kelebihan guru

8
Guru Didistribusi Ulang Kompas, Kamis, 10 Juni 2010 | 05:33 WIB Jakarta, Kompas - Pemerintah akhir Juni ini akan mengeluarkan surat keputusan bersama atau SKB yang akan ditandatangani sejumlah menteri untuk meredistribusikan guru. Guru-guru tersebut akan didistribusikan dari suatu daerah ke daerah lain yang kekurangan guru. Surat keputusan bersama itu akan ditandatangani Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi EE Mangindaan, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, serta Menteri Agama Suryadharma Ali. Mohammad Nuh menyatakan hal itu, saat ditanya pers, mengenai hasil rapat mengenai komite pendidikan yang dipimpin Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Rabu (9/6) petang. Rapat dihadiri antara lain oleh Menko Kesejehtaraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Agama Suryadharma Ali dan Menteri Keuangan Agus Martowardojo. ”Meskipun secara nasional, kebutuhannya cukup. Namun, yang terjadi memang ada daerah yang kelebihan guru dan di daerah lainnya, terutama daerah terpencil, justru mengalami ketimpangan guru,” tandas Nuh. Nuh mencontohkan, jumlah guru seluruhnya mencapai 2,6 juta orang. Namun, di daerah terpencil, justru terjadi defisit sampai 50-60 persen jumlah guru. ”Padahal, di tingkat nasional ada kelebihan sampai 55 persen guru. Ini artinya secara nasional kita kelebihan guru,” ujarnya. Akan tetapi, di tingkat provinsi, terjadi kekurangan guru sampai 21 persen dan ada provinsi lain yang kelebihan 68 persen. Ini berarti masih terjadi surplus guru. ”Di pedesaan terjadi kekurangan 37 persen dan ada desa lain yang kelebihan 52 persen guru. Sebaliknya, di daerah terpencil, hanya tersedia 17 persen guru dan daerah lain kekurangan sampai 66 persen guru,” jelas Nuh.

Upload: ahmad

Post on 24-Jul-2015

68 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelebihan Guru

Guru Didistribusi UlangKompas, Kamis, 10 Juni 2010 | 05:33 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah akhir Juni ini akan mengeluarkan surat keputusan bersama atau SKB yang akan ditandatangani sejumlah menteri untuk meredistribusikan guru. Guru-guru tersebut akan didistribusikan dari suatu daerah ke daerah lain yang kekurangan guru.

Surat keputusan bersama itu akan ditandatangani Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi EE Mangindaan, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, serta Menteri Agama Suryadharma Ali.

Mohammad Nuh menyatakan hal itu, saat ditanya pers, mengenai hasil rapat mengenai komite pendidikan yang dipimpin Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Rabu (9/6) petang. Rapat dihadiri antara lain oleh Menko Kesejehtaraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Agama Suryadharma Ali dan Menteri Keuangan Agus Martowardojo.

”Meskipun secara nasional, kebutuhannya cukup. Namun, yang terjadi memang ada daerah yang kelebihan guru dan di daerah lainnya, terutama daerah terpencil, justru mengalami ketimpangan guru,” tandas Nuh.

Nuh mencontohkan, jumlah guru seluruhnya mencapai 2,6 juta orang. Namun, di daerah terpencil, justru terjadi defisit sampai 50-60 persen jumlah guru. ”Padahal, di tingkat nasional ada kelebihan sampai 55 persen guru. Ini artinya secara nasional kita kelebihan guru,” ujarnya.

Akan tetapi, di tingkat provinsi, terjadi kekurangan guru sampai 21 persen dan ada provinsi lain yang kelebihan 68 persen. Ini berarti masih terjadi surplus guru.

”Di pedesaan terjadi kekurangan 37 persen dan ada desa lain yang kelebihan 52 persen guru. Sebaliknya, di daerah terpencil, hanya tersedia 17 persen guru dan daerah lain kekurangan sampai 66 persen guru,” jelas Nuh.

Dikatakan Nuh, untuk mengatasi persoalan tersebut perlu dilakukan terobosan. Salah satu terobosan yang akan ditempuh, antara lain, adalah tidak ada pengangkatan guru baru di daerah yang kelebihan guru. ”Justru guru di daerah yang surplus akan didistribusikan ulang,” kata Nuh.

Ditanya, apakah nantinya tetap akan ada pengangkatan guru baru, Nuh menjawab, ”Tetap saja ada pengangkatan guru baru untuk daerah tertentu. Akan tetapi, harus benar-benar selektif.”

Otonomi jadi kendala

Di tempat yang sama, Juru Bicara Wapres Yopie Hidayat menyatakan, kendala untuk redistribusi guru adalah adanya otonomi daerah.

”Meskipun menterinya setuju adanya mutasi, kewenangan memindahkan guru ada di tangan bupati. Hambatan lain, belum tentu gurunya juga mau dipindahkan. Oleh karena itu, solusi ini masih akan dibicarakan lebih lanjut lagi,” kata Yopie.

Page 2: Kelebihan Guru

Sementara Agus Martowardojo mengatakan, alokasi anggaran pendidikan di APBN Perubahan 2010 dibandingkan dengan APBN 2010 meningkat sampai Rp 15 triliun. Padahal, sebagian besar alokasi anggaran tersebut digunakan untuk membayar gaji dan tunjangan guru.

”Karena adanya ketimpangan jumlah guru antara satu daerah dan daerah lain, kami harus mencari solusi bagaimana memaksimalkan dana tersebut sehingga pemanfaatannya merata secara nasional,” ujar Agus. (har)

SKB Redistribusi Guru DisiapkanPenulis: Suhartono | Editor: I Made Asdhiana Rabu, 9 Juni 2010 | 20:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah segera menyiapkan surat keputusan bersama atau SKB yang akan ditandatangani sejumlah menteri untuk meredistribusikan guru-guru di suatu daerah yang kelebihan jumlah guru-gurunya ke suatu daerah yang dinilai kekurangan guru.

SKB tersebut diharapkan ditandatangani Juni ini oleh sejumlah menteri di antaranya Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi EE Mangindaan, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Menteri Agama Suryadharma Ali.

Muhammad Nuh menyatakan hal itu, saat ditanya pers, mengenai hasil rapat mengenai komite pendidikan yang dipimpin Wakil Presiden Boediono di Istana Wapres, Jakarta, Rabu (9/6/2010) petang. Rapat dihadiri antara lain oleh Menko Kesejehtaraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Agama Suryadharma Ali dan Menteri Keuangan Agus Martowardojo.

"Meskipun secara nasional, kebutuhannya cukup. Namun, yang terjadi memang ada daerah yang kelebihan guru dan di daerah lainnya, terutama daerah terpencil, justru mengalami ketimpangan guru," tandas Nuh.

Nuh mencontohkan, jumlah guru seluruhnya mencapai 2,6 juta orang guru. Namun, di daerah terpencil, justru terjadi defisit sampai 50-60 persen jumlah guru. Padahal, di tingkat nasional ada kelebihan sampai 55 persen guru dan kekurangan 34 persen. "Ini artinya secara nasional kita surplus," ujarnya.

Akan tetapi, di tingkat provinsi, terjadi kekurangan guru sampai 21 persen dan kelebihan 68 persen sehingga ini berarti masih terjadi surplus guru. Di pedesaan terjadi kekurangan 37 persen dan kelebihan 52 persen guru sehingga ini berarti plus. "Sebaliknya, di daerah terpencil, hanya tersedia 17 persen guru dan kekurangannya 66 persen, yang berarti kurang," jelas Nuh.

Dikatakan Nuh, sebab itu, perlu dicari terobosan baru. Salah satunya, kita lakukan optimasi. "Jangan sampai kita mengangkat guru untuk di daerah yang kelebihan, sehingga yang terjadi

Page 3: Kelebihan Guru

adalah penambahan biaya guru. Di situlah mekanisme resdistribusi guru agar bisa menjadi solusi. Jadi, dimungkinkan terjadinya mutasi guru," lanjut Nuh lagi.

Ditanya apakah nantinya tetap akan ada pengangkatan guru baru, Nuh, menjawab, "Tetap saja ada pengangkatan guru baru. Akan tetapi, harus benar-benar selektif. Saat ini, jumlah guru secara nasional tercatat 2,6 juta guru."

Guru Overload Picu PHK MassalRadar Banten, Rabu, 09-Maret-2011, 10:08:59

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menetapkan data jumlah guru negeri maupun swasta di Indonesia overload.

Dampak muncul ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) telah diantisipasi. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menyangsikan data Kemendiknas tersebut. Data jumlah guru yang berada diambang batas tersebut dibeber Mendiknas M Nuh di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Senin malam lalu (7/3). Nuh menerangkan, rasio siswa dan guru (RSG) di Indonesia lebih bagus daripada RSG internasional. Dia menyebut, di Indonesia rata-rata RSG adalah 17:1. Artinya satu guru mengajar 17 siswa. Sementara RSG internasional adalah 31:1. “Rasio siswa dan guru di Indonesia terlalu mewah dibandingkan dengan negara-negara lain,” tandas Nuh. Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata itu menjelaskan, jika RSG ditetapkan di Indonesia maka negeri ini kelebihan 500 ribu guru atau 20 persen. Sebagai perbandingan, RSG di Kore Selatan tercatat 24:1 dan India 40:1. Sementara di RSG negeri adidaya Amerika adalah 14:1. Mewahnya tingkat RSG di Indonesia tersebut terjadi baik di tingkat SD maupun SMP. Kon-disi ini, memberi ancaman bakal terjadi PHK besar-besaran di beberapa sekolah. Untuk anti-sipasi terjadi PHK massal, Kemendiknas sudah mempersiapkan langkah strategis yaitu me-ngatasi ketimpangan distribusi guru. Kemendiknas menyebutkan, terjadi ketimpangan distribusi guru di perkotaan dengan pe-desaan. Kemendiknas mencatat, di perkotaan 68 persen sekolah kelebihan guru. Sebanyak 21 persen sekolah di perkotaan masih kekurangan guru. Sementara di tingkat pedesaan, terdapat 52 persen sekolah kelebihan guru dan 37 sekolah ke-kurangan guru. Di desa terpencil, di tengah hutan dan diapit gunung, kondisinya lebih mem-prihatinkan. Sebanyak 66 persen sekolah desa terpencil kekurangan guru. Sebaliknya hanya ada 17 persen sekolahan yang kelebihan guru. “Inilah yang terjadi sebenarnya. Ketimpangan distribusi guru,” kata dia. Buntut dari fenomena tersebut adalah di perkotaan banyak guru baik negeri maupun swasta, yang mengajar tidak sesuai dengan ketentuan 24 jam pelajaran dalam sepekan. Sementara di pedesaan dan kawasan terpencil, seorang guru bisa mengajar merangkap lebih dari dua kelas

Page 4: Kelebihan Guru

sendirian. Dengan perbaikan sistem distribusi, Kemendiknas menarget RSG di Indonesia turun menjadi 24:1. Satu guru mengajar 24 siswa. Target lainnya, memacu semua guru memenuhi jam mengajar 24 jam pelajaran dalam sepekan. Jika tidak bisa diperoleh dalam satu sekolah, bisa nyabang di sekolah lainnya. Nuh menerangkan, jika RSG di Indonesia tetap bertahan di perbandingan 17:1, maka kebu-tuhan guru di Indonesia hingga 2014 adalah 313.204 guru baru. Jika program menurunkan RSG menjadi 24:1 terwujud, hingga 2014 Indonesia hanya membutuhkan 188.020 guru baru. Sementara jika program penurunan RSG dan pemenuhan jam mengajar terlaksana, kebutuhan guru baru hingga 2014 turun menjadi 46.795 orang. Nuh menjelaskan, motivasi utama menekan rasio tersebut adalah efisiensi dan efektivitas anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Jika dua motivasi tersebut tidak dijalankan, belanja guru menjadi beban keuangan negara. Nuh menjelaskan, anggaran belanja gaji guru pada 2012 diperkirakan sama dengan total anggaran pendidikan 2006 lebih dari Rp Rp 125 triliun. Di tempat terpisah, Ketua Pengurus Besar PGRI Sulistyo menjelaskan pihaknya menyangsikan data jumlah guru overload tersebut. Pria yang sekaligus menjadi anggota DPD RI dari Jawa Tengah itu mengatakan, rekan-rekannya di DPD dari penjuru Indonesia me-ngeluh daerahnya kekurangan guru. “Ini kok malah bilang guru overload. Tentu meresahkan ribuan guru,” tandas Sulistyo di Jakarta, Selasa (8/3). Dia berharap, ada pertemuan khusus antara Kemendiknas, PGRI, dan Kementerian Pember-dayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN dan RB). Pertemuan tersebut untuk meng-cross chek data jumlah guru.(jpnn/alt)

Republika OnLine » Pendidikan » Berita

Indonesia Dinilai Sudah Kelebihan Guru

Sabtu, 24 April 2010, 16:57 WIB   

SOLO--Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Dirjen PMPTK), Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Baedhowi menilai Indonesia sudah kelebihan guru. Saat ini, kata dia, rasio guru dan murid sudah berada di bawah rasio minimal.

"Untuk SD, SMP, SMA sudah lebih kecil dari rasio minimal," ujarnya saat ditemui di sela-sela seminar 'Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi Tenaga Pendidik dan Kependidikan' di Universitas Sebelas Maret Solo (UNS), Sabtu (24/4). Dia menjelaskan, kondisi saat ini, perbandingan guru dengan murid SD, 1 banding 19. Sementara SMP, 1:17 dan SMA 1:15.

Padahal, menurut dia, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 74 tahun 2009, rasio minimal untuk guru SD adalah 1:20. Rasio tersebut juga berlaku untuk guru SMP dan SMA/SMK. Sementara untuk rasio maksimal ketiga jenjang pendidikan tersebut adalah 1:32.

Page 5: Kelebihan Guru

Akan tetapi rasio guru yang lebih kecil tidak berlaku untuk SMK. Baedhowi menambahkan kondisi saat ini, rasio guru SMK 1:23. Dengan rasio tersebut, dia mengharapkan Pemerintah Daerah (Pemda) melakukan pemerataan untuk guru. Sementara itu, dengan kondisi rasio tersebut bisa jadi guru swasta hanya berkesempatan kecil untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Disinggung masalah tersebut, Baedhowi tak membantahnya. "Guru swasta mau jadi pegawai negeri boleh, tapi rasio saat ini sudah pas, " ujarnya.

Kemendiknas akan Naikan Anggaran Gaji & Tunjangan Guru

Malikul Kusno |

Senin, 07/03/2011 17:50 WIB

Jakarta - Guna meningkatkan kesejahteraan guru, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) akan menaikkan anggaran gaji dan tunjangan guru.

Kenaikan anggaran ini cukup besar, angkanya menyamai anggaran Kemendiknas pada 2006. "Anggaran pendidikan kita untuk guru tahun 2012 sama dengan untuk untuk tahun 2006," ungkap Mendiknas Muhammad Nuh dalam rapat kerja dengan Komisi III Dewan Perwakilan Daerah (DPD), di Jakarta, Senin (7/3/2011).

Adapun jumlah guru honorer yang saat ini belum diangkat menjadi guru tetap berjumlah 543.915 orang.

Sebelumnya Mendiknas menjamin tak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap guru honorer. Meskipun, Indonesia kelebihan jumlah guru.

"Tak ada PHK, tapi rekruitmennya saja yang kita jaga," ungkapnya dalam rapat kerja Komite III DPD di Jakarta, Senin (7/3/2011).

Ia menjelaskan, saat ini yang perlu dilakukan adalah redistribusi guru antar kabupaten/kota oleh provinsi, dan antar provinsi oleh pusat. "Persoalan dalam distribusi, ada daerah yang kebanyakan guru, ada daerah yang kurang guru," tukasnya.

Nuh memaklumi jika masih banyak guru honorer yang belum diangkat menjadi guru tetap. Pasalnya, Indonesia kelebihan guru.

Menurut Nuh, rasio siswa guru di Indonesia sangat mewah dibanding negara lain. Jika diberlakukan standar RSG internasional, Indonesia kelebihan pasokan guru sebesar 20 persen atau sekitar 500 ribu guru.

"Jadi pilihan kebijakannya penataan di rekruitmennya saja," ujarnya saat rapat kerja dengan Komite III Dewan Perwakilan Daerah di Jakarta, Senin (7/3/2011).

Page 6: Kelebihan Guru

Penataan itu meliputi distribusi guru ke tempat-tempat terpencil terutama di Papua, Maluku Utara, Papua Barat, Banten, Jawa Barat, Bali, Nusa Tenggara Timur. "Daerah itu kekurangan guru, idealnya 1 guru 24 murid," katanya.

Ada ketimpangan pasokan guru di kota dan desa, menurutnya, 66 persen Sekolah di daerah terpencil kekurangan guru. "Jadi persoalannya dalam distribusi, ada daerah yang kebanyakan guru dan ada daerah yang kurang guru," imbuhnya. (krt/krt)