prioritas pendidikan

20
Penataan dan Pemerataan Guru Harus Dilaksanakan Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) meres- pons positif hasil program penataan dan pemerataan guru (PPG) yang dilakukan USAID PRIORITAS. Daerah-daerah mitra USAID PRIORITAS telah berhasil melaku- kan penataan dan pemerataan distribusi guru. “Beberapa daerah yang sudah sukses melakukan penataan dan pemerataan guru, yang memiliki kiat-kiat keberhasilan, mereka akan kita endorse untuk menjadi model bagi kabupaten/kota lainnya,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad dalam acara Lokakarya Nasional Kebijakan PPG di Jakarta (14/10). Program PPG yang diimplementasikan dan dikembangkan USAID PRIORITAS, menurut Direktur Program USAID PRIORITAS Stuart Weston, berhasil melakukan pemetaan penyebaran guru, mengembangkan solusi kebijakan, melaku- kan konsultasi publik, dan mendukung Guru dan Dosen Kerja Sama Pecahkan Masalah Pembelajaran ”Gerakan Memuliakan Guru” Kolaborasi guru dan dosen akan meningkat- kan mutu pembelajaran di sekolah. (Dari kanan ke kiri) Dirjen Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad, Direktur USAID Indonesia Andrew Sisson, dan Direktur Program USAID PRIORITAS Stuart Weston memberikan penjelasan kepada wartawan tentang hasil program penataan dan pemerataan guru. penerapan kebijakan PPG. “Kami me- nyediakan tenaga ahli dan bekerja sama dengan LPTK untuk membantu kabu- paten/kota mitra melakukan penataan dan pemerataan guru. Kami memberikan dukungan teknis bagi kabupaten/kota mitra yang ingin mengimplementasikan PPG,” tukasnya. Direktur USAID Indonesia Andrew Sisson menyampaikan, USAID terus berkomit- men untuk mendukung pemerintah Indonesia menyediakan pendidikan yang bermutu. Amerika Serikat dan Indonesia sama-sama memahami bahwa guru sangat penting untuk kesuksesan anak dan masa depan bangsa. “Amerika Serikat bangga dapat bermitra dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk membantu memastikan semua siswa memiliki akses pendidikan yang berkualitas,” terangnya. (Eh/Anw) 4Berita lainnya di halaman 2 4Berita lengkapnya di halaman 3 JAKARTA - Menteri Pendidi- kan dan Kebudayaan Anies Baswedan PhD mengajak kita semua untuk memuliakan guru. Hal itu disampaikannya dalam acara seminar pendidikan me- wujudkan revolusi mental me- lalui penguatan peran strategis guru di gedung D, Kemdikbud, Jakarta, yang juga mengundang USAID PRIORITAS sebagai salah satu narasumber (26/11). ”Ikhtiar untuk memuliakan guru karena kita sadar bahwa kita semua bisa seperti sekarang ini karena ada guru yang memilih hadir di kelas-kelas kita,” kata Mendikbud. ”Mari kita lakukan bersama-sama. Punya kegiatan apa pun, bila yang hadir guru, berikan kehormatan pada guru,” tuturnya yang disambut tepuk tangan peserta. (Anw) Edisi 9 Okt - Des 2014 ISSN 2303 - 0852 UNTUK membantu menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran, USAID PRIORITAS memfasilitasi kerja sama guru dan dosen untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK). Kolaborasi ini akan saling menguatkan dan bermanfaat untuk keduanya. ”Dalam melaksanakan PTK, guru perlu teman untuk berkonsultasi dan berbagi ide untuk membuat pem- belajaran menjadi lebih berkualitas. Sementara dosen perlu mendapat- kan pengalaman dalam menerapkan teori pembelajaran untuk memecah- kan masalah pembelajaran di sekolah yang dapat dibagikan kepada maha- siswanya dalam perkuliahan,” kata Ujang Sukandi, spesialis pelatihan guru USAID PRIORITAS. (Anw) Anies Baswedan PhD Mendikbud USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa PRIORITAS PENDIDIKAN Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

Upload: hoangkhanh

Post on 08-Dec-2016

263 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Penataan dan Pemerataan Guru Harus Dilaksanakan

Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com

JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) meres-pons positif hasil program penataan dan pemerataan guru (PPG) yang dilakukan USAID PRIORITAS. Daerah-daerah mitra USAID PRIORITAS telah berhasil melaku-kan penataan dan pemerataan distribusi guru. “Beberapa daerah yang sudah sukses melakukan penataan dan pemerataan guru, yang memiliki kiat-kiat keberhasilan, mereka akan kita endorse untuk menjadi model bagi kabupaten/kota lainnya,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad dalam acara Lokakarya Nasional Kebijakan PPG di Jakarta (14/10).

Program PPG yang diimplementasikan dan dikembangkan USAID PRIORITAS, menurut Direktur Program USAID PRIORITAS Stuart Weston, berhasil melakukan pemetaan penyebaran guru, mengembangkan solusi kebijakan, melaku-kan konsultasi publik, dan mendukung

Guru dan Dosen Kerja Sama Pecahkan Masalah Pembelajaran

”Gerakan Memuliakan Guru”Kolaborasi guru dan dosen akan meningkat-kan mutu pembelajaran di sekolah.

(Dari kanan ke kiri) Dirjen Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad, Direktur USAID Indonesia Andrew Sisson, dan Direktur Program USAID PRIORITAS Stuart Weston memberikan penjelasan kepada wartawan tentang hasil program penataan dan pemerataan guru.

penerapan kebijakan PPG. “Kami me-nyediakan tenaga ahli dan bekerja sama dengan LPTK untuk membantu kabu-paten/kota mitra melakukan penataan dan pemerataan guru. Kami memberikan dukungan teknis bagi kabupaten/kota mitra yang ingin mengimplementasikan PPG,” tukasnya.

Direktur USAID Indonesia Andrew Sisson menyampaikan, USAID terus berkomit-men untuk mendukung pemerintah

Indonesia menyediakan pendidikan yang bermutu. Amerika Serikat dan Indonesia sama-sama memahami bahwa guru sangat penting untuk kesuksesan anak dan masa depan bangsa. “Amerika Serikat bangga dapat bermitra dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk membantu memastikan semua siswa memiliki akses pendidikan yang berkualitas,” terangnya. (Eh/Anw)

4Berita lainnya di halaman 2

4Berita lengkapnya di halaman 3

JAKARTA - Menteri Pendidi-kan dan Kebudayaan Anies Baswedan PhD mengajak kita semua untuk memuliakan guru. Hal itu disampaikannya dalam acara seminar pendidikan me-wujudkan revolusi mental me-lalui penguatan peran strate gis guru di gedung D, Kemdikbud, Jakarta, yang juga mengundang USAID PRIORITAS sebagai salah satu narasumber (26/11).

”Ikhtiar untuk memuliakan guru karena kita sadar bahwa kita semua bisa seperti sekarang ini karena ada guru yang memilih hadir di kelas-kelas kita,” kata Mendikbud. ”Mari kita lakukan bersama-sama. Punya kegiatan apa pun, bila yang hadir guru, berikan kehormatan pada guru,” tuturnya yang disambut tepuk tangan peserta. (Anw)

Edisi 9Okt - Des

2014

ISSN2303 - 0852

UNTUK membantu menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran, USAID PRIORITAS memfasilitasi kerja sama guru dan dosen untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK). Kolaborasi ini akan saling menguatkan dan bermanfaat untuk keduanya.

”Dalam melaksanakan PTK, guru perlu teman untuk berkonsultasi dan

berbagi ide untuk membuat pem-belajaran menjadi lebih berkualitas. Sementara dosen perlu mendapat-kan pengalaman dalam menerapkan teori pembelajaran untuk memecah-kan masalah pembelajaran di sekolah yang dapat dibagikan kepada maha-siswanya dalam perkuliahan,” kata Ujang Sukandi, spesialis pelatihan guru USAID PRIORITAS. (Anw)

Anies Baswedan PhDMendikbud

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa

PRIORITAS PENDIDIKANMedia Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

2 l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014

Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembe-lajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza,

Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email [email protected]. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata

200--350. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG.

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

JAKARTA - USAID PRIORITAS telah mengem-bangkan dan mengimplemen-tasikan program penataan dan pemerataan guru (PPG) di 23 kabupaten/kotamitra Kohor I. Bekerjasama dengan kabu-paten/kota dan LPTK, USAID PRIORITAS berhasil melaku-kan pemetaan peyebaran guru, mengembangkan solusi kebijakan, melakukan konsultasi publik (forum multi pemangku kebijakan), dan mendukung penerapannya di kabupaten/kota.

Untuk berbagi praktik-praktik yang baik dari program PPG tersebut, USAID PRIORITAS menggelar lokakarya nasional kebijakan penataan dan peme-rataan guru di Jakarta (14/10). Empat pemangku kepentingan daerah mitra USAID PRIORITAS didaulat untuk berbagi pengala-mannya dalam melaksanakan penataan dan pemerataan guru.

Mereka adalah Bupati Bener Meriah Ruslan Abdul Gani, Wabup Blitar Rijanto, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang Dewi Pramuningsih, dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis Toto Mar-woto. Mereka berhasil memulai pelaksanaan penataan dan pemerataan guru untuk me-ningkatkan mutu pendidikan di daerahnya dari aspek pemenu-

han kecukupan guru. Lokakarya ini diikuti oleh 109 peserta yang terdiri atas bupati, wa-likota, kepala dinas pendidikan, dan perwakilan dari Kemenko Kesra, Kemdikbud, Kemenag, Kemendagri, USAID, lembaga donor lain, dan program yang didanai donor.

Sinkronisasi RegulasiDirektur Urusan Pemda I Kemendagri Dr Kurniasih menyampaikan pentingnya sinkronisasi regulasi penataan guru antara pusat dan daerah. Tahapan penataan guru, menu-rutnya, ada lima tahap yaitu, (1) Penyiapan rencana penataan guru di daerah, (2) Penginte-grasian rencana penataan guru dalam kebijakan daerah, (3) Sinergitas data penataan guru antara dinas pendidikan dan badan kepegawaian daerah (BKD) serta instansi terkait, (4) Implementasi kebijakan penataan guru di daerah, dan (5) Laporan pencapaian target penataan guru.

”Masalahnya, sampai saat koor-dinasi dalam perencanaan pen-didik dan tenaga kependidikan antara dinas pendidikan dengan BKD masih belum optimal sehingga seringkali distribusi guru kurang sesuai kebutuhan,” katanya. (Anw)

Pemangku kepentingan berbagi pengalaman dalam pelaksanaan PPG.

Berbagi Pengalaman Hasil PPG 23 Kabupaten/Kota

Pemangku kepentingan daerah mitra USAID PRIORITAS berbagi pengalaman keberhasilannya

dalam melakukan penataan dan pemerataan guru di daerahnya. Berikut adalah petikannya.

Berhasil dalam Penataan dan Pemerataan GuruRuslan Abdul Gani I Bupati Bener Meriah, Aceh

Mutasi dan Guru Kunjung BENER Meriah menerapkan kebijakan mutasi guru dari sekolah-sekolah yang kelebihan guru ke sekolah-sekolah yang masih kekurangan guru serta guru kunjung, yaitu guru mengajar lebih dari satu sekolah. Salah satu hasilnya, kekurangan 67 guru mapel di SMP dapat tercukupi dengan program mutasi dan guru kunjung. Untuk payung hukumnya, Bener Meriah mengeluarkan Perbup Nomor 17/2014 tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS.

Rijanto I Wakil Bupati Blitar, Jawa TimurKelas Rangkap

BlITAR memulai penataan dan peme-rataan guru dengan menerapkan pro-gram kelas rangkap, yaitu dua jenjang kelas digabung dan diajar oleh satu guru. Kebijakan itu bertujuan untuk mengatasi persoalan kekurangan guru

kelas SD dan sekolah dengan jumlah siswa di bawah SPM. Program ini dipayungi

Peraturan Bupati tanggal 8 Oktober 2014 tentang kelas rangkap. Ada 4 SD yang dijadikan pilot perconto-han dalam pelaksanaan kelas rangkap. Para gurunya mendapat-kan pelatihan khusus mengajar di kelas rangkap.

Dewi Pramuningsih I Kepala Dinas Pendidikan Kab. Semarang, Jawa Tengah

Gabung Sekolah SEKOlAH yang digabung adalah (1) sekolah satu kampus dengan kriteria dua SD atau lebih yang terletak di satu lingkungan sekolah, jarak antara sekolah ≤ 200 meter, jumlah rombel ≤ ruang kelas yang ada, dan tidak bertentangan dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW); (2) Sekolah kecil dengan kriteria jumlah siswa ≤ 80 orang, jarak antarsekolah ≤ 1.000 meter, tidak ada hambatan akses, dalam satu desa terdapat lebih dari satu SDN, tidak berada di daerah perbatasan kabupaten, dan tidak bertentangan dengan RTRW. Pada tahap pertama akan ada 25 SD yang digabung menjadi 12 SD. Payung hukumnya, Perbup Nomor 28/2014.

Toto Marwoto I Kepala Dinas Pendidikan Kab. Ciamis Jawa Barat

lebih MerataCIAMIS telah mengeluarkan Perbup

Nomor 8/2012 tentang penataan PNS. Bentuk implementasinya dalam menata pemerataan guru PNS adalah melakukan alih fungsi/alih jenis guru, alih jenjang guru, redistribusi guru, guru

mengajar lebih dari satu mata pelajaran, dan guru kunjung. Ciamis telah berhasil

menata pemerataan guru. (Anw)

PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014 l 3

SURABAYA, JAWA TIMUR - USAID PRIORITAS menyelenggarakan pelatihan untuk pelatih tingkat nasional bagi 68 dosen dari 16 LPTK mitra USAID PRIORITAS di Surabaya (1-3/12). Mereka dipersiapkan melatih dan mendampingi SD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra untuk menjadi sekolah praktik yang baik (SPB). SPB adalah sekolah yang dirancang dan dikembangkan menjadi sekolah yang dapat menjadi contoh yang baik dari segi pembe-lajaran dan manajemen sekolah.

Pengembangan SPB merupakan bagian dari program USAID PRIORITAS yang bertu-juan agar para mahasiswa calon guru dapat praktik mengajar di sekolah yang telah ber-hasil dalam menerapkan pembelajaran aktif dan manajemen berbasis sekolah (MBS). ”Sehingga ketika mahasiswa LPTK menjadi guru, mereka sudah mengetahui wujud praktik bukan teori dan terbiasa mener-apkan pembelajaran aktif dan MBS,” kata Ajar Budi Kuncoro, koordinator spesialis LPTK dan pemangku kepentingan USAID PRIORITAS.

Dalam pelatihan tersebut, para dosen LPTK diberikan beberapa materi. Di antaranya, pendekatan saintifik dalam pembelajaran, merancang lembar kerja yang mendorong siswa berpikir tingkat tinggi, membangun pembiasaan literasi, dan portofolio dalam penilaian otentik.

Menurut Prof Dr Johar Amir Mhum, ketua prodi bahasa daerah Universitas Negeri

Makassar (UNM), program SPB sangat relevan dengan kepentingan LPTK dalam menyiapkan guru yang berkualitas. “Semua mata kuliah di perguruan tinggi bisa diprak-tikkan dengan pendekatan pembelajaran aktif. Mahasiswa juga mendapatkan contoh langsung penerapan pembelajaran aktif yang bermanfaat saat praktik mengajar di sekolah,” terangnya. (Dkd/Anw)

Penelitian Tindakan Kelas Kolaborasi Dosen dan Guru

Dosen 16 lPTK akan latih Sekolah

Guru dan dosen sedang bekerja sama merancang perangkat PTK.

USAID PRIORITAS memulai program penelitian tindakan kelas (PTK) yang melibatkan dosen LPTK dan guru di sekolah mitra untuk berkolaborasi dalam PTK. 128 dosen dari 16 LPTK dan guru-guru dari sekolah mitra dipertemukan pada acara lokakarya PTK di Yogyakarta (22-24/10). “Dengan mendekat-kan dosen LPTK untuk turun ke sekolah-sekolah, ini dapat mem-berikan dosen ke situasi nyata di dalam kelas. Dosen juga dapat memperoleh manfaat dari pema-haman yang lebih baik tentang masalah belajar mengajar guru yang dihadapi sehari-hari,” tukas Lynne Hill, penasihat pembelaja-ran USAID PRIORITAS.

Dalam kolaborasi ini, guru akan menjadi peneliti utama dalam penelitian, sementara dosen akan menjadi peneliti dan pendamping guru. Tim PTK terdiri atas 4 orang. Rinciannya, satu dosen LPTK, satu fasilitator dosen LPTK, dan dua guru dari sekolah lab atau sekolah mitra LPTK yang dipilih. Dua guru dari tingkat kelas yang sama akan bekerja sama untuk melakukan PTK.

”Kami berharap dosen dapat memperkuat guru dalam menerapkan teori pembelajaran yang relevan untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam pembelajaran di kelas,” ujar Ujang Sukandi, spesialis pelatihan untuk SMP USAID PRIORITAS yang ikut memfasilitasi pelatihan PTK.

Tatat Hartati PhD, dosen Uni-versitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, mengapresiasi kegiatan PTK ini. “Dukungan USAID melalui PTK dapat meningkatkan budaya meneliti

para guru dan dosen, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Tendi Setiadi, guru MTsN 2 Kota Bandung. Menurut dia, PTK memiliki arti penting bagi peningkatan mutu proses pem-belajaran yang akan berdampak langsung pada peningkatan kuali-tas pendidikan. “Bagi madrasah, PTK merupakan strategi efektif meningkatkan kualitas proses belajar,” ucapnya. Banyak peserta

dari kalangan guru yang merasa sangat terbantu karena mem-buat PTK menjadi salah satu kewajiban yang harus dilakukan guru dan bermanfaat untuk pengajuan kenaikan pangkat.

Peserta juga telah menghasilkan judul PTK yang relevan dengan permasalahan dalam pembelaja-ran. Misalnya, penerapan pembe-lajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matema-tika dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) untuk siswa kelas VIII, penggunaan sudut membaca untuk meningkatkan motivasi membaca siswa kelas awal, dan masih banyak lagi.

Selanjutnya, proses penyem-purnaan pertanyaan penelitian, instrumen pengumpulan data, dan perencanaan untuk pelak-sanaan penelitian serta analisis data akan dilanjutkan dalam lokakarya di provinsi. Pengumpu-lan dan analisis data diharapkan dapat selesai pada Mei 2015. Rencananya, hasil temuan dari kegiatan ini akan dipublikasikan pada konferensi nasional pada Agustus 2015. (Anw)

Salah seorang dosen mem-presentasikan big book buatannya dan di-review oleh teman sesama dosen.

PRIORITAS - Nasional

JAWA BARAT DAN SUMATERA UTARA - Hibah buku USAID PRIO-RITAS memiliki arti sangat penting untuk mengangkat semangat para kepala sekolah dan guru untuk menumbuhkan budaya baca di kalangan siswa. Dengan budaya baca yang baik, siswa akan lebih kritis, kreatif, dan berwawasan luas. Demikian

4 l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014

dikatakan oleh Bupati Abu Bakar, yang didampingi Kepala Disdikpora Agustina Piryanti, saat menerima hibah buku USAID PRIORITAS di Ngamprah, Ban-dung Barat (1/12).

Bupati dan kepala dinas pendidikan berkali-kali menyampaikan ucapan terima kasih kepada USAID atas kemitraan

dalam program USAID PRIORITAS. USAID memberikan hibah buku untuk 31 sekolah/madrasah di Kabupaten Bandung Barat. Penyerahan secara simbolis hibah buku dilangsungkan pada upacara peri-ngatan Hari Guru Nasional di Ngamprah, kompleks Pemkab Bandung Barat.

Di Sumatera Utara, Bupati Labuhanbatu Tigor Panusunan Siregar juga mengapresiasi hibah buku dari USAID PRIORITAS. Ia optimistis buku bacaan, termasuk buku sains tersebut, akan menambah minat baca siswa. “Selanjutnya, gunakanlah buku-buku ini semaksimal mungkin untuk anak kita di sekolah. Jadi, mari kita latih pola pikir anak kita sehingga bisa menghasilkan anak-anak didik yang lebih baik dari kita,” ajaknya.

Hibah buku disambut baik oleh seko-lah mitra USAID PRIORITAS. “Buku ini semakin memperkaya koleksi buku di perpustakaan kami dan menyemarakkan sudut-baca yang sudah kami siapkan di berbagai sudut lingkungan sekolah,” papar Siti Hindun, kepala SDN 2 Rajamandala. Sementara itu, Kepala SMPN 1 Ciham-pelas Marhadi Setiawan berjanji menjadi-kan hibah buku ini sebagai stimulan untuk mengadakan lebih banyak bahan bacaan di sekolah. (Eh)

Hibah Buku Angkat Semangat Budaya Baca

Bupati Labuhanbatu Tigor Panusunan Siregar menyerahkan buku kepada perwakilan sekolah mitra USAID PRIORITAS di Labuhanbatu. USAID PRIORITAS mempromosikan budaya membaca untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar.

ACEH JAYA, ACEH - Dinas Pendidi-kan dan Olahraga Kabupaten Aceh Jaya menggelar “Pekan Kreativitas Pendidi-kan Aceh Jaya” yang diikuti siswa SD, SMP, SMA, dan SMK. USAID PRIO-RITAS turut serta meramaikan kegiatan tersebut.

Stan USAID PRIORITAS mendapat du-kungan penuh dari sekolah mitranya di Aceh Jaya. Mereka menampilkan media pembelajaran bagi guru dan siswa yang merupakan hasil dari pelatihan modul I dan II, alat deteksi banjir, alat de-teksi tsunami, media pembelajaran ular tangga, media pembelajaran kura-kura pintar,media pembelajaran alat keseim-bangan, media pembelajaran perkalian bagi siswa kelas awal, serta beberapa media pembelajaran lainnya. Termasuk, buku kecil yang dibuat siswa MTsN Teunom sebagai bagian dari program budaya membaca.

Selain itu, ditampilkan permainan tebak tanggal lahir dan area sudut baca. Per-mainan pembelajaran tematis matema-tika “Tebak Tanggal Lahir” dilakukan oleh Reza, siswa SDN 4 Calang, yang dibimbing oleh fasda USAID PRIORITAS

Fauzi Ansari SPd. Permainan pembe-lajaran ini mendapat perhatian khusus dari bupati, kepala dinas pendidikan, dan majelis pendidikan daerah (MPD) saat mengunjungi stan USAID PRIORITAS. “Bravo buat Reza yang berhasil mene-bak tanggal lahir saya,” komentar Bupati Aceh Jaya Ir Azhar Abdurrahman.Sementara itu, pada pameran area

sudut baca menampilkan buku bacaan dan buku kecil hasil karya siswa sekolah mitra USAID PRIORITAS. ”Kami juga ingin menyebarkan praktik yang baik tentang budaya membaca kepada semua sekolah di Aceh Jaya,” kata Sri Wahyuni, koordinator daerah USAID PRIORITAS Kabupaten Aceh Jaya. (Tmk)

Bupati Aceh Jaya mencoba alat deteksi tsunami karya Pak Rahmad, fasilitator daerah USAID PRIORITAS Aceh Jaya.

Ramaikan Pekan Kreativitas Pendidikan Aceh Jaya

PRIORITAS - Provinsi

Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014 l 5

hanya ceramah. Guru terlihat memberikan stimulasi-stimulasi yang penting bagi pembentukan kerangka berpikir anak sebagai peserta didik,” ujar Zakaria. “Guru tidak banyak bicara, cukup satu instruksi, dan siswa diberi kesempatan luas untuk berkreasi,” timpal Ai Rosilah.

Ai Rosilah melihat ada pe-rubahan mindset di kalangan guru. Menurut dia, me reka memiliki komitmen tinggi untuk berubah dari proses

pembelajaran konvensional ke proses yang lebih kreatif. Ai menyebut, para guru tampak berupaya keras mewujudkan pengetahuan hasil pelatihan USAID PRIORITAS itu menjadi keterampilan praktis dalam menciptakan proses pem-belajaran yang baik. “Mereka menjadi begitu inovatif dalam mengelola proses pembelaja-ran,” kata Rosilah.

Menurut Ai Rosilah, pemaja-ngan karya siswa di ruang kelas

merupakan langkah inovatif yang membuat proses pem-belajaran menjadi lebih hidup dalam suasana akademik yang kental. Rosilah melihat pema-jangan karya siswa memang membuat siswa merasa bangga, merasa dihargai, dan bisa saling belajar dari karya satu sama lain. “Tumbuh juga persaingan sehat antarkelas yang mencer-minkan persaingan sehat antar-guru dan antarsiswa,” tuturnya. Ia kemudian menyatakan tekadnya untuk mengadopsi model USAID PRIORITAS di LPMP.

Mohamad Rolland Zakaria menaruh apresiasi terhadap program USAID PRIORITAS. “Ini wujud sinergi yang luar biasa antara Amerika dan Indo-nesia dalam peningkatan mutu pendidikan,” ucapnya. Menurut dia, perlu dijaga kerja sama sinergis antara USAID PRI-ORITAS bersama PPMP, LPMP, pemerintah daerah, dan seko-lah dengan tetap berkomuni-kasi secara intensif. (Ds)

CIMAHI, JAWA BARAT - Kami melihat secara langsung dampak program USAID PRIORITAS, terutama dalam proses pembelajaran. Sepan-jang proses pembelajaran, siswa sangat aktif bekerja berkelompok dan berso-sialisasi menggali ilmu. Ada poin-poin positif di sekolah yang secara keseluruhan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Sudut baca ada di setiap sekolah. Ini merupakan inovasi pendidikan yang bagus untuk meningkatkan budaya-baca di kalangan siswa.

Demikian penilaian umum yang disampaikan oleh Moha-mad Rolland Zakaria, analis Pemetaan Mutu Pendidikan Dasar (PPMP) Kemdikbud dan Ai Rosilah, widyaiswara LPMP Jawa Barat, usai meninjau sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS di Kota Cimahi selama empat hari (26-29/11).

“Peran guru bergeser dari satu-satunya sumber belajar menjadi fasilitator belajar yang tidak

BANDA ACEH, ACEH - Ada yang berbeda saat kita memasuki ruangan Pusat Pengembangan Pembelajaran (Educational Development Centre-EDC) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar Raniry Aceh. Tepat di sebelah kanan pintu masuk ruangan tersebut tersusun rapi modul-modul pembelaja-ran, buku praktik yang baik, dan newslet-ter USAID PRIORITAS yang disebut dengan Pojok USAID PRIORITAS – FTK UIN Ar Raniry.

Kepala EDC Mawardi SAg, MPd merupak-an dosen yang sangat berperan terben-tuknya pojok tersebut. “Dengan dukungan dari dekan dan USAID PRIORITAS, kami menyiapkan pojok ini untuk meningkatkan budaya baca bagi mahasiswa sekaligus menjadi pusat sumber belajar dan rujukan bagi para dosen dan mahasiswa yang be-lum berkesempatan mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh USAID PRIORI-TAS,” jelas Mawardi.

Marhamah, mahasiswa prodi PGMI semester VII, mengaku pojok terse-but sangat bermanfaat. “Kami senang dengan adanya Pojok USAID PRIORI-

TAS karena dapat menambah perben-daharaan ilmu tentang PAKEM. Jadi, saat mengunjungi EDC dan menunggu dosen, kami dapat memanfaatkan waktu untuk membaca di pojok ini,” katanya.

Lain halnya dengan Rizkianto, mahasiswa prodi fisika, yang memanfaatkan pojok sebagai bahan referensi. ”Pojok ini bermanfaat bagi saya untuk menambah referensi terutama tentang pembelaja-ran kontekstual sehingga dapat menjadi sebagai sumber ilmu dalam menunjang

pola pikir dan pengetahuan yang tidak kita dapatkan langsung dalam perku-liahan. CD-nya pun dapat digandakan,” jelas Rizki.

Ruangan EDC ini tempat berkumpul-nya dosen dan mahasiswa, terutama mahasiswa yang akan dan sekembalinya dari PPL. ”Jadi, mereka sangat terbantu dengan adanya pojok ini terutama untuk meningkatkan budaya baca serta mem-berikan gambaran tentang pembelajaran aktif yang berkembang di sekolah,” jelas Mawardi. (Tmk)

Guru Bentuk Kerangka Berpikir

FTK UIN Ar Raniry Buat Pojok USAID PRIORITAS

Mohamad Rolland Zakaria sedang mengamati proses pembelajaran di SDN Cibabat Mandiri 2, Kota Cimahi.

Dosen dan mahasiswa memanfaatkan Pojok USAID PRIORITAS UIN Ar Raniry.

PRIORITAS - Provinsi

6 l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014

PEKAlONGAN, JAWA TENGAH – Guru sekolah dasar negeri (SDN) di 398 sekolah atau 77% dari total sekolah di Kabupaten Pekalongan diprediksi akan ke-hilangan tunjangan profesi bila Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang guru yang mengatur rasio siswa guru dengan jumlah minimal di SDN 1:20 diimplementasikan awal tahun 2016. “Ke-

WAMENA, PAPUA - Pelatihan tanpa sebuah tindak lanjut yang konsisten tidak akan memberikan hasil yang optimal. Yayasan Kristen Wamena (YKW) bekerja sama dengan USAID PRIORITAS melaku-kan pendampingan intensif kepada guru-guru dan kepala sekolah mitra yang telah mengikuti pelatihan. Dalam pendampingan tersebut, fasilitator membantu para guru dalam menerapkan yang telah dipelajari dalam pelatihan. Para guru dan kepala sekolah juga mendapat kesempatan untuk berdiskusi langsung mengenai cara mengajar dan penggunaan Buku Paket

bijakan tersebut telah diantisipasi Pemkab Pekalongan melalui program penataan dan pemerataan guru yang bekerja sama dengan USAID PRIORITAS. Kami telah menganalisis data berbasis dapodik dan merumuskan beberapa rekomendasi dan kebijakan,” terang Kabid Dikdas Dindik Pekalongan Risa Sumarstyanto dalam konsultasi publik program penataan dan pemerataan guru (PPG) di Gedung Pemuda Kajen (9/12).

Risa menjelaskan, rekomendasi tim PPG Kabupaten tersebut adalah penggabu-ngan sekolah sekolah kecil dan sekolah satu lingkungan, multigrade (pembelajaran kelas rangkap), dan mengeluarkan surat keputusan (SK) tentang sekolah kecil. SK sekolah kecil akan diberikan kepada 48 sekolah berdasar hasil analisis tim PPG. Rencana tersebut berdasar pertimbangan BOS dan tunjangan profesi. “Selama ini, BOS minimal dihitung 60 orang. Namun, bila menjadi sekolah kecil, tunjangan BOS-nya harus sesuai dengan siswa yang ada di sekolah tersebut. Namun, bila tidak di-

berikan, tunjangan profesi guru di sekolah tersebut pada awal tahun 2016 terancam hilang. Hal tersebut menjadi pertimbangan kami sampai saat ini,” jelasnya.

Koordinator pengawas SD Kajen Murpasi dalam menyikapi implementasi PP menyatakan, bila kebijakan tersebut dilaksanakan, banyak guru yang siap untuk dites kompetensi dengan tujuan ditempat-kan pada sekolah-sekolah yang memiliki rasio guru siswa ideal. “Mereka berharap ada penataan rasio,” katanya.

Konsultasi publik penataan dan peme-rataan guru dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari pendampingan program USAID PRIORITAS di Kabupaten Pekalongan dalam menata guru. Kegiatan tersebut dilaksanakan bersama-sama pemangku kepentingan di Kabupaten Pekalongan mulai bupati, kepala dinas pendidikan, per-wakilan DPRD, dewan pendidikan, BKD, bappeda, unsur Kemenag, dan jajaran dinas pendidikan Kabupaten Pekalongan yang berjumlah 30 orang. (Arz)

Risa Sumarstyanto, Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Pekalongan.

Guru di 398 SD Negeri Pekalongan Perlu PPG

Kontekstual Papua (BPKP) di dalam pembelajaran.

Sebagian besar guru yang belum mema-hami konsep penerapan BPKP di dalam kelas mendapat kesempatan melihat simulasi dari tim pelatih yang datang. “Kami secara langsung mengajar di dalam kelas supaya guru-guru semakin paham cara penggunaan BPKP. Dengan cara itu, guru bisa langsung mengamati reaksi para siswa, bahkan mendampingi mereka saat mengerjakan tugas,” ungkap Arni, salah satu fasilitator YKW. Melalui simulasi tim

fasilitator, guru-guru semakin yakin untuk menggunakan BPKP untuk mengajarkan calistung (membaca, menulis, berhitung) kepada siswanya.

“Kami sangat senang kalau YKW bisa datang untuk melihat langsung. Jadi, kalau ada yang sulit, kami bisa berta-nya,” kata Kornelia Yuow, guru SD YPPK Yiwika. Pendampingan guru dan kepala sekolah ini diharapkan dapat meningkat-kan kreativitas dan keterampilan para guru sehingga meningkatkan kemam-puan calistung anak. (Rd)

YKW Dampingi Guru Wamena Gunakan BPKP

Kiri: Grandy, fasilitator pelatihan, memberikan umpan balik kepada Ibu Kornelia, guru SD YPPK Yiwika, dalam pendampingan pembelajaran. Kanan: Siswa YPPK Kama menggunakan BPKP dalam pembelajaran.

PRIORITAS - Provinsi

Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014 l 7

MANOKWARI SElATAN, PAPUA BARAT - “Saat ini kami punya modal pembangunan pendidikan yang masih mi-nus, jumlah guru kurang, kemampuan baca tulis hitung anak SD yang masih lemah, dan banyak sekolah yang tidak berjalan normal karena gurunya tidak ada,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ma-nokwari Selatan, Arongera, saat menerima kunjungan Lawrence Dolan PhD, education officer USAID Indonesia, Stuart Weston, direktur program USAID PRIORITAS, dan Sudarsono, koordinator USAID PRIO- RITAS Papua. “Kami optimistis, melalui kerja sama dengan banyak pihak, visi Manokwari Selatan untuk lancar baca tulis hitung dapat segera terwujud,” tegasnya.

Kunjungan ini berkaitan dengan rencana untuk membantu peningkatan kualitas pendidikan di Papua Barat melalui pro-gram USAID PRIORITAS. “Saat ini kami sedang mengumpulkan informasi terhadap kemungkinan kami akan bekerja sama dengan Provinsi Papua Barat,” jelas Stuart Weston kepada Asisten II Setda Kabupat-en Manokwari Selatan selaku Plt Bupati Manokwari Selatan.

Untuk mengetahui kondisi pendidikan di Manokwari Selatan, tim bersama kepala dinas pendidikan berkunjung ke beberapa

MAKASSAR, SUlAWESI SElATAN - Sekolah selama ini kurang memperhatikan sumber daya dan dana dari luar. Kemajuan sekolah tidak seharusnya hanya bergantung pada orang tua. Potensi perusahaan-perusahaan yang ada di sekitar sekolah bisa dijadikan mitra sekolah. Demikian di-sampaikan Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof Dr Arismunandar di hadapan 112 pendidik dari Jawa Tengah yang melakukan kunjungan belajar (study visit) pembelajaran dan manajemen sekolah di Sulawesi Selatan (29/10). “Orang tua adalah organ dalam sekolah. Sekolah seharusnya lebih jauh memberdayakan kemampuannya untuk membuat jejaring dengan organ luar, yaitu perusahaan dan alumni,” tuturnya.

Rektor menceritakan bahwa berdasar hasil penelitian-nya, warga sekolah terutama kepala sekolah saat ditanya tentang pendanaan sekolah di luar BOS, kebanyakan jawaban pertama kali yang terlontar adalah dari orang tua. Jejaring dengan perusahaan belum dikelola dengan baik untuk me-majukan sekolah. Padahal, perusahaan sangat potensial dalam pengembangan manajemen dan pembelajaran sekolah.

Untuk membentuk jiwa kewirausahaan, kerja sama seko-lah dengan perusahaan harus mulai dilakukan. “Sekolah sejak dini harus mengajarkan kepada anak didik me-

ngenal dunia usaha dan mendorong keterampilan kreatif anak untuk muncul. Sinergi perusahaan dan sekolah bisa memunculkan banyak kemungkinan pengembangan daya kreativitas dan kewirausahaan anak,” ujar Prof Aris-munandar. (Ajb)

sekolah. Banyak temuan yang menarik. Misalnya, di SD Inpres Siwi 78 Distrik Mowi Waren, sekolah terpaksa mengelola pembelajaran dalam satu ruang kelas untuk dua rombongan belajar dalam waktu yang bersamaan. Ada juga sekolah yang berada di pedesaan yang mengelola pendidikannya dengan relatif cukup baik walaupun kondisi ruang kelas dan gurunya kurang.

“Model bantuan dan kerja sama yang akan diberikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan. Tata kelola mesti diperbaiki,

kualitas guru juga perlu diperhatikan. Termasuk kualitas sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan yang saat ini bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Manokwari Selatan dalam mengatasi kekurangan jumlah guru,” kata Law-rence Dolan usai melakukan kunjungan sekolah. Saat ini USAID PRIORITAS masih menggodok strategi untuk membantu peningkatan kualitas pendidikan di Papua Barat, terutama di Kabupaten Manokwari Selatan. (Sds)

Jajaki Kerja Sama dengan Papua Barat

Rektor UNM: Jadikan Perusahaan Sumber Kekuatan Sekolah

Lawrance Dolan dan Stuart Weston mengunjungi sekolah-sekolah di Manokwari Selatan untuk menjajaki kemitraan dengan USAID PRIORITAS.

Rektor UNM Prof Dr Arismunandar menerima cenderamata dari Nurkolis, koordinator USAID PRIORITAS Provinsi Jawa Tengah.

PRIORITAS - Provinsi

8 l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014

MOJOKERTO, JAWA TIMUR - Di tangan Erna Budi Widiatsih SPd, guru SDN Mojokarang, pelajaran matematika menjadi permainan yang menyenangkan. Salah satunya saat mengidentifikasi mean, median, dan modus. Dengan menggunakan stik es krim, Erna bersama-sama siswa kelas VI berhasil mengidentifikasi mean, median, dan modus.

Pada pelajaran matematika yang mengulas tentang mean, median, dan modus, Erna mencoba mengajak siswa mengidentifikasi bersama. Caranya, Erna menyiapkan stik es krim dan menyuruh 8 siswa maju ke depan kelas. Selanjutnya 7 siswa dibagi stik es krim masing-masing anak A=3 stik, anak B=6 stik, anak C=6 stik, anak D=5 stik, anak E=5 stik, anak F=6 stik, dan anak G=6 stik. Sementara anak ke-8 bertugas menulis hasilnya di papan tulis. “Dengan cara ini, ternyata anak-anak bisa langsung mengidentifikasi apa yang dimaksud de-ngan mean, median, dan modus. Saya yakin apa yang saya lakukan bersama anak-anak ini juga akan lebih bermakna untuk me-reka,” ungkap Erna.

MODUSUntuk menemukan modus, 7 anak yang memegang stik tadi diminta berjajar. Ibu guru kemudian memanggil anak A dengan jumlah stik 3 batang, maka anak A maju ke depan sambil berteriak menunjukkan jumlah stiknya. Erna kemudian memang-gil lagi anak B dengan jumlah stik 4 batang, maka anak B maju ke depan dan melakukan hal yang sama. Begitu seter-usnya hingga anak G. Anak-anak yang lain diberikan lembar kerja dan mencari jawa-ban dari pertanyaan yang disampaikan di

lembar jawaban. Dari pertanyaan tersebut muncul pertanyaan, ada berapa stik yang paling sering muncul yang dibawa oleh anak-anak? Jawabannya adalah 6 batang stik. Karena ada tiga anak yang yang dipanggil berteriak menyebutkan 6 batang stik yang dibawanya, yakni anak B, C, dan F. Dari peragaan tersebut, anak-anak ber-hasil menyimpulkan bahwa modus adalah angka yang sering muncul dalam sebuah kelompok bilangan.

MEDIANUntuk menemukan median, anak-anak berjajar berurutan dari batang stik yang paling sedikit dibawa di sebelah kiri hingga angka yang paling besar di kanan. Hasilnya, yang berada di sisi paling kiri adalah anak A dengan 3 batang stik dan yang paling kanan adalah anak F dengan 6 batang stik. Nah, Erna kemudian bertanya kepada anak-anak, siapakah yang berada di tengah-tengah dari jajaran anak tersebut? “Anak-anak spontan menjawab “Anak E” yang membawa 5 batang stik. Dari kegiatan tersebut, anak-anak dapat me-nyimpulkan bahwa median adalah angka di tengah yang sudah diurutkan dari angka yang paling kecil hingga yang paling besar.

MEANUntuk menemukan mean, anak-anak bersama-sama menghitung jumlah batang stik yang dibawa oleh anak A - G, yakni: 3+6+6+5+5+6+4 = 35. Hasil penjumlahan seluruh batang stik tadi kemudian dibagi dengan jumlah anak yang membawa stik, yakni 35 dibagi 7 anak, hasilnya 5. Dari kegiatan tersebut, anak-anak berhasil mengidentifikasi bahwa mean adalah rata-rata jumlah bilangan yang dibagi dengan jumlah anak, yakni 5.

PENUGASANSelanjutnya, setelah siswa memahami konsep mean, median, dan modus, guru memberikan beberapa soal cerita kepada siswa. Mereka diminta menentu-kan mean, median, dan modus dari soal cerita yang diberikan. Berikut beberapa contoh soal untuk melihat tingkat pemahaman siswa:1. Ceritakan, apa saja ‘keadaan’ dalam ke-

hidupan sehari-hari yang menunjukkan ‘modus’.

2. Berapakah mean dan median dari nilai rapor seorang siswa berikut: • Pendidikan Agama - 9• IPA - 8• Matematika - 9• IPS - 8• Bahasa Indonesia - 8• Penjaskes - 8• Pendidikan Pancasila - 8• Keterampilan 7

3. Jika mean dari nilai si Badu dalam 5 ma-pel adalah 32, berapa saja kemungkinan nilai masing-masing mapelnya? (Tuliskan paling sedikit 3 kemungkinan).

Siswa diminta untuk mengerjakan tugas tersebut secara individu. Selanjutnya mereka membahas hasilnya di dalam kelompok untuk saling mendapatkan ma-sukan. Proses diskusi kelompok juga bisa menjadi lebih hidup karena setiap siswa memiliki bahan masing-masing untuk berkontribusi dalam diskusi kelompok.

Selanjutnya setiap kelompok diminta untuk saling mempresentasikan hasilnya kepada kelompok lainnya dan memberi masukan. Setelah hasil karya diperbaiki, siswa mema-jangkan hasil karyanya. (Aph)

Siswa kelas VI SDN Mojoka-rang, Mojokerto, sedang tampil di depan kelas untuk membuktikan mean, median, dan modus.

Identifikasi Mean, Median, dan Modus dengan Stik Es Krim

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014 l 9

BlITAR, JAWA TIMUR - Bila kita berkunjung ke SDN Kalipang 1 Kabu-paten Blitar, kita akan menjumpai suasana sekolah yang semarak dengan papan-papan kecil berwarna biru yang dipajang di sudut-sudut sekolah. Sekolah ini punya cara tersendiri membiasakan anak menge-nal kosa kata dalam bahasa Inggris, yakni menulis minimal 3 kosa kata dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam ba-hasa Indonesia setiap hari di papan-papan tersebut.

Ide ini muncul setelah SDN Kalipang 1 memiliki kegiatan pengembangan diri untuk kelas tinggi (4, 5, dan 6). Dari kegiatan terse-but, Witarti Prasiwi SPd bersama orang tua siswa melalui kegiatan peran serta masyara-kat (PSM) berupaya agar siswa aktif belajar bahasa Inggris meskipun bahasa Inggris saat ini tidak lagi menjadi mata pelajaran pokok di sekolah. “Saya berharap kemam-puan siswa dalam bahasa Inggris meningkat meskipun saat ini bahasa Inggris bukan lagi menjadi pelajaran pokok. Caranya, membuat kegiatan pengembangan diri dan mengajak siswa terus aktif belajar bahasa Inggris seperti memasang papan English Corner ini di sudut-sudut sekolah yang kosong,” terangnya.

lANGKAT, SUMATERA UTARA - Angin adalah salah satu sumber energi. Angin bisa menghasilkan energi gerak. Un-tuk mengajarkannya kepada murid-murid, saya mengajak mereka bermain membuat sebuah kincir angin. Semua murid sebe-lumnya saya minta membawa beberapa peralatan dari rumah seperti lidi, karet gelang, sedotan plastik, dan kertas origami. Sebuah gambar berseri yang menggam-barkan tentang proses pembuatan kincir angin juga sudah saya persiapkan.

Setelah menjelaskan tentang gerak benda dan benda-benda yang dapat digerakkan oleh angin, saya memberi tahu murid-murid tentang cara pembuatan kincir angin dari gambar berseri yang sudah ditempelkan di papan tulis. Mereka dibagi dalam kelompok dan mulai mengerjakan membuat kincir anginnya.

Kincir angin dibuat dari kertas origami. Selain cantik berwarna-warni, kertas ori-gami mudah dibentuk. Langkah-langkahnya mulai dari membuat pola dengan garis diagonal pada keempat sisi (seperti pada gambar berseri). Pola yang telah digambar

tersebut lalu digunting dengan me-nyisakan bagian tengahnya. Jangan terlalu rapat, sisakan ruang yang cukup banyak di bagian tengah agar tidak mudah robek. Bagian tengah ini berguna sebagai lubang memasukkan lidi.

Pola yang sudah digunting tersebut lalu dilipat ke arah dalam dari semua sisinya

hingga menyatu di bagian tengah. Buat-lah lubang di titik pertemuan sisi-sisi kertas tersebut. Masukkan kertas pada sebatang lidi yang sudah diberi sedotan hingga ¾ panjang batang lidi. Gunting juga bagian kecil sedotan untuk dima-sukkan di antara lipatan-lipatan kertas sehingga guntingan kertas menggem-bung dan menciptakan ruang gerak angin di antaranya. Ikatlah bagian atas lidi yang sudah diberi kertas kincir angin tersebut dengan karet gelang. Kincir angin cantik berwarna-warni sudah siap untuk dimainkan.

Selain belajar memahami tentang energi gerak dan cara benda-benda bergerak, siswa belajar mengamati dan membuat kalimat. Saya minta mereka bekerja sama dalam kelompok kecil membuat kalimat untuk mendeskripsi-kan cara pembuatan kincir angin ses-uai dengan gambar berseri yang sudah saya bagikan. Masing-masing kelompok mengirimkan perwakilannya memba-cakan hasil diskusi mereka ke depan kelas. Seluruh siswa lalu memberi pe-nilaian pada hasil karya kelompok dan memilih pekerjaan kelompok terbaik.

(Eka)

Belajar Energi Gerak dari Kincir Angin

Perkaya Kosa Kata Bahasa Inggris di Sudut Sekolah

Total ada 8 papan English Corner yang ter-pasang di sekolah. Setiap hari, siswa yang ikut dalam kegiatan pengembangan diri bahasa Inggris bergiliran mengisi minimal 3 kosa kata dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Sekolah ini seminggu 2x juga mengundang 1 turor bahasa Inggris dari luar sekolah. English Corner ini memberikan dampak positif pada siswa. Bahkan, siswa kelas awal mulai terbiasa menghapal kosa kata dalam bahasa Inggris. (Dkd)

Papan kecil berwarna biru yang dipajang di sudut-sudut sekolah yang bertuliskan kosa kata bahasa Inggris hasil tulisan siswa.

Serius membuat kincir angin dari kertas origami.

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Oleh Mahfuzah SPdIGuru Kelas III MIN Perdamaian, Stabat

10 l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014

Pelayanan Khusus Bagi Siswa lambat Belajar di Gomo, Nias Selatan

NIAS SElATAN, SUMATERA UTARA - Yasriati Telaumbanua, guru SD Sifaoroasi di Kecamatan Gomo, Nias Selatan, tampak sibuk mengatur siswanya di dalam perpustakan. Dia membagi siswa tersebut dalam tiga kelompok. Pada kelompok pertama, yang duduk melingkar, dibagikannya buku-buku untuk dibaca. Buku-buku dengan banyak gambar dan huruf yang cukup besar.

Pada kelompok kedua, Yasriati memberi-kan potongan-potongan huruf. Yasriati memberi kertas yang berisi sebuah ka-limat. Anak-anak dimintanya untuk me-nyusun huruf sesuai dengan kalimat yang tertera di kertas yang diberikannya.

Kelompok ketiga diajak duduk di de-pan sebuah papan. Di papan ini tertera urutan huruf A sampai Z. Di bawahnya ada gabungan konsonan dan vokal yang bisa menghasilkan bunyi. Kemudian beliau mengajak kelompok siswa tersebut untuk menyanyi berbagai lagu yang berhubungan dengan huruf-huruf. “Ayo kita menyanyi lagu tentang huruf,” ajak Yasriati.

Apa yang dilakukan Yasriati adalah la-yanan untuk anak-anak yang belum bisa membaca. Anak-anak ini berasal dari siswa kelas satu, kelas dua, dan kelas tiga. Mereka diambil dari kelasnya untuk mendapatkan pelayanan khusus. Yasriati Telaumbanua adalah salah satu guru yang terinspirasi untuk menerapkan hasil pela-tihan USAID PRIORITAS.

”Yang dilatihkan USAID PRIORITAS sa-ngat efektif dalam menyelesaikan perma-salahan anak yang belum lancar membaca. Siswa yang sudah lancar membaca juga

diberikan pengayaan penugasan yang sesuai dengan kamampuannya,” kata Yakobus Suri, koordinator daerah USAID PRIORI-TAS Kabupaten Nias Selatan.

Gomo adalah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan yang menjadi mitra USAID PRIORITAS sejak 2012. Ada 7 SD dan 3 SMP yang menjadi mitra langsung dari USAID PRIORITAS. Sampai saat ini sudah ada 10 kepala sekolah, 76 guru, dan 20 anggota komite sekolah yang mendapat-kan pelatihan modul 1 dan saat ini mer-eka sedang mengikuti pelatihan modul 2.

Upaya untuk mencapai Gomo dari Kota Telukdalam (ibu kota Kabupaten Nias

Selatan) tidaklah mudah. Kondisi jalannya sangat parah. Hanya mobil jenis em-pat gardan (4 WD) yang bisa mencapai Gomo. Lebih sulit lagi adalah mengunjungi sekolah-sekolah mitra tersebut. Dua SD dan satu SMP berada di atas bukit, sementara tiga SD dan satu SMP berada di seberang sungai.

Jalan menuju bukit dan di seberang sungai jauh lebih parah daripada jalan Telukdalam, Gomo. Walaupun berada di daerah terpelosok, sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS tetap mene-rapkan pembelajaran aktif hasil dari mengikuti pelatihan. (Hw)

Kiri: Siswa yang sudah mulai bisa mengenal huruf membuat kalimat dengan menggabungkan huruf di papan flannel. Kanan: Siswa yang mulai bisa membaca diberikan buku-buku untuk dibaca.

Yasriati Telaumbanua, guru SD Sifaoroasi di Kecamatan Gomo, Nias Selatan, sedang mendampingi gabungan siswa kelas 1 sampai kelas 3 yang sama sekali belum bisa membaca.

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014 l 11

SISWA cenderung menganggap matema-tika mata pelajaran yang sulit. Moti-vasi belajar rendah dan hasil belajar pun memprihatinkan. Di sisi lain, variasi media belajar juga rendah sehingga tidak mampu mendorong gairah belajar. Akibatnya, pemahaman konsep menjadi tidak prima.

Saya mencoba menggunakan kartu domino matematika sebagai media belajar. Materinya adalah “Pangkat Tak Sebenar-nya” dan “Bentuk Akar”. Ide ini terinspi-

rasi dari permainan domino yang dikenal luas dan mudal memainkannya.

Sebelum itu, saya melihat daftar nilai matematika tahun 2012/2013 materi pang-kat tak sebenarnya dan bentuk akar. Saya melakukan jajak pendapat dan mewawan-carai siswa kelas IXA tentang matematika. Informasi ini menjadi bahan penilaian pada ranah kognitif dan afektif. Dilaksanakan juga tes pra tindakan dengan hasil 61,03 dan ketuntasan 13%.

Saya menyiapkan 7 set kartu domino matematika berupa soal dan jawaban. Pada tiap-tiap kartu, dibuat sisi soal yang

jawabannya ada di kartu lain dan sisi jawa-ban yang soalnya juga ada di kartu lainnya lagi. Maka, jika kartu domino matematika ini dimainkan, masing-masing kartu akan berpasangan antara soal dan jawabannya dan saling berangkaian.

Siswa menunjukkan keingintahuan cara memainkan kartu domino matematika tersebut. Mereka tampak masih bingung karena belum memahami cara memainkan kartu domino.

Pada kegiatan berkelompok, siswa tidak sabar untuk memulai kegiatan dan waktu dirasakan kurang. Penyebabnya, siswa me-merlukan waktu untuk menata meja dan kursi dalam formasi kelompok. Tetapi, di tengah permainan mereka terlihat senang, walau ada beberapa siswa yang belum berpartisipasi. Saat presentasi, siswa tampak masih malu-malu dan takut salah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kartu.

Usai putaran pertama, dilakukan tes hasil belajar. Ternyata siswa mengalami kema-juan dari 61,03 menjadi 80,69. Ini berarti prestasi belajar siswa meningkat sebesar 19,66 dengan ketuntasan belajar 79,31%.

Pada putaran kedua, siswa terlihat sangat bersemangat, tampak gembira selama mengikuti pembelajaran matematika de-ngan menggunakan media kartu domino matematika, termasuk ketika melakukan diskusi. Peserta didik aktif berdiskusi, bekerja dalam kelompok, dan mengajukan pertanyaan.

Hasil tes setelah putaran kedua menun-jukkan kemajuan. Rata-rata tes hasil belajar putaran pertama adalah 80,69 dan setelah putaran kedua menjadi 88,52. Prestasi belajar siswa mengalami pening-katan sebesar 7,83 dengan ketuntasan belajar 86,21%. Pembelajaran matematika dengan media kartu domino ternyata efektif.

‘Efek Domino’ Matematika Terbukti Efektif

Pada putaran kedua siswa tampak asyik menikmati permainan dan efeknya efektif untuk mening-katkan hasil belajar siswa.

Oleh Eti HerawatiGuru SMPN Unggulan Sindang, Indramayu

PRIORITAS - Praktik yang Baik

12 l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014

Ajarkan Siswa Sensitif Gender dalam PembelajaranYOGYAKARTA - Toyib, guru SMPN Sewon, Bantul, Yogyakarta, setelah mengikuti pelatihan modul 2 USAID PRIORITAS langsung menerapkan pendekatan pembelajaran yang sensitif gender. Hal tersebut dilakukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sub kebahasaan kalimat majemuk subtema remaja dan pendidikan karakter.

Di awal pembelajaran, beliau melaku-kan tukar pikiran tentang kebiasaan yang dilakukan anak laki- laki maupun perempuan dalam hal permainan, pekerjaan yang dilakukan sehari-hari, serta pekerjaan yang biasa dilakukan laki-laki dan perempuan dewasa. Beri-kutnya, Toyib membagi lembar kerja berupa potongan-potongan kertas dan siswa diminta untuk menyambungkan menjadi kata majemuk dan dibahas bersama dengan kelompoknya.

Dari pembahasan bersama tersebut, kemudian siswa terlihat sudah paham tentang bagaimana sebuah pekerjaan yang tidak mengenal jenis kelamin. Arti-nya, semua bisa dikerjakan baik laki-laki maupun perempuan berdasar kemam-puan masing-masing, bukan berdasar je-nis kelamin. Dalam diskusi dengan siswa, ada juga anak yang menolak pekerjaan dilakukan perempuan. Misalnya, ronda. Selain tidak lazim, hal tersebut memba-hayakan kaum perempuan.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Pak Toyib juga mencampur duduk siswa secara heterogen, membagi kerja kelompok dengan memberi kesempatan yang sama. Termasuk dalam pemberian tugas dan tanggung jawab. (Dk)

KUDUS, JAWA TENGAH - Banyak pengepul rongsokan memanfaatkan tena-ga manusia untuk memindahkan barang-barang rongsokan. Dengan memanfaatkan elektromagnet, siswa ditantang mem-buat alat pengangkat rongsokan untuk membantu kegiatan pengepul rongsokan tersebut.

Melalui kegiatan project-based learning, siswa SMP Negeri 1 Kudus membuat elektromagnet secara individu dan diman-faatkan sebagai alat pengangkat rong-sokan. Seminggu sebelum praktik, siswa diberi permasalahan tentang fenomena pengepul rongsokan yang memanfaatkan tenaga manusia dalam memindahkan besi-besi rongsok. Kemudian mereka diberi lembar kerja sederhana yang ditulis pada papan tulis. “Tugasnya, buatlah alat pe-ngangkat besi rongsokan dengan memanfaatkan prinsip elektromagnet. Alat dan bahan ditentukan sendiri,” kata Abdul Rochim, guru IPA SMPN 1 Kudus.

Penilaian produk berupa kekuatan magnet yang ditunjukkan dengan kemampuan mengangkat besi sebanyak mungkin (dalam praktik digunakan klip) dan sifat elektromagnet yang sementara agar setelah saklar diputus sifat magnetnya akan hilang sehingga besi akan jatuh. Laporan dibuat sesuai kreativitas masing-masing individu, berisi analisis produk yang menunjukkan kemampuan literasi.

Siswa sangat antusias dalam bekerja, baik dalam memecahkan masalah, penyediaan alat dan bahan, maupun cara pembuatan elektromagnet. Pada saat penyajian, siswa membawa bahan untuk ditampilkan, yaitu paku, kawat tembaga, dan beberapa baterai sebagai sumber tegangan. Aktivitas dan kreativitas siswa tereksplorasi seluas-luasnya dengan arahan dan bimbingan guru.

Hasil praktik menunjukkan variasi kekuatan magnet dalam menarik klip besi dengan jumlah minimal yang disepakati 10 buah. Bahkan, ada yang sampai menarik 196 buah, namun tersisa beberapa buah yang masih menempel pada elektromag-net saat saklar diputuskan. Salah seorang siswa bernama Maman membuat sesuatu yang lain. Dengan bahan besi kolom sepanjang 20 cm yang dililit kawat tem-baga secara penuh (5 baris) dan sumber tegangan dari adaptor sebesar 9 volt. Alat tersebut mampu menarik semua klip yang tersedia (sekitar 1.010 klip). Begitu juga setelah saklar diputus, semua klip terjatuh. Sesuai rubrik dan kesepakatan penilaian dengan siswa, nilai 100 layak diberikan kepada Maman.

“Saya sangat suka belajar hari ini. Ternyata, memanfaatkan magnet hanya dengan lilitan dapat mengangkat besi yang sangat berat dan banyak,” ujar salah satu siswa dalam refleksinya. Pengakuan siswa terse-but menandakan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan dapat bermakna bagi siswa itu. “Ternyata belajar fisika sangat berguna di masyarakat!” ucap yang lain.*

Elektromagnet Pengangkat Besi Rongsokan Karya Siswa SMPN 1 Kudus

Maman dan teman kelompoknya sedang melakukan percobaan membuat alat pengangkat rong-sokan sederhana. Besi kolom sepanjang 20 cm yang dililit kawat tembaga secara penuh (5 baris) dan sumber tegangan dari adaptor 9 volt, mampu menarik 1.010 klip kertas.

Toyib, guru SMPN Sewon, Bantul, Yogya-karta, menunjukkan hasil karya siswa dalam pembelajaran yang difasilitasinya.

Oleh Abdul Rochim MPd Guru SMPN 1 Kudus, Jawa Tengah

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014 l 13

SERANG, BANTEN – Belajar kontekstual tidak selalu mengandalkan alat peraga mahal atau berkualitas. Kita bisa mengandalkan alat-alat sederhana seperti tali rafia. Iim Taslima SPd dan Winda Badriani menggunakan tali rafia un-tuk menjelaskan koordinat dalam matematika kepada murid kelas VIII.

Para murid tersebut dibawa ke luar kelas dan diminta mem-buat 8 garis vertikal dan 8 garis horizontal dengan warna yang berbeda. “Kami menggunakan tali berwarna merah un-tuk garis vertikal mewakili sumbu y dan tali berwarna hijau untuk garis horizontal mewakili sumbu x. Di tengah-tengah, kami beri tanda untuk perpotongan kedua sumbu,” papar Iim dari SMPN 2 Ciruas.

Untuk membantu menjaga garis tetap lurus, 4 buah paku dipasang di empat ujung bidang koordinat. Para siswa lantas membantu me-megangi tali rafia yang membentuk garis-garis koordinat. Winda dari MTs Nurul Falah Rego membantu dengan menjadi objek yang berpindah titik koordinat, sedangkan para siswa menyebutkan nilai x dan y tempat Winda berdiri.

“Kami berdua menggunakan tali rafia dua warna karena ada masukan dari rekan-rekan guru dan fasilitator daerah,” ujar Iim. “Tadi saya berharap ada lebih banyak paku yang terpasang agar anak-anak lebih memahami konsep koordinat. Alhamdulillah ketika kami kembali ke kelas, mereka semua memahaminya dengan baik tentang mana nilai positif, mana nilai negatif, dan kuadran-kuadran,” pungkasnya. (Nic)

Winda berdiri di tengah bidang koordinat dan bergeser ke beberapa titik, sedang-kan siswa mencoba membaca nilai x dan y.

Manfaatkan Tali Rafia untuk Belajar Koordinat

Mengkritik dan Memuji Karya Seni dengan Bahasa yang Santun

Memberikan paparan pujian dan kritik terhadap karya seni.

Pada tahapan elaborasi, setelah siswa memahami cara menen-tukan keunggulan dan kekura-ngan karya seni, guru mengajak mereka mengerjakan sebuah karya seni secara berkelom-pok. Hasil karya seni yang su-dah mereka kerjakan tersebut kemudian ditukarkan dengan kelompok lain untuk dinilai keunggulan dan kekurangan-

nya. Masing-masing kelompok menuliskan pujian dan kritikan terhadap karya seni temannya dan mempresentasikannya di depan kelas.

Saat melakukan presentasi, setiap siswa dari kelompok lain boleh dengan leluasa mengemukakan pendapatnya, baik itu persetujuan ter-

hadap pendapat kelompok yang memberikan presen-tasi, memberikan masukan, atau bahkan ketidaksetujuan dengan pendapat kelompok yang melakukan presentasi. Tentunya, semua itu dilakukan dengan cara yang lugas dan sopan.

Di tahapan konfirmasi, guru bertugas memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, mau-pun pemberian hadiah kepada keberhasilan peserta didik dalam mengkritik dan memuji sebuah karya. Guru juga bersama para siswa melakukan tanya jawab untuk meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan penyimpulan.

Dari kegiatan ini, para siswa diharapkan bisa membangun karakter yang tekun, dapat dipercaya, berani mengemu-kakan pendapat, dan memiliki rasa hormat terhadap karya orang lain. (Eka)

SEPERTI halnya sebuah karya seni, memuji dan mengkritik sebuah karya seni juga memi-liki seni sendiri. Memuji dan mengkritik karya seni haruslah pula dilakukan dengan bahasa yang lugas dan santun.

Agar para siswa dapat menge-mukakan pendapatnya dalam menilai sebuah karya seni dengan cara yang lugas dan santun, saya membagi kegiatan ke dalam tiga kategori. Yaitu, kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Pada tahapan eksplorasi, guru memfasilitasi peserta didik mem-perhatikan suatu karya seni yang ditunjukkan oleh guru. Guru memfasilitasi pula peserta didik untuk mengkritik dan memuji sebuah karya seni dengan bahasa yang lugas dan santun sehingga mereka bisa mencoba melaku-kannya pula nanti.

Oleh Hj Nizmah SPdGuru Bahasa Indonesia Kelas IX SMPN 2

Tanjung Pura, Sumatera Utara

PRIORITAS - Praktik yang Baik

14 l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014

MEDAN, SUMATERA UTARA - Muhammad Yazid, guru bahasa Inggris MTs N 2 Medan, rutin menulis jurnal re-fleksi. Keberhasilan dan kendala selama pembelajaran dicatatnya dengan detail.

Selepas mengajar Yazid bergegas ke kantor guru. Diambilnya sebuah buku bersampul biru dongker dari atas lemari. “Respons-respons siswa kali ini semakin tajam dalam menanggapi presentasi yang disampaikan temannya di depan kelas. Mereka sudah menerap-kan pertanyaan tingkat tinggi. Saya semakin kagum pada mereka. Vocabulary and pronoun-ciation-nya meningkat tajam,” tulisnya di buku itu.

Sore itu Yazid baru sele-sai mengajar kelas IX. Ia meminta siswa membahas topik kesehatan. Putri salah satu yang melakukan presentasi. Ia menjelaskan soal pentingnya mengon-sumsi sayuran. Materinya menuai banyak pertanyaan. Seorang anak lelaki di bangku tengah bertanya: Adakah sayur yang berba-haya bagi tubuh?

Putri bilang, sayuran busuk dan mengon-sumsi sayuran secara berlebih tidak baik bagi tubuh. “Parents must to do provide fresh vegetable every day,” ungkapnya.

Yazid segera bereaksi. Ia bilang struktur kalimat Putri tidak tepat. Yazid meminta teman sekelompok Putri untuk mem-perbaikinya. Namun, kelompok tersebut gagal meralatnya. Yazid kemudian melem-parkannya ke kelompok lain.

“Parents should provide fresh vegetable every day,” jawab seorang dari kelompok yang lain.

Yazid memuji si anak. “You’re right! Please give applause to your friends,” perintah Yazid. Tepuk tangan pun membahana di kelas.

Yazid sudah mengajar 32 tahun. Ia mulai rutin menulis jurnal refleksi sejak 2013 lalu. Ide itu muncul pasca pelatihan yang digelar USAID PRIORITAS. “Cara berpikir saya berubah drastis dalam

mengajar sejak mendapat pelatihan dari USAID PRIORITAS,” ujarnya yang sore itu mengenakan kemeja batik biru lengan pendek.

Dari catatan jurnalnya, terbaca kesukaan-nya dalam mengajar, kesukaannya mem-perhatikan perkembangan anak-anaknya satu demi satu serta secara klasikal. Jurnal

Yazid berisi catatan keadaan, evaluasi, dan tindak-lanjut pembelajan di kelas. “Kalau perbaikan itu bisa formal atau informal. Kalau formal, ada waktunya di akhir pem-belajaran. Sementara yang informal bisa di mana saja kita ketemu anak. Kita ajak dia berdiskusi. Macam-macam caranya,” terangnya.

Menurut dia, memberi koreksi secara klasikal, bagi guru, itu mudah sekali. Tetapi bagaimana secara individu? “Tentu sulit,” sahutnya kemudian cepat-cepat ditambahkannya, “Tetapi, dengan adanya jurnal refleksi, kita bisa lebih objektif (mengevaluasi). Juga lebih mudah mem-berikan perbaikan karena semua catatan itu lengkap per tiap pertemuan. Makanya, jurnal refleksi selalu saya isi secara detail.”

Memang jurnal itu masih tulisan tangan. Namun, itu lebih dari cukup bagi guru. Semarak teknologi digital mungkin kelak akan dirambah Yazid. “Jurnal ini sebe-narnya bersifat pribadi. Tetapi mungkin suatu saat bisa ditulis ulang untuk dibuat ke blog. Jadi saya harus belajar (ngeblog) dululah,” ujarnya.

Yazid rajin mengisi jurnalnya. Rutin. Tiap pertemuan diisinya. Ia luangkan waktu 10 sampai 15 menit untuk mencatatkannya. Ia terbiasa menulis tanpa menunda-nunda. Sebab, ia me-ngaminkan betul bahwa tulisan lebih tajam dari ingatan.

Jurnal itu multifungsi: refleksi terhadap sis wa, juga terhadap dirinya se-bagai guru. Ya, ibarat pedang bermata dua. “Dari jur-nal inilah, saya tahu kekurangan-kekura-ngan saya dalam membelajarkan materi. Dari jurnal ini pula, saya bisa menilai anak didik saya dengan lebih baik. Makanya, jurnal ini saya bawa ke rembuk MGMP (mu-syawarah guru mata pelajaran) untuk men diskusikan kekurangan masing-masing, juga kekuatan, untuk perbaikan,” katanya. (*)

“Jurnal Refleksi Membuat Saya Lebih Kreatif”

Yazid saat memfasilitasi pembelajaran di kelas.

Jurnal refleksi Yazid.

Yazid sedang menulis dalam buku jurnal refleksi.

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Oleh Dedy HutajuluJurnalis Harian Analisa Medan

Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014 l 15

NGAWI, JAWA TIMUR - Untuk mengurangi kesenjangan kebutuhan guru PNS dan memperpendek disparitas ke-senjangan pemerataan guru antarwilayah dan jenjang pendidikan, Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi mengadakan pemetaan dan pemerataan guru (PPG) pegawai negeri sipil (PNS). Hal itu dilakukan dalam rangka menindaklanjuti dan melaksanakan Peraturan Bersama 5 Menteri dalam upaya pemerataan guru.

Langkahnya, Kabupaten Ngawi membuka kesempatan kepada PNS di wilayahnya untuk menjadi guru. Bahkan, bagi PNS yang belum memiliki latar belakang pendi-dikan keguruan, Pemkab Ngawi akan me-nyekolahkan mereka secara gratis sambil melaksanakan tugasnya mengajar.

“Kami mencari solusi menutupi kekura-ngan jumlah guru SD yang terdiri atas guru kelas, penjaskes, dan PAI tanpa harus merekrut PNS baru. Melalui kesempatan menjadi guru inilah, para PNS dari SKPD lain atau PNS yang telah menjadi guru SMP/SMA kami alihkan menjadi guru SD. Yang belum memiliki pendidikan kegu-ruan kami sekolahkan di IKIP Madiun secara gratis,” ungkap Hartono SPd, MPd, Kabid Dikdas Dispendik Kab Ngawi, saat kegiatan penyusunan formulasi kebijakan penataan dan pemerataan guru (PPG) di Malang (16-19/12).

Dari data di lapangan, Kabupaten Ngawi kekurangan 781 guru SD yang terdiri atas 398 guru kelas, 332 guru penjaskes, dan 51 guru PAI. Di sisi lain, Kabupaten Ngawi

kelebihan guru SMP 277 orang dan guru SMA 84 orang.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan (Dis-pendik) Kabupaten Ngawi Drs Abimanyu MSi, kekurangan guru SD harus segera ditindaklanjuti agar proses pembelajaran mulai pendidikan dasar hingga atas di Kabupaten Ngawi berjalan seimbang.

Berdasar hal tersebut, sejak Juli 2012 lalu 52 guru TK, 182 guru SMP, 25 guru SMA, dan 2 guru SMK dimutasi menjadi guru SD.“Tidak hanya itu, kami juga membuka kesempatan kepada PNS struktural dari SKPD lain yang berminat menjadi guru untuk pindah ke staf fungsional. Dan ternyata 104 PNS berminat. Saat ini mereka telah menempuh pendidikan di S-1 PGSD IKIP PGRI Madiun semester 3 dan sejak semester 1 telah mengajar menjadi guru SD. Untuk statusnya, sementara mereka sebagai guru pelaksana sambil menunggu lulus dari pendidikan keguruan,” ungkapnya.

Diminati PNSLangkah tersebut sangat membantu menutupi kekurangan guru SD, yakni 365 guru SD baru sudah menempati posisinya di sekolah dasar yang membutuhkan. Namun, hal ini belum menutupi kekura-ngan 416 guru SD. Apalagi pada 2015 ada sekitar 100 guru PAI akan memasuki masa purnatugas/pensiun. Untuk itu, menurut Sumarsono, Kabid Mutasi BKD Kabupa-ten Ngawi, Pemkab Ngawi masih membu-ka peluang pada guru SMP/SMA yang akan mutasi menjadi guru SD atau PNS yang akan alih profesi menjadi guru SD.

“Saya melihat kesempatan menjadi guru SD masih diminati oleh PNS dari SKPD lain. Apalagi saat ini ditambah dengan adanya tunjangan sertifikasi guru dan kesempatan sekolah pendidikan keguruan secara gratis. Kesempatan ini masih terbu-ka hingga tahun 2015,” terangnya.

Gabung SekolahSelain itu, Dispendik Kabupaten Ngawi sudah melakukan penggabungan sekolah-sekolah kecil. Sejak 2014, sebanyak 35 SD sudah digabung. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan atas dasar Peraturan Menteri No. 36 Tahun 2014 tentang Pedoman Pendirian, Perubahan, dan Penutupan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah; Peraturan Bupati Ngawi Nomor 209 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngawi; dan Peraturan Bupati Ngawi Nomor 125 Tahun 2011 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngawi. Kegiatan ini juga diperkuat dengan SK Bupati Ngawi sejak 2012 lalu.

Saat ini Kabupaten Ngawi telah memanen hasil dari upaya terobosan tersebut. Ka-bupaten Ngawi mendapat kuota khusus untuk sertifikasi guru kelas bagi guru-guru yang dipindah antarjenjang. Hal ini tentunya memacu kinerja guru yang dimu-tasi tersebut. Kebijakan ini juga dicontoh oleh beberapa kabupaten tetangga karena dianggap mampu menyelesaikan masalah kekurangan dan pemerataan guru antar wilayah kabupaten dan jenjang pendidikan.

(lut/Dkd)

Drs Abimanyu MSi (kanan), kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi, saat memaparkan proses PPG di daerahnya pada acara penyusunan formulasi kebi-jakan PPG Kohor 2 di Malang.

Kekurangan Guru SD, Ngawi Sekolahkan PNS jadi Guru

PRIORITAS - Praktik yang Baik

16 l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014

Implementasi MBS yang baik membuat pembelajaran aktif di SDN 166 Mattiro Bulu sudah menjadi budaya.

Raih Juara Satu MBS Karena Konsisten Terapkan Pelatihan

Kedua, merumuskan program-program strategis yang bertu-juan untuk lebih meningkatkan kedekatan antarsekolah, orang tua siswa, dan komite. Kepala sekolah juga aktif mengelola pertemuan formal maupun informal agar silaturahmi dan kebersamaan memikirkan pengembangan sekolah terus terjaga. Program yang rutin dilaksanakan untuk mendekat-kan sekolah dengan masyarakat antara lain pengajian rutin dan yasinan di sekolah setiap hari Jumat bersama komite, orang tua siswa, dan warga masyara-kat. “Saya biasa menekankan bahwa menyumbang terhadap anak yang mencari ilmu itu sangat besar pahalanya, sama dengan menyumbang mas-jid dan tempat ibadah lain-

nya,” terang Abrar. “Program pendidikan gratis tidak berarti semua masalah sekolah adalah tanggung jawab pemerintah,“ tambahnya.

Ketiga, pertemuan formal de-ngan komite dan orang tua un-tuk menyusun rencana kegiatan dan anggaran pengembangan sekolah. Hal itu bertujuan agar mereka memahami kondisi riil permasalahan sekolah, ang-garan yang dibutuhkan, dan keputusan yang diambil secara bersama untuk implementasi program sekolah.

Keempat, pelibatan komite dan orang tua siswa dalam sejumlah kegiatan operasional pengembangan sekolah. Ini meliputi beberapa hal. Per-tama, pemantauan sekolah

dan pembelajaran di kelas. Dengan mengamati proses pembelajaran, komite sekolah menjadi paham kebutuhan pembelajaran PAKEM seperti media, bahan pajangan, ATK dan sebagainya. Kedua, keterlibatan secara sukarela mengumpulkan dana. Komite sekolah merancang proposal dan menyerahkan ke tokoh masyarakat, orang tua, dan perusahaan. Komite juga berperan aktif menyampaikan kebutuhan sekolah kepada perusahaan-perusahaan. Ke-tiga, mengelola dana-dana yang terkumpul secara terbuka dan akuntabel melalui papan donatur sekolah yang ditulis sendiri oleh komite dan orang tua siswa.

Kelima, rapat pertanggungjawa-ban dan evaluasi tahunan dan per semester. Laporan pelakasa-naan, hasil, dan anggaran pelaksa-naan program sekolah disampai-kan pihak sekolah dan komite. Kegiatan ini dilaksanakan secara partisipatif, yakni komite sekolah sendiri yang langsung menyam-paikan laporannya kepada orang tua siswa dan warga masyarakat. Mereka mempertanggungja-wabkan pengelolaan anggaran, pemasukan, dan pengeluarannya.

Menurut Abrar, setelah mengimplementasikan pelatihan MBS dan pembelajaran USAID PRIORITAS, kedekatan sekolah dengan masyarakat semakin baik. Orang tua dan masyarakat men-jadi lebih peduli. Mereka banyak membantu untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekolah seperti membuat ta-man baca, menambah sarana komputer, peralatan UKS dari puskesmas, tempat sampah, alat-alat olahraga dan kesenian, sumbangan pot-pot dan bunga-bunga untuk taman sekolah, kegiatan-kegiatan keagamaan, dan lain-lain.

Prestasi siswa juga semakin meningkat. Siswa sekolah ini ada yang mewakili Kabupaten Pin-rang dalam olimpiade matema-tika, dan mewakili Kabupaten Pinrang dalam lomba-lomba pentas pendidikan agama Islam, pandai bercerita dan lain-lain.

PINRANG, SUlAWESI SElATAN - SDN 166 Mattiro Bulu, Pinrang, pada Agustus 2014 berhasil meraih Juara I Lomba Budaya Mutu Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) tingkat sekolah dasar se-Provinsi Sulawesi Selatan. “Prestasi ini diperoleh setelah melewati seleksi yang san-gat ketat, bersaing dengan sekolah-sekolah terbaik di Provinsi Sulawesi Selatan,” ujar Abrar, kepala SDN 166 Mattiro Bulu Pinrang.

Kunci keberhasilannya, menu-rut Abrar, ada dua. Pertama, disiplin dan rajin untuk mendo-kumentasikan semua kegiatan sekolah. Kedua, menerapkan pengetahuan dan pengalaman hasil pelatihan program USAID PRIORITAS secara konsisten dan sungguh-sungguh. “Fak-tor paling utama bisa menang kompetisi ini adalah men-jalankan hasil pelatihan USAID PRIORITAS dengan konsisten baik pelatihan pembelajaran maupun MBS ,” kata Abrar.

Berikut adalah praktik-praktik yang dilaksanakan sekolah sehing-ga berhasil meraih juara 1 MBS.

Pertama, bermusyawarah mufakat memilih ketua dan pengurus komite sekolah dari tokoh-tokoh yang dekat de-ngan masyarakat, yakni kepala desa sebagai ketua. Sementara wakil komite dan enam ang-gota lainnya berasal dari kepala dusun serta tokoh masyarakat yang dekat dan berpengaruh.

Camat Mattiro Bulu, Candera Yasin, mewakili kepala Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan menyerahkan piala juara budaya mutu MBS kepada Ketua Komite SDN 166 Mattiro Bulu, Puang Baharuddin Passi.

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014 l 17

SRAGEN, JAWA TENGAH - Gugus Bangsa Kabupaten Sragen, mitra USAID PRIORITAS, menjadi juara pertama dalam lomba gugus di Kabupaten Sragen. Gugus yang terdiri atas SDN Gringging 1 (SD inti) dan 6 SD imbas, yaitu SDN Gring-ging 2, SDN Gringging 3, SDN Gringging 4, SDN Banyurip 1, SDN Banyurip 2 dan SDN Banyurip 3 tersebut, terpilih di Kawedanan Gondang untuk mengikuti lomba gugus tingkat kabupaten.

Bersaing dengan 4 kawedanan lain di Kabupaten Sragen, yaitu Kawedanan Sragen, Kawedanan Gemolong, Kawe-danan Masaran, dan Kawedanan Gondang yang mewakilkan 4 gugus, akhirnya Gugus Bangsa mampu menjadi juara 1. Beberapa aspek yang dinilai adalah kegiatan belajar mengajar (KBM), peran serta masyarakat (PSM), sarana prasarana, administrasi gugus dan administrasi kelas di SD, serta pelaksanaan MBS.

Dari lima poin penilaian tersebut, aspek KBM dan PSM, Gugus Bangsa menerapkan program yang selama ini dipelajari dari USAID PRIORITAS. Pada kegiatan belajar mengajar tersebut, tiga SD yang dinilai

mendapatkan nilai 5 plus karena dinilai semua kelas telah menerapkan pembelaja-ran PAKEM.

Kedua, peran serta masyarakat. Aspek tersebut mendapatkan nilai yang tinggi karena peran serta masyarakat yang sangat tinggi, terutama dalam proses pembelajaran. Ini dibuktikan dalam doku-men administrasi seperti daftar hadir pertemuan, notulensi, dan undangan. Di semua kelas diadakan pertemuan setiap

hari Sabtu. Mereka membahas kemajuan pembelajaran dan permasalahan yang terjadi untuk dicarikan solusinya.

Dengan menjuarai lomba gugus tahun 2014, Gugus Bangsa akan maju mewakili ka bupaten di lomba Gugus Karesidenan Su rakarta tahun 2015. Pada awal September, gu gus tersebut akan menjadi tuan rumah acara Srawung Warga, acara rutin masyarakat Kabupaten Sragen yang selalu dihadiri bu pati dan kepala SKPD se-Kabupaten Sragen. (Ds)

Gugus Pembelajaran dan MBS Terbaik di Sragen

Sekolah Maju karena Terapkan Pakta Integritas RTl

Pembelajaran aktif dan MBS yang diterapkan sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS, di gugus bangsa, seperti pembelajaran aktif di SDN Gringging 3 Sragen, berhasil mengantarkan mereka menjadi gugus terbaik.

Isinya antara lain menge-lola pembelajaran PAKEM, mengembangkan pendekatan saintifik, membuat lembar kerja yang mendorong daya kritis siswa, menerapkan sensitif gen-der, mengaplikasikan penilaian autentik, dan lain-lain. “ Yang kami masukkan dalam perenca-naan tersebut adalah apa yang kami rasa bisa kami lakukan

dan benar-benar akan kami lakukan,” kata Ibu Andi.

Penandatanganan pakta in-tegritas rencana tindak lanjut dilaksanakan dalam sebuah upacara resmi yang dihadiri oleh kepala sekolah, pengawas sekolah, komite, dan semua guru. “Untuk senantiasa meng-ingatkan mereka, lembar besar

rencana tindak lanjut tersebut kami pasang tidak hanya di ruang kepala sekolah dan mad-ing sekolah, tetapi juga di tiap kelas,” katanya lagi.

Untuk mengukur penge-jawantahan pakta integritas itu, Ibu Andi rutin berkeliling ke kelas-kelas. Ia melakukan evaluasi dan diskusi dengan guru me-review LKS, media, dan karya siswa bersesuaian sehingga kompetensi dasar benar-benar dinilai tercapai. Ibu Andi memang sangat perhatian terhadap performa pembela-jaran. “Pada pagi hari sebelum saya duduk di meja kantor, saya berkeliling menyaksikan para guru mengajar, kadang berdis-kusi dengan mereka, sambil mengisi penilaian kerja guru,” ujarnya bersemangat.

Kini SDN 39 Kassi sungguh telah menjelma menjadi seko-lah maju. Ruang kelasnya juga berubah, penuh buku bacaan dan karya siswa hasil pembela-jaran. (Ajb)

MAROS, SUlAWESI SElATAN - Upaya menyatu-kan tekad untuk memajukan sekolah menjadi perhatian utama Ibu Andi Nensih, kepala SDN 39 Kassi, Maros. Bagi Ibu Andi, menjadi mitra USAID PRIORITAS merupakan mo-men paling tepat meningkat-kan kualitas sekolah. Karena itu, praktik yang baik tentang manajemen berbasis sekolah (MBS) dan PAKEM yang dia dan guru-gurunya peroleh dari pelatihan program USAID PRI-ORITAS langsung diterapkan di sekolahnya.

Agar sekolah benar-benar menerapkan pelatihan, Bu Andi Nensih memulai pengembangan sekolahnya dengan penandatanganan “Pakta Integritas Rencana Tindak Lanjut”.

Isi pakta integritas itu meliputi rencana tindak lanjut praktik-prak-tik yang baik hasil diskusi bersama guru, pengawas, dan komite di akhir sesi pelatihan modul II.

Rencana tindak lanjut pelatihan modul 2 yang ditandatangani para guru SDN 39 Kassi Maros dan menjadi pakta integritas tekad melak-sanakan sungguh-sungguh.

PRIORITAS - Praktik yang Baik

18 l Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014

lUBUK PAKAM, SUMATERA UTARA - Membaca menjadi budaya di SDN 104242 Lubuk Pakam, Deli Serdang. Kepala Sekolah Dra Mahamin mengatakan, perpustakaan sekolahnya mengoleksi 400 judul buku. Buku-buku itu diperoleh dari sumbangan wali murid, pengusaha sekitar sekolah, dan dinas pendidikan.

“Buku dari orang tua siswa diberikan saat si anak menyelesaikan studi di sini. Buku ini menjadi semacam kenang-kenangan dari si anak,” terangnya. Agar buku yang tersedia bermanfaat, pihak sekolah mem-buat berbagai kebijakan, yaitu: • Setiap kelas dijadwalkan untuk mem-

baca buku. Pada hari tertentu siswa diha-ruskan menghabiskan waktu istirahat de-ngan membaca buku di perpustakaan.

• Siswa yang tidak bisa mengikuti pelajaran olahraga karena sakit juga diarahkan untuk beristirahat sambil membaca buku di per-pustakaan.

• Siswa diperbolehkan membawa pulang buku. Setiap siswa diberi kartu peminjaman buku dari perpustakaan. Setiap buku yang dipinjam dicatat oleh petugas per-pustakaan. Siswa diwajibkan mengem-balikan buku tepat waktu dan dalam kondisi yang baik.

• Siswa yang menunggu jemputan dari orang tua selepas jam sekolah juga diperbolehkan untuk membaca buku di perpustakaan.

• Guna mengurus perpustakaan, sekolah

mengangkat seorang petugas dari guru yang sudah dilatih oleh dinas pendidikan.

• Guru-guru dilatih agar mampu menarik anak agar tertarik membaca.

• Di setiap kelas disediakan perpustakaan kelas.

• Saat jam istirahat, siswa diperbolehkan

membaca buku yang ada di per-pustakaan kelas.

• Guru juga mewajibkan siswa untuk melakukan membaca hening. Setelah siswa membaca buku di perpustakaan, si siswa diminta menjelaskan isi buku yang dibacanya. Penjelasan dilakukan di depan kelas. Tujuannya, siswa terbiasa presentasi, bisa menyimpulkan isi buku bacaannya, dan siswa yang lain menge-tahui isi buku yang dibaca temannya.

Siswa kelas III Igra Ananda mengaku senang membaca buku yang ada. Setiap minggu Igra bisa membaca sepuluh judul buku baru. Sementara siswa kelas V Fani Simatupang senang membaca buku, karena jenis buku yang tersedia sangat beragam. “Saya suka baca ensiklopedia, buku cerita, dan komik,” terangnya. (Eh)

Strategi SDN 104242 lubuk Pakam Kembangkan Budaya Baca

Jadwal membaca per kelas di perpustakaan.Kartu perpustakaan yang dimiliki setiap siswa.

Membaca buku sambil menunggu jemputan orangtua.

Siswa membaca di perpustakaan.

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 9/Oktober-Desember/2014 l 19

BATANG, JAWA TENGAH - Untuk mendekatkan buku-buku ke para siswanya, SMPN 7 Batang membuat rak-rak buku yang terbuat dari paralon. Rak buku tersebut dibuat oleh guru dan siswa yang diletakkan di semua kelas sebagai sudut baca.

Untuk meningkatkan minat baca siswanya, SMPN 7 Batang memiliki beberapa program, di antaranya:1. Membaca setiap Senin setelah upacara sekitar 30 menit.2. Pembuatan taman baca yang terbuka dan tersedia ba-

nyak buku.

3. Mewajibkan setiap murid memiliki buku resume mem-baca. Buku tersebut akan distempel petugas perpus dan wali kelas untuk mengecek kemampuan mereka dalam menguasai bacaannya.

4. Menggunakan metode kantong buku, yaitu 18 kantong buku digilir ke semua kelas untuk bergantian membaca. Setiap Senin kantong buku di putar sehingga setiap kelas memiliki kesempatan untuk membaca setiap kantong.

5. Mendorong sumbangan buku dari orang tua siswa.6. Membuat sudut baca di setiap kelas yang memanfaatkan

paralon plastik.7. Kepala sekolah mewajibkan setiap guru untuk mengintegras-

kan literasi dan semangat baca di dalam pembelajaran. (Arz)

Rak Buku dari Paralon di SMPN 7 Batang

SUKABUMI, JAWA BARAT - Tiga bulan setelah peluncuran program budaya baca yang diresmikan pada 10 September 2014, kini telah tampak kebiasaan membaca pada siswa SMPN 1 Warungkiara, Sukabumi. Saat peluncuran oleh Kabid SMP Dinas Pen-didikan Kabupaten Sukabumi, dilaksanakan beberapa kegiatan. Di antaranya, wakaf buku dari siswa untuk sekolah, pameran buku, dan membaca masal.

Wakaf buku berjumlah sekitar 1.000 eks-emplar diserahkan secara simbolis oleh perwakilan pengurus OSIS dan diterima oleh kepala sekolah. Buku-buku tersebut dipamerkan terlebih dahulu, kemudian dibagikan kepada para siswa untuk dibaca di rumah masing-masing.

Sebagai alat kontrol, siswa diharuskan membuat rangkuman isi buku pada buku jurnal membaca. Paling lambat seminggu sekali, mereka harus bertukar buku. Dilakukan pula kegiatan membaca masal yang diikuti tidak kurang dari 1.000 orang, terdiri atas para siswa, guru, orang tua siswa, dan para tamu undangan.

Setelah peluncuran, pada hari berikutnya dilakukan kegiatan pembiasaan membaca

senyap selama lima menit. Kegiatan terebut dilaksanakan setiap hari pada jam kelima setelah istirahat pertama. Setelah program budaya baca berlangsung selama tiga bulan, pada 8 Desember 2014 lalu berdasar buku jurnal membaca yang mereka miliki dapat diketahui bahwa mereka dapat menyele-saikan membaca buku rata-rata 12 judul.

Dari hasil evaluasi juga ditemukan ada 5 siswa yang membaca yang luar biasa, yaitu 1) Meisa Saputri, kelas VIII D sebanyak 60 buku; 2) Susanti, kelas VIIID 55 buku; 3) Ashila Shifa Fauziah, kelas VIIID 49

buku; 4) Siti Sarifah, kelas VIIA sebanyak 47 buku; dan 5) Ade Nurfaedah, kelas VIIA sebanyak 44 buku. Mereka adalah siswa yang luar biasa. Sebagai penghar-gaan, mereka mendapatkan hadiah berupa buku bacaan masing-masing 5 judul dan mendapatkan sarana belajar gratis.

Kegiatan ini terinspirasi dan termotivasi oleh USAID PRIORITAS yang di dalamnya saya berkiprah sebagai fasilitator pengembangan program budaya baca. Terima kasih USAID PRIORITAS dan berbagai pihak yang telah berperan dalam kegiatan tersebut. (Ds)

Gerakan Budaya Baca Buahkan Hasil Fantastis

Penca nangan program budaya baca di SMPN 1 Warungkiara.

Oleh Gunawan, M.MPdKepala SMPN 1 Warungkiara

Guru bahasa Indonesia dan Guru Seni bekerjasama merealisasikannya.

Pembuatan sudut baca dari paralon yang ada di setiap kelas.

PRIORITAS - Praktik yang Baik

DOKUMENTASI USAID PRIORITAS

Bupati Bandung Barat Abu Bakar menyerahkan hibah buku USAIDPRIORITAS kepada sekolah mitra di Bandung Barat, Jawa Barat (1/12).

Para guru sekolah luar biasa (SLB) di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur,mengikuti diseminasi pelatihan untuk guru anak berkebutuhan khusus ini.Mereka tertarik menerapkan pembelajaran aktif untuk siswanya (17/10).

Dua siswi SMPN 1 Panai Hilir, Labuhan-batu, Sumatra Utara presentasikan operasi bentuk aljabar dengan media sederhana yang mereka buat sendiri dalam unjuk karya Program Akselerasi USAID PRIORI-TAS yang didanai APBD Labuhanbatu untuk sekolah-sekolah nonmitra (12/12).

Pelaksanaan asesmen membaca siswa kelas awal (Early Grade Reading Asessment-EGRA) di SDN Cileungsir, Serang, Banten (13/11). EGRA pada November 2014 lalu, dilaksanakan untuk mengukur dampak program USAID PRIORITAS terhadap ke-mampuan membaca siswa kelas III SD/MI. Ada 4.063 siswa yang mengikuti EGRA di daerah mitra Kohor 1.

Bardan Sahidi Anggota DPRA Provinsi Aceh mendapat penjelasan dari siswa MIN Mesjid Raya Banda Aceh tentang kalimat aktif dan kalimat pasif yang ada di koran. Beliau ingin melihat langsung implementasi program USAID PRIORITAS di MIN Mesjid Raya (23/12).

SDN Komplek IKIP, Sulawesi Selatan, juga menjadikan halaman kelasnya menjadi tempat membaca. Buku-buku dimasukkan dalam paralon yang dilubangi sehingga buku bisa diletakkan di dalamnya. Setiap kelas juga memiliki ruang baca kecil (10/11).

Sosialisasi implementasi penataan dan pemerataan guru (PPG) di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang diikuti camat, kepala desa, guru, kepalasekolah, unit pelaksana teknis daerah yang terdampak PPG (2/10).

USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education. USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia,

khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang.

Isi dari newsletter ini bukan merepresentasikan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.