fgd sosialisasi analisis hcv - landcover mapping, wwf indonesia kalimantan utara

37
INTERPRETASI CITRA UNTUK PENUTUP LAHAN DAN IDENTIFIKASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI DI KALIMANTAN UTARA World Wildlife Foundation (WWF) Tanjung Selor, Kalimantan Utara, 24 Juli 2017

Upload: bramantiyo-marjuki

Post on 28-Jan-2018

215 views

Category:

Environment


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

INTERPRETASI CITRA UNTUK PENUTUP LAHAN DAN IDENTIFIKASI KAWASAN

BERNILAI KONSERVASI TINGGI DI KALIMANTAN UTARA

World Wildlife Foundation (WWF)

Tanjung Selor, Kalimantan Utara, 24 Juli 2017

Page 2: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

TUJUAN

• Memetakan Penutup lahan seluruh DAS Kayan pada skala 1:50.000 dengan

sistem klasifikasi menurut RSNI 3 tentang Klasifikasi Penutup Lahan, tahun

2015.

• Memetakan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KNKT).

Page 3: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

LOKASIProvinsi Kalimantan Utara

Empat Kabupaten dan Satu Kota

- Kabupaten Bulungan

- Kabupaten Nunukan

- Kabupaten Tana Tidung

- Kabupaten Malinau

- Kota/Pulau Tarakan

Page 4: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

OUTPUTNo Output Keterangan

1 Data Penutup Lahan Kalimantan Utara

Skala 1:50.000 tahun 2015

Format shapefiles (shp) dan atau geodatabase (gdb)

Coordinate System WGS84 UTM Zone

RSNI 3. Klasifikasi Penutup/Penggunaan Lahan Skala

1:25.000/1:50.000

2 Data Kawasan Bernilai Konservasi

Tinggi, terdiri dari NKT 2.1, NKT 2.2 dan

NKT 3

Format shapefiles (shp) dan atau Geodatabase (gdb)

Coordinate System WGS84 UTM Zone 50N

6 Buku Laporan Mencakup laporan pendahuluan, antara, dan akhir

7 Hasil Olahan Citra Penginderaan Jauh

Page 5: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

LINGKUP

• Pemetaan Penutup/Penggunaan Lahan Skala 1:50.000 yang mencakup:

• Akuisisi Citra Satelit dan pengumpulan data sekunder;

• Pra-pemrosesan citra (koreksi radiometrik, koreksi geometrik dan mosaik);

• Klasifikasi citra dan Interpretasi visual Penutup/Penggunaan Lahan;

• Uji Akurasi/Ground Check.

• Pemetaan Kawasan bernilai konservasi tinggi/HCV (High Conservacy Value) yang meliputi:

• Indentifikasi NKT 1.1;

• Indentifikasi NKT 2.1;

• Indentifikasi NKT 2.2;

• Indentifikasi NKT 3.

• Identifikasi NKT 4.1

• Identifikasi NKT 4.2

• Indentifikasi NKT 4.3

Page 6: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

SATELLITE IMAGE PROCESSING

• Nama Satelit : Sentinel 2A (data bersifat publik, dapat diakses secara cuma-cuma)

• Resolusi Spasial : 1 piksel = 10 meter x 10 meter di lapangan.

• Skala Peta Keluaran = 1:50.000

• Software : ESA SNAP (Open source dan gratis)

• Waktu Perekaman Citra : Januari 2016 – Januari 2017

PenajamanKontras

MosaikTerkontrol

InterpretasiVisual

Page 7: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

WORKFLOW

Citra Satelit

Penajaman Kontras

Pembuatan MosaikCitra

Citra Mosaik

Interpretasi Visual

PetaPenutup/Penggunaan

Lahan

Data Pendukung Lain

Analisis HCV

Peta KNKT 1.1, 2.1, 2.2, 3, 4.1, 4.2, 4.3

Page 8: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Hasil Pengolahan Citra

• Citra Satelit KompositTerkoreksi Geometrik danRadiometrik

• Terdiri dari dua kompositwarna, • Komposit warna alami (Band

432)

• Komposit Infra Merah (Band 543)

Citra satelit digunakan sebagaidasar interpretasi visual Penutup/Penggunaan Lahan

Page 9: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Interpretasi Penutup / Penggunaan Lahan

• Dasar Klasifikasi Penutup/Penggunaan Lahan menggunakan Skema RSNI Nomor 3 Tentang Klasifikasi Penutup/Penggunaan Lahan pada skala1:25.000/50.000

Page 10: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Identifikasi KNKT/HCV 1.1• Komponen NKT 1.1 adalah komponen yang mempunyai atau memberikan fungsi pendukung

keanekaragaman hayati bagi kawasan lindung dan/atau konservasi.

RTRW KALTARA

KawasanLindung/Konservasi

Peta Penutup / Penggunaan Lahan

Ekstraksi Ekstraksi

JaringanSungai

Buffer Buffer Sungai

Hutan lahan kering primerHutan lahan kering sekunder

Mangroverawa

Overlay

KNKT 1.1

Page 11: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

KNKT 1.1

Page 12: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Identifikasi KNKT/HCV 2.1• Komponen NKT 2.1 adalah komponen kawasan lansekap luas yang mempunyai kapasitas untuk

menjaga proses dan dinamika ekologi secara alami

Peta Ekosistem

hasil analisis NKT 3

Satuan Ekosistemdan Penggunaan

Lahan

Peta Penutup / Penggunaan Lahan

Overlay (intersect)

Ekstraksi

Zona Inti

IdentifikasiHutan alami

sebagai zona inti(minimal 20.000 hektar dan tidakterfragmentasi)

Zona Penyangga

Buffer 3

km

KNKT 2.1

Hutan KeringPrimer

Overlay (union)

Page 13: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

KNKT 2.1

Page 14: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Identifikasi KNKT/HCV 2.2• Komponen NKT 2.2 adalah komponen kawasan NKT yang difokuskan untuk mengidentifikasi landsekap

dengan kesinambungan fungsi antar berbagai ekosistem dan menjamin kesinambungan tersebut tetapterjaga

Peta Sistem Lahan

Repprot

Satuan Ekosistemdan Penggunaan

Lahan

Peta Penutup / Penggunaan Lahan

Overlay (intersect)

Ekstraksi

KNKT 2.2

Ada dua atau lebih ekosistem hadir bersebelahan danberbagi batas, terutama zona transisi (ecotone) antaraberbagai rawa dan bukan rawa atau kerangas danbukan kerangas.

lereng gunung yang berhutan dalam kondisi baik danmencakup berbagai jenis ekosistem dengan zonaketinggian yang berbeda, seperti hutan dataran(lowland forest) rendah ke hutan bagian tengahgunung (submontane forest) sampai hutan puncakgunung (montane forest) dengan jenis tumbuhan dan

dinamika ekologi yang masing-masing berbeda.

Page 15: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

KNKT 2.2

Page 16: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Identifikasi KNKT/HCV 3.1 Precautionary• Kawasan NKT 3 adalah kawasan dimana di dalamnya terdapat adanya ekosistem yang langka atau

terancam pada suatu lansekap. Status langka muncul karena faktor alam yang membatasi penyebaranatau perubahan tutupan lahan dan degradasi lahan yang disebabkan aktivitas manusia

DEM ALOS 30meter

Zona Elevasi

Peta Penutup / Penggunaan Lahan

Reclassify

Peta Ekosistem

Overlay

Peta EkosistemLangka

KNKT 3.1Overlay (union)

Peta Sistem

Lahan Repprot

Tabel 8.3.1 HCV Toolkit

Page 17: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

KNKT 3.1 Precautionary

Page 18: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Identifikasi KNKT/HCV 3.1 Analytical

KNKT 3.1

Pendekatan

Precautionary

Peta Ekosistem danPenggunaan lahan

Peta Penutup / Penggunaan Lahan Saat

ini (Hasil Interpretasi)

Overlay

Status Deforestasi

Saat ini

AnalisisDeforestasi

Saat ini

KNKT 3.1

Saat IniAnalisis Pivot

Peta Penggunaan

Lahan Tahun 2009

Luasan hutanyang hilang

mendekati ataulebih dari 50%

RTRWP

Kaltara Ijin Pengelolaan

Kawasan hutan

OverlayAnalisis

DeforestasiMasa Depan

Status DeforestasiMasa Depan

Analisis Pivot

Luasan hutanyang hilang

mendekati ataulebih dari 75%

KNKT 3.1

Masa Depan

Page 19: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

KNKT 3.1AnalyticalSaat Ini

Page 20: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

KNKT 3.1AnalyticalMasa Depan

Page 21: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Identifikasi KNKT/HCV 4.1• Kawasan NKT 4.1 adalah kawasan yang dianggap penting dalam menjaga siklus hidrologi. Penentuan NKT 4.1

utamanya harus mempertimbangkan aspek daerah aliran sungai, sebaran ekosistem, sebaran hutan lindung, dansebaran penggunaan lahan yang dianggap penting dalam menjaga keseimbangan hidrologis.

• Khusus untuk Pulau Nunukan, hutan alami yang tersisa ditetapkan sebagai NKT 41 dengan pertimbangan bahwa, hutan ini yang paling berperan dalam penyediaan air dan siklus hidrologis alami di Pulau Nunukan. Hal ini berkaitan dengan adanya Kesimpulanini baru dugaan dan harus diverifikasi lebih lanjut.

Peta Ekosistem

hasil analisis NKT 3

Hutan Montane, hutan riparian,

hutan bakau, rawa, gambut

Peta Penutup / Penggunaan Lahan

Ekstraksi

Ekstraksi

Hutan Alami

Ekstraksi

Hutan

alami

khusus di

Nunukan

KNKT 4.1

Tubuh air

Page 22: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

KNKT 4.1

Page 23: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Identifikasi KNKT/HCV 4.2• Kawasan NKT 4.2 adalah kawasan hutan dan vegetasi lain yang memiliki Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

potensial yang berat, apabila vegetasi yang ada diatasnya ditebang

Data Hujan Stasiun

Hujan di KALTARA

R Factor

Peta Penutup / Penggunaan

Lahan

Kalkulasi indekserosivitas formula

hujan bulanan

Kalkulasifaktor

penggunaanlahan

LS Factor

KalkulasiErodibilitas

CP Factor

Kalkulasi

Lereng

KNKT 4.2

Solum tanah

Overlay formula RUSLE

Peta Tanah

FAO

K Factor

DEM

ALOS 30

meter

Data Kedalaman

Tanah ORNL DAAC 1 km

KalkulasiSolum tanah

TBE

Matriks TBEDari HCV Toolkit

Page 24: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Tingkat BahayaErosi

Page 25: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

KNKT 4.2

Page 26: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Identifikasi KNKT/HCV 4.3

Data Titik api dari

satelit MODIS dan

VRISS

Data Titik Apidengan Confidence

Level >80%

Peta Penutup / Penggunaan Lahan

Ekstraksi

Ekstraksi

KawasanRawan

KebakaranHutan

Buffering 2 Km

Zona RawanKebakaran dan

Kawasan Penyangga

Buffer 2 km

KNKT 4.3

Tubuh Air danLahan Basah

Overlay (intersect)

Tubuh Air dan LahanBasah pada Zona Rawan

Kebakaran

Page 27: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

KNKT 4.3

Page 28: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

0.559 Danau Tapal Kuda

158.664 Danau/Situ

121.708 Empang

6,503.094 Hutan Bakau/Mangrove

233,168.141 Hutan Lahan Kering Primer

431,346 Hutan Lahan Kering Sekunder

26,129.688 Hutan Raw a/Gambut

717.788 Raw a

3,369.185 Saw ah

214.486 Saw ah Tadah Hujan

10,869.208 Sungai

14,266.417 Tambak

Statistik NKT 4.3 Metode Eliminating

Luas_HA

400,000350,000300,000250,000200,000150,000100,00050,0000

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Danau Tapal Kuda

Danau/Situ

Empang

Hutan Bakau/Mangrove

Hutan Lahan Kering Primer

Hutan Lahan Kering Sekunder

Hutan Raw a/Gambut

Raw a

Saw ah

Saw ah Tadah Hujan

Sungai

Tambak

Page 29: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

187.229 Danau/Situ

122.153 Empang

32,959.734 Hutan Bakau/Mangrove

381,030.594 Hutan Lahan Kering Primer

641,826.438 Hutan Lahan Kering Sekunder

93,512.977 Hutan Raw a/Gambut

1,991.511 Raw a

5,190.399 Saw ah

279.104 Saw ah Tadah Hujan

23,122.887 Sungai

76,213.477 Tambak

Statistik NKT 4.3 Metode Buffering

LUAS_HA

600,000500,000400,000300,000200,000100,0000

Pe

ng

gu

na

an

La

ha

n

Danau/Situ

Empang

Hutan Bakau/Mangrove

Hutan Lahan Kering Primer

Hutan Lahan Kering Sekunder

Hutan Raw a/Gambut

Raw a

Saw ah

Saw ah Tadah Hujan

Sungai

Tambak

Page 30: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

ANALISIS GABUNGAN

Page 31: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Luas per KawasanNKT/HCV

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

7000000

NKT 11 NKT 21 NKT 22 NKT 3 NKT 41 NKT 42 NKT 43

LUA

S (H

EKTA

R)

Luas Kawasan NKT Kalimantan Utara

Page 32: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Lu

asG

abu

ng

an

Keterangan

141,668.6029 11

34,372.4696 11 21

13.2442 11 21 3

0.3244 11 21 3 41 42

130.8492 11 21 3 41 42 43

50.2991 11 21 3 41 43

534.0296 11 21 3 42

5,157.9856 11 21 3 42 43

230.4889 11 21 3 43

7,623.8513 11 21 41

1,233,591.8205 11 21 41 42

30,403.9684 11 21 41 42 43

34.9425 11 21 41 43

2,510,528.922 11 21 42

328,074.1031 11 21 42 43

17,296.9701 11 21 43

4,997.4985 11 22

915.1516 11 22 3

85,621.8491 11 22 3 41

2,369.8764 11 22 3 41 42

4,528.8927 11 22 3 41 42 43

43,928.4332 11 22 3 41 43

0.0668 11 22 3 42

248.6923 11 22 3 42 43

2,019.3914 11 22 3 43

37,981.4207 11 22 41

1,934.9113 11 22 41 42

4,994.4642 11 22 41 42 43

24,477.8259 11 22 41 43

94.2671 11 22 42

Luas Kawasan NKT Gabungan Kalimantan Utara

NKT

11 11 21 3 42 11 21 43 11 22 3 43 11 3 11 3 42 11 41 43 21 3 21 43 22 3 42 22 42 3 3 41 43 41 41 43 43

Lu

as (

He

kta

r)

2,500,000

2,400,000

2,300,000

2,200,000

2,100,000

2,000,000

1,900,000

1,800,000

1,700,000

1,600,000

1,500,000

1,400,000

1,300,000

1,200,000

1,100,000

1,000,000

900,000

800,000

700,000

600,000

500,000

400,000

300,000

200,000

100,000

0

Page 33: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

ProporsiKNKT terhadapluas Kaltara

27%

22%

1%

4%9%

30%

7%

Proporsi Luas Kawasan NKT Terhadap Luas Kalimantan Utara

NKT 11 NKT 21 NKT 22 NKT 3 NKT 41 NKT 42 NKT 43

Page 34: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

ProporsiKNKT GabunganterhadapluasKaltara

2%

20%

41%5%

1%2%

3%

4%

15%

7%

Proporsi NKT Gabungan terhadap Luas Kaltara(NKT yang diambil hanya yang proporsinya di atas 1%)

11

11 21 41 42

11 21 42

11 21 42 43

11 22 3 41

11 3

11 42

3

42

42 43

Page 35: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Kesimpulan• Proses deforestasi dan perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi kawasan industri perkebunan

semakin intensif di Kalimantan Utara. Dalam hal ini, wilayah yang banyak mengalami perubahan adalahKabupaten Bulungan, tepatnya di wilayah Peso, Tanjung Palas, dan Sekatak. Kabupaten Nunukan jugatelah mengalami pengurangan luasan hutan yang cukup signifikan, terutama di wilayah Sebuku, Tulin danLumbis.

• Fragmentasi hutan sebagai ekses dari pembukaan hutan untuk perladangan berpindah dan pembangunanperkebunan Kelapa Sawit di daerah hulu semakin intensif dan meluas. Wilayah – wilayah denganfragmentasi hutan yang cukup besar di daerah hulu ditemukan di wilayah Krayan Kabupaten Nunukan, serta wilayah Mentarang Hulu, Pujungan, Kayan Hulu, dan Sungai Boh, Kabupaten Malinau.

• Dilihat dari proporsi luasan, Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Kalimantan Utara yang terluas adalahKNKT 42 (Kawasan yang mempunyai Tingkat Bahaya Erosi Potensial yang berat), diikuti KNKT 1.1 (Kawasan dengan keragaman hayati yang tinggi) dan KNKT 2.1 (Kawasan yang mempunyai kapasitasmempertahankan dinamika ekosistem secara alami).

• Dilihat dari analisis gabungan KNKT, area yang menjadi KNKT 1.1, 2.1, dan 4.2 adalah area yang luasannyapaling besar di Kalimantan Utara (sebesar 41% luas Kalimantan Utara), diikuti area yang menjadi KNKT 1.1, 2.1, 4.1 dan 4.2 sebesar 20% luas Kalimantan Utara, dan area yang menjadi KNKT 4.2 sebesar 15% dariluas Kalimantan Utara.

Page 36: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Rekomendasi• Analisis yang dilakukan masih mengandalkan pada data sekunder, dengan kedalaman

data dan skala peta yang berbeda-beda. Hal ini akan sangat berpengaruh pada akurasi danketepatan hasil analisis..

• Perlu ada upaya perlindungan hutan yang lebih intensif, karena berdasarkan hasilinterpretasi penggunaan lahan, fragmentasi hutan dan pembukaan hutan di daerah hulusemakin membesar dari tahun – tahun sebelumnya.

• Untuk analisis KNKT 4.2, pertimbangan kedalaman tanah perlu dikeluarkan dari analisis. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa saat ini belum ada data yang dapat memberikaninformasi kedalaman tanah secara presisi pada wilayah yang luas. Penggunaan data kedalaman tanah yang berbeda skala dan kualitas justru akan mengaburkan hasil kalkulasitingkat bahaya erosi, yang bisa jadi sudah menggunakan data dan kriteria analisis yang cukup tajam.

• Hasil analisis dan metode yang digunakan masih bersifat tentatif, untuk itu masukan dariberbagai pihak sangat diperlukan guna memperkaya teknik analisis yang dapat digunakan, dan secara otomatis akan memperbaiki kualitas hasil analisis.

Page 37: FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara

Terimakasih

Mohon kritik, Saran, dan Masukan