kebudayaan sebagai sistem tanda

5
Kebudayaan sebagai Sistem Tanda (Prof. Dr. Okke K.S. Zaimar) Apakah yang dimaksudkan dengan mitos (Barthes)? Apa gunanya bagi studi teks sebagai sistem kebudayaan? Pengertian mitos menurut Roland Barthes berbeda dengan pengertian mitos yang dikenal oleh orang pada umumnya, yaitu cerita rakyat atau legenda. Menurut Barthes, mitos adalah suatu sistem komunikasi atau suatu jenis tuturan karena mitos mengandung sekumpulan pesan. Jadi, mitos bukan suatu objek atau konsep tetapi mitos adalah suatu bentuk tuturan yang ditampilkan dalam sebuah wacana yang menyampaikan pesan. Mitos tidak ditentukan oleh objek atau materi pesannya melainkan oleh cara mitos disampaikan. Mitos dapat bersifat verbal (kata- kata baik lisan maupun tulisan) dan nonverbal maupun kombinasi antara verbal dan nonverbal. Misalnya dalam bentuk film, lukisan, fotografi, iklan, surat kabar, foto, majalah, komik, puisi, cerita, novel, drama dan lain- lain. Menurut Barthes, mitos dapat dipahami dengan menggunakan teori signifikasi Ferdinand De Saussure. Kemudian, dilakukan perluasan makna sehingga pemaknaan terjadi dalam dua tahap. Tanda (penanda dan petanda) pada tahap pertama dan menyatu sehingga dapat membentuk penanda pada tahap kedua, lalu pada tahap berikutnya 1

Upload: susi-fauziah

Post on 15-Jun-2015

904 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

It explains about definition of culture as a sign system.

TRANSCRIPT

Page 1: Kebudayaan Sebagai Sistem Tanda

Kebudayaan sebagai Sistem Tanda (Prof. Dr. Okke K.S. Zaimar)

Apakah yang dimaksudkan dengan mitos (Barthes)? Apa gunanya bagi studi

teks sebagai sistem kebudayaan?

Pengertian mitos menurut Roland Barthes berbeda dengan pengertian mitos

yang dikenal oleh orang pada umumnya, yaitu cerita rakyat atau legenda. Menurut

Barthes, mitos adalah suatu sistem komunikasi atau suatu jenis tuturan karena mitos

mengandung sekumpulan pesan. Jadi, mitos bukan suatu objek atau konsep tetapi

mitos adalah suatu bentuk tuturan yang ditampilkan dalam sebuah wacana yang

menyampaikan pesan. Mitos tidak ditentukan oleh objek atau materi pesannya

melainkan oleh cara mitos disampaikan. Mitos dapat bersifat verbal (kata- kata baik

lisan maupun tulisan) dan nonverbal maupun kombinasi antara verbal dan nonverbal.

Misalnya dalam bentuk film, lukisan, fotografi, iklan, surat kabar, foto, majalah,

komik, puisi, cerita, novel, drama dan lain- lain.

Menurut Barthes, mitos dapat dipahami dengan menggunakan teori

signifikasi Ferdinand De Saussure. Kemudian, dilakukan perluasan makna sehingga

pemaknaan terjadi dalam dua tahap. Tanda (penanda dan petanda) pada tahap

pertama dan menyatu sehingga dapat membentuk penanda pada tahap kedua, lalu

pada tahap berikutnya penanda dan petanda yang telah menyatu ini dapat membentuk

petanda baru yang merupakan perluasaan makna.

1.PENANDA RI 2.PETANDA

3. Tanda RII

I. PENANDA II. PETANDA

III. TANDA

1

Page 2: Kebudayaan Sebagai Sistem Tanda

Keterangan:

Tabel bagian pertama merupakan denotasi (makna primer)

Tabel bagian kedua merupakan konotasi (makna sekunder)

Barthes juga mengemukakan adanya perluasan bentuk yang disebutnya

metabahasa. Perluasan bentuk ini mengalami proses yang sama dengan perluasan

makna. Contoh:

1. PENANDA RI 2. PETANDA

TANDA

I. PENANDA RII II. PETANDA

TANDA

Keterangan:

Tabel bagian pertama merupakan Bentuk (Form)

Tabel bagian kedua merupakan metabahasa

Barthes menyatakan bahwa ada tiga cara berbeda dalam membaca mitos,

yaitu sebagai berikut.

a. Pemaknaan bersifat harfiah. Jadi, pembaca menyesuaikan diri dengan penanda

yang kosong dan membiarkan konsep mengisi bentuk tanpa ambiguitas, dan ia akan

berhadapan dengan sistem yang sederhana. Cara ini dilakukan oleh pembuat mitos.

b. Pada cara kedua, pembaca menjadi ahli mitos. Ia menyesuaikan diri dengan

penanda yang penuh, artinya telah ada bentuk dan arti di situ, dan mulai dari

deformasi (pembelokan makna) yang terjadi pada pemaknaan tahap kedua, ia

2

Page 3: Kebudayaan Sebagai Sistem Tanda

mengungkap signifikasi mitos. Jadi, ia meneliti mitos dan menyadari adanya

deformasi (pembelokan makna).

c. Pada tahap ketiga, pembaca menyesuaikan diri dengan penanda mitos yang terdiri

atas bentuk yang sudah betul- betul menyatu dengan arti, ia mendapati makna yang

ambigu, ia mengikuti mekanisasi pembentukan mitos, mengikuti sifatnya yang

dinamis.

Jadi, jika seseorang ingin mengaitkan skema mitos dengan pengalaman

umum, maka ia melangkah dari semiologi menuju ideolgi dengan menempatkan

dirinya pada cara pembicaraan yang ketiga.

Teori Roland Barthes ini sangat penting karena dapat menjembatani teori dan

penelitian berbagai macam teks verbal maupun nonverbal. Oleh karena itu, teori ini

dapat digunakan untuk meneliti studi teks verbal maupun nonverbal sebagai

kebudayaan, di mana budaya diberikan pengertian khusus, yaitu merupakan ketrampilan

suatu kelompok masyarakat untuk mengenali, menginterpretasikan dan memproduksi tanda

dengan cara yang sama.

Daftar Pustaka

Husen, Ida Sundari dan Rahayu Hidayat. (ed.). 2001. Meretas Ranah Bahasa,

Semiotika dan Budaya. Jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya.

W, Noth. 1995. Handbook of Semiotics. Indianapolis: Indiana University Press.

Zaimar, Okke. K. S. 2008. Semiotik dan Penerapannya dalam Karya Sastra. Jakarta:

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

3