kelompok 2.pdf

33
 Page 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan suatu aktifitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan dalam diri seorang anak, baik dalam pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan terbatas. Perumusan itu berlaku bagi segala macam kegiatan belajar dan tidak terbatas  pada salah satu bentuk tertentu. Setiap kegiatan belajar akan menghasilkan suatu  perubahan pada anak. Terjadinya perubahan tersebut karena adanya pertumbuhan dan perkembangan. Untuk itulah kami membuat makalah yang berjudul “Proses Perkembangan dan Hubungannya dengan Proses Belajar”.  B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud definisi dan faktor yang mempengaruhi perkembangan? 2. Bagaimana proses, tugas dan hukum perkembangan? 3. Bagaimana perkembangan psiko-fisik siswa? 4. Apa arti penting perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa? 5. Bagaimana faedah pengembangan ranah kognitif siswa? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui definisi dan faktor yang mempengaruhi perkembangan. 2. Untuk mengetahui proses, tugas dan hukum perkembangan. 3. Untuk mengetahui perkembangan psiko-fisik siswa. 4. Untuk mengetahui arti penting perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa. 5. Untuk mengetahui faedah pengembangan ranah kognitif siswa.

Upload: sarty

Post on 06-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 1/33

 Page 1 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Belajar merupakan suatu aktifitas psikis atau mental yang berlangsung dalam

interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan dalam diri seorang anak, baik

dalam pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan

terbatas. Perumusan itu berlaku bagi segala macam kegiatan belajar dan tidak terbatas

 pada salah satu bentuk tertentu. Setiap kegiatan belajar akan menghasilkan suatu

 perubahan pada anak.

Terjadinya perubahan tersebut karena adanya pertumbuhan dan perkembangan.

Untuk itulah kami membuat makalah yang berjudul “Proses Perkembangan dan

Hubungannya dengan Proses Belajar”. 

B.  Rumusan Masalah 

1.  Apa yang dimaksud definisi dan faktor yang mempengaruhi perkembangan?

2.  Bagaimana proses, tugas dan hukum perkembangan?

3.  Bagaimana perkembangan psiko-fisik siswa?

4.  Apa arti penting perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa?

5.  Bagaimana faedah pengembangan ranah kognitif siswa?

C. 

Tujuan Penulisan 

1.  Untuk mengetahui definisi dan faktor yang mempengaruhi perkembangan.

2.  Untuk mengetahui proses, tugas dan hukum perkembangan.

3.  Untuk mengetahui perkembangan psiko-fisik siswa.

4.  Untuk mengetahui arti penting perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa.

5. 

Untuk mengetahui faedah pengembangan ranah kognitif siswa.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 2/33

 Page 2 

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

1.  Definisi Perkembangan 

Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke

arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan

sesuatu dalam hal jumlah, ukuran dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga berarti

sebuah tahapan perkembangan (a stage of development ) (Mc. Leod, 1989)[1]. 

Tumbuh adalah berbeda dengan perkembangan. Pribadi yang bertumbuh

mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang berkembang. Istilah

“pertumbuhan” mengacu pada aspek -aspek fisik (jasmani) seperti: bentuk, tinggi

dan besar tubuh, jenis rambut dan lain sebagainya, sedangkan istilah

“perkembangan” mengacu pada aspek -aspek psikis (rohaniah) seperti: pandai,

 bodoh, sabar, tenang, penyayang dan lain sebagainya. Proses perubahan itu terjadi

secara teratur dan terarah, yaitu ke arah kemajuan, bukan kemunduran. Oleh

karena itu dibedakan antara pertumbuhan dan perkembangan. Dalam pribadi

manusia baik jasmaniah maupun rohaniah, terdapat dua bagian yang berbadasebagai kondisi yang menjadikan pribadi manusia berubah menuju kearah

kesempurnaan.

Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada fungsi

organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Penekanan

arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang

disandang oleh organ-organ fisik,perkembangan akan berlanjut terus hingga

manusia mengakhiri hayatnya. Sementara itu pertumbuhan hanya terjadi sampai

manusia mencapai kematangan fisik. Yang artinya, orang tak akan bertambah

tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkatkematangan.

Tingkah laku seseorang selalu ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan

dimana anak itu berada. Proses perkembangan manusia tidak hanya ditentukan

oleh faktor pembawaanyang telah ada pada orang itu dan faktor lingkungannya

yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia itu sendiri dalam

 perkembangannya turut menentukan atau memainkan peranan juga. Hasil

 perkembangan seseorang tidak mungkin dibaca dari pembawaan dan lingkungan

saja.

Proses-proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung

dengan kegiatan belajar siswa. Proses perkembangan tersebut meliputi:

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 3/33

 Page 3 

1.  Perkembangan Fisik  

Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan

sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal(dalam kandungan).

Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson

mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat

aspek,yaitu:

a.  Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan

emosi;

 b. 

Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan

motorik;

c.  Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku

 baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif

dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis;

Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

Awal dari perkembangan pribadi seseorang asasnya bersifat biologis.

Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya, normlitas dari konstitusi,

struktur dan kondisi talian dengan masalah Body-Image, self-concept, self-

esteem dan rasa harga dirinya.

2.  Perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan yang

 progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik

anak (motor skills).3.  Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi

intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak.

4.  Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni proses

 perkambangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara

anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai

individu maupun sebagai kelompok.

2. 

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan 

a. 

Faktor Internal, yaitu yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi

 pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan

dirinya sendiri. Hal ini juga bias terjadi karena factor genetika. Factor internal

 bias dibagi menjadi 2 macam yaitu:

  Faktor Fisiologis

Adalah faktor-faktor yang berhungan dngan kondisi fisik individu.

Faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu keadaan tonus jasmani dan

keadaan fungsi jasmani.

Keadaan tonus jasmani maksudnya dalam hal perbedaan porsi tubuhseperti tinggi kurus, tinggi gemuk, pendek kurus, pendek gemuk dll. Hal

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 4/33

 Page 4 

ini sangat berpengaruh pada fisiologis siswa itu sendiri. Terutama untuk

siswa yang kurang lengkap anggota badannya.

Keadaan fungsi jasmani maksudnya hal penyakit. Siswa yang terkena

 penyakit dalam yang oarah dengan siswa yang terkena penyakit ringan

akan berpengaruh pada fisiologi siswa tersebut.

  Faktor Psikologis

Dalam hal kejiwaan, kapasitas mental, emosi, dan intelegensi setiap

orang berbeda. Kemampuan berfikir mempengaruhi banyak hal, seperti

kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang

kemampuan intelektual tinggi, akan berkemampuan berbahasa yang baik.

Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, berbahasa baik, dan

 pengendalian emosional seimbang sangat menentukan keberhasilan dan

kecerdasan dalam perkembangan social anak.

Beberapa factor factor psikologis yang utama memengaruhi belajar

adalah kecerdasan/intelektual, motivasi, minat, sikap, bakat.

 b.  Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang

meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi

siswa tersebut dengan lingkungan.Macam-macam factor eksternal yaitu:

  Faktor biologis

Faktor ini wujudnya berupa pengaruh yang datang pertama kali dari

 pihak ibu dan ayah.

 

Faktor lingkunganLingkungan adalah keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau

kondisi) fisik/alam atau social yang memengaruhi atau dipengaruhi

 perkembangan individu. Seperti lingkungan keluarga, sekolah, teman

sebaya, dan media massa. 

  Faktor ekonomi

Dalam proses perkembangan, seorang anak pasti memerlukan biaya.

Biaya untuk makan minum dirumah, tetapi juga untuk membeli alat-alat

sekolah.

 

Faktor edukasiPendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang memounyai

 pengaruh terhadap perkembangan anak manusia terarah. Hakikat

 pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normative, yang

memberikan warna kehidupan social anak di dalam masyarakat dan

kehidupan mereka dimasa yang akan dating. Pendidikan dalam arti luas

harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan

keluarga, masyarakat, dan lingkungan.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 5/33

 Page 5 

  Faktor kultur

Di Indonesia terdapat banyak kelompok masyarakat yang masing-

masing mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan

hal ini jelas berpengaruh terhadap perkembangan anak.  Faktor agama.

Beberapa aliran yang berhubungan dengan factor-faktor yang mempengaruhi

 perkembangan siswa adalah:

a.  Aliran Nativisme

Para ahli menganut aliran ini berkenyakinan bahwa perkembangan

manusia itu di tentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan

 pendidikan tidak berpengaruh apa  –   apa. Sebagai contoh, jika sepasang

orang tua ahli musik, maka anak  –   anak yang mereka lahirkan akanmenjadi pemusik pula. Harimau pun akan melahirkan harimau, tak akan

 pernah melahirkan domba. Jadi pembawaan dan bakat orangtua selalu

 berpengaruh mutlak terhadap perkembangan anak – anaknya.

 b.  Aliran Empirisisme

Doktrin aliran empirisime yang amat mahsyur adalah “tabula rasa”,

sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran

kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti

 penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti

 perkembangan manusia itu semata –  mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir

dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisime

menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong,

tak punya kemampuan dan bakat apa –  apa.

Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk

mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi.

Karena ia memilki pengalaman belajar dibidang politik, ia tak akan pernah

menjadi pemusik, walaupun orang tuanya seorang pemusik sejati. Memang

amat sukar dipungkiri bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang besar

terhadap proses perkembangan dan masa depan siswa. Dalam hal ini,

lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti

menentukan tinggi rendahnya mutu prilaku dan masa depan siswa.

c.  Aliran Konvergensi

Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran

empirisime dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti

 penting hereditas ( pembawaan ) dengan lingkuanga sebagai faktor  –  

faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Faktor

 pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian

 pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor pembawaan tak akanmampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 6/33

 Page 6 

Sebagai contoh. Seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk

 berdiri tegak diatas kedua kakinya. Tetapi apabila anak tersebut tidak

hidup dilingkungan masyarakat manusia, misalnya kalau dia dibuang ke

tengah hutan belantara tinggal bersama hewan, maka bakat yang ia miliki

secara turun-temurun dari orangtuanya itu, akan sulit diwujudkan. Jikaanak tersebut diasuh oleh sekelompok serigala, tentu ia akan berjalan

diatas kedua tangan dan kakinya. Dia akan merangkak seperti serigala

 pula. Jadi, bakat dan pembawaan dalam hal ini jelas tidak ada pengaruhnya

apabila lingkuangan atau pengalaman tidak mengembangkannya.

B. 

Proses, Tugas, dan Hukum Perkembangan

1.  Proses Perkembangan

Secara umum proses dapat diartikan sebagai rentenan perubahan yang terjadi

dalam perkembangan sesuatu. Adapun maksud dari kata proses dalam

 perkembangan siswa ialah tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang

siswa, baik yang bersifat jasmaniah maupun maupun yang bersifat rohaniah.

Proses dalam hal ini juga berarti tahapan perubahan tingkah laku siswa, baik yang

terbuka maupun yang tertutup. 

Proses bisa juga berarti cara terjadinya perubahan dalam diri siswa atau respon

maupun reaksi yang ditimbulkan oleh siswa tersebut. Proses perkembangan

dengan pengertian seperti ini menurut Hurlock (1980)merupakan perubahan-

 perubahan yang berhubungan dengan perkembangan (development changes).

Manusia menurut Elisabeth B. Hurlock, tak pernah statis atau mandek, karena

 perubahan-perubahan senantiasa terjadi dalam dirinya dalam berbagai kapasitas

(kemampuan), baik yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis.

Secara global,, seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi

“person” (dirinya sendiri) berlangsung dalam tiga tahapan, yakni : 

1.  Tahapan proses konsepsi (pembukaan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah)

2.  Tahapan proses kelahiran (saat keluarnya bayi dari rahim ibu kea lam dunia

 bebas).

3. 

Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi

yang khas (development or selfhood).

Hurlock (1980) member istilah “stages in the life span” (tingkatan-tingkatan

dan rentang waktu kehidupan) bagi seluruh proses perkembangan individu.  Life

span ini menurutnya berlangsung dalam 10 tingkatan atau fase, bermula dari

 prenatal  period (masa sebelum lahir) sampai old age (masa tua).

2. 

Tugas dan Fase Perkembangan

Adalah hal yang pasti bahwa setiap fase atau tahapan perkembangankehidupan manusia senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 7/33

 Page 7 

Kegiatan belajar dalam hal ini tidak berarti merupakan kegiatan belajar yang

ilmiah. Tugas belajar yang muncul dalam setiap fase perkembangan merupakan

keharusan universal dan idealnya berlaku secara otomatis, seperti kegiatan belajar

keterampilan melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim

terjadi pada manusia normal. Disamping itu, hal-hal lain yang juga menimbulkantugas-tugas perkembangan tersebut adalah :

1.  Karena adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu.

2.  Karena adanya dorongancita-cita psikologis manusia yang sedang berkembang

itu sendiri.

3.  Karena adanya tuntutan cultural masyarakat sekitar.

Dalam rangka memfungsikan tahap-tahap perubahan yang menyertai

 perkembangannya, manusia harus belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu

umpannya kebiasaan belajar berjalan dan berbicara pada rentang usia 1-5 tahun.

Belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu pada sat atau masa

 perkembangan yang tepat dipandang berkaitan langsung dengan tugas-tugas

 perkembangan berikutnya.

Tugas-tugas perkembangan tersebut seyoginya selalu diperhitungkan secara

cermat oleh para orang tua dan guru sebagai sesuatu yang harus terjadi secara

alamiah dan tepat pada waktunya. Perhatian orang tua dan guru (khususnya untuk

fase masa sekolah) amat diperlukan mengingat keberhasilan pelaksanaan tugas

 perkembangan pada suatu fase akan sangat menunjang keberhasilan tugas

 perkembangan pada fase-fase berikutnya.

Adapun mengenai fase-fase perkembangan dan tugas-tugas yang mengiringi

fase-fase tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Robert Havigrust (1972)

 beerikut ini :

1.  Tugas Perkembangan Fase Bayi dan Kanak-kanak

Secara knologis (menurut urutan waktu), masa bayi (infancy atau

babyhood ) berlangsung sejak seorang individu manusia dilahirkan dari rahim

ibunya sampai berusia sekitar setahun. Sedangkan masa kanak-kanak (early

childhood ) adalah masa perkembangan berikutnya, yakni dari usia setahun

hingga lima tahun atau enam tahun.perkembangan biologis pada masa-masa

ini berjalan pesat, tetapi secara sosiologis iamasih sangat terikat oleh

lingkungan keluarganya. Oleh karena itu, fungsionalisasi lingkungan keluarga

 pada fase ini penting sekali untuk mempersiapkan anak terjun kedalam

lingkungan yang lebih luas terutama lingkungan sekolah.

Tugas-tugas pada fase ini meliputi kegiatan-kegiatan belajar sebagai

 berikut :

1. 

Belajar memakan makanan keras, misalnya mulai dengan bubur susu,

 bubur beras, nasi, dan seterusnya.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 8/33

 Page 8 

2.  Belajar berdiri dan berjalan, misalnya mulai dengan berpegang pada

tembok atau sandaran kursi.

3.  Belajar berbicara, misalnya mulai dengan menyebut kata ibu, ayah, dan

nama-nama benda sederhana yang ada di sekelilingnya.

4. 

Belajar mengendalikan pengeluaran benda-benda buangan dari tubuhnya,misalnya mulai dengan meludah, membuang ingus dan seterusnya.

5.  Belajar membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dan

 bersopan santun seksual.

6.  Mencapai kematangan untuk belajar membaca dalam arti mulai siap

mengenai huruf, suku kata dan kata-kata tertulis.

7.  Belajar mengadakan hubungan emosional selaindengan ibunya, dengan

ayah, saudara kandung, dan orang-orang yang berada disekelilingnya.

8.  Belajar membedakan antara hal-hal yang baik dengan yang buruk, juga

antara hal-hal yang benar dan salah, serta mengembangkan atau

membentuk kata hati (hati nurani).

2.  Tugas dan Perkembangan Fase Anak

Masa nak-anak (late childhood ) berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun

dengan cirri-ciri utama sebagai berikut :

1. 

Memiliki dorongsn untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok

sebaya ( peper group).

2. 

Keadaan fisik yang memungkinkan atau mendorong anak memasuki dunia

 permainan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani.3.

 

Memiliki dorongan mental untukmemasuki dunia konsep, logika, symbol,

dan komunikasi yang luas.

Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa perkembangankedua ini

meliputi kegiatan belajar dan mengembangkan hal-hal sebagai berikut :

1.  Belajar keterampilan fisik yang diperlukan bermain, seperti lombat jauh,

lompat tinggi, mengejar,menghindari kejaran dan seterusnya.

2.  Membina sikap yang sehat (positif) terhadap dirinya sendiri sebagai

seorang individu yang sedang berkembang. Sepertikesadaran tentang hargadiri (self-esteemI dan kemampuan diri (self efficacy).

3. 

Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral

yang berlaku di masyarakat.

4. 

Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan

sebagai seorang wanita (jika ia seorang wanita).

5.  Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan

 berhitung, (matematika atau aritmatika).

6.  Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-

hari.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 9/33

 Page 9 

7.  Mengembangkan kata hati,moral dan skala nilai yang selaras dengan

keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di masyarakat.

8.  Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi

dirinya sendiri yang independen (mandiri) dan bertanggung jawab.

3.  Tugas Perkembangan Fase Remaja

Masa remaja (adolescence) menurut sebagain psikologi terdiri atas sub-sub

masa perkembangan sebagai berikut :

1.  Sub perkembangan prepuber selama kurang lebih du setengah sampai tiga

setengah tahun

2.  Sub perkembangan post-puber, yakni saat perkembangan biologis sudah

lambat tapi masih terus berlangsung pada bagian-bagian organ tertentu.

Saat ini merupakan akhir masa puber yang mulai menampakan tanda-tanda

kedewasaan.

Proses perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama

kurang lebih 11 tahun, mulai usia 12-21 tahun pada wanita, dan 13-22 tahun

 pada pria. Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa

yang penuh dengan kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja sendiri

melainkan juga bagi para orang tua, guru, dan masyarakat sekitar. Bahkan tak

 jarang para hukum turut direpotkan oleh ulah dan tindak tanduknya yang di

 pandang menyimpang.

Mengapa demikian secara singkat jawabannya ialah karena individu

remaja sedang berada dipersimpangan jalan antara dunia anak-anak dan duniadewasa. Sehubungan dengan ini, hamper dapat dipastikan bahwa segala

sesuatu yang sedang mengalami atau dalam keadaan transisi (masa peralihan)

dari suatu keadaan lainnya selalu menimbulkan gejolak, goncangan, dan

 benturan yang kadang-kadang berakibat sangat buruk bahkan fatal

(mematikan).

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja pada umumnya meliputi

 pencapaian dan persiapan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan

masa dewasa, yakni :

1.  Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya

yang berbeda jenis kelamin dengan keyakinan dan etika moral yang

 berlaku dimasyarakat.

2. 

Mencapai peranan sosial sebagai pria (jika ia seorang pria) dan peranan

sosial seorang wanita (jika ia seorang wanita) selaras dengan tuntutan

sosial dan cultural masyarakatnya.

3.  Menerima kesatuan organ-organ tubuh sebagai seorang pria (jika ia

seorang pria) dan kesatuan organ-organ sebagai wanita (jika ia seorang

wanita) dan menggunakannya secara efektif sesuai dengakodratnyamasing-masing.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 10/33

  Page

10 

4.  Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang

 bertanggung jawab di tengah-tengahmasyarakatnya.

5.  Mencapai kemerdekaan atau kebebasan emosional dari orangtua dan

orang-orangdewasa lainnya dan mulai menjadi seorang”person” (menjadi

dirinya sendiri).6.  Mempersiapkan diri untukmemasuki dunia perkawinan (rumah tangga)

dan kehidupan berkeluarga yakni sebagai suami (ayah) dan istri (ibu).

7.  Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etikasebagai pedoman

 bertingkah laku dan mengembangkan ideology untuk keperluan kehidupan

kewarganegaraannya.

4. 

Tugas Perkembangan Dewasa

Masa dewasa awal (early adulthood ) ialah fase perkembangan saat

seorang remajamulai memasuki masa dewasa, yakni usia 21-40 tahun.

Sebelum memasuki masa iniseorang remaja terlebih dahulu berada pada tahap

ambang dewasa (late adolescene) atau masa remaja akhir yang lazimnya

 berlangsung 21 atau 22 tahun. Namun, menurut pengamatan para ahli, pada

masa post puber perkembangan organ jasmaniah tertentu, meskipun sudah

sangat lamban, masih terus berlangsung hingga kira-kira usia 24 tahun.

Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal adalah

meliputi hal-hal berikut :

1.  Mulai bekerja mencarinafkah, khusunya apabila ia tidak melanjutkan

karier akademik.

2. 

Memilih teman atau pasangan hidup berumah tangga (memilih calonsuami atauistri).

3.  Mulai memasuki kehidupan berumah tangga, yakni menjadi seorang suami

isteri.

4.  Belajar hidup bersama pasangan dalam suasana rumah tangga, yakni

dengan isteri atau suami.

5. 

Mengelola tempat tinggal untuk keperluan rumah tangga dan keluarganya.

6. 

Membesarkan anak-anak dengan menyediakan pangan, sandang,dan papan

yang cukup dan memberikan pendidikan (dalam arti luas) yangmemadai.

7. 

Menerima tanggung jawab kewarganegaraan sesuai dengan perundang-

undangan dan tuntutan sosialyangberlaku dimasyarakat.

8.  Menemukan kelompoksosial(perkumpulan kemasyarakatan) yang cocok

dan menyenangkan.

5.  Tugas Perkembangan setengah Baya

Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang berlansung antara usia

40 sampai 60 tahun. Konon, di kalangan tertentu, pria dan wanita yang

menginjak usia 40 tahun keatas sering dijuluki sebagai orang yang sedang

mengalami masa pubertas kedua. Julukan ini timbul karena mereka senang

lagi bersolek, suka bersikap dan berbuat emosional atau mudah marah. Dan

 bahkan jatuh cinta lagi.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 11/33

  Page

11 

Dikalangan kaum wanita biasanya tampak gejala depresi (murung), cepat

tersinggung, cemas dan khawatir kehilangan kasih saying anak-anak yang

sudah mulai menanjak dewasa. Selain itu, wanita setengah baya juga acapkali

merasa cemas akan kehilangan suami karena menopause (berhenti menstruasi)

yang pada umumnya diiringi dengan timbulnya tanda-tanda atau garis-garisketuaan di bagian tertentu pada tubuhnya.

Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase-fase setengah tua tersebut

adalah sebagai berikut :

1.  Mencapai tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih

dewasa.

2. 

Membantu anak-anak yang berusia belasan tahun (khususnya anak

kandungnya sendiri) agar berkembang menjadi orang-orang dewasa yang

 bahagia dan bertanggung jawab.

3. 

Mengembangkan aktivitas dan memanfaatkan waktu luang dengan sebaik-

 baiknya bersama orang-orang dewasa lainnya.

4.  Menghubungkan diri sedemikian rupa dengan pasangannya (suami atau

isteri) sebagai seorang pribadi yang utuh.

5.  Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis

yang lazim terjadi pada masa setengah baya.

6.  Mencapai dan melaksanakan penampilan yang memuaskan dalam karier.

7.  Menyesuaikan diri dengan prikehidupan (khususnya dalam hal cara

 bersikap dan bertindak) orang-orang yang berusia lanjut.

6.  Tugas Perkembangan Usia Tua

Masa tua (old age) adalah fase terakhir kehidupan manusia. Maka ini

 berlangsung antara usia 60 tahun sampai berhembusnya nafas terakhir (akhir

hayat). Mereka yang sudah menginjak usia 60 tahun keatas yang dalam istilah

 psikologi disebut “senescence” (masa tua) biasanya ditandai oleh perubahan-

 perubahan kempuan motorik yang semakin merosot.

Diantara perubahan-perubahan tersebut adalah menurunnya kekuatan otot-

otot tangan dan otot-otot yang menyangkut seluruh tubuh. Oleh karena itu,

 pada umumnya orang tua lebih cepat merasa lelah, dan untuk mengembalikan

kesegaran tubuhnya darikelelahan itu, ialah memerlukan waktu yang lebih

lama dari pada ketika ia masih berusia muda.

Tugas-tugas perkembangan pada masa tua sesuai dengan berkurangna

kekuatan dan kesehatan jasmaniah itu adalah sebagai berikut :

1.  Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan

 jasmaniah.

2.  Menyesuaikan diri dengan keadaan pension dan berkurangnya income

(penghasilan).

3. 

Menyesuaikan diri dengan kematian pasangannya (isteri atau suami).

4. 

Membina hubungan yang tegas (afiliasi eksplisit) dengan para anggota

kemompok seusiannya.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 12/33

  Page

12 

5.  Membina pengaturan jasmaniah sedemikian rupa agar memuaskan dan

sesuai dengan kebutuhannya.

6.  Menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap peranan-peranan sosial dengan cara

yang luwes.

3. 

Hukum Perkembangan

Pengertian hukum dalam perkembangan sudah tentu berbeda dengan hukum

dalam dunia peradilan atau peraturan konstitusional. Hukum dalam

 pembahasannya ini berartikaidah atau patokan mengenai terjadinya

 peristiwatertentu. Secara spesifik, hukum perkembangan dapat diartikan sebagai

kaidah atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam

 perkembangan. Dapat juga dikatakan, hukum perkembangan adalah patokan

generalisasi, mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam

diri manusia.

1.  Hukum Konvergensi

Perkembangan manusia pada dasarnya tidk hanya di pengaruhi oleh factor

 pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan. Hal ini berarti

masa depan kehidupan manusia, tak terkecuali para siswa, bergantung pada

 potensi pembawaan yang mereka warisi dan orang tua pada proses

 pematangan, dan pada proses pendidikan yang mereka alami. Seberapa jauh

 perbedaan pengaruh antara pembawaan dengan lingkungan, bergantung besar

kecilnya efek lingkungan yang dialami siswa.

Apabila pengaruh lingkungan sama besar dan kuatnya dengan pembawaan

siswa, maka hasil pendapatan yang did pat siswa itupun akan seimbang dan

 baik, dalam arti tidak ada satu factor pun yang dikorbankan secara sia-sia.

Seterusnya, apabila pengaruh lingkungan lebih besar dan lebih kuat dari pada

 pembawaan, hasilpendidikan siswa hanya akan sesuai dengan kehendak

lingkungan, dan pembawaan 9 watak dan bakat siswa tersebut akan

terkorbankan. Sebaliknya, jika siswa lebih besar dan lebih kuat pengaruhnya

dari pada lingkungan, hasil pendidikan siswa tersebut hanya sesuai dengan

 bakat dan kemampuannya tanpa bisa berkembang lebih jauh, karena

ketidakmampuan lingkungan. Oleh karena itu, terlalu kecilnya pengaruh

lingkungan pendidikan, misalnya mutu guru dan fasilitas yang rendah akan

merugikan para siswa yang membawa potensi dan bakat yang baik.

2. 

Hukum Perkembangan dan Pengembangan Diri

Para sisiwa seperti juga manusia dan organisme lainnya, memiliki

dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negative, seperti

rasa sakit, rasa tidak aman, kematian, dan juga kepunahan dan seterusnya.

Untuk itulah mereka perlu sandang, pangan papan, dan pendidikan.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 13/33

  Page

13 

Pada anak balita, wujud pertahanan diri itu dapat berupa tangisan ketika

lapar, atau teriakan yang disertai pelemparan batu ketika mendapat gangguan

hewan atau orang di sekelilingnya. Usaha mempertahankan diri ini, berlanjut

untuk usaha untuk mengembangkan diri. Naluri pengembangan diri pada anak,

antara lain dimanifestasikan dalam bentuk bermain untuk mengetahui segalasesuatu yang ada disekitarnya. Selanjutnya, pada anak-anak biasanya Nampak

keingin tahuannya terhadap sesuatu itu berkali-kali. Alhasil manusia

 berkembang karena adanya insting atau naluri pembawaan sejak lahir yang

menuntutnya untuk bertahan danmengembangkan diri di muka bumi ini.

3.  Hukum Masa Peka

Peka artinya mudah terangsang atau mudah menerima stimulasi. Masa

 peka adalah masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untk

mengembangkan fungsi-fungsi tertentu, seperti fungsi mulut untuk berbicara

dan membaca, fungsi tangan untuk menulis, dan sebagainya. Masa “mudahdirangsang” ini sangat menentukan cepat dan lambatnya siswa dalam

menerima pelajaran. Artinya jika seseorang siswa belum sampai pada masa

 pekanya untuk mempelajari suatu materi pelajaran, materi pelajaran tersebut

akan sangan sulit diserap dan diolah oleh sistem memorinya.

Selanjutnya, perlu dicatat masa peka untuk belajar, seperti untuk belajar

membaca dan menulis juga belajar berfikir abstrak (seperti belajar

matematika), pada umumnya datang pada diri anak tepat pada waktunya.

Kedatangan masa peka ini menurut sebagian ahli hanya sekali selama hidup.

Sehingga keterlambatan memanfaatkan masa yang sangat berharga tersebut

akan menyebabkan kesulitan belajar. Barangkali karena keterlambatan masa

 peka itulah, para orang tua yang buta huruf merasa sulit sekali mengikuti

 pelajaran membaca, menulis, dan berhitung.

Oleh karena itu, para orang tua dan guru seyogianya memperhatikan

secara cermat perkembangan anak-anak didik dalam hubungannya dengan

kedatangan masa peka belajar mereka. Apabila para orangtua dan gurulalai

dalam memanfaatkan masa peka anak didik untuk mempelajari pelajaran-

 pelajaran tertentu, kemungkinan besar mereka akan mengalami kesulitan

dalam mempelajari pelajaran-pelajaran tersebut. Kesulitan-kesulitan seperti ini

memang dapat di atasi dengan upaya relearning (belajar ulang) atau remedial

teaching, tetapi akibatnya proses penguasaan atas pelajaran-pelajaran lainnya

mungkin akan terganggu.

4.  Hukum Keperluan Belajar

Antara perkembangan dan belajar terdapat hubungan yang sangat erat,

sehingga hampir semua perkembangan memerlukan belajar. Dengan demikin,

dapat dikatakan bahwa setiap anak biasanya berkembang karena belajar.

Keperluan belajar bagi proses perkembangan, terutama perkembangan

fungsi-fungsi psikis tak dapat kita ingkari, meskipun kebanyakan ahli tidakmenyebutnya secara eksplisit. Bahkan kemampuan berjalan yang secara

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 14/33

  Page

14 

lahiriah dapat diperkirakan akan muncul dengan sendirinysa ternyata masih

 juga memerlukan belajar, meskipun sekedar memfungsikan organ kaki anak

yang sebenarnya berpotensi untuk bisa berjalan sendiri itu.

Perkembangan ranah cipta, seperti berfikir dan memecahkan masalah dan

 perkembangan ranah rasa seperti meyakini kebenaran ajaran agama dan bertenggang rasa terhadap orang lain, tentu tidak timbul atau ada sendiri dalam

seorang siswa tanpa belajar terlebih dahulu. Alhasil, kegitan beljar siswa

dalam segala bentuk dan manifesnya sangat diperlukan untuk mendukung

 proses perkembangannya yang utuh dan menyeluruh.

5.  Hukum Kesatuan Anggota Badan

Proses perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak terjadi tanpa

diringi proses perkembbangan fungsi-fungsi rohaniah. Dengan demikian suatu

tahapan perkembangan tidak terlepas dari tahapan perkembangan lainnya.

Jadi, perkembangan panca indera, misalnya tidak terlepas dari perkembangan

mendengar, melihat, berbicara dan merasa. Selanjutnya kemampuan-

kemampuan ini juga tidak terlepas dari perkembangan berfikir, bersikap, dan

 berperasaan.

Dalam hal perkembangan kognitif misalnya, seorang siswa memperoleh

 pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep benda trtentu,

umpamanyakursi. Dalam memahami konsep kursi, siswa tersebut tidak akan

terpaku pada benda yang pernah ia lihat, tetapi berkembang pada benda-benda

lain yang memiliki signifikansi yang sama dengan kursi seperti bangku, sofa,

dan seterusnya. Bersamaan dengan pengenalan benda-benda tempat duduk itu,siswa tersebut juga mengalami perkembanagan afektif, misalnya

 perkembangan apresiasi, ia akan bisa menilai tempat dudukmana yang

mengandung nilai seni tinggi. Sofa ukiran jepara contohnya, tentu akan ia nilai

sebagai tempat duduk yang lebih indah dan nyaman daripada sekedar kursi

atau bangku biasa.

Perkembangan kognitif dan afektif juga diiring dengan perkembangan

ranah psikomotor, yaitu sebagaiketerampilan yang selaras dengan pengetahuan

dan perasaan yang telah ia miliki. Cara dan intensitas pemanfaatan

keterampilan psikomotor itu pun disesuaikan dengan kebutuhan sebagaimana

yang ditunjukan oleh presepsi akalnya dan apresiasi ranah rasanya. Contoh :

cara mengangkut danmemindahkan sofa dan ukiran jepara tentu berada

dengan cara mengangkut dan memindahkan bangku atau kursi biasa.

Begitu pula dengan penenmpatannya. Sofa ukiran jepara tentu tidak akan

ditempatkan di dapur, diruang tamu atau ruang keluarga. Alhasil, tahapan-

tahapan perkembangan yang terjadi dalam suatu ranah akan berpengaruh

terhadap tahapan-tahapan perkembangan dalam ranah lainnya. Inilah yang

dimaksud dengan hukum kesatuan anggota badan dalam arti yang luas.

6. 

Hukum Tempo Perkembangan

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 15/33

  Page

15 

Lambat atau cepatnya proses perkembangan seseorang tidak sama dengan

orang lain. Dengan kata lain, setiap orang memiliki tempo perkembangan

masing-masing. Tempo-tempo perkembangan manusia pada umumnya terbagi

dalam kategori : cepat, sedang dan lambat. Tempo perkembangan yang terlalu

cepat atau terlalu lambat biasanya menunjukan kelaianan yang relative sangat jarang terjadi.

Pada dasarnya tempo cepat, sedang, dan lambat tidak menunjukan kualitas

 proses perkembangan seorang anak yang normal. Si a misalnya mungkin

 berkembang lebih cepat dari si B, dan si B berkembang lebih cepat dari si C.

Padahal, mereka bertiga berasal dari keluarga yang sama. Dalam hal ini, orang

tua dan guru tak perlu merisaukannya. Sebab secara prinsip setiap anak akan

mencapai tingkat perkembangan yang sama, hanya waktu pencapaiannya saja

yang berbeda. Namun, jika jarakwaktu pencapaian suatu tahap yang dilalui

seorang anak terlalu jauh, umpamanya waktu antara penguasaan materi

 pelajaran kesatu dengan materi pelajaran kedua melebihi batas lambat anak

lainnya, maka orang tua dan guru perlu segera mengambil langkah-langkah

yang tepat. Mungkin, anak itu penyandang tunagrahita atau keterbelakangan

mental.

7.  Hukum Irama Perkembangan

Disamping ada tempo, di dalam perkembangan juga dikenal adanya irama

atau naik turunnya proses perkembangan. Artinya, perkembangan manusia itu

tidak tetap, terkadang naik dan terkandang tidak. Pada suatu saat anak

mengalami perkembangan yang tenang, sedangkan pada saat lain iamengalami perkembangan yang menggoncangkan.

Menurut pengamatan para ahli psikologi setiap anak biasanya mengalami

dua masa pancaroba atau krisis yang lazim disebut “trotz”. Masa trotz ini

terjadi dalam dua periode, yakni :

1. 

Trotz period eke-1 atau krisis pertama terjadi pada usia 2 sampai 3 tahun

dengan ciri utama anak menjadi egois, selalu bersikap dan bertingkah laku

mendahulukan kepentingan diri sendiri.

2. 

Trotz period eke-2 atau krisis kedua terjadi pada umur antara 14 sampai 17

tahun, dengan cirri utama sering membantah orang tuanya sendiri dalam

mencapai identitas pribadi.

Khusus mengenai trotz ke-2 perlu digaris bawahi, bahwa batas umur

antara 14-17 tahun buka “harga mati”. Artinya rentang usia remaja yang

mengalami krisis kedua ini di sebuah Negara mungkin berbeda dengan remaja

di Negara lainnya, boleh jadi lebih cepat atau lebih lambat.

Di Negara kita sendiri perbedaan rentang usia trotz kedua itu, menurut

 poerbakawadja dan harahap (1981), tampak berbeda antara remaja kawasan

 pedesaan khususnya di desa-desa yang belum tersentuh budaya modern.

 Namun betapa nisbinya batasan rentang usia strum and drung (masa gelisah)

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 16/33

  Page

16 

remaja itu, yang penting bagi orang tua dan guru adalah cara member

 pengertian yang benar dan baik bahwa kegelisahan tersebut adalah karena

kematangan seksual yang normal. Selain itu, adalah tanggung jawab orang tua

dan guru untuk menuntun mereka kejalan yang benar agar mereka terhindar

dari godaan penyalahgunaan dorongan seksual yang bukan pada tempat dansaatnya.

8.  Hukum Rekapitulasi

Hukum ini berasal dari teori rekapitulasi (recapitulation theory) yang

 berisi doktrin yang menyatakan bahwa proses perkembangan individu manusia

adalah sebuah mikrokosmik (dunia kehidupan kecil) yang mencerminkan

evolusi kehidupan jenis makhluk hidup dari tingkat yang paling sederhana ke

tingkat yang paling kompleks. Ada dua aspek yang digambarkan oleh teori ini,

yakni aspek psikis dan aspek fisik (Reber 1988).

Rekapitulasi pada dasarnya berartipengulangan atau ringkasan kehidupanorganisme tertentu seperti manusia yang berlangsung secara evolusioner

(sangat lambat) dalam waktu berabad-abad. Dalam hal ini, proses

 perkembangan psikis anak di pandang sebagai ulangan karena adanya

kesamaan dengan perilaku cultural nenek moyangnya pada ratusan bahkan

ribuan abad lalu.

Hukum rekapitulasi perkembangan yang tampak pada anak-anak adalah

sebagai berikut, yakni :

a.  Masa berburu dan menyamun, yakni pada umur sekitar 8 tahun ketika ia

suka bermain kejar-kejaran, perang-perangan, dan menangkap hewan-

hewan kecil seperti kupu-kupu dan capung.

 b.  Masa mengembala, yakni pada umur sekitar 10 tahun ketika ia gemar

memelihara hewan piaraan seperti ayam, burung, kucing, dan sebagainya.

c.  Masa bercocok tanam, yakni pada umur sekitar 12 tahun ketika ia suka

mengurus tanaman di kebun atau menyiram bunga-bunga dalam pot.

d.  Masa berdagang, yakni pada umur 12 tahun ke atas ketika ia suka bermain

 jual-jualan kemudian meningkat menjadi kesenangan tukar menukar foto,

 perangko, dan berkirim surat serta menjalin persahabatan.

Sebagai pelengkap uraian pada bagian ini, perlu penyusun utarakan bahwa

hukum rekapitulasi di luar empat hal di atas seperti rekapitulasi bentuk fisik

manusia (bukan kempuan fisik) dan kepercayaan bahwa perkembangan

manusia itu merupakan gambaran sejarah kehewanan kita (traces of our

animal history) adalah tidk benar (Gleitman, 1987).

C.  Perkembangan Psiko-Fisik Siswa 

1.  Perkembangan Motor (Fisik) Siswa 

Dalam psikologi, kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjuk pada hal,

keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya,

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 17/33

  Page

17 

demikian pula kelenjar-kelenjar juga sekresinya (pengeluaran cairan/getah).

Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang

meningkatkan atau menghasilkan stimulus/rangsangan terhadap kegiatan organ-

organ fisik.

Ada empat macam faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor

skills anak yang juga memungkinkan campur tangan orangtua dan guru dalam

mengarahkannya, yaitu:

a. 

Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf

Sistem syaraf adalah organ halus dalam tubuh yang terdiri atas struktur

 jaringan serabut syaraf yang sangat halus yang berpusat di central nervous

system, yakin pusat sistem jaringan syaraf yang ada di otak (Reber, 1988).

Pertumbuhan syaraf dan perkembangan kemampuannya

membuat intelegensi (kecerdasan) anak meningkat dan mendorong timbulnya

 pola-pola tingkah laku baru. Semakin baik perkembangan kemampuan sistem

syaraf seorang anak akan semakin baik dan beraneka ragam pula pola-pola

tingkah laku yang dimilikinya. Namun uniknya, berbeda dengan organ tubuh

lainnya, organ sistem syaraf apabila rusak tak dapat diganti atau tumbuh lagi.

Contoh: seorang anak yang luka berat pada bagian kakinya hingga sebagian

dagingnya terlepas dapat disembuhkan dan bagian yang hilang itu tumbuh lagi

karena obat dan gizi. Tetapi, kalau anak itu terluka pada bagian kepalanya

hingga salah satu struktur subsistem syaraf rusak atau terputus misalnya, anak

tersebut akan mengalami gangguan ingatan gangguan bicara, gangguan

 pendengaran, gangguan pengecapan rasa, atau gangguan-gangguan lainnya bergantung pada subsistem syaraf mana yang rusak. Gangguan ini pada

umumnya bersifat permanen, karena jaringan serabut syaraf yang rusak atau

hilang tadi amat sulit untuk tumbuh lagi meskipun lukanya sudah sembuh.

 b.  Pertumbuhan otot-otot

Otot adalah jaringan sel-sel yang dapat berubah memanjang dan juga

sekaligus merupakan unit atau kesatuan sel yang memiliki daya mengkerut

(contractile unit ). Di antara fungsi-fungis jaringan pembuluh yang

mendistribusikan sari makanan (Reber, 1988). Peningkatan tonus (tegangan

otot) anak dapat menimbulkan perubahan dan peningkatan aneka ragam

kemampuan dan kekuatan jasmaninya. Perubahan ini tampak sangat jelas pada

anak yang sehat dari tahun ke tahun dengan semakin banyaknya keterlibatan

anak tersebut dalam permainan yang bermacam-macam atau dalam membuat

kerajinan tangan yang semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya dari masa

ke masa. Perlu dicatat bahwa dalam perkembangan keterampilan terutama

dalam berkarya nyata seperti membuat mainan sendiri, melukis, dan

seterusnya, peningkatan dan perluasan (intensifikasi dan ekstensifikasi)

 pendayagunaan otot-otot anak tadi bergantung pada kualitas pusat sistem

syaraf dalam otaknya.

c.  Perkembangan dan perubahan fungsi kelenjar-kelenjar endokrin

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 18/33

  Page

18 

Kelenjar adalah alat tubuh yang menghasilkan cairan atau getah, seperti

kelenjar keringat. Sedang kelenjar endokrin secara umum merupkan kelenjar

dalam tubuh yang memproduksi hormone yang disalurkan ke seluruh bagian

dalam tubuh melalui aliran darah. Lawan endokrin adalah eksokrin (exocrine)

yang memiliki pembuluh tersendiri untuk menyalurkan hasil sekresinya

(proses pembuatan cairan atau getah) seperti kelenjar ludah (Gleitman, 1987).Berubahnya fungsi kelenjar-kelenjar endokrin seperti adrenal (kelenjar

endokrin yang meliputi bagian atas ginjal dan memproduksi bermacam-

macam hormon termasuk hormon seks), dan kelenjar pituitary (kelenjar di

 bagian bawah otak yang memproduksi dan mengatur pelbagai hormon

termasuk hormon pengembang indung telur dan sperma), juga menimbulkan

 pola-pola baru tingkah laku anak ketika menginjak remaja. Perubahan fungsi

kelenjar-kelenjar endokrin akan mengakibatkan berubahnya pola sikap dan

tingkah laku seorang remaja terhadap lawan jenisnya. Perubahan ini dapat

 berupa seringnya melakukan kerja sama dalam belajar atau berolahraga,

 berubahnya gaya dandanan/penampilan dan lain-lain perubahan pola perilakuyang bermaksud menarik perhatian lawan jenis. Dalam hal ini, orangtua dan

guru seyogianya bersikap antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya

 penyimpangan-penyimpangan perilaku seksual yang tidak dikehendaki demi

kelangsungan perkembangan para siswa remaja yang menjadi tanggun

 jawabnya.

d.  Perubahan struktur jasmani

Semakin meningkat usia anak akan semakin meningkat pula ukuran tinggi dan

 bobot serta proporsi (perbandingan bagian) tubuh pada umumnya. Perubahan

 jasmani ini akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan dan

kecakapan motor skills anak. Kecepatan berlari, dan sebagainya akan terusmeningkat seiring dengan proses penyempurnaan struktur jasmani siswa.

 Namun, kemungkinan perbedaan hasil belajar psikomotor seorang siswa

dengan siswa-siswa lainnya selalu ada, karena kapasitas ranah kognitif juga

 banyak berperan dalam menentukan kualitas dan kuantitas prestasi ranah

karsa. Pengaruh perubahan fisik seorang siswa juga tampak pada sikap dan

 perilakunya terhadap orang lain, karena perubahan fisik itu sendiri mengubah

konsep diri (self-concept ) siswa tersebut. Dalam hal ini, dapat dikatakan

 bahwa perkembangan fisik siswa lebih memiliki signifikansi daripada usia

kronologisnya sendiri. Timbulnya kesadaran seorang siswa yang berbadan

terlalu besar dan tinggi atau terlalu kecil dan rendah jika dibandingkan denganteman-teman sekelasnya mungkin sekali akan memengaruhi pola sikap dan

 perilakunya baik ketika berada di dalam kelas maupun di luar kelas. Sikap dan

 perilaku yang berbeda ini bersumber dari positif atau negatifnya self-

concept  yang dia miliki. Apabila siswa tersebut memiliki self-concept  yang

negatif terhadap dirinya yang berkembang terlalu pesat atau terlalu lambat itu,

sehingg menimbulkan kecemasan (misalnya kalau-kalau ditinggalkan teman-

temannya, atau takut menjadi bahan gunjingan teman-teman sekelas), para

guru seyogianya memberikan perhatian khusus kepada siswa tersebut.

Perhatian khusus bukan memanjakan atau memberi perlindungan yang

 berlebihan, melainkan memberi pengertian dan meyakinkannya bahwa soal

tinggi dan pendek atau besar dan kecil itu bukan masalah dalam mengejar cita-cita masa depan. Selanjutnya, siswa yang ‘berkelainan’ tubuh tersebut

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 19/33

  Page

19 

diharapkan dapat lebih mudah memperbaiki konsep dirinya sendiri apabila

guru memberi contoh-contoh konkret mengenai kesuksesan orang-orang yang

terlalu pendek dan terlalu jangkung.

2. 

Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi

intelektual atau proses perkembangan kemampuan yang berhubungan dengan

 pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,

kesengajaan dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga

 berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian

dengan ranah rasa (Chaplin, 1972).

Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan

yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif, adalahsumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya. Tanpa ranah kognitif

sulit dibayangkan seorang siswa mampu berpikir. Selanjutnya tanpa kemampuan

 berpikir mustahil siswa dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi

 pelajaran yang disampaikan oleh guru mereka. Selain itu juga sulit untuk menagka

 pesan moral yang terkandung dalam pelajran tersebut. Sehingga faidah

 pengembangan ranah kognitif siswa adalah untuk mengembangkan kecakapan

 berikut ini:

a.  Mengembangkan kecakapan kognitif

 b. 

Mengembangkan kecakapan afektifc.  Mengembangkan kecakapan psikomotor

Ada beberapa teori tentang perkembangan kognitif diantaranya:

a.  Kajian teori Piaget tentang perkembangan kognitif

Menurut Jean Piaget (1886-1980) manusia tumbuh, beradaptasi, dan

 berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian,

 perkembangan sosio-emosional, dan perkembangan kognitif. Khususnya

 perkembangan kognitif sebagian besar bergangtung kepada seberapa jauh anak

mampu memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Ada tiga

aspek perkembangan intelektual yaitu struktur, isi dan fungsi. Struktur atau

skemata merupakan organisasi mental tingkat tinggi yang terbentuk pada

individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya. Isi merupakan pola

 perilaku khas anak yang tercermin pada responnya terhadap berbagai masalah

atau situasi yang dihadapi. Sedangkan fungsi adalah cara yang digunakan

organisme untuk membuat kemajuan- kemajuan intelektual. Fungsi itu sendiri

terdiri dari organisasi dan adaptasi.

Organisasi memberikan organisme kemampuan untuk mengorganisasi

 proses-proses fisik atau proses-proses psikologi menjadi sistem-sistem yangteratur dan berhubungan. Fungsi kedua yang melandasi perkembangan

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 20/33

  Page

20 

intelektual adalah adaptasi. Semua organisme lahir dengan kecenderungan

untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan mereka. Cara

adaptasi ini berbeda antara organisme yang satu dengan organisme yang lain.

Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi

dan akomodasi.Dalam proses asimilasi, seseorang menggunakan struktur atau kemampuan

yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapi dalam

lingkungannya. Sedangkan dalam proses akomodasi seseorang memerlukan

modifikasi struktur mental yang ada dalam mengadakan respon terhadap

tantangan lingkungannya. Piaget mengemukakan dalam teorinya bahwa

kemampuan kognitif manusia berkembanga menurut empat tahap dari lahir

sampai dewasa. Tahap-tahap tersebut beserta urutannya berlaku untuk semua

orang. Akan tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki sesuatu tahapan

tertentu selalu sama untuk setiap orang

Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif anak terdirir dari empat

tahapan, diantaranya:

1.  Tahap sensory-motor  

Tahap ini terjadi antara usia 0-2 tahun. Intelegensi sensory motor

dipandang sebagai intelegensi praktis. Anak pada usia ini belajar

 bagaimana mengikuti dunia kebendaaan secara praktis dan belajar

menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang mereka

 perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan tersebut. Tahap

sensori motor berlangsung sejak manusia lahir sampai berusia 2 tahun.

Pada tahap ini pemahaman anak mengenai berbagai hal terutama bergantung pada kegiatan (gerakan) tubuh beserta alat-alat indera. Sebagai

contoh, pada tahap ini anak tahu bahwa di dekatnya ada sesuatu barang

mainan kalau ia sentuh barang itu. Pada tahap ini, tanpa menggunakan

kegiatan tubuh atau indera, anak belum bisa memahami sesuatu.

2. 

Tahap pre-operational 

Periode ini terjadi pada usia 2-7 tahun. Pada tahapan ini anak sudah

memiliki kesadaran akan tetap eksisnya yang harus ada dan biasanya ada,

walaupun benda tersebut sudah ditinggalkan, sudah tidak dilihat atau

sudah tidak pernah diengar lagi. Selain itu seorang anak mulai mampu

menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan

kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.

Pada tahap ini, dalam memahami segala sesuatu, anak tidak lagi hanya

 bergantung pada kegiatan (gerakan) tubuh atau inderanya. Dalam arti anak

sudah menggunakan pemikirannya dalam berbagai hal. Akan tetapi, p;ada

tahap ini pemikiran anak masih bersifat egosentris. Artinya,

 pemahamannya mengenai berbagai hal masih terpusat pada dirinya sendiri.

Pada tahap ini anak berfikir bahwa orang-orang lain mempunyai pemikiran

dan perasaan seperti yang ia alami. Dengan kata lain, pada tahap ini anak

 belum berpikir secara obyektif, lepas dari dirinya sendiri. Pada tahap ini

anak masih kesulitan dalam melakukan pembalikan pemikiran (reversing

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 21/33

  Page

21 

thought). Pada tahap ini anak masih juga mengalami kesulitan dalam

 berfikir secara induktif mapun deduktif. Tetapi pada tahap ini anak

cenderung berfikir transduktif (dari hal khusus ke hal khusus lainnya),

sehingga cara berfikirnya belum tampak logis.

3.  Tahap concrete-operational  

Tahapan ini terjadi pada usia 7-11 tahun. Dalam tahapan ini seorang

anak memperoleh kemampuan yang disebut system of operations (satuan

langkah berpikir). Selain itu anak memiliki

kemampuan konservsi (kemampuan dalam memahami aspek-aspek

kumulatif materi, seperti volume), penambahan golongan

benda (kemampuan dalam memahami cara mengkombinasikan benda-

 benda yang memiliki kelas rendah dengan kelas atasnya lagi), dan

 pelipatgandaan golongan benda.

Pada tahap ini tingkat egosentris anak sudah berkurang. Dalam arti

 bahwa anak sudah dapat memahami bahwa orang lain mungkin memiliki

 pikiran dan perasaan yang berbeda dengan dirinya. Dengan kata lain, anak

sudah bisa berfikir secara obyektif. Pada tahap ini anak juga sudah bisa

 berfikir logis tentang berbagai hal, termasuk yang agak rumit, tetapi

dengan syarat bahwa hal tersebut disajikan secara konkret (disajikan dalam

wujud yang bisa ditangkap dengan panca indera. Tanpa adanya benda-

 benda konkret, anak akan mengalami kesulitan dalam memahami banyak

hal dan dalam berpikir logis. Sehingga, untuk anak yang berada dalam

tahap ini, pengajaran lebih ditekankan pada hal-hal yang bersifat verbal.4.  Tahap formal-operational 

Usia tahapan ini adalah 11-15 tahun. Pada tahap ini seorang remaja

memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun

 berurutan dua ragam kemampuan kognitifnya. Yaitu kapasitas

menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip

abstrak. Dengan kemampuan hipotesis, remaja mampu berpikir khususnya

dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang

relevan dengan lingkungan yang ia respon. Sedangkan dengan memiliki

kapasitas prinsip-prinsip abstrak, mereka mampu mempelajari materi

 pelajaran yang abstrak, seperti ilmu matematika.

Dan juga pada tahap ini anak atau orang sudah mampu berfikir secara

logis tanpa kehadiran benda-benda konkret; dengan kata lain anak mampu

melakukan abstraksi. Akan tetapi, perkembangan dari tahap operasi

konkret ke tahap ini tidak terjadi secara mendadak, ataupun berlangsung

sempurna. Tetapi terjadi secara gradual. Sehingga bisa terjadi pada tahun-

tahun pertama ketika anak berada pada tahap ini. Kemampuan anak dalam

 berpikir secara abstrak masih belum berkembang sepenuhnya. Sehingga

dalam berbagai hal, si anak mungkin masih memerlukan bantuan alat

 peraga. Di samping itu, ada cukup banyak anak yang memasuki tahap ini

lebih lambat daripada anak lainnya. Dengan demikian ada kemungkinan,

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 22/33

  Page

22 

sekalipun anak sudah berada di bangku SMP, perkembangan kemampuan

 berfikirnya masih berada pada tahap operasi konkret. Untuk anak yang

seperti, pembelajaran yang hanya menekankan pada simbol- simbol dan

hal-hal yang bersifat verbal akan sulit dipahami. Oleh karena itu guru perlu

memperhatikan secara seksama kemampuan berfikir tiap-tiap siswa,sekalipun usia mereka relatif sama. Agar guru bisa memberikan perlakuan

yang sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan berpikirnya.

Teori Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif manusia terjadi

karena beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti:

  Kematangan (maturation), yaitu pertumbuhan otak dan sistem syaraf

manusia

karena bertambahnya usia dari lahir sampai dewasa.

  Pengalaman (experience) yang terdiri dari pengalaman fisik, yaitu

interaksi manusia dengan obyek-obyek dilingkungannya dan pengalaman

logika matematis, yaitu kegiatan-kegiatan pikiran yang dilakukan manusia

yang bersangkutan.

  Transmisi sosial, yaitu interaksi dan kerja sama yang dilakukan oleh

manusia

dengan manusia lainnya.

  Penyeimbangan (equilibration), yaitu proses struktur mental (struktur

kognitif), manusia kehilangan keseimbangan sebagai akibat dari adanya

 pengalaman-pengalaman atau pembelajaran-pembelajaran baru, kemudian

 berusaha untuk mencapai keseimbangan baru melalui proses asimilasi danakomodasi.

Asimilasi adalah proses dimana informasi- informasi dan pengalaman-

 pengalamana baru diserap (dimasukkan) ke dalam struktur kognitif manusia.

Sedangkan akomodasi adalah penyesuaian pada struktur kognitif manusia

sebagai akibat dari adanya informasi-informasi dan pengalaman baru yang

diserap.

Adaptasi merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Jika

dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat beradaptasi, maka terjadiketidakseimbangan (disequili-brium). Akibat ketidakseimbangan ini terjadi

akomodasi, dan struktur yang ada mengalami perubahan atau timbul struktur

 baru, barulah terjadi equilibrium. Setelah terjadi equilibrium seseorang berada

 pada tingkat kognitf yang lebih tinggi dari sebelumnya dan mampu

 beradaptasi dengan lingkungannya .

 b.  Kajian teori Vygotsky tentang perkembangan kognitif

Teori Vygotsky menekankan pada hakekat sosiokultural dari

 pembelajaran. Vygotsky berpendapat bahwa interaksi sosial, yaitu interaksi

individu dengan orang lain merupakan faktor yang terpenting yang mendorong

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 23/33

  Page

23 

atau memicu perkembangan kognitif seseorang. Sebagai contoh, seorang anak

 belajar berbicara sebagai akibat dari interaksi anak itu dengan orang-orang

disekelilingnya. Terutama orang yang lebih dewasa. Interaksi ini akan

memberikan rangsangan dan bantuan bagi anak untuk berkembang. Proses-

 proses mental yang dilakukan atau dialami oleh seorang anak dalaminteraksinya dengan orang lain diinternaslisasi oleh si anak. Dengan cara ini

kemampuan kognitif si anak berkembang.

Vygotsky berpendapat juga bahwa proses belajar akan terjadi secara

efisien dan efektif apabila si anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak

lain suasana lingkungan yang mendukung (supportive), dalam bimbingan atau

 pendampingan seseorang yang lebih mampu atau lebih dewasa, misalnya

seorang guru.

Menurut Vygotsky, setiap anak mempunyai apa yang disebut zona

 perkembangan proksimal (zone of proximal development), yang oleh

Vygotsky didefinisikan sebagai ”jarak” atau selisih antara tingkat

 perkembangan si anak yang aktual, yaitu tingkat yang ditandai dengan

kemampuan si anak untuk menyelesaikan soal-soal tertentu secara

independent, dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi yang

 bisa dicapai oleh si anak jika ia mendapat bimbingan dari seseorang yang lebih

dewasa atau lebih kompeten.

Dengan kata lain, zone perkembangan proksimal adalah selisih antara apa

yang bisa dilakukan seorang anak secara independen dengan apa yang bisa

dicapai oleh anak tersebut jika ia mendapat bantuan dari seseorang yang lebih

kompeten. Bantuan dari orang yang lebih dewasa dimaksudkan agar si anakmampu untuk mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang lebih tinggi tingkat

kerumitannya dari pada perkembangan kognitif yang aktual dari anak yang

 bersangkutan disebut dukungan dinamis atau scaffolding. Bentuk dari bantuan

itu dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, penguraian langkah-langkah

 pemecahan, pemberian contoh, atau segala sesuatu yang dapat mengakibatkan

siswa mandiri.

Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi umumnya muncul

dalam percakapan/kerjasama antar siswa sebelum fungsi mental yang lebih

tinggi itu terserap. Dari uraian di atas nampak bahwa kontribusi penting dari

Vygotsky adalah pada sifat alami sosiokultural dari pembelajaran.

Pembelajaran berlangsung ketika siswa bekerja dalam zone of proximal

development .

c.  Kajian teori Jerome Bruner tentang perkembangan kognitif

Jerome Bruner, seorang ahli psikologi dari Harvard, mendefinisikan

 perkembangan kognitif sebagai:

  Perkembangan sistem internal yang mewakili bagaimana mengolah

informasi

 

Pengetrapan sistem itu kedalam bagaimana mengorganisasi informasi

 baru yang diperoleh.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 24/33

  Page

24 

Seperti halnya kemajuan perkembangan, informasi yang diorganisir, anak-

anak menjadi meningkat dalam hal berfikir abstrak, menggunakan teori untuk

memecahkan masalah.

Bruner mengemukakan beberapa tanda pertumbuhan intelektual:

 

Kecakapan bertindak sendiri dalam situasi yang tiba-tiba atau cepat,menunjukkan respon yang sama dari si perangsang yang berubah, atau

mengubah respon meskipun lingkungan tetap sama.

  Kecakapan membentuk model-model mental yang memungkinkan anak

menerima informasi, menghipotesiskannya dan menduga kejadian-

kejadian.

  Kecakapan berinteraksi dengan orang lain, belajar dari orang lain

  Kecakapan melakukan beberapa alternatif secara bersama-sama atau

simultan untuk menghadapi tuntutan yang kompleks.

Semua kecakapan tersebut tidak terjadi sesaat tetapi berkembang

secara bertahap melalui tahap-tahap perkembangan intelektual.

3.  Perkembangan sosial dan moral

Lingkungan sosial yaitu merupakan lingkungan masyarakat. Dalam

lingkungan masyarakat ini adanya interaksi individu satu dengan individu lain.

Keadaan masyarakat akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan

individu. Manusia adalah makhluk sosial dan tanpa interaksi dengan masyarakat

dia tidak dapat mengembangkan kemampuan-kemampuannya. Kemampuan ini

dikembangkan sebagai hasil dari perkembangan historis umat manusia[14]. 

Perkembangan sosial merupakan proses perkembangan kepribadian siswaselaku seorang anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain.

Perkembangan ini berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayat. Perkembangan

sosial, menurut Bruno (1987), merupakan proses pembentukan social self (pribadi

dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya.

Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni proses

 perkambangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak

dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu

maupun sebagai kelompok.

Perkembangan ini merupakan perkembagan kepribadian siswa selaku anggota

masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Proses perkembangan ini berkaitan juga dengan proses belajar. Sehingga konsekuensinya, kualitas hasil

 perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar

(khususnya belajar sosial) siswa disekolah dan keluarga maupun lingkungan yang

lebih luas lagi.

Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan merupakan perkembangan

moral, sebab perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundamental dalam

 bertingkah laku sosial. Seorang siswa hanya akan berperilaku sosial tertentu

secara memadai apabila menguasai pemikiran norma perilaku moral yang

diperlukan untuk menguasai pemikiran norma perilaku moral yang diperlukan.

Seperti dalam proses perkembangan yang lannya, proses perkembangan sosialdan moral selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 25/33

  Page

25 

 perkembangan sosial sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya

 belajar sosial), baik dilingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan

masyarakat. Hal ini bermakna bahwa proses belajar sangat menentukan

kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan

norma moral, agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma moral yang berlaku

dalam masyarakat.

Dalam dunia psikologi belajar terdapat aneka ragam mazhab (aliran

 pemikiran) yang berhubungan dengan perkembangan moral. Diantaranya adalah

aliran teori Cognitive Psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence

Kohlberg, dan aliran teori Social Learning dengan tokoh utama Albert Bandura

dan R.H. Walters.

Perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan perkembangan perilaku

moral yaitu perilaku baik dan buruk menurut norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat.

1. 

Perkembangan Moral versi Piaget dan Kohlberg

1.  Teori Piaget

Dalam bukunya The moral judgement of the Child  (1923) Piaget

menyatakan bahwa kesadaran moral anak mengalami perkembangan dari

satu tahap yang lebih tinggi. Pertanyaan yang melatar belakangi

 pengamatan Piaget adalah bagaimana pikiran manusia menjadi semakin

hormat pada peraturan. Ia mendekati pertanyaan itu dari dua

sudut. Pertama kesadaran akan peraturan (sejauh mana peraturan

dianggap sebagai pembatasan) dan kedua, pelaksanaan dari peraturan itu.

Piaget mengamati anak-anak bermain kelereng, suatu permainan yanglazim formal oleh orang dewasa.

Dengan demikian permainan itu mempunyai peraturan yang jarang

atau malah tidak sama sekali ada campur tangan orang dewasa. Dan

melalui perkembangan umur maka orientasi perkembangan itupun

 berkembang dari sikap heteronom ( bahwasannya peraturan itu berasal dari

diri orang lain) menjadi otonom 9 dari dalam diri sendiri. Pada tahap

heteronom anak-anak menggangap bahwa peraturan yang diberlakukan

dan berasal dari bukan dirinya merupakan sesuatu yang patut dipatuhi,

dihormati, diikuti dan ditaati oleh pemain. Pada tahap otonom, anak-anak beranggapan bahwa peraturan-peraturan merupakan hasil

kesepakatan bersama antara para pemain.

Anak-anak pada usia paling muda hingga umur 2 tahun melakukan

aktivitas bermain dengan apa adanya, tanpa aturan dan tanpa ada hal yang

 patut untuk mereka patuhi. Mereka adalah motor activity tanpa dipimpin

oleh pikiran. Pada tahap ini merepa belum menyadari adanya peraturan

yang koersif, atau bersifat memaksa dan harus di taati. Dalam

 pelaksanaannya peraturan kegiatan anak-anak pada umur

itu merupakan motor activiy. 

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 26/33

  Page

26 

Anak-anak pada umur antara 2 sampai 6 tahun mereka telah mulai

memperhatikan dan bahkan meniru cara bermain anak-anak yang lebih

 besar dari mereka. Pada tahap ini anak-anak telah mulai menyadari

adanya peraturan dan ketaatan yang telah dibuat dari luar dirinya dan harus

ditaati dan tidak boleh diganggu gugat. Pada tahap ini anak-anakcenderung bersikap egosentris, mereka akan memandang “sangat salah”

apabila aturan yang telah ada di ubah dan dilanggar. Dan ia meniru apa

yang dilihatnya semata-mata demi untuk dirinya sendiri, tidak tahu bahwa

 bermain adalah aktivitas yang dilakukan dengan anak-anak

lainnya. Sehingga meskipun bermain dilakukan secara bersama sama

namun sebenarnya mereka bermain secara individu, sendiri-sendiri dengan

melakukan pola dan cara yang mereka yakini sendiri. Pelaksanaan yang

 bersifat egosentris merupakan tahap peralihan dari tahap yang

individualistis murni ke tahap permainan yang bersifat social.

Anak pada usia 7-10 tahun beralih dari kesenangan yang semata-mata

 psikomotor kepada kesenangan yang didapatkan dari persaingan dengan

kawan main dengan mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dan

disetujui bersama. Walaupun sebenarnya tidak faham akan peraturan

sampai hal yang paling kecil namun keinginan untuk bekerja sama dengan

kawan bermain amatlah besar. Anak ingin memahami peraturan dan

 bermain dengan mengikuti peraturan itu. Pada tahap ini

sifat heteronom berangsur menjadi otonom. 

Pada usia 11 sampai 12 tahun kemampuan anak untuk berfikir abstrak

mulai berkembang. Pada umur umur itu, kodifikasi (penentuan) peraturansudah dianggap perlu. Kadang-kadang mereka lebih asyik tertarik pada

soal-soal peraturan daripada menjalankan permainannya sendiri.

2.  Teori Kohlberg

Teori Piaget kemudian menjadi inspirasi bagi Kohlberg. Hal yang

menjadi kajian Kohlberg adalah tertumpu pada argumentasi anak dan

 perkembangan argumentasi itu sendiri. Melalui penelitian yang

dilakukannya selama 14 tahun, Kohlberg kemudian mampu

mengidentifikasi 6 (enam) tahap dalam moral reasoning yang kemudian

dibagi dalam tiga taraf.

1.  Taraf Pra-Konvensional 

Yaitu ketika manusia berada dalam fase perkembangan prayuwana

(usia 4-10 tahun) yang belum menganggap moral sebagai kesepakatan

tradisi sosial. Pada taraf ini anak telah memiliki

sifat responsif   terhadap peraturan dan cap baik dan buruk, hanya cap

tersebut ditafsirkan secara fisis dan hedonistis (berdasarkan dengan

enak dan tidak enak, suka dan tidak suka) kalau jahat dihukum kalau

 baik diberi hadiah. Anak pada usia ini juga menafsirkan baik buruk

dari segi kekuasaan dari asal peraturan itu diberi, orang tua, guru, dan

orang dewasa lainnya. Pada taraf ini terdiri dari dua tahapan yaitu :

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 27/33

  Page

27 

  Punishment and obedience orientation.

Akibat-akibat fisik dari tindakan menentukan baik buruknya

tindakan tersebut menghindari hukuman dan taat secara buta pada

yang berkuasa dianggap bernilai pada dirinya sendiri.

 

 Instrument-relativist orientation.Akibat dalam tahap ini beranggapan bahwa tindakan yang

 benar adalah tindakan yang dapat menjadi alat untuk memuaskan

kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang

lain. Hubungan antar manusia dianggap sebagai hubungan jual beli

di pasar. Engkau menjual saya membeli, saya menyenangkan

kamu, maka kamu mesti menyenangkan saya.

2. 

Taraf Konvensional

Yaitu ketika manusia menjelang dan mulai memasuki fase

 perkembangan yuwana (usia 10-13 tahun) yang sudah menganggap

moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.

Pada taraf ini mengusahakan terwujudnya harapan-harapan

keluarga atau bangsa bernilai pada dirinya sendiri. Anak tidak hanya

mau berkompromi, tapi setia kepadanya, berusaha mewujudkan secara

aktif, menunjukkan ketertiban dan berusaha mewujudkan secara aktif,

menunjang ketertiban dan berusaha mengidentifikasi diri mereka yang

mengusahakan ketertiban social. Dua tahap dalam tahap ini adalah:

  Tahap interpersonal corcodance atau “good boy-nice girl”

orientation. Tingkah laku yang lebih baik adalah tingkah laku yang

membuat senang orang lain atau yang menolong orang lain dan

yang mendapat persetujuan mereka. Supaya diterima dan disetujui

orang lain seseorang harus berlaku “manis”.  Orang berusaha

membuat dirinya wajar seperti pada umumnya orang lain

 bertingkah laku. Intensi tingkah laku walaupun kadang-kadang

 berbeda dari pelaksanaanya sudah diperhitungkan, misalnya orang-

orang yang mencuri buat anaknya yang hampir mati dianggap

 berintensi baik.  Tahap law and order, orientation. 

Otoritas peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan dan

 pemeliharaan ketertiban social dijunjung tinggi dalam tahap

ini. Tingkah laku disebut benar, bila orang melakukan

kewajibannya, menghormati otoritas dan memelihara ketertiban

social.

3.  Post Konventional Level ( taraf sesudah konvensional)

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 28/33

  Page

28 

Yaitu ketika manusia telah memasuki fase perkembangan yuwana

dan pascayuwana (usia 13 tahun ke atas) yang memandang moral lebih

dari kesepakatan tradisi sosial.

Pada taraf ini seorang individu berusaha mendapatkan perumusan

nilai-nilai moral dan berusaha merumuskan prinsip-prinsip yang sah(valid) dan yang dapat diterapkan entah prinsip itu berasal dari otoritas

orang atau kelompok yang mana. Tahapannya adalah :

a.  Social contract orientation.

Dalam tahap ini orang mengartikan benar-salahnya suatu

tindakan atas hak-hak individu dsan norma-norma yang sudah

teruji di masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai yang bersiat

relative, maka perlu ada usaha untuk mencapai suatu consensus

 bersama.

 b. 

The universal ethical principle orientation.

Benar salahnya tindakan ditentukan oleh keputusan suara

nurani hati. Sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dianut oleh

orang yang bersangkutan, prinsip prinsip etis itu bersifat

avstrak. Pada intinya prinsip etis itu adalah prinsip keadilan,

kesamaan hak, hak asasi, hormat pada harkat( nilai) manusia

sebagai pribadi.

Dalam proses perkembangan moral reasoning dengan enam

tahapannya seperti itu berlakulan dalil berikut :

  Perkembangan moral terjadi secara berurutan dari satu tahap ke

tahap berikutnya.

  Dalam perkembangan moral orang tidak memahami cara berfikir

dari tahap yang lebih dari dua tahap diatasnya.

  Dalam perkembangan moral, seseorang secara kognitif tertari pada

cara berfikir dari satu tahap diatas tahapnya sendiri. Anak dari 2

tahap 2 merasa tertarik kepada tahap 3. berdasarkan inilah kohlber percaya bahwa moral reasoning dapat dan mungkin

diperkembangkan.

  Dalam perkembangan moral, perkembangan hanya akan terjadi

apabila diciptakan suatu diequilibrium kognitif pada diri si anak

didik. Sesorang yang sudah mapan dalam satu tahap tertentu harus

diusik secara kognitif sehinga ia terangsang untuk memikirkan

kembali prinsip yang sudah dipegangnya. Kalau ia tetap tentram

dan tetap dalam tahapannya sendiri, maka tidak mungkin ada

 perkembangan.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 29/33

  Page

29 

D.  Arti Penting Perkembangan Kognitif bagi Proses Belajar Siswa 

Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu memberikan

dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembanganmereka. Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya itu

sangat banyak manfaatnya, antara lain: 

a.  Guru dapat memberikan lanyanan bantuan dan bimbinaganyang tepat kepada para

siswa, relevan dengan tingkat perkembanganya;

 b.  Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai ektivitas proses

 belajar mengajar bidang tertentu,dll.

Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya

terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah efektif dan psikomotor

seperti yang akan penyusun lebih lanjut.

a. 

Mengembangkan Kecakapan Kognitif

 b.  Mengembangkan Kecakapan Afektif.

c.  Mengembangkan kecakapan psikomotor.

Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan

yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif adalah

sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif,

dan ranah psikomotor. 

Tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berikir.

Selanjutnya, tanpa kemampuan berfikir mustahil siswa tersebut dapat memahamida meyakini faidah materi-materi yang disajikan kepadanya. Tanpa berfikir pula

sulit bagi siswa untuk menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam

materi pelajaranyang ia ikuti, termasuk pelajaran agama. Sedangkan fungsi afektif

dan psikomotor seorang siswa dipandang sebagai buah-buah keberhasilan

ataukegagalan perkembangan dan aktifitas fungsi kognitif.

E.  Faedah Pengembangan Ranah Kognitif Siswa

1.  Mengembangkan Kecakapan Kognitif

Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukanhanya terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif

dan psiko-motor. Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif

siswa yang sangat perlu dikembangkan khususnya oleh guru yakni :

a.  Strategi belajar memahami isi materi pelajaran

 b.  Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta

menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran

tersebut.

Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, siswa sulitdiharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotornya sendiri.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 30/33

  Page

30 

2.  Mengembangkan Kecakapan Afektif

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan mnghasilkan

kecakapan kognitif, tetapi juga mnghasilkan kecakapan ranah afektif.

3.  Mengembangkan Kecakapan Psikomotor

Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret danmudah diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang

terbuka. Namun di samping kecakapan psikomotor itu tidak terlepas dari

kecakapan kognitif ia juga banyak terikat oleh kecakapan afektif. Jadi,

kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan

dan kesadaran serta sikap mentalnya.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 31/33

  Page

31 

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan adalah rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju

kearah yang lebih maju dan sempurna.

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

 

Faktor Internal, yaitu yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan

dirinya sendiri.

  Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang

meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi

siswa tersebut dengan lingkungan.

1.  Perkembangan Psiko-Fisik Siswa

  Perkembangan Fisik

 

Perkembangan Kognitif  Perkembangan Prilaku Sosial dan

2.  Hukum dalam pembahasan ini berarti kaidah atau patokan mengenai

terjadinya peristiwa tertentu, seperti :

  Hukum konvergensi

  Hukum perkembangan dan pengembangan diri

  Hukum masa peka

  Hukum keperluan belajar

  Hukum kesatuan anggota badan

 

Hukum tempo perkembangan  Hukum irama perkembangan

  Hukum rekapitulasi

Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan

yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif adalah

sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif,

dan ranah psikomotor.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 32/33

  Page

32 

B. 

Saran

Fenomena yang terjadi sehari-hari tentang macam sifat anak-anak peserta

didik yang beraneka ragam, maka dari itu mengingat petingnya mata kuliah ini

diharapkan para pendidik harus bisa mempelajari sifat-sifat anak didik mereka,

dan memantau perkembangan sejauh mana anak didiknya belajar di dalam kelas.

8/16/2019 Kelompok 2.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 33/33

DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya

Makmun, Abin Syamsuddin. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PTRemaja Rosdakarya

http://mahaperpus.blogspot.com/2011/12/perkembangan-peserta-didik-hubungannya.html

http://permanadotorg.wordpress.com/2011/09/20/proses-perkembangan-dan-

hubungannya-dengan-proses-belajar/

Tentang iklan-iklan ini 

Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya 

Muhibbin Syah. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers 

W.S. Winkel. 1996. Psikologi pengajaran. Jakarta: Grasindo 

Zulkifli L. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya