keanekaragaman benthos dan nekton di pulau sembilan kecamatan pangkalan susu kabupaten langkat...

55
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON DI PULAU SEMBILAN KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA Dosen Penanggung Jawab: Dr. Ir. Yunasfi, Msi NIP. 196711192000121001 Kelompok IV B LABORATORIUM EKOLOGI PERAIRAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN Keumala Hafni Munthe 130302004 Romanda Mora Tanjung 130302018 Dumaria RM Lumban Tobing

Upload: keumala-hafni-munthe

Post on 26-Dec-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fieltrip pulau sambilan langkat msp usu 2013.

TRANSCRIPT

Page 1: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON DI PULAU SEMBILAN KECAMATAN PANGKALAN SUSU

KABUPATEN LANGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA

Dosen Penanggung Jawab:Dr. Ir. Yunasfi, Msi

NIP. 196711192000121001

Kelompok IV B

LABORATORIUM EKOLOGI PERAIRANPROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN2014

Keumala Hafni Munthe 130302004Romanda Mora Tanjung 130302018Dumaria RM Lumban Tobing 130302024Antasari Malau 130302046Yohanita N W Sihite 130302064

Page 2: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

19

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas

pembuatan Laporan Praktikum Ekologi Perairan dengan judul

“Keanekaragaman Benthos dan Nekton di Pulau Sembilan Kecamatan

Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.”

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Penanggung jawab

Laboratorium Ekologi Perairan Bapak Dr. Ir. Yunasfi M. Si., beserta seluruh

asisten Laboratorium karena telah membimbing dan memberi materi kepada

seluruh praktikan.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan penulis berharap makalah ini

dapat berguna bagi pembaca guna menambah wawasan dan menambah ilmu

pengetahuan.

Medan, Desember 2014

Penyusun

Page 3: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

20

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

DAFTAR TABEL...................................................................................... iii

PENDAHULUANLatar Belakang................................................................................. 1Tujuan Praktikum............................................................................. 2Manfaat Praktikum........................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKAPulau Sembilan................................................................................. 3Pulau Pulau Kecil............................................................................. 4Ekosistem Mangrove........................................................................ 4Benthos............................................................................................. 7Rantai Makanan................................................................................ 8Parameter Fisika............................................................................... 8Parameter Kimia............................................................................... 13

METODOLOGI Waktu dan Tempat............................................................................. 16

Deskripsi Area................................................................................... 16Alat dan Bahan.................................................................................. 17Prosedur Kerja................................................................................... 17

HASIL DAN PEMBAHASANHasil .................................................................................................. 18Pembahasan....................................................................................... 20

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan....................................................................................... 23Saran................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 4: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

21

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Benthos yang Ditemukan................................................. 18

Tabel 2. Hasil Analisis Perhitungan Benthos................................. 19

Table 3. Nekton yang Ditemukan................................................... 19

Table 4. Jenis Flora yang Ditemukan............................................. 19

Table 5. Parameter Yang Diukur ................................................... 20

Page 5: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

22

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan mangrove berada dalam zona pasang surut daerah tropis dan

subtropis, membentuk ekosistem penting bagi ikan dan melindungi dari erosi

pantai (Tomlinson, 1986; Alongi, 2002; Basyuni et al., 2007). Posisinya yang

berada di sepanjang permukaan daratan-laut, mangrove sangat rentan terhadap

perubahan permukaan laut dan sedimen sungai. Mangrove merupakan salah satu

ekosistem yang paling produktif di bumi, dan jatuhnya serasah mangrove

merupakan sumber karbon organik yang paling penting pada siklus biogeokimia

dalam ekosistem mangrove dan indikator yang penting dalam produktivitas

mangrove. Oleh karena itu produktivitas yang tinggi, tingkat perputaran bahan

organik dan pertukaran ekosistem darat dan laut, mangrove merupakan bagian

yang penting dalam siklus daur ulang biogeokimia karbon dan elemen yang

terkait di sepanjang pesisir wilayah tropis (Prayunita dkk., 2012).

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, didominasi

oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada

daerah pasang-surut, pantai berlumpur. Ekosistem ini mempunyai sifat yang unik

dan khas, dengan fungsi dan manfaat yang beraneka ragam bagi manusia serta

mahluk hidup lainnya. Dalam rangka melestarikan fungsi biologis dan ekologis

ekosistem hutan mangrove, maka diperlukan suatu pendekatan yang rasional di

dalam pemanfaatannya, dengan melibatkan masyarakat di sekitar kawasan.

Pelibatan masyarakat dalam pengeloaan hutan mangrove merupakan salah satu

langkah awal dalam mewujudkan pelestarian hutan mangrove yang berkelanjutan

(Dimas dan Asbar, 2010).

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove

terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indo-nesia

dan hidup serta tumbuh berkembang pada lokasi-lokasi yang mempunyai hu-

bungan pengaruh pasang air (pasang surut) yang merembes pada aliran sungai

yang terdapat di sepanjang pesisir pantai. Hutan mangrove merupa-kan suatu

ekosistem yang mempunyai peranan penting ditinjau dari sisi ekologis maupun

Page 6: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

23

aspek sosial ekonomi. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang ditumbuhi dengan

pohon bakau (mangrove) yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara

sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove mempunyai

fungsi ganda dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara

keseimbangan siklus biologi di suatu perairan (Patang, 2012).

Salah satu kemampuan mencolok spesies mangrove adalah tumbuh dalam

berbagai tingkat salinitas mulai dari air tawar sampai ke tingkat di atas air laut.

Beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa cekaman garam menginduksi

perubahan konsentrasi triterpenoid di mangrove jenis non-sekresi. Tambahan lagi,

senyawa-senyawa tersebut berfungsi sebagai chemical defense bagi dirinya.

Setiap jenis tumbuhan mangrove memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda-

beda terhadap kondisi lingkungan seperti kondisi tanah, salinitas, temperatur,

curah hujan dan pasang surut. Hal ini menyebabkan terjadinya struktur dan

komposisi tumbuhan mangrove dengan batas-batas yang khas, mulai dari zona

yang dekat dengan daratan sampai dengan zona yang dekat dengan lautan.

Salinitas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perkembangan

hutan mangrove (Prayunita dkk., 2012).

Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tentang jenis biota yang terdapat di ekositem mangrove Pulau

Sembilan.

2. Mengetahui biota dominan yang terdapat di ekosistem mangrove.

3. Mengetahui faktor yang memepengaruhi kehidupan biota di ekosistem

mangrove

4. Mengetahui rantai makanan di kawasan mangrove Pulau Sembilan.

Manfaat Praktikum

Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat menambah

pengetahuan tentang ekosistem mangrove di pulau sembilan dapat menjadikan

laporan ini sebagai sumber informasi bagi mahasiswa maupun masyarakat yang

membaca.

Page 7: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

24

TINJAUAN PUSTAKA

Pulau Sembilan

Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten

Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km2 atau ± 9,67% dari total

luas wilayah kecamatan Pangkalan Susu (151,35 km2). Jumlah total penduduk di

Pulau Sembilan ini ± 2.047 dengan bermata pencarian antara lain sebagai pertani

sebanyak 413 KK, pengrajin 9 KK, pegawai negeri 19 KK, pedagang 29 KK,

supir angkutan 11 KK dan buruh 161 KK. Luas berdasarkan penggunaan lahan

antara lain sawah seluas 1,90 km2, tanah kering seluas 9,29 km2 dan lainnya

seluas 4,46 km2 . Selain itu masih tersisa hutan mangrove yang termasuk dalam

hutan sekunder. Hutan yang masih tersisa tersebut tidak termasuk dalam kawasan

hutan negara, melainkan lahan milik masyarakat. Namun, sebagian masyarakat

memelihara tegakan mangrove khususnya yang terletak pada areal kawasan

lindung seperti kanan kiri sungai dan tepi pantai (Capah,2003).

Di Pulau Sembilan tersebar pantai-pantai yang sangat potensial untuk

dikembangkan menjadi obyek Ekowisata. Namun masyarakat masih tertumpu

pada pengembangan budidaya ikan kerambah dan mutiara serta pengolahan kulit

kerang. Di Pulau Sembilan ini juga dapat dijumpai ekosistem lahan kering yang

dimanfaatkan masyarakat untuk aktifitas pertanian tadah hujan maupun pengairan.

Kondisi air tanah masih cukup baik dimana tidak ditemukan adanya air sumur

yang asin atau terkena intrusi air laut (Alam dkk., 2011).

Pulau Sembilan sebagai perairan yang cukup luas saat ini mengalami

peningkatan berbagai aktifitas manusia yang ada disekitarnya berfungsi sebagai

sumber air minum, perikanan, pertanian dan kepariwisataan. Di perairan sekitar

pulau ini ternyata masih tersimpan kekayaaan alam berupa sumber daya ikan.

Sejauh ini masih sedikit sekali informasi tentang keanekaragaman ikan di

kawasan Pulau Sembilan Kabupaten Langkat, maka perlu dilakukan penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui jenis dan keanekaragaman ikan serta pengaruh

faktor fisik kimia terhadap keanekaragaman ikan di Pulau sembilan Kecamatan

Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Sumatera Utara (Capah,2003).

Page 8: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

25

Pulau Pulau Kecil

Kawasan pulau-pulau kecil memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa

lingkungan yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai modal dasar pelaksanaan

pembangunan Indonesia di masa yang akan datang. Kawasan ini menyediakan

sumberdaya alam yang produktif seperti terumbu karang, padang lamun

(seagrass), hutan mangrove, perikanan dan kawasan konservasi. Pulau-pulau kecil

juga memberikan jasa lingkungan yang besar karena keindahan alam yang

dimilikinya yang dapat menggerakkan industri pariwisata bahari. Dilain pihak,

pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil masih belum optimal akibat perhatian dan

kebijakan Pemerintah selama ini yang lebih berorientasi ke darat. Pengembangan

kawasan pulau-pulau kecil merupakan suatu proses yang akan membawa suatu

perubahan pada ekosistemnya (Alam dkk., 2011).

Undang-undang 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil telah memberikan batasan yang jelas dan tegas mengenai

berbagai definisi ruang lingkup pengelolaan WPPK, berbagaimacam sumber daya

pesisir definisi pencemaran. Namun beberapa pengertian mengenai batasan pantai

dan pesisir, jenis ekosistem pembentuk pesisir sampai dengan definisi perusakan

dapat ditemui didalam beberapa undang-undang lainya sesuai dengan amanat

Pasal 78 UUPWPPPK yang membenarkan berlakunya Undang-undang lain

selama tidak bertentangan dengan UUPWPPPK dan bila didalam undang-undang

tidak ditemui barulah pendapat ahli digunakan dalam memberikan batasan

pengertian (Capah, 2003).

Ekosistem mangrove

Ekosistem mangrove merupakan tipe ekosistem yang berada di antara

pesisir dan lautan yang ditumbuhi oleh vegetasi yang khas, dan terdapat di

sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.

Berdasarkan fungsinya ekosistem mangrove berperan sebagai daerah asuhan

(nursery grounds), tempat mencari makanan (feeding grounds), tempat pemijahan

(spawning grounds) serta pemasok larva berbagai jenis udang, ikan, dan biota laut

lainnya. Selain itu, ekosistem mangrove juga memiliki peran penting lain berupa

peredam gelombang, perangkap sedimen, dan intrusi air laut (Haryani, 2013).

Page 9: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

26

Meskipun Negara Indonesia memiliki hutan mangrove terluas, akan tetapi

laju deforestrasi hutan mangrove terjadi pula yg merupakan permasalahan

rusaknya hutan mangrove. Menurut data akibat deforestasi hutan mangrove

menyebabkan hutan mangrove dalam kondisi rusak berat mencapai luas 42%,

kondisi rusak mencapai luas 29%, kondisi baik mencapai luas < 23% dan

kondisinya sangat baik hanya seluas 6%. Saat ini keberadaan hutan mangrove

semakin terdesak oleh kebutuhan manusia, sehingga hutan mangrove sering

dibabat habis bahkan sampai punah. Jika hal ini terus menerus dilakukan maka

akan mengakibatkan terjadinya abrasi, hilangnya satwa atau biota laut yang

habitatnya sangat memerlukan dukungan dari hutan mangrove (Haryani, 2013).

Pemanfaatan ekosistem mangrove dapat dikategorikan menjadi

pemanfaatan ekosistem secara keseluruhan (nilai ekologi) dan pemanfaatan

produk-produk yang dihasilkan ekosistem tersebut (nilai sosial ekonomi dan

budaya). Secara tradisional, masyarakat setempat menggunakan mangrove untuk

memenuhi berbagai keperluan secara lestari, tetapi meningkatnya jumlah

penduduk dapat menyebabkan terjadinya tekanan yang tidak terbaharukan pada

sumber daya ini. Referensi tertua mengenai pemanfaatan tumbuhan mangrove

berasal dari tahun 1230 di Arab, yakni penggunaan bibit (seedling) Rhizophora

sebagai sumber pangan, getah untuk mengobati sakit mulut, batang tua untuk

kayu bakar, tanin dan pewarna, serta menghasilkan minuman yang memiliki efek

afrodisiak bagi lelaki dan pengasihan bagi perempuan (Dwi dan Kusumo, 2006).

Mangrove merupakan salah satu ekosistem penting pesisir dan laut selain

terumbu karang dan padang lamun. Mangrove memiliki beberapa manfaat seperti

manfaat ekologi dan ekonomi. Manfaat ekologi mangrove diantaranya adalah

sebagai pelindung alami pantai dari abrasi, mempercepat sedimentasi,

mengendalikan intrusi air laut, dan melindungi daerah di belakang mangrove dari

gelombang tinggi dan angin kencang, tempat memijah, mencari makan, dan

berlindung bagi ikan, udang, kepiting dan biota laut lainnya. Sedangkan manfaat

ekonomi mangrove yaitu sebagai bahan makanan, minuman, obat-obatan,

pewarna alami, dan sebagai obyek ekowisata (Welly dan Wira, 2011)

Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove

di Asia Tenggara, atau sekitar 27% dari luas mangrove di dunia. Sebaran

Page 10: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

27

mangrove di Indonesia terutama berada di wilayah pesisir Sumatera, Kalimantan

dan Papua. Luas penyebaran mangrove Indonesia terus mengalami penurunan dari

4,25 juta hektar pada tahun 1982 menjadi sekitar 3,24 juta hektar pada tahun

1987, dan tersisa seluas 2,50 juta hektar pada tahun 1993. Kecenderungan

penurunan tersebut mengindikasikan bahwa terjadi degradasi hutan mangrove

yang cukup nyata, yaitu sekitar 200 ribu hektar per tahun akibat kegiatan konversi

lahan menjadi lahan tambak, penebangan liar dan sebagainya (Dwi dkk., 2004).

Mangrove merupakan salah satu ekosistem langka dan khas di dunia,

karena luasnya hanya 2% permukaan bumi. Indonesia merupakan kawasan

ekosistem mangrove terluas di dunia. Ekosistem ini memiliki peranan ekologi,

sosial-ekonomi, dan sosia-budaya yang sangat penting. Fungsi ekologi hutan

mangrove meliputi tempat sekuestrasi karbon, remediasi bahan pencemar,

menjaga stabilitas pantai dari abrasi, intrusi air laut, dan gelombang badai,

menjaga kealamian habitat, menjadi tempat bersarang, pemijahan dan pembesaran

berbagai jenis ikan, udang, kerang, burung dan fauna lain, serta pembentuk

daratan. Fungsi sosial-ekonomi hutan mangrove meliputi kayu bangunan, kayu

bakar, kayu lapis, bubur kertas, tiang telepon, tiang pancang, bagan penangkap

ikan, dermaga, bantalan kereta api, kayu untuk mebel dan kerajinan tangan, atap

huma, tannin, bahan obat, gula, alkohol, asam asetat, protein hewani, madu,

karbohidrat, dan bahan pewarna, serta memiliki fungsi

sosial-budaya sebagai areal konservasi, pendidikan, ekoturisme dan identitas

budaya (Dwi dan Kusumo, 2006).

Tumbuhan mangrove di Indonesia terdiri dari 47 spesies pohon, 5 spesies

semak, 9 spesies herba dan rumput, 29 spesies epifit, 2 spesies parasit, serta

beberapa spesies algae dan bryophyta (MoE, 1997). Formasi hutan mangrove

terdiri dari empat genus utama, yaitu Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, dan

Bruguiera, terdapat pula Aegiceras, Lumnitzera, Acanthus illicifolius, Acrosticum

aureum, dan Pluchea indica (Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1965). Pada

perbatasan hutan mangrove dengan rawa air tawar tumbuh Nypa fruticans dan

beberapa jenis Cyperaceae. Hutan mangrove alami membentuk zonasi tertentu.

Bagian paling luar didominasi Avicennia, Sonneratia, dan Rhizophora, bagian

tengah didominasi Bruguiera gymnorrhiza, bagian ketiga didominasi Xylocarpus

Page 11: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

28

dan Heritieria, bagian dalam didominasi Bruguiera cylindrica, Scyphiphora

hydrophyllacea, dan Lumnitzera, sedangkan bagian transisi didominasi Cerbera

manghas (Dwi dkk., 2004).

Di Indonesia, hutan mangrove tumbuh dan tersebar diseluruh Nusantara,

mulai dari Pulau Sumatera sampai dengan Pulau Irian. Luas hutan mangrove

diperkirakan sekitar 4,25 juta hektar, Luas hutan mangrove pada tahun 1993

diperkirakan sekitar 2,49 juta hektar. Dari seluruh hutan mangrove yang ada di

Indonesia tersebut, ditemukan sekitar 202 jenis tumbuhan yang hidup pada hutan

mangrove, yakni meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palm, 19 jenis pemanjat, 44 jenis

terna, 44 jenis epifit, 1 jenis paku-pakuan. Dari sejumlah jenis tersebut, sebanyak

43 merupakan jenis tumbuhan mangrove sejati, sementara jenis lainnya

merupakan jenis tumbuhan yang biasanya berasosiasi dengan hutan mangrove

jenis. Dari 43 jenis mangrove tersebut, 33 jenis termasuk klasifikasi pohon dan

sisanya adalah termasuk jenis perdu. Jenis tumbuhan mangrove di Indonesia

tercatat sebanyak 75 jenis (Pramudji, 2001).

Sebagai negara kepulauan, Indonesia terdiri atas lebih dari 17.508 buah

pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai sekitar 81.000. Sebagian daerah

tersebut ditumbuhi hutan mangrove dengan lebar beberapa meter sampai beberapa

kilometer. Dipandang dari segi luas areal, hutan mengrove di Indonesia adalah

yang terluas di dunia. Di Indonesia, mangrove tersebar hampir di seluruh pulau-

pulau besar mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua,

dengan luas sangat bervariasi bergantung pada kondisi fisik, komposisi substrat,

kondisi hidrologi, dan iklim yang terdapat di pulau-pulau tersebut FAO

(Infah, 2011).

Benthos

Bentos adalah organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di

dalam atau melekat pada sedimen dasar perairan. Berdasarkan sifat hidupnya,

bentos dibedakan menjadi fitobentos yaitu bentos yang bersifat tumbuhan dan

zoobentos yaitu bentos yang bersifat hewan. Berdasarkan cara hidupnya bentos

dibedakan atas dua kelompok, yaitu infauna (bentos yang hidupnya terbenam di

dalam substrat dasar perairan) dan epifauna (bentos yang hidupnya di atas substrat

Page 12: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

29

dasar perairan). Berdasarkan ukuran tubuhnya bentos dapat dibagi atas

makrobentos yaitu kelompok bentos yang berukuran > 2 mm, meiobentos yaitu

kelompok bentos yang berukuran 0,2 – 2 mm, dan mikrobentos yaitu kelompok

bentos yang berukuran < 0,2 mm (Lestari, 2009).

Rantai Makanan

Semua organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan

lingkungan hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu

denganlingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau

timbalbalik. Hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayat

imembentuk sistem ekologi didalam ekosistem. Didalam ekosistem terjadi rantai

makanan/ aliran energy dan siklus biogeokimia. Rantai makanan dapat

dikategorikan sebagai interaksi antar organisme dalam bentuk predasi

(Pramudji, 2001).

Adanya sistem akar yang padat, menyebabkan sedimen, yang mengandung

unsur hara, terperangkap. Selain itu model perakaran ini jugamenyebabkan

gerakan air yang minimal pada ekosistem ini. Sehingga hewanpengurai

(detritivor) memiliki aktivitas tinggi dengan jumlah yang banyak padae kosistem

ini. Lumpur mangrove mengandung lebih dari 10 juta bakteri, lebih kaya dari

lumpur manapun. Bakteri yang dimaksud disini adalah bakteri patogen seperti

Shigella, Aeromonas dan Vibrio dimana bakteri ini dapat bertahan pada air

mangrove walaupun tercemar bahan kimia berbahaya (Saputra, 2009).

Parameter Fisika

a. Suhu

Suhu perairan mempunyai kaitan yang cukup erat dengan besarnya

intensitas cahaya yang masuk ke dalam suatu perairan. Semakin besar intensitas

cahaya matahari yang masuk ke dalam suatu perairan, maka semakin tinggi pula

suhu air. Semakin bertambahnya kedalaman akan menurunkan suhu perairan.

Terjadinya kenaikan suhu juga sangat berpengaruh terhadap komposisi nitrogen

yang ada dalam suatu perairan. Semakin tinggi suhu maka semakin tinggi pula

kandungan amonia karena tingginya suhu suatu perairan dapat menyebabkan

Page 13: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

30

menurunnya kandungan oksigen terlarut sehingga proses amonifikasi yang terjadi

adalah pada kondisi kurang oksigen dan dengan kondisi kurang oksigen tersebut

maka kandungan nitrat mengalami penurunan konsentrasi. Air sering digunakan

sebagai medium pendingin dalam berbagai proses industri. Air pendingin setelah

digunakan akan mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan, kemudian

dikembalikan ke tempat asalnya yaitu sungai atau sumber air lainnya. Peningkatan

suhu diikuti dengan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam perairan

(Saputra, 2009).

b. Intensitas Cahaya

Penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan akan mempengaruhi

produktifitas primer. Kedalaman penetrasi cahaya matahari kedalam perairan

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: tingkat kekeruhan perairan, sudut

datang cahaya matahari dan intensitas cahaya matahari. Pada batas akhir cahaya

matahari mampu menembus perairan disebut sebagai titik kompensasi cahaya,

yaitu 13 titik pada lapisan air dimana cahaya matahari mencapai nilai minimum

yang menyebabkan proses asimilasi dan respirasi berada dalam keseimbangan

Bagi organisme perairan, intensitas cahaya matahari yang masuk berfungsi

sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme pada

habitatnya. Beberapa jenis larva serangga akan melakukan gerakan lokomotif

sebagai bentuk reaksi terhadap menurunnya intensitas cahaya matahari. Larva ini

akan keluar dari persembunyiannya yang terdapat pada bagian bawah bebatuan di

dasar perairan menuju ke bagian atas bebatuan untuk mencari makan

(Saputra, 2009).

c. Kecepatan Arus

Arus merupakan gerakan masa air yang dapat disebabkan oleh angin,

perbedaan densitas air laut, gelombang dan pasang surut. Arus dapat

menyebabkan terjadinya perbedaan suhu, kadar garam dan lamanya pasang. Arus

pantai, baik yang dibangkitkan oleh gelombang maupun pasang surut di perairan

dangkal akan berinteraksi dengan dasar perairan. Interaksi tersebut berupa

gesekan antara badan air yang bergerak dengan dasar perairan. Gesekan tersebut

membangkitkan sejumlah energi yang disebut sebagai kapasitas angkut yang

besarnya sebanding dengan kecepatan arus. Jika kapasitas angkut tersebut cukup

Page 14: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

31

besar maka sedimen di dasar perairan akan terangkat dan terpindahkan. Peristiwa

pengangkatan sedimen dari pantai disebut sebagai abrasi dan pengangkutannya

disebut sebagai transport. Sebaliknya jika kecepatan arus menurun, maka

kapasitas angkutnya pun menurun, sehingga sedimen yang sedang terangkut akan

dijatuhkan ke dasar perairan. Peristiwa ini disebut sebagai deposisi. Abrasi yang

terjadi terus menerus akan mengakibatkan kehilangan badan pantai. Sebaliknya,

deposisi yang terjadi terus menerus akan mengakibatkan penumpukan sedimen

yang biasanya disebut sedimentasi (Suryawan, 2007).

d. Kecerahan dan Kekeruhan

Kecerahan perairan bergantung pada zat-zat tersuspensi didalamnya baik

organik maupun anorganik. Kecerahan atau transparansi perairan ditentukan

secara visual dengan menggunakan cakram yang disebut secchi disk berdiameter

30 cm yang pertama kali dikembangkan oleh Profesor Secchi sekitar abad 19.

Pada penggunaan secchi disk, kekeruhan perairan dikuantitatifkan dalam suatu

nilai yang dikenal dengan kedalaman secchi disk. Nilai kecerahan yang

dinyatakan dengan satuan meter ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu

pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi serta ketelitian orang yang

melakukan pengukuran. Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang

menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman

tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangatlah penting karena erat

hubungannya dengan fotosintesis. Kecerahan yang tinggi merupakan syarat untuk

berlangsungnya fotosintesis fitoplankton yang baik. Faktor yang dapat

mempengaruhi kecerahan air adalah kandungan lumpur, kandungan plankton dan

zat-zat terlarut lainnya (Lestari, 2009).

e. Warna

Warna pada air dapat disebabkan oleh materi tersuspensi dan materi

organik terlarut. Warna yang disebabkan oleh materi tersuspensi adalah warna

semu (apparent color) dan warna yang disebabkan oleh material organik dalam

bentuk koloid disebut warna sejati (true color). Warna air baku adalah 444 Pt-Co

dan pada air minum menjadi 5 Pt-Co serta terjadi kenaikan warna air minum pada

jaringan distribusi mencapai 21 Pt-Co. Penurunan warna yang besar terjadi pada

unit danau, koagulasi-flokulasi dan sedimentasi dan pada unit trident (filtrasi).

Page 15: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

32

Pada kolam penampungan sementara (danau) terjadi proses pengendapan partikel

diskrit dan penguraian materi organik secara biologi yang merupakan partikel

penyebab warna. Proses koagulasiflokulasi dan sedimentasi dapat menurunkan

konsentrasi warna cukup besar, karena pada proses ini partikel tersuspensi

penyebab warna dapat disisihkan dengan pengendapan secara gravitasi. Pada

proses filtrasi di unit trident partikel yang lebih kecil penyebab warna disaring

sehingga konsentrasi warna menjadi berkurang dan berada dibawah batas

maksimum baku mutu warna untuk air minum. Pada titik distribusi terjadi

kenaikan konsentrasi warna, akan tetapi dalam konsentrasi yang masih memenuhi

baku mutu yaitu 25 Pt-Co (Aulia, 2005).

f. Kedalaman

Kedalaman perairan berperan penting terhadap kehidupan biota pada

ekosistem tersebut. Semakin dalam perairan maka terdapat zona-zona yang

masing-masing memiliki kekhasan tertentu, seperti suhu, kelarutan gas-gas dalam

air, kecepatan arus, penetrasi cahaya matahari dan tekanan hidrostatik. Zona

perairan mengalir (sungai), secara horizontal terdiri dari zona mata air (krenal),

zona (rithral), dan zona (potamal). Zona krenal dibagi menjadi 3 bagian yaitu

reokrenal, yaitu mata air yang berbentuk air terjun, limnokrenal yaitu mata air

yang berbentuk genangan air yang selanjutnya membentuk aliran kecil, helokrenal

yaitu mata air yang berbentuk rawa-rawa. Selanjutnya aliran air dari mata air

tersebut membentuk aliran air (sungai) di daerah pegunungan yang disebut zona

ritral. Zona ini terdiri dari 3 bagian yaitu epiretral (bagian paling hulu),

metarithral (bagian tengah zona rithral), dan hyporithral (bagian akhir zona

rithral). Setelah melewati zona hyporithral aliran air akan memasuki zona

potamal yaitu zona dimana aliran sungai berada pada topografi yang relatif landai.

Zona ini terdiri dari epipotamal, metapotamal, dan hypopotamal (Lestari, 2009).

Parameter Kimia Air a. pH

Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa

dalam air dan merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Adanya

karbonat, hidroksida dan bikarbonat meningkatkan kebasaan air, sementara

adanya asam-asam mineral bebas dan asam karbonat menaikkan kemasaman. pH

Page 16: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

33

air dapat mempengaruhi jenis dan susunan zat dalam lingkungan perairan dan

mempengaruhi tersedianya hara-hara serta toksitas dari unsur-unsur renik. pH

perairan tawar berkisar dari 5,0 – 9,0. Nilai pH menunjukkan tinggi rendahnya

konsentrasi ion hidrogen dalam air. Kemampuan air untuk mengikat atau

melepaskan sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah perairan tersebut

bersifat asam atau basa. Selanjutnya beliau menambahkan bahwa nilai pH

perairan dapat berfluktuasi karena dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis, respirasi

organisme akuatik, suhu dan keberadaan ion-ion di perairan tersebut

(Aulia , 2005).

b. Fosfat

Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan

(Dugan, 1972). Menurut Moriber dalam Anggraeni (2002), senyawa fosfat dalam

perairan dapat berasal dari sumber alami seperti erosi tanah, buangan dari hewan

dan lapukan tumbuhan. Dalam perairan senyawa fosfat berada dalam bentuk

anorganik (ortofosfat, metafosfat dan polifosfat) dan organik (dalam tubuh

organisme melayang, asam nukleat, fosfolipid, gula fosfat, dan senyawa organik

lainnya). Menurut Effendi (2003), semua polifosfat mengalami hidrolisis

membentuk ortofosfat. Perubahan ini bergantung pada suhu. Pada suhu yang 11

mendekati titik didih, perubahan polifosfat menjadi ortofosfat berlangsung cepat.

Kecepatan ini meningkat dengan menurunnya nilai pH. Secara umum kandungan

fosfat meningkat terhadap kedalaman. Kandungan fosfat yang rendah dijumpai di

permukaan dan kandungan fosfat yang lebih tinggi dijumpai pada perairan yang

lebih dalam (Hutagalung dan Rozak, 1977). Senyawa ortofosfat merupakan

faktor pembatas bila kadarnya di bawah 0,009 mg/l, sementara pada kadar lebih

dari satu mg/l PO4-P dapt menimbulkan blooming (Trofisa, 2011).

c. Total Suspended Solid (TSS)

TSS adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 µm) yang tertahan pada

saringan miliopore dengan diameter pori 0.45 µm. TSS terdiri dari lumpur dan

pasir halus serta jasad-jasad renik. Penyebab TSS di perairan yang utama adalah

kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Konsentrasi TSS apabila

terlalu tinggi akan menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan

terganggunya proses fotosintesis. Penyebaran TSS di perairan pantai dan estuari

Page 17: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

34

dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik antara lain angin, curah hujan, gelombang,

arus, dan pasang surut (Effendi, 2000). Sastrawijaya (2000) menyatakan bahwa

konsentrasi TSS dalam perairan umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton,

limbah manusia, limbah hewan, lumpur, sisa tanaman dan hewan, serta limbah

industri. Bahan-bahan yang tersuspensi di perairan alami tidak bersifat toksik,

akan tetapi jika jumlahnya berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang

selanjutnya menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air (Lestari, 2009).

d. Kandungan Bahan Organik Substrat

Kandungan bahan organik menggambarkan tipe substrat dan kandungan

bahan nutrisi di dalam perairan. Tipe substrat berbeda-beda, seperti pasir, lumpur

dan tanah liat. Umumnya semua tipe substrat yang ada tersebut sesuai bagi

kehidupan semua spesies udang (Boyd, 1989 dalam Fast & Lester, 1992).

Konsentrasi bahan organik yang tinggi akan membutuhkan oksigen dalam jumlah

besar. Melalui prosedur secara kimia dapat dilihat bahan-bahan organik yang

terkandung di dalam substrat Substrat pada masing-masing lokasi pengamatan

diambil 500 g dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Substrat ditimbang 100

g, dioven pada suhu 45°C sampai terjadi berat konstan. Substrat yang telah kering

digerus supaya substrat benar kering, ditimbang 25 g dan diabukan dalam tanur

dengan suhu 700°C selama ,5 jam. Kemudian dihitung kandungan organiknya.

(Sembiring, 2008).

e. Karbondioksida Bebas

Karbon dioksida sangat mudah larut dalam air, namun hanya sedikit yang

berada dalam larutan biasa karena jumlahnya dalam udara atmosfer sangat sedikit.

Selain itu dekomposisi bahan organik dan pernafasan tumbuhan dan hewan

memberi sumbangan pada karbondioksida yang sudah ada. Pergerakan air melalui

vegetasi dan tanah mengambil karbondioksida yang lepas dari udara-tanah.

Karbondioksida bergabung secara kimiawi dengan air membentuk asam karbonat

yang mempengaruhi pH air. Asam karbobat sebagian menghasilkan ion-ion

hidrogen dan bikarbonat. Ion bikarbonat terurai lebih lanjut membentuk lebih

banyak ion hidrogen serta ion karbonat. Lazimnya terdapat sekitar 0,5 ml/l

karbondioksida dalam air dalam bentuk larutan biasa, yang disebut seabagai

karbon dioksida bebas. Sejumlah besar karbondioksida berada dalam bentuk

Page 18: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

35

bikarbonat dan karbonat yang dikenal sebagai karbondioksida gabungan, tetap

atau terikat. Air dengan pH rendah, gabungan karbondioksida diubah menjadi

bentuk bebas (Sembiring, 2008).

f. Nitrogen Amoniak (N-NH3)

Sumber makanan manusia dan hewan pada umumnya dapat

dikelompokkan kedalam tiga jenis tipe zat nutrisi, yaitu: karbohidrat, lemak dan

protein. Dengan demikian kandungan limbah domestik pada umumnya juga terdiri

dari ketiga jenis zat nutrisi tersebut. Produk penguraian karbohidrat dianggap

tidak menimbulkan masalah yang serius bagi ekosistem perairan, karena berbagi

jenis bakteri dan jamur dapat mengkonsumsinya. Hal yang dapat menimbulkan

masalah adalah produk dari penguraian zat nutrisi, lemak dan terutama protein

yang berupa ammonium (NH4) atau amoniak (NH3) (Sembiring, 2008).

g. DO (Disolved Oxygen)

DO atau oksigen terlarut merupakan jumlah gas O2 yang diikat oleh

molekul air. Kelarutan O2 di dalam air terutama sangat dipengaruhi oleh suhu

dan mineral terlarut dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air terdapat

pada suhu 0 C°, yaitu sebesar 14,16 mg/l. Konsentrasi ini akan menurun seiring

peningkatan ataupun penurunan suhu. Sumber utama DO dalam perairan adalah

dari proses fotosintesis tumbuhan dan penyerapan/pengikatan secara langsung

oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara. Sedangkan

berkurangnya DO dalam perairan adalah kegiatan respirasi organisme perairan

atau melalui pelepasan secara langsung dari permukaan perairan ke atmosfer.

Pengaruh DO terhadap biota perairan hanya sebatas pada kebutuhan untuk

respirasi, berbeda dengan pengaruh suhu yang cenderung lebih komplek.

Beberapa organisme perairan bahkan memiliki mekanisme yang memungkinkan

dapat hidup 15 pada kondisi oksigen terlarut yang sangat rendah. Organisme ini

mempunyai sistem trachea terbuka seperti yang dimiliki oleh insekta terrestrial.

Organisme ini dapat mengambil oksigen untuk respirasi dengan mengambil dari

udara di permukaan air (Aulia, 2005)

Page 19: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

36

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Minggu tanggal 30 November 2014

pukul 08.00-11.00 WIB di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu

Kabupaten Langkat Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Utara , Medan.

Deskripsi Area

Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang berada di gugusan

pulau-pulau di Kabupaten Langkat yang terdiri dari 580 warga. Lokasi praktikum

terletak di Dusun II Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten

Langkat Provinsi Sumatera Utara. Jarak Pulau Sembilan dengan ibu kota

Kecamatan Pangkalan Susu sejauh ± 6 km. Secara geografis terletak pada 04º 09’

05,18” LU dan 98º 15’ 46,79” BT .

Di Pulau Sembilan terdapat juga fauna dan flora mangrove yang kami

jumpai dan bersubsrat berlumpur. Batas Wilayah pada pulau Sembilan antara

lain : Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makassar, Sebelah

Selatan berbatasan dengan Laut Jawa, Sebelah Utara berbatasan dengan Selat

Laut, dan Sebelah Barat berbatasan dengan Laut.

Gambar 1. Lokasi Pulau Sembilan

Page 20: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

37

Alat dan Bahan

Alat

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai

berikut. Tali transek sepanjang 100 m dan tali untuk plot-plot analisis vegetasi

mangrove. Plastik untuk tempat biota yang didapat, label untuk penanda dari

biota, stoples kecil untuk tenpat biota yang sudah diberi alcohol, kertas millimeter

block untuk mengukur panjang biota yang didapat, botol filim untuk tempat air

salinitas, lakban untuk menutup botol filim agar tidak terkena sinar matahari,

tanggok untuk menangkap biota seperti nekton dan biota-biota lain, camera digital

untuk mengambil gambar biota, kompas untuk menentukan arah, kardus tempat

semua alat alat.

Bahan

Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah alkohol 70%, aquades

dan tisu.

Prosedur Praktikum

1. Tetapkan plot pada lokasi yang telah ditetapkan ( plot 1-10).

2. Disiapkan alat alat yang digunakan seperti tanggok, kompas, parang, plastik,

dan alat alat yang dianggap penting dalam pengambilan biota.

3. Diambil biota biota yang terdapat disekitar masing masing plot dengan

mengunakan alat alat.

4. Kemudian masukkan ke dalam plastik dan berikan label pada masing- masing

plastik pada plot yang telah ditemukan.

5. Kemudian bawa ke tempat yang aman dan masukkan ke dalam stoples kecil

maupun besar dan jangan lupa berikan label pada stoples.

6. Kemudian masukkan alkohol 70 agar tidak membusuk/ awet.

7. Kemudian bawa ke laboratorium untuk diidentifikasi , seperti jenis bethos,

panjang benthos dan hal yang penting yang bersangkutan dengan biota

tersebut.

Page 21: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

38

Analisis Data

Kerapatan

Kerapatan Relatif

Frekuensi

Page 22: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

39

Frekuensi Relatif

%

Indeks Keanekaragaman

]

Page 23: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

40

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

A. Biota yang Ditemukan

Plot Biota / Fauna Jumlah

1Abovdnia ratifer 2

Telescopium telescopium 1

2 Penaeus indicus 2

3Telescopium telescopium 3

Scylla serrata 1

4 Scylla serrata 1

5 Penaeus indicus 1

6 Trimeresurus albolabris 1

7 Telescopium telescopium 2

8 Tryonia simpson 2

9 Scylla serrata 1

10

Abovdnia ratifer 1

Periophthalmus sp. 1

Scylla serrata 2

Tabel 1. Biota yang Ditemukan Tiap Plot

B. Benthos

1. Kingdom : Animalia Filum : MolluscaKelas : Gastropoda

2. Kingdom : AnimaliaFilum : CrustaceaKelas : MalacostracaOrdo : DecopodaFamili : PenaeidaeGenus : PenaeusSpesies : P. indicus

Page 24: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

41

Ordo : SorbeoconchaFamili : PotamididaeGenus : TelescopiumSpesies : Telescopium telescopium

3. Kingdom : AnimaliaFilum : CrustaceaKelas : MalacostracaOrdo : DecapodaFamili : PortunidaeGenus : Scylla Spesies : Scylla serrata

5. Kingdom : Animalia

Filum : ChordataKelas : ReptiliaOrdo : SquamataFamili : ViberidaeGenus : TrimeresurusSpesies : T. albolabris

6. Kingdom : AnimaliaFilum : MolluscaKelas : GastropodaOrdo : HypsogastropodaFamili : HydrobiidaeGenus : TryoniaSpesies :Tryonia stimpson

NO Nama Biota K KR F FR

1 Abovdnia ratifer 0,083 1,24 0,2 15,38

2 Telescopium telescopium 0,292 8,29 0,3 23,07

3 Penaeus indicus 0,167 29,17 0,2 15,38

4 Tryonia simpson 0,125 16,68 0,2 15,38

5 Scylla serrata 0,167 1,24 0,3 23,07

6 Trimeresurus albolabris 0,042 4,2 0,1 7,6

Table 2. Hasil Analisis Perhitungan Benthos

C. Nekton

1. Kingdom : AnimaliaFilum : ChordataKelas : Actinopterygii

Ordo : GonorynchiformesFamili : ChanidaeGenus : Chanos

4. Kingdom : AnimaliaFilum : MolluscaKelas : GastropodaOrdo : HypsogastropodaFamili : HydrobiidaeGenus : TryoniaSpesies :Tryonia stimpson

Page 25: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

42

Spesies : Chanos chanos2. Kingdom : Animalia

Filum : ChordataKelas : ActinopterygiiOrdo : GonorynchiformesFamili : ChanidaeGenus : PeriophtalmusSpesies : Periophtalmus sp

Page 26: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

Plot Biota / Fauna Jumlah

1 Chanos chanos 2

2 Periophthalmus sp. 1

Tabel 3. Nekton yang Ditemukan

D. Fauna

Kingdom : Animalia

Filum : ChordataKelas : ReptiliaOrdo : SquamataFamili : ViberidaeGenus : TrimeresurusSpesies : Trimeresurus albolabris

E. Flora

No

Jemis

Tumbuhan

KKR (%)

F

FR (

%)

D DR (%)INP

(%)H’

1 Avicennia officinalis 20 1,79 0,1 3,57 979,8 1,52 6,87 1,97

2 Bruguiera exaristata 30 2,68 0,1 3,57 1583,5 1,65 7,91

3 Cerbera manghas 120 10,71 0,2 7,14 6203,9 1,65 19,51

4 Ceriops tagal 430 38,39 0,8 28,57 24563,5 1,68 68,64

5 Heritiera globasa 170 15,18 0,6 21,43 13855,6 26,3 62,96

6 Lumnitzera littonea 50 4,46 0,1 3,57 2835,8 1,93 11,07

7 Pandanus tectorius 100 8,93 0,2 7,14 4573,7 60,5 76,54

8 Rhizophora apiculata 80 7,14 0,2 7,14 4458,1 1,82 16,11

Page 27: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

9Rhizophora mucronata

60 5,36 0,3 7,14 1673,3 1,45 17,47

10 Rhizophora stylosa 40 3,57 0,1 3,57 2675,7 1,37 8,51

11 Sonneratia alba 20 7,14 0,1 3,57 906,8 0,14 5,52

Tabel 4. Jenis Flora yang Ditemukan

F. Rantai Makanan

Tumbuhan Mangrove sebagai Produsen yang menghasilkan

Serasah

Serasah di cacah dan dimakan oleh beberapa jenis planton sebagai Konsumer I

Plankton dimakan oleh Konsumer II dari jenis Moluska dan Crustacea kecil dan lain-lain. Seperti

keong kecil, udang kecil, kepiting kecil dll.

Page 28: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

G. Hasil Pengukuran Plot Salinitas pH

1 29 ppt 7

2 28 ppt 7

3 27 ppt 7

4 27 ppt 7

5 26 ppt 7

6 26 ppt 7

7 25 ppt 7

8 25 ppt 7

9 25 ppt 7

10 25 ppt 7

Tabel 5. Parameter Yang Diukur

Pembahasan

Pulau Sembilan merupakan pulau yang terdapat di kabuapten langkat,

pulau ini memiliki hutan yang indah, namun tidak dalam kawasan dari negara

melainkan milik masyarakat setempat. Pulau ini masih terikat dalam kebudayaan

wilayah setempat, sehingga tidak terlalu maju. Hal ini sesuai (Capah,2003) yang

menyatakan bahwa Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang terdapat di

Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km²) atau ± 9,67%

Konsumer II dimakan oleh Konsumer III dari golongan Nekton seperti Ikan Glodok, Ikan

Bandeng dan lain-lain.

Dekomposer

Page 29: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

dari total luas wilayah kecamatan Pangkalan Susu (151,35 km²). Jumlah total

penduduk di Pulau Sembilan ini ± 2.047 dengan bermata pencarian antara lain

sebagai pertani sebanyak 413 KK, pengrajin 9 KK, pegawai negeri 19 KK,

pedagang 29 KK, supir angkutan 11 KK dan buruh 161 KK. Luas berdasarkan

penggunaan lahan antara lain sawah seluas 1,90 km2, tanah kering seluas 9,29

km2 dan lainnya seluas 4,46 km2 . Selain itu masih tersisa hutan mangrove yang

termasuk dalam hutan sekunder. Hutan yang masih tersisa tersebut tidak termasuk

dalam kawasan hutan negara, melainkan lahan milik masyarakat. Namun,

sebagian masyarakat memelihara tegakan mangrove khususnya yang terletak pada

areal kawasan lindung seperti kanan kiri sungai dan tepi pantai

Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa mangrove merupakan

tumbuhan yang terdapat disekitar pesisir dan lautan yang banyak dihuni oleh

berbagai hewan kecil maupun besar yang dijadikan sebagai habitat dan tempat

mencari makanan untuk melangsungkan kehidupan. Hal ini sesuai dengan

(Welly dan Wira, 2011) yang menyatakan bahwa mangrove merupakan salah satu

ekosistem penting pesisir dan laut selain terumbu karang dan padang lamun.

Mangrove memiliki beberapa manfaat seperti manfaat ekologi dan ekonomi.

Manfaat ekologi mangrove diantaranya adalah sebagai pelindung alami pantai dari

abrasi, mempercepat sedimentasi, mengendalikan intrusi air laut, dan melindungi

daerah di belakang mangrove dari gelombang tinggi dan angin kencang, tempat

memijah, mencari makan, dan berlindung bagi ikan, udang, kepiting dan biota laut

lainnya. Sedangkan manfaat ekonomi mangrove yaitu sebagai bahan makanan,

minuman, obat-obatan, pewarna alami, dan sebagai obyek ekowisata.

Benthos merupakan hewan yang terdapat di dalam perairan yang berada di

dasar perairan, yang biasanya dapat dikatakan sebagai bioindikator pencemaran

karena benthos hidup menetap dan dapat menguraikan bahan organic dan detritus.

Hal ini sesuai dengan (Lestari, 2009) yang menyatakan bahwa bentos adalah

semua organisme air yang hidupnya terdapat pada substrat dasar suatu perairan,

baik yang bersifat sesil (melekat) maupun vagil (bergerak bebas). Berdasarkan

tempat hidupnya, bentos dapat dibedakan menjadi epifauna yaitu bentos yang

hidupnya di atas substrat dasar perairan dan infauna,yaitu bentos yang hidupnya

tertanam di dalam substrat dasar perairan. Berdasarkan siklus hidupnya bentos

Page 30: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

dapat dibagi menjadi holobentos, yaitu kelompok bentos yang seluruh hidupnya

bersifat bentos dan merobentos, yaitu kelompok bentos yang hanya bersifat bentos

pada fase-fase tertentu dari siklus hidupnya.

Organisme membutuhkan makanan untuk melangsungkan hidupnya, jadi

organisme membutuhkan organisme lainnya untuk proses dlam mendapatkan

makanan. Hal ini sesuai dengan (Pramudji, 2001).yang menyatakan bahwa

Semua organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan lingkungan

hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu denganlingkungannya sangat

kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbalbalik. Hubungan timbal balik

antara unsur-unsur hayati dengan nonhayatimembentuk sistem ekologi didalam

ekosistem. Didalam ekosistem terjadi rantai makanan/ aliran energy dan siklus

biogeokimia. Rantai makanan dapat dikategorikan sebagai interaksi antar

organisme dalam bentuk predasi.

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang penting terhadap biota

biota karena dapat dijadikan sebagai tempat hidup atau tempat tinggal,

berkembang biak maupun tempat melakukan pemijahan. Hal ini sesuai dengan

(Welly dan Wira, 2011) yang menyatakan bahwa mangrove merupakan salah satu

ekosistem penting pesisir dan laut selain terumbu karang dan padang lamun.

Mangrove memiliki beberapa manfaat seperti manfaat ekologi dan ekonomi.

Manfaat ekologi mangrove diantaranya adalah sebagai pelindung alami pantai dari

abrasi, mempercepat sedimentasi, mengendalikan intrusi air laut, dan melindungi

daerah di belakang mangrove dari gelombang tinggi dan angin kencang, tempat

memijah, mencari makan, dan berlindung bagi ikan, udang, kepiting dan biota laut

lainnya. Sedangkan manfaat ekonomi mangrove yaitu sebagai bahan makanan,

minuman, obat-obatan, pewarna alami, dan sebagai obyek ekowisata.

Intensitas cahaya pada ekosistem mangrove sangat penting karena

mempengaruhi sistem produktivitas primer (fotosintesis) pada makhluk hidup.

Hal ini sesuai dengan (Saputra, 2009) yang menyatakan penetrasi cahaya matahari

ke dalam perairan akan mempengaruhi produktifitas primer. Kedalaman penetrasi

cahaya matahari kedalam perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

tingkat kekeruhan perairan, sudut datang cahaya matahari dan intensitas cahaya

matahari. Pada batas akhir cahaya matahari mampu menembus perairan disebut

Page 31: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

sebagai titik kompensasi cahaya, yaitu 13 titik pada lapisan air dimana cahaya

matahari mencapai nilai minimum yang menyebabkan proses asimilasi dan

respirasi berada dalam keseimbangan Bagi organisme perairan, intensitas cahaya

matahari yang masuk berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung

kehidupan organisme pada habitatnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Biota yang terdapat pada ekosistem mangrove di Pulau Sembilan adalah

sebagai beriku, Telescopium telescopium, Penaeus indicus, Trimeresurus

albolabris, Tryonia simpson, Abovdnia rotifer, Periophthalmus sp, Scylla

serrata.

2. Biota dominan yang ditemukan di Pulau Sembilan yaitu Telescopium

telescopium, dan yang memiliki kelimpahan sedikit adalah Abovdnia rotifer.

3. Indeks keanekaragaman biota pada ekositem mangrove di Pulau Sembilan

adalah 0,456. Nilai 0,456 dalam indeks Shanon-Wiener dikategorikan

kedalam keanekaragaman yang rendah.

4. Semua organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan

lingkungan hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan

lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal

balik.

5. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil telah memberikan

batasan yang jelas dan tegas mengenai berbagai definisi ruang lingkup

pengelolaan WPPK, berbagai macam sumber daya pesisir definisi

pencemaran.

Saran

Page 32: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

Saran untuk praktikum ini agar praktikan terlebih dahulu mengetahui jenis

jenis benthos maupun nekton yang sering terdapat di daerah lumpur mangrove,

agar pada saat pengidentifikasian di lapangan praktikan mampu langsung

mendeskripsikan biota yang di temukan.

DAFTAR PUSTAKA

Alam. S. A. Jamaluddin. J. dan Syahruni. I. 2011. Analisis Pemanfaatan Ruang Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau. Kabupaten Selayar. Badan Pusat Statistik. Kabupaten Selayar. Selayar.

Aulia , 2005. Evaluasi Kualitas Air Sungai Way Sulan Kecil Kabupaten Lampung Selatan. Program Studi Biologi Pascasarjana Universitas Andalas Padang.

Capah. T. 2003. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Kelompok Informal Dalam Pengelolaan Hutan Mangrove Di Desa Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Pasca Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Dwi. A. S. dan Kusumo. W. 2006. Pemanfaatan Langsung Ekosistem Mangrove di Jawa Tengah dan Penggunaan Lahan di Sekitarnya; Kerusakan dan Upaya Restorasinya. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Biodiversitas, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Dwi. A. S. Indrowuryatno. Wiryanto. Kusumo. W. dan Ari Susilowati. 2004. Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah Keanekaragaman Jenis. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Program Studi Ilmu Lingkungan, Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Dhimas. W dan Asbar. L. 2010. Kajian Pengelolaan Hutan Mangrove Di Kawasan Konservasi Desa Mamburungan Kota Tarakan Kalimantan

Page 33: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

Timur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo, Tarakan.

Haryani, N, Suryo. 2013. Analisis Perubahan Hutan Mangrove Menggunakan Citra Landsat. Peneliti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh. Lapan.

Infah. K. 2011. Analisa Hukum Terhadap Perlindungan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Lestari, 2009. Pendugaan Konsentrasi Total Suspended Solid (Tss) Dan Transparansi Perairan Teluk Jakarta Dengan Citra Satelit Landsat. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Patang. 2012. Analisis Strategi Pengelolaan Hutan Mangrove (Kasus Di Desa Tongke-Tongke Kabupaten Sinjai). Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Pramudji. 2001. Ekosistem Hutan Mangrove Dan Peranannya Sebagai Habitat Berbagai Fauna Aquatik. Volume XXVI, Nomor 4 :13 – 23 ISSN 0216-1877.

Prayunita, Mohammad. B, dan Lollie. A. 2012. Respon Pertumbuhan dan Biomassa Semai Rhizopora apiculata BI Terhadap Salinitas dan Kandungan Lipidanya pada Tingkat Pohon. Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Staff Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Staff Pengajar Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Saputra, 2009. Karakteristik Kualitas Air Muara Sungai Cisadane Bagian Tawar Dan Payau Di Kabupaten Tangerang, Banten. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Sembiring, 2009. Keanekaragaman Dan Distribusi Udang Serta Kaitannya Dengan Faktor Fisik Kimia Di Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang . Program Studi Biologi Universitas Sumatera Utara.

Suryawan, 2007. Studi Kondisi Vegetasi Dan Kondisi Fisik Kawasan Pesisir Serta Upaya Konservasi Di Nanggroe Aceh Darussalam . Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Trofisa, 2011. Kajian beban pencemaran dan daya tampung Pencemaran sungai ciliwung di segmen kota bogor. Departemen Konservasi sumberdaya hutan dan ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Welly. M. dan Wira. S. 2010. Identifikasi flora dan fauna mangrove Nusa lembongan dan nusa ceningan. Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I.

Page 34: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

LAMPIRAN

Scylla serrate Telescopium telescopium

Page 35: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

Tryonia simpson Trimeresurus albolabris

Abovdnia rotifer Penaeus indicus

Page 36: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

Alat dan Bahan

Kertas milimeter block Aquades 70

Stoples Kecil Plastik Ukuran 10 Kg

Page 37: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

Plastik Ukuran 5 Kg Spidol

Botol Flim Lakban

Kertas label Tanggok

Page 38: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

Parang Camera

Kompas

Foto Lokasi

Foto Kelompok

Page 39: Keanekaragaman Benthos Dan Nekton Di Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara