kegiatan strategis akhir tahun anggaran 2006 · sk/viii/2005 tentang pelayanan kesehatan di...

44
GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA OTONOMI KHUSUS BIDANG KESEHATAN SEBESAR 15% (LIMA BELAS PERSERATUS) UNTUK KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA Lampiran : 1 (satu). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua telah di tetapkan Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pelayanan Kesehatan; b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 6 huruf a Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 7 Tahun 2010 telah ditetapkan alokasi dana 15% (lima belas perseratus) bagi penyelenggaraan pelayanan kesehatan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Papua tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Otonomi Khusus Bidang Kesehatan Sebesar 15% (Lima Belas Perseratus) Untuk Kabupaten/Kota Se Provinsi Papua; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Irian Barat dan Kabupaten- kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 3. undang-Undang ......./2

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • GUBERNUR PAPUA

    PERATURAN GUBERNUR PAPUA

    NOMOR 8 TAHUN 2014

    TENTANG

    PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA OTONOMI KHUSUS BIDANG KESEHATAN SEBESAR 15% (LIMA BELAS PERSERATUS)

    UNTUK KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA

    Lampiran : 1 (satu).

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    GUBERNUR PAPUA,

    Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 Undang-

    Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus

    Bagi Provinsi Papua telah di tetapkan Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pelayanan

    Kesehatan;

    b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 6 huruf a Peraturan

    Daerah Provinsi Papua Nomor 7 Tahun 2010 telah ditetapkan alokasi dana 15% (lima belas perseratus) bagi penyelenggaraan pelayanan kesehatan;

    c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

    pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Papua tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Otonomi Khusus Bidang Kesehatan Sebesar 15%

    (Lima Belas Perseratus) Untuk Kabupaten/Kota Se Provinsi Papua;

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang

    Pembentukan Propinsi Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);

    2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008

    tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi

    Khusus Bagi Provinsi Papua Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

    112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884);

    3. undang-Undang ......./2

  • - 2 -

    3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

    Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

    Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

    4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

    5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

    Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

    6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

    Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

    diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

    Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

    7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

    8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

    Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    5234);

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

    Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

    Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

    11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita

    Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);

    12. Keputusan ......./3

  • - 3 -

    12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1202/ MENKES/

    SK/VIII/2005 Tentang Pelayanan Kesehatan di Puskesmas,

    Rujukan, Rawat Jalan dan Rawat Inap, kelas III RS yang dijamin Pemerintah;

    13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 903/Menkes/Per/V/ 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan

    Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor );

    14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 110/Menkes/SK/III/2012 tentang Program Jaminan

    Kesehatan Masyarakat Bagi Penduduk Papua dan Papua Barat;

    15. Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Provinsi Papua Tahun 2010 Nomor 7);

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR PAPUA TENTANG PETUNJUK

    TEKNIS PENGGUNAAN DANA OTONOMI KHUSUS BIDANG KESEHATAN SEBESAR 15% (LIMA BELAS PERSERATUS) UNTUK KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA.

    BAB I

    KETENTUAN UMUM Pasal 1

    Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :

    1. Gubernur ialah Gubernur Papua.

    2. Sekretaris Daerah ialah Sekretaris Daerah Provinsi Papua.

    3. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

    4. Kepala Dinas ialah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

    5. Rumah Sakit Daerah Provinsi adalah Rumah Sakit Umum Daerah dan

    Rumah Sakit Jiwa Daerah milik Pemerintah Provinsi Papua.

    6. Rumah Sakit Umum Daerah adalah Rumah Sakit Umum Daerah milik

    Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Papua.

    7. Pusat Kesehatan Masyarakat, yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan disuatu wilayah

    kerja.

    8. Puskesmas Perawatan adalah pusat kesehatan yang dilengkapi dengan

    fasilitas perawatan, berfungsi sebagai rujukan antara, sebelum dirujuk ke institusi rujukan.

    9. Puskesmas Keliling adalah unit pelayanan kesehatan dari Puskesmas berupa kendaraan beroda empat atau perahu motor dengan dilengkapi

    peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta sejumlah tenaga yang berasal dari Puskesmas.

    10. Puskesmas Pembantu adalah bagian dari unit pelayanan kesehatan Puskesmas merupakan bagian integral dari Puskesmas yang melaksanakan

    sebagaian tugas Puskesmas pada sebagian wilayah Puskesmas.

    11. Pondok ......../4

  • - 4 -

    11. Pondok Bersalin Bidan Kampung adalah unit pelayanan kesehatan yang

    dibentuk atas swadaya masyarakat untuk memberikan pelayanan terhadap

    kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana serta pelayanan kesehatan lainnya yang sesuai dengan kemampuan bidan dan di bawah koordinasi

    Puskesmas.

    12. Pos Obat Kampung adalah unit pertolongan pertama bagi masyarakat yang

    menyediakan obat obatan sederhana untuk pelayanan kesehatan di kampung

    13. Dana Otonomi Khusus yang selanjutnya, disebut Dana Otsus adalah penerimaan anggaran untuk Provinsi, Kabupaten/Kota di Provinsi Papua

    dalam rangka pelaksanaan otonomi Khusus yang sebesar-besarnya digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan Orang Asli Papua.

    14. Dana Otonomi Khusus Bidang Kesehatan yang selanjutnya, disebut DOK-BK adalah penerimaan anggaran untuk Provinsi, Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dalam rangka pelaksanaan otonomi khusus dan

    diperuntukan bagi pembangunan bidang kesehatan.

    15. Kartu Papua Sehat, yang selanjutnya disingkat KPS adalah bukti jaminan pembiayaan pelayanan kesehatan oleh Pemerintah Provinsi Papua kepada masyarakat penerima/peserta penerima jaminan pembiayaan kesehatan.

    16. Layanan Kesehatan Terbang dan Terapung adalah program affirmative bidang kesehatan di Provinsi Papua untuk menjangkau dan memperluas layanan kesehatan di kampung-kampung yang belum pernah terjangkau layanan kesehatan serta disisi lain memberdayakan para kader/dukun

    kampung yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan di kampung.

    17. Jaminan 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah salah satu icon pembangunan Pemerintah Provinsi Papua 2013 – 2018 berupa Perbaikan generasi baru Papua dari proses kelahiran hingga usia dua tahun dengan

    dasar kesehatan reproduksi yang baik, gizi yang baik, dan kesadaran kesehatan yang tinggi.

    18. Dukungan Pelaksanaan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah Salah satu Program Utama DOK-BK Tahun 2013-2018 guna percepatan Program Prioritas bidang Kesehatan melalui peningkatan kinerja Puskesmas

    dan jaringannya dalam menyelenggarakan management puskesmas, pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif serta upaya

    kesehatan lainnya.

    19. Penyediaan Sarana dan Prasarana Puskesmas adalah salah satu Program

    Utama DOK-BK Tahun 2013-2018 guna percepatan program prioritas bidang kesehatan melalui pemenuhan sarana, prasarana, peralatan dan

    perbekalan kesehatan minimal di Puskesmas.

    20. Dukungan Management Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota oleh Dinas

    Kesehatan Provinsi adalah salah satu program utama DOK-BK Tahun 2013-2018 berupa penawaran menu kegiatan untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan di Kabupaten/Kota yang menyangkut hal teknis medis

    program dan teknis medis fungsional.

    Pasal 2

    DOK-BK diberikan kepada Kabupaten/Kota di Provinsi Papua untuk membantu pencapaian Program Prioritas bidang Kesehatan Pemerintah Provinsi Papua Tahun 2013 - 2018.

    Pasal ....../5

  • - 5 -

    Pasal 3

    Program Prioritas bidang Kesehatan sebagaimana di maksud dalam Pasal 2 meliputi :

    a. pelibatan tokoh agama, masyarakat adat dalam mensosialisasikan program kesehatan yang menyangkut kehidupan masyarakat, penanggulangan

    bencana dan krisis kesehatan.

    b. jaminan pembiayaan kesehatan masyarakat papua hingga ke kampung ( total coverage ) dengan menggunakan KPS.

    c. pendirian Rumah Sakit Papua Tipe A sebagai Pusat Rujukan di Kawasan Pasifik dan Pusat Pendidikan Kedokteran di Tanah Papua.

    d. pendirian dan/atau pengembangan 4 (empat) Rumah Sakit Regional Tipe B di Kabupaten Wamena, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Nabire, dan

    Kabupaten Merauke.

    e. pendirian dan/atau pengembangan Rumah Sakit Spesialis yaitu Rumah

    Sakit Penyelamat Ibu dan Anak, Rumah Sakit Penyakit Tropis (Tropical Disease Center), Rumah Sakit Trauma dan Onkologi (Traumatic and Oncologic Center) di Kota dan Kabupaten Jayapura.

    f. penyiapan 1000 dokter umum, 1000 perawat/bidan dengan keahlian

    khusus, 750 apoteker dan 500 dokter spesialis yang berasal dari Papua terutama orang asli Papua.

    g. pendirian dan pengembangan pusat pendidikan kesehatan/pelatihan kesehatan khas Papua seperti SPK, SMAKES, Bidan C dan Balai Pelatihan

    Kesehatan Papua.

    h. pendirian dan atau pengembangan Pusat Promosi Kesehatan di Provinsi dan

    Kabupaten/Kota guna peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di kampung.

    i. penurunan angka kematian ibu hingga 275 per 100.000 kelahiran hidup di Tahun 2018 serta revitalisasi Keluarga Berencana (KB) khas Papua.

    j. penurunan angka kematian balita hingga 34 per 1000 kelahiran hidup di Tahun 2018 serta pencapain kampung UCI hingga 80.

    k. penurunan angka presentase gizi buruk pada bayi, balita hingga 13,5 % di

    Tahun 2018.

    l. peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat sampai ke

    kampung-kampung terpencil melalui layanan kesehatan terbang dan layanan kesehatan terapung.

    m. pengendalian penyakit menular yang terfokus ATM yaitu : AIDS berupa penemuan 28.000 kasus HIV dan semua kasus yang ditemukan mendapat

    intervensi, tidak ada infeksi HIV baru ( Zero infection ), Tuberculosis (TBC) yaitu penemuan kasus TBC hingga 75%, sukses pengobatan TBC hingga hingga 86%, dan malaria berupa Annual Parasite Index (API) hingga 45

    perseribu, Slide Positif Rate hingga kurang dari 5%, serta pengendalian penyakit tidak menular di ikuti penyehatan lingkungan.

    n. peningkatan ketersediaan, keterjangkauanan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat, regensia, alat kesehatan melalui mekanisme satu

    pintu serta pengawasan obat dan makanan.

    o. pengembangan sistim informasi kesehatan terintegrasi melalui Bank data

    Kesehatan di provinsi dan kabupaten/kota.

    Pasal ....../6

  • - 6 -

    Pasal 4

    (1) Perhitungan DOK-BK masing-masing kabupaten/kota dilakukan melalui 2 (dua) tahapan yaitu penentuan besaran alokasi bagi kabupaten/kota dan

    menetapkan dana sebesar 15% (lima belas ) persen dari total dana otsus yang di terima.

    (2) Besaran DOK-BK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur dengan keputusan.

    Pasal 5

    (1) DOK-BK Tahun Anggaran 2014 di arahkan untuk program utama yaitu :

    a. layanan kesehatan dasar serta layanan kesehatan terbang & terapung menggunakan KPS;

    b. dukungan pelaksanaan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi management puskesmas serta upaya kesehatan lainnya;

    c. dukungan terhadap sarana dan prasarana puskesmas; dan

    d. dukungan management dinas kesehatan kabupaten/kota oleh Dinas Kesehatan Provinsi.

    (2) Penentuan bobot pembiayaan bagi masing masing program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) sebagai berikut :

    a. KPS dan layanan kesehatan terbang & terapung sebesar 50% (Lima puluh perseratus);

    b. menunjang BOK sebesar 30 % (tiga puluh perseratus);

    c. sarana dan prasarana puskesmas sebesar 10 % (sepuluh perseratus); dan

    d. dukungan management dinas kesehatan kabupaten/kota oleh Dinas Kesehatan Provinsi sebesar 10 % (sepuluh perseratus).

    (3) Pemerintah Kabupaten/Kota tetap berkewajiban menyediakan dana penyelenggaran Pembangunan Kesehatan yang tidak terbiayai dari DOK-BK.

    Pasal 6

    (1) DOK-BK Kabupaten/Kota di tempatkan di Badan Pengelolaan Keuangan

    Daerah Provinsi Papua untuk selanjutnya akan di transfer ke Badan

    Keuangan Daerah Kabupaten/Kota atau sebutan lain.

    (2) Bobot pembiayaan DOK-BK di tentukan sebagai berikut :

    a. transfer tahap I pada bulan Januari sebesar 30 % (tiga puluh

    perseratus);

    b. transfer tahap II pada bulan April sebesar 40 % (empat puluh

    perseratus); dan

    c. transfer tahap III pada bulan September sebesar 30 % (tiga puluh

    perseratus).

    (3) Transfer tahap II dan transfer tahap III baru dapat dilakukan setelah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mempertanggungjawabkan minimal 80 % (delapan puluh perseratus) penggunaan dana dan telah disetujui serta

    diverifikasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

    Pasal ....../7

  • - 7 -

    Pasal 7

    (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab kegiatan utama DOK-BK wajib menyampaikan laporan yang memuat

    pelaksanaan kegiatan dan penggunaan DOK-BK kepada :

    a. Gubernur Papua cq Dinas Kesehatan Provinsi; dan

    b. Bupati/Walikota.

    (2) Penyampaian laporan kegiatan dan penggunaan DOK-BK dilakukan paling lama 14 (empat belas) hari setelah tahap I berakhir dan menjadi syarat

    utama transfer tahap berikutnya.

    Pasal 8

    (1) Penggunaan DOK-BK dilaksanakan sesuai Petunjuk Teknis sebagaimana

    tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

    (2) Petunjuk teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) agar digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam pengelolaan dan penggunaan DOK-BK.

    Pasal 9

    Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Papua.

    Ditetapkan di Jayapura pada tanggal 3 April 2014

    GUBERNUR PAPUA,

    CAP/TTD

    LUKAS ENEMBE, SIP, MH

    Diundangkan di Jayapura Pada tanggal 4 April 2014

    Sekretaris Daerah Provinsi Papua CAP/TTD T.E.A. HERY DOSINAEN, S.IP

    BERITA DAERAH PROVINSI PAPUA TAHUN 2014 NOMOR 8

    Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM

    Y. DEREK HEGEMUR, SH., MH

  • Lampiran : Peraturan Gubernur Papua

    Nomor : 8 Tahun 2014 Tanggal : 3 April 2014

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua, Pemerintah Provinsi berkewajiban menetapkan

    standar mutu dan memberikan pelayanan kesehatan bagi penduduk khususnya Orang Asli Papua. Besaran alokasi DOK-BK sekurang-kurangnya 15 % (lima belas perseratus). Sementara itu, Peraturan Daerah

    Provinsi Papua Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pelayanan Kesehatan menyatakan bahwa besaran tersebut wajib pula di tetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.

    Penetapan alokasi DOK-BK selanjutnya digunakan untuk pelayanan kesehatan dengan biaya serendah-rendahnya, pencegahan dan

    penanggulangan penyakit-penyakit endemis dan atau penyakit-penyakit yang membahayakan kelangsungan hidup penduduk serta untuk pelaksanaan program-program perbaikan dan peningkatan gizi penduduk.

    Walaupun telah banyak upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Papua sejak pemberlakuan Undang Undang

    Otonomi Khusus tahun 2001, namun dari data-data yang ada dengan jelas menunjukan bahwa Derajat Kesehatan Masyarakat Papua belum menunjukan adanya perbaikan. Pada bulan agustus 2013 Kementerian

    Kesehatan RI telah mengeluarkan sebuah dokumen tentang Survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dimana hasilnya cukup memprihatikan bagi masyarakat papua. Sebagai contoh angka

    kematian neonatal atau bayi baru lahir provinsi Papua tahun 2007 sebesar 24 namun ditahun 2012 meningkat menjadi 27 perseribu kelahiran hidup,

    angka kematian bayi di tahun 2007 sebesar 41 meningkat menjadi 54 perseribu kelahiran hidup di tahun 2012, dan angka kematian balita dimana pada tahun 2007 sebesar 64 meningkat menjadi 115 perseribu

    kelahiran hidup di tahun 2012. Disisi lain berdasarkan data dari Unit Percepatan Pembangunan

    Papua (UP2KP) tahun 2013, rata-rata alokasi dana untuk pembangunan

    kesehatan di kabupaten/kota se Provinsi Papua hanya berkisar 4 -5 %, jauh dari yang ditetapkan dalam UU Otonomi Khusus. Untuk itu, Pemerintah

    Provinsi Papua di tahun 2013 s/d 2018 berkomitmen untuk mengembalikan “roh“ pembiayaan bidang kesehatan melalui DOK sebesar 15 % ( lima belas ) persen.

    Petunjuk teknis DOK Bidang Kesehatan ini di susun sebagai panduan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota seProvinsi Papua dalam

    pelaksanaan 4 (empat) kegiatan utama yang di biayai dari DOK Bidang Kesehatan. Apabila pemerintah daerah merasa perlu menyusun petunjuk yang bersifat lebih operasional sebagai turunan petunjuk teknis ini, maka

    pemerintah daerah dapat mengembangkannya sepanjang tidak bertentangan dengan petunjuk teknis ini.

  • - 2 -

    B. Tujuan

    a. Tujuan Umum.

    Meningkatnya akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat melalui kegiatan Promotif, Preventuf, Kuratif dan Rehabilitatif bagi

    layanan kesehatan dasar guna mewujudkan visi Pemerintah Provinsi Papua tahun 2013 -2018 yaitu Papua Sehat, Mandiri dan Sejahtera di tahun 2018.

    b. Tujuan Khusus

    1. meningkatnya cakupan Puskesmas dalam Pelayanan Kartu Papua Sehat (KPS) bagi masyarakat Papua baik itu pelayanan dalam gedung maupun pelayanan luar gedung serta layanan kesehatan

    terbang dan terapung. 2. tersedianya dukungan biaya dalam pelaksanaan Program Bantuan

    Operasional Puskesmas (BOK) bagi seluruh Puskesmas di Provinsi

    Papua untuk pelayanan kesehatan primer, rujukan pasien serta pendukungnya.

    3. tersedianya sarana dan fasilitas minimal di Puskesmas dalam rangka pelaksanaan KPS.

    4. meningkatnya kualitas manajemen Puskemas terutama dalam

    perencanaan tingkat Puskesmas dan lokakarya mini Puskesmas guna menggerakan potensi masyarakat adat, agama dan aparat

    kampung dalam meningkatkan derajat kesehatan melalui program layanan kesehatan terbang dan terapung.

    c. Sasaran a. Dinas Kesehatan Provinsi; b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;

    c. Puskesmas dan Jaringannya; d. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes);

    e. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu); f. masyarakat adat, pihak agama dan aparat pemerintah di kampung.

    d. Kebijakan Operasional a. DOK-BK adalah Dana Otonomi Khusus bidang Kesehatan tahun

    anggaran berkenaan diberikan kepada Kabupaten/Kota se Provinsi Papua untuk membantu pencapaian 4 (empat) program utama

    kesehatan. b. DOK-BK bukan merupakan pendapat asli daerah Pemerintah

    Daerah, sehingga tidak disetorkan ke kas daerah dan dapat

    dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan upaya kesehatan. c. DOK-BK bukan merupakan dana utama dalam penyelenggaraan

    upaya kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, pemerintah daerah tetap berkewajiban mengalokasikan dana operasional untuk Puskesmas.

    d. pemanfaatan DOK-BK untuk kegiatan Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu harus berdasarkan hasil perencanaan yang disepakati dalam lokakarya mini Puskesmas,

    yang diselenggarakan secara rutin/periodik sesuai kondisi wilayah kerja Puskesmas.

  • - 3 -

    e. pelaksanaan 4 (empat) program utama DOK bidang kesehatan di

    Puskesmas berpedoman pada prinsip keberpihakan pada Orang

    Asli Papua (OAP), keterpaduan, kewilayahan, efisien, efektif dan akuntabel.

    f. besaran alokasi DOK bidang kesehatan setiap Puskesmas ditetapkan dengan Surat Keputusan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan memperhatikan situasi dan kondisi, antara lain :

    1. jumlah penduduk khususnya jumlah OAP 2. luas wilayah;

    3. kondisi geografis; 4. kesulitan wilayah; 5. pencapaian kinerja program di tahun sebelumnya ;

    6. jumlah tenaga kesehatan di puskesmas dan jaringannya; 7. jumlah poskesdes/polindes dan posyandu; 8. parameter lain yang ditentukan oleh Kepala Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan kearifan lokal. g. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat melakukan relokasi

    anggaran antar Puskesmas dalam wilayah Kabupaten/Kota, melalui revisi Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/Kota tentang alokasi DOK-BK di Puskesmas yang tembusannya di

    sampaikan kepada 1. Gubernur Provinsi Papua cq Dinas Kesehatan Provinsi Papua

    2. Bupati/Walikota h. DOK-BK berlaku selama 1 (satu) tahun anggaran dan dapat

    dimanfaatkan mulai tanggal 1 Januari 2013.

    e. Prinsip Dasar

    Pelaksanaan Program Utama DOK-BK di 29 Kabupaten/Kota untuk

    mencapai target Pembangunan Kesehatan di Provinsi Papua tahun 2013 s/d 2018 berpedoman pada prinsip :

    a. Berpihak pada Orang Asli Papua. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Otonomi Khusus Nomor 21 Tahun 2001 dan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2001 maka

    penggunaan DOK bidang kesehtan di utamakan untuk meningkatkan derajat kesehatan OAP.

    b. Keterpaduan.

    Kegiatan pemanfaatan DOK-BK, sedapat mungkin dilaksanakan secara terpadu (tidak eksklusif 1 program) untuk mencapai

    beberapa tujuan, dengan melibatkan para pelaksana program di Puskesmas, pihak adat, pihak agama, kader kesehatan, lintas sektor serta unsur lainnya.

    c. Kewilayahan Puskesmas sebagai penanggung jawab pembangunan kesehatan di

    wilayah kerjanya yang meliputi 1 (satu) kecamatan. d. Efisien

    Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber

    daya yang ada secara tepat, cermat dan seminimal mungkin untuk mencapai tujuan seoptimal mungkin.

  • - 4 -

    e. Efektif

    Kegiatan yang dilaksankan berdaya ungkit terhadap pencapaian

    Visi, Misi dan Program Prioritas bidang kesehatan Pemerintah Provinsi Papua tahun 2013 - 2018.

    f. Akuntabel Pengelolaan dan pemanfaatan DOK bidang kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai aturan pada Petunjuk Teknis DOK-

    BK dan peraturan penggunaan dana lainnya sesuai dengan ketentuan perundan udangan yang berlaku.

  • - 5 -

    BAB II

    RUANG LINGKUP PROGRAM UTAMA

    Ruang lingkup program prioritas DOK-BK dan proporsi pembiayaannya

    secara garis besar di bagi atas 4 (empat) program utama yaitu : a. layanan kesehatan dasar serta layanan kesehatan terbang & terapung

    menggunakan KPS dengan proporsi 50 % (lima puluh perseratus).

    b. dukungan pelaksanaan BOK bagi management puskesmas serta upaya kesehatan lainnya dengan proporsi 30% (tiga puluh perseratus).

    c. dukungan terhadap sarana dan prasarana puskesmas dengan proporsi 10% (sepuluh perseratus).

    d. dukungan management Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota oleh Dinas

    Kesehatan Provinsi dengan proporsi 10 % (sepuluh perseratus).

    Proporsi pembiayaan bagi masing-masing Puskesmas di tetapkan melalui surat

    keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    Rincian kegiatan/menu utama dari masing masing program prioritas DOK bidang kesehatan tahun anggaran berkenaan meliputi :

    1. Layanan Kesehatan Dasar a. Pelayanan Dalam Gedung

    1) Pelayanan rawat jalan tingkat pertama a) pemeriksaan kesehatan dan konsultasi kesehatan b) pelayanan pengobatan umum

    c) pelayanan gigi termasuk cabut dan tambal d) penanganan gawat darurat e) pelayanan gizi kurang/buruk

    f) tindakan medis/operasi kecil g) pelayanan kesehatan ibu dan anak

    h) pelayanan imunisasi wajib bagi bayi i) pelayanan kesehatan melalui Kunjungan rumah . j) pelayanan keluarga berencana (alat kontrasepsi disediakan

    badan koordinasi keluarga berencana nasional). k) pelayanan laboratorium dan penunjang diagnostik lainnya l) pemberian obat

    m) rujukan 2) Pelayanan rawat inap tingkat pertama

    a) penanganan gawat darurat b) perawatan pasien rawat inap termasuk perawatan gizi buruk

    dan gizi kurang

    c) pertolongan dan perawatan persalinan (1) penanganan komplikasi aborsi

    (2) persalinan normal oleh tenaga kesehatan (3) management aktif kala III (4) antibiotik untuk ketuban pecah dini

    (5) deteksi dan penanganan preeklampsia dengan MgSO4 (6) Penangan Obsteteri dan Neonatal Dasar (PONED) (7) deteksi dan pengobatan bakteriuri asimptomatis

    (8) penanganan ibu hamil dengan malaria dan HIV

  • - 6 -

    d) perawatan bayi baru lahir

    (1) inisiasi menyusui dini

    (2) perawatan kangguru untuk bayi baru lahir (3) perawatan emergency neonatal : managemen sakit serius

    (infeksi, asfiksia, prematuritas, jaundice/ sakit kuning) e) perawatan satu hari (one day care) f) tindakan medis yang diperlukan

    g) pemberian obat h) pemeriksaan laboratorium dan penunjang medis lainnya

    i) Rujukan

    b. Pelayanan Luar Gedung

    No Nama

    Program

    Nama

    Kegiatan Bentuk Intervensi

    1. 1000 Hari

    kehidupan

    Pelayanan

    kesehatan Ibu hamil

    1. ANC berkualitas (10 T)

    a. Timbang BB dan Ukur Tinggi Badan

    b. Tensi

    c. Tentukan Tinggi Fundus Uteri

    d. Tahu status Gizi (Ukur Lila)

    e. Tahu letak dan detak

    jantung janin f. Toxoid Tetanus

    (Imunisasi )

    g. Test Malaria, HIV dan IMS

    h. Terapi kasus Malaria, HIV dan IMS

    i. Tablet tambah darah

    (Besi ) j. Temu Wicara (Rencana

    Persalinan & Keluarga Berencana)

    2. Pemberian

    Multimicronutrient 3. Pemberian makanan

    tambahan

    4. Management komplikasi abortus

    5. Deteksi dan pengobatan bakteriuri asimptomatis.

    6. Penggunanaan Kelambu

    berinsektisida 7. Deteksi, Intervensi dan

    Pemantauan Kehamilan Risiko Tinggi

    8. Kelas Ibu Hamil

    9. Rumah Tunggu 10. Kemitraan Bidan Dukun

  • - 7 -

    No Nama

    Program

    Nama

    Kegiatan Bentuk Intervensi

    Pelayanan

    kesehatan ibu bersalin

    1. Persalinan dirumah yang

    aman (Penanganan Tali Pusat dan Persalinan Bersih)

    2. Pelacakan kasus kematian ibu bersalin termasuk otopsi verbal

    Pelayanan kesehatan

    ibu nifas

    1. Kunjungan Ibu Nifas 2. Deteksi, Intervensi dan

    Pemantauan ibu nifas risiko tinggi

    3. Pelacakan kasus kematian ibu nifas termasuk otopsi verbal

    Pelayanan Kesehatan

    Nenonatus

    1. Kunjungan Neonatus 2. Pemantauan Neonatus

    3. Dukungan masyarakat dalam perawatan berat badan lahir rendah

    4. Dukungan masyarakat dalam penanganan sepsis

    neonatal 5. Pelacakan Kematian

    neonates termasuk otopsi

    verbal

    Pelayanan

    Kesehatan Bayi kurang dari 2 tahun

    1. Posyandu

    2. Sweeping 3. Deteksi, pemantaun dan

    intervensi dini bayi risiko

    tinggi 4. Pemberian Vitamin A

    5. Imunisasi Rutin, Tambahan dan dasar

    Tatalaksana

    gizi

    1. Ibu Hamil

    a. Suplementasi besi folat b. Pemberian Makanan

    tambahan (PMT) bagi bumil KEK

    c. Penanggulanan

    kecacingan bagi bumil 2. Kelompok 0-6 Bulan

    a. Promosi menusui (konseling individu dan kelompok)

    3. Kelompok 7-23 Bulan a. Promosi menyusui b. KIE perubahan perilaku

    untuk perbaikan MP-ASI c. Suplementasi Zink

    d. Zink untuk manajemen diare

    e. Pemberian obat Cacing

    f. Fortifikasi Besi

  • - 8 -

    No Nama

    Program

    Nama

    Kegiatan Bentuk Intervensi

    Pendidikan

    gizi

    1. PMT Penyuluhan

    2. Penyuluhan Gizi 3. Konseling ASI- MP ASI

    Pelayanan gizi 1. Posyandu

    2. Sweeping Gizi Kurang/Buruk

    3. Pemantau Status Gizi 4. Survey

    Imunisasi Rutin

    1. Pemberian Imunisasi Rutin pada kegiatan didalam dan luar gedung

    2. Sweeping imunisasi melengkapi cakupan sebelum bayi mencapai

    usia 1 tahun 3. Pelayanan Imunisasi pada

    daerah yang sulit terjangkau

    4. Kampanye Imunisasi

    2. Pelayanan Imunisasi

    Imuniasi lanjutan

    1. Pelayanan Imunisasi pada daerah yang sulit

    terjangkau 2. Kampanye Imunisasi 3. Bulan Imunisasi Anak

    Sekolah (BIAS) a. DT & Campak (Kelas I)

    b. Td (Kelas II dan III)

    Imunisasi

    Tambahan

    1. Subpin

    2. Out Break Respon Imunisasi (KLB)

    3. Pelayanan

    Kesehatan Balita

    1. Posyandu

    2. Sweeping 3. Pemberian Vitamin A

    4. Deteksi, Intervensi dan Pemantauan balita risiko tinggi dengan management

    terpadu balita sakit (MTBSM)

    5. Penemuan dan tatalaksana kasus penyebab utama kematian balita dengan

    management terpadu balita sakit berbasis masyarakat (MTBS-M)

    4. Pencegahan dan Pemberatasan Penyakit

    Mengendalikan

    penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS

    1. Inisiatif test dan konseling dari tenaga kesehatan.

    2. Promosi Pengetahuan komprehensif HIV/AIDS.

    3. Penanganan komprehensif Penderita HIV

  • - 9 -

    No Nama

    Program

    Nama

    Kegiatan Bentuk Intervensi

    a. Pemberian ARV

    b. Tatalaksana kasus dan rujukan

    c. Konseling dan

    pencegahan transmisi penularan penyakit HIV/AIDS dari penderita ke orang lain termasuk kepatuhan

    minum obat 4. Dukungan masyarakat

    dalam penanganan

    komprehensif penderita HIV

    Mewujudkan

    akses terhadap

    pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang

    membutuhkan

    1. Penyediaan reagen dan ARV.

    2. Peningkatan Kemampuan petugas dalam Penemuan,

    tatalaksana dan managemen kasus serta pengambilan specimen

    kasus IMS 3. Sero surveilans bagi

    populasi resiko tinggi

    (serologi, mass blood survey,blood survey, dll)

    4. Pendistribusian pemakaian kondom bagi populasi risiko

    tinggi

    Mengendalika

    n penyebaran dan menurunkan

    jumlah kasus baru Malaria dan TB

    1. Peningkatan Kemampuan

    petugas dalam penemuan, tatalaksana dan managemen kasus (Malaria

    dan TB) 2. Konseling dan pencegahan

    transmisi penularan

    penyakit dari penderita ke orang lain termasuk

    kepatuhan minum obat 3. Spot Survei terhadap tempat

    perindukan vector

    4. Pengendalian vector 5. Pendistribusian kelambu

    kepada kelompok berisiko 6. Penyediaan bahan/reagen

    diagnostic, Obat anti

    Malaria dan TBC

    Eliminasi

    penyakit yang terabaikan (Frambusia,

    Filariasis dan Kusta)

    1. Peningkatan Kemampuan

    petugas dalam survey desa kantong Frambusia, Filariasis dan Kusta,

    tatalaksana dan management kasus termasuk monitoring dan

    evaluasi.

  • - 10 -

    No Nama

    Program

    Nama

    Kegiatan Bentuk Intervensi

    5. Pembinaan

    Kesehatan Lingkungan & Sanitasi

    dasar

    Meningkatkan

    akses masyarakat terhadap

    sumber air minum dan sanitasi dasar

    yang layak

    1. Pendampingan penyusunan

    rencana kegiatan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).

    2. Pemicuan stop buang air sembarangan (pemberdayaan masyarakat)

    3. Pemantauan kualitas air minum

    5. Pelayanan kesehatan

    dalam situasi bencana

    Penanganan masalah

    kesehatan sebelum situasi

    bencana/KLB

    1. Pelatihan Sistem Penanganan Gawat Darurat

    Terpadiu bagi petugas Puskesmas.

    2. Peletihan Pertolongan

    Penderita Gawat Darurat (PPGD) petugas Puskesmas

    3. Penyusunan Kesiapsiagaan

    Rumah Sakit dalam menghadapi Bencana.

    Penangan masalah

    kesehatan saat terjadi bencana /

    KLB

    1. Pengiriman Tim Kajian Cepat Bidang Kehatan

    2. Pengiriman Tim Reaksi Cepat

    3. Pengiriman Tim Medis

    Spesialistik 4. Investigasi dan Penanganan

    KLB Wabah.

    Penangan masalah

    kesehatan pasca terjadi

    bencana / KLB

    1. Kajian Kerugian Bidang Kesehatan

    2. Penanganan Kesehatan dampak Bencana atau

    Krisis

    1. Pelayanan

    Keluarga Berencana

    Penyuluhan

    dan konseling KB khas

    Papua dan kesehatan reproduksi

    Penemuan, tatalaksana dan

    rujukan kasus infertilitas.

    Penyuluhan tentang

    kesehatan reproduksi bagi

    pasangan usia subur dan remaja

    c. Layanan Kesehatan Terbang dan Terapung Layanan kesehatan terbang dan terapung adalah salah satu program

    affirmative bidang kesehatan di Provinsi Papua. Disatu sisi berguna untuk menjangkau dan memperluas layanan kesehatan di kampung-kampung yang belum pernah terjangkau layanan kesehatan, disisi lain program ini

    akan memberdayakan para kader/dukun kampung yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan di kampung.

    Program affirmative ini dilakukan dengan cara Penugasan tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat) yang memenuhi syarat ke kampung terpilih untuk jangka waktu tertentu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/

    Kota, dengan melibatkan pihak adat, geraja dan tokoh perempuan.

  • - 11 -

    Perluasan jangkauan layanan kesehatan ini untuk menjamin dan

    melindungi proses kehamilan, persalinan, pasca persalinan serta keluarga

    berencana pasca salin termasuk pula mendeteksi lebih dini tanda-tanda bahaya selama masa kehamilan, nifas dan pasca persalinan.

    Disamping upaya perlindungan proses reproduksi wanita, perluasan jangkauan layanan ini menjamin terselenggaranya upaya peningkatan gizi masyarakat, perbaikan kesehatan lingkungan, cakupan imunisasi,

    pencegahan penyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS, TBC serta upaya penanganan dasar manajemen terpadu balita sakit dan manajemen terpadu

    balita sakit berbasis masyarakat. Upaya perluasan layanan kesehatan tidak dimaksud untuk

    melimpahkan kewenangan tenaga medis dan para medis kepada para

    kader/dukun kampung melainkan suatu upaya memberdayakan para kader/dukun kampung agar menjadi mitra tenaga kesehatan. Bahwa pada awal pelaksanaan program ini ada sejumlah kewenangan medis yang

    didelegasikan pada kader/dukun kampung seperti pengobatan sederhana dan pertolongan persalinan normal namun ini hanya bersifat sementara,

    hingga tersedia petugas kesehatan defenitif. Ruang lingkup program FHC meliputi beberapa program utama

    yaitu :

    a. management terpadu balita sakit berbasis masyarakat. b. pemeriksaan kehamilan dan deteksi kehamilan risiko tinggi.

    c. pencegahan penularan malaria. d. pencegahan penularan infeksi menular seksual dan HIV/AIDS. e. perbaikan gizi masyarakat.

    f. upaya promosi kesehatan. g. peningkatan cakupan imunisasi. h. persalinan normal.

    Program utama ini dalam pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap, adapun ruang lingkup dari program ini meliputi :

    a. Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas. 1. ibu tidak mau makan dan muntah terus 2. berat badan ibu tidak naik

    3. perdarahan 4. bengkak tangan/wajah, pusing dan diikuti oleh kejang 5. gerak janin berkurang atau tidak ada

    6. kelainan letak janin didalam rahim 7. ketuban pecah sebelum waktunya

    8. persalinan lama 9. penyakit ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan 10. demam tinggi pada masa nifas

    b. Pengenalan Kehamilan Risiko Tinggi 1. primi muda : hamil pertama umur kurang dari 16 tahun

    2. primi tua : hamil pertama umur lebih dari 35 tahun atau terlambat hamil, hamil setelah kawin 4 tahun

    3. jarak kehamilan kurang dari 2 tahun

    4. hamil pada usia lebih dari 35 tahun 5. grande multi : terlalu banyak punya anak (lebih dari 4) 6. terlalu pendek : tinggi badan ibu kurang dari 145 cm

    7. riwayat persalinan jelek : pernah mengalami keguguran atau anak meninggal pada kehamilan sebelumnya.

    8. pernah melahirkan dengan operasi sesar 9. pernah melahirkan dengan menggunakan alat 10. hamil kembar

    11. hamil lebih bulan

  • - 12 -

    c. Perawatan Selama Masa Hamil

    1. melakukan anamnesis dan mengetahui tanda-tanda pasti kehamilan

    2. melakukan periksa pandang kehamilan 3. melakukan periksa raba untuk mengetahui usia hamil dan letak

    janin 4. melakukan pemeriksaan 10 T pada ibu hamil 5. melakukan perawatan payudara dan memotivasi tentang pemberian

    ASI sedini mungkin 6. melakukan pemeriksaan 10 T pada ibu hamil :

    a) timbang berat badan b) ukur tekanan darah c) Mengukur Lingkar Lengan Atas (ILA)

    d) mengukur tinggi fundus uteri e) Menentukan letak dan Denyut Jantung Janin (DJJ) f) pemberian imunisasi TT

    g) pemberian tablet besi (90 tab) h) pemeriksaan laboratorium sederhana (Hb dan malaria)

    i) tata laksana rujukan kasus kehamilan risiko tinggi j) temu wicara konseling termasuk P4K dan keluarga berencana

    pasca salin.

    d. Perawatan Selama Masa Persalinan

    1. persiapan pertolongan persalinan a) mengetahui tanda-tanda persalinan normal b) persiapan fisik dan mental ibu

    c) persiapan tempat persalinan d) persiapan bagi penolong e) persiapan alat dan obat untuk ibu dan bayi yang baru lahir

    2. memimpin persalinan kala I melakukan observasi kontraksi (HIS), denyut jantung janin,

    penurunan kepala. 3. memimpin persalinan kala II

    a) memimpin lahirnya kepala

    b) memimpin lahirnya bahu c) memimpin lahirnya seluruh badan d) memotong dan mengikat tali pusat

    4. memimpin persalinan kala III a) menentukan apakah plasenta sudah lepas.

    b) melahirkan plasenta & memeriksa plasenta. c) eksplorasi jalan lahir dan menjahit robekan

    5. memimpin persalinan kala IV

    a) mengawasi kontraksi uterus b) mengamati tingginya fundus uterus

    c) observasi perdarahan d) mengukur tekanan darah dan nadi tiap 15 menit

    e. Perawatan Pada Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas

    1. perawatan ibu a) melakukan perawatan perineum b) melakukan perawatan payudara

    c) mengenal tanda-tanda bahaya pada masa nifas d) melakukan penanganan dasar terhadap tanda bahaya masa nifas

  • - 13 -

    2. perawatan bayi.

    a) melakukan penilaian pada bayi baru lahir normal

    b) melakukan asuhan perawatan bayi baru lahir mengenal tanda-tanda bahaya bayi baru lahir

    c) melakukan manajemen terpadu bayi muda sakit (penanganan dasar)

    3. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

    a) mengenal gejala gejala balita sakit b) mengenal tanda bahaya balita sakit melakukan penanganan

    dasar balita sakit c) melakukan rujukan balita sakit ke pusat kesehatan yang lebih

    lengkap

    4. peningkatan gizi masyarakat a) melakukan penyuluhan makanan bergizi bagi ibu hamil, bayi dan

    balita

    b) menemukan kasus ibu hamil dengan gizi kurang, balita gizi kurang, balita gizi buruk

    c) melakukan penanganan/intervensi kasus ibu hamil dengan gizi kurang, balita gizi kurang dan balita gizi buruk

    5. perbaikan kesehatan lingkungan

    a) mengetahui pentingnya air bersih dan syarat-syarat air bersih b) mengetahui dan dapat mempraktekan cara mencuci tangan yang

    baik dan benar. 6. peningkatan cakupan imunisasi

    a) mengetahui waktu dan jenis pemberian imunisasi

    b) mengetahui cara penyimpanan bahan imunisasi c) mengetahui dan melakukan pemberian imunisasi yang benar

    7. pemberantasan malaria

    a) mengenal tanda dan gejala malaria pada bayi, balita, orang dewasa dan ibu hamil.

    b) melakukan diagnosis malaria dengan menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT).

    c) memberikan pengobatan dengan menggunakan terapi kombinasi

    berbasis artesunat. d) melakukan pencegahan malaria dengan menggunakan kelambu

    berinsektisida dan pemberantasan vektor.

    8. Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS a) mengenal tanda-tanda infeksi menular seksual

    b) mengenal tanda-tanda infeksi HIV/AIDS. c) mengetahui cara mendiagnosis IMS dan HIV/AIDS. d) mengetahui cara penanganan IMS.

    e) melakukan upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. f) melakukan pemantauan kepatuhan minum obat penderita HIV/

    AIDS g) melakukan pendampingan penderita HIV/AIDS.

    2. Dukungan Pelaksanaan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi Management Puskesmas dan Upaya Kesehatan Lainnya. a. Management Puskesmas

    Untuk dapat terselenggaranya upaya kesehatan di Puskesmas secara optimal, tepat sasaran, efisien, dan efektif perlu dilaksanakan

    manajemen Puskesmas yang meliputi :

  • - 14 -

    1) Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1)

    a) kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas meliputi penyusunan

    Rencana Usulan Kegiatan (RUK), Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau Plan of Action (POA) Tahunan, dan POA Bulanan. Perencanaan dilakukan secara menyeluruh dengan memanfaatkan seluruh sumber anggaran, baik dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Otsus), BOK maupun sumber

    anggaran lainnya. b) Setelah RUK disetujui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

    Puskesmas menyusun RPK/POA tahunan pada awal tahun berjalan. RPK/POA tahunan merupakan dokumen perencanaan Puskesmas yang berisi rencana kegiatan untuk mencapai target

    yang akan dicapai selama satu tahun di wilayah kerjanya. c) RPK/POA tahunan dibahas pada forum Lokakarya Mini

    Puskesmas yang dilaksanakan secara berkala untuk menghasilkan POA bulanan. Rencana kegiatan pada POA bulanan dapat berbeda dengan rencana kegiatan pada RPK/POA tahunan, karena disesuaikan dengan kebijakan dan/atau kondisi/ permasalahan terkini yang terpantau melalui Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).

    2) Penggerakan Pelaksanaan (P2) melalui Lokakarya Mini Puskesmas a) Kegiatan Penggerakan Pelaksanaan (P2) dilakukan secara berkala

    melalui lokakarya mini. Lokakarya mini Puskesmas terdiri dari Lokakarya mini bulanan (lintas program internal Puskesmas) dan lokakarya mini triwulan (lintas sektor).

    b) Pada forum lokakarya mini bulanan dilakukan pembahasan mengenai kebijakan terkini dan hasil analisis PWS yang

    dilakukan lintas program. Hasil lokakarya mini digunakan sebagai bahan penyusunan rencana kegiatan bulan berikutnya, yang dituangkan dalam POA bulanan.

    c) Pelaksanaan lokakarya mini bulanan idealnya diselenggarakan setiap bulan. Pada daerah dengan kondisi geografis sulit, dimungkinkan waktu pelaksanaan lokakarya mini disesuaikan

    dengan kemampuan Puskesmas, minimal 4 kali dalam setahun. lokakarya mini bulanan melibatkan seluruh jajaran Puskesmas

    dan jaringannya serta bidan di kampung dan PLKB. d) Pelaksanaan lokakarya mini triwulan idealnya diselenggarakan

    setiap 3 bulan. Pada daerah dengan kondisi geografis sulit,

    dimungkinkan waktu pelaksanaan lokakarya mini triwulan disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Lokakarya mini

    triwulan melibatkan lintas sektor di wilayah kerja Puskesmas, seperti kepala kampung/lurah, distrik, TP PKK, kader kesehatan, tokoh masyarakat/agama, sektor pendidikan, sektor pertanian,

    dan lain-lain. 3) Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3)

    a) Kepala Puskesmas atau petugas yang ditunjuk dapat melakukan

    pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan atau administrasi pengelolaan keuangan di lapangan

    agar berjalan sesuai dengan yang direncanakan, tertib administrasi termasuk untuk mengatasi hambatan yang ditemui.

  • - 15 -

    b) pengawasan dan pengendalian dapat dilakukan melalui kegiatan

    supervisi/bimbingan teknis/pembinaan ke lapangan (Pustu,

    Poskesdes, Polindes, UKBM dan tempat lain) pada saat kegiatan maupun di luar kegiatan yang dilakukan di masyarakat.

    c) kegiatan dapat dilakukan secara rutin harian/bulanan/ triwulan/semesteran sesuai dengan kebutuhan program.

    d) untuk melakukan penilaian keberhasilan pencapaian program

    dan laporan keuangan maka Puskesmas dapat melakukan penilaian secara periodik yang dapat terintegrasi dengan rapat

    lokakarya mini di Puskesmas. e) hasil penilaian berupa laporan secara periodik dikirimkan ke

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan format yang disepakati.

    Disamping kegiatan dalam unsur manajemen Puskesmas diatas kegiatan pendukung manajemen Puskesmas seperti SMD, MMD di tingkat desa, rapat-rapat, konsultasi/ koordinasi, pengambilan

    bahan logistik, atau kegiatan lain yang terkait dengan BOK ke Kabupaten/Kota dapat dibiayai dengan dana BOK di Puskesmas.

    Ruang lingkup pemanfaatan dana Dukungan Pelaksanaan BOK bagi Management Puskesmas adalah untuk dukungan operasional pelaksanaan kegiatan dan manajemen Puskesmas di Puskesmas dan

    Jaringannya beserta Poskesdes/Polindes dan Posyandu serta UKBM lainnya. Kegiatannya meliputi :

    a. Transport lokal kegiatan ke luar gedung Transport lokal kegiatan ke luar gedung meliputi : 1. transport petugas kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan upaya

    kesehatan di luar gedung (ke Posyandu, Poskesdes/ Polindes, UKBM lainnya, kunjungan rumah dan institusi/ tempat terdapat sasaran yang memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan);

    2. transport kader kesehatan termasuk dukun bersalin dari tempat tinggal ke tempat pelayanan kesehatan atau ke rumah penduduk

    (ke Posyandu, Poskesdes/Polindes, UKBM lainnya, kunjungan rumah dan institusi/tempat terdapat sasaran yang memiliki risiko tinggi terhadap kesehatan);

    3. transport peserta rapat/pertemuan bagi undangan yang berasal dari luar tempat diselenggarakannya rapat/pertemuan;

    4. transport petugas kesehatan untuk konsultasi/rapat/

    pertemuan/pengiriman laporan/pengiriman pertanggung jawaban ke kabupaten/kota apabila perjalanan pulang pergi kurang dari 8

    (delapan) jam dan Transport lokal lainnya yang terkait dengan kegiatan BOK.

    b. Perjalanan Dinas Dalam Batas Kabupaten/Kota

    1. untuk petugas kesehatan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskesdes/Polindes yang dalam melaksanakan upaya kesehatan

    karena kondisi geografis memerlukan perjalanan lebih dari 12 (dua belas) jam pulang pergi atau menginap di lokasi;

    2. untuk petugas kesehatan Puskesmas, Puskesmas Pembantu,

    Poskesdes/Polindes menghadiri rapat/pertemuan/konsultasi ke Kabupaten/Kota yang terkait BOK yang karena kondisi geografis memerlukan perjalanan lebih dari 12 (duabelas ) jam atau harus

    menginap di lokasi rapat/pertemuan/konsultasi di Kabupaten/ Kota;

    3. perjalanan dinas lainnya bagi Petugas Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskesdes/Polindes terkait dengan kegiatan BOK.

  • - 16 -

    c. Pembelian/Belanja Barang

    1. pembelian/belanja barang untuk mendukung pelaksanaan

    kegiatan upaya kesehatan promotif dan preventif ke luar gedung dapat berupa bahan PMT Penyuluhan, bahan PMT Pemulihan,

    bahan penyuluhan/KIE yang diperlukan dan konsumsi pertemuan;

    2. pembelian/belanja barang untuk mendukung pelaksanaan

    manajemen Puskesmas, manajemen pengelolaan keuangan BOK, Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa

    (MMD), yang dapat berupa belanja ATK, biaya administrasi perbankan, pembelian materai, foto copy, dan pembelian konsumsi.

    d. Upaya Kesehatan Lainnya

    Di samping kegiatan kegiatan kesehatan prioritas di Puskesmas

    yang telah ditetapkan di atas, Puskesmas dapat pula melakukan upaya kesehatan lainnya dalam aspek promotif dan preventif (tidak wajib)

    yang mengacu pada upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan sesuai Kebijakan Menteri Kesehatan Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas.

    Perencanaan kegiatan harus melalui mekanisme lokakarya mini, memperhatikan kearifan lokal serta searah dengan kebijakan

    pembangunan kesehatan provinsi dan kabupaten/kota. Upaya kesehatan lainnya, meliputi : a. kesehatan kerja;

    b. kesehatan olahraga; c. kesehatan tradisonal; d. kesehatan sekolah;

    e. kesehatan gigi dan mulut; f. kesehatan haji;

    g. kesehatan indera; h. kesehatan jiwa; i. kesehatan lanjut usia;

    j. perawatan kesehatan masyarakat; k. kesehatan matra; l. upaya kesehatan lainnya bersifat lokal spesifik.

    Kegiatan upaya kesehatan di Puskesmas dibiayai dari dana dukungan pelaksanaan BOK bagi management Puskesmas serta upaya

    kesehatan penunjang lainnya dikelompokan sebagai berikut : a. biaya transportasi petugas kesehatan untuk kegiatan kesehatan

    luar gedung.

    b. biaya transportasi kader kesehatan dalam rangka mendukung kegiatan Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan

    Posyandu. c. biaya transportasi dukun beranak dalam rangka mendukung

    kegiatan terkait kemitraan bidan dan dukun.

    d. biaya pembelian bahan/makanan untuk kegiatan PMT penyuluhan dan/atau PMT pemulihan untuk balita 6-59 bulan dengan gizi kurang, gizi buruk pasca perawatan atau rawat jalan dan ibu hamil

    KEK dengan mengutamakan bahan/makanan lokal.

  • - 17 -

    Sementara menu pembiayaan untuk kegiatan penunjang

    kesehatan lainnya serta pemanfaatannya dapat di kelompokan sebagai

    berikut :

    No Kegiatan Pemanfaatan Dana

    1. Kegiatan di Poskesdes dan Posyandu

    1. Biaya pembelian ATK 2. Biaya penggandaan

    2. Pengelolaan administrasi BOK 1. Biaya pembelian ATK 2. Biaya penggandaan

    3. Survei Mawas Diri (SMD) dan pendampingan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD):

    Transportasi petugas kesehatan dan/atau kader kesehatan

    4. Rapat koordinasi dengan lintas sektor, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan/

    atau kader kesehatan

    1. Transportasi peserta rapat; 2. Konsumsi peserta rapat

    5. Orientasi kader kesehatan dan/atau

    tokoh masyarakat

    1. Transportasi peserta rapat;

    2. Konsumsi peserta rapat

    6. Penyuluhan kesehatan pada kelompok

    masyarakat

    1. Transportasi petugas dan/

    atau kader; 2. Konsumsi penyuluhan

    7. Studi banding antar Puskesmas Transportasi petugas

    e. Pembinaan Puskesmas

    Agar pemanfaatan 15 % Dana Otonomi Khusus Bidang Kesehatan dapat di manfaatkan dengan baik oleh Puskesmas maka

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkewajiban melakukan pembinaan ke Puskesmas, sehingga Dukungan dana Pelaksanaan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi Management Puskesmas

    dapat digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat untuk kegiatan management yang meliputi : 1) Teknis Administrasi

    Pelaksanaan kegiatan melalui DOK bidang Kesehatan di Puskesmas agar sesuai dengan ketentuan dan aturan yang

    berlaku, perlu dilakukan pembinaan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Hal ini mencakup pelaksanaan sosialisasi, mekanisme permintaan dana, mekanisme pembayaran,

    pemanfaatan dana, pertanggungjawaban, pembukuan dan pelaporan. Pelaksanaan pembinaan dapat dilakukan melalui :

    a) Rapat; b) Pertemuan; dan c) Kunjungan/supervisi/monitoring ke Puskesmas dan

    jaringannya beserta Poskesdes/Polindes dan Posyandu, UKBM lainnya serta tempat pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilaksanakan.

    2) Teknis Program Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib memberikan pembinaan

    dalam aspek teknis program bagi Puskesmas yang mendapat DOK Bidang Kesehatan. Lingkup pembinaan teknis program diselenggarakan oleh bidang-bidang yang terdapat di Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota meliputi :

  • - 18 -

    a) Penyusunan perencanaan/POA; b) Penggerakan, pelaksanaan dan sosialisasi;

    c) Standar pelayanan; d) Pemantauan Wilayah Setempat dan pencapaian indicator

    keberhasilan; e) Pencatatan dan pelaporan; dan f) Evaluasi Program

    Pelaksanaan pembinaan dapat dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan, antara lain :

    1. Verifikasi usulan kegiatan/POA; 2. Rapat di Dinas Kesehatan abupaten/Kota; 3. Pertemuan koordinasi dengan Puskesmas; dan

    4. Kunjungan lapangan ke Puskesmas dan jaringannya, Poskesdes/Polindes dan Posyandu, UKBM lainnya serta tempat pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilaksanakan

    3) Konsultasi Pelaksanaan DOK Bidang Kesehatan Agar pelaksanaan BOK sesuai dengan tujuan dan kebijakan

    operasional yang berlaku, maka pengelola DOK Bidang Kesehata Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat melakukan konsultasi. Pelaksanaan konsultasi meliputi : Konsultasi perencanaan,

    pelaksanaan dan evaluasi DOK Bidang Kesehatan ke Dinas Kesehatan Provinsi.

    3. Dukungan terhadap Sarana dan Prasarana Puskesmas

    Kebijakan dukungan terhadap Sarana dan Prasarana Puskesmas

    dalam pelaksanaan DOK bidang Kesehatan tahun anggaran berkenaan adalah untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KPS baik itu layanan dalam dan luar gedung. Kualitas ini diharapkan dapat

    mempercepat penurunan angkat kematian ibu, bayi dan balita, mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas dan jaringannya,

    menopang kebutuhan sarana dan prasana Puskesmas dalam penanganan kedaruratan pasien termasuk rujukan.

    Dukungan DOK bidang kesehatan untuk sarana dan prasarana

    penunjang upaya kesehatan di Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu dapat digunakan untuk pembiayaan : 1. Pemeliharaan ringan Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan

    Posyandu termasuk ongkos tukang. 2. Barang penunjang untuk tujuan penyuluhan seperti Pencetakan/

    penggandaan media KIE dan Bahan untuk interaksi penyuluh kepada masyarakat.

    3. Penyediaan sarana dan prasarana penyehatan lingkungan/ pengadaan

    UKBM Kit. 4. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan kegawat daruratan

    minimal Puskesmas 5. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan laboratorium sederhana

    Puskesmas

    6. Pemenuhan/Perbaikan fasilitas rawat inap standar bagi Puskesmas Rawat Inap

    7. Pemenuhan/Perbaikan fasilitas transportasi rujukan pasien.

    8. Penyediaan kekurangan obat/reagen/bahan habis pakai serta perbekalan kesehatan lainnya.

  • - 19 -

    4. Dukungan Management Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota oleh Dinas

    Kesehatan Provinsi

    Adanya perubahan arah kebijakan di Pemerintahan Papua Tahun 2013-2018 yaitu desentralisasi fiskal dan desentralisasi fungsi

    mengakibatkan peran Dinas Kesehatan Provinsi Papua lebih pada hal melakukan monitoring, evaluasi, audit program dan teknikal asistensi.

    Sejumlah menu di ditawarkan untuk meningkatkan kapasitas

    petugas kesehatan di kabupaten/kota tidak hanya dalam hal teknis medis program tetapi menyangkut pula teknis medis Fungsional.

    Menu-menu yang di tawarkan sebagai berikut : 1. Program Kesehatan Ibu, Anak dan Gizi

    a) peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam tatalaksana

    gizi buruk, surveilens gizi dan konseling menyusui. b) pelatihan petugas gizi puskesmas dalam penggunaan standar

    pemantauan pertumbuhan balita.

    c) peningkatan kapasitas petugas dalam tatalaksana gizi buruk untuk puskesmas perawatan dan rumah sakit kabupaten/ kota.

    d) peningkatan kapasitas/fasilitator petugas kesehatan dalam konseling menyusui.

    e) peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam konseling

    pendamping darurat. f) peningkatan kemampuan petugas dalam pemanfaatan TTD pada

    remaja putri dan WUS guna penurunan AKI/AKB di kabupaten/ kota.

    g) fasilitasi teknis pengumpulan data akhir manajemen program NICE

    kabupaten/kota. h) peningkatan kemampuan petugas dalam pengelolaan gizi melalui

    pemberdayaan masyarakat.

    i) peningkatan kapasitas pengelola program dalam pelayanan antental terpadu.

    j) peningkatan kapasitas pengelola program dalam persalinan ditolong tenaga kesehatan.

    k) peningkatan kapasitas pengelola program dalam pelayanan nifas.

    l) peningkatan kapasitas pengelola program dalam pelayanan keluarga berencana.

    m) peningkatan kapasitas pengelola program dalam pelayanan

    keseshatan reproduksi. n) peningkatan kapasitas pengelola program dalam penyelenggaraan

    kelas ibu hamil. o) pertemuan teknis dan manajemen program kesehatan ibu. p) pertemuan koordinasi dalam upaya penurunan angka kematian

    ibu dan/atau peningkatan akses universal kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana.

    q) pertemuan sosialisasi/desiminasi dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan/atau peningkatan akses universal kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana.

    r) pertemuan advokasi dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan atau peningkatan akses universal kesehatan reproduksi termasuk keluarga berencana.

  • - 20 -

    s) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam memberikan

    pelayanan neonatal essensial.

    t) peningkatan kapasitas tenaga kesehatan tentang manajemen asfiksia BBLR.

    u) peningkatan kemampuan Puskesmas perawatan dalan penanganan anak sakit.

    v) penyiapan tim fasilitator AMP tingkat kabupaten/kota.

    w) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan tentang manajement terpadu balita sakit (MTBS).

    x) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan tentang stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SIDDTK).

    y) peningkatan Kapasitas tenaga kesehatan dalam penerapan kelas

    ibu balita. z) orientasi pemanfaatan kohor bayi/balita di Puskesmas dalam

    surveilens kesehatan anak.

    aa) peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam pelayanan. bb) kesehatan peduli remaja.

    cc) peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam penjaringan anak sekolah.

    dd) Peningkatan Kapasitas tenaga kesehatan dalam Tatalaksana Kasus

    kekerasan terhadap anak (KtA). ee) pengembangan MTBS-M/MTBS di tingkat masyarakat.

    ff) desiminasi/fasilitasi implementasi program kesehatan anak di tingkat Puskesmas perawatan.

    gg) pertemuan pembahasan rujukan kasus di Puskesmas perawatan

    dan rumah sakit tingkat kabupaten/kota. hh) pembahasan (review) kasus kematian neonatal di tingkat

    kabupaten/kota.

    ii) pertemuan koordinasi pemantapan pelaporan PWS KIA atau pelaporan kesehatan anak dalam surveilens kesehatan anak.

    jj) pertemuan koordinasi penerapan MTBS, SDIDTK dan buku KIA di Provinsi, Kabupaten/Kota.

    kk) pertemuan koordinasi teknis upaya peningkatan kelangsungan

    hidup bayi, balita dan anak di kabupaten/kota. ll) rapat koordinasi teknis pelayanananan kesehatan tradisional,

    alternatif dan komplementer di tingkat kabupaten/kota.

    mm) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam penanganan malaria dalam kehamilan.

    nn) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam penanganan HIV-AIDS dalam kehamilan.

    oo) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam kedaruratan

    obstetri neonatal dasar. pp) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam penanganan

    HIV-AIDS dalam kehamilan. qq) peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam pertolongan

    persalinan normal.

    2. program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan a) monitoring pelaksanaan imunisasi DPT-HB-HIb. b) asistensi dan koordinasi vaksin serta logistic imunisasi lainnya

    oleh pengelola cold chain. c) pertemuan koordinasi perencanaan dan evaluasi kegiatan

    imunisasi serta wasor tingkat kabupaten/kota.

  • - 21 -

    d) pelaksanaan dan pertemuaan asistensi KIPPI. e) peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam pengembangan

    sistem surveilens kewaspadaan dini dan respon KLB bagi petugas surveilens Puskesmas.

    f) peningkatan kapasitas Tim TGC tingkat kabupaten/kota. g) pertemuan koordinasi penyakit potensial KLB dengan lintas

    program dan sektor terkait.

    h) investigasi epidemiologi saat KLB. i) pertemuan koordinasi dalam pengendalian kasus malaria, TBC dan

    HIV. j) pertemuan koordinasi dalam pengendalian kasus penyakit

    terabaikan (filariasis, frambusia dan kusta).

    k) peningkatan kemampuan petugas dalam pengendalian vector dan pelatihan fogging.

    l) pertemuan koordinasi pengelola program DBD, ISPA dan diare.

    m) pelatihan manajemen dan tatalaksana diare bagi petugas kesehatan.

    n) peningkatan kapasitas kader Posbindu Puskesmas tingkat kabupaten/kota.

    o) peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam pengendalian

    penyakit tidak menular terintegrasi. p) fasilitasi peningkatan kesehatan lingkungan di kawasan DTPK.

    q) fasilitasi implementasi di kampung program pamsimas. r) peningkatan kemampuan petugas dalam pelaksanaan sanitasi total

    berbasis masyarakat.

    s) pertemuan tingkat kabupaten jejaring pengawasan kualitas air bersih.

    t) peningkatan kemampuan tenaga sanitasi dalam bidang sanitasi

    total berbasis masyarakat. u) pertemuan terpadu percepatan MDG’S dan prioritas pembangunan

    kesehatan tingkat kabupaten/kota. 3. Program Promosi Kesehatan

    a) pergerakan masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu dan

    anak dengan koordinasi dengan Tim Penggerak PKK tingkat kabupaten/kota

    b) orientasi bagi fasilitator kampanye aku bangka aku tahu dalam

    peningkatan pengetahuan yang benar dan komprehensif tentang HIV dan AIDS

    c) pengerakan masyarakat dalam pengendalian malaria, TBC dan AIDS

    d) penguatan koordinasi kelompok kerja operasional desa dan

    kelurahan siaga aktif e) pertemuaan koordinasi dalam perencanaan program promosi

    kesehatan ditingkat kabupaten/kota f) pelatiahan promosi kesehatan bagi petugas kesehatan. g) orientasi pemberdayaan masyarakat bagi bidan/perawat Poskesdes

    h) orientasi pemberdayaan masyarakat bagi kader kesehatan 4. Program Pembinaan Upaya Kesehatan

    a) pertemuaan koordinsi program bina upaya kesehatan dasar dan

    daerah bermasalah kesehatan tingkat kabupaten/kota. b) peningkatan kapasitas teknis manajemen Puskesmas.

    c) peningkatan akses pelayanan kesehatan di DTPK.

  • - 22 -

    d) pertemuan advokasi dan sosialisasi Sistem Penanganan Gawat

    Darurat Terpadu (SPGDT).

    e) pertemuan koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam revitalisasi perkemas/PHN.

    f) persiapan perawat penyelia perkemas/PHN tingkat kabupaten/ kota.

    g) peningkatan kemampuan teknis operator dalam pemelihataan

    peralatan kesehatan di Puskesmas dan rumah sakit h) peningkatan kemampuan teknis petugas Laboratorium Puskesmas

    dan Labkesda. i) eliminasi kasus pasung melalui peningkatan ketrampilan

    kesehatan jiwa bagi tenaga kesehatan di Puskesmas.

    j) pertemuan koordinasi pelayanan kesehatan dasar. k) peningkatan kemampuan petugas dalam peningkatan kualitas

    sistem pelaporan dan ketersediaan obat dan alat kesehatan.

    l) perencanaan terpadu program kefarmasian dan alat ksehatan serta perencanaan dan evaluasi DOK-BK untuk bidang pelayanan

    kefarmasian. m) pemutahiran data kefarmasian dan alat kesehatan tingkat

    kabupaten/kota.

  • - 23 -

    BAB III

    PENGELOLAAN KEUANGAN DANA OTONOMI KHUSUS

    BIDANG KESEHATAN

    1. Pengelolaan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota a. Tahap Persiapan

    Setelah terbitnya Peraturan Gubernur tentang Petunjuk Teknis

    Penggunaan 15% (lima belas perseratus) DOK-BK di Kabupaten/Kota se Provinsi Papua tahun anggaran berkenaan Bupati/Walikota

    menetapkan pejabat pengelola keuangan/barang yang meliputi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan/Penandatangan Surat Perintah Membayar, Pejabat

    Akuntansi dan Bendahara Pengeluaran. Kemudian Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menyusun rancangan SK Bupati/Walikota tentang penetapan

    Pejabat Pengelola Keuangan/Barang. 2. Menetapkan staf pengelola keuangan yang meliputi Staf Pengelola

    Keuangan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (3 orang), Pengelola Keuangan DOK Bidang Kesehatan di Puskesmas (Kepala Puskesmas dan Pengelola Keuangan).

    3. Menerbitkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tentang penetapan Tim Pengelola Keuangan DOK-

    BK. 4. Menerbitkan Petunjuk Operasional Kegiatan DOK-BK

    kabupaten/kota.

    5. Menerbitkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tentang penetapan alokasi DOK-BK per Puskesmas.

    Besaran alokasi DOK-BK setiap Puskesmas ditetapkan dengan memperhatikan situasi dan kondisi antara lain :

    1. Jumlah penduduk terutama orang asli Papua; 2. Luas wilayah; 3. Kondisi geografis;

    4. Kesulitan wilayah; 5. Cakupan dan Pencapaian program tahun sebelumnya; 6. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringannya;

    7. Jumlah Poskesdes dan Posyandu; 8. Parameter lain yang ditentukan oleh Kepala Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan kearifan lokal.

    b. Tahap Pelaksanaan

    1. Melakukan pemetaan permasalahan kesehatan diwilayah kabupaten/kota, utamanya dalam koridor fokus pada Program

    Prioritas DOK-BK dan SPM Kabupaten/Kota 2. Menetapkan prioritas permasalahan kesehatan di tiap wilayah

    Puskesmas.

    3. Menuntun Puskesmas menyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) sesuai prioritas permasalahan kesehatan ditiap wilayah Puskesmas, yang selanjutnya dijabarkan dalam POA Puskesmas

    4. Rapat konsultasi teknis dan pelatihan manajemen DOK bidang Kesehatan untuk Puskesmas.

    5. Rekapitulasi RUK Puskesmas. 6. Melaksanakan pembahasan perencanaan kesehatan kabupaten/

    kota berdasarkan bahan yang telah disusun Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota dan hasil rekapitulasi RUK Puskesmas.

  • - 24 -

    7. Menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) bidang kesehatan secara

    terpadu dengan memperhatikan semua kegiatan dari berbagai

    sumber anggaran termasuk DOK-BK Setelah RKT tersusun, Puskesmas menyusun RPK Tahunan.

    8. Melaksanakan verifikasi RPK tahunan dan POA bulanan Puskesmas.

    c. Tahap Monitoring dan Evaluasi 1. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan DOK bidang

    Kesehatan ke Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu.

    2. Melakukan rekapitulasi laporan kegiatan tingkat Puskesmas.

    3. Menyusun laporan evaluasi kegiatan DOK Bidang Kesehatan . 4. Mengirimkan laporan BOK tingkat kabupaten/kota ke Gubernur

    Provinsi Papua cq Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

    5. Melakukan diseminasi informasi hasil evaluasi DOK –BK. 6. Memanfaatkan hasil evaluasi sebagai bahan perencanaan tahun

    berikutnya. 2. Pengelolaan di Puskesmas

    a. Tahap Persiapan 1) Penyusunan Plain of Action

    Setelah menerima surat keputusan alokasi DOK-BK tahun anggaran berkenaan per Puskesmas, Puskesmas segera menyelenggarakan rapat lokakarya mini Puskesmas, untuk

    menyusun POA tahunan yang bersumber dana DOK-BK dan sumber lain. Berdasarkan POA tahunan yang telah tersusun, selanjutnya Puskesmas menetapkan POA yang akan dilaksanakan pada tahap pertama bersumber dana BOK dengan periode kegiatan satu bulan atau beberapa bulan ke depan, untuk diusulkan ke

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk proses pencairan dana. 2) Pembukaan Rekening Puskesmas

    Puskesmas atas dasar Surat Perintah Kepala Dinas Kesehatan

    Kabupaten/Kota Segera membuka rekening giro/tabungan atas nama Puskesmas untuk menampung dana DOK-BK yang disalurkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    b. Tahap Pelaksanaan 1) Permintaan Dana

    Puskesmas setelah menyusun POA dapat segera mengajukan Surat Permintaan Uang tahap pertama ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang dilampiri

    1. POA tahunan 2. POA tahapan pertama (sebagai daftar nominatif usulan), 3. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja. 4. Fotokopi buku rekening. 5. Fotokopi NPWP dan

    6. PKS yang telah disusun antara Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan Puskesmas.

    Untuk permintaan tahap berikutnya dapat dilakukan apabila

    Puskesmas telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang telah diusulkan pada tahap sebelumnya minimal 80% (delapan puluh

    perseratus) dan sudah selesai dipertanggungjawabkan. Sisa kegiatan dan uang yang belum dilaksanakan dapat terus dilaksanakan sambil mengajukan permintaan dana tahap selanjutnya.

  • - 25 -

    2) Pencairan Dana

    Pengelola Keuangan DOK-BK Puskesmas dapat mencairkan dana

    yang tersedia di rekening Puskesmas untuk melaksanakan Program DOK-BK yang telah disusun untuk periode satu bulan berdasarkan

    POA hasil lokakarya mini Puskesmas. Pada daerah dengan kondisi geografis sulit atau akses ke Puskesmas memerlukan biaya tinggi, pencairan dana dapat untuk kegiatan periode beberapa bulan.

    3) Pemanfaatan Dana di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas beserta jaringannya

    a. Pemanfaatan dana DOK-BK di sesuaikan dengan menu menu program Prioritas yang secara garis besar di bagi atas : a. belanja bahan

    b. honor output kegiatan c. belanja barang non operasional lainnya d. belanja sewa

    e. belanja jasa profesi f. belanja perjalanan lainnya

    b. Besaran biaya transport lokal yang dibiayai adalah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan di kabupaten/kota tersebut. Pada kondisi tertentu, daerah dapat membayar biaya transport

    lokal berdasar at cost, sesuai dengan besaran biaya transport lokal yang dikeluarkan, termasuk sewa sarana transport bila

    diperlukan, karena tidak ada sarana transport regular dengan bukti pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik/penyedia jasa transportasi. Untuk petugas kesehatan yang menghadiri

    kegiatan rapat/pertemuan/konsultasi yang terkait dengan DOK-BK dalam Kabupaten/Kota karena kondisi geografis

    memerlukan perjalanan lebih dari 8 (delapan) jam dan bisa ditempuh dengan pulang pergi tanpa menginap, dapat dibayarkan biaya transport lokal dan uang harian sebesar 75%

    (tujuh puluh lima perseratus) dari satuan biaya uang harian perjalanan dinas dalam negeri per harinya.

    c. Untuk Pelaksanaan Kartu Papua Sehat bagi pelayanan

    kesehatan dasar dalam dan luar gedung, penggunaan DOK-BK dapat di gunakan untuk

    a. penyediaan obat-obatan; b. alat/bahan habis pakai; c. alat medis habis pakai;

    d. makanan pasien; e. biaya administrasi;

    f. biaya operasional sehari-hari; g. jasa/insentif pelayanan. Besaran Jasa/Insentif Pelayanan Kartu Papua Sehat untuk

    layanan kesehatan dasar di Puskesmas maksimal 40% (empat puluh perseratus) dari total dana yang di alokasikan bagi program kartu Papua Sehat di masing masing Puskesmas.

    d. Untuk Pembelian/Belanja Barang dapat dimanfaatkan untuk :

    1. Membiayai pembelian/belanja barang untuk mendukung pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan promotif dan preventif ke luar gedung, yang meliputi :

    a) Pembelian bahan PMT penyuluhan/pemulihan; b) Pembelian konsumsi rapat, penyuluhan, refreshing; c) Pencetakan/penggandaan/penyediaan bahan untuk

    penyuluhan kepada masyarakat.

  • - 26 -

    2. Membiayai pembelian/belanja barang untuk mendukung

    pelaksanaan manajemen Puskesmas, manajemen

    pengelolaan keuangan DOK-BK meliputi : a. pembelian alat tulis/kantor untuk kegiatan pendukung

    BOK; b. biaya administrasi perbankan, apabila sesuai ketentuan

    bank setempat, memerlukan biaya administrasi dalam

    rangka membuka dan menutup rekening bank Puskesmas, maka dapat menggunakan dana BOK dari

    kegiatan belanja barang penunjang; c. pembelian materai; d. penggandaan/fotokopi laporan;

    e. pengiriman surat/laporan; dan f. pembelian konsumsi rapat.

    3. Pertanggungjawaban

    Dokumen pendukung untuk pertanggung jawaban penggunaan Dana BOK adalah disesuaikan dengan jenisnya sebagai berikut :

    a. Transport lokal 1. Surat Tugas/Surat Perintah Tugas perorangan atau kelompok yang

    dikeluarkan oleh Puskesmas atau surat undangan atau jadwal

    kegiatan yang dibuat Puskesmas bagi kader dan dukun bersalin (lampiran 2);

    2. Daftar hadir kegiatan ( untuk kegiatan rapat ) (Lampiran 3); 3. Bukti penerimaan transport lokal yang ditandatangani oleh

    pegawai/penerima transport sesuai besaran yang diterima. Dapat

    berupa kuitansi atau bukti penerimaan lainnya seperti buku catatan pengeluaran pengelola keuangan, tanda terima perorangan atau gabungan. Apabila transport lokal besarannya sesuai dengan

    at cost, maka dokumen/bukti pengeluaran dapat berupa karcis/tiket yang dikeluarkan oleh sarana transportasi tersebut.

    Bila tidak ada bukti, dapat diganti dengan tanda terima/kuitansi yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh pemilik/pengemudi sarana transportasi tersebut, termasuk didalamnya apabila carter atau sewa sarana transportasi karena tidak ada sarana transportasi regular (lampiran 4);

    4. Laporan kegiatan secara ringkas (diketik atau ditulis tangan) (lampiran 9).

    b. Perjalanan Dinas

    1. Surat Tugas dan/atau surat undangan (lampiran 2); 2. Bukti/kuitansi rekap penerimaan uang transport lokal, uang harian

    dan uang penginapan bila menginap yang ditandatangani oleh pegawai yang melaksanakan perjalanan (lampiran 4);

    3. Bukti pengeluaran transport lokal berupa karcis/tiket. Bila tidak

    ada bukti, dapat diganti dengan tanda terima/kuitansi yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh pemilik/pengemudi sarana

    transportasi tersebut, termasuk didalamnya apabila carter atau sewa sarana transportasi karena tidak ada sarana transportasi regular (lampiran 4);

    4. Surat Perjalanan Dinas (SPD) yang ditandatangani dan stempel (bila ada stempel) oleh pejabat setempat (lampiran 5);

    5. Laporan (diketik atau ditulis tangan) (lampiran 9).

  • - 27 -

    c. Pembelian/Belanja Barang

    1. Bukti pembelian/kuitansi/faktur/bon dari penjual (bila ada) yang

    ditandatangani di atas materai Rp.3.000,- untuk pembelian dengan nilai Rp.250.000,- sampai dengan Rp.1.000.000,- dan materai

    Rp.6.000 untuk pembelian lebih dari Rp.1.000.000,- yang distempel (bila ada) oleh pihak penjual barang (bukti pembelian dapat berupa kuitansi atau tanda pembelian lainnya) dengan rincian barang yang

    dibeli (lampiran 8); 2. Akomodasi dan sewa ruang pertemuan (dalam hotel) tidak

    dikenakan PPN hanya di pungut PPh Pasal 23 sebesar 2%, akomodasi dan sewa ruang pertemuan di luar Hotel dipungut PPN 10% dan PPh 2%.

    3. Honorarium. Untuk pembayaran honorarium wajib melampirkan dilampirkan 1) Surat Keputusan terkait penerima honorarium 2) Kuitansi/daftar penerimaan honorarium. 3) Potongan pajak

    terhadap pembayaran honorarium (PPh 21). a) Golongan I dan II : 0%; b) Golongan III : 5%; c) Golongan IV : 15%;

    4. Biaya konsumsi makan/minum tidak dikenakan PPN hanya di pungut PPh psl 23 sebesar 2 %

    5. Sewa kendaraan/rental dipungut PPh psl 23 sebesar 4% dan PPN

    10% 6. Pengadaan barang/jasa s/d Rp. 10.000.000 (sepuluh juta) SPJ

    hanya nota pembelian dan kwitansi dan belanja barang Rp.2.000.000 keatas dikenakan pajak PPN 10% dan PPh 1,5%.

    7. Pengadaan barang/jasa Rp. 10.000.000 s/d Rp. 50.000.000 dengan

    surat pesanan, fraktur, kwitansi dan pajak PPN/PPh serta identitas/surat-surat perusahaan sesuai ketentuan pengadaan barang/jasa.

    8. Pengadaan barang/jasa Rp. 50.000.000 s/d Rp. 200.000.000 dengan SPK, fraktur, kwitansi, berita acara serah terima barang,

    berita acara pemeriksaan barang dan dikenakan Pajak PPN/PPh serta identitas/surat-surat perusahaan sesuai ketentuan pengadaan barang/jasa.

    d. Pengiriman Resi/tanda bukti pengiriman melalui PT. Pos/Jasa Pengiriman.

    e. Administrasi Bank

    Bukti potongan biaya administrasi bank/fotokopi rekening koran. 4. Pencatatan/Pembukuan

    1. Buku yang harus dimiliki oleh pengelola keuangan BOK Puskesmas adalah buku bank dan buku kas tunai ( lampiran 15 ).

    2. Setiap transaksi harus segera dicatat dalam buku kas tunai dan SPTB

    ditutup setiap akhir bulan yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas dan pengelola keuangan BOK Puskesmas (lampiran 15 dan 16).

    3. Pencatatan dilaksanakan berdasarkan nilai yang tertera dalam kuitansi. Menyimpan dengan baik dan aman seluruh bukti/dokumen pertanggungjawaban keuangan.

    5. Tahap Monitoring, Evaluasi dan Penilaian Kinerja 1. Monitoring pencapaian program/kegiatan dan penyerapan keuangan

    BOK dilakukan pada saat lokakarya mini bulanan dan tribulanan.

    2. Pembinaan oleh Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan pengelola program ke Puskesmas pembantu, UKBM dan bidan di desa

    berdasarkan hasil lokakarya mini Puskesmas. 3. Penilaian kinerja Puskesmas dilaksanakan oleh pengelola program,

    dikoordinasikan oleh Kepala Puskesmas dan dilaksanakan pada akhir

    tahun, atau sesuai dengan kesepakatan/penetapan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    4. Outputnya adalah dokumen Penilaian Kinerja Puskesmas.

  • - 28 -

    BAB IV

    PENGORGANISASIAN

    Agar terselenggaranya tertib administrasi pengelolaan DOK-BK maka

    pengelolaan program prioritas di tingkat jenjang administrasi perlu diatur secara terstruktur dan terintegrasi. Pengelolaan secara berjenjang dan terintegrasi dimaksudkan untuk memudahkan koordinasi, pembinaan dan pengawasan

    dalam rangka mencapai kualitas pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Untuk itu dalam pengelolaan DOK-BK di bentuk Tim yang

    terintegrasi di tingkat Provinsi, dan tingkat Kabupaten/Kota serta Puskesmas. A. Pengelola BOK Tingkat Provinsi

    1. Susunan Organisasi : a. Penanggung Jawab: Kepala Dinas Kesehatan Provinsi b. Sekretariat

    1. Ketua : Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi 2. Sekretaris : Kasie Jaminan Kesehatan

    3. Anggota : 1. Kabid Bina Pengembangan SDM Kesehatan 2. Kasie Pengendalian wabah dan Bencana

    3. Kasie Pengendalian Penyehatan Lingkungan c. Tim Teknis

    1. Ketua : Kabid Bina Jaminan dan Sarana Kesehatan 2. Sekretaris : Kabid Bina Pelayanan Kesehatan 3. Anggota :

    1. Kabid Bina Pengendalian Masalah Kesehatan 2. Kasie Pelayanan Kesehatan Dasar 3. Kasie Pelayanan Kesehatan Rujukan

    2. Tugas : a. menjabarkan kebijakan dan strategi pelaksanaan DOK-BK di

    tingkat Provinsi. b. mengarahkan pelaksanaan kebijakan DOK- di tingkat Provinsi. c. melakukan advokasi dan sosialisasi DOK-BK tingkat Provinsi dan

    Kabupaten/Kota. d. melakukan koordinasi dan sinkronsiasi perencanaan dan

    penganggaran kegiatan DOK-BK tingkat Provinsi dan

    Kabupaten/Kota. e. melakukan monitoring dan evaluasi dalam rangka pembinaan dan

    pengendalian terhadap pelaksanaan DOK-BK di Kabupaten/Kota. f. menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan DOK Bidang

    Kesehatan tingkat Provinsi (termasuk ringkasan laporan

    pelaksanaan DOK-BK di tiap kabupaten/kota) kepada Gubernur Provinsi Papua.

    B. Pengelola DOK-BK Tingkat Kabupaten/Kota

    1. Susunan Tim Pengelola DOK-BK Tingkat Kabupaten/Kota:

    a. Penanggung Jawab: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota b. Sekretariat

    1. Ketua : Pejabat eselon III yang ditunjuk merangkap sebagai PPK

    2. Sekretaris : Salah satu pejabat eselon IV 3. Anggota : Jumlah sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran

  • - 29 -

    c. Tim Teknis

    1. Ketua : Salah satu kepala bidang

    2. Sekretaris : Salah satu kepala seksi 3. Anggota : Lintas bidang yang terkait dengan Program Prioritas

    DOB-BK dengan jumlah personil disesuaikan kebutuhan 2. Susunan Tim Pengelola Anggaran DOK – BK Tingkat Kabupaten/Kota

    a. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

    b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) c. Penguji dan Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)

    d. Bendahara Pengeluaran e. Staf pengelola keuangan satker f. Pengelola DOK-BK di Puskesmas (Kepala Puskesmas dan Pengelola

    Keuangan) 3. Tugas Tim Pengelola DOK-BK :

    a. melaksanakan kebijakan DOK-BK sesuai kebijakan Pemerintah

    Provinsi. b. menentukan besaran alokasi/realokasi dana DOK-BK per

    Puskesmas melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    c. mengirimkan surat keputusan penetapan alokasi/realokasi kepada

    Bupati/ Walikota dengan tembusan Tim Pengelola BOK Provinsi dan pihak yang ditetapkan untuk penyaluran dana.

    d. melakukan advokasi dan sosialisasi DOK-BK tingkat Kabupaten/Kota dan Puskesmas.

    e. melakukan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dan

    pelaksanaan kegiatan DOK-BK tingkat Kabupaten/Kota dan Puskesmas.

    f. melakukan verifikasi POA Puskesmas yang akan didanai DOK-BK. g. melakukan monitoring dan evaluasi dalam rangka penggerakan,

    pembinaan dan pengendalian pelaksanaan DOK-BK di Puskesmas.

    h. menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan DOK-BK di Kabupaten/Kota kepada Tim Pengelola DOK-BK Tingkat Provinsi tembusan kepada Bupati/Walikota.

    4. Tim Pengelola Anggaran Satker BOK : a. menyelenggarakan pelaksanaan anggaran DOK-BK sesuai

    peraturan perundangan.

    b. membuat perjanjian kerja sama pelaksanaan DOK-BK dengan Puskesmas.

    c. melakukan verifikasi usulan dan pertanggungjawaban keuangan DOK-BK.

    d. melakukan koordinasi dengan para pelaksana kegiatan DOK-BK.

    e. menyusun dan menyampaikan laporan anggaran DOK-BK yang dikelolanya secara berjenjang.

    C. Tim Pengelola Keuangan DOK-BK Tingkat Puskesmas Pengelola Keuangan DOK-BK di Puskesmas berdasar Surat

    Keputusan KPA terdiri dari Ketua (Kepala Puskesmas) dan Pengelola

    Keuangan BOK di Puskesmas : 1. Ketua (Kepala Puskesmas) sebagai atasan langsung Pengelola Keuangan

    DOK-BK di Puskesmas bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan

    dan keuangan DOK-BK di Puskesmas dan jaringannya beserta Poskesdes/Polindes dan Posyandu. Tugas Ketua (Kepala Puskesmas),

    meliputi :

  • - 30 -

    a. menyampaikan POA tahunan hasil lokakarya mini di awal tahun

    anggaran kepada KPA/PPK;

    b. membuat Perjanjian Kerjasama dengan KPA/PPK tentang Pelaksanaan DOK – BK Tahun 2014;

    c. membuka rekening Instansi; d. membuat Surat Permintaan Uang kepada KPA Dinkes e. Kabupaten/Kota dengan melampirkan POA hasil lokakarya mini

    bulanan atau tribulanan; f. mengeluarkan Surat Tugas untuk pelaksanaan kegiatan BOK

    diPuskesmas dan jaringannya beserta Poskesdes/Polindes dan Posyandu; dan

    g. menandatangani semua kuitansi pengeluaran.

    2. Pengelola Keuangan DOK–BK Puskesmas bertugas : a. membukukan semua penerimaan dan pengeluaran terhadap uang

    yang dikelolanya ke dalam Buku Kas Tunai.

    b. mempertanggungjawabkan dalam bentuk dokumen pengeluaran (kuitansi) atas pelaksanaan kegiatan.

    c. melaporkan pertanggungjawaban keuangan kepada Bendahara Pengeluaran DOK–BK Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, berupa laporan realisasi keuangan Puskesmas dengan melampirkan copy

    bukti-bukti pengeluaran di Puskesmas yang ditandatangani oleh pengelola keuangan dan ketua (Kepala Puskesmas) (lampiran 10).

    d. mengembalikan sisa uang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada bendahara pengeluaran pada akhir tahun anggaran.

    e. memungut dan menyetorkan pajak sesuai peruntukannya.

    f. menyimpan dengan baik dan aman seluruh bukti asli pertanggungjawaban keuangan.

  • - 31 -

    BAB V

    INDIKATOR KEBERHASILAN

    Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan DOK-BK,

    maka perlu ditetapkan indikator keberhasilan sebagai alat untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan DOK-BK. Tujuan penetapan indikator keberhasilan ini adalah untuk penilaian kinerja internal jajaran kesehatan setiap tingkatan

    dan untuk penilaian kinerja eksternal Dinas Kesehatan Provinsi Papua terkait dengan penilaian kinerja pengelolaan DOK-BK dan transparansi publik.

    Penilaian indikator keberhasilan tersebut berdasarkan laporan pelaksanaan DOK-BK di Puskesmas/Kabupaten/Kota dan dikirimkan secara periodik (bulanan, tiga bulanan, semester), insidentil/sesuai permintaan

    maupun berbagai hasil studi. Laporan dikirimkan secara berjenjang dari Puskesmas kepada Dinas

    Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Dinas

    Kesehatan Provinsi. Pelaporan yang bersifat rutin menggunakan format dan mekanisme yang

    telah ditetapkan meliputi : 1. Laporan kegiatan Puskesmas menggunakan format laporan SP2TP/SP3; 2. Laporan keuangan sesuai ketentuan Sistem Akutansi Instansi.

    Selain itu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi juga menyusun laporan tahunan pelaksanaan DOK-BK.

    Indikator keberhasilan pelaksanaan DOK-BK :

    No Indikator Jenis Indikator

    1. Indikator Input Persentase Kabupaten/Kota yang mendapat DOK-BK

    sebesar 15 % (lima belas perseratus) sesuai Peraturan Gubernur Provinsi Papua.

    Persentase Dinkes Kabupaten/Kota menerbitkan SK Tim Pengelola Anggaran DOK–BK Tingkat Kabupaten/ Kota.

    Persentase Dinkes Kabupaten/Kota menerbitkan SK Tim Pengelola Anggaran DOK–BK Tingkat Puskesmas.

    Persentase DOK-BK yang dicairkan Dinkes Kab/Kota & disalurkan kepada Puskesmas yang mengajukan surat

    permintaan uang.

    2. Indikator Proses Presentase Kabupaten/Kota yang melaksanakan

    pertemuan dalam rangka pelaksanaan DOK –BK.

    Persentase Puskesmas yang melaksanakan Lokakarya

    Mini pelaksanaan DOK-BK.

    3. Indikator Output Persentase pencapaian target Pelayanan Kesehatan bersumber DOK-BK.

    Persentase serapan DOK-BK setiap program prioritas tingkat Puskesmas.

  • - 32 -

    INDIKATOR PENCAPAIN TARGET PELAYANAN KESEHATAN BERSUMBER DOK-BK

    No Indikator Penjelasan

    Orang

    Asli Papua

    (OAP)

    Non Orang Asli

    Papua OAP

    Total Penduduk

    1. K1

    Jumlah bumil yang dilayani pertama kali selama kehamilan oleh tenaga kesehatan

    2. K4

    Jumlah bumil yang dilayani minimal 4 X dengan rumus 1 - 1 – 2 ( mendapat layanan 10 T )

    3. Pn

    Jumlah partus yang dilayani oleh dokter / bidan / perawat

    4. Pnf Jumlah partus di RS, Puskesmas, Ruang Bersalin

    5. KF3 Jumlah Kunjungan Nifas lengkap : sekali pada 6 jam - 3

    hari post partum; sekali pada hari ke 3 - 7 dan sekali pada hari ke 8 -28 post partum

    6. KN1

    Jumlah kunjungan neonatus pertama pada 6 - 48 jam

    setelah lahir.

    7.

    KNL

    Jumlah neonatus yg dilayani minimal sekali pada 6 - 48

    jam setelah lahir, sekali pada hari ke 3 - 7; sekali pada hari ke 8 - 28.

    8. Rkm

    Jumlah Ibu yang dideteksi faktor risiko dan komplikasi oleh masyarakat

  • - 33 -

    No Indikator Penjelasan

    Orang Asli

    Papua

    (OAP)

    Non Orang

    Asli Papua OAP

    Total Penduduk

    9. KMat

    Jumlah ibu dengan komplikasi maternal yang ditangani secara definitive

    10. KNeo

    Jumla