keberhasilan joko widodo walikota surakarta dalam mengelola daerahnya

Upload: thomas-yopy-octavian

Post on 20-Jul-2015

266 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kota Surakarta sebagai pusat Wilayah Pengembangan VIII Propinsi Jawa Tengah, mempunyai peran yang strategis bagi pengembangan wilayah di Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis letak kota Surakarta sangat strategis dan merupakan titik persimpangan jalur transportasi regional dan sekaligus sebagai daerah tujuan dan bangkitan pergerakan. Sebagai pusat WP VIII kota Surakarta mempunyai tingkat pertumbuhan kota yang sangat pesat yang dapat dilihat dan pertumbuhan ekonomi dan sistem aktivitas kota sentra pertumbuhan fisik kota. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi melebihi persentase pentumbuhan penduduk akan mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk, yang ditandai dengan semakin tingginya pendapatan perkapita masyarakat. Sarana dan prasarana transportasi sangat dipenlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, tentunya dengan tuntutan bahwa fasilitas transportasi dengan segala pendukungnya haruslah terjangkau dan segala arah. Disamping itu pertumbuhan sektor transportasi yang tinggi akan rnerangsang peningkatan pembangunan ekonomi, karena diantara keduanya mempunyai hubungan kausal yang positif. Gambar 1.1. Jaringan Transportasi Kota Surakarta dengan Kota Kota di Pulau Jawa Sumber : Widiyanto_2005,Analisis Penulis

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang memiliki potensi cukup besar sebagai pusat kegiatan ekonomi. Letak geografis yang strategis memungkinkan Kota Surakarta sebagai transitment point bagi kegiatan ekonomi dan pariwisata Propinsi Jawa Tengah

1

maupun transportasi regional yang datang dari Jawa Timur, Daerah Isumewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian Barat, Utara, Timur dan Selatan. Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta juga tak lepas dan peran kota - kota di sekitarnya, Karanganyar, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri dan Klaten. Sehingga Kota Surakarta sangat membutuhkan keberadaan seorang pemimpin yang dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki kota Surakarta. Ir. Joko Widodo adalah walikota Kota Surakarta (Solo) untuk dua kali masa bakti 2005-2015. Dalam perjalanannya beliau dianggap berhasil memajukan Kota Surakarta. Bersama dengan Wakil walikotanya adalah F.X. Hadi Rudyatmo Jokowi sebutan akrab warga solo kepada Walikotanya menjadikan Solo sebagai The Spirit of Java. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui slogan Kota Solo yaitu "Solo: The Spirit of Java". Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek

Istana Mangkunegaran.

1.2 Rumusan masalah. Kemajuan suatu wilayah tidak lepas dari peran pemimpin wilayah tersebut. Demikian juga perkembangan dan kemajuan Kota Solo tak lepas dari peran Walikota sebagai kepala pemerintahan daerah tersebut. Dari penjelasan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana strategi yang dilakukan Walikota Surakarta sehingga dapat memajukan Kota Surakarta. 2. Apa saja capaian yang terlaksana dari program-program yang di canangkan.2

BAB II PEMBAHASAN

Proses pembangunan yang telah dilaksanakan sejak terjadinya krisis ekonomi sampai dengan tahun 2004 telah banyak menghasilkan kemajuan . Dibidang ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, telah meningkatkan pendapatan perkapita, penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran serta perbaikan indek kualitas hidup manusia secara rata-rata. Jokowi punya obsesi dan alasan. Pertama, sangat serius untuk maju. Jokowi ingin mengakomodasikan aspirasi-aspirasi serius yang muncul dari banyak pihak, baik secara pribadi maupun secara kelompok atau organisasi. Yang kedua, ingin bersama-sama seluruh komponen masyarakat membawa Solo ke arah yang lebih baik, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Yang ketiga, ingin pemerintahan ini diurus secara bersih, jernih, tegas dan tanpa kompromi, sehingga good governance dan clean goverment benar-benar terwujud. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan motto Solo: The Spirit of Java. Langkah yang dilakukannya cukup progresif: mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, dan melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Sebagai tindak lanjut brandingia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari 10 Tokoh 2008. 1. Penataan PKL Di Kota Solo PKL merupakan permasalahan yang biasanya pasti selalu ada di tiap daerah. Namun penyelesaian terhadap permasalahan tersebut, tidak selalu sama. Jokowi mengimpikan Solo yang bersih dan tata ruang kota yang harmonis. Dan satu masalah pelik bagi kota Solo adalah semrawutnya PKL di Solo, maka perlu penataan ulang. ketika baru dilantik menjadi Wali Kota Surakarta, Jokowi membentuk tim kecil untuk mensurvei keinginan warga kota di tepian Sungai Bengawan itu. Hasilnya, kebanyakan orang3

Solo ingin pedagang kaki lima yang memenuhi jalan dan taman di pusat kota itu disingkirkan. Tetapi ia tidak ingin menempuh cara gampang, dengan memanggil aparat, lalu menggusur pedagang itu pergi. Tidak bisa tidak, para pedagang itu harus direlokasi. Tapi bagaimana caranya? Menggusur pedagang yang telah bertahun-tahun mencari nafkah di tempat-tempat itu, jelas tidak mudah. Mereka pasti marah. Target pertama adalah kaki lima di daerah Banjarsari. Di sana ada 989 pedagang yang bergabung dalam 11 paguyuban. Strategi lobi meja makan dimulai. Para koordinator paguyuban diajak makan siang di Loji Gandrung, rumah dinas Walikota. Tahu hendak dipindahkan, mereka datang membawa pengurus lembaga swadaya masyarakat. Jokowi menahan diri untuk tidak mengungkapkan keinginannya menyampaikan rencana relokasi tersebut. Seusai makan, Joko mempersilakan mereka pulang. Tentunya para pedagang kaki lima heran, mengapa tidak ada dialog mengenai relokasi. Beberapa hari kemudian, mereka kembali diundang. Lagi-lagi sama seperti sebelumnya: Sudah makan, pulang. Hal ini berlangsung terus selama tujuh bulan. Baru pada jamuan ke-54, saat itu semua pedagang kaki lima yang hendak dipindahkan hadir, Jokowi baru mengutarakan niatnya. Dengan ramah dan santai Jokowi berkata kepada para pedagang kaki lima, Bapak-bapak yang baik, mohon maaf sebelumnya jika tempat Bapak-bapak berdagang hendak saya pindahkan. Hasilnya, seluruh pedagang kali lima tidak ada yang membantah. Para pedagang hanya minta jaminan, di tempat yang baru, mereka tidak kehilangan pembeli. Jokowi hanya berjanji akan mengiklankan Pasar Klitikan selama empat bulan di televisi dan media cetak lokal. Janji itu ditepati. Pemerintah kota juga memperlebar jalan ke sana dan membuat satu trayek angkutan kota. Langkah berikutnya adalah dengan memberikan SIUP dan TDP gratis, kemudian melakukan penataan ulang terhadap Monumen Banjarsari yang kerap dijadikan pusat gelar dagangan para PKL. Pendekatan dengan cara ini ternyata berhasil. Pemindahan PKL dari tempat lama tidak perlu memakai buldoser, mereka secara sukarela untuk pindah. Pemindahan PKL pun dilakukan dengan penuh kehormatan. Semua pedagang mengenakan pakaian adat Solo dan menyunggi tumpeng -simbol kemakmuran. Prajurit Keraton Solo pun dikerahkan, sehingga timbul rasa kebanggaan. Hasilnya, wajah-wajah keceriaan sangat terlihat dari para pedagang.

4

Proyek pemindahan PKL ini sebenarnya tidak digratiskan. Pedagang diminta membayar hanya Rp 6.000/hari. Dengan perhitungan investasi, selama enam tahun ke depan sudah balik. Dan ternyata dari PKL ini memberikan pemasukan kepada Pemda justru lebih besar melebihi hotel, terminal, dan lainnya. Monumen Juang 1945 di Banjarsari kembali menjadi ruang terbuka hijau yang nyaman. Berhasil dengan Banjarsari, Jokowi merambah kaki lima di wilayah lain. Pasar-pasar yang ditata ulang di antaranya Pasar Klitikan Notoharjo, Pasar Nusukan, Pasar Kembalang, Pasar Sidodadi, Pasar Gading, pusat jajanan malam Langen Bogan, serta pasar malam Ngarsapura. Untuk yang berada dijalan depan Stadion Manahan, sekitar 180 pedagang, dibuatkan shelter dan gerobak. Penjual makanan yang terkenal enak di beberapa wilayah dikumpulkan di Gladag Langen Bogan Solo, Gandekan. Lokasi kuliner yang hanya buka pada malam hari dengan menutup separuh Jalan Mayor Sunaryo tersebut sekarang menjadi tempat jajan paling ramai di kota itu. Hingga kini, 52 persen dari 5.718 pedagang kaki lima sudah ditata. Sisanya mulai mendesak pemerintah kota agar diurus juga. Tetapi justru saat ini Pemkot yang kewalahan karena belum punya dana. Tidak sia-sia Jokowi ngopeni pedagang kecil. Meski modal cetek, pasar dan kaki lima di Solo paling banyak merekrut tenaga kerja. Mereka bahkan menjadi penyumbang terbesar pendapatan asli daerah. Di tahun 2010, nilai pajak dan retribusi dari sektor itu mencapai Rp 14,2 miliar. Jauh lebih besar dibanding hotel, Rp 4 miliar, atau terminal, yang hanya Rp 3 miliar. 2. Komunikasi Politik Simpatik ala Jokowi Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Dengan menerapkan branding Solo: The Spirit of Java, Jokowi mampu mendongkrak prestasi Kota Solo. Joko berhasil meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Solo dan menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya di Solo. Robby,(2010)Namun langkah yang tergolong fenomenal yang pernah Jokowi lakukan adalah dalam hal merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka. Jokowi melakukan komunikasi langsung secara rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) kepada masyarakat, khususnya kepada para PKL.5

Langkahnya melakukan relokasi PKL melalui cara yang manusiawi merupakan salah satu cara komunikasi politiknya. Langkah Jokowi ini mengundang kekaguman dari banyak pihak, baik lokal maupun nasional. Di saat para Kepala Daerah lebih senang menggunakan Satpol PP untuk melakukan penggusuran, Jokowi justru menggunakan komunikasi politik yang simpatik dan strategik. Tidak tanggung-tanggung majalah Tempo menganugerahkan Walikota ini sebagai salah satu pemimpin terbaik pada tahun 2008. Tempo bahkan menjulukinya sebagai Wali Kaki Lima. Sebuah bukti bahwa komunikasi yang baik dapat memberikan efek yang baik, terutama kepada seorang pemimpin jabatan publik. Jokowi memahami betul bagaimana perasaan para PKL ketika mengetahui akan direlokasi. Para PKL itu merasa akan kehilangan pelanggan atau bahkan mata pencariannya. Karena itu Joko memberikan alternatif berupa tempat berdagang yang lebih baik daripada di jalan-jalan atau taman kota. Agar para pelanggan tetap bisa bertransaksi dengan para PKL, Joko juga melakukan promosi melalui media lokal, memperluas jalan dan membuat satu trayek angkutan kota baru. Jokowi menunjukan empatinya ketika dia menjamu para PKL sebanyak 54 kali pertemuan. Dia tidak melakukan penggusuran secara paksa dan dengan kekerasan. Dia memilih lobby dan diplomasi. Joko sadar betul bahwa ketika tahu akan direlokasi, para PKL akan bersikap defensif. Jika dipaksa akan terjadi gejolak yang mungkin memunculkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian dari kedua belah pihak. Karena itu lobby meja makan merupakan sebuah tindakan komunikasi politik yang simpatik dan berusaha memahami posisi para PKL. Saat relokasi dilakukan, Joko Widodo menggelar arak-arakan, alih-alih melakukan pengusiran dengan kekerasan, dengan menghadirkan budaya khas Solo, seperti penggunaan musik tradisional kleningan dan pakaian adat. Arak-arakan yang dilakukan ini menunjukkan bahwa Jokowi ingin menunjukkan kesamaan dengan para PKL, yakni kesamaan bahwa mereka sama-sama ingin membangun Kota Solo menjadi lebih baik, dan kesamaan bahwa mereka berasal dan memiliki budaya yang sama, yakni budaya orang Solo; pakaian adat yang sama, musik yang sama, tarian yang sama.

6

Berikut adalah gambar saat relokasi PKL dan keadaan sebelum dan sesudah relokasi.

7

Tindakan Jokowi sekaligus menunjukkan keberpihakannya terhadap ekonomi kecil dan pasar tradisional. Bukan hanya dalam soal PKL, di bawah kepemimpinannya Joko dengan sukses membangun ekonomi kerakyatan. Kesamaan persepsi antara pemerintah dan para pedagang pada ekonomi kecil, memunculkan kesamaan persepsi pula bahwa masyarakat menganggap Walikota mereka berpihak pada masyarakat. Dibandingkan pariwisata, sektor perdagangan dan jasa sebetulnya yang paling banyak memberikan pemasukan bagi Kota Solo. Hampir 30 persen pemasukan Kota Solo berasal dari sektor ini. Namun tidak ada tata kelola yang jelas. Selama 40 tahun, tidak ada penambahan pasar baru di kota ini. Orang juga semakin malas berbelanja ke pasar tradisional. Tempat yang becek, kumuh, dan tidak nyaman membuat orang beralih berbelanja ke mal. Maka pasar tradisional pun dibenahi, Secara fisik bangunan dipercantik. Disediakan pula undian berhadiah mobil seupaya orang mau berbelanja di pasar tradisional. Maka selama tiga tahun, pendapatan sektor ini naik pesat. Dari 7 milyar pada 2007, naik menjadi 12 milyar pada 2008 dan 19 milyar pada tahun 2010

8

Pasar Triwindu

Pasar Kembang

9

BAB III PENUTUP 3. Kesimpulan Sejauh ini semua langkah sesuai dengan visi Jokowi, menjadikan Solo sebagai kota budaya dimana warganya bangga dengan sejarah dan tradisi sejak lahir. Dukungan bagi Jokowi makin solid. Bahkan dari mereka yang semula menentangnya. Tak banyak kepala daerah seperti Jokowi. Pendekatan manusiawi yang dilakukannya bisa menjadi contoh bagi kota-kota yang mempunyai masalah serupa. Menurutnya, penataan PKL adalah bentuk ekonomi kerakyatan. Ia menganggap bahwa sebenarnya pekerjaan ini bukan perkara sulit. Pokoknya, memimpin mereka dengan hati. Hadapi mereka sebagai sesama, bukan sampah. Wali Kota Surakarta ini setidaknya memperlihatkan bahwa kekuasaan jauh lebih berarti dengan wajah ramah, tidak harus garang dan menghardik. Ia juga memperlihatkan kepedulian seorang pemimpin, di saat banyak pemimpin lupa atas kepentingan apa sesungguhnya mereka mengejar kekuasaan itu. Rancangan Solo menjadi Solo eco culture city, atau Solo menjadi kota budaya, rancangan-rancangannya dibuat, karena memang kita tidak bisa menata sebuah ruang kota tanpa kita tidak bisa membedakan, antara Solo dengan kota lain, hal ini lah yang hendak kita bangun. Sebuah karakter kota yang berbeda, karena memang Solo berbeda, memiliki sejarah atau historis, jadi visi rancang kotanya seperti itu, sampai 2025 target kita Solo menjadi sebuah kota Solo eco culture. Dari sejarah perkembangan kota, sejarah sosial ekonomi budaya, sehingga inilah kebijakan rumusan-rumusan mengenai tata ruang. Artinya kita ingin Solo ingin menata kota dengan memiliki karakter yang jelas, baik karakter kawasan maupun karakter bentuk fisik bangunan. Kejelasan visi misi kepala pemerintahan didukung dengan good governace dan clean goverment menjadikan suatu wilayah dapat berkembang mengalami kemajuan. Solo sebagai kota yang memiliki potensi di bidang budaya dan pariwisata di kembangkan dengan baik oleh Jokowi. Seperti kutipan perkataan Jokowi Jika dibina dengan baik, pedagang kaki lima (PKL) dapat berkontribusi besar untuk daerah. Dan untuk membina PKL bukanlah hal yang sulit, semuanya tergantung niat dan implementasi masing-masing pemerintah daerah.10

Dengan adanya kejelasan visi misi pemerintah serta didukung sepenuhnya oleh masyarakat yaitu dengan membangun hubungan baik antara masyarakat dan pemerintah maka tujuan pembangunan daerah tersebut akan mudah untuk diwujudkan.

11

Daftar Pustaka Robby Milana. 2010. KOMUNIKASI POLITIK WALI KAKI LIMA JOKO WIDODOhttp://id.wikipedia.org/wiki/Joko_widodo http://regional.kompas.com/read/2009/06/18/17353368/Inilah.Tips.Joko.Widodo.Menata.PKL.di.Ko ta.Solo

http://kliknusa.blogspot.com/2007/12/jokowi.html http://soloraya.net/2009/11/nilai-positif-pemerintahan-jokowi/http://gadingmahendradata.wordpress.com/2010/11/07/joko-%E2%80%98jokowi%E2%80%99widodo-ceo-%E2%80%98kaki-lima%E2%80%99-mengubah-wajah-surakarta/

http://aerbeaerbe.wordpress.com/2012/02/12/relokasi-pkl-revitalisasi-pasar-tradisionalbelajar-dari-solo/

12