kelompok 12 mekanisme proses bicara

35
MAKALAH KELOMPOK OB-6 MEKANISME PROSES BICARA DISUSUN OLEH: Kelompok 12 Ferianto 04121004022 Cindy Hulwani 04121004023 Vanny Putri Natasha 04121004025 Aisyah Humairah 04121004026 Putri Bintang Pamungkas 04121004028 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2015

Upload: putribintangpamungkas

Post on 29-Sep-2015

310 views

Category:

Documents


88 download

DESCRIPTION

Mekanisme Proses Bicara- Oral Biology 6

TRANSCRIPT

  • MAKALAH KELOMPOK OB-6

    MEKANISME PROSES BICARA

    DISUSUN OLEH:

    Kelompok 12

    Ferianto 04121004022

    Cindy Hulwani 04121004023

    Vanny Putri Natasha 04121004025

    Aisyah Humairah 04121004026

    Putri Bintang Pamungkas 04121004028

    PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    TAHUN 2015

  • 1. Mekanisme Proses Bicara

    Ucapan manusia dihasilkan oleh suatu sistem produksi ucapan yang

    dibentuk oleh alat-alat ucap manusia. 3 komponen utama pembentuk suara adalah

    paru-paru, laring dan vocal tract.

    Gambar 1. Anatomi yang terlibat pada saat proses bicara

    Seperti pola gerakan voluntary lain, berbicara berasal dari cerebral cortex.

    Selain itu cerebelum dan batang otak bersama dengan neuron sensori, dapat

    memodifikasi dan meregulasi impuls ke neuron motorik yang mengaktivasi

    berbagai otot yang terlibat dalam bicara. Bicara juga tergantung pada koordinasi

    dari neuron motorik di bagian servikal dan thoraks tulang belakang yang

    menginervasi otot yang terlibat dalam pernafasan. Proses bicara terdiri dari dua

    tahapan utama, yaitu:1

    1. Pertama, formasi di pikiran yang akan diungkapkan begitu juga pilihan

    kata yang digunakan (sensorik).

    2. Kedua, motor control dari berbagai jalur dan tindakan vokalisasi

    (motorik).

    Tahap awal dari bicara melibatkan area asosiasi sensori dari otak dan regio

    khusus yang disebut wernickes area. Area ini berada di bagian posterior dari

    gyrus superior temporal. Jika area wernicke pada hemisfer dominan (hemisfer kiri

  • untuk orang bertangan kanan) rusak, orang tersebut akan mengalami wernickes

    aphasia, dimana ia dapat mengerti pembicaraan atau tulisan orang, namun tidak

    dapat menerjemahkan pikiran yang diungkapkan tulisan tersebut.1

    Regio lain adalah area broca yang juga terlibat dalam bicara. Area ini

    berada di prefrontal dan regio fasial premotor dari korteks, sekitar 95% berada di

    hemisfer kiri. Pola kecakapan motor untuk mengontrol laring, bibir, mulut, sistem

    respirasi dan otot asesori lain yang terlibat dalam bicara semua dimulai disini.

    Kerusakan dari broca menyebabkan sesorang mampu untuk memutuskan apa

    yang akan ia katakan, namun tidak dapat menghasilkan kata dari sistem vocal,

    kecuali suara yang sulit dipahami. Ini disebut motor aphasia.1

    Regio fasial dan langeal dari motor cortex, mengaktifkan motor yang

    terlibat dalam artikulasi, dan serebelum, basal ganglia dan sensory cortex,

    membantu dalam mengontrol urutan dan intensitas dari kontraksi otot. Kerusakan

    dari regio-regio tersebut dapat menyebabkan partial atau total inability untuk

    berbicara jelas.1

    Gambar 2. Regio otak yang terlibat pada proses bicara

    Selain sistem saraf pusat, adapun sistem saraf tepi dan otot-otot yang

    terlibat pada saat proses bicara:

    Arah

    Pergerakan

    Saraf yang

    mempersarafi

    Otot-otot yang berperan Fungsi Otot-otot

    Adduktor Nervus Laringeus

    rekuren

    M. Tiroaritenoid

    M. Krikoaritenoid

    Lateral

    M. Interaritenoid

    Relaksasi Pita

    Suara

    Adduksi Pita Suara

  • Kontraksi Pita

    Suara

    Abduktor M. Krikoaritenoid

    Posterior

    Abduksi Pita Suara

    Tensor Cabang Eksterna,

    Nervus Laringeus

    Superior

    M. Krikotiroid Kontraksi Pita

    Suara

    Ada beberapa mekanisme yang terjadi dalam tubuh kita selama terjadinya

    proses berbicara, antara lain:

    1. Respirasi

    Respirasi adalah pertukaran gas dari dalam tubuh manusia dengan

    lingkungannya. Gas dibawa ke dalam sel tubuh dengan menarik napas mengambil

    oksigen ke dalam (inspirasi) dan mengeluarkan produk sisa pernapasan berupa

    karbondioksida dengan menghembuskan napas (ekspirasi). Dalam proses ini

    organ yang paling berperan adalah paru-paru.2,3

    Peran respirasi adalah untuk memberikan sumber energi secara tepat dan

    efisien selama berbicara. Organ pernapasan terdiri dari paru-paru, trakea, bronki,

    dada dan difragma yang berguna dalam aktivitas pernapasan dengan adanya

    perubahan pada volume paru-paru yang disebabkan oleh pergerakan dada dan

    difragma.2

    Ketika kita menarik napas, kita memperbesar rongga dada dengan

    memperluas tulang rusuk sekitar paru-paru dan dengan menurunkan diafragma

    yang berada di bagian bawah paru-paru dan memisahkan paru-paru dari perut.

    Tindakan ini menurunkan tekanan udara di paru-paru, sehingga udara terburu-

    buru masuk melalui vocal tract, turun ke trakea, masuk ke paru-paru.

    Trakea, yang disebut sebagai "wind pipe", adalah pipa panjang berukuran

    12 cm dan diameter 1,5-2 cm yang berjalan dari paru-paru ke epiglotis. Epiglotis

    adalah massa kecil, atau "switch," yang mengalihkan makanan agar tidak

    memasuki trakea. Ketika kita makan, epiglotis jatuh, memungkinkan makanan

    untuk melewati tabung yang disebut kerongkongan dan masuk ke perut3.

    Pertukaran gas terjadi di dalam alveoli, kantung udara yang terdapat di

    dalam paru paru. Sumber energi dalam sinyal bicara adalah aliran udara

  • pernapasan yang dikeluarkan oleh paru-paru.

    Ketika kita ekshalasi, kita mengurangi volume rongga dada dengan

    mengkontraksikan otot-otot di tulang rusuk, sehingga meningkatkan tekanan

    udara paru-paru. Peningkatan tekanan kemudian menyebabkan udara mengalir

    melewati trakea ke dalam laring.2,3

    Selama berbicara, kita mengambil udara pendek dan menghembuskannya

    terus menerus dengan mengendalikan otot-otot sekitar tulang rusuk. Irama

    pernapasan di kesampingkan dengan membuat durasi ekshalasi kurang lebih sama

    dengan panjang sebuah kalimat atau frase. Selama waktu ekshalasi ini, tekanan

    udara paru-paru dipertahankan pada tingkat yang konstan, yaitu sedikit di atas

    tekanan atmosfer, dengan kontraksi lambat tulang rusuk 2.

    Skema 1. Durasi inhalasi dan ekhalasi selama bernapas dan berbicara

    2. Fonasi

    Sumber energi untuk berbicara adalah aliran pernapasan udara dari paru

    paru, tapi yang mengubah energi tersebut menjadi suara yang dapat didengar dan

    yang berperan sebagai motor energi yang menghasilkan suara adalah laring.

    Terdapat 2 cara dalam menghasilkan suara dengan menggunakan organ berbicara,

    yaitu2:

    a. Pertama: generasi quasiperiodic gelombang suara melalui vibrasi pita

    suara,

    b. Kedua: generasi sumber variasi hidung dengan mengontrol aliran udara di

    atas pita suara. Pembentukan tersebut disebut vokalisasi.

  • Laring adalah organ fonasi yang mengubah aliran udara pernapasan dari

    paru-paru menjadi sumber suara1. Laring berperan penting dalam mengatur nada

    dan kualitas suara. Laring adalah sistem yang rumit terdiri dari tulang rawan, otot,

    dan ligamen, yang fungsi utamanya dalam speech production, untuk mengontrol

    pita suara atau vocal fold.3

    Vocal fold adalah dua masa daging, ligamen, dan otot

    yang membentang dibagian depan dan belakang laring. Glotis adalah orifice

    seperti celah antara dua lipatan.

    Vocal fold terikat tetap di depan laring di mana mereka melekat pada

    kartilago tiroid stasioner. Kartilago tiroid terletak di bagian depan (atau jakun)

    dari sisi laring. Vocal fold bebas untuk bergerak di bagian belakang dan samping

    laring, mereka melekat pada dua kartilago arytenoid yang bergerak dalam gerakan

    geser di belakang laring bersama dengan kartilago krikoid.

    Ukuran glotis dikendalikan sebagian oleh kartilago arytenoid, dan

    sebagian oleh otot-otot dalam lipatan. Sifat penting lain dari vocal fold, selain

    ukuran glotis adalah ketegangan mereka. Ketegangan dikendalikan terutama oleh

    otot dalam lipatan, serta tulang rawan di sekitar lipatan.

    Pita suara serta epiglotis saling berdekatan selama makan sehingga

    memberikan mekanisme perlindungan kedua. Vocal fold palsu di atas lipatan

    vokal, memberikan perlindungan yang ketiga. Mereka juga memanjang dari jakun

    ke aritenoid. Mereka dapat ditutup dan dapat bergetar, tetapi mereka cenderung

    terbuka selama speech production.4

    Dapat dilihat bahwa triple barrier disediakan

    di tenggorokan melalui aksi epiglotis, pita suara palsu, dan pita suara

    sesungguhnya. Ketiganya ditutup selama menelan dan terbuka lebar saat bernafas.

  • Gambar 3. Perubahan pada saat terjadinya vibrasi pita suara

    Proses vibrasi suara adalah sebagai berikut2:

    1. Selama respirasi tenang (sebelum berbicara) glotis pada keadaan terbuka

    tetapi,

    2. Saat mengucap, pita suara berpindah ke garis tengah melalui kontraksi

    otot.

    3. Dan ketika glotis menutup, tekanan subglotal menjadi lebih tinggi dari

    pada tekanan superglotal,

    4. Pita suara akan terdorong oleh paru-paru dan glotis akan terbuka dari atas.

    5. Udara akan mengalir ketika glotis terbuka dan tekanan subglotal akan

    menurun sementara waktu,

    6. Aliran ini akan ditingkatkan dalam vocal tract sebagai gelombang akustik.

    7. Akibat kekuatan pita suara dan aliran pernapasan, glotis akan menutup.

    8. Ketika glotis menutup tekanan subglotal akan meningkat.

    Proses 3-8 adalah siklus vibrasi pita suara dan vibrasi akan berlanjut

    selama adanya tekanan udara dari paru paru yang menjadi sumber energi suara

    untuk berbicara. Gelombang suara dibentuk oleh glotis mempunyai periode yang

    sebanding dengan vibrasi pita suara. Gelombang suara yang dibentuk terutama

    selama ratio terbuka, memiliki hubungan dengan intensitas dan nada suara yang

    dihasilkan. Suara kuat dan rendah memiliki waktu ratio membuka yang kecil

    sedangkan suara kecil dan nada tinggi adalah sebaliknya 2.

  • Skema 2. Keadaan glottis dalam berbagai variasi suara

    Pada suara rendah (Low Voice) dan suara besar (strong voice) pita suara

    membuka secara membuka secara maksimal, akan tetapi perbedaan keduanya

    yakni terdapat pada tekanan subglottalnya. Pada suara rendah tekanan

    subglottalnya lebih kecil dibandingkan dengan suara besar.

    Pada suara tinggi (high voice) dan suara kecil (weak voice) pita suara

    membuka secara minimal, akan tetapi perbedaanya juga terdapat pada tekanan

    subglottalnya. Pada suara tinggi, tekanan subglottalnya lebih besar dibandingkan

    dengan suara kecil, sehingga menimbulkan banyak gelombang suara pada suara

    tinggi.

    Pada suara falsetto dan bisikan (whisper) pita suara membuka sebagian

    tetapi pada falsetto tekanan subglottalnya lebih besar dibandingkan dengan

    tekanan subglottal suara bisikan.

    Intensitas suara selama berbicara diatur oleh tekanan paru-paru sedangkan

    nada yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah vibrasi pita suara. Tekanan pada pita

    suara meningkatkan frekuensi vibrasi dan peningkatan masa pita suara

    menentukan tinggi rendahnya nada suara. Laki-laki memiliki suara yang lebih

    rendah daripada wanita dikarenaka ukuran laring laki-laki lebih besar daripada

    wanita, dan pita suara laki-laki (17-25 mm) lebih panjang dari pada pita suara

    perempuan (12,5 17,5). 2 Selain itu suara setiap orang berbeda dikarenakan

  • adanya perbedaan ukuran dan bentuk dari organ-organ penghasil suara antara

    setiap orang. 5

    Laring mempunyai reseptor hormon tiroid dan hormon seks yang terletak

    pada nukleus dan sitoplasma sel.6

    Reseptor tersebut adalah TR-alpha, TR-beta7

    ,

    ER, PgR dan AR.8,9

    Reseptor hormon pada laring menyebabkan laring akan

    sangat responsif pada perubahan hormon. Hal ini berdampak pada perubahan

    laring yang mempengaruhi fungsi pita suara.

    Pada laki-laki saat pubertas sekitar usia 9-11 tahun kadar testosteron dan

    dihydrotestosteron (DHT) akan meningkat. Reseptor androgen (AR) akan

    merespon, memicu pembesaran ukuran kartilago laring, otot-otot dan ligament

    laring. Ukuran laring makin tebal dan panjang, terjadi pertumbuhan ke arah

    posterior-anterior, protrusi ke arah Adams apple. Perubahan pada laring akan

    menyebabkan turunnya suara laki-laki sekitar satu oktaf, hal ini yang

    menyebabkan perubahan suara pada laki-laki saat pubertas.10

    Skema 3. Mekanisme perubahan suara laki-laki saat pubertas

    Usia pubertas (9-12 tahun)

    testosteron dan DHT

    Ukuran kartilago laring, otot-otot dan ligamen laring

    Pertumbuhan laring ke arah anterior-posterior

    Laring makin tebal dan panjang

    Turunnya suara 1 oktaf

    Perubahan suara pada laki-laki

  • Pada perempuan usia pubertas umumnya dimulai dari usia 9 tahun, pada

    masa ini suara wanita tidak berubah drastis seperti laki-laki, pada wanita hanya

    turun sekitar 1/3 oktaf. Ukuran laring tidak terlalu banyak berubah, perubahan

    terbesar terjadi pada panjang laring, pertumbuhan ke arah posterior. Tetapi, suara

    wanita berubah saat siklus menstruasi. Saat awal menstruasi, terjadi fase folikuler

    yang ditandai dengan peningkatan kadar estrogen dan penurunan kadar

    progesterone. Reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesterone (PgR) pada laring

    akan merespon. Saat fase ini terjadi edema pada pita suara dan peningkatan aliran

    darah. Polisakarida di pita suara akan terurai dan dapat mengikat air lebih mudah,

    terjadi akumulasi cairan di pita suara. Pada pertengahan siklus menstruasi terjadi

    fase luteal, kadar progesterone akan meningkat lebih besar dari kadar estrogen.

    Progesteron akan memicu pengelupasan epitel laring dan menghambat

    proliferasi sel. Hal ini juga membuat sekresi kelenjar saliva lebih kental yang

    menyebabkan penurunan getaran pada pita suara dan meningkatnya kerusakan sel.

    Perubahan ini lah yang bertanggung jawab atas perubahan suara saat siklus

    menstruasi.10

  • Skema 4. Mekanisme perubahan suara perempuan saat siklus menstruasi

    Menstruasi

    Fase folikuler

    Estrogen

    Progesteron

    Polisakarida terurai

    Mengikat air

    Akumulasi cairan

    Pita suara edem dan aliran darah

    Fase luteal

    Progesteron

    Estrogen

    pengelupasan epitel laring dan menghambat proliferasi sel

    viskositas sekresi kelenjar saliva

    Kerusakan sel

    Getaran pita suara

    Perubahan suara pada perempuan

  • 3. Resonansi

    Resonansi berbicara adalah modifikasi dari suara vibratori yang diproduksi

    di laring dengan melewati ruang resonansi yang berada di leher dan kepala.

    Dalam proses resonansi suara akan dimodifikasi dengan cara diperkuat maupun

    diperkecil oleh ruang resonansi yang berada di lehar dan kepala untuk membentuk

    voice speech sound dan menghasilkan perbedaan kualitas suara.11

    Vocal tract meluas dari laring sampai ke mulut terdiri dari rongga faring,

    rongga mulut dan rongga nasal. Vocal tract memiliki 2 peran utama yaitu sebagai

    resonator sumber suara dan sebagai penghasil berbagai sumber suara hidung tanpa

    disertai vibrasi pita suara dengan mengontrol aliran udara di atas pita suara.

    Bentuk saluran suara berbeda-beda dan dapat berubah sesuai dengan bentuk lidah,

    faring, palatum lunak, bibir dan rahang. Saluran suara bekerja sebagai resonator

    yang menghasilkan vokal, semi vokal dan nasal. Selain itu, saluran suara juga

    memberikan fonem karakteristik frekuensi resonan 2.

    Komponen hidung dan mulut dari vocal tract dihubungkan oleh velum.

    Ketika velum vocal tract diturunkan, terjadi pembukaan ke dalam rongga hidung

    dan saluran rongga mulut tertutup oleh lidah atau bibir sehingga suara menyebar

    melalui rongga hidung dan keluar melalui hidung. Proses ini akan menghasilkan

    suara hidung, misalnya, "ng" seperti memiliki spektrum yang didominasi oleh

    forman berfrekuensi rendah dari volume besar rongga hidung11

    .

    4. Artikulasi

    Artikulasi merupakan pergerakan mulut dan lidah yang membentuk suara

    menjadi fonem. Daerah artikulasi adalah bagian saluran suara yang tidak bergerak

    tetapi disentuh oleh organ artikulasi sewaktu berlakunya sesuatu lafaz. Organ

    artikulasi (artikulator) merupakan organ lisan di dalam saluran suara yang terlibat

    dalam pengeluaran bunyi bahasa.12

    4.1 Organ Artikulasi

    Bunyi-bunyi dalam bahasa mempeunyai daerah dan organ

    artikulasinya masing-masing. Semuanya memiliki perbedaan, dan seetiap

    satu menghasilkan perbedaan bunyi-bunyi yang terucapkan. Organ

  • artikulasi seperti yang dijelaskan sebelumnya merupakan organ yang

    digunakan untuk menghasilkan bunyi manakala daerah artikulasi

    merupakan kawasan menghasilkan bunyi tersebut.13

    Gambar 4. Organ Articulator

    Sumber : Phonology in English Language Teaching: An International Approach

    Organ artikulasi terbagi atas artikulator aktif dan artikulator pasif.12

    a. Artikulator aktif

    Merupakan organ dalam saluran suara yang bergerak seperti lidah,

    bibir, palatum lunak dan gigi bawah.

    Lidah merupakan alat yang paling aktif dalam menghasilkan

    bunyi bahasa. Lidah terbagi atas ujung lidah, lidah bagian

    depan dan belakang.

    - Ujung lidah dapat digerakkan ke depan dan ke belakang

    untuk menghasilkan bunyi.

  • - Depan lidah dapat diangkat ke atas menyentuh palatum

    keras.

    - Belakang lidah dapat diangkat menyentuh palatum lunak.

    Bibir, kedua-dua bibir dapat digerakkan menyentuh antara

    satu sama lain, atau bibir atas menyentuh gigi bawah dan

    sebaliknya untuk menghasilkan bunyi.

    Gigi, gigi bawah dapat digerakkan ke bawah untuk menyentuh

    bibi atas

    Palatum lunak, dapat digerakkan ke bawah untuk menyentuh

    belakang lidah dan ini dapat menghasilkan bunyi sengau.

    b. Artikulator pasif

    Merupakan organ dalam saluran suara yang tidak bergerak seperti

    gigi atas dan palatum keras.

    Gigi atas, tidak dapat digerakkan. Oleh karena itu, alat

    yang lain dapat menyentuhnya.

    Palatum keras, sama halnya dengan gigi atas, hanya dapat

    disentuh oleh alat artikulator aktif seperti lidah.

    2. Bunyi

    Dari proses terjadinya bicara, bunyi merupakan salah satu aspek

    yang mempengaruhi terjadinya suatu suara. Dengan adanya dihasilkan

    bunyi seseorang akan mudah melakukan suatu interaksi. Bunyi dihasilkan

    dengan adanya udara dan dibantu dengan organ artikulasi yang berada

    pada daerah artikulasi (place of articulaton) serta bagaimana cara

    artikulasi (manner of articulation) atau sama sekali tidak adanya

    artikulasi.14

    Pada dasarnya bunyi bahasa terdiri dari, yaitu konsonan dan

    vokal.13

    a. Bunyi konsonan, dihasilkan dengan keadaan rongga mulut atau

    hidung yang sempit atau bahkan tertutup dengan adanya

    pergerakan artikulasi.

    b. Bunyi vokal, dihasilkan dengan membentuk rongga mulut

    sedemikian rupa sehingga mengeluarkan bunyi dengan tidak

  • adanya hambatan pada alat bicara atau tidak adanya

    pergerakan artikulasi.

    2.1 Bunyi Vokal

    Bunyi vokal sendiri tidak melibatkan beberapa alat

    artikulasi. Organ artikulasi yang sangat mempengaruhi bentuk vocal

    tract untuk vokal adalah lidah. Ketika vocal tract dianggap sebagai

    tabung dengan dua segmen (lubang depan dan belakang), pergerakan

    badan lidah antara posisi belakang rendah dan depan tinggi

    menciptakan bentuk divergen dan konvergen dari vocal tract.4 Vokal

    dapat diklasifikasikan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, bagian

    lidah yang bergerak striktur (penyempitan), dan bentuk bibir.13

    Tinggi rendahnya lidah

    Ketika rahang dalam posisi tinggi dan lidah dalah posisi di

    depan tinggi, vocal tract berasumsi bentuk [i] .Berdasarkan

    tinggi rendahnya lidah, vokal dapat dibedakan atas :

    1) Vokal tinggi, misalnya [i, u]

    2) Vokal madya, misalnya [e,o]

    3) Vokal rendah, misalnya [a]13

    Bagian lidah yang bergerak13

    Berdasarkan bagian lidah yang bergerak, vokal dibedakan

    atas:

    1. Vokal depan, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan

    peranan turun-naiknya lidah bagian depan misalnya,[

    i,e,a]

    2. Vokal tengah, yaitu vokal yang dihasilkan oleh

    gerakan pranan lidah bagian tengah, misalnya []

    3. Vokal belakang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh

    gerakan peranan turun naiknya lidah bagian belakang

    (pangkal lidah), misalnya[u, o, , a]

  • Jika anda mengatakan [i] dan kemudian [u] setelahnya,

    anda merasakan bahwa anda menggerakkan lidah anda

    kebelakang. Hal ini dikarenakan [i] merupakan vokal depan,

    dan [u] vokal belakang, atau dengan kata lain, titik tertinggi

    dalam pelafalan [i] adalah depan lidah, sedangkan titik

    tertinggi dari [u] adalah belakang lidah. (lihat ilustrasi

    gambar)15

    Gambar 5. Ilustrasi pelafalan i dan u

    Gambar 6. Posisi lidah pada saat pelafalam vokal

    Striktur

    Keadaan hubungan posisional artikulator aktif dengan

    artikulator pasif. Oleh karena vokal tidak ada artikulasi,

    striktur untuk vokal ditentukan oleh jarak lidah dengan langit

    langit. Menurut strikturnya, vokal dibedakan atas empat

    macam.

    1) Vokal tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah

    diangkat setinggi mungkin mendekati langit langit dalam

  • batas vokal. Vokal terttutup ini dapat digambarkan terletak

    pada garis yang menghubungkan antara [i] dan [u]. Jadi,

    [i] dan [u] menurut strikturnya merupakan vokal tertutup.

    2) Vokal semi tertutup, yaitu vokal yang dibentuk lidah

    diangkat dalam ketinggian sepertiga dibawah terttutup,

    atau dua pertiga di atas vokal yang paling rendah, terletak

    pada garis yang menghubungkan vokal [] dan [o]. Jadi,

    vokal [] dan [o] adalah semitertutup.

    3) Vokal terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah

    dalam posisi serendah mungkin, kira-kira pada garis yang

    menghubungkan vokal [a], dan dengan demikian vokal itu

    termasuk vokal terbuka.

    4) Vokal semi terbuka, yaitu vokal yang dibentuk dengan

    lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal

    yang paling rendah atau dua pertiga di bawah vokal

    tertutup. Letaknya pada garis yang menghbungkan vokal

    [].

    Bentuk Bibir14

    Berdasarkan bentuk bibir pada waktu vokal diucapkan, vokal

    dibedakan atas tiga macam.

    1) Vokal bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan

    bentuk bibir bulat, misalnya vokal [o,u]

    2) Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan

    bentuk bibir dalam posisi netral, dalam arti tidak bulat

    tetapi juga tidak terbentuk lebar, misalnya vokal [a]

    terbuka bulat.

    3) Vokal tak buat, yaitu vokal yang diucapkan dengan

    bentuk bibir tidak bulat atau terbentang lebar.

    Misalnya vokal [l, e, a, , ]

  • 2.2 Bunyi Konsonan

    Konsonan merupakan suara yang dibuat dengan menutuo

    atau sedikit menutup artikulasi. Konsonan dihasilkan oleh

    beberapa hal yang mempengaruhinya, yaitu Voicing, Tempat

    Artikulasi (Place of Articulation), dan Cara Berartikulasi (Manner

    of Articulation).16

    Voicing16

    Voicing memiliki pengertian bahwa pita suara

    digunakan, jika pita suara tidak digunakan, suara disebut

    voiceless. Voiced dan voiceless sering ditujukan pada bagian

    glotis dengan dan tanpa getaran (vibrasi) dari pita suara.

    Dalam posisi normal, lipatan dari pita suara terpisah atau

    dikatakan glotis terbuka. Ketika tepi pita suara lipatannya

  • saling menyentuh, ada yang melewati glotis biasanya akan

    menyebabkab getaran. Membuka dan menutup ini diulang

    secara teratur dan menghasilkan apa yang disebut voicing.

    Perbedaan antara kata pertama dari sue dan zoo

    sebagai contoh, dimana [s] adalah voicedless dan [z] adalah

    voiced. Jika anda berkata {sssssszzzzzssssss}, anda dapat

    mendengarkan getaran dari [zzzzz] dengan menempelkan jari

    anda kedalam telinga anda, atau kamu dapat merasakannya

    dengan menyentuh bagian depan laring anda atau yang

    disebut dengan jakun (Adams apple).

    Tempat Artikulasi12

    a) Bilabial, merupakan suara yang melibatkan bibir atas dan bibir

    bawah yang saling beratikulasi. Ada empat fonem bilabial : /m/

    (mill), /w/ (will), /b/(bill) dan /p/ (pill). Ketiga huruf pertama

    merupakan voiced, dan /p/ merupakan voiceless.

    b) Labio-dental, pelafalan dengan bibir bawah menyentuh gigi atas.

    Hal ini akan menghasilkan suara labiodental, yaitu /f/ dan /v/.

  • c) Lingua-dental, pelafalan dengan meletakkan lidah diantara gigi

    sehingga depan lidah diperluas menuju gigi. Fonem terdiri dari //

    (thin) dan // (then). Dimana // (thin) merupakan voiceless dan

    // (then) merupakan voiced.

    d) Lingua-alveolar, pelafalan pada ujung lidah dan/atau daun lidah

    berartikulasi menyentuh alveolar ridge (bagian yang

    bergelombang) sekaligus mengenai punggung gigi. Konsonan

    yang merupakan voiced : /n/ (nip), /d/ (dip), /z/ (zip) dan /l/ (lip).

    Dan yang merupakan voiceless adalah /t/ (tip) dan /s/ (sip). Pada

    artikulasi ini dapat dilakukan dengan ujung lidah atau daun lidah.

    e) Lingua-prepalatal, yaitu daun lidah menyentuh atau dekat

    menyentuh bagian dimana alveolar berhubungan dengan bagian

  • depan palatum. Konsonan voiceless adalah /sh/ (mash) dan /ch/

    (match) sedangkan voiced adalah /r/ (red) dan /j/ (judge).

    f) Lingua-palatal, pelafalan konsonan Pada bagian depan lidah

    menyentuh bagian depan palatum (dan/atau tengah palatum).

    Konsonan tersebut ialah /y/ (yellow) dan bersifat voiced.

    g) Lingua-velar, yaitu pelafalan konsonan diproduksi dengan lidah

    bagian belakang berkontak velum (palatum lunak). Konsonan

    yang merupakan voiceless ialah /k/ (kat), dan voiced ialah /g/

    (gut), dan /eng/ (heng).

    h) Glottal, pelafalan dibentuk dengan menyempitkan glotis (udara

    melewati melalui laring). Dua suara glottal yang biasa, yaitu [a]

    dan [h]. [a], suara ini diproduksi dengan adanya aliran udara yang

    tertutup pada glotis.

  • Cara Artikulasi 12

    Suara pada bahasa dapat diklasifikasikan dalam beberapa

    cara. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan

    mendefinisikan perbedaan voiced dan voiceless yang sudah

    dijelaskan sebelumnya. Dan juga dipengaruhi dengan cara dari

    artikulasi.

    - Nasal (sengauan)

    Konsonan dihasilkan pada kedua hidung dan

    mulut. Alat artikulasi pada mulut, tetapi udara keluar

    melalui hidung karena velum yang merupakan bagian

    palatum lunak pada bagian belakang atas mulut

    diturunkan dan membiarkan udara menuju hidung.

    Contoh /m/ (hum), /n/ (hun) dan /ng/ (hung). Untuk

    /m/, penutupan dibuat dua bibir bersamaan. /n/ dibuat

    dengan ujung atau daun lidah menyentuh alveolar

    ridge. /ng/ dibuat dengan belakang lidah menyentuh

    velum.

    Gambar 7. Posisi lidah dan velum untuk produksi ng/

  • - Stop dan Continuants

    Stop dan continuant merupakan suara mulut

    yang dihasilkan dengan penutupan velum, melalui

    mekanisme menaikkan velum hingga membuat posisi

    menutup pada bagian tinggi di dinding belakang

    faring. Stop merupakan suara yang dibuat dengan

    penutupan sempurna atau penghentian dari aliran

    udara yang datang dari paru-paru. Continuants adalah

    suara yang mana penghambatan dari aliran uda hanya

    sebagian, sehingga suara dapat dipanjangkan selama

    periode waktu. Contoh /b/ dan /p/ merupakan stops

    sedangkan /v/ dan /f/ merupakan continuants.

    Seluruh suara mulut menaikkan velum

    sehingga udara keluar melalui mulut dibandingkan

    hidung. Stops, juga berbentuk plosive, dihasilkan

    dengan 3 tahap:

    1) Pembicara melakukan 2 artikulator untuk

    membentuk penutupan sempurna.

    2) Penyempitan ini ditahan untuk momen yang

    singkat, selama waktu udara datang dari

    paru-paru menghasilkan tekanan dibelakang

    bagian yang menyempit, yang secara

    sempurna menutup aliran keluar dari mulut.

    3) Pembicara sangat cepat membuka bagian

    penyempitan tersebut, mengeluarkan udara

    yang tertahan dibelakangnya dalam sebuah

    letupan atau ledakan dari suara. Contohnya

    coba anda coba pada ketiga pelaflan ini pada

    tempat artikulasi yang berbeda. /t/, /p/ dan

    /k/.

    Sistem stop merupakan simetris yang

    mana pada voice dan voiceless diproduksi

  • pada tempat yang sama. /p/ dan /b/ dibuat

    pada tempat yang sama yaitu pada bibir

    (bilabial)

    Gambar. Posisi lidah dan velum untuk produksi /g/ dan /k/

    - Frikatif

    Dalam menghasilkan frikatif, terdapat

    sebuah perkiraan tertutup, meskipun bukan penutupan

    sempurna aliran udara, yang mana menghasilkan

    pergolakan yaitu friksi (pergeseran atau pergesekan).

    Dua fonem frikatif yang dihasilkan pada labiodental

    tempat artikulasinya, /f/ dan /v/, dan dua lainnya pada

    linguo-dental // (thin) dan // (then). Dua pada

    linguo-alveolar /s/ dan /z/ dan dua lainnya linngua-

    prepalatal, /sh/ dan /th/.

    - Affrikatif

    Suara yang mulainya stop tetapi kemudian dibuka

    dengan sedikit menjadi frikatif, dibandingkan

    membuka semua sekaligus menjadi letupan suara

    seperti berhenti biasa. Dua konsonan pada lingua-

    prepalatal yaitu /ch/ dan /j/. Affrikatif merupakan

    paduan dari stop dengan frikatif atau yang disebut

  • dengan obstruent.

    - Approximant

    Satu artikulator bergerak menutup

    artikulator lainnya, meskipun tidak begitu menutup

    untuk mengakibatkan gangguan dari aliran udara.

    Sistem aproksiman tidak memiliki simetris yang ada

    pada sistem konsonan lainnya, dalam sistem tersebut

    tidak memiliki pasangan voiced dan voiceless. /r/

    merupakan aproksiman, yang mana salah satu

    artikulator menutup artikulator lainnya, tetapi tidak

    begitu menutup untuk menyentuhnya atau

    menyebabkan pergesekan. Dalam menghasilkan /r/.

    Ujung lidah atau daun lidah dekat, tetapi tidak

    menyentuh belakang alveolar ridge, dan belakang

    lidah dinaikkan. /r/ umumnya ujung lidah ditekuk ke

    atas (posisi retrofleks).

    Untuk /l/, ujung lidah lebih jauh ke depan

    daripada /r/. Juga posisi bibir lebih melebar daripada

    /r/. Dan /l/ dihasilkan secara lateral, dengan beberapa

    penutupan satu atau dua sisi dari lidah dan langit

    mulut (palatum). Untuk /y/ dan /w/, pembentuk adalah

    palatal approximant, sedangkan akhirannya adalah

    bilabial approximant. Untuk /y/, area yang lebar pada

    depan lidah membuat membentuk sebuah penyempitan

    pada depan (dan/atau tengah palatum). Untuk /w/, dua

    bibir datang terhadap satu sama lain-tetapi tanpa

    bersentuhan-dalam gerak isyarat membulat. /h/

    termasuk glottal approximant, yang dihasilkan dengan

    udara bergegas melalui glotis yang terbuka.

  • Sistem Konsonan12

    Klasifikasi sistem berdasarkan tempat artikulasi dan cara

    artikulasi suara. Hubungan pada terjadinya fonem

    diklasifikasikan sebagai , intial, internal, final.

    - Nasal (Initial Internal Final)

    /m/ bilabial nasal (mill dimer dim)

    - Stops

    /b/ voiced bilabial stop (bit obi lob)

    - Frikatif

    /v/ voiced labiodental fricative (vas over stove)

    /f/ voiceless labiodental fricative (fat offer stuff)

    - Afrikatif

    /j/ voiced lingua-prepalatal affricative (je leje ej)

    /ch/c/ voiceless lingua-prepalata (cuka lecet etch)

    affricative

    - Approximant

    /l/ voiced (lingua-alveolar)(lala pala pal)

    lateral approximant

    Untuk huruf /x/ dan /q/ merupakan gabungan dari kedua

    konsonan. Contoh /q (kw)/ (queasy) dimana konsonan stops yaitu

    /k/ terjadi dalam gabungan dengan aproksiman /w/. Sedangan /x/

    merupakan konsonan srop /k/ terjadi dalam gabungan dengan

    frikatif /s/.

    Tempat

    Artikulasi Cara Artikulasi

    Nasal Voicing Stops

    Bilabial m voiced b

    voiceless p

    Lingua-alveolar n voiced d

    voiceless t

    Lingua-velar ng voiced g

    voiceless k

    Frikatif Voicing Afrikatif

    Labiodental v voiced

  • f voiceless

    lingua-dental

    th

    (thing) voiced

    th

    (then) voiceless

    Lingua-alveolar z voiced

    s voiceless

    lingua-

    prepalatal

    voiced j

    sh voiceless ch/c

    Approximant

    Central Voicing Lateral

    Bilabial w voiced

    voiceless

    Lingua-alveolar

    voiced l

    voiceless

    Lingua-

    prepalatal r voiced

    voiceless

    Lingua-palatal y voiced

    voiceless

    Glottal

    voiced

    h voiceless

    Tabel 2. Sistem Terjadinya Konsonan

    Adapun suara perut (ventriloquisme) merupakan modifikasi dari suara

    normal, hanya saja perbedaanya terletak pada bagian artikulasinya. Pada suara

    perut, pola pengucapannya tidak menggunakan suara labial, sehingga membuat

    bibir dan rahang tidak bergerak saat berbicara. Huruf-huruf yang seharusnya

    diucapkan dengan suara labial diganti dengan gabungan huruf serta pola

    pengucapan yang berbeda sehingga suara yang dihasilkan menyerupai suara

    labial. Contohnya pengucapan huruf f diganti dengan th, m diganti dengan

    Nah atau neh, P diganti dengan kl, Q diganti dengan Koo, Vdiganti

    dengan th, dan W diganti dengan ooh.

  • MEKANISME PROSES BICARA

    Rangsangan auditori

    Thalamus

    Korteks auditori (girus heschls)

    Dikirim ke lobus temporal (wornicke area)

    Menuju ke area broca di lobus frontal

    Korteks motorik (lobus frontal)

    Otot respirasi, mulut, laring, vocal fold,

    bibir, lidah, dll

    Respirasi

    Fonasi

    Resonansi

    Artikulasi

  • 2. Kelainan Pada Proses Bicara2,4,5

    1) Maxillary retrusion (midface deficiency)

    Karakteristik kelainan ini adalah maksila yang relatif kecil daripada

    mandibula dengan adanya anterior crossbite dan maloklusi klas III. Ketika

    keadaan ini terjadi, ujung lidah terletak lebih anterior dari alveolar ridge dan

    gigi rahang atas sehingga dapat mempengaruhi produksi bunyi anterior

    seperti bunyi lingua-alveolar (t, d, n, l, s, z, sh, ch), bunyi lingua-palatal (j),

    bunyi labiodentals (f dan v), dan bunyi bilabial (p, b, m).

    2) Bibir

    Panjang bibir atas dalam keadaan normal dengan protrusif premaksila dapat

    menunjukkan bibir yang lebih pendek dan dapat berpengaruh pada penutupan

    bilabial. Saat bibir atas pendek, akan terjadi kesulitan dalam memproduksi bunyi

    bilabial (p, b, m).

    3) Lidah

    a. Macroglossia adalah keadaan dimana lidah sangat besar. Lidah tidak

    cukup menempati jarak rongga mulut sehingga protrusi melewati alveolar

    ridge. Makroglosia dapat mempengaruhi produksi dari bunyi lingua-

    alveolar (ch, d, n, L, t) dan menyebabkan perubahan suara berdesis frontal

    atau lateral (s,z)

    b. Microglossia kebalikan dari macroglossia, yaitu ukuran lidah yang kecil

    terutama dalam relasi dengan jarak pada rongga mulut. Keadaan ini dapat

    menyebabkan kesulitan menghasilkan bunyi lingua-alveolar (ch, d, n, L, t),

    tetapi sering tidak ada efek merusak pada proses berbicara

    c. Ankyloglossia atau tongue tie adalah kondisi dimana frenulum lingualis

    secara kongenital pendek dan melekat pada ujung lidah bagian

    anteriornya. Ankyloglossia sedikit berpengaruh pada proses berbicara

    karena sangat sedikit peran ujung lidah yang diperlukan dalam

    memproduksi bunyi yang normal. Dalam proses berbicara normal, fungsi

    lidah paling jauh adalah melawan bagian palatal dari insisivus rahang atas

  • untuk menghasilkan bunyi th dan lidah diangkat ke alveolar ridge untuk

    menghasilkan bunyi l.

    4) Palatum

    Ketika palatal arch dalam keadaan rendah, datar, atau sempit, hal ini

    membatasi jarak dari rongga mulut yang dapat menyebabkan protrusi pada

    lidah. Lidah yang protrusi dapat mempengaruhi ujung lidah dalam posisi

    yang abnormal untuk artikulasi ujung lidah (ch, d, n, L,s,t, z)

    5) Keadaan gigi yang mempengaruhi proses berbicara antara lain:

    a. Relasi insisivus

    Overjet adalah relasi horizontal gigi insisivus rahang atas dan rahang

    bawah dalam keadaan oklusi yang diukur dari permukaan labial dari

    insisivus mandibula ke permukaan labial dari insisivus maksila.

    Apabila insisivus rahang atas letaknya lebih ke anterior dan overjet

    lebih dari 2 mm dapat dikatakan gigi tersebut labioversi. Labioversi

    mempengaruhi proses berbicara dengan menghalangi penutupan bibir.

    Hal ini mengubah produksi suara bilabial. Artikulasi bilabial akan

    diganti dengan bunyi labiodental.

    Underjet adalah kebalikan dari posisi insisivus yang normal sehingga

    insisivus rahang atas lebih ke arah lingual dari insisivus rahang bawah.

    Dapat dikatakan pula sebagai linguoversi atau anterior cross bite.

    Insisivus maksila yang linguoversi dapat mengganggu perpindahan

    ujung lidah, yang berpengaruh pada produksi bunyi lingual-alveolar

    dan berdesis. Anterior crossbite dapat mengganggu penempatan bunyi

    labiodental (f, v) karena kesulitan untuk menarik bibir bawah ke bagian

    lingual pada insisivus maksila. Posterior crossbite dapat membatasi

    ukuran dari rongga mulut sehingga menyebabkan distrosi pada proses

    berbicara karena gigi sering terbuka saat artikulasi untuk mengimbangi

    keadaan ini. Completecross bite menyebabkan kegagalan dalam

    berbagai suara, terutama pada suara yang dibentuk oleh ujung lidah,

    berkaitan dengan jarak yang terbatas dalam pergerakan lidah.

  • Overbite adalah tumpang tindih secara vertikal dari insisivus rahang

    atas dan rahang bawah. Semakin besar angka overbite dapat

    dihubungkan dengan deep bite atau deep over bite. Deepbite terkadang

    dikaitkan dengan crowding atau pembatasan gerak lidah, yang mana

    akan berpengaruh pada produksi suara linguo-alveolar.

    b. Kehilangan gigi anterior maksila

    Bagian lingual dari gigi anterior maksila dibutuhkan oleh lidah untuk

    pengucapan yang tepat. Dengan tidak adanya gigi anterior maksila, maka

    dapat mengganggu proses pengucapan. Biasanya mengganggu pengucapan

    s, z, th.

    6) Pemakaiaan gigi tiruan

    a. Basis gigi tiruan yang terlalu tebal dapat mengganggu pergerakan

    lidah, sehingga suara menjadi tidak jelas, misalnya pada bunyi

    lingua-alveolar (t,c,d,s,z) dan bunyi lingua-palatal (r).

    b. Penentuan dimensi vertikal yang tidak tepat, terutama pada pasien

    yang sudah kehilangan banyak gigi. Dimensi vertikal terlalu tinggi

    dapat menyebabkan perubahan suara bilabial (p, b). Selain itu,

    terjadi clicking teeth, berupa gangguan suara pada saat pengucapan

    huruf s, karena terlalu dekatnya gigi depan atas dan bawah

    sehingga terjadi kontak dini. . Bila dimensi vertikal ditentukan

    terlalu rendah, akan terjadi sigmatismus interdentalis, yaitu

    perubahan suara terutama pada pengucapan huruf s jadi berdesis.

    c. Kesalahan penyusunan gigi akan menyebabkan gangguan bunyi

    labiodental ( f, v) , bunyi lingua-velar (w) danbunyi linguodental

    (th), pada gigi depan. Pada gigi belakang, kekeliruan dapat

    menyebabkan penyempitan lengkung gigi sehingga pengucapan

    huruf s akan jadi berdesis.

    d. Rugae palatina tidak dibuat atau dibuat terlalu tebal. Bunyi (r)

    terbentuk oleh kontak lidah dengan palatum keras dimana rugae

    palatina berada. Dengan tidak dibuatnya rugae, maka lidah akan

  • terpeleset di daerah ini, sehingga akan terjadi gangguan

    pengucapan huruf r.

    e. Dukungan sayap labial. Untuk pengucapan huruf p, b dibutuhkan

    dukungan otot pipi dan bibir, karena itu ketebalan sayap labial

    harus sesuai dengan derajat resorpsi tulang alveolar.

    Tabel kelainan pengucapan

    Bunyi Huruf yang

    dihambat

    Keadaan Organ

    Bunyi lingua-

    alveolar

    s, z Kehilangan gigi anterior

    maxilaris

    Gigi

    d, s,t, z Basis gigi tiruan yang terlalu

    tebal

    s tidak jelas Dimensi vertikal terlalu

    tinggi- clicking teeth pada

    pemakaian gigi tiruan

    s jadi berdesis Dimensi vertikal terlalu

    rendah pada pemakaian gigi

    tiruan

    Kesalahan penyusunan gigi

    tiruan bagian posterior

    L Ankyloglosia Lidah

    ch, d, n, L

    s,t, z

    Microglossia

    Macroglossia

    Maksila yang relatif kecil

    daripada mandibula + anterior

    crossbite dan maloklusi klas

    III

    Rahang

    palatal arch dalam keadaan

    rendah, datar, atau sempit

    sehingga membatasi jarak dari

    rongga mulut Lidah protrusi

    Palatum

  • Insisivus maksila yang

    linguoversi

    Gigi

    Completecross bite

    Deep bite atau deep over bite

    Bunyi bilabial

    p, b, m

    Bibir atas pendek Bibir

    Bibir atas normal + protrusif

    premaksila bibir jadi

    lebih pendek

    Gigi

    p,b Dimensi vertikal terlalu tinggi

    pada pemakaian gigi tiruan

    Dukungan sayap labial yang

    terlalu tebal atau tipis

    p v Overjet lebih dari 2 mm dan

    insisivus rahang atas letaknya

    lebih ke anterior

    Bunyi

    labiodental

    f, v maksila yang relatif kecil

    daripada mandibula + anterior

    crossbite dan maloklusi klas

    III

    Rahang

    Kesalahan penyusunan gigi

    tiruan bagian anterior

    Gigi

    Anterior crossbite

    Bunyi lingua-

    dental

    th Kehilangan gigi anterior

    maxilaris

    Kesalahan penyusunan gigi

    tiruan bagian anterior

    Bunyi lingua-

    palatal

    j Maksila yang relatif kecil

    daripada mandibula + anterior

    crossbite dan maloklusi klas

    III

    Rahang

    c Basis gigi tiruan yang terlalu

    tebal

    Gigi

    r

  • Rugae palatina tidak dibuat

    atau dibuat terlalu tebal

    Bunyi lingua-

    velar

    w Kesalahan penyusunan gigi

    tiruan bagian anterior

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Berkovit, B. K. B. Master Dentisty Vol.3 Oral Biology. Elsevier. 2011. 2. Seiichi Nakagawa, Kiyohiro Shikano dan Yoichi Tohkura. Speech,

    Hearing and Network Models. Japan: Ohmsha, Ltd. 1995.

    3. Dronkers and Ogar. Editorial: Brain Areas Involved in Speech Production. Guarantors of Brain, 2004; Vol 127: p 1461-1462.

    4. P.B. Denes and E.N. Pinson, The Speech Chain: The Physics and Biology of Spoken Language, Anchor Press-Doubleday, Garden City, NY, 1973.

    Aspect of Communication Sciences and Disorder.

    5. A. Barney, C.H. Shadle, and P.O.A.L. Davies, Fluid Flow in a Dynamical Mechanical Model of the Vocal Folds and Tract. 1: Measurements and

    Theory, J. Acoustical Society of America, vol. 105, no. 1, pp. 444455, Jan. 1999.

    6. Newman SR, Butler J, Hammond EH, Gray SD. Preliminary report on hormone receptors in the human vocal fold. J Voice. 2000 Mar;14(1):72-

    81.

    7. Altman KW, Haines GK 3rd, Vakkalanka SK, Keni SP, Kopp PA, Radosevich JA. Identification of thyroid hormone receptors in the

    human larynx. Laryngoscope. 2003 Nov;113(11):1931-4.

    8. Jan W. Brunings, Janneke J.B.F.G. Schepens, Carine J. Peutz-Kootstra, Kenneth W. Kross.The Expression of Estrogen and Progesterone

    Receptors in the Human Larynx. Journal of Voice. 2013 May;27(3);376380

    9. Chen B1, Wang J, Li W, Ji W. Expression of androgen receptor and estrogen receptor in carcinoma of larynx. Department of Otolaryngology,

    201 Hospital of PLA, Liaoyang 111000, China.2006 Jul;20(14):649-51.

    10. Sameep Kadakia, Dave Carlson, and Robert T. Sataloff. The Effect of Hormones on the Voice. Journal of Singing, May/June 2013; 69(5);571574..

    11. Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. 2007. 12. Hamann Cornelia, Schmitz Carmen. 2005. Phonetics and Phonology

    Reader for First Year English Linguistics. University of Oldenburg.

    13. Pennington Martha C. 1996. Phonology in English Language Teaching: An International Approach. USA : Routledge.A

    14. Dardjowidjojo Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Anggota IKAPI.A

    15. Khusartanti, Yuwono Untung, Lauder Multamia RMT. 2005. Pesona Bahasa Langkah awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka

    Utama.

    16. Benesty, Sondhi, Huang. 2008. Springer Handbook of Speech Processing. USA : Springer.