bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 profil...

37
61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Singkat Gereja Masehi Injili di Timor 4.1.1 Gambaran Pelayanan GMIT GMIT adalah sebuah organisasi gereja dengan bentuk organisasi yang terdiri dari Sinode, Klasis dan Jemaat sebagai satu kesatuan yang utuh. Sistem Presbiterial-Sinodal adalah system pelayanan yang dianut oleh GMIT. Dalam menjalankan misi pelayanannya, GMIT mengacu pada prinsip Presbiterial Sinodal yang menjunjung tinggi unsur kemajelisan, kebersamaan, kesetaraan dalam permusyawaratan. Rumusan ini menunjukan sustu sistem kepemimpinan yang bersifat kolektif baik pada aras jemaat, klasis maupun sinode (Tata GMIT, 2010). Prinsip Presbiterial Sinodal, adalah persidangan. Lewat persidangan, pejabat-pejabat gereja duduk bersama dalam sebuah kemajelisan yang mencari dan merumuskan kehendak Allah. Sebagai bentuk pemerintahan gerejawi yang berbasis

Upload: buikhanh

Post on 21-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Singkat Gereja Masehi Injili di Timor

4.1.1 Gambaran Pelayanan GMIT

GMIT adalah sebuah organisasi gereja dengan bentuk

organisasi yang terdiri dari Sinode, Klasis dan Jemaat sebagai

satu kesatuan yang utuh. Sistem Presbiterial-Sinodal adalah

system pelayanan yang dianut oleh GMIT. Dalam menjalankan

misi pelayanannya, GMIT mengacu pada prinsip Presbiterial

Sinodal yang menjunjung tinggi unsur kemajelisan,

kebersamaan, kesetaraan dalam permusyawaratan. Rumusan

ini menunjukan sustu sistem kepemimpinan yang bersifat

kolektif baik pada aras jemaat, klasis maupun sinode (Tata

GMIT, 2010).

Prinsip Presbiterial Sinodal, adalah persidangan. Lewat

persidangan, pejabat-pejabat gereja duduk bersama dalam

sebuah kemajelisan yang mencari dan merumuskan kehendak

Allah. Sebagai bentuk pemerintahan gerejawi yang berbasis

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

62

pada persekutuan, prinsip presbiterial sinodal tidak mengenal

hirarki dalam relasi antara sinode, klasis dan jemaat. Masing-

masing aras gereja bertanggung-jawab dan berwewenang atas

pelayanan dalam lingkup pelayanannya (Tata Gereja GMIT,

2010).

Adapun Pelayanan GMIT kepada umat mencakup 5

bidang pelayanan, yaitu:

1). Koinonia: Dimana GMIT harus menjadi teladan dalam

mengembangkan persekutuan yang bersifat terbuka dan

menjunjung tinggi kesetaraan, semua umat manusia,

termasuk seluruh ciptaan.

2). Marturia: GMIT terpanggil untuk menjalankan tugas,

memberitakan dan menjadi saksi dari berita kabar baik yang

disampaikan. Tugas kesaksian gereja, harus dinyatakan baik

dalam kehidupan bergereja, maupun dalam kesaksian

ditengah-tengah masyarakat.

3). Diakonia: Bentuk solidaritas yang nyata bagi kaum yang

lemah, miskin dan terpinggirkan. Lewat pelayanan diakonia

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

63

GMIT terpanggil untuk melawan segala bentuk ketidakadilan

terhadap umat manusia.

4). Liturgia: bidang pelayanan yang menolong umat

mendapatkan pengalaman bersama Allah dan

mengekspresikan hubungan dengan Allah lewat ibadah.

5). Oikonomia: bidang pelayanan yang mencakup tanggung-

jawab penataan internal GMIT maupun mencakup tanggung-

jawab penataan masyarakat dan alam ciptaan Allah (Tata

GMIT, 2010).

Pada aras klasis, majelis klasis dipilih untuk

mengkoordinir pelayanan di tingkat klasis. Majelis dipilih dari

presbiter-presbiter yang ada dalam wilayah tersebut dalam

persidangan klasis. Tugas majelis klasis adalah

menyelenggarakan persidangan klasis, melaksanakan

pelayanan di lingkup klasis, mendampingi majelis jemaat

dalam penyelesaian masalah di lingkup jemaat, serta

memelihara dan mengembangkan hubungan kemitraan

dengan pihak lain. Dalam Tata GMIT 2010 Majelis Klasis

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

64

bertanggung-jawab kepada jemaat-jemaat dalam persidangan

klasis.

Prinsip kelembagaan GMIT memberikan gambaran

bahwa GMIT secara organisasi mengakui adanya

kepemimpinan kolektif atau yang disebut dengan kemajelisan.

Keputusan-keputusan yang diambil baik di aras jemaat, klasis

maupun sinode adalah keputusan bersama.

4.1.2 Pendeta Menurut GMIT

Jumlah pendeta GMIT yang pada saat ini telah

mencapai 1.162 orang dan jumlah jemaat mencapai 2.504

jemaat, dengan luas wilayah yang mencakup 44 Klasis (Lap.

MS-GMIT,2011).

Dalam diri Pendeta terdapat dua jabatan, yaitu jabatan

pelayanan dan jabatan keorganisasian. Sebagai pelayan

seorang pendeta melaksanakan tugas-tugas sebagai pelayan

firman Allah, melaksanakan pelayanan sakramen,

perkunjungan jemaat. Dalam jabatan keorganisasian, seorang

pendeta wajib diankat sebagai ketua majelis jemaat, yang

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

65

bertanggung-jawab melaksanakan tugas-tugas organisasi

sebagai pemimpin dalam jemaat (MS- GMIT, 2012).

Peraturan Pokok GMIT tentang Jabatan dan

Kekaryawanan, menjelaskan bahwa kedudukan setiap jabatan

pelayan (pendeta, penatua, diaken, pengajar) adalah setara

dan saling menunjang atau menopang. Hubungan antara

jabatan dikoordinasikan oleh mejelis tiap-tiap aras. Hubungan

antar jabatan dikoordinasikan oleh mejelis di tiap-tiap aras.

Hubungan antara jabatan keorganisasian di tiap-tiap aras

adalah bersifat penugasan dan konsultasi. GMIT menjunjung

tinggi pola kepemimpinan yang bersifat kebersamaan,

kesetaraan dalam kemajelisan.

Berikut akan dipaparkan hak dan kewajiban pendeta sebagai

karuawan GMIT menurut Peraturan Pokok GMIT tentang

jabatan dan kekaryawanan Bab XIV, pasal 67 ayat 2 adalah:

setiap karyawan memiliki hak dan kewajiban antara lain:

1. Gaji atau imbalan yang adil dan layak sesuai dengan jenjang

pendidikan, beban pekerjaan, besarnya tanggung-jawab, dan

kinerja pelayanan;

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

66

2. Penghargaan terhadap produktifitas dan prestasi kerja;

3. Cuti

4. Biaya perawatan ketika sakit atau tertimpa kecelakaan; hak

yang sama juga untuk anggota keluarga inti yang menjadi

tanggungan karyawan yang bersangkutan;

5. Tunjangan karena cacat jasmani atau rohani yang dialami

ketika sedang melaksanakan tugas sehingga tidak dapat lagi

bekerja secara tetap;

6. Uang duka bagi keluarganya apabila yang bersangkutan

meninggal dunia ketika sedang melaksanakan tugas;

7. Kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan dan latihan

yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaannya;

8. Fasilitas kerja yang menopang efektifitas dan produktifitas

kerja;

9. Pensiun

Kewajiban sebagai karyawan GMIT adalah:

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

67

1. Menjunjung tinggi pengakuan iman;

2. Menaati Tata Gereja;

3. Menjaga persekutuan dan keutuhan gereja;

4. Menyimpan rahasia pelayanan

5. Menjalankan tugas di mana dan kapan saja berdasarkan

pengaturan lembaga atau pejabat gereja yang berwenang

karena tuntutan pelayanan gereja;

6. Setiap karyawan mempertanggung-jawabkan pelayannyaa

kepada Tuhan melalui Majelis Jemaat, Majelis Klasis dan

Sinode sesuai dengan lingkup pelayanannya.

Seperti telah dipaparkan diatas maka, seorang pendeta

memiliki tanggung-jawab yang besar dalam pelayanan. Oleh

karena itu dibutuhkan orang yang benar-benar memiliki

karakteristik individu yang kuat dalam melaksanakan tugsa

pelayanannya di gereja.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

68

4.2 Gambaran Umum Responden

Penelitian mengenai harapan jemaat desa dan kota

terhadap pelayanan pendeta yang dilakukan di jemaat di

Gereja Masehi Injili di Timur, khususnya pada Klasis Alor

Tengah Utara. wilayah pelayanan Klasis Alor Tengah Utara

adalah wilayah yang sangat luas dengan medan pelayanan

yang terletak dikota dan didesa, adapun wilayah pelayanan

ada di kota mudah dijangkau sedangkan di desa medan

pelayanannya berbukit-bukit dan tidak rata ditambah lagi

dengan kurangnya sarana transportasi yang ada sehingga

cukup menyulitkan untuk dijangkau. Sebagian besar wilayah

pelayanan tersebar di 3 kecamatan dan hanya sedikit yang

masuk dalam wilayah kecamatan Alor selatan yakni sebagian

kecil wilayah pelayanan Mahuting Selatan. Klasis ALTAR

memiliki 9 Jemaat Mandiri dan 8 Jemaat bermata Jemaat,

dengan pembagian sebagai berikut:

Jemaat Mandiri Adalah: Jemaat Diaspora Padakikka,

Jemaat Kamengtakali, Jemaat Mebung, Jemaat Fanating,

Jemaat Imanuel Mola, Jemaat Imanuel Ruilak, Jemaat Paulus

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

69

Baumi, Jemaat Padangtia Batunirwala dan Jemaat Maranatha

Waimi.

Jemaat bermata Jemaat antara lain: Jemaat Mahuting

Barat, Jemaat Mahuting Selatan, Jemaat Lembur Tengah,

Jemaat Lembur Selatan, Jemaat Lembur Timur, Jemaat

Likwatang, Jemaat Lulangkang, Jemaat Gerbang Indah.

Sehingga penelitian ini dilatarbelakangi oleh harapan

jemaat terhadap karakteristik pendeta dalam hal ini mengenai

komitmen, gaya kepemimpinan, dan kemampuan komunikasi

dalam menjalankan pelayanannya baik di kota maupun di

desa.

4.3 Perbedaan Karakter Masyarakat Kota dan Desa.

Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara

masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat

perkotaan (urban community).

Menurut Soekanto (1994), per-bedaan tersebut sebenarnya

tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat

sederhana, karena dalam masyarakat modern, betapa pun

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

70

kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari kota.

Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan,

pada hakekatnya bersifat gradual. Kita dapat membedakan

antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-

masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya

sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur

serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan

kadang-kadang dikatakan “berlawanan” pula.

Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai

berikut:

Msayarakat Pedesaan:

1. Perilaku homogeny

2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan

kebesamaan

3. Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status

4. Isolasi social sehingga statik

5. Kesatuan dan keutuhan kultural

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

71

6. Banyak ritual dan nilai-nilai sakral

7. Kolektivisme

Msayarakat Kota:

1. Perilaku heterogen

2. Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri

dan kelembagaan

3. Perilaku yang beorientasi pada rasionalitas dan fungsi

4. Mobilitas social, sehingga dinamik

5. Kebaura dan diversifikasi cultural

6. Birokrasi fungsional dan nilai-nilai secular

7. individualisme

Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan

yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan

mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem

kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem

kekeluargaan (Soekanto, 1994). Selanjutnya Pudjiwati (1985),

menjelaskan ciri-ciri relasi sosial yang ada di desa itu, adalah

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

72

pertama-tama, hubungan kekerabatan. Sistem kekerabatan

dan kelompok kekerabatan masih memegang peranan penting.

Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari

pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang

genteng dan bata, tukang membuat gula, akan tetapi inti

pekerjaan penduduk adalah pertanian. Pekerjaan-pekerjaan di

samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan sambilan

saja. Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan

umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu

meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-

kesulitan yang dihadapi.

4.4 HASIL PENELITIAN

a. Hasil Penelitian Harapan Jemaat Kota Terhadap

Kualitas Karakter dalam Gaya Kepemimpinan dan

Komitmen Pendeta

Kualitas itu berkaitan erat dengan pencapaian standar

yang diharapakan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan

harapan-harapan jemaat terhadap kualitas pendeta, hal ini

muncul karena kualitas karakter kepmimpinan dan komitmen

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

73

pendeta yang tidak lagi mencapai standar pelayanan yang

diharapkan jemaat.

Hasil penelitian di jemaat kota, mereka mengharapkan

kualitas karakter pendeta dalam kepemimpinan adalah

sebagai berikut:

"Kami menganggap pendeta sebagai hamba Tuhan yang

sudah diberkati dan akan memimpin kami menuju jalan

keselamatan. Namun, kami mengharapkan pemimpin yang tidak

hanya melayani kebutuhan rohani kami saja, tetapi juga peka

terhadap kehidupan jemaat dan mampu mengatasi pergumulan

yang dihadapi oleh jemaat” (Resp. A).

“Kami ingin pendeta yang mampu memimpin jemaat, pendeta

yang tahu tentang aturan gereja. Kami berharap pendeta mau

menjadi pemimpin yang mau melihat atau mendengar keluhan

jemaat serta bersama jemaat atasi keluhan yang kami hadapi

seperti dalam pengembangan ekonomi jemaat, dalam kelestarian

lingkungan hidup, dalam mengatasi pergaulan muda-mudi yang

semakin bebas dan negatif” (Resp. B).

Jemaat menganggap pendeta sebagai orang yang telah

diberkati Tuhan, sebagai pemimpin gereja, pendeta tidak

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

74

semata-mata hanya menjalankan system pelayanan tetapi

mampu memberdayakan SDM yang ada. Jemaat berharap

agar gereja khususnya pendeta mampu menyeimbangkan

pelayanan dan upaya mengelolah SDA untuk kesejahteraan

ekonomi. Jadi, tidak hanya iman dan kesalamatn jemaat yang

menjadi visi utama gereja tetapi kesejahteraan kehidupan

ekonomi jemaat juga perlu menjadi perhatian penting gereja.

Adapun kehidupan pemuda dan pemudi gereja dengan

berkembangnya jemaat membuat pergaulan pemuda jemaat

semakin menuju kearah yang negative. Sehingga, jemaat

membutuhkan pendeta yang mampu mengayomi dan

menuntun pemuda gereja agar tidak terjerumus dalam

pergaulan yang semakin jahat.

Pendeta yang mengertai dan tahu tentang peratura-peraturan

gereja namun, dalam kenyataan pelayanan, sebagian pendeta

mengabaikan peraturan tersebut dan melakukan sesuai

kemauannya.

Jemaat berharap agar, pendeta dalam menjalankan

tugasnya jangan hanya berorientasi terhadap uang, tetapi

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

75

harus mengutamakan jemaat sebagai tanggung-jawab

pelayanan bukan sebagai beban” (Resp. C).

Gaji sebagai salah satu hak yang wajjib diterima oleh pendeta

atas tugas pelayanan yang telah dilaksanakan namun, bagi

jemaat pendeta jangan hanya menuntut gajinya saja tetapi

pelayanan tidak dilaksanakan secara total.

Dalam memimpin jemaat juga mengharapkan pendeta yang

mampu memimpin dengan baik dan memiliki kemampuan

komunikasi yang baik.

"Dalam berkhotbah, pendeta janganlah menceritakan

kembali isi dalam , isi khotbah pun harus menarik

sehingga jemaat tidak mengantuk. Kemampuan

berkomunikasi dalam memimpin rapat di jemaat,

pendeta sebagai pemimpin rapat harus bisa dan

mampu menyampaikan apa yang menurut pendeta

harus disampaikan dan sebaliknya mampu

mendengarkan dan menyalurkan aspirasi, ide-ide dan

saran jemaat. Pendeta harus pintar dalam berbicara

dan mampu menanggapi perkembangan iptek yang

semakin berkembang pesat, khususnya pendeta harus

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

76

lebih meluangkan waktu untuk membina anak sekolah

minggu, dan juga pemuda, pendeta harus bisa

membangun komunikasi yang baik dengan mereka.

Pendeta tidak hanya menasehati dan berkhotbah

untuk jemaat, tetapi pendeta juga harus

mendengarkan apa yang menjadi harapan jemaat.

Pendeta harus bisa mengkomunikasikan firman Allah

dengan baik kepada jemaat, bukan

mengkomunikasikan hal-hal negatif yang dapat

menimbulkan konflik dan perpecahan dalam jemaat"

(Resp. D).

Hasil penelitian di jemaat kota, jemaat mengharapkan kualitas

karakter pendeta dalam komitmen adalah sebagai berikut:

jemaat ingin supaya pendeta itu selalu ada dalam jemaat dan

selalu jemaat dalam segala kondisi sesuai dengan tugas dan

panggilan. Jemaat berharap pendeta menjalankan komitmen

yaitu „satu kata, satu perbuatan' artinya bahwa pendeta

harus berani katakan salah itu salah dan katakan benar jika

itu benar"! (Resp. E).

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

77

Hal ini menunjukan bahwa, pendeta bertanggung-jawab

kepada jemaat. Oleh karena itu, dalam kondisi atau situasi

apapun pendeta harus siap melayani jemaat, dan harus lebih

mengutamakan kepentingan jemaat.

“Ada juga harapan lain dari jemaat terhadap komitmen

pendeta adalah, komitmen dalam mengimplementasikan

firman yang dikhotbahkan, bersedia melayani jemaat tanpa

harus melihat status sosial, berkomitmen untuk

menjalankan aturan dan tata GMIT dengan baik dan benar”

(Resp. F).

Hal ini membuktikan bahwa, keteladan seorang pendeta

dalam menjalankan firman merupakan hal yang penting.

Karena, berkhotbah atau menyusun sebuah khotbah

merupakan hal yang tidak terlalu sulit, tetapi yang

diharapkan jemaat adalah tindakan nyata pendeta dalam

menjalankan firman yang dikhotbahkan adalah hal yang

penting.

Dari hasil penelitian dikota, sebanyak 70% jemaat

merasa bahwa kualitas pelayanan pendeta sangat perlu

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

78

ditingkatkan dan 30% jemaat yang beranggapan bahwa

kualitas pelayanan pendeta sudah baik, karena pendeta

adalah hamba Tuhan sehingga apa yang mereka kerjakan

tidak perlu diragukan lagi.

b. Hasil Penelitian di Jemaat Desa Tentang Harapan

Jemaat Terhadap Gaya Kepemimpinan dan Komitmen

Pendeta

Dalam gereja, pendeta yang menjadi seorang pemimpin gereja

memiliki pengaruh yang kuat yang dijalankan dalam situasi

tertentu serta diarahkan melalui proses komunikasi yaitu

lewat khotbah dan lain sebagainya kearah pencapaian satu

atau beberapa tujuan tertentu. Namun, dalam kenyataannya

pendeta menggunakan pengaruh tersebut tidak semata-mata

untuk peyanan, tetapi terkadang pendeta menggunakan

pengaruh untuk kepentingan pribadi atau kelompok yang

mendukung pendeta.

Berdasarkan hasil penelitian di jemaat desa, jemaat

mengharapkan kualitas karakter pendeta dalam

kepemimpinan adalah sebagai berikut:

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

79

"Pelayanan mereka sebagai seorang pendeta belum memiliki

sifat pemimpin yang sesungguhnya. Pendeta masih menjadi

pemimpin yang hanya mementingkan pribadi sendiri dari

pada kepentingan pelayanan” (Resp. A).

“Pendeta sebagai pemimpin gereja, harus bisa bekerjasama

dengan anggota majelis dan memiliki sifat sebagai seorang

pemimpin dan mampu memelihara dan mendengarkan

jemaatnya dalam menggambil keputusan atau menyelasaikan

masalah, jangan hanya mau melakukan sesuatu sesuka hati

tanpa ada pertimbangan” (Resp. B).

“Pemimpin yang hadir tepat waktu dalam kegiatan-kegiatan

gereja, bukan jemaat yang datang lebih dahulu dan

menunggu pendeta" (Resp. C).

Peran dan kualitas karakter pendeta di desa sangat

dibutuhkan. Jemaat didesa mebuthkan pendeta yang mau

mendengarkan pergumulan jemaat dan mampu mengambil

tindakan.

Hasil penelitian berikutnya adalah jemaat berharap agar

pendeta:

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

80

"Dalam berkhotbah, jangan terlalu menggunakan istilah

dan bahasa yang sulit dipahami dan dimengerti oleh

jemaat. Jemaat berharap pendeta dalam khotbahnya

jangan berbelit-belit, langsung katakan apa yang harus

kami lakukan dan apa yang tidak boleh kami lakukan yang

akan menimbulkan dosa dan sesat. Terkadang khotbah

pendeta terlalu panjang lebar dan membuat jemaat tunggu.

Bila perlu dalam berkhotbah kalau bisa pendeta

menggunakan alat peraga atau gambar yang menarik,

karena sebagian jemaat latar belakang pendidikannya

adalah tidak tamat SD dan bahkan ada yang tidak sekolah,

tidak bisa membaca dan menulis" (Resp. C).

Berdasarkan hasil penelitian di jemaat desa, jemaat

mengharapkan kualitas karakter pendeta dalam komitmen

pelayanan adalah sebagai berikut:

“Kami jemaat desa, mengharapkan pendeta bersedia tinggal

bersama dengan jemaat di rumah pelayan. Pada tahun sebelumnya

ada pendeta yang tidak mau menetap dijemaat karena wilayah yang

sulit dijangkau serta kurangnya fasilitas di desa. Namun saat ini,

pendeta yang baru di thabis dan ditempatkan di desa mau dan

bersedia tinggal bersama jemaat. Jemaat berharap agar, komitmen

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

81

pendeta untuk siap melayani dimana saja itu tetap di pegang teguh

agar jemaat tidak kecewa” (Resp. D).

Dari hasil penelitian, 55 % jemaat merasa bahwa kualitas

pelayanan pendeta sudah baik. 45% mengatakan bahwa,

kepemimpinan dan komitmen perlu ditngkatkan oleh pendeta.

4.5. PEMBAHASAN

4.5.1 Harapan Jemaat Kota Terhadap Kualitas Pendeta

dalam Gaya Kepemimpinan dan Komitmen.

Ketika seorang pendeta yang adalah pemimpin dalam

jemaat menjadi teladan yang baik bagi jemaatnya dan

membangun kerjasama yang yang baik dengan rekan

sekerjanya maka secara langsung karakter serta kualitas

pendeta akan dinilai baik oleh jemaat. Namun, jika hal

demikian tidak mampu dilakukan oleh pendeta maka jemaat

akan menilai kualitas pendeta dalam melayani mengalami

penurunan. Berdasarkan data MS-GMIT (24-27 September

2012), kualitas kinerja para karyawan gereja (pendeta)

mengalami penurunan, dalam sidang kerja disampaikan

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

82

bahwa sekitar 90% dan masalah yang diselesaikan

berhubungan dengan kinerja pendeta.

Melihat dari data di atas dan berdasarkan hasil penelitian

pertama maka, penulis melihat bahwa menurunnya kualitas

karakter pendeta sehingga menimbulkan harapan-harapan

positif dari jemaat terhadap pendetanya, agar mampu

merubah kualitas karakter yang lebih baik lagi untuk

mencapai tujuan pelayanan seperti yang dikemukakan

(Snyder & Anderson, 2000).

Seperti yang telah di bahas di bab pertama bahwa, tinggi

rendahnya kualitas seorang pemimpin dipengaruhi oleh gaya

kepemimpinan dan komitmen pemimpin dalam menjalankan

sebuah organisasi. Oleh karena itu, menurunnya kualitas

pendeta salah satunya disebabkan oleh faktor eksternal yaitu

dalam diri pendeta sendiri yaitu, gaya kepemimpinan yang

digunakan dan komitmen awal yang menjadi landasan

pendeta dalam mengemban tugas pelayanan.

Menjawab hasil penelitian kedua adalah jemaat

mengharapkan pemimpin gereja yang tidak hanya melayani

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

83

kebutuhan rohani jemaat saja, tetapi juga peka terhadap

kehidupan jemaat dan mampu mengatasi pergumulan yang

dihadapi oleh jemaat. Berdasarkan penelitian ini maka terkait

dengan pernyataan Maxwell (1997) bahwa, pemimpin adalah

orang diharapkan dapat mengatasi tantangan dengan cara

antara lain menciptakan iklim yang kondusif bagi yang

dipimpinnya. Seperti Oakley dan Krug, maka pendeta sebagai

pemimpin gereja dalam memimpin organisasi gereja, harus

bisa melihat bahwa tujuan pelayanan bukan semata-mata

bertujuan untuk meningkatkan level iman dan keselamatan

jemaat saja. Tetapi, pendeta juga harus mampu mengelolah

SDM yang ada dijemaat agar kehidupan perekonomian jemaat

bisa berkembang. Karena secara logika, jemaat kenyang

dengan kebutuhan rohani, tetapi perut dalam hal ini

kebutuhan jasmani lapar maka kualitas kepemimpinan

pendeta dalam pelayanan belum terlaksana secara

menyeluruh seperti seperti salah satu bidang pelayanan yang

ada di GMIT yaitu, Diakonia: Bentuk solidaritas yang nyata

bagi kaum yang lemah, miskin dan terpinggirkan. Lewat

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

84

pelayanan diakonia GMIT terpanggil untuk melawan segala

bentuk ketidakadilan terhadap umat manusia.

Menjawab hasil penelitian ketiga tentang harapan

jemaat terhadap pendeta yang dalam pelayanannya tidak

hanya menuntut gaji untuk kebutuhan utama tetapi totalitas

pelayanan harus total. Dalam hal ini, maka pendeta perlu

berkaca dan harus mampu menggunakan gaya kepemimpinan

yang melayani. Karena dalam servant leadership dimana

melayani bukan semata-mata hanya untuk mendapat hasil,

tetapi perilaku untuk melayani adalah hasilnya (Senjaya

1997). Dari sini penulis melihat bahwa, jika pendeta melihat

jemaat sebagai suatu tanggung jawab dan uang atau gaji

bukan menjadi faktor utama dan kualitas karakter pendeta

dalam gaya kepemimpinan dan komitmen mampu

mempengaruhi semua pelayanan kategori dan semuanya aktif,

maka setidaknya perselisihan atau permasalahan yang sering

terjadi dalam jemaat tentang gaji dan tunjangan pendeta

bukan suatu masalah fatal dalam gereja.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

85

Kemudian dalam menjawab hasil penelitian keempat,

bahwa pendeta harus mampu dan terampil dalam berkhotbah

dan mampu menjalankan firman yang disampaikan mampu

berkomunikasi dan mendengarkan jemaat sehingga ada

komunikasi timbal balik antara pendeta dan jemaat. Dari hasil

penelitian ini maka, hal ini yang menurut Klann (2007)

sebagai salah satu dari 5 atribut yang sangat berpengaruh

terhadap seorang pemimpin yaitu komunikasi. Pendeta

melakukan komunikasi atau menyampaikan pesan kepada

jemaat adalah lewat khotbah, ibadah rumah tangga, rapat

jemaat dan lain sebagainya. Pemimpin yang efektif adalah

pemimpin yang memiliki kemampuan dalam berkomunikasi.

Karena berkomunikasi merupakan transmisi makna antara

pengirim dan penerima pesan sehingga pendeta

membutuhkan kemampuan untuk menyampaikan pesan

kepada jemat dan juga harus ada respon balik dari jemaat

terhadap pesan yang disampaikan pendeta sehingga terjadi

komunikasi yang aktif antara dua arah yaitu pendeta dan

jemaat dan sebaliknya. Atribut komunikasi ini perlu diingat

juga bahwa, mendengarkan juga tidak kalah penting dalam

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

86

komunikasi. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan

pendeta dalam komunikasi, yaitu mengkomunikasikan

informasi, mendengarkan, dan berkomunikasi dengan

tindakan dan sikap. Artinya bahwa, pendeta harus mampu

menyampaikan atau mengkomunikasikan pesan kepada

jemaat, kemudian pendeta harus mampu mendengarkan

respon balik dari jemaat (pergumulan jemaat atau

permasalahan yang sedang dihadapi oleh jemaat), dan setelah

itu jemaat membutuhkan tindakan nyata dari pendeta

terhadap pergumulan yang mereka hadapi.

Melihat dari harapan jemaat terhadap kemampuan

komunikasi pendeta maka, penulis setuju dengan

pendapatnya Robby (1996), bahwa pendeta dalam

menjalankan tugas pelayanannya mampu dan harus memiliki

kemampuan komunikasi yang baik dan komunikatif. Dalam

penelitian ini penulis menemukan bahwa, pendeta sudah

mampu mengkomunikasikan firman lewat khotbah dengan

baik namun, pola lama yang digunakan pendeta dalam

khotbah yang sangat lama dan bertela-tela perlu dirubah.

Pendeta harus mampu mengemas khotbah dengan baik, pada

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

87

dan bisa dimengerti dan mampu menyampaikan sekreatif

mungkin agar jemaat tidak bosan dalam mendengarkan

khotbah tersebut.

Karakter yang dimiliki masyarakat kota bermacam-

macam dari lapisan/tingkatana hidup, pendidikan,

kebudayaan dan lain-lain, maka dibutuhkan pendeta yang

smart, yang mampu memimpin dan memiliki kemampuan

mengelolah keberagaman karakter masyarakat (jemaat)

sehingga tidak menimbulkan konflik, ketidakadilan dan

bahkan perpecahan. Hal ini terkait dengan lima atribut yang

berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan pendeta yaitu,

keberanian. Jemaat kota dengan latarbelakang pendidikan,

ekonomi, sosial dan budaya yang berbeda-beda sehingga

terkadang pendeta mendapatkan kritikan yang cukup keras

sehingga dibutuhkan pemimpin yang berani mengambil resiko

dikritik.

Melihat karakter jemaat kota yang beragam maka menurut

penulis pendeta harus memiliki gaya kepemimpinan yang

demokratis yang mengutamakan orientasi pada hubungan

dengan anggota organisasi. Tidak hanya gaya kepemimpinan

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

88

demokratis saja yang dibutuhkan pendeta untuk melayani di

kota, tetapi gaya kepemimpinan melayani juga adalah hal

utama yang sangat perlu dimiliki oleh pendeta. Sehingga

penulis setuju dengan pendapat (Nuryati, 2004) dibutuhkan

pendeta yang memiliki kepemimpinan pelayan adalah suatu

kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus yang timbul

dari dalam hati yang berkehendak untuk melayani. Dengan

ketulusan dalam memimpin maka segala perbedaan itu akan

memperkaya warna dalam dunia pelayanan.

Pembahasan selanjutnya yaitu harapan jemaat kota

terhadap kualitas pelayanan pendeta yaitu salah satu

karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

komitmen. Dalam hal komitmen bagi pendeta yang

ditempatkan di gereja kota maka hal ini tidak menjadi

masalah, karena semua pendeta yang ditempatkan di kota

diberikan rumah pelayan yang layak, kenderaa, sarana dan

prasarana yang memadai, sehingga dalam hal komitmen atau

kesediaan pendeta menetap di jemaat tidak menjadi kendala

dalam gereja.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

89

Dalam jemaat kota tidak hanya terdapat jemaat yang

tingkat ekonomi, pendidikan dan sosialnya yang tinggi. Di

jemaat kota juga terdapat jemaat yang sosial dan ekonominya

rendah. Sehingga dibutuhkan pendeta yang memiliki karakter

atau sikap peduli seperti yang ditekankan Klann (2007) dari

salah satu atribut yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin

yaitu, kepedulian. Peduli terhadap kaum minoritas dalam

gereja, peduli terhadap kaum yang tersisihkan karena

perbedaan status dan tingkatan ekonomi. Memiliki komitmen

untuk bersikap adil dan membela keadilan dan mampu

menyelesaikan masalah dalam jemaat tanpa memihak dalam

suatu golongan tertentu.

Dari hasil penelitian diatas menurut penulis, dilihat dari

pengertian dan tujuan komitmen dalam pelayanan maka

semua pendeta GMIT dalam mengawali tugas pelayanan

otomatis memiliki komitmen yang tinggi karena merupakan

syarat utama. Namun dalam kenyataannya banyak kendala

yang ditemui sehingga membuat komitmen ini pudar. Kendala

yang dialami di wilayah pelayanan adalah:

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

90

a. Jumlah jemaat yang banyak, sedangkan pendeta yang

melayani hanya satu pendeta, sehingga untuk berkomitmen

agar selalu ada dengan jemaat dalam situasi dan kondisi

apapun sulit dijalankan.

b. Permasalahan dalam jemaat yang begitu kompleks.

c. kegiatan-kegiatan gereja yang beragam seperti (Ibadah

Rumah Tangga/Pemuda/PAR/Kaum Bapak/Kaum Ibu, acara

syukuran, pembinaan katekisasi, dan lain sebagainya),

sehingga pendeta sulit membagi diri dan waktunya untuk ikut

dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

d. Selain itu dari pribadi pendeta sendiri, apakah lebih

mengutamakan kepentingan diri sendiri atau pelayanan.

Oleh karena itu, gereja membutuhkan figur seorang pemimpin

dalam hal ini pendeta untuk membimbing warga jemaat dalam

melaksanakan tugasnya masing-masing. Jika seorang pendeta

memiliki kualitas karakter yang baik selaku seorang hamba

Tuhan dan mampu mencerminkan kinerja, menjalankan tugas-

tugas dan fungsi-fungsinya pelayanan, dan mampu membagi

waktu dan diri di setiap kegiatan gereja, maka sangat mungkin

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

91

organisasi atau lembaga gereja yang dipimpinnya dapat mencapai

sasarannya. kualitas karakter pendeta dalam hal ini gaya

kepemimpinan dan komitmen dalam pelayanan yang baik

mengarah pada harapan yang positif dari warga jemaat. Sehingga

tidak terdapat kerenggangan antara warga jemaat dengan

pendeta dalam kehidupan berjemaat.

4.5.2 Harapan Jemaat Desa Terhadap Kualitas Pendeta dalam

Gaya Kepemimpinan dan Komitmen.

Dari hasil penelitian di atas maka, penulis setuju

dengan pendapatnya Djenmar (1986), bahwa komunikasi adalah

seni untuk menyampaikan informasi kepada orang lain agar

penerima informasi mampu menangkap informasi tersebut dan

memahami apa yang disampaikan oleh informan. Melihat dari

hasil di atas bahwa, jemaat di desa membutuhkan pendeta yang

mampu melihat kelemahan dan kelebihan jemaat sebagai

informasi penting dalam menyusun strategi pelayanan. Latar

belakang pendidikan jemaat yang kurang, menuntut agar

pendeta bisa menempatkan dirinya dengan baik di jemaat,

mampu berkomunikasi sesuai konteks jemaat, dan beradaptasi

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

92

dengan budaya dan lingkungan tersebut. Pemimpin yang fleksibel

dan mampu beradaptasi (Klann, 2007).

Penulis melihat bahwa, gaya kepemimpinan yang

dilakukan pendeta di jemaat desa masih menggunakan gaya

kepemimpinan otoriter yang bersifat terpusat pada pemimpin

sebagai satu-satunya penentu, penguasa dan pengendali anggota

organisasi dan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan

organisasi. Hal ini sangat tidak baik untuk dijalankan dalam

organisasi gereja yang menekankan bahawa, pendeta dan jemaat

adalah rekan sekerja. Melihat dari latarbelakang jemaat desa

yang kurang dalam pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya

maka dibutuhkan pendeta yang mau hadir begi jemaatanya, mau

mendengarkan apa yang menjadi kendala jemaat, salah satunya

adalah jemaat yang jarang ke gereja. Maka gaya kepemimpinan

yang cocok untuk diterapkan di jemaat desa adalah gaya

kepemimpinan servant leadership atau kepemimpinan yang

melayani. Sehingga tiga aspek penting dalam servant leadership

ini yaitu hati yang melayani, kepala yang melayani dan tangan

yang melayani perlu dimiliki oleh pendeta dalam menjalankan

tugas pelayanan di jemaat.

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

93

Seperti yang dijelaskan tentang wilayah pelayanan

jemaat di desa berbukit-bukit dan sulit untuk dijangkau,

sehingga mengutip dari peraturan GMIT tentang syarat menjadi

pendeta yang memiliki komitmen tinggi dan siap ditempatkan

dimana saja maka hal ini menjadi kewajiban setiap pendeta

untuk bersedia melayani dimanapun di ditempatkan.

Dari hasil penelitian, maka jemaat berpendapat bahwa,

pada tahun-tahun sebelumnya, pendeta tidak bersedia tinggal

bersama dengan jemaat karena wilayah yang sulit dijangkau

serta kurangnya fasilitas di desa. Namun saat ini, pendeta yang

baru di thabis dan ditempatkan di desa mau dan bersedia tinggal

bersama jemaat. Jemaat berharap agar, komitmen pendeta untuk

siap melayani dimana saja itu tetap di pegang teguh agar jemaat

tidak kecewa.

Komitmen yang kuat dan teguh sangat dibutuhkan

pendeta dalam menjalankan tugas pelayanan di desa. Namun,

melihat dari perbedaan jemaat kota dan jemaat desa yang sangat

berbeda, dimana jemaat desa yang sangat homogeny dan adat

istiadat yang masih kental maka, sebagai pendeta maka 5 atribut

menurut Klann (2007), sangat perlu di miliki oleh pendeta.

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

94

Pertama adalah atribut keberanian. Pendeta harus

mempu dan berani melakukan perubahan yang baik dalam

pelayanan, kebiasaan yang positif perlu dipertahankan

sedangkan kebiasaan yang negative perlu dihilangkan. Berani

mengembangkan SDM demi mengembangkan ekonomi jemaat

sehingga kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani jemaat dapat

terpenuhi dan seimbang.

Kedua adalah kepedulian. Jemaat membutuhkan

pendeta yang peduli, peka, mau mendengarkan, turun ke jemaat

dan bersama menyelesaikan pergumulan yang dihadapi jemaat.

Namun, dalam kenyataannya jemaat mengakui bahwa pendeta

adalah Allah kedua yang perlu dihormati. Pendeta dipandang

sebagai hamba Tuhan yang melakukan pelayanan dengan baik

dan menjadi teladan. Kerja keras pendeta dengan kesungguhan

dan kegigihannya dalam melayani jemaat, serta spritualitas

pendeta telah melahirkan terciptanya rasa hormat jemaat,

sehingga menunjukan cara pandang yang positif dari anggota

jemaat terhadap pendeta.

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

95

4.5.3 Persamaan dan Perbedaan Harapan Jemaat Kota dan

Desa Terhadap Kualitas Gaya Kepmimpinan dan Komitmen

Pendeta

Dari hasil penelitian maka dapat dilihat bahwa, harapan

jemaat di kota berbeda dengan jemaat yang di desa. Jemaat kota

mengharapkan pendeta yang smart dalam berkhotbah, smart

dalam mengelolah organisasi gereja, berpenampilan menarik,

aktif dalam kegiatan di gereja, mementingkan kepentingan jemaat

dan tidak otoriter dalam memimpin mampu membawa jemaatnya

menghadapi perkembangan iptek yang semakin berkembang

pesat, mengerti tentang ajaran atau Tata GMIT serta

menjalankan Tata GMIT dengan baik dan benar.

Melihat uraian di atas maka penulis menemukan

bahwa, jemaat kota membutuhkan pendeta yang tidak hanya

memiliki kualitas karakter tetapi jemaat mebutuhkan pemimpin

yang memiliki kualitas akademik yang tinggi. Kedua kualitas ini

yaitu kualitas akedemik dan karakter seorang pemimpin

merupakan hal penting yang perlu dimiliki pendeta kota.

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

96

Sedangkan jemaat di desa mengharapkan pendeta yang mau

mendengar keluhan mereka, pendeta yang mampu bersikap

adil dalam menyelesaikan masalah, berkomitmen untuk mau

melayani dan tinggal dengan jemaat, pendeta yang mampu

mengembangkan ekonomi jemaat untuk kesejahteraan

jemaatnya, pendeta yang mau berkunjung ke jemaat, pendeta

yang mau bertindak bukan pendeta yang hanya berbicara.

Penulis setuju dengan Spears (2004), bahwa menjadi

seorang pemimpin gereja harus bisa mendengar, empati,

konseptualisasi, dan memlihat ke masa depan. Pendeta juga

harus memiliki kasih yang murni, mengutamakan orang lain,

melayani dan peka.

Dari hasil penelitian di atas maka penulis menumakan

bahwa, kualitas yang dibutuhkan jemaat desa adalah kualitas

karakter dalam hal ini sikap pendeta yang mau mendengarkan,

yang mau bertindak, rendah hati, tindakan nyata dan keteladan

adalah hal yang utama dan harus dimiliki oleh jemaat pendeta

yang mau melayani di desa. Jadi, kualtias akademik juga

dibutuhkan oleh seorang pendeta yang melayani di desa, tetapi

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6115/4/T2_912012010_BAB IV.pdf · Perbedaan cirri antara kedua system tersebut dapat

97

dari hasil penelitian jemaat membutuhkan pendeta yang memiliki

kualitas dalam karakter atau sikap yang mengutamakan jemaat.