kebijakan pem erinta h kabupate n kediri dala gunu...

142
KEB KEDIRI BIJAKA I DALA Dia Pada Fakul FA JU AN PEM AM REV GUNU ajukan untuk ltas Ilmu Ad Di SUCI R NIM.1 UNIVERS AKULTAS I URUSAN AD i MERINTA VITALIS UNG KE SKRIPSI k menempuh dministrasi U isusun Oleh RIZKY AMA 3503011811 SITAS BRAW ILMU ADM DMINISTRA 2017 AH KAB SASI OB ELUD h ujian sarjan Universitas B : ALYA 13015 WIJAYA MINISTRAS ASI PUBLIK BUPATE BJEK WI na Brawijaya I K EN ISATA

Upload: others

Post on 28-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KEBKEDIRI

BIJAKAI DALA

Dia

Pada Fakul

FA

JU

AN PEMAM REV

GUNU

ajukan untuk

ltas Ilmu Ad

Di

SUCI R

NIM.1

UNIVERS

AKULTAS I

URUSAN AD

i

MERINTAVITALISUNG KE

SKRIPSI

k menempuh

dministrasi U

isusun Oleh

RIZKY AMA

3503011811

SITAS BRAW

ILMU ADM

DMINISTRA

2017

AH KABSASI OBELUD

h ujian sarjan

Universitas B

:

ALYA

13015

WIJAYA

MINISTRAS

ASI PUBLIK

BUPATEBJEK WI

na

Brawijaya

I

K

EN ISATA

ii  

MOTTO

Happiness is a choice, not a result. Nothing will make you happy until you choose to be happy. No person will make you happy unless you decide to be happy. Your happiness will not come to you. It can only come from you.

(Ralph Marston)

You fall, you rise, you make mistake, you live, you learn. You’re human, not perfect. You’ve been hurt, but you’re alive. Think of what a precious privilege it is to be alive, to breath, to think, to enjoy, and to chase the things you love. Sometimes there is sadness in our journey, but there is also lots of beauty. We must keep one foot in front of the other even when we hurt, for we will never know what is waiting for us just around the bend.

(unknown)

iii

 

iv  

v  

vi  

RINGKASAN

Suci Rizky Amalya, 2017. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kediri Dalam

Revitalisasi Objek Wisata Gunung Kelud. Dr. Siswidiyanto, MS, Drs. Heru

Ribawanto, M.Si. 106 hlm+xvi

Penelitian ini dilakukan atas adanya permasalahan di kabupaten Kediri yaitu

terjadinya erupsi pada 14 Pebruari 2014 lalu telah banyak merubah wajah Gunung

Kelud. Akibat letusan tersebut, daerah Kelud dan sekitarnya tertutup oleh lautan

pasir. Akses pendukung pun ikut rusak, akses menuju puncak pun kini terputus.

Dalam kasus erupsi Kelud yang terjadi pada bulan Februari 2014, tercatat sudah

ada 8.622 rumah rusak berat, 5.426 rumah rusak sedang, dan 5.088 rumah rusak

ringan akibat Kelud. Angka tersebut merupakan jumlah total rumah rusak yang

berada di kawasan kabupaten Kediri, Jawa Timur (Data Kerusakan Erupsi Kelud,

Pemkab Kediri). Sehingga Pemerintah Kabupaten Kediri perlu melakukan adanya

revitalisasi untuk kawasan wisata objek gunung kelud tersebut.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian terapan (applied research) yaitu

penelitian yang meneliti atas dasar permasalahan yang signifikan dan hidup di

masyarakat sekitarnya. Fokus penelitiannya adalah Proses kebijakan revitalisasi

objek wisata gunung kelud di kabupaten Kediri yang di dalamnya terdapat

Perumusan masalah , Formulasi Kebijakan, Adopsi Kebijakan, Implementasi

Kebijakan, Penilaian Kebijakan, serta faktor pendorong dan penghambat dalam

kebijakan revitalisasi objek wisata gunung kelud di kabupaten Kediri internal

maupun eksternal. Lokasi penelitian di kabupaten Kediri. Situs penelitian di dinas

kebudayaan dan pasriwisata kabupaten Kediri dan beberapa dinas terkait.

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder, sedangkan teknik

penelitiannya menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Instrumen

penelitiannya peneliti sendiri, alat tulis dan catatan serta dokumentasi.

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kediri Dalam Revitalisasi Objek Wisata

Gunung Kelud sudah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan prosedur

pembuatan kebijakan yang ada, meski di dalamnya terdapat beberapa faktor

pendukung dan penghambat di dalam pelaksanaan Kebijakan tersebut.

vii  

SUMMARY

Suci Rizky Amalya, 2017. Kediri Regency Government Policy in the

Revitalization Kelud. Dr. Siswidiyanto, MS, Drs. Heru Ribawanto, M.Si. xvi +

106 page

This research was conducted on the problems in the district of Kediri,

namely the eruption on 14 February 2014 and has changed the face of Kelud. As a

result of the eruption, Kelud and the surrounding area is covered by oceans of

sand. Access advocates also were damaged, access to the summit are now

disconnected. In the case of Kelud eruption that occurred in February 2014, has

been noted that there are 8622 houses damaged, 5,426 houses were damaged, and

5,088 houses were slightly damaged as a result of Kelud. This figure is the total

number of damaged houses in the area of Kediri, East Java (Data Destruction

eruption of Kelud, Kediri regency). So Kediri district government needs to do the

revitalization of the tourist area of objects such kelud mountain.

This study is an applied research (applied research) is research which

examined on the basis of significant problems and live in the surrounding

communities. The focus of his research is the process of revitalization of

attractions Mount Kelud in Kediri district in which there is a problem formulation,

formulation policy, Adoption Policy, Policy Implementation, Assessment Policy,

factors driving and inhibiting the revitalization of attractions Mount Kelud in

Kediri district internally and externally. The research location in the district of

Kediri. Site of research in the department of culture and pasriwisata Kediri and

several related agencies. This study uses primary and secondary data, while the

research techniques using interviews, observation and documentation. The

research instrument researchers themselves, stationery and records and

documentation.

Kediri Regency Government Policy in the Revitalization Attractions Kelud

has been conducted properly and in accordance with existing policy-making

viii  

procedures, even though in it there are some supporting factors and obstacles in

the implementation of the policy.

KUPERSEMBAHKAN KARYAKU

KEPADA AYAHANDA DAN IBUNDA TERCINTA

KAKAK YANG SUDAH DIPANGGIL ALLAH SWT DAN ADIKKU

SERTA SEMUA SAHABAT - SAHABATKU

ix  

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Bambang Supriono, MS selaku dekan ilmu administrasi publik Universitas Brawijaya

2. Dr. Sarwono, M.Si selaku KPS Program Studi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Kampus III yang telah banyak memberikan arahan dari semester I hingga VIII

3. Dr. Siswidiyanto, MS selaku Dosen Pembimbing 1 yang memberikan arahan dan bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini

4. Dr, Heru Ribawanto, MS selaku Dosen Pembimbing 2 yang memberikan arahan dan bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini

5. Dr. Suryadi MS selaku Dosen Penguji 1 yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini

6. Dr. Imam Hanafi, M.Si MS selaku Dosen Penguji 2 yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini

7. Seluruh jajaran pemda kabupaten kediri yang telah memberikan izin dan

membantu memberikan Informasi dalam penyusunan skripsi ini

8. Keluargaku Ayahanda Drs. Sutikno, S.Pd, M.Pd dan Ibunda Dra. Tati Hariyati tercinta, kakak Isnaini yang sudah dipanggil Allah SWT dan Adikku tersayang Fiesta Izzudin Abbad atas dorongan dan doa yang tulus ikhlas mengiringi Penulis selama menuntut ilmu

9. Seluruh anggota NGS Crew yang selalu setia menemani disaat suka dan duka

10. Seluruh teman-teman mahasiswa FIA angkatan 2013 yang telah banyak

memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini

11. Sahabat-sahabatku, Sazy Nevi Karani, Erin Damayanti, Daimatul Khasanah, terimakasih atas canda dan tawa di setiap waktu

12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan

Malang, 6 Februari 2016

x  

Penulis

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kediri Dalam Revitalisasi Objek Wisata Gunung Kelud.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memproleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Publik pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

2. Bapak Dr.Sarwono, M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Publik

3. Bapak Dr.Siswidiyanto, M.Si selaku pembimbing utama

4. Bapak Drs.Heru Ribawanto selaku pembimbing kedua

5. Keluarga besar Pemda Kabupaten Kediri

6. Orang tua yang sangat saya cintai

7. Kakak yang sudah dipanggil Allah SWT

8. Fiesta Izzudin Abbad adik yang saya sayangi

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan

Malang, 6 Februari 2017

Penulis

xi  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

MOTTO .............................................................................................................. ii

TANDA PERSETUJUAN ................................................................................. iii

TANDA PENGESAHAN .................................................................................. iv

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................................... v

RINGKASAN .................................................................................................... vi

SUMMARY ...................................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii

UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................ x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 7

C. Tujuan ................................................................................................. 7

D. Manfaat ............................................................................................... 7

E. Sistematika Pembahasan ..................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 10

A. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 10

B. Pengertian Administrasi Publik ........................................................ 13

1. Pengertian Administrasi Publik .................................................. 13

2. Prinsip – Prinsip Administrasi Publik ........................................ 13

C. Pengertian dan Ruang Lingkup Kebijakan Publik ........................... 15

xii  

1. Pengertian dan Tahap Formulasi Kebijakan .............................. 18

2. Implementasi Kebijakan ............................................................. 27

a. Pengertian Implementasi Kebijakan serta Faktor Keberhasilan dan Kegagalannya dalam Implementasi .............. 27

b. Model-model Implementasi Kebijakan ................................... 30

D. Revitalisasi ....................................................................................... 33

E. Pariwisata .......................................................................................... 38

1. Pengertian Pariwisata ................................................................. 38

2. Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Pariwisata .............................. 39

3. Peran Pariwisata Dalam Pembangunan ...................................... 46

4. Upaya Memaksimalkan Peran Pariwisata Dalam Pembangunan ................................................................................. 48

5. Mengembangkan Industri Pariwisata ......................................... 51

6. Dampak Yang Ditimbulkan Pariwisata ...................................... 55

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 59

A. Jenis Penelitian ............................................................................... 59

B. Fokus Penelitian ............................................................................. 59

C. Sumber Data ................................................................................... 60

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 61

E. Lokasi Penelitian Dan Situs Penelitian .......................................... 62

F. Instrumen Penelitian ....................................................................... 63

G. Uji Keabsahan Data ....................................................................... 63

H. Teknik Analisis Data ...................................................................... 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 65

A. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN SITUS PENELITIAN .... 65

1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 65

a. Gambaran Umum Kabupaten Kediri ..................................... 65

2.Gambaran Umum Situs Penelitian .............................................. 74

a. Gambaran Umum Gunung Kelud .......................................... 74

b. Catatan aktifitas Gunung Kelud ............................................ 75

xiii  

B. PENYAJIAN DATA DAN FOKUS PENELITIAN ..................... 81

1. Proses kebijakan revitalisasi objek wisata gunung kelud di

kabupaten Kediri ........................................................................... 81

a. Kronologi Letusan Gunung Kelud......................................... 81

b. Perumusan Masalah .............................................................. 85

c. Formulasi Kebijakan .............................................................. 86

d. Adopsi Kebijakan .................................................................. 90

e. Implementasi Kebijakan ....................................................... 91

f. Penilaian Kebijakan .............................................................. 94

2.Faktor pendorong dan penghambat dalam implementasi kebijakan revitalisasi objek wisata gunung kelud di kabupaten Kediri ........................................................................................... 96

a. Faktor pendorong internal dan eksternal dalam revitalisasi objek wisata .............................................................................. 96

b. Faktor penghambat internal dan eksternal dalam revitalisasi objek wisata ............................................................. 96

C. PEMBAHASAN ............................................................................ 97

1.Proses kebijakan revitalisasi objek wisata gunung kelud di kabupaten Kediri .......................................................................... 97

a. Perumusan Masalah ............................................................... 97

b. Formulasi Kebijakan ............................................................ 99

c. Adopsi Kebijakan ............................................................... 102

d. Implementasi Kebijakan ..................................................... 102

e. Penilaian Kebijakan ............................................................. 105

2.Faktor pendorong dan penghambat dalam kebijakan revitalisasi objek wisata gunung kelud di kabupaten Kediri ..... 109

a. Faktor pendorong internal dan eksternal dalam revitalisasi objek wisata ............................................................................. 109

xiv  

b. Faktor penghambat internal dan eksternal dalam revitalisasi objek wisata .......................................................... 110

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 112

A. Kesimpulan ................................................................................ 112

B. Saran ........................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 114

LAMPIRAN – LAMPIRAN

xv  

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1 Data Perkiraan Kerusakan Rumah Akibat Erupsi kelud 2014 ........... 5

2 Data Pengunjung Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Kediri

Tahun 2013 - 2014 ........................................................................... 5

3 Data Pengunjung Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Kediri

Tahun 2015 ................................................................................... 6

4 Data Pengunjung Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Kediri

Januari – Juni 2016 ............................................................................. 6

5 Tahap-tahap dalam Proses Pembuatan Kebijakan ............................ 22

xvi  

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Bagan Kedekatan prosedur Analisis Kebijakan dengan

Tipe-tipe Pembuatan Kebijakan ..................................................... 23

2 Bagan Proses Kebijakan Revitalisasi Objek Wisata

Gunung Kelud Di Kabupaten Kediri .............................................. 85

3 Bagan Proses Kebijakan Revitalisasi Objek Wisata

Gunung Kelud Di Kabupaten Kediri .............................................. 97

xvii  

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Surat Ijin Penelitian Kepada Kantor Kesatuan Bangsa

Politik Dan Perlindungan Masayarakat Kediri............................. 116

2 Surat Balasan Dari Kantor Kesatuan Bangsa Politik Dan

Perlindungan Masayarakat Kediri ................................................ 117

3 Surat Ijin Penelitian Kepada Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Kediri ............................................................. 118

4 Surat Balasan Dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kabupaten Kediri ........................................................................ 119

5 Surat Ijin Penelitian Kepada Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Kediri ....................................................... 120

6 Surat Balasan Dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Kediri ......................................................................... 121

7 Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Kabupaten Kediri .......................................... 122

8 Curiculum vitae ........................................................................... 123

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan daerah merupakan pelaksanaan kebijakan dan program

pemerintah daerah melalui proses pendayagunaan sumber daya yang dimiliki

untuk melaksanakan segala urusan pemerintahan di daerah; meningkatkan kualitas

pelayanan publik; memenuhi kebutuhan dasar dan peningkatan ekonomi daerah.

Di beberapa daerah, salah satu potensi ekonomi yang dikembangkan yaitu

pariwisata. Untuk itu pembangunan kepariwisataan merupakan suatu hal yang

diperlukan bagi daerah-daerah yang menjadikan sektor pariwisata menjadi

unggulan dan andalan daerah. dengan berbasis pada sumber daya alam, sumber

daya budaya, obyek daya tarik buatan dan sumber daya lain yang mendukung.

Era Otonomi Daerah telah mendorong dan memberi peluang bagi

Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kemampuan, mendayagunakan semua

potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah untuk melaksanakan

pembangunan daerah; sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing, kemajuan

ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan daerah yaitu dengan melalui

pembangunan kepariwisataan.

Pembangunan dan pendayagunaan pariwisata secara optimal mampu

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mempertimbangkan hal tersebut maka

penanganan yang baik sangat diperlukan dalam upaya Pembangunan obyek -

obyek wisata pada suatu daerah – daerah. Para pelaku pariwisata mulai melakukan

tindakan Pembangunan dengan penelitian, observasi terhadap obyek - obyek

wisata di sekitar daerahnya. Langkah tersebut dilakukan guna mengetahui potensi

dan permasalahan yang ada pada setiap obyek untuk kemudian mencari solusinya.

Langkah lainnya adalah promosi dengan media cetak, elektronik, maupun

multimedia agar masyarakat juga mengetahui akan keberadaan obyek – obyek

tersebut dan turut berpartisipasi dalam Pembangunannya.

2  

Kesadaran akan pentingnya sektor kepariwisataan sebagai salah satu

pemasukan bagi pemerintah dari sektor non migas sebenarnya bukan hal baru.

Dunia kepariwisataan harus mulai meninggalkan tentang perencanaan jangka

pendek dan harus mampu melihat dalam prespektif jangka panjang dengan

memperhitungkan segala pengaruh yang mungkin akan timbul dan berpengaruh

terhadap dunia kepariwisataan.

Pembangunan sektor pariwisata merupakan interaksi antara proses sosial,

ekonomi, dan industri. Oleh karena itu unsur – unsur yang terlibat di dalam proses

tersebut mempunyai fungsi masing – masing. Peran serta masyarakat diharapkan

mempunyai andil yang sangat besar dalam proses ini. Untuk itu masyarakat

ditempatkan pada posisi memiliki, mengelola, merencanakan dan memutuskan

tentang program yang melibatkan kesejahteraannya.

Dari sudut sosial, kegiatan pariwisata akan memperluas kesempatan tenaga

kerja baik dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari berbagai

sektor usaha yang langsung maupun yang tidak langsung berkaitan dengan

kepariwisataan. Pariwisata akan dapat menumbuhkan dan meningkatkan

pengenalan dan cinta terhadap tanah airnya, sehingga dapat memotifasi sikap

toleransi dalam pergaulan yang merupakan kekuatan dalam pembangunan bangsa,

selain itu juga pariwisata mampu memperluas cakrawala pandangan pribadi

terhadap nilai – nilai kehidupan.

Dari sudut ekonomi bahwa kegiatan pariwisata dapat memberikan

sumbangan terhadap penerimaan daerah bersumber dari pajak, retribusi parkir dan

karcis atau dapat mendatangkan devisa dari para wisatawan mancanegara yang

berkunjung. Adanya pariwisata juga akan menumbuhkan usaha – usaha ekonomi

yang saling merangkai dan menunjang kegiatannya sehingga dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat.

Pariwisata juga merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu.

Alasannya karena aktivitas berwisata bagi seorang individu dapat meningkatkan

daya kreatif, menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja, bisnis,

mengetahui peninggalan sejarah dan budaya suatu etnik tertentu, kesehatan dan

pariwisata spiritualisme.

3  

Di kabupaten Kediri misalnya, terdapat tempat pariwisata yang

dikembangkan terus menerus oleh pemerintah daerah setempat agar dapat terus

meningkatkan jumlah pengunjung lokal maupun interlokal. Salah satunya adalah

pesona alam Gunung Kelud menyedot perhatian para wisatawan, tidak hanya

bagi wisatawan domestik, namun juga wisatawan mancanegara. Gunung api

setinggi 1.731 mdpl yang beberapa tahun silam sempat ramai

diperbincangkan karena memunculkan fenomena unik yakni munculnya kubah

lava selebar 100 meter yang disebut anak Gunung Kelud sontak menarik

kedatangan wisatawan untuk melihatnya secara langsung. Secara spesifik,

sebelum meletus pada 2014, Gunung Kelud memiliki daya tarik yang

begitu banyak, mulai dari suguhan pemandangan alamnya yang

mempesona sepanjang perjalanan, dibangunnya gedung teater dan museum

wisata Gunung Kelud pada rest area, mysterious road yang dinyatakan memiliki

medan magnet bumi, adanya pemandian air panas dengan kandungan belerang

yang bisa dinikmati untuk berendam, lalu adanya terowongan menuju kubah

lava hingga kubah lava sendiri yang menjadi puncak dari keunikan Gunung

Kelud.

Namun, gunung api yang masih aktif ini kembali menunjukkan

aktifitasnya pada awal bulan Pebruari 2014 lalu, puncaknya pada tanggal 13

Pebruari 2014 pukul 21.15 WIB diumumkan bahwa status Gunung Kelud berada

pada bahaya tertinggi, yaitu zona awas. Hingga radius 10 km dari puncak harus

dikosongkan, dan tidak sampai 2 jam berselang, tepatnya pada pukul 22.50 WIB

telah terjadi ledakan pertama yang menandakan terjadinya erupsi Gunung Kelud.

Tidak hanya itu, Letusan pada tahun 2014 ini dianggap lebih besar daripada

letusan pada tahun 1990, daerah sekitar erupsi mengalami hujan kerikil, bahkan

abu vulkanik Gunung Kelud menjangkau hingga ke Jawa Tengah, Yogyakarta,

bahkan sebagian kecil provinsi Jawa Barat yang berada di sebelah timur. Saking

dahsyatnya, abu vulkanik membuat jarak pandang terbatas serta menjadikan

suasana gelap gulita. Diperkirakan, ketebalan abu yang mencapai Sleman dan

Yogyakarta hingga setebal 2 sentimeter (Sumber : BNPB, 2014).

4  

Terjadinya erupsi pada 14 Pebruari 2014 lalu telah banyak merubah wajah

Gunung Kelud. Kubah lava yang dulu menjadi daya tarik sekarang menjadi sirna.

Akibat letusan tersebut, daerah Kelud dan sekitarnya tertutup oleh lautan pasir.

Akses pendukung pun ikut rusak, akses menuju puncak pun kini terputus. Dalam

kasus erupsi Kelud yang terjadi pada bulan Februari 2014, tercatat sudah ada

8.622 rumah rusak berat, 5.426 rumah rusak sedang, dan 5.088 rumah rusak

ringan akibat Kelud. Angka tersebut merupakan jumlah total rumah rusak yang

berada di kawasan kabupaten Kediri, Jawa Timur (Data Kerusakan Erupsi Kelud,

Pemkab Kediri). Belum lagi kerusakan lahan pertanian akibat erupsi Gunung

Kelud, kondisi ini memperparah kerugian bagi masyarakat. Hal ini disebabkan,

mayoritas masyarakat di lereng Gunung Kelud berprofesi sebagai petani, dan

erupsi terjadi saat musim panen akan tiba.

Berbagai kerugian yang diterima oleh korban akan menjadi stressor bagi

para korban. Kehilangan rumah, harta benda, pekerjaan, dan ketidak jelasan akan

masa depan merupakan kondisi tidak nyaman yang membutuhkan kemampuan

untuk bertahan dan beradaptasi dengan baik. Apabila seseorang individu tidak

mampu bertahan dan melakukan proses adaptasi yang baik ketika menghadapi

kondisi yang tidak nyaman, maka individu tersebut rawan terkena gangguan

psikologis. Dalam keadaan bencana, semakin besar kerugian yang dialami korban,

maka semakin besar pula peluang terjadinya gangguan psikologis pada

masyarakat yang menjadi korban bencana tersebut.

Pada saat terjadi erupsi Gunung Kelud 2014, ada 4 Kecamatan di Kabupaten

Kediri yang terdampak oleh erupsi kelud, keempat kecamatan tersebut adalah

kecamatan Puncu, kepung, Ngancar, dan Plosoklaten. Empat kecamatan ini

merupakan daerah yang terdampak oleh erupsi Kelud secara langsung, namun

besarnya dampak yang diterima oleh ke empat kecamatan ini berbeda-beda.

Kecamatan yang mengalami kerusakan paling parah akibat erupsi Kelud adalah

Kecamatan Puncu, sedangkan lainnya mengalami kerusakan yang cenderung lebih

ringan. Berikut adalah data kerusakan akibat erupsi Kelud.

 

j

k

Ta

Sumbe

Data p

jumlah pen

kerusakan ya

Tabe

Sumbe

abel 1 Data P

er : Dinas Ke

pengunjung d

ngunjung m

ang terjadi d

el 2 Data Pen

er : Dinas Ke

Perkiraan Ke

ebudayaan d

daya tarik w

mengalami

di kawasan K

ngunjung Da

2

ebudayaan d

erusakan Ru

dan Pariwisa

wisata di kab

penurunan

Kelud tersebu

aya Tarik W

2013 - 2014

dan Pariwisa

umah Akibat

ata Kabupate

upaten kedir

dikarenaka

ut.

Wisata Di Kab

ata Kabupate

Erupsi kelu

en Kediri

ri menunjuk

an adanya

bupaten Ked

en Kediri

5

ud 2014

kkan bahwa

beberapa

diri Tahun

 

a

g

p

K

p

m

Meski

akan tetapi

gunung kelu

Tabe

Sumbe

Tabel

Sumbe

Denga

pariwisata G

Kabupaten K

public area

meningkatka

pun pada tah

memasuki t

ud kembali m

el 3 Data Pen

er : Dinas Ke

4 Data Peng

er : Dinas Ke

an minimny

Gunung Ke

Kediri melak

atau ruang

an kunjunga

hun 2015 ju

tahun 2016,

mengalami p

ngunjung Da

ebudayaan d

gunjung Day

ebudayaan d

a akses yan

lud, maka

kukan revita

g publik ya

an wisatawan

umlah wisata

jumlah wis

asang surut.

aya Tarik W

2015

dan Pariwisa

ya Tarik Wis

Juni 2016

dan Pariwisa

ng tersedia

dari itu mu

alisasi pada o

ang dapat d

n.

awan sempat

satawan yan

Wisata Di Kab

ata Kabupate

sata Di Kabu

ata Kabupate

tentu memp

ulai tahun 2

objek wisata

difungsikan k

t mengalami

ng mengunju

bupaten Ked

en Kediri

upaten Kedir

en Kediri

pengaruhi p

2014 lalu, P

a gunung kel

kembali ser

6

i kenaikan,

ungi wisata

diri Tahun

ri Januari –

pada sektor

Pemerintah

lud sebagai

rta mampu

7  

Selain itu, perlu upaya pengembangan pariwisata yang nantinya dapat

membuat kawasan wisata Gunung Kelud semakin diminati oleh para pengunjung.

Dengan ini penulis tertarik untuk membuat penelitian tentang KEBIJAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI DALAM REVITALISASI OBJEK

WISATA GUNUNG KELUD.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kebijakan revitalisasi objek wisata gunung kelud di kabupaten

Kediri ?

2. Apa saja hambatan dan faktor pendorong dalam kebijakan revitalisasi objek

wisata gunung kelud di kabupaten Kediri ?

C. Tujuan

1. Untuk mengidentifikasi tujuan kebijakan revitalisasi objek wisata gunung

kelud di kabupaten Kediri

2. Untuk mengidentifikasi apa hambatan dan faktor pendorong yang mempunyai

pengaruh dalam kebijakan revitalisasi objek wisata gunung kelud di kabupaten

Kediri

D. Manfaat

Dengan adanya tulisan ini, di harapkan dapat memberikan nilai dan berguna

bagi semua pihak, adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Diperoleh gambaran mengenai kebijakan revitalisasi objek wisata gunung

kelud di kabupaten kediri yang sesuai dengan segala aspek sebuah

kebijakan mulai dari tahap awal hingga tahap akhir

8  

b. Menambah wawasan dan pengetahuan pada masyarakat umum tentang

kebijakan revitalisasi objek wisata gunung kelud

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan dan perbaikan dalam mengembangkan suatu

kebijakan terhadap pariwisata di kabupaten kediri

b. Sebagai wawasan khususnya bagi penyusun tentang adanya kebijakan

revitalisasi gunung kelud di kabupaten kediri

c. Penelitian ini dapat menambah koleksi pustaka untuk bahan bacaan dan

kajian mahasiswa Universitas Brawijaya khususnya mahasiswa jurusan

Ilmu Administrasi Publik

E. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam proposal ini akan di sajikan dalam tiga bab yang

berurutan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bagian ini adalah bab pertama proposal yang mengantarkan

pembaca untuk mengetahui apa yang diteliti, mengapa dan untuk

apa penelitian dilakukan. Terdapat uraian tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan

sistematika proposal.

9  

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini membahas landasan dan konsep-konsep serta teori-

teori yang dijadikan landasan dalam penelitian yakni teori

Administrasi Publik, Kebijakan publik, Revitalisasi, dan

Pariwisata

BAB III : METODE PENELITIAN

Bagian ini berisi jenis penelitian, fokus penelitian, penetapan

lokasi dan situs penelitian, jenis dan sumber data penelitian,

teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, Uji Keabsahan

data dan analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagian ini berisi hasil penelitian yaitu tentang data-data yang

diperoleh dalam penelitian dan analisis penulis dalam menjawab

masalah yang ada.

BAB V : PENUTUP

Bagian ini merupakan bab terakhir yang berisi simpulan dan

saran dari pembahasan yang diuraikan dalam bab empat.

 

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENELITIAN TERDAHULU

NO PENELITI DAN TAHUN JUDUL METODE

PENELITIAN TEMUAN

1 Sthefani Geby Arsita Devi

2015

Pengembangan Pariwisata

Gunung Kelud Pasca Erupsi

Tahun 2014 (Studi Pada

Kawasan Wisata Gunung

Kelud Kabupaten Kediri)

Kualitatif Pengembangan pariwisata Gunung Kelud

difokuskan untuk peningkatan sarana

dan prasarana yang difokuskan di Pos I,

hal ini sesuai rekomendasi dari pihak

Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana

Geologi (PVMBG) tentang zona aman

pada radius diatas 3 km. Tantangan

dalam pengembangan pariwisata Gunung

Kelud meliputi,sifat dari Gunung Kelud,

hak kepemilikan Gunung Kelud,

kurangnya komunikasi antara pengelola

dengan

11

NO PENELITI DAN TAHUN JUDUL METODE

PENELITIAN

TEMUAN

masyarakat sekitar, kurangnya destinasi

pariwisata di Kawasan Wisata Gunung

Kelud, SDM pengelola Gunung Kelud

yang masih perlu untuk ditingkatkan.

2 A.A. Gede Prathiwa

Pradipta dan I Gusti Putu

Nata Wirawan

2016

Pengaruh Revitalisasi Pasar

Tradisional Dan Sumber

Daya Pedagang Terhadap

Kinerja Pedagang Pasar Di

Kota Denpasar

Kuantitatif Revitalisasi pasar berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja

pedagang di Kota Denpasar. Sumber daya

pedagang berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja pedagang di

Kota Denpasar. Variabel revitalisasi

pasar merupakan varibel yang

pengaruhnya dominan terhadap kinerja

pedagang di Kota Denpasar.

3 M. Farid Ma’ruf,

S.Sos.,M.AP.

2015

Peran Badan

Penanggulangan Bencana

Daerah Provinsi Jawa Timur

Dalam Penanggulangan

Kualitatif BPBD provinsi jawa timur dalam

melakukan kegiatan penanggulangan

bencana bekerja sama dengan pihak terkait

yang memiliki tujuan yang sama agar

12

 

NO PENELITI DAN TAHUN JUDUL METODE

PENELITIAN

TEMUAN

Pasca Bencana Letusan

Gunung Kelud

tercapai indikator keberhasilan suatu

program. Terdapat beberapa kegiatan yang

belum bisa di katakan berhasil karena tidak

tercapainya indikator keberhasilan

program yang telah tercantum dalam

rencana kerja BPBD

Dari penelitian diatas bisa dilihat bahwa terdapat penekanan pada bagaimana proses pengembangan pada suatu objek.

Sedangkan, fokus dari penelitian ini adalah kebijakan revitalisasi pemerintah kabupaten kediri pada objek wisata gunung kelud.

13

B. Administrasi Publik

1. Pengertian Administrasi Publik

Kata “administrasi” yang saat ini kita kenal di Indonesia berasal dari

kata administrare (Latin : ad = pada, ministrare = melayani). dengan demikian

ditinjau dari asal kata administrasi berarti “memberikan pelayanan kepada”.

sehgingga dalam kamus Webster (1966), public administration diartikan

sebagai: “branch of political science dealing primarily with the structure and

workings of agencies charged with the administration of government fuction”.

(Sjamsiar, 2010:113).

Woodrow Wilson dalam Syafri (2012) mendefinisikan administrasi

publik adalah urusan atau praktek urusan pmerintah karena tujuan pemerintah

ialah melaksanakan pekerjaan publik secara efisien dan sejauh mungkin sesuai

dengan selera dan keinginan rakyat. Dengan administrasi publik, pemerintah

berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat, yang tidak dapat atau tidak akan

dipenuhi oleh usaha privat/swasta.

Tujuan utama dari administrasi publik adalah untuk meningkatkan

kesejahteran publik atau masyarakat dalam suatu negara atau daerah,

sedangkan motif dari seluruh proses kegiatan dari administrasi publik adalah

pemberian layanan (service) yang seluas-luasnya dan sebaik-baiknya kepada

seluruh masyarakat. Sifat dari pelayanan yang diberikan kepada masyarakat

adalah pelayanan yang sama terhadap seluruh lapisan masyarakat. (Sjamsiar,

2010:120).

2. Prinsip-prinsip Administrasi Publik

Herbert Simon (2004:68) sebagaimana di kutip oleh pasalong (2011)

membagi empat prinsip-prinsip administrasi yang lebih umum:

1. Efisiensi administrasi dapat di tingkatkan melalui suatu spesialisasi

tugas di kalangan suatu kelompok

2. Efisiensi administrasi di tingkatkan oleh anggota kelompok dalam suatu

hirarki yang pasti

14

 

3. Efisiensi administrasi dapat di tingkatkan dengan membatasi jarak

pengawasan pada setiap sektor di dalam organisasi sehingga jumlahnya

menjadi lebih kecil.

4. Efisiensi administrasi di tingkatkan dengan mengelompokkan pekerjaan

untuk maksud-maksud pengawasan berdasarkan tujuan; proses;

langganan; tempat

Selanjutnya Fayol dalam Robbins (2001:380) sebagaimana di kutip

oleh Pasalong, 2011 mengemukakan prinsip-prinsip administrasi sebanyak 14

yaitu sebagai berikut:

1. Pembagian pekerjaan, prinsip ini sama dengan pembagian tenaga kerja

menurut adam smith, spesialisasi meningkatkan hasil yang membuat

tenaga kerja lebih efisien.

2. Wewenang manager harus memberi perintah, wewenang akan membuat

mereka melakukan dengan baik

3. Disiplin, tenaga kerja harus membantu dan melaksanakan aturan yang

di tetentukan organisasi

4. Kesatuan komando, setiap tenaga kerja menerima perintah hanya dari

yang berkuasa

5. Kesatuan arah, beberapa kelompok aktivitas organisasi yang

mempunyai tujuan yang sama dapat di perintah oleh seorang manager

menggunakan suatu rencana

6. Mengalahkan kepentingan individu untuk kepentingan umum,

kepentingan setiap orang pekerja atau kelompok pekerjatidak dapat

diutamakan dari kepentingan organisasi secara keseluruhan

7. Pemberian upah, seorang pekerja harus dibayar dengan upah yang jelas

untuk pelayanan mereka

8. Pemusatan, berhubungan pada perbandingan yang mana mengurangi

keterlibatan dalam pengambilan keputusan

9. Rentang kendali garis wewenang dari manajemen puncak pada

tingkatan di bawahnya mempresentasikan rantai skalar

15

 

10. Tata tertib orang dan bahan-bahan dapat di tempatkan dalam hal yang

tepat dan dalam waktu yang tepat

11. Keadilan, manajer dapat berbuat baik dan terbuka pada bawahannya

12. Stabilitas pada jabatan personal, perputaran yang tinggi merupaka

ketidak efektifan

13. Inisiatif, tenaga kerja yang menyertai untuk memulai dan membawa

rencana yang akan menggunakan upaya pada tingkat tinggi

14. Rasa persatuan, kekuatan promosi tim akan tercipta melalui

keharmonisan dan kesatuan di dalam organisasi

Relevansi teori administrasi publik dengan fokus penelitian adalah

Administrasi publik merupakan grand teori dari implementasi kebijakan publik.

Dalam penelitian ini administrasi publik merupakan disiplin ilmu yang di gunakan

pada implementasi kebijakan publik.

C. Pengertian dan Ruang Lingkup Kebijakan Publik

Untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini, digunakan teori

kebijakan publik yang meliputi tahap formulasi hingga implementasi kebijakan

dari William N. Dunn, dan Fadilah Putera serta pakar kebijakan lainnya sebagai

teori pendukung yang relevan untuk digunakan yang mana pada intinya kebijakan

pendanaan pendidikan yang berorientasi pada pembangunan disini merupakan

suatu keputusan yang dibuat dan disahkan oleh pemerintah dalam upaya

menyelesaikan permasalahan. Kemudian dalam teori Kebijakan yang digunakan

pula teori yang bersumber dari dari Ali Imron serta beberapa teori pendukung

lainnya.

Menurut N. Dunn, menyatakan bahwa kebijakan publik (Public policy)

adalah “Pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang

saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk bertindak yang dibuat

oleh badan atau kantor pemerintah” (Dunn, 2000:132).

16

 

Kebijakan publik merupakan semacam jawaban terhadap suatu masalah

karena merupakan upaya memecahkan, mengurangi dan mencegah suatu

keburukan serta sebaliknya menjadi penganjur inovasi dan pemuka terjadinya

kebaikan dengan cara terbaik dan tindakan terarah. Dapat dirumuskan pula bahwa

pengetahuan tentang kebijakan publik adalah pengetahuan tentang sebab-sebab,

konsekuensi, dan kinerja kebijakan dan program publik (Kencana, 1999:106).

Menelusuri pengertian kebijakan, pertama kebijakan dalam bahasa

Indonesia berasal dari kata bijaksana yang artinya: (1) selalu menggunakan akal

budinya (pengalaman dan pengetahuan), arif, tajam pikirannya; (2) pandai dan

ingat-ingat dalam menghadapi kesulitan (cermat; teliti). Pengertian kebijakan

sendiri adalah; (1) kepandaian, kemahiran; (2) rangkaian konsep dan asas yang

menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan dan cara bertindak (tentang pemerintahan dan organisasi);

penyertaan cita-cita, tujuan, prinsip dan maksud. Sementara itu pengertian publik

yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti negara atau pemerintah. Serangkaian

pengertian tersebut diambil makna bahwa pengertian kebijakan publik menurut

Santosa adalah serangkaian keputusan yang dibuat oleh suatu pemerintah untuk

mencapai suatu tujuan tertentu dan juga petunjuk-petunjuk yang diperlukan untuk

mencapai tujuan tersebut terutama dalam bentuk peraturan-peraturan atau dekrit-

dekrit pemerintah” (Santosa, 1988:5).

Ahli-ahli ini selanjutnya memandang kebijakan publik sebagai keputusan-

keputusan pemerintah yang mempunyai tujuan atau maksud-maksud tertentu, dan

mereka yang menganggap kebijakan publik memiliki akibat-akibat yang bisa

17

 

diramalkan. Mewakili kelompok tersebut Nakamura dan Smallwood dalam

bukunya yang berjudul The Politics of Policy Implementation, melihat kebijakan

publik dalam ketiga lingkungannya yaitu :

1. Yaitu lingkungan perumusan kebijakan (Formulation),

2. Lingkungan penerapan (Implementation), dan

3. Lingkungan penilaian (Evaluation) kebijakan.

Bagi mereka suatu kebijakan melingkupi ketiga lingkungan tadi ini berarti

kebijakan publik adalah :

“Serangkaian instruksi dari para pembuat keputusan kepada pelaksana kebijakan yang mengupayakan baik tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut (A set of instruction from policy makers to policy implementers that spell out both goals and the mean for achieving those goals). Beberapa lingkungan kebijakan dalam proses kelembagaan terdiri dari lingkungan pembuatan; lingkungan implementasi dan lingkungan evaluasi” (Nakamura, 1980:31).

Para pakar dalam memberi definisi kebijakan publik sering berbeda sesuai

dengan pendekatan masing-masing, bahkan cenderung berselisih pendapat satu

sama lain. Selanjutnya Dye mengatakan bahwa apabila pemerintah memilih untuk

melakukan sesuatu maka harus ada tujuannya. Dan kebijakan publik harus

meliputi semua tindakan pemerintah jadi bukan semata-mata merupakan

pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja. Hal yang tidak

dilakukan pemerintah juga merupakan kebijakan publik karena mempunyai

dampak yang sama besar dengan sesuatu yang dilakukan. Baik yang dilakukan

maupun yang tidak dilakukan pasti terkait dengan satu tujuan sebagai komponen

penting dari kebijakan.

18

 

Kaitannya dengan hal tersebut, kebijakan publik tentunya mempunyai

suatu kepentingan yang bersifat publik dimana menurut Schubert Jr.

mengungkapkan dalam Fadillah, 2001:20-21 bahwa kepentingan publik itu

ternyata paling tidak sedikitnya ada tiga pandangan yaitu :

1. Pandangan rasionalis yang mengatakan kepentingan publik adalah

kepentingan terbanyak dari total penduduk yang ada.

2. Pandangan idealis mengatakan kepentingan publik itu adalah hal yang

luhur, sehingga tidak boleh direka-reka oleh manusia.

3. Pandangan realis memandang bahwa kepentingan publik adalah hasil

kompromi dari pertarungan berbagai kelompok kepentingan.

Dengan melihat penjelasan tersebut di atas, nampaknya kita harus

merefleksikan pada kenyataan riil kehidupan politik masyarakat modern,

maksudnya masyarakat masyarakat modern yang ideal adalah masyarakat yang

mampu mengorganisir diri mereka sesuai dengan kepentingan mereka masing-

masing.

1. Pengertian dan Tahap Formulasi Kebijakan

Dalam fase formulasi kebijakan publik, realitas politik yang

melingkupi proses pembuatan kebijakan publik tidak boleh dilepaskan dari

fokus kajiannya. Sebab bila kita melepaskan kenyataan politik dari proses

pembuatan kebijakan publik, maka jelas kebijakan publik yang dihasilkan

itu akan miskin aspek lapangannya. Sebuah produk kebijakan publik yang

miskin aspek lapangannya itu jelas akan menemui banyak persoalan pada

tahap penerapan berikutnya. Dan yang tidak boleh dilupakan adalah

penerapannya dilapangan dimana kebijakan publik itu hidup tidaklah pernah

steril dari unsur politik. Formulasi kebijakan publik adalah langkah yang

19

 

paling awal dalam proses kebijakan publik secara keseluruhan, oleh karena

apa yang terjadi pada tahap ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya

kebijakan publik yang dibuat itu pada masa yang akan datang. Oleh sebab

itu perlu adanya kehati-hatian lebih dari para pembuat kebijakan ketika akan

melakukan formulasi kebijakan publik ini. Yang harus diingat pula adalah

bahwa formulasi kebijakan publik yang baik adalah formulasi kebijakan

publik yang berorientasi pada implementasi dan evaluasi. Sebab seringkali

para pengambil kebijakan beranggapan bahwa formulasi kebijakan yang

baik itu adalah sebuah uraian konseptual yang sarat dengan pesan-pesan

ideal dan normatif, namun tidak membumi. Padahal sesungguhnya

formulasi kebijakan publik yang baik itu adalah sebuah uraian atas

kematangan pembacaan realitas sekaligus alternatif solusi yang fisibel

terhadap realitas tersebut. Kendati pada akhirnya uraian yang dihasilkan itu

tidak sepenuhnya presisi dengan nilai ideal normatif, itu bukanlah masalah

asalkan uraian atas kebijakan itu presisi dengan realitas masalah kebijakan

yang ada dilapangan (Fadillah, 2001:49-50).

Solichin Wahab menyebutkan, bahwa seorang pakar dari Afrika,

Chief J.O. Udoji (1981) merumuskan secara terperinci pembuatan kebijakan

negara dalam hal ini adalah formulasi kebijakan sebagai :

“The whole process of articulating and defining problems, formulating possible solutions into political demands, chenelling those demands into the political system, seeking sanctions or legitimation of the preferred course of action, legitimation and implementation, monitoring and review (feedback)” (Keseluruhan proses yang menyangkut pengartikulasian dan pendefinisian masalah, perumusan kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dalam bentuk tuntutan-tuntutan politik, penyaluran tuntutan-

20

 

tuntutan tersebut kedalam sistem politik, pengupayaan pemberian sanksi-sanksi atau legitimasi dari arah tindakan yang dipilih, pengesahan dan pelaksanaan/implementasi monitoring dan peninjauan kembali (umpan balik) (Wahab, 2002:17).

Menurut pendapatnya, siapa yang berpartisipasi dan apa peranannya

dalam proses tersebut untuk sebagian besar akan tergantung pada struktur

politik pengambilan keputusan itu sendiri.

Untuk lebih jauh memahami bagaimana formulasi kebijakan publik

itu, maka ada empat hal dalam Putra, 2001:50-62 yang dijadikan

pendekatan-pendekatan dalam formulasi kebijakan publik dimana sudah

dikenal secara umum oleh khalayak kebijakan publik yaitu :

1. Pendekatan Kekuasaan dalam pembuatan Kebijakan Publik

2. Pendekatan Rasionalitas dan Pembuatan Kebijakan publik

3. Pendekatan Pilihan Publik dalam Pembuatan Kebijakan Publik

4. Pendekatan Pemrosesan Personalitas, Kognisi dan Informasi

dalam Formulasi Kebijakan Publik

Oleh sebab itu dalam proses formulasi kebijakan publik ini Fadillah

mengutip pendapat dari Yezhezkhel Dror dalam Putra, 2001:75-76 yang

membagi tahap-tahap proses-proses kebijakan publik dalam 18 langkah

yang merupakan uraian dari tiga tahap besar dalam proses pembuatan

kebijakan publik yaitu :

a. Tahap Meta Pembuatan kebijakan Publik (Metapolicy-making stage): 1. Pemrosesan nilai; 2. Pemrosesan realitas; 3. Pemrosesan masalah; 4. Survei, pemrosesan dan pengembangan sumber daya; 5. Desain, evaluasi, dan redesain sistem pembuatan kebijakan

publik; 6. Pengalokasian masalah, nilai, dan sumber daya; 7. Penentuan strategi pembuatan kebijakan.

b. Tahap Pembuatan Kebijakan Publik (Policy making) 1. Sub alokasi sumber daya; 2. Penetapan tujuan operasional, dengan beberapa prioritas; 3. Penetapan nilai-bilai yang signifikan, dengan beberapa

prioritas; 4. Penyiapan alternatif-alternatif kebijakan secara umum;

21

 

5. Penyiapan prediksi yang realistis atas berbagai alternatif tersebut diatas, berikut keuntungan dan kerugiannya;

6. Membandingkan masing-masing alternatif yang ada itu sekaligus menentukan alternatif mana yang terbaik;

7. Melakukan ex-ante evaluation atas alternatif terbaik yang telah dipilih tersebut diatas.

c. Tahap Pasca Pembuatan Kebijakan Publik (Post policy-making stage) 1. Memotivasi kebijakan yang akan diambil; 2. Mengambil dan memutuskan kebijakan publik; 3. Mengevaluasi proses pembuatan kebijakan publik yang telah

dilakukan; 4. Komunikasi dan umpan balik atas seluruh fase yang telah

dilakukan. Analisis kebijakan dilakukan untuk menciptakan, secara kritis

menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan

kebijakan dalam satu atau lebih tahap proses pembuatan kebijakan. Tahap

tahap tersebut mencerminkan aktivitas yang terus berlangsung yang terjadi

sepanjang waktu. Setiap tahap berhubungan dengan tahap yang berikutnya,

dan tahap terakhir (penilaian kebijakan) dikaitkan dengan tahap pertama

(penyusunan agenda), atau tahap ditengah, dalam lingkaran aktivitas yang

tidak linear. Aplikasi prosedur dapat membuahkan pengetahuan yang

relevan dengan kebijakan yang secara langsung mempengaruhi asumsi,

keputusan, dan aksi dalam satu tahap yang kemudian secara tidak langsung

mempengaruhi kinerja tahap-tahap berikutnya. Aktivitas yang termasuk

dalam aplikasi prosedur analisis kebijakan adalah tepat untuk tahap-tahap

tertentu dari proses pembuatan kebijakan, seperti ditunjukan dalam segi

empat (tahap-tahap pembuatan kebijakan) dan oval yang digelapkan

(prosedur analisis kebijakan) dalam bagan terdapat sejumlah cara dimana

penerapan analisis kebijakan dapat memperbaiki proses pembuatan

kebijakan dan kinerjanya (N. Dunn. 2000:23).

22

 

Tabel 5 Tahap-tahap dalam Proses Pembuatan Kebijakan

FASE KARAKTERISTIK PENYUSUNAN AGENDA Para pejabat yang dipilih dan diangkat

menempatkan masalah pada agenda publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali sementara lainnya ditunda untuk waktu lama.

FORMULASI KEBIJAKAN

Para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah. Alternatif kebijakan melihat perlunya membuat perintah eksekutif, keputusan peradilan, dan tindakan legislatif.

ADOPSI KEBIJAKAN Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsesnsus diantara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia.

PENILAIAN KEBIJAKAN

Unit-unit pemeriksanaan dan akuntansi dalam pemerintahan menentukan apakah badan-badan eksekutif. Legislatif, dan peradilan memenuhi persyaratan undang-undang dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan.

Sumber : Dunn, 2000:24.

23

 

Penyusunan Agenda

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

Gambar 1. Bagan Kedekatan prosedur Analisis Kebijakan dengan Tipe-tipe Pembuatan Kebijakan

Sumber : William N. Dunn, 2000:25.

Keterangan :

1. Perumusan masalah dapat memasok pengetahuan yang relevan dengan

kebijakan yang mempersoalkan asumsi-asumsi yang mendasari definisi

masalah dan memasuki proses pembuatan kebijakan melalui penyusunan

agenda (agenda setting). Perumusan masalah dapat membantu

menemukan asumsi-asumsi yang tersembunyi, mendiagnosis penyebab-

Penilaian

Perumusan masalah 

Peramalan

Rekomendasi

Pemantauan

Penilaian Kebijakan 

24

 

penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan yang memungkinkan memadukan

pandangan-pandangan yang bertentangan dan merancang peluang-peluang

kebijakan yang baru.

2. Peramalan dapat menyediakan pengetahuan yang relevan dengan

kebijakan tentang masalah yang akan terjadi dimasa mendatang sebagai

akibat dari diambilnya alternatif, termasuk tidak melakukan sesuatu. Ini

dilakukan dalam tahap formulasi kebijakan. Peramalan dapat menguji

masa depan yang potensial, dan secara normatif bernilai mengestimasi

akibat dari kebijakan yang ada atau yang diusulkan, mengenali kendala-

kendala yang mungkin akan terjadi dalam pencapaian tujuan dan

mengestimasi kelayakan politik (dukungan dan oposisi) dari berbagai

pilihan.

3. Rekomendasi membuahkan pengatahuan yang relevan dengan kebijakan

tentang manfaat atau biaya dari berbagai alternatif yang akibatnya dimasa

mendatang telah diestimasikan melalui peramalan. Ini membantu

pengambilan kebijakan pada tahap adopsi kebijakan. Rekomendasi

membantu mengestimasi tingkat resiko dan ketidakpastian, mengenal

eksternalitas dan akibat ganda, menentukan kriteria dalam pembuatan

pilihan, dan mentukan pertanggungjawaban administratif bagi

implementasi kebijakan.

4. Pemantauan (monitoring) menyediakan pengetahuan yang relevan dengan

kebijakan tentang akibat dari kebijakan yang diambil sebelumnya. Ini

membantu pengambil kebijakan pada tahap implementasi kebijakan

25

 

dengan menggunakan berbagai indikator kebijakan di bidang pendidikan,

kesehatan, perumahan, kesejahteraan, dan lain-lain. Pemantauan

membantu menilai tingkat kepatuhan, menemukan akibat-akibat yang

tidak diinginkan dari kebijakan dan program, mengidentifikasi hambatan

dan rintangan implementasi, dan menemukan letak pihak-pihak yang

bertanggungjawab pada setiap tahap kebijakan.

5. Evaluasi (Penilaian) membuahkan pengetahuan yang relevan dengan

kebijakan tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang

diterapkan dengan yang benar-benar dihasilkan. Jadi ini membantu

pengambilan kebijakan terhadap proses pembuatan kebijakan. Evaluasi

tidak hanya menghasilkan kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah

terselesaikan, tetapi juga menyumbang pada klarifikasi dan kritik terhadap

nilai-nilai yang mendasari kebijakan, membantu dalam penyesuaian dan

perumusan kembali masalah. (Dunn. 2000:26-29).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan / kebijakan

menurut Nigro and Nigro dalam buku karya M. Irfan Islamy yang berjudul

Prinsip-prinsip perumusan Kebijaksanaan Negara adalah sebagai berikut :

a. Adanya pengaruh tekanan dari luar

b. Adanya pengaruh kebiasaan lama (konsevatisme)

c. Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi

d. Adanya pengaruh dari kelompok luar

e. Adanya pengaruh keadaan masa lalu.

Hal tersebut selalu saja terjadi pada setiap usaha perumusan kebijakan

khususnya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk kepentingan rakyat

dimana ternyata pada kenyataannya proses penentuan keputusan atau

26

 

kebijakan tersebut kental dengan berbagai macam pengaruh-pengaruh yang

bersifat negatif.

Sebaliknya kesalahan-kesalahan umum yang sering terjadi dalam

proses pembuatan keputusan menurut Nigro and Nigro dalam Islamy,

1986:25-26 adalah sebagai berikut:

a. Cara berfikir yang sempit (Cognitive nearsightedness)

b. Adanya asumsi bahwa masa depan akan mengulangi masa lalu

(Assumption that future will repeat past)

c. Terlampau menyederhanakan sesuatu (Over simplication)

d. Terlampau menggantungkan pada pengalaman satu orang

(Overreliance on one’sown experience)

e. Keputusan-keputusan yang dilandasi oleh prakonsepsi para

pembuat keputusan (Preconceived nations)

f. Tidak adanya keinginan untuk melakukan percobaan

(Unwillingness to experiment)

g. Keengganaan untuk membuat keputusan (Reluctance to decide).

Kesalahan-kesalahan tersebut merupakan kesalahan yang sangat fatal

sekali khususnya didalam pembuatan suatu kebijakan yang menyangkut

kepentingan bersama sehingga semaksimal mungkin kesalahan tersebut harus

diminimalisir atau dihilangkan jika tidak ingin mendapatkan masalah pada

tahap pengimplementasian dilapangan yang berdampak pada citra buruk para

penentu kebijakan tersebut sekaligus kebijakan itu sendiri.

2. Implementasi Kebijakan

a. Pengertian Implementasi Kebijakan serta Faktor Keberhasilan

dan Kegagalannya dalam Implementasi

Menurut Grindle (1980) implementasi kebijakan sesungguhnya

bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran

27

 

keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat

saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut

masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari

kebijakan. Oleh karena itu tidak terlalu salah jika dikatakan

implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan

proses kebijakan. Sebaik apapun sebuah kebijakan tidak akan ada

manfaatnya bila tidak dapat diterapkan sesuai dengan rencana.

Penerapan adalah suatu proses yang tidak sederhana (Solichin, 1997:45).

Bahkan Udoji mengatakan dengan tegas bahwa “The execution of

policies is a important if not more important than policy-making. Policy

will remain dreams or blue prints file jackets unless they are

implemented” (Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting,

bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan.

Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus

yang tersimpan rapih dalam arsip jika tidak diimplementasikan). Oleh

karena itu implementasi kebijakan perlu dilakukan secara arif, bersifat

situasional mengacu pada semangat kompetensi dan berwawasan

pemberdayaan (Solichin, 1997:45). Untuk mengimplementasikan suatu

kebijakan diperlukan lebih banyak yang terlibat baik tenaga kerja

maupun kemampuan organisasi. Penerapan kebijakan bersifat interaktif

dalam proses perumusan kebijakan. Penerapan sebagai sebuah proses

interaksi antara suatu tujuan dan tindakan yang mampu untuk

meraihnya. Penerapan merupakan kemampuan untuk membentuk

hubungan-hubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab akibat yang

menghubungan tindakan dengan tujuan.

Mengimplementasikan sebuah kebijakan bukanlah masalah yang

mudah terutama dalam mencapai tujuan bersama, cukup sulit untuk

membuat sebuah kebijakan publik yang baik dan adil. Dan lebih sulit

lagi untuk melaksanakannya dalam bantuk dan cara yang memuaskan

semua orang termasuk mereka yang dianggap klien. Masalah lainnya

adalah kesulitan dalam memenuhi tuntutan berbagai kelompok yang

28

 

dapat menyebabkan konflik yang mendorong berkembangnya pemikiran

politik sebagai konflik.

Definisi dan konsep implementasi kebijakan publik ini sangat

bervariasi. Menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Putra

(2001 : 81) menyatakan bahwa implementasi kebijakan adalah :

“Pelaksanaan dan pengendalian arah tindakan kebijakan sampai tercapainya hasil kebijakan”. Kemudian merumuskan proses implementasi kebijakan sebagai : “Policy implementation encompasses those actions by public or private individuals (or group) that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions” (pernyataan ini memberikan makna bahwa implementasi kebijakan adalah keseluruhan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu, dan kelompok-kelompok pemerintah dan swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan dan sasaran, yang menjadi prioritas dalam keputusan kebijakan)

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa implementasi

kebijakan meliputi semua tindakan yang berlangsung antara pernyataan

atau perumusan kebijakan dan dampak aktualnya.

Didalam artikel yang membahas mengenai Studi Niat

Berimigrasi di Tiga Kota, Determinan dan Intervensi Kebijaksanaan

ditulis, bahwa untuk mengukur kinerja implementasi kebijakan menurut

pendapat Keban yang dikutip dari pendapat Van Meter dan Van Horn

yang menyatakan menyatakan “Suatu kebijakan tentulah menegaskan

standar dan sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana

kebijakan, kinerja kebijakan pada dasarnya merupakan penilaian atas

tingkat ketercapaian standar dan sasaran tersebut”. Lebih sederhana lagi

kinerja (performance) merupakan tingkat pencapaian hasil atau the

degree of accomplishment. Dalam model Van Meter dan Van Horn ini

ada enam faktor yang dapat meningkatkan kejelasan antara kebijakan

dan kinerja implementasi, variabel-variabel tersebut adalah standar dan

sasaran kebijakan, komunikasi antar organisasi dan pengukuran

aktivitas, karakteristik organisasi komunikasi antar organisasi, kondisi

sosial, ekonomi dan politik, sumber daya, sikap pelaksana.

29

 

Pada dasarnya indikator kinerja untuk menilai derajat pencapaian

standar dan sasaran kebijakan dapat dijelaskan bahwa kegiatan itu

melangkah dari tingkat kebijakan yang masih berupa dokumen peraturan

menuju penentuan standar spesifik dan kongkrit dalam menilai kinerja

program. Dengan standar dan sasaran dapat diketahui seberapa besar

keberhasilan program yang telah dicapai.

Ripley dan Franklin dalam bukunya yang berjudul Birokrasi dan

Implementasi Kebijakan (Policy Implementation and Bureaucracy)

menyatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan atau program

dapat ditujukan dari tiga faktor yaitu :

1. Perspektif kepatuhan (compliance) yang mengukur

implementasi dari kepatuhan strect level bereau crats

terhadap atasan mereka.

2. Keberhasilan implementasi diukur dari kelancaran rutinitas

dan tiadanya persoalan.

3. Implementasi yang berhasil mengarah kepada kinerja yang

memuaskan semua pihak terutama kelompok penerima

manfaat yang diharapkan”.

Secara sederhana ketiga faktor diatas merupakan suatu kepastian

dalam menilai keberhasilan suatu implementasi kebijakan sehingga

kurang hilangnya salah satu faktor mempengaruhi sekali terhadap

kinerja kebijakan tersebut.

Kemudian sebaliknya Jam Marse mengemukakan bahwa ada tiga

faktor yang dapat menimbulkan kegagalan dalam implementasi

kebijakan yaitu:

1. Isu kebijakan. Implementasi kebijakan dapat gagal karena

masih ketidaktetapan atau ketidak tegasan intern maupun

ekstern atau kebijakan itu sendiri, menunjukan adanya

kekurangan yang menyangkut sumber daya pembantu.

30

 

2. Informasi. Kekurangan informasi dengan mudah

mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik

kepada objek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari

isi kebijakan yang akan dilaksanakannya dan hasil-hasil dari

kebijakan itu.

3. Dukungan. Implementasi kebijakan publik akan sangat sulit

bila pada pelaksanaanya tidak cukup dukungan untuk

kebijakan tersebut.

Ketiga faktor yang dapat menimbulkan kegagalan dalam proses

implementasi kebijakan sebelumnya harus sudah difikirkan dalam

merumuskan kebijakan, sebab tidak tertutup kemungkinan kegagalan

didalam penerapan kebijakan sebagaian besar terletak pada awal

perumusan kebijakan oleh pemerintah sendiri yang tidak dapat bekerja

maksimal dan bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

b. Model-model Implementasi Kebijakan

Sekalipun dalam khasanah ilmu kebijakan negara atau analisis

kebijakan negara telah banyak dikembangkan model-model atau teori

yang membahas tentang implementasi kebijakan namun penulis hanya

akan membicarakan beberapa model implementasi kebijakan yang

relatif baru dan banyak mempengaruhi berbagai pemikiran maupun

tulisan para ahli.

Pertama, model yang dikembangkan oleh Hogwood dan Gunn

(1978; 1986) dalam Solichin, 2002:70-78 . Model ini kerap kali disebut

sebagai “The top down approach”, menurutnya untuk

mengimplementasikan kebijakan negara secara sempurna maka

diperlukan beberapa persyaratan tertentu, syarat-syarat itu adalah

sebagai berikut :

1. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh Badan/Instansi

pelaksana tidak akan menimbulkan gangguan/kendala yang

serius

31

 

2. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber yang

cukup memadai

3. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar

tersedia

4. Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu

hubungan kausalitas yang andal

5. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit

mata rantai penghubungnya

6. Hubungan saling ketergantungan harus sedikit

7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap

tujuan

8. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang

tepat

9. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna

10. Pihak-pihak yang memiliki wewenang dan kekuasaan dapat

menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

Kedua, model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van

Horn (1975), yang disebut sebagai A model of the policy implementation

process (model proses implementasi kebijakan) dimana dalam teorinya

beranjak dari suatu argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses

implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijaksanaan yang akan

dilaksanakan. Selanjutnya mereka menawarkan suatu pendekatan yang

mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan

implementasi dan suatu model konseptual yang mempertalikan

kebijakan dengan prestasi kerja (performance). Kedua hali ini

menegaskan pula pendiriannya bahwa perubahan, kontrol dan kepatuhan

bertindak merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur

implementasi. Van Meter dan Van Horn kemudian berusaha membuat

tipologi kebijakan sebagai berikut :

a. Jumlah masing-masing perubahan yang akan dihasilkan dan,

32

 

b. Jangkauan atau ruang lingkup kesepakatan terhadap tujuan diantara

pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi

Alasan yang dikemukakannya ini ialah bahwa proses

implementasi itu akan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi kebijaksanaan

semacam itu, dalam artian bahwa implementasi kebanyakan akan

berhasil apabila perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, sementara

kesepakatan terhadap tujuan --- terutama dari mereka yang

mengoperasikan program dilapangan relatif tinggi (Solichin, 2002:78-

79).

Ketiga, model yang dikembangkan oleh Mazmanian dan Sbatier

yang disebut A frame work for implementation analisys (kerangka

analisis implementation) dalam Solichin, 2002:81. Kedua ahli ini

berpendapat bahwa peran penting dari analisis implementasi

kebijaksanaan negara ialah mengidentifikasikan variabel-variabel yang

mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan

proses implementasi. Variabel-variabel yang dimaksud dapat

diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu :

1. Mudah tidaknya masalah yang akan digarap dikendalikan

2. Kemampuan keputusan kebijaksanaan untuk menstrukturkan

secara tepat proses implementasinya; dan

3. Pengaruh langsung berbagai variabel politik terhadap

keseimbangan dukungan bagi tujuan yang termuat dalam

keputusan kebijaksanaan tersebut.

33

 

Dari model-model yang disajikan tersebut ada yang relatif

abstrak, dan ada pula yang relatif operasional. Sekalipun demikian

peneliti tidak bermaksud untuk menilai mana yang diantara model-

model tersebut yang baik atau paling tepat, sebab penggunaan model ini

untuk keperluan penelitian/analisis sedikit banyak akan tergantung pada

kompleksitas permasalahan kebijakan yang dikaji serta tujuan dan

analisis itu sendiri. Sebagai pedoman awal barangkali ada baiknya

diingat bahwa semakin kompleks permasalahan kebijakan dan semakin

mendalam analisis yang dilakukan, semakin diperlukan teori atau model

yang relatif operasional yang mampu menjelaskan hubungan kausalitas

antar yang menjadi fokus analisis.

D. Revitalisasi

Dalam Pedoman Umum Program Penataan dan Revitalisasi Kawasan,

diterbitkan Departemen Permukiman dan Dirjen Tata Perkotaan dan Tata

Perdesaan (2003:1), disebutkan bahwa pengertian penataan dan revitalisasi

kawasan adalah rangkaian upaya untuk menghidupkan kembali kawasan yang

cenderung mati, meningkatkan nilai-nilai vitalitas yang strategis dan signifikan

dari kawasan yang masih mempunyai potensi dan atau mengendalikan kawasan

yang cenderung kacau atau semrawut.

Pengertian revitalisasi adalah merubah tempat agar dapat digunakan untuk

fungsi yang lebih sesuai (Piagam Burra,dalam Sidharta ,1989:11). Revitalisasi

lebih kepada upaya untuk mengembalikan atau menghidupkan kembali kawasan

yang tidak berfungsi atau menurun fungsinya agar berfungsi kembali, atau menata

dan mengembangkan kawasan yang berkembang pesat namun kondisinya

cenderung tidak terkendali. Maksud kegiatan penataan dan revitalisasi kawasan

adalah untuk meningkatkan aktivitas dan kenyamanan lingkungan yang dapat

berdampak pada peningkatan kualitas hidup masayarakat, pertumbuhan dan

stabilitas ekonomi lokalnya.

34

 

Seperti halnya yang tercantum pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor: 18/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan, dimana di

dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan Revitalisasi adalah upaya untuk

meningkatkan nilai lahan/kawasan melalui pembangunan kembali dalam suatu

kawasan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya. Dokumen

Revitalisasi Kawasan, yaitu dokumen yang memuat materi pokok Revitalisasi

Kawasan sebagai hasil proses studi dan pengembangan konsep, penyusunan

rencana detail pelaksanaan, pelaksanaan konstruksi, pengelolaan, dan

pemasaran. Pelestarian adalah kegiatan perawatan, pemugaran, serta

pemeliharaan bangunan gedung dan lingkungannya untuk mengembalikan

keandalan bangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuai dengan

keadaan menurut periode yang dikehendaki. Kawasan adalah wilayah yang

memiliki fungsi utama lindung atau budi daya. Sedangkan, vitalitas kawasan

adalah kualitas suatu kawasan yang dapat mendukung kelangsungan hidup

warganya, dan mendukung produktivitas sosial, budaya, dan ekonomi

dengan tetap mempertahankan kualitas lingkungan fisik, dan/atau mencegah

kerusakan warisan budaya. Warisan budaya disini merupakan warisan

budaya terbangun di perkotaan maupun perdesaan yang perlu

dipertahankan keutuhan kawasan inti dan keaktifan dalam pelestarian bangunan

kuno/bersejarah. Kawasan strategis nasional merupakan wilayah yang

penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting

secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan

negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan termasuk wilayah yang

ditetapkan sebagai warisan dunia. Sedangkan kawasan strategis provinsi adalah

wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh

sangat penting dalam lingkungan provinsi terhadap ekonomi, sosial,

budaya, dan/atau lingkungan. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah

wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai

pengaruh sangat penting dalam lingkungan kabupaten/kota terhadap ekonomi,

sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Peran masyarakat dalam revitalisasi

kawasan adalah berbagai kegiatan masyarakat yang merupakan perwujudan

35

 

kehendak masyarakat untuk memantau dan menjaga ketertiban, memberi

masukan, menyampaikan pendapat dan pertimbangan, serta melakukan

gugatan perwakilan berkaitan dengan revitalisasi kawasan. Pembinaan

revitalisasi kawasan adalah kegiatan pengaturan, pemberdayaan, dan

pengawasan agar revitalisasi kawasan dapat berlangsung tertib dan sesuai

dengan fungsinya, serta terwujudnya kepastian hukum.

Arti penting revitalisasi adalah upaya mencegah hilangnya aset-aset kota

yang menandai rangkaian riwayat panjang perjalanan suatu kota beserta

masyarakat yang ada di dalamnya, karena penghilangan aset kota merupakan

salah satu penyebab utama memudarnya karakter suatu kota (Dalam Pedoman

Umum Program Penataan dan Revitalisasi Kawasan, diterbitkan Departemen

Permukiman dan Dirjen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, 2003:1).

Beberapa jurnal mengenai revitalisasi menyebutkan bahwa revitalisasi

adalah upaya memvitalkan/menghidupkan kembali suatu kawasan atau bagian

kota yang dulunya pernah vital/hidup tetapi mengalami kemunduran.

Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan

lingkungan yang menarik. Maksudnya kegiatan tersebut harus berdampak positif,

serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat (Danisworo

dan Widjaja Kusuma, Jurnal Info URDI Vol.13).

Jurnal lainnya menyebutkan, Implementasi program revitalisasi akan

menyebabkan permasalahan lokal kawasan, apabila dalam pengembangannya

kurang mempertimbangkan tata nilai budaya lokal, kebiasaan, aktivitas rutin dan

tradisi masyarakat setempat. Permasalahan tersebut berupa penolakan kebijakan

dari warga setempat yang diwujudkan dengan : (1) Kompromi bersyarat, (2)

Protes melalui jalur formal, (3) Acuh terhadap anjuran pemerintah, (4) Bertahan

dengan pembatas fisik, (5) Protes menolak melalui media, (6) penolakan bersama

dalam satuan warga. Oleh karena itu, dalam proses implementasi revitalisasi

36

 

hendaknya memikirkan masyarakat setempat dan memberikan pemahaman

mengenai program yang akan dilaksanakan (Kautsary, Jurnal Pondasi vol.13 no.1,

2007).

Revitalisasi dalam salah satu konsepsi dimasukkan menjadi bagian dari

konservasi (pelestarian). Namun konservasi tidak hanya bertujuan untuk

melestarikan suatu tempat atau kawasan bersejarah, tetapi juga sebagai alat untuk

mengembalikan utilitas suatu kawasan. Konservasi merupakan istilah yang

menjadi payung dari semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan

internasional yang telah dirumuskan dalam Piagam Burra tahun 1981. Beberapa

batasan pengertian tantang istilah-istilah dasar yang disepakati dalam Piagam

Burra (The Burra Charter dalam Sidharta,1989:10-11), adalah:

a. Konservasi

Adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna cultural yang

dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi dapat meliputi seluruh

kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dapat pula

mencakup preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi dan revitalisasi.

b. Preservasi

Adalah pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan aslinya tanpa ada

perubahan, termasuk upaya mencegah penghancuran.

c. Restorasi/ Rehabilitasi

37

 

Adalah mengembangkan suatu tempat semirip mungkin dengan keadaan

semula, dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru.

d. Revitalisasi/ adaptasi

Adalah mengubah tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang lebih

sesuai adalah kegunaan yang tidak menuntut perubahan drastis, atau yang hanya

memerlukan sedikit dampak minimal.

e. Demolisi

Adalah penghancuran atau perombakan suatu bagunan yang sudah rusak

atau membahayakan. Dalam Pedoman Umum Program Penataan dan Revitalisasi

Kawasan, diterbitkan Departemen Permukiman dan Dirjen Tata Perkotaan dan

Tata Perdesaan (2003:9), disebutkan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam

revitalisasi suatu kawasan, meliputi :

1. Identifikasi signifikansi budaya dan historis yang pernah dimiliki oleh

suatu kawasan baik pada setting kawasan (bangunan dan ruang) maupun fungsi

sosial, ekonomi dan budaya

2. Identifikasi kondisi, potensi dan permasalahan saat ini

38

 

3. Penyusunan skenario penataan dan revitalisasi kawasan

4. Perencanaan penataan fisik kawasan

5. Pemrograman dan pendanaan, sebagai suatu bentuk kesepakatan

Pemerintah

E. Pariwisata

1. Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan bertujuan untuk rekreasi

atau liburan, dan refresing. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang

melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan

tujuan rekreasi. Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka

menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan,

minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll.

Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan

pengalaman baru dan berbeda lainnya.

Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai

sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada

wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah

satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan

wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui

penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.

Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang

dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang

didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,

pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

39

 

Secara etimologis pariwisata berasal dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari

dua suku kata Pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Dan

kata wisata yang berarti perjalanan, bepergian yang bersinonim dengan kata travel

dalam bahasa Inggris, maka dapat di artikan bahwa pariwisata adalah perjalanan

yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari satu tempat ke tempat lain.

Menurut UU No.9 tahun 1990 Bab 1 Pasal 1, wisata adalah kegiatan

perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela

serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Pariwisata

adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan

objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan

pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan

perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, pariwisata baik yang

dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut Kepariwisataan.

Menurut James J. Spillance Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke

tempat lain yang bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok sebagai

usaha mencari keseimbangan, keserasian dalam dimensi sosial budaya dan ilmu.

Menurut Mc. Intosh dan Goelder Pariwisata adalah ilmu atau seni dan bisnis

yang dapat menarik dan menghimpun pengunjung, termasuk didalamnya bebagai

akomoditasi dan catering yang dibutuhkan dan diminati oleh pengunjung.

Menurut Gluckmann Keseluruhan hubungan antar manusia yang hanya

berada sementara waktu dalam suatu tempat dengan manusia yang tinggal di

tempat itu

Suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang

diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan mencari

nafkah ditempat yang dikunjunginya tetapi semata-mata untuk menikmati

perjalanan tersebut guna bertamasya memenuhi keinginan yang beragam.

2. Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Pariwisata

40

 

a.Jenis-Jenis Pariwisata

Jenis-jenis pariwisata menurut James J. Spillane (1987:29-31) berdasarkan

motif tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata

khusus, yaitu :

1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat

tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi kehendak

ingintahunya, mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru,

menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapatkan

ketenangan.

2) Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism)

Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk

beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan

menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada tempat

yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang

diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat peristirahatan dan pusat-

pusat kesehatan.

3) Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism)

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk

belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat,

kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda, mengunjungi

monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat kesenian dan

keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.

4) Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism)

Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:

41

 

a) Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti

Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lainlain yang

menarik perhatian bagi penonton atau penggemarnya.

b) Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi

mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung,

olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain.

5) Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism)

Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk profesional

travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang

tidak memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan maupun waktu

perjalanan.

6) Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)

Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara karena ketika diadakan

suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta yang hadir untuk

tinggal dalam jangka waktu tertentu dinegara yang mengadakan konvensi. Negara

yang sering mengadakan konvensi akan mendirikan bangunan-bangunan yang

menunjang diadakannya pariwisata konvensi.

b. Bentuk Pariwisata

Ada berbagai macam bentuk perjalanan wisata menurut Gamal Suwantoro

(2004:14-17) bila ditinjau dari berbagai macam segi, yaitu:

1) Dan segi jumlahnya wisata dibedakan atas:

a) Individual tour (wisatawan perseorangan) yaitu suatu perjalanan wisata

yang dilakukan oleh satu orang atau pasangan suami istri.

b) Family group tour (wisata keluarga) yaitu suatu perjalanan wisata yang

dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan

kekerabatan.

42

 

c) Group tour (wisata rombongan) yaitu perjalanan wisata yang dilakukan

bersama-sama dan dipimpin oleh seseorang. .

2) Dari segi kepengaturannya wisata dibedakan atas:

a) Pre-arranged tour (wisata berencana) yaitu suatu perjalanan wisata yang

telah diatur pada jauh hari sebelumnya.

b) Package tour (wisata paket atau paket wisata) yaitu suatu produk

perjalanan wisata yang dijual oleh suatu perusahaan biro perjalanan.

c) Coach tour (wisata terpimpin) yaitu paket perjalanan ekskursi yang dijual

oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang pemandu wisata.

d) Special arranged tour (wisata khusus) yaitu suatu perjalanan wisata yang

disusun secara khusus guna memenuhi permintaan wisatawan atau lebih sesuai

dengan kepentingan wisatawan.

e) Optional tour (wisata tambahan) yaitu suatu perjalanan wisata tambahan

diluar pengaturan yang telah disusun atas permintaan pelanggan.

3) Dari segi maksud dan tujuannya wisata dibedakan atas:

a) Holiday tour (wisata liburan) yaitu suatu perjalanan wisata yang

diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenang senang dan

menghibur diri.

b) Familiarization tour (wisata pengenalan) yaitu suatu perjalanan yang

dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai

kaitan dengan pekerjaan.

c) Educational tour (wisata pendidikan) yaitu suatu perjalanan wisata yang

dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun

pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjungi.

d) Scientific tour (wisata pengetahuan) yaitu perjalanan wisata yang tujuan

pokoknya adalah untuk memperoleh pengetahuan atau penyelidikan terhadap

suatu bidang ilmu pengetahuan.

43

 

e) Pileimage tour (wisata keagamaan) yaitu perjalanan wisata yang

dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan.

f) Special mission tour (wisata program khusus) yaitu suatu perjalanan

wisata yang dimaksudkan untuk mengisi kekosongan khusus.

g) Hunting tour (wisata perburuan) yaitu kunjungan wisata untuk

menyelenggarakan perburuan binatang yang diijinkan sebagai hiburan.

4) Dan segi penyelenggaraannya wisata dibedakan atas:

a) Excursion (ekskursi) yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang

ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih objek.

b) Safari tour yaitu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara khusus

dengan perlengkapan khusus yang tujuan maupun objeknya bukan merupakan

objek kunjungan wisata pada umumnya.

c) Cruize tour yaitu perjalanan wisata dengan menggunakan kapal pesia

mengunjungii objek wisata bahari dan objek wisata di darat tetapi menggunakan

kapal pesiar.

d) Youth tour (wisata remaja) yaitu kunjungan wisata yang khusus

diperuntukkan bagi para remaja menurut umur yang ditetapkan.

e) Marine tour (wisata bahari) yaitu suatu kunjungan ke objek wisata

khususnya untuk menyaksikan keindahan lautan, wreck-diving (menyelam)

dengan perlengkapan selam lengkap.

c. Industri Pariwisata

Menurut James J. Spillane (1987) terdapat lima unsur industri pariwisata

yang sangat penting, yaitu :

1) Attractions (daya tarik) Attractions dapat digolongkan menjadi dua yaitu

site attractions dan event attractions. Site attractions merupakan daya tarik fisik

yang permanen dengan lokasi yang tetap seperti kebun binatang, keraton dan

museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang berlangsung sementara

44

 

dan lokasinya dapat dipindah dengan mudah seperti festival, pameran atau

pertunjukan kesenian daerah.

2) Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)

Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik disuatu lokasi karena

fasilitas hares terletak dengan pasarnya. Selama tinggal ditempat tujuan wisata

wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena itu sangat

dibutuhkan fasilitas penginapan. Selain itu ada kebutuhan akansupport industries

seperti toko souvenir, cuci pakaian, pemandu, dan fasilitas rekreasi.

3) Infrastucture (infrastruktur)

Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada

infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur perlu untuk mendorong

perkembangan pariwisata. Infrastruktur dan suatu daerah sebenarnya dinikmati

baik oleh wisatawan maupun masyarakat yang juga tinggal di daerah wisata, maka

penduduk akan mendapatkan keuntungan. Pemenuhan atau penciptaan

infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang cocok bagi

perkembangan pariwisata.

4) Transportations (transportasi )

Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi atau, pengangkutan sangat

dibutuhkan karean sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan

wisata. Transportasi baik darat, udara maupun laut merupakan suatu unsur utama

langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala pariwisata.

5) Hospitality (keramahtamahan)

Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal

memerlukan kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang

memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan didatangi. Maka

kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga

45

 

keuletan serta kerarnahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya

wisatawan merasa aman dan nyaman selama perjalanan wisata.

d.Wisatawan

Adapun pengertian wisatawan antara lain:

1) Menurut Smith (dalam Kusumaningrum, 2009:16), menjelaskan bahwa

wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan

secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain.

2) Menurut WTO (dalam Kusumaningrum, 2009:17) membagi wisatawan

kedalam tiga bagian yaitu:

a) Pengunjung adalah setiap orang yang berhubungan ke suatu Negara lain

dimana ia mempunyai tempat kediaman, dengan alasan melakukan pekerjaan

yang diberikan oleh Negara yang dikunjunginya.

b) Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu Negara

tanpa tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung kesuatu tempat pada

Negara yang sama untuk waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:Memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi,

liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olahraga. Bisnis atau mengunjungi

kaum keluarga.

3) Darmawisata atau excursionist adalah pengunjung sementara yang

menetap kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi, termasuk orang yang

berkeliling dengan kapal pesiar.

4) Menurut Komisi Liga Bangsa–bangsa 1937 (dalam Irawan, 2010:12),

“…wisatawan adalah orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan

perjalanan di negara yang bukan tempat kediamannya yang biasa.”

5) Di dalam Instruksi Presiden RI No. 9, 1969, bab 1 pasal 1 (dalam

Irawan, 2010:13) dijelaskan bahwa “…wisatawan ialah setiap orang yang

46

 

bepergian dari tempat tinggal untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati

perjalanan dan kunjungan itu”.

Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah biasanya benar-benar ingin

menghabiskan waktunya untuk bersantai, menyegarkan fikiran dan benar-benar

ingin melepaskan diri dari rutinitas kehidupan sehari-hari. Jadi bisa juga dikatakan

wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat lain

yang yang jauh dari rumahnya bukan dengan alasan rumah atau kantor

(Kusumaningrum, 2009: 17).

3. Peran Pariwisata Dalam Pembangunan

Dewasa ini maupun pada masa yang akan datang, kebutuhan untuk

berwisata akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk

dunia, serta perkembangan penduduk dunia yang semakin membutuhkan

refressing akibat dari semakin tingginya kesibukan kerja. Menurut Fandeli

(1995:50-51) faktor yang mendorong manusia berwisata adalah:

a. keinginan untuk melepaskan diri tekanan hidup sehari-hari di kota,

keinginan untuk mengubah suasana dan memanfaatkan waktu senggang;

b. kemajuan pembangunan dalam bidang komunikasi dan transportasi;

c. keinginan untuk melihat dan memperoleh pengalaman-pengalaman baru

mengenai masyarakat dan tempat lain;

d. meningkatnya pendapatan yang dapat memungkinan seseorang dapat

dengan bebas melakukan perjalanan yang jauh dari tempat tinggalnya.

Pariwisata berperan dapat membawa dampak pada kehidupan masyarakat,

hali ini dapat diketahui dengan lima, yaitu :

47

 

a. Pariwisata menyumbang kepada neraca pembayaran. Neraca pembayaran

merupakan parbandingan antara semua mata anggaran yang diterima oleh negara

dari negara-negara asing sebagai pemasukan dan semua anggaran yang harus

dibayar kepada negara-negara asing sebagai pengeluaran.

b. Pariwisata menyebabkan pembangunan daerah non industri. Daerah-

daerah dimana terjadi atraksi wisata ialah daerah terpencil, boleh dikatakan

pembangunan didaerah tersebut belum maksimal. Hal itu dapat dikembangkan

menjadi kawasan wisata dan terjadilah pembangunan, seperti dibangunnya hotel,

tempat makan, toko-toko, dan sebagainya

c. Pariwisata menciptakan lapangan kerja. Industri pariwisata dengan

produknya adalah merupakan usaha yang padat karya. Seperti hotel yang

membutuhkan tenaga kerja dalam pengoprasiannya. Wisatawan memerlukan

makan dan minum, secar tidak langsung menciptakan lapangan kerja pada sektor

pertanian. Banyak tenaga kerja di sektor pariwisata yang membutuhkan

pendidikan dan latihan khusus, sehingga menimbulkan lapangan kerja di bidang

pendidikan, dan seterusnya.

d. Dampak pergandaan. Uang baru yang masuk ke dalam suatu

perekonomian dalam bentuk apapun, investasi, pemberian, atau pembelanjaan

pemerintah, kiriman uang dari pekerja di luar negeri, atau pengeluaran wisatawan

mendorong perekonomian, bukan hanya sekali tetapi berkali-kali, karena ia

dibelanjakan kembali.

Sehubungan perekonomian negara, sektor pariwisata terbukti telah

memberikan kontribusi yang cukup pada perolehan devisa. Hal ini dapat dilihat

dari perolehan devisa negara pada tahun 1995, pariwisata menempati urutan

ketiga setelah migas dan tekstil, dengan devisa sebesar 5.228,4 juta dollar AS.

Sebelumnya tahun 1994 berada pada posisi keempat setelah migas, tekstil dan

kayu olahan, dengan devisa sebesar 4.785,1 juta dollar AS (Kedaulatan Rakyat, 21

Agustus 1998). Ditambahkan pula bahwa terhadap GDP Indonesia, sektor

pariwisata juga memainkan peranan yang penting. Hasil studi World Travel and

48

 

Tourism Council (WTTC) menyimpulkan bahwa pertumbuhan kontribusi

pariwisata terhadap GDP rata-rata sebesar 8% dan merupakan yang tercepat di

dunia.

4. Upaya Memaksimalkan Peran Pariwisata Dalam Pembangunan

Situasi dan kondisi sosio-ekonomi Indonesia saat ini, yang memperlihatkan

bahwa semakin berkurangnya lahan pertanian dan lapangan pekerjaan lainnya

serta semakin rusaknya lingkungan akibat kegiatan manufaktur dan kegiatan-

kegiatan ekonomi lainnya yang mengeksploitasi sumberdaya alam, maka

pariwisata perlu dikembangkan sebagai salah satu sumber produksi andalan.

Sektor pariwisata selain dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, juga

merangsang pelestarian lingkungan hidup. Hal ini dapat dimengerti karena

pengembangan pariwisata tidak dapat dipisahkan dari lingkungan hidup sebagai

salah satu sasaran atau obyek wisata.

Dari laporan dan analisis World Tourism Organization (WTO) diperoleh

bahwa sumbangan pariwisata amat berarti bagi penciptaan lapangan kerja.

Disebutkan bahwa dari setiap sembilan kesempatan kerja yang tersedia secara

global saat ini, satu diantaranya berasal dari sektor pariwisata. Diduga pula bahwa

daya serap tenaga kerja pada sektor pariwisata lebih besar di negara-negara

berkembang. Selain itu, pariwisata dapat membuka pasar baru bagi produksi

49

 

pertanian dan hasil kerajinan rumah tangga yang masih tradisonal maupun usaha-

usaha jasa seperti tukang pijit, penginapan, transportasi dan guide yang dengan

sendirinya membuka peluang kerja baru bagi para pencari kerja yang terus

meningkat setiap tahun, serta meningkatkan output negara.

Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip dasar dalam penataan ruang yang

bertujuan untuk meningkatkan Dalam mendukung pengembangan pariwisata,

kebijakan penataan ruang meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Pengembangan wilayah dengan pendekatan pengembangan ekosistem,

yaitu penatan ruang dilakukan dengan pendekatan secara terpadu dan

terkoordinasi,berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

b. Peningkatan keterkaitan fungsi pengembangan kegiatan pariwisata yang

baik dengan sektor lainnya untuk memberikan nilai efisiensi yang tinggi dan

percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah

c. Pengembangan pariwisata harus dikaitkan dengan pengembangan

ekonomi nasional, wilayah dan lokal. Pada tingkat nasional sektor pariwisata

harus berperan sebagai prime mover dan secara interaktif terkaitdengan

pengembangan sektor-sektor lainnya.

d. Pengembangan pariwisata harus diupayakan dapat melibatkan seluruh

stakeholder. Dalam konteks ini peran masyarakat terlibat dimulai sektor hulu

(memberikan kegiatan produksi yang ekstraktif) sampai dengan kegiatan hilir

(kegiatan produksi jasa).

Agar suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik, disamping harus

ada objek dan atraksi wisata, suatu datya tarik wisata harus mempunyai 3 syarat

daya tarik yaitu:

a. ada sesuatu yang bisa dilihat (something to see)

b. ada sesuatu yang dapat dikerjakan (something to do)

c. ada sesuatu yang bisa dibeli (something to buy)

50

 

Ketiga syarat tersebut merupakan unsur-unsur untuk mempublikasikan

pariwisata. Seorang wisatawan yang datang kesuatu daya tarik wisata dengan

tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) dan kepuasan (satisfactions). Manfaat

dan kepuasan tersebut dapat diperoleh apabila suatu daya tarik wisata mempunyai

daya tarik. daya tarik suatu daya tarik wisata dengan istilah attractive spontanee,

yaitu segala sesuatu yang terdapat didaerah tujuan wisata yang merupakan daya

tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ketempat tersebut.

Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu daya tarik

wisata antara lain dapat dirinci sebagai berikut.

a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta (natural)

1) Iklim: Cuaca cerah (clean air), kering (dry), banyak cahaya matahari

(sunny day), panas (hot), sejuk (mild), hujan (wet), dan sebagainya.

2) Bentuk tanah dan pemandangan (land configuration and landscape)

Tanah yang datar (plains), gunung berapi (volcanos), lembah pegunungan

(scenic mountain), danau (lakes), pantai (beaches), sungai (river), air terjun

(water-fall), pemandangan yang menarik (panoramic views)

3) Hutan belukar (the sylvan elements), misalnya hutan yang luas (large

forest), banyak pepohonan (tress).

4) Fauna dan flora, seperti tanaman-tanaman yang aneh (uncommon

vegetation), burung-burung (birds), ikan (fish), binatang buas (wild life), cagar

alam (national parks), daerah perburuan (huntingand photographic safari), dan

sebagainya.

5) Pusat-pusat kesehatan (health center):Sumber air mineral (natural spring

of mineral water), mandi lumpur (mud-baths), dan sumber air panas (hot spring).

b. Hasil ciptaan manusia (man made supply)

Benda-benda bersejarah, kebudayaan dan keagamaan (historical, cultural

and religious):

51

 

1) Momentum bersejarah dan sisa peradaban masa lalu

2) Museum, art galery, perpustakaan kesenian rakyat, dan handicraft.

3) Acara tradisional, pamderan, festival, upacara naik haji, upacara

perkawinan, dan khitanan.

4) Rumah-rumah ibadah, seperti masjid, gereja, kuil, candi maupun pura.

c. Tata cara hidup masyarakat (the way of life)

Kebiasaan hidup, adat istiadat dan tata cara masyarakat merupakan daya

tarik bagi wisatawan. Sebagai contoh:

1) Pembakaran mayat (ngaben) di Bali.

2) Upacara pemakaman mayat di Tanah Toraja.

3) Upacara Batagak Penghuku di Minangkabau.

4) Upacara khitanan di daerah Parahiyangan.

5) Tea ceremony di Jepang.

6) Upacara waisak di candi mendut dan brobudur.

5. Mengembangkan Industri Pariwisata

Sesungguhnya industri pariwisata ini merupakan suatu industri yang

biasanya dihubungkan secara langsung dengan pembangunan ekonomi. Industri

ini memiliki hubungan multi dimensi yang tidak hanya terkait erat dengan bidang

ekonomi saja, tetapi hampir setiap bidang pembangunan nasional bersentuhan dan

erat kaitannya dengan industri pariwisata ini. Lebih-lebih hadirnya industri jasa ini

merupakan manifestasi kehadiran aktifitas manusia seperti juga industri-industri

dalam bidang-bidang pembangunan yang lainnya.

Mengingat begitu eratnya dengan berbagai bidang lain dalam proses

pembangunan nasional maka aktifitas kepariwisataan bisa dikembangkan secara

optimal. Sehingga pengembangan merupakan suatu proses pelaksanaan program

52

 

yang terus meningkat ke arah puncak capaian sesuai dengan tujuan yang telah

dicanangkan.

Jika kita sedikit menengok pada Pembukaan UUD 1945 maka ada amanah

yang kiranya dapat dijadikan capaian tujuan itu, yakni terwujudnya kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut mewujudkan perdamain dunia.

Kata-kata kunci dari Pembukaan UUD 1945 tersebut penting dikemukakan agar

industri pariwisata ini, terutama program-program kegiatannya, tidak keluar dari

cita-cita mendirikan negara ini.

Untuk semua itu kita harus membangun cara pandang baru tentang

pariwisata sebagai unsur utama perekonomian nasional, apalagi bila kita ingin

mengembangkan industri pariwisata sebagai alat dukung bagi meningkatkan

harkat dan martabat negara bangsa di tengah pergaulan dunia internasional yang

memiliki daya saing.

Ada beberapa langkah strategis yang kiranya dapat dijadikan pertimbangan

dalam membangun cara pandang ke arah itu. Dalam hal ini industri pariwisata

dapat dipandang sebagai penentu : Pertama, meningkatnya kesejahteraan

masyarakat bangsa. Kedua, terbentuknya kepribadian bangsa Indonesia. Ketiga,

terjaganya dan terpeliharanya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Keempat, terjalinnya hubungan antar bangsa-bangsa di dunia secara damai,

harmonis dan berperadaban. Kelima, terbinanya kreatifitas masyarakat bangsa

dalam berbagai segi kehidupan. Keenam, terbangunnya keseimbangan hidup

masyarakat bangsa dengan keberlangsungan kehidupannya. Ketujuh,

terbangkitkannya spiritualitas masyarakat bangsa. Kedelapan, terjalinnya

kebersamaan dan kepedulian untuk percepatan optimalisasi sektor pariwisata.

Untuk meningkatnya kesejahteraan masyarakat bangsa, maka peran

pariwisata antara lain :

a. Terbukanya lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung.

b. Terkuranginya kemiskinan dan pengangguran.

53

 

c. Terciptanya keahlian spesialisasi di bidang pariwisata dengan standar

kompetensi internasional.

d. Meningkatnya pendapatan masyarakat.

e. Meningkatnya pendapatan daerah.

f. Meningkatnya devisa negara.

Untuk terbentuknya kepribadian bangsa Indonesia, peran pariwisata antara

lain :

a. Berkembangnya kebudayaan daerah sehingga dapat menumbuhkan

kearifan lokal.

b. Berkembangnya kebudayaan nasional sehingga dapat memperkaya

peradaban umat manusia di dunia.

c. Terpeliharanya khazanah sejarah dan budaya sehingga masyarakat

bangsa sadar terhadap perjuangan dan tanggung jawab masa depannya.

Untuk terjaganya dan terpeliharanya keutuhan NKRI, peran pariwisata

antara lain :

a. Terpeliharanya keasrian tanah air tercinta karena dipandang sebagai

bagian dari halaman rumah kita.

b. Terbangunnya dan terlaksananya kegiatan-kegiatan pariwisata di pulau-

pulau terdepan/terluar sehingga menjadi unsur pertahanan teritorial yang

strategis.

c. Terpeliharanya keindahan alam dan keberlanjutannya lingkungan hidup

sehingga kepastian batas wilayah negara terawasi setiap saat.

Untuk terjalinnya hubungan antar bangsa-bangsa di dunia secara damai,

harmonis dan berperadaban, maka peran pariwisata antara lain :

a. Terlaksananya proses akulturasi secara damai dengan tidak memupus jati

diri bangsanya masing-masing.

54

 

b. Terjalinnya studi komparatif dari setiap keunggulan budaya bangsa-

bangsa.

c. Saling menghargai atas keunggulan khazanah sejarah dan budaya

sehingga bersepakat menempatkannya sebagai puncak peradaban

manusia.

Untuk terbinanya kreatifitas masyarakat bangsa dalam berbagai segi

kehidupan, maka peran pariwisata antara lain :

a. Berkembangnya sanggar-sanggar seni budaya.

b. Bermunculannya pusat-pusat kerajinan tangan.

c. Berkembangnya dapur-dapur kreatif yang membuat aneka jenis makanan

daerah dan tradisional.

d. Terciptanya suasana yang kondusif bagi kreatifitas kaum muda yang

kreatif.

e. Terbinanya berbagai keahlian yang menopang langsung terhadap

perkembangan pariwisata.

Untuk terbangunnya keseimbangan hidup masyarakat bangsa dengan

keberlangsungan kehidupannya, maka peran pariwisata antara lain :

a. Terjaganya dan terpeliharanya hutan dengan segala habitatnya.

b. Terbinanya alam kehidupan pedesaan.

c. Terpeliharanya tatanan kota tua.

d. Terjaganya lingkungan udara segar dengan penghijauan perkotaan.

e. Terbangunnya sikap hidup budaya bersih.

f. Terefleksikannya sikap hidup yang ramah, bersahabat dan suka

menolong.

Untuk terbangkitkannya spiritualitas masyarakat bangsa, maka peran

pariwisata antara lain :

a. Terbangunnya cara pandang bahwa pariwisata merupakan jendela

mensyukuri nikmat Tuhan.

55

 

b. Pusat-pusat keagamaan dapat menjadi obyek kunjung yang memiliki

daya tarik.

c. Upacara-upacara keagamaan sebagai atraktif yang dapat mengundang

pesona.

Terjalinnya kebersamaan dan kepedulian

a. Agar ketujuh hal di atas dapat terealisasikan secara optimal maka perlu

adanya kebersamaan antara pemangku kepentingan pariwisata yaitu

pemerintah, swasta dan masyarakat.

b. Jika pemangku kepentingan ini memiliki kepedulian yang tinggi maka

persoalan promosi, aksesibilitas, transportasi, akomodasi, keamanan juga

pengembangan produk mendapat penyelesaian secara seksama.

c. Untuk memelihara kebersamaan dan kepedulian tersebut maka institusi,

regulasi, kemampuan manusia yang menangani industri pariwisata ini

sedapat mungkin memenuhi yang diharapkan.

Demikianlah beberapa langkah untuk membangun cara pandang dan cara

menyikapi dunia pariwisata sebagai salah satu industri jasa yang strategis bagi

mewujudkan cita-cita masyarakat bangsa Indonesia.

6. Dampak Yang Ditimbulkan Pariwisata

Banyak sekali manfaat yang dapat diberikan oleh pengembangan sektor

industri pariwisata. Menurut buku Pegangan Penatar dan Penyuluh

Kepariwisataan Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Kebudayaan dan

Pariwisata, sedikitnya manfaat dan dampak negatif yang ditimbulkan tersebut

dapat ditinjau dari empat aspek:

Pariwisata memberikan manfaat bagi setiap manusia, karena pariwisata

dapat melepas penat dalam aktifitas sehari-hari. Oleh sebab itu para manusia

membutuhkan dunia pariwisata karena pariwisata dapat menyegarkan pikiran.

Pariwisata memberikan manfaat dibeberapa aspek, antara lain:

a. Aspek ekonomi

56

 

Manfaat pariwisata dari segi ekonomi adalah pariwisata menghasilakan

devisa yang besar bagi Negara sehingga meningkatkan perekonomian negara.

Devisa yang diterima secara berturut-turut pada tahun 1996, 1997, 1998, 1999,

dan 2000 adalah sebesar 6,307.69; 5,321.46; 4,331.09; 4,710.22; dan 5,748.80 juta

dollar AS (Santosa, 2001). Pada tahun 2002 dan 2003, meskipun mengalami

tragedi Kuta (Bom Bali), nilai devisa juga masih tetap tinggi, yaitu US$ 4.496

Milyard tahun 2002 dan US$ 4.307 Milyard tahun 2003. Kontribusi pariwisata

menunjukkan trend yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun

1985 penukaran valuta asing senilai 95,105 juta dollar AS. Angka ini mengalami

kenaikan, menjadi 456,105 juta dollar AS pada tahun 1990, dan pada tahun1997

(sesaat sebelum krismon) menjadi 1.380,454 juta dollar AS. Selanjutnya, karena

nilai tukar dollar yang melonjak, penukaran valuta asing hanya mencapai nilai

865,078 juta dollar AS pada tahun 2000. Erawan (1999) menemukan bahwa pada

tahun1998, dampak pengeluaran wisatawan terhadap pendapatan masyarakat

mencapai 45,3%, sedangkan dampak dari investasi di sektor pariwisata adalah

6,3%. Ini berarti bahwa secara keseluruhan, industri pariwisata menyumbang

sebesar 51,6% terhadap pendapatan masyarakat Bali. Dilihat dari kesempatan

kerja, pada tahun 1998 sebesar 38,0% dari seluruh kesempatan kerja yang ada di

Bali dikontribusikan untuk pariwisata. Erawan lebih lanjut mengatakan bahwa

dampak pengeluaran wisatawan terhadap perekonomian di Bali terdistribusikan ke

berbagai sektor, bukan saja hotel dan restoran. Distribusi juga terserap ke sektor

pertanian (17,93%), sektor industri dan kerajinan (22,73%), sektor pengangkutan

dan komunikasi (12,62%), sektor jasa-jasa (12,59%), dan sebagainya. Hal ini

sejalan dengan data mengenai distribusi pengeluaran wisatawan. Data

menunjukkan bahwa selama di Bali, pengeluaran wisatawan yang terserap ke

dalam ‘perekonomian rakyat’ cukup tinggi. Selain menghasilkan devisa pariwisata

juga memberikan dampak ekonomi secara langsung bagi masyarakat

sekitar,seperti contohnya adalah tiket masuk suatu kawasan obyek wisata.

b. Aspek sosial budaya

57

 

Manfaat lain yang muncul dari industri pariwisata ini antara lain dapat

terlihat pula dari segi budaya. Dengan pesatnya perkembangan industri pariwisata

maka akan membawa pemahaman dan pengertian antar budaya melalui interaksi

pengunjung wisata (turis) dengan masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut

berada. Dari interaksi inilah para wisatawan dapat mengenal dan menghargai

budaya masyarakat setempat dan juga memahami latar belakang kebudayaan lokal

yang dianut oleh masyarakat tersebut. Bali merupakan salah satu contoh nyata

daerah wisata yang berkembang amat pesat di Indonesia. Banyaknya turis-turis

yang berkunjung ke Bali, baik turis domestik maupun internasional telah

membawa dampak yang cukup besar bagi perkembangan daerah itu sendiri.

Sedangkan dari segi sosial budaya, Bali merupakan sarana yang tepat bagi

pengenalan dan promosi kebudayaan Indonesia kepada dunia internasional.

c. Aspek lingkungan hidup

Pariwisata juga mendatangkan manfaat bagi lingkungan hidup karena

sebuah objek wisata apabila ingin banyak mendapatkan kunjungan dari wisataan

haruslah terjaga kebersiahannya sehingga kita menjadi terbiasa untuk merawat

dan menjaga lingkungan kita agar selalu terjaga kebersihannya. Pembangunan

pariwisata tidak mengakibatkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan dan

penurunan kualitas tanah atau lahan pertaninan baik lahan perladangan maupun

persawahan. Kelestarian hutannya masih tetap terjaga dengan baik. Masyarakat

secara bersama-sama dan sepakat untuk melestarikan hutannnya dan tanpa harus

ketergantungan terhadap hutan tersebut. Pada dasarnya masyarakat lokal telah

sadar terhadap perlunya pelestarian hutan, karena kawasan hutan yang dimaksud

merupakan daerah resapan air yang bisa dipergunakan untuk kepentingan

hidupnya maupun mahluk hidup yang lainnya serta untuk keperluan persawahan.

d. Aspek nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan

Manfaat pariwisata yang kita dapat dari segi nilai pergaulan adalah kita

menjadi lebih banyak mempunyai teman dari berbagai Negara dan kita bisa

mengetahui kebiasaan orang yang dari masing-masing Negara tersebut sehingga

58

 

kita bisa mempelajari bagaimana kebiasaan yang baik di masing-masing

nagara.Selain itu kita juga mendapat manfaat ilmu pengetahuan dari pariwisata

karena dengan mempelajari pariwisata kita juga bisa tahu dimana letak dan

keunggualn sebuah objek wisata sehingga kita bisa mempelajari mengapa sebuah

objek wisata tersebut bisa maju dan bisa menerapkan di daerah objek wisata

daerah kita yang belum berkembang dengan baik.

e. Aspek peluang dan kesempatan kerja

Pariwisata juga menciptakan kesempatan kerja.Sarana-sarana pariwisata

seperti hotel dan perjalanan adalah usaha yang ”padat karya”. Menurut

perbandingan jauh lebih banyak untuk hotel dan restoran daripada untuk usaha-

usaha lainnya. Untuk setiap tempat tidur dibutuhkan kira-kira 2 corang tenaga. Di

Amerika Serikat untuk tempat tidur diperlukan 279 tenaga kerja. Sudah tentu

angka itu berbeda-beda menurut negaranya . Di Indonesia untuk setiap kamar

dibutuhkan kira-kira 2 orang tenga kerja.

Itu semua mengenai tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan

pariwisata. Di samping itu, pariwisata juga menciptakan menciptakan peluang

kerja yang tidak berhubungan langsung dengan pariwisata. Yang terpenting di

bidang kontruksi bangunan dan jalan. Banyak bangunan yang didirikan untuk

hotel,restoran,toko artshop,dll.Wisatawan-wistawan juga memerlukan makan dan

minum,ini semua secara tidak langsung menciptakan lapangan kerja di bidang

pertanian. Jadi, pariwisata mempunyai banyak manfaat dari segi peluang dan

kesempatan kerja.

59

 

59 

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan aspek tujuan yang ingin dicapai, jenis penelitian ini

termasuk penelitian terapan (applied research) yaitu penelitian yang

meneliti atas dasar permasalahan yang signifikan dan hidup di masyarakat

sekitarnya. Tujuannya adalah memecahkan masalah dan hasil penelitian

dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia baik individu ataupun

kelompok. Jika dilihat dari aspek tempat maka penelitian ini termasuk

penelitian lapangan (field research) yaitu peneliti mengumpulkan data dari

lapangan.

Sedangkan jika dilihat dari metode penelitian, maka penelitian ini

termasuk penelitian kualitatif yang mana digunakan untuk mendapatkan

data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna yang tidak

menekankan pada generalisasi namun penekanan pada makna.

B. Fokus Penelitian

Moleong (2005 : 94), berpendapat bahwa penetapan fokus penelitian

atau masalah dalam penelitian kualitatif bagaimanapun akhirnya akan

dipastikan sewaktu peneliti sudah berada di area atau lapangan penelitian.

Dengan kata lain, walaupun rumusan masalah sudah cukup baik dan telah

dirumuskan atas dasar penelaahan kepustakaan dan dengan ditunjang oleh

sejumlah pengalaman tertentu, bisa terjadi situasi di lapangan tidak

memungkinkan peneliti untuk meneliti masalah itu. Dengan demikian

kepastian tentang fokus dan masalah itu yang menentukan adalah keadaan di

lapangan.

60  

Fokus penenlitian dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan

rumusan masalah, dimana rumusan masalah penelitian dijadikan acuan

dalam menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini fokus penelitian dapat

berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah penelitian

di lapangan. Hal tersebut sesuai dengan sifat pendekatan kualitatif yang

lentur, yang mengikuti pola pikir yang empirical induktif, dimana segala

sesuatu dalam penelitian ini ditentukan dari hasil akhir pengumpulan data

yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Proses kebijakan revitalisasi objek wisata gunung kelud di kabupaten

Kediri

a. Perumusan masalah

b. Formulasi Kebijakan

c. Adopsi Kebijakan

d. Implementasi Kebijakan

e. Penilaian Kebijakan

2. Faktor pendorong dan penghambat dalam kebijakan revitalisasi objek

wisata gunung kelud di kabupaten Kediri

a. Faktor pendorong internal dan eksternal dalam revitalisasi objek

wisata

b. Faktor penghambat internal dan eksternal dalam revitalisasi objek

wisata

C. Sumber Data

Data diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi dan observasi pada

staff, masyarakat dan kepala yang ada di Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata

juga beberapa dinas yang terkait di Kabupaten Kediri dan di sekitar

pariwisata gunung kelud, serta beberapa pihak terkait.

61  

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data

bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang

informasi apa yang akan diperoleh. Sehingga dalam wawancara peneliti

telah menyiapkan instrument pertanyaan yang akan diberikan. Dengan

wawancara model ini diharapkan mendapatkan data yang relevan dengan

kebutuhan penelitian. Dengan model ini juga peneliti mempunyai arah dan

panduan yang jelas tentang informasi yang akan didapatkan.

Kelebihan dari wawancara adalah antara lain sebagai berikut:

Wawancara terstuktur akan digunakan untuk menggali data dari staff,

masyarakat dan kepala yang ada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata juga

beberapa dinas yang terkait di Kabupaten Kediri dan di sekitar pariwisata

gunung kelud, serta beberapa pihak terkait. Alasan yang mendasari

penggunaan metode wawancara untuk mengumpulkan data dari responden

tersebut adalah bahwa data yang diperoleh lebih mendalam dan fleksibel

sehingga memungkinkan pula terjadi perkembangan data.

a) Wawancara dapat dilakukan kepada setiap individu tanpa dibatasi

oleh faktor usia maupun kemampuan membaca.

b) Data yang diperoleh dapat langsung diketahui objektivitasnya

c) Wawancara dapat dilaksanakan langsung kepada responden yang

diduga sebagai sumber data.

d) Wawancara dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki

hasil yang diperoleh baik melalui observasi terhadap objek

manusia ataupun bukan manusia

e) Pelaksanaan wawancara dapat lebih fleksibel dan dinamis,

sehingga data yang didapatkan bisa mendalam.

62  

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah lalu. Dokumen

dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Metode dokumentasi akan digunakan untuk mengumpulkan data

berupa catatan-catatan penting mengenai siswa dan madrasah yang dapat

berupa catatan, gambar, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi digunakan

sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.

3. Observasi

Observasi merupakan pengumpulan data yang sebenarnya di

lapangan. Melalui observasi ini peneliti mempelajari segala bentuk perilaku

dan memaknai perilaku tersebut. Dengan observasi ini peneliti dapat

memahami keseluruhan situasi sosial yang ada sehingga didapatkan

pandangan yang menyeluruh. Objek yang diobservasi meliputi staff,

masyarakat dan kepala yang ada di dinas kebudayaan dan pariwisata. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan jenis observasi pertisipatif pasif yakni

peneliti datang ke lokasi penelitian namun tidak ikut terlibat dalam kegiatan

objek yang diobservasi.

E. Lokasi Penelitian Dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah tempat peneliti dapat menagkap keadaan

yang sebenarnya dari obyek yang di teliti. Untuk menentukan lokasi

penelitian, terdapat beberapa faktor yang harus di pertimbangkan oleh

peneliti. Terkait dengan ini, Moeleong (1989:94), berpendapat bahwa cara

terbaik yang di tempuh dalam penentuan lokasi penelitian ini adalah dngan

jalan mempertimbangkan teori substantif, pergilah dan jejakilah lapangan

untuk melihat apakah terdapat kesesuaian yang ada di lapangan.

63  

Berdasarkan acuan di atas, maka penelitian ini mengambil lokasi di

Kabupaten Kediri. Sedangkan Situs Penelitian adalah di Dinas Kebudayaan

Dan Pariwisata juga beberapa dinas yang terkait di Kabupaten Kediri dan

masyarakat di sekitar objek wisata gunung kelud.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan di permudah olehnya.

1. Peneliti Sendiri

2. Pedoman Wawancara

3. Alat tulis/Catatan

G. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data menurut Sugiono (2012:121) meliputi uji

kredibilitas data, uji transferabiliti, uji depenabiliti dan uji confirmabiliti.

Pada penelitian ini di gunakan uji kredibilitas untuk menguji keabsahan data,

uji kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi data diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan

berbagai waktu terdapat 3 trianggulasi dalam keabsahan data yaitu

trianggulasi sumber, trianggulasi teknis dan triangulasi waktu. Pada penelitian

ini, peneliti menggunakan trianggulasi sumber. Trianggulasi sumber adalah

menguji kreadibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang

telah diperoleh melalui beberapa sumber.

64  

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh

data. Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama

di lapangan dan setelah selesai dari lapangan. Namun dalam kenyataannya

analisis data kualitatif dilakukan selama proses pengumpulan data daripada

setelah selesai pengumpulan data.

 

65 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN SITUS PENELITIAN

1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Gambaran Umum Kabupaten Kediri

Kabupaten Kediri, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur

yang kediri terletak 111°47'05" sampai 112°18'20" bujur timur dan 7°36'12"

sampai 8°0'32" lintang selatan. Sedangkan secara geografis Kediri

berbatasan dengan Kabupaten Blitar dan Tulungagung di sebelah selatan,

utara berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Jombang,

Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Nganjuk di bagian barat, dan di

bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten

Malang. Selain itu Kediri terletak + 125 km dari ibukota propinsi Jawa

Timur, Kota Surabaya. Dengan posisi Kabupaten Kediri sangat Strategis

inilah, Kediri sebenarnya berpotensi sebagai pusat pengembangan

perekonomian karena terletak di tengah-tengah wilayah Jawa Timur bagian

barat. Kawasan Jawa Timur bagian barat ini merupakan daerah yang sangat

potensial untuk dikembangkan, karena dari sisi geografis (topografi,

kesuburan tanah, curah hujan dll) yang sangat mendukung untuk

pengembangan perekonomian. Namun demikian dari sisi ekonomi sampai

saat ini belum tergarap secara maksimal karena berbagai kendala dalam

perencanaan pengembangan wilayah di Kabupaten Kediri.

Dalam rangka pengembangan wilayah Kabupaten Kediri menuju ke

arah keberhasilan pembangunan nasional, Kabupaten Kediri mempunyai

visi yang jelas dan tertulis sebagaimanan tertuang pada Peraturan Daerah

Kabupaten Kediri Nomor 5 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kediri tahun 2006 – 2010, yang

66  

berbunyi sebaga berikut: "Terwujudnya masyarakat Kabupaten Kediri yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Demokratis,

berkeadilan, tertib, damai, sejahtera berbasis pertanian didukung

perdagangan, perindustrian dan penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang

Profesional"

Untuk mencapai misi Kabupaten Kediri sebagaimana tersebut di atas,

maka perlu ditetapkan misi-misi yang akan dilaksanakan untuk mencapai

visi tersebut. Misi-misi tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Melaksanakan/mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai wujud peningkatan

keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa

2. Mengembangkan kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan tatanan

masyarakat yang taat kepada peraturan perundang-undangan dalam

rangka meningkatkan kehidupan masyarakt yang aman, tertib, tenteram,

dan damai serta meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam wadah

Negara Kesatuan

3. Terwujudnya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat yang ditandai

terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan,

pendidikan, dan lapangan kerja

4. Pengembangan industri dan pusat-pusat perdagangan berbasis pertanian

serta beorientasi pada mekanisme pasar.

5. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan, khususnya UMKM (usaha

Menengah, kecil dan mikro) yang berdaya saing tinggi

6. Meningkatkan kemajuan dan kemandirian melalui penyelenggaraan

otonomi daerah yang bertanggung jawab didukung penyelenggaraan

pemerintah yang profesional.

Dilihat dari segi sejarah, Kediri pada awalnya merupakan sebuah

kerajaan besar yang bernama Kerajaan Kediri. Kerajaan Kediri mempunyai

wilayah yang cukup luas, mencakup seluruh kawasan Indonesia bagian

67  

timur, bahkan hingga mencapai Pulau Papua. Kerajaan Kediri pun banyak

memiliki catatan sejarah yang membanggakan, salah satu diantaranya

adalah Kerajaan Kediri pernah menjadi lumbung padi nasional pada masa

kejayaannya, yaitu pada masa Raja Jayabaya. Namun pada akhirnya Kediri

dipilah menjadi dua kerajaan, yaitu kerajaan Jenggala dan Panjalu. Seiring

berjalannya waktu Kerajaan Kediri pun mengalami kemunduran dan

mengalami kehancuran ketika mengalami kekalahan dalam perang melawan

Ken Arok, raja Kerajaan Singosari pada tahun 1222.

Ditilik dari sejarah tersebut saja, terlihat bahwa sesungguhnya wilayah

Kediri mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai daerah

pembangunan yang maju. Disamping memiliki catatan histori yang

membanggakan, Kabupaten Kediri juga memiliki banyak potensi lain yang

dapat dikembangkan lebih jauh lagi. Potensi tersebut meliputi potensi fisik

maupun nonfisik yang dapat dijabarkan ke dalam aspek-aspek geografi.

1. Aspek Fisik

Secara astronomis, Kabupaten kediri terletak pada koordinat

111°47'05" sampai 112°18'20" bujur timur dan 7°36'12" sampai 8°0'32"

lintang selatan. Dengan luas wilayah mencapai +1.386,05 K¬m² atau +

5%, dari luas wilyah propinsi Jawa Timur, Kabupaten Kediri mempunyai

kondisi tanah beragam yang terdiri atas 456,49 Km² tanah sawah dan

925,56 Km² tanah kering. Selain itu kondisi topografi Kabupaten Kediri

terdiri dari dataran rendah dan pegunungan menyebabkan Kabupaten

Kediri mempunyai curah hujan yang cukup tinggi dengan tingkat curah

hujan rata-rata sekitar 1652 mm per hari dan mempunyai suhu udara

yang bervariasi antara 23o C sampai dengan 34o C.

Wilayah Kabupaten Kediri diapit oleh dua gunung yang berbeda

sifatnya, yaitu Gunung Kelud di sebelah Timur yang bersifat vulkanik

dan Gunung Wilis disebelah barat Kediri yang bersifat non vulkanik. Hal

tersebut menyebabkan Kediri mempunyai kondisi tanah yang berbeda-

68  

beda. Ditinjau dari jenis tanahnya, Kabupten Kediri dapat dibagi menjadi

5 (lima) golongan. Yaitu :

a. Regosol coklat kekelabuan seluas 77.397 Ha atau 55,84 %, merupakan

jenis tanah yang sebagian besar ada di wilayah kecamatan Kepung,

Puncu, ngancar, Plosoklaten, Wates, Gurah, Pare, kandangan, kandat,

Ringinrejo, Kras, papar, Purwoasri, Pagu, Plemahan, Kunjang dan

Gampengrejo

b. Aluvial kelabu coklat seluas 28,178 Ha atau 20,33 %, merupakan jenis

tanah yang dijumpai di Kecamatan Ngadiluwih, Kras, Semen, Mojo,

Grogol, Banyakan, Papar, Tarokan dan Kandangan

c. Andosol coklat kuning, regosol coklat kuning, litosol seluas 4.408 Ha

atau 3,18 %, dijumpai di daerah ketinggian di atas 1.000 dpl seperti

Kecamatan Kandangan, Grogol, Semen dan Mojo.

d. Mediteran coklat merah, grumosol kelabu seluas 13.556 Ha atau 9,78

%, terdapat di Kecamatan Mojo, Semen, Grogol, banyakan, tarokan,

Plemahan, Pare dan Kunjang.

e. Litosol coklat kemerahan seluas 15.066 Ha atau 10.87%, terdapat di

kecamatan Semen, Mojo, Grogol, banyakan, tarokan dan kandangan.

Sedangkan tepat di bagian tengah wilyah Kediri melintas sungai

Brantas yang bersumber dari mata air Sumberbrantas dan bermuara di

Laut Jawa, sungai yang mempunyai aliran cukup besar ini telah

membelah Kediri menjadi dua bagian, yaitu Kediri bagian barat dan

Kediri bagian timur. Kediri bagian barat sungai Brantas merupakan

daerah perbukitan lereng Gunung Wilis dan Gunung Klotok. Sedangkan

Kediri bagian timur merupakan daerah yang cukup subur dengan kondisi

topografi beragam, yang terdiri dari dataran rendah dan pegunungan,

terutama Gunung Kelud.

Selain itu dengan banyaknya sungai-sungai yang ada di Kabupaten

Kediri mengakibatkan wilayah di Kabupaten Kediri juga mempunyai

69  

daerah yang berfungsi sebagai waduk/bendungan yang juga berfuungsi

sebagai irigasi dan pengendalian banjir. Sehingga kondisinya merupakan

kawasan konservasi yang harus dilindungi dan dijaga.

2. Aspek Biotis

Kabupaten Kediri merupakan kawasan yang terdiri dari daerah

dataran rendah dan daerah pegunungan. Hal ini mengakibatkan

Kabupaten Kediri menjadi daerah yang memiliki aspek biotis yang

beraneka ragam baik berupa tanaman pangan, perkebunan, kehutanan

maupun hewan ternak. Tanaman pangan di Kabupaten Kediri terdiri dari

padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau.

Sayur-sayuran di Kabupaten Kediri terdiri dari lombok, mentimun,

tomat, terong dan bawang merah. Buah-buahan terdiri dari mangga,

pepaya, nanas dan pisang. Untuk tanaman perkebunan terdiri dari karet,

kopi, coklat, cengkeh, kopra, kelapa, jambu mete, randu, lada dan tebu.

Sektor peternakan terdiri dari ayam petelor atau pedaging, sapi perah,

sapi potong, kuda, kerbau, kambing dan ayam kampung. Sedangkan dari

sektor perikanan di daerah Kabupaten Kediri berupa jenis ikan air tawar

seperti lele, mujair, tawes dan berbagai macam jenis ikan air tawar

lainnya.

Dari segi potensi sumber daya air, Kabupaten Kediri mempunyai

cukup banyak sumber daya air yang berasal dari mata air dan sungai.

Sumber daya air di Kabupaten Kediri berasal dari sungai, mata air, dan

waduk, dimana kesemuanya merupakan sumber daya yang sangat

potensial. Di sisi lain potensi bentang alam di Kabupaten Kediri yang

mempunyai kawasan pegungungan dapat dikembangkan menjadi potensi

kawasan wisata. Kawasan hutan di Kabupaten Kediri yang terdiri dari

pohon sengon dan pinus juga merupakan potensi lingkungan hidup yang

dapat meningkatkan pedapatan daerah karena sebagian kawasan

konservasi juga menghasilkan prooduk-produk dasar, misalnya kayu

70  

bakar, kayu petukangan, getah pinus, dan sebagainya. Hutan juga

digunakan sebagai areal penelitian untuk meningkatkan ilmu

pengetahuan dan juga sebagai tempat perlindungan satwa-satwa.

3. Aspek manusia dan sosial

Aspek manusia dan sosial di Kabupaten Kediri adalah potensi

penduduk yang mencakup sumber daya manusia sebagai tenaga kerja

penggerak pembangunan atau sebagai pelaku segala kegiatan dalam

kehidupan dan penghidupannya. Hampir sebagian besar masyarakat

Kabupaten Kediri telah memiliki mata pencaharian, hal ini tampak dari

data yang diperoleh bahwa jumlah tenaga kerja pada berbagai sektor di

Kabupaten Kediri jumlahnya mencapai 953.075 jiwa. Dan bila dilihat

dari struuktur tenaga kerja yang ada di Kabupaten Kediri maka terlihat

bahwa mayoritas penduduknya bermata pencaharian dalam sektor

pertanian, peternakan, perkebunan, dan perburuhan.

Untuk angkatan kerja yang belum tersalurkan perlu adanya

bimbingan dan lahan menjadi tenaga kerja yang terampil dan siap pakai.

Dilihat dari kondisi kawasan yang mayoritas bergerak di sektor pertanian

dan industri maka pengalokasian dari tenaga kerja dapat disalurkan pada

sektor-sektor untuk lebih meningkatkan sektor pertanian dan industri,

dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah di Kabupaten Kediri

melalui sumber daya manusianya. Data penduduk Kabupaten Kediri pada

akhir tahun 2006 tercatat ada 1.445.695 jiwa. Ada penambahan 6.912

jiwa dibandingkan tahun 2005. jumlah kelahiran dan kematian selisih

5.502 jiwa, masing-masing sebanyak 13.863 dan 8.361 jiwa.

Menurut catatan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kediri, pada tahun

2006 tercatat ada 9.144 lowongan kerja baru, naik 1,04 kali lipat

dibandingkan kondisi tahun 2005. sedangkan jumlah pencari kerja baru

tercatat sebanyak 11.642 orang. Jumlah penempatan tenaga kerja ada

sebanyak 9.144 orang. Hal ini berarti penyerapan lowongan baru adalah

71  

100% namun penyerapan pencari kerja baru 78,54%. Pendidikan di

Kabupaten Kediri sudah lumayan maju terbukti dengan bertambahnya

institusi pendidikan pada tahun 2006 ini yaitu 93 intitusi dibandingkan

tahun 2005. Kesehatan dan KB di Kabupaten Kediri sudah lebih baik

terbukti dengan adanya penurunan jumlah pasien dari tahun ke tahun dan

adanya penambahan tenaga medis di Kabupaten Kediri.

4. Aspek abstrak

Kediri terletak pada 111°47'05" sampai 112°18'20" bujur timur dan

7°36'12" sampai 8°0'32" lintang selatan. Sedangkan secara geografis

Kediri berbatasan dengan Kabupaten Blitar dan Tulungagung di sebelah

selatan, utara berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten

Jombang, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Nganjuk di bagian

barat, dan di bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan

Kabupaten Malang. Selain itu Kediri terletak + 125 km dari ibukota

propinsi Jawa Timur, Kota Surabaya. Dengan posisi Kabupaten Kediri

sangat Strategis inilah, Kediri sebenarnya berpotensi sebagai pusat

pengembangan perekonomian karena terletak di tengah-tengah wilayah

Jawa Timur bagian barat. Kawasan Jawa Timur bagian barat ini

merupakan daerah yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena

dari sisi geografis (topografi, kesuburan tanah, curah hujan dll) yang

sangat mendukung untuk pengembangan perekonomian.

Di bidang transportasi, kondisi jalan di kabupaten kediri

menunjukkan kondisi yang cukup baik yakni dengan bertambahnya jalan

dengan perkerasan aspal sebesar 3,42 % dan berkurangnya jalan

makadam sebesar 72,00 %. Selain itu telah ada penanganan terhadap

kerusakan sehingga dapat mengurangi panjang jalan rusak sebanyak

36,7% dari 352,23 Km menjadi 413,03 Km. Dalam rangka perluasan

jangkauan pelayanan dibidang trasportasi, terdapat pengembangan

jaringan trayek baru yaitu trayek kediri-kras-karangnongko dan trayek

72  

mrican-wonorejo. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari segi prasarana

atau jaringan trasportasi telah dapat memenuhi kebutuhan pergerakan

masyarakat Kab. Kediri.Ketersediaan sarana angkutan Umum di wilayah

perdesaan di Kab. Kediri yakni termasuk di daerah-daerah yang memiliki

produksi yang potensial diketahui masih terbatas. Sehingga perlu adanya

pembangunan sarana angkutan umum perdesaan yang dapat melayani

seluruh pelosok wilayah Kab. Kediri terutama dapat menjadi penghubung

pusat-pusat produksi dengan Pasar.

Mengenai struktur ruang didasarkan atas struktur hierarki kota/orde

kota dengan melihat kelengkapan fasilitas yang terdapat di setiap kota.

Untuk hierarki/orde kota yang terdapat di Kabupaten Kediri adalah orde

I, yaitu: pada kota Pare dan Gampengrejo, dimana pada kawasan tersebut

mempunyai potensi sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan

jasa, pengumpul dan distribusi komoditi peranian, pusat pendidikan

lokal, pariwisata dan kegiatan industri yang ditunjang pula dengan

jaringan jalan yang cukup baik dan memenuhi struktur kota. Sehingga

kawasan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam

memacu pertumbuhan dan perkembangan daerah sekitar. Dimana suatu

kota akan dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan daerah

apabila mempunyai sistem hierarki yang jelas, baik kemampuan

pelayanannya terhadap kawasan hinterlandnya maupun orientasi

pelayanan pada kota itu sediri dengan tetap menjalankan kemampuan

tersebut secara efektif.

Sedangkan kota-kota dengan orde II adalah yang terdiri atas grogol,

Ngadiluwih, dan Gurah serta kota-kota dengan orde dibawahnya, dimana

pada kawasan tersebut sangat berpotensi untuk pengembangan sektor

pertanian beserta pemasarannya untuk membentuuk struktur ruang yang

hierarkis.

73  

1. Letak dan Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Kediri secara

geografis terletak pada koordinat antara 111o 47’ 05” s/d 112o 18’

20” Bujur Timur dan 7o 36’ 12’’ s/d 8o 0’ 32” Lintang Selatan.

2. Berdasarkan topografinya Kabupaten Kediri dibagi menjadi 4

(empat) golongan dari luas wilayah, yaitu ketinggian di atas 0 meter –

100 meter dpl membentang seluas 32,45%, ketinggian di atas 100

meter – 500 meter dpl membentang seluas 53,83%, ketinggian di

atas 500 meter – 1.000 meter dpl membentang se-luas 9,98%, dan

ketinggian di atas 1.000 meter dpl membentang seluas 3,73%.

3. Secara geologis karakteristik wilayah Kabupaten Kediri dapat

diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : Bagian Barat Sungai

Brantas, merupakan perbukitan lereng Gunung Wilis dan Gunung

Klotok, sebagian besar merupakan daerah kurang subur; Bagian

Tengah, merupakan dataran rendah yang sangat subur, melintas

aliran Sungai Brantas dari selatan ke utara yang membelah wilayah

Kabupaten Kediri; Bagian Timur Sungai Brantas, merupakan

perbukitan kurang subur yang membentang dari Gunung

Argowayang di bagian utara dan Gunung Kelud di bagian selatan.

4. Di wilayah Kabupaten Kediri mengalir banyak sungai ataupun

saluran alam, dimana sungai yang memiliki debit air yang cukup

besar dan mengalir sepanjang tahun meliputi Kali Brantas, Kali

Konto, Kali Bakung, Kali Kolokoso, Kulo Turitunggorono, Kali

Bangi dan Kali Sedayu. Sementara sungai-sungai lainnya

umumnya berupa sungai musiman yang hanya mengalir pada

musim penghujan, sementara pada musim kemarau sungai tersebut

kering atau tidak berair.

74  

2.Gambaran Umum Situs Penelitian

a. Gambaran Umum Gunung Kelud

Gunung Kelud adalah sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa Timur,

Indonesia, yang tergolong aktif. Gunung ini berada di perbatasan antara

Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang , kira-kira 27

km sebelah timur pusat Kota Kediri. Sebagaimana Gunung Merapi, Gunung

Kelud merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia.Sejak

tahun 1000 M, Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dengan letusan

terbesar berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index (VEI). Letusan terakhir

Gunung Kelud terjadi pada tahun 2014.

Gunung api ini termasuk dalam tipe stratovulkan dengan karakteristik

letusan eksplosif. Seperti banyak gunung api lainnya di Pulau Jawa, Gunung

Kelud terbentuk akibat proses subduksi lempeng benua Indo-Australia

terhadap lempeng Eurasia. Sejak sekitar tahun 1300 Masehi, gunung ini

tercatat aktif meletus dengan rentang jarak waktu yang relatif pendek (9-25

tahun), menjadikannya sebagai gunung api yang berbahaya bagi manusia.

Kekhasan gunung api ini adalah adanya danau kawah, yang dalam kondisi

letusan dapat menghasilkan aliran lahar letusan dalam jumlah besar, dan

membahayakan penduduk sekitarnya. Letusan freatik tahun 2007

memunculkan kubah lava yang semakin membesar dan menyumbat

permukaan danau, sehingga danau kawah nyaris sirna, menyisakan

genangan kecil seperti kubangan air. Kubah lava ini kemudian hancur pada

letusan besar di awal tahun 2014.

Puncak-puncak yang ada sekarang merupakan sisa dari letusan besar

masa lalu yang meruntuhkan bagian puncak purba. Dinding di sisi barat

daya runtuh terbuka sehingga kompleks kawah membuka ke arah itu.

Puncak Kelud adalah yang tertinggi, berposisi agak di timur laut kawah.

Puncak-puncak lainnya adalah Puncak Gajahmungkur di sisi barat dan

Puncak Sumbing di sisi selatan.

75  

b. Catatan Aktifitas Gunung Kelud

1.Gunung Kelud 1901

Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih dari

15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban

lebih dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar

telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga

kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa

akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk. Pada abad ke-

20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei), 1951

(31 Agustus), 1966 (26 April), dan 1990 (10 Februari-13 Maret).

Pola ini membawa para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan

bagi letusan gunung ini. Memasuki abad ke-21, gunung ini erupsi pada

tahun 2007 dan 13-14 Februari 2014. Perubahan frekuensi ini terjadi

akibat terbentuknya sumbat lava di mulut kawah gunung. Hampir semua

erupsi yang tercatat ini berlangsung singkat (2 hari atau kurang) dan

bertipe eksplosif (VEI maks. 4), kecuali letusan 1990 dan 2007. Malam

hari antara 22 dan 23 Mei 1901 terjadi letusan besar berulang-ulang, dan

meningkat pada pukul 03.00 dini hari. Suara letusan dilaporkan terdengar

dari Pekalongan dan hujan abu mencapai Bogor. Embusan awan panas

dilaporkan mencapai Kediri. Banyaknya korban jiwa diperkirakan cukup

banyak, namun tidak ada catatan.

2. Gunung Kelud 1919.

Letusan Gunung Kelud tahun 1919 tercatat dalam laporan Carl

Wilhelm Wormser (1876-1946), pejabat Pengadilan Landraad di Tulung

Agung (masa kolonial Belanda), yang menjadi saksi mata bencana alam

tersebut. Pada 20 Mei 1919 siang, tiba-tiba langit gelap. Hilangnya

matahari membuat semua yang hidup menjadi takut dan gentar. Hujan

abu dan batu yang turun. Para penduduk desa di lereng gunung berusaha

menyelamatkan apapun yang dapat diselamatkan: harta dan jiwa dan

76  

hewan peliharaan. Semuanya berlarian menghindari kekerasan alam.

Lari! Lari kemanakah dirimu? Bernafas semakin sulit. Udara semakin

mencekik semua yang bernafas. Bunyi desiran semakin dekat dan kuat.

Aliran lahar menghancurkan semuanya dan mengganggu jalan keluar

untuk manusia. Bangunan dan pepohonan besar patah menjadi kecil-kecil

bak korek api. Kawah memuntahkan lahar dan abu dan disertai awan gas

beracun. Hutan, tanah dan sawah terselimuti kain berwarna abu-abu.

Belasan desa raib dari peta bumi. Ribuan korban jiwa terkubur hidup-

hidup.

Letusan 1919 ini termasuk di antara yang paling mematikan karena

menelan korban 5.160 jiwa, merusak sampai 15.000 ha lahan produktif

karena aliran lahar mencapai 38 km, meskipun di Kali Badak telah

dibangun bendung penahan lahar pada tahun 1905. Selain itu, Hugo

Cool, seorang ahli pertambangan, pada tahun 1907 juga ditugaskan

melakukan penggalian saluran melalui pematang atau dinding kawah

bagian barat. Usaha itu berhasil mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik.

Karena letusan inilah kemudian dibangun sistem saluran terowongan

pembuangan air danau kawah, dan selesai pada tahun 1926. Secara

keseluruhan dibangun tujuh terowongan.

3. Letusan Kelud 1951.

Pada tanggal 31 Agustus 1951, pukul 06.15/06.30, Gunung Kelud

kembali meletus (erupsi) secara eksplosif. Akibat letusan besar ini,

sejumlah kota di Pulau Jawa terkena hujan abu, termasuk Yogyakarta dan

Surakarta dan mencapai Bandung. Suasana gelap melanda kota-kota

terdampak, menyebabkan sekolah harus meliburkan siswa-siswanya dan

jawatan-jawatan berhenti beraktivitas. Letusan 1951 adalah yang pertama

kali terjadi setelah pembuatan terowongan-terowongan pembuangan air

kawah selesai dibangun. Van Ijzendoorn, Kartograf Kepala Badan

Geologi, menyimpulkan bahwa sistem saluran ini sangat membantu

77  

mengurangi dampak kerugian akibat letusan. Tujuh orang tewas akibat

letusan ini, tiga di antaranya petugas pengamat gunung api. Selain itu,

157 orang terluka. Akibat letusan ini pula, dasar danau kawau menurun

sehingga volume air meningkat menjadi 50 juta meter kubik.

4. Letusan 1966

Letusan besar terjadi pada tanggal 26 April 1966 pukul 20.15.

Sekitar 210 lebih orang tewas akibat letusan ini[6]. Sistem terowongan

rusak berat, sehingga dibuatlah terowongan baru 45 meter di bawah

terowongan lama. Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama

Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume

danau kawah agar stabil pada angka 2,5 juta meter kubik.

5. Letusan 1990

Letusan 1990 berlangsung selama 45 hari, yaitu 10 Februari 1990

hingga 13 Maret 1990. Pada letusan ini, Gunung Kelud memuntahkan

57,3 juta meter kubik material vulkanik. Lahar dingin menjalar sampai

24 kilometer dari danau kawah melalui 11 sungai yang berhulu di gunung

itu. Letusan ini sempat menutup terowongan Ampera dengan material

vulkanik. Proses normalisasi baru selesai pada tahun 1994.

6. Letusan 2007

Letusan pada tahun 2007 dianggap "menyimpang" dari perilaku

dasar Kelud karena letusan bertipe freatik (leleran dengan letusan-letusan

kecil) bukan eksplosif sebagaimana letusan-letusan sebelumnya. Selain

itu, letusan ini menghasilkan suatu sumbat lava berbentuk kubah yang

menyebabkan "hilang"nya danau kawah. Aktivitas gunung ini meningkat

pada akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November

tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah,

peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari

kehijauan menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan oleh

78  

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007

yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung (lebih

kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus

mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.

Setelah sempat agak mereda, aktivitas Gunung Kelud kembali

meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air

danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal. Pada tanggal 3

November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat

Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius,

sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor

dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas

pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan. Akibat

aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan

munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan

kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November

2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m.

Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran

magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan

dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990. Sejak

peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada

tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi

"siaga" (tingkat 3). Danau kawah Gunung Kelud praktis "hilang" karena

kemunculan kubah lava yang berdiameter 469 m dan volume sebesar

16,2 juta meter kubik. Yang tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh

berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.

7. Letusan 2014

Letusan Kelud 2014 dianggap lebih dahsyat daripada tahun 1990.

Meskipun hanya berlangsung tidak lebih daripada dua hari dan memakan

4 korban jiwa akibat peristiwa ikutan, bukan akibat langsung letusan.

79  

Peningkatan aktivitas sudah dideteksi di akhir tahun 2013. Namun,

situasi kembali tenang. Baru kemudian diumumkan peningkatan status

dari Normal menjadi Waspada sejak tanggal 2 Februari 2014.

Pada 10 Februari 2014, Gunung Kelud dinaikkan statusnya menjadi

Siaga dan kemudian pada tanggal 13 Februari pukul 21.15 diumumkan

status bahaya tertinggi, Awas (Level IV), sehingga radius 10 km dari

puncak harus dikosongkan dari manusia. Hanya dalam waktu kurang dari

dua jam, pada pukul 22.50 telah terjadi letusan pertama tipe ledakan

(eksplosif). Erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990 ini (pada tahun

2007 tipenya efusif, yaitu berupa aliran magma) menyebabkan hujan

kerikil yang cukup lebat dirasakan warga di wilayah Kecamatan

Ngancar, Kediri, Jawa Timur, lokasi tempat gunung berapi yang terkenal

aktif ini berada, bahkan hingga kota Pare, Kediri. Wilayah Kecamatan

Wates dijadikan tempat tujuan pengungsian warga yang tinggal dalam

radius sampai 10 kilometer dari kubah lava, sesuai rekomendasi dari

Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG). Suara

ledakan dilaporkan terdengar hingga kota Solo dan Yogyakarta ( berjarak

200 km dari pusat letusan), bahkan Purbalingga (lebih kurang 300 km),

Jawa Tengah.

Dampak berupa abu vulkanik pada tanggal 14 Februari 2014 dini

hari dilaporkan warga telah mencapai Kabupaten Ponorogo. Di

Yogyakarta, teramati hampir seluruh wilayah tertutup abu vulkanik yang

cukup pekat, melebihi abu vulkanik dari Merapi pada tahun 2010.

Ketebalan abu vulkanik di kawasan Yogyakarta dan Sleman bahkan

diperkirakan lebih dari 2 centimeter. Dampak abu vulkanik juga

mengarah ke arah Barat Jawa, dan dilaporkan sudah mencapai Kabupaten

Ciamis, Bandung dan beberapa daerah lain di Jawa Barat. Di daerah

Madiun dan Magetan jarak pandang untuk pengendara kendaraan

bermotor atau mobil hanya sekitar 3-5 meter karena turunnya abu

80  

vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut sehingga banyak kendaraan

bermotor yang berjalan sangat pelan.

Hujan abu dari letusan melumpuhkan Jawa. Tujuh bandara di

Yogyakarta, Surakarta, Surabaya, Malang, Semarang, Cilacap dan

Bandung, ditutup. Kerugian keuangan dari penutupan bandara yang

dinilai mencapai miliaran rupiah, termasuk sekitar 2 miliar rupiah di

Bandara Internasional Juanda di Surabaya. Kerusakan yang signifikan

disebabkan untuk berbagai manufaktur dan industri pertanian. Akibat

hujan abu, perusahaan seperti Unilever Indonesia mengalami kesulitan

mendistribusikan produk mereka di seluruh daerah yang terdampak.

Kebun apel di Batu, Jawa Timur, membukukan kerugian hingga Rp 17,8

miliar, sedangkan industri susu di provinsi ini membukukan kerugian

tinggi.

Kondisi gunung setelah letusan satu malam tersebut berangsur

tenang dan pada tanggal 20 Februari 2014 status aktivitas diturunkan dari

Awas menjadi Siaga (level III) oleh PVMBG. Selanjutnya pada tanggal

28 Februari 2014 status kembali turun menjadi Waspada (Level II).

Akibat letusan ini, kubah yang menyumbat jalur keluarnya lava hancur

dan Kelud memiliki kawah kering. Dimungkinkan terbentuk danau

kawah kembali setelah beberapa tahun. Pada awal Maret sebagian besar

dari 12.304 bangunan hancur atau rusak selama letusan telah diperbaiki,

dengan perkiraan biaya sebesar Rp 55 miliar. Obyek wisata Gunung

Kelud Gunung Kelud 2012. Kubah lava 2007 tampak di tengah, dengan

latar belakang Puncak Kelud. Di sebelah kiri adalah bagian dari Puncak

Gajahmungkur.

Menuju kawasan puncak Gunung Kelud sejak tahun 2004

hubungan jalan darat telah diperbaiki untuk mempermudah para

wisatawan serta penduduk. Gunung Kelud telah menjadi objek wisata

Kabupaten Kediri dengan atraksi utama adalah kubah lava. Di puncak

81  

Gajahmungkur dibangun gardu pandang dengan tangga terbuat dari

semen. Pada malam akhir pekan, kubah lava diberi penerangan lampu

berwarna-warni. Selain itu, telah disediakan pula jalur panjat tebing di

puncak Sumbing, pemandian air panas, serta flying fox. Tindakan

Kabupaten Kediri membangun kawasan wisata ini mendapat protes dari

Kabupaten Blitar, yang menganggap wilayah puncak Kelud merupakan

wilayahnya. Sengketa wilayah ini terutama meruncing setelah turunnya

Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/113/KPTS/013/2012

yang menyatakan bahwa kawasan puncak Kelud merupakan wilayah

Kabupaten Kediri.

B. PENYAJIAN DATA DAN FOKUS PENELITIAN

1. Proses kebijakan revitalisasi objek wisata gunung kelud di kabupaten Kediri

a. Kronologi Letusan Gunung Kelud

Peningkatan aktivitas Gunung Kelud mulai terjadi di akhir tahun

2013. Pada 10 Februari 2014, Gunung Kelud dinaikkan statusnya menjadi

Siaga dan kemudian Awas pada tanggal 13 Februari pukul 21.15

diumumkan status bahaya tertinggi, Awas (Level IV), sehingga radius 10

km dari puncak harus dikosongkan dari manusia. Belum sempat

pengungsian dilakukan, pada pukul 22.50 telah terjadi letusan tipe ledakan

(eksplosif). Erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990 (pada tahun 2007

tipenya efusif, yaitu berupa aliran magma) diprediksikan akan terjadi setelah

hujan kerikil yang cukup lebat dirasakan warga di wilayah Kecamatan

Ngancar, Kediri, Jawa Timur, lokasi tempat gunung berapi yang terkenal

aktif ini berada, bahkan hingga kota Pare, Kediri. Wilayah Wates dijadikan

tempat tujuan pengungsian warga yang tinggal dalam radius sampai 10

kilometer dari kubah lava menurut rekomendasi dari Pusat Vulkanologi,

Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG). Suara ledakan dilaporkan

82  

terdengar hingga kota Solo dan Yogyakarta (200 km), bahkan Purbalingga

(lebih kurang 300 km), Jawa Tengah.

Dampak berupa abu vulkanik pada tanggal 14 Februari 2014 dini hari

dilaporkan warga telah mencapai Kabupaten Ponorogo, bahkan di

Yogyakarta hampir seluruh wilayah tertutup abu vulkanik yang cukup pekat

melebihi abu vulkanik dari Merapi. Ketebalan abu vulkanik di kawasan

Yogyakarta dan Sleman bahkan diperkirakan lebih dari 2 centimeter.

Dampak Debu abu vulkanik juga mengarah ke arah Barat Jawa, dan

dilaporkan sudah mencapai Kabupaten Ciamis, Bandung dan beberapa

daerah lain di Jawa Barat. Di daerah Madiun dan Magetan jarak pandang

untuk pengendara kendaraan bermotor atau mobil hanya sekitar 3-5 meter

karena turunnya abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tersebut sehingga

banyak kendaraan bermotor yang berjalan sangat pelan. Di sisi lain banyak

pengguna kendaraan atau warga di sekitar Kota Madiun yang terganggu

akibat Erupsi tersebut.

Menyusul adanya letusan intruksi Kemenhub menutup sementara

beberapa bandar udara di Pulau Jawa seperti Bandar Udara Internasional

Juanda Surabaya, Bandar Udara Abdul Rachman Saleh Malang, Bandar

Udara Achmad Yani Semarang, Bandar Udara Adi Sutjipto Yogyakarta,

Bandar Udara Adi Sumarmo Surakarta, Bandar Udara Tunggul Wulung

Cilacap dan Bandar Udara Husein Sastranegara Bandung. Letusan 2014

telah dideteksi oleh PVMBG dan ditanggapi dengan peningkatan status

menjadi Waspada (level II). Pada tanggal 10 Februari status meningkat

menjadi Siaga (Level III), dan persiapan – persiapan mengenai kebencanaan

telah mulai dilakukan. Kawasan seputar 5 km dari titik puncak kawah telah

disterilkan dari kegiatan manusia. Letusan Kelud kali ini paling dahsyat

dibanding letusan sebelumnya pada tahun 1990.

Gunung Kelud adalah gunung vulkanik terakhir meletus pada

November 2007. Gunung ini diketahui aktif 7 tahun kemudian, tepatnya

pada Januari 2014. “Aktivitas terakhir terjadi pada tahun 2007 diawali

dengan peningkatan aktivitas kegempaan dan diakhiri dengan erupsi efusif

83  

(peristiwa keluarnya magma dalam bentuk lelehan lava, red) pada tanggal 3-

4 November 2007 berupa kubah lava di tengah danau kawah," demikian

kata Pusat ulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) seperti dari

laman PVMBG, Jumat (14/2/2014). Gunung Kelud berbentuk strato, secara

administratif terletak di tiga Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan

Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dan secara geografis terletak pada

posisi 7º 56’ 00” LS, 112º 18’ 30” BT dengan ketinggian puncak 1.731

meter di atas permukaan laut.

Berikut kronologi aktifnya Gunung Kelud hingga meletus pada 2014:

1. Januari 2014

Terjadi peningkatan jumlah kegempaan di Gunung Kelud yang

didominasi oleh Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan Vulkanik

Dalam (VA). Gempa vulanik dalam meningkat sejak tanggal 15

Januari 2014 dengan kisaran 22-157 kejadian per hari atau rata-rata

harian 90 kejadian.

2. Tanggal 27

Gempa vulkanik dangkal teramati meningkat signifikan dalam

kisaran 13-90 kejadian per hari atau rata-rata 37 kejadian/hari.

3. Tanggal 2 Februari 2014

Berdasarkan peningkatan kegempaan vulkanik yang cukup

signifikan tersebut, status Gunung Kelud dinaikkan dari Normal

(Level I) menjadi Waspada (Level II). Kegempaan didominasi oleh

Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan Vulkanik Dalam (VA).

4. Tanggal 5-8 Februari 2014

Teramati adanya peningkatan energi sejak tanggal 6 Februari.

Gempa tersebar di sekitar Gunung Kelud, dengan kedalaman di

bawah 5 km, dari bawah puncak dan umumnya terkonsentrasi pada

kedalaman 1,5 km sampai 2,5 km.

5. Tanggal 9 Februari 2014

Terjadi peningkatan energi di mana amplitudo (simpangan yang

paling jauh pada getaran, red) gempa-gempa vulkanik relatif

84  

membesar dan jumlah yang meningkat. Kalkulasi hiposenter

gempa-gempa Vulkanik memperlihatkan sebaran gempa di sekitar

Gunung Kelud dengan kedalaman mencapai 3 km di bawah

puncak.

6. Tanggal 13 Februari 2014

Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental serta potensi

ancaman bahaya Gunung Kelud, pukul 21.15 WIB status kegiatan

Gunung Kelud dinaikkan dari SIAGA (level III) menjadi AWAS

(level IV).Masyarakat di sekitar Gunung Kelud dan

pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan melakukan aktivitas

dan mendekati kawah dan yang ada di puncak Gunung Kelud

dalam radius 10 km dari kawah aktif.

Terjadi letusan.

a. Pukul 22.55

b. Pukul 23.00

c. Pukul 23.23

d. Pukul 23.29 terjadi letusan besar

e. Pukul 23.36 hujan batu sampai ke Pare

f. Pukul 23.41 Hujan krikil sampai ke Wates dan Pesantren Kota

Kediri

g. Pukul 23. 55 hujan krikil sampai di SLG

h. Pukul 00.05 hujan krikil sampai ke pace nganjuk

i. Pukul 22.50 petugas vulkanologi meninggalkan pos kelud saat

letusan ke 3

j. Pukul 01.10 pengungsi dari Trisulo dan Sugihwaras sebanyak 2

truk diungsikan ke posko Utama Convention Center SLG

k. Semburan atau letusan mencapai ketinggian 17 km atau 50.000

kaki yang terjadi pada pukul 23.23 hari kamis tgl 13 februari

2014, kata bapak Gede Swantika, Ini Merupakan Letusan

Gunung Kelud Terdasyat Dibandingkan Th. 1990

 

Gamb

kelud

b. Per

set

pu

me

ang

ber

me

deb

wi

Jat

sud

Jaw

ses

de

Pu

De

ban

han

deb

Plo

bar 2. Baga

di Kabupat

rumusan maKedahsy

tahun lalu m

ukul 21.55

enggelegar d

gkasa samp

rtaburan ke

erata ke selu

bu sekitar 10

layah Kabu

tim lainnya.

dah sampai k

wa Bali ditu

suai keparah

Kerusak

sa terdekat

uncu, Kepun

esa Laharpa

ngunan lain

ngus. Kerus

bu panas m

osoklaten, W

an Proses K

ten Kediri

asalah yatan erupsi

masih segar d

Wib. Gun

dan memunt

pai 17 Km.

e seluruh w

uruh pelosok

0 s/d 30 cm

upaten Ngan

Bahkan sam

ke wilayah J

utup sement

han dampak d

kan paling p

dari radius

ng, dan Nga

ang, Besowo

nya hancur

sakan paling

meliputi 6 K

Wates dan

Kebijakan R

Gunung Ke

diingatan kit

nung Kelud

tahkan mate

Berbagai u

wilayah sekit

Kabupaten

. Esok harin

njuk, Jomba

mpai sore h

Jawa Barat d

tara sampai

debu Gunun

arah akibat e

Gunung Ke

ancar. Desa

o dan Kebo

atapnya, pe

g luas adalah

Kecamatan

Kandangan

Revitalisasi

elud pada tan

ta semua. Pa

d meletus

erial yang m

ukuran batu

tar Gunung

Kediri, deng

nya debu ma

ang, Malang

ari Jum’at 1

dan Mataram

waktu pem

ng Kelud di b

erupsi Gunu

elud yaitu d

a yang men

onrejo. Disin

rtanian dan

h sektor pert

yaitu Ngan

n. Namun

objek wisat

nggal 13 Peb

ada saat itu h

dengan su

membumbung

u, kerikil, d

g Kelud, sed

gan ketebala

asih mengguy

g, Madiun d

13 Pebruari

m. Selain itu

mbersihan de

bandara terse

ung Kelud ad

di wilayah K

galami rusa

ni banyak r

perkebunan

tanian akiba

ncar, Kepun

demikian m

85

ta gunung

bruari 2014

hari Kamis

uara keras

g tinggi ke

debu panas

dang debu

an pasir dan

yur sampai

dan daerah

2014 debu

Bandara se

ebu selesai

ebut.

dalah desa-

Kecamatan

ak terparah

rumah dan

n rusak dan

at pasir dan

ng, Puncu,

masyarakat

86  

Kabupaten Kediri masih tetap bersyukur karena erupsi Gunung Kelud

sedahsyat itu tidak satupun korban manusia meninggal. Selain itu

penanganan terhadap para pengungsi dan pengamanan harta benda

berharga milik pengungsi dapat diamankan. Harta benda bergerak

khususnya ternak yang banyak dimiliki warga di lereng Gunung Kelud

juga dapat terselamatkan dan tidak ada yang mati serta tidak ada

penjualan ternak bear-besaran secara murah meskipun ternak tidak jadi

diungsikan.

Dalam 1 tahun pasca erupsi Gunung Kelud pada hari ini, semua

sudah kembali normal mulai dari pembenahan kondisi rumah yang

rusak, bangunan sekolah, saluran air, pertanian, peternakan, dan

pariwisata. Roda kehidupan masyarakat sudah berjalan lancar seperti

sebelum erupsi Gunung Kelud, para petani dan peternak maupun

pengusaha kecil sudah melaksanakan aktifitasnya seperti sediakala.

Bahkan pasca erupsi Gunung Kelud saat ini sudah banyak

menampakkan manfaat dan keuntungan bagi warga sekitar seperti lahan

pertanian lebih subur dan pengunjung ke wilayah Gunung Kelud sudah

mulai banyak serta jutaaan material pasir dan kerikil sudah banyak yang

memanfaatkan. Semua tersebut tidak lepas dari peran Bupati Kediri

dr.Hj.Haryanti Sutrisno yang berperan sebagai arsitek penanggulangan

bencana Gunung Kelud pada Tahun 2014. Setelah status Waspada

Gunung Kelud pada tanggal 2 Pebruari 2014 ditetapkan oleh PVMB

(Pusat Vulkanonologi dan Mitigasi Bencana) Bandung. Sesaat setelah

penetapan tersebut dr.H.Haryanti Sutrisno langsung melakukan rapat

koordinasi dengan seluruh anggota Satlak Penanggulangan Bencana

Kelud Kabupaten Kediri untuk melaksanakan tugas secara aktif mulai

saat itu sesuai dengan tugas bidang masing masing.

c. Formulasi Kebijakan

Dalam rapat koordinasi dr. Hj. Haryanti Sutrisno memerintahkan

dan menekankan kepada seluruh anggota Satlak Penanggulangan

Gunung Kelud untuk mengutamakan pada penyelamatan nyawa

87  

manusia. Beliau mengatakan bahwa kesuksesan Satlak dalam

penanggulangan Gunung Kelud adalah Zero korban. Untuk itu setiap

bidang Satlak harus bekerja secara sungguh-sungguh untuk

memprioritaskan nyawa manusia. Mulai saat itu sesuai perintah dr.Hj.

Haryanti Sutrisno, Dinas Kominfo yang berperan sebagai Kepala

Penerangan Satlak selalu melakukan koordinasi dan memantau kondisi

Gunung Kelud dengan Bagian Vulkanologi Gunung Kelud di Ngancar.

Selanjutnya secara rutin menginformasikan ke masyarakat melalui

broadcast handphone, HT (Handy Talky), radio komunitas, radio swasta

dan lembaga penyiaran lainnya seperti ORARI, RAPI sebanyak 2 kali

sehari, yaitu pada pukul 6 pagi dan 6 sore.

Informasi tersebut meliputi suhu udara, suhu kawah, kelembaban,

getaran tektonik dalam, tektonik jauh dan tektonik luar serta status

Gunung Kelud. Selain itu informasi penting lainnya seperti titik kumpul

evakuasi, tempat pengungsian, jumlah pengungsi di masing-masing

pengungsian, kondisi pengungsi, sarana dan prasarana di tempat

pengungsian dan informasi penting lainnya sampai penanganan pasca

erupsi Gunung Kelud selalu diinformasikan kepada masyarakat dan para

pencari berita. Sesaat setelah Erupsi Gunung Kelud, Bupati Kediri dr.

Hj. Haryanti Sutrisno memerintahkan SatlakDSC 0229.1 untuk

memprioritas penanganan pengungsi, tempat pengungsian, makanan dan

minuman, pakaian dan kesehatan pengungsi. Mulai saat itu dr. Hj.

Haryanti Sutrisno secara langsung selalu mengecek kondisi seluruh

pengungsi dan tempat pengungsian serta kelengkapan sarana dan

prasarana yag diperlukan dalam pengungsian.

Pembersihan jalan-jalan yang tertutup pasir dan debu langsung

dikerjakan Satlak bersama TNI, Polri dan masyarakat demi kelancaran

lalu lintas. Selain itu pembenahan atap-atap rumah, sekolah dan

bangunan lainnya segera dilaksanakan. Setelah satu bulan perbaikan dan

pembenahan rumah sudah siap layak huni. dr. Hj. Haryanti Sutrisno

memimpin seluruh anggota Satlak untuk berkonsentrasi pada

88  

pengembalian pengungsi dan memulihkan roda perekonomian

pengungsi melalui bantuan dinas terkait disesuaikan mata pencaharian

warga. Pada saat itu dr.Hj.Haryanti Sutrisno menghimbau kepada para

donator untuk membantu khususnya sarana dan prasarana pertanian

seperti benih jagung, sayur mayur, pupuk organik, dan pakan ternak. Hal

ini dikarenakan mayoritas warga yang terdampak erupsi Gunung Kelud

adalah petani dan peternak. Selanjutnya perbaikan sarana dan prasarana

sumber air lama yang rusak maupun pencarian sumber air baru, bak

penampungan air dan saluran air bersih ke warga selalu digalakkan.

Selain itu untuk mengembalikan habitat lingkungan Gunung Kelud yang

rusak, dalam satu tahun ini penghijauan di lereng Gunung Kelud terus

selalu digalakkan oleh dr.Hj.Haryanti Sutrisno.

Mewakili Bupati Kediri dr.Hj. Haryanti Sutrisno, Kepala Bidang

Informasi Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi , Adi

Suwignyo menyatakan bahwa sejak status Gunung Kelud dinaikkan

menjadi Waspada pada tanggal 3 Pebruari 2014, maka atas perintah dan

arahan dr.Hj. Haryanti Sutrisno kepada seluruh personil yang tergabung

dalam Satlak sudah harus bekerja secara serius sesuai dengan tugas

masing-masing.

Dalam kesempatan tersebut dr.Hj.Haryanti Sutrisno mengatakan

bahwa yang utama dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung

Kelud adalah Zero korban manusia atau tanpa satupun korban manusia.

Saya instruksikan kepada semua anggota satlak harus fokus dan

meningkatkan kewaspadaannya terhadap penyelamatan nyawa manusia

di setiap tindakan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud yang

saat ini sudah dinaikkan statusnya menjadi Waspada. Instruksi

dr.Hj.Haryanti Sutrisno. Adi Suwignyo menjelaskan bahwa

perkembangan status Gunung Kelud dari waspada menjadi siaga dan

awas sangatlah cepat kejadiannya. Status Gunung Kelud dinaikkan dari

Waspada menjadi Siaga level 3 pada pukul 21.15’ Wib. hari Kamis

tanggal 13 Pebruari 2014 oleh PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

89  

Bencana Geologi) Bandung. Selang satu jam setelah itu yaitu pukul

22.50. Wib PVMBG menaikkan status Gunung Kelud menjadi Awas

Meletus.

Titik kumpul evakuasi warga, pengangkutan, sampai ke tempat

pengungsian serta masing-masing personil mulai dari RT, RW, Desa,

Kecamatan dan Kabupaten serta semua yang terlibat dalam evakuasi

sudah dilakukan simulasi sebelum status siaga dan awas meletus.

Sehingga dengan demikian personil satlak maupun warga yang tinggal

di sekitar Gunung Kelud pada saat erupsi pada saat itu sudah betul-betul

siaga dan tanggap untuk melakukan penyelematan sesuai dengan

simulasi evakuasi. Sebagaimana perintah dan arahan dr.Hj.Haryanti

Sutrisno. Mengenai semua informasi perkembangan status Gunung

Kelud mulai dari waspada sampai status awas meletus dan penanganan

pengungsi pasca meletusnya Gunung Kelud sesuai instruksi

dr.Hj.Haryanti Sutrisno harus dilakukan secara satu pintu di Media

Center. Disini yang berwenang melakukan informasi terkait

perkembangan status kegunungan dan penanganan pasca Gunung Kelud

meletus adalah Ketua Satlak Dandim 0809 Kediri, Wakil Ketua Satlak

yaitu Wakil Bupati Kediri dan Kepala Bidang Komunikasi dan

Informasi Satlak.

Hal ini ditujukan untuk menghindari salah informasi atau

informasi yang menyesatkan dan meresahkan warga korban bencana.

Jadi informasi yang telah dikeluarkan oleh media massa maupun

elektronik lokal, nasional dan international pada saat itu semua

bersumber dari ketiga orang tersebut atau dari website resmi Pemerintah

Kabupaten Kediri. Jelas Adi Suwignyo. Yang tidak kalah penting dari

peran satlak dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud mulai

dari status waspada, siaga dan meletusnya Gunung Kelud hingga

penanganan pasca Erupsi Gunung Kelud adalah peran aktif anggota TNI

yang begitu sigap melakukan persiapan dan pelaksanaan tempat

evakuasi, penyelamatan warga, tenda pengungsi, dapur warga pengungsi

90  

dan perbaikan rumah warga yang rusak serta perbaikan sarana prasarana

umum lainnya.

d. Adopsi Kebijakan Rekomendasi membuahkan pengatahuan yang relevan dengan

kebijakan tentang manfaat atau biaya dari berbagai alternatif yang

akibatnya dimasa mendatang telah diestimasikan melalui peramalan. Ini

membantu pengambilan kebijakan pada tahap adopsi kebijakan.

Rekomendasi membantu mengestimasi tingkat resiko dan

ketidakpastian, mengenal eksternalitas dan akibat ganda, menentukan

kriteria dalam pembuatan pilihan, dan mentukan pertanggungjawaban

administratif bagi implementasi kebijakan.

Kebijakan publik merupakan semacam jawaban terhadap suatu

masalah karena merupakan upaya memecahkan, mengurangi dan

mencegah suatu keburukan serta sebaliknya menjadi penganjur inovasi

dan pemuka terjadinya kebaikan dengan cara terbaik dan tindakan

terarah. Dapat dirumuskan pula bahwa pengetahuan tentang kebijakan

publik adalah pengetahuan tentang sebab-sebab, konsekuensi, dan

kinerja kebijakan dan program publik.

Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud

terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana

erupsi Gunung Kelud 2014, tahap persiapan pelaksanaan rencana

penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap tanggap

darurat bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap transisi ke tahap

pemulihan, dan tahap pemulihan. Penahapan penanggulangan bencana

erupsi Gunung Kelud 2014 di Kabupaten Kediri telah terstruktur dengan

baik tetapi perencanaan penanggulangan bencananya bersifat mendadak

sehingga perencanaan belum dapat melingkupi semua aspek misalnya

evakuasi hewan ternak yang tidak sempat dilakukan. Hal tersebut

dikarenakan terdapat perencanaan kontingensi dalam menghadapi

bencana letusan Gunung Kelud yang tidak sesuai dengan rencana seperti

melesetnya perkiraan letusan Gunung Kelud tetapi dokumen tersebut

91  

tidak diperbaiki. Oleh karena itu, peningkatan status Gunung Kelud

mempengaruhi tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi

Gunung Kelud 2014. Selanjutnya, dibentuk Prosedur Tetap

Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Kelud sebagai pedoman dalam

menghadapi letusan Gunung Kelud.

Selain itu, PBB melalui salah satu lembaganya FAO (Food and

Agriculture Organization) turut membantu rehabilitasi wilayah

terdampak letusan Gunung Kelud yaitu dengan menyelenggarakan

program UNJP (United Nation Join Programe) Support to Mt Kelud

Post Eruption Recovery Programme. Program ini bertujuan untuk

membantu rehabilitasi dan membangun kembali keadaan sosial

ekonomi masyarakat pasca erupsi Gunung Kelud agar lebih cepat pulih.

e. Implementasi Kebijakan Salah satu tahapan penting dalam perumusan kebijakan publik

adalah tahap implementasi kebijakan. Tahap implementasi sering

dianggap hanya sebagai suatu pelaksanaan dari apa yang telah di

putuskan dan di tetapkan oleh para pengambil keputusan dalam hal ini

adalah pemerintah dan tahapan ini dianggap tahapan yang kurang

berpenggaruh. Dalam tahapan ini menyangkut sejauh mana suatu

kebijakan bisa dilaksanakan dalam dunia nyata. Namun pada

kenyataanya tahapan ini menjadi sangat penting karena suatu kebijakan

yang telah ditetapkan hanya akan menjadi impian belaka apabila tidak di

implementasikan. Tahap Implementasi Kebijakan Publik adalah tahap

dimana suatu kebijakan harus dapat diimplementasikan secara maksimal

sehingga tujuan dari kebijakan itu dapat tercapai. Dimana selanjutnya,

membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang

ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang diterapkan dengan yang

benar-benar dihasilkan. Jadi ini membantu pengambilan kebijakan

terhadap proses pembuatan kebijakan. Evaluasi tidak hanya

menghasilkan kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah

terselesaikan, tetapi juga menyumbang pada klarifikasi dan kritik

92  

terhadap nilai-nilai yang mendasari kebijakan, membantu dalam

penyesuaian dan perumusan kembali masalah.

Yang dilakukan pertama adalah Sosialisasi dan Koordinasi

Program, Koordinasi jajaran pemerintahan hingga tingkat

Desa/Kelurahan. Sosialisasi kepada masyarakat umum dan korban.

Membangun kebersamaan, solidaritas, dan kerelawanan. Lalu,

Inventarisasi dan identifikasi tingkat kerusakan/kerugian bencana

dilakukan oleh BNPB dan/atau BPBD dan/atau unsur-unsur lain yang

dikoordinasikan oleh BNPB dan/atau BPBD. Verifikasi atas hasil

inventarisasi dan identifikasi kerusakan/ kerugian dapat dilakukan oleh

BNPB dan/atau BPBD oleh karena adanya usulan, masukan, sanggahan

dari masyarakat maupunkarena timbulnya bencana susulan dan hal lain

yang relevan. Inventarisasi, identifikasi kerusakan/kerugian atau

verifikasi atas hasilnya dilakukan pada pelaksanaan “rapid assessment”

tahap tanggap darurat dan atau rehabilitasi.

Selanjutnya adalah Perencanaan dan penetapan prioritas di tingkat

masyarakat yang dilakukan secara partisipatif oleh kelompok

masyarakat merupakan masukan penting bagi program rehabilitasi.

Sinkronisasi rencana dan program meliputi sinkronisasi program

tahapan rehabilitasi, prabencana, tanggap darurat dan rekonstruksi,

sinkronisasi lintas-pelaku, sinkronisasi lintas-sektor, sinkronisasi lintas-

wilayah. Perencanaan, penetapan prioritas dan sinkronisasi program

dilakukan oleh BPBD dan/atau BNPB. Lalu, Mobilisasi sumberdaya

yang meliputi sumberdaya manusia, peralatan, material dan dana

dilakukan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia.

Sumberdaya manusia yang memahami dan mempunyai ketrampilan

secara profesional sangat diperlukan dalam semua proses dan kegiatan

rehabilitasi pascabencana. Sumberdaya yang berupa peralatan, material

dan dana disediakan dan siap dialokasikan untuk menunjang proses

rehabilitasi.

93  

Pelaksanaan revitalisasi meliputi kegiatan perbaikan fisik dan

pemulihan fungsi non-fisik. Kegiatan revitalisasi dilaksanakan di

wilayah yang terkena bencana maupun wilayah lain yang dimungkinkan

untuk dijadikan wilayah sasaran kegiatan revitalisasi. Kegiatan

rehabilitasi dilakukan oleh BNPB jika status bencana adalah tingkat

nasional atau atas inisiatif sendiri BNPB dan atau BPBD untuk status

bencana daerah. Kegiatan revitalisasi juga dimungkinkan untuk

melibatkan banyak pemangku kepentingan dan masyarakat.

Pemantauan penyelenggaraan revitalisasi pascabencana

diperlukan sebagai upaya untuk memantau secara terus-menerus

terhadap proses dan kegiatan revitalisasi. Pelaksanaan pemantauan

kegiatan revitalisasi dilakukan oleh unsur pengarah beserta unsur

pelaksana BNPB dan atau BPBD dan dapat melibatkan lembaga/institusi

perencanaan di tingkat nasional dan/atau daerah, sebagai bahan

menyeluruh dalam penyelenggaraan revitalisasi. Penyusunan laporan

penyelenggaraan revitalisasi pascabencana dilakukan oleh unsur

pengarah dan/atau unsur pelaksana BNPB dan/atau BPBD. Laporan

penyelenggaraan revitalisasi selanjutnya digunakan untuk memverifikasi

perencanaan program revitalisasi.

Untuk memastikan keberlanjutan program yang di rintis oleh

FAO ini, tim telah memformulasikan sebuah rencana keberlanjutan yang

akan disusulkan sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan program

secara strategis. Program SID kolaborasi FAO dengan pemerintah

sangat membantu pemasaran produk warga. Pada penutupan program

UNJP di Desa Babadan Kec Ngancar, Bupati Kediri dr Haryanti

Sutrisno memberikan apresiasi positif pada kerja yang dilakukan oleh

Antonia Caranaggi dan tim. Bupati Haryanti berjanji akan melanjutkan

keberlangsungan program ini demi meningkatkan taraf hidup

masyarakat sekitar Gunung Kelud.

Manfaat dari program kerjasama ini sangat dirasakan oleh para

warga. Sebagaimana diungkapkan oleh Dariyanto, salah seorang

94  

penerima program Sistem Informasi Desa (SID), program kolaborasi

antara tim FAO dengan pemerintah, “Melalui SID kami bisa

memasarkan produk secara online, sehingga pemasaran bisa lebih jauh,

bukan hanya sebatas pasar desa bahkan menjangkau luar kota”. Manfaat

dirasakan juga oleh Sulatun warga desa Kampung Baru. Dengan

bantuan dari FAO, kelompok ternak Estu Karya Jaya yang dipimpinnya

mampu mengembangkan kandang Komunal terstandarisasi sehingga

meningkatkan kualitas serta produktifitas ternak yang dikelola

kelompoknya.

f. Penilaian Kebijakan Program UNJP ini telah bekerja sekitar 20 bulan. Dirintis sejak

Desember 2014 dan dimulai resmi Maret 2015 sampai Agustus 2016.

Di Kabupaten Kediri, tim telah bekerja setidaknya di delapan lokasi

yaitu desa Babadan, Sugih waras, Sempu, Puncu, Kampung baru,

Kebonrejo dan Besowo. Di tahun 2016 banyak kemajuan yang sudah

dicapai oleh tim. Tim telah berhasil bekerja meningkatkan kapasitas

pemerintah setempat untuk berkoordinasi melakukan pemulihan awal

dipasca bencana dan penguatan langkah-langkah pemulihan. Tim juga

berhasil memperkuat kapasitas pemerintah untuk merencanakan dan

meimplementasikan langkah-langkah pemulihan pasca bencana.

Tim juga telah berhasil menginstitusikan target dalam mendukung

pemulihan mata pencaharian dalam pembangunan kesempatan ekonomi

baru di area pasca bencana, setidaknya ada 10.000 bibit pisang yang

sudah dieksekusikan di desa Kebonrojo, Wonorejo dan Puncu , serta

memberikan manfaat bagi setidaknya 6 kelompok tani setempat. Tim

juga telah berhasil mewujudkan setidaknya sejumlah 54 ekor sapi, 30

ekor domba dan 175 ekor kambing di Kabupaten Kediri dan Kabupaten

Malang dan memberikan manfaat bagi sekitar 113 kepala keluarga.

Antonio Caranaggi, Operation Coordinator FAO Indonesia

mengungkapkan bahwa bantuan tersebut disediakan berdasarkan proses

partisipasi yang melibatkan warga dan berdasarkan konsultasi dengan

95  

pihak pemerintah. “Pekerjaan lainnya sudah termasuk dalam

mengurangi hama dan juga mendukung kelompok pengolah makanan di

area terdampak”, tambahnya.

Dikutip dari majalah tempo bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara

(PTUN) Surabaya mengabulkan gugatan Pemerintah Kabupaten Kediri

atas sengketa pengelolaan Gunung Kelud dengan Pemerintah Kabupaten

Blitar. Humas PTUN Surabaya Sofyan Iskandari menjelaskan saat

pembacaan putusan, Rabu, 12 Agustus 2015, majelis hakim PTUN yang

diketuai oleh Anna L. Tewernusa mengabulkan gugatan Pemerintah

Kabupaten Kediri. "Keputusannya memang begitu," katanya kepada

Tempo, di kantornya, Jumat, 14 Agustus 2015. Sofyan menjelaskan,

majelis hakim menyatakan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur

Nomor 188/828/KPTS/013/2014 tertanggal 11 Desember 2014 tentang

pencabutan atas Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor

188/113/KPTS/013/2012 tertanggal 28 Februari 2012, dinyatakan batal

dan tidak sah. Menurut Sofyan, putusan itu belum inkracht (belum

berkuatan hukum tetap), karena tergugat dan turut tergugat masih punya

waktu 14 hari untuk memutuskan apakah menerima atau banding atas

putusan itu. Dalam sengketa yang berkaitan hak pengelolaan Gunung

Kelud, Pemerintah Kabupaten Kediri menggugat Gubernur Jawa Timur

dan Pemerintah Kabupaten Blitar sebagai turut tergugat. Sengketa dua

kabupaten itu berlangsung sejak 2003. Kemudian kembali memanas

pada 2009. Setelah melalui rangkaian perundingan yang alot, Gubernur

Jawa Timur mengeluarkan Surat Keputusan Nomor

188/113/KPTS/013/2012 tentang hak pengelolaan Gunung Kelud yang

diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Kediri pada 2012. Surat

keputusan itu menuai protes Pemerintah Kabupaten Blitar, yang

kemudian menggugat Gubernur di PTUN Surabaya. Meski gugatan

tersebut tidak bisa diproses oleh PTUN Surabaya, tapi mampu

menggoyahkan sikap Gubernur Soekarwo untuk mencabut SK yang

memberikan hak pengelolaan Gunung Kelud yang diberikan kepada

96  

Pemerintah Kabupaten Kediri. Gubernur Jawa Timur kemudian

menerbitkan SK Nomor 188/828/KPTS/013/2014 tertanggal 11

Desember 2014 yang menyatakan Gunung Kelud dalam status quo.

Beleid itu sekaligus mencabut Surat Keputusan Nomor

188/113/KPTS/013/2012. Namun, justru Pemerintah Kabupaten Kediri

meradang, yang kemudian menggugat Gubernur ke PTUN Surabaya

dengan tuduhan melakukan pelanggaran hukum. Inilah yang menjadi

kendala saat ini dalam hal mengatasi kelanjutan pembangunan pada

kebijakan revitalisasi pemerintah kabupaten kediri pada objek wisata

gunung kelud.

2. Faktor pendorong dan penghambat dalam implementasi kebijakan revitalisasi objek wisata gunung kelud di kabupaten Kediri a. Faktor pendorong internal dan eksternal dalam revitalisasi objek

wisata Faktor pendorong tersebut terdiri dari kesiapsiagaan masyarakat

dalam menghadapi bencana erupsi Gunung Kelud, koordinasi antar

pelaku proses, penyiapan kendaraan untuk evakuasi, kecepatan

pelaporan kepada ketua bakornas (badan koordinasi nasional) ,

pemilihan anggota Satlak PBP (penanggulangan bencana dan

pengungsi) , perencanaan titik dan jalur evakuasi, pemanfaatan jalur

evakausi, penyebaran informasi melalui RAPI (radio antar penduduk

Indonesia) , adanya petunjuk jalur evakuasi, dan kebutuhan warga yang

harus dipenuhi.

b. Faktor penghambat internal dan eksternal dalam revitalisasi objek wisata

Kurangnya SDM Lokal dalam upaya menangani revitalisasi pasca bencana gunung kelud merupakan faktor penghambat dari revitalisasi gunung kelud tersebut. Sehingga pemerintah kabupaten Kediri mengambil tenaga dari BNPB serta dari instansi lainnya untuk menyelesaikan masalah ini. Juga pada perubahan status Gunung kelud, letusan Gunung Kelud, keaktifan lembaga swadaya masyarakat, waktu tempuh perubahan status Gunung Kelud yang singkat, kepercayaan warga, datangnya isu yang tidak jelas, mati listrik, dan keadaan panik.

 

C

gusta18me

C. PEMBA

1. Proses

Kedir

Gamb

kelud

a. Per

rele

men

mel

mem

pen

mem

pelu

kab

yan

Kendala unung kelud atus quo, 8/828/KPTSenyatakan G

HASAN

s kebijakan

ri

bar 3. Baga

di Kabupat

rumusan ma

Dalam p

evan dengan

ndasari defin

lalui penyus

mbantu men

nyebab-peny

madukan pa

uang-peluan

Disini dal

bupaten Ked

ng akan dija

lain juga ditu sendiri.

seperti S/013/2014

Gunung Kelu

n revitalisas

an Proses K

ten Kediri

asalah

perumusan m

n kebijakan

nisi masalah

sunan agend

nemukan asu

yebabnya, m

andangan-pa

ng kebijakan

lam membu

diri melihat

adikan seba

datang dari Dimana sekyang dintertanggal

d dalam stat

si objek wis

Kebijakan R

masalah dap

n yang mem

h dan mema

da (agenda s

umsi-asumsi

memetakan tu

andangan ya

yang baru.

at kebijakan

terlebih dah

agai bahan

aspek legalkarang statusnyatakan 11 Destus quo.

sata gunung

Revitalisasi

pat memaso

mpersoalkan

asuki proses

setting). Peru

i yang tersem

ujuan-tujuan

ang bertenta

n tentang rev

hulu penyeb

untuk mem

l terhadap ks gunung kepada SK

sember 20

g kelud di k

objek wisat

ok pengetah

n asumsi-asu

s pembuatan

umusan mas

mbunyi, me

n yang mem

angan dan

vitalisasi gun

bab – penye

mbuat kebijak

97

keberadaan elud adalah

K Nomor 014 yang

kabupaten

ta gunung

huan yang

umsi yang

n kebijakan

salah dapat

endiagnosis

mungkinkan

merancang

nung kelud,

ebab utama

kan dalam

98  

revitalisasi gunung kelud. Dimana kerusakan paling parah akibat erupsi

Gunung Kelud adalah desa – desa terdekat dari radius Gunung Kelud

yaitu di wilayah Kecamatan Puncu, Kepung, dan Ngancar. Desa yang

mengalami rusak terparah Desa Laharpang, Besowo dan Kebonrejo.

Disini banyak rumah dan bangunan lainnya hancur atapnya, pertanian

dan perkebunan rusak dan hangus. Kerusakan paling luas adalah sektor

pertanian akibat pasir dan debu panas meliputi 6 Kecamatan yaitu

Ngancar, Kepung, Puncu, Plosoklaten, Wates dan Kandangan. Namun

demikian masyarakat Kabupaten Kediri masih tetap bersyukur karena

erupsi Gunung Kelud sedahsyat itu tidak satupun korban manusia

meninggal. Selain itu penanganan terhadap para pengungsi dan

pengamanan harta benda berharga milik pengungsi dapat diamankan.

Harta benda bergerak khususnya ternak yang banyak dimiliki warga di

lereng Gunung Kelud juga dapat terselamatkan dan tidak ada yang mati

serta tidak ada penjualan ternak bear-besaran secara murah meskipun

ternak tidak jadi diungsikan.

Dalam 1 tahun pasca erupsi Gunung Kelud pada hari ini, semua

sudah kembali normal mulai dari pembenahan kondisi rumah yang rusak,

bangunan sekolah, saluran air, pertanian, peternakan, dan pariwisata.

Roda kehidupan masyarakat sudah berjalan lancar seperti sebelum erupsi

Gunung Kelud, para petani dan peternak maupun pengusaha kecil sudah

melaksanakan aktifitasnya seperti sediakala. Bahkan pasca erupsi

Gunung Kelud saat ini sudah banyak menampakkan manfaat dan

keuntungan bagi warga sekitar seperti lahan pertanian lebih subur dan

pengunjung ke wilayah Gunung Kelud sudah mulai banyak serta jutaaan

material pasir dan kerikil sudah banyak yang memanfaatkan. Semua

tersebut tidak lepas dari peran pemerintah kabupaten Kediri yang

berperan sebagai aktor utama dalam penanggulangan bencana Gunung

Kelud pada Tahun 2014. Setelah status Waspada Gunung Kelud pada

tanggal 2 Pebruari 2014 ditetapkan oleh PVMB (Pusat Vulkanonologi

dan Mitigasi Bencana) Bandung. Sesaat setelah penetapan tersebut

99  

pemerintah kabupaten Kediri langsung melakukan rapat koordinasi

dengan seluruh anggota Satlak Penanggulangan Bencana Kelud

Kabupaten Kediri untuk melaksanakan tugas secara aktif mulai saat itu

sesuai dengan tugas bidang masing masing.

b. Formulasi Kebijakan Dalam fase formulasi kebijakan publik, realitas politik yang

melingkupi proses pembuatan kebijakan publik tidak boleh dilepaskan

dari fokus kajiannya. Sebab bila kita melepaskan kenyataan politik dari

proses pembuatan kebijakan publik, maka jelas kebijakan publik yang

dihasilkan itu akan miskin aspek lapangannya. Sebuah produk kebijakan

publik yang miskin aspek lapangannya itu jelas akan menemui banyak

persoalan pada tahap penerapan berikutnya. Dan yang tidak boleh

dilupakan adalah penerapannya dilapangan dimana kebijakan publik itu

hidup tidaklah pernah steril dari unsur politik. Formulasi kebijakan

publik adalah langkah yang paling awal dalam proses kebijakan publik

secara keseluruhan, oleh karena apa yang terjadi pada tahap ini akan

sangat menentukan berhasil tidaknya kebijakan publik yang dibuat itu

pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu perlu adanya kehati-hatian

lebih dari para pembuat kebijakan ketika akan melakukan formulasi

kebijakan publik ini. Yang harus diingat pula adalah bahwa formulasi

kebijakan publik yang baik adalah formulasi kebijakan publik yang

berorientasi pada implementasi dan evaluasi. Sebab seringkali para

pengambil kebijakan beranggapan bahwa formulasi kebijakan yang baik

itu adalah sebuah uraian konseptual yang sarat dengan pesan-pesan ideal

dan normatif, namun tidak membumi. Padahal sesungguhnya formulasi

kebijakan publik yang baik itu adalah sebuah uraian atas kematangan

pembacaan realitas sekaligus alternatif solusi yang fisibel terhadap

realitas tersebut.

Di dalam tahap ini, pemerintah kabupaten Kediri melakukan rapat

koordinasi dengan memerintahkan dan menekankan kepada seluruh

100  

anggota Satlak Penanggulangan Gunung Kelud untuk mengutamakan

pada penyelamatan nyawa manusia. Untuk itu setiap bidang Satlak harus

bekerja secara sungguh-sungguh untuk memprioritaskan nyawa manusia.

Mulai saat itu sesuai perintah dr.Hj. Haryanti Sutrisno, Dinas Kominfo

Kabupaten Kediri yang berperan sebagai Kepala Penerangan Satlak

selalu melakukan koordinasi dan memantau kondisi Gunung Kelud

dengan Bagian Vulkanologi Gunung Kelud di Ngancar. Selanjutnya

secara rutin menginformasikan ke masyarakat melalui broadcast

handphone, HT (Handy Talky), radio komunitas, radio swasta dan

lembaga penyiaran lainnya seperti ORARI, RAPI sebanyak 2 kali sehari,

yaitu pada pukul 6 pagi dan 6 sore.

Informasi tersebut meliputi suhu udara, suhu kawah, kelembaban,

getaran tektonik dalam, tektonik jauh dan tektonik luar serta status

Gunung Kelud. Selain itu informasi penting lainnya seperti titik kumpul

evakuasi, tempat pengungsian, jumlah pengungsi di masing-masing

pengungsian, kondisi pengungsi, sarana dan prasarana di tempat

pengungsian dan informasi penting lainnya sampai penanganan pasca

erupsi Gunung Kelud selalu diinformasikan kepada masyarakat dan para

pencari berita. Sesaat setelah Erupsi Gunung Kelud, Bupati Kediri dr. Hj.

Haryanti Sutrisno memerintahkan Satlak DSC 0229.1 untuk

memprioritas penanganan pengungsi, tempat pengungsian, makanan dan

minuman, pakaian dan kesehatan pengungsi. Mulai saat itu dr. Hj.

Haryanti Sutrisno secara langsung selalu mengecek kondisi seluruh

pengungsi dan tempat pengungsian serta kelengkapan sarana dan

prasarana yang diperlukan dalam pengungsian.

Pembersihan jalan-jalan yang tertutup pasir dan debu langsung

dikerjakan Satlak bersama TNI, Polri dan masyarakat demi kelancaran

lalu lintas. Selain itu pembenahan atap-atap rumah, sekolah dan

bangunan lainnya segera dilaksanakan. Setelah satu bulan perbaikan dan

pembenahan rumah sudah siap layak huni. dr. Hj. Haryanti Sutrisno

memimpin seluruh anggota Satlak untuk berkonsentrasi pada

101  

pengembalian pengungsi dan memulihkan roda perekonomian pengungsi

melalui bantuan dinas terkait disesuaikan mata pencaharian warga. Pada

saat itu dr.Hj.Haryanti Sutrisno menghimbau kepada para donator untuk

membantu khususnya sarana dan prasarana pertanian seperti benih

jagung, sayur mayur, pupuk organik, dan pakan ternak. Hal ini

dikarenakan mayoritas warga yang terdampak erupsi Gunung Kelud

adalah petani dan peternak. Selanjutnya perbaikan sarana dan prasarana

sumber air lama yang rusak maupun pencarian sumber air baru, bak

penampungan air dan saluran air bersih ke warga selalu digalakkan.

Selain itu untuk mengembalikan habitat lingkungan Gunung Kelud yang

rusak, dalam satu tahun ini penghijauan di lereng Gunung Kelud terus

selalu digalakkan oleh dr.Hj.Haryanti Sutrisno.

Selain itu, PBB melalui salah satu lembaganya FAO (Food and

Agriculture Organization) turut membantu rehabilitasi wilayah

terdampak letusan Gunung Kelud yaitu dengan menyelenggarakan

program UNJP (United Nation Join Programe) Support to Mt Kelud Post

Eruption Recovery Programme. Program ini bertujuan untuk membantu

rehabilitasi dan membangun kembali keadaan sosial ekonomi

masyarakat pasca erupsi Gunung Kelud agar lebih cepat pulih.

Sebagaimana diketahui, erupsi Gunung Kelud pada tahun 2014

telah mengakibatkan sekitar 2341 KK dalam radius 10 km mengungsi

dan telah menyebabkan kerusakan yang cukup besar khususnya sektor

pertanian di wilayah Kabupaten Kediri, Malang, dan Blitar. Angka

kerugian mencapai 100 miliar rupiah dan hampir 15.000 ha lahan

pertanian mengalami kerusakan. Angka ini mewakili setidaknya 23%

dari kerugian total di Propinsi Jawa Timur. Disebutkan oleh Ardanti YC

Sutarto, National Project Manager FAO Kelud, tujuan FAO dalam

proyek ini adalah untuk memulihkan mata pencaharian penduduk secara

cepat serta mengembangkan potensi ekonomi di wilayah , seperti

peternakan, hortikultura dan pariwisata. “Gemes saya, potensi wisata di

Kabupaten Kediri sangat luar biasa, sayang belum dikembangkan

102  

maksimal”, ungkapnya. Bupati Haryanti mengunjungi stand UMKM

warga Ngancar. Produk-produk yang ditampilkan ini merupakan salah

satu bukti keberhasilan tim FAU meningkatkan ekonomi warga.

c. Adopsi Kebijakan Adopsi kebijakan merupakan alternatif kebijakan yang diadopsi

dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsesnsus diantara direktur

lembaga atau keputusan peradilan. Dimana pada tahap ini pemerintah

kabupaten kediri melakukan beberapa Penahapan penanggulangan

bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap

perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap

persiapan pelaksanaan rencana penanggulangan bencana erupsi Gunung

Kelud 2014, tahap tanggap darurat bencana erupsi Gunung Kelud 2014,

tahap transisi ke tahap pemulihan, dan tahap pemulihan. Penahapan

penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014 di Kabupaten

Kediri telah terstruktur dengan baik tetapi perencanaan penanggulangan

bencananya bersifat mendadak sehingga perencanaan belum dapat

melingkupi semua aspek misalnya evakuasi hewan ternak yang tidak

sempat dilakukan. Hal tersebut dikarenakan terdapat perencanaan

kontingensi dalam menghadapi bencana letusan Gunung Kelud yang

tidak sesuai dengan rencana seperti melesetnya perkiraan letusan Gunung

Kelud tetapi dokumen tersebut tidak diperbaiki. Oleh karena itu,

peningkatan status Gunung Kelud mempengaruhi tahap perencanaan

penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014. Selanjutnya,

dibentuk Prosedur Tetap Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Kelud

sebagai pedoman dalam menghadapi letusan Gunung Kelud.

d. Implementasi Kebijakan Mengimplementasikan sebuah kebijakan bukanlah masalah yang

mudah terutama dalam mencapai tujuan bersama, cukup sulit untuk

membuat sebuah kebijakan publik yang baik dan adil. Dan lebih sulit lagi

untuk melaksanakannya dalam bantuk dan cara yang memuaskan semua

orang termasuk mereka yang dianggap klien. Masalah lainnya adalah

103  

kesulitan dalam memenuhi tuntutan berbagai kelompok yang dapat

menyebabkan konflik yang mendorong berkembangnya pemikiran politik

sebagai konflik. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa implementasi

kebijakan meliputi semua tindakan yang berlangsung antara pernyataan

atau perumusan kebijakan dan dampak aktualnya.

Pada tahap ini, penanggulangan bencana alam erupsi Gunung

Kelud pada tanggal 13 Pebruari 2014 yang dilakukan oleh Satlak

Penanggulangan Bencana dan Pengungsi Pemerintah Kabupaten Kediri

dengan prestasi tanpa korban manusia banyak mengundang perhatian

berbagai ahli vulkanologi dunia diantaranya Mr. Jibiki salah satu

Vulkanologi dari Negara Jepang. Jika melihat kedahsyatan erupsi

Gunung Kelud yang memuntahkan material ke angkasa sampai 17 Km

dan menyebarkan material tersebut sampai Mataram Nusa Tenggara

Barat dan Daerah Jawa Barat pada esok harinya. Seluruh Bandara Udara

di Jawa dan Bali menghentikan aktivitasnya karena pengaruh muntahan

material debu yang dimuntahkan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa

yang utama dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud adalah

Zero korban manusia atau tanpa satupun korban manusia. Sesuai dengan

yang diinstruksikan kepada semua anggota satlak yaitu harus fokus dan

meningkatkan kewaspadaannya terhadap penyelamatan nyawa manusia

di setiap tindakan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud yang

saat ini sudah dinaikkan statusnya menjadi Waspada. Perkembangan

status Gunung Kelud dari waspada menjadi siaga dan awas sangatlah

cepat kejadiannya. Status Gunung Kelud dinaikkan dari Waspada

menjadi Siaga level 3 pada pukul 21.15’ Wib. hari Kamis tanggal 13

Pebruari 2014 oleh PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi) Bandung. Selang satu jam setelah itu yaitu pukul 22.50. Wib

PVMBG menaikkan status Gunung Kelud menjadi Awas Meletus.

Namun demikian karena kesiagaan dan ketanggapan yang tinggi

dari seluruh anggota Satlak dan masyarakat di sekitar Gunung Kelud

terutama wilayah Kecamatan Ngancar, Plosoklaten, Kepung dan Puncu

104  

sukses melakukan penyelamatan dari dampak erupsi Gunung Kelud yang

begitu dahsyat pada malam itu juga. Perintah Simulasi evakuasi warga

maupun harta benda berharga sudah harus dipersiapkan dan dilakukan

sejak status waspada sampai siaga seperti ternak dan harta berharga

lainnya.

Titik kumpul evakuasi warga, pengangkutan, sampai ke tempat

pengungsian serta masing-masing personil mulai dari RT, RW, Desa,

Kecamatan dan Kabupaten serta semua yang terlibat dalam evakuasi

sudah dilakukan simulasi sebelum status siaga dan awas meletus.

Sehingga dengan demikian personil satlak maupun warga yang tinggal di

sekitar Gunung Kelud pada saat erupsi pada saat itu sudah betul-betul

siaga dan tanggap untuk melakukan penyelematan sesuai dengan

simulasi evakuasi. Sebagaimana perintah dan arahan dari dr.Hj.Haryanti

Sutrisno. Mengenai semua informasi perkembangan status Gunung

Kelud mulai dari waspada sampai status awas meletus dan penanganan

pengungsi pasca meletusnya Gunung Kelud sesuai instruksi

dr.Hj.Haryanti Sutrisno harus dilakukan secara satu pintu di Media

Center. Disini yang berwenang melakukan informasi terkait

perkembangan status kegunungan dan penanganan pasca Gunung Kelud

meletus adalah Ketua Satlak Dandim 0809 Kediri, Wakil Ketua Satlak

yaitu Wakil Bupati Kediri dan Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi

Satlak.

Hal ini ditujukan untuk menghindari salah informasi atau informasi

yang menyesatkan dan meresahkan warga korban bencana. Jadi

informasi yang telah dikeluarkan oleh media massa maupun elektronik

lokal, nasional dan international pada saat itu semua bersumber dari

ketiga orang tersebut atau dari website resmi Pemerintah Kabupaten

Kediri. Jelas Adi Suwignyo. Yang tidak kalah penting dari peran satlak

dalam penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud mulai dari status

waspada, siaga dan meletusnya Gunung Kelud hingga penanganan pasca

Erupsi Gunung Kelud adalah peran aktif anggota TNI yang begitu sigap

105  

melakukan persiapan dan pelaksanaan tempat evakuasi, penyelamatan

warga, tenda pengungsi, dapur warga pengungsi dan perbaikan rumah

warga yang rusak serta perbaikan sarana prasarana umum lainnya.

Untuk memastikan keberlanjutan program yang di rintis oleh FAO

ini, tim telah memformulasikan sebuah rencana keberlanjutan yang akan

disusulkan sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan program secara

strategis. “Terimakasih pada tim dilapangan, pemerintah daerah dan juga

masyarakat setempat yang sudah mendukung dan mensukseskan proyek

ini dan saya harap kita dapat melakukan kolaborasi lebih lanjut dimasa

depan”, ungkapnya. Dariyanto mengungkapkan program SID kolaborasi

FAO dengan pemerintah sangat membantu pemasaran produk warga.

Selasa (30/8) pada penutupan program UNJP di Desa Babadan Kec

Ngancar, Bupati Kediri dr Haryanti Sutrisno memberikan apresiasi

positif pada kerja yang dilakukan oleh Antonia Caranaggi dan tim.

Bupati Haryanti berjanji akan melanjutkan keberlangsungan program ini

demi meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar Gunung Kelud.

Manfaat dari program kerjasama ini sangat dirasakan oleh para

warga. Sebagaimana diungkapkan oleh Dariyanto, salah seorang

penerima program Sistem Informasi Desa (SID), program kolaborasi

antara tim FAO dengan pemerintah, “Melalui SID kami bisa memasarkan

produk secara online, sehingga pemasaran bisa lebih jauh, bukan hanya

sebatas pasar desa bahkan menjangkau luar kota”. Manfaat dirasakan

juga oleh Sulatun warga desa Kampung Baru. Dengan bantuan dari FAO,

kelompok ternak Estu Karya Jaya yang dipimpinnya mampu

mengembangkan kandang Komunal terstandarisasi sehingga

meningkatkan kualitas serta produktifitas ternak yang dikelola

kelompoknya.

e. Penilaian Kebijakan Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya

mengenai kinerja kebijakan, yaitu, seberapa jauh kebutuhan, nilai dan

kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini,

106  

evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu (misalnya,

perbaikan kesehatan) dan target tertentu.

Program UNJP ini telah bekerja sekitar 20 bulan. Dirintis sejak

Desember 2014 dan dimulai resmi Maret 2015 sampai Agustus 2016. Di

Kabupaten Kediri, tim telah bekerja setidaknya di delapan lokasi yaitu

desa Babadan, Sugih waras, Sempu, Puncu, Kampung baru, Kebonrejo

dan Besowo. Di tahun 2016 sudah banyak kemajuan yang sudah dicapai

oleh tim. Tim telah berhasil bekerja meningkatkan kapasitas pemerintah

setempat untuk berkoordinasi melakukan pemulihan awal dipasca

bencana dan penguatan langkah-langkah pemulihan. Tim juga berhasil

memperkuat kapasitas pemerintah untuk merencanakan dan

meimplementasikan langkah-langkah pemulihan pasca bencana.

Tim juga telah berhasil menginstitusikan target dalam mendukung

pemulihan mata pencaharian dalam pembangunan kesempatan ekonomi

baru di area pasca bencana, setidaknya ada 10.000 bibit pisang yang

sudah dieksekusikan di desa Kebonrojo, Wonorejo dan Puncu , serta

memberikan manfaat bagi setidaknya 6 kelompok tani setempat. Tim

juga telah berhasil mewujudkan setidaknya sejumlah 54 ekor sapi, 30

ekor domba dan 175 ekor kambing di Kabupaten Kediri dan Kabupaten

Malang dan memberikan manfaat bagi sekitar 113 kepala keluarga.

Antonio Caranaggi, Operation Coordinator FAO Indonesia

mengungkapkan bahwa bantuan tersebut disediakan berdasarkan proses

partisipasi yang melibatkan warga dan berdasarkan konsultasi dengan

pihak pemerintah. “Pekerjaan lainnya sudah termasuk dalam mengurangi

hama dan juga mendukung kelompok pengolah makanan di area

terdampak”, tambahnya.

Berdasarkan dalam penanganan bencana erupsi Gunung Kelud

diperlukan fleksibilitas artinya dapat terjadi perubahan dalam

penanganan bencana karena antara perencanaan dan pelaksanaan tidak

selalu sama atau bisa mengalami perubahan. Hal tersebut dikarenakan

sifat bencana yang sulit untuk diprediksi sehingga pelaksanaan

107  

penanganan bencana erupsi gunung api bergantung pada kondisi bencana

yang sedang terjadi. Pernyataan tersebut diperkuat dengan salah satu

bukti dalam penanganan bencana erupsi Gunung Kelud 2014 di

Kabupaten Kediri bahwa Kabupaten Kediri mempunyai dokumen

rencana kontingensi Kabupaten Kediri dalam menghadapi ancaman

bencana letusan Gunung api Kelud. Dalam dokumen rencana kontinjensi

tersebut diperkirakan bahwa Gunung Kelud akan meletus pada 14

Februari 2011 pukul 10.00 WIB. Kenyataan di lapangan menunjukkan

bahwa Gunung Kelud belum memperlihatkan tanda-tanda akan meletus.

Dokumen rencana kontingensi tersebut belum diperbarui sampai

akhirnya Gunung Kelud meletus pada 13 Februari 2014 pukul 22.50 WIB

sehingga perencanaan penanganan bencana erupsi Gunung Kelud bersifat

spontan yaitu ketika terdapat peningkatan status Gunung Kelud. Hal

tersebut juga dikarenakan belum adanya kontribusi penuh dari lembaga

penanggulangan bencana di Kabupaten Kediri atau Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Sukses Penanggulangan bencana alam erupsi Gunung Kelud pada

tanggal 13 Pebruari 2014 oleh Satlak Penanggulangan Bencana dan

Pengungsi Pemerintah Kabupaten Kediri dengan prestasi tanpa korban

manusia banyak mengundang perhatian berbagai ahli vulkanologi dunia

diantaranya Mr. Jibiki salah satu Vulkanologi dari Negara Jepang.

Tidaklah berkelebihan jika melihat kedahsyatan erupsi Gunung Kelud

yang memuntahkan material ke angkasa sampai 17 Km dan menyebarkan

material tersebut sampai Mataram Nusa Tenggara Barat dan Daerah Jawa

Barat pada esok harinya. Seluruh Bandara Udara di Jawa dan Bali

menghentikan aktivitasnya karena pengaruh muntahan material debu

yang dimuntahkan. Mr. Jibiki menemui Tim Satlak Penanggulangan

Bencana dan Pengungsi (PBP) Kabupaten Kediri akibat Erupsi Gunung

Kelud, yang diwakili Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Satlak

PBP Ir. Adi Suwignyo, MSi. pada hari Selasa (3/2) di ruang kerjanya.

Dalam pertemuan tersebut Mr. Jibiki didampingi dosen Sastra Jepang

108  

Universitas Airlangga Surabaya Mr. Andi , sebagai penerjemah dalam

pertemuan tersebut.

Mr. Jibiki mengatakan bahwa para ahli Vulkanologi Jepang

menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi terhadap keberhasilan Tim

Satlak karena dapat melakukan penanggulangan bencana alam erupsi

Gunung Kelud di Kabupaten Kediri yang terkenal dahsyat namun tanpa

menimbulkan satu korban manusia. Tujuan kedatangan Jibiki menemui

Satlak Penanggulangan Bencana Alam Gunung Kelud adalah untuk

melakukan Ngangsuh Kaweruh (belajar) terkait system informasi

bencana Kelud yang begitu cepat dan tanggap serta dapat dimengerti dan

dilaksanakan secara terpadu oleh seluruh stake holders kebencanaan.

Tantangan yang saat ini dihadapi bahwa Pengadilan Tata Usaha

Negara (PTUN) Surabaya mengabulkan gugatan Pemerintah Kabupaten

Kediri atas sengketa pengelolaan Gunung Kelud dengan Pemerintah

Kabupaten Blitar. Humas PTUN Surabaya Sofyan Iskandari menjelaskan

saat pembacaan putusan, Rabu, 12 Agustus 2015, majelis hakim PTUN

yang diketuai oleh Anna L. Tewernusa mengabulkan gugatan Pemerintah

Kabupaten Kediri. "Keputusannya memang begitu," katanya kepada

Tempo, di kantornya, Jumat, 14 Agustus 2015. Sofyan menjelaskan,

majelis hakim menyatakan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur

Nomor 188/828/KPTS/013/2014 tertanggal 11 Desember 2014 tentang

pencabutan atas Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor

188/113/KPTS/013/2012 tertanggal 28 Februari 2012, dinyatakan batal

dan tidak sah. Menurut Sofyan, putusan itu belum inkracht (belum

berkuatan hukum tetap), karena tergugat dan turut tergugat masih punya

waktu 14 hari untuk memutuskan apakah menerima atau banding atas

putusan itu. Dalam sengketa yang berkaitan hak pengelolaan Gunung

Kelud, Pemerintah Kabupaten Kediri menggugat Gubernur Jawa Timur

dan Pemerintah Kabupaten Blitar sebagai turut tergugat. Sengketa dua

kabupaten itu berlangsung sejak 2003. Kemudian kembali memanas pada

2009. Setelah melalui rangkaian perundingan yang alot, Gubernur Jawa

109  

Timur mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 188/113/KPTS/013/2012

tentang hak pengelolaan Gunung Kelud yang diberikan kepada

Pemerintah Kabupaten Kediri pada 2012. Surat keputusan itu menuai

protes Pemerintah Kabupaten Blitar, yang kemudian menggugat

Gubernur di PTUN Surabaya. Meski gugatan tersebut tidak bisa diproses

oleh PTUN Surabaya, tapi mampu menggoyahkan sikap Gubernur

Soekarwo untuk mencabut SK yang memberikan hak pengelolaan

Gunung Kelud yang diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Kediri.

Gubernur Jawa Timur kemudian menerbitkan SK Nomor

188/828/KPTS/013/2014 tertanggal 11 Desember 2014 yang menyatakan

Gunung Kelud dalam status quo. Beleid itu sekaligus mencabut Surat

Keputusan Nomor 188/113/KPTS/013/2012. Namun, justru Pemerintah

Kabupaten Kediri meradang, yang kemudian menggugat Gubernur ke

PTUN Surabaya dengan tuduhan melakukan pelanggaran hukum. Inilah

yang menjadi kendala saat ini dalam hal mengatasi kelanjutan

pembangunan pada kebijakan revitalisasi pemerintah kabupaten kediri

pada objek wisata gunung kelud.

2. Faktor pendorong dan penghambat dalam kebijakan revitalisasi objek wisata gunung kelud di kabupaten Kediri a. Faktor pendorong internal dan eksternal dalam revitalisasi objek

wisata Dalam konteks pemerintahan yang amanah, berarti pemerintah

haruslah menyelesaikan persoalan-persoalan walaupun tidak bisa

dikatakan seluruh persoalan, karena keterbatasan diri pemerintah sendiri,

untuk kemudian memberdayakan masyarakat atau melalui LSM dan

organisasi lainnya untuk menyelesaikan persoalan yang muncul dalam

masyarakat, dimana upaya intervensi pemerintah haruslah bermanfaat

bagi masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Jika dilihat dari

aspek bermanfaat atau tidak, maka semakin bermanfaat implementasi

kebijakan publik, dengan sendirinya dalam proses implementasi nantinya

akan lebih mudah, dalam artian untuk waktu yang tidak begitu lama

implementasi kebijakan dilaksanakan serta mudah dalam proses

110  

implementas, sebaliknya bila tidak bermanfaat maka akan sulit dalam

proses implementasi lebih lanjut.

Disini, beberapa hal yang mendukung bisa dilihat dari

kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana erupsi Gunung

Kelud, koordinasi antar pelaku proses, penyiapan kendaraan untuk

evakuasi, kecepatan pelaporan kepada ketua bakornas, pemilihan anggota

Satlak PBP, perencanaan titik dan jalur evakuasi, pemanfaatan jalur

evakausi, penyebaran informasi melalui RAPI, adanya petunjuk jalur

evakuasi, dan kebutuhan warga yang harus dipenuhi.

b. Faktor penghambat internal dan eksternal dalam revitalisasi objek wisata

Dalam proses implementasi satu kebijakan publik seringkali

menimbulkan konflik dari kelompok sasaran atau masyarakat, artinya

terbuka peluang munculnya kelompok tertentu diuntungkan (gainer),

sedangkan dipihak lain implementasi kebijakan tersebut justru merugikan

kelompok lain (looser) (Agus Dwiyanto, 2000). Implikasinya, masalah

yang muncul kemudian berasal dari orang-orang yang merasa dirugikan.

Upaya untuk menghalang-halangi, tindakan complain, bahkan benturan

fisik bisa saja terjadi. Singkatnya, semakin besar konflik kepentingan

yang terjadi dalam implementasi kebijakan publik, maka semakin sulit

pula proses implementasi nantinya, demikian pula sebaliknya.

Seperti halnya yang terjadi dalam kebijakan revitalisasi gunung

kelud ini, kurangnya SDM Lokal dalam upaya menangani revitalisasi

pasca bencana gunung kelud merupakan faktor penghambat dari

revitalisasi gunung kelud tersebut. Sehingga pemerintah kabupaten

Kediri mengambil tenaga dari BNPB serta dari instansi lainnya untuk

menyelesaikan masalah ini. Selain itu, juga pada perubahan status

Gunung kelud, letusan Gunung Kelud, keaktifan lembaga swadaya

masyarakat, waktu tempuh perubahan status Gunung Kelud yang singkat,

kepercayaan warga, datangnya isu yang tidak jelas, mati listrik, dan

keadaan panik.

111  

Kendala lain juga datang dari aspek legal terhadap keberadaan

gunung kelud itu sendiri. Dimana sekarang status gunung kelud adalah

status quo, seperti yang dinyatakan pada SK Nomor

188/828/KPTS/013/2014 tertanggal 11 Desember 2014 yang menyatakan

Gunung Kelud dalam status quo. Berawal dari Gubernur Jawa Timur

mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 188/113/KPTS/013/2012 tentang

hak pengelolaan Gunung Kelud yang diberikan kepada Pemerintah

Kabupaten Kediri pada 2012. Surat keputusan itu menuai protes

Pemerintah Kabupaten Blitar, yang kemudian menggugat Gubernur di

PTUN Surabaya. Meski gugatan tersebut tidak bisa diproses oleh PTUN

Surabaya, tapi mampu menggoyahkan sikap Gubernur Soekarwo untuk

mencabut SK yang memberikan hak pengelolaan Gunung Kelud yang

diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Kediri. Gubernur Jawa Timur

kemudian menerbitkan SK Nomor 188/828/KPTS/013/2014 tertanggal

11 Desember 2014 yang menyatakan Gunung Kelud dalam status quo.

Beleid itu sekaligus mencabut Surat Keputusan Nomor

188/113/KPTS/013/2012. Namun, justru Pemerintah Kabupaten Kediri

meradang, yang kemudian menggugat Gubernur ke PTUN Surabaya

dengan tuduhan melakukan pelanggaran hukum. Inilah yang menjadi

kendala saat ini dalam hal mengatasi kelanjutan pembangunan pada

kebijakan revitalisasi pemerintah kabupaten kediri pada objek wisata

gunung kelud.

112 

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Secara Umum Kebijakan revitalisasi terhadap objek wisata gunung kelud

yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten Kediri dapat terlaksana dengan

baik dan sesuai dengan tujuan yang di harapkan.

2. Dalam proses kebijakan terdapat beberapa tahapan yaitu perumusan masalah,

formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan dan penilaian

kebijakan

3. Faktor pendorong terdiri dari kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi

bencana erupsi Gunung Kelud, koordinasi antar pelaku proses, sedangkan

faktor penghambat dalam revitalisasi objek wisata adalah kurangnya SDM

Lokal dalam upaya menangani revitalisasi pasca bencana gunung kelud.

B. SARAN

1. Membuat sebuah kebijakan pengelolaan bencana yang tidak terpisahkan satu

dengan yang lain yaitu berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Setelah terjadi bencana erupsi Gunung Kelud, peran pemerintah

tidak selesai sampai di sini tapi mengikuti siklus manajemen bencana atau

siklus penanggulangan bencana yang disediakan oleh pemerintah.

Berdasarkan Pemerintah Republik Indonesia (2007) melalui Undang-undang

Nomor 24 tentang Penanggulangan Bencana pada Pasal 1 menyatakan bahwa

113  

“Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang

meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya

bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi”.

Jadi, setelah bencana terjadi, pemerintah harus menyiapkan mitigasi, kegiatan

pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi untuk bencana erupsi

Gunung Kelud yang akan datang.

  

114  

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin. 1997. Evaluasi Kebijakan Publik. Malang : FIA UB dan IKIP Malang

Abdul Wahab, Solichin. 2002. Analisis Kebijaksanaan, Dari formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta : Bumi Aksara

Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Dye, Thomas R. 1978. Understanding Public Policy. Englewood Cliffs, N.J. : Prentice Hall

Erawan, I Nyoman. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT. Dian Utama

Fandeli, Chafid. 1995. Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta : Liberty

Irawan, Koko. 2010. Potensi Obyek Wisata Sebagai Daya Tarik Wisata. Yogyakarta : Kertas Karya

Islamy, M.Irfan. 1986. Prinsip – Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Yogyakarta : Gava Media

Kencana, Inu. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Kusumaningrum, Dian. 2009. Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Daya Tarik Wisata. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Moleong. 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Nakamura, Robert T dan Frank Smallwood. 1980. The Politics of Policy Implementation. New York : St Martin Press

Putra, Fadillah. 2001. Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik. Surabaya : Pustaka Pelajar

Randall, B Ripley dan Grace A. Fraklin. 1986. Policy Implementation and Bureaucracy. Brooks : Cole

Santosa, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta Selatan : PT.Alex Media Komputindo

Santoso, Amir. 1988. Analisis Kebijakan Publik : Masalah dan Pendekatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

  

115  

Sidharta, Eko Budiharjo. 1989. Environmental Engineering. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Spillane, James J. 1987. Ekonomi Pariwisata, Sejarah Dan Prospeknya. Yogyakarta : Kanisius

Suwantoro, Gamal. 2006. Dasar – Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik ,Teori dan Proses. Jakarta : Media Pressindo

Jurnal

Jurnal Info URDI Vol.13 Danisworo dan Widjaja Kusuma

Jurnal Pondasi vol.13 no.1 Kautsary 2007

Jurnal Studi Niat Berimigrasi di Tiga Kota, Determinan dan Intervensi Kebijaksanaan oleh Yeremias T.Keban 1994 ITB Bandung

Internet

BNPB 2014

World Tourism Organization

Data Kerusakan Erupsi Kelud Pemerintah Kabupaten Kediri

Pedoman Umum Program Penataan dan Revitalisasi Kawasan, diterbitkan Departemen Permukiman dan Dirjen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan Tahun 2003

Undang – Undang Dasar 1945

Undang - Undang No.9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan

Undang – Undang No.24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

Undang - Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Peraturan Daerah Kabupaten Kediri No.5 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kediri Tahun 2006 – 2010

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan

Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 118/11/KPTS/013/2012

Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/828/KPTS/013/2014

  

116  

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Kepada Kantor Kesatuan Bangsa Politik Dan Perlindungan Masayarakat Kediri

  

117  

Lampiran 2. Surat Balasan Dari Kantor Kesatuan Bangsa Politik Dan Perlindungan Masayarakat Kediri

  

118  

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Kepada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik

Kabupaten Kediri

  

119  

Lampiran 4. Surat Balasan Dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten

Kediri

  

120  

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Kediri

  

121  

Lampiran 6. Surat Balasan Dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Kediri

  

122  

Lampiran 7. Surat Rekomendasi Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Kediri

  

123  

Lampiran 8. Curiculum Vitae

CURICULUM VITAE

Nama : Suci Rizky Amalya

Nomor Induk Mahasiswa : 135030118113015

Tempat dan Tanggal Lahir : Kediri, 5 Februari 1995

Alamat Asal : Perum Nabatiyasa No.32 RT.22 RW.06 Kota Kediri

Nomor Hp : 082230018801

Email : [email protected]

Agama : Islam

Pendidikan : 1. SDN Balowerti 1 Lulus tahun 2007

2. MTsN Kediri II Lulus tahun 2010

3. SMAN 1 Kediri Lulus tahun 2013