kebijakan pemerintah kota depok terhadap...

135
KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA (Studi Terhadap Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: TAUFIK HIDAYAT 11140440000060 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1440 H/2019 M

Upload: dangcong

Post on 17-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP

PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

(Studi Terhadap Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

TAUFIK HIDAYAT

11140440000060

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H/2019 M

Page 2: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA
Page 3: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA
Page 4: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA
Page 5: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

v

ABSTRAK

Taufik Hidayat. NIM 11140440000060. KEBIJAKAN PEMERINTAH

KOTA DEPOK TERHADAP PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

(STUDI TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9

TAHUN 2017). Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyyah), Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440

H/2019 M. x halaman+68 halaman+57 halaman lampiran.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah

Kota Depok dalam rangka meningkatkan ketahanan keluarga. Studi ini termasuk

penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Normatif-

Empiris, yaitu menelaah ketentuan yang ada serta melihat apa yang melatarbelakangi

dibentuknya Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017 tentang

Peningkatan Ketahanan Keluarga serta mencari tahu bagaimana

pengimplementasiannya. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara

dan telaah dokumentasi. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

analisis, yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis menjabarkan data yang telah

didapatkan kemudian disusun secara sistematis untuk dianalisis secara kualitatif

dalam bentuk uraian agar bisa ditarik kesimpulan mengenai permasalahan yang

sedang diteliti.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa latar belakang dibentuknya Peraturan

Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017 tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga

dapat digolongkan kedalam tiga bagian yaitu latar belakang filosofis, latar belakang

sosiologis, dan latar belakang yuridis. Latar belakang filosofis terbentuknya perda ini

adalah karena keluarga merupakan amanat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa

sehingga perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya dalam mendapatkan hak-

haknya. Salah satu latar belakang sosiologis dibentuknya Perda ini adalah sebagai

salah satu upaya dari Pemerintah Kota Depok dalam menghadapi Bonus Demografi.

Secara yuridis sudah ada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

kelurga akan tetapi belum menajam sehingga masih diperlukan suatu aturan yang

mengikat banyak pihak agar mau bersama-sama bergandeng tangan mengokohkan

ketahanan keluarga. Terkait implementasi Perda Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017

tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga sudah ada beberapa program yang telah

dilaksanakan. Namun yang sangat disayangkan adalah belum adanya Petunjuk

Pelaksana Perda Ketahanan Keluarga serta Peraturan Wali Kota terkait Ketahanan

Keluarga. Mestinya hal-hal tersebut sudah ada sesuai dengan apa yang diamanahkan

dalam Perda Ketahanan Keluarga Tersebut.

Kata Kunci: Ketahanan Keluarga, Kebijakan Pemerintah, Peraturan Daerah.

Pembimbing : Dr. K.H.A. Juaini Syukri., Lc. M.A

Daftar Pustaka : 1988 s.d. 2018

Page 6: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

vi

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Besar

Muhammad SAW, pembawa Syari’ahNya yang universal bagi semua umat manusia

dalam setiap waktu dan tempat hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis persembahkan secara khusus kepada kedua orang tua tercinta,

Bapak Slamet dan Ibu Mulyani, yang selalu memberikan bimbingan, dukungan, kasih

sayang, dan doa untuk kesuksesan penulis. Semoga Allah SWT senantiasa

memberikan kesehatan, limpahan berkah, rahmat, dan kasih sayang-Nya kepada

mereka.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis

temukan, namun syukur alhamdulillah berkat rahmat dan ridha-Nya, kesungguhan,

serta dukungan dan bantuan dari segala pihak, akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan kali ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. sebagai Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag., sebagai Ketua Program Studi Hukum Keluarga

(Ahwal Syakhshiyyah), dan Indra Rahmatullah, SH.I., M.H., sebagai Sekretaris

Prodi. Terimakasih atas perhatian, pembinaan, arahan, serta bimbingan yang

telah diberikan selama ini.

3. Dr. K.H.A. Juaini Syukri., Lc. M.A., Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan

tulus meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, koreksi, mendidik,

nasihat, dan arahan yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Page 7: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

vii

4. Hj. Rosdiana, M.A., sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa

membimbing, menasihati, dan arahan dari awal semester sampai tahap skripsi.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen pada lingkaran progrm studi Hukum Keluarga

Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuannya

kepada penulis selama duduk di bangku kuliah.

6. Segenap jajaran staf Dinas Komunikasi dan Informatika dan Pejabat Pengelola

Informasi dan Dokumentasi kota Depok yang telah memberikan data yang

diperlukan.

7. Segenap jajaran staf DPRD Depok, terkhusus kepada Fraksi PKS yang telah

memberi kesempatan untuk melakukan wawancara.

8. Segenap jajaran staf DPAPMK kota Depok yang telah memberi kesempatan

untuk melakukan wawancara.

9. Segenap jajaran staf dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang dijadikan

referensi dalam penulisan skripsiini.

10. Orangtua tercinta, yaitu Bapak Slamet dan Ibu Mulyani yang telah mencurahkan

kasih sayang, doa setiap saat tanpa lelah, dan bimbingan motivasi yang terus

menerus diucap. Semoga mereka senantiasa dalam lindungan Allah SWT.

11. Adik tersayang, Desi Aulia Rahmawati yang selalu menjadi penyemangat dikala

lelah melanda. Semoga kita menjadi anak yang membanggakan bagi kedua orang

tua.

12. Ani Rahmawati, Aks., sebagai Kepala Bidang Ketahanan Keluarga dan Keluarga

Berencana, Dinas Perlindungan Anak Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga

(DPAPMK) Kota Depok yang telah bersedia menjadi narasumber dan

memberikan informasi yang sangat berguna.

13. Farida Rachmayanti, S.E, M.Si., sebagai Ketua Pansus Perda Ketahanan

Keluarga depok dan Sekretaris Komisi D DPRD Depok yang telah meluangkan

waktu ditengah kesibukannya untuk menjadi narasumber yang memberikan

Page 8: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

viii

informasi dengan sangat rinci.

14. Mas Azizy sebagai staf Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID)

kota Depok yang telah membantu dalam memperoleh sumber data penelitian.

15. Ibu Tiwi dan Mas Mahmud sebagai staf Fraksi PKS DPRD Depok yang telah

membantu penulis untuk audiensi.

16. Ahmad Dzakiyyuddin Mukhtar, S.H., dan Ahmad Luthfi, yang telah membantu

penulis dan berjuang bersama dibawah bimbingan Dr. H. A. Djuaini Syukri,

M.A.

17. Meidiana Lara Kharisma, S.H., Hidayatul Fitri, S.H., Ratih Afriana Ningsih,

Permata Syifa, Wilda Utami yang telah membantu penulis dalam menyusun

skripsi.

18. Teman-teman seperjuangan SAS B dan seluruh mahasiswa Hukum Keluarga

2014.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah

membimbing dan membantu penulis, mendapat balasan yang berlimpah ruah dari

Allah SWT. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca

pada umumnya. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.

Jakarta, 18 Maret 2019

Penulis

Taufik Hidayat

Page 9: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ....................... 4

C. Tujuan dan Manfaat ....................................................................... 5

D. Tinjauan Studi Terdahulu .............................................................. 5

E. Metode Penelitian .......................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan .................................................................... 9

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KEBIJAKAN PUBLIK

DAN KETAHANAN KELUARGA

A. Kebijakan Publik ........................................................................... 10

B. Ketahanan Keluarga ....................................................................... 22

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK DAN PERATURAN

DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2017

A. Gambaran Umum Kota Depok ...................................................... 29

B. Gambaran Umum Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun

2017 ............................................................................................... 33

Page 10: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

x

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP

PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

A. Latar Belakang Pembentukan Peraturan Daerah Kota Depok

Nomor 9 Tahun 2017 .................................................................... 42

B. Model Kebijakan Dalam Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9

Tahun 2017 .................................................................................... 48

C. Implementasi Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun

2017 ............................................................................................... 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 63

B. Rekomendasi ................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 66

LAMPIRAN ............................................................................................................. 69

Page 11: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya peningkatan pembangunan sosial tidak terlepas dari pentingnya

keluarga sebagai salah satu aspek penting pranata sosial yang perlu diperhatikan.

Bahkan menurut Soerjono Soekanto, keluarga merupakan salah satu lembaga

kemasyarakatan yang berkelompok karena kebutuhan pokok yang sama yaitu

kebutuhan kehidupan kekerabatan.1 Sabian Utsman menyebutkan bahwa dalam

masyarakat terdapat konsentrasi ikatan yang terdiri dari beberapa level,

diantaranya adalah individu, keluarga, kelompok atau organisasi, komunitas, dan

masyarakat.2 Selain itu, kekuatan pembangunan nasional berakar pada elemen

keluarga sebagai komunitas mikro dalam masyarakat. Keluarga sejahtera

merupakan pondasi dasar bagi keutuhan kekuatan dan keberlanjutan

pembangunan. Sebaliknya, keluarga yang rentan dan tercerai-berai mendorong

lemahnya pondasi kehidupan masyarakat bernegara.3

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam konteks

globalisasi, berpengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan masyarakat.

Eksistensi individu dan keluarga telah menghadapi berbagai ancaman yang

bersumber dari berbagai dampak proses transformasi sosial yang berlangsung

sangat cepat dan tak terhindarkan. Banyak keluarga mengalami perubahan, baik

struktur, fungsi, dan peranannya. Dampak negatif transformasi sosial akan

1 Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 1988),

Cet. 5, h. 57. 2 Sabian Utsman, Dasar-dasar Sosiologi Hukum, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2009), h. 161-162. 3 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pembangunan

Ketahanan Keluarga 2016, (Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak, 2016), h. 1.

Page 12: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

2

menggoyahkan eksistensi individu dan keluarga sehingga menjadi rentan atau

bahkan berpotensi tidak memiliki ketahanan.4

Upaya peningkatan ketahanan keluarga menjadi penting untuk dilaksanakan

dalam rangka mengurangi atau mengatasi berbagai masalah yang menghambat

pembangunan nasional. Dengan diketahuinya tingkat ketahanan keluarga maka

dinamika kehidupan sosial keluarga sebagai salah satu aspek kesejahteraan

keluarga juga dapat diukur. Kondisi ketahanan keluarga menjadi gambaran

keadaan dan perkembangan pembangunan sosial yang sedang berlangsung.5

Untuk di kota Depok sendiri masalah dalam keluarga masih terbilang

kompleks, diantaranya berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinses) Kota

Depok, penderita HIV/AIDS di kota Depok pada periode 2010 hingga Desember

2014 tercatat 375 orang. Jumlah itu terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini

disebabkan karena pengelolaan keluarga yang yang kurang efisien, sehingga

berdampak pula pada pelanggaran asusila, kekerasan dalam rumah tangga,

perceraian dan lain-lain.6

Data-data permasalahan perlindungan anak di Kota Depok, sebagaimana yang

dilansir Komnas Perlindungan Anak, Kota Depok dinilai paling rawan terhadap

aksi kejahatan terhadap anak-anak dibandingkan dengan kota lainnya di

Jabodetabek. Hal ini disampaikan secara langsung oleh Aries Merdeka Sirait

Ketua Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak. Lebih jauh Aries

mengatakan, banyak peristiwa yang melibatkan anak-anak terjadi beberapa

waktu terakhir ini, Dulu Bekasi sekarang justru Kota Depok yang paling rawan.

Menurut Aries dari laporan yang masuk sepanjang tahun 2012, tercatat total

4 Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pembangunan

Ketahanan, h. 2. 5 Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pembangunan

Ketahanan, h. 2. 6 Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok Tentang Ketahanan

Keluarga, h. 3.

Page 13: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

3

kejadian tindakan kriminal anak ada 2637 laporan. Dari data laporan yang ada,

Depok sendiri memperoleh peringkat ke dua tertinggi sejabotabek sebanyak 576

laporan. Selain itu tercatat ada sebanyak 76 kasus kekerasan terhadap perempuan

dan anak pada tahun 2014 yang dipegang P2TP2A Depok.7

Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (BPPD) DPRD Kota Depok,

Farida Rachmayanti, mengatakan salah satu latar belakang pembentukan

Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) inisiatif dari Komisi D DPRD tentang

Ketahanan Keluarga, adalah banyak kasus perceraian di Kota Depok yang kian

meningkat.8 Oleh karena itu Pemerintah Daerah Kota Depok mengeluarkan

Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017 tentang Peningkatan

Ketahanan Keluarga sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan keluarga di

Kota Depok.

Kendati sudah mengeluarkan peraturan tentang peningkatan ketahanan

keluarga, namun perlu diketahui dan diteliti lebih lanjut apa sebenarnya yang

melatarbelakangi dibenuknya Peraturan Daerah tersebut. Selain itu perlu juga

mengetahui bagaimana implementasi Peraturan Daerah tersebut. Untuk itu

peneliti tertarik untuk membahas dan mengadakan penelitian guna menjawab

permasalahan yang ada lalu dituangkan untuk menjadi skripsi dengan judul

“KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP PENINGKATAN

KETAHANAN KELUARGA (Studi Terhadap Peraturan Daerah Kota Depok

Nomor 9 Tahun 2017)”

7 Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok Tentang Ketahanan

Keluarga, h. 4. 8 Dikutip dari http://www.metropolitan.id/2016/12/raperda-ketahanan-keluarga-di-

kota-depok-harus-segera-disahkan/ diakses pada tanggal 15 April 2018.

Page 14: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

4

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan beberapa permasalahan yang berkaitan

dengan tema yang sedang dibahas. Ragam masalah yang akan muncul dalam

latar belakang diatas, akan penulis paparkan beberapa diantaranya, yaitu:

a. Bagaimana peran pemerintah pusat dalam hal ketahanan keluarga ?

b. Bagaimana peraturan perundang-undangan mengatur terkait ketahanan

keluarga ?

c. Bagaimana model kebijakan untuk meningkatkan ketahanan keluarga ?

d. Apa yang diharapkan dari terciptanya ketahanan keluarga ?

e. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam hal ketahanan keluarga ?

f. Bagaimana urgensi dibentuknya aturan terkait ketahanan keluarga ?

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini, penulis

membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasanya lebih jelas

dan terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis. Di sini penulis hanya

akan membahas tentang Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017

tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga.

3. Rumusan Masalah

Upaya pemerintah untuk menunjang keberhasilan tujuan-tujuan negara

adalah dengan cara membentuk peraturan perundang-undangan yang baik.

Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Depok dalam bidang

peningkatan ketahanan keluarga. Namun ada beberapa hal yang harus diteliti

dan diketahui lebih lanjut, diantaranya yaitu:

a. Apa latar belakang dibentuknya Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9

Tahun 2017 tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga ?

Page 15: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

5

b. Bagaimana implementasi Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun

2017 tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui latar belakang dibentuknya Peraturan Daerah Kota

Depok Nomor 9 Tahun 2017 tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga .

b. Untuk mengetahui pengimplementasian Peraturan Daerah Kota Depok

Nomor 9 Tahun 2017 tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga.

2. Manfaat Penelitian

Adapun dalam penelitian skripsi ini diharapkan memberi manfaat sebagi

berikut: pertama, untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Kedua,

penulis berharap penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan

teori maupun praktik hukum, ketiga, semoga hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai informasi di berbagai kalangan. Keempat, dapat juga

dijadikan bahan acuan pada penelitian selanjutnya berkenaan dengan masalah

yang terkait.

D. Tinjauan Studi Terdahulu

Dalam melakukan penelitian terkadang ada tema penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian yang akan kita bahas. Penulis menemukan karya

ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

Pertama, disertasi dengan judul “Studi Ketahanan Keluarga dan Ukurannya:

Telaah Kasusu Pengaruhnya Terhadap Kehamilan” oleh Euis Sunarti mahasiswa

Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor tahun kelulusan 2001. Dalam

Disertasi ini membahas mengenai perumusan ukuran ketahanan keluarga,

Page 16: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

6

pengaruh ketahanan keluarga terhadap penambahan berat badan Ibu selama

hamil, serta membahas tentang peningkatan ketahanan keluarga.

Kedua, tesis dengan judul “Peranan Program Siaran Televisi Dalam

Pembinaan Kertahanan Keluarga Masyarakat Pedesaan Di Banten (Studi Kasus:

Kab. Serang, Kab. Pandeglang, Kab. Tangerang)” oleh Andi Fachrudin M

mahasiswa Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional Program Pascasarjana

Universitas Indonesia tahun kelulusan 2002. Dalam Tesis ini membahas tentang

peranan dan strategi program siaran televisi dalam menunjang pembangunan dan

ketahanan keluarga di pedesaan. Dalam penelitiannya juga membahas tentang

tugas-tugas program siaran televisi.

Ketiga, tesis dengan judul “Kontribusi Pekerja Wanita Dalam Kehidupan

Keluarga Guna Menunjang Ketahanan Keluarga Dan Ketahanan Nasional (Studi

Kasusu Di Perkebunan The, Industri Pakaian Jadi Dan Pasar Swalayan)” oleh

Huda Novrida S mahasiswa Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional

Program Pascasarjana Universitas Indonesia tahun kelulusan 1997. Tesis ini

membahas tentang kontribusi pekerja wanita dalam kehidupan keluarga dan

dampak yang ditimbulkan dalam menunjang ketahanan keluarga dan ketahanan

nasional.

Keempat, tesis dengan judul “Dampak Kebijakan Konversi Minyak Tanah Ke

Liquefied Petroleum Gas (LPG) Terhadap Ketahanan Keluarga (Studi Kasus Di

Kota Administrasi Jakarta Timur)” oleh Agung Karyanto mahasiswa Program

Studi Kajian Stratejik Ketahanan Nasional Program Pascasarjana Universitas

Indonesia tahun kelulusan 2009. Tesis ini memaparkan mengenai ketahanan

keluarga pada pemakaian minyak tanah dan ketahanan keluarga pada pemakaian

LPG kemudian peneliti mengkomparasikan keduanya.

Penelitian terdahulu yang telah penulis paparkan tentu berbeda dengan apa

yang penulis teliti. Karena dalam skripsi yang penulis susun akan berfokus pada

Page 17: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

7

hal-hal yang melatarbelakangi serta implementasi Peraturan Daerah Kota Depok

Nomor 9 Tahun 2017 tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga.

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk

memperkuat, membina, serta mengembangkan ilmu pengetahuan.9 Oleh karena

itu, diperlukan metode yang tepat dalam melakukan suatu penelitian. Dalam

penelitian ini, penulis akan menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian kali ini

adalah pendekatan Normatif-Empiris. Pendekatan ini merupakan

penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan adanya

penambahan berbagai unsur empiris. Pendekatan ini digunakan untuk

menelaah ketentuan yang ada dan untuk melihat apa yang melatarbelakangi

dibentuknya Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017 tentang

Peningkatan Ketahanan Keluarga.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah

penelitian kualitatif khususnya dengan dengan menggunakan studi

kepustakaan (library research) dengan cara membaca, mempelajari,

menafsirkan dan menganalisis peraturan perundang-undangan, studi dokumen

baik dokumen hukum yang dipublikasikan melalui media cetak maupun

media elektronik serta studi catatan hukum berupa buku-buku literatur hukum

atau bahan tertulis lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.

9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 2015) Cet. III,

h. 3.

Page 18: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

8

C. Sumber Data

Dalam penelitian ini data penelitian yang digunakan antara lain:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan bahan hukum yang mengikat. Dalam

hal ini penulis menggunakan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9

Tahun 2017 tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga.

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, seperti Naskah Akademik, Rancangan Undang-undang,

hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan lain-lain.

c. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, cotohnya adalah

kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif, dan lain-lain.10

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang

dibutuhkan guna menjawab rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini

ada beberapa teknik yang dilakukan, yaitu:

a. Wawancara (Interview)

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Ani Rahmawati,

Aks. sebagai Kepala Bidang Ketahanan Keluarga dan Keluarga

Berencana, Dinas Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat, dan

Keluarga (DPAPMK) Kota depok. Penulis memilih mewawancara beliau

karena posisi jabatannya yang strategis terkait Ketahanan Keluarga, selain

itu Ketahanan Keluarga juga merupakan core competence dari DPAPMK.

10

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h. 52.

Page 19: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

9

Selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan T. Farida

Rachmayanti S.E, M.SI sebagai Ketua Pansus Perda Peningkatan

Ketahanan Keluarga Kota Depok. Penulis memilih mewawancara beliau

karena beliau adalah orang yang berkompeten dan bertanggungjawab atas

pembentukan Perda Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota Depok.

b. Telaah Dokumentasi

Telaah dokumentasi adalah cara pengumplan informasi yang didapatkan

dari dokumen, yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta ijazah, rapor,

peraturan perundang-undangan, catatan biografi dan lain-lain yang

memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis

menjabarkan data yang telah didapatkan. Kemudian disusun secara sistematis

untuk dianalisis secara kualitatif dalam bentuk uraian agar bisa ditarik

kesimpulan mengenai permasalahan yang sedang diteliti.

Adapun teknik penulisan merujuk kepada buku “Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”

F. Sistematika Penulisan

Bagian ini adalah upaya untuk mempermudah pembahasan dan penulisan

skripsi, oleh karena itu penulis menyusun suatu sistematika penulisan seperti

yang dijelaskan dibawah ini.

Pada Bab I membahas tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, identifiksasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, kajian (review) studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika

Page 20: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

10

penulisan. Bab ini merupakan landasan dari sebuah penelitian yang berfungsi

untuk menguraikan dan menjelaskan bab-bab yang berikutnya.

Pada Bab II akan memaparkan gambaran umum tentang kebijakan publik,

gambaran umum tentang pengertian, tujuan dan ruang lingkup ketahanan

keluarga.

Pada Bab III akan memuat tentang gambaran umum Kota Depok dan

Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017

Pada Bab IV akan memuat hasil penelitian yang akan dipaparkan dan

dideskripsikan secara utuh kemudian penulis memberikan interpretasi/analisis

terhadap hasil penelitian tersebut. Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar

belakang dibentuknya Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017

tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga serta Implementasi Peraturan Daerah

Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017 tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga.

Pada Bab V merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dari hasil

penelitian dan rekomendasi.

Page 21: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

11

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG KEBIJAKAN PUBLIK

DAN KETAHANAN KELUARGA

A. Kebijakan Publik

Kebijakan publik terdiri dari dua kata, yaitu “kebijakan” dan “publik”.

Dalam KBBI, kata “Kebijakan” diartikan sebagai “kepandaian; kemahiran;

kebijaksanaan” sedangkan kata “Publik” diartikan sebagai “orang banyak

(umum); semua orang yang datang (menonton, mengunjungi, dan sebagainya)”.

Sedangkan pengertian Kebijakan Publik menurut KBBI adalah “keputusan yang

dibuat oleh pemerintah atau pejabat publik yang ditujukan kepada masyarakat

luas”.1 Untuk mengetahui lebih dalam tentang kebijakan publik, penulis akan

memaparkan seperti dibawah ini.

1. Pengertian Kebijakan Publik

Dalam kepustakaan ilmu-ilmu kebijakan (policy sciences) yang hingga kini

sudah mencapai rubuan jumlahnya, dapat kita temukan berbagai definisi

menganai kebijakan publik. Namun, dengan begitu banyaknya definisi itu,

memang harus diakui pula bahwa semakin dirasa sulit untuk mendapatkan

rumusan atau definisi yang benar-benar memuaskan, baik lantaran sifatnya yang

terlalu luas, kabur, atau tidak terlalu spesifik dan operasional.2 Berikut akan

penulis paparkan macam-macam definisi tersebut.

Sebelum membahas pengertian dari kebijakan publik, penulis akan

terlebihdahulu memaparkan pengertian tentang kebijakan. Secara substansial,

kebijakan merupakan subjek kajian yang kompleks, dinamis, dan tidak pernah

jumud3 (amorphous).

4

1 KBBI Daring, Dikutip dari https://kbbi.kemdikbud.go.id pada tanggal 5 Mei 2018.

2 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan Model-

Model Implementasi Kebijakan Publik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), h. 12-13. 3 Dalam KBBI, Jumud berarti “Beku; Statis”

Page 22: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

12

Beberapa tokoh memberikan pendapatnya mengenai pengertian dari kata

kebijakan tersebut, seperti James Anderson yang menyatakan bahwa kebijakan

itu ialah suatu langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seorang

aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan

tertentu yang dihadapi (Anderson, 1994:5).

Dua teoritis lain, Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt, sebagaimana dikutip

oleh Charles O. Jones, mengatakan bahwa kebijakan itu tak lain ialah berdirinya

keputusan ditandai dengan konsistensi perilaku dan berulang yang membuatnya

dan orang-orang baik di pihak mereka yang mematuhinya (Jones, 1977).5

Carl Fredrich (1963) melihat bahwa kebijakan adalah arah tindakan yang

diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan

tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan atau kesempatan-kesempatan

dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau

maksud tertentu.6

Knoepfel dan kawan-kawan (2007) mengartikan kebijakan sebagai

serangkaian kepuusan atau tindakan-tindakan sebagai akibat dari interaksi

terstruktur dan berulang diantara berbagai aktor, baik publik/pemerintah maupun

privat/swasta yang terlibat berbagai cara dalam merespon, mengidentifikasi, dan

memecahkan suatu masalah yang secara politis didefinisikan sebagai masalah

publik.7

Richard Rose (1969) berpendapat bahwa kebijakan adalah serangkaian

kegiatan yang sdikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya

4 Amri Marzali, Antropologi dan Kebijakan Publik, (Jakarta: Kencana, 2014), Cet. 2,

h. 20. 5 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan, h. 8-9.

6 Samodra Wibawa, Politik Perumusan Kebijakan Publik,(Yogyakarta, Graha Ilmu,

2011), h. 2. 7 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan, h. 10.

Page 23: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

13

bagi mereka yang bersangkutan , bukan keputusan yang berdiri sendiri. Thomas

R. Dye (1975) mengatakan bahwa kebijakan ialah apapun yang dipilih oleh

pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.8

H. Heclo (1972) mengatakan bahwa kebijakan bukanlah sebuah istilah yang

jelas dengan sendirinya, karena itu Heclo menyarankan, dan sekaligus

menunjukan bahwa kebijakan itu lebih baik jika dipandang sebagai tindakan

yang sengaja dilakukan atau ketidakmauan untuk bertindak secara sengaja dari

pada dipandang sebagai keputusan-keputusan atau tindakan-tindakan tertentu.9

Versi formal yang dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agaknya

lebih luas dan cukup rinci dibanding pandangan-pandangan yang telah

dikemukakan sebelumnya, karena lembaga dunia ini berpendapat bahwa

kebijakan adalah pedoman untuk bertindak. Pedoman itu bisa saja amat

sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit, kabur

atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif, publik atau

privat. Kebijakan dalam maknanya seperti ini mungkin berupa suatu deklarasi

mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu

program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu, atau suatu rencana.10

Kalau kita simak kembali dengan cermat berbagai definisi tadi, maka

nampak denga jelas bahwa konsep kebijakan itu memang sulit untuk dirumuskan

dan diberi makna tunggal. Hal lain yang dapat dicatat dari keanekaragaman

definisi tadi ialah bahwa sebenarnya sangat sukar untuk mengidentifikasi saat-

saat tertentu kapan kebijakan itu dibuat. Sebab, dalam realita apa yang disebut

kebijakan itu sering kali masih berkelanjutan dan malahan berembang

sedemikian rupa di dalam tahap yang secara konvensional disebut sebagai tahap

8 Samodra Wibawa, Politik Perumusan, h. 2.

9 Solichin Abdul Wahab, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Malang: UMM

Press, 2008), h. 40. 10

Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan, h. 9.

Page 24: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

14

implementasi, suatu tahap dimana orang lazimnya percaya bahwa kebijakan itu

dianggap sudah final, tinggal jalan saja dan tak perlu lagi diperdebatkan.11

Sementara itu beragam pula pendapat yang mendefinisikan pengertian dari

kebijakan publik. Lester dan Stewart (2000) memberikan usulan definisi

kebijakan publik, yaitu proses atau serangkaian keputusan atau aktivitas

pemerintah yang didesain untuk mengatasi masalah publik, baik hal itu riil

ataupun masih direncanakan (imagined).

Kebijakan publik secara mendasar merupaka upaya yang dilandasi

pemikiran rasional untuk mencapai suatu tujuan ideal diantaranya adalah untuk

mendapatkan kedilan, efisiensi, keamanan, kebebasan, serta tujuan-tujuan dari

suatu komunitas itu sendiri (Stone, 1992: 37).12

Definisi kebijakan publik yang kendati cukup akurat dalam menjelaskan hal-

hal berkaitan langsung dengan kebijakan publik, tetapi cakupnnya terlalu luas.

Seperti definisi Eystone (1971:18) yang merumuskan bahwa kebijakan publik

ialah antar hubungan yang berlangsung di antara unit/satuan pemerintahan

dengan lingkungannya.

Demikian pula definisi yang disodorkan oleh Wilson (2006: 154) yang

merumuskan kebijakan publik ialah tindakan-tindakan, tujuan, tujuan, dan

pernyataan-pernyataan pemerintah mengenai masalah-masalah tertentu, langkah-

langkah yang telah/sedang diambil (atau gagal diambil) untuk

diimplementasikan, dan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh mereka

mengenai apa yang telah terjadi (atau tidak terjadi).

11

Solichin Abdul Wahab, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, h. 41. 12

Eddi Wibowo, dkk., Kebijakan Publik dan Budaya, (Yogyakarta: Yayasan

Pembaruan Administrasi Publik Indonesia (YPAPI), t.th.), h. 29-30.

Page 25: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

15

Definisi lain yang tak kalah luasnya dikemukakan oleh Thomas R. Dye yang

menyatakan bahwa kebijakan publik ialah pilihan tindakan apapun yang

dilakukan atau tidak ingin dilakukan oleh pemerintah.

Pakar Inggris, W.I. Jenkins (1978: 15) merumuskan kebijakan publik

sebagai serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang

aktor politik atau sekelompok aktor, berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih

beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi. Keputusan-keputusan

itu pada prinsipnya masih berada dalam batas batas kewenangan kekuasaan dari

para aktor tersebut.

Chief J. O. Udoji, seorang pakar dari Nigeria (1981), telah mendefinisikan

kebijaka publik sebagai suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu

tujuan tertentu yang saling berkaitan dan mempengaruhi sebagian besar warga

masyarakat.

Pakar Prancis, Lemieux (1995: 7), mendefinisikan kebijakan publik sebagai

produk aktifitas-aktifitas yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah-

masalah publik yang terjadi di lingkungan tertentu yang dilakukan oleh aktor-

aktor politik yang hubungannya terstruktur. Keseluruhan proses aktifitas itu

berlangsung sepanjang waktu.13

Amir Santoso (1993) mengkategorikan pendapat para ahli ke dalam dua

kelompok: pertama, bahwa semua tindakan pemerintah adalah kebijakan publik.

Ke dua, bahwa kebijakan publik adalah keputusan pemerinah yang mempunyai

tujuan dan maksud tertentu, dan memiliki akibat yang dapat diramalkan.

Dengan demikian kebijakan publik ialah serangkaian instruksi dari para

pembuat keputusan kepada para pelaksana, yang menjelaskan cara-cara mencapai

13

Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan, h. 13-15.

Page 26: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

16

suatu tujuan. Ataupun suatu hipotesis yang berisi kondisi-kondisi awal dan

akibat-akibat kedepan.14

2. Proses Pembuatan Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks

karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Proses

pembuatan kebijakan terdiri dari tahap penyusunan agenda, tahap formulasi

kebijakan, tahap adopsi kebijakan, tahap implementasi kebijakan, dan tahap

evaluasi kebijakan.

a. Tahap Penyusunan Agenda. Pada tahap ini para pejabat yang dipilih dan

diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-

masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam

agenda kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkintidak disentuh sama

sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan,

atau ada pula masalah karena alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

b. Tahap Formulasi Kebijakan. Masalah yang telah masuk ke dalam agenda

kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. masalah-masalah

tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.

Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan

kebijakan yang ada. Dalam tahap ini, masing-masing alternatif bersaing

untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan

masalah.

c. Tahap Adopsi Kebijaka. Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang

ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari

alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas

legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

d. Tahap Implementasi Kebijakan. Suatu program kebijakan hanya akan

menjadi catatan-catatan elit jika program tersebut tidak diimplementasikan.

14

Samodra Wibawa, Politik Perumusan Kebijakan Publik, h. 3.

Page 27: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

17

Oleh karena itu, keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai

alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan

oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat

bawah.

e. Tahap Evaluasi Kebijakan. Pada tahap ini, kebijakan yang telah

dijalankanakan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan

yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada

dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan, dalam hal ini adalah

memecahkan masalah yang ada di masyarakat. Oleh karena itu ditentukanlah

ukuran-ukuran yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik

telah meraih dampak yang diinginkan.15

Untuk Perda Ketahanan Keluarga

Kota Depok sendiri sudah mencapai tahap implementasi kebijakan.

3. Proses Pembentukan Peraturan Daerah

Dalam membentuk suatu peraturan perundang-undangan ada beberapa

tahapan yakni perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau

penetapan, dan pengundangan. Karena Peraturan Daerah merupakan salah satu

peraturan-perundang-undangan, maka penyusunannya harus sesuai dengan

Undang-undang nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan. Berikut adalah tahapan pembentukan Peraturan Daerah

berdasarkan Undang-undang nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan.

a. Perencanaan

Perencanaan penyusunan Peraturan Daerah dilakukan dalam Program

Legislasi Daerah. Program Legislasi Daerah yang selanjutnya disebut Prolegda

adalah instrumen perencanaan program pembentukan Peraturan Daerah Provinsi

15

Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus), (Yogyakarta:

CAPS (Center of Academic Publishing Service), 2014), h. 35.

Page 28: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

18

atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang disusun secara terencana, terpadu

dan sistematis.

Perencanaan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan dalam Prolegda Provinsi.

Penyusunan Prolegda Provinsi dilaksanakan oleh DPRD Provinsi dan Pemerintah

Daerah Provinsi. Penyusunan dan penetapan Prolegda Provinsi dilakukan setiap

tahun sebelum penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang APBD

Provinsi.

Prolegda Provinsi ditetapkan untuk jangka waktu 1 tahun berdasarkan skala

prioritas pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi. Kriteria skala

prioritas penyusunan daftar rancangan peraturan daerah dalam Prolegda

didasarkan pada:

1) Perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi;

2) Rencana pembangunan daerah;

3) Penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan

4) Aspirasi masyarakat daerah.

Dalam Prolegda dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas

akibat putusan Mahkamah Agung dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Provinsi. Dalam keadaan tertentu, DPRD atau Gubernur dapat

mengajukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi di luar Prolegda Provinsi

berdasarkan prakarsa dari Gubernur, yang terdiri atas:

1) Untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam;

2) Akibat kerjasama dengan pihak lain; dan

3) Keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas suatu

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang dapat disetujui bersama oleh

Balegda dan biro hukum.

Page 29: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

19

Ketentuan mengenai tata cara penyusunan Prolegda Provinsi sebagaimana

dijelaskan diatas berlaku mutatis mutandis16

terhadap penyusunan Prolegda

Kabupaten/Kota.

b. Penyusunan

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat berasal dari DPRD Provinsi

atau Gubernur. Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud

disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah Akademik. Dalam

hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai: Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Provinsi, pencabutan Peraturan Daerah Provinsi, atau Perubahan

Peraturan Daerah Provinsi yang hanya sebatas mengubah beberapa materi,

disertai dengan keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang

diatur.

Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan

hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut

dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi,

atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap

permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat. Setiap Rancangan Peraturan

Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota harus disertai dengan

Naskah Akademik.

Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan

Peraturan Daerah Provinsi yang berasal dari Gubernur dikoordinasikan oleh biro

hukum dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian yang

16

Dalam KBBI, mutatis mutandis berarti dengan penyesuaian seperlunya. Dalam hal

ini berarti mengenai tata cara penyusunan Prolegda Provinsi sama persis dengan penyusunan

Prolegda Kabupaten/Kota dengan penyesuaian seperlunya. Misalnya penyusunan Prolegda

Provinsi dilaksanakan oleh DPRD Provinsi dan Pemerintah Daerah Provinsi. Maka

penyusunan Prolegda Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh DPRD Kabupaten/Kota dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Page 30: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

20

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum, sedangkan yang

berasal dari DPRD Provinsi dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD

Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi.

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disiapkan oleh DPRD

Provinsi disampaikan dengan surat pimpinan DPRD Provinsi kepada Gubernur.

Sedangkan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disiapkan oleh

Gubernur disampaikan dengan surat pengantar Gubernur kepada pimpinan

DPRD Provinsi. Apabila dalam satu masa sidang DPRD Provinsi dan Gubernur

menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai materi yang

sama, maka yang dibahas adalah Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang

disampaikan oleh DPRD Provinsi, dan Rancangan Peraturan Daerah yang

disampaikan oleh Gubernur digunakan sebagai bahan untuk dipersandungkan.

Ketentuan mengenai penyusunan Peraturan Daerah Provinsi berlaku secara

mutatis mutandis terhadap penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

c. Pembahasan

Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan oleh DPRD

Provinsi bersama Gubernur. Pembahasan bersama tersebut dilakukan melalui

tingkat-tingkat pembicaraan yang dilakukan dalam rapat: komisi, panitia, badan,

maupun alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang

legislasi, dan paripurna. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembahasan

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi diatur dengan Peraturan DPRD Provinsi.

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat ditarik kembali sebelum dibahas

bersama oleh DPRD Provinsi dan Gubernur. Sedangkan Rancangan Peraturan

Daerah Provinsi yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali berdasarkan

persetujuan bersama DPRD Provinsi dan Gubernur. Ketentuan mengenai tata

cara penarikan kembali Rancangan Peraturan Daerah diatur dengan Peraturan

DPRD Provinsi. Ketentuan mengenai pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

Page 31: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

21

Provinsi tersebut berlaku secara mutatis mutandis terhadap pembahasan

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

d. Penetapan

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang telah disetujui bersama oleh

DPRD Provinsi dan Gubernur disampaikan oleh pimpinan DPRD Provinsi

kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah. Penyampaian

Ranacangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut dilakukan paling lama 7 hari

sejak tanggal persetujuan bersama. Rancangan Peraturan Daerah Provinsi

tersebut ditetapkan oleh Gubernur untuk menjadi Peraturan Daerah dengan

membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lama 30 hari sejak

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi disetujui bersama. Jika dalam jangka

waktu 30 hari Gubernur tidak menandatangani Rancangan Peraturan Daerah

Provinsi yang sudah disetujui bersama, maka Rancangan Peraturan Daerah

Provinsi tersebut sah menjadi Peraturan Daerah Provinsi dan wajib diundangkan.

Dalam hal sahnya Peraturan Daerah Provinsi, kalimat pengesahannya

berbunyi “Peraturan Daerah ini dinyatakan sah”, yang dibubuhkan pada halaman

terakhir Peraturan Daerah Provinsi tersebut sebelum pengundangan naskah

Peraturan Daerah Provinsi dalam Lembaran Daerah. Ketentuan mengenai

penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut berlaku secara mutatis

mutandis terhadap penetapan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

e. Pengundangan

Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

diundangkan dalam Lembaran Daerah. Peraturan Gubernur dan Peraturan

Bupati/Walikota diundangkan dalam Berita Daerah. Pengundangan Peraturan

Perundang-undangan dalam Lembaran Daerah dan Berita Daerah dilaksanakan

oleh Sekretaris Daerah. Peraturan Perundang-undangan mulai berlaku dan

Page 32: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

22

mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan

lain di dalam Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan.

f. Penyebarluasan

Penyebarluasan dilakukan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah sejak

penyusunan Prolegda, penyusunan Rancangan Peraturan Daerah, pembahasan

Rancangan Peraturan Daerah, hingga Pengundangan Peraturan Daerah.

Penyebarluasan dilakukan untuk dapat memberikan informasi dan/atau

memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan.

Penyebarluasan Prolegda dilakukan bersama oleh DPRD dan Pemerintah

Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota yang dikoordinasikan oleh alat

kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi. Penyebarluasan

Rancangan Peraturan Daerah yang berasal dari DPRD dilaksanakan oleh alat

kelengkapan DPRD. Penyebarluasan Rancangan Peraturan Daerah yang berasal

dari Gubernur atau Bupati/Walikota dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah.

Penyebarluasan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah dilakukan

bersama oleh DPRD dan Pemerintah Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota.

Naskah Peraturan Perundang-undangan yang disebarluaskan harus merupakan

salinan naskah yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah, Tambahan

Lembaran Daerah, dan Berita Daerah.

B. Ketahanan Keluarga

Lingkungan sosial yang paling dekat dengan manusia atau pribadi adalah

keluarga. Keluarga adalah intisari pertama yang memberikan pengaruh terhadap

sosialisasi diri manusia terhadap pembentukan pribadi manusia. Oleh karena itu

peran keluarga sangat penting untuk perkembangan seseorang. Untuk

membentuk pribadi yang baik, maka diperlukan kondisi ketahanan keluarga yang

baik pula.

Page 33: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

23

a. Pengertian Ketahanan Keluarga

Ketahanan keluarga (family strength atau family resilience) merupakan

kondisi kecukupan dan kesinambungan akses terhadap pendapatan dan sumber

daya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar antara lain: pangan, air bersih,

pelayanan kesehatan, kesempatan pendidikan, perumahan, waktu untuk

berpartisipasi di masyarakat, dan integrasi sosial (Frankenberger, 1998).

Dari sudut pandang yang lain, ketahanan keluarga didefinisikan sebagai

kemampuan keluarga untuk menangkal atau melindungi diri dari berbagai

permasalahan atau ancaman kehidupan baik yang datang dari dalam keluarga itu

sendiri maupun dari luar keluarga seperti lingkungan, komunitas, masyarakat,

maupun negara.17

Pearsall (1996) menyatakan bahwa rahasia ketahanan/kekuatan keluarga

berada diantaranya pada jiwa altruism18

antara anggota keluarga yaitu berusaha

melakukan sesuatu untuk yang lain, melakukan dan melangkah bersama,

pemeliharaan hubungan keluarga, menciptakan atmosfir positif, melindungi

martabat bersama dan merayakan kehidupan bersama.

Ketahanan keluarga menyangkut kemampuan individu atau keluarga untuk

memanfaatkan potensinya untuk menghadapi tantangan hidup, termasuk

kemampuan untuk mengembalikan fungsi-fungsi keluarga seperti semula dalam

menghadapi tantangan dan krisis (the National Network for Family Resilience,

1995).19

17

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pembangunan

Ketahanan Keluarga 2016, (Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak, 2016), h. 6. 18

Altruism adalah paham (sifat) yang lebih memperhatikan dan mengutamakan

kepentingan orang lain (kebalikan dari egoisme). 19

Herien Puspitawati, dkk., “Telaah Pengintegrasian Perspektif Gender dalam

Keluarga Untuk Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender dan Ketahanan Keluarga di

Provinsi Jawa Timur dan Sumatera Utara”, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan

Page 34: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

24

Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga memberikan definisi ketahanan dan kesejahteraan

keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta

mengandung kemampuan fisik-materil guna hidup mandiri dan mengembangkan

diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan

kebahagiaan lahir dan batin.

Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tersebut maka

ketahanan keluarga dapat diukur menggunakan pendekatan sistem yang meliputi

komponen input (sumber daya fisik dan nonfisik), proses manajemen keluarga

(permasalahan keluarga dan mekanisme penanggulangannya), dan output

(terpenuhinya kebutuhan fisik dan psiko-sosial). Atas dasar pendekatan ini, maka

ketahanan keluarga merupakan ukuran kemampuan keluarga dalam mengelola

masalah yang dihadapinya berdasarkan sumber daya yang dimiliki untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya.20

b. Indikator Ketahanan Keluarga

Menurut Chapman (2000), setidaknya ada 5 (lima) indikasi yang

menggambarkan tingkat ketahanan suatu keluarga yaitu: (1) adanya sikap saling

melayani sebagai tanda kemuliaan; (2) adanya keakraban antara suami dan istri

menuju kualitas perkawinan yang baik; (3) adanya orang tua yang mengajar dan

melatih anak-anaknya dengan berbagai tantangan kreatif, pelatihan yang

konsisten, dan mengembangkan keterampilan; (4) adanya suami dan istri yang

memimpin seluruh anggota keluarganya dengan penuh kasih sayang; dan (5)

adanya anak-anak yang menaati dan menghormati orang tuanya.21

Perlindungan Anak Republik Indnesia dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, (November 2016), h. 12. 20

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pembangunan

Ketahanan Keluarga 2016, h. 8. 21

Herien Puspitawati, dkk., “Telaah Pengintegrasian…”, h. 11.

Page 35: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

25

Pasal 3 Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga menyebutkan

bahwa konsep ketahanan dan kesejahteraan keluarga mencakup: 1) landasan

Legalitas dan Keutuhan Keluarga, 2) Ketahanan Fisik, 3) Ketahanan Ekonomi, 4)

Ketahanan Sosial Psikologi, dan 5) Ketahanan Sosial Budaya.

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA)

telah merumuskan dua puluh empat ciri-ciri yang merepresentasikan tingkat

ketahanan keluarga. Semua ciri-ciri (indikator) ketahanan keluarga tersebut

terkelompok dalam 5 (lima) dimensi dan terbagi dalam 15 (lima belas) variabel.

Kelima dimensi tersebut adalah (1) Legalitas dan Struktur Keluarga mempunyai

3 variabel (7 indikator); (2) Ketahanan Fisik mempunyai 3 variabel (4 indikator);

(3) Ketahanan Ekonomi mempunyai 4 variabel (7 indikator), (4) Ketahanan

Sosial Psikologi mempunyai 2 variabel (3 indikator); dan (5) Ketahanan Sosial

Budaya mempunyai 3 variabel (3 indikator).22

Agar lebih mudah dipahami, akan

penulis paparkan dalam bentuk gambar dibawah ini.

22

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pembangunan

Ketahanan Keluarga 2016, h. 9.

Page 36: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

26

1) Dimensi 1: landasan legalitas dan keutuhan keluarga

Dimensi landasan legalitas dan keutuhan keluarga dijabarkan melalui 3 (tiga)

variabel dan 7 (tujuh) indikator yaitu:

a) Variabel Landasan Legalitas diukur berdasarkan 2 (dua) indikator yaitu:

Legalitas Perkawinan, dan Legalitas Kelahiran.

b) Variabel Keutuhan Keluarga diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu:

Keberadaan Pasangan Suami-Istri Yang Tinggal Bersama Dalam Satu Rumah.

c) Variabel Kemitraan Gender diukur berdasarkan 4 (empat) indikator, yaitu:

Kebersamaan Dalam Keluarga; Kemitraan Suami-Istri; Keterbukaan Pengelolaan

Keuangan; dan Pengambilan Keputusan Keluarga.

KETAHANAN KELUARGA

Dimensi 1

Landasan Legalitas dan

Keutuhan Keluarga

Dimensi 2

Ketahanan Fisik

Dimensi 3

Ketahanan Ekonomi

Dimensi 4

Ketahanan Sosial-Psikologi

Dimensi 5

Ketahanan Sosial-Budaya

3 Variabel:

1. Landasan legalitas

(2 Indikator)

2. Keutuhan keluarga

(1 Indikator)

3. Kemitraan gender

(4 Indikator)

3 Variael:

1. Kecukupan pangan

dan gizi

(2 indikator)

2. Kesehatan keluarga

(1 indikator)

3. Ketersediaan lokasi

tetap untuk tidur

(1 indikator)

4 Variabel:

1. Tempat tinggal keluarga (1 indikator)

2. Pendapatan keluarga (2 indikator)

3. Pembiayaan pendidikan anak (2 indikator)

4. Jaminan keuangan keluarga (2 indikator)

2 Variabel:

1. Keharmonisan keluarga

(2 indikator)

2. Kepatuhan terhadap hukum

(1 indikator)

3 Variabel:

1. Kepedulian sosial

(1 indikator)

2. Keeratan sosial

(1 indikator)

3. Ketaatan beragama

(1 indikator)

Page 37: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

27

2) Dimensi 2: Ketahanan Fisik.

Dimensi ketahanan fisik dijabarkan melalui 3 (tiga) variabel dan 4 (empat)

indikator yaitu:

a) Variabel Kecukupan Pangan Dan Gizi diukur berdasarkan 2 (dua) indikator,

yaitu: Kecukupan Pangan, dan Kecukupan Gizi.

b) Variabel Kesehatan Keluarga diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu:

Keterbebasan Dari Penyakit Kronis Dan Disabilitas.

c) Variabel Ketersediaan Tempat/Lokasi Tetap Untuk Tidur diukur berdasarkan 1

(satu) indikator yaitu: Ketersediaan Lokasi Tetap Untuk Tidur.

3) Dimensi 3: Ketahanan Ekonomi.

Dimensi ketahanan ekonomi dijabarkan melalui 4 (empat) variabel dan 7

(tujuh) indikator, yaitu:

a) Variabel Tempat Tinggal Keluarga diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu:

Kepemilikan Rumah.

b) Variabel Pendapatan Keluarga diukur berdasarkan 2 (dua) indikator yaitu:

Pendapatan Perkapita Keluarga, dan Kecukupan Pendapatan Keluarga.

c) Variabel Pembiayaan Pendidikan Anak diukur berdasarkan 2 (dua) indicator

yaitu: Kemampuan Pembiayaan Pendidikan Anak, dan Keberlangsungan

Pendidikan Anak.

d) Variabel Jaminan Keuangan Keluarga diukur berdasarkan 2 (dua) indicator yaitu:

Tabungan Keluarga, dan Jaminan Kesehatan Keluarga.

4) Dimensi 4: Ketahanan Sosial Psikologis.

Dimensi ketahanan sosial psikologis dijabarkan melalui 2 (dua) variabel dan 3

(tiga) indikator yaitu:

a) Variabel Keharmonisan Keluarga diukur berdasarkan 2 (dua) indikator yaitu:

Sikap Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, dan Perilaku Anti Kekerasan

Terhadap Anak.

Page 38: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

28

b) Variabel Kepatuhan Terhadap Hukum diukur berdasarkan 1 (satu) indicator

yaitu: Penghormatan Terhadap Hukum.

5) Dimensi 5: Ketahanan Sosial Budaya.

Dimensi ketahanan sosial budaya dijabarkan melalui 3 (tiga) variabel dan 3

(tiga) indikator yaitu:

a) Variabel Kepedulian Sosial diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu:

Penghormatan Terhadap Lansia.

b) Variabel Keeratan Sosial diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu: Partisipasi

Dalam Kegiatan Sosial Di Lingkungan.

c) Variabel Ketaatan Beragama diukur berdasarkan 1 (satu) indikator yaitu:

Partisipasi Dalam Kegiatan Keagamaan Di Lingkungan.

Page 39: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

29

BAB III

GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK DAN PERATURAN DAERAH

KOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2017

A. Gambaran Umum Kota Depok

Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintahan yang berbatasan langsung

dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta juga merupakan wilayah

penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota

pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata dan sebagai

kota resapan air.1

1. Visi dan Misi Kota Depok Periode 2016-2021

Visi Kota Depok : “ Kota Depok yang Unggul, Nyaman dan Religius”

Unggul didefinisikan sebagai :

Menjadi yang terbaik dan terdepan dalam memberikan pelayanan publik,

memiliki Sumber Daya Manusia yang sejahtera, kreatif dan berdaya saing yang

Bertumpu Pada Ketahanan Keluarga.

Nyaman didefinisikan sebagai :

Terciptanya suatu kondisi ruang Kota yang Bersih, Sehat, Asri, Harmonis,

Berwawasan lingkungan, aman dan ramah bagi kehidupan Masyarakat.

Religius didefinisikan sebagai :

Terjaminnya Hak-Hak Masyarakat dalam menjalankan kewajiban Agama bagi

masingmasing Pemeluknya, yang terjamin dalam peningkatan ketaqwaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa, serta kemuliaan dalam Akhlaq, Moral dan Etika serta

berwawasan kenegaraan dan kebangsaan yang berdasarkan Pancasila dan UUD

1945.2

1 Dikutip dari https://www.depok.go.id/profil-kota/sejarah diakses pada tanggal 28

Agustus 2018. 2 RPJMD Kota Depok Tahun 2016-2021

Page 40: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

30

Misi Kota Depok :

a. Meningkatkan kualitas Pelayanan Publik yang Profesional dan Transparan.

b. Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang Religius, Kreatif dan

Berdaya Saing.

c. Mengembangkan Ekonomi yang Mandiri, Kokoh dan Berkeadilan berbasis

Ekonomi Kreatif.

d. Membangun Infrastruktur dan Ruang Publik yang Merata, Berwawasan

Lingkungan dan Ramah Keluarga.

e. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat dalam melaksanakan Nilai-nilai

Agama dan menjaga Kerukunan antar Umat Beragama serta meningkatkan

Kesadaran Hidup Berbangsa dan Bernegara.

2. Kependudukan

Sebagai Kota yang berbatasan langsung dengan Ibukota Negara, Kota Depok

menghadapi berbagai permasalahan perkotaan, termasuk masalah kependudukan.

Sebagai daerah penyangga Kota Jakarta, Kota Depok mendapatkan tekanan

migrasi penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat dari meningkatnya jumlah

kawasan permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa.

Berdasarkan data BPS, total penduduk Kota Depok pada Tahun 2015

berjumlah 2.106.102 jiwa dengan persentase pertumbuhan penduduk sebesar

3,57% dari jumlah penduduk tahun sebelumnya. Adapun komposisi jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 1.044.213 jiwa dan jumlah penduduk perempuan

sebesar 1.061.889 jiwa. Dari sisi kepadatan penduduk, kepadatan rata-rata Kota

Depok Tahun 2015 mencapai 10.515 jiwa/km2 dengan kecamatan terpadat

adalah Kecamatan Sukmajaya (15.608 jiwa/km2) disusul Kecamatan Beji

(14.064 jiwa/km2) dan Pancoran Mas (14.011 jiwa/km2). Sedangkan kepadatan

terendah adalah di Kecamatan Sawangan (5.777 jiwa/km2) dan Bojongsari

(6.098 jiwa/km2).

Page 41: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

31

Berdasarkan usianya, proporsi usia produktif (15-64 tahun) mencapai 72,34%,

usia muda (0-14 tahun) ada 25,76%, dan usia lanjut (65 tahun keatas)mencapai

3,24%. Komposisi penduduk Kota Depok didominasi oleh usia produktif dan

diperkirakan dalam 5 tahun kedepan, komposisi itu tidak berubah secara drastis.

Pemerintah harus melakukan antisipasi dengan membuka lapangan kerja yang

sesuai dengan tingkat pendidikan dan keterampilan. Industri kreatif dapat

menjadi alternatif peluang usaha yang potensial, karena tidak tergantung pada

sumberdaya alam dan sifatnya unik. Oleh karena itu pengembangan center of

excellence sebagai pusat pelatihan industri kreatif bagi pemuda sangat

diperlukan.

Peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun di Kota Depok dipengaruhi

beberapa faktor yaitu faktor tingginya angka kelahiran yang disebabkan karena

tingkat kesehatan dan pendidikan masyarakat yang lebih baik dari waktu ke

waktu, hingga mempengaruhi tingkat fertilitas/kelahiran maupun

mortalitas/kematian penduduk Kota Depok dan faktor demografis yang

menyebabkan tingginya arus migrasi yang masuk ke Kota Depok, dimana Kota

Depok merupakan wilayah penyangga dan pendukung aktifitas perekonomian

Ibu Kota Negara, yakni DKI Jakarta, sehingga menjadi wilayah yang sangat

strategis untuk permukiman, selain tentunya sebagai kota jasa dan perdagangan.

3. Isu Strategis Kota Depok

Isu-isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau

dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang

signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar,

mendesak, berjangka panjang, dan menentukan tujuan penyelenggaraan

pemerintahan daerah dimasa yang akan datang. Setelah mempertimbangkan isu

global nasional dan lokal dari berbagai aspek pembangunan, maka dapat

Page 42: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

32

dirumuskan beberapa masalah kebijakan serta isu strategis Kota Depok sebagai

berikut:3

a. Infrastruktur

b. Daya saing dan Ketahanan Ekonomi

c. Kualitas Lingkungan Hidup

d. Ekonomi Kreatif dan UMKM Berbasis Potensi Lokal

e. Tata Kota

f. Ketahanan Keluarga dan Sosial Kemasyarakatan

g. Ketimpangan

h. Kemiskinan dan Pengangguran

i. Kesehatan

j. Kualitas Sumber Daya Manusia

4. Program Unggulan Kota Depok

Pemerintah Kota Depok memiliki tiga program unggulan dalam dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2016-2021.

Ketiga program unggulan ini dapat dikatakan sebagian merupakan sebagai janji

Walikota dan Wakil Walikota Depok terpilih, Mohammad Idris dan Pradi

Supriatna untuk merealisasikan visi Kota Depok yakni menjadikan Depok

sebagai Kota yang unggul, nyaman, dan religius.

Adapun ketiga program unggulan tersebut yaitu, kesatu Zero Waste City.

Menurut Hardiono, dalam Zero Waste Citybukan berarti kota Depok sama sekali

tidak ada sampah. Akan tetapi, dinilai melalui prosesnya, agar semua masyarakat

di Kota Depok peduli dengan sampah. Serta semua warga bergerak

membersihkan sampah di lingkungannya.

Program unggulan kedua, Smart Healthy City, dalam program unggulan ini

Bappeda sudah menurunkan dalam beberapa program diantaranya penyusunan

3 RPJMD Kota Depok Tahun 2016-2021

Page 43: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

33

sistem kesehatan daerah, peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan

tingkat pertama, penyelenggaraan database berbasis IT, penambahan mitra RS

yang menerima BPJS, serta penambahan RS di wilayah timur.

Sedangkan yang terakhir, ialah Depok akan menjadi Kota Ketahanan

Keluarga (Family Resilience City). Dalam program unggulan ini, lanjut

Hardiono, terkait dengan keberhasilan dalam pendidikan anak-anak yang

berkualitas.4

B. Gambaran Umum Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017

Pada tahun 2017 Pemerintah Kota Depok telah mengeluarkan aturan terkait

ketahanan keluarga melalui Perda Nomor 9 tahun 2017 tentang Peningkatan

Ketahanan Keluarga. Peraruran Daerah ini memuat XIV (empat belas) bab,

diantaranya adalah bab I (satu) membahas mengenai ketentuan umum, bab II

(dua) membahas tentang asas dan prinsip, bab III (tiga) membahas tentang tujuan

dan ruang lingkup, bab IV (empat) membahas tentang penyelenggaraan

pendampingan pra nikah, bab V (lima) membahas tentang pembangunan

keharmonisan keluarga, bab VI (enam) membahas tentang pendidikan dan

pengasuhan anak, bab VII (tujuh) membahas tentang kelembagaan

penyelenggaraan ketahanan keluarga, bab VIII (delapan) membahas tentang

perlindungan khusus keluarga, bab IX (sembilan) membahas tentang pembinaan,

pengawasan, dan pengendalian ketahanan keluarga, bab X (sepuluh) membahas

tentang kemitraan strategi peningkatan ketahanan keluarga, bab XI (sebelas)

membahas tentang kerjasama, bab XII (dua belas) membahas tentang sanksi

administratif, bab XIII (tiga belas) membahas tentang ketentuan peralihan, dan

bab XIV (empat belas) membahas tentang ketentuan penutup.

Perda ketahanan keluarga dibentuk berdasarkan beberapa hal yang termuat

dalam kosiderannya, diantaranya adalah:

4 Dikutip dari https://www.depok.go.id/19/04/2016/01-berita-depok/ini-3-program-

unggulan-kota-depok-tahun-2016-2021 diakses pada tanggal pada tanggal 25 Maret 2019

Page 44: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

34

a. bahwa keluarga sebagai bagian unit kecil masyarakat merupakan amanat dan

karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki hak didalamnya dan melekat

harkat dan martabat sebagai keluarga sejahtera yang berperan demi

terciptanya cita-cita perjuangan bangsa yang perlu mendapat kesempatan

seluas-luasnya untuk terpenuhi haknya, yakni hak hidup, hak tumbuh

kembang, hak pendidikan, hak perlindungan dan hak partisipasi serta

menjalankan kehidupannya secara wajar;

b. bahwa pengaruh globalisasi dan perkembangan di bidang sosial, ekonomi,

budaya serta teknologi informasi, selain menyediakan kesempatan untuk maju

dan berkembang juga telah mengubah dan menggeser tatanan ketahanan

keluarga, untuk itu pembinaan dan pengembangannya perlu dilakukan

semaksimal mungkin dengan menyusun kebijakan yang berpihak pada

kepentingan keluarga dan mampu memberikan perlindungan kepada keluarga

melalui Kebijakan Pemerintah Kota di dalam Penyelenggaraan Ketahanan dan

kesejahteraan Keluarga;

c. bahwa berdasarkan ketentuan huruf N Lampiran Undang- Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015, Pembagian

Urusan Pemerintahan Bidang Pengendalian Penduduk Dan Keluarga

Berencana Sub-Urusan Keluarga Sejahtera Pemerintah Kabupaten/Kota

berkewajiban melaksanakan pembangunan keluarga melalui pembinaan

ketahanan dan kesejahteraan keluarga;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf

b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Peningkatan

Ketahanan Keluarga;

Adapun dasar hukum dibentuknya perda peningkatan ketahanan keluarga kota

depok adalah sebagai berikut:

a. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

Page 45: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

35

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3019);

c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya

Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828);

d. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);

e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 297, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606);

f. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419);

g. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4720);

h. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

Page 46: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

36

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5679);

i. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674) sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 232, Tambahan

Lembaran Negara Repblik Indonesia Nomor 5475);

j. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);

k. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara Republik

Indonesia Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5080);

l. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

m. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 tentang Pengelolaan

Perkembangan Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1994 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3559);

n. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem

Informasi Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 319, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5614);

Page 47: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

37

o. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan

Masyarakat Dan Kesejahteraan Keluarga;

p. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor

06 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga;

q. Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2013 tentang Lembaga Konsultasi

Kesejahteraan Keluarga;

r. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2012 tentang

Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun

2012 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat

Nomor 117);

s. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat

Tahun 2012 Nomor 10 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa

Barat Nomor 124);

t. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga (Lembaran Daerah

Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Nomor 9 Seri E, Tambahan Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 169);

u. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 05 Tahun 2007 tentang

Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Lembaran Daerah Kota Depok

Tahun 2007 Nomor 05, Tambahan Lembaran Daerah Kota Depok Nomor 60)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 10

Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Daerah Kota Depok

Nomor 05 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan

(Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2015 Nomor 10);

v. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 15 Tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Kota Layak Anak (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun

2013 Nomor 15);

Page 48: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

38

1. Asas dan Prinsip Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017

Dalam Pasal 2 disebutkan bahwa pelaksanaan peningkatan ketahanan

keluarga dilakukan berdasarkan asas-asas sebagai berikut:

a. keagamaan;

b. legalitas;

c. kemanusiaan;

d. keseimbangan;

e. manfaat;

f. perlindungan;

g. kekeluargaan;

h. keterpaduan; dan

i. partisipatif.

Yang dimaksud dengan “norma agama” adalah bahwa penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga harus dilandasi atas nilai-nilai agama yang

berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa.

Yang dimaksud dengan “legalitas” adalah bahwa pembangunan ketahanan

keluarga dilaksanakan berdasarkan status hukum keluarga yang diwajibkan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Yang dimaksud dengan “perikemanusiaan” adalah bahwa penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga harus dilandasi atas perikemanusiaan yang

berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak membedakan

golongan agama dan bangsa.

Yang dimaksud dengan “keseimbangan” adalah bahwa penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga harus dilaksanakan antara kepentingan

individu dan masyarakat, antara fisik dan mental, serta antara material dan

spiritual.

Yang dimaksud dengan “manfaat” adalah penyelenggaraan pembangunan

ketahanan keluarga harus memberikan manfaat bagi kemanusiaan dan

perikehidupan yang sehat bagi setiap warga negara.

Page 49: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

39

Yang dimaksud dengan “perlindungan” adalah penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga harus melindungi keluarga dalam

menciptakan, mengoptimalisasikan keuletan dan ketangguhan keluarga guna

hidup harmonis serta meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan

batin.

Yang dimaksud dengan “kekeluargaan” adalah penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga dilaksanakan secara kekeluargaan, meliputi

keadilan, kearifan, kebersamaan, gotong royong, tenggang rasa, dan tanggung

jawab dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat.

Yang dimaksud dengan “keterpaduan” adalah penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga dilakukan dengan memadukan berbagai

unsur atau mensinergikan berbagai komponen terkait.

Yang dimaksud dengan “partisipatif” adalah bahwa setiap anggota keluarga

dan masyarakat serta pihak-pihak terkait lainnya didorong untuk berperan

aktif dalam proses pembangunan ketahanan keluarga.

Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa Peningkatan Ketahanan Keluarga yang

dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. tata kelola pemerintahan yang baik, yaitu transparansi, akuntabilitas,

partisipasi, keterbukaan informasi dan supremasi hukum;

b. non-diskriminasi, yaitu tidak membedakan suku, ras, agama, jenis kelamin,

bahasa, paham politik, asal kebangsaan, status ekonomi, kondisi fisik,

mental maupun psikis keluarga;

c. berbasis budaya dan kearifan lokal;

d. kualitas kependudukan yang berdaya saing.

2. Tujuan Dan Ruang Lingkup Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9

Tahun 2017

Tujuan dari dibentuknya perda ini dipaparkan dalam pasal 4 ayat (1) dan

(2), yaitu:

Page 50: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

40

a. Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota Depok bertujuan untuk menjadi

acuan bagi Pembangunan dan Pembinaan Ketahanan Keluarga di Kota

Depok.

b. Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota Depok bertujuan untuk :

1) mengoptimalkan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik

material dan mental spiritual secara seimbang;

2) mewujudkan keharmonisan keluarga, cinta dan kasih sayang serta saling

menghargai berdasarkan nilainilai agama dan budaya luhur bangsa;

3) menjadikan keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama

bagi sumber daya manusia;

4) menjadikan kualitas keluarga sebagai basis perencanaan dan indikator

keberhasilan pembangunan;

5) meningkatkan kualitas sistem pelayanan publik yang ramah keluarga;

6) meningkatkan peran serta keluarga dalam pencapaian tujuan

pembangunan.

Ruang lingkup Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota Depok dituangkan

dalam pasal 5 yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. penyelenggaraan pendampingan pra-nikah;

b. pembangunan keharmonisan keluarga;

c. pendidikan dan pengasuhan anak;

d. pemberdayaan perempuan untuk peningkatan perekonomian keluarga;

e. kelembagaan ketahanan keluarga;

f. perlindungan khusus keluarga;

g. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;

h. kemitraan strategis ketahananan keluarga.

Terkait penjabaran serta pengimplementasian dari ruang lingkup perda ini

akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.

Page 51: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

41

BAB IV

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP

PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

Menurut Soerjono Soekanto, keluarga merupakan salah satu lembaga

kemasyarakatan yang berkelompok karena kebutuhan pokok yang sama yaitu

kebutuhan kehidupan kekerabatan.1 Keluarga sejahtera merupakan pondasi dasar

bagi keutuhan kekuatan dan keberlanjutan pembangunan. Sebaliknya, keluarga

yang rentan dan tercerai-berai mendorong lemahnya pondasi kehidupan

masyarakat bernegara.2

Dalam ilmu psikologi, kajian berkaitan dengan keluarga juga memberikan

khazanah tentang betapa pentingnya peran keluarga terhadap kehidupan seorang

individu. Fungsi keluarga memberikan peranan terhadap pengungkapan emosi

seorang individu melalui pemahaman emosi. Hal ini memberikan dampak

terhadap kemampuan seorang individu dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Keberfungsian ini dapat dilihat apakah peran orang tua diterapkan dengan baik

atau tidak di dalam suatu keluarga. Individu yang tidak mendapatkan

keberfungsian keluarga dengan baik akan mengalami masalah dalam

pengungkapan dan memahami emosi.3

Pengaruh globalisasi dan perkembangan di bidang sosial, ekonomi, budaya,

serta teknologi informasi, selain menyediakan kesempatan untuk maju dan

berkembang juga telah mengubah dan menggeser tatanan ketahanan keluarga.

1 Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 1988),

Cet. 5, h. 57. 2 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pembangunan

Ketahanan Keluarga 2016, (Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak, 2016), h. 1. 3 Muthmainnah, “RUU Ketahanan Keluarga: Modifikasi Hukum Sebagai Upaya

Mencapai Tujuan Hukum Islam Dalam Memelihara Keturunan”, Jurnal Syariah 4, Fakultas

Hukum Universitas Indonesia, (Juli, 2016), h. 36.

Page 52: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

42

Untuk itu pembinaan dan pengembangannya harus dilakukan semaksimal

mungkin dengan menyusun kebijakan yang berpihak pada kepentingan keluarga

dan mampu memberikan perlindungan kepada keluarga melalui kebijakan

pemerintah kota dalam menyelenggarakan ketahanan dan kesejahteraan

keluarga.4 Oleh karena itu salah satu upaya pemerintah kota Depok dalam

meningkatkan ketahanan keluarga adalah dengan cara membentuk Peraturan

Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017 tentang Peningkatan Ketahanan

Keluarga.

A. Latar Belakang Pembentukan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9

Tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis menggolongkan

latar belakang pembentukan perda ketahanan keluarga kedalam tiga hal, yakni

latar belakang filosofis, latar belakang sosiologis, dan latar belakang yuridis.

a. Latar Belakang Filosofis

Keluarga sebagai bagian unit kecil masyarakat merupakan amanat dan karunia

Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki hak didalamnya dan melekat harkat dan

martabat sebagai keluarga sejahtera yang berperan demi terciptanya cita-cita

perjuangan bangsa yang perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk

terpenuhi haknya, yakni hak hidup, hak tumbuh kembang, hak pendidikan, hak

perlindungan dan hak partisipasi serta menjalankan kehidupannya secara wajar.5

Keluarga sebagai sumber daya pembangunan yang bisa menumbuhkan nilai-

nilai falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. “...apabila nilai-

nilai itu sudah tertanam pada keluarga, maka akan tebangun ketahanan keluarga.

4 Konsideran Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017 tentang

Peningkatan Ketahanan Keluarga. 5 Konsideran Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017 tentang

Peningkatan Ketahanan Keluarga.

Page 53: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

43

Ketahanan keluarga akan menghasilkan ketahanan sosial. Ketahanan sosial akan

melahirkan ketahanan bangsa. Jadi nilai-nilai asasi yang ada di masyarakat harus

dibentuk mulai dari keluarga.”6

Dalam kajian filsafat hukum ada beberapa aliran yang mendorong

terbentuknya suatu peraturan. Antara lain adalah aliran Utilitarianisme yang

dipelopori oleh Jeremy Bentham (1748-1783). Penganut aliran utilitarianisme

menganggap tujuan hukum adalah memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan

yang sebanyak-banyaknya kepada warga masyarakat.7 Untuk mewujudkannya

maka perlu dibuat suatu aturan hukum yang mengikat.

Dalam aliran Hukum Positif Analitis yang dipelopori oleh John Austin (1790-

1859) menyatakan bahwa hukum adalah perintah dari penguasa negara.8 Oleh

karena itu dibuatlah aturan yang mengikat oleh pemerintah dengan tujuan

memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan yang sebanyak-banyaknya kepada

warga masyarakat.

b. Latar Belakang Sosiologis

Dilihat dari potensi, kota Depok punya sumber daya manusia yang tergolong

banyak. Jadi memang kompetensi dasar pembangunan di kota Depok itu

bertumpu pada sumber daya manusia. Tempat pengasahan sumber daya manusia

ini adalah keluarga, sehingga pembangunan itu penting untuk menempatkan

keluarga pada posisi strategis.9

Menurut Ani Rahmawati keluarga merupakan muara dari semuanya. Jika

menginginkan generasi yang berkualitas, maka keluarga juga harus berkualitas.

6 Farida Rachmayanti, Ketua Pansus Perda Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota

Depok, Interview Pribadi, Depok, 3 Agustus 2018. 7 Zinuddin Ali, Filsafat Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 59.

8 Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2004), Cet. 5, h. 114. 9 Farida Rachmayanti, Ketua Pansus Perda Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota

Depok, Interview Pribadi, Depok, 3 Agustus 2018.

Page 54: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

44

Karena keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, maka perlu

dioptimalkan peranan keluarga sehingga jika keluarganya sudah tahan dan

optimal, negara akan menjadi lebih kuat, angka perceraian bisa diminimalisir,

kenakalan remaja juga bisa ditangani.10

Depok merupakan kota penyangga ibu kota yang dinamika sosialnya tinggi.

Menurut Farida Rachmayanti, masalah dinamika sosial tidak bisa diselesaikan

dengan satu aspek saja tetapi harus juga memperhatikan fungsi-fungsi keluarga.

Ketika menyelesaikan permasalahan dinamika sosial hanya dari satu aspek

saja maka masalah itu tidak akan teratasi. Misalnya untuk mengatasi permasalahan

ekonomi hanya dari pendekatan ekonomi, kenakalan remaja dari remajanya, itu

tidak akan efektif. Ternyata ada sebuah institusi yang punya peran dan pengaruh

besar untuk menyelesaikan masalah sosial seperti kenakalan remaja, pergaulan

bebas, kemiskinan, bahkan disharmoni sosial, yaitu keluarga. Masalah-masalah

sosial tadi muncul karena ada keluarga-keluarga yang tidak harmonis. Oleh karena

itu ketika berbicara tentang keluarga, tidak bisa jika hanya bicara tentang

bagaimana merencanakan jumlah anggota keluarga, tapi harus bicara dari banyak

aspek terutama dari fungsi-fungsi keluarga.11

Dalam pasal 7 ayat (2) Peratura Pemerintah Nomor 87 tahun 2014 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana,

dan Sistem Informasi Keluarga, ada delapan fungsi keluarga yaitu fungsi

keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi

reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi

pembinaan lingkungan.

Depok ingin menjadi kota layak anak dengan mengeluarkan Peraturan Daerah

Kota Depok Nomor 15 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kota Layak Anak.

Hal tersebut akan efektif dan tercapai ketika keluarganya mempunyai ketahanan.

Hanya saja yang perlu ditekankan adalah keluarga yang punya ketahanan itu

bukan berarti keluarga itu tanpa masalah. Setiap keluarga pasti punya masalah,

tapi dia tangguh, dia bisa menyelesaikan dan menghadapi permasalahan yang ada

10

Ani Rahmawati, Kepala Bidang Ketahanan Keluarga dan Keluarga Berencana,

DPAPMK Kota Depok, Interview Pribadi, Depok, 20 Juli 2018. 11

Farida Rachmayanti, Ketua Pansus Perda Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota

Depok, Interview Pribadi, Depok, 3 Agustus 2018.

Page 55: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

45

dengan bijaksana, di tengah permasalahan itu fungsi-fungsi tetap berjalan dengan

baik. Suami isteri akan ramah kepada anaknya jika relasi antara mereka itu

selesai, fungsi seorang ayah sebagai pimpinannya berjalan, dan fungsi ibu

sebagai pendidik anaknya juga berjalan. Jika itu semua tidak berjalan dengan

baik, pasti mereka tidak akan ramah kepada anak dan akhirnya anak menjadi

korban.

Persiapan menghadapi bonus demografi. Bonus demografi adalah suatu

kondisi dimana suatu wilayah atau negara memiliki jumlah penduduk usia

produktif (15-64 tahun) lebih banyak dibandingkan dengan usia non-produktif.

Dikatakan sebagai “bonus” karena kondisi ini tidak terjadi secara terus-menerus

melainkan hanya terjadi sekali dan tidak berlangsung lama. Indonesia diprediksi

akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020-2030 yang akan datang.

Hal ini seharusnya menjadi hal yang positif dan sangat berguna bagi

peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat suatu negara

apabila dipersiapkan dengan baik dengan cara pengoptimalan sumber daya

manusia. Namun yang dikhawatirkan adalah apabila sumber daya manusianya

tidak berkualitas, jadi usia-usia produktif yang justru bermasalah. “...yang kita

khawatirkan itu usia produktifnya tidak berkualitas, jadi usia-usia produktif yang

justru bermasalah.”12

Jadi salah satu cara pemerintah Depok menghadapi bonus demografi adalah

mengokohkan ketahanan keluarga. Sehingga nanti anak-anaknya matang secara

mental, cerdas secara akal, tinggi spiritualnya, dan kreatif sehingga mereka

mampu berkompetisi. Minimal yang saat ini duduk di bangku SMA, ketika tahun

2030 mereka akan menjadi bapak yang berkualitas. Pemerintah kota Depok tidak

ingin mencetak keluarga-keluarga yang lemah, lemah dari sisi membangun relasi

12

Farida Rachmayanti, Ketua Pansus Perda Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota

Depok, Interview Pribadi, Depok, 3 Agustus 2018.

Page 56: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

46

suami isteri, lemah dari sisi tanggung jawab, tidak punya etos kerja yang tinggi

sebagai seorang ayah, tidak punya kesadaran yang tinggi bagaimana ikut

berpartisipasi dalam mendidik anak. Maka dari itu pemerintah kota Depok

berharap 5-10 tahun yang akan datang akan lahir keluarga-keluarga yang lebih

baik dari sekarang.

Angka perceraian di Depok dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Berdasarkan data yang penulis dapatkan, pada tahun 2015 ada 2.571 kasus, tahun

2016 ada 3.036 kasus, dan tahun 2017 ada 3.230 kasus perceraian di Pengadilan

Agama kota Depok. Yang cukup mengkhawatirkan adalah ternyata perceraian itu

cukup banyak terjadi pada usia keluarga muda. Selain itu juga karena kurang

berjalannya fungsi keagamaan dalam keluarga, sehingga saat ini yang terjadi di

lapangan adalah justru pihak isteri yang menggugat cerai suami. “...Jadi kalo

memang perempuannya agamanya kuat mah pasti dia akan mengendalikan diri

apapun yang terjadi, karena mau tidak mau ya laki-laki itu adalah pimpinan

keluarga.”13

Artinya di kota Depok banyak tumbuh anak-anak atau sumber daya

manusia yang tumbuh berkembang tidak dalam kondisi yang membahagiakan,

bahkan mungkin mereka tidak mendapatkan hak-haknya.

Pemerintah kota Depok tidak ingin dalam jangka panjang sumber daya

manusianya tidak berkualitas karena sudah ada masalah-masalah dalam keluarga.

Misalnya masalah kemiaskinan, disharmonis, atau dia harmonis tapi tidak

berjalan fungsi-fungsi keluarga yang lainnya, misalnya fungsi parenting.

Memang diantara pasangan suami isteri tidak ada pertengkaran, tetapi mereka

tidak tahu cara mendidik anak yang benar. Padahal pendidikan pertama dan

utama itu dari keluarga, jika mereka tidak bisa mendidik anaknya dengan benar

maka itu juga merupakan suatu maslah. Permasalahan keluarga banyak

13

Ani Rahmawati, Kepala Bidang Ketahanan Keluarga dan Keluarga Berencana,

DPAPMK Kota Depok, Interview Pribadi, Depok, 20 Juli 2018.

Page 57: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

47

gradasinya, yang paling parah adalah perceraian.14

Untuk mewujudkannya maka

diperlukan aturan yang dapat meningkatkan kualitas SDM sehingga dibuatlah

Perda Peningkatan Ketahanan Keluarga.

c. Latar Belakang Yuridis

Secara yuridis ada beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur

terkait keluarga, diantaranya adalah Undang-undang Nomor 52 tahun 2009

tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Peraturan

Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga,

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga, Peraturan Daerah Kota

Depok Nomor 15 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kota Layak Anak,

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan

Masyarakat Dan Kesejahteraan Keluarga, dan Peraturan Menteri Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan

Pembangunan Keluarga.

Meski telah terdapat sederetan peraturan perundang-undangan untuk

melindungi perempuan dan anak, sebagaimana tersebut di atas, tapi perlindungan

perempuan dan anak di Kota Depok dalam kenyataannya masih belum memadai

walaupun telah dibuat Perda Penyelenggaraan Kota Layak Anak. Berdasarkan

data-data yang dijumpai di lapangan di Kota Depok masih terdapat banyak

perempuan dan anak yang perlu mendapat perlindungan dari berbagai bentuk

diskriminasi, tindak kekerasan, eksploitasi, pelecehan seksual, penyalahgunaan

narkotika dan zat adiktif lainnya, trafiking, penyakit menular, dan ketelantaran.15

14

Farida Rachmayanti, Ketua Pansus Perda Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota

Depok, Interview Pribadi, Depok, 3 Agustus 2018. 15

Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok Tentang Ketahanan

Keluarga, h. 29

Page 58: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

48

Untuk mengatasi masalah sosiologis tadi, maka diperlukan aturan untuk

mengikat banyak pihak agar mau bersama-sama bergandeng tangan

mengokohkan ketahanan keluarga. Karena ketika ketahanan keluarga

dikokohkan, fungsi keluarga dikokohkan, maka akan menghasilkan sumber daya

manusia yang berkualitas, sehingga akan meminimalisir masalah-masalah sosial.

Kebanyakan anak-anak atau bahkan remaja yang nakal itu karena ketika di

rumah, mereka tidak mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya, emosinya

labil, maka muncul yang disebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja

tidak bisa diselesaikan hanya dari sisi remajanya saja, tidak bisa jika hanya

sekedar dibuatkan ruang tempat berekspresi. Karena masalah kejiwaannya bukan

masalah bagaimana dia harus berekspresi, tapi ada unsur yang tidak bisa

tergantikan yaitu fungsi cinta dan kasih sayang keluarga.16

B. Model Kebijakan Dalam Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun

2017

Dalam perda ketahanan keluarga kota Depok telah dimuat kebijakan-

kebijakan yang harus dilaksanakan oleh seluruh elemen masyarakat agar berjalan

sesuai dengan seharusnya dan tercapai apa yang dicita-citakan. Kebijakan-

kebijakan tersebut tertuang dalam pasal 5 Peraturan Daerah Kota Depok Nomor

9 Tahun 2017, diantaranya adalah:

a. penyelenggaraan pendampingan pra-nikah;

b. pembangunan keharmonisan keluarga;

c. pendidikan dan pengasuhan anak;

d. pemberdayaan perempuan untuk peningkatan perekonomian keluarga;

e. kelembagaan ketahanan keluarga;

f. perlindungan khusus keluarga;

g. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;

16

Farida Rachmayanti, Ketua Pansus Perda Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota

Depok, Interview Pribadi, Depok, 3 Agustus 2018.

Page 59: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

49

h. kemitraan strategis ketahananan keluarga.

1. Penyelenggaraan Pendampingan Pra-nikah

Setiap calon pasangan menikah berhak untuk mendapatkan bimbingan,

informasi, dan pemeriksaan kesehatan pra-nikah. Bimbingan Pra-Nikah

diselenggarakan untuk terwujudnya perkawinan yang dicita-citakan sesuai

perundangundangan yang dlaksanakan oleh Direktorat Jenderal bimbingan

masyarakat Islam atau lembaga keagamaan lainnya yang menyelenggarakan

bimbingan Pra-Nikah. Bimbingan Pra-Nikah dapat berupa kursus dengan

materi yang memuat tentang kesehatan reproduksi, Undang-Undang

Perkawinan, Keharmonisan Keluarga, Pendidikan dan Pengasuhan Anak,

fungsi keluarga sesuai norma agama, adat, sosial, serta ketentuan peraturan

perundangundangan dan lain-lain. Pelaksanaan kegiatan ini dapat dilakukan di

tempat ibadah sesuai kepercayaan masing-masing dan/atau di tempat

Penyelenggara Bimbingan yang diinisiasi Pemerintah.

Informasi Pra-Nikah berkaitan dengan masalah perkawinan,

pengembangan kualitas diri, dan pelayanan kesehatan terkait persiapan

perkawinan. Penyediaan informasi dan bimbingan Pra-Nikah dilaksanakan

oleh Organisasi Perangkat Daerah dan dapat dilakukan bekerjasama dengan

Kantor Urusan Agama serta pemangku kepentingan ketahanan keluarga

lainnya.

Pemeriksaan kesehatan Pra-Nikah diselenggarakan secara berkala oleh

Pemerintah Kota Depok dan dapat bekerjasama dengan lembaga atau

organisasi kesehatan. Penyelenggaraan Bimbingan Pra-Nikah ditandai dengan

dikeluarkannya sertifikat bimbingan Pra-Nikah bagi calon Pasangan suami

isteri. Sertifikat Bimbingan Pra-Nikah dapat menjadi syarat kelengkapan

pencatatan perkawinan.

Page 60: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

50

2. Pembangunan Keharmonisan Keluarga

Pembangunan keharmonisan keluarga diselenggarakan oleh Pemerintah

Kota melalui Perangkat Daerah yang menangani ketahanan keluarga, dalam

hal ini adalah Dinas Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat, dan

Keluarga (DPAPMK) kota Depok.

Pembangunan keharmonisan keluarga dilakukan melalui kegiatan

sosialisasi, edukasi dan pembinaan secara terintegrasi dan berkelanjutan.

Metode kegiatan pembangunan keharmonisan keluarga dapat berupa seminar,

diskusi kelompok, konsultasi dan kegiatan lainnya. Pembangunan

keharmonisan keluarga harus dilakukan sampai tingkat terkecil pemerintahan

yaitu Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT).

Materi dalam pembinaan suami isteri dapat meliputi nilai keagamaan

perkawinan dan keluarga, bahaya dan dampak perceraian terhadap psikologis

anak, hak dan kewajiban berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, pentingnya terjalin hubungan harmonis sesuai norma agama, norma

sosial, dan budaya, kerjasama dalam suka maupun duka, pengelolaan sikap

dan emosional sebagai orang tua, dan/atau pengembangan potensi dan

karakter anak.

Tahapan dalam pembangunan keharmonisan keluarga adalah sebagai

berikut :

a. pembangunan keharmonisan hubungan suami dan isteri;

b. pembangunan keharmonisan hubungan orang tua dengan anak, ayah

dengan anak, hubungan ibu dengan anak;

c. pembangunan keharmonisan dalam lingkup keluarga besar;

d. pembangunan keharmonisan keluarga dan anggota keluarga dalam

kehidupan bermasyarakat.

Page 61: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

51

Kebijakan teknis pendidikan suami isteri ini dapat melibatkan Perangkat

Daerah yang menangani ketahanan keluarga, Pusat Pelayanan Terpadu

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) dan Lembaga

Konsultasi dan Kesejahteraan Keluarga (LK3)

3. Pendidikan Dan Pengasuhan Anak

Keluarga menjadi tempat pertama dan utama dalam proses pendidikan

dan pengasuhan anak. Setiap anak berhak untuk dibesarkan oleh orang tuanya

sendiri dengan pola asuh yang baik, santun dan penuh kasih sayang, serta

seimbang dari ayah dan ibunya.

Pendidikan dan Pengasuhan anak bertujuan untuk berkembangnya potensi

anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

berwawasan kebangsaan dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Dalam upaya pendidikan dan pengasuhan anak maka setiap keluarga

harus berkomitmen dan berperan serta aktif dalam mewujudkan lingkungan

Rukun Warga (RW) yang Ramah Anak. Selain pendidikan formal, setiap anak

berhak untuk mendapatkan pendidikan informal yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Kota demi terciptanya ketahanan keluarga. Pendidikan informal

diantaranya pendidikan keagamaan maupun berbagai penyuluhan yang

diselenggarakan lembaga mitra pemerintah dan organisasi terkait anak dan

keluarga. Kebijakan teknis pendidikan anak menjadi tugas Perangkat Daerah

yang menangani ketahanan keluarga.

4. Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Perekonomian Keluarga

Pemberdayaan perempuan untuk peningkatan ekonomi keluarga ditujukan

kepada isteri sebagai kepala keluarga dan isteri yang berperan sebagai

pelaksana tugas kepala keluarga. Selanjutnya isteri berperan sebagai kepala

Page 62: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

52

keluarga apabila suami telah meninggal dunia, suami tidak melaksanakan

kewajibannya, atau pasangan suami isteri telah bercerai.

Isteri dapat berperan sebagai pelaksana tugas kepala rumah tangga apabila

suaminya sudah tidak mampu menafkahinya lahir batin karena kondisi cacat

fisik dan psikis yang tetap. Bentuk program pemberdayaan perempuan untuk

peningkatan ekonomi keluarga dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

5. Kelembagaan Penyelenggaraan Ketahanan Keluarga

Kelembagaan penyelenggaraan ketahanan keluarga terdiri atas Tim

Pembina Ketahanan Keluarga, Tenaga Lapangan Ketahanan Keluarga, dan

RW Ramah Anak. Pembina Ketahanan Keluarga dibentuk oleh pemerintah

kota. Tim ini bertugas merencanakan, mengkoordinasikan, mengevaluasi dan

melaporkan pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pembinaan ketahanan

keluarga. Terkait susunan keanggotaannya meliputi unsur Pemerintah Kota,

lembaga pendidikan, organisasi/lembaga keagamaan, profesi, dan yang

berkaitan dengan keluarga dan anak. Khusus hal-hal yang berkaitan dengan

lingkup pendidikan dan pengasuhan anak Tim Pembina Ketahanan Keluarga

dapat bekerjasama dengan Gugus Tugas Kota Layak Anak dan lembaga yang

tercakup di dalamnya.

Tenaga Lapangan Ketahanan Keluarga memiliki tugas mengidentifikasi,

memberikan motivasi, mediasi, mendidik, merencanakan dan mengadvokasi.

Terkait susunan keanggotaannya meliputi Motivaor Ketahanan Keluarga

(Montekar), Pendamping Kader Posyandu (PKP), Tenaga Penggerak

Kelurahan (TPKel), dan tenaga lapangan ketahan keluarga lainnya.

Rukun Warga (RW) Ramah Anak merupakan bagian dari Program Kota

Layak Anak Depok yang secara teknis dilaksanakan oleh Gugus Tugas Kota

Layak Anak Depok bekerja sama dengan Forum Kota Layak Anak yang

Page 63: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

53

terkoordinasi tingkat kelurahan. Setiap keluarga membutuhkan kerjasama

dengan lingkungan di sekitarnya dalam pendidikan dan pengasuhan anak

dengan membangun komitmen bersama membentuk Rukun Warga (RW)

Ramah Anak. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Rukun Warga (RW)

Ramah Anak ditujukan bagi terbentuknya Keluarga Ramah Anak.

6. Perlindungan Khusus Keluarga

Bagi keluarga pra-sejahtera, Pemerintah Kota melalui Perangkat Daerah

yang membidangi ketahanan keluarga bertanggung jawab untuk memfasilitasi

terselenggaranya program-program sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun Pemerintah

Provinsi yang mendukung tercapainya peningkatan ketahanan keluarga.

Bagi keluarga rentan, dilakukan pemberdayaan dengan memberikan

stimulan keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga rentan. Stimulan

tersebut berupa fasilitas dari Pemerintah Kota, baik bantuan dalam bentuk alat

kontrasepsi gratis, penyuluhan KB gratis, bantuan biaya persalinan, modal

usaha, ataupun fasilitas-fasilitas lain yang sesuai dengan potensi keluarga

rentan sehingga dapat menopang keberlangsungan keluarganya untuk

mengembangkan kemandirian ekonomi. Pemberian stimulan tersebut harus

dilakukan minimal setiap satu tahun sekali dan dilakukan pengawasan oleh

Perangkat Daerah yang menangani ketahanan keluarga khususnya.

7. Pembinaan, Pengawasan, Dan Pengendalian Ketahanan Keluarga

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang

menangani ketahanan keluarga. Kegiatan ini bertujuan untuk mencapai

indikator ketahanan keluarga. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian

berupa pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan

serta kegiatan pemberdayaan lain secara insidentil maupun secara periodik.

Page 64: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

54

Pemerintah Kota dapat memberikan penghargaan dan/atau dukungan

kepada Instasi terkait, perorangan, keluarga organisasi keagamaan, organisasi

sosial kemasyarakatan, lembaga masyarakat, organisasi profesi, lembaga

sosial, lembaga pendidikan, dan dunia usaha yang berprestasi dan memiliki

kontribusi terhadap keberhasilan penyelenggaraan pembangunan ketahanan

keluarga. Penghargaan diberikan dalam bentuk piagam, plakat, medali,

dan/atau bentuk lain, sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

Dukungan berupa fasilitas dan bimbingan penyelenggaraan pembangunan

ketahanan keluarga, pemberian stimulan, pengembangan dan penguatan

kelembagaan, dan pemberian pelatihan.

8. Kemitraan Strategis Peningkatan Ketahanan Keluarga

Kemitraan strategis peningkatan ketahanan keluarga dilakukan oleh

beberapa elemen masyarakat, diantaranya adalah Pemerintah Kota, Dunia

Usaha, Masyarakat, serta Pers dan Media.

Pemerintah kota membuat kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan

ketahanan keluarga dengan landasan Indikator Ketahanan Keluarga yang telah

dipaparkan dalam Bab II. Kebijakan-kebijakan tersebut harus tertuang dalam

Rencana Aksi Pembinaan dan Pembangunan Ketahanan Keluarga Daerah

yang disusun untuk jangka waktu paling sedikit tiga tahun.

Setiap orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan usaha wajib

berperan aktif dalam menyediakan sarana prasarana ketahanan keluarga

seperti mengalokasikan anggaran tanggung jawab sosial dan lingkungan untuk

mendukung program penyelenggaraan Ketahanan Keluarga. Selain itu perlu

juga menyelenggarakan atau membuat iklan pembentukan keluarga sejahtera

dengan menggunakan bahasa positif serta memberi bantuan terhadap program

pemerintah untuk keluarga pra-sejahtera. Dunia usaha wajib berperan dalam

Page 65: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

55

penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga, yang dilaksanakan

kepada setiap karyawan dan keluarga karyawan.

Masyarakat memiliki kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam

penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga. Masayarakat disini dapat

berupa perorangan, lembaga pendidikan, organisasi keagamaan, organisasi

sosial kemasyarakatan, lembaga masyarakat, organisasi profesi, dan lembaga

sosial. Peran masyarakat dapat berupa pemikiran, prakarsa, keahlian,

dukungan kegiatan, tenaga, dana, barang, jasa, dan/atau fasilitas untuk

penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga dengan prinsip non-

diskriminatif.

Pers dan media massa, wajib memperhatikan serta mematuhi norma-

norma yang berlaku di masyarakat sesuai Undang-Undang Pers dan Kode Etik

Pers dalam pemberitaan yang berkaitan dengan ketahanan keluarga,

melindungi Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) dengan tidak

mengeksploitasi berita di media cetak dan elektronik, serta menjaga nilai-nilai

suku, agama, ras dan antar golongan dalam penyiaran, penampilan, dan

penayangan berita dalam kondisi kehidupan anak dan keluarga dalam

masyarakat.

C. Implementasi Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017

Terkait pelaksanaan dari Perda Nomor 9 Tahun 2017 sudah ada beberapa

program yang sudah terlaksana. Dalam rangka mewujudkan tercapainya program

unggulan Depok sebagai Kota Ketahanan Keluarga, dilakukan dengan

mengedepankan program pemberdayaan masyarakat.17

17

Dikutip dari https://www.depok.go.id/16/04/2018/01-berita-depok/wujudkan-kota-

ketahanan-keluarga-dengan-pembinaan-kader-tribina pada tanggal 21 Agustus 2018

Page 66: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

56

Menurut Ani Rahmawati, program-program tersebut adalah Tribina Keluarga,

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), Pusat Informasi

Konseling Remaja (PIK-R), serta RW Ramah Anak.

“...kita punya tribina keluarga, BKB (Bina Keluarga Balita), BKR (Bina

Keluarga Lansia), BKL (Bina Keluarga Lansia), UPPKS (Usaha Peningkatan

Pendapatan Keluarga Sejahtera), sama PIKR (Pusat Informasi Konseling

Remaja). Selain itu kita juga ada RW Ramah Anak”.18

Farida Rachmayanti menambahkan “Secara implementasi, di Depok sudah

dibuka tempat konsultasi seperti Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA),

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), dan

Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3).”19

1. Tribina Keluarga

Tribina Keluarga merupakan program yang bertujuan meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam

membina tumbuh kembang, baik secara fisik, motorik, kecerdasan emosional,

dan sosial ekonomi dengan sebaik-baiknya kepada balita dan anak remaja.

Tribina juga berguna meningkatkan kesejahteraan Lansia melalui kepedulian dan

peran keluarga dalam mewujudkan masa usia lanjut yang produktif, mandiri, dan

bermanfaat bagi bagi keluarga dan lingkungan masyarakat. Program tribina

keluarga diantaranya adalah Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja

(BKR), dan Bina Keluarga Lansia (BKL).

Kelompok BKB adalah upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan

kesadaran ibu serta anggota keluarga lain dalam membina tumbuh kembang

balita. Berbagai kegiatan dilakukan melalui rangsangan fisik, motorik,

18

Ani Rahmawati, Kepala Bidang Ketahanan Keluarga dan Keluarga Berencana,

DPAPMK Kota Depok, Interview Pribadi, Depok, 20 Juli 2018. 19

Farida Rachmayanti, Ketua Pansus Perda Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota

Depok, Interview Pribadi, Depok, 3 Agustus 2018.

Page 67: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

57

kecerdasan, sosial, emosional, serta moral yang berlangsung dalam proses

interaksi antara ibu atau anggota keluarga lain dengan balita.

BKR merupakan program strategis di mana dilakukan upaya mempersiapkan

SDM berkualitas dalam lingkungan masyarakat. Program BKR meliputi kegiatan

upaya yang meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan orang tua dan

anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja

secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orangtua dan remaja, baik

secara fisik, intelektual, kesehatan reproduksi, mental emosional, sosial dan

moral spiritual.

BKL adalah kelompok di mana serangkaian kegiatan dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang lanjut usia dalam

pengasuhan, perawatan serta pemberdayaan lansia agar kesejahteraannya

meningkat. Tujuan dari BKL ini untuk mewujudkan kesejahteraan lansia yang

bertaqwa kepada TuhanYME, mandiri, produktif dan bermanfaat.20

2. UPPKS

UPPKS adalah kelompok usaha ekonomi produktif, yang beranggotakan

sekumpulan anggota keluarga yang saling berinteraksi dan terdiri dari berbagai

tahapan keluarga sejahtera, baik Pasangan Usia Subur yang sudah ber-KB

maupun yang belum ber-KB dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera.

3. PIK-R

PIK-R adalah suatu wadah kegiatan program PKBR (Penyiapan Kehidupan

Berkeluarga Bagi Remaja) yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna

memberikan pelayanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta

penyiapan kehidupan bekeluarga. Sasaran dari PIK-R ini adalah remaja yang

berusia 10-24 tahun dan belum menikah.

20

Ani Rahmawati, Kepala Bidang Ketahanan Keluarga dan Keluarga Berencana,

DPAPMK Kota Depok, Interview Pribadi, Depok, 20 Juli 2018.

Page 68: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

58

4. RW Ramah Anak

RW Ramah Anak adalah gerakan sosial masyarakat yang melibatkan

pemerintah kota dengan sumber daya berbasis masyarakat tingkat RT dan RW

dalam memberikan penanganan anak dan terutama anak yang berhadapan dengan

hukum, eksploitasi, penanganan yang salah, penelantaran, tindak kekerasan.

5. PUSPAGA

PUSPAGA adalah tempat pembelajaran untuk meningkatkan kualitas

kehidupan menuju keluarga sejahtera melalui peningkatan kapasitas orang

tua/keluarga atau orang yang bertanggungjawab terhadap anak dalam

menjalankan tanggungjawab mengasuh dan melindungi anak agar tercipta

kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, dan kesejahteraan yang

menetap dan berkelanjutan.

6. P2TP2A

P2TP2Amerupakan pusat kegiatan terpadu yang menyediakan pelayanan bagi

masyarakat Indonesia terutama perempuan dan anak korban tindak kekerasan.

P2TP2A bertujuan untuk melakukan pelayanan bagi tindak kekerasan terhadap

perempuan dan anak dan berupaya memberikan kontribusi terhadap

pemberdayaan perempuan dan anak dalam rangka terwujudnya Kesetaraan dan

Keadilan Gender.

7. LK3

LK3 merupakan salah satu wahana penanganan masalah sosial psikologis

keluarga yang mengedepankan pendekatan pekerjaan sosial dalam proses

pelayanannya dan dukungan dari disiplin ilmu yang terkait. Pelayanan yang

diberikan oleh LK3 antara lain pemberian informasi, konsultasi, konseling,

advokasi secara profesional, serta merujuk sasaran ke lembaga pelayanan lain

yang benar-benar mampu memecahkan masalah secara lebih intensif.

Tentu program-program yang sudah ada tersebut sangat membantu dalam

peningkatan ketahanan keluarga. Namun ketika penulis bertanya kepada Ibu Ani

Rahmawati mengenai terbentuknya program-program tersebut, apakah ada

Page 69: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

59

setelah berlakunya Perda Ketahanan Keluarga atau justru sudah ada sebelumnya.

Ternyata program-program tersebut sudah ada sebelum diberlakukannya Perda

Ketahanan Keluarga. Program tribina keluarga, UPPKS, dan PIK-R merupakan

program dari BKKBN. “Program ini sudah ada sebelum adanya perda ini, karena

program ini prodaknya BKKBN” tutur Ani Rahmawati ketika diwawancara.21

Farida Rachmayanti sebagai Ketua Pansus Perda Ketahanan Keluarga,

menyatakan bahwa dibentuknya RW Ramah Anak merupakan implementasi

nyata dari Perda Ketahanan Keluarga. “...implementasi nyata dari Perda

Ketahanan Keluarga adalah dibentuknya RW Ramah Anak.” Namun ternyata

program RW Ramah Anak merupakan program Kota Layak Anak Depok yang

tertuang dalam pasal 8 ayat (4) Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 15 Tahun

2015 tentang Penyelenggaraan Kota Layak Anak. Meskipun dalam Perda

Ketahanan Keluarga memasukan RW Ramah Anak sebagai salah satu lembaga

penyelenggara ketahanan keluarga, namun sebenarnya program RW Ramah

Anak sudah ada sebelum diberlakukannya Perda Ketahanan Keluarga. Adapun

PUSPAGA dan P2TP2A berada di bawah Kementrian Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak sedangkan LK3 berada di bawah Kementrian Sosial.

Awalnya penulis berasumsi bahwa tanpa adanya Perda Ketahanan Keluarga,

program-program yang sudah disebutkan diatas tetap dapat berjalan, namun

teryata ada beberapa program yang baru aktif setelah adanya Perda Ketahanan

Keluarga. Seperti halnya LK3 yang merupakan lembaga di bawah Kementrian

Sosial. Hal ini dapat dilihat pada Peraturan Mentri Sosial Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2013 tentang Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga.

Namun sayangnya LK3 yang ada di Kota Depok sudah lama vakum dan baru

dihidupkan kembali pada hari Senin, 30 Oktober 2017 yang ditandai dengan

21

Ani Rahmawati, Kepala Bidang Ketahanan Keluarga dan Keluarga Berencana,

DPAPMK Kota Depok, Interview Pribadi, Depok, 20 Juli 2018.

Page 70: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

60

dilantiknya pengurus LK3 Kota Depok Periode 2017-2019.22

Hal ini terdorong

karena adanya Perda Ketahanan Keluarga.

Selain LK3, program yang terlaksana karena adanya Perda Ketahanan

Keluarga adalah PUSPAGA. PUSPAGA merupakan program unggulan dari

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang mulai

diinisiasi sejak tahun 2016.23

Di Depok sendiri, PUSPAGA berada di gedung

Dibaleka II lantai 1 Balaikota Depok yang baru diresmikan pada hari Senin, 13

November 2017.24

Ini juga merupakan upaya untuk menuju Kota Layak Anak

dan sebagai salah satu upaya Peningkatan Ketahanan Keluarga.

Terkait model kebijakan yang tertuang dalam pasal 5 Peraturan Daerah Kota

Depok Nomor 9 Tahun 2017 yang telah dilaksanakan, diantaranya adalah:

penyelenggaraan pendampingan pra-nikah, pembangunan keharmonisan

keluarga, pendidikan dan pengasuhan anak, dan pemberdayaan perempuan untuk

peningkatan perekonomian keluarga.

Terkait penyelenggaraan pendampingan pra-nikah, pemerintah sudah

melaksanakannya. Program ini mulai berjalan pada Oktober 2018. “...nanti

sekitar bulan Oktober di bidangnya Bu Ani (Rahmawati) akan membuka kursus

Pra-Nikah yang lebih mendalam dan lebih rijit dibanding yang ada pada KUA.”25

Pembangunan keharmonisan keluarga dilakukan melalui program Tribina

Keluarga yakni PIK-R, pendidikan dan pengasuhan anak melalui program RW

22

Dikutip dari https://www.depok.go.id/30/10/2017/01-berita-depok/106769 diakses

pada tanggal 28 Agustus 2018. 23

Dikutip dari https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/09/16/owc7

en349-pemerintah-dorong-pembentukan-puspaga-di-berbagai-daerah diakses pada tanggal 28

Agustus 2018. 24

Dikutip dari https://www.depok.go.id/13/11/2017/01-berita-depok/wali-kota-

resmikan-tpa-dan-puspaga-kota-depok diakses pada tanggal 28 Agustus 2018. 25

Farida Rachmayanti, Ketua Pansus Perda Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota

Depok, Interview Pribadi, Depok, 3 Agustus 2018.

Page 71: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

61

Ramah Anak, pemberdayaan perempuan untuk peningkatan perekonomian

keluarga melalui program UPPKS.26

Dalam pasal 32 ayat (1) memaparkan tentang pelaksanaan pembangunan

ketahanan keluarga dilakukan melalui:

a. peningkatan kualitas anak melalui pemberian akses informasi, pendidikan,

penyuluhan, dan pelayanan mengenai perawatan, pengasuhan, perlindungan,

serta perkembangan anak;

b. peningkatan kualitas remaja melalui pemberian akses informasi, pendidikan,

konseling, dan pelayanan mengenai kehidupan berkeluarga;

c. peningkatan kualitas hidup bagi lanjut usia agar tetap produktif dan berguna

bagi keluarga dan masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk berperan

dalam kehidupan keluarga;

d. peningkatan peran, fungsi, dan tugas keluarga;

e. pemberdayaan keluarga rentan melalui perlindungan dan bantuan dan/atau

fasilitasi untuk mengembangkan diri agar setara dengan keluarga lain;

f. peningkatan kualitas lingkungan keluarga;

g. peningkatan akses dan peluang terhadap penerimaan informasi dan

sumberdaya ekonomi keluarga;

h. pengembangan cara inovatif melalui bantuan dan/atau fasilitasi yang lebih

efektif bagi keluarga prasejahtera;

i. pengembangan program dan kegiatan dalam upaya mengurangi angka

kemiskinan bagi keluarga prasejahtera dan perempuan yang berperan

sebagaikepala keluarga.

Hal-hal tersebut sudah dapat tercover dengan adanya program-program

ketahanan keluarga seperti: Tribina Keluarga, Usaha Peningkatan Pendapatan

Keluarga Sejahtera (UPPKS), Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R), dan

26

Ani Rahmawati, Kepala Bidang Ketahanan Keluarga dan Keluarga Berencana,

DPAPMK Kota Depok, Interview Pribadi, Depok, 20 Juli 2018.

Page 72: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

62

RW Ramah Anak. Ditambah dengan lembaga-lembaga yang berperan dalam

peningkatan ketahanan keluarga seperti: Pusat Pembelajaran Keluarga

(PUSPAGA), Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak

(P2TP2A), dan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3).

Yang sangat disayangkan adalah belum dibuatnya petunjuk pelaksana Perda

Ketahanan Keluarga. Padahal berdasarkan pasal 45, petunjuk pelaksanaan perda

harus ditetapkan paling lambat satu tahun terhitung sejak diberlakukannya perda

ketahanan keluarga. “Kalau secara juklak memang belum, cuma secara indikator

ketahanan keluarga sudah ada. Kemarin itu kan kita ada indikator dulu supaya

lebih terarah gitu. Kalau juklak mah nanti sebetulnya menyesuaikan dari apa

yang ada di perda itu.” ucap Ani Rahmawati ketika ditanya mengenai petunjuk

pelaksanaan perda ketahanan keluarga.27

Selain petunjuk pelaksanaan perda ketahanan keluarga, peraturan wali kota

juga diamanahkan dalam Perda Ketahanan Keluarga. Ada beberapa pasal dalam

Perda Ketahanan Keluarga yang menyatakan harus adanya Peraturan Wali Kota,

namun sampai saat ini belum dibuat peraturan walikota tersebut. Pasal-pasal itu

diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Pasal 16 ayat (2) Petunjuk teknis kelembagaan penyelenggaraan ketahanan

keluarga diatur lebih lanjut dengan Peraturan Wali Kota.

b. Pasal 18 ayat (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis

pembentukan tenaga lapangan ketahanan keluarga sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Wali Kota.

c. Pasal 23 ayat (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan dan

fasilitasi sistem informasi pembangunan ketahanan keluarga, diatur dengan

Peraturan Wali Kota.

d. Pasal 30 ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pemberian

dukungan diatur dengan Peraturan Wali Kota.

27

Ani Rahmawati, Kepala Bidang Ketahanan Keluarga dan Keluarga Berencana,

DPAPMK Kota Depok, Interview Pribadi, Depok, 20 Juli 2018.

Page 73: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Latar belakang dibentuknya Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun

2017 tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga dapat digolongkan kedalam

tiga bagian yaitu latar belakang filosofis, latar belakang sosiologis, dan latar

belakang yuridis.

Latar belakang filosofis terbentuknya perda ini adalah karena keluarga

merupakan amanat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga perlu

mendapat kesempatan seluas-luasnya dalam mendapatkan hak-haknya. Selain itu,

keluarga juga merupakan sumber daya pembangunan yang dapat menumbuhkan

nilai-nilai falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan

Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sehingga apabila dalam keluarga sudah tertanam nilai-nilai falsafah bangsa

Indonesia, maka akan terbangun ketahanan dalam keluarga yang akan

menghasilkan ketahanan sosial dan ketahanan nasional. Dalam kajian filsafat

hukum ada beberapa aliran yang mendorong terbentuknya suatu peraturan.

Antara lain adalah aliran Utilitarianisme yang dipelopori oleh Jeremy Bentham

(1748-1783) dan aliran Hukum Positif Analitis yang dipelopori oleh John Austin

(1790-1859). Penganut aliran utilitarianisme menganggap tujuan hukum adalah

memberikan kemanfaatan dan kebahagiaan yang sebanyak-banyaknya kepada

warga masyarakat. Sedangkan aliran Hukum Positif Analitis menyatakan bahwa

hukum adalah perintah dari penguasa negara. Oleh karena itu dibuatlah aturan

yang mengikat oleh pemerintah dengan tujuan memberikan kemanfaatan dan

kebahagiaan yang sebanyak-banyaknya kepada warga masyarakat, dalam hal ini

Page 74: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

64

adalah Perda Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017 tentang Peningkatan Ketahanan

Keluarga.

Latar belakang sosiologis dibentuknya Perda Ketahanan Keluarga adalah

sebagai berikut:

a. Depok memiliki sumber daya manusia yang tergolong banyak, sehingga

core competence pembangunan Kota Depok bertumpu pada sumber daya

manusia.

b. Depok merupakan kota penyangga ibu kota yang dinamika sosialnya

tinggi. Ketika menyelesaikan permasalahan dinamika sosial hanya dari satu

aspek saja maka masalah itu tidak akan teratasi.

c. Depok ingin menuju Kota Layak Anak dengan mengeluarkan Peraturan

Daerah Kota Depok Nomor 15 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kota

Layak Anak. Hal tersebut akan efektif dan tercapai ketika keluarganya

mempunyai ketahanan.

d. Sebagai salah satu upaya dari Pemerintah Kota Depok dalam menghadapi

Bonus Demografi agar sumber daya manusianya matang secara mental,

cerdas secara akal, tinggi spiritualnya, dan kreatif, sehingga mereka mampu

berkompetisi.

e. Angka perceraian di Kota Depok dari tahun ke tahun kian meningkat

sehingga perlu ditingkatkan ketahanan keluarganya agar dapat menekan

angka perceraian.

f. Pemerintah Kota Depok tidak ingin dalam jangka panjang sumber daya

manusianya tidak berkualitas karena sudah ada masalah-masalah dalam

keluarga.

Secara yuridis sudah ada peraturan perundang-undangan yang mengatur

tentang kelurga akan tetapi belum menajam sehingga masih diperlukan suatu

aturan yang mengikat banyak pihak agar mau bersama-sama bergandeng

tangan mengokohkan ketahanan keluarga.

Page 75: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

65

2. Terkait implementasi Perda Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017 tentang

Peningkatan Ketahanan Keluarga sudah ada beberapa program yang telah

dilaksanakan. Namun yang sangat disayangkan adalah belum adanya Petunjuk

Pelaksana Perda Ketahanan Keluarga serta Peraturan Wali Kota terkait

Ketahanan Keluarga. Mestinya hal-hal tersebut sudah ada sesuai dengan apa

yang diamanahkan dalam Perda Ketahanan Keluarga tersebut.

B. Rekomendasi

1. Pemerintah kota atau OPD terkait harus selalu mensosialisasikan Perda

Peningkatan Ketahanan Keluarga agar diketahui seluruh masyarakat.

2. Pemerintah Kota agar secepatnya membuat kebijakan dalam pelaksanaan

pembangunan ketahanan Keluarga yang tertuang dalam Rencana Aksi

Pembinaan dan Pembangunan Ketahanan Keluarga Daerah yang disusun

untuk jangka waktu paling sedikit 3 tahun sesuai aturan Perda tersebut.

3. Petunjuk pelaksanaan dan Peraturan Wali Kota terkait Ketahanan Keluarga

harus segera dibuat dan ditetapkan agar dapat diimplementasikan secara

optimal.

Page 76: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

66

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta:

Lembaga Penelitian, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Ali, Zinuddin. Filsafat Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. Pokok-pokok Filsafat Hukum. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Pembangunan

Ketahanan Keluarga 2016. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak, 2016.

Marzali, Amri. Antropologi dan Kebijakan Publik. Jakarta: Kencana, 2014.

Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan

Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press, 2015.

______________. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Rajawali Pers, 1988.

Soeprapto, Maria Farida Indrati. “Pembentukan Peraturan Pemerintah Nomor 20

Tahun 1994 Ditinjau Dari Sistem Pemerintahan Negara, Cita Hukum dan

Norma Fundamental Negara Republik Indonesia”. Tesis Magister, Universitas

Indonesia, 1997.

Utsman, Sabian. Dasar-dasar Sosiologi Hukum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Wahab, Solichin Abdul. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan Model-

Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012.

______________. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMM Press,

2008.

Wibawa, Samodra. Politik Perumusan Kebijakan Publik. Yogyakarta, Graha Ilmu,

2011.

Wibowo, Eddi, dkk. Kebijakan Publik dan Budaya. Yogyakarta: Yayasan Pembaruan

Administrasi Publik Indonesia (YPAPI), t.th.

Winarno, Budi. Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus). Yogyakarta:

CAPS (Center of Academic Publishing Service), 2014.

Page 77: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

67

Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok Tentang Ketahanan

Keluarga

Peratura Pemerintah Nomor 87 tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi

Keluarga

Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 15 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kota

Layak Anak

Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Kota Depok Tahun 2016-2021

Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9 Tahun 2017 tentang Peningkatan Ketahanan

Keluarga

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Pembangunan Ketahanan Keluarga

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan

Masyarakat Dan Kesejahteraan Keluarga

Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 6 Tahun

2013 tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga

Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 6 Tahun

2013 tentang Pelaksanaan Pembangunan Keluarga

Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi

Keluarga

Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga

Muthmainnah. “RUU Ketahanan Keluarga: Modifikasi Hukum Sebagai Upaya

Mencapai Tujuan Hukum Islam Dalam Memelihara Keturunan”. Jurnal

Syariah 4. Fakultas Hukum Universitas Indonesia. (Juli, 2016).

Puspitawati, Herien, dkk. “Telaah Pengintegrasian Perspektif Gender dalam Keluarga

Untuk Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender dan Ketahanan

Page 78: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

68

Keluarga di Provinsi Jawa Timur dan Sumatera Utara”. Kementrian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indnesia dan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian

Bogor. 2016.

Daring, KBBI. Dikutip dari https://kbbi.kemdikbud.go.id pada tanggal 5 Mei 2018.

Dikutip dari http://www.metropolitan.id/2016/12/raperda-ketahanan-keluarga-di-

kota-depok-harus-segera-disahkan/ diakses pada tanggal 15 April 2018.

Dikutip dari https://www.depok.go.id/13/11/2017/01-berita-depok/wali-kota-

resmikan-tpa-dan-puspaga-kota-depok diakses pada tanggal 28 Agustus 2018.

Dikutip dari https://www.depok.go.id/16/04/2018/01-berita-depok/wujudkan-kota-

ketahanan-keluarga-dengan-pembinaan-kader-tribina pada tanggal 21 Agustus

2018.

Dikutip dari https://www.depok.go.id/19/04/2016/01-berita-depok/ini-3-program-

unggulan-kota-depok-tahun-2016-2021 diakses pada tanggal pada tanggal 25

Maret 2019

Dikutip dari https://www.depok.go.id/30/10/2017/01-berita-depok/106769 diakses

pada tanggal 28 Agustus 2018.

Dikutip dari https://www.depok.go.id/profil-kota/demografi pada tanggal 28 Austus

2018.

Dikutip dari https://www.depok.go.id/profil-kota/sejarah diakses pada tanggal 28

Agustus 2018.

Dikutip dari https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/09/16/owc7

en349-pemerintah-dorong-pembentukan-puspaga-di-berbagai-daerah diakses

pada tanggal 28 Agustus 2018.

Interview pribadi dengan Ani Rahmawati, Kepala Bidang Ketahanan Keluarga dan

Keluarga Berencana, DPAPMK Kota Depok, Depok, 20 Juli 2018.

Interview Pribadi dengan Farida Rachmayanti, Ketua Pansus Perda Peningkatan

Ketahanan Keluarga Kota Depok, Depok, 3 Agustus 2018.

Page 79: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

LAMPIRAN

Page 80: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

70

WALI KOTA DEPOK

PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK

NOMOR 9 TAHUN 2017

TENTANG

PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA DEPOK,

Menimbang : a. bahwa keluarga sebagai bagian unit kecil masyarakat merupakan

amanat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki hak

didalamnya dan melekat harkat dan martabat sebagai keluarga

sejahtera yang berperan demi terciptanya cita-cita perjuangan

bangsa yang perlu mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk

terpenuhi haknya, yakni hak hidup, hak tumbuh kembang, hak

pendidikan, hak perlindungan dan hak partisipasi serta

menjalankan kehidupannya secara wajar;

b. bahwa pengaruh globalisasi dan perkembangan di bidang sosial,

ekonomi, budaya serta teknologi informasi, selain menyediakan

SALINAN

Page 81: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

71

kesempatan untuk maju dan berkembang juga telah mengubah dan

menggeser tatanan ketahanan keluarga, untuk itu pembinaan dan

pengembangannya perlu dilakukan semaksimal mungkin dengan

menyusun kebijakan yang berpihak pada kepentingan keluarga

dan mampu memberikan perlindungan kepada keluarga melalui

Kebijakan Pemerintah Kota di dalam Penyelenggaraan Ketahanan

dan kesejahteraan Keluarga;

c. bahwa berdasarkan ketentuan huruf N Lampiran Undang- Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 2015, Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang

Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Sub-Urusan

Keluarga Sejahtera Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban

melaksanakan pembangunan keluarga melalui pembinaan

ketahanan dan kesejahteraan keluarga;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah

tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan

Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah

Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3828);

Page 82: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

72

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235),

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 297, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5606);

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4419);

7. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4720);

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006

Page 83: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

73

Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4674) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 232,

Tambahan Lembaran Negara Repblik Indonesia Nomor 5475);

10. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan

Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);

11. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara

Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 161,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080);

12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 tentang Pengelolaan

Perkembangan Kependudukan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1994 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3559);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,

Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 319, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5614);

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang

Pemberdayaan Masyarakat Dan Kesejahteraan Keluarga;

Page 84: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

74

16. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak Nomor 06 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pembangunan

Keluarga;

17. Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2013 tentang Lembaga

Konsultasi Kesejahteraan Keluarga;

18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2012 tentang

Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa

Barat Tahun 2012 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah

Provinsi Jawa Barat Nomor 117);

19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2012

tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Daerah

Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor 10 Seri E, Tambahan

Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 124);

20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga (Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Nomor 9 Seri E,

Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 169);

21. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 05 Tahun 2007 tentang

Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Lembaran Daerah

Kota Depok Tahun 2007 Nomor 05, Tambahan Lembaran Daerah

Kota Depok Nomor 60) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Daerah Kota Depok Nomor 10 Tahun 2015 tentang Perubahan

Ketiga Atas Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 05 Tahun 2007

tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Lembaran

Daerah Kota Depok Tahun 2015 Nomor 10);

22. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 15 Tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Kota Layak Anak (Lembaran Daerah Kota Depok

Tahun 2013 Nomor 15);

Page 85: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

75

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DEPOK

Dan

WALI KOTA DEPOK

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENINGKATAN

KETAHANAN KELUARGA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Kota adalah Kota Depok.

2. Wali Kota adalah Wali Kota Depok.

3. DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai

unsur penyelenggara Pemerintahan Kota Depok.

4. Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang selanjutnya disebut Pemerintah Provinsi

adalah Gubernur Jawa Barat sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah otonom.

5. Pemerintah Kota Depok, yang selanjutnya disebut Pemerintah Kota adalah

Wali Kota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang

memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah otonom.

6. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Wali Kota dan DPRD dalam

penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

7. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami isteri,

atau suami, isteri, dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

8. Ketahanan Keluarga adalah kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki

keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materiil dan

Page 86: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

76

psikis mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan

keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir

dan kebahagiaan batin.

9. Pembangunan Ketahanan Keluarga adalah upaya komprehensif,

berkesinambungan, gradual, koordinatif dan optimal secara berkelanjutan oleh

Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota, pemangku kepentingan

terkait dan masyarakat, dalam menciptakan, mengoptimalisasi keuletan dan

ketangguhan keluarga untuk berkembang guna hidup harmonis dalam

meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin.

10. Peningkatan Ketahanan Keluarga adalah berbagai upaya untuk meningkatkan

kualitas kondisi keluarga dalam menghadirkan keuletan dan ketangguhan

serta kemampuan fisik materiil dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri

dan mengembangkan diri untuk hidup harmonis dalam meningkatkan

kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin secara bertahap dan

berkesinambungan.

11. Keluarga Berkualitas adalah kondisi keluarga yangmencakup aspek

pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga, dan

mental spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai

keluarga sejahtera.

12. Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan

material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki

hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antara

keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

13. Keluarga Harmonis yaitu keluarga yang rukun berbahagia, tertib, disiplin,

saling menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan,

memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat

mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu

Page 87: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

77

pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan

mampu memenuhi dasar keluarga.

14. Keluarga Prasejahtera adalah keluarga yang tidak dapat memenuhi salah satu

indikator atau lebih dari 6 (enam) indikator penentu, yaitu pangan, sandang,

papan, penghasilan, kesehatan dan pendidikan.

15. Keluarga Rentan adalah keluarga yang dalam berbagai matranya tidak atau

kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya sebagai

akibat dari keadaan fisik dan/atau nonfisiknya.

16. Perencanaan adalah proses untuk menentukan tindakan masa depan yang

tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang

ada.

17. Gugus Tugas Kota Layak Anak adalah lembaga koordinatif Pemerintah Kota

di tingkat kota yang mengkoordinasikan kebijakan, program, dan kegiatan

untuk penyelenggaraan Kota Layak Anak dari Pemerintah Kota yang

beranggotakan wakil dari unsur eksekutif, legislatif dan yudikatif membidangi

anak, dengan didukung perguruan tinggi, organisasi non pemerintah

diantaranya Forum Kota Layak Anak, lembaga masyarakat, swasta, orang tua,

keluarga dan melibatkan forum anak.

18. Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga yang selanjutnya disebut LK3

adalah Unit pelayanan sosial terpadu yang melaksanakan penanganan masalah

psikososial keluarga untuk mewujudkan ketahanan keluarga.

19. Lembaga Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat dengan LKS adalah

organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan

penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik

yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

20. Sertifikat Bimbingan Pra-Nikah adalah bukti otentik keikutsertaan/kelulusan

dalam mengikuti Kursus pra nikah.

BAB II

ASAS DAN PRINSIP

Page 88: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

78

Bagian Kesatu

Asas

Pasal 2

Peningkatan ketahanan keluarga dilaksanakan berdasarkan asas:

a. keagamaan;

b. legalitas;

c. kemanusiaan;

d. keseimbangan;

e. manfaat;

f. perlindungan;

g. kekeluargaan;

h. keterpaduan; dan

i. partisipatif.

Bagian Kedua

Prinsip

Pasal 3

Peningkatan Ketahanan Keluarga yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip

sebagai berikut:

a. tata kelola pemerintahan yang baik, yaitu transparansi, akuntabilitas,

partisipasi, keterbukaan informasi dan supremasi hukum;

b. non-diskriminasi, yaitu tidak membedakan suku, ras, agama, jenis kelamin,

bahasa, paham politik, asal kebangsaan, status ekonomi, kondisi fisik, mental

maupun psikis keluarga;

c. berbasis budaya dan kearifan lokal;

d. kualitas kependudukan yang berdaya saing.

BAB III

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu

Tujuan

Page 89: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

79

Pasal 4

(1) Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota Depok bertujuan untuk menjadi acuan

bagi Pembangunan dan Pembinaan Ketahanan Keluarga di Kota Depok.

(2) Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota Depok bertujuan untuk :

a. mengoptimalkan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik

material dan mental spiritual secara seimbang;

b. mewujudkan keharmonisan keluarga, cinta dan kasih sayang serta saling

menghargai berdasarkan nilainilai agama dan budaya luhur bangsa;

c. menjadikan keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama bagi

sumber daya manusia;

d. menjadikan kualitas keluarga sebagai basis perencanaan dan indikator

keberhasilan pembangunan;

e. meningkatkan kualitas sistem pelayanan publik yang ramah keluarga;

f. meningkatkan peran serta keluarga dalam pencapaian tujuan

pembangunan.

Bagian Kedua

Ruang Lingkup

Pasal 5

Ruang lingkup Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota Depok meliputi hal-hal

sebagai berikut:

a. penyelenggaraan pendampingan pra-nikah;

b. pembangunan keharmonisan keluarga;

c. pendidikan dan pengasuhan anak;

d. pemberdayaan perempuan untuk peningkatan perekonomian keluarga;

e. kelembagaan ketahanan keluarga;

f. perlindungan khusus keluarga;

g. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;

h. kemitraan strategis ketahananan keluarga.

Page 90: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

80

BAB IV

PENYELENGGARAN PENDAMPINGAN PRA-NIKAH

Pasal 6

(1) Setiap calon pasangan menikah berhak untuk mendapatkan :

a. bimbingan;

b. informasi; dan

c. pemeriksaan kesehatan Pra-Nikah.

(2) Bimbingan Pra-Nikah diselenggarakan untuk terwujudnya perkawinan yang

dicita-citakan sesuai perundangundangan yang dlaksanakan oleh Direktorat

Jenderal bimbingan masyarakat Islam atau lembaga keagamaan lainnya yang

menyelenggarakan bimbingan Pra-Nikah.

(3) Informasi Pra-Nikah berkaitan dengan masalah perkawinan, pengembangan

kualitas diri, dan pelayanan kesehatan terkait persiapan perkawinan.

(4) Bimbingan Pra-Nikah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa

kursus dengan materi yang memuat tentang kesehatan reproduksi, Undang-

Undang Perkawinan, Keharmonisan Keluarga, Pendidikan dan Pengasuhan

Anak, fungsi keluarga sesuai norma agama, adat, sosial, serta ketentuan

peraturan perundangundangan dan lain-lain.

(5) Penyediaan informasi dan bimbingan Pra-Nikah dilaksanakan oleh Organisasi

Perangkat Daerah dan dapat dilakukan bekerjasama dengan Kantor Urusan

Agama serta pemangku kepentingan ketahanan keluarga lainnya.

(6) Penyelenggaraan Bimbingan Pra-Nikah sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

ditandai dengan dikeluarkannya sertifikat bimbingan Pra-Nikah bagi calon

Pasangan suami isteri.

(7) Bimbingan Pra-Nikah dapat dilakukan di tempat ibadah sesuai

kepercayaannya masing-masing dan/atau di tempat Penyelenggara Bimbingan

yang di inisiasi Pemerintah.

Page 91: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

81

(8) Pemeriksaan kesehatan Pra-Nikah diselenggarakan secara berkala oleh

Pemerintah Kota Depok dan dapat bekerjasama dengan lembaga atau

organisasi kesehatan.

(9) Sertifikat Bimbingan Pra-Nikah dapat menjadi syarat kelengkapan pencatatan

perkawinan.

BAB V

PEMBANGUNAN KEHARMONISAN KELUARGA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 7

(1) Pembangunan keharmonisan keluarga diselenggarakan oleh Pemerintah Kota

melalui Perangkat Daerah yang menangani ketahanan keluarga.

(2) Perangkat Daerah yang menangani ketahanan keluarga mempunyai wewenang

untuk :

a. membuat kebijakan teknis tentang pembangunan keharmonisan keluarga;

b. memberdayakan masyarakat;

c. membangun kemitraan dengan organisasi profesi, akademisi, lembaga

pendidikan, lembaga sosial dan pemangku kepentingan keluarga lainnya;

d. memfasilitasi para pasangan suami isteri untuk mendapatkan legalitas

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(3) Tahapan pembangunan keharmonisan keluarga adalah :

a. pembangunan keharmonisan hubungan suami dan isteri;

b. pembangunan keharmonisan hubungan orang tua dengan anak, ayah

dengan anak, hubungan ibu dengan anak;

c. pembangunan keharmonisan dalam lingkup keluarga besar;

d. pembangunan keharmonisan keluarga dan anggota keluarga dalam

kehidupan bermasyarakat.

Page 92: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

82

(4) Pembangunan keharmonisan keluarga dilakukan melalui kegiatan sosialisasi,

edukasi dan pembinaan secara terintegrasi dan berkelanjutan.

(5) Metode kegiatan pembangunan keharmonisan keluarga sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dapat berupa seminar, diskusi kelompok, konsultasi

dan kegiatan lainnya.

(6) Pembangunan keharmonisan keluarga harus dilakukan sampai tingkat terkecil

pemerintahan yaitu Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT).

Bagian Kedua

Keluarga

Paragraf 1

Hak dan Kewajiban Anggota Keluarga

Pasal 8

(1) Anggota Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak.

(2) Setiap anggota keluarga dalam penyelenggaraan pembangunan ketahanan

keluarga, berhak untuk:

a. memperoleh kebutuhan pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan,

keterampilan dan bantuan khusus bagi penduduk rentan sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan;

b. mendapatkan perlindungan, untuk menjaga keutuhan, ketahanan, dan

kesejahteraan keluarga;

c. mendapatkan informasi, perlindungan, dan bantuan untuk

mengembangkan kualitas diri dan fungsi keluarga sesuai norma agama

dan etika sosial;

d. mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai budaya yang hidup

dalam masyarakat berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila;

e. berkomunikasi dan memperoleh informasi mengenai keluarga yang

diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya;

Page 93: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

83

f. memperjuangkan pengembangan dirinya baik secara pribadi maupun

kelompok untuk membangun daerah/kota;

g. memperoleh dan mempertahankan ruang hidupnya;

h. mendapatkan informasi, perlindungan, dan bantuan untuk

mengembangkan kualitas diri dan fungsi keluarga sesuai norma agama,

etika sosial dan nilainilai kebangsaan;

i. mengembangkan dan memperoleh manfaat ilmu pengetahuan dan

teknologi, seni dan budaya terkait ketahanan keluarga;

j. hidup di dalam tatanan masyarakat yang aman dan tenteram, yang

menghormati, melindungi, dan melaksanakan sepenuhnya hak asasi

manusia.

Pasal 9

Kewajiban anggota keluarga dalam peningkatan pembangunan ketahanan

keluarga, meliputi:

a. mengembangkan kualitas diri dan fungsi keluarga agar keluarga dapat hidup

mandiri dan mampu mengembangkan kualitas keluarga guna mewujudkan

ketahanan keluarga;

b. berperan dalam pembangunan ketahanan keluarga;

c. menghormati hak keluarga lain dalam kehidupan beragama, bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara;

d. memberikan data dan informasi berkaitan dengan keluarga yang diminta

Pemerintah Kota untuk pembangunan ketahanan keluarga sepanjang tidak

melanggar hak-hak penduduk.

Paragraf 2

Hak dan Kewajiban Pasangan Suami Isteri

Pasal 10

(1) Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban pasangan suami isteri, didasarkan

atas perkawinan yang sah menurut hukum masing-masing agama dan

kepercayaannya yang dicatat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 94: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

84

(2) Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban suami dan isteri sesuai dengan

Peraturan Perundang-undangan.

Paragraf 3

Hak dan Kewajiban Isteri Sebagai Kepala Keluarga

Pasal 11

(1) Isteri sebagai Kepala Keluarga apabila :

a. suami telah meninggal dunia;

b. suami tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (2); atau

c. pasangan suami isteri telah bercerai.

(2) Isteri dapat berperan sebagai pelaksana tugas kepala keluarga apabila

suaminya sudah tidak mampu menafkahinya lahir batin karena kondisi cacat

fisik dan psikis yang tetap.

(3) Keluarga yang hanya terdiri dari ibu dan anak maka seorang ibu tersebut

wajib menafkahi anak-anaknya baik lahir maupun batin.

(4) Hak Isteri sebagai kepala keluarga dan isteri yang berperan sebagai pelaksana

tugas kepala keluarga menjadi pelaksana tugas kepala keluarga :

a. mendapat penjagaan, perlindungan dan perhatian dari Pemerintah Kota

untuk dilindungi hak-haknya;

b. mendapatkan bantuan dari pemerintah kota dalam memenuhi hak

keluarganya;

c. melakukan perbuatan hukum;

d. mendapat kedudukan hak dan kewajiban yang sama dan seimbang dalam

keluarga dan masyarakat;

e. menjadi pembimbing dan pemelihara keluarga dengan penuh tanggung

jawab demi kelangsungan dan kesejahteraan keluarga;

f. mengurus kartu keluarga dan dokumen hak sipil lainnya;

g. membangun keluarga yang berkualitas secara bertanggung jawab.

(5) Kewajiban Isteri yang menjadi pelaksana tugas kepala keluarga :

Page 95: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

85

a. mendidik dan memelihara anak dengan baik dan penuh tanggung jawab;

b. menjaga kehormatan keluarga;

c. memberi nafkah keluarga agar terpenuhi kebutuhan sandang, pangan dan

papan;

d. mengatur dan mengurusi rumah tangga keluarga demi kesejahteraan dan

kebahagiaan keluarga.

Pasal 12

(1) Pemberdayaan perempuan untuk peningkatan ekonomi keluarga ditujukan

kepada isteri sebagai kepala keluarga dan isteri yang berperan sebagai

pelaksana tugas kepala keluarga.

(2) Bentuk Program pemberdayaan Perempuan untuk peningkatan ekonomi

keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 13

Ketentuan Pasal 8 ayat (2) diberlakukan juga pada keluarga yang hanya terdiri

dari ayah dengan anak atau ibu dengan anak.

Bagian Ketiga

Pembinaan Suami Isteri

Pasal 14

(1) Pembinaan Suami Isteri bertujuan untuk mencegah terjadinya perceraian,

ketidakharmonisan keluarga, dan kekerasan dalam rumah tangga.

(2) Pembinaan Suami Isteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan

dalam bentuk, antara lain:

a. seminar;

b. lokakarya;

c. konsultasi;

d. promosi ketahanan keluarga.

(3) Materi Pembinaan Suami Isteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

meliputi nilai keagamaan perkawinan dan keluarga, bahaya dan dampak

Page 96: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

86

perceraian terhadap psikologis anak, hak dan kewajiban berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, pentingnya terjalin hubungan harmonis

sesuai norma agama, norma sosial, dan budaya, kerjasama dalam suka

maupun duka, pengelolaan sikap dan emosional sebagai orang tua, dan/atau

pengembangan potensi dan karakter anak.

(4) Pembinaan suami isteri yang dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh

pemerintah kota melibatkan semua unsur masyarakat.

(5) Kebijakan teknis pendidikan suami isteri ini dapat melibatkan Perangkat

Daerah yang menangani ketahanan keluarga, Pusat Pelayanan Terpadu

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) dan Lembaga

Konsultasi dan Kesejahteraan Keluarga.

(6) Kewenangan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak (P2TP2A) dan Lembaga Konsultasi dan Kesejahteraan

Keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

BAB VI

PENDIDIKAN DAN PENGASUHAN ANAK

Pasal 15

(1) Keluarga menjadi tempat pertama dan utama dalam proses pendidikan dan

pengasuhan anak.

(2) Setiap anak berhak untuk dibesarkan oleh orang tuanya sendiri dengan pola

asuh yang baik, santun dan penuh kasih sayang, serta seimbang dari ayah dan

ibunya.

(3) Pendidikan dan Pengasuhan anak bertujuan untuk berkembangnya potensi

anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

berwawasan kebangsaan dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Page 97: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

87

(4) Dalam hal efektifitas pendidikan dan pengasuhan anak sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) pemerintah kota wajib mengupayakan terkait pencapaian

indikator Kota Layak Anak.

(5) Dalam upaya pendidikan dan pengasuhan anak maka setiap keluarga harus

berkomitmen dan berperan serta aktif dalam mewujudkan lingkungan Rukun

Warga (RW) yang Ramah Anak.

(6) Selain pendidikan formal, setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan

informal yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota demi terciptanya

ketahanan keluarga.

(7) Pendidikan informal sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diantaranya

pendidikan keagamaan maupun berbagai penyuluhan yang diselenggarakan

lembaga mitra pemerintah dan organisasi terkait anak dan keluarga.

(8) Kebijakan teknis pendidikan anak menjadi tugas Perangkat Daerah yang

menangani ketahanan keluarga.

BAB VII

KELEMBAGAAN PENYELENGGARAAN KETAHANAN

KELUARGA

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 16

(1) Kelembagaan Penyelenggaraan Ketahanan Keluarga, terdiri atas :

a. Tim Pembina Ketahanan Keluarga;

b. Tenaga lapangan Ketahanan Keluarga;

c. RW Ramah Anak.

(2) Petunjuk teknis kelembagaan penyelenggaraan ketahanan keluarga diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Wali Kota.

Bagian Kedua

Tim Pembina Ketahanan Keluarga

Pasal 17

Page 98: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

88

(1) Pemerintah Kota membentuk Tim Pembina Ketahanan Keluarga dalam

menyelenggarakan pembangunan ketahanan keluarga.

(2) Tim Pembina Ketahanan Keluarga Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

memiliki tugas merencanakan, mengkoordinasikan, mengevaluasi dan

melaporkan pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pembinaan ketahanan

keluarga.

(3) Susunan keanggotaan Tim Pembina Ketahanan Keluarga Kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), meliputi unsur Pemerintah Kota, lembaga

pendidikan, dunia usaha, organisasi/lembaga keagamaan, profesi, dan yang

berkaitan dengan keluarga dan anak.

(4) Khusus berkaitan dengan lingkup pendidikan dan pengasuhan anak Tim

Pembina Ketahanan Keluarga dapat bekerjasama dengan Gugus Tugas Kota

Layak Anak dan Lembaga yang tercakup didalamnya.

Bagian Ketiga

Tenaga Lapangan Ketahanan Keluarga

Pasal 18

(1) Pemerintah Kota dapat menetapkan dan/atau menggerakan tenaga lapangan

ketahanan keluarga dalam optimalisasi pembangunan dan pembinaan

ketahanan keluarga.

(2) Tenaga lapangan ketahanan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

memiliki tugas mengidentifikasi, memberikan motivasi, mediasi, mendidik,

merencanakan dan mengadvokasi.

(3) Susunan keanggotaan tenaga lapangan Ketahanan Keluarga Kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), antara lain :

a. Motivator Ketahanan Keluarga (Montekar);

b. Pendamping Kader Posyandu (PKP);

c. Tenaga Penggerak Kelurahan (TPKel);

d. tenaga lapangan ketahanan keluarga lainnya.

Page 99: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

89

(4) Jenis Tenaga lapangan ketahanan keluarga lainnya sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) huruf d, disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan di lapangan

yang ditetapkan oleh Kepala Perangkat Daerah yang membidangi Ketahanan

Keluarga.

(5) Dalam lingkup pendidikan dan pengasuhan anak tenaga lapangan Ketahanan

Keluarga dapat bekerjasama dengan Gugus Tugas Kota Layak Anak.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis pembentukan tenaga

lapangan ketahanan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur

dengan Peraturan Wali Kota.

Paragraf 1

Motivator Ketahanan Keluarga

Pasal 19

(1) Motivator Ketahanan Keluarga dibentuk untuk melakukan pendampingan

secara sistematis dan berkelanjutan bagi keluarga pra-sejahtera atau keluarga

rentan.

(2) Motivator Ketahanan Keluarga Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat ditetapkan secara bertahap hingga tingkat kelurahan.

(3) Motivator Ketahanan Keluarga Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) berhak :

a. mendapatkan supervisi dari Motivator Ketahanan Keluarga Kota dalam

menjalankan tugas pendampingannya;

b. melakukan konsultasi dengan Motivator Ketahanan Keluarga Kota dalam

penanganan permasalahan keluarga pra-sejahtera atau keluarga rentan;

c. mengikuti peningkatan kapasitas yang berkaitan dengan tugas dan

tanggung jawabnya secara berkala dari pemerintah kota.

(4) Tugas dan tanggung jawab tenaga motivator adalah:

a. meningkatkan kualitas hidup keluarga pra-sejahtera dan keluarga rentan

menjadi keluarga sejahtera;

Page 100: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

90

b. mengoptimalkan peran perempuan dalam ketahanan keluarga, baik dari

aspek pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, dan politik agar memiliki

keberdayaan diri dalam kehidupan keluarga dan masyarakat;

c. mengembangkan pola-pola pengkaderan tenaga motivator ketahanan

keluarga sebagai motivator ketahanan keluarga di tingkat kelurahan untuk

memfasilitasi berbagai permasalahan dalam keluarga pra-sejahtera.

Paragraf 2

Pendamping Kader Posyandu

Pasal 20

(1) Pendamping kader Posyandu memiliki tugas memfasilitasi tercapainya target

dan sasaran revitalisasi Posyandu Kota di wilayah binaannya.

(2) Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendamping

kader Posyandu miliki fungsi:

a. memfasilitasi peningkatan kapasitas kader Posyandu;

b. membantu pengurus dan kader Posyandu dalam melakukan Analisis

Mawas Diri;

c. mengkomunikasikan Posyandu dengan pemangku kepentingan;

d. menginisiasi kegiatan Pokjanal dan Pokja Posyandu;

e. mengadvokasi kebijakan pemerintah;

f. membantu Pokjanal dan sasaran revitalisasi Posyandu di wilayah

binaannya;

g. membantu melakukan pemantauan, monitoring, atau evaluasi capaian

target sasaran revitalisasi Posyandu di wilayah binaannya;

h. membantu melakukan verifikasi Posyandu calon penerima Hibah dan

Bantuan Sosial baik dari Pemerintah Kota;

i. menyampaikan laporan terkait tugas di wilayah binaannya kepada

Perangkat Daerah terkait.

Paragraf 3

Tenaga Penggerak Kelurahan

Page 101: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

91

Pasal 21

(1) Tenaga Penggerak kelurahan merupakan petugas di tingkat kelurahan yang

melaksanakan :

a. operasional program kependudukan, keluarga berencana dan

pembangunan keluarga;

b. pembinaan, penyuluhan KB serta program pembangunan lainnya dalam

upaya pembangunan keluarga sejahtera;

c. pencatatan dan pelaporan program kependudukan, keluarga berencana,

dan pembangunan keluarga di tingkat kelurahan dan klinik KB;

d. pelaporan hasil kerja bulanan agar sesuai dengansistem yang berlaku;

e. pembinaan kepada institusi masyarakat;

f. koordinasi dengan lembaga masyarakat atau tokoh masyarakat dalam

pelaksanaan program kependudukan, keluarga berencana dan

pembangunan keluarga;

g. pertanggungjawaban dalam menyelesaikan PPM KB-KS di tingkat

kelurahan.

Bagian Keempat

Rukun Warga (RW) Ramah Anak

Pasal 22

(1) Setiap keluarga membutuhkan kerjasama dengan lingkungan di sekitarnya

dalam pendidikan dan pengasuhan anak dengan membangun komitmen

bersama membentuk Rukun Warga (RW) Ramah Anak.

(2) Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Rukun Warga (RW) Ramah Anak

ditujukan bagi terbentuknya Keluarga Ramah Anak.

(3) Rukun Warga (RW) Ramah Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan bagian dari Program Kota Layak Anak Depok yang secara teknis

dilaksanakan oleh Gugus Tugas Kota Layak Anak Depok bekerja sama

dengan Forum Kota Layak Anak yang terkoordinasi tingkat kelurahan.

Bagian Kelima

Page 102: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

92

Sistem Informasi dan Data Keluarga

Pasal 23

(1) Pemerintah Kota menyelenggarakan sistem informasi pembangunan

ketahanan keluarga yang terintegrasi dari sistem informasi pembangunan

ketahanan keluarga tiap Kelurahan dan instansi-instansi terkait.

(2) Sistem informasi pembangunan ketahanan keluarga sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), paling sedikit mencakup informasi hasil sensus, survey, dan

pendataan keluarga.

(3) Pemerintah Kota dapat memfasilitasi pembentukan sistem informasi

pembangunan ketahanan keluarga Kelurahan untuk menunjang integrasi

sistem informasi pembangunan ketahanan keluarga.

(4) Sistem informasi pembangunan ketahanan keluarga Kelurahan dilakukan

berbasis informasi teknologi dengan mensinergikan data dari seluruh

Posyandu, Motivator Ketahanan Keluarga Kelurahan dan Gugus Tugas

Kelurahan Layak Anak.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan dan fasilitasi sistem

informasi pembangunan ketahanan keluarga, diatur dengan Peraturan Wali

Kota.

Bagian Keenam

Anggaran Ketahanan Keluarga

Pasal 24

Pemerintah Kota bertanggung jawab untuk mengupayakan anggaran dalam

pencapaian indikator peningkatan Ketahanan Keluarga baik melalui APBD

Kota, APBD Provinsi, APBN dan/atau sumber lainnya sesuai dengan

peraturan yang berlaku dan tidak mengikat sesuai dengan fokus dan program

Ketahanan Keluarga sebagaimana tercantum dalam Rencana Aksi Daerah

Kota Depok tentang penyelenggaraan ketahanan keluarga.

BAB VIII

PERLINDUNGAN KHUSUS KELUARGA

Page 103: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

93

Bagian Kesatu

Keluarga Pra-Sejahtera

Pasal 25

Pemerintah Kota melalui Perangkat Daerah yang membidangi ketahanan

keluarga bertanggung jawab untuk memfasilitasi terselenggaranya program-

program bagi keluarga pra-sejahtera sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun Pemerintah

Provinsi yang mendukung tercapainya peningkatan ketahanan keluarga.

Bagian Kedua

Keluarga Rentan

Pasal 26

(1) Kegiatan Pemberdayaan Keluarga Rentan adalah keluarga yang dalam

berbagai matranya tidak atau kurang mendapat kesempatan untuk

mengembangkan potensinya sebagai akibat dari keadaan fisik dan/atau

nonfisiknya.

(2) Kegiatan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) di atas dilakukan dengan

pemberian stimulan terhadap keluarga yang dikategorikan Keluarga Rentan.

(3) Stimulan tersebut berupa bantuan fasilitas dari Pemerintah Kota, baik bantuan

dalam bentuk bantuan alat kontrasepsi gratis, penyuluhan KB gratis, bantuan

biaya persalinan, modal usaha, ataupun fasilitas-fasilitas lain yang sesuai

dengan potensi keluarga rentan sehingga dapat menopang keberlangsungan

keluarganya untuk mengembangkan kemandirian ekonomi.

(4) Pemberian stimulan tersebut harus dilakukan minimal setiap satu tahun sekali

dan dilakukan pengawasan oleh Perangkat Daerah yang menangani ketahanan

keluarga khususnya.

(5) Pelaksana dari Kegiatan Pemberdayaan Keluarga Rentan adalah Perangkat

Daerah yang menangani ketahanan keluarga.

BAB IX

PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Page 104: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

94

KETAHANAN KELUARGA

Bagian Kesatu

Pasal 27

(1) Wali Kota melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap

penyelenggaraan peningkatan ketahanan keluarga sesuai kewenangan,

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang menangani ketahanan keluarga.

(3) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), bertujuan untuk mencapai indikator ketahanan keluarga.

(4) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), berupa pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan

pelatihan serta kegiatan pemberdayaan lain secara insidentil maupun secara

periodik.

Bagian Kedua

Penghargaan dan dukungan

Paragraf 1

Umum

Pasal 28

Pemerintah Kota dapat memberikan penghargaan dan/atau dukungan kepada

Instasi terkait, perorangan, keluarga organisasi keagamaan, organisasi sosial

kemasyarakatan, lembaga masyarakat, organisasi profesi, lembaga sosial,

lembaga pendidikan, dan dunia usaha yang berprestasi dan memiliki

kontribusi terhadap keberhasilan penyelenggaraan pembangunan ketahanan

keluarga.

Paragraf 2

Penghargaan

Pasal 29

Page 105: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

95

(1) Penghargaan dapat diberikan kepada:

a. perorangan;

b. keluarga;

c. organisasi keagamaan;

d. organisasi sosial kemasyarakatan;

e. lembaga masyarakat;

f. organisasi profesi;

g. lembaga sosial;

h. lembaga pendidikan; dan

i. dunia usaha.

(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dalam bentuk

piagam, plakat, medali, dan/atau bentuk lain, sesuai ketentuan peraturan

perundangundangan.

Paragraf 3

Dukungan

Pasal 30

(1) Dukungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dapat diberikan kepada:

a. perorangan;

b. keluarga;

c. organisasi keagamaan;

d. organisasi sosial kemasyarakatan;

e. lembaga masyarakat; dan

f. lembaga sosial.

(2) Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa fasilitas dan

bimbingan penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga, pemberian

stimulan, pengembangan dan penguatan kelembagaan, dan pemberian

pelatihan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pemberian dukungan diatur

dengan Peraturan Wali Kota.

Page 106: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

96

BAB X

KEMITRAAN STRATEGI PENINGKATAN KETAHANAN

KELUARGA

Bagian Kesatu

Pemerintah Kota

Pasal 31

(1) Pemerintah Kota membuat kebijakan dalam pelaksanaan pembangunan

ketahanan keluarga, meliputi:

a. peningkatan nilai agama, wawasan kebangsaan, Pancasila dan UUD 1945

yang dimulai dari lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan

pertama dan utama;

b. ketahanan fisik keluarga, yang dilaksanakan untuk mendorong

pemenuhan kebutuhan dasar fisik keluarga meliputi sandang, pangan,

perumahan, pendidikan dan kesehatan;

c. ketahanan ekonomi, yang dilaksanakan untuk mendorong peningkatan

penghasilan kepala keluarga;

d. ketahanan sosial psikologi, yang dilaksanakan untuk mendorong keluarga

dalam memelihara ikatan, dan komitmen berkomunikasi secara efektif,

pembagian dan penerimaan peran, menetapkan tujuan, mendorong

anggota keluarga untuk maju, membangun hubungan sosial, dan

mengelola masalah keluarga serta menghasilkan konsep diri, harga diri,

dan integritas diri yang positif.

(2) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertuang dalam Rencana Aksi

Pembinaan dan Pembangunan Ketahanan Keluarga Daerah.

(3) Rencana Aksi Pembinaan dan Pembangunan Ketahanan Keluarga Daerah

disusun untuk jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) tahun.

Pasal 32

(1) Pelaksanaan pembangunan ketahanan keluarga sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 31, dilaksanakan melalui:

Page 107: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

97

a. peningkatan kualitas anak melalui pemberian akses informasi,

pendidikan, penyuluhan, dan pelayanan mengenai perawatan,

pengasuhan, perlindungan, serta perkembangan anak;

b. peningkatan kualitas remaja melalui pemberian akses informasi,

pendidikan, konseling, dan pelayanan mengenai kehidupan berkeluarga;

c. peningkatan kualitas hidup bagi lanjut usia agar tetap produktif dan

berguna bagi keluarga dan masyarakat dengan pemberian kesempatan

untuk berperan dalam kehidupan keluarga;

d. peningkatan peran, fungsi, dan tugas keluarga;

e. pemberdayaan keluarga rentan melalui perlindungan dan bantuan

dan/atau fasilitasi untuk mengembangkan diri agar setara dengan keluarga

lain;

f. peningkatan kualitas lingkungan keluarga;

g. peningkatan akses dan peluang terhadap penerimaan informasi dan

sumberdaya ekonomi keluarga;

h. pengembangan cara inovatif melalui bantuan dan/atau fasilitasi yang lebih

efektif bagi keluarga prasejahtera;

i. pengembangan program dan kegiatan dalam upaya mengurangi angka

kemiskinan bagi keluarga prasejahtera dan perempuan yang berperan

sebagaikepala keluarga.

Bagian kedua

Dunia Usaha

Pasal 33

(1) Setiap orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan usaha wajib berperan

aktif:

a. menyediakan sarana prasarana ketahanan keluarga seperti

mengalokasikan anggaran tanggung jawab sosial dan lingkungan untuk

mendukung program penyelenggaraan Ketahanan Keluarga;

Page 108: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

98

b. penyelenggaraan iklan pembentukan keluarga sejahtera dengan

menggunakan bahasa positif;

c. memberi bantuan terhadap program pemerintah untuk keluarga pra-

sejahtera.

(2) Dunia usaha wajib berperan dalam penyelenggaraan pembangunan ketahanan

keluarga, yang dilaksanakan kepada setiap karyawan dan keluarga karyawan.

(3) Peran dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga

dapat mengacu pada bentuk peran masyarakat.

Bagian Ketiga

Masyarakat

Pasal 34

(1) Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan

dalam penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga.

(2) Peran masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh:

a. perorangan;

b. lembaga pendidikan;

c. organisasi keagamaan;

d. organisasi sosial kemasyarakatan;

e. lembaga masyarakat;

f. organisasi profesi; dan

g. lembaga sosial.

Pasal 35

(1) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dapat berupa

pemikiran, prakarsa, keahlian, dukungan kegiatan, tenaga, dana, barang, jasa,

dan/atau fasilitas untuk penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga

dengan prinsip non-diskriminatif, yang dilakukan melalui kegiatan:

a. pemberian saran dan pertimbangan dalam penyelenggaraan pembangunan

ketahanan keluarga;

Page 109: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

99

b. pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945 dan kearifan lokal yang mendukung penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga;

c. penyediaan dana, jasa sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga;

d. pemberian layanan konsultasi bagi keluarga harmonis; dan

e. kegiatan lain yang mendukung terlaksananya penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga, yang ditetapkan kemudian.

(2) Kegiatan-kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

masyarakat dengan berkoordinasi kepada Pemerintah Kota.

Bagian Keempat

Pers dan Media

Pasal 36

Pers dan media massa, wajib :

a. memperhatikan serta mematuhi norma-norma yang berlaku di masyarakat

sesuai Undang-Undang Pers dan Kode Etik Pers dalam pemberitaan yang

berkaitan dengan ketahanan keluarga;

b. melindungi Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) dengan tidak

mengeksploitasi berita di media cetak dan elektronik.

c. menjaga nilai-nilai suku, agama, ras dan antar golongan dalam penyiaran,

penampilan, dan penayangan berita dalam kondisi kehidupan anak dan

keluarga dalam masyarakat.

BAB XI

KERJASAMA

Pasal 37

(1) Pemerintah Kota mengembangkan pola kerjasama dalam rangka

penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga, sesuai ketentuan

perundang-undangan.

(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan:

Page 110: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

100

a. pemerintah;

b. pemerintah provinsi;

c. pemerintah kabupaten/kota lain;

d. instansi terkait;

e. lembaga pendidikan;

f. organisasi keagamaan;

g. dunia usaha;

h. masyarakat; dan/atau

i. pihak lain yang menunjang terhadap pembangunan ketahanan keluarga.

(3) Bentuk kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berupa:

a. bantuan pendanaan;

b. bantuan tenaga ahli;

c. bantuan sarana dan prasarana;

d. sistem informasi;

e. pendidikan dan pelatihan;

f. pemberdayaan dan pendampingan sosial; dan/atau

g. kerjasama lain di bidang pembangunan ketahanan keluarga.

BAB XII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 38

Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 32 dan Pasal 36 Peraturan Daerah ini,

dikenakan sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. denda administratif;

c. penghentian sementara kegiatan; dan/ atau

d. pencabutan izin usaha.

Page 111: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

101

Pasal 39

(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, dilakukan

sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing peringatan

tertulis paling lama 7 (tujuh) hari kerja.

(2) Peringatan tertulis pertama diberikan jika setiap badan usaha tidak segera

melakukan upaya perbaikan.

(3) Peringatan tertulis kedua diberikan jika setiap badan usaha tidak melakukan

upaya perbaikan hingga batas waktu yang ditetapkan dalam peringatan tertulis

pertama.

(4) Peringatan tertulis ketiga diberikan jika setiap badan usaha tidak melakukan

upaya perbaikan hingga batas waktu yang ditetapkan dalam peringatan tertulis

kedua.

Pasal 40

(1) Sanksi administratif berupa denda administratif sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 38 huruf b, dilakukan apabila setelah diberikan sanksi administratif

peringatan tertulis ketiga, setiap badan usaha tidak mematuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (4).

(2) Denda administratif sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1), paling

banyak sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan disetorkan ke

Kas Daerah.

Pasal 41

Setiap badan usaha yang tidak membayar denda administratif sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2), dikenakan sanksi administratif berupa

penghentian sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf c.

Pasal 42

Sanksi administratif berupa pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal

38 huruf d, dilakukan apabila setelah diberikan sanksi administratif penghentian

sementara, setiap badan usaha tidak mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 41.

Page 112: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

102

Pasal 43

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 tidak membebaskan

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan

pidana.

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 44

(1) Kelembagaan Ketahanan Keluarga yang telah dibentuk sebelum Peraturan

Daerah ini diundangkan, tetap bekerja sampai ditetapkan lebih lanjut sesuai

dengan Peraturan Daerah ini.

(2) Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 6

(enam) bulan sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 45

Petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus ditetapkan paling lambat 1

(satu) tahun terhitung sejak diberlakukannya Peraturan Daerah ini.

Pasal 46

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang

mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah kota Depok.

Ditetapkan di Depok

pada tanggal 16 Januari 2017

WALI KOTA DEPOK,

TTD

K.H. MOHAMMAD IDRIS

Page 113: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

103

Page 114: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

104

HASIL WAWANCARA

DENGAN DINAS PERLINDUNGAN ANAK, PEMBERDAYAAN

MASYARAKATDAN KELUARGA (DPAPMK) KOTA DEPOK

NAMA : Ani Rahmawati, Aks.

NIP : 19660528 199002 2 002

JABTAN : Kepala Bidang Ketahanan Keluarga dan Keluarga Berencana,

DPAPMK Kota Depok

HARI/TANGGAL : Jum’at/20 Juli 2018

1. Apa yang melatarbelakangi dibentuknya Peraturan Daerah kota Depok Nomor 9

tahun 2017 tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga ?

Sebetulnya perda ini adalah hak inisiasi dari DPRD karena memang membuat

Peraturan adalah tugas dewan. Selain itu karena semakin meningkatnya angka

perceraian di kota Depok. Karena sekarangmah yang menggugat bukan suami

tapi malah istri. Karena mungkin alasannya semakin tinggi ilmu yang dia punya,

perempuan jadi semakin mobailnya luar biasa. Karena disitu juga disinggung 8

fungsi keluarga ya, pertama kan agama, jadi kalo memang perempuannya

agamanya kuat mah pasti dia akan mengendalikan diri apapun yang terjadi,

karena mau tidak mau ya laki-laki itu adalah pimpinan keluarga. Selain itu

keluarga merupakan muara dari semuanya, kalau generasi mau bagus ya

keluarganya harus bagus. Karena keluarga itu kan ayah, ibu, anak. Unit terkecil

dari masyarakat itu kan keluarga. Karena itu perlu dioptimalkanlah peranan

keluarga sehingga insyaallah kalo memang keluarganya sudah tahan, optimal,

negarapun insyaallah akan kuat, angka perceraian pun bisa diminimalisir.

Kenakalan remaja juga bisa di atasi, karena kalo kita sudah bicara anak, anak itu

kan dari 0-18 kalo undang-undang. Tapi kan kita juga ada stepnya ternyata, ada

anak yang usia balita, batita, remaja awal, remaja dewasa, sampai akhirnya ke

lansia. Itu memang semuanya ada di sini muaranya, di dpapmk. Jadi dari balita

seperti apa nanti pengokohan terkait dengan ketahanan keluarga, sampai-sampai

Page 115: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

105

kita punya tribina, BKB (Bina Keluarga Balita), BKR (Bina Keluarga Lansia),

BKL (Bina Keluarga Lansia), UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga

Sejahtera), sama PIKR (Pusat Informasi Konseling Remaja). Program ini sudah

ada sebelum adanya perda ini, karena program ini prodaknya BKKBN

2. Bagaimana urgensi dibentuknya Peraturan Daerah kota Depok Nomor 9 tahun

2017 tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga ? Mengapa prihal ketahanan

keluarga harus diatur dalam Perda ?

Sebetulnya tanpa adanya perda inipun kita bisa jalan aja yah, karena keluarga itu

kan bingkai yang harus dikokohkan. Tapi ternyata memang bukan ngada-ngada

sih, memang harus ada ternyata. Karena disitu akan jelas siapa berbuat apa, dan

yang pasti supaya jelas aja uraian yang akan dia lakukan pada saat ada kebijakan

atau ada aturan yang memang harus dilakukan. Kan disitu ada dunia usaha dll.

Jadi tercover di perda ini.

3. Bagaimana sosialisasi Peraturan Daerah kota Depok Nomor 9 tahun 2017 tentang

Peningkatan Ketahanan Keluarga ?

Sosialisasi sudah dilakukan secara berjenjang mualai dari tingkat kota,

kecamatan, kelurahan. Sampai pengkaderanpun selalu kita berikan sosialisasi.

4. Perda ini tentu tidak akan terselenggara dengan baik jika hanya dilaksanakan

oleh DPAPMK karena dibutuhkan kerjasama dari pihak lain. Bagaimana

kerjasama yang sudah dilakukan dengan pihak lain ?

Dari OPD yang terkait tidak hanya dari DPAPMK. Misalkan pada saat anak

butuh kesehatan berarti kan Dinas Kesehatan, anak ini butuh identitas,

disdukcapil. Karena secara kelembagaan, kita adalah Dinas Perlindungan Anak,

Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga, didalamnya ada bidang Ketahanan

Keluarga dan Keluarga Berencana, maka kamilah yang jadi leading sector yang

mengimplementasi perda ini, tapi secara kelembagaan, secara pekerjaan, itu

semua OPD harus mensukseskan perda tersebut. Missal orangtua butuh

Peningkatan pendapatan, ke Dinas Koperasi dan Usaha Menengah. Peran dunia

usaha juga kan ada, contohnya dia menyediakan ruang laktasi, itu juga salah satu

Page 116: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

106

bentuknya. Pada saat si anak rewel kan tidak mesti dengan mainan yang tersedia

di mall, tapi ada ruang laktasi setidaknya dia masuk ke situ. Ada juga mall-mall

yang memang harus ramah anak, ramah lansia, semua harus. Gedung-gedung

perkantoran sudah diatur seperti itu. Ramah lansia, ramah anak, ada ruang

bermain yang gratis.

5. Pada pasal 5 Perda ini dimuat delapan poin ruang lingkup ketahanan keluarga

kota Depok yang dijabarkan lebih lanjut pengaturannya dalam bab-bab

berikutnya. Tapi ada satu poin yang belum dijabarkan, yakni tentang

Pemberdayaan Perempuan Untuk Peningkatan Perekonomian Keluarga.

Mengapa hal ini tidak diatur lebih lanjut ? Bagaimana pelaksanaan dari poin ini

jika tidak dijabarkan lebih lanjut ?

Lewat program UPPKS. selain itu kita juga membentuk kader-kader di

masyarakat yang menjadi ujung tombaknya. Kita latih mereka dengan sosialisasi

tentang perda, sosialisasi tentang meningkatkan pendapatan keluarga agar

keluarga sejahtera.

6. Pada BAB X pasal 31 menyatakan bahwa Pemerintah Kota membuat kebijakan

dalam pelaksanaan pembangunan ketahanan Keluarga yang tertuang dalam

Rencana Aksi Pembinaan dan Pembangunan Ketahanan Keluarga Daerah yang

disusun untuk jangka waktu paling sedikit 3 tahun. Apakah sudah dibuat

Rencana Aksi Pembinaan dan Pembangunan Ketahanan Keluarga Daerah ? Apa

saja yang tertuang di dalamnya ?

Kalau rencana mah pasti ada, action nya mah nanti setelah tiga tahun itu, rencana

mah pasti ada dan harus direncanakan sebelum kita beraksi. Ketika regulasi itu

dikeluarkan otomatis kita juga harus siap semuanya. Dukungan anggaran juga

iya, SDM juga harus.

7. Pada Ketentuan Penutup pasal 45 menyatakan bahwa petunjuk pelaksanaan perda

harus ditetapkan paling lambat satu tahun terhitung sejak diberlakukannya perda

ini. Apakah sudah ada petunjuk pelaksanaannya ?

Page 117: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

107

Kalau secara juklak memang belum, cuma secara indikator ketahanan keluarga

sudah ada. Kemarin itu kan kita ada indikator dulu supaya lebih terarah gitu.

Kalau juklak mah nanti sebetulnya menyesuaikan dari apa yang ada di perda situ.

Kerangkanya kan sudah ada, cuma memang secara terrinci kita sudah lakukan

semua. Secara tupoksi memang dilakukan ada. Buktinya kita aja dari mulai

ketahanan keluarga yang memang notabene tupoksi kami secara kelembagaan

adalah ketahanan keluarga dan keluarga berencana, banyak masyarakat yang

akhirnya sudah melek dengan konsekuensi dari banyaknya anak. Merencanakan

kehamilan, merencanakan kelahiran, mengatur jarak kehamilan juga mereka

sudah tertanam.

Page 118: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

108

HASIL WAWANCARA DENGAN FARIDA RACHMAYANTI S.E, M.Si

SEBAGAI KETUA PANSUS PERDA PENINGKATAN KETAHANAN

KELUARGA KOTA DEPOK

NAMA : Farida Rachmayanti S.E, M.Si.

NIP : -

JABTAN : Ketua Pansus Perda Peningkatan Ketahanan Keluarga Kota

Depok

HARI/TANGGAL : Jum’at/3 Agustus 2018

1. Apa yang melatarbelakangi dibentuknya Peraturan Daerah kota Depok Nomor 9

tahun 2017 tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga ?

Dilihat dari latar belakang sosiologi maka melihat juga SWOT di kota depok.

Kalau dilihat dari potensi, punya sumber daya manusia. Jadi memang

korkompeten pembangunan di kota depok itu bertumpu pada sumber daya

manusia. Kita melihat sumber daya manusia ini tempat penggodokannya,

pengasahannya itu dari keluarga. Sehngga pembangunan itu penting untuk

menempatkan keluarga pada posisi strategis. Depok sebagai kota penyangga ibu

kota yang dinamika sosialnya tinggi. Ketika menyelesaikan permasalahan

dinamika sosial hanya dari satu aspek saja, misalnya ekonomi dari pendekatan

ekonomi, kemiskinan dari pendekatan kemiskinan, kenakalan remaja dari

remajanya, itu ngga bisa selesai. Ternyata ada sebuah institusi yang punya peran

besar dan punya pengaruh besar untuk menyelesaikan masalah sosial tadi.

Kenakalan remaja, pergaulan bebas, kemiskinan, bahkan disharmoni sosial itu

berangkat dari karena keluarga-keluarga tidak harmonis. Sehingga kemudian kita

ngga bisa nih bicara tentang keluarga hanya bicara tentang bagaimana

merencanakan jumlah anggota keluarga. Selama ini kan kalo kita bicara keluarga

itu KB yah. Nggabisa, tapi keluarga ya harus bicara dari bayak aspek dari

penguatan fungsi-fungsinya. Kalau kita lihat di BKKBN ada 8 fungsi keluarga.

Page 119: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

109

Di depok juga tren angka perceraian tinggi. Yang cukup kita khawatirkan

ternyata dari data yang diperoleh itu di usia-usia keluarga muda. Bearti di kota

depok itu banyak tumbuh anak-anak atau sumber daya manusia yang tumbuh

berkembang tidak dalam kondisi yang membahagiakan, bahkan mungkin mereka

tidk mendapatkan hak-haknya nanti. Ini ngga bisa nih, harus segera dipotong, di

cut, gitu ya. Persiapan menghadapi bonus demografi 2030, bonus demografi itu

adalah suatu kondisi di sebuah kota atau negara dimana jumlah usia produktifnya

ngebom. Ini seharusnya menjadi hal yang positif, cuman masalahnya usia

produktif itu berkualitas atau tidak ? yang kita khawatirkan itu usia produktifnya

tidak berkualitas, jadi usia-usia produktif yang justru bermasalah. Jadi salah satu

cara depok menghadapi bonus demografi adalah mengokohkan ketahanan

keluarga. Sehingga nanti anak-anaknya matang secara mental, cerdas secara akal,

tinggi spiritualnya, kreatif. Kalau udah begini dia bisa berkompetisi. Kan nanti

persaingannya itu kuat di luar, anak-anak sudah punya kesiapan untuk

menghadapi situasi persaingan. Kita ingin nanti sumber daya kota depok saat

terjadi bonus demografi adalah mereka yang berkualitas. Minimal yang anak-

anak sma sekarang ketika tahin 2030 mereka akan menjadi bapak, dan kita ingin

mereka jadi bapak yang berkualitas. Karena di depok angka perceraian usia

pernikahan itu tinggi, kita nggamau lagi nih mencetak keluarga-keluarga yang

lemah, lemah dari sisi membangun relasi suami isteri, lemah dari sisi tanggung

jawab, tidak punya etos kerja yang tinggi sebagai seorang ayah, dia tidak punya

kesadaran yang tinggi bagaimana ikut berpartisipasi dalam mendidik anak.

Makanya kita berharap 5-10 tahun yang akan datang itu akan lahir keluarga-

keluarga yang lebih baik dari sekarang, atau mencegah semakin banyaknya

pasangan suami isteri yang tidak berkualitas. Karena merubah meraka yang

sudah menikah jauh lebih sulit, justru anak-anak sekarang yang masih fresh yang

akan lebih mudah dibina.

Secara yuridis juga sebenarnya undang undang Nomor 52 tahun 2009 tentang

kependudukan dan pembangunan keluarga. Jadi sebenarnya secara yuridis sudah

Page 120: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

110

ada undang-undang yang mengatur tentang kelurga tapi belum menajam,

sehingga secara yuridis kita punya peluang. Untuk mengatasi masalah sosiologis

tadi, secara yuridis kita punya peluang untuk mengikat banyak pihak agar mau

bersama-sama bergandeng tangan mengokohkan ketahanan keluarga. Karena

ketika ketahanan keluarga ini dikokohkan, fungsi keluarga dikokohkan, maka

akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Ketika keluarga

ketahanannya dikokohkan, fungsinya dikokohkan, maka dia akan meminimalisir

masalah-masalah sosial. Kalau diambil rijitnya lagi nih misalnya, kenapa sih

anak itu jadi nakal ? karna memang dirumah dia tidak mendapatkan kasih sayang

kedua orang tuanya, emosinya labil, maka munculah yang disebut dengan

kenakalan remaja, ngga bisa kan diselesaikan hanya dari sisi remajanya. Ngga

bisa hanya sekedar dibuatkan ruang tempat berekspresi. Karena masalah

kejiwaannya bukan masalah bagaimana dia harus berekspresi, tapi ada unsur

yang tidak bisa tergantikan yaitu fungsi kasih sayang keluarga.

Latar belakang filosofis mungkin kita berbicara tentang konsep-konsep keluarga.

Depok itu kan juga kota religious. Keluarga sebagai sumber daya pembangunan

yang bisa menginikan nilai-nilai. Nilai-nilai yang ada di masyarakat itubermuara

di keluarga. Ketahanan keluarga itu akan menghasilkan ketahanan sosial.

Ketahanan sosial akan melahirkan ketahanan bangsa. Jadi nilai-nilai asasi yang

ada di masyarakat harus dibentuk dalam keluarga, termasuk jjuga nilai-nilai

religious, kita butuh itu. Keluarga tidak bisa menyelesaikan maslaahnya sendiri

tanpa dibantu oleh pihak-pihak lain, terutama pemerintah. Jadi keluarga itu akan

terangkat fungsinya, akan meningkat ketahanannya ketika justru pemerintah

disini menginterfensi.

2. Bagaimana urgensi dibentuknya Peraturan Daerah kota Depok Nomor 9 tahun

2017 tentang Peningkatan Ketahanan Keluarga ? Mengapa prihal ketahanan

keluarga harus diatur dalam Perda ?

Kenapa sih perda ? karena kita berfikir, perda itu ikatannya akan lebih kuat. Dan

sebenernya perda ini dibuat sebagai gambaran sistem dari sebuah, dari hulu ke

Page 121: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

111

hilir. Secara implementasi di depok sudah dibuka tempat konsultasi di bawah

pusat pembelajaran keluarga, itu untuk keluarga-keluarga yang masalahnya

relatif ringan (puspaga). Tapi ketika sudah ada kasus-kasus, maka itu akan

ditangani P2TP2A ketika ada kekerasan. Atau di LK3, kalau LK3 (Lembaga

konsultasi kesejahteraan keluarga) itu terkait masalah narkoba yang ada di bawah

dinas sosial. Keluarga-keluarga yang berpotensi, yang ingin mengembangkan

potensinya itu ke puspaga. Artinya ini sudah terpola dengan baik. Dan insyaallah

di ABP (anggaran Belanja Tambahan) nanti sekitar bulan oktober di bidangnya

Bu Ani akan membuka kursus Pra Nikah yang lebih mendalam dan lebih rijit

dibanding yang ada pada KUA.

3. Bagaimana sosialisasi Peraturan Daerah kota Depok Nomor 9 tahun 2017 tentang

Peningkatan Ketahanan Keluarga ?

Sosialisasi harus terus dilakukan dan diperluas --bahkan ke tingkat yang paling

kecil, makanya dalam perda itu ada namanya RW ramah anak. Apa output dari

RW ramah anak ? terbentuknya keluarga ramah anak. Jadi kalau sudah bisa

dibangun nilai-nilai keluarga yang ramah anak maka insyaallah itu sudah

menjadi isyarat bahwa ketahanan keluarganya jalan. Suami isteri akan ramah

kepada anaknya kalau relasi antara mereka itu selesai, kalau fungsi seorang ayah

sebagai pimpinannya jalan, dan fungsi ibu sebagai pendidik anaknya jalan. Jika

itu semua tidak berjalan dengan baik, pasti ,ereka ngga akan ramah kepada anak

dan akhirnya anak menjadi korban. Sampai hari ini sudah ada 100 RW RAMAH

ANAK. Depok ingin menuju kota layak anak, itu akan efektif ketika keluarganya

mempunyai ketahanan. Cuman yang perlu digarisbawahi, keluarga yang

punyaketahanan itu bukan keluarga yang tanpa maslaah. Setiap keluarga pasti

punya maslah, tapi dia tangguh, dia bisa menyelesaikan, dia bisa menghadapi, di

tengah permasalahan itu fungsinya tetap berjalan. Indicator ketahanan keluarga:

ketahanan spiritual-- karena perda ketahanan keluarga ini melibatkan seluruh

elemen, ada pemerintah, orang tua, masyarakat, dunia usaha, akademisi, semua

harus terlibat.

Page 122: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

112

Membahas ketahanan keluarga, ini lintas sektoral, bukan hanya dpapmk saja, tapi

dia juga harus melibatkan yang lainnya. Misalkan pada saat anak butuh

kesehatan berarti kan Dinas Kesehatan, anak ini butuh identitas, disdukcapil.

Missal orangtua butuh Peningkatan pendapatan, ke Dinas Koperasi dan Usaha

Menengah.

4. Dari segi politik, yang saya tahu aturan-aturan terkait ketahanan keluarga itu

diinisiasi oleh fraksi PKS, mulai dari perda Jawa Barat, Perda Depok, bahkan di

tingkat nasional ada RUU ketahanan keluarga. Apa misi dari PKS dengan

menginisiasi aturan-aturan tentang ketahanan keluarga ?

Pks punya misi besar yaitu ingin memposisikan keluarga sebagai asset bangsa.

PKS memandang keluarga menjadi asset bangsa yang sangat berharga yang akan

menentukan kualitas bangsa, sehingga PKS ingin mendorong permasalahan

ketahanan keluarga ini masuk kedalam kebijakan pembangunan. Ketika nanti

sudah menjadi regulasi, ini akan menjadi milik kita bersama, pks hanya sebagai

penggagas. Pada saat perda ini disusun, kita didampingi oleh kementrian

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, ternyata disana juga sedang

digodog tentang Peraturan mentri tentang Peningkatan ketahanan keluarga.

Karena kita berfikir kita ngga bisa mengukur pembangunan hanya dari indeks

pembangunan manusia saja. PKS konsen kepada ketahanan keluarga dalam

rangka mengokohkan ketahanan bangsa.

5. Di Jawa Barat sudah ada perda Nomor 9 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Pembangunan Ketahanan Keluarga, mengapa di Depok harus dibuat lagi Perda

yang mengatur ketahanan keluarga lagi ?

Di Depok kan berdasarkan kearifan lokal kota Depok. Berangkat dari masalah

tingginya angka perceraian, kita bernagkat dari masalah sdm menjadi

korkompeten pembangunan. Kalo se-Jawa Barat kan tidak, kota-kota lain masih

banyak punya sumber daya. Depok justru kekuatannya di sdm. Jangan kita

biarkan sdm kita ini dalam jangka panjang tidak berkualitas karena sudah ada

Page 123: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

113

masalah-masalah di keluarga, perceraian misalnya, kemiaskinan, tidak bercerai

tapi disharmonis, atau dia harmonis tapi tidak berjalan fungsi-fungsi yang

lainnya, misalnya fungsi parenting: ngga ada pertengakaran sih tapi orang tua

ngga tau cara mendidik anak yang benar, padahal pendidikan pertama dan utama

itu dari keluarga. kan banyak gradasinya nih, yang paling parah kan bercerai. Jadi

sebenernya pendekatan perda ini bukan hanya dari pendekatan masalah, tapi

pendekatan perda ini juga untuk mengungkit potensi yang sudah ada.

Page 124: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

117

Page 125: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

118

Page 126: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

119

Page 127: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

120

Page 128: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

121

Page 129: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

122

Page 130: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

123

Page 131: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

124

Page 132: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

125

Page 133: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

126

Page 134: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

127

Page 135: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45312/1/TAUFIK...KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA DEPOK TERHADAP . PENINGKATAN KETAHANAN KELUARGA

128

Wawancara dengan Ani Rahmawati, Aks. sebagaiKepala Bidang Ketahanan Keluarga dan Keluarga

Berencana, DPAPMK Kota Depok

Wawancara dengan T. Farida Rachmayanti S.E, M.Si. sebagai Ketua Pansus Perda Peningkatan Ketahanan

Keluarga Kota Depok