kejang_bbl
DESCRIPTION
KEJANG_BBL.docTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari
sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak).
Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun
fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric
Neonatal Emergensi Dasar).
Kejang bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal
atau sistemik. Kejang ini merupakan gejala gangguan syaraf dan tanda penting akan adanya
penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang
menetap di kemudian hari. Bila penyebab tersebut diketahui harus segera di obati. Hal yang
paling penting dari kejang pada bayi baru lahir adalah mengenal kejangnya, mendiagnosis
penyakit penyebabnya dan memberikan pertolongan terarah, bukan hanya mencoba
menanggulangi kejang tersebut dengan obat antikonvulsan.
Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang,
tiba-tiba menangis melengking. Tonus otot hilang disertai atau tidak dengan kehilangan
kesadaran, gerakan yang tidak menentu (involuntary movements) nistagmus atau mata mengedip-
edip proksismal, gerakan seperti mengunyah dan menelan. Oleh karena itu Manifestasi klinik
yang berbeda-beda dan bervariasi, sering kali kejang pada bayi baru lahir tidak di kenali oleh
yang belum berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir
apabila berangsur berulang-ulang dan periodik, harus dipikirkan kemungkinan Manifestasi
kejang.
Kejang pada bayi baru lahir tidak banyak dijumpai dan sulit diprediksi dari mana
sumbernya. Kejang pada orang dewasa dapat diketahui sumbernya dengan jelas, sedangkan
kejang pada bayi sulit ditetapkan sumbernya karena korteks serebri nya belum matang. Bentuk
kejang pada bayi baru lahir dapat beraneka ragam dan sangat sulit untuk diterka. Maka dari itu
bidan perlu berkonsultasi dengan dokter anak
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kejang pada bayi baru lahir?
2. Apa penyebab terjadinya kejang pada bayi baru lahir?
3. Penilaian apa untuk membuat diagnosis kejang pada bayi baru lahir?
4. Kelainan fisik seperti apa yang terjadi pada bayi baru lahir yang mengalami kejang?
5. Apa tanda dan gejala kejang pada bayi baru lahir?
6. Bagaimana penanganan kejang pada bayi baru lahir?
7. Bagaimana peran bidan dalam menangani kasus kejang pada bayi baru lahir?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kejang yang terjadi pada bayi baru lahir
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab kejang pada bayi baru lahir
3. Untuk lebih mengetahui tanda dan gejala kejang yang terjadi pada bayi baru lahir
4. Untuk lebih mengetahui dan bisa diterapkan dalam melakukan penanganan pada bayi
baru lahir saat dihadapkan dengan situasi gawat darurat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kejang adalah kelainan sistem saraf pusat yang terjadi secara mendadak dengan
manifestasi klinik kehilangan koordinasi neuromotorik.
Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam
38 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai
penyebab kejang, yang dapat menyebabkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Bila
penyebabnya diketahui, penyakit ini harus segera diobati. Kejang nenonatus tidak sama dengan
kejang pada anak atau orang dewasa karena konvulsi klonik cenderung tidak terjadi selama umur
bulan pertama. Proses penyembuhan akson dan tonjolan dendrit juga mielinisasi tidak sempurna
pada otak neonatus.
Kejang bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal
atau sistemik. Kejang ini merupakan gejala gangguan syaraf dan tanda penting akan adanya
penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang
menetap di kemudian hari. Bila penyebab tersebut diketahui harus segera di obati. Hal yang
paling penting dari kejang pada bayi baru lahir adalah mengenal kejangnya, mendiagnosis
penyakit penyebabnya dan memberikan pertolongan terarah, bukan hanya mencoba
menanggulangi kejang tersebut dengan obat antikonvulsan.
Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang,
tiba-tiba menangis melengking. Tonus otot hilang disertai atau tidak dengan kehilangan
kesadaran, gerakan yang tidak menentu (involuntary movements) nistagmus atau mata mengedip-
edip proksismal, gerakan seperti mengunyah dan menelan. Oleh karena itu Manifestasi klinik
yang berbeda-beda dan bervariasi, sering kali kejang pada bayi baru lahir tidak di kenali oleh
yang belum berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir
apabila berangsur berulang-ulang dan periodik, harus dipikirkan kemungkinan Manifestasi
kejang.
3
2.2 Klasifikasi Kejang
1. Kejang klonik
Berlangsung selama 1-3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai
gangguan kesadaran
Dapat disebabkan trauma fokal
BBL dengan kejang klonik fokal perlu pemeriksaan USG, pemeriksaan kepala
untuk mengetahui adanya perdarahan otak, kemungkinan infark serebri
Kejang klonik multifokal sering terjadi pada BBL, terutama bayi cukup bulan
dengan BB>2500 gram
Bentuk kejang : gerakan klonik pada satu atau lebih anggota gerak yang
berpindah-pindah atau terpisah secara teratur, misal kejang klonik lengan kiri
diikuti kejang klonik tungkai bawah kanan
2. Kejang tonik
Terdapat pada BBLR, masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan pada bayi
dengan komplikasi perinatal berat
Bentuk kejang : berupa pergerakan tonik satu ekstremitas, pergerakan tonik
umum dengan ekstensi lengan dan tungkai, menyerupai sikap deserebasi atau
ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi
3. Kejang mioklonik
Gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang
berulang dan terjadinya cepat, gerakan menyerupai refleks moro
Gemetar
Sering membingungkan
Kadang terdapat pada bayi normal yang dalam keadaan lapar
(hipoglikemia, hipokalsemia, hiperiritabilitas neuromuscular)
Gerakan tremor cepat
Tidak disertai gerakan cara melihatabnormal atau gerakan bola mata
4
Dapat timbul dengan merangsang bayi, sedangkan kejang tidak timbul
dengan perangsangan
Gerakan dominan adalah gerakan tremor
Pergerakan ritmik anggota gerak pada gemetar dihentikan dengan
melakukan fleksi anggota gerak
Apnea
Pada BBLR pernafasan tidak teratur, diselingi dengan henti nafas 3-6 detik,
sering diikuti dengan hiperapnea 10-15 detik
Berhentinya pernafasan tidak disertai perubahan denyut jantung, tekanan
darah, suhu badan, warna kulit
Bentuk pernafasan disebut pernafasan periodik disebabkan belum
sempurnanya pusat pernafasan di batang otak
Serangan apnea tiba-tiba disertai kesadaran menurun pada BBLR dicurigai
adanya perdarahan intracranial
2.3 Etiologi
a. Komplikasi perinatal
- Hipoksi-iskhemik ensefalopati. Biasanya kejang timbul pada 24 jam pertama
kelahiran.
- Trauma susunan saraf pusat. Dapat terjadi pada persalinan presentasi bokong,
ekstraksi cunam atau ekstraksi vakum berat.
- Perdarahan intrakranial.
b. Kelainan metabolisme
- Hipoglikemia
- Hipokalsemia
- Hipomagnesemia
- Hiponatremia
- Hipernatremia
- Hiperbilirubinemia
- Ketergantungan pridoksin
- Kelainan metabolisme asam amino
5
- Infeksi
Dapat disebabkan bakteri dan virus termasuk TORCH
- Ketergantungan obat
- Polisitemia
- Penyebab yang tidak diketahui (3-25%)
2.4 Patofisiologi
Kejang pada neonatus seringkali tidak dikenali kerena bentuknya yang berbeda
dengan kejang orang dewasa dan anak-anak. Penyelidikan sinemotografi dan EEG
menunjukkan bahwa kelainan pada EGG sesuai dengan twitching dari muka, kedipan
muka, menguap, kaku tiba-tiba dan sebagainya. Oleh karena itu, kejang pada bayi baru
lahir tidak spesifikasi dan lebih banyak digunakan istilah “fit” atau “seizure”.
Manifestasi yang berbeda-beda ini disebabkan morfologi dan organisasi dari
korteks serebri yang belum terbentuk sempurna pada neonatus (Froeman, 1975).
Demikian pula pembentukan dendrit, synopsis dan mielinasasi. Susunan syarat pusat
pada neonatus terutama berfungsi pada medulla spinalis dan batang orak. Kelainan lokal
pada neuron tidak disalurkan kepada jaringan berikutnya sehingga kejang umum jarang
terjadi.
Batang otak berhubungan dengan gerakan-gerakan seperti menghisap, gerakan bola
mata, pernafasan dan sebagainya, sedangkan fleksi umum atau kekakuan secara fokal atau
umum adalah gejala medula spinalis.
6
2.5 Pathway
7
2.6 Manifestasi Klinis
a. Tremor/gemetar
b. Hiperaktif
c. Kejang-kejang
d. Tiba-tiba menangis melengking
e. Tonus otot hilang diserati atau tidak dengan hilangnya kesadaran
f. Pergerakan tidak terkendali
g. Nistagmus atau mata mengedip ngedip paroksismal
2.7 Prognosis
Tergantung dari cepat lambatnya timbul kejang (makin dini timbulnya kejang,
makin tinggi angka kematian dan gejala usia) beratnya penyakit, fasilitas laboratorium,
cepat lambatnya mendapat pengobatan yang adekuat dan baik tidaknya perawatan
2.8 Penilaian Diagnosis
Penilaian untuk membuat diagnosis antara lain dilakukan penilaian dengan urutan sebagai
berikut:
1. Anamnesis yang teliti tentang keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, dan kelahiran.
Riwayat kehamilan
- Bayi kecil untuk masa kehamilan
- Bayi kurang bulan
- Ibu tidak disuntik tetanus toksoid
- Ibu menderita diabetes mellitus
Riwayat persalinan
- Persalinan pervaginam dengan tindakan (cunam, ekstraktor vakum)
- Persalinan presipitatus
- Gawat janin
Riwayat kelahiran
- Trauma lahir
- Lahir asfiksia
- Pemotongan tali pusat dengan alat
8
-
2. Pemeriksaan kelainan fisik bayi baru lahir
Kesadaran (normal, apatis, somnolen, sopor, koma)
Suhu tubuh (normal, hipertermia atau hipotermia)
Tanda-tanda infeksi lainnya
3. Penilaian kejang
Bentuk kejang
Gerakan bola mata yang abnormal, nystagmus, kedipan mata paroksismal, gerakan
mengunyah, gerakan otot-otot muka, timbulnya apnea yang episode, adanya kelemahan
umum yang periodik, tremor, jitterness, gerakan klonik sebagian ekstermitas, tubuh
kaku.
Lama kejang
Apakah pernah terjadi sebelumnya
2.9 Pemeriksaan Penunjang
- Punksi lumbal
- Punksi subdural
- Gula darah
- Kadar kalsium (Ca++)
- Kadar Magnesium
- Kultur darah
- TORCH
2.10 Penatalaksanaan
a. Prinsip dasar mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut:
Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang.
(misalnya Diazepam, Fenobarbital, Fenitoin/Dilantin)
9
b. Menjaga jalan nafas tetap bebas.
(perhatikan ABCD resusitasi)
c. Mencari faktor penyebab kejang.
(perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, kelainan fisik ditemukan,
bentuk kejang, dan hasil laboratorium)
d. Mengobati penyebab kejang.
(mengobati hipoglikemia, hipokalsemia, dan lain-lain)
Obat anti kejang
1. Diazepam
Dosis 0,1-0,3 mg/kgbb IV, disuntikkan perlahan-lahan sampai kejang
berhenti. Dapat diulangi pada kejang berulang, tetapi tidak dianjurkan untuk
digunakan pada dosis pemeliharaan.
2. Fenobarbital
Dosis 5-10 mg/kgbb IV disuntikkan perlahan-lahan selama beberapa menit.
Apabila kejang berlanjut, Fenobarbital dapat diulangi dengan dosis maksimal
20 mg/kgbb. Dosis pemeliharaan ialah 5-8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis.
3. Fenitoin (Dilantin)
Dosis 5-10 mg/kgbb IV disuntikkan dalam 5-10 menit. Dapat diulangi lagi 5-
10 menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat diatasi dengan
Fenobarbital dosis 10-20 mg/kgbb. Sebaiknya Fenitoin diberikan 10-15
mg/kgbb IV pada hari pertama, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7
mg/kgbb IV atau oral dalam 2 dosis.
Penanganan kejang pada bayi baru lahir
a. Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat. Pastikan bahwa bayi tidak kedinginan.
Suhu bayi dipertahankan 36.5o – 37o C.
b. Jalan napasbayi dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut,
hidung sampai nasofaring.
10
c. Bila bayi apnea, dilakukan pertolongan agar bayi bernapas lagi dengan alat bantu
balon dan sungkup, diberi O2 (oksigen) dengan kecepatan 2 liter/menit.
d. Dilakukan pemasangan infus intravena di pembuluh darah perifer; di tangan, kaki,
atau kepala. Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes mellitus,
dilakukan pemasangan infus melalui vena umbilikus.
e. Bila infus sudah terpasang, diberi obat anti kejang diazepam 0,5 mg/kg
suppositoria/IM setiap 2 menit sampai kejang teratasi. Kemudian ditambah luminal
(fenobarbital) 30 mg IM/IV.
f. Nilai kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada.
g. Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan infus Dekstrose 10% dengan kecepatan 60
ml/kgbb/hari.
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Anamnesa
A. Identitas
Nama Bayi :
Jenis Kelamin :
Anak ke :
Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : Umur :
Agama : Agama :
Suku : Suku :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
3.2 Keluhan Utama
Bayi lahir spontan pervaginam, dengan keluhan kejang, bayi tampak kejang, mata
berputar-putar, sianosis, ektremitas kaku, tremor, bayi mengalami asfiksia ringan, sulit
bernafas, suhu tubuh 36oC, apgar score 5/8. BB : 2800 gr, PB : 50 cm, denyut jantung : 98
x/menit
3.3 Riwayat Persalinan
1. Persalinan ditolong oleh :
2. Jenis persalinan : Spontan pervaginam
3. Tempat persalinan : RB Kasih Ibu
4. Lama persalinan :
a. Kala I : …..jam ….. menit
b. Kala II : ….. menit
c. Kala III: ….. menit
12
d. Kala IV : ….. jam
5. Masalah yang terjadi selama persalinan : tidak ada
6. Keadaan air ketuban : jernih
7. Keadaan umum bayi : kelahiran tunggal, usia kehamilan saat melahirkan
3.4 Pemeriksaan Fisik 1. Nilai apgar
No Asfek Yang
Dinilai
0 1 21 Waktu
1 5
1. Frekuensi
denyut
jantung
Tidak ada Kurang dari
100
Lebih dari
100
1 2
2. Usaha
bernafas
Tidak ada Lambat
teratur
Menangis
kuat
1 1
3. Tonus otot Lumpuh Ekstremitas
flexi sedikit
Gerakan aktif 1 1
4. Reaksi
terhadap
rangsangan
Tidak ada Gerakan
sedikit
Menangis 1 2
5. Warna kulit Biru/pucat Tubuh
kemerahan
ekstremitas
biru
Seluruh tubuh
kemerahan
1 2
Jumlah 5 8
2. Atropometri
a. Berat badan : 2800 gr
b. Panjang badan : 49 cm
c. Lingkar kepala : 35 cm
d. Lingkar dada : 30
e. Lila : 9,5 cm
13
3. Reflek
a. Moro : tidak ada
b. Tonic neak : tidak ada
c. Palmargrap : tidak ada
4. Menangis : tidak menangis spontan, bayi manangis saat dirangsang
5. Tanda vital-vital
a. Nadi : 110 x/menit
b. Suhu : 36oC
c. Pernafasan : 32 x/menit
6. Kepala
a. Simetris : tidak ada kelainan yang dialam
b. Ubun-ubun besar : cembung
c. Ubun-ubun kecil : tidak ada
d. Caput succedenum : tidak ada
e. Chepal hematoma : tidak ada
f. Sutura : tidak ada moulage
g. Luka kepala : tidak ada
h. Kelainan yang dijumpai : tidak ada kelainan
7. Mata
a. Posisi : simetris kanan dan kiri, tampak berputar-putar
b. Kotoran : tidak terdapat kotoran
c. Perdarahan : tidak terdapat perdarahan
d. konjungtiva: ; pucat
e. sclera : ikterik
8. Hidung
a. Lubang hidung : terdapat 2 lubang kanan dan kiri
b. Cuping hidung : ada, simetris kanan dan kiri
14
c. Keluaran : tidak ada
9. Mulut
a. Simetris : atas dan bawah
b. Palatum : tidak ada celah
c. Saliva : tidak ada hipersaliva
d. Bibir : tidak ada labia skizis
e. Gusi : merah, tidak ada laserasi
f. Lidah bintik putih : tidak ada
10. Telinga
a. Simtris : kanan dan kiri
b. Daun telinga : ada kanan dan kiri
c. Lubang telinga : ada kanan dan kiri berlubang
d. Keluhan : tidak ada
11. Leher
a. Kelainan : tidak ada kelainan
b. Pergerakan : dapat bergerak ke kanan dan ke kiri
12. Dada
a. Simetris : simetris akan dan kiri
b. Pengeraakan : bergerak waktu bernafas
c. Bunyi nafas : nafas lambat, teratur
d. Bunyi jantung : dangkal, cepat, tidak teratur, 98 x/menit
13. Perut
a. Bentuk : simetris, tidak ada kelainan
b. Bising usus : teratur
c. Kelainan : tidak ada kelainan
14. Tali pusat
a. Pembuluh darah : 2 arteri 1 vena
b. Perdarahan : tidak ada perdarahan
c. Kelainan : tidak ada kelainan
15. Kulit
a. Warna : kebiruan
15
b. Turgor : (+) ada
c. Lanugo : ada
d. Vernik kaseosa : ada
e. Kalainan : tidak ada kelainan
16. Punggung
a. Bentuk : lurus
b. Kelainan :tidak ada kelainan
17. Ekstremitas
a. Tangan :simetris kanan dan kiri, kulit tampak biru
b. Kaki :simetris kanan dan kiri, kulit tampak biru
c. Pergerakan : kaku
d. Kuku : lengkap, warna kebiruan
e. Bentuk kaki : lurus
f. Bentuk tangan : lurus
g. Kelainan : tidak ada kelainan
18. Genetalia : perempuan/laki-laki
3.5 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran Gas berhubungan dengan kebutuhan O2 meningkat
2. Resiko injuri berhubungan dengan depolarisasi membrane dan muatan listrik berlebih
3. Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan meneran
4. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuscular
5. Deficit penetahuan (orang tua) berhubungan dengan kondisi bayi baru lahir dan cara
mempertahankansuhu tubuh
3.6 Intervensi
1. Atasi kejang
a. Beri bayi obat anti kejang dengan memberikan obat diazepam dengan dosis 0,1-0,3
mg/kg BB IV.
b. Pasang infus intravena dipembuluh darah periver dengan cairan dextrose 10%
16
1. Lakukan pembebasan jalan nafas
a. Bebas jalan nafas
b. Letakkan bayi pada posisi yang benar
c. Lakukan slim zuinger
2. Lakukan ransangan taktil
a. Usap-usap punggung bayi
b. Atau sentil
3. Pertahankan suhu badan bayi
a. Membungkus bayi
b. Menghidupkan radian warmer
4. Lakukan perawatan tali pusat
a. Jepit tali pusat dengan 2 klem
b. Potong tali pusat dengan kasa steril
c. Bungkus tali pusat dengan kasa steril
d. Ajarkan ibu untuk perawatan tali pusat
e. Anjurkan pada ibu untuk perawatan tali pusat secara teratur
f. Evaluasi kemampuan ibu untuk mengulang
5. Lakukan penilaian bayi
a. Perhatikan dan nilai nafas bayi
b. Hitung frekuensi/denyut jantung bayi
c. Nilai warna kulit bayi
6. Jelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI Ekslusif
7. Anjurkan ibu untuk mengkomsumsi sayuran hijau
3.7 Implementasi
1. Mengobati kejang
a. Pasang infus intravena di pembuluh darah perifer, di tangan, kaki atau kepala jika
bayi di duga dilahirkan oleh ibu yang berpenyakit diabetes melitus pemasangan infus
melalui vana umbilikostik
b. Beri obat anti kejang yaitu : diazepam 0,5/kg, supositoria IM sampai kejang teratasi
17
c. Bila kejang sudah teratasi, beri cairan dextrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kg
BB/hari
2. Melakukan pembebasan jalan nafas
a. Membersihkan jalan nafas dengan cara membersihkan mata, hidung dan mulut bayi
secara zig-zag dengan kasa steril segera setalah lahir
b. Melakukan bayi terlentang atau miring dengan leher agak ekstensi atau tengadah
dengan meletakkan selimut atau handuk yang digulung ke bawah bahu sehingga
bahu terangkat 2-3 cm
c. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap cairan amnion dan lendir dari mulut
dan hidung menggunakan slim zuinger. Bila air ketuban bercampur mekonium.
Maka penghisapan dari trakea diperlukan untuk mencegah aspirasi mekonium. Hisap
dari mulut terlebih dahulu kemudian hisap dari hidung
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi
a. Membungkus bayi dengan handuk kering dan bersih yang ada di atas perut ibu bila
tali pusat panjang, mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan handuk untuk
mengihilangkan air ketuban dan mencegah kehilangan suhu tubuh melalui evaporasi
b. Menghidupkan radio warmer untuk menghangatkan bagian dada bayi dengan
meletakkan bayi telentang di bawah alat pemancar panas. Alat pemancar panas perlu
disiapkan sebelumnya agar kasur tempat diletakkan bayi juga hangat.
4. Melakukan perawatan tali pusat
a. Menjepit tali pusat dengan 2 buah klem
b. Memotong tali pusat dengan gunting tali pusat dan mengikatnya
c. Membungkus tali pusat dengan kasa steril
d. Mengajarkan pada ibu untuk perawatan tali pusat
e. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat
5. Melakukan rangsangan taktil
a. Usap-usap punggung bayi kearah atas
b. Menyentil telapak kaki bayi untuk memberikan rangsangan yang dapat menimbulkan
atau mempertahankan pernafasan
6. Melakukan penilaian bayi
a. Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi
18
b. Menilai warna kulit bayi
7. Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI ekslusif bagi bayi selama 6 bulan
8. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat
9. Melibatkan suami dan keluarga untuk mendukung kegiatan ibu dalam merawat bayinya
10. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau seperti bayam, daun katu,
daun singkong, serta kacang-kacang.
3.8 Evaluasi
1. Pemberian obat anti kejang telah dilakukan
a. Pemasangan infus intravena
b. Memberi obat anti kejang yaitu diazepam 0,5/kg sampai kejang teratasi
2. Pembebasan jalan nafas telah dilakukan
a. Mata, hidung, dan mulut telah di bersihkan
b. Bayi telah diposisikan dengan benar
c. Jalan nafas telah dibersihkan
3. Suhu tubuh bayi telah dipertahankan
a. Bayi telah dibungkus dengan handuk kering dan bersih
b. Tubuh dan kepala bayi telah dikeringkan dengan handuk
c. Radian wamer telah melakukan pembesan jalan nafas
4. Rangsangan taktil telah dilakukan dan punggung telah diusap ke arah atas
5. Perawatan tali pusat telah dilakukan
6. Kejang telah teratasi, memberikan cairan dextrose 10% dengan kecepatan 60
ml/kgBB/hari
7. Bayi telah bernafas spontan
8. Ibu mengerti akan pentingnya ASI ekslusif selama 6 bulan
9. Ibu mengerti cara merawat tali pusat bayi
10. Suami dan keluarga bersedia membantu ibu dalam merawat bayinya
11. Ibu mengerti dan tersedia mengkonsumsi sayuran hijau, seperti : bayam, daun katu, daun
sinkong, serta kacang-kacang
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kejang adalah kelainan sistem saraf pusat yang terjadi secara mendadak dengan
manifestasi klinik kehilangan koordinasi neuromotorik. Kejang pada bayi baru lahir
adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam 38 hari sesudah lahir.
Kejang pada neonatus dibagi menjadi 4 jenis, yaitu kejang subtle, klonik, tonik
dan mioloklonik. Tanda dan gejalanya yaitu Tremor, hiperaktif, kejang- kejang, tiba- tiba
menangis melengking, tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran
pergerakan-pergerakan yang tidak terkendali (involuntary movements), nistagmus atau
mata mengedip- mngedip paroksiksmal.
Bentuk penanganannya yaitu mengatasi kejang dengan memberikan obat anti
kejang, menjaga jalan nafas tetap bebas, mencari faktor penyebab kejang, mengobati
penyebab kejang.
4.2 Saran
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga
dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan
kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk menunjang
proses pembelajaran.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Pelayanan kesehatan meternal an neonatal. Jakarta: YBP
2. Markum, A. H. dkk. 1981. Kegawatan Anak. Jakarta
3. Staf pengajar IKA FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta bagian IKA FKUI
4. http://riwayataskep.blogspot.co.id/2013/02/asuhan-keperawatan-pada-bayi-baru-
lahir.html?m=1
5. http://haris715.blogspot.co.id/2012/11/asuhan-kebidanan-pada-bayi-baru-
lahir_9351.html?m=1
6. http://www.slideshare.net/mobile/Kindal/kejang-pada-bayi-baru-lahir
21