keanekaragaman spesies burung di kawasan ekosistem … · 2020. 9. 3. · ekosistem louser wilayah...
TRANSCRIPT
KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DI KAWASAN
EKOSISTEM LOUSER WILAYAH MENGGAMAT
KABUPATEN ACEH SELATAN SEBAGAI
REFERENSI MATA KULIAH
ORNITOLOGI
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
Widiya Mariza
NIM. 150207128
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi Pendidikan Biologi
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2020 M/ 1441 H
Widiya Mariza
NIM. 150207128
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Program Studi Pendidikan Biologi
Banda Aceh, 5 Juni 2020
Widiya Mariza
Yang Menyatakan,
NIM
v
ABSTRAK
Menggamat adalah pusat kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh
Selatan,memiliki wilayah hutan masih sangat tinggi karena perubahan
biofisik lingkungan akibat adanya tambang emas, sehingga dapat menggangu
ekosistem burung yang ada di kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis burung yang terdapat di kawasan Ekosistem
Louser Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan, Untuk mengetahui
indeks keanekaragaman jenis burung di kawasan Ekosistem Louser Wilayah
Menggamat Kabupaten Aceh Selatan, Untuk mengetahui hasil uji kelayakan
buku saku sebagai referensi mata kuliah ornitologi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kombinasi antara titik IPA (Induces Ponctuel
d’Abodance) dengan line transek.Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22-29
Bulan Januari 2020 di Kawasan ekosistem louser wilayah Menggamat
Kabupaten Aceh Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30
jenis burung yang ditemukan yang terdiri dari 21 famili, 8 jenis diantaranya
merupakan jenis burung yang dilindungi. keanekaragaman jenis burung di
Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan
termasuk kategori keanekaragaman tinggi dengan nilai Ĥ=3,1187.
Pemanfaatan hasil penelitian digunakan sebagai media pembelajaran berupa
buku saku yang dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran Matakuliah
Ornitologi dan membantu mereka dalam proses identifikasi jenis
keanekaragaman burung saat turun lapangan.
Kata Kunci:Keanekaragaman, Aves, Referensi,Kawasan Hutan Menggamat.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, salawat dan salam senantiasa kita
curahkan kepangkuan alam baginda nabi besar muhammad SAW. Alhamdulillah “
Keanekaragaman Spesies Burung di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah
Menggamat Kabupaten Aceh Selatan Sebagai Referensi Matakuliah
Ornitologi”.
Skripsi ini merupakan suatu tugas akhir sebagai syarat untuk mendaptkan
gelar sarjana pada prodi pendidikan biologi di Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN
Ar-Raniry Banda Aceh. Terselesai skripsi ini tidak luput dari bantuan yang secara
langsung maupun tidak langsung dari pihak-pihak tertentu. Oleh karena itu pada
kesempatan izin penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak Rizky Ahadi M. Pd., dan Bapak Nurdin Amin M. Pd., selaku dosen
bembimbingan yang telah bertanggung jawab penuh dalam membina
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Samsul Kamal, S. Pd,. M. Pd., dan Bapak Mulyadi M. Pd., selaku
ketua prodi dan sekretaris prodi pendidika biologi yang telah membantu
penulis menyelesaikan skripsi.
vii
3. Muslim Razali, M. Ag., selaku dekan Fakultas tarbiyah dan Keguruan
UIN Ar-Raniry banda Aceh yang telah memberi izin kepada penulis untuk
melakukan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak/Ibu tenaga pengajar, staf akademik, laboraturium pendidik biologi,
serta kepada seluruh perpustakaan yang ada di Universitas UIN Ar-Raniry
banda Aceh yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu
pengetahuan.
5. Bapak Samsul Kamal, S. Pd,. M. Pd., selaku dosen penasehat akademik
(PA) yang dengan arahan dan bimbingan beliau penulis dapat terarah
untuk mengambil setiap tindakan dalam perkuliahan baik dibidang
akademik maupun moral.
6. Terimakasih juga kepada keluarga besar mahasiswa prodi biologi,
terspesial kepada Rizkun Auwali yang telah membantu penulis dari awal
hingga akhir menyelesaikan skripsi ini yang tidak pernah lelah dalam
membantu. Teman seperjuangan angkatan 2015, terkhusus para sahabat
setia (Huzaifah, Hilmayani, Nazirati S, Rahmawati, Novianti Wahyuni,
Fatmawati, Khairika Ihwani, Yosi Zulyani, Zaimunalis Santa, Evi Novita)
serta masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
atas dukungan dari mereka semua penulis dapat tetap kuat dan semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Orang tua tercinta ayahanda (Mawardi) dan ibunda (Safridah) yang tidak
pernah lelah membimbing, memberikan motivasi, serta mendoakan penulis untuk
viii
menyelesaikan skripsi ini. Adik-adik saya (Budi Soraya) dan (Raisul Arifa) yang
tidak pernah henti memberikan semangat dan dukungan kepada penulis agar tetap
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, terimakasih adikku.
Tidak lupa terimakasih juga kepada semua pihak yang telah terlibat secara
langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga allah
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Saya sangat
menyedari bahwasanya dalam penulisan skripsi ini masih memerlukan kritik dan
saran, oleh karena itu untuk memperbaiki kedepannya kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan dari pembaca untuk memperbaiki agar dapat
mendekati kategori skripsi yang sempurna.
Banda Aceh, 5 Juni 2020
Widiya Mariza
Penulis,
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
ABSTRAK ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
E. Definisi Operasional.................................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Defenisi Burung ........................................................................................ 12
B. Klasifikasi Burung .................................................................................... 13
C. Morfologi dan Anatomi Burung................................................................ 14
D. Sistem Tubuh Pada Burung ....................................................................... 23
1. Sistem Rangka Burung ........................................................................ 23
2. Sistem Saraf Burung ........................................................................... 24
3. Sistem Indra Burung ........................................................................... 25
4. Sistem Pernapasan Burung .................................................................. 26
5. Sisitem Pencernaan Burung ................................................................ 27
6. Sistem Sirkulasi Burung ...................................................................... 28
7. Sistem Reproduksi Burung ................................................................. 29
E. Konservasi Burung .................................................................................... 30
F. Keanekaragaman Burung .......................................................................... 31
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keanekaragaman Burung ................ 34
H. Habitat Burung .......................................................................................... 34
I. Manfaat Burung ........................................................................................ 36
J. Manfaat Keanekaragaman Burung Sebagai Referensi Mata Kuliah
Ornitologi .................................................................................................. 38
K. Uji Kelayakan............................................................................................ 39
x
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ................................................................................ 42
B. Tempat Dan Waktu penelitian .................................................................. 42
C. Subjek Dan Objek ..................................................................................... 43
D. Alat dan Bahan .......................................................................................... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 44
F. Prosedur Penelitian.................................................................................... 45
G. Parameter Penelitian.................................................................................. 49
H. Analisis Data ............................................................................................. 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 51
1. Spesies-Spesies Burung Yang Terdapat Di kawasan Ekosistem
Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh Kabupaten Aceh
Selatan ................................................................................................. 51
2. Indeks Keanekaragaman Burung Dihutan Menggamat Desa Arie
Buluh Kabupaten Aceh Selatan ......................................................... 91
3. Keanekaragaman Burung Berdasarkan Stasiun Pengamatan Di
kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh
Kabupaten Aceh Selatan ..................................................................... 95
4. Hasil Uji Kelayakan Buku Saku Sebagai Referensi Matakuliah
Ornitologi ............................................................................................ 98
B. Pembahasan .............................................................................................. 100
1. Spesies-Spesies Burung Yang Terdapat Di kawasan Ekosistem
Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh Kabupaten Aceh
Selatan ................................................................................................. 100
2. Indeks Keanekaragaman Burung di Ekosistem Louser Wilayah
Menggamat Desa Arie Buluh Kabupaten Aceh Selatan ..................... 102
3. Keanekaragaman Burung Berdasarkan Stasiun Pengamatan Di
kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh
Kabupaten Aceh Selatan ..................................................................... 104
4. Hasil Uji Kelayakan Buku Saku Sebagai Referensi
Matakuliah Ornitologi ......................................................................... 105
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 109
B. Saran .......................................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 111
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... 134
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Alat dab Bahan Penelitian
Tabel 4.1 : Spesies Burung Yang Terdapat Di kawasan Ekosistem Louser Wilayah
Tabel 4.3 : Data keanekaragaman burung berdasarkan titik pengamatan
Tabel 4.4 : Faktor Koordinat Lingkungan Kawasan Ekosistem Louser Wilayah
Menggamat Desa Arie Bulu Kabupaten Aceh Selatan
......................................................................... 44
Menggamat Desa Arie Buluh ................................................................... 51
Tabel 4.2 : Indeks Keanekaragaman Burung Secara Keseluruhan ............................. 92
................... 93
............................ 97
di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh
Tabel 4.5 : Hasil Uji Kelayakan Buku Saku Keanekaragaman Spesies Burung
Selatan ....................................................................................................... 98
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Morfologi Kepala Burung Secara Umum ............................................................ 16
Gambar 2.2 : Bentuk-bentuk Paruh Burung ............................................................................... 19
Gambar 2.3 : Macam-Macam Bulu Pada Burung ...................................................................... 20
Gambar 2.4 : Struktur Bulu Pada Burung .................................................................................. 21
Gambar 2.5 : Bentuk-Bentuk Cakar Burung .............................................................................. 22
Gambar 2.6 : Sistem Saraf pada Burung .................................................................................... 25
Gambar 2.7 : Sistem Pernapasan pada Burung .......................................................................... 27
Gambar 2.8 : Sistem Pencernaan Pada Burung .......................................................................... 28
Gambar 2.9 : Sistem Sirkulasi Darah pada Burung ................................................................... 29
Gambar 2.10 : Sistem Reproduksi pada Burung ........................................................................ 30
Gambar 3.1 : Peta Lokasi Penelitian ......................................................................................... 43
Gambar 4.1 : Komposisi Jumlah Persentase Famili Burung...................................................... 53
Gambar 4.2 : Komposis Data Grafik Berdasarkan angka 13, 7, dan 10 jumlah jenis burung
per Stasiun Pengamatan ...................................................................................... 54
Gambar 4.3 : Punai Gading (Treron vernans) ........................................................................... 56
Gambar 4.4 : Punai Timor (Treron psittaceus) .......................................................................... 57
Gambar 4.5 : Perkutut Jawa (Geopelia satriata) ...................................................................... 58
Gambar 4.6 : Burung Cipoh Kacat (Aeghithina thipia) ............................................................. 59
Gambar 4.7 : Burung Takur Api ( Psilopogon pyrolophus) ...................................................... 60
Gambar 4.8 : Burung Pelatuk Muka Kelabu (Picus canus) ....................................................... 62
Gambar 4.9 : Burung Caladi Tilik (Dendrocopos moluccensis) ................................................ 63
Gambar 4.10 : Burung Caladi Balacan (Dendrocopus Canicapillus) ........................................ 64
Gambar 4.11 : Burung Srigunting Bukit (Dicrurus remifer) ..................................................... 65
xiii
Gambar 4.12 : Burung Alap-Alap Capung (Microhierax fringillarius) .................................. 66
Gambar 4.13 : Burung Opior Jawa Barat (Lophozosterops javanicus frontalis) ....................... 68
Gambar 4.14 : Burung Madu Kelapa (Antreptes malacensis).................................................... .69
Gambar 4.16 : Burung Cendet (Lanius schach)......................................................................... 71
Gambar 4.17 : Burung Rangkong Badak (Buceros rhinoceros)................................................ 72
Gambar 4.18 : Burung Rangkong Papan (Buceros bicornis)..................................................... 73
Gambar 4.19 : Burung Cucak Rawa Aceh (Pycnonotus zeylanicus)......................................... 74
Gambar 4.20 : Burung Merbah Cerucuk (Pycnonotus goiavier)............................................... 75
Gambar 4.21 : Burung Kupudang Kuduk Hitam (Oriolus chinensis)........................................ 77
Gambar 4.22 : Burung Cica Daun (Chlorosis chichenensis) ..................................................... 78
Gambar 4.23 : Burung Murai Batu (Copsychus malabaricus) .................................................. 79
Gambar 4.24 : Burung Kecer Poci (Copsychus saularis) ......................................................... 80
Gambar 4.25 : Burung Sikatan Belang (Ficedula westermanni) ............................................... 82
Gambar 4.26 : Burung Kirik-Kirik Biru (Merops viridis) ........................................................ 83
Gambar 4.27 : Burung Perenjak Kepala Merah (Prinia familiaris)........................................... 84
Gambar 4.28 : Burung Serindit Paruh Merah (Loriculus exilis) ................................................ 86
Gambar 4.29 : Burung Kepudang Sungu Belang (Coracina bicolor) ....................................... 87
Gambar 4.30 : Burung Takur Tutu (Megalaina refflesi)............................................................ 88
Gambar 4.31 : Burung Tangkar Uli Kalimantan (Dendrocitta cinarescens) ............................. 89
Gambar 4.32 : Burung Cikrak Kutub (Phylloscopus borealis) .................................................. 90
Gambar 4.33 : Indek Keanekaragaman Spesies Burung Pada Setiap Titik Pengamatan ........... 95
Gambar 4.34 : Indek Keanekaragaman Spesies Burung Pada Angka (3,25), (1,89), (3,2)
jumlah Ĥ jenis burung Setiap Stasiun Pengamatan ............................................ 96
Gambar 4.15 : Burung Pijantung Kecil (Arachnothera longirostra)......................................... 70
xiv
Gambar 4.35: Uji Kelayakan buku saku keanekaragaman Spesies burung di kawasan
Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan..................... 99
Gambar 4.36 : cover buku saku.................................................................................................. 100
xv
DAFTAR LAMPIRAN
............. 118
Lampiran 2. Tabel Individu Spesies Burung Perstasiun Pengamatan................................... 119
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ................................................................... 120
Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian Dari Akademik.................................................... 128
Lampiran 7. Surat Keterangan Penelitian Dari Kecamatan Kluet Tenga.............................. 131
Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian Dari Kapolsek Kluet Tengah............................... 132
Lampiran 9. Surat Keterangan pembimbing (SK Pembimbing)............................................ 133
Lampiran 5. Surat Keterangan Bebas Laboratorium............................................................. 129
Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian Dari Desa Arie Buluh.......................................... 130
Lampiran 10. Daftar Riwayat Hidup...................................................................................... 134
Lampiran 1. Tabel Indeks Keanekaragaman Spesies Burung Secara Keseluruhan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menggamat adalah pusat Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh
Selatan. Wilayah ini merupakan bagian dari wilayah Kluet Utara. Dengan
dikawasan pegunungan menjadikan wilayah Menggamat di kenal kaya sumber
daya alamnya, baik mineral maupun perairan. Menggamat merupakan salah satu
kemukiman yang terdapat di Kecamatan Kluet Tengah kawasan ini terdapat di
Desa yang tersebar didalamnya 13 Desa yaitu Koto Menggamat, Malaka, Lawe
Melang, Kampung Sawah, Kampung Padang, Pulo Air, Mersak, Simpang Tiga,
Simpang Daun, Jambo Papan, Koto Indarung, Siurai-Urai, Alur Kejrun .1
Wilayah Kluet saat ini terdiri dari dua bahagian. Bagian pegunungan dan
dataran rendah. Bagian gunung belum begitu banyak dihuni dan diexploitasikan.
Terdapat dua pusat pemukiman dipegunungan itu yaitu Menggamat dan Lawe
Sawah. Menggamat berlokasi dibagian hulu sungai Kluet (Lawe Melang).2
Hutan adat di aceh di yakini sebagai salah satu diantara sejumlah kekayaan
mukim yang memiliki nilai penting dan sangat vital ( sumber daya terakhir). Jika
keberadaan hilang atau rusak maka ini dianggap sebagai kematian. Mengingat
hutan adalah pengaturan tata air yang akan menjamin ketersedian suplai air bersih
untuk kehidupan, pertanian dan perkebunan. Hutan adalah rumah dari berbagai
____________
1 Rezki Mulyadi, Hutan Adat Sebagai Aset Terakhir Rakyat,(USAID Lestari:Cerita Dari
Lapangan,2013),h.2. 2 Bukhari RA, dkk. Kluet Dalam Bayang..., h. 39
2
sumber daya lainnya seperti hasil hutan bukan kayu ( rotan, damar, madu, hewan
buruan, dan oksigen) dan masih banyak lainnya.3
Kawasan Ekosistem Leuser yang di singkat (KEL) adalah wilayah yang
secara alami terintegrasi oleh faktor-faktor bentangan alam, karakteristi khas dari
flora dan fauna, keseimbangan habitat dalaam mendukung keseimbangan hidup
keanekaragaman hayati, dan faktor-faktor khas lainnya sehingga membentuk satu
kesatuan ekosistem tersendiri yang di sebut ekosistem lauser.4
Selain itu, peran KEL cukup bermanfaat bagi masyarakat lokal maupun
masyarakat internasional yang di kenal dengan “paru-paru dunia”. Banyak para
ilmuan yang telah mengabadikan dirinya untuk belajar tentang animal behavior,
plasma nutfah. Menurut pasal 1 angka 25 Qanun Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam Nomor 20 Tahun 2002 tentang konservasi sumber daya alam, yang
dimaksud dengan plasma nutfah adalah” subtansi yang terdapat dalam kelompok
makhluk hidup dan merupakan sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan jenis unggul.
KEL di wilayah aceh adalah seluruh kawasan yang di tetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian sumber daya lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan yang terdiri dari KEL yang
____________ 3 Rezki mulyadi, hutan adat...h, 2.
4 Nuribadah, S.H.,M.Hum. Adalah Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas
Malikussaleh, Lhokseumawe. Unit Manajemen Leuser, Sekilas Tentang Kawasan Ekosistem
Leuser, Banda Aceh, 1998, h. 3.
3
salah satunya terdapat di Aceh Selatan sebagai kawasan suaka alam atau kawasan
pelestarian alam.5
Kawasan ekosistem leuser (KEL) yang tedapat di hutan menggamat di
lingkungan masyarakat disebut dengan hutan adat, hutan adat merupakan
kekayaan dan sekaligus menjadi sumber daya terakhir. Manakala hutan adat di
bumi khatulistiwa hilang atau tergusur karena tereksplotasi oleh aktivitas
tambang, perkebunan dan industri. Hutan adat di aceh diyakini sebagai salah satu
diantara sejumlah kekayaan mukim yang memiliki nilai penting dan sangat vital
(sumber daya terakhir). Jika keberadaannya hilang atau rusak maka ini dianggap
sebagai kematian.6
Dengan topografi yang dramatis membuat fungsi ekosistemnya sebagai
sistem pendukung kehidupan lebih dari 4 juta orang yang tinggal di sekitarnya.
Ekosistem ini merupakan tempat perlingdungan terbesar dari hutan hujan
Malesian yang belum terganggu di dunia. Lauser juga merupakan hutan hujan
yang memiliki beragam satwa yang sangat di kenal di dunia ilmu pengetahuan,
seperti spesies mamalia, burung, reptil, ikan, invertebrata lainya, tanaman dan
organisme lain.7
Berdasarkan wawancara dengan salah satu warga yang ada di kawasan
hutan Menggamat Desa Arie Buluh diperoleh informasi bahwa, kawasan hutan
____________ 5 Nuribadah. Implementasi Kebijakan dan..., h. 466.
6 Rezki Mulyadi. Hutan Adat Sebagai..., h. 1-2.
7 Nuribadah, “ Implementasi Kebijakan Dan Strategi Pelestarian Kawasan Ekosistem
Leuser Provinsi Aceh Sebagai Kawasan Strategi Nasional,” Jurnal ilmu hukum. Vol 14. No 58.
2012, h 465-484.
4
Menggamat ini berdasarkan adanya perubahan biofisik lingkungan akibat adanya
tambang emas sehingga masyarakat membangun rumah di kawasan tersebut dan
dapat menggangu ekosistem burung yang ada di kawasan tersebut. Kawasan hutan
di daerah tersebut seiring berjalannya waktu kawasan ini dijadikan tempat
pembukaan lahan baru untuk lahan perkebunan masyarakat. Dengan demikian
otomatis hutan didaerah tersebut mengalami beberapa perubahan biofisik
diakibatkan oleh deforestasi dan aktifitas masyarakat yang sangat tinggi membuka
lahan baik pembukaan lahan perkebunan maupun pembukaan lahan pertambangan
emas, kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat tersebut sangat merugikan
bagi lingkungan yang mengakibatkan rusaknya vegetasi hutan seperti bebarapa
spesies hewan diantaranya rusa dan keanekaragaman burung.
Keanekaragaman jenis burung sangat dipengaruhi oleh kondisi ekologis dan
keanekaragaman tipe habitat. Ketersedian pakan sangatlah berpengaruh serta
struktur vegetasi dan pada habitat merupakan faktor utama yang mempengaruhi
keanekaragaman jenis disuatu habitat, sehinggahabitat dengan variasi vegetasi
lebih beragam dan ketersedian pakan akan memiliki keanekaragaman jenis burung
yang lebih tinggi dibandingkan dengan habitat yang memiliki sedikit jenis
vegetasi.8
Burung merupakan salah satu kekayaan hayati yang melimpah yang dimiliki
Indonesia. Keanekaragaman hayati yang dimiliki indonesia pada jenis burung
sangatlah tinggi dengan jumlah sekitar 1598 jenis (17%) dari total burung di dunia
____________
8 Rika Sandra Dewi,Dkk”Keanekaragaman Jenis Burung Di Beberapa Tipe Habitat
Tanaman Nasional Gunung Ciremai”Jurnal Hutan Dan Ekowisata”.Vol 1.No.1.(2007),h 116-117
5
dengan jumlah burung endemik sebanyak 372 jenis (23,28%) dan 149 (9,32%)
jenis burung migran. Keberadan pakan, tempat bersarang dan singgah merupakan
faktor yang mempengaruhi kekayaan spesies burung pada tingkat lokal.9 Seperti
yang dijelaskan dalam surat Al-an’aam
Artinya : “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada dibumi dan burung-
burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti
kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam alkitab, kemudian kepada
tuhanlah merekaa dihimpunkan,”(Q.S.Al-An’aam:38).
Berdasarkan ayat diatas, daat disimpulkan tafsirannya menurut penjelasan
dalam kitab tafsir Almisbah bahwa dan tiadalah binatang-binatang yang berjalan
dimuka bumi dan burung-burung yang terbang diudara dengan kedua sayapnya.
Melainkan umat-umat juga seperti kamu. Dalam pengaturan penciptaannya, rezeki
dan tiadalah kami alpakan. Tiada kami tinggalkan didalam al-kitab yakni
lohmahfiz (tentang) sebagai tambahan (sesuatu pun) artinya kami tidak
menulisnya (kemudian kepada tuhanlah mereka dihimunkan) kemudian tuhan
memutuskan hukuman-Nya diantara mereka. Ia mengkisas si kuat yang
menganiyaya si lemah. Setelah kepada mereka semua. Jadilah sebagai tanah”). 10
Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu kabupaten yang memiliki
potensi hutan dan keanekaragaman hayati yang tinggi di Indonesia. Seiring
dengan kegiatan pembangunan Kabupaten Aceh Selatan, pengelolaan secara
____________
9 Haryoko,T”Keanekaragaman Jenis Burung Di Bunguran Utara, Pulau Bunguran,
Kabupaten Natuna”Jurnal Zoo Indonesia,Vol.20.No.2.(2011),h 17-25
10 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol.4 Surah Al-An’am,(Jakarta:Lentera
Hati,2002),h.81-88
6
lestari hutan dan sumber daya alam lainnya merupakan salah satu tantangan besar
bagi kabupaten ini.11
Mata kuliah ornitologi adalah salah satu mata kuliah diprogram studi
pendidikan biologi FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh semester genap (VI)
sebanyak 2 SKS yang terdiri atas 2 SKS teori . Salah satu materi yang dipelajari
dimata kuliah adalah keanekaragaman burung.12
Berdasarkan wawancara dengan salah satu mahasiswa yang telah
mengambil mata kuliah ornitologi diperoleh informasi bahwa, mahasiswa dapat
memahami materi ornitologi yang dijelaskan oleh dosen didalam ruangan. Namun
demikian terdapat permasalahan ketika pada saat turun lapangan mahasiswa
tersebut tidak dapat menentukan spesies burung apa yang dilihat mengingat tidak
memiliki buku peganggan (buku saku).
Wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah ornitologi dijelaskan
bahwa, minimnya dilakukannya penelitian dikawasan hutan menggamat yang
dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, harapan dari dosen
tersebut adanya penelitian dikawasan ini yang akan menjadi referensi mata kuliah
Ornitologi yang akan dibuat sebagai buku saku bagi mahasiswa.
Berdasarkan hasil penelitian pernah dilakukan oleh Apriyani Ekowati dkk
dijelaskan bahwa penelitian jenis keanekaragaman burung perlu dilakukan karena
penelitian jenis keanekaragaman burung hal yang mendasar dalam ekologi. ____________
11 P.Wibowo,Rencana Konservasi Benteng Alam Kabupaten Aceh Selatan Provinsi
Aceh,(Pesisir Timur Aceh Selatan:Tetra Tech,2014),h.4.
12 Novia Silviyanti,dkk”Studi Etno-Ornitologi Burung Sebagai Bentuk Kearifan Lokal
Masyarakat Di Desa Pematang Gadung Kabupaten Ketapang”Jurnal Hutan
Lestari.Vol.4.No.2.(2016),h 176-184.
7
Burung adalah salah satu fauna yang dapat diukur keanekaragaman jenisnya
karena tingkat penyebaran burung akan merata dan peka terhadap
lingkungannya.13
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara
melakukan penelitian tentang “Keanekaragaman jenis burung dikawasan hutan
menggamat di kabupaten aceh selatan sebagai referensi pendukung mata kuliah
ornitologi”
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Spesies burung apa saja yang terdapat di kawasan ekosistem louser
wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan?
2. Bagaimanakah indeks keanekaragaman spesies burung dikawasan
ekosistem louser wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan?
3. Bagaimanakah hasil uji kelayakan buku saku sebagai referensi mata
kuliah ornitologi ?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang muncul maka tujuan penelitian ini
adalah:
____________ 13
Apriyani Ekowati Dkk,”Keanekaragaman Jenis Burung Di Kawasan Telaga
Warna,Desa Tugu Utara,Cisarua Bogor” Jurnal Biologi. Vol.9. No.2. (2016). h 1.
8
1. Untuk mengetahui spesies-spesies burung yang terdapat di kawasan
ekosistem louser wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan.
2. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman spesies burung di kawasan
ekosistem louser wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan.
3. Untuk mengetahui hasil uji kelayakan buku saku sebagai referensi mata
kuliah ornitologi.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah referensi pembelajaran bagi mahasiswa dan siswa
yang mempelajari materi pembelajaran biologi khususnya.
2. Untuk menambah data terbaru mengenai keanekaragaman spesies
burung yang terdapat di kawasan Ekosistem Louser Wilayah
Menggamat Kabupaten Aceh Selatan
D. Definisi Operasional
Definisi oprasional merupakan penjelasan dari beberapa istilah yang terdapat
dalam karya tulis untuk menghindari kesalah pahaman yang terjadi maka perlu
dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam karya tulis ini, diantaranya:
1. Keanekaragaman
Keanekaragaman merupakan variasi yang di dasarkan adanya perbedaan
yang terdapat diantara semua makhluk hidup pada tingkat gen, spesies dan
ekosistem.14
Keanekaragaman spesies yang dimaksud dalam penelitian ini
____________
14 Mustafa,Kamus Lingkungan,( Jakarta:Rineka Cipta,2005),h.34.
9
adalah ciri khas bagi suatu spesies burung yang terdapat dilokasi penelitian
berhubungan dengan banyaknya spesies dan jumlah individu tiap spesies
sebagai komponen penyusun komunitas.
2. Burung
Burung merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga
kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman spesiesnya.15
Burung yang dimaksud dalam penelitian adalah semua spesies burung yang
terlihat diarea penelitian.
3. Ornitologi
Ornitologi merupakan hubungan antara burung yang terkait dengan etnik
(kelompok masyarakat) diberbagai belahan bumi,dan masyarakat umumnya.16
Ornitologi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji setiap
aspek burung, termasuk kicauan burung, pola penerbangan, penampilan fisik, dan
pola migrasi burung.
4. Referensi pendukung mata kuliah ornitologi
Referensi merupakan sumber, acuan, rujukan atau petunjuk.17
Referensi
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rujukan atau petunjuk yang diambil
ketika mempelajari mata kuliah ornitologi yang dipelajari oleh mahasiswa.
____________
15 Kiki Dwi Anugrah, “ Keanekaragaman Spesies Burung Dihutan Lindung Register 25
Pematang Tanggang Kabupaten Tanggamus Lampung”, Jurnal Sylva Lestari. Vol. 5. No. 1.
(2017), h 106.
16 Novia Silvianyanti”Studi Etno-Ornitologi..,h,176-184.
17 Umi Kalsum.” Referensi Sebagai Layanan, Referensi Sebagai Tempat : Sebuah Tinjauan
Terhadap Layanan Referensi diperpustakaan Perguruan Tinggi”. Jurnal Iqra, Vol. 10. No. 1.
(2016). H 18.
10
5. Buku saku
Buku saku merupakan lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau
kosong, buku saku umumnya berisikan informasi (keterangan) yang dipakai
sebagai panduan dalam melaksanakan sesuatu (pembelajaran, penelitian sumber
rujukan dan sebagainya).18
Buku saku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
hasil dari penelitian yang sudah dilakukan kemudian akan disusun secara
sistematis yang berisikan materi ornitologi.
6. Uji kelayakan
Uji kelayakan adalah precobaan untuk mendapatkan data awal kualitas
bahan ajar oleh ahli yang dapat memberikan penilaian terhadap kelayakan secara
struktur dan komponen produk bahan ajar.19
Uji kelayakan dalam penelitian ini
yaitu uji kelayakan buku saku meliputi cakupan materi, kelayakan penyajian, dan
pengembangan yang akan divalidasi kepada ahli.
7. Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat
Menggamat adalah pusat kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten aceh
selatan. Sebelumnya wilayah ini merupakan bagian dari wilayah Kluet Utara.
Dengan lokasinya di kawasan pegunungan menjadikan wilayah menggamat
dikenal kaya sumber daya alamnya, baik mineral maupun perairan. Menggamat
merupakan salah satu kemukiman yang terdapat di Kecamatan Kluet Tengah
kawasan ini terdapat di Desa yang tersebar di dalamnya 13 Desa yaitu Koto
____________ 18
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses dari http://kbbi.web.id/referensi, pada
tanggal 22 oktober 2019
19
Yosi Wulandari dan Wachid E. Purwanto,“Kelayakan Aspek Materi dan Media dalam
Pengembangan Buku Ajar Sastra Lama”, Jurnal Gramatika, Vol.3, No.2, (2017), h. 162-172.
11
Menggamat, Malaka, Lawe Melang, Kampung Sawah, Kampung Padang, Pulo
Air, Mersak, Simpang Tiga, Simpang Daun, Jambo Papan, Koto Indarung, Siurai-
Urai, Alur Kejrun.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Burung
Burung yang sering di sebut dengan unggas merupakan salah satu spesies
hewan yang memiliki ruas-ruas tulang belakang atau sering disebut dengan
hewan vertebrata yang hampir seluruhnya ditubuhi oleh bulu dan memiliki
sayap. Burung juga termasuk ke dalam hewan yang bersifat homoiterm atau
disebut dengan berdarah panas sama seperti binatang menyusui, hanya saja
burung lebih berkerabat dekat dengan hewan berkelompok reptilia.
Dibuktikan dengan adanya penemuan fosil burung tertua di jerman yang
dikenal dengan Archaeopteryx.20
Burung termasuk dalam kelas aves, sub phylum vertebrata dan masuk
kedalam phylum chordata, yang diturunkan dari hewan berkaki dua. Burung
dibagi dalam 29 ordo yang terdiri dari 158 famili, merupakan salah satu
diantara kelas hewan bertulang belakang. Burung berdarah panas dan
berkembang biak melalui telur, tubuhnya tertutup bulu dan memiliki
bermacam-macam adaptasi untuk terbang. Burung memiliki pertukaran zat
____________
20 https://id.Wikipidia.org/wiki/Burung.Diakses tanggal 08 Desember 2019
13
yang cepat karna terbang memerlukan banyak energi, suhu tubuhnya tinggi
dan tetap sehingga kebutuhan makannya banyak.21
Burung memiliki struktur rangka yang sangat ringan dan stabil karena
rangkanya berongga, bahkan ada tulang yang lebih ringan dari bulunya, keras
dan pipih. Namun memiliki tulang yang tetap kuat menompang tubuhnya.
Tidak hanya itu, jumlah tulang burung lebih sedikit diantara hewan lainya
sehingga memiliki kemampuan terbang yang maksimal. Tualang burung yang
terkuat dan ttersebar berada pada tulang dada dan bahu, kedua tulang tersebut
berguna untuk menggepakkan sayap dan bulu.22
B. Klasifikasi Burung
Klasifikasi adalah penyusun makhluk hidup secara teratur ke dalam suatu
hirarki. Sistem penyusun ini berasal dari kumpulan informasi makhluk hidup
secara individual yang menggambarkan kekerabatan. Klasifikasi merupakan
pembentuk takson-takson dengan mencari materi keseragaman dalam
keanekaragaman.23
____________
21 Asa Ismawan, Dkk, “Kelimpahan Dan Keanekaragaman Burung Di Prevab Taman
Nasional Kutai Kalimantan Timur”, Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5, Malang,
Indonesia 2015, h. 56.
22 Rusli Turut, Murai Batu, (Yogyakarta:Niaga Swadaya,2010), h.6.
23 Rideng, Kekerabatan Jenis-Jenis Dillenia Di Unit Pelaksanan Teknis Balai Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi, Pasuran, Berdasarkan Ciri Morfologi Vegetatif Dan
Generatif, Skripsi, Universitas Negeri Malang , 2011, h. 26.
14
Dikatakan pula bahwa klasifikasi adalah penempatan organisme secara
berurutan pada kelompok tertentu ( takson) yang didasarkan pada persamaan
dan perbedan ciri suatu individu.24
Dasar-dasar klasifikasi burung dilihat berdasarkan asfek-asfek berikut:
1. Ciri morfologi dan anatomi burung.
2. Persamaan dan perbedaan spesies burung.
3. Jenis makanan dan habitat burung, serta
4. Kemampuan burung untuk terbang.25
Adapun klasifikasi ilmiah burung adalah sebagai berikut:
Kindom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Aves
C. Morfologi dan Anatomi Burung
Burung merupakan hewan yang indah dilihat. Hewan ini muncul dengan
aneka warna yang cerah dan mampu beradaptasi dengan lingkungan dengan
habitat hidupnya, habita yang berbeda menunjukan perbedaan jenis tersendiri
bagi setiap spesies burung seperti burung yang berhabitat didaerah perairan
dengan habitat burung yang didaerah pegunungan. Umumnya burung
memiliki bulu, sayap, cakar, paruh dan ekor. Tubuhnya yang kecil mampu
terbang secara maksimal atau lari kencang ( bagi burung yang tidak bisa
terbang). Ukuranya juga beragam, mulai dari yang paling kecil, seperti
____________ 24 Rindeng, 2011...,h. 27.
25 Redaksi Ensiklopedia, Ensiklopedia Indonesia...,h 12.
15
burung kalibri (5 cm), hingga ukuran terbesar dan lebih tinggi dari manusia,
seperti burung unta (2,7 cm). Burung juga memiliki berbagai perbedaan
setiap bentuk morfologi tubuhnya, seperti ukuran paruh, bentuk paruh, bentuk
cakar, dan perbedaan warna yang bervariasi sangat membuat burung menjadi
dasar untuk ditempatkan pada perbedaan jenis setiap spesiesnya.26
Tubuh burung terdiri dari bagian kepala, badan, sayap dan kaki. Organ
yang terdapat pada kepala burung, yaitu paruh, lubang hidung, mata dan
lubang telinga luar. Pada pangkat paruh sebelah atas terdapat tonjolan kulit
yang lemah yang disebut dengan sora. Mata dikelilingi oleh kulit yang
berbulu. Mempunyai pelupuk mata atas yang bersifat lunak, dibawah terdapat
pelupuk mata yang ketiga berupa selaput trasparan yang dapat menutupi
mata. Pada bagian dalam telinga luar terdapat membran timpani ( selaput
pendengaran) yang berguna untuk menagkap getaran suara.27
____________
26 Fran A. Djaja, Panduan Lengkap Burung Peliharaan, (Jakarta: Penebaran
Swadaya,2013), h.8.
27 Samsul Kamal, Status Konservasi Burung Yang Di Perjual Belikan Di Banda Aceh,
(Banda Aceh: Ar-Raniry Press,2014), h.39.
16
Gambar 2.1. Morfologi Kepala Burung Secara Umum28
Bagian kepala burung terdapat mata yang tajam penglihatannya, serta
melekat paruh yang memiliki berbagai fungsi, antara lain untuk mengais,
mengiris, memotong, mengiling, membuat sarang, mempertahankan diri dari
serangan predator lain, serta fungsi lain sebagainya, setiap burung memiliki
bentuk paruh yang berbeda sesuai dengan cara dan tempat beradaptasinya
masing-masing.
Paruh burung merupakan modifikasi dari rahang atas dan rahang bawah.
Paruh memberi banyak manfaat diantaranya untuk mencari makanan,
pertahanan, membuat sarang dan menjilati bulu. Hal ini tergantung dari
spesies dan kebiasaan hidupnya. Kerangka bertulang paruh atas dan bawah
adalah lapisan bertanduk seperti ramfoteca. Secara embriologis lapisan setiap
rahang berasal dari beberapa plat terpisah kemudian bersambung. Adapun
jenis-jenis paruh adalah sebagai berikut:
____________
28 Sukiya. Biologi Vertebrata, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,2001), h. 8
17
1. Paruh Untuk Memakan Daging
Paruh burung tersebut umumnya kuat dan berkait yang tajam untuk
menyobek daging, paruh seperti ini terdapat pada burung elang, burung
elang memiliki bentuk paruh yang berkait pada bagian ujung dan
berukuran pendek akan mempermudah saat mencabik mangsanya serta
memiliki daya gigitan yang kuat dan tajam.
2. Paruh Untuk Memakan Biji-Bijian
Burung pemakan biji-bijian memiliki paruh pendek, kuat, tebal, ujung
paruh sedikit bengkok, bagian atas parunya lebih panjang dari pada bagian
bawah, akan tetapi untuk sebagian burung ada yang sama panjang dan
berbentuk kerucut. Paruh burung pemakan biji-bijian dengan bentuk
seperti itu digunakan untuk mematuk, mengupas kulit biji, dan
menghancurkan biji-bijian. Contoh burungnya adalah kenari dan pipit.29
3. Paruh Untuk memakan serangga
Burung pemakan serangga memiliki paruh lebar yang berbentuk
ramping, dan agak panjang sesuai untuk menangkap serangga. Adapun
contoh burungnya adalah murai batu. Fungsi paruh yang berbentuk
ramping supaya mudah dalam menangkap mangsa yang biasanya
berukuran kecil terdapat didahan pohon maupun rumput-rumputan.30
____________
29 https://dosenbiologi.com/hewan/jenis-makanan-burung-berdasarkan-paruhnya. Diakses
pada 26 september 2019
30 Woody budi, http://www.frewaremini.com/2015/02/jenis-macam-gambar-hewan-
burung-unggas.html. diakses pada 26 september 2019
18
4. Paruh Untuk Menyedot dan Mencari Makanan Dalam Air
Paruh tersebut berbentuk pipih untuk menyaring lumpur. Bagian
bawah paruh lebih berukuran lebar dan agak datar dari paruh bagian atas,
paruh bagian atas berbentuk lebih lengkung, bagian pinggir yang menutupi
bagian paruh bawah. Adapun contoh burungnya adalah bebek dan
belibis.31
Paruh berbentuk pipih dan sedikit panjang membuat bebek lebih
mudah menyedot makanan dalam lumpur.
5. Paruh Untuk Memakan Cairan atau Mengambil Makanan Dalam
Bentuk Cairan.
Beberapa burung yang berparuh panjang, kecil, lurus, atau melengkung
dengan ujung lancip difungsikan untuk menusuk makanan secara
mendalam berupa cairan pada bagian anting pohon dan buah-buahan.
Adapun contoh burung paruh seperti ini terdapat pada colibri, dan burung
madu. Selain menusuk makanan berupa cairan pada buah-buahan paruh
burung seperti ini juga mempermudah dalam menghisab madu maupun
nectar yang terdapat pada bunga.32
6. Paruh Untuk Menangkap Ikan
Bentuk paruh yang digunakan untuk mengkap ikan berbentuk panjang,
runcing, besar, dan berat. Ukuran paruh yang lebar digunakan untuk
mempermudah menangkap ikan saat terjadi perlawanan. Adapun contoh
____________
31 Woody budi, http://www.frewaremini.com/2015/02/jenis-macam-gambar-hewan-
burung-unggas.html. diakses pada 10 februari 2018
32 https://dosenbiologi.com/hewan/jenis-makanan-burung-berdasarkan-paruhnya. Diakses
pada 27 september 2019
19
burung yang memiliki paruh penangkap ikan adalah bangau dan cangak.33
Sebagian burung yang menagkap ikan diair memiliki kantong pada paruh
bagian bawahnya, seperti tang terdapat pada paruh burung pelican.
Gambar 2.2. Bentuk-bentuk Paruh Burung34
Hal yang paling mengagumkan dari burung adalah bulu-bulu yang
menutupi tubuhnya, bulu tersebut terbuat dari keratin. Jumlah bulu di
tubuh burung diperkirakan sekitar 1.000-2.500 helai, bulu tersebut salah
satu komponen yang membuat burung mampu terbang bebas diudara.
Berdasarkan susunan anatominya bulu burung dibagi tiga bagian yaitu:
Filopulmae bagian bulu yang berukuran kecil dan mirip rambut, bulu
tersebut tersebar diseluruh tubuh, Plumulae, bentuk bulu bagian ini hampir
sama dengan Filoplumae, dan Barbulae, bagian bulu yang memiliki
____________
33 Sri Twi Astuti tamam,”jenis-jenis paruh burung dan fungsinya”, diakses dari
http://www.bimbelbrilian.com/2017/06/jenis-jenis -burung-dan-fungsinya.html. pada jum’at 27
september 2019.
34Fran A. Djaja,Panduan Lengkap Burung..., h.15.
20
filament kecil pada ujung dan sisi bawahnya yang disebut barbicels,
barbicels berfingsi membantu menahan barbula yang saling bersambung.35
Gambar 2.3. Macam-Macam Bulu Pada Burung.36
Struktur bulu ini tersusun atas: batang bulu dan lembaran bulu.
Susunan batang bulu terdiri atas: calamus dan rachis. Lembaran bulu,
tersusun atas deretan barbae, diantara barbae terdapat barbulae berkaitan.
____________
35Fran A. Djaja,Panduan Lengkap Burung..., h.9-11.
36 Bayu A. Sinyo, “ Kajian Warna Dan Corak Bulu Pada Burung Di Kota
Kotamobago Sulawesi Utara.” Jurnal Zootek. Vol. 34. No. 1. (2014), h. 124.
21
Gambar 2.4. Struktur Bulu Pada Burung.37
Selain kepala, paruh, bulu, dan sayap juga terdapat cakar sebagai
penyusun morfologi burung, istilah lain cakar juga disebut dengan kaki,
bentuk kaki burung biasanya sesuai dengan kebiasaan hidup dan kesesuaian
dengan habitat tinggalnya, umunya banyak jenis aves yang menggunakan
cakarnya untuk menghadapi musuh seperti mengcakar musuh saat mendapat
serangan, sebagian aves menggunakan cakar untuk mengcengkeram dengan
kuat saat bertengker di pohon, dan sebagian aves memiliki selaput yang besar
pada kakinya, umunya fungsi selaput ini untuk mempermudah berjalan dalam
lumpur.38
____________
37Bayu a. Sinyo, dkk. Kajian warna dan corak..., h, 139.
38 Fran A. Djaja,Panduan Lengkap Burung..., h.15-16
22
Gambar 2.5. Bentuk-Bentuk Cakar Burung.39
Bentuk cakar pada gambar yang pertama merupakan bentuk cakar
burung rajawali dengan cakar yang melekung dan keras. Bentuk cakar pada
gambar yang kedua merupakan cakar yang memiliki daya mengcengkeram
mangsa sangat kuat. Umunya burung yang memiliki cakar tersebut termasuk
burung predator seperti burung elang. Bentuk cakar pada gambar yang ketiga
merupakan cakar yang memiliki kuku panjang dan tumpul serta jari-jarinya
memanjang dan berisi, contohnya adalah cakar pada ayam hutan. Bentuk
cakar pada gambar keempat merupakan cakar yang memiliki selaput
berfungsi untuk berenang. Burung kelompok ini termasuk burung perenang.
Contohnya cakar bebek, dan cakar belibis. Bentuk cakar pada gambar kelima
merupakan cakar yang memiliki kuku yang sedikit lebar dan tidak terlalu
panjang cakar seperti ini bisa digunakan untuk memanjat. Contohnya, cakar
pada burung pelatuk. Bentuk kaki burung dengan jari kaki kecil, panjang, dan
terdapat kuku pendek pada ujung nya sehingga mudah untuk bertengker pada
ranting kecil sekalipun. Kaki seperti ini terdapat pada burung pipit.40
____________
39 Gill, F. B. Ornitology, 3rd Edition. (New York : W. H. Freenman And Company,
2006), h. 8.
40 Fran A. Djaja,Panduan Lengkap Burung..., h.16-17
23
Burung memiliki suara yang dihasilkan oleh tekanan udara yang masuk
melalui syrinx. Pengetahuan tentang suara burung sangat membantu dalam
mempelajari burung, karna seorang dapat mendengar beragamn suara dari
berbagai jenis burung dibandingkan dengan melihanya. Suara burung
berfungsi untuk memperingatkan bahaya, untuk mempertemukan burung
dalam kelompok, komunikasi, menarik pasangan dan mengumumkan wilayah
bersarang.41
D. Sistem Tubuh Pada Burung
1. Sistem Rangka Burung
Sebelumnya burung memiliki rangka tulang yang beradaptasi untuk
dapat terbang, adapun adaptasi tulang burung untuk tetap dapat terbang
adalah sebagai berikut:
a. Burung memiliki sternum (tulang dada) yang berbentuk pipih dan
luas, berguna untuk tempat melekatnya otot terbang yang luas.
b. Tulang-tulang burung berongga sehingga menyebabkan tulang
tersebut ringan dan mudah dibawa ketika burung sedang terbang,
akan tetapi tulang tersebut sangat kuat karena memiliki struktur yang
berilang.
c. Sayap tersusun atas tulang-tulang yang lebih sedikit dibandingkan
dengan tulang yang ada pada manusia. Berfungsi untuk mengurangi
berat ketika burung terbang, dan
____________ 41
Campbell, N. A., Reece, J. B., Mitchell, L., G. Biologi Jilid 2 (Lux) Ed. 5. (Jakarta:
Erlangga, 2003), h. 9.
24
d. Tulang belakang bergabung untuk memberi bentuk rangka padat
terutama ketika mengepakkan sayap pada burung saat sedang
terbang.
Burung juga memiliki tulang-tulang yang khas sesuai untuk terbang.
Anggota gerak depan termodifikasi menjadi sayap, serta tulang pada dada
memipih sebagai tempat melekatnya otot-otot yang bertujuan untuk
mempermudah burung untuk terbang.
2. Sistem Saraf Burung
Sistem saraf pada burung memiliki susunan saraf yang serupa dengan
saraf ada manusia dan hewan menyusui lainya. Segala kegiatan saraf diatur
oleh susunan saraf pusat. Susunan saraf pusat yang terdiri dari atas otak dan
susunan tulang belakang. Otak burung juga terdiri atas empat bagian yaitu:
otak besar, otak kecil, otak tengah, dan susunan lanjutan.42
Otak besar pada burung pada permukaannya tidak berlipat-lipat
sehingga neuron pada burung berkembang dengan membentuk dua
gelombang. Perkembangan ini berhubungan dengan fungsi indra
opticularisnya. Otak kecil pada burung memiliki lipatan-lipatan yang
memerluas permukaan sehingga dapat berkembang dengan baik untuk
menampung neuron yang cukup banyak. Perkembangan otak kecil pada
burung berguna pada waktu burung sedang terbang.43
____________
42 Mukayat, Zoologi Dasar...,h. 229.
43 Mukayat, Zoologi Dasar...,h. 230
25
Gambar 2.6. Sistem Saraf pada Burung.44
3. Sistem Indra Burung
Burung memiliki alat indra sebagai reseptor tubuhnya berupa indra
penglihatan dan indra keseimbangan yang berkembang dengan baik. Kedua
organ yang berfungsi sebagai indra tersebut yang memungkinkan burung
dapat terbang dengan lurus, menukik, dan membelok dengan cepat. Indra
selain alat optic terdapat di dalam rongga telinga yang berhubungan langsung
dengan otak kecil.45
Mata besar dengan pekten yang merupakan sebuah membran,
bervaskulasi, dan berpigmen yang melekat pada mangkok optik, dan melanjut
ke dalam humor viterus, selain itu mata juga dilengkapi dengan kelenjar air
mata. Sehingga menyebabkan penglihatan terhadap warna sangat tajam dan
cepat terfokus kepada otak (berakomodasi) pada berbagai jarak. Organ perasa
di langit-langit mulut dan sisi lidah.46
____________ 44 Nosi Qadariah, http://nosiqadariahburkan.blogspot.co.id.2014/12/v-behaviorurldefailt-
volm.html. Diakses tanggal 10 Desember 2019
45 Nosi Qadariah...,Diakses Tanggal 12 Desember 2019
46 Mukayat, Zoologi Dasar...,h. 229.
26
4. Sistem Pernapasan Burung
Semua jenis hewan membutuhkan oksigen di dalam tubuh, termasuk
burung. Akan tetapi burung membutuhkan oksigen yang jauh lebih banyak
dibandingkan dengan hewan menyusui. Aves bernapas dengan paru-paru
yang berhubungan dengan kantor luar ( sakus pneumatukus) yang menyebar
dari leher sampai ke perut dan bagian sayap. Lubang hidung yang terletak di
atas paruh burung dihubungan ke nares interna di atas rongga mulut, glotis
terhubung ke tenggorokan yang panjang dan fleksibel.
Burung memiliki beronkus yang pendek yang menghubungkan kotak
suara (sirih) ke setiap paru-paru. Paru-paru burung berukuran kecil yang
melekat ke tulang rusuk, paru-paru dilengkapi dengan kantung-kantung udara
yaitu terdapat 9 buah kantung udara 4 diantaranya berpasangan dan satu
median (tanpa pasangan). Beberapa kantung udara menyebar di antara organ
dalam burung.47
____________
47 Tracy I. Storer Dan Robert I. Usinger., Dasar-Dasar Zoologi. Jakarta: Tim Karisma,
2005.h. 554.
27
Gambar 2.7. Sistem Pernapasan pada Burung48
5. Sistem Pencernaan Burung
Burung memiliki organ pencernaan berupa saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri atas esofagus, proventrikulus
(lambung kelenjar), empedal, usus halus, dan usus besar. Esofagus pada
burung berukuran panjang yang terbentuk pipa yang membesar dibagian
dasarnya sebagai tembolok yang berdinding lembut sebagai tempat
penyimpanan makanan sementara. Proventrikulus anterior menyekresikan
getah empedu. Burung menelan batu atau kerikil halus untuk proses
penggilingan makanan oleh dinding muscular. Rectum yang di bagian
bawahnya terdaat kloaka besar yang merupakan tempat pengeluaran limbah
fekal dan produk urogenital di kumpulkan sebelum di keluarkan.49
____________ 48 Fahreza., http://gantolet.blogspot.co.id/2012/02/tentang-burung-aves.html.diakses
tanggal 12 desember 2019
49 Robert dan Store, Dasar-Dasar Zoologi....., h. 553.
28
Gambar 2.8. Sistem Pencernaan Pada Burung50
6. Sistem Sirkulasi Burung
Burung memiliki sistem peredaran darah yang sama seperti pada
mamalia, hanya terdapat sedikit perbedaan yaitu pada burung memiliki
lengkungan arteri yang tunggal dan terletak pada sebelah kanan, sedangkan
pada mamalia terletak di sebelah kiri.51
Organ-organ yang berperan di dalam sistem sirkulasi pada burung
adalah sebagai berikut:
a. Jantung, pada burung memiliki 4 ruang yaitu 2 arterium yang
terdiri dari serambi kanan dan serambi kiri, serta 2 ventrikel yang
terdiri dari bilik kanan dan bilik kiri .
b. Pembulu darah
Burung hanya memiliki satu lengkung aorta yaitu lengkungan
aorta kanan, limpa berukuran kecil dan bundar. Jantung terdapat pada
____________ 50 Fahreza....., Diakses tanggal 23 Desember 2019
51 Mukayat, Zoologi Dasar....., h. 228.
29
bagian belakang kantung perikaldial, dan terdapat sebuah septum
oblik yang memisahkan paru-paru dan jantung dari visera lain.52
Gambar 2.9. Sistem Sirkulasi Darah pada Burung.53
7. Sistem Reproduksi Burung
Reproduksi pada burung terjadi secara ovipar merupakan
pembuahan yang terjadi di dalam tubuh. Hal ini di lakukan dengan cara saling
menempelkan kloaka. Burung jantan memiliki satu pasang testis yang
melekat di ginjal dan vas seferens yang bergulung-gulung dari masing-
masing mengarah kembali ke ureter secara pararel. Tertis pada burung akan
membesar pada musim kawin dan akan disalurkan spermatozoa ke dalam
kloaka betina melalui vesikula seminalis pada saat burung tersebut kawin.
Burung betina memiliki organ reproduksi berupa ovarium yang
hanya berkembang di bagian kiri sedangkan kanan akan berfungsi jika
ovarium bagian kiri diangkat atau dihilangkan. Fertilisasi terjadi secara
internal, kemungkinan terjadi di bagian batas oviduk. Sebelum telur di
____________ 52 Robert Dan Store, Dasar-Dasar Zoologi....., h. 554.
53 Fahreza....., Diakses tanggal 23 Desember 2019.
30
keluarkan telur tersebut mendapat penutup albumin dan cangkang oviduk,
setelah bertelur untuk proses penetas telur membutuhkan masa inkubasi
selama 16-18 hari.54
Gambar 2.10. Sistem Reproduksi pada Burung.55
E. Konservasi Burung
Alam aceh merupakan salah satu surga biodiversitas di dunia, namun
seiring waktu di potensi tersebut terus mengalami guncangan alam akibat
exploitasi manusia secara berlebihan dan terus meningkat pada setiap
tahunnya. Setiap tahunnya perburuan ilegal terhadap satwa liar juga terus
meningkat dan tidak terkecuali di aceh. Padahal daerah aceh memiliki
keanekaragaman hayati burung yang sangat variatif dan dapat di kelola
sebagai salah satu potensi usaha Ekowisata.
Sejak tahun 2007 Lembaga Cicem Nanggroe (LCN) mencoba melakukan
berbagai penelitian yang berkaitan dengan keanekaragaman spesies burung
serta habitatnya di aceh serta berkolaborasi secara intens dengan berbagai
____________ 54 Robert Dan Store, Dasar-Dasar Zoologi....., h. 555.
55 Fahreza....., Diakses tanggal 23 Desember 2019.
31
lembaga konservasi/NGO dan kelompok pengamatan burung nasional dan
internasional. Dari kegiatan tersebut telah berhasil menghimpun beragam
informasi yang didapatkan dari hasil survey lapangan dan juga sedikitnya
telah di publikasi pada beberapa jurnal internasional.56
Selain LCN salah satu cara mengembangkan konservasi sumber daya alam
adalah dengan cara melestarikan flora dan fauna. Salah satu spesies fauna
yang hampir punah adalah burung cucak rawa. Penyebab utama terancamnya
keberadaan burung ini adalah di sebabkan oleh kerusakan hutan oleh aktivitas
manusia. Salah satu cara dalam konservasi yang tepat terhadap permasalahan
tersebut adalah dengan cara menagkarkan burung cucak rawa yang dapat
mempertahankan keberadaannya dari kepunahan.57
F. Keanekaragaman Burung
Keanekaragaman burung dapat di defenisikan sebagai sejumlah spesies
burung yang melimpah disuatu area. Banyaknya spesies burung menunjukkan
tingginya indeks keanekaragaman spesies burung dan kesamaratan
populasinya di suatu area, keanekaragaman spesies burung berhubungan
dengan keseimbangan dalam tingkat komunitas.58
Manfaat secara langsung
adalah sebagai komoditi ekonomi, sedangkan manfaat burung secara tidak
langsung, yaitu untuk menjaga kestabilan ekosistem. Sebagai salah satu
____________ 56 Cicemnanggroe,wordpress.com/2013/04/09/aceh-province-indonesia-/,Diakses tanggal
23 Desember 2019
57 Iswantono, Konsenvasi Dan Peluang Bisnis Dalam Penangkaran Burung Cucakrawa,
Jurnal Aplikasi Ilmu Agama, Vol. 9. No.1. 2008, h. 58
58 Firdaus, Dkk,” Keanekaragaman Spesies Burung Di Repong Damar Pekon Pahmungan
Kecamatan Pesisir Krui Kabupaten Lampung Barat “ Jurnal Sylva Lestari, Vol. 2. No. 1. (2014) h
1.
32
komponen ekosistem, burung mempunyai hubungan timbal balik dan saling
tergantung dengan lingkungannya. Atas dasar peran dan manfaat ini maka
kehadiran burung dalam suatu ekosistem perlu dipertahankan.59
Indonesi
termasuk disalah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi, salah satu keanekaragaman hayati indonesia adalah satwa burung yang
tersebar luas di berbagai wilayah.
Keanekaragaman (Diversity) juga merupakan banyaknya spesies yang
biasa diberi istilah kekayaan spesies (spesies rinch). Keanekaragaman spesies
tidak hanya berarti kekayaan atau banyaknya spesies, tetapi berarti
kemerataan. Keanekaragaman juga merupakan istilah yang khas bagi suatu
komunitas yang berhubungan dengan banyaknya jenis dan jumlah individu
dari setiap spesies sebagai komponen penyusun komunitas.60
Burung merupakan satwa yang mempunyai mobilitas tinggi dan menyebar
ke berbagai wilayah serta jumlahnya mencapai 9.000 jenis. Jumlah jenis
burung diindonesia tercatat 1.666 spesies yang mampu hidup dihutan yang
lebat hingga ke perkotaan padat penduduk.61
Jumlah burung 1.666 di
indonesia tersebar ke berbagai pulau seperti kalimantan, sumtera, irian jaya,
papua dan pulau-pulau lainnya yang terdapat diseluruh indonesia. Burung
____________
59 Asa Ismawan, dkk, “ Kelimpahan Dan Keanekaragaman Burung Di Prevab Taman
Nasional Kutai Kalimantan Timur”, Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5, Malang,
Indonesia
60 Nell A. Campbell, Biology, (Jakarta: Erlangga, 2014) h, 377.
61 Asep Saefullah, dkk., “ Keanekaragaman Burung Pada Berbagai Tipe Habitat Beserta
Gangguannya Di Hutan Dramaga, Jawa Barat”, Media Konservasi, Vol.20, No.20, (2015), h.8.
33
dapat berpindah tempat dengan sangat cepat sehingga mempermudah untuk
berkembang biak.
Keanekaragaman dan kelimpahan jenis burung yang ditemukan dalam
suatu kawasan dapat mengindekasikan bagaimana keadaan di kawasan
tersebut. Sebagai salah satu komponen dalam ekosistem, keberadaan burung
dapat menjadi indikator apakah lingkungan tersebut mendukung kehidupan
suatu organisme atau tidak karna mempunyai hubungan timbal balik dan
saling tergantung dengan lingkungannya.62
Faktor lingkungan menjadi salah
satu pengaruh keanekaragaman burung disuatu kawasan seperti perbedaan
keanekaragaman burung di hutan sekunder dan hutan primer.
Keberadaan spesies burung atau keanekaragaman Spesies burung di suatu
komunitas juga ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu
waktu, heterogenitas, ruang, persaingan serta produktivitas. Hilangnya
vegetasi juga menyebabkan hilangnya sumber pakan bagi burung, sehingga
akan mempengaruhi keanekaragaman burung di suatu wilayah hal tersebut
dapat menjadi gambaran bagi kondisi lingkungan dan cermin dalam suatu
ekosistem.63
____________
62 Elviana Chandra Paramita,Dkk., “ Keanekaragaman Dan Kelimpahan Jenis Burung Di
Kawasan Mangrove Center Tuban “, Lentera Bio, Vol.4. No.3. (2015), h.7.
63 Mukhlis S, Studi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Petak Di Wanagama I
Gunung Kidul, Yogyakarta : UGM, 2011, h 1.
34
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keanekaragaman Burung
Keanekaragaman burung pada suatu tempat dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti faktor ketersedian pakan, keadaan habitat,tingkat kerapatan
tumbuhan, dan pengaruh dari gangguan manusia.
1. Habitat Satwa Burung dan Aktivitas Manusia
Mendefinisikan habitat sebagai sumber daya dan kondisi yang ada di suatu
kawasan yang berdampak di tempati oleh suatu spesies. Habitat suatu
organisme itu pada umumnya mengandung faktor ekologi yang sesuai dengan
persyaratan hidup organisme yang menghuninya. Salah satu faktor yang
mempengaruhi komunitas burung disuatu habitat adalah aktivitas manusia.
Burung dalam masa breeding (berbiak) lebih rentang terhadap aktivitas
manusia di dekatnya. Aktivitas manusia yang terlalu dekat dengan sarang bisa
membuat sarang di tinggal kabur oleh induknya. Dalam kondisi ini, telur dan
anakan tak mampu bertahan hidup karna predasi oleh hewan lain.64
H. Habitat Burung
Habitat burung dapat mencakup berbagai tipe ekosistem, mulai dari
ekosistem alami sampai ekosistem buatan. Penyebaran yang luas tersebut
menjadikan burung sebagai salah satu sumber kekayaan hayati indonesia
yang potensial. Di samping berperan dalam keseimbangan ekosistem burung
dapat menjadi indikator perubahan lingkungan. Keanekaragaman spesies
____________
64 Watson, J. J., Kerley, G. I. H, Mclachlan, A. Human Activity And Potential Impacts On
Dune Breeding Birds In The Alexandria Coastal Dunefield. Landscape And Urban Planning 34
(1996) 3, h. 15-322.
35
burung dapat mencerminkan tingginya keanekaragaman hayati pada suatu
tempat. Artinya burung dapat di jadikan sebagai indikator kualitas hutan.65
Burung termasuk salah satu spesies satwa yang sangat terpengaruh
keberadaanya akibat alih guna lahan hutan, terutama pada lahan-lahan
monokultur seperti perkebunan kelapa sawit, dan karet. Hilangnya pohon
hutan dan tumbuhan semak, menyebabkan hilangnya tempat terserang,
berlindung dan mencari makan berbagai jenis burung.66
Secara umum burung
dapat menempati beberapa habitat seperti perairan, perkebunan, permukiman,
dan hutan, habitat pemukiman bukanlah suatu habitat yang asli keberadaan
nya bagi burungg, akan tetapi pengaruh lingkungan menyebabkan beberapa
spesies burung telah tinggal di lingkungan pemukiman masyarakat.
1. Habitat Burung di Kawasan Perkebunan
Perkebunan juga merupakan suatu tempat yang ditempati burung, namun
perkebunan merupakan suatu habitat baru bagi burung setelah hutan-hutan
besar dialih fungsi untuk menjadi lahan monokultur, keberadaan spesies
burung yang menempati kawasan perkebunan lebih rendah dibandingkan
burung yang menempati hutan alam, keadaan ini berpengaruh dari
ketersedian pakan, semak untuk berserang, dan tajuk tumbuhan untuk di
tempati, satwa liar burung (Avifauna) merupakan salah satu sumber daya
____________
65Reski Saputra, Dkk.,”Jenis-Jenis Burung Diperkebunan Kelapa Sawit Pondok
Pesantren Hasanatul Barokah Rokan Hulu”, Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir Pengaraian, 13 Februari 2012
66 Asep Ayat, Burung-Burung Agroforest Di Sumatera, (World Agroforestly Centre:
Indonesia, 2011), h.11
36
alam yang memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, baik ditinjau
dari segi ekonomi, rekreasi dan ilmu pengetahuan.67
2. Habitat Burung di Kawasan Hutan
Keberadaan spesies-spesies burung memegang peran penting bagi
ekosistem hutan, lingkungan yang dianggap sesuai sebagai habitat bagi
burung akan menyediakan makanan, tempat berlindung maupun tempat
berbiak yang sesuai bagi burung. Burung merupakan salah satu
keanekaragaman hayati yang dapat digunakan sebagai indikator atau
parameter lingkungan, kehadiran spesies burung secara umum di pengaruhi
oleh kondisi vegetasi dan komposisi suatu hutan. Apabila struktur dan
komposisi vegetasi hutan. Apabila struktur dan komposisi vegetasi hutan
masih dalam keadaan baik, maka hal tersebut akan menarik kehadiran
berbagai jenis burung. Sebaliknya apabila kondisi sudah rusak, akan muncul
daerah-daerah yang terbuka karna luas penutupan tajuk pohon yang semakin
berkurang. Berubahnya struktur dan komposisi vegetasi dapat mengakibatkan
kemampuan berbagai jenis pohon dalam kehidupan.68
I. Manfaat Burung
Burung adalah salah satu spesies satwa liar yang banyak dimanfaatkan
oleh manusia sebagai bahan makanan, binatang peliharaan, pemenuhan
____________
67 Erick Jeksen Simanjuntak, Dkk, “ Keanekaragaman Jenis Burung Diurnal
Diperkebunan Kelapa Sawit PTPN XIII (Persero) Desa Amboyo Inti Kecamatan Ngabang
Kabupaten Landak” Pontianak”, Fakultas Kehutan Universitas Tanjung Pura, (2013), h. 317
68 ABD Karar, dkk. “ Keanekaragaman Jenis Burung Di Hutan Primer Di Suaka
Margasatwa Pulau Posos Kecamatan Balaesang Tanjung Kabupaten Donggala”, Warta Rimba,
Vol. 2., No. 1., (2016), h. 1
37
kebutuhan ekonomi, dan estetika. Manfaat burung bagi manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap kelestarian spesies
burung, burung bersifat dinamis dan mampu menjadi indikator perubahan
lingkungan yang terjadi pada suatu ekosistem.69
Burung dapat memberikan nilai keindahan tersendiri serta menjadi
inspirasi sehingga menghasilkan karya yang luar biasa. Burung juga dapat
dijadikan sebagai hewan percobaan dalam bidang ilmu pengetahuan. Adanya
kepekaan yang di miliki oleh burung terhadap kesehatan lingkungan dan
habitat dapat dijadikan sebagai indikator kesehatan lingkungan. Selain itu
burung juga bisa di jadikan sebagai alat peringatan jika ada bahaya seperti
bencana alam, dikarena burung memiliki indra pendengaran yang sangat baik.
Beberapa burung ada yang memiliki gendang telinga yang bisa mendengar
suara yang paling kecil sekalipun.70
Burung telah memberikan manfaat luar biasa dalam kehidupan manusia.
Beberapa jenis burung, seperti kalkun, ayam, angsa dan bebek telah di
domestikasi sejak lama dan merupakan sumber protein yang penting, daging
maupun telurnya. Namun keindahan bulu dan suaranya menjadi burung
sangat digemari oleh manusia untuk di pelihara. Manfaat lain yang di dapat
dari burung adalah nilai ekonomis yang tinggi, seperti sarang burung walet
____________
69 Maya Adelina, dkk, “ Keanekaragaman Jenis Burung Di Hutan Rakyat Pekon Pelunggu
Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tangamus”, Jurnal Sylva Lestari, Vol. 4., No. 4., (2016), h. 2.
70 Samsul Kamal, Status Konservasi..., h.47.
38
yang di dapat dijadikan penghasilan bagi manusia bila di budidaya, serta
dapat dijadikan beragam spesies obat.71
J. Pemanfaatan Keanekaragaman Burung Sebagai Referensi Mata
Kuliah Ornitologi
Istilah referensi berasal dari kata kerja “to refer” yang berarti menunjuk,
dan berasal dari bahasa inggris “reference” berarti menunjuk kepada,
menyebut dari kata itulah berkembang batasan layanan referensi, referensi
menjadi pelayanan dalam menunjukan informasi yang dibutuhkan. Sering
diartikan pula dengan acuan, rujukan, sebab spesies koleksi ini sengaja
dipersiapkan untuk memberikan informasi, penjelasan dalam hal-hal tertentu.
Sering di pakai referensi sebagai perwujudan untuk mengenal asal dari
kemunculan suatu- acuan, mungkin informasi ini meliputi kata, pokok
masalah, tempat, pustaka, nama tokoh, petunjuk, ukuran dan lain sebagainya.
spesies referensi tersaji kedalam berbagai bentuk seperti: gambar, poster,
jurnal, buku pembelajaran, buku saku, modul dan lain sebagainya.72
Penelitian tentang keanekaragaman spesies burung akan menjadi sebuah
referensi. Referensi yang dimaksud merupakan referensi hasil data penelitian
mengenai keanekaragaman burung di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah
Menggamat Di Kabupaten Aceh Selatan. Referensi matakuliah ditulis dalam
bentuk buku saku dan poster yang dapat di gunakan mahasiswa sebagai
____________
71 Eka Adiwibawa, Meningkatkan Kualitas Sarang Walet, (Yogyakarta: Kanisius, 2009),
h.101.
72 Hildawati Almah, “ Pengembangan Layanan Referensi Di Perpustakaan (Antara
Harapan Dan Kenyataan)”, Jurnal Iqra, Vol.7., No.1., (2013), h.2.
39
sumber informasi, data, maupun sumber rujukan terhadap pembelajaran,
maupun penelitian ornitologi.
1. Buku saku
Buku saku merupakan lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau
kosong, buku saku umunya berisikan informasi (keterangan) yang dipakai
sebagai panduan dalam melaksanakan sesuatu (pembelajaran, penelitian
sumber rujukan dan sebagainya). Buku saku terjilid dengan ukuran yang kecil
serta dapat dibawa kemana-mana. Pembelajaran di atas dapat di simpulkan
bahwa buku saku merupakan sebuah buku yang berukuran kecil berisi
pengetahuan, bahan-bahan pembelajaran, informasi atau data yang dapat
digunakan unruk pembelajaran, penelitian, dan lain sebagainya.73
K. Uji Kelayakan
Uji kelayakan adalah percobaan yang di lakukan untuk mendapatkan data
awal tentang kualitas bahan ajar yang sudah di sahkan oleh ahli yang dapat
memberikan penilaian kelayakan secara terstruktur terhadap produk yang
akan digunakan sebagai bahan ajar didalam proses pembelajaran.74
Uji
kelayakan dalam penelitian ini adalah untuk melihat beberapa aspek dari
kelayakan buku saku. Aspek-aspek dalam penilaian dalam uji kelayakan
sebagai berikut :
____________
73 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses dari http://kbbi.web.id/referensi, pada
tanggal 28 september 2019
74 Yosi wulandari dan Wachid E. Purwanto, “ Kelayakan Aspek Materi dan Media dalam
Pengembangan Buku Ajar Sastra Lama”, Jurnal Gramatika, Vol.3, No.2, (2017), h.172.
40
a. Uji Kelayakan Buku Saku
Uji kelayakan untuk buku saku terdiri dari penilaian kelayakan terdiri
dari 5 aspek Penilaian,75
diantaranya :
1) Aspek Kelayakan Isi
Indikator yang dinilai pada aspek kelayakan isi sesuai dengan
kebutuhan bahan ajar, manfaat untuk penambahan wawasan,
kesesuaian terhadap substansi, materi pembelajaran, kebahasaan,
keterbacaan huruf yang akan digunakan, kejelasan informasi materi
yang disajikan.
2) Aspek Kebahasaan.
Penilian dari aspek kebahasaan meliputi indikator penulisan
kalimat sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar,
pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat).
3) Aspek Penyajian.
Aspek penyajian terdiri dari penilaian urutan sajian yang jelas,
kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai, Penggunaan font, jenis
dan ukuran.
____________
75 Fakhur Rahman, Ayu Lusiana, “ Pengembangan Modul Pratikum Mandiri sebagai
Asesmen Keterampilan proses Sains dan Keterampilan Sosial Mahasiswa, Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah), Vol.1, No.2, (2017), h. 50.
41
4) Kegrafikaan.
Indikator yang terdapat pada kegrafikaan yaitu Tata letak (Lay
out)Ilustrasi, gambar, dan foto, dan kegiatan pembelajaran lebih
menarik.
5) Kemanfaatan Produk.
Indikator yang terdapat pada aspek kemanfaatan produk antara lain
mahasiswa lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara
mandiri dengan bimbingan dosen atau asisten dosen.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini memerlukan suatu rancangan yang baik untuk mendapatkan
data lapangan, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham
positivisme, sementara itu penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian
yang mewakili paham naturalistik (fenomenologis). Untuk pengumpulan data di
lapangan menggunakan metode kombinasi antara titik IPA (Induces Ponctuel
d’Abodance) dengan line transek.76
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Kawasan Ekosistem Louser Wilayah
Menggamat Desa Arie Buluh Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh
Selatan, dengan secara kasar luas area penelitian ±6,81 Ha, keliling 12.5
km.77
Pengumpulan data dilakukan dilapangan pada bulan Januari 2020.
____________
76 Nabila Ghita Safanah, dkk., Keanekaragaman Jenis Burung Di Taman Wisata Alam Dan
Cagar Alam Penanjung Pangandaran Jawa Barat, Jurnal Pro Semnas Masyindon, Vol. 3, No. 2,
(2017), h. 267.
77 Amarullah , Wawancara Dengan Geucik Desa Arie Buluh, Pada Tanggal 05 September
2019.
43
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
78
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah seluruh burung yang terdapat di
kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan.
2. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah individu burung yang terdapat pada
setiap titik atau stasiun pengamatan yang terdapat di kawasan Ekosistem
Louser Wilayah Menggamat di Desa Arie Buluh Kecamatan Kluet Tengah
Kabupaten Aceh Selatan.
D. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian inidapat dilihat pada
tabel 3.1 berikut:
____________
78 Peta lokasi penelitian di hutan Menggamat. (Modifikasi Google Earth, 2019)
44
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Untuk Pengamatan Burung
NO
Alat
Spesifikasi
Fungsi
1. Teropong B-16x25 ZOOM PCI Untuk mengamati burung dengan
jarak jauh
2. Camera
Digital
Nikon D3300 24 mp
CMOS Expeed4
sensor max resulution
6000x4000
Untuk mendokumentasikan data
hasil penelitian
3. GPS GARMIN GPSmap
64s layar warna 2,6,
diag 6,6 cm
Untuk menentukan titik pengamatan
4. Stopwath - Alat untuk menetukan waktu
pengamatan
5. Hand
Counter
- Alat untuk penghitung koloni
manual
6. Alat Tulis - Untuk menulis data penelitian
7. Lembar
Pengamatan
- Untuk menulis data penelitian
8. Buku
Panduan
Lapangan
Burung-burung di
sumatera, jawa, bali
dan kalimantan .
pengarang John
Mackinnon
Untuk mengidentifikasi jenis-jenis
burung
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan sampel dengan menggunakan metode IPA(Induces Ponctuel
d’Abodance) secara purposive sampling yanga dilakukan dengan cara
mengambil subjek, random atau daerah tetapi di dasarkan atas adanya tujuan
tertentu. dengan menggunakan analisis data yaitu indeks keanekaragaman.79
____________
79 Nabila Ghita Safanah,Dkk. Keanekaragaman Jenis Burung Di taman Wisata Alam Dan
Cagar Alam Penanjung Pengandaran Jawa Barat, Jurnal Prosemnas Masy Indon,Vol. 3.No. 2.
45
Menggunakan metode purposive sampling karena ada beberapa hal yang
dipertimbangkan penelitian seperti banyaknya ditemukan spesies burung pada
suatu kawasan, jarak antara titik satu dengan titik lainya.
Metode yang menggabungkan antara line transek dan titik IPA artinya
bahwa penelitian ini memiliki jalur perjalan yang telah di tentukan dan line
transek di gunakan untuk mengamati burung pada waktu perjalan.80
F. Prosedur Penelitian
Pengumpulan data burung diawali dari stasiun 1, dengan teknik
pengamatan yaitu: 1) ditentukan stasiun pengamatan 1, pada kawasan tersebut
ditetapkan titik IPA untuk mengetahui jumlah jenis dan individu burung.
Jumlah titik IPA untuk stasiun 1 adalah sebanyak 2 titik IPA yang diberikan
nama titik IPA 1 dan 2. Jarak antara titik IPA 1 dengan titik IPA lainnya
adalah 200 m; 2) dilakukan pengamatan jenis burung dan individu burung
pada masing-masing titik IPA, dimulai dari titik IPA 1. Interval waktu
pengamatan pada 1 titik IPA adalah selama 10 menit, dilakukan pencatatan
serta didokumentasikan semua jenis dan jumlah individu burung yang
terdapat pada titik IPA 1; 3) setelah selesai pengamatan pada titik IPA 1
dilanjutkan pengamatan ke titik IPA 2, dengan mengikuti pada titik IPA 1,
____________ 80 Rahmawaty. dkk, Keanekaragaman Jenis Burung Pada Habitat Terbuka Dan Tertutup
Di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara :
Universitas Sumatera Utara,2006, h. 7.
46
pengamatan dilakukan selama 7 hari dimulai pukul 07:30 WIB sampai pukul
18:00 WIB.81
Adapun prosedur penelitian yang penelitian lakukan dalam penelitian ini
ditempuh dalam dua tahap, yaitu :
1. Persiapan
a. Penelitian melakukan pengumpulan studi pustaka yang memuat
berbagai informasi tentang burung, baik persebaran, maupun
keanekaragaman jenis, serta deskripsi dari macam-macam jenis
burung yang terdapat diindonesia.
b. Penelitian melakukan identifikasi dan mencari informasi langsung
kelokasi penelitian mengenai kawasan yang akan di teliti, serta
membuat peta lokasi dan peta titik IPA (Induces Ponctuel
d’Abodance) yang digunakan saat penelitian dilapangan.
c. Penelitian melakukan persiapan dan pengumpulan alat serta bahan
yang digunakan saat pelaksanaan penelitian.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan untuk mengumpulkan data
dilapangan dengan cara menggunakan kombinasi antara metode Line
transek adalah metode pengamatan dengan cara berjalan perlahan terus
menerus dan mencatat semua kontak di sepanjang kedua sisi jalur
perjalannya. Metode IPA (Induces Ponctuel d’Abodance) dilakukan
____________
81 Samsul Kamal, dkk., “ Keanekaragaman Jenis Burung Pada Perkebunan Kopi
Dikecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh “ Jurnal Biotek, Vol. 1. No.
2. (2013), h 73.
47
dengan berjalan kesuatu tempat tertentu, memberi tanda dan selanjutnya
mencatat semua jenis burung yang ditemukan selama jangka waktu yang
telah di tentukan sebelumnya (10 menit) dengan jarak 200 meter, sebelum
bergerak ke titik selanjutnya.
3. Tahap Identifikasi Spesies
Penelitian diawali dengan melakukan survey penelitian, dimana dalam
survey penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kondisi lokasi
penelitian. Survey penelitian ini dilakukan agar penelitian dapat
memperkirakan tempat yang representatif untuk melakukan penelitian.
Pemetaan lokasi penelitian dan pengamatan profil lokasi penelitian
untuk mengetahui karakteristik lokasi penelitian dilakukan saat survey.
Survey juga dilakukan dengan tujuan agar peneliti bisa melakukan
penelitian dengan tepat, menetukan titik pengambilan sampel, dan
pencuplikan sampel dalam skala kecil sebagai gambaran untuk penelitian
sebenarnya. Tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan
penelitian. Pencuplikan dilakukan pada saat penelitian dengan metode line
transek dan IPA, dimana penelitian mengambil sampel di dalam line
transek jarak 200 meter pada setiap stasiun yang telah di tentukan.
Identifikasi sampel dilakukan dilapangan, sedangkan yang belum
diketahui spesiesnya dilakukan di laboraturium biologi jurusan pendidikan
biologi. Penelitian dilakukan di hutan Menggamat di Desa Arie Buluh.
Identifikasi hewan berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas
(jati diri) suatu hewan, dalam hal ini tidak lain adalah menetukan nama
48
yang benar dan tempat yang tepat dalam sistem klasifikasi. Setiap orang
yang akan mengidentifikasi suatu hewan selalu menghadapi dua
kemungkinan yaitu.
a. Hewan yang diidentidikasikan itu sudah dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan, sudah ditentukan nama dan tempatnya yang tepat dalam
sistem klasifikasi. Untuk identifikasi hewan yang tidak dikenal, tetapi
telah dikenal oleh ilmu pengetahuan, pada waktu itu tersedia beberapa
sarana, antara lain:
1. Menanyakan identitas hewan yang tidak dikenal kepada seorang
yang dianggap ahli dan mampu memberikan jawaban-jawaban
atas pertanyaan tersebut.
2. Memcocokan dengan gambar-gambar yang ada dalam buku flora
dan fauna atau manografi.
3. Menggunakan kunci identifikasi hewan menggunakan lembar
spesies.
b. Hewan yang diidentifikasi itu belum dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan, jadi belum ada nama ilmiahnya, juga belum ditentukan
hewan itu berturut-turut di masukkan dalam kategori yang mana.82
____________ 82 Melisa, “ Inventarisasi Jenis-Jenis Jamur Kelas Basidiomycetes Di Kawasan Hutanair
Terjun Sampulan Kelurahan Muara Tuhup Kabupaten Murung Raya, Skripsi, Palangka Raya:
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Palangka Raya, 2012, h, 11-12.
49
G. Parameter Penelitian
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah spesies dan
jumlah individu burung yang terdapat di setiap jalur dan titik pengamatan
yang telah di tentukan.
H. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
dengan cara menghitung indeks keanekaragaman Shannon-Winner dengan
formula. menentukan nilai keanekaragaman spesies burung dengan rumus:
1. Indeks Keanekaragaman
Ĥ= - ∑ Pi ln Pi
Dimana
Keterangan:
Ĥ: Indeks keanekaragaman spesies
N: Jumlah individu seluruh spesies
ni: Jumlah individu spesies ke-i
Pi: Jumlah proporsi kelimpahan satwa spesies ke-i
ln: Logaritma natural
Jika satu komunitas hanya memilik satu spesies maka Ĥ = 0. Makin
tinggi niali Ĥ menunjukan jumlah spesies makin tinggi dan semakin tinggi
kelimpahan relatifnya.83
Tinggat keanekaragamn dianalisis dengan
ketentuan menurut krebs (1985) yaitu, apabila Ĥ˃ 3 indeks
____________ 83
Samingan Tjahjono,E.P,Dasar-Dasar Ekologi,(Yogyakarta:Edisi Ketiga Gadjah
Mada University Press,1998. H 6.
50
keanekaragaman tinggi, apabila Ĥ 2-3 indeks keanekaraman sedang, dan
apabila Ĥ ˂ 2 indeks keanekaragaman rendah.84
2. Analisis Uji Kelayakan
Analisis uji kelayakan melalui aspek-aspek uji kelayakan meliputi
komponen kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan kegrafikan dan
pengembangan. Untuk mengetahui kelayakan media hasil penelitian
digunakan formulasi sebagai berikut:
P =
× 100
Keterangan :
P = Tingkat keberhasilan
Kategori kelayakan media pembelajaran berikut ini:
0 – 40 % = kurang layak
41 – 60 % = cukup layak
61– 80 % = layak
81– 100 % = sangat layak.85
____________
84 Krebs, CJ,Ekology The Exsperimental Analisys Of Distribusi And Abudance
(Newyork:Harper Internasional 1990), h .53
85 Windu Erhansyah, dkk., “Pengembangan Web Sebagai Media Penyampaian Bahan
Ajar dengan Materi Struktur Dan Fungsi Jaringan pada Organ Tumbuhan”, Jurnal UNESA,
(2012), h. 24.
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Spesies-Spesies Burung yang Terdapat di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah
Menggamat Desa Arie Buluh Kabupaten Aceh Sealatan
Berdasarka penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jumlah burung yang
terdapat di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh terdiri dari 30
spesies dari 21 Famili. Diantaranya merupakan spesies yang dilindungi pemerintah dalam
UU No. 7 tahun 1999.
Beberapa spesies burung yang terdapat dikawasa Hutan Menggamat Kabupaten Aceh
Selatan kawasan Desa Arie Buluh seperti Lophozosterops javanicus, Oriolus chinensis dan
lain sebagainya. Hasil lengkap data penelitian tentang keanekaragaman burung di kawasan
Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan kawasan Desa Arie Buluh
dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Spesies-Spesies Burung Yang Terdapat di kawasan Ekosistem Louser Wilayah
Menggamat Desa Arie Buluh Kabupaten Aceh Selatan
No Famili Spesies Jumlah
individu
Status
konservasi Nama Daerah Nama latin
1. Columbidae Punai gading
Punai timor
Perkutut jawa
Treron vernans L
Treron psittaceus
Geopelia striata
8
6
12
TL
TL
TL
2. Aegithinidae Cipoh Aegithina tiphia 7 TL
3. Capitonidae Takur api Psilopogon
pyrolophus 5 TL
4. Picidae Pelatuk muka
kelabu
Caladi tilik
Caladi balacan
Picus canus
Dendrocopos
moluccensis
Dendrocopos
4
2
4
DL
TL
TL
52
Canicapillus
5. Dicruridae Srigunting bukit Dicrurus remifer 11 DL
6. Falconidae alap-alap capung Microhierax
fringillarius 9 TL
7. Zosteropidae Opior Lophozosterops
javanicus 24 TL
8. Nectariniida
e
Madu kelapa
Pijantung
Anthreptes
malacensis
Arachnothera
longirostra
13
18
DL
TL
9. Laniidae Cendet Lanius schach 4 TL
10. Bucerotidae Rangkong badak
Rangkong papan
Buceros rhinoceros
Buceros bicornis
2
3
DL
DL
11. Pynonotidae Cucak rawa aceh
Merbah cerucuk
Pycnonotus
zeylanicus
Pycnonotus
goiavier
14
6
TL
TL
12. Oriolidae Kupudang kuduk
hitam
Oriolus chinensis 1 TL
13. Chloropseid
ae
Cica daun Chloropsis
sonnerati 7 TL
14. Muscicapida
e
Murai batu
Kacer poci
Sikatan belang
Copsychus
malabariricus
Copsychus saularis
Ficedula
westermanni
2
21
3
DL
TL
TL
15. Meropidae Kirik-kirik senja Merops
leschenaulti 7 DL
16. Cisticolidae Perenjak kepala
merah
Prinia familiaris 6 TL
17. Psittacidae Serindit paruh
merah
Loriculus exilis 17 DL
18. Campephagi
dae
Kepudang sungu
belang
Coracina bicolor 1 TL
19. Megalainida
e
Takur tutu Megalaima
armillaris 4 TL
20. Corvidae Tangkar uli
kalimantan
Dendrocitta
occipitalis 3 TL
21. Sylvidae Cikrak kutup Phylloscopus
borealis 5 TL
Sumber: penelitian 2020
Keterangan: DL : Dilindungi
TL : Tidak dilindungi
Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa ditemukan sebanyak 30 spesies burung yang terdiri
dari 228 individu. Jenis burung yang ditemukan didominasi oleh spesies burung opior (
Lophozosterops javanicus) dengan jumlah individu sebanyak 24 individu, burung kecer poci
(Copsychus saularis) dengan jumlah sebanyak 21 individu, Serindit paruh merah (Loriculus
53
exilis) dengan jumlah sebanyak 17 individu. Komposisi famili dari setiap spesies burung yang
terdapat di kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh Kabupaten
Aceh Selatan dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1 Komposisi Jumlah Persentase Famili Burung Yang Terdapat Di Kawasan
Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh Kabupaten Aceh Selatan
Berdasarkan Gambar 4.1. dapat dijelaskan bahwa terdapat 21 famili yang
ditemukan di kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh Kabupaten
Aceh Selatan yang di dominasi persentase yang paling banyak adalah oleh Columbidae 14%,
Picidae 14%, Muscicapidae14%. Masing-masing famili tersebut terdiri dari 3 jenis burung
dan yang sedang terdapat persentase oleh Nectariniidae 10%, Bucerotidae 10%, Pynonotidae
10%. Masing- masing tersebut terdapat 2 spesies burung yang selebihnya itu paling sedikit
terdapat 5% masing-masing terdapat 1 jenis burung. Komposisi data grafik berdasarkan
stasiun pengamatan yang terdapat di kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa
Arie Buluh Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat pada Gambar 4.2
Columbidae; 14%
Picidae; 14%
Muscicapidae;
14%
Nectariniidae;
10%
Bucerotidae; 10%
Pynonotidae; 10%
Aegithinidae; 5% Capitonidae; 5% Dicruridae; 5%
Falconidae; 5%
Zosteropidae; 5%
Laniidae; 5%
Oriolidae; 5%
Chloropseidae;
5%
Meropidae; 5%
Cisticolidae; 5%
Psittacidae; 5%
Campephagidae;
5%
Megalainidae; 5% Corvidae; 5% Sylvidae; 5%
54
Gambar 4.2 Komposis Data Grafik Berdasarkan angka 13, 7, dan 10 jumlah spesies burung
per Stasiun Pengamatan Yang Terdapat Di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat
Desa Arie Buluh Kabupaten Aceh Selatan.
Berdasarkan Gambar 4.2. dapat dijelaskan bahwa terdapat tiga stasiun pengamatan
yang terdapat di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh
Kabupaten Aceh Selatan yang mana pada stasiun satu terdapat 13 spesies burung diantaranya
burung punai gading (Treron vernans L), burung cipoh (Aegithina tiphia), burung takur api
(Psilopogon pyrolophus), burung pelatuk muka kelabu (Picus canus), burung srigunting bukit
(Dicrurus remifer), burung caladi tilik (Dendrocopos moluccensis), burung alap-alap capung
(Microhierax fringillarius), burung opior (Lophozosterops javanicus), burung madu kelapa
(Anthreptes malacensis),burung cendet (Lanius schach), burung rangkong badak (Buceros
rhinoceros), burung cucak rawa aceh (Pycnonotus zeylanicus),burung pijantung
(Arachnothera longirostra).
Pada stasiun dua terdapat 7 spesies burung diantaranya burung kepudang kuduk hitam
(Oriolus chinensis), burung cica daun (Chloropsis sonnerati), burung murai batu (Copsychus
malabariricus), burung kacer poci (Copsychus saularis), burung kirik-kirik senja (Merops
leschenaulti),burung punai timur (Treron psittaceus),burung perenjak kepala merah (Prinia
13
7
10
0
2
4
6
8
10
12
14
stasiun 1 (perkebunan) stasiun 2 (hutan primer) stasiun 3 (kawasan tambang emas)
56
(a) (b)
Gambar 4.3 Punai Gading (Treron vernans)86
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding87
Klasifikasi Treron vernans adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Treron
Spesies : Treron vernans88
b. Punai Timor ( Treron psittaceus)
Burung ini ditemukan penelitian saat sedang bertengger di pohon. Pada habitat
hutan seunder dan perkebunan. Tubuh berukuran besar bewarna hijau, termasuk mahkota,
tenggorokan dan tunggir hijau kuning lebih terang. Burung punai timur memiliki bulu yang
bewarna warni ekor yang lebih panjang. Aktifitas makan burung punai lebih banyak
dilakukan secara kelompok dengan mendatangi pohon yang sedang berbuah punai timor
(Treron psittaceus) dan dilihat pada Gambar 4.4.
______________
86 Foto Penelitian 2020.
87 Jhon Mackinnon, Burung-Burung di Sumatra, Jawa, Bali Dan Kalimantan. Puslitbang- LIPI: Jakarta.
2000. h, 32
88 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources,
http://www.iucredlist.org, diakses pada tanggal 13 februari 2020.
57
(a) (b)
Gambar 4.4 Punai Timor (Treron psittaceus)89
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding90
Klasifikasi Treron psittaceus adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Treron
Spesies : Treron psittaceus91
c. Perkutu Jawa (Geopelia satriata)
Burung perkutut jawa dapat menempati habitat seperti perkebunan, dan padang
alang-alang, makanan yang dapat dimakan berupa biji-bijian seperti jagung, padi, dan lain
sebagainya. Tubuhnya berukuran sedang dengan corak warna yang indah, bentuk kepala
kecil, bulat dan bewarna abu-abu, paruh runcing panjang dan bewarna biru keabu-abuan,
bentuk mata kecil dan bulat dengan iris biru keabu-abuan, bagian leher agak panjang dan
ditumbuhi bulu-bulu halus, badan berukuran kecil, bergaris rapat pada tengkuk dan sisi tubuh,
______________
89 Hasil Penelitian 2020
90 Kompasiana.com /Neno1069/Punai-Timur-Burung-Cantik-Yang-Terancam-Punah, Diakses pada
tanggal 23 februari 2020, dari situs : http://www.kompasiana.com.
91 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources., Diakses pada tanggal 23
februari 2020, dari situs : http://www.iucnredist.org.
58
badannya ditutupi bulu yang bewarna merah keabu-abuan. Burung perkutut jawa (Geopelia
satriata) dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut:
(a) (b)
Gambar 4.5 Perkutut Jawa (Geopelia satriata)92
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding93
Klasifikasi Geopelia satriata adalah sebagai berikut.
Kindom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Geopelia
Spesies : Geopelia satriata94
2. Famili Aegithinidae
a. Cipoh kacat ( Aeghithina thipia)
Burung cipoh kacat (Aeghithina thipia). Burung cipoh kacat menempati habitat
yang jauh dengan permukiman seperti di perkebunan, dan hutan sekunder, makanan yang bisa
dimakan seperti serangga kecil dan juga buah-buahan kecil. Tubuhnya berukuran sedang
kurang lebih sekitar 14 cm, bagian kepala, punggung, dan ekornya bewarna hijau zaitun,
______________
92 Hasil Penelitian 2020
93 John Mackinnon. Burung-Burung Di Sumatera, Jawa, Bali Dan Kalimantan. Puslitbang- LIPI:
Jakarta. 2000, h. 34. 94
International union for conservation of nature and natural resources, http://www.iucnredlist.org,
diakses pada tanggal 23 februari 2020.
59
bagian tenggorokan, dada perut, hingga tunggir bewarna kuning cerah, bagian sayapnya
terdapat garis lurus yang bewarna hitam, kuning, dan putih cerah, paruhnya bewarna hitam.
Burung cipoh kacat (Aeghithina thipia) dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut:
(a) (b)
Gambar 4.6 Burung Cipoh Kacat (Aeghithina thipia)95
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding96
Klasifikasi Aeghithina thipia adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Aeghithinidae
Genus : Aeghithina
Spesies : Aeghithina thipia97
3. Famili Capitonidae
a. Takur Api ( Psilopogon pyrolophus)
Burung Takur api ( Psilopogon pyrolophus), kelompok burung yang memiliki
kebiasaan duduk diam untuk waktu yang lama dipuncak pohon, mengeluarkan suara monoton
keras dan berulang-ulang. Memiliki warna utama yang hijau terang, sehigga tersamar dengan
______________
95 Hasil Penelitian 2020
96 Samsul Kamal dkk, “Spesies Burung Pada Beberapa Tipe Habitat Di Kecamatan Lhoknga Kabupaten
Aceh Besar” Jurnal Biotik. Vol. 4. No.1. 2016,h 15-32
97 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020
60
lingkungannya. Diindonesia terdapat 16 jeni, dan empat jenis diantaranya terdapat di
HRGMK. Jenis ini berukuran sedang (26cm), bewarna hijau. Paruh krem, pita kuning pada
dada dibatasi oleh garis hitam dibawahnya. Terdapat seikat rambut jingga terang diatas paruh.
Kepala berhiaskan warna hitam, hijau, abu-abu dan ungu muda. Remaja: bewarna lebih buram
dengan mahkota zaitun. Suara seperti tonggeret berdengung dalam nada yang meninggi dan
dipercepat sebelum berhenti mendadak. Burung Takur api ( Psilopogon pyrolophus) dapat
dilihat pada Gambar 4.7 berikut:
(a) (b)
Gambar 4.7 Burung Takur Api ( Psilopogon pyrolophus)98
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding99
______________
98 Foto Penelitian 2020
99 Bambang S. Antoko. Sekilas Potensi Burung Di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Aek
Nauli, Sumatera Utara: Kementerian Kehutanan. 2013, h. 24.
61
Klasifikasi Psilopogon pyrolophu adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Piciformes
Famili : Capitonidae
Genus : Psilopogon
Spesies : Psilopogon pyrolophu100
4. Famili Picidae
a. Pelatuk Muka Kelabu (Picus canus)
Burung ini terlihat pada saat penelitian bewarna merah berpadu dengan hitam
bertabur putih. Bagian dorsal burung ini bewarna merah, sedangkan bagian ventral dan sisi
kiri kanan bewarna hitam bertitik putih. Burung ini memiliki jambul yang pendek pada bagian
kepala bewarna merah dan kelabu dibagian samping paruhnya. Paruh burung ini bewarna abu-
abu dan kaki bewarna hijau tua. Burung ini ditemukan sedang bertengger diatas pohon
durian.
Mackinnon menyatakan burung ini berukuran agak besar sekitar 32 cm, bewarna
kemerahan. Mahkota pada burung jantan bewarna merah sedangkan burung betina bewarna
hitam. Bagian leher, ekor dan sayap bewarna hitam, sedangkan bulu pada muka burung ini
bewarna abu-abu khas. Tubuh bagian atas kemerahan, tubuh bagian bawah merah kekuningan
bulu primer hitam bergaris putih. Iris bewarna coklat, paruh hijau gelap seperti batu dan kaki
abu-abu.101
Burung Pelatuk muka kelabu (Picus canus) dapat dilihat pada Gambar 4.8
______________
100 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources,
http://www.iucnredlist,org. Diakses pada tanggal 23februari 2020
101 Mackinnon , burung-burung...,h.359
62
(a) (b)
Gambar 4.8 Burung Pelatuk Muka Kelabu (Picus canus)102
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding103
Klasifikasi Picus canus adalah sebagai berikut.
Kindom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Piciformes
Famili : Picidae
Genus : Picus
Spesies : Picus canus104
b. Caladi Tilik (Dendrocopos moluccensis)
Burung ini terlihat pada saat penelitian bewarna coklat campur putih. Bagian
kepala ditutupi oleh bulu bewarna coklat dengan alis mata bewarna putih. Tubuh bagian
dorsal coklat berpadu putih sedangkan bulu pada bagian ventral lebih keputih - putihan.
Burung ini memiliki paruh bewarna hitam dan kakihijau kehitaman. Burung ini ditemukan
dalam kelompok kecil dan bertengger di pohon jati.
______________
102 Foto penelitian 2020
103 ttp://www.google.co.id/search?q=burung+pelatu+muka+kelabu, diakses pada tanggal 23 februari
2020.
104 Mackinnon , burung-burung...,h.51
63
Mackinnon menyatakan burung ini berukuran kecil sekitar 13 cm, bewarna hitam
dan putih. Topi coklat gelap, tubuh bagian atas bewarna coklat berintik putih. Tubuh bagian
bawah putih kecoklatan dan bercoret hitam. Sisi muka putih dengan bercak abu-abu. Burung
jantan memiliki garis merah tipis di belakang mata. Iris merah, paruh atas hitam dan paruh
bawah abu-abu dan kaki bewarna hijau.105
Burung Caladi tilik (Dendrocopos moluccensis)
dapat dilihat pada Gambar 4.9.
(a) (b)
Gambar 4.9 Burung Caladi Tilik (Dendrocopos moluccensis)106
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding107
Klasifikasi Dendrocopos moluccensis adalah sebagai berikut.
Kindom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Piciformes
Famili : Picidae
Genus : Dendrocopos
Spesies : Dendrocopos moluccensis108
c. Caladi Balacan (Dendrocopus Canicapillus)
Spesies burung ini di jumpai di lokasi penelitian pada saat burung tersebut
bertengger di pohon keluwih, burung jenis ini berukuran kecil (15 cm), berstrip hitam dan
______________
105 Mackinnon , burung-burung...,h.253
106 Foto Penelitian 2020
107 Hbw.com,Jurnal Spesies Burung PDF, Diakses pada tanggal 23 februari 2020 108 Mackinnon , burung-burung...,h.50
64
putih. Tanpa warna merah padabagian bawah, mahkota abu-abu. Jantan: coretan merah diatas
dan dibelakang mata. Tersapu jingga kuning pada dada, perut bercoretan kehitaman. Iris
coklat keputih-putihan, paruh abu-abu, kaki abu-abu kehijauan. Burung Caladi Balacan
(Dendrocopus Canicapillus) dapat dilihat pada Gambar 4.10.
(a) (b)
Gambar 4.10 Burung Caladi Balacan (Dendrocopus Canicapillus)109
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding110
Klasifikasi Dendrocopos Canicapillus adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Piciformes
Famili : Picidae
Genus : Dendrocopos
Spesies : Dendrocopos Canicapillus111
______________
109 Foto Penelitian 2020
110 Sudarno,dkk” Keanekaragaman Jenis Burung Diurnal Pada Kawasan Hutan Lindung Gunung
Ambawang Di Desa Sungai Deras Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat” Tanjung Pura: Fakultas Kehutanan
Universitas Tanjung Pura.2007. h, 79-81.
111
International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020
65
5. Famili Dicruridae
a. Srigunting Bukit (Dicrurus remifer)
Burung srigunting bukit dapat menempati habitat seperti hutan sekunder, hutan primer
dan perkebunan. Memiliki bulu hitam mengkilab, bulu ekor terluar sangat panjang. Bagian
atas paruh terdapat seberkas bulu-bulu pendek. Berdasarkan buku john mackinnon, burung
srigunting bukit berukuran sedang (26 cm tanpa raket) bewarna hitam mengkilab dengan ekor
terluar sangat panjang dan membentuk raket diujungnya. Ekor berbentuk seperti raket
melebar hanya disisi sebelah luar dan berpilin. Jambul berupa perpanjangan bulu di mahkota
burung dewasa tidak terlihat jelas didalam hutan, memiliki paruh bewarna hitam dan kaki
hitam. Memburu serangga umumnya tinggal dihutan dengan ketinggian 700m,dan kebiasaan
mendiami hutan primer, sekunder, rawa dan mangrove. Burung Srigunting bukit (Dicrurus
remifer) dapat dilihat pada Gambar 4.11 berikut:
(a) (b)
Gambar 4.11 Burung Srigunting Bukit (Dicrurus remifer)112
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding113
______________
112 Foto penelitian 2020
113 www.kutilangindonesia.com, Diakses tanggal 23 fenruari 2020 , dari situs:
http://www.kutilang.or.id.
66
Klasifikasi Dicrurus remifer adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Dicruridae
Genus : Dicrurus
Spesies : Dicrurus remifer114
6. Famili Falconidae
a. Burung Alap-Alap Capung (Microhierax fringillarius)
Spesies burung ini dijumpai dilokasi penelitian, burung jenis ini berukuran 15 cm,
tubuh bagian atas hitam, dengan bintik-bintik putih pada bulu sekunder paling dalam. Dada
putih. Perut merah karat, paha hitam, sisi muka dan penutup telinga hitam, dikelilingi garis
atau bercak putih, iris coklat gelap, paruh abu-abu, kaki abu-abu, suara keras, teriakan tinggi
dan cepat berulang-ulang. Burung alap-alap capung (Microhierax fringillarius) dapat lihat
pada Gambar 4.12 berikut:
(a) (b)
Gambar 4.12 Burung Alap-Alap Capung (Microhierax fringillarius)115
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding116
______________
114 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020
115 Foto penelitian 2020
116 Hariato et al. Buku Informasi Burung Pemangsa (Raptor) Di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango. Cianjur: Tanamn Nasional Gunung Gede Pangrango,2009, h. 47
67
Klasifikasi Microhierax fringillarius adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Falconiformes
Famili : Falconidae
Genus : Microhierax
Spesies : Microhierax fringillarius117
7. Famili Zosteropidae
a. Burung Opior Jawa Barat (Lophozosterops javanicus frontalis)
Burung ini ditemukan waktu penelitian bewarna hijau, pada bagian abdomen bewarna
kuning. Burung opior jawa barat memiliki warna bu-abu dari bagian leher sampai kebagian
kepala. Sayap bewarna hijau campur hitam, ekor didominasi oleh warna coklat kehitaman.
Paruh bewarna hitam bola mata warna merah tidak penuh dan kaki bewarna hitam. Burung ini
ditemukan sedang bertengger di ranting pohon cengkol.
Mackinnon menyebutkan, burung ini berukuran besar sekitar 13 cm, bewarna zaitun
buram. Kepala, leher dan dada burung opior jawa barat bewarna abu-abu, tubuh bagian dorsal
bewarna hijau kekuning-kuningan. Abdomen dari burung ini bewarna kuning pucat, paruh
dan kaki burung ini bewarna hitam.118
Gambar burung opior jawa barat (Lophozosterops
javanicus frontalis) dapat dilihat pada Gambar 4.13.
______________
117 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020 118 Mackinnon , burung-burung...,h.417
68
(a) (b)
Gambar 4.13 Burung Opior Jawa Barat (Lophozosterops javanicus frontalis)119
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding120
Klasifikasi Lophozosterops javanicus frontalis adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Zosteropidae
Genus : Lophozosterops
Spesies : L. javanicus frontalis121
8. Famili Nectariniidae
a. Burung Madu Kelapa (Antreptes malacensis)
Burung madu kelapa dapat menempati habitat seperti perkebunan kelapa, dan hutan
primer,sekunder, makanan yang dapat dimakan berupa rumput-rumputan, pisang, dan
berbagai bunga lainnya. Tubuhnya terdapat warna hijau kemilauan dibagian mahkota, kepala,
dan punggung, bagian pipi, dagu, dan tenggorakan memiliki bulu bewarna coklat hitam,
bagian dada, perut, hingga pangkal ekor bewarna kuning cerah, bagian sayap, tunngir, dan
bagian atas ekor bewarna ungu. Adapun yang betina bewarna hijau zaitun pada bagian atas
______________
119 Foto Penelitian 2020
120 Hbw.com, Jurnal Spesies Burung PDF, Diakses pada tanggal 23 februari 2020
121 Mackinnon , burung-burung...,h.86
69
tubuhnya dan bewarna kuning cerah pada bagian bawah tubuhnya, burung madu kelapa
memiliki ukuran tubuh berkisar 13 cm.122
Burung madu kelapa (Antreptes malacensis) dapat
dilihat pada Gambar 4.14 berikut:
(a) (b)
Gambar 4.14 Burung Madu Kelapa (Antreptes malacensis)123
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding124
Klasifikasi Antreptes malacensis adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Nectarinidae
Genus : Antreptes
Spesies : Antreptes malacensis125
b. Burung Pijantung Kecil (Arachnothera longirostra)
Spesies burung ini merupakan penghisap madu dari anggota keluarga Nectariniidae
terdapat di hutan menggamat selama penelitian. Terdapat juga dihutan lembab di selatan dan
tenggara asia. Memiliki kebiasaan terbang sambil mengeluarkan suara teriakan, berukuran
sedang (17 cm), bewarna zaitun dan kuning. Tubuh bagian atas hijau zaitun, tubuh bagian
______________
122 Asep Ayat, Buku Panduan Lapangan Burung-Burung Agroforest Di Sumatra, (Sinadang Barang:
ICRAF,2011,h. 82
123 Foto penelitian 2020
124 Hbw.com, Jurnal Spesies Burung PDF, Diakses pada tanggal 23 februari 2020
125 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020
70
bawah kuning. Dikenali dari bercak kuning di pipi dan lingkar mata, iris coklat, paruh agak
hitam, kaki coklat pucat. Suara nada tinggi pada waktu terbang, kebiasaan suka mengunjungi
pohon berbunga ditepi hutan, disemak belukar sekunder, dab taman. Burung pijantung kecil
(Arachnothera longirostra) dapat dilihat pada Gambar 4.15 berikut:
(a) (b)
Gambar 4.15 Burung Pijantung Kecil (Arachnothera longirostra)126
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding127
Klasifikasi Arachnothera longirostra adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Nectarinidae
Genus : Arachnothera
Spesies : Arachnothera longirostra128
9. Famili Laniidae
a. Burung Cendet (Lanius schach)
Burung ini memiliki habitat asli di hutan, terutama di pepohonan tinggi. Makanan yang
disukai adalah biji bijian, serangga, dab buah. Panjang tubuhnya 20-25 cm. Paruhnya
______________
126 Foto Penelitian 2020
127 Siti Nuramaliati, “Divergensi DNA Mitokondria Pada Burung Pijantung Kecil (Arachnothera
Longirostra) Dari Indonesia” Jurnal Biologi Indonesia. Vol. 13. No. 2. 2017, h. 203-205.
128 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020
71
membentuk kait dibagian ujung, serupa dengan burung falkon, cendet juga memiliki tungkai
yang kuat dan cakar yang tajam yang dipergunakan untuk mencekram mangsanya diudara,
sayap yang pendek dan bulat dan menyandang batang bulu sayap, bulu sayap luar primer dan
ekor yang bulat memiliki 12 bulu yang berfungsi sebagai kemudi ketika cendet sedang
berterbang. Burung cendet (Lanius schach) dapat dilihat pada Gambar 4.16 berikut:
(a) (b)
Gambar 4.16 Burung Cendet (Lanius schach)129
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding130
Klasifikasi Lanius schach adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Laniidae
Genus : Lanius
Spesies : Lanius schach131
______________
129 Foto Penelitian 2020
130 Siti Astuti,” Respons Fungsional Burung Pentet (Lanius Sp.) Terhadap Belalang Kembara (Locusta
Migratoria Manilensis)” Jurnal Perlindungan Tanaman Nasional. Vol. 15. No. 2. 2009, h. 96-98.
131 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020
72
10. Famili Bucerotidae
a. Burung Rangkong Badak (Buceros rhinoceros)
Berukuran sangat besar (110cm), bewarna hitam dan putih. Paruh dan tanduk besar
diatas paruh bewarna merah-kuning. Ekor putih mencolok dengan garis hitam lebar
melintang. Kepala,punggung,sayap dan dada hitam perut dan paha putih,iris putih sampai biru
(betina) atau merah (jantan), kulit, sekitar mata abu-abu gelap, paruh kuning berpangkal
merah dengan tanduk melengkung keatas kaki abu-abu kehijauan,suara raungan kasar.
Burung rangkong badak (Buceros rhinoceros) dapat dilihat pada Gambar 4.17 berikut:
(a) (b)
Gambar 4.17 Burung Rangkong Badak (Buceros rhinoceros)132
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding133
Klasifikasi Buceros rhinoceros adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Coraciiformes
Famili : Bucerotidae
Genus : Buceros
Spesies : Buceros rhinoceros134
______________
132 Foto Penelitian 2020
133 Bambang S. Antoko. Sekilas Potensi Burung...,h. 10
134 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020
73
b. Burung Rangkong Papan (Buceros bicornis)
Burung rangkong papan (Buceros bicornis), menempati habitat seperti didaerah hutan
hujan tropis, perbukitan, dan pegunungan, makanan yang dapat dimakan seperti buah-buahan,
hewan vertebrata, dan juga hewan invertebrata. Tubuhnya terlihat besar berukuran mencapai
kisaran 160cm, memiliki warna bulu kehitaman, tandunya berwarna kuning hitam diatas
paruh, paruhnya besar panjang dengan warna kuning, kulit mukanya bewarna hitam dengan
bulu leher bewarna coklat, bulu ekor bewarna putih dengan garis hitam tebal ditengah,tandok
burung rangkong papan berongga dan tidak padat,paruhnya sedikit bengkok dan berukuran
besar, bagian atas paruhnya bewarna kuning dan bagian bawah bewarna kuning
keputihan,ukuran jantan lebih besar dari pada betina. Burung rangkong papan (Buceros
bicornis) dapat dilihat pada Gambar 4.18 berikut:
(a) (b)
Gambar 4.18 Burung Rangkong Papan (Buceros bicornis)135
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding136
______________
135 Foto Penelitian 2020
136 Jhon Mackinnon, Burung-Burung di...,h. 47
74
Klasifikasi Buceros bicornis adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Coraciiformes
Famili : Bucerotidae
Genus : Buceros
Spesies : Buceros bicornis137
11. Famili Pynonotidae
a. Burung Cucak Rawa Aceh (Pycnonotus zeylanicus)
Cucak rawa panjang tubuh dari kepala sampai ekor sekitar 28-29 cm bagian atas
kepala dan penutup telinganya bewarna coklat orange. Punggung bewarna coklat olip
bergaris-garis putih dada berwarna abu-abu, bergaris putih, perut berwarna abu-abu, penutup
dibawah ekor berwarna kuning sedangkan sayap ekor bewarna coklat kehijauan. Mata
bewarna kemerah-merahan paruh berwarna hitam, kaki berwarna coklat tua. Burung cucak
rawa aceh (Pycnonotus zeylanicus) dapat dilihat pada Gambar 4.19 berikut:
(a) (b)
Gambar 4.19 Burung Cucak Rawa Aceh (Pycnonotus zeylanicus)138
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding139
______________
137 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020 138 Foto Penelitian 2020
139 Dini Ayu Lestari,”Teknik Penangkaran Dan Kualitas Suara Cucak Rawa Aceh (Pycnonotus
Zeylanicus)” Bogor: Fakultas Kehutanan, 2014, h. 12
75
Klasifikasi Pycnonotus zeylanicus adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : Pycnonotus zeylanicus140
b. Burung Merbah Cerucuk (Pycnonotus goiavier)
Burung merbah cerucuk dapat menempati habitat seperti perkebunan, persawahan, dan
hutan sekunder, makanan yang dapat dimakan berupa serangga, cacing, ulat, dan buah-
buahan. Burung merbah cerucuk tubuhnya memiliki beberapa warna bulu yang berbeda-beda,
bagian atas kepala, sayap, punggung dan iris mata berwarna coklat, bagian bawah tubuh yang
meliputi pipi, dagu, tenggerokan, dada, perut hingga bagian atas tunggir bewarna putih keabu-
abuan, paruh dan kakinya bewarna hitam gelap, ekornya berukuran agak panjang. Burung
merbah cerucuk (Pycnonotus goiavier) dapat dilihat pada Gambar 4.20 berikut:
(a) (b)
Gambar 4.20 Burung Merbah Cerucuk (Pycnonotus goiavier)141
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding142
______________
140 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020 141 Foto Penelitian 2020
142 John mackinnon, burung-burung di..., h. 59
76
Klasifikasi Pycnonotus goiavier adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : Pycnonotus goiavier143
12. Famili Oriolidae
a. Burung Kupudang Kuduk Hitam (Oriolus chinensis)
Burung kepodang kuduk hitam dapat menempati beberapa habitat seperti hutan
terbuka, taman, pedesaan, dan hutan manggrove, makanan yang dapat dimakannya berupa
buah-buahan, dan serangga. Tubuhnya berukuran sedang kurang lebih berkisaran (26cm).
Secara umum tubuhnya bewarna hitam dan kuning dengan strip hitam melewati mata dan
tengkuk. Burung betina lebih buram dengan punggung kuning zaitun. Burung remaja bewarna
hitam, tubuh bagian bawah keputih putihan dengan burik hitam. Iris bewarna merah, paruh
merah jambu, dan kaki berwarna hitam. Burung kupudang kuduk hitam (Oriolus chinensis)
dapat dilihat pada Gambar 4.21 sebagai berikut:
______________
143 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020
77
(a) (b)
Gambar 4.21 Burung Kupudang Kuduk Hitam (Oriolus chinensis)144
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding145
Klasifikasi Oriolus chinensis adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Oriolidae
Genus : Oriolus
Spesies : Oriolus chinensis146
13. Famili Chloropseidae
a. Burung Cica Daun (Chlorosis chichenensis)
Burung cica daun menempati habitat seperti hutan tropis, hutan sekunder, dan hutan-
hutan lebat pepohonan, makanan yang dapat dimakan seperti serangga dan buah-buahan yang
kecil seperti buah kersen. Tubuhnya kurang lebih berkisar sekitar 14-21 cm, secara dominan
tubuhnya memiliki bulu bewarna hijau, bulu bagian sayap bewarna hujau gelap, sedangkan
bagian samping dan bawah badannya berwarna hujau tua, bagian leher,pipi, dan atas kepala
______________
144 Foto Penelitian 2020 145 John Mackinnon, Burung-Burung di..., h. 62
146 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020
78
berwarna kuning, wajah dan paruhnya berwarna hitam gelap, dan kaki berwarna hitam.
Burung cica daun (Chlorosis chichenensis) dapat dilihat pada Gambar 4.22 sebagai berikut:
(a) (b)
Gambar 4.22 Burung Cica Daun (Chlorosis chichenensis)147
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding148
Klasifikasi Chlorosis chichenensis adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Chloroseidae
Genus : Chlorosis
Spesies : Chlorosis chichenensis149
14. Famili Muscicapidae
a. Burung Murai Batu (Copsychus malabaricus)
Burung murai batu biasanya banyak ditemukan dikawasan hutan dengan pepohonan
rimbun tapi tidak terlalu tinggi, dan berada dekat dengan sumber air seperti suangi atau danau
yang digunakan oleh burung untuk mencari serangga, mandi, minum, dan mencari
pasangannya pada saat musim kawin. Burung murai batu cenderung memilih hutan sekunder
______________
147 Foto Penelitian 2020
148 John Mackinnon, Burung-Burung di..., h. 57
149 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020
79
atau hutan alam yang rapat sebagai habitatnya. Burung murai batu merupakan kelompok
burung yang dikenal sebagai teritorial dan sangat kuat mempertahankan wilayahnya. Burung
murai batu salah satu burung berkicau terbaik di dunia yang termasuk anggota turdidae.
Burung ini memiliki kemampuan berkicau yang baik dengan suara merdu, bermelodi, dan
sangat bervariasi. Mempunyai pola penampilan warna yang beragam dan menarik, ukuran
tubuhnya rata-rata sedang, kepala bulat, kaki agak panjang, parunya runcing dan ramping, dan
sayapnya lebar. Burung murai batu (Copsychus malabaricus) dapat dilihat pada Gambar 4.23
sebagai berikut:
(a) (b)
Gambar 4.23 Burung Murai Batu (Copsychus malabaricus)150
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding151
Klasifikasi Copsychus malabaricus adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Muscicapidae
Genus : Copsychus
Spesies : Copsychus malabaricus152
______________
150 Foto Penelitian 2020
151 Agung Dwi Saputro, Perilaku Burung Murai Batu (Copsychus Malabaricus) Siap Produksi,
Lampung: Fakultas Pertanian,2016,h.17-18
152 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020
80
b. Burung Kecer Poci (Copsychus saularis)
Memiliki ukuran tubuh yang sedang, dengan bulu yang memiliki dua warna yaitu
hitam dan putih. Ditemukan saat bertengger di pohon pada habitat perkebunan. Burung kecer
poci memiliki ukuran tubuh yang sedang (20cm), memiliki warna bulu hitam dan putih,
burung jantan memiliki bulu pada bagian kepala, dada dan punggung bewarna hitam biru
bersinar. Burung kecer poci betina mirip dengan burung jantan, tetapi memiliki warna pada
bulu abu-abu buram bukan hitam, burung remaja mirip betina tetapi memiliki warna pada
bulu yang berbintik-bintik, memiliki paruh warna hitam dan kaki warna hitam.153
Burung
kecer poci (Copsychus saularis) dapat dilihat pada Gambar 4.24 sebagai berikut:
(a) (b)
Gambar 4.24 Burung Kecer Poci (Copsychus saularis)154
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding
Klasifikasi Copsychus saularis adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Muscicapidae
Genus : Copsychus
Spesies : Copsychus saularis155
______________
153 Kutilang Indonesia, Diakses tanggal 23 fenruari 2020 , dari situs: http://www.kutilang.or.id. 154 Foto penelitian 2020
81
c. Burung Sikatan Belang (Ficedula westermanni)
Burung ini terlihat pada saat penelitian bewarna hitam dibagian atas lehernya dan
berwarna putih dibagian abdomen, dada dan lehernya. Kepala burung sikatan belang berwarna
hitam, memiliki paruh berwarna hitam serta memiliki kaki berwarna hitam. Warna bulu sayap
dan ekor berwarna hitam.
Mackinnon menyebutkan, burung ini berukuran kecil sekitar 11 cm, burung jantan
bewarna hitam dan putih sedangkan burung betina bewarna coklat dan putih. Burung
berwarna hitam dibagian atas mata, garis sayap, pinggir ekor, dan bewarna putih dibagian
ventral tubuhnya. Burung betina berwarna putih dibagian dorsal.
Ekor berwarna putih keabu-abuan, tubuh bagian ventral berwarna putih, ekornya
berwarna kemerah-merahan. Burung remaja memiliki sedikit perbedaan yaitu berwarna coklat
campur putih atau kuning kecoklatan.156
Burung sikatan belang (Ficedula westermanni) dapat
dilihat pada Gambar 4.25 sebagai berikut:
(a) (b)
Gambar 4.25 Burung Sikatan Belang (Ficedula westermanni)157
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding158
155 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020 156 Mackinnon, Burung-Burung..., h.371.
157 Foto Penelitian 2020
82
Klasifikasi Ficedula westermanni adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Muscicapidae
Genus : Ficedula
Spesies : Ficedula westermanni159
15. Famili Meropidae
a. Burung Kirik-Kirik Biru (Merops viridis)
Burung ini di temukan pada saat mencari makanan di habitat hutan primer dan
bertengger di atas pohon. Tubuh bagian bawah memiliki bulu bewarna putih dan biru cerah.
Bulu pada bagian atas tubuh sampai ekor terdapat garis berwarna biru. Memiliki paruh yang
panjang dan runcing berwarna hitam. Bulu pada bagian leher berwarna biru cerah.
Berdasarkan pernayataan john mackinnon dalam bukunya, burung kirik-kirik biru berukuran
sedang (28cm), burung dewasa memiliki bulu mahkota dan mantel coklat, strip mata hitam,
bulu sayap hijau kebiruan, tangir dan ekor berpita biru pucat, tubuh bagian bawah berbulu
hijau pucat dengan bagian leher berwarna biru mencolok. Burung remaja tidak ada
perpanjangan bulu ekor, kepala dan mantel hijau, memiliki paruh hitam dan kaki abu-abu atau
coklat. Menyukai lapangan terbuka dan pepohonan di daerah yang rendah. Berkelompok pada
tempat di daerah berbiak di daerah berpasir, dan kadang-kadang menyambar serang dari
permukaan air atau tanah.160
Burung kirik-kirik biru (Merops viridis) dapat dilihat pada
Gambar 4.26 sebagai berikut :
158 Hbw.com, Jurnal Spesies Burung PDF, diakses pada tanggal 23 februari 2020
159 Mackinnon, Burung-Burung..., h.77.
160 Jhon Mackinnon, Burung-Burung..., h. 230
83
(a) (b)
Gambar 4.26 Burung Kirik-Kirik Biru (Merops viridis)161
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding
Klasifikasi Merops viridis adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Coraciiformes
Famili : Meropidae
Genus : Merops
Spesies : Merops viridis162
16. Famili Cisticolidae
a. Burung Perenjak Kepala Merah (Prinia familiaris)
Burung perenjak kepala merah postur tubuhnya kecil dengan warna merah dikepala,
putih kusan didada dengan warna abu-abu gelap didada atas ketika burung ini dewasa. Burung
ini banyak dijumpai disawah, perkebunan, hutan kecil, rawa-rawa, pinggiran sungai yang
berpohon, karena sifatnya yang tidak terlalu liar dan mudah beradaptasi asal ada pepohonan
kecil dan juga makanan cukup tersedia. Perenjak jantan postur badan biasanya lebih panjang
______________
161 Foto Penelitian 2020
162 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020
84
dan ramping, bulunya berwarna lebih tegas, paruh bagian bawah berwarna hitam total dan
berwarna kuning atau putih dengan ujung bawah paruh berwarna hitam. Perenjak betina
postur badan lebih pendek dan agak gemuk atau melebar, bulu sedikit lebih kusam atau
kurang cerah, paruhnya berwarna kuning atau putih baik ketika dewasa maupun ketika masih
anakan. Burung perenjak kepala merah (Prinia familiaris) dapat dilihat pada Gambar 4.27
sebagai berikut:
(a) (b)
Gambar 4.27 Burung Perenjak Kepala Merah (Prinia familiaris)163
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding164
Klasifikasi Prinia familiaris adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Cisticolidae
Genus : Prinia
Spesies : Prinia familiaris165
17. Famili Psittacidae
a. Burung Serindit Paruh Merah (Loriculus exilis)
______________
163 Foto penelitian 2020
164Merang REDD Pilot Project, Burung-Burung Di Hutan Rawa Gambut Merang-Kepayang Dan
Sekitarnya,Sumatera Selatan: Merang REDD Pilot Project (MRPP), 2011, h. 59. 165
International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020
85
Burung serindit paruh merah memiliki panjang tubuh sekitar 10,5 cm.
Penampakannya terlihat mirip dengan serindit sukawesi yang betina, tetapi dengan ukuran
tubuh yang lebih kecil dan paruhnya bewarna merah, serta tidak memiliki bercak pada tepian
sayap bagian depan. Seindit paruh merah jantan memiliki bintik-bintik merah pada bagian
tenggorokan yang dikelilingi oleh warna biru kehijauan, penutup ekor dan tunggirnya
bewarna merah, bagian pangkalnya semu kuning, ekornya bewarna hijau dengan tepi hijau
kekuning-kuningan, serta memiliki mata bewarna kuning. Serindit paruh merah betina
memiliki penampilan yang menyerupai jantan, tetapi tidak memiliki bintik pada tenggorokan
atau jika ada jumlahnya hanya sedikit. Selain itu, mata serindit paruh merah betina bewarna
coklat. Sedangkan untuk burung yang masih remaja, tidak memiliki bintik merah pada bagian
tenggorokan, paruhnya bewarna kuning atau coklat, dan matanya berwarna coklat pucat.
Burung serindit paruh merah (Loriculus exilis) dapat dilihat pada Gambar 4.28 sebagai
berikut:
(a) (b)
Gambar 4.28 Burung Serindit Paruh Merah (Loriculus exilis)166
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding167
______________
166 Foto Penelitian 2020
167 Maulana Khalid Riefani, “ Burung Paruh Bengkok Yang Di Perdagangkan Di Pasar Ahad Kertak
Hanyar, Kabupaten Banjar” Jurnal Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah. Jilid 3. 2016, h. 880-881.
86
Klasifikasi Loriculus exilis adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Psittaciformes
Famili : Psittaculidae
Genus : Loriculus
Spesies : Loriculus exilis168
18. Famili Campephagidae
a. Burung Kepudang Sungu Belang (Coracina bicolor)
Burung kepudang sungu belang panjang tubuh 22-25 cm, jantan umumnya abu-abu
tua, wajah dan tenggorokan hitam atau abu-abu, tepi sayap dan bulu sekunder abu-abu pucat.
Betina tubuh atas abu-abu dengan tepi sayap dan bulu sekunder abu-abu muda, tubuh bawah
kuning hingga bungalan dengan palang hitam. Burung kepudang sungu belang (Coracina
bicolor) dapat dilihat pada Gambar 4.29 sebagai berikut:
(a) (b)
Gambar 4.29 Burung Kepudang Sungu Belang (Coracina bicolor)169
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding170
______________
168 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020 169 Foto Penelitian 2020
170 Reza Aulia Ahmadi, Komunitas Burung Pada Beberapa Habitat Dengan Ganguan Berbeda Di
Hutan Lambusango Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, Bogor: Fakultas Kehutanan Institu Pertanian Bogor, 2014,
h. 25-26.
87
Klasifikasi Coracina bicolor adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Campephagidae
Genus : Coracina
Spesies : Coracina bicolor171
19. Famili Megalainidae
a. Burung Takur Tutu (Megalaina refflesi)
Burung takur tutu menempati habitat seperti hutan dataran rendah dan
pegunungan, makanan yang dapat dimakannya berupa buah-buahan dan serangga. Tubuhnya
kurang lebih berukuran sedang 25cm, bewarna hijau, kepala memiliki campuran warna biru,
merah, hitam, dan kuning, seluruh mahkota berwarna merah. Ciri khas tenggorokan bewarna
biru dan bercak kuning pada pipi. Bola mata memiliki iris coklat, paruh hitam, dan kaki
bewarna abu-abu. Burung takur tutu (Megalaina refflesi) dapat dilihat pada Gambar 4.30
sebagai berikut:
(a) (b)
Gambar 4.30 Burung Takur Tutu (Megalaina refflesi)172
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding173
______________
171 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020 172 Foto Penelitian 2020
88
Klasifikasi Megalaina refflesi adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Megalainidae
Genus : Megalaina
Spesies : Megalaina refflesi174
20. Famili Corvidae
a. Burung Tangkar Uli Kalimantan (Dendrocitta cinarescens)
Burung ini ditemukan pada saat penelitian berwarna kuning memiliki ekor yang
sangat panjang dan bertingkat. Memiliki sayap berwarna hitam, bulu di atas paruh berwarna
hitam dan bulu di atas mata berwarna coklat gelap. Paruh berwara hitam dan kaki berwarna
hitam. Burung ini ditemukan sedang bertengger diatas pohon.
Mackinnon menyatakan burung ini berukuran besar sekitar 40 cm, berwarna
kuning kecoklatan dengan ekor bertingkat yang sangat panjang. Burung ini memiliki bercak
putih pada sayapnya yang hitam. Dahi dan alisnya berwarna coklat gelap, mahkota berwarna
abu-abu perak. Iris berwarna coklat kemerahan, paruh hitam dengan dasar abu-abu, kaki
bewarna abu-abu gelap.175
Burung tangkar uli sumut (Dendrocitta cinarescens) dapat dilihat
pada Gambar 4.31 sebagai berikut:
173 John mackinnon, Burung-Burung..., h. 48
174 International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources, http://www.iucnredlist,org.
Diakses pada tanggal 23februari 2020
175 Mackinnon, Burung-Burung..., h.302
89
(a) (b)
Gambar 4.31 Burung Tangkar Uli Kalimantan (Dendrocitta cinarescens)176
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding
Klasifikasi Dendrocitta cinarescens adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Corvidae
Genus : Dendrocitta
Spesies : Dendrocitta cinarescens177
21. Famili Sylvidae
a. Burung Cikrak Kutub (Phylloscopus borealis)
Burung ini terlihat pada saat penelitian memiliki bulu dada berwarna putih
kekuningan, bulu dibagian belakang hijau campur coklat dan sedikit berwarna putih dibagian
sayap. Bola mata berwarna hitam, dekit putih di bagian dipinggirnya, bulu mata bagian atas
berwarna kuning, paruh berwarna hitam dan kaki berwarna putih kemerah-merahan. Burung
ini ditemukan sedang bertengger di atas pohon tampu.
Mackinnon menyatakan burung ini berukuran kecil sekitar 12 cm, berwarna hijau
keabu-abuan dengan bulu di atas mata berwarna putih kekuning. Tubuh bagian atas berwarna
hijau dengan garis pucat samar-samar pada sayapnya. Tubuh bagian bawah berwarna keputih-
______________
176 Hbw.com, Jurnal Spesies PDF, diakses pada tanggal 23 februari 2020
177 Mackinnon, Burung-Burung..., h.63.
90
putihan, sisi tubuh berwarna hijau kecoklatan dan warna strip mata kehitaman. Burung ini
biasanya mengunjungi hutan terbuka, hutan sekunder, dan dedaunan pohon unutuk mencari
makan.178
Burung cikrak kutub (Phylloscopus borealis) dapat dilihat pada Gambar 4.32
sebagai berikut:
(a) (b)
Gambar 4.32 Burung Cikrak Kutub (Phylloscopus borealis)
Keterangan : a) Foto Penelitian : b) Foto Pembanding179
Klasifikasi Phylloscopus borealis adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves Ordo : Passeriformes
Famili : Sylviidae
Genus : Phylloscopus
Spesies : Phylloscopus borealis180
Penelitian keanekaragaman burung di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah
Menggamat Kabupaten Aceh Selatan di lakukan sebanyak 6 titik pengamatan. Setiap titiknya
terdapat jumlah dan spesies yang berbeda. Peneliti telah menguraikan indeks keanekaragaman
spesies burung dibawah iniuntuk menjawab rumusan masalah yang terdapat dipoin ke dua
______________
178 Mackinnon, Burung-Burung..., h.350.
179 Hbw.com, Jurnal Spesies PDF, diakses pada tanggal 23 februari 2020
180 Mackinnon, Burung-Burung..., h.73.
91
pada latar belakang. Berikut indeks keanekargaman spesies buung berdasarkan titik
pengamatanya yang terdapat di kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat desa Arie
Buluh di Kabupaten Aceh Selatan.
2. Indeks Keanekaragaman Burung di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat
Desa Arie Buluh Kabupaten Aceh Selatan
Indeks keanekaragaman burung di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat
Kabupaten Aceh Selatan didapati indeks keanekaragaman pada setia titiknya berkisar pada
Ĥ= 1,0 hingga Ĥ= 2,5 keanekaragaman pada setiap titik pengamatan dapat diperhatikan pada
Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Indeks Keanekaragaman Burung Secara Keseluruhan di Kawasan Ekosistem Louser
Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan
No Famili Nama Daerah Nama Latin Σ H'
1 Columbidae Perkutut jawa Geopelia striata 12 0,1549
Punai gading Treron vernans L 8 0,1175
Punai hutan Treron vieillot 6 0,0957
2 Picidae Pelatuk muka kelabu Picus canus 4 0,0709
Caladi balacan Dendrocopos Canicapillus 4 0,0709
Caladi tilik Dendrocopos moluccensis 2 0,0415
3 Muscicapidae Kacer poci Copsychus saularis 21 0,2196
Murai batu Copsychus malabariricus 2 0,0415
Sikatan belang Ficedula westermanni 1 0,0238
4 Nectariniidae Pijantung Arachnothera longirostra 18 0,2004
Madu kelapa Anthreptes malacensis 13 0,1633
5 Bucerotidae Rangkong papan Buceros bicornis 3 0,0569
Rangkong badak Buceros rhinoceros 2 0,0415
6 Pynonotidae Cucak rawa aceh Pycnonotus zeylanicus 14 0,1713
Merbah cerucuk Pycnonotus goiavier 6 0,0957
7 Aegithinidae Cipoh Aegithina tiphia 7 0,1069
8 Capitonidae Takur api Psilopogon pyrolophus 5 0,0837
9 Dicruridae Srigunting bukit Dicrurus remifer 11 0,1462
10 Falconidae alap-alap capung Microhierax fringillarius 9 0,1275
11 Zosteropidae Opior Lophozosterops javanicus 24 0,2369
12 Laniidae Cendet Lanius schach 4 0,0709
13 Oriolidae Kupudang kuduk Oriolus chinensis 1 0,0238
92
hitam
14 Chloropseidae Cica daun Chloropsis sonnerati 7 0,1069
15 Meropidae Kirik-kirik senja Merops leschenaulti 7 0,1069
16 Cisticolidae
Perenjak kepala
merah Prinia familiaris 6 0,0957
17 Psittacidae Serindit paruh merah Loriculus exilis 17 0,1935
18 Campephagidae
Kepudang sungu
belang Coracina bicolor 2 0,0415
19 Megalainidae Takur tutu Megalaima armillaris 4 0,0709
20 Corvidae
Tangkar uli
kalimantan Dendrocitta occipitalis 3 0,0569
21 Sylvidae Cikrak kutup Phylloscopus borealis 5 0,0837
Jumlah 228 3,1187
Indeks Keanekaragaman (Ĥ)=-pi Ln Pi= (-3,1187)= 3,1187
Berdasarkan tabel 4.2 hasil penelitian tentang keanekaragaman spesies burung yang
dilakukan di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan
diperoleh informasi bahwa burung dilokasi tersebut tergolong katagori tinggi.181
dengan
indeks keanekaagaman Ĥ=3,1187 keanekaragaman burung dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor seperti spesies tumbuhan,vegetasi, ketinggian, cuaca lingkungan (suhu dan
kelembapan). Data keanekaragaman burung berdasarkan titik pengamatan di Kawasan
Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh Kabupaten Aceh Selatan dapat
dilihat dari Tabel 4.3.
Data keanekaragaman burung berdasarkan titik pengamatan di Kawasan Ekosistem
Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh Kabupaten Aceh Selatan dapat dilihat dari
Tabel 4.3.
______________
181 Hasil Penelitian dan Olah Data. 2020.
93
Tabel 4.3. Data Keanekaragaman Burung Berdasarkan Titik Pengamatan di Kawasan
Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh Kabupaten Aceh Selatan
Titik Nama latin Σ Ĥ
titik 1 Treron vernans L 8 0,2478
Aegithina tiphia 7 0,2302
Psilopogon pyrolophus 5 0,1885
Picus canus 4 0,1635
Dicrurus remifer 11 0,2908
Dendrocopos moluccensis 2 0,1015
Microhierax fringillarius 9 0,2637
Lophozosterops javanicus 24 0,3670
Jumlah
70 1,8533
Titik 2 Anthreptes malacensis 13 0,3484
Lanius schach 4 0,1996
Buceros rhinoceros 2 0,1270
Pycnonotus zeylanicus 14 0,3548
Arachnothera longirostra 18 0,3675
Jumlah
51 1,3975
Titik 3 Oriolus chinensis 1 0,0957
Chloropsis sonnerati 7 0,3116
Copsychus malabariricus 2 0,1549
Copsychus saularis 21 0,3277
Merops leschenaulti 7 0,3116
Jumlah
38 1,2016
Titik 4 Treron psittaceus 6 0,3465
Prinia familiaris 6 0,3465
jumlah
12 0,6931
Titik 5 Loriculus exilis 17 0,3465
Coracina bicolor 1 0,1037
Geopelia striata 12 0,3675
Megalaima armillaris 4 0,2517
jumlah
34 2,4559
Titik 6 Buceros bicornis 3 0,2599
Dendrocopos Canicapillus 4 0,2986
Pycnonotus goiavier 6 0,3465
Dendrocitta occipitalis 3 0,2599
Phylloscopus borealis 5 0,3267
Ficedula westermanni 3 0,2599
jumlah
24 1,7517
94
Berdasarkan Tabel 4.3. dapat dijelaskan bahwa di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah
Menggamat Desa Arie Buluh terdapat 6 titik pengamatan yang terdiri dari di titik satu
terdapat 8 spesies burung Treron vernans L, Aegithina tiphia, Psilopogon pyrolophus, Picus
canus, Dicrurus remifer, Dendrocopos moluccensis, Microhierax fringillarius,
Lophozosterops javanicus. Dengan hasil Ĥ= 1,85, di titik dua terdapat 5 spesies, spesies
burung Anthreptes malacensis, Lanius schach, Buceros rhinoceros, Pycnonotus zeylanicus,
Arachnothera longirostra. Dengan hasil Ĥ= 1,39, di titik tiga terdapat 5 spesies, spesies
burung Oriolus chinensis, Chloropsis sonnerati, Copsychus malabariricus, Copsychus
saularis, Merops leschenaulti. Dengan hasil Ĥ= 1,20, di titik empat terdapat 2 spesies Treron
psittaceus, Prinia familiaris. Dengan hasil Ĥ= 0,69, di titik lima terdapat 4 spesies, spesies
burung Loriculus exilis, Coracina bicolor, Geopelia striata, Megalaima armillaris. Dengan
hasil Ĥ= 2,45, dan di titik enam terdapat 6 spesies Buceros bicornis, Dendrocopos
Canicapillus, Pycnonotus goiavier, Dendrocitta occipitalis, Phylloscopus borealis, Ficedula
westermanni. Dengan hasil Ĥ= 1,75.
Indeks keanekaragaman spesies burung per Titik pengamatan yang terdapat di Kawasan
Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh Kabupaten Aceh Selatan dapat
dilihat pada Gambar 4.33.
95
Gambar 4.33. Indek Keanekaragaman Spesies Burung Pada Setiap Titik Pengamatan di
Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh
Kabuapten Aceh Selatan.
3. Keanekaragaman Burung Berdasarkan Stasiun Pengamatan di Kawasan Ekosistem
Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh Kabuapten Aceh Selatan
Berdasarkan hasil penelitian tentang keanekaragaman spesies pada beberapa habitat
yang dilakukan di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh
Kabuapten Aceh Selatan, di dapatkan hasil bahwa burung pada habitat perkebunan tergolong
katagori tinggi, habitat hutan primer rendah sedangkan habitat tambang emas tinggi.
Tingginya indeks keanekaragaman tersebut di pengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan (fisik-kimia), dan juga faktor biologi seperti vegetasi tumbuhan yang
menyediakan makanan bagi spesies burung, predator pemangsa hingga faktor aktivitas
masyarakat yang berada di sekitar habitat burung. Kondisi keanekaragaman burung pada
setiap habitat di lokasi penelitian dapat di perhatikan pada Gambar diagram 4.34.
1,85
1,39 1,2
0,69
2,45
1,75
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
titik 1 titik 2 titik 3 titik 4 titik 5 titik 6
96
Gambar 4.34. Indek Keanekaragaman Spesies Burung Pada Angka (3,25), (1,89), (3,2)
jumlah Ĥ jenis burung Setiap Stasiun Pengamatan di Kawasan
Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh Kabuapten
Aceh Selatan.
Berdasarkan Gambar 4.32 diketahui bahwa keanekaragaman burung berbeda pada
setiap habitat, hal ini di pengaruhi oleh faktor suhu vegetasi, aktivitas manusia, faktor fisik
dan kimia lingkungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keanekaragaman spesies burung
pada setiap habitat adalah ketinggian vegetasi tumbuhan. Pada Gambar 4.32 dapat dilihat
bahwa habitat perkebunan memiliki indeks keanekaragaman yang tinggi. Hal ini karena
banyaknya spesies burung yang terdapat habitat perkebunan adalah burung opior
(Lophozosterops javanicus), ditambah lagi banyaknya vegetasi tumbuhan atau penyedian
makanan bagi burung tersebut.
Habitat hutan primer memiliki indeks keanekaragaman spesies burung dengan
katagori rendah. Hal ini disebabkan karena adanya aktifitas manusia pada saat melewati jalan
pada saat hendak ketempat tambang emas hingga terganggu aktivitas burung sehingga terjadi
gangguan ekosistem burung spesies tumbuhan pada hutan primer tersebut lebat akan tetapi
3,25
1,89
3,2
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
stasiun 1 (perkebunan) stasiun 2 (hutan primer) stasiun 3 (kawasan
tambang emas)
97
karena gangguan dari manusia tersebut. Hal ini menyebabkan banyak spesies burung mencari
makanan dan beraktifitas ditempat lain.
Indeks keanekaragaman habitat tambang emas tergolong katagori tinggi, hal ini
dikarenakan habitat tambang emas berada pada kawasan perbukitan. Oleh karena itu spesies
burung yang lebih dominan adalah serindit paruh merah (Loriculus exilis). Walaupun banyak
manusia yang beraktifitas ditempat tersebut karena kawasan perbukitan dan tinggi hingga
vegetasinya lebat jadi burung tersebut ada yang tidak terlihat pada saat beraktifitas.
Adapun faktor yang mencakup titik koordinat penelitian, dapat di lihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Faktor Koordinat Lingkungan Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat
Desa Arie Bulu Kabupaten Aceh Selatan
No Lokasi Penelitian Titik Penelitian koordinat
1. Stasiun 1 Titik 1
N 03.22830˚
E 097.35961˚
Titik 2
N 03.2321˚
E 097.35838˚
2. Stasiun 2 Titik 3
N 03.23479˚
E 097.35710˚
Titik 4
N 03.23544˚
E 097.35681˚
3. Stasiun 3 Titik 5
N 03.23654˚
E 097.35608˚
Titik 6
N 03.23750˚
E 097.35620˚
98
4. Hasil Uji Kelayakan Buku Saku Sebagai Referensi Matakuliah Ornitologi
Hasil penelitian Kelayakan buku saku keanekaragaman spesies burung di Kawasan
Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan di lakukan dengan uji
kelayakan atau validasi. Kelayakan buku saku dapat dilihat dari hasil uji produk penelitian
yang di lakukan oleh validator. Hasil dari uji kelayakan yang telah dilakukan peneliti dapat
dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Hasil Uji Kelayakan Buku Saku Keanekaragaman Spesies Burung di Kawasan
Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan
No Indikator Skor Kategori
1. Komponen Kelayakan Isi Buku 3,1 Baik
2. Komponen Kelayakan Penyajian 3,5 Baik
3.
4.
Komponen Kelayakan Kegerafikan
Komponen Kelayakan Pengembangan
3,5
3.1
Baik
Baik
Rata-Rata 3,3 Baik
Persentase 82% Sangat Layak
Sumber: Hasil Penelitian 2020.
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukan bahwa kevalidan buku saku yang
telah di validasi oleh tim validator buku saku ahli materi, diperoleh komponen kelayakan isi
buku saku dengan rata-rata 3,1 dengan persentase 95%, komponen kelayakan penyajian
diperoleh nilai rata-rata 3,5 dengan persentase 60%, komponen kelayakan kegrafikan
diperoleh rata-rata 3,5 dengan persentase 91% dan komponen pengembangan diperoleh nilai
rata-rata 3,1 dengan persentase 82 %.
99
Perbandingan uji kelayakan buku saku untuk setiap komponen dapat dilihat pada
Gambar 4.35 dibawah ini :
Gambar 4.35 Uji Kelayakan Buku Saku Keanekaragaman Spesies Burung Di Kawasan
Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan
Berdasarkan Grafik hasil uji kelayakan buku saku di atas, komponen kelayakan isi
buku saku dengan nilai rata-rata 3,1 dengan persentase 95%, komponen kelayakan penyajian
dengan nilai rata-rata 3,5 dengan persentase 60%, komponen kelayakan kegerafikan dengan
nilai rata-rata 3,5 dan persentase 91%, komponen kelayakan pengembangan dengan nilai rata-
rata 3,1 dengan persentase 82%.
Hasil penelitian tentang keanekaragaman burung di Kawasan Ekosistem Louser
Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan. Akan menambah referensi terbaru mengenai
data burung yang terdapat di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabupaten
Aceh Selatan itu sendiri. Selain untuk menambah referensi, hasil penelitian ini akan
membantu mahasiswa biologi khususnya dalam mempelajari matakuliah ornitologi terutama
mengenai materi tentang keanekaragaman spesies burung.
3,1 3,5 3,5 3,1
95
60
91
82
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kelayakan Isi Kelayakan
Penyajian
Kelayakan
kegrafikan
Kelayakan
Pengembangan
Rata-rata
Persentase
100
Penelitian ini juga menghasilkan sebuah karya dalam bentu buku saku, yang dapat
digunakan untuk proses belajar mengajar dalam ruangan maupun di luar ruangan. Buku saku
tersebut akan ditempatkan dalam ruang baca Program Studi Pendidikan Biologi supaya dapat
dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk belajar. Untuk cover buku saku dapat dilihat pada
Gambar 4.36 berikut:
B. Pembahasan
1. Spesies Burung yang Terdapat di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah
Menggamat Kabupaten Aceh Selatan
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 30 spesies burung di Kawasan
Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan, di mana 30 spesies burung
tersebut terdiri kepada 21 famili, 8 spesies burung merupakan burung yang termasuk kedalam
status burung yang di lindungi (DL) oleh pemerintah Republik Indonesia, No. 7 tahun 1999
tanggal 7 januari 1999.182
Burung yang termasuk kedalam spesies yang dilindungi tersebut
adalah burung pelatuk muka kelabu (Picus Canus), srigunting bukit (Dicrurus remifer), madu
kelapa (Anthreptes malacensis), rangkong badak (Buceros rhinoceros), rangkong papan ______________
182 Samsul Kamal, Status Konservasi Burung Yang Diperjual Belikan di Banda Aceh, ar-raniry Press, h.
16.
101
(Buceros bicornis), murai batu ( Copsychus malabariricus), kirik-kirik senja (Merops
leschenaulti), serindit paruh merah (Loriculus exilis). Spesies burung yang tidak dilindung
berjumlah 22 jenis dari 17 famili, diantaranya adalah famili columbidae, aegithinidae,
capitonidae, picidae, falconidae, zosteropidae, nectariniidae, laniidae, pynonotidae, oriolidae,
chloropseidae, muscicapidae, cisticolidae, campephagidae, megalainidae, corvidae, dan
sylvidae.
Kehadiran spesies-spesies burung di suatu lokasi sangat dipengaruhi oleh
lingkungan tempat tersebut. Burung sering menempati tempat-tempat seperti hutan primer,
hutan sekunder, dan daerah-daerah yang lain yang banyak terdapat makanannya,terdapat
banyak tumbuhan pepohonan sebagai tempat untuk hinggap dan jauh dari hewan yang
menjadi predator bagi keberlangsungan hidupnya.183
Spesies burung yang sangat banyak di dapati adalah burung opior (Lophozosterops
javanicus) dari famili Zosteropidae, dengan berjumlah 24 ekor burung. Sedangkan yang
paling sedikit di dapati adalah burung kepudang kuduk hitam ( Oriolus chinensis), dari famili
Oriolidae, burung kepudang sungu belang (Coracina bicolor) dari famili Campephagidae.
Banyak jumlah burung opior (Lophozosterops javanicus) di temukan saat
penelitian dipengaruhi oleh fisiologi burung itu sendiri yang mudah beradaptasi di berbagai
habitat seperti semak, hutan yang tidak terlalu lebat, tepi hutan, vegetasi lingkungan, dan
perkebunan, hingga mudah beradaptasi. Umumnya tersebar dari dataran hingga ketinggian.184
______________
183 Muhdian Prasetia Darmawan, “ Keanekaragaman Spesies Burung Pada Beberapa Tipe Habitat Di
Hutan Gunung Lumut Kalimantan Timur”, Bogor: Fakultas Kehutanan Instut Pertanian Bogor, 2006, h.16.
184 http://www.birdlife.org/datazone/species/factsheet/22712699
102
Sedangkan sedikit ditemukannya burung kepudang kuduk hitam ( Oriolus
chinensis), dan burung kepudang sungu belang (Coracina bicolor) dipengaruhi oleh habitat
mereka yang tidak sangat mudah ditemukan pada tempat yang terbuka aktivitas mereka
sangat peka terhadap kedatangan predator, dan juga sangat tingginya pemburuan yang di
lakukan oleh masyarakat desa terhadap burung-burug tersebut.185
2. Indeks Keanekaragaman Burung di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah
Menggamat Kabupaten Aceh Selatan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa indeks keanekaragaman burung
di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan secara
keseluruhan memiliki indeks keanekaragaman tinggi yang mencapai Ĥ=3,1187. Setiap titik
pengamatan di jumpai spesies yang berbeda-beda dengan indeks yang berbeda-beda, dari
indek keanekaragamn paling rendah pada titik pengamatan ke-empat Ĥ= 0,6931 dan titik
pengematan ke-tiga Ĥ= 1,2016 hingga mencapai indeks rendah pada titik pengamatan ke-dua
Ĥ=1,3975 Setelah di hitung secara keseluruhan mendapat indeks keanekaragaman yang tinggi
mencapai Ĥ=3,1187. Hal ini disebabkan terdapat perbedaan jumlah famili dan spesies burung
di setiap titik pengamatan.
Tingginya keanekaragaman spesies burung di suatu wilayah di dukung oleh suatu
wilayah habitat, dan tingginya keanekaragaman habitat, karna habitat bagi satwa secara umum
berfungsi sebagai tempat untuk mencari makanan, minuman, istirahat, dan berkembangbiak.
Perbedaan indeks keanekaragaman pada setiap titik pengamatan di akibatkan oleh berbedanya
keadaan lingkungan, perbedaan sangat dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat dalam menjaga
lingkuangan, selain faktor lingkungan juga dipengaruhi oleh faktor biologis seperti dataran
______________
185 Samsul bahri, pemandu gunung menggamat, 2020.
103
rendah atau dataran tinggi.186
Saat penelitian berlangsung kondisi lingkungan, tumbuhan
ditemukan berbeda-beda, sehingga terdapat perbedaan indeks keanekaragaman burung pada
setiap titik, seperti titik ke-lima merupakan titik terbanyak yang ditemukan indeks
keanekaragamannya. Sedangkan titik ke-empat merupakan titik yang paling kurang indeks
keanekaragaman spesies burung yang ditemukan.
Terlihat titik ke-lima merupakan indeks keanekaragaman spesies burung yang
sedang ditemukan dari pada titik lain dengan nilai Ĥ=2,4559, hal ini juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan seperti terdapat banyak spesies-spesies tumbuhan yang berbeda-beda di
titik pengamatan ke-lima sehingga mendukung untuk dapat ditempatinya beberapa spesies
burung di lokasi tersebut.
Titik ke-satu, dan ke-enam terlihat indeks keanekaragaman burung lebih rendah
juga tetap dibandingkan indeks keanekaragaman pada titik-titik yang lain. Titik ke-satu indeks
keanekaragaman mencapai Ĥ=1,8533, titik pengamatan ke-empat terlihat kurangnya
ditumbuhi tumbuh-tumbuhan besar, bahkan terlihat padang luas seperti lahan yang di buat
masyarakat sebagai tempat perkebunan nilam yang sudah ditinggalkan sehingga tidak ada
tumbuh-tumbuhan, sehingga kurangnya spesies burung yang menempati habitat tersebut. Titik
ke-enam memiliki indeks keanekaragaman mencapai Ĥ=1,7517 kondisi titik pengamatan ke-
enam tumbuhannya rapat masih dapat ditemukan indeks keanekaragaman burung yang
berbeda-beda namun indeks keanekaragamannya masih rendah dibandingkan titik ke-lima
walaupun tumbuhannya masih sangat lebat.
______________
186 Anthonia Thumury, Dan L. Latupapua,” Keanekaragaman Jenis Satwa Burung Berdasarkan
Ketinggian Tempat Pada Hutan Desa Rambatu Kabuapten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku” Jurnal Hutan
Tropis. Vol. 2. No. 2. 2014, h. 95
104
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi bagi tersediannya pakan. Pakan
merupakan hal penting bagian burung utamannya burung herbivora, burung herbivora adalah
spesies burung yang pakannya terutama berasal dari tumbuhan seperti biji-bijian, kacang-
kacangan, daun-daunan, rumput-rumputan, alang-alang, tunas, buah-buahan, cairan, dan
nektar lainnya.187
Penelitian di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabupaten
Aceh Selatan banyak terlihat fisik lingkungan penelitian di setiap titiknya merupakan wilayah
yang sudah dialih fungsikan lahan dari masyarakat dari kawasan Ekisistem Louser Wilayah
Menggamat Hutan Adat dijadikan perkebunan dan tambang emas, dari tumbuhan masyarakat
menjadi salah satu sumber pakan terhadap spesies burung yang terdapat dilokasi penelitian,
sehingga pada setiap titik pengamatan terlihat tidak terlalu jauh indeks keanekaragaman.
Bahkan titik ke-satu hampir sama nilai indeks keanekaragaman dengan indeks di titik ke-
enam Dimana pada titik ke-enam indeks keanekaragaman mencapai Ĥ=1,7517, titik
pengamatan ke-enam terlihat banyak terdapat lebatnya tumbuhan pepohonan yang besar dan
padat.
3. Keanekaragaman Spesies Burung Berdasarkan Stasiun Pengamatan di
Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh
Kabuapten Aceh Selatan
Tingginya indeks keanekaragaman burung disetiap stasiun pengamatan sangat
berkaitan erat dengan kondisi vegetasi yang masih mendukung sebagai habitat burung untuk
melakukan aktifitas harian seperti mencari makanan, tempat bertengger, bermain, bersarang,
berkembang biak dan sebaginya. Suatu vegetasi juga menentukan tempat bersarang, hal ini
______________
187 Indra A. S. L. P Putri, “ Pengaruh Kekayaan Jenis Burung Sumber Pakan Terhadap Keanekaragaman
Burung Herbivora Di Tanaman Nasional Bantimurung Bulu Saraung, Sulawesi Selatan” Jurnal Prsemnas
Masyarakat Biodeversitas Indonesia. Vol. 1. No. 3. 2015, h. 608
105
menandakan bahwa burung akan selalu memilih habitat yang sesuai untuk kelangsungan
hidupnya.
Keanekaragaman spesies burung yang paling banyak dalam perstasiun yaitu
stasiun satu terdapat 13 spesies burung yang terdapat di daerah perkebunan karena masih
bagusnya kondisi vegetasi yang masih mendukung bagi burung mencari makanan dan
beraktifits ditempat tersebut. Lestarinya beberapa spesies tumbuhan biji pada kawasan
tersebut menjadikan daya tarik bagi berbagai spesies burung untuk melakukan aktifitas seperti
mencari makan, tempat bersarang dan berkembang biak dengan baik. Sedangkan stasiun yang
paling sedikit ditemukan spesies burung stasiun dua terdapat 7 spesies burung yang terdapat
di hutan primer karena telah terganggungnya ekosistem akibat masyarakat pejalan kaki dalam
melakukan aktifitas pencarian tambang emas saat melintasi kawasan hutan primer tersebut
sehingga berpengaruh pada aktifitas burung tersebut yang cenderung menurun.
4. Hasil Uji Kelayakan Buku Saku Sebagai Referensi Matakuliah Ornitologi
Hasil penelitian akan digunakan sebagai media belajar pada mata kuliah
Orniotologi pada jurusan pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN AR-
Raniry .Bentuk referensi yang dihasilkan dalam bentuk buku saku. Media belajar tersebut
dimanfaatkan oleh mahasiswa dalam proses pelaksanaan belajar baik diruangan maupun
dilapangan khususnya mata kuliah Orniotologi dengan demikian dapat mencapai tujuan
seperti yang diharapkan.
Buku saku yang dibuat terdiri dari 4 komponen. Adapun 4 komponen tersebut
diantaranya yaitu komponen kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan kegrafikan dan
kelayakan komponen pengembangan. Komponen kelayakan isi terdiri dari tiga komponen
yaitu cakupan materi, keakuratan materi dan kemutakhiran materi. Kelayakan isi diperoleh
106
skor rata-rata 3,1 dengan kategori valid dengan persentase 95%. Komponen kelayakan isi
katagori sangat layak.
Sumber data uji kelayakan isi buku saku berupa data validasi, data uji coba
terbatas, data uji skala luas, data pencapaian nilai kompotensi sikap, dan keterampilan, hal ter
penting diperhatikan dalam pembuatan buku saku
adalah dilihat dari beberapa aspek yaitu sikap spiritual dan sosial, pengetahuan dan keterampi
lan .188
Komponen kelayakan penyajian diperoleh skor rata-rata 3,5 dari validator dengan
kategori valid. Kelayakan penyajian terdiri dari dua sub komponen yaitu teknik penyajian dan
pendukung penyajian materi, dengan persentase 60%. Komponen kelayakan penyajian
katagori cukup layak.Penilaian kelayakan penyajian dilihat dari beberepa aspek yaitu
konsestensi sistematika sajian, kelogisan penyajian dan keruntutan konsep, kesesuaian dan
ketetapan ilusterasi dengan materi dan ketetapan pengetikkan dan pemilihan Gambar.189
Komponen kelayakan kegrafikan diperoleh skor rata-rata 3,5 dari validator
dengan kategori valid. Komponen kelayakan kegrafikan terdiri dari dua sub komponen yaitu
artistik,estetika dan pendukung penyajian materi, dengan persentase 91% katagori sangat
layak. Penilaian kelayakan kegrafikan ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu
ukuran buku saku, desain cover, huruf dan desain isi buku saku. Komponen pengembangan
diperoleh skor rata-rata 3,1 dari validator. Komponen pengembangan terdiri dari dua sub
komponen yaitu teknik penyajian dan pendukung penyajian materi, dengan persentase yang
______________
188 Wiji Hastuti ,dkk“ Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Masalah Dengan Tema Pencemaran
Lingkungan”, Jurnal Inkuiri ISSN 2252-7893, Vol. 4, No. 3, (2015), h. 115-116.
189Tita Juwita, dkk,”Analisis kelayakan buku teks siswa IPA kurikulum 2013 pada materi sistem
pencernaan kelas VIII untuk digunakan dalam peroses pembelajaran ditinjau dari relevansi isi, ketepatan dan
kompleksitas, jurnal bio educatio, vol 2, No 1. (2017), h 65
107
didapatkan 82% katagori sangat layak digunakan sebagai media belajar. Penilaian kelayakan
pengembangan dilihat dari kesesuaian dengan perkembangan siswa, keterbacaan, kemampuan
motivasi, kelugasan, koherensi, dan keruntutan alur pikir, kesesuaian dengan kaidah Bahasa
Indonesia, serta penggunaan istilah dan simbol.190
Pengujian tingkat kelayakan buku saku dilakukan dengan tujuan agar buku saku
yang dihasilkan dapat dimanfaatkan mahasiswa sesuai dengan yang di butuhkan. Pengujian
tingkat kelayakan buku saku menggunakan instrumen yang diisi oleh dosen yang dipilih ahli
media buku saku. Sebelum digunakan, insterumen diteliti terlebih dahulu oleh dosen
pembimbing dengan memberikan masukan dan saran agar lebih baik. Hasil penilaian dari ahli
media buku saku sesuai dengan kategori yang ditetapkan sebelumnya, yaitu 0-40% berarti
kurang layak, layak, 41-60% berarti cukup layak, 61-80% berarti layak dan 81-100% berarti
sangat layak.191
.
Hasil penelitian ini disajikan dalam sebuah karya berbentuk buku saku yang
nantinya akan dimanfaatkan oleh mahasiswa ornitologi yang digunakan untuk mendukung
pembelajaran dan membantu mereka dalam proses identifikasi spesies keanekaragaman
burung saat turun lapangan. Buku saku: buku saku yang dimulai dari : a) Kata pengantar, b)
Daftar isi, c) Bab I, Latar belakang yang telah memuat tentang tinjauan, d) Bab II, Tinjauan
umum tentang objek dan lokasi penelitian, e) Bab III, deskripsi dan klasifikasi objek
penelitian, f) Bab V, penutup, g) daftar pustaka.
______________
190Farida Nurlaila Zunaidah dan Mohamad Amin, Pengembangan Bahan Ajar Matakuliah Bioteknologi
Berdasarkan Kebutuhan Dan Karakter MahasiswaUniversitas Nusantara PGRI Kediri, Jurnal Pendidikan Biologi
Indonesia, Vol. 2, No.1, (2016), h. 21-24
191Windu Erhansyah, dkk., “Pengembangan Web Sebagai Media ,2012, h. 24.
108
Buku saku yang dihasilkan berjudul “ Keanekaragaman Spesies Burung Di
Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabupaten Aceh Selatan Sebagai Referensi
Matakuliah Ornitologi” dalamnya terdapat pengetahuan atau informasi tentang burung. Buku
ini dapat digunakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi sendiri untuk proses
belajar dan identidikasi burung.
Karya dari hasil penelitian ini juga diberikan kepada pihak Kecamatan Kluet
Tengah Kabupaten Aceh Selatan sebagai koleksi data terbaru, dan referensi bagi mahasiswa
yang ingin penelitian di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat agar dapat menjaga
keanekaragamn burung dan kelestarian ekosistem tumbuhan yang ada di hutan tersebut.
109
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang keanekaragaman spesies
burung di Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Kabuaten Aceh
Selatan Sebagai Referensi Matakuliah Ornitologi dapat tarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat sebanyak 30 spesies burung yang terdiri dari 228 individu.
spesies burung yang ditemukan didominasi oleh spesies burung opior (
Lophozosterops javanicus) dengan jumlah individu sebanyak 24 individu,
burung kecer poci (Copsychus saularis) dengan jumlah sebanyak 21
individu, Serindit paruh merah (Loriculus exilis) dengan jumlah sebanyak
17 individu.
2. keanekaragaman spesies burung yang dilakukan di Kawasan Ekosistem
Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh Kabupaten Aceh Selatan
tergolong katagori tinggi berdasarkan formulasi Shannon Winner,
mencapai indeks keanekaragaman yang tinggi dengan nilai Ĥ=3,1187.
3. Buku saku yang dibuat terdiri dari 4 komponen. Adapun 4 komponen
tersebut diantaranya yaitu komponen kelayakan isi, kelayakan penyajian,
kelayakan kegrafikan dan kelayakan komponen pengembangan. Dari ke 4
komponen tersebut diperoleh skor rata-rata 3,3 dengan persentase
keseluruhan 82%. Komponen kelayakan isi katagori sangat layak.
110
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, adapun saran yang dapat penulis kemukan
terkait dengan penelitian ini sebagai berikut:
1. Perlu adanya penelitian lanjutan yang dilakukan pada kawasan hutan
gunung sekorong yang terdapat Kecamatan Kluet Timur Kabupaten Aceh
Selatan, untuk melihat korelasi keanekaragaman burung yang terdapat di
dua kawasan tersebut.
2. Indeks keanekaragaman spesies burung yang terdapat di kawasan Hutan
Menggamat Desa Arie Buluh Kabupaten Aceh Selatan perlu masih di
butuh untuk meneliti indeks keanekaragaman pada beberapa habitat.
3. Perlu adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga hutan adat tepat di
hutan Menggamat Desa Arie Buluh supaya terjaga dari masyarakat yang
membuat lahan perkebunan sehingga pepohonan yang besar di tebang dan
membuat tambang emas di pegunungan sehingga menggagu ekosistem
burung yang ada dilokasi tersebut, supaya terjaga vegetasi hutan yang baik
dan terjaga indeks keanekaragaman spesies burung.
111
DAFTAR PUSTAKA
Adelina Maya. dkk. 2016. “ Keanekaragaman Jenis Burung Di Hutan Rakyat
Pekon Pelunggu Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tangamus”. Jurnal
Sylva Lestari. Vol. 4. No. 4.
Adiwibawa Eka. 2009. Meningkatkan Kualitas Sarang Walet. Yogyakarta:
Kanisius.
A Nell. 2014. Campbell. Biology. Jakarta: Erlangga.
Ahmadi Reza Aulia. 2014. Komunitas Burung Pada Beberapa Habitat Dengan
Ganguan Berbeda Di Hutan Lambusango Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
Bogor: Fakultas Kehutanan Institu Pertanian Bogor.
Almah Hildawati. 2013.“ Pengembangan Layanan Referensi Di Perpustakaan
Antara Harapan Dan Kenyataan.” Jurnal Iqra, Vol.7. No.1.
Amarullah. 2019. Wawancara Dengan Geucik Desa Arie Buluh, Pada Tanggal
05 September.
Anugrah Kiki Dwi. 2017. “ Keanekaragaman Spesies Burung Dihutan Lindung
Register 25 Pematang Tanggang Kabupaten Tanggamus Lampung”. Jurnal
Sylva Lestari. Vol. 5. No. 1.
Antoko S. Bambang. 2013. Sekilas Potensi Burung Di Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus Aek Nauli. Sumatera Utara: Kementerian Kehutanan.
Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta:Rineka Cipta.
Astuti Siti. 2009. ” Respons Fungsional Burung Pentet Lanius Sp. Terhadap
Belalang Kembara Locusta Migratoria Manilensis. ” Jurnal Perlindungan
Tanaman Nasional. Vol. 15. No. 2.
Ayat Asep. 2011. Burung-Burung Agroforest Di Sumatera. World Agroforestly
Centre: Indonesia.
Bahri Samsul. 2020. pemandu gunung menggamat.
B. F. Gill. 2006. Ornitology. 3rd Edition. New York : W. H. Freenman And
Company.
Budi Woody. 2015. http://www.frewaremini.com/2015/02/jenis-macam-gambar-
hewan-burung-unggas.html. diakses pada 26 september 2019
Burhanuddin Afi. 2015. Populasi Dan Sampel.wordpress.com.
112
CJ Krebs. 1990. Ekology The Exsperimental Analisys Of Distribusi And Abudance
Newyork: Harper Internasional .
Darmawan Muhdian Prasetia. 2006. “ Keanekaragaman Spesies Burung Pada
Beberapa Tipe Habitat Di Hutan Gunung Lumut Kalimantan Timur”, Bogor:
Fakultas Kehutanan Instut Pertanian Bogor.
Dewi Rika Sandra. dkk. 2007. ”Keanekaragaman Jenis Burung Di Beberapa Tipe
Habitat Tanaman Nasional Gunung Ciremai”Jurnal Hutan Dan
Ekowisata”.Vol 1. No. 1.
Dewi Rika Sandra. 2007. Keanekaragaman Jensi Burung Di Beberapa Tipe
Habitat Taman Nasional Gunung Ciremai” Departemen Konservasi Sumber
Daya Hutan Dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB Kampus Darmaga,
Bogor 5 November.
Djaja A. Fran. 2013. Panduan Lengkap Burung Peliharaan. Jakarta: Penebaran
Swadaya
Djubiruto Mukayat. 1989. Zoologi Dasar, Jakarta:Erlangga.
et al Hariato . 2009. Buku Informasi Burung Pemangsa Raptor Di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango. Cianjur: Tanamn Nasional Gunung Gede
Pangrango.
E.P Samingan Tjahjono. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta:Edisi Ketiga
Gadjah Mada University Press.
Erhansyah Windu . dkk. 2012. “Pengembangan Web Sebagai Media
Penyampaian Bahan Ajar dengan Materi Struktur Dan Fungsi Jaringan pada
Organ Tumbuhan”. Jurnal UNESA.
Erhansyah , Windu. dkk. 2012. “Pengembangan Web Sebagai Media .
Fahreza. 2019. http://gantolet.blogspot.co.id/2012/02/tentang-burung-
aves.html.diakses tanggal 12 desember
Firdaus, dkk. 2014. ” Keanekaragaman Spesies Burung Di Repong Damar Pekon
Pahmungan Kecamatan Pesisir Krui Kabupaten Lampung Barat “ Jurnal
Sylva Lestari. Vol. 2. No. 1.
Foto Penelitian . 2020.
Hamzati Nur Sita Dan Aunurrahim. 2013. “Keanekaragaman Burung Di Beberapa
Tipe Habitat Di Bentang Alam Mbelling Bagian Barat Flores”. Jurnal Sains
Dan Seni POMITS. Vol. 2. No. 2.
113
Hastuti Wiji,dkk. 2015“ Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Masalah
Dengan Tema Pencemaran Lingkungan”. Jurnal Inkuiri ISSN 2252-7893.
Vol. 4. No. 3.
https://dosenbiologi.com/hewan/jenis-makanan-burung-berdasarkan-paruhnya.
Diakses pada 27 september 2019
Hbw.com. 2020). Jurnal Spesies Burung PDF, Diakses pada tanggal 23 februari.
http://www.birdlife.org/datazone/species/factsheet/22712699
Ismawan Asa. dkk. 2015. “Kelimpahan Dan Keanekaragaman Burung Di Prevab
Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur”. Universitas Negeri Malang, Jalan
Semarang No. 5. Malang. Indonesia
International Union For Conservation Of Nature And Natural Resources.
2020. http://www.iucredlist.org, diakses pada tanggal 13 februari.
Iswantono. 2008. Konsenvasi Dan Peluang Bisnis Dalam Penangkaran Burung
Cucakrawa, Jurnal Aplikasi Ilmu Agama, Vol. 9. No.1.
Indonesia Kutilang. Diakses tanggal 23 fenruari 2020. dari situs:
http://www.kutilang.or.id.
Juwita Tita, dkk. 2017. ”Analisis kelayakan buku teks siswa IPA kurikulum 2013
pada materi sistem pencernaan kelas VIII untuk digunakan dalam peroses
pembelajaran ditinjau dari relevansi isi, ketepatan dan kompleksitas, jurnal
bio educatio, vol 2, No 1.
Karar ABD. dkk. 2016 .“ Keanekaragaman Jenis Burung Di Hutan Primer Di
Suaka Margasatwa Pulau Posos Kecamatan Balaesang Tanjung Kabupaten
Donggala”. Warta Rimba. Vol. 2. No. 1.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. 2015. diakses dari
http://kbbi.web.id/referensi, pada tanggal 28 september 2019
Kompasiana. 2020.com/Neno1069/Punai-Timur-Burung-Cantik-Yang-Terancam-
Punah, Diakses pada tanggal 23 februari . dari situs :
http://www.kompasiana.com
Kamal Samsul. dkk. 2016. ”Spesies Burung Pada Beberapa Tipe Habitat Di
Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar”Jurnal Biotek,Vol. 4. No. 1.
Kamal Samsul. 2014. Status Konservasi Burung Yang Di Perjual Belikan Di
Banda Aceh. Banda Aceh: Ar-Raniry Press.
114
Kamal Samsul. dkk. 2013.“ Keanekaragaman Jenis Burung Pada Perkebunan
Kopi Dikecamatan Bener Kelipah Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh “
Jurnal Biotek. Vol. 1. No. 2.
Kalsum. Umi. 2016. ” Referensi Sebagai Layanan, Referensi Sebagai Tempat :
Sebuah Tinjauan Terhadap Layanan Referensi diperpustakaan Perguruan
Tinggi”. Jurnal Iqra, Vol. 10. No. 1.
Lestari Ayu Dini . 2014. ”Teknik Penangkaran Dan Kualitas Suara Cucak Rawa
Aceh Pycnonotus Zeylanicus. ” Bogor: Fakultas Kehutanan.
Mackinnon Jhon. 2000. Burung-Burung di Sumatra, Jawa, Bali Dan Kalimantan.
Puslitbang- LIPI: Jakarta.
Maskoeri. 1999. Sistematika Hewan. Jakarta: Erlangga.
Melisa. 2012. “ Inventarisasi Jenis-Jenis Jamur Kelas Basidiomycetes Di
Kawasan Hutanair Terjun Sampulan Kelurahan Muara Tuhup Kabupaten
Murung Raya. Skripsi. Palangka Raya: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Palangka Raya.
Mustafa. 2005. Kamus Lingkungan. Jakarta:Rineka Cipta.
Mulyadi Rezki. 2013. Hutan Adat Sebagai Aset Terakhir Rakyat. USAID
Lestari:Cerita Dari Lapangan.
Mclachlan Watson. J. J. Kerley. G. I. H. 1996. A. Human Activity And Potential
Impacts On Dune Breeding Birds In The Alexandria Coastal Dunefield.
Landscape And Urban Planning 34. 3.
Nuramaliati Siti. 2017. “Divergensi DNA Mitokondria Pada Burung Pijantung
Kecil Arachnothera Longirostra. Dari Indonesia” Jurnal Biologi Indonesia.
Vol. 13. No. 2.
Nuribadah. 2012. ”Implementasi Kebijakan Dan Strategi Plestarian Kawasan
Ekosistem Lauser Provinsi Aceh Sebagai Kawasan Strategis Nasional”Jurnal
Ilmu Hukum, No. 58.
Nuribadah. 1998. Adalah Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas
Malikussaleh, Lhokseumawe. Unit Manajemen Leuser, Sekilas Tentang
Kawasan Ekosistem Leuser. Banda Aceh.
Paramita Chandra Elviana, dkk. 2015. “ Keanekaragaman Dan Kelimpahan Jenis
Burung Di Kawasan Mangrove Center Tuban “ Lentera Bio. Vol. 4. No. 3.
115
Project Merang REDD Pilot. 2011. Burung-Burung Di Hutan Rawa Gambut
Merang-Kepayang Dan Sekitarnya.Sumatera Selatan: Merang REDD Pilot
Project MRPP.
Peta lokasi penelitian di hutan Menggamat. 2019. Modifikasi Google Earth.
Putri A.S.L.P Indra. 2015. “ Pengaruh Jenis Kekayaan Tumbuhan Sumber Pakan
Terhadap Keanekaragaman Burung Herbivora Di Taman Nasional Banri
Murung Bulusaraung Silawesi Selatan”. Proseding Seminar Nasional
Biodeversitas Masyarakat Indonesia. Vol. 2. No. 3.
Qadariah Nosi. http://nosiqadariahburkan.blogspot.co.id.2014/12/vbehaviorurldef
ailt-volm.html. Diakses tanggal 10 Desember 2019
RA Bukhari. dkk. 2008. Kluet Dalam Bayang-Bayang Sejarah, Banda Aceh:
IKMK.
Rahman Fakhur, Lusiana Ayu. 2017. “ Pengembangan Modul Pratikum Mandiri
sebagai Asesmen Keterampilan proses Sains dan Keterampilan Sosial
Mahasiswa, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah), Vol. 1. No.
2.
Riefani Maulana Khalid. 2016. “ Burung Paruh Bengkok Yang Di Perdagangkan
Di Pasar Ahad Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar” Jurnal Prosiding Seminar
Nasional Lahan Basah. Jilid 3.
Rahmawaty. dkk. 2006. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Habitat Terbuka
Dan Tertutup Di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser Provinsi
Sumatera Utara. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.
Rideng. 2011. Kekerabatan Jenis-Jenis Dillenia Di Unit Pelaksanan Teknis Balai
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi, Pasuran, Berdasarkan Ciri
Morfologi Vegetatif Dan Generatif, Skripsi, Universitas Negeri Malang.
Saputro Dwi Agung . 2016. Perilaku Burung Murai Batu Copsychus Malabaricus
Siap Produksi, Lampung: Fakultas Pertanian.
Saefullah Asep. dkk. 2015. “ Keanekaragaman Burung Pada Berbagai Tipe
Habitat Beserta Gangguannya Di Hutan Dramaga. Jawa Barat”. Media
Konservasi. Vol. 20. No. 20.
Sinyo A. Bayu. 2014. “ Kajian Warna Dan Corak Bulu Pada Burung Di Kota
Kotamobago Sulawesi Utara.” Jurnal Zootek. Vol. 34. No. 1.
116
Simanjuntak. Jeksen Erick. dkk. 2013. “ Keanekaragaman Jenis Burung Diurnal
Diperkebunan Kelapa Sawit PTPN XIII (Persero) Desa Amboyo Inti
Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak” Pontianak”. Fakultas Kehutan
Universitas Tanjung Pura.
Sirait Marlenny. 2018.” Komparasi Indeks Keanekaragaman Dan Indeks
Dominansi Fitoplanton Disungai Ciliwung Jakarta.” Jurnal Kelautan. Vol.
11. No. 1.
Shihab M.Quraish. 2002. Tafsir Al Misbah Vol.4 Surah Al An’am. Jakarta:Lentera
Hati.
Safanah Nabila Ghita. dkk. 2017. Keanekaragaman Jenis Burung Ditaman Wisata
Alam Dan Cagar Alam Penanjung Pengandaran Jawa Barat,Jurnal Pro Sem
Nas Masy Indon. Vol. 3. No. 2.
Silviyant Novia. dkk. 2016. ”Studi Etno-Ornitologi Burung Sebagai Bentuk
Kearifan Lokal Masyarakat Di Desa Pematang Gadung Kabupaten
Ketapang”Jurnal Hutan Lestari.Vol. 4. No. 2.
Saputra Reski. dkk. 2012. ”Jenis-Jenis Burung Diperkebunan Kelapa Sawit
Pondok Pesantren Hasanatul Barokah Rokan Hulu” Program Studi
Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Pasir Pengaraian. 13 Februari.
Sudarno. dkk. 2007.” Keanekaragaman Jenis Burung Diurnal Pada Kawasan
Hutan Lindung Gunung Ambawang Di Desa Sungai Deras Kabupaten Kubu
Raya Kalimantan Barat” Tanjung Pura: Fakultas Kehutanan Universitas
Tanjung Pura.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Thumury Anthonia. Dan Latupapua. L. 2014. ” Keanekaragaman Jenis Satwa
Burung Berdasarkan Ketinggian Tempat Pada Hutan Desa Rambatu
Kabuapten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku” Jurnal Hutan Tropis. Vol.
2. No. 2.
T. Haryoko. 2011. ”Keanekaragaman Jenis Burung Di Bunguran Utara ,Pulau
Bunguran,Kabupaten Natuna”Jurnal Zoo Indonesia,Vol. 20. No. 2.
Turut Rusli. 2010. Murai Batu. Yogyakarta:Niaga Swadaya.
Tamam Sri Twi Astuti. 2017. ”jenis-jenis paruh burung dan fungsinya”, diakses
dari http://www.bimbelbrilian.com/2017/06/jenis-jenis -burung-dan-
fungsinya.html. pada jum’at 27 september 2019.
117
ttp://www.google.co.id/search?q=burung+pelatu+muka+kelabu. 2020. diakses
pada tanggal 23 februari.
Usinger. Tracy I. Storer Dan Robert I. 2005. Dasar-Dasar Zoologi. Jakarta: Tim
Karisma.
Wibowo P. 2014. Rencana Konservasi Benteng Alam Kabupaten Aceh Selatan
Provinsi Aceh. Pesisir Timur Aceh Selatan:Tetra Tech.
www.kutilangindonesia.com
Wulandari Yosi dan Purwanto Wachid E. 2017. “Kelayakan Aspek Materi dan
Media dalam Pengembangan Buku Ajar Sastra Lama” Jurnal Gramatika,
Vol. 3. No. 2.
Zunaidah Farida Nurlaila dan Mohamad Amin. 2016. Pengembangan Bahan Ajar
Matakuliah Bioteknologi Berdasarkan Kebutuhan Dan Karakter
MahasiswaUniversitas Nusantara PGRI Kediri. Jurnal Pendidikan Biologi
Indonesia. Vol. 2. No.1.
118
LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel Indeks Keanekaragaman Burung Secara Keseluruhan
No Famili Nama Daerah Nama Latin Σ Pi LnPi PiLnPi H'
1 Columbidae Punai gading Treron vernans L 8 0,0350877 -3,349904087 -0,117540494 0,117540494
Punai hutan Treron vieillot 6 0,0263158 -3,63758616 -0,095725952 0,095725952
Perkutut jawa Geopelia striata 12 0,0526316 -2,944438979 -0,154970473 0,154970473
2 Aegithinidae Cipoh Aegithina tiphia 7 0,0307018 -3,48343548 -0,106947581 0,106947581
3 Capitonidae Takur api Psilopogon pyrolophus 5 0,0219298 -3,819907717 -0,083769906 0,083769906
4 Picidae Pelatuk muka kelabu Picus canus 4 0,0175439 -4,043051268 -0,070930724 0,070930724
Caladi tilik Dendrocopos moluccensis 2 0,0087719 -4,736198448 -0,0415456 0,0415456
Caladi balacan Dendrocopos Canicapillus 4 0,0175439 -4,043051268 -0,070930724 0,070930724
5 Dicruridae Srigunting bukit Dicrurus remifer 11 0,0482456 -3,031450356 -0,146254184 0,146254184
6 Falconidae alap-alap capung Microhierax fringillarius 9 0,0394737 -3,232121052 -0,127583726 0,127583726
7 Zosteropidae Opior Lophozosterops javanicus 24 0,1052632 -2,251291799 -0,236978084 0,236978084
8 Nectariniidae Madu kelapa Anthreptes malacensis 13 0,0570175 -2,864396271 -0,16332084 0,16332084
Pijantung Arachnothera longirostra 18 0,0789474 -2,538973871 -0,200445306 0,200445306
9 Laniidae Cendet Lanius schach 4 0,0175439 -4,043051268 -0,070930724 0,070930724
10 Bucerotidae Rangkong badak Buceros rhinoceros 2 0,0087719 -4,736198448 -0,0415456 0,0415456
Rangkong papan Buceros bicornis 3 0,0131579 -4,33073334 -0,056983333 0,056983333
11 Pynonotidae Cucak rawa aceh Pycnonotus zeylanicus 14 0,0614035 -2,790288299 -0,171333492 0,171333492
Merbah cerucuk Pycnonotus goiavier 6 0,0263158 -3,63758616 -0,095725952 0,095725952
12 Oriolidae
Kupudang kuduk
hitam Oriolus chinensis 1 0,004386 -5,429345629 -0,023812919 0,023812919
13 Chloropseidae Cica daun Chloropsis sonnerati 7 0,0307018 -3,48343548 -0,106947581 0,106947581
14 Muscicapidae Murai batu Copsychus malabariricus 2 0,0087719 -4,736198448 -0,0415456 0,0415456
Kacer poci Copsychus saularis 21 0,0921053 -2,384823191 -0,219654768 0,219654768
Sikatan belang Ficedula westermanni 1 0,004386 -5,429345629 -0,023812919 0,023812919
15 Meropidae Kirik-kirik senja Merops leschenaulti 7 0,0307018 -3,48343548 -0,106947581 0,106947581
16 Cisticolidae
Perenjak kepala
merah Prinia familiaris 6 0,0263158 -3,63758616 -0,095725952 0,095725952
17 Psittacidae Serindit paruh merah Loriculus exilis 17 0,0745614 -2,596132285 -0,193571267 0,193571267
18 Campephagidae
Kepudang sungu
belang Coracina bicolor 2 0,0087719 -4,736198448 -0,0415456 0,0415456
19 Megalainidae Takur tutu Megalaima armillaris 4 0,0175439 -4,043051268 -0,070930724 0,070930724
20 Corvidae Tangkar uli sumut Dendrocitta occipitalis 3 0,0131579 -4,33073334 -0,056983333 0,056983333
21 Sylvidae Cikrak kutup Phylloscopus borealis 5 0,0219298 -3,819907717 -0,083769906 0,083769906
Jumlah 228 1 -3,118710844 3,118710844
Indeks Keanekaragaman (Ĥ)=-pi Ln Pi= (-3,1187)= 3,1187
Sumber : Pengolahan data. 2020
119
Lampiran 2
Tabel Jumlah Individu Burung Per Stasiun Pengamatan
Stasiun Titik Nama latin Σ pi Lnpi piLnPi Ĥ
Stasiun 1 titik 1 Treron vernans L 8 0,114285714 -2,1690537 -0,247891851 0,247891851
Aegithina tiphia 7 0,1 -2,302585093 -0,230258509 0,230258509
Psilopogon pyrolophus 5 0,071428571 -2,63905733 -0,188504095 0,188504095
Picus canus 4 0,057142857 -2,862200881 -0,163554336 0,163554336
Dicrurus remifer 11 0,157142857 -1,850599969 -0,290808567 0,290808567
Dendrocopos moluccensis 2 0,028571429 -3,555348061 -0,101581373 0,101581373
Microhierax fringillarius 9 0,128571429 -2,051270665 -0,2637348 0,2637348
Lophozosterops javanicus 24 0,342857143 -1,070441412 -0,367008484 0,367008484
Jumlah
70 1 1,853342015
Titik 2 Anthreptes malacensis 13 0,254901961 -1,366876275 -0,348419443 0,348419443
Lanius schach 4 0,078431373 -2,545531272 -0,199649511 0,199649511
Buceros rhinoceros 2 0,039215686 -3,238678452 -0,127006998 0,127006998
Pycnonotus zeylanicus 14 0,274509804 -1,292768303 -0,354877573 0,354877573
Arachnothera longirostra 18 0,352941176 -1,041453875 -0,367571956 0,367571956
Jumlah
51 1 1,397525482
Stasiun 2 Titik 3 Oriolus chinensis 1 0,026315789 -3,63758616 -0,095725952 0,095725952
Chloropsis sonnerati 7 0,184210526 -1,691676011 -0,311624528 0,311624528
Copsychus malabariricus 2 0,052631579 -2,944438979 -0,154970473 0,154970473
Copsychus saularis 21 0,552631579 -0,593063722 -0,327745741 0,327745741
Merops leschenaulti 7 0,184210526 -1,691676011 -0,311624528 0,311624528
Jumlah
38 1 1,201691222
Titik 4 Treron psittaceus 6 0,5 -0,693147181 -0,34657359 0,34657359
Prinia familiaris 6 0,5 -0,693147181 -0,34657359 0,34657359
jumlah
12 1 0,693147181
Stasiun 3 Titik 5 Loriculus exilis 17 0,5 -0,693147181 -0,34657359 0,34657359
Coracina bicolor 1 0,029411765 -3,526360525 -0,103716486 0,103716486
Geopelia striata 12 0,352941176 -1,041453875 -0,367571956 0,367571956
Megalaima armillaris 4 0,117647059 -2,140066163 -0,25177249 0,25177249
jumlah
34 1 2,455928883
Titik 6 Buceros bicornis 3 0,125 -2,079441542 -0,259930193 0,259930193
Dendrocopos Canicapillus 4 0,166666667 -1,791759469 -0,298626578 0,298626578
Pycnonotus goiavier 6 0,25 -1,386294361 -0,34657359 0,34657359
Dendrocitta occipitalis 3 0,125 -2,079441542 -0,259930193 0,259930193
Phylloscopus borealis 5 0,208333333 -1,568615918 -0,326794983 0,326794983
Ficedula westermanni 3 0,125 -2,079441542 -0,259930193 0,259930193
jumlah
24 1 1,75178573
Sumber : Pengolahan Data. 2020
120
Lampiran 3
Dokumentasi Kegiatan Penelitian Keanekaragaman Spesies Burung di
Kawasan Ekosistem Louser Wilayah Menggamat Desa Arie Buluh
Kabupaten Aceh Selatan
Gambar 1. Peneliti sedang mencatat spesies burung yang ditemukan di lokasi
penelitian
Gambar 2. Peneliti sedang berdiskusi dengan asisten
121
Gambar 3. Peneliti sedang melihat spesies burung dari kejauhan menggunakan
teropong
Gambar 4. Peneliti sedang melihat asisten mengajarkan menggunakan GPS
122
Gambar 5. Peneliti sedang mendengar penjelasan dari asisten perpindahan dari titik
pengamatan
Gambar 6. Peneliti sedang menarik tali transek
123
Lampiran 4
Foto Dokumentasi Spesies Burung Yang di Dapatkan di Lokasi Penelitian
Burung Opior Burung Caladi Tilik
Burung Punai Gading Burung Punai Timor
Burung Perkutut Jawa Burung Cipoh Kacat
124
Burung Takur Api Burung Pelatuk Muka Kelabu
Burung Caladi Balacan Burung Srigunting Bukit
Burung Alap-Alap Burung Madu Kelapa
Burung Pijantung Kecil Burung Cendet
125
Burung Rangkong Badak Burung Rangkong Papan
Burung Cucak Rawa Aceh Burung Merbah Cerucuk
Burung Kepudang Kuduk Hitam Burung Cica Daun
126
Burung Murai Batu Burung Kecer Poci
Burung Sikatan Belang Burung Kirik-Kirik Biru
Burung Perenjak Kepala Merah Burung Serindit Paruh Merah
127
Burung Kepudang Sungu Belang Burung Takur Tutu
Burung Tangkar Uli Burung Cikrak Kutub
128
130
131
132
133