kebutuhan ruang gerak manusia di dalam rumah …

19
KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH BERDASARKAN KEGIATAN DITINJAU DARI ANTROPOMETRI Nitamia Indah Cantika dan Azrar Hadi Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424. Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Adanya peraturan pemerintah mengenai pembatasan luas lantai rumah paling sedikit sebesar 36 meter persegi (m²) marak diperbincangkan. Meskipun akhirnya dihapuskan, hal ini merupakan usaha dari pemerintah agar rumah yang dibangun dapat memenuhi kebutuhan ruang gerak setiap manusia di dalam rumah sebesar minimum 9 m², terutama keluarga yang terdiri atas empat orang atau lebih. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui sudahkah kebutuhan ruang gerak manusia terpenuhi dalam rumah berluasan 36 m² dengan jumlah anggota keluarga empat orang, serta kebutuhan ruang gerak manusia di dalam rumah berdasarkan kegiatan dan ukuran tubuhnya. Penulis menggunakan studi antropometri terhadap anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut untuk mengetahui kebutuhan ruang geraknya. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa tidak setiap anggota keluarga memerlukan ruang gerak minimum 9 m², kegiatan dan ukuran tubuh berpengaruh besar terhadap kebutuhan ruang gerak di dalam rumah, dan rumah berukuran 36 m² dapat memenuhi kebutuhan ruang gerak empat orang dengan penggunaan ruang bergantian dan fungsi ruang ganda. Selain itu ditemukan bahwa organisasi ruangan di dalam rumah memberi pengaruh besar terhadap kebutuhan ruang sirkulasi. Kata kunci: Antropometri; kegiatan manusia; ruang gerak; rumah Human Movement Space Needs by Virtue of Activities in House Observed from Anthropometry Abstract Lately, government regulation of the minimum 36 meter square (m²) floor area in houses become issues in society. Although it’s already erased but the regulation is an attempt of the government to make sure that house can accomodate the human movement space needs for minimum 9 m² for every people, especially for family that consist of four or more peoples. This study aims to discover are the human movement space needs have been fulfilled in 36 m² house by four members family and the human movement space needs in house by virtue activities and body size. Author use anthropometry study to family members who lives in that houses to discover the human movement space needs. As the results of the study, the author finds that’s not every family member needs 9 m² for movement space, activities and body size have big influent to movement space needs in house, and 36 m² house can accomodate the Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH BERDASARKAN KEGIATAN DITINJAU DARI ANTROPOMETRI

Nitamia Indah Cantika dan Azrar Hadi

Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424. Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Adanya peraturan pemerintah mengenai pembatasan luas lantai rumah paling sedikit sebesar 36 meter persegi (m²) marak diperbincangkan. Meskipun akhirnya dihapuskan, hal ini merupakan usaha dari pemerintah agar rumah yang dibangun dapat memenuhi kebutuhan ruang gerak setiap manusia di dalam rumah sebesar minimum 9 m², terutama keluarga yang terdiri atas empat orang atau lebih. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui sudahkah kebutuhan ruang gerak manusia terpenuhi dalam rumah berluasan 36 m² dengan jumlah anggota keluarga empat orang, serta kebutuhan ruang gerak manusia di dalam rumah berdasarkan kegiatan dan ukuran tubuhnya. Penulis menggunakan studi antropometri terhadap anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut untuk mengetahui kebutuhan ruang geraknya. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa tidak setiap anggota keluarga memerlukan ruang gerak minimum 9 m², kegiatan dan ukuran tubuh berpengaruh besar terhadap kebutuhan ruang gerak di dalam rumah, dan rumah berukuran 36 m² dapat memenuhi kebutuhan ruang gerak empat orang dengan penggunaan ruang bergantian dan fungsi ruang ganda. Selain itu ditemukan bahwa organisasi ruangan di dalam rumah memberi pengaruh besar terhadap kebutuhan ruang sirkulasi.

Kata kunci: Antropometri; kegiatan manusia; ruang gerak; rumah

Human Movement Space Needs by Virtue of Activities in House Observed from Anthropometry

Abstract

Lately, government regulation of the minimum 36 meter square (m²) floor area in houses become issues in society. Although it’s already erased but the regulation is an attempt of the government to make sure that house can accomodate the human movement space needs for minimum 9 m² for every people, especially for family that consist of four or more peoples. This study aims to discover are the human movement space needs have been fulfilled in 36 m² house by four members family and the human movement space needs in house by virtue activities and body size. Author use anthropometry study to family members who lives in that houses to discover the human movement space needs. As the results of the study, the author finds that’s not every family member needs 9 m² for movement space, activities and body size have big influent to movement space needs in house, and 36 m² house can accomodate the

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 2: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

movement space needs by switch the room function and use alternate room. Besides that, author finds that room orders in house can influent the human movement space needs. Keywords:  Anthropometry; house; human activities; movement space

Pendahuluan

Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang termasuk ke dalam kebutuhan

papan, rumah dibutuhkan untuk melindungi dan memberi naungan kepada manusia terhadap

bahaya luar seperti cuaca (panas, angin, hujan, dan sebagainya), serangan hewan berbahaya,

serta tindak kriminal manusia. Rumah juga menjadi salah satu faktor penting dalam

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup manusia, lebih lanjut negara dalam kuasa

pemerintah dan pemerintah daerah menjamin setiap warga negara untuk dapat menempati

dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat aman, serasi, dan teratur

(Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011, Pasal 19 Ayat 2).

Menurut Panudju (1999: p.23-26) pemerintah yang dinaungi oleh Kementrian Perumahan

Rakyat (Kemenpera) memiliki peran pada pengadaan rumah dalam perumahan yang dapat

dibedakan menjadi dua, pertama sebagai pembuat kebijaksanaan strategi dan program

pengadaan perumahan secara nasional, kedua pemerintah memiliki peran dalam pelaksanaan

pengadaan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 adalah salah satu hasil kebijaksanaan strategi dalam

perumahan, namun salah satu pasal pada Undang-undang tersebut menuai berbagai pendapat

dari berbagai kalangan masyarakat, yaitu ketentuan pada pasal 22 ayat 3 yang berbunyi “Luas

lantai rumah tunggal dan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 (tiga puluh enam)

meter persegi.” yang pada bagian penjelasan pasal, disebutkan cukup jelas.

Aturan ini dibuat berdasarkan kebutuhan ruang manusia yang sesuai dengan standar WHO

(World Health Organization) tentang rumah layak huni sehat dan Keputusan Menteri

Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Umum

Rumah Sederhana Sehat yang menjelaskan bahwa luas minimal yang diperlukan oleh satu

orang dalam bertempat tinggal yaitu 9 meter persegi (m²). Dengan asumsi satu keluarga terdiri

dari empat orang, maka pembangunan rumah maupun unit perumahan harus memiliki luas per

unit paling sedikit 36 m² sehingga dapat memenuhi kebutuhan ruang manusia.

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 3: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

Namun setelah proses persidangan selama sembilan bulan, akhirnya Mahkamah Konstitusi

memutuskan untuk menghapus pasal, “Luas lantai rumah tunggal dan rumah deret memiliki

ukuran paling sedikit 36 (tiga puluh enam) meter persegi.” Mahkamah Konstitusi menerima

pertimbangan bahwa peraturan tersebut tidak sesuai dengan keterjangkauan daya beli

sebagian masyarakat, terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah (Latief: 2012).

Meskipun saat ini telah dihapuskan, peraturan tersebut merupakan usaha dari pemerintah agar

rumah yang dibangun dapat memenuhi kebutuhan ruang gerak manusia. Dari kasus penetapan

dan penghapusan pasal 22 ayat 3 Undang-undang No.1 Tahun 2011 yang baru saja terjadi,

penulis merasa tertarik untuk menelaah dan mengamati lebih lanjut kebutuhan ruang gerak

manusia di dalam rumah khususnya rumah berukuran luas 36 meter persegi (m²), seberapa

besar manusia memerlukan ruang gerak untuk berkegiatan di dalam rumah dan faktor yang

memengaruhinya, sesuaikah dengan standar yang dikeluarkan oleh pemerintah, dan

pemenuhan kebutuhan ruang gerak di dalam rumah berukuran 36 m² pada keluarga yang

beranggotakan empat orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan ruang

gerak manusia di dalam rumah dengan luasan 36 meter persegi dengan jumlah anggota

keluarga empat orang sudah atau belum dapat terpenuhi, serta luas kebutuhan ruang gerak

manusia berdasarkan ukuran tubuh dan kegiatannya di dalam rumah.

Tinjauan Teoritis

Menurut Siregar (2008: p.5) apa yang tidak selalu dicatat secara eksplisit dalam tulisan-

tulisan mengenai arsitektur tetapi ada dalam kenyataan ialah bahwa fenomena arsitektur

menyangkut aktivitas manusia melakukan sesuatu dalam ruang, hal ini merupakan ciri

universal dari fenomena arsitektur dalam bersimbiosis dengan dunia kehidupan.

Kegiatan manusia ini seharusnya menjadi dasar dari suatu perancangan arsitektur, namun

seringkali tidak terlalu diperhatikan dengan baik sebagaimana yang disampaikan oleh

Heimsath (1988: p.31-32) bahwa keliru untuk menyatakan tidak ada pertalian antara perilaku

dengan keputusan-keputusan perancangan karena keputusan menentukan konfigurasi orang-

orang seumur hidup. Lebih lanjut Heimsath (1988: p.24-27) menyampaikan bahwa terdapat

enam keyakinan keliru yang salah satunya adalah keyakinan keliru perancang, keyakinan

tersebut adalah arsitektur langsung menentukan perilaku manusia melalui rancangan (tanpa

ada pengaruh adat-istiadat sosial yang mengarahkan perilaku), yang paling berbahaya adalah

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 4: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

bahwa perancang entah bagaimana merasa dapat membayangkan perilaku yang akan

dipastikan dalam rancangannya.

Seharusnya menurut Lincourt dalam Siregar (2008: p.26), sebelum hal fisik (selubung yang

menyelimuti rumah) terjadi, akan dicari dan ditelusuri faktor penyebab berdirinya bangunan

itu dari berbagai aspek yaitu pemahaman tentang kebiasaan-kebiasan manusia, sebab-sebab

pengejawantahan yang terjadi; antara lain sosial budaya, penstrukturan, ekologi, energi,

bentuk dan ruang, ekonomi, karakter, lingkungan, material dan proyeksi. Oleh karena itu,

sesungguhnya arsitektur sangat berkaitan erat dengan ruang bagi manusia dalam melakukan

berbagai kegiatan atau aktivitas namun seringkali tidak diperhatikan dengan begitu baik,

selain itu perancang seringkali melakukan perancangan terhadap bangunan dengan

membayangkan perilaku yang akan terjadi tanpa memperhatikan kebiasaan-kebiasaan

pengguna sehingga seringkali setelah terbangun penggunaan ruang tidak sesuai dengan apa

yang perancang bayangkan.

Ruang adalah wadah manusia untuk melakukan berbagai beraktivitas, lebih lanjut menurut

Siregar (2008: p.109) permukaan berfungsi sebagai sebuah batas terhadap massa dan ruang,

kata ‘massa’ menyatakan keberadaan tubuh tridimensi, sedangkan kata ‘ruang’ menyatakan

volume yang didefinisikan oleh permukaan yang membatasi massa yang mengelilinginya.

Sedangkan menurut Ching (1996: p.92) ruang selalu melingkupi keberadaan kita yang mana

melalui volume ruang kita bergerak, melihat bentuk-bentuk, mendengar suara-suara,

merasakan angin bertiup, mencium bau semerbak bunga yang mekar ditaman. Oleh karena

itu, ruang sesungguhnya selalu melingkupi kita namun dimana persepsi akan batas-batas

ruang ditentukan oleh unsur pembentuknya seperti permukaan yang membatasi massa yang

mengelilinginya.

Namun terdapat dua unsur horizontal pembentuk persepsi ruangan yaitu unsur horizontal dan

vertikal, unsur horizontal terdiri atas empat bidang yaitu bidang dasar, bidang dasar dinaikkan,

bidang dasar diturunkan, dan bidang atas (overhead), sedangkan unsur vertikal terdiri atas

unsur-unsur linear vertikal, bidang vertikal tunggal, bidang berbentuk L, bidang-bidang

sejajar, bidang berbentuk U, dan empat bidang tertutup (Ching: 1996, p.99-155). Ruang-ruang

ini digunakan oleh manusia dalam menjalankan kegiatannya demikian pula di dalam menjalan

kegiatan di dalam rumah, ruang-ruang ini seringkali dinamai dengan nama khusus sesuai

dengan kegiatan utama yang dilakukan oleh manusia didalamnya. Setidaknya terdapat fungsi-

fungsi utama dalam ruang di dalam rumah yang harus diakomodasi antara lain ruang duduk,

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 5: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

ruang makan, ruang tidur, ruang masak, dan ruang mandi (Panero dan Zelnik: 1979, p.131-

168).

Selanjutnya antropometri adalah ilmu yang secara khusus mempelajari tentang ukuran tubuh

manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun

kelompok lain dan lain sebagainya, antropometri diperkenalkan oleh seorang ahli matematika

berkebangsaan Belgia bernama Quetlet lewat karyanya yang berjudul Anthropometrie pada

tahun 1870 (Panero dan Zelnik: 1979, p.11). Hasil dari pengukuran ini dapat menunjukan

dimensi dan proporsi pada tubuh manusia yang disesuaikan dengan tujuan pengukuran.

Antropometri dapat digunakan untuk tujuan yang berkaitan dengan perancangan yang

membutuhkan data ukuran-ukuran tertentu pada bagian tubuh manusia. Menurut Ching (1996:

p.312), unsur-unsur yang manusia gunakan dalam suatu bangunan, ukuran-ukuran tubuh

manusia juga mempengaruhi volume ruang yang kita perlukan untuk bergerak, beraktivitas,

dan beristirahat. Oleh karena itu, studi antropometri dapat digunakan secara lebih luas untuk

tujuan perancangan arsitektur untuk menilai seberapa besar ruang yang dibutuhkan untuk

mengakomodasi kebutuhan gerak manusia dalam beraktivitas.

Terdapat dua jenis data yang digunakan untuk mengukur dimensi tubuh manusia, yaitu data

struktural dan data fungsional. Dimensi struktural kadangkala disebut sebagai dimensi statik

yang mencakup pengukuran atas bagian-bagian tubuh seperti kepala, batang tubuh, dan

anggota badan lainnya pada posisi-posisi standar. Sedangkan dimensi fungsional disebut

sebagai dimensi dinamik, sesuai dengan istilah yang digunakan untuk meliputi pengukuran-

pengukuran yang diambil pada posisi-posisi kerja atau selama pergerakan yang dibutuhkan

oleh suatu pekerjaan (Panero dan Zelnik: 1979, p.16). Pengukuran dimensi statik biasanya

lebih mudah dilakukan karena dapat dilakukan saat orang diam, sedangkan dimensi dinamik

jauh lebih rumit karena dilakukan saat terjadi pergerakan.

Apabila seseorang memerlukan penelitian terkait ruang di dalam bangunan (interior) maka

diperlukan sepuluh dimensi utama yang harus dilibatkan dengan urutan sebagai berikut; tinggi

badan, berat badan, tinggi duduk, panjang dari bagian pantat sampai bagian depan lutut atau

dari bagian pantat sampai lipatan dalam lutut, rentang antara siku hingga pinggul dalam posisi

duduk, tinggi lutut bagian depan dan bagian belakang, dan tinggi bersih dari paha (Panero dan

Zelnik: 1979, p.20). Kesepuluh pengukuran ini diperlukan untuk menganalisis kebutuhan

ruang manusia sebagai individu dimana keterjangkauan terhadap sesuatu di luar tubuh

manusia pada saat ia bergerak maupun diam menciptakan suatu ruang yang disebut ruang

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 6: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

gerak. Apabila tercapai suatu kesesuaian antara volume ruang dengan dimensi manusia maka

ruang itu dapat disebut sebagai ruang yang dapat memenuhi ruang gerak manusia. Kesesuaian

antara bentuk dan dimensi ruang terhadap dimensi tubuh manusia dapat berupa kesesuaian

statis seperti ketika duduk di kursi, bersandar di antara pagar, atau menghuni di suatu tempat

tersembunyi, ada pula yang disebut dengan kesesuaian dinamis seperti saat kita memasuki

serambi suatu bangunan, menaiki tangga, atau bergerak melalui ruangan atau aula suatu

bangunan, dan terakhir kesesuaian bagaimana sebuah ruang dapat memenuhi kebutuhan kita

untuk menjaga jarak sosial dan mengatur ruang pribadi kita (Ching: 1996, p.312).

Metode Penelitian

Untuk mengetahui kebutuhan ruang gerak manusia yang dibutuhkan dalam bertempat tinggal,

penulis melakukan kajian pustaka, wawancara, dan observasi lapangan pada studi kasus untuk

dianalisis berdasarkan teori yang penulis dapatkan. Studi kasus yang dipilih adalah keluarga

yang tinggal pada rumah berukuran 36 meter persegi (m²) yang terdiri atas empat orang. Hal

ini dimaksudkan untuk mengetahui ruang gerak yang dibutuhkan manusia per kapita dalam

bertempat tinggal pada luasan rumah yang menurut Kementrian Perumahan Rakyat

(Kemenpera) sudah atau belum dapat memenuhi ruang gerak empat orang anggota keluarga.

Selain itu studi kasus dilakukan pada rumah yang dibangun sendiri (swadaya) dan rumah

yang dibangun oleh pihak formal seperti pengembang atau pemerintah, untuk mendapatkan

data yang lebih beragam.

Postur tubuh anggota keluarga kemudian dianalisis menggunakan studi antropometri untuk

kemudian disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan di dalam rumah sehingga dapat

diketahui luas kebutuhan ruang gerak manusia yang dibutuhkan dalam berkegiatan. Dengan

memperhitungkan luas ruang gerak yang diperlukan dalam setiap kegiatan di dalam rumah,

dapat diperoleh total kebutuhan luas ruang gerak yang diperlukan setiap responden, untuk

selanjutnya dibandingkan dengan minimum total kebutuhan luas ruang gerak yang ditetapkan

oleh pemerintah sebesar 9 m² serta membandingkan hasil tersebut antar responden dan antar

studi kasus. Dari hasil tersebut maka dapat diketahui kebutuhan ruang gerak manusia di dalam

rumah dengan luasan 36 meter persegi dengan jumlah anggota keluarga empat orang sudah

atau belum dapat terpenuhi, serta luas kebutuhan ruang gerak manusia berdasarkan ukuran

tubuh dan kegiatannya di dalam rumah.

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 7: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

Gambar 1: Contoh Studi Antropometri Statis dan Dinamis Terhadap Responden Studi Kasus Pertama (Ibu Sani).

Sumber: Dokumentasi Pribadi. 2013.

Membereskan rumah dengan berlutut/menunduk

Berjalan dengan/tanpa membawa barang Berdiri diam

Duduk Memanjangkan tangan Menundukkan kepala

135  

Merentangkan Tangan

Berbaring/Tidur

Antropometri Dinamis

Antropometri Statis

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 8: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

Hasil Penelitian

Studi kasus pertama adalah rumah swadaya milik keluarga Bapak Robin yang didirikan pada

sekitar tahun 1980-an, rumah ini dihuni oleh empat anggota keluarga yaitu Bapak Robin, Ibu

Sani, Raisa (anak Bapak Robin dan Ibu Sani), dan Sandi (adik Ibu Sani). Rumah keluarga ini

memiliki luas lantai total 36 meter persegi (m²) dan memanjang, semua ruang yang ada di

dalam rumah ini tidak disekat dengan penuh, elemen pembentuk ruangnya adalah bidang-

bidang vertikal yang sejajar (tembok), lantai yang dinaikkan setelah ruang keluarga dan tamu,

dan lantai yang diturunkan pada tempat cuci dan kamar mandi. Antar ruang terdapat area

sirkulasi yang digunakan bersama, area sirkulasi ini merupakan satu-satunya jalan untuk

memasuki satu ruang dengan ruang yang lain secara linear. Terdapat tiga area di dalam rumah

yang terbagi atas area pemukiman, peristirahatan dan pelayanan sebagaimana yang

disampaikan oleh Surowiyono dalam Septiani (2003: p.6), sebagian besar aktivitas seperti

bersosialisasi dengan keluarga, makan, beristirahat, dan bekerja, dilaksanakan di ruang duduk

atau keluarga sebagai area pemukiman namun ruang ini juga terkadang dijadikan area

peristirahatan (tempat tidur) bagi Sandi, adik Ibu Sani. Selain itu terdapat pula satu ruang

yang menampung tiga area kegiatan yaitu pemukiman, peristirahatan, dan pelayanan, dimana

ruang ini digunakan untuk bekerja (menyetrika), tidur, dan juga gudang.

Dari hasil wawancara dan observasi serta perhitungan antropometri yang dilakukan terhadap

anggota keluarga diperoleh hasil rangkuman dari perhitungan kebutuhan penggunaan ruang

dan sirkulasi yang dibutuhkan sebagai berikut;

Tabel 1: Studi Kasus Pertama; Tabel Perbandingan Kebutuhan Ruang Gerak Anggota Keluarga Per

Hari.

Use  Full  Space  

Circulation  Floor    Space  Use  Floor    Space  

Ibu  Sani   Raisa   Bapak  Robin   Sandi  

Sumber: Dokumentasi Pribadi. 2013

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 9: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

Dari data di atas diketahui bahwa Sandi adalah anggota keluarga dengan total kebutuhan

ruang yang paling banyak, namun bila dilihat dari penggunaan ruang (use full space) Ibu Sani

memiliki kebutuhan ruang yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kegiatan Ibu

Sani sebagai ibu rumah tangga, sedangkan dari sirkulasi Sandi lebih besar karena ia adalah

anggota keluarga yang paling banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, terutama di ruang

duduk yang terletak di bagian paling depan rumah sehingga memerlukan sirkulasi yang besar

apabila Sandi ingin berpindah ruang. Penggunaan ruang Sandi hampir sama dengan

Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 403/KPTS/M/2002 yang

menetapkan standar kebutuhan per kapita dalam bertempat tinggal sebesar 9,00 meter persegi

(m²). Sedangkan Raisa adalah anggota keluarga yang memerlukan total ruang gerak paling

kecil, hal ini disebabkan oleh kegiatannya di dalam rumah tidak terlalu banyak dan ukuran

tubuhnya yang masih kecil. Oleh karena itu, meskipun Raisa lebih banyak menghabiskan

waktu di dalam rumah dibandingkan Bapak Robin namun Bapak Robin memerlukan total

ruang gerak yang lebih besar dari pada Raisa.

Apabila kebutuhan penggunaan ruang (use floor space) dijumlahkan maka total kebutuhan

penggunaan ruang per hari keluarga ini adalah sebesar 36,05 m², sesuai dengan luas lantai

rumah yang dimiliki. Selain itu karena adanya anggota keluarga yang membutuhkan ruang

gerak sedikit, namun ada juga yang memerlukan ruang gerak yang banyak sehingga hasilnya

bisa seimbang. Kemudian juga karena adanya ruang-ruang yang digunakan secara ganda

seperti ruang duduk yang digunakan untuk berkumpul, makan, dan juga tidur membuat luas

rumah mampu memenuhi kebutuhan ruang gerak.

Sedangkan ruang sirkulasi menjadi isu yang menarik di studi kasus ini karena organisasi

ruang yang memanjang maka kebutuhan sirkulasi kelurga ini mencapai 97,56 m² atau 2,7 kali

luas rumah yang ada. Namun hal ini bukan berarti luas lantai rumah tidak mampu memenuhi

sirkulasi namun penggunaan sirkulasi diakali anggota keluarga dengan cara bergantian

terutama pada satu-satunya lorong penghubung antar ruangan di dalam rumah sehingga aspek

waktu saat pemakaian menjadi hal yang penting agar dapat memenuhi kebutuhan sirkulasi.

Selanjutnya studi kasus kedua adalah rumah milik Bapak Ari dan Ibu Endang, Rumah ini

didirikan pada tahun 2008 dan sudah mulai ditempati oleh keluarga tersebut pada tahun 2009,

Ibu Endang baru saja pindah ke rumah ini setelah anaknya yang pertama, Pratiwi, diterima

berkuliah di Universitas Indonesia. Sedangkan anak bungsu Ibu Endang masih bersekolah

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 10: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

kelas 6 di MI Muhammadiyah, dan suami Ibu Endang, Bapak Ari, ditugaskan ke Padang dan

hanya pulang satu atau dua kali dalam satu bulan.

Rumah yang berlokasi di Perumahan Griya Rahmani II, Depok, ini memiliki ruang di dalam

rumah yang terorganisasi dengan sistem grid, organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dari

ruang-ruang dimana posisinya dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh pola atau

bidang grid tiga dimensi (Ching: 1996, p. 220). Hal ini terlihat dari posisi ruangnya yang

diatur dalam bentuk yang berulang dalam bentuk ruang persegi.

Terdapat tiga area di dalam rumah yang terbagi atas area pemukiman, peristirahatan dan

pelayanan sebagaimana yang disampaikan oleh Surowiyono dalam Septiani (2003: p.6),

jarang terjadi penggunaan ganda area pada satu ruang yang sama kecuali pada ruang

keluarga/duduk. Ruang-ruang yang ada di dalam rumah dibagi secara masif dengan dinding

pemisah yang memiliki pintu penghubung. Aktivitas sosialisasi bersama keluarga, makan

bersama, menonton televisi, beristirahat, belajar, dan sebagainya dilakukan di dalam satu area

pemukiman yaitu ruang keluarga atau ruang duduk, bahkan terkadang tamu juga dijamu di

ruang yang sama.

Area peristirahatan (istirahat penuh) dilakukan di dalam dua kamar tidur, saat Bapak Ari

berada di Padang, Ibu Endang tidur bersama anaknya yang paling kecil dan anaknya yang

paling besar tidur sendirian, namun saat Bapak Ari pulang anaknya yang paling kecil tidur

bersama kakaknya. Menurut Ibu Endang kondisi ini sebenarnya tidak bisa diteruskan terutama

karena anaknya yang paling kecil dan berjenis kelamin perempuan sebentar lagi masuk SMP

(Sekolah Menengah Pertama) dan seharusnya sudah tidur sendirian. Area pelayanan

terfokuskan di bagian belakang rumah yaitu ruang yang digunakan sebagai dapur dan area

jemur-cuci, namun karena terbatasi oleh luasan, Ibu Endang menjemur pakaian dibagian

taman depan rumah.

Dari hasil wawancara dan observasi terhadap keluarga dan rumah tersebut atas maka

diperoleh hasil kebutuhan ruang gerak anggota keluarga sebagai berikut:

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 11: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

Tabel 2: Studi Kasus Kedua; Tabel Perbandingan Kebutuhan Ruang Gerak Anggota Keluarga per Hari.

Tabel di atas menggambarkan perbandingan kebutuhan luas ruang gerak yang dibutuhkan

per-anggota keluarga pada studi kasus kedua. Ibu Endang memerlukan ruang gerak yang

paling besar untuk melakukan kegiatannya di dalam rumah baik ruang untuk penggunaan (use

floor space), maupun ruang untuk sirkulasi (circulation floor space). Hal ini disebabkan

karena Ibu Endang adalah anggota keluarga yang paling banyak menghabiskan waktu di

dalam rumah dan banyak berkegiatan di dalam rumah sebagai ibu rumah tangga, Ibu Endang

juga memerlukan ruang sirkulasi yang lebih besar untuk menjalankan kegiatan tersebut.

Berbeda dengan Bapak Ari, ketika pulang ke rumah, yang juga banyak menghabiskan waktu

di dalam rumah namun menggunakan paling sedikit ruang sirkulasi karena kegiatan yang

dilakukan tidak terlalu banyak dan sebagian besar digunakan untuk berisirahat. Sedangkan

Pratiwi adalah anggota keluarga yang memerlukan penggunaan ruang paling sedikit karena

tidak banyak menghabiskan waktu dan berkegiatan di dalam rumah.

Total penggunaan ruang gerak Ibu Endang dalam satu hari mencapai 25,305 meter persegi

(m²) dengan ruang penggunaan (use floor space) 13,055 m² dan ruang sirkulasi 12,25 m² per

harinya. Sedangkan Bapak Ari memerlukan penggunaan ruang sebesar 10,74 m² dengan

Ibu  Endang   Ulimah   Pratiwi   Bapak  Ari  

Use  Full  Space  

Circulation  Floor    Space  Use  Floor    Space  

Sumber: Data Olahan Pribadi. 2013.  

13,055  12,25  25,305  

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 12: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

sirkulasi hanya 3,5 meter persegi (m²). Apabila dilihat pada ruang penggunaannya (use floor

space) Ibu Endang dan Bapak Ari sudah melewati kebutuhan ruang per kapita yang tercantum

dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 403/KPTS/M/2002

sebesar 9,00 m² dengan ambang batas 7,20 m² per kapita. Berbeda dengan ruang gerak yang

dibutuhkan oleh Ulimah yang memerlukan penggunaan ruang sebesar 6,69 m² dengan ruang

sirkulasi sebesar 7,5 m² dan Pratiwi yang memerlukan penggunaan ruang sebesar 6,41 m²

dengan ruang sirkulasi sebesar 5,5 m² yang bahkan berada di bawah ambang batas kebutuhan

ruang gerak sebesar 7,20 m². Meskipun Ulimah lebih banyak menghabiskan waktu di dalam

rumah dibandingkan kakaknya, Pratiwi, namun tubuh Ulimah lebih kecil sehingga ia hanya

memerlukan luasan ruang untuk bergerak yang lebih sedikit daripada Pratiwi.

Dengan demikian dalam satu hari penggunaan ruang gerak yang dibutuhkan mencapai 36,895

m², adapun lebih 0,895 m² dari luas lantai rumah menunjukkan adanya ruang yang digunakan

secara bergantian dan berbeda waktu pemakaian, seperti Ibu Endang yang banyak

memerlukan ruang pada saat pagi hari namun pada waktu tersebut rumah hanya diisi oleh Ibu

Endang. Namun pada saat Bapak Ari tidak berada di rumah, penggunaan ruang gerak dalam

satu hari hanya memerlukan ruang 26,155 m². Oleh karena itu, kebutuhan ruang gerak per

orang sangat bergantung pada jenis kegiatan, lama waktu digunakan, dan ukuran tubuh

pengguna itu sendiri.

Pembahasan

Dari kedua studi kasus dengan ukuran luas lantai yang sama dan jumlah anggota keluarga

yang sama diperoleh hasil sebagai berikut;

Tabel 3: Tabel Perbandingan Kebutuhan Ruang Gerak Setiap Anggota Keluarga Pada Studi Kasus

Kedua Terhadap Studi Kasus Pertama.

Sumber:

loor  Space  

Kebutuhan  Luas  Ruang  (m²)   Circulation  Floor  Space   Use  Full  Space  Use  Floor  Space  

Sumber: Data Olahan Pribadi. 2013.  

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 13: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

Dalam penggunaan ruang untuk berkegiatan (use floor space), seorang ibu rumah tangga

memiliki kebutuhan ruang gerak yang hampir sama yaitu antara 13-14 meter persegi (m²)

yang lebih dari standar per kapita sebesar 9 m² yang ditetapkan oleh Kementrian Permukiman

dan Prasarana Wilayah. Kebutuhan ruang berkegiatan anak-anak juga hampir sama yaitu

antara 6,69 - 6,97 m², namun luasan ini berada di bawah ambang batas ketetapan luas ruang

perkapita sebesar 7,20 m² yang disebabkan oleh masih kecilnya ukuran tubuh mereka

sehingga ruang berkegiatan di dalam rumah yang digunakan tidak sebesar orang dewasa dan

banyaknya kegiatan di luar rumah seperti sekolah, mengaji, dan les.

Selanjutnya untuk usia remaja sampai remaja akhir (Sandi dan Pratiwi), kebutuhan ruang

untuk berkegiatan memiliki perbedaan yang agak jauh dimana Sandi memerlukan ruang

sebesar 8,95 m² (di atas ketetapan pemerintah) dan Pratiwi hanya 6,41 m² (masih di bawah

ambang batas kebutuhan per kapita), hal ini disebabkan karena perbedaan kegiatan dan waktu

yang dihabiskan di dalam rumah dimana Sandi masih mengganggur dan bertugas menjaga

rumah sedangkan Pratiwi aktif berkuliah. Sama halnya dengan kebutuhan ruang berkegiatan

Bapak-bapak, dimana kebutuhan ruang berkegiatan Bapak Robin hanya 6,18 m² (di bawah

ambang batas kebutuhan per kapita) sedangkan Bapak Ari memerlukan sampai 10,74 m² (di

atas ketetapan pemerintah), hal ini disebabkan karena Bapak Robin aktif bekerja di luar

rumah sementara Bapak Ari yang hanya pulang ke rumah satu sampai dua kali dalam sebulan

memanfaatkan waktunya untuk beristirahat di dalam rumah.

Oleh karena itu, terdapat empat responden yang membutuhkan luas ruang berkegiatan di

bawah ambang batas 7,20 m² maupun ketetapan standar kebutuhan luas per kapita 9,00 m²

yang ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan empat responden lainnya justru sudah melebihi

standar luas per kapita yang ditetapkan oleh pemerintah, bahkan dua diantaranya sudah

melebihi standar luas per kapita internasional (lihat lampiran 1). Kemudian kebutuhan ruang

dalam berkegiatan di dalam rumah sangat dipengaruhi oleh peran dan kegiatan yang

dilakukan di dalam rumah, waktu dan lamanya melakukan kegiatan, serta ukuran tubuh baik

secara dinamis maupun statis.

Selanjutnya apabila dilihat dari kebutuhan ruang untuk sirkulasi (circulation floor space),

terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara studi kasus pertama dan studi kasus kedua

dikarenakan organisasi ruang yang sangat berpengaruh pada efisiensi pergerakan dari satu

ruang ke ruang lainnya. Anggota keluarga pada studi kasus pertama memerlukan ruang

sirkulasi yang lebih besar daripada anggota keluarga pada studi kasus kedua akibat organisasi

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 14: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

ruang yang linear (memanjang) sehingga membutuhkan jarak yang lebih jauh untuk mencapai

suatu ruang. Sedangkan anggota keluarga pada studi kasus kedua tidak memerlukan ruang

sirkulasi yang besar karena organisasi ruang yang memungkinkan pencapaian ruangan yang

lebih dekat. Hal ini menyebabkan total kebutuhan ruang gerak anggota keluarga pada studi

kasus pertama jauh lebih besar daripada kebutuhan ruang gerak anggota keluarga pada studi

kasus kedua.

Kesimpulan

Setelah melakukan studi literatur, pengamatan lapangan, serta wawancara pada dua keluarga

yang memiliki luas lantai rumah 36 meter persegi (m²) dengan jumlah anggota keluarga

empat orang, ditemukan bahwa tidak semua responden membutuhkan ruang sebesar sembilan

meter persegi bahkan setengah dari responden hanya memerlukan ruang gerak di bawah

ambang batas sebesar 7,20 m² per kapita yang ditetapkan oleh pemerintah, sedangkan

setengah responden yang lain membutuhkan ruang gerak di atas standar per kapita sebesar

9,00 m² seperti responden yang bertugas sebagai ibu rumah tangga atau responden yang lebih

banyak menghabiskan waktu di rumah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan peran

dan kegiatan yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga serta waktu melakukan kegiatan

tersebut.

Selain itu ukuran tubuh manusia berpengaruh secara langsung pada luas ruang gerak yang

diperlukan dimana manusia dengan ukuran tubuh yang lebih besar memerlukan ruang gerak

yang lebih luas dibandingkan manusia dengan ukuran tubuh yang lebih kecil, hal ini terlihat

pada studi kasus pertama.

Namun ada hal menarik yang ditemukan pada perbandingan kebutuhan ruang gerak antar

studi kasus yaitu organisasi ruangan di dalam rumah ternyata sangat memengaruhi besaran

ruang gerak anggota keluarga. Pada studi kasus ditemukan bahwa rumah dengan organisasi

ruangan linear atau memanjang membutuhkan ruang sirkulasi yang lebih besar karena jarak

untuk mencapai antar ruangan lebih besar dibandingkan dengan organisasi ruang grid

memusat. Kebutuhan ruang sirkulasi pada rumah dengan organisasi ruangan linear tiga kali

lebih besar dibandingkan rumah dengan organisasi ruang grid memusat. Oleh karena itu,

sebaiknya rumah berukuran luas lantai 36 m² tidak hanya dipandang sebatas ukuran saja tetapi

juga dari organisasi ruang di dalamnya.

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 15: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

Dari hasil ini ditemukan bahwa rumah berukuran luas lantai 36 meter persegi (m²) sudah

dapat memenuhi ruang gerak empat orang. Namun pemenuhan ini dilakukan dengan adanya

ruang yang digunakan secara bergantian seperti kamar tidur pada studi kasus kedua dimana

anak yang tidur bersama Ibunya harus berpindah ke kamar tidur kakaknya bila ayahnya

pulang, serta kamar mandi dan toilet yang juga digunakan bergantian. Selain itu ada juga

ruang yang fungsinya berganti sesuai dengan kebutuhan berkegiatan seperti ruang duduk yang

digunakan sebagai ruang makan, sebagai ruang untuk bekerja, dan juga sebagai ruang untuk

tidur pada malam hari (contoh studi kasus pertama).

Oleh karena itu, kebutuhan ruang gerak manusia dipengaruhi oleh peran dan kegiatannya di

dalam rumah, ukuran tubuh, serta organisasi ruangan (untuk ruang sirkulasi) di dalam rumah

sehingga tidak semua manusia memerlukan ruang gerak sebesar 9 meter persegi (m²).

Selanjutnya kebutuhan ruang gerak empat orang sudah dapat terpenuhi di dalam rumah

berukuran luas lantai 36 m² dengan berbagai adaptasi seperti penggunaan ruang bersama,

penggunaan ruang secara bergantian, maupun penggunaan fungsi ruang yang berganti sesuai

kebutuhan.

Saran

Penelitian ini masih terbatas pada jumlah studi kasus yang hanya berjumlah dua keluarga,

akan lebih baik bila pada penelitian selanjutnya jumlah studi kasus keluarga yang diamati

lebih banyak sehingga bisa memperoleh data yang lebih beragam. Selain itu penulisan ini

hanya terbatas pada kebutuhan ruang gerak empat orang di dalam rumah berukuran 36 m²,

untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan adanya penelitian lebih lanjut terhadap

pemenuhan ruang gerak manusia di dalam rumah berukuran 36 m² dengan jumlah anggota

keluarga lebih dari empat orang atau kurang dari empat orang sehingga dapat diketahui lebih

dalam bagaimana cara anggota keluarga memenuhi kebutuhan ruang geraknya.

Daftar Referensi

Ching, Francis DK diterjemahkan oleh Harwadi, Nurahwa. 1996. Arsitektur: Bentuk, Ruang,

dan Tatanan; Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 16: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

Heimsath, Clovis diterjemahkan oleh Onggodiputro, Aris. 1988. Arsitektur dari segi Perilaku,

Menuju Proses Perancangan yang Dapat Dijelaskan. Bandung: Intermatra.

Latief, M. 2012. Kemenpera Harus Patuhi Putusan MK.

http://properti.kompas.com/index.php/read/2012/10/05/08191299. Diunduh pada 2 Mei

2013.

Panero, Julius dan Zelnik, Martin. 1979. Dimensi Manusia dan Ruang Interior: Buku

Panduan untuk Standar Pedoman Perancangan. United States: Whitney Library of

Design.

Panudju, Bambang. 1999. Pengadaan Perumahan Kota dengan Peran Serta Masyarakat

Berpenghasilan Rendah. Bandung: Alumni.

Septiani, Fitria Yolanda. 2003. “Konsep Rumah Tumbuh: Kajian Tentang Pola Pertambahan

Ruang Pada Rumah Sederhana”. Depok: Departemen Arsitektur Univeristas

Indonesia.

Siregar, Laksmi G. 2008. Makna Arsitektur: Suatu Refleksi Filosofis. Salemba: Universitas

Indonesia (UI-Press).

Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia. Nomor

403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman.

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 17: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 18: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.

Page 19: KEBUTUHAN RUANG GERAK MANUSIA DI DALAM RUMAH …

Kebutuhan ruang..., Nitamia Indah Cantika, FT UI, 2013.