kehidupan pesantren dalam novel geni jora...kehidupan pesantren dalam novel geni jora karya abidah...

115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023 Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: doannguyet

Post on 09-Apr-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA

KARYA ABIDAH EL KHALIEQY

( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA )

Disusun oleh:

Ana Fitria Vivi S. X 1206023

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat

Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, 4 Juli 2011

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Suyitno, M. Pd. Dr. Nugraheni Eko W. S.S,.M.Hum

NIP 19520122198003 1 001 NIP 1970716200212 2 001

Page 3: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Rabu

Tanggal : 13 Juli 2011

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

1. Ketua : Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd _____________

2. Sekretaris : Sri Hastuti, S.S, M. Pd. _____________

3. Anggota I : Drs. Suyitno, M. Pd. _____________

4. Anggota II : Dr. Nugraheni Eko W. S.S,.M.Hum _____________

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP 19600727 198702 1 001

Page 4: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

ABSTRAK

Ana Fitria Vivi Suhartina. X1206023. KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY (KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Aspek sosial budaya pesantren dalam novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy; (2) Tanggapan pembaca terhadap novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy.

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif, dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Data yang diperoleh peneliti berasal dari novel Geni Jora karya Abidah El Khaliqy, wawancara dengan Dosen bahasa dan sastra indonesia serta pembaca yaitu mahasiswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara atau percakapan. Data objektif diperoleh dari novel novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy, data afektif diperoleh dari hasil wawancara dengan pembaca tentang novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy. Validitas data diperoleh melalui trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode. Trianggulasi sumber data dengan mengumpulkan data yang sama dengan tujuan untuk memberikan kebenaran dan memperoleh kepercayaan terhadap data yang diperoleh dari sumber yang berbeda, serta trianggulasi metode digunakan untuk mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan berbagai metode yang berbeda yaitu melalui wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis Interaktif yang meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Aspek sosial budaya pesantren dalam novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy yaitu: (a) Kedudukan Pondok Pesantren dalam Novel Geni Jora , (b) Kedudukan Kyai sebagai Pembawa Nilai Sosial Budaya dalam Novel Geni Jora , (c) Masjid dan Masyarakat Pesantren dalam Novel Geni Jora , (d) Santri, Kyai, dan Pondok Pesantren dalam Novel Geni Jora (2) Tanggapan pembaca terhadap novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy adalah selain menceritakan tentang feminisme, novel ini juga banyak mengandung nilai- nilai agama khususnya agama islam karena dalam novel ini settingnya ada di Pesantren.

Page 5: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRACT Ana Fitria Vivi Suhartina. X1206023. PESANTREN LIFE IN THE NOVEL GENI JORA BY ABIDAH EL KHALIEQY (A LITERARY SOCIOLOGICAL STUDY). Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, July 2011.

This research aims to describe: (1) social cultural aspect of pesantren in the novel Geni Jora By Abidah El Khalieqy; (2) readers’ respond to novel Geni Jora By Abidah El Khalieqy.

This study belongs to a descriptive qualitative, using literary sociological approach. The data obtained by the writer derived from the novel Geni Jora By Abidah El Khalieqy, interview with the Indonesian language and letter lecturer as well as the reader namely the students. The sampling technique used was purposive sampling technique. The data collecting in this research was done using interview or conversation technique. The objective data was obtained from the novel Geni Jora By Abidah El Khalieqy, affective data was obtained from the result interview with the readers about the novel Geni Jora By Abidah El Khalieqy. The data validation was done using data source and method triangulations. The data source triangulation was done by collecting the same data in the objective of providing truth and to obtain trust in the data obtained from the different source, as well as method triangulation was done to collect the similar data using various different method, through interview. Technique of analyzing data used was interactive analysis one including: data reduction, data display, and conclusion drawing.

The conclusions of research are: (1) Social cultural aspect of pesantren in the novel Geni Jora By Abidah El Khalieqy includes: (a) the position of Pondok Pesantren in novel Geni Jora, (b) the position of Kyai as the bearer of social cultural values in the novel Geni Jora, (c) Mosque and Pesantren Community in novel Geni Jora, (d) Santri, Kyai, and Pondok Pesantren in novel Geni Jora. (2) the readers’ respond to the novel novel Geni Jora By Abidah El Khalieqy is that in addition to telling about feminism, this novel also contains much religious values particularly Islam religion because the setting of novel is in Pesantren.

Page 6: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Kemenangan kita bukan karena tidak pernah jatuh, namun kita berani bangkit

setiap kita jatuh (oliver Goldmith)

Mungkin kita dapat belajar senyum dari bunga, belajar kuat dari elang, kesetiaan

dari merpati, ketertiban dan kekompakan dari lebah, dan kerja keras dari semut.

Jika kamu tidak mengajari dirimu sendiri untuk mencari setiap kesempatan

melakukan kebaikan, maka setidaknya jangan sampai melepaskan kesempatan itu

jika kamu melihatnya.

Kesabaran adalah sebuah anugrah yang tak ternilai harganya dari sang Maha

Kuasa, dan kesabaran seseorang bukan diukur dari seberapa lama orang itu

menunggu, melainkan seberapa gentar usahanya untuk menghadapi rintangan

meraih kesuksesan, dengan kesabaran pula kita bisa belajar banyak hal tentang

romantika kehidupan.

Page 7: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Ibu-Bapak terkasih di rumah, anugerah

terbesar yang dihadiahkan Allah SWT

2. Si mbok Rah; Simbahku tersayang yang

membuatku merasa menjadi cucu

tersayangnya.

3. Dik Riva tersayang; semangat yang

selalu menyala dan membuatku menjadi

kakak yang merasa dicinta.

4. Dwi; suamiku tercinta yang selalu

memberiku dukungan dan cinta kasih.

5. Rasya; putra pertamaku yang selalu

memberiku semangat dan kesempurnaan

hidup.

6. Afni, Yulian, Eni, Yuli, Asih, Shiro,

Trimbil dan Dyas; sahabat kehidupanku.

Page 8: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar

sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang membantu, terutama kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin

untuk penyusunan skripsi;

2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

persetujuan penyusunan skripsi ini;

3. Dr. Andayani, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia FKIP UNS yang telah memberikan persetujuan penyusunan skripsi

ini;

4. Drs. Suyitno, M. Pd., dan Dr. Nugraheni Eko W. S.S,.M.Hum., selaku

Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan

bimbingan dalam penyusunan skripsi ini;

5. Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd., selaku Pembimbing Akademis yang

membimbing dengan penuh kesabaran dan keikhlasan;

6. Bapak/ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

telah memberikan beragam ilmu yang bermanfaat bagi penulis;

7. Keluarga besarku yang memberikan keceriaan bagi hidupku;

8. Saudara-saudaraku yang jauh maupun yang dekat yang selalu memberikan

doa, semangat, dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik; dan

9. Kawan-kawanku Bastind angkatan 2006.

Page 9: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga amal

kebaikan semua pihak tersebut dapat imbalan dari Allah SWT. Amin.

Surakarta, 4 Juli 2011

Penulis

Page 10: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ......................................................................................................... i

PERSETUJUAN ............................................................................................. ii

PENGESAHAN ....................................... ....................................................... iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

MOTTO ......................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah...................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

BAB II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori .......................................................................... 8

1. Pengertian Novel ................................................................. 8

2. Pendekatan Sosiologi Sastra ................................................ 15

3. Resepsi Sastra ...................................................................... 19

4. Agama Islam……………………………………. ............... 20

5. Pondok Pesantren.................................. .............................. 27

6. Pendidikan Pondok Pesantren.................................. ........... 48

7. Sosial Budaya Pondok Pesantren.................................. ...... 54

B. Penelitian yang Relevan …………………………………....... 58

C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 59

Page 11: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 60

B. Pendekatan Penelitian ................................................................ 60

C. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................. 61

D. Teknik Sampling ........................................................................ 62

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 62

F. Validitas Data ............................................................................ 63

G. Teknik Analisis Data ................................................................. 64

H. Prosedur Penelitian .................................................................... 66

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian……………………………………….. ........... 68

B. Pembahasan…………………………………………... ........... 91

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................... 95

B. Implikasi ................................................................................... 99

C. Saran ......................................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………….. 102

Page 12: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Pesantren, Madrasah, dan Santri di Jawa ........................................ 47

1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ............................................. 60

Page 13: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Kerangka berpikir ................................................................................ 59

2. Komponen- komponen Analisis Data Model Interaktif ............................... 65

3Skema Prosedur Penelitian ............................................................................. 67

Page 14: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Sinopsis Novel ............................................................................................ 103

2. Biografi Pengarang ...................................................................................... 104

3. Hasil Wawancara dengan Penulis ............................................................... 107

4. Hasil Wawancara dengan Sasatrawan ......................................................... 110

5. Hasil Wawancara dengan Mahasiswa ........................................................ . 114

Page 15: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Selain itu,

sastra juga merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya

dari pada fiksi (Wellek dan Warren, 1993:3-11). Sebuah karya sastra

mencerminkan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan

lingkungan, sesama manusia, dan dengan Tuhannya. Walaupun berupa khayalan,

bukan berarti karya sastra merupakan khayalan saja, melainkan penghayatan dan

perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran.

Karya sastra merupakan sebuah karya imajinatif yang dilandasi kesadaran

dari segi kreativitas sebagai karya seni. Sebagai hasil imajinatif, karya sastra

berfungsi sebagai hiburan yang menyenangkan dan berguna menambah

pengalaman batin pembacanya. Membicarakan sastra yang bersifat imajinatif,

berhadapan dengan tiga jenis genre sastra, yaitu prosa, puisi, dan drama. Prosa

dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi, teks naratif, atau wacana naratif.

Istilah fiksi dalam pengertian ini adalah cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal itu

disebabkan karena fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada

kebenaran sejarah (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2000:2).

Karya fiksi adalah salah satu hasil dari karya sastra. Karya fiksi sering

disebut sebagai cerita rekaan. Fiksi dapat diartikan sebagai prosa naratif yang

bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran dan

mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia. (Burhan Nurgiyantoro,

1994: 2)

Pengarang menciptakan karya sastra memang untuk dinikmati, dipahami,

serta dimanfaatkan oleh masyarakat (pembaca) dengan mengambil nilai-nilai

penting dalam karya sastra tersebut. Karya sastra merupakan ide, buah pikiran,

sikap dan perasaan pengarang terhadap kehidupan yang merupakan sebuah bentuk

akibat dari suatu persoalan yang muncul dalam diri pengarang ataupun dalam

suatu masyarakat dimana ia berada. Disini karya sastra menyumbangkan tata nilai

Page 16: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

figur dan tuntunan masyarakat, hal ini merupakan ikatan timbal balik antara karya

sastra dengan masyarakat. Pada kenyataannya sastra juga mampu memberikan

manfaat berupa nilai-nilai moral bagi pembacanya. Sastra selalu menampilkan

gambaran kisah sebuah perjalanan hidup manusia sedangkan kehidupan itu sendiri

adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan tersebut akan

mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang yang ada di

lingkungannya, serta hubungan antarmanusia dengan peristiwa yang terjadi dalam

batin seseorang.

Karya sastra merupakan potret dari kehidupan zaman karya sastra itu

dilahirkan, yang dapat dibaca dan dapat dinikmati dalam kurun waktu yang

berbeda. Di samping itu, karya sastra juga mampu mengungkapkan corak budaya

dan tradisi yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Karya sastra tidak saja lahir

dari fenomena-fenomena kehidupan lugas, tetapi juga kesadaran penulisnya

bahwa sastra sebagai sesuatu yang imajinatif, fiktif, infektif, juga harus melayani

misi-misi yang dapat dipertanggungjawabkan dan bertendens. Sastrawan ketika

menciptakan karya sastranya tidak saja didorong oleh hasrat ingin menciptakan

keindahan, tetapi juga berkehendak untuk menciptakan pikiran-pikirannya, dan

kesan-kesan perasaannya terhadap sesuatu (Suyitno, 1986: 3).

Unsur-unsur pembangun novel mengangkat permasalahan kehidupan yang

di bangun secara kompleks. Seorang pengarang mampu mengarang sebuah karya

fiksi, termasuk novel dengan baik biasanya tema-tema yang diangkat diambil dari

kehidupan yang pernah ia alami baik yang ia alami sendiri atau ia lihat dan

dengar, bahkan dapat pengarang angkat dari hasil imajinasi pengarang. Dengan

demikian, novel memotret kehidupan manusia yang di dalamnya berkisar

kesedihan, kebahagiaan, tragedi, dan bahkan komedi. Dalam konteks itulah, novel

banyak menggambarkan banyak aspek kehidupan, utamanya aspek sosial

kehidupan manusia.

Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan

manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai

permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang diungkapkannya kembali

melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya. Salah satu jenis prosa adalah

Page 17: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

novel. Novel merupakan bagian dari karya fiksi yang memuat pengalaman

manusia secara menyeluruh atau merupakan suatu terjemahan tentang perjalanan

hidup yang bersentuhan dengan kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan

bahwa karya fiksi berupa novel adalah suatu potret realitas yang terwujud melalui

bahasa yang estetis.

Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang

berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui

berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang,

dan lain – lain. Novel sebagai bagian bentuk sastra, merupakan jagad realita yang

di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan dibuat manusia/

tokoh (Siswantoro, 2005: 29).

Pengarang dalam karyanya berusaha mengungkapkan aspek sosial

kemanusiaan. Oleh sebab itu ada hubungan antara sastra dengan sosiologi, namun

hubungan sastra dengan sosiologi bersifat tidak langsung. Sastra berhubungan

dengan dunia fiksi, drama, puisi, esai yang diklasifikasikan ke dalam seni,

sedangkan sosiologi merujuk kepada studi ilmiah tentang perilaku sosial manusia.

Meskipun berbeda, keduanya memiliki titik temu atau kesamaan, yakni keduanya

berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian.

Anggapan lain menyatakan bahwa karya sastra adalah sesuatu yang indah

berasal dari hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Karya sastra dapat mencerminkan

masyarakat tempat karya tersebut dilahirkan. Karya sastra yang baik mampu

menjadi refleksi atau gambaran keadaan masyarakat di masa itu atau gambaran

kebudayaan yang hadir di dalamnya.

Perkembangan sastra di Indonesia terjadi secara berkelanjutan dan mulai

menggeliat sejak masa Balai Pustaka, sejak saat itulah mulai hadir sastrawan-

sastrawan seperti STA, Armin Pane, Amir Hamzah, Chairil Anwar, Mochtar

Lubis, N.H Dini, Cak Nun, Joko Pinurbo, sampai Habiburachaman, dan lain-lain.

Dalam perkembangannya, nama Abidah El Khalieqy merupakan satu

nama yang turut serta dalam menghiasi jejak sastra di Tanah Air. Lewat karya-

karya yang dihadirkannya, Abidah melukiskan kisah perempuan dengan aneka

Page 18: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

perlawanannya terhadap budaya patriarki yang menurutnya masih terasa kental di

negeri ini.

Abidah El Khalieqy menggunakan latar kebudayaan pondok pesantren

dalam beberapa karyanya. Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam pondok

pesantren digunakan Abidah untuk menggambarkan latar karya yang diciptanya.

Di luar itu, kehidupan dalam pondok pesantren merupakan kehidupan yang

cenderung tertata dengan aneka ragam aturan di dalamnya. Pondok pesantren

dapat juga diindentifikasikan sebagai tempat menutut ilmu agama seklaigus ilmu

umum. Pondok pesantren mengatur segala tata cara yang dilakoni orang - orang

yang hidup di dalamnya. Cara mereka makan, mandi, mengaji, dan bersih-bersih,

atau hal-hal kecil yang lain tidak lepas dari aturan yang disorot oleh pengurus

pondok pesantren. Aturan yang kadang terlalu kolot dan kuno pada beberapa

pondok pesantren membuat beberapa pengarang / novelis memilih keadaan

tersebut sebagai salah satu sumber ide kreatif untuk membuat karya sastra yang

dapat dinikmati pembaca.

Dalam hal ini, Abidah El Khalieqy menangkap peluang itu. Peluang untuk

membuat sebuah karya sastra yang layak dinikmati oleh pembaca. Dalam karya-

karya yang dibuatnya, Abidah sering menggunakan latar kehidupan pondok

pesantren sebagai setting novel yang dibuatnya. Latar belakang kehidupannya

yang juga berasal dari kalangan pondok pesantren jugalah yang diyakini sebagai

modal kuat baginya untuk menggambarkan kehidupan pondok pesantren dalam

sebuah karya sastra.

Abidah pernah memperoleh penghargaan seni dari Pemerintah Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia juga memperoleh penghargaan Sastra Adab

Award tahun 2009 atas novelnya Perempuan Berkalung Surban dari Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Abidah juga menerima penghargaan

dari Ikapi dan Balai Bahasa Award pada tahun 1997.

Selain prestasi dan penghargaan yang diterimanya, Abidah telah

diposisikan sebagai perempuan pengarang yang memiliki karakter karya khas

lainnya dan agak berbeda dengan karya-karya pengarang perempuan Indonesia

lainnya. Ekspresi kreatif Abidah telah menunjukkan eksistensi dan konsistensinya

Page 19: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dalam mendedah masalah-masalah kultural, intlektualitas, dan spiritualitas kaum

perempuan. Oleh karena itu banyak kritikus dan pengamat sastra Indonesia yang

menilai bahwa karya-karyanya memiliki kekuatan tematis yang unik dan berkaitan

langsung dengan upaya-upaya untuk memperjuangkan harkat, martabat, dan

derajat kaum perempuan.

Beberapa karyanya merupakan karya yang mendapat predikat best seller.

Kemampuan menulisnya sudah mendapat pengakuan di antara penulis sastra,

terutama penulis perempuan. Dalam karya-karya yang di hasilkannya, Abidah

sering mengangkat isu gender dengan latar kehidupan pondok pesantren atau

pendididkan Islam yang lain. Ini jugalah yang menimbulkan kontroversi pada

setiap hasil karya yang terbit atas namanya. Aneka ragam penilaian atas karya

yang dihasilkan muncul ke permukaan setelah tulisannya sampai kepada penikmat

sastra.

Beberapa karya Abidah El Khalieqy mampu menjuari beberapa sayembara

sastra pun tidak lepas dari kontroversi semacam ini. Di luar kontroversi tersebut,

karya-karya sastra Abidah dinilai telah berhasil membuka tabir tradisi dunia

pesantren, kultur Jawa, dan budaya Arab. Karyanya juga menawarkan paradigma

baru yang lebih substansial untuk idealitas perempuan dalam pandangan Islam.

Ahmadun Yosi Herfanda bahkan menempatkan Abidah sebagai salah satu novelis

terbaik di Indonesia dan novel-novelnya dapat dinilai sebagai puncak sastra Islami

bukan fiksi pop Islami ( Aning Ayu, 2009 : 34)

Novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy membawa idealisme dan

pemikiran pengarangnya dalam menyikapi fenomena kehidupan masyarakat.

Abidah tidak hanya fokus dalam salah satu latar yang selama ini sensitif untuk

diteropong, yaitu pesantren perempuan akan tetapi, juga melihat dari lingkungan

sekitar dalam novel tersebut.

Abidah El Khalieqy sebagai pengarang novel Geni Jora juga ingin

mengungkapkan realitas sosial dan budaya yang berlaku, serta konflik-konflik

yang dihadapi oleh tokoh perempuan dalam kehidupan khususnya dalam

pesantren perempuan. Geni Jora lebih halus mengungkapkan ideologinya dalam

Page 20: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

kemasan panorama dunia pesantren perempuan yang menumbuhkan ketertarikan

bagi masyarakat Indonesia.

Novel Geni Jora merupakan ekspresi Abidah yang mengungkapkan suatu

keinginan kuat dari seorang perempuan untuk menggugat relasi patrikal yang

menelikung kehidupannya. Eksistansinya yang senantiasa diposisikan sebagai

subordinat dari relasi laki-laki perempuan menumbuhkan kesadaran seorang

perempuan Kejora untuk meluruskan garis yang demikian berseberangan itu

menjadi sejajar.

Menguak Kejora adalah mengenali satu lagi tipikal perempuan Indonesia

dengan latar berbeda. Kehidupan masa kecil yang kesepian dalam feodalisme

gaya Timur Tengah dan Jawa Timur yang menjeratnya untuk menjadi subordinat

dari entitas dan komunitas kaum lelaki.

Inilah yang melatar belakangi peneliti untuk mengkaji karya-karya Abidah

El Khalieqy khususnya novel Geri Jora yang menuai cukup banyak kontroversi

dalam penerbitannya. Penelitian ini berjudul Kehidupan Pesantren dalam Novel

Geni Jora Karya Abidah El Khalieqy.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai beikut :

1. Apa sajakah aspek sosial budaya pesantren dalam novel Geni Jora karya

Abidah El Khalieqy?

2. Bagaimanakah tanggapan pemabaca terhadap novel Geni Jora karya Abidah

El Khalieqy?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan :

1. Aspek sosial budaya pesantren dalam novel Geni Jora karya Abidah El

Khalieqy.

Page 21: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2. Mengetahui tanggapan pembaca terhadap novel Geni Jora karya Abidah El

Khalieqy.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat secara

teoretis dan praktis.

1. Manfaat teoretis

a. Menambah khasanah penilitian sastra Indonesia, khususnya penelitian

novel Indonesia sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan karya

sastra Indonesia.

b. Menjadi titik tolak untuk memahami dan mendalami karya sastra pada

umumnya dan novel Geni Jora pada khususnya.

2. Manfaat praktis

a. Untuk meningkatkan daya apresiasi terhadap novel.

b. Dapat menambah wawasan kepada penikmat karya sastra, khususnya

informasi tentang kehidupan dan tata adat yang berlaku dalam kehidupan

pesantren.

c. Mampu mengungkapkan pesan-pesan yang terdapat dalam novel, baik

yang tersurat, maupun yang tersirat, disertai dengan bukti dan alasan.

Page 22: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,

DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

1. Pengertian Novel

a. Pengertian Novel

Novel termasuk fiksi (fiction) karena novel merupakan hasil khayalan

atau sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Selain novel ada pula roman dan

cerita pendek (dalam Herman J. Waluyo, 2006: 2). Novel berasal dari bahasa

latin novellas yang kemudian diturunkan menjadi novies, yang berarti baru.

Perkataan baru ini dikaitkan dengan kenyataan bahwa novel merupakan jenis

cerita fiksi (fiction) yang muncul belakangan di bandingkan dengan cerita

pendek (short story) dan roman (Herman J. Waluyo, 2002: 36).

Burhan Nurgiyantoro (1994: 9) berpendapat bahwa istilah novella dan

novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novellet

(Inggris; novellet), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya

cukupan, tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek. Senada dengan

pendapat tersebut, Abrams menyatakan bahwa sebutan novel dalam Bahasa

Inggris dan yang kemudian masuk ke Indonesia berasal dari Bahasa Italia

novella (yang dalam Bahasa Jerman: novella). Secara harfiah novella berarti

“Sebuah barang baru yang kecil”, dan kemudian diartikan sebagai cerita

pendek (short story) dalam bentuk prosa.

Novel muncul karena pengaruh filsafat John Locke yang menekankan

pentingnya fakta dan pengalaman serta memandang berpikir terlalu fantastis

adalah sesuatu yang ada bahayanya ( Herman J. Waluyo, 2002:36 ). Pembaca-

pembaca dari golongan kaya, menengah dan terpelajar di Inggris tidak

menyukai puisi dan drama yang kurang realistis dan lebih menyukai cerita

yang berdasarkan fakta, oleh karena itu novel lebih mudah diterima sebagai

cabang kesenian yang baru. Herman J. Waluyo mengungkapkan bahwa dalam

novel terdapat: (a) perubahan nasib dari tokoh cerita, (b) ada beberapa episode

Page 23: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dalam kehidupan tokoh utamanya, dan (c) biasanya tokoh utama tidak sampai

mati. Dalam novel juga tidak dituntut kesatuan gagasan, impresi, emosi dan

setting seperti dalam cerita pendek. Perbedaan utama dari cerita pendek tidak

terletak pada panjang pendeknya namun dalam intensitas ceritanya.

Dalam novel memungkinkan adanya penyajian secara meluas “expands”

tentang tempat atau ruang, sehingga tidak mengherankan jika keberadaan

manusia dalam masyarakat selalu menjadi topik utama (Suminto A. Sayuti,

1997: 6-7). Masyarakat tentunya berkaitan dengan dimensi ruang/ tempat.

Sedangkan tokoh dalam masyarakat berkembang dalam dimensi waktu.

Semua itu membutuhkan deskripsi yang mendetail supaya diperoleh suatu

keutuhan yang berkesinambungan. Perkembangan dan perjalanan tokoh untuk

menemukan karakternya, akan membutuhkan waktu yang lama, apalagi jika

penulis menceritakan tokoh dari mulai masa kanak-kanak hingga dewasa.

Novel memungkinkan untuk menampung keseluruhan detail perkembangan

tokoh dan pendeskripsian ruang.

Novel oleh Suminto A. Sayuti (1997:7) dikategorikan dalam bentuk karya

fiksi yang bersifat formal. Bagi pembaca umum, pengkategorian ini dapat

menyadarkan bahwa sebuah fiksi maupun bentuknya diciptakan dengan tujuan

tertentu. Dengan demikian, pembaca dalam mengapresiasi sastra akan lebih

baik. Pengkategorian ini berarti juga novel yang kita anggap sulit dipahami,

tidak berarti bahwa novel tersebut memang sulit. Pembaca tidak mungkin

meminta penulis untuk menulis novel dengan gaya yang menurut anggapan

pembaca luwes dan dapat dicerna dengan mudah. Karena setiap novel yang

diciptakan dengan suatu cara tertentu mempunyai tujuan tertentu pula.

Selain itu Burhan Nurgiyantoro (1994: 4) mengatakan bahwa “ di dalam

sebuah novel menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang

diidealkan, dunia imajiner yang dibangun melalui unsur instrinsik seperti

peristiwa, plot, tokoh, latar, dan sudut pandang yang tentu saja kesemuanya

bersifat imajiner.” Dikatakan menawarkan model kehidupan yang diidealkan,

karena di dalam novel terdapat suatu model kehidupan yang menampilkan

aspek kehidupan manusia secara mendalam.

Page 24: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa novel adalah bentuk cerita prosa fiktif yang mempunyai panjang

tertentu yang di dalamnya terdapat unsur-unsur instrinsik yang kesemuanya

bersifat imajiner. Meskipun demikian, di dalam sebuah novel mengangkat

sebuah cerita kehidupan yang diidealkan karena menampilkan kehidupan

manusia secara mendalam dan kejadiannya pun luar biasa.

b. Ciri-Ciri Novel

Zaidan Hendy (1993: 225) memberikan sejumlah ciri- ciri novel sebagai

berikut:

a. Sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih pendek dari

roman. Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian.

b. Bahan cerita diangkat dari keadaan yang ada dalam masyarakat

dengan ramuan fiksi pengarang.

c. Penyajian cerita berlandaskan pada alur pokok atau alur utama yang

menjadi batang tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur

penunjang yang bersifat otonom (mempunyai latar tersendiri).

d. Tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema utama) dan tema

bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok tersebut.

e. Karakter dalam tokoh- tokoh utama dalam novel berbeda- beda.

Demikian juga karakter tokoh lainnya. Selain itu dalam novel

dijumpai pula tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah

tokoh yang digambarkan berwatak tetap dari awal hingga akhir.

Tokoh dinamis sebaliknya, bisa mempunyai beberapa karakter yang

berbeda atau tidak tetap.

c. Macam-Macam Novel

Banyak novel yang diterbitkan pada tahun 80-an, sehingga

menyebabkan para pengamat mengklasifikasikan novel menjadi dua jenis,

yaitu novel serius dan novel pop. Novel serius adalah novel yang dipandang

bernilai sastra (tinggi), sedangkan novel pop adalah novel yang nilai

Page 25: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

sastranya diragukan (rendah) karena tidak ada unsur kreativitasnya (Herman J.

Waluyo, 2002: 38). Herman J. Waluyo (2002: 39) menambahkan, ciri-ciri

novel serius dalam sastra Indonesia mutakhir adalah tidak menggarap realitas

kehidupan (realisme) yang ditampilkan adalah tokoh dan cerita diluar cerita

kehidupan. Selanjutya akan dibahas mengenai novel populer dan novel serius.

a) Novel Populer

Aprinus Salam (2008: 369) mengungkapkan pembagian karya sastra

sebagai berikut. (1) fiksi yang tidak mengakomodasi intense populer atau

yang diresmikan oleh segelintir elite terdidik; (2) fiksi populer (termasuk

sinetron), yakni fiksi yang mengakomodasi intense penulis dan pembaca,

meskipun dalam studi diperguruan tinggi; dan (3) fiksi yang dipisahkan,

yakni karya sastra yang ditulis dalam bahasa daerah karena secara

kebahasaan tidak komunikatif untuk bangsa Indonesia.

Berbeda dengan Aprinus Salam, Heryanto (http//jurnal-

humaniora.ugm.ac.id, 2008) mengungkapkan empat ragam kesusasteraan

Indonesia, meliputi: (1) kesusastraan yang diresmikan, diabsahkan, (2)

kesusastraan yang dilarang, (3) kesusastraan yang diremehkan, dan (4)

kesusastraan yang dipisahkan. Kesusastraan yang diresmikan (kanon)

adalah kesusastraan yang sejauh ini banyak dipelajari di pendidikan

(tinggi). Kesusastraan yang dilarang adalah karya-karya yang dianggap

mengganggu status quo (kekuasaan) seperti yang sudah terjadi pada zaman

Balai Pustaka yaitu karya Marco Kartodikromo. Pada zaman Orde Baru,

karya –karya Pramudya Ananta Toer atau kasus cerpen karya Ki Panji

Kusmin, Langit Makin Mendung, menjadi contoh yang terlarang pula.

Karya sastra yang dipisahkan adalah karya sastra daerah yang ditulis

dalam bahasa daerah. Dengan demikian karya sastra yang diremehkan

adalah karya sastra yang dianggap populer; sastra hiburan.

Cecep Syamsul Hari (2005: 27) menyatakan bahwa novel populer

memiliki ciri arbitrasi yang seragam, baik dari aspek lingkungan sosial,

cultural, psikologis, maupun lingkungan kebahasaan. Atar Semi (1993:71-

72) menjelaskan bahwa novel populer mudah dinikmati karena masalah

Page 26: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

yang ditampilkan ringan, tetapi aktual dan menarik yang digunakan

sebagai hiburan langsung dari ceritanya. Novel populer juga mempunyai

jalan cerita yang menarik, mudah diikuti, dan mengikuti selera pembaca.

Selera pembaca yang dimaksudkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan

kegemaran naluriah pembaca, seperti motif-motif seksual, humor, dan

heroism sehingga pembaca merasa tertarik untuk selalu mengikuti kisah

ceritanya.

Cecep juga menyatakan bahwa dalam perkembangan sastra barat

(Eropa dan Amerika), novel telah menjadi genre karya sastra yang

tersendiri. Novel berkembang kedalam berbagai jenis dalam kerangka

kerjanya yang luas, seperti: novel gotik, novel fiksi ilmiah, novel

otobiografi, novel sejarah, novel remaja, novel spiritual, dan novel

epistolary. Jenis novel juga dirujuk melalui penandaan sejarah

perkembangan kesusasteraan yang ditandai dengan pandangan dunia yang

dominan pula pada masa tertentu, contohnya novel-novel romantik (masa

ketika kaum romantik dan pandangan-pandangannya dominan dalam dunia

sastra) dan novel realis (masa ketika kaum realis dan pandangan-

pandangannya dominan dalam dunia sastra (Cecep Syamsul Hari, 2005:

27)

Burhan Nurgiantoro menjelaskan bahwa novel populer adalah novel

yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya

pembaca dikalangan remaja. Novel jenis ini menampilkan masalah yang

aktual pada saat novel itu muncul. Pada umumnya novel populer bersifat

artificial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak

memaksa orang untuk membacanya. Sekali lagi, seiring dengan

munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya

(Burhan Nurgiantoro, 2005: 18). Di sisi lain, novel populer lebih mudah

dibaca dan mudah dinikmati karena semata-mata menyampaikan cerita

(Stanton dalam Burhan Nurgiantoro 2005: 19). Novel populer tidak

mengejar efek estetis seperti yang terdapat dalam novel serius.

Page 27: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Cerita dalam novel populer mungkin bisa dibilang tidak terlalu rumit.

Alur cerita yang mudah ditelusuri, gaya bahasa yang sangat mengena,

fenomena yang diangkat terkesan sangat dekat. Semua itu memungkinkan

penerimaan bagi genre yang boleh disebut relative baru dalam khazanah

sastra Indonesia. Hal ini pulalah yang menjadi daya tarik bagi kalangan

remaja sebagai kalangan yang paling menggemari novel populer.

b) Novel Serius

Novel serius atau sering disebut dengan novel sastra sangat berbeda

dengan novel populer yang selalu mengikuti selera pasar. Novel sastra

merupakan jenis karya sastra yang dianggap pantas dibicarakan dalam

sejarah sastra. Novel sastra cenderung menampilkan tema-tema yang lebih

serius dibandingkan dengan novel populer. Novel sastra menuntut

aktivitas pembaca secara lebih serius. Teks sastra sering mengemukakan

sesuatu secara implisit sehingga hal ini bisa dianggap menyibukkan

pembaca.

Burhan Nurgiyantoro (2005: 18) mengungkapkan bahwa membaca

novel serius, jika ingin memahaminya dengan baik diperlukan daya

konsentrasi yang tinggi disertai dengan kemauan untuk itu. Novel jenis ini

disamping memberikan hiburan juga terimplisit tujuan memberikan

pengalaman yang berharga kepada pembaca atau paling tidak mengajak

pembaca untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh

tentang permasalahan yang dikemukakan.

Ciri-ciri novel serius dalam sastra Indonesia mutakhir adalah tidak

menganggap realitas kehidupan ( realisme). Hal yang ditampilkan adalah

tokoh dan cerita di luar realitas kehidupan. Hal ini menyebabkan

munculnya tokoh-tokoh eksistensialistis (absurd) seperti karya-karya Iwan

Simatupang, tokoh-tokoh sufi seperti dalam karya Danarto, tokoh-tokoh

aneh dalam karya Budi Darma (Herman J. Waluyo, 2002: 39).

Kecenderungan yang muncul pada novel serius memicu sedikitnya

pembaca yang berminat pada novel sastra ini. Justru novel ini mampu

bertahan dari waktu ke waktu misalnya, roman Romeo Juliet karya

Page 28: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

William Shakespheare atau karya Sutan Takdir, Amir Pane, Sanusi Pane

yang memunculkan polemik yang timbul pada dekade 30-an yang hingga

saat ini masih dianggap relevan dan belum ketinggalan zaman (Burhan

Nurgiyantoro, 2005: 21).

d. Fungsi Novel

Fungsi novel pada dasarnya yaitu untuk menghibur para pembaca.

Novel pada hakikatnya adalah cerita dan karenanya terkandung juga

didalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca. Sebagaimana yang

dikatakan Wallek dan Warren (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994: 3)

membaca sebuah karya fiksi adalah menikmati cerita, menghibur diri untuk

memperoleh kepuasan batin.

Menurut Jakob Sumardjo (dalam Jacob Sumardjo dan Saini

K.M,1986: 89) bahwa fungsi novel sebagai berikut:

a. Karya sastra (novel) memberi kesadaran para pembacanya tentang suatu

kebenaran.

b. Karya sastra (novel) juga memberikan kepuasan batin, hiburan ini adalah

hiburan intelektual.

c. Karya sastra (novel) dapat memberikan kita sebuah penghayatan yang

mendalam tentang apa yang kita ketahui.

d. Membaca karya sastra (novel) adalah karya seni indah dan memenuhi

kebutuhan manusia terhadap naluri keindahan adalah kodrat manusia.

2. Pendekatan Sosiologi Sastra

Istilah sosiologi muncul pada abad ke-19 sekitar tahun 1839 dari seorang

ahli filsafat berkebangsaan Perancis bernama Auguste Comte. Mickel Bal dkk

(dalam Nyoman Kutha Ratna, 2003: 363) berpendapat bahwa sosiologi sebagai

ilmu yang relatif muda ditandai dengan terbitnya buku yang berjudul Positive

philosophy yang ditulis Auguste Comte (1798-1857). Kemudian sosiologi

berkembang pesat pada setengah abad sesudahnya yang disusul dengan terbitnya

buku Principles of Sociology yang ditulis oleh Herbert Spencer (1820-1903).

Page 29: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Secara etimologi, sosiologi berasal dari kata socios yang berarti "kawan"

logos yang berarti "ilmu". Bouman (1976: 24) menyimpulkan bahwa sosiologi

adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan sosial antara sesama

individu, antara individu dengan kelompok serta sifat dan perubahan lembaga-

lembaga dan ide-ide sosial. la mengusahakan suatu sintesis dan ilmu jiwa sosial

dan ilmu bentuk sosial sehingga dengan ilmu itu dapat mengerti hakikat sosial

dalam hubungan kebudayaan umum.

Sosiologi diketahui sebagai studi yang ilmiah dan objektif mengenai

manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses

sosial. Gambaran ini akan menjelaskan cara-cara manusia menyesuaiakan diri

dengan ditentukan oleh masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran mengenai

mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural, yang dengannya individu--

individu dialokasikan pada dan menerima peranan-peranan tertentu dalam struktur

sosial.

Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif.

Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi

pengaruh terhadap masyarakat (Atar Semi, 1993: 73). Sastra dapat dikatakan

sebagai cerminan masyarakat, tetapi tidak berarti struktur masyarakat seluruhnya

tergambarkan dalam sastra, yang didapat di dalamnya adalah gambaran masalah

masyarakat secara umum ditinjau dari sudut lingkungan tertentu yang terbatas dan

berperan sebagai mikrokosmos sosial, seperti lingkungan bangsawan, penguasa,

gelandangan, rakyat jelata, dan sebagainya. Sastra sebagai gambaran masyarakat

berarti karya sastra tersebut menggambarkan keseluruhan warna dan rupa yang

ada pada masa tertentu dengan permasalahan tertentu pula.

Karya sastra tidak mungkin jatuh begitu saja dari langit, tentunya selalu

hubungannya antara sastrawan, sastra, dan masyarakat (Sapardi Djoko Darmono

dalam Wiyatmi, 2006: 97). Sosiologi sastra adalah ilmu yang membicarakan

hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Untuk mendekati

maupun mengakrabi karya sastra perlu menggunakan suatu pendekatan sosio

kultural. Pendekatan ini menyimpulkan bahwa karya sastra tidak dapat dipahami

Page 30: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

secara selengkap-lengkapnya dan tidak bisa dipisahkan dari lingkungan atau

peradaban yang telah menghasilkannya. (Wiyatmi, 2006: 102).

Garbstein (dalam Wiyatmi, 2006: 17) mengungkapkan konsep tentang

sosiologi sastra, yaitu:

1) Karya sastra tidak mungkin dapat dipahami selengkapnya tanpa

dihubungkan dengan kebudayaan dan peradaban yang menghasilkannya.

2) Gagasan yang terdapat dalam karya sastra sama pentingnya dalam bentuk

teknik penulisannya.

3) Karya sastra bisa bertahan lama pada hakikatnya adalah sebuah prestasi.

4) Masyarakat dapat mendekati sastra dari dua arch: sebagai faktor material

istimewa dan sebagai tradisi.

5) Kritik sastra seharusnya lebih dari sekadar perenungan estetis yang tanpa

pamrih.

6) Kritikus bertanggung jawab baik kepada sastra masa silam maupun sastra

masa depan.

7) Secara epistemologis (dari sudut teori keilmuan) tidak mungkin membangun

suatu sosiologi sastra general yang meliputi seluruh pendekatan.

8) Mengenai sosiologi sastra Marxis, garis besarnya sebagai berikut: pertama,

manusia harus hidup dahulu sebelum dapat berpikir clan yang kedua,

struktur sosial masyarakat ditentukan oleh kondisi-kondisi kehidupan

khususnya sistem produksi ekonomi, yaitu antara infrastruktur dan

suprastrutur.

9) Sastra merupakan fenomena kedua yang ditentukan oleh infrastruktur, yaitu

ekonomi.

Wellek dan Warren (1993: 111) menyatakan setidaknya ada tiga

pendekatan dalam sosiologi sastra yaitu sosiologi sastra yang berkaitan dengan

pengarang, sosiologi sastra yang berkaitan dengan karya sastra itu sendiri, dan

sosiologi sastra yang berkaitan dengan pembaca. Yang perlu dicatat adalah adanya

keterkaitan antara sosiologi dan sastra yang keduanya berhubungan dengan

masyarakat. Tiga perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra.

Page 31: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

1) Perspektif yang memandang sastra sebagai dokumen sosial yang di

dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan;

2) Perspektif yang mencerminkan situasi sosial penulisnya; dan

3) Model yang dipakai karya tersebut sebagai manifestasi dari kondisi sosial

budaya atau peristiwa sejarah.

Novel merupakan salah sate di antara bentuk sastra yang paling peka

terhadap cerminan masyarakat. Menurut Johnson (Faruk, 1994: 45-46) novel

mempresentasikan suatu gambaran yang jauh lebih realistik mengenai kehidupan

sosial. Ruang lingkup novel sangat memungkinkan untuk melukiskan situasi lewat

kejadian atau peristiwa yang dijalin oleh pengarang atau melalui tokoh-tokohnya-

Kenyataan dunia seakan-akan terekam dalam novel, berarti la seperti kenyataan

hidup yang sebenamya. Dunia novel adalah pengalaman pengarang yang sudah

melewati perenungan kreasi dan imajinasi sehingga dunia novel itu tidak harus

terikat oleh dunia sebenarnya.

Sketsa kehidupan yang tergambar dalam novel akan memberi pengalaman

barn bagi pembacanya, karma apa yang ada dalam masyarakat tidak sama persis

dengan apa yang ada dalam karya sastra. Hal ini dapat diartikan pula bahwa

pengalaman yang diperoleh pembaca akan membawa dampak sosial bagi

pembacanya melalui penafsiran-penafsirannya. Pembaca akan memperoleh hal--

hal yang mungkin tidak diperolehnya dalam kehidupan. Menurut Hauser (Ratna

Nyoman Kutha, 2004: 63) karya seni sastra memberikan lebih banyak

kemungkinan dipengaruhi oleh masyarakat, daripada mempengaruhinya. Sastra

sebagai cermin kehidupan masyarakat erat kaitannya dengan kedudukan

pengarang sebagai anggota masyarakat. sehingga secara langsung atau tidak

langsung daya khayalnya dipengaruhi oleh pengalaman manusiawinya dalam

lingkungan hidupnya. Pengarang hidup dan berelasi dengan oranglain di dalam

komunitas masyarakatnya, maka tidaklah heran apabila terjadi interaksi dan

interelasi antara pengarang dan masyarakat.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang objek studinya berupa aktivitas

sosial manusia. Sastra adalah karya seni yang merupakan ekspresi kehidupan

manusia. Dengan demikian, antara karya sastra dengan sosiologi sebenarnya

Page 32: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

merupakan dua bidang yang berbeda, tetapi keduanya saling melengkapi. Sastra

merupakan satu refleksi lingkungan budaya dan merupakan satu tes dialektika

antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan

penjelasan suatu sejarah dialektika yang dikembangkan dalam karya sastra.

Fananie Zaenudin (2000: 133) mengutip dari Zerafta mengemukakan bahwa

bentuk dan isi karya sastra sebenarnya lebih banyak diambil dari fenomena sosial

dibandingkan dengan seni yang lain, kecuali film.

Secara implisit, di dalam teks sastra terdapat proposisi-proposisi bahwa

manusia tidak pernah hidup sendiri dan lebih dari itu manusia memiliki masa

lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang atau seolah-olah merupakan

sebuah oracle (sabda dewa atau gars yang pasti dilalui). Karena itu, nilai yang

terdapat dalam karya sastra adalah nilai yang hidup, yang selalu berkembang dan

dinamis. Ini berarti karya sastra tidak diperlakukan sebagai data jadi, melainkan

merupakan data mentah yang masih hares diolah dengan fenomena lain.

Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra

adalah salah satu pendekatan untuk mengurai karya sastra yang mengupas

masalah hubungan antara pengarang dengan masyarakat, hasil berupa karya sastra

dengan masyarakat, dan hubungan pengaruh karya sastra terhadap pembaca.

Namun, dalam kajian ini hanya dibatasi dalam kajian mengenai gambaran

pengarang melalui karya sastra mengenai kondisi suatu masyarakat.

3. Resepsi Sastra

Resepsi sastra secara singkat dapat disebut sebagai aliran yang meneliti

teks sastra dengan bertitik tolak pada pembaca yang memberi reaksi atau

tanggapan terhadap teks itu. Teori Resepsi Sastra pada tataran dasar secara singkat

dapat disebut sebagai teori yang menjelaskan bahwa teks sastra (lisan maupun

tulis) dengan bertitik tolak pada pembaca (penikmat) yang memberi reaksi atau

tanggapan terhadap teks tersebut.

Teori tentang resepsi sastra ini dikemukakan oleh Felix Vodicka dengan

memperjelas peranan pembaca. Karya sastra bagi Vodicka diletakkan sebagai

sebuah artefak yang coati, baru kemudian dihidupkan oleh pembaca melalui apa

Page 33: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

yang disebut kongkretisasi. Pada proses tersebut, semuanya bergantung kepada

hubungan pembaca dengan tempat, waktu, tatar sosialnya, dan karya

bersangkutan.

Pendekatan inilah yang kemudian dikenal dengan teori resepsi sastra.

Teori ini kemudian dikembangkan oleh Robert Jausz yang melontarkan gagasan

tentang tanggapan dan efek/rezeption and wirkung (A Teeuw, 1984: 92). Pembaca

selaku pemberi makna adalah variabel menurut ruang, waktu dan golongan sosial

budaya. Menurut perumusan teori ini, dalam memberikan sambutan terhadap

sesuatu karya sastra, pembaca diarahkan oleh horison harapan. Horison harapan

ini merupakan reaksi antara karya sastra di satu pihak dan sistem interpretasi

dalam masyarakat penikmat di lain pihak.

Resepsi sastra oleh Jausz disebut sebagai estetika resepsi adalah estetika

(ilmu keindahan) yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan atau resepsi-resepsi

pembaca terhadap karya sastra. Karya sastra tidak mempunyai arti tanpa pembaca

atau penikmat sastra yang menanggapinya. Karya sastra mempunyai nilai karena

ada pembaca yang menilai (Pradopo Rahmat Djoko, 1995: 206).

Estetika Resepsi atau Resepsi Sastra memberikan perhatian utama kepada

pembaca karya sastra di antara jalinan segitiga pengarang, karya sastra dan

masyarakat pembaca Pada penelitian ini objek analisis adalah novel yang

tergolong dalam kategori karya sastra tulis. Masyarakat berusaha untuk memaknai

tanda ataupun makna yang terkandung dalam sebuah cerita yang merangkum

dalam novel. Kemudian muncullah istilah horizon harapan yang berpijak dari

perbedaan pemahaman masing–masing pembaca. Horizon harapan merupakan

interaksi antara karya sastra dan pembaca atau penikmat dan mencakup

interpretasi dalam masyarakat.

Perkembangan berikutnya seperti yang dikemukakan oleh Swingewood

bahwa kendati sastra dan sosiologi mempunyai perbedaan namun sebenarnya

dapat memberikan penjelasan yang bermanfaat tentang sastra Dengan kata lain,

sebagaimana konsep Rene Wellek bahwa sosiologi sastra dianggap sebagai unsur

ekstrinsik dan unsur ekstrinsik tidak hanya meliputi sosiologi, melainkan juga

Page 34: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

unsur yang lain seperti ideologi, ekonomi, agama, psikologi, dan sebagainya.

(Wellek dan Werren, 1995: 106)

Beberapa ahli berpendapat bahwa suatu teks sastra dianggap berbobot

atau tidak ditentukan oleh nilai estetik sastra yang dikandungnya. Hal tersebut

misalnya seperti yang dikemukakan oleh Rene Wellek dan Austin Warren: cara

lain untuk merumuskan apa yang disebut sastra ialah dengan membatasi sastra

pada puncak-puncak karya sastra saja tanpa memperhatikan apa pokok

pembicaraannya asal menarik perhatian karena bentuk sastranya atau karena

ekspresinya. Jadi, ukurannya hanya bernilai estetik saja atau nilai estetika dengan

kombinasi nilai-nilai intelek Jain (Wellek, Renne dan Austin Warren. 1990: 11).

Berdasar pada pendapat-pendapat ahli yang ada, paling tidak secara global

dapat dirumuskan bahwa sastra adalah karya fiksi yang merupakan basil kreasi

berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek

estetik, baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna. Estetika

bahasa biasanya diungkapkan melalui aspek puitik atau poetic function (surface

structure) sedang estetika makna dapat terungkap melalui aspek deep structure

(Fananie Zaenudin, 2000: 6)

4. Agama Islam

Kata “agama” berasal dari bahasa sansekerta yang berarti “tidak kacau”.

Kata agama diambil dari dua akar suku kata, yaitu “a” yang berarti “tidak” dan

“gama” yang berarti “kacau”, sehingga mengandung pengertian bahwa agama

adalah suatu peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar tidak kacau.

Menurut inti maknanya yang khusus, kata agama dapat disamakan dengan kata

religion dalam Bahasa Inggris dan religie dalam Bahasa Belanda, dimana

keduanya berasal dari bahasa Latin yaitu religio, berasal dari akar kata religare

yang berarti mengikat (Dadang Kahmad 2002 :13). Agama dalam pengertian

sosiologi adalah gejala yang umum dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada

di dunia ini tanpa kecuali. Agama merupakan salah satu aspek dalam kehidupan

sosial dan bagian dari sistem sosial suatu masyarakat dan dapat dilihat sebagai

unsur dari kebudayaan suatu masyarakat di samping unsur-unsur yang lain, seperti

Page 35: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

kesenian, bahasa, sistem mata pencaharian, sistem peralatan dan sistem organisasi

sosial. Dilihat dari sudut kategori pemahaman manusia, agama memiliki dua segi

yang membedakan dalam perwujudannya, yaitu sebagai berikut :

1. Segi kejiwaan (psychological state), yaitu suatu kondisi subjektif atau kondisi

dalam jiwa manusia, berkenaan dengan apa yang dirasakan oleh penganut

agama. Kondisi ini biasa disebut dengan kondisi agama, yaitu kondisi patuh

dan taat kepada yang disembah. Kondisi ini hampir sama dengan konsep

“Religius Emotion” yang diutarakan Emile Durkheim. Emosi keagamaan

seperti itu merupakan gejala individual yang dimiliki oleh setiap penganut

agama yang membuat dirinya merasa sebagai “makhluk Tuhan”. Dimensi

religiusitas merupakan inti dari keberagamaan yang membangkitkan

solidaritas seseorang menjadi orang yang saleh dan takwa.

2. Segi objektif (Objective state), yaitu segi luar yang disebut sebagai kejadian

objektif, dimensi empiris dari agama. Keadaan ini muncul ketika agama

dinyatakan oleh penganutnya dalam berbagai ekspresi, baik ekspresi teologis,

ritual maupun persekutuan. Dalam segi ini mencakup adat istiadat, upacara

keagamaan, bangunan, tempat-tempat peribadatan, cerita yang dikisahkan,

kepercayaan, dan prinsip-prinsip yang dianut oleh suatu masyarakat (Dadang

Kahmad 2002 : 14).

Sosiologi Agama menangani masyarakat agama sebagai sasarannya yang

langsung. Seperti masyarakat non-agama umumnya demikian pula masyarakat

agama terdiri dari komponen-komponen konstitutif seperti misalnya kelompok-

kelompok keagamaan, institusi-institusi religius yang mempunyai ciri pola

tingkah laku tersendiri baik ke dalam maupun ke luar menurut norma-norma dan

peraturan-peraturan yang ditentukan oleh agama.

Penjelasan bahwa masyarakat agama sebagai sasaran bukan berarti agama

sebagai suatu sistem ajaran, melainkan agama dalam bentuk-bentuk

kemasyarakatan yang nyata atau agama sebagai fenomena sosial, sebagai fakta

sosial yang dapat disaksikan dan dialami banyak orang. Sosiologi Agama

mengkonstatasi (menyaksikan) akibat empiris kebenaran-kebenaran

“supraempiris”, yaitu disebut dengan istilah masyarakat agama. Masyarakat

Page 36: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

agama adalah persekutuan hidup (entah dalam lingkup sempit atau luas) yang

unsur konstitutif utamanya adalah agama atau nilai-nilai keagamaan (Hendro

puspito 1983 : 8-9).

Sosiologi Agama berusaha mencari dimensi sosiologis, sampai sejauh

mana agama dan nilai-nilai kegamaan memainkan peranan dan berpengaruh atas

eksistensi kegiatan manusia, seperti seberapa jauh unsur kepercayaan

mempengaruhi pembentukan kepribadian para pemeluknya. Berdasarkan hasil

studi para sosiolog, dapat diketahui bahwa agama merupakan suatu pandangan

hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan individu atau kelompok yang

memiliki hubungan saling mempengaruhi dan saling bergantung

(interdependence) dengan semua faktor yang ikut membentuk struktur sosial di

masyarakat mana pun.

Islam ialah agama samawi yang terkandung dalam Al-Quran, yang

dianggap penganutnya sebagai kalam Allah, kata demi kata, serta ajaran dan

contoh normatif nabi terakhir Nabi Muhammad S.A.W. Perkataan Islam

bermaksud "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Seorang

penganut Islam dikenali sebagai Muslim, bermaksud "seorang yang tunduk

(kepada Allah)". Muslim percaya bahwa Allah itu Esa dan tujuan hidup ialah

untuk menyembah Tuhan. Muslim juga percaya bahawa Islam merupakan versi

lengkap dan sejagat kepercayaan monoteistik ajaran Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa

a.s., Nabi Isa a.s., dan lain-lain nabi. Nabi Muhammad S.A.W. bukanlah pengasas

agama baru, sebaliknya menjadi pemulih keimanan monoteistik ajaran nabi-nabi

terdahulu.

Tradisi Islam menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristian

memutarbalikkan wahyu yang Allah berikan kepada nabi-nabi ini dengan

mengubah teks atau memperkenalkan tafsiran palsu, atau kedua-duanya. Amalan

keagamaan Islam termasuklah Rukun Islam, yang merupakan lima tanggungjawab

yang menyatukan Muslim ke dalam sebuah masyarakat. Selain itu, terdapat syariat

Islam (syari'ah) yang menyentuh pada hampir semua aspek kehidupan dan

kemasyarakatan. Tradisi ini meliputi segalanya dari hal praktik seperti hukum

pemakanan dan perbankan kepada jihad dan zakat. (www.wikipedia.org)

Page 37: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

a. Islam Sinkretik

Islam sinkretik adalah Islam Jawa yang merupakan campuran antara Islam,

Hindu, Budha, dan Animisme. Dalam kajiannya tentang Islam di pusat kerajaan

yang dianggap paling sinkretik dalam belantara keberagamaan (keislaman) justru

tidak ditemui unsur sinkretisme atau pengaruh ajaran Hindu-Budha di dalamnya.

Melalui kajian secara mendalam terhadap agama-agama Hindu di India, yang

dimaksudkan sebagai kacamata untuk melihat Islam di Jawa yang dikenal sebagai

paduan antara Hindu, Islam, dan keyakinan lokal, maka tidak ditemui unsur

tersebut di dalam tradisi keagamaan Islam di Jawa, padahal yang dikaji adalah

Islam yang dianggap paling lokal, yaitu Islam di pusat kerajaan Jogyakarta.

Melalui konsep aksiomatika struktural, maka diperoleh gambaran bahwa Islam

Jawa adalah Islam juga, hanya saja Islam yang berada di dalam konteksnya.

Islam sebagaimana di tempat lain yang sudah bersentuhan dengan tradisi

dan konteksnya. Islam Persia, Islam Maroko, Islam Malaysia, Islam Mesir dan

sebagainya adalah contoh mengenai Islam hasil bentukan antara Islam yang

genuin Arab dengan kenyataan-kenyataan sosial di dalam konteksnya. Memang

harus diakui bahwa tidak ada ajaran agama yang turun di dunia ini dalam konteks

vakum budaya. Itulah sebabnya, ketika Islam datang ke Jawa, mau tidak mau juga

harus bersentuhan dengan budaya lokal yang telah menjadi seperangkat

pengetahuan bagi penduduk setempat.

Kajian Islam dan masyarakat telah banyak dilakukan semenjak tahun

1950an. Berbagai karya monumental pun telah banyak dihasilkan, misalnya

Clifford Geertz, “The Javanese Religion”. Konsep yang dihasilkan dari kajian ini

adalah penggolongan sosial budaya berdasarkan aliran ideologi. Konsep aliran

inilah kemudian hampir seluruh pengkajian tentang masyarakat dan penggolongan

sosial, budaya, ekonomi, dan bahkan politik. Pada masyarakat Jawa, aliran

ideologi berbasis pada keyakinan keagamaan.

Abangan adalah mewakili tipe masyarakat pertanian perdesaan dengan

segala atribut keyakinan ritual dan interaksi-interaksi tradisional yang dibangun di

atas pola bagi tindakannya. Salah satu yang mengedepan dari konsepsi Geertz

adalah pandangannya tentang dinamika hubungan antara Islam dan masyarakat

Page 38: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Jawa yang sinkretik. Sinkretisitas tersebut nampak dalam pola dari tindakan orang

Jawa yang cenderung tidak hanya percaya terhadap, hal-hal gaib dengan

seperangkat ritual-ritualnya, akan tetapi juga pandangannya bahwa alam diatur

sesuai dengan hukum-hukumnya dengan manusia selalu terlibat di dalamnya.

Hukum-hukum itu yang disebut sebagai numerologi.

Melalui numerologi inilah manusia melakukan serangkaian tindakan yang

tidak boleh bertentangan dengannya. Hampir seluruh kehidupan orang Jawa

disetting berdasarkan hitungan-hitungan yang diyakini keabsahannya.

Kebahagiaan atau ketidakbahagian hidup di dunia ditentukan oleh benar atau

tidaknnya pedoman tersebut dilakukan dalam kehidupan. Penggunaan numerologi

yang khas Jawa itu menyebabkan adanya asumsi bahwa orang Jawa tidak dengan

segenap fisik dan batinnya ketika memeluk Islam sebagai agamanya. Di sinilah

awal mula “perselingkuhan” antara dua keyakinan: Islam dan budaya Jawa.

Islam di Indonesia memang mengalami pergulatannya sendiri. Di tengah

arus pergulatan tersebut, corak Islam memang menjadi bervariatif mulai dari yang

sangat toleran terhadap tradisi lokal maupun yang sangat puris dan menolak

tradisi lokal. Gerakan-gerakan Islam pun bervariasi dari yang bercorak

tradisionalisme, post-tradisionalisme sampai yang modernisme bahkan neo-

modernisme. Corak ke-Islaman seperti itu sebenarnya menjadikan wajah Islam di

Indonesia menjadi semakin menarik untuk dicermati, baik sisi sosiologisnya

maupun antropologisnya.

Tradisi Islam pesisir dan pedalaman memang tidaklah berbeda. Jika pun

berbeda hanyalah pada istilah-istilah yang memang memiliki lokalitasnya masing-

masing. Perbedaan ini tidak serta merta menyebabkan perbedaan substansi tradisi

keberagamaannya. Substansi ritual hakikatnya adalah menjaga hubungan antara

pelaksanaan ritual yang diselenggarakan dengan corak dan bentuk yang

bervariasi, misalnya Nyadran laut atau sedekah laut bagi para nelayan hakikatnya

adalah upacara yang menandai akan datangnya masa panen ikan, upacara wiwit

dalam tradisi pertanian hakikatnya juga rasa ungkapan syukur karena penen padi

akan tiba.

Page 39: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Upacara lingkaran hidup juga memiliki pesan ritual yang sama. Upacara

hari-hari baik dan intensifikasi hakikatnya juga memiliki pesan dan substansi

ritual yang sama. Dengan demikian, kiranya terdapat kesamaan dalam tindakan

rasional bertujuan atau in order to motive bagi komunitas petani atau pesisir

dalam mengalokasikan tindakan ritualnya. Perbedaan antara tradisi Islam pesisir

dengan tradisi Islam pedalaman hakikatnya hanyalah pada struktur permukaan,

namun dalam struktur dalamnya memiliki kesamaan, dengan kata lain

substansinya sama meskipun simbol-simbol luarnya berbeda.

Koentjaraningrat (1994: 326) membagi keberagaman masyarakat Jawa

menjadi dua, yaitu agama Islam Jawa dan agama Islam Santri. Kategori yang

pertama kurang taat kepada syariat dan bersikap sinkretis yang menyatukan unsur-

unsur pra-Hindu, Hindu, dan Islam, dan mereka inilah yang disebut sebagai

masyarakat sinkretik, sedangkan yang kedua lebih taat dalam menjalankan ajaran

agama Islam dan bersifat puritan. Meski sudah memeluk Agama Islam, namun

masih banyak masyarakat yang menjalankan berbagai ritual animisme dinamisme,

sehingga disebut sebagai Islam abangan. Segala macam ritual dan meditasi yang

bersifat religus banyak ditujukan untuk melakukan hubungan dengan dunia gaib.

Berbagai macam ritual tersebut disebut dengan tindakan-tindakan

keagamaan. Dalam Agama Jawa, tindakan-tindakan keagamaan yang terpenting

adalah upacara makan bersama, yang dalam bahasa halusnya disebut dengan

wilujengan atau dalam bahasa ngoko disebut sebagai selamatan. Selamatan atau

wilujengan adalah suatu upacara pokok atau terpenting dari hampir semua ritus

dan upacara dalam sistem religi orang Jawa pada umumnya dan penganut Agami

Jawi khususnya. Suatu upacara selametan biasanya diadakan di rumah suatu

keluarga dan dihadiri oleh anggota-anggota keluarga, tetangga, kerabat, teman-

teman, dan sebagainya. Rangkaian selametan biasanya terdiri dari nasi tumpeng

lengkap dengan lauk pauk dan pelengkapnya (Koentjaraningrat, 1994 : 345).

Masyarakat Jawa melakukan acara ritual untuk menghormati leluhur ataupun

danyang.

Perbedaan Islam pesisir dan pedalaman memang pernah terjadi dalam

rentangan panjang sejarah Islam Jawa. Namun seiring dengan perubahan sosial

Page 40: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

budaya-politik dalam kehidupan masyarakat, maka perbedaan itu tidak lagi

didapatkan. Hal ini terjadi adanya perbedaan dalam simbol-simbol

performansinya, namun memiliki kesamaan dalam substansi. Perbedaan label

ritual Islam, misalnya hanya ada dalam label luarnya saja namun dalam

substansinya memiliki kesamanaan.

Islam pesisiran maupun pedalaman, ternyata memiliki perbedaan-

perbedaan yang unik. Perbedaan itu anehnya justru menjadi daya tarik karena

masing-masing memiliki ciri khas yang bisa saja tidak sama. Pada masyarakat

petani bisa saja terdapat perbedaan Islam murni meskipun selama ini selalu dilabel

bahwa Islam pedalaman itu Islam lokal. Demikian pula Islam pesisir yang selama

ini dilabel Islam murni ternyata juga terdapat Islam lokal yang menguat dan

berdiri kokoh.

Lokalitas Islam hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial masyarakat lokal

terhadap Islam yang memang datang kepadanya ketika di wilayah tersebut telah

terdapat budaya yang bercorak mapan. Islam memamg datang ke suatu wilayah

yang tidak vakum budaya. Islam datang ke wilayah tertentu maka konstruksi lokal

pun turut serta membangun Islam sebagaimana yang ada sekarang.

b. Islam Puritan

Islam puritan adalah aliran yang identik dengan fundamentalis, militan,

ekstrimis, radikal, fanatik, dan jahidis. Islam Puritan menentang konsep-konsep

seperti demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan pengakuan akan peran perempuan.

Sejarah Islam Puritan lebih tepatnya dikatakan dari kaum Wahhabi, dimana dasar-

dasar teologi Wahhabi dibangun oleh Muhammad Ibn Abd al-Wahhab yang

sangat fanatik pada abad ke-18. Perlu dipahami bahwa Islam Puritan sangat

menentang modernitas (Barat), menurut mereka umat muslim wajib kembali

kepada Islam yang dipandang murni, sederhana, dan lurus. Artinya, umat Islam

tidak boleh bersahabat dengan dengan mereka yang bukan muslim atau muslim

yang dinilai bidaah.( Khaleb A. El Fadl, 2006: 27).

Bagi Islam puritan menafsirkan agama dalam proses penjadian sama

dengan mengkhianati apa yang telah diberikan oleh Allah. Kaum puritan selalu

Page 41: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

membesar-besarkan peran teks dan menafihkan peran aktif manusia yang

menafsirkan teks keagamaan, dan karena kemampuan manusia dalam menafsirkan

teks diabaikan maka estetika dan wawasan moralitas dinilai tidak relevan dan

tidak berguna. Karena teks menjadi pegangan maka kehidupan yang berada di luar

hukum Tuhan dinilai tidak benar sehingga harus diperangi atau dihukum.

Hukum yang dimaksud disini adalah Al-Quran dan Tradisi Nabi (hadist

dan sunah), menurut mereka 90% (dalam syari’at) dari apa yang mereka anggap

hukum yang terwayuhkan tidak terbuka bagi perdebatan, tidak boleh

dipertanyakan, dan hanya 10% dari hukum yang terbuka bagi perdebatan.

5. Pondok Pesantren

a. Hakikat Pondok Pesantren

Definisi dari kosakata pondok pesantren dapat dikaji dengan memperhatikan

makna per kata yang menjadi bagiannya. Kata pondok berarti tempat yang dipakai

untuk makan dan istirahat. Istilah pondok dalam konteks dunia pesantren berasal

dari pengertian asrama-asrama bagi para santri. Perkataan pesantren berasal dari

kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal

para santri (Dhofier 1985: 18). Maka pondok pesantren adalah asrama tempat

tinggal para santri. Wahid (2001: 171) menerangkan bahwa pondok pesantren

mirip dengan akademi militer atau biara (monestory, convent). Dikatakan seperti

itu karena mereka yang berada di dalamnya mengalami suatu kondisi yang

menuntut adanya sebuah totalitas.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, selama ini pesantren dikenal

sebagai pencetak para ulama handal di Indonesia. Ini terkait dengan misi utama

pesantren sebagai lembaga pencetak thâ`ifah mutafaqqihîna fiddîn (para ahli

agama). Tak terhitung jumlahnya ulama yang telah lahir dari pesantren. Kita

mengenal nama-nama seperti Imam Nawawi Al-Bantani, HOS Tjokroaminoto,

Hamka, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan dan KH. Imam Zarkasyi.

Mereka adalah sebagian kecil dari para alumni pesantren yang menjadi ulama

besar dikemudian hari.

Page 42: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Salah satu ciri khas ulama lulusan pesantren adalah, mereka bukan hanya

memiliki ilmu yang luas tapi juga akhlaq yang tinggi. Hal ini terkait dengan

metode pendidikan yang dikembangkan para kiai di pesantren. Tujuan

pendidikan tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran santri dengan

penjelasan-penjelasan, tetapi juga untuk meninggikan moral, melatih dan

mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan,

mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, dan menyiapkan

murid untuk hidup sederhana dan bersih hati. Setiap murid diajar untuk

menerima etik (peraturan moral) agama di atas etik-etik lain. Tujuan

pendidikan pesantren bukanlah untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang

dan keagungan duniawi, tetapi ditanamankan kepada mereka bahwa belajar

adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada Allah. (Zamakhsyari

Dhofier, 1982: 20-21)

Pesantren dianggap sebagai salah satu pilar benteng pertahanan umat. Hal

ini sangat disadari musuh-musuh Islam. Sehingga mereka berusaha

melemahkan peran pesantren agar tidak lagi memiliki peran. Keseimbangan

dan kelestarian lingkungan hidup -bahkan seluruh aspek kehidupan manusia-

merupakan kunci kesejahteraan. Stabilitas hidup memerlukan keseimbangan

dan kelestarian di segala bidang, baik yang bersifat kebendaan mau pun yang

berkaitan dengan jiwa, akal, emosi, nafsu dan perasaan manusia. Islam

sebagaimana dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits juga menuntut

keseimbangan dalam hal-hal tersebut, keseimbangan mana sering disebut al-

tawassuth atau al-i’tidal .

Kenyataan di mana-mana menunjukkan lingkungan hidup mulai tergeser

dari keseimbangannya. Ini merupakan akibat dari pelbagai kecenderungan

untuk cepat mencapai kepuasan lahiriah, tanpa mempertimbangkan disiplin

sosial, dan tanpa memperhitungkan antisipasi terhadap kemungkinan-

kemungkinan yang terjadi di masa mendatang yang akan menyulitkan generasi

berikut. Pembinaan lingkungan hidup dan pelestariannya menjadi amat penting

artinya untuk kepentingan kesejahteraan hidup di dunia mau pun akhirat, di

mana aspek-aspeknya tidak dapat terlepas dari air, hewan, tumbuh-tumbuhan

Page 43: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

dan benda-benda lain sebagai unsur pendukung. Keseimbangan dan keserasian

antara semua unsur tersebut sangat rnempengaruhi dan dipengaruhi oleh sikap

rasional manusia yang berwawasan luas dengan penuh pengertian yang

berorientasi pada kemaslahatan makhluk.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai

fungsi ganda, sebagai lembaga pendilikan yang mampu mengembangkan

pengetahuan dan penalaran, keterampilan dan kepribadian kelompok usia muda

dan merupakan sumber referensi tata-nilai Islami bagi masyarakat sekitar,

sekaligus sebagai lembaga sosial di pedesaan yang memiliki peran sosial dan

mampu menggerakkan swadaya dan swakarsa masyarakat, mampu melakukan

perbaikan lingkungan hidup dari segi rohaniah mau pun jasmaniah.

Pesantren yang menyatu dengan masyarakat tahu benar denyut nadi

masyarakat. Sebagaimana masyarakat pun tahu siapa pesantren dengan kiai dan

para santrinya. Para santri di pesantren tidak hanya belajar ilmu-ilmu agama,

akan tetapi juga di dalam kehidupan nyata mereka belajar tentang hidup.

Karena bersatunya santri dan masyarakat itulah, pesantren kemudian tidak

kebingungan meneliti lingkungan hidup.

Bilamana mereka harus mengabdi kepada masyarakat, mereka

merumuskan sikapnya terhadap masyarakat sejak masih dalam status

kesantriannya. Kehidupan di pesantren itu sendiri merupakan deskripsi ideal

bagi kehidupan luas di masyarakat. Atau dapat juga disebut, kehidupan

pesantren adalah miniatur kehidupan masyarakat. Sehingga fungsi sosial

pesantren seperti di atas mempunyai arti penting di dalam penyebaran gagasan

baru atau perambatan modernisasi di masyarakat melalui kegiatan-kegiatan

dakwah dan pelayanan masyarakat.

Tujuan umum pendidikan di pesantren, ialah membentuk atau

mempersiapkan manusia yang akram (lebih bertakwa kepada Allah SWT.) dan

shalih (yang mampu mewarisi bumi ini dalam arti luas, mengelola,

memanfaatkan, menyeimbangkan dan melestarikan) dengan tujuan akhirnya

mencapai sa'adatu al-darain. Bertolak dari prinsip itu, pesantren memberikan

arahan pendidikan lingkungan hidup dengan berbagai macam aspeknya.

Page 44: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Pada gilirannya para santri tahu dirinya sebagai makhluk sosial yang di

dalam hidup nyata tidak bisa lepas dari keterkaitan dengan orang lain dan alam.

Sebagaimana orang lain dan alam pun, tidak bisa lepas dari keterkaitan mereka

dalam pelbagai konteks sosial, di mana rnereka berarti mempunyai tanggung

jawab atas apapun yang mereka lakukan, terhadap dirinya sendiri dan orang

lain maupun terhadap Allah SWT.

Dalam hal tersebut pesantren menekankan pentingnya arti tanggung jawab.

Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, berarti keharusan meningkatkan

kemampuan pribadi untuk memusatkan dirinya pada pewarisan bumi (alam)

dalam rangka ibadah yang sempurna. Sedangkan tanggung jawab terhadap

orang lain, merupakan sikap dan perilaku yang rasional di dalam

berkomunikasi dengan orang lain dan alam di mana kehidupan manusia secara

lahiriah selalu tergantung padanya. Kemudian tanggung jawab terhadap Allah

SWT adalah dalam bentuk disiplin norma dan ajaran di dalam pengelolaan

alam. Disiplin sosial sesuai dengan norma mu'asyarah dan mu’amalah antar

sesama makhuk. Ini dalam rangka meningkatkan “keakroman" yang dapat

menumbuhkan lingkungan hidup yang seimbang dan lestari.

Upaya pembinaan lingkungan hidup dapat dilakukan dengan dua pokok

pendekatan. Pertama, pendekatan proyek dan kedua, pendekatan motivasi. Atau

keduanya sekaligus dilakukan secara terpadu. Pendekatan kedua (motivasi)

walaupun akan memerlukan waktu yang relatif panjang, akan berdampak lebih

positif karena pihak sasaran secara berangsur akan mau mengubah sikap dan

perilaku secara persuasif. Perilaku dan sikap acuh tak acuh terhadap masalah

ingkungan hidup akan berubah menjadi suatu sikap dinamis yang terus

berkembang yang akan berkulminasi pada stabilitas pembinaan lingkungan

hidup. Pendekatan motivasi seperti itu dapat dilakukan dalam pola pendidikan

di pesantren. Kesadaran akan keseimbangan lingkungan hidup yang muncul

dari pengertian dasar tentang masalah-masalahnya serta implikasinya terhadap

kesejahteraan ukhrawi dan duniawi dapat ditanamkan dan dikembangkan

melalui jalur pendidikan di pesantren.

Page 45: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Keterlibatan pesantren memberi pengertian mengenai dampak lingkungan

hidup secara duniawi dan ukhrawi, merupakan peranan dan peran serta nyata

dalam pembinaan lingkungan hidup. Bila peranan itu mampu dilembagakan,

akan banyak berpengaruh positif di kalangan masyarakat sekelilingnya.

Mengingat posisi pesantren sebagai lembaga dakwah, berfungsi pula sebagai

titik sentral legitimasi keilmuan agama Islam bagi masyarakatnya, melalui

kegiatan pendidikan formal pesantren (yaitu madrasah) dan pengajian weton

maupun pengajian rutin yang melibatkan masyarakat di sekelilingnya.

Pendidikan itu dilakukan secara integratif ke dalam komponen-komponen

akidah, syari'ah dan akhlak. Namun diberikan atau dikenalkan dalam satu paket

ikhtiar peningkatan sarana keberhasilan sa'adatud darain. Faktor integratif yang

mengatur pola hubungan antar sesama di tengah-tengah masyarakat di dalam

menyumbangkan nilai-nilai kehidupan, juga merupakan peranan lain yang

mampu dilakukan oleh pesantren untuk mengembangkan dirinya dan

masyarakat dalam segala aspek kehidupan. Termasuk di dalamnya pembinaan

lingkungan hidup.

Pesantren dengan fungsi dan peranannya seperti tadi, sarat dengan

pelbagai kegiatan edukatif mau pun pelayanan masyarakat. Sehingga untuk

diperansertakan dalam pembinaan lingkungan hidup, perlu adanya pola

pendekatan yang tidak mengganggu tugas-tugasnya. Lebih-lebih tidak akan

mengganggu identitas pesantren. Langkah awal yang perlu ditempuh, adalah

pengenalan masalah-masalah lingkungan hidup dan implikasinya terhadap

segala aspek kehidupan. Kemudian penumbuhan kesamaan wawasan

keagamaan yang berkait dengan lingkungan hidup yang mampu memotivasi

pesantren dalam mencari sendiri alternatif-alternatif pemecahannya sesuai

dengan potensi yang dimiliki.

Kesiapan pesantren untuk melakukan pembinaan lingkungan hidup sangat

mempengaruhi efektivitas kerja secara dinamis. Namun kesiapan itu akan

banyak tergantung pada wawasan dan potensinya. Sementara itu masih ada

pesantren yang berwawasan eksklusif di dalam mencerna ajaran Islam. Oleh

karenanya pengenalan dan penumbuhan dimaksud, memerlukan pola

Page 46: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

pendekatan yang berorientasi pada kenyataan di masing-masing pesantren yang

berbeda-beda, dalam hal wawasan, potensi antisipasi ke depan maupun tenaga

ahli dan tenaga dukungnya.

Kemungkinan-kemungkinan proyeksi pesantren pada pembinaan

lingkungan hidup itu perlu perumusan matang. Apakah pesantren bertindak

sebagai penunjang atau pelengkap, ataukah sebagai motivator, dinamisator dan

fasilitator? Semuanya akan menuntut adanya program tertentu yang tentu akan

berbeda satu dengan yang lain karena perbedaan status tersebut Di Indonesia

pondok pesantren bisa berkembang pesat berkat kerjasama dari lembaga-

lembaga Islam, salah satunya Nahdlatul Ulama (NU). Nahdlatul Ulama (NU)

adalah suatu organisasi dengan keanggotaan yang diperkirakan lebih dari 35

juta orang, merupakan organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia

yang keberadaannya dipandang memiliki kekuatan, baik dalam organisasi

Islam maupun dalam gerakan Islam. NU didirikan pada tanggal 31 Januari

1926 di Surabaya oleh sekelompok ulama terkemuka yang hampir seluruhnya

merupakan para pemimpin pondok pesantren dibawah pimpinan K.H. Hasyim

Asy’ari.

Tujuan didirikannya adalah untuk memperjuangkan kepentingan Islam

tradisional, terutama sistem kehidupan pesantren. Karena pada tahun 1920-an

banyak ulama yang merasa prihatin terhadap pesatnya perkembangan

modernisme Islam dan keberhasilannya menarik banyak umat Islam dari

wilayah ajaran dan praktek Islam tradisional. Dalam pondok pesantren NU

akan lebih berorientasi pada kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, pendidikan

dan ekonomi, diantaranya dengan meningkatkan komunikasi antar ulama,

memperbaiki mutu sekolah-sekolah Islam, menyeleksi kitab-kitab yang

dipelajari di pesantren dan mendirikan badan-badan untuk membantu kegiatan

pertanian dan perdagangan umat Islam.

Pesantren menawari suatu model pendidikan yang tidak hanya sekadar

pendidikan sekuler tetapi juga pendidikan ilmu agama Islam. Bahkan ada

pesantren yang hanya menawari pendidikan ilmu agama Islam saja. Yang

menarik di sini adalah bahwa pendidikan pesantren di Indonesia sama sekali

Page 47: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

belum testandardisasi secara kurikulumnya dan tidak terorganisir sebagai satu

jaringan pesantren Indonesia. Ini berarti bahwa setiap pesantren mempunyai

kemandirian sendiri untuk menerapkan kurikulum dan mata pelajaran yang

sesuai dengan aliran agama Islam yang mereka ikuti.

Pondok pesantren di Jawa membentuk macam-macam jenis pondok

pesantren yang dapat dilihat dari segi ilmu yang diajarkan, jumlah santri, pola

kepemimpinan atau perkembangan ilmu teknologi. Hasyim (1998: 39)

memaparkan bahwa unsur-unsur pokok yang ada dalam sebuah pesantren

antara lain, Kyai, masjid, santri, pondok, dan kitab Islam klasik (mereka

menyebutnya kitab kuning) adalah elemen unik yang membedakan sistem

pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya.

1) Kyai

Peran penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan

dan pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan unsur yang paling

esensial. Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren

banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan

wibawa, serta ketrampilan Kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat

menentukan sebab dia adalah tokoh sentral dalam pesantren (Hasbullah,

1999: 144).

Istilah kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa

Jawa (Ziemek, 1986: 130). Dalam bahasa Jawa, perkataan kyai dipakai

untuk tiga jenis gelar yang berbeda, yaitu: 1. Sebagai gelar kehormatan

bagi barang-barang yang dianggap keramat; contohnya, "kyai garuda

kencana" dipakai untuk sebutkan kereta emas yang ada di Kraton

Yogyakarta; 2. Gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya; 3.

Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada orang ahli agama Islam yang

memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam

klasik kepada para santrinya (Dhofier 1985: 55).

Kyai adalah seorang pakar ruhani keagamaan yang mempunyai

spritulitas cukup tinggi serta kedekatan dengan sang pencipta (Allah

SWT). Jadi orang bisa dikatakan Kyai, jika mereka benar-benar menjadi

Page 48: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

guru yang selalu memberikan ilmu pengetehuan agama dan moral (ahlak)

kepada santri-santinya. Seorang Kyai bukan hanya mengajar ilmu agama

saja, akan tetapi juga mengajarkan pola hidup yang sehat dan sederhana.

Kyai juga memiliki keahlian dan ketrampilan bermacam-macam. Ada

seorang Kyai yang khusus mengajar al-Qur’an, sehingga melahirkan

santri-santri penghafal al-Qur’an, begitu juga khusus Ilmu hadis. Memang

tidak menafikan bahwa pada realitasnya, banyak Kyai memiliki keahlian

pengobatan tradisional (alternative), yang Lazim disebut dengan (Tabib).

Ada juga yang memiliki keahlian ceramah dan menulis buku. Ada juga

yang menekuni bidang Ekonomi hingga menjadi Kyai Yang kaya Raya

(Konglomerat) sebagaimana Usman Ibn Affan dan Imam Abu Hanifah.

Ada juga Kyai yang Ahli Falak, Hisab (Astronomi), serta statistik,

metafisika. Ada juga Kyai yang menekuni bidang kepemimpinan dan

politik praktis hingga menjadi seorang menteri atau presiden. Dari sekian

keahlian dan ketrampilan sang Kyai, kebanyakan dari mereka mendalami

ilmu agama, seperti Fikih, hadist, tafsir, serta cabang-cabang ilmu agama

yang lain.

Kyai mengeluarkan untuk perannya baik di dalam maupun di luar

pondok pesantren tergantung pada prioritas setiap kyai. Misalnya, Pak

Kyai Hashim Muzadi, pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam, Malang,

Jawa Timur, memprioritaskan peran dan tugasnya sebagai ketua NU

daripada perannya sebagai kyai. Oleh karena kesibukan dengan tugas di

luar pondok pesantren, dia jarang berada di PP Al Hikam, maka para Ustad

bertanggung jawab untuk mengajar dan mendidik santrinya. Namun

demikian, perannya di dalam masyarakat umum masih sangat penting.

Menurut K.H. Aslam, peran kyai dalam masyarakat umum adalah

“untuk membantu masyarakat dalam kepentingan baik tingkat moral

maupun material dan juga untuk memberikan input ke dalam

masyarakat.” Maka K.H. Aslam terlibat dalam macam-macam aspek

kehidupan masyarakat, terutama bidang politik dan keagamaan. Kegiatan

K.H. Aslam tersebut menunjukkan bahwa dia sejak dulu sudah seorang

Page 49: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

yang mempunyai peran penting dalam masyarakat lokal. Sebelum diberi

gelar kyai, seorang harus sudah memainkan peran dalam urusan

masyarakat, dan peran tersebut memang tambah penting dan luas kalau

sudah menjadi kyai.

Salah satu peran kyai dalam pondok pesantren adalah untuk memberi

pengajian kepada santrinya. Pemberian pengajian tersebut juga merupakan

peran kyai di luar pondok pesantren. Perannya di luar pondok pesantren

dapat dilihat dari kegiatan-kegiatannya dalam bidang politik dan urusan

keagamaan masyarakat Muslim. Kyai di Jawa merupakan jaringan tokoh

masyarakat Indonesia yang sejak dulu memiliki peran penting, terutama

dalam bidang politik dan agama. Pendapat ini juga dimiliki Zamakhsyari

Dhofier (1985: 56) yang dalam penelitian mengenai pandangan hidup kyai,

Tradisi Pesantren, dia menyampaikan kesimpulan bahwa “sebagai suatu

kelompok, para kyai memiliki pengaruh yang amat kuat di masyarakat

Jawa yang merupakan kekuatan penting dalam kehidupan politik

Indonesia.”

2) Masjid

Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim.

Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut

musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan

pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari

besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering

dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut

memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga

kemiliteran.

Dalam konteks sejarah dakwah, masjid adalah tempat pertama yang

dibangun Rasulullah Muhammad SAW untuk menunjang aktivitas

dakwahnya. Pada saat itu, masjid adalah pusat segala kegiatan yang

terperinci ke dalam tiga fungsi. Yaitu fungsi religi, fungsi pendidikan, dan

fungsi sosial, pemberdayaan serta pengembangan ekonomi masyarakat.

Page 50: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

a.) Fungsi Religi, masjid adalah tempat orang bersujud mendekatkan diri

kepada Allah SWT. Dalam sebuah haditsnya Rasulullah bersabda:

diantara sekian ibadah manusia kepada Tuhannya, sujud merupakan

momentum yang paling dekat dalam hubungan antara seorang hamba

dengan Tuhannya (aqrobu ‘abdin ilallahi wahuwa saajidun). Dalam

bingkai sujud inilah seorang hamba biasanya mengadukan

persoalannya, meminta, dan memohon ampunan-Nya.

b.) Fungsi kedua adalah fungsi pendidikan yaitu untuk mendekatkan

generasi muda kepada masjid. Pelajaran membaca Qur'an dan bahasa

Arab sering sekali dijadikan pelajaran di beberapa negara

berpenduduk muslim di daerah luar termasuk di dalam pondok

pesantren.

c.) Fungsi ketiga adalah fungsi sosial. Pada masa rasul, masjid adalah

pusat melakukan studi atas segala hal yang terjadi di masyarakat.

Jikalau ada satu jamaah saja yang sakit, maka jama'ah yang lain akan

segera mengetahui keadaannya. Dari masjid ini pula seluruh jama'ah

yang tidak mampu didata, kemudian dibantu dan diberdayakan secara

ekonomi. Maka tidak heran jika pada masa itu muncul para dermawan

seperti sahabat Abu Bakar dan Sayyidina Utsman yang memberikan

seluruh hartanya untuk membantu para fakir miskin jamaah masjid.

Pendidikan Islam dan masjid berkaitan sangat dekat dan erat dalam

tradisi Islam di seluruh dunia. Kaum muslimin selalu memanfaatkan

masjid untuk tempat beribadah dan juga sebagai tempat lembaga

pendidikan Islam. Masjid merupakan aspek kehidupan sehari-hari yang

sangat penting di dalam masyarakat, misalnya sebagai pusat kehidupan

rohani, sosial dan politik, dan pendidikan Islam. Dalam rangka pesantren,

masjid dianggap sebagai "tempat yang paling tepat untuk mendidik para

santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah, dan

sembahyang Jumat, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik" (Dhofier

1985: 49). Masjid di dalam dan diluar pondok pesantren tidak jauh beda

Page 51: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

berdasarkan fungsinya, hanya saja masjid di dalam pondok pesantren lebih

diprioritaskan untuk kegiatan para santri dalam menunutut ilmu.

3) Santri

Santri adalah sebutan bagi murid yang mengikuti pendidikan di

pondok pesantren. Santri merupakan unsur yang penting sekali dalam

perkembangan sebuah pesantren karena langkah pertama dalam tahap-

tahap membangun pesantren adalah bahwa harus ada murid yang datang

untuk belajar dari seorang alim. Kalau murid itu sudah menetap di rumah

seorang alim, baru seorang alim itu bisa disebut kyai dan mulai

membangun fasilitas yang lebih lengkap untuk pondoknya.

Santri biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong dan

santri mukim. Santri kalong merupakan bagian santri yang tidak menetap

dalam pondok tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah selesai

mengikuti suatu pelajaran di pesantren. Santri kalong biasanya berasal dari

daerah-daerah sekitar pesantren jadi tidak keberatan kalau sering pergi

pulang. Makna santri mukim ialah putera atau puteri yang menetap dalam

pondok pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh. Pada masa lalu,

kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah pesantren yang jauh

merupakan suatu keistimewaan untuk santri karena dia harus penuh cita-

cita, memiliki keberanian yang cukup dan siap menghadapi sendiri

tantangan yang akan dialaminya di pesantren (Dhofier, 1985: 52).

Orang-orang santri ini dapat dengan mudah dikenali. Kelompok ini

dapat dicirikan dengan peci, bawahan sarung, alas kaki bakiak (terompah),

ke mana-mana membawa kitab gundul, belajar di musholla, dan

seterusnya. Identifikasi ini tampaknya istimewa dan mudah diingat karena

telah menjadi “kode” yang digunakan oleh beberapa antropolog untuk

mencirikan kaum santri (M. Faizi: 2007). Meskipun pencitraan ini realistis,

namun ada kesan inferioritas di sana, sebab pencitraan seperti di atas, juga

disertai dengan pencitraan yang berhubungan dengan klenik, berbau

kuno/klasik, dan seolah-olah anti-modernitas. Banyak orang yang

Page 52: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

mengaitkan pesantren dengan hal-hal yang berlandaskan keyakinan mistis,

takhyul, dan tidak mau mengikuti perkembangan zaman.

Peran santri dalam masyarakat menurut Azyumardi Azra (2001:80),

santri memainkan peran penting dalam kecenderungan islamisasi atau re-

islamisasi di kalangan umat Islam Indonesia. Proses ‘kebangkitan Islam’

ini diindikasikan oleh bertambahnya jumlah masjid dan tempat ibadah

lainnya di Indonesia, pertumbuhan jumlah orang yang pergi haji ke Arab

Saudi, dan berdirinya organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga Islam

baru, seperti Bank Islam dan Asuransi Islam. Istilah selain dari

kebangkitan Islam yang sering dipakai di Indonesia untuk menggambarkan

kecenderungan tersebut adalah ‘santrinisasi’.

Proses santrinisasi adalah santri yang mengalami re-islamisasi

selama pendidikannya di pesantren karena proses penanaman ajaran dan

praktik-praktik Islam lebih intens di lingkungan sistem pendidikan

pesantren daripada sistem pendidikan lain. Menurut teori Azyumardi Azra

(2001: 80), santri bahkan mengajarkan kepada orangtua mereka yang

acapkali hanya mengetahui sedikit tentang Islam. Umumnya orang tua

merasa malu akibat ketidaktahuan mereka mengenai ajaran dan praktik

Islam tertentu kepada anak-anaknya sehingga mereka mulai mempelajari

Islam.

Para santri dididik supaya memiliki keterampilan kemandirian dan

menghayati tugasnya serta perannya menurut ajaran Islam di dalam

masyarakat sebagai perempuan, Ibu, isteri, tetangga, pekerja dan seorang

alim. Pada saat pulang kampung, santri-santri membawa ilmu barunya ke

rumah dan berbagi pengalamannya kepada orang tuanya, saudaranya dan

temannya tentang apa yang mereka lakukan di pondok dan apa yang

pernah dipelajari. Peran santri dalam proses kebangkitan Islam sangatlah

penting, karena beberapa macam fakta lain seperti keadaan politik di

Indonesia dan di arena internasional yang mempengaruhi perkembangan

agama Islam di Indonesia.

Page 53: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

4) Pondok

Definisi singkat istilah 'pondok' adalah tempat sederhana yang

merupakan tempat tinggal kyai bersama pars santrinya (Hasbullah, 1999:

142). Di Jawa, besarnya pondok tergantung pada jumlah santrinya. Adanya

pondok yang sangat kecil dengan jumlah santri kurang dari seratus sampai

pondok yang memiliki tanah yang lugs dengan jumlah santri lebih dari tiga

ribu. Tanpa memperhatikan berapa jumlah santri, asrama santri wanita

selalu dipisahkan dengan asrama santri laki-laki.

Komplek sebuah pesantren memiliki gedung-gedung selain dari

asrama santri clan rumah kyai, termasuk perumahan ustadz, gedung

madrasah, lapangan olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian dan/atau

lahan pertenakan. Kadang-kadang bangunan pondok didirikan sendiri oleh

kyai dan kadang-kadang oleh penduduk desa yang bekerja sama untuk

mengumpulkan dana yang dibutuhkan.

Salah satu manfaat pondok selain dari yang digunakan sebagai

tempat asrama para santri adalah sebagai tempat latihan bagi, santri untuk

mengembangkan keterampilan kemandiriannya agar mereka slap hidup

mandiri dalam masyarakat sesudah tamat dari pesantren. Santri harus

memasak sendiri, mencuci pakaian sendiri dan diberi tugas seperti

memelihara lingkungan pondok.

Sistem asrama ini merupakan ciri khas tradisi pesantren yang

membedakan sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan Islam

lain seperti sistem pendidikan di daerah Minangkabau yang disebut surau

atau sistem yang digunakan di Afghanistan (Dhofier, 1985: 45).

5) Kitab-Kitab Islam Klasik

Kitab-kitab Islam klasik dikarang para ulama terdahulu dan termasuk

pelajaran mengenai macam-macam ilmu pengetahuan agama Islam dan

Bahasa Arab. Dalam kalangan pesantren, kitab-kitab Islam klasik sering

disebut kitab kuning oleh karena warm kertas, edisi-edisi kitab kebanyakan

berwarna kuning.

Page 54: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Menurut Dhofier (1985: 50), "pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab

Islam klasik merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan

dalam lingkungan pesantren." Pada saat ini, kebanyakan pesantren telah

mengambil pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian yang juga

penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam

klasik masih diberi kepentingan tinggi. Pada umumnya, pelajaran dimulai

dengan kitab-kitab. yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-

kitab yang lebih mendalam dan tingkatan suatu pesantren bisa diketahui

dari jenis kitab-kitab yang diajarkan (Hasbullah, 1999: 144).

Ada delapan macam bidang pengetahuan yang diajarkan dalam

kitab-kitab Islam klasik, termasuk: 1. Nahwu dan shorof (morfologi);

2. Fiqh; 3. Ushul fiqh; 4. Hadis; 5. Tafsir; 6. Tauhid; 7. Tasawwuf dan

etika; dan 8. Cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah. Semua jenis

kitab ini dapat digolongkan kedalam kelompok menurut tingkat ajarannya,

misalnya: tingkat dasar, menengah clan lanjut. Kitab yang diajarkan di

pesantren di Jawa pada umumnya sama (Dhofier 1985:51).

1.) Nahwu dan shorof (morfologi)

Nahwu adalah kaidah-kaidah Bahasa Arab untuk mengetahui

bentuk kata dan keadaan-keadaannya ketika masih satu kata (Mufrod)

atau ketika sudah tersusun (Murokkab). Termasuk didalamnya adalah

pembahasan Shorof. Karena Ilmu Shorof bagian dari Ilmu Nahwu

yang ditekankan kepada pembahasan bentuk kata dan keadaannya

ketika mufrodnya.

2.) Fiqh

Fiqih menurut bahasa berarti paham. Sedangkan menurut istilah

Ilmu tentang hukum-hukum syara' mengenai perbuatan dari dalil-

dalilnya yang terperinci, maksudnya bahwa satu persatu dalil

menunjuk kepada suatu hukum tertentu. Semua hukum yang terdapat

dalam fiqih Islam kembali kepada empat sumber:

Page 55: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

a. AL QUR’AN

Al Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi

kita Muhammad untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan

menuju cahaya yang terang benderang. Ia adalah sumber pertama

bagi hukum-hukum fiqih Islam. Jika kita menjumpai suatu

permasalahan, maka pertamakali kita harus kembali kepada Kitab

Allah guna mencari hukumnya.

b. AS-SUNNAH

As-Sunnah yaitu semua yang bersumber dari Nabi berupa

perkataan, perbuatan atau persetujuan. As-Sunnah adalah sumber

kedua setelah al Qur’an. Bila kita tidak mendapatkan hukum dari

suatu permasalahn dalam Al Qur’an maka kita merujuk kepada

as-Sunnah dan wajib mengamalkannya jika kita mendapatkan

hukum tersebut. Dengan syarat, benar-benar bersumber dari Nabi

dengan sanad yang sahih. As Sunnah berfungsi sebagai penjelas

al Qur’an dari apa yang bersifat global dan umum. Seperti

perintah shalat bagaimana tatacaranya yang terdapat dalam as-

Sunnah. Sebagaimana pula as-Sunnah menetapkan sebagian

hukum-hukum yang tidak dijelaskan dalam Al Qur’an. Seperti

pengharaman memakai cincin emas dan kain sutra bagi laki-laki.

c. IJMA’

Ijma’ adalah kesepakatan seluruh ulama mujtahid dari umat

Muhammad SAW atas suatu hukum syar’i dan beramal dengan

apa yang telah menjadi suatu ijma’ hukumnya wajib. Ijma’

merupakan sumber rujukan ketiga. Jika kita tidak mendapatkan

didalam Al Qur’an dan demikian pula sunnah, maka untuk hal

yang seperti ini kita melihat, apakah hal tersebut telah disepakatai

oleh para ulama muslimin. Apabila sudah, maka wajib bagi kita

mengambilnya dan beramal dengannya.

Page 56: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

d. QIYAS

Qiyas adalah mencocokan perkara yang tidak didapatkan

didalamnya hukum syar’i dengan perkara lain yang memiliki nas

yang sehukum dengannya, dikarenakan persamaan sebab/alasan

antarkeduanya. Pada qiyas inilah kita meruju’apabila kita tidak

mendapatkan nash dalam suatu hukum dari suatu permasalahan.

Qiyas merupakan sumber rujukan keempat setelah Al Qur’an, as

Sunnah dan Ijma’. Qiyas memiliki empat rukun: 1. Dasar (dalil),

2. Masalah yang akan diqiyaskan, 3. Hukum yang terdapat pada

dalil, 4. Kesamaan sebab/alasan antara dalil dan masalah yang

diqiyaskan.

3.) Ushul Fiqh

Pengertian Ushul Fiqh yaitu dalil-dalil bagi hukum syara'

mengenai perbuatan dan aturan-aturan/ketentuan-ketentuan umum

bagi pengambilan hukum-hukum syara' mengenai perbuatan dari dalil-

dalilnya yang terperinci. Adapun ilmu-ilmu dalam Ushul Fiqh, antara

lain:

1. Dalil-dalil syarak: merangkumi dalil-dalil yang disepakati

dan dalil-dalil yang tidak disepakati.

2. Dilalah: merangkumi kaedah-kaedah istinbat hukum dari nas-

nas Al-Quran dan As-Sunnah.

3. Ta'arudh dan Tarjih: perbahasan tantang percanggahan antara

dalil-dalil serta Jalan jalan penyelesaiannya.

4. Ijtihad dan Mujtahid: merangkumi persoalan taqlid dan

muqallid.

5. Hukum-hukum Kulli: merangkumi hukum-hukum taklifi dan

hukum wad'ie.

Page 57: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

4.) Hadist

Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan

dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan

ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum

dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam

hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-

Qur'an. Ada banyak ulama periwayat hadits, yakni Imam Bukhari,

Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad,

Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah.

5.) Tafsir

Pengertian tafsir adalah ilmu yang mempelajari kandungan kitab

Allah yang diturunkan kepada Nabi SAW., berikut penjelasan

maknanya serta hikmah-hikmahnya. Tafsir merupakan sebuah kata

yang dengannya kita mampu menjelaskan segala sesuatu, baik yang

belum jelas, kurang jelas, tidak jelas, maupun yang sudah jelas agar

lebih jelas untuk memudahkan dan menambah pemahaman dalam

perenungan sesuatu, sehingga semakin mendekatkan pada

penghayatan.

6.) Tauhid

Tauhid diambil kata : Wahhada-Yuwahhidu-Tauhidan yang

artinya mengesakan. Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti

satu atau kata ahad yang berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu

berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid ialah kalimat

La Illaha Illallah yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah. ( al-

Baqarah 163 Muhammad 19 ).

Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan

norma Islam, sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama

tauhid yaitu agama yang mengesakan Tuhan. Bahkan gerakan-gerakan

Page 58: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

pemurnian Islam terkenal dengan nama gerakan muwahhidin ( yang

memperjuangkan tauhid ).

Tauhid dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid rububiyah,

uluhiyah dan Asma wa Sifat. Mengamalkan tauhid dan menjauhi

syirik merupakan konsekuensi dari kalimat sahadat yang telah

diikrarkan oleh seorang muslim.

a. Rububiyah

Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang

memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara,

memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta

menjaga seluruh Alam Semesta.

b. Uluhiyah/Ibadah

Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah,

tidak ada sekutu bangi-Nya. “Allah menyatakan bahwa tidak ada

Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan

keadilan.”

c. Asma wa Sifat

Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma’ul

husna) yang sesuai dengan keagungan-Nya. Umat Islam mengenal

99 asma’ul husna yang merupakan nama sekaligus sifat Allah.

7.) Tasawwuh

Tasawuf adalah usaha untuk menyucikan jiwa sesuci mungkin

dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga kehadiran-Nya

senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan.

8.) Tarikh

Tarikh adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan yang

ditetapkan (diwahyukan) oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw

untuk manusia yang mencakup tiga bidang, yaitu keyakinan (aturan-

aturan yang berkaitan dengan aqidah), perbuatan (ketentuan-ketentuan

Page 59: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

yang berkaitan dengan tindakan hukum seseorang) dan akhlak

(tentang nilai baik dan buruk).

9.) Balaghah

Balaghah ialah menyampaikan makna yang agung secara jelas

dengan menggunakan kata-kata yang benar dan fasih, yang memiliki

kesan dalam hati dan cukup menarik, serta sesuai setiap kalimatnya

kepada kondisi atau situasi sekaligus orang-orang yang diajak bicara.

b. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia

Sejak awal masuknya Islam ke Indonesia, pendidikan Islam merupakan

kepentingan tinggi bagi kaum muslimin. Tetapi hanya sedikit sekali yang dapat

kita ketahui tentang perkembangan pesantren di masa lalu, terutama sebelum

Indonesia dijajah Belanda karena dokumentasi sejarah sangat kurang. Bukti yang

dapat kita pastikan menunjukkan bahwa pemerintah penjajahan Belanda memang

membawa kemajuan teknologi ke Indonesia clan memperkenalkan sistem dan

metode pendidikan barn. Namun, pemerintahan Belanda tidak melaksanakan

kebijaksanaan yang mendorong sistem pendidikan yang sudah ada di Indonesia,

yaitu sistem pendidikan Islam. Malah pemerintahan penjajahan Belanda membuat

kebijaksanaan dan peraturan yang membatasi dan merugikan pendidikan Islam.

Pada tahun 1882 pemerintah Belanda mendirikan Priesterreden

(Pengadilan Agama) yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan

pendidikan pesantren. Tidak begitu lama setelah itu, dikeluarkan Ordonansi tahun

1905 yang berisi peraturan bahwa guru-guru agama yang akan mengajar hares

mendapatkan izin dari pemerintah setempat. Peraturan yang lebih ketat lagi dibuat

pada tahun 1925 yang membatasi siapa yang boleh memberikan pelajaran

mengaji. Akhirnya, pada tahun 1932 peraturan dikeluarkan yang dapat

memberantas, dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atau

yang memberikan pelajaran yang tak disukai oleh pemerintah (Dhofier, 1985: 41).

Peraturan-peraturan tersebut membuktikan kekurangadilan kebijaksanaan

pemerintah penjajahan Belanda terhadap pendidikan Islam di Indonesia. Namun

Page 60: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

demikian, pendidikan pondok pesantren juga menghadapi tantangan pada masa

kemerdekaan Indonesia. Setelah penyerahan kedaulatan pada tahun 1949,

pemerintah Republik Indonesia mendorong pembangunan sekolah umum seluas-

luasnya dan membuka secara lugs jabatan-jabatan dalam administrasi modem bagi

bangsa Indonesia yang terdidik dalam sekolah-sekolah umum tersebut. Dampak

kebijaksanaan tersebut adalah bahwa kekuatan pesantren sebagai pusat pendidikan

Islam di Indonesia menurun. Ini berarti bahwa jumlah anak-anak muda yang dulu

tertarik kepada pendidikan pesantren menurun dibandingkan dengan anak-anak

muda yang ingin mengikuti pendidikan sekolah umum, yang baru saja diperluas.

Akibatnya, banyak sekali pesantren-pesantren kecil yang berhenti, dikarenakan

santrinya kurang cukup banyak (Dhofier 1985: 41).

Jika kita melihat peraturan-peraturan tersebut baik yang dikeluarkan

pemerintah Belanda selama bertahun-tahun maupun yang dibuat pemerintah RI,

memang masuk akal untuk menarik kesimpulan bahwa perkembangan clan

pertumbuhan sistem pendidikan Islam, dan terutama sistem pesantren, cukup

pelan karena ternyata sangat terbatas. Akan tetapi, apa yang dapat disaksikan

dalam sejarah adalah pertumbuhan pendidikan pesantren yang kuatnya clan

pesatnya luar biasa. Seperti yang dikatakan Zuhairini (1997: 150) bahwa jiwa

Islam tetap terpelihara dengan baik di Indonesia.

Menurut Laporan Departemen Agama RI di Jawa tahun 2004 mencatat

jumlah madrasah, pesantren dan murid-muridnya seperti terlihat berikutnya dalam

Tabel 1.

Tabel 1: Jumlah Pesantren, Madrasah dan Santri di Jawa

pada tahun 2009 (Laporan Departemen Agama RI)

Propinsi Daerah Jumlah Pesantren

Dan Madrasah Jumlah Santri

Jakarta 87 20.050

Jawa Barat 4.320 564.150

Jawa Tengah 2.572 388.968

Page 61: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tawa Timur 4.402 1.114.155

Jumlah: 11.381 2.087.323

Tabel 2: Jumlah pesantren dan santri di Jawa pada tahun 1990

(Laporan Departemen Agama RI)

Propinsi Daerah Jumlah

Pesantren

Jumlah

Santri Jakarta 27 15.767

Jawa Barat 2.237 305.74

7 Jawa Tengah 430 65.070

Tawa Timur 1.051 290.79

0 Jumlah: 3.745 677.37

4

Dalam Tabel 2, dapat kita melihat bahwa hampir empat dasawarsa

kemudian, jumlah pesantren di Jawa telah bertambah kurang lebih empat kali.

Statistik dari Tabel 2, yang dikumpulkan dari laporan Departemen Agama RI pada

tahun 2009 yang mengenai keadaan pesantren di Jawa, menunjukkan bahwa

sistem pendidikan pesantren di Jawa dipelihara, dikembangkan dan dihargai oleh

masyarakat umat Islam di Indonesia. Kekuatan pondok pesantren dapat dilihat

dari segi lain, yaitu walaupun setelah Indonesia merdeka telah berkembang jenis--

jenis pendidikan Islam formal dalam bentuk madrasah dan pada tingkat tinggi

Sekolah Tinggi Agama 'Islam Negeri (STAIN), namun secara lugs, kekuatan

pendidikan Islam di Jawa masih berada pada sistem pesantren (Dhofier 1985: 20).

Data-data tersebut menunjukkan bahwa pesantren sanggup bertahan dan

berkembang selama bertahun-tahun penuh dengan tantangan clan kesulitan yang

dibuat baik pemerintah Belanda maupun pemerintah RI. Hal ini dikarenakan

sistem pendidikan pondok pesantren mampu bertahan dan tetap berkembang

karena siap menyesuaikan dan memodernkan tergantung pada keadaan yang

sebenarnya ada di Indonesia. Sejak awalnya, pesantren di Indonesia telah

mengalami banyak perubahan dan tantangan karena dipengaruhi keadaan sosial,

Page 62: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

politik, dan perkembangan teknologi di Indonesia serta tuntutan dari masyarakat

umum.

6. Pendidikan Pondok Pesantren

Dalam Perspektif Pendidikan Islam Indonesia

Pesantren Tradisional adalah jenis pesantren yang mempertahankan

kemurnian identitas aslinya sebagai tempat mendalami ilmu-ilmu agama

(tafaqquh fi-I-din) bagi para santrinya. Semua materi yang diajarkan di pesantren

ini sepenuhnya bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa

arab (kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan.

Dalam perspektif pendidikan Islam Indonesia, ada yang menyebutkan

bahwa pendidikan pondok pesantren tradisional berposisi sebagai sub ordinat

yang bergerak pada wilayah dan domain pendidikan hati yang lebih menekankan

pada aspek “afektif pendidikan “ atau “attitude pendidikan” . Namun sebagian

yang lain menyebutkan, pendidikan pesantren merupakan bagian tak terpisahkan

dari pendidikan nasional yang memberikan pencerahan bagi peserta didik secara

integral, baik kognitif (knowlagde), afektif (attutude) maupun psikomotorik (skill)

Pesantren dengan sistem dan karakternya yang khas telah menjadi bagian

integral dari sistem pendidikan nasional, meski mengalami pasang surut dalam

mempertahankan visi, misi dan eksistensinya, pesantren tetap survive bahkan

beberapa diantaranya muncul sebagai model gerakan alternatif bagi pemecahan

masalah-masalah sosial masyarakat desa, seperti yang dilakukan Pesantren

Pabelan di Magelang yang mendapat penghargaan “Aga Khan’ tahun 1980.

Pemecahan masalah-masalah sosial masyarakat desa tersebut, antara lain:

1) Masalah pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan

positif dan bukannya negatif.

2) Masalah inflasi

Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara

umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli.

Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi

Page 63: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Inflasi

juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyaraka.

Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada upah riil. Inflasi

sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan

kenaikan upah riil.

3) Masalah pengangguran

Masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara

berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran

karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk dari

faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi.

Efektifitas pesantren untuk menjadi agent of change sebenarnya terbentuk

karena sejak awal keberadaannya pesantren juga menempatkan diri sebagai pusat

belajar masyarakat (Commonity learing centre), seperti di contohkan Gus Dur

pada Pesantren Denanyar Jombang yang selama 50 tahun tidak pernah surut

memberikan pengajian dan problem solving gratis pada Ibu-ibu rumah tangga di

desa-desa lingkungan pesantren, dan sekitarnya.

Hasil dari kegiatan ini memang bukan orang orang yang berijazah, tetapi

pembentukan pandangan, nilai nilai, dan sikap hidup bersama dimasyarakat.

Disini terlihat jelas bahwa Pesantren bukan saja penyelenggara pendidikan, tetapi

juga penyelenggara dakwah yang mengajak pada perubahan pola hidup di

masyarakat.

Pondok Pesantren mencoba memecahkan permasalahan sosial dengan

menggunakan caranya sendiri. Pesantren tidak menggunakan teori pembanguan

seperti yang digunakan pemerintah, dan lebih pada gerakan yang dilandaskan

pada amal saleh, sebagai refleksi dari penghayatran dan pemahaman

keberagamaan sang kyai, tetapi efektifitasnya dalam merubah pola hidup

masyarakat tidak dapat disangsikan. Keunggulan-keunggulan itu sesunggunhnya

merupakan kekayaan Bangsa ini yang mendapat dukungan yang lebih signifikan

dari semua pihak dalam skenario besar kehidupan berbangsa, maka bukan tidak

mungkin ia akan menjadi mutiara yang sangat berharga bagi perbaikan bangsa

Page 64: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Indonesia. Oleh karena itu sekali lagi, melakukan pengamatan terhadap dunia

pesantren dengan memakai pendekatan formatif dan teori ilmu ilmu sosial Barat,

tentu tidak akan akurat.

Namun demikian tidak berarti pesantren sebagai lembaga pendidikan

terbebas dari berbagai kelemahan. Para pakar pendidikan mencatat beberapa

kelemahan mendasar, antara lain :

1. Di Pesantren belum banyak yang mampu merumuskan visi, misi, dan tujuan

pendidikannya secara sistimatik yang tertuang dalam program kerja yang

jelas. Sehingga tahapan pencapaian tujuannya juga cenderung bersifat

alamiyah.

2. System kepeminpinan sentralistik yang tidak sepenuhnya hilang, sehingga

acapkali mengganggu lancarnya mekanisme kerja kolektif, padahal banyak

perubahan yang tidak mungkin tertangani oleh satu orang.

3. Dalam merespon perubahan cenderung sangat lamban, konsep “Almuhafadatu

ala al qodim as soleh wal ajdu bil jadidil aslah” selalu ditempatkan pada

posisi bagaimana benang tak terputus dan tepung tak terserak, padahal ibarat

orang naik tangga, ketika salah satu kaki meninggalkan tangga yang bawah,

kaki satunya melayang layang di udara, bisa jadi terpeleset atau jatuh, itu

resiko, bila takut menghadapi resiko, dia tidak akan pernah beranjak dari

tangga terbawah. Sistem pengajarannya kurang efesien, demokratis dan

variatif, sehingga cepat memunculkan kejenuhan pada peserta didik.

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang memiliki beberapa

fungsi, diantaranya adalah fungsi Tafaqquh fi al din (pendalaman pengetahuan

tentang agama), fungsi tarbiyah al akhlaq (pembentukan kepribadian / budi

pekerti), dan fungsi pengembangan masyarakat atau pusat rehabilitasi sosial.

Hanya saja dalam konteks pendidikan , tepatnya, proses belajar mengajar, konsep

tafaqquh fi al din kurang mendapat porsi yang semestinya, yang terjadi di

pesantren, penekanannya bukan pada tafaqquh fi al din, tetapi sekeder transfer

ilmu pengetahuan.

Meskipun di pondok pesantren santri lebih mengutamakan capaian

substansial keilmuannya ketimbang capaian-capaian formal, akan tetapi tetap ada

Page 65: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

tuntutan yang mendesak agar ada re-presepsi terhadap pemahaman kitab kuning,

yaitu bukan sekedar memahami sebagaimana adanya, hitam diatas putih terhadap

teks yang terdapat dalam kitab kuning, namun juga konteks historisnya. Atau

bahkan tidak sekedar kitab kuning, tapi juga mungkin kitab putih, hitam, merah

dan biru. tuntutan untuk memahami komprehensitas konteks dari leteratur klasik

merupakan tuntutan yang amat mendasar sebagai syarat kwalifikasi keilmuan

dalam rangka menjawab berbagai tantangan global.

Di sebagian masyarakat Pesantren terdapat persepsi yang tidak

sepenuhnya benar, yakni sebuah frem yang menganggap bahwa ilmu bukanlah

sesuatu yang lahir dari proses pengamatan (ru’ya) dan penalaran (ra’yu),

melainkan suatu nur yang memancar atau yang dipancarkan dari atas dari sebuah

sumber yang tidak diketahui bagaimana datangnya. Akhirnya muncul persepsi

bahwa ilmu bukan sesuatu yang harus dicari, digali dan diupayakan dari ”bawah”,

melainkan sesuatu yang ditunggu dari “atas”.

Giliran selanjutnya ternyata bukan hanya ilmu yang diyakini memancar

dari atas, tetapi juga termasuk kemampuan kemanpuan lain manusia atau bahkan

segala sesuatu yang terhampar di alam semesta ini . akibatnya adalah apa yang

mesti dilakukan seseorang untuk memperoleh ilmu adalah menyediakan kondisi

spiritual yang kondusif bagi hadirnya anugrah itu melalui latihan latihan

kerohanian (riyadhah) secara intensif dan benar.

Dalam proses riyadhah, pada perspektif sufi, difahami bahwa seorang

murid tak ubahnya bagaikan si buta yang tak mungkin menemukan jalan tanpa

uluran tangan seorang guru (mursyid) yang dipercaya mengantarkannya kepada

Tuhan yang maha kuasa. Disinilah kita dapat memahami posisi guru menjadi

demikian signifikan dan vital bagi seorang murid yang hendak mengarungi jalan

bathin. Syair sufi mengatakan “ hendaklah dihadapan gurumu, engakau bagaikan

sebujur mayat ditangan yang memandikannya”. Hal yang seperti ini jelas akan

melemahkan daya kritis dan kreatifitas pada masyarakat pesantren, lebih lebih di

jaman serba canggih ini.

Di pesantren lebih banyak menghafal ketimbang kemampuan memahami

dan menalar ilmu-ilmu itu, diakui bahwa kemampuan mengingat dan menghafal

Page 66: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

bukan sesuatu yang tidak penting, akan tetapi mesti seimbang dengan kemampuan

menalar, sebab kalau dimensi menalar dilemahkan, maka dengan sendirinya santri

menjadi tidak mempunyai daya kritisitas yang memadai. Akhirnya proses

pendidikan hanya bersifat transfer (memindahkan), tidak ada proses pendalaman,

pemahaman dan kajian. Apabila ini yang terjadi maka bukan tafaqquh tapi hanya

tahafudz.

Pendidikan di pesantren ada kelemahan dan kelebihannya, tapi jika

pesantren mampu mengeleminir kelemahan tersebut dan mengoptimalkan

kelebihannya, maka bukan tidak mungkin ia menjadi salah satu alternatif yang

cukup menjajikan dimasa masa yang akan datang, terutama ditengah pengapnya

system pendidikan nasional yang cenderung lebih menekankan pada Education

For The Brain dan relatif mengabaikan Education for The heart, yang gilirannya

hampir bisa dipastikan akan menghasilkan Over Educated Society, semakin

banyaknya pengangguran elit intelektual, misalnya dalam tehnik tapi merayap

dalam etik, pongah dengan pengetahuan tapi bingung dalam menikmati

kehidupan, cerdas otaknya tapi bodoh nuraninya.

Dalam suasana yang seperti ini, lembaga pendidikan pesantren akan dilirik

untuk memainkan peran sebagai :

1. Lembaga pendidikan yang memadu pendidikan integralistik, humanistik,

pragmatik, idealistik dan realistik.

2. Pusat rehabilitasi sosial (banyak keluarga yang mengalami kegoncangan

psikologi spiritual akan mempercayakan penyeklamatannya pada pesantren)

3. Sebagai pencetak manusia yang punya keseimbangan trio cerdas, yakni

Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ) Dan kecerdasan

Spiritual (SQ).

Dalam melaksanakan sistem dan proses pengajaran, pendidikan pondok

pesantren dalam perspektif pendidikan Islam Indonesia mempunyai peran serta

memiliki unsur-unsur atau kontribusi pemikiran terhadap berkembang dan

tumbuhnya pendidikan Islam. Lembaga pendidikan yang mengajarkan agama

Islam kepada masyarakat dan anak-anak Indonesia, telah lahir dan berkembang

semenjak masa awal kedatangan Islam di negeri ini. Pada masa awal berdirinya

Page 67: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

lembaga pendidikan ini bersifat sangat sederhana berupa pengajian Al-Qur’an dan

tata cara beribadah yang diselenggarakan di masjid, surau, atau dirumah-rumah

ustadz.

Secara mayoritas pondok pesantren merupakan komunitas belajar

keagamaan yang erat hubungannya dengan lingkungan sekitarnya, pada umumnya

masyarakat pedesaan. Komunitas tersebut kehidupan keagamaan merupakan

bagian integral dalam kenyataan hidup sehari-hari, dan tidak dianggap sebagai

sektor yang terpisah. Sosok kiai dalam dunia pondok pesantren tidak dapat

dipisahkan, karena keberadaannya merupakan unsur yang paling signifikan dan

sebagai pimpinan keagamaan atau sesepuh yang diakui di lingkungan serta

diperhatikan nasehat-nasehatnya.

Pondok pesantren bukan diperuntukkan sebagai tempat pendidikan bagi

santri semata, melainkan juga bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini berbeda dengan

lembaga-lembaga pendidikan lainnya yang pada umumnya menyatakan tujuan

pendidikannya dengan jelas.

Sebagaimana telah dijelaskan atau dideskripsikan pada pembahasan

sebelumnya, inti atau penekanan pendidikan pondok pesantren sebagai wadah dan

tempat tercapainya suatu pendidikan Islam Indonesia, yakni tercapainya tujuan

pembangunan nasional bidang pendidikan. Secara realistis banyak kalangan

menilai bahwa sistem pendidikan yang berlangsung di Tanah Air ini masih belum

mampu mengantarkan tercapainya pendidikan Islam, yaitu membangun manusia

Indonesia seutuhnya.

Terbukti semakin maraknya tawuran antar pelajar, konsumsi pengedaran

narkoba yang merajalela, kurangnya rasa hormat peserta didik kepada pendidik

dan orang tua, munculnya egoisme kesukuan yang mengarah kepada separatisme,

rendahnya moral para penyelenggara negara serta lain sebagainya adalah indikasi-

indikasi yang mendukung penilaian di atas. Berpijak dari konsep dasar itulah

pendidikan pondok pesantren mencoba memberikan respon dalam menanggapi

sistem pendidikan yang ada di Tanah Air ini dan dituntut adanya penyikapan yang

arif dan bijaksana.

Page 68: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

7. Sosial Budaya Pesantren

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang memiliki ciri-ciri:

1. Adanya hubungan yang akrab antara santri dan kiai,

2. Santri taat dan patuh kepada kiainya,

3. Para santri hidup secara mandiri dan sederhana,

4. Adanya semangat gotong royong dan kekeluargaan, dan

5. Diajarkannya kitab-kitab klasik sebagai bahan pelajaran utama.

Sementara secara fisik pesantren minimalnya mempunyai sarana dasar

berupa, masjid atau langgar sebagai pusat kegiatan, rumah tempat tinggal kiai dan

keluarganya, pondok sebagai tempat tinggal para santri dan ruangan-ruangan

untuk belajar.

Budaya yang diciptakan dalam sebuah pondok pesantren memang sangat

unik. Setiap pondok memiliki budaya dan suasana yang cukup berbeda walaupun

tentu ada banyak kesamaan juga. Budaya ini terutama dibuat dari fakta

lingkungan pondok yang sangat terbatas, sifat kyai dan sifat para santri. Oleh

karena lingkungan pondok sangat terbatas dan banyak waktu harus dilewatkan di

dalam satu tempat itu, maka harus ada kehormatan dan kesabaran yang tinggi

sekali. Santri-santri harus bisa bekerja sama dan saling paham untuk menciptakan

suasana yang tenang dan cocok untuk belajar dan beribadah.

Kegiatan-kegiatan dasar yang memenuhi hari-hari para santri pada

umumnya bisa dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu:

1. Kegiatan pribadi, misalnya mandi, mencuci pakaian, membersihkan

kamar, makan, membaca, mengobrol dengan teman, dan istirihat;

2. Kegiatan belajar, termasuk waktu belajar di kelas, mengaji di musholla dan

mengerjakan PR atau belajar sendiri;

3. Kegiatan sembahyang; dan

4. Kegiatan ekstrakurikuler, misalnya olahraga yang dilakukan dua kali

seminggu, pramuka, kesenian atau tugas-tugas sebagai ketua bagian

Pondok Pesantren

Kegiatan-kegiatan tersebut bisa dilihat di jadwal harian dasar santri di

bawah:

Page 69: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Jadwal Harian Dasar Santri

4.15 – bangun, wudlu

4.30 – salat Subuh

4.40 – pengajian dipimpin Pak Kyai

5.30 – mandi, membersihkan kamar…dll

6.15 – sarapan

6.45 – masuk ruang kelas

7.00 – masuk kelas pertama

12.00 – kelas terakhir selesai

12.15 – wudlu

12.30 – salat Dhuhur

12.45 – makan siang

13.00 – kelas

13.45 – waktu bebas/belajar

15.00 – salat Ashar

15.15 – pengajian

16.00 – kegiatan ekstrakurikuler

17.00 – mandi, wudlu…dll

17.30 – salat Maghrib

17.45 – pengajian

19.00 – salat Ishya

19.30 – makan malam

19.45 – waktu bebas/belajar

22.00 – tidur

Salah satu aspek kehidupan sehari-hari para santri adalah ketidak

perluannya untuk diawasi atau dikelola oleh para guru atau kyai. Tentu saja

kadang terjadi kasus spesifik di mana kyai perlu ikut campur, tetapi pada

umumnya kedisiplinan para santri di Pondok Pesantren sangat tinggi sehingga

sorang santri mengerjakan sesuatu yang seharusnya dia sudah kerjakan.

Ada dua alasan bagi para santri untuk mengelola sendiri kegiatan sehari-

harinya. Pertama, peraturan-peraturan pondok dan jadwal sehari-hari yang sangat

Page 70: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

ketat berarti santri cuma tinggal ikut kegiatan-kegiatan yang dimasukkan jadwal

untuk hari tertentu. Kedua, pelajaran ketrampilan kepemimpinan yang

diperkenalkan lewat Organisasi Santri Pondok Pesantren ( OSPP ). OSPP terdiri

dari bagian-bagian yang perlu dikelola dalam kehidupan sehari-hari di pondok

seperti administrasi, keamanan, kegiatan olahraga dan lain-lain. Lewat OSPP

santri diberikan kesempatan untuk menjadi ketua salah satu bagian OSPP dan

mengalami sendiri seperti apa tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin.

Dengan adanya santri sebagai pemimpin, rasa saling hormat di antara anak kelas

bawah dan anak kelas atas harus tinggi.

Aspek lain kehidupan sehari-hari bagi para santri di Pondok Pesantren

adalah kurang banyak keragaman dalam kegiatan yang bisa dilakukan selama

waktu istirihat tersebut dan kurang banyak kesempatan untuk bergaul dengan

orang dari luar pondok. Maksud tersebut adalah jika santri tidak lagi mandi,

makan, membersih-bersihkan atau sholat, biasanya mereka baru belajar. Dan

kalau tidak ada tamu yang datang ke pondok untuk bertemu dengan para santri,

selama mereka menetap di pondok, mereka tidak pernah akan bergaul dengan

orang selain santri-santri lain, para Ustad dan keluarga Kyai.

Di dalam pondok pesantren, kegiatan hiburan bagi santri sangat terbatas.

Mereka bisa membaca majalah dan buku yang dibawah dari rumah,

mendengarkan musik dan radio, mengobrol dengan temannya, maupun menonton

televise diakhir minggu. Dibandingkan dengan pemuda-pemudi yang tinggal di

luar pondok pesantren yang menikmati kehidupan yang lebih bebas di mana ada

televisi, mainan komputer, internet, bioskop, museum, tempat wisata seperti

taman rekreasi, mall dan kesempatan untuk jalan-jalan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis

adalah sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Setya Prihatin tahun 2009. Novel Laskar

Pelangi (Analisis Struktur, Resepsi Pembaca, dan Nilai Pendidikan ). Hasil

Page 71: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

penelitian ini memaparkan unsur- unsur struktural dalam novel Laskar Pelangi

serta tanggapan pembaca tentang novel Laskar pelangi sehingga dapat

dijadikan bahan pemikiran peneliti dalam pemilihan novel Laskar Pelangi

sebagai materi ajar.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Moh Erfan Taufik Hadi tahun 2010. Analisis

novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ( tinjauan sosiologi sastra ). Hasil

penelitian ini adalah maslah sosial dari novel Laskar Pelangi sefta tanggapan

pembaca mengenai novel Laskar Pelangi. Dari penelitian ini penulis

mendapatkan gambaran mengenai tanggaan komunitas pembaca terhadap

novel tersebut sehingga penulis menjadikan novel ini sebaagai materi

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA kelas VII.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahman 2007. Analisis novel Novel Geni

Jora Karya Abidah El Khalieqy( tinjauan sosiologi sastra ). Hasil penelitian

ini adalah masalah sosial dari novel Novel Geni Jora Karya Abidah El

Khalieqy.

C. Kerangka Berpikir

Novel sebagai salah satu kajian dari karya sastra yang merupakan hasil

rekaan yang mengutamakan perasaan dan keindahan. Walaupun rekaan tetapi

novel tidak lepas dari kenyataan sosial, baik yang dilihat maupun yang dialami

sendiri oleh pengarang.

Novel yang berjudul Geni Jora karya Abidah El Khalieqy

mengungkapkan realitas sosial dan budaya yang berlaku, serta konflik-konflik

yang dihadapi oleh tokoh perempuan dalam kehidupan khususnya dalam

pesantren perempuan.

Bertolak dari hal di atas, maka penulis bermaksud menelaah novel Geni

Jora karya Abidah El Khalieqy dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

Pendeskripsian bagaimana cara pengarang mengangkat masalah dalam novel dan

dihubungkan dengan keadaan sosial setempat. Dalam novel Geni Jora karya

Page 72: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Abidah El Khalieqy menggambarkan keterkaitan tokoh dengan pondok, tokoh

dengan kyai, dan tokoh dengan aturan-aturan di dalam Pondok Pesantren.

Pemilihan novel Geni Jora sebagai bahan kajian dilatar belakangi oleh

adanya keinginan untuk memahami aspek-aspek sosial budaya pesantren. Dengan

sosiologi sastra akan dapat diketahui seberapa jauh peran Kejora dalam Novel

Geni Jora karya Abidah El Khalieqy dalam hal menyikapi keadaan sosial di

dalam Pondok Pesantren.

Page 73: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Secara sistematis kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat ada

bagan di bawah ini :

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir

Kedudukan

Pondok Pesantren

dalam Novel Geni

Jora

Santri, Kyai, dan

Pondok Pesantren

dalam Novel geni

Jora

Masjid dan

Masyarakat

Pesantren dalam

Novel Geni Jora

Aspek sosial budaya dalam

novel Geni Jora

Tanggapan Pembaca

terhadap novel Geni

Jora

Novel Geni Jora Karya

Abidah El Khalieqy

Kedudukan Kyai

sebagai Pembawa

Nilai Sosial Budaya

dalam Novel Geni

Page 74: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini tidak terikat oleh tempat karena merupakan studi kepustakaan.

Penelitian ini bukan merupakan penelitian lapangan yang statis, melainkan

analisis yang dinamis. Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan yaitu bulan

Desember sampai Juni. Objek penelitian ini adalah Novel Geni Jora karya

Abidah El Khaliqy yang berjumlah 222 halaman yang diterbitkan Yogyakarta

pada tahun 2004. Rincian waktu dan jenis kegiatan dapat dilihat pada Tabel 2

berikut ini

Tabel 2. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

Jenis Kegiatan

Rincian Waktu

BULAN

DES JAN FEB MAR APRIL MEI JUNI

1. Pengajuan judul xx--

2. Penyusunan proposal xx-- --xx

3. pengumpulan data --xx x---

4. Analisisis data -xx xx-- xx--

5.Penyusunan laporan

Skripsi

--xx xxxx

B. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dalam hal ini

peneliti mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-

fakta dan hubungan kausal fenomena yang diteliti. Menurut Bogdan dan Taylor

yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2004: 3) “Metode kualitatif adalah sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”

Page 75: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Data dari hasil analisis penelitian deskriptif berbentuk deskriptif, fenomena,

bukan berupa angka-angka atau hubungan antara variabel. Dari penelitian tersebut

peneliti memperoleh data dari hasil yang berlatang belakang ilmiah. Penelitian ini

akan menghasilkan data berupa kata-kata tertentu atau lisan dari objek penelitian

dengan menggambarkan atau melukiskan yang sebenarnya.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khususnya yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexy J. Moleong,

2007: 6).

Dengan definisi-definisi tentang penelitian kualitatif di atas, maka bentuk

penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian deskriptif adalah penelitian

yang berusaha mendeskrifsikan atau menggambarkan melukiskan fenomena atau

hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual, dan akurat .

Strategi penelitian adalah analisis isi ( Content Analysis). Analisis isi

digunakan untuk mengungkapkan makna dari novel Geni Jora karya Abidah El

Khaliqy serta data tentang penciptaan novel Geni Jora yang diambil melalui

wawancara langsung dengan penulis novel Geni Jora

D. Sumber Data

Menurut Lofland yang di kutip oleh lexy J. Moleong (2004: 112)

mengemukakan bahwa “ Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lainnya”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kata-kata

dan tindakan dari orang-orang yang diamati atau diwawancara merupakan sumber

utama, sedangkan dokumen dan lain-lainnya merupakan data tambahan.

Page 76: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Pada penelitian ini sumber data yang digunakan adalah:

1. Dokumen, Novel Geni Jora karya Abidah El Khaliqy ini didalamnya terdapat

beberapa masalah sosial budaya dalam pesantren yang saling berhubungan

dan berkaiatan antara satu dengan yang lainnya. Buku ini berjumlah 222

halaman yang diterbitkan Yogyakarta pada tahun 2004.

2. Informan, yaitu hasil wawancara berisi pendapat para pembaca mengenai

Novel Geni Jora karya Abidah El Khaliqy. Pembaca yang diwawancarai oleh

peneliti adalah dosen bahasa dan sastra indonesia serta pembaca yaitu

mahasiswa.

E. Teknik Sampling

Teknik yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu sampel yang

pemilikannya didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang di pandang

mempunyai sangkut paut yang erat dengan tujuan penelitian. Purposive Sampling

adalah pengambilan data yang dilakukan dengan cara memilih informan yang

dianggap mengetahui informasi dan masalahannya secara mendalam dan dapat

dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (H.B Sutopo, 2002: 56).

Teknik ini peneliti pergunakan dengan tujuan agar diperoleh data-data yang tepat

dan akurat, sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Sampel dalam penelitian

ini adalah Novel Geni Jora karya Abidah El Khaliqy yang menceritakan beberapa

masalah sosial budaya dalam pesantren. Dalam hal ini peneliti menentukan

sampel yang sudah membaca novel Geni Jora karya Abidah El Khaliqy dengan

cara memilih pambaca dengan latar belakang yang berbeda.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Dokumen

Analisis isi digunakan untuk mengungkapkan kehidupan pesntren dalam

novel Geni Jora karya Abidah El Khaliqy. Dokumen yang dipakai adalah

novel novel Geni Jora karya Abidah El Khaliqy.

Page 77: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

2. Wawancara

Teknik ini dipakai peneliti untuk mendapatkan hasil wawancara berisi

pendapat para pembaca mengenai novel Geni Jora. Pembaca yang

diwawancarai peneliti adalah Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd selaku pembaca dan

juga sastrawan, Sri hastuti S. S., M. Pd., selaku dosen bahasa Indonesia, Yulia

dan Kartika, selaku mahasiswa .

G. Validitas Data

Sebuah data diperoleh, selanjutnya data diperiksa keabsahannya, melalui

teknik triangulasi. Peneliti dalam menentukan keabsahan data menggunakan

triangulasi. Menurut Lexy J. Moleong (1994: 178), triangulasi merupakan teknik

pemeriksaan keabsahan data yang berfungsi sebagai pembanding atau mengecek

terhadap data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari data itu.

Selanjutnya menurut Patton dalam H.B Sutopo ( 2002 : 78 ) menyatakan

bahwa “Ada empat macam teknik trianggulasi yaitu trianggulasi data, trianggulasi

peneliti, trianggulasi metodologis,dan trianggulasi teoritis.”

Adapun penjelasannya sebagai berikut : 1. Trianggulasi data (data triangulation) atau tringgulasi sumber adalah

penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk

mengumpulkan data yang sejenis.

2. Trianggulasi peneliti (investigator triangulation) yang dimaksudkan dengan

cara trianggulasi ini adalah hasil penelitian baik data maupun simpulan

mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari

beberapa peneliti.

3. Trianngulasi metodologis (methodological triangulation) jenis trianggulasi

ini bisa dilakukan oleh seseorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis

tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang

berbeda.

4. Trianggulasi teoritis (theorical triangulation) trianggulasi ini digunakan oleh

peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam

membahas permasalahan yang dikaji.

Page 78: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi sumber data dan trianggulasi

metode. Trianggulasi sumber data dengan mengumpulkan data yang sama dengan

tujuan untuk memberikan kebenaran dan memperoleh kepercayaan terhadap data

yang diperoleh dari sumber yang berbeda, dimana data yang satu akan dikontrol

dengan dengan sumber data yang sama pada situasi yang berbeda.

Trianggulasi metode digunakan untuk mengumpulkan data sejenis dengan

menggunakan berbagai metode yang berbeda yaitu melalui wawancara dengan

Dosen Bahasa Indonesia yaitu Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd, Sri hastuti S. S., M.

Pd dan Mahasiswa yaitu Yulia dan Kartika, maupun dokumen yaitu Novel Geni

Jora karya Abidah El Khaliqy

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis yaitu analisis interaktif.

Analisis interaktif yaitu interaksi dari tiga komponen utama. Namun, dalam

penelitian ini peneliti tetap menggunakan empat komponen yaitu proses

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data sampai dengan penarikan

kesimpulan, vertifikasinya yang dilakukan selama proses pengumpulan data

berlangsung. Menurut Miles dan Huberman seperti yang dikutip oleh H.B Sutopo

(2002:72) keempat komponen tersebut adalah:

1. Pengumpulan data, langkah pengumpulan data ini sesuai dengan teknik

pengumpulan data-data yang telah diuraikan di atas, yang terdiri dari

wawancara, observasi analisis dokumen. Pengumpulan data dilakukan selama

data yang diperlukan belum memadai dan akan dihentikan apabila data yang

diperlukan telah memadai dalam penagambilan kesimpulan.

2. Reduksi data, merupakan bagian analisis yang berlangsung terus-menerus

selama kegiatan penelitian bahkan sebelum data benar-benar terkumpul

artinya sebelum data terkumpul secara keseluruhan, proses analis data sudah

dilakukan. Menurut Lexy J. Moleong (2005: 247) “Reduksi data dilakukan

dengan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat

rangkuman yang inti, proses dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga

sehingga tetap berada di dalamnya.” Dengan demikian reduksi data

merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan dan

Page 79: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisir data

sehingga dapat diambil kesimpulan akhir.

3. Penyajian data, untuk menghindari kesulitan dalam melakukan penarikan

kesimpulan, data yang sudah terkumpul perlu disajikan dalam bentuk-bentuk

tertentu guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk terpadu.

Penyajian data juga dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menyusun

sekumpulan informasi yang telah diperoleh di lapangan, untuk kemudian data

tersebut disajikan secara jelas dan sistematis sehingga akan memudahkan

peneliti dalam memahami dan menginterpretasikan apa yang terjadi dan apa

yang seharusnya dilakukan tersebut dengan teori-teori yang relevan.

4. Penarikan simpulan, kegiatan analisis terakhir adalah penarikan kesimpulan

yang merupakan analisis rangkaian data yang berupa gejala kasus yang

terdapat di lapangan. Penarikan kesimpulan bukanlah langkah final dari suatu

analisis karena kesimpulan tersebut masih perlu diveritifikasi. Apabila

kesimpulan yang telah diambil ternyata belum diperoleh data yang valid,

maka proses analisis diulang kembali sampai sampai diperoleh data yang

benar-benar akurat, cocok dan kokoh sehingga dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya.

Kegiatan-kegaitan tersebut di atas dapat ditunjukan dengan bagan sebagai

berikut :

Gambar 2. Komponen- komponen Analisis Data Model Interaktif ( H.B. Sutopo

2002: 96)

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Pengumpulan Data Penyajian Data

Page 80: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

I. Prosedur Penelitian

Untuk mempermudah penulisan Laporan Penelitian, maka perlu ditetapkan

prosedur penelitian yang sistematis. Prosedur penelitian merupakan langkah-

langkah yang dilaksanakan dari penelitian dari awal sampai akhir. Dalam

penelitian ini menggunakan beberapa tahap yaitu :

1. Tahap persiapan, merupakan tahap pengumpulan bahan informasi dan teori

yang dapat mendukung perumusan masalah. Tahap ini dimulai dari

pembuatan rancangan penelitian, pemilihan lokasi, mengurusi perijinan dan

persiapan pelaksanaan teknis.

2. Tahap pelaksanaan, didasarkan pada tujuan yang akan dicapai, dimulai dari

mnegadakan observasi, survey sampai dengan pengumpulan data di

lapangan.

3. Tahap analisis, untuk analisis awal penelitian dilakukan sejak pengumpulan

data di lapangan, sedangkan analisis akhir dilakukan setelah penggalian data

dianggap cukup mendukung maksud dan tujuan penelitian. Tahap analisis

merupakan tahap dalam penarikan kesimpulan.

4. Tahap penulisan laporan penelitian, merupakan tahap akhir di mana peneliti

mulai menyusun hasil laporan yang telah disusun secara rapi dilanjutkan

dengan penggadaan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.

Untuk lebih memudahkan penelitian dalam melangkah peneliti sajikan

skematis prosedur penelitian :

Page 81: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Gambar 3: Skema Prosedur Penelitian Sumber : Hurber dan Milles dalam Soetardi (2002:25)

Analisis Akhir

Penarikan Kesimpulan

Penulisan Laporan

Perbanyak Laporan

Proposal

Persiapan Pelaksanaan

Pengumpulan Data dan

Analisis awal

Page 82: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

68

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Aspek Sosial Budaya Pesantren yang Terdapat dalam Novel Geni Jora

Pendekatan sosiologi sastra merupakan salah satu pendekatan sastra

yang mengkhususkan diri dalam menelaah karya satra dengan

mempertimbangkan segi- segi sosial kemasyarakatan. Salah satu yang sering

dikaji dalam sosiologi sastra adalah dinamika masyarakat di dalamnya, salah

satunya adalah permasalahan sosial yang ada dalam masyarakat tersebut.

Masalah sosial adalah ketidak sesuaian antara unsur- unsur kebudayaan atau

masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial atau

menghambat terpenuhinya keinginan pokok warga sosial tersebut sehingga

meyebabkan kepincangan sosial.

Masalah sosial budaya muncul akibat terjadinya perbedaan yang

mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Dengan

bahasa yang lebih sederhana, masalah sosial adalah gejala- gejala sosial yang

tidak sesuai antara apa yang diinginkan dengan apa yang terjadi. Masalah

social satu akan menjadi pangkal dan menyebakan timbulnya beberapa

masalah sosial yang lain. Pangkal sebab itulah yang harus diteliti untuk dicari

solusinya.

Ini jugalah yang kemudian menjadi keresahan bagi beberapa penulis

wanita di Indonesia. Abidah El Khalieqy dengan novel Geni Jora membidik

tema ini dan mulai menulis untuk menemukan satu jalan sebagai usahanya

melawan budaya patriarki yang telah berakar kuat terutama bagi para

perempuan di Indonesia. Pada novel Geni Jora, Abidah menggunakan latar

pondok pesantren sebagai setting tempatnya yang disempurnakan dengan

suasana dan kondisi pesantren serta kebiasaan yang biasa dilakukan di pondok

pesantren. Novel Geni Jora karya Abidah El Khaliqy ini di dalamnya terdapat

beberapa masalah sosial budaya dalam pesantren yang saling berhubungan

dan berkaiatan antara satu dengan yang lainnya. Muara atau dasar dari semua

Page 83: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

masalah sosial budaya yang timbul dalam novel ini adalah lingkungan

pesantren yang ketat dengan segala peraturan serta hubungan sosial para santri

yang kesemuanya adalah perempuan.

Budaya yang diciptakan dalam sebuah pondok pesantren memang sangat

unik. Setiap pondok memiliki budaya dan suasana yang cukup berbeda

walaupun tentu ada banyak kesamaan juga. Budaya ini terutama dibuat dari

fakta lingkungan pondok yang sangat terbatas, sifat kyai dan sifat para santri.

Oleh karena lingkungan pondok sangat terbatas dan banyak waktu harus

dilewatkan di dalam satu tempat itu, maka harus ada kehormatan dan

kesabaran yang tinggi sekali. Santri-santri harus bisa bekerja sama dan saling

paham untuk menciptakan suasana yang tenang dan cocok untuk belajar dan

beribadah.

Aspek lain kehidupan sehari-hari bagi para santri di Pondok Pesantren

adalah kurang banyak keragaman dalam kegiatan yang bisa dilakukan selama

waktu istirihat tersebut dan kurang banyak kesempatan untuk bergaul dengan

orang dari luar pondok. Maksud tersebut adalah jika santri tidak lagi mandi,

makan, membersih-bersihkan atau sholat, biasanya mereka baru belajar. Dan

kalau tidak ada tamu yang datang ke pondok untuk bertemu dengan para

santri, selama mereka menetap di pondok, mereka hanya akan bergaul dengan

orang selain santri-santri lain, para Ustad dan keluarga Kyai.

Dengan adanya budaya pondok pesantren yang seperti ini menyebabkan

masalah- masalah sosial yang dialami para santri yang ada dalam pesantren.

Dalam novel Geni Jora terdapat masalah sosial khususnya yang terjadi di

pondok pesantren yaitu kedudukan Pondok Pesantren dalam novel Geni Jora,

Kedudukan Kyai sebagai pembawa nilai sosial budaya dalam novel Geni

Jora, masjid dan masyarakat dalam novel Geni Jora serta Santri, Kyai, dan

Pondok Pesantren dalam novel Geni Jora. Untuk lebih jelasnya, beberapa

masalah sosial di atas akan diuraikan seperti berikut :

a. Kedudukan Pondok Pesantren dalam Novel Geni Jora

Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai

fungsi ganda, sebagai lembaga pendidikan yang mampu mengembangkan

Page 84: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

pengetahuan dan penalaran, keterampilan dan kepribadian kelompok usia

muda dan merupakan sumber referensi tata-nilai Islami bagi masyarakat

sekitar, sekaligus sebagai lembaga sosial di pedesaan yang memiliki peran

sosial dan mampu menggerakkan swadaya dan swakarsa masyarakat, mampu

melakukan perbaikan lingkungan hidup dari segi rohaniah maupun

jasmaniah. Oleh karena itu banyak orang tua yang memasukkan anak-

anaknya ke pesantren walaupun mreka harus mengeluarkan biaya yang tidak

sedikit dan kurangnya intensitas bertemu dengan anak- anak mereka karena

jarak pesantren yang jauh. Hal ini tampak pada:

“ Kami datang dari seluruh penjuru negeri ini, sari Bogor, dari sumbawa, Padang, Bali, Kalimantan, Jakarta, Kendari bahkan Ambon, juga Malaysia , India dan Brunai. Terdapat juga beberapa santri dari Pataya, Thailan.” ( Khalieqy, 2004: 41) “ Karena mahalnya tarif sekolah di pesantren ini, Hanya kalangan tertentu dari pribumi yang masuk ke sana.“ (Khalieqy, 2004: 41) “ Semakin tinggi kelas kami, kami akan menghuni kamar dengan penghuni lebih sedikit, empat atau dua santri saja, dengan toilet pribadi, kulkas dan telepon. Ini namanya, kamae santri senior.” (Khalieqy, 2004: 41)

“Ia pun berontak dan menangkis penilaian Ustaz Omar. Namya berpikir,bukankah setiap berangkat dan pulang dari pesantren menuju kampong halaman di Lombok sana,ia selalu naik pesawat?Bahkan ayahnya, sang konglomerat Arab itu, Mohamet Naufal al Katiri juga memiliki pesawat pribadi?Bagaimana mungki Ustaz Omar menyamakan dirinya dengan manusia Badui?”( Khalieqy, 2004: 38)

Tujuan umum pendidikan di pesantren, ialah membentuk atau

mempersiapkan manusia yang akram (lebih bertakwa kepada Allah SWT)

dan shalih (yang mampu mewarisi bumi ini dalam arti luas, mengelola,

memanfaatkan, menyeimbangkan dan melestarikan) dengan tujuan

akhirnya mencapai sa'adatu al-darain. Pendidikan ini di dapat santri

bukan hanya dikelas tetapi juga dalam kehidupan selama di asrama. Hal

ini tampak pada:

Page 85: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

“ Satu hal kuperingatkan pada kalian bahwa Tuhan kita Yang maha Hebat, maha Ganteng dan Maha Kaya, Maha dari yang Maha.” (Khalieqy, 2004: 37) “ Aku sangat senang saat mengetahui bahwamudirul ma’had berkeputusan untuk mengembalikan para santri baru yang telah kronis penyakit moralnya ke hadapan orangtua mereka masing- masing, dengan pertimbangan bahwa pesantren ini dikhususkan untuk tempat thalabul ‘ilmi.” (Khalieqy, 2004: 56) Tujuan pondok yang awalnya memberikan pendidikan umum

maupun pendidikan agama, menjadi berubah karena adanya beberapa

santri yang dikirim orang tuanya bukan hanya untuk menuntut ilmu di

pesantren tetapi dengan maksud tertentu. Banyak orang tua yang

beranggapan pesantren sebagai tempat penampungan maupun rehabilitasi

kepribadian santri yang bisa dikatakan sudah bobrok. Hal ini tampak pada

:

“ Agaknya selama di pesantren pekerjaan mereka hanya hura- hura dengan makanan yang bejibun, segala coklat yang berkardus- kardus.” ( Khalieqy, 2004: 55) “ Sering aku berfikir tentang kanker pesantren ini yang terus menggerogoti kesehatan jiwa- jiwa santri yang lain yang kedatangannya benar- benar ingin thalabul ilmi. ( Khalieqy, 2004: 55) “ Karena terlalu bandel dan orangtua mereka kelabakan untuk mengatasinya, dilemparkanlah mereka ke pesantren. Kadilah pesantren ini tempat penampungan pribadi- pribadibobrok yang telah akut untuk dapat disembuhkan.” ( Khalieqy, 2004: 56) “ Seorang santri yang berperawakan gemuk bundar, dua mingggu masuk pesantren terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena hendak melahirkan. ( Khalieqy, 2004: 56) “ Dokter pun membisiki Encik Rahmahyang mengantarkannya dan dan mengatakan bahwa pasien baru saja melahirkan entah dimana, yang pasti di rumah orangtuanya. ( Khalieqy, 2004: 56)

Page 86: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tidak hanya bentuk bangunan pesantren tetapi juga peraturan- peraturan

yang juga menunjukkan pesantren ini berada dalan tataran pesantren kelas atas.

Hal ini tampak pada ;

“ Di samping kurikulum yang bagus, Pesantren kami dikenal sangat disiplin dan ketat. Saat masuk pesantren, pemandangan aneh yang pertama kulihat adalah saat memasuki pintu ketiga. Ada tiga pintu terakhir ini, terdapat sebuah ruangan berbama ‘Ruang pemeriksaan.”( Khalieqy, 2004: 42) “ Setiap seorang santri yang memasuki ruangan di pintu ketiga ini, Encik rahmah akan menggerayangi seluruh badannya, seprti seorang petuggas kepolisian yang tengah menggerayangi seseorang yang dicurigai untuk memastikan tidak terdapat barang curian atau barang terlarang dalam lipatan tubuhnya. “(Khalieqy, 2004: 42) “ Di pesantren kami ,setiap kamar di huni enam atau delapan santri . Kami memakai ranjang tingkat untuk tidur dan lemari tingkat juga untuk menyimpan pakaian dan buku-buku. Satu kamar biasanya memuat tiga ranjang tingkat dan tiga lemari dua pintu . Kamar yang memuat empat ranjang tingkat, akan di huni delapan santri dan seterusnya.Semakin tinggi kelas kami ,kami akan menghuni kamar dengan penghuni lebih sedikit ,empat atau dua santri saja , dengan toilet pribadi , kulkas dan telephone. Ini namanya ,kamar santri senior . Biasanya kakak santri kelas enam saja yang memiliki fasilitas semacam itu .” (Khalieqy, 2004: 40) “ Segala jenis mie terus mengalir setiap minggu, setiap dua minggu, setiap para orang tua santri datang berkunjung pada saat hari kunjungan” “ Di pesantren kami ,setiap kamar di huni enam atau delapan santri . Kami memakai ranjang tingkat untuk tidur dan lemari tingkat juga untuk menyimpan pakaian dan buku-buku. Satu kamar biasanya memuat tiga ranjang tingkat dan tiga lemari dua pintu . Kamar yang memuat empat ranjang tingkat, akan di huni delapan santri dan seterusnya.Semakin tinggi kelas kami ,kami akan menghuni kamar dengan penghuni lebih sedikit ,empat atau dua santri saja , dengan toilet pribadi , kulkas dan telephone. Ini namanya ,kamar santri senior . Biasanya kakak santri kelas enam saja yang memiliki fasilitas semacam itu .” (Khalieqy, 2004: 54) ”Kamipun berlalu kearah tangga menuju lantai dua. Di lantai dua ini terdapat kelas- kelas, aula II, perpustakaan dan kantor redaksi majalah redaksi dan kafetaria.” (Khalieqy, 2004: 52)

Page 87: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Dalam novel ini, diceritakan bagaimana keadaan pondok pesantren

dengan segala peraturan- peraturan dan kegiatan yang harus dilakukan

para santri secara rutin. Hal ini tampak pada :

“ Jam tidur kami adalah jam sepuluh malam, tetapisatu jam sebelumnya, ada bel berbunyi merupakan bel peringatan bagi santri- santri yang suka keluyuran untuk segera memasuki kamar masing- masing.” (Khalieqy, 2004: 44) Di atas pukul sepuluh malam, tak ada stu santri pun yang boleh berada di luar kamar, kecuali untuk keperluan kamar mandi. Baru diatas pukul dua belas malam, diperbolehkan keluar untuk qiyamul-lail atau belajar di musal, di kelas atau di tempat- tempat yang terang, seperti di atas jalan layang yang membentang antara kamar enam hingga kamar khusus para ustazah atau di atas panggung pertunjukan dengan lampu yang cukup terang. “ (Khalieqy, 2004: 44) “Semua gaun yang boleh dipakai di pesantren merupakan baju sederhana dengan bawayan sarung perempuan, sebagai bentuk penerapan kehidupan sederhana dan menjauhi kehidupan musyifin alias jor- joran. Peraturan semacam ini membuat Sonya terrtekan untuk tidak memamerkan gaun barunya yang dirancang oleh seorang desainer beken dari ibukota. Sonya hanya bias memakai gaun- gaunnya di malah hari saat jam tidur berbunyi.” (Khalieqy, 2004: 43) Dengan adanya peraturan- peraturan yang ditetapkan pesantren

diharapkan para santri hidup dengan teratur, seimbang dan dinamis. Akan

tetapi bukan peraturan dan tata tertib namanya kalau tidak ada pelanggaran

dan sangsi di dalamnya. Hal ini tampak pada :

Dua di antara mereka telah menjalani hukuman cambuk karena kasus lesbian. Satu diantara mereka pernah menjalani hukuman cukur gundul karena kasus pencurian. “ (Khalieqy, 2004: 56)

“ Dalam kasus pencurian yang kini tengah kami tangani, dengan pertuduh seorang santri bernama Detty, tim Majelis Taklim menemukan kesulitan yang tidak biasa berkaitan dengan interogasi yang tidak memadahi, karena isu yang beredar tentang pencuri bertopeng dan hanya uang tertentu yang dicuri, khusus uang yang ada dalam tabungan berbentuk ayam jago. Pencuri merauh isi tabungan tanpa merusak pintu masuk tabungan yang relative kecil, hanya pas untuk masuknya sebutir logam perak gopek. Disinilah

Page 88: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

misterinya. Tetapi aku tidak kehabisan akal untuk membuat manover balik”.( Khalieqy, 2004: 53-54) “ Biasanya para pelaku lesbian akan dihuklum cambuk sebanyak delapan puluh kali dengan rincian, dua puluh kali untuk yangan kanan, dua puluh kali untuk tangan kiri, dua puluh kali untuk kaki kanan, dua puluh kali untuk kaki kiri. “(Khalieqy, 2004: 94)

“ Telah berkali- kali kusaksikan perilaku Encik Rahmah yang melanggar itu. Pada akhirnya ia pun digeser kedudukannya oleh encik lain, namanya Encik Barkah” (Khalieqy, 2004: 43)

b. Kedudukan Kyai sebagai Pembawa Nilai Sosial Budaya dalam Novel Geni

Jora

Peran penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan

dan pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan unsur yang paling

esensial. Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren

banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan

wibawa, serta ketrampilan Kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat

menentukan sebab dia adalah tokoh sentral dalam pesantren.

Keberadaan kiai sebagai pimpinan pesantren, ditinjau dari peran

dan fungsinya dapat dipandang sebagai fenomena kepemimpinan yang

unik, karena selain memimpin lembaga pendidikan Islam yang tidak hanya

bertugas menyusun kurikulum, membuat tata tertib, merancang sistem

evaluasi sekaligus melaksanakan proses belajar mengajar yang berkaitan

dengan ilmu agama yang diasuhnya, dia juga sebagai pembina, pendidik

umat serta pemimpin masyarakat. Dalam novel ini kyai digambarkan

seorang yang sangat disegani dan ditakuti oleh para santri. Hal ini tampak

pada:

“Ustaz Omar kembali mengetukan pulpenya didepan meja Namnya.Ketukan pulpen itu terasa seperti ketukan palu sang hakim yang tengah memutus sebuah perkara.Ruangan kembali senyap mungkin banyak teman menahan nafas sembari menahan sesuatu yang akan terjadi.Namya cegukan di jalan raya.,mobil polisi meraung-raung dengan sirinenya. Tanpa diduga Namya nyeletuk begitu saja. “ada maling, Ustaz.” “Kaulah maling!”bentak Ustaz Omar.( Khalieqy, 2004: 37)

Page 89: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

(Ternyata Namya tidak berani memandang mata Ustaz Omar. Ia terus menunduk dan tetap cegukan)”( Khalieqy, 2004: 37) “Ia pun berontak dan menangkis penilaian Ustaz Omar. Namya berpikir,bukankah setiap berangkat dan pulang dari pesantren menuju kampong halaman di Lombok sana,ia selalu naik pesawat?Bahkan ayahnya, sang konglomerat Arab itu,Mohamet Naufal al Katiri juga memiliki pesawat pribadi?Bagaimana mungki Ustaz Omar menyamakan dirinya dengan manusia Badui?( Khalieqy, 2004: 38) “Cara berpikir seperti itulah yang disebut primitife,Namya Seekor monyet juga bias naik pesawat.Tetapi tidak berarti bahwa sang monyet telah berperadapan karena ia telah naik pesawat.”( Khalieqy, 2004: 38)

Kyai adalah seorang pakar ruhani keagamaan yang mempunyai

spiritulitas cukup tinggi serta kedekatan dengan sang pencipta (Allah

SWT). Oleh karena itu sosok seorang kyai dalam pesantren sangat

dihormati dan dihargai oleh kebanyakan santri terkecuali mereka yang

bandel dan tidak suka dengan aturan yang dibuat oleh pesantren ataupun

kyai. Hal ini tampak pada:

“ Aku tergagap. Sulit bagiku untuk membohongi Ustaz Omar. Tetapi sulit juga bagiku untuk membuka kedok Namnya. Kini posisiku berada diantara dua titik rawan yang menghendaki sebuah kearifan untuk menghakimi. Jika berpihak pada Ustaz Omar, Namnya akan marah dan mungkin membenciku. Sebaliknya jika memihak Namnya, ia akan merajarela dan ustaz Omar kehilanagan kepaercayaan kepadaku. Tak ada cara yang lain;quill haqqa walaw kaana murran, katakan kebenaran, sepahit apapun”. (Khalieqy, 2004: 36) “ Tak salah lagi,itu pasti suara Namya al Katiri,adiknya Sonya al Katiri.Dua bersaudara yang meiliki karakter sama,tak pernah sehari pun membiarkan para santri teman-temanya duduk tenang sambil membaca buku atau berdiri konsentrasi dalam salat. Karuan suasana kelas dimana ujian tengah berlangsung menjadi bingung oleh tawa,sebelum ahkirnya Ustaz Omar menggelar dengan ultimatumnya.”Uskat kalam”( Khalieqy, 2004: 35) “ Ia pun berontak dan menangkis penilaian Ustaz Umar”. (Khalieqy, 2004: 37)

Page 90: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

“(Tak kusangka, Namnya masih mampu berbisik mengancam: akan ku balas kau! Omar Basalamah!)” (Khalieqy, 2004: 38) “Omar si jubah Hitam menyampaikan inta dengan Baduy Nggak terbaik nih ? Rumah tipe 46 ,mobil Volvo ronsokan ah….!sudahlah!Nanti kita amplopi haremnya yang tebal, biar lulus ujian inti.”( Khalieqy, 2004: 38)

Dalam pesantren terdapat banyak santri yang masing- masing

memiliki watak dan kepribadian yang berbeda- beda, maka dari itu

seorang kyai harus dapat bersikap sesuai dengan apa yang dihadapi, baik

itu menghadapai santri yang pandai ataupun santri yang bandel sekalipun.

Kebijaksanaan dan ketegasan harus dimiliki oleh seorang kyai. Hal ini

tampak pada:

"Sebutkan hal-hal yang membatalkan salat" "Hanya ada satu hal, Ustadz" "iya. Sebutkan" Aku mendehem dan memandang ragu ke arah Ustadz Mu'ammal yang tak acuh dengan soalnya. Pedulikah ia dengan jawabnya? "Tidak memiliki imajinasi" (Khalieqy, 2004: 33) “ Aku tidak menyangkal bahwa jawabanmu sangat bagus, tetapi tidak benar. Ini ruang ujian pesantren dan kau adalah santri di sini. Dan Fiqh adalah mata pelajaran yang tengah diujikan. Jadi kamu harus menjawab berdasar ketentuan ilmu Fiqh. Paham?”( Khalieqy, 2004: 33) “Terpana Ustaz Omar.Membionar matanya. Refleks saja saat beliaujuga mengikuti gerakankepalaku,tersenyum-senyum dan mendecak kagum.Senyap ruang ujian dan kurasakan semua mata tertuju padaku,pada gerakan mulutku. Ujian lisan pun usai dan kini aku boleh duduk kembali.Sebelum giliran santri selanjutnya,Ustat Omar member komentar singkat. “Andai ada seribu Kejora,malam hari lupa gulita.Andai….”( Khalieqy, 2004: 35) “ Lalu Ustaz Omar dengan jubahnya yang berkibar-kibar, dengan pecut rotan ditangan kanan, berjalan menuju tenagh lapangan olahraga, saat waktu menunjuk dua belas siang, dimana sekuruh santri sudah berkumpul menglilingi lapangan unatuk

Page 91: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

menaysikkan eksekusi yang bakal dilaksanakan. Ekskusi? Tidak!”.( Khalieqy, 2004: 93)

“ Tak salah lagi, itu pasti suara Namya al Katiri,adiknya Sonya al Katiri.Dua bersaudara yang meiliki karakter sama,tak pernah sehari pun membiarkan para santri teman-temanya duduk tenang sambil membaca buku atau berdiri konsentrasi dalam salat. Karuan suasana kelas dimana ujian tengah berlangsung menjadi bingung oleh tawa,sebelum ahkirnya Ustaz Omar menggelar dengan ultimatumnya.”Uskat kalam”( Khalieqy, 2004: 35)

c. Masjid dan Masyarakat Pesantren dalam Novel Geni Jora

Pondok pesantren pada umumnya yang pertama kali oleh seorang kyai

atau seorang pendiri pesantren yang ingin mengembangkan sebuah pesantren

adalah masjid. Masjid itu terletak dekat atau di belakang rumah kyai. Sangkut

paut pendidikan Islam dan masjid sangat dekat dan erat dalam tradisi Islam di

seluruh dunia. Dahulu, kaum muslimin selalu memanfaatkan masjid untuk

tempat beribadah dan juga sebagai tempat lembaga pendidikan Islam.

“ Kulihat jauh di depan sana sebuah langkah terayu, menuju mushala. Seorang santri mushala tengah bersiap membangunkan mimpi para santri dengan alunan ayat- ayat suci alqur’an.” (Khalieqy, 2004:37) “Aku bangkit berdiri dan melepas tangan Elya pelan, mencari sasaran lain untuk titik perhatian. Musala. Disanalah kubebaskan kecambuk demam dari jangkauan mata Elya.” (Khalieqy 2004:58) “ Jika lantunan ayatsuci tidak menggema dari speaker di mushala, teriakan Elya melesat sejauh sepuluh kamar bahkan lebih.” (Khalieqy, 2004:58) “ Kami shalat tahajud di musala dan mengitari malam bersama penuh sesak kata- kata.” (Khalieqy, 2004: 91) “ Telah habis malam, Elya. Hayyabinaa ilaa al mushall. Kita akan berdialog dengan kekasih kesayangan.” (Khalieqy, 2004:58)

Masyarakat dalam pesantren yang dituangkan dalam novel ini sanga t

beranekan ragam, mulai dari santri yang sangat penurut serta cerdas sampai

pada santri yang berkelakuan sangat tidak baik karena memang watak mereka

yang sangat sulit untuk diluruskan. Hal ini tampak pada:

Page 92: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

“Seharian Sonya uring-uringan . Ia mendiamkan ku .Jika naik ranjang menjelang tidur , kakinya menginjak tangga ranjang tingkat kami dengan keras hingga menimbulkan getaran yang cukup mengganggu . Ia akan mengulang-ulang tingkahnya hingga melihat aku kehabisan akal untuk menahan kesabaran . Dari atas ranjangnya, Sonya akan membersihkan debu kasur ,kadang dengan memukul-mukulnya agar semua debu keluar mengotori permukaan wajah ku dan menggangu pernapasan ku selagi aku tidur di bawahnya .Ranjangku ada di bawahnya. (Khalieqy, 2004: 40) “ Hanya kau yang bisa menolong Namya! Lakukanlah sesuatu!” “ nada bicaramu seperti majikan terhadap budaknya. Kau pikir siapa aku siapa dirimu,” aku menjawab ketus. “ Waduh! Baru jadi ‘ Bintang Kelas’ sudah sombong, tak terbayangkan jika ‘ bintang pelajar’. Mendingan Zahra Bajned yang dijagokan, tidak sombong dan ringan tangan.” “ Memangnya menjadi ‘bintang pelajar’ pakai jago-jagoan? Kayak pertandingan tinju saja,” aku kian sarkatis. (Khalieqy, 2004: 39) “ Beberapa santri yang bandel seperti Sonya dan Namya, berusaha mengambil kembali barang- barang terlarangnya dengan suap, menyogok Encik rahmah dengan sekilo manisan pala atau tiga kaleng permen cina kesukaannya. Dihadapan santri yang lain, Encik rahmah akan menolak suap dan membentak Sonya. Namun jika telah sepi dan hanya tinggal berdua, Sonya akan menggempur lagi pertahanan Encik Rahmah hingga meraih barang- barang ekslusifnya.” (Khalieqy, 2004: 42)

“Terpana Ustaz Omar.Membionar matanya. Refleks saja saat beliaujuga mengikuti gerakankepalaku,tersenyum-senyum dan mendecak kagum.Senyap ruang ujian dan kurasakan semua mata tertuju padaku,pada gerakan mulutku. Ujian lisan pun usai dan kini aku boleh duduk kembali.Sebelum giliran santri selanjutnya,Ustat Omar member komentar singkat. “Andai ada seribu Kejora, malam hari lupa gulita.Andai….”( Khalieqy, 2004: 35)

Selain santri banyak encik dan kyai yang memiliki karakter yang

berbeda-beda dalam menjalankan tugasnya sebaga tonggak pesantren. Hal ini

terlihat pada:

“ Beberapa santri yang bandel seperti Sonya dan Namya, berusaha mengambil kembali barang- barang terlarangnya dengan suap, menyogok Encik rahmah dengan sekilo manisan pala atau tiga kaleng permen cina kesukaannya. Dihadapan santri yang lain, Encik rahmah akan menolak suap dan membentak Sonya. Namun

Page 93: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

jika telah sepi dan hanya tinggal berdua, Sonya akan menggempur lagi pertahanan Encik Rahmah hingga meraih barang- barang ekslusifnya.” (Khalieqy, 2004: 42) “ Setiap seorang santri yang memasuki ruangan di pintu ketiga ini, Encik rahmah akan menggerayangi seluruh badannya, seprti seorang petuggas kepolisian yang tengah menggerayangi seseorang yang dicurigai untuk memastikan tidak terdapat barang curian atau barang terlarang dalam lipatan tubuhnya. “(Khalieqy, 2004: 42)

“ Ustaz Mu’ammal bermurah hati memberikan kesempatan sekali lahi untuk satu soalnya, namun aku tak mampu mengikuti kemurah hatian yang diajarkan. Sekalipun aku tahu seluruh jawaban yang sesuai dengan kitab fiqh, tetapi lidahku enggan mengatakan, sebab pikiran dan hatiku kurang berkenan dengan jawaban- jawaban yang tertera.”( Khalieqy, 2004: 33)

d. Santri, Kyai, dan Pondok Pesantren dalam Novel Geni Jora

Santri merupakan unsur yang penting sekali dalam perkembangan

sebuah pesantren karena langkah pertama dalam tahap-tahap membangun

pesantren adalah bahwa harus ada murid yang datang untuk belajar dari

seorang alim. Jika murid itu sudah menetap di rumah seorang alim, baru

seorang alim itu bisa disebut kyai dan membangun fasilitas yang lebih lengkap

untuk pondoknya.

Santri biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong dan santri

mukim. Santri kalong merupakan bagian santri yang tidak menetap dalam

pondok tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah selesai mengikuti

suatu pelajaran di pesantren. Santri kalong biasanya berasal dari daerah-daerah

sekitar pesantren jadi tidak keberatan kalau sering pergi pulang. Makna santri

mukim ialah putera atau puteri yang menetap dalam pondok pesantren dan

biasanya berasal dari daerah jauh.

Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah

pesantren yang jauh merupakan suatu keistimewaan untuk santri karena dia

harus penuh cita-cita, memiliki keberanian yang cukup dan siap menghadapi

sendiri tantangan yang dialaminya di pesantren. Relasi sosial kiai- santri

Page 94: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

dibangun atas landasan kepercayaan. Ketaatan santri pada kiai disebabkan

mengharapkan barokah, sebagaimana dipahami dari konsep sufi.

Upaya santri untuk berhubungan dengan kiai selalu diwujudkan dalam

sikap hati-hati, penuh seksama dan hormat. Hanya saja terkadang

penghormatan santri terhadap kiainya dinilai kebablasan dalam konteks

interaksi belajar mengajar sehingga santri kehilangan daya kritisnya terutama

ketika berhadapan dengan kyai. Hal ini tampak pada:

"Sebutkan hal-hal yang membatalkan salat" "Hanya ada satu hal, Ustadz" "iya. Sebutkan" Aku mendehem dan memandang ragu ke arah Ustadz Mu'ammal yang tak acuh dengan soalnya. Pedulikah ia dengan jawabnya? "Tidak memiliki imajinasi" (Khalieqy, 2004: 33) “Ustaz Omar kembali mengetukan pulpenya didepan meja Namnya.Ketukan pulpen itu terasa seperti ketukan palu sang hakim yang tengah memutus sebuah perkara.Ruangan kembali senyap mungkin banyak teman menahan nafas sembari menahan sesuatu yang akan terjadi.Namya cegukan di jalan raya.,mobil polisi meraung-raung dengan sirinenya. Tanpa diduga Namya nyeletuk begitu saja. “ada maling, Ustaz.” “Kaulah maling!”bentak Ustaz Omar.( Khalieqy, 2004: 37) “(Tak kusangka, Namnya masih mampu berbisik mengancam: akan ku balas kau! Omar Basalamah!)” (Khalieqy, 2004: 38) “ Seseorang yang tidak memiliki imajinasi, ia tidak pernah bisa sholat. Jikapoun ia melaksanakan sholat, itu hanya ritual kosong yang bisa dilaksanakan oleh semua robot. Hanya orang yang memiliki imajinasi yang bisa melaksakan dan benar-benar salat”.( Khalieqy, 2004: 33)

Novel Geni Jora memiliki beberapa tokoh yang berpengaruh dalam

jalannya cerita serta amanat yang hendak disampaikan. Penokohan dalam

novel dibagi menjadi tokoh utama yaitu tokoh yang sering muncul dan

beberapa tokoh tambahan. Dalam pesantren juga diceritakan beberapa tokoh

yang saling berhubungan dan didalamnya mengandung aspek sosial budaya.

Page 95: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Banyak konflik yang terjadi antar tokoh dalam pesantren, hal ini disebabkan

oleh persaingan ataupun kesenjangan sosial antara para santri.

“ Mungkin sudah menjadi watak remaja di seluruh bumi : memberontak. Tak terkecuali di pesantren "galak" ini, ada saja santri-santri badung yang senangnya melanggar peraturan dan disiplin pesantren. Ada persaingan akademis yang berbuah kecemburuan, ada geng-gengan yang saling bermusuhan, sampai dengan skandal asmara sejenis alias lesbianisme.” (Khalieqy, 2004: 59)

Hubungan antar tokoh dalam pesantren sangatlah bermacam- macam.

Hari- hari mereka adalah hari- hari berinteraksi dengan teman sebaya dan para

guru. Rutinitas kegiatan dari pagi hari hingga malam sampai bertemu pagi

lagi, mereka menghadapi makhluk hidup yang sama, orang yang sama,

lingkungan yang sama, dinamika dan romantika yang seperti itu pula. Hal ini

tampak pada :

“ Di atas pukul sepuluh malam, tak ada stu santri pun yang boleh berada di luar kamar, kecuali untuk keperluan kamar mandi. Baru diatas pukul dua belas malam, diperbolehkan keluar untuk qiyamul-lail atau belajar di musal, di kelas atau di tempat- tempat yang terang, seperti di atas jalan layang yang membentang antara kamar enam hingga kamar khusus para ustazah atau di atas panggung pertunjukan dengan lampu yang cukup terang. “(Khalieqy, 2004: 44) “ Di pesantren kami ,setiap kamar di huni enam atau delapan santri . Kami memakai ranjang tingkat untuk tidur dan lemari tingkat juga untuk menyimpan pakaian dan buku-buku. Satu kamar biasanya memuat tiga ranjang tingkat dan tiga lemari dua pintu . Kamar yang memuat empat ranjang tingkat, akan di huni delapan santri dan seterusnya.Semakin tinggi kelas kami ,kami akan menghuni kamar dengan penghuni lebih sedikit ,empat atau dua santri saja , dengan toilet pribadi , kulkas dan telephone. Ini namanya ,kamar santri senior . Biasanya kakak santri kelas enam saja yang memiliki fasilitas semacam itu.” (Khalieqy, 2004: 40)

Konflik- konflik sosial budaya tercipta antara para santri, baik itu yang

negatif maupun positif. Misalnya saja tentang kecemburuan antar tokoh. Hal

ini diceritakan dalam :

Page 96: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

“Waduh!Baru jadi ‘bintang kelas’sudah sombog,tak terbayangkan jika ‘bintang pelajar’. Mendingan Zahra Bajned yang dijagokan, tidak sobong dan rintang tangan.”( Khalieqy, 2004: 39)

“Seharian Sonya uring-uringan . Ia mendiamkan ku .Jika naik ranjang menjelang tidur , kakinya menginjak tangga ranjang tingkat kami dengan keras hingga menimbulkan getaran yang cukup mengganggu . Ia akan mengulang-ulang tingkahnya hingga melihat aku kehabisan akal untuk menahan kesabaran . Dari atas ranjangnya, Sonya akan membersihkan debu kasur ,kadang dengan memukul-mukulnya agar semua debu keluar mengotori permukaan wajah ku dan menggangu pernapasan ku selagi aku tidur di bawahnya .Ranjangku ada di bawahnya. (Khalieqy, 2004: 40)

“ Agaknya kembali mesra,dua kejora dimabuk asmara”. Nada-nada seperti itu terus berputar, seakan kaset bobrok yang sulit dihentikan, memaksa telinga terus mendengarnya sekalipun gendang telinga menjadi udeg dan berkeping-keping. Mau tahu cara mengatsinya? Haruslah disetel kaset baru dengan suara-suara nyaring melengking atau nada-nada yang menggemuruh, yang mamou menelan bulat-bulat kemrisik lagu-lagu rongsok tadi. Putarlah Hosam atau Shoba untuk mengatasi bising Shakira dan Britney Spears. Putar Bach atau Beethoven untuk menelan Michael Jackson”. (Khalieqy, 2004: 111 ) “ Hanya kau yang bisa menolong Namya! Lakukanlah sesuatu!” “ nada bicaramu seperti majikan terhadap budaknya. Kau pikir siapa aku siapa dirimu,” aku menjawab ketus. “ Waduh! Baru jadi ‘ Bintang Kelas’ sudah sombong, tak terbayangkan jika ‘ bintang pelajar’. Mendingan Zahra Bajned yang dijagokan, tidak sombong dan ringan tangan.” “ Memangnya menjadi ‘bintang pelajar’ pakai jago-jagoan? Kayak pertandingan tinju saja,” aku kian sarkatis. (Khalieqy, 2004: 39)

Tidak itu saja yang dilakukan Sonya terhadap Kejora, tetapi Sonya juga

melakukan tuduhan lesbian kepada Kejora dan Elya. Saat menghadapi

tuduhan lesbian Kejora tidak menunjukkan emosinya tetapi sebaliknya ia

selalu memohon pertolongan kepada Allah untuk menujukkan kebenaran,

seperti kutipan dibawah ini :

“Astaghfirullah! Aku ber-istighfar pada-Mu ya Allah! Jika ada kejahatan yang hamba lakukan. Pecut-Mu lebih menaklukkan.

Page 97: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Namun kejahatan fitnah. Hanya Engkau maha tahu cara mengembalikan. Amin”. (Khalieqy, 2004: 94 ) “ Kututup wajahku dan kutulikan pendengaranku. Kuarasakan kengerian dari hantu-hantu fitnah, seperti monster, puluhan monster yang menggiringku melopati jurang yang dalam dan gelap, dimana belukar segala ular dan belatung, bersatu memperebutkan kehidupanku, kesegaran jasad dan kemilau nuraniku. Lihatlah monster-monster itu. Boleh jadi mereka adalah Sonya beserta gengnya, para pendukung kejahatan dan para santri yang mudah ditipu. “(Khalieqy, 2004: 93)

Kejora selalu dicaci dan dimaki oleh teman-temanya setelah muncul isu

lesbian. Semua hinaan dilontarkan, dapat membuat emosi Kejora meninggi.

Setelah Kejora bisa berpikir dan menilai sebuah kenyataan hidup yang harus

dijalani membuatnya dapat menerima semua kenyataan. Kejora dapat

mengusai emosinya sendiri. Kejora tidak merespon atas semua hinaan yang

telah dilakukan teman-temannya tidak perlu ditanggapi. Seperti kutipan

dibawah ini.

“ Agaknya kembali mesra,dua kejora dimabuk asmara”. Nada-nada seperti itu terus berputar, seakan kaset bobrok yang sulit dihentikan, memaksa telinga terus mendengarnya sekalipun gendang telinga menjadi udeg dan berkeping-keping. Mau tahu cara mengatsinya? Haruslah disetel kaset baru dengan suara-suara nyaring melengking atau nada-nada yang menggemuruh, yang mamou menelan bulat-bulat kemrisik lagu-lagu rongsok tadi. Putarlah Hosam atau Shoba untuk mengatasi bising Shakira dan Britney Spears. Putar Bach atau Beethoven untuk menelan Michael Jackson”. (Khalieqy, 2004: 111 )

Hal itulah yang tampak pada tokoh utama dalam novel ini. Tidak hanya

hubungan yang kurang baik dengan tokoh lain yang ditampilkan dalam novel

ini, tetapi juga hubungan yang membangun dan sangat baik yang ditunjukkan

antara Kejora dan teman karibnya. Hal ini tampak pada :

“ Aku mengagumimu, Jora.” “ Kamu mengagumi dirimu sendiri.” “Wallahi! Segala yang kau miliki, membangkitkan rasa cemburu.” (Tak kusangka, dadaku berdebar dan bibirku gemetar saat mengucapkan pertanyyan kepadanya)” (Khalieqy, 2004: 58)

Page 98: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

“ Dari pucuk kerinduannya, Elya menjawab. “ Kamu tengah dimabuk cinta, Kejora. Ruhmu gelisah sebab engkau terpisah. Temui dia dimanapun ia berada.” (Khalieqy, 2004: 106) “ Sebab itu aku mengagumimu, Jora. Dalam setiap keindahan dan kebaikan, agaknya Tuhan selalu berpihak padamu. Mata elya begitu sendu. Nada suaranya begitu romantis. Dan kata- kata yang keluar dari lubuk hatinya sangat menyentuh. Aku tak tahan dengan semuanya. Kini demam itu menyerang kembali, mengirim semburat merah di wajahku. Aku tertunduk malu, diliputi rasa tersanjung dan dicinta. (Khalieqy, 2004: 101)

Tokoh lain yang tampak pada novel ini adalah kyai dan encik yang

mengelola pesantren. Tidak semua pengelola pesantren memiliki kepribadian

yang baik dalam melaksanakan aturan dan tata tertib. Tetapi banyak pula kyai

yang sangat arif dan bijaksana dalam mengatasi berbagai macam watak para

santrinya:

“ Beberapa santri yang bandel seperti Sonya dan Namya, berusaha mengambil kembali barang- barang terlarangnya dengan suap, menyogok Encik rahmah dengan sekilo manisan pala atau tiga kaleng permen cina kesukaannya. Dihadapan santri yang lain, Encik rahmah akan menolak suap dan membentak Sonya. Namun jika telah sepi dan hanya tinggal berdua, Sonya akan menggempur lagi pertahanan Encik Rahmah hingga meraih barang- barang ekslusifnya.” (Khalieqy, 2004: 42) “ Setiap seorang santri yang memasuki ruangan di pintu ketiga ini, Encik rahmah akan menggerayangi seluruh badannya, seprti seorang petuggas kepolisian yang tengah menggerayangi seseorang yang dicurigai untuk memastikan tidak terdapat barang curian atau barang terlarang dalam lipatan tubuhnya. “(Khalieqy, 2004: 42)

“ Tak salah lagi,itu pasti suara Namya al Katiri,adiknya Sonya al Katiri.Dua bersaudara yang meiliki karakter sama,tak pernah sehari pun membiarkan para santri teman-temanya duduk tenang sambil membaca buku atau berdiri konsentrasi dalam salat. Karuan suasana kelas dimana ujian tengah berlangsung menjadi bingung oleh tawa,sebelum ahkirnya Ustaz Omar menggelar dengan ultimatumnya.”Uskat kalam”( Khalieqy, 2004: 35) “Terpana Ustaz Omar.Membionar matanya. Refleks saja saat beliaujuga mengikuti gerakankepalaku,tersenyum-senyum dan mendecak kagum.Senyap ruang ujian dan kurasakan semua mata tertuju padaku,pada gerakan mulutku. Ujian lisan pun usai dan

Page 99: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

kini aku boleh duduk kembali.Sebelum giliran santri selanjutnya,Ustat Omar member komentar singkat. “Andai ada seribu Kejora,malam hari lupa gulita.Andai….”( Khalieqy, 2004: 35) “ Lalu Ustaz Omar dengan jubahnya yang berkibar-kibar, dengan pecut rotan ditangan kanan, berjalan menuju tenagh lapangan olahraga, saat waktu menunjuk dua belas siang, dimana sekuruh santri sudah berkumpul menglilingi lapangan unatuk menaysikkan eksekusi yang bakal dilaksanakan. Ekskusi? Tidak!”.( Khalieqy, 2004: 93)

“ Beberapa santri yang bandel seperti Sonya dan Namya, berusaha mengambil kembali barang- barang terlarangnya dengan suap, menyogok Encik rahmah dengan sekilo manisan pala atau tiga kaleng permen cina kesukaannya. Dihadapan santri yang lain, Encik rahmah akan menolak suap dan membentak Sonya. Namun jika telah sepi dan hanya tinggal berdua, Sonya akan menggempur lagi pertahanan Encik Rahmah hingga meraih barang- barang ekslusifnya.” (Khalieqy, 2004: 42)

Hal yang tampak adalah bagaimana tokoh yang satu menyikapi tokoh

yang lain, baik itu dalam hal yang sifatnya menyimpang ataupun tokoh dengan

kepribadian yang baik.

“ Dalam kasus pencurian yang kini tengah kami tangani, dengan pertuduh seorang santri bernama Detty, tim Majelis Tahkim menemukan kesulitan yang tidak biasa berkaitan dengan interogasi yang tidak memadahi, karena isu yang beredar tentang pencuri bertopeng dan hanya uang tertentu yang dicuri, khusus uang yang ada dalam tabungan berbentuk ayam jago. Pencuri merauh isi tabungan tanpa merusak pintu masuk tabungan yang relative kecil, hanya pas untuk masuknya sebutir logam perak gopek. Disinilah misterinya. Tetapi aku tidak kehabisan akal untuk membuat manover balik”.( Khalieqy, 2004: 53-54) “ Kututup wajahku dan kutulikan pendengaranku. Kuarasakan kengerian dari hantu-hantu fitnah, seperti monster, puluhan monster yang menggiringku melopati jurang yang dalam dan gelap, dimana belukar segala ular dan belatung, bersatu memperebutkan kehidupanku, kesegaran jasad dan kemilau nuraniku. Lihatlah monster-monster itu. Boleh jadi mereka adalah Sonya beserta gengnya, para pendukung kejahatan dan para santri yang mudah ditipu. “(Khalieqy, 2004: 93)

Page 100: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

“ 00.03. Dini hari. Entah sampai di mana ruhku mengembara. Kucari dirimu, Elya, dari pelosok paling jauh dan sunyi hingga kota-kota ramai, dari hutan-hutan gelap yang liar, hijau dan rimbun, menyisir sungai-sungai dengan alirannya yang tenang, lembah-lembah yang ramah dan jurang-jurang menganga, pantai-pantai dengan pasirnya yang putih dan aromanya yang purba, mendung menggantung rendah dan gunung-gunung yang perkasa, di mana engkau bersembunyi, Elya?”( Khalieqy, 2004: 107) “ Setiap hari kusaksikan Sonya Alkatiri, Nor bahanan, Faiga Huraidi maupun Najwa Balbed, teman-temanku sekamar, jungkir balik salat sembari lirik kiri kanan, senggol kiri kanan, kadang ngikik kadang menarik narik mukena yang lain, bahkan aroma CO2 sudah menyebar kemna-mana tetap tak ada yang mau mwngaku dan tidak mau memperbaharui wudhunya, dapatkah kucerna sebuah ketentuan tentang “ hal-hal yang mebatalkan salat?” (Khalieqy, 2004: 34)

Di pesantren ini, para santrinya dididik dengan aturan dan disiplin

keras berdasarkan syariat Islam. Tentu diajarkan pula ilmu pengetahuan

umum lainnya, tidak semata-mata pelajaran agama saja. Dari sini, kelak

diharapkan akan lahir perempuan-perempuan muslim cerdas dengan

pengetahuan dan ilmu yang tak kalah hebat dibanding mereka yang

jebolan sekolah umum. Kejora mewakili gambaran seorang santri ideal

tersebut. Ia yang berpikiran moderat kerap kali mendebat para ustadznya

terutama untuk hal-hal yang dirasa mengganggu logikanya. Hal tersebut

dapat dilihat dalam kutipan di bawah ini :

"Sebutkan hal-hal yang membatalkan salat" "Hanya ada satu hal, Ustadz" "iya. Sebutkan" Aku mendehem dan memandang ragu ke arah Ustadz Mu'ammal yang tak acuh dengan soalnya. Pedulikah ia dengan jawabnya? "Tidak memiliki imajinasi" (( Khalieqy, 2004: 33) “ Ustaz Mu’ammal bermurah hati memberikan kesempatan sekali lahi untuk satu soalnya, namun aku tak mampu mengikuti kemurah hatian yang diajarkan. Sekalipun aku tahu seluruh

Page 101: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

jawaban yang sesuai dengan kitab fiqh, tetapi lidahku enggan mengatakan, sebab pikiran dan hatiku kurang berkenan dengan jawaban- jawaban yang tertera.”( Khalieqy, 2004: 33) “ Seseorang yang tidak memiliki imajinasi, ia tidak pernah bisa sholat. Jikapoun ia melaksanakan sholat, itu hanya ritual kosong yang bisa dilaksanakan oleh semua robot. Hanya orang yang memiliki imajinasi yang bisa melaksakan dan benar-benar salat”. ( Khalieqy, 2004: 33) “ setiap hari kusaksikan Sonya Alkatiri, Nor bahanan, Faiga Huraidi maupun Najwa Balbed, teman-temanku sekamar, jungkir balik salat sembari lirik kiri kanan, senggol kiri kanan, kadang ngikik kadang menarik narik mukena yang lain, bahkan aroma CO2 sudah menyebar kemna-mana tetap tak ada yang mau mwngaku dan tidak mau memperbaharui wudhunya, dapatkah kucerna sebuah ketentuan tentang “ hal-hal yang mebatalkan salat?” ( Khalieqy, 2004: 34)

Dalam khazanah pendidikan kita, sekolah berasrama adalah model

pendidikan yang cukup tua. Secara tradisional jejaknya dapat kita selami

dalam dinamika kehidupan pesantren, pendidikan gereja, bahkan di bangsal-

bangsal tentara. Pendidikan berasrama telah banyak melahirkan tokoh besar

dan mengukir sejarah kehidupan umat manusia. Akan tertapi tak sedikit pula

yang pernah mengenyam pendidikan pesantren, kepandaian yang dimiliki

dijadikan senjata yang sangat merugikan untuk diri sendiri maupun orang lain.

2. Tanggapan Pembaca terhadap novel Geni Jora

Tanggapan pembaca mengenai novel Geni Jora karya Abidah El

Khalieqy sangat beraneka ragam. Novel ini merupakan novel yang secara

kritis membedah dunia pesantren. Menyorot sisi- sisi hubungan laki- laki dan

perempuan kaitannya dalam masalah gender. Pemberontakan tokoh utama atas

sikap patriarkis yang dinilainya tidak adil seperti yang diungkapkan oleh Drs.

Yant Mujiyanto, M. Pd yaitu :

” Gambaran kehidupan sosial budaya masyarakat saat ini sudah tergambar cukup jelas dan mendalam dalam novel Geni Jora, artinya suasana yang dilukiskan pengarang

Page 102: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

sudah sesuai dengan realitas yang ada. Realitas yang dimaksud disini adalah kuatnya budaya patriarki, sikap lebih mengutamakan laki- laki daripada wanita” ( CLHW. No 1)

Hal senada juga diungkapkan oleh Kartika Fitri Yuniarti . Sebagai

seorang pembaca dia menilai novel ini sangat dekat dengan penyejajaran hak

antara laki- laki dan perempuan.

“ Menurut saya novel Geni Jora sudah cukup menggambarkan kehidupan sosial budaya masyarakat saat ini. Kejora menggambarkan sesosok aktifis emansipasi wanita yang berusaha mensejajarkan hak antara perempuan dan laki- laki. Namun pada kenyataannya kita tidak sempat mengubah hukum alam bahwa laki- laku lebih berkuasa daripada perempuan.” ( CLHW. No 4 ).

Selain menggambarkan mengenai feminisme dan patriarki dalam novel

ini juga secara jelas menceritakan tentang kehidupan Pondok Pesantren.

Dalam novel ini dapat dilihat bahwa pengarang sangat faham betul dan sangat

fasih bicara tentang kehidupan pesantren. Hal ini di darenakan memang

penulis mempunyai latar belakang pendidikan di pesantren.

“Di sini pengarang memotret realitas yang pernah dialaminya dengan penghayatan yang mendalam ketika dulu ia pernah nyantri di Pesantren. “ (CHLW. No 1)

Hal ini benar adanya karena pengarang sendiri bercerita bahwa lewat

novel ini Abidah mencoba menggambarkan kehidupan di Pesantren baik pada

jaman sekarang maupun dahulu saat dia masih tinggal di Pesantren.

“ Kejora dalam diri saya. Tokoh Kejora dalam novel ini memang menggambarkan tentang diri saya terutama pada saat saya ada dalam pondok pesantren di daerah Jawa Timur.” (CLHW. No 1)

Selain menceritakan tentang feminisme, novel ini juga banyak

mengandung nilai- nilai agama khususnya agama islam karena dalam novel ini

Page 103: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

settingnya ada di Pesantren. Hal ini diungkapkan oleh Yulia Sri Astuti sebagai

pembaca yang telah membaca novel ini.

“Ya. novel Geni Jora banyak sekali nilai- nilai pendidikan agama. Banyak contoh- contoh yang bisa diambil hikmahnya dari pendidikan agama.” (CLHW. No 4)

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd

yang mengatakan bahwa dalam penceritaan ilmu agama dalam novel ini

sangat pas, artinya tidak berlebihan sehingga terkesan tidak menggurui atau

seperti buku agama yaitu :

“Sedikit banyak dalam novel ini dihadirkan aneka pengetahuan tentang agama islam, sesuai karakter kehidupan dan dunia pesantren yang menjadi inti permasalahan ( bukan sekedar latar budaya ), namun tidaklah terlalu detail seperti buku pelajaran agama. Artinya, disini pengarang bertindak cukup proporsional, sehingga penyampaian materi agamanya tidak terasa menggurui. “ (CLHW. No 2)

Pendapat yang hampir sama juga diungkapkan oleh Kartika Fitri

Yuniarti yang mengungkapkan bahwa selain memberikan pengetahuan umun

Pesantren juga memberikan pengetahuan tentang agama yaitu:

“Sekarang di Pesantren juga mengajarkan pendidikan umum jadi saya rasa sekarang sama dengan pendidikan umum. Malah pesantren memiliki nilai lebih karena di Pesantren mendapat bekal agama yang mendalam.”( CLHW. No 5).

Pembaca lain juga beranggapan bahwa saat ini pesantren tidak hanya

mengajarkan tentang pendidikan agama saja tetapi mengajarkan juga

pengetahuan umun sama seperti sekolah pada umumnya, sehingga pesantren

saat ini tidak kalah dengan sekolah- sekolah formal.

“ Pendidikan di pokdok pesantren tidak kalah dari pendidikan umum karena sekarang banyak pesantren yang mengajarkan pendidikan agama dan umum.” ( CLHW. No 3)

Page 104: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Memang dalam novel ini digambarkan oleh penulis secara detail tentang

kehidupan di pesantren serta gaya hidup para santri yang cenderung

berdampak positif. Hal ini diungkapkan oleh Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd

yaitu :

“ Pendapat saya tentang pendidikan di Pondok Pesantren hanya saya ketahui secara umum dan selintas ( dari baca buku dan pengalaman anak saya yang pernah sekolah disana yaitu pendalaman mengenai syariat Islam penuh dengan materi- materi keagamaan, untuk diamalkan dalam kehidupan sehari- hari. Disana ditanamkan ketaatan pada perintah- perintah Allah, menjauhi arangan-Nya, hidup sederhana, tekun, jujur, disiplin, menghormati ustadz- ustadzah, punya kepedulian terhadap lingkungan, disampaikan menjadi figur yang membawa rahmat bagi semesta alam.” (CLHW. No 3)

Selain kelebihan, tentunya kehidupan pesantren juga memiliki

kelemahan. Seperti diungkapkan oleh Yulia Sri Astuti yaitu :

“ Pondok Pesantren ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya siswa benar- benar dipersiapkan untuk urusan dunia dan akhirat, serta dengan alkhlak mulia. Kekurangannya santri kadang jadi tertekan, dan tidak mampu beradaptasi dengan dunia luar. Banyak jebolan pesantren jadi nakal karena mereka tidak mampu menyeleraskan kehidupan ini dengan benar.” ( CLHW. No 4)

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa kehidupan pesantren sesuai

dengan apa yang dicanangkan pemerintah, tetapi ada juga yang berpendapat

bahwa tidah sesuai. Seperti diungkapkan para pembaca sebagai berikut:

“ Rata- rata kehidupan di Pondok Pesantren sudah sesuai dengan yang dicanangkan Pemerintah. Artinya, di sana diajakan sikap dan tindakan untuk menjadi Warga Negara yang baik, ketaatan terhadap ajaran agama, sesuai bermaslahat, jauh koridor amar makhruf nahi munkar, menjadi insan yang dari tindakan yang mengarah pada kemudaratan, apalagi terorisme. “(CLHW. No 1)

Page 105: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

“ Sesuai dan mendukung. Bahkan sangat membantu pemerintah dalam melaksanakan kehidupan yang sejahtera.” (CLHW. No 4) “ Hanya menurut saya mungkin saja pesantren sudah menerapkan aturan itu karena pesantren selalu menghasilkan santri- santri yang dapat diterima dalam kehidupan bermasyarakat.” (CLHW. No 3)

Pembaca selaku pemberi makna adalah variabel menurut ruang, waktu

dan golongan sosial budaya. Baik dan tidaknya sebuah karya sastra dapat

dilihat dari bagaimana para pembaca dan penikmat sastra terhadap karya

sastra tersebut.

B. Pembahasan

1. Aspek Sosial Budaya Pesantren yang Terdapat dalam Novel Geni Jora

a. Kedudukan Pondok Pesantren dalam Novel Geni Jora.

Novel Geni Jora karya Abidah El Khaliqy sangar kental dengan

lingkungan pondok pesantren. Tujuan umum pendidikan di pesantren, ialah

membentuk atau mempersiapkan manusia yang akram (lebih bertakwa kepada

Allah SWT.) dan shalih (yang mampu mewarisi bumi ini dalam arti luas,

mengelola, memanfaatkan, menyeimbangkan dan melestarikan) dengan tujuan

akhirnya mencapai sa'adatu al-darain. Pendidikan ini di dapat santri bukan

hanya dikelas tetapi juga dalam kehidupan selama di asrama.

Tujuan pondok yang awalnya memberikan pendidikan umum maupun

pendidikan agama, menjadi berubah karena adanya beberapa sntri yang

dikirim orang tuanya bukan hanya untuk menuntut ilmu di pesantren tetapi

dengan maksud tertentu. Dalam novel Geni Jora Abidah El Khaliqy di

ceritakan banyak orang tua yang beranggapan pesantren sebagai tempat

penampungan maupun rehabilitasi kepribadian santri yang bisa dikatakan

sudah bobrok.

Budaya yang diciptakan dalam sebuah pondok pesantren memang sangat

unik. Setiap pondok memiliki budaya dan suasana yang cukup berbeda

walaupun tentu ada banyak kesamaan juga. Budaya yang diciptakan dalam

pesantren dalam novel ini adalah budaya pesantren berkelas yang didalamnya

Page 106: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

terdapat banyak santri dari keluarga konglomerat sehingga pesantren ini dapat

dikatakan pesantren berkelas.

Peraturan- peraturan yang sangat ketat juga ditampilkan dalam novel ini

sehingga benar- benar tercipta santri yang sangat berkwalitas. Santri yang

tidak hanya pandai dalam ilmu umum dan ilmu agama tetapi juga santri yang

memiliki kepribadian yang mandiri dan bertanggung jawab.

b. Kedudukan Kyai sebagai Pembawa Nilai Sosial Budaya dalam Novel

Geni Jora

Peran penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan

pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan unsur yang paling

esensial.Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren

banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan

wibawa, serta ketrampilan kyai.

Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia adalah

tokoh sentral dalam pesantren. Kyai dengan kharisma yang dimilikinya tidak

hanya dikategorikan sebagai elit agama, tetapi juga elit pesantren dan tokoh

masyarakat yang memiliki otoritas tinggi dalam menyimpan dan menyebarkan

pengetahuan keagamaan Islam serta berkompeten dalam mewarnai corak dan

bentuk kepemimpinan terutama dalam pesantren. Tipe kharismatik yang

melekat pada dirinya menjadi tolok ukur kewibawaan pesantren. Dilihat dari

segi kehidupan santri, kharisma kyai merupakan karunia yang diperoleh dari

kekuatan dan anugerah Tuhan.

Dalam hal pendidikan baik yang menyangkut format kelembagaan,

kurikulum dan metode yang diterapkan tidak lepas dari kebijakan kyai. Segala

aspek policy pendidikan maupun manajerial, pihak lain hanyalah sebagai

pelengkap. Ketika terjadi perbedaan pendapat antara santri dan kyai, belum

pernah dalam sejarah kepesantrenan para santri mengalahkan kehendak kyai.

Dalam novel Geni Jora Abidah El Khaliqy digambarken jelas kyai

sangat berperan penting dalam segala kegiatan pesantren. Semua warga

pesantren segan dan sangat hormat dengan kyai.

Page 107: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

c. Masjid dan Masyarakat Pesantren dalam Novel Geni Jora

Sebagai pusat kehidupan rohani, sosial dan politik, dan pendidikan

Islam, masjid merupakan aspek kehidupan sehari-hari yang sangat penting

bagi masyarakat. Dalam pesantren, masjid dianggap sebagai tempat yang

paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang

lima waktu, khutbah, dan sembahyang Jumat, dan pengajaran kitab-kitab

Islam klasik.

Masjid adalah salah satu tempat yang dipakai oleh masyarakat pesantren

maupun masayrakat yang berasa di sekeliling pesantren tersebut. Adanya

hubungan baik antara masyarakat yang berada di dalam pesantren dan

masyarakat di sekeliling pesantren salah satunya karena adanya masjid.

Walaupun dalam novel tidak banyak diceritakan bagaimana santri

melakukan kegiatan di masjid, tetapi masjid diceritakan sebagai tempat yang

sangat suci dalam pesantren. Masjid menjadi tempat berkumpul para santri.

d. Santri, Kyai, dan Pondok Pesantren dalam Novel Geni Jora

Hubungan santri, kyai, dan pondok pesantren dalam novel ini sangatlah

kental. Santri yang sebagian besar hormat dan patuh pada kyai, tetapi tetap ada

sebagian santri yang terkesan menyepelekan kyai. Hal ini dikarenakan adanya

kecemburuan sosial karena sikap kyai dalam menghadapi santri yang bandel.

Hubungan yang tidak baik itu tidak hanya terjadi pada santri dan kyai

saja, hubungan antar santri demikian pula. Hal ini terlihat dalam segala hal

baik itu dalam kelas maupun pergaulan keseharian mereka. Kesenjangan

sosial sering kali tak terhindarkan mengingat mereka adalah satu jenis.

2. Tanggapan Pembaca terhadap novel Geni Jora

Novel ini menceritakan tentang kehidupan pesantren yang sarat dengan

pengetahuan tentang agama. Hanya saja masih ada yang harus dibenahi, yang

harus disesuaikan dengan keadaan pesantren pada umumnya.

Page 108: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Gambaran kehidupan sosial budaya masyarakat saat ini sudah tergambar

cukup jelas dan mendalam dalam novel Geni Jora, artinya suasana yang

dilukiskan pengarang sudah sesuai dengan realitas yang ada. Realitas yang

dimaksud disini adalah kuatnya budaya patriarki, sikap lebih mengutamakan

laki- laki daripada wanita. Gambaran sosial budaya dalam novel Geni Jora

mencerminkan keadaan sosial budaya yang sebenarnya di Pondok Pesantren.

Page 109: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

95

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Aspek Sosial Budaya Pesantren yang Terdapat dalam Novel Geni Jora

adalah :

a. Kedudukan Pondok Pesantren dalam Novel Geni Jora

Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai

fungsi ganda, sebagai lembaga pendidikan yang mampu mengembangkan

pengetahuan dan penalaran, keterampilan dan kepribadian kelompok usia

muda dan merupakan sumber referensi tata-nilai Islami bagi masyarakat

sekitar, sekaligus sebagai lembaga sosial di pedesaan yang memiliki peran

sosial dan mampu menggerakkan swadaya dan swakarsa masyarakat,

mampu melakukan perbaikan lingkungan hidup dari segi rohaniah maupun

jasmaniah.

Oleh karena itu banyak orang tua yang memasukkan anak- anaknya

ke pesantren walaupun mreka harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit

dan kurangnya intensitas bertemu dengan anak- anak mereka karena jarak

pesantren yang jauh. Tujuan umum pendidikan di pesantren, ialah

membentuk atau mempersiapkan manusia yang akram (lebih bertakwa

kepada Allah SWT.) dan shalih (yang mampu mewarisi bumi ini dalam

arti luas, mengelola, memanfaatkan, menyeimbangkan dan melestarikan)

dengan tujuan akhirnya mencapai sa'adatu al-darain.

Tujuan pondok yang awalnya memberikan pendidikan umum

maupun pendidikan agama, menjadi berubah karena adanya beberapa sntri

yang dikirim orang tuanya bukan hanya untuk menuntut nilmu di

pesantren tetapi dengan maksud tertentu. Banyak orang tua yang

beranggapan pesantren sebagai tempat penampungan maupun rehabilitasi

kepribadian santri yang biasa dikatakan sudah bobrok.

Page 110: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Dalam novel ini, diceritakan bagaimana keadaan pondok pesantren

dengan segala peraturan- peraturan dan kegiatan yang harus dilakukan

para santri secara rutin. Dengan adanya peraturan- peraturan yang

ditetapkan pesantren diharapkan para santri hidup dengan teratur,

seimbang dan dinamis. Akan tetapi bukan peraturan dan tata tertib

namanya kalau tidak ada pelanggaran dan sangsi di dalamnya.

b. Kedudukan Kyai sebagai Pembawa Nilai Sosial Budaya dalam Novel

Geni Jora

Peran penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan

dan pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan unsur yang paling

esensial. Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren

banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan

wibawa, serta ketrampilan Kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat

menentukan sebab dia adalah tokoh sentral dalam pesantren.

Keberadaan kiai sebagai pimpinan pesantren, ditinjau dari peran dan

fungsinya dapat dipandang sebagai fenomena kepemimpinan yang unik,

karena selain memimpin lembaga pendidikan Islam yang tidak hanya

bertugas menyusun kurikulum, membuat tata tertib, merancang sistem

evaluasi sekaligus melaksanakan proses belajar mengajar yang berkaitan

dengan ilmu agama yang diasuhnya, dia juga sebagai pembina, pendidik

umat serta pemimpin masyarakat. Dalam novel ini kyai digambarkan

seorang yang sangat dise4gani dan ditakuti oleh para santri.

Kyai adalah seorang pakar ruhani keagamaan yang mempunyai

spritulitas cukup tinggi serta kedekatan dengan sang pencipta (Allah

SWT). Oleh karena itu sosok seorang kyai dalam pesantren sangat

dihormati dan dihargai oleh kebanyakan santri terkecuali mereka yang

bandel dan tidak suka dengan aturan yang dibuat oleh pesantren ataupun

kyai.

c. Masjid dan Masyarakat Pesantren dalam Novel Geni Jora

Pondok pesantren pada umumnya yang pertama kali oleh seorang

kyai atau seorang pendiri pesantren yang ingin mengembangkan sebuah

Page 111: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

pesantren adalah masjid. Masjid itu terletak dekat atau di belakang rumah

kyai. Sangkut paut pendidikan Islam dan masjid sangat dekat dan erat

dalam tradisi Islam di seluruh dunia. Dahulu, kaum muslimin selalu

memanfaatkan masjid untuk tempat beribadah dan juga sebagai tempat

lembaga pendidikan Islam.

Sebagai pusat kehidupan rohani,sosial dan politik, dan pendidikan

Islam, masjid merupakan aspek kehidupan sehari-hari yang sangat penting

bagi masyarakat. Dalam rangka pesantren, masjid dianggap sebagai tempat

yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek

sembahyang lima waktu, khutbah, dan sembahyang Jumat, dan pengajaran

kitab-kitab Islam klasik.

d. Santri, Kyai, dan Pondok Pesantren dalam Novel Geni Jora

Santri merupakan unsur yang penting sekali dalam perkembangan

sebuah pesantren karena langkah pertama dalam tahap-tahap membangun

pesantren adalah bahwa harus ada murid yang datang untuk belajar dari

seorang alim. Kalau murid itu sudah menetap di rumah seorang alim, baru

seorang alim itu bisa disebut kyai dan mulai membangun fasilitas yang

lebih lengkap untuk pondoknya.

Upaya santri untuk berhubungan dengan kyai selalu diwujudkan

dalam sikap hati-hati, penuh seksama dan hormat. Hanya saja terkadang

penghormatan santri terhadap kiainya dinilai kebablasan dalam konteks

interaksi belajar mengajar sehingga santri kehilangan daya kritisnya

terutama ketika berhadapan dengan kyai.

Novel Geni Jora memiliki beberapa tokoh yang berpengaruh dalam

jalannya cerita serta amanat yang hendak disampaikan. Penokohan dalam

novel dibagi menjadi tokoh utama yaitu tokoh yang sering muncul dan

beberapa tokoh tambahan. Dalam pesantren juga diceritakan beberapa

tokoh yang saling berhubungan dan didalamnya mengandung aspek sosian

budaya. Banyak konflik yang terjadi antar tokoh dalam pesantren, hal ini

disebabkan oleh persaingan ataupun kesenjangan sosial antara para santri.

Page 112: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Hubungan antar tokoh dalam pesantren sangatlah bermacam-

macam. Hari-hari mereka adalah hari-hari berinteraksi dengan teman

sebaya dan para guru. Rutinitas kegiatan dari pagi hari hingga malam

sampai ketemu pagi lagi, mereka menghadapi makhluk hidup yang sama,

orang yang sama, lingkungan yang sama, dinamika dan romantika yang

seperti itu pula. Hal itulah yang tampak pada tokoh utama dalam novel

ini. Tidak hanya hubungan yang kurang baik dengan tokoh lain yang

ditampilkan dalam nobel ini tetapi juga hubungan yang membangun dan

sanagt baik yang titunjukkan antara Kejora dan teman karinya.

Tokoh lain yang tampak pada novel ini adalah kyai dan encik yang

mengelola pesantren. Tidak semua pengelola pesantren memiliki

kepribadian yang baik dalam melaksanakan aturan dan tata tertib. Tetapi

banyak pula kyai yang sangat arif dan bijaksana dalam mengatasi berbagai

macam watak para santrinya

Di pesantren ini, para santrinya dididik dengan aturan dan disiplin

keras berdasarkan syariat Islam. Tentu diajarkan pula ilmu pengetahuan

umum lainnya, tidak semata-mata pelajaran agama saja. Dari sini, kelak

diharapkan akan lahir perempuan-perempuan muslim cerdas dengan

pengetahuan dan ilmu yang tak kalah hebat dibanding mereka yang

jebolan sekolah umum. Kejora mewakili gambaran seorang santri ideal

tersebut. Ia yang berpikiran moderat kerap kali mendebat para ustadznya

terutama untuk hal-hal yang dirasa mengganggu logikanya

Dalam khazanah pendidikan kita, sekolah berasrama adalah model

pendidikan yang cukup tua. Secara tradisional jejaknya dapat kita selami

dalam dinamika kehidupan pesantren, pendidikan gereja, bahkan di

bangsal-bangsal tentara. Pendidikan berasrama telah banyak melahirkan

tokoh besar dan mengukir sejarah kehidupan umat manusia. Akan tertapi

tak sedikit pula yang pernah mengenyam pendidikan pesantren,

kepandaian yang dimiliki dijadikan senjata yang sangat merugikan untuk

diri sendiri maupun orang lain.

Page 113: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

2. Tanggapan Pembaca terhadap Novel Geni Jora

Tanggapan pembaca mengenai novel Geni Jora karya Abidah El

Khalieqy sangat beraneka ragam. Novel ini merupakan novel yang secara

kritis membedah dunia pesantren. Menyorot sisi- sisi hubungan laki- laki

dan perempuan kaitannya dalam masalah gender.

Selain menggambarkan mengenai feminisme dan patriarki dalam

novel ini juga secara jelas menceritakan tentang kehidupan Pondok

Pesantren. Dalam novel ini dapat dilihat bahwa pengarang sangat faham

betul dan sangat fasih bicara tentang kehidupan pesantren.

Selain menceritakan tentang feminisme, novel ini juga banyak

mengandung nilai- nilai agama khususnya agama islam karena dalam

novel ini settingnya ada di pesantren. Dalam novel ini digambarkan oleh

penulis secara detail tentang kehidupan di pesantren serta gaya hidup para

santri yang cenderung berdampak positif. Selain kelebihan, tentunya

kehidupan pesantren juga memiliki kelemahan.

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa kehidupan pesantren

sesuai dengan apa yang dicanangken pemerintah, tetapi ada juga yang

berpendapat bahwa tidak sesuai. Pembaca selaku pemberi makna adalah

variabel menurut ruang, waktu dan golongan sosial budaya. Baik dan

tidaknya sebuah karya sastra dapat dilihat dari bagaimana para pembaca

dan penikmat sastra terhadap karya sastra tersebut.

B. Implikasi

Penelitian ini memiliki implikasi dengan dunia pendidikan khususnya dalam

pengajaran sastra. Hakikat Pendidikan di Indonesia dewasa ini banyak mengalami

perubahan. Hal ini terlihat dari kurikulum yang selalu berubah. Kurikulum

merupakan dasar dari pembuatan silabus. Yang digunakan sebagai alat untuk

mencapai tujuan yang dirumuskan. Kurikulum yang sekarang digunakan adalah

kurikulum yang berlaku sekarang adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP). Dalam kurikulum ini menyertakan membaca dan mengapresiasi karya

sastra sebagai kegiatan yang harus dilakukan siswa.

Page 114: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Kurikulum KTSP menekankan pada pencapaian tujuan dan karakteristik

sekolah masing- masing tetapi juga memenekankan pada standart kompetensi.

Pemerintah pusat memberi rambu- rambu untuk menyusun materi pelajaran

sedangkan guru menentukan silabus yang disesuaikan dengan tujuan dan karakter

sekolah masing- masing. Dengan demikian guru dan sekolah diberi kebebasan

untuk memilih materi materi yang diatur pemerintah.

Dalam kurikulum KTSP, pengajaran sastra di sekolah menengah pertama

kelas VII mencantumkan novel sebagai bahan ajar. Novel Geni Jora karya Abidah

El Khalieqy dianalisis dengan menggunakan sosiologi sastra yang dilakukan

dengan mencari unsur sosial budaya novel. Dengan adanya kurikulum KTSP,

guru memberi keleluasaan untuk mengembangkan materi pelajaran karena

pemerintah hanya memberi rambu- rambu berupa standar kompetensi dan

kompetensi dasar wajib dipenuhi.

Dari hasil penelitian ini dapat diungkapkan adanya unsur- unsur intrinsik

yang membangun dalam Novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy ini meliputi

tema, alur, setting, penokohan, sudut pandang, dan amanat. Unsur- unsur intrinsik

ini dapat dijadikan bahan ajar khususnya dalam hal apresisi sastra. Kajian tokoh

yang terdapat dalam Novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy memuat tentang

watak- watak tokoh yang terdapat dalam novel tersebut.

Dengan demikian Novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy ini dijadikan

sebagai bahan materi pengajaran sastra dengan kajian apresiasi. Berdasarkan

uraian diatas, implikasi yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Implikasi Teoretis

Penelitian ini dapat memberikan masukan untuk mengembangkan

pengajaran sastra di SMP khususnya novel- novel indonesia dari berbagai

angkatan. Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan

pengajaran sastra yang lebih kreatif dan inovatif.

2. Implikasi Praktis

Sebagai bahan asukan bagi guru untuk meningkatkan pengajaran sastra

di SMP, khususnya tentag novel- novel Indonesia yang dirasa sangat kurang

dipahami oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Sebagai sarana bagi siswa

Page 115: KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA...KEHIDUPAN PESANTREN DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ( KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA ) Disusun oleh: Ana Fitria Vivi S. X 1206023

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

untuk memahami dan mengerti tentang apresiasi novel, sehingga dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.

C. Saran

Berdaasarkan hasil penelitian di atas, peneliti dapat memberikan saran-

saran sebagai berikut :

1. Bagi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia

Karya sastra berupa novel Novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy ini

dapat digunakan sebagai salah satu bahan ajar sastra di SMP karena sesuai

dengan kurikulum yang ada. Novel ini memiliki banyak amanat sehingga

sangat baik jika digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sastra.

Pembelajaran ini dapat berupa siswa diberi tugas membaca penggalan atau

sinopsis Novel Geni Jora karya Abidah El Khalieqy kemudian mengapresiasi

unsur intrinsik dan ekstrinsik serta nilai edukatif dalam novel ini kemudian

dibahas dan didiskusikan bersama- sama.

2. Bagi Peneliti Lain

Melihat kelebihan dari novel ini serta kualitas yang bermutu , peneliti

mengharapkan adanya penelitian- penelitian lain mengenai novel ini melalui

pendekatan yang berbeda dengan pendekatan psikologi sastra yang digunakan

dalam penelitian ini.

3. Bagi Penikmat Sastra

Penelitian ini dapat dijadikan jembatan bagi sarana penghubung antara

karya sastra dengan penikmatnya itu sendiri. Melalui penelitian ini diharapkan

karya sastra tidak lagi menjadi sebuah hal asing di mata pembaca serta

pembaca lebih dapat meresapi, menghayati dan menikmati sebuah karya

sastra.