kelainan gen dalam proses pembekuan darah pada penderita hemofilia.docx
TRANSCRIPT
Kelainan Gen dan Pewarisan Sifat pada Penderita Hemofilia
Kelompok E4
Natasha Natalia Gunawan (102014198)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510
==================================================================
Abstrak
Di dalam sel, terdapat materi genetik yaitu gen yang terdapat pada DNA di dalam kromosom. Materi genetik tersebut berisi kode-kode genetik yang mempengaruhi metabolisme di dalam tubuh. Kode-kode tersebut akan mengalami proses replikasi, transkripsi, dan translasi yang mempunyai tujuan akhir dalam pembentukan asam amino. Pembentukan asam amino akan menghasilkan protein yang dapat berfungsi untuk beberapa hal, salah satunya yaitu dalam proses pembekuan darah. Proses pembekuan darah menggunakan faktor pembekuan darah yang merupakan protein. Apabila terjadi kesalahan pada proses sintesis protein, faktor pembekuan darah tidak akan terbentuk secara sempurna khususnya pada faktor pembekuan darah VIII dan IX. Kesalahan pengkodean asam amino ini dapat disebabkan oleh adanya mutasi. Tidak adanya faktor pembekuan darah akan mengakibatkan kelainan gen. Dalam kasus ini, kelainan gen tersebut adalah hemofilia. Hemofilia yaitu kelainan darah yang sukar membeku. Kelainan gen dapat diwariskan kepada keturunan berdasarkan teori hukum mendel karena hemofilia merupakan kelainan gen yang terpaut pada kromosom X resesif.
Kata kunci: Hemofilia, Sintesis Protein, Transkripsi, Translasi, Mutasi
Abstract
In the cell, there is a genetic material that is contained in the DNA of genes in the chromosomes. Genetic material that contains the genetic code that affects the metabolism in the body. These codes will experience the process of replication, transcription, and translation which has the ultimate goal in the formation of amino acids. The formation of amino acids will produce proteins that can serve for several things, one of which is in the process of blood clotting. The process of blood coagulation using a clotting factor proteins. If an error occurs in the process of protein synthesis, blood clotting factors will not completely formed, especially in the blood clotting factors VIII and IX. This amino acid coding errors can be caused by a mutation. The absence of blood clotting factors will lead to gene abnormalities. In this case, the gene abnormality is hemophilia. Hemophilia is a blood disorder that is difficult to freeze. Gene disorders can be passed on to offspring by legal theory Mendel as hemophilia is a gene abnormality that is adrift on the X chromosome recessive.
Keywords: Hemophilia, Protein Synthesis, Transcription, Translation, Mutation
Pendahuluan
Setiap makhluk hidup mempunyai sel yang mengandung kode genetik. Kode genetik
tersebut dapat mengatur metabolisme dalam tubuh dan dapat mengalami kelainan, baik
terpaut pada autosom maupun pada gonosom. Kelainan tersebut terjadi karena adanya mutasi
dan dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya. Salah satu kelainan yang dapat diturunkan
yaitu hemofilia. Hemofilia yaitu suatu kelainan genetik dalam pembekuan darah karena tidak
adanya faktor pembekuan darah sehingga pendarahan sukar berhenti.U Dalam makalah ini,
akan dibahas mengenai kelainan gen dalam pembekuan darah dan pewarisan sifat pada
penderita hemofilia dengan kasus seorang anak berusia 5 tahun yang terjatuh dari sepedanya
dan kepalanya membentur batu sehingga berdarah. Pendarahannya tidak berhenti sampai
lebih dari satu jam, maka ibunya menjadi panik dan membawanya ke dokter.
Identifikasi Istilah
Tidak ada istilah yang tidak diketahui.
Rumusan Masalah
Seorang anak berusia 5 tahun mengalami pendarahan yang tidak berhenti sampai
lebih dari 1 jam.
Analisa Masalah
Hemofilia
Tidak ada faktor pembekuan
darah
Protein
Sintesis, transkripsi,
translasi
Ekspresi Gen
Kelainan Gen
Pewarisan Sifat
Pedigree
Hukum Mendel
Fenotip Mutasi
Delesi
Duplikasi
Inversi
Insersi
Translokasi
Genotip
Materi Genetik
DNA
Gen
Kromosom Gonosom ResesifLinkage
Hipotesis
Seorang anak mengalami pendarahan terus-menerus karena kelainan gen yaitu tidak
adanya faktor pembekuan darah.
Pengertian Umum mengenai Hemofilia
Hemofilia adalah kelainan pendarahan herediter terikat pada gonosom X resesif
yang diakibatkan oleh defisiensi faktor pembekuan darah esensial. Salah satu gejala dari
penyakit ini adalah perdarahan eksternal tetapi gejala yang paling umum adalah pendarahan
di sekitar sendi dan otot. Terdapat dua jenis hemofilia secara umum yaitu hemofilia A dan
hemofilia B. Hemofilia A adalah hemofilia yang paling umum terjadi, disebabkan karena
defisiensi faktor pembekuan darah XIII dan hemofilia B atau Christmas Disease disebabkan
karena defisiensi faktor pembekuan darah IX.1
Pada saat terjadi pendarahan, terjadi kontrol di dalam tubuh untuk melakukan
proses pembekuan. Pembekuan adalah proses berubahnya darah dari cair menjadi semi-padat
yang melibatkan fibrinogen, makrofag yang dapat larut dan terdiri dari rantai polipeptida
yang akan menjadi monomer fibrin. Terdapat tiga reaksi dasar dalam proses pembekuan
darah. Reaksi pertama yaitu aktivator protrombin dibentuk sebagai respon pada kerusakan
jaringan. Reaksi kedua yaitu aktivator protrombin mengkatalis perubahan protrombin
menjadi trombin. Reaksi ketiga yaitu trombin mengkatalis perubahan fibrinogen yang dapat
larut menjadi benang polimer fibrin padat yang nantinya akan membentuk jaring-jaring untuk
menutup pendarahan.2
Gambar 1. Mekanisme Pembekuan Darah Normal dan Hemofilia3
Faktor pembekuan darah atau antihemofilia diperlukan untuk trombiokinase
mengeluarkan protrombin. Pada penderita hemofilia, proses tersebut tidak sempurna karena
kekurangan atau tidak adanya faktor pembekuan darah VIII atau IX. Defisiensi ini
mengakibatkan trombokinase tidak dapat mengeluarkan trombin sehingga proses pembekuan
darah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kekurangan faktor pembekuan darah ini dapat
terjadi disebabkan karena hereditas dan mutasi.4
Hubungan Gen, DNA, dan Kromosom
Genetika adalah suatu pengetahuan mengenai pewarisan pada mahluk hidup yang
meliputi tingkat molekul, yaitu DNA hingga kromosom.5 Kromosom pertama kali ditemukan
oleh Heinrich Waldeyer pada tahun 1880-an. Kromosom tersusun atas DNA yang
berkondensasi bersama protein histon di dalam inti sel, membentuk nukleosom. Nukleosom
membentuk benang yang disebut kromatin. Kromosom mempunyai struktur yaitu lengan
kromosom, sentromer, dan telomer. Lengan kromosom adalah bagian dari kromosom
mengandung gen, sentromer adalah bagian tengah kromosom yang mengikat lengan
kromosom, dan telomer adalah bagian ujung kromosom.6
Bahan genetik untuk semua organisme selular adalah DNA (Deoxyribosa Nucleat
Acid) untai ganda. Menurut Watson dan Crick, DNA berbentuk double helix yaitu bentuk
seperti tangga terpilin yang sangat panjang. Untaian DNA merupakan heliks ganda dan
antipararel.5 Setiap DNA disusun oleh dua buah rantai polinukleotida. Rantai polinukleotida
dibentuk oleh banyak nukleotida yang berikatan satu sama lain dengan ikatan fosfodiester.
Satu nukleotida dibentuk oleh satu gula pentosa (deoksiribosa), satu gugus fosfat dan satu
gugus basa nitrogen.7 Setiap untai DNA linear berisi akhiran 3’, memiliki gugus hidroksil (-
OH) pada karbon deoksiribosa 3’; dan akhiran 5’; memiliki gugus fosfat bebas (-PO). Dua
untai dalam untai ganda DNA adalah antipararel, basanya di akhiran 5’ dari satu pasangan
untai dengan basa di akhiran 3’ yang lain.5 Bahan dasar pembentuk nukleotida adalah
nukleosida, yaitu bentuk ikatan antara gula pentosa dengan basa nitrogen. Bila nukleosida
mengikat fosfat akan membentuk nukleotida. Basa nitrogen pada DNA ada dua macam yaitu
purin dan pirimidin. Purin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G), sedangkan pirimidin terdiri
atas timin (T) dan sitosin (S). Adenin selalu berpasangan dengan Timin dan dihubungkan
oleh dua ikatan hidrogen, sedangkan guanin selalu berpasangan dengan sitosin dan
dihubungkan oleh tiga ikatan hidrogen.7
Setiap manusia berasal dari satu sel kecil yang akan bertumbuh menjadi triliunan sel.
Sel-sel tersebut mengandung kode genetik yang dibawa oleh agen biokimiawi yaitu gen dan
kromosom. Gen dipertukarkan antar kromosom yang akan membentuk suatu kombinasi baru
ketika kromosom menyatu. Kombinasi yang terbentuk dari gen tersebut disebut genotip.
Fenotip menggambarkan karakter morfologi, fisiologi, anatomi, dan biokimia mahluk hidup.
Fenotip muncul sebagai perwujudan atau ekspresi genotip pada lingkungan terkait.8
Gambar 2. Kromosom, DNA, dan gen9
Proses Sintesis Protein
Dogma sentral biologi molekular meliputi replikasi, transkripsi, dan translasi.7 DNA
memiliki kemampuan untuk menggandakan diri yang umumnya terjadi saat interfase. Secara
umum terdapat dua hipotesis mengenai replikasi DNA, yaitu hipotesis konservatif dan
semikonservatif. Hipotesis konservatif menyatakan bahwa kedua ulir ganda DNA asal tetap
utuh sehingga molekul hasil replikasi akan mengandung dua untai baru yang disintesis.
Hipotesis semikonservatif yang dikemukakan oleh Watson dan Crick menyatakan bahwa
kedua ulir ganda DNA menjadi template atau cetakan untuk membuat untai komplementer
baru sehingga molekul hasil replikasi akan mengandung satu untai asal dan satu untai baru
yang disintesis. Tahun 1957, Matthew Meselson dan Franklin W. Stahl membuat suatu
penelitian yang hasilnya mendukung hipotesis semikonservatif.10
Proses replikasi membutuhkan DNA cetakan atau DNA yang akan direplikasi,
molekul deoksi ribonukleotida trifosfat (dNTP) yang meliputi deoksiadenosin trifosfat
(dATP), deoksiguanosin trifosfat (dGTP), deoksitidin trifosfat (dCTP), dan deoksitimidin
trifosfat (dTTP), enzim DNA Polimerase untuk mengkatalis proses polimerisasi nukleotida
menjadi untaian DNA, enzim Primase untuk mengkatalis sintesis primer untuk memulai
replikasi DNA, enzim Heligase dan Topoisomerase untuk membuka ikatan untaian DNA
induk, molekul protein single strand binding protein (SSBP) untuk menstabilkan untaian
DNA yang sudah terbuka, dan enzim Ligase untuk menyambungkan fragmen DNA.6
Tahapan dalam replikasi yaitu denaturasi atau pemisahan untaian DNA induk, inisiasi,
elongasi, ligasi fragmen DNA, dan terminasi. Pada tahapan denaturasi, untaian DNA induk
akan terpisah dan membentuk garpu replikasi yang dilakukan oleh enzim DNA helikase.
Sintesis DNA berlangsung dari untai 5’ -> 3’ sehingga terbentuk dua untai, yaitu leading
strand dan lagging strand. Pada leading strand, replikasi dilakukan tanpa terputus karena
sintesis DNAnya berlawanan dengan arah pembukaan garpu sedangkan pada lagging strand,
replikasi dilakukan fragmen per fragmen yang disebut fragmen Okazaki karena sintesis
DNAnya searah dengan arah pembukaan garpu. Fragmen pada lagging strand akan
disambung oleh DNA ligase. Setiap rantai polinukleotida lama akan membentuk rantai
polinukleotida baru pasangannya. Pada akhir replikasi diperoleh dua DNA yang tepat sama
masing-masing terdiri atas rantai polinukleotida lama dan baru yang saling melilit.6
Gambar 3. Proses Replikasi DNA11
Ekspresi gen meliputi proses transkripsi dan translasi. DNA mengalami transkripsi
untuk menghasilkan ribose nukleat acid (RNA). Transkripsi adalah proses menyalin data
yang terdapat pada rantai sense DNA. Rantai DNA terbuka dan salah satu rantai berfungsi
sebagai template untuk produksi rantai RNA. Tiga jenis RNA yang akan dihasilkan yaitu
messenger RNA (mRNA), ribosomal RNA (rRNA), dan transfer RNA (tRNA) yang
dihasilkan akan bekerja sama dalam melakukan translasi. RNA polimerase membuka double
heliks DNA. Salah satu rantai DNA berfungsi sebagai cetakan atau template. Enzim RNA
polimerase bergerak sepanjang molekul DNA untuk merangkai ribonukleotida ke ujung 3′
dari RNA. Tahapan terakhir pada transkripsi yaitu penambahan poli A di ujung rantai RNA.
Hasil transkripsi berupa RNA dengan intron dan exon. Intron yaitu bagian yang tidak
mempunyai kode genetik dan dihilangkan dengan proses splicing yang berlangsung di
nukleus. Hasil akhir transkripsi yaitu rRNA dan tRNA, sedangkan mRNA akan mengalami
translasi.5
Gambar 4. Proses Transkripsi12
Translasi adalah suatu proses untuk mensintesis protein-protein yang dibutuhkan oleh
tubuh. Tahapan translasi pertama yaitu inisiasi, dimulai dengan menempelnya tRNA, ribosom
40S dan 60S pada mRNA.5 Ribosom akan bergeser hingga bertemu dengan kodon AUG
sebagai kodon start. Asam amino yang dibawa oleh tRNA awal adalah metionin. Metionin
adalah asam amino yang dikodekan oleh AUG. Tahapan selanjutnya yaitu elongasi. Elongasi
dimulai dengan penempelan sub unit besar pada sub unit kecil. Tempat pertama adalah
tempat P (peptidil) yang ditempati oleh tRNA dengan asam amino Metionin. Tempat kedua
adalah tempat A (aminoasil) yang terletak pada kodon kedua. Asam amino yang dikodekan
akan bergerak dan terisi pada tempat A sehingga kedua tempat akan terisi. Ikatan tRNA
dengan asam amino Metionin lepas sehingga kedua asam amino yang berangkai berada pada
tempat A. Tahapan terakhir yaitu terminasi, ketika terbaca kodon stop pada UAA, UAG,
UGA.7
Gambar 5. Translasi Asam Amino13
Hukum Mendel
Hukum Mendel pertama yaitu mengenai segregasi. Hukum ini menyatakan bahwa
pemisahan atau segregasi selama proses pembentukan gamet dan akan menyatu lagi pada saat
fertilisasi, sehingga sebagian gamet akan berisi gen yang diturunkan oleh ibu dan yang
lainnya berisi gen yang ditutunkan oleh ayah. Hukum Mendel I ini dibuktikan dengan
percobaan persilangan dari kacang kapri. Mendel mendapatkan beberapa teori, yaitu setiap
persilangan mempunyai sifat yang dominan dan resesif, apabila homozigot dominan dan
homozigot resesif disilangkan, maka F1 akan mempunyai dua macam alel tetapi hanya
memunculkan sifat dominan, individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet
setengahnya mempunyai alel dominan dan setengahnya lagi mempunyai alel resesif. Apabila
individu F1 disilangkan dengan sesama F1, maka akan dihasilkan fenotip dominan dengan
resesifnya adalah 3:1, sedangkan genotipnya 1 heterozigot dominan, 2 heterozigot, dan 1
homozigot resesif.14
Gambar 6. Hukum Mendel SegregasiPP
Hukum Mendel kedua yaitu mengenai berpasangan secara bebas. Hukum ini
menyatakan bahwa gen yang berada pada berbagai lokus akan bersegregasi secara bebas satu
sama lain. Setiap pasangan akan berpisah dan bergerak ke dalam gamet dengan bebas, selama
gen tersebut tidak berada pada kromosom yang sama. Apabila gen berada pada kromosom
yang sama, maka gen tersebut tidak sepenuhnya dapat bebas bergerak, tetapi akan diturunkan
secara terikat.14
Gambar 7. Hukum Mendel Berpasangan secara Bebas15
Kelainan Gen pada Tautan Gonosom
Pada tahun 1903, Walter Sutton menyatakan bahwa jumlah sifat yang diturunkan
lebih banyak daripada jumlah kromosom hingga akhirnya ditemukan bahwa terdapat gen-gen
yang tidak mengikuti hukum Mendel. Gen tersebut terletak pada kromosom yang sama
sehinggs tidak dapat memisah dengan bebas yang disebut sebagai gen terangkai atau linkage.
Dua gen terangkai mempunyai dua kemungkinan yaitu alel dominan terangkai dengan alel
dominan atau alel dominan terangkai dengan alel resesif. Berdasarkan pola pewarisan sifat
pada suatu keluarga, tidak hanya jika sifat adalah dominan atau resesif tetapi juga gen
tersebut terletak pada kromosom autosom atau kromosom gonosom. Pada kromosom
gonosom, gen dapat terpaut pada kromosom Y atau kromosom X. Perempuan memiliki dua
kromosom X sehingga dapat menghasilkan keturunan yang normal secara fenotip yang
memiliki kombinasi alel homozigot atau heterozigot. Pada kelainan gen yang terpaut
kromosom X resesif, terdapat kriteria yaitu kebanyakan individu yang menderita adalah laki-
laki, semua anak perempuan dari laki-laki yang menderita akan menjadi pembawa atau
carrier dan semua anak laki-laki tidak akan menjadi penderita, perempuan yang menderita
berasal dari ayah yang menderita atau dan ibu yang pembawa, semua anak laki-laki dari ibu
yang menderita akan menjadi penderita, dan sekitar setengah dari anak laki-laki dari ibu
pembawa (heterozigot) akan menjadi penderita.5
Gambar 8. Silsilah Keluarga Hemofilia16
Apabila ayah normal (XHY) menikah dengan ibu pembawa hemofilia (XHXh), maka
akan ada peluang 1 anak laki-laki normal (XHY), 1 anak perempuan normal (XHXH), 1 anak
laki-laki penderita hemofilia (XhY), dan 1 anak perempuan pembawa hemofilia (XHXh). Rasio
dari persilangannya yaitu 1:1:1:1. Apabila ayah adalah penderita hemofilia (XhY) menikah
dengan ibu normal (XHXH), maka akan ada peluang anak laki-laki normal (XHY) dan semua
anak perempuan pembawa hemofilia (XHXh). Rasio dari persilangannya yaitu 1:1.16
l
Gambar 9. Silsilah Keluarga Hemofilia17
Apabila ayah hemofilia (XhY) menikah dengan ibu pembawa hemofilia (XHXh), maka
akan ada peluang 1 anak laki-laki normal (XHY), 1 anak perempuan menderita hemofilia
(XhXh), 1 anak laki-laki penderita hemofilia (XhY), dan 1 anak perempuan pembawa
hemofilia (XHXh). Rasio dari persilangannya yaitu 1:1:1:1.17
Mutasi
Mutasi adalah perubahan materi genetik yang dapat diwariskan dan memunculkan
bentuk-bentuk alternatif gen apapun. Transisi terjadi ketika terdapat kesalahan perpasangan
basa yang mengakibatkan tertukarnya satu purin dengan purin lain ataupun satu pirimidin
dengan pirimidin lain. Transversi terjadi ketika purin digantikan dengan pirimidin ataupun
sebaliknya. Mutasi dalam kesalahan pada replikasi DNA yang dapat berupa insersi, delesi,
duplikasi, inversi dan translokasi. Delesi adalah perubahan kromosomsal berupa hilangnya
satu atau lebih segmen gen atau kromosom. Insersi adalah perubahan kromosomal berupa
bertambahnya satu atau lebih segmen gen atau kromosom. Duplikasi terjadi jika terdapat satu
atau lebih salinan segmen kromosom pada kromosom itu sendiri atau kromosom lain. Inversi
terjadi jika ada perpatahan dalam sebuah kromosom dan segmen tersebut berupat 180o
sebelum akhirnya bergabung kembali. Translokasi terjadi ketika kromosom-kromosom
nonhomolog patah dan saling bertukar segmen.10
Gambar 10. Mutasi Delesi, Duplikasi, Inversi, Insersi, dan Translokasi18
Mutasi titik atau point mutation terjadi apabila hanya ada satu basa pada DNA yang
mengalami perubahan sehingga mengakibatkan perubahan pada basa kodon mRNA. Mutasi
titik dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu missense mutation, nonsense mutation, dan silent
mutation. Missense mutation ini mengubah salah satu kodon sehingga asam amino pada
posisi tertentu berubah menjadi asam amino lain. Nonsense Mutation terjadi apabila kodon
diubah menjadi kodon stop, sehingga terjadi penghentian premature suatu rantai polipeptida..
Silent mutation adalah perubahan kodon, akan tetapi tidak mengubah urutan asam amino
yang dikodekan dalam protein. Frameshift mutation adalah penambahan atau pengurangan
urutan nukleotida pada daerah pengkode dalam suatu gen.10
Gambar 11. Jenis Mutasi Titik19
Pada penderita hemofilia, dapat terjadi mutasi dengan jenis mutasi nonsense mutation,
missense mutation. delesi dan inversi. Pada missense mutation, tirosin mengandung gugus fenol
sedangkan Serin memiliki gugus hidroksil, sehingga mempunyai peran yang berbeda. Pada pasien
hemofilia, terdapat asam amino Isoleusin yang digantikan oleh Treonin. Isoleusin adalah salah
satu dari 3 asam amino yang memiliki rantai samping hidrokarbon bercabang dan biasanya
dipertukarkan dengan Leusin dan kadang-kadang dengan Valin. Rantai samping dari asam
amino ini tidak reaktif dan oleh karena itu tidak terlibat dalam kimia kovalen di pusat aktif
enzim. Namun, residu ini sangat penting untuk ligan mengikat protein dan memainkan peran
dalam stabilitas protein. β karbon isoleusin juga optik aktif, seperti karbon β dari treonin.
Jenis liar residu yaitu isoleusiin lebih hidrofobik di alam dibandingkan dengan treonin; dalam
kasus seperti interaksi hidrofobik baik di inti atau permukaan protein akan hilang. Selain itu,
ditemukan bahwa asam amino Lisin digantikan oleh Valin. Valin di tempat glisin memiliki
potensi untuk secara serius mengganggu lipat lokal dalam protein. Hal ini terjadi karena
Glisin adalah asam amino yang paling fleksibel dan perubahan ke Valin dapat mempengaruhi
sudut torsi dan memaksa tulang punggung lokal menjadi konformasi salah dan mengalihkan
perhatian struktur lokal sehingga cukup mengganggu transportasi dari retikulum endoplasma.
Pada nonsense mutation, terbaca kodon stop sehingga proses pembentukan asam amino
terhenti sebelum mencapai keseluruhan pembentukan asam amino yang mengakibatkan
protein pada faktor pembekuan darah tidak terbentuk.20
Daftar Pustaka
1. Handayani W dan Haribowo AS. Keperawatan dengan Gangguan Sistem Hematologi.
Jakarta: Salemba Medika, 2008. h. 119.
2. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar kuliah bstertetri. Jakarta:
EGC, 2007. h. 696.
3. Genetic Mutation Ruebe. Haemophilia. Diunduh dari
http://geneticmutationruebe3.wikispaces.com/Haemophilia. Diakses pada tanggal 30
Januari 2015.
4. 34th Hemophilia symposium hamburg 2003. Scharrer I, Schramm W, Auerswald G,
Brackmann HH, Prondzinski MVD, Gurtler L, et al. Berlin: Springer, 2005. p. 248.
5. Priastini R dan Hartono B. Genetika molekuler dan biologi molekuler. Jakarta: bagian
biologi FK UKRIDA; 2013.h.314, 321, 387, 398.
6. Yuwono T. Biologi molekular. Jakarta: Erlangga, 2009. h.82, 98-100
7. Betz CL dan Sowden LA. Keperawatan pediatri. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2004. hal. 212-3.
8. Indrawan M, Primack RB, Supriatna J. Bologi konservasi. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2007. h. 25.
9. Alim T. Gen, DNA, dan kromosom. Diunduh pada
http://www.biologi-sel.com/2012/11/konsep-gen-dna-dan-kromosom-part4.html.
Diakses pada tanggal 31 Januari 2015.
10. Stansfield W, Cano R, dan Colome J. Schaum’s biologi molekuler dan sel. Jakarta:
Erlangga, 2006. h. 59-63, 273.
11. Herbert TJ. DNA. Diunduh pada
http://www.bio.miami.edu/tom/courses/bil255/bil255goods/09_dna.html. Diakses
pada tanggal 31 Januari 2015.
12. Pearson. The transcription process. Diunduh dari
http://www.phschool.com/science/biology_place/biocoach/transcription/tcproc.html.
Diakses pada tanggal 31 Januari 2015.
13. Cold Spring Biotech Corp. tRNA Reagents for Site-Directed Protein
Functionalization. Diunduh pada http://www.fjbio.com.tw/index.php?
do=prod&toppid=87&pid=169&id=274&lang=en. Diakses pada tanggal 31 Januari
2015.
14. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h.58-61.
15. IWS. Mendel and the gene idea. Diunduh dari
http://iws.collin.edu/biopage/faculty/mcculloch/1406/outlines/chapter%2013/
chap13.html. Diakses pada tanggal 31 Januari 2015.
16. Indiana Hemophilia and Thrombosis Center. Hemophilia A and B. Diunduh dari
http://www.ihtc.org/patient/blood-disorders/bleeding-disorders/hemophilia-a-and-b/.
Diakses pada tanggal 31 Januari 2015.
17. Hemophilia Federation of America. Inheritance pattern of hemophilia. Diunduh dari
http://www.hemophiliafed.org/bleeding-disorders/hemophilia/inheritance/. Diakses
pada tanggal 31 Januari 2015.
18. Wikipedia. Chromosom. Diunduh pada http://de.wikipedia.org/wiki/Chromosom.
Diakses pada 31 Januari 2015.
19. Wikipedia. Point Mutation. Diunduh pada
http://en.wikipedia.org/wiki/Point_mutation. Diakses pada 31 Januari 2015.
20. Nair PS, Shetty SD, Chandrakala S, Ghosh K. Mutations in intron 1 and Intron 22
inversion negative Haemophilia A patients from Western India. Plos One; 2014; 5 (9):
5-7.