kebutuhan informasi masyarakat desa hutan … · informasi masyarakat desa hutan kabupaten...
TRANSCRIPT
KEBUTUHAN INFORMASI MASYARAKAT DESA
HUTAN KABUPATEN PEKALONGAN
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan
Oleh:
NAFSIL MUTMA’INAH
NIM. A2D009061
PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
ii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nafsil Mutma’inah
NIM : A2D009061
Jurusan : S1 Ilmu Perpustakaan
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kebutuhan
Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan” adalah benar-benar
karya ilmiah saya sendiri, bukanlah hasil plagiat karya ilmiah orang lain, baik
sebagian maupun keseluruhan, dan semua kutipan yang ada di skripsi ini telah
saya sebutkan sumber aslinya berdasarkan tata cara penulisan kutipan yang lazim
pada karya ilmiah.
Semarang, 06 September 2013
Yang menyatakan,
Nafsil Mutma’inah
NIM. A2D009061
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya (QS. An-Najm [53]: 39)
Persembahan
1. Ibu dan bapak serta kelurga tercinta
Kel.Rochan dan Jazriyah.
2. Pendidik umat yang tak pernah berhenti
berjuang demi tegaknya kebenaran.
3. Pejuang Literasi Indonesia
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “Kebutuhan Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan” telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 6 September 2013
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
Dra. Sri Ati, M.Si.
NIP 195305021979012001
v
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh Panitia Ujian Skripsi pada
tanggal 20 September 2013.
Ketua Penguji,
Endang Fatmawati, M.Si. NIP. 132314562
Anggota I,
Heriyanto, S.Sos., M.IM. NIP. 197704082010121001
Anggota II
Dra. Sri Ati, M.Si. NIP. 195305021979012001
vi
PRAKATA
Puji syukur atas rahmat, inayah, dan hidayah Allah SWT kepada peneliti
sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Kebutuhan
Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan.”
Skripsi ini terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, baik bantuan materi
maupun motivasi dalam penyusunanya. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Agus Maladi Irianto, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro.
2. Ibu Dra. Sri Ati, M.Si. selaku Ketua Progam Studi S1 Ilmu Perpustakaan
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro sekaligus dosen
pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, nasihat
dan saran-saran dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;
3. Dosen Penguji, ibu Endang Fatmawati, M.Si. dan bapak
Heriyanto, S.Sos., M.IM, atas kritik dan saran untuk perbaikan karya ini;
4. Bapak Drs. Hermintoyo, M.Pd. selaku Dosen Wali, terimakasih telah
memberi bimbingan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini;
5. Ibu Jazriyah dan bapak Rochan orang tua yang tidak berhenti memberikan
dukungan doa dan materi;
6. Bapak Margono selaku mandor hutan, Tirtonadi dan Imam Nur Huda
selaku pengurus sekretariatan Paguyuban Lembaga Masyarakat Desa
Hutan di bidang P3MDH yang telah membantu perolehan data penelitian.
vii
7. Kepada Kakak-kakak dan keponakanku tercinta yang tidak pernah lelah
memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi.
8. Seluruh teman-teman Mantiqoh Undip, khususnya teman-teman Rumah
Binaan Darut Taghir dan Ar-Roya.
9. Teman-teman 7 Dwarft yang telah menemani dalam proses penelitian
bersama penulis;
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kritik dan saran selalu penulis nantikan untuk perbaikan karya pada
generasi berikutnya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis, praktisi dan
pemerhati perpustakaan khususnya dan bagi pembaca.
Semarang, 06 September 2013
Penulis
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Kebutuhan Informasi Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan.” Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan dari segi subyek, sumber, jenis, bentuk, kegunaan, tujuan dan manfaat penggunaan informasi serta hal-hal yang melatarbelakangi maupun mempengaruhi kebutuhan informasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif berjenis deskriptif studi kasus. Adapun informan dalam penelitian ini merupakan masyarakat petani hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Informan ditentukan secara acak menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen.
Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas Sumber Daya Manusia mendorong masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan membutuhkan informasi yang terbagi dalam tiga hal. Pertama, tentang peningkatan kesejahteraan ekonomi, seperti lowongan pekerjaan, usaha, perkembangan harga komoditas hutan, program pemberdayaan masyarakat, budidaya dibidang pertanian, peternakan dan kehutanan. Kedua, informasi yang berkaitan dengan permasalahan pekerjaan maupun kehidupan sehari hari, seperti: keselamatan kerja, kebijakan dan pengelolaan sumber air bersih. Ketiga, informasi yang terkait minat masyarakat, seperti: kesehatan, tanaman obat, olah raga dan agama (Islam). Informasi tersebut lebih dubutuhkan dalam bentuk tercetak maupun pemberitahuan langsung (sosialisasi), sebab jenis informasi lisan mendominasi kebutuhan masyarakat.
Kata kunci: kebutuhan informasi, Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERNYATAAN ................................................................................................ ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
PRAKATA ......................................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah .................................................................. 5
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 7
1.6 Kerangka Pikir ............................................................................................ 8
1.7 Batasan Istilah ............................................................................................ 9
BAB II. TINJAUAN LITERATUR
2.1. Informasi .................................................................................................... 11
2.1.1 Bentuk Informasi ................................................................................. 12
2.1.2 Jenis-Jenis Informasi ............................................................................ 13
2.2. Kebutuhan Informasi ................................................................................. 15
2.3. Masyarakat Desa Hutan .............................................................................. 19
2.4. Penelitian Sebelumnya ................................................................................ 22
x
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Desain dan Jenis Penelitian ........................................................................ 26
3.2. Objek dan Subjek Penelitian ...................................................................... 27
3.2.1 Informan ............................................................................................ 28
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 29
3.4. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 29
3.5. Pengumpulan Data ...................................................................................... 30
3.6. Variabel dan Indikator Penelitian ............................................................... 32
3.7. Pengolahan dan Analisis Data.................................................................... 32
3.7.1 Analisis Data ..................................................................................... 33
BAB IV. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA HUTAN
KABUPATEN PEKALONGAN
4.1. Pengelolaan Hutan untuk Kesejahteraan Masyarakat ................................ 35
4.2. Upaya Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan .......................................... 37
4.3. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Kabupaten Pekalongan ........ 39
4.4. Paguyuban Lembaga Masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan...... 40
4.4.1 Visi Misi Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur .................... 40
4.4.2 Tujuan Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ........................ 41
4.4.3 Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur .................... 42
4.4.5 Kegiatan Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ..................... 43
BAB V. ANALISIS HASIL PENELITIAN
5.1. Latar Belakang Kebutuhan Informasi ......................................................... 44
5.2. Subyek Informasi ......................................................................................... 48
5.3 Sumber Informasi ......................................................................................... 51
5.4 Jenis Informasi ............................................................................................. 53
5.5 Bentuk Informasi ......................................................................................... 56
5.6 Kegunaan Informasi ..................................................................................... 58
5.7 Manfaat Penggunaan Informasi ................................................................... 60
5.8 Tujuan Penggunaan Informasi ..................................................................... 62
xi
5.9 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan dengan Kebutuhan Informasi ........ 64
5.10 Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal dengan Kebutuhan Informasi ...... 67
5.11 Kendala ...................................................................................................... 68
BAB VI. PENUTUP
6.1 Simpulan ...................................................................................................... 71
6.2 Saran ............................................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 75
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur ............ 42
Tabel 5.1 Daftar Tingkat pendidikan Informan ................................................ 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Kerangka Pikir .......................................................................... 8
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Kisi-Kisi Wawancara ........................................................... 78
LAMPIRAN 2 Daftar Informan ................................................................... 79
LAMPIRAN 3 Reduksi Data Hasil Wawancara ........................................... 80
LAMPIRAN 4 Dokumentasi Kegiatan dan Kondisi Lingkungan Masyarakat
Desa Hutan Kabupaten Pekalongan ..................................... 90
LAMPIRAN 5 Data Persebaran LMDH Kabupaten Pekalongan ................. 92
LAMPIRAN 6 Matriks Bimbingan dan Konsultasi Penulisan Skripsi ......... 94
LAMPIRAN 7 Biodata Penulis ..................................................................... 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Suebu (dalam Mustofa, 2011:2), hutan mempunyai peranan
penting dan strategis sebagai aset dan modal suatu bangsa. Ia memaparkan
hal tersebut terutama dalam 3 aspek yakni: ekonomi, sosial kemasyarakatan
dan lingkungan. Dalam aspek sosial kemasyarakatan, hutan merupakan
sumber penghidupan yang telah membentuk tradisi dan budaya. Sementara
dari aspek lingkungan, hutan mempunyai fungsi hidrologis (pengatur tata air),
penahan erosi dan berfungsi sebagai paru-paru dunia serta sebagai habitat
keanekaragaman hayati. Akan tetapi keberadaan hutan Indonesia justru tidak
mampu dikelola secara maksimal.
Kekayaan sumber daya hutan yang dimiliki Indonesia ternyata tidak
mampu memberikan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Alfitri (2006:30) menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu
Negara yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia setelah Brazil. Akan
tetapi Wollenberg (2004:2) dalam majalah Governance Brief memberitakan
bahwa masyarakat yang tinggal di hutan merupakan kelompok termiskin
terbesar di Indonesia. Menurut Brown dalam Wollenberg (2004:2), sekitar
48,8 juta penduduk tinggal pada lahan hutan Negara dan 10,2 juta diantaranya
terkategori miskin.
1
2
Lokasi masyarakat di pedesaan yang jauh dari perkotaan dengan
keterbatasan fasilitas transportasi, teknologi dan sarana komunikasi semakin
memperparah kondisi masyarakat Desa Hutan. Hal ini seperti yang
disampaikan Zulaifah (2006:14) dalam tesisnya:
“kehidupan masyarakat sekitar hutan justru termarginalisasi di tengah melimpahnya sumberdaya hasil hutan. Banyaknya tindak perusakan hutan seperti penyerobotan lahan hutan, kebakaran hutan, dan illegal logging merupakan suatu indikasi bahwa sebenarnya banyak pihak (diluar masyarakat desa sekitar hutan) yang ingin mengambil manfaat dari keberadaan hutan (Zulaifah, 2006:14).
Dengan demikian perlu ada perhatian dalam upaya peningkatan kesadaran,
pengetahuan dan kualitas kehidupan masyarakat ‘Desa Hutan’. Terlebih
menurut Mustofa (2011) selama ini isu kerusakan hutan sering dikaitkan
dengan sejumlah penduduk sekitar hutan yang mengalami kesulitan ekonomi,
sehingga mereka melakukan penebangan hutan secara liar.
Perhatian pemerintah terhadap kondisi masyarakat ‘Desa Hutan’ di
Indonesia dituangkan dalam Peraturan Menteri No. P.49/Menhut-II/2008
tentang Hutan Desa. Kebijakan ini dilakukan dalam rangka melibatkan
masyarakat di sekitar hutan untuk berpartisipasi mewujudkan pengelolaan
hutan yang adil dan lestari sekaligus meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan mereka. Sepulau Jawa kebijakan tersebut dilaksanakan melalui
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Melalui keputusan nomor
136/kpts/Dir/2001, Perum Perhutani berupaya mengubah pengelolaan sumber
daya hutan dari sentralistik menjadi kolaboratif terutama dengan masyarakat
disekitar hutan. Sistem ini, oleh pemerintah provinsi Jawa Tengah juga
3
dijadikan sebagai dasar SK Gubernur Jawa Tengah No. 24 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).
Peranan aktif masyarakat dalam memelihara kelestarian hutan menjadi
hal yang sangat penting dalam konservasi hutan (Alfitri dalam Mustofa,
2011:7). Dengan demikian, agar hutan tetap terjaga dibentuklah Lembaga
Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Menurut Mustofa (2011:9) LMDH
merupakan organisasi yang bersifat independen dan berperan penting sebagai
penghubung antara pihak Perhutani dan masyarakat desa serta menjadi solusi
dari penjarahan hutan. LMDH juga mempunyai peranan strategis dalam
memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang hutan dan kelangsungan
masyarakat di sekitarnya. Lembaga yang beranggotakan masyarakat setempat
ini menjadi alternatif bagi mereka untuk berpartisipasi dalam pengamanan
dan penyelamatan hutan, sekaligus untuk meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, serta kesejahteraan mereka.
Sebagai upaya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat hutan, seluruh
LMDH di Kabupaten Pekalongan yang termasuk dalam Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Timur mendirikan paguyuban LMDH
yang menaungi seluruh LMDH di KPH Pekalongan Timur. Berbagai
pelatihan dan kegiatan pembelajaran pendidikan non formal diselenggarakan
oleh Paguyuban LMDH kepada masyarakat Desa hutan melalui divisi Pusat
Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan (P3MDH). Berbagai
Taman Baca Masyarakat juga dirintis sebagai sarana pemenuhan kebutuhan
informasi masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan mereka.
4
Hal tersebut menunjukan pentingnya keberadaan dan ketersediaan informasi
dalam kehidupan masyarakat ‘Desa Hutan’. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Leach (1999:71) bahwa informasi diakui sebagai sebuah faktor penting dalam
proses perkembangan.
Masyarakat yang ingin mempertahankan dan mengembangkan
kelangsungan hidupnya, sadar maupun tidak mereka selalu membutuhkan
informasi. Informasi ini dapat digunakan untuk menyelesaikan segala
permasalahan hidup mereka. Seperti yang diutarakan Baruchson-Arbib
(2006:83) bahwa ”People need accessible information in order to solve
problem in their everyday lives”. Hal ini juga ditegaskan oleh Yusup
(2010:79) yang menyatakan tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan
informasi, apapun jenis pekerjaannya.
Kebutuhan masyarakat akan informasi tidak terbatas dalam kehidupan
pribadi masyarakat sebagai individu, tetapi juga masyarakat sebagai bagian
dari kelompok atau komunitas. Mazie dan Ghelfi (dalam Leach,1999:71)
berpendapat bahwa “informasi dapat dilihat sebagai sebuah sumber kritis bagi
seseorang maupun komunitas baik di wilayah pedesaan maupun perkotan”.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa informasi dibutuhkan dalam setiap
lini kehidupan. Bahkan Leach (1999:71) menegaskan ketiadaan ketersediaan
informasi meskipun dalam konteks pedesaan tetap menjadi sebuah
permasalahan.
Masyarakat Desa Hutan sebagai bagian dari “rural contexts” atau bagian
dari wilayah pedesaan juga sangat membutuhkan keberadaan informasi,
5
terutama yang terkait dengan permasalahan hidup mereka. Apalagi, proses
pembinaan menuju peningkatan kualitas hidup yang sedang dirintis
masyarakat berpengaruh pada peningkatan kebutuhan informasi mereka.
Bahkan kebutuhan tersebut harus terpenuhi secara maksimal. Selain itu,
Yusup (2010:80) menegaskan bahwa informasi menjadi bahan atau bahkan
komoditas yang sangat unggul dalam pola kehidupan manusia, terutama di
zaman sekarang yang peradabannya semakin kompleks.
Agar pemenuhan kebutuhan informasi ini tepat sasaran, diperlukan kajian
terhadap kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan. Oleh karena itu,
peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk mengkaji kebutuhan
informasi masyarakat Desa Hutan khususnya di Kabupaten Pekalongan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan bahwa
yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah informasi apa saja yang
dibutuhkan masyarakat Desa Hutan.
1.2.1. Batasan Masalah
Masyarakat Desa Hutan terdiri dari beragam elemen. Mulai dari anak-
anak hingga orang dewasa dengan berbagai latar belakang pekerjaan. Untuk
memfokuskan penelitian ini, maka masyarakat yang akan dikaji kebutuhan
informasinya yaitu mereka yang menjadi anggota LMDH atau lebih dikenal
dengan anggota penyadap dan petani hutan. Hal ini dianggap lebih utama
karena para anggota LMDH selain merupakan masyarakat setempat, mereka
6
juga dianggap mengetahui permasalahan yang terjadi di lingkungannya dan
berpartisipasi dalam mawujudkan kehidupan masyarakat hutan menjadi lebih
baik.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan memahami kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan di
kabupaten Pekalongan, sehingga diketahui informasi yang dibutuhkan
masyarakat dari aspek subyek, sumber, jenis, bentuk, dan kegunaan, tujuan
dan manfaat penggunaan informasi. Selain itu, juga dapat diketahui hal-hal
yang melatarbelakangi munculnya kebutuhan tersebut serta faktor yang
mempengaruhi kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini secara umum dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
rujukan untuk melakukan pengkajian terhadap pemakai potensial (Potencial
User) maupun pemakai aktual (actual User) serta untuk mengetahui
informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan. Secara khusus manfaat
penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.4.1. Bagi Peneliti
1. Dapat mengetahui bagaimana cara melakukan kajian terhadap
pemakai serta penyelesaian persoalan yang dihadapi di tempat
penelitian;
7
2. Hasil penelitian dapat digunakan peneliti untuk memahami
informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan di kabupaten
Pekalongan.
1.4.2. Bagi Perpustakaan
1. Sebagai Penyedia jasa Informasi, perpustakaan dapat berpartisipasi
dalam mendukung program pemerintah dengan menyediakan
informasi yang dibutuhkan dan tepat bagi masyarakat Desa Hutan,
melalui perpustakaan keliling maupun penyediaan koleksi di taman
baca masyarakat.
2. Dapat melakukan tugasnya dalam meningkatkan minat baca
masyarakat dan mewujudkan “Life Long Learning” dalam
masyarakat secara merata.
1.4.3 Bagi Masyarakat Desa Hutan
1. Hasil penelitian dapat menjadi rujukan bagi pemerintah melalui
perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat.
2. Ketersediaan informasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dapat memudahkan aktivitas masyarakat dalam mencapai tujuan.
1.5 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah hutan kabupaten Pekalongan Jawa
Tengah yang tercakup dalam peta pangkuan hutan Pekalongan Timur dan
8
difokuskan pada daerah di sekitar Sekretariat P3MDH Paninggaran sebagai
bagian (divisi) bidang pendidikan dan pengembangan masyarakat dari LMDH
kabupaten Pekalongan. Kegiatan penelitian dilakukan selama 41 hari sejak 3
Juli 2013 hingga 13 Agustus 2013.
1.6 Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
diagram berikut:
GAP/ Kesenjangan
Kebutuhan informasi
Gambar 1. Alur Kerangka Pikir
Terjadinya suatu kebutuhan menurut Yusup (2010: 83) jika terdapat
kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara kondisi seharusnya dengan
kondisi nyata sekarang. Kebutuhan informasi terjadi karena keadaan tidak
1. Lingkungan Sosial
2. Pekerjaan 3. Pendidikan 4. Usia
• Subyek • Sumber • Jenis • Bentuk • Kegunaan • Tujuan yang ingin
dicapai • Manfaat
penggunaan informasi
Kenyataan atau Kondisi Sekarang
(pengetahuan yang dimiliki)
Harapan atau pengetahuan yang
diinginkan
9
menentu yang timbul akibat terjadinya kesenjangan (gap) dalam diri manusia
antara pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang dibutuhkannya
(Belkin dalam Suwanto, 1997:19). Kebutuhan ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, Lin dan Garvey (dalam Laloo, 2002: 14) menemukan bahwa
faktor paling penting yang mempengaruhi kebutuhan informasi adalah jenis
pekerjaan seseorang, sedangkan faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
informasi termasuk faktor sosial, politik, ekonomi dan kebijakan. Sedangkan
Belkin (dalam Suwanto, 1997:19) menganggap bahwa kebutuhan informasi
dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam sebab, antara lain: latar belakang
sosial budaya, pendidikan dan tujuan dalam diri manusia tersebut, serta
lingkungan sosialnya.
1.7 Batasan Istilah
Fokus peneliti dalam pembahasan masalah dibatasi hanya pada kajian
kebutuhan informasi pada masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan.
Desa Hutan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah desa yang berada di
bawah pembinaan P3MDH kabupaten Pekalongan yang berpusat di
kecamatan Kajen dan Paninggaran.
Masyarakat yang dikaji dalam penelitian ini hanya dibatasi pada
penduduk desa dibawah pembinaan LMDH di kabupaten Pekalongan yang
menjadi bagian dari wilayah peta pangkuan hutan Pekalongan Timur.
Kebutuhan informasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah informasi
yang digunakan masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan untuk
10
berinteraksi terhadap lingkungannya, seperti: subyek, sumber, jenis, bentuk,
kegunaan, tujuan dan manfaat penggunaan informasi.
11
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1 . Informasi
“Informasi memegang peranan yang semakin besar dalam perkembangan
ilmu pengetahuan (dalam arti luas)” (Sulistyo-Basuki, 2004:398). Dalam hal
ini, informasi berbeda dengan pengetahuan, seperti yang disampaikan
Machlup (dalam Case, 2002: 61) yang menitikberatkan bahwa informasi
diperoleh karena diberitahu, sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui
berpikir. Sedangkan menurut Yusup (2010:5) bahwa informasi ini lahir
karena adanya suatu peristiwa atau kejadian, apapun jenis kejadiannya. Jika
kejadian yang dilihat atau diamati seseorang, kemudian orang tersebut
memberitahu baik secara lisan maupun tertulis kepada orang lain, maka apa
yang disampaikan itu disebut informasi.
Informasi merupakan komoditi internasional, sehingga penggunaan
informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan masalah yang menjadi
perhatian dan keprihatinan kegiatan nasional dan internasional (Sulistyo-
Basuki, 1992:224). Bahkan Yusup (2010:80) menambahkan semakin
kompleks peradaban zaman, informasi menjadi bahan komoditas yang sangat
unggul dalam pola kehidupan manusia, tanpa informasi manusia tidak dapat
berperan banyak dengan lingkungannya. Hal ini ditegaskan Mehombu (dalam
Leach, 1999: 71) bahwa informasi kini telah diterima sebagai faktor penting
dalam pengembangan beberapa masyarakat secara terus-menerus. Sebab,
11
12
informasi dapat menurunkan ketidakpastian dan meningkatkan kesadaran
akan kemungkinan tindakan untuk memecahkan permasalahan. Selain itu,
Sulistiyo-Basuki dalam bukunya “Pengantar Dokumentasi” (2004:393) juga
menjelaskan pentingnya penggunaan informasi meliputi semua aspek, yakni
semua bahasan tentang dokumen primer, dokumen skunder dan tersier, teknik
temu balik informasi serta media dan fasilitas yang digunakan untuk
mencapai tujuan bersama penggunaan informasi seefisien mungkin, tercakup
di dalamnya. Tidak hanya itu saja, Durrance dan Pettigrew (dalam Bruchson-
Arbib, 2006: 83) memberikan fungsi lain terhadap informasi yang dapat
membantu mengatasi permasalahan dari aktivitas dan fasilitas partisipasi
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan informasi
tersebut kepada masyarakat dan organisasi secara bersamaan.
Banyak penulis telah mencoba untuk membuat sebuah definisi umum dari
informasi. Wulandari (2007:15) dalam ‘Materi Pokok Dasar-dasar Informasi’
mendefinisikan Informasi sebagai sekumpulan hasil olahan data yang telah
dibentuk ke dalam format tertentu yang bermanfaat dan mempunyai nilai
untuk digunakan dalam pembuatan keputusan bagi pengguna atau
pemakainya. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan terdapat beragam
bentuk informasi.
2.1.1 Bentuk Informasi
Informasi yang dijadikan rujukan para pemakai dapat diketegorikan
menjadi beberapa bentuk. Menurut Widyawan (2011) dalam artikel yang
13
berjudul ‘Sumber Informasi Referensi’ mengatakan beberapa bentuk sumber
referensi yakni bentuk tercetak (buku, majalah, Koran, ensiklopedia dan lain-
lain), bentuk micro, format elektronik (seperti CD-ROM), dan dokumen yang
dapat diakses melalui internet. Sehingga dalam penelitian ini juga akan dikaji
kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan dari segi bentuk informasinya.
Sehingga dapat diketahui informasi dalam bentuk apa saja yang dibutuhkan
masyarakat.
Pentingnya suatu informasi bagi sebagian orang, memunculkan beberapa
alasan yang mendorong mereka untuk merekam infromasi. Sehingga dari hal
ini kita mengenal beragam jenis Informasi.
2.1.2 Jenis-Jenis Informasi
Yusup (2010:5) mengelompokkan informasi menjadi dua jenis:
1. Informasi Lisan
Informasi ini jumlahnya banyak dan sulit diukur dan dibuktikan
sehingga pusat informasi seperti perpustakaan tidak mengolah
informasi jenis ini.
2. Informasi Terekam
Informasi terekam dibedakan antara yang ilmiah dan tidak ilmiah .
Informasi tidak ilmiah adalah informasi yang biasa dan tersedia
dimanapun. Akan tetapi informasi jenis ini dapat berubah menjadi luar
biasa apabila berhubungan dengan peristiwa besar atau sejarah,
misalnya informasi meninggalnya seseorang. Sedangkan informasi
14
ilmiah merupakan informasi terekam yang dirancang secara khusus
atau bisa dimanfaatkan untuk kepentingan ilmiah.
Selanjutnya Yusup (2010: 8) membagi informasi menjadi:
1.) Informasi primer: informasi yang dikeluarkan pertama kali dari
sumbernya secara lengkap dan asli.
2.) Informasi Sekunder : informasi yang bertujuan untuk membuka
informasi primer.
3.) Informasi Tersier : keterangan atau tulisan dari sumber tertentu
yang dapat digunakan untuk mengetahui atau menelusuri sumber-
sumber informasi sekunder.
Selain itu, Wulandari (2007: 64) menegaskan makin berkembangnya
suatu organisasi berarti semakin banyak organisasi tersebut memerlukan
informasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusup (2010:11) bahwa fungsi
informasi dapat berkembang sesuai dengan bidang garapan yang disentuhnya.
Selain itu Yusup (2010:11) juga menjelaskan fungsi utama informasi yaitu
sebagai data dan fakta yang sanggup membuktikan adanya suatu kebenaran,
sebagai penjelas hal-hal yang sebelumnya masih meragukan, sebagai prediksi
untuk peristiwa-peristiwa yang mungkin akan terjadi di masa yang akan
datang.
Dengan kata lain, seseorang membutuhkan informasi untuk
menyelesaikan permasalahan kehidupannya setiap hari. Penyebaran informasi
ini akan berlangsung efektif ketika informasi yang tersedia sesuai dengan
yang dibutuhkan masyarakat. “The effective of information services that meet
15
the needs and aspirations of citizens, decision-makers and life long learners
is a long standing goal of the information professions”(William,2008:63).
Berdasarkan beberapa hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa informasi
merupakan segala hal yang merepresentasikan setiap kegiatan manusia,
terekam dan disebarluaskan untuk memudahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga, informasi menjadi suatu bagian terpenting dan tidak terlepas dalam
aktivitas masyarakat.
2.2 . Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi terjadi karena keadaan tidak menentu yang timbul
akibat terjadinya kesenjangan (gap) dalam diri manusia antara pengetahuan
yang dimiliki dengan yang dibutuhkannya. Pemakai akan mencari informasi
untuk memenuhi kebutuhannya tersebut (Belkin dalam Suwanto, 1997:19).
Sedangkan menurut Yusup (2010:83) kebutuhan terjadi karena kesenjangan
antara harapan dan kenyataan, antara yang seharusnya dengan kondisi nyata
sekarang dan dari adanya informasi yang datang menerpa orang yang
bersangkutan. Selain itu Krech, Crutchfiled, dan Ballachey (dalam Yusup,
2010:82) berpendapat bahwa timbulnya kebutuhan seseorang tetap
dipengaruhi oleh kondisi fisiologis, situasi dan kognisinya. Sementara itu
Laloo (2002:15) menyatakan “Ketika kebutuhan dirasakan untuk hal apa saja,
seringkali orang mengambil tindakan untuk memenuhi kebutuhannya,”
termasuk di dalamnya kebutuhan seseorang akan informasi.
16
Sulistyo-Basuki (2004: 393) mendefinisikan kebutuhan informasi sebagai
informasi yang diinginkan seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan
rohaniah, pendidikan dan lain-lain. Jika, kebutuhan ini tidak terpenuhi, dapat
menghambat aktivitas seseorang. Karena menurut Wilson (dalam kartika,
2012:17) kebutuhan informasi bukan hanya kebutuhan fundamental seperti
kebutuhan transportasi atau kebutuhan pangan, tetapi lebih dari kebutuhan
kedua yang lebih penting dimana muncul kebutuhan utama. Dengan demikian
perlu melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan informasi ini.
Tylor (dalam Pendit, 2008) berpendapat bahwa kebutuhan informasi
merupakan sesuatu yang rumit sebab gabungan dari karakteristik personal dan
psikologis yang sulit diungkapkan. Kebutuhan ini seringkali samar-samar dan
dapat tersembunyi dibawah alam sadar. Tylor (dalam Pendit, 2008)
selanjutnya menjelaskan sebelum sebuah kebutuhan terwujud secara pasti,
ada tingkatan yang dilalui oleh pemikiran manusia, antara lain:
1. Visceral need, yaitu tingkatan ketika kebutuhan informasi belum sungguh-
sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan
pengalaman seseorang dalam hidupnya.
2. Concious need, yaitu ketika seseorang mulai mereka-reka apa yang
sesungguhnya mereka butuhkan.
3. Formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan
terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya, dan mungkin disaat
inilah ia baru dapat menyatakan kebutuhannya kepada orang lain.
17
4. Compromised need, ketika seseorang mengubah-ubah rumusan
kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi
tertentu.
Yusup (2010:82) mengemukakan kebutuhan seseorang khususnya yang
dihadapkan dengan berbagai media penampung informasi (sumber-sumber
informasi) seperti yang di usulkan oleh Katz, Gurevitch, dan Hass sebagai
berikut:
1. Kebutuhan kognitif. Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk
memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan, dan pemahaman
seseorang akan lingkungannya.
2. Kebutuhan afektif. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal
yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional.
3. Kebutuhan integrasi personal. Ini sering dikaitkan dengan penguatan
kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.
4. Kebutuhan integrasi sosial. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan
hubungan dengan keluarga, teman, dan orang lain di dunia.
5. Kebutuhan berkhayal. Ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk
melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan
atau pengalihan.
Kebutuhan informasi sangat tergantung pada kondisi dan situasi yang
dialami seseorang. Sehingga untuk meneliti kebutuhan informasi, saracevic
(dalam pendit, 2008) menyarankan untuk memperhatikan beberapa faktor.
Faktor tersebut seperti: persepsi seseorang terhadap masalah yang sedang
18
dihadapi, rencana seseorang dalam penggunaan informasi, kondisi
pengetahuan seseorang yang relevan dengan kebutuhannya, dan dugaan
seseorang tentang ketersediaan informasi yang dibutuhkan.
Tague (dalam Laloo, 2002:14) membagi kebutuhan informasi seseorang
dalam beberapa tipe. Tipe tersebut antara lain:
1. Social or pragmatic the following information needs- required for
coping day-to-day life.
2. Recreation information needs
3. Professional information needs
4. Educational Information needs
Selain kategori tersebut dapat di kategorikan pada tipe :
success needs -for employment opportunities, self improvement
Specialised Information needs- for the physically handicapped, emotionally
disturbed, geographically isolated, etc.
Laloo dalam bukunya “Information Needs, Information Seeking behavior
and Users” membagi warganegara ke dalam kelompok berdasarkan macam
aktivitasnya antara lain:
1. Profesionals. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka
yang menjalani pelatihan dalam periode waktu tertentu pada sebuah
bidang khusus.
2. Semi-professionals. Kelompok ini termasuk seseorang yang
berhubungan aktif pada beberapa bidang. Orang dalam kelompok ini
19
dapat bekerja pada beberapa jenis pekerjaan professional tapi tanpa
pengetahuan, kemampuan dan keputusan.
3. Non-professionals. Setiap orang yang tidak terkategori kedalam
kelompok professionals dan semi-professionals
Kebutuhan informasi merupakan bagian dari konsep sentral perilaku
informasi (Information Behavior) selain pencarian (seeking) dan penggunaan
(Using) informasi. Seiring perkembangan waktu, kebutuhan khalayak dunia
tidak lagi sekedar fakta yang akurat dan aktual, melainkan pula penyajian
yang cepat lebih dari itu, mereka menginginkan pula ragam informasi dari
seluruh penjuru pada waktu yang bersamaan Ibnu (dalam Murniatmo:1997).
2.3 . Masyarakat Desa Hutan
Informasi menurut Dervin (dalam Suwanto,1997:19) dapat digunakan
untuk beragam keperluan, beberapa diantaranya adalah keperluan untuk
mendapatkan skill (kemampuan atau ketrampilan) dan agar mulai dapat
belajar serta membuat situasi lebih baik. Upaya menjadikan kondisi
Masyarakat Pedesaan terpencil menjadi lebih baik dilakukan beragam
program peningkatan kualitas hidup mereka, termasuk masyarakat Desa
Hutan di Indonesia. Beberapa program tersebut biasanya dilakukan melalui
proses pelatihan maupun pemberdayaan yang dilaksanakan lembaga
pemerintah dan non-pemerintah yang melibatkan proses transfer informasi
didalamnya. Hal itu dilakukan karena kondisi masyarakat Desa Hutan secara
umum yang sangat memprihatinkan.
20
Masyarakat Desa Hutan merupakan masyarakat yang mendiami wilayah
yang berada di sekitar atau di dalam hutan dan mata pencaharian atau
pekerjaan masyarakatnya tergantung pada interaksi terhadap hutan
(Awang,2008:15). Istilah ‘Desa Hutan’ ini mulai dikenal sejak dicetuskannya
program pengelolaan hutan bersama masyarakat oleh Perum Perhutani sejak
2001. Program ini diadakan sebagai program pengentasan kemiskinan
sekaligus penyelenggaraan perubahan kebijakan FAO sejak tahun 1978 di
Jakarta, dengan tema hutan untuk kesejahteraan masyarakat.
Program pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat tersebut
sangat diperlukan. Hal ini disebabkan masyarakat yang tinggal di hutan di
Indonesia merupakan salah satu kelompok miskin terbesar di Indonesia,
bahkan masyarakat yang tinggal di hutan cenderung miskin secara menahun
(Wollenberg, 2004:2). Padahal sumber daya yang diperoleh dari kawasan
hutan Indonesia sangat berlimpah. Mulai dari hasil panen pulp sebagai bahan
baku pembuatan kertas, potensi volume kayu dan rotan dalam jumlah banyak
dan potensi sumberdaya lainnya seperti bahan pertambangan, seharusnya
mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar hutan. Tetapi,
faktanya kehidupan masyarakat disekitar hutan justru semakin termarginalkan
(Zulaifah,2006:14).
Zulaifah (2006: 14-15) dalam tesisnya juga mengungkapkan bahwa
pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi di daerah pedesaan
menyebabkan berbagai dampak negatif, antara lain lahan pertanian yang
makin menyempit akibat bagi waris maupun akibat alih fungsi lahan, tidak
21
tersedianya lapangan pekerjaan lain yang layak bagi angkatan kerja penduduk
pedesaan, serta makin sulitnya untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan
pokok seperti sandang, pangan dan perumahan.
Mundurnya kondisi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan
mendorong Pemerintah melalui Kementrian Kehutanan untuk mengeluarkan
Peraturan Menteri No. P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa. Kebijakan
ini dilakukan dalam rangka melibatkan masyarakat di sekitar hutan untuk
mewujudkan pengelolaan hutan yang adil dan lestari sekaligus meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan mereka. Salah satu kegiatan untuk mencapai
tujuan kebijakan tersebut adalah dengan pemberian pembinaan pada
masyarakat di sekitar hutan. Saat ini pembinaan mulai dilaksanakan di
beberapa wilayah hutan Indonesia khususnya di pulau Jawa, termasuk
pembinaan pada masyarakat Desa Hutan Peta Pangkuan Hutan Pekalongan
Timur yang dilakukan oleh LMDH setempat maupun dari Dinas terkait.
Wilayah Kabupaten Pekalongan Selatan masih banyak masyarakat yang
belum terlayani pendidikannya dengan baik, dari sejumlah + 21.846 jiwa
yang merupakan penduduk dari 10 Desa, 2 kecamatan: kajen dan
paninggaran. Dari usia paud 2.176 anak belum terlayani + 1.500 anak, usia
SMP 1.156 anak belum terlayani + 250 anak, usia SMU 1.192 anak belum
terlayani + 400 anak (paguyubanlmdh.blogspot.com). Sementara kesempatan
untuk mengakses pendidikan formal sudah tidak mampu lagi dinikmati.
Kesempatan lain yang masih memungkinkan untuk diraih adalah apabila di
lingkungan terdekat dapat didirikan dan dikembangkan Lembaga Pendidikan
22
Non Formal (Paguyuban LMDH, 2011). Oleh karena itu, LMDH Kabupaten
Pekalongan mengadakan P3MDH atau dengan istilah lain Agroforestry
Learning Center untuk membina dan memberdayakan masyarakatnya.
2.4 . Penelitian Sebelumnya
Kajian terhadap kebutuhan informasi pengguna telah banyak dilakukan.
Akan tetapi sedikit sekali yang meneliti tentang kebutuhan informasi
masyarakat pedesaan dengan lingkungan khusus.
Penelitian sebelumnya yang menjadi acuan penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
2.4.1 Penelitian yang dilakukan Yusop, dkk (2012) tentang kebutuhan
informasi masyarakat pedesaan di Malaysia.
Penelitian ini mengkaji tentang kebutuhan informasi pada
masyarakat pedesaan di Malaysia. Dalam jurnal penelitian tersebut
dipaparkan bahwa kebutuhan informasi masyarakat pedesaan dapat
diklasifikasikan menjadi dua kategori yakni: dalam hubungan
dengan kegiatan ekonomi dan dalam hubungan dengan kehidupan
sehari-hari. Serta ditemukan kebutuhan informasi yang paling
umum diperlukan masyarakat pedesaan Malaysia yang terbagi
dalam empat sektor (mereka yang bekerja pada sektor kelapa sawit,
padi, karet dan perikanan) antara lain: IT, Bisnis, Pendidikan,
Peluang Karir. Sedangkan yang paling dibutuhkan adalah
informasi tentang politik dan hiburan.
23
2.4.2 Penelitian yang dilakukan Suwanto (1997), Studi tentang
kebutuhan dan perilaku pencarian informasi dosen Fakultas
Kedokteran UNDIP dan UNISSULA Semarang.
Penelitian ini bertujuan menganalisis kebutuhan dan pencarian
informasi dosen fakultas kedokteran kedua universitas tersebut
serta hubungannya dengan latar belakang pendidikan dan tujuan
penggunaan informasinya. Dari penelitian ini diperoleh hasil
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kebutuhan
jenis informasi ditinjau dari segi latar belakang pendidikan dosen.
Sedangakan dalam media informasi, sumber informasi dan strategi
pencarian serta cara perolehan informasi tidak terdapat perbedaan.
2.4.3 Penelitian yang dilakukan Kartika (2012) tentang kebutuhan dan
perilaku pencarian informasi para peneliti di Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia (MKRI).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dan
perilaku pencarian informasi yang dilakukan oleh peneliti di MKRI
serta mengetahui kendala yang dihadapi peneliti dalam melakukan
pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi.
Hasilnya, kebutuhan informasi peneliti dilakukan dalam membantu
hakim konstitusi membuat kajian, telaah maupun resume terhadap
perkara yang ada. Mereka mencari informasi dengan cara yang
24
beragam dengan tema dan subyek yang hampir sama tetapi mereka
mendapatkan pengetahuan yang berbeda-beda. Perilaku pencarian
informasi yang dilakukan oleh peneliti sebagian besar
menggunakan sumber informasi yang ada di MKRI, sedangkan
kendala yang dihadapi sebagian besar disebabkan oleh banyaknya
perkara yang ada di MKRI dan ketersediaan koleksi di
perpustakaan yang masih kurang mendukung peneliti dalam
membuat kajian terhadap perkara.
2.4.4 Penelitian yang dilakukan Tugirin (2012) berjudul ‘Kebutuhan dan
Pencarian Informasi oleh Mahasiswa yang Menjadi Anggota
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Undip’.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dan
pencarian informasi oleh mahasiswa di Perpustakaan Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Diponegoro Semarang. Dari penelitian ini
diketahui bahwa kebutuhan informasi dapat diamati melalui tujuan
dan pencarian informasi oleh mahasiswa. Penelitian tersebut juga
memaparkan bahwa tujuan mahasiswa untuk membuat atau
menyelesaikan tugas akhir dan untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan dosen. Kebutuhan informasi tersebut sesuai dengan
permasalahan yang sedang dihadapi mahasiswa.
Beberapa kajian kebutuhan informasi tersebut lebih banyak difokuskan
pada lingkungan atau lembaga yang didalamnya terdapat perpustakaan
25
sebagai sumber informasi. Meskipun kajian terhadap kebutuhan informasi
masyarakat pedesaan pernah dilakukan, penelitian tersebut belum secara
spesifik membahas kebutuhan informasi masyarakat desa yang tinggal
diwilayah khusus dan hanya kebutuhan informasi secara umum yang dikaji.
Oleh karena itu, perbedaan penelitian ini dengan kajian yang pernah
dilakukan adalah penelitian ini lebih ditujukan kepada masyarakat desa yang
menempati wilayah khusus yaitu disekitar hutan dengan akses terhadap
sumber informasi sangat terbatas. Penelitian ini juga mengkaji kebutuhan
informasi dari segi bentuk, sumber, jenis yang dibutuhkan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan informasinya.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
“Desain penelitian atau rancangan penelitian adalah strategi untuk
memperoleh data yang dipergunakan untuk menguji hipotesa”
(Sandjaja,2006:105). Desain ini dapat digunakan untuk menentukan
pengaturan latar belakang penelitian agar diperoleh data yang dibutuhkan.
Penulis dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif berjenis
deskriptif dengan bentuk studi kasus. Menurut Sulistyo Basuki (2006:78)
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan memperoleh
gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang
diteliti, sehingga berkaitan dengan persepsi, ide, pendapat atau kepercayaan,
yang tidak dapat diukur dengan angka. Sedangkan Moleong (2010:6)
menegaskan bahwa penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian. Sedangkan
Sulistyo-Basuki (2006:111) berpendapat “penelitian jenis ini berkaitan dengan
pengumpulan data tentang pengulangan atau kejadian peristiwa atau masalah
dalam berbagai situasi lingkungan”.
Penulis memilih jenis penelitian deskriptif studi kasus karena kegiatan ini
bertujuan hanya untuk memahami secara mendalam dan menggambarkan
kondisi kebutuhan informasi di Desa Hutan kabupaten Pekalongan yang
bersifat khusus. Seperti yang dijelaskan Sulistyo-Basuki (2006: 113) bahwa
26
27
studi kasus merupakan kajian mendalam tentang peristiwa, lingkungan, dan
situasi tertentu yang memungkinkan mengungkapkan atau memahami suatu
hal. Selain itu, studi kasus dapat dilakukan terhadap fenomena yang berjulat
dari perorangan, kelompok, dan situasi obyek material serta menghasilkan
penelitian yang bersifat khusus. Perlunya kebutuhan informasi masyarakat
tersebut untuk dikaji karena adanya pembinaan untuk pengelolaan hutan
secara optimal sebagai pemicu meningkatnya kebutuhan informasi
masyarakat. Selain itu, perlu adanya sumber informasi yang tepat untuk
mencapai tujuan kebijakan Pemerintah tentang Hutan Desa.
3.2. Obyek Dan Subyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah kebutuhan informasi sedangkan
subyek penelitian adalah masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan.
Masyarakat Desa Hutan yang menjadi subyek penelitian ini terbagi
dalam 127 desa yang terdapat di sekitar Peta Pangkuan Hutan Pekalongan
Timur yang meliputi: sedikit daerah kabupaten Batang dan Pemalang dan
seluruh daerah hutan di kabupaten Pekalongan. Khusus masyarakat Desa
Hutan yang berada di wilayah kabupaten Pekalongan berjumlah 61 desa.
Beberapa desa tersebut tersebar dalam 12 Kecamatan, meliputi: kecamatan
Kesesi, Kajen, Lebakbarang, Paninggaran, Karanganyar, Petungkriyono,
Talun, Kandangserang, Doro, Kajen, Bojong dan Karangdadap.
28
3.2.1 . Informan
Jenis penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi dan sampel, tetapi
menggunakan istilah informan untuk memberikan informasi secara akurat
mengenai hal yang diteliti. Penelitian ini menggunakan informan sebagai
sumber penggalian data. Informan dipilih berdasarkan teknik purposive
sampling. Teknik ini memungkinkan peneliti menentukan informan
berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti sesuai tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian. Kriteria tersebut seperti: paham dan menguasai
topik yang diteliti, mudah untuk ditemui, memiliki akses yang besar untuk
mengetahui kondisi lingkungannya, komunikatif, tidak mempunyai tujuan
atau kepentingan tertentu dalam penelitian sehingga dapat diperoleh
informasi yang obyektif serta bersedia memberikan informasi. Ketentuan
tersebut dapat memudahkan penulis dalam melakukan penelitian sehingga
tujuan penelitian dapat terpenuhi. Sedangkan jumlah informan dalam
penelitian kualitatif tidak ditentukan secara spesifik, data dari informan
dianggap cukup jika telah mampu menjawab tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis memutuskan informan yang tepat untuk
memperoleh data tentang kebutuhan informasi yaitu dengan mendapatkan
data langsung dari warga yang menjadi anggota LMDH di kabupaten
Pekalongan sehingga data kebutuhan informasi masyarakat tidak bersiat
obyektif dan personal, tetapi mampu mewakili kebutuhan masyarakat Desa
Hutan. Pemilihan informan ini juga mempertimbangkan rekomendasi dari
pihak P3MDH yang lokasinya menjadi secretariat paguyuban LMDH KPH
29
Pekalongan Timur serta melibatkan ketua LMDH yang dianggap mengetahui
kondisi masing-masing wilayahnya.
3.3. Tempat Dan Waktu Penelitian
Fokus terhadap masalah yang dikaji harus dilakukan peneliti untuk
menjamin keakuratan hasil penelitian. Sehingga untuk fokus terhadap kajian,
peneliti melakukan penelitian kepada masyarakat yang menjadi anggota
LMDH di wilayah kabupaten Pekalongan yang termasuk bagian wilayah peta
pangkuan Hutan Pekalongan Timur. Observasi dilakukan untuk memperoleh
gambaran langsung kondisi masyarakat Desa Hutan dengan beragam aktivitas
dan program yang dilaksanakan. Agar data yang diperoleh dan analisis dapat
dilakukan secara maksimal, penelitian akan dilakukan selama lebih dari satu
bulan sejak 3 Juli hingga 13 Agustus 2013.
3.4. Jenis Dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini dapat diperoleh dengan beragam jenis dan
sumber yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
3.4.1. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif. Jenis data kualitatif
jika data tidak dalam bentuk numerik tetapi lebih dapat berupa kata-kata,
teks, foto, video, rekaman suara dan sebagainya. Data Kualitatif dapat
diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data. Misalnya,
wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah
30
dituangkan dalam catatan lapangan (tanskrip). Sedangkan data berbentuk
gambar dapat diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
3.4.2. Sumber Data
Sumber yang biasa digunakan dibagi menjadi dua, sumber primer dan
sumber skunder.
3.4.2.1. Sumber Data Primer
Sumber primer informasi adalah sumber yang merupakan bagian
dari atau langsung berhubungan dengan dengan peristiwa/kejadian
yang dikaji. Sumber data ini dapat diperoleh dari informan melalui
observasi dan wawancara mendalam.
3.4.2.2. Sumber Data Sekunder
Sumber skunder informasi pada umumnya bukti yang berada satu
langkah atau lebih dari peristiwa yang sesungguhnya. Dengan kata
lain, data yang diperoleh dalam bentuk dokumen-dokumen yang telah
ada yang dapat mendukung data primer. Misalnya: buku, ensiklopedi
dan dokumen lain yang dapat menunjang penelitian.
3.5. Pengumpulan Data
Data di lapangan dapat diperoleh dengan beberbagai teknik atau metode,
antara lain:
3.5.1 Observasi
Peneliti dalam penlitian ini menggunakan jenis observasi tak
terstruktur.
31
Pada jenis ini peneliti mempersiapkan pencatatannya secermat mungkin menyangkut perilaku yang akan berlangsung tanpa mempradesain kategori khusus dari perilaku atau membatasi observasi hanya pada jenis perilaku. (Sulistyo,2006: 150).
Sedangkan dari segi penempatan posisi peneliti, peneitian ini
menggunakan observasi partisipan terbuka. Sulistyo-basuki (2006: 151)
menjelaskan bahwa observasi partisipan terbuka berarti subyek yang
diteliti mengetahui bahwa mereka sedang diamat-amati. Metode ini
dipilih karena melibatkan peneliti kedalam situasi yang dilakukan
subyek penelitian atau dengan kata lain peneliti hadir di tengah-tengah
subyek penelitian yang sedang diamati.
3.5.2 Dokumetasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang tercatat atau
terkam dalam kegiatan masyarakat Desa Hutan yang
terdokumentasikan. Peneliti menelusuri berbagai macam dokumen
antara lain buku, majalah, notulen rapat, peraturan-peraturan dan
sumber informasi lain.
3.5.3 Wawancara
“Wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang
dilakukan oleh pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk
memperoleh informasi yang diberikan” (Sandjaja,2006: 145). Dalam
penelitian ini penulis menggunakan wawancara mendalam tak
terstruktur untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Wawancara tak
terstruktur artinya wawancara dilakukan tidak berurutan tetapi tetap
32
menggunakan pedoman. Sedangkan mendalam (Depth Interview) sering
digunakan untuk menggali semua atribut responden atau informan
sedalam mungkin. Selain dilakukan dengan tatap muka, wawancara
dapat dilakukan berkali-kali sehingga peneliti dapat memperoleh
informasi yang dibutuhkan.
3.6 . Variabel Dan Indikator Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono,2009:38). Variable dalam penelitian ini adalah kebutuhan
informasi.
Variabel tersebut kemudian dibagi kedalam beberapa indikator.
Indikator kebutuhan informasi terdiri dari: jenis, bentuk, subyek, tujuan,
manfaat informasi. Sedangkan hal-hal yang dapat mempengaruhi kebutuhan
informasi juga menjadi indikator dalam penelitian ini, seperti: lingkungan
dan latar belakang pendidikan masyarakat.
3.7 . Pengolahan Dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan setelah peneliti menyelesaikan seluruh
rangkaian kegiatan penelitian dari observasi hingga pengumpulan data
(Aedi, 2010:2). Menurut Suyanto dan Sutinah (dalam Sasmita, 2012: 41)
pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara
33
mengklasifikasi atau mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema
sesuai fokus penelitiannya. Moleong (2010: 147) memaparkan peneliti
kualitatif mengenal adanya analisis data di lapangan walaupun analisis data
secara intensif barulah dilakukan sesudah ia kembali ke rumah. Sehingga
pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan setelah penelitian
selesai dilaksanakan baik dilapangan maupun tidak dan dilakukan sebelum
analisis data dilakukan. Pengolahan data ini diperlukan untuk editing,
seperti: mengkoreksi atau melakukan pengecekan yang dapat dilakukan
ditempat, memberikan tanda atau kode untuk kategori yang sama sebelum
dianalisis dan dikelompokkan dengan cara yang teliti dan teratur.
3.7.1 Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen dalam Moleong
(2010:248) yaitu:
Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Moleong (2010:248)
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis data kualitatif yang telah dirumuskan Moleong (2010:288). Metode
ini menjelaskan proses analisis data yang mencakup:
34
a. Reduksi data
I. Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya
satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki
makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.
II. Membuat koding. Membuat koding berarti memberikan kode pada
setiap ‘satuan’, agar tetap dapat ditelusuri data/satuannya, sumber
asalnya.
b. Kategorisasi
I. Menyusun kategori. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap
satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.
II. Setiap kategori diberi nama yang disebut ‘label’.
c. Sintesisasi
I. Mensistesis berarti mencari kaitan antara satu kategori dengan
kategori lainnya
II. Kaitan satu kategori dengan kategori lainnya diberi nama/ label lagi.
Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif, membandingkan hasil
wawancara dengan tinjauan dan hasil verifikasi dari pihak pengurus P3MDH
yang menjadi secretariat LMDH KPH Pekalongan Timur dan dari pihak
Perhutani yang mengetahui kondisi obyek penelitian.
35
BAB IV
GAMBARAN UMUM DESA HUTAN KABUPATEN
PEKALONGAN
4.1. Pengelolaan Hutan untuk Kesejahteraan Masyarakat
Kondisi masyarakat desa semakin terpuruk terutama masyarakat desa
yang tinggal di sekitar hutan Indonesia. Hal ini dialami sejak krisis moneter
yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 dan masih berkepanjangan hingga
saat ini (www.dephut.go.id). Rata-rata pertumbuhan ekonomi yang semakin
menurun, dan laju inflasi yang melonjak mencapai 39,63% pada juli 1998.
Sehingga yang muncul bukan hanya dampak ekonomi, namun juga dampak
kerawanan sosial, penurunan kesehatan dan endemi penyakit, pencemaran
lingkungan, kejahatan dan sebagainya. Bahkan penjarahan yang terjadi tidak
hanya dipertokoan tetapi juga telah terjadi penjarahan hasil hutan maupun
perkebunan di beberapa daerah.
Masyarakat pedesaan yang tinggal di sekitar hutan sering disebut
dengan istilah Desa Hutan. Hal ini seperti yang didefinisikan Awang
(2008:15) bahwa masyarakat Desa Hutan merupakan masyarakat yang
mendiami wilayah yang berada di sekitar atau di dalam hutan dan mata
pencahariaan/ pekerjaannya tergantung pada interaksi terhadap hutan.
Tidak meratanya pembangunan infrastruktur masyarakat Desa Hutan
dan kurangnya perhatian dari pemerintah semakin memperburuk
kesejahteraan mereka. Minimnya sarana transportasi, komunikasi dan sarana
35
36
pendidikan menjadikan masyarakat yang tinggal di kawasan Desa Hutan
semakin terpinggirkan. Terlebih lagi banyak pihak diluar masyarakat sekitar
hutan yang menginginkan kekayaan hasil hutan. Menyikapi keadaan yang ada
saat ini, pihak kehutanan Jawa Tengah berpegang kepada konsep visi
pembangunan kehutanan dan perkebunan, yakni: pengelolaan sumber daya
kehutanan dan perkebunan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
berdasarkan ekosistem dan keanekaragamannya, yang menjamin
berkembangnya kapasitas keberdayaan masyarakat, terselenggaranya
distribusi manfaat hutan dan kebun yang berkeadilan, efisiensi dan
berkelanjutan serta tahan terhadap akibat perubahan eksternal melalui
mekanisme pengelolaan yang partisipatif, terpadu, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Pelaksanakan visi tersebut diperlukan landasan pembangunan yang
bersifat fundamental yaitu pendekatan konsep hutan dan kebun untuk
kesejahteraan rakyat (forest and estate crops for people). Konsep ini
diarahkan pada optimalisasi fungsi kawasan hutan dan kebun baik dalam
konteks ekonomi, sosial dan budaya serta pengintegrasiannya dalam aspek
fungsi ekologi, khususnya fungsi lindung dan konservasi keanekaragaman
hayati dan ekosistemnya.
Beberapa upaya lain yang telah dilaksanakan dalam rangka peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Desa hutan dan sekitar hutan adalah
kegiatan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH), oleh Perum Perhutani
Unit I Jawa Tengah berupa: pembinaan Kelompok Tani Hutan (KTH), Kredit
37
pembinaan Usaha Kecil, dan Koperasi (PUKK), serta Kredit Usaha Tani,
Konservasi Daerah Aliran Sungai (KUK-DAS) dan Kredit Usaha Hutan
Rakyat (KUHR), di beberapa Kabupaten yang dilaksanakan oleh Unit
Pelaksana Teknis Kanwil Dephutbun Provinsi Jawa Tengah (BRLKT V).
Kegiatan tersebut telah banyak memberikan manfaat bagi masyarakat desa
sekitar hutan dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan.
4.2. Upaya-upaya Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan
Upaya ini dilakukan oleh perum perhutani Unit 1 Jawa Tengah sejak
1972. Beberapa kegiatan terbagi dalam beberapa periode, antara lain;
4.2.1. Masa Paradigma Lama (1972-2000)
Kegiatan dalam waktu ini terbagi menjadi:
1. Kerjasama Mantri Lurah (Prosperity Approach)
Dilaksanakan sejak 1972 sampai dengan 1981, bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup rakyat desa dan memantapkan kualitas
lingkungan hidup.
2. Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH)
Dilaksanakan mulai 1982 sampai dengan 2000, sebagai
penyempurnaan program Prosperity Approach, secara garis besar
meliputi kegiatan di dalam dan di luar kawasan hutan.
38
4.2.2. Paradigma Baru (2001- Sekarang)
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dilakukan
dalam periode ini. PHBM merupakan suatu sistem pengelolaan
Sumber Daya Hutan (SDH) yang dilakukan bersama oleh Perhutani
dan Masyarakat Desa Hutan atau Perhutani dan Masyarakat Desa
Hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholder) dengan jiwa
berbagi, sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan
fungsi dan manfaat SDH dapat diwujudkan secara optimal dan
professional sesuai Keputusan Dewan Pengawas Perhutani Nomor
136/KPTS/Dir/2001.
Secara garis besar, kegiatan PHBM terbagi menjadi kegiatan
dalam dan luar kawasan hutan. Kegiatan dalam kawasan hutan
meliputi: kegiatan pengusahaan hutan, usaha produktif berbasis lahan,
usaha produktif berbasis bukan lahan (seperti: pemanfaatan sumber
air, wisata alam dan sebagainya). Sedangkan kegiatan diluar kawasan
hutan meliputi: Pengembangan hutan rakyat (berbasis lahan) dengan
sharing atau bagi hasil dan kegiatan berbasis bukan lahan, misalnya:
aneka usaha kehutanan, industri pengolahan hasil hutan dan lain-lain.
Sebagai penghubung antara pihak Perhutani dengan masyarakat
Desa Hutan dalam kegiatan PHBM, maka dibantu oleh Lembaga
Swadaya Masyarakat dibentuklah lembaga independen yang
beranggotakan masyarakat desa setempat untuk memberikan solusi
39
atas penjarahan hutan yang sering disebut sebagai Lembaga
Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
4.3. Lembaga Maysarakat Desa Hutan (LMDH) Kabupaten
Pekalongan
Sistem PHBM yang dicangankan oleh Perum Perhutani sejak 2001,
membuka kesempatan bagi masyarakat Desa Hutan untuk terlibat aktif
dalam pengelolaan hutan. Keterlibatan aktif ini dimulai dari terjalinnya
kerjasama pengelolaan hutan antara Perhutani dengan LMDH. LMDH
merupakan lembaga lokal yang berdiri atas prakarsa warga yang difasilitasi
oleh desa setempat. Lembaga ini dibentuk sebagai penghubung antara
masyarakat Desa Hutan dengan pihak Perhutani maupun pihak lain yang
berkepentingan dalam program pemberdayaan dan pengelolaan sumberdaya
hutan.
Kabupaten pekalongan memiliki 61 LMDH yang tersebar dalam wilayah
hutan seluas 28.501,24 Ha. Wilayah ini meliputi 12 kecamatan, antara lain:
Kecamatan Paninggaran, Kesesi, Kajen, Lebakbarang, Petungkriyono,
Karanganyar, Talun, Kandangserang, Doro, Kajen, Bojong dan
Karangdadap. Sedangkan tabel perserbaran LMDH Kabupaten Pekalongan
dapat dilihat di lampiran.
40
4.4. Paguyuban Lembaga Masyarakat Desa Hutan Kabupaten
Pekalongan
Dalam upaya mewadahi kelembagaan antar LMDH, bersama komponen
lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, Dinas Kehutanan dan Perum
Perhutani KPH Pekalongan Timur pada tahun 2006 membentuk Paguyuban
LMDH yang diberi nama Paguyuban LMDH ”Unggul Lestari” KPH
Pekalongan Timur.
Menyadari keberadaannya sebagai organisasi yang menaungi seluruh
LMDH di KPH Pekalongan Timur, Paguyuban LMDH melakukan upaya-
upaya advokasi dan fasilitasi terhadap hak-hak masyarakat Desa Hutan.
Upaya-upaya tersebut diwujudkan dalam beberapa kegiatan praktis dibidang
pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.
Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur mempunyai luas hutan
pangkuan 26.000 Ha, yang tersebar di 3 wilayah kabupaten; Pekalongan,
Batang dan Pemalang. Mempunyai jumlah anggota sebanyak 116 LMDH,
terbagi dalam 7 BKPH antara lain : BKPH Bawang, BKPH Bandar, BKPH
Doro, BKPH Karanganyar, BKPH Paninggaran, BKPH Kesesi, BKPH
Randudongkal.
4.4.1 Visi dan Misi Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur
Agar tetap berjalan pada tujuan yang telah direncanakan lembaga,
maka Paguyuban LMDH “Unggul Lestari” KPH Pekalongan Timur
merumuskan Visi dan Misi sebagai landasan kegiatannya.
41
Visi dari Paguyuban ini adalah “ Menjadi Paguyuban Lembaga
Masyarakat Desa Hutan yang mengakar dan mandiri, mampu
menggugah dan berperan nyata dalam pemberdayaan masyarakat,
pembangunan desa dan pelestarian Sumber Daya Hutan dalam
semagat kebersamaan.”
Sedangkan Misi dari paguyuban LMDH “Unggul Lestari” yaitu
“Mendorong gerakan pemberdayaan masyarakat Desa Hutan secara
terpadu dan mendukung proses-proses penguatan dan pengembangan
kelembagaan LMDH melalui pembelajaran bersama, pengelolaan
hutan lestari, pengelolaan data dan informasi, penguatan kapasitas,
pengembangan usaha, dan jejaring kemitraan.”
4.4.2 Tujuan Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur
Paguyuban LMDH “Unggul Lestari” KPH Pekalongan Timur telah
merumuskan arahan yang jelas dalam setiap kegiatan
keorganisasiannya. Hal itu tampak jelas dari tujuan paguyuban yang
dirumuskan sebagai berikut:
1. meningkatkan kualitas sumberdaya masyarakat Desa hutan;
2. Mempelopori pengembangan pengelolaan sumberdaya hutan
bersama masyarakat;
3. Membangun dan memperkuat pangkalan data yang mampu
merekam seluruh aktifitas LMDH;
42
4. Memfasilitasi arus pertukaran energi (pengetahuan, pengalaman,
ketrampilan, dan lain-lain) antar LMDH dan antara LMDH dengan
Stakeholders lain;
5. Mengembangkan usaha kecil dan membangun jejaring usaha antar
LMDH dan antara LMDH dengan dunia usaha;
6. Mendorong upaya penguatan LMDH;
7. Mengkampanyekan pembangunan Desa Hutan.
4.4.3 Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur
Pengurus Paguyuban LMDH “Unggul Lestari” KPH Pekalongan
Timur dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar Pengurus Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur
Nama Jabatan Organisasi 1. Masyhudi Sa'an, S.Ag Ketua LMDH Amongwono 2. Kasturi Wakil Ketua LMDH Wono Aji 3. Murtadho, S.Ag Sekretaris I LMDH Rowo Mas 4. Imam Nur Huda Sekretaris II TPM KPH Pekalongan Timur 5. Tirtonadi Bendahara LMDH Wono Asri 6. Senapi Bendahara II LMDH Sidomukti 7. Carim Sie SDM LMDH Sendang Lestari 8. Roni Abidin Sie SDM LMDH Rowomas 9. Mustofa, S.Pd Sie SDM LSM Komuniti Forestri 10. Aji Sapto Prayitno, S.Pd Sie SDM P3MDH 11. Wanuri Sie Humas LMDH Wonomulyo 12. Katiowadi Sie Humas LMDH Wana Mulia 13. Sudiarto Sie Humas LMDH Damarwulan 14. Suwito Sie Humas LMDH Wono Lestari 15. Dul Ajiz, A.Md Sie Organisasi PPL Bakorluh Dishut
16. Hadi Purnomo, S.Hut Sie Organisasi TPM Timur Pekalongan
Timur 17. Tri Agustriani Sie Organisasi KPH Pekalongan Timur 18. Agus Susilo Sie Organisasi LMDH Wono Mulia 19. Casliyah Sie PPDH LMDH Rimbamulya 20. Teguh Iman Santosa Sie PPDH LMDH Sidomakmur 21. Agus Budianto Sie PPDH LMDH Morodadi
43
4.4.5 Kegiatan Pagyuban LMDH KPH Pekalongan Timur
Kegiatan Paguyuban LMDH sudah melakukan kegiatan praktis di
bidang pemberdayaan masyarakat dan bidang pendidikan, antara lain;
Gerakan Pemberantasan Buta Aksara (GERAK MESRA) Pada tahap
pemberantasan ini, sekitar 1260 masyarakat Desa hutan telah
dinyatakan melek aksara dengan memperoleh surat keterangan melek
aksara (SUKMA I).
Selain itu kegiatan yang dilakukan langsung oleh LMDH juga
memberikan kontribusi pembelajaran pengetahuan dan pengalaman
bagi LMDH lain.
Beberapa kegiatan yang pernah diselenggarakan Paguyuban
LMDH “Unggul Lestari” KPH Pekalongan Timur, antara lain:
1. Sistem Pengguliran Sapi dan Pengelolaan Wisata Outbond
LMDH Wono Asri.
2. Praktek Pembuatan Jamu & Tanaman Obat LMDH Among
Wono.
3. Pendidikan Paket B LMDH Wana Mulya.
4. Pengelolaan Wisata Masyarakat LMDH Argo Tirto.
5. Pelatihan Internet Sehat.
44
BAB V
HASIL PENELITIAN
Hasil pengumpulan data tentang kebutuhan Informasi Masyarakat Desa Hutan
kabupaten Pekalongan yang dilakukan melalui observasi, studi dokumentasi dan
wawancara akan dibahas dalam bab ini. Kemudian dianalisis menggunakan
metode analisis data kualitatif tetap dengan teknik deskriptif dalam membahas
kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan di kabupaten Pekalongan. Mulai dari
tahap reduksi, kategorisasi dan diakhiri dengan mengkaitkan satu kategori dengan
kategori lainnya untuk ditarik kesimpulan.
Kebutuhan informasi sangat dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang
dialami seseorang, seperti kondisi permasalahan yang dihadapi, lingkungan
tempat tinggal, dan latar belakang pendidikan. Sehingga dalam mengkaji
kebutuhan informasi penting untuk memperhatikan beberapa faktor tersebut.
5.1 Latar Belakang Kebutuhan Informasi
Permasalahan yang dihadapi seseorang dapat mempengaruhi informasi
yang dibutuhkan. Hampir seluruh masyarakat yang tinggal disekitar hutan
menghabiskan keseharian mereka untuk bekerja di hutan dan ladang
pertanian. Kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat mendorong
masyarakat untuk mendapatkan penghasilan tambahan selain menyadap getah
pohon, mereka juga mengolah kebun atau ladang pertanian. Sehingga
44
45
masyarakat disibukan dengan aktivitas di wilayah mereka sendiri. Sedikit dari
mereka yang berinteraksi dengan dunia luar wilayah Desa Hutan.
Kemampuan komunikasi masyarakat Desa Hutan dengan dunia luar
menjadi berkurang karena jarangnya interaksi atau aktivitas di luar wilayah
mereka. Hal inilah yang menjadikan sumber daya masyarakat Desa Hutan
masih rendah. Oleh karena itu, informasi menjadi suatu komoditas yang
sangat diperlukan masyarakat ditengah situasi yang dialami Desa Hutan saat
ini.
Secara keseluruhan, kondisi perekonomian yang tidak menentu serta
banyaknya masyarakat Desa Hutan yang hidup dibawah angka kesejahteraan
menjadi faktor utama masyarakat membutuhkan informasi. Dorongan untuk
meningkatan kesejahteraan karena kebutuhan masyarakat akan peningkatan
pendapatan, hasil produksi getah, kehidupan yang lebih maju, lowongan
pekerjaan tambahan, keinginan untuk berbagi informasi dengan kelompok/
komunitas dalam pekerjaan atau program pembinaan yang ditujukan untuk
mereka. Seperti yang disampaikan informan bernama Slamet. Dia
menjelaskan bahwa
“Informasi sangat diperlukan bagi masyarakat karena SDMnya masih rendah, selain itu ya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Disini banyak komunitas-komunitas karena banyak sampingan dan program bantuan untuk petani hutan. jadi ada kelompok tenak, kelompok tani, petani kopi dan sebagainya. Kegiatan warga itu untuk berbagi informasi sehingga informasi sebenarnya sangat dibutuhkan”
Penjelasan tersebut menunjukan banyak warga yang memiliki beberapa
pekerjaan sampingan selain bekerja dihutan dan banyak program bantuan
46
pemberdayaan dari pemerintah. Sehingga dari kondisi tersebut muncul
banyak kelompok atau komunitas dilingkungan mereka. Misalnya, kelompok
tani, kelompok petani kopi, kelompok ternak. Dengan adanya komunitas
tersebut masyarakat membutuhkan informasi untuk saling berbagi. Sehingga
informasi ditengah-tengah masyarakat Desa Hutan sebenarnya sangat
dibutuhkan. Selain faktor kesejahteraan, keinginan untuk meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat Desa Hutan juga
berpengaruh terhadap kebutuhan informasi.
Informasi yang dapat meningkatkan sumber daya manusia masyarakat
Desa Hutan dibutuhkan karena didasarkan pada fakta bahwa kondisi
rendahnya SDM menyebabkan masyarakat mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Seperti permasalahan krisis
air bersih yang sering dihadapi warga disekitar hutan dan termasuk kesulitan
dalam mengakses kebijakan yang ditujukan untuk mereka. Sebagai contoh,
hasil wawancara kepada salah satu informan bernama Sunarto:
“Masyarakat disini rata-rata Penyadap, bekerja dihutan dan banyak resikonya. Kalau disini yang lanjut usia, sakit atau meninggal seharusnya dapat santunan, ternyata tidak ada apa-apa. Padahal sudah ada undang-undangnya, semacam jamsostek atau sejenisnya seharusnya ada, tapi katanya sudah diusulkan ke pusat tetap saja. Kalau ingin mengusulkan harus kemana tidak tahu. Makanya informasi itu sangat penting bagi masyarakat, informasi yang terkait itu sangat diperlukan.”
Dari penuturan tersebut dapat diketahui permasalahan bahwa mereka belum
mendapatkan jaminan keselamatan kerja. Padahal, banyak resiko yang akan
mereka hadapi selama bekerja di hutan. Sedangkan kemampuan mereka
masih kurang untuk mengakses kebijakan tentang hal itu. Sehingga mereka
47
tidak mengetahui bagaimana cara yang harus mereka tempuh ketika
mengalami kecelakaan kerja dan sebagainya selama menjadi anggota
penyadap.
Keinginan untuk meningkatkan sumber daya manusia menjadi kebutuhan
yang dianggap penting bagi masyarakat demi terjaminnya hak mereka.
Sehingga informasi yang digunakan untuk peningkatan SDM itu sangat
diperlukan. Seperti yang disampaikan informan bernama Wahidi:
“Ya informasi bagi penyadap itu penting, penyadap itu kan sama saja seperti petani. Kesejahteraannya tidak menentu, SDM masyarkatnya rendah. Punya pekerjaan banyak tapi hasilnya jarang, perlu informasi dari mana saja.”
Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bagaimana keinginan untuk
meningkatkan sumber daya manusia di lingkungan mereka. Selain itu,
pendapatan yang tidak menentu menjadikan mereka membutuhkan informasi
apa saja dan dari mana saja agar dapat digunakan untuk peningkatan
kesejahteraan.
Pembahasan tentang latar belakang kebutuhan informasi ini, dapat
disimpulkan bahwa ada dua kondisi yang mendorong masyarakat sangat
membutuhkan informasi. Pertama, kondisi kesejahteraan masyarakat yang
ingin ditingkatkan. Hal ini karena kebutuhan masyarakat akan peningkatan
pendapatan, hasil produksi getah, kehidupan yang lebih maju, lowongan
pekerjaan tambahan, banyaknya kelompok/komunitas dalam pekerjaan yang
digunakan untuk berbagi informasi. Kedua, rendahnya sumber daya manusia
Desa Hutan yang juga perlu ditingkatkan. Hal ini karena untuk memudahkan
dalam menghadapi permasalahan dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan
48
sehari-hari. Seperti krisis air bersih yang sering melanda wilayah Desa Hutan
dan ketidakmampuan mengakses kebijakan yang ditujukan untuk mereka
dalam rangka jaminan atas keselamatan pekerja hutan.
5.2 Subyek Informasi
Subyek informasi yang dibutuhkan masyarakat sangat beragam. Setelah
sebelumnya diketahui latar belakang kebutuhan informasi masyarakat Desa
Hutan, maka setidaknya hal ini berpengaruh terhadap subyek informasi yang
dibutuhkan. Dorongan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan sumber
daya manusia di Desa hutan akan menghasilkan topik-topik tertentu yang
menjadi isi atau content dari sebuah informasi. Topik inilah yang kemudian
disebut sebagai subyek.
Pada umumnya informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan
berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan atau perekonomian. Dari
informasi tentang peningkatan kesejahteraan ekonomi ini dapat melahirkan
beberapa subyek yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan. Beberapa
masyarakat beranggapan informasi tentang usaha, lowongan pekerjaan,
perkembangan harga hasil komoditas hutan dan program pemberdayaan
masyarakat seperti pemberian bantuan modal, dapat membantu mereka
menambah penghasilan. Selain itu, juga dibutuhkan subyek informasi tentang
budidaya di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan (termasuk cara
mengkawinkan tanaman dan memperoleh hasil yang unggul, dan cara
49
mengatasi penyakit tanaman), maupun peternakan. Hal ini seperti yang
disampaikan informan bernama Slamet;
“Kalau disini yang belum pernah ada itu tentang perikanan, cara budidaya perikanan dengan terpal. Karena kalau buat kolam asli itu butuh modal banyak. Jadi informasi ternak ikan yang mudah itu caranya bagaimana. Selain itu yang saat ini juga dibutuhkan tentang budidaya kopi, seperti bagaimana cara mengkawinkan tanaman kopi sehingga dihasilkan biji kopi yang unggul.”
Dari penuturan tersebut diketahui bahwa budidaya ikan dan kopi juga
dibutuhkan dalam peningkatan pendapatan. Misalnya dengan mengetahui
cara mengawinkan tanaman kopi, hasil yang akan dipanen bagus. Hasil biji
kopi yang unggul tentu meningkatkan harga jual yang otomatis dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Selain peningkatan kesejahteraan, informasi yang dibutuhkan masyarakat
Desa Hutan berhubungan dengan kebutuhan untuk mengakses informasi
tentang kebijakan dari Dinas yang berhubungan dengan pekerjaan mereka
terutama dalam masalah keselamatan, keamanan dan fasilitas kerja. Bahkan
Caslani menjelaskan bahwa jaminan ketika sakit menjadi kebutuhan vital
bagi para penyadap, sehingga informasi tentang keselamatan kerja sangat
dibutuhkan. Selain subyek informasi tersebut, masyarakat Desa Hutan
membutuhkan subyek informasi tentang sistim irigasi atau tata kelola air
untuk mencegah krisis air bersih.
Informasi tentang sistim irigasi dan tata kelola air bersih dibutuhkan
karena adanya permasalahan yang sering dihadapi masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Hutan. Sebagai contoh hasil
50
wawancara yang dilakukan kepada informan bernama Wahidi, dia
menyatakan;
“Ya kalau saya pribadi selain tentang budidaya kopi, kalau bisa ada informasi sistem irigasi, tata kelola air agar penggunaan dari sumber air itu merata atau secara bergilir. Butuh pengaturan tentang itu. Sehingga tidak ada krisis lagi”
Sedangkan siswoyo menjelaskan;
“Informasi tentang masalah yang sedang dihadapi dalam pekerjaan dan keluarga, kalau saat ini karena kondisi sulit air, ya butuh informasi bagaimana cara menambah sumber air bersih untuk daerah dataran tinggi seperti disini.”
Kedua penjelasan tersebut jelas menunjukan adanya permasalahan yang
dihadapi masyarakat di Desa Hutan yakni krisis air bersih. Bagaimana
sumber air bersih baru dapat ditemukan dan dapat digunakan masyarakat
secara merata. Sehingga permasalahan yang dihadapi masyarakat
berpengaruh terhadap subyek informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Hanya sedikit sekali warga yang membutuhkan informasi terkait Hobi
atau kesukaan mereka. Seperti kebutuhan informasi akan kesehatan, tanaman
obat, olahraga dan tentang agama (Islam).
Dengan demikian Subyek informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa
Hutan kabupaten Pekalongan di bagi menjadi tiga. Pertama, informasi yang
berkaitan dengan kebutuhan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Dari informasi tersebut melahirkan beberapa subyek informasi antara lain:
informasi tentang usaha, lowongan pekerjaan, perkembangan harga hasil
komoditas hutan dan program pemberdayaan masyarakat seperti pemberian
bantuan modal, budidaya di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan
51
(termasuk cara mengkawinkan tanaman dan memperoleh hasil yang unggul,
dan cara mengatasi penyakit tanaman), maupun peternakan. Kedua, subyek
subyek informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi
masyarakat baik dalam pekerjaan maupun kebutuhan hidup setiap hari,
meliputi : tentang keselamatan kerja, kebijakan dalam pertanian maupun
kehutanan dan sistim pengelolaan sumber air bersih atau sistim irigasi.
Ketiga, selain kedua subyek tersebut yang menjadi hobby atau kesukaan
masyarakat, seperti kesehatan, tanaman obat, olahraga dan tentang agama
(Islam).
5.3 Sumber Informasi
Sumber informasi merupakan penyedia sekumpulan informasi yang telah
dikelompokkan berdasarkan masing-masing kategori. Kesibukan masyarakat
Desa Hutan yang banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja di hutan dan
di ladang, membatasi mereka untuk berinteraksi dengan dunia luar maupun
sumber informasi. Sebagian besar masyarakat Desa Hutan hanya
memanfaatkan orang-orang di sekitarnya untuk memperoleh informasi baik
yang berkepentingan dengan pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari.
Masyarakat mencari informasi yang dibutuhkan kepada Mandor atau
Mantri sebagai perwakilan dari pihak perhutani yang terlibat secara langsung
dengan pekerjaan mereka. Selain mereka dianggap mengetahui permasalahan
dalam pekerjaan, keduanya merupakan pihak yang berinteraksi langsung
dengan para penyadap yang bekerja di hutan. Masyarakat juga memperoleh
52
informasi dari perangkat desa, ketua RT dan dari masing-masing ketua
kelompok atau komunitas. Informasi juga terkadang diterima dari guru
sekolah yang berada di lingkungan desa. Sedikit sekali masyarkat yang
memanfaatkan sumber informasi, seperti majalah, perpustakaan atau taman
baca masyarakat, maupun website.
Walaupun tidak dalam jumlah banyak, ada beberapa masyarakat Desa
Hutan yang memanfaatkan perpustakaan keliling sebagai sumber
informasinya. Sebagai contoh, hasil wawancara dengan informan yang
bernama Basuki, dia menceritakan “Pinjam buku di perpustakaan keliling.
Kadang ya pinjam ke istri saya, karena istri saya yang meminjam di
perpustakaan keliling.” Meski tidak banyak memiliki waktu untuk ke
perpustakaan, keinginan untuk mendapatkan informasi dari buku bacaan tetap
mampu dipenuhi dengan meminjam saudara atau orang lain yang meminjam
buku di perpustakaan keliling.
Masyarakat tidak banyak memanfaatkan sumber informasi karena
mereka merasa kesulitan memperoleh informasi yang tidak disampaikan
secara langsung. Sebagai contoh, hasil wawancara terhadap informan yang
bernama Sunarto tentang sumber informasi yang digunakan untuk
memperoleh informasi, dia mengatakan “Dari perhutani, pak mandor, pak
mantri dan sebagainya. kalau dari buku susah untuk memperoleh informasi
langsung.” Dari penuturan tersebut, dapat kita ketahui bahwa masyarakat
merasa kesulitan untuk mendapatkan informasi dari sumber terekam seperti
53
buku. Sehingga sumber informasi seperti perpustakaan atau taman baca
masyarakat yang sudah ada disekitar mereka tidak banyak dimanfaatkan.
Rendahnya SDM dan keterbatasan interaksi masyarakat dengan sumber
informasi menjadikan masyarakat merasa tidak mampu mencari informasi
sendiri. Hal ini dijelaskan oleh informan yang bernama Slamet:
“Ya dari ketua kelompoknya masing-masing. Bisa Kadus bisa juga warga biasa. Tapi kalau yang diberi ilmunya dipakai sendiri ya masyarakat jadi buntung, tidak ada yang bisa di gugu. Saya tidak bisa mencari informasi itu sendiri, kalau dari TV hanya selingan dan tidak setiap hari.”
Penuturan tersebut menunjukan bahwa masyarakat masih sangat
mengandalkan orang lain sebagai sumber informasi mereka. perkembangan
teknologi seperti adanya telepon genggam, televisi meskipun sudah mereka
pergunakan dalam kehidupan sehari-hari akan tetapi tidak banyak
dimanfaatkan untuk mengakses informasi.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sumber informasi seperti
perpustakaan, taman baca masyarakat dan sumber informasi lainnya belum
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Hutan kabupaten Pekalongan.
Mereka masih mengandalkan lingkungan sekitarnya untuk memperoleh
informasi. Hanya sedikit sekali yang memanfaatkan informasi terekam seperti
buku dan majalah, apalagi perpustakaan.
5.4 Jenis Informasi
Sebagian besar masyarakat Desa hutan terbiasa mendapatkan informasi
secara lisan. Sumber daya manusia Desa Hutan yang masih rendah
54
menjadikan masyarakat lebih mudah menerima dan memahami informasi
yang disampaikan secara langsung daripada informasi terekam. Sehingga
masyarakat lebih banyak mencari informasi yang disampaikan secara
langsung.
Jenis informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan yaitu jenis
informasi lisan. Meskipun informasi lisan ini sulit diukur dan sumber
informasi seperti ini tidak dikelola perpustakaan, masyarakat tetap lebih
membutuhkan jenis informasi lisan karena mereka merasa kesulitan untuk
memperoleh infomasi dari sumber terekam khususnya terkait subyek yang
mereka butuhkan. Mereka membutuhkan bimbingan penjelasan secara
langsung dan melihat secara langsung penerapannya. Seperti yang dijelaskan
oleh informan yang bernama Slamet;
“Diberikan ilmunya secara langsung, kemudian dipraktikkan dan dibimbing sampai panen. Ibaratnya misalkan memberi bibit ya ada yang mengajari cara menanam sampai panen, jadi masyarakat itu mengerti ilmunya kalau belum tahu ilmunya kemudian ada bantuan bibit kemudian terserah yang penting sudah ditanam ya percuma, padahal masyarakat disini tidak pernah tahu tentang cara mengawinkan, ada batasan usia, ya susah.”
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa masyarakat membutuhkan
bimbingan secara langsung, atau terlebih dahulu diberi ilmunya.
Hanya sebagian kecil dari masyarakat Desa Hutan yang membutuhkan
jenis informasi terekam. Adapula yang menggangap informasi terekam
penting, tetapi tidak dibutuhkan. Rendahnya sumber daya manusia di Desa
Hutan dan terbatasnya interaksi masyarakat dengan sumber informasi
menjadikan mereka tetap menganggap penting informasi terekam tetapi tidak
55
merasa membutuhkannya. Hal itu disebabkan kurangnya kemampuan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumber terekam. Seperti disampaikan
oleh informan yang bernama Sunarto “Kalau dari buku itu tidak bisa untuk
mencari informasi langsung, saya butuhnya langsung informasi secara lisan,
langsung seperti sosialisasi atau penyuluhan.” Penuturan tersebut
membuktikan bahwa masyarakat lebih membutuhkan informasi atau
pengetahuan secara langsung seperti melalui sosialisasi atau penyuluhan.
Sedangkan jika melalui buku (informasi terekam), mereka merasa tidak dapat
secara cepat memperoleh informasi yang dibutuhkan. Hal ini menunjukan
pemahaman masyarakat Desa Hutan terhadap pentingnya sumber informasi
terekam (buku, majalah, Koran, CD-ROM dan sebagainya), sekaligus
rendahnya kemampuan dan kemauan mereka dalam mengakses informasi
terekam.
Beberapa penjelasan tersebut menunjukan bahwa jenis informasi lisan
masih mendominasi kebutuhan masyarakat Desa Hutan. Hanya sedikit dari
mereka yang memanfaatkan sumber terekam. Adapula yang mempunyai
pemahaman jenis informasi terekam penting, akan tetapi mereka tidak
mempunyai kemampuan untuk mendapatkan informasi yang mereka
butuhkan dari sumber terekam itu. Sehingga, tidak sedikit pula yang
menganggap sumber informasi terekam meskipun penting tetapi tidak
dibutuhkan.
56
5.5 Bentuk Informasi
Bentuk sumber informasi referensi menurut Widyawan (2011) ada empat
macam, yakni berbentuk tercetak (buku, majalah, Koran, ensiklopedia dan
lain-lain), bentuk micro, format elektronik (seperti CD-ROM) dan dokumen
yang dapat diakses melalui internet. Jika telah diketahui pada subbab
sebelumnya bahwa banyak masyarakat yang menganggap sumber informasi
terekam penting, tetapi mereka tidak membutuhkannya. Kurangnya
kemampuan dan kemauan memperoleh informasi melalui sumber terekam
menjadi penyebab utama ketidakbutuhan akan jenis maupun bentuk
informasi.
Sebagian masyarakat Desa Hutan membutuhkan sosialisasi atau
pemberitahuan langsung sebagai bentuk informasi untuk mereka. Seperti
yang disampaikan informan bernama Datu yang menyatakan bahwa
masyarakat membutuhkan sosialisasi karena kalau mencari informasi dari
buku penting untuk anak sekolah, tapi kalau untuk orang tua sulit.
Secara keseluruhan masyarakat Desa Hutan membutuhkan bentuk
informasi yang lebih bersifat visual atau lisan dan praktis. Informasi yang
mereka terima dengan melihat dan mempraktikkan langsung. Sehingga
keberadaan buku panduan dalam kegiatan pertanian atau budidaya dan
sebagainya dibutuhkan oleh masyarakat Desa Hutan untuk memudahkan
mereka.
Kebutuhan informasi berbentuk buku panduan ini dibutuhkan masyarakat
biasanya setelah mereka mengikuti pelatihan atau penyuluhan. Sebagai
57
contoh: hasil wawancara dengan informan yang bernama Wahidi yang
mengatakan bahwa dia membutuhkan informasi dalam bentuk penyuluhan
yang lebih detail. Agar informasi yang diterima mudah diingat, masyarakat
dibekali dengan buku panduan setelah mengikuti penyuluhan. Wahidi
menyayangkan informasi yang seperti itu belum pernah ia terima. Dari hal ini
dapat diketahui keberadaan informasi bentuk tercetak sebenarnya dibutuhkan
sebagai pengingat atau temu balik informasi jika dibutuhkan kembali. Hal ini
seperti yang dikatakan oleh informan bernama Slamet;
“Kalau informasi langsung bisa cepat lupa, makanya harus dibekali buku panduan, tapi kalau disini belum ada. Di daerah lain mungkin sudah ada paling kita hanya bisa lihat, kalau dipinjam untuk dibawa pulang pasti tidak boleh. Buku panduan itu penting berhubung tidak ada ya kita butuh melihat langsung untuk tahu ilmunya.”
Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa masyarakat menyadari
informasi secara lisan sangat rentan untuk cepat dilupakan sehingga
dibutuhkan buku panduan yang berfungsi sebagai pengingat dan petunjuk
bagi mereka.
Meski merasa kesulitan, ada pula masyarakat yang membutuhkan
informasi tercetak seperti buku bacaan dan majalah. Rendahnya SDM Desa
Hutan membatasi mereka untuk mendapatkan informasi lebih banyak.
Informan yang bernama Turijo memaparkan “Orang sini itu tidak mau
membaca, anak-anak justru yang suka meminjam buku saya. Paling saya cari
informasi dari buku bacaan dan majalah.” Penuturan itu menunjukan bahwa
kemauan masyarakat yang masih rendah membuat mereka tidak dapat
menggali informasi lebih banyak dari informasi berbentuk tercetak, elektronik
58
maupun informasi yang dapat diakses melalui internet. Padahal fasilitas untuk
mengakses semua bentuk informasi itu sangat mudah ditemukan di Desa
Hutan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa informasi yang dibutuhkan
masyarakat Desa Hutan merupakan bentuk informasi tercetak seperti buku
panduan, buku bacaan dan majalah. Mereka yang mengalami kesulitan untuk
memahami dan memperoleh informasi dari sumber terekam lebih
membutuhkan sosialisasi atau pemberitahuan langsung.
5.6 Kegunaan Informasi
Rencana seseorang dalam penggungaan informasi perlu diperhatikan
dalam meneliti kebutuhan informasi. Sebab, kebutuhan informasi sangat
dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang sedang dialami seseorang. Oleh
karena itu, setelah di awal pembahasan digambarkan kondisi maupun situasi
yang melatarbelakangi kebutuhan informasi masyarakat Desa Hutan, dan
subyek informasi yang dibutuhkan dapat diketahui rencana penggunaan
informasi yang dibutuhkan mereka.
Penggunaan informasi bagi masyarakat Desa Hutan lebih cenderung
untuk dipraktikkan secara langsung, baik untuk meningkatkan produksi hasil
maupun untuk memenuhi kebutuhan dalam pekerjaan. Penggunaan informasi
untuk meningkatkan produksi hasil dapat dicontohkan dari hasil wawancara
terhadap informan yang bernama Slamet , dia mengatakan;
“Kalau sudah menyerap ilmunya ya untuk dipraktikan. yang saya lihat itu memang hasil panennya bagus, memuaskan. Tiap
59
orang bisa sampai 15 juta, itu yang kelompoknya sudah berjalan. Jadi penghasilannya lumayan.”
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa peningkatan produksi hasil
diperoleh dengan mengetahui ilmunya. Selain itu, ada pula yang
menggunakan informasi sebagai solusi untuk permasalahan yang dihadapi.
Menggunakan informasi sebagai solusi terjadi karena adanya
permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Sebagai contoh, dari
hasil wawancara terhadap informan yang bernama Sunarto yang mengatakan
“Untuk solusi permasalahan tiap muasyawarah anggota masyarakat dan
untuk dimanfaatkan.” Dari penuturan tersebut, dapat dipahami bahwa
penggunaan informasi sebagai solusi sesuai dengan latar belakang yang
dialami seseorang dan subyek infomasi yang dibutuhkan.
Selain untuk dipraktikan dan dijadikan solusi, tidak sedikit pula
masyarakat Desa Hutan yang menggunakan informasi sekedar untuk
menambah wawasan. Bahkan untuk berbagi terhadap sesama, informasi
digunakan masyarakat untuk memenuhi keinginan menjadikan kehidupan
yang lebih baik untuk keluarga dan lingkungannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa informasi yang dibutuhkan
masyarakat digunakan untuk dipraktikkan atau diterapkan. Selain informasi
tersebut diterapkan untuk diri sendiri, seperti: meningkatkan produksi hasil,
memenuhi kebutuhan, juga untuk menambah wawasan. Selain itu, informasi
digunakan masyarakat Desa Hutan sebagai solusi atas permasalahan yang
dihadapinnya, dengan berbagi terhadap sesama untuk kehidupan yang lebih
baik.
60
5.7 Manfaat Penggunaan Informasi
Setiap aktivitas termasuk dalam menggunakan informasi, dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu manfaat. Setelah pada bab sebelumnya
sudah dijelaskan tentang kegunaan informasi. Maka manfaat yang diperoleh
dari penggunaan informasi tersebut oleh masyarakat Desa Hutan dapat
diketahui dan selanjutnya dibahas dalam subbab ini.
Masyarkat Desa Hutan menggunakan informasi untuk memperoleh
pengetahuan tentang hal-hal baik untuk kemudian dapat mereka terapkan
demi perbaikan kehidupan mereka. Penggunaan informasi juga dimanfaatkan
masyarakat untuk memudahkan setiap aktivitas karena dengan mengetahui
informasi, mereka mengetahui solusi dari persoalan yang dihadapi. Sebagai
contoh, hasil wawancara terhadap terhadap informan yang bernama Sunarto
yang mengatakan Aktivitas sehari-hari menjadi mudah, karena tahu solusinya
Dengan mengetahui hal-hal tersebut, masyarakat dapat dengan mudah
menentukan keputusan yang akan diambil.
Informasi dapat dimanfaatkan masyarakat untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapi sehingga memudahkan mereka. Sebagai contoh, hasil
wawancara terhadap informan yang bernama Siswoyo yang menyatakan
“Aktivitas sehari-hari menjadi mudah, karena tahu solusinya.” Dari
penuturan tersebut dapat diketahui bahwa manfaat dari penggunaan informasi
tentang cara mencari sumber air bersih, dapat dimanfaatkan untuk
61
mengetahui solusi permasalahan krisis air di daerah mereka sehingga aktivitas
setiap hari menjadi mudah.
Manfaat penggunaan informasi dalam menyelesaikan permasalahan
pekerjaan dapat dilihat dari penjelasan hasil wawancara beberapa informan
bahwa masyarakat dapat meningkatkan kualitas getah, mengetahui cara
mengatasi penyakit yang menyerang tanaman dalam lahan pertanian atau
perkebunan mereka, dan dapat meningkatkan jumlah getah hasil menyadap
pohon. Sedangkan bagi masyarakat yang mengalami kesulitan untuk
mendapatkan kepastian jaminan keselamatan kerja serta fasilitas peralatan
kerja, keberadaan informasi yang dibutuhkan menjadikan beban kerja mereka
menjadi lebih berkurang sehingga dapat memaksimalkan hasil kerja.
Adapula penggunaan informasi pada masyarakat Desa Hutan bermanfaat
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Bahkan informasi dimanfaatkan
sebagai penyemangat dalam bekerja. Hal ini seperti yang dialami informan
bernama Caridi, yang mengatakan “Kalau tahu informasinya dapat
menambah semangat dalam bekerja.” Sedangkan Basuki menjelaskan
“Wawasan menjadi bertambah, tau cara bekerja yang baik, dan informasi
sehari-hari agar tetap sehat.” Berdasarakan penuturan kedua informan
tersebut bahwa dengan mengetahui informasi yang dibutuhkan khususnya
dalam peningkatan kesejahteraan, masyarakat akan lebih semangat dalam
bekerja. Selain itu, wawasan yang dimiliki menjadi bertambah sehingga dapat
bekerja lebih baik.
62
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penjelasan diatas bahwa
penggunaan informasi bagi masyarakat Desa Hutan bermanfaat untuk
mengambil hal-hal positif, dapat bekerja dengan baik, memudahkan setiap
beban maupun persoalan dan tercukupinya kebutuhan atau menunjang
perekonomian. Selain itu, penggunaan informasi bermanfaat untuk
menambah wawasan dan pengetahuan bahkan dapat menambah semangat
dalam bekerja.
5.8 Tujuan Penggunaan Informasi
Masyarakat Desa Hutan dalam menggunakan dan memanfaatkan
informasi secara umum bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan hidup
mereka. Peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dilakaukan dengan
meningkatkan pedapatan, kualitas hasil produksi getah serta kemampuan
mengatasi masalah penyakit tanaman untuk menyelamatkan ladang pertanian
mereka. Secara keseluruhan hal tersebut ditujukan untuk meningkatkan
perekonomian warga.
Sebagai contoh, hasil wawancara terhadap informan bernama Caridi yang
menyebutkan bahwa tujuan untuk menggunakan informasi dimaksudkan
untuk meningkatkan hasil getah yang disadap sehingga dapat menambah
penghasilan. Dari hal itu dapat diketahui bahwa masyarakat menginginkan
peningkatan penghasilan dalam rangka meningkatkan perekonomian mereka.
hal senada juga disampaikan informan bernama Karim yang menjelaskaan
63
bahwa ia menggunakan informasi agar dapat mengetahui penyakit tanaman
sehingga berpengaruh dalam peningkatan hasil produksi
Selain tujuan penggunaan informasi dalam rangka peningkatan
kesejahteraan hidup, ada juga masyarakat yang menggunakan informasi untuk
menemukan solusi. Sehingga tidak ada permasalahan yang sama terjadi
diwilayahnya. Tujuan meningkatkan kemampuan mengakses setiap kebijakan
untuk kehidupan lebih terjamin ada karena beberapa masyarakat Desa Hutan
tidak mendapatkan jaminan keselamatan kerja maupun bantuan fasilitas kerja
yang seharusnya menjadi hak mereka, menjadi bagian dari tujuan penggunaan
informasi ini. Seperti, hasil wawancara terhadap informan yang bernama
Sunarto yang mengatakan “Agar kebijakan dari dinas terkait mampu diakses
dan dipahami oleh masyarakat. Sehingga masyarakat terjamin
kehidupannya.” Dari pernyataan tersebut dapat bahwa tujuan informasi yang
dibutuhkan masyarakat agar kebijakan dari Dinas terkait mampu diakses oleh
masyarkat untuk kemudian dipahami. Sehingga masyarakat dapat
memperoleh haknya dan terjamin kehidupannya.
Penggunaan informasi juga dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan
dalam memperoleh kehidupan masa depan yang lebih baik. Sebagai Contoh
hasil wawancara terhadap informan yang bernama Turijo:
“Ya harapannya kalau saya mengetahui informasinya kemudian saya tahu mana yang baik mana yang tidak, yang baik saya amalkan ke keluarga kemudian bisa meningkatkan kesejahteraan ya semoga anak saya bisa sekolah tinggi dan bisa bekerja dibidang kesehatan, anak saya perempuan masih kecil saya ingin dia jadi bidan, karena disini belum ada. Saya membutuhkan informasi untuk meningkatkan kesejahteraan, juga tentang agama karena saya ingin mencari rejeki yang halal.”
64
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa informasi digunakan dengan
tujuan untuk memberikan masa depan yang lebih baik untuk keluarga
terutama generasi penerusnya. Dengan mengetahui apa saja hal-hal baik yang
dapat digunakan untuk memberikan arahan pada anggota keluarga. Selain itu
informasi ini tentu saja digunakan untuk peningkatan kesejahteraan dan
ketentraman dengan mencari rejeki yang halal sesuai tujuan hidupnya.
Dengan demikian, kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa penggunaan
informasi masyarakat Desa Hutan secara umum bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan hidup mereka, mulai dari peningkatan pendapatan,
meningkatakan produksi dan kualitas hasil pekerjaan mereka sebagai petani
hutan. Tetapi, tidak sedikit pula yang mempunyai tujuan penggunaan
informasi sebagai solusi dari pemasalahan yang dihadapi untuk memudahkan
dan memberkan kehidupan lebih terjamin.
5.9 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan dengan Kebutuhan
Informasi
Dilihat dari kondisi latar belakang pendidikan masyarakat Desa Hutan,
kabupaten Pekalongan, sedikit sekali dari mereka yang memiliki pendidikan
setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sederajat. Terlebih mereka
yang bekerja dan menggantungkan pendapatannya dengan memanfaatkan
sumber daya hutan. Hanya penduduk usia muda yang saat ini mulai
menyelesaikan pendidikannya hingga SMA atau sederajat. Akan tetapi,
65
sebagian besar dari mereka lebih memilih merantau, dan sedikit yang
bersedia bekerja dengan memanfaatkan sumber daya hutan.
Sebagian besar Desa Hutan kabupaten Pekalongan hanya memiliki
Sekolah Dasar, sedikit sekali yang tersedia Sekolah Menengah Pertama
maupun Sekolah Menengah Atas. Warga harus menempuh jarak yang cukup
jauh untuk belajar di sekolah SMA secara formal. Faktor inilah yang sedikit
mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Hutan
khususnya untuk generasi menengah ke atas. Sehingga dalam meneliti
kebutuhan informasi masyarakat yang tinggal di desa sekitar hutan dan
memanfaatkan hasil hutan untuk mencukupi kebutuhan kehidupannya,
sedikit sekali menemukan mereka yang memiliki pendidikan tinggi. Hanya
dua dari 11 informan yang menempuh pendidikan hingga SMA atau
sederajad, salah satunya memiliki ijazah paket C. Hal ini dapat dilihat dari
tabel berikut ini:
Tabel.5.10.1 Tingkat pendidikan informan
No. Nama Informan Tingkat Pendidikan
1. Turijo Paket C
2. Basuki SMA
3. Sunarto SD
4. Datu SD
5. Caridi SD
6. Siswoyo SD
7. Karim SD
8. Yatim SD
9. Caslani SD
10. Slamet SD
11. Wahidi SD
66
Pada pembahasan tinjauan teori bahwa saracevic (dalam pendit 2008)
menyarankan dalam meneliti kebutuhan informasi untuk memperhatikan
kondisi pengetahuan seseorang yang relevan dengan dengan kebutuhannya.
Berdasarkan hasil wawancara kepada 11 informan diketahui tingkat
pendidikan mempengaruhi kebutuhan informasi seseorang. Hal ini terlihat
dari, hasil wawancara kepada informan terhadap subyek, jenis, bentuk
informasi yang dibutuhkan. Informan bernama Turijo memaparkan
“Inginnya kalau ada informasi apapun ya langsung disampaikan, ya tentang usaha, atau misalnya ada program apa, saya ingin tahu, mungkin yang belum saya tahu. Kalau bisa program yang ada kaitannya dengan lowongan pekerjaan, untuk meningkatkan kesejahteraan. Warga disini kebanyakan butuh informasi tentang peningkatan ekonomi keluarga, kalau saya sering beli buku biasanya tentang dunia islam, koleksi saya kebanyakan majalah Ummi, Tarbawi, Hidayah dan yang terbaru “7 Keajaiban Rezeki”. Kalau ekonomi relatif, sedangkan tentang islam saya membutuhkan.”
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa selain membutuhkan informasi
tentang usaha, lowongan pekerjaan dan informasi untuk peningkatan
kesejahteraan, ia membutuhkan informasi tentang dunia islam, bahkan Turijo
sudah terbiasa menggunakan sumber informasi buku bacaan dan majalah dan
perpustakaan, dan kadang membeli buku unntuk dikoleksi sendiri. Selain itu,
dia membutuhkan informasi jenis lisan dan terekam dan lebih membutuhkan
bentuk informasi tercetak seperti buku dan majalah, seperti yang disampaikan
saat di wawancara “Orang sini itu tidak mau membaca, anak-anak justru
yang suka meminjam buku saya. Paling saya cari informasi dari buku bacaan
dan majalah.”
67
Sedangkan Informan bernama Basuki menuturkan selain informasi tentang
pekerjaan, dia membutuhkan informasi yang ia sukai yakni tentang tanaman
obat, olah raga dan apapun yang berkaitan dengan kesehatan. Selain itu ia
membutuhkan informasi terekam dan bentuk informasi tercetak seperti buku
bacaan.
Berbeda dengan informan lainnya yang tidak membutuhkan informasi lain
selain yang berkaitan dengan permasalahan pekerjaan maupun kehidupan
sehari-hari. Hal ini jelas menunjukan pengaruh tingkat pendidikan dengan
kebutuhan informasi.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Tingkat pendidikan seseorang
mempengaruhi informasi yang dibutuhkan terutama dari segi subyek, jenis
dan bentuk informasi. dan kesadaran akan pentingnya sumber informasi bagi
masyarakat di sekitar hutan.
5.10 Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal dengan Kebutuhan
Informasi
Wilayah desa yang berada di sekitar hutan KPH Pekalongan Timur,
menjadikan jarak antar perkampungan warga satu dengan lainnya
terpisahkan oleh hutan yang luas. Sehingga meskipun berada dalam satu
desa, jarak antara dukuh satu dengan dukuh lainnya berkilo-kilo meter,
bahkan dapat dimungkinkan pula terpisah oleh hutan.
Berdasarkan hasil wawancara dan survei yang dilakukan dapat
diketahui bahwa perbedaan wilayah tempat tinggal tidak banyak
68
mempengaruhi kebutuhan informasi. Selain sumber informasi seperti
perpustakaan keliling, taman baca masyarakat berada di wilayah-wilayah
strategis seperti di lingkungan Sekolah, Balai Desa tempat masyarakat
sering berkunjung atau menjadi tujuan masyarakat, permasalahan yang
dihadapi masyarakat sekitar hutan juga hampir sama, yakni berkaitan
dengan permasalahan sehari-hari dan pekerjaan. Peneliti tidak menemukan
jawaban lain dari pertanyaan-pertanyan yang diajukan seputar kebutuhan
informasi. Baik masyarakat itu tinggal di lokasi yang strategis, dekat dengan
pusat pemerintahan desa, sekolah, pariwisata maupun jalan raya tidak
terdapat perbedaan dari informasi yang dibutuhkan dan permasalahan yang
dihadapi. Hal ini menyimpulkan bahwa lingkungan tempat tinggal tidak
mempengaruhi informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan
Kabupaten Pekalongan.
5.11 Kendala
Pemenuhan kebutuhan informasi bagi masyarakat Desa Hutan tentu akan
mendapatkan beberapa hambatan atau kendala. Seperti rendahnya kualitas
SDM disertai dengan kurangnya kemauan atau inisiatif masyarakat Desa
Hutan menjadikan mereka kurang mampu mengakses informasi yang mereka
butuhkan. Sebagai contoh, hasil wawancara yang dilakukan oleh informan
yang bernama Turijo, dia mengatakan “Tidak ada sebenarnya, disini Taman
Baca Masyarakat juga sudah ada. Lagi-lagi hanya masalah SDM petani
hutan itu masih rendah dan kemauannya kurang.” Dari pernyataan tersebut
69
justru semakin menegaskan, seharusnya tidak ada kendala serius yang
dihadapi, karena ditengah-tengah mereka sudah ada sumber informasi seperti
Taman Bacaan Masyarakat (TBM), hanya saja masalah SDM petani hutan
yang masih kurang.
Beberapa kendala lain yang dikemukakan oleh masyarakat Desa Hutan
dalam memenuhi kebutuhan informasinya yakni kurangnya waktu bagi
masyarakat untuk mencari informasi ataupun membaca. Seperti yang
disampaikan informan bernama wahidi dari hasil wawancara, dia mengatakan
“Tidak sempatnya itu, petani hutan biasanya pekerjaannya banyak tapi
penghasilan sangat jarang sekali.” Banyak menghabiskan waktu bekerja di
hutan, ditambah dengan banyaknya pekerjaan tambahan yang dilakukan para
petani hutan, menghambat masyarakat dapat meluangkan waktu untuk
membaca atau berkunjung ke perpustakaan keliling demi memenuhi
kebutuhan informasinya.
Jadwal kunjungan perpustakaan keliling yang tidak diketahui secara jelas
atau tanpa diinformasikan kepada masyarakat, sumber informasi yang jauh
dari tempat tinggal mereka, serta kebingungan yang dialami kerena pemikiran
masyarakat Desa Hutan belum mampu memahami bahasa yang digunakan
dalam sumber informasi terekam menjadi kendala lain dalam pemenuhan
kebutuhan infomasi. Selain itu, ketersediaan informasi dalam bentuk dan
subyek yang dibutuhkan belum terpenuhi. Hal ini karena Taman Baca
Masyarakat yang ada dilingkungan Desa Hutan lebih banyak memberikan
koleksi untuk anak-anak, dan tidak ada penambahan koleksi. Sehingga
70
masyarakat merasa sulit dan tidak mampu mencari sendiri informasi yang
dibutuhkan. Aspek biaya juga menjadi kendala dalam pemenuhan kebutuhan
informasi masyarakat Desa Hutan.
Beberapa penjelasan tersebut mengantarkan pada kesimpulan bahwa
hambatan atau kendala yang dihadapi masyarakat Desa Hutan dalam
memenuhi kebutuhan informasi mereka antara lain: rendahnya SDM dan
kurangnya kemampuan masyarakat, keterbatasan masyarakat akan waktu dan
biaya untuk mengakses informasi, belum terpenuhinya informasi yang
dibutuhkan baik subyek maupun bentuknya, ketidaktahuan jadwal kunjungan
perpustakaan keliling, sumber informasi yang jauh lokasinya dan pemikiran
yang belum mampu menjangkau bahasa sumber informasi terekam.
71
BAB VI
PENUTUP
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang kebutuhan informasi
masyarakat Desa Hutan kabupaten Pekalongan yang telah dijabarkan pada
bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat dua kondisi
utama yang melatarbelakangi kebutuhan informasi masyarakat, yaitu
kesejahteraan masyarakat yang perlu ditingkatkan dan SDM Desa Hutan yang
masih rendah. Sehingga diketahui kebutuhan informasi masyarakat secara
rinci sebagai berikut:
1. Subyek kebutuhan informasi Masyarakat Desa Hutan dibagi menjadi 3
kelompok. Pertama, informasi yang berkaitan dengan kebutuhan
peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat, seperti: informasi
tentang usaha, lowongan pekerjaan, perkembangan harga hasil komoditas
hutan, program pemberdayaan masyarakat (pemberian modal), budidaya
di bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan maupun peternakan.
Kedua, informasi yang berkaitan dengan permasalahan pekerjaan
maupun kebutuhan hidup setiap hari (keselamatan kerja, kebijakan dalam
pertanian maupun kehutanan dan sistim pengelolaan sumber air bersih
atau sistim irigasi). Ketiga, informasi yang menjadi hobby atau minat
masyarakat, seperti kesehatan, tanaman obat, olahraga dan tentang agama
(Islam).
71
72
2. Sumber informasi masyarakat Desa Hutan di Kabupaten Pekalongan
masih mengandalkan masyarakat lingkungan sekitarnya untuk
memperoleh informasi. Sedikit sekali yang memanfaatkan informasi
terekam seperti buku dan majalah, maupun perpustakaan dan taman baca
masyarakat.
3. Jenis informasi lisan masih mendominasi kebutuhan masyarakat Desa
Hutan kabupaten Pekalongan. Sebagian menganggap jenis informasi
terekam penting, tetapi tidak mampu mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dari sumber terekam, sehingga tidak membutuhkannya.
Hanya sedikit dari masyarakat yang membutuhkan informasi terekam.
4. Bentuk informasi yang dibutuhkan masyarakat Desa Hutan kabupaten
Pekalongan yaitu bentuk informasi tercetak seperti buku panduan, buku
bacaan dan majalah serta sosialisasi atau pemberitahuan langsung hanya
bagi yang mengalami kesulitan untuk memahami informasi terekam.
5. Kegunaan informasi bagi masyarakat Desa Hutan kabupaten Pekalongan
untuk dipraktikkan atau diterapkan bagi diri sendiri (meningkatkan
produksi hasil, memenuhi kebutuhan juga untuk menambah wawasan),
dan untuk solusi atas permasalahan.
6. Informasi bagi masyarakat Desa Hutan bermanfaat untuk memperoleh
hal-hal positif, semangat dalam bekerja, memudahkan aktivitas setiap
hari, tercukupinya kebutuhan dan menambah wawasan.
7. Tujuan penggunaan informasi bagi masyarakat Desa Hutan kabupaten
pekalongan untuk peningkatan kesejahteraan hidup, dari peningkatan
73
pendapatan, meningkatkan produksi dan kualitas hasil pekerjaan mereka
sebagai petani hutan, serta solusi pemasalahan untuk memudahkan dan
memberkan kehidupan menjadi lebih terjamin.
Kebutuhan informasi tersebut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang
terutama dari segi subyek, jenis dan bentuk informasi serta kesadaran akan
pentingnya sumber informasi bagi masyarakat di sekitar hutan. Sedangkan
Lingkungan tempat tinggal tidak mempengaruhi kebutuhan informasi
masyarakat Desa Hutan.
Kendala yang dihadapi masyarakat Desa Hutan kabupaten Pekalongan
dalam memenuhi kebutuhan informasi antara lain: rendahnya SDM dan
kemampuan mengakses informasi karena keterbatasan waktu dan biaya,
belum terpenuhinya informasi yang dibutuhkan baik subyek maupun
bentuknya, lokasi sumber informasi yang jauh dan ketidaktahuan jadwal
kunjungan perpustakaan keliling, dan kesulitan menjangkau bahasa informasi
terekam.
6.2. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran
yang dapat direkomendasikan untuk perbaikan dalam pemenuhan kebutuhan
informasi masyarakat Desa Hutan Kabupaten Pekalongan sebagai berikut:
1. Perpustakaan Umum Kabupaten Pekalongan melalui perpustakaan
keliling selain memberikan layanan baca dan sirkulasi kepada masyarakat,
sebaiknya juga menjalin kerjasama dengan pihak desa atau taman baca
74
masyarakat setempat untuk mengadakan pendidikan pemakai tingkat
dasar dalam rangka meningkatkan kemampuan dan motivasi masyarakat
Desa Hutan agar mengakses informasi dan memanfaatkan perpustakaan
sebagai sumber informasi.
2. Memaksimalkan fungsi Taman Baca Masyarakat (TBM) di sekitar wilayah
Desa Hutan sebagai solusi sumber informasi bagi masyarakat dengan
memaksimalkan layanan dan penyediaan koleksi yang dibutuhkan.
3. Penelitian ini merupakan kegiatan penelitian pertama dan hanya fokus
terhadap kebutuhan informasi, sehingga sangat diperlukan penelitian
lanjutan terutama dalam hal perilaku pencarian informasi dan kajian
terhadap ketersediaan informasi bagi masyarakat Desa Hutan Kabupaten
Pekalongan.
75
DAFTAR PUSTAKA
Aedi, Nur. 2010. “Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia”. http://file.upi.edu/ Direktori/ DUAL-MODES/PENELITIAN_PENDIDIKAN/BBM_8.pdf [20 Juni 2013]
Alfitri. 2005. “Model Perhutanan Sosial Berbasis Partisipasi Masyarakat Pada Program Konservasi Hutan Tanaman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)”. Indonesian Journal for SUSTAINABLE FUTURE, 1(2), Desember 29-42.
Awang, San Afri dkk. 2008. Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat ‘Desa Hutan’ (LMDH). Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM.
Baruchson-Arbib, Shifra, dkk. 2006. “Community Information Needs of the Urban Population in Israel”. LIBRI: international Journal of Libraries and Information Servces, Vol. 56. http://www.librijournal.org/ [ 7 Maret 2013]
Case, Donald O. 2002. Looking For Information: A Survey of Research on information Seeking, Needs, and Behavior. California: Academic Press.
Kartika, Widyana Dewi. 2012. “Kebutuhan dan perilaku pencarian Informasi Peneliti: Studi Kasus di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.” Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Semarang.
Kementerian Kehutanan. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa.2008.(Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi)
Laloo, Bikika Tariang. 2002. Information Needs, Information Seeking Behaviour and Users. New Delhi: Ess Ess Publications
Leach, Athol. 1999. “The Provision of Information to Adults in Rural KwaZulu-Natal, South Africa, by Non-Govermental Organizations”. LIBRI: international Journal of Libraries and Information Servces, 49. http://www.librijournal.org/ [ 7 Maret 2013]
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi).Bandung: Remaja Rosdakarya
75
76
Murniatmo, Gatut, dkk. 1997. Dampak Globalisasi Informasi Terhadap Kehidupan Sosial budaya masyarakat di daerah istimewa Yogyakarta. Jakarta: Proyek pengkajian BNP
Mustofa, Moh. Solehatul. 2011. “Perilaku Masyarakat Desa Hutan dalam Memanfaatkan Lahan dibawah Tegakan”. JURNAL KOMUNITAS: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas, 3(1), (2011) I-II.
Paguyuban LMDH. “Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa hutan (P3MDH)”. Rev. 25 April 2011 http://paguyubanlmdh.blogspot.com /2011/04/pusat-pendidikan-dan-pemberdayaan.html [ 19 September 2012]
Pendit, Putu Laxman. 2008. “Informasi: Dibutuhkan, Diinginkan, Diperlukan”. http://iperpin.wordpress.com/2008/10/11/informasi-dibutuhkan-diinginkan-diperlukan/?blogsub=confirming#subscribe-blog [ 9 Oktober 2012]
Sandjaja, B. dan Albertus Heriyanto. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Sasmita, Hernada Argha. 2012. ”Alur komunikasi Organisasi di UPT Perpustkaan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang,” Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Semarang.
Sulistyo-Basuki. 1992. Teknik dan Jasa Dokumentasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
. 2004. Pengantar Dokumentasi. Bandung: Rekayasa Sains
. 2006.Metode Penelitian. Jakarta: Werdatama Widya Sastra
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Suwanto, Sri Ati. 1997. “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Dosen Fakultas Kedokteran UNDIP dan UNISSULA Semarang”. Tesis Magister Universitas Indonesia.
Tugirin. 2012. “Kebutuhan dan Pencarian Informasi oleh Mahasiswa yang Menjadi Anggota Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Undip.” Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Semarang.
77
Widyawan, Rosa. 2011. ‘Sumber Informasi referensi.’ http://irs-reference.blogspot.com/2011/10/sumber-informasi-referensi.html [ 3 Mei 2013]
Wollenberg, eva; dkk. “Why are forest areas relevant to reducing proverty in Indonesia.” Governance Brief: forest and Governance program, Desember 2004: 1-4.
Wulandari, Florentina Ratih. 2007. Materi Pokok Dasar-dasar Informasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Yusop, Nor Iadah, dkk. 2013. “Information Needs of Rural Communities”. The Journal of Community Informatics. 9 (1) Error! Hyperlink reference not valid. [19 April 2013].
Yusup, Pawid M. 2010. Teori & Praktik Penelusuran Informasi: Information retrieval.Jakarta: Kencana Prenada media Group
Zulaifah, Siti. 2006. “Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat untuk Pengembangan Kawasan hutan Regaloh di Kabupaten Pati Jawa Tengah.”Tesis Magister, Universitas Diponegoro. Semarang.
78
LAMPIRAN 1
Kisi-Kisi Wawaancara
Beberapa pertanyaan diajukan ke informan merupakan pengembangan dari
kisi-kisi wawancara berikut:
1. Pentingnya informasi bagi Maasyarakat Desa Hutan. 2. Informasi yang dibutuhkan (subyek). 3. Kegunaan informasi yang dibutuhkan. 4. Sumber mendapat informasi. 5. Jenis dan bentuk informasi yang diperoleh. 6. Informasi lain yang dibutuhkan. 7. Manfaat yang diperoleh setelah mendapat informasi. 8. Tujuan pemanfaatan informasi. 9. Terpenuhi atau tidak informasi-informasi yang diperlukan. 10. Kendala memperoleh informasi yang dibutuhkan. 11. Latar belakang pendidikan yang pernah ditempuh. 12. Kondisi lingkungan tempat tinggal.
79
LAMPIRAN 2
Profil Informan
Beberapa informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
No. Nama Tingkat
Pendidikan Tanggal
Diwawancara
1. Turijo Paket C 3 Juni 2013
2. Basuki SMA 3 Juni 2013
3. Sunarto SD 4 Juni 2013
4. Datu SD 7 juni 2013
5. Caridi SD 7 Juni 2013
6. Siswoyo SD 7 Juni 2013
7. Karim SD 7 Juni 2013
8. Yatim SD 7 Juni 2013
9. Caslani SD 13 Juni 2013
10. Slamet SD 13 Agustus 2013
11. Wahidi SD 13 Agustus 2013
Seluruh informan tersebut merupakan anggota LMDH atau yang lebih
dikenal sebagai anggota penyadap dan petani yang menanam pada lahan
perhutani.
80
LAMPIRAN 3
Hasil Reduksi Data Hasil Wawancara Kepada Informan
1. Latarbelakang Kebutuhan Informasi
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
Mengapa informasi sangat penting bagi anda dan masyarakat?
Turijo informasi itu diperlukan untuk meningkatakan kesejahteraan, seperti saya, dirumah baru lima tahun, dulu merantau di Jakarta. Dirumah itu jadi pingin tahu pekerjaan apa yang bisa menghidupi keluarga dan tidak perlu balik ke Jakarta lagi. Disini kalau rajin sebenarnya jadi penyadap bisa berhasil karena kerjanya hanya setengah hari, kalau siang sudah dirumah, santai dan bisa untuk kerja yang lain. Kalau masyarakat disini lagi-lagi karena SDMnya.
Kebutuhan informasi dilatarbelakangi karena kondisi masyarakat yang menginginkan peningkatan kesejahteraan dan kondisi rendahnya kualitas SDM masyarakat. Kondisi yang menginginkan peningkatan kesejahteraan karena kebutuhan masyarakat akan peningkatan pendapatan, hasil produksi getah, kehidupan yang lebih maju, lowongan pekerjaan tambahan, banyaknya kelompok/ komunitas dalam pekerjaan yang digunakan untuk berbagi informasi, Sedangkan rendahnya SDM karena kebutuhan akan kemudahan atas persoalan yang dihadapi termasuk ketidakmampu-andalam mengakses kebijakan yang ditujukan untuk mereka.
Basuki Yang jelas informasi itu untuk meningkatkan kesejahteraan, biar lebih maju.
Sunarto Masyarakat disini rata-rata Penyadap, bekerja dihutan dan banyak resikonya.kalau disini yang lanjut usia, sakit atau meninggal seharusnya dapat santunan, ternyata tidak ada apa-apa. Padahal sudah ada undang-undangnya, semacam jamsostek atau sejenisnya seharusnya ada, tapi katanya sudah diusulkan ke pusat tetap saja. Kalau ingin mengusulkan harus kemana tidak tahu. Makanya informasi itu sangat penting bagi masyarakat, informasi yang terkait itu sangat diperlukan.
Datu Ya untuk meningkatkan kesejahteraan.
Caridi Ya kalau tau informasi kan pendapatan bisa bertambah
Siswoyo Informasi itu dapat mempermudah masyarakat, dari persoalan yang dihadapi keluarga atau pekerjaan.
Karim Informasi itu penting, apalagi kita sebagai penyadap, saat ini semua harga naik, sehingga butuh tambahan untuk mencukupi
81
kebutuhan.
Yatin Informasi itu penting karena kesejahteraan masyarakat yang masih sangat rendah. Perlu ada peningkatan.
Caslani Butuh peningkatan hasil getah berkualitas dan karena tidak adanya jamian yang pasti bagi keselamatan warga
Slamet Informasi sangat diperlukan bagi masyarakat karena SDMnya masih rendah, selain itu ya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Disini banyak komunitas-komunitas karena banyak sampingan dan program bantuan untuk petani hutan.jadi ada kelompok tenak, kelompok tani, petani kopi dsb. Kegiatan warga itu untuk berbagi informasi sehingga informasi sebenarnya sangat dibutuhkan
Wahidi Ya informasi bagi penyadap itu penting, penyadap itu kan sama saja seperti petani. Kesejahteraannya tidak menentu, SDM masyarkatnya rendah. Punya pekerjaan banyak tapi hasilnya jarang, perlu informasi dari mana saja.
2. Subyek Informasi
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
Informasi yang paling dibutuhkan itu tentang apa saja?
Turijo Inginnya kalau ada informasi apapun ya langsung disampaikan, ya tentang usaha, atau misalnya ada program apa, saya ingin tahu, mungkin yang belum saya tahu. Kalau bisa program yang ada kaitannya dengan lowongan pekerjaan, untuk meningkatkan kesejahteraan. Warga disini kebanyakan butuh informasi tentang peningkatan ekonomi keluarga, kalau saya sering beli buku biasanya tentang dunia islam, koleksi saya kebanyakan majalah Ummi, Tarbawi, Hidayah dan yang terbaru “7 Keajaiban Rezeki”. Kalau ekonomi relatif, sedangkan
Informasi yang dibutuhkan masyarakat desa hutan sangat beragam, secara umum dibutuhkan subyek yang berkaitan tentangkegiatan peningkatan kesejahteraan, misalnya: usaha (interpreneur)peningkatanekonomi keluarga, lowongan pekerjaan, budidaya di bidang pertanian, perkebunan maupun ternak (budidaya ikan, budidaya kopi) termasuk cara mengkawinkan tanaman dan memperoleh hasil yang unggul dan perkembangan harga hasil komoditas hutan (getah). Kemudian, subyek yang berkaitan dengan kebijakan yang ditujukan pada masyarakat desa hutan baik dari pemerintah
82
tentang islam saya membutuhkan.
maupun instansi tempat mereka bekerja (perhutani). Misalnya: masalah fasilitas kerja, keselamatan kerja dan bantuan program pemberdayaan masyarakat. Sedangkan dibidang lain yaitu: dunia islam, tanaman obat, kesehatan, olaahraga, sistim irigasi atau tata kelola air.
Basuki Tentang tanaman obat dan juga informasi pekerjaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan. Selain itusaya juga suka olah raga, informasi tentang itu menurutsaya juga penting, pokonya yang memberikan manfaat untuk kesehatan.
Sunarto Tentang keselamatan kerja karena anggota penyadap belum ada jaminan keselamatan dan kesehatan, selain itu juga tentang pertanian. Kalau orang sini kehidupan sehari-hari sudah ada beras tidak memperhatikan yang lainnya, masalah kesehatan juga diperlukan, karena jaminan keselamatan dan bantuan dari pemerintah tidak merata.
Datu Ya tentang ekonomi, biasanya untuk program pemberian modal atau bantuan yang butuh kesepakatan warga, juga tentang pertanian karena saya merawat pertanian.
Caridi Ya yang butuh itu informasi tentang harga getah saja
Siswoyo Informasi tentang masalah yang sedang dihadapi dalam pekerjaan dan keluarga, kalau saat ini karena kondisi sulit air, ya butuh informasi bagaimana cara menambah sumber air bersih untuk daerah dataran tinggi seperti disini.
Karim Tentang pertanian, bagaimana cara mengatasi penyakit tanaman.
Yatin Yang dibutuhkan informasi tentang meminta hak fasilitas alat kerja yang memadai dari perhutani, harga getah dan cara pembibitan dan kesepakatan.
Caslani Tentang keselamatan kerja, jaminan ketika sakit misalnya, itu yang paling vital menurut saya, juga informasi yang menunjang perekonomian masyarakat
Slamet Kalau disini yang belum pernah ada itu tentang perikanan, cara budidaya perikanan dengan terpal. Karena kalau buat kolam asli itu butuh modal banyak. Jadi
83
informasi ternak ikan yang mudah itu caranya bagaimana. Selain itu yang saat ini juga dibutuhkan tentang budidaya kopi, seperti bagaimana cara mengkawinkan tanaman kopi sehingga dihasilkan biji kopi yang unggul.
Wahidi Ya kalau saya pribadi selain tentang budidaya kopi, kalau bisa ada informasi sistem irigasi, tata kelola air agar penggunaan dari sumber air itu merata atau secara bergilir. Butuh pengaturan tentang itu. Sehingga tidak ada krisis lagi
3. Sumber Informasi
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
Darimana Sumber untuk mendapatkan informasi?
Turijo Kalau saya belajar menjadi penyadap, dari orang tua, ikut ke hutan dan dengan melihat saja sudah bisa. Kalau informasi program-program biasanya dari LMDH kalau tidak ya dari teman (misalnya info tentang paket C), terus dari radio, dari desa yang sifatnya hanya menginformasikan saja disini juga ada perkumpulan warga dari pertemuan rutin, informasi itu biasanya disampaikan. Kalau saya kadang beli buku sendiri, saya sudah punya buku banyak, ya kebanyakan majalah. Tapi kadang dari guru SMP atau SD menyampaikan informasi kepada masyarakat yang ditemuinya.
Informasi yang sering diterima masyarakat adalah pemberitahuan langsung, baik dari masyarakat desa maupun dari pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan mereka baik dibidang pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari. Seperti dari pak RT, pak mandor (perhutani) dan perangkat desa. Hanya berberapa yang mencari informasi dari sumber terekam seperti buku bacaan, majalah, dan buku panduan. Karena merasa kesulitan ketika dari sumber terekam.
Basuki Pinjem buku di perpustakaan keliling. Kadang ya pinjam ke istri saya, karena istri saya yang meminjam di perpustakaan keliling.
Sunarto Dari perhutani, pak mandor, pak mantri dsb. kalau dari buku susah untuk memperoleh informasi langsung
Datu Dari tetangga, dari perhutani.
Caridi Dari mandor setiap setoran.
Siswoyo Dari mulut ke mulut.
84
Karim Diberi tahu tetangga
Yatin Dari perhutani langsung, atau dari pak rt.
Caslani Dari perhutani, dari pak mandor, sama paling dari tetangga.
Slamet Ya dari ketua kelompoknya masing-masing. Bisa Kadus bisa juga warga biasa. Tapi kalau yang diberi ilmunya dipakai sendiri ya masyarakat jadi bunting, tidak ada yang bisa di gugu. Saya tidak bisa mencari informasi itu sendiri, kalau dari TV hanya selingan dan tidak setiap hari.
Wahidi Dari para kaur, perangkat desa dan dari kelompok, serta langsung dari pak mandor
4. Jenis Informasi
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
Jenis informasi yang dibutuhkan?
Turijo Ya informasinya disampaikan secara langsung, secara lisan, kalau istilah jawanya ‘gethok tular’ atau dari mulut ke mulut. Kadang dari buku, tetapi saya baca masih bingung, perlu sering diulang. Pamikiran saya mungkin belum sampai. Bahasanya terlalu berat.
Sebagian besar masyarakat desa hutan masih membutuhkan jenis informasi lisan, mereka masih merasa kesulitan untuk memperoleh infomasi dari sumber terekam khususnya terkait subyek yang mereka butuhkan. Mereka membutuhkan penjelasan secara langsung dan melihat secara langsung penerapannya. Hanya sebagian kecil yang membutuhkan informasi terekam.
Basuki Dari buku yang selama ini biasa saya gunakan, kalau yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai penyadap paling dari pak mandor.
Sunarto Kalau dari buku itu tidak bisa untuk mencari informasi langsung, saya butuhnya langsung informasi secara lisan,. Langsung sepeti sosialisasi atau penyuluhan.
Datu Sebenarnya buku panduan itu penting, tapi tidak terlalu dibutuhkan, lebih baik bimbingan langsung
Caridi Lisan
Siswoyo Pemberitahuan atau langsung secara lisan
Karim Lisan
Yatin Lisan dari pak RT, buku penting tapi tidak terlalu butuh
Caslani Dari perhutani, secara langsung
85
Slamet Diberikan ilmunya secara langsung, kemudian dipraktikkan dan dibimbing sampai panen. Ibaratnya misalkan member bibit ya ada yang mengajari cara menanam sampai panen, jadi masyarakat itu mengerti ilmunya kalau belum tahu ilmua kemudian ada bantuan bibit kemudian terserah yang penting sudah ditanam ya percuma, padahal masyarakat disini tidak pernah tahu tentang cara mengawinkan, ada batasan usia, ya susah.
Wahidi Disini butuh penyuluhan lebih detail, ya jenis informasi yang disampaikan secara langsung.
5. Bentuk Informasi
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
Bentuk informasi seperti apa yang anda butuhkan?
Turijo Orang sini itu tidak mau membaca, anak-anak justru yang suka meminjam buku saya. Paling saya cari informasi dari buku bacaan dan majalah.
Sebagian masyarakat desa hutan membutuhkan informasi berbentuk tercetak. Bentuk informasi tercetak yang dibutuhkan antara lain informasi bersifat praktis, seperti buku panduan. Ada pula yang membutuhkan informasi tercetak lainnya seperti buku bacaan dan majalah. Sedangkan sebagian masyarakat lainnya menganggap informasi tercetak susah untuk memperoleh informasi, sehingga mereka lebih membutuhkan sosialisasi atau penyuluhan untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Mereka merasa susah dan kurang cepat memperoleh infomasi dari sumber tercetak, hanya anak-anak sekolah
Basuki Buku bacaan.
Sunarto Kalau buku-buku itu tidak bisa untuk mencari informasi saya butuhnya langsung seperti sosialisasi.
Datu Sosialisasi ya dibutuhkan, kalau informasi dari buku biasanya anak-anak, kalau orang tua sudah susah
Caridi Kabar langsung, setiap setoran dapat info dari pak mandor
Siswoyo Kalau dari buku tidak begitu dibutuhkan, susah untuk orang tua.
Karim Sudah tua jadi sudah susah untuk mendapatkan informasi, kalau gak diberi tahu.
Yatin Kalau untuk buku, penting tapi tidak terlalu butuh.
Caslani kalau dari buku itu ya sudah susah. dari pada baca, lihat berita TV lebih cepet informasinya, kalau untuk yang
86
sudah berkeluarga untuk ilmu pengetahuan kurang berminat.
yang mereka anggap membutuhkan buku.
Slamet Kalau informasi langsung bisa cepet lupa,makanya harus dibekali buku panduan, tapi kalau disini belum ada. Di daerah lain mungkin sudah ada paling kita hanya bisa lihat, kalau dipinjam untuk dibawa pulang pasti tidak boleh. Buku panduan itu penting berhubung tidak ada ya kita butuh melihat langsung untuk tahu ilmunya.
Wahidi Yang dibutuhkan itu penyuluhan lebih detail, setelah itu diberi buku panduan, tapi sayangnya jarang ada penyuluhan apalagi buku panduan.
6. Kegunaan Informasi
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
Informasi yang dibutuhkan tersebut rencananya akan digunakan untuk apa saja?
Turijo Ya, informasi itu saya gunakan misalnya saya amalkan pada yang lain, ya bisa saya sampaikan ke keluarga. Misalnya begini, saya bekerja jadi penyadap saya berharap anak saya tidak jadi penyadap seperti bapaknya, karena penyadap itu pekerjaan kasar.
Penggunaan informasi bagi masyarakat desa hutan lebih cenderung untuk dipraktikkan secara langsung. Baik dipraktikan untuk meningkatkan produksi hasil maupunmemenuhi kebutuhan dalam bekerja. Selain itu, informasi dapat digunakan sebagai solusi untuk permasalahan yang dihadapi atau sekedar untuk menambah wawasan saja.
Basuki Hanya sekedar informasi saja, untuk menambah wawasan.
Sunarto Untuk solusi permasalahan tiap muasyawarah anggota masyarakat dan untuk dimanfaatkan
Datu Untuk peningkatan produksi hasil
Caridi Untuk menambah wawasan
Siswoyo Solusi dari permasalahan yang dihadapi
Karim Ya untuk dipraktikkan
Yatin Misal informasi kebijakan bantuan ya dapat memenuhi apa yang dibutuhkan dalam bekerja.
Caslani Untuk mendapatkan jaminan pasti atas ketidakjelasan dalam masalah kerja. Menambah wawasan
Slamet Kalau sudah menyerap ilmunya ya untuk dipraktikan.yang saya lihat itu memang hasil panennya bagus, memuaskan. Tiap orang bisa sampai 15 juta, itu yang kelompoknya sudah berjalan. Jadi
87
penghasilannya lumayan.
Wahidi Untuk dipraktikan supaya tidak mudah lupa.
7. Manfaat Penggunaan Informasi
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
Apa manfaat yang diperoleh dalam menggunakan informasi tersebut?
Turijo Dari buku itu biasanya ada sisi negative dan sisi positifnya, jadi saya tahu mana yang baik dan mana yang tidak, kalau yang baik ya bisa saya praktikkan atau saya terapkan.
penggunaan informasi bagi masyarakat desa hutan bermanfaat untuk mengambil hal-hal positif, dapat bekerja dengan baik, memudahkan setiap beban maupun persoalan dan tercukupinya kebutuhan atau menunjang perekonomian. Selain itu, penggunaan informasi bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan bahkan dapat menambah semangat dalam bekerja.
Basuki Wawasan menjadi bertambah, tau cara bekerja yang baik, dan informasi sehari-hari agar tetap sehat.
Sunarto Untuk meringankan beban yang dirasa sulit, kalau informasi bisa cepat diterima itu sangat memudahkan.
Datu Peningkatan ekonomi dan pendapatan, tercukupi kebutuhan keluarga.
Caridi Kalau tahu informasinya dapat menambahsemangat dalam bekerja
Siswoyo Aktivitas sehari-hari menjadi mudah, karena tahu solusinya
Karim Dengan mengetahui ilmunya produksi tanaman memuaskan sehingga pendapatan akan meningkat.
Yatin Beban kerja semakin ringan dengan tunjangan fasilitas kerja, sehingga tidak perlu mengurangi pendapatan yang sedikit untuk membeli peralatan sendiri.
Caslani Mengetahui perkembangan berita setiapharinya terutama di luar lingkungannya, mengetahui cara memproduksi getah berkualitas.
Slamet Kalau tahu cara menghasilkan getah banyak ya, bisa mencukupi tidak hanya kebutuhan sehari-hari tetapi juga kebutuhan besar lain.
Wahidi Dapat menunjang perekonomian dan bisa memperoleh hasil pertanian kualitas unggul
8. Tujuan Penggunaan Informasi
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
Apa tujuan anda untuk memanfaatkan
Turijo Ya harapannya kalau saya mengetahui informasinya kemudian saya tahu mana yang baik mana yang tidak, yang baik saya amalkan ke keluarga kemudian bisa
Masyarakat desa hutan dalam menggunakan dan memanfaatkan informasi secara umum
88
informasi tersebut?
meningkatkan kesejahteraan ya semoga anak saya bisa sekolah tinggi dan bisa bekerja dibidang kesehatan, anak saya perempuan masih kecil saya ingin dia jadi bidan, karena disini belum ada. Saya membutuhkan informasi untuk meningkatkan kesejahteraan, juga tentang agama karena saya ingin mencari rejeki yang halal.
bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan hidup mereka, mulai dari peningkatan pendapatan, meningkatkan kualitas getah yang diproduksi, dan mampu mengatasi masalah penyakit tanaman yang kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan perekonomian mereka. Selain itu masyarakat menggunaan informasi untuk menemukan solusi sehingga tidak ada lagi permasalahan yang sama. dengan maksud untuk memudahkan dan memberikan kehidupan lebih terjamin.
Basuki Untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Sunarto Agar kebijakan dari dinas terkait mampu diakses dan dipahami oleh masyarakat. Sehingga masyarakat terjamin kehidupannya.
Datu Peninggkatan perekonomian, khususnya pertanian.
Caridi Untuk meningkatkan hasil sadapan sehingga penghasilan juga bertambah.
Siswoyo Agar tidak ada lagi krisis air sehingga aktivitas sehari-hari menjadi lancar, kehidupan juga menjadi tenang.
Karim Mengetahui cara mengatasi penyakit tanaman. Sehingga ada peningkatkan produksi
Yatin Beban kerja berkurang dan memaksimalkan hasil kerja.
Caslani Untuk Meningkatkan perekonomian keluarga
Slamet Dapat menghasilkan getah kualitas tinggi sehingga meningkatkan perekonomian
Wahidi dibidang perairan/ irigasi dilingkungan semakin lancar, agar tidak ada krisis air lagi.
9. Kendala
Pertanyaan Informan Jawaban Analisis
Kendala apa saja yang dihadapi dalam mengakses informasi yang dibutuhkan?
Turijo Tidak ada sebenarnya, disini Taman Baca Masyarakat juga sudah ada. Lagi-lagi hanya masalah SDM petani hutan itu masih rendah dan kemauannya kurang.
Rendahnya kualitas SDM disertai dengan kurangnya kemauan atau inisiatif warga menjadikan mereka kurang mampu mengakses informasi yang mereka butuhkan. Kendala yang ditemukan antara lain: kesibukan, faktor biaya, sumber informasi yang jauh serta ketersediaan informasi yang dibutuhkan belum ada ditambah dengan
Basuki Kendala saya hanya kurang waktu saja untuk mencari ilmu lebih banyak, karena kan penyadap itu menghabiskan waktunya banyak di hutan
Sunarto Belum terpenuhi informasinya. Orang-orang disini rata-rata penyadap, kalau kerja banyak dihutan banyak resiko sehingga kurang terjamin keselamatannya, selain itu juga masalah biaya.
89
Datu Kesibukan dan kemauan yang kurang. kemauan yang kurang sehinggamenjadikan mereka bingung dan kesulitan dalam menjangkau bahasa informasi terekam yang pada akhirnya menjadikan masyarakat merasa tidak mampu mencari sendiri informasi yang diperlukan.
Caridi Biaya tidak ada.
Siswoyo Sumber informasi jauh, dan sibuk bekerja.
Karim Bingung dan tidak tahu
Yatin Sibuk bekerja
Caslani Pikirannya berbeda pandangan, sibuk bekerja.
Slamet Tidak mampu mencari sendiri, bingung,
Wahidi Tidak sempatnya itu, petani hutan biasanya pekerjaannya banyak tapi penghasilan sangat jarang sekali.
90
LAMPIRAN 4
Dokumentasi Kegiatan dan Kondisi Lingkungan Masyarakat Desa Hutan
Kabupaten Pekalongan
Gambar 1 Penyetoran Getah Pohon Pinus Gambar 2.Menimbang Getah Hasil Penyadapan
(03 Juli 2013) (03 Juli 2013)
Gambar 3.Sekretariatan Paguyuban Gambar 4. TBM ‘Jendela Dunia’ di LMDH KPH Pekalongan Timur LMDH Wonoasri
( 04 Juli 2013) ( 04 Juli 2013)
91
Gambar 5.Koleksi TBM ‘Jendela Dunia’ Gambar 6. Kegiatan di Tempat (04 Juli 2013) Pengumpulan Getah
( 13 Agustus 2013)
Gambar 7.Pengumpulan Getah Gambar 8. Rumah Penduduk ( 13 Agustus 2013 ) (13 Agustus 2013)
Gambar 9. Rumah Penduduk Gambar 10. Kandang ternak salah satu warga Desa Hutan
(13 Agustus 2013) (05 Juli 2013)
92
LAM
PIR
AN
5
No.
LMD
HR
PH
BK
PH
Des
aK
ecam
atan
Kab
upat
enLu
as P
etak
P
angk
uan
(Ha)
12
34
56
78
1W
indu
sari
Bro
ndon
gK
eses
iW
indu
rejo
Kes
esi
Pek
alon
gan
735
,31
2S
ingo
Won
gso
Tam
baks
ari
Kes
esi
Kut
oroj
oK
ajen
Pek
alon
gan
637
,95
3Ja
mpa
ng S
ari
Prin
gsur
atK
eses
iP
rings
urat
Kaj
enP
ekal
onga
n
3
54,0
0 4
Wan
a M
akm
urK
apun
duta
nK
aran
gany
arS
idom
ulyo
Leba
kbar
ang
Pek
alon
gan
542
,89
5D
uria
n M
akm
urR
ogos
elo
Kar
anga
nyar
Lolo
ngK
aran
gany
arP
ekal
onga
n
4
67,9
4 6
Sum
ber
Rej
eki
Lem
ahab
ang
Dor
oK
ayup
urin
gP
etun
gkriy
ono
Pek
alon
gan
1
.179
,82
7T
logo
Mul
yoG
umel
emD
oro
Tlo
gohe
ndro
Pet
ungk
riyon
oP
ekal
onga
n
9
20,7
2 8
Wan
a M
ulya
Tlo
gopa
kis
Dor
oT
logo
paki
sP
etun
gkriy
ono
Pek
alon
gan
1
.228
,02
9W
ana
Dad
iJo
lotig
oD
oro
Mes
oyi
Tal
unP
ekal
onga
n
3
87,5
7 10
Hut
an M
ulya
Lem
ahab
ang
Dor
oLe
mah
aban
gD
oro
Pek
alon
gan
722
,35
11W
ana
Rek
saG
umel
emD
oro
Yos
orej
oP
etun
gkriy
ono
Pek
alon
gan
228
,89
12W
ana
Lest
ari
Pan
ingg
aran
Pan
ingg
aran
Bot
osar
iP
anin
ggar
anP
ekal
onga
n
5
62,3
0 13
Sid
o M
akm
urW
indu
aji
Pan
ingg
aran
Lam
bang
gelu
nP
anin
ggar
anP
ekal
onga
n
9
53,3
7 14
Sum
ber
Rej
eki
Win
duaj
iP
anin
ggar
anW
erdi
Pan
ingg
aran
Pek
alon
gan
129
,47
15W
ana
Bha
kti
Win
duaj
iP
anin
ggar
anK
alib
oja
Pan
ingg
aran
Pek
alon
gan
206
,73
16B
ina
Kar
yaK
anda
ngse
rang
Pan
ingg
aran
Wan
gkel
ang
Kan
dang
sera
ngP
ekal
onga
n
5
35,4
2 17
Sid
o M
ulyo
Pan
ingg
aran
Pan
ingg
aran
Ten
ogo
Pan
ingg
aran
Pek
alon
gan
1
.082
,05
18A
bdi K
arya
Pan
ingg
aran
Pan
ingg
aran
Bed
agun
gP
anin
ggar
anP
ekal
onga
n
6
81,4
4 19
Wan
a U
saha
Sig
ugur
Pan
ingg
aran
Suk
ohar
joK
anda
ngse
rang
Pek
alon
gan
410
,98
20W
ana
Lest
ari
Prin
gsur
atK
eses
iB
reng
kola
ngK
ajen
Pek
alon
gan
30
,10
21A
mon
g W
ono
Tam
baks
ari
Kes
esi
Tam
bakr
oto
Kaj
enP
ekal
onga
n
1
68,7
2 22
Won
o Le
star
iP
rings
urat
Kes
esi
Gut
omo
Kar
anga
nyar
Pek
alon
gan
174
,82
23W
ana
Sar
iLe
bakb
aran
gK
aran
gany
arK
utor
embe
tLe
bakb
aran
gP
ekal
onga
n
8
24,4
0 24
Cak
ra D
harm
aT
logo
paki
sD
oro
Kas
impa
rP
etun
gkriy
ono
Pek
alon
gan
83
,80
25R
imba
Bua
naT
logo
paki
sD
oro
Son
ggod
adi
Pet
ungk
riyon
oP
ekal
onga
n
70,4
6 26
Meg
a R
imba
Tlo
gopa
kis
Dor
oS
imeg
oP
etun
gkriy
ono
Pek
alon
gan
515
,30
27A
rgo
Tirt
oT
logo
paki
sD
oro
Cur
ugm
unca
rP
etun
gkriy
ono
Pek
alon
gan
115
,50
28W
ana
Lest
ari
Gum
elem
Dor
oG
umel
emP
etun
gkriy
ono
Pek
alon
gan
400
,75
29A
rgo
Mul
yoJo
lotig
oD
oro
Jolo
tigo
Tal
unP
ekal
onga
n
3
18,3
7
Dat
a P
erse
bara
n LM
DH
Kab
upat
en P
ekal
onga
n
93
30W
ana
Sar
iJo
lotig
oD
oro
Ked
ungk
ebo
Kar
angd
adap
Pek
alon
gan
51
,80
31S
ekar
Wan
giJo
lotig
oD
oro
Kal
igaw
eK
aran
gdad
apP
ekal
onga
n
66,1
0 32
Ciw
i Tal
iP
anin
ggar
anP
anin
ggar
anLu
men
eng
Pan
ingg
aran
Pek
alon
gan
601
,70
33A
rgo
Lest
ari
Pan
ingg
aran
Pan
ingg
aran
Dom
iyan
gP
anin
ggar
anP
ekal
onga
n
1
87,5
0 34
Sid
o M
akm
urP
anin
ggar
anP
anin
ggar
anK
alio
mbo
Pan
ingg
aran
Pek
alon
gan
140
,00
35K
arya
Muk
tiP
anin
ggar
anP
anin
ggar
anW
indu
aji
Pan
ingg
aran
Pek
alon
gan
164
,69
36R
imba
Tan
iS
igug
urP
anin
ggar
anB
odas
Kan
dang
sera
ngP
ekal
onga
n
3
91,2
0 37
Wan
a M
akm
urS
igug
urP
anin
ggar
anG
arun
gwiy
oro
Kan
dang
sera
ngP
ekal
onga
n
4
06,5
0 38
Row
o M
asK
anda
ngse
rang
Pan
ingg
aran
Lam
bur
Kan
dang
sera
ngP
ekal
onga
n
2
30,7
0 39
Won
o A
sri
Prin
gsur
atK
eses
iLi
nggo
asri
Kaj
enP
ekal
onga
n
2.3
80,5
0 40
Rim
ba M
ulya
Bro
ndon
gK
eses
iU
jung
nego
roK
eses
iP
ekal
onga
n
6
73,2
5 41
Wan
a M
anun
ggal
Bro
ndon
gK
eses
iB
ukur
Boj
ong
Pek
alon
gan
92
,00
42S
enda
ng L
esta
riB
rond
ong
Kes
esi
Taj
urK
anda
ngse
rang
Pek
alon
gan
178
,28
43W
ana
Jaya
Pak
ulur
anK
aran
gany
arT
embe
lang
gunu
ngLe
bakb
aran
gP
ekal
onga
n
9
78,8
1 44
Won
o R
ejo
Kap
undu
tan
Kar
anga
nyar
Kap
undu
tan
Leba
kbar
ang
Pek
alon
gan
472
,30
45W
ono
Sar
iK
apun
duta
nK
aran
gany
arT
imba
ngsa
riLe
bakb
aran
gP
ekal
onga
n
1
81,5
0 46
Won
o M
ulyo
Kap
undu
tan
Kar
anga
nyar
Pam
utuh
Leba
kbar
ang
Pek
alon
gan
395
,88
47A
rgo
Mul
iaR
ogos
elo
Kar
anga
nyar
Ban
tark
ulon
Leba
kbar
ang
Pek
alon
gan
272
,30
48W
ono
Bul
ubek
tiLe
bakb
aran
gK
aran
gany
arLe
bakb
aran
gLe
bakb
aran
gP
ekal
onga
n
1.4
53,2
0 49
Lest
ari
Sig
ugur
Pan
ingg
aran
Boj
ongk
onen
gK
anda
ngse
rang
Pek
alon
gan
191
,70
50H
arap
an B
angs
aS
igug
urP
anin
ggar
anN
atag
iwan
gP
anin
ggar
anP
ekal
onga
n
1
58,0
0 51
Suk
a M
aju
Sig
ugur
Pan
ingg
aran
Kra
ndeg
anP
anin
ggar
anP
ekal
onga
n
2
27,5
0 52
Jaya
Les
tari
Sig
ugur
Pan
ingg
aran
Tan
gera
ngP
anin
ggar
anP
ekal
onga
n
26,3
0 53
Ron
ggow
arsi
toS
igug
urP
anin
ggar
anS
awan
gan
Pan
ingg
aran
Pek
alon
gan
136
,20
54Lo
hjin
awi
Sig
ugur
Pan
ingg
aran
Bub
akK
anda
ngse
rang
Pek
alon
gan
244
,11
55W
ana
Bha
kti
Kan
dang
sera
ngP
anin
ggar
anLu
ragu
ngK
anda
ngse
rang
Pek
alon
gan
139
,10
56W
onoj
oyo
Tam
baks
ari
Kes
esi
Kal
ijoyo
Kaj
enP
ekal
onga
n
93,4
0 57
Ran
cang
Ken
cono
Pak
ulur
anK
aran
gany
arS
idoa
rjoD
oro
Pek
alon
gan
809
,64
58M
oro
Dad
iLe
bakb
aran
gK
aran
gany
arM
endo
loLe
bakb
aran
gP
ekal
onga
n
7
19,9
2 59
Won
o G
iri R
oso
Kap
undu
tan
Kar
anga
nyar
Dep
ok
Leba
kbar
ang
Pek
alon
gan
445
,80
60W
ana
Mak
mur
Rog
osel
oK
aran
gany
arP
unga
ngan
Dor
oP
ekal
onga
n
1.0
25,1
0 61
Won
o S
ido
Dad
iK
apun
duta
nK
aran
gany
arW
onos
ido
Leba
kbar
ang
Pek
alon
gan
296
,82
28.5
01,2
4
94
LAMPIRAN 6
MATRIK BIMBINGAN DAN KONSULTASI PENULISAN SKRIPSI
95
96
LAMPIRAN 7
BIODATA PENULIS
Nama : Nafsil Mutma’inah
Tempat/tanggal lahir : Pekalongan, 02 Agustus 1991
Alamat : Pekajangan 7/61 RT 5 RW 2 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan 51172 Jawa Tengah
Pendidikan Formal :
JENJANG NAMA SEKOLAH NAMA KOTA TH TH
MASUK LULUS
TK TK Aisiyah Pekajangan Pekalongan 1996 1997
SD SD 03 Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 1997 2003
SMP SMP Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 2003 2006
SMA SMA Negeri 1 Kedungwuni Pekalongan 2006 2009
Pengalaman Berorganisasi
NAMA ORGANISASI KEDUDUKAN DALAM ORGANISASI
NAMA KOTA TAHUN
Kharisma FIB Undip Sekretaris Departemen Syiar Semarang 2011 Riset Club FIB Undip Anggota Semarang 2011 An-Nisa Immaro Undip Bidang Kaderisasi Nisa Semarang 2009-Sekarang Muslimah Hizbut-Tahrir Indonesia
Anggota Semarang 2013