kebijakan pemerintah provinsi dki jakarta atas …

90
KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS PENGHENTIAN PROYEK REKLAMASI PANTAI UTARA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : MOHAMMAD RIFQI AZIZ NIM: 11140450000084 PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS

PENGHENTIAN PROYEK REKLAMASI PANTAI UTARA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

MOHAMMAD RIFQI AZIZ

NIM: 11140450000084

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

i

KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS

PENGHENTIAN PROYEK REKLAMASI PANTAI UTARA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

MOHAMMAD RIFQI AZIZ

11140450000084

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Dr. H. Rumadi, M. Ag.

NIP: 19690304 199703 1 001 002

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H/2019M

Page 3: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

Scanned by CamScanner

Page 4: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

Scanned by CamScanner

Page 5: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

iv

ABSTRAK

MOHAMMAD RIFQI AZIZ, NIM: 11140450000084, Kebijakan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Atas Penghentian Proyek Reklamasi Pantai

Utara, Program Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2019.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bertanggung jawab dalam

proyek Reklamasi Pantai Utara memutuskan untuk menghentikan

pembangunan proyek Reklamasi dengan mencabut 13 izin pulau dari total 17

pulau yang rencananya akan dibangun. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui landasan hukum serta implementasi dan implikasi dari langkah

Pemprov DKI dalam melanjutkan pembangunan 4 pulau reklamasi yang tidak

dicabut izinnya.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan hukum

normatif yang mengkaji hukum tertulis dari aspek teori, sejarah, filosofi,

perbandingan, struktur dan komposisi. Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data primer berupa dokumen resmi seperti Kepres, Pergub, Perda,

maupun hasil wawancara dan data sekunder berupa studi pustaka dan, jurnal,

dan berita online yang tulisannya dianggap peneliti berkenan dengan

permasalahan yang sedang diteliti.

Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi atas kebijakan

Pemprov DKI Jakarta dalam menghentikan proyek reklamasi Pantai Utara

adalah dengan mencabut 13 izin pelaksanaan pulau reklamasi dari total 17

pulau reklamasi yang rencananya akan dibangun. Implikasi atas kebijakan

tersebut, Pemprov DKI menerbitkan Peraturan Gubernur berupa pembentukan

Badan Koordinasi dan Pengelolaan Pantura, kemudian mencabut Raperda

RZWP3K dan Raperda Rencana Tata Ruang Kawasan Pantai Utara yang

rencananya akan dibahas oleh DPRD. Atas kebijakan tersebut, 4 pengembang

yang dicabut izinnya merasa tidak puas dan mengajukan gugatan ke PTUN

Jakarta.

Kata Kunci: Kebijakan Publik, Reklamasi, Pantura, Teluk Jakarta,

Anies Baswedan

Pembimbing: Dr. Rumadi, M. Ag

Daftar Pustaka: Tahun 1994 sampai Tahun 2018

Page 6: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang

telah memberikan kasih dan sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi pada tingkat Universitas.

Shalawat teriring salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman keilmuan seperti sekarang ini. Dan

tak lupa kepada keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang selalu mengamalkan

sunnahnya hingga akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI

JAKARTA ATAS PENGHENTIAN PROYEK REKLAMASI PANTAI

UTARA” merupakan karya tulis penutup di tingkatan Strata 1 dari semua

pembelajaran yang sudah penulis dapatkan di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta selama ini.

Dalam penulisan skripsi ini, saya sebagai penulis sangat menyadari akan

pentingnya keberadaan orang-orang di sekitar penulis baik itu yang memberi

dukungan secara keilmuan, pemikiran maupun materi serta dukungan lain baik secara

moril maupun spiritual sehingga skrispi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dukungan

mereka sangatlah berarti karena segala halangan dan hambatan yang ada dapat teratasi

dengan mudah dan terarah. Untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang

amat dalam kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, MA., Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Seserta seluruh Civitas Akademik atas bantuannya selama

mengikuti Pendidikan.

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., MA., M.H., Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Isam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta atas segala

motivasi yang telah diberikan kepada mahasiswa.

Page 7: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

vi

3. Ibu Sri Hidayati, M.Ag., Ibu Dr. Masyrofah, S.Ag., M.Si. Ketua Program Studi

dan Sekertaris Program Studi Hukum Tata Negara yang telah banyak meluangkan

waktunya untuk memberikan saran maupun masukan.

4. Bapak Dr. Khamami Zada, MA., dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan dukungan kepada penulis.

5. Bapak Dr. H. Rumadi, M.Ag., dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan

meluangkan waktu serta sumbangsih pemikiran dan arahan yang begitu berarti

bagi penulis.

6. Bapak Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, S.H., M.Ag., dan Bapak Atep Abdurrofiq, M.Si.,

penguji skripsi penulis yang telah memberikan masukan dan catatan dalam proses

penyempurnaan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta yang telah

memberi banyak ilmu pengetahuan bagi penulis.

8. Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan Utama UIN

Jakarta yang selalu ramah dan menyediakan literatur yang sangat membantu untuk

penulis.

9. Kedua Orang Tua dan Keluarga besar penulis yang sangat berjasa dan teristimewa

bagi hidup saya, Ibunda tercinta Suwaibah Prabu dan Ayahanda M Sofwan, yang

selalu menyayangi, mensuport, mendoakan, dan memenuhi segala keperluan

penulis. Semoga Ibu dan Ayah serta keluarga selalu dalam perlindungan Allah

SWT dan semoga segala pengorbanan yang kalian lakukan dibalas dengan hal

yang indah suatu saat nanti. Saya bangga terlahir dikeluarga yang sempurna ini.

10. Bapak Rizka Okie Wibowo, Biro Hukum Setda. Mas Febri, Bappeda. Pak Rama,

Bappeda. Bu Inke, Kabid P4 Bappeda Pemprov DKI Jakarta, serta Kak Ayu Eza

Tiara, LBH Jakarta. Terimakasih atas arahan yang telah banyak membantu dalam

pengerjaan skripsi ini.

11. Keluarga Besar Hukum Tata Negara Angkatan 2014, yang telah menemani dan

berproses bersama dalam menyelesaikan studi di Universitas tercinta ini.

12. Sahabat terbaik Khoiruridho Al-Qeis, Triyono, Riza Mahendra, dan Aris Nur

Hidayat. Terimakasih atas dukungan kalian.

Page 8: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

vi

13. Teman-teman Basecamp Lafourmi 17, Choky, Athfan, Ikwan, Dimas, Pian,

Habib, Akbar, Bombom, Bang Tadlo, Ical, Harun, Dendy, dan seluruh sahabat

grup Tamu VVIP.

14. Teman-teman KKN khususnya Alya, Sita, Fudoh, Bagus, Bayhaqi, Pauziah, dan

Niko.

Karena proses tidak akan menghianati hasil, semuanya bergantung kepada

kekuasaan Allah SWT yang Maha Segalanya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi siapapun yang membacanya dan menjadi amalan baik yang akan dicatat oleh

malaikat sebagai bekal kita di akhirat nanti.

Jakarta, 27 Desember 2019

M. RIFQI AZIZ

Page 9: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PMBIMBING .......................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN SKRIPSI .................................................................. iii

ABSTRAK .............................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 7

C. Pembatasan & Perumusan Masalah ........................................................ 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 8

E. Review Kajian Terdahulu ....................................................................... 10

F. Metode Penelitian ................................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 14

BAB II REKLAMASI PANTAI DI INDONESIA ................................................ 16

A. Reklamasi Pantai ................................................................................... 16

1. Pengertian Reklamasi Pantai ............................................................ 16

2. Tujuan Reklamasi............................................................................. 17

3. Dampak Reklamasi .......................................................................... 18

a) Dampak Positif .......................................................................... 19

b) Dampak Negatif ........................................................................ 20

B. Reklamasi Pantai di Indonesia .............................................................. 21

1. Reklamasi Kawasan Tanjung Carat ................................................. 22

2. Reklamasi Teluk Benoa, Bali ........................................................... 22

Page 10: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

ix

3. Reklamasi Teluk Jakarta .................................................................. 23

BAB III REKLAMASI TELUK JAKARTA ......................................................... 25

A. Gambaran Umum Daerah ..................................................................... 26

1. Daerah Khusus Ibukota Jakarta ........................................................ 26

2. Kawasan Reklamasi Teluk Jakarta ................................................... 28

B. Sejarah Reklamasi Teluk Jakarta .......................................................... 30

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN REKLAMASI PANTAI UTARA

JAKARTA ............................................................................................................... 48

A. Pencabutan Izin Reklamasi Teluk Jakarta ............................................ 48

1. Dasar dan Implementasi .................................................................. 48

B. Implikasi Pencabutan Izin Reklamasi Teluk Jakarta ............................ 61

1. Gugatan Pengembang...................................................................... 61

2. Gugatan Lembaga Swadaya Masyarakat ........................................ 64

C. Masa Depan Reklamasi Teluk Jakarta .................................................. 69

BAB V PENUTUP ................................................................................................... 74

A. Kesimpulan ........................................................................................... 74

B. Rekomendasi ......................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 77

Page 11: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Desakan atas besarnya kebutuhan lahan disertai derasnya arus urbanisasi

untuk kegiatan pembangunan terutama di kawasan perkotaan pada saat ini

mengalami peningkatan sangat pesat. DKI Jakarta merupakan kota yang sangat

potensial bagi masyarakat urban untuk mengadu nasib. Sebagai pusat

pemerintahan sekaligus perekonomian Indonesia, Jakarta juga merupakan

Ibukota dengan pertumbuhan penduduk tinggi yang memiliki luas wilayah

661.5km² dan jumlah penduduk 10.189.959 jiwa. Jumlah penduduk DKI

Jakarta pada 2015 mencapai 10.18 juta jiwa. Kemudian meningkat menjadi

10.28 juta jiwa pada 2017. Artinya dalam 2 tahun terakhir jumlah penduduk di

Ibukota bertambah 269 jiwa setiap hari atau 11 orang per jam.1

Hingga saat ini wilayah pesisir memiliki sumber daya dan manfaat yang

sangat besar bagi kehidupan manusia. Seiring dengan bertambahnya jumlah

penduduk, meluasnya peradaban sosial ekonomi, dan meningkatnya kebutuhan

akan lahan, maka solusi yang muncul adalah masalah penyediaan lahan bagi

aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat setempat.2 Agar mendapatkan lahan,

maka kota-kota besar menengok daerah yang selama ini terlupakan, yaitu pantai

(coastal zone) yang umumnya memiliki kualitas lingkungan hidup rendah.

Penyediaan lahan di wilayah pesisir dilakukan dengan memanfaatkan lahan atau

habitat yang sudah ada, seperti perairan pantai, lahan basah, pantai berlumpur

dan lain sebagainya yang dianggap kurang bernilai secara ekonomi dan

lingkungan sehingga dibentuk menjadi lahan lain yang dapat memberikan

keuntungan secara ekonomi dan lingkungan atau dikenal dengan reklamasi.

Dalam teori perencanaan kota, reklamasi pantai merupakan salah satu langkah

1 Badan Pusat Statistik BPS 2017, Berapa Jumlah Penduduk Jakarta, diakses pada 12

April 2019, dalam https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/01/24/berapa-jumlah-

penduduk-jakarta/

2 Ruchyat Deni Djakapermana, Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan

Kawasan, (Jakarta, Kementrian PU, 2015). h. 1.

Page 12: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

2

pemekaran kota. Ketika kepadatan dan laju pertumbuhan meningkat diiringi

dengan keterbatasan lahan, negara atau kota besar biasanya melakukan

reklamasi untuk memenuhi kebutuhan lahan yang meningkat pesat. Kondisi ini

tidak lagi memungkinkan untuk melakukan pemekaran ke daratan, sehingga

diperlukan daratan baru.

Pantura Jakarta adalah kawasan yang meliputi teluk Jakarta yang terletak di

sebelah utara kota Jakarta, pada umumnya merupakan perairan dangkal yang

memiliki kedalaman rata-rata 15 meter dengan luas sekitar 514 KM². Teluk ini

merupakan muara 13 sungai yang melintasi kawasan metropolitan Jakarta dan

daerah penyangga Bodetabek yang berpenduduk sekitar 20 juta jiwa. Proyek

reklamasi dan revitalisasi yang dikembangkan oleh Pemda DKI terhadap

kawasan itu bermaksud untuk membangun kawasan tersebut menjadi daerah

kawasan aktifitas bisnis dan perekonomian maupun pemukiman elit. Dengan

prakarsa itu juga Pemda DKI dan beberapa perusahaan mitra kerjanya ingin

mengubah predikat Jakarta pada sebutan Water front City. Hal ini akan secara

menyeluruh mengubah daerah tersebut dari keadaannya yang kumuh dan

ditempati oleh masyarakat menengah kebawah kepada kawasan elit yang

menurut Pemda sebagai solusi untuk menekan laju petumbuhan penduduk

sekitar 2,7% per tahun dan untuk mengatasi kesulitan penyediaan ruang untuk

mengatasi perubahan-perubahan tersebut.

Perubahan dan kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini bukan hanya

karena faktor dari alam, lebih dikarenakan oleh ulah dan perilaku manusia untuk

meningkatkan status sosial ekonominya. Kerusakan yang disebabkan oleh

kegiatan manusia berlangsung secara terus menerus dan semakin lama semakin

besar pula dan membahayakan tatanan kehidupan masyarakat. Bebrapa

kerusakan disebabkan upaya peningkatan status ekonomi, antara lain

dikarenakan faktor kemiskinan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.

Pembangunan sebagai salah satu proses perubahan untuk meningkatkan taraf

hidup manusia tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan sumber daya alam.

Page 13: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

3

Dalam aktivitas ini sering dilakukan perubahan-perubahan yang dilakukan

tentunya akan memberi pengaruh pada lingkungan hidup.

Maka dari itu, pelaksanaan reklamasi wajib mempertimbangkan berapa hal

agar menjaga keseimbangan ekosistem dan menjadi titik utama pembangunan

berkelanjutan. Selain dampak positif pelaksanaan reklamasi, beberapa dampak

negatif yang patut diperhitungkan secara hati-hati. Beberapa dampak positif

kegiatan reklamasi antara lain terjadinya peningkatan kualitas dan nilai

ekonomi kawasan Pesisir, mengurangi lahan yang dianggap kurang produktif,

penambahan wilayah, perlindungan pantai dari erosi, penyerapan tenaga kerja

dan lain-lain. Dampak negatifnya adalah mengubah bentuk geografis wilayah

tersebut, perubahan hidro-oseanografi sedimentasi, perubahan permukaan air

laut, musnahnya tempat hidup hewan dan biota laut dalam jumlah besar, dan

pencemaran laut akibat kegiatan di area reklamasi.

Awal munculnya ide untuk melaksanakan reklamasi di Pesisir Teluk Jakarta

tersebut berawal dari presiden Indonesia ke-2, Soeharto. Tahun 1995 Presiden

Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden No. 52 mengenai reklamasi Teluk

Jakarta. Keppres mengatur bahwa Gubernur DKI Jakarta adalah pihak

berwenang untuk reklamasi. Pada saat itu reklamasi teluk Jakarta dimaksudkan

untuk menambah ruang pembangunan Jakarta, karena dengan kepadatan

penduduk yang tinggi kota Jakarta sudah tidak mungkin diperluas (daratan).

Selain itu, alasan reklamasi ini pada tahun 1995 bertujuan untuk mencegah

pengikisan daratan Jakarta oleh air laut, serta membangun beberapa fasilitas

kota lainnya. Tak hanya itu, reklamasi pantai utara Jakarta bertujuan untuk

menata kembali Pantai Utara Jawa (Pantura) dengan membangun kawasan

pantai dan menjadikan Jakarta sebagai kota pantai (Waterfront City).3

Manifestasi pelaksanaan reklamasi dapat dilihat dalam izin pelaksanaan

reklamasi pulau D, yang dikeluarkan pada Agustus 2010, disebutkan beberapa

3 Ruchyat Deni Djakapermana, Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan

Kawasan, (Jakarta, Kementrian PU, 2015). h. 1

Page 14: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

4

dasar hukum, antara lain Keppres No.52/1995 tentang Reklamasi Pantai Utara

Jakarta, Perpres No.54/2008 tentang Penataan Ruang Jabodetabekpunjur, Perda

No.1/2012 tentang RTRW 2010-2030, Peraturan Gubernur No.121/2012

tentang Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Pada tanggal

20 Mei 2012, Pemprov DKI Jakarta diwakili oleh Asisten Pembangunan dan

Lingkungan Hidup, Wiriyatmoko menandatangani adendum Perjanjian Kerja

Sama dengan PT Kapuk Naga Indah, dimana ada perizinan Pulau C, D dan E

digabung menjadi satu, kemudian Pemprov DKI menerbitkan izin pelaksanaan

reklamasi pulau G pada Desember 2014. Pada tanggal 21 Mei 2012, Gubernur

DKI Jakarta saat itu Fauzi Bowo menerbitkan Peraturan Gubernur No.121/2012

mengenai Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Untuk

pertama kalinya Pemda DKI Jakarta mengungkap bahwa akan ada 17 Pulau A

sampai Pulau Q dengan total wilayah 5.155 hektar. Pergub memproyeksikan

akan ada 750.000 penduduk baru di ke-17 pulau baru. Kemudian pada tanggal

21 September 2012, Fauzi Bowo menerbitkan izin prinsip untuk Pulau F, G, I,

dan Pulau K.

Reklamasi pantai di Pesisir Teluk Jakarta berlangsung sampai tahun 2017

dan telah berdampak negatif langsung terhadap nelayan yang wilayah usahanya

pada laut dangkal di dusun Muara Agke. Dampak yang dirasakan oleh nelayan

laut dangkal dari kegiatan reklamasi adalah perikanan payang, dogol, bubu, dan

gillnet serta budidaya kerrang hijau. Luas daerah penangkapan dan budidaya

kerang hijau akan terdampak langsung dari kegiatan reklamasi mencapai

1.527,34 hektar. Semakin jauhnya wilayah tangkapan, terumbu karang

tersedimentasi oleh lumpur, dan usaha menagkap ikan dengan bubu tidak dapat

dilakukan lagi. Akibat dari hal tersebut menurunkan hasil tangkap nelayan yang

akhirnya berdampak terhadap kesejahteraan nelayan.

Wahana Lingkungan Lidup (WALHI) dan beberapa komunitas lingkungan

Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta yang terdiri dari berbagai organisasi akar

rumput, lingkungan, advokasi hukum, para pakar, dan jurnalis menolak dengan

keras reklamasi pantai di Pesisir Teluk Jakarta, karena dampak yang

Page 15: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

5

diakibatkan sangat luas salah satunya rusaknya ekosistem di pesisir. Walhi

menolak adanya reklamasi di Teluk Jakarta, sebab dampak yang dirasakan

sangat luas bukan hanya ekosistem laut yang rusak perbukitan pun akan ikut

rusak karena digunakan untuk penimbunan.4 Pada bulan September 2015,

Koalisi Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menggugat Pemda DKI Jakarta

karena telah menerbitkan izin untuk pulau G untuk Pluit City di Pengadilan Tata

Usaha Negara (PTUN). Nelayan mengatakan reklamasi telah mengancam

wilayah mereka mencari nafkah sehingga mereka harus berlayar lebih jauh.

Beberapa nelayan juga bersaksi telah melihat lumpur mengambang di sekitar

wilayah pembangunan pulau G.

Walhi juga mendesak pemerintah agar memperbaiki kondisi lingkungan dan

ekosistem perairan pesisisr teluk Jakarta dengan membenahi tata kelola air dan

13 sungai dari limbah padat dan cair secara bertahap termasuk menghentikan

swastanisasi pengelolaan air Jakarta dengan memperhatikan kebutuhan dan

dampak spesifik yang dialami masyarakat. Akibat pembangunan proyek

reklamasi, tempat tinggal yang sudah dihuni bertahun-tahun terpaksa harus

ditinggal karena akan digunakan sebagai lahan proyek. Mereka meski sebagian

bukan penduduk asli, tetapi telah mendiami wilayah ini lebih dari 20 tahun

lebih, sehingga dapat disebut sebagai penduduk lokal.5

Kemudian di tanggal 13 bulan Juni 2018, sembilan bulan pasca pelantikan

Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, Gubernur Jakarta Anies Baswedan

telah menandatangani Peraturan Gubernur (Pergub) tentang pengelolaan

reklamasi. Pergub itu adalah Pergub 58 Tahun 2018 tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi dan Pengelolaan Reklamasi Pantai

Utara Jakarta. Pergub ini ditetapkan pada 4 Juni 2018, secara resmi Pemprov

DKI Jakarta membentuk Badan Koordinasi dan Pengelolaan Reklamasi (BKP)

4 Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta: Menolak Reklamasi, Siaran Pers Bersama, diakses

pada 12 April 2019, dalam https://walhi.or.id/koalisi-selamatkan-teluk-jakarta-konsisten-tolak-

reklamasi/

5 Koalisi Pakar Interdisiplin, Makalah Kebijakan Selamatkan Teluk Jakarta, (Jakarta,

Rujak Center for Urban Studies, 2017). hlm. 12

Page 16: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

6

Pantai Utara Jakarta. Didalam Pasal 3, BKP adalah Lembaga ad hoc yang

melaksanakan pengelolaan reklamasi.

Pada tanggal 26 September 2018, Gubernur DKI Jakarta secara resmi

menghentikan Reklamasi Teluk Jakarta dan mencabut izin 13 pulau reklamasi.

Langkah pencabutan izin diambil lantaran ada kewajiban-kewajiban yang tidak

dilakukan oleh pihak pengembang. Tiga belas pulau reklamasi yang dicabut

izinnya adalah Pulau A, B, dan E, yang dipegang izinnya oleh PT Kapuk Naga

Indah; Pulau H oleh PT Taman Harapan Indah; Pulau I, J, K, dan L oleh PT

Pembangunan Jaya Ancol; Pulau I, oleh PT Jaladri Kartika Pakci; Pulau M, dan

L, oleh PT Mandala Kridha Yudha; Pulau O, dan F, oleh PT Jakarta

Propertindo; Pulau P dan Q oleh PT KEK Marunda Jakarta. Sedangkan Pulau

C dan D yang dipegang izinnya oleh PT Kapuk Naga Indah; Pulau G oleh PT

Muara Wisesa Samudra; dan pulau N oleh PT Pelindo II, tidak dicabut izinnya

lantara pulaunya sudah dibangun.6

Namun pada kenyataannya, meski secara hukum proyek reklamasi teluk

Jakarta telah dihentikan, namun pembangunan empat pulau masih diberikan

izin pembangunan termasuk berbagai fasilitas dan infrastruktur di Pulau D,

seperti jembatan penyebrangan dan foodcourt yang beroprasi sejak 23

Desember 2018.7 Padahal Pemprov DKI Jakarta belum memiliki Perda tentang

Rencana Zonasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil

(RZWP3K) sebagai dasar hokum pengelolaan pesisir dan pulau pulau kecil di

Jakarta. Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan (KIARA) melihat Gubernur

DKI Jakarta Anies Baswedan tidak serius dalam menghentikan proyek

reklamasi di Teluk Jakarta dan tidak berpihak pada nelayan setempat, dan

meminta Pemprov DKI mengakhiri proyek apapun diatas Pulau Reklamasi

6 Reklamasi 13 Pulau di Teluk Jakarta dibatalkan Gubernur Anies Baswedan, Ini Yang

Perlu Anda Ketahui, diakses tanggal 26 Februari 2019, dalam

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45662194/

7 Fadel Prayoga, Cek Aktivitas Bisnis di Pulau Reklamasi, Anies: Kalau Melanggar Kita

Beri Sanksi, diakses tanggal 26 Februati 2019 dalam

https://news.okezone.com/read/2019/01/24/338/2008579/cek-aktivitas-bisnis-di-pulau-reklamasi-

anies-kalau-melanggar-kita-beri-sanksi/

Page 17: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

7

Teluk Jakarta demi kehidupan ribuan nelayan dan segera mengesahkan Perda

RZWP3K.

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas penulis tertarik untuk

mengkaji dengan judul skripsi “Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta atas Penghentian Proyek Reklamasi Pantai Utara”.

B. Identifikasi Masalah

Jika diamati oleh bersama, kebijakan penghentian reklamasi teluk Jakarta

menyisakan beberapa persoalan dan pertanyaan. Kebijakan penghentian pulau

reklamasi teluk Jakarta dirasa tidak menjadikan keseimbangan sebagai titik

utama dalam pembangunan berkelanjutan kebijakan pemerintah pusat dan

pemerintah provinsi DKI Jakarta dimasa yang akan datang. Persoalan

problematik yang menjadi polemik dengan diberhentikannya proyek

pembangunan reklamasi tidak sepenuhnya terselesaikan, seperti permasalahan

lingkungan pantai utara, sosial, dan masyarakat pesisir Jakarta, seperti :

1. Tidak dijadikannya persoalan lingkungan dan sosial masyarakat pesisir

Jakarta sebagai tujuan utama penghentian reklamasi teluk Jakarta, sehingga

dirasa pengehetian proyek reklamasi tergesa-gesa dan mengabaikan

persoalan utama proyek reklamasi.

2. Penyegelan pulau dan penghentian proyek reklamasi tidak disertai

pemberhentian pembangunan di pulau D serta aktifitas didalamnya.

3. Pemberhentian proyek reklamasi teluk Jakarta tidak secara tegas

menjelaskan pencabutan izin pulau C, D, G, dan N dicabut dan tidak

menjelaskan kelanjutan pembangunan pulau yang terlanjur dibangun.

4. Pemprov DKI Jakarta belum memiliki perda tentang Zonasi Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (RZWP3K) sebagai dasar hukum

pengelolaan wilayah pesisir teluk Jakarta.

5. Kebijakan penghentian pulau reklamasi belum menjawab permasalahan

tentang pemulihan kembali ekosistem dan pencemaran lingkungan akibat

dari pembangunan pulau baru reklamasi.

Page 18: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sesuai dengan Keputusan Presiden No 52 mengenai reklamasi Teluk

Jakarta, bahwa Gubernur DKI Jakarta adalah pihak berwenang dalam mengatur

pelaksanaan maupun peruntukan Reklamasi Teluk Jakarta. Pada tahun 2017

Pemprov DKI secara resmi menghentikan proyek Reklamasi Teluk Jakarta dan

mencabut izin 13 Pulau Reklamasi dari total 17 pulau yang akan dibangun, sisa

empat pulau yang izinnya tidak dicabut lantaran pulau sudah terlanjur dibangun.

Berdasarkan hasil temuan masyarakat pesisir dan komunitas lingkungan, masih

ditemukan aktivitas pembangunan bahkan aktivitas bisnis diatas proyek yang

belum terbit izin peruntukannya. Agar permasalahan ini tidak melebar pada

kasus-kasus yang lain dalam penelitian ini penulis membatasi dan terfokus pada

empat pulau yang pembangunannya dilanjutkan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses implementasi kebijakan penghentian Proyek

Reklamasi Teluk Jakarta?

2. Bagaimana implikasi kebijakan penghentian Proyek Reklamasi Teluk

Jakarta?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan diatas. Maka

penelitian ini bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui proses kebijakan penghentian Pulau Reklamasi

Teluk Jakarta

b. Untuk mengetahui implementasi & implikasi kebijakan penghentian

Proyek Reklamasi Teluk Jakarta

Page 19: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

9

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah sebagai

berikut :

1) Sebagai acuan untuk menjawab dan mengetahui bagaimana proses

kebijakan penghentian Pulau Reklamasi Teluk Jakarta, serta

implementasi kebijakan penghentian Pulau Reklamasi Teluk Jakarta

2) Penelitian ini diharapkan mampu dijadikan masukan dan bahan

pertimbangan pemerintah dalam memutuskan suatu kebijakan di masa

yang akan datang, serta sebagai refrensi bagi penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan kebijakan Reklamasi Teluk Jakarta.

3) Menjadi referensi bagi perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan

Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4) Sebagai bahan penelitian lanjutan bagi peneliti ataupun mahasiswa yang

ingin meneliti lebih jauh mengenai permasalahan tersebut.

E. Review Kajian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang mambahas dan mengkaji tentang Reklamasi

Teluk Jakarta, diantaranya adalah Muhammad Rifqi Iqsobayadinur S,H yang

menulis tentang “Kebijakan Basuki Tjahja Purnama Tentang Reklamasi Teluk

Jakarta Dalam Pespektif Siyasah” hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa

kebijakan Basuki Tjahja Purnama tentang reklamasi teluk Jakarta memberikan

dampak secara langsung yang meliputi dampak politik, ekonomi, dan

lingkungan yang dialami oleh masyarakat kampung Muara Angke terutama

yang berprofesi sebagai nelayan. Dalam tinjauan politik Islam, Basuki Tjahja

Purnama sebagai Gubernur DKI dinilai belum dapat sepenuhnya memenuhi

konsep hak dan kewajiban sebagai seorang pemimpin karena belum sepenuhnya

mencerminkan sikap adil dan pemerintah tidak melalui musyawarah secara

mufakat yang dilakukan oleh masyarakat.8 Dari karya yang ditulis oleh Rifqi

8 Iqsobayadinur, Rifqi. “Kebijakan Basuki Tjahja Purnama Tentang Reklamasi Teluk Jakarta

Dalam Perspektif Siyasah.” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016.) h. 94

Page 20: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

10

Iqsobayadinur S,H ini menjelaskan tentang dampak kebijakan Basuki Tjahja

Purnama tentang Reklamasi Teluk Jakarta dalam perspektif hukum Islam.

Dalam tulisan Hesti Seftia Wulandari yang berjudul “Analisis Kebijakan

Penghentian Reklamasi di Pesisir Teluk Lampung”, ia menyimpulkan dalam

tulisannya bahwa kebijakan reklamasi pantai di Pesisir Teluk Lampung

mengalami penolakan dari masyarakat sekitar pantai. Masyarakat sekitar pantai

menolak dengan kebijakan reklamasi tersebut karena bagi mereka kebijakan

reklamasi pantai tersebut berdampak negatif langsung bagi masyarakat yang

bermata pencaharian sebagai nelayan. Bukan hanya masyarakat yang bermata

pencaharian sebagai nelayan saja namun masyarakat sekitar pantai juga merasa

terganggu karena banyaknya debu yang mengganggu pernafasan mereka

dampak dari pengkerjaan reklamasi pantai di Pesisir Teluk Lampung.9 Dalam

penelitian ini penulis membahas mengenai kebijakan penghentian Reklamasi di

Teluk Lampung dan faktor faktor yang mempengaruhi kebijakan penghentian

reklamasi di Teluk Lampung. Hal inilah yang akan membedakan karya ilmiah

yang akan ditulis penulis.

Dalam tulisan Ibnu Mustaqim yang berjudul “Dampak Reklamasi Pantai

Utara Jakarta Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat (Tinjauan

Sosiologis Masyarakat di Sekitaran Pelabuhan Muara Angke, Kelurahan Pluit,

Jakarta Utara)” dalam tulisannya ia menyimpulkan bahwa reklamasi pantai

memberikan dampak pada pola kegiatan sosial, budaya dan ekonomi maupun

habitat ruang perairan masyarakat sebelum direklamasi. Perubahan yang terjadi

harus menyesuaikan peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan,

selanjutnya berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis lapangan kerja baru

dan bentuk keragaman usaha baru yang ditawarkan. Pembangunan pelabuhan

Muara Angke telah menambah keragaman jenis mata pencaharian lain diluar

perikanan (non perikanan), seperti menjadi tukang ojek odong-odong, ojek

9 Hesti Seftia Wulandari, “Analisis Kebijakan Penghentian Reklamasi di Pesisir Teluk

Lampung.” (Skripsi S1, diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas

Lampung, 2017.) h. 82

Page 21: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

11

motor atau sepeda, becak dan membuka warung kelontong.10 Dalam penelitian

ini penulis membahas bagaimana dampak pembangunan pelabuhan Muara

Angke terhadap perubahan sosial-ekonomi masyarakat perkampungan nelayan

Muara Angke.

Dari berbagai tulisan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini

berbeda dengan beberapa tulisan tersebut. Hal tersebut dikarenakan penelitian

ini lebih memfokuskan kepada proses dan implementasi kebijakan penghentian

pulau Reklamasi Teluk Jakarta.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Menurut

Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian

yang menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis, atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong,2002). Dalam

penelitian kualitatif perlu menekankan pada pentingnya kedekatan dengan

orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman

jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata (Patton dalam

Poerwandari, 1998).

2. Pendekatan Penelitian

Menurut Hillway penelitian adalah suatu studi yang dilakukan

seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu

masalah, sehingga di peroleh pemecahan yang tepat dalam masalah tersebut.

Menurut Whitney disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja

menyelidik harus pula dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu

yang lama. Dengan demikian, penelitia metupakan metode untuk

menemukan kebenaran, sehingga peneliti juga merupakan suatu metode

10 Ibnu Mustaqim, “Dampak Reklamasi Pantai Utara Jakarta Terhadap Perubahan Sosial

Ekonomi Masyarakat (Tinjauan Sosiologis Masyarakat di Sekitaran Pelabuhan Muara Angke,

Kelurahan Pluit, Jakarta Utara).” (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.) h. 85

Page 22: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

12

berfikir secara kritis. Sedangkan menutur Parsons penelitian adalah

pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian

ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan. 11

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif dengan pendekatan penelitian hukum normatif yang mengkaji

hukum tertulis dari aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan

komposisi, lingkup dan materi, penjelasan umum dari pasal per pasal,

formalitas dan kekuatan mengikat suatu undang-undang tetapi tidak

mengikat aspek terapan atau implementasinya. Peneliti dalam hal ini harus

mengumpulkan data berupa produk-produk hukum berupa Pergub, Kepres,

maupun Perda, dan melakukan wawancara kepada pemangku kebijakan di

lingkungan Pemprov DKI Jakarta.

3. Sumber Data dan Jenis Data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

langsung dari lapangan atau data yang diperoleh berupa dokumen-

dokumen resmi sepetri Pergub, Kepres, maupun Perda. Data lainnya

dapat melalui pengamatan langsung maupun hasil wawancara kepada

informan seperti Gubernur DKI Jakarta, atau pejabat dinas terkait

berdasarkan pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

melalui studi perpustakaan, perundang-undangan, buku-buku literatur,

dokumen, jurnal, berita online, dan tulisan yang dianggap peneliti

berkenan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

11 Moh. Nazir, Metode Penelitian “, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h.12-13

Page 23: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

13

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data dengan dua cara yaitu melalui data pustaka

atau pengumpulan data dari berbagai literatur seperti buku – buku ilmiah,

buku, majalah, jurnal, artikel dan bacaan lainnya yang berkaitan dengan

proses penghentian Reklamasi Teluk Jakarta. Selain itu, penelitian ini juga

memungkinkan penulis melakukan wawancara dengan stakeholders

maupun lembaga-lembaga yang terkait yairu, Pemprov DKI, Lembaga

Swadaya Masyarakat atau Komunitas Masyarakat.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan cara menganalisis, bagaimana memanfaatkan

data yang telah terkumpul untuk digunakan dalam pemecahan penelitian.12

Penyususn menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu usaha untuk

mengumpulkan data kemudian menganalisis data tersebut.

Data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan menggunakan metode

deduktif yaitu cara berfikir berangkat dari teori atau kaidah hukum yang

ada. Metode ini digunakan untuk menganalisis proses penghentian proyek

Reklamasi serta implementasi kebijakan penghentian reklamasi.

12 Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rienaka Cipta,1996), h. 124

Page 24: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

14

G. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini dapat dipahami, maka skripsi ini disusun secara

sistematis, berikut uraian yang terbagi dalam beberapa Bab, masing masing

Bab terdiri dari Sub Bab. Sistematika yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

Bab I

Bab II

Bab III

PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan yang

meliputi tentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah,

Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Review Kajian Terdahulu, Metode

Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

REKLAMASI PANTAI DI INDONESIA. Bab ini membahas

tentang Reklamasi Pantai, dan Reklamasi Pantai di Indonesia.

REKLAMASI TELUK JAKARTA. Bab ini menjelaskan

tentang Gambaran Umum Daerah dan Sejarah Reklamasi Teluk

Jakarta sejak ide pembangunan reklamasi muncul sampai

dihentikannya proyek reklamasi.

Page 25: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

15

Bab IV

Bab V

ANALISIS KEBIJAKAN REKLAMASI PANTAI UTARA

JAKARTA. Bab ini membahas tentang pencabutan izin

Reklamasi Teluk Jakarta, Implikasi Pencabutan Izin Reklamasi

Teluk Jakarta, dan Masa Depan Reklamasi Teluk Jakarta.

PENUTUP. Dalam bab ini disampaikan kesimpulan sebagai

jawaban dari rumusan masalah pada bab pertama skripsi ini

serta rekomendasi dari penulis.

Page 26: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

16

BAB II

REKLAMASI PANTAI DI INDONESIA

A. Reklamasi Pantai

Indonesia sebagai negara maritim mempunyai garis pantai terpanjang

keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia dengan panjang

garis pantai mencapai 95.181 km. Wilayah Laut dan pesisir Indonesia mencapai

¾ wilayah Indonesia (5,8 juta km2 dari 7.827.087 km2).1 Hingga saat ini

wilayan pesisir memiliki sumberdaya dan manfaat yang sangat besar bagi

kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan peradaban dan kegiatan

sosial ekonominya, manusia memanfaatkan wilayah pesisir untuk berbagai

kepentingan. Agar mendapatkan lahan, maka kota-kota besar menengok daerah

yang selama ini terlupakan, yaitu pantai (coastal zone) yang umumnya memiliki

kualitas lingkungan hidup rendah. Fenomena ini bukan saja dialami di

Indonesia, tapi juga dialami negara-negara maju, sehingga daerah pantai

menjadi perhatian dan tumpuan harapan dalam menyelesaikan penyediaan

hunian penduduk perkotaan. Penyedian lahan di wilayah pesisir dilakukan

dengan memanfaatkan lahan atau habitat yang sudah ada, seperti perairan

pantai, lahan basah, pantai berlumpur dan lain sebagainya yang dianggap

kurang bernilai secara ekonomi dan lingkungan sehingga dibentuk menjadi

lahan lain yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan lingkungan

atau dikenal dengan reklamasi.2

1. Pengertian Reklamasi Pantai

Istilah reklamasi merupakan pekerjaan dengan menimbun perairan atau

pesisir yang mengubah garis pantai atau kedalaman perairan dengan mengubah

1 Kementerian Kelautan dan Perikanan, Refleksi 2017 dan Outlook 2018, diakses tanggal 18

Maret 2019 pada https://kkp.go.id/djprl/artikel/2798-refleksi-2017-dan-outlook-2018-membangun-

dan-menjaga-ekosistem-laut-indonesia-bersama-ditjen-pengelolaan-ruang-laut

2 Ruchyat Deni Djakapermana, Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan

Kawasan, (Jakarta, Kementrian PU, 2015). h. 1.

Page 27: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

17

menjadi daratan.3 Di dalam pembangunan penghunian dan perkotaan

adakalanya daerah- daerah genangan dikeringkan untuk kemudian

dimanfaatkan. Bahkan wilayah laut pun dapat dijadikan daratan. Reklamasi

adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan

manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi

dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.4 Pengertian

reklamasi lainnya adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau

lahan yang relatif tidak berguna atau masih kosong dan berair menjadi lahan

berguna dengan cara pengeringan lahan atau drainase sehingga meningkatkan

manfaat sumber daya lahan yang ditinjau dari sudut lingkungan, sosial maupun

ekonomi.5 Misalnya di kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di

laut, di tengah sungai yang lebar, ataupun di danau. Pada dasaranya reklamasi

merupakan kegiatan merubah wilayah perairan pantai menjadi daratan.

Reklamasi dimaksudkan upaya merubah permukaan tanah yang rendah,

menjadi lebih tinggi (biasanya tidak terpengaruh genangan air).

2. Tujuan Reklamasi

Sesuai dengan definisinya, tujuan utama reklamasi adalah menjadikan

kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat

yang ditinjau dari aspek teknis, lingkungan, dan sosial ekonomi.6 Kawasan

baru tersebut, biasanya dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman,

perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek wisata. Dalam

perencanaan kota, reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran

kota. Reklamasi diamalkan oleh negara atau kota-kota besar yang laju

3 Bab 1, Pasal 1, Ayat 2. Peraturan Menteri Perhubungan No PM 52 Tahun 2011 tentang

Pengerukan dan Reklamasi

4 Direktorat Jendral Penataan Ruang Dept. Pekerjaan Umum, Pedoman Perencanaan Tata

Ruang Kawasan Reklamasi Pantai, diakses pada tanggal 25 Maret 2019 pada

http://birohukum.pu.go.id/pustaka/arsip_makalah/22.pdf 5 Bab 1, Pasal 1, Ayat 23. Undang Undang Republik Indonesia No 27 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

6 Bagian Kelima, Reklamasi. Pasal 34 ayat 1. Undang Undang No 27 Tahun 2017

Page 28: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

18

pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat demikian pesat tetapi

mengalami kendala dengan semakin menyempitnya lahan daratan

(keterbatasan lahan).

Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah tidak

memungkinkan lagi, sehingga diperlukan daratan baru. Reklamasi kawasan

perairan merupakan upaya pembentukan suatu kawasan daratan baru baik di

wilayah pesisir pantai ataupun di tengah lautan. Tujuan utama reklamasi ini

adalah untuk menjadikan kawasan berair yang rusak atau belum termanfaatkan

menjadi suatu kawasan baru yang lebih baik dan bermanfaat untuk berbagai

keperluan ekonomi maupun untuk tujuan strategis lain.

Kawasan daratan baru tersebut dapat dimanfaatkan untuk kawasan

permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan,

pertanian, jalur transportasi alternatif, reservoir air tawar di pinggir pantai,

kawasan pengelolaan limbah dan lingkungan terpadu, dan sebagai tanggul

perlindungan daratan lama dari ancaman abrasi serta untuk menjadi suatu

kawasan wisata terpadu. Kegiatan reklamasi ini dilakukan oleh suatu otoritas

(negara, kota besar, pengelola kawasan) yang memiliki laju pertumbuhan

tinggi dan kebutuhan lahannya meningkat pesat, tetapi mengalami kendala

keterbatasan atau ketersediaan ruang dan lahan untuk mendukung laju

pertumbuhan yang ada, sehingga diperlukan untuk mengembangkan suatu

wilayah daratan baru.

3. Dampak Reklamasi

Reklamasi pantai dalam skala besar tentunya memberikan dampak yang

signifikan terhadap kondisi sekitar lokasi reklamasi, dampak positif maupun

negatif. Cara reklamasi memberikan keuntungan dan dapat membantu

perekonomian masyarakat pesisir dalam rangka penyediaan lahan untuk

berbagai keperluan seperti pemekaran kota, pengembangan kawasan, maupun

penataan daerah pantai. Walau begitu kerugian kegiatan Reklamasi lebih besar

dibandingkan dengan keuntungan apabila perencanaan yang jelas dan

Page 29: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

19

komperhensif seperti pengambilan material maupun Teknik penimbunan

diperhatikan secara detail. Perlu diingat bahwa reklamasi merupakan bentuk

intervensi manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah yang selalu

dalam keadaan seimbang maupun dinamis. Perubahan ini akan melahirkan

perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai.

Hal tersebut berpotensi meningkatkan bahaya banjir, dan berpotensi gangguan

lingkungan di daerah lain seperti pengeprasan bukit atau pengeprasan pulau

untuk material timbunan.

Reklamasi memiliki dampak positif maupun negatif bagi masyarakat

maupun ekosistem pesisir dan laut. Dampak inipun mempunyai sifat jangka

pendek maupun jangka panjang, yang mungkin dapat menimbulkan masalah-

masalah baru yang dapat mempengaruhi kondisi sosial maupun ekosistem

lokasi kegiatan reklamasi dilaksanakan.

a. Dampak Positif

Secara umum dampak reklamasi seperti tujuan utama proyek reklamasi,

seperti menambah luas lahan, menghidupkan kembali transportasi air,

mengamankan lahan subur, meningkatkan pariwisata bahari, serta

meningkatkan peningkatan daerah setempat.7 Kegiatan reklamasi antara lain

tentunya pada peningkatan kualitas dan nilai ekonomi Kawasan pesisir,

mengurangi lahan yang dianggap kurang produktif, penambahan wilayah,

perlindungan pantai dari erosi, peningkatan kondisi habitat perairan, perbaikan

rejim hidraulik Kawasan pantai, dan penyerapan tenaga kerja.

Reklamasi banyak memberikan keuntungan dalam mengembangkan

wilayah dan diharapkan dapat meningkatkan manfaat, bukan hanya manfaat

lingkungan, melainkan memberikan manfaat terhadap keadaan sosial

masyarakat disertai dengan meningkatnya kebutuhan akan ruang.8 Praktek ini

7 Menteri Kelautan dan Perikanan, Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir: Tujuan, Manfaat

dan Efek, diakses tanggal 25 Maret 2019 pada

https://acch.kpk.go.id/images/ragam/makalah/pdf/reklamasi/Kebijakan-reklamasi-di-wilayah-

pesisir-tujuan-manfaat-dan-efek-oleh-kementerian-kelautan-dan-perikanan.pdf

8 Bambang Santoso, Strategi dalam Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah. (Jakarta:

Kata Hasta Pustaka, 2009.) h. 81

Page 30: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

20

memberikan pilihan penyediaan lahan untuk pemekaran wilayah, penataan

daerah pantai, menciptakan alternative kegiatan dan pengembangan wisata

bahari. Pulau hasil reklamasi dapat menahan gelombang pasang yang mengikis

pantai, selain itu juga dapat menjadi semacam bendungan untuk menahan

banjir rob di daratan.

b. Dampak Negatif

Namun perlu diingat pula, reklamasi merupakan hasil campur tangan

manusia terhadap alam, sehingga memungkinkan semua kegiatan ini juga

membawa dampak buruk. Diantara dampak negatif reklamasi pantai pada

lingkungan meliputi dampak fisik seperti erosi pantai, sedimentasi,

peningkatan kekeruhan, kerusakan pantai dan instalasi utilitas bawah ait,

rusaknya karang, terganggunya jalur pelayaran, peningkatan potensi banjir,

kerusakan ekosistem pesisir dan penggenangan di wilayah pesisir.9 Sedangkan,

dampak ekologis berupa terganggunya ekosistem mangrove, terumbu karang,

padang lamun, estuaria dan penurunan keanekaragaman hayati. Dampak sosial

juga menjadi hal yang harus diperhatikan dengan cermat, dampaknya

mencakup perubahan sosial terkait individu, kelompok, termasuk didalamnya

nilai, sikap, dan pola prilaku diantara kelompok dalam masyarakat.10

Adanya kegiatan ini, wilayah pantai yang semula merupakan ruang public

masyarakat akan hilang atau berkurang karena dimanfaatkan untuk kegiatan

privat. Keanekaragaman biota laut juga akan berkurang, baik flora maupun

fauna, karena timbunan tanah urungan mempengaruhi ekosistem yang sudah

ada. Berubahnya alur air akan mengakibatkan daerah di luar reklamasi akan

mendapat daerah di luar reklamasi akan mendapat limpahan air yang banyak

sehingga kemungkinan akan terjadi abrasi, tergerus atau mengakibatkan

terjadinya banjir rob.

9 Menteri Kelautan dan Perikanan, Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir: Tujuan, Manfaat

dan Efek

10 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Dasar : Sebuah Kajian Pendekatan Struktural

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007) hlm. 142

Page 31: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

21

Untuk mereduksi dampak semacam itu, diperlukan kajian mendalam

terhadap proyek reklamasi dengan melibatkan banyak pihak dan interdisiplin

ilmu serta didukung dengan upaya teknologi. Kajian cermat dan komprehensif

diharapkan menghasilkan area reklamasi dengan dampak yang seminimal

mungkin terhadap lingkungan di sekitarnya.

B. Reklamasi Pantai di Indonesia

1. Reklamasi Kawasan Tanjung Carat, Banyuasin, Sumatra Selatan.

Pemerintah daerah berencana untuk memperluas Kawasan Tanjung

Carat dengan memperluas pembangunan kawasan ekonomi strategis

Pelabuhan Tanjung Api-Api. Perluasan pembangunan pelabuhan diprediksi

memerlukan lahan sekitar 1.000 hektar (Ha) yang akan dimulai tahun

2018.11

Pada tahun 2016, pemerintah sudah menetapkan Kawasan Tanjung

Carat sebagai kawasan rencana induk pelabuhan sesuai Keputusan Menteri

Perhubungan Nomor KP 897/2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan TAA

Sumsel. Kemudian bulan maret 2017, Tanjung Carat ditetapkan sebagai

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dalam rapat terbatas yang dipimpin

presiden Joko Widodo. Dalam pengembangannya, Pelabuhan Tanjung

Carat mengantongi pertimbangan Teknis Distrik Navigasi tentang

Pertimbangan Teknis Kegiatan Reklamasi Tanjung Carat oleh PT.

Sriwijaya Tanjung Carat (STC).

Namun pembangunan dan perluasan reklamasi Tanjung Carat yang

masuk wilayah Desa Sungsang IV, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten

Banyuasin, yang akan mereklamasi laut sekitar 3.000 hektar (Ha) lebih ini

11 Bhakti Satrio Wicaksono, Setelah Jakarta Hentikan Reklamasi, Masih Ada 35 Proyek Yang

Berjalan, di akses pada Kamis, 18 Juli 2019, dalam

https://sains.kompas.com/read/2018/10/01/183833423/setelah-jakarta-hentikan-reklamasi-masih-

ada-35-proyek-yang-berjalan/

Page 32: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

22

menggunakan lahan di Kawasan Hutan Lindung Pantai Air Telang sebagai

pinjam pakai dan berpotensi merugikan 530 KK.12

2. Reklamasi Teluk Benoa, Bali

Pada tanggal 26 Desember 2012 Gubernur Bali memberikan izin

reklamasi kepada PT. Tirta Wahana Bali Internasional (PT TWBI) di

kawasan perairan Teluk Benoa Kabupaten Badung seluas 838 hektar

melalui SK Nomor 2138/02-C/HK/2012 tentang Rencana Pemanfaatan dan

Pengembangan Kawasan Perairan Teluk Benoa.

Rencana revitalisasi laut teluk Benoa, seluas 838 hektar, untuk membuat

11 (sebelas) pulau dengan menguruk laut, untuk marina sport, sikuit formula

satu, apartermen mewah, pusat rekreasi, pusat kebudayaan, dan pusat

perbelanjaan, lapangan golf, perumahan pinggir pantai, yang diinisiasi akan

menjadi simbol pariwisata baru untuk Bali.

Di akhir masa jabatannya sebagai Presiden, SBY mengeluarkan Perpres

No 51 Thn 2014 tentang Perubahan Atas Perpres No 45 Thn 2011 Tentang

Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan SARBAGITA yaitu mengubah

status konservasi Teluk Benoa menjadi zona penyangga atau kawasan

pemanfaatan umum. Pasca penerbitan Perpres 51 tahun 2014 kemudian PT.

Tirta Wahana Bali International (PT. TWBI) juga mengantongiizin lokasi

reklamasi nomor 445/MEN-KP/VIII/2014dari Menteri Kelautan dan

Perikanan di kawasan perairan Teluk Benoa yang meliputi Kabupaten

Badung dan Kota Denpasar Provinsi Bali seluas 700 hektar.

Namun dalam pelaksanaannya, Reklamasi Teluk Benoa menimbulkan

berbagai macam reaksi dan penolakan dari masyarakat di Bali termasuk

Indonesia. Kelompok masyarakat yang tergabung dalam ‘ForBali Tolak

Reklamasi’ berpendapat bahwa pada dasarnya Reklamasi ini dianggap

12 Setelah Jakarta Hentikan Reklamasi, Masih Ada 35 Proyek Yang Berjalan,

https://sains.kompas.com/read/2018/10/01/183833423/setelah-jakarta-hentikan-reklamasi-masih-

ada-35-proyek-yang-berjalan/

Page 33: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

23

hanya merupakan bisnis semata yang menguntungkan para investor dan

merugikan masyarakat Bali karena akan merusak kualitas lingkungan

hidup. Selanjutnya Penerbitan Perpres No 51 Tahun 2014 menghapuskan

pasal-pasal yang menyatakan Teluk Benoa adalah kawasan

konservasi sebagaimana yang disebutkan di dalam pasal 55 ayat 5 Perpres

No 45 Thn 2011 serta mengurangi luasan kawasan konservasi

perairan dengan menambahkan frasa “sebagian” pada kawasan konservasi

Pulau Serangan dan Pulau Pudut. Hal tersebut menyebabkan kawasan

konservasi di wilayah SARBAGITA menjadi berkurang luasannya.13

Dalam protesnya, ‘ForBali’ Tolak Reklamasi Teluk Benoa mendesak agar

Presiden Joko Widodo untuk mencabut perpres Reklamasi Teluk Benoa.14

3. Reklamasi Teluk Jakarta

Rencana reklamasi Teluk Jakarta seluas 2.700 hektar tersebut pertama

kali dipaparkan di hadapan Presiden Soeharto, Maret 1995. Selain untuk

mengatasi kelangkaan lahan di Jakarta, proyek reklamasi juga untuk

mengembangkan wilayah Jakarta Utara yang tertinggal dibandingkan empat

wilayah lain. Untuk memuluskan rencana tersebut, disahkan Keputusan

Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta dan

Perda Nomor 8 Tahun 1995.

Selama 17 tahun berlalu sejak diterbitkannya Kepres 52 tahun 1995,

yang semula diproyeksikan seluas 2.700 herkar, tahun 2012 Fauzi Bowo

gubernur DKI Jakarta yang menjabat saat itu menegaskan pembangunan

proyek reklamasi bahwa akan ada 17 pulau yang dinamai pulau A sampai

pulau Q dengan total wilayah 5.155 hektar. Alasan pembangunan Reklamasi

Teluk Jakarta adalah bertujuan untuk mencegah pengikisan daratan Jakarta

oleh air laut, serta membangun beberapa fasilitas kota lainnya. Tak hanya

13 Mengapa Kami Menolak, diakses pada 18 Juli 2019 dalam

https://www.forbali.org/id/mengapa-kami-menolak/

14 Rakyat Bali Tuntut Jokowi Cabut Perpres Reklamasi Teluk Benoa, diakses pada 18 Juli

2019 dalam https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180828121053-20-325465/rakyat-bali-tuntut-jokowi-cabut-perpres-reklamasi-teluk-benoa

Page 34: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

24

itu, reklamasi pantai utara Jakarta juga bertujuan untuk menata kembali

Kawasan Pantai Utara (Pantura) dengan cara membangun Kawasan pantai

dan menjadikan Jakarta sebagai kota pantai (waterfront city) karena ruang

Jakarta sudah tidak mungkin diperluas.

Dalam kaitannya dengan penanggulangan bencana banjir rob di pesisir

utara Jakarta dan pemenuhan kebutuhan lahan untuk pusat bisnis dan

perkantoran, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membangun

tanggul raksaksa (Jakarta Giant Sea Wall/JGSW) di pesisir utara Jakarta.

Tahapan awal pembangunan JGSW adalah melakukan reklamasi pantai

untuk membuat 18 pulau buatan. Bangunan JGSW akan membentang

sepanjang pantai Teluk Jakarta ± 60 km dan 8 km ke arah laut yang

peletakan batu pertama telah dilaksanakan pada Oktober 2014 dan

diharapkan akan selesai pada tahun 2020. Saat ini sudah ada 3 pulau yang

telah dibangun, yaitu Pulau C, D dan G.

Namun dalam pelaksanaannya, Reklamasi Teluk Jakarta mendapat

penolakan dari warga pesisir dan organisasi lingkungan. Masyarakat pesisir,

yang tergabung dalam Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta, berpendapat

bahwa manfaat pembangunan pulau reklamasi diyakini bukan untuk

kepentingan publik, melainkan kepentingan pengusaha dan pengembang

yang memiliki modal besar. Selain itu, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi)

meyakini bahwa proyek reklamasi akan menutup akses dan ruang

kehidupan nelayan untuk mencari ikan, dan menggerus kondisi lingkungan

di wilayah pembangunan reklamasi dengan menimbun Teluk Jakarta

dengan 1 milyar kubik meter pasir.15 Tanggal 26 September 2018, Gubernur

Jakarta Anies Baswedan secara resmi melalui konferensi pers menghentikan

proyek reklamasi Jakarta, dan mengatakan bahwa reklamasi adalah bagian

dari sejarah bukan bagian dari masa depan Jakarta.16

15 Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta Konsisten Tolak Reklamasi, diakses tanggal 18 Juli

2019 dalam https://walhi.or.id/

16 Clara Maria Chandra Dewi, Anies Baswedan Resmi Cabut Izin Reklamasi Teluk Jakarta,

diakses pada tanggal 18 Juli 2019 dalam https://metro.tempo.co/read/1130345/anies-baswedan-resmi-cabut-izin-reklamasi-teluk-jakarta

Page 35: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

25

BAB III

REKLAMASI TELUK JAKARTA

A. Gambaran Umum Daerah

1. Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Daerah Khusus Ibukota Jakarta, terbagi menjadi 5 wilayah Kota

administrasi dan satu Kabupaten administratif, yakni: Kota administrasi Jakarta

Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara dengan luas 142,20 km2, Jakarta

Barat dengan luas 126,15 km2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km2, dan

Kota administrasi Jakarta Timur dengan luas 187,73 km2, serta Kabupaten

Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2. Di sebelah utara

membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13

buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan

Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah

barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah utara

dengan Laut Jawa.

DKI Jakarta secara geologis, seluruh dataran terdiri dari endapan

pleistocene yang terdapat pada ±50 m di bawah permukaan tanah. Bagian

selatan terdiri atas lapisan alluvial, sedang dataran rendah pantai merentang ke

bagian pedalaman sekitar 10 km. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang

lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah karena tertimbun seluruhnya

oleh endapan alluvium. Di wilayah bagian utara baru terdapat pada kedalaman

10-25 m, makin ke selatan permukaan keras semakin dangkal 8-15 m. Pada

bagian tertentu juga terdapat lapisan permukaan tanah yang keras dengan

kedalaman 40 m.1

1 Perda No 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun

2007-2012

Page 36: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

26

Sedangkan secara geografis, letak Provinsi DKI Jakarta berada di bagian

barat laut Pulau Jawa. Posisinya lebih kurang antara 5°19′ 12″ – 6°23′ 54″

Lintang Selatan (LS) dan 106°22` 42″ – 106°58′ 18″ Bujur Timur (BT). Di

antara provinsi-provinsi lain di Indonesia, DKI Jakarta merupakan provinsi

yang wilayahnya paling sempit. Luas daratannya lebih kurang 661,52 km

persegi dan luas lautnya lebih kurang 6.977,5 km persegi.

Sementara secara demografis, jumlah penduduk DKI Jakarta di tahun 2019,

sudah mencapai 10 juta penduduk. Dalam beberapa tahun terakhir, Badan

Pusat Statistik (BPS) mencatat, tren jumlah penduduk Jakarta mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statisik,

jumlah penduduk DKI Jakarta pada 2015 mencapai 10,18 juta jiwa. Kemudian

meningkat menjadi 10,28 juta jiwa pada 2016, dan bertambah menjadi 10,37

juta jiwa pada 2017. Artinya, selama dua tahun terkahir jumlah penduduk di

Ibu Kota bertambah 269 jiwa setiap hari atau 11 orang per jam. Adapun wilayah

dengan populasi terbanyak adalah Jakarta Timur dengan jumlah penduduk

mencapai 2,89 juta jiwa, diikuti Jakarta Barat (2,53 juta jiwa) dan Jakarta

Selatan (2,23 juta jiwa). Lalu Jakarta Utara (1,78 juta jiwa), Jakarta Pusat (921

ribu jiwa), serta Kabupaten Kepulauan Seribu (24 ribu jiwa).Sementara rasio

perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan di Jakarta pada tahun lalu

mencapai 100,61. Artinya jumlah penduduk laki-laki di Jakarta lebih banyak

dibanding perempuan. Jumlah penduduk Jakarta tersebut berdasarkan proyeksi

Sensus Penduduk 2010.2

Memiliki peran ganda sebagai pusat pemerintahan dan pusat ekonomi

negara, Provinsi DKI Jakarta tentunya menjadi daerah yang memiliki nilai

strategis. Kesempatan mencari lapangan kerja yang lebih mudah, pendapatan

yang ditawarkan lebih besar, serta kemudahan akses dan mobilitas inilah yang

2 Badan Pusat Statistik 2017, Berapa Jumlam Penduduk Jakarta, diakses 24 Juli 2019, dalam

https://databoks.katadata.co.id/

Page 37: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

27

menjadi factor utama masyarakat berbondong-bondong dating ke Jakarta. Tak

heran setiap tahunnya, jumlah penduduk di Provinsi DKI Jakarta tentunya

menjadi daerah yang memiliki nilai strategis. Kesempatan mencari lapangan

pekerjaan yang lebih mudah, pendapatan yang ditawarkan lebih besar, serta

kemudahan akses dan mobilitas inilah yang menjadi factor utama masyarakat

berbondong-bondong dating ke Jakarta. Tak heran jika setiap tahunnya, jumlah

penduduk di Provinsi Jakarta terus bertambah.

Berbanding terbalik dengan jumlah penduduk, luas wilayah Provinsi DKI

Jakarta pun tak mengalami perluasan wilayah. Berdasarkan analisis dokumen

Jakarta Coastal Defense Strategy (JDCS) menunjukkan perkembangan fisik di

Jakarta khususnya lahan terbangun sudah semakin meluas. Hampir 66.62% luas

daratan Jakarta, didominasi dengan lahan terbangun seperti pemukiman,

bangunan, prasarana dan infrastruktur lainnya. Sedangkan untuk lahan terbuka

justru mengalami keterbatasan. Hanya ada sekitar 33.38% lahan terbangun non

pemukiman, seperti hutan kota, pertanian, taman, jalur hijau, pemakaman dan

lahan kosong lainnya. Adanya keterbatasan lahan inilah yang diindikasikan

menjadi permasalahan yang penting bagi Jakarta dan genting untuk

diselesaikan.3

Mengingat begitu pesatnya perkembangan di Jakarta, kemudian ditambah

lagi dengan kepadatan penduduk yang terus meningkat, tentunya Jakarta harus

memperoleh solusi untuk memecahkan persoalan ini. Jika tidak segera diatasi,

dikhawatirkan persoalan ini akan menambah beban dan resiko bagi

keberlangsungan perkembangan di Jakarta. Sebagai salah satu jalan keluar

keterbatasan lahan, Pemprov DKI Jakarta akhirnya mendorong adanya

perluasan wilayah ke utara dan atau ke selatan Jakarta. Desakan atas

pertumbuhan penduduk yang pesat, meningkatnya kebutuhan akan lahan dan

3 Dokumen Jakarta Cosastal Defense Strategy, diakses 25 Juli 2019 dari situs

https://issuu.com/rujak/docs/jcds

Page 38: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

28

sulitnya pembebasan lahan untuk mengembangkan wilayah serta keperluan

pembangunan kota Jakarta, memaksa pemerintah DKI Jakarta membuat

kebijakan untuk mengembangkan wilayan utara Jakarta untuk menopang

pembangunan dan keberlanjutan kota untuk mengejar ketertinggalan dengan

kota besar di lingkungan dunia Internasional.4 Namun karena terbatasnya lahan

di daerah perbatasan selatan Jakarta, seperti Bogor dan Sukabumi, membuat

upaya perluasan di selatan Jakarta pun urung dilakukan. Akhirnya, perluasan

wilayah di utara Jakarta pun dipilih, karena dinilai bisa memberikan nilai yang

lebih ekonomis karena lokasinya yang strategis di pesisir utara Jakarta, tepatnya

di Kawasan Pantai Utara Jakarta dengan menggunakan konsep reklamasi.

2. Kawasan Reklamasi Teluk Jakarta

Kawasan Pantai Utara Jakarta atau yang disebut kawasan Pantura, berlokasi

di dalam wilayah kota administratif Jakarta Utara. Secara keseluruhan, luas

kawasan Pantura ini mencapai 5.200 hektar, dengan rincian 2.700 hektar areal

hasil reklamasi Teluk Jakarta, sedangkam sisanya, seluas 2.500 hektar ialah

daratan pantai lama yang direvitalisasi. Kawasan Pantura diperkirakan

memiliki garis panjang pantai mencapai kurang lebih 32 km yang berbatasan

dengan pantai Tangerang di bagian barat dan Pantai Bekasi di bagian timur.

Kawasan Pantura, jika dilihat dari aspek geografis, berpotensial menjadi

kawasan andalan. Kawasan ini dinilai bisa menjadi pusat roda ekonomi karena

lokasinya yang strategis dengan beberapa kegiatan ekonomi. Misalnya saja,

berdekatan dengan pelabuhan, pergudangan dan perdagangan. Tidak hanya itu,

lokasi utara Jakarta juga kaya akan nilai sejarah dan budaya, hal inilah yang

juga bisa menambah potensi kawasan Pantura sebagai objek pariwisata. Sejauh

ini, perkembangan kawasan Pantura sudah mengalami kemajuan yang pesat

4 Sapto Supono, (Desertasi), Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Pantai Utara Jakarta

Secara Berkelanjutan, Desertasi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, 2009.

Page 39: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

29

dengan kegiatan-kegiatan yang memiliki skala besar, mulai dari energi,

ekonomi, sosial dan budaya. Contohnya saja seperti PLTU Muara Karang dan

Muara Tawar, pemukiman Pantai Indah Kapuk dan Pantai Mutiara, Pelabuhan

Tanjung Priok, Kawasan Berikat Nusantara Marunda, kawasan rekreasi Jaya

Ancol, Rumah Pitung Marunda dan perdagangan di Glodok.

Meskipun disebut sebagai kawasan yang memiliki potensi kemajuan,

namun, Kawasan Pantura dinilai memiliki sejumlah permasalahan, baik dari

kondisi lingkungan fisik dan sosial ekonomi, seperti pemukiman kumuh, rawan

banjir, pencemaran laut, rob dan abrasi serta permasalahan zonasi perairan laut

yang belum terpadu. Berdasarkan data Dinas Sumber Daya Air Provinsi

Jakarta, pencemaran perairan Teluk Jakarta di tahun 2008 – 2014 menunjukkan

adanya pencemaran berat yang signifikan, mulai dari penecemaran yang sangat

berat, sedang, ringan, dan sangat ringan. Lebih dari 50% tingkat pencemaran

didominasi dengan pencemaran yang sangat berat hingga sedang. Sementara

untuk pencemaran ringan dan sangat ringan terbilang cukup rendah, hanya

mencapai 15%.90 Pencemaran Teluk Jakarta mengakibatkan rusaknya

ekosistem di sekitar pesisir hingga biota laut di Teluk Jakarta.

Menyikapi ancaman berbagai kerusakan di perairan Teluk Jakarta,

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menilai reklamasi

Teluk Jakarta sebagai salah satu opsi jalan keluar yang memungkinkan. Selain

bisa kembali memperbaiki ekosistem di pesisir dan biota laut, proyek reklamasi

yang dibayarkan pengembang juga bisa digunakan untuk pembangunan

infrasturuktur yang dibutuhkan masyarakat. Nantinya Kawasan Reklamasi

mencakup Kawasan perairan laut Teluk Jakarta yang diukur dari garis pantai

Utara Jakarta5 dengan wilayah perencanaan Kawasan Reklamasi Pantura

5 Bab 2, Pasal 2, Ayat 1. Peraturan Gubernur No 121 Tahun 2012 tentang Penataan Ruang

Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta

Page 40: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

30

berada di perairan laut Teluk Jakarta dengan koordinat 106°43'1

0"BT,6°22'SS"LS-1 06°ST40"BT, S04TOO"LS.6

B. Sejarah Reklamasi Teluk Jakarta

Pembangunan Reklamasi Pantai Utara Jakarta atau yang sekarang dikenal

dengan Reklamasi Teluk Jakarta memiliki sejarah yang panjang, sejak

diterbitkannya Kepres No. 52 tahun 1995 oleh presiden Soeharto pada zaman Orde

Baru dengan semangat pembangunan nasional, yang inti dari proyek ini pernah

disinggung sewaktu Profesor Ir. H. Van Breen meninjau masalah banjir kota

Jakarta ketika masih menyandang nama Batavia.7 Pemerintah Pusat bersama

dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun akhirnya mengeluarkan kebijakan

yang terus mendukung mandat dari presiden Soeharto tersebut. Sempat terhenti

pembangunannya karena krisis moneter tahun 1998, berikut adalah sejarah

perjalanan pembangunan disertai landasan hukum Reklamasi Teluk Jakarta.

1. Tahun 1994

Reklamasi Teluk Jakarta di pesisir utara Jakarta telah dilakukan sejak era

pemerintahan Presiden Soeharto. Pada era Presiden Soeharto, pemerintah

Indonesia terus mengambil langkah untuk terus membangun negara. Wacana

pembangunan reklamasi berawal dari adanya keinginan Pemerintah Pusat untuk

terus melakukan pembangunan dalam skala nasional. Rencana Pembangunan Lima

Tahun atau Repelita periode 1994 hingga tahun 1999 disebutkan bahwa

pembangunan akan dilakukan di beberapa penjuru daerah. Provinsi DKI Jakarta,

pada saat itu masuk menjadi salah satu daerah yang ditargetkan oleh pemerintah.

Hal ini tentunya untuk memberikan penambahan nilai ekonomi bagi daerah-daerah

tersebut. Reklamasi Teluk Jakarta pertama kali muncul dengan adanya Keputusan

Presiden Nomor 17 Tahun 1994, yang masuk sebagai Kawasan Andalan. Dalam

6 Bab 2, Pasal 2, Ayat 2. Peraturan Gubernur No 121 Tahun 2012 7 A.R. Soehoed, Proyek PANTURA Transformasi dari Ibukota Propinsi ke Ibukota Negara:

Persiapan-Persiapan Bagi Proyek Multifungsi, (Jakarta: Djambatan, 2004) h. 25

Page 41: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

31

Keppres ini, Kawasan Andalan disebutkan secara jelas bahwa Kawasan Pantai

Utara menjadi salah satu fokus pemerintah untuk dijadikan kawasan yang memiliki

peranan strategis baik untuk perkembangan kota Jakarta hingga aspek ekonomis.

Keppres ini juga dinilai menjadi salah satu landasan hukum pengaturan reklamasi

Teluk Jakarta.

Di tahun selanjutnya, Presiden Soeharto kembali menegaskan wacana

reklamasi di dua daerah, yakni Reklamasi Teluk Jakarta dan Reklamasi Teluk Naga

Tangerang.

2. Tahun 1995

Menindaklanjuti adanya Keppres No.17 Tahun 1994 tentang Kawasan

Andalan, Presiden Soeharto kala itu menilai bahwa Jakarta kekurangan lahan dan

dan perlu adanya penambahan luas ibukota. Pada tanggal 13 Juni 1995, Presiden

Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) No.52 mengenai reklamasi

Teluk Jakarta. Keppres No.52 Tahun 1995 ini menyebutkan bahwa Reklamasi

Pantai Utara disebut juga sebagai Reklamasi Pantura dilakukan di bagian

Kotamadya Jakarta Utara, khususnya di pesisir Pantai Utara Jakarta.

Selain mengatur tentang lokasi pembangunan Reklamasi Pantura, Keppres ini

juga menjelaskan dan mengatur bahwa Gubernur DKI Jakarta adalah pihak

berwenang dan bertanggungjawab dalam pembangunan Reklamasi Pantura. Tidak

hanya itu, Presiden juga menyebutkan penyelenggaraan reklamasi Pantura

mengharuskan dibentuknya Badan Pelaksana yang diisi oleh Pemerintah Provinsi

DKI. Sedangkan Pemerintah Pusat hanya ditugaskan menjadi pengarah dari

penyelenggaraan reklamasi dengan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional atau Kepala Bappenas sebagai Ketua Tim Pengarah.

Kemudian Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta, sebagai penyelenggara serta

bertanggungjawab atas pembangunan Reklamasi Pantura, mengeluarkan Peraturan

Daerah (Perda) No.8, Tahun 1995 mengenai Penyelenggaraan Reklamasi dan Tata

Page 42: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

32

Ruang Kawasan Pantura Jakarta. Peraturan daerah ini merupakan salah satu tindak

lanjut dalam menanggapi Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1994 tentang

Kawasan Pantai Utara Jakarta sebagai Kawasan Andalan.

3. Tahun 1997

Tahun 1997, Asia dilanda krisis ekonomi yang sangat parah sehingga

menyebabkan kepanikan yang ditandai dengan jatuhnya mata uang negara-negara

Asia. Indonesia adalah termasuk negara dengan dampak krisis ekonomi terparah,

nilai rupiah jatuh terhadap dolar karena ketakutan investor sehingga Rupiah dan

Bursa Saham Jakarta menyentuk titik terendah pada bulan September. Inflasi dan

kerusuhan pecah, sehingga stabilitas ekonomi dan politik tergaggu. Akibatnya,

banyak kebijakan pembangunan nasional terhambat, termasuk pembangunan

Reklamasi Pantura. Meski demikian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap

bersikeras untuk meneruskan Reklamasi Pantura pada tahun 1997, Pemerintah

Daerah (Pemda) DKI Jakarta menandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan PT

Kapuk Naga Indah untuk pulau C (2B), D (2A), dan Pulau E (1).

4. Tahun 1999

DPRD dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta saat itu yang dipimpin

oleh Gubernur Sutiyoso, mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) di mana reklamasi masuk kedalam rencana tata ruang dan

merubah rencana tata ruang dari Keppres tahun 1995. Didalam Perda ini disebutkan

bahwa tujuan Reklamai Pantura adalah untuk perdagangan dan jasa Internasional,

perumahan dan pelabuhan wisata. Perda ini juga menyebutkan ada beberapa isi

Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta, baik dari rencana penyebaran

penduduk, pengembangan aktivitas kota, pengembangan sistem sarana prasarana

dan intensitas ruang. Tidak hanya menuliskan tentang rencana pembangunan di 5

kotamadya saja, Perda ini juga menuliskan tentang pembangunan Reklamasi Teluk

Page 43: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

33

Jakarta. Pada pasal 61 poin b, tertulis bahwa perencanaan reklamasi Teluk Jakarta

dikhususkan untuk pembangunan pemukiman bagi kelas menengah ke atas.

5. Tahun 2003

Kementerian Lingkungan Hidup, saat itu dipimpin oleh Nabiel Makarim

menerbitkan Keputusan Menteri No.14 yang menyatakan bahwa proyek reklamasi

dan revitalisasi Pantura Jakarta tidak layak dilaksanakan. Hal ini dikarenakan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak dapat memenuhi kaidah penataan ruang dan

teknologi yang sesuai dengan Analisa Dampak Lingkungan atau AMDAL.

Kementerian Lingkungan Hidup juga mengatakan bahwa reklamasi akan

meningkatkan resiko banjir terutama di Kawasan Utara Jakarta, merusak ekosistem

laut, dan menyebabkan penghasilan nelayan turun. Proyek juga akan membutuhkan

sekitar 330 juta meter kubik pasir (untuk wilayah seluas 2.700 hektar), dan akan

mengganggu PLTU Muara Karang di Jakarta Utara.

Hal inilah yang dinilai merugikan bagi pengembang. Pasalnya, para

pengembang merasa terhambat dalam melakukan permohonan izin kepada pihak

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan menimbulkan kerugian yang besar bagi

penggugat. Kemudian tahun 2003 enam kontraktor menggugat keputusan tersebut

ke PTUN. Enam perusahaan tersebut adalah: PT Bakti Era Mulia, PT Taman

Harapan Indah, PT Manggala Krida Yudha, Pelindo II, PT Pembangunan Jaya

Ancol and PT Jakarta Propertindo.

6. Tahun 2007

Di tahun 2007, enam pengembang yang mendapatkan hak reklamasi pun

mengajukan gugatan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara untuk membatalkan

Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Keenam pengembang

tersebut ialah, PT Bakti Bangun Era Mulia, PT Taman Harapan Indah, PT

Manggaka Krida Yudha, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, PT Pembangunan

Jaya Ancol dan PT Jakarta Propertinda. Gugatan tersebut dilayangkan karena

Page 44: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

34

Menteri Negara Lingkungan Hidup dinilai merumuskan kebijakan yang

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perbuatan yang

melampaui batas dan perbuatan sewenang-wenang.

Akhirnya, Pengadilan pun memutuskan bahwa surat Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2003 dinyatakan tidak sah dan

mewajibkan tergugat, dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup untuk

mencabut surat tersebut. Tidak berhenti disitu, setelah kalah dalam pengadilan Tata

Usaha Negara, Kementerian Lingkungan Hidup kembali mengajukan Banding ke

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara terkait dengan putusan tersebut. Namun lagi-

lagi Kementerian Lingkungan Hidup harus berbesar hati karena gugatannya

kembali kalah.

Di tahun yang sama, DKI Jakarta diterpa bencana banjir disebakan hujan deras

yang diperparah dengan naiknya air laut di kawasan Utara Jakarta yang terjadi satu

kali setiap 18 tahun. Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan

lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari 2007 hingga keesokan

harinya tanggal 2 Februari. Banyaknya volume air dari 13 sungai yang melintasi

Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang,

mengakibatkan banjir lebih dari 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan

kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi.8

7. Tahun 2009

Di tahun 2009, Kementerian Lingkungan Hidup akhirnya pun memutuskan

untuk mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung terkait dengan putusan

incracht dari Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Pada Juli 2009, akhirnya

Mahkamah Agung memutuskan untuk mengabulkan kasasi tersebut yang

8 “Dahsyatnya Banjir 2007 yang Tenggelamkan Jakarta” diakses 29 Juli 2019 dalam

https://www.liputan6.com/news/read/3881811/dahsyatnya-banjir-2007-yang-tenggelamkan-jakarta/

Page 45: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

35

menyatakan bahwa proyek reklamasi Teluk Jakarta telah menyalahi Analisis

Dampak Lingkungan atau Amdal yang berlaku.

Kemudian dua tahun berselang setelah bencana banjir rob yang merendam

Jakarta tahun 2007, Pemerintah Belanda mendatangi Pemerintah Indonesia dengan

menindaklanjuti permohonan Fauzi Bowo dan Pemerintah Provinsi (Pemprov)

Jakarta untuk merancang sistem pertahanan laut yang dilakukan pada 2009-2012,

yang kemudian dikenal sebagai Giant Sea Wall atau Great Garuda. Dalam

masterplan Jakarta Coastal Defense System yang kemudian di 2013 berganti nama

menjadi National Capital Integrated Coastal Development (NCICD), Gubernur

Jakarta saat itu Fauzi Bowo memasukkan rencana reklamasi pulau-pulau ke dalam

NCICD. Alasannya adalah untuk kemitraan antara pemerintah dengan

pengembang, di mana pengembang diminta sumbangannya untuk memperbaiki

tanggul laut yang telah ada, yang disebut sebagai NCICD Fase A. Masuknya

rencana Reklamasi Pantura telah menghidupkan lagi rencana reklamasi yang

selama ini pembangunannya terhenti. Kemudian pada bulan Desember 2009, Fauzi

Bowo membubarkan Badan Pelaksana Reklamasi.

8. Tahun 2010

Pada bulan Agustus tahun 2010, Gubernur Fauzi Bowo menerbitkan izin

pelaksanaan sebagai kelanjutan izin prinsip dari Gubernur periode 2007 Sutiyoso

untuk pulau 2A, yang kemudian disebut sebagai Pulau D kepada PT Kapuk Naga

Indah dengan nomor 1491 tahun 2010. Sebelumnya, PT Kapuk Naga Indah sudah

mendapat persetujuan izin prinsip reklamasi tanggal 19 Juli 2007dengan nomor

1571/-1.771.9

9 Rachmadin Ismail, Pergub dan 8 Izin Reklamasi ke Pengembang yang Diterbitkan Fauzi

Bowo, diakses 30 Juli 2019 dalam https://news.detik.com/berita/d-3182571/pergub-dan-8-izin-

reklamasi-ke-pengembang-yang-diterbitkan-oleh-fauzi-bowo

Page 46: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

36

9. Tahun 2011

Dua tahun berselang setelah Mahkamah Agung mengabulkan kasasi

Kementerian Lingkungan Hidup, Mahkamah Agung melakukan Peninjauan

Kembali atau PK dalam putusannya. Di tahun 2011, keadaan justru berbalik.

Mahkamah Agung justru mengabulkan upaya hukum luar biasa Peninjauan

Kembali (PK) yang dimohonkan 6 pengembang terkait Reklamasi Pantura perkara

No Register 12 PK\/TUN\/2011 dengan pengadilan asal PTUN Jakarta No Surat

Pengantar W2.TUN.132\/HK.06\/XII\/2010 dan menyatakan bahwa

pembangunan proyek reklamasi Pantai Utara Jakarta adalah hal yang legal dan

diperbolehkan oleh hukum. Putusan inilah yang menjadi pertanyaan sejumlah

pihak bagaimana dengan pembangunan mega proyek tersebut.10

10. Tahun 2012

Pada bulan Januari, DPRD mengesahkan Peraturan Daerah (Perda) No. 1/2012

tentang RTRW 2010-2030 yang memasukkan reklamasi pulau-pulau, yang saat itu

berjumlah 14 sesuai lampiran RTRW. Gambar satelit yang diambil dari Google

Earth menunjukkan bahwa sudah ada titik kecil di utara Pantai Indah Kapuk yang

adalah cikal bakal Pulau D.

Dalam Perda Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah

DKI Jakarta tahun 2030 ini, Perda RTRW DKI Jakarta 2030 menjadi pedoman

pembangunan Jakarta dalam jangka panjang dan menengah serta pembangunan

Jakarta, termasuk didalamnya rencana pembangunan reklamasi Teluk Jakarta

sebagai salah satu Kawasan Strategis Nasional. Dengan disahkannya Perda tentang

RTRW DKI Jakarta 2030 ini maka mengubah adanya peraturan yang termaktub

dalam Perda Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan

Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta. Perda ini disahkan oleh Pemerintah

Daerah pada tanggak 12 Januari 2012 silam.

10 DKI Minta Semua Pihak Hargai Putusan MA Reklamasi Pantai Jakarta, diakses 30 Juli

2019 dalam https://news.detik.com/berita/1606600/dki-minta-semua-pihak-hargai-putusan-ma-soal-

reklamasi-pantai-jakarta

Page 47: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

37

Kemudian pada tanggal 21 Mei 2012, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI

Jakarta diwakili oleh Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup, Wiriyatmoko

menandatangani addendum Perjanjian Kerja Sama dengan PT Kapuk Naga Indah,

dimana ada perizinan Pulau C, D, dan E digabung menjadi satu.

Pada 19 September 2012, Fauzi Bowo menerbitkan Peraturan Gubernur No.

121/2012 mengenai Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta.

Untuk pertama kalinya Pemda DKI Jakarta mengungkap bawah akan ada 17 pulau

yang dinamai Pulau A sampai Pulau Q dengan total wilayah 5.155 hektar. Pergub

memproyeksikan akan ada 750.000 penduduk baru di ke-17 pulau baru.

Selanjutnya pada tanggal 21 September 2012, Fauzi Bowo menerbitkan izin

prinsip untuk pulau F, G, I, dan K.

Pada 5 Desember 2012 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan PP

No. 122 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Indonesia.

Pasal 16 menyatakan bahwa izin pelaksanaan reklamasi di Kawasan Strategis

Nasional Tertentu harus mendapatkan rekomendasi menteri terkait.

11. Tahun 2014

Meski Gubernur periode sebelumnya telah mengeluarkan sejumlah izin

reklamasi, namun tak ada satu pun izin yang dikeluarkan atau pun perpanjangan

izin yang diteken oleh Jokowi. Ada beberapa aturan yang memang dikeluarkan oleh

Jokowi kala itu, yang masih berkaitan dengan Reklamasi Pantura, yakni Peraturan

Gubernur (Pergub) DKI Jakarta Nomor 146 Tentang Pedoman Teknis Membangun

dan Pelayanan Perizinan dan Prasarana Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara

Jakarta. Selain Pergub DKI Jakarta Nomor 146, Jokowi juga sempat mengeluarkan

Pergub Nomor 15 Tahun 2014 tentang Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau

- Pulau Kecil. Namun tidak ada pemberian izin terhadap satu pun pengembang

mengenai izin reklamasi di Teluk Jakarta. Jokowi sempat menyebutkan dua Pergub

ini merupakan acuan dan landasan hukum terkait dengan pengaturan izin

Page 48: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

38

Reklamasi Teluk Jakarta seperti melanjutkan aturan yang pernah dikeluarkan oleh

Presiden dan Gubernur sebelumnya, bukan pemberian izin pelaksanaan reklamasi.

Pada 10 Juni 2014, sembilan hari setelah Jokowi mengambil cuti untuk

kampanye presiden, Basuki Tjahaja Purnama, saat itu menggantikan Jokowi

sebagai Pelaksana Tugas atau Plt, mengeluarkan perpanjangan izin prinsip yang

sudah kadaluwarsa di September 2013 yang dikeluarkan Fauzi Bowo di tahun 2012

untuk pulau F, G, I, dan K.

Pada 23 Desember, Ahok menerbitkan izin pelaksanaan untuk Pulau G untuk

anak perusahaan Agung Podomoro Land, PT Muara Wisesa Samudra. Saat itu

Ahok kurang dari sebulan resmi menjabat sebagai gubernur; ia dilantik pada 19

November 2014.

12. Tahun 2015

Pada bulan April, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meminta

Pemerintah Daerah (Pemda) DKI untuk menghentikan reklamasi dengan alas an itu

adalah wewenang pemerintah pusat. Pemda DKI menanggapi dengan mengatakan

bahwa reklamasi 17 pulau bukanlah bagian dari NCICD, dengan demikian

merupakan wewenang Pemda sesuai dengan Keppres 1995 mengenai Reklamasi

Pantai Utara.

Di bulan September Koalisi Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menggugat

pemda DKI karena telah menerbitkan izin untuk Pulau G untuk Pluit City di

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Nelayan mengatakan reklamasi telah

mengancam wilayah mereka mencari nafkah sehingga mereka harus berlayar lebih

jauh. Beberapa nelayan juga bersaksi telah melihat lumpur mengambang di sekitar

wilayah pembangunan Pulau G. Pada bulan Oktober 2015, Ahok kembali

mengeluarkan surat perizinan pelaksanaan reklamasi Pulau F melalui Keputusan

Gubernur Nomor 2268 Tahun 2015 kepada salah satu pengembang Badan Usaha

Miliki Daerah (BUMD) Provinsi DKI Jakarta, PT Jakarta Propertindo atau Jakpro.

Page 49: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

39

Ada 13 poin penting yang disebutkan dalam Keputusan Gubernur tersebut, seperti

halnya kewajiban dari PT Jakarta Propertindo dan kontribusi yang harus diberikan

kepada Pemprov DKI Jakarta.

Di waktu yang bersamaan dengan terbitnya Keputusan Gubernur Pulau F, Ahok

mengeluarkan izin pelaksanaan reklamasi Pulau I, melalui Keputusan Gubernur

Nomor 2269 Tahun 2015 kepada pengembang PT Jaladri Kartika Pakci. Adapun

pembangunan reklamasi di Pulau I nantinya akan diperuntukkan pembangunan real

estate dan Gedung perkantoran. Pada 17 November 2015, Ahok kembali

mengeluarkan perizinan pelaksanaan reklamasi kepada pengembang PT

Pembangunan Jaya Ancol. Dengan adanya Keputusan Gubernur DKI Jakarta

Nomor 2485 ini artinya Pemprov DKI Jakarta menyetujui izin pelaksanaan

reklamasi Pulau K, yang sudah sesuai dengan aturan.

Pada 23 November, pemda DKI mengirimkan dua rancangan peraturan daerah

tentang zonasi reklamasi dan pulau-pulau kecil di utara Jakarta dan rencana tata

ruang kawasan strategis reklamasi ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Pemda DKI mengatakan reklamasi penting untuk pembangunan waterfront city di

Jakarta.

13. Tahun 2016

Di bulan Januari, The Jakarta Post menemukan gambar satelit dari Google

Earth yang memperlihatkan bahwa KNI telah membangun Pulau C yang melekat

pada Pulau D. Di Februari KNTI menggugat Pemerintah Daerah (Pemda) atas

penerbitan izin pelaksanaan pulau F, I, dan K di PTUN. Kemudian Ahok

mengeluarkan kebijakan baru melalui Pergub Nomor 206, yang mana peraturan ini

berkaitan dengan Panduan Rancang Kota Pulau C, D dan E Hasil Reklamasi

Kawasan Startegis Pantura Jakarta. Pergub ini dikeluarkan tentunya untuk

Page 50: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

40

memberikan pedoman kepada para pengembang yang telah mendapatkan kartu

hijau, mulai dari prinsip dan pelaksanaan reklamasi.

Pada bulan Maret, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap tangan

anggota DPRD DKI Jakarta dari Partai Gerindra, M. Sanusi, dengan tuduhan suap

berkait dua raperda reklamasi. KPK juga menahan Presiden Direktur Agung

Podomoro Land, Ariesman Widjaja untuk dugaan yang sama. Pada tanggal 18

April, Menko Maritim Rizal Ramli mengeluarkan moratorium untuk Pulau C, D, E

dan G. Pekerjaan reklamasi dihentikan. Pada tanggal 27 April, Presiden Jokowi

pasca kepulangannya dari Belanda, mengadakan rapat terbatas mengenai NCICD,

dan meminta agar NCICD dilanjutkan dan jangan dipersempit menjadi 17 pulau

saja.

Pada tanggal 31 Mei, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta

memenangkan gugatan nelayan Jakarta Utara melawan PT Muara Wisesa Samudra

dan Pemerintah DKI Jakarta yang mengeluarkan Izin Pelaksanaan Pulau G. Dalam

pertimbangan hukumnya, hakim menyatakan bahwa izin reklamasi

a. Melanggar hukum karena tidak dijadikannnya UU 27 Tahun 2007 dan UU 1

Tahun 2014 sebagai dasar

b. Tidak adanya rencana zonasi sebagaimana diamanatkan Pasal 7 ayat 1 UU 27

Tahun 2007

c. Proses penyusunan Amdal tidak partisipatif dan tidak melibatkan nelayan

d. Reklamasi tidak sesuai dengan prinsip pengadaan lahan untuk kepentingan

umum sebagaimana UU 2/2012.

e. Tidak ada kepentingan umum dalam reklamasi, hanya kepentingan bisnis

semata

f. Mengganggu objek vital

g. Menimbulkan dampak fisik, biologi, sosial ekonomi, dan infrastruktur.

h. Hakim juga menyatakan bahwa reklamasi menimbulkan kerusakan lingkungan

dan berdampak kerugian bagi para penggugat (nelayan)

Page 51: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

41

Pada tanggal 27 Juli, Presiden Jokowi melakukan penggantian kabinet. Rizal

Ramli diganti oleh Luhut Binsar Pandjaitan. Pada bulan September Menko

Perekonomian dan Maritim yang baru Luhut Panjaitan menyatakan reklamasi

Teluk Jakarta tidak Bermasalah dan bisa dilanjutkan, sehingga menimbulkan pro

dan kontra.

Pada tanggal 19 Oktober 2016, Kementerian Agraria dan Tata Ruang

mengembalikan berkas permohonan HPL kepada Pemprov DKI. Pada tanggal 20

Oktober 2016, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara memenangkan Banding

kepada PT Muara Wisesa dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pada tanggal 23

Oktober, 2 hari sebelum cuti kampanye, Gubernur Ahok menandatangani Peraturan

Gubernur 206 tentang Panduan Rancang Kota Pulau C, D dan E.

14. Tahun 2017

Pemerintah Provinsi Jakarta menyatakan PT Kapuk Naga Indah selaku

pengembang pulau buatan telah memenuhi seluruh syarat perbaikan dalam Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) reklamasi Pulau C dan D di Teluk Jakarta.

Pada tanggal 25 April, PTSP DKI menerbitkan Kelayakan Lingkungan Hidup dan Izin

lingkungan reklamasi Pulau C dan D. Menurut Kepala Bidang Pengendalian Dinas

Lingkungan Hidup dan Kebersihan DKI Jakarta Andono Warih, izin lingkungan layak

diberikan karena PT Kapuk Naga Indah selaku pengembang pulau buatan telah

memenuhi seluruh syarat perbaikan dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(Amdal) reklamasi Pulau C dan D.

Seluruh perbaikan dokumen Amdal oleh PT Kapuk Naga Indah, tukas Andono

mengacu pada Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti

Nurbaya mengenai penghentian sementara seluruh kegiatan Pulau C, D dan G serta

pembatalan Pulau E (SK.356/Menlhk/Setjen/Kum.9/5/2016). Selain memperhatikan

syarat perbaikan dari Menteri Siti, prosedur penerbitan izin lingkungan Pulau C dan D

kata dia juga didasarkan pada Peraturan Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan

Page 52: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

42

Dokumen Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin Lingkungan (Permen LH Nomor 08

Tahun 2013).11

Pada tanggal 12 dan 19 Juni, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan

Pertanahan Nasional menerbitkan sertifikat HPL atas nama pemerintah DKI Jakarta

untuk Pulau D, setelah itu PT Kapuk Naga Indah mengajukan sertifikat HGB atas pulau

tersebut pada tanggal 21 Agustus ke kantor Pertanahan Jakarta Utara. Kemudian surat

ukur untuk keperluan sertifikat HGB terbit pada 23 Agustus dengan luas 312 hektar.

Satu hari setelah itu, sertifikat HGB dikeluarkan pada 24 Agustus atas nama PT Kapuk

Naga Indah untuk pulau D seluas 312 hektar.12

Sebelumnya pada tanggal 23 Agustus, Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat

menyurati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar mencabut sanksi

administrasi dengan alasan semua syarat telah dipenuhi. Kemudian tanggal 30 Agustus,

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencabut sanksi moratorium karena

11 syarat dianggap sudah dipenuhi.

Pada tanggal 2 Oktober, Gubernur Djarot menandatangani Peraturan Gubernur

(Pergub) No.137/2017 tentang Panduan Rancang Kota Pulau G, penyusunan pergub

tersebut dimaksudkan untuk memberikan pedoman dalam persiapan dan perencanaan

pembahasan Pulau G dan akan menjadi rancangan tata kota atau Urban Design

Guideline (UDGL) definitif pulau G.13

11 “Alasan Pemprov DKI Jakarta Terbitkan Izin Lingkungan Pulau C dan D” diakses tanggal

31 Juli 2019 dalam https://kbr.id/nasional/05-

2017/_alasan_pemprov_jakarta_terbitkan_izin_lingkungan_pulau_c_dan_d/90075.html

12 “BPN Sebut Penerbitan Sertifikat HGB Pulau D Diminta Jokowi” diakses tanggal 31 Juli

2019 dalam https://www.suara.com/news/2017/08/29/151837/bpn-sebut-penerbitkan-sertifikat-hgb-

pulau-d-diminta-jokowi

13 Bab II, maksud dan tujuan pasal 2, Pergub No.137/2017 tentang Panduan Rancangan Kota

Pulau G Hasil Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

Page 53: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

43

Pada tanggal 5 Oktober, Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman mencabut

Moratorium untuk Pulau C, D, dan G. Dokumen itu ditandatangani langsung oleh

Luhut Pandjaitan dengan judul surat 'Pencabutan Penghentian Sementara (Moratorium)

Pembangunan Proyek Reklamasi Teluk Jakarta'.14 Kemudian tanggal 6 Oktober,

Gubernur Djarot menuliskan surat kepada DPRD DKI untuk mulai membahas Raperda

tentang Reklamasi. Dalam surat itu, Djarot juga mengingatkan perlu diaturnya

kontribusi 15 persen dari pengembang. Sebagaimana diketahui, Djarot akan habis masa

jabatan sebagai Plt Gubernur DKI Jakarta pada hari Senin, 16 Oktober 2017 yang akan

digantikan dengan Gubernur DKI Jakarta terpilih periode 2017-2022, Anies Baswedan

dan Sandiaga Uno. Keduanya akan dilantik sebagai Gubernur terpilih pada tanggal 16

Oktober 2017 sore di Istana oleh Presiden Joko Widodo.

Tanggal 14 Desember, Gubernur Anies mencabut dua Rancangan Peraturan Daerah

(Raperda) tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis (RTRW) dan Raperda

tentang Rancangan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K).

Raperda tersebut dibuat pada periode Gubernur sebelumnya yang dimaksudkan sebagai

landasan hukum pembangunan pulau reklamasi pantai utara.

15. Tahun 2018

Tanggal 9 Januari, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta Badan

Pertanahan Nasional (BPN) atau Kementerian Agraria dan Tata Ruang mencabut

sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) di sejumlah pulau hasil Reklamasi Teluk Jakarta.

Hal itu ia sampaikan dalam surat resmi Gubernur DKI Jakarta bernomor 2373/-1.794.2.

Alasannya karena keluarnya HGB, khususnya untuk pulau D, tidak sesuai dengan

peraturan yang ada. Menurutnya, sertifikat tersebut diberikan sebelum adanya

pengesahan dua Rancangan Peraturan Daerah yang menjadi alas hukum pelaksanaan

reklamasi Jakarta yakni, Rancangan Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara

14 “Kronologi Pencabutan Moratorium Pembangunan 17 Pulau Reklamasi” diakses 1 Agustus

2019 dalam https://kumparan.com/@kumparannews/kronologi-pencabutan-moratorium-pembangunan-

17-pulau-reklamasi

Page 54: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

44

Jakarta (RTRKS Pantura) dan Rancangan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau

Kecil (RZWP3K).15

Tanggal 4 Juni, Pemprov DKI telah menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub)

No.52/2018 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Koordinasi

Pengelolaan Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Pergub itu mengatur pembentukan Badan

Koordinasi dan Pengelolaan Reklamasi (BKP) Pantai Utara Jakarta. Badan itu

mempunyai tugas mengoordinasikan perencanaan, pelaksanaan dan pelaksanaan

penyelenggaraan Reklamasi Pantura Jakarta, pengelolaan hasil Reklamasi Pantura

Jakarta dan penataan kembali kawasan daratan pantai utara Jakarta serta memberikan

rekomendasi kebijakan dalam rangka penyelenggaraan Reklamasi Pantura Jakarta, dan

penataan kembali kawasan daratan pantai utara Jakarta.16 Ketua Komunitas Nelayan

Tradisional (KNT), Iwan, menyebut Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 58 Tahun

2018 yang dikeluarkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi kado

pahit bagi para nelayan menjelang perayaan Idul Fitri tahun 2018 ini. Menurutnya,

dengan diterbitkannya Pergub No.58 maka ada kemungkinan Pemprov DKI

melanjutkan proyek reklamasi. Apabila proyek reklamasi lanjut, Iwan melanjutkan,

akan membuat nasib nelayan tidak jelas.17 Namun, Gubernur Jakarta Anies Baswedan

membantah akan melanjutkan reklamasi. Menurutnya Pergub No.58 bertujuan untuk

mengatur pulau reklamasi yang sudah terlanjur dibangun.18

15 “Anies Minta BPN Cabut HGB Pulau Reklamasi Karena Langgar Aturan” diakses 1

Agustus 2019 dalam https://tirto.id/anies-minta-bpn-cabut-hgb-pulau-reklamasi-karena-langgar-aturan-

cC1n

16 Pergub No.58/2018 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Koordinasi

Pengelolaan Reklamasi Pantai Utara Jakarta

17 “Pergub Reklamasi, Kado Pahit Anies ke Nelayan Jelang Lebaran” diakses 1 Agustus 2019

dalam https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180613120349-20-305777/pergub-reklamasi-kado-

pahit-anies-ke-nelayan-jelang-lebaran

18 “Anies: Yang Sebut Reklamasi Lanjut Berarti Kritik Imajinasi Sendiri” diakses 1 Agustus

2019 dalam https://news.detik.com/berita/4068980/anies-yang-sebut-reklamasi-lanjut-berarti-kritik-

imajinasi-sendiri

Page 55: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

45

Tanggal 7 Juni, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan bahwa dua

pulau reklamasi di Teluk Jakarta, C dan D, atas nama PT Kapuk Naga Indah disegel

oleh Pemprov DKI Jakarta. Dalam kesempatan yang sama, seluruh aktivitas

pembangunan di kedua pulau tersebut juga dihentikan lantaran melanggar banyak

ketentuan dan belum memiliki izin lengkap dari DKI Jakarta. Diketahui bahwa jumlah

bangunan di kedua pulau tersebut mencapai 932 unit yang terdiri dari 212 unit rukan,

409 rumah tinggal tapak ukuran 60, serta 311 unit rumah dan rukan yang masih

setengah jadi.19

Usai Rapat Paripurna DPRD DKI Jakarta pada Rabu 26 September, Anies

Baswedan secara resmi menghentikan segala proyek reklamasi di wilayahnya dan

mencabut izin prinsip 13 pulau dari 17 total pulau reklamasi. Keputusan tersebut

diambil setelah Pemprov DKI Jakarta melakukan verifikasi atas seluruh kegiatan

reklamasi di Pantai Utara Jakarta. Saat proses verifikasi, Pemprov DKI Jakarta

menemukan berbagai pelanggaran yang dilakukan pengembang, antara lain dalam hal

desain dan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal).20 Dalam kesempatan yang sama,

Pemprov DKI Jakarta tidak menyediakan ruang untuk negosiasi, dan menyatakan siap

digugat secara hukum oleh pengembang. Direktur Eksekutif WALHI Jakarta, Tubagus,

menyayangkan masih ada izin 4 pulau yang tidak dicabut. Menurutnya, 4 pulau yang

sudah terlanjur dibangun tersebut cacat hukum sejak awal dibangun dan telah memberi

dampak sosial kepada masyarakat sekitar yang kehilangan mata pencaharian. Tubagus

juga menyarankan Pemprov DKI Jakarta untuk mengambil alih 4 pulau oleh

pemerintah tanpa ada campur tangan swasta.21

19 “Anies Baswedan Segel 932 Unit Bangunan di Pulau Reklamasi” diakses 1 Agustus 2018

dalam https://tirto.id/anies-baswedan-segel-932-unit-bangunan-di-pulau-reklamasi-cLU2

20 “Reklamasi 13 Pulau di Teluk Jakarta dibatalkan Gubernur Anies Baswedan: Yang Harus

Anda Ketahui” diakses 1 Agustus 2019 dalam https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45662194

21 Lia Harahap, “WALHI: Harusnya Pemprov DKI Juga Berani Cabut Izin 4 Pulau

Reklamasi” diakses 1 Agustus 2019 dalam https://www.merdeka.com/jakarta/walhi-harusnya-

pemprov-dki-juga-berani-cabut-izin-4-pulau-reklamasi.html

Page 56: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

46

Pada tanggal 9 November, Anies Baswedan menandatangani Pergub No.120/2018

tentang penugasan pada PT Jakpro dalam pengelolaan Reklamasi Pantai Utara. Pergub

tersebut diteken Gubernur pada 9 November dan mulai diundangkan pada 16

November. Dalam Pergub itu dijelaskan bahwa PT Jakpro berhak mengelola lahan

kontribusi sesuai dengan panduan rancangan kota. Selain itu, PT Jakrpro juga

diperbolehkan melakukan kerja sama pengelolaan sarana, prasarana, dan utilitas umum

lainnya pada pemegang izin pelaksanaan reklamasi sesuai yang diamanatkan dalam

Panduan Rancang Kota.22 Senin 26 November, Pemprov DKI mengubah nama Pulau

C, D, dan G. Nama pulau-pulau tersebut diganti dari Pulau C menjadi ‘Pantai Kita’,

kemudian pulau D menjadi ‘Pantai Maju’, dan Pulau G menjadi ‘Pantai Bersama’.

Perubahan nama tersebut setelah Gubernur DKI menandatangani keputusan gubernur

nomor 1744.23

16. Tahun 2019

Bulan Juni, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menerbitkan izin mendirikan

bangunan (IMB) untuk 932 bangunan yang telah didirikan di Pulau D hasil reklamasi

di pesisir utara Jakarta. Di Pulau D, terdapat 932 bangunan yang terdiri dari 409 rumah

tinggal dan 212 rumah kantor, 311 rukan dan rumah tinggal yang belum selesai

dibangun. Gubernur Anies Baswedan melalui siaran pers yang dilakukan Kamis 14

Juni, penerbitan IMB sudah sesuai prosedur dan transparan. Menurutnya walaupun

sebelumnya terjadi penyegelan bangunan yang terjadi di Pulau D, namun pengembang

tidak kehilangan haknya untuk mengurus IMB.24

22 Pasal 2, Pergub No 120/2018 tentang Penugasan Kepada Perseroan Terbatas Jakarta

Propertindo Dalam Pengelolaan Tanah Hasil Reklamasi Pantai Utara Jakarta

23 Kepgub No 1744/2018, tentang Penamaan Kawasan Pantai Kita, Kawasan Pantai Maju,

dan Kawasan Pantai Bersama Kota Administrasi Jakarta Utara

24 Nibras Nada Nailufar, Kronologi Penerbitan IMB Pulau Reklamasi, diakses pada 8

Agustus 2019 dalam https://megapolitan.kompas.com/read/2019/06/14/08564111/kronologi-

penerbitan-imb-pulau-reklamasi

Page 57: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

47

9 Juli, Pengadilan Tata Usaha Negara mengabulkan gugatan PT Taman Harapan

Indah tentang pencabutan izin pelaksanaan reklamasi pulau H. Pencabutan izin ini

menanggapi Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang tertuang

dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.1409/2018 tanggal 6 September

2018. Kepgub ini dibuat Anies menyangkut Pencabutan Keputusan Gubernur DKI

Jakarta No.2637/2015 tentang Pemberian Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau H kepada

PT Taman Harapan Indah, sehingga PTUN Jakarta mewajibkan Gubernur DKI Jakarta

memproses izin perpanjangan keputusan era Basuki Tjahaja Purnama terkait

pemberian izin reklamasi Pulau H di Teluk Jakarta.

Lalu tanggal 19 Juli, Pemprov DKI Jakarta mengajukan banding atas putusan

PTUN yang mengabulkan gugatan PT Taman Harapan Indah tentang pencabutan izin

pelaksanaan reklamasi Pulau H. Selain Pulau H, ada tiga pengembang lain yang juga

menggugat SK Gubernur. Mereka adalah PT Agung Dinamika Perkasa pengembang

Pulau F yang mendaftarkan gugatan pada 26 Juli 2019 dan PT Jaladri Kartika Pakci

pengembang Pulau I pada 27 Mei 2019. Lalu, PT Manggala Krida Yudha pengembang

Pulau M pada 27 Februari 2019.

Page 58: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

48

BAB IV

ANALISIS KEBIJAKAN REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA

Dalam bab ini akan dibahas faktor-faktor penyebab dihentikannya proyek

reklamasi Pantai Utara serta proses dan implementasi kebijakan yang sudah

dilaksanakan. Selain itu, bab ini juga akan menganalisis landasan hukum Reklamasi

Pantai Utara yang digunakan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam

menghentikan proyek Reklamasi Pantai Utara Jakarta.

A. Pencabutan Izin Reklamasi Teluk Jakarta

1. Dasar dan Implementasi

Dalam perjalanannya sejak direncanakan oleh Gubernur Wiyogo Atmodarminto,

dan direstui oleh pemerintah pusat yang dipimpin Presiden Soeharto dengan

diterbitkannya Keppres 52/1995, berdasarkan isi dari Keppres tersebut disebutkan

bahwa Reklamasi Pantai Utara merupakan sepenuhnya wewenang Gubernur DKI

Jakarta. Saat itu, proyek Reklamasi Pantai Utara semakin mulus dengan dibentuknya

Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Komisi Penilai AMDAL)

pada tahun 1999. Namun Kementrian Lingkungan Hidup merespon pembentukan

Komisi Penilai AMDAL dengan mengatakan bahwa Reklamasi Pantai Utara Jakarta

berbahaya bagi lingkungan dan berdampak buruk bagi masyarakat terutama nelayan.

Dalam rencananya, kegiatan reklamasi Pantai Utara Jakarta bertujuan untuk menambah

wilayah daratan yang akan digunakan sebagai pusat bisnis baru, perkantoran,

pelabuhan, tempat wisata sampai pemukiman mewah untuk masyarakat menengah

keatas.

Dalam konsep perizinan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi DKI

Jakarta, ada beberapa tahapan-tahapan dimana para pengembang reklamasi harus

memenuhi persyaratan dalam mendapatkan izin pembangunan dari Pemprov DKI

selaku pemilik lahan. Sebagai wilayah baru yang akan dibangun, reklamasi teluk

Page 59: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

49

Jakarta membutuhkan beberapa aturan yang mesti dikeluarkan Pemprov untuk

pengembang sebagai landasan hukum dalam menentukan suatu zonasi wilayah.

Tahapan pertama adalah Izin Prinsip Pemanfaatan Ruang, seperti dijelaskan dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15/2010 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang, disebutkan bahwa Izin Prinsip adalah surat izin yang diberikan oleh

pemerintah/pemerintah daerah untuk menyatakan suatu kegiatan secara prinsip

diperkenankan untuk diselenggarakan atau beroprasi dan sebagai pertimbangan

pemanfaatan lahan berdasarkan aspek teknis, politis, dan sosial budaya.1 Setelah

diterbitkannya Keppres No. 52/1995, beberapa izin prinsip diberikan Pemprov DKI

Jakarta kepada pengembang diantara lain PT Kapuk Naga Indah yang mendapat

persetujuan izin prinsip reklamasi tanggal 19 Juli 2007 melalui keputusan nomor

1571/-1.711 untuk Pulau 2A, lalu izin prinsip pulau A dan B dengan nomor izin 1289/-

1.794.2. yang dikeluarkan tanggal 21 September 2012, PT Kawasan Ekonomi Khusus

atas pulau O dengan nomor izin 1281/-1.794.2. yang dikeluarkan tanggal 21 september

2012, PT Manggala Krida Yudha atas pulau M dengan nomor izin 1283/1.794.2 yang

dikeluarkan tanggal 21 September 2012, kemudian PT Pembangunan Jaya Ancol atas

pulau L, J dan I dengan nomer izin 1276/-1.794.2.8. yang dikeluarkan tanggal 21

September 2012.

Sebagai pihak yang mendorong terealisasinya proyek reklamasi teluk Jakarta yang

digagas presiden Soeharto, dukungan terhadap reklamasi teluk Jakarta masih berjalan

hingga tahun 2017 periode Gubernur Basuki Tjahja Purnama. Dalam tahapan perizinan

pulau reklamasi teluk Jakarta, ketika izin prinsip sudah terbit maka tahapan selanjutnya

adalah izin pelaksanaan yang memuat kewajiban pengembang secara umum. Genap

sebulan memimpin menggantikan Gubernur Jakarta sebelumnya Joko Widodo tahun

2014, Gubernur Ahok sudah mengeluarkan izin pelaksanaan Reklamasi Teluk Jakarta

untuk Pulau G dengan perusahaan pengembang PT Muara Wisesa Samudra melalui

Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 2238 pada tanggal 23 Desember 2014 silam.

1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan

Ruang, Pasal 163, Ayat (1), Huruf A.

Page 60: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

50

Selang beberapa lama, Ahok kembali menerbitkan izin pelaksanaan untuk pulau F

dengan Keputusan Gubernur No 2268/2015 untuk PT Jakarta Propertindo. Bertepatan

dengan terbitnya izin pelaksanaan pulau F, Ahok kembali menerbitkan izin

pelaksanaan untuk pulau I melalui Keputusan Gubernur No. 2269/2015 kepada PT

Jaladri Kartika Pakci, sampai perizinan Pulau K untuk PT Pembangunan Jaya Ancol

dengan nomer putusan 2485. Dengan diterbitkannya izin-izin pelaksanaan tersebut,

artinya empat pengembang sudah dapat melanjutkan pembangunan reklamasi sesuai

dengan aturan pemanfaatan lahan dari masing-masing pulau. Sejak pertama kali

menjabat sebagai Gubernur DKI, Ahok memang memperlihatkan keseriusan untuk

melanjutkan pembangunan reklamasi teluk Jakarta, dengan alasan pembangunan

reklamasi teluk Jakarta akan memberikan keuntungan bagi warga DKI Jakarta.

Alasannya pembebanan biaya reklamasi teluk Jakarta ditanggung pengembang dan

tidak dibebankan Pemprov DKI Jakarta, terlebih lagi Pemprov menetapkan biaya

retribusi dan kontribusi tambahan yang harus dibayarkan pengembang sebagai pajak

yang akan digunakan untuk membangun Jakarta. Rencananya dana kontribusi

tambahan yang dibebankan untuk pengembang nanntinya akan digunakan untuk

dialokasikan sebagai penataan kembali daratan pesisir pantai utara Jakarta.

Gubernur Ahok kembali menunjukkan keseriusannya dalam kelanjutan proyek

reklamasi dengan membahas Rancangan Peraturan Daerah atau Raperda perihal

Kawasan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta (Pantura) pada

sidang Paripurna yang diselenggarakan 25 November 2015, Raperda ini direncanakan

dapat menjadi landasan hukum dalam pembangunan Reklamasi mendatang. Dalam

Paripurna tersebut, Ahok menjelaskan bahwa status lahan reklamasi 100% adalah milik

Pemprov DKI Jakarta dengan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) atas nama Pemprov

Jakarta, sedangkan pada lahan-lahan yang ingin dikembangkan sebagai komersil oleh

pengembang hanya diberi Hak Guna Bangunan (HGB) yang kemudian dari total luas

lahan pulau, sekitar 5% wajib diserahkan kepada Pemprov Jakarta.2 Dalam

2 Kurnia Sari Aziza, Ahok Ajukan Raperda Reklamasi Pantai Utara Jakarta, diakses pada

tanggal 6 September 2019 dari situs

Page 61: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

51

penjelasannya di sidang Paripurna, Ahok juga menjelaskan secara detail tentang

kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi pengembang. Kewajiban pertama, setiap

pengembang wajib menyediakan 5% dari total luas lahan pulau untuk Pemprov DKI

Jakarta, selain itu pengembang juga diwajibkan untuk menyediakan 30% Ruang

Terbuka Hijau atau RTH dengan spesifikasi 20% terbuka untuk umum dan 10% untuk

privat. Dari berbagai kewajiban yang harus dipenuhi pengembang, salah satu

kewajiban yang diatur dalam Raperda RTR Kawasan Strategis Pantura Jakarta yang

mendapat perhatian publik adalah kontribusi tambahan yang dinilai akan

menguntungkan warga DKI Jakarta. Besaran kontribusi tambahan disebutkan sebesar

15% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) berdasarkan total lahan yang dapat dijual pada

tahun dimana tambahan kontribusi tersebut dikenakan.3

Awal mula penetapan kontribusi tambahan sebesar 15% bagi pengembang

reklamasi sudah didiskusikan Pemprov DKI Jakarta kepada pengembang sejak Ahok

masih menjadi wakil Gubernur Joko Widodo, menurutnya Pengembang juga tidak

keberatan atas kontribusi tambahan yang ditetapkan Pemprov DKI Jakarta dan sepakat

atas peraturan tersebut.4 Namun tidak dijelaskan lebih jauh mengenai mekanisme

perhitungan, prosedur pembayaran, lokasi, besaran dan lokasi jenis pengenaan

kewajiban kontribusi tambahan, rencananya detail aturan tersebut akan diatur dengan

Pergub secara terpisah. Dari hasil perhitungan sederhana, nilai kontribusi tambahan

yang bisa diterima Pemprov DKI Jakarta karena dapat memberi pemasukan ke kas

https://megapolitan.kompas.com/read/2015/11/26/07475601/Ahok.Ajukan.Raperda.Reklamasi.Pantai.

Utara.Jakarta

3 Pasal 166, ayat 11. Raperda tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara

Jakarta.

4 Puput Tripeni Juniman, Ahok: Kontribusi Tambahan Reklamasi Juga Untuk Bangun

Tanggul, diakses pada tanggal 11 September 2019 pada

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160916192321-20-158922/ahok-kontribusi-tambahan-

reklamasi-juga-untuk-bangun-tanggul

Page 62: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

52

daerah yaitu sebesar Rp.100 triliun per tahun sesuai dengan Nilai Jual Objek Pajak dari

setiap pengembang Reklamasi.5

Selain itu dalam perencanaan ruang untuk kawasan pesisir Jakarta, pembagian

alokasi ruang perairan, dasar hukum yang mengatur kegiatan yang diizinkan Pemprov

selaku pemilik lahan, maupun aturan mengenai kebijakan, strategi, dan arahan

pengembangan pada setiap zona rencananya akan dijabarkan dalam Raperda

Rancangan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Ruang lingkup Raperda ini

rencananya mengatur tentang batas-batas wilayah pulau yang mencakup wilayah

administrasi kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut. Dalam perjalanannya,

kedua Raperda tersebut mendapat banyak tantangan disebabkan proses politik yang

rumit. Gubernur Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama sampai mengirim surat

bernomor 4511/-075.61 kepada DPRD DKI Jakarta yang meminta kedua Raperda

tersebut segera disahkan dalam rapat paripurna DPRD.6

Menurutnya Raperda RZWP3K dan Raperda RTRKS Pantura telah selesai dibahas

bersama antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan DPRD DKI Jakarta sehingga

tidak ada lagi alasan untuk menundanya. Sejak awal dirinya menjabat menggantikan

Gubernur Joko Widodo yang naik menjadi Presiden, Ahok memang telah mengajukan

tiga Raperda kepada DPRD DKI Jakarta terhitung dari akhir tahun 2014. Namun

hampir satu tahun dirinya menjabat, baru satu Raperda yang telah rampung dibahasa

oleh DPRD. Dari 17 total Raperda prioritas Pemprov DKI, 16 sisa Raperda yang belum

dibahas rencananya ditargetkan selesai dalam kurun waktu tujuh bulan kedepan,

beberapa Raperda prioritas diantaranya adalah draft raperda tentang penyelenggaraan

5 Fadel Prayoga, Ahok: Pergub Yang Saya Keluarkan Tak Bisa Dijadikan Dasar IMB Pulau

Reklamasi, diakses tanggal 11 September 2019 pada

https://megapolitan.okezone.com/read/2019/06/19/338/2068409/ahok-pergub-yang-saya-keluarkan-

tak-bisa-dijadikan-dasar-imb-pulau-reklamasi

6 Larissa Huda, Ini Alasan Ahok Minta DPRD Segera Sahkan Raperda Zonasi, diakses

tanggal 11 September 2019 dalam https://metro.tempo.co/read/811622/ini-alasan-ahok-minta-dprd-

segera-sahkan-raperda-reklamasi/full&view=ok

Page 63: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

53

reklamasi Pantai Utara Jakarta. Namun lambannya pembahasan Raperda dalam DPRD

DKI Jakarta menurutnya tidak akan menghambat pembangunan Pemprov, menurutnya

walaupun DPRD enggan mengesahkan Perda yang mengatur Reklamasi, maka Ahok

akan mengeluarkan Peraturan Gubernur agar pembangunan reklamasi tetap berjalan.7

Pilihan dalam mengeluarkan Pergub jika pembahasan Raperda lamban memang

dimungkinkan, berdasarkan UU No 12/2011 tentang Pembentukan Perundang-

Undangan dan UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah, Pergub memang bisa

dibuat sebagai landasan hukum yang berkaitan dengan hal-hal yang menjadi urusan

wajib Pemerintah Daerah dan Gubernur memiliki kewenangan atas hal itu.

Namun dengan mudahnya Gubernur mengeluarkan Pergub bisa menimbulkan

masalah kedepannya, karena pembuatan produk hukum tidak melewati DPRD maka

kontrol publik atas kebijakan Gubernur melalui wakilnya di DPRD akan makin sulit

dilakukan. Ahok juga menegaskan tak akan menghentika proyek reklamasi walaupun

DPRD DKI belum mengesahkan dua Raperda soal reklamasi menjadi Perda, dirinya

siap menggunakan Perda yang lama yaitu Perda No. 8/1995 tentang Pelaksanaan

Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Pantai Utara Jakarta. Hanya saja yang jadi masalah

adalah, dalam Perda tahun 1995 tersebut belum dijelaskan tentang kontribusi tambahan

untuk pengembang sebesar 15% dari NJOP, yang hanya dijelaskan dalam Raperda

RTR Kawasan Strategis Pantura. Dirinya juga siap menunggu sampai Pemilu Legislatif

tahun 2019 menghasilkan anggota DPRD yang baru yang dapat mengakomondasi

besaran kewajiban 15% tersebut.8

7 Lalu Rahadian, DPRD Tak Hasilkan Perda, Ahok Santai Karena Bisa Bikin Pergub, diakses

tanggal 11 September 2019 pada https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150507114005-20-

51804/dprd-tak-hasilkan-perda-ahok-santai-karena-bisa-bikin-pergub

8 Danu Damarjati, Raperda Reklamasi Tak Kunjung Disahkan DPRD, Ahok: Pakai Perda

yang Lama, diakses tanggal 11 September 2019, pada https://news.detik.com/berita/d-

3181326/raperda-reklamasi-tak-kunjung-disahkan-dprd-ahok-pakai-perda-yang-lama

Page 64: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

54

Selain Raperda Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta, Gubernur Ahok kembali

mempercepat proses dalam perencanaan pembangunan Reklamasi Teluk Jakarta

dengan mengajukan Raperda Zonasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) untuk

tahun 2015-2035. Bedanya dengan Raperda Kawasan Strategis Pantura, Raperda

RZWP3K merupakan aturan yang berkaitan dengan peruntukan ruang laut pesisir utara

Jakarta. Dalam Raperda ini, mengatur tentang hal-hal penting seperti pemisahan zonasi

kawasan, yang memisahkan kawasan pelayaran, budidaya, atau wilayah peruntukan

umum dan konservasi. Kedua Raperda tersebut rencananya dapat menjadi landasan

hukum yang sah dalam keberlanjutan proyek Reklamasi Teluk Jakarta. Ahok pada saat

itu, beralasan bahwa dikebutnya pembangunan proyek Reklamasi Teluk Jakarta saat

itu demi mengejar kontribusi tambahan pengembang ditambah dengan terbukanya

lapangan pekerjaan yang diproyeksikan menyerap 1,2 juta tenaga kerja baru.9

Pada saat menjelang berakhirnya masa jabatan Gubernur Jakarta periode 2012-

2017, Ahok sebagai Petahana memutuskan untuk maju melanjutkan masa

kepemimpinannya sebagai gubernur untuk periode kedua melawan Anies Baswedan

dan Agus Harimurti Yudhoyono. Dalam Program Kerjanya, Ahok mengatakan bahwa

dalam periode kedua sebagai gubernur dirinya akan tetap melanjutkan Proyek

Reklamasi Pantai Utara sebagai solusi keterbatasan lahan dengan pertimbangan-

pertimbangan yang menguntungkan masyarakat Jakarta seperti yang sudah dijelaskan

diatas. Namun kedua rivalnya, menentang proyek reklamasi Jakarta dan berencana

untuk menghentikan proyek ambisius itu dengan alasan keberpihakan kepada rakyat

kecil. Anies Baswedan, sebagai calon gubernur saat itu mengatakan bahwa Reklamasi

sebagai cita-cita Soeharto berbeda dengan reklamasi yang dibangun saat ini.

Menurutnya, Reklamasi hanya akan menjadi pemukiman yang mewah dan masyarakat

9 Larissa Huda, Dipandu Ira Koesno, Begini Debat Ahok dan Anies Soal Reklamasi, diakses

pada tanggal 6 September 2019 pada https://nasional.tempo.co/read/865595/dipandu-ira-koesno-

begini-debat-ahok-dan-anies-soal-reklamasi

Page 65: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

55

kecil hanya dapat menontonnya dari jauh.10 Dalam kampanyenya, Anies Baswedan

sebagai calon gubernur yang paling lantang dalam menolak reklamasi teluk Jakarta

dalam video kampanyenya mengatakan soal keberpihakannya dengan memilih untuk

tidak membiarkan pembangunan proyek reklamasi. Anies beranggapan bahwa segala

pembangunan yang terjadi di Jakarta seharusnya dapat dimanfaatkan untuk seluruh

rakyat Jakarta bukan hanya sekelompok orang saja.11 Melalui video kampanye

berdurasi 57 detik yang diunggah akun Twitternya, Anies mengatakan bahwa dirinya

tidak ingin pulau reklamasi menjadi kawasan perumahan komersial yang hanya dapat

dinikmati kelompok mengengah keatas, dan ia berjanji tak akan tinggal diam dan akan

mencari solusi agar reklamasi dapat dinikmati bersama.12

Kampanye tolak reklamasi teluk Jakarta tampaknya mampu mendongkrak

elektabilitas Anies Baswedan melawan petahana Basuki Tjahaja Purnama, sampai

akhirnya hari Jumat, 5 Mei 2017 KPUD DKI Jakarta menetapkan Anies Baswedan dan

Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih 2017-2022. Keseriusan

Anies dalam menghentikan reklamasi dimulai 100 hari pertamanya saat menjabat, pada

bulan Desember 2017 Pemprov DKI Jakarta resmi mencabut dua rancangan peraturan

daerah (Raperda) terkait reklamasi pantai utara dari DPRD. Dua Raperda tersebut

adalah Raperda tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta

serta Raperda tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(RZWP3K). Padahal kedua Raperda tersebut sempat didorong prosesnya agar segera

diselesaikan DPRD oleh Basuki selaku Gubernur DKI periode sebelumnya sebagai

landasan hukum yang akan digunakan dalam mengatur kawasan reklamasi 17 pulau

guna membuat rancangan kebijakan maupun strategi pengembangan setiap zona di

10 Larissa Huda, Ahok Versus Anies Soal Reklamasi di Debat Final Pilkada DKI, diakses pada

tanggal 6 September 2019 pada situs https://pilkada.tempo.co/read/865536/ahok-versus-anies-soal-

reklamasi-di-debat-final-pilkada-dki/full&view=ok

11 Gregorius Aryodamar, Kilas Balik Janji Kampanye Anies Baswedan Soal Reklamasi,

https://www.idntimes.com/news/indonesia/gregorius-pranandito/kilas-balik-janji-kampanye-anies-

baswedan-soal-reklamasi/full

12 https://twitter.com/aniesbaswedan/status/837113257374568449

Page 66: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

56

kawasan pulau reklamasi. Dalam tahapan proses pembangunan reklamasi, sebelum

pemerintah daerah menerbitkan izin bangunan kepada pengembang diperlukan

landasan hukum berupa Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata Ruang Kawasan

Strategis Pantura Jakarta dan Raperda Rancangan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil (RZWP3K) guna mengatur penataan ruang wilayah, sebagai bentuk

penjabaran rencana umum tata ruang untuk pemanfaatan wilayah yang lebih spesifik

seperti penjabaran wilayah fasos-fasum, perencanaan jalur hijau, dan pemukiman

warga. Pemprov DKI melalui Kasubag Peraturan Perundang-Undangan Bidang

Pembangunan dan Lingkungan Hidup, bapak Rizka Okie Wibowo, mengatakan bahwa

salah satu faktor dicabutnya izin beberapa pulau reklamasi merupakan konsekuensi

politis atas keinginan Gubernur dalam menghentikan proyek reklamasi.

“Karena faktor politis, kebijakan Gubernur karna waktu itu Gubernur

ingin melihat kembali Raperda yang sudah disampaikan ke DPRD. Memang

persisnya waktu itu sudah pembahasan (Raperda), hampir Paripurna. Cuma

mungkin Gubernur ingin melihat kembali substansi materi Raperda

RZWP3K dan RTR Kawasan Strategis Pantura sehingga dicabut dari

DPRD.”13

Pemprov DKI juga mengatakan alasan Anies mencabut Raperda tentang Tata

Ruang Kawasan Pantura Jakarta dan Raperda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) karena isi Raperda tersebut menurutnya sudah tidak

sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini, karena itu perlu pengkajian ulang dengan

melihat segala aspek seperti aspek geopolitik, aspek ekonomi, hingga aspek sosial.14

Selain itu Pemprov DKI Jakarta menerbitkan Pergub No.52/2018 tentang

Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan Koordinasi dan Pengelolaan

13 Rizka Okie Wibowo, Kasubbag Peraturan Perundang-Undangan Bid. Pembangunan dan

Lingkungan Hidup, Interview Pribadi, Balaikota DKI Jakarta, 21 Oktober 2019.

14 Mochamad Zhacky, Kaji Ulang Raperda Reklamasi, Anies: Situasi Kini Beda Dengan

Dulu, diakses pada 9 September 2019 pada https://news.detik.com/berita/3756338/kaji-ulang-raperda-

reklamasi-anies-situasi-kini-beda-dengan-dulu

Page 67: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

57

Reklamasi Pantai Utara Jakarta yang mengatur tentang pembentukan Badan

Koordinasi dan Pengelolaan Reklamasi (BKP) Pantura Jakarta. BKP Pantura

mempunyai tugas mengoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

penyelenggaraan reklamasi pantura Jakarta, pengelolaan hasil reklamasi pantura

Jakarta, dan penataan kembali kawasan daratan pantai utara Jakarta serta memberikan

rekomendasi kebijakan dalam rangka penyelenggaraan reklamasi pantura Jakarta, dan

penataan kembali kawasan daratan pantai utara Jakarta.15

"Yang sudah ada, empat (pulau) itu, sesuai amanat Perpres Nomor 52 Tahun

1995 dan Perda Nomor 8 Tahun 1995, di mana pengelolaan pulau-pulau hasil

reklamasi melalui badan pengelola. Karena itulah ada badan. Jadi badan ini (BKP

Reklamasi), justru ini mengaskan bahwa kita tidak meneruskan reklamasi. Ini

mengurusi proyek yang semua, yang sudah jadi, 4 pulau itu, akan dikelola oleh

badan tadi," papar Anies.16

Pernyataan Gubernur Anies tersebut sekaligus membantah anggapan bahwa

Pergub No.58/2018 bertujuan untuk melanjutkan proyek reklamasi Pantura Jakarta.

Kecurigaan itu disampaikan oleh Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta yang merupakan

perkumpulan elemen masyarakat yang menolak reklamasi. Menurutnya Pergub

tersebut merupakan kado pahit di hari raya yang mengejutkan masyarakat terutama

nelayan pesisir, selain itu reklamasi juga dinyatakan tidak mengantongi Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) kawasan ataupun regional, tidak disertai

rencana zonasi dan kawasan strategis, ketidakjelasan lokasi pengambilan material

pasir, hingga pembangunan rumah dan ruko di atas pulau reklamasi tanpa IMB bahkan

tanpa sertifikat tanah.17

15 Pasal 4, Pergub No.58/2018 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja Badan

Koordinasi Pengelolaan Reklamasi Pantai Utara Jakarta.

16 Mochhamad Zhacky, Bentuk BKP Pantura, Anies Tegaskan Reklamasi Tetap Tak

Dilanjutkan, diakses 16 Oktober 2019, dalam https://news.detik.com/berita/d-4068940/bentuk-bkp-

pantura-anies-tegaskan-reklamasi-tetap-tak-dilanjutkan

17 Danu Damarjati, Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta Kecam Pergub BKP Reklamasi Anies,

diakses 16 Oktober 2019, dalam https://news.detik.com/berita/4067111/koalisi-selamatkan-teluk-

jakarta-kecam-pergub-bkp-reklamasi-anies

Page 68: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

58

Namun Pemprov DKI mencoba menjawab keraguan berbagai pihak dalam

mempertanyakan keseriusan dalam menghentikan proyek reklamasi. Dihadapan para

awak media Balaikota, Anies Baswedan mengumumkan bahwa secara resmi Pemprov

DKI mencabut izin prinsip 13 pulau dari total 17 izin prinsip yang pernah dikeluarkan

Pemprov oleh Gubernur periode sebelumnya. Anies mengatakan bahwa Reklamasi

telah menjadi bagian dari sejarah, tapi bukan bagian dari masa depan Jakarta.18 Meski

mencabut izin prinsip 13 proyek reklamasi, empat pulau tidak dicabut izinnya lantaran

sudah terlanjur dibangun, dan akan dikelola oleh badan BKP Pantura yang akan

mengatur dan memberi masukan kepada gubernur apa yang akan dilakukan

selanjutnya. Sebanyak 13 pulau reklamasi yang dicabut antara lain izin prinsip pulau

A, B, E, yang dipegang oleh PT Kapuk Naga Indah, izin pulau J dan K oleh PT

Pembangunan Jaya Ancol, izin Pulau L dan M oleh PT Manggala Krida Yudha, izin

pulau O dan F oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro), izin Pulau P dan Q oleh KEK

Marunda Jakarta, izin Pulau H oleh PT Taman Harapan Indah, serta izin Pulau I oleh

PT Jaladri Kartika Pakci. Setelah mencabut izin prinsip reklamasi Pantura Jakarta,

Anies menyerahkan pengelolaan tiga Pulau reklamasi, yakni pulau C, D, dan G kepada

PT Jakpro, salah satu BUMD milik DKI Jakarta, dengan memberi landasan hukum

berupa Pergub No.120/2018 yang menjelaskan PT Jakpro berhak mengelola lahan

kontribusi sesuai dengan panduan rancangan kota. Selain itu Jakpro juga diperbolehkan

melakukan kerja sama pengelolaan sarana, prasarana, dan fasilitas umum lainnya pada

pemegang izin pelaksanaan reklamasi kepada Pemprov DKI. Anies juga mengganti

nama dan memberi nama baru untuk tiga pulau yang terlanjur terbentuk, yang

sebelumnya lebih dikenal dengan pulau C, D, dan G. Menurutnya, sebuah lahan yang

merupakan hasil dari reklamasi disebut dengan kawasan pantai.

18 Akhir Drama Reklamasi Teluk Jakarta di Tangan Anies, diakses 16 Oktober 2019, dalam

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181218135010-20-354542/akhir-drama-reklamasi-teluk-

jakarta-di-tangan-anies

Page 69: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

59

"Pulau C menjadi Kawasan Pantai Kita, Pulau D menjadi Kawasan Pantai

Maju, Pulau G menjadi Kawasan Pantai Bersama,"19

Pencabutan izin 13 pulau reklamasi bukan tanpa sebab, Jakarta sebagai kota kota

pesisir yang terdapat 13 muara sungai akan mengakibatkan penumpukan lumpur

maupun sedimentasi yang memperparah banjir di Jakarta. Selain itu, Jakarta telah

mengalami fenomena turunnya permukaan tanah akibat ekspoitasi air tanah oleh

masyarakat secara berlebihan. Penggunaan air tanah yang berlebihan mengakibatkan

kandungan air di pori-pori tanah berkurang, sehingga permukaan tanah turun lantaran

adanya rongga tersebut. Kemudian banyaknya beban diatas permukaan tanah yang

berlebihan seperti gedung-gedung dan bangunan memperparah turunnya permukaan

tanah karna membebani lapisan dibawahnya.

“Jakarta ini adalah pesisir, di Jakarta dialiri 13 sungai, yang kemudian

kenyataan berikutnya, Jakarta permukaan air tanahnya menurun, sehingga

permukaan air laut sering lebih tinggi daripada permukaan air sungai. Bayangkan

ketika hujan, dari Jakarta maupun dari pegunungan, air nya turun sampai ke

pesisir Jakarta, kemudian daratannya bertambah 3-5 kilometer.” Ujar Anies

Baswedan.20

Pemprov DKI juga membantah tudingan berbagai pihak yang mengatakan bahwa

dirinya akan membongkar reklamasi yang sudah terlanjur dibangun. Dalam janji

kampanye Anies Baswedan saat maju sebagai Cagub DKI Jakarta yang mengatakan

akan menghentikan proyek reklamasi, dirinya yang sudah menjadi Gubernur saat ini

menjelaskan bahwa menghentikan reklamasi bukan berarti membongkar pulau yang

sudah terlanjur dibangun. Pulau yang sudah terlanjur dibangun, akan dikelola oleh

Badan Koordinasi dan Pengelolaan (BKP) Pantura Jakarta.

19 Tak Ada Pulau Baru, Anies Sebut Reklamasi Bagian Dari Pulau Jawa, diakses 17 Oktober

2019, dalam https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190626211413-20-406783/tak-ada-pulau-

baru-anies-sebut-reklamasi-bagian-pulau-jawa

20 Ddalam vlog milik akun YouTube Pandji Pragiwaksono, “Anies dan Reklamasi”, diakses

pada 18 Oktober 2019, dalam https://www.youtube.com/watch?v=F_EJfe4bBSs

Page 70: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

60

Badan tersebut selain mengelola, juga mendapat wewenang dalam mencabut izin

pulau-pulau yang melanggar aturan Pemprov DKI. Dalam pelaksanaanya, badan

tersebut berkoordinasi dengan Pemprov DKI sebelum mencabut izin-izin 13 pulau

tersebut, dan menganalisa beberapa kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh

pengembang. Audit oleh badan tersebut, akan dijadikan pertimbangan Gubernur dalam

mengambil langkah maupun kebijakan strategis terkait pembangunan pulau reklamasi.

Dari hasil audit yang dilakukan BKP Pantura, ditemukan beberapa kewajiban-

kewajiban yang tidak dilakasanakan oleh para pengembang pulau-pulau yang sedang

melakukan reklamasi.

“Misalnya gini, mereka (pengembang) kan dapat izin reklamasi, lalu dapat

kewajiban. Kewajibannya apa aja? Ada daftarnya tuh kewajibannya. Jadi

kewajibannya dicek, misalnya badan A, punya kewajiban bikin AMDAL, punya

kewajiban nunjukin sumber-sumber untuk mendapatkan (material) tanah, macam

macam (kewajibannya). Di audit, trus dilaksanakan tidak? Ternyata

kewajibannya tidak pernah dilaksanakan. Karena tidak (pernah) dilaksanakan,

maka izinnya dicabut.” Ujar Anies.

Merespon keputusan yang diambil Pemprov DKI dalam mencabut 13 izin prinsip

yang sudah dikantongi, para pengembang yang dicabut izinnya mengatakan akan

mematuhi keputusan gubernur tersebut, seperti yang dikatakan BUMD PT Jakarta

Propertindo sebagai pengembang pulau F, G, dan O.21 Pemprov DKI juga sudah siap

menghadapi gugatan para pengembang yang merasa tidak puas atas keputusan yang

diambil dalam mencabut izin prinsip para pengembang, Anies sebagai Gubernur

Jakarta yakin bahwa pencabutan izin pulau reklamasi sudah sesuai prosedur.

Keputusan tersebut juga sudah dibahas dengan Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, dan Menteri LHK menyatakan bahwa pencabutan izin

reklamasi tersebut sudah sejalan dengan Pemerintah Pusat. Ujar Marco Kusumawijaya,

21 Reklamasi 13 Pulau di Teluk Jakarta dibatalkan Gubernur Anies Baswedan: Yang Harus

Anda Ketahui, diakses pada 18 Oktober 2019, dalam https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-

45662194

Page 71: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

61

Ketua Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) bidang Pengelolaan

Pesisir seperti yang dilansir Kompas.

B. Implikasi Pencabutan Izin Reklamasi Teluk Jakarta

1. Gugatan Pengembang

Pencabutan izin 13 pulau reklamasi oleh Pemprov DKI tidak berjalan mulus dan

mendapat perlawanan. Beberapa pengembang memutuskan untuk menggugat Pemprov

DKI atas keputusannya dalam mencabut 13 izin yang tertuang dalam Keputusan

Gubernur Nomor 1409 Tahun 2018 tentang Pencabutan Izin 13 Pulau Reklamasi.

Setidaknya ada empat pengembang yang yang menganjukan gugatan ke PTUN, dan

masing-masing pengembang menggugat satu pulau. Pengembang-pengembang

tersebut adalah PT Taman Harapan Indah yang menggugat Pulau H dalam perkara

nomor 24/G/2019/PTUN-JKT, PT Jaladri Kartika Pakci selaku pengembang Pulau I

dalam perkara nomor 113/G/2019/PTUN-JKT, PT Manggala Krida Yudha yang

menggugat Pulau M dalam perkara nomor 31/G/2019/PTUN-JKT, dan terakhir PT

Agung Dinamika Perkasa yang menggugat Pulau F dalam perkara nomor

153/G/2019/PTUN-JKT.

Dalam gugatan yang dilayangkan oleh PT Taman Harapan Indah, anak usaha PT

Intiland Development Tbk yang menggugat pulau H, mengatakan bahwa Taman

Harapan Indah telah melaksanakan sejumlah kewajiban dan kontribusi yang diminta

oleh Pemprov DKI. Misalnya mengeruk Waduk Pluit, membuat saluran Intake Kali

Gendong Waduk Pluit, dan menata jalan inspeksi sejajar Kali Gendong sisi timur

Waduk Pluit, Jakarta Utara. Selain itu, gugatan kepada pemprov DKI sebagai bentuk

tanggung jawab publik terhadap pemegang saham.22

22 Ninis Chairunnisa, Alasan Pengembang Layangkan Gugatan Pencabutan Izin Reklamasi,

diakses tanggal 22 Oktober 2019, dalam https://metro.tempo.co/read/1230503/alasan-pengembang-

layangkan-gugatan-pencabutan-izin-reklamasi/full&view=ok

Page 72: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

62

“Sebagai perusahaan terbuka kami mempunyai tanggung jawab publik

terhadap pemegang saham,” Ujar Theresia Rustandi, Corporate Secretary PT

Intiland Development Tbk, yang dilansir oleh Tempo, Selasa, 30 Juli 2019.

Kewajiban itu sudah dilaksanakan karena Pemprov DKI pada tahun 2015 sudah

menerbitkan izin reklamasi Pulau H seluas 63 hektare untuk Taman Harapan Indah

melalui Keputusan Gubernur Nomor 2637 Tahun 2015 yang diteken oleh Mantan

Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Atas gugatannya tersebut, PTUN Jakarta

membatalkan keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan soal pencabutan izin

Pulau H. Majelis Hakim mewajibkan Pemprov DKI untuk mencabut Kepgub

No.1409/2018 yang dikeluarkan tanggal 6 September 2018 tentang pencabutan izin

prinsip dan pelaksanaan proyek pembangunan 13 pulau reklamasi.

“Menimbang bahwa izin reklamasi Pulau H berlaku 3 Tahun, terhitung sejak

diterbitkan pada 30 November 2015 sampai 30 November 2018, tetapi tergugat

telah menerbitkan objek sengketa (Keputusan Gubernur 1406) sebelum masa

izin berakhir,” bunyi putusan yang diteken pada 18 Juli 2019 lalu.

Dengan keputusan majelis hakim tersebut, PT Taman Harapan Indah sebagai

penggugat dapat mengajukan perpanjangan izin reklamasi Pulau H. Berdasarkan

putusan PTUN nomor 24/G/2019/PTUN-JKT, majelis hakim memutuskan bahwa

keputusan gubernur Nomor 1409 Tahun 2018 tentang pencabutan izin reklamasi

diterbitkan sebelum izin PT Taman Harapan Indah berakhir. Hakim juga menimbang

bahwa DKI Jakarta tidak memberikan peringatan dan informasi terkait pencabutan izin

tersebut kepada penggugat. Padahal menurut Hakim, berdasarkan Perpres Nomor 122

Tahun 2012 tentang reklamasi di wilayah pesisir, pencabutan izin reklamasi harus

memberi peringatan tiga kali dalam tenggang waktu satu bulan.23

23 Dwi Arjanto, DKI Siapkan Jawaban Khusus Soal Cabut Izin Reklamasi, Apa Itu?, diakses

tanggal 23 Oktober 2019, dalam https://metro.tempo.co/read/1230406/dki-siapkan-jawaban-khusus-

soal-cabut-izin-reklamasi-apa-itu

Page 73: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

63

Kemudian selanjutnya gugatan dilayangkan oleh PT Jaladri Kartika Pakci, sebagai

pengembang Pulau I. Pengembang Pulau I tersebut menggugat Surat Keputusan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1409 Tahun 2018 dalam perkara nomor

113/G/2019/PTUN-JKT. Gugatan ini masih dalam proses persidangan dan belum ada

putusan dari PTUN sejak didaftarkan pada 27 Mei 2019. Tanggapan Pemprov DKI

Jakarta atas gugatan PT Jaladri Kartika Pakci, mengatakan bahwa gugatan atas SK

Gubernur DKI tentang pencabutan izin reklamasi sudah kadaluarsa. Pemprov DKI juga

menjelaskan bahwa wewenang gubernur dalam mencabut atau memberikan izin atas

pulau-pulau reklamasi yang akan dibangun pengembang. Pemprov DKI juga menyebut

PT Jaladri Kartika Pakci tidak melaksanakan sejumlah kewajiban sebagaimana

tertuang dalam SK Nomor 2269 Tahun 2015.

Begitupun dengan PT Agung Dinamika Perkasa juga mengajukan gugatan atas

dicabutnya izin reklamasi Pulau F yang dikantongi PT Jakarta Propertindo ke PTUN

Jakarta pada 26 Juli 2019 dalam perkara nomor 153/G/2019/PTUN-JKT yang

gugatannya masih berlangsung sejak didaftarkan tanggal 26 Juli 2016.

Kemudian yang terakhir PT Manggala Krida Yudha sebagai pengembang

reklamasi Pulau M, mengajukan gugatan kepada PTUN dengan nomor perkara

31/G/2019/PTUN-JKT. Namun untuk gugatan Pulau M, Majelis Hakim menolak

gugatan yang diajukan oleh PT Manggala Krida Yudha terhadap Gubernur DKI Jakarta

Anies Baswedan. Dalam putusan tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkan

beberapa hal seperti tidak diperpanjangnya masa berlaku persetujuan Izin Prinsip

reklamasi yang diajukan PT Manggala Krida Yudha oleh Pemprov DKI Jakarta. PT

Manggala Krida Yudha sendiri mendapatkan izin prinsip reklamasi Pulau M dalam

rentang waktu 21 September 2012-2013. Kemudian pada 13 September 2013,

perusahaan itu mengajukan permohonan perpanjangan masa berlaku izin tersebut.

Namun Hakim berpendapat bahwa secara yuridis, izin prinsip pihak penggugat dalam

hal sengketa aquo telah berakhir pada 21 September 2013. Ditambah, Pemprov DKI

kala itu mengeluarkan laporan progres verifikasi awal penyelenggaraan reklamasi

Page 74: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

64

pantai Utara Jakarta. Hakim Enrico Simanjuntak, yang membacakan pertimbangan

tersebut juga mengatakan bahwa laporan tersebut dikeluarkan karena PT Manggala

Krida Yudha tidak menunjukkan adanya progres berupa pembangunan fisik dalam

pelaksanaan reklamasi Pulau M.24

“Pencabutan izin juga bisa karena belum adanya wujud pulau, jadi masih

(berbentuk) air. Untuk izin-izin yang memang sudah ada bentuk pulaunya yang

tidak dicabut.”25

Dalam pencabutan izin yang dilakukan Pemprov DKI terhadap 13 pulau reklamasi,

alasan-alasan seperti tidak dilaksanakannya izin dan telah habisnya jangka waktu

perizinan yang dimiliki pengembang menjadi alasan kuat Pemprov DKI dalam

menghentikan proyek reklamasi. Selain itu Pemprov DKI juga menjelaskan bahwa

berhak mencabut izin tanpa harus memberikan peringatan sebanyak 3 kali seperti yang

terdapat dalan Pasal 20 ayat 2 Perpres Nomor 112 Tahun 2012.

2. Gugatan LSM

Menurut Koalisi Pakar Interdisiplin dalam makalahnya Jakarta Tolak Reklamasi,

menjelaskan bahwa pembangunan reklamasi dan proyek bendungan raksasa dibangun

diatas data yang tidak memadai. Proyek reklamasi sendiri memberikan dampak

sedimentasi, turunnya kualitas air laut dan tercemar akibat logam berat sehingga

material yang keluar dari sungai cenderung tertahan dan menyebabkan kematian ikan-

ikan di teluk Jakarta. Dalam makalah yang sama, menjelaskan bahwa alasan

pembangunan reklamasi teluk Jakarta adalah disebabkan oleh kurangnya lahan untuk

masyarakat. Namun penambahan lahan berbentuk reklamasi adalah menciptakan

masalah baru. Apabila dibandingkan dengan penambahan lantai atau penambahan

infrastruktur dalam memenuhi keterbatasan lahan, teknik urban sprawl yang

24 Febriyan, Gugatan Reklamasi Pulau M Ditolak, Ini Tanggapan Pengembang, diakses

tanggal 23 Oktober 2019, dalam https://metro.tempo.co/read/1249430/gugatan-reklamasi-pulau-m-

ditolak-ini-tanggapan-pengembang

25 Rizka Okie Wibowo, Kasubbag Peraturan Perundang-Undangan Bid. Pembangunan dan

Lingkungan Hidup, Interview Pribadi, Balaikota DKI Jakarta, 21 Oktober 2019.

Page 75: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

65

diterapkan dalam reklamasi teluk Jakarta telah mendapatkan kritik selama beberapa

puluh tahun terakhir karena menimbulkan konflik dan masalah baru seperti konflik

antar daerah, ataupun konflik sosial dan reklamasi adalah penerapan dalam urban

sprawl yang paling buruk. Menurutnya, reklamasi mengubah apa yang tadinya milik

bersama menjadi milik segelintir orang. Lagipula menurutnya Jakarta memerlukan

penambahan lantai dalam pemukiman vertikal serta infrastruktur pendukungnya.

Penambahan lahan melalui praktik murah namun diperuntukkan pemilik modal

maupun pengembang dan dimudahkan oleh kebijakan diskresi yang diskriminatif

seperti reklamasi akan menimbulkan konflik yang tidak perlu dan tidak menjawab

permasalahan kebutuhan lahan di Jakarta.

Sejalan dengan Koalisi Pakar Interdispin, LBH Jakarta yang tergabung kedalam

Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta, berpendapat bahwa reklamasi teluk Jakarta

melepaskan hak negara dalam menguasai kekayaan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat kepana pengembang properti dan melanggar Pasal 33 ayat (3)

UUD 1945.26 Menurutnya reklamasi teluk jakarta akan mengurangi pendapatan dan

wilayah mencari nafkah nelayan dan memperparah pencemaran teluk Jakarta tempat

reklamasi dibangun. Lanjutnya pembangunan reklamasi akan berdampak kepada

tempat tinggal serta tempat mencari nafkah nelayan yang berdampak pada penggusuran

masyarakat kecil pesisir mengatasnamakan penertiban. Hanya untuk pembangunan

bagi segelintir kelas menengah atas, mengorbankan masyarakat kecil dengan

melanggar Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 yang menjamin Hak untuk Bertempat Tingal

dan Mendapatkan Lingkungan yang Baik dan Sehat bagi semua warga negara.

LBH Jakarta sendiri konsisten menolak reklamasi sejak reklamasi mulai gencar

dibangun saat gubernur era Basuki Tjahaja Purnama menjabat. Sampai sekarang, LBH

Jakarta pun masih mengkritisi beberapa kebijakan Gubernur DKI yang baru dan dinilai

mulai menunjukkan tanda-tanda dalam melanjutkan proyek reklamasi yang didorong

26 LBH Jakarta, 19 Alasan Tolak Reklamasi, diakses pada tanggal 29 Oktober 2019 dalam

https://www.bantuanhukum.or.id/web/19-alasan-tolak-reklamasi-jakarta/

Page 76: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

66

Gubernur Jakarta terdahulu. Misalnya kebijakan Anies Baswedan dalam menerbitkan

IMB untuk kawasan Pantai Maju. Menurut LBH Jakarta, penerbitan IMB untuk

kawasan Pantai Maju sangat tidak sesuai prosedur dan cacat hukum. LBH Jakarta juga

menilai Pemprov DKI dalam menerbitkan IMB terkesan tidak transparan dan terburu-

buru.27 Menurutnya alasan Pemprov DKI dalam menerbitkan IMB reklamasi adalah

ilegal dengan menjadikan Pergub 206/2012 tentang Panduan Rancang Kota Pulau C,

D, dan E sebagai landasan hukum. Padahal menurutnya Pergub Nomor 206 Tahun

2016 tersebut cacat hukum karena tidak mempunyai kekuatan hukum Perda yang

mengikat. LBH Jakarta juga menegaskan seharusnya penerbitan IMB harus sesuai

prosedur dan harus berdasarkan pada Rancangan Peraturan Daerah, yang seharusnya

Pemprov DKI mencabut IMB tersebut dan tidak meneruskannya karena Pemprov DKI

belum memiliki Raperda tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil (RZWP3K) dan Raperda tentang Rancangan Tata Ruang Kawasan Strategis

Pantura (RTRKS).

“Untuk menerbitkan reklamasi harus ada aturan aturan yang dipenuhi dulu,

pertama harus ada Rencana Tata Ruang Nasional, setelah itu Rencana Tata Ruang

Kawasan Strategis Pantura (RTRKS Pantura), setelah itu harus ada Rencana Zonasi

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K), dan itu yang belum pernah ada,

dan untuk di Pemprov DKI Jakarta sendiri (Perda) RZWP3K nya masih tahap

pembahasan, lalu ketika sudah ada RZWP3K lalu adanya RTR (Rencana Tata

Ruang) Jakarta, setelah itu harus ada Rencana Detail Tata Ruang yang diatur dalam

Perda, setelah itu ada namanya AMDAL Kawasan, setelah AMDAL Kawasan,

selanjutnya baru dikeluarkan Izin Lingkungan, selanjutnya Izin Prinsip, lalu Izin

Pelaksanaan, kemudian Sertifikat Hak Pakai untuk pendirian bangunan, lalu adanya

Sertifikat Hak Guna Bangunan dan IMB. Nyatanya untuk (menerbitkan) IMB ini

(landasan hukum) yang belum ada adalah RZWP3K, lalu belum ada RTRKS

Pantura, dan ini mereka (Pemprov) shortcut dengan adanya Pergub Nomor 206

Tahun 2016, itu tidak boleh. Seharusnya yang mengatur itu Perda, bukan Pergub.”28

27 CNN Indonesia, Kritik IMB Reklamasi, LBH Jakarta Pertimbangkan Gugat Anies, diakses

pada 29 Oktober 2019, dalam https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190621162541-20-

405335/kritik-imb-reklamasi-lbh-jakarta-pertimbangkan-gugat-anies

28 Ayu Eza Tiara, Pengacara Publik LBH Jakarta, Interview Pribadi, Kantor LBH Jakarta, 21

Oktober 2019

Page 77: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

67

Lagipula, IMB kawasan Pantai Maju juga berpotensi gugur apabila Peraturan

Daerah terkait pulau reklamasi terbit. Konsekuensi hukum ini akan terjadi karena

Pemprov DKI Jakarta masih menggunakan Pergub era gubernur sebelumnya Basuki

Tjahaja Purnama sebagai landasan hukum menerbitkan IMB. Dalam pergub tersebut

menjelaskan tentang Pasal yang sifatnya darurat misalnya apabila Perda tentang

Kawasan Strategi Pantura ditetapkan, Pergub ini harus menyesuaikan dengan Perda

dengan segala resiko menjadi tanggungjawab pengembang Pulau C, Pulau D, dan

Pulau E.29 Jika merujuk kepada aturan-aturan tersebut, seharusnya Anies harus

menunggu Perda reklamasi terbit oleh Pemprov DKI dan DPRD sebagai landasan

hukum penerbitan IMB. Namun, pada tahun 2018 silam Anies justru mencabut kedua

draft raperda tersebut dari DPRD dengan alasan aturan dalam Raperda tersebut sudah

tak sesuai dengan kondisi Ibukota saat ini. Anies juga mengatakan akan meninjau ulang

dan merevisi isi dari raperda tersebut sebelum diajukan kembali ke DPRD. Karna

statusnya tersebut, pulau yang udah terbangun dan IMB yang sudah terbit tidak

memiliki Rancangan Tata Ruang Kawasan Strategis Pantura dan Rancangan Zonasi

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dalam bentuk Perda yang seharusnya dijadikan

sebagai landasan hukum.

Selain karena penerbitan IMB dinilai cacat hukum, penerbitan tersebut juga

semakin memperjelas komitmen Pemprov DKI Jakarta dalam menghentikan proyek

reklamasi tersebut. LBH Jakarta berpendapat jika Pemprov DKI Jakarta benar-benar

berkomitmen dalam menghentikan proyek reklamasi maka harusnya menghentikan

secara total kegiatan tersebut dengan tidak menerbitkan izin-izin baru. Bahkan kalau

memungkinkan Pemprov DKI seharusnya membongkar ulang bangunan dalam pulau-

pulau tersebut. Bukan tanpa alasan, namun pembangunan Reklamasi hanya akan

mempertegas jurang ketimpangan sosial antara orang kaya dan orang miskin. Tentu

saja pembangunan reklamasi diperuntukkan bagi ekonomi menengah keatas, harga

29 Pasal 9, Peraturan Gubernur Nomor 206 Tahun 2016 tentang Panduan Rancang Kota

Pulau C, Pulau D, dan Pulau E Hasil Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta. hlm. 6

Page 78: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

68

properti yang dijual pun paling rendah seharga Rp. 3.77 Milyar (Luas Bangunan

128m2/LT 90m2) dan masyarakat menengah kebawah tidak mungkin sanggup

membelinya. Menurut LBH Jakarta kelangkaan lahan di Jakarta menunjukkan

kesalahan model pembangunan yang tersentralistik dengan reklamasi sebagai proyek

rakus dan menguntungkan pengembang properti.30 Proyek reklamasi juga akan

merampas dan merenggut wilayah penangkapan ikan bagi nelayan pesisir, kurang lebih

16.000 Kepala Keluarga nelayan pesisir terancam digusur oleh Pemprov DKI dan

kehilangan penghasilannya. Selain itu reklamasi teluk Jakarta akan mengganggu

aktivitas kurang lebih 600 kapal nelayan dari 6500 kapal yang ada di DKI Jakarta.

Diketahui bersama bahwa beberapa jenis ikan berbeda antara di laut dan di pesisir

pantai, dan berbeda pula cara menangkapnya dan alatnya. Reklmaasi Jakarta secara

tidak lansung mempersulit dan membunuh nelayan pesisir Jakarta.

“Ada namanya nelayan tradisional, nelayan menengah, dan nelayan besar.

Yang paling terdampak adalah nelayan tradisional dengan maksimum penangkapan

(ikan) 10GT. Dengan adanya reklamasi, mereka tidak bisa melaut karena kapalnya

tidak mendukung. Kalau misalkan dipaksakan pun, akan berbahaya dan harus ada

ongkos (melaut) yang lebih besar dari biasanya. Yang paling tampak adalah ikan-

ikan pada mati. Para nelayan yang kehidupannya tergantung dari melaut, dan bisa

mendapatkan ikan dalam sebulan sekitar 100 kilo, namun setelah ada reklamasi

hanya mendapat ikan 15 atau 20 (kilo) dan itu perubahannya drastis.”

Dengan tidak dibongkarnya pulau dan bangunan reklamasi teluk Jakarta, hanya

akan menjadikan kawasan strategis pantura menjadi perumahan dan pusat komersial

dengan desain arsitektur medioker yang hanya memanjakan kelas menengah keatas

saja dengan tidak menjadikan pencapaian ekonomi atau memecahkan masalah sosial

di Jakarta, padahal biaya sosial dan lingkungan atas pembangunan reklamasi teluk

Jakarta sangat tinggi. LBH Jakarta juga tidak sepakat apabila kontribusi tambahan dari

NJOP yang dibebankan ke pengembang dihapus dalam Raperda yang akan dibahas

nanti, menurutnya kontribusi tambahan tersebut bahkan harus ditambah dan diperberat

30 LBH Jakarta, 19 Alasan Tolak Reklamasi Jakarta, diakses pada 30 Oktober 2019, dalam

https://www.bantuanhukum.or.id/web/19-alasan-tolak-reklamasi-jakarta/

Page 79: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

69

karena ongkos lingkungan dan dampak sosial atas pembangunan pulau reklamasi

sangat besar. Yang harus diperhatikan juga, kontribusi tambahan yang diberikan

kepada Pemprov DKI harusnya dimanfaatkan untuk warga sekitar yang terdampak

langsung pembangunan reklamasi, dan tidak dialokasikan ke tempat lain.

“Misalnya (kemarin) kontribusi tambahan dari Pulau F, kontribusi tambahan

dari reklamasi namun kontribusi tambahannya (disalurkan) bukan ke (warga

pesisir) pulau reklamasi, akhirnya dampaknya tidak signifikan. Misalkan kemarin

disuruh bangun tanggul (dikawasan reklamasi), tapi malah bangun tanggul di

daerah lain.”31

Lagipula pembangunan reklamasi yang berjalan saat ini seharusnya menjadikan

alasan lingkungan sebagai fokus utama dalam penghentian proyek reklamasi, karena

kerusakan lingkungan yang terjadi jika pembangunan reklamasi dilanjutkan adalah hal

yang sulit terbantahkan. Dengan dibangunnya reklamasi tentu saja akan berdampak

kepada bentang alam teluk Jakarta yang terbentuk hasil dari proses akresi secara

alamiah yang sudah terjadi dalam waktu yang cukup lama. Dari proses tersebut

membentuk 13 sungai yang mendorong sedimentasi secara alami dengan sungai yang

mengalir sampai teluk Jakarta dan mengeras dalam waktu ratusan tahun sampai

sekarang, dan proses ini tidak merusak lingkungan karena terjadi secara alamiah.

Pembangunan reklamasi yang berjalan juga harus memperhatikan ekosistem yang

berada di wilayah kepulauan Seribu, tentu saja pertumbuhan ekosistem maupun biota

laut seperti terumbu karang akan terkena dampak apabila Reklamasi Teluk Jakarta

dilanjutkan karena tekanan bahan pencemar dan sedimen yang dihasilkan dari

pembangunan tersebut.

C. Masa Depan Reklamasi Teluk Jakarta

Melihat begitu besarnya peluang ekonomi serta besarnya nilai dan potensi

pariwisata yang dikembangkan, hal ini tentu mendorong Pemerintah Pusat maupun

Pemerintah daerah untuk mempertimbangkan Reklamasi sebagai jawaban atas

31 Ayu Eza Tiara, Pengacara Publik LBH Jakarta, Interview Pribadi, Kantor LBH Jakarta, 21

Oktober 2019.

Page 80: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

70

kebutuhan keterbatasan lahan dan perluasan daerah, bekerjasama dengan pengembang

properti swasta untuk membangun pulau-pulau pesisir. Namun pembangunan

Reklamasi Teluk Jakarta menjadi fenomenal dan kontroversi karena banyaknya aktor

politik yang tarik ulur kepentingan demi keuntungan pribadi dan melakukan

manipulasi guna melancarkan proyek reklamasi tersebut. Selain itu, kerusakan

lingkungan dan dampak sosial akibat pembangunan reklamasi menyebabkan

pembangunan reklamasi mendapat penolakan keras dari masyarakat pesisir, pegiat

sosial, dan aliansi masyarakat peduli lingkungan. Keputusan terakhir tentang reklamasi

Teluk Jakarta dengan mencabut izin 13 pulau reklamasi tetap menyisakan beberapa

persoalan, seperti masalah lingkungan yang meninggalkan sedimentasi, ancaman

terhadap taman mangrove, dan ancaman terhadap kehidupan nelayan wilayah pesisir.

Persoalan-persoalan tersebut seharusnya menjadi alasan utama atas penghentian

pembangunan reklamasi, dan bukan menjadikan alasan investasi sebagai pertimbangan

keberlanjutan pembangunan proyek tersebut. Cita-cita dengan menjadikan kawasan

reklamasi sebagai milik bersama, tidak bisa diserahkan kepada pengembang swasta

yang mendahulukan kepentingan bisnis demi keuntungan materil semata. Karena

pembangunan reklamasi bukan hanya melibatkan individu yang dampaknya dirasakan

masing-masing orang yang melibatkan diri, melainkan melibatkan banyak pihak yang

akan mengubah nasib maupun kehidupan dan segala aspek sosial ekonomi masyarakat

yang terlibat.

Penjelasan tersebut sejalan dengan kaidah dalam ajaran agama Islam, yang

menjelaskan tentang kaidah-kaidah Fiqh yang ada dalam budaya keilmuan dalam

ajaran agama Islam yaitu Al-Qawaid Al-Fiqihiyyah yang menjelaskan tentang kaidah

yang melibatkan banyak pihak antar manusia. Dalam penerapannya kaidah ini sering

digunakan dalam Fiqh Siyasah atau hukum Islam yang bersumber dari Al-Quran dan

Sunnah. Dalam Fiqh Siyasah, hukum Islam yang objek bahasannya berkaitan dengan

Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, dan Hukum Internasional yang

membicarakan hubungan antar rakyat maupun pemimpinnya sebagai seorang penguasa

Page 81: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

71

dalam sebuah negara.32 Seperti yang dijelaskan dalam kaidah dalam Fiqh Siyasah yang

populer ini:

ف صمام ت

أ ال

ة عل اعي الر

ط وأ

حة من

ل مصأ

بال

“Tindakan imam terhadap rakyatnya harus dikaitkan dengan kemaslahatan.”

Dalam kaidah diatas, dijelaskan mengenai kaidah yang saling terikat yaitu

tasharrul imam (kebijakan pemimpin) dan maslahah (maslahat). Dua kata tersebut

diatas yang menentukan arah dalam konsep suatu kebijakan seorang pemimpin, yaitu

maslahat. Tindakan dan kebijaksanaan yang diambil oleh seorang imam (pemimpin)

atau pemangku kebijakan haruslah sejalan dengan kepentingan bersama atau

kemaslahatan rakyat, bukan untuk suatu golongan tertentu bahkan untuk diri sendiri.

Karena sejatinya, penguasa adalah pengayom dan ujung tombak kesejahteraan rakyat.

Karena kaidah ini memiliki aspek horizontal yang implementasinya memiliki dampak

langsung terhadap kepentingan umat, sehingga dalam penerapannya mampu

merumuskan relasi antara agama, negara, bahkan kebudayaan. Sedangkan bentuk-

bentuk maslahah adalah bentuk kebijakan yang bermanfaat ( افعمن ال ب

dan (جل

menghindari umat dari kerusakan dan keburukan (درا المفاسد).33

Dalam hal keburukan atau mafsadah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah

menyebutkan kaidah dalam menolak mafsadah atau keburukan lebih utama daripada

mengambil manfaat atau maslahat. Selanjutnya, beliau menyampaikan bahwa “apabila

bertemu antara maslahat atau mafsadat, kebaikan dan keburukan, atau saling

berbenturan, maka wajib menimbang yang paling kuat diantara keduanya”. Adapun

yang menjadi tolok ukur dalam menimbang manfaat maupun keburukan dalam suatu

kebijakan adalah tujuan dalam mengambil kebijakan tersebut. Kebijakan atau hukum

yang diambil haruslah memenuhi kebutuhan dasar bagi kehidupan manisua. Jika

32 H.A. Jazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, Kaidah Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan

Masalah-Masalah yang Praktis. Jakarta, Kencana Pernada Media grup, 2006. hlm. 147 ,

33 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2. Prenada Media Group, 2008. Hlm. 208

Page 82: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

72

ditinjau dari maqoshid syari’ah, maka kemaslahatan dibagi menjadi tiga bagian.

Kaidah pertama, maslaha dlaluriyah yang memiliki lima prinsip diantaranya tentang

kewajiban agama, kemaslahatan jiwa, kemaslahatan akal, kemaslahatan moral, dan

kemaslahatan ekonomi. Kedua, maslahah hajiyah yaitu tentang kebutuhan dasar

manusia untuk menghilangkan kesukaran, yang jika tidak dipenuhi maka akan merusak

lima prinsip dalam maslahah daluriyah yang tadi. Yang ketiga, adalah maslahah

tahsiniyah, yang bertujuan memberi keindahan dan kesempurnaan bagi hidup manusia.

Dalam kasus reklamasi teluk Jakarta, pemerintah tentunya harus menimbang

kemaslahatan atau manfaat yang akan didapat dalam mengambil segala kebijakan

mengenai reklamasi teluk Jakarta, tentunya menimbang segala keburukan yang akan

berdampak terhadap masyarakat luas. Pemprov DKI Jakarta juga harus menjelaskan

masterplan pembangunan pulau reklamasi yang dilanjut akan memberikan manfaat apa

bagi masyarakat pesisisr maupun masyarakat Jakarta, karna sejauh ini Pemprov DKI

Jakarta hanya menjelaskan bahwa pembangunan pulau reklamasi dilanjutkan karena

pulau sudah terlanjur dibangun sehingga tidak memungkinkan untuk dibongkar karena

akan merusak iklim investasi dilingkungan Pemprov DKI Jakarta. Namun, tidak

dijelaskan nantinya pulau-pulau tersebut apakah bermanfaat buat rakyat kecil atau

sebagai bentuk keberpihakan terhadap masyarakat kelas atas.

Dalam penghentian Proyek reklamasi Teluk Jakarta, ada beberapa izin pulau-pulau

yang tidak dicabut dengan alasan pulau-pulau tersebut sudah terlanjur dibangun oleh

pengembang, pulau-pulau tersebut pembangunannya sampai saat ini masih berlanjut

dan beberapa bangunan didalamnya sudah ada yang mengantongi Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) yang diberikan oleh Pemprov DKI. Beberapa Raperda seperti

Raperda RZWP3K yang masih dalam tahap perencanaan yang beberapa waktu lalu

dicabut dari DPRD, akan diajukan kembali oleh Pemprov DKI Jakarta untuk

selanjutnya diputuskan dan disahkan oleh Anies Baswedan selaku Gubernur DKI

Jakarta. Raperda yang dicabut tersebut berencana untuk di revisi agar seuai dengan

kondisi DKI Jakarta saat ini. Namun untuk Raperda Rencana Tata Ruang Kawasan

Page 83: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

73

Strategis Pantura Jakarta (RTRKS Pantura Jakarta), Biro Hukum Pemprov sendiri

mengatakan kemungkinan Raperda tesebut tidak akan diajukan kembali dengan alasan

bahwa Pemprov DKI berkomitmen dalam menghentikan Proyek Reklamasi,

sedangkan Raperda RZWP3K akan diajukan kembali untuk dibahas karena Raperda

tersebut wajib sesuai amanat dari Undang-Undang.

“Untuk yang Raperda RTRKS Pantura Jakarta, kemungkinan materi (Raperda) itu

dimasukan kedalam (revisi) perda Rencana Tata Ruang Wilayah) RTRW Jakarta.”

Ujar Rizka Okie Wibowo, Kasubbag Peraturan Perundang-Undangan Bidang

Pembangunan dan Lingkungan Hidup, Biro Hukum Setda Pemprov DKI Jakarta.

Dalam rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantura, semulanya wilayah untuk

Pulau C, D, dan G yang izinnya tidak dicabut berada dalam kawasan pusat pelayanan

ekonomi Pulau Reklamasi, artinya dalam kawasan tersebut akan menjadi pusat

kegiatan sekunder dimana perdagangan/jasa, perindustrian, kesehatan, pendidikan, dan

peribadatan akan tersedia disana dengan tujuan melayani penduduk pulau-pulau

tersebut maupun beberapa pulau disekitarnya. Perencanaan wilayah tersebut bertujuan

untuk menciptakan sistem pengelolaan Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta yang

terintegrasi dan berkelanjutan.

Page 84: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dari penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk implementasi dalam kebijakan penghentian proyek Reklamasi Pantai

Utara Jakarta adalah dengan dicabutnya 13 izin pelaksanaan pulau reklamasi

Teluk Jakarta dari total 17 pulau yang rencananya akan dibangun, bukan

menghentikan pembangunan reklamasi dan membongkar pulau-pulau yang sudah

dibangun. Untuk pulau-pulau yang terlanjur dibangun, Pemprov DKI Jakarta tidak

akan membongkarnya dan tidak mencabut izin pembangunannya. Kemudian

dalam prosesnya, Pemprov DKI Jakarta juga mencabut Rancangan Peraturan

Daerah (Raperda) RZWP3K dan Raperda Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis

Pantai Utara (RTRKS Pantura) dari DPRD yang semulanya akan menjadi

landasan hukum perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantura. Untuk

memudahkan prosesnya, Pemprov DKI Jakarta menerbitkan Pergub Nomor 58

Tahun 2018 tentang Pembentukan Badan Koordinasi dan Pengelolaan Reklamasi

Pantura sebagai Lembaga ad hoc yang mepunyai tugas mengoordinasikan

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan Reklamasi Pantura

Jakarta.

2. Implikasi dari kebijakan pencabutan 13 izin pulau reklamasi adalah terdapat

beberapa pengembang yang tidak puas akan kebijakan tersebut dan mengajukan

gugatan ke PTUN, yaitu PT Taman Harapan Indah selaku pengembang Pulau H,

PT Jaladri Kartika Pakci pengembang Pulau I, PT Manggala Krida Yudha

pengembang Pulau M, dan PT Agung Dinamika Perkasa pengembang Pulau F.

Diantara 4 pengembang yang mengajukan gugatan, 2 pengembang sudah mendapat

putusan dari Majelis Hakim yaitu PT Taman Harapan Indah yang gugatannya

Page 85: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

75

dikabulkan sehingga penggugat dapat mengajukan perpanjangan izin reklamasi

untuk Pulau H, dan PT Manggala Krida Yudha sebagai pengembang Pulau M yang

gugatannya ditolak Majelis Hakim. Kemudian dengan dicabutnya 13 izin pulau

reklamasi dan dicabutnya Raperda RTRKS Pantura, Pemprov DKI Jakarta dinilai

kehilangan potensi pemasukan daerah melalui kontribusi tambahan yang diatur

dalam Raperda tersebut hasil dari NJOP pembangunan reklamasi sebesar 15% yang

diperkirakan DKI Jakarta dapat meraup hingga 100 triliun melalui uang kontribusi

tersebut.

B. Rekomendasi

Penulis menyadari bahwa apa yang sudah dibahas dalam bab-bab sebelumnya

belum mampu menjawab sepenuhnya mengenai pembangunan Reklamasi Teluk

Jakarta. Hal ini dikarenakan ruang lingkup dan sistematika penulisan yang terbatas.

Namun disini penulis akan mengajukan beberapa saran yang penulis berikan untuk arah

pengembangan selanjutnya. Saran-saran berikut hanya berupa ide secara garis besar

dan akan memerlukan studi literatur lebih mendalam:

1. Pemprov DKI Jakarta diharapkan konsisten dalam menghentikan reklamasi dengan

menghentikan total pembangunan sehingga tidak menjadikan pulau reklamasi

sebagai barang dagangan untuk masyarakat menengah keatas dan memperhatikan

dampak lingkungan dan dampak sosial sebagai pertimbangan utama pembangunan

reklamasi. Walaupun 13 izin pulau dicabut, namun pembangunan 4 pulau lainnya

masih berlanjut dan pasti ada dampak terhadap lingkungan maupun dampak sosial

di kawasan Pantura Jakarta. Pemprov DKI Jakarta juga diharapkan menjelaskan

secara jelas dan terbuka manfaat apa yang bisa masyarakat Jakarta khususnya

masyarakat pesisir dapatkan dari pembangunan pulau reklamasi yang masih

berlanjut. Harapannya Pemprov DKI lebih terbuka atas kegiatan pembangunan

yang berlangsung di pulau tersebut dengan menjelaskan penanganan dan

pencegahan kerusakan lingkungan yang sudah terlanjur terjadi karena

pembangunan pulau reklamasi yang masih berlanjut. Lebih lanjut, Pemrov DKI

Page 86: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

76

Jakarta juga diharapkan lebih melibatkan masyarakat-masyarakat yang terdampak

langsung proyek reklamasi sebagai pertimbangan dalam mengambil kebijakan

perihal kawasan pantura dan lebih transparan dalam merencanakan keputusan yang

berdampak terhadap masyarakat banyak.

2. Jika Pemprov DKI Jakarta berencana untuk tidak menerbitkan Perda tentang

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantura yang mengatur tentang pulau-

pulau reklamasi, diharapkan kontribusi tambahan 15% dari NJOP yang semulanya

diatur dalam Raperda tersebut untuk tetap diatur dalam revisi Perda RTRW Jakarta.

Bahkan harapannya Pemprov DKI Jakarta menetapkan beban kontribusi tambahan

kepada pengembang lebih besar dibanding rencana awal yaitu hanya sebesar 15%.

3. Masyarakat seharusnya lebih kritis terhadap setiap kebijakan yang diambil oleh

Pemprov DKI terhadap pembangunan Reklamasi Pantai Utara ini, bahkan

masyarakat harus ikut mengawasi dengan melibatkan tokoh masyarakat maupun

akademisi demi terwujudnya Reklamasi Teluk Jakarta yang memberi keuntungan

sebesar-besarnya kepada masyarakat DKI Jakarta. Karena Reklamasi Pantai Utara

Jakarta adalah pembangunan yang menjadi tolok ukur bagi daerah lain dalam

pengembangan Kawasan strategis dan pemerataan ekonomi serta contoh

mendapatkan pendapatan tambahan untuk kas daerah.

4. Agar para pengembang mematuhi semua peraturan yang berlaku di Republik

Indonesia.

Page 87: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

77

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ashofa, Burhan. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rienaka Cipta, 1996.

Asmara, Galang. Ombudsman Nasional dalam Sistem Pemerintahan Negara

Republik Indonesia. Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2005.

A.R, Soehoed, Proyek PANTURA Transformasi dari Ibukota Propinsi ke

Ibukota Negara: Persiapan-Persiapan Bagi Proyek Multifungsi.

Jakarta: Djambatan, 2004.

Djakapermana, Ruchyat Deni, Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif

Pembangunan Kawasan. Jakarta: Kementerian PU, 2015.

H. A, Jazuli, Kaidah Kaidah Fikih, Kaidah Kaidah Hukum Islam dalam

Menyelesaikan Masalah Masalah yang Praktis. Jakarta, Kencana

Pernada Media Group, 2006.

Nazir, Mohammad, Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh Jilid 2. Jakarta: Prenada Media Group, 2008.

Santoso, Bambang, Strategi dalam Penataan Ruang dan Pengembangan

Wilayah. Jakarta: Kata Hasta Pustaka, 2009.

Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial Dasar: Sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.

JURNAL

Efendi, Sofia. Membangun Budaya Birokrasi untuk Good Governance. Jakarta:

Jurnal Loka Karya, 2005.

Rujak Center for Urban Studies, Makalah Kebijakan Selamatkan Teluk Jakarta.

Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta, 2017.

Page 88: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

78

PERUNDANG – UNDANGAN

Kepres Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta.

Kepres Nomor 17 Tahun 1994 tentang Rencana Pembangunan Lima Tahun

Keenam (REPELITA VI) 1994/1995.

Keputusan Gubernur No 1774 Tahun 2018 tentang Penamaan Kawasan Pantai

Kita, Kawasan Pantai Maju, dan Kawasan Pantai Bersama Kota

Administrasi Jakarta Utara.

Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 137 Tahun 2017 tentang Panduan Rancang

Kota Pulau G Hasil Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta.

______, No 58 Tahun 2018 tentang Pembentukan, Organisasi, dan Tata Kerja

Badan Koordinasi Pengelolaan Reklamasi Pantai Utara Jakarta.

______, No 120 Tahun 2018 tentang Penugasan Kepada Perseroan Terbatas

Jakarta Propertindo Dalam Pengelolaan Tanah Hasil Reklamasi Pantai

Utara Jakarta.

______, No 137 Tahun 2017 tentang Panduan Rancang Kota Pulau G Hasil

Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta.

______, No 206 tahun 2016 tentang Panduan Rancang Kota Pulau C, Pulau D,

dan Pulau E Hasil Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta.

______, No 121 Tahun 2012 tentang Penataan Ruang Kawasan Reklamasi

Pantai Utara Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 15 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan

dan Reklamasi.

Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis

Pantai Utara Jakarta.

Undang Undang Republik Indonesia No 27 Tahun 2017 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Page 89: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

79

SKRIPSI

Iqsobayadinur, Rifqi. Kebijakan Basuki Tjahaja Purnama Tentang Reklamasi

Teluk Jakarta Dalam Perspektif Siyasah.

Mustaqim, Ibnu. Dampak Reklamasi Pantai Utara Jakarta Terhadap

Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat (Tinjauan Sosiologis

Masyarakat di Sekitaran Pelabuhan Muara Angke, Kelurahan Pluit,

Jakarta Utara). Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, 2017.

WEBSITE

Badan Pusat Statistik, Berapa Jumlah Penduduk Jakarta. Jakarta: BPS, 2018.

Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman

Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai, diakses pada

tanggal 25 Maret 2019.

http://birohukum.pu.go.id/pustaka/arsip_makalah/22.pdf

Fadel Prayoga. Cek Aktivitas Bisnis di Pulau Reklamasi, Anies: Kalau

Melanggar Kita Beri Sanksi. Diakses pada tanggal 26 Februari 2019.

https://news.okezone.com/read/2019/01/24/338/2008579/cek-aktivitas-

bisnis-di-pulau-reklamasi-anies-kalau-melanggar-kita-beri-sanksi/

For Bali. Mengapa Kami Menolak Reklamasi. Diakses pada tanggal 18 Juli

2019. https://www.forbali.org/id/mengapa-kami-menolak/

LBH Jakarta, 19 Alasan Tolak Reklamasi, Diakses pada tanggal 29 Oktober

2019. https://www.bantuanhukum.or.id/web/19-alasan-tolak-reklamasi-

jakarta/

Menteri Kelautan dan Perikanan, Makalah Kebijakan Reklamasi di Wilayah

Pesisir: Tujuan, Manfaat dan Efek. Diakses pada 25 Maret 2019. https://acch.kpk.go.id/images/ragam/makalah/pdf/reklamasi/Kebijakan-reklamasi-di-wilayah-pesisir-tujuan-manfaat-dan-efek-oleh-kementerian-kelautan-dan-perikanan.pdf

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Provinsi DKI Jakarta Tahun

2018.

Rencana Jangka Panjang Menengah Daerah (RJPMD) Provinsi Jakarta Tahun

2018.

Page 90: KEBIJAKAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA ATAS …

80

Wahana Lingkungan Hidup, Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta Menolak

Reklamasi, Siaran Pers, 2017. Diakses pada tanggal 26 Februari 2019 .

https://walhi.or.id/koalisi-selamatkan-teluk-jakarta-konsisten-tolak-

reklamasi/

INTERVIEW

Interview Pribadi dengan Ayu Eza Tiara, Pengacara Publik LBH Jakarta,

Jakarta, 21 Oktober 2019.

Interview Pribadi dengan Rizka Okie Wibowo, Kepala Bagian Peraturan

Perundang-Undangan Bidang Pembangunan dan Lingkungan Hidup,

Biro Hukum Setda Pemprov DKI Jakarta. Jakarta, 21 Oktober 2019.