kebijakan penetapan “areal hcv” -...
TRANSCRIPT
Kementerian Lingkungan Hidup dan KehutananDirektorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
Kebijakan Penetapan “Areal HCV” dalam PHPL
D
D
Lokakarya Tantangan Pengelolaan HCV di Sektor BerbasisLahan (Kehutanan , Perkebunan Sawit dan Pertambangan)
Bogor, 7 Mei 2018
18%
25%57%
Konservasi
Lindung
Produksi
3
1. Sumber Daya Hutan (SDH) aset pembangunan ekonomi berkelanjutan.
2. Kelestarian SDH menghadapi tantangan serius baik dari aktivitas ilegal maupun legal .
3. Pemberantasan illegal logging menjadi kebijakan prioritas Kementerian LHK.
4. Hard Approach (penegakan hukum) dan Soft Approach(pengembangan SVLK).
5. Pengakuan terhadap komitmen dan upaya melestarikan SDH.
1.Hutan tropis sebagai paru-paru dunia dalam mengatasi perubahan iklim.
2.Hutan tropis sumber hajad hidup (produk kayu & non kayu).
3.Konsumen internasional lebih menyukai produk yang legal dan berasal dari hutan lestari.
4.Meningkatnya permintaan produk yang ramah lingkungan.
5.Meningkatnya kesadaran negara importir untuk berpartisipasi dalam mengatasi illegal logging.
6.Tekanan kepada negara importir untuk tidak mengimpor kayu ilegal.
Sudut Pandang Nasional Sudut Pandang Global
Posisi Hutan Indonesia
Posisi “HCV” di PHPL
• Posisi “HCV” dalam PHPL tidak eksplisit berbunyiHCV sebagaimana di APL seperti SE Kepala BPN.
• “HCV” di implementasikanPHPL baik di Hutan Alam, Tanaman & RE.
• “HCV” di Unit Manajemen (IUPHHK-HA/HTI/RE) dinilai olehLP-PHPL dan/atau LVLK untuk memperoleh SVLK, baik berupa SertifikatPHPL atau SertifikatLegalitas Kayu.
Contoh Implentasi “HCV”yang dinilaioleh LP&VI di dalam SVLK
• Standar PHPL pada IUPHHK-HA (Lampiran 1.1.
Perdirjen PHPL Nomor P.14/PHPL/SET/4/2016)
• Standar PHPL pada IUPHHK-HTI (Lampiran 1.2.
Perdirjen PHPL Nomor P.14/PHPL/SET/4/2016)
Pada Verifier 2.5.3. Implementasi peta kerja berupapenandaan batas blok tebangan/ dipanen/ dimanfaatkan/ ditanam/ dipelihara beserta areal yang ditetapkan sebagaikawasan lindung (untuk konservasi/ buffer zone/ pelestarianplasma nutfah/ religi/ budaya/ sarana prasarana dan, penelitian dan pengembangan).
Monitoring Sertifikat PHPL (Tahun 2015 s.d Feb. 2018)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
BAIK SEDANGU
nit
Man
agem
en
Baik Sedang
2015 50 5
2016 68 15
2017 74 14
2018 75 14
HUTAN TANAMAN
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
BAIK SEDANG
Un
it M
anag
emen
Baik Sedang
2015 93 20
2016 87 31
2017 91 32
2018 92 29
HUTAN ALAM
Maksud dan Tujuan Pembangunan HTI
a) Maksud: untuk peningkatan produktivitas hutan produksi, optimalisasi pemanfaatan ruang kelola Hutan Tanaman Industri, serta meningkatkan daya saing produksi hasil hutan tanaman.
b) Tujuan: untuk memenuhi kesinambungan bahan baku industri kehutanan, meningkatkan produksi dan diversifikasi hasil hutan, perbaikan aspek lingkungan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan produksi pada hutan tanaman.
Identifikasi Analisa Kawasan Hutan untuk “HCV”(PermenLHK No.P.12/MenLHK-2015 tentang Pembangunan HTI)
Tata Ruang
HTI
kelerangantertentu &
Jenis Tanah
kelerengan, kepekaan dan
intensitas curah hujan tertentu
KetinggianTertentu
KawasanBergambut
radius tertentu(waduk, danau, sungai,pantai
dll)
penyanggaHL /
konservasi
KPPN danKPSL
Cagar Budaya/ ilmu
pengetahuan
Rawanterhadapbencana
Identifikasi Analisa Areal Kerja IUPHHK-HTI
Identifikasi analisa areal IUPHHK-HTI didasarkan atas kriteria: a) Kriteria-1, Kawasan hutan yang mempunyai kelerengan, kepekaan jenis
tanah dan intensitas curah hujan dengan skoring ≥ dari 175. b) Kriteria-2, Kawasan hutan dengan kelerengan > 40% dan/atau dengan
kelerengan > 15% untuk jenis tanah yang sangat peka terhadap erosi yaitu regosol, litosol, organosol dan renzina.
c) Kriteria-3, Kawasan hutan dengan ketinggian ≥ 2.000 (dua ribu) meter dpl. d) Kriteria-4, Kawasan hutan bergambut di hulu sungai dan rawa dengan
ketebalan >3 (tiga) m. e) Kriteria-5, Kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan:
1) 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau; 2) 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; 3) 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai; 4) 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai; 5) 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang; 6) 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai.
f) Kriteria-6, Kawasan penyangga (buffer zone) HL dan/atau KK. g) Kriteria-7, Kawasan pelestarian plasma nutfah (KPPN). h) Kriteria-8, Kawasan perlindungan satwa liar (KPSL). i) Kriteria-9, Kawasan cagar budaya dan/atau ilmu pengetahuan. j) Kriteria-10, Kawasan rawan terhadap bencana alam. k) Kriteria-11, Berdasarkan hasil identifikasi, areal hutan alam tersebut
memiliki karakteristik SDH untuk diusahakan dengan sistem silvikultur bukan THPB
Tata Ruang IUPHHK-HTI
a) Maksud penataan areal kerja IUPHHK-HTI sesuai dengan peruntukannya sebagai areal tanaman pokok, areal tanaman kehidupan, serta kawasan perlindungan setempat dan kawasan lindung lainnya.
b) Tujuan untuk mengoptimalkan fungsi produksi dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan dan sosial, yang didasarkan pada hasil identifikasi analisa areal IUPHHK-HTI.
c) Penetapan tata ruang dalam pemanfaatan areal kerja IUPHHK-HTI: 1) Areal tanaman pokok paling banyak 70 % dari areal kerja;
2) Areal tanaman kehidupan paling sedikit 20 % dari areal kerja;
3) Kawasan perlindungan setempat dan kawasan lindung lainnya paling sedikit 10%
dari areal kerja.
d) Areal tanaman pokok dan/atau areal tanaman kehidupan, termasuk di dalamnya areal sarana dan prasarana
PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI
No Tahapan Kegiatan
Rencana Realisasi
Luas (Ha) % Luas (Ha) % thd target% thd luas
total ijin
1 Tanaman Pokok 5.850.889 57,35 2.238.789 38,26 21,95
2 Tnm Kehidupan 925.081 9,07 137.042 14,81 1,34
3 Tanaman Unggulan 812.424 7,96 49.455 6,09 0,48
4 Kawasan Lindung 1.767.187 17,32 1.693.258 95,82 16,60
5 Areal Tidak Efektif 845.979 8,29 399.961 47,82 3,92
Jumlah 10.201.560 100,00 4.518.505 44,29
Tanaman Pokok ± 70 % Max 70 %
Kawasan Lindung ± 10 % Min ± 10 %
Tanaman Unggulan ± 10 %
20 %
(paling sedikit)
Tanaman Kehidupan ± 5 %
Sarana
Prasarana
± 5 %
Semula Menjadi
Kesimpulan
• “HCV” di KemenLHK khususnya Ditjen PHPL adalah MANDATORY.
• “HCV” pada Ditjen PHPL diantaranyamengalokasikan setidaknya 10% dari areal kerja IUPHHK-HTI sebagai kawasan lindung.
• Kinerja IUPHHK-HA/HTI dalam implementasi“HCV” dinilai oleh Lembaga Penilai danVerifikasi Independen.