kelainan katup jantung dan kehamilan

44
Kelainan katup jantung dan kehamilan Oleh redaksi pada Sel, 09/21/2010 - 12:29. Artikel Kelainan katup jantung adalah salah satu penyakit jantung yang sering ditemukan pada saat kehamilan yang dapat meningkatkan kejadian gagal jantung, morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin yang dikandung. Hal itu karena selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah yang mencapai 30- 50% dan diikuti dengan meningkatnya curah jantung yang dapat menyebabkan sesak nafas dan menurunnya kemampuan aktivitas fisik. Hal tersebut umumnya muncul pada trimester pertama dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 20-24 minggu dan bertahan hingga melahirkan, lalu mulai menurun 3 hari setelah melahirkan. Jenis kelainan katup jantung ada 4 yaitu mitral stenosis (disebabkan oleh penyakit jantung rematik), mitral dan aorta regurgitasi, kelainan katup trikuspid dan katup jantung prostetik dengan terapi yang berbeda pula. Pada penyakit mitral stenosis, bila frekuensi detak jantung meningkat, maka pengisian saat diastolik menurun, lalu tekanan atrial meningkat sehingga menimbulkan kongesti paru dan edema sedangkan risiko lainnya adalah tromboemboli (kelainan pada masa nifas). Terapi yang diberikan untuk mengatasi gejala tersebut adalah diuretik, mengurangi asupan garam dan mengurangi aktivitas fisik. Jika melahirkan melalui vagina dapat dilakukan dengan bantuan anestesi pada epidural. Sedangkan melahirkan melalui sectio cesaria dapat dilakukan jika memang ada indikasi dari gangguan jalan lahir. Jenis penyakit lainnya adalah mitral regurgitasi yang disebabkan oleh penyakit jantung rematik, endokarditis, prolaps atau penyakit jantung koneksi. Walau kadang berat, namun penyakit ini dapat ditoleransi oleh ibu hamil karena menurunkan tekanan vaskular sistemik. Tetapi bila timbul gejala gagal jantung maka dapat diberikan diuretik dan digoksin untuk memperbaiki gejala.

Upload: rezgi-nax-bonito

Post on 11-Apr-2016

54 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

medical science

TRANSCRIPT

Page 1: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

Kelainan katup jantung dan kehamilanOleh redaksi pada Sel, 09/21/2010 - 12:29.

Artikel

Kelainan katup jantung adalah salah satu penyakit  jantung yang sering ditemukan pada saat kehamilan yang dapat meningkatkan kejadian gagal jantung, morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin yang dikandung. Hal itu karena selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah yang mencapai 30-50% dan diikuti dengan meningkatnya curah jantung yang dapat menyebabkan sesak nafas dan menurunnya kemampuan aktivitas fisik. Hal tersebut umumnya muncul pada trimester pertama dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 20-24 minggu dan bertahan hingga melahirkan, lalu mulai menurun 3 hari setelah melahirkan.

Jenis kelainan katup jantung ada 4 yaitu mitral stenosis (disebabkan oleh penyakit jantung rematik), mitral dan aorta regurgitasi, kelainan katup trikuspid dan katup jantung prostetik dengan terapi yang berbeda pula. Pada penyakit mitral stenosis, bila frekuensi detak jantung meningkat, maka pengisian saat diastolik menurun, lalu tekanan atrial meningkat sehingga menimbulkan kongesti paru dan edema sedangkan risiko lainnya adalah tromboemboli (kelainan pada masa nifas). Terapi yang diberikan untuk mengatasi gejala tersebut adalah diuretik, mengurangi asupan garam dan mengurangi aktivitas fisik. Jika melahirkan melalui vagina dapat dilakukan dengan bantuan anestesi pada epidural. Sedangkan melahirkan melalui sectio cesaria dapat dilakukan jika memang ada indikasi dari gangguan jalan lahir.

Jenis penyakit lainnya adalah mitral regurgitasi yang disebabkan oleh penyakit jantung rematik, endokarditis, prolaps atau penyakit jantung koneksi. Walau kadang berat, namun penyakit ini dapat ditoleransi oleh ibu hamil karena menurunkan tekanan vaskular sistemik. Tetapi bila timbul gejala gagal jantung maka dapat diberikan diuretik dan digoksin untuk memperbaiki gejala.

Stenosis aorta disebabkan kelainan kongenital (sejak lahir) yang apabila dianggap berat, maka dianjurkan untuk menunda kehamilan dan dilakukan operasi koreksi katup. Jika terlanjur hamil, bayinya kemungkinan akan lahir prematur, mengalami keterbelakangan mental, dan berat badan lahir rendah.

Kelainan katup jantung lainnya adalah regurgitasi aorta yang disebabkan oleh annulus aorta dilatasi, katup aorta bikuspid atau riwayat endokarditis. Sindrom ini dapat meningkatkan risiko selama kehamilan. Maka harus dilakukan kajian khusus dan ekokardiografi sebelum hamil. Ekokardiografi adalah prosedur diagnostik dengan menggunakan gelombang suara ultra untuk mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, serta menilai fungsi jantung.

Pada kelainan katup prostetik berisiko menyebabkan mortalitas/kematian maternal sebesar 1-4% yang umumnya disebabkan oleh tromboemboli. Maka perlu dilakukan pengkajian risiko dan pengawasan ketat terhadap terapi antikoagulan. Namun ada beberapa cara dalam memberikan antikoagulan saat kehamilan, salah satunya dengan pemberian heparin pada awal kehamilan sampai 12 minggu, dilanjutkan pemberian warfarin dari 12-36 minggu dan dilanjutkan dengan heparin kemali sampai melahirkan.

Page 2: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

Senin, 08 Juni 2009

makalah jantung dalam kehamilan KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kelainan Jantung Pada Kehamilan dan Persalinan “ sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Asuhan Kebidanan IV tahun ajaran 2008/2009.

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan kendala dan hambatan baik dalam memperoleh sumber yang relevan maupun dari segi penulisan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan. Untuk itu , penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dimasa mendatang.

Penulis berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan akan menyebabkan perubahan fisiologis yang luas pada sistem kardiovaskular., dan berakibat terjadinya gangguan pada jantung dan aliran darah sehingga perlu dipertimbangkan jika terjadi kehamilan. Pada wanita sehat dapat beradaptasi terhadap perubahan hemodinamik (denyut jantung, sistem pernafasan, volume darah, hormon dan lain sebagainya). Namun perubahan-perubahan ini dapat menjadi ancaman pada wanita dengan penyakit jantung. Walaupun penyakit jantung jarang muncul secara de novo selama kehamilan, namun banyak wanita dengan penyakit jantung yang telah diketahui sebelumnya atau wanita dengan potensi penyakit jantung mengalami kehamilan.

Page 3: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

Insiden penyakit jantung pada kehamilan adalah sekitar 1% dan terus meningkat. Perubahan ini mungkin sebagai hasil dari kemajuan penatalaksaan penyakit jantung selama beberapa dekade terakhir, hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah wanita dengan penyakit jantung bawaan mencapai usia dewasa dan mampu melahirkan.

1.2. Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV dan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai kelainan jantung pada kehamilan dan persalinan.

1.2.2 Tujuan khusus

1. Mahasiswa dapat memahami apa itu yang dimaksud dengan kelainan jantung.

2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami apa etiology dari kelainan jantung

3. Mahasiswa mampu mengetahui gejala dari pada kelainan pada jantung

4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari kelainan jantung

5.Mahasiswa dapat mengerti dan memahami bagaimna pengaruh kelainan jantung terhadap kehamilan dan persalinan.

6.Mahasiswa mengetahui dan mampu menangani kelainan jantung tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

Kelainan Jantung Pada Kehamilan dan Persalinan

1. Pengertian jantung

Suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan

Page 4: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan / kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan penfisian ventrikel kiri.

2. Kelainan pada jantung

Ø Kelainan jantung bawaan

Kelainan jantung bisa berupa kelainan dalam pembentukan dinding maupun katup jantung atau kelainan pada pembuluh darah yang menuju dan meninggalkan jantung.

Ø Penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan.

Ø Penyakit jantung reumatik

Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah salah satu komplikasi yang membahayakan dari demam reumatik. Penyakit jantung reumatik adalah sebuah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam reumatik.

Ø Kelainan jantung pada kehamilan

Sebuah survei yang dilakukan Elkayam, dari sebuah universitas di Los Angeles, menyebutkan wanita hamil empat kali lebih besar kemungkinan terjadinya serangan jantung, dibanding perempuan yang tidak sedang hamil. Serangan jantung dapat terjadi kapan saja selama kehamilan. Usia wanita hamil yang terkena serangan jantung berkisar 19 sampai 44 tahun, yang tersering pada usia 30 tahun.

C. Etiology

Sebagian besar disebabkan oleh demam reumatik, bentuk kelainan katup yang sering dijumpai stenosis mitral, insufesiensi mitral, stenosis aorta, insufisiensi aorta. Penyakit katub pulmonal, dan trikuspidal.

D. Tanda dan Gejala

§ Cepat merasa lelah

§ Jantung berdebar-debar

§ Sesak nafas kadang disertai sianosis

Page 5: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

§ Edema tungkai

§ Mengeluh tentang bertambahnya besarnya rahim yang tidak sesuai.

E. Pengaruh kehamilan dan persalinan terhadap penyakit jantung

§ Pada kehamilan 32 – 36 minggu terjadi hipervolumia

§ Pada kala II, dimana wanita hamil mengerahkan tenaga untuk mengedan dan memerlukan kerja jantung berat.

§ Pada pasca persalinan dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang sudah lahir, sekarang masuk kedalam sirkulasi darah ibu.

§ Pada masa nifas, kemungkinan terjadi infeksi.

F. Pemeriksaan penunjang

Selain pemeriksaan laboratorium rutin juga dilakukan pemeriksaan :

§ EKG untuk mengetahui kelainan irama, kardiomegali, tanda penyakit perikurdium iskemia, atau infark dapat dikemukakan tanda-tanda aritmia.

§ Ekokardiografi untuk mengetahui kelainan fungsi dan anatomi dari bilik katup dan pericardium.

§ Pemeriksaan radiology dihindari dalam kehamilan, namun jika memang diperlukan dapat dilakukan dengan memberikan perlindungan di abdomen dan pelis.

G. Penanganan

a. Dalam kehamilan

§ Memberikan pengertian kepada ibu hamil untuk melaksanakan pengawasan antenatal yang teratur.

§ Kerjasama dengan ahli penyakit dalam / kardiolog.

§ Pencegahan kenaikan berat badan dan retensi air yang berlebihan. Jika terdapat anemia harus diobati.

§ Bila terjadi keluhan yang agak berat, seperti sesak nafas. Infeksi saluran pernafasan dan diagnosis

Page 6: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

penderita harus dirawat di rumah sakit.

§ Skema kunjungan antenatal setiap 2 minggu menjelang kehamilan 28 minggu dan ix seminggu setelahnya.

§ Wanita hamil dengan penyakit jantung harus cukup istirahat, cukup tidur, diet rendah garam dan pembatasan jumlah cairan.

§ Sebaiknya penderita dirawat 1-2 minggu sebelum taksiran persalinan.

§ Pengobatan khusus tergantung pada kelasnya penyakit.

b. Dalam persalinan

Penderita kelas I dan kelas II biasanya dapat meneruskan kehamilan dan bersalin pervaginam,namun dengan pengawasan yang baik serta bekerja sama dengan hali penyakit dalam.

§ Membuat daftar his : daftar nadi, pernafasan, tekanan darah yang diawasi dan dicatat setiap 15 menit dalam kala I dan setiap 10 menit dalam kala II. Bila ada tanda-tanda payah jantung (dekompensasi kordi) diobati dengan digitalis.

§ Memberikan sedilanid dosis awal 0,8 mg dan ditambahkan sampai dosis 1,2 – 1,6 mg intravena secara perlahan-lahan. Jika perlu, suntikkan dapat diulang 1-2 kali dalam dua jam. Dikamar bersalin harus tersedia tabung berisi oksigen, morfin, dan suntikkan diuretikuni.

§ Kala II yaitu kalayang kritis bagi penderita. Bila tidak timbul tanda-tanda payah jantung, persalinan dapat ditunggu, diawasi dan ditolong secara spontan. Dalam 20-30 menit, bila janin belum lahir, kala II segera diperpendek dengan ekstraksi vakum atau forseps. Kalau dijumpai disproporsi sefalopelvik, maka dilakukan session sesarea local anestesi/lumbal/kaudal dibawah pengawasan beberapa ahli multi disiplin.

§ Untuk menghilangkan rasa sakit boleh diberikan obat analgesic seperti petidin dan lain-lain. Jangan diberikan barbiturate (puminal) atau morfin bila ditaksir bayi akan lahir dalam beberapa jam.

§ Kala II biasanya berjalan seperti biasa pemberian

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Page 7: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

Kelainan pada jantung adalah Suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan / kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan penfisian ventrikel kiri.

Kelainan jantung yang terbagi atas :

ü Kelainan jantung bawaan

ü Penyakit jantung koroner

ü Penyakit jantung reumatik

ü Kelainan jantung pada kehamilan.

3.2 Saran

3.2.1 Diharapkan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena penyakit tersebut memahami dan mengerti mengenai penyakit tersebut sehingga bisa dilakukan penanganan lebih awal dan menghindar terjadinya kegawatan

3.2.2 Bidan harus memberikan asuhan yang berkualitas untuk menghindari angka kesakitan.

Daftar Pustaka

* Sumber : www.cardiaccentre.com* (Ilmu penyakit dalam, Syaifoelah Noer, 1996 )* (Prof. Dr. Ida Bagus Ede Manuaba, 1998 : 272)* SUMBER : Apotik online dan media informasi obat - penyakit :: m e d i c a s t o r e . c o m

Page 8: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

eguguran Berulang dan Sindrom AntifosfolipidMinggu, 19 Agustus 2007 bibilung Tinggalkan komentar Go to comments

1 Votes

oleh: dr Andon Hestiantoro

KEGUGURAN merupakan kegagalan kelangsungan proses kehamilan secara spontan pada usia lebih dini atau sama dengan 20 minggu. Dari seluruh kehamilan, kejadian keguguran sebanyak satu kali dapat dialami oleh sekitar 15-20 persen perempuan. Umumnya keguguran terjadi pada usia kehamilan di bawah 13 minggu.

Keguguran akan menjadi masalah yang serius jika terjadi berulang. Kriteria keguguran berulang adalah jika terjadi keguguran berulang sebanyak lebih dari 3 kali berturut-turut. Dari seluruh kehamilan yang ada maka angka kejadian keguguran berulang adalah sekitar 0,5-1 persen.

Banyak hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya keguguran yang berulang tersebut. Faktor kerja berat, olahraga, atau hubungan sanggama, ternyata tidak menjadi penyebab terjadinya keguguran kehamilan.

Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab keguguran berulang antara lain :

1. Kelainan kromosom atau genetik (15 persen),

2. Infeksi pada rahim seperti bakterial vaginosis, klamidia atau infeksi TORSH (toksoplasma, rubela, sitomegalovirus atau herpes) (1-4 persen),

3. Kekurangan hormon progesteron, penyakit diabetes melitus dan penyakit kelenjar gondok (15 persen),

4. Kelainan pada organ rahim seperti sekat pada rahim, miom atau polip (11 persen),

5. Penyakit imunologi seperti sindrom antifosfofolipid(5 persen),

6. Masih belum diketahui(50 persen).

Upaya diagnostik

Untuk mengetahui penyebabnya secara lebih pasti maka dokter haruslah melakukan beberapa pemeriksaan terkait secara lengkap. Pemeriksaan darah pasangan suami istri dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan kromosom, kadar hormon progesteron serum, kadar antibodi terhadap TORSH, kadar gula darah, dan kadar hormon tiroid. Pada kasus infeksi TORSH ini haruslah dilakukan analisis yang lebih mendalam. Abortus hanya diakibatkan oleh infeksi

Page 9: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

yang baru terjadi dan bukanlah oleh infeksi yang telah lampau, sehingga pengobatan yang tidak perlu dapat dihindari.

Untuk mengetahui adanya infeksi pada daerah mulut rahim dapat dilakukan pengambilan contoh lendir mulut rahim dan dilakukan pemeriksaan terhadap keberadaan mikroorganisme yang abnormal. Dengan alat bantu ultrasonografi (USG) dapat diketahui bentuk dan ukuran rahim, adanya miom di dinding rahim atau polip dalam rongga rahim. Jika terdapat kecurigaan adanya sekat pada rahim, dapat digunakan alat bantu lainnya yaitu alat teropong ke dalam rahim (histeroskopi).

Sindrom antifosfolipid

Sindrom antifosfolipid merupakan kumpulan gejala penyakit yang terkait dengan kerusakan beberapa organ akibat tidak terkendalinya antibodi terhadap unsur fosfolipid yang berada di dalam tubuh kita.

Fosfolipid adalah unsur yang sangat penting karena merupakan bagian utama dari dinding sel. Fosfatidil serin, fosfatidil inositol, asam fosfatidat, dan kardiolipin, merupakan fosfolipid yang bermuatan negatif, sedangkan fosfatidilkolin dan fosfatidil etanolamin bermuatan netral. Oleh karena kelainan tertentu maka tubuh akan membentuk zat antibodi yang kemudian akan menyerang atau merusak secara spesifik terhadap unsur fosfolipid ini, terutama fosfolipid yang bermuatan negatif. Dalam hal ini kerusakannya akan membawa dampak yang sangat buruk.

Beberapa kelainan yang dapat ditimbulkan akibat antibodi antifosfolipid yang tidak terkendali tersebut adalah trombosis arteri dan vena, trombositopenia, keguguran spontan yang berulang, kematian janin, pertumbuhan janin terhambat, preeklamsia, infertilitas, stroke, emboli paru, kelainan kulit, penyakit jantung infark, kelainan katup jantung, anemia hemolitik, dan masih banyak lagi. Sindrom antifosfolipid juga mempunyai hubungan yang erat dengan penyakit autoimun lainnya yaitu penyakit lupus.

Keguguran berulang

Walaupun sudah diketahui bahwa antibodi antifosfolipid dapat menyebabkan terjadinya keguguran yang berulang, namun kita harus menyadari bahwa masih banyak faktor lain yang dapat menjadi penyebab terjadinya keguguran berulang tersebut. Untuk menghindari pengobatan yang tidak tepat, haruslah terlebih dahulu dicari penyebab selain antibodi antifosfolipid, seperti kelainan organ rahim, kelainan kromosom, atau kelainan hormon. Jika tidak ditemukan, upaya diagnostik dapat ditujukan kepada kemungkinan sindrom antifosfolipid.

Sindrom antifosfolipid haruslah memenuhi kriteria yang diputuskan oleh para ahli pada simposium internasional ke-8 tentang antibodi antifosfolipid, 10 Oktober 1998 di Sapporo, Jepang, yaitu :

I. Kriteria klinik

1. Trombosis di pembuluh darah

Page 10: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

Terdapat satu atau lebih episoda trombosis di arteri, vena atau pembuluh darah kecil, di jaringan atau organ. Diagnosis trombosis menggunakan pemeriksaan radiologi, pemeriksaan doppler atau histopatologi.

2. Morbiditas pada kehamilan

a. Satu kali atau lebih kematian janin pada usia kehamilan 10 minggu atau lebih, tanpa ditemukan adanya kelainan morfologi janin.

b. Satu kali atau lebih terjadi persalinan prematur janin normal pada usia 34 minggu atau kurang karena preeklamsia berat /eklamsia atau insufisiensi plasenta.

c. Tiga kali atau lebih terjadi keguguran spontan pada usia kurang dari 10 minggu, tanpa disertai kelainan anatomi organ ginekologi atau tanpa kelainan hormonal ibu atau tanpa kelainan kromosom kedua orang tua.

II. Kriteria laboratorik

1. Antibodi antikardiolipin (ACA) isotipe IgG dan atau IgM, dengan kadar positif sedang (IgM 6-50 MPL unit dan IgG 15-80 GPL unit) atau kadar positif tinggi (IgM >50 MPL unit dan IgG >80 GPL unit), pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak minimal 6 minggu.

2. Antikoagulan lupus (LA) positif pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak minimal 6 minggu.

Secara definitif, sindrom antifosfolipid dapat ditegakkan dengan ditemukannya minimal 1 kriteria klinik, dan 1 kriteria laboratorik.

Jika telah terbukti adanya kaitan yang erat antara antibodi antifosfolipid dan keguguran yang berulang, maka pengobatan saat ini yang dianjurkan selain mengobati penyebabnya adalah dengan pemberian asam asetosalisilat atau aspirin dosis rendah 81 mg. Pada kasus yang berat dapat dilakukan kombinasi dengan suntikan heparin. [KOMPAS]

Page 11: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

. Tuberkulosis ParuKehamilan tidak banyak memberikan pengaruh terhadap cepatnya perjalanan penyakit ini, banyak penderita tidak mengeluh sama sekali. Keluhan yang sering ditemukan adalah batuk-batuk yang lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, BB menurun, kadang-kadang ada batuk darah, dan sakit di dada. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan adanya ronkhi basal, suara caverne atau pleural effusion. Penyakit ini mungkin bentuknya aktif atau kronik, dan mungkin pula tertutup atau terbuka.

Pada penderita yang dicurigai menderita TBC Paru sebaiknya dilakukan pemeriksaan tuberkulosa tes kulit dengan PPD (puirified protein derivate) 5u, bila hasil positif dilanjutkan dengan pemeriksaan foto dada. Perlu diperhatikan dan dilindungi janin dari pengaruh sinar X, pada penderita TBC Paru aktif perlu dilakukan pemeriksaan sputum BTA untuk membuat diagnosis secara pasti sekaligus untuk tes kepekaan / uji sensitivitas. Pada janin dengan ibu TBC Paru jarang dijumpai TBC congenital, janin baru tertular penyakit setelah lahir, karena dirawat atau disusui ibunya.

Penatalaksanaan :Penyakit ini akan sembuh dengan baik bila pengobatan yang diberikan dipatuhi oleh penderita, berikan penjelasan dan pendidikan kepada pasien bahwa penyakitnya bersifat kronik sehingga diperlukan pengobatan yang lama dan teratur. Ajarkan untuk menutup mulut dan hidungnya bila batuk, bersin dan tertawa.Sebagian besar obat anti TBC aman untuk wanita hamil, kecuali streptomisin yang bersifat ototoksik bagi janin dan harus diganti dengan etambutol, pasien hamil dengan TBC Paru yang tidak aktif tidak perlu mendapat pengobatan.  Sedangkan pada yang aktif dianjurkan untuk menggunakan dua macam obat atau lebih untuk mencegah timbulnya resistensi kuman, dan isoniazid (INH) selalu diikutkan karena paling aman untuk kehamilan, efektifitasnya tinggi dan harganya lebih murah.

Obat-obatan yang dapat digunakan1. Isoniazid (INH) 300 mg/hari. Obat ini mungkin menimbulkan komplikasi pada hati sehingga timbul gejala-gejala hepatitis berupa nafsu makan berkurang, mual dan muntah. Oleh karena itu –perlu diperiksa faal hati sewaktu-waktu dan bila ada perubahan untuk sementara obat harus segera dihentikan.2. Etambutol 15-20 mg/kg/hari. Obat ini dapat menimbulkan komplikasi retrobulber neuritis, akan tetapi efek samping dalam kehamilan sangat sedikit dan pada janin belum ada.3. Streptomycin 1gr/hari. Obat ini harus hati-hati digunakan dalam kehamilan, jangan digunakan dalam kehamilan trimester I. Pengaruh obat ini pada janin dapat menyebabkan tuli bawaan (ototoksik). Disamping itu obat ini juga kurang menyenangkan pada penderita karena harus disuntikan setiap hari.4. Rifampisin 600mg/hari. Obat ini baik sekali untuk pengobatan TBC Paru tetapi memberikan efek teratogenik pada binatang poercobaan sehingga sebaiknya tidak diberikan pada trimester I kehamilan.Pemeriksaan sputum harus dilakukan setelah 1-2 bulan pengobatan, jika masih positif perlu diulang tes kepekaan kuman terhadap obat, bila pasien sudah sembuh lakukan persalinan secar biasa. Pasien TBC aktif harus ditempatkan dalam kamar bersalin terpisah, persalinan dibantu Ekstraksi Vacum atau Forcep. Usahakan pasien tidak meneran, berikan masker untuk menutupi mulut dan hidung agar kuman tidak menyebar. Setelah persalinan pasien dirawat di ruang observasi 6-8 jam, kemudian dapat dipulangkan langsung. Pasien diberi obat uterotonika dan obat TBC tetap harus diteruskan. Penderita yang tidak mungkin pulang harus dirawat di ruang isolasi, karena bayi cukup rentan terhadap penyakit ini, sebagian besar ahli

Page 12: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

menganjurkan pemisahan dari ibu jika ibu dicurigai menderita TBC aktif, sampai ibunya tidak memperlihatkan tanda-tanda proses aktif lagi setelah dibuktikan dengan pemeriksaan sputum sebanyak 3 kali yang selalu memperlihatkan hasil negatif.Pasien TBC yang menyusui harus mendapat regimen pengobatan yang penuh. Semua obat anti TBC sesuai untuk laktasi sehingga pemberian laktasi dapat dengan aman dan normal. namun bayi harus diberi suntikan mantoux, mendapat profilaksis INH dan imunisasi BCG.

2. GinjalDalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomic ginjal dan saluran kemih yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium.perubahan natomi terdapat  peningkatan pembuluh darah dan ruangan interstisial pada ginjal. Ginjal akan memanjang kurang lebih 1 cm dan kembali normal setelah melahirkan. Ureter juga mengalami pemanjangan, melekuk dan kadang berpindah letak ke lateral dan akan kembali normal 8-12 minggu setelah melahirkan.Selain itu juga terjadi hiperlpasia dan hipertrofi otot dinding ureter dan kaliks, dan berkurangnya tonus otot-otot saluran kemih karena pengaruh kehamilan. Akibat pembesaran uterus hiperemi organ-organ pelvis dan pengaruh hormonal terjadi perubahan pada kendung kemih yang dimulai pada kehamilan 4 bulan. Kandung kemih akan berpindah lebih anterior dan superior. Pembuluh-pembuluh di daerah mukosa akan membengkak dan melebar. Otot kandung kemih mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen. Kapasitas kandung kemih meningkat sampai 1 liter karena efek relaksasi dari hormon progesterone.

Perubahan Fungsi Segera sesudah konsepsi, terjadi peningkatan aliran plasma (Renal Plasma flow) dan tingkat filtrasi gomerolus (Gomerolus Filtration Rate). Sejak kehamilan trimester II GFR akan meningkat 30-50 %, diatas nilai normal wanita tidak hamil. Akibatnya akan terjadi penurunan kadar kreatinin serum dan urin nitrogen darah, normal kreatinin serum adalah 0,5-0,7 mg/100 mll dan urea nitrogen darah 8-12 mg/100 mll.

3. JantungEtiologiSebagian besar disebabkan demam reumatik. Bentuk kelainan katup yang sering dijumpai adalah stenosis mitral, insufisiensi mitral, gabungan stenosis mitral dengan insufisiensi mitral, stenosis aorta, insufisiensi aorta, gabungan antara insufisiensi aorta dan stenosis aorta, penyakit katupulmonal dan trikuspidal.Faktor PredisposisiPeningkatan usia pasien dengan penyakit jantung hipertensi dan superimposed preeklamsi atau eklamsi, aritmia jantung atau hipertrofi ventrikel kiri, riwayat decompensasi cordis, anemia.

PatofisiologiKeperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi melalui darah ibu. Untuk itu banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Karena itu dalam kehamilan selalu terjadi perubahan dalam system kardiovaskuler yang baisanya masih dalam batas-batas fisiologik. Perubahan-perubahan itu terutama disebabkan karena :1. Hidrenia (Hipervolemia), dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan puncaknya pada UK 32-36 minggu2. Uterus gravidus yang makin lama makin besar mendorong diafragma ke atas, ke kiri, dan ke depan sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung mengalami lekukan dan

Page 13: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

putaran.Volume plasma bertambah juga sebesar 22 %. Besar dan saat terjadinya peningkatan volume plasma berbeda dengan peningkatan volume sel darah merah ; hal ini mengakibatkan terjadinya anemia delusional (pencairan darah).12-24 jam pasca persalinan terjadi peningkatan volume plasma akibat imbibisi cairan dari ekstra vascular ke dalam pembuluah darah, kemudian di ikuti periode deuresis pasca persalinan yang mengakibatkan hemokonsentrasi (penurunan volume plasa). 2 minggu pasca persalinan merupakan penyesuaian nilai volume plasma seperti sebelum hamil.Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri, tetapi jantung yang sakit tidak. Oleh karena itu dalam kehamilan frekuensi denyut jantung meningkat dan nadi rata-rata 88x/menit dalam kehamilan 34-36 minggu. Dalam kehamilan lanjut prekordium mengalami pergeseran ke kiri dan sering terdengar bising sistolik di daerah apeks dan katup pulmonal. Penyakit jantung akan menjadi lebih berat pada pasien yang hamil dan melahirkan, bahkan dapat terjadi decompensasi cordis.

Manifestasi KlinisMudah lelah, nafas terengah-engah, ortopnea, dan kongesti paru adalah tanda dan gejala gagal jantung kiri. Peningkatan berat badan, edema tungkai bawah, hepato megali, dan peningkatan tekanan vena jugularis adalah tanda dan gejala gagal jantung kanan. Namun gejala dan tanda ini dapat pula terjadi pada wanita hamil normal. Biasanya terdapat riwayat penyakit jantung dari anamnesis atau dalam rekam medis.Perlu diawasi saat-saat berbahaya bagi penderita penyakit jantung yang hamil yaitu :1. Antara minggu ke 12 dan 32. Terjadi perubahan hemodinamik, terutama minggu ke 28 dan 32, saat puncak perubahan dan kebutuhan jantung maksimum2. Saat persalinan. Setiap kontraksi uterus meningkatkan jumlah darah ke dalam sirkulasi sistemik sebesar 15 – 20% dan ketika meneran pada partus kala ii, saat arus balik vena dihambat kembali ke jantung.3. Setelah melahirkan bayi dan plasenta. Hilangnya pengaruh obstruksi uterus yang hamil menyebabkan masuknya darah secara tiba-tiba dari ekstremitas bawah dan sirkulasi uteroplasenta ke sirkulasi sistemik.4. 4-5 hari seetelah peralinan. Terjadi penurunan resistensi perifer dan emboli pulmonal dari thrombus iliofemoral.

Gagal jantung biasanya terjadi perlahan-lahan, diawali ronkhi yang menetap di dasar paru dan tidak hilang seteah menarik nafas dalam 2-3 kali.Gejala dan tanda yang biasa ditemui adalah dispnea dan ortopnea yang berat atau progresif, paroxysmal nocturnal dyspnea, sinkop pada kerja, nyeri dada, batuk kronis, hemoptisis, jari tabuh, sianosis, edema persisten pada ekstremitas, peningkatan vena jugularis, bunyi jantung I yang keras atau sulit didengar, split bunyi jantung II, ejection click, late systolic click, opening snap, friction rub, bising sistolik derajat III atau IV, bising diastolic, dan cardio megali dengan heaving ventrikel kiri atau kanan yang difus.

Pemeriksaan PenunjangSelain pemeriksaan laboratorium rutin juga dilakukan pemeriksaan :1. EKG untuk mengetahui kelainan irama dan gangguan konduksi, kardiomegali, tanda penyakit pericardium, iskemia, infark. Bisa ditemukan tanda-tanda aritmia.2. Ekokardigrafi. Meteode yang aman, cepat dan terpercaya untuk mengetahu kelainan fungsi dan anatomi dari bilik, katup, dan peri kardium3. Pemeriksaan Radiologi dihindari dalam kehamilan, namun jika memang diperlukan dapat dilakukan dengan memberi perlindung diabdomen dan pelvis.

Page 14: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

DiagnosisBurwell dan Metcalfe mengajukan 4 kriteria. Diagnosis ditegakkan bila ada satu dari kriteria :1. Bising diastolic, presistolik, atau bising jantung terus menerus2. Pembesaran jantung yang jelas3. Bising sistolik yang nyaring, terutama bila disertai thrill4. Arimia berat

Pada wanita hamil yang tidak menunjukan salah satu gejala tersebut jarang menderita penyakit jantung. Bila terdapat gejala decompensasi jantung pasien harus di golongkan satu kelas lebih tinggi dan segera dirawatKlasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan

Kelas I• Tanpa pembatasan kegiatan fisik• Tanpa gejala penyakit jantung pada kegiatan biasa

Kelas II• Sedikit pembatasan kegiatan fisik• Saat istirahat tidak ada keluhan• Pada kegiatan fisik biasa timbul gejala isufisiensi jantung seperti: kelelahan, jantung berdebar (palpitasi cordis), sesak nafas atau angina pectoris

Kelas III• Banyak pembatasan dalam kegiatan fisik• Saat istirahat tidak ada keluhan• Pada aktifitas fisik ringan sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung

Kelas IV• Tidak mampu melakukan aktivitas fisik apapun

Komplikasi Pada ibu dapat terjadi : gagal jantung kongestif, edema paru, kematian, abortus.Pada janin dapat terjadi : prematuritas, BBLR, hipoksia, gawat janin, APGAR score rendah, pertumbuhan janin terhambat.PenatalaksanaanSebaiknya dilakukan dalam kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau ahli jantung. Secara garis besar penatalksanaan mencakup mengurangi beban kerja jantung dengan tirah baring, menurunkan preload dengan deuretik, meningkatkan kontraktilitas jantung dengan digitalis, dan menurunkan after load dengan vasodilator.Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan klasifikasinya yaitu :

Kelas ITidak memerlukan pengobatan tambahan

Kelas IIUmumnya tidak memerlukan pengobatan tambahan, hanya harus menghindari aktifitas yang berlebihan, terutama pada UK 28-32 minggu. Pasien dirawat bila keadaan memburuk.Kedua kelas ini dapat meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan pervaginam, namun harus diawasi dengan ketat. Pasien harus tidur malam cukup 8-10 jam, istirahat baring minimal setengah jam setelah makan, membatasi masuknya cairan (75

Page 15: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

mll/jam) diet tinggi protein, rendah garam dan membatasi kegiatan. Lakukan ANC dua minggu sekali dan seminggu sekali setelah 36 minggu. Rawat pasien di RS sejak 1 minggun sebelum waktu kelahiran. Lakukan persalinan pervaginam kecuali terdapat kontra indikasi obstetric. Metode anastesi terpilih adalah epiduralKala persalinan biasanya tidak berbahaya. Lakukan pengawasan dengan ketat. Pengawasan kala I setiap 10-15 menit dan kala II setiap 10 menit. Bila terjadi takikardi, takipnea, sesak nafas (ancaman gagal jantung), berikan digitalis berupa suntikan sedilanid IV dengan dosis awal 0,8 mg, dapat diulang 1-2 kali dengan selang 1-2 jam. Selain itu dapat diberi oksigen, morfin (10-15 mg), dan diuretic.Pada kala II dapat spontan bila tidak ada gagal jantung. Bila berlangsung 20 menit dan ibu tidak dapat dilarang meneran akhiri dengan ekstraksi cunam atau vacum dengan segeraTidak diperbolehkan memaki ergometrin karena kontraksi uterus yang bersifat tonik akan menyebabkan pengembalian darah ke sirkulasi sistemik dala jumlah besar.Rawat pasien sampai hari ke 14, mobilisasi bertahap dan pencegahan infeksi, bila fisik memungkinkan pasien dapat menusui.

Kelas IIIDirawat di RS selam hamil terutama pada UK 28 minggu dapat diberikan diuretic

Kelas IVHarus dirawat di RSKedua kelas ini tidak boleh hamil karena resiko terlalu berat. Pertimbangkan abortus terapeutik pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Jika kehamilan dipertahankan pasien harus terus berbaring selama hamil dan nifas. Bila terjadi gagal jantung mutlak harus dirawat dan berbaring terus sampai anak lahir. Dengan tirah baring, digitalis, dan diuretic biasanya gejala gagal jantung akan cepat hilang.Pemberian oksitosin cukup aman. Umumnya persalinan pervaginam lebih aman namun kala II harus diakhiri dengan cunam atau vacuum. Setelah kala III selesai, awasi dengan ketat, untuk menilai terjadinya decompensasi atau edema paru. Laktasi dilarang bagi pasien kelas III dan IV.Operasi pada jantungn untuk memperbaiki fungsi sebaiknya dilakukan sebelum hamil. Pada wanita hamil saat yang paling baik adalah trimester II namun berbahaya bagi bayinya karena setelah operasi harus diberikan obat anti pembekuan terus menerus  dan akan menyebabkan bahaya perdarahan pada persalinannya. Obat terpilih adalah heparin secara SC, hati-hati memberikan obat tokolitik pada pasien dengan penyakit jantung karena dapat menyebabkan edema paru atau iskemia miocard terutama pada kasus stenosis aorta atau mitral.PrognosisPrognosis tergantung klasifikasi, usia, penyulit lain yang tidak berasal dari jantung, penatalaksanaan, dan kepatuhan pasien. Kelainan yang paling sering menyebabkan kematian adalah edema paru akut pada stenosis mitral. Prognosis hasil konsepsi lebih buruk akibat dismaturitas dan gawat janin waktu persalinan.

4. Diabetes MelitusDiabetes mellitus pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita DM akibat hamilDalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang meninjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi

Page 16: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain : estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatbya resopsi makanan maka terjadi hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.DiagnosisDeteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya. Terutama dilakukan pada ibu dengan factor resiko berupa beberapa kali keguguran, riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion.Juga terdapat riwayat ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan infeksi saluran kemih berulang selama hamil.Klasifikasia. Tidak tergantung insulin (TTI) – Non Insulin Dependent diabetes mellitus (NIDDN) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.b. Tergantung insulin (TI) – Insulin dependent Diabetes Melitus yaitu kasus yan memerlukan insulin dalam mengembalikan kadar gula darah.

KomplikasiMaternal  : infeksi saluran kemih, hydramnion, hipertensi kronik, PE, kematian ibuFetal  : abortus spontan, kelainan congenital, insufisiensi plasenta, makrosomia, kematian intra uterin,Neonatal : prematuritas, kematian intra uterin, kematian neonatal, trauma lahir, hipoglikemia, hipomegnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, syndroma gawat nafas, polisitemia.PenatalaksanaanPrinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl, 2 jam sesudah makan < 120 mg/dl, dan kadar HbA1c<6%. Selain itu juga menjaga agar tidak ada episode hipoglikemia, tidak ada ketonuria, dan pertumbuhan fetus normal. Pantau kadar glukosa darah minimal 2 kali seminggu dan kadar Hb glikosila. Ajarka pasien memantau gula darah sendiri di rumah dan anjurkan untuk kontrol 2-4 minggu sekali bahkan lebih sering lagi saat mendekati persalinan.  Obat hipoglikemik oral tidak dapat dipakai saat hamil dan menyusui mengingat efek teratogenitas dan dikeluarkan melalui ASI, kenaikan BB pada trimester I diusahakan sebesar 1-2,5 kg dan selanjutnya 0,5 kg /minggu, total kenaikan BB sekitar 10-12 kg.

Penatalaksanaan ObstetricPantau ibu dan janin dengan mengukur TFU, mendengarkan DJJ, dan secara khusus memakai USG dan KTG. Lakukan penilaian setiap akhir minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia pertumbuhan janin terhambat dan gawat janin merupakan indikasi SC. Janin sehat dapat dilahirkan pada umur kehamilan cukup waktu (40-42 minggu) dengan persalinan biasa.Ibu hamil dengan DM tidak perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali baik, namun harus selalu diperhatikan gerak janin (normalnya >20 kali/12 jam). Bila diperlukan terminasi kehamilan, lakukan amniosentesis dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila UK <38 minggu). Kehamilan dengan DM yang berkomplikasi harus dirawat sejak UK 34 minggu dan baisanya memerlukan insulin.

Page 17: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

5. Asma Asma Bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya asma tidak sama pada setiap penderita, bahkan pada seorang penderita asma, serangannya tak sama pada kehamilan pertama dan berikutnya. Biasanya serangan akan timbul mulai UK 24-36 minggu dan pada akhir kehamilan jarang terjadi serangan.

Komplikasi Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin dan sering terjadi keguguran, partus premature dan gangguan petumbuhan janin.

Manifestasi Klinis Factor pencetus timbulnya asma antara lain zat-zat alergi, infeksi saluran nafas, pengaruh udara dan factor psikis. Penderita selama kehamilan perlu mendapat pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh nafas pendek, berbunyi, sesak, dan batuk-batuk. Diagnosis dapat ditegakkan seperti asma diluar kehamilan.

Penatalaksanaan1. mencegah timbulnya stress2. Menghindari factor resiko/pencetus yang sudah diketahui secara intensif3. Mencegah penggunaan obat seperti aspirin dan semacamnya yang dapat menjadi pencetus timbulnya serangan4. Pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obat local yang berbentuk inhalasi, atau peroral seperti

isoproterenol5. Pada keadaan lebih berat penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan dengan 1atau lebih dari obat dibawah inia. Epinefrin yang telah dilarutkan (1:1000), 0,2-0,5 ml disuntikan SCb. Isoproterenol (1:100) berupa inhalasi 3-7 haric. Oksigend. Aminopilin 250-500 mg (6mg/kg) dalam infus glukosa 5 %e. Hidrokortison 260-1000 mg IV pelan-pelan atau per infus dalam D10%

Hindari penggunaan obat-obat yang mengandung iodium karena dapat membuat gangguan pada janin, dan berikan antibiotika kalau ada sangkaan terdapat infeksi. Upayakan persalinan secara spontan namun bila pasien berada dalam serangan, lakukan VE atau Forcep. SC atas indikasi asma jarang atau tak pernah dilakukan. Jangan berikan analgesik yang mengandung histamin tapi pilihlah morfin atau analgesik epidural.

Dokter sebaiknya memilih obat yang tidak mempengaruhi ASI. Aminopilin dapat terkandung dalam ASI sehingga bayi mengalami gangguan pencernaan, gelisah, dan ganggguan tidir. Namun obat anti asma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena kadarnya dalam ASI sangat kecil.

Read more: ASKEB: Macam-macam Penyakit yang Menyertai Kehamilan dan Persalinan Ibu Hamil | Smart Click

Page 18: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

VARISES VAGINASunday, 01 May 2011

Share19

 

Banyak wanita menderita varises

vulva atau vagina dan tidak tahu apa yang harus dilakukan tentang mereka. Nah semoga

artikel ini bermanfaat untuk Anda yang mengalaminya.

Apakah varises vagina dan varises vulva?

 

VARISES adalah pembuluh darah balik di bawah kulit atau selaput lendir (mukosa) yang melebar dan berkelok/melingkar akibat kelainan katup dalam pembuluh darah balik tersebut. Biasanya varises terjadi pada tangan dan kaki, namun pada beberapa orang dapat terjadi di tempat-tempat lain seperti pada lambung, rectum (usus besar dekat anus), vagina, skrotum, dan vulva (bibir kemaluan). Sekira 20-30% wanita mengalami varises, terutama pada kehamilan Varises vagina adalah pembuluh darah yang terlihat menggembung di dinding vagina atau terasa menggembung di dalam vagina itu sendiri.

 

varises vulva adalah tonjolan vena yang melalui kulit vulva atau "bibir" vagina baik kulit atau

mukosa di pintu masuk vagina.

Page 19: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

Kadang-kadang varises vagina / vulva bisa sangat besar, membuat kulit vulva terlihat sangat

abnormal. Pada umumnya varises tidak menyebabkan gejala yang terlihat hanyalah

penonjolan pembuluh darah di bawah kulit atau mukosa. Pada varises vagina, pelebaran

pembuluh darah akan terlihat di bawah lapisan selaput lendir vagina. Pada sebagian penderita

varises, terutama varises pada kaki, kaki akan terasa berat, lelah dan nyeri yang bertambah

apabila ia banyak berdiri atau duduk. Gatal-gatal atau perubahan warna kulit menjadi

kebiruan juga merupakan ciri-ciri varises.

Pada kebanyakan wanita hamil yang mengalami varises vagina, persalinan normal masih

dapat dilakukan, kecuali pada varises vagina yang sangat berat, dokter akan menganjurkan

operasi sesar. Dokter akan dapat mengetahuinya ketika memeriksa panggul saat kehamilan

atau pemeriksaan persalinan. Setelah persalinan, dengan sendirinya varises akan mengecil

dan seringnya tidak mengganggu lagi. Apabila ibu hamil lagi, pada umumnya varises akan

datang kembali.

Pendarahan karena varises vagina, pada umumnya terjadi saat persalinan karena pecahnya

dinding pembuluh darah akibat trauma/laserasi jalan pada saat bayi lahir. Sangat jarang

perdarahan akibat varises biasanya terjadi lama setelah persalinan

Seberapa banyak wanita yang menderita varises vagina ?

Tidak ada yang tahu berapa banyak perempuan menderita vagina / varises vulva karena tidak

pernah ada penelitian yang dilakukan untuk menentukan berapa orang yang menderita.

Namun fakta yang terjadi di lapangan adalah:

Sayai jarang melihat varises pada vagina atau vulva pada wanita yang belum hamil.

Kasus ini juga sangat jarang terjadi pada wanita yang bersalin dengan SC - kecuali jika

wanita tersebut sebelumnya sudah pernah bersalin normal sebelum SC atau saat hamil

sudah terdeteksi varises dan ini yang menjadi penyebab atau indikasi dilakukannya SC.

Hampir semua wanita dengan varises vagina atau vulva sebelumnya telah pernah bersalin

secara normal/ persalinan pervagina

Satu dari 5 wanita dengan varises kaki memiliki beberapa varises vagina atau vulva -

walaupun sebagian besar masih terlalu kecil untuk dilihat atau tidak terlalu menyebabkan

masalah

Banyak wanita dengan varises vagina atau vulva tidak punya varises kaki

Page 20: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

Apa penyebab dari varises vagina dan vulva?

Hampir semua varises vagina atau vulva (penderita varises) berasal dari varises dalam

panggul. Ada 2 indung telur di dalam panggul namanya ovarium Masing-masing memiliki

urat yang sangat panjang disebut vena ovarium - ada satu di sebelah kanan dan satu di

sebelah kiri. Vena ovarium harus mengambil darah dari ovarium kembali ke vena besar

sehingga dapat dipompa kembali ke jantung.

Jika katup berhenti bekerja dalam pembuluh darah, pembuluh darah di sekitar ovarium

menjadi sanga besart - suatu kondisi yang disebut "varikokel ovarium" - atau sindroma

kongesti pelvis.

Ada dua pembuluh darah lainnya di panggul yang bisa juga - disebut vena iliaka

internal. terletak di panggul bagian bawah dan dapat menyebabkan masalah yang

sama. Namun, jika cabang dari pembuluh darah ini terpengaruhi, dapat menyebabkan wasir

atau varises di sekitar pantat dan anus.

Penyebab varises vagina dan vulva ini terutama karena tekanan dari uterus pada vena

hipogastrikus dan iliaka. Usus besar yang terlalu penuh akibat sembelit juga merupakan

faktor penting dalam timbulnya masalah ini.

Selain itu meningkatnya hormon selama kehamilan akan membuat dinding pembuluh darah

melemah yang menyebabkan terjadinya pembesaran. Biasanya jika tedapat varises vagina

selama hamil, maka akan muncul varises di kaki juga.

Selain akibat kondisi hamil, varises pada vagina ini juga bisa disebabkan oleh konsumsi obat-

obatan kortikosteroid serta adanya gangguan atau kelainan pada pembuluh darah yang

membuatnya menjadi lemah sehingga varises mudah muncul.

Posisi berdiri duduk dalam jangka waktu yang lama merupakan faktor lain yang mendukung.

Varises ini dapat menghasilkan perdarahan serius dan bahkan fatal pada saat persalinan. Nah

penanganannya jika ini terjadi yang harus dilakukan adalah mengosongkan uterus secepat

mungkin ketika perdarahan terjadi, karena ini tidak dapat dikontrol. Ketika dokter telah

menemukan varises tersebut dalam vagina pasien harus diberikan pengertian tentang bahaya

perdarahan,

Page 21: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

Apa gejala dari varises vagina atau vulva?

Gejala yang terkait dengan varises vagina atau vulva dapat dibagi menjadi 2 kelompok

utama:

Gejala yang terkait dengan pembuluh darah sendiri

Gejala yang terkait dari refluks vena pada panggul (kongesti vena panggul atau sindroma

kongesti pelvis)

1 - Gejala dari varises vulva atau vagina

Varises di vagina atau vulva bisa sangat memalukan. ini yang membuat seseorang sangat

tidak nyaman saat berhubungan intim. Jika cukup besar, mereka benar-benar dapat terlihat

menggantung sehingga memalukan jika mengenakan bikini atau celana dalam model G string

- dan jika sangat besar bisa menyebabkan sulit untuk buang air kecil dan dapat menghambat

hubungan seksual.

2 - Gejala dari vena panggul dan varises panggul (PLT vena panggul / sindroma kongesti

pelvis).

Varises di panggul wanita dapat mendorong salah satu struktur panggul menyebabkan

gejala. Tergantung pada seberapa besar vena nya ini dapat menyebabkan gejala berikut:

sensasi nyeri di panggul, Ketidaknyamanan saat hubungan seksual "dispareunia".

Ada beberapa tes yang disarankan, tetapi hanya satu yang saat ini merupakan "Gold

Standard" test - warna duplex ultrasound transvaginal.

Beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa:

Warna dupleks USG transvaginal

ini adalah ujian standar yang menunjukkan aliran di pembuluh darah di panggul, dan tidak

memerlukan jarum atau x-ray. Namun hanya akurat bila dilakukan oleh operator duplex

sangat berpengalaman

Eksternal warna dupleks USG (di kulit)

Page 22: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

meskipun terdengar jauh lebih baik melakukan pemeriksaan "eksternal" scan bukan

transvaginal scan, pembuluh darah yang letaknya terlalu jauh di dalam dan di sudut kurang

dapat terdeteksi

MRI - Magnetic Resonance Imaging

tes ini dapat menunjukkan varises panggul besar dan menggunakan teknik aliran darah, bisa

melihat beberapa aliran di pembuluh darah. Namun, mahal dan beberapa pasien dapat

merasakan sesak ketika dilakukan scanner MRI.

Venogram (X-ray pembuluh darah dengan injeksi kontras)

venogram adalah penting dalam PENGOBATAN atau varises vagina dan panggul, tapi bukan

merupakan tes yang bagus sekali untuk mendiagnosa atau menyelidiki kondis inii. Namun ini

harus menggunakan X-ray (radiasi) di sekitar indung telur, harus menggunakan penyuntikan

dan begitu invasif serta lebih mahal daripada USG dupleks

CT (atau CAT Scan - Axial Tomography terkomputerisasi)

CT memiliki banyak kelemahan yang sama seperti MRI – dan ini jangan dilakukan pada

pasien dengan syndrom claustrophobia, dan pemeriksaan ini menggunakan sinar-X, sehingga

dapat menyebabkan radiasi pada pelvis dan ovarium

Tindakan pencegahan

Hingga saat ini belum ada alat khusus untuk mencegah varises vagina pada ibu hamil. Namun

bila ibu hamil rajin mengangkat kaki dengan cara menaruhnya di atas bantal kala tidur-

tiduran atau membaca buku, sedikit banyak bisa membantu melancarkan aliran darah. Cara

ini terbukti dapat mengurangi beban yang harus ditopang kaki. Hindari penggunaan sepatu,

sebaiknya dengan hak maksimal 2 cm agar aliran darah tak terhambat. Kemudian saat tidur,

usahakan jangan berbaring hanya dalam satu posisi untuk menghindari tekanan pada

pembuluh darah di satu tempat.

Nah bunda, semoga bermanfaat ya

Salam Hangat

Page 23: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

Bidan Kita

Kelainan Jantung Saat HamilSubmitted by sarimpi on 10 March 2011 - 11:45am 6Share

Hamil bisa memicu munculnya gangguan jantung? Artinya penyakit/gangguan jantung tersebut baru ketahuan atau timbul gejala medisnya saat hamil berupa gangguan gagal jantung. Semisal sesak napas ataupun jantung berdebar-debar.

Salah satunya,penyakit jantung katup akibat adanya penyempitan atau terjadi kebocoran pada katup jantung.Sekitar 80 persen terjadi karena penyakit jantung rematik.

Hanya saja, jantung rematik tak sama dengan rematik yang kita kenal, yang gejalanya berupa pegal-pegal atau peradangan pada sendi.Yang dimaksud jantung rematik adalah kerusakan/kelainan pada klep jantung akibat perubahan sistem imun sebagai reaksi tubuh terhadap kuman penyebab infeksi yang masuk jauh-jauh hari sebelum si ibu hamil. Bisa saja saat si ibu masih anak-anak atau remaja, misalnya.

Katup Menyempit

Dengan antenatal care baik sebetulnya sudah dapat diketahui adanya penyakit jantung katup tersebut. Asalkan bidan atau dokter yang menanganinya cermat saat melakukan anamnesa maupun pemeriksaan kesehatan secara umum.Jadi jangan cuma periksa kehamilannya saja. Terlebih pada mereka yang mengalami kehamilan kembar ataupun ada riwayat keluarga yang mengalami tekanan darah tinggi pada kehamilan. Begitu juga bila pada kehamilan sebelumnya ada gangguan jantung temporer, mengingat gangguan tersebut cenderung berulang.

Kendati awalnya kelainan katup jantung banyak ditemui pada masyarakat kelas bawah,bukan berarti yang berlatar ekonomi menengah ke atas bisa luput begitu saja.Yang jelas, kelainan jantung ini terkait erat dengan rendahnya faktor kebersihan diri maupun lingkungan serta gizi buruk.

Penyakit katup jantung nantinya akan menimbulkan banyak masalah saat kehamilan. Antara lain, penyempitan katup mitral, yakni katup atrioventrikuler yang berada di antara serambi kiri dan bilik kiri jantung.Kalau lubangnya mengecil akibat penyempitan atau sumbatan, berarti aliran darah dari serambi kiri ke bilik kiri kecil sekali. Padahal, darah dari bilik kiri inilah yang akan dipompakan ke seluruh tubuh, termasuk ke janin. Sehingga output atau curah jantung ke seluruh tubuh jadi kurang juga.

Pada orang normal katup mitral biasanya berdiameter sekitar 3,5 cm hingga 4,5 cm. Sementara pada mereka yang mengalami penyempitan, diameternya bisa kurang dari 1 cm. Padahal, secara fisiologis, curah jantung pada orang hamil justru mengalami peningkatan.

Page 24: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

Begitu juga frekuensi denyut jantungnya. Hingga jantung bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan si ibu maupun janinnya.

Sementara di saat yang sama juga terjadi hemodilusi, yakni peningkatan volume darah tapi konsentrasi sel-sel darah merahnya relatif menetap. Pengenceran darah ini puncaknya berlangsung pada kehamilan usia 24-32 minggu.Bisa dibayangkan, bagaimana beratnya beban kerja jantung pada ibu hamil yang mengalami gangguan jantung.

Hati-Hati Dengan Infeksi

Penyebab lain dari penyakit katup jantung adalah virus streptokokus yang mengakibatkan radang tenggorokan, namun tidak mendapat pengobatan tuntas. Manifestasinya adalah munculnya demam disertai peradangan sendi yang berpindah-pindah. Akibat jangka panjangnya, terjadi kebocoran yang disusul dengan penyempitan.

Dengan pertimbangan itulah,pengobatan radang atau infeksi apa pun, mesti tuntas. Lain halnya kalau penanganannya sudah tuntas, namun imunologinya rendah.Yang sebetulnya juga amat perlu diwaspadai adalah tekanan darah tinggi yang secara umum merupakan bagian dari gangguan jantung. Pasalnya secara fisiologis tekanan darah akan mengalami penurunan pada kehamilan normal akibat pembuluh darah mengalami pelebaran. Hingga bukan tidak mungkin ibu hamil dengan hipertensi sebelum kehamilan bisa jadi tak terdeteksi gangguannya. Sementara tensi 130/90 saja sudah bisa dikategorikan sebagai hipertensi karena menimbulkan komplikasi semisal kejang yang berakhir dengan kematian.

Hal inilah yang kerap mengecohkan. Terlebih bila tidak ketahuan tensinya tinggi akibat pemeriksaan kurang teliti. Nah, untuk mencermatinya perhatikan apakah ada gradasi kenaikan tekanan darah,meski kenaikannya relatif kecil.Pemeriksaan urin juga penting untuk melihat ada-tidaknya kandungan protein tinggi.

Sementara hipertensi pada kehamilan bisa saja terjadi bila sebelumnya yang bersangkutan sudah punya longstanding hipertensi. Kalau kemudian hamil, maka hipertensinya bersifat kronis.

Pengawasan Ketat

Selain itu ada juga yang tadinya tidak menunjukkan hipertensi, namun setelah usia kehamilan 20 minggu tekanan darahnya cenderung naik. Yang seperti ini disebut hipertensi injuce by pregnancy atau dipicu oleh kehamilan. Sedangkan "kadar"nya, baik yang dipicu maupun yang sudah ada sebelum kehamilan, bervariasi dari ringan sampai berat dan sama-sama menyebabkan angka kematian maternal tertinggi.

Sebab itulah,gangguan yang bersifat kronis namun tidak terdeteksi sebelum kehamilan, bisa menimbulkan masalah serius begitu yang bersangkutan hamil. Bentuk kelainan/gangguan bisa berupa sesak napas yang biasanya muncul selewat kehamilan berusia 20 minggu sampai 3 bulan setelah melahirkan.Gangguan ini disebut penyakit otot jantung pada kehamilan atau peripartal cardiomyopathy.

Faktor penyebabnya banyak sekali. Ada yang karena infeksi virus, kurang gizi, bawaan, atau autoimunologi buruk. Tentu saja pada ibu hamil perlu pengawasan ketat sekaligus

Page 25: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

pengobatan cermat agar tidak terjadi gagal jantung yang berat, plus diet ketat rendah garam dan cukup protein. Dengan begitu yang bersangkutan bisa melahirkan anak normal.

Kontraindikasi Kehamilan

Tentu saja tidak berarti penanganannya lantas selesai hanya karena si ibu sudah melahirkan bayinya. Sebab harus dipikirkan pula bagaimana rencana kehamilan anak selanjutnya. Untuk menghindari hal-hal tak diinginkan, contohnya, tentu kehamilannya mesti ditangani secara terpadu.

Termasuk pemantauan dengan saksama lewat echocardiography. Dari pemeriksaan ini akan "terbaca" pola gerakan jantung dan katupnya, ukuran rongga, tebalnya dinding, dan adanya cairan kantong jantung.

Pada kasus-kasus peripartal cardiomyopathy, sekitar 60-70 persen jantungnya akan mengecil kembali seperti semula, hingga fungsinya pun membaik. Sedangkan 30-40 persen sisanya akan menetap atau malah memburuk yang justru merupakan kontraindikasi kehamilan mengingat angka mortalitasnya tinggi sekali. Sedangkan berapa lama pemantauan dengan echocardiography amat tergantung kebutuhan,biasanya minimal 2 kali setahun.

Bisa Koma

Jenis gangguan jantung lain yang muncul temporer pada kehamilan adalah aritmia atau gangguan irama jantung yang berpengaruh pada output hingga curah jantung jadi terganggu. Bisa jadi tadinya tak ada atau memang sudah ada alias bersifat kronis tapi tidak termanifestasi.

Yang pasti,kerja jantung mendapat beban tambahan berupa kehamilan, irama jantung meningkat tinggi hingga baru termanifestasi. Ataupun dengan latar belakang penyebab lain, hingga memang harus diobati.

Penyebab lain adalah kelainan kongenital, semisal ASD (atrial septal defect).Celakanya, kelainan yang satu ini lebih banyak menyerang wanita ketimbang pria. Padahal si wanita ini yang nantinya menghadapi kehamilan, persalinan, dan seterusnya. Sementara mayoritas gangguan jantung tadi umumnya baru terdeteksi menjelang akhir kehamilan dengan gejala mendadak darah tinggi dan sesak napas meski tak ada keluhan asma.

Kalau sudah begitu biasanya akan muncul odem/pembengkakan paru yang bisa saja diikuti gagal paru. Akibatnya, output darah dan oksigen ke otak pun jadi minim yang bisa menyebabkan kondisi koma. Bisa juga termanifestasi sebagai kejang-kejang bahkan stroke.

Prinsip Pemberian Obat

Yang tak kalah penting prinsip pemberian obat pada ibu hamil pengidap penyakit atau berkelainan jantung, mesti memperhitungkan berbagai aspek.Harus dipertimbangkan masak-masak, apakah obat tersebut aman buat janin maupun ibunya. Selain upaya agar obat-obatan yang diberikan tidak melalui produksi ASI agar si ibu kelak setelah melahirkan tetap bisa menyusui bayinya.

Penanganan Mesti Integral

Page 26: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

Sebetulnya amat menyarankan adanya premarital counseling bagi para wanita yang merupakan kelompok risiko tinggi. Yakni mereka yang memiliki kelainan jantung bawaan ataupun yang riwayat keluarganya berpeluang memunculkan kelainan jantung maupun faktor-faktor pembekuan darah.

Diperlukan perlindungan obstetri sekaligus kardiovaskuler pada mereka. Hingga memang tak berlebihan bila diharapkan ada sinergi antara ahli jantung dan ginekolog untuk menangani kasus-kasus gangguan jantung pada kehamilan.

Termasuk langkah-langkah antisipasi di kemudian hari. Semisal apakah yang bersangkutan boleh hamil (maupun hamil kembali bila sudah pernah hamil) atau tidak. Soalnya, pada pasien hipertensi kronis yang tekanan darahnya tidak bisa dikontrol, biasanya dianjurkan untuk tidak hamil.Kendati ada kekecualian kasus demi kasus. Contohnya kalau belum punya anak dan kondisi kehamilannya dalam pengawasan penuh para ahli terkait.

Lantas kalaupun boleh hamil, kapan saat yang aman dan jika sudah hamil, bagaimana pengawasan kehamilan itu sendiri. Selain harus dipertimbangkan juga apakah boleh melahirkan normal atau harus sesar.Bahkan jenis KB apa yang cocok untuk mereka harus pula dipikirkan denganpertimbangan keamanan. Artinya,angka kegagalannya rendah sekaligus tidak berdampak buruk pada gangguan jantungnya.

Kelainan Jantung Pada Usia Kehamilan

1. Jantung

1.1 Pengertian

Suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung

gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan /

kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan penfisian ventrikel kiri.

(Ilmu penyakit dalam, Syaifoelah Noer, 1996 : 975)

1.2 Etiologi

Sebagian besar disebabkan oleh demam reumatik, bentuk kelainan katup yang

sering dijumpai stenosis mitral, insufesiensi mitral, stenosis aorta, insufisiensi aorta.

Penyakit katub pulmonal, dan trikuspidal.

Page 27: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

(Arief Manskoer. 2000 : 282)

1.3 Patofisiologi

Terjadi hidremia (hiperrolemia) dalam kehamilan dimulai sejak usia

kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32 – 36 mgg.

Utenis yang semakin membesar mendorong diafragma keatas, kiri, depan sehingga

pembuluh darah besar dekat jantung mengalami lekukan. Kemudian 12 – 24 jam

pasca persalinan terjadi peningkatan volume plasma kemudian di ikuti perieode

diuresis pasca persalinan yang menyebabkan penurunan volume plasa /

hemokonsentrasi.

(Arief Manskoer. 2000 : 282)

1.4 Manifertasi Klinis

- Cepat merasa lelah

- Jantung berdebar-debar

- Sesak nafas kadang disertai sianosis

- Edema tungkai

- Mengeluh tentang bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai

(Prof. Dr. Ida Bagus Ede Manuaba, 1998 : 272)

1.5 Diagnosis

Dari anamnesis sering diketahui bahwa wanita itu penderita penyakit jantung

baik sebelum hamil maupun dalam kehamilan yang terdahulu terutama pada

penyakit demam reumatik.

Menurut Burwell dan Metcalfe mengajukan 4 kriteria yaitu :

- diastolic, presistolik, atau bising jantung terus menerus

- Pembesaran Jantung

Page 28: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

- Bising jantung yang nyaring, terutama disertai thrill

- Aritmia yang berat.

(Hanifa Wiknjosastro, 2005 : 432)

1.6 Pengaruh Kehamilan dan Persalinan terhadap Penyakit Jantung

- Pada kehamilan 32 – 36 minggu terjadi hipervolumia

- Pada kala II, dimana wanita hamil mengerahkan tenaga untuk mengedan dan

memerlukan kerja jantung berat.

- Pada pasca persalinan dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang sudah lahir,

sekarang masuk kedalam sirkulasi darah ibu.

- Pada masa nifas, kemungkinan terjadi infeksi.

1.7 Pemeriksaan Penunjang

Selain pemeriksaan laboratorium rutin juga dilakukan pemeriksaan :

- EKG untuk mengetahui kelainan irama, kardiomegali, tanda penyakit perikurdium

iskemia, atau infark dapat dikemukakan tanda-tanda aritmia.

- Ekokardiografi untuk mengetahui kelainan fungsi dan anatomi dari bilik katup dan

pericardium.

- Pemeriksaan radiology dihindari dalam kehamilan, namun jika memang diperlukan

dapat dilakukan dengan memberikan perlindungan di abdomen dan pelis.

(Arief Manskoer. 2000 : 282)

1.8 Klasifikasi penyakit Jantung

a. Kelas I

- Tanpa pembatasan kegiatan fisik.

Page 29: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

- Tanpa gejala apabila melakukan kegiatan biasa

b. Kelas II

- Sedikit pembatasan kegiatan fisik

- Waktu istirahat tidak ada keluhan

- Kegiatan fisik biasa menimbulkan gejala insufisiensi jantung (seperti kelelahan,

jantung berdebar-debar, sesak nafas)

c. Kelas III

- Kegiatan fisik sangat dibatasi

- Waktu istirahat tidak ada keluhan

- Kegiatan fisik biasa menimbulkan gejala infusiensi jantung

d. Kelas IV

- Pasien yang memperlihatkan gejala insufiesiensi jantung, walaupun dalam

keadaan istirahat.

1.9 Penanganan

a. Dalam Kehamilan

- Memberikan pengertian kepada ibu hamil untuk melaksanakan pengawasan

antenatal yang teratur.

- Kerjasama dengan ahli penyakit dalam / kardiolog.

- Pencegahan kenaikan berat badan dan retensi air yang berlebihan. Jika terdapat

anemia harus diobati.

- Bila terjadi keluhan yang agak berat, seperti sesak nafas. Infeksi saluran

pernafasan dan diagnosis penderita harus dirawat di rumah sakit.

Page 30: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

- Skema kunjungan antenatal setiap 2 minggu menjelang kehamilan 28 minggu

dan ix seminggu setelahnya.

- Wanita hamil dengan penyakit jantung harus cukup istirahat, cukup tidur, diet

rendah garam dan pembatasan jumlah cairan.

- Sebaiknya penderita dirawat 1-2 minggu sebelum taksiran persalinan.

- Pengobatan khusus tergantung pada kelasnya penyakit.

Kelas I : Tidak memerlukan pengobatan tambahan

Kelas II : biasanya tidak memerlukan terapi tambahan, mengurangi kerja

fisik terutama antara kehamilan 28 – 30 minggu.

Kelas II : memerlukan digitalisasi atau obat lainnya. Sebaiknya di rawat di

rumah sakit sejak kehamilan 28 – 30 minggu.

Kelas IV : harus dirawat di rumah sakit dan diberikan pengobatan bekerja

sama dengan kardiolog.

b. Dalam Persalinan

Penderita kelas I dan kelas II biasanya dapat meneruskan kehamilan dan

bersalin pervaginam,namun dengan pengawasan yang baik serta bekerja sama

dengan hali penyakit dalam.

- Membuat daftar his : daftar nadi, pernafasan, tekanan darah yang diawasi dan

dicatat setiap 15 menit dalam kala I dan setiap 10 menit dalam kala II. Bila ada

tanda-tanda payah jantung (dekompensasi kordi) diobati dengan digitalis.

- Memberikan sedilanid dosis awal 0,8 mg dan ditambahkan sampai dosis 1,2 –

1,6 mg intravena secara perlahan-lahan. Jika perlu, suntikkan dapat diulang 1-

2 kali dalam dua jam. Dikamar bersalin harus tersedia tabung berisi oksigen,

morfin, dan suntikkan diuretikuni.

Page 31: Kelainan Katup Jantung Dan Kehamilan

- Kala II yaitu kalayang kritis bagi penderita. Bila tidak timbul tanda-tanda payah

jantung, persalinan dapat ditunggu, diawasi dan ditolong secara spontan.

Dalam 20-30 menit, bila janin belum lahir, kala II segera diperpendek dengan

ekstraksi vakum atau forseps. Kalau dijumpai disproporsi sefalopelvik, maka

dilakukan session sesarea local anestesi/lumbal/kaudal dibawah pengawasan

beberapa ahli multi disiplin.

- Untuk menghilangkan rasa sakit boleh diberikan obat analgesic seperti petidin

dan lain-lain. Jangan diberikan barbiturate (puminal) atau morfin bila ditaksir

bayi akan lahir dalam beberapa jam.

- Kala II biasanya berjalan seperti biasa pemberian ergometrin dengan hati-hati,

biasanya sintometrin intramuskuler adalah.

(Rustam Mochtar, 1998 : 139 – 140)