kejaksaan agung republik indonesia jakarta edaran jampidum... · brigardir jenderal polisi h....

140
Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 95 KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA Nomor : B-69/E/EJP/01/2013 Jakarta, 08 Januari 2013 Sifat : Segera Lampiran : - Perihal : Penanganan Perkara KEPADA YTH : Tindak Pidana Terorisme PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI ---------------------------------- DI SELURUH INDONESIA Berdasarkan hasil pemantauan dan informasi yang diperoleh dari Densus 88/AT Mabes POLRI, terdapat perkara Tindak Pidana Terorisme yang ditangani Kejaksaan Tinggi / Kejaksaan Negeri yang merupakan hasil penyidikan dari Kepolisian Daerah ataupun Kepolisian Resort setempat, namun Kejaksaan Tinggi/Kejaksaan Negeri tidak melaporkan penanganannya kepada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum, melalui mekanisme pelaporan Perkara Penting (PK- TING) sebagaimana diatur dalam Instruksi Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: INS-004/JA/3/1994 tanggal 9 Maret 1994, Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor: R-05/E/ES/2/95 tanggal 9 Februari 1995 maupun PERJA Nomor: 036/A/JA/09/2011 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP). Terkait dengan penanganan perkara Tindak Pidana Terorisme, perlu disampaikan bahwa sesuai dengan PERJA Nomor: PER-001/A/JA/09/2005 tanggal 8 September 2005 tentang Pembentukan Satuan Tugas Penanganan Tindak Pidana Terorisme dan Tindak Pidana Lintas Negara, maka penanganan, pengendalian dan administrasi perkara Tindak Pidana Terorisme disentralisasi pada Satuan Tugas Penanganan Perkara Tindak Pidana Terorisme dan Tindak Pidana Lintas Negara di Kejaksaan Agung RI, sehingga apabila ada perkara Tindak Pidana Terorisme yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri, maka dengan ini diberi petunjuk hal-hal sebagai berikut: 1. Bahwa apabila ada perkara Tindak Pidana Terorisme yang penyidikannya dilakukan oleh Reskrim POLDA dan POLRES yang diserahkan, maka Kejaksaan Tinggi maupun Kejaksaan Negeri setempat dapat melaksanakan penuntutan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, dengan Kewajiban Kejaksaan Tinggi/Kejaksaan Negeri setempat melaporkan setiap perkembangannya kepada JAMPIDUM dengan Tembusan Ketua Satgas TP Terorisme dan TP Lintas Negara, dimulai sejak penerimaan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP), sesuai dengan mekanisme penanganan dan pelaporan PK. Ting sesuai dengan Instruksi Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: INS-004/JA/3/1994 tanggal 9 Maret 1994, Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor: R-05/E/ES/95 tanggal 9 Februari 1995 dan PERJA Nomor: 036/A/JA/09/2011 tentang Standa Operasional Prosedur (SOP). 2. Dalam hal dipandang perlu dan demi keberhasilan penanganan perkara, dengan memperhatikan kondisi keamanan daerah atau karena adanya bahaya bencana alam di daerah hukum Pengadilan Negeri yang seharusnya mengadiri perkara (menurut Locus Delicti), serta demi kepentingan hukum, maka Kepala Kejaksaan Negeri dapat mengajukanusulan pemindahan tempat persidangan kepada Ketua Mahkamah Agung RI melalui Kepala Kejaksaan Tinggi setempat dengan tembusan kepada Jaksa Agung RI, Penyidik dan Ketua Pengadilan Negeri setempat.

Upload: dangkhanh

Post on 07-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 95

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Nomor : B-69/E/EJP/01/2013 Jakarta, 08 Januari 2013 Sifat : Segera Lampiran : - Perihal : Penanganan Perkara KEPADA YTH : Tindak Pidana Terorisme PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI ---------------------------------- DI – SELURUH INDONESIA

Berdasarkan hasil pemantauan dan informasi yang diperoleh dari Densus

88/AT Mabes POLRI, terdapat perkara Tindak Pidana Terorisme yang ditangani

Kejaksaan Tinggi / Kejaksaan Negeri yang merupakan hasil penyidikan dari

Kepolisian Daerah ataupun Kepolisian Resort setempat, namun Kejaksaan

Tinggi/Kejaksaan Negeri tidak melaporkan penanganannya kepada Jaksa Agung

Muda Tindak Pidana Umum, melalui mekanisme pelaporan Perkara Penting (PK-

TING) sebagaimana diatur dalam Instruksi Jaksa Agung Republik Indonesia

Nomor: INS-004/JA/3/1994 tanggal 9 Maret 1994, Surat Jaksa Agung Muda Tindak

Pidana Umum Nomor: R-05/E/ES/2/95 tanggal 9 Februari 1995 maupun PERJA

Nomor: 036/A/JA/09/2011 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP).

Terkait dengan penanganan perkara Tindak Pidana Terorisme, perlu

disampaikan bahwa sesuai dengan PERJA Nomor: PER-001/A/JA/09/2005

tanggal 8 September 2005 tentang Pembentukan Satuan Tugas Penanganan

Tindak Pidana Terorisme dan Tindak Pidana Lintas Negara, maka penanganan,

pengendalian dan administrasi perkara Tindak Pidana Terorisme disentralisasi

pada Satuan Tugas Penanganan Perkara Tindak Pidana Terorisme dan Tindak

Pidana Lintas Negara di Kejaksaan Agung RI, sehingga apabila ada perkara

Tindak Pidana Terorisme yang ditangani oleh Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan

Negeri, maka dengan ini diberi petunjuk hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa apabila ada perkara Tindak Pidana Terorisme yang penyidikannya

dilakukan oleh Reskrim POLDA dan POLRES yang diserahkan, maka

Kejaksaan Tinggi maupun Kejaksaan Negeri setempat dapat melaksanakan

penuntutan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, dengan

Kewajiban Kejaksaan Tinggi/Kejaksaan Negeri setempat melaporkan setiap

perkembangannya kepada JAMPIDUM dengan Tembusan Ketua Satgas TP

Terorisme dan TP Lintas Negara, dimulai sejak penerimaan Surat

Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP), sesuai dengan mekanisme

penanganan dan pelaporan PK. Ting sesuai dengan Instruksi Jaksa Agung

Republik Indonesia Nomor: INS-004/JA/3/1994 tanggal 9 Maret 1994, Surat

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor: R-05/E/ES/95 tanggal 9

Februari 1995 dan PERJA Nomor: 036/A/JA/09/2011 tentang Standa

Operasional Prosedur (SOP).

2. Dalam hal dipandang perlu dan demi keberhasilan penanganan perkara,

dengan memperhatikan kondisi keamanan daerah atau karena adanya

bahaya bencana alam di daerah hukum Pengadilan Negeri yang seharusnya

mengadiri perkara (menurut Locus Delicti), serta demi kepentingan hukum,

maka Kepala Kejaksaan Negeri dapat mengajukanusulan pemindahan tempat

persidangan kepada Ketua Mahkamah Agung RI melalui Kepala Kejaksaan

Tinggi setempat dengan tembusan kepada Jaksa Agung RI, Penyidik dan

Ketua Pengadilan Negeri setempat.

Page 2: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 96

3. Pengajuan usulan pemindahan tempat persidangan pada angka (2) disertai

dengan alasan sebagaimana diatur dalam Hukum Acara Pidana. Tata Cara

pengajuan pemindahan persidangan dan administrasinya mengacu kepada

Pasal 60 PERJA RI Nomor: PER-036/A/JA/09/2011 tanggal 21 September

2011 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Perkara

Tindak Pidana Umum.

4. Apabila dalam proses pengusulan pemindahan tempat persidangan

mengalami keterlambatan terbitnya SK MA (Surat Keputusan Mahkamah

Agung), maka Kepala Kejaksaan Tinggi dapat segera memerintahkan kepada

Kepala Kejaksaan Negeri setempat untuk melimpahkan perkara tersebut pada

Pengadilan Negeri setempat tempat kejadian perkara, untuk menghindari

dikeluarkannya terdakwa dari tahanan Rutan demi hukum.

Demikian untuk dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM

MAHFUD MANNAN Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia di Jakarta; (sebagai laporan)

2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia di Jakarta; 3. Yth. Jaksa Agung Muda Intelijen di Jakarta; 4. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan di Jakarta; 5. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 6. Yth. Dir. Kemnegtibum pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 7. Yth. Kasatgas TP. Terorisme dan TP. Lintas Negara di Jakarta; 8. Arsip

-----------------------------------------------------------------------------------------

Page 3: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 97

NOTA KESEPAHAMAN

ANTARA

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : Kep-001/E/EJP/02/2013 NOMOR : B/9/II/2013

TENTANG

KOORDINASI DALAM PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA TERORISME

Pada hari ini Jum’at, tanggal dua puluh dua, bulan Februari, tahun dua ribu tiga belas, yang

bertandatangan di bawah ini:

1. MAHFUD MANNAN, selaku JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM KEJAKSAAN

AGUNG REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan di Jalan Sultan Hasanuddin No. 1

Kebayoran Baru Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2. BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA

DETASEMEN KHUSUS 88 ANTI TEROR, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (POLRI), berdasarkan Surat Perintah

Kapolri Nomor: Sprin/235/II/2013, tanggal 11 Februari 2013 tentang Penunjukan dan

Pendelegasian untuk Penandatanganan Nota Kesepahaman berkedudukan di Jalan

Trunojoyo Nomor 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110, selanjutnya disebut PIHAK

KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK,

terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Bahwa PIHAK PERTAMA melaksanakan tugas dan wewenang Kejaksaan Republik

Indonesia di bidang Tindak Pidana Umum, yang dalam hal ini memiliki kewenangan untuk

melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi perkara tindak pidana terorisme serta

kewenangan lain berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan

b. Bahwa PIHAK KEDUA merupakan fungsi dari Kepolisian Republik Indonesia yang memiliki

kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan perkara Tindak Pidana

Terorisme yang termasuk dalam daerah hukum Republik Indonesia berdasarkan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 4: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 98

Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Terorisme menjadi Undang-Undang;

4. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia;

5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantsan Tindak

Pidana Pencucian Uang;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hubungan

dan Kerjasama Kepolisian Negara Republik Indonesia;

7. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan

RI.

8. Peraturan Presiden Nomor 52 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian

Negara RI;

9. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang

Panduan Penyusunan Perjanjian Kerja Sama;

10. Peraturan Jaksa Agung Nomor: Per – 001/A/JA/09/2005 tentang Pembentuakan Satuan

Tugas Tindak Pidana Terorisme dan Tindak Pidana Lintas Negara;

11. Peraturan Jaksa Agung Nomor: Per – 009/A/JA/01/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kejaksaan Republik Indonesia;

12. Peraturan Jaksa Agung Nomor : Per–036/A/JA/09/2011 tentang Standar Operasional

Prosedur (SOP) Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan kerja sama dalam

rangka koordinasi dalam penanganan perkara tindak pidana terorisme melalui Nota Kesepahaman,

dengan menyatakan beberapa hal sebagai berikut:

BAB I

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 1

(1) Maksud Nota Kesepahaman ini adalah sebagai pedoman bagi PARA PIHAK untuk

melakukan koordinasi dan kerja sama penanganan perkara tindak pidana terorisme;

Page 5: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 99

(2) Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah terwujudnya kerja sama dan sinergitas PARA PIHAK

dalam rangka mempercepat dan memperlancar penanganan perkara tindak pidana

terorisme.

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi:

a. Penangkapan, penahanan dan pra penuntutan;

b. Penuntutan;

c. Pelaksanaan penetapan hakim dalam proses persidangan dan putusan pengadilan;

d. Koordinasi.

BAB III

PELAKSANAAN

Bagian Pertama

Penangkapan, Penahanan dan Pra Penuntutan

Pasal 3

(1) Setiap penangkapan terhadap orang/kelompok orang yang diduga keras melakukan tindak

pidana terorisme berdasarkan bukti permulaan yang cukup yang dilakukan oleh PIHAK

KEDUA segera diberitahukan dan dikoordinasikan kepada PIHAK PERTAMA;

(2) Penangkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan berdasarkan pada

Laporan Intelijen;

(3) Laporan Intelijen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan oleh Komunitas Intelijen

kepada Pengadilan melalui Penyidik guna mendapatkan Penetapan Hakim;

(4) PIHAK KEDUA dapat berkoordinasi dengan PIHAK PERTAMA dalam rangka

memaksimalkan pengunaan alat bukti elektronik pemeriksaan tindak pidana terorisme;

(5) Penggunaan alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilengkapi dengan

Keterangan Ahli yang dituangkan dalam Berita Acara pemeriksaan Laboratorium

Kriminalistik.

Pasal 4

Setiap penahanan terhadap orang/kelompok orang yang diduga keras melakukan tindak pidana

terorisme berdasarkan bukti yang cukup yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA segera diberitahukan

kepada PIHAK PERTAMA.

Page 6: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 100

Pasal 5

PIHAK PERTAMA bersama-sama dengan PIHAK KEDUA melakukan penelitian dan verifikasi

terhadap barang bukti yang terlampir dalam Daftar Barang Bukti di berkas perkara dengan barang

bukti yang tercantum dalam Penetapan Penyitaan dari Pengadilan Negeri.

Pasal 6

Dalam hal adanya barang bukti yang diduga masih terkait dengan tindak pidana lainnya yang

sedang diselidiki atai disidik, maka PIHAK KEDUA memberitahukan hal ini kepada PIHAK

PERTAMA.

Pasal 7

PIHAK KEDUA dalam hal melakukan pemeriksaan terhadap ahli dituangkan pada Berita Acara

dengan memuat motode dan cara pengambilan transkrip hardisk data, rekaman, dan informasi untuk

kelengkapan pemberkasan.

Pasal 8

(1) Dalam hal terdapat saksi yang keberatan bertatap muka secara langsung dengan terdakwa

untuk memberikan keterangan di muka persidangan, maka saksi dapat mengajukan

permohonan keberatan kepada PIHAK PERTAMA melalui PIHAK KEDUA dalam tahap

penyidikan;

(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam bentuk Surat

Pernyataan Keberatan kepada PIHAK PERTAMA dan dilampirkan dalam Berita Acara

Pemeriklsaan;

(3) Surat Pernyataan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan oleh PIHAK

PERTAMA kepada Majelis Hakim yang memeriksa untuk mendapatkan persetujuan

Mahkamah Agung tentang permeriksaan melalui teleconference terhadap saksi yang

bersangkutan dalam persidangan;

(4) Apabila terdapat saksi di luar berkas perkara yang terkait dengan jaringan tindak pidana

terorisme, PIHAK KEDUA membantu memanggil dan menghadirkan Saksi tersebut atas

permintaan PIHAK PERTAMA demi kepentingan pembuktian di persidangan;

(5) PIHAK KEDUA dalam hal melakukan Pemeriksaan terhadap Tersangka dan/atau Saksi yang

menjadi Tersangka dalam berkas terpisah, dilakukan perekaman audio/visual dengan

didampingi Penasihat Hukum.

Pasal 9

(1) Tempat persidangan dapat dipindahkan dari Pengadilan Negeri setempat ke wilayah hukum

pengadilan Negeri lain;

(2) PIHAK KEDUA membantu proses pemindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai

dengan kesepakatan PIHAK PERTAMA.

Page 7: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 101

Bagian Kedua

Penuntutan

Pasal 10

(1) PARA PIHAK dapat menitipkan penahanan Terdakwa dan Barang Bukti secara tertulis di

Rutan Salemba Cabang Mako Brimob Depok;

(2) PIHAK KEDUA Menerima penitipan penahanan Terdakwa dan Barang Bukti berserta

kelengkapan administrasinya dengan tingkat pengamanan tinggi dan dilakukan secara khusus

untuk terdakwa dan barang bukti tindak pidana terorisme.

Pasal 11

(1) PIHAK PERTAMA melakukan pemanggilan Saksi di persidangan dengan Surat Panggilan

Saksi yang dikirimkan melalui PIHAK KEDUA;

(2) Surat panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) segera diserahkan kepada PIHAK

KEDUA setelah diketahui/diterima Penetapan Hari Sidang dari Pengadilan Negeri;

(3) PIHAK KEDUA mengirimkan Surat Panggilan Saksi dan mengupayakan kehadiran Saksi di

persidangan;

(4) Dalam hal saksi yang dipanggil masuk dalam program Perlindungan Saksi oleh Lembaga

Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), maka dalam pemeriksaan Saksi, PARA PIHAK dapat

melibatkan LPSK.

Bagian Ketiga

Pelaksanaan Penetapan Hakim dalam proses persidangan

Dan putusan Pengadilan

Pasal 12

(1) PIHAK PERTAMA segera melaksanakan Penetapan Hakim dalam proses persidangan dan

Putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dengan dibantu oleh PIHAK

KEDUA;

(2) PIHAK PERTAMA mempersiapkan kelengkapan Administrasi untuk melaksanakan Penetapan

Hakim dalam proses persidangan dan Putusan Pengadilan dengan dibantu oleh PIHAK

KEDUA;

(3) PARA PIHAK melaksakan pengamanan dan pengawalan terdakwa/terpidana dari Rutan

Penitipan sampai dengan ke Lembaga Pemasyarakatan.

Pasal 13

PIHAK KEDUA dengan persetujuan Hakim Pengadilan Negeri dapat melakukan penyitaan kembali

atas Barang Bukti yang akan dipergunakan untuk perkara lainnya.

Page 8: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 102

Bagian Keempat

Koordinasi

Pasal 14

(1) PIHAK KEDUA melakukan pengamanan dan pengawalan terhadap PIHAK PERTAMA

dalam proses persidangan berkoordinasi dengan kepolisian wilayah;

(2) PIHAK KEDUA melakukan pengamanan dan pengawalan terdakwa dan saksi dalam

proses persidangan berkoordinasi dengan Kepolisian Wilayah;

(3) PARA PIHAK dalam pelaksanaan Putusan Pengadilan melakukan koordinasi dengan

Direktorat Jendral Pemasyarakatan Kementrian Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik

Indonesia mengenai penempatan terpidana;

(4) PARA PIHAK dapat mengadakan pertemuan rutin antara Penegak Hukum untuk

menyamakan persepsi terkait penanganan perkara tindak pidana terorisme serta

berkoordinasi dengan badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT);

(5) PARA PIHAK melaksanakan koordinasi dengan Lembaga/Instansi terkait dalam

penanganan perkara tindak pidana terorisme.

BAB IV

PEMBIAYAAN

Pasal 15

Segala biaya yang ditimbulkan sehubungan dengan pelaksaan Nota kesepahaman ini, dibebankan

pada anggaran PARA PIHAK secara proposional.

BAB V

ANALISIS DAN EVALUASI

Pasal 16

(1) PARA PIHAK sepakat melakukan analisis dan evaluasi atas pelaksanaan Nota Kesepahaman

ini secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam (satu) tahun;

(2) Analisis dan evaluasi yang dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

BAB VI

TINDAK LANJUT

Pasal 17

(1) Nota Kesepahaman ini akan ditindaklanjuti oleh PARA PIHAK dengan membentuk Tim

pelaksana untuk menyusun Pedoman Kerja yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang

tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini;

Page 9: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 103

(2) Tim Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) keanggotaan dari wakil-wakil PARA

PIHAK;

(3) Pedoman Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga)

bulan terhitung sejak ditandatanganinya Nota Kesepahaman ini.

BAB VII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Addendum

Pasal 18

Hal-hal yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan diatur dan diteiapkan oleh PARA

PIHAK dalam adendum Nota Kesepahaman yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Nota Kesepahaman ini.

Pasal 19

Apabila dikemudian hari terjadi perbedaan penafsiran dalam pelaksanaan Nota Kesepahaman ini,

akan diselesaikan oleh PARA PIHAK secara musyawarah untuk mufakat.

Jangka Waktu

Pasal 20

(1) Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal

ditandatangani;

(2) Nota Kesepakatan ini dapat diubah atau diperpanjang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan

kesepakatan PARA PIHAK, dengan terlebih dahulu dilakukan koordinasi selambat-lambatnya

3 (tiga) bulan sebelum berakhir masa berlakunya Nota Kesepahaman ini;

(3) Nota kesepahaman ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dengan ketentuan PIHAK yang dimaksud mengakhiri Nota Kesepahaman wajib

memberitahukannya secara tertulis kepada PIHAK lainnya.

BAB VIII

PENUTUP

Pasal 21

Nota Kesepahaman ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan, dan tahun sebagaimana

disebutkan pada awal Nota Kesepahaman ini, dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing

bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, setelah ditandatangani PARA

PIHAK.

Page 10: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 104

Demikian Nota Kesepahaman ini dibuat dengan semangat kerja sama yang baik, untuk dipatuhi dan

dilaksanakan oleh PARA PIHAK.

PIHAK KEDUA,

H. MUHAMAD SYAFI’I, SH. BRIGADIR JENDERAL POLISI

PIHAK PERTAMA,

MAHFUD MANNAN JAKSA UTAMA

Page 11: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 105

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Nomor : B-163/E/EJP/01/2013 Jakarta, 15 Januari 2013 Sifat : Biasa Lampiran : 1 (satu) lembar Perihal : Putusan Mahkamah Konstitusi KEPADA YTH : Terhadap Pra Peradilan berdasarkan KEPALA KEJAKSAAN TINGGI Pasal 83 ayat (2) KUHAP SE – INDONESIA

Sehubungan masih adanya ditemukan Kejaksaan Tinggi atau Kejaksaan Negeri di daerah yang melakukan upaya hukum banding terhadap putusan Pra Peradilan berdasarkan padal 83 ayat (2) KUHAP, dengan ini diberi petunjuk sebagai berikut : 1. Berdasarkan putusah Mahkamah Konstitusi Nomor: 65/PUU-IX2011 tanggal

19 April 2012 dalam perkara permohonan Pengujian UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Mahkamah Konstitusi memutuskan sebagai berikut : - Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian; - Pasal 83 ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;

- Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya;

- Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya. 2. Dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 65/PUU-IX/2011 tanggal 19

April 2012 yang menyatakan Pasal 83 ayat (2) UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, maka perlu ditegaskan bahwa Jaksa Penuntut Umum (JPU) tidak dapat melakukan upaya hukum Banding terhadap putusan Pra Peradilan berdasarkan pasal 83 ayat (2) KUHAP.

3. Berkenaan dengan butir 1 dan 2 tersebut diatas, agar saudara meneruskan petunjuk ini kepada Kajari dan Kacabjari dalam daerah hukumnya masing-masing.

Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia;

(1 dan 2 sebagai laporan); 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan;

4. Yth. Sesjampidum 5. Arsip

Page 12: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 106

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Nomor : B-230/E/Ejp/01/2013 Jakarta, 22 Januari 2013 Sifat : Segera Lampiran : --- Perihal : Penanganan Perkara Tindak Pidana Kepada Yth. Umum Yang Objeknya Berupa Tanah KEPALA KEJAKSAAN TINGGI Di - SELURUH INDONESIA

Berdasarkan hasil supervisi dan eksaminisi khusus maupun hasil

penelitian terhadap laporan pengaduan masyarakat, penanganan perkara tindak

pidana umum yang objeknya berupa tanah menunjukkan trend dan eskalasi yang

meningkat. Bahwa kasus dengan objek tanah adalah lahan bisnis yang prospektif

dan menggiurkan sehingga sangat berpotensi kasus-kasus tanah ditunggangi oleh

berbagai kepentingan, baik di kalangan oknum perseorangan, mafia tanah maupun

makelar kasus. Terdapat indikasi dimana kasus-kasus tanah yang sejatinya

perdata dipaksakan dan direkayasa menjadi perkara pidana dengan menggunakan

pasal-pasal 170, 263, 266, 378, 385, 406 KUHP.

Terkait dengan hal tersebut diatas, diminta perhatian dan atensi dari para

Kajati dan para Kajari hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa bilamana Kajati dan Kajari menerima SPDP dari penyidik yang objek

perkara pidananya berupa tanah, maka hendaknya diatensi secara sungguh-

sungguh dengan menyikapi secara objektif, profesinal dan proporsional

sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh manuver-manuver dari oknum-oknum

yang memiliki kepentingan pribadi.

Melalui Surat Edaran Jaksa Agung Nomor: SE-013/A/JA/12/2011 tentang

Pedoman Tuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana Umum, telah

mendelegasikan kewenangan kepada para Kajari dalam melakukan

pengendalian tuntutan perkara tindak pidana umum sehingga dengan

kewenangannya diharapkan para Kajati dan Kajari memiliki kemandirian

fungsional, keberanian bersikap dan bertindak selaras dengan rasa tanggung

jawab profesi yang tinggi.

2. Berikan bimbingan dan petunjuk kepada para jaksa di wilayah hukum masing-

masing, bilamana menerima SPDP dari penyidik yang objek perkaranya

berupa tanah agar jeli memahami anatomi kasusnya dengan menentukan

terlebih dahulu status hukum kepemilikan tanah berdasarkan alasan hak yang

dimiliki, untuk sampai kepada pendapat bahwa perkara yang bersangkutan

adalah perkara pidum atau perkara perdata murni.

3. Jika sekiranya kasus yang objeknya berupa tanah, dimana status hukum

kepemilikan tanah berdasarkan alasan hak yang dimilik, jelas, kuat dan sah

menurut ketentuan undang-undang, maka jika ada pihak yang melanggarnya,

misalnya berupa penyerobotan tanah, maka kasus tersebut dapat

dipidanakan. Namun sebaliknya, jika sekiranya kasus yang objeknya berupa

Page 13: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 107

tanah yang belum jelas status hukum kepemilikannya, sehingga menjadi

objek-sengketa perdata, demikian juga sengketa-sengketa dalam transaksi

jual beli tanah dimana status hukum kepemilikan telah dimiliki oleh penjual,

selanjutnya terjadi sengketa dalam transaksi jual beli tanah yang

bersangkutan, maka kasus tersebut berada dalam ranah perdata dan

merupakan perkara perdata murni sehingga tidak selayaknya dipaksakan

untuk digiring masuk ke ranah pidum.

4. Terkait dengan butir 2 dan diatas, maka jaksa peneliti diminta agar

dipetakan/identifikasi permasalahan atas objek tanah dimaksud:

4.1. Masalah tanah yang terkait dengan fisik tanah itu sendiri, terdapat

beberapa variasi modus operandi, antara lain :

a) Terjadi perebutan suatu lokasi lahan/tanah, dimana lahan/tanah

dimaksud belum jelas tentang pihak yang memiliki status kepemilikan

berdasarkan atas hak yang kuat dan sah.

b) Terdapat adanya fakta bahwa suatu lahan/tanah memiliki sertifikat

ganda yang dikeluarkan oleh pihak Kantor Pertanahan.

c) Bisa juga terjadi case, dimana ada 2 (dua) lokasi lahan/tanah yang

berdampingan, dimana kedua orang masing-masing pemilik sah atas

lahannya. Gambar, luas dan batas lokasi tanah juga jelas, namun

salah satu pihak masuk mencaplok dan menggarap lahan/tanah yang

berdampingan milik orang lain.

Terhadap permasalahan tersebut huruf a, b, dan c harus dipastikan dulu

status kepemilikan atas tanah melalui gugatan perdata/TUN dan terhadap

masalah yang dimaksud huruf c dapat dipidanakan dengan menggunakan

pasal-pasal 385, 170, 406 KUHP.

4.2. Masalah tanah yang terkait dengan transaksi jual beli atas tanah,

dibuktikan pada masalah status kepemilikan atas tanah. Disini diperlukan

kejelian jaksa peneliti dalam mengurai :

Ikatan jual beli/perjanjian jual belinya :

- Substansi perjanjian;

- Kausul di dalam perjanjian;

- Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian;

- Wanprestasi;

- Masa berlakunya perjanjian.

Penelusuran aats item-item perjanjian/ikatan jual beli diatas untuk

memastikan bahwa kasus tersebut berada dalam ranah perdata.

Namun apabila dalam suatu ikatan/perjanjian jual beli tanah

menggunakan dokumen-dokumen palsu atau yang dipalsukan atau

pihak pembeli dalam melakukan pembayaran atas harga tanah

dengan menggunakan cek kosong, maka contoh kasus seperti ini

bisa saja dipidanakan dengan menggunakan pasal-pasal 378, 263,

266 KUHP.

Page 14: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 108

5. Oleh karena itu di dalam menangani kasus perdata yang objeknya berupa

tanah diminta agar tidak serta merta menganggap bahwa perkara tersebut

adalah pidana dan tidak tergesa-gesa menerbitkan P-21. Hendaknya sebelum

menentukan sikap untuk menerbitkan P-21 terlebih dahulu dilakukan gelar

perkara (ekspose) secara internal yang dipimpin oleh Kajati/Aspidum/Kajari.

6. Jika menangani suatu kasus yang objeknya berupa tanah, dimana terdapat

adanya gugatan perdata atas barang (tanah) atau tentang suatu hubungan

hukum (jual beli) antara 2 (dua) pihak tertentu, maka perkara pidum yang

bersangkutan dapat ditangguhkan/dipending dan menunggu putusan

penagdilan dalam perkara perdatanya dengan mempedomani ketentuan:

- Pasal 81 KUHP

- Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 1956

- Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 1980

- Putusan-putusan Mahkamah Agung Nomor : 413/K/KR/1980 tanggal 26

Agustus 1980 Jo. Putusan Mahkamah Agung Nomor: 129K/Kr/1979

tanggal 16 April 1980 Jo. Putusan Mahkamah Agung Nomor :

628K/Pid/1984 tanggal 22 Juli 1985.

7. Bahwa perkara pidana yang objeknya berupa tanah terdapat atensi dari

Pimpinan, sehingga oleh karenanya mekanisme pelaporannya apabila

dipandang perlu dapat dimintakan untuk dilakukan ekspose/gelar perkara di

Kejaksaan Agung, sebelum berkas perkara dinyatakan P-21 atau sebelum

perkara dilimpahkan ke pengadilan.

Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan serta diharapkan

agar petunjuk ini diteruskan kepada para Kajari dan Kacabjati dalam daerah

hukum masing-masing.

JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung R.I.; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung R.I.;

(1 dan 2 sebagai laporan); 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan;

4. Yth. Para Direktur pada JAMPIDUM 5. Arsip ---------------------------------------------------------

Page 15: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 109

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Nomor : B-534/E/Euh.2/02/2013 Jakarta, 22 Februari 2013 Sifat : Segera Lampiran : 1 (satu) set Perihal : Penyampaian Salinan Surat KEPADA YTH. Edaran Jaksa Agung RI PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI Nomor: SE-002/A/JA/02/2013 DI - Tanggal 15 Februari 2013 SELURUH INDONESIA

Bersama ini disampaikan Salinan Surat Edaran Jaksa Agung

Republik Indonesia Nomor: SE-002/A/JA/2013 tentang Penempatan

Korban Penyalahgunaan Narkotika ke Lembaga Rehabilitasi Medis dan

Rehabilitasi Sosial, yang ditanda tangani pada tanggal 15 Februari 2013.

Berkenaan dengan hal tersebut kami mengharapkan agar Surat

Edaran ini diteruskan kepada para Kepala Kejaksaan Negeri dan Kepala

Cabang Kejaksaan Negeri didaerahnya masing-masing untuk dipedomani.

Demikian untuk maklum dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung R.I.; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung R.I.;

(1 dan 2 sebagai laporan); 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. Arsip ---------------------------------------------

Page 16: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 110

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 15 Februari 2013

SURAT – EDARAN NOMOR: SE-002/A/JA/02/2013

TENTANG PENEMPATAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

KE LEMBAGA REJABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL

Menyikapi paradigma baru terkait dengan berlakunya Undang-Undang Republik

Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yakni terjadinya perubahan cara pandang

Negara terhadap pecandu narkotika dimana pecandu narkotika tidak sebagai pelaku

kriminal melainkan dinyatakan sebagai korban, sehingga berdasarkan paradigma baru ini

maka pecandu narkotika wajib direhabilitasi sesuai amanat Pasal 54 Undang-Undang RI

No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang berbunyi “Pecandu narkotika dan korban

penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial”.

Sehubungan dengan perkembangan dan dinamika lingkungan strategis tersebut

diatas, maka disampaikan aharan dan petunjuk kepada para Penuntut Umum sebagai

berikut :

1. Implementasi Pasal 54 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

dilaksanakan dengan penerapan diversi bagi pecandu dan korban penyalahgunaan

narkotika, dimana tuntutan pidana dan hukuman yang akan diberikan kepada

terdakwa bukan pemenjaraan melainkan menempatkan terdakwa ke Panti

Rehabiiltasi, untuk menjalani proses pengobatan dan perawatan medis dan sosial.

2. Ketentuan BAB IX Pasal 54, Pasal 55, sampai dengan Pasal 59 UU No. 35 Tahun

2009 tentang Narkotika telah dijabarkan di dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun

2011 (LN RI No. 5211) yang diatur dalam Pasal 13 dan Pasal 14.

- Pasal 13 ayat (3) menjelaskan bahwa pecandu Narkotika yang sedang menjalani

proses peradilan dapat ditempatkan dalam lembaga Rehabilitasi Medis dan / atau

Rehabilitasi Sosial.

Page 17: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 111

- Pasal 13 ayat (4) memberi kewenangan/diskresi kepada Penyidik, Penuntut

Umum dan Hakim untuk menempatkan resangka dan terdakwa selama proses

peradilan, di lembaga Rehabilitasi Medis dan/atau Rehabilitasi Sosial.

3. Dalam menangani perkara narkotika dimana tersangka/terdakwanya adalah pecandu

dan korban penyalahgunaan narkotika yang sedang ditangani pada proses dan tahap

Penuntutan, Penuntut Umum dapat :

3.1. Menempatkan tersangka/terdakwa ke Panti Rehabilitasi Medis dan / atau

Rehabilitasi Sosial untuk dilakukan rehabilitasi di luar Rumah Tahanan Negara,

dengan syarat bahwa tersangka Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika

tersebut.

3.2. Mengajukan tuntuttan pidana berupa penempatan terdakwa ke Panti Rehabilitasi

Medis dan Sosial, dengan merujuk kepada ketentuan peraturan perundangan

serta dengan pertimbangan sosiologis dan filosofis.

- Rujukan Peraturan Perundangan :

1) Pasal 54 sampai dengan Pasal 59 BAB IX, Pasal 103 BAB XII dan Pasal 127

BAB XV Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

2) Pasal 13 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun

2011.

3) Surat Edaran Jaksa Agung RI Nomor: SE-013/A/JA/02/2012 tanggal 29

Februari 2012 tentang Pedoman Tuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana

Umum.

- Pertimbangan Sosiologis dan Filosofis :

1) Kecenderungan meningkatnya penyalahgunaan narkotika dari tahun ke tahun

dimana sebagian besar dari tersangka/terdakwa/terpidana dalam kasus

narkotika adalah termasuk kategori pemakai bahkan sebagai korban yang

secara medis mereka sesungguhnya adalah orang yang menderita sakit, oleh

karena itu menggunakan instrumen pemenjaraan bukanlah terapi yang tepat

karena telah mengabaikan aspek rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

2) Kondisi lembaga pemasyarakatan pada saat ini selain sudah mengalami over

capacity juga membawa dampak negatif yang dapat semakin memperburuk

kondisi kejiawaan dan kesehatan yang diderita para narapidana korban

penyalahgunaan narkotika.

4. Terkait dengan penerapan Pasal 54 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika maupun Pasal 13 ayat (4) P.P. No. 25 Tahun 2011, perlu diantisipasi

terhadap kemungkinan untuk memanfaatkan celah P.P. dan Undang-Undang tersebut

oleh pihak pengedar atau bandar narkotika. Oleh karena itu penerapan Pasal 54

Page 18: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 112

Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 dan Pasal 13 ayat (4) P.P. No. 25 Tahun 2011

perlu dilakukan secara selektif dan pengendalian yang ketat dengan menerapkan

syarat-syarat dan klasifikasi terkait dengan barang buktinya.

5. Adapun syarat-syarat dan klasifikasi tindak pidana Narkotika yang

tersangka/terdakwanya dapat ditempatkan di Panti Rehabilitasi Medis dan/atau

Rehabilitasi Sosial pada proses Penuntutan serta terdakwa dapat dituntut dengan

tuntutan berupa penempatan terdakwa ke Panti Rehabilitasi Medis dan Sosial, akan

diatur lebih lanjut melalui Surat Edaran/Petunjuk Jaksa Agung Muda Tindak Pidana

Umum.

Demikian untuk dipedomani dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BASRIEF ARIEF

Page 19: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 113

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Nomor : B-550/E/Ejp/02/2013 Jakarta, 25 Februari 2013 Sifat : Segera Lampiran : - Perihal : Tahanan Yang Melarikan Diri KEPADA YTH : ---------------------------------------- KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI – SELURUH INDONESIA

Mengamati dan mencermati kondisi pengawalan dan pengamanan

tahanan dengan kecenderungan adanya beberapa orang tahanan melarikan diri di

berbagai tempat, antara lain : tahanan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan,

Kejaksaan Negeri Jakarta Utara dan di wilayah Kejaksaan Tinggi Jawa Barat,

maka sambil menunggu keluarnya Standar Operasional Prosedur (SOP)

Pengawalan dan Pengamanan Tahanan yang telah selesai disusun draftnya, maka

bersama ini disampaikan petunjuk sebagai berikut :

1. Tingkatkan kesigapan dan kewaspadaan segenap satuan pengawal dan

pengaman tahanan baik di dalam perjalanan pergi/pulang dari RUTAN ke

Pengadilan Negeri maupun sebaliknya, serta pengamanan para tahanan

selama masih berada dalam gedung Pengadilan Negeri :

a. Alokasikan jumlah personil Kejaksaan ditambah petugas Kepolisian yang

cukup untuk mengawal, mengamankan dan mengontrol para tahanan.

b. Siapkan peralatan berupa borgol yang cukup sesuai jumlah tahanan yang

dikawal dalam perjalanan dari RUTAN ke Pengadilan Negeri atau

sebaliknya;

c. Persiapkan kendaraan tahanan dengan baik, lakukan pengecekan

seluruh bagian-bagian dari kendaraan tahanan untuk menentukan bahwa

kendaraan tahanan tersebut layak operasional;

d. Lengkapi setiap tahanan dengan baju rompi tahanan.

2. Cermati titik rawan dimana para tahanan sering memanfaatkan kelengahan

petugas untuk melarikan diri, yakni :

a. Pada saat penjemputan di RUTAN/LP, ketika tahanan dikeluarkan dari

RUTAN hendak dinaikkan ke mobil tahanan, maupun sebaliknya setelah

tahanan dikembalikan ke RUTAN dimana tahanan diturunkan dari mobil

tahanan hendak dimasukkan kembali ke RUTAN. Cermati dan waspadai

kondisi di sekitar dan disekeliling tahanan, baik terhadap orang-orang

yang berada di sekitar itu maupun kendaraan, utamanya sepeda motor

yang mendekat di sekitar tahanan;

b. Disepanjang perjalanan yang dilalui kendaraan tahanan dari RUTAN ke

Pengadilan Negeri maupun sebaliknya. Buatkan rute tetap kendaraan

tahanan agar dengan cepat dapat diketahui bahwa kendaraan tahanan

menyimpang dari rute perjalanan yang ditetapkan;

c. Di gedung Pengadilan Negeri dan atau di Kejaksaan Negeri, waspadai

keluarga-keluarga, teman-teman maupun kuasa hukum tersangka.

Page 20: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 114

3. Dari pencermatan titik rawan tersebut butir 2 (dua) diatas, diminta agar para

petugas pengawal dan pengamanan tahanan tidak memberi toleransi kepada:

a. Tidak memberi toleransi dan kesempatan kepada keluarga, tamu, teman-

teman para tahanan untuk bertemu dengan tahanan dalam keadaan

apapun, baik pada saat selama berada di gedung Pengadilan maupun

pada saat diturunkan dari mobil tahanan hendak dimasukkan ke gedung

Pengadilan atau ke RUTAN.

b. Semua tahanan dipastikan dalam kondisi tangan terborgol kecuali pada

saat memasuki ruang sidang Pengadilan. Dalam kondisi apapun tidak

dibenarkan membuka borgol dari tangan para tahanan dan tidak memberi

kesempatan para tahanan bebas mondar mandir dan bertemu dengan

keluarga, teman-temannya selama berada di gedung Pengadilan.

Pastikan bahwa semua tahanan berada dalam ruang tahanan yang

disiapkan;

c. Tidak dibenarkan petugas memberi kebebasan kepada tahanan untuk

meminta ijin membeli makanan, minuman atau keperluan lainnya.

4. Pengawalan dan pengamanan tahanan mutlak/wajib dilakukan dengan aparat

Kepolisian setempat. Hal tersebut menjadi prosedur tetap yang berlaku

berdasarkan Instruksi Bersama Kapolri dengan Jaksa Agung RI.

5. Libatkan aparat intelijen Kejaksaan Negeri setempat untuk memberikan

dukungan pengamanan dalam pengawalan dan pengamanan tahanan.

Demikian petunjuk ini untuk diteruskan kepada para Kajari dalam

wilayahnya masing-masing.

JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung R.I.; (sebagai laporan)

2. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 3. Yth. Jaksa Agung Muda Intelijen; 4. Yth. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus; 5. Yth. Jaksa Agung Muda Pembinaan; 6. Yth. Para Direktur pada JAMPIDUM; 7. Arsip

----------------------------------------------------------------

Page 21: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 115

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Nomor : B-601/E/EJP/02/2013 Jakarta, 28 Februari 2013 Sifat : Biasa Lampiran : 1 (satu) eksemplar Perihal : Penempatan Pecandu dan Korban KEPADA YTH. Penyalahgunaan Narkotika ke KEPALA KEJAKSAAN TINGGI Lembaga Rehabilitasi Medis dan DI - Rehabilitasi Sosial SELURUH INDONESIA

Menyusul dikeluarkannya Surat Edaran Jaksa Agung R.I. Nomor: SE-

002/A/JA/02/2013, tanggal 15 Februari 2013, tentang penempatan Korban

Penyalahgunaan Narkotika ke lambaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial,

maka untuk menyamakan persepsi dalam penerapannya, dipandang perlu

mengeluarkan petunjuk teknis untuk melengkapi Surat Edaran Jaksa Agung R.I.

dimaksud, sebagai berikut :

1. Ketentuan BAB IX, pasal 54, pasal 55 sampai dengan pasal 59 Undang-

Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, menegaskan bahwa pecandu

Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi

medis dan rehabilitasi sosial. Ketentuan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009

tersebut, telah dijabarkan di dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011

(lembaran Negara Nomor : 5211), tentang Pelaksanaan wajib lapor pecandu

Narkotika, yang di dalam pasal 13 ayat (3) dan ayat (4) menyatakan :

- Pasal 13 ayat (3), bahwa pecandu Narkotika yang sedang menjalani

proses peradilan dapat ditempatkan dalam lembaga rehabilitasi medis

dan/atau rehabilitasi sosial;

- Pasal 13 ayat (4), memberikan kewenangan/diskresi kepada Penyidik,

Penuntut Umum dan Hakim untuk menempatkan tersangka dan terdakwa

selama proses peradilan, di lembaga rehabilitasi medis dan/atau

rehabilitasi sosial.

2. Dengan merujuk kepada Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, tentang

Narkotika, dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011, tentang

Pelaksanaan wajib lapor pecandu Narkotika, sebagaimana disebutkan pada

point 1 (satu) di atas, maka pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan

Narkotika dipandang bukan lagi sebagai pelaku criminal, melainkan dipandang

sebagai korban. Atas pandangan tersebut, maka pencandu Narkotika dan

korban penyalahgunaan Narkotika tidak lagi semata-mata diarahkan kepada

bentuk penahanan dalam Rutan dan menjatuhkan hukuman penjara,

melainkan wajib menjalani perawatan medis dan/atau sosial dip anti

rehabilitasi.

Page 22: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 116

Terkait dengan paradigm tersebut, maka melalui implementasi Diversi (Vide

pasal 54 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, tentang Narkotika) maupun

pelaksanaan diskresi (Vide pasal 13 ayat (3) dan ayat (4) Peraturan

Pemerintah No. 25 Tahun 2011, Penuntut Umum dapat menempatkan

tersangka/terdakwa pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika

dip anti rehabilitasi medis dan/atau sosial, pada proses penuntutan maupun

dalam mengajukan tuntutan pidana di dalam persidangan Pengadilan Negeri.

2.1. Penempatan tersangka/terdakwa pecandu Narkotika dan korban

penyalahgunaan Narkotika di lembaga rehabilitasi medis dan/atau

sosial, yang perkaranya dalam tahap penuntutan :

- Penuntut Umum dapat menempatkan tersangka/terdakwa pecandu

Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika dipanti rehabilitasi

medis dan/atau sosial, di luar Rumah Tahanan Negara, dengan

syarat dan ketentuan :

a. Tersangka/terdakwa adalah pecandu dan korban

penyalahgunaan Narkotika, yang dibuktikan dari hasil asesmen

dokter bahwa yang bersangkutan pecandu Narkotika baik

klasifikasi; coba pakai, teratur pakai, pecandu suntik dan

pecandu bukan suntik.

b. Ada penetapan Pengadilan Negeri. Jika pada tahap penyidikan,

dimana penyidik telah mendapatkan persetujuan/penetapan

Pengadilan Negeri, maka Penetapan Pengadilan Negeri tersebut

dapat dipergunakan untuk kelanjutan pada tahap Penuntutan,

sehingga Penuntut Umum tidak perlu meminta penetapan dari

Pengadilan Negeri.

c. Tersangka/terdakwa pecandu dan korban penyalahgunaan

Narkotika, yang ditempatkan di panti rehabilitasi medis dan/atau

sosial oleh penyidik, ketika proses perkaranya pada tahap

penyidikan. Hal ini dimaksudkan agar ada keterpaduan penegak

hukum dan proses perawatan medis/sosial di panti rehabilitasi

dapat berjalan secara efektif dan kerbesinambungan untuk

penyembuhannya.

d. Dengan mempertimbangkan factor-faktor masih terbatasnya

fasilitas panti rehabilitasi medis/sosial, biaya, maupun

pelaksanaan peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan,

maka penempatan tersangka/terdakwa penyalahgunaan

Narkotika pada panti rehabilitasi medis/sosial yang perkaranya

dalam proses penuntutan oleh Penuntut Umum, untuk

sementara masih dibatasi pelaksanaannya, dan diperkenankan

bagi Kejaksaan Tinggi/Kejaksaan Negeri adalah sebagai berikut:

1. Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta :

Semua Kejaksaan Negeri di wilayah Kejaksaan Tinggi DKI

Jakarta.

Page 23: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 117

2. Kejaksaan Tinggi Jawa Barat :

Untuk Kejaksaan Negeri :

a. Kejaksaan Negeri Sukabumi

b. Kejaksaan Negeri Cibinong

3. Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan :

Untuk Kejaksaan Negeri :

a. Kejaksaan Negeri Makasar

b. Kejaksaan Negeri Maros

4. Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur :

Untuk Kejaksaan Negeri :

a. Kejaksaan Negeri Samarinda

b. Kejaksaan Negeri Tenggarong

Pembatasan untuk sementara ini diberlakukan sambil

menunggu perkembangan fasilitas panti rehabilitasi yang

tersedia mengingat fasilitas panti rehabilitasi medis milik Badan

Narkotika Nasional (BNN), masih terbatas keberadaannya di

UPT BNN Lido Sukabumi, Baddoka di Makasar dan Tanah

Merah di Samarinda.

e. Pelaksanaan penempatan tersangka/terdakwa pecandu dan

korban penyalahgunaan Narkotika di panti rehabilitasi

medis/sosial pada tahap penuntutan, diminta agar Penuntut

Umum berkoordinasi dengan penyidik Badan Narkotika Nasional

atau Badan Narkotika Propinsi setempat.

2.2. Tuntutan pidana berupa penempatan terdakwa pecandu dan korban

penyalahgunaan Narkotika di panti rehabilitasi medis dan/atau

sosial.

- Penuntut Umum dalam tuntutan pidana dapat menuntut berupa

penempatan terdakwa pecandu dan korban penyalahgunaan

Narkotika ke panti rehabilitasi medis dan sosial, dengan syarat-syarat

dan klasifikasi sebagai berikut :

a. Terdakwa pada saat di tangkap oleh penyidik dalam kondisi

tertangkap tangan.

b. Pada saat tertangkap tangan sesuai huruf a di atas, ditemukan

barang bukti pemakaian untuk 1 (satu) hari dengan perincian

sebagai berikut :

1) Kelompok metamphetamine (shabu) : 1 gram

2) Kelompok MDMA (ekstasi) : 2,4 gram =

8 butir

3) Kelompok Heroin : 1,8 gram

4) Kelompok Kokain : 1,8 gram

5) Kelompok Ganja : 5 gram

6) Daun Koka : 5 gram

7) Meskalin : 5 gram

8) Kelompok Psilosybin : 3 gram

9) Kelompok LSD (d-lysergic acid diethylamide) : 2 gram

Page 24: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 118

10) Kelompok PCP (phencyclidine) : 3 gram

11) Kelompok Fentanil : 1 gram

12) Kelompok Metadon : 0,5 gram

13) Kelompok Morfin : 1,8 gram

14) Kelompok Petidin : 0,96 gram

15) Kelompok Kodein : 72 gram

16) Kelompok Bufrenorfin : 32 mg

c. Surat Uji Laboratorium berdasarkan permintaan penyidik yang

menyatakan positif menggunakan Narkotika.

d. Perlu Surat Keterangan dari dokter jiwa/psikiater pemerintah

yang ditunjuk oleh Hakim.

e. Tidak terdapat bukti bahwa yang bersangkutan terlibat dalam

peredaran gelap Narkotika.

f. Bekas residivis kasus Narkotika.

- Untuk menuntut berupa lamanya proses rehabilitasi, maka Penuntut

Umum harus dengan sungguh-sungguh mempertimbangkan

kondisi/taraf kecanduan terdakwa, sehingga dalam hal ini diperlukan

adanya keterangan ahli. Dan sebagai standar dalam proses terapi

dan rehabilitasi adalah sebagai berikut :

a. Program Detoksifikasi dan Stabilisasi : lamanya 1 (satu) bulan

b. Program Primer : lamanya 6 (enam) bulan

c. Program Re-Entry : lamanya 6 (enam) bulan

3. Syarat-syarat dan klasifikasi yang ditentukan tersebut pada huruf a sampai

dengan f di atas, berlaku untuk penempatan tersangka/terdakwa pecandu dan

korban penyalahgunaan Narkotika yang perkaranya dalam tahap penuntutan,

sebagaimana tersebut pada angka 2.1. maupun untuk tuntutan pidana Jaksa

Penuntut Umum, sebagaimana tersebut pada angka 2.2. di atas.

Demikian untuk dipedomani, dan diminta agar petunjuk ini diteruskan

kepada para Kepala Kejaksaan Negeri/Kepala Cabang Kejaksaan Negeri dalam

daerah hukum masing-masing.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia;

(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 5. Yth. Direktur TPUL pada JAM PIDUM; 6. Arsip

------------------------------------------------------------------------------

Page 25: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 119

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 15 Februari 2013

SURAT – EDARAN NOMOR: SE-002/A/JA/02/2013

TENTANG PENEMPATAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

KE LEMBAGA REJABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL

Menyikapi paradigma baru terkait dengan berlakunya Undang-Undang Republik

Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yakni terjadinya perubahan cara pandang

Negara terhadap pecandu narkotika dimana pecandu narkotika tidak sebagai pelaku

kriminal melainkan dinyatakan sebagai korban, sehingga berdasarkan paradigma baru ini

maka pecandu narkotika wajib direhabilitasi sesuai amanat Pasal 54 Undang-Undang RI

No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang berbunyi “Pecandu narkotika dan korban

penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial”.

Sehubungan dengan perkembangan dan dinamika lingkungan strategis tersebut

diatas, maka disampaikan aharan dan petunjuk kepada para Penuntut Umum sebagai

berikut :

1. Implementasi Pasal 54 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

dilaksanakan dengan penerapan diversi bagi pecandu dan korban penyalahgunaan

narkotika, dimana tuntutan pidana dan hukuman yang akan diberikan kepada

terdakwa bukan pemenjaraan melainkan menempatkan terdakwa ke Panti

Rehabiiltasi, untuk menjalani proses pengobatan dan perawatan medis dan sosial.

2. Ketentuan BAB IX Pasal 54, Pasal 55, sampai dengan Pasal 59 UU No. 35 Tahun

2009 tentang Narkotika telah dijabarkan di dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun

2011 (LN RI No. 5211) yang diatur dalam Pasal 13 dan Pasal 14.

- Pasal 13 ayat (3) menjelaskan bahwa pecandu Narkotika yang sedang menjalani

proses peradilan dapat ditempatkan dalam lembaga Rehabilitasi Medis dan / atau

Rehabilitasi Sosial.

Page 26: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 120

- Pasal 13 ayat (4) memberi kewenangan/diskresi kepada Penyidik, Penuntut

Umum dan Hakim untuk menempatkan resangka dan terdakwa selama proses

peradilan, di lembaga Rehabilitasi Medis dan/atau Rehabilitasi Sosial.

3. Dalam menangani perkara narkotika dimana tersangka/terdakwanya adalah pecandu

dan korban penyalahgunaan narkotika yang sedang ditangani pada proses dan tahap

Penuntutan, Penuntut Umum dapat :

3.1. Menempatkan tersangka/terdakwa ke Panti Rehabilitasi Medis dan / atau

Rehabilitasi Sosial untuk dilakukan rehabilitasi di luar Rumah Tahanan Negara,

dengan syarat bahwa tersangka Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika

tersebut.

3.2. Mengajukan tuntuttan pidana berupa penempatan terdakwa ke Panti Rehabilitasi

Medis dan Sosial, dengan merujuk kepada ketentuan peraturan perundangan

serta dengan pertimbangan sosiologis dan filosofis.

- Rujukan Peraturan Perundangan :

1) Pasal 54 sampai dengan Pasal 59 BAB IX, Pasal 103 BAB XII dan Pasal 127

BAB XV Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

2) Pasal 13 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun

2011.

3) Surat Edaran Jaksa Agung RI Nomor: SE-013/A/JA/02/2012 tanggal 29

Februari 2012 tentang Pedoman Tuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana

Umum.

- Pertimbangan Sosiologis dan Filosofis :

1) Kecenderungan meningkatnya penyalahgunaan narkotika dari tahun ke tahun

dimana sebagian besar dari tersangka/terdakwa/terpidana dalam kasus

narkotika adalah termasuk kategori pemakai bahkan sebagai korban yang

secara medis mereka sesungguhnya adalah orang yang menderita sakit, oleh

karena itu menggunakan instrumen pemenjaraan bukanlah terapi yang tepat

karena telah mengabaikan aspek rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

2) Kondisi lembaga pemasyarakatan pada saat ini selain sudah mengalami over

capacity juga membawa dampak negatif yang dapat semakin memperburuk

kondisi kejiawaan dan kesehatan yang diderita para narapidana korban

penyalahgunaan narkotika.

4. Terkait dengan penerapan Pasal 54 Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika maupun Pasal 13 ayat (4) P.P. No. 25 Tahun 2011, perlu diantisipasi

terhadap kemungkinan untuk memanfaatkan celah P.P. dan Undang-Undang tersebut

oleh pihak pengedar atau bandar narkotika. Oleh karena itu penerapan Pasal 54

Page 27: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 121

Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 dan Pasal 13 ayat (4) P.P. No. 25 Tahun 2011

perlu dilakukan secara selektif dan pengendalian yang ketat dengan menerapkan

syarat-syarat dan klasifikasi terkait dengan barang buktinya.

5. Adapun syarat-syarat dan klasifikasi tindak pidana Narkotika yang

tersangka/terdakwanya dapat ditempatkan di Panti Rehabilitasi Medis dan/atau

Rehabilitasi Sosial pada proses Penuntutan serta terdakwa dapat dituntut dengan

tuntutan berupa penempatan terdakwa ke Panti Rehabilitasi Medis dan Sosial, akan

diatur lebih lanjut melalui Surat Edaran/Petunjuk Jaksa Agung Muda Tindak Pidana

Umum.

Demikian untuk dipedomani dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BASRIEF ARIEF

Page 28: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 122

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Nomor : B-824/E/Ejp/03/2013 Jakarta, 19 Maret 2013 Sifat : Segera Lampiran : - Perihal : Petunjuk Pengamanan Tahanan KEPADA YTH : ------------------------------------------ KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI – SELURUH INDONESIA

Menindaklanjuti dikeluarkanyya Peraturan Jaksa Agung RI Nomor:

PER-005/A/JA/03/2013 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengawalan

dan Pengamanan Tahanan, maka untuk meminimalisir celah kerawanan agar

tahanan tidak melarikan diri, maka bersama ini disampaikan petunjuk dan

penegasan sebagai berikut :

1. Para Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang akan menyidangkan perkara wajib

menyiapkan segala sesuatunya terkait penyidangan perkara sebelum

berangkat ke Pengadilan, termasuk di dalamnya sudah menyiapkan berkas

perkaranya, barang buktinya maupun tersangkanya, yang akan dikawal oleh

petugas pengawal tahanan.

a. JPU tidak diperbolehkan memerintahkan petugas pengawal tahanan

untuk mengambilkan dan membawakan berkar perkara yang akan

disidangkan, karena tugas pengawal tahanan adalah mengamankan

tahanan bukan menjadi asisten JPU;

b. JPU tidak dibenarkan menitip berkas perkaranya ke panitera atau kepada

siapapun di Pengadilan, meskipun perkara yang bersangkutan akan

disidangkan setiap hari di Pengadilan Negeri bersangkutan.

2. Tingkatkan kesigapan dan kewaspadaan segenap satuan pengawal dan

pengaman tahanan baik di dalam perjalanan pergi/pulang dari RUTAN ke

Pengadilan Negeri maupun sebaliknya, serta pengamanan para tahanan

selama masih berada dalam gedung Pengadilan Negeri :

a. Alokasikan jumlah personil Kejaksaan ditambah petugas Kepolisian yang

cukup untuk mengawal, mengamankan dan mengontrol para tahanan.

b. Siapkan peralatan berupa borgol yang cukup sesuai jumlah tahanan yang

dikawal dalam perjalanan dari RUTAN ke Pengadilan Negeri atau

sebaliknya;

c. Persiapkan kendaraan tahanan dengan baik, lakukan pengecekan

seluruh bagian-bagian dari kendaraan tahanan untuk menentukan bahwa

kendaraan tahanan tersebut layak operasional;

d. Lengkapi setiap tahanan dengan baju rompi tahanan.

Page 29: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 123

3. Cermati titik rawan dimana para tahanan sering memanfaatkan kelengahan

petugas untuk melarikan diri, yakni :

a. Pada saat penjemputan di RUTAN/LP, ketika tahanan dikeluarkan dari

RUTAN hendak dinaikkan ke mobil tahanan, maupun sebaliknya setelah

tahanan dikembalikan ke RUTAN dimana tahanan diturunkan dari mobil

tahanan hendak dimasukkan kembali ke RUTAN. Cermati dan waspadai

kondisi di sekitar dan disekeliling tahanan, baik terhadap orang-orang

yang berada di sekitar itu maupun kendaraan, utamanya sepeda motor

yang mendekat di sekitar tahanan;

b. Disepanjang perjalanan yang dilalui kendaraan tahanan dari RUTAN ke

Pengadilan Negeri maupun sebaliknya. Buatkan rute tetap kendaraan

tahanan agar dengan cepat dapat diketahui bahwa kendaraan tahanan

menyimpang dari rute perjalanan yang ditetapkan;

c. Di gedung Pengadilan Negeri dan atau di Kejaksaan Negeri, waspadai

keluarga-keluarga, teman-teman maupun kuasa hukum tersangka.

4. Dari pencermatan titik rawan tersebut butir 2 (dua) diatas, diminta agar para

petugas pengawal dan pengamanan tahanan tidak memberi toleransi kepada:

a. Tidak memberi toleransi dan kesempatan kepada keluarga, tamu, teman-

teman para tahanan untuk bertemu dengan tahanan dalam keadaan

apapun, baik pada saat selama berada di gedung Pengadilan maupun

pada saat diturunkan dari mobil tahanan hendak dimasukkan ke gedung

Pengadilan atau ke RUTAN.

b. Semua tahanan dipastikan dalam kondisi tangan terborgol kecuali pada

saat memasuki ruang sidang Pengadilan. Dalam kondisi apapun tidak

dibenarkan membuka borgol dari tangan para tahanan dan tidak memberi

kesempatan para tahanan bebas mondar mandir dan bertemu dengan

keluarga, teman-temannya selama berada di gedung Pengadilan.

Pastikan bahwa semua tahanan berada dalam ruang tahanan yang

disiapkan;

c. Tidak dibenarkan petugas memberi kebebasan kepada tahanan untuk

meminta ijin membeli makanan, minuman atau keperluan lainnya.

5. Pengawalan dan pengamanan tahanan mutlak/wajib dilakukan dengan aparat

Kepolisian setempat. Hal tersebut menjadi prosedur tetap yang berlaku

berdasarkan Instruksi Bersama Kapolri dengan Jaksa Agung RI.

6. Libatkan aparat intelijen Kejaksaan Negeri setempat untuk memberikan

dukungan pengamanan dalam pengawalan dan pengamanan tahanan.

Page 30: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 124

Demikian petunjuk ini untuk diteruskan kepada para Kajari dalam

wilayahnya masing-masing.

JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung R.I.; (sebagai laporan)

2. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 3. Yth. Jaksa Agung Muda Intelijen; 4. Yth. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus; 5. Yth. Jaksa Agung Muda Pembinaan; 6. Yth. Para Direktur pada JAMPIDUM; 7. Arsip

-------------------------------------------------------------

Page 31: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 125

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

Nomor : B-851/E/EJP/03/2013 Jakarta, 21 Maret 2013

Sifat : Penting

Lampiran : 1 (satu) eksemplar

Perihal : Pelaksanaan Instruksi Presiden KEPADA YTH.

(INPRES) No. 2 Tahun 2013 KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

SE-

INDONESIA

Sehubungan dengan keluarnya Instruksi Presiden (INPRES) No. 2

Tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri,

dengan ini disampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan Instruksi Presiden

(INPRES) No. 2 Tahun 2013, dalam rangka menjamin terciptanya

kondisi social, dan keamanan nasional, Menteri Koordinator Bidang

Politik, Hukum dan Keamanan sebagai Ketau Tim Terpadu Tingkat

Pusat telah mengeluarkan Keputusan No. 12 Tahun 2013 tanggal 05

Pebruari 2013 tentang Pembentukan Tim Terpadu Tingkat Pusat

Penanggulangan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Tahun 2013

dan telah menyusun rencana aksi terpadu nasional penanggulangan

gangguan keamanan dalam negeri dimana Jaksa Agung Muda Bidang

Intelijen sebagai anggota Tim Terpadu Tingkat Pusat;

2. Sesuai Rencana Aksi Tim Terpadu Tingkat Pusat, Kejaksaan RI

sebagai penanggung jawab terhadap 3 (tiga) kegiatan yaitu:

2.1. Peningkatan Kesadaran Hukum di Masyarakat (RA : 04)

2.2. Percepatan Proses Penegakan Hukum atas Pelaku terkait Konflik

Periode sebelum tahun 2013/Penuntutan (RA : 35)

2.3. Percepatan Proses Penegakan Hukum atas Pelaku Konflik mulai

tahun 2013/Penuntutan (RA : 41)

3. Mengingat dalam pelaksanaan Rencana Aksi tersebut terdapat

penanganan perkara atas pelaku terkait konflik sosial yang masuk

dalam perkara tindak pidana umum, antara lain perkara-perkara

kerusuhan, penyerangan antar kampong, pengrusakan tempat ibadah,

Page 32: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 126

pengikut aliran/faham agama tertentu, konflik karena perebutan lahan

dan tawuran antar kelompok yang berpotensi menimbulkan gangguan

keamanan. Maka diinstruksikan kepada para Kepala Kejaksaan Tinggi

agar meneruskan kepada para Kepala Kejaksaan Negeri di daerahnya

masing-masing untuk :

3.1. Aktif dalam penyusunan Tim Terpadu Tingkat Daerah;

3.2. Berkordinasi dengan instansi terkait dalam rangka mempercepat

penyelesaian perkara atas pelaku terkait konflik dengan sebaik-

baiknya serta sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.

Demikian untuk dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia;

(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen; 4. Arsip

Page 33: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 127

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2 TAHUN 2013

TENTANG

PENANGGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI

TAHUN 2013

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Dalam rangka menjamin terciptanya kondisi sosial, hukum, dan keamanan dalam negeri

yang kondusif dalam mendukung kelancaran pembangunan nasional, dengan ini

menginstruksikan:

Kepada : 1. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;

2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;

3. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat;

4. Menteri Dalam Negeri;

5. Jaksa Agung;

6. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;

7. Panglima Tentara Nasional Indonesia;

8. Kepala Badan Pertanahan Nasional;

9. Kepala Badan Intelijen Negara;

10. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme;

11. Kepala Badan Informasi Geospasial;

12. Para Gubernur; dan

13. Para Bupati/Walikota.

Untuk :

PERTAMA : Meningkatkan efektivitas penanganan gangguan keamanan dalam negeri

secara terpadu, sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Page 34: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 128

KEDUA : Pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebut pada Diktum PERTAMA

dilakukan dengan:

1. Membentuk Tim Terpadu Tingkat Pusat dan Tim Terpadu Tingkat

Daerah dengan mengikutsertakan semua unsur terkait, guna menjamin

adanya kesatuan komando dan pengendalian serta kejelasan sasaran,

rencana aksi, pejabat yang bertanggung jawab pada masing-masing

permasalahan, serta target waktu penyelesaiannya.

2. Mengambil langkah-langkah cepat, tepat, dan tegas serta proporsional,

untuk menghentikan segala bentuk tindak kekerasan akibat konflik

sosial dan terorisme, dengan tetap mengedepankan aspek hukum,

menghormati norma dan adat istiadat setempat, serta menjunjung

tinggi nilai-nilai hak asasi manusia.

3. Melakukan upaya pemulihan pada pasca konflik yang meliputi

penanganan pengungsi, rekonsiliasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi agar

masyarakat dapat kembali memperoleh rasa aman dan dapat

melakukan aktivitas seperti sediakala.

4. Merespon dengan cepat dan menyelesaikan secara damai semua

permasalahan di dalam masyarakat yang berpotensi menimbulkan

konflik sosial, guna mencegah lebih dini terjadinya tindak kekerasan.

KETIGA : Dalam rangka penghentian tindak kekerasan:

1. Dalam keadaan tertentu, sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan, Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menjalankan

tugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dibantu oleh

unsur Tentara Nasional Indonesia, unsur Kementerian/Lembaga

terkait, dan unsur Pemerintah Daerah.

2. Menyiapkan pos komando dengan memanfaatkan fasilitas instansi

pemerintah terdekat, guna mendukung kelancaran pengendalian,

kegiatan administrasi dan logistik, serta pusat informasi.

3. Mengikutsertakan lembaga pemerintah lainnya, masyarakat, para

tokoh, dan organisasi kemasyarakatan.

Page 35: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 129

KEEMPAT : Anggaran untuk peningkatan efektivitas penanganan gangguan keamanan

dalam negeri dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

KELIMA : Menugaskan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

sebagai Ketua Tim Terpadu Tingkat Pusat untuk :

1. Menyusun rencana aksi terpadu nasional penanganan gangguan

keamanan dalam negeri.

2. Mengkoordinasikan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi

pelaksanaan peningkatan efektivitas penanganan gangguan keamanan

dalam negeri.

3. Memberikan penjelasan kepada publik secepatnya tentang terjadinya

gangguan keamanan dalam negeri sebagai akibat konflik sosial dan

terorisme serta perkembangan penanganannya.

4. Melaporkan pelaksanaannya kepada Presiden.

KEENAM : Para Gubernur, Bupati, dan Walikota sebagai Ketua Tim Terpadu Tingkat

Daerah:

1. Menyusun rencana aksi terpadu penanganan gangguan keamanan

dalam negeri di daerahnya dengan berpedoman pada rencana aksi

terpadu nasional.

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan peningkatan efektivitas penanganan

gangguan keamanan dalam negeri di daerahnya.

3. Segera memberikan penjelasan kepada publik mengenai terjadinya

gangguan keamanan dalam negeri di daerahnya sebagai akibat konflik

sosial dan terorisme serta perkembangan penanganannya.

4. Melaporkan pelaksanaannya kepada Menteri Koordinator Bidang

Politik, Hukum, dan Keamanan.

KETUJUH : Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II dan para Kepala Lembaga

Pemerintah Non Kementerian yang terkait agar memberikan dukungan

sesuai kebutuhan dalam penyelesaian gangguan keamanan sesuai

dengan akar permasalahan, sehingga peningkatan efektivitas penanganan

gangguan keamanan dalam negeri terlaksana dengan baik.

Page 36: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 130

KEDELAPAN : Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan sungguh-sungguh dan penuh

tanggung jawab Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan.

Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan

Dikeluarkan di Jakarta

pada tanggal 28 Januari 2013

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RI

Deputi Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan,

Bistok Simbolon

Page 37: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 131

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 12 TAHUN 2103

TENTANG

PEMBENTUKAN TIM TERPADU TINGKAT PUSAT

PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI TAHUN 2013

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : Bahwa sebagai tindak lanjut Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 2 tahun 2013 tentang Penangganan Gangguan Keamanan

Dalam Negeri tahun 2013, dipandang perlu mengeluarkan Keputusan

tentang Pembentukan Tim Terpadu Penanganan Gangguan Keamanan

Dalam Negeri Tahun 2013;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia

2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, menjadi Undang-undang;

3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan

Pembangunan Nasional;

Page 38: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 132

4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang

Nomor 12 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional

Indonesia;

6. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara;

7. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik

Sosial.

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2006

tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

9. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013 tentang

Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Tahun 2013.

MEMUTUSKAN

Mentetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM,

DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN

TIM TERPADU TINGKAT PUSAT PENANGANAN GANGGUAN

KEAMANAN DALAM NEGERI TAHUN 2013

KESATU : Tim Terpadu Tingkat Pusat Penanganan Gangguan Keamanan Dalam

Negeri Tahun 2013, dengan susunan sebagaimana tercantum dalam

Lampiran I Keputusan ini.

KEDUA : Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU

melaksanakan aksi terpadu nasional penanganan gangguan keamanan

dalam negeri tahun 2013, sebagaimana tercantum dalam Lampiran II

Keputusan ini.

KETIGA : Tugas Tim Terpadu Tingkat Pusat sebagaimana dimaksud pada Diktum

KEDUA :

1. Mengkoordinasikan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi

pelaksanaan efektivitas penanganan gangguan keamanan dalam

negeri;

2. Melakukan pemetaan potensi gangguan keamanan dalam negeri

yang disebabkan oleh konflik sosial dan terorisme yang ada di

seluruh wilayah Indonesia;

Page 39: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 133

3. Melakukan pemantauan situasi dan kondisi keamanan dalam negeri

secara terus menerus terhadap kemungkinan berbagai gangguan

keamanan dengan memperhatikan hasil pemetaan potensi konflik;

4. Merespon dengan cepat setiap informasi yang berkaitan dengan

potensi gangguan keamanan dalam negeri yang disebabkan oleh

konflik sosial dan terorisme, koordinasi, dam sinkronisasi guna

mencegah terjadinya konflik terbuka yang dapat berujung pada

tindak kekerasan;

5. Mengambil tindakan cepat, tepat dan tegas dalam mengatasi

permasalahan diluar kemampuan dan kewenangan daerah;

6. Membentuk Desk Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri

yang diakibatkan konflik sosial yang berkedudukan di Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan;

7. Memberikan supervise, asistensi dan dukungan yang diperlukan oleh

daerah dalam penanganan gangguan keamanan dalam negeri;

8. Memberikan penjelasan kepada publik secepatnya tentang

terjadinya gangguan keamanan dalam negeri sebagai akibat konflik

sosial dan terorisme, serta perkembangan penanganannya;

9. Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Presiden RI secara

berkala dan/atau insidential.

KEEMPAT : Anggaran untuk mendukung pelaksanaan tugas Tim Terpadu Tingkat

Pusat dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) Tahun Anggaran 2013.

KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkannya Inpres Nomor 2 Tahun

2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Tahun

2013 sampai dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2013, dengan

ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan

ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada :

1. Presiden;

2. Wakil Presiden;

3. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;

4. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat;

5. Menteri Dalam Negeri;

6. Menteri Keuangan;

7. Jaksa Agung;

8. Kepala Kepolisian Negara Indonesia;

Page 40: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 134

9. Panglima Tentara Nasional Indonesia;

10. Kepala Badan Pertanahan Nasional;

11. Kepala Badan Intelijen Negara;

12. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme;

13. Kepala Badan Informasi Geospasial;

14. Para Gubernur; dan

15. Para Bupati/Walikota;

PETIKAN Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk

digunakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 5 Pebruari 2013

MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

DJOKO SUYANTO

Page 41: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 135

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TANGGAL 7 FEBRUARI 2013

SUSUNAN

TIM TERPADU TINGKAT PUSAT

PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI TAHUN 2013

Ketua : Menko Polhukam

Wakil Ketua I : Mendagri

Wakil Ketua II : Kapolri

Wakil Ketua III : Panglima TNI

Sekretaris : Sesmenko Polhukam

Sekretaris I : Dirjen Kesbangpol, Kemdagri

Sekretaris II : Kabaharkam Polri

Sekretaris III : Kasum TNI

Anggota :

1. Deputi Menko Polhukam Bidkoor Kamnas

2. Staf Ahli Menko Perekonomian Bidang Persaingan

Usaha

3. Staf Ahli Menko Kesra Bidang Polhukam

4. Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan dan Politik

5. Staf Ahli Menhan Bidang Keamanan

6. Staf Ahli Menkumham Bidang Polsoskam

7. Staf Ahli Menkominfo Bidang Sosial, Ekonomi dan

Budaya

8. Dirjen Perbendaharaan Negara, Kemkeu

9. Irjen Kem ESDM

10. Dirjen Perkebunan, Kemhan

11. Dirjen PHKA, Kemhut

12. Dirjen Perhubungan Darat, Kemhub

13. Dirjen PHI, Kemnakertrans

14. Dirjen Cipta Karya, Kem PU

15. Sekjen Kemkes

16. Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kemsos

17. Kabalitbang dan Diklat, Kemenag

18. Staf Ahli Mendikbud Bidang Hukum

19. Deputi Men LH Bidang Penaatan Hukum Lingkungan

20. Deputi Perlindungan Perempuan, Kem PP dan PA

21. Sestama Kem BUMN

Page 42: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 136

22. Staf Ahli Menpera Bidang Tata Ruang, Pertanahan dan

Perumahan

23. Staf Ahli Menpora Bidang Sumber Daya

24. Jam Intel, Kejagung

25. Asops Kapolri

26. Asops Panglima TNI

27. Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa

dan Konflik Pertanahan BPN

28. Staf Ahli Ka BIN Bidang Hankam

29. Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan

Deradikalisasi BNPT

30. Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik, Badan

Informasi Geospasia.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

DJOKO SUYANTO

Page 43: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 44: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 45: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 46: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 47: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 48: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 49: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 50: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 51: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 52: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 53: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 54: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 55: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 56: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 57: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 58: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 59: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 153

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

SELAKU KETUA TIM TERPADU TINGKAT PUSAT

NOMOR 1 TAHUN 20013

TENTANG

PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2

TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI

TAHUN 2013

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

SELAKU

KETUA TIM TERPADU PUSAT

Dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013

tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Tahun 2013, member instruksi :

Kepada : 1. Para Gubernur

2. Para Bupati dan Walikota

Untuk :

KESATU : Membentuk Tim Terpadu Tingkat Daerah, melalui Keputusan

Gubernur untuk tingkat Provinsi dan Keputusan Bupati/Walikota untuk

tingkat Kabupaten/Kota, serta menyampaikan laporan kepada Menteri

Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan selaku Ketua Tim

Terpadu Tinmgkat Pusat selambat-lambatnya pada tanggal 21

Februari 2013.

Page 60: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 154

KEDUA : Dalam penyusunan organisasi Tim Terpadu Tingkat Provinsi dan

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam dictum KESATU agar

mengacu pada Lampiran I dan II Instruksi ini dan/atau dapat

disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.

KETIGA : Menetapkan tugas-tugas Tim Terpadu Tingkat Daerah, dengan

mempedomani Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri

Tahun 2013 dan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Politik,

Hukum dan Keamanan Nomor 12 Tahun 2013 tentang Pembentukan

Tim Terpadu Tingkat Pusat Penanganan Gangguan Keamanan

Dalam Negeri Tahun 2013 dalam rangka menangani permasalahan

gangguan keamanan akibat konflik social dan terorisme di daerah.

KEEMPAT : Menyusun rencana aksi terpadu penanganan gangguan keamanan

dalam negeri di daerah dengan berpedoman kepada Aksi Terpadu

Tingkat Pusat Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri

Tahun 2013 sebagaimana tertuang dalam Lampiran Keputusan

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Nomor 12

Tahun 2013.

KELIMA : Mekanisme hubungan kerja Tim Terpadu Tingkat Pusat dan Daerah,

dilaksanakan sebagai berikut :

1. Dalam hal Tim Terpadu Tingkat Kabupaten/Kota menghadapi

permasalahan di luar kemampuan dan kewenangannya,

Bupati/Walikota dapat meminta bantuan kepada Tim Terpadu

Tingkat Provinsi;

2. Dalam hal Tim Terpadu Tingkat Provinsi menghadapi

permasalahan di luar kemampuan dan kewenangannya,

Gubernur dapat meminta bantuan kepada Tim Terpadu Tingkat

Pusat;

3. Tim Terpadu Tingkat Provinsi memberikan supervise, asistensi

dan dukungan yang diperlukan oleh Tim Terpadu Tingkat

Kabupaten/Kota.

KEENAM : Menyampaikan laporan pelaksanaan penanganan gangguan

keamanan yang berkaitan dengan konflik social dan terorisme di

daerahnya secara berkala/insidental kepada Menteri Koordinator

Bidang Politik, Hukum dan Keamanan selaku Ketua Tim Terpadu

Tingkat Pusat secara berjenjang.

Page 61: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 155

SALINAN Instruksi ini disampaikan kepada :

1. Presiden, sebagai laporan;

2. Wakil Presiden;

3. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;

4. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat;

5. Menteri Dalam Negeri;

6. Menteri Keuangan;

7. Jaksa Agung;

8. Kepala Kepolisian Negara Indonesia;

9. Panglima Tentara Nasional Indonesia;

10. Kepala Badan Pertanahan Nasional;

11. Kepala Badan Intelijen Negara;

12. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme;

13. Kepala Badan Informasi Geospasial;

14. Para Gubernur; dan

15. Para Bupati/Walikota.

PETIKAN Instruksi ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk

digunakan sebagaimana mestinya.

Dikeluarkan di Jakarta

Pada tanggal 6 Februari 2013

MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

REPUBLIK INDONESIA

SELAKU KETUA TIM TERPADU TINGKAT PUSAT

DJOKO SUYANTO

Page 62: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 156

LAMPIRAN I INSTRUKSI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TANGGAL 6 FEBRUARI 2013

MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

CONTOH SUSUNAN TIM TERPADU TINGKAT PROVINSI

PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI TAHUN 2013

Ketua : Gubernur

Wakil Ketua I : Sekda Provinsi

Wakil Ketua II : Kapolda

Wakil Ketua III : Pangdam / Danrem

Sekretaris : Ka. Badan Kesbangpol Linmas Provinsi

Wakil Sekretaris I : Ka. Biro Ops Polda

Wakil Sekretaris II : Asops Kodam/Kasrem

Anggota :

1. Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah Terkait;

2. Pejabat Kejati;

3. Pejabat Polda;

4. Pejabat TNI (AD/AL/AU)

5. Pejabat Badan Pertanahan Nasional;

6. Pejabat dari intansi vertikal terkait.

Page 63: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 157

LAMPIRAN II INSTRUKSI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TANGGAL 6 FEBRUARI 2013

MENTERI KOORDINATOR

BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

CONTOH SUSUNAN TIM TERPADU TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PENANGANAN GANGGUAN KEAMANAN DALAM NEGERI TAHUN 2013

Ketua : Bupati/Walikota

Wakil Ketua I : Sekda Kab/Kota

Wakil Ketua II : Kapolres/ta/tabes

Wakil Ketua III : Dandim

Sekretaris : Ka. Badan Kesbangpol Linmas

Wakil Sekretaris I : Kabag Ops Polres/ta/tabes

Wakil Sekretaris II : Kasi Ops Kodim

Anggota :

1. Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah Terkait;

2. Pejabat Kejari;

3. Pejabat Polres/ta/tabes;

4. Pejabat TNI (AD/AL/AU)

5. Pejabat Badan Pertanahan Nasional;

6. Pejabat dari intansi vertikal terkait.

Page 64: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 158

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B-926/E/EJP/03/2013 Jakarta, 28 Maret 2013

Sifat : Biasa

Lampiran : -

Perihal : Pentetapan Status Benda Sitaan KEPADA YTH.

Narkotika dan Prekursor PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

Narkotika untuk dimusnahkan. Di –

SELURUH INDONESIA

Sehubungan dengan masih ditemukannya tumpukan barang bukti berupa

Narkotika dibeberapa Kejaksaan Negeri yang telah diputus oleh Pengadilan dan telah

berkekuatan hukum tetap, namun Jaksa mengalami kesulitan dalam melaksanakan

eksekusi yang menyangkut barang bukti tersebut dimana dalam amar putusan

Pengadilan, barang bukti dinyatakan dirampas untuk Negara, sementara kondisi fisik

barang bukti berupa Narkotika sudah rusak dan tidak layak lagi digunakan untuk

keperluan ilmu pengetahuan umum dan teknologi maupun keperluan pendidikan dan

pelatihan, sehingga tidak ada Instansi terkait yang mau menerima barang bukti

Narkotika tersebut.

Mengingat barang bukti berupa Narkotika adalah zat yang berbahaya dan

terlarang untuk diedarkan serta penyimpanan benda tersebut mengandung potensi

resiko biaya dan penyalahgunaan. Untuk itu diminta perhatian para Kepala Kejaksaan

Negeri di seluruh Indonesia, sebagai berikut :

1. a. Kepala Kejaksaan Tinggi, Kepala Kejaksaan Negeri dan Kepala Cabang

Kejaksaan Negeri di dalam menerbitkan surat ketetapan status barang sitaan

Narkotika dan Prekursor Narkotika, agar dipertimbangkan untuk kepentingan

pembuktian perkara dan dimusnahkan, sesuai ketentuan Pasal 91 ayat (1)

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Penjabarannya adalah

barang sitaan Narkotika dan Prekursor Narkotika yang telah ditetapkan

statusnya, wajib dimusnahkan oleh Penyidik setelah terlebih dahulu disisihkan

sebagian kecil untuk kepentingan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di

sidang Pengadilan (vide Pasal 90 ayat (1), Pasal 91 ayat (2) Undang-Undang

No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika jo Pasal 45 ayat (1), (3) dan (4) KUHAP).

b. Penetapan status barang sitaan Narkotika dan Prekursor Narkotika untuk

kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun

kepentingan pendidikan dan pelatihan hanya dapat dipertimbangkan bila ada

permintaan sebelumnya dari Instansi terkait (Balai POM dan Kesehatan)

maupun permintaan dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Kepolisian

Negara RI (Pasal 91 ayat (6) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika).

2. Terhadap putusan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap (inkract van

gewijsde) dalam perkara Narkotika maupun Psikotropika,jika dalam amar putusan

menyatakan agar barang bukti dirampas untuk Negara, sedangkan brang bukti

Narkoba tersebut sudah rusak dan tidak dapat digunakan untuk kepentingan

Page 65: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 159

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ataupun untuk kepentingan

pendidikan dan pelatihan, maka agar Kepala Kejaksaan Negeri setempat

melakukan pemusnahan terhadap barang bukti tersebut sesuai dengan ketentuan

Undang-Undang.

3. Terhadap barang bukti Psikotropika Golongan III dan IV yang masih diatur dengan

Undang-Undang RI No. 05 Tahun 1997 tentang Psikotropika, jika barang buktinya

cukup besar, maka agar Kepala Kejaksaan Negeri setempat sedapat mungkin

berupaya meminta Penetapan Hakim Pengadilan Negeri setempat untuk dapat

memusnahkan terlebih dahulu sebagian besar barang bukti Psikotropika sebelum

adanya putusan yang memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde)

dengan mempedomani ketentuan Pasal 45 KUHAP.

Demikian untuk dilaksanakan dan diminta agar petunjuk ini diteruskan kepada

para Kepala Kejaksaan Negeri dan Kepala Cabang Kejaksaan Negeri dalam daerah

hukum masing-masing.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia

(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 5. Yth. Direktur TPUL pada JAM PIDUM; 6. A r s i p.

----------------------------------------------------------------------------

Page 66: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 160

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B-933/E/EJP/04/2013 Jakarta, 01 April 2013

Sifat : Biasa

Lampiran : -

Perihal : Kelengkapan Dokumen KEPADA YTH.

Keimigrasian untuk Kepastian PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

Status Kewarganegaraan Di –

Tersangka (WNA) dalam SELURUH INDONESIA

Perkara Narkoba.

Berdasarkan hasil eksaminasi dan pemantauan yang telah kami lakukan

terhadap penanganan perkara Narkoba yang tersangkanya Warga Negara Asing,

masih ditemukan adanya kekurang cermatan dan kekurang telitian Penuntut Umum

dalam meneliti identitas tersangka terkait kepastian tentang status kewarganegaraan

tersangka, yang dapat berakibat terjadinya Error in Persona dan berujung pada

dibebaskannya perkara tersebut oleh Pengadilan, maupun menimbulkan kesulitan di

dalam menghubungi Kedutaan Besar dari Negara asal tersangka (terkait dengan

pelaksanaan eksekusi pidana mati).

Setidaknya terdapat adanya 2 (dua) penanganan kasus Narkotika yang

memperkuat indikasi tersebut di atas :

1. Perkara Narkotika a.n. terdakwa REGINALDO BOM FIM alias EGNALD OM IM

alias PAULO MEDEIRES (Warga Negara Brazil), dengan indikasi :

- Terdakwa menggunakan passport dengan Nama orang lain dan dengan foto

orang lain, yang dalam tahap penyidikan, terdakwa mengakui dengan Nama

tersebut dalam passport.

- Di depan persidangan Pengadilan Negeri Tangerang, terdakwa menyangkal

bernama dengan foto seperti dalam passport serta menyangkal namanya yang

ditulis di dalam Berita Acara Pemeriksaan, dengan menampilkan /

memperlihatkan adanya passport (baru) dengan foto dan Nama yang

sebenarnya.

2. Perkara Narkotika a.n. terpidana ADAM WILSON (yang baru saja dieksekusi mati),

mengakui sebagai Warga Negara Malawi baik di dalam Berita Acara Pemeriksaan,

Surat Pernyataan yang dibuatnya maupun dalam putusan Pengadilan Negeri,

putusan Pengadilan Tinggi dan Putusan Kasasi (tanpa adanya passport yang

disita). Namun menjelang dieksekusi, terpidana ADAM WILSON mengaku sebagai

Warga Negara Nigeria dan nampaknya benar terpidana ADAM WILSON

berkewarganegaraan Nigeria, dengan adanya surat dari Kedutaan Besar Nigeria,

sehingga pesan dan permintaan terpidana mati untuk dipertemukan dengan

Kedubesnya tidak terpenuhi, karena yang dikondisikan adalah Kedutaan Besar

Malawi (menolak karena tidak memiliki warga yang bernama ADAM WILSON).

Page 67: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 161

Sehubungan hal tersebut di atas, maka bersama ini disampaikan petunjuk,

sebagai berikut :

1. Penuntut Umum dalam meneliti berkas perkara terkait identitas tersangka (status

kewarganegaraan tersangka WNA), tidak bisa hanya didasarkan kepada

pengakuan tersangka, tetapi kepastian tentang status kewarganegaraan tersangka

WNA harus dibuktikan dengan bukti berupa dokumen keimigrasian tersangka.

2. Kelengkapan data keimigrasian yang diperlukan untuk memastikan status

kewarganegaraan seorang tersangka WNA, antara lain :

- Surat Keterangan dari Imigrasi tentang status keimigrasian yang bersangkutan

khususnya berupa List kedatangannya di Indonesia;

- Sedapat mungkin dilakukan penyitaan passport, atau melampirkan fotocopy

passportnya di dalam berkas perkara;

- Mencantumkan nomor passport di dalam identitas tersangka.

3. Untuk keperluan memenuhi butir 1 (satu) dan 2 (dua) di atas, maka Penuntut

Umum meminta kepada Penyidik :

- Melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Imigrasi untuk memperoleh

dokumen / kelengkapan data keimigrasian tersangka dimaksud;

- Melakukan koordinasi dengan Kedutaan Besar Negara asal tersangka untuk

memastikan passport yang digunakan dan disita tersebut adalah passport yang

dikeluarkan oleh Kedutaan Besar untuk tersangka dengan Nama dan Foto

yang tertera di passport dimaksud.

Hal ini untuk mengantisipasi adanya penerbitan passport lain (passport baru) oleh

Kedutaan Besarnya dengan maksud untuk menghindarkan warganya dari jeratan

hukum di Negara Republik Indonesia.

4. Penuntut Umum (JPU Peneliti/P-16) berkoordinasi dengan Penyidik untuk

memenuhi kelengkapan sebagaimana tersebut pada butir 1, 2, dan 3 diatas.

Demikian untuk dilaksanakan dan diminta agar petunjuk ini diteruskan kepada

para Kepala Kejaksaan Negeri dan Kepala Cabang Kejaksaan Negeri dalam daerah

hukum masing-masing.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia

(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 5. Yth. Direktur TPUL pada JAM PIDUM; 6. A r s i p.

----------------------------------------------------------------------------

Page 68: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 162

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B-1086/E/EJP/04/2013 Jakarta, 12 April 2013

Sifat : Biasa

Lampiran : 1 (satu) eksemplar

Perihal : Nota Kesepakatan Bersama Badan KEPADA YTH.

Pengawas Pemilihan Umum RI, KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

Kepolisian Negara RI dan Kejaksaan RI. Di –

SELURUH INDONESIA

Sehubungan dengan ditandatanganinya Nota Kesepakatan Bersama

BAWASLU RI, Kepolisian Negara RI dan Kejaksaan RI, Nomor:

01/NKB/BAWASLU/I/2013; B/02/I/2013; KEP-005/A/JA/01/2013 tanggal 16 Januarai

2013 tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu, sebagai pelaksanaan dari Pasal

267 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,

DPD dan DPRD (sebagaimana terlampir), bersama ini disampaikan petunjuk sebagai

berikut :

1. Nota Kesepakatan Bersama BAWASLU RI, Kepolisian Negara RI dan Kejaksaan

RI tentang Sentra Gakkumdu dimaksudkan sebagai forum koordinasi unsur-unsur

BAWASLU, Kepolisian dan Kejaksaan untuk terwujudnya kerjasama dan sinergitas

dalam penanganan tindak pidana Pemilu secara cepat, sederhana dan tidak

memihak.

Inti penekanannya adalah pada koordinasi, dengan tujuan agar penekanan tindak

pidana Pemilu dilakukan secara sinergi, mengingat proses penyelesaian

penanganan tindak pidana Pemilu dibatasi oleh waktu yang sangat singkat

sehingga bila tidak ditangani dengan cepat, dikhawatirkan akan berkembang kea

rah yang lebih serius dan berdampak negative atas pelaksanaan Pemilihan Umum

sebagai pesta demokrasi. Sehingga oleh karenanya penyelesaian tindak pidana

Pemilu wajib dilakukan secara cepat sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku.

2. Untuk menindaklanjuti Nota Kesepakatan Bersama tentang Sentra Penegakan

Hukum sebagaimana tersebut pada butir 1 (satu) di atas, maka Kejaksaan Tinggi,

Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri mempersiapkan langkah

koordinasi dan penyiapan tenaga jaksa khusus menangani tindak pidana Pemilu

sebagai berikut :

A. Melakukan koordinasi dengan BAWASLU Provinsi, BAWASLU Kabupaten/

Kota, di dalam daerah hukum masing-masing dalam rangka pembentukan

Sentra Gakkumdu Provinsi, Kabupaten/ Kota, yang susunan/ struktur

keanggotaannya sebagai berikut :

- Struktur Keanggotaan Sentra Gakkumdu Provinsi terdiri atas :

a. Pembina :

1. Ketua BAWASLU Provinsi

2. Kapolda

3. Kajati

Page 69: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 163

b. Ketua :

1. Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran

2. Direktur Reskrim Umum Polda

3. Aspidum Kejaksaan Tinggi

c. Anggota :

1. Pejabat yang menyelenggarakan tugas dan fungsi dibidang hukum

dan penindakan pelanggaran.

2. Penyidik pada Dit. Reskrim Umum Polda.

3. Jaksa pada Asisten Bidang Tindak Pidana Umum.

d. Sekretariat Sentra Gakkumdu Provinsi berada di Sekretariat BAWASLU

Provinsi.

- Struktur Keanggotaan Sentra Gakkumdu Kabupaten/ Kota terdiri atas :

a. Pembina :

1. Ketua PANWASLU Kabupaten/ Kota

2. Kapolres/Tabes/Tro

3. Kepala Kejaksaan Negeri

b. Ketua :

1. Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran

2. Kasat Reskrim Polres/Tabes/Tro

3. Kasi Pidum

c. Anggota :

1. Pejabat yang menyelenggarakan tugas dan fungsi dibidang hukum

dan penindakan pelanggaran

2. Penyidik pada Satuan Reserse dan Kriminal Polres/Tabes/Tro

3. Jaksa pada Seksi Tindak Pidana Umum

d. Sekretariat Sentra Gakkumdu Kabupaten/ Kota berada di Sekretariat

PANWASLU Kabupaten/ Kota.

B. Mempersiapkan tenaga khusus menangani tindak pidana Pemilu serta

dukungan administrasi khusus :

1. Kepala Kejaksaan Tinggi mempersiapkan, mengangkat dan menetapkan

jaksa-jaksa khusus menangani tindak pidana Pemilu melalui Surat

Keputusan Kepala Kejaksaan Tinggi dengan mempertimbangkan :

a. Kecakapan, profesionalisme dan integritas yang benar-benar mampu

mengembangkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam

pelaksanaan tugas yang terkait dengan Itegrated Criminal Justice

System (ICJS);

b. Jumlah Jaksa untuk tiap Sentra Gakkumdu Provinsi, Kabupaten/ Kota

masing-masing minimal 2 (dua) orang;

Page 70: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 164

c. Pada prinsipnya jaksa khusus yang menangani tindak pidana Pemilu

untuk sementara waktu tidak ditugaskan menangani perkara dan tugas-

tugas lain, namun dengan pengecualian terhadap Kejaksaan Negeri

yang jumlah jaksanya sedikit, sedang perkara yang ditangani cukup

banyak;

2. Menunjuk dan menetapkan 1 (satu) atau 2 (dua) orang staf tata usaha

untuk memberikan dukungan administrasi penanganan tindak pidana

Pemilu.

3. Mempersiapkan sistem administrasi khusus tindak pidana Pemilu yang

meliputi :

- Naskah surat menyurat

- Register

- Laporan-laporan

Berdasarkan evaluasi terhadap administrasi tindak pidana Pemilu tahun

2009 yang lalu, maka model administrasi khusus penanganan perkara

tindak pidana Pemilu tahun 2009 masih layak dipergunakan kembali

sebagai model administrasi penanganan perkara tindak pidana Pemilu

tahun 2014.

3. Sebagai rujukan dan pedoman dalam penanganan tindak pidana Pemilu, maka

sesuai dengan Pasal 8 Nota Kesepakatan Bersama tentang Sentra Penegakan

Hukum Terpadu, akan diterbitkan Standar Operasional Prosedur Sentra

Gakkumdu (yang sedang dalam finalisasi penyusunannya oleh BAWASLU, POLRI

dan Kejaksaan Agung RI). Disamping itu pedoman penanganan perkara tindak

pidana Pemilu tahun 2014 yang juga segera menyusul dan dalam waktu dekat

akan disampaikan kepada para Kajati, Kajari dan Kacabjari).

Demikian disampaikan untuk diteruskan kepada para Kajari dan Kacabjari

dalam wilayah masing-masing.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; (sebagai laporan)

2. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 3. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 4. Yth. Direktur TPUL pada JAM PIDUM; 5. A r s i p.

----------------------------------------------------------------------------

Page 71: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 165

NOTA KESEPAKATAN BERSAMA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 01/NK/BAWASLU/I/2013 NOMOR : B/02/I/2013 NOMOR : KEP-005/A/JA/01/2013

TENTANG

SENTRA PENEGAKAN HUKUM TERPADU

Pada hari ini Rabu, tanggal enam belas, bulan Januari, tahun dua ribu tiga belas, yang bertandatangan di bawah ini :

1. Dr. MUHAMMAD, S.IP, M.Si selaku KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan dan beralamat di Jalan MH. Thamrin Nomor 14 Jakarta Pusat 10330, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2. JENDERAL POLISI Drs. TIMUR PRADOPO selaku KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini beritindak untuk dan atas nama KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan dan beralamat di Jalan Trunojoyo Nomor 3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

3. BASRIEF ARIEF selaku JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, berkedudukan dan beralamat di Jalan Sultan Hasanudin Nomor 1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12160, selanjutnya disebut PIHAK KETIGA.

PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA dan PIHAK KETIGA selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut :

a. bahwa PIHAK PERTAMA adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. bahwa PIHAK KEDUA merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri; dan

c. bahwa PIHAK KETIGA adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan Negara dibidang penentutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.

Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan sebagai berikut :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 202 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168);

Page 72: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 166

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 176. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4924);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembara Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 117. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 22. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4460) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 92. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4885).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan Kerja Sama dalam rangka Sentra Penegakan Hukum Terpadu Pemilihan Umum melalui Nota Kesepakatan Bersama, dengan menyatakan beberapa hal sebagai berikut :

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Kesepakatan Bersama ini yang dimaksud dengan :

1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Sentra Penegakkan Hukum Terpadu yang selanjutnya disebut Sentra Gakkumdu adalah forum yang terdiri dari unsur Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan Republik Indonesia yang bertugas menangani Tindak Pidana Pemilu.

3. Tindak Pidana Pemilu adalah tindak Pidana yang terjadi dalam penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, dan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota.

Page 73: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 167

BAB II MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 1

(1) Maksud Nota Kesepakatan Bersama ini adalah sebagai pedoman untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan Tindak Pidana Pemilu secara terpadu dan terkoordinasi bagi PARA PIHAK.

(2) Tujuan Nota Kesepakatan Bersama ini untuk terwujudnya kerjasama dan sinergisme PARA PIHAK dalam rangka Sentra Penegakkan Hukum Terpadu Pemilu serta tercapainya Penegakkan Hukum Tindak Pidana Pemilu secara cepat dan sederhana, serta tidak memihak.

BAB III

RUANG LINGKUP

Pasal 3 Ruang Lingkup Nota Kesepakatan Bersama ini meliputi : a. Pembentukkan Sentra Gakkumdu; b. Pola Penanganan Tindak Pidana Pemilu; dan c. Soialisasi

BAB IV PELAKSANAAN

Bagian Pertama

Pembentukkan Sentra Gakkumdu

Paragraf 1 Kedudukan Sentra Gakkumdu

Pasal 4

(1) Sentra Gakkumdu terdiri atas :

a. Sentra Gakkumdu Pusat;

b. Sentra Gakkumdu Provinsi; dan

c. Sentra Gakkumdu Kabupaten/ Kota.

(2) Sentra Gakkumdu Pusat berkedudukan di Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia.

(3) Sentra Gakkumdu provinsi berkedudukan di Badan Pengawas Pemilu Provinsi.

(4) Sentra Gakkumdu Kabupaten/ Kota berkedudukan di Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/ Kota.

Paragraf 2

Struktur Sentra Gakkumdu

Pasal 5 (1) Struktur Keanggotaan Sentra Gakkumdu Pusat terdiri atas :

a. Pembina :

1. Ketua Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia;

2. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan

3. Jaksa Agung Republik Indonesia.

b. Ketua :

1. Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran;

2. Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan

3. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum.

Page 74: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 168

c. Anggota :

1. Pejabat yang menyelenggarakan tugas dan fungsi dibidang hukum dan penindakan pelanggaran;

2. Penyidik pada Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri; dan

3. Jaksa pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum.

(2) Struktur Keanggotaan Sentra Gakkumdu Provinsi terdiri atas :

a. Pembina :

1. Ketua Badan Pengawas Pemilu Provinsi;

2. Kepala Kepolisian Daerah; dan

3. Kepala Kejaksaan Tinggi.

b. Ketua :

1. Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran;

2. Direktur Reserse dan Kriminal Umum Polda; dan

3. Asisten Tindak Pidana Umum.

c. Anggota :

1. Pejabat yang menyelenggarakan tugas dan fungsi dibidang hukum dan penindakan pelanggaran;

2. Penyidik pada Direktorat Reserse dan Kriminal Umum; dan

3. Jaksa pada Asisten Bidang Tindak Pidana Umum.

(3) Struktur Keanggotaan Sentra Gakkumdu Kabupaten/ Kota terdiri atas :

a. Pembina :

1. Ketua Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/ Kota;

2. Kepala Kepolisian Resor/ta/tabes/tro;

3. Kepala Kejaksaan Negeri.

b. Ketua :

1. Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran;

2. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres/ta/tabes/tro;

3. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum.

c. Anggota :

1. Pejabat yang menyelenggarakan tugas dan fungsi dibidang hukum dan penindakan pelanggaran;

2. Penyidik pada Satuan Reserse dan Kriminal Polres/ta/tabes/tro; dan

3. Jaksa pada Seksi Tindaka Pidana Umum.

(4) Sekretariat Sentra Gakkumdu berada di :

a. Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilu;

b. Sekretariat Badan Pengawas Pemilu Provinsi; dan

c. Sekretariat Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/ Kota.

Page 75: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 169

Paragraf 3 Tugas Sentra Gakkumdu

Pasal 6

(1) Sentra Gakkumdu Pusat melaksanakan tugas sebagai berikut :

a. Melakukan koordinasi antara PARA PIHAK dalam proses penanganan Tindak Pidana Pemilu.

b. Melakukan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dalam proses penanganan Tindak Pidana pemilu yang terjadi di luar negeri;

c. Melakukan pelatihan serta bimbingan teknis terhadap Sentra Gakkumdu Provinsi dan Kabupaten/ Kota; dan

d. Melakukan supervise dan evaluasi terhadap Sentra Gakkumdu Provinsi dan Kabupaten/ Kota.

(2) Sentra Gakkumdu Provinsi melaksanakan tugas sebagai berikut :

a. Melakukan koordinasi antara PARA PIHAK dalam proses penanganan Tindak Pidana Pemilu;

b. Melakukan supervisi dan evaluasi terhadap Sentra Gakkumdu Kabupaten/ Kota; dan

c. Menyampaikan laporan pelaksanaan penanganan Tindak Pidana Pemilu kepada Sentra Gakkumdu Pusat.

(3) Sentra Gakkumdu Kabupaten/ Kota melaksanakan tugas sebagai berikut:

a. Melakukan koordinasi antara PARA PIHAK dalam proses penanganan Tindak Pidana Pemilu; dan

b. Menyampaikan laporan pelaksanaan penanganan Tindak Pidana Pemilu kepada Sentra Gakkumdu Provinsi.

Paragraf 4

Fungsi Sentra Gakkumdu

Pasal 7 Sentra Gakkumdu berfungsi :

a. Sebagai forum antara PARA PIHAK dalam proses penanganan Tindak Pidana Pemilu;

b. Pelaksanaan pola penanganan Tindak Pidana Pemilu;

c. Sebagai pusat data dan informasi Tindak Pidana Pemilu;

d. Pertukaran data dan/atau informasi;

e. Peningkatan kompetensi dalam penanganan dugaan Tindak Pidana Pemilu; dan

f. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi tindak lanjut penanganan dugaan Tindak Pidana Pemilu.

Bagian Kedua

Pola Penanganan Tindak Pidana Pemilu

Paragraf 1 Penanganan Tindak Pidana Pemilu

Pasal 8

(1) Penanganan Tindak Pidana Pemilu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pemilu.

(2) Penanganan Tindak Pidana Pemilu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Standar Operasional dan Prosedur Sentra Gakkumdu.

Page 76: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 170

(3) Dalam penyusunan Standar Operasional dan Prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) keanggotaanya terdiri dari perwakilan yang ditunjuk oleh PARA PIHAK, dan harus diselesaikan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak ditandatanganinya Nota Kesepakatan Bersama ini.

Paragraf 2 Pelaporan

Pasal 9

Hasil kegiatan dan data/ informasi berkaitan dengan penanganan Tindak Pidana Pemilu dilaporkan secara berjenjang mulai dari Sentra Gakkumdu Kabupaten/ Kota sampai dengan Sentra Gakkumdu Pusat secara periodik dan/atau insidentil.

Bagian Ketiga Sosialisasi

Pasal 10

(1) Nota Kesepakatan Bersama ini disosialisasikan oleh PARA PIHAK kepada jajarannya guna diketahui dan dilaksanakan baik di Pusat maupun di daerah.

(2) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

BAB V

PEMBIAYAAN

Pasal 11 Segala biaya yang ditimbulkan sehubungan dengan pelaksanaan Nota Kesepakatan Bersama ini, menjadi beban dan tanggung jawab PARA PIHAK secara proporsional.

BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN

Bagian Kesatu

Addendum

Pasal 12 Hal-hal yang belum diatur dalam Nota Kesepakatan Bersama ini akan diatur lebih lanjut dan ditetapkan oleh PARA PIHAK dalam addendum Nota Kesepakatan Bersama yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepakatan Bersam ini.

Bagian Kedua Perbedaan Penafsiran

Pasal 13

Apabila dikemudian hari terjadi perbedaan penafsiran dan permaslahan dalam pelaksanaan Nota Kesepakatan Bersama ini, akan diselesaikan oleh PARA PIHAK secara musyawarah untuk mufakat.

Bagian Ketiga Jangka Waktu

Pasal 14

(1) Nota Kesepakatan Bersama ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal ditanda tangani.

(2) Nota Kesepakatan Bersama ini dapat diubah atau diperpanjang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK dengan terlebih dahulu dilakukan koordinasi sebelum berakhir masa berlakunya Nota Kesepakatan Bersama ini.

Page 77: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 171

(3) Nota Kesepaktan Bersama ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan pihak yang bermaksud mengakhiri Nota Kesepakatan Bersama ini wajib memberitahukan maksud tersebut secara tertulis kepada pihak lainnya.

BAB VII

PENUTUP

Pasal 15 Nota Kesepakatan Bersama ini mulai berlaku sejak ditandatangani dan dibuat dalam rangkap 3 (tiga), masing-masing bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama. Demikian Nota Kesepakatan Bersama ini dibuat dengan semangat kerja sama yang baik, untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh PARA PIHAK. PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA Dr. MUHAMMAD, S.IP, M.Si Drs. TIMUR PRADOPO BASRIEF ARIEF JENDERAL POLISI

Page 78: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 172

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B-1557/E/Euh.2/05/2013 Jakarta, 23 Mei 2013

Sifat : Segera

Lampiran : 1 (satu) eksemplar

Perihal : Permintaan Data Warga KEPADA YTH.

Negara Asing Khusus Warga PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

Negara Malaysia yang Di –

melakukan tindak pidana di

Wilayah Indonesia.__________ SELURUH INDONESIA

Menindaklanjuti Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor :

B-3885/E.1/Ejp/12/2012 tanggal 12 Desembar 2012 perihal Permintaan Data Laporan

Perkara Narkotika dan Psikotropika yang tersangka/ terdakwa/ terpidananya Warga

Negara Asing (WNA), diminta para Kepala Kejaksaan Tinggi untuk melaporkan segera

Data nama-nama tersangka/ terdakwa/ terpidana khusus Warga Negara Malaysia

dengan blanko isian terlampir, paling lambat data tersebut kami terima pada tanggal 5

Juni 2013 dengan menggunakan sarana tercepat/ faximili Direktur TPUL dengan

nomor : 0217203512.

Demikian untuk dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia

(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 5. A r s i p.

----------------------------------------------------------------------------

Page 79: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 80: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 174

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B-1602/E.4/Euh.1/05/2013 Jakarta, 28 Mei 2013

Sifat : Segera

Lampiran : 1 (satu) eksemplar

Perihal : Data Penanganan Perkara Hak KEPADA YTH.

Kekayaan Intelektual (HKI). KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

Di –

SELURUH INDONESIA

Sehubungan dengan disposisi Jaksa Agung Republik Indonesia tanggal 14 MeI

2013 dan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum tanggal 23 Mei 2013 pada Surat

Nomor B-40 Polhukam/Menko/HK.04.4.20/4/2013 Perihal Laporan Kegiatan TIMNAS

PPHKI Semester II Tahun 2012, bersama ini kepada Saudara untuk menyampaikan

laporan data Penanganan Perkara Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang berada di

wilayah hukum Saudara dengan mengisi formulir (terlampir), adapun perkara tersebut

tahun 2012 sampai dengan bulan Mei 2013.

Demikian untuk menjadi maklum.

An. JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM

Plh. DIREKTUR TINDAK PIDANA UMUM LAINNYA

SUGIYONO, SH., MH.

Jaksa Utama Muda NIP. 19580722 198803 1 003

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 2. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum;

(1 dan 2 sebagai laporan) 3. A r s i p.

-----------------------------------TPUL-----------------------------------

Page 81: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 82: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 176

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B-1667/E/EJP/06/2013 Jakarta, 4 Juni 2013

Sifat : Biasa

Lampiran : -

Perihal : Penggunaan Surat Keterangan KEPADA YTH.

Pengganti Sementara BPKB dan PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

STNK. Di –

SELURUH INDONESIA

Menindaklanjuti surat Wakil Kepala Korps Lalu Lintas Polri Nomor :

B/616/V/2013/Korlantas tanggal 24 Mei 2013 perihal Penyampaian Penggunaan Surat

Keterangan Pengganti Sementara BPKB dan STNK dan hasil Diskusi POKJA TILANG

dan Tim Teknis MAHKEJAKPOL tanggal 22 Mei 2013, bersama ini disampaikan hal-

hal sebagai berikut :

1. Korlantas Polri sejak tanggal 14 Mei 2013 telah menerbitkan Surat Keterangan

Pengganti Sementara BPKB dan STNK, sesuai Surat Telegram Kapolri Nomor :

STR/72/II/2013 tanggal 14 Mei 2013 tentang Penerbitan Surat Keterangan

Pengganti Sementara BPKB dan STNK sebagai bentuk legalitas

pertanggungjawaban Polri dalam menerbitkan BPKB dan STNK yang dilakukan

dengan memberi cap dibelakang blangko SKPD dan berlaku selama maksimal 6

(enam) bulan terhitung sejak diterbitkan.

2. Pelaksanaan Surat Keterangan Pengganti Sementara BPKB dan STNK telah

sesuai dengan ketentuan UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia dan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, serta telah dilakukan kajian dan tinjauan secara yuridis dan sosiologis oleh

Tim Pokja Tilang.

3. Diminta kepada para Kepala Kejaksaan Tinggi seluruh Indonesia agar

menyampaikan kepada jajaran di bawah untuk dapat menerima penggunaan Surat

Keterangan Pengganti Sementara BPKB dan STNK tersebut sebagai barang bukti

dalam penanganan perkara lalu lintas dan tindak pidana lainnya yang terkait

dengan kendaraan bermotor. (Format blangko terlampir)

Demikian untuk dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia

(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda; 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 5. A r s i p. ----------------------------------------------------------------------------

Page 83: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 177

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta 12110 Jakarta, 24 Mei 2013 Nomor : B/616/V/2013/Korlantas Klasifikasi : Biasa Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Penyampaian penggunaan Surat Keterangan Pengganti Sementara BPKB dan STNK______________ Kepada Yth. JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM KEJAKSAAN AGUNG RI Di Tempat 1. Rujukan :

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

b. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

c. Surat Telegram Kapolri Nomor : STR/72/II/2013 tanggal 14 Februari 2013 tentang Penerbitan Surat Keterangan Pengganti Sementara BPKB dan STNK sebagai bentuk legalitas pertanggung jawaban Polri dalam menerbitkan BPKB dan STNK dilakukan dengan memberi cap dibelakang blanko SKPD yang berlaku selama maksimal 6 (enam) bulan terhitung sejak diterbitkan.

2. Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas, bersama ini disampaikan kepada Saudara bahwa Polri telah menerbitkan Surat Keterangan Pengganti Sementara BPKB dan STNK.

3. Adapun untuk penggunaan Surat Keterangan Pengganti Sementara STNK dan BPKB tersebut setelah dilaksanakan kajian dan tinjauan secara yuridis dan sosiologis oleh tim Pokja Tilang pada hari Rabu, 22 Mei 2013 bahwa secara hukum surat keterangan yang diterbitkan oleh Polri tersebut adalah sah dan dapat digunakan sebagai Barang Bukti dalam proses penyelesaian perkara pelanggaran, kecelakaan lalu lintas jalan, dan tindak pidana lainnya.

4. Demikian untuk menjadi maklum.

a.n. KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KAKORLANTAS u.b.

WAKA

Drs. AGUNG BUDI MARYOTO, M.Si. BRIGADIR JENDERAL POLISI

Tembusan : 1. Kapolri. 2. Irwasum Polri. 3. Kakorlantas Polri.

Page 84: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 178

SURAT KETERANGAN PENGGANTI SEMENTARA BPKB (SKET-S-BPKB)

Nomor : SKET-S-BPKB/ ………………/………/2013 …………………..

1. Diberikan kepada : a. Nama : b. Alamat : c. Nomor KTP/TDP :

2. Pemilik Kendaraan Bermotor dengan Identitas sebagai berikut :

a. Nomor Registrasi : b. Merek : c. Tipe : d. Jenis : e. Model : f. Tahun Pembuatan : g. Isi Silinder : h. Nomor Rangka/NIK/VIN : i. Nomor Mesin : j. Bahan Bakar : k. Warna : l. Nomor Faktur : m. Nomor Formulir A/B (CBU) : n. Nomor Seri BPKB :

3. Bahwa Kendaraan Bermotor tersebut di atas, telah diregistrasi pada unit pelayanan BPKB

……………………….. (diisi Ditlantas Polda/ Polres…………).

4. SKET-S-BPKB ini berlaku paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal dikeluarkan, dan setelah masa berlaku habis diganti dengan BPKB asli pada Kantor Pelayanan BPKB setempat.

Dikeluarkan di : ………………………………………. Pada Tanggal : ………………………………………. a.n. KEPALA KEPOLISIAN DAERAH …………….. DIRLANTAS / KASUBDIT REGIDENT / KASATLANTAS

Cap/ttd ………………………….. …………………………… Keterangan : 1. Blanko Sket-S-BPKB ini menggunakan kertas warna putih, 80 gram, ukuran A4; 2. Nomor Sket-S-BPKB dibuat buku register/ agenda khusus, dengan menggunakan no urut mulai dari 0001

s.d. 9999 untuk masing unit pelakyanan BPKB Polda/ Res (contoh Nomor : Sket-S-BPKB/0001/II/2013/……..(isi Kesatuan ybs (Ditlantas Polda/ Res/ta));

3. Sket-S-BPKB dibuat rangkap 2, yang asli diserahkan pemilik dan yang paraf untuk arsip.

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH……………… DIREKTORAT LALU LINTAS

Jl…………………………………………………..

LAMPIRAN SURAT KAPOLRI NOMOR : B/ /V/2013/KORLANTAS TANGGAL : MEI 2013

BPKB

SEMENTARA

Page 85: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 179

CONTOH BENTUK DAN ISI CAP, SEBAGAI PENGGANTI SEMENTARA STNK DENGAN CARA MEMBERIKAN CAP PADA SKPD (SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH) DARI DIPENDA SAMSAT SETEMPAT. Keterangan : 1. Letak cap berada ditengah-tengah halaman belakang SKPD; 2. Cap disahkan dengan tanda tangan, cap kesatuan pejabat Polri yang berwenang (diisi jabatan, nama,

pangkat dan NRP), tanggal dikeluarkan (Ditlantas/Kasubdit Regident/Kasatlantas/Pa yang ditunjuk); 3. Penyerahan SKPD yang sudah diberi cap tersebut dengan buku register penyerahan. 4. Cap dibuat oleh masing Polda/Polres/Samsat setempat. 5. Data dan garis dalam cap menggunakan warna merah, sedang identitas ditulis dengan ballpoint dengan tinta

biru tua.

LAMPIRAN SURAT KAPOLRI NOMOR : B/ /V/2013/KORLANTAS TANGGAL : MEI 2013

Page 86: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 180

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B-1801/E.4/Euh.3/06/2013 Jakarta, 17 Juni 2013

Sifat : Biasa

Lampiran : 1 (satu) eksemplar

Perihal : Petunjuk Pelaksanaan Pengamanan KEPADA YTH.

Tahanan. ___ KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

Di –

SELURUH INDONESIA

Sehubungan dengan beberapa kasus tahanan yang melarikan diri akhir-akhir

ini, maka bersama ini diberikan petunjuk sebagai berikut :

1. Agar Saudara melakukan sosialisasi Peraturan Jaksa Agung RI Nomor : PER-

005/A/JA/2013 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengawalan dan

Pengamanan Tahanan kepada seluruh petugas pengawal tahanan di wilayah

Saudara dan memastikan bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP)

Pengawalan dan Pengamanan Tahanan tersebut dipahami oleh seluruh petugas

pengawal tahanan;

2. Agar dalam pelaksanaan pengawalan dan pengamanan tahanan, petugas

pengawal tahanan tugas mempedomi Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana

Umum Nomor : B-824/E/EJP/03/2013 tanggal 19 Maret 2013 tentang Petunjuk

Pengamanan Tahanan;

3. Selanjutnya untuk meminimalisasi potensi larinya tahanan, agar dalam

pengawalan dan pengamanan tahanan juga melibatkan seksi intelijen pada

Kejaksaan Negeri.

Demikian agar dipedomi dan dilaksanakan.

Plh JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM

A.K. BASUNI MASYARIF, SH., MH.

Jaksa Utama Madya NIP. 19560717 198509 1 001

Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia;

(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan 4. A r s i p

----------------------------------------------------------------------

Page 87: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 181

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B-1976/E/Euh.1/07/2013 Jakarta, 02 Juli 2013 Sifat : Segera Lampiran : 1 (satu) eksemplar Perihal : Nota Kesepakatan Bersama Badan KEPADA YTH. Pengawas Pemilihan Umum RI, KEPALA KEJAKSAAN TINGGI Kepolisian Negara RI dan Kejaksaan RI. Di – SELURUH INDONESIA

Sehubungan dengan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor : 2284 K/73/MEM/2013 tanggal 14 Mei 2013 Tentang Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian Bahan Bakar Minya, disampaikan kepada Saudara hal-hal sebagai berikut : 1. Bahwa Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI telah memutuskan membentuk Tim

Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian BBM Bersubsidi dimana Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum menjadi anggota dari Tim Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian BBM Bersubsidi tersebut, adapun tugas dari Tim tersebut antara lain adalah sebagai berikut : - Melakukan Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pendistribusian bahan BBM

bersubsidi; - Melakukan koordinasi antar instansi, terkait pelaksanaan pengawasan

pendistribusian BBM bersubsidi; - Membantu penegakkan hukum terkait dengan pelaksanaan pendistribusian BBM

bersubsidi. 2. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, diminta perhatian saudara :

- Bahwa keputusan Pemerintah menaikkan harga jual beli BBM bersubsidi harus diantisipasi gejolak dan perbuatan spekulatif oleh oknum-oknum tertentu didalam meraup keuntungan pribadi, yang diprediksi bisa terjadi sampai ke daerah-daerah pasca pengumuman Pemerintah menaikkan harga jual BBM bersubsidi.

- Terkait dengan hal tersebut di atas, perlu langkah koordinasi di tingkat Daerah Provinsi dan Kabupaten untuk mencegah terjadinya perbuatan spekulatif dan melakukan monitoring terhadap pendistribusian BBM bersubsidi di daerah-daerah.

- Selain itu para Kajati diminta koordinasi dengan pihak Polda setempat di dalam melakukan penegakkan hukum bila ditemukan pelanggaran-pelanggaran dalam pendistribusian BBM bersubsidi, oleh karena itu agar menugaskan Asintel untuk melakukan koordinasi dalam kegiatan monitoring pendistribusian BBM bersubsidi, serta menugaskan Aspidum untuk menindaklanjuti dari proses penegakkan hukum yang atas penyimpangan dalam pendistribusian BBM bersubsidi serta melakukan koordinasi dengan pihak Polda setempat.

- Kegiatan monitoring dan evaluasi atas pendistribusian BBM bersubsidi dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung sejak bulan Mei sampai dengan bulan November 2013.

- Melaporkan secara berkala hasil pelaksanaanya kepada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum menjadi bahan rapat di tingkat pusat.

Demikian untuk dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM, MAHFUD MANNAN

Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia;

(1 dan 2 sebagai laporan) 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia; 3. Yth. Jaksa Agung Muda Intelijen; 4. Yth. Direktur TPUL pada JAM PIDUM; 5. A r s i p.

----------------------------------------------------------------------------

Page 88: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 182

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 2284/K/73/MEM/2013

TENTANG

TIM MONITORING DAN EVALUASI PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka monitoring dan evaluasi pendistribusian Bahan Bakar Minyak bersubsidi yang lebih tepat sasaran, perlu membentuk Tim Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian Bahan Bakar Minyak Bersubsidi;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tim Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian Bahan Bakar Minyak Bersubsidi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4152);

2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746);

3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 228, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5361);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lembaran dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4996);

5. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2005 tanggal 16 November 2005 tentang Penyediaan DAN Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2009 tanggal 23 Oktober 2009;

6. Praturan Presiden Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 41);

7. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011 tanggal 18 Oktober 2011;

Page 89: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 183

8. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Operasional dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 552);

9. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 01 Tahun 2013 tentang Pengendalian Penggunaan Bakar Minya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 3);

MEMUTUSKAN :

Mentepakan : KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG TIM MONITORING DAN EVALUASI PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK BERSUBSIDI.

KESATU : Membentuk Tim Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian Bahan Bakar Minyak Bersubsidi, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut :

a. Ketua : Inspektur Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;

b. Wakil Ketua : Kepala BPH Migas;

c. Anggota : 1. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;

2. Direktur Jenderal Minya dan Gas Bumi;

3. Deputi V Bidang Keamanan Nasional, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan;

4. Jaksa Agung Muda Bidang Pidana Umum, Kejaksaan Agung RI;

5. Kepala Badan Reserse Kriminal, Kepolisian RI;

6. Kepala Badan Pemiliharaan Keamanan, Kepolisian RI;

7. Deputi IV Bidang Intelijen Ekonomi, Badan Intelijen Negara;

KEDUA : Tim Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian Bahan Bakar Minyak Bersubsidi mempunyai tugas :

a. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pendistribusian Bahan Bakar Minyak bersubsidi;

b. Melakukan koordinasi antar instansi, terkait pelaksanaan pengawasan pendistribusian Bahan Bakar Minyak bersubsidi;

c. Membantu penegakkan hukum terkait dengan pelaksanaan pendistribusian Bahan Bakar Minyak bersubsidi;

d. Menyampaikan laporan atas pelaksanaan tugasnya kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral secara berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

KETIGA : Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas Tim, Ketua Tim Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian Bahan Bakar Minyak Bersubsidi dapat membentuk Tim Pelaksaan dan Sekretariat Tim.

Page 90: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 184

KEEMPAT : Tim Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian Bahan Bakar Minyak Bersubsidi bertanggung jawab kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

KELIMA : Masa Kerja Tim Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian Bahan Bakar Minyak Bersubsidi adalah selama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal ditetapkan Keputusan Menteri ini,

KEENAM : Biaya yang diperlukan Tim Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian Bahan Bakar Minya Bersubsidi dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Sumber dana lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

KETUJUH : Keputusan Menteri ini meulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal, 14 Mei 2013 MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, JERO WACIK

Tembusan :

1. Menteri Keuangan 2. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral 3. Jaksa Agung Republik Indonesia 4. Kepala Kepolisian Republik Indonesia 5. Inspektur Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 6. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi 7. Kepala BPH Migas 8. Direktur Utama PT. Pertamina (Persero) 9. Yang bersangkutan.

Page 91: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 185

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B-1978/E/Es.1/07/2013 Jakarta, 2 Juli 2013

Sifat : Segera

Lampiran : 1 (satu) Eksemplar

Perihal : Penyampaian data piutang denda KEPADA YTH.

Tilang verstek, denda non tilang PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

dan barang sitaan yang mempunyai Di –

nilai ekonomis Audited per 2013 SELURUH INDONESIA

Desember 2012.

-------------------------------------------------

Berdasarkan hasil penyusunan Laporan Keuangan Tahunan Kejaksaan

Republik Indonesia Tahun 2012 Audited, bersama ini disampaikan kepada Sadara

data piutang denda tilang verstek, denda non tilang dan barang sitaan yang

mempunyai nilai ekonomis yang telah disepakati antara Kejaksaan Agung R.I. dan

Badan Pemeriksa Keuangan untuk angka Audited dicatat sebagai saldo awal dalam

piutang denda tilang dineraca per 1 Januari 2013. Berkaitan dengan hal tersebut di

atas, diminta perhatian kepada Saudara terhadap hal-hal sebagai berikut :

1. Data piutang denda tilang verstek, denda non tilang dan barang sitaan yang

mempunyai nilai ekonomis audited per 31 Desember 2012 untuk Saudara

validasi sesuai dengan data sebenarnya pada masing-masing Satuan Kerja.

Apabila dalam validasi tesebut terdapat ketidak sesuaian data antara angka

satuan kerja, diminta koreksi dilakukan di Tahun 2013 sebagai mutasi

tambahan dengan tidak merubah saldo awal audited; (Data sebagaimana

terlampir);

2. Untuk persiapan penyusunan Laporan Keuangan Kejaksaan R.I. Semester I

Tahun 2013, perlu adanya piutang denda dan biaya perkara tilang verstek, data

denda non tilang, data barang sitaan yang mempunyai nilai ekonomis serta saldo

Giro I, Giro II, Giro III. Berkenaan dengan hal tersebut diatas agar Saudara

mengirimkan kepada kami data dimaksud dalam bentuk hard copy dan soft copy

per tanggal 30 Juni 2013 dengan tembusan kepada Jaksa Agung Muda

Pembinaan paling lambat tanggal 8 Juli 2013;

3. Terhadap pneyelesaian Denda Tilang (verstek), terutama pada Giro III (sisa

pembayaran/ titipan yang tidak diambil oleh terdakwa/ pemiliknya), mengacu

pada Pasal 268 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan dimana waktu 1 (satu) tahun sejak penetapan

putusan pengadilan disetorkan ke kas negara dan disamping itu agar

Saudara mempedomi Surat Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : B-

40/A/Cu.2/03/2013 tanggal 6 Maret 2013 tentang Pedoman Penyelesaian dan

Kebijakan Akuntansi atas Piutang Negara Denda dan Biaya Perkara

Pelanggaran Lalu Lintas/ Tilang yang diputus Verstek (sebagaimana terlampir);

Page 92: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 186

4. Penyelesaian denda non tilang, terhadap perkara yang telah inkracht, Jaksa

Penuntut Umum segera menanyakan kepada terpidana apakah akan membayar

denda atau menjalani hukuman dan apabila bersedia membayar, segera

dibuatkan balanko D-3 dan dananya segera disetor ke bendahara khusus untuk

disetor ke kas Negara dan apabila terpidana tidak mampu membayar maka

segera diminta membuat surat pernyataan;

5. Perlu ditingkatkan koordinasi dan kerjasama pada satuan kerja untuk mencegah

kendala yang timbul seperti ketidak akuratan data dari satuan kerja pada waktu

penyusunan laporan keuangan, data yang diadministrasi pada bidang teknis

belum didukung dengan bukti-bukti yang memadai, dan keterlambatan secara

berjenjang dari satuan kerja daerah ke pusat dalam hal ini Jaksa Agung Muda

Tindak Pidana Umum.

Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia

(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Pembinaan; 4. Yth. Jaksa Agung Pengawasan; 5. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 6. Yth. Para Direktur pada JAMPIDUM; 7. Yth. Kepala Pusat DASKRIMTI; 8. A r s i p. ----------------------------------------------------------------------------------

Page 93: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 187

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B-2047/E/EJP/07/2013 Jakarta, 8 Juli 2013

Sifat : Biasa

Lampiran : -

Perihal : Pokok-Pokok Pengarahan Jaksa KEPADA YTH.

Agung Republik Indonesia melalui PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

Media Teleconference._________ Di –

SELURUH INDONESIA

Menindaklanjuti pengarahan Jaksa Agung Republik Indonesia kepada para

Kepala Kejaksaan Tinggi se-Indonesia melalui Media Teleconference, pada hari kamis

tanggal 27 Juni 2013, maka dengan ini kami mendeskripsikan beberapa butir

pengarahan Jaksa Agung Republik Indonesia yang terkait dengan bidang Tindak

Pidana Umum sebagai berikut :

1. TERKAIT DENGAN PEMILU TAHUN 2014

Bahwa tahun 2013 dan tahun 2014 adalah tahun politik, dimana fokus persiapan

penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

Sehubungan dengan persiapan Pemilu tersebut, maka diminta perhatian para

Kepala Kejaksaan Tinggi secepatnya menunjuk dan menetapkan Jaksa-Jaksa

khusus yang akan menangani perkara Tindak Pidana Pemilu sesuai dengan

petunjuk yang telah disampaikan melalui :

- Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : SE-012/A/JA/04/2013

tanggal 26 April 2013, tentang Pedoman Penanganan Perkara Tindak Pidana

Pemilu Tahun 2014;

- Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor : B-

1086/E/EJP/04/2013, tanggal 12 April 2013, tanggal 12 April 2013, perihal Nota

Kesepakatan Bersama BAWASLU, POLRI dan Kejaksaan Republik Indonesia

tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu.

2. TUDUHAN REKAYASA ATAU KRIMINALISASI KASUS

Akhir-akhir ini laporan dan permintaan-permintaan perlindungan hukum dari

Masyarakat yang ditujukan kepada Jaksa Agung RI terkait tuduhan rekayasa/

kriminalisasi atas kasus oleh Jaksa Peneliti maupun Jaksa Penuntut Umum,

jumlahnya semakin meningkat, terutama deugaan rekayasa/ kriminalisasi atas

kasus-kasus Perdata yang digiring menjadi Pidana. Tentu hal ini bila dibiarkan

terus akan semakin menjauhkan kepercayaan masyarakat terhadap Kejaksaan.

Sehubungan dengan hal tersebut dimnita perhatian yang sungguh-sungguh agar

para Kepala Kejaksaan Tinggi dan para Kepala Kejaksaan Negeri mengoptimalkan

pengendalian penanganan perkara di dalam lingkup wilayah satuan kerja masing-

masing, serta dengan pengawasan melekat terhadap bawahan.

Sesungguhnya dengan dikeluarkannya Surat Edaran Jaksa Agung Republik

Indonesia Nomor : SE-013/A/JA/12/2013 tentang Pedoman Tuntutan Pidana

Perkara Tindak Pidana Umum, maka Kepala Kejaksaan Tinggi dan Kepala

Kejaksaan Negeri sudah diberikan hak diskresi dengan Kemandirian Fungsional

Page 94: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 188

untuk menangani dan menyelesaikan perkara-perkara yang ditangani di wilayah

masing-masing, namun harus dibarengi tanggung jawab yang melekat atas

penggunaan kebijakan diskresi tersebut.

3. Perkara-perkara Pidana Umum yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap,

namun belum dieksekusi, jumlahnya masih cukup banyak.

Sehubungan dengan hal tersebut, diingatkan kembali bahwa tugas dan fungsi

eksekusi (Pelaksanaan Putusan Pengadilan) yang telah berkekuatan hukum tetap,

menjadi tanggung jawab Jaksa sesuai ketentuan Pasal 270 KUHAP. Oleh karena

itu diminta perhatian para Kepala Kejaksaan Tinggi dan Kepala Kejaksaan Negeri

untuk menginventarisasi perkara-perkara yang telah berkekuatan hukum tetap

serta melaksanakan putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap,

baik terhadap hukuman badan, denda maupun biaya perkara.

4. Akhir-akhir ini masih sering menerima laporan dari daerah tentang Tahanan yang

melarikan diri.

Sehubungan dengan hal tersebut, saya minta maaf agar Peraturan Jaksa Agung

Republik Indonesia Nomor : PER-005/A/JA/03/2013 tentang Standar Operasional

Prosedur (SOP) Pengawalan dan Pengamanan Tahanan maupun petunjuk Jaksa

Agung Muda Tindak Pidana Umum dalam suratnya Nomor : B-824/E/EJP/03/2013

tanggal 19 Maret 2013, disosialisasikan secara mendalam kepada para Pengawal

dan Pengamanan Tahanan serta seksi-seksi terkait teknis Intelijen, agar mereka

benar-benar memakai substansi tugas, peran dan tanggung jawab masing-masing

dalam pengawalan tahanan. Pada prinsipnya para Pengawal Tahanan harus

direkrut dari Pegawai Negeri Sipil Tata Usaha Kejaksaan dan tidak dibenarkan

pegawai Honorer.

Demikian pokok-pokok pengarahan Jaksa Agung Republik Indonesia yang

disampaikan melalui Media Teleconference, kami sampaikan untuk dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; (sebagai laporan)

2. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 3. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 4. Yth. Para Direktur pada JAMPIDUM; 5. A r s i p. ----------------------------------------------------------------------------------

Page 95: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 189

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B-2092/E/EJP/07/2013 Jakarta, 10 Juli 2013

Sifat : Biasa

Lampiran : -

Perihal : Penanganan Perkara Tindak Pidana KEPADA YTH.

Penyelundupan Manusia KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

Di –

SELURUH INDONESIA

Sehubungan dengan masih terjadinya pebedaan tafsir dan persepsi dalam

Penanganan Penyelundupan Manusia sebagaimana diatur dalam Pasal 120 Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian terkait status hukum para imigran

yang diselundupkan dalam penanganan perkara Tindak Pidana Penyelundupan

Manusia, bersama ini disampaikan hal-hal sebagai berikut :

- Status hukum para imigram yang diselundupkan oleh para Smuggler tidak bisa

dijerat dengan ketentuan pasal pelanggaran masuk atau keluar wilayah RI tanpa

melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi, atau tidak memiliki Dokumen perjalanan

yang sah atau keluar-masuk wilayah RI menggunakan dokumen Perjalanan Palsu

ataupun menggunakan dokumen perjalanan orang lain sebagaimana diatur dalam

Pasal 136 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian

yang berbunyi :

- “Ketentuan Pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113, Pasal 119, Pasal 121 huruf b, Pasal 123 huruf b dan Pasal 126 huruf a dan b diberlakukan terhadap

korban perdagangan orang dan penyeludupan mausia”.

- Di dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tersebut harus dapat dibedakan

antar Smuggler dengan korban Penyeleundupan Manusia. Yang dimaksud dengan

Smuggler adalah orang yang membawa atau memerintahkan orang lain membawa

seseorang ataupun kelompok orang untuk masuk atau keluar wilayah Indonesia

dengan tujuan mendapatkan keuntungan secara materil baik untuk dirinya sendiri

ataupun orang lain, sedangkan yang dimaksud korban Perdagangan Orang atau

Penyelundupan Manusia adalah orang yang diselundupkan secara sadar untuk

menyeberang ke Negara lain secara illegal tanpa unsur paksaan dan mengetahui

bahwa perbuatan yang dilakukan adalah salah, namun karena kondisi negaranya

yang sedang mengalami konflik sehingga menyebabkan orang tersebut bersedia

membayar kepada para Smuggler untuk diselundupkan.

- Dalam Tindak Pidana Imigrasi sebenarnya tidak dikenal istilah korban kejahatan

karena yang menjadi korban adalah Negara dan semestinya orang-orang yang

diselundupkan dapat dikenakan tindak pidana keimigrasian ataupun turut serta

melakukan tindak pidana penyelundupan manusia. Namun dengan telah

diratifikasinya “protocol against the smugging of migrants by land, sea and air, supplementing the united nations convention against transitional organized crime” (protocol menentang penyelundupan melalui darat, laut dan udara melengkapi

konvensi PBB menentang tindak pidana transisional yang terorganisasi) oleh

Pemerintah Republik Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2009 dan

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2009 dimana dalam Pasal 5 protokol tersebut

menyatakan bahwa imigran tidak dapat dikenai tangggung jawab pidana karena

mereka adalah objek dari tindak pidana yang ditetapkan dalam protokol ini.

Page 96: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 190

Oleh karena itu diminta perhatian agar :

1. Jaksa dalam melakukan penelitian perkara Tindak Pidana Penyelundupan

Manusia (People Smuggling) lebih menitikberatkan terhadap perbuatan para

pelaku tindak pidana penyelundupan manusia (Smuggler) berikut jaringannya,

sebagaimana dimaksud Pasal 120 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011

Tentang Keimigrasian.

2. Bilamana Kajati/ Kajari menerima PDP ataupun berkas perkara Tindak Pidana

Penyelundupan Manusia (People Smuggling) dari penyidik, agar dilaporkan

dan dikonsultasikan dengan Satgas Tindak Pidana Terorisme dan Tindak

Pidana Lintas Negara.

Demikian untuk menjadi maklum.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; (sebagai laporan)

2. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 3. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 4. Yth. Ketua Satgas TP. Terorisme dan TP. Lintas Negara; 5. A r s i p. ---------------------------------------------------------------------------------

Page 97: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 191

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B-2256/E/EJP/07/2013 Jakarta, 18 Juli 2013

Sifat : Biasa

Lampiran : -

Perihal : Pengelompokan Jenis Perkara KEPADA YTH.

Tindak Pidana Umum. PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

Di –

SELURUH INDONESIA

Sehubungan dengan beberapa jenis tindak pidana umum sesuai

pengelompokan jenis-jenis perkara Tindak Pidana Umum yang diatur dalam

Keputusan Jaksa Agung R.I. Nomor : KEP-027/J.A/03/1994 tanggal 5 Maret 1994

sudah mengalami perubahan dan bias menyebabkan terjadinya tumpang tindih dalam

penanganan dan pengadministrasiannya yang terjadi baik dalam lingkup Bidang

Tindak Pidana Umum maupun Bidang Tindak Pidana Khusus, maka dengan ini

diberikan petunjuk sebagai berikut :

1. Bahwa untuk Tindak Pidana Cukai (Undang-Undang Nomor : 11 Tahun 1995) dan

Tindak Pidana Kepabean (Undang-Undang Nomor : 17 tahun 2006) sudah tidak

lagi menjadi bagian dari kelompok jenis tindak pidana umum pada Direktorat

Tindak Pidana Umum Lainnya pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum

tetapi sudah menjadi bagian dari kelompok jenis tindak pidana khusus pada

lingkup tugas Bidang Tindak Pidana Khusus.

2. Sehubungan dengan hal tersebut maka diminta perhatiannya agar dalam

pelaksanaan penerimaan perkara dari penyidik, pengadministrasian dan pelaporan

tentang penanganan perkara Tindak Pidana Cukai dan Tindak Pidana

Kepabeanan dilaksanakan oleh Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi

dan atau Kepala Seksi Tindak Pidana Khusus pada Kejaksaan Negeri yang

bersangkutan, dan administrasi perkara tindak pidana Cukai dan Kepabeanan

yang selama ini juga dibuat di bidang Tindak Pidana Umum, diminta kiranya

ditiadakan.

Page 98: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 192

3. Bahwa Keputusan Jaksa Agung R.I. Nomor : KEP-027/J.A/03/1994 tanggal 5

Maret 1994 tentang Pengelompokan Jenis-Jenis Perkara Tindak Pidana Umum

tetap berlaku dan harus tetap dipedomi dalam pelaksanaan tugas di bidang tindak

pidana umum.

Demikian untuk dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia;

(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus; 4. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 5. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 6. Yth. Direktur di Lingkungan JAMPIDUM; 7. A r s i p. ----------------------------------------------------------------------------------

Page 99: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 193

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B-1996/E/EJP/06/2013 Jakarta, 28 Juli 2013 Sifat : Biasa Lampiran : - Perihal : Penegakan Hukum terkait dengan KEPADA YTH. Pembakaran Hutan dan Pembukaan 1. KAJATI RIAU Lahan Kebun dengan cara bakar. 2. KAJATI SUMATERA UTARA 3. KAJATI SUMATERA SELATAN 4. KAJATI JAMBI 5. KAJATI KALIMANTAN BARAT 6. KAJATI KALIMANTAN TENGAH 7. KAJATI KALIMANTAN SELATAN 8. KAJATI KALIMANTAN TIMUR Di – TEMPAT

Bersama ini diingatkan kembali kepada Saudara bahwa peristiwa kebakaran

hutan yang membawa bencana kabut asap, setiap tahun terjadi di beberapa Propinsi

pada musim Kemarau. Dan tahun ini, kebakaran hutan di mulai di Propinsi Riau dan

menyusul Propinsi Jambi serta Propinsi -propinsi lainnya di Sumatera dan Kalimantan.

Saat ini upaya penanggulangan kebakaran hutan di Propinsi Riau sedang

diintensifkan secara terapadu, sementara langkah-langkah penegakan hukum terkait

pembakaran hutan dan lahan perkebunan sedang diproses hukum oleh Pihak

Kepolisian Polda Riau.

Dalam upaya penanggulangan peristiwa kebakaran hutan termasuk

didalamnya penegakan hukum terhadap para pelaku pembakaran hutan, maka sesuai

dengan Instruksi Presiden No.16 Tahun 2011 tentang Peningkatan Pengendalian

Kebakaran Hutan dan Lahan, ditindaklanjuti dengan Rapat Koordinasi tentang tindak

lanjut penanggulangan bencana asap akibat kebkaran hutan dan lahan pada tanggal

27 Juni 2013 di Jakarta yang dipimpin oleh Menko Kesra, menyimpulkan dan

merekomendasikan :

1. Prediksi semula bahwa musim kemarau akan dating pada bulan Agustus 2013,

ternyata meleset dan musim kemarau datangnya lebih cepat, sehingga langkah-

langkah penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan oleh

Pemerintah terkesan lambat.

2. Bahwa dimusim kemarau saat ini, peristiwa kebakaran hutang sedang melanda

Propinsi Riau, dan akan segera menyusul di Propinsi Jambi, Sumatera Utara,

Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan

Kalimantan Timur.

3. Upaya penegakan hokum terahadap para pelaku pembakaran hutan dan

pembukaan lahan kebun dengan cara dibakar, diserahkan kepada penegak

hukum. Terkait dengan penegakan hukum ini, sesuai dengan laporan dari Mabes

Polri, bahwa saat ini Kepolisian telah melakukan langakah penyidikan dan telah

menetapkan 14 (empat belas) orang sebagai tersangka (baik perorangan maupun

berkaitan dengan perusahaan), di Kabupaten Bengkalis, Siak dan Rokan Hilir

Propinsi Riau.

Page 100: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 194

Terkait dengan Kesimpulan dan Rekomendasi Rapat Koordinasi tersebut di

atas, maka diminta perhatian Saudara, sebagai berikut :

a. Agar Kepala Kejaksaan Tinggi Riau dan jajarannya segera mengambil langkah-

langkah koordinasi dan konsultasi, baik dengan Pemerintah Daerah setempat

maupun kepada Polda setempat dan memberikan dukungan penuh untuk

pelaksanaan dan keberhasilan misi penegakan hukum terhadap para pelaku

pembakaran hutan dan lahan perkebunan di wilayah Propinsi Riau. Terhadap

kasus-kasus pembakaan hutan yang saat ini sedang ditangani Polda Riau, diminta

agar Kepala Kejaksaan Tinggi dan Kepala Kejaksaan Negeri memberikan atensi

sepenuhnya dalam pengendalian penanganan atas kasus-kasus pembakaran

hutan dan lahan perkebunan tersebut, sehingga diharapkan penanganannya tidak

berlarut-larut.

b. Kepala para Kejaksaan Tinggi Jambi, Sumatera Utara, Sumatera Selatan,

Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur,

agar secepatnya mempersiapkan langkah antisipasi di daerah masing-masing

dalam menyikapi datangnya musim kemarau dan peristiwa kebakaran, melalui

koordinasi dengan pihak Kepolisian dan Dinas Kehutanan setempat. Bila

dimungkinkan agar diprakarsai pembentukan Tim Koordinasi Yustisi Kebakaran

Hutan dan Lahan Perkebunan di dalam daerah hukum masing-masing yang

melibatkan unsur Kejaksaan, Kepolisian, Dinas Kehutanan dan Dinas Perkebunan.

c. Untuk penanganan perkara pembakaran hutan dan lahan perkebunan secara

teknis, sbagai berikut :

c.1. Ketentuan Undang-Undang yang dapat dipergunakan :

- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

- Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PERPU No. 1

Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan menjadi Undang-Undang.

- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.

c.2. Penanganan Perkara Pembakaran Hutan dilakukan secara professional,

proposional dan bahati nurani, agar dihindari bentuk-bentuk kriminalisasi

ataupun bentuk rekayasa. Terkait dengna hal tersebut diminta agar kepada

para Jaksa Penuntut Umum (Peneliti) yang ditunjuk hendaknya bersikap lebih

cermat terutama :

- Penetapan Tersangka.

Gali secara cermat aspek Mens rea, motivasi dan hubungan/ keterlibatan

pemilik perusahaan, pemilik lahan yang kemungkinan menjadi intelektual

dader.

- Teliti dan pisahkan aspek/ unsur kesengajaan dan kelalaian.

- Teliti bentuk-bentuk penyertaan (delneeming).

- Teliti mengenai dampak kegiatan akibat pembakaran hutan dan lahan.

Page 101: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 195

d. Susunlah Surat Dakwaan secara cermat, jelas dan lengkap, baik dalam bentuk :

subsidiair, alternatif, kumulatif dan hindari bentuh kecerobohan yang dapat

mengakibatkan dakwaan kabur (obscuur libelli).

e. Tuntutan pidana yang akan diajukan dalam perkara pembakaran hutan dan lahan

perkebunan yang terkait dengan pemberatan dan keringanan di minta agar tetap

mengacu kepada Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : SE-

013/A/JA/12/2011 tentang Pedoman Tuntutan Pidanan Perkara Tindak Pidana

Umum dengan mempertimbangkan secara komprehensif atas fakta-fakta : mens

rea, motivasi, peranan dan dampak perbuatan, sehingga penegakan hukumnya

benar-benar proporsional dan berdasar hati nurani.

f. Penanganan atas perkara-perkara pembakaran hutan dan lahan agar dilaporkan

kepada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum, pada kesempatan pertama

sebagai bahan Rapat Koordinasi tingkat Eselon I yang akan datang.

Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia;

(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Para Direktur pada JAMPIDUM; 4. Yth. Para Kepala Kejaksaan Tinggi seluruh Indonesia;

(sebagai bahan antisipasi) 5. A r s i p. ------------------------------------------------------------------------------

Page 102: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 196

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

NOTA – DINAS

Kepada Yth. : SEKRETARIS JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM Dari : KEPALA BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM LAPORAN

PEMANTAUAN DAN PENILAIAN Nomor : B- /E.1.1/Es.1.2/08/2013

Tanggal : Agustus 2013

Sifat : Biasa Lampiran : 1 (satu) berkas. Perihal : Evaluasi kegiatan SIMKARI pada Pusat DASKRIMTI Kejaksaan

Agung R.I periode bulan Juni dan bulan Juli Tahun 2013.

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi terhadap Laporan Bulanan atau

Eksekutif Informasi Sistem (EIS) on line dan entry data perkara Pidum pada Pusat DASKRIMTI yang telah dilakukan oleh Bagian Sunproglapnil pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum, bersama ini dengan hormat kami laporkan : 1. Bahwa dari hasil pemantauan atas pelaksanaan Surat Wakil Jaksa Agung Republik

Indonesia Nomor : B-08/B/WJA/01/2012 tanggal 30 Januari 2012 perihal Penggunaan Aplikasi Laporan Bulanan atau Eksekutif Informasi Sistem (EIS), masih terdapat beberapa Kejaksaan Tinggi beserta Jajarannya didaerah, yang kurang mengindahkan pelaksanaan Laporan Bulanan secara Online.

5. Bahwa pada bulan Juni 2013 masih terdapat 108 Kejaksaan Negeri yang belum

melakukan aktifitas (mengentry data) ke Aplikasi Eksekutif Informasi Sistem SIMKARI sedangkan pada bulan Juli, 187 Kejaksaan Negeri yang belum melakukan aktifitas (mengentry data) ke Aplikasi Eksekutif Informasi Sistem SIMKARI (terlampir).

6. Berdasarkan Surat dari Kepala Pusat DASKRIMTI Nomor : B-165/M/M.3/07/2013

tanggal 09 Juli 2013 dan perihal Aktifitas SIMKARI bulan Juni 2013, masih terdapat 16 Kejaksaan Negeri yang tidak melakukan Aktifitas Entry data perkara Pidum pada aplikasi SIMKARI, diantaranya ada 4 Kejaksaan Negeri yang belum ada jaringan, dari keempat Kejaksaan Negeri yang belum ada jaringan tersebut ada 1 Kejaksan Negeri yang melakukan aktifitas melalui Kejaksaan Negeri terdekat atau Kejaksaan Tinggi (terlampir). Sedangkan berdasarkan Surat dari Kepala Pusat DASKRIMTI Nomor : B-177/M/M.3/08/2013 tanggal 12 Agustus 2013 perihal Aktifitas SIMKARI bulan Juli 2013, ada 11 Kejaksaan Negeri yang tidak melakukan Aktifitas Entry data perkara Pidum pada aplikasi SIMKARI, diantaranya ada 4 Kejaksaan Negeri yang belum ada jaringan, dari keempat Kejaksaan Negeri yang belum ada jaringan tersebut ada 3 Kejaksan Negeri yang melakukan aktifitas melalui Kejaksaan Negeri terdekat atau Kejaksaan Tinggi (terlampir).

Page 103: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 197

7. Berdasarkan angka 1 s/d 3 tersebut diatas, menunjukkan bahwa masih rendahnya kepedulian satuan kerja di daerah terkait aktifitas pengentryan data ke Aplikasi SIMKARI, hal mana menunjukkan indikator beberapa Kejaksaan Tinggi yang belum menunjukkan capaian kinerja seperti yang diharapkan / belum tertib dalam mengentry data.

8. Berkaitan dengan hal tersebut telah dikirim surat kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Seluruh Indonesia dengan Nomor Surat : B-1681/E.1/Es.1/06/2013 tanggal 5 Juni 2013 perihal Evaluasi kegiatan SIMKARI pada Pusat DASKRIMTI Kejaksaan Agung RI periode bulan April tahun 2013

Demikian kami laporkan, selanjutnya mohon petunjuk.

KEPALA BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM LAPORAN

DAN PENILAIAN

IMANUEL ZEBUA, SH, MH Jaksa Utama Pratama NIP. 196012261982011001

Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 2. Yth. Para Direktur Pada JAM PIDUM; 3. Arsip.

Page 104: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 198

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B- 2625 /E/Es.1/09/2013 Jakarta, 2 September 2013

Sifat : Biasa

Lampiran : 1 (satu) berkas. Perihal : Rekomendasi Hasil Rapat Kerja Teknis KEPADA YTH : Bidang Tindak Pidana Umum KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI –

SELURUH INDONESIA

Berdasarkan Rekomendasi Hasil Rapat Kerja Teknis Bidang Tindak

Pidana Umum tanggal 26 s/d 27 Agustus 2013 dan hasil evaluasi terhadap Laporan Bulanan atau Eksekutif Informasi Sistem (EIS) on line serta entry data perkara Tindak Pidana Umum pada Pusat DASKRIMTI yang telah dilakukan oleh Bagian Sunproglapnil pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Umum, bersama ini diminta perhatian Saudara akan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa dari hasil pemantauan atas pelaksanaan Surat Wakil Jaksa Agung

Republik Indonesia Nomor : B-08/B/WJA/01/2012 tanggal 30 Januari 2012 perihal Penggunaan Aplikasi Laporan Bulanan atau Eksekutif Informasi Sistem (EIS), masih terdapat beberapa Kejaksaan Tinggi beserta Jajarannya didaerah, yang kurang mengindahkan pelaksanaan Laporan Bulanan secara Online.

2. Bahwa pada bulan Juli 2013 masih terdapat 187 Kejaksaan Negeri yang

belum melakukan aktifitas (mengentry data) ke Aplikasi Eksekutif Informasi Sistem SIMKARI (terlampir).

3. Berdasarkan Surat dari Kepala Pusat DASKRIMTI Nomor : B-

177/M/M.3/08/2013 tanggal 12 Agustus 2013 perihal Aktifitas SIMKARI bulan Juli 2013, masih terdapat 10 Kejaksaan Negeri yang tidak melakukan aktifitas SIMKARI, diantaranya ada 4 Kejaksaan Negeri yang belum ada jaringan, dari keempat Kejaksaan Negeri yang belum ada jaringan tersebut ada 3 Kejaksaan Negeri yang melakukan aktifitas melalui Kejaksaan Negeri terdekat atau Kejaksaan Tinggi (terlampir).

4. Berdasarkan angka 1 s/d 3 tersebut diatas, menunjukkan bahwa masih

rendahnya kepedulian satuan kerja di daerah terkait aktifitas pengentryan data ke Aplikasi SIMKARI, hal mana menunjukkan indikator beberapa Kejaksaan Tinggi yang belum menunjukkan capaian kinerja seperti yang diharapkan / belum tertib dalam mengentry data.

5. Untuk itu diminta kepada Para Kepala Kejaksaan Tinggi segera

memerintahkan kepada seluruh Satuan Kerja dibawahnya dan melakukan pengecekan terhadap :

Page 105: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 199

8.1. Pelaksanaan Surat Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : B-08/B/WJA/01/2012 tanggal 30 Januari 2012 perihal Penggunaan Aplikasi Laporan Bulanan atau Eksekutif Informasi Sistem (EIS), yang entry datanya dimulai dari tanggal 1 s/d tanggal 5 pada setiap bulannya.

8.2. Memerintahkan Para Kepala Kejaksaan Negeri, pada setiap

tahapan, menerbitkan P.16 sampai dengan Eksekusi agar tembusannya disampaikan kepada petugas entry data untuk dimasukkan ke Aplikasi Tindak Pidana Umum di SIMKARI, termasuk didalamnya surat dakwaan, tidak perlu menunggu sampai dengan perkara tersebut inkracht.

6. Jika ditemui kendala/hambatan teknis dalam pelaksanaan entry data

terkait peralatan maupun sistem yang digunakan dalam pelaksanaan Aplikasi SIMKARI, segera membuat laporan secara tertulis kepada Kepala Pusat DASKRIMTI Kejaksaan Agung dengan tembusan Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum.

7. Apabila Saudara tidak melaksanakan optimalisasi penanganan perkara

Tindak Pidana Umum sesuai dengan Instruksi Jaksa Agung RI Nomor : INS-009/A/JA/10/2012 tanggal 08 Oktober 2012 tentang Optimalisasi Sistem Informsi Manajemen Kejaksaan RI (SIMKARI), hal tersebut akan mempengaruhi prestasi Saudara dan akan diteruskan kepada Jajaran Pengawasan untuk ditindak lanjuti.

Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM

MAHFUD MANNAN Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung RepubIik Indonesia; (1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 4. Yth. Para Direktur pada JAM PIDUM 5. Yth. Kepala Pusat DASKRIMTI; 6 Arsip.

Iswi

Page 106: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 200

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B - 2745 /E/Es.1/09/2013 Sifat : Segera Lampiran : 1 (satu) eksemplar Perihal : Penyampaian Hasil Rakernis

Bidang Tindak Pidana Umum dan Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara Tahun 2013.

----------------------------------------------

Jakarta, 13 September 2013 KEPADA YTH. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA

Sehubungan telah selesainya pelaksanaan Rapat Kerja Teknis

Bidang Tindak Pidana Umum dan Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara

Tahun 2013, pada tanggal 26 sampai dengan 27 Agustus 2013, bersama

ini disampaikan hasil Rakernis Bidang Tindak Pidana Umum Tahun 2013

untuk Saudara laksanakan dan pedomani dalam penanganan dan

penyelesaian perkara Tindak Pidana Umum secara profesional,

proporsional, dan akuntabel yaitu sebagai berikut :

1. PRA PENUNTUTAN

1.1. Agar Jaksa Penuntut Umum yang ditunjuk dalam penelitian berkas perkara (P-16) baik Jaksa ke satu, kedua dan ketiga bertanggungjawab terhadap materi perkara dimaksud dan seluruh Jaksa P-16 harus ikut menandatangani chek list (bukti penelitian berkas perkara) dan juga turut menandatangani Berita Acara Pendapat untuk melaksanakan penahanan maupun tidak melaksanakan penahanan;

1.2. Terhadap perkara yang diekspose di Kejaksaan Agung agar terlebih dahulu di eksepose di Kejaksaan Tinggi, dengan memfoto copy berkas perkara, membuat matrik dan chard yang diterima di Kejaksaan Agung minimal 3 (tiga) hari sebelum ekspose dilaksanakan;

1.3. Terhadap berlakunya Perma Nomor : 02 Tahun 2012 , apabila nilai Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah), penyidik berkonsultasi dengan Jaksa Penuntut Umum sebelum diambil langkah-langkah berikutnya;

1.4. Agar Jaksa (P-16) di dalam menerima SPDP dan berkas perkara Tahap I di dalam meneliti yang obyeknya tanah, menyikapinya secara professional dan proporsional guna tidak terpengaruh oleh oknum yang memiliki kepentingan Pribadi.

1.5 Agar para Jaksa yang menerima berkas perkara Tindak Pidana Umum dari Penyidik, meneliti dengan seksama, jika menurut penilaian Jaksa ada tindak pidana pencucian uang, beri petunjuk kepada Penyidik agar menerapkan Tindak Pidana Pencucian Uang dan dakwaan dibuat secara kumulatif.

Page 107: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 201

1.6. Perlu kehati-hatian dalam menerapkan diversi dalam penanganan perkara Narkoba dan agar mempedomani SE-002/A/JA/02/2013 tentang Penempatan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke Lembaga Rehabilitasi Sosial dan juga mempedomani Surat JAM PIDUM Nomor: B-601/E/EJP/02/2013.

1.7. Dalam menyongsong Pemilihan Umum Tahun 2014 haris diantipasi segera baik oleh Kejaksaan dengan mengambil peran sedini mungkin dalam penyelenggaraan pesta Demokrasi 2014, demi terciptanya penyelenggaraan pemilu yang berintegritas, mandiri, transparan serta akuntabel.

2. PENUNTUTAN

2.1. Terhadap ancaman pidana denda dalam satu pasal yang tidak mengatur subsidaritas pidana kurungan meskipun dalam ancaman pidana pasal yang dimaksud hanya mengatur denda dan tidak memuat tentang kurungan (misalnya Pasal 198 Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan), dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 30 ayat (2) dan (3) serta pasal 31 ayat (1), (2), (3) KUHP;

2.2. Untuk melaksanakan tuntutan pidana perkata Tindak Pidana Umum, agar Kejaksaan Negeri, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Agung wajib mempedomani SE-013/A/Ja/12/2011 Tanggal 29 Desember 2011 Tentang Pedoman Tuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana Umum;

2.3. Terhadap semua hasil hutan dan alat-alat angkut yang dipergunakan untuk kejahatan dan atau pelanggaran dalam tindak pidana kehutanan harus dirampas untuk negara. (mempedomani Pasal 78 ayat (15) Undang-Undang Nomor : 41 tahun 1999)

2.4. Mengenai pembatasan perkara dalam mengajukan kasasi yaitu perkara pidana yang diancam pidana paling lama 1 (satu) tahun dan denda, agar Jaksa Penuntut Umum mempedomani Pasal 45 Ayat (2) Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung R.I., dan Peraturan Jaksa Agung RI Nomor : PER-036/A/JA/09/2011 tanggal 21 September 2011;

2.5. Untuk menentukan tolok ukur tuntutan pidana Narkotika terhadap terdakwa anak-anak, agar berpedoman kepada Undang-Undang Nomor : 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan anak (paling lama ½ dari ancaman bagi orang dewasa)

3. EKSEKUSI DAN EKSAMINASI

3.1. Pemerintah harus tegas untuk memberi batas waktu Peninjauan Kembali dengan cara mengubah undang-undang terutama mengenai pasal-pasal yang terdapat di KUHAP;

3.2. Untuk menghindari barang bukti rusak dan tidak bernilai, khususnya barang bukti berupa kayu, dengan berpedoman pada Pasal 45 ayat (1) KUHAP;

Page 108: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 202

3.3. Menunggu hasil rapat pimpinan sesuai Surat Nomor B-118/A/Cu.3/07/2013 Tanggal 12 Juli 2013 Perihal Terkendalanya Proses Penyusunan PP Tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis PNBP Yang Berlaku pada Kejaksaan R.I. ;

3.4. Sesuai hasil Rakernas Tahun 2012 menjadi bahan pertimbangan bahwa pelaksanaan lelang oleh Jaksa Penuntut Umum, sementara penyetoran ke Kas Negara tetap dilakukan oleh Pembinaan.

4. ENTRY DATA SIMKARI

4.1. Kepada Kepala Kejaksaan Tinggi seluruh Indonesia untuk memerintahkan kepada satuan kerja di wilayah hukumnya untuk melakukan entry data penanganan perkara tindak pidana umum mulai dari penerimaan SPDP sampai dengan pelaksanaan eksekusi. dan laporan bulanan online (EIS), mulai dari laporan Bulanan LP-3 sampai dengan hasil dinas (LD);

4.2. Dalam rangka penyempurnaan format entry data penanganan perkara tindak pidana umum dan laporan bulanan EIS, agar segera dibuat surat yang ditujukan kepada Kapusdaskrimti Kejaksaan Agung R.I.;

4.3. Penegakan hukum oleh aparat kejaksaan yang belum berorientasi pada pelayanan publik dan keterbukaan informasi publik sehingga mengurangi arti transparansi dan akuntabilitas penegakan hukum, yang pada akhirnya berujung menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Kejaksaan, agar mempedomani Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Demikian untuk dilaksanakan dengan penuh perhatian.

JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung RI;

2. Yth. Wakil Jaksa Agung RI;

( 1 dan 2 sebagai laporan)

3. Yth. Para Jaksa Agung Muda;

4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum;

5. A r s i p

------------------------------------------------------------------------------

Page 109: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 203

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B - 2909/E/Ejp/09/2013 Sifat : Segera Lampiran : 1 (satu) eksemplar Perihal : Penghentian Penuntutan dengan

alasan cukup bukti setelah berkas perkara dinyatakan lengkap (P-21)

-----------------------------------------------

Jakarta, 30 September 2013 KEPADA YTH. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA

Berdasarkan hasil evaluasi, terhadap mekanisme dalam penanganan dan penyelesaian perkara tindak pidana umum baik di tahap pra penuntutan maupun di tahap penuntutan, sering dijumpai permasalahan antara lain :

1. Adanya usulan penghentian penuntutan dengan asalan tidak cukup bukti, setelah berkas perkara pidum dinyatakan lengkap (P-21).

Sesuai ketentuan Pasal 140 ayat (2) huruf a KUHAP, penghentian penuntutan suatu perkara pidana didasarkan pada alasan yuridis, yaitu :

- Tidak terdapat cukup bukti; - Bukan merupakan tindak pidana; - Perkara ditutup demi hukum.

Berdasarkan alasan penghentian penuntutan suatu perkara

pidana tersebut diatas, maka logika hukum mengatakan bahwa suatu

berkas perkara yang sudah dinyatakan lengkap (P-21) oleh JPU peneliti,

tidak dapat dihentikan penuntutannya dengan alasan tidak cukup bukti,

karena dari hasil penelitian berkas perkara secara materiil terpenuhi

adanya kecukupan alat-alat bukti, maupun kekuatan pembuktiannya

terhadap suatu peristiwa pidana yang terjadi, Sehingga berkas perkara

yang sudah dinyatakan lengkap (P-21) seharusnya di limpahkan ke

Pengadilan Negeri. Apabila perkembangan dalam persidangan perkara

yang bersangkutan di Pengadilan, terungkap bahwa ternyata alat bukti

dan kekuatan pembuktian yang ditampilkan tidak mendukung dakwaan,

maka out putnya adalah dimungkinkan JPU untuk mengajukan tuntutan

bebas.

Dengan demikian, maka penghentian penuntutan perkara tindak

pidana umum yang sah dinyatakan lengkap (P-21) dimungkinkan dalam 2

(dua) alasan :

a. Bukan merupakan tindak pidana.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 139 KUHAP, maka setelah penuntut

umum menerima hasil penyidikan yang lengkap (P-21), setelah diteliti

kembali ternyata substansi perkara yang bersangkutan adalah perdata,

maka perkara yang bersangkutan dimungkinkan untuk dihentikan

penuntutannya.

Page 110: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 204

b. Perkara ditutup demi hukum, dengan alasan bahwa hak menuntut

hukuman gugur karena :

- Tersangka meninggal dunia (Pasal 77 KUHP);

- Kadaluwarsa Lewat Waktu ( Pasal 78 KUHP);

- Ne bis in idem (Pasal 76 KUHP);

- Pengadu menarik aduannya (dalam delik aduan).

2. Dalam beberapa hasil penelitian berkas perkara, Jaksa Peneliti (P-16) didalam melakukan penelitian berkas perkara, tidak menyatakan berkas perkara lengkap (P-21), dengan alasan adanya gugatan perdata didalam perkara pidana yang bersangkutan.

Sasaran penelitian suatu berkas perkara adalah meneliti aspek formil dan aspek materiil suatu berkas perkara. Apabila kedua aspek tersebut tidak terpenuhi maka out putnya adalah pengembalian berkas perkara ke penyidik untuk dilengkapi (P-18/P-19), sebaliknya apabila aspek formil maupun materiil terpenuhi, maka berkas perkara harus dinyatakan lengkap (P-21).

Terkait dengan adanya gugatan yang menyertai perkara pidana yang bersangkutan, hal tersebut tidak termasuk dalam ranah aspek materiil suatu berkas perkara yang bersangkutan dinyatakan lengkap (P-21). Adanya gugatan perdata hanya menjadi pertimbangan/kebijakan Pimpinan untuk menentukan dilimpahkan atau ditangguhkan untuk sementara pelimpahan perkara pidananya ke pengadilan. Hal inipun wajib dicermati secara mendalam, mengingat alasan adanya gugatan perdata umumnya diajukan sebagai keberatan oleh tersangka/penasehat hukumnya, untuk mengulur-ulur waktu penyelesaian perkara.

Adanya guggatn perdata dalam suatu perkara pidana yang akhir-akhir ini sering diajukan sebagai keberatan oleh tersangka/penasehat hukum tersangka, disampikan petunjuk

a. Agar Jaksa Peneliti (P-16) memilliki kemandirian, profesionalisme dan integritas yang kuat, agar tidak mudah menerima apalagi mengambil alih keberatan Penasehat Hukum/Tersangka, dengan membawa ke ranah hasil penelitian berkas perkara untuk menyatakan berkas perkara belum lengkap (P-18/P-19), dengan alas an adanya gugatan perdata. Cermati benar trik-trik Penasehat Hukum/Tersangka akan kemungkinan hanya dengan maksud menghambat proses penanganan perkara pidananya

b. Gugatan perdata dalam perkara pidana wajib dicermati dengan sungguh-sungguh, untuk menentukan sikap dapat atau tidaknya dipertimbangkan untuk dilimpahkan perkaranya ke Pengadilan Negeri ataukah untuk sementara ditangguhkan menunggu putusan perkara perdatanya, yakni apakah gugatan perdata dimaksud benar-benar menyatu dengan perkara pidananya, ataukah terkait kepemilikan (yang memang belum jelas status kepemilikan), ataukah substansi gugatan perkara perdata yang bersangkutan terkait dengan perkara pidananya, yang pada dasarnya dalam suatu substansi gugatan perdata, bisa saja terjadi tindak pidana didalamnya (misalnya bias terjadi pemalsuan, penipuan, dan lain-lain).

Page 111: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 205

c. Adanya ketentuan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor : 1 Tahun

1956 yang sering dijadikan dasar/alasan Penasehat Hukum Tersangka

untuk meminta pelimpahan perkara ke Pengadilan ditangguhkan, hal

tersebut tidaklah berlaku imperative dan pertimbangan Penuntut Umum

untuk melimpahkan atau menunda pelimpahan perkara ke Pengadilan,

hanya jika perkara tersebut sudah berada dalam tahap penuntutan.

Oleh karena itu maka terhadap berkas perkara yang masih dalam

proses tahap Pra Penuntutan, JPU Peneliti tidak dapat meminta

kepada Penyidik untuk ditunda penyerahannya kepada Penuntut

Umum dengan alas an terdapat gugatan perdata, karena hal itu masih

dalam ranah Penyidikan.

Demikian untuk dilaksanakan dengan penuh perhatian.

JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM

MAHFUD MANNAN Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung RI;

(sebagai laporan) 2. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 3. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 4. Yth. Para Direktur di Lingkungan Jam Pidum 5. A r s i p -------------------------------------------------------------------------------

Page 112: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 206

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor Sifat Lampiran Perihal

: B-2939 /E.4/Euh/10/2013 : Biasa : 2 (dua) berkas : Laporan Penanganan Dan

Penyelesaian Perkara Yang Berkaitan Dengan Sumber Daya Alam

------------------------------------------

Jakarta, 2 Oktober 2013 KEPADA YTH. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA

Dalam Rangka mengefektifkan pelaksaan Peraturan Jaksa Agung RI

Nomor PER-010/A/JA/06/2013 tanggal 7 Juni 2013 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Satuan Tugas Sumber Daya Lintas Negara serta mengoptimalkan kinerja

Satuan Tugas Sumber Daya Alam Lintas Negara yang mempunyai tugas antara

lain “Mengolah Data Dan Laporan Dari Kejaksaan di daerah mengenai proses

Penanganan Perkara Sumber Daya Alam menjadi data yang siap dipergunakan

oleh Pengguna /User “ (Vide Pasal 4 Huruf G PERJA Nomor-010/A/JA/06/2013

tanggal 7 Juni 2013).

Berdasarkan hal tersebut diatas diminta kepada Saudara untuk melaporkan

penanganan perkara yang berkaitan dengan Sumber Daya Alam yaitu Perkara

Lingkungan Hidup, Perkara Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Alam,

Perkara Pertambangan dan Migas (Format Laporan Terlampir) kepada Direktur

Tindak Pidana Umum Lainnya, tembusannya ditujukan kepada Ketua Satgas

Sumber Daya Alam Lintas Negara, dan dikirim melalui email

[email protected], paling lambat tanggal 5 setiap bulannya.

Demikian disampaikan kepada Saudara untuk dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung RI;

(1 dan 2 sebagai Laporan); 3.Yth. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 4. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 5. A r s i p

-------------------------------------------------------------

Page 113: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 114: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 115: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 116: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 117: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 118: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 119: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 213

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor Sifat Lampiran Perihal

: B-3001 /E/Es.1/02/2013 : Biasa : 1 (satu) eksemplar : Penanganan Perkara Tindak

Pidana Pemilukada -------------------------------------------

Jakarta, 8 Oktober 2013 KEPADA YTH. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA

Sehubungan dengan diterbitkannya Buku “Pedoman Penanganan Tindak Pidana Pemilukada” sebagaimana dalam lampiran surat ini, maka perlu kami sampaikan petunjuk sebagai berikut :

1. Buku “Pedoman Penanganan Tindak Pidana Pemilukada” ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari buku “Pedoman Penanganan Tindak Pidana Pemilu” yang telah diterbitkan sebelumnya berdasarkan Surat Edaran Jaksa

Agung Republik Indonesia Nomor : SE-012/A/JA/04/2013 tanggal 26 April

2013.

2. Berbeda dengan Tindak Pidana Pemilu tahun 2014 yang hukum acaranya

telah diatur secara tersendiri (lex specialis) dalam Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai

acuannya menyimpang dari KUHAP, sedangkan Tindak Pidana Pemilukada

tidak diatur secara tersendiri dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah sehingga hukum acaranya tetap mengacu

pada ketentuan hukum acara dalam KUHAP.

3. Agar para KAJATI/KAJARI setiap menangani perkara Tindak Pidana

Pemilukada (Tindak Pidana Pemilukada Gubernur, Bupati/Walikota), agar

segera melaporkan secara berjenjang kepada Jaksa Agung Muda Tindak

Pidana Umum.

Demikian untuk dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN

Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Arsip.

----------------------------------------------------

Page 120: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 214

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B - 3210/E/EJP/10/2013 Jakarta, 24 Oktober 2013

Sifat : Biasa

Lampiran : 1 (satu) lembar

Perihal : Laporan Penanganan Tindak Pidana yang Berkaitan dengan Warga Negara Asing.

KEPADA YTH :

KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI –

SELURUH INDONESIA

Berdasarkan hasil Evaluasi Laporan dari daerah Perihal Penanganan Tindak Pidana yang berkaitan dengan Warga Negara Asing, baik sebagai tersangka maupun korban, belum dilaksanakan sepenuhnya, untuk itu disampaikan petunjuk yang harus disikapi dan menjadi perhatian saudara di seluruh wilayah Kejaksaan, agar :

1. Bahwa setiap Perkara Tindak Pidana Umum yang berkaitan dengan Warga Negara Asing yang sedang ditangani wajib dilaporkan secara berjenjang yang memuat secara lengkap identitas, status dari tersangka atau korban dengan menyebut asal negaranya, sejak diterima SPDP dan menyebut kasus posisi dan pasal yang disangkakan kepada tersangka atau masalah yang dihadapi saksi (korban) serta proses penanganan penyelesaian secara berkelanjutan hingga pelaporankepada Jaksa Agung RI Cq Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum dan mengisi form yang tersedia (Contoh Formulir Pelaporan Terlampir).

2. Hal ini dimaksudkan guna menjadi bahan koordinasi dan informasi yang sangat penting untuk diketahui Kementrian Luar Negeri, terutama bila sangat dibutuhkan oleh Kantor Perwakilan Negara Asing yang ada di wilayah NKRI terkait dengan masalah yang dihadapi warganya di Indonesia.

3. Bahwa sebagaimana teruraikan pada angka 1 (satu) di atas, agar dilakukan Entry Data ke Simkari, sesuai dengan penanganan dan dilaporkan secara berjenjang.

4. Para Kajati mendistribusikannya ke Kajari dan Cabang Kajari di dalam jajaran masing-masing.

Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia;

2. Yth. Wakil Jaksa Agung Republik Indonesia; (1, & 2 sebagai laporan)

3. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan;

4. Yth. Sekretaris JAM Tindak Pidana Umum;

5. Yth. Para Direktur di Lingkungan Jam Pidum

6. Yth. Kepala Pusat Daskrimti

7. Arsip.

Page 121: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi
Page 122: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 216

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor Sifat Lampiran Perihal

: B-3218 /E/EJP/10/2013 : Biasa : 2 (dua) bundel : Upaya Penyelsaian Temuan

BPK RI terkait Penyelesaian Piutang Denda dan Biaya Tilang Verstek.

--------------------------------------------

Jakarta, 28 Oktober 2013 KEPADA YTH. PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI DI- SELURUH INDONESIA

Sehubungan dengan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI)

atas Laporan Keuangan Kejaksaan RI Tahun 2012, yang salah satunya

menyatakan adanya permasalahan terkait piutang denda dan biaya tilang verstek

yang harus dilaporkan berdasarkan nilai piutang riil yang dapat direalisasikan (net

realizable value) sesusai Standar Akuntansi Pemerintah dan hasil evaluasi

terhadap Laporan Keuangan Semester I Tahun 2013, ternyata masih banyak

daerah yang belum lengkap melaporkan Piutang Bukan Pajak. Menindaklanjuti hal

tersebut, Jaksa Agung Muda Pembinaan telah meminta bantuan Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk melakukan verifikasi

dan validasi terhadap piutang bukan pajak kantor Kejaksaan Seluruh Indonesia.

Berkaitan dengan pelaksanaan verifikasi dan validasi yang akan

dilakukan Badan Pengawasan Keunagan dan Pembangunan (BPKP) tersebut,

diminta kepada para Kepala Kejaksaan Tinggi dan Kepala Kejaksaan Negeri

Seluruh Indonesia Untuk :

1. Mempersiapkan data piutang denda dan biaya perkara Tilang verstek per 30

September 2013;

2. Mengisi formulir Rekapitulasi Penyelesaian Tunggakan Denda dan Biaya

Perkara Tilang Verstek sesuai Form 1.a dan 1.b untuk tingkat Kejaksaan

Negeri dan Form 2.a dan 2.b untuk tingkat Kejaksaan Tinggi; (Form

Terlampir)

3. Membuat Berita Acara Rekonsiliasi Piutang Denda dan Biaya Perkara Tilang

Verstek per 30 September 2013 baik di tingkat Kejaksaan Negeri dan

Kejaksaan Tinggi; ( Terlampir)

4. Aktif berkoordinasi dengan Perwakilan BPKP setempat perihal verifikasi dan

validasi Piutang Bukan Pajak;

Page 123: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 217

5. Tertib adminitrasi dengan mempedomani Surat Edaran Jaksa Agung R.I.

nomor : B-40/A/Cu.2/03/2013 tanggal 6 Maret 2013 perihal Pedoman

Penyelesaian dan Kebijakan Akuntansi atas Piutang Negara Denda dan Biaya

Perkara Pelanggaran Lalu Lintas/Tilang yang Diputuskan Verstek guna

Penyediaan data untuk penyusunan Laporan Keuangan Kejaksaan R.I. setiap

tahun.

Demikian untuk dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM,

MAHFUD MANNAN

Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung Republik Indonesia; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung R.I. (1 & 2 Sebagai Laporan) ; 3. Yth. Para Jaksa Agung Muda ; 4. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum ; 5. A r s i p ---------------------------------------------------------------------------------

Page 124: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 218

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : B- 3256 /E/Ejp/10/2013 Jakarta, 30 Oktober 2012 Sifat : Segera Lampiran : 2 (dua) eksemplar Perihal : Penyampaian Salinan Surat Edaran

Jaksa Agung R.I. Nomor : SE-022/A/JA/10/2013

KEPADA YTH. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI Di- SELURUH INDONESIA

Bersama ini disampaikan Salinan Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : SE-022/A/JA/10/2013 tentang Penyelesaian Hasil Penyidikan, yang merupakan revisi Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : SE-001/A/JA/2009 tanggal 26 Februari 2009.

Berkenaan dengan hal tersebut diharapkan Surat Edaran ini dipelajari dan dipahami substansi pokok dari Surat Edaran Jaksa Agung dimaksud, untuk ditindaklanjuti dalam implementasi koordinasi dengan pihak Kepolisian Daerah setempat, yang terkhusus ditujukan kepada :

1. Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat;

2. Kepala Kejaksaan Tinggi Banten

Untuk mengkoordinasikan dengan Polda Metro Jaya;

3. Kepala Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur

Untuk mengkoordinasikan dengan Polda Metro Jaya;

4. Kepala Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau

Untuk dikoordinasikan dengan Polda Kepulauan Riau;

Dalam penyerahan SPDP dan Berkas Perkara kepada Kejaksaan Negeri-Kejaksaan

Negeri dimaksud.

Selanjutnya diminta agar diteruskan kepada Para Kepala Kejaksaan Negeri

Demikian untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA TINDAK PIDANA UMUM

MAHFUD MANNAN

Tembusan : 1. Yth. Jaksa Agung R.I; 2. Yth. Wakil Jaksa Agung R.I;

(1 dan 2 sebagai laporan) 3. Yth. Jaksa Agung Pembinaan; 4. Yth. Jaksa Agung Pengawasan; 5. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 6. Yth. Para Direktur pada JAM PIDUM; 7. Yth. Kepala Pusat DASKRIMTI; 8. Arsip.

-------------------------------------------------------------------

Page 125: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 219

SURAT EDARAN NOMOR : SE-022/A/JA/10/2013

TENTANG

PENYELESAIAN HASIL PENYIDIKAN

Berdasarkan hasil Kajian, monitoring dan evaluasi dari pelaksanaan Surat Edaran Nomor :

SE- 001/A/JA/2/2009 tanggal 29 Pebruari 2009 tentang Penyelesaian Hasil Penyidikan yang

berkaitan dengan Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : PER-36/A/JA/09/2011

tanggal 21 September 2011 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Perkara

Tindak Pidana Umum ditemukan kendala koordinatif di tingkat kewilayahan Polda – Kejati, yang

disebabkan antara lain di beberapa Provinsi terdapat Kantor Polda yang tidak berada dalam satu

wilayah kota dengan Kantor Kejaksaan Tinggi sehingga penerapan Prinsip Kesetaraan secara

mutlak akan menyebabkan koordinasi penanganan perkara (Pra Penuntutan) menjadi tidak efisien

dan tidak efektif, dan penyelesaian perkara secara cepat, sederhana dan biaya ringan tidak optimal.

Berkenaan dengan hal tersebut diatas dan menindaklanjuti Rekomendasi Hasil Rapat

Kerja Kejaksaan RI Tahun 2012 yang mengamanatkan adanya evaluasi terhadap asas kesetaraan

penanganan perkara tindak pidana umum dalam penyelesaian hasil penyidikan perlu diterbitkan

Surat Edaran Jaksa Agung RI tentang penerimaan penyelesaian hasil penyidikan yang disesuaikan

dengan jenjang instansi Penyidik dan Penuntut Umum, sebagai berikut :

1. Penerimaan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) , koordinasi, penyerahan

berkas perkara (tahap I) dari penyidik Mabes Polri, BNN, PPNS Tingkat Kementerian atau

Lembaga Pemerintah Non Kementerian Tingkat Pusat lainnya, diterima dan diselesaikan

penanganannya oleh Kejaksaan Agung RI Cq Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum.

2. Hasil penyidikan dari penyidik Polda, PPNS Kementerian atau Lembaga Pemerintah Non

Kementerian Tingkat Provinsi, Badan Narkotika Nasional Propinsi (BNNP) diterima dan

diselesaikan penanganannya oleh Kejaksaan Tinggi sesuai daerah hukumnya masing masing.

3. Hasil Penyidikan dari penyidik tingkat Polres atau jajaran dibawahnya, PPNS Kementerian

atau Lembaga Pemerintah Non Kementerian tingkat Kabupaten atau Kota, diterima dan

diselesaikan penanganannya oleh Kejaksaan Negeri atau Cabang Kejaksaan Negeri, sesuai

daerah hukumnya masing - masing.

4. Kejaksaan Agung RI, Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri

yang menerima Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) dan atau berkas perkara

dari Instansi penyidik yang tidak sesuai dengan jenjang prinsip kesetaraan, wajib

mengembalikan SPDP dimaksud ke Instansi Penyidik dengan disertai petunjuk untuk

diserahkan ke Kejaksaan sesuai dengan jenjang kesetaraan.

5. Kejaksaan Agung RI dan Kejaksaan Tinggi sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan 2 pada

hakekatnya hanya melakukan penyelesaian sampai dengan tahap pra penuntutan.

6. Pengiriman berkas perkara tahap II (pengiriman tersangka dan barang bukti) dilakukan oleh

Penyidik langsung Ke Kejaksaan Negeri tempat terjadinya tindak pidana (locus delicti), dengan

terlebih dahulu Penyidik berkordinasi dengan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana umum

Page 126: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 220

Kejaksaan Agung atau Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan (sesuai dengan jenjang

kesetaraan yang menangani berkas perkara yang bersangkutan pada tahap Pra Penuntutan),

kemudian Kejaksaan Negeri berkewajiban melaporkan kepada Kejaksaan Tinggi yang

bersangkutan, perihal penerimaan berkas perkara tahap II dimaksud.

7. Bahwa khusus untuk penyerahan SPDP, Berkas Perkara, hasil penyidikan dari Polda tertentu

dengan menyimpang dari mekanisme penanganan perkara sebagaimana dimaksud pada

angka 2 dan angka 4, dengan pertimbangan efisiensi dan efektivitas penyelesaian perkara

berdasar atas prinsip penyelesaian perkara secara cepat sederhana dan biaya ringan, maka

hasil penyidikan tidak secara mutlak dikirim ke Kejaksaan Tinggi setempat, antara lain sbb :

a. Hasil Penyidikan Polda Kalimantan Timur, sepanjang Locus Delicti perkara berada di

daerah hukum Kejaksaan Negeri Balikpapan, Kejaksaan Negeri Tanah Grogot, dan

Kejaksaan Negeri Penajam, maka berkas perkara hasil penyidikan Polda Kalimantan Timur

dikirim langsung ke Kejaksaan Negeri yang bersangkutan, dengan tembusan kepada

Kejaksaan Tinggi Kalimantan Timur di Samarinda.

b. Hasil penyidikan Polda Kepulauan Riau, sepanjang Locus Delicti perkara berada di daerah

hukum kejaksaan Negeri Batam, maka berkas perkara hasil penyidikan Polda Kepulauan

Riau dikirim langsung ke Kejaksaan Negeri Batam dengan tembusan Kejaksaan Tinggi

Kepulauan Riau.

c. Hasil penyidikan Polda Metro Jaya, sepanjang locus Delicti perkara berada di daerah

hukum Kejaksaan Negeri Bekasi, Kejaksaan Negeri Depok, Kejaksaan Negeri Bogor,

Kejaksaan Negeri Tangerang dan Kejaksaan Negeri Tigaraksa, maka berkas perkara hasil

penyidikan Polda Metro Jaya di kirim langsung ke Kejari - Kejari setempat tersebut diatas,

dengan tembusan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat/Kejaksaan Tinggi Banten.

8. Dengan telah diterbitkannya Surat Edaran Jaksa Agung RI Nomor : SE- 022 /A/JA/10/2013

tanggal 25 Oktober 2013, maka Surat Edaran Jaksa Agung Nomor : SE-001/A/JA/02/2009

tanggal 26 Ferbruari 2009 tentang Penyelesaian Hasil Penyidikan dinyatakan dicabut dan tidak

berlaku lagi.

Demikian untuk dilaksanakan dan dipedomani sebagaimana mestinya

Jakarta, 25 Oktober 2013

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BASRIEF ARIEF

Page 127: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 221

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor : Sifat : Lampiran : Perihal :

B – 3358 /E/Ejp/11/2013 Biasa --- Pola Penanganan dan Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Hak Atas Kekayaan Intelektual / IPR.

Jakarta, 12 Nopember 2013 Kepada Yth.

PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

Di -

SELURUH INDONESIA

Setelah mempelajari dan menginventarisasi surat-surat petunjuk teknis yang sebelumnya telah dikeluarkan oleh Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Kejaksaan Agung R.I. terkait penanganan perkara Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), yaitu antara lain : - B-483/E/8/1994 tanggal 1 Agustus 1994 tentang Penerapan dan Penegakan Peraturan

Perundang-undangan yang berkaitan dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual/IPR; - SE-002/JA/4/1995 tanggal 28 April 1995 tentang Perkara Penting TPUL; - B-190/E/5/1995 tanggal 3 Mei 1995 tentang Pola Penanganan Penyelesaian Perkara

HAKI/IPR; - B-58/E/Epl.2/1/96 tanggal 31 Oktober 1996 tentang Perhatian Khusus Terhadap Penanganan

Kasus Perkara HAKI; - R-06/E/Epl/3/1998 tanggal 13 Maret 1998 tentang Penanganan dan Penyelesaian Perkara

HAKI/IPR; - B-2/E.4/Epl.1/02/2000 tanggal 16 Pebruari 2000 tentang Berlakunya Persetujuan Organisasi

Perdagangan Dunia (Agreement Establishing The World Trade Organization) pada tanggal 1 Januari 2000;

- B-12/E/Ejp/07/2000 tanggal 17 Juli 2000 tentang Penanganan/Penyelesaian Perkara-Perkara HAKI;

- B-13/E/Ejp/07/2000 tanggal 17 Juli 2000 tentang Penanganan dan Penyelesaian Perkara-Perkara HAKI;

- B-2/I/E/04/2002 tanggal 02 April 2002 tentang Penanganan Kasus Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI);

- B-685/E/EJP/10/2006 tanggal 06 Oktober 2006 tentang Mengefektifkan Pengendalian Perkara Penting (PK-Ting);

- B-101/E/Euh/02/2006 tentang Jenis-Jenis PK Ting (HAKI : Hak Cipta, Paten dan Merk); Dengan mempertimbangkan adanya perkembangan hukum dan peraturan perundang-

undangan di sektor HAKI serta dimensi baru Tindak Pidana HAKI, maka untuk mendayagunakan secara optimal surat-surat petunjuk tersebut, agar substansinya selain disesuaikan dengan perkembangan tersebut juga diupayakan secara terintegrasi dalam bentuk pola penanganan dan penyelesaian perkara Hak Atas Kekayaan Intelektual/IPR, dengan catatan bahwa petunjuk tersebut di atas, berlaku secara mutatis mutandis terhadap Pedoman Pola Penanganan Perkara HAKI yang baru ini.

Adapun Teknis pola penanganan dan penyelesaian perkara Hak Atas Kekayaan Intelektual, sebagai berikut :

1. TAHAP PRA PENUNTUTAN a. Penerimaan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) Setelah menerima SPDP segera diterbitkan Surat Perintah Penunjukkan Jaksa

Penuntut Umum untuk mengikuti perkembangan penyidikan perkara (P-16) dengan ketentuan :

1. Jaksa Penuntut Umum yang ditunjuk minimal 2 (dua) orang. 2. Segera mengintensifkan koordinasi dengan Penyidik sehingga terlaksana

penyidikan yang efektif dan efisien serta diperoleh segala data dan fakta yang diperlukan pada tahap penuntutan.

b. Penerimaan Berkas Perkara Tahap Pertama

1. Penelitian saksi-saksi : - Dalam meneliti saksi-saksi agar diperhatikan kriteria saksi dan keterangan

saksi (Pasal 1 butir 26 dan 27 KUHAP), dan tolok ukur penilaian urgensi, relevansi dan bobotnya didasarkan pada ketentuan Pasal 185 ayat (4 s/d 7) dan hubungan saksi-saksi dengan tersangka.

- Aksentuasi penelitian saksi ditekankan pada kuantitas dan kualitas keterangan saksi.

Page 128: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 222

2. Ahli : Ahli yang dimaksud ialah ahli dari Dirjen HAKI pada Kementerian Hukum dan HAM.

3. Penelitian Bukti Surat : Surat-surat yang perlu terlampir pada berkas perkara antara lain : - Surat-surat permohonan pendaftaran HAKI, kecuali atas Hak Cipta. - Keabsahan surat-surat permohonan pendaftaran HAKI perlu diteliti secara

cermat dan seksama dengan memperhatikan ketentuan Pasal 184 dan Pasal 187 KUHAP dan Peraturan Perundang-Undangan terkait.

4. Keterangan Tersangka : Diperlukan perhatian ekstra cermat dalam meneliti keterangan tersangka dalam

BAP, disamping itu diperlukan pula kemampuan menyusun konstruksi yuridis yang mumpuni dengan menghubungkan keterangan tersangka dengan alat-alat bukti sah lainnya, barang bukti dan segala data serta fakta perbuatan tersangka untuk mengungkapkan fakta yang sesungguhnya, apa benar tersangka merupakan pelaku dari tindak pidana yang telah disangkakan kepada dirinya ? terutama mengingat bahwa tindak pidana Hak Atas Kekayaan Intelektual/IPR dapat dilakukan oleh korporasi.

5. Khusus terhadap tindak pidana HAKI yang obyeknya sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 25 UU No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, maka alat bukti sah atas perkara tersebut mengalami perluasan, berupa penambahan alat bukti informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya (diatur pada Pasal 5 UU No. 11 tahun 2008).

6. Pasal yang disangkakan : Pasal yang disangkakan didasarkan pada fakta hukum dan alat bukti yang termuat

dalam berkas perkara, dan apabila fakta dan alat bukti tersebut mendukung pembuktian bahwa benar tindak pidana dimaksud merupakan tindak pidana HAKI, maka pasal-pasal yang disangkakan cukup pasal-pasal sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-undangan tentang HAKI, kecuali ternyata tersangka melakukan lebih dari satu feit (tindak pidana).

c. Pemberitahuan Hasil Penyidikan Belum Lengkap (P-18 dan P-19) Apabila hasil penyidikan ternyata belum lengkap, hal tersebut agar segera disampaikan

kepada Penyidik disertai petunjuk. Petunjuk dibuat dengan bahasa yang mudah dimengerti dan berbobot (mengarah pada unsur tindak pidana yang disangkakan) dan harus pula memperhatikan persyaratan dan upaya administratif dalam penyelesaian sengketa HAKI.

d. Penerbitan Surat Pemberitahuan Hasil Penyidikan Sudah Lengkap (P-21) 1. Penerbitan P-21 dilaksanakan apabila berkas perkara ternyata sudah lengkap, baik

secara formil maupun materiil. 2. Apabila setelah diterbitkan (P-21), kemudian diketahui ternyata berkas perkara

belum memenuhi persyaratan untuk dilimpahkan ke Pengadilan, maka untuk melengkapinya dapat dilakukan pemeriksaan tambahan, sepanjang sebelumnya pernah diterbitkan (P-18) dan (P-19).

3. Pelaksanaan pemeriksaan tambahan dimaksud penting dilakukan untuk melengkapi berkas perkara dan kemungkinan untuk melakukan penyitaan barang bukti (Pasal 30 ayat (1) huruf e UU No. 16 tahun 2004). Pelaksanaan Pemeriksaan Tambahan berpedoman pada Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor : B-536/E/E/11/1993 tanggal 1 Nopember 1993 perihal Melengkapi Berkas Perkara dengan Melakukan Pemeriksaan Tambahan.

e. Penyerahan Tanggung Jawab Atas Tersangka dan Barang Bukti Penyerahan tersangka dan barang bukti dapat terjadi dalam 2 (dua) pengertian, yaitu

penyerahan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti sesuai ketentuan Pasal 8 ayat (3) huruf b KUHAP dan penyerahan tersangka dan barang bukti atas permintaan Jaksa Penuntut Umum (P-22) untuk kepentingan pemeriksaan tambahan.

1. Penelitian Atas tersangka. - Penelitian berkas perkara (tahap pertama) dilakukan secara cermat guna

mencegah terjadinya error in persona. Kebenaran bahwa tersangka itulah yang harus bertanggung jawab secara pidana.

- Hasil penelitian dituangkan dalam Berita Acara Penerimaan dan Penelitian Tersangka (BA-15).

2. Penelitian Barang Bukti. - Barang bukti dalam perkara HAKI/IPR terdiri dari berbagai dokumen dan

barang bukti.

Page 129: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 223

- Dokumen Penyitaan (Surat Perintah, Berita Acara, Izin/Persetujuan Penyitaan) - Kelengkapan dokumen yang disita. - Tolok Ukur Kelengkapan adalah Daftar Adanya Barang Bukti dan Dokumen-

Dokumen Penyitaan. - Hasil penelitian dituangkan ke dalam Berita Acara Penelitian Benda Sitaan

(BA-18), kemudian dibuatkan dan ditempel Label Barang Bukti (B-10) dan dilengkapi dengan Kartu Barang Bukti (B-11).

- Mekanisme penerimaan, pengumpulan dan penataan barang bukti dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Jaksa Agung RI Nomor : KEP-112/J/A/10/1989 tanggal 13 Oktober 1989.

3. Register Perkara dan Barang Bukti. - Setelah penerimaan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti, berkas

perkara dicatat dalam register perkara tahap penuntutan (RP-12). - Barang Bukti dicatat dalam register barang bukti.

Kegiatan Pra Penuntutan sebagaimana disebutkan pada bagian a s/d e tersebut diatas dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Jaksa Agung RI Nomor : PER-036/A/JA/09/2011 tanggal 21 September 2011 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum.

2. TAHAP PENUNTUTAN

a. Penyusunan Surat Dakwaan. 1. Sistematika pembuatan surat dakwaan dan penyusunannya berpedoman pada

Surat Edaran Jaksa Agung RI Nomor : SE-004/JA/11/1993 tanggal 22 Nopember 1993 perihal Pembuatan Surat Dakwaan.

2. Perlu diperhatikan, sebelum dilakukan pembuatan surat dakwaan, agar terlebih dahulu disusun matrik dakwaan sesuai lampiran Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum butir 1.

3. Jaksa Penuntut Umum menyusun dakwaan berdasarkan fakta dan alat bukti yang termuat dalam berkas perkara, dan apabila fakta dan alat bukti tersebut mendukung pembuktian bahwa benar tindak pidana dimaksud merupakan tindak pidana HAKI, maka pasal-pasal yang didakwakan cukup pasal-pasal sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-undangan tentang HAKI, kecuali apabila tersangka melakukan lebih dari satu feit (tindak pidana).

b. Pembuktian Dakwaan 1. Pemeriksaan Saksi-saksi : - Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus difokuskan kepada pembuktian

unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan dan harus selalu ditanyakan alasan mengapa saksi dapat menerangkan demikian, hal ini sering dilupakan dalam persidangan.

- Sejak tahap pra penuntutan, harus sudah dapat diidentifikasi dan diinventarisasi saksi-saksi yang diperkirakan akan mencabut keterangannya, untuk itu dapat dipedomani Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor : B-254/E/5/93 tanggal 31 Mei 1993 tentang langkah-langkah antisipatif terhadap pencabutan keterangan terdakwa/saksi persidangan.

2. Keterangan Terdakwa : Meskipun dalam penyidikan terdakwa mengakui perbuatannya namun tidak

menutup kemungkinan adanya bimbingan serta rekayasa pihak tertentu, sehingga terdakwa mencabut keterangannya saat penyidikan ketika persidangan.

Menghadapi hal demikian, perlu upaya antara lain : - Menghadirkan Penyidik dipersidangan guna memberikan keterangan, untuk

membuktikan bahwa pemeriksaan terhadap diri terdakwa saat penyidikan telah dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan membuktikan pula bahwa terdakwa mencabut keterangannya tanpa didasari adanya alasan yang patut.

- Dalam hal tertangkap tangan, agar penangkap sejak tingkat penyidikan telah diperiksa sebagai saksi.

- Mengajukan Berita Acara Pemeriksaan dan Penelitian Tersangka (BA-15), apabila dalam BA-15 terungkap bahwa tersangka membenarkan keterangannya dalam Berita Acara Pemeriksaan selaku Tersangka saat proses penyidikan, sebagai alat bukti surat atau setidak-tidaknya sebagai petunjuk sesuai ketentuan Pasal 197 jo Pasal 188 ayat (2) KUHAP.

Page 130: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 224

c. Pengendalian dan Pedoman Tuntutan Pidana Pengendalian tuntutan pidana berpedoman kepada Surat Edaran Jaksa Agung R.I.

Nomor : SE-013/A/JA/12/2011 tanggal 29 Desember 2011 tentang Pedoman Tuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana Umum, dan dalam melakukan penuntutan pidana percobaan atau pidana bersyarat hendaknya memperhatikan konsep perdata dari pada HAKI.

3. SISTEM PELAPORAN

a. Laporan tahap demi tahap sebagaimana di atas dilakukan sesuai Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor : R-05/E/ES/2/1995 tanggal 9 Pebruari 1995 perihal Pelaporan Pengendalian Perkara Penting Tindak Pidana Umum dengan catatan bahwa tembusan laporan kepada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum oleh pengendali (Kepala Kejaksaan Negeri atau Kepala Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan) dianggap sebagai laporan resmi (tidak perlu membuat laporan tersendiri).

- Bahwa materi yang saat ini diklasifikasi sebagai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya adalah :

- UU No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta; - UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten; - UU No. 15 tahun 2001 tentang Merk; - UU No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang; - UU No. 31 tahun 2002 tentang Desain Industri; - UU No. 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu; - UU No. 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman; - UU No. 4 tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam; - Pasal 25 UU No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

- Bahwa hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan (Notoir feit), dimana dengan Negara Indonesia meratifikasi perjanjian WTO (World Trade Organization) dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1994 tanggal 2 Nopember 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), dan di dalam perjanjian Internasional tersebut, termuat pula hal-hal yang berhubungan dengan Hak Kekayaan Intelektual yang dituangkan dalam TRIP’s (Trade Related Aspects on Intellectual Properties), maka berakibat Negara Indonesia wajib untuk menghormati Hak Kekayaan Intelektual yang telah dilindungi ataupun didaftarkan di negara anggota TRIP’s lainnya, maka perlindungan Hak Cipta sebagaimana diatur pada UU No. 19 tahun 2002 berlaku juga bagi semua ciptaan bukan Warga Negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan Badan Hukum Indonesia yang merupakan anggota TRIP’s, dengan merujuk Pasal 76 huruf c ayat (ii) UU No. 19 tahun 2002.

- Bahwa tindak pidana (delik) HAKI merupakan delik aduan, kecuali Hak Cipta dan Hak Perlindungan Varietas Tanaman.

- Bahwa Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) diberikan atas permohonan, kecuali HAK CIPTA.

- Bahwa tindakan penuntutan atas tindak pidana (delik) HAKI tetap dapat dilakukan walaupun telah dilakukan upaya perdata, dengan memperhatikan sifat pidana sebagai Ultimum Remidium.

- Bahwa HAKI mempunyai tenggang waktu masa berlaku, yaitu : - Cipta : berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia

paling akhir dan berlangsung 50 tahun sesudahnya. - Paten : berlaku 20 tahun (sederhana 10 tahun) dan tidak dapat

diperpanjang. - Merek : berlaku 10 tahun dan dapat diperpanjang. - Rahasia Dagang : tidak ada daluwarsa, karena karakteristiknya untuk

menjaga suatu kerahasiaan. - Desain Industri : berlaku selama 10 tahun. - Sirkuit Terpadu : berlaku 10 tahun. - PVT : berlaku 20 tahun untuk tanaman semusim dan 25 tahun

untuk tanaman tahunan.

- Bahwa yang dikecualikan dari ketentuan UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, antara lain : perjanjian yang berkaitan dengan HAKI seperti lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitan dengan waralaba (sebagaimana diatur pada Pasal 50 huruf b UU No. 5 tahun 1999).

Page 131: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 225

- Bahwa dalam penerapan ketentuan tentang hak cipta harus memperhatikan doktrin penggunaan secara wajar (fair use), yaitu sebuah aspek hukum berupa pemberian dispensasi atas penggunaan bahan-bahan yang telah dilindungi hak cipta tanpa perlu meminta izin, dengan syarat-syarat tertentu. Doktrin ini mencoba menyeimbangkan kepentingan pemegang hak cipta individual dengan keuntungan sosial atau kebudayaan yang dapat dihasilkan dari penciptaan dan penyebarluasan karya derivatif tersebut. Didefinisikan sebagai penyebarluasan “kemajuan sains dan seni-seni yang berguna”, yang lebih baik dari penegakan hukum terhadap klaim pelanggaran.

- Bahwa pengguna akhir (end user) atas suatu program komputer yang penggandaannya tanpa ijin/”bajakan” tidak dapat dipidana, dikarenakan pelaku tidak memperoleh keuntungan komersial atas hasil penggandaan yang dilakukannya, apalagi apabila penggandaan tersebut hanya dipergunakan bagi dirinya sendiri.

- Mengingat karakteristik rahasia dagang adalah untuk menjaga suatu kerahasiaan, maka atas permintaan para pihak dalam perkara pidana ataupun perkara perdata, hakim dapat memerintahkan agar sidang dilakukan secara tertutup (vide Pasal 18 UU No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang).

- Bahwa pemberlakukan surat ini secara otomatis nantinya akan mengadaptasi setiap perubahan ataupun pembaruan atas suatu asas, doktrin, yurisprudensi dan peraturan hukum lainnya yang berlaku terhadap HAKI, yang ada setelah dikeluarkannya surat ini.

Demikian untuk dijadikan pedoman dan diminta agar pola penanganan perkara Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) ini diteruskan kepada para Kepala Kejaksaan Negeri dan Kepala Cabang Kejaksaan Negeri di dalam jajaran masing-masing.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM

MAHFUD MANNAN Tembusan :

1. Yth. Jaksa Agung R.I.; (sebagai laporan)

2. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan;

3. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum;

4. Yth. Direktur TPUL pada JAM PIDUM;

5. Yth. Ketua Tim HAKI pada JAM PIDUM;

6. A r s i p.

Page 132: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 226

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA J A K A R T A

Nomor :

Sifat :

Lampiran :

Perihal :

B – 3360/E/Euh/11/2013

Biasa

1 (satu) eksemplar

Petunjuk penanganan perkara Tindak

Pidana Umum yang terkait adanya

indikasi Tindak Pidana Pencucian

Uang.

Jakarta, 12 Nopember 2013

Kepada Yth.

PARA KEPALA KEJAKSAAN TINGGI

Di -

SELURUH INDONESIA

Berdasarkan pencermatan dan analisis terhadap perkembangan dinamika

lingkugan strategis baik dalam penanganan perkara-perkara Tindak Pidana Umum

yang terkait adanya indikasi Tindak Pidana Pencucian Uang, maupun

perkembangan hukum dan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan

SDA, Perbankan, Narkotika dan Psikotropika, Terorisme dan berbagai tindak pidana

hukum lainnya serta Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang (UU No. 8 Tahun 2010), maka diperlukan penguatan

pemahaman para Jaksa Penuntut Umum, terkait posisi dan perannya sebagai Jaksa

Peneliti, Jaksa Penuntut Umum dan selaku eksekutor dalam memahami konstruksi

hukum dalam konteks penanganan-penanganan perkara Tindak Pidana Umum

dimana terdapat adanya indikasi Tindak Pidana Pencucian Uang, serta penjabaran

dalam mendayagunakan berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait

dalam suatu perkara Tindak Pidana Umum.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka perlu disampaikan beberapa

butir petunjuk teknis kepada para Jaksa Penuntut Umum, sebagai berikut:

1. Peran Jaksa Penuntut Umum dalam penelitian berkas perkara (pada tahap Pra

Penuntutan).

- Apabila Jaksa Penuntut Umum (Peneliti), menerima berkas perkara Tindak

Pidana Umum (tahap I) dari Penyidik, khususnya berkas perkara :

- Tindak Pidana Kehutanan;

- Tindak Pidana Lingkungan Hidup;

- Tindak Pidana Perbankan;

- Tindak Pidana Terorisme;

- Tindak Perpajakan;

- maupun Tindak Pidana Umum Lainnya.

bilamana dalam penelitian berkas perkara tersebut terdapat adanya indikasi

Tindak Pidana Pencucian Uang, maka Jaksa Penuntut Umum (peneliti),

segera melakukan koordinasi dan memberi petunjuk kepada Penyidik agar

indikasi Tindak Pidana Pencucian Uang tersebut disidik sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Page 133: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 227

Terkait dengan hal tersebut maka Jaksa Penuntut Umum perlu

memahami berbagai hal :

a. Untuk menyidik dan menuntut terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang,

tidak perlu dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya (Predicate

Crime).

(vide pasal 69 UU No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang)

b. Di dalam penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang, Jaksa Penuntut

Umum tidak perlu mensyaratkan adanya terlebih dahulu laporan hasil

analisis transaksi keuangan dari PPATK, baru bisa dilakukan

penyidikan, namun dalam kegiatan penyidikan Tindak Pidana

Pencucian Uang tersebut, Penyidik memberitahukan dan berkoordinasi

dengan pihak PPATK (pasal 75 UU No. 8 tahun 2010), untuk meminta

agar PPATK melakukan pelacakan terhadap transaksi keuangan yang

mencurigakan tersebut dengan memberikan laporan hasil analisis

transaksi mencurigakan tersebut kepada Penyidik.

c. Permintaan keterangan ahli seyogyanya dimintakan melalui pimpinan

Instansi/Lembaga dan selanjutnya pimpinan Instansi/Lembaga yang

bersangkutan menunjuk ahli untu memberikan keterangan ahli.

2. Peran jaksa sebagai Penuntut Umum

- Jaksa Penuntut Umum yang menyidangkan perkara Tindak Pidana

Pencucian Uang, wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Pembalikan beban pembuktian

- Di dalam pasal 77 UU No. 8 tahun 2010, dinyatakan bahwa untuk

kepentingan pemeriksaan di Sidang Pengadilan, terdakwa wajib

membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan merupakan hasil

Tindak Pidana.

- Dalam kaitan dengan sistem pembuktian terbalik di dalam UU No. 8

tahun 2010 ini, dianut pembalikan beban pembuktian secara

seimbang, sehingga Penuntut Umum yang menyidangkan perkara

tersebut tetap berkewajiban membuktikan dakwaannya.

b. Dalam hal masih terdapat harta kekayaan (asset) yang belum disita dan

tidak termasuk dalam daftar barang bukti perkara yang bersangkutan,

Penuntut Umum meminta kepada Majelis Hakim agar harta kekayaan

(asset) tersebut disita dengan mengeluarkan Penetapan Hakim untuk

menyita asset tersebut. Penyitaan tersebut dilakukan melalui Penyidik.

(vide pasal 81 UU No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang)

3. Peran Jaksa selaku Eksekutor

Dengan dikeluarkannya Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor : 01 tahun

2013 tentang Tata Cara Penyelesaian Harta Kekayaan dalam Tindak Pidana

Pencucian Uang atau Tindak Pidana lain, sebagai implementasi pasal 67 UU

No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Page 134: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 228

Pencucian Uang, maka Penuntut Umum berperan sebagai eksekutor atas

Putusan Pengadilan dimaksud sesuai :

- Pasal 10 ayat (5) jo pasal 20 ayat (2) PERMA No. 1 tahun 2013, Salinan

Putusan disampaikan kepada Jaksa dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak

Putusan diucapkan guna kepentingan eksekusi.

Oleh karena permohonan penanganan harta kekayaan ke

Pengadilan Negeri diajukan oleh Penyidik, maka :

- Penyidik dan Jaksa pada Kejaksaan Negeri setempat berkoordinasi sejak

adanya pelimpahan ke Pengadilan, sehingga Kepala Kejaksaan Negeri

setempat mengetahui adanya permohonan penanganan harta kekayaan

yang dilimpahkan ke Pengadilan.

- Kejaksaan setempat berkoordinasi dengan pihak Pengadilan yang

menyidangkan permohonan penanganan harta kekayaan, untuk

mendapatkan Salinan Putusan Pengadilan terkait eksekusi oleh Jaksa.

untuk lebih jelasnya disampaikan fotocopy Peraturan Mahkamah Agung RI

Nomor : 01 tahun 2013, sebagaimana terlampir.

Demikian untuk dipedomani dan dilaksanakan.

JAKSA AGUNG MUDA

TINDAK PIDANA UMUM

MAHFUD MANNAN

Tembusan :

7. Yth. Jaksa Agung R.I.; (sebagai laporan)

8. Yth. Wakil Jaksa Agung R.I.; 9. Yth. Jaksa Agung Muda Pengawasan; 10. Yth. Sekretaris Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum; 11. Yth. Para Direktur pada JAMPIDUM; 12. A r s i p.

Page 135: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 229

KETUA MAHKAMAH AGUNG

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN 2013

TENTANG

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PENANGANAN

HARTA KEKAYAAN DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ATAU TINDAK PIDANA LAIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 32 ayat (4) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985

tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, Mahkamah Agung berwenang memberi petunjuk, teguran, atau peringatan kepada Pengadilan di semua badan peradilan yang berada di bawah kewenangannya;

b. bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. Mahkamah Agung berwenang membuat peraturan sebagai pelengkap untuk mengisi kekukrangan atau kekosongan hukum dalam jalannya peradilan;

c. bahwa terdapat kekosongan hukum acara untuk pelaksanaan Pasal 67 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, sehingga perlu dibentuk Peraturan Mahkamah Agung yang mengatur mengenai hukum acara penanganan harta kekayaan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Mahkamah Agung tentang Tata Cara Penyelesaian Permohonan Penanganan Harta Kekayaan Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang atau Tindak Pidana Lain;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4359) dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3; Tambahan Lembagan Negara Nomor 4985);

2. 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5164);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PENANGANAN HARTA KEKAYAAN DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ATAU TINDAK PIDANA LAIN.

Page 136: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 230

BAB I RUANG LINGKUP

Pasal 1

Peraturan ini berlaku terhadap permohonan penanganan harta kekayaan yang diajukan oleh Penyidik dalam hal yang diduga sebagai pelaku tindak pidana tindak ditemukan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencapaian dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

BAB II PERMOHONAN PENANGANAN HARTA KEKAYAAN

Pasal 2

(1) Permohonan penanganan harta kekayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, harus memuat : a. nama dan jenis harta kekayaan; b. jumlah harta kekayaan; c. tempat, hari, dan tanggal penyitaan; d. uraian singkat yang memuat alasa diajukannya permohonan penangan harta kekayaan.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dan ditandatangani oleh

Penyidik yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri.

Pasal 3 Permohonan penaganan harta kekayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus dilengkapi dengan : a. berita acara penghentian sementara seluruh atau sebagian transaksi terkait hata kekayaan yang diketahui

atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana atas permintaan PPATK; b. berkas perkara hasil penyidikan; dan c. berita acara pencarian tersangka.

Pasal 4 (1) Sebelum pemeriksaan permohonan penanganan harta kekayaan, Ketua Pengadilan Negeri wajib

melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan permohonan penanganan harta kekayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3.

(2) Ketua Pengadilan Negeri dapat mendelegasikan kepada seorang Hakim untuk melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan permohonan penanganan harta kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

(3) Dalam hal ini permohonan penanganan harta kekayaan belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, Ketua Pengadilan Negeri atau Hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memberi petunjuk kepada Penyidik untuk memperbaiki dan melengkapi Permohonan penanganan harta kekayaan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak petunjuk diterima oleh Penyidik.

(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Penyidik belum melengkapi permohonan penanganan harta kekayaan, Ketua Pengadilan Negeri atau Hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengembalikan permohonan penanganan harta kekayaan kepada Penyidik.

(5) Terhadap permohonan yang dikembalikan, dalam jangka waktu paling lama (7) hari kerja Penyidik wajib melengkapi dan menyampaikan kembali permohonan penanganan harta kekayaan.

BAB III

HUKUM ACARA

Bagian Kesatu Wewenang Pengadilan Untuk Mengadili

Pasal 5

(1) Pengadilan Negeri yang berwenang memeriksa, mengadili dan memutus permohonan penanganan harta

kekayaan adalah Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat keberadaan harta kekayaan. (2) Apabila terdapat beberapa harta kekayaan yang dimohonkan untuk dimintakan penanganan harta kekayaan

dalam daerah hukum beberapa Pengadilan Negeri, Penyidik dapat memilih salah satu dari Pengadilan Negeri tersebut untuk mengajukan permohonan penanganan harta kekayaan.

Pasal 6

Dalam hal keadaan daerah tidak memungkinkan suatu Pengadilan Negeri untuk memeriksa suatu permohonan penanganan harta kekayaan, Mahkamah Agung menetapkan atau menunjuk Pengadilan Negeri lain yang layak untuk memeriksa permohonan dimaksud berdasarkan usul dari pimpinan instansi Penyidik yang bersangkutan.

Page 137: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 231

Pasal 7

Dalam hal harta kekayaan yang dimohonkan untuk dimintakan penanganan harta kekayaan berada di luar negeri, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan penanganan harta kekayaan.

Bagian Kedua Pengumuman Permohonan Penanganan Harta Kekayaan

Pasal 8

(1) Setelah permohonan dinyatakan lengkap sesuai dengan prosedur pada Pasal 4, Ketua Pengadilan Negeri

segera memerintahkan Panitera untuk mencatat permohonan penanganan harta kekayaan tersebut dalam buku register.

(2) Ketua Pengadilan Negeri segera memerintahkan Panitera untuk mengumumkan permohonan penanganan harta kekayaan pada papan pengumuman Pengadilan Negeri dan/atau media lain guna memberikan kesempatan kepada pihak yang merasa berhak atas harta kekayaan untuk mengajukan keberatan.

(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan selama 30 (tiga puluh) hari kerja. (4) Bentuk pengumuman permohonan penanganan harta kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Bagian Ketiga Pemeriksaan Permohonan Penanganan Harta Kekayaan

Paragraf 1

Pemeriksaan Permohonan Penanganan Harta Kekayaan Dalam Hal Tidak Terdapat Keberatan

Pasal 9

(1) Dalam hal tidak terdapat keberatan terhadap permohonan penanganan harta kekayaan dalam masa pengumuman sebagaimana dalam Pasal 8 ayat (3), Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Hakim Tunggal untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan penanganan harta kekayaan.

(2) Hakim yang ditunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menetapkan hari siding dan memerintahkan Panitera untuk memanggil Penyidik agar hadir di persidangan.

Pasal 10

(1) Berdasarkan permohonan penanganan harta kekayaan dan alat bukti dan/atau barang bukti yang diajukan

oleh Penyidik selaku pemohon penanganan harta kekayaan, Hakim memutus harta kekayaan tersebut sebagai aset negera atau dikembalikan kepada yang berhak.

(2) Hakim harus memutus permohonan penanganan harta kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak hari sidang pertama.

(3) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diumumkan pada papan pengumuman Pengadilan Negeri dan/atau media lain guna memberikan kesempatan kepada pihak yang merasa berhak atas harta kekayaan untuk mengajukan keberatan.

(4) Petikan putusan disampaikan kepada Penyidik yang mengajukan permohonan penanganan harta kekayaan segera setelah putusan diucapkan.

(5) Salinan putusan disampaikan kepada Jaksa pada Kejaksaan Negeri yang berada di daerah hukum Pengadilan Negeri yang memutus permohonan penanganan harta kekayaan atau Kejaksaan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat keberadaan harta kekayaan melalui Kepala Kejaksaan Negeri yang bersangkutan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak putusan diucapkan guna kepentingan eksekusi.

Paragraf 2

Keberatan Terhadap Putusan Permohonan Penanganan Harta Kekayaan yang Diajukan Setelah Putusan Diucapkan

Pasal 11

(1) Terhadap putusan permohonan penanganan harta kekayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat

(2), pihak yang merasa berhak atas harta kekayaan dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri yang bersangkutan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah putusan Pengadilan diucapkan.

(2) Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan keberatan penanganan harta kekayaan.

(3) Majelis Hakim sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) menentukan hari sidang pertama dan memerintahkan Panitera untuk memanggil Penyidik dan Pemohon Keberatan agar hadir di persidangan.

Page 138: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 232

(4) Dalam hal Pemohon Keberatan adalah korporasi, panggilan disampaikan kepada pengurus di tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus berkantor.

(5) Salah seorang pengurus korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) wajib menghadap di sidang Pengadilan mewakili korporasi.

(6) Pemohon Keberatan harus mengajukan alasan-alasan keberatan disertai dengan alat-alat bukti dan/atau barang bukti yang diperlukan, serta menghadiri sendiri persidangan, baik didampingi atau tidak didampingi oleh kuasa hukumnya.

Pasal 12

Pada hari sidang yang telah ditetapkan, Hakim membuka persidangan dan menyatakan sidang terbuka untuk umum.

Pasal 13

Hakim memerintahkan Pemohon Keberatan untuk membacakan keberatan terhadap putusan permohonan penanganan harta kekayaan.

Pasal 14

Pemohon Keberatan menyampaikan alat bukti dan/atau barang bukti yang mendukung keberatan terhadap putusan permohonan penanganan harta kekayaan dimaksud.

Pasal 15

Dalam hal diperlukan, Hakim dapat melakukan pemeriksaan terhadap harta kekayaan di tempat harta kekayaan tersebut berada.

Pasal 16

Hakim memerintahkan Pemohon Keberatan untuk membuktikan asal usul bahwa harta kekayaan yang diajukan permohonan penanganan harta kekayaan tersebut bukan merupakan hasil tindak pidana.

Pasal 17

Dalam hal diperlukan, Hakim dapat meminta keterangan ahli dan dapat pula meminta agar diajukan bahan baru.

Pasal 18

(1) Hakim mempertimbangkan seluruh dalil-dalil dan alat bukti yang telah diperiksa di persidangan, untuk selanjutnya memutus harta kekayaan tersebut dinyatakan sebagai aset Negara atau dikembalikan kepada yang berhak.

(2) Putusan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) bersifat final dan mengikat.

Pasal 19

(1) Dalam hal Permohonan Keberatan tidak menghadiri sendiri persidangan, Hakim menyatakan keberatan tersebut gugur dan putusan yang dimohonkan keberatan tetap berlaku.

(2) Dalam hal Permohonan Keberatan tidak mengajukan alasan-alasan dan/atau tanpa disertai alat-alat bukti yang cukup, Hakim menolak keberatan tersebut dan putusan yang dimohonkan keberatan tetap berlaku.

Pasal 20

(1) Petikan putusan disampaikan kepada Penyidik yang mengajukan permohonan penanganan harta kekayaan

dan Pemohon Keberatan segera setelah putusan diucapkan. (2) Salinan putusan disampaikan kepada Jaksa pada Kejaksaan Negeri yang berada di daerah hukum

Pengadilan Negeri yang memutus permohonan penanganan harta kekayaan atau Kejaksaan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat keberadaan harta kekayaan melalui Kepala Kejaksaan Negeri yang bersangkutan dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak putusan diucapkan guna kepentingan eksekusi.

Paragraf 3

Pemeriksaan Permohonan Penanganan Harta Kekayaan Dalam Hal Terdapat Keberatan

Page 139: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 233

Pasal 21

(1) Dalam hal terdapat keberatan terhadap permohonan penanganan harta kekayaan yang diajukan dalam masa pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3), Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Mejelis Hakim untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan penanganan harta kekayaan.

(2) Dalam hal terdapat keberatan terhadap penanganan harta kekayaan yang diajukan dalam proses pemeriksaan sidang sebagaimana diamksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10 ayat (1), Hakim Tunggal yang memeriksa permohonan penanganan harta kekayaan tersebut melaporkan adanya keberatan tersebut kepada Ketua Pengadilan Negeri, kemudian Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan penangan harta kekayaan.

Pasal 22

(1) Majelis Hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) atau Pasal 21 ayat (2) menentukan hari

sidang pertama dan memerintahkan Panitera untuk memanggil Penyidik dan Pemohon Keberatan agar hadir di persidangan.

(2) Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) dilaksanakan sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (4), Pasal 11 ayat (5), Pasal 11 ayat (6), Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18.

Pasal 23

Ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 19 dan Pasal 20 berlaku juga terhadap pemeriksaan permohonan penanganan harta kekayaan dalam hal terdapat keberatan.

BAB IV KETENTUAN PENUTUP

Pasal 24

Ketentuan-ketentuan dalam Hukum Acara Pidana tetap berlaku sepanjang tidak diatur dalam Peraturan ini.

Pasal 25 Peraturan Mahkamah Agung ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundang Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan : di Jakarta Pada Tanggal : 14 Mei 2013 KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MUHAMMAD HATTA ALI Diundangkan di Jakarta Pada Tanggal 17 Mei 2013 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 711

Page 140: KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA EDARAN JAMPIDUM... · BRIGARDIR JENDERAL POLISI H. MUHAMAD SYAFI’I, SH., selaku KEPALA ... melakukan pra penuntutan, penuntutan dan eksekusi

Himpunan Petunjuk Teknis Penanganan & Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum 2012-2013 234

LAMPIRAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1 TAHUN 2013 TANGGAL : 14 Mei 2013

Bentuk Pengumuman Permohonan Penanganan Harta Kekayaan Pada Papan Pengumuman Pengadilan dan Media Lain

PENGUMUMAN PERMOHONAN PENANGANAN HARTA KEKAYAAN

No. Register : __________

1. Pada hari _____, tanggal ___ 20____, Pengadilan Negeri __________ menerima permohonan penanganan

harta kekayaan yang diajukan oleh ____________ (Instansi Penyidik) _______ berdasarkan Undang-Undang

Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dengan

Nomor Register : ______________

2. Adapun keterangan mengenai harta kekayaan yang diajukan untuk dimintakan penanganan harta kekayaan

adalah sebagai berikut :

Nama dan jenis harta

kekayaan :

Jumlah harta kekayaan :

Tempat, Hari dan tanggal

penghentian sementara

transaksi :

Uraian singkat mengenai

permohonan penanganan

harta kekayaan :

3. Keberatan terhadap permohonan penanganan harta kekayaan sebagaimana dimaksud diajukan dengan

mengacu pada ketentuan dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2013 tentang Tata Cara

penyelesaian Permohonan Penanganan Harta Kekayaan dalam Tindak Pidana Pencucian Uang atau Tindak

Pidana Lain selambat-lambatnya ___ (30 hari kerja setelah tanggal pengumuman) ___ kepaa :

Nama : (nama dan jabatan Panitera)

Alamat: (alamat Pengadilan Negeri)

Nomor telepon:

(tempat & tanggal Panitera)

Panitera Sekretaris Pengadilan Negeri (________)

(alamat)