kebijakan pemerintah terhadap program keluarga berencana …repository.uinjambi.ac.id/121/1/arpin...
TRANSCRIPT
i
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PROGRAM KELUARGA
BERENCANA (KB) DI KELURAHAN PENYENGAT RENDAH
KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Pemerintahan
Oleh
ARPIN RITONGA
NIM: SIP. 130026
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018
i
ii
iii
iv
v
MOTTO
Artiya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar” (Q.S An-Nisaa” 9).
(٩׃)النساء
vi
PERSEMBAHAN
Dengan hati yang tulus, dan penuh dengan kesabaranku persembahkan hasil
karyaku sebagai bukti dan baktiku kepada orangku yang tercinta Ayahanda dan ibunda,
doa keduanya mengiringi setiap langkah ku untuk mencapai kesuksesan. Untuk seluruh
keluargaku tercinta yang selalu memberi motivasi dan dorongan Semoga semua kebaikan
ini menjadi amal baik dan mendapat pahala dari Allah SWT Amin yaa rabbal alamin.
vii
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi keberhasilan program Keluarga
Berencana (KB) di Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi. Skripsi ini menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode pengumpulan data dilakukan dengan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan Penyengat Rendah Kota
Jambidi mana di mana pihak implementor program KB memiliki tingkat kepatuhan
dalam melaksanakan tugas yang dibebankan dan cukup mematuhi prosedur rutinitas
yang ditetapkan dalam pelaksanaan program KB. Kepatuhan implementor ditunjukkan
dengan adanya kemampuan untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang diberikan dalam
upaya mewujudkan tujuan dan sasaran pelaksanaan program KB yang ditetapkan.
Kebijakan pemerintah terhadap program Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan
Penyengat Rendah Kota Jambi dengan upaya pelaksanaan tugas dan fungsi yang
dilakukan untuk merealisasikan tujuan dan sasaran dengan melakukan sosialisasi dan
pendidikan keluarga agar memiliki anak yang berkualitas. Evaluasi keberhasilan program
Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi memperlihatkan
masih kurangnya sosialiasasi dalam pelaksanaan Program KB secara jelas dan
menyeluruh, kemudian terbatasnya sumber Daya Manusia (SDM) menyebabkan
lambatnya proses pendistribusian alat kontrasepsi berupa pil KB ke beberapa daerah
terpencil.
Keyword: Evaluasi, Program Keluarga Berencana (KB)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmat, hidayahya, yang mana dalam penyelesaian skripsi ini
penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Kemudian shalawat dan salam semoga tetap telimpah
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya
kejalan yang benar dan dapat dirasakan manifestasinya dalam wujud Imam, Islam
dan amal nyata yang shalih likulli zaman wa makan. Skripsi ini diberi judul
“Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Keluarga Berencana (Kb) Di
Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi ” merupakan suatu kajian terhadap
Kebijakan dan pelayanan terhadap masyarakat terkait progam pemerintah sebagai
abdi masyarakat. Dan inilah yang diketengahkan dalam skripsi ini.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data
maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas
penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
ix
2. Bapak Prof. Dr. Suaidi, MA., Ph. D selaku wakil rektor I Bidang Akademik
dan Pengembangan Pendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M. Pd selaku wakil
rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu
Dr. Hj. Fadillah, M. Pd, selaku wakil rektor III Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
4. Bapak H. Hermanto Harun, M. HI., Ph. D, selaku Wakil Dekan I, Bidang
Akademik, Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S. Ag., M. HI, selaku Wakil Dekan II,
Bidang Adminitrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Ibu Dr. Yuliatin,
S. Ag., M. HI, selaku Wakil Dekan III, Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
5. Ibu Mustiah, S. Ag., M. Sy selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan di
Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
6. Ibu Tri Endah Karya Lestriyani, S. IP., M. IP selaku Sekretaris jurusan Ilmu
Pemerintahan di Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
7. Bapak Drs H.Maulana Yususf,.M.Ag, dan Bapak Yudi Armansyah, M.Hum,
selaku Pembimbing I dan selaku Pembimbing II skripsi ini di Fakultas
Syariah UIN STS Jambi.
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah UIN STS Jambi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
9. Bapak dan Ibu dosen, Asisten dosen, beserta seluruh karyawan/karyawati
Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................. iii
PENGESAHAN ........................................................................................... iv
MOTTO ....................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 5
C. Batasan Masalah.................................................................... 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................... 6
E. Kerangka Teori...................................................................... 6
F. Tinjauan Pustaka ................................................................... 20
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian.................................................................. 15
B. Pendekatan Penelitian ........................................................... 15
C. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 16
D. Metode Pengumpulan Data ................................................... 17
E. Informan Penelitian ............................................................... 19
F. Teknik Analisis Data ............................................................. 20
G. Sistematika Penulisan............................................................ 23
H. Jadwal Penelitian ................................................................... 24
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Historis dan Geografis........................................................... 26
xii
B. Struktur Pemerintahan ........................................................... 29
C. Keadaan Penduduk, Agama dan Pendidikan ........................ 37
D. Keadaan Agama dan Pendidikan .......................................... 39
E. Keadaan Sosial dan Ekonomi................................................ 40
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB) di
Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi ............................ 45
B. Kebijakan pemerintah terhadap program Keluarga
Berencana (KB) di Kelurahan Penyengat Rendah Kota
Jambi ..................................................................................... 50
C. Evaluasi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB)
di Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi ........................ 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 62
B. Saran-Saran ........................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR SINGKATAN
KB : Keluarga Berencana
SDM : Sumber Daya Manusia
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
NKKBS : Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
KK : Kepala Keluarga
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Informan dari Pemerintah Kelurahan Penyengat Rendah ............ 19
Tabel 2. Informan dari Masyarakat Kelurahan Penyengat Rendah ............ 19
Tabel 3. Jadwal Penelitian .......................................................................... 25
Tabel 4. Nama-Nama Kepala Desa/Lurah di Kelurahan Penyengat
Rendah .......................................................................................... 27
Tabel 5. Keadaan Penduduk di Kelurahan Penyengat Rendah................... 37
Tabel 6. Keadaan Pemeluk Agama di Kelurahan Penyengat Rendah ........ 38
Tabel 7. Keadaan Sarana Peribadatan di Kelurahan Penyengat Rendah .... 38
Tabel 8. Keadaan Pendidikan Penduduk di Kelurahan Penyengat Rendah 39
Tabel 9. Keadaan Sarana Pendidikan di Kelurahan Penyengat Rendah ..... 40
Tabel 10. Keadaan Mata Pencaharian di Kelurahan Penyengat Rendah ...... 44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga Berencana atau disingkat KB merupakan program yang ada di
hampir setiap negara berkembang, termasuk Indonesia. Program ini bertujuan
untuk mengontrol jumlah penduduk dengan mengurangi jumlah anak yang
dilahirkan oleh perempuan usia 15–49 tahun, yang kemudian disebut dengan
angka kelahiran total atau total fertilityrate (TFR). Keluarga yang mengikuti
program KB diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas
kehidupan mereka. Kebijakan keluarga berencana biasanya dilakukan pada
saat pemerintah kurang mampu untuk mengimbangi tingkat laju pertumbuhan
penduduk, dengan kebutuhan serta fasilitas yang dapat menjamin
kesejahteraan penduduknya. Sebenarnya jumlah penduduk yang besar dapat
menjadi potensi penggerak yang kuat jika penduduknya berkualitas.1
Perkembangan program Keluarga Berencana di Indonesia mengalami
suatu metamorphosis di mana ada periode BKKBN yang kemudian
berkembang menjadi Kementerian Negara Kependudukan dan Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dimulai pada tahun
1967, dengan tujuan mengatur masalah kependudukan (demografi), melalui
falsafah Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Indonesia
sebagai negara yang masih berkembang, di samping masalah politik, masih
1Niniek Lely Pratiwi dan Heri Basuki, Health Seeking Behavior dan Aksesibilitas pelayanan
Keluarga Berencana di Indonesia (Jurnal: Naskah Layak Terbit 29 Januari 2014).
1
2
harus menghadapi kesulitan ekonomi yang berkepanjangan, padahal jumlah
penduduk sangat tinggi.
Kebijakan pemerintah mengenai keluarga berencana tertuang dalam
Undang-undang No 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga pasal 1 ayat (8) menjelaskan: “Keluarga Berencana
adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.”2
Program Keluarga Berencana di Indonesia, seperti juga di Negara
berkembang lainnya, lebih menekankan pada pencapaian tujuan demografis
yakni untuk mencapai target penurunan laju pertumbuhan penduduk. Keluarga
Berencana lebih sebagai pengendalian populasi yang memberi jalan bagi
negara untuk mengatur fungsi reproduktif warganya khususnya alat reproduksi
perempuan.
Pelayanan KB yang bermutu adalah pelayanan yang memberikan
informasi yang terbuka secara rasional dan diikuti pelayanan oleh tenaga
professional dengan jaringan pelayanan yang mempunyai system rujukan yang
dapat diandalkan. Dasar-dasar tindakan yang dipilih dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan KB di Indonesia menekankan pentingnya
2Nung Ati Nurhayati & Agnes Widanti, Ketentuan tentang Keluarga Berencana dan Asas
Nondiskriminasi Dikaitkan dengan Hak Reproduksi Perempuan (Jurnal: Ilmu Keperawatan Vol. I
No. 1 September 2013).
3
pemberian informasi sebelum seseorang dapat mengadakan pilihan suatu
metode KB yang aman, efektif, dan cocok.3
Peran Pemerintah tidak lepas dengan adanya strategi dan kebijakan
untuk lebih baiknya program ini berjalan dan untuk meningkatkan kualitas
hidup dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu perlu adanya partisipasi
masyarakat untuk berjalan atau tidaknya program tersebut. Untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera berawal dari keluarga yang sejahtera
dan bahagia. Salah satu kehidupan sejahtera di keluarga dapat dilihat dengan
keadaan kesehatan lebih baik.
Adanya program Keluarga Berencana (KB) dapat meningkatkan
kesejahteraan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Tetapi hingga saat
ini tingginya angka kelahiran bayi mencapai 80% di Kelurahan Penyengat
Rendah Kota Jambi menandakan bahwa masih rendahnya kesadaran
masyarakat untuk ikut serta dalam program Keluarga Berencana (KB).
Semakin banyaknya jumlah penduduk di Kelurahan Penyengat Rendah maka
semakin rendah tingkat kesejahteraan hidup masyarakat.
Permasalahan mengenai kualitas pelayanan KB ini terdapat di Kota
Jambi yaitu di Kelurahan Penyengat Rendah berdasarkan hasil wawancara
dengan Dewi Mulia dan juga Mey selaku pegawai puskesmas setempat
mengatakan:
Meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan KB yang baik memang
diperlukan, taetapi mengingat bahwa mutu pendidikan anggota
masyarakat masih kurang. Permasalahan mengenai program Keluarga
3Saparinah Sadli, Mutu Pelayanan Keluarga Berencana di Indonesia (Jurnal dikutip tanggal
14 Februari 2017).
4
Berencana (KB) juga masih sangat diprihatinkan, sejauh ini program
berjalan dan perlunya dukungan peran pemerintah dan pemangku
kepentingan yang berkaitan dengan program. Selain itu perlu adanya
partisipasi masyarakat guna mendukung dan menciptakan kesejahteraan
masyarakat.4
Tentu saja berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwasanya Di
Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi memang nyata sudah berjalan
program KB, hanya saja program tidak berjalan maksimal karena peran
pemerintah dan partisipasi masyarakat yang kurang sinkron dan tidak sejalan,
masyarakat masih kurang peduli dengan program, tentu saja ini tidak terlepas
dengan permasalahan mengenai program Keluarga Berencana (KB).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Titin dan juga dengan Mey Novitasari
sebagai berikut:
Masyarakat yang berada di Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi
masih banyak yang belum ikut serta dalam program Keluarga
Berencana (KB). Masyarakat masih banyak yang belum sadar akan
pentingnya program, di sisi lain keadaan perekonomian masyarakat
yang masih minim, masyarakat kurang peduli dengan adanya program
tersebut.5
Dari wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa masih
minimnya kesadaran masyarakat dengan adanya program Keluarga Berencana
(KB) yang disebabkan oleh faktor sosio-ekonomi. Perlu adanya peran
pemerintah untuk memecahkan permasalahan seperti ini. Di Kelurahan
Penyengat Rendah saat ini sedikit sekali kesadaran masyarakat dalam program
KB. Disisi lain program ini pada umumnya sangat diperlukan untuk seluruh
masyarakat. Sejauh ini peran pemerintah yang diketahui adalah bahwasanya
4Wawancara dengan Ibu Dewi Mulia selaku Pegawai Puskesmas, 20 Februari 2017
5Wawancara dengan Ibu Titin Nofitasari salah satu Ibu Rumah Tangga di Kelurahan
Penyengat Rendah, 10 Februari 2017
5
pemerintah sudah memberikan kebijakan dan pelayanan terhadap masyarakat
terkait program, tetapi masih saja adanya permasalahan peningkatan
penduduk, yaitu dengan ditandainya meningkatnya angka kelahiran. Untuk itu
penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: Kebijakan Pemerintah
Terhadap Program Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan Penyengat
Rendah Kota Jambi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan diatas dapat ditarik
kedalam beberapa rumusan permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan
Penyengat Rendah Kota Jambi?
2. Bagaimana kebijakan pemerintah terhadap program Keluarga Berencana
(KB) di Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi?
3. Bagaimana evaluasi keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) di
Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi?
C. Batasan Masalah
Fokus penelitian ini adalah mengenai kebijakan pemerintah dalam
menangani permasalahan Program Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan
Penyengat Rendah Kota Jambi. Selama (2) tahun.
6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pelaksanaan program
Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan Penyengat Rendah Kota
Jambi.
b. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah terhadap program Keluarga
Berencana (KB) di Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi.
c. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi keberhasilan program Keluarga
Berencana (KB) di Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk menjadikan sumber informasi mengenai Pemerintah mengenai
kebijakan pemerintah terhadap program KB di Kelurahan Penyengat
Rendah Kota Jambi.
b. Untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S1) pada Ilmu Pemerintahan Fakultas Syari’ah UIN
Sulthan Thaha Jambi.
E. Kerangka Teori
1. Kebijakan Publik
Kebijakan umumnya digunakan untuk memilih dan menunjukkan
pilihan terpenting untuk mempererat kehidupan, baik dalam kehidupan
organisasi kepemerintahan maupun privat.6 Tujuan kebijakan publik
adalah: a) Untuk mendistribusikan (dan alokatif, distributif dan
6Sahya Anggara, Kebijakan Publik (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hal. 14.
7
redistributif) serta untuk mengabsorbsi, b) Untuk meregulasi dan
meliberasi, c) Untuk menstabilkan dan untuk membuat dinamika dan d)
Untuk memperkuat negara dan memperkuat pasar.7
Kebijakan Publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu di masyarakat dimana di dalam penyusunanya melalui berbagai
tahapan. Tahapan-tahapan tersebut menerut William Dunn adalah sebagai
berikut:
a. Penyusunan Agenda, dalam proses ini di maknai apa yang disebut
sebagai masalah publik dan agenda publik perlu diperhitungkan.
Dalam penyususnan agenda juga sangat penting untuk menentukan
suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah.
b. Formulasi Kebijakan, masalah yang sudah masuk dalam agenda
kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Pemecahan
masalah tersebut berasal dari alternatif atau pilihan kebijakan yang
ada.
c. Adopsi/Legitimasi Kebijakan, tujuan legitimasi adalah untuk
memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan.
d. Penilaian/evaluasi kebijakan, sebagai kegiatan yang menyangkut
estimasi atau penilaian kebijakan yang mencangkup substansi
implementasi dan dampak.8
7Riant Nugroho, Kebijakan Publik di Negara-Negara Berkembang (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2014), hal. 60. 8William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Alih Bahasa: Samodra Wibawa,
dkk. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), hal. 25.
8
2. Kebijakan Pemerintah Terhadap Program Keluarga Berencana (KB)
Keluarga Berencana atau disingkat KB merupakan program yang
ada di hampir setiap negara berkembang, termasuk Indonesia. Program ini
bertujuan untuk mengontrol jumlah penduduk dengan mengurangi jumlah
anak yang dilahirkan oleh perempuan usia 15–49 tahun, yang kemudian
disebut dengan angka kelahiran total atau total fertilityrate (TFR).
Keluarga yang mengikuti program KB diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas kehidupan mereka. Perkembangan program
Keluarga Berencana di Indonesia mengalami suatu metamorphosis dimana
ada periode BKKBN yang kemudian berkembang menjadi Kementerian
Negara Kependudukan dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN), dimulai pada tahun 1967, dengan tujuan mengatur
masalah kependudukan (demografi), melalui falsafah Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).9
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 52 Tahun
2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
yang menggantikan Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
dapat dijadikan sebagai grand design dalam pengendalian laju
pertumbuhan penduduk. Kehadiran UU ini disesuaikan dengan perubahan
sistem pemerintahan di dalam negeri dari pemerintahan sentralistik
kedesentralisasi. Konsekuensinya, adalah arah pembangunan dapat
9Niniek Lely Pratiwi dan Heri Basuki, Health Seeking Behavior dan Aksesibilitas pelayanan
Keluarga Berencana di Indonesia (Jurnal: Naskah layak terbit 29 Januari 2014).
9
bereorientasi pada pembangunan berwawasan kependudukan yang
menekankan pada kualitas SDM dalam pembangunan daerah berbasis
kompetensi. Tujuan program Kependudukan dan Keluarga Berencana
(KB), selain meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, juga menekan
laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk akan menjadi
masalah yang besar jika tidak ditangani secara serius, karena pertumbuhan
penduduk yang tinggi tanpa disertai pertambahan produksi akan menjadi
beban yang berat bagi pemerintah daerah. Meningkatkan mutu atau
kualitas pelayanan KB memang diperlukan mengingat bahwa mutu
pendidikan anggota masyarakat makin bertambah.10
Mutu pelayanan juga berarti menyediakan pelatihan berkelanjutan
pada semua pihak yang terlibat dalam pelayanan KB, dan menuntut suatu
kompetensi medis-teknis dan kompetensi untuk dapat menyelenggarakan
komunikasi personal. Kompetensi ini diperlukan untuk dapat
menyelenggarakan interaksi interpersonal yang baik, yaitu bila kemudian
klien merasa puas karena mendapatkan informasi yang relevan dan
maksimal.11
Ada beberapa hubungan karakteristik untuk menjalankan program
Keluarga Berencana di Provinsi Jambi diantaranya adalah:12
Pertama, hubungan karakteristik pendidikan dengan Kesertaan KB
bahas semakin dalam. Keterkaitan antara karakteristik pendidikan dengan
10
Ibid., hal. 54. 11
Saparinah Sadli , Mutu Pelayanan Keluarga Berencana di Indonesia, 14 Februari 2017 12
Suandi, Hubungan antara Karakteristik Rumah Tangga dengan Partisipasi dalam Keluarga
Berencana di Provinsi Jambi (Fakultas Pertanian Universitas Jambi:Analisis data SDKI 2007).
10
kesertaan KB bagi Pasangan Usia Subur (PUS) di Provinsi Jambi, secara
umum terdapat kecenderungan positif. Artinya, semakin tinggi tingkat
pendidikan PUS, maka keikutsertaan ber-KB semakin tinggi, dan sebaliknya.
Namun, distribusi PUS Provinsi Jambi yang berpendidikan tinggi (>SLTA)
relatif kecil yaitu hanya sekitar 45 persen, sehingga perbedaan keikutsertaan
ber-KB tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Hasil pengumpulan
data melalui Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
diperoleh 55 persen PUS di Provinsi Jambi berpendidikan Sekolah Dasar
(SD), dan lebih memprihatinkan lagi dari jumlah tersebut diperoleh sekitar 46
persen tidak tamat Sekolah Dasar (SD) (Suandi, dkk, 2009). Dengan kondisi
tersebut sehingga tidak dapat membedakan kesertaan KB bagi PUS antara
kelompok pendidikan tinggi dan kelompok pendidikan yang lebih rendah.
Sisi Pengetahuan (pendidikan) yang luas dalam dunia kesehatan
tentu sangat perlu dimiliki oleh pemerintah desa ataupun kelurahan, agar
semua program keluarga berencana dapat berjalan lancar. Kesehatan
masyarakat yang telah direncanakan dapat terlaksanakan secara efektif dan
dapat sasaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Kerja sama
dari petugas kesehatan perlu ditingkatkan agar pemerintah desa/kelurahan
bisa peka terhadap peningkatan kesehatan masyarakat melalui sosialisasi
yang berkesinambungan yang sistematis.13
Kedua, hubungan karakteristik tempat tinggal dengan kesertaan
KB. Aksesibilitas wilayah di daerah perdesaan tidak begitu kentara bila
dibandingkan dengan aksesibilitas wilayah perkotaan baik akses terhadap
13
Linda Ewles & Ina Simnett, Promosi Kesehatan: Petunjuk Praktis (Yogyakarta: Gadjah
Madha University Press, 1994), hal. 311-313.
11
transportasi, komunikasi maupun akses terhadap alat/cara KB. Disamping itu,
faktor lain yang sangat menentukan tingkat prevalensi ber-KB di daerah
perdesaan yaitu tingginya tingkat partisipasi masyarakat khususnya PUS.
Dengan demikian, orientasi PUS yang tinggal di daerah perdesaan relatif
sama dengan PUS yang tinggal di daerah perkotaan terhadap tujuan dan
manfaat dari KB terutama tentang nilai anak. Tetapi dinilai dari tingkat
partisipasi masyarakat mengenai KB masyarakat Kota lebih kurang perduli.
Langkah nyata untuk mewujudkan sasaran tersebut, telah diterbitkan
SK menkes No. 564/2006 tentang pedoman pelaksanaan pengembangan desa
siaga, dengan mengambil bahwa: Seluruh di Indonesia menjadi desa siaga pada
akhir tahun 2008. Pengemabgan desa siaga mencakup upaya lebih mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiapkan masyarakat
dalam menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam
mengembangkan baik prilaku hidup bersih dan sehat di wilayahnya. Oleh karna
itu dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah edukatif, upaya
mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk melaksanakan proses
pembelajaran, yang berupa tranfortasi, akses komunikasi dan alat-alat lain
sebagainya, berupa masalah kesehatan di wilayah dan bagaimana proses
pemecahanya.14
Keberhasilan suatu program KB sangat tergantung pada
kepemimpinannya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat As-Sajdah
berikut ini:
14
Anonim, Kurikulum dan Modul: Pelatihan Bidang Poskesmas dalam Pengembagan Desa
Siaga (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2007), hal. 1-2.
12
Artinya: "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami" (Q.S. 32:
24).
Nabi Muhammad Bersabda:
قال قال رسول هللا صلى هللا رضهللاعنه عن ابى هريرة ته. )رواه عليه وسلم : كلكم راع وكلكم مسئول ع ن رعي
البخاري(
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya…” (H.R. Bukhari).
Hadis di atas menjelaskan bahwa pekerjaan yang dilakukan
pemimpinan, baik atau buruknya, diminta pertanggung jawabannya nanti
dihadapan manusia dan Allah SWT dan manusia lain. Dengan demikian,
pekerjaan yang dilakukan harus mengandung kebenaran, karena hal itu
nanti dinilai baik dan buruknya.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian, langkah terpenting yang harus dilakukan
seorang peneliti adalah melakukan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka sangat
perlu dilakukan sebelum peneliti menemukan permasalahan.15
Skripsi Aminatuz Zuhriah tahun 2015 dari Universitas Sarolangun
berjudul: Implementasi Kebijakan Program Keluarga Berencana (KB) di
15
Sayuti Una (ed.), Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi) (Jambi: Syariah Press, 2014),
hal. 26.
(٢٤׃)السجدة
13
Kecamatan Bathin VIII Kabupaten Sarolangun. Hasil penelitian ini
menunjukan implementasi kebijakan program kb seperti, pelayanan
kontrasepsi, keluarga harmonis dan KB lestari, peningkatan pelayanan dan
pembinaan kesetaraan berKB baik jalur Pemerintah maupun swasta, pos
penyediaan operasional desa dan penyediaan klinik KB, alasan masyarakat
yang melaksanakan program kb, alat kontrasepsi yang digunakan masyarakat
dan perkembangan ekomoni keluarga setelah mengikuti program KB.
Kebijakan dan Strategi Program KB adalah untuk mencapai tujuan tersebut
diambil kebijakan diarahkan untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan maupun pemakaian alat kontrasepsi alat yang mandiri.
Kedua, Skripsi Yenny Wahyuni dari Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2015 berjudul: Pandangan Masyarakat Terhadap
Program Keluarga Berencana dalam Mewujudkan Keluarga Sejahtera (Studi
Kasus Terhadap Masyarakat Desa Sidoharjo, Kecamatan Purwodadi,
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah). Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa masyarakat Sidoharjo yang tidak mengikuti program keluarga
berencana (43,2%) tidak setuju adanya program keluarga berencana, karena
program keluarga berencana merupakan program yang bersifat memaksa.
Akan tetapi masyarakat lain (17,9%) mengungkapkan bahwa keluarga
berencana merupakan upaya dalam mewujudkan keluarga sejahtera,
sedangkan (38,9%) mengatakan bahwa keluarga sejahtera dapat diperoleh
dengan adanya kesadaran hak dan tangungjawab masing-masing suami dan
isteri.
14
Skripsi Haryanti Endah Pratiwi dari Universitas Negeri Malang tahun
tahun 2014 berjudul: Pelaksanaan Keluarga Berencana pada Masyarakat
Lingkungan pondok Pesantren Bahrul Ulum di Desa Tambakrejo Kabupaten
Jombang. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut bahwa pelaksanaan KB pada masyarakat lingkungan Pondok
Pesantren Bahrul Ulum Kabupaten Jombang sudah berjalan dengan baik
dengan tingkat keberhasilan KB sebanyak 58 jiwa. Rata-rata usia PUS yang
menikuti KB yaitu 37,2 tahun. Penerimaan KB dan alat kontrasepsi pada
masyarakat sekitar pondok pesantren Bahrul Ulum Desa Tambakrejo
Kabupaten Jombang ditandai dengan PUS yang sudah mengikuti KB mandiri.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa jumlah PUS yang mengikuti KB
mandiri sebesar 66 jiwa. Alat Kontrasepsi yang paling banyak digunakan
adalah alat kontrasepsi jenis suntik sebesar 28 jiwa.
Dari ketiga penelitian tersebut, sama pada kajian keluarg berencana.
Hanya perbedaannya, di mana ketiganya tidak secraa khusus membahas
kebijakan pemerintah terhadap program Keluarga Berencana. Kajian
Aminatuz Zuhriah membahas implementasi kebijakan program Keluarga
Berencana (KB) yang sama perish dengan penulis, hanya saja berbeda lokasi
penelitiannya. Kajian Yenny Wahyuni mengenai pandangan masyarakat
terhadap program keluarga berencana, bukan kebijakan pemerintah pada
program KB. Kajian Haryanti Endah Pratiwi mengenai pelaksanaan keluarga
berencana pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren Bahrul Ulum,
bukan juga kebijakan pemerintah pada program KB.
15
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Penyengat Rendah Kota
Jambi, karena sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam latar
belakang masalah dengan keadaan di lapangan. Alasannya karena
permasalahan mengenai kebijakan pemerintah terhadap program Keluarga
Berencana ini nyata adanya di Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi.
Mengingat, menimbang serta memperhatikan segala kekurangan dan
keterbatasan kemampuan peneliti, waktu, tenaga/pikiran, moril dan materil
pada diri peneliti, maka waktu penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu
mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan April 2017.
B. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian diatas, untuk mengetahui bagaimana
peran Pemerintah dalam berjalanya program Keluarga Berencana (KB) di
Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi, maka berdasarkan pokok kajian
yang harus ditemui sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, maka pendekatan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini
mengunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Dalam penelitian ini penulis berusaha mendiskripsikan mengenai
kebijakan pemerintah terhadap program Keluarga Berencana (KB) di
Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi. Dalam penelitian kualitatif ini
15
16
peneliti menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data berdasarkan
fakta-fakta yang peneliti temukan dilapangan. Dengan digunakan metode
kualitatif ini maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam,
kredible, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.16
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
kualitatif, ada 2 (dua) jenis data yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama
baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau
hasil dari pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.17
Dalam
hal ini yang dimaksud dengan data primer adalah data yang diperoleh
secara langsung melalui hasil observasi lapangan dan melalui hasil
wawancara terhadap pemerintah yang bersangkutan, Pemangku
kepentingan program dan masyarakat.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh orang yang
melakukan penelitian dari data yang sudah ada sebelumnya yang berkaitan
dengan kajian penelitian. Data sekunder merupakan data primer yang telah
diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer
16
Ibid., hal. 181. 17
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), hal. 42.
17
atau pihak lain.18
Data sekunder ini diperoleh tidak secara langsung dari
sumbernya, data yang dimaksud adalah berupa dokumen, arsip, media
masa, dan internet.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diambil dari
sumbernya. Sumber data merupakan subyek dari mana data itu dapat
diperoleh. Sumber data dalam penelitian disesuaikan dengan fokus dan
tujuan penelitian.19
Sesuai dengan fokus penelitian, maka yang menjadi
sumber data dalam penelitian ini adalah : instansi pemerintah dan badan
nyang bertanggung jawab mengenai program Keluarga Berencana.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data
secara kualitatif, dalam pengumpulan data yang penulis butuhkan untuk
penelitian ini menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu obyek yang diteliti
baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang
harus dikumpulkan dalam penelitian.20
Metode observasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode observasi partisipan, dimana penulis
melibatkan diri secara langsung dalam proses penelitian, dengan demikian
diharapkan bahwa data yang diperoleh oleh penulis dari responden
maupun informan yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian.
18
Ibid. 19
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 181. 20
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,
2013), hal. 105.
18
Penulis menggunakan metode observasi untuk melihat secara langsung
dan mengungkap fakta untuk kebijakan pemerintah terhadap program
Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan penyengat Rendah Kota Jambi.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.21
Penulis menggunakan wawancara tidak terstruktur
sebagai instrument pelengkap observasi dalam mengumpulkan data
mengenai kinerja pemangku kepentingan dan yang bersangkutan dengan
kebijakan pemerintah terhadap program Keluarga Berencana (KB) di
Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi.
Setelah penulis mengadakan pengamatan, penulis mendatangi
sumber informasi yang ada kaitannya dengan objek penelitian serta
mengajukan sejumlah pertanyaan secara langsung sehingga apa yang
belum terungkap atau belum lengkap pada saat pengamatan dapat
terungkap.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa penting yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang.22
Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat
memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi
informasi diperoleh dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen
21
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hal. 72 22
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 148.
19
yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni,
karya pikir.23
Dokumentasi ini diperlukan untuk melengkapi data dari
penggunaan metode observasi dan wawancara. Dokumentasi penulis
gunakan sebagai instrument untuk memperoleh data atau informasi yang
berkaitan dengan program Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan
Penyengat Rendah Kota Jambi.
E. Informan Penelitian
Penelitian ini menggunakan informan penelitian yang terdiri dari
pemerintah Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi dan masyarakat. Berikut
rinciannya:
Tabel 1
Informan dari Pemerintah Kelurahan Penyengat Rendah
No Nama Keterangan
1. Nurbasnelly, SP Lurah Penyengat Rendah
2. Sri Wahyuni, SE Sekteraris Lurah
3. Dewi Mulia Pegawai Puskesmas
4. Titin Pegawai Puskesmas
5. Mey Novitasari Pegawai Puskesmas
Sedangkan informan dari masyarakat Kelurahan Penyengat Rendah Kota
Jambi dirincikan sebagai berikut:
Tabel 2
Informan dari Masyarakat Kelurahan Penyengat Rendah
No Nama Keterangan
1. Rts. Nur Ainun Masyarakat/Akseptor KB
2. Neni Masyarakat/Akseptor KB
3. Elmi Fitir Masyarakat/Akseptor KB
4. Sunarti Masyarakat/Akseptor KB
5. Ida Royani Masyarakat/Akseptor KB
6. Rts. Maria Masyarakat/Akseptor KB
23
Ibid.
20
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan
analisis interaktif sebagaimana dikemukan oleh Miles dan Huberman24
Analisis tersebut terdiri dari tiga kegiatan yang saling berinteraksi, yaitu, (1)
reduksi data (data reduction), (2) Penyajian data (data display), (3) penarikan
kesimpulan (conclution). Berikut penjelasannya:
1. Reduksi data
Hasil pengamatan dan wawancara yang ditemukan data yang
sedemikian banyak dan kompleks serta campur aduk, maka langkah yang
perlu diambil adalah mereduksi data. Reduksi data adalah aktifitas peneliti
dalam memilih dan memilah data yang dianggap relevan untuk disajikan.
Menurut Miles dan Hubermen, data reduction refer to the process of
selecting, focusing, simplying, abstracting and transforming the “row”
data that appear in written up fieldnot25
. Proses pemilihan data
memfokuskan pada informasi yang mengarah untuk pemecahan masalah,
pemaknaan dan penemuan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Proses analisis data mestinya dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji, langkah berikutnya
adalah membuat rangkuman untuk setiap kontak atau pertemuan dengan
informan. Dalam merangkum data biasanya ada satu unsur yang tidak
dapat dipisahkan dengan kegiatan tersebut. Kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan ini disebut membuat abstraksi, yaitu membuat ringkasan yang
24
Matthew B. Miles and A. Michael Huberman, Qualitative Data Analisy (London: Beverly
Hills, 2009), hal. 18-21. 25
Ibid., hal. 21.
21
inti, proses, dan persyaratan yang berasal dari responden tetap dijaga. Dari
rangkuman yang dibuat ini kemudian peneliti melakukan reduksi data
yang kegiatannya mencakup unsur-unsur spesifik termasuk (1) proses
pemilihan data atas dasar tingkat relevansi dan kaitannya dengan setiap
kelompok data, (2) menyusun data dalam satuan-satuan sejenis.
Pengelompokkan data dalam satuan yang sejenis ini juga dapat
diekuivalenkan sebagai kegiatan kategorisasi/variabel, (3) membuat
koding data sesuai dengan kisi-kisi kerja penelitian. Kegiatan lain yang
masih termasuk dalam mereduksi data yaitu kegiatan memfokuskan,
menyederhanakan dan mentransfer dari data kasar ke catatan lapangan.
2. Penyajian Data
Penyajian data disajikan secara sistematis, agar lebih mudah
dipahami tentang hubungan antar bagian yang mempengaruhi proses
pengelolaan pelayanan. Menurut Miles dan Haberman, we define a
’display’ as an organized assembly of information that permits conduction
drawing and action tacking.26
Bentuk penyajian data lebih banyak berupa
narasi yaitu pengungkapan secara tertulis, tujuannya adalah untuk
mempermudah mengikuti kronologis alur peristiwa, sehingga dapat
terungkap apa sebenarnya terjadi dibalik peristiwa tersebut, melalui
display data ini dapat dipahami pula interaksi antar bagian konteks utuh.
Teknis penyajian data yang runtun dan sistematis sangat membantu
26
Ibid., hal. 21.
22
peneliti dalam menarik kesimpulan dana verifikasi yang memadai berupa
pola hubungan yang permanen di antara komponen di dalamnya.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari penelitian sebagai
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan atau verifikasi dilakukan selama
penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus selalu
diuji kebenaran dan kesesuaiannya sehingga validitas terjamin. Adapun
alur analisis data yang ditempuh sebagaimana pola pendekatan
fenomenologis yang dikembangkan oleh miles dan huberman dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 1.
Analisis Data Model Interaktif
Penarikan kesimpulan sebagian dan suatu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
dalam pikiran penganalisis dengan menulis suatu tinjauan ulang pada
catatan. Menarik kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari proses analisis
data, yaitu dengan cara merumuskan kesimpulan penelitian, baik
kesimpulan sementara maupun kesimpulan akhir. Kesimpulan sementara
Data Collection
Data Reduction
Conclution
Data display
23
dapat dibuat terhadap setiap data yang ditemukan pada saat penelitian
sedang berlangsung, dan kesimpulan akhir dapat dibuat setelah seluruh
data dianalisis.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan mengenai garis besar proposal skripsi ini
dimaksudkan untuk mempermudah memahami garis besar skripsi secara
keseluruhan. Adapun skripsi ini terbagi dalam beberapa bagian, yaitu :
1. Bagian awal skripsi berisi halaman judul, persetujuan, lembar
pernyataan, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto,
persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar singkatan,
dan daftar tabel.
2. Bagian isi skripsi berisi:
BAB I: Bab ini mengurai mengenai pendahuluan yang mencakup latar
belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, kerangka teori, dan tinjauan pustaka.
BAB II: Bab ini mengurai mengenai metode penelitian yang mencakup
tempat dan subyek penelitian, pendekatan penelitian, jenis dan sumber
data, unit analisis data, metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan
sistematika penulisan.
BAB III: Bab ini mengurai mengenai gambaran umum lokasi penelitian
yang mencakup aspek historis dan geografis, demografi, struktur
organisasi, visi dan misi dan keadaan sarana dan prasarana.
24
BAB IV: Bab ini membahas mengenai pembahasan dan hasil penelitian
mencakup Pelayanan dan ketersediaan air bersih, hambatan dan solusi
melaksanakan pelayanan.
BAB V: Bab ini membahas mengenai bab penutup yang di dalamnya
mencakup kesimpulan dari hasil penelitian, saran, dan ucapan terima kasih
kepada pihak yang turut andil dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bagian akhir skripsi berisi: daftar pustaka, dan lampiran. Pada bagian ini
menguraikan tentang daftar buku yang dibaca, dan hal yang perlu
dilampirkan dalam penulisan skripsi ini.
H. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama enam bulan. Penelitian dilakukan
dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutnya dengan perbaikan hasil
seminar proposal skripsi. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka
penulis mengadakan pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam
waktu yang berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan
pembimbing sebelum diajukan kepada sidang munaqasah. Hasil sidang
munaqasah dilanjutkan dengan perbaikan dan penggandaan laporan penelitian
skripsi. Adapun jadwal kegiatan penelitian skripsi ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
25
Tabel 3
Jadwal Penelitian
N
o
Kegiatan
Bulan
Mei
2017
Juni
2017
Juli
2017
Agustus
2017
Januari
2018
Februari
2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 21 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuanjudul x
2 Pembuatan
proposal
x x
3
Perbaikan
proposal dan
seminar
x x x
4 Suratizinriset x X
5 Pengumpulan
data
x x
6 Pengolahandan
analisis data
X x
7 BimbingandanP
erbaikan
x x x
8 Agenda
danUjian
x
9 Perbaikandanpe
njilidan
x x
26
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Historis dan Geografis
1. Historis
Kelurahan Penyengat Rendah memiliki sejarah tersendiri, seperti
halnya daerah-daerah lain di Provinsi Jambi. Sejarah tersebut dapat
diuraikan berikut ini dimana kira-kira pada tahun 1918, terjadi hujan debu
yang tebal sehingga daerah ini tertutup oleh debu sehingga tidak tembus
pandang berlangsung selama 1 hari, besoknya hilang dan kembali normal.
Debu tersebut berasal dari gunung meletus di pulau Jawa yaitu Gunung
Galunggung. Letusan yang keduanya dari sinilah mulainya suatu kejadian
yang menjadi cerita turun temurun dan awal dari semuanya.27
Pada tahun yang sama di daerah ini hanya ada 4 rumah, salah satunya
rumah Raden H. Sulaiman. Raden H. Sulaiman membuka lahan pertanian
(sawah) bersama penduduk lainnya, sehingga dalam kurun waktu yang
singkat, terbukalah lahan pertanian tersebut. Mulainya disemai benih padi
yang kemudian tumbuh subur dengan hasil yang melimpah, dan kondisi
ini sampai diketahui kampung lainnya yang bersebelahan dengan
Kelurahan Penyengat Rendah. Di areal persawahan ini terdapat sebatang
pohon rindah dan rendah yang dihuni sekawanan tawon. Tawon rersebut
bernama penyengat hitam. Karena penyengat hitam itu bersarang di atas
pohon yang rendah, maka oleh penduduk setempat jika ditanya oleh
27
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
26
27
penduduk kampung sebelah dimana tinggal, maka dijawablah bahwa
mereka tinggal di penyengat rendah. Akhirnya nama inilah yang
dikukuhkan atau ditetapkan oleh tuo-tuo tengganai menjadi nama
kampung sampai saat ini.28
Nama kepala desa yang pernah memimpin Kelurahan Penyengat
Rendah sejak masih berstatus desa dahulunya, yaitu:
Tabel 4
Nama-Nama Kepala Desa/Lurah di Kelurahan Penyengat Rendah29
No Nama Masa Jabatan Keterangan
1. R. H. Sulaiman 1918 – 1930 Kepala Desa
2. R. Den 1930 – 1939 Kepala Desa
3. R. Ibrahim 1940 – 1947 Kepala Desa
4. R. Marzuki 1947-1951 Kepala Desa
5. Said Ali 1951-1960 Kepala Desa
6. R. Sopian 1960-1982 Kepala Desa
7. Drs. Sahril Das 1982 Kepala Desa
8. R. Sulaiman 1982-1987 Kepala Desa
9. RTS. Maryani 1987 – 1992 Kepala Desa
10. Suhaimi Salam 1992– 1997 Lurah
11. R. Sayuti 1997 – 2002 Lurah
12. R.A. Rahman 2002– 2007 Lurah
13. Drs. Jamawi 2007– 2012 Lurah
14. Sri Wahyuni, SE 2012 – sekarang Lurah
Melihat penduduk dan kepala desa/lurah yang memimpin Kelurahan
Penyengat Rendah, banyaklah yang bergelar Raden dan Ratumas. Hal ini
dikarenakan orang pertama yang mencapai daerah ini untuk dijadikan
pemukiman berasal dari penduduk bernama Raden H. Sulaiman ini. Asal
usulnya raden sendiri menurut ceritanya berasal dari perkawinan campuran
28
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017 29
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
28
antara Melayu dan Jawa berdarah bangsawan (ninggrat) bergelar raden,
sehingga anak cucunya mewarisi gelar ini sampai sekarang.30
2. Letak Geografis
Kelurahan Penyengat Rendah terletak di Kecamatan Telanaipura
Kota Jambi dengan luas pemukiman 6.2 Km2, luas kuburan 0.63 Km
2,
pekarangan seluas 0.2 Km2 dan luas perkantoran 0.50 Km
2. Kelurahan
Penyengat Rendah memiliki batas-batas dimana:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Batanghari.
b. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Mandalo.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Teluk Kenali.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan sungai Batanghari.31
Keadaan iklim Kelurahan Penyengat Rendah termasuk kategori
beriklim sedang, dikatakan demikian karena pada siang harinya tidak
telalu panas dan pada malam harinya tidak terlalu dingin. Sementara itu,
tidak jauh berbeda dengan daerah tropis lainnya di Propinsi Jambi, maka
keadaan musim di Kelurahan Penyengat Rendah hampir sama yakni
mengalami dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Kondisi suhu
pada siang hari mencapai 360 C dan malam hari mencapai 21
0 C.
32 Kalau
dilihat dari sinar matahari, biasanya terjadi pada bulan Juni sampai bulan
Agustus yang merupakan bulan-bulan yang relatif kering dimana
penyinarannya lebih tinggi dari pada bulan Oktober sampai April yang
relatif basah. Bagi masyarakat, penyinaran matahari digunakan keperluan
30
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017 31
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017 32
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
29
rumah tangga seperti untuk mengeringkan pakaian dan lain-lain
sebagainya.
Rata-rata penyinaran matahari sebesar 51% yaitu setara dengan 4,28
jam perhari dan rata setiap bulan yang tertinggi terdapat pada bulan Juni
sebesar 65%, setara dengan 5,41 jam perhari dan yang terendah pada bulan
September sebesar 42% setara dengan 3,5 jam perhari.33
Sumber air bersih
tergantung pada sumur dan sungai batanghari, sumber air yang berasal dari
sumur galian tanah, mereka menggunakan air tersebut untuk memasak,
mandi, mencuci dan keperluan lainnya. Kalau musim kemarau datang
biasanya mereka menggunakan air sungai batanghari untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
B. Struktur Pemerintahan
Kelurahan Kelurahan Penyengat Rendah dipimpin oleh seorang Lurah.
Berjalan atau tidaknya suatu pemerintah kelurahan sangat bergantung pada
kemampuan, kemauan dan kecakapan dari pemimpinnya. Untuk jabatan
sekretaris kelurahan belum ditempati oleh satu petugaspun, karena masih
dalam masa transisi peralihan jabatan. Selanjutnya, mengenai struktur
pemerintahan Kelurahan Penyengat Rendah, adalah sebagai berikut:
33
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
30
GAMBAR 1:
STRUKTUR PEMERINTAHAN
KELURAHAN PENYENGAT RENDAH TAHUN 201734
34
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
KEPALA KELURAHAN
PENYENGAT RENDAH
Nurbasnelly, SP
Sekretaris
Sri Wahyuni, SE
Kasi Pemerintahan dan
Pelayanan Umum
UZIAH
Kasi Ketentraman dan
Ketertiban
Esti Duma Siahaan
Kasi PMK dan Umum
Rosmini
Pelaksana
Anggun Rahmania
Keterangan
______= Garis Komando
31
Susunan struktur organisasi pada suatu kelurahan merupakan suatu
kegiatan atau ikatan yang mempertemukan antara program kegiatan-kegiatan
dalam kelurahan tersebut, di sampimg itu juga mempermudah pencapaian
tujuan program pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah kelurahan dan
RT. Kelurahan Penyengat Rendah di atas tentu memiliki banyaknya tugas
yang dibebankan kepadanya. Selengkapnya tugas tersebut sebagai berikut:
1. Kelurahan
Kelurahan mempunyai tugas pokok penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan sosial kemasyaraktan berdasarkan asas otonomi daerah
dan tugas pembantuan dan tugas lain yang dilimpahkan oleh walikota.
Kelurahan selain mempunyai tugas pokok dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan sosial kemasyarakatan juga mempunyai
fungsi antara lain:
a. Mengkoordinasi kegiatan pemerintahan di tingkat kelurahan;
b. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat tingkat
kelurahan;
c. mengkoordinasikan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban
umum tingkat kelurahan;
d. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undagan;
e. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasiltas pelayanan
umum;
f. Membina penyelenggaraan aparatur kelurahan;
32
g. Melaksankan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya.35
2. Sekretaris Kelurahan
Mempunyai tugas pokok membantu Lurah dalam melakukan
pengkoordinasian, penyiapan bahan, penyusunan, perencaaan,
penatausahaan urusan keuangan, kepegawaian umum dan
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas Kelurahan. Untuk melaksanakan
tugas tersebut, Sekretaris Kelurahan mempunyai fungsi:
a. Penelaahan data/ informasi sebagai bahan penyusunan rencana kerja
kelurahan;
b. Penelaahan data/informasi sebagai bahan perumusan kebijakan umum
dan teknis opersional urusan Kesekretariatan Kelurahan;
c. Pelaksanaan koordinasi penyiapan bahan penyusunan rencana kerja
Kelurahan;
d. Pelaksanaan urusan umum, kepegawaian dan keuangan;
e. Pelaksanaan koordinasi dsan penyusunan laporan capaian kinerja dan
keuangan Kelurahan;
f. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya;
g. Pengendalian, evalausi dan pelaporan pelaksanaan tugas dan
kesekretariatan;
35
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
33
h. Pelaksanaan Tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan tugas
dan fungsi.36
3. Kepala Seksi Tata Pemerintahan
Mempunyai tugas membantu Lurah dalam melakukan penelaah
data/informasi sebagai bahan penyusunan rencana kerja dan kebijakan
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan. Untuk
melaksanakan tugas tersebut, Kepala Seksi Pemerintahan mempunyai
fungsi:
a. Penelaahan data/informasi sebagai bahan penyusunan rencana kerja tata
pemerintahan tingkat kelurahan;
b. Penelaahan data/informasi sebagai bahan perumusan kebijan umum
dan teknis operasional urusan pemerintahan di tingkat Kelurahan ;
c. Pengelolaan adminstrasi pemerintahan umum;
d. Pengelolan administrasi kependudukan;
e. Pengelolan administrasi keaagrariaaan;
f. Pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksannan urusan
pemerintahan;
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai tugas dan
fungsi.37
4. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat
Mempunyai tugas pokok membantu Lurah dalam melakukan
penelaahan data informasi sebagai bahan penyusunan rencana kerja dan
36
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017 37
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
34
kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan pembangunan,
pemberdayaan masyarakat dan lingkungan hidup. Untuk melaksanakan
tugas tersebut, Kepala Seksi Pemberdyaaan Masyarakat mempunyai
fungsi:
a. Penelaah data/informasi sebagai bahan penyusunan rencana kerja
pemberdyaan masyaraktan pada tingkat Kelurahan;
b. Penelaahan data/informasi sebagai bahan perumusan kebijan umum dan
teknis operasional pembangunan urusan pembangunan, pemberdayaan
masyarakat dan lingkungan hidup di tingkat Kelurahan;
c. Sebagai penyusun program dan penyelenggaraan pembinaan dalam
bidang kesejahteraan masyarakat, program di bidang keagamaan,
kesehatan dan pendidikan KB, pembinaan kesejahteraan keluarga dan
organisasi kemasyarakatn lainnya; melaksanakan program pembinaan
dan bantuan sosial disalurkan kepada masyarakat terutama keluarga
miskin; memotifasi program pembinaan pengembangan perekonomian
masyarakat.38
5. Kepala Seksi Kesejahteraan sosial dan Pelayanan Umum
Seksi Kesejahteraan Sosial dan Pelayanan Umum dipimpin oleh
seorang Kasi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Lurah
melalui Sekretaris Kelurahan. Seksi Kesejahteraan Sosial dan Pelayanan
Umum mempunyai tugas membantu Camat dalam menyiapkan bahan
perumusan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan
38
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
35
Kesejahteraan Sosial Pelayanan Umum. Penjabaran tugas Seksi
Kesejahteraan Sosial Pelayanan Umum, adalah:
a. Membuat perencanaan dan program kerja Seksi Kesejahteraan Sosial
dan Pelayanan Umum;
b. Memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan pendidikan anak usia dini,
taman kanak-kanak dan pendidikan dasar;
c. Melakukan pembinaan dan pengawasan kegiatan program pendidikan,
generasi muda, keolahragaan, kebudayaan, kepramukaan serta peranan
wanita;
d. Melakukan pembinaan terhadap lembaga adat dan keagamaan;
e. Melakukan pembinaan dan pengawasan kegiatan program kesehatan
masyarakat;
f. Memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kesehatan;
g. Melakukan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan obat,
narkotika, zat adiktif, psikotropika dan bahan berbahaya;
h. Melaksanakan penyuluhan program wajib belajar;
i. Mengkoordinir bantuan-bantuan sosial, serta kegiatan organisasi
kemasyarakatan seperti majlis taklim
j. Menyiapkan data-data yang berhubungan dengan permasalahan sosial
di Kelurahan
k. Melakukan mitigasi dan penanggulangan bencana di Kelurahan
l. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas Seksi
Kesejahteraan Sosial dan Pelayanan Umum;
36
m. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan
fungsinya.39
6. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban
Mempunyai tugas pokok membantu Lurah dalam melakukan
penelahaan data informasi sebagai bahan dalam penyusunan rencna kerja
dan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan ketentraman
dan ketertiban umum. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Seksi
Ketentraman dan Ketertiban mempunyai fungsi:
a. Penelaahan data/informasi sebagai bahan penyusunan rencana kerja
Ketentaman dan Ketertiban Umum tingkat Kelurahan;
b. Penelaahan data/informasi sebagai bahan perumusan kebijan umum
dan teknis opersiaonal urusan ketentraman dan ketertiban umum di
tingkat kelurahan;
c. Pengeloaan urusan ketentraman dan ketertiban umum tingkat
Kelurahan;
d. Penerapan dan penegakan peraturan perundan-undangan;
e. Pengendalian, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan urusan ketentaman
dan ketertiban umum;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh lurah sesuai tugas dan
fungsi.
g. Penyusun program, penyelenggaraan pembinaan lingkungan meliputi
trantib, perlindungan masyarakat, kegiatan pembinaan kebersihan
39
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
37
keindahan dan sanitasi lingkungan/sarana umum, membantu
menyusun program pembinaan penegakkan dan pelaksanaan PERDA
dan Peraturan lainnya yang telah disepakati bersama.40
C. Keadaan Penduduk, Agama dan Pendidikan
1. Jumlah Penduduk
Penduduk Kelurahan Penyengat Rendah merupakan pedesaan yang
terletak di pinggir kota. Penduduk Kelurahan Penyengat Rendah
berjumlah 11.407 jiwa, laki-laki berjumlah 5.791 jiwa, perempuan
berjumlah 5.616 jiwa dan 3.270 kepala keluarga. Berikut keadaan
penduduk Kelurahan Penyengat Rendah:
Tabel 5
Keadaan Penduduk di Kelurahan Penyengat Rendah41
No Nama Jumlah
1. Jumlah Penduduk Laki-Laki 5791 jiwa
2. Jumlah Penduduk Perempuan 5616 jiwa
3. Jumlah 11407 jiwa
2. Keadaan Agama
Agama yang diakui di Indonesia meliputi Islam, Kristen, Katholik,
Hindu dan Budha. Penduduk Kelurahan Penyengat Rendah sebagian besar
menganut agama Islam, dan mereka menjadikan Islam dan ajarannya
sebagai pedoman dalam kehidupannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
40
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017 41
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
38
Tabel 6
Keadaan Pemeluk Agama di Kelurahan Penyengat Rendah42
No Nama Jumlah (Jiwa)
1. Islam 10356
2. Kristen 4
3. Katholik 1046
4. Hindu 0
5. Budha 0
Jumlah 11406
Masyarakat memerlukan sarana peribadatan untuk melaksanakan
ibadah kepada Tuhan Yang Masa Esa. Berikut sarana peribadatan yang
ada di Kelurahan Penyengat Rendah, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7
Keadaan Sarana Peribadatan di Kelurahan Penyengat Rendah43
No Nama Jumlah
1 Masjid 8 Unit
2 Musholla 4 Unit
Jumlah 12 unit
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa cukup banyak sarana
ibadah di Kelurahan Penyengat Rendah, yang memudahkan masyarakat
untuk beribadah, yaitu 8 masjid dan 4 musholla.
42
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017 43
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
39
3. Keadaan Pendidikan
Pembangunan sektor pendidikan merupakan hal yang sangat penting.
Keberhasilan pembangunan sektor pendidikan dapat dijadikan sebagai
indikator kemajuan suatu bangsa. Mengenai keadan pendidikan penduduk
di Kelurahan Penyengat Rendah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 8
Keadaan Pendidikan Penduduk di Kelurahan Penyengat Rendah44
No Nama Jumlah (Jiwa)
1. Belum Sekolah 770
2. Tidak Pernah Sekolah -
3. Tidak tamat SD 578
4. Tamat SD/Sederajat 955
5. Tamat SLTP/Sederajat 1915
6. Tamat SLTA/Sederajat 3445
7. D-1 S/d D-3 255
8. S-1 S/d S3 102
Jumlah 7250
Di Kelurahan Penyengat Rendah telah dirasakan lengkap sarana dan
prasarana pendidikan. Masyarakat Kelurahan Penyengat Rendah berupaya
memanfaatkan fasilitas yang ada ini, karena bila bersekolah ke luar
kelurahan akan menambah biaya sekolah. Adapun sarana dan prasarana
pendidikan yang tersedia di Kelurahan Penyengat Rendah ini, yakni:
44
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
40
Tabel 9
Keadaan Sarana Pendidikan di Kelurahan Penyengat Rendah45
No Nama Jumlah
1 Kelompok Bermain 5 Unit
2 Taman Kanak-Kanak 5 Unit
3 Sekolah Dasar 4 Unit
5 Jumlah 14 Unit
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa lembaga pendidikan
di Kelurahan Penyengat Rendah sangat banyak dan sangat memadai untuk
suatu daerah Kelurahan.
D. Keadaan Sosial dan Ekonomi
1. Sosial
Sebagaimana halnya masyarakat kelurahan pada umumnya, yang
senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan serta hubungan baik
antara sesama masyarakat, maka masyarakat Kelurahan Penyengat Rendah
pun selalu menerapkan hal itu dalam kehidupan sehari-hari. Sifat gotong
royong, musyawarah dan saling tolong menolong antara satu dan lainnya
sudah menjadi kebiasaan yang melembaga di kalangan masyarakat
setempat. Begitu juga halnya hubungan antara kaum remaja berjalan
dengan harmonis, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan masyarakat
Kelurahan Penyengat Rendah berjalan dengan normal seperti layaknya
hidup bermasyarakat.
45
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
41
Adat yang dimaksud di sini adalah adat yang berupa peraturan tata
cara yang berasal dari nenek moyang, ataupun nenek mamak, tua
tengganai serta pemuka masyarakat yang berdasarkan syara’ dan
bersumber kepada Kitabullah sehingga adat tidak merusak dan
mempengaruhi nilai-nilai aqidah maupun syariat itu sendiri. Adat yang
diadatkan adalah mufakat para penghulu beserta cerdik pandai negeri.
Kesepakatan ini dapat berubah sesuai dengan perubahan zaman yang
patut, dan adat yang terdapat adalah kebiasaan yang diadakan di kalangan
masyaraka itu sendiri.
Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat penulis ambil suatu
pemahanan bahwa masalah adat istiadat yang ada di Kelurahan Penyengat
Rendah ini masih terlihat Islami dan tetap mempertahankan nilai-nilai
moral dan etika, sehingga masyarakat di kelurahan ini mempunyai nilai-
nilai terhadap agama.
Penduduk yang menetap di Kelurahan Penyengat Rendah dalam
kehidupan sehari-hari mereka hidup saling berdampingan dan saling
tolong-menolong satu dengan yang lainnya. Dalam pergaulan sehari-hari
mereka masih memperhatikan adat-istiadat. Adat-istiadat merupakan
pedoman yang dipegang teguh oleh orang tua dan anak di Kelurahan
Penyengat Rendah.
Di sisi lain masyarakat Kelurahan Penyengat Rendah juga memiliki
jiwa sosial yang baik. Untuk menjaga kesehatan dan kebersihan
lingkungan, 1 sampai 2 kali dalam sebulan warga Kelurahan Penyengat
42
Rendah selalu mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan, parit
dan sarana umum lainnya yang terdapat di Kelurahan Penyengat Rendah.
Pemuda dan orang tua membaur menjadi satu bekerja membersihkan
lingkungan tempat mereka hidup dan tinggal di sana, tepatnya di
Kelurahan Penyengat Rendah. Sifat gotong royong juga ditampakkan oleh
masyarakat Kelurahan Penyengat Rendah dalam berbagai hal, seperti
dalam kegiatan pesta pernikahan dimana di antara masyarakat saling bantu
membantu dalam kegiatan tersebut.46
Seperti diketahui bagi masyarakat Melayu Jambi yang terkenal
dengan Undang-Undang Adat secara turun-temurun, hal tersebut masih
dapat dipertahankan, mereka tetap mengenal istilah-istilah sebagai berikut:
Titian teras bertangga batu, maksudnya titian teras merupakan adat,
sedangkan bertangga batu adalah syara′ dan kitabullah. Sehingga hukum
adat tersebut haruslah dijalankan dengan wibawa yang kuat, sedangkan
teras adalah bagian dari pada inti kayu yang tidak mudah dipatahkan
namun dapat dipindahkan atau dialihkan.47
Sehingga hukum syara′ yang disebut bertangga batu, hukum yang
positif dan permanen baik menghadap ke bawah maupun menghadap ke
atas, dan tidak dapat dipikuli diajak (dipindahkan) dan tidak mempunyai
prioritas bagi seseorang, bila sesuatu haram haruslah dikatakan haram,
najis haruslah dikatakan najis, makruh tetaplah makruh, yang benar dibela
yang salah dihukum seperti ungkapnya di bawah ini: ”Raja Adil raja
46
Observasi, 16 Juni 2017 47
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
43
disembah, Raja zalim raja disanggah, Jalan berabah yang diturut, Amar
makruf nahi munkar”48
Berbuat di luar kebiasaan, berarti menentang orang banyak
menentang adat dan syara′, adat dan syara′ merupakan cermin gendang
yang tak pernah kabur, pedoman yang jelas haruslah diikuti tanpa ada
pilihan lain. Tak lapuk di hujan tak lekang di panas, maksudnya yang salah
tetap dihukum, hutang haruslah dibayar, hilang ganti, ngilih menggantikan
lantak nan tak goyah. Maksudnya tugas menjalankan keadilan dan
kebenaran bagi pemimpin yang adil, tetap dalam pendiriannya, sifat
pemimpin yang baik.49
Adapun ciri-ciri adat-istiadat yang ada dalam masyarakat di
Kelurahan Penyengat Rendah ini adalah, karena mayoritas penduduknya
adalah beragama Islam, untuk segala adat dan aturan yang dilakukan
dalam masyarakat ini bersendikan Islam dan keagamaan seperti
pelaksanaan dalam acara-acara perkawinan, pernikahan, pembacaan do’a
selamat, pencukuran, akikah maupun mengkhitankan anak.50
Masyarakat
Kelurahan Penyengat Rendah pada hari besar keagamaan, seperti Idul
Fitri, Idul Adha mereka saling kunjung-mengunjungi, dan tak lupa juga
mereka selalu membantu saudara mereka yang tertimpa musibah. Dengan
sedikit menyisihkan rizki untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya. Terutama untuk anak-anak yatim piatu, janda-janda tua
yang ada di Kelurahan Penyengat Rendah. Biasanya pemberian sedekah
48
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017 49
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017 50
Observasi, 16 Juni 2017
44
ini dilakukan pada bulan Ramadhan dan menjelang hari Raya Idul Fitri.
Bentuk pertolongan yang mereka berikan berupa materi, uang, tenaga, dan
nasehat yang baik, itu semuanya diberikan dengan ikhlas tanpa ada rasa
pamrih.
2. Ekonomi
Keadaan mata pencaharian pendududuk Kelurahan Penyengat
Rendah berikut penulis keadaan mata pencaharian penduduk:
Tabel 10
Keadaan Mata Pencaharian di Kelurahan Penyengat Rendah51
No Nama Jumlah (Jiwa)
1. PNS 412
2. ABRI 36
3. Swasta 1121
4. Tani 507
5. Pertukangan 129
6. Buruh Tani 151
7. Pensiunan 150
8. Nelayan 39
9. Pemulung 50
10. Jasa 129
Jumlah 2724
Mayoritas penduduk Kelurahan Penyengat Rendah adalah Pegawai
Negeri. Tetapi ada sebagian Kelurahan Penyengat Rendah yang memiliki
kegiatan ekonomi berbeda yaitu buruh, pedagang dan lain lain.
51
Dokumentasi Kelurahan Penyengat Rendah, 2017
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan Penyengat
Rendah Kota Jambi
Dalam penelitian tentang pelaksanaan program KB pada Kelurahan
Penyengat Rendah, peneliti akan mengkaji dan membahasnya berdasarkan
teorinya. Secara kajian teoritis implementasi kebijakan sebagai suatu proses
melaksanakan keputusan kebijakan yang biasanya dalam bentuk undang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah dan program-program
pemerintah. Sehingga dalam pelaksanaannya dibutuhkan penilaian terhadap
evaluasi pelaksanaan kebijakan tersebut. Dimana dengan adanya penilaian
ini diharapkan kajian yang dilakukan tentang evaluasi pelaksanaan kebijakan
dapat memberikan kontribusi dan dampak yang positif bagi sasaran
kebijakan dan pelaksana kebijakan.
Kelancaran prosedur rutinitas dalam melaksanakan program KB sudah
dilakukan dengan cukup baik. Hasil wawancara dengan Mey Novitasari,
selaku pegawai puskesmas setempat mengatakan:
Buktinya penyusunan rencana dalam melaksanakan program ini
dilakukan, bahkan proses evaluasi juga dilakukan oleh implementor
untuk bisa menemukan formula yang tepat dalam mengimplementasikan
program KB di Kelurahan Penyengat Rendah. Namun kendala
penyediaan anggaran dalam melaksanakan kegiatan program KB
membuat banyak tantangan dan halangan untuk bisa
mengimplementasikan program ini dengan maksimal. Sehingga sangat
wajar saja apabila dari data sekunder yang diterima tentang masyarakat
45
46
yang mengikuti program KB di Kelurahan Penyengat Rendah masih
sangat kecil sekali.52
Kelurahan Penyengat Rendah itu memiliki jumlah penduduk ± 11.407
jiwa, namun yang baru mengikuti program KB hanya 739 jiwa. Sehingga
dapat membuktikan bahwa pelaksanaan program KB masih belum maksimal.
Karena masih banyak masyarakat yang tidak menginginkan untuk ikut
dalam program KB yang sudah dicanangkan oleh pemerintah pusat dan
daerah dalam upaya mewujudkan keluarga yang berkualitas. Rendahnya
respon masyarakat untuk mengikuti program KB memang tidak semata-mata
karena kurangnya penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan oleh BPMKB
kepada masyarakat di setiap Kelurahan Penyengat Rendah. Namun masih
rendahnya kepedulian masyarakat terhadap pentingnya program KB dalam
menciptakan keluarga yang berkualitas. Selain itu juga faktor rendahnya
pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan program KB membuat mereka
enggan untuk mengikuti program ini dengan baik. Sehingga masyarakat
kurang memperdulikan pelaksanaan program KB yang dicanangkan oleh
pemerintah.
Wawancara dengan Nurbasnelly, SP, Lurah Penyengat Rendah
mengatakan bahwa:
Ditinjau dari tingkat perekonomian yang dimiliki oleh masyarakat di
Kelurahan Penyengat Rendah sebagai fokus penelitian, sebenarnya
sudah menunjukkan perkembangan ekonomi yang signifikan. Semenjak
masyarakat mulai menjadikan perkebunan karet dan sawit sebagai mata
pencaharian utama. Kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh
masyarakat di Kelurahan Penyengat Rendah juga menjadi alasan bagi
52
Wawancara Mey Novitasari, Selaku Pegawai Puskesmas Pada Tanggal 26 Juli 2017
47
masyarakat untuk kurang peduli terhadap program KB yang
dilaksanakan.53
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa ditinjau dari
tingkat perekonomian yang dimiliki oleh masyarakat di Kelurahan Penyengat
Rendah sebagai fokus penelitian, sebenarnya sudah menunjukkan
perkembangan ekonomi yang signifikan. Semenjak masyarakat mulai
menjadikan perkebunan karet dan sawit sebagai mata pencaharian utama.
Kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat di Kelurahan Penyengat
Rendah juga menjadi alasan bagi masyarakat untuk kurang peduli terhadap
program KB yang dilaksanakan
Kepatuhan implementor dalam pelaksanaan program keluarga berencana
sudah berjalan dengan cukup baik. Dimana implementor yang patuh akan
tujuan dan sarasan pelaksanaan program serta tugas dan fungsi yang sudah
ditetapkan dalam melaksanakan program.
Kepatuhan akan tujuan dan sasaran yang dilakukan jelas diwujudkan
untuk merealisasikan keluarga yang berkualitas dan wanita yang memiliki
keinginan untuk mengikuti program keluarga berencana. Sebab menciptakan
keluarga yang berkualitas merupaka upaya untuk memiliki genarasi-generasi
muda yang produktif dalam segalan bidang. Salah satu pendukungnya adalah
kekuatan ekonomi keluarga untuk bisa membiayai seluruh kehidupan anak
agar menjadi anak yang berkualitas. Dimana apabila satu keluarga hanya
memiliki anak sesuai anjuran dari program keluarga berencana, diharapkan
kekuatan ekonomi keluarga yang dimiliki dapat mewujudkan anak-anak yang
53
Wawancara Nurbasnelly, SP, Lurah Penyengat Rendah pada Tanggal 26 Juli 2017
48
berkualitas. Sehingga fakta ini juga akan menghilangkan persepsi masyarakat
umumnya bahwa “banyak anak banyak rezeki”.
Wawancara dengan Sri Wahyuni, SE., Sekretaris Lurah Penyengat
Rendah mengatakan bahwa:
Dari data yang diperoleh bahwa di Kelurahan Penyengat Rendah setiap
tahun jumlah peserta KB meningkat cukup banyak, walaupun dari angka
kelahiran juga meningkat dalam setiap tahunnya. Fakta ini menjelaskan
bahwa kemauan dan kepedulian masyarakat di Kelurahan Penyengat
Rendah untuk mengikuti program KB sudah mulai meningkat, tetapi bila
dibandingkan dengan jumlah KK yang ada masih ada 50% lagi
masyarakat yang belum mengikuti program KB. Kondisi inilah yang
membuat angka kelahiran masih belum dapat ditekan dan masih tinggi.54
Hal ini membuat pemerintah kelurahan sebagai pelaksana program KB
harus memiliki komitmen bersama untuk segera memberikan penjelasan dan
pemaparan kepada 50% KK yang belum mengikuti program KB, agar
memiliki keinginan untuk ikut program KB. Walaupun pelaksanaan
penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan akan terbentur dengan pembiayaan
dan tenaga penyuluh yang dimiliki. Namun pemerintah harus bisa
memanfaatkan anggaran yang dimiliki untuk memaksimalkan program
penyuluhan dan sosialisasi yang akan dilakukan, dalam upaya memberikan
pemahaman dan penjelasan akan program KB.
Walaupun sebenarnya kekurangan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi
yang dilakukan oleh pihak pemerintah diakui oleh masyarakat, tetapi
setidaknya implementor harus memiliki skala prioritas pada setiap
kecamatan untuk bisa mengikuti penyuluhan dan sosialisasi tentang program
54
Wawancara Sri Wahyuni, SE., Sekretaris Lurah Penyengat Rendah Pada Tanggal, 11 Juli
2017
49
KB. Namun demikian pun, pihak implementor harus siap untuk menghadapi
ketidakpedulian masyarakat atau keacuhan masyarakat akan sosialisasi dan
penyuluhan yang akan dilakukan tentang program KB.
Hasil wawancara dengan Dewi Mulia, selaku pegawai puskesmas
setempat mengatakan:
Apalagi prioritas masyarakatnya adalah masyarakat yang berada di
wilayah pinggiran, yang tentunya sedikit sulit merubah frame
berfikirnya untuk bisa mengikuti program KB. Karena apabila ada
kegiatan seperti ini yang dilakukan oleh pihak implementor, masyarakat
selalu memiliki alasan tertentu untuk tidak mengikuti kegiatan tersebut.
Misalnya saja alasan sibuk mengurusi pekerjaan yang dimilikinya,
seperti bekerja di pabrik dan lain sebagainya.55
Pihak implementor harus bisa mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan seperti ini, agar pelaksanaan program yang dilakukan dapat
mencapai sasaran yang diinginkan. Hasil wawancara dengan Dewi Mulia,
selaku pegawai puskesmas setempat mengatakan:
Tetapi dari hasil informasi yang diperoleh bagi kaum wanita yang
berada di sekitar Kelurahan Penyengat Rendah, mereka sudah sangat
peduli dengan program KB. Sebab mereka telah menginginkan memiliki
keluarga yang berkualitas dengan kekuatan ekonomi yang dimiliki.
Sehingga banyak kaum wanita yang melahirkan di sekitar wilayah
Kelurahan Penyengat Rendah juga sudah meminta bantuan jasa dokter
ahli kandungan atau bidan. Setelah proses kelahiran berjalan dengan
lancar, mereka pun langsung mengikuti program KB dengan memiliki
alat kontrasepsi yang paling cocok dan relevan.56
Pemahaman kaum wanita ini diperoleh melalui media eletronik dan
media massa yang tersedia sebagai penjelas terhadap pentingnya program KB
bagi kaum wanita dan keluarga di masa-masa yang akan datang.
55
Wawancara Dewi Mulia, Selaku Pegawai Puskesmas Pada Tanggal 11 Juli 2017 56
Wawancara Dewi Mulia, Selaku Pegawai Puskesmas Pada Tanggal 20 Juli 2017
50
B. Kebijakan Pemerintah terhadap Program Keluarga Berencana (KB) di
Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi
Kebijakan pemerintah terhadap program Keluarga Berencana (KB) di
Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi adalah:
1. Melaksanakan Visi Program KB
Visi Keluarga berencana adalah Tumbuh Seimbang. Untuk
mewujudkan visi tersebut maka ditetapkanlah misi program KB, yaitu
“Mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera”. Keberhasilan Program
KB ditandai dengan penurunan laju pertumbuhan penduduk, penurunan
tingkat fertilitas dan Melembaga NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera) peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan program KB oleh LSM, swasta, tokoh masyarakat, dan
instansi pemerintah lainnya.
Menurut Nurbasnelly, SP, Lurah Penyengat Rendah mengatakan
bahwa:
Program KB dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi. Ada
macam-macam pilihan alat kontrasepsi, jika ingin menunda
kehamilan hendaknya memakai kondom, pil, atau suntik. Jika ingin
mengatur jarak kelahiran bisa menggunakan implant atau
IUD/spiral. Dan apabila tidak ingin hamil lagi bisa menggunakan
MOP/vasektomi atau MOW/tubektomi.57
Masing-masing alat mempunyai keunggulan dan kelemahan
sendiri-sendiri, jadi pasangan usia subur bisa memilih sesuka hati yang
dianggapnya cocok dengan mereka. Program KB di Kelurahan Penyengat
57
Wawancara Nurbasnelly, SP, Lurah Penyengat Rendah pada Tanggal 16 Juni 2017
51
Rendah pada umumnya sama dengan program KB di manapun. Perbedaan
hanya terdapat pada cara pengimplementasian atau pelaksanaannya pada
masing-masing daerah saja. Cara pengimplementasian program tersebut
bergantung pada para pelaksana program dan partisipasi masyarakat
daerah setempat.
2. Sosialisasi dan Komunikasi Aktif tentang Program KB dengan Masyarakat
Salah satu faktor penting berhasilnya sebuah implementasi kebijakan
adalah dengan adanya komunikasi yang baik. Komunikasi merupakan
proses penyampaian informasi dari implementor kepada implementor di
level bawahnya. Pelaksanaan program KB tidak terlepas dari banyaknya
agen pelaksana yang terlibat dalam proses pelaksanaannya, yang dimaksud
disini adalah Bapemas dan KB, PLKB Kecamatan Telanaipura dan Kader
IMP Kelurahan Penyengat Rendah. Maka dari itu dibutuhkan komunikasi
yang baik juga agar program KB dapat berhasil dan mampu mencapai
tujuannya.
Sehubungan dengan komunikasi dalam pelaksanaan program KB,
agen pelaksana yang terkait sudah diberikan sosialisasi terkait program
KB, agen pelaksana tersebut dikumpulkan untuk diberikan sosialisasi
mengenai program KB, proses sosialisasi ini dikhususkan kepada para
agen pelaksana yang terlibat untuk terjun di lapangan ketika pelaksanaan
program KB. Sosialisasi ini bertujuan agar para petugas mempunyai
pengetahuan mengenai program KB.
52
Hasil wawancara dengan Titin, selaku pegawai puskesmas setempat
mengatakan:
Tidak hanya para petugas saja yang diberikan sosialisasi terkait
program KB, masyarakat juga diberikan sosialisasi mengenai
program tersebut. Namun, masalah yang ditemukan di lapangan
adalah masih banyak warga yang belum mengetahui mengenai
program KB. Masyarakat identik dengan tidak terlalu peduli
mengenai program ini.58
Menurut Rts. Nur Ainun, salah satu akseptor KB di Kelurahan
Penyegat Rendah mengatakan bahwa: “Masih banyak warga yang belum
mengetahui mengenai program KB dan cenderung tidak terlalu peduli
mengenai program ini.”59
Menurut Elmi Fitir, salah satu akseptor KB di Kelurahan Penyegat
Rendah mengatakan bahwa: “saya temukan masih ada yang warga yang
enggan mengikuti program KB.”60
Terbukti dengan hasil wawancara kepada informan-informan dari
kalangan masyarakat yang sebagian besar enggan berpartisipasi dalam
program KB.
3. Mendidik Masyarakat Agar yang Berkualitas dalam Memiliki Anak
Program KB ini menawarkan keluarga yang berkualitas dengan
memiliki anak hanya cukup dua saja. Tetapi masyarakat yang tetap
mengikuti budaya masih banyak yang menginginkan punya anak lebih dari
dua, sehingga sulit untuk ikut serta dalam program KB yang dilaksanakan.
58
Wawancara Titin, Selaku Pegawai Puskesmas Pada Tanggal 27 Juni 2017 59
Wawancara Rts. Nur Ainun, Salah Satu Akseptor KB di Kelurahan Penyegat Rendah Pada
Tanggal 26 Juli 2017 60
Wawancara Elmi Fitir, Salah Satu Akseptor KB di Kelurahan Penyegat Rendah Pada
Tanggal 26 Juli 2017
53
Realita ini banyak terjadi kepada ibu-ibu yang lebih senior dan tinggal
desa, serta jauh dari informasi tentang program KB. Menurut Rts. Ainun,
salah satu akseptor KB di Kelurahan Penyegat Rendah mengatakan bahwa:
“Jumlah anak yang tidak banyak membuat kami bisa merencanakan
kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan dengan baik.”61
Menurut Ida Royani, salah satu akseptor KB di Kelurahan Penyegat
Rendah mengatakan bahwa: “Takut anak banyak, nanti kehidupan masa
depannya bagaimana, maka kami juga merencanakan KB.”62
Sebab
banyak ibu-ibu muda ini berpemikiran kedepannya persaingan untuk
memperoleh sesuatu sangat ditentukan oleh kualitas yang dimiliki oleh
seseorang. Oleh karenanya itu mereka harus bisa mempersiapkan anak-
anak mereka menjadi salah satu yang terbaik dengan memenuhi
kebutuhan pendidikannya.
Salah satunya dengan melakukan perencanaan kepemilikan anak
dalam keluarga, agar bisa menyusun keluarga yang berkualitas. Realita
inilah yang membuat banyak ibu-ibu muda mengikuti program KB yang
dilaksanakan agar bisa mempersiapkan keluarga yang berkualitas.
C. Evaluasi Program Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan Penyengat
Rendah Kota Jambi
Untuk memperoleh penjelasan baik atau buruknya pelaksanaan
program KB di Kelurahan Penyengat Rendah, maka berikut penjelasannya:
61
Wawancara Rts. Ainun, Salah Satu Akseptor KB di Kelurahan Penyegat Rendah Pada
Tanggal 26 Juli 2017 62
Wawancara Ida Royani, Salah Satu Akseptor KB di Kelurahan Penyegat Rendah Pada
Tanggal 26 Juli 2017
54
1. Pedoman Kerja
Untuk mengukur kinerja implementasi kebijakan tentunya
menegaskan standar, tujuan dan sasaran tertentu yang harus dicapai oleh
para pelaksana kebijakan, kinerja kebijakan pada dasarnya merupakan
penilaian atas tingkat ketercapaian standar, tujuan dan sasaran tersebut.
Menurut Sri Wahyuni, SE, Sekretaris Lurah Penyengat Rendah
mengatakan bahwa: “Pelaksanaan program KB di Kelurahan Penyengat
Rendah belum memiliki pedoman pelaksanaan dalam pelaksanaannya.
Artinya, mereka bekerja tanpa adanya pedoman pelaksanaan.”63
Menurut teori, untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari suatu
kebijakan harus berpedoman pada pedoman pelaksanaan. Oleh karena itu,
program KB kurang optimal disebabkan karena pedoman pelaksanaan
program KB tidak ada, sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan
intrepretasi masing-masing petugas.
Hasil wawancara dengan Dewi Mulia, selaku pegawai puskesmas
setempat mengatakan:
Sementara itu tujuan dari program KB yang diharapkan dapat
mengendalikan angka kelahiran penduduk sudah terwujud namun
kurang optimal. Hal tersebut dikarenakan pencapaian tujuan
cenderung bergantung pada partisipasi masyarakat, dan pada lokasi
penelitian partisipasi masyarakat rendah.64
63
Wawancara Sri Wahyuni, SE, Sekretaris Lurah Penyengat Rendah pada Tanggal 16 Juni
2017 64
Wawancara Dewi Mulia, Selaku Pegawai Puskesmas pada Tanggal 16 Juni 2017
55
Hasil wawancara dengan Sunarti, salah satu akseptor KB di
Kelurahan Penyengat Rendah mengatakan: “Saya mengikuti program KB
agar dapat mengendalikan angka kelahiran saya.”65
Adanya standar dan tujuan kebijakan ada juga sasaran yang harus
dituju dalam pelaksanaan program KB. Keberhasilan dalam implementasi
juga tepatnya sasaran yang dituju. Dalam hal ini sasaran dari pelaksanaan
program KB adalah seluruh pasangan usia subur yang bertempat tinggal di
sekitar lokasi penelitian. Sehubungan dengan ini kebijakan dari program
KB sendiri sudah tepat sasaran.
2. Sumber Daya Manusia, Finansial dan Waktu
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
suatu kebijakan adalah sumber daya. Implementasi kebijakan perlu adanya
dukungan sumber daya baik sumber daya manusia (human resources)
maupun sumber daya non manusia (non-human resources). Kemampuan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia juga akan mempengaruhi
keberhasilan proses implementasi kebijakan.
Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang sangat penting
dalam proses pelaksanaan program KB, karena pada dasarnya sumber daya
manusia adalah penggerak dari kebijakan tersebut. Hasil wawancara
dengan Titin, selaku pegawai puskesmas setempat mengatakan: “Sumber
65
Wawancara Sunarti, Salah Satu Akseptor KB di Kelurahan Penyengat Rendah pada
Tanggal 16 Juni 2017
56
daya manusia yang menjalankan pelaksanaan program KB di Kelurahan
Penyengat Rendah yaitu petugas KB dan bidan kelurahan.”66
Petugas KB sudah ditempatkan dan difungsikan dalam tugasnya
masing-masing. PLKB sudah dibekali sosialisasi mengenai program KB
oleh Petugas KB Kota Jambi. Dalam pemilihan PLKB, Petugas KB
memilih para petugas yang kompeten dan terampil, sehingga petugas
mampu mempunyai kecepatan, ketepatan dan ketanggapan dalam praktik
pelaksanaan program KB. Dapat disimpulkan bahwa dalam praktik
pelaksanaannya, program KB sudah didukung dengan sumber daya yang
terampil dan kompeten dalam bidangnya.
Sumber daya finansial adalah sumber daya yang berkaitan dengan
alokasi dana. Walaupun dalam pelaksanaan program KB sudah didukung
sumber daya yang baik, maka akan menjadi masalah ketika tidak adanya
dana dalam pelaksanaan tersebut. Hasil wawancara dengan Mey
Novitasari, selaku pegawai puskesmas setempat mengatakan:
Sumber daya finansial yang terdapat dalam pelaksanaan program
KB, yaitu para kader KB mendapatkan gaji jika mereka dapat
mengajak warga untuk menjadi akseptor KB. Namun, mereka harus
mengantarkan dalam pemasangan alat kontrasepsi dan memantau
dalam 3 hari berturut-turut setelah pemasangan.67
Dana tersebut diperoleh dari APBD Kota Jambi. Sedangkan untuk
alat kontrasepsi ditanggung oleh APBN. Sumber daya lain adalah sumber
daya waktu adalah sumber daya terkait ketepatan waktu. Dalam hal ini
subjek yang diteliti adalah para petugas pelaksana program KB. Fakta
66
Wawancara Titin, Selaku Pegawai Puskesmas pada Tanggal 16 Juni 2017 67
Wawancara Mey Novitasari, Selaku Pegawai Puskesmas Pada Tanggal 21 Juni 2017
57
dilapangan ditemukan bahwa waktu pelaksanaan program KB adalah
pertemuan rutin 3 bulan sekali oleh PLKB dan Kader IMP, untuk kegiatan
yang lainnya tidak dilakukan menggunakan jadwal tertentu.68
Mereka
bekerja apabila mendapatkan akseptor dan apabila akseptor kurang dari
target saja.
3. Komunikasi antar Petugas KB
Selanjutnya yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu
kebijakan adalah komunikasi. Implementasi yang efektif terjadi apabila
para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka
kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan
bila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan
dan peraturan implementasi harus dikomunikasikan kepada setiap bagian
agar para implementor konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan
yang akan diterapkan dalam masyarakat.
Sehubungan dengan implementasi program KB yang merupakan
kebijakan yang bersifat top down, maka perlu adanya koordinasi dan
komunikasi yang efektif antar agen pelaksana terkait baik mulai dari
implementor kebijakan sampai dengan level bawahnya. Munculnya sebuah
kebijakan baru, seorang implementor perlu untuk mengkoordinasikan
kebijakan kepada anggota di level bawahnya.
Hasil wawancara dengan Mey Novitasari, selaku pegawai puskesmas
setempat mengatakan:
68
Observasi, 21 Juni 2017
58
Agen pelaksana selama ini sudah berkomunikasi secara aktif. Agen
pelaksanaan dari Kota Jambi, Kecamatan Telanaipura, Kader
Kelurahan Penyengat Rendah, serta RW yang mempunyai masing-
masing tugas yang sangat penting dalam praktik pelaksanaannya.
Dalam praktik pelaksanaan program KB, Bentuk koordinasi
dilakukan secara bertahap.69
Dengan adanya penyampaian informasi yang jelas,
pengkomunikasian yang tepat, dan pembagian pekerjaan kepada para
bawahan oleh implementor maka setiap petugas akan mengerjakan
pekerjaannya sesuai dengan wewenang yang diterima. Mengingat
program KB merupakan suatu program yang bersifat top down, maka
banyak melibatkan agen pelaksana terkait demi melancarkan sebuah
program tersebut. Dengan banyaknya agen pelaksana yang terlibat dalam
pelaksanaan program KB tentunya proses koordinasi harus sangat
diperlukan. Koordinasi dalam pelaksanaan program KB adalah sebuah
bentuk kerja sama agen pelaksana yang terlibat. Keterlibatan agen
pelaksana tersebut yang pada akhirnya akan melancarkan pelaksanaan
program KB di Kelurahan Penyengat Rendah.
4. Karakteristik Agen Pelaksana
Keberhasilan yang dapat dicapai dalam menjalankan sebuah
kebijakan tidak lepas dari karakteristik yang dimiliki oleh badan pelaksana
kebijakan. Badan pelaksana disini dapat meliputi organisasi formal dan
organisasi informal.
Hasil wawancara dengan Dewi Mulia, selaku pegawai puskesmas
setempat mengatakan: “Sehubungan dengan ini, pelaksanaan program KB
69
Wawancara Mey Novitasari, Selaku Pegawai Puskesmas pada Tanggal 21 Juni 2017
59
melibatkan beberapa agen pelaksana dari provinsi, Kota Jambi dan
kelurahan yang bertanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan
program ini.”70
Petugas pelaksana pelaksanaan program KB berasal dari Bidang
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Di bawah bidang tersebut
juga dibentuk sub bidang Keluarga Berencana. Tugas pokok yang
dilaksanakan oleh KB Kota Jambi adalah sosialisasi dan distribusi alat-alat
kontrasepsi. Selain tugas pokok di atas, monitoring, evaluasi, asistensi,
fasilitasi, dan supervisi juga merupakan tugas petugas KB Kota Jambi
dalam pelaksanaan program KB.
Pihak Kecamatan juga berperan dalam pelaksanaan program KB.
Tugasnya adalah meneruskan pelaksanaan program di tingkat kecamatan
dengan membentuk kader kelurahan. Pihak kecamatan juga bertugas untuk
memberikan sosialisasi atau penyuluhan pada kader kelurahan sehingga
mereka dapat melaksanakan tugasnya, yaitu dalam mencari akseptor KB.
Selain itu, pihak kecamatan juga bertugas mengantarkan warga yang
hendak memasang alat kontrasepsi dan memantau selama 3 hari berturut-
turut setelah pemasangan.
5. Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat
Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat merupakan salah satu
indikator pendukung pelaksanaan program KB, mengingat bahwa program
70
Wawancara Dewi Mulia, Selaku Pegawai Puskesmas Pada Tanggal 27 Juni 2017
60
KB adalah sebuah kebijakan yang ditujukan kepada publik sehingga
banyak kondisi sosial, politik dan ekonomi saat pelaksanaannya.
Observasi penulis menemukan bahwa kondisi sosial pada saat
pelaksanaan program KB di Kelurahan Penyengat Rendah adalah
banyaknya warga Kelurahan tersebut yang kurang antusias dengan adanya
program ini.71
Warga kurang memahami atau kurang mempunyai
kesadaran akan pentingnya KB. Beberapa faktor menjadi penyebab
rendahnya antusiasme warga, seperti rendahnya tingkat pendidikan
mereka, terlalu fanatic terhadap agama yang dianut, dan lain sebagainya.
Menurut Neni, salah satu akseptor KB di Kelurahan Penyegat
Rendah mengatakan bahwa: “Saya pendidikan masih rendah dan tidak
mengetahui program KB.”72
Kebijakan pelaksanaan program KB disini adalah Pemerintah Kota
Jambi (Walikota) selalu mendukung dengan menghadiri, memberikan
sambutan, dan memberikan semangatnya kepada warga dan agen
pelaksana pada setiap kegiatan/acara KB untuk memotivasi agen pelaksana
dalam meningkatkan kinerja mereka. Camat dan Lurah juga memberikan
dukungan dengan menyediakan tempat yang digunakan di tiap kegiatan
pelaksanaan program, salah satu contohnya yaitu menyediakan tempat
untuk PLKB yang ditugaskan Bapemas dan KB di tiap kecamatan.
Wawancara dengan Nurbasnelly, SP, Lurah Penyengat Rendah
mengatakan bahwa:
71
Wawancara, 3 Juli 2017 72
Wawancara Neni, Salah Satu Akseptor KB di Kelurahan Penyegat Rendah pada Tanggal 26
Juli 2017
61
Kondisi ekonomi yang terjadi saat pelaksanaan program KB adalah
kemiskinan pada warga sekitar Kelurahan Penyengat Rendah.
Keadaan ini yang menjadikan program KB kurang mendapatkan
respon yang bagus. Warga terlalu memikirkan biaya yang harus
ditanggung saat pemasangan KB. Warga juga lebih memprioritaskan
kebutuhan hidup sehari-hari daripada digunakan untuk ber-KB.73
Bapemas dan KB, dan Pemerintah Kota Jambi sudah memikirkan
apa yang dikhawatirkan warga. Mereka juga sudah membuat solusinya
dengan menggratiskan apabila ada yang ingin mendaftar. Hanya saja
mungkin kesadaran warga mengenai KB yang kurang.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap program Keluarga Berencana
(KB) di Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi dapat dianalisis bahwa
administrasi program yang belum jelas dan tidak tertib. Administrasi yang
tidak jelas nampak dari tidak adanya pedoman standar, tujuan dan sasaran
tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan atau agen
pelaksana KB di kelurahan ini. Administrasi yang tidak tertib juga
menyebabkan informasi mengenai Program Keluarga Berencana (KB)
tidak satu sumber. Misalnya data mengenai banyaknya warga Kelurahan
tersebut yang kurang antusias dengan adanya program ini, namun tidak
ada data/angkanya.
73
Wawancara Nurbasnelly, SP, Lurah Penyengat Rendah pada Tanggal 27 Juni 2017
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan di atas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB)
di Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambidi mana di mana pihak
implementor program KB memiliki tingkat kepatuhan dalam melaksanakan
tugas yang dibebankan dan cukup mematuhi prosedur rutinitas yang
ditetapkan dalam pelaksanaan program KB. Kepatuhan implementor
ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk melaksanakan tugas dan fungsi
yang diberikan dalam upaya mewujudkan tujuan dan sasaran pelaksanaan
program KB yang ditetapkan.
Kebijakan pemerintah terhadap program Keluarga Berencana (KB) di
Kelurahan Penyengat Rendah Kota Jambi dengan upaya pelaksanaan tugas
dan fungsi yang dilakukan untuk merealisasikan tujuan dan sasaran dengan
melakukan sosialisasi dan pendidikan keluarga agar memiliki anak yang
berkualitas.
Evaluasi keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) di Kelurahan
Penyengat Rendah Kota Jambi memperlihatkan masih kurangnya sosialiasasi
dalam pelaksanaan Program KB secara jelas dan menyeluruh, kemudian
terbatasnya sumber Daya Manusia (SDM) menyebabkan lambatnya proses
pendistribusian alat kontrasepsi berupa pil KB ke beberapa daerah terpencil.
63
B. Saran-Saran
Dari hasil pemaparan mengenai Implementasi program KB di
Kelurahan Penyengat Rendah, maka saran yang dapat disampaikan oleh
peneliti guna perbaikan pelaksanaan program KB adalah sebagai berikut:
Pelaksanaan program KB harus berdasarkan pedoman pelaksanaan,
sehingga agen pelaksana tidak menjalankan program berdasarkan
intrepretasinya masing-masing. Komunikasi dan koordinasi antar agen
pelaksana dan warga juga harus ditingkatkan, dengan cara sosialisasi sehingga
warga benar-benar paham mengenai KB.
Petugas pelaksana program KB harus sesuai dengan kebutuhan, baik itu
jumlah maupun kemampuannya. Oleh karena itu, kader IMP harus dipilih
sesuai dengan kemampuannya, karena pelaksanaan program KB tidak
mempunyai pedoman. Pelaksanaan hanya bergantung dengan intrepetasi
masing-masing petugas.
Dukungan untuk program KB sangat diperlukan, karena dukungan akan
memotivasi agen pelaksana untuk lebih meningkatkan kinerja mereka.
Pemerintah Daerah lebih menunjukan komitmennya dengan penyediaan
dukungan pembiayaan untuk kegiatan operasional dan kegiatan pelayanan KB
dan KR. Seperti meningkatkan alokasi anggaran untuk agar dapat
menyelenggarakan kegiatan yang berperan penting di masyarakat untuk
peningkatan peran serta pria dalam KB.
64
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Al-Quran dan Terjemahnya.
Anonim, Kurikulum dan Modul: Pelatihan Bidang Poskesmas dalam
Pengembagan Desa Siaga, Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2007.
Al-Imam Muhammad ibn Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari. Al-Makhtab Al-
Syamilah tt, Edisi II.
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. ke-5,
Bandung: Alfabeta, 2013.
Fakultas Syariah UIN STS Jambi (ed.), Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi).
Jambi: Syariah Press, 2014.
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Jakarta:
Rajawali Pers, 2009.
Linda Ewles & Ina Simnett, Promosi Kesehatan: Petunjuk Praktis. Yogyakarta:
Gadjah Madha University Press, 1994.
Matthew B. Miles and A. Michael Huberman, Qualitative Data Analisys. London:
Beverly Hills, 2009.
Riant Nugroho, Kebijakan Publik di Negara-Negara Berkembang. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2014.
Sahya Anggara, Kebijakan Publik Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Saparinah Sadli, Mutu Pelayanan Keluarga Berencana di Indonesia. Jurnal
dikutip tanggal 14 Februari 2017.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014.
William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Alih Bahasa: Samodra
Wibawa, dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003.
Yudho Purwoko, Memecahkan Masalah Remaja. Bandung: Nuansa Cendekia,
2001.
65
B. Lain-Lain
Niniek Lely Pratiwi dan Heri Basuki, Health Seeking Behavior dan Aksesibilitas
Pelayanan Keluarga Berencana di Indonesia Jurnal: Naskah Layak
Terbit 29 Januari 2014.
Nung Ati Nurhayati & Agnes Widanti, Ketentuan tentang Keluarga Berencana
dan Asas Nondiskriminasi Dikaitkan dengan Hak Reproduksi Perempuan
Jurnal: Ilmu Keperawatan Vol. I No. 1 September 2013.
Suandi, Hubungan antara Karakteristik Rumah Tangga dengan Partisipasi dalam
Keluarga Berencana di Provinsi Jambi. Fakultas Pertanian Universitas
Jambi:Analisis data SDKI 2007.
66
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. N A M A : ARPIN RITONGA
3. FAKULTAS : Syari’ah
4. PROGRAM STUDI : Ilmu Pemerintahan/Perencanan Pembangunan
5. JENIS KELAMIN : Laki-laki
6. TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR : SIGUGA 07-09-1994
7. AGAMA : Islam
9. KEWARGANEGARAAN : Indinesia
11. ALAMAT : Tlp. : 085342836828
12. JUMLAH SAUDARA KANDUN : Dua belas (12) Bersaudara
ANAK KE : Dua (I0)
13. KEGEMARAN / HOBBY : Olahraga/Badmiton/Bola
14. ASAL SEKOLAH : MADRASYAH ALIYAH
SDN/MI : Desa Negeri SIGUGA,Kc.dolok sigompulon
SMPN/MTS : MTS,PON-PES PARMERAAN
SMAN/MAN : MAN, ALIYAH PON-PES
SARJANA (S1) : UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
15. ORANG TUA / AYAH : BAHARI RITONGA
IBU : SITI BANIA HASIBUAN
PEKERJAAN : Tani
PENDIDIKAN TERAKHIR : Taman SD