money - bpr lestari

84
1 Vol. 105 | Nov - Des 2018 M oney &I EMPOWERING ENTREPRENEUR VOL. 105 NOV- DEC ’18 ISSN: 2087-5975 Rp. 32.500 WWW.MONEYINSIGHT.ID MONTHLY MAGAZINE EMPOWERING ENTREPRENEUR MENAKAR RUPIAH FILM INDONESIA Industri layar raksasa ini konon tengah menggeliat, tapi masih banyak PR yang belum tuntas. Bagaimana pula proyeksi keuntungan dari industri kreatif ini? PUTRI AYUDYA Setelah sukses menaklukkan puncak Himalaya, kini ia menantang layar kaca MENAKAR RUPIAH FILM INDONESIA Industri layar raksasa ini konon tengah menggeliat, tapi masih banyak PR yang belum tuntas. Bagaimana pula proyeksi keuntungan dari industri kreatif ini? PUTRI AYUDYA Setelah sukses menaklukkan puncak Himalaya, kini ia menantang layar kaca

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Money - BPR Lestari

1Vol. 105 | Nov - Des 2018

Money&IEMPOWERING ENTREPRENEUR

VOL. 105 NOV- DEC ’18

ISSN: 2087-5975

Rp. 32.500WWW.MONEYINSIGHT.ID

MONTHLY MAGAZINE

EMPOWERING ENTREPRENEUR

MENAKAR RUPIAHFILM INDONESIAIndustri layar raksasa ini konon tengah menggeliat, tapi masih banyak PR yang belum tuntas. Bagaimana pula proyeksi keuntungan dari industri kreatif ini?

PUTRI AYUDYASetelah sukses menaklukkan puncak Himalaya, kini ia menantang layar kaca

MENAKAR RUPIAHFILM INDONESIAIndustri layar raksasa ini konon tengah menggeliat, tapi masih banyak PR yang belum tuntas. Bagaimana pula proyeksi keuntungan dari industri kreatif ini?

PUTRI AYUDYASetelah sukses menaklukkan puncak Himalaya, kini ia menantang layar kaca

Page 2: Money - BPR Lestari

2 Vol. 105 | Nov - Des 2018

HEALTH

Page 3: Money - BPR Lestari

3Vol. 105 | Nov - Des 2018

HEALTH

Page 4: Money - BPR Lestari

4 Vol. 105 | Nov - Des 2018

FROM THE EDITORArif RahmanIG @arifrahman.journal

Saya ingat betul waktu itu,

tahun 2000 ketika saya

masih mahasiswa semester

tengah, tahun ketika Film

Petualangan Sherina dirilis. Antrian

panjang di sejumlah bioskop terjadi,

dan saya bersama beberapa kawan,

termasuk diantaranya.

Sebagai anak kos masa itu,

sebenarnya nonton bioskop masuk

kategori barang mewah, bukan

privilige yang mudah bisa saya

dapatkan, tapi suasana ‘heboh’ akan

fenomena film Petualangan Sherina

yang dibicarakan dimana-mana, serta

‘paksaan’ kawan-kawan kampus,

akhirnya membawa saya menjadi

salah satu bagian dari penonton yang

kebanyakan sebenarnya anak-anak

dengan orang tuanya.

Namun dari film inilah kemudian

‘dampak sistemik’ terjadi, melihat

animo masyarakat yang besar di film ini,

menjadi semangat bagi sejumlah sineas

muda untuk memproduksi film lainnya,

berturut-turut kemudian muncul Film ‘Ada

Apa Dengan Cinta’ dan ‘Jelangkung’

yang mengundang antrian tak kalah

panjangnya. Sejak itulah, momentum

ini menjadi tonggak kebangkitan film

Indonesia hingga sekarang.

Bagi saya pribadi, tidak banyak memang

pengalaman saya menonton Film

Indonesia di bioskop, Petualangan Sherina

adalah ‘kasus khusus’, selebihnya, saya

lebih menaruh perhatian pada film-film

Hollywood. Alasannya sederhana, saya

belum bisa cukup terhibur secara layak

menonton film Indonesia di bioskop.

Namun apa yang saya rasakan, bukan

tidak beralasan, memang saat ini

kebangkitan film Indonesia tengah terjadi,

namun dari sisi kualitas, belum banyak

yang dapat dikategorikan menghibur

dengan level kepuasan yang sama

atau setidaknya mendekati seperti saat

menonton film produksi Hollywood.

Jenny Jusuf, ketika saya jumpai untuk

wawancara menyampaikan, “masalahnya

di film Indonesia tuh begini, saya pernah

mendapat tawaran remake film tahun

70-an hanya diberi waktu sebulan sinopsis

sampai final draft. Saya bilang tidak bisa,

minimal saya butuh waktu 1 bulan untuk

sinopsis, 1-2 bulan untuk treatment,

kira-kira 2 minggu sampai 1 bulan untuk

first draft, lalu 4 hari untuk revisi-revisi.

Itu sudah yang paling padat,” ujarnya.

Artinya, proses pembuatan Film Indonesia

relatif cepat, tujuannya mungkin untuk

meghemat biaya, namun justru hal ini

mungkin bisa membuat kualitas film

PETUALANGAN SHERINA

Page 5: Money - BPR Lestari

5Vol. 105 | Nov - Des 2018

COVERFoto oleh IB Baruna Luhur

Desain oleh Sahal Putra

Money & I Magazine is published monthly by PT. Literatur Negeri, Jalan Dewi Madri III, Bali, Indonesia. Tel: +62 821 4402 1868. No part of

this publication may be reproduced or transmitted in any form or by any means, electronic or mechanical, including photocopy, recording or any

information storage or retrieval system without permission in writing from PT. Literatur Negeri. While the editors do their utmost to verify information

published, they do not accept responsibility for its absolute accuracy; Editorial & Advertising E-mail: [email protected]. Tel: +62 821

4402 1868.

PuBLISHEr

PT Literatur Negeri

EDITOrIAL BOArD

Alex P. Chandra

EDITOr IN CHIEF

Arif rahman

KOrESPONDEN

Khoirur rozy I Jakarta

rheza Alfian I Jakarta

Cucuk Espe I Jatim

Yeti Kartika Sari I Jatim

Angga Wijaya I Bali

COmmuNICATION

OFFICEr

Kadek Pebriyanti

DESIGN & ArT WOrKING

Ida Bagus Baruna Luhur

Sahal Putra

menurun. Sementara film-film Hollywood, produksinya bisa

lewat dari satu tahun, bahkan sekalipun untuk sebuah film

drama.

Kondisi inilah yang menjadi tantangan Film Indonesia saat

ini, di satu sisi kebangkitan sudah terjadi, namun belum

mampu mencapai puncaknya, karena jumlah penonton

Film Indonesia dinilai masih relatif rendah. Sehingga hitung-

hitungan bisnisnya, jadi tarik-ulur antara kualitas dan biaya

produksi. Topik ini yang kami jadikan Special Feature pada

edisi ini. Penulis skenario Jenny Jusuf, artis berbakat Putri

Ayudya dan Direktur Festival Film Pendek minikino, Edo

mulia, menjadi narasumber kami untuk memperkuat liputan

utama ini.

Sementara pada rubrikasi lainnya, kami masih terus

mengabarkan informasi yang kami harapkan bisa menjadi

wacana bagi Anda untuk menambah referensi. Selamat

bermanfaat, selamat membaca.

Jabat Erat,

Arif rahman

mONEY&I mAGAZINEAkubank College

Jl. Dewi Madri III Sumertha Klod

Denpasar - Bali

T. +62 823 3996 [email protected]

For advertising enquiries please send an email to :

Indah Kencana [email protected]. 0823 3996 4020

Desak Putu [email protected]. 0823 4112 7767

DISTrIBuTION SuPPOrTAdi [email protected]. 081 337 666 430

For transfers and payments :PT Literatur Negeri BCA KCP Teuku umar Denpasar 7680391216

Confirm / Info about transfer & payment to :

Eka Putri [email protected] m. 0878 6151 1609

@MNImagz

Money&I Magazine

@moneyandimagz

Page 6: Money - BPR Lestari

6 Vol. 105 | Nov - Des 2018

CONTENTS

Also In this edition

04 From the Editor

Petualangan Sherina

10 Marketing

Empat Faktor Yang

Mempengaruhi Pasar

E-Grocery

28 Interview : Edo Mulia

Masa depan Film Pendek &

Independen

44 Book Review

66 Intermezo

7 Kesalahan HRD

68 Health

Rokok Murah : Si (Apa)

yang Berpengaruh dan

Terpengaruh

66Community

I- Studio

Walaupun sibuk berbisnis,

menjaga kebugaran badan

tetap menjadi prioritas.

Inilah alasan sejumlah

wanita pebisnis muda

mendekralasikan I-Studio.

Biar tetap sehat, bugar dan

tangguh bekerja.

58Travellers Note

Phnom Penh

Kamboja dikenal dengan

kisah kelamnya di masa

silam. Apalagi kalau bukan

peristiwa genosida pada

masa pemerintahan Khamer

merah. Dalam museum Tuol

Sleng di Phnom Penh, jejak

‘berdarah’ itu masih terpatri.

38Interview

Edo Mulia

Bertahun-tahun ia menggelar

miniKino Film Festival,

deretan pemutaran film

pendek yang diselenggarakan

di Bali. Darinya, kita mencari

tahu bagaimana masa depan

Film Pendek dan Independen

di Indonesia

Interview With Putri Ayudya

Penyuka dunia teater dan pecinta alam, inilah representasi dari Putri Ayudya, yang kemarin

namanya ramai dibicarakan karena perannya yang sukses dalam film Kafir. Artis muda

kelahiran 1988 ini memulai karirnya sebagai presenter program Jejak Petualang. Ikuti kisah

lengkap perjalanan karirnya, dan bagaimana kecintaannya terhadap seni peran pada rubrik

Interview!

Special Feature

Film Indonesia &

Industrinya 3214Special Feature

Film Indonesia &

Industrinya

Special Feature

Film Indonesia &

Industrinya

Page 7: Money - BPR Lestari

7Vol. 105 | Nov - Des 2018

Page 8: Money - BPR Lestari

8 Vol. 105 | Nov - Des 2018

CONTRIBUTORS

..marketing tidak identik dengan iklan TV.

Kreativitas adalah batasnya. “And don’t fight the

fight you can not win…”

12 Notes From A Friend - Batasan Dari

Marketing adalah Kreativitas Kita oleh

Alex P Chandra

Alex P ChAndrA

Chairman Lestari Group

Memulai karir sebagai profesional banker

di BCA selama 8 tahun sebelum akhirnya

memutuskan untuk mendirikan bisnisnya

sendiri BPR Lestari, perusahaan yang

dibawanya menjadi BPR terbesar di Bali

dalam waktu 5 tahun.

YuswohAdY

Marketing Consultant

Penulis 40 buku mengenai pema-saran.

Pernah bekerja selama 12 tahun di

MarkPlus Inc dengan posisi terakhir sebagai

Chief Executive. Di bidang keorganisasian

Yuswohady pernah menjadi Sekjen

Indonesia Marketing Association (IMA).

Ben ABAdi

www.benabadi.com.

Menciptakan seseorang untuk menjadi

miliuner & pebisnis. Penulis buku laris yang

sudah melatih lebih dari 200 pengusaha

dan pemimpin dari ribuan sales. Misinya

menciptakan miliader me-lalui training yang

inovatif

PriBAdi Budiono

CEO BPR Lestari

Ulasannya erat terkait dengan

kepemimpinan yang banyak di adopsi

dari sejumlah pemikir besar. Memberikan

alternatif solusi pada permasalahan yang

kerap dihadapi bangsa ini khususnya yang

ada di Bali.

suZAnA ChAndrA

Managing Director Kampoeng Villa

Smart Family adalah rubrik yang diasuh.

Wanita yang pernah menimba pengalaman

hidup di Australia ini dengan lugas

memaparkan bagaimana kiat cerdik untuk

mengelola investasi khususnya di bidang

properti.

40 Insight - Millenial Voters 2019

oleh Yuswohady

46 Smart Family - Retail Shop Jaman

Now oleh Suzana Chandra

50 Leadership - Bedanya Bagaikan

Bumi dan Langit oleh Pribadi

Budiono

54 Coaching Clinic - From Zero To

Hero oleh Ben Abadi

Page 9: Money - BPR Lestari

9Vol. 105 | Nov - Des 2018

Page 10: Money - BPR Lestari

10 Vol. 105 | Nov - Des 2018

MARKETING

Hasil studi Tetra Pak Index 2018, yang rutin digelar tiap tahun

mengungkapkan tidak hanya produk fashion, cara belanja e-grocery untuk

produk pangan, belakangan kian digemari konsumen di Indonesia.

Hal ini diungkap Gabrielle Angriani, Communications manager Tetra Pak

Indonesia, yang menyatakan berdasarkan riset Tetra Pak Index di Indonesia, pada tahun

2016 sebanyak 1,2% konsumen di Jakarta telah berbelanja pangan secara online.

“Angka itu diharapkan terus bertumbuh hingga 5,4% pada tahun 2030 mendatang.

Sementara itu, kegiatan belanja di pasar tradisional mungkin akan menurun pada tahun

2030 menjadi 46,6% dari sebelumnya di angka 56,3% pada tahun 2016,” ungkap

Gabrielle.

Tren belanja konsumen Indonesia yang beralih ke e-grocery disambut sangat

gembira oleh para e-commerce, khususnya Bukalapak. “Di Jakarta sendiri, e-grocery

berkompetisi langsung dengan minimarket dan supermarket karena permintaan

konsumen akan pengalaman belanja yang mudah dan cepat, serta akses internet yang

EmPAT FAkToR YANG mEmPENGARUHI PASAR

E-GRocERY

“...dengan wawasan yang ditangkap

melalui kode-kode digital..,

brand dapat terus meningkatkan

pengalaman belanja dan

membuatnya lebih personal bagi

konsumen. Dengan mengaplikasikan

teknologi QR Code unik dan RFID,

pengusaha serta perusahaan akan

terbantukan dalam memenangkan

era omnichannel”

Ilustrasi : economy.okezone.com

Page 11: Money - BPR Lestari

11Vol. 105 | Nov - Des 2018

MARKETING

membaik,” ujar rahmat Danu Andika,

Associate Vice President of O2O Business

Bukalapak.

Hasil riset Tetra Pak Index juga

memaparkan empat faktor utama yang

mempengaruhi pasar e-grocery, yaitu :

#1. Faktor pertama

Kemudahan sebagai penentu utama

dalam aktivitas belanja online akibat

meningkatnya permintaan konsumen akan

produk yang mudah dan nyaman didapat

serta kemasan yang praktis.

#2. Faktor kedua

Teknologi dan Kinerja yang terus

mengubah rantai pasokan (supply chain),

terutama dalam hal kecepatan pengiriman

barang yang diprediksikan dapat

dikirimkan dalam waktu 10 menit pada

tahun 2025. Termasuk, perilaku belanja

konsumen secara menyeluruh, seperti

pola belanja konsumen dengan jumlah

sedikit, namun dengan frekuensi yang

lebih sering.

#3. Faktor ketiga

Keberlanjutan, dimana konsumen mulai

peduli akan pentingnya menggunakan

produk dari perusahaan yang peduli

akan isu lingkungan hidup, termasuk isu

penggunaan plastik, daur ulang, serta

ekonomi melingkar (circular economy)

yang menjadi sorotan utama belakangan

ini.

#4. Faktor keempat

Personal dan unik, di mana brand

berupaya menghadirkan produk yang

dapat dipersonalisasi bagi pembeli

sebagai pembeda dari produk lainnya

di pasaran, serta untuk meningkatkan

loyalitas dan penjualan.

“riset kami membuktikan bahwa daya

tahan dan efisiensi kemasan menjadi

persyaratan penting dalam kegiatan

belanja online. Bahkan, hasil riset pun

menunjukkan bahwa kemasan yang

efisien secara berat maupun ruang

dapat memberikan pengurangan volume

transportasi sebesar 30-50%,” tambah

Gabrielle.

Sebagai perusahaan yang menawarkan

solusi pemrosesan serta pengemasan

bagi makanan dan minuman, Tetra Pak

menawarkan inovasi terbaru dalam

era omnichannel ini melalui teknologi

Kemasan menggunakan Qr Code unik

dan Radio-Frequency Identification (rFID).

Teknologi pengemasan cerdas dengan Qr

Code unik memungkinkan setiap paket

produk untuk diberikan tanda pengenal

yang unik atau berbeda. Kode-kode itu

dapat dibaca oleh perangkat pemindaian

data atau smartphone biasa.

“Inovasi tersebut memungkinkan

adanya interaksi antara produk dengan

konsumen untuk berbagi informasi

seputar sumber bahan dasar, fakta

nutrisi, maupun aktivitas promosi dan

informasi lingkungan. Di saat yang sama,

dengan wawasan yang ditangkap melalui

kode-kode digital ini, brand dapat terus

meningkatkan pengalaman belanja

dan membuatnya lebih personal bagi

konsumen. Dengan mengaplikasikan

teknologi Qr Code unik dan rFID,

pengusaha serta perusahaan akan

terbantukan dalam memenangkan era

omnichannel,” pungkas Gabrielle.

Ilustrasi : factordaily.com

Page 12: Money - BPR Lestari

12 Vol. 105 | Nov - Des 2018

Alex P. Chandra@alex_lestari

Komisaris BPR Lestari &

Founder of Lestari Group

www.alexpchandra.com

“Don’t fight the fight

you can not win…”

NOTES FROM A FRIEND

Beberapa tahun silam, saya membuat iklan 30 detik untuk salah satu program

BPr Lestari. Ketika pengambilan gambar, saya menyempatkan diri untuk

menontonnya. Ketika sedang menonton syuting itu, teman saya dari Jakarta,

SmS menanyakan saya sedang berada dimana. Saya jawab,” sedang di

tempat syuting”.

Kawan saya langsung menelpon, katanya, ”sama Julia roberts yah, wow keren..”

“Bukan,” kata saya, “tapi sama Cedil (artis lokal dari Bali.red).”

“Batasan dari marketing adalah

kreativitas kita”

BATASAN DARI mARkETING ADALAH kREATIvITAS kITA

ww

w.fre

ep

ik.c

om

Page 13: Money - BPR Lestari

13Vol. 105 | Nov - Des 2018

NOTES FROM A FRIEND

memang, ketika itu Julia roberts datang

ke Bali, teman-teman saya di Jakarta tahu,

seluruh Indonesia tahu, seluruh dunia

tahu.

Ketika filmnya nanti tayang, seluruh dunia

akan melihat Bali.

Berapa biaya yang dikeluarkan oleh Bali

untuk promosi sedahsyat itu? Zero…!

Dalam salah satu program talk show,

pemerintah mengeluhkan bahwa aktivitas

promosi pariwisata Indonesia ‘is not

comparable’ dengan campaign malaysia

“Truly Asia”. Sepanjang talk show, tak

henti-hentinya kementerian pariwisata

mengungkapkan betapa budget promosi

kita tidak ada apa-apanya dibandingkan

dengan malaysia yang mencapai 20 Juta

Dollar. Jadi wajar kalau kita kalah dengan

malaysia, begitu kira-kira rasionalitasnya.

“Don’t fight the fight you can not win,”

begitu salah satu ajaran strategis di dunia

bisnis.

Kalau budget kita 2 Juta Dollar, terus di-

head on dengan campaign yang 20 Juta

Dollar, maka sudah jelas kalahnya. Kalau

dilakukan dengan cara yang sama, maka

kita akan membuat iklan dengan budget

yang lebih rendah, maka kualitasnya

pun akan lebih rendah, dan spot tayang

yang sepersepuluhnya. Bayangkan,

kualitasnya lebih jelek, spot tayangnya

sepersepuluhnya. menurut saya itu sama

saja dengan tidak beriklan.

Yang besar belum tentu tidak terkalahkan.

David bisa mengalahkan Goliath. Tapi

yang kecil harus cerdik dan banyak

akalnya.

Industri BPr yang diserang habis-habisan

oleh bank-bank besar, bahkan oleh bank-

bank asing pun, tidak mau menyerah. Tapi

jangan ikut-ikutan cara mereka. Kalau

mengikuti mereka sudah jelas kalahnya.

Namun ada kelemahan-kelemahan yang

bisa kita eksploitasi, diantaranya, produk-

produk mereka cenderung standar dan

birokrasi yang keterlaluan rumitnya. Belum

lagi overhead cost mereka yang relatif

lebih tinggi dibandingkan kita di industri

BPr yang gaji Direkturnya tidak ada apa-

apanya dengan Direksi di bank umum.

“mereka Gajah kita monyet,” demikian

kata saya di hadapan para karyawan BPr

Lestari. “Elephant can not dance, monkey

can”. Gajah tidak dapat menari, monyet

bisa. Gajah kuat tapi monyet cepat. Jadi

monyet tidak boleh adu otot, bisa mati,

tapi mungkin akan menang kalau adu

cepat.

Artinya selalu ada peluang, selalu ada

cara, kreativitas kitalah batasannya.

Kembali ke masalah tourism campaign,

bagaimana jika kementerian pariwisata,

mendorong para pelaku industri perfilman

membuat karya dengan latar belakang

Bali yang lebih kental. Tapi bikinnya jangan

tanggung-tanggung. Bikin Nicole Kidman

atau Jessica Alba yang main. Angelina

Jolie juga boleh. Nanti premiere dan

promonya dimulai dari Bali. Pemerintah

tinggal memfasilitasi acaranya, jangan

dikenakan pajak lagi. Hal ini seperti “The

Beach”-nya Leonardo di Caprio yang

sukses mempromosikan pulau-pulau di

Thailand.

Bagaimana kalau melalui musik. Secara

sengaja minta Anggun untuk menyanyikan

“Welcome to Paradise” dengan latar

belakang Bali. Dan di-release di pasar

international misalnya. Atau minta West

Life menyanyikan another version dari

“Paradise City”-nya Gun’s n roses.

Klipnya dibikin di Bali, konser promonya

di GWK.

“Welcome to my paradise, where the sun

so bright and the party never ending..”

Dan seterusnya.

Jadi, marketing tidak identik dengan iklan

TV. Kreativitas adalah batasnya. “And

don’t fight the fight you can not win…”.

““Mereka Gajah kita Monyet,”

demikian kata saya di hadapan para

karyawan BPR Lestari. “Elephant can

not dance, monkey can”. Gajah tidak

dapat menari, monyet bisa. Gajah

kuat tapi monyet cepat. Jadi monyet

tidak boleh adu otot, bisa mati, tapi

mungkin akan menang kalau adu

cepat. Artinya selalu ada peluang,

selalu ada cara, kreativitas kitalah

batasannya.”

Page 14: Money - BPR Lestari

14 Vol. 105 | Nov - Des 2018

CINEM

A

ADMIT ONE

SPECIAL FEATURE INDUSTRI FILM INDONESIA

Agak kaget juga membaca

laporan dari CNN, disebutkan

dalam situs berita tersebut

bahwa penonton terendah

Korsel, setara film terlaris Indonesia.

Dan inipun, pencapaian film yang

paling laris di Indonesia baru terjadi

tahun 2016 silam lewat komedi Warkop

DKI reborn, yang menurut Wikipedia,

jumlah penjualan tiketnya mencapai

6,8 juta. Di peringkat 2 pun, hanya 4,7

juta penonton melalui film remaja Dilan.

Sekarang bandingkan dengan film terlaris

FILm INDoNESIA & INDUSTRINYA

di Korea, roaring Currents, film yang rilis

pada bulan Juli tahun 2014 ini, berhasil

menyedot penonton sebanyak 17.615.152

sebagaimana diberitakan oleh IDN Times,

sementara jumlah terendah terjadi bulan

Februari 2018 lalu sebanyak 6.9 juta.

Padahal kalau kita lihat dari jumlah

penduduk, Indonesia jauh lebih besar

dari negeri ginseng ini, namun banyak

faktor yang menyebabkan industri film kita

sepertinya belum mencapai peak-nya.

KONTRIBUSI EKONOMI KREATIF

UNTUK PDB CAPAI RP 1,2 T.

Jika mengacu pada data Bekraf, pada

2016 kontribusi ekonomi kreatif terhadap

perekonomian nasional mencapai 7,44%

dan diproyeksikan akan meningkat dua

kali lipat di tahun 2019 dengan nilai

mencapai rp 1,2 triliun. Potensi ekonomi

kreatif ini disampaikan oleh Kepala Badan

Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan munaf

saat peluncuran buku tahunan Bekraf,

Ilustrasi : Freepik.com

Page 15: Money - BPR Lestari

15Vol. 105 | Nov - Des 2018

00

01

23

45

Opus 2019 di Jakarta, bulan Oktober

lalu. “Ini adalah paradigma baru dalam

ekonomi yang mengandalkan gagasan,

ide atau kreativitas sebagai faktor

produksi utama, ini adalah bidang yang

sangat terbuka bagi siapapun (inklusi)

untuk bisa masuk kedalamnya. Tidak ada

batasan atau syarat khusus, siapa pun

bisa berkreatifitas dan menciptakan nilai

ekonominya,” ungkap Triawan

Data Bekraf menunjukkan pada tahun

2017, jumlah tenaga kerja yang terserap

ke dalam bidang ekonomi kreatif ini

mencapai 17,43 juta orang, meningkat

4,13%. Peningkatan serapan tenaga kerja

dalam bidang ekonomi kreatif itu lebih

tinggi dari peningkatan serapan tenaga

kerja nasional yang hanya mencapai

3,02% di tahun yang sama.

Bekraf juga membuat daftar sektor-sektor

penyumbang pertumbuhan ekonomi

terbesar. Kategori penyumbang revenue

terbesar tahun 2016 adalah sektor

kuliner sebesar rp 382 triliun, sektor

fashion sebesar rp 166 triliun, dan sektor

kerajinan rp 142 triliun. Sedangkan

kategori penyumbang pertumbuhan bisnis

terbesar tahun 2016 adalah, industri TV

dan radio, yang tumbuh sebesar 10,33%,

industri film, animasi dan video tumbuh

10.9%, dan industri seni pertunjukan

tumbuh 9,54%.

Dari kategori penyumbang ekspor

terbesar, pertama adalah industri fashion

yang menyumbang 54,54% dari total

ekspor non migas, industri kerajinan

sebesar 39,01% dan kuliner sebesar

6,31%. “Dari data ini kami melihat

bahwa kedepan ada empat sektor yang

akan menjadi kekuatan ekonomi baru

Indonesia, yakni film, musik, seni dan

animasi yang memiliki pertumbuhan

pesat,” jelas Triawan.

Jika mengacu pada data 2015-2017,

jumlah penonton film Indonesia terus

meningkat. Di tahun 2015 mencapai 16,2

juta, ini angka yang kemudian meningkat

lebih dari seratus persen di tahun 2016.

Ilustrasi : Jakartainsight.com

Ilustrasi : www.muvila.com

Ilustrasi : Freepik.com

Page 16: Money - BPR Lestari

16 Vol. 105 | Nov - Des 2018

Ini adalah paradigma baru dalam ekonomi yang

mengandalkan gagasan, ide atau kreativitas sebagai faktor produksi utama, ini adalah bidang yang sangat terbuka bagi

siapapun (inklusi) untuk bisa masuk kedalamnya. Tidak ada

batasan atau syarat khusus, siapa pun bisa berkreatifitas dan menciptakan nilai ekonominya..”

indikator penting untuk suksesnya industri

film. “Tahun lalu kita nomor 9 untuk market

share untuk film lokal sekitar 32%. Jadi

60% film asing dan film lokal 40% dan

saya pikir bukan kita menafikan film asing

karena ekosistemnya harus berjalan

bersama,” ujarnya.

Ia mengatakan, untuk target market

share angka tersebut sudah baik, tetapi

ia berharap ada kenaikan dari jumlah

penonton. “Penonton targetnya tahun ini

tumbuh 15% - 20%, kami harapannya

untuk film nasional bisa lebih dari 50 juta

penonton,” ujarnya.

Itu sebabnya, untuk medukung ini, Bekraf

akan membangun ekosistem ekonomi

kreatif yang kohesif. Ekosistem yang

di dalamnya mempertemukan ide atau

produk, produksi, perlindungan HKI,

pemasaran dan penjualan. Sehingga geliat

industri perfilman di tanah air, mengalami

peningkatan yang signifikan.

Ilustrasi : www.themoviebit.com

Ilust

rasi

: a

miratt

hem

ovi

es.

co

m

Ketika itu penonton film Indonesia

mencapai 34,5 juta penonton. Di

tahun 2017, berdasar data Gabungan

Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia

(GPBSI), meningkat kembali menjadi 42,7

juta dari 119 judul film.

Pada tahun 2018 ini, sampai dengan

per 12 September lalu, dari 94 judul film

tercatat penonton film Nasional sebanyak

36,3 juta. Diperkirakan penonton film

Indonesia dapat mencapai 50 juta

penonton dan melampaui jumlah tahun

2017.

Namun peningkatan ini bukan berarti

industri film kita sudah mapan, masih

banyak hal yang harus dibenahi, mulai

dari regulasi, jumlah layar sampai dengan

kualitas para sineas untuk menghasilkan

karya. Karena pada dasarnya, jumlah ini

masih jauh dari potensi yang kita miliki.

menurut Fauzan Zidni, Ketua umum

Asosiasi Produser, sebagaimana di kutip

dari www.kontan.co.id, menyebutkan

bahwa penonton merupakan salah satu

SPECIAL FEATURE INDUSTRI FILM INDONESIA

Page 17: Money - BPR Lestari

17Vol. 105 | Nov - Des 2018

Page 18: Money - BPR Lestari

18 Vol. 105 | Nov - Des 2018

ANomALI & TANTANGAN FILm INDoNESIA

“Gini, harga tiketnya sama, tapi kualitas

film Indonesia masih kalah dengan film

asing, kan wajar kalau penonton lebih

memilih untuk menonton film luar daripada

film nasional.”

Inilah yang disampaikan Jenny Jusuf

ketika wawancaranya kepada kami.

Penulis skenario film yang telah

mendulang sejumlah penghargaan ini,

berbagi cerita soal dilema film Indonesia

yang memang selama ini pertumbuhannya

bak anomali. Di satu sisi, sejumlah

film yang digarap dengan serius dan

sangat baik namun justru sepi penonton,

sebaliknya film bergenre horor yang bak

terlihat asal buat, punya pencapaian yang

lebih baik. Ini pula alasannya kenapa

masih banyak orang Indonesia yang

enggan untuk menonton film Indonesia di

bioskop, “takut zonk,” ujar salah satu tim

di redaksi kami. Statement yang cukup

mewakili sejumlah orang.

Netizen masih menilai bahwa Film

Indonesia terlalu sederhana, plot ceritanya

mudah ditebak, nggak ada spesial efek,

durasinya terlalu singkat, bahkan akting

pemainnya yang kurang mumpuni.

Sekalipun secara kualitas terus mengalami

perbaikan yang signifikan, namun

paradigma itu tak lantas pupus begitu

saja. Terutama dengan adanya sejumlah

film yang kemudian laris sekalipun dari sisi

kualitas dipertanyakan.

Hal ini sebenarnya menjadi isu lama,

ketika tahun 2006 sebanyak 22 Piala

Citra dikembalikan oleh penerimanya,

karena memprotes keputusan FFI yang

menjadikan film Ekskul sebagai film

terbaik, padahal film tersebut dinilai tidak

orisinil.

Berbagai catatan inilah yang menjadikan

pencapaian penjualan tiket film Indonesia,

terengah-engah untuk mencapai

angka yang maksimum, bahkan data

dari Cinema 21, PPFI, Blitzmegaplex,

produser film dan sumber-sumber lainnya

menunjukkan, hanya sekitar 60-an film

yang berhasil menembus angka 1 juta

penonton sampai dengan tahun 2018 ini.

Yang berhasil menembus 4 juta penonton

pun, tak lebih dari 10 judul saja.

Hipotesanya memang bisa sangat

beragam menyikapi ini. Laman www.

beritasatu.com pun memberikan highlight,

dalam artikel ‘2018 Bisa menjadi Tahunnya

Film Indonesia’, dipaparkan pendapat

Sutradara Eugene Panji, yang menurutnya,

Indonesia belum memiliki ruang yang

sama dengan film-film Hollywood. maka

diperlukannya regulasi yang tepat dari

pemerintah, dalam pembagian ruang

tayang film lokal dan internasional.

“Film Hollywood, dalam perspektif ruang

tayang masih mendominasi. Seharusnya

ada aturan main dengan lembaga negara

dan pelaku industri. Seperti, berapa

persentase pembagian dari bioskop

untuk menayangkan film Indonesia dan

luar negeri? Kemudian, jika kita memiliki

regulasi yang baik untuk film lokal,

tentu akan membantu para pekerja film.

Ilustrasi : Freepik.com

SPECIAL FEATURE INDUSTRI FILM INDONESIA

Page 19: Money - BPR Lestari

19Vol. 105 | Nov - Des 2018

Page 20: Money - BPR Lestari

20 Vol. 105 | Nov - Des 2018

menurut saya, kalau hal ini tidak digarap

secara serius, maka pelaku film lokal akan

mati,” jelasnya.

Selain jumlah porsi untuk penayangan

film Indonesia yang tidak ada regulasinya,

jumlah bioskop di Indonesia juga dinilai

masih terbatas. masih banyak kota besar

di Indonesia yang belum memiliki bioskop,

namun hal ini sudah langsung direspon

pemerintah dengan dikeluarkannya film

dari Daftar Negatif Investment (DNI) sesuai

Perpres No 44 Tahun 2016. Hal inilah

yang kemudian menjadikan pertumbuhan

jumlah layar bioskop di tahun 2018

yang di targetkan sebanyak 1.680 telah

tercapai.

Berdasarkan data Gabungan Perusahaan

Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) total

layar per 12 September 2018 berjumlah

1.681 layar dengan total bioskop 312.

Angka tersebut meningkat dibandingkan

tahun sebelumnya. Adapun total layar

tahun lalu sebanyak 1.518 layar dengan

total bioskop berjumlah 279. Proyeksinya

tahun 2019 bisa mencapai 2.400 layar.

Asumsi banyaknya jumlah layar akan

memperbaiki kualitas film juga diyakini

oleh sutradara asal Indonesia Livi Zheng,

ia menuturkan bahwa film Amerika bisa

sukses karena negara ini memiliki jumlah

penduduk 320 juta jiwa dan memiliki

jumlah layar sekitar 40.759. Sementara

Korea dengan jumlah penduduk 51,3

juta jiwa dengan jumlah layar yang lebih

besar dari Indonesia, yaitu sekitar 1.880.

Jadi di Amerika, banyak sekali bioskop

yang lokasinya tidak di tengah kota, maka

industrinya terus berkembang, jika banyak

layar, maka banyak sineas yang membuat

film, maka otomatis akan semakin bagus

film yang dibuat.

Namun dua tokoh film Indonesia

Produser mira Lesmana dan Sutradara

Joko Anwar berbeda pandangan.

menurut mereka, yang terpenting adalah

membuat para sineas, atau SDm yang

bergelut dalam dunia film, memiliki

pendidikan. Semakin baik pendidikan

mereka, profesionalismenya tidak akan

berkembang dan pertumbuhan perfileman

akan tetap tersendat.

Bahkan Joko Anwar masih melihat adanya

kekurangan dalam membangun ide dan

tema sebuah cerita. Ia mengatakan,

Indonesia masih kekurangan penulis

skenario berkualitas, bahkan ia juga

menyampaikan, untuk membantu

kemajuan film Indonesia, jangan produksi

film banyak-banyak, tapi buatlah film yang

memiliki kualitas,” tuturnya.

“Film Hollywood, dalam

perspektif ruang tayang masih

mendominasi. Seharusnya ada

aturan main dengan lembaga

negara dan pelaku industri.

Seperti, berapa persentase

pembagian dari bioskop untuk

menayangkan film Indonesia dan luar negeri? Kemudian,

jika kita memiliki regulasi

yang baik untuk film lokal, tentu akan membantu para

pekerja film”

Ilustrasi : www.pinterest.nz

SPECIAL FEATURE INDUSTRI FILM INDONESIA

Page 21: Money - BPR Lestari

21Vol. 105 | Nov - Des 2018

Page 22: Money - BPR Lestari

22 Vol. 105 | Nov - Des 2018

Ada masanya Film Indonesia

disebut mati suri, namun

dua dekade terakhir, disebut

sebagai fase kebangkitannya,

dimana film Indonesia bukan hanya

meningkat dari sisi produksi, namun juga

secara kualitas.

memang, industri yang satu ini punya

rekam jejak sejarah yang berliku, namun

boleh dikata tetap menjadi primadona

dengan segala kekurangannya. Kisah

‘Catatan Si Boy’ di tahun 1980an, adalah

satu cerita tersendiri yang hingga saat ini

menyisakan memori bagi penonton pada

generasinya, melejitkan sejumlah nama

artis seperti Onky Alexander, merriam

Bellina dan Paramitha rusady.

Namun di tahun 90an, situasi beralih.

Layar-layar bioskop dipenuhi oleh film-film

Hollywood dan Hong Kong, nyaris tidak

ada film Indonesia yang mampu bersuara

pada masa ini. Barulah kemudian di tahun

2000an, si kecil Sherina munaf dengan

filmnya Petualangan Sherina, membuat

antrian panjang di bioskop-bioskop.

Pembesutnya, adalah duo kriting riri riza

dan mira Lesmana dan menjadi lecutan

kesadaran bagi para sineas yang selama

ini lelap.

Sejak itu, muncullah satu persatu film-

film yang menyita perhatian kita, mulai

Ilustrasi : www.rmmagazine.com

SPECIAL FEATURE INDUSTRI FILM INDONESIA

FASE PERJALANAN PERFILEmAN INDoNESIA

Ilustrasi : IndiaEducation.net

Page 23: Money - BPR Lestari

23Vol. 105 | Nov - Des 2018

“..di tahun 2000an, si kecil

Sherina Munaf dengan

filmnya Petualangan Sherina, membuat antrian

panjang di bioskop-

bioskop. Pembesurtnya, adalah duo kriting Riri

Riza dan Mira Lesmana

dan menjadi lecutan

kesadaran bagi para sineas

yang selama ini lelap. “

dari Jelangkung, Ada Apa Dengan

Cinta, Arisan dan sejumlah film lainnya

yang kemudian booming. Inilah fase

kebangkitan Film Indonesia. Di jajaran film

non komersil, ada Pasir Berbisik dan Daun

di Atas Bantal yang turut menjadi bagian

dari ramainya industri ini.

Tahap yang lebih tinggi, kemudian terjadi

ketika sejumlah film menembus angka

penonton hingga 1 juta, kemudian 2 juta

dan yang paling heroik dibuat oleh Laskar

Pelangi dengan 4.7 juta penonton. Hal ini

bertahan hingga 8 tahun sebelum akhirnya

dilewati oleh Warkop DKI reborn di tahun

2016 lalu dan Dilan tahun 2018 ini. Berikut,

adalah sejumlah milestone perfileman

Indonesia dari masa ke masa.

1900-an

Belanda mengawalinya dengan

mendirikan bioskop pertama pada

5 Desember 1900 di daerah Tanah

Abang, Batavia dengan, saat itu baru

menayangkan film bisu.

1926 Diproduksi film pertama, dengan judul

Loetoeng Kasaroeng, dibuat oleh

sutradara Belanda G. Kruger dan L.

Heuveldorp. Statusnya ketika itu masih

merupakan produksi Hindia Belanda.

1931Sineas lokal mulai membuat film bicara,

salah satunya adalah Boenga roos dari

Tcikembang (1931).

1940an Pada masa peperangan ini, terutama

pada periode 1942 – 1949, produksi film

dijadikan alat propaganda politik Jepang,

sehingga pemutarannya dibatasi untuk

film-film tertentu saja. Di masa ini, proses

perkembangan dunia film terhambat.

Page 24: Money - BPR Lestari

24 Vol. 105 | Nov - Des 2018

“ Ilustrasi : www.raindance.org

Terjadi peristiwa

G30SPKI dan munculnya gerakan anti

imperialisme, sehingga

bisokop-bioskop

kekurangan stok film dari luar, sementara film nasional produksinya

sedikit. Ini menjadi fase berikutnya dari surutnya

industri film Indonesia.”

SPECIAL FEATURE INDUSTRI FILM INDONESIA

1950Di masa kemerdekaan, setelah Indonesia resmi berdiri, mulai muncul film yang bercirikan

Indonesia seperti Darah & Doa atau Long march of Siliwangi yang disutradarai oleh

usmar Ismail. Juga film pertama yang benar-benar disutradarai oleh orang Indonesia

asli dan diproduksi oleh perusahaan film milik orang Indonesia asli yang bernama

Perfini (Perusahaan Film Nasional Indonesia) dimana usmar Ismail tercatat juga sebagai

pendirinya.

1951Diresmikan metropole, bioskop termegah dan terbesar pada saat itu, dan jumlah

bioskop meningkat pesat.

1955-anTerbentuk Persatuan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia dan Gabungan Pengusaha

Bioskop Seluruh Indonesia (GAPEBI).

Page 25: Money - BPR Lestari

25Vol. 105 | Nov - Des 2018

..dari film Cinta dalam Sepotong Roti karya Garin Nugroho, kemudian Petualangan Sherina dan Ada

Apa dengan Cinta? (AADC) yang sukses, menandai bangkitnya perfileman Indonesia hingga saat ini.

Terus bertumbuh dengan jumlah penonton yang kian

bertambah dalam beberapa tahun terakhir.”

1998 - sekarangDiawali dari film Cinta dalam Sepotong

roti karya Garin Nugroho, kemudian

Petualangan Sherina dan Ada Apa dengan

Cinta? (AADC) yang sukses, menandai

bangkitnya perfileman Indonesia hingga

saat ini. Terus bertumbuh dengan jumlah

penonton yang kian bertambah dalam

beberapa tahun terakhir.

Ilustrasi : Freepik.com

1965-an Terjadi peristiwa G30SPKI dan munculnya

gerakan anti imperialisme, sehingga

bioskop-bioskop kekurangan stok film dari

luar, sementara film nasional produksinya

sedikit. Ini menjadi fase berikutnya dari

surutnya industri film Indonesia.

1970-an mulai muncul TVrI, dan menjadi salah

satu pesaing dari sisi hiburan rakyat,

karena ada alternatif yang bisa diperoleh.

1978 - 1987Berdirilah Sinepleks Jakarta Theater oleh

pengusaha Indonesia, Sudwikatmono.

Kemudian pada tahun 1987 berdirinya

Studio 21. Di periode tahun ini pula mulai

banyak fenomena pembajakan video tape.

1991 - 1998Inilah fase mati suri film Indonesia, karena

hanya mampu memproduksi 2-3 film

saja pertahunnya. Di satu sisi, TV swasta

bermunculan, demikian pula dengan VCD

dan DVD.

Page 26: Money - BPR Lestari

26 Vol. 105 | Nov - Des 2018

Tahu film The Blair Witch

Project? Ini salah satu film yang

meraih kesuksesan luar biasa,

diproduksi hanya dengan biaya

$60.000 yang pada proses pembuatannya

hanya dengan kamera genggam, berhasil

meraih pendapatan $248.000.000. Film

ini sukses karena proses pemasaran yang

unik, sehingga banyak penonton berpikir

bahwa apa yang terjadi dalam film ini,

adalah ‘reality show’.

Namun kemudian, rekor ini terpecahkan,

dengan sebuah film yang hanya bermodal

kamera CCTV, bermodal $15.000, namun

meraup $193.000. Film ini masih berada

di genre yang sama, yakni horor, judulnya

Paranormal Activity.

Namun adapula yang paradok, diproduksi

dengan biaya besar-besaran, namun

justru merugi total. Bahkan sekalipun

digawangi oleh pabrikan besar macam

Disney, dengan modal rp 2,7 triliun, film

Tomorrowland hanya meraup rp 1,4

triliun. Film yang dibintangi nama besar

George Clooney ini rugi rp 1,2 triliun.

Bagaimana dengan Indonesia, fenomena

yang sama juga terjadi. Ada sejumlah

film yang berbiaya besar bahkan dengan

spesial efek canggih seperti rafatar

(diproduksi oleh raffi Ahmad) yang

ternyata tidak bertahan lama di layar

bioskop. Namun ada pula yang berbiaya

murah, seperti beberapa film karya

rumah produksi besutan Nia Dinata,

yang umumnya bermodal rendah namun

ada yang sanggup mencapai angka

jutaan penonton, Ouickie Express salah

satunya, dibintangi Tora Sudiro dan Aming

pada tahun 2000 sempat meraih 2 juta

penonton, padahal targetnya hanya 200

ribu orang.

Lalu sebenarnya bagaimana cara kita

menghitung keuntungan dari sebuah film?

Ilustrasi : inform.tmforum.org

SPECIAL FEATURE INDUSTRI FILM INDONESIA

UNTUNG / BUNTUNG PRoDUkSI LAYAR kAcA

Page 27: Money - BPR Lestari

27Vol. 105 | Nov - Des 2018

Dari berbagai sumber, kami mendapatkan

sejumlah ‘draft’ hitung-hitungannya,

memang satu dan lainnya tidak persis

sama, namun secara umum bisa menjadi

patokan jika kita hendak berinvestasi pada

sebuah film.

Pertama, kami membagi film itu dalam 3

kelompok modal produksi, ada yang di

bawah rp. 3 miliar, sebagaimana film-

film besutan rumah produksi Nia Dinata,

sehingga dengan modal sebesar itu,

ketika filmnya hanya ditonton 300.000-

600.000 orang, dia sudah bisa balik

modal dari penjualan tiket. “Jadi bagi saya

ukuran laku atau tidaknya itu bukan jumlah

penonton sampai 3 juta. Saya bikin film

realistis saja, jadi enggak tergoda untuk

bikin film tertentu demi jumlah penonton,”

katanya sebagaimana dalam www.

lifestyle.bisnis.com.

Lalu ada yang bermodal antara rp. 3-10

miliar di level kedua, kemudian rp. 10-20

miliar di level ketiga dan yang terakhir,

diatas rp. 20 miliar. umumnya, film

kolosal seperti Pendekar Tongkat Emas,

bisa mencapai angka diatas rp. 20 miliar.

Demikian pula film-film yang syutingnya

di luar negeri, atau banyak menggunakan

spesial efek, seperti The raid atau

sejumlah film roman macam Ketika Cinta

Bertasbih yang memang pengambilan

gambarnya di mesir.

modal ini, untuk segala biaya produksi

meliputi Sutradara, Penulis Skenario,

Aktor dan Aktris dan crew serta semua

properti lainnya. Jenny Jusuf sendiri

ketika kami wawancarai, menyebutkan

bahwa tarifnya untuk menulis skenario

sebuah film berkisar diangka rp. 60 juta.

Lain lagi jika berperan sebagai konsultan

saja. Ia pula menyebutkan, biaya yang

tinggi umumnya untuk Sutradara, baru

kemudian aktor dan aktrisnya. Sementara

penulis skenario sendiri di Indonesia,

masuk bagian relatif lebih rendah daripada

sutradara atau aktor dan aktris.

Sekarang, mari kita hitung berapa yang

diperoleh oleh produsen film. Penjualan

tiket bioskop, itu ‘kue’ yang akan

dibagi untuk 3 pihak, yakni pajak untuk

pemerintah 20%, pemilik bioskop 40%

dan produsen 40%. Harga tiket di setiap

daerah dan hari, tentu saja berbeda-beda,

jika kita main asumsi rata-rata produsen

memperoleh rp. 10 ribu saja dari setiap

karcis yang terjual, maka proyeksi kas

mereka bertambah tinggal dikalikan

dengan jumlah penontonnya. Jika

penonton film mencapai 1 juta saja, maka

produsen akan memperoleh rp. 10 miliar.

Jika modal produksi filmnya rp. 3 miliar,

maka produsen memperoleh keuntungan

sebesar rp. 7 miliar.

Itu sebabnya, Nia Dinata menyebutkan,

dengan modal film karyanya yang di

kisaran rp. 3 miliar, dengan kisaran

penonton 300.000 orang saja, ia sudah

balik modal, lebih dari 300.000 penonton,

merupakan keuntungan untuknya.

Sisanya, produsen biasanya masih bisa

memperoleh insentif tambahan dari

penjualan DVD, atau penayangan filmnya

di televisi. So, tertarik untuk terjun di

industri ini?

Ilustrasi : Freepik.com

Page 28: Money - BPR Lestari

28 Vol. 105 | Nov - Des 2018

WAWANCARA EDo mULIADIREKTUR FESTIVAL FILM PENDEK MINIKINO

Sejak tahun 2000an,

Film Indonesia diklaim

kebangkitannya, dan terus

mengalami pertumbuhan sejak

itu. Dan menariknya, bukan hanya Film

bioskop saja yang kemudian berkembang,

pelan tapi pasti ekosistem film mulai

terbentuk, munculnya banyak sineas-

sineas muda dengan berbagai karya yang

unik, termasuk genre lainnya seperti Film

Pendek. Indonesia sendiri punya satu

festival Film Pendek yang selama belasan

tahun konsisten menggelar programnya,

mASA DEPAN FILm PENDEk & INDEPENDEN

berlokasi di Bali, Festival ini mengambil

nama minikino. Kami di redaksi, sudah

menjadi media partnernya sejak beberapa

tahun terakhir untuk men-support

program ini, dan pada edisi kali ini, kami

berbincang dengan Direktur Festival Film

minikino Edo mulia, untuk menggali lebih

jauh soal Festival ini, termasuk industri

Film terutama film Pendek di Indonesia.

APA DAN BAGAIMANA ITU MINIKINO?

Secara mudah mungkin jawaban

singkatnya, minikino adalah sebuah

organisasi festival film. Artinya, kami

sebagai sebuah organisasi merancang

dan menjalankan festival film. Dan yang

unik mungkin adalah kami tidak hanya

membuat satu festival film tapi kita

memiliki beberapa festival film yang sudah

berjalan bahkan selama enam belas tahun

sejak tahun 2002 berdirinya minikino.

Inisiatornya waktu itu antara lain Tintin

Wulia, Kiki Zakiah dan Judith Guritno,

hanya saja mereka semua kini sudah tidak

aktif lagi di organisasi, jadi minikino ini

sudah melewati beberapa generasi.

SPECIAL FEATURE INTERVIEW

Page 29: Money - BPR Lestari

29Vol. 105 | Nov - Des 2018

BAGAIMANA MENDEFINISIKAN FILM

PENDEK?

Secara teknis, film pendek adalah

film yang durasinya pendek, memang

mengacunya pada durasi. Tapi lebih jauh

sebetulnya tidak hanya durasi, ketika kita

melihat film yang lebih pendek daripada

pada umumnya yang kita lihat di bioskop,

tentu akhirnya karya-karya ini menuntut

sebuah perencanaan yang berbeda

dengan film yang misalnya secara umum

di bioskop kan dua jam gitu ya.

Pada film pendek kita selalu analogikan

seperti novel dan cerpen. Bukan berarti

film pendek adalah film panjang yang

dipendekkan, sama seperti cerpen

atau puisi itu bukan berarti novel

yang kemudian dipotong atau diambil

sebagian tapi dia adalah sebuah karya

yang berdiri sendiri dengan format dan

rancangan yang berbeda tentu saja, dan

cara bertuturnya pun berbeda pula. Di

masyarakat tentu sudah akrab namanya

cerpen atau puisi dan novel. Cara bertutur

sebuah puisi pasti berbeda dengan novel,

cara bertutur cerpen berbeda dengan

novel, bukan sekedar dipendekkan saja,

tapi dia memiliki cara bertutur yang

berbeda, pembahasannya, penyusunan

kalimat, pemilihan kalimat pasti berbeda

dengan di novel yang punya sekian ratus

halaman.

KELEBIHAN FILM PENDEK MENURUT

ANDA APA?

Sebetulnya bukan yang mana lebih dan

yang mana kurang. Yang harus disadari

adalah kekuatannya berbeda. Film pendek

secara teknis dia pendek. Film pendek

ada yang bagus dan ada yang jelek, ada

yang kualitasnya tinggi dan ada yang

kualitasnya rendah, ada yang kita lihat

dibuat dengan sungguh-sungguh oleh

senimannya, dan ada yang dibuat asal-

asalan, hanya coba-coba.

Sama, film panjang juga begitu. Yang

di bioskop tidak semuanya bagus juga

tidak semuanya jelek, setiap film pasti

punya kualitas, kaliber pembuatnya

pun berbicara, semakin berpengalaman

seorang seniman tentu karyanya semakin

luas berbicara. Jadi, bukan berarti film

pendek lebih kuat dan film panjang lebih

lemah atau sebaliknya tapi yang kita

sadari adalah kekuatannya berbeda. Film

pendek dengan durasi yang pendek dia

relatif lebih mampu untuk tersebar lebih

luas, karena pendek.

APA TANTANGAN TERBESAR DALAM

MEMBUAT FESTIVAL FILM?

Tantangan banyak sebenarnya.

Tapi tantangan terbesarnya adalah

bagaimana bisa merepresentasikan

festival film ini kepada masyarakat

atau kepada orang yang belum paham

festival film ini, bagaimana caranya kita

merepresentasikan ini secara sederhana

karena skala festival ini begitu besar,

misinya begitu besar, kadang-kadang

kita harus mencari kata-kata atau kalimat

yang tepat supaya mudah dipahami oleh

masyarakat yang paling awam sekalipun.

Tantangan lainnya, mempertemukan

orang-orang yang belum pernah bertemu

sebelumnya.

BAGAIMANA ANDA MELIHAT DUNIA

PERFILMAN INDONESIA SAAT INI?

Semakin berkembang. Saya lihat juga

banyak terobosan-terobosan baru

dan inovatif yang belum pernah ada

sebelumnya serta berusaha terus untuk

memperbaiki situasi perfilman, termasuk

juga peraturan pemerintah, bagaimana

kerja badan sensor di Indonesia.

Kini banyak sineas muda lahir yang

kemudian juga terekspos dengan dunia

internasional. Saya selalu percaya bahwa

penting bagi Indonesia untuk berdiri

bersama dunia internasional. Tidak harus

diagung-agungkan Indonesia paling

indah, tapi juga tidak harus lebih rendah

dari yang lainnya, tapi kita bersama,

menjalin hubungan kerjasama yang setara.

Kemudian, yang bagus ya bagus, yang

jelek ya jelek bukan karena Indonesia

kemudian jadi bagus, atau bukan karena

Indonesia ia jadi lebih jelek, tapi setara. Itu

hal penting yang kita perlu sadari.

Page 30: Money - BPR Lestari

30 Vol. 105 | Nov - Des 2018

BAGAIMANA ANDA MELIHAT DUNIA

TELEVISI KITA DENGAN BERBAGAI

SINETRON DAN REALITY SHOW-NYA?

Saya lihat televisi itu adalah media yang

paling dekat dengan masyarakat. Dan

dia pasti melengkapi banyak sisi-sisi

kehidupan masyarakat, buktinya adalah

masyarakat tetap membeli TV, tetap

menonton TV artinya dia dibutuhkan. Saya

menganalogikan baca buku itu penting,

tapi kalau yang dibaca hanya satu buku

saja, apalagi yang dibaca hanya satu

halaman saja, atau lebih parah yang

dibaca hanya satu kalimat saja itu jadi

berbahaya. Sama juga dengan media

lainnya termasuk TV ketika yang hanya

ditonton sinetron saja atau bahkan lebih

spesifik yang ditonton hanya satu sinetron

saja yang ditonton, itu akan memberi

dampak merusak.

Televisi adalah televisi. Visi dan misinya

berbeda dengan karya lain, untuk di

bioskop visi dan misinya berbeda lagi,

termasuk film pendek visi dan misinya

berbeda pula. Tentu punya kekuatannya

masing-masing, dan saya tidak

membanding-bandingkan, tapi situasi

yang ideal adalah kemajuan industri

televisi ini sebaiknya juga dibarengi

dengan kemajuan industri di bidang lain

seperti di film juga, film bioskop dan karya

film-film pendek yang lebih berkualitas

lagi. Bahkan tidak hanya itu saja,

pembangunan mesti meluas ke karya-

karya seni lainnya seperti seni rupa dan

desain, harus berbarengan semua. Ketika

industri televisi menguasai tapi tidak

dibarengi oleh kemajuan yang lain atau

kesadaran masyarakat akan hal-hal lain itu

yang membuat prihatin.

DARI MANA PENDANAAN FESTIVAL

INI?

Pendanaannya yang terbesar adalah tidak

dalam bentuk uang, tapi dalam bentuk

pengabdian, tenaga, waktu dan perhatian.

Itu sumbangan terbesar yang membuat

festival ini bisa berjalan. Tentu pendanaan

ada, tahun ini kami dibantu Badan

Ekonomi Kreatif (BEKrAF) dan beberapa

sumbangan dari kantong pribadi dan dari

para donatur yang tidak mau disebutkan

namanya. Tapi kembali lagi, sumbangan

uang untuk skala festival yang sebesar ini

sangat kecil sebetulnya jumlahnya. Yang

terbesar justru dari teman-teman yang

bekerja dengan bayaran yang sangat

rendah, istilahnya hanya mendapat uang

makan dan bensin saja. Volunteer juga

datang dari seluruh indonesia, filmmaker

juga membantu, semua film di-submit

bahkan mereka membantu sedikit uang.

Akhirnya semua ini merupakan kerja

kolektif.

APAKAH INDUSTRI PERFILMAN

INDEPENDEN BISA PROFIT

DAN MENJADI PROFESI HIDUP

SEBAGAIMANA DI NEGARA MAJU?

Ngomong independen, sebetulnya saya

selalu merasa bahwa tidak signifikan

lagi untuk berbicara independen karena

akhirnya semua independen sekarang.

Pada era sebelumnya misalnya era 1970-

an, 1980-an dan 1990-an ada beberapa

badan-badan yang besar dan kuat

sehingga yang di luar itu kita bisa sebut

independen. Ada badan utama yang

berkuasa, misalnya suatu perusahaan

yang besar dan di sampingnya ada

perusahaan-perusahaan kecil dan itu kita

sebut di luar jalur utama. Tetapi sekarang

semua teknologi sudah memungkinkan

untuk semua orang untuk independen.

Bahkan perusahan-perusahaan yang dulu

besar kini merangkul perusahaan kecil

untuk bekerja sama. Jadi tidak signifikan

lagi bicara mana independen dan mana

yang tidak independen, yang mana

mainstream dan yang mana independen.

Jadi tidak signifikan lagi karena batasan-

batasan itu kini sudah kabur.

Soal profit, rasanya itu juga susah, istilah

profit itu agak susah didefinisikan. Film

pendek lebih ke arah karya seni daripada

karya industri yang mana karya indsutri

dari awal dirancang untuk mendapatkan

profit. Kalau film pendek di seluruh

dunia bermainnya di festival-festival film.

Istilah profit ini agak susah, sama seperti

menanyakan profit kepada pelukis atau

penulis buku, saya kira bentuknya bukan

profit tapi benefit bagi seniman. Jadi

benefit bagi pembuat film pendek salah

satunya adalah pengakuan, misalnya

ketika memenangkan festival film

bergengsi itu sangat membanggakan bagi

pembuat film pendek dan tidak ternilai

harganya.

BAGAIMANA DENGAN MASA DEPAN

FILM PENDEK MENURUT ANDA?

masa depannya cerah. Teknologi

memungkinkan sekarang film pendek

bergerak lebih luas. Ada platform online

dan segala macam, kita ngomong sepuluh

tahun lalu belum ada seperti ini semua.

Saya pikir film pendek ke depannya akan

berbicara jauh lebih banyak daripada

film di bioskop, dilihat dari kemungkinan

penyebaran dan isu yang diangkat. Kalau

SPECIAL FEATURE INTERVIEW

Page 31: Money - BPR Lestari

31Vol. 105 | Nov - Des 2018

SPECIAL FEATURE

film panjang di bioskop kan sebuah

industri, artinya dia mikirin bagaimana

agar bisa laku jika tidak kan nombok.

Dia tidak sebebas film pendek untuk

mengeksplor ide dan lain-lain. Film

pendek durasinya pendek, biayanya relatif

lebih murah. Saya bilang relatif karena

ada juga film pendek yang biayanya

lebih mahal daripada film panjang dan

relatif lebih personal karena filmnya lebih

pendek dan relatif timnya lebih kecil dan

eksplorasi tema jauh lebih personal.

Tema-tema yang diangkat yang tak bisa

disentuh film panjang film pendek bisa

mampu menyentuhnya.

BISAKAH SINEAS FILM PENDEK HIDUP

DARI KARYANYA?

Seperti yang saya bilang sebelumnya,

film pendek lebih merupakan karya seni

daripada karya industri dan pembuatnya

bisa disebut sebagai seorang seniman.

Seniman tentu bisa hidup dari karyanya

dengan catatan tidak hanya dilihat

dari segi materi atau profit tapi lebih

ke benefit. Di saat seorang seniman

mendapat pengakuan dari masyarakat

dan lingkungan sekitarnya di situ ia akan

merasa hidup.

APA HARAPAN ANDA UNTUK DUNIA

PERFILMAN KITA?

Semoga semakin terbuka, berani dan

mengambil tema-tema yang lebih luas

lagi. Dan, semakin beragam. Itu penting.

APA FILM PENDEK FAVORIT ANDA,

DAN MENGAPA?

Saya sebenarnya tidak etis untuk

menyatakan film favorit karena saya

direktur festival film. Tapi berkaca pada

festival sebelumnya, saya sangat suka

film “moriom” produksi Swiss tapi

pembuatannya di India. Film itu berkisah

tentang salah satu korban traficking dan

pemerkosaan di India. Ini merupakan

film dokumenter dan yang menarik,

pembuat film ini sangat kreatif, dia sangat

menghormati korban.

Teknologi memungkinkan sekarang film pendek bergerak lebih luas. Ada platform online dan segala macam, kita ngomong

sepuluh tahun lalu belum ada seperti ini semua. Saya pikir film pendek ke depannya akan berbicara jauh lebih banyak daripada

film di bioskop, dilihat dari kemungkinan penyebaran dan isu yang diangkat.”

Page 32: Money - BPR Lestari

32 Vol. 105 | Nov - Des 2018

Penyuka dunia teater dan pecinta

alam, inilah representasi dari

Putri Ayudya, yang kemarin

namanya ramai dibicarakan

karena perannya yang sukses dalam

film Kafir. Artis muda kelahiran 1988

ini memulai karirnya sebagai presenter

program Jejak Petualang, dan tidak

tanggung-tanggung, dalam acara ini,

ia mendaki 2 puncak di Himalaya,

Kallaphatar (Black Stone) dan Imja Tse

(Island Peak). Sementara di Indonesia,

Gunung rinjani yang menjadi pengalaman

pendakiannya. Kisahnya ini kemudian ia

tuliskan dalam artikel yang diterbitkan

beberapa majalah nasional.

Finalis Wajah Femina 2008 ini sudah

menyukai teater sejak Smu, dan ketika

kuliah Fakultas Psikologi universitas

Indonesia, ia mendirikan Teko (Teater

Psikologi) bersama kawan-kawannya. Ia

lulus tahun 2010, dan setahun berikutnya,

terpilih sebagai Putri Intelegensia

Indonesia 2011. Ia kemudian melanjutkan

pendidikan master di bidang bisnis dan

melanjutkan kembali karir seni perannya

ke layar kaca. Kepada reporter money&I

Angga Wijaya, Putri menceritakan soal

pengalamannya dalam kesibukan barunya

saat ini.

JADI SUDAH MENCINTAI DUNIA

TEATER SEJAK LAMA?

Iya, perjalanan karir saya awalnya dari

anak teater, saya suka teater itu sejak

PUTRI AYUDYA

‘JEJAK PETUALANG’ DARI DUNIA TEATER KE LAYAR KACA

SPECIAL FEATURE INTERVIEW

Page 33: Money - BPR Lestari

33Vol. 105 | Nov - Des 2018

..perjalanan karir saya awalnya

dari anak teater, saya suka

teater itu sejak SMP, kemudian

menekuninya di bangku SMA pada

tahun 2002-2003. Kemudian

ada kejadian kayak dapat durian

runtuh, karena pas lagi jalan-

jalan, saya didatangi oleh pencari

bakat dan ditawari main film. Dari

situ kemudian mulai main film,

termasuk salah satunya “Guru

Bangsa: Tjokroaminoto”

- Putri Ayudya

SmP, kemudian menekuninya di bangku

SmA pada tahun 2002-2003. Kemudian

ada kejadian kayak dapat durian runtuh,

karena pas lagi jalan-jalan, saya didatangi

oleh pencari bakat dan ditawari main

film. Dari situ kemudian mulai main film,

termasuk salah satunya “Guru Bangsa:

Tjokroaminoto”. Sekarang, hampir setiap

tahun ada saja film yang saya perankan.

APA AKTIVITAS SAAT INI?

Dalam waktu dekat ini ada promo film.

Kalau belum jalan promonya, saya lagi

mengerjakan satu film, baru saja saya

selesai syuting dan saya mencoba

menjadi co-producer di film ini.

Page 34: Money - BPR Lestari

34 Vol. 105 | Nov - Des 2018

WAH MULAI JADI CO PRODUCER NIH,

FILM APA?

Ini saya belum boleh bilang judulnya

secara resmi. Film ini tentang perjalanan

spiritual kita. Very intimate, seputar

keluarga, pasangan dan interaksi sosial.

Setting-nya waktu mudik jelang lebaran.

Ini jadi co-producer karena diajakin. Dan

aku sudah pernah sebelumnya di teater

dan film pendek. Saya mau belajar dan

punya waktu hingga akhir tahun ini. So

why not?

APAKAH KEDEPANNYA AKAN

MENGAMBIL PERAN DARI BALIK

LAYAR?

Sangat bisa. Saya ternyata menikmati juga

berproses di balik layar.

APA TANTANGAN TERBESAR DALAM

INDUSTRI FILM BAGI ANDA SEBAGAI

SENIMAN?

Tawar-tawaran itu yang paling susah,

ngomongin honor ha..ha... tapi sekarang

saya ada manajer yang ngurusin itu.

Kedua, buat saya teater adalah proses

yang panjang, sementara film lebih

singkat, ada action dan cut yang kita

terputus di antara emosi, buat saya itu

butuh penyesuaian lebih.

BAGAIMANA ANDA MELIHAT DUNIA

PERFILMAN INDONESIA SAAT INI?

Saat ini sudah mulai terbuka, saat ini

semakin banyak penggerak dan pembuat

film yang lebih jujur untuk bercerita lewat

film, mereka juga membuka kerjasama

dengan banyak negara. Jadi industri film

kita sangat berpotensi untuk maju ke

depannya.

SPECIAL FEATURE INTERVIEW

Page 35: Money - BPR Lestari

35Vol. 105 | Nov - Des 2018

Semua film punya tantangan tersendiri, setiap karya punya

tantangan tersendiri. Saya tidak bisa membandingkan satu karya

dengan karya lain. Bahkan dalam satu karya saja, dalam film, kan

scene-nya banyak banget, setiap scene punya keunikan dan titik

berat sendiri.”

- Putri Ayudya

“meskipun ada beberapa catatan. Salah

satunya adalah peran Lembaga Sensor

Film (LSF) yang semakin bijaksana

dengan menetapkan sistem kategorisasi

dibandingkan dengan pembatasan

ketat tanpa benar-benar memperhatikan

konteks adegan.

BAGAIMANA ANDA MELIHAT DUNIA

TELEVISI KITA DENGAN BERBAGAI

SINETRON DAN REALITY SHOWNYA?

menurutku semua karya yang sudah

masuk ke publik, ya jadi milik publik.

Karena film dan televisi, juga punya

karakter masing-masing dan tak bisa

dipungkiri, yang masuk ke televisi punya

tingkat popularitas lebih tinggi. makanya

ada yang bilang, kalau kamu mau terkenal,

carilah televisi, karena orang akan lebih

familiar, setiap hari ngelihat. Sementara

film, kadang-kadang masih terbatas,

yang mau datang ke bioskop dan nonton.

Aku sih berharap banget penonton mau

datang ke bioskop dan nonton, sekalipun

mungkin nonton yang bajakan.

Kalau sinetron, itu ada yang bagus lho.

Kalau reality show aku nggak begitu

nonton jadi nggak bisa komen. Tapi aku

melihat TV series sekarang banyak yang

kece dan keren menurutku.

APA KARYA TERBAIK SELAMA INI

YANG PERNAH DIBUAT?

Yang saat ini sedang diproses, rasanya

akan terus begitu, setiap saya proses

sesuatu yang baru, akan jadi yang terbaik.

Saya sih berharap begitu.

MANA PROSES BERKARYA YANG

SELAMA INI ANDA KESULITAN

MENGERJAKANNYA?

Semua film punya tantangan tersendiri,

setiap karya punya tantangan tersendiri.

Saya tidak bisa membandingkan satu

karya dengan karya lain. Bahkan dalam

satu karya saja, dalam film, kan scene-

nya banyak banget, setiap scene

punya keunikan dan titik berat sendiri.

Jadi saya tidak bisa kasih garis bawah

secara khusus. Film saya sekarang ini,

“Boundless Love”, yang diputar perdana

di Balinale Film Festival hari ini, itu

tantangannya cukup besar, karena saya

mesti belajar bahasa mandarin. Film ini

produksi Tiongkok tentang kisah cinta

beda bangsa dan budaya.

MANA HASIL KERJA DI FILM YANG

PALING MEMBUAT ANDA MERASA

PUAS?

Kayaknya belum ada yang puas banget

ya, karena film itu kan kerja kolektif, nggak

bisa seleraku saja yang masuk ke sana.

Jadi selama ini nggak ada yang puas

banget, belum ada tapi semoga setiap

kali bikin karya, aku cukup memberikan

perjuangan untuk hasil terbaik.

Karena gimanapun, kita harus

mengembangkan, kupikir ketika kita

melihat lagi karya-karya yang lama, aku

Page 36: Money - BPR Lestari

36 Vol. 105 | Nov - Des 2018

Page 37: Money - BPR Lestari

37Vol. 105 | Nov - Des 2018

bisa menemukan bahwa ada hal-hal yang

saat ini belum tercapai atau malah sempat

terlupakan, jadi pasti ada titik kepuasan

sendiri-sendiri. Nggak ada satu karya utuh

yang paling puas yang mana, kayaknya

belum ada deh sejauh ini.

BAGAIMANA ANDA MELIHAT FILM

SEBAGAI MEDIASI PERBAIKAN

PENDIDIKAN KITA?

Aku sangat bersyukur pada media-media

yang kemudian bisa mengekspos, betapa

film Indonesia itu kaya, dan katanya,

negara dengan karya yang beraneka-

ragam seperti yang ada di Indonesia,

ini berarti masalahnya itu banyak.

Salah satunya menurut aku ya memang

pendidikan. Nah, ketika pendidikan

di Indonesia yang semakin disorot di

media, kupikir ini salah satu pintu bagi

semua orang untuk berkontribusi pada

pendidikan. Pendidikan di Indonesia

masih belum merata. Itu garis bawahnya.

Dan saat ini sudah ada fasilitas pendidikan

online, bimbel-bimbel online yang juga

berusaha untuk meraih sampai ke pelosok

Indonesia.

APAKAH JARINGAN INTERNET SUDAH

MENJANGKAU SEJAUH ITU?

Ya, kayaknya kita mesti nunggu sampai

tahun 2022, pemerintah rencananya mau

meratakan jaringan internet dari Sabang

sampai merauke. Kalau itu sudah terjadi,

harapan aku sih nggak gegar budaya

juga yang ada di daerah dan beneran

siap menyambut pemerataan jaringan

di Indonesia. Pemerataan jaringan ini

bisa menambahkan akses untuk semua

pendidikan. Setidaknya sebagian

besarlah. Yang saat ini bisa diharapkan

menurutku adalah peningkatan setiap

bulannya, setiap tahunnya, setiap dekade

harapannya kita selalu ada perbaikan.

Pendidikan di Indonesia bentuk aksesnya

sudah banyak, tapi channel-nya memang

kita pastikan agar bisa kemana-mana, dan

sekarang makin banyak orang yang mau

berkontribusi dalam bidang pendidikan

dan itu penting menurutku.

SIAPA AKTOR ATAU AKTRIS YANG

ANDA SENANG UNTUK DIAJAK

BEKERJASAMA?

Ade Firman Hakim dan maryam Supraba.

Kami memulai dari seni pertunjukkan

teater dan terus berjuang. mereka berdua

seperti abang dan saudara perempuan

saya. mereka jujur, apa adanya, dan bisa

diajak bertukar pikiran dengan objektif

yet comfort my feelings. Terus ada reza

rahardian yang selalu mendukung

saya. Film pertama saya dengan beliau.

mas reza tidak segan menyampaikan

pendapatnya dengan gamblang akan

karya-karya saya. Ini memang yang saya

butuhkan.

Kemarin juga saya baru bekerja sama

dengan Asmara Abigail dan Ariyo Wahab,

aktor anak Arina Disha dan Abirama

Putra juga sangat uplifting karena mereka

memberikan energi yang besar, sekaligus

menerima peran dengan apa adanya.

Itu aku suka banget sama mereka,

connected.

KARAKTER MANA YANG LEBIH

MUDAH ANDA PERANKAN?

Setiap karakter punya tantangan yang

berbeda, dan karakter yang dikasih ke aku

Alhamdulillah beda-beda, dan aku punya

perjuangan sendiri untuk masuk ke setiap

karakter-karakter tersebut.

APA FILM, BUKU DAN MUSIK FAVORIT

ANDA?

Film favorit saya One Flew Over the

Cuckoo’s Net, Big Fish dan Daun di Atas

Bantal. Kalau buku favorit, aku suka

karya-karya Paulo Coelho. Kalau soal

musik, musik boleh genre apa saja, tapi

aku menikmati jazz dan musik-musik

tradisional. Pada dasarnya aku suka

pada karya yang membawa emosi dan

bercerita, apa pun medianya.

APA HARAPAN YANG BELUM

TERCAPAI?

Punya yayasan seni dan art therapy, yang

harapannya bisa untuk semua umur, tapi

awalnya kita mau masuk ke anak-anak

dulu, setelah itu ke orang dewasa. Saya

tertarik art therapy karena bidang yang

saya tahu adalah seni dan budaya. Pernah

suatu ketika saya dengar soal psikodrama

dan ikut suatu pelatihannya, sebuah grup

terapi yang memanfaatkan psikodrama,

seni, spiritualisme dan psikologi. Dan

karena saya lulusan Psikologi, maka

art therapy adalah salah satu cara

untuk mengawinkan passion saya dan

pendidikan. Jadi kenapa tidak, kalau ada

kesempatannya dan jika saya bisa.

APA HARAPAN ANDA UNTUK DUNIA

PERFILMAN KITA?

Semakin banyak film yang berkualitas.

Semakin banyak kolaborasi yang juga

memperkenalkan budaya Indonesia ke

mancanegara. Dan banyak elaborasi dan

film berkualitas yang gambarnya bagus,

story telling-nya semakin menarik, serta

adanya regenerasi pembuat film atau

pemain film yang bagus.

Page 38: Money - BPR Lestari

38 Vol. 105 | Nov - Des 2018

Salah satu bagian penting

untuk sebuah film yang bagus,

adalah skenario yang baik.

Bahkan Joko Anwar secara

serius mengatakan ini sebagai salah satu

cara untuk meningkatkan kualitas film

Indonesia. Namun jumlah penulis skenario

memang tak banyak di Indonesia, apalagi

yang bagus. Itu sebabnya, maju mundur

soal bobot Film Indonesia, salah satunya

ditentukan dari seberapa baik skenario

yang dihasilkan.

Salah satu penulis skenario yang sudah

berhasil melahirkan sejumlah film yang

Karena penonton kita, sudah kehilangan kepercayaan dengan film-film Indonesia, apalagi dengan biaya tiket yang sama dengan film barat. Makanya setiap kita bikin film, kita harus berikan penonton sesuatu yang akan dibawa

pulang setelah menonton film itu.”

“kece dengan sederet prestasi, adalah

Jenny Jusuf. Naskah debutannya

diganjar penghargaan dalam Film Festival

Indonesia 2015 sebagai penulis skenario

adaptasi terbaik lewat film Filosofi Kopi.

Bukan cuma satu, ia juga meraih Piala

maya 2015 dan penghargaan sebagai

Penulis Naskah Film Terbaik dalam

Bandung Film Festival 2015. Kepada kami,

ia beropini soal dunia Film Indonesia.

BAGAIMANA ANDA MELIHAT

PERFILMAN INDONESIA SAAT INI?

Kondisi perfilman Indonesia seperti apa

ya…, buat saya perfilman Indonesia

akan bagus perkembangannya kalau kita

tahu bagaimana bikin film Indonesia itu

sustainable. Beberapa minggu lalu saya

mulai dengar film Indonesia horor yang

ada esek-eseknya muncul lagi. Buat

saya itu tidak apa-apa, semua orang bisa

berkarya dan semua orang boleh menjual

filmnya. Tapi ini menunjukkan bahwa kita

masih tergantung sama investor, dan

masih belum dapat dukungan pendanaan

dari pemerintah seperti halnya Thailand,

Korea atau India. Jadi emang apa yang

dibuat lebih mempertimbangkan berapa

hasil yang bisa diperoleh dari situ.

SPECIAL FEATURE INTERVIEW

WAWANCARA JENNY JUSUFPENULIS SKENARIO FILOSOFI KOPI & CRITICAL ELEVEN

mENAkAR kUALITAS FILm INDoNESIA

Page 39: Money - BPR Lestari

39Vol. 105 | Nov - Des 2018

“Padahal sebenarnya, peluang Film Indonesia itu besar, dan sudah banyak

juga orang yang suka

nonton film Indonesia yang bagus-bagus saja, mereka

selektif dan memilih

film-film yang memang berkualitas.”

Yang kedua, ketika bicara kualitas film,

maka kita harus mempertimbangkan,

kalau investor asing melihat ternyata film-

fim yang laku di Indonesia semacam itu,

horor dengan bumbu esek-esek, tentu

akan mempersulit film maker lain untuk

mengerjakan sebuah film yang “baik dan

benar”.

Padahal sebenarnya, peluang Film

Indonesia itu besar, dan sudah banyak

juga orang yang suka nonton film

Indonesia yang bagus-bagus saja,

mereka selektif dan memilih film-film yang

memang berkualitas.

BERDASARKAN DATA, JUMLAH

PENONTON TERBANYAK DI

INDONESIA, ITU MASIH YANG PALING

SEPI DI KOREA, PADAHAL JUMLAH

PENDUDUK KITA JAUH LEBIH

BANYAK, KENAPA BISA BEGITU?

Karena penonton sudah kehilangan

kepercayaan dengan film-film Indonesia,

apalagi dengan biaya sama dengan

nonton film barat. makanya setiap

bikin film, kita harus berikan penonton

sesuatu yang akan dibawa pulang setelah

menonton film itu.

masalahnya di film Indonesia tuh begini,

saya pernah mendapat tawaran remake

film tahun 70an, hanya diberi waktu

sebulan untuk menulis sinopsis sampai

final draft. Saya bilang tidak bisa, minimal

saya butuh waktu 1 bulan untuk sinopsis,

1-2 bulan untuk pendalaman, kira-kira 2

minggu sampai 1 bulan untuk first draft

lalu 4 hari untuk revisi-revisi. Itu sudah

yang paling padat.

BERARTI IDEALNYA, MENULIS 1 ATAU

2 PROYEK SAJA DALAM 1 TAHUN?

Kalau saya untuk skenario film pas tahun

2016 pernah ambil 3 judul. Tapi nggak

kelar. mungkin idealnya ambil 2 film

dan 1 series atau 1 film dan 1 series,

sehingga hasilnya maksimal. makanya

kalau soal begini, dari banyak film maker,

saya cukup salut salah satunya dengan

Ernest Prakasa, dia tipe orang yang mau

mendengar saran.

ADA PROYEK DENGAN ERNEST?

Saya konsultan skenarionya untuk film

Cek Toko Sebelah dan Susah Sinyal. Dia

orangnya sangat mau dengar, dan sangat

sadar dengan kondisi perfilman Indonesia.

malah sempet waktu kapan itu, dia minta

maaf di sosial media, melalui Twitter,

tentang filmnya yang dulu mengandung

joke seksi atau perempuan dengan

tampak belahan dada, dan buat saya,

apa yang dia lakukan itu adalah kualitas

terbesar dari seorang film maker.

JADI NULIS SKENARIO JUGA UNTUK

KOMEDI?

Kalau komedi saya tidak familiar dengan

gaya komedi orang Indonesia, sementara

kalau genre lain seperti horor, saya gak

hobi nakut-nakutin orang. mending kasih

aja ke yang Ernest dan lain-lain, saya jadi

konsultannya saja.

Page 40: Money - BPR Lestari

40 Vol. 105 | Nov - Des 2018

YuswohadyPraktisi Pemasaran dan ex. Sekjen

Indonesia Marketing Association

www.yuswohady.com

“..millennial voters adalah

juga emotional voters.

Artinya, pilihan mereka

banyak pula dipengaruhi

oleh faktor-faktor

emosional seperti

kefiguran, kesamaan

identitas dan latar

belakang, atau personal

branding si kandidat

yang mereka nilai lebih

millennial-friendly

INSIGHT

mILLENNIAL voTERS 2019

Millennial voters bakal menjadi titik pertaruhan di pemilu 2019. mereka

menjadi faktor penentu kemenangan dalam persaingan partai atau

kandidat di tahun sulit 2019.

minggu lalu saya diundang oleh Polemik TrijayaFm membahas tema

menarik “Berebut Pemilih milenial” dalam pemilu 2019. Di situ banyak hadir para tokoh

partai mulai dari Golkar, PKS, PAN, juga peneliti dari LSI.

Dalam diskusi tersebut saya katakan bahwa pemilih milenial bakal menjadi ajang

pertarungan menentukan dan menjadi pertaruhan kemenangan partai atau kandidat di

Pemilu 2019. Kenapa? Ya, karena sebagian besar pemilih pemilu 2019 adalah milenial.

Dari total pemilih 195 juta pemilih, sekitar 85 juta di antaranya adalah pemilih milenial

atau lebih dari 40 persen.

Ilustrasi : shutterstock.com

Page 41: Money - BPR Lestari

41Vol. 105 | Nov - Des 2018

INSIGHT

“Dalam psikologi dikenal istilah “emotional hijacking”. Artinya, sentuhan emosional bisa “menyandera” pikiran

serasional apapun. Jadi, dalam Pemilu 2019 nanti di hari-hari menjelang pencoblosan sentuhan-sentuhan emosional

kepada kaum milenial bisa jadi justru menjadi senjata

pamungkas untuk memenangkan persaingan”

Karena itu kejelian partai atau kandidat

dalam menangkap isu-isu millennial voters

dan bagaimana mereka merumuskan

program dan mengelola isu terkait isu-

isu yang “milenial banget” tersebut akan

menentukan menang-tidaknya mereka di

Pemilu 2019.

Singkatnya partai atau kandidat harus

melontarkan isu atau program yang:

“millennial-friendly”

Dua Segmen Milenial

Saya membagi ada dua segmen besar

millennial voters di pemilu 2019 yaitu early

millennials (usia 18-25 tahun) dan late

millennials (26-40 tahun).

Di usia 18-25 tahun, early millennial saya

sebut sebagai “generasi hepi-hepi” karena

leisure amat penting bagi mereka. Tapi

di balik hedonisme itu milenial adalah

juga generasi kreatif, entrepreneurial, dan

paling terkoneksi (socially-connected).

Sebagian besar mereka masih ada di

SmA atau kuliah sehingga beban hidup

dan persoalan hidup belum menghimpit

mereka.

Sementara late millennial umumnya first

jobber yang mulai merintis karir, mulai

berumah tangga dan punya anak, dan

mulai merasakan beratnya beban ekonomi

yang berat. Dalam siklus hidup di rentang

usia inilah perjuangan hidup dirasakan

paling berat.

Pesan saya, dua segmen ini memiliki

karakteristik, perilaku, dan preferensi yang

sama sekali berbeda sehingga butuh

perlakuan berbeda untuk menarik simpati

mereka. Partai atau kandidat harus jeli

melihat ini.

2019 Tahun Sulit

Saat ini beberapa pakar ekonomi global

sudah memberikan prediksinya bahwa

krisis ekonomi global bakal berulang

di tahun 2019 atau 2020. memang

perkembangan ekonomi dunia mengikuti

sebuah siklus booming-crisis sebagai

bagian dari business cycle perekonomian

dunia.

Setelah sebelumnya krisis Asia terjadi

tahun 1998, kemudian krisis finansial 2008

(subprime mortgage), maka para pakar

meramalkan krisis berikutnya akan terjadi

tahun depan.

Diramalkan krisis ini terutama melanda

negara-negara maju baru (emerging

economies) seperti Turki, malaysia,

Thailand, meksiko, Argentina, Brasil,

Page 42: Money - BPR Lestari

42 Vol. 105 | Nov - Des 2018

INSIGHT

termasuk Indonesia. Sinyalnya sudah kita

dapat beberapa minggu terakhir saat mata

uang negara-negara tersebut rontok. Di

Indonesia rupiah mulai melintasi ambang

batas 15 ribu per dolar.

Lalu apa implikasinya bagi pemilu 2019?

Isu ekonomi menjadi sangat krusial bagi

milenial, apalagi kalangan late millennials

yang akan menerima beban paling

signifikan dari krisis ekonomi. Kalau

partai atau kandidat bisa mengemas isu

ekonomi dalam kampanye mereka, maka

ini akan menjadi senjata ampuh untuk

memenangkan persaingan.

Tidak Loyal

milenial adalah pemilih yang galau (baca:

ikut-ikutan) dan cenderung tidak loyal

kepada partai atau kandidat tertentu.

Berbagai hasil survei menunjukkan

bahwa milenial cenderung apolitis, tak

mau tahu tetek-bengek urusan politik

karena dalam persepsi mereka politik

itu kotor dan dipenuhi berbagai intrik

dan pat-gulipat. mereka memilih partai

atau kandidat secara pragmatis karena

pertimbangan konten atau substansi dari

program yang ditawarkan. Sejauh program

yang ditawarkan partai atau kandidat

menguntungkan dan mengakomodasi

kepentingan mereka, maka mereka akan

memilihnya. Karena itu Pemilu 2019 bakal

betul-betul menjadi “perang isu” dan

“perang program” di antara partai atau

kandidat.

Emotional Voters

Walaupun millennial voters peduli pada

subtansi program yang ditawarkan partai

atau kandidat, namun jangan lupa bahwa

millennial voters adalah juga emotional

voters. Artinya, pilihan mereka banyak

pula dipengaruhi oleh faktor-faktor

emosional seperti kefiguran, kesamaan

identitas dan latar belakang, atau personal

branding si kandidat yang mereka nilai

lebih millennial-friendly.

Ilustrasi : VectorStock.com

“Walaupun millennial voters peduli pada subtansi program

yang ditawarkan partai atau

kandidat, namun jangan

lupa bahwa millennial voters adalah juga emotional voters.

Artinya, pilihan mereka banyak pula dipengaruhi

oleh faktor-faktor emosional seperti kefiguran, kesamaan identitas dan latar belakang,

atau personal branding si

kandidat yang mereka nilai

lebih millennial-friendly

Karena itu jangan remehkan aksi Jokowi

naik moge di gelaran Asian Games

beberapa waktu lalu. Banyak kalangan

yang mencibir aksi itu sebagai lebay

dan alay. Kenyataannya, aksi itu punya

emotional impact yang sangat powerful

dan bisa meluluhkan hati milenial.

Dalam psikologi dikenal istilah “emotional

hijacking”. Artinya, sentuhan emosional

bisa “menyandera” pikiran serasional

apapun. Jadi, dalam Pemilu 2019 nanti

di hari-hari menjelang pencoblosan

sentuhan-sentuhan emosional kepada

kaum milenial bisa jadi justru menjadi

senjata pamungkas untuk memenangkan

persaingan.

Page 43: Money - BPR Lestari

43Vol. 105 | Nov - Des 2018

Page 44: Money - BPR Lestari

44 Vol. 105 | Nov - Des 2018

BOOK REVIEW

oleh Rizal Mantovani

oleh Garin Nugroho dan Dyna Herlina S

Teman-teman ingin tahu proses pembuatan sebuah

film. Yuk, kita lihat di dalam buku ini, proses

pembuatan film Crush yang dibintangi Cherrybelle.

Selain itu, kita juga bisa mengetahui profesi dan

orang orang yang terlibat di dalamnya. Lihat juga foto-foto

pada saat syuting yang seru dan kostum-kostum Cherrybelle

yang ceria dan penuh warna.

Bikin Film Itu Gampang

Tak banyak buku tentang film

Indonesia yang diterbitkan,

terlebih terkait sejarah film

dengan konteks kesenian

dan perubahan sosial politik yang terjadi

di masanya. Karena itu, buku Krisis

dan Paradoks Film Indonesia mengisi

kekosongan tersebut.

Krisis dan Paradoks

Film Indonesia

dan paradoks. Pengalaman pribadi

penulis saat berbenturan dengan berbagai

konteks di atas turut menjadi penguat

kisah dan analisis dalam buku ini.

“Buku film yang harus dibaca, baik oleh

insan film, pelajar, hingga pengamat

budaya dan politik. Buku sejarah yang

melihat dalam hubungan timbal balik

dengan kondisi sosial politik 1900-2013.”

Christine Hakim (produser dan artis)

“Sejarah film yang ditulis dengan renyah

dalam bingkai sosial politik yang aktual

dan unik, patut dan perlu dibaca.” Ifa

Isfansyah (pengajar dan sutradara Garuda

di Dadaku, Sang Penari, dan Pendekar

Tongkat Emas).

Buku ini membahas film dalam enam

babak. Indonesia berkali-kali menghadapi

globalisasi dalam beragam bentuk: modal

dan administrasi perkebunan (1900),

tiruan produk impor (1970-1985), dan

liberalisasi ekonomi (1985-1998). Di dalam

negeri terjadi beberapa kali perseteruan

politik atau ideologis dalam berbagai

bentuk periode: kemerdekaan (1930-

1950), pembasmian komunisme (1950-

1970), serta kebebasan dan radikalisme

(1998-2013). Globalisasi dan pertentangan

ideologis memengaruhi konstelasi

ekonomi, politik, budaya pop, dan tentu

saja film.

Sejarah selalu berulang, dinamika

perfilman bergerak dalam kutub krisis

Page 45: Money - BPR Lestari

45Vol. 105 | Nov - Des 2018

BOOK REVIEW

Memahami Filmoleh Himawan Pratista

oleh Nurul Muslimin

Buku ini mencoba membuka dan menyebarkan rahasia memahami

sebuah film. memahami film berarti tahu dan mengerti unsur-

unsur pembentuk film, yaitu aspek naratif dan aspek sinematik.

Dalam buku ini pembaca akan diajak mengupas unsur-unsur

tersebut melalui pokok bahasan:

1. Jenis dan Ciri Genre

2. Aspek Naratif

• Pola Linier dan Nonlinier, • Struktur Tiga Babak dan Alternatif

3. Aspek Sinematik

• Mise En Scene: Latar, Kostum, Lighting • Sinematografi: Deep Focus,

Kamera Subyektif, Handheld Camera, Long Take dll. • Ending: Efek

Kuleshov, Editing Kontinuiti dan Diskontinuiti, dll. • Suara: Efek suara,

ilustrasi musik, diegetic dan nondiegetic sound, dll.

untuk memudahkan pemahaman pembaca pada setiap bahasan dalam buku

ini dilengkapi dengan contoh film dan ilustrasi gambar. Dalam Bab X secara

khusus mengulas film melalui studi kasus Kill Bill Vol. 1 untuk memberikan

penegasan pada setiap bab yang sudah dibahas sebelumnya.

Bikin Film, Yuk

Transformasi pengetahuan itu tidak harus

dengan mengernyitkan dahi, tapi bisa

dengan santai. Oh ya, bisa sambil ngopi

tentunya. Buku ini adalah hasil belajar

film di lokasi shooting yang dikuatkan dengan

penelusuran referensi yang valid. Ditulis mengalir

begitu saja, penulis menyajikan apa yang pernah

ia alami sebagai ‘penggila’ dunia kreatif. Jauh dari

kesan menggurui, tetapi dapat menjadi stimulus dan

inspirasi bagi pembaca yang berminat di bidang

film.

Page 46: Money - BPR Lestari

46 Vol. 105 | Nov - Des 2018

SMART FAMILY

Suzana ChandraManaging Director, Lestari Living

“..retail shop jaman NOW,

cashier sudah tidak

dibutuhkan lagi. Fungsi check

out counters sudah digantikan

oleh mesin. Di catalog online

shop (seperti ARGOS) cashier

merangkap sebagai sales

assistants, dan tugas lainnya

dilakukan oleh komputer. Nah

lho, persaingan kita dengan

para mesin pintar dijaman

NOW, kayaknya sudah

semakin heboh nih.”

RETAIL SHoP JAmAN NoW

Minggu lalu saya menemani

anak yang mau memulai

kehidupan kuliah. Karena

tinggal di apartemen,

dengan dapur bersama, maka ada banyak

barang-barang keperluan dapur seperti

panci, penggorengan, piring sendok

garpu, dkk yang diperlukan. Ditambah

lagi dengan keperluan bedding seperti

selimut, comforter, sprei, bantal, handuk

dkk. Dengan gaya jaman “NOW”, saya

(dalam hal ini anak saya) mencari segala

sesuatu melalui laptop dengan bantuan

‘paman’ Google. Karena kita tidak

memiliki kendaraan, penelusuran selalu

memiliki kriteria, harus dekat dengan

subway (kereta bawah tanah) atau walking

distance (dapat dicapai dengan berjalan

Ilustrasi : marketingland.com

Page 47: Money - BPR Lestari

47Vol. 105 | Nov - Des 2018

SMART FAMILY

kaki). Setelah beberapa kali bolak-balik

ke supermarket dan departemen store

dan berjibaku membawa barang-barang

tersebut pulang dengan kereta. Akhirnya

penelusuran di Google, menemukan

sebuah toko yang “sepertinya” memiliki

segalanya, namanya ArGOS.

Yang dimaksudkan dengan segalanya

adalah “segalanya”, mulai dari ranjang,

sofa, dapur, elektronik, bedding dan linen,

keperluan peralatan dapur, lighting dan

bahkan sampai keperluan office atau

stationeries dan perhiasan. Dalam kepala

saya, yang terbayang adalah sebuah

warehouse super duper besar, paling

tidak sebesar IKEA. Tetapi sekilas, kalau

melihat alamat lokasinya, ArGOS selalu

berada di prime location, jalan utama dan

hampir dipastikan selalu “walking distance

dari subway.

Akhirnya kami memilih mengunjungi salah

satu toko ArGOS di city area. Turun dari

subway, sekitar 100 meter sudah terlihat

logo ArGOS. Agak terheran-heran saya,

karena tokonya tidak besar, tampak

depannya saja hanya sekitar 20 meter

lebarnya. Ketika masuk ketoko, lho…, kok

tidak ada satupun barang yang di display

(kecuali sedikit jewellery yang dipajang di

dinding). Yang terlihat adalah deretan meja

dengan komputer dan sebuah katalog

amat sangat tebal (mungkin sekitar 15

cm) disebelah masing-masing komputer.

Disana, terlihat banyak customer tampak

serius dengan mengutak atik komputer

dan sesekali membolak-balik katalog.

Wow…, dengan sedikit bingung tapi pura-

pura tahu, saya mulai mencari komputer

yang kosong dan mulai membuka

komputer tersebut. Ternyata komputer itu

adalah online catalog dari sekitar 20.000

merchandise atau products. Jadi seperti

membuka online shop saja, lengkap

dengan keranjang belanjanya. Bedanya,

ini langsung dilakukan di tokonya dan

pembayaran bisa langsung ke kasir.

Barangnya juga bisa langsung diambil.

Setelah mengerti konsepnya, saya mulai

mencari barang yang masih dibutuhkan,

kemudian melihat variasi produk yang

ditawarkan, sizes, review, ketersediaan,

delivery dan lain sebagainya, hanya

dengan bantuan “jari”. Kalau sudah

menentukan pilihan, tinggal masukkan

kedalam virtual shopping bag, kemudian

lanjut mencari produk yang lain.

masukkan nama, dan kalau sudah beres,

click “done”, kemudian antri ke kasir. Ini

seperti belanja “online”, tetapi secara

fisik ada tokonya. Dan juga ada pilihan

lokasi dimana kita mau mengambil barang

belanjaan atau opsi delivery.

Dari sisi operation, yang terbayang

adalah system logistic dan inventory yang

luar biasa efisien dan canggih, karena

semua update stock, delivery dan pick

up sudah terintegrasi. Kita hanya perlu

“menari” dengan jari kita. Dan disini

tidak ada “keraguan” kalau-kalau barang

atau penjualnya “bodong” seperti selalu

dikhawatirkan kalau kita belanja online.

Dan tanpa capek keliling toko, kita

dapat melakukan seleksi barang dengan

otomatis, bahkan melihat review produk.

memang sih.., kita tidak bisa memegang

dan memeriksa barang yang akan kita

beli, tetapi dari review pelanggan, paling

tidak kita dapat gambaran tentang barang

yang kita mau beli.

Sedangkan bagi retailer sendiri (ArGOS),

dengan melakukan retail dengan online

catalog, ArGOS melakukan penghematan

atas space retail shop yang biasanya

merupakan salah satu factor biaya

yang mahal. Dengan penghematan ini,

ArGOS yang ternyata memiliki 800

retail shop di uK dan Ireland, mampu

membuka “shop’nya di hampir semua

shopping centre di prime location. Karena

walaupun selaku retail shop dengan

Page 48: Money - BPR Lestari

48 Vol. 105 | Nov - Des 2018

20.000 merchandise, ArGOS tidak

memerlukan space yang besar, tetapi

dapat memberikan kenyamanan dan

kepercayaan berbelanja pada customers.

Di ArGOS, kita bisa mengisi rumah baru

hanya dalam waktu 1 jam. Tanpa harus

keliling toko. Terbayang, selama 3 hari

pertama, saya dan anak saya Nadia

berjalan kaki rata-rata 12 km dalam sehari,

naik turun tangga dengan kereta bawah

tanah, berjalan dari satu blok ke blok

lain, mencari toko yang dituju kemudian

menenteng barang belanjaan balik ke

akomodasi. Great legs and arms exercises

^_^.

Dengan ArGOS, selama 1 jam, semua

kekurangan yang diperlukan, diselesaikan

dengan tarian “jari” di komputer. What a

brilliant idea.

ArGOS ternyata merupakan retailer

terbesar buat “general goods” di uK

dan Ireland dengan 800 retailer shops.

Dengan 340 juta kunjungan ke website per

tahunnya. ArGOS (dimulai ditahun 1973)

adalah British Catalog retailer terbesar.

Saya pribadi mengatakan ini merupakan

terobosan baru yang merupakan

‘improvement catalogue shop”, yang

lumayan marak di negara-negara maju di

tahun 1980an. Nyaman buat pelanggan,

nyaman buat pelaku bisnis dan relative

lebih ekonomis karena penghematan

“biaya toko retail” yang bisa dinikmati oleh

pelanggan juga. Kesimpulannya, gaya

online catalog shop ini menjadi business

retail yang cantik. mungkin bisa dijadikan

salah satu inspirasi kita dalam melakukan

bisnis.

Di retail shop lainnya, seperti supermarket

dan berbagai convenience stores,

juga dilakukan berbagai inovasi untuk

mempercepat proses check out. rata-

rata, sudah tidak banyak lagi counters

yang ditunggu oleh cashier. Kebanyakan

sudah automatic check out counters,

SMART FAMILY

dimana pelanggan melakukan scan

sendiri barcode dari barang yang dibeli,

memasukkan ke kantung belanjaan

(sudah tidak disediakan gratis, jadi harus

bawa kantung belanja sendiri), men

“swipe” credit card atau debit card atau

cash. rata-rata dari sekitar 10 check out

machines, hanya dibutuhkan 1 orang

pekerja yang mensupervisi proses ini.

Jadi, di retail shop jaman NOW, cashier

sudah tidak dibutuhkan lagi. Fungsi

check out counters sudah digantikan oleh

mesin. Di catalog online shop (seperti

ArGOS) cashier merangkap sebagai sales

assistants, dan tugas lainnya dilakukan

oleh komputer. Nah lho, persaingan kita

dengan para mesin pintar dijaman NOW,

kayaknya sudah semakin heboh nih.

mungkin sebentar lagi, fenomena ini akan

sampai ke Indonesia. Hmm.., apa tenaga

kerja kita siap ya?

Ilustrasi : www.retailgazette.co.uk

Page 49: Money - BPR Lestari

49Vol. 105 | Nov - Des 2018

Page 50: Money - BPR Lestari

50 Vol. 105 | Nov - Des 2018

Pribadi BudionoDirektur Utama BPR Lestari

LEADERSHIP

Jika kita melakukan sedikit

saja hal besar yang sangat

berharga, yang sangat

sulit untuk memulainya,

dalam waktu singkat

kita akan melakukannya

dengan mudah.”

BEDANYA BAGAIkAN BUmI DAN LANGIT

Tidak ada satu orang pun

di dunia yang tidak punya

keinginan, mimpi. mereka

semua memiliki, tidak hanya

satu tapi banyak hal yang diinginkan.

Ketika sekolah kita ingin jadi bintang

kelas. Ketika dagang atau bisnis, inginnya

laku dan untung. Ketika terjun di politik,

inginnya terpilih jadi anggota legislatif,

ingin jadi manajer, ingin jadi kepala bagian,

ingin jadi kepala cabang. Ini berlaku di

semua lini kehidupan, tanpa kecuali. Tapi,

yang menjadi atau berhasil, jumlahnya

tidak banyak. Hanya sedikit, tidak lebih

dari 2 persen. Sedangkan sebagian

besar orang bisa dikatakan hidup, karir,

bisnisnya, hanya biasa-biasa, tidak

menonjol.

Apa yang membuat mereka berhasil,

yang membedakan mereka dengan yang

lainnya? Adalah aktivitas, tindakannya.

Sebagian besar orang mengerjakan

semua hal sendiri. Dari hal yang remeh-

temeh, kecil-kecil sampai yang berat.

Pekerjaannya tidak didelegasikan sama

orang lain. mereka tidak percaya sama

orang, tidak mau kehilangan, tidak mau

berbagi. memaksa semua aktivitas

dilakukan sendiri. Yang terjadi adalah

bisnis tidak bergerak, hanya jalan di

tempat.

Beda dengan orang sukses. mereka

mempunyai kebiasaan mengerjakan hal-

hal yang tidak suka dikerjakan oleh orang

Ilustrasi : Freepik.com

Page 51: Money - BPR Lestari

51Vol. 105 | Nov - Des 2018

LEADERSHIP

“Hal yang sangat sulit

dilakukan, perlahan menjadi

semakin mudah ketika kita

berulang kali melakukannya.

Anda akan ketemu titik

dimana Anda telah

membangun kebiasaan.

Titik tersebut adalah ketika

Anda justru lebih mudah

melakukannya dibanding

tidak melakukannya.”

gagal. mereka pun juga belum tentu suka

mengerjakannya. Namun, ketidaksukaan

mereka dikalahkan oleh kekuatan tujuan

yang dimiliki. Kekuatan ini memaksa

mereka untuk melakukan tindakan.

mereka tahu, bahwa pekerjaan tidak bisa

dilakukan sendiri. Waktu yang dimiliki

sangat terbatas, hanya 24 jam sehari.

Apa yang mereka lakukan? Yang mereka

lakukan adalah meluangkan waktu untuk

hal-hal penting bagi mereka. untuk

sebagian kecil hal penting tempat mereka

mencurahkan keunggulan mereka. Bukan

untuk hal-hal remeh-temeh yang diurusi

sepanjang waktu oleh rekan-rekan mereka

yang bekerja keras. Orang yang bekerja

keras seringkali terlalu sibuk untuk melihat

hal-hal yang sangat penting. mereka

bisa memilih mana pekerjaan yang harus

dilakukan, mana yang harus ditinggal.

Tidak bisa semua dilakukan. mereka

melakukan sedikit hal, tapi memberikan

hasil yang paling besar.

untuk melakukan itu, Anda harus bisa

mendefinisikan dan memisah aktivitas

yang mendesak dan penting. mendesak

berarti memerlukan perhatian segera.

Sekarang. Hal-hal yang mendesak

bertindak terhadap kita. mengangkat

jemuran ketika turun hujan bersifat

mendesak. Telepon yang berdering

bersifat mendesak. Kebanyakan orang

tidak tahan membiarkan telepon berdering

begitu saja. Walaupun kita sedang

meeting yang membahas hal penting,

ketika telepon berdering. Anda seperti

terganggu dan berusaha menjawab

telepon. Padahal telepon salah sambung.

Sesuatu yang tidak penting mengganggu

hal yang penting. Ini sering terjadi.

masalah yang mendesak biasanya

tampak jelas. Ini seringkali mendesak

kita, menuntut tindakan segera. Biasanya

ada tepat di depan hidung kita. Sering

menarik, mudah, dan menyenangkan

untuk dikerjakan. Namun, begitu sering

masalah mendesak ini sebenarnya tidak

penting.

Sebaliknya, masalah yang penting ada

hubungannya dengan hasil. Olahraga

penting bagi kesehatan. membaca

penting bagi pengembangan diri.

membuat visi penting bagi kemajuan

perusahaan. Komunikasi penting untuk

menjaga hubungan. Tidak banyak orang

melakukan hal yang penting. Karena tidak

begitu terlihat. Hasilnya belum ada, masih

jauh di depan. Hanya orang yang bisa

melihat ke depan saja yang melakukan

hal penting. Jika sesuatu adalah penting,

maka sesuatu itu menunjang misi Anda,

tujuan Anda, sasaran prioritas tertinggi

Anda. Ketika kita bisa memisahkan hal

penting dengan tidak penting. Dan kita

hanya melakukan hal penting yang akan

berdampak langsung terhadap hasil.

Seperti menerapkan prinsip lebih banyak

dengan lebih sedikit. melakukan sedikit

tindakan. Tapi memberikan hasil yang

paling banyak. Kalau kita lakukan, kita

akan menjadi bagian yang 2%. Orang-

orang yang berhasil. melakukan ini tidak

mudah. Bukan berarti tidak bisa.

Hal yang sulit menjadi mudah. Salah

satu elemen untuk menerapkan prinsip

lebih banyak dengan lebih sedikit yang

akan membuat perubahan besar dalam

kehidupan kita adalah kebiasaan. Ya,

kebiasaan. Pada awalnya apapun yang

kita lakukan adalah hal yang sulit. Kalau

nggak pernah olahraga, diajak olahraga

adalah hal yang sulit. Kalau tidak pernah

membaca, diminta untuk membaca adalah

hal yang sangat sulit. Kalau tidak pernah

bangun pagi, diminta untuk bangun pagi

adalah hal yang sangat sulit. Hal yang

sangat sulit dilakukan, perlahan menjadi

semakin mudah ketika kita berulang

kali melakukannya. Anda akan ketemu

titik dimana Anda telah membangun

kebiasaan. Titik tersebut adalah ketika

Anda justru lebih mudah melakukannya

dibanding tidak melakukannya.

Lari sejauh 5 km adalah hal yang sangat

berat untuk pertama kalinya. Namun

jika kita melakukannya setiap hari. Lari

sejauh itu akan menjadi sangat ringan.

Sesungguhnya, tubuh dan pikiran menjadi

terbiasa dengan segala yang kita lakukan.

Hal itu telah menjadi kebiasaan. “Yang

sulit menjadi mudah dan yang mudah

seringkali menciptakan kesulitan.”

Jika kita melakukan sedikit saja hal besar

yang sangat berharga, yang sangat sulit

untuk memulainya, dalam waktu singkat

kita akan melakukannya dengan mudah.

Page 52: Money - BPR Lestari

52 Vol. 105 | Nov - Des 2018

INTERMEZZO

1. Salah dalam merekrut

Satu hal yang harus disadari, tidak

semua karyawan merupakan aset penting

perusahaan, namun hanya orang yang

tepat merupakan asset perusahaan, orang

yang didasarkan kepada karakter bukan

skill, itu sebabnya, jika Anda ragu untuk

melakukan penerimaan pada salah satu

calon karyawan, maka sebaiknya ditolak

dan tetaplah mencari yang tepat.

2. Salah memberikan

pembekalan

Kerap kali, ketika kita sudah merekrut

karyawan, tidak banyak arahan yang kita

berikan kepada mereka, beritahu apa yang

kita harapkan dari mereka. Disatu sisi agar

karyawan melakukan hal yang benar dan

perlu dilakukan. Berikan pelatihan dan

pengetahuan. Serta berikan waktu dan

kesempatan untuk menunjukkan performa

mereka.

3. Salah dalam memberikan

motivasi

motivasi sangat penting, terlebih untuk

memacu kembali kinerja mereka yang

menurun, namun salah memberikan

motivasi bisa berujung kinerja yang

kontraproduktif. Itu sebabnya kenali

tipe motivasi yang tepat dan bagaimana

pemberian motivasi yang sesuai dengan

kebutuhan karyawan.

Dulu, persoalan paling klasik

dalam sebuah bisnis adalah

modal, namun kini masalah

yang dirasa paling pelik dalam

sebuah entitas bisnis adalah pengelolaan

tenaga kerja atau karyawan. Bergesernya

orientasi kerja, kompetensi dan kesalahan

motivasi merupakan satu dari sedikit

faktor yang menjadikan seorang karyawan

tidak produktif, bahkan menjadi trouble

maker. Setidaknya, ada tujuh kesalahan

umum yang kerap dilakukan oleh HrD

dan berdampak pada buruknya kinerja

karyawan.

77HRDkESALAHAN

Ilustrasi : Freepik.com

Page 53: Money - BPR Lestari

53Vol. 105 | Nov - Des 2018

INTERMEZZO

4. Salah memberikan tugas

dan tanggung jawab

Banyak manager yang fokus pada

kelemahan karyawannya, hal tersebut

terkadang justru menciptakan jarak

dan persepsi yang melemahkan kinerja

karyawan. Itu sebabnya sangat penting

untuk memberikan kesempatan lebih

besar kepada orang yang memiliki potensi

lebih besar dan tidak fokus kepada

kekurangan mereka.

5. Salah dalam menentukan

tolak ukur kinerja

Berikan gambaran serta target yang jelas

kepada karyawan, sesuai dengan tugas

dan tanggung jawab mereka. Target

tersebut menjadi goal mereka, jika perlu

buatlah papan score dan permainan

menarik untuk menstimulasi motivasi

mereka.

6. Salah dalam memberikan

penghargaan (kompensasi)

Tujuan kompensasi untuk mendapatkan

orang yang tepat dan menyimpan mereka,

itu sebabnya sangat penting untuk

mengkorelasikan antara kompensasi

dengan kinerja. Berikan mereka

kompensasi 3x dibanding karyawan

sejenis dengan produktifitas 5x lebih besar

7. Salah dalam memberikan

perhatian

Kesalahan klasik lainnya adalah

memberikan perhatian lebih besar kepada

karyawan yang berpotensi, bukan kepada

karyawan yang bermasalah. Jangan terlalu

memaksa untuk merubah karyawan yang

tidak tepat. Buatlah kesepakatan untuk

mengakhiri kerjasama jika memang hal

tersebut diperlukan.

Fokus kepada kesempatan dan bukan

pada hambatan menjadi awal perbaikan

kinerja karyawan.

www.ccmalta.com

Page 54: Money - BPR Lestari

54 Vol. 105 | Nov - Des 2018

COACHING CLINIC

Ben AbadiFounder of Ben Abadi Rapid Profit

FRom ZERo To HERo

..dari ZERO menjadi HERO

kita dapat mengambil

banyak hal yang dapat kita

pelajari, seperti semangat

pantang menyerah

dan kerja keras, punya

kemauan untuk maju dan

berkembang, dan berani

untuk mengambil resiko

yang harus di hadapi

nantinya.” Setiap manusia ingin

meraih kesuksesan dalam

kehidupannya, namun tidak

semua dari mereka berhasil

mencapainya. Karena banyak yang

harus diperjuangkan oleh tekad untuk

mendapatkan keberhasilan tersebut.

Hidup itu adalah belajar dan berproses

dari tidak tahu apa-apa (kosong) menjadi

mengetahui, kemudian mengerti, lalu

memahami dan selalu berulang setiap

hari, berganti minggu, kemudian berganti

dengan bulan dan berganti dari tahun ke

tahun sampai akhirnya kita meninggalkan

dunia yang fana ini.

Indonesia memiliki banyak sumber daya

manusia yang unggul. Di dunia usaha,

sejak jaman kerajaan di Nusantara sudah

dikenal banyak pedagang kaya dari

minang, melayu, makassar, dan Jawa.

memulai usaha dari nol tidaklah gampang.

Beberapa orang bahkan keteteran

hingga akhirnya bangkrut saat berusaha

mewujudkan impiannya. usaha untuk

Ilustrasi : Freepik.com

Page 55: Money - BPR Lestari

55Vol. 105 | Nov - Des 2018

COACHING CLINIC

dapat menjadi orang sukses dilakukan

dari usaha kecil-menengah (uKm) dengan

optimisme dan semangat pantang

menyerah. Bagi kamu yang ingin memulai

sebuah bisnis, sebaiknya belajarlah dari

tokoh-tokoh pebisnis sukses yang berhasil

membuat bisnisnya sukses.

Keberhasilan mereka tidak datang dari

keberuntungan, bahkan keahlian atau

bakat tetapi satu keteguhan mereka

bekerja sangat keras dan mereka tidak

pernah menyerah!

Banyak Pengusaha yang dulunya ZErO

sekarang menjadi HErO. usaha yang

mereka lakukan hingga sukses seperti ini

tidaklah gampang dan mudah, banyak

kegagalan yang harus mereka hadapi

dalam mencapai semuanya. Contohnya

saja seperti Jack ma pemilik Alibaba,

Jack ma berasal dari keluarga musisi

dan pencerita di Hangzhou, Tiongkok.

Ia pernah hidup pahit di masa revolusi

Kebudayaan dan mengalami berbagai

kegagalan. Lelaki itu bangkit, membangun

situs Alibaba, dan kini menjadi orang

terkaya kedua di negerinya.

Singkat cerita setelah Jack ma melalui

perjalanan yang sangat panjang dan

sangat berliku, dia mencoba untuk

membuka perusahaan e-commerce

bernama Alibaba dengan hanya

bermodalkan 500.000 Yuan China. Tidak

banyak yang mengira bahwa Alibaba akan

sebesar saat ini dengan pendapatan saat

ini mencapai $25 miliar. Hebat bukan?

Tidak semata-mata Jack ma mendapatkan

semuanya gampang dia pernah ditolak

lebih dari 30 perusahaan, bahkan Jack

ma pun pernah ditolak di kepolisian dan

KFC. Tetapi berkat semua pengalaman

yang dia alami dia menjadikan itu semua

sebagai pengalaman dan pembelajaran

di dalam kehidupannya untuk terus

maju. Jika Jack ma sukses dengan

Alibaba beda hal dengan Ferry unardi

pendiri dari Traveloka. Lahir pada 16

Januari 1988 di kota Padang. Setelah

menyelesaikan pendidikan di Sekolah

menengah, Ferry memutuskan untuk

melanjutkan pendidikan tinggi di Purdue

university jurusan Computer Science and

Engineering.

Setelah menyelesaikan pendidikan

S1, beliau memutuskan untuk bekerja

di microsoft, Seattle. Dengan tingkat

persaingan yang tinggi, Ferry menilai

bahwa kariernya di microsoft akan sulit

naik. Beliau kemudian memutuskan

untuk berhenti bekerja dan melanjutkan

studinya.

Sambil menjalani studi di Harvard

university, Ferry unardi tertarik untuk

mengembangkan perusahaan rintisan

(startup). Beliau memilih bidang mesin

pencari tiket pesawat. Karena ide inilah,

lahir Traveloka, startup di bidang reservasi

tiket yang tergolong baru dan langsung

menarik perhatian para investor. Sejauh

ini, Traveloka sudah mendapatkan

pendanaan dari beberapa perusahaan

modal ventura (venture capital).

Banyak hal yang harus dipelajari

oleh Ferry saat mengawali Traveloka.

Tantangan terberat adalah bagaimana cara

mengelola tim yang awalnya berjumlah 8

orang menjadi belasan, puluhan bahkan

ratusan orang. Banyak hal yang harus

dilakukan sebagai perusahaan baru,

termasuk membentuk budaya perusahaan

dan membangun manajemen yang solid.

Sama seperti halnya dengan pendiri dari

Tokopedia, William Tanuwijaya, dilahirkan

pada tanggal 11 November 1981. Setelah

tamat SmA, Beliau merantau ke ibukota

untuk melanjutkan pendidikan. William

Tanuwijaya mengenyam pendidikan di

universitas Bina Nusantara (Binus), di

jurusan Teknik Informatika.

Selama kuliah, tepatnya saat semester

II, William juga bekerja sebagai penjaga

warnet. William mengatakan pekerjaan

sebagai penjaga warnet banyak

memberikan keuntungan, selain tambahan

uang saku juga akses internet gratis. Dari

sinilah William Tanuwijaya mengenal lebih

dalam mengenai internet. Setelah lulus

kuliah, William sempat bekerja di beberapa

perusahaan software developer dan game

“Banyak Pengusaha yang

dulunya ZERO sekarang

menjadi HERO. Usaha yang

mereka lakukan hingga

sukses seperti ini tidaklah gampang dan mudah,

banyak kegagalan yang

harus mereka hadapi dalam

mencapai semuanya.”

Page 56: Money - BPR Lestari

56 Vol. 105 | Nov - Des 2018

COACHING CLINIC

developer, bahkan di perusahaan jual beli

online KafeGaul.

Awalnya William mengajak salah satu

rekannya bernama Leontinus Alpha

Edison, merintis Tokopedia.com

pada tanggal 6 Februari 2009. Waktu

pengembangan Tokopedia, membutuhkan

waktu kurang lebih 6 bulan. Tepat pada

ulang tahun Indonesia yang ke 64 (17

Agustus 2009), William Tanuwijaya dan

Leontinus Alpha Edison merilis Tokopedia.

Dalam membangun Tokopedia pun

William sempat mengalami kesusahan

dalam mencari modal. Dari banyaknya

penolakan karena melihat latar belakang

yang dirasa belum pas sejumlah orang

pun meragukan kesuksesan William, tapi

penolakan tersebut tidak membuatnya

berhenti, William terus mencari alternatif

dan coba menyakinkan sejumlah orang

agar mau memberinya bantuan.

Tokopedia boleh dibilang memiliki

perkembangan jumlah penjual dan

pembeli yang cukup bagus. Pada tahun

pertamanya, Tokopedia mendapatkan

suntikan investasi. Prestasi di tahun

pertamanya, Tokopedia mendapatkan

penghargaan dari Bubu Awards sebagai

startup e-commerce terbaik di Indonesia.

model bisnis yang ditawarkan Tokopedia

adalah menghubungkan antara penjual

dan pembeli dengan aman, nyaman dan

praktis. Tokopedia memberikan rasa aman

kepada pembeli dan penjual, sehingga

bisnis ini dapat meminimalkan angka

kriminalitas di bisnis online.

Berkat kegigihan dan dengan modal

seadanya, Tokopedia berjalan dengan

usaha yang maksimal. Tak lama investor

mulai berdatangan, salah satunya East

Ventures. Sejak tahun 2010, Tokopedia

selalu mendapat investasi dari asing,

seperti East Ventures (pada 2010),

CyberAgent Ventures (2011), Beenos

(2012), dan SoftBank (2013).

Dari kisah-kisah para pengusaha

inilah, mereka mengawali karirnya dari

zero menjadi hero dimana kita dapat

mengambil banyak hal yang bisa

dipelajari, seperti semangat pantang

menyerah dan kerja keras, punya

kemauan untuk maju dan berkembang,

dan berani untuk mengambil resiko yang

harus di hadapi nantinya.

Berikut adalah 7 Kunci From Zero To Hero

Versi Coach Ben Abadi:

1. BerPikir Positive wAlAu di tengAh

situAsi kesulitAn.

2. PerCAYA BAhwA hAri dePAn AkAn

leBih BAik.

3. BelAjAr high-inCoMe skill AgAr BisA

leBih ProduktiF.

4. MeMiliki koMunitAs YAng

MeMBAngun dAn Mendukung.

5. kerjA leBih kreAtiF dAn sukA

MeMBAntu.

6. BergAul dengAn orAng YAng leBih

sukses dAn kAYA.

7. Miliki Mentor untuk MeMBiMBing

ke next level.

Ilustrasi : Freepik.com

Page 57: Money - BPR Lestari

57Vol. 105 | Nov - Des 2018

Page 58: Money - BPR Lestari

58 Vol. 105 | Nov - Des 2018

Foto dan Teks : Kinan

Khamer adalah penguasa Indochina dimasa lalu, pusat kotanya di Angkor Wat,

tepatnya Siem Reap, Kamboja. Namun abad ke 14, karena perang dan konflik

berkepanjangan, berpindah ke Phnom Penh hingga sekarang. Di sinilah proses

dunia baru dibentuk, dengan kekerasan, darah dan nyawa. Tidak tanggung-

tanggung, berbagai sumber merilis angka yang menyayat hati, bahwa seperempat

dari populasi rakyat Kamboja, tewas dalam proses penciptaan era baru ini.

Sungai Mekong & Sejarah Silam Era KelamPhnom Penh

TRAVELER NOTES

Page 59: Money - BPR Lestari

59Vol. 105 | Nov - Des 2018

Negara yang juga dilewati

oleh Sungai mekong ini,

kini tengah berbenah,

sejumlah pembangunan

mulai dilakukan, ibukota Kamboja ini pun

kini mulai terlihat geliat metropop-nya,

sekalipun mungkin tak segemerlap kota-

kota lainnya di negara-negara ASEAN

yang lebih maju.

Hamparan Sungai mekong dipercantik.

Salah satu sungai terpanjang di dunia ini,

yang melintasi banyak negara dari China

hingga Thailand, menjadi pusat keramaian

dan pesta rakyat di malam hari. Tak jauh

dari sana, ada pasar malam dengan

panggung kecil yang menampilkan biduan

lokal unjuk suara. Juga Grand Palace,

istana raja yang terhampar luas sebagai

simbol birokrasi. Tidak sedikit pula tampak

sejumlah ekspatriat hilir mudik di kawasan

ini.

Namun tentu bagi para turis, yang paling

menyita perhatian dari kota ini, adalah

peninggalan kisah kelamnya di masa

silam, yakni peristiwa genosida ketika

negara ini dipimpin oleh Khamer merah,

kelas pemberontak yang dalam 4 tahun

masa kekuasaannya, 1-3 juta orang

meninggal karena berbagai hal, termasuk

kelaparan, kekerasan dan penyiksaan.

Simbolnya yang dipertahankan sebagai

museum adalah Tuol Seng, sebuah

TRAVELER NOTES

sekolah yang oleh pimpinan Khamer

merah, Polpot, dialihfungsikan sebagai

penjara dan tempat penyiksaan. Dalam

museum ini, cerita dipaparkan dengan

menyayat hati, dari foto-foto korban

yang tampak miris dan menakutkan,

hingga proses penyiksaan yang tak

berperikemanusiaan.

museum ini, menjadi pengingat bukan

hanya untuk Kamboja, tapi juga dunia,

bahwa penciptaan dunia baru dengan

kekerasaan, punya konsekuensi pada

sebuah tirani. Dan tidak ada kekuasaan

apapun yang dibenarkan untuk

menjadikan ini sebagai sebuah jalan

keluar.

Page 60: Money - BPR Lestari

60 Vol. 105 | Nov - Des 2018

TRAVELER NOTES

Page 61: Money - BPR Lestari

61Vol. 105 | Nov - Des 2018

TRAVELER NOTES

Page 62: Money - BPR Lestari

62 Vol. 105 | Nov - Des 2018

HEALTH

Rokok mURAH:

Di antara negara-negara Asia,

rokok di Indonesia memiliki

harga yang rata-rata yang

sangat murah, dibandingkan

Singapura, malaysia, Thailand dan bahkan

India. Pada 2015, Oxford Business Group

mengungkapkan bahwa di Indonesia,

rokok dapat dijual secara eceran dengan

harga rata-rata uS$ 0,10 (atau sekitar

rp1.000) per batang. 1 Satu bungkus

rokok di Indonesia dapat dijual seharga

rp 5.900,00 (0,45 uS$), termasuk yang

termurah di dunia. 2 rata-rata harga satu

bungkus rokok di Indonesia sekitar uS$

1,65 jauh lebih rendah dari harga rata-rata

harga di dunia (yang adalah uS$ 3,38),

maupun di Asia Pasifik (yang adalah

uS$ 4.67). Harga rokok di Indonesia

menduduki ranking rokok termurah

peringkat 10 dari 36 negara Asia Pasifik.

“Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena

rokok di Indonesia demikian terjangkau,

dapat diakses bukan hanya oleh keluarga

miskin – tetapi juga oleh anak-anak. Inilah

yang mendorong kami untuk membangun

wacana penetapan cukai dan harga rokok

yang lebih tinggi demi pengendalian

konsumsi yang lebih baik, utamanya

di antara kedua kelompok konsumen

tadi,” jelas Direktur Program Center for

Indonesia’s Strategic Initiative (CISDI),

Anindita Sitepu.

Sejak Agustus 2018 lalu, CISDI

secara rutin menggelar diskusi ruang.

Temu (baca: ruang Titik Temu), untuk

berbagi pemahaman dan mendorong

pembentukan opini tentang tarif cukai dan

harga rokok di Indonesia. Diskusi ke-2

yang diselenggarakan pada 6 September

2018 lalu menghadirkan tiga narasumber

yaitu Nurul Luntungan (CISDI), Yasha

Chatab (pakar branding dan komunikasi

pemasaran) dan Laila munaf (pegiat gaya

hidup sehat dan pendiri Sana Studio),

dipandu moderator Sari Soegondo

(Founder dan Direktur Eksekutif ID

COmm).

Anindita menegaskan bahwa semua pihak

perlu mendengar pendapat masyarakat

awam tentang kegiatan transaksi dan

budaya konsumsi rokok sehari-hari di

lingkungan terdekat mereka. “melalui

kesempatan ini kita belajar bagaimana

kelompok masyarakat yang telah memiliki

kesadaran untuk mempraktikkan gaya

hidup sehat dapat melindungi dirinya dari

pengaruh informasi promosi rokok. Harga

penjualan rokok menentukan bagaimana

kegiatan pemasaran produk tersebut

dilakukan, dan sebaliknya perlu cara

pemasaran yang lebih terkendali bagi

produk yang membahayakan kesehatan

publik seperti rokok. Oleh sebab itu

kali ini kami juga melibatkan para

social influencers di bidang komunikasi

pemasaran,” imbuhnya.

Diskusi dibuka dengan mengungkapkan

fakta bahwa harga jual saat ini masih

belum memberi dampak optimal bagi

SI(APA) YANg BERPENgARUh DAN

TERPENgARUh?

Page 63: Money - BPR Lestari

63Vol. 105 | Nov - Des 2018

HEALTH

penurunan angka perokok. “Saat ini di

Indonesia, perokok aktif berjumlah 30%

dari total populasi dan 60% didominasi

oleh laki-laki. Fakta lain yang cukup

mengerikan adalah jumlah perokok anak

di bawah 18 tahun terus meningkat, yaitu

dari 7,2 % di tahun 2009 menjadi 8,8 % di

tahun 2016. Angka ini semakin jauh dari

target rencana Pembangungan Jangka

menengah Nasional (rPJmN) 2019 yang

berada di 5,5%. Fakta ini menggambarkan

bahwa belum ada dampak signifikan dari

kenaikan harga rokok setiap tahunnya,”

ungkap Nurul Luntungan.

Nurul juga menekankan pada dampak

signifikan akibat tingginya prevalensi

merokok di Indonesia, yaitu kerugian

negara yang mencapai rp 500 triliun, yang

dihitung dari jumlah uang yang ‘dibakar’

untuk merokok, opportunity loss karena

sakit akibat merokok, biaya pengobatan

penyakit yang diakibatkan oleh rokok,

dan waktu produktif yang ‘hilang’ akibat

merokok.

menyentuh topik layanan kesehatan

melalui BPJS, Nurul mengatakan, “Beban

negara yang besar dapat dilihat dari

kenyataan bahwa 25% klaim BPJS adalah

untuk penyakit akibat rokok di antaranya

jantung dan kanker paru. misalnya, dari

10 orang pasien kanker paru, 9 orang

di antaranya umum disebabkan oleh

kebiasaan merokok.” CISDI merujuk pada

data bahwa BPJS Kesehatan saat ini

mengalami defisit; dimana pemasukannya

hanya sekitar rp 150 triliun, namun

pengeluarannya mencapai rp 600 triliun

untuk biaya pengobatan penyakit-penyakit

yang disebabkan oleh rokok.

Terkait dengan tingginya beban

BPJS tersebut, diskusi ini kemudian

mempersoalkan besaran dan alokasi

pemanfaatan hasil cukai rokok. Wacana

yang semakin besar terbangun adalah

bahwa sebagai salah satu produk yang

dapat menimbulkan adiksi, maka sudah

sepatutnya hasil cukai rokok dimanfaatkan

untuk biaya pengobatan atas penyakit

akibat rokok.

“Analogi yang sama juga berlaku bagi

produk-produk yang mengandung alkohol,

dimana tarif cukai yang dikenakan begitu

tinggi karena didasari kesadaran akan

bahaya konsumsinya. Nah, masyarakat

pada umumnya belum paham bahwa

cukai bukanlah pendapatan negara

untuk kepentingan pembangunan umum.

Sebaliknya cukai seharusnya dialokasikan

untuk mengontrol dampak yang mungkin

ditimbulkan oleh produk tersebut,” tutur

Sari Soegondo saat memandu jalannya

diskusi.

Egi Abdulwahid, salah satu peserta

diskusi, menukas, “Kategori (tier) cukai

di Indonesia terlalu banyak, karena

mengikuti varian produk yang terlalu

banyak. Ini menyulitkan kontrol otorita

cukai dan memudahkan produsen untuk

berimprovisasi secara penetapan harga.”

Yasha Chatab, Director of Overseas

Development WIr Group yang juga adalah

pendiri Indorunner, mengatakan, “Industri

rokok sebenarnya menjelang sunset,

“Perlu ada kesepakatan

sosial dan gerakan publik

untuk menurunkan angka

perokok – terutama anak-

anak – di Indonesia. Kita bisa

memulainya dari diri sendiri,

misalnya menegur anak-anak

yang kedapatan merokok,

para influencer gaya hidup sehat ‘memagari’ diri dari

tawaran sponsor brand rokok,

mendorong naiknya harga rokok,

atau pun hal-hal yang lain yang

dapat membatasi ruang gerak

promosi rokok.”

Ilustrasi : Freepik.com

Page 64: Money - BPR Lestari

64 Vol. 105 | Nov - Des 2018

HEALTH

namun secara inovatif terus berupaya

‘menunda’ sunset tersebut. Oleh sebab

itu industri ini melahirkan begitu banyak

variasi produk dan harga jual untuk

menggairahkan konsumen, membubuhkan

emotional value di tiap-tiap varian,

menyuburkan marketing game bahkan di

antara brand kompetitor itu sendiri, dan

seterusnya.”

Secara menarik Yasha juga mengatakan

bahwa perlu perumusan kebijakan

dan penegakkan peraturan yang lebih

baik untuk membatasi promosi rokok

– utamanya untuk melindungi anak-

anak dari terpaan pesan-pesan rokok.

“Sepanjang law enforcement belum

diimplementasikan secara sungguh-

sungguh, maka tim komunikasi

pemasaran rokok akan terus mencari cara

sekreatif mungkin untuk memanfaatkan

celah yang belum diregulasi.”

Sebagai ibu rumah tangga, Laila munaf,

yang juga adalah pegiat gaya hidup sehat

mengungkapkan kekhawatirannya, “Perlu

ada kesepakatan sosial dan gerakan

publik untuk menurunkan angka perokok

– terutama anak-anak – di Indonesia. Kita

bisa memulainya dari diri sendiri, misalnya

menegur anak-anak yang kedapatan

merokok, para influencer gaya hidup sehat

‘memagari’ diri dari tawaran sponsor

brand rokok, mendorong naiknya harga

rokok, atau pun hal-hal yang lain yang

dapat membatasi ruang gerak promosi

rokok.”

Penggagas Nusantarun Christopher

Tobing yang juga hadir dalam sesi ini

mengatakan, “Kita bisa mereplikasi

apa yang dilakukan oleh para pejuang

pelestarian lingkungan. Pengendalian diri

terhadap konsumsi atau pemanfaatan

materi-materi yang mengandung plastik

kini semakin populer dan konsumen

bangga diasosiasikan dengan upaya

baik ini. mungkin perlu ada atribut sosial

tertentu yang diciptakan bagi mereka yang

tidak merokok.”

Counter message bagi konsumen anak-

anak, menurut Adeline salah satu peserta

diskusi, “Fear Communication yang

membangkitkan rasa takut untuk merokok

dengan menunjukkan visual penyakit

yang dapat ditimbulkannya, menurut studi

yang baru-baru ini saya lakukan, terbukti

masih ampuh.” Hal ini dipahami bahwa

anak-anak belum memiliki otonomi untuk

mengelola informasi yang abstrak dan

membuat keputusan.

“Di kelompok yang lebih dewasa, studi

yang sama memperlihatkan perokok

akan enggan membeli jika harga jual

rokok menembus rp 50.000. Ini menjadi

benchmark harga jual yang bisa kita

perjuangkan,” tambahnya.

Diskusi ini mengerucut pada kesepakatan

para social change-makers yang

berpartisipasi dalam diskusi ini terhadap

upaya penurunan prevalensi merokok di

Indonesia.

Pertama, diskursus tentang rokok perlu

mengikutsertakan sudut pandang lain

selain kesehatan, yaitu sudut pandang

ekonomi yang dapat memberikan

intervensi terhadap besaran tarif cukai

rokok dan harga jualnya.

Kedua, selain melakukan kampanye

edukasi secara berkelanjutan, maka para

social change-makers diharapkan dapat

ikut menjadi kelompok yang mampu

mengontrol kebijakan terkait rokok

sehingga dapat memberikan masukan

bagi bergulirnya proses pembuatan

kebijakan terkait.

Ketiga, sudah saatnya harga rokok di

Indonesia dinaikkan setinggi-tingginya

agar mampu menurunkan angka perokok

di Indonesia, utamanya di antara

kelompok rentan; anak dan remaja, serta

keluarga miskin.

Ilustrasi : Freepik.com

Page 65: Money - BPR Lestari

65Vol. 105 | Nov - Des 2018

Creator.Inc

STARTUP

7270

APPS COMMUNITY

78

Oktober-November’18

Vol#33

I-STUDIO

KOMUNITAS PENGUSAHA WANITA MUDA PENCARI SEHAT

Oktober-November’18

KOMUNITAS PENGUSAHA WANITA MUDA PENCARI SEHAT

KOMUNITAS PENGUSAHA WANITA MUDA PENCARI SEHAT

Page 66: Money - BPR Lestari

66 Vol. 105 | Nov - Des 2018

COMMUNITY

MENCARI SEHAT DI

Ruangan berukuran 7x8 meter

sore itu ramai oleh musik yang

keluar dari pengeras suara.

Belasan perempuan tampak

mengikuti panduan instruktur dengan

semangat. mereka melakukan gerakan

olahraga, diselingi tawa dan canda

beberapa orang.

Namanya I-Studio, sebuah komunitas

olahraga yang anggotanya adalah

perempuan muda pengusaha di Denpasar.

Komunitas yang berusia seumur jagung

ini dikoordinir oleh Indriana Juanita Julian,

pengusaha muda asal Jakarta yang sejak

tiga tahun lalu menetap di Bali.

Ia menuturkan, I-Studio dibentuk sejak

mei 2018, berawal dari pertemuan dan

perkenalan beberapa anggota saat rutin

berolahraga di sebuah gym di Denpasar

yang mana gym tersebut tutup karena

sesuatu hal dan akhirnya anggota yang

telah saling mengenal dan akrab tersebut

meminta instruktur di gym itu untuk

mengajar di tempat yang baru, yakni di

rumah Indriana yang kebetulan memiliki

ruangan luas yang cocok untuk dipakai

nge-gym.

“Kami nge-gym di sini sejak lima bulan

lalu. Sebelumnya kami nge-gym di

sebuah gym dan karena tempat gym itu

KOMUNITAS I-STUDIO

Page 67: Money - BPR Lestari

67Vol. 105 | Nov - Des 2018

““Hal yang membedakan latihan di I-Studio dengan di gym lain adalah latihan di sini kami mengidolakan instruktur kami, Dewi

Hindra karena dia nggak monoton, kelas bervariatif seperti body step dan fun fit dan di setiap pertemuan jenis latihan yang

diberikan selalu berbeda, dan itu tak bikin bosan,”

tutup akhirnya kami minta instrukturnya

untuk mengajar di tempat saya. Anggota

I-Studio 14 orang, dibatasi jadi bukan

untuk publik atau masyarakat umum, yang

sekali datang membayar. Kami bukan

seperti itu, kami lebih private,” ujarnya.

Latar belakang para anggota I-Studio

adalah pengusaha muda dalam berbagai

jenis bisnis, seperti kuliner, fashion bahkan

percetakan. mereka memiliki passion yang

sama yakni di bidang olahraga, termasuk

di dalamnya menularkan gaya hidup

sehat.

Indriana menjelaskan, passion itulah yang

menyatukan mereka. Selain ingin sehat

dan memiliki berat badan proporsional,

para anggota I-Studio merasa senang

bisa berkumpul bersama. Alasannya, jika

ditanya suami hendak kemana, mereka

bisa menjawab pasti bahwa akan nge-

gym, daripada hanya sekadar makan

di café atau restoran mereka merasa

kegiatan olahraga lebih baik daripada

sekedar ngobrol dan makan. mereka tiga

kali bertemu dalam seminggu.

“Para anggota sebagian kenal pada waktu

arisan, sebagian kenal pada waktu di

gym sebelumnya. Di sini dikenakan biaya,

untuk membayar instruktur dan untuk

biaya kebersihan, sedangkan tempat tak

bayar karena berada di rumah saya,” jelas

Indri.

Komunitas ini lambat laun dikenal banyak

orang karena mereka sering mem-posting

kegiatan mereka di media sosial. Banyak

sekali yang mau ikut terutama netizen

atau warga net yang mengetahui aktivitas

mereka dari media sosial.

Saat ditanya mengapa memilih komunitas

olahraga, Indri mengungkapkan bahwa

sejak kecil ia bercita-cita menjadi atlet

bulutangkis, namun belum kesampaian.

untuk itu, kini ia ingin menularkan gaya

hidup sehat yang mana hal tersebut bisa

dilakukan dengan cara mudah yakni

dengan nge-gym.

“Kenapa nge-gym penting? untuk healthy

life tentunya. Jujur baru dua minggu saya

menjalani healthy life. Itu memang super.

Saya nge-gym sejak Januari 2018, tapi

makannya masih berantakan. Nah, kalau

makan-makan berantakan namun tetap

nge-gym berat badan memang turun tapi

ya segitu-segitu saja,” katanya.

menurut Indri, ia nge-gym bukan untuk

body goals atau mencapai berat ideal. Ia

mengaku, baru dua minggu ini menjaga

pola makan dan tidur, nggak merokok,

nggak minum alkohol.

“Itu merubah lifestyle banget, sebelumnya

aku merasa tidak sesehat ini, sekarang

COMMUNITY

Page 68: Money - BPR Lestari

68 Vol. 105 | Nov - Des 2018

COMMUNITY

lebih sehat dan kuat. Diet bagiku bersifat

sementara, dan itu menurutku mesti

dibarengi dengan olahraga. At least I try

my best,” pungkasnya.

Berkaitan dengan I-Studio, ia menjelaskan

jadwal nge-gym tiga kali dalam seminggu

yakni Senin sore, Kamis sore dan Sabtu

pagi. Dari 14 orang anggota aktif, lebih

dari 10 orang punya kegiatan olahraga,

seperti muathai dan boxing. meski begitu,

kesibukan di luar tersebut tak membuat

para anggota meninggalkan jadwal wajib

nge-gym di I-Studio.

“Hal yang membedakan latihan di I-Studio

dengan di gym lain adalah latihan di sini

kami mengidolakan instruktur kami, Dewi

Hindra karena dia nggak monoton, kelas

bervariatif seperti body step dan fun fit

dan di setiap pertemuan jenis latihan yang

diberikan selalu berbeda, dan itu tak bikin

bosan,” pungkasnya.

Indri mengatakan, instruktur mereka

sangat kreatif. Dalam latihan ia bisa

memakai bola, tongkat atau drum stick

dan apa saja bisa dipakai olahraga.

Peraturan pun ketat, saat latihan tidak

boleh memegang handphone.

“Handphone hanya digunakan untuk

merekam kegiatan saat latihan, yang

kemudian kami unggah di media sosial

seperti Instastory di Instagram. Kami

tak bermaksud nampang di media

sosial, namun untuk mengkampanyekan

pentingnya berolahraga dan hidup sehat,”

jelasnya.

Indri mengaku, ia tak pernah

membayangkan punya komunitas

Page 69: Money - BPR Lestari

69Vol. 105 | Nov - Des 2018

COMMUNITY

olahraga seperti I-Studio. Ia sejak

dulu memang suka memotivasi dan

mengumpulkan orang lain untuk sama-

sama menularkan gaya hidup sehat.

Seminggu tiga kali bertemu, ia dan kawan-

kawannya sudah seperti keluarga, dan,

menurutnya, satu kata yang mewakili

semua itu adalah fun.

“Kami juga sebenarnya ada tawaran

di-endorse local sport brand. mereka

mau kami memakai produk mereka dan

divideokan, namun kami merasa kami

belum body goal. Tawaran itu any time

bisa kami ambil, saat bentuk tubuh kami

six pack, hehehe..,” kata Indri sambil

tertawa lepas.

Soal publikasi, biasanya para anggota

I-Studio menggunggah foto atau video di

Instagram mereka masing-masing. Sang

Instruktur juga share kegiatan mereka. Ke

depan ada kepikiran untuk membuat sport

brand sendiri, yang diharapkan semoga

bisa menginspirasi masyarakat untuk lebih

giat berolahraga

“Dari postingan di Instastory, kami

beberapa waktu lalu diikutkan event

“Strong by Zumba”, oleh umar Syarief

dan kami diundang ikut di barisan depan.

Netizen juga banyak yang bertanya

tentang I-Studio dan mereka ingin

bergabung. Tapi karena kami batasi

anggota sebanyak 14 orang maka dengan

berat hati kami menolak permintaan

mereka,” terang Indri.

Page 70: Money - BPR Lestari

70 Vol. 105 | Nov - Des 2018

APPS

APLIKASI YOUTUBE

KIDS RESMI HADIR

DI INDONESIA

Aplikasi YouTube Kids, aplikasi

yang berisi kumpulan konten

video dari seluruh dunia yang

ramah anak dan keluarga,

resmi diluncurkan di Indonesia, Kamis,

6/9/2018.

Sejak pertama kali diperkenalkan

pada tahun 2015, YouTube Kids telah

diluncurkan di lebih dari 37 negara,

ditonton lebih dari 70 miliar kali,

memiliki lebih dari 11 juta penonton aktif

mingguan, dan telah diunduh puluhan

juta oleh keluarga. Saat ini YouTube Kids

Ilustrasi : dailyonline.it

Page 71: Money - BPR Lestari

71Vol. 105 | Nov - Des 2018

APPS

menempati peringkat lima terbaik dalam

kategori aplikasi anak.

Don Anderson, Head of Kids and Learning

Partnerships, YouTube Asia Pacific,

mengatakan, prioritas utamanya adalah

memberikan pengalaman terbaik bagi

keluarga dan anak-anak untuk mengakses

konten ramah keluarga. “Kami berharap

YouTube Kids bisa menjadi tools untuk

membantu mengelola pengalaman

keluarga. Khususnya bagi para orang

tua dalam mengontrol pengalaman apa

saja yang sesuai untuk anak-anak dalam

mengeksplorasi keingintahuan mereka

yang tak ada habisnya. Ini adalah sebuah

pengalaman dan aplikasi, yang kami

banggakan dan yang kami percaya dapat

memberi anak-anak kesempatan untuk

mengeksplorasi keingintahuan mereka

yang tak ada habisnya, belajar tentang

topik baru, dan terhibur,” ungkap Don.

untuk menarik pengguna, tim

membedakan desain dan fitur aplikasi

YouTube Kids dengan aplikasi YouTube.

YouTube Kids didesain ramah keluarga,

sehingga aplikasi ini memudahkan

pengguna menemukan Naura TV

misalnya, atau video terbaru dari Kids

TV Indonesia. Aplikasi YouTube Kids

juga memiliki lebih banyak warna dan

Kami berharap YouTube Kids bisa

menjadi tools untuk membantu

mengelola pengalaman keluarga.

Khususnya bagi para orang tua dalam

mengontrol pengalaman apa saja

yang sesuai untuk anak-anak dalam

mengeksplorasi keingintahuan mereka

yang tak ada habisnya. Ini adalah

sebuah pengalaman dan aplikasi, yang

kami banggakan dan yang kami percaya

dapat memberi anak-anak kesempatan

untuk mengeksplorasi keingintahuan

mereka yang tak ada habisnya, belajar

tentang topik baru, dan terhibur.”

“karakter yang menjadi contoh keajaiban

YouTube. mulai dari botol air, sandal pria

hingga karakter roti bakar, untuk menarik

ketertarikan anak-anak sebagai pengguna

aplikasi.

untuk melengkapi konten, tim YouTube

Kids menjalin kerja sama dengan mitra

yang menawarkan koleksi saluran

terpercaya tentang berbagai subjek

dari seni, kerajinan dan musik hingga

olahraga, pembelajaran, dan lainnya. Ini

memudahkan orang tua untuk memilih

koleksi saluran dan topik apa saja yang

menurut mereka layak untuk diakses

anak-anak.

Ilustrasi : www.cnet.com

“Peluncuran YouTube Kids adalah

bukti pertumbuhan luar biasa dari

konten keluarga dan pembelajaran di

Indonesia. Tim kami berkomitmen untuk

mengembangkan ekosistem ini lebih jauh

lagi, dan untuk membawa konten lokal

dan global yang lebih berguna untuk

keluarga Indonesia. Dengan hadirnya

YouTube Kids, kami berharap orangtua

dapat memutuskan pengalaman yang

tepat untuk keluarga mereka sejak dini,”

pungkas Don Anderson.

Ilustrasi : www.macrumors.com

Page 72: Money - BPR Lestari

72 Vol. 105 | Nov - Des 2018

Fashion Division (FD), startup

fashion Indonesia, membawa

lima perancang busana pemula

dan berusia di bawah 23 tahun,

memamerkan busana rancangannya di

Paris Fashion Week dan mengadakan

independent fashion show dalam

rangkaian acara dari Paris Fashion

Week 2018, akhir September - Oktober

mendatang.

Dalam Paris Fashion Show 2018 ini,

kelima perancang busana muda dari

Indonesia akan mendapat kesempatan

memperlihatkan delapan rancangan

busananya, di Hotel Le marois Salons

France-Ameriques, Paris. Ini adalah venue

yang juga digunakan oleh John Galliano

saat mengadakan showcase koleksinya

tahun lalu. Acara ini akan dihadiri oleh

calon pembeli potential kelas dunia, di

antaranya pemilik The Goods departemen

store, pemilik butik di Eropa, serta

sekitar 50 media dan fashion blogger dari

Perancis, rusia, Jerman dan Amerika

Serikat.

STARTUP INDONESIA BAWA

DESAINER MUDA KE PARIS

FASHION WEEK 2018

“Event ini kami dedikasikan untuk

mempromosikan fashion Indonesia”, ujar

Wulan S. Haryono, Founder & Program

Director Fashion Division Indonesia.

Kelima perancang busana yang akan

berangkat diseleksi lewat beberapa kriteria

yaitu keunikan desain, ciri khas brand

dan kualitas bahan. Kelima perancang

busana yang dibawa oleh startup Fashion

Division menuju runway di Paris Fashion

week adalah Amelia Novarienne Barus

(23 tahun, brand: Dakada), Aurelia Joyann

Trudy (18 tahun, brand: Trudy), Daniella

Page 73: Money - BPR Lestari

73Vol. 105 | Nov - Des 2018

STAT UP

“Paris Fashion Week itu fashion show terbesar Dunia dan sudah

prestige. Akan memudahkan brand

saya untuk berkembang karena sudah melalui show tersulit dulu.

Selain itu, nanti kami punya akses after show party dimana kami akan dikenalkan dengan orang penting

industri fashion seperti pemilik butik dan departement store,

seperti Galeries Lafayette Paris,” ungkap Amelia

tidak akan meninggalkan sisa bahan.

“Paris Fashion Week itu fashion show

terbesar Dunia dan sudah prestige.

Akan memudahkan brand saya untuk

berkembang karena sudah melalui show

tersulit dulu. Selain itu nanti kami punya

akses after show party dimana kami

akan dikenalkan dengan orang penting

industri fashion seperti pemilik butik

dan departement store, seperti Galeries

Lafayette Paris,” ungkap Amelia.

Selain membuka akses bagi para

perancang busana Indonesia di runway

Paris Fashion Week 2018, Fashion Division

Indonesia juga akan mempertemukan

kelima perancang busana muda ini, ke

para pemilik departemen store dan butik

ternama di Benua Eropa, dalam sesi

business networking.

Grace (23 tahun, brand: Danielle), Edrick

Young (21 tahun, brand: EDr by Edrick

Young), dan Grasheli Andhini (23 tahun,

brand: Grasheli Andhini).

Desainer termuda Aurelia Joyann

Trudy berencana menampilkan desain

yang terinspirasi dari karakter wanita

Perancis yaitu Femme Fatale. “Saya

menerjemahkan karakter Femme Fatale

ini ke dalam busana yang berwarna

merah, hitam dan berbahan kulit yang

menampilkan kesan berani dan misterius,”

ungkap Aurelia.

Sedangkan Amelia Novarienne Barus

diajang ini akan meluncurkan brand

Dakada dengan tema Zero Waste,

selama proses produksi hasil desainnya Ilustrasi : www.viva.co.id

Ilustrasi : www.viva.co.id

Page 74: Money - BPR Lestari

74 Vol. 105 | Nov - Des 2018

MARKETING

SEGmENTASI PELANGGAN, kUNcI kEBERHASILAN RAIH DAN PERTAHANkAN PELANGGAN

Menurut artikel yang

dilansir dari www.

business2community.com,

65%-75% produk baru,

ternyata gagal mencapai target penjualan

karena pemasar gagal memahami apa

yang benar-benar pelanggan inginkan,

namun justru mengikuti pendekatan one-

size-fits-all.

Personalisasi saat ini dinilai sebagai salah

satu cara paling efektif untuk menarik

pelanggan baru dan mempertahankan

pelanggan lama. Hal ini ditunjukkan

oleh fakta 59% pelanggan yang

sudah merasakan sebuah produk,

mengungkapkan bahwa personalisasi

memiliki dampak besar terhadap

keputusan pembelian mereka.

Sebesar 88% pemasar juga menyadari

perubahan signifikan dalam bisnis dengan

strategi personalisasi yang mereka

lakukan. Sementara itu 53% dari pemasar

melaporkan bahwa mereka memperoleh

pertumbuhan hingga 10%.

Data tersebut menunjukkan personalisasi

pelanggan merupakan hal penting,

saatnya bagi merek untuk mengenal

pelanggan dengan baik. Segmentasi

pelanggan berdasarkan kebutuhan,

kepentingan, kebiasaan, dan preferensi

dari pelanggan adalah kunci pengalaman

luar biasa bagi pelanggan.

Diperlukan pengumpulan data yang

cukup tentang pelanggan dan gunakan

data tersebut untuk mengelompokkan

pelanggan dan prospek ke dalam segmen.

Ilustrasi : Freepik.com

Page 75: Money - BPR Lestari

75Vol. 105 | Nov - Des 2018

MARKETING

segmen geografis yang berbeda mampu

memberikan nilai lebih bagi pelanggan

dan mendorong pembeli untuk membeli

produk.

#Tipe ketiga, segmentasi

perilaku.

Segmentasi perilaku melibatkan

pengelompokkan pelanggan berdasarkan

cara mereka berinteraksi dengan

merek atau produk. mungkin Anda bisa

membuat segmen bagi konsumen yang

menambahkan produk ke keranjang

mereka namun tidak menyelesaikan

pembeliannya. Atau konsumen yang sama

sekali tidak menambahkan produk ke

keranjang tetapi hanya mencarinya. Anda

juga bisa mengelompokkan konsumen

dengan produk atau layanan yang mereka

beli atau yang sekadar tertarik.

Beberapa variabel umum yang

menentukan segmentasi perilaku adalah :

a) Acara atau perhelatan: Segmentasi

berdasarkan pembelian untuk acara atau

perhelatan tertentu seperti pernikahan,

Lebaran, Natal, dan lainnya.

b) Kegunaan: Segmentasi berdasarkan

frekuensi pembelian.

c) Proses pemikiran: Segmentasi

berdasarkan kekuatan yang mendorong

di belakang keputusan pembelian

konsumen.

#Tipe keempat, segmentasi

siklus hidup atau customer

journey.

Terlepas dari memahami ketertarikan

dan preferensi pembeli, pemasar juga

harus tahu pembeli sedang berada di

tahap proses pembelian yang mana. Tipe

segmentasi pelanggan ini disebut juga

sebagai segmentasi siklus hidup atau

customer journey.

Pemasar bisa membuat berbagai

jenis segmen seperti pelanggan yang

mengunjungi online store namun tidak

melakukan pembelian. Atau pelanggan

yang hanya membeli sekali dalam 12

bulan atau tidak membeli sama sekali

dalam 12 bulan. Segmentasi customer

journey memberikan pendekatan yang

kuat untuk menyasar pelanggan dengan

lebih relevan dan rekomendasi yang

berguna.

menurut www.business2community.com,

ada empat tipe segmentasi pelanggan

yang paling efektif, yaitu :

#Tipe pertama, segmentasi

demografis.

Sebanyak 63% pemasar setuju bahwa

segmentasi pasar sangatlah berharga

dalam memberikan pengalaman

terbaik bagi pelanggan. Dan, salah

satu tipe segmentasi pelanggan yang

paling umum adalah mengelompokkan

pelanggan dengan menggunakan data

demografis atau kependudukan dan

menggunakan alat ukur seperti usia,

generasi, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, status pernikahan,

atau entitas untuk membuat segmen

pelanggan.

#Tipe kedua, segmentasi

geografis.

Segmentasi geografis melibatkan

pengelompokan pelanggan berdasarkan

negara, negara bagian, daerah, iklim,

atau ukuran pasar. memodifikasi

penawaran dan pesan pemasaran untuk

“Pemasar bisa membuat berbagai jenis segmen seperti pelanggan yang mengunjungi online store namun tidak melakukan pembelian. Atau pelanggan yang hanya membeli sekali dalam 12 bulan atau tidak

membeli sama sekali dalam 12 bulan. Segmentasi customer journey memberikan pendekatan yang kuat untuk menyasar pelanggan dengan

lebih relevan dan rekomendasi yang berguna.”

Page 76: Money - BPR Lestari

76 Vol. 105 | Nov - Des 2018

JAck mA : PLATFoRm DIGITAL DAN INovASI mENGUBAH

NEGARA BERkEmBANG

Pendiri Alibaba Jack ma, dipandu

Presiden Bank Dunia Jim Yong

Kim, memulai kisahnya pada

sesi “Disrupting Development

- How Digital Platform and Innovation

are Changing the Future of Developing

Nations” di Pertemuan Tahunan ImF-World

Bank Group 2018 Nusa Dua, Bali, Jumat

(12/10) dengan menuturkan saat memulai

bisnis perdagangan elektronik.

Saat memulai Alibaba pada 1999,

jaringan internet China masih sangat

lambat dan infrastruktur pendukung

lainnyapun masih sangat terbatas.

“membantu usaha kecil untuk

menghasilkan uang adalah kuncinya.

Kalau tidak memiliki internet mereka tidak

memiliki pasar dan hanya menjual di kota

mereka sendiri,” tuturnya.

Namun demi misi utamanya untuk

memberi akses pasar melalui internet

untuk para pengusaha kecil, ma jalan

terus.

Dengan sejumlah keterbatasan

infrastruktur, ma membangun

perdagangan elektronik dengan mimpi

utama bagaimana barang-barang yang

dimiliki oleh para pedagang kecil dapat

dijual hingga ke daerah, kota, bahkan

hingga negara lain.

ma menyulap keterbatasan menjadi

peluang. “Saat orang mengatakan China

tidak punya kesempatan, hal itu justru

menghadirkan peluang bagi kami. Kalau

tidak ada logistik, kami bangun logistik,

kalau tidak ada sistem finansial, kami

bangun sistem finansial,” tambah ma lagi

dalam diskusi tersebut.

ma menegaskan untuk tidak hanya

berpikir untuk 1 tahun ke depan, tapi 10

tahun ke depan. ma yakin keterbatasan

saat ini justru menjadi peluang bagi para

pengusaha ke depannya.

Pesan ini yang selalu ma coba sampaikan

dalam setiap kunjungannya ke negara

berkembang. Seperti di Afrika, yang

langsung mengeluhkan keterbatasan

infrastruktur, persis seperti yang

dialaminya di China beberapa belas tahun

silam.

ma menilai negara berkembang senang

berubah dan harus berubah. Hal itu yang

membuatnya optimistis dengan prospek

yang dimiliki.

Salah satu kunci penting untuk

menangkap peluang di sektor

perdagangan menurut ma adalah

infrastruktur internet. Saat ini, evolusi

teknologi membuat masyarakat dari kota

sampai petani memiliki perangkat seluler.

ma juga berpesan pentingnya

pengembangan infrastruktur yang

bersifat perangkat lunak. Beberapa

unsur yang ditekankan yakni edukasi dan

kewirausahaan

“Evolusi teknologi memberikan

kesempatan bagi negara berkembang

bila Anda mempercayainya maka akan

terjadi,” pungkas ma.

DIGITAL

Page 77: Money - BPR Lestari

77Vol. 105 | Nov - Des 2018

BATcH 7SEP-DES 2018

BREVET A & BREVET B#MUDAH MEMAHAMI PAjAK

WAKTU PELATIHAN SETIAP KAMIS-JUMAT JAM 18.00 s/d 22.00 Wita

TEMPAT : KAMPUS AKUBANK JL. DEWI MADRI III RENON DENPASAR

MODUL

MATERI

COFFEE

BREAK

SERTIFIKASI

PROFESI /

KEAHLIAN*

FASILITAS

Desak (0821 4463 9670)

www.akubank.co.id

[email protected]

Akuntansi Rp. 1.850.000

Brevet A Rp. 1.850.000

Brevet B Rp. 1.850.000

Semua Paket Rp. 4.500.000

• Pertemuan 1 : Ketentuan Umum & an Tata Cara

Perpajakan (KUP)

• Pertemuan 2 : PPh Potong dan Pungut (PPh Pasal 21/26)

• Pertemuan 3 : PPh Potong dan Pungut (PPh Pasal 21/26)

• Pertemuan 4 : SPT PPh Orang Pribadi 1770 / 1770 S

• Pertemuan 5 : PPN & PPn BM + SPT PPN & PPnBM

• Pertemuan 6 : Bea Materai & Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa (PPSP)

• Pertemuan 7 : Review & Ujian

BREVET A OKTOBER - NOVEMBER 2018

• Pertemuan 1 : Pajak Bumi Bangunan & Bea Perolehan

Hak atas Tanah & Bangunan & Bea Materai

• Pertemuan 2 : PPh Potong dan Pungut (PPh Pasal 22/23/4 (2)

• Pertemuan 3 : PPh Potong dan Pungut (PPh Pasal 22/23/4 (2)

• Pertemuan 4 : Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan)

• Pertemuan 5 : SPT PPh Badan 1771

• Pertemuan 6 : e-(elektronik) SPT & e-Filing

• Pertemuan 7 : Akuntansi Pajak

• Pertemuan 8 : Review & Ujian

BREVET B NOVEMBER - DESEMBER 2018

Page 78: Money - BPR Lestari

78 Vol. 105 | Nov - Des 2018

CORPO-RATE

NEWS

Minikino FilM Week 4: Bali international Short FilM FeStival

"rayakan keBeragaMan DalaM BerBagai kolaBoraSi"

mINIKINO FILm WEEK 4,

Bali International Short Film

Festival 6 – 13 Oktober

2018 telah berakhir. Tahun

ini festival melibatkan 10 venues, dan 3

dari itu adalah Pop up Cinema venues

di berbagai pelosok Pulau Bali. Lokasi

acara tahun ini meliputi Kota Denpasar,

Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar,

Buleleng, Jembrana dan Klungkung,

semua dilakukan serentak.

mFW 4 melakukan 92 acara screening dan

12 acara talks serta workshop pelengkap.

Lebih dari 215 short film yang berasal

dari 60 negara ditayangkan. Lebih dari

40 sutradara, penulis dan produser serta

aktris dari 11 negara berkesempatan hadir,

termasuk dari Indonesia. Terhitung lebih

dari 3500 penonton menghadiri berbagai

acara yang disuguhkan selama festival

berlangsung.

Acara pembukaan mFW 4 pada hari

Sabtu, 6 Oktober 2018 dimeriahkan

pertunjukan kolaborasi antara melati

Dance Studio dan kelompok pemusik

gamelan Narwastu Art Community yang

terdiri atas musisi lintas negara. mereka

mempersembahkan Tarian rejang

Purwa Siddhi serta Tari Condong yang

dikomposisikan khusus untuk malam ini.

Setelah tayangan program pembuka,

minikino juga menghadirkan proyek

kolaborasi antara Teater Kalangan dan

Sanggar Anak Tangguh, menampilkan

live voice-dubbing, menterjemahkan

bahasa Korea ke dalam bahasa Bali dari

sebuah film pendek ‘Be The reds’ (Korea

Selatan).

Sang sutradara Kim Yoongi

berkesempatan hadir bersama

produsernya merasakan kehangatan

luar biasa dan bahagia karena untuk

pertama kali filmnya dialihsuarakan ke

dalam bahasa lain. Bahkan dipertunjukkan

langsung di depan penonton.

"rayakan keBeragaMan DalaM BerBagai kolaBoraSi"

Credit : VIFICK BOLANG

Page 79: Money - BPR Lestari

79Vol. 105 | Nov - Des 2018

Seluruh rangkaian acara selama delapan hari ditutup dengan

malam penganugerahan internasional, mempersembahkan

penghargaan non-moneter berupa pengakuan prestasi hasil

penjurian dari tiga juri utama, bersama komite inti festival dan

tim juri muda hasil pelatihan mINIKINO sejak Juli 2018 lalu.

Penghargaan internasional tahun ini dari mFW4 adalah Best

Children Short 2018 “mogu and Perol” Tsuneo Goda/Jepang,

Best Fiction Short 2018 dan International Youth Jury Award

2018 “Schoolyard Blues” maria Eriksson-Hecht/Swedia, Best

Documentary Short 2018 “The Seven Abdulkarims” Elham

rokni/Israel, Best Animation Short 2018 “Airport” michaela

müller/Swiss-Kroasia, Best Audio Visual Experimental Short

2018 “Edge of Alchemy” Stacey Steers/united States,

Programmer’s Choice 2018 “Kampung Tapir” Aw See Wee/

malaysia, serta Best Short Film of the Year “Kimchi” Jackson

Segars/uSA. Selanjutnya dewan juri juga mengumumkan

pemenang kompetisi skala nasional Begadang Filmmaking

Competition 2018; “Taksa” Produksi Kecil/Denpasar, Bali.

melanjutkan kegiatan pasca-festival, minikino didukung

rotary Club Disaster relief D3420 akan membawa layar dan

peralatan, dan melakukan jalan darat menuju Dusun Teluk

Dalem Kern, Desa medana (Lombok utara), Dusun Kopang

(Lombok utara), dan Dusun Wadon, Desa Kekait (Lombok

Barat). Ekspedisi akan memutar film pendek pilihan untuk

anak-anak dan keluarga menggunakan layar tancap 2-4

November 2018 mendatang. Tanggal penyelenggaraan

mFW5 tahun 2019 juga telah diumumkan oleh Direktur

minikino - Edo mulia, yakni pada tanggal 5-12 Oktober

2019 mendatang. (adv)Credit : mArTINO

Credit : VIFICK BOLANG

Credit : VIFICK BOLANG

Credit : mArTINO

CORPO-RATE

NEWS

Page 80: Money - BPR Lestari

80 Vol. 105 | Nov - Des 2018

“SEAKAN DI SURGA”

Setelah pengunduran diri Tirta

(Vocalist) pada bulan mei

2017 dan diikuti pengunduran

diri Adi (Drummer) sebulan

setelahnya, DrIVE yang terdiri dari Budi

(Guitarist) dan Dygo (Bassist) sempat

memutuskan “istirahat” dari industri

rekaman dan perpanggungan musik

Indonesia. Ternyata di waktu yang

berdekatan, rizki Abdurahman juga

menyatakan pengunduran dirinya dari

THE TITANS. Hal tersebut membuat Budi,

Dygo, rizki sepakat untuk menjalankan

panggungan bersama dengan tetap

membawa nama DrIVE. Hal ini ternyata

sangat disambut baik oleh penikmat

musik Indonesia, terutama Drivemaniacs

(sebutan bagi fans DrIVE).

“Setelah mundurnya Tirta dan Adi, kami

memutuskan untuk vakum dahulu. Karena

sulit juga ya nge-band tanpa vokalis dan

drummer. Lalu kepikiran buat project

Off-Air dengan rizki, kita foto dan upload

di Sosmed ternyata responnya bagus

dan banyak yang mengundang kami

dengan format kolaborasi ini”, ucap

Dygo. Yang awalnya hanya sebatas

kesepakatan bekerjasama dalam bentuk

Off-Air, akhirnya Budi, Dygo dan rizki

memutuskan untuk merilis sebuah single

bersama-sama.

Lagu “Seakan Di Surga” yang diciptakan

Budi dan Dygo dipilih sebagai single

DrIVE terbaru dengan formasi baru ini.

Sebelumnya lagu ini sudah pernah dirilis

oleh DrIVE pada tahun 2011. “Lagu ini

saya buat bersama Dygo ditahun 2011

yang bercerita tentang sepasang kekasih

yang mengalami pasang surut hubungan,

ada dukanya ada bahagianya. Ketika rizki

nyanyi bareng DrIVE, saya kepikiran lagu

ini cocok dibawakan rizki,” ujar Budi

tentang lagu ini.

DrIVE me-remake lagu “Seakan Di

Surga” dengan berbagai perubahan, salah

satunya adanya perubahan sebagian

lirik. Kemudian DrIVE menggandeng

Figgy Papilaya sebagai music Producer,

sehingga menghasilkan sebuah

aransemen dan nuansa musik yang

berbeda dengan single-single DrIVE

sebelumnya. Seorang Violinist cantik, Ava

Victoria juga turut dilibatkan dalam proses

rekaman lagu ini yang membuat lagu

ini menjadi indah dan berkelas. Proses

rekamannya pun dikerjakan di Erwin

Gutawa music School (EGmS). “Yang

seru, pada proses pembuatan lagu ini

kami tidak mengeluarkan banyak biaya.

Karena banyak sahabat-sahabat kita yang

bantuin, mulai dari music producer, studio

rekaman, mixing dan mastering hingga

pembuatan video liriknya. Dan kami

berterima kasih banget untuk itu, bahwa

masih banyak yang support DrIVE hingga

saat ini,” tambah Budi.

“Bila duka tidak dirasa, bila maaf selalu

ada, itulah bahagia” adalah pesan yang

ingin disampaikan DrIVE pada single

Seakan Di Surga ini. “Semoga lagu ini bisa

menjadi obat rindu bagi Drivemaniacs,

bisa mewakili rasa cinta dan bahagia para

pendengar yang menyukai karya-karya

kami serta bisa dinikmati seluruh pencinta

musik Indonesia. Dan ini menjadi langkah

baru bagi DrIVE kedepannya dalam

berkarya dan aktif lagi di dunia musik

Indonesia,” tutup Dygo.

DRIVE

MUSIC

Page 81: Money - BPR Lestari

81Vol. 105 | Nov - Des 2018

Page 82: Money - BPR Lestari

82 Vol. 105 | Nov - Des 2018

RESEARCH

F5 Networks, perusahaan

penyedia solusi cloud dan

keamanan aplikasi digital,

baru saja merampungkan riset

seputar generasi digital Asia dan faktor-

faktor yang memengaruhi sikap mereka

dalam menggunakan aplikasi. riset

bersama dengan YouGov ini dilakukan

di tujuh negara yakni Australia, China,

Hong Kong, India, Filipina, Singapura, dan

Indonesia pada maret 2018.

“Asia memiliki ekonomi yang digerakkan

oleh aplikasi. Aplikasi kini menjadi

bagian dari hidup sehari-hari. Namun,

satu pengalaman aplikasi tidak dapat

memuaskan beragam pengguna di

Asia Pasifik. Dalam penelitian ini, F5

mengamati berbagai kepribadian yang

berbeda dalam penggunaan aplikasi,

perilaku, dan sikap terhadap keamanan,”

ujar Fetra Syahbana, Country manager F5

Indonesia.

SURvEI F5 : oRANG INDoNESIA mENJUNJUNG kENYAmANAN DI

ATAS kEAmANAN

Dalam hasil riset tersebut, F5

mengategorikan personalities menjadi

4 jenis, yaitu the Cynic, the Guarded,

the Voyagers, dan the Enlightened.

India, Filipina, dan Indonesia memiliki

kepribadian serupa yang tergolong

ke the Voyagers, yakni mereka yang

mendahulukan segala sesuatu yang

bersifat mobile, cenderung menjunjung

tinggi kenyamanan di atas keamanan,

serta sangat terbuka untuk mencoba

teknologi baru.

“The Voyagers 26% lebih peduli terhadap

kenyamanan daripada keamanan dan

sangat haus akan pengalaman yang

baru dibandingkan yang aman. F5

menerjemahkannya sebagai experience

first, security second mindset,” ujar Fetra.

Hampir setengah responden (47%) tidak

puas dengan penggunaan aplikasi secara

keseluruhan, serta meyakini masih banyak

hal yang perlu dilakukan perusahaan

untuk mempertahankan konsumennya.

Fetra menambahkan bahwa aktivitas

aplikasi digital responden Indonesia lebih

banyak untuk social networking seperti

chatting dan media sosial, disusul oleh

aktivitas Banking and payment. Sementara

untuk Asia Pasifik keseluruhan yaitu paling

banyak adalah aktivitas untuk Banking dan

payment.

Sebanyak 42% responden Indonesia

kemungkinan besar akan meninggalkan

aplikasi yang bocor, angka yang lebih

rendah ketimbang rata-rata Asia Pasifik,

di mana pada saat bersamaan, 50% akan

meninggalkan aplikasi begitu terdapat

kebocoran.

“Perilaku responden Indonesia terhadap

keamanan cukup biasa. Ini terlihat dari

hanya 37% milenial yang memperhatikan

keamanan, sementara Gen X sebanyak

57% dan Baby Boomers 63% yang

memilih keamanan,” tambahnya.

Ilustrasi : Freepik.com

Page 83: Money - BPR Lestari

83Vol. 105 | Nov - Des 2018

...inspiring you with

GREAT & RELIABLE

SUCCESS STORY

INFO ADVERTISING : INDAH KENCANA PUTRI (0823 3996 4020)

Page 84: Money - BPR Lestari

84 Vol. 105 | Nov - Des 2018