kedisiplinan dan kinerja: studi kasus di bpr. kridaharta

39
i KEDISIPLINAN dan KINERJA: STUDI KASUS di BPR. KRIDAHARTA CABANG SALATIGA Oleh : ROBERTUS HERMAWAN DWIE PRASETYO NIM : 212011621 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 23-Dec-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

KEDISIPLINAN dan KINERJA: STUDI KASUS di BPR.

KRIDAHARTA CABANG SALATIGA

Oleh :

ROBERTUS HERMAWAN DWIE PRASETYO

NIM : 212011621

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

ii

iii

iv

v

vi

MOTTO

“Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh

kepercayaan, kamu akan menerimanya.”

(Matius 21:22)

Lakukan setiap langkahmu dengan penuh keyakinan dan

percaya diri, lawan rasa takut yang ada di hidupmu

(Robertus Hermawan Dwie Prasetyo) #RHDP#.

Jujur dan berkomitmen dalam setiap langkah akan

menjadi sesuatu kekuatan yang tidak akan terkalahkan

(Robertus Hermawan Dwie Prasetyo) #RHDP#

Semua akan indah dan akan berakir selalu indah selama

kita selalu mengandalkan TUHAN YESUS KRISTUS

(Robertus Hermawan Dwie Prasetyo) #RHDP#.

vii

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan anugerah

dan rahmat-Nya yang sungguh luar biasa kepada penulis mulai dari awal sampai

pada akhir kuliah dan pembuatan kertas kerja ini, sehingga penulis dapat

menyelesaikan kuliah dan kertas kerja ini dengan baik. Penyusunan kertas kerja

ini digunakan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak-pihak terkait

yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak

langsung selama perkuliahan dan sampai pada akhirnya kertas kerja ini boleh

selesai dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai, memberkati, melindungi,

menolong, memberikan hikmat dan kasih setia-NYA yang tiada berkesudahan

kepada penulis.

2. Kedua orang tua yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan

doa, dan telah bersusah payah dalam membiayai seluruh studi penulis mulai

dari TK, SD, SMP, SMA, hingga S1. Terimakasih Ayah dan Ibu yang telah

berjuang untuk selalu memberikan yang terbaik, aku pasti akan selalu

membahagiakan kalian sampai kapan pun.

3. Bapak Neil Semuel Rupidara, SE., M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing

penulis menyelesaikan kertas kerja ini. Terimakasih Bapak atas ide-ide, saran

viii

dan kritik yang membangun selama ini. Suatu kebanggaan bagi saya pernah

dibimbing oleh Bapak.

4. Bapak, Prof. Christantius Dwiatmaja, SE, ME, ph.D selaku Dekan Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

5. Ibu Roos Kities Andadari, S.E, MBA, Ph.D, selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya

Wacana.

6. Ibu trutuk ariarsanti, selaku wali studi yang telah memberikan pengarahan,

masukan serta bimbingan dalam menjalani kuliah.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah membagikan

pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga demi kemajuan dan

perkembangan akademik penulis.

8. Staf TU Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah membantu penulis selama

kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis.

9. Teman-teman, sahabat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Semoga

Tuhan membalas semua kebaikan kalian.

Salatiga, April 2016

Penulis

ROBERTUS HERMAWAN DWIE PRASETYO

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................... i

Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi...................................................... ii

Halaman Persetujuan Skripsi......................................................................... iii

Motto…......................................................................................................... iv

Ucapan Terima Kasih.................................................................................... v

Daftar isi........................................................................................................ vii

Daftar Tabel................................................................................................... ix

Abstract......................................................................................................... 10

Latar Belakang.............................................................................................. 10

Rumusan Masalah…………………............................................................. 12

Tujuan Penelitian ……………..................................................................... 13

Tinjauan Pustaka …….…............................................................................. 13

Disiplin Kerja………….................................................................... 13

Kinerja Pegawai................................................................................ 14

Metode Penelitian.......................................................................................... 15

Jenis Penelitian.................................................................................. 16

Metode Pengumpulan Data…………………………………........... 16

Pedomaan Pertanyaan……................................................................ 17

Hasil Penelitian …………............................................................................. 21

Temuan Dan Analisis......................................................................... 21

Kondisi Kinerja Karyawan................................................................. 28

Analisis Tingkat Kedisiplinan Dalam Upaya Peningkatan kinerja.... 32

x

Penutup .......................................................................................................... 34

Kesimpulan.................................................................................. 34

Keterbatasan Penelitian.................................................................................. 35

Saran............................................................................................................... 35

Daftar Pustaka................................................................................................ 37

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Dimensi Disiplin…..………................................................... 18

Table 2 Pedoman Pertanyaan Kinerja Karyawan………………….....20

Tabel 3 Daftar Kehadiran Partisipan………………………………….23

1

KEDISIPLINAN DAN KINERJA: STUDI KASUS DI BPR. KRIDAHARTA CABANG

SALATIGA.

ROBERTUS HERMAWAN DWIE PRASETYO

Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

Abstract

Bank as financial institution that provides financial services to its customers should be

able to provide the best service to win the competition. In order to success in competition,

qualified human resources are required. To achieve high performance, every employee is

expected to have a high level of discipline among other factors. Related to the importance of

discipline, this study was aim to understand the condition of discipline and how it may

improving HR performance. This research is qualitative study which take participants from BPR

Artha Activities of Salatiga. The result of the study indicates that BPR. KRIDAHARTA Salatiga

has good level diciplene. This cosists of employee presence in workplace, obedience to job rule,

and also their attitude to work facilities. While employee’ contribution is still relatively less than

the maximum and can not motivate employee to work optimally.

Key Words :

Discipline, Job Performance, Case Study

Latar Belakang

Bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa,

harus dapat memberikan pelayanan yang terbaik untuk dapat memenangkan persaingan yang

semakin hari semakin kompetitif dimana terjadi peningkatan jumlah kantor cabang bank.

Persaingan ini menyebabkan bank-bank harus berpikir bagaimana caranya agar bank tetap

menjadi bank pilihan masyarakat dan tidak ditinggalkan nasabahnya. Keberhasilan dalam

bersaing akan tergantung pada sumber daya manusia yang merupakan penggerak utama jalannya

kegiatan sebuah perusahaan yang dipengaruhi oleh kinerja individu karyawannya. Setiap

perusahaan akan selalu berusaha untuk mendapatkan kinerja terbaik dari karyawannya dengan

harapan apa yang menjadi tujuan perusahaan akan tercapai.

2

Kinerja karyawan menurut Mangkunegara (2009) adalah sebagai hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan adalah disiplin kerja karyawan, karena faktor kedisiplinan

memegang peranan yang amat penting dalam pelaksanaan tugas sehari-hari para karyawan

(Sedarmayanti, 2007). Disiplin adalah suatu hal yang mutlak ditanamkan pada setiap karyawan

di perusahaan baik itu tingkat bawah sampai tingkat atas. Seorang karyawan yang mempunyai

tingkat kedisiplinan tinggi akan tetap bekerja dengan baik walaupun tanpa diawasi oleh atasan,

tidak akan mencuri waktu kerja untuk melakukan hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan

pekerjaan, akan mentaati peraturan yang ada dalam lingkungan kerja dengan kesadaran yang

tinggi tanpa ada rasa paksaan, dan pada akhirnya karyawan yang mempunyai kedisiplinan kerja

yang tinggi akan mempunyai kinerja yang baik bila dibanding dengan para karyawan yang

bermalas-malasan karena waktu kerja dimanfaatkannya sebaik mungkin untuk melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perlu upaya pemimpin

untuk membuat karyawannya bekerja secara disiplin dan pemimpin tersebut juga harus dapat

menunjukkan cara yang paling baik dan membantu karyawan bertindak disiplin dalam

menyelesaikan tugas atau pekerjaan sehari-harinya.

Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang besar manfaatnya, baik bagi kepentingan

perusahaan maupun bagi para karyawan. Bagi perusahaan adanya disiplin kerja akan menjamin

terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang

optimal. Adapun bagi karyawan akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga

akan menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Jika lingkungan kerja

semuanya disiplin maka seorang karyawan akan ikut disiplin. Untuk itu akan sulit bagi

lingkungan kerja yang tidak disiplin tetapi ingin menerapkan kedisiplinan karyawan karena

lingkungan kerja akan menjadi panutan bagi karyawannya. Pentingnya kedisiplinan dalam

lingkungan kerja ini sependapat dengan penelitian Umar (2016) yang menemukan bahwa

kedisiplinan merupakan salah satu faktor yang menentukan kinerja karyawan. Terkait dengan

pentingnya kedisiplinan, maka berdsarkan penelitian Aritonang (2005) tentang hubungan disiplin

kerja guru terhadap kinerja guru menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara disiplin

kerja terhadap kinerja guru secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Selanjutnya,

pada penelitian Etykawaty (2005) terkait dengan pengaruh kedisiplinan terhadap kinerja

3

pegawai, juga menunjukan bahwa kedisiplinan mempunyai pengaruh positif dan signifikan serta

memberikan kontribusi dalam meningkatkan kinerja pegawai. Berbeda dengan penelitian

sebelumnya, maka pada penelitian ini peneliti mencoba untuk mengetahui tingkat kedisiplinan

karyawan secara mendalam melalui informasi yang diberikan oleh partisipan penelitian.

Selanjutnya, seorang karyawan harus mengetahui benar suatu aturan di mana ia terlibat

didalamnya agar dapat melaksanakan aturan tersebut dengan sifat disiplin sadar dengan apa yang

dilakukannya. Contoh dari kedisiplinan karyawan adalah manajemen waktu dalam hal ini yaitu

jam kerja. Apabila waktu sering dilanggar dapat dikatakan bahwa karyawan menjadi tidak

disiplin sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas dan kualitas kerja karyawan. Selain itu

absensi karyawan atau tingkat kehadiran karyawan dalam tempat kerja juga mempengaruhi

produktivitas tenaga kerja. Jika tingkat kehadiran karyawan rendah maka produktivitas tidak

mungkin tercapai secara optimal.

BPR. Kridaharta cabang Salatiga yang beralamat di Jl. Adi Sucipto (lingkar lapangan

pancasila) bergerak pada bidang tabungan, deposito dan kredit yang memiliki 35 orang karyawan

yang bekerja pada perusahaan ini. Setiap karyawan diharapkan memiliki kedisiplinan yang tinggi

yang berdampak untuk meningkatkan kinerja serta dapat memotivasi karyawan lain agar bisa

mendapatkan hasil kerja yang maksimal. Oleh sebab itu pada diri masing-masing karyawan

harus di tanamkan rasa kedisiplinan dan kinerja dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

masing-masing. Selain itu hal yang melatar belakangi pemilihan BPR ini, di karenakan BPR

tersebut mampu bertahan selama 47 tahun sejak berdirinya tahun 1969 hingga kini. Berdasarkan

uraian di atas maka penulis mengambil judul Kedisiplinan dan Kinerja : Studi Kasus di

BPR.KRIDAHARTA cabang Salatiga.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah diuraikan di atas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian pada BPR. Kridaharta cabang Salatiga, karena dari beberapa sumber yang diperoleh

mengatakan bahwa disiplin kerja sangatlah dibutuhkan bagi perusahaan tersebut. Salah satu

contoh masalah kedisiplinan yang dihadapi adalah ketepatan waktu datang karyawan.

Kemungkinan penyebabnya adalah ditiadakannya fasilitas antar jemput karyawan karena

4

keterbatasan sopir, di mana sebelum BPR tersebut berpindah tempat di Jl. Adi Sucipto, terdapat

fasilitas antar jemput karyawan.

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa yang di maksud dengan kondisi kedisiplinan?

2. Apakah kedisiplinan kerja karyawan dapat meningkatkan kinerja karyawan BPR.

Kridaharta cabang Salatiga?

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penilitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kondisi kedisiplinan kerja karyawan di BPR. Kridaharta cabang Salatiga

2. Mengetahui dampak kedisiplinan karyawan terhadap peningkatkan kinerja karyawan

BPR. Kridaharta cabang Salatiga

TINJAUAN PUSTAKA

Disiplin Kerja

Menurut Hasibuan (2011) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang

mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Ketaatan ini dapat

diwujudkan dalam bentuk sikap, tingkah laku, maupun perbuatan yang sesuai dengan

peraturan tersebut. Menurut Robbins (2005) disiplin kerja dapat diartikan sebagai suatu

sikap dan perilaku yang dilakukan secara sukarela dengan penuh kesadaran dan kesediaan

mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan secara bersama baik secara tertulis

maupun tidak tertulis. Kedisiplinan sebagaimana yang dikemukakan oleh Nitisemito (2002)

adalah sebagai suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari

perusahaan yang tertulis maupun tidak.

5

Dengan demikian, maka kedisiplinan dapat didefinisikan sebagai suatu sikap ketaatan

pada aturan. Sifat ini sudah merupakan dasar dari disiplin tanpa memperhatikan baik atau

buruknya aturan tersebut. Disiplin tidak ada kaitannya dengan nilai yang akan dicapai oleh suatu

aturan. Seorang pegawai harus mengetahui benar suatu aturan di mana ia terlibat di

dalamnya agar dalam melaksanakan aturan tersebut dengan sifat disiplin sadar dengan apa yang

dilakukannya.

Menurut Hasibuan (2011) ada 5 dimensi tingkat kedisiplinan karyawan dalam suatu

organisasi untuk penelitian ini digunakan sebagai indikator. Ke 5 indikator berikut adalah:

1) Kehadiran tepat waktu.

2) Ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan

3) Mentaati peraturan kerja

4) Menjalankan prosedur kerja (sesuai yang berlaku di tempat kerja dalam menyelesaikan

tugas dan tanggung jawab pekerjaan)

5) Menggunakan peralatan kantor dengan baik

Disiplin yang baik mencerminkanbesarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap

tugas-tugas yang di berikan kepadanya. Hal ini akan mendorong gairah kerja, semangat kerja dan

terwujudnya tujuan perusahaan.

Menurut Hani Handoko (2001:209) berpendapat bahwa “ Maksud pendisiplinan adalah

untuk memperbaiki kegiatan di waktu yang akan datang, bukan menghukum kegiatan di masa

lalu. Sedangkan sasaran-sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positif, bersifat mendidik dan

mengoreksi, bukan tindakan negatif yang menjatuhkan karyawan yang berbuat salah”. Tindakan

negatif ini biasanya mempunyai berbagai pengaruh yang merugikan seperti, hubungan emosional

terganggu, absensi meningkat, kelesuan, dan ketakutan pada karyawan.

Kinerja Pegawai

Menurut Maryoto (2000), kinerja adalah hasil kerja selama periode tertentu

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misal standar, target/sasaran atau kriteria

yang telah disepakati bersama. Simamora (2006) menyatakan kinerja mengacu kepada

kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja

6

merefleksikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan. Rivai

(2008) menyatakan kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang

sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam

perusahaan. Kinerja merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk

mencapai tujuannya. Sedangkan menurut Mangkunegara (2009) kinerja dapat didefinisikan

sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seseorang

karyawan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Dari beberapa uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa kinerja adalah hasil

kerja nyata yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan

kepadannya sesuai dengan kriteria dan tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. Mas'ud (2004)

berpendapat bahwa kinerja mengacu pada hasil pencapaian dari usaha yang dilakukan dan dapat

diukur dengan beberapa indikator seperti; kemampuan karyawan,kreativitas, kualitas pekerja,

ketepatan kerja, dan kemampuan menyelesaikan tugas dan tanggung jawab pekerjaan.

Untuk mengetahui kinerja karyawan, maka perlu dilakukan proses penilaian kinerja.

Mathis dan Jackson (2006) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai proses mengevaluasi

seberapa baik karyawan melakukan perkerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat

standar dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut kepada karyawan. Menurut

Robbins, S.P. (2001), ada lima pihak yang dapat melakukan penilaian kinerja karyawan, yaitu:

atasan langsung, rekan sekerja, evaluasi diri, bawahan langsung, dan pendekatan menyeluruh.

Pengukuran Kinerja

Jika dilakukan suatu pekerjaan maka hasil dari pekerjaan itu disebut produk atau

output. Apabila hasil atau output mulai diperhatikan, maka hal ini menyangkut pengertian

kinerja. Kinerja selalu dilihat dari dua segi yaitu dari segi masukan (input) dan segi hasil

(output). Perbandingan antara dua segi itu akan menjadi ukuran kinerja seseorang.

Karyawan mempunyai kinerja yang baik apabila menunjukkan hasil yang lebih besar.

Pengukuran kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan tolok ukur efisiensi

sumber daya yang tersedia dalam perusahaan. Walaupun kinerja hanyalah merupakan rasio

atau perbandingan namun demikian manfaat kinerja pegawai cukup besar pengaruhnya

bagi negara pada umumnya dan perusahaan pada khususnya. Menurut Narmodo dan Wajdi

(2009) ada 5 (lima) indikator penilaian kinerja, yaitu:

7

a. Kualitas pekerjaan meliputi: akuisisi, ketelitian, penampilan dan penerimaan keluaran

b. Kuantitas Pekerjaan meliputi: Volume hasil dan kontribusi

c. Supervisi meliputi: membutuhkan saran, arahan/ perbaikan

d. Kehadiran meliputi: regularitas, dapat dipercaya/diandalkan dan ketepatan waktu

e. Konservasi meliputi:pencegahan, pemborosan, kerusakan dan pemeliharaan.

Secara umum seorang individu yang memiliki kedisiplin kerja maka individu yang

bersangkutan akan menunjukan kinerja yang bagus dalam pekerjaannya. Hal ini dikarenakan

sikap dan perilaku yang kesadaran dan kesediaan mengikuti peraturan-peraturan yang telah

ditetapkan secara bersama baik secara tertulis maupun tidak tertulis tanpa keterpaksaan akan

membuat indivdu yang bersangkutan menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya tanpa adanya

tekanan. Sementara melalui kinerja tersebut akan terlihat hasil kerja dari individu tersebut

terkait dengan pemenuhan standar, pencapaian target/sasaran atau kriteria yang telah

disepakati bersama. Dengan kata lain maka saat seorang karyawan memiliki tingkat

kedisiplianan dalam pekerjaan baik, maka secara signifikan hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dapat dicapai oleh seseorang karyawan juga akan terlihat baik pula.

Untuk memelihara dan meningkatkan kinerja yang baik merupakan hal yang cukup sulit,

karena banyak faktor yang mempengaruhi kekurang tahuan karyawan tentang peraturan,

prosedur, dan kebijakan salah satu penyebab tindakan kurangnya kedisiplinan. Salah satu

program kedisiplinan yang di terapkan di BPR sebaiknya pimpinan memberikan program

orientasi kepada karyawan. Selain itu pimpinan harus menjelaskan secara rinci peraturan yang

sering di langgar, beserta konsekuensinya, meliputi pelanggaran pertama berupa teguran,

kemudian pelanggaran ke dua berupa surat peringatan, pelanggaran ketiga berupa pengeluaran

karyawan. Demikian pula prosedural atau kebijakan perusahaan sebaiknya di informasikan

kepada staff melalui diskusi aktif.

8

Metode Penelitian

Penelitian tentang “Kedisiplinan dan Kinerja: Studi kasus di BPR. KRIDAHARTA

cabang Salatiga” merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Lincoln

dan Guba (1992) dikenal juga dengan case study, yaitu penelitian yang mendetail dan

mendalam mengenai segala hal yang berhubungan dengan subjek yang hendak diteleiti.

Sementara pada studi kasus ini, peneliti memfokuskan pada kasus Kedisiplinan dan Kinerja di

BPR. KRIDAHARTA cabang Salatiga. Pada studi kasus ini penelitian ini juga hendak meneliti

secara lebih lanjut situasi dan kondisi kedisiplinan dan kinerja karyawan dan hal-hal terkait

dengan sikap dan perilaku patisipan, sehingga dapat lebih memahami hal-hal yang memengaruhi

sikap dan perilaku responden terkait. Jenis studi kasus untuk penelitian ini merupakan studi

kasus perusahaan. Company case ialah jenis studi kasus di mana penulis datang dan melakukan

penggalian informasi dari dalam perusahaan.

Selanjutnya, penelitian ini akan dilakukan di BPR. Kridaharta cabang Salatiga yang

beralamat di Jl. Adi Sucipto (lingkar lapangan Pancasila). Metode yang digunakan dalam

pengumpulan data penelitian ini meliputi dua yaitu:

1. Wawancara (interview)

Wawancara atau sesi tanya jawab dengan pemilik perusahaan setelah melakukan studi

pendahuluan. Wawancara digunakan untuk menemukan tipe kepribadian, prefernsi risiko

responden penelitian secara lebih mendalam. Selain itu, wawancara juga dilakukan agar penulis

lebih mengetahui faktor eksternal dan internal yang memengaruhi kinerja perusahaan yang

diteliti (Sugiyono, 2005). Dalam wawancara ini, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan

secara bebas dan leluasa, tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan

sebelumnya dalam panduan pertanyaan (Patilima, 2005).

2. Pengamatan (observation)

Selain dengan wawancara, pengumpulan data juga dilakukan dengan metode pengamatan

(observation) data aplikasi teknologi sebagai faktor eksternal yang memengaruhi kinerja

perusahaan untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat tingkat penjualan yang

sebenarnya. Pengamatan dilakukan peneliti sebagai sumber data dan memungkinkan

9

pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek

(Moleong, 1997).

Adapun berdasarkan wawancara diperoleh langsung dari sumber data dan berhubungan

langsung dengan permasalahan yang akan dikaji berupa tanggapan atau hasil wawancara

peneliti dengan partisipan yang bersangkutan yang merupakan karyawan BPR. Kridaharta

cabang Salatiga. Pertanyaan yang diberikan kepada partisipan dilakukan berdasarkan model

fenomenologi, di mana pertanyaan ini dikembangkan untuk mengetahui alasan dan proses yang

terjadi berdasarkan pada keadaan dan situasi yang hendak diselidiki dalam penelitian ini

(Herdiansyah, 2010).

Selanjutnya, peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dalam menganalisis data

yang diperoleh melalui wawancara. Data wawancara dalam penelitian adalah sumber data utama

yang menjadi bahan analisis data untuk menjawab masalah penelitian. Analisis data dimulai

dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan. Setelah melakukan wawancara,

selanjutnya peneliti membuat reduksi data dengan cara abstraksi, yaitu mengambil data yang

sesuai dengan konteks penelitian dan mengabaikkan data yang tidak diperlukan. Setelah data

direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Data disajikan dalam bentuk teks yang

bersifat naratif. Setelah data disajikan, langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan. Setelah

menjabarkan berbagai data yang telah diperoleh, peneliti membuat kesimpulan yang merupakan

hasil dari suatu penelitian.

Setelah peneliti memperoleh data dari seluruh partisipan, maka kemudian penelitian

melakukan langkah-langkah analisis data kualitatif yang dipakai untuk mengganalisis data dalam

penelitian ini dimulai dengan aplikasi-aplikasi langkah dengan tahap-tahap sebagai berikut

Moleong (1997):

1. Membaca, mempelajari dan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu

wawancara dan pengamatan (observation) yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan

dalam bentuk deskripsi tentang subjek penelitian.

2. Mengadakan reduksi data dengan cara membuat abstraksi dan membuang data-data yang

tidak relevan dengan tujuan penelitian.

3. Menyusun data dalam satuan-satuan dan memasukkan dalam kategori-kategorinya.

10

4. Pemeriksaan keabsahan data.

Selanjutnya, setelah tahap-tahap tersebut dilaksanakan akan dilakukan pembahasan yang

meliputi penafsiran data hasil penelitian yang telah dianalisis yaitu mencoba mencari dan

menemukan pola dan keterkaitan tiap-tiap kategori data yang sudah didapatkan. Konsep

penelitian diukur berdasarkan pengembangan panduan wawancara berdasarkan dimensi berikut.

HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI

Berdasarkan temuan peneliti maka diketahui bahwa BPR Kridaharta sebagai lembaga keuangan

perbankan di kota Salatiga memiliki standar dasar penilaian kinerja karyawan. Adapun standar

ini berlaku secara umum bagi setiap karyawan tanpa ada perbedaan antara karyawan yang

memiliki masa kerja yang lama ataupun yang tergolong baru sekalipun. Ada beberapa dimensi

yang menjadi penilaian kinerja karyawan seperti kualitas, kuantitas, supervisi, kehadiran dan

konservasi. Kualitas pekerjaan karyawan mencakup akuisisi, ketelitian dalam menyelesaikan

tugas dan tanggung jawab pekerjaan. Sementara untuk setiap karyawan memiliki target tersendiri

dalam menjalankan pekerjaannya sperti dapat memenuhi target deposan dalam jumlah tertentu,

mendapatkan nasabah dan menyelesaikan tugas dan pekerjaanya tepat waktu merupakan bukti

bahwa karyawan memiliki kualitas kerja yang memenuhi kriteria perusahaan. Selanjutnya

kemandirian karyawan dalam bekerja terkait degan supervisi atau kebutuhan terhadap saran,

arahan/ perbaikan juga menjadi penilaian kinerja setiap karyawan. Pihak manajemen perusahaan

juga memberlakukan jam hadir dan pulang kantor yang wajib dipenuhi karyawan yang

mencakup regularitas serta ketepatan waktu. Selain beberapa dimensi yang menjadi penilaian

kinerja karyawan, dimensi yang menjadi tolak ukur kinerja karyawan adalah konservasi di mana

pihak perusahaan juga menilai cara setiap karyawan dalam bekerja secara efektif dan efisien.

Kerja secara efektif dan efisien merupakan hal yang penting karena dapat mencegah terjadinya

pemborosan biaya dalam operasional perusahan.

Karakteristik Subyek

Berdasarkan data dari seluruh partisipan, maka diketahui bahwa rata-rata pendidikan

terakhir subyek penelitian bervariasi yaitu Strata 1 (S1) dan SMA . Partispan satu merupakan

11

karyawan pria yang memiliki latar belakang pendidikan terakhir SMA negeri di Kabupaten

Semarang.. Partisipan pertama menamatkan pendidikan akhirnya di salah satu SMU neg

Patisipan satu tergolong karyawan yang sudah masuk usia dewasa akhir yang berusia 57 tahun.

Partisipan pertama merupakan karyawan yang cukup berpengalaman dengan masa kerja yang

telah mencapai 34 tahun dan memiliki keluarga dengan dua anak.

Selajutnya partisipan kedua adalah seorang karyawan pria yang memiliki latar

belakang pendidikan S1 dari salah satu perguruan tinggi swasta di kota Salatiga. Partisipan kedua

termasuk karyawan baru yang memiliki masa kerja 2,5 tahun dan belum menikah. Dengan latar

belakang pendidikan sebagai seorang sarjana, maka partisipan kedua dapat menduduki posisi

sebagai AO (Account Officer).

Partisipan ke tiga adalah seorang pria yang masih muda yang berusia 26 tahun.

Partisipan ketiga memiliki pendidikan terakhir S1 psikologi. Sebagai seorang pekerja muda maka

partisipan ketiga memiliki penampilan yang terlihat rapi. Partisipan ketiga menamatkan

pendidikan terakhirnya di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Salatiga. Sebagai pekerja

yang relatif baru (dua bulan masa kerja) maka partisipan ketiga masih berstatus sebagai

karyawan kontrak. Partisipan ketiga belum memiliki keluarga dan masih memiliki mobilitas

yang tinggi sehingga memperoleh posisi sebagai AO di tempat kerja.

Partisipan keempat juga merupakan karyawan yang masih tergolong baru dengan masa

kerja tiga bulan. Partisipan keempat merupakan karyawan laki-laki dengan latar belakang

pendidikan yang cukup tinggi. Partispan keempat merupakan seorang Sarjana yang merupakan

lulusan dari salah satu perguruan tinggi negeri di kota Semarang. Sebagai seorang karyawan

muda yang memiliki mobilitas tinggi memberikan kesempatan kepada partisipan empat untuk

menjadi tenaga AO di tempat kerjanya.

Partisipan kelima merupakan seorang karyawati yang telah memiliki banyak

pengalaman kerja. Hal ini diketahui dari masa kerja partisipan kelima yang telah mencapai 22

tahun. Partisipan kelima telah memiliki keluarga dan seorang anak. Sementara dari sisi latar

belakang pendidikan maka diketahui bahwa partisipan lima merupakan seorang Sarjana dari

salah satu perguruan tinggi swasta di kota Salatiga. Partisipan kelima sebagai seorang karyawati

telah memiliki kedudukan yang menjanjikan di tempat kerja yaitu sebagai SPI.

Selanjutnya partisipan keenam adalah seorang wanita yang telah berusia 53 tahun.

Partispan enam adalah seorang yang telah memiliki masa kerja lama yaitu 32 tahun. Adapaun

12

partisipan enam menempati posisi sebagai Appraise di kantor tempatnya bekerja. Partispan enam

merupakan seorang sarjana yang menamatkan pendidikannya di salah satu perguruan tinggi

Negeri di kota Semarang. Secara menyeluruh berdasarkan data pribadi dari keenam partisipan

maka diketahuai bahwa hampir sebagian besar karyawan merupakan lulusan pendidikan tinggi

(sarjana) dan hanya salah satu dari partisipan saja yang merupakan karyawan dengan latar

belakang pendidikan sekolah menegah atas. Selanjutnya keenam partisipan juga memiliki status

yang berbeda yaitu telah menikah (bagi karyawan yang berusaia di atas 50 tahun) dan masih

melajang untuk karyawan yang berusia muda.

Iklim Kerja Karyawan

Karyawan BPR Kridaharta memiliki pola aktivitas kerja yang bagus hal ini terlihat pada

kehadiran karyawan sebelum aktivitas kantor dimulai. Secara umum berdarkan pengamatan

peneliti, maka diketahui bahwa karyawan mlai datang di tempat kerja sekitar 15- 20 menit

sebelum jam kantor belangsung. Setelah jam kantor dimulai biasanya karyawan marketing (AO)

sureveyor dan bagian lapangan lainnya yang lebih banyak keluar untuk meninggalkan kantor, hal

ini terkait dengan tugasnya dalam mencari nasabah. Sementara untuk karyarwan kantor akan

tetap beraktivitas pada jam kerja dan keluar meninggalkan kantor saat beristirahat. Saat jam

kantor berakhir pada kisaran pukul 16.00 maka karyawan BPR Kridaharta mulai terlihat

meinggalkan kantor.

Perilaku Kedisiplinan Karyawan

Secara menyeluruh ada lima dimensi kedisiplinan karyawan sebagai perkerja yang dapat

dipergunakan untuk mengetahui perilaku kedisiplinan karyawan. Dimensi kedisiplinan karyawan

tersebut mencakup: kehadiran tepat waktu, ketepatan waktu dalam penyelesaian pekerjaan,

mentaati peraturan kerja, menjalankan prosedur kerja, serta menggunakan peralatan kantor

dengan baik. Secara lebih detail hal tersebut diuraikan sebagai berikut:

1) Kehadiran tepat waktu

Berdasarkan dari jawaban keenam partisipan, maka diketahui bahwa secara keseluruhan

karyawan hadir di kantor dalam kurun waktu 15 menit hingga 30 menit sebelum jam

kantor dimulai. Dari keseluruhan partisipan diketahui bahwa partisipan yang hadir 30

menit sebelum jam kantro mencapai 50% atau tiga orang. Sementar partsipan yang hadir

13

20 menit sebelum jam kantor dimulai ada satu orang dan sisanya yaitu karyawan yang

hadir 15 menit sebelum jam kantor dimulai ada dua orang. Selanjutnya, berdasarkan pada

jawaban partisipan maka diketahui bahwa seluruh partisipan (enam karyawan) memiliki

kebiasaan yang hadir di kantor lebih awal sebelum jam kerja dimulai secara terperinci

dapat dilihat dari kutipan jawaban masing-masing partisipan pada tabel sebagai berikut:

Tabel.3

Partisipan Jam hadir kantor Rentang Waktu kehadiran

Satu 07.40 (20 menit sebelum jam kantor)

Dua 07.45 (15 menit sebelum jam kantor)

Tiga 07.30 (30 menit sebelum jam kantor)

Empat 07.30 (30 menit sebelum jam kantor)

Lima 07.45 (15 menit sebelum jam kantor)

Enam 07.30 (30 menit sebelum jam kantor)

Sumber: data primer diolah

Selanjutnya hal-hal yang mendorong para karyawan untuk hadir di tempat kerja lebih awal

dari jam kantor tersebut secara umum sama. Berdasarakan dari hasil wawancara pada

keenam partisipan maka diketahui bahwa hampir keseluruhan karyawan memiliki alasan

yang sama untuk hadir di tempat kerja sebelum jam kantor dimulai yaitu karena mereka

harus berdoa sebelum jam kantor dimulai, agar dapat memperisapkan diri sehingga tenang

dalam beraktivitas, kebiasaan, adanya aktivitas persiapan sebelum memulai pekerjaan,

persiapan diri agar lebih tenang. Adanya alasan yang kuat untuk hadir lebih awal ini

memungkinkan para partisipan dalam hal ini para karyawan untuk tidak pernah hadir

terlambat di kantor kecuali ada halangan yang tidak terduga. Temuan tersebut

menunjukkan bahwa partisipan sebagai karyawan memiliki kedisiplinan yang baik ditinjau

dari kedatangan yang tepat waktu sebegai seorang pekerja. Sementara sebagai timbal balik

pihak kantor hanya akan memberikan sanksi keras saat karyawan terlambat lebih dari tiga

kali, sehingga pada realitanya tidak ada karyawan yang pernah menerima sanksi

keterlambatan.

2) Ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan

14

Ketepatan waktu dalam penyelesaian pekerjaan dapat digunakan sebagai paramater tingkat

kedisipilinan karyawan. Jam kerja yang berlaku di tempat kerja merupakan jam yang

secara umum berlaku di tempat kerja yaitu 8 jam kerja yang secara lebih lanjut diketahui

bawah jam kerja diawali pada pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 16.00 bagi partisipan

sebagai karyawan bukan merupakan suatu masalah, namun karyawan bekerja semaksimal

kemampuan yang dimiliki seringkali dibatasi oleh jam kerja yang berlaku secara formal.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap ke-enam partisipan maka diketahui bahwa

karyawan akan telah memenuhi kewajibannya sebagai pekerja yang memiliki kesadaran

untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jam kantor (8 jam kerja/ dari pukul 08.00

sampai pukul 16.00), bahkan karyawan berkeinginan melanjutkan pekerjaan keesokan hari

jika pekerjaan dan tanggung jawab pada hari ini belum dapat terselesaikan. Sementara di

sisi lain, hasil wawancara juga menunjukkan bahwa bagi karyawaan menunda pekerjaam

akan mengganggu optimalisasi kerja mereka karena akan menghambat penyelesaian tugas

atau tanggung jawab kerja yang berikutnya. Partisipan berpendapat bahwa pekerjaan harus

diselesaikan tepat waktu karena pekerjaan yang tertunda akan menjadi beban bagi

karyawan secara pribadi. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan partisipan maka

diketahui bahwa karyawan bekerja secara maksimal pada jam kantor. Secara umum

berdasarkan jawawaban partisipan maka diketahui bahwa tingkat minat partisipan dalam

menyelesaikan pekerjaan tergolong baik dan hal ini terlihat pada jawaban partisipan. Hal

ini terlihat pada salah satu pernyataan partisipan yang mengemukakan bahwa:

“ Menurut saya pekerjaan memang harus diselesaikan tepat waktu, dik.........Ya

agar pekerjaa lain dapat segera dikerjakan” (Partisipan 1)

Sekalipun partisipan memanfaatkan waktu secara maksimal dalam bekerja, namun

tanggung jawab dalam penyelesaian pekerjaan ini hasilnya menjadi kurang optimal, karena

kurang didasari oleh kesadaran dari dalam diri sendiri. Kesadarn dalam diri lebih dapat

diartikan sebagai motivasi internal karyawan. Kesadaran diri ini akhirnya membangun

motivasi pribadi untuk bekerja yang lebih condong dipengaruhi oleh rasa aman dalam karir

dan posisi partisipan sebagai seorag karyawan. Rendahnya motivasi untuk bertanggung

jawab sebagai pekerja terlihat pada pernyataan partisipan berikut:

15

“ Jika pekerjaan sangat urgent saya rasa saya akan menyelesaikan pekerjaan

terlebih dahulu.....saya tidak enak kalau pekerjaan blom selesai... sebetulnya

maunya pulang terlebih dahulu...tapi takut terkena marah dari atasan”

“Blom lagi nanti imbasnya pada jenjang karir, ...makanya saya ikut pada jalurnya

dulu...cari amannya...” (Partisipan 4)

Secara umum dari hasil wawancara diketahui bahwa jam kerja karyawan merupakan

konsekuensi dan kewajiban mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap karyawan, sehingga

menyelesaikan tugas dan tanggung jawab pekerjaan selama jam kerja bukan merupakan hal

yang berat untuk dipenuhi. Namun di sisi lain karyawan bekerja masih belum maksimal

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa

karyawan akan menyelesaikan pekerjaan hanya didorong oleh adanya kewajiban yang harus

dipenuhi saja sesuai dengan jam kerja yang berlaku di tempat kerja. Penyelesaian pekerjaan

di luar jam kerja akan menjadi beban bagi para karyawan. Adanya etos kerja yang kurang

maksimal ini menjadi penyebab bagi karyawan untuk melanjutkan pekerjaan pada keesokan

hari jika pekerjaan dan tanggungjawab pada hari ini belum dapat terselesaikan. Sekalipun

bagi partisipan menunda pekerjaan akan mengganggu optimalisasi kerja mereka, namun

keputusan untuk hanya mengakhiri aktivitas setelah jam kerja berakhir dapat menyebabkan

pencapaian hasil kerja yang kurang optimal. Jadi dengan kata lain untuk penyelesaian

pekerjaan yang ditinjau dari ketapatan waktu penyelesaian akan menjadi lebih fleksibel

tergantung dari beban kerja yang harus diselesaikan oleh karyawan yang bersangkutan.

3) Mentaati peraturan kerja

Menurut pendapat partisipan peraturan merupakan hal yang sudah selayaknya dipatuhi dan

bukan merupakan pilihan. Secara umum partisipan kurang terbuka dalam mengungkapkan

adanya kebebasan atau privasi yang dilanggar dalam lingkkungan kerja. Partisipan

berasumsi bahwa saat mereka masuk dalam suatu perusahaan maka peraturan secara

otomatis merupakan konsekuensi yang harus dijalani dan dipenuhi, meskipun terkadang

tidak sesuai dengan individu. Terkait dengan peraturan perusahaan, maka karyawan

berpendapat bahwa ketentuan yang berlaku dalam perusahaan pada hakikatnya merupakan

peraturan umum yang sewajarnya di tempat kerja. Di dalam lingkungan perusahaan tidak

16

ada peraturan yang berlaku secara khusus dan kaku untuk diikuti oleh para pekerja hal ini

terlihat pada pernyataan partisipan

“Menurut saya peraturan ini tidak membatasi kebebasan kita, karena doa pagi

akan memberikan kekuatan iman” (Partisipan 6)

Sebagai salah satu bentuk kedisiplinan , maka pada hakikatnya karyawan harus menepati

peraturan yang berlaku dengan tanpa syarat / tanpa memperhatikan baik atau buruknya

aturan tersebut. Hal ini diperlukan agar pekerjaannya dapat berjalan secara maksimal,

namun kedisiplinan dalam mentaati peraturan ada yang terkondisi. Keinginan menepati

peraturan yang terkondisi terlihat pada pernyataan partisipan sebagai berikut:

“ Jika ada kebijakan yang tidak sesuai dengan keinginan saya,,,,saya akan

berupaya menaati dan menyesuaikan diri....khan saya bekerja untuk perusahaan...”

“dengan catatan saya masih mampu tentunya......kalau tidak bisa lagi,,,maka saya

akan melakukan segala sesuatu sebagaimana saya adanya” (Partisipan 5)

Berdasarkan pernyataan dari partisipan secara menyeluruh maka dapat dikatakan bahwa

peraturan yang berlaku di perusahaan merupakan peraturan yang umum berlaku di tempat

kerja. Terkait dengan peraturan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kepatuhan

karyawan terhadap peraturan yang berlaku tergolong bagus. Hal ini terlihat pada keinginan

partisipan dalam menjalankan peraturan sebagai uatu hal yang bermanfaat bagi partisipan

secara individu juga.

4) Menjalankan prosedur kerja

Prosedur kerja merupakan suatu rutinitas bagi karyawan. Namun rutinitas ini membuat

mereka terpacu dalam bekerja secara optimal. karyawan berasumsi dengan adanya prosedur

yang berlaku maka dapat mencapai hasil yang maksimal pula. Dalam upaya pemenuhan

prosedur kerja, maka terlihat bahwa keenam partisipan memiliki dorongan menjalankan

prosedur kerja yang standar selayaknya seorang pekerja. Hal ini terlihat pada pernyataan

partisipan.

17

“ Di kantor ada prosedur sederhana......seingat saya yang pasti itu.....Datang ke

kantor sebelum jam kerja”

“ Tidak , sebab itu merupakan hal umum dan mendorong kita untuk semakin giat

sebagai seorang individu” (Partisipan 3)

Sementara bagi sebagian partisipan jika digali lebih lanjut, maka diketahui bahwa prosedur

kerja yang berlaku di tempat kerja mereka merupakan prosedur kerja yang umum saja dan

tidak menekan karyawan. Hal ini diketahui dari pernyataan partisipan berikut:

“Kalau mau benar-benar menjalankan aktivitas kantor sesuai prosedur itu

sederhana koq......dibandingkan dengan tempat kerja lainnya, kalau kita menjalani

secara natural....saya yakin pimpinan...teman-teman akan saling support....”

(Partisipan 2)

Prosedur yang berlaku di tempat kerja pada umumnya merupakan hal yang membantu

partisipan dalam beraktivitas, oleh karena itu maka karyawan memenuhi prosedur yang

berlaku secara sukarela. Dengan adanya prosedur kerja yang berlaku maka partisipan juga

dapat bekerja secara maksimal.

5) Menggunakan peralatan kantor dengan baik

Sebagian besar partisipan menyatakan bahwa peralatan yang ada mempermudah karyawan

dalam bekerja. Karyawan hanya melakukan hal yang sewajarnya dilakukan untuk menjaga

peralatan dan sarana yang tersedia di kantor. Menurut para partisipan perlengkapan dan

sarana di tempat kerja telah memenuhi kebutuhan mereka akan peralatan yang mendukung

kerja. Bahkan para karyawan telah menggunakan perlengkapan tersebut sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dan hal ini terlihat pada pernyataan para partisipan

“Ya pastinya ikut merawat secara otomatis....... Hal itu jadi tanggung jawab karyawan....

Peralatan itu dimaksimalkan dipergunakan sesuai dengan porsinya masing-masing sesuai

dengan petunjuk yang ada/ tata cara penggunaan.” (Partisipan 6)

Secara umum kedisiplinan seorang karyawan harus mengetahui benar suatu aturan

dimana ia terlibat di dalamnya agar dalam melaksanakan aturan tersebut dengan sifat disiplin

sadar dengan apa yang dilakukannya. Secara umum berdasrkan hasil wawancara dari ke enam

18

karyawan BPR Kridaharta cabang Salatiga maka diketahui bahwa tingkat kedisiplinan karyawan

tergolong memiliki disiplin kerja yang baikdi mana hampir seluruh karyawan telah memiliki

kesadaran untuk berdisiplin dalam bekerja. Namun terlepas dari tingkat kedisiplinan yang

seharusnya dimiliki oleh seorang karyawan, maka ada beberapa karyawan yang hanya

berperilaku disiplin karena alasan situasional saja, di mana menjalani kedisiplinan merupakan

konsekuensi saat bergabung dalam suatu perusahaan.

Secara menyeluruh, berdasarkan temuan pada penelitian diketahui bahwa tingkat

kedisiplinan pertisipan sebagai karyawan pada dasarnya tergolong bagus. Pada hakikatnya

kedisiplinan merupakan kesadaran dan kesediaan individu dalam mentaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Berdasarkan hasil wawancara secara

menyeluruh pada 6 partisipan sebagai karyawan yang memiliki latar belakang yang berbeda dan

masa kerja yang bervariatif, maka diketahui bahwa karyawan BPR memiliki kedisiplinan yang

bagus dalam menjalankan tugas dan kewajibannya di tempat kerja. Karyawan BPK Kridaharta

cabang Salatiga diketahui memiliki perilaku disiplin karyawan yang tercermin dalam bentuk

sikap, tingkah laku, maupun perbuatan yang sesuai dengan peraturan tersebut. Adapun sikap

dan perilaku disiplin tersebut dilakukan secara sukarela dengan penuh kesadaran dan

kesediaan mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan secara bersama baik secara

tertulis maupun tidak tertulis.

Kondisi Kinerja Karyawan

Selanjutnya pada dasarnya penilaian kinerja partisipan terkait dengan evaluasi seberapa

baik partispan sebagai karyawan melakukan perkerjaan jika ditinjau dari standar dan pencapaian

target yang ditetapkan oleh perusahaan. Pada hakikatnya ada lima pihak yang dapat melakukan

penilaian kinerja karyawan, yaitu: atasan langsung, rekan sekerja, evaluasi diri, bawahan

langsung, dan pendekatan menyeluruh. Selanjutnya, kinerja dapat dilihat dari dua segi yaitu

dari segi masukan (input) dan segi hasil (output). Perbandingan antara dua segi itu akan

menjadi ukuran kinerja seseorang. Karyawan mempunyai kinerja yang baik apabila

menunjukkan hasil yang lebih besar. Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya

merupakan tolok ukur efisiensi sumber daya yang tersedia dalam perusahaan. Pada

19

penelitian ini peneliti melihat aspek kinerja karyawan dari beberapa dimensi yang meliputi

beberapa hal seperti: produktivitas, ketepatan waktu dalam menyelesaiakn pekerjaan, tingkat

tanggung jawab dalam pekerjaan, dan pencapaian sasaran oleh pekerja. Karayawan bekerja

untuk kurun waktu yang bervariasi dari 2 bulan hingga di atas 20 tahun. Hampir keseluruhan

karyawan merasa nyaman di lingkungan pekerjaan karena rekan kerja dan kondisi kerja yang

kondusif. Jam kerja karyawan berkisar antara 8 jam dalam sehari. Prestasi kerja yang dibuat

biasanya disesuaikan dengan bagian masing-masing, sementara prestasi yang dicapai ini juga

membuahkan hasil yang bermacam-macam dari kenaikan pangkat dan adapula yang menerima

kenaikan gaji.

Partisipan pertama sebagai karyawan memiliki kinerja yang bagus, hal ini terlihat pada

masa kerja partisipan yang bersangkutan selama 34 tahun. Partispan 1 menyatakan bahwa

individu yang bersangkutan bertahan untuk bekerja karena menyenangi pekerjaan, namun hal ini

kurang sinkron jika dibandingkan dengan jam kerja yang bersangkutan selama 8 jam dalam

sehari dan enggan membawa pekerjaan ke rumah saat belum terselesaikan di kantor/ jam kantor

telah berakhir. Hal tersebut terlihat dari opini partisipan yang bersangkutan jika membawa

pekerjaan kantor pulang rumah, maka dapat mengganggu kegiatan untuk rumah/ biasa membantu

pekerjaan di rumah. Hal ini terlihat pada pernyataan partisipan sebagai berikut:

“Membawa pekerjaan ke rumah itu sebetulnya baik......dan sangat perlu dijalankan

karyawan, namun kalau seperti saya membawa pekerjaan pulang ke rumah.....ya itu

namanya sama saja bekerja 24 jam.......malah bisa kehabisan kebersamaan dengan

keluarga nantinya......khan repot sendiri” (Partisipan 1)

Adapun pernyataan partisipan ini mungkin dipengaruhi oleh peran dan kedudukan yang

bersangkutan dan memiliki anak buah di tempat kerja. Partisipan tergolong sebagai karyawan

yang memiliki prestasi yang baik dan terlihat pada kenaikan pangkat sebanyak dua kali sebagai

Kasi dan Kabag Kantor. Sebagai seorang karyawan, partisipan satu sangat memperhitungkan

jam kerja, dimana individu yang bersangkutan segera meninggalkan tempat kerja tepat saat jam

kantor berakhir secara teratur yaitu pada pukul 16.05. Agar tidak menjadi beban maka partisipan

satu berupaya sebisa mungkin menyelesaikan pekerjaan dan baru pulang. Sementara cara

20

partisipan satu mengutarakan bahwa tidak ada pemberian kompensasi over time dalam bekerja,

maka hal ini menunjukan bahwa individu yang bersangkutan hanya bekerja sesuai dengan beban

kerjanya saja. Adapun segala aktivitas partisipan merupakan sesuatu yang bukan berasal dari

internal atau termotivasi dari dalam, hal ini terlihat pada jawaban partisipan yang bersangkutan

terkait dengan bagaimana dan untuk apa partisipan 1 bekerja optimal yaitu: untuk kemajuan

perusahaan. Dan tentang target perusahaan hasilnya untuk dinikmati semua karyawan dan

karyawati. Partisipan satu dalam pekerjaannya masih tergolong belum maksimal dan hal ini

terlihat pada belum dapat memenuhi target perusahaan dalam hal ini Omset bulanan untuk AO.

Namun di sisi lain secara personal partisipan satu memiliki memiliki target secara pribadi dalam

bekerja yaitu menyelesaiakan pekerjaan secepat mungkin.

Adapun temuan terkait dengan kinerja karyawan yang baik juga terlihat pada partisipan 2

walaupun partisipan dua dapat digolongkan sebagai karyawan yang kurang loyal dengan

pekerjaannya, hal ini terlihat pada keinginan individu untuk berangkat dan pulang kerja tepat

waktu. Hal ini diketahui pada pernyataan partisipan sebagai berikut:

“Sebetulnya bagi saya kerja lembur bukan masalah.....dengan

catatan...kompensasinya sesuai dong...”

“Kalau tidak sesuai namanya khan kerja rodi....ha.....ha....ha...” (Partisipan 4)

Berbeda dari ke dua partisipan sebelumnya, maka partisipan 3 sebagai seorang karyawan

baru maka partispan 3 masih belum terlihat kinerjanya. Hal ini terlihat pada belum adanya

prestasi yang dibuat yang bersangkutan selama bekerja. Partisipan tiga berupaya maksimal

dalam menyesaikan pekerjaanya dengan mengerjakan di rumah pekerjaannya saat jam kantor

sudah berakhir. Selanjutnya, partisipan tiga juga bekerja masksimal dan ikhlas dalam memenuhi

beban kerjanya. Sebagai pekerja yang relatif baru maka partisipan tiga hanya berupaya

memenuhi tanggung jawab dan beban kerja yang diberikan yaitu memenuhi target pencairan.

Namun minimnya pengalaman dan kurangnya daya juang yang bersangkutan maka partisipan

tiga hanya memenuhi ketentuan yang berlaku di tempat kerja dan menjalankan dengan baik

segala ketentuan yang berlaku di perusahaan.

21

Partisipan 4 termasuk karyawan baru dalam lingkungan kerjanya, di mana yang

bersangkutan hanya memiliki masa kerja yang belum lama (tiga bulan). Sebagai seorang

karyawan yang tergolong baru, maka partisipan 4 hanya bekerja sesuai dengan jam kerja yang

berlaku bagi seorang pekerja yaitu 8jam. Partisipan 4 hanya bekerja di tempat kerja dan menolak

untuk membawa pekerjaan ke rumah saat pekerjaan beum terselesaikan dan hal ini membuat

kinerja yang bersangkutan kurang maksimal. Sementara untuk seorang karyawan yang baru

maka partisipan 4 memiliki inisiatif yang baik dan hal ini terlihat pada cara yang bersangkutan

ketiga tidak dapat memenuhi tanggung jawab yang diterimanya. Partisipan 4 berupaya merubah

pola kerjanya yang menyebabkan yang bersangkutan kurang maksimal dalam bekerja. Partisipan

4 memiliki kinerja yang cukup bagus yang terlihat pada upaya memenuhi target yang menjadi

standar dalam bekerja di mana ada target AO harus cair (100.000.000).

Partisipan lima merupakan karyawan yang loyal terhadap tempat kerja dan hal ini terlihat

pada masa kerja yang bersangkutan selama 22tahun. Di satu sisi partisipan lima bertahan karena

idealisme yang dimilikinya juga terpenuhi yaitu: memiliki cita-cita menjadi karyawan bank

perkreditan rakyat. Walaupun pekerjaannya sesuai dengan keinginan dan cita- citanya namun hal

ini tidak sejalan dengan kenyataan di tempat kerja di mana individu yang bersangkutan hanya

bekerja selama 8 jam tepat dalam sehari. Partisipan lima merupakan pribadi yang bertanggung

jawab dengan pekerjannya, hal ini terlihat pada pendapat yang bersangkutan yang menyatakan

bahwa tidak keberatan jika harus menyelesaikan pekerjaan setelah jam kantor berakhir, karena

sudah menjadi tanggung jawab. Sementara untuk pekerja yang tergolong senior dengan masa

kerja yang lama, maka prestasi yang dibuat oleh individu yang bersangkutan masih kurang

maksimal, hal ini terlihat pada prestasi yang pernah dilakukan di tempat kerja, yaitu

menyelesaian kredit bermasalah dan belum mendapat kenaikan jabatan yang signifikan selama

masa kerjanya. Partisipan tergolong karyawan yang meiliki inisiatif yang kurang, hal ini terlihat

pada penyataan yang bersangkutan yang mengemukakan bahwa hanya menyelesaikan pekerjaan

sesuai dengan job descrition dan tepat waktu sebagai standar yang dimiliknya dalam bekerja.

Datang tepat waktu, bekerja sesuai dengan job dan menyelesaikan tapat waktu dan pulang tepat

waktu. Partisipan lima hanya bekerja sesuai dengan pola yang berlaku di perusahan saja, hal ini

terlihat pada pernyataan partisipan lima yang menyatakan bahwa sebagai karyawan sudah

selayaknya ia harus bekerja sesuai dengan peraturan perusahaan. Namun ada sisi positif yang

22

mengarahkan individu yang bersangkutan dalam bekerja, yaitu ketika ada keinginan partisipan

lima untuk enyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan tepat waktu.

Partispan 6 memiliki Kinerja yang bagus sebagai karyawan hal ini terlihat pada masa

kerja karyawan selama 32 tahun. Sebagai seorang karyawan maka partisipan 6 memiliki masa

pengabdian yang tergolong lama, partisipan menyatakan bahwa hal yang paling mempengaruhi

keinginan untuk tetap bekerja lebih di latar belakangi oleh perasaan nyaman dan solidaritas

sesama karyawan baik. Sementara untuk jam kerja maka partisipan 6 termasuk pekerja yang

bekerja hanya berdasarkan jam kerja karyawan pada umumnya yaitu (Senin – Jumat 8 jam)

(sabtu 5 jam). Sebagai karyawan maka partisipan enam termasuk individu yang bertanggung

jawab terhadap pekerjannya, di mana individu yang bersangkutan tidak keberatan untuk bekerja

setelah jam kantor berakhir. Jika ditinjau dari sisi prestasi maka partisipan enam cukup bagus,

karena mampu menaikan omset kredit dan menurunkan NPL (Non Performing Loan). Selain itu,

partisipan sebagai karyawan memiliki prestasi yang baik dan hal ini terlihat pada kenaikan

jabatan yang diterimanya yaitu sebagai : Admin kreditor, kordinator kredit, Appraise. Prioritas

partisipan enam dalam bekerja bagus karena individu yang bersangkutan merasa aman dan

nyaman ketika dapat menyelesaikan pekerjaan anda tepat waktu dan mampu menyelesaikan

pekerjaan dengan benar. Partisipan enam juga bekerja secara optimal sehingga dapat

menyelesaikan tanggung jawab yang diberikannya ketika tidak menunda pekerjaan yang

diterimanya. Sebagai individu yang bekerja dalam kurun waktu yang lama, maka pengalaman ini

menuntun pekerja untuk bekerja sesuai dengan kapasitas yang ada saja, namun karyawan yang

bersangkutan hanya memenuhi segala peraturan yang ada.

Analisis Kedisiplinan Karyawan dalam Upaya Peningkatan Kinerja

Secara menyeluruh hasil penelitian menunjukan tingkat kedisiplian karyawan bagus hal

ini terlihat pada kehadiran partisipan di tempat kerja yang lebih awal. Kehadiran partisipan di

tempat kerja sebelum jam kantor dapat sangat membantu partisipan dalam mempersiapkan

aktivitasnya sebelum jam kantor. Seluruh partisipan juga telah memiliki motivasi yang bagus

untuk mentaati peraturan yang berlaku secara sadar dan sukarela. Adapun hal ini sangat didorong

oleh adanya perasaan karyawan yang nyaman dalam menjalankan peraturan yang berlaku. Selain

itu, karyawan juga merasa tanpa adanya beban atau tekanan dalam menjalankan peraturan yang

23

berlaku. Selanjutnya, terkait dengan upaya memenuhi prosedur kerja dan keinginan

menggunakan perlengkapan dan saran yang tersedia secara optimal sesuai bagian masing masing

merupakan hal yang penting yang dapat mendukung aktivitas kerja, sehingga partisipan dapat

dikategorikan sebagi karyawan memiliki kinerja yang bagus. Secara menyeluruh kebiasaan

untuk berperilaku disiplin dalam pekerjaan yang dimiliki oleh seluruh partisipan menunjukan

bahwa partisipan memiliki kedisiplinan yang baik.

Sementara pada dasarnya kinerja merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya

perusahaan untuk mencapai tujuannya di mana seorang individu dapat diketahui kualitas dan

kuantitas yang pencapainnya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya. Dari beberapa uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa kinerja

adalah hasil kerja nyata yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan

kepadanya sesuai dengan kriteria dan tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. Berdasarkan hasil

wawancara terhadap partisipan, maka diketahui bahwa tingkat kinerja karyawan tergolong bagus

ditinjau dari sisi kualitas pekerjaan meliputi: akuisisi, ketelitian, penampilan dan penerimaan

keluaran, supervisi meliputi: membutuhkan saran, arahan/ perbaikan, kehadiran meliputi:

regularitas, dapat dipercaya/diandalkan dan ketepatan waktu serta konservasi

meliputi:pencegahan, pemborosan, kerusakan dan pemeliharaan melalui pengoptimalan diri

dalam menggunakan fasilitas kantor yang tersedia. Namun terkait dengan kuantitas pekerjaan

meliputi: kontribusi terhadap perusahaan, maka diketahui bahwa partisipan memiliki kinerja

yang bagus namun kurang optimal. Adapun optimal ini mengacu pada pemanfaatan waktu terkait

dengan beban/ tugas/ tanggung jawab pekerjaan yang harus diselesaikan. Hal ini membuktikan

bahwa karyawan cendrung menyelesaikan pekerjaan sebagai suatu tanggung jawab yang harus

dipenuhi dan bukan merupakan upaya memberikan kontribusi bagi perusahaan jika dapat

melakukan banyak hal secara lebih cepat bagi perusahaan. Partisipan sebagai karyawan

memperhitungkan timbal balik perusahaan atas pekerjaan yang dilakukan. Selain itu, jika

ditinjau dari sisi pemenuhan tugas kerja maka diketahui bahwa partisipan masih belum mencapai

target secara maksimal. Minat untuk menyelesaikan pekerjaan hanya merupakan kewajiban

semata di mana karyawaran berasumsi bahwa berada dan bekerja di tempat kerja sudah cukup.

Jam kantor perusahaan merupakan hal yang penting diperhatikan dibandingkan dengan upaya

melakukan optimalisasi diri sebagai sumber daya manusia. Secara umum temuan ini

24

membuktikan bahwa kedisiplinan yang baik belum tentu diikuti oleh kinerja karyawan yang baik

pula jika tidak ditunjang oleh motivasi internal dari sumber daya manusia.

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Seecara umum temuan menunjukkan bahwa partisipan penelitian memiliki karakteristik

bervariasi yaitu usia partisipan antara 25 tahun sampai 53 tahun dengan latar belakang

pendidikan yang berbeda yaitu: tingkat SMA dan perguruan tonggi (Strata 1). Sementara

ditinjau dari lama bekerja di BPR Kridaharta, maka diketahui bahwa usia termuda masa

kerja adalah 2 bulan dan partisipan yang menjadi karyawan dengan masa kerja terlama

mencapai 53 tahun. Meskipun partisipan memiliki latar belakang yang berbeda, namun

secara umum tingkat kedisiplinan karyawan dalam bekerja tergolong bagus terutama terkait

dengan waktu hadir di tempat kerja, mentaati peraturan kerja, mengkikuti prosedur kerja

yang berlaku, serta memanfatkan fasilitas yang ada.

2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kedisiplinan karyawan ditinjau dari ketepatan

waktu dalam menyelesaikan pekerjaan masih maksimal. Hal ini terlihat pada hampir

keseluruhan jawaban partisipan yang hanya mengerjakan tugas dan tanggung jawab kerja

saat jam kerja berlaku.

3. Kinerja karyawan tekait dengan waktu kerja karyawan tergolong bagus sekalipun belum

diimbangi dengan akuisisi dalam menghasilkan/ mencapai target perusahaan secara teratur.

4. Kehadiran karyawan yang tepat waktu juga menunjukan bahwa partisipan merupakan

karyawan yang memiliki regularitas dan ketepatan waktu yang dapat diandalkan.

5. Sementara kontribusi partisipan sebagai karyawan masih tergolong belum bisa

memaksimalkan di mana karyawan masih belum termotivasi dalam bekerja secara optimal.

Hal ini menyebabkan kinerja karyawan belum tercapai secara maksimal, meskipun tingkat

kedisiplinan tergolong baik. Hal ini juga terlihat pada pernyataan partisipan yang

25

menunjukan bahwa yang bersangkutan kurang memiliki inisiatif dan keberanian untuk

mengembangkan potensi diri

6. Secara umum kedisiplinan karyawan dilakukan sebagai pola dan gaya bekerja karyawan.

KETERBATASAN PENELITIAN

1. Peneliti tidak memperoleh data penilaian kinerja karyawan dari pihak manajemen, sehingga

peneliti kurang dapat memberikan penilaian secara terperinci terkait informasi dari pihak

menejemen sulit di lakukan.

SARAN

Berdasarkan hasil temuan penelitian ini maka ada beberapa saran yang penulis dapat berikan:

1. Praktisi dan penelitian ke depan, perusahaan diharapakan dapat lebih memberikan

penghargaan (reward) bagi karyawan yang telah memenuhi ketentuan dan peraturan dalam

perusahaan sebagai upaya menegakkan kedisiplinen secara konsisten. Selain itu perusahaan

dapat lebih terbuka atas pertimbangan ataupun gagasan yang diberikan oleh karyawan

seputar situasi kerja, kondisi lingkungan kerja dan beban kerja secara riil sehingga dapat

lebih mengenal hal-hal yang berpotensi memicu terhambatnya dan pencapaian kinerja secara

maksimal. Hal tersebut diperlukan selain memberikan pedoman dalam membuat kebijakan

dan dapat lebih mengevaluasi kedisilpinan yang dapat meningkatkan kinerja karyawan

sebagi individu secara internal dan juga dapat menunjang pencapaian target perusahaan.

Bagi pihak karyawan sendiri penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi karyawan

terkait dengan hal apa saja yang berpotensi menghambat penegakan kedisiplinan di antara

karyawan, sehingga karyawan dapat mengenali dan mengantisipasi upaya memaksimalkan

penegakan kedisiplinan di tempat kerja. Selain itu, karyawan dapat lebih mengenal cara

yang seharusnya dilakukan mengoptimalkan diri sebagai sumber daya manusia. Hal tersebut

26

berguna untuk membangun motivasi internal dan tanpa dipengaruhi situasi dan kondisi

kerja untuk mencapai kinerja yang baik.

2. Saran untuk penelitian selanjutnya

Penelitian selanjuntya perlu lebih menggali hal-hal terkait dengan faktor lainnya seperti

sosial budaya yang meungkin dapat menghambat penegakan kedisiplinan di anatara

karyawan, sehingga potensi penghambat tersebut dapat lebih dikenali dan diminimalisir

sedini mungkin. Selanjutnya dalam upaya peningkatan kinerja hendaknya juga meneliti

faktor demografi yang memengaruhi karakteristik karyawan dalam mengambil sikap dan

perilaku terkait dengan dunia kerja.

27

Daftar Pustaka:

Aritonang, K.T. (2005) “Hubungan Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Tenaga pengajar terhadap

Kinerja Tenaga pengajar SMP Kristen BPK Penabur Jakarta”. Jakarta: Jurnal

Pendidikan Penabur , 4(4).

Etykawaty, R. (2005) “Pengaruh Motivasi dan Kedisiplinan terhadap Kinerja Petugas

Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Kelas I Surakarta”. Tesis. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah.

Hasibuan, S. P. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi Jakarta: Bumi Aksara.

Herdiansyah, H. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Bandung: Retika

Aditama.

Mangkunegara, A. P. (2009). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung: Retika

Aditama.

Martoyo, S. (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: BPFE.

Masíud, F. (2004). Survai Diagnosis Organisasional Konsep & Aplikasi. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoron.

Mathis, R dan Jackson, W. (2006). Human Resources Development (Track MBA

series/terjemahan). Jakarta; Prestasi Pustaka.

Moleong, J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: P.T. Rosdakarya.

Narmodo, H. & Wajdi, M.F. (2009). Pengaruh Motivasi dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai

Badan Kepegawaian Daerah Wonogiri.Jurnal Daya Saing. 5. (2), 1- 64.

http://eprints.ums.ac.id./785/I/Jurnal_Daya_Saing_1.Pdf

Nitisemito, A. S, (2002). Manajemen Personalia. Cetakan ke 9. Edisi ke 4. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Patilima, H. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: C.V. Alfabeta.

Rivai, V. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan : dari Teori dan Praktik.

Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Robbins, & Coulter. (2005). Manajemen. edisi ke -7. Jilid 2. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.

Indeks.

Sedarmayanti. (2007). Manajemen SDM cetakan 1. PT. Bandung: Refika Aditama.

Simamora, H. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi ketiga, Cetakan kedua,

Yogyakarta: Penerbitan STIE YKPN.

28

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kualitiatif. Bandung: Alfabeta.

Umar. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai Terhadap Penerimaan Pajak

Di Kantor Pelayanan Pajak Banteng. Jurnal Riset Edisi VI. Maret 2016. 3(009).

Makasar: Unibos.