etnik

3. Tingkat LDL Tinggi Tingkat pendidikan Status ekonomi,

Asuransi kesehatan

4. Diabetes Jumlah kunjungan pelayanan

kesehatan selama 12 bulan terakhir

5. Merokok PJK atau penyakit yang setara dengan

PJK

6. Riwayat Keluarga Faktor risiko lain seperti: hipertensi,

merokok, keturunan, obesitas

7. Paparan Arsenic Konsumsi obat penurun kolesterol

2.4 SOLUSI DAN SARAN

1. Meningkatkan pengetahuan

Makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima

informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya

jika seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah, akan menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Pengetahuan tentang PJK dan faktor risikonya dapat mendorong perilaku individu dalam

mencegah terjadinya Penyakit Jantung Koroner seperti dengan memilih gaya hidup yang

sehat dengan berolahraga, makan makanan yang sehat, tidak merokok, tidak mengkonsumsi

alkohol dan sebagainya. Peningkatan pengetahuan ini dapat dilakukan dengan adanya

penyuluhan, iklan-iklan di televisi atau media sosial, dan sebagainya.

2. Tidak merokok

Page 13: Makalah Chd

Rokok dapat menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh

katekolamin dan menurunnya komsumsi O2 akibat inhalasi CO atau dengan perkataan lain

dapat menyebabkan Tahikardi, vasokonstrisi pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding

pembuluh darah dan merubah 5-10 % Hb menjadi carboksi-Hb. Disamping itu dapat

menurunkan HDL kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas . Makin banyak jumlah rokok

yang dihidap, kadar HDL kolesterol makin menurun. Perempuan yang merokok penurunan

kadar HDL kolesterolnya lebih besar dibandingkan laki–laki perokok. Merokok juga dapat

meningkatkan tipe IV abnormal pada diabetes disertai obesitas dan hipertensi, sehingga orang

yang merokok cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis dari pada yang bukan

perokok.

3. Aktivitas fisik/Olahraga secara teratur

Aktivitas fisik yang dijalankan secara terencana dapat meningkatkan kesehatan dan

kebugaran. Seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik sehari-hari, menyebabkan tubuh

kurang mengeluarkan energi. Oleh karena itu jika asupan energi berlebih tanpa diimbangi

aktivitas fisik yang seimbang maka seseorang akan mudah mengalami kegemukan atau

obesitas. Ketika terjadi obesitas maka akan terjadi penimbunan lemak dan disertai

peningkatan tekanan darah yang dapat memacu penyakit hipertensi dan PJK.

Menurut Kushartanti (2000) Olahraga kuratif pada penderita jantung

koronerdimaksudkan untuk memperlebar pembuluh darah koroner, menambah

kapilarisasijantung, dan memperbaiki profil lipid,terutama menurunkan LDL kolesterol

danmeningkatkan HDL kolesterol. Penurunandenyut jantung istirahat sebagai hasillatihan

ternyata sangat menguntungkanbagi penderita jantung koroner. Denganberolahraga maka

kemampuan jantunguntuk memompa darah juga semakinmeningkat sehingga dapat

mencegahpenyakit jantung. (Sutaryo, 2011).

Aktifitas fisik yang dapat dilakukan oleh orang yang belum menderita PJK yaitu

dengan melakukan aktifitas fisik minimal 30 menit atau aktifitas fisik dengan intensitas

sedang setiap hari dalam 1 minggu. Aktifitas fisik yang dapat dilakukan seperti olah raga

aerobik, jogging, berenang, jalan kaki, dan bersepeda.

4. Diet/ pola makan sehat

Pola makan yang sehat sangat penting sekali untuk mencegah terjadinya PJK, selain

itu pola makan sehat juga dapat menurunkan risiko terjadinya obesitas, penyakit hipertensi,

diabetes dan sebagainya. Pola makan yang sehat dapat dilakukan dengan mengkonsumsi

makanan yang memilki kadar kolesterol rendah, cara memilih makanan sebagai berikut:

Page 14: Makalah Chd

Makanan harus rendah lemak terutama menghindari makanan dengan kadar lemak

jenuh yang tinggi.

Makanan harus mengandung rendah kolesterol.

Memilih makanan yang tinggi karbohidrat atau banyak tepung dan Berserat.

Mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan terkecuali buah durian.

Hindari makanan yang diawetkan seperti makanan kaleng, mie instan, minuman

kaleng, dsb.

Konsumsi makanan yang rendah gula.

5. Suplai air minum

Berdasarkan hasil penelitian salahsatu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

PJK di Bengal Barat, India yaitu beban atau keterpaparan arsenik. Bengal barat merupakan

satu dari dua negara yang terkena arsenik terburuk di dunia, keterpaparan terhadap zat arsenik

terjadi karena pencemaran air tanah oleh zat arsenik dimana air tanah tersebut merupakan

sumber air yang dikonsumsi oleh masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan dari

pemerintah yaitu menyediakan air yang layak untuk dikonsumsi masyarakat dalam kehidupan

sehari-hari.

6. Kontrol kesehatan

Pemeriksaan faktor risiko harus dimulai sejak umur 20 tahun. Riwayat keluarga

terhadap PJK harus diketahui secara dini, sehingga dapat dilakukan pemantauan secara rutin.

Merokok, diet, alkohol, aktivitas fisik harus dievaluasi secara rutin. Tekanan darah, indeks

masa tubuh, lingkar pinggang, harus diperiksa selang 2 tahun. Pemerikasaan kolesterol dan

kadar gula darah harus tetap dipantau agar risiko tidak semakin besar.

Page 15: Makalah Chd

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, dapat disimpulkan

bahwa faktor risoko penyebab penyakit jantung koroner di wilayah tersebut adalah:

a) Jenis kelamin

b) Ras atau etnik

c) Tingkat pendidikan

d) Status ekonomi

e) Asuransi kesehatan

f) Jumlah kunjungan pelayanan kesehatan selama 12 bulan terakhir

g) PJK atau penyakit yang setara dengan PJK

h) Faktor risiko lain seperti: hipertensi, merokok, keturunan, obesitas

i) Konsumsi obat penurun kolesterol

Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan di India, dapat disimpulkan bahwa

faktor risoko penyebab penyakit jantung koroner di wilayah tersebut adalah:

a. Umur

b. Hipertensi

c. Tingkat LDL tinggi

d. Diabetes

e. Merokok

f. Riwayat keluarga

g. Paparan arsenic

Page 16: Makalah Chd

DAFTAR PUSTAKA

Sutaryo. 2011. Bagaimana Menjaga Kesehatan Jantung. Yogyakarta: Cinta Buku

Supriyono, Mamat. Tesis: Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia < 45 Tahun. Semarang: UNDIP

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-sholekahg0-5270-3-bab2.pdf

diakses pada tanggal 7 April pukul 14.00.

http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri10.pdf diakses pada tanggal 7 April pukul

20.00.