kebijakan dan prioritas pengembangan keuangan syariah - nsw
DESCRIPTION
Perbankan SyariahTRANSCRIPT
-
Kebijakan Pengembangan Keuangan dan
Perbankan Syariah: Kondisi Kini dan Arah Kebijakan
Disampaikan pada:
TOT Perbankan Syariah
Universitas Mataram 25-27 Maret 2015
-
Agenda
1 Policy Background Pengembangan Keuangan Syariah
2 Perkembangan Terkini Keuangan Syariah
3 Arah Kebijakan dan Prioritas Pengembangan
2
0 Tentang OJK
-
OJK: Era Baru dalam Pengaturan dan
Pengawasan Sektor Jasa Keuangan
Setelah hampir 12 tahun pembahasan, UU OJK disahkan pada November 2011. Dengan demikian telah
lahir era baru dalam regulasi dan pengawasan sektor jasa keuangan Indonesia. Peran pengawasan di sektor
jasa keuangan, yang dilakukan sebelumnya oleh Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan, menjadi
seluruhnya merupakan kewenangan OJK.
Latar belakang yang mendasari dibentuknya OJK:
Konglomerasi Usaha Globalisasi & Perkembangan TI
Permasalah Koordinasi Lintas Sektor Keterhubungan Lintas Sektoral
Regulatory arbitrage Amanat UU BI tahun 1999
Membutuhkan Sistem Pengaturan & PengawasanTerintegrasi
Refomasi Institusional di Pengaturan dan Pengawasan Sektor Jasa
keuangan
Transfer kewenangan pengaturan dan pengawasan dilakukan secara bertahap:
2011 2012 2013 2014 2015
21 November
UU OJK disahkan
31 Desember
Transfer kewenangan
pengaturan &
pengawasan Pasar
Modal dan IKNB dari
KemenKeu
31 Desember
Transfer
kewenangan
pengaturan &
pengawasan
Perbankan dari BI
1 Januari
Pengawasan terhadap
BPJS Kesehatan
1 Januari
Pengawasan terhadap
BPJS Ketenagakerjaan
Pengawasan LKM
3
-
Tujuan, Fungsi dan Wewenang OJK
Tujuan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan adalah agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan:
1 terselenggaranya secara teratur, adil, transparan dan akuntabel;
2 mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; dan
3 melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
4
Menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.
Fungsi Otoritas Jasa Keuangan:
Sedangkan tugas OJK adalah melaksanakan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank (Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya).
Tugas Otoritas Jasa Keuangan: Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang:
Melakukan tindakan pencegahan kerugian Konsumen dan masyarakat 1
2
3
Melakukan pelayanan pengaduan Konsumen
Melakukan pembelaan hukum
-
Agenda
1 Policy Background Pengembangan Keuangan Syariah
2 Perkembangan Terkini Keuangan Syariah
3 Arah Kebijakan dan Prioritas Pengembangan
5
0 Tentang OJK
-
Policy Background Pengembangan Keuangan Syariah Indonesia 6
Setidaknya ada 3 alasan utama mengapa perlu mengembangkan industri keuangan syariah Indonesia, yaitu:
1. Inklusi Keuangan: menyediakan jasa keuangan bagi semua, termasuk yang atas dasar keyakinan tidak mau menggunakan keuangan konvensional.
2. Financial Deepening: meningkatkan peran jasa keuangan melayani ekonomi dgn memperkenalkan lebih banyak pilihan dan instrumen keuangan yg unik.
3. Sebagai instrumen untuk memfasilitasi aliran modal (domestik maupun internasional) terutama bagi mereka yang memiliki preferensi khusus pada keuangan syariah.
Alasan lainnya adalah peningkatkan stabilitas sistem keuangan dan seiring tren saat ini mempromosikan ethical and good governance financial services seperti green banking dan socially responsible investments.
-
Industri Keuangan Syariah Indonesia 7
Takaful, Re-Takaful,
Micro-Takaful
Multifinance Syariah
Baitul Maal wat Tamwil
Pegadaian Syariah
Islamic Social Sector (Zakat, Sadakah, Waqaf) dan
BPKH*
Perbankan Syariah
Kita telah memiliki Industri Jasa Keuangan Syariah yang lengkap:
Pasar Modal Syariah
Bank Umum Syariah
Unit Usaha Syariah
BPR Syariah
Saham Syariah & JII
Sukuk Negara & Korporasi
Reksadana Syariah
LKS Non-Bank
Instrumen 2 Pasar
Keuangan
-
Perbankan Syariah
Takaful
Pasar Modal Syariah
1992 1997 2000 2004 2006 2008 2010 2012 2013 2014
1st Reksa Dana Syariah
Danareksa Syariah
Berimbang
1st Bank Syariah
Bank Muamalat
1st Asuransi Syariah
Asuransi Takaful Keluarga
2nd Bank Syariah
Bank Syariah Mandiri
Syariah Office
Channeling
Daftar Efek
Syariah (DES)
Multifinance
1st Reasuransi Syariah
ReINDO Syariah
Regulasi Pasar
Modal Syariah
ETF Syariah
Syariah
Premier
ETF JII
1st PP Syariah
Amanah Finance
1st Sukuk Korporasi
Mudharabah Indosat
Jakarta Islamic
Index (JII)
1994 1999 2002 2005 2007 2009 2011
Regulasi terkait Uang Muka Pembiayaan
Konsumen
UU Perbankan Syariah
UU No.21 Tahun 2008
Regulasi terkait Asuransi & Reasuransi Syariah
UU Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN)
UU No.19 Tahun 2008
Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI)
Sharia Online Trading
IPOT Syariah
1st Sukuk Negara
IFR0001 & IFR0002
Syariah Delivery
Channel iB XBRL report
UU No.10 year 1998/UU perbankan
UUS
Milestone Industri Keuangan Syariah Indonesia 8
-
Agenda
1 Policy Background Pengembangan Keuangan Syariah
2 Perkembangan Terkini Keuangan Syariah
3 Arah Kebijakan dan Prioritas Pengembangan
9
0 Tentang OJK
-
Perkembangan Terkini Keuangan Syariah: Total Aset Keuangan Syariah Indonesia
*) data posisi per Juni 2014 Sumber : 1. Otoritas Jasa Keuangan 2. DitJen Pengelolaan Utang , Kemenkeu
Jenis 2010 2011 2012 2013 2014 MARKET SHARE
Per Industri
Perbankan Syariah 97,52 145,47 195,02 242,28 272,34 4,85%
Asuransi Syariah 6,97 9,15 13,1 16,66 22,36 4,25%
Pembiayaan Syariah 2,36 3,62 22,66 24,64 31,67 5,51%
Saham Syariah n.a 1.968,10 2.451,33 2.557,85 2.955,79*) 58,63%*)
Sukuk Korporasi 7,82 7,92 9,79 7,55 6,96*) 3,17%*)
Reksa Dana Syariah 5,23 5,56 8,05 9,43 9,51*) 4,43%*)
Sukuk Negara 44,34 77,73 124,36 169,29 179,10*) 9,83%*)
(dalam Triliun Rp)
10
Selain lembaga-lembaga keuangan, Indonesia juga memiliki lebih dari 5000 Baitul Maal wat Tamwil, dan lebih dari 500 lembaga zakat swasta.
-
Industri Keuangan Syariah Non-Bank: Takaful dan perusahaan pembiayaan syariah menjadi pemain dominan dengan pertumbuhan lebih cepat dari konvensional, tapi market share masih kecil. Pegadaian dan penjaminan syariah juga bertumbuh...
Asuransi Syariah
Terdapat 49 lembaga, jumlah bertambah 8.9% dlm 2013
Share 2013 : 4,52% (Total Aset 16,66Tr)
Perusahaan Pembiayaan Syariah
Terdapat 48 lembaga pembiayaan syariah pada akhir tahun 2013
Share : 5,51% (tot. aset 24,95 Tr)
11
IKNB Syariah
1. Takaful - Asuransi Jiwa Syariah
- Asuransi Umum Syariah
- Reasuransi Syariah
2. Dana Pensiun Syariah,
3. Lembaga Pembiayaan Syariah
- Perusahaan Pembiayaan Syariah
- Ijarah (Leasign) Company
- Modal Ventura
4. Lembaga Jasa Keuangan Syariah Lainnya
- Pegadaian Syariah
- Penjaminan Pembiayaan Syariah
- Lembaga Keuangan Mikro Syariah
0102030405060708090
100
asuransisyariah
pembiayaan syariah
LJK SyariahLainnya
IKNBSyariah
Entitas 2012 45 34 2 81
Entitas 2013 49 48 2 99
Entitas IKNB Syariah 2012-2013
-
Pasar Modal Syariah: Sukuk Korporasi dan SBSN mulai diminati sebagai sarana pembiayaan korporasi dan fiskal, namun belum optimal karena share masih kecil dan variasi produk terbatas. Reksadana berkembang namun potensi tumbuh masih besar
Sukuk Korporasi Daftar Efek Syariah
Sukuk Negara (SBSN) Reksadana Syariah
Sukuk Korporasi Total Rp12,29 Tr (65
Emisi Sukuk) Oustanding 6,96 Tr share: 3,17%
SBSN Total oustanding:
Rp179,1 Tr Share: 9,83% Jumlah: 45 Seri SBSN Reksadana Syariah Total NAB Rp9,51T Jumlah RDS :64 unit Share NAB: 4,43% Daftar Efek Syariah 326 Saham Syariah Nilai:Rp.2.955,8 Tr Share DES: 58,6% dr
total nominal Perdagangan Saham Online Trading
Syariah: 8 PE AB Administrator
Rekening Dana Nasabah: 1 BUS
12
-
Indikator Perkembangan Perbankan Syariah: tumbuh cepat , namun belum optimal karena share masih kecil sedang potensi dan
peluang berkembang sangat besar .... 13
Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 (Des)
Bank Umum Syariah 11 11 11 11 12
Unit Usaha Syariah 23 24 24 23 22
BPRS 150 155 158 163 163
Total Aset (Rp. T) 97,2 145,47 195,02 242,28 272,34
Market Share 3.24% 3.98% 4,58% 4,89% 4,9%
DPK (Rp. T) 76,04 115,41 147,51 183,53 217,86
Pembiayaan (Rp. T) 68,18 102,66 147,51 184,12 199,33
CAR 16,25% 16,63% 14,13% 14,44% 16,10%
FDR 89.67% 88.94% 100,0% 100,32% 91,50%
NPF (gross) 3,02% 2,52% 2,22% 2,62% 4,33%
ROA 1,67% 1,79% 2,14% 2,00% 0,80%
-
Indikator Perkembangan Perbankan Syariah: Menghadapi problem persaingan dgn kompetitor langsung bank konvensional,
terutama dari aspek kekuatan permodalan, kualitas pengelolaan usaha dan efisiensi 14
BOPO
Sumber dana mahal perbankan syariah dari tahun 2009 ke 2014 meningkat 7% sementara perbankan konvensional hanya meningkat 1%
BOPO perbankan syariah meningkat dari kisaran 80 % menjadi kisaran 90% sementara perbankan konvensional menurun dari kisaran 80% ke kisaran 70%
Pada 2007, NPL sama sebesar 4,1%, namun setelahnya perbankan konvensional turun menjadi 2,2% (2014), sedang syariah sebesar 4,6% setelah sempat turun di tahun 2009-2013.
Perbandingan Kinerja Perbankan Konvensional vs Syariah
-
Indikator Perkembangan Perbankan Syariah: Secara internasional Indonesia dipandang sebagai kekuatan dan memiliki potensi
besar keuangan syariah global 10 negara terbesar dibidang keuangan syariah 15
Sumber : ICD Thomson Reuters, Islamic Finance Development Indicator 2014
Top 20 Islamic Finance Asset ($ Million)
1 Malaysia 423,285 2 Saudi Arabia 338,106 3 Iran 323,300 4 UAE 140,289 5 Kuwait 92,403 6 Qatar 81,027 7 Bahrain 64,644 8 Turkey 51,161 9 Indonesia 35,629
10 Bangladesh 18,938 11 Pakistan 14,647 12 Egypt 12,086 13 Sudan 8,034 14 Jordan 7,430 15 Switzerland 6,575 16 Brunei Darussalam 5,526 17 United States 4,537 18 United Kingdom 4,305 19 Thailand 3,834 20 Yemen 3,576
Indonesia USD 35,629 mio
9
-
Agenda
1 Policy Background Pengembangan Keuangan Syariah
2 Perkembangan Terkini Keuangan Syariah
3 Arah Kebijakan dan Prioritas Pengembangan
16
0 Tentang OJK
-
Arah Kebijakan dan Prioritas Pengembangan 17
Industri Keuangan Syariah merupakan bagian sistem keuangan yang mendukung pembangunan ekonomi nasional. Tujuan dan strategi pengembangannya tidak lepas dari tujuan serta tantangan yang dihadapi oleh perekonomian nasional saat ini dan kedepan.
OJK bersama Pemerintah dan Bank Sentral bercita-cita mengembangkan Industri Keuangan Syariah yang mendukung kesejahteraan masyarakat luas yang berkelanjutan, dan terus mendorong industri keuangan syariah untuk meningkatkan kinerja dan pelayanannya dengan tetap mempertahankan konsistensi memenuhi prinsip syariah.
RPJMN III 2015-2019 menegaskan sasaran sektor keuangan syariah dalam 5 tahun mendatang adalah:
1) meningkatnya indikators kuantitatif pengembangan keuangan syariah (incl total aset dan nasabah di LKS)
2) meningkatnya dukungan pembiayaan pembangunan dari sektor keuangan syariah; 3) terwujudnya good governance di industri keuangan syariah, 4) terwujudnya kondisi LKS yang sehat dan mantap; 5) meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap keuangan syariah
termasuk meningkatnya perlindungan konsumen di sektor keuangan syariah.
-
Arah Kebijakan dan Prioritas Pengembangan: Peluang Pertumbuhan Industri Keuangan Syariah
18
Tingkat pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan masih relatif rendah (survey financial literacy OJK: banking 37,2%, insurance 22,5%, capital market 2,3%), sehingga penetrasi layanan keuangan juga masih rendah. Perbaikan literasi keuangan syariah disertai berbagai inisiatif financial inclusion dan inovasi produk yang friendly akan memperluas pasar industri keuangan syariah.
Peningkatan populasi penduduk, khususnya kelas menengah akan meningkatkan potential demand terhadap value added services industri keuangan syariah.
Kelas menengah (middle income) Indonesia tumbuh dari semula 93 juta orang atau 42,7% menjadi sekitar 134 juta orang atau 56,6% penduduk (2009 2010). Kenaikan income akan mengubah preferensi keuangan masyarakat dari produk sederhana spt simpanan & pembiayaan umum, ke arah produk investasi dan pembiayaan yg lebih spesifik/sophisticated, berbasis IT & memiliki value added yg tinggi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong tinggi (8 tahun terakhir pertumbuhan GDP mencapai 6%). Upaya mendorong pertumbuhan berkelanjutan melalui kebijakan pengembangan sektor strategis a.l. terkait infrastruktur & konektivitas, revitalisasi industri, & konservasi energi, akan menciptakan pasar yg besar bagi keuangan syariah.
Pada sektor infrastruktur misalnya, dari kebutuhan pembiayaan sebesar Rp1.924 triliun, hanya sekitar 29% yang dapat dipenuhi APBN.
-
Arah Kebijakan dan Prioritas Pengembangan: Tiga Area Potensi Peningkatan Peran SJK Syariah
19
1 Meningkatkan peran sektor jasa keuangan syariah dalam pendanaan kegiatan perekonomian
2
3
Meningkatkan peran sektor jasa keuangan syariah dalam memperluas akses keuangan dan kemandirian finansial masyarakat serta upaya mendukung pemerataan dalam pembangunan
Mengoptimalkan peran sektor jasa keuangan syariah sebagai agent of change dalam meningkatkan literasi keuangan syariah dan capacity building di bidang kewirausahaan
-
Arah Kebijakan dan Prioritas Pengembangan: Tiga Area Potensi Peningkatan Peran SJK Syariah
20
1 Meningkatkan peran sektor jasa keuangan syariah dalam pendanaan kegiatan perekonomian
Potensi Indonesia dari Sisi Demografis: 67% penduduk merupakan kelompok usia produktif
Potensi Sumber Daya Alam Melimpah (tambang, mineral, gas dan kemaritiman) Reformasi Struktural yang Komprehensif: Peningkatan Infrastruktur Dasar dan
Kebijakan Pengembangan Sektor Prioritas
Perlu bank syariah besar, dengan kemampuan
pembiayaan yang lebih besar
Peningkatan peran sektor jasa keuangan syariah
dalam pendanaan pembangunan nasional
Peran pasar modal syariah dalam penyediaan pembiayaan pembangunan : 2015 Tahun Pasar Modal Syariah
Peran perusahaan Takaful dan Re-Takaful dan perusahaan pembiayaan melalui peningkatan sinergi dengan
perbankan dan pasar modal
-
Arah Kebijakan dan Prioritas Pengembangan: Tiga Area Potensi Peningkatan Peran SJK Syariah
21
2 Meningkatkan peran sektor jasa keuangan syariah dalam memperluas akses keuangan dan kemandirian finansial masyarakat serta upaya mendukung pemerataan dalam pembangunan
Memperluas Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai): 17 Bank akan mengikuti program Laku Pandai, termasuk Bank Syariah + 30,000 Agen bank yang akan melayani masyarakat 2015: Era Layanan LAKU PANDAI
Program Micro Takaful: Asuransi Petani, Asuransi Nelayan dan Asuransi pendukungnya
Meningkatkan peran BUS, BPRS dan LKM Syariah dalam pendanaan pembangunan daerah
Peningkatan Peran UUS yang Dimiliki BPD Potensi Penerbitan Sukuk Daerah: Untuk pembiayaan proyek
pembangunan daerah yg feasible
-
Arah Kebijakan dan Prioritas Pengembangan: Tiga Area Potensi Peningkatan Peran SJK Syariah
22
3 Mengoptimalkan peran sektor jasa keuangan syariah sebagai agent of change dalam meningkatkan literasi keuangan syariah dan capacity building di bidang kewirausahaan
Peningkatan literasi keuangan syariah: Sosialisasi dan edukasi lebih masif dan sistematis untuk
memperbesar basis pasar keuangan syariah
Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Garda Terdepan Pengembangan Keuangan Syariah: Kerjasama lintas sektor (termasuk sektor sosial ZISW) dan
sektor riil terkait syariah (Islamic fashion, makanan-kosmetika dan obat halal, wisata syariah dan haji/umroh),
-
Prioritas Jangka Pendek OJK dalam Pengembangan Keuangan Syariah
23
Misi OJK: Mewujudkan
sistem keuangan yang tumbuh
secara berkelanjutan dan
stabil
Kondisi Sektor Jasa Keuangan yang Ingin di Capai : Produk jasa keuangan yang terdiversifikasi Basis pengguna yang semakin meluas Infrastruktur pasar yang kredibel dan efisien Sektor Jasa Keuangan yang inklusif Industri Jasa Keuangan Syariah yang sehat, tumbuh &
berkesinambungan
Prioritas Jangka Pendek dibidang Keuangan Syariah, a.l. 1) Menyusun masterplan/roadmap pengembangan keuangan syariah Indonesia 2) Penguatan internal [penyempurnaan mekanisme koordinasi dan alignment proses kerja
dan SDM OJK] terkait keuangan syariah di OJK 3) Meningkatkan hubungan kerjasama eksternal OJK dg lembaga mitra strategis domestik &
internasional 4) Meningkatkan program pengembangan pasar, edukasi/literasi dan perlindungan
konsumen jasa keuangan syariah 5) Mengembangkan infastruktur sistem keuangan syariah, penyempurnaan regulasi dan
sistem pengawasan yg lengkap dan efektif
-
Arah Kebijakan dan Prioritas Pengembangan:
Arah Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah 2015 24
I. Pengembangan produk, aktivitas usaha dan kelembagaan yang lebih terintegrasi dan sinergis
II. Pengembangan pembiayaan dan layanan yang mendukung sektor ekonomi prioritas, financial inclusion dan pembiayaan produktif
III. Penguatan kolaborasi antar otoritas dalam mendukung pengembangan keuangan dan perbankan syariah
IV. Penguatan harmonisasi pengaturan dan kebijakan sesama perbankan maupun antar jasa keuangan yang tetap memperhatikan karakteristik syariah
V. Promosi dan edukasi keuangan dan perbankan syariah yang lebih terstruktur, terintegrasi dan sinergis
-
Akhir Presentasi Terima Kasih
http://alazharpeduli.files.wordpress.com/2010/04/dsc_0378.jpg