kegawatdaruratan pada praktik kedokteran gigi

2
Kegawatdaruratan pada Praktik Kedokteran Gigi Seorang dokter gigi perlu untuk mengenali dan menangani kegawatdaruratan situasi medis, meskipun jarang terjadi. Pasien yang menderita akibat situasi darurat harus dibawa ke rumah sakit, namun dengan waktu yang ditempuh dalam perjalanan perlu diperhitungkan. Dalam waktu tersebut, tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi penting. Dokter gigi juga perlu memastikan bahwa setiap asisten yang membantu dalam praktik mampu memberikan asistensi pada situasi tersebut. Situasi darurat yang dapat terjadi pada perawatan gigi: 1. Kehilangan kesadaran secara tiba-tiba a. Pingsan b. Gagal sirkulasi akibat terapi kortikosteroid c. Syok anafilaktik d. Myocardial infarction e. Serangan jantung f. Stroke 2. Sakit dada (acute chest pain) a. Angina b. Myocardial infarction 3. Kesulitan bernafas a. Asma b. Syok anafilaktik c. Gagal ventrikel kiri 4. Konvulsi a. Epilepsi b. Penyebab kehilangan kesadaran, seperti pingsan 5. Lain-lain a. Hemoragi dapat diakibatkan oleh kelainan darah b. Reaksi dan interaksi obat c. Cedera berat pada maksilofasial Hemoragi atau perdarahan, biasanya merupakan akibat dari ekstraksi traumatik. Pembuluh darah mayor dapat terbuka saat operasi bedah mulut, namun pasien tidak akan kehilangan darah dalam jumlah yang

Upload: haula-rahmah

Post on 15-Jan-2016

200 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

Page 1: Kegawatdaruratan Pada Praktik Kedokteran Gigi

Kegawatdaruratan pada Praktik Kedokteran Gigi

Seorang dokter gigi perlu untuk mengenali dan menangani kegawatdaruratan situasi medis, meskipun jarang terjadi. Pasien yang menderita akibat situasi darurat harus dibawa ke rumah sakit, namun dengan waktu yang ditempuh dalam perjalanan perlu diperhitungkan. Dalam waktu tersebut, tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi penting.

Dokter gigi juga perlu memastikan bahwa setiap asisten yang membantu dalam praktik mampu memberikan asistensi pada situasi tersebut.

Situasi darurat yang dapat terjadi pada perawatan gigi:

1. Kehilangan kesadaran secara tiba-tibaa. Pingsanb. Gagal sirkulasi akibat terapi kortikosteroidc. Syok anafilaktikd. Myocardial infarctione. Serangan jantungf. Stroke

2. Sakit dada (acute chest pain)a. Anginab. Myocardial infarction

3. Kesulitan bernafasa. Asmab. Syok anafilaktikc. Gagal ventrikel kiri

4. Konvulsia. Epilepsib. Penyebab kehilangan kesadaran, seperti pingsan

5. Lain-laina. Hemoragi dapat diakibatkan oleh kelainan darahb. Reaksi dan interaksi obatc. Cedera berat pada maksilofasial

Hemoragi atau perdarahan, biasanya merupakan akibat dari ekstraksi traumatik. Pembuluh darah mayor dapat terbuka saat operasi bedah mulut, namun pasien tidak akan kehilangan darah dalam jumlah yang berbahaya apabila ditangani dengan baik. Perdarahan post-ekstraksi hanya merupakan situasi darurat apabila dokter gigi dibutuhkan oleh pasien yang panik akibat perdarahan. Biasanya, perdarahan disebabkan oleh hemophilia yang tidak diduga atau kelainan darah lainnya.

Penanganan perdarahan dental:

1. Menenangkan pasien,2. Membujuk keluarga atau kerabat yang panik keluar ruangan,3. Menyeka mulut dan temukan sumber perdarahan,4. Berikan anestesi lokal mengandung adrenalin (epinefrin), singkirkan jaringan yang rusak, jahit

Page 2: Kegawatdaruratan Pada Praktik Kedokteran Gigi

5. Ketika perdarahan berhasil dikontrol, tanyakan tentang riwayat kesehatan, terutama bila terdapat keluarga yang memiliki riwayat perdarahan.

6. Jika perdarahan berlanjut meskipun sudah dijahit atau jika pasien kekurangan darah/lemas, bawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut,

7. Sementara itu, batasi perdarahan sebanyak mungkin dengan menekan pad pada daerah perdarahan dan mensupport rahang pasien dengan barrel bandage.

8. Idealnya, asam tranexamic (500 mg dalma 5 mL, dengan injeksi perlahan IV) perlu diberikan dan dapat memberikan efek pada perdarahan ringan, sambil menunggu perpindahan pasien ke rumah sakit.1

Referensi:

(1) Cawson R.A. Odell E.W. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine, 7 th ed pg. 385, 389-90. Churchill Livingstone. 2002.