kebijakan dan penggunaan obat di rumah sakit...5. peresepan cenderung tidak rasional disebabkan...

19

Upload: others

Post on 03-Jul-2020

20 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PUSLITBANG SUMBER DAYA DAN PELAYANAN KESEHATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2020

Kebijakan dan Penggunaan

Obat di Rumah Sakit

dan Klinik

3

Peningkatan pemanfaatan fasyankes era JKN

Kendala pengadaan obat yang belum tertangani

Isu global resistensi antibiotik yang meningkatkan biaya obat

Evaluasi kebijakan dan penggunaan obat rasional

untuk meningkatkan pelayanan yang berkualitas di

rumah sakit dan klinik

4

Faktor-faktor

yang mempengaruhi POR

1. Kebijakan

2. SDM

3. Pelayanan Pengobatan

4. Perilaku Pasien

5. Insentif Tenaga Kesehatan

6. Pengawasan Manaj. & Komite

RS**

7. Binwas Dinkes

Indikator Pasien

1. Rerata waktu konsultasi

2. Rerata waktu tunggu obat

3. % obat yg didapat dari R/ dokter

4. % obat yg diberi label memadai

5. Pengetahuan/pemahaman pasien akan

penggunaan obat yang diterima

Indikator Peresepan

1. Rerata jumlah obat per resep*

2. % obat generik per resep

3. % obat esensial per resep

4. % peresepan antibiotik

5. % kesesuaian obat dgn PPK**

6. % biaya obat

Indikator Faskes

1. Ketersediaan Fornas

2. Ketersediaan Formularium RS

3. Ketersediaan obat utama / indikator

POR Pelayanan

berkualitas

* Hanya berlaku untuk FKTP/klinik

** Tidak berlaku untuk FKTP/klinik

KERANGKA KONSEP

5

RS dan klinik di 5 Regional BPJS

(1 Regional @2 Provinsi)

Non Rawat Inap 1. Diare Non Spesifik

2. ISPA Non Pneumonia

3. TB Paru*

4. Hipertensi Esensial

5. DM Tipe 2

6. Skizofrenia

7. Depresi

Rawat Inap 1. Stroke non hemoragic

2. Acute myocardial infarction

Rumah Sakit 1. Telusur Rekam Medis RS

2. Exit Interview pasien Rawat Jalan

Klinik 1. Telusur resep klinik

2. Exit Interview pasien

1. Diare Non Spesifik

2. ISPA Non Pneumonia

3. Hipertensi Esensial

4. DM Tipe 2

DA

TA K

UA

NTI

TATI

F

DA

TA K

UA

LITA

TIF

Rumah Sakit

1. Manajemen RS

2. Klinisi

3. Farmasis

Klinik

1. Klinisi

2. Farmasis

Industri & PBF

1. Manajemen

6

Rerata Waktu Tunggu Obat*

Keterangan:

*) waktu tunggu obat dihitung sejak pasien menyerahkan resep ke apotek

hingga pasien mendapatkan obat.

13,9

45,8

24,8

15,5 11,0

32,3

23,0

33,7

0

10

20

30

40

50

1-2 menit 3-5 menit 6-10 menit > 10 menit

%

Pasien BPJS Kesehatan

Pasien Non BPJS Kesehatan

Waktu Konsultasi Dokter di RS (N=841)

13,4

47,7

28,9

10,1 16,0

39,8

25,9

18,2

0

10

20

30

40

50

1-2 menit 3-5 menit 6-10 menit > 10 menit

%

Pasien BPJS Kesehatan

Pasien Non BPJS Kesehatan

Waktu Konsultasi Dokter di Klinik (N=1.109)

24,3

6,6

17,1

9,7

0

5

10

15

20

25

30

Rumah Sakit Klinik

Menit

Pasien BPJS Kesehatan

Pasien Non BPJS Kesehatan

7

98,7

85,2

98,6

84,1

0

25

50

75

100

Rumah Sakit Klinik

%

Pasien BPJS Kesehatan

Pasien Non BPJS Kesehatan

Persentase Σ Obat yang didapat dari R/ Dokter*

15,7

25,5 26,2

30,0

0

10

20

30

Rumah Sakit Klinik

%

Pasien BPJS Kesehatan Pasien Non BPJS Kesehatan

Persentase Etiket Obat yang Diberi Label Memadai**

Keterangan:

* angka < 100% menunjukkan bahwa obat yang diterima kurang dari

yang diresepkan

Keterangan :

** Label (etiket) obat memadai dinilai dari kelengkapan: 1) Nama

Faskes; 2) Alamat Faskes; 3) Nomor Telepon Faskes; 4) Nama

Apoteker; 5) Nomor SIPA Apoteker; 6) Nomor Resep; 7) Tanggal

Resep; 8) Nama Pasien; 9) Aturan Pakai

8

Parameter Klinik (%)

Nomor SIPA 54,9

Nomor Resep 51,0

Nama Apoteker 49,0

Parameter Pelabelan yang Sering Tidak Ada

Parameter RS (%)

Nomor SIPA (Surat Izin Praktik

Apoteker)

64,5

Nama Apoteker 56,5

Nomor Resep 40,7

9

3 3 3

4

3 3 3

4

3 3 3 3

0

1

2

3

4

5

Dia

re N

on S

pesifik

ISP

A N

on P

neum

onia

Hip

ert

ensi E

sen

sia

l

DM

tip

e 2

Skiz

ofr

enia

Depre

si

Jum

lah O

bat

Pasien BPJS Kesehatan Pasien Non BPJS Kesehatan

Rerata Jumlah Item Obat di RS

3 3

2

3 3 3

4

3

0

1

2

3

4

5

Dia

re N

on S

pe

sifik

ISP

A n

on P

ne

um

onia

Hip

ert

ensi E

sensia

l

DM

tip

e 2

Jum

lah O

bat

Pasien BPJS Kesehatan Pasien Non BPJS Kesehatan

Rerata Jumlah Item Obat di Klinik

10

54,7

69,6 66,4 68,2 68,9

90,0

65,7 65,7

33,0 37,3

50,2 49,1 59,1

31,0

45,6 39,5

0

25

50

75

100

Dia

re N

on S

pesifik

ISP

A N

on P

neum

onia

Hip

ert

ensi E

sen

sia

l

DM

tip

e 2

Skiz

ofr

enia

Depre

si

Str

oke

Non

Hem

orr

agic

Acute

Myo

card

ial

Infa

rctio

n

%

Pasien BPJS Kesehatan Pasien Non BPJS Kesehatan

Persentase Peresepan Obat Generik di RS Persentase Peresepan Obat Generik di Klinik

44,5

55,0 64,5

77,4

31,6 39,3

32,6 36,4

0

25

50

75

100

Dia

re N

on S

pesifik

ISP

A N

on P

neum

onia

Hip

ert

ensi E

sen

sia

l

DM

tip

e 2

%

Pasien BPJS Kesehatan Pasien Non BPJS Kesehatan

11

63,7

55,0 55,8

67,8

81,9 76,7

95,4 95,4

55,4 55,8

46,8

63,3

83,8

75,0 68,3

88,8

0

25

50

75

100

Dia

re N

on S

pesifik

ISP

A N

on

Pne

um

onia

Hip

ert

ensi E

sen

sia

l

DM

tip

e 2

Skiz

ofr

en

ia

De

pre

si

Str

oke

Non

Hem

orr

agic

Acute

Myo

carid

al

Infr

actio

n

%

Pasien BPJS Kesehatan Pasien Non BPJS Kesehatan

Persentase Peresepan Obat Esensial di RS

46,5 55,2

76,2 86,2

39,4

53,7

72,0 69,1

0

25

50

75

100

Dia

re

ISP

A n

on P

ne

um

onia

Hip

ert

ensi E

sensia

l

DM

tip

e 2

%

Pasien BPJS Kesehatan Pasien Non BPJS Kesehatan

Persentase Peresepan Obat Esensial di Klinik

12

Persentase Peresepan Antibiotik di RS & Klinik Jenis Antibiotik yang Diresepkan

0

50

100

150

200

250

300

350

Sefa

dro

ksil

Am

oksis

ilin

Kotr

imoksazol

Sefiksim

Sip

rofloksa

sin

Azitro

mis

in

Metr

onid

azol

Ko-a

moksik

lav

levo

floksasin

Do

ksis

iklin

Tia

mfe

nik

ol

Seftri

akson

45 45 22 12 4

151

24

93 97

308

228

86

Ju

mla

h P

en

ulisan

Resep

Diare RS Diare Klinik ISPA RS ISPA klinik

8,7

11,3

8,7

15,0

8,9

18,5

13,2

18,8

0

5

10

15

20

25

Diare NonSpesifik

ISPA nonPneumonia

Diare NonSpesifik

ISPA nonPneumonia

Rumah Sakit Klinik

Pasien BPJS Kesehatan Pasien Non BPJS Kesehatan

13

32,9 32,5

50,7 50,0 46,7

39,9

16,2

23,4

42,6 46,7

51,7 56,6

48,2 52,7

37,2 31,8

0

20

40

60

80

Dia

re N

on S

pe

sifik

ISP

A N

on P

neum

on

ia

Hip

ert

ensi E

sensia

l

DM

Tip

e 2

Skiz

ofr

en

ia

De

pre

si

Str

oke N

on H

em

orr

agic

Acute

Myocard

ial

Infr

action

%

Pasien BPJS Kesehatan Pasien Non BPJS Kesehatan

Persentase Biaya Obat

dari Biaya Pengobatan di RS

55,1 59,5

50,7 45,9

55,1 55,1 51,7 51,8

0

20

40

60

80

Dia

re N

on S

pe

sifik

ISP

A N

on P

neu

mon

ia

Hip

ert

ensi E

sensia

l

DM

Tip

e 2

%

Pasien BPJS Kesehatan Pasien Non BPJS Kesehatan

Persentase Biaya Obat

dari Biaya Pengobatan di Klinik

Penyebab

Masalah

Akibat Penggunaan Obat Tidak Rasional

Akses Obat Kurang

Pengadaan dan Distribusi obat

terhambat

Restriksi Obat Fornas

RKO tidak sesuai

Obat rusak/expired

Pembayaran obat terhambat

Lead time katalog lama

Tidak memiliki akses epurchasing

Obat lambat tayang

Obat kosong/ turun tayang

Kompetensi SDM Anggaran terbatas ID Paket tidak sesuai

Mutu obat rendah

ED obat dekat

Pembayaran klaim BPJS terhambat

Reformulasi NIE baru

Verifikasi BPJS terhambat

“Yang pertama ketersediaan obat,kalau obat kita sedia,kita ngikut.kalau tidak ada obat apa yang mau kita buat, kedua peraturan dan yang ketiga dokter yang menggunakan nya” (Ka. Komite Medik)

15

Ketersediaan obat

Ketersediaan obat

“Jenis dan jumlah obat yang tersedia kadang dirasa kurang karena kesulitan pembayaran, ada

keterbatasan RS dan tidak bisa merugi terus”. (dr.Spesialis Jantung)

Kendala pembayaran BPJS

“Kebijakan BPJS unutk paket Ins CBGS kadang tidak bisa mengakomodir untuk menangani penyakit” (dr Sp. Saraf)

“plafon rawat jalan yang kecil, terlebih bila pasien perlu banyak pemeriksaan” (Ka KFT )

Paket Ina CBGs kecil

“Biasanya karena tidak di drop, tidak masuk ke papua, katanya kosong pabrik alasannya…….alasan

distribusi ke papua, alasan itu tidak bener juga, kecuali kalau di gunung ya, kapal seminggu”( Ka IFRS RS)

Akses obat

16

“Berperan peraturannya, cuma kadang-kadang mengganggu dari ilmu kita juga

misalnya kayak simvastatin harus di atas 160 padahal target di bawah 100” (dr. Spesialis

penyakit dalam)

“Iya, karena obat-obat yang diberikan oleh BPJS itu sudah sesuai standar,

sesuai indikasi berarti memang terkendali mutu dan biayanya.”

(Ka. Komite Medik)

“JKN/ BPJS sangat berperan dalam pengendalian penggunaan obat melalui Fornas dan MOU dengan

BPJS” (Ka KFT RS)

“Item obat yang ada di Fornas sebaiknya ditambah” (Ka. Komite Medik)

“antibiotik minimal 3, obat dibatasi maksimal 4 obat, rata-rata 3, lama

pengobatan 3 hari.” (apoteker klinik)

Terpaksa membatasi obat

“simvastatin diberikan 5 mg untuk menurunkan kolesterol, kalau kolesterol diatas 200 nggak turun turun, wah saya mending memberikan simvastatin 40mg

selama sebulan, baru bisa turun” (pengelola klinik)

“Sudah sesuai, karena pakainya Fornas dan sejujurnya swasta pasti mencari yang paling murah

dan Fornas adalah salah satu solusinya” (dr. Peny. Dalam)

FORNAS

17

1. Indikator peresepan pada pasien BPJS lebih baik dibandingkan dengan pasien non BPJS

2. Indikator pasien pada pasien BPJS kurang baik dalam hal lama konsultasi dengan dokter

3. Ada indikasi peningkatan rasionalitas peresepan berdasarkan indikator pasien dan peresepan, namun

perlu dilihat kesesuaian obat yang diberikan dengan PPK

4. Belum semua RS memiliki PPK atau clinical pathway.

5. Peresepan cenderung tidak rasional disebabkan terbatasnya akses terhadap obat yang dipengaruhi

ketersediaan obat, restriksi, dan hambatan pembayaran BPJS khususnya ke RS yang tidak didukung

dengan modal yang memadai.

6. Petunjuk teknis terkait kebijakan perencanaan dan pengadaan obat belum dipahami terutama fasilitas

kesehatan swasta yang bekerjasama dengan BPJS

7. Masih terdapat beberapa kendala teknis terkait perencanaan dan pengadaan obat di era JKN, seperti

akurasi rencana kebutuhan obat, akses e-purchasing untuk fasilitas kesehatan swasta, terbatasnya

jenis dan jumlah obat e-katalog, terhambatnya penyediaan obat e-katalog dan pembiayaan obat, serta

kurangnya kualitas dan mutu obat.

18

1. Sistem pengadaan obat melalui e-purchasing perlu di tinjau kembali terutama terkait teknis penyelenggaraan, mulai dari pemilihan penyedia dengan mempertimbangkan multi criteria decision analysis, pemenuhan obat fornas di e-katalog, peninjauan jadwal kontrak dan jadwal tayang e-katalog, pemantauan respon penyedia dan pembayaran yang sudah dipenuhi.

1. Rantai pembayaran perlu diurai mulai dari Pembayaran oleh BPJS ke faskes, hingga pembayaran faskes ke PBF dan PBF ke Industri untuk memastikan ketersediaan obat dan operasional pelayanan.

2. Meninjau ulang paket Ina CBGs atau mencari alternatif metode pembayaran lain.

• Penyusunan dan implementasi PPK