keaadaan pulau miangas

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara de facto Indonesia adalah Negara Kepulauan sedangkan pada kenyataannya pembangunan sektor kelautan Indonesia masih jauh dari harapan. berdasarkan data luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km² dan Indonesia memiliki 17.506 pulau besar dan kecil, sekitar 6000 di antaranya tidak berpenghuni , dimana sebagian besar perbatasan negara ini dengan negara tetangga dibatasi oleh luas wilayah laut. Wilayah lautan Indonesia yang sangat luas memerlukan pengawasan secara kontinu, sehingga semua perubahan yang terjadi dapat diketahui dengan pasti. Pengelolaan pulau dan karang terluar bukan hanya bertujuan untuk menunjukkan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia saja, akan tetapi juga mempunyai prospek di bidang ekonomi, sosial, pariwisata dan budaya. Pulau-pulau terluar biasanya adalah daerah terpencil, miskin bahkan tidak berpenduduk dan jauh dari perhatian pemerintah. Keberadaan pulau-pulau ini secara geografis sangatlah strategis, karena berdasarkan pulau inilah batas negara kita ditentukan. 1

Upload: eduward

Post on 14-Jun-2015

1.709 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: keaadaan pulau miangas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara de facto Indonesia adalah Negara Kepulauan sedangkan pada

kenyataannya pembangunan sektor kelautan Indonesia masih jauh dari harapan.

berdasarkan data luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas

perairannya 3.257.483 km² dan Indonesia memiliki 17.506 pulau besar dan

kecil, sekitar 6000 di antaranya tidak berpenghuni , dimana sebagian besar

perbatasan negara ini dengan negara tetangga dibatasi oleh luas wilayah laut.

Wilayah lautan Indonesia yang sangat luas memerlukan pengawasan

secara kontinu, sehingga semua perubahan yang terjadi dapat diketahui dengan

pasti. Pengelolaan pulau dan karang terluar bukan hanya bertujuan untuk

menunjukkan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia saja, akan tetapi

juga mempunyai prospek di bidang ekonomi, sosial, pariwisata dan budaya.

Pulau-pulau terluar biasanya adalah daerah terpencil, miskin bahkan

tidak berpenduduk dan jauh dari perhatian pemerintah. Keberadaan pulau-pulau

ini secara geografis sangatlah strategis, karena berdasarkan pulau inilah batas

negara kita ditentukan.

Dalam kenyataannya pulau-pulau terluar Indonesia masih memeiliki

banyak kerawanan seperti halnya Pulau Miangas. Pulau yang berbatasan dengan

Filipina yang hanya berjarak 48 mil itu memiliki kerawanan-kerawanan

perbatasan seperti terorisme dan penyelundupan. Hingga saat ini masyarakat di

Pulau Miangas masih kurang merasakan kehadiran fisik pemerintahan

Indonesia.

Pulau-pulau terluar seperti Pulau Miangas seharusnya mendapatkan

perhatian dan pengawasan serius agar tidak menimbulkan permasalahan yang

dapat menggangu keutuhan wilayah Indonesia, khususnya pulau yang terletak di

1

Page 2: keaadaan pulau miangas

wilayah perbatasan dengan negara negara yang tidak/ belum memiliki

perjanjian (agreement) dengan Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana keadaan hidup masyarakat Pulau Miangas?

2. Bagaimana menghadapi permasalahan masyarakat Pulau Miangas?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui permasalahan yang dihadapi masyarakat Pulau Miangas.

2. Mengetahui strategi dan penanganan permasalahan Pulau Miangas.

1.4 Manfaat Penulisan

Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pemerintah

mengenai strategi dan penanagan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di

pulau-pulau terluar Indonesia.

2

Page 3: keaadaan pulau miangas

BAB II

METODOLOGI PENULISAN

2. 1 Tahapan Penulisan

2. 1. 1 Perumusan Tema dan Permasalahan

Tahapan ini adalah awal perumusan seluruh isi karya tulis. Penentuan

tema dan perumusan masalah merupakan tujuan tahap ini sebagai suatu langkah

pertama proses penyelesaian karya tulis.

2. 1. 2 Pengumpulan Landasan Teori dan Data

Tahap ini memiliki tujuan mencari teori dan data informasi yang

memiliki relevansi dengan penjabaran permasalahan atau studi kasus dalam

penyusunan karya tulis. Metode pengumpulan data menggunakan metode

tinjauan pustaka yaitu data yang diperoleh diambil dari referensi jurnal

penelitian tentang permasalahan yang dihadapi masyarakat pulau-pulau terluar

Indonesia yang diperoleh dari internet.

2. 1. 3 Analisis/Pembahasan

Tahap analisis data dan teori ini melalukan sintesis dan analisis untuk

mengelola, menafsirkan data yang diperoleh dan memberikan argumentasi

melalui pemikiran logis terhadap masalah sehingga dapat ditemukan beberapa

alternatif solusi. Tujuan tahap ini adalah mencapai tujuan yang telah dijabarkan

pada tahap pendahuluan yang dikemukakan di bagian awal penulisan.

2. 1. 4 Kesimpulan dan Saran

Tahap ini bertujuan untuk menyimpulkan seluruh isi penulisan menjadi

pemahaman yang utuh dan bersifat komprehensif sehingga bisa diambil dari isi

karya tulis tentang beberapa alternatif solusi untuk mengatasi masalah yang

dibahas.

3

Page 4: keaadaan pulau miangas

2. 2 Kerangka Berpikir

4

IDE TULISAN

Negara Indonesia adalah Negara kepulauan. Terdapat 12 pulau terluar yang perlu mendapat perhatian pemerintah secara

serius.

STUDI LITERATUR DAN PENGAMATAN

Terdapat 92 pulau terluar sebai titik dasar untuk menetapkan batas wilayah Indonesia.

Terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat pulau terluar.

PENGOLAHAN MASALAH

Pulau Miangas adalah sala satu pulau terluar Indonesia. Terdapat banyak kerawanan yang terjadi di Pulau Miangas.

KERAWANAN DI PULAU MIANGAS

SEBAGAI SALAH SATU PULAU TERLUAR INDONESIA

Keadaan dan Kondisi

Masyarakat di Pulau

Miangas

Analisa dan Strategi

Penanganan Pulau Miangas

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 5: keaadaan pulau miangas

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Masalah

3.1.1 Keadaan Umum

Miangas adalah sebuah desa pulau di Lautan Pasifik, dengan luas

3,15 kilometer persegi, yang hanya dihuni 678 jiwa. Pulau kecil ini

terletak di ujung utara gugusan Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, dan

berbatasan langsung dengan Pulau Mindanao di Filipina Selatan, sehingga

masuk area Border Cross Agreement. Jarak Miangas ke Manado (324 mil

laut) lebih jauh dibandingkan dengan ke Tanjung Saint Agustin di

Mindanao (50,4 mil laut). Masyarakat setempat menamakan Mangiasa

yang berarti menangis atau kasihan karena letaknya sangat terpencil dan

jauh dari jangkauan transportasi laut. Ada pula yang menyebut Pulau

Tinonda yang berarti diseberangkan karena upaya Raja Talaud yang

memindahkan atau menyeberangkan beberapa keluarga dari Pulau

Karakelang ke Pulau Miangas.

Memang, pada masa penjajahan Belanda, terjadi perebutan status

Pulau Miangas antara Belanda dan Amerika Serikat, yang ketika itu

menguasai Filipina. Belanda menguasai pulau ini sejak tahun 1677.

Filipina sejak 1891 memasukkan Miangas ke dalam wilayahnya. Miangas

dikenal dengan nama La Palmas dalam peta Filipina. Belanda kemudian

bereaksi dengan mengajukan masalah Miangas ke Mahkamah Arbitrase

Internasional. Mahkamah Arbitrase Internasional dengan hakim Max

Huber pada tanggal 4 April 1928 kemudian memutuskan Miangas menjadi

milik sah Belanda (Hindia Belanda). Saat Indonesia merdeka Pulau

Miangas menjadi milik Indonesia. Filipina kemudian menerima keputusan

tersebut.

Pada dekade 1960 hingga 1970-an, hubungan antara Miangas dan

Filipina semakin intens seiring dengan adanya kesepakatan tentang batas

5

Page 6: keaadaan pulau miangas

antara kedua negara. Ironisnya, intensitas hubungan kedua negara tidak

mempengaruhi kesadaran nasional warga kepulauan tersebut. Masyarakat

setempat lebih mengenal pejabat Filipina ketimbang Indonesia. Hal ini

terungkap ketika pada awal 1970-an sejumlah pejabat pemerintah pusat

yang menyertai kunjungan Wakil Presiden Sri Sultan Hamengku Buwono

IX ke wilayah perbatasan, melihat potret Presiden Filipina Ferdinand

Marcos menghiasi rumah penduduk.

Mulai saat itu pula, kehidupan masyarakat perbatasan di

Kabupaten Sangihe-Talaud mendapat perhatian lebih dari pemerintah,

antara lain dengan membuka jaringan pelayaran perintis ke pulau-pulau

terpencil. Betapapun keterpencilan membuahkan penderitaan bagi

masyarakat pulau-pulau perbatasan namun mereka tetap merasa sebagai

bagian dari bangsa Indonesia, setidaknya dalam pendidikan mereka

konsisten berkiblat ke Indonesia.

Untuk mengokohkan Pulau Miangas dan Pulau Marampit di

Kabupaten Talaud serta Pulau Marore di Kabupaten Sangihe sebagai pulau

terluar yang berbatasan dengan negara lain (Filipina), pemerintah pusat

membangun monumen NKRI di kedua pulau terpencil ini. Pembangunan

monumen NKRI di tiga pulau ini merupakan kebijakan pemerintah pusat

melalui Depdagri sebagai bentuk penanganan pulau-pulau kecil terluar

6

Page 7: keaadaan pulau miangas

3.1.2 Keadaan Geografis

Gambar 3.1 Letak geografis dari Pulau Miangas

Koordinat Titik Terluar : 5° 34′ 2″ LU, 126° 34′ 54″ BT

Luas wilayah : 3,15 km2

Jumlah Penduduk : 679 Jiwa

Wilayah Administrasi : Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara

Berbatasan dengan : Filipina

Jarak pulau ini ke gugusan pulau-pulau lain di Kepulauan Nanusa,

tetangganya di Kabupaten Talaud, sekitar 145 mil. Sedangkan dengan

Manado berjarak 260 mil. Pulau ini terletak pada bibir samudra pasifik

yang tidak luput dari terpaan angin kencang diikuti gelombang tinggi.

Dalam kondisi bergelombang itu rakyat Miangas tak berdaya. Tak ada

kapal yang berani masuk ke pulau itu. Sedangkan tiga kapal perintis yang

disubsidi pemerintah untuk melayari pulau-pulau di kawasan perbatasan

enggan masuk.

Dengan luas sekitar 3,15 km persegi dan ketinggian sebagian besar

wilayahnya cuma sekitar 1 meter itu ada kecenderungan Pulau Miangas

7

Page 8: keaadaan pulau miangas

untk tenggelam. Seandainya Miangas tenggelam, patok perbatasan dengan

Filipina tentu akan bergeser jauh ke dalam wilayah Indonesia. Sebab,

berdasarkan hukum laut internasional, perbatasan sebuah negara diukur

berdasarkan ketentuan zona ekonomi eksklusif, 200 mil dari garis pantai.

Tentu persoalan serupa tak hanya dihadapi Indonesia. Sejumlah negara

lain pun yang memiliki pulau-pulau kecil di perbatasan akan menghadapi

masalah yang sama. Bahkan negara-negara kepulauan kecil di kawasan

Pasifik, yang totalnya dihuni jutaan penduduk, diramalkan semuanya akan

tenggelam.

Studi yang dilakukan United Nations Framework Convention on

Climate Change (UNFCCC) tahun 2005 memprediksi, hingga akhir abad

ini permukaan laut akan naik sekitar 1 meter. Akibatnya, 42 negara pulau

kecil yang tergabung dalam Small Islands Developing States (SIDS)

terancam tenggelam. Negara-negara itu tersebar di perairan laut Afrika,

Asia, Pasifik, Karibia, dan Mediterania.

3.1.3 Kondisi Ekonomi

Keadaan ekonomi masyarakat di Miangas bertumpu pada hasil laut

dan kelapa. Saat ini, dengan masuknya nelayan-nelayan asing maka

banyak nelayan lokal kekurangan penghasilan dan penangkapan ikan.  

Gambar 3.2 Hasil perikanan Pulau Miangas

8

Page 9: keaadaan pulau miangas

Dalam hal tranportasi secara ekonomis, masyarakat setempat masih

lebih memilih menjual bahan hasil bumi ke daerah perbatasan yang dapat

ditempuh 4-5 jam ke Filipina daripada harus menunggu angkutan

transportasi laut yang datang 2 minggu sekali dengan memakan waktu satu

setengah hari ke Melongwane atau dua hari ke Tahuna. Hal ini belum

diperkirakan resikonya apabila terjadi cuaca yang buruk di laut maka kapal

tidak akan meneruskan perjalanan ke Miangas dan Marore.

Dua pekan sekali, kapal Pelni dan kapal Perintis menyambangi

Pelabuhan Miangas. Rute kapal Pelni dimulai dari Bitung, kemudian

singgah di Lirung dan Karatung, baru terakhir di Pulau Miangas. Bila

cuaca bagus, perjalanan ini hanya ditempuh dua hari.

Sedangkan rute kapal Perintis lebih panjang. Berangkat dari

Bitung, singgah ke Makalehi, Tahuna, Melonguane, Lirung, Beo, Esang,

Geme, Kakorotan, dan Karatung, sebelum akhirnya sampai di Miangas.

Waktu tempuhnya pun lebih lama, empat hari.

Tapi jadwal dua kapal itu bisa berantakan bila sedang musim angin

barat, ketika laut tak bersahabat. Bisa sampai sebulan bahkan tiga bulan

dua kapal itu tak menyambangi Miangas. Alhasil, suplai bahan makanan

pokok dan bahan bakar pun terputus. Padahal, Miangas hanya

mengandalkan kopra dan hasil laut produk budi daya alam asli.

Untuk mengatasi krisis pangan di Miangas pada saat musim angin

barat, pemerintah membangun gudang logistik, tahun lalu. Biaya

pembangunannya Rp 150 juta. Ini juga salah satu upaya memberikan

perekonomian yang lebih baik kepada warga. Ketika penduduk

kekurangan pangan karena tak ada kapal yang berani masuk. Terpaksa

warga mengonsumsi galuga, kelapa yang dikeringkan dimakan dengan

daun ubi talas.

Di Miangas dan Marore harga bensin Rp 15.000 per liter dan

minyak tanah Rp 10.000 per liter. Harga bensin paling murah Rp 8.000

dan bisa dinikmati cuma seminggu setelah pasokan BBM datang saat

perahu motor datang dari Melonguane. Meskipun termasuk wilayah

9

Page 10: keaadaan pulau miangas

Negara Kesatuan Republik Indonesia tetapi sebagian besar dari penduduk

Miangas menggunakan peso sebagai mata uang. Peso diperoleh dari hasil

perdagangan ikan dan kelapa yang dijual ke wilayah terdekat Filipina,

yakni Santa Agustien. Uang peso lalu dibelanjakan warga Miangas untuk

membeli kebutuhan sehari-hari di daerah General Santos. Harga beras dan

gula pasir relatif lebih murah dibeli di Filipina ketimbang membeli di

Melonguane atau Manado karena mereka juga mempertimbangkan risiko

dan biaya perjalanan. Harga beras di Filipina sekitar 20 peso (satu peso

sekitar Rp 300 pada 2008).

Ketersediaan listrik dan bahan bakar minyak serta ekonomi yang

hidup menjadi persoalan krusial. Sedangkan untuk mengambil kayu di

hutan dilarang oleh pemerintah karena khawatir daerah itu tandus.

Pemerintah sendiri melarang warga membawa bensin ataupun minyak

tanah yang dibeli dari Manado dimuat di kapal-kapal perintis. Kebijakan

itu dinilai masyarakat tidak bijaksana sehingga sabagt memberatkan

masyarakat Miangas.

3.1.4 Kondisi Sosial-Budaya

Dengan jumlah penduduk kurang lebih 120 kepala keluarga,

sebagian besar 95% memeluk agama Nasrani dan lainnya 5% memeluk

agama Islam. Secara khusus, masyarakat setempat mengharapkan

kunjungan pejabat daerah untuk mendengarkan keluhan-keluhan

masyarakat di daerah perbatasan. Dana alokasi pusat yang dikhususkan

untuk daerah perbatasan kiranya menjadi pemicu untuk mengembangkan

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Hal ini hendaknya diberlakukan

juga dalam menunjang kehidupan sosial masyarakat Pulau Miangas.

Budaya di Miangas sama halnya dengan budaya Talaud dengan rumpun

bahasa yang sama, walaupun terbagi dalam sub-etnis bahasa berbeda.

10

Page 11: keaadaan pulau miangas

3.1.5 Kondisi Politik-Kemasyarakatan

Kehidupan politik di wilayah perbatasan khususnya Miangas

terdapat traditional element yakni Ketua Tua-Tua Masyarakat (KTM)

yang hingga kini merupakan wadah yang sangat disegani dalam

mengambil keputusan serta kebijakan untuk masyarakat adat daerah

tersebut.

Pembelajaran politik di daerah ini dilakukan dengan hukum adat yang

berlaku setempat dan secara eksternal ditunjang oleh program berupa

Latsitarda,

Soal kewarganegaraan, banyak dari penduduk Miangas yang masih

bingung. Sempat terjadi insiden ketika terjadi kematian Sekretaris Desa

Johny Awala, yang diduga dianiaya Kepala Kepolisian Sektor Border

Crossing Area Brigadir Polisi Satu Darida, sejumlah warga mengerek

bendera Filipina. Memang tindakan itu sangat emosional. Tetapi tentunya

tidak bisa dianggap remeh. Dalam banyak hal, pola hidup warga Pulau

Miangas yang hanya berpenduduk sekitar 698 jiwa itu mirip dengan

masyarakat di gugusan pulau-pulau Talaud,  yakni menjadi nelayan dan

petani. Namun, orientasi ekonomi yang lebih banyak ke Filipina

menjadikan warga Pulau Miangas enggan mengaku dirinya orang

Indonesia.

Di Filipina, rakyat Miangas sebagian besar tinggal di Pulau Saranggani,

General Santos, ataupun Davao di Filipina Selatan. Mereka dikenal

sebagai pekerja kasar yang ulet. Terjadinya interaksi ekonomi di kedua

wilayah itu membuat rakyat Miangas jarang menyimpan uang rupiah.

Sebagian besar malah mengaku memiliki peso, mata uang Filipina.

3.1.6 Infranstruktur

Dalam empat tahun terakhir situasi Miangas dan Marore

menunjukkan perubahan. Pemerintah Provinsi Sulut membangun sejumlah

prasarana di kedua pulau perbatasan tersebut, antara lain gudang

11

Page 12: keaadaan pulau miangas

penyimpanan beras. Selama ini beras dipasok dari Manado dua bulan

sekali sehingga warga tidak kelaparan.

Gudang Depot Logistik yang dibangun sejak pertengahan tahun

2006 ini didukung dengan pembuatan Dermaga untuk memudahkan

pengangkutan Logistik dari Kapal ke Gudang mungkin menelan biaya

yang tidak kecil mengingat pengiriman material bangunan yang harus

dikirim menggunakan Kapal Laut.Tepat berada di bibir pantai Indah

Miangas dan bersebelahan dengan Pos TNI-AD Miangas, keberadaan

Gudang Depot Logistik. Selain itu ada rencana untuk membangun Bandara

yang masih dalam tahap pembebasan lahan masyarakat Miangas.

Gambar 3.3 Pos TNI-AD Miangas

Untuk infranstruktur di bidang pendidikan, sekolah yang ada

sampai tingkat menengah atas. Tetapi sejumlah bangunan SD di Miangas

rusak berat. Apabila hujan turun mereka pun tidak bisa belajar. Demikian

juga ruangan Balai Pertemuan Umum (BPU) yang dibangun pemerintah

rusak parah.

Pulau Miangas juga memiliki Miangas Center (MC) yang

mencoba untuk menggali potensi yang ada serta memberikan informasi

tentang objek wisata , adat istiadat serta kerajianan khas Miangas. Saat ini

MC berada di dekat kantor kecamatan. Menurut camat Miangas, Sepno R.

Lantaa, SH akan didirikan bangunan khusus untuk MC letaknya di

12

Page 13: keaadaan pulau miangas

dermaga untuk memudahkan bagi pendatang yang memerlukan informasi.

Selain itu juga sudah terdapat kantor bea cukai, pos imigrasi, dan PLN.

Namun satu hal yang memberatkan penduduk Miangas adalah tidak

adanya SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) di pulau mereka.

Pada tahun 2006 telah masuk sarana telekomunikasi berupa salura

telepon yaitu dari PT. Telkom dan bekerjasama dengan telkomsel untuk

mendukung sarana telekomunikasi di Pulau Minangas.

3.1.7 Sarana Permukiman

Walaupun termasuk daerah miskin di Indonesia sarana permukiman di

Miangas cukup memadai. Sebanyak 15 milyar rupiah akan di-kucurkan

pemerintah pusat, dalam bentuk bangunan perumahan bagi penduduk di

Pulau Miangas. Peningkatan kesejahteraan rakyat pulau paling Utara di

Indonesia ini merupakan hasil kesepakatan antara Departemen Sosial dan

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut. Langkah itu ditempuh dalam

upaya memperbaiki tingkat kesejahteraan sosial penduduk yang tinggal di

pulau-pulau perbatasan wilayah negara.

Gambar 3.4 Permukiman penduduk Miangas

13

Page 14: keaadaan pulau miangas

3.1.8 Pendidikan

Sebelumnya telah dijelaska mengenai infranstruktur pendidikan

mengenai bangunan sekolah dasar (SD) hingga menengah atas (SMA).

Banyak para generasi muda yang sudah lulus Sekolah Menengah Pertama

meninggalkan kampung halaman dan memilih bekerja di Mindanau

ataupun melanjutkan studi di Tahuna dan di Manado. Hal ini menjadi

kebiasaan turun-temurun. Di samping itu, kehidupan yang penuh

tantangan alam menjadikan masyarakat Miangas sebagai pekerja keras

dengan totalitas kerja yang lebih dibandingkan dengan pekerja lainnya.

Masalah yang terbentang adalah kemampuan berupa ketrampilan

profesional belum dapat menunjang penampilan fisik yang prima dari

masyarakat Miangas.

3.2 Analisa Strategi dan Penanganan Permasalahan

3.2.1 Analisa Persoalan Umum di Kawasan Perbatasan

Masalah yang bersifat umum yang dihadapi di berbagai kawasan

perbatasan, baik kontinen maupun maritim adalah sebagai berikut:

1. Bentangan kawasan perbatasan antara RI dengan 10 negara

tetangga sangat luas dan tipologinya bervariasi, mulai dari tipe

pedalaman sampai tipe pulau-pulau terluar. Ini mengakibatkan

rentang kendali dan penanganan kawasan perbatasan menghadapi

tantangan dan kendala yang cukup berat, baik dalam penyediaan

sumberdaya dana maupun manusia.

2. Di masa lalu ada pendapat umum bahwa kawasan perbatasan

merupakan sarang pemberontak, harus diamankan, terbelakang dan

kurang menarik bagi investor. Hal ini mempengaruhi persepsi

penanganan kawasan perbatasan, sehingga cenderung diposisikan

sebagai kawasan terbelakang dan difungsikan sebagai sabuk

keamanan. Akibatnya berbagai potensi sumberdaya alam kurang

dikelola, terutama oleh investor swasta.

14

Page 15: keaadaan pulau miangas

3. Pendekatan keamanan lebih menonjol dibanding pendekatan

kesejahteraan, karena tuntutan pada masa lalu. Saat itu memang

banyak terjadi pemberontakan di sekitar kawasan perbatasan.

4. Belum ada koordinasi antara instansi-instansi terkait di tingkat

daerah dan pusat.

5. Masyarakat di perbatasan umumnya miskin akibat dari akumulasi

beberapa faktor, yakni rendahnya mutu sumberdaya manusia,

minimnya infrastruktur pendukung, rendahnya produktivitas

masyarakat dan belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam.

6. Terdapat perbedaan tingkat kesejahteraan dengan negara tetangga

tertentu seperti Filipina.

7. Akses laut menuju ke kawasan perbatasan sangat kurang memadai

dan sarana komunikasi sangat terbatas, sehingga orientasi

masyarakat cenderung ke Negara tetangga. Kondisi ini dapat

menyebabkan degradasi nasionalisme masyarakat perbatasan.

8. Sarana dasar sosial dan ekonomi sangat terbatas. Akibatnya

penduduk di kawasan perbatasan berupaya mendapatkan pelayanan

sosial dan berusaha memenuhi kebutuhan ekonominya ke kawasan

perbatasan tetangga.

9. Belum ada kepastian hukum bagi pelaku pembangunan, sehingga

tidak ada basis pijakan bagi pelaku pembangunan di kawasan

perbatasan.

10. Kewenangan penanganan wilayah masih banyak dikeluarkan

instansi pemerintah di pusat.

11. Lemahnya penegakan hukum terhadap para pencuri kayu (illegal

logging), penyelundup barang, ‘penjualan manusia’ (trafficking

person), pembajaka dan perompakan, penyelundupan senjata,

penyelundupan manusia (seperti tenaga kerja, bayi, dan wanita),

maupun pencurian ikan.

12. Belum ada lembaga yang mengkoordinasikan pengelolaan

perbatasan di tingkat nasional dan daerah.

15

Page 16: keaadaan pulau miangas

13. Terjadi eksploitasi sumberdaya alam secara tak terkendali akibat

lemahnya penegakan hukum.

14. Pengelolaan sumberdaya alam yang belum optimal dan

berorientasi masa depan.

15. Minimnya sarana dan prasarana keamanan dan pertahanan

menyebabkan aktivitas aparat keamanan dan pertahanan di

perbatasan belum optimal. Pengawasan di sepanjang garis

perbatasan kontinen maupun maritim juga lemah, sehingga sering

terjadi pelanggaran batas negara oleh masyarakat kedua negara

tetangga.

16. Ada tuntutan daerah untuk ikut mengelola kawasan perbatasan

seiring dengan berlakunya desentralisasi dan otonomi daerah.

Mereka menuntut pendapatan dari Pos Pengawas Lintas Batas

dapat menjadi salah satu penghasilan bagi pemerintah daerah.

17. Ada tawaran investasi cukup besar, tetapi terbentur terbatasnya

dana pembangunan sarana dan prasarana yang dapat disediakan

Pemerintah.

18. Masalah dengan negara tetangga, antara lain belum jelas dan tegas

garis batas kontinen dan maritim; bagaimana menangani nelayan

kedua negara yang melanggar wilayah negara; serta terdapat

pelintas batas tradisional akibat hubungan kekerabatan, kesamaan

adat dan budaya kedua negara.

19. Masalah pengembangan kawasan di sepanjang perbatasan, karena

kewenangan pengelolaan dipandang harus seijin Pemerintah Pusat

dan dana yang sangat terbatas.

3.2.2 Strategi dan Penangangan Pulau Terluar Indonesia

Strategi pengembangan kawasan perbatasan maritim mencakup hal-hal

di bawah ini:

1. Pengembangan Pusat-pusat Pertumbuhan Perbatasan Laut.

16

Page 17: keaadaan pulau miangas

2. Memberikan insentif dan disinsentif investasi serta menyusun

aturan ketenagakerjaan khusus.

3. Meningkatkan kerapatan jalur-jalur transportasi perintis serta

pengembangan system telekomunikasi khusus.

4. Merumuskan aturan bersama mengenai “border trade”, pelintas

batas tradisional serta sistem bea cukai, imigrasi, karantina dan

keamanan terpadu.

5. Peningkatan kapasitas personil TNI dan POLRI.

6. Penambahan jumlah armada kapal dan sistem navigasi laut.

7. Melakukan operasi perbatasan bersama dan tukar menukar

informasi permasalahan perbatasan laut.

8. Penegasan batas antar negara dan peningkatan patroli laut.

9. Mendirikan pusat-pusat pelatihan ketenagakerjaan dan sosialisasi

pengelolaan kekayaan laut dan pelestarian lingkungan.

10. Sosialisasi teknologi tepat guna kelautan serta pengembangan

pusat riset kelautan dan kepulauan.

11. Perluasan jangkauan siaran TV/radio nasional hingga perbatasan.

12. Memberikan subsidi kesehatan, pendidikan serta listrik/energi.

13. Mensosialisasikan potensi dan model-model pengelolaan

sumberdaya kelautan dan kepulauan secara lestari.

14. Memadukan berbagai aspek teknis, ekologi, sosial budaya, politik

hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan pulau-pulau di

perbatasan.

15. Memasyarakatkan aktivitas pelestarian dan perlindungan

lingkungan (khususnya bakau dan terumbu karang);

16. Mensinkronkan antara aturan daerah, dan nasional mengenai

pengelolaan laut dan pulau-pulau perbatasan secara lestari.

17

Page 18: keaadaan pulau miangas

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kawasan perbatasan mempunyai posisi strategis yang berdampak terhadap

pertahanan dan keamanan dan politis mengingat fungsinya sebagai wilayah

terdepan Indonesia, dimana terjadi banyak pelintas batas baik dari dan ke

Indonesia maupun Philipina. Ancaman di bidang pertahanan dan keamanan dan

politis ini perlu diperhatikan mengingat keterbatasan penanganan pelintas batas

legal di wilayah Pulau Miangas.

Permasalahan pokok yang ada adalah;

1. Kemiskinan akibat keterisolasian kawasan menjadi pemicu tingginya keinginan

masyarakat setempat menjadi pelintas batas ke wilayah Philipina berlatar

belakang untuk memperbaiki perekonomian mengingat tingkat perekonomian

di wilayah Philipina relatif lebih berkembang jika dibandingkan dengan

tingkat perekonomian di wilayah Pulau Miangas.

2. Kesenjangan sarana dan prasarana wilayah antar kedua wilayah negara pemicu

orientasi perekonomian masyarakat Pulau Miangas, seperti dari Pulau

Miangas, akses keluar (ke wilayah Philipina) lebih mudah jika dibandingkan

ke Ibukota kecamatan/kabupaten di wilayah Kabupaten Sangir, Kabupaten

Talaud atau ke Manado.

3. Belum adanya kepastian secara lengkap garis batas laut, terutama tentang batas

landas kontinen antara Indonesia - Philipina, jika dibiarkan berlarut-larut

dikhawatirkan berpotensi menjadi masalah yang lebih rumit.

4. Beberapa pelanggaran hukum di wilayah perbatasan seperti penyelundupan ,

Illegal Fishing masih terjadi yang mengakibatkan kerugian Negara cukup

besar.

5. Pengelolaan perbatasan belum optimal, meliputi kelembagaan, kewenangan

maupun program.

18

Page 19: keaadaan pulau miangas

6. Mental dan profesionalisme aparat keamanan di wilayah perbatasan masih

harus dibenahi.

4.2 Saran

Mengacu kepada permasalahan yang ada, maka strategi yang perlu

dilakukan adalah:

1. Perlunya peningkatan Sumber Daya Manusia, dengan cara memberikan

fasilitas pendidikan kepada warga Pulau Miangas, berlatar belakang keilmuan

sesuai dengan kebutuhan.

2. Untuk menghindari sengketa wilayah laut dimasa yang akan dating perlu

adanya upaya penyelesaian masalah tersebut, terutama penyelesaian masalah

batas landas kontinen antara Indonesia dengan Philipina.

3. Peningkatan kerja sama bidang ekonomi antara Indonesia dengan Philipina

dengan cara pelibatan langsung warga Miangas yang disesuaikan dengan

situasi dan kondisi warga Miangas, sehingga hasilnya dapat dirasakan

langsung oleh warga Miangas.

4. Perlu dipertimbangkan kemungkinan kerjasama bilateral antara Pemda

Sulawesi Utara dengan Negara Philipina dalam bidang ekonomi/perdagangan,

keamanan dan sosial budaya, terutama yang melibatkan Kabupaten Talaud,

khususnya warga Pulau Miangas.

5. Seperti halnya pengembangan pulau terpencil di negara maju seperti

pengelolaan Hawaii oleh Amerika Serikat, atau Okinawa oleh pemerintah

Jepang yang sukses membangun kedua wilayah tersebut mengembangkan

sektor ekonominya melalui pengembangan fasilitas militer pada awalnya,

demikian juga untuk pengembangan Pulau Miangas bisa meniru cara-cara dari

kedua negara tersebut, yang tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi

yang ada.

6. Perlu adnya pembinaan mental ideologi warga Pulau Miangas, yang tidak

berupa doktrin, melainkan dengan pendekatan kesejahteraan dan contoh

perilaku para aparat yang ditugaskan di Pulau Miangas.

19

Page 20: keaadaan pulau miangas

7. Perlu dipikirkan adanya perbaikan tunjangan penghasilan, bagi aparat

pemerintah (TNI/Polri, tenaga guru, medis, dan lain-lain) yang ditugaskan di

Pulau Miangas, agar motivasi personil yang ditugaskan di wilayah tersebut

dapat lebih ditingkatkan.

8. Perlunya prioritas pembangunan air strip di Pulau Miangas, untuk

mempermudah akses dari dan ke Pulau Miangas, sehingga dapat memecahkan

masalah keterisoliran warga Pulau Miangas.

9. Dalam rangka menghindari para petugas yang selalu ingin keluar

meninggalkan Pulau Miangas karena berbagai alasan, perlu dipertimbangkan

pengangkatan warga Pulau Miangas asli sebagai tenaga pelayanan

masyarakat, terutama tenaga medis dan tenaga guru, yang tentunya telah

melalui seleksi dan pendidikan yang memadai.

20