kebijakan pemerintah daerah dalam pembangunan
TRANSCRIPT
i
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR JALAN DI KECAMATAN GUNUNG SINDUR
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.Sos)
Oleh:
Wahyu Suprianto
1111112000005
JURUSAN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
v
ABSTRAK
Wahyu Suprianto, 111111000005. KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KECAMATAN
GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik Tahun 2011.
Penganggaran merupakan kebijakan yang dilakukan pemerintah
Kabupaten Bogor melalui dana anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) pada
Kecamatan Gunung Sindur untuk mengalokasikan dan mendistribusikan
anggaran. Proses pengalokasian anggaran merupakan aktivitas politik. Berbagai
kepentingan baik politik maupun kekuasaan, demi tercapainya tujuan masing-
masing aktor yang merupakan cerminan dari politik anggaran. Tujuan penelitian
untuk mengetahui kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bogor dalam
pembangunan infrastuktur jalan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012.
Adapun tipe penelitian yakni dengan menggunakan metode kualitatif. Sedangkan
metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian mengungkapkan fakta penelitian bahwa kebijakan
pemerintah Daerah dalam pembangunan infrastruktur jalan di Kecamatan Gunung
Sindur tidak terlepas adanya kepentingan politik dari aktor-aktor terkait yang
berada di lembaga Eksekutif. Adanya kepentingan politik berkaitan dengan
kebijakan, pengalokasian, serta pelaksanan anggaran terdapat unsur perilaku
oportunistik yang dilakukan oleh elit politik untuk memenuhi janji kepada
masyarakat yang mengakibatkan ketidak jelasan pengalokasiaan anggaran dan
pembangunan infrastruktur di Kecamatan Gunung Sindur.
Kata kunci : Kebijakan Publik, Pemerintah Daerah
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas seluruh cinta dan kasih sayang dari Allah
SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan berkah-Nya di setiap hembusan
nafas, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanjunagan
shalawat serta salam tak lupa dijunjung kepada pejuang terbesar umat, Nabi
Muhammad SAW, sekaligus seluruh keluarga, sahabat, dan pengikutnya.
Penulisan skripsi ini berjudul “KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KECAMATAN
GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012”, merupakan
syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.Sos) pada
Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan, dan jauh dari kesempurnaan. Hal tersebut
disebabkan karena keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan bentuk kritik dan saran yang membangun atas penyempurnaan
skripsi ini. Selain itu, penulis mengharapkan skripsi ini dapat menjadi bentuk
penelitian awal yang dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi peneliti lain di
kemudian hari.
Skripsi ini dapat terselesaikan, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zulkifli, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
2. Dr. Iding Rosyidin, M. Si, Ketua Prodi Ilmu Politik dan Ibu Suryani, M. Si,
Sekertaris Prodi Ilmu Politik. Serta staf administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
3. Dosen Pembimbing Skripsi Drs. Ismadi Ananda, M. Si. Selaku Dosen
Pembimbing Akademik dan Pembimbing Utama Skripsi yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, nasehat, pembelajaran, ilmu,
sekaligus motivasi selama penulis menempuh perkuliahan dan proses
penulisan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Pengajar di Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah memberikan banyak hal, tidak hanya ilmu, melainkan juga
pembelajaran hidup selama proses perkuliahan
5. Seluruh narasumber penelitian pada Kecamatan Gunung Sindur, Bapak
Camat Gunung Sindur, Bapak Sekcam dan seluruh staff pegawai kantor
Kecamatan Gunung Sindur, serta Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Bina
Marga Gunung Sindur yang telah turut membantu kemudahan dalam
mendapatkan data yang terkait penelitian bahan skripsi ini.
6. Ibunda tercinta Sri Indartini dan ayahanda Budi Santoso atas doa, cinta, kasih
sayang, semangat dan motivasi yang tercurahkan tanpa henti demi
tercapainya cita-cita si anak bungsunya. Ribuan kata terima kasih bahkan
milyaran materi tidak akan pernah bisa membayar semua yang telah diberikan
kepada penulis sampai saat ini. Terima kasih ibu dan Bapak, kami mencintai
kalian seumur hidup dan selamanya walaupun mungkin terkadang Ibu dan
viii
Bapak tidak menyadarinya. Semua yang dilakukan hingga detik ini dan
selamanya, adalah untuk membuat kalian bangga dan tersenyum bahagia
7. Saudaraku dan sahabatku yang senantiasa memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis, membuat penulis sadar bagaimana harus bertindak
agar semua cita-cita harus tercapai dan harus bisa membuat ibu dan bapak
bangga.
4. Seluruh teman-teman seperjuangan Ilmu Politik 2011, Sitta Al Savira, Amelia
Fitria Attaka, Isworo Dwi Panji, Muawanah, Fikri Wahdudi, dan teman teman
yang pernah memberikan semangat dan dukungan, canda, tawa, berbagi cerita
dan pengalaman selama proses perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
Terima kasih semuanya, sukses untuk kita semua.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Akan tetapi saya berharap kiranya karya sederhana ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Jakarta, 09 Juli 2018
Penulis
Wahyu Suprianto
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PERSYARATAN BEBAS PLAGIARISME ............................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ......................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 7
F. Metodelogi Penlitian ........................................................................ 9
G. Sistematika Penelitian ...................................................................... 13
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Kebijakan Publik .............................................................................. 15
1. Jenis Kebijakan Publik .............................................................. 17
a. Kebijakan makro ................................................................ 17
b. Kebijakan meso................................................. ................ 18
c. Kebijakan mikro ................................................................ 18
2. Tahapan Kebijakan .................................................................. 18
a. Penyusunan Agenda ........................................................... 19
b. Formulasi Kebijakan......................................... ................. 19
c. Adopsi Kebijakan.............................................. ................ 19
x
d. Implementasi Kebijakan.................................... ................ 19
e. Evaluasi Kebijakan............................................ ................ 20
B. Pemerintahan Daerah..................................................... .................. 20
1. Pengertian Pemerintahan Daerah............................. ................. 20
2. Fungsi Pemerintahan Daerah................................... ................. 21
3. Proses Penyusunan APBD....................................... ................. 27
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kecamatan Gunung Sindur............. ................... 31
1. Sejarah Singkat Kecamatan Gunung Sindur.......... ................... 31
2. Letak Geografis...................................................... ................... 31
3. Kondisi Demografi................................................. .................. 34
B. Sarana Infrastruktur Jalan di Kecamatan Gunung Sindur................ 35
C. Struktur Kecamatan Gunung Sindur........................... ..................... 37
D. Visi dan Misi Kecamatan Gunung Sindur.................. ..................... 44
BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam penentuan Program
Pembangunan Mengenai Pembangunan Infrastruktur di
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor ................................ 46
1. Proses Perencanaan............................................ ....................... 47
2. Penyelenggaraan Kebijakan Publik................... ....................... 48
3. Pengawasan....................................................... ........................ 49
B. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pengalokasian
anggaran Program Infrastruktur di Kecamatan Gunung Sindur
Kabupaten Bogor ................................................................. ........... 49
C. Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan
Program Infrastruktur di Kecamatan Gununug Sindur
Kabupaten Bogor........................................................... .................. 52
D. Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengawasan Pembangunan
Infrastruktur di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor................................................................................................ 56
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN.......................................................... ...................... 58
B. SARAN...................................................................... ...................... 59
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
LAMPIRAN – LAMPIRAN ..........................................................................
xii
DAFTAR BAGAN
III.1. Peta Kecamatan Gunung Sindur .................................................... 32
DAFTAR TABEL
Tabel
III.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Desa dan Jenis Kelamin ................. 33
III.3. Struktur organisasi Kecamatan Gunung Sindur ................................. 36
III.7. Keseluruhan kondisi Infrastruktur jalan di Kecamatan
Gunung Sindur Jalan sesuai dengan jumlah ruas jalan
serta kondisi jalan ............................................................................... 34
IV.1. Panjang Jalan Kecamatan Gunung Sindur Berdasarkan
Kondisi Jalan ...................................................................................... 53
IV.2. Panjang Jalan Kecamatan Jonggol Berdasarkan Kondisi Jalan ......... 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar
I.1. Gambar Kerusakan jalan yang terjadi di Kecamatan
Gunung Sindur .................................................................................. 4
III.2. Keseluruhan kondisi Infrastruktur jalan di Kecamatan
Gunung Sindur Jalan sesuai dengan jumlah ruas jalan
serta kondisi jalan .............................................................................. 34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Fenomena penting yang berkembang di antara masyarakat transisi adalah
kurangnya keseimbangan dalam birokrasi lembaga-lembaga pembuat keputusan
politik, dengan struktur-struktur pelaksana kebijakan birokrasi. Birokrasi yang
dikemukakan oleh Max Weber adalah birokrasi yang mampu mengatur organisasi
pemerintahan melalui prinsip-prinsip bentuk birokrasi.1
Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah adanya struktur birokrasi formal
pada setiap tingkat, dibawah kontrol dan dikendalikan dalam sebuah hirarkis
formal atas dasar dari perencanaan pusat dan pengambilan keputusan. Sebagai
sebuah cara, birokrasi merupakan upaya yang terbaik mensistematiskan secara
efisien pencapaian tujuan-tujuan pemerintahan.
Pemerintah daerah memiliki peran penting untuk kemaslahatan
masyarakat. Bagaimana tidak, pemerintah daerah merupakan elemen dasar bagi
terbentuknya suatu sistem dan tata kelola untuk membangun suatu wilayah.
Pemerintahan daerah yang terdiri dari Gubernur, Bupati, dan Walikota yang
bertanggung jawab atas pembangun disuatu daerah. Sesuai dengan amanat
Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah memiliki wewenang dalam
mengatur dan mengurus urusan pemerintahaan. Hal tersebut, erat dengan
kebijakan yang dilakukan pemerintah daerah terkait Alokasi Anggaran dan Politik
1 Lucian W. Pye, Pembangunan Politik dan Perubahan Politik, (Jakarta: Gramedia,
1985), h. 979
2
Anggaran maka ada beberapa peran ataupun pengaruh dalam melakukan
kebijakan.
Beberapa fenomena yang aktual dan berkembang di masyarakat, yakni;
membahas Pemerintahan daerah, Alokasi Anggaran, dan Politik Anggaran.
Adanya keterkaitan Pemerintahan Daerah dalam melakukan suatu kebijakan yang
akan berdampak bagi masyarakat luas. Untuk membahas lebih dalam ada
beberapa teori yang menunjang antara lain; teori Alokasi Anggaran yakni
membahas bagaimana proses Alokasi Anggaran dilakukan, serta Politik Anggaran
yang membahas dan mengupas lebih dalam yakni; adakah aktor-aktor politik
anggaran terkait.
Berbagai masalah yang terjadi di masyarakat muncul berdasarkan sebab
dan akibat yang terjadi, tidak terkecuali yang terjadi pada pemerintahan daerah.
Pertama, tidak konsisten dalam perencanaan dan penganggaran daerah. kedua,
pengelolaan keuangan daerah yang tidak menyeluruh. Hal ini merupakan
kecacatan bagi pemerintahan daerah dan menimbulkan ketidak percayaan ataupun
kesenjangan masyarakat terhadap pengelola pemerintahan daerah. Alokasi
anggaran menjadi tidak lanjut jika pemerintahan daerah membuat suatu kebijakan
yang disusun secara benar dengan skala prioritas tertentu dalam membangun suatu
daerah. Melihat realita infrastruktur yang ada di kecamatan Gunung Sindur cukup
memperihatinkan. Jika melalui jalan disekitar kecamatan Gunung Sindur maka
terlihat adanya kerusakan disepanjang badan jalan dan sangat minimnya
penerangan disepanjang jalan. Hal ini menuai tanggapan masyarakat sekitar,
maupun para pengendara yang melintasi jalan tersebut. Masyarakat beranggapan
bahwa pemerintahan kecamatan Gunung Sindur tidak serius dalam melakukan
3
pembangunan inftrastruktur. Semestinya penerangan jalan guna mempermudah
pengendara roda dua maupun roda empat yang melintas, dengan demikian
masyarakat dapat menggunakan akses jalan dengan penerangan yang baik.
Dengan sistem penerangan yang baik di malam hari, kemungkinan besar dapat
meminimalisir terjadinya tingkat kecelakaan. Selain itu meninjau hubungan antara
infrastruktur jalan dengan sarana belajar maka menjadi hal penting bagi para
siswa yang ingin mengikuti proses belajar disekolah.
Penulis beranggapan minimnya sarana infrastruktur jalan menjadikan
belajar mengalami keterlambatan serta kecelakaan yang terjadi. Hal ini menjadi
penting ketika para siswa dan siswi ingin mengetahui suatu hal mengenai
pelajaran atau pengetahuan lainnya selain dari guru mereka. Maka dengan
demikian menjadi penting bagi keberlangsungaan pendidikan yang lebih baik, dan
hal ini menjadi indikator bagi pemerintahan kecamatan Gunung Sindur untuk
memperbaiki sarana dan prasarana bagi siswa dan siswi di Kecamatan Gunung
Sindur. Berdasarkan fakta lapangan yang penulis lakukan, terlihat kerusakan
infrastruktur jalan Kecamatan Gunung Sindur, sebagaimana gambar pada
halaman selanjutnya.
4
Gambar I.I.2
Gambar Kerusakan jalan yang terjadi di Kecamatan Gunung Sindur
Sarana infrastruktur menjadi hal yang cukup penting untuk digunakan
masyarakat akan tetapi mengingat infrastruktur jalan yang kurang memadai
menjadikan terhambatnya masyarakat malas untuk menggunakan sarana tersebut.
Masyarakat beranggapan minimnya perbaikan infrastruktur jalan mempengaruhi
tingkat keinginan masyarakat menggunakan sarana kesehatan yang ada di
Kecamatan Gunung Sindur. Sedangkan Puskesmas menjadi sarana kesehatan
andalan bagi masyarakat bawah, dengan biaya yang minim masyarakat dapat
berobat di puskesmas. Akan tetapi dengan jarak yang cukup jauh dari masyarakat,
menjadi suatu alasan masyarakat untuk tidak berobat di puskesmas. Sekali lagi ini
menandakan keseriusan pemerintahan kecamatan Gunung Sindur di pertanyakan
mengenai infrastruktur jalan terkait sarana kesehatan. Infrastruktur jalan terutama
wilayah kecamatan Gunung Sindur, tidak sedikit jalan yang mengalami
kerusakan, seperti berlubang, dan lain-lain. Minimnya penerangan jalan diwilayah
tersebut. Setelah penulis melakukan pra-penelitian pada tanggal 20 Desember
2014 yakni, tanggapan mengenai tak kunjung diperbaikinya infrastruktur jalan
2 melihat data pribadi penulis berdasarkan fakta lapangan, tanggal,3 Februari tahun 2013
5
oleh Dinas Perbaikan Umum di dearah Kecamatan Gunung Sindur. Berdasarkan
pernyataan tentang kerusakan infrastruktur jalan, penulis mengaitkan dengan
sumber media masa yakni, koran Radar Bogor.3
Terkait masalah ini dugaan sementara ada kaitannya dengan birokrasi yang
tidak baik di tubuh pemerintahan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor,
mengingat jalan tersebut tak kunjung diperbaiki, atau birokrasi yang ada tidak
sesuai dengan yang seharusnya akan tetapi disalah gunakan.
Kenyataan yang ada pembangunan yang digadang sebagai pembangunan
Menengah Nasional ini tak kunjung usai hingga penghujung 2014 dan memasuki
awal tahun 2015 rencana tersebut semata-mata hanya harapan bagi masyarakat.
Masyarakat mulai menyimpulkan kegagalan pembangunan Infrastruktur jalan,
karena adanya indikasi korupsi, kolasi dan nepotisme (KKN) di kalangan
pemerintahan baik Kabupaten maupun Kecamatan.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis menentukan judul penelitian
“KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR JALAN DI KECAMATAN GUNUNG SINDUR
KABUPATEN BOGOR TAHUN 2012. Dengan harapan menemukan hasil dari
penelitian tersebut.
3 melihat media masa koran Radar Bogor, tanggal 17 februari 2017
6
B. Pertanyaan Penelitian
Setelah penulis membatasi ruang lingkup permasalahan pada judul dan tema
pokok diatas, penulis akan merumuskan masalah tersebut dalam bentuk
pertanyaan, yaitu:
1. Bagaimana kebijakan pemerintah daerah dalam pembangunan
infrastruktur jalan di kecamatan gunung sindur kabupaten bogor tahun
2012 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang penulis uraikan kedalam bentuk
pertanyaan, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengtahui kebijakan pemerintah daerah dalam pembangunan infrastruktur
jalan di kecamatan gunung sindur kabupaten bogor tahun 2012
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dihasilkan dengan adanya penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis
Bagi penulis khususnya, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan sebagai kelengkapan menyelesaikan studi Strata satu (S1) FISIP UIN
Jakarta. Serta menganalisa permasalahan yang terjadi dimasyarakat yang ada
kaitannya dengan ilmu yang didapat didalam perkuliahan.
2. Manfaat Teknis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan serta informasi
bagi pemerintahan pemda Bogor dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
dan kesejahteraan kepada masyarakat di Kecaramatn Gunung Sindur Kabupaten
Bogor.
7
E. Tinjauan Pustaka
Dalam pembahasan penelitian ini penulis memerlukan beberapa literatur
kajian, karya ilmiah dan hasil penelitian dari berbagai kalangan khususnya
mengenai kebijakan pemerintah terhadap pembangunan di Kecamatan khususnya
dibidang pembangunan infrastruktur jalan. Penulis juga meninjau beberapa hasil
penelitian, sehingga nantinya tidak terjadi pengulangan penelitian. Beberapa
penelitian yang menjadi acuan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah;
Penelitian Ridwan (2011), tentang Implementasi Tugas Pembantuan
Pemerintah Daerah Dalam Pen3mbangunan Infrastruktur Jalan di Desa Benteng
Melewang Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.4 Hal tersebut
menunjukan bahwa diharuskannya tugas pembantuan untuk melaksanakan
urusan rumah tangga kepala daerah, kepala desa, dan dari pemerintah daerah.
Membuktikan adanya pembatuan yang dilakukan pemerintah daerah kepada desa
yang diatur dalam (pasal 18A UUD 1945 sampai pada UU pelaksananya yakni
UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah). Hakekat urusan yang
diperbantukan pada daerah otonom, yakni urusan pusat maka dalam sistem
madebwind anggaran berasal dari APBN. Pembangunan Infrastruktur jalan
merupakan suatu perubahan yang terencana.
Penulis membedakan skripsi tersebut dengan cakupan penelitian yang
lebih luas, yaitu di wilayah Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor tahun
2012 dengan lebih menitik beratkan kepada kebijakan pemerintah daerah dalam
4 Ridwan, Implementasi Tugas Pembantuan Pemerintah Daerah Dalam Pembangunan
Infrastruktur Jalan diDesa Benteng Melewang Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba,
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Makasar, 2011)
8
pembangunan infrastruktur jalan di kecamatan gunung sindur kabupaten bogor
tahun 2012.
Penelitian berikutnya berasal dari Anggara Satria Wirawan, 2001, tentang
Implementasi Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di
Desa Jumput Rejo Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.5 Ditemukan bahwa
Pertama, melakukan pemberdayaan masyarakat dibidang lingkungan dan
infrastruktur agar dapat memperlancar akses masyarakat dan roda perekonomian.
Kedua, Pemerintahan desa pada daerah ini menginginkan perbaikan secara
menyeluruh dalam melakukan pensejahteraan masyarakatnya. Ketiga, dalam hal
ini pemberdayaan masyarakat melalui dana pinjaman yang dipinjamkan kepada
rakyat miskin untuk memulai usaha kecil menengah melalui kelompok swadaya
masyarakat (KSM). Ini menunjukkan bahwa pemerintah setempat menginginkan
perubahan secara menyeluruh bagi lapisan masyarakat mengenai perekonomian
melaui usaha kecil menengah yang modalnya dipinjamkan melaui (KSM).
Penulis menemukan perbedaan penelitian yaitu pada tujuan penelitian
tersebut yang melibatkan masyarakat sekitar untuk membantu perekonomian di
wilayah tersebut. Sedangkan penelitian penulis tentang kebijakan Pemerintah
Daerah dalam pembangunan infrastruktur jalan di kecamatan gunung sindur
Kabupaten Bogor tahun 2012.
5 Anggara Satria Wirawan, “Implementasi Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) di Desa Jumput Rejo Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo”, (Skripsi S1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Plitik, Universitas Pembangunan Nasional, 2011)
9
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis lebih mengarah pada jenis dan pendekatan
penelitian dengan model kualitatif. Hal ini dimaksudkan agar penulis lebih
fokus dalam penulisan dan dalam penulisan penelitian ini merujuk pada
data yang bersifat deskriptif. Model penelitian deskriptif bertujuan agar
penulis mendapatkan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat yang
berkaitan dengan fenomena yang diteliti.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah suatu objek atau dokumen original-material
mentah dari perilaku yang disebut fist hand information. Individu,
kelompok fokus dan sutu kelompok responden secara khusu sering
dijadikan peneliti sebagai sumber data primer. Sumber data primer ini
terdiri dari opini objek subjek secara individual atau kelompok, hasil
observasi terhadap sesuatu dan lain-lainnya.6 Dalam data primer juga
melibatkan aktor politik anggaran, seperti warga masyarakat di
Kecamatan Gunung Sindur.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan melalui tangan
kedua (second hand information) atau dari sumber-sumber lain yang
telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Sumber-sumber data
sekunder ini seperti berbagai komentar atau analisis yang dibuat oleh
6 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial ( Bandung: Reflika Aditama, 2010 ), h. 289
10
para ahli, interpretasi, artikel-artikel dalam surat kabar, buku, jurnal-
jurnal ilmiah, laporan-laporan hasil penelitian, hasil-hasil survei
terdahulu dan catatan perpustakaan yang juga merupakan sumber data
sekunder.7
Dalam penelitian ini penulis membagi tahapan menjadi 3 bentuk, yaitu:
1. Tahap Pengumpulan Data
c. Observasi, adalah kegiatan mengamati secara langsung tanpan
mediator sesuatu objek untukn melihat dengan dekat kegiatan atau
fenomena yang dilakukan objek tertentu.8
d. Studi Pustaka atau Pustaka Research, adalah penulis dalam hal ini
mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji berbagai
literatur yang berkaitan dengan topik atau masalah yang penulis
jadikan penelitian seperti buku-buku Politik, jurnal-jurnal ilmiah,
sutrat kabar, beberapa catatan perkuliahan, sumber elektronik atau
internet, hasil-hasil survei dan penelitian dan sebagainya.
e. Wawancara, merupakan percakapan yang berlangsung secara
sistematis dan terorganisasi yang dilakukan oleh peneliti sebagai
pewawancara dengan sejumlah orang sebagai responden untuk
mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti dan hasil percakapan tersebut dicatat oleh
pewawancara. Metode wawancara ini merupakan metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan lisan dari
7 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, h. 291
8 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 106
11
sesorang yang disebut responden melalui suatu percakapan yang
sistematis dan terorganisasi. Wawancara dapat dilakukan dengan
idividu tertentu untuk mendapatkan data atau informasi mengenai
masalah yang berhubungan dengan satu objek tertentu.9 Penelitian
melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait dalam
penelitian ini seperti ketua Rw setempat, kepala dinas perbaikan
umum wilayah Gn.Sindur-Parung, staf kelurahan, dan lain-lain.
2. Tahap Pengolahan Data
a. Penyuntingan yang dalam hal ini data harus diperiksa kembali
kualitas dan validitasnya. Proses memeriksa kembali kualitas data
dalam instrumen disebut dengan penyuntingan (editing). Dalam
proses editing ini data yang diperiksa kembali adalah
kelengkapan, konsistensi, akurasi, keseragaman, dan relevansi.
Jika ada beberapa data yang rusak atau tidak sesuai harapan dan
kebutuhan, maka peneliti harus melakukan pengumpulan data
ulang kelapangan untuk mendapatkan data atau informasi sesuai
dengan kebutuhan.10
b. Teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan
standar Buku panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan
Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.11
9 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (bandung: Reflika Aditama, 2010), h. 312
10 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, h. 320
11 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Panduan Penyusunan Proposal Skripsi (Jakarta: FISIP, 2012), h. 12
12
3. Tahap Analisa Data
Dalam tahapan ini, analisa data dilakukan untuk menjawab
pernyataan-pernyataan penelitian atau untuk menguji hipotesis-
hipotesis penelitian yang telah dinyatakan sebelumnya. Analisis data
merupsksn proses penyederhanaan data dan penyajian data dengan
mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang mudah dibaca dan
diinterpretasi. Tujuannya untuk meringkas dan menggambarkan data
dan membuat inferensi dari data untuk populasi dari mana sampel
ditarik.12
a. Analisa deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu dengan
mengumpulkan data-data terkait dengan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dan diperoleh oleh penulis. Kemudian data-data
tersebut diolah dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang
jelas terkait dengan fokus penelitian dan penulis melakukan analisis
deskriptif dalam menuliskan hasil telaahnya.
b. Penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.13
c. Menarik kesimpulan dan verifikasi, ketika kegiatan pengumpulan
data dilakukan, seorang peneliti menganalisis secara kualitatif
mulai dari mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-
12
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, h. 332
13 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, h. 340
13
pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang munhkin, alur
sebab akibat dan proposisi. Kemudian, kesimpulan diverifikasi
selama penelitian berlangsung.
G. Sistematika Penelitian
Secara garis besar penelitian skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab
dengan beberapa sub-sub bab didalamnya. Untuk itu, agar penelitian lebih
terarah dan jelas dalam penulisan skripsi ini, maka penulis menguraikan
sebagai berikut:
Bab I, merupakan pendahuluan yang dalam bab ini terdiri dari
beberapa subbab, seperti latar belakang masalah yang akan dibahas,
perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II, didalamnya berisi tentang kerangka teoritis, dalam bab ini
membahas tentang pengertian pemerintahan daerah.
Bab III, berisi tentang profil atau gambaran secara umum dari
Kecamatan Gunung Sindur.
Bab IV, membahas pokok mengenai pemerintahan daerah Kecamatan
Gunung Sindur, Alokasi anggaran serta politik anggaran pembangunan
infrastruktur jalan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor tahun 2012.
Bab V, merupakan hasil dari penelitian yang berisi tentang
kesimpulan dan saran dari penelitian.
14
BAB II
KERANGKA TEORITIS
Kerangka teoritis merupakan penjelasan mendalam mengenai teori-teori dan
konsep yang akan digunakan dalam penelitian sebagai dasar dalam mengupulkan,
mengolah, dan menganalisis data. Penulis menggunakan teori konsep
pemerintahan daerah, Alokasi Anggaran serta Politik Anggaran, untuk
memperoleh informasi pembangunan infrastruktur jalan kecamatan Gunung
Sindur tahun 2012.
A. Kebijakan Publik
Kebijakan publik menurut Thomas R Dye, adalah apapun pilihan
pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public Policy is whatever
governments choose to do or not to do).14
Sedangkan menurut Charles
O.Jones, istilah kebijakan (policy term) digunakan dalam praktek sehari-hari
namun digunakan untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang sangat
berbeda. Pemahaman yang diperjelas oleh Richard Rose yakni bahwa
kebijakan hendaknya dipahami sebagai “serangkaian kegiatan yang sedikit
banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang
bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri.15
14
AG. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik “Konsep, Teori, dan Aplikasi,5th
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 2
15 Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan Proses, (Yogyakarta: Media Pressindo,
2007), h. 16-17
15
Beberapa definisi diatas merupakan berbagai macam bentuk dari
pemikiran-pemikiran pakar politik, akan tetapi defiinisi dari masalah
kebijakan tergantung pada pola keterlibatan pelaku kebijakan yang khusus,
yaitu para individu atau kelompokindividu yang mempunyai andil didalam
kebijakan karena mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan
pemerintah. Sebagai contohnya pelaku kebijakan yakni kelompok warga
negara, perserikatan buruh, partai politik, agen-agen pemerintah, pemiimpin
terpilih, dan para analisis kebijakan.
Sebagai rentetan kebijakan publik sangatlah banyak, maka dapat
dikelompokkan secara sederhana menjadi tiga:16
1. Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum, atau mendasar
2. Kebijakan publik yang bersifat meso atau menengah, atau kebijakan
ini dapat berupa bentuk Peraturan Menteri, Surat Edaran Menteri,
Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati dan Peraturan Walikota
3. Kebijakan publik yang bersifat mikro adalah kebijakan yang
mengatur pelaksanaan atau implementasi dari kebijakan diatasnya.
Bentuk kebijakannya adalah peraturan yang dikeluarkan oleh aparat
publik dibawah Menteri, Gubernur, Bupati, dan Walikota.
16
William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Pres, 2003), h. 111
16
Dalam definisi Thomas Dye, mengandung makna bahwa: pertama,
Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi
swasta. Kedua, Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan
atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Sebagai contoh, ketika pemerintah
mengetahui adanya jalan yang rusak dan dia tidak membuat kebijakan untuk
memperbaikinya, berarti pemerintah sudah mengambil kebijakan. Dengan
kata lain semua hal yang pemerintah ketahui termasuk infrastruktur jalan,
akan tetapi pemerintah tidak mencanangkan perbaikan jalan pada jalan
disuatu wilayah tertentu maka pemerintah sudah membuat kebijakan. Dan
sebaliknya jika pemerintah mengetahui dan membuat kebijakan mengenai
infrastruktur jalan dan merencanakan perbaikan serta membuat kebijakan
untuk diperbaiki, dengan demikian pemerintahpun sudah membuat kebijakan.
Teori kebijakan publik menjadi teori yang sangat mendukung demi
kelancaran penelitian guna melengkapi data serta sumber yang mungkin perlu
diketahui.
1. Jenis Kebijakan publik dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:17
a. Kebijakan Publik Makro
Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum atau dapat juga
dikatakan sebagai kebijakan yang mendasar. Contohnya: pertama.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, kedua, Undang-
Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Ketiga,
Peraturan Pemerintah. Keempat, Peraturan Presiden. Kelima, Peraturan
17
William N. Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, h. 113
17
Daerah. Dalam pengimplementasian, kebijakan publik makro dapat
langsung diimplementasikan.
b. Kebijakan Publik Meso
Kebijakan publik yang bersifat meso atau yang bersifat menengah
atau yang lebih dikenal dengan penjelas pelaksanaan. Kebijakan ini dapat
berupa Peraturan Menteri, Surat Edaran Menteri, Peraturan Gubernur,
Peraturan Bupati, Peraturan Wali kota, keputusan Bersama atau SKB
antar Menteri, Gubernur dan Bupati atau Wali kota.
c. Kebijakan Publik Mikro
Kebijakan publik yang bersifat mikro, mengatur pelaksanaan atau
implementasi dari kebijakan publik yang di atasnya. Bentuk kebijakan ini
misalnya peraturan yang dikeluarkan oleh aparat-aparat publik tertentu
yang berada di bawah Menteri, Gubernur, Bupati dan Wali kota.
Tahapan Kebijakan Publik
2. Tahapan Kebijakan Publik
Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan Kebijakan Publik yaitu
penyusunan agenda, formulasi kebijakan, legitimasi kebijakan, implementasi
kebijakan, evaluasi kebijakan. Tahap-tahap ini dilakukan agar kebijakan yang
dibuat dapat mencapai tujuan yang diharapkan.18
18 Budi, Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan Proses, (Yogyakarta: Media Pressindo,
2007), h. 32-34
18
a. Penyusunan Agenda
Penyusunan agenda adalah sebuah fase dan proses yang sangat
strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki
ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan
prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Isu kebijakan sering disebut
juga sebagai masalah kebijakan. Penyusunan agenda kebijakan harus
dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan esensi kebijakan, juga
keterlibatan stakeholder.
b. Formulasi Kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian
dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan
untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan
masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan
yang ada.
c. Adopsi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses
dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat
diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan
pemerintah.
d. Implementasi Kebijakan
Dalam tahap implementasi kebijakan akan menemukan dampak
dan kinerja dari kebijakan tersebut. Disini akan ditemukan apakah
kebijakan yang dibuat mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak.
19
e. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai
suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya
dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh
proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap
perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan
untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap
dampak kebijakan.
B. Pemerintahan Daerah
1. Pengertian Pemerintahan Daerah
Pengertian Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No. 23 Tahun
2014.19 Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan otonomi daerah. Pemerintah daerah meliputi gubernur,
bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah. Berkaitan dengan itu peran Pemerintahan Daerah
adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam bentuk otonomi daerah
sebagai suatu hak, wewenang, dan kewajiban pemerintah daerah untuk
19
Melihat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah Tahun 2014, tanggal 9 Maret 2017
20
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.20
2. Fungsi Pemerintahan Daerah
Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom. Sebagai unsur pemimpin pelaksanaan urusan pemusatan
pemerintah menjalankan, mengatur dan menyelenggarakan jalannya
pemerintahan. Peran pemerintah daerah dimaksudkan melaksanakan
desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas perbantuan sebagai wakil
pemerintah di daerah otonom yaitu:
a. Desentralisasi yaitu melaksanakan semua urusan yang semula adalah
kewewenang pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah daerah
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Dekonsentrasi yaitu menerima pelimpahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah
dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu untuk
dilaksanakan.
20
Melihat Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Perubahan kedua atas UU No. 23
Tahun 2014, 9 Maret 2017
21
c. Tugas Pembantuan yaitu melaksanakan semua penugasan dari
Pemerintah kepada daerah dan atau desa dari pemerintah provinsi
kepada kabupaten/kota dan atau desa serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan
tahunan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan
DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Di Indonesia, baik untuk provinsi
maupun kabupaten dan kota.
Anggaran harus diperjelas sebagai dokumen politik untuk mengalokasikan
sumber-sumber daya yang terbatas kepada masyarakat diantara kepentingan yang
sangat kompleks, kompetitif, dan konfliktual. Anggaran juga mempunyai
pengertian sebagai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu
tertentu.21 Dalam proses penganggaran seringkali diwujudkan dalam berbagai cara
yang lebih menekankan kepada dimensi politik, kemudian anggaran
didistribusikan dalam berbagai hal untuk mencapai tujuan pembangunan
khususnya infrastruktur jalan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya
merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk
meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah.
Pada tingkat Kecamatan pelaksanaan lanjut dari APBD tersebut dibahas melalui
Musrenbang Kecamatan untuk mendapatkan masukan, konfirmasi, klarifikasi,
berbagai prioritas kegiatan berdasarkan hasil Musrenbang desa/kelurahan,
21 Melihat jurnal Andik Setiawan, Politik Anggaran: kebijakan dana bagi hasil migas
dalam APBD kabupaten bojonegoro tahun 2015, tanggal 15 Maret 2017
22
program lintas desa/kelurahan, serta program internal kecamatan sebagai dasar
bagi penyusunan Rencana Program Kerja Kecamatan. Hasilnya Musrembang
Kecamatan dapat mendorong peran dan partisipasi masyarakat dalam
merumuskan dan pengambilan keputusan bersama-sama pemerintah dalam
penyusunan perencanaan pembangunan tahunan di tingkat kecamatan.
Selanjutnya, pelaksanaan kegiatan Musrenbang dilaksanakan ditempat yang
disepakati.
Adapun Peserta Musrenbang Kecamatan berjumlah sekurang-kurangnya 50
(lima puluh) orang, mewakili masyarakat dan organisasi kemasyarakatan serta
pelaku pembangunan lainnya, yang terdiri dari :
1. Unsur Muspika yaitu Camat, Danramil, Kapolsek.
2. Unsur Pemerintah Kecamatan yaitu, Sekretaris Camat, Para Kasie yang
ada di kecamatan, Puskesmas kecamatan.
3. Unsur Desa atau Kelurahan, yaitu Kepala Desa/Kelurahan, Delegasi yang
ditunjuk pada saat Musrenbang Desa/Kelurahan yang terdiri dari unsur
masyarakat dan pemerintah.
4. Unsur Masyarakat yaitu, Organisasi masyarakat di tingkat kecamatan,
tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh atau kelompok perempuan,
Kelompok pengusaha kecil/sektor informal, LSM yang berdomisili dan
beraktifitas di kecamatan tersebut, Kelompok profesi (dokter, guru,
pengusaha, dan lain-lain), Komite Sekolah yang berdomisili di tingkat
kecamatan.
Selanjutnya melalui forum yang dibentuk kecamatan, yang merupakan
forum musyawarah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas
23
kegiatan pembangunan, hasil Musrenbang tahunan tingkat kecamatan dengan
skala pembahasan, usulan, serta persetujuan musrenbag. Bapeda sebagai
koordinator dan penanggung jawab penyelenggaraan. Dalam hal ini Bappeda
dapat membentuk tim penyelenggara Forum sesuai dengan jumlah dan formasi
yang telah ditetapkan. Setelah penyelenggaraan selesai maka akan menghasilkan
kesepakatan dari berbagai bidang atau kelompok dan masing-masing kelompok
melakukan klarifikasi dan verifikasi usulan kegiatan masing-masing untuk
menghindari tumpang tindih kegiatan, sehingga terjadi kepadupadanan usulan.
Selanjutnya, masing-masing kelompok menetapkan rencana kerja anggaran.
Menurut Undang-undang nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, merupakan dasar pengelolaan
keuangan Daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran sesuai dengan Undang-
undang mengenai keuangan negara.22
Adapun pendapat yang mendefinisikan, APBD sebagai rencana operasional
keuangan pemerintah daerah. APBD tersebut di satu pihak menggambarkan
perkira pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan
proyek-proyek dalam satu tahu anggaran tertentu dan dipihak lain
menggambarkan perkiraan pendapatan dan sumber-sumber pendapatan daerah
guna menutupi pengeluaran-pengeluaran.
Ruang lingkup anggaran menjadi relevan dan penting dilingkungan
pemerintah daerah. Hal ini terkait dengan dampak anggaran terhadap kinerja
pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan
22
Melihat UU No 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas UU No. 23 Tahun 2014,
tanggal 9 Maret 2017
24
kepada masyarakat. Anggaran sektor publik pemerintah daerah dalam APBD
merupakan output pengalokasian sumber daya. Adapun pengalokasian sumber
daya merupakan permasalahan dasar dalam penganggaran sektor public.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu anggaran
daerah yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut: rencana kegiatan suatu daerah,
beserta uraiannya secara rinci, adanya sumber penerimaan yang merupakan target
minimal untuk menutupi biaya-biaya yang sehubungan dengan aktivitas-aktivitas
tersebut, dan adanya biaya-biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran-
pengeluaran yang akan dilaksanakan; jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan
dalam bentuk angka periode anggaran, yaitu biasanya 1 (satu) tahun.
Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah:23
1. Fungsi Otoritasi, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
2. Fungsi Perencanaan, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
adalah pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun
yang bersangkutan.
3. Fungsi Pengawasan, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
adalah pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah
daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus
diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja mengurangi pengangguran dan
23
Melihat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
25
pemborosan sumberdaya serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.
5. Fungsi Distribusi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah
kebijakan anggaran daerah yang harus memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan.
6. Fungsi Stabilisasi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah
anggaran pemerintah daerah yang menajdi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sangat penting karena
beberapa alasan, yaitu:
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan alat bagi
pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial-ekonomi, menjamin
kesinambungan, dan meningkatkan kualititas hidup masyarakat.
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diperlukan karena adanya
kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang,
sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya
masalah keterbatasan sumber daya pilihan.
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diperlukan untuk
meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat.
Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrument pelaksanaan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.
26
3. Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Selanjutnya mengenai proses penyusunan anggaran melibatkan dua
pihak, eksekutif (Pemerintah Daerah) dan legislatif (DPRD). Penyusunan
APBD dilakukan terlebih dahulu dibuat kesepakatan antara eksekutif dan
legislatif tentang Kebijakan Umum APBD dan Prioritas & Plafon Anggaran
yang akan menjadi pedoman untuk penyusunan APBD. Eksekutif membuat
rancangan APBD sesuai dengan Kebijakan Umum APBD dan Prioritas &
Plafon Anggaran yang kemudian diserahkan kepada legislatif untuk dipelajari
dan dibahas secara bersama-sama sebelum ditetapkan sebagai Peraturan
Daerah (Perda).
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen
kebijakan utama Pemerintah Daerah karena APBD adalah intisari dari apa yang
harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam satu tahun kedepan sebagai
rangkaian tak terpisahkan dari kebijakan masa lalu dan tujuan yang akan
dicapai pada masa yang akan datang. Untuk mereduksi mengenai anggaran
daerah tersebut maka kita perlu mengkaji kembali ruang lingkup keuangan
daerah dan sejauh mana aspek-aspek yang harus dikelola dengan uang ataupun
anggaran daerah. Terkait pemerintahan da
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai rencana kerja
pemerintah daerah merupakan desain teknis pelaksanaan strategi untuk
mencapai tujuan daerah. Jika kualitas anggaran Pemerintah daerah rendah,
maka kualitas fungsi-fungsi pemerintah cenderung lemah. Untuk
mengantisipasi hal tersebut keterlibatan aparat pemerintah daerah beserta
masyarakat diperlukan dalam suatu proses pengambilan keputusan secara
27
bersama dalam menyusun anggaran daerah serta pelaksanaannya untuk
mencapai target anggaran tersebut.
Proses penyusunan APBD sebagai berikut:24
1. Struktur APBD
Struktur APBD yang terbaru adalah berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Bentuk dan susunan APBD yang didasarkan pada
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan
daerah, pasal 22 ayat (1) terdiri atas 3 bagian, yaitu: pendapatan daerah,
belanja daerah, dan pembiayaan daerah.
2. Belanja Modal
Belanja Modal merupakan belanja pemerintah daerah yang
manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau
kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat
rutin seperti biaya pemeliharaan pada Kelompok Belanja Administrasi
Umum.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja menurut kelompok
belanja terdiri dari:
a. Belanja tidak langsung
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok
belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja
24
Permendagri No. 13 Tahun 2006, tanggal 12 Maret 2017
28
pegawai, bunga, subsudi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan
keuangan, dan belanja tidak terduga.
b. Belanja langsung
Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja
langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai yang
dimaksudkan untuk pengeluaran upah dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintah daerah belanja, barang dan jasa, dan belanja modal.
Adapun pedoman pengelolaan keuangan daerah, Belanja modal digunakan
untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian dan pengadaan atau
pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12
bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,
peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset
tetap lainnya.25
Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan
pemerintah daerah setempat dalam rangka meningkatkan kepercayaan publik.
Pergeseran ini ditujukan untuk peningkatan investasi modal dalam bentuk aset
tetap. Semakin tinggi investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pelayanan publik, karena aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja
modal merupakan prasayarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh
pemerintah daerah.
Proses pembuatan keputusan pengalokasian belanja modal menjadi sangat
dinamis karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki serta terdapat banyak
25
melihat Permendagri nomor 13 Tahun 2006, tanggal 12 maret 2017
29
pihak dengan kepentingan dan preferensi yang berbeda. Pengalokasian sumber
daya ke dalam anggaran belanja modal merupakan sebuah proses yang sarat
dengan kepentingan-kepentingan politis.
Pengalokasian anggaran ini sebenarnya dimasudkan untuk memenuhi
kebutuhan publik akan sarana dan prasarana umum yang diberikan oleh
pemerintah daerah. Namun, adanya kepentingan politik dari lembaga legislatif
yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran menyebabkan alokasi belanja
modal terdistorsi dan sering tidak efektif dalam memecahkan permasalahan di
masyarakat.
30
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kecamatan Gunung Sindur
1. Sejarah Singkat Terbentuknya Kecamatan
Sebagaimana wawancara kepada masyarakat tentang kedatangan
prabu siliwangi ke daerah Gunung Sindoro, yang sekarang bernama
Gunung Sindur, pada masa kejayaan padjajaran.26 Menurut cerita
masyarakat, bahwa di hari tuanya prabu Siliwangi mengundurkan diri dan
bertapa di padepokan gunung sindur setelah menyerahkan mahkotanya ke
putra sulungnya prabu surawisesa. Bila melihat letaknya, memang wajar
bila tempat ini sangat disukai sang prabu karena keasriannya. Dari
generasi selanjutnya dan seiring waktu masyarakat melakukan perubahan
nama Gunung Sindoro menjadi Gunung Sindur.
2. Letak Geografi
Gunung Sindur merupakan salah satu kecamatan Kabupaten
Bogor, provinsi Jawa Barat Indonesia. Jika melihat kondisi umum,
Kecamatan Gunung Sindur merupakan kecamatan tipe A yakni Kecamatan
yang dibentuk dengan beban kerja yang besar. Secara geografis,
Kecamatan Gunung Sindur terdiri dari: Luas Wilayah: 4.881 Ha. Jika
melihat batas-batas wilayah kecamatan Gunung Sindur dapat dilihat dari:
Sebelah Utara berbatasan dengan (Kabupaten Tangerang Selatan), Sebelah
31
Barat dengan batas (Kecamatan Rumpin), Sebelah Timur (Kecamatan
Parung dan Kota Depok), dan Sebelah Selatan berbatasan dengan
(Kecamatan Parung dan Ciseeng).
Jarak tempuh dari kecamatan Gunung sindur menuju Ibu kota
Kabupaten sejauh 30 kilometer, sedangkan untuk menuju ibu kota
Provinsi berjarak 180 kilometer, dan jika dibandingkan jarak antara
kecamatan Gunung Sindur Ibu kota Negara jauh lebih dekat dibandingkan
ibu kota provinsi yakni 30 kilometer. Wilayah Administrasif kecamatan
Gunung Sindur sendiri memiliki 10 (sepuluh) kelurahan atau desa, yaitu:
Desa Jampang, Desa Cibadung, Desa Cibinong, Desa Cidokom, Desa
Curug, Desa Gunung Sindur, Desa Pabuaran, Desa Paderenan, Desa
Pengasinan, dan Desa Rawakalong. Kecamataan ini berbatasan langsung
dengan wilayah kecamatan Serpong kota Tanggerang Selatan Provinsi
banten, Indonesia. Hal ini pula yang meyebabkan masyarakat Gunung
Sindur lebih banyak melakukan aktifitas ke Tanggerang Selatan,
ketimbang dipusat pemertintahan Kabupaten Bogor karena jarak yang
cukup jauh dari kecamatan Gunung Sindur menuju pusat pemerintahan
kabupaten Bogor. Serta adanya unsur alami seperti sungai atau kali yakni
kali Cisadane.
26
wawancara pribadi, mbah dadi sesepuh di Kecamatan Gunung Sindur, tanggal 1 Januari
2017
32
Berdasarkan kondisi letak geografi Kecamatan Gunung Sindur dapat dilihat pada
gambar III.1. yang berada dihalam selanjutnya.
Gambar III.1.27
Peta kecamatan Gunung Sindur
1
27
Melihat data Monografi Kecamatan Gunung Sindur pada tanggal 3 Januari 2017
33
3. Kondisi Demografi
Dilihat dari demografinya, jumlah penduduk kecamatan Gunung
Sindur sebanyak 95.124 jiwa, sebagaimana melihat pada tabel berikut.28
Tabel III.1.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Desa dan Jenis Kelamin
No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Jampang 3.397 2.321 5.718
2. Cibadung 4.214 4.101 8.315
3. Cibinong 3.884 3.836 7.720
4. Cidokom 5.382 5.195 10.577
5. Curug 6.654 6.136 12.790
6. Rawakalong 3.532 3.373 6.905
7. Pengasinan 6.293 5.591 11.884
8. Gunung Sindur 4.879 4.445 9.324
9. Pabuaran 5.375 5.199 10.574
10 Pedurenan 5.730 5.587 11.317
Jumlah 49.340 45.784 95.124
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dikecamatan Gunung Sindur
jumlah penduduk laki-laki maupun perempuan dapat diketahui dengan melihat
table III.1. Dengan melihat kolom desa yang tertera pada tabel diatas, penduduk
dengan jenis kelamin laki-laki terbanyak yakni pada desa Curug dengan 6.654
jiwa. Dan untuk penduduk berjenis kelamin perempuan terbanyak masih didesa
Curug dengan jumlah 6.136 jiwa.
34
Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Gunung Sindur
yakni sarana Pendidikan, Kesehatan, Agama, pertanian, koperasi serta,
Infrastruktur
B. Sarana Infrastruktur Jalan di Kecamatan
Mengacu kepada sarana pada sarana infrastruktur jalan menurut kondisis
dan panjang jalan di Gunung Sindur tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut.29
Gambar III.2.
keseluruhan kondisi Infrastruktur jalan di Kecamatan Gunung Sindur
Jalan sesuai dengan jumlah ruas jalan serta kondisi jalan
C.
Gambar ini menunjukan jumlah ruas jalan sebayak 14 buah ruas jalan
yang terdapat ada kecamatan Gunung Sindur, dengan total panjang jalan
(46.320 Meter). Menjelaskan tentang kondisi jalan: jalan baik (27.155 meter),
jalan sedang (2.050 meter), jalan rusak ringan (± 5.015 meter), rusak berat
(12.100 meter). Serta menjelaskan kondisi lapisan permukaan dari berbagai
28
Melihat slide 7 dalam powerpoint, laporan Profil Kecamatan Gunung Sindur, 7
Desember 2017
29 melihat Gambar kondisi Infrastruktur jalan di Kecamatan Gunung Sindur tanggal 15
September 2017
35
macam unsur yakni: hotmix (29.870 meter), beton (4.050 meter), lapen (5.300
meter), perkerasan (7.100 meter).
Adapun wawancara yang penulis lakukan terkait kerusakan
infrastruktur jalan. Bagaimana tanggapan Bapak mengenai kerusakan jalan
yang tidak kunjung dibenahi. Sebagaimana wawancara yang penulis lakukan
terhadap narasumber, adanya keinginan untuk bergabung dengan Tanggerang
Selatan dengan alasan pembangunan kawasan Tanggerang Selatan lebih baik
dibandingkan Bogor dengan pembangunan yang lambat.30 Hal yang menjadi
latar belakang keinginan pindah ke daerah atau wilayah Tangerang.
Mengacu pada wawancara yang dilakukan kepada UPT Infrastruktur
jalan Keamatan Gunung Sindur, Etti Surya yang mengatakan bahwa kerusakan
jalan di wilayah kecamatan Gunung Sindur mengubungkan kebeberapa daerah
atau tempat, kerusakan badan jalan serta minimnya penerangan jalan akan akan
berimbas kepada kendaraan yang melintas dijalan dan tidak sedikit kendaraan
roda dua maupun roda empat yang mengalami kecelakaan dijalan tersebut.
kalau untuk faktor sendiri itu banyak terutama faktor yang penambangan tanah
dan pasir yang sering melewati jalan Kecamatan Gunung Sindur dan muatan tersebut
kurang lebih 2-4 Ton.31
Jika merujuk pembangunan di Kecamatan Gunung Sindur tahun 2012
maka dapat disimpulkan keinginan narasumber untuk pembangunan yang
merata dan berskala.
30
wawancara pribadi dengan Bapak Alim selaku ketua Rw 07 periode 2013 tanggal 29
januari 2017 31
Wawancara dengan Etti Surya di Kantor UPT infrastruktur Kecamatan Gunung Sindur,
tanggal 15 November 2017
36
C. Struktur Kecamatan Gunung Sindur
Kecamatan merupakan unsur pelaksana kewilayahan pada tingkat
kecamatan dalam penyelengaraan pemerintahan daerah, dipimpin oleh seorang
camat yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah. Sebagai kecamatan tipe A, susunan organisasi
kecamatan Gunung Sindur yakni: Camat adalah jabatan struktual eselon III.a
yang membawahi sekertaris Camat eselon III.b, sekertaris camat membawahi 3
(tiga) subbag masing-masing eselon IV.a. disamping itu camat juga
membawahi 5 (lima) Kepala Seksi (kasi) masing masing kasi eselon IV.
Adapun strukturnya sebagai berikut:
Gambar III.3.32
Struktur organisasi Kecamatan Gunung Sindur
32
Melihat Rencana Strategis kecamatan Gunung Sindur Tahun 2013-2018 tanggal 26 Juli
2017
KASUBAG
KEUANGAN
CAMAT
SEKCAM
KASUBAG
PROGRAM &
EFALUASI
KASUBAG
UMUM &
KEPEGAWAIAN
KASI
PEMERINTAHAN KASI
TRANTIB
KASI
KESRA
KASI
PEREKONOMIAN
KASI
PEMBANGUNAN
DESA
DESA
DESA
37
Kecamatan sebagai perangkat daerah mempunyai tugas membantu bupati
dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan
masyarakat serta melaksanakan sebagian kewenangan bupati berdasarkan
pelimpahan wewenang terdiri dari Camat, Sekretaris Kecamatan, tiga Sub Bagian
dan lima Kepala Seksi.
1. Camat
Camat adalah pimpinan Kecamatan mempunyai tugas untuk
membantu Bupati dalam penyelengaraan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan serta mel;aksanakan sebagian kewenangan Bupati
berdasarkan pelimpahan wewenang.
2. Sekretaris Camat (Sekcam)
Sekertaris Camat secara umum mempunyai tugas membantu camat
dalam pengelolaan ketatausahaan Kecamatan. Untuk fungsi penyelengga
raan tugas sebagaimana dimaksud, kesekretariatan mempunyai fungsi:
a. Pengkoordinasikan penyusun program dan pelaporan kecamatan
b. Pengumpulan, pengolahan dan analisi data kecamatan
c. Pengolahan administrasi umum dan kepegawaian kecamatan
d. Pengolahan administrasi keuangan kecamatan
e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan menyusun pelaporan kinerja
kecamatan.
Kesekretariatan sebagai unsur pembantu pimpinan secara umum
terdiri dari:
A. Sub Bagian Program dan Pelaporan, mempunyai tugas membantu
sekretaris untuk melaksanakan pengolahan penyusunan program dan
38
pelaporan Kecamatan. Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud, sub
bagian program dan pelaporan mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Penyiapan bahan pengordinasian penyusunan program kecamatan
b. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data kecamatan
c. Pembinaan hubungan-hubungan masyarakat
d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan pelaporan
kinerja kecamatan
B. Sub Bagian umum kepegawaian mempunyai tuigas membantu sekretaris
dalam melaksanakan pengolahan administrasi umum dan kepegawaian
kecamatan. Untuk meyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, sub
bagian umum mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pengolahan administrasi umum, urusan rumah tangga,
surat menyurat, kearsipan, dan perjalanan dinas
b. Pengadaan, pemeliharaan dan inventarisasi perlengkapan
c. Persiapan materi hukum dan ketatalaksanaan dan
d. Pengelolaan administrasi kepegawaian kecamatan.
4. Sub Bagian keuangan mempunyai tugas membantu sekretaris dalam
melaksanakan penyusunan dan pengelolaan administrasi keuangan
kecamatan. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, sub
bagian keuangan mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Pengolahan administrasi keuangan kecamatan
b. Pengolahan administrasi penyusunan anggaran kecamatan
c. Pengolahan pengendalian dan pertanggungjawaban administrasi
keuangan kecamatan
39
d. Seksi Pemerintahan
Seksi pemerintahan mempunyai tugas membantu Camat
dalam melaksanakan perencanaan bidang pemerintahan. Untuk
menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, seksi pemerintahan
mempunyai fungsi:
a. Perumusan dan koordinasian kebijakan perencanaan bidang
pemerintahan
b. Perumusan dan penyiapan bahan perumusan serta koordinasian
kebijakan perencanaan bidang pelayanan dibidang Pemerintahan.
c. Seksi Ketentraman dan Ketertiban
Seksi ketentraman dan ketertiban mempunyai tugas membantu Camat
dalam melaksanakan ketentraman dan ketertiban. Untuk menyelenggarakan
tugas sebagaimana dimaksud, bidang ketentraman dan ketertiban mempunyai
fungsi:
a. perumusan dan koordinasian kebijakan perencanaan dibidang
ketentraman dan ketertiban dan
b. perumusan penyiapan bahan perumusan serta koordinasian
kebijakan perencanaan bidang ketentraman dan ketertiban,
pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan urusan bidang ketentraman
dan ketertiban.
C. Seksi Perekonomian
Seksi perekonomian mempunyai tugas membantu Camat dalam
melaksanakanperencanaan bidang ekonomi. Untuk menyelenggarakan
tugas sebagaimana dimaksud, bidang perekonomian mempunyai fungsi:
40
1. Perumusan dan koordinasian kebijakan perencanaan bidang
pertanian dan pariwisata meliputi:
a. Penyusunan petunjuk teknis perencanaan pembangunan
perekonomian dibidang pertanian, kehutanan, peternakan,
perikanan, kebudayaan dan pariwisata.
b. Penyiapan bahan perumusan dan pengkoordinasian kebijakan
perencanaan dibidang pertanian, kehutanan, peternakan,
perikanan, kebudayaan dan pariwisata.
2. Perumusan dan pengkoordinasian kebijakan perencanaan bidang
industry dan dunia usaha meliputi:
a. Penyususnan petunjuk teknis perencanaan pembangunan
dibidang perindustrian, koprasi, usaha kecil menengah,
perdagangan, energy dan sumberdaya mineral, penanaman
modal dan dunia usaha lainnya
b. Penyiapan bahan perumusan pengkoordinasian kebijakan
perencanaan dibidang perindustrian, koperasi, usaha kecil
menengah, perdagangan, energy dan sumberdaya mineral,
penanaman modal dan dunia usaha lainnya.
D. Seksi Kesejahteraan Rakyat dan Sosial
Seksi Kesejahteraan rakyat dan Sosial mempunyai tugas
membantu Camat dalam melaksanakan perencanaan dalam bidang
kesejahteraan rakyat dan sosial. Untuk menyelenggarakan tugas
sebagaimana dimaksud, bidang kesejahteraan rakyat dan sosial
mempunyai fungsi:
41
a. Perumusan dan pengkoordinasian kebijakan perencanaan
pembangunan dibidang pendidikan dan kesehatan dan Penyusunan
petunjuk teknis perencanaan pembangunan dibidang pendidikan
dan kesehatan.
b. Penyiapan bahan perumusan dan pengkoordinasian kebijakan
perencanaan dibidang pendidikan dan kesehatan.
c. Perumusan dan koordinasian kebijakan perencanaan bidang social
d. Penyusunan petunjuk teknis perencanaan pembangunan dibidang
sosial, tenaga kerja dan transmigrasi, pemberdayaan perempuan,
keluarga berencana, pemuda dan olahraga.
e. Penyiapan bahan perumusan dan koordinasian kebijakan
perencanaan dibidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi,
pemberdayaan perempuan, keluarga berencana, pemuda dan
olahraga.
E. Seksi Pembangunan
Seksi pembangunan mempunyai tugas membantu Camat dalam
melaksanakan perencanaan bidang pembangunan, untuk
menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, bidang pembangunan
mempunyai fungsi:
1. Perumusan dan pengkoordinasian kebijakan perencanaan bidang
pembangunan meliputi:
a. Penyusunan petunjuk teknis perencanaan pembangunan
dibidang sarana dan prasarana lalulintas dan angkutan jalan,
kebinamargaan, pengairan, tata bangunan, perumahan,
42
pemukiman, pemadam kebakaran, kebersihanpertamanan,
dan pemakaman
b. Penyiapan bahan perumusan dan pengkoordinasian kebijakan
perencanaan dibidang sarana dan prasarana lalulintas dan
angkutan jalan, kebinamargaan, pengairan, tata bangunan,
perumahan, pemukiman, pemadam kebakaran, kebersihan
pertamanan, dan pemakaman.
2. Perumusan dan pengkoordinasian kebijakan perencanaan bidang
penataan ruang dan lingkungan hidup.
a. Penyusunan petunjuk teknis perencanaan pembangunan
dibidang penataan ruang, pertahanan dan lingkungan dan
lingkungan hidup
b. Penyiapan bahan perumusan dan pengkoordinasian kebijakan
perncanaan dibidang penataan ruang, pertahanan dan
lingkungan hidup.
D. Visi Dan Misi Kecamatan Gunung Sindur
Visi merupakan pandangan jauh kedepan, kemana dan bagaimana
sesuatu organisasai harus dibawa berkarya agar tetap konsisten dan dapat
eksis, antisipatif, inovatif dan produktif. Dalam rangka mendukung peraturan
Bupati Bogor Nomor 21 Tahun 2009 yakni sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi serta masukan-masukan dari stakeholders, maka Kecamatan Gunung
Sindur menetapkan Visi Kecamatan Gunung Sindur Sebagai Kecamatan
43
Lebih Maju.33 Visi ini dimaksudkan bahwa yang dikehendaki masyarakat
adalah terwujudnya peningkatan kesejahteraan dan aksesibilitas wilayah yang
berkualitas, terintegrasi, dan berkelanjutan dan dapat menciptakan
penyelenggaraan pemerintahan yang kondusif dan efisien kerja serta
mendorong kinerja kecamatan atas dasar prinsip pemberdayaan dan
pemenuhan kebutuhan publik melalui;
1. Peningkatan sistem pelayanan bidang kesehatan dan pendidikan
2. Perumusan pembangunan infrastruktur dan peningkatan fungsi
pelayanan
3. Pemberdayaan perekonomian masyarakat
4. Intensifikasi pelaksanaan koordinasi
5. Perumusan penyelenggaraan manajemen pemerintahan
6. Peningkatan profesionalisme aparatur dan kinerja penyelenggaraan
pemerintahan.
Sedangkan misi sendiri adalah sesuatu yang harus di emban atau
dilaksanakan oleh instansipemerintah, sebagai penjabaran visi yang telah
ditetapkan.
Misi Pertama, Meningkatkan Penyelenggaraan Pemerintahan,
Pembangunan dan Pembinaan Kehidupan Kemasyarakatan. Dari misi ini
memiliki makna bahwa dalam kehidupan yang damai dan kebersamaan,
masyarakat Gunung Sindur selalu hidup berdampingan dalam meningkatkan
kerukunan beragama dan antar ummat beragama serta pembinaan mental
menuju masyarakat sejahtera dan penuh kedamaian.
33
melihat dokumen Rencana Strategis Kecamatan Gunung Sindur, tanggal 10 April 2017
44
Misi kedua, Meningkatkan Pelayanan di Bidang Administrasi
Pelayanan Umum. Misi ini mengandung makna bahwapelaksanaan otonomi
daerah mendorong pemerintah daerah untuk memberdayakan seluruh potensi
yang dimiliki sesuai kebutuhan dan karakteristik terutama dalam hal
meningkatkan kualitas sumberdaya aparatur, penyediaan sarana dan prasarana
yanmg dilaksanakan oleh pemerintah daerah bagi kecamatan yang lengkap
sesuai kebutuhan. Menjadikan pemerintah daerah dalam merumuskan
kebijakan, kebutuhan, pengelolaan, pendayagunaan, maupun pemanfaatannya
dapat dilaksanakan sesuai harapan, sehingga masyarakat dapat diberdayakan
dengan kemampuannya.
45
BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Penentuan Program Pembangunan
Infrastruktur di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor
Gunung Sindur sebagai salah satu kecamatan yang berada dalam naungan
PEMDA Kabupaten Bogor memiliki jarak yang sangat dekat dengan Tangerang
Selatan atau bisa dikatakan di Kecamatan Gunung Sidur ini merupakan daerah
perbatasan antara dua provinsi yaitu Banten dan Jawa Barat. Selain itu juga
menjadi daerah perbatasan antara Kabupaten Bogor dengan Kota Tangerang
Selatan. Oleh karena itu dibutuhkan pembangunan infrastruktur jalan yang cukup
memadai untuk menunjang hal ini. Seperti yang dinyatakan oleh Roni Yadi
sebagai KASUBAG Infrastruktur Kecamatan Gunung Sindur.
Memang betul gunung sindur ini merupakan pintu gerbang dari Tangerang
Selatan untuk masuk daerajh kabupaten Bogor ini, ya jadi kita harus prioritaskan
pembangunan jalannya.34
Untuk melakukan pembangunan infrastruktur ini maka diperlukan rencana
kerja pemerintah daerah yang merupakan desain teknis pelaksanaan strategi untuk
mencapai tujuan daerah. Rencana kerja daerah biasanya dirumuskan ke dalam
RKPD yang diadakan satu tahun sekali seperti yang dinyatakan oleh Etti Surya
yang merupakan UPT Infrastruktur Jalan Kecamatan Gunung Sindur
Untuk melakukan pekerjaan seperti perbaikan jalan dll maka dirumuskan dulu ke
dalam RKPD dan disitulah awal dari perencanaan pembangunan yang akan
34
Wawancara dengan KASUBAG Infrastruktur Kematan Gunung Sindur di Kantor
Kecamatan Gunung Sindur, 18 November 2017
46
dilaksanakan di daerah tersebut, jadi menurut hemat saya RKPD baru tindakan.
Tanpa adanya itu semua proyek daerah akan sulit dijalankan35
Jika kualitas anggaran Pemerintah Daerah rendah, maka kualitas fungsi-
fungsi pemerintah cenderung lemah. Untuk mengantisipasi hal tersebut
keterlibatan aparat pemerintah daerah beserta masyarakat diperlukan dalam suatu
proses pengambilan keputusan secara bersama dalam menyusun anggaran daerah
serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran tersebut.
Merujuk pada buku Kebijakan Publik, Teori dan Proses, maka kebijakan
pemerintahan daerah dalam perumusan kebijakan daerah.36 Adapun proses
kebijakan pemerintah sebagai berikut:
1. Proses Perencanaan
Dalam proses ini, BAPPEDA Kabupaten Bogor memiliki peran penting
dalam pembentukan ataukan perencanaan terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama,
BAPPEDA melakukan Penyusunan. Penyusunan ini dilakukan setiap bentuk
perencanaan pembangunan daerah. Partisipasi publik tersebut dilaksanakan
berdasarkan asas kebebasan berpendapat mengeluarkan pikiran secara lisan dan
tulisan dilakukan secara rasional, dan tepat sasaran. Adanya peran BAPPEDA
sebagai perencanan pembangunan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
dari kebijakan publik yang dirumuskan dan ditetapkan dalam membangun
pemerintahan yang demokratis dan partisipatif untuk meningkatkan kesadaran
publik akan peran dan tanggung jawabnya terhadap keberhasilan penyelenggaraan
35
Wawancara dengan Etti Surya Wakil UPT Infrastruktur Kecamatan Gunung Sindur di
Kantor UPT, 27 Desember 2017 36
Budi, Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan Proses, h. 32-34
47
pemerintahan dan pembangunan daerah. Jika merujuk kepada BAPPEDA sebagai
pelaksan maka adanya keikutsertaan pemerintah daerah dalam melakukan
pembangunan daerah. Seperti yang dinyatakan Roni Yadi selaku KASUBAG
infrastruktur Kecamatan Gunung Sindur.
Kalau dibilang ya ada, tetapi kan dana dari pemerintah daerah itu tidak semuanya
hanya untuk jalan, karena kan kita punya program lain seperti pendidikan, kesehatan dan
agama.37
Melihat Perumusan visi, misi dan rencana strategis BAPPEDA Kabupaten
Bogor, terdiri dari; pertama, penyusunan program pembangunan tahunan
penyusunan APBD. Kedua, penyusunan maupun revisi tata ruang. Ketiga, tata
guna lahan dan sebagainya, keempat, penyusunan peraturan daerah, kelima,
proses perjanjian yang diterbitkan berdasarkan kewenangan yang dimiliki.
Hal tersebut saling berhubungan dalam rangka menjamin keterlibatan
publik maka Badan Publik menempuh mekanisme atau tata cara tertentu. Dimulai
dari data penyusunan dan perencanaan yang disampaikan kepada publik, periode
dan mekanisme tanggapan publik terhadap konsep, hingga terakhir penetapan
kebijakan publik.
2. Penyelenggaran Kebijakan Publik
Bupati Bogor sebagai penyelenggara Kebijakan Publik memiliki tugas,
yakni; pertama, Bupati harus mengedepankan manajemen yang mendasarkan pada
transparansi, akuntabilitas dan partisipasi publik. Kedua, Hak dan Kewajiban
artinya publik berhak untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan dan
pengawasan pelaksanaan kebijakan publik berdasarkan peraturan perundang-
37
Wawancara dengan Roni Yadi selaku KASUBAG infrastruktur Kecamatan Gunung
Sindur, tanggal 28 Desember 2017
48
undangan. Ketiga, Informasi artinya setiap proses perumusan kebijakan dan hasil
kebijakannya diinformasikan secara aktif pada publik dengan prosedur dan
mekanisme tertentu. Keempat, yakni Prosedur yang berkaitan dengan aspek
pelayanan umum harus dilakukan dengan transparan. Kelima, Kebijakan Publik
merupakan bentuk keputusan dan laporan hasil rapat harus diketahui oleh publik.
Akan tetapi dalam penyelenggaran Bupati Bogor memberikan mandat kepada
KASUBAG perencanaan pembangunan Daerah untuk melaksanakan
penyelenggaran kebijakan.
3. Pengawasan
Pengawasan penyelenggaraan terdiri dari pengawasan fungsional,
pengawasan legislatif dan pengawasan publik. Pengawasan fungsional dilakukan
oleh Kepala Daerah. DPRD melakukan Pengawasan badan eksekutif atas
pelaksanaan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. DPRD melakukan
pengawasan penyelenggaraan Kebijakan Publik terhadap pelaksanaan kebijakan,
proses kebijakan, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-
undangan.
B. Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pengalokasian Anggaran Program
Infrastruktur di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor
Adanya proses perencanaan anggaran yang dilakukan pemerintah daerah
berdasarkan pendekatan fungsionalisme yang berkaitan dengan persoalan
pembuatan kebijakan. Hal ini kemudian diikuti oleh keluarnya Peraturan Menteri
49
Dalam Negeri (PERMENDAGRI) nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan Anggaran, Pengendalian dan Evaluasi pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah.38
Sebagaimana tersusun dalam satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang
menyusun rencana strategis yang selanjutnya disebut rencana strategis
(RENSTRA) SKPD. RENSTRA SKPD memuat Visi, Misi, Tujuan, strategi,
Kebijakan, Program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan
fungsinya. berpedoman pada rancangan program menengah daerah (RPJMD) dan
bersifat indikatif. Sementara itu undang-undang nomor 25 Tahun 2014
menyebutkan bahwa, Renstra SKPD merupakan dokumen perncanaan SKPD
untuk periode lima tahun.39 Jika mengacu SKPD perencanaan program maka,
pemerintah Kecamatan Gunung Sindur perlu menyusun program yang berguna
bagi masyarakat, sebagai contohnya pembangunan Infrastruktur jalan. Senada
dengan pernyataan Wawan Suryana selaku SEKCAM Kecamatan Gunung
Sindur.40
kita tentu berupaya maksimal untuk perbaikan jalan yang ada ini, tapi kita juga harus
paham kondisi karena bukan hanya jalan yang butuh perhatian di kecamatan ini, ada juga
kesehartan, keagamaan dll.
38 melihat Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, tanggal 3 Desember
2017
39
melihat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, tanggal 5 Desember 2017 40
Wawancara dengan Wawan Suryana sebagai SEKCAM Kecamatan Gunung Sindur di
Kantor Kecamatan, tanggal 19 Novermber 2017
50
Dalam ketentuan lainnya yaitu Inpres nomor 7/1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah disebutkan bahwa perencanaan strategis merupakan
langkah awal yang harus dilakukan agar mampu menjawab tuntutan lingkungan
strategis lokal, nasional,dan global, dan tetap berada dalam tatanan Sistem
Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan dokumen Rencana
strategis setidaknya memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi (cara
mencapai tujuan dan sasaran), yang memuat kebijakan, program dan kegiatan.41
Pemerintah Daerah telah menetapkan kegiatan Musyawarah Rencana
Pembangunan Daerah atau Musrenbang sebagai sarana untuk melibatkan
masyarakat dalam perencanaan pembangunan di daerah, sebagaimana dijelaskan
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, setiap daerah harus melaksanakan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) yang dilaksanakan Kecamatan Gunung Sindur
melalui forum musrembang melakukan penyusunan rencana pembangunan
daerah.
Dengan berdasarkan pelaksanaan Musrenbang daerah berpedoman kepada
Surat Edaran Bersama antara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua
BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 1354/M.PPN/03/2004 dan
050/744/SJ Tentang Pedoman Pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan
Partisipatif Daerah. Dalam pedoman tersebut dijelaskan bahwa Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dimulai dari Musrenbang tingkat Desa
yang berada di wilayah Kecamatan Gunung Sindur, setelah forum tingkat desa
41
melihat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2014, tanggal 8 Desember 2017
51
dan menghasilkan beberapa usulan yang nantinya menuju ke forum Musrenbang
Kecamatan Gunung Sindur. Hal ini kemudian diikuti oleh keluarnya Peraturan
Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) nomor 54 tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara
Penyusunan Anggaran, Pengendalian dan Evaluasi pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah.42
Kekuasaan untuk mengalokasikan sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang hendak ditujukan untuk kebaikan bersama, kepentingan umum dan
kesejahteraan sosial. Hal ini merupakan suatu keharusan dalam membangun
struktur pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan daerah, membangun sistem
dan pola karir politik, mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang
partisipatif, efektif dan responsif terhadap kepentingan masyarakat luas yang
berasas pada pertanggung jawaban publik.
Alokasi nilai-nilai tersebut tentunya harus diarahkan secara langsung dalam
menyelesaikan fenomena-fenomena fisik dan sosial dalam kehidupan
bermasyarakat atau bernegara. Demikianlah upaya untuk meningkatkan
pendapatan dan nilai adalah proses yang tidak mudah. Maka dari itu perlu pula
diimbangi dengan pengalokasian dari nilai tersebut dengan baik. Artinya, baik itu
pusat ataupun daerah tidak mendistribusikan dan mengalokasikan ke arah dan
tujuan yang tidak tepat atau menganggarkan dana untuk dibelanjakan kepada hal
yang tidak berguna, sia-sia dan pemborosan. Dengan demikian akan sangat sia-sia
upaya yang telah dikelola dari awal. Suksesnya pengelolaan dan pengalokasian
nilai-nilai serta anggaran adalah sangat mempengaruhi kualitas dan aspek-aspek
42 melihat peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 54 Tahun 2010 tanggal 3 Desember
2017
52
kehidupan publik dan orang banyak, maka perlu dikelola dan dirumuskan
sedemikian jelas.
C. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan Program
Infrastruktur di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor
Dalam pelaksanaan alokasi anggaran pemerintah daerah menggunakan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk melakukan pembangunan
disuatu daerah. Rencana keuangan tahunan daerah yang disusun dan dibahas serta
disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
Peraturan Daerah di Indonesia, baik untuk provinsi maupun kabupaten dan kota.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya merupakan
salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan
pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat disuatu daerah.
Pada tingkat Kecamatan pelaksanaan lanjut dari APBD tersebut dibahas
melalui Musrenbang Kecamatan Gunung Sindur untuk mendapatkan masukan,
konfirmasi, klarifikasi, berbagai prioritas kegiatan berdasarkan hasil Musrenbang
desa yang dilakukan di tempat yang disepakati, dan menghasilakan beberapa usul.
Hasilnya Musrembang Kecamatan dapat mendorong peran dan partisipasi
masyarakat dalam merumuskan dan pengambilan keputusan bersama-sama
pemerintah dalam penyusunan perencanaan pembangunan tahunan ditingkat
kecamatan. Selanjutnya, pelaksanaan kegiatan Musrenbang dilaksanakan ditempat
yang disepakati bersama. Penulis melakukan perbandingan dengan kondisi jalan
53
di Kecamatan Gunung Sindur dengan Kabupaten Jonggol tahun 2012 yang tertera
pada lembar selanjutnya.
Tabel IV.1.43
Panjang Jalan Kecamatan Gunung Sindur Berdasarkan Kondisi Jalan
TAHUN KONDISI JALAN
BAIK
(Km)
SEDANG
RUSAK
(Km)
RUSAK
(Km)
RUSAK
BERAT
(Km)
JUMLAH
(Km)
2012 40,605 1,500 0,018 2,700 44,823
2013 40,705 3,418 - 0,7 44,823
2014 36,155 4,000 1,500 3,168 44,823
Pada tabel halaman 54, menjelaskan panjang jalan berdasarkan kondisi
jalan di Kecamatan Gunung Sindur pada tahun 2012 hingga 2014. kondisi jalan
baik pada tahun 2012 yakni 40,605 km, pada tahun 2013 jalan baik mengalami
perbaikan menjadi 40,705 km, namun pada tahun 2014 pada tabel kondisi jalan
baik menurun menjadi 36,155 km. Hal ini menunjukan dari tahun 2012 hingga
2014 kondisi jalan berubah-ubah. Diperkuat pada tabel kondisi jalan sedang rusak
dan rusak berat dari tahun 2012 hingga 2014 kerusakan jalan bertambah parah.
Akan tetapi, Penulis fokus pada kondisi jalan tahun 2012 yang mengalami
kerusakan jalan yang cukup parah sebagaimana tabel kondisi jalan kolom rusak
berat mencapai 2,700 Km.
43
Melihat slide 9 powerpoint infrastruktur jalan di Kecamatan Gunung Sindur, tanggal 8
Desember 2017
54
Tabel IV.2.44
Panjang Jalan Kecamatan Jonggol Berdasarkan Kondisi Jalan
TAHUN KONDISI JALAN
BAIK
(Km)
SEDANG
RUSAK
(Km)
RUSAK
(Km)
RUSAK
BERAT
(Km)
JUMLAH
(Km)
2012 35,600 5,300 1,70 2,450 45,050
2013 39,45 3,7 0,3 1,6 45,05
2014 41,850 2.200 0,600 0.400 45,050
Berdasarkan Tabel IV.1 panjang jalan serta kondisi jalan di Kecamatan
Jonggol, tabel ini menjelaskan panjang jalan berdasarkan kondisi jalan di
Kecamatan Jonggol pada tahun 2012 hingga 2014. kondisi jalan baik pada tahun
2012 yakni 35,600 km, pada tahun 2013 jalan baik mengalami perbaikan menjadi
39,45 km, dan pada tahun 2014 kondisi jalan baik meningkat menjadi 41,850 km.
Hal ini menunjukan peningkatan kondisi jalan dari tahun 2012 hingga 2014. Pada
kondisi jalan Kecamatan Jonggol kolom rusak berat hanya 2,450 Km.
Penulis fokus pada perbandingan kondisi jalan Kecamatan Gunung Sindur
dengan Kecamatan Jonggol tahun 2012. Kondisi jalan yang mengalami rusak
berat di Kecamatan Gunung Sindur mencapai 2,700 Km. Sedangkan kondisi jalan
yang mengalami rusak berat pada Kecamatan Jonggol hanya 2,450 Km. Dengan
demikian penulisi menyimpulkan pembangunan daerah di Kecamatan Gununug
Sindur tertinggal jika di bandingkan dengan pembangunan Kecamatan Jonggol.
44
lihat www.kecamatanjonggol.bogorkab.go.id/index.php tanggal 20 Desember 2017
55
Kecamatan Gunung sindur menjadi etalase bagi Kabupaten Bogor, dengan
demikian pembangunan yang dilakukan seharusnya mendahulukan daerah
perbatasan. Asumsi yang ada bahwa, wilayah Kecamatan Gunung Sindur
merupakan wilayah yang notabene sektor perindustrian untuk menopang
pemasukan APBD melalui pajak. Hal ini kemudian diterjemahkan penulis
berdasarkan fakta lapangan, maka dapat dikatagorikan sebagai politik anggaran
dengan membedakan tingkat pembangunan disuatu wilayah berdasarkan ruang
lingkup kepentingan daerah. Proses pelaksanaan program menjadi faktor penting
dalam melaksanakan alokasi anggaran sehingga menjadi fokus utama dalam
pembangunan Kecamatan Gunung Sindur. Sebagaimana pernyataan Wawan
Suryana SEKCAM kecamatan Gunung Sindur.45
untuk perbaikan hingga selesai membutuhkan waktu 1 tahun bahkan bisa lebih.
Termasuk dalam upaya percepatan dan pemerataan pembangunan
didaerah. Tentunya tidak relevan lagi untuk penyeragaman dan penggunaan tolak
ukur yang sama dalam pembangunan dan pengelolaan antara daerah yang satu
dengan daerah lainnya. Ketika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
haruslah merata untuk semua daerah.
Kemajuan pembangunan suatu daerah tidak terlepas adanya figur elit politik
yang berada dilembaga eksekutif. Sebagai contoh, perbandingan kemajuan antara
Kecamatan Gunung Sindur dengan Kecamatan Jonggol sangat bertumpang tindih.
Kemajuan Pembangunan Infrastruktur jalan Kecamatan Jonggol tidak terlepas
adanya faktor putra daerah dari Kecamatan Jonggol yang berada didalam lembaga
45
Wawancara dengan Wawan Suryana sebagai SEKCAM Kecamatan Gunung Sindur di
Kantor Kecamatan, tanggal 19 Novermber 2017
56
legislatif, demi memuluskan dan mempercepat proses pembangunan Kecamatan
Jonggol.
Berbanding terbalik dengan Kecamatan Gunung Sindur yang tidak memiliki
putra daerah dilembaga Legislatif, sehingga tidak adanya peran untuk
memuluskan dan mempercepat proses pembangunan Infrastruktur jalan di
Kecamatan Gunung Sindur.
D. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pengawasan Pembangunan
Infrastruktur Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor
DPRD memiliki peran penting dalam melakukan pengawasan yang terjadi
pada proses pembuatan kebijakan pembangunan infrastruktur. terkait dengan
Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati bahwa DPRD disini berhak untuk
bertindak apabila dalam suatu aturan itu melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku maupun tidak sesuai dengan kondisi
masyarakat Kabupaten Gunug Sindur, sehingga DPRD juga dapat melakukan
berbagai hal dalam pengawasan sehingga apa yang diinginkan oleh suatu aturan
yang dibuat dapat terealisasi sesuai dengan kehendak dari aturan tersebut.
Pengawasan diharapkan dapat dilakukan secara sinergis tidak hanya
dilakukan terpusat pada aktivitas dilapangan saja, tetapi pengawasan pun
dilakukan melalui pemeriksaan administratif terhadap hasil pungutan pajak dan
retribusi daerah secara khusus. Demikian pula dengan pengawasan internal yang
dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dapat mengantisipasi
penyimpangan atau penyelewengan dalam pembuatan laporan.
57
Selain itu masyarakat menjadi menjadi salah satu faktor pendukung utntuk
membantu DPRD dalam melakukan pengawasan suatu kebijakan maupun proses
pelaksanaan kebijakan disuatu daerah. Masyarakat menjadi regulator pada sektor
dasar dengan cara mengkritisi berbagai program yang tidak mendukung kemajuan
suatu daerah. Bukti lapangan yang menunjukan kondisi jalan tahun 2012, jalan
yang mengubungkan Gunung Sindur ke beberapa daerah atau wilayah, mengalami
kerusakan. Bagaimana tidak, hal ini akan akan berimbas kepada kendaraan yang
melintas dijalan dan tidak sedikit kendaraan roda dua maupun roda empat yang
mengalami kecelakaan dijalan tersebut. Sebagian besar jalan umum yang
digunakan para pengguna roda dua dan empat yang dilalui penambang batu
mengalami kerusakan. Sebagaimana wawancara lapangan yang penulis lakukan
terkait keresahan masyarakat terhadap kerusakan jalan.46
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, DPRD sebagai pengawas
kebijakan belum sepenuhnya melakukan pengawasan terhadap proses serta
pengalokasian anggaran kebijakan Pemerintah Daerah.
46
wawancara dengan Alim selaku Ketua Rw periode 2013, tanggal 23 April 2017
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Kebijakan pemerintah daerah dalam pembangunan infrastruktur jalan di
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor tahun 2012 mengalami
keterlambatan dalam pengalokasian dana Anggaran. Sehingga, kebijakan
pengalokasian dan pelaksanaan APBD tidak sesuai dengan kenyataan
dilapangan
2. Berdasarkan alokasi anggaran tersebut adanya keterlambatan dalam
penanganan yang dilakukan pemerintah kepada Kecamataan Gunung
Sindur
3. Adanya indikasi yang mengisyaratkan politik anggaran yang dilakukan
oknum ataupun elit politik dilembaga eksekutif
4. Pendekatan ini berdasarkan bab 1 sampai dengan 3 tersebut diatas maka
memusatkan masalah atau pertanyaan masalah penelitian, sehingga
penelitian yang penulis lakukan sudah terjawab
59
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat disarankan sebagai barikut:
1. Pemerintah Daerah hendaknya lebih mengupayakan peningkatan
Pembangunan infrastruktur jalan dideaerah perbatasan terutama di
Kecamatan Gunung Sindur
2. Pelaksanaan pembangunan Kecamatan Gunung Sindur sebaiknya lebih
dikoordinasikan dengan masyarakat sekaligus sebagai upaya check and
balances
3. Pemerintah daerah harus lebih berkontribusi melakukan pemerataan
pembangunan khususnya Infrastruktur jalan terlebih pada perbatasan
daerah
4. DPRD harus lebih konsen dan tidak ada tebang pilih untuk melakukan
pengawasan kebijakan, proses alokasi anggaran serta pelaksanaan
pembangunan Daerah
xvi
DAFTAR PUSTAKA
Dunn.William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Pres.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 2012 (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Jakarta: Panduan Penyusunan Proposal Skripsi
Hadiwinata. Bob Sugeng. 2007. Good Governance: Konsep dan Teori Reading
Material: Demokrasi, Civil Society. Banduung:Universitas Padjadjaran.
Silalahi. Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Reflika Aditama.
Subarsono, AG. 2013. Analisis Kebijakan Publik “Konsep, Teori, dan Aplikasi,
5th
. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soehartono. Irawan . 2004. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
W. Pye, Lucian. 1985. Pembangunan Politik dan Perubahan Politik. Jakarta:
Gramedia.
Winarno. Budi. 2007. Kebijakan Publik “Teori dan Proses”. Yogyakarta: Media
Pressindo.
xvii
KARYA ILMIAH
Anggara Satria Wirawan. 2011. “Implementasi Kebijakan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Jumput Rejo Kecamatan
Sukodono Kabupaten Sidoarjo”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Pembangunan Nasional)
Anwar Saputra. 2013. “Kritik Sosial Politik Dalam Musik: Analisis Isi Lirik Lagu
“Gosip Jalanan, Birokrasi, Kompleks dan Kritis Bbm” Group Musik
Slank,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Islam Syarifhidayatullah Jakarta)
Ridwan. 2011. “Implementasi Tugas Pembantuan Pemerintah Daerah Dalam
Pembangunan Infrastruktur Jalan diDesa Benteng Melewang Kecamatan
Gantarang Kabupaten Bulukumba,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Makasar)
INTERNET
Lihat www.kecamatanjonggol.bogorkab.go.id/index.php tanggal 20 Desember
2017
xviii
DOKUMENTASI
Dokumentasi pribadi jalan di kecamatan Gunung Sindur tahun 2013
Melihat jurnal Andik Setiawan, Politik Anggaran: kebijakan dana bagi hasil
migas dalam APBD kabupaten bojonegoro tahun 2015, 15 Maret 2017
Undang-undang Republik IndonesiaNomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan
daerah.
Undang-undang Nomer 9 Tahun 2015 Tentang perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang belanja menurut kelompok belanja
terdiri dari belanja langsung dan tidak langsung
Permendagri No. 54 Tahun 2010.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2014.
Memeperoleh data dari Kecamatan Gunungsindur, pada tanggal 3 Januari 2016
Melihat, slide 7 dalam powerpoint, laporan Profil Kecamatan Gunungsindur
tanggal 7 Desember 2017
Melihat slide, 9 powerpoint infrastruktur kecamatan gunungsindur pada tanggal 8
Desember 2016, tanggal 8 Desember 2017
Dokumentasi pribadi jalan di kecamatan Gunung Sindur tahun 2013
Memeperoleh data monografi Kecamatan Gunungsindur, pada tanggal 3 Januari
2017
Memeperoleh data gambar infrastruktur jalan dari Kecamatan Gunungsindur, pada
tanggal 15 Desember 2017
Memeperoleh data dari Kecamatlan Gunungsindur, pada tanggal 25 Januari 2016
xix
WAWANCARA
wawancara dengan Etti Surya, wakil ketua UPT Infrastruktur Kecamatan
Gunungsindur, tanggal 15 Maret 2017
wawancara dengan Alim Ketua Rw Desa Gunung Sundur periode 2013,
tanggal 23 April 2017
wawancara dengan Bapak Rony Yadi selaku Kasubag Kecamatan Gunungsindur
tanggal 28 Desember 2017
Wawancara Pribadi dengan Mbah Dadi sesepuh di Kecamatan Gunung Sindur,
tanggal 1 Januari 2017
Wawancara dengan Wawan Suryana SEKCAM Kecamatan Gunung Sindur,
tanggal 19 November 2017
Wawancara dengan Pak Roni yadi KASUBAG Infrastruktur Kecamatan Gunung Sindur
P = Pewawancara
N = Narasumber
P : Sudah berapa lama bapak menjabat sebagai KASUBAG Infstruktur Kecamatan Gunung
Sindur?
N : Kalau saya inget si kira kira 10 tahun saya menjabat ini.
P : Menurut bapak sudah sejauh mana pembangunan infrastruktur di Kecamatan Gunung
Sindur?
N : Pada saat saya menjabat ini si saya kira pembangunan di Gunung Sindur khususnya
infrastruktur apapun itu sudah mencapai lebih dari 50%.
P : Bagaimana untuk pembangunan infrastruktur jalan di Kecamatan Gunung Sindur?
N: Jika untuk jalan si pembangunannya kita jadikan prioritas utama pada tahun 2018 ini
tetapi memang pada kenyataanya masih banyak juga jalan di Kecamatan Gunung Sindur yang
masih dibilang belum layak.
P : Selaku KASUBAG Infrastruktur Kecamatan Gunung Sindur, bagaimana langkah ke
depan yang akan dilakukan oleh bapak terkait infrastruktur jalan ini?
N : Ya kita si pengennya jalan di Gunung Sindur ini bagus semua, tetapi saya juga bingung
padahal saya selalu mengalokasikan untuk jalan itu anggarannya besar loh.
P : Menurut bapak faktor apa yang membuat jalan di Kecamatan Gunung Sindur ini rusak?
N : Saya kira si truk-truk ini yang membuat jalanan di Kecamatan ini jadi rusak, tetapi kita
mau gimana ya soalnya kan juga yang punya truk ini orang-orang penting.
P: Apakah ada rencana menutup jalan bagi truk pengangkut pasir di Kecamatan Gunung
Sindur ini?
N : Kita si pengen itu dilakukan tetapi kan itu juga jadi income untuk kecamatan ini, karena
kita tarik-tarikin juga tuh ke supir truknya.
P : Ada atau tidak pak dana dari pemerintah daerah untuk pembangunan infrastruktur
khususnya jalan di Kecamatan Gunung Sindur?
N : Kalau dibilang ya ada, tetapi kan dana dari pemerintah daerah itu tidak semuanya hanya
untuk jalan, karena kan kita punya program lain seperti pendidikan, kesehatan dan agama.
P : Habis berapa dana anggaran untuk pembangunan jalan di Kecamatan Gunung Sindur?
N : Waduh kalau ditanya begitu saya kurang menghitung, tetapi kayanya si sudah 2 miliaran
yang dianggarkan untuk jalan ini.
P: Menurut bapak dari dana yang disebutkan diatas apakah sudah cukup untuk pembangunan
jalan di Kecamatan Gunung Sindur?
N : Ya seperti yang dilihat sekarang aja belum cukup ya jelas masih kuranglah.
P : Bagaimana pak untuk pembangunan ke depannya terkait jalan di Kecamatan Gunung
Sindur?
N : Ya semua itu si balik lagi kepada Rencana Pembangunan Strategi Daearah (RENSTRA)
untuk jalan di Gunung Sindur ini, karena kan kita gak bisa untuk mendahului itu semua. Kan
kita punya atasan di atas kita.
P : Apakah ada orang yang berada di PEMDA Bogor yang ikut memprioritaskan
pembangunan jalan di Kecamatan Gunung Sindur ini?
N : Selama saya disini si saya gak pernah denger ada yang memprioritaskan pembangunan
jalan ini, kalau untuk orang Gunung Sindur ada yang kerja di PEMDA, tapi jabatannya
rendah.
Wawancara dengan Ibu Etti Surya UPT Perbaikan Infrastruktur Jalan Kecamatan Gunung
Sindur
P : Pewawancara
N : Narasumber
P: sudah berapa lama Ibu menjabat sebagai wakil kepala UPT perbaikan jalan infrastruktur
Kecamatan Gunung Sindur?
N: ya saya menjabat sebagai wakil kepala UPT perbaikan jalan infrastruktur kurang lebih 5
tahun lah.
P: menurut Ibu sejauh manakah proses perbaikan jalan infrastruktur jalan di Kecamatan
Gunung Sindur?
N: untuk perbaikan jalan di Kecamatan Gunung Sindur kita hanya melakukan pelaksanaan
saja.
P: menurut Ibu faktor apa yang menyebabkan kerusakan infrastruktur jalan di Kecamatan
Gunung Sindur?
N: kalau untuk faktor sendiri itu banyak terutama faktor yang penambangan tanah dan pasir
yang sering melewati jalan Kecamatan Gunung Sindur dan muatan tersebut kurang lebih 2-4
Ton.
P: Adakah prioritas kebijakan pemerintah daerah yang memprioritaskan pembangunan
Infrastruktur di Kecamatan Gunung Sindur dengan UPT sebagai pelaksana?
N: untuk pembangunan tersebut saya tidak mengetaui adanya kebijakan karena kami hanya
pelaksana dilapangan.
P: berapa dana yang dianggarkan untuk perbaikan Jalan Kecamatan Gunung Sindur?
N: untuk dana yang dianggarkan perbaikan kisaran 2 Milyar.
P: proses pembangunan perbaikan jalan mencapai berapa persen?
N: proses pembangunan itu kisaran 40% .
P: adakah peran Pemda dalam pembangunan Infrastruktur Kecamatan Gunung Sindur?
N: setau saya memang ada peran dari pemda untuk pembangunan infrastruktur Kecamatan
Gunung Sindur akan tetapi hanya 5%.
P: untuk proses pembangunan Infrastruktur membutuhkan waktu berapa lama?
N: proses perbaikan itu bisa mencapai 1 tahun bahkan bisa lebih kalau ada hambatan tertentu.
Wawancara dengan Wawan Suryana SEKCAM (Sekertaris Kecamatan) Kecamatan Gunung
Sindur
P: Pewawancara
N: Narasumber
P: sudah berapa lama bapak menjabat sebagai SEKCAM di Kecamatan Gunung Sindur?
N: kurang lebih saya menjabat 6 tahun sebagai SEKCAM.
P: apakah tugas dari SEKCAM ?
N: secara keseluruhan si tugas sekcam itu melakukan pembatuan camat diberbagai urusan
Kecamatan.
P: bagaimana proses perbaikan jalan di Kecamatan Gunung Sindur?
N: untuk proses tersebut sudah mencapai 30%.
P: apakah ada pembantuan yang dilakukan PEMDA untuk perbaiakan Infrastruktur?
N: pembantuan yang dilakukan PEMDA itu tidak seberapa kurang lebih hanya 5% .
P: berapa lama proses perbaikan infrastruktur jalan sampai selesai?
N: untuk perbaikan hingga selesai membutuhkan waktu 1 tahun bahkan bisa lebih.
P: dalam perbaikan jalan di Kecamatan Gunung Sindur sudah berapa banyak dana yang
dikeluarkan?
N: kisaran sampai ratusan juta si yang saya ingat.
P : berapa banyak PEMDA membantu dalam perbaikan jalan?
N : gak banyak si tapi lumayanlah untuk membantu kita yang ada di kecamatan.
P : faktor apa yang membuat jalan di Kecamatan Gunung Sindur rusak?
N : saya kira adanya truk-truk yang melewati jalan itu si.
P : apa yang direncanakan pemerintah kecamatan untuk membangun jalan ini?
N : kita tentu berupaya maksimal untuk perbaikan jalan yang ada ini, tapi kita juga harus
paham kondisi karena bukan hanya jalan yang butuh perhatian di kecamatan ini, ada juga
kesehartan, keagamaan dll.
Wawancara dengan Bapak Alim Rw 03 Desa Gunung Sindur Kecamatan Gunung Sindur
keperiode 2013
P: Pewawancara
N: Narasumber
P: berapa lama Bapak menjabat ketua Rw Desa Gunung Sindur Kecamatan Gunung Sindur?
N: saya menjabat ketua Rw sudah 2 periode
P: bagaimana pendapat Bapak tentang kerusakan infrastruktur jalan di Kecamatan Gunung
Sindur?
N: sangat prihatin dengan kerusakan yang terjadi
P: apa penyebab kerusakan jalan di Kecamatan Gunung Sindur?
N: menurut saya si kendaraan dari pengangkut tanah sama pasir
P: apakah Bapak tidak melakukan negosiasi pembahasan melalui musrembang?
N: untuk pembahasan lewat musrembang udah kita omongin tapi saya juga ga tau dilapangan
kenapa ga di realisasiin
P: apakah ada keinginan masyarakat termasuk Bapak untuk keluar atau pindah ke daerah
BSD?
N: kalau keinginan pindah ke BSD emang pengen banget
P: Dari pihak bapak sendiri adakah tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki jalan ini?
N: ada si ya saya sesekali mengajaka para warga untuk menutup lubang di jalan pada acara
kerja bakti
P : apakah bapak tahu tentang pembangunan jalan di Kecamatan Gunung Sindur ini?
N : saya si tau karena waktu itu pernah pada MUSREMBANG kiuta dilibatkan
P : pada saat itu bapak menjadi apa?
N : sebagai perwakilan dari daerah saya
P : hasil apa yang bapak bisa dapatkan dari situ?
N : saya bisa tahu hal apa yang terjadi di daerah kecamatan ini