katekese bagi kaum lansia berdasarkan surat … · surat paus yohanes paulus ii kepada umat lansia....
TRANSCRIPT
KATEKESE BAGI KAUM LANSIA
BERDASARKAN SURAT PAUS YOHANES PAULUS II
KEPADA UMAT LANSIA
S K R I P S I
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi
Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Sisiliya Yudiyanti
NIM: 131124015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
KATEKESE BAGI KAUM LANSIA
BERDASARKAN SURAT PAUS YOHANES PAULUS II
KEPADA UMAT LANSIA
S K R I P S I
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi
Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Sisiliya Yudiyanti
NIM: 131124015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
S K R I P S I
KATEKESE BAG1 KAUM LANSIA BERDASARKAN SURAT PAUS YOHANES PAULUS I1
KEPADA UMAT LANSIA
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Sisiliya Yudiyanti
M:, 1124015
Ketua
Sekretaris \ Anggota
Yogyakarta, 23 Juni 2017
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku, Bapak Albertus Suratno (almarhum) dan Ibu Elisabet Jumiati,
kakakku Petrus Yudiantoro dan keluarga kecilnya, adikku Martha Yuliana serta
Yohanes De Brito yang telah dengan setia selalu mendoakan dan memberi
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selain itu,
penulis juga mempersembahkan skripsi ini kepada seluruh katekis dan semua
orang yang turut terlibat dalam mendampingi para lansia di manapun mereka
berada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
"Ini bukan berapa banyak yang kita berikan,
tapi berapa banyak cinta yang kita masukkan ke dalam sebuah pemberian"
(Bunda Theresa)
"Hidup yang tidak pernah direfleksikan adalah
hidup yang tak pantas dijalani."
(Socrates)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul ”KATEKESE BAGI KAUM LANSIA
BERDASARKAN SURAT PAUS YOHANES PAULUS II KEPADA UMAT
LANSIA”. Judul skripsi ini diambil berdasarkan keprihatinan penulis kepada
kaum lansia yang selama ini kurang mendapat katekese yang sesuai dengan
kebutuhan mereka.
Persoalan pokok dalam skripsi ini, yaitu menggali pesan dari surat Paus
Yohanes Paulus II kepada umat lansia dan inspirasi katekese macam apa yang
sesuai untuk mendampingi kaum lansia. Persoalan tersebut diolah menggunakan
studi pustaka dengan metode deskriptif intepretatif untuk menggali pesan dari
surat Paus Yohanes Paulus II kepada umat lansia. Pesan dari surat Paus Yohanes
Paulus II kepada umat lansia ini menjadi dasar untuk membuat katekese yang
sesuai dengan kebutuhan kaum lansia.
Proses menua merupakan proses alami semua makhluk hidup. Batasan
mengenai kaum lanjut usia di berbagai negara cukup bervariasi, karena angka
harapan hidup masing-masing negara beragam. Angka harapan hidup di negara
maju relatif lebih tinggi daripada di negara berkembang. Di Indonesia sendiri
batas usia kaum lansia, yaitu 60 tahun ke atas. Terdapat berbagai ciri kaum lansia
yang bahagia dan tidak bahagia. Kaum lansia yang bahagia ditandai dengan ciri
mampu menerima diri dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Sedangkan
kaum lansia yang kurang bahagia salah satunya ditandai dengan ciri mudah
mengeluh. Salah satu masalah paling mencolok yang dialami kaum lansia, yaitu
terjadinya penurunan fisik dan kesehatan.
Paus Yohanes Paulus II mengajak kaum lansia untuk memaknai dan
mensyukuri hidupnya. Paus Yohanes Paulus II juga mengajak mereka untuk tetap
terlibat aktif di dalam kerasulan Gereja, misalnya melalui doa-doa mereka. Selain
itu, kaum lansia dapat memberikan sumbangan bagi Gereja melalui kesaksian
hidup mereka yang dijiwai oleh semangat Injil.
Salah satu model katekese yang penulis tawarkan untuk menggali kekayaan
pengalaman iman para kaum lansia adalah Share Christian Praxis (SCP). Model
SCP memberikan ruang yang luas kepada peserta untuk mengungkapkan pengalaman
hidup mereka masing-masing. Melalui katekese model SCP ini diharapkan para
kaum lansia dapat semakin menyadari bahwa pada usia tua mereka, Allah tetap
memberikan karunia bagi mereka untuk bertumbuh menuju kematangan jasmani
dan rohani, serta tetap mampu memberikan kesaksian iman kepada orang-orang di
sekitar melalui sikap dan tindakan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
Abstract
The title of this undergraduate thesis is“ THE IMPLICATIONS OF POPE
JOHN PAUL II’S LETTER TO THE ELDERLY FOR IMPLEMENTING
CATECHETICAL ASSISTANCE TO THE ELDERLY”. This title is originated
from a concern of the author for the elderly people, who are not given enough
attention and corresponding catechesis needed for their life.
The basic theme of this writing consists of drawing the teachings and
inspiration from Pope John Paul II’s Letter for the Elderly to develop a catechesis
well-suited to assist those in advanced age. This theme is elaborated using
litterature research with method of interpretative descriptive to reflecti on the
papal letter. The insights tapped from the papal letter will hopefully provide a
sufficient base for a catechesis suitable for the elderly.
Entering old age is a natural process for every living being. There is a
great variation in defining “old age” from country to country due to the variety of
life-span expectancy among those countries. In developed countries this
expectancy is defined at a higher age than in the developing countries. In
Indonesia, those over sixty years old are considered elderly. The segment of old
people consists of two groups, representing respectively two opposing attitudes:
happy elderly and unhappy elderly. The happy elderly is marked by an acceptance
of self with its strengths and weaknesses. The unhappy elderly, on the opposite
side, is marked by constant complaints nearly on everything. The most obvious
general experience of the elderly is the declining physical capabilities and health.
Pope John Paul II invites the elderly people to give meaning and be
grateful for their life. He urges them to be actively involved, according to their
capacities, in the apostolate of the Church, especially through their prayers.
Besides, the elderly people can contribute much to the Church by way of their life
witness, animated by the evangelical spirit.
One possible model of catechesis that is proposed by the author to dig up
the riches of elderly experiences is Shared Christian Praxis (SCP). This model
would provide ample opportunities for the participants to articulate their life
experiences. It is hoped that by way of sharing, the elderly participants will realize
more deeply God’s constant invitation for them to move forward into physical as
well as spiritual maturity. By this they would be able to render witness of their
faith to the surrounding neighbours through their attitudes and actions.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
Kata Pengantar
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” KATEKESE BAGI
KAUM LANSIA BERDASARKAN SURAT PAUS YOHANES PAULUS II
KEPADA UMAT LANSIA” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dalam Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Banyak pihak yang telah membantu
penulis dengan caranya masing-masing sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ., selaku pembimbing utama dalam penulisan
skripsi yang telah dengan setia mendampingi, memberi saran, dan kritik
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji II yang telah bersedia
membaca, memberi dukungan, dan menguji penulis untuk
mempertanggungjawabkan skripsi ini.
3. Dr. I. L. Madya Utama, SJ., selaku dosen penguji III yang telah bersedia
membaca, memberi masukan, dan menguji penulis untuk
mempertanggungjawabkan skripsi ini.
4. Dr. CB. Putranta, SJ., yang telah dengan setia mencarikan buku referensi dan
memberi saran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Kedua orang tuaku, Bapak Albertus Suratno (almarhum) dan Ibu Elisabet
Jumiati, kakakku Petrus Yudiantoro beserta keluarga kecilnya, dan adikku
Martha Yuliana yang telah dengan setia selalu mendoakan dan memberi
semangat penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Yohanes De Brito, SS., MBA., yang selalu menemani dan membantu penulis
sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Keluarga besar Prodi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma
yang telah menemani dan mendukung penulis selama proses menimba ilmu di
almamater tercinta ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................
HALAMAN MOTTO.....................................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.........................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.......................................................
ABSTRAK......................................................................................................
ABSTRACT......................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR SINGKATAN................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
xiii
xvi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A. Latar Belakang Masalah…............................................................
B. Rumusan Masalah….....................................................................
C. Tujuan Penulisan...........................................................................
D. Manfaat Penulisan.........................................................................
E. Metode Penulisan.........................................................................
F. Sistematika Penulisan...................................................................
1
1
6
6
7
7
7
BAB II DINAMIKA KEHIDUPAN KAUM LANSIA.................................
A. Pengertian Kaum Lansia…………….............................................
B. Batasan Kaum Lansia……………………....................................
C. Ciri-ciri Kaum Lansia Bahagia dan Kurang Bahagia…….............
D. Masalah-masalah yang Dihadapi Kaum Lansia.............................
1. Penurunan Fisik……………..................................................
2. Perubahan Sosio-emosional...................................................
3. Kesepian (loneliness).............................................................
9
9
12
13
15
15
18
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
4. Marginalisasi..........................................................................
E. Rangkuman.....................................................................................
21
22
BAB III SURAT PAUS YOHANES PAULUS II KEPADA UMAT
LANSIA.......................................................................................
A. Surat Paus Yohanes Paulus II Kepada Umat Lansia......................
B. Makna dan Nilai Kaum Lansia…..................................................
C. Kaum Lansia dalam Kitab Suci.....................................................
D. Gereja dan Kaum Lansia...............................................................
E. Petunjuk untuk Reksa Pastoral Kaum Lansia...............................
1. Keluarga................................................................................
2. Kegiatan-kegiatan Amal Kasih.............................................
3. Kerasulan..............................................................................
4. Kontemplasi dan Doa............................................................
5. Cobaan, Sakit, dan Penderitaan............................................
F. Rangkuman..................................................................................
24
24
26
30
37
41
42
43
44
45
45
46
BAB IV KATEKESE UNTUK KAUM LANSIA BERDASARKAN
SURAT PAUS YOHANES PAULUS II….............................
A. Gambaran Umum Katekese............................................................
1. Pengertian Katekese..............................................................
2. Dasar Katekese......................................................................
3. Tujuan Katekese....................................................................
4. Tugas Utama Katekese.........................................................
B. Gambaran Katekese Umat..............................................................
1. Pengertian Katekese Umat....................................................
2. Tujuan Katekese Umat..........................................................
3. Kekhasan Katekese Umat.....................................................
C. Katekese Model Shared Christian Praxis....................................
1. Komponen Utama Shared Christian Praxis.........................
a) Shared...............................................................................
b) Christian………………………………………………...
48
49
49
51
51
54
56
56
57
58
59
61
61
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
c) Praxis…………………………………………………...
2. Langkah-langkah Katekese
Model Shared Christian Praxis……………………………
a) Langkah 0 (awal): Pemusatan Aktivitas………………...
b) Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman
Hidup Peserta…………………………………………...
c) Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta.......
d) Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani........
e) Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam Situasi
Peserta Konkret…………………………………………
f) Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret……...
D. Program Pendampingan Katekese bagi Kaum Lansia
Berdasarkan Surat Paus Yohanes Paulus II Kepada Umat
Lansia…………………………………………………………...
E. Implementasi Pendampingan Melalui Katekese dengan Model
Shared Christian Praxis bagi Kaum Lansia Berdasarkan Surat
Paus Yohanes Paulus II Kepada Umat Lansia………………….
63
64
65
66
67
69
70
71
72
77
BAB V PENUTUP…………………………………………………………
A. Simpulan………………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
LAMPIRAN-PLAMPIRAN
Lampiran 1 Ndherek Gusti……………………………………………
Lampiran 2 Hikayat dari Swedia……………………………… ……...
Lampiran 3 Injil Markus 4:26-34………………………….………….
Lampiran 4 Di saat Daku Tua…………………………………………
Lampiran 5 Sakjege Aku Ndherek Gusti……………………………...
88
88
99
93
96
97
97
99
102
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR SINGKATAN
CT: Catechesi Tradendae, (Surat Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang
Penyelenggaraan Katekese), 16 Oktober 1979.
DI: Daerah Istimewa
Gal: Galatia
Im: Imamat
LE: Letter to the Elderly, (Surat Paus Yohanes Paulus II Kepada Umat
Lanjut Usia), 1 Oktober 1999.
KAS: Keuskupan Agung Semarang
Kej: Kejadian
Kis: Kisah Para Rasul
Luk: Lukas
Mat: Matius
Mrk: Markus
Mzm: Mazmur
Pkh: Pengkhotbah
PKKI: Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan se-Indonesia
Rm: Roma
SCP: Shared Christian Praxis
Tob: Tobit
WHO: World Health Organization
Yoh: Yohanes
1Kor: 1Korintus
2Mak: 2Makabe
5
10
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini, tema mengenai kaum lansia menjadi topik yang cukup banyak
dibicarakan di kalangan luas. Bahkan di Indonesia sendiri sebenarnya terdapat Hari
Lanjut Usia Nasional (Hari Lansia) yang diperingati setiap 29 Mei sebagai wujud
penghargaan dan kepedulian terhadap kaum lansia (Widyamartaya, 2015: 5).
Perserikatan Bangsa-Bangsa juga telah menyatakan tahun 1999 sebagai Tahun Lansia
Internasional. Namun sangat disayangkan, karena pada kenyataannya tidak banyak
masyarakat yang mengetahui mengenai hal ini dan perhatian kepada kaum lansia
masih sangat kurang.
Istilah lansia sebenarnya merupakan kepanjangan dari “lanjut usia”. Terdapat
istilah lain yang juga sering digunakan untuk menyebut lansia, yaitu manula (manusia
usia lanjut), usila (usia lanjut), glamur (golongan lanjut umur) (Waramis & Pit, 1993:
3). Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Dalam undang-undang ini, lansia
dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu lansia potensial dan lansia tidak potensial.
Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa. Lansia tidak potensial adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada
orang lain.
Menurut Elisabet Hurlock dalam Bock (2007: 3), usia tua adalah periode
penutup dalam rentang hidup manusia. Laslett juga menyatakan bahwa menjadi tua
(aging) merupakan proses perubahan biologis secara terus-menerus yang dialami
manusia pada semua tingkat umur dan waktu, sedangkan usia lanjut (old age) adalah
proses akhir dari penuaan tersebut (Siti Partini Suardiman, 2011: 1). Kedua tokoh
tersebut memiliki konsep yang sama mengenai lansia. Menurut mereka, lansia
merupakan proses akhir atau periode penutup dalam rentang hidup manusia.
Kini masyarakat semakin menyadari bahwa memasuki lansia perlu
dipersiapkan dengan baik. Sebagai manusia, menjadi tua bukanlah sebuah pilihan,
melainkan sebuah proses alamiah yang tidak dapat dihindari dan sekaligus
merupakan kenyataan yang melekat dalam hidup manusia. Seseorang yang menjadi
tua berarti telah melewati tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Ketika seseorang telah memasuki masa tua, maka mereka dihadapkan pada kenyataan
mengenai adanya kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan
kulit yang semakin mengendur, rambut memutih, pendengaran berkurang, gigi
menjadi ompong, dan lain sebagainya.
Singkatnya, proses penuaan paling tidak memiliki dampak terhadap tiga aspek,
yaitu biologis, ekonomi, dan sosial (Badan Pusat Statistik, 2014). Secara biologis,
lansia akan mengalami proses penuaan secara terus-menerus yang ditandai dengan
penurunan daya tahan fisik dan rentan terhadap berbagai penyakit. Secara ekonomi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mereka yang telah memasuki lansia sering dipandang sebagai beban dari pada sebagai
sebuah sumber daya. Secara sosial, kehidupan lansia sering dipersepsikan negatif atau
seringkali dianggap tidak dapat lagi memberikan manfaat bagi keluarga dan
masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat usia tua ini harus dipersiapkan
sungguh-sungguh agar dapat diterima sebagai sebuah kenyataan dan fenomena
biologis alamiah. Oleh karena itu, Gereja perlu hadir menjadi garda terdepan untuk
memberi perlindungan dan pendampingan kepada para lansia agar mereka dapat
memasuki usia tua dengan gembira dan tetap dapat menjadi berkat bagi orang-orang
di sekitarnya.
Pada Tahun Lansia Internasional, tepatnya pada puncak peringatan Hari Lansia
Internasional yang jatuh pada 1 Oktober 1999, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II
menulis Surat untuk Lansia,
Saya sendiri sekarang sudah lanjut usia. Maka, saya ingin sekali berkomunikasi
dengan saudara-saudari saya para lansia… Saya hanya ingin menyatakan
betapa saya dekat secara rohani dengan kalian sebagai orang yang telah
semakin dalam memahami tahap hidup ini bersama dengan berlalunya tahun-
tahun hidupnya dan oleh karenanya merasa perlu membangun hubungan yang
lebih erat dengan orang-orang lain yang seusia… (Widyamartaya, 2015: 5-6).
Surat yang ditulis Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II kepada Umat Lansia
menunjukkan bahwa ada perhatian dari Gereja kepada kaum lansia. Oleh karena itu,
Surat yang telah ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II ini perlu digali dan dapat
menjadi sumber acuan sebagai pedoman untuk memberikan katekese kepada kaum
lansia yang selama ini kurang mendapat perhatian yang cukup, baik dari Negara
maupun Gereja. Surat ini pun sangat penting untuk menjadi sumber inspirasi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
membuat model katekese bagi kaum lansia, karena surat ini merupakan hasil refleksi
dari Paus Yohanes Paulus ke II yang juga adalah lansia. Jadi, Paus sungguh mengerti
situasi dan kondisi yang dihadapi kaum lansia pada umumnya.
Kemendesakan mengenai perlunya menyiapkan katekese atau pendampingan
iman bagi kaum lansia, selain karena berdasarkan surat yang ditulis Bapa Suci Paus
Yohanes Paulus II kepada Umat Lansia, juga atas dasar situasi global mengenai kaum
lansia. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) [2013], setengah
jumlah kaum lansia di dunia (400 juta jiwa) berada di Asia; pertumbuhan kaum lansia
di negara sedang berkembang lebih tinggi dari pada negara yang sudah berkembang;
dan diperkirakan pada 2050 kaum lansia penderita penyakit degeneratif1 tidak dapat
beraktivitas (tinggal di rumah). Berdasarkan data tersebut, maka Indonesia sebagai
salah satu negara berkembang juga memiliki pertumbuhan jumlah kaum lansia yang
besar. Persentase penduduk lansia tahun 2008, 2009, dan 2012 telah mencapai di atas
7 % dari keseluruhan total penduduk Indonesia. Jika dilihat berdasarkan Provinsi,
maka Provinsi DI Yogyakarta memiliki persentase penduduk lansia tertinggi
sebagaimana tampak pada tabel.
1 Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau penghacuran
terhadap jaringan atau organ tubuh. Proses dari kerusakan ini dapat disebabkan oleh usia yang menua
maupun karena gaya hidup yang tidak sehat “Triana Primalia Irawati”, http://www.kerjanya.net/faq/6648.html, Penyakit Degeneratif, diakses pada 14 Juli 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Tabel Penduduk Lanjut Usia menurut Provinsi
Sumber: Susenas Tahun 2012, Badan Pusat Statistik RI
Berdasarkan data pada tabel, maka persentase penduduk lansia paling tinggi ada
di Provinsi DI Yogyakarta (13,04%), disusul oleh Jawa Timur (10,40%) dan Jawa
Tengah (10,34%). Oleh karena itu, katekese bagi kaum lansia yang terinspirasi dari
surat Paus Yohanes Paulus II kepada Umat Lanjut Usia menjadi kontekstual, baik
bagi umat Katolik di Indonesia maupun di Yogyakarta pada khususnya, di mana
penulis saat ini tinggal.
Penyelenggaraan katekese yang dilakukan oleh Gereja hendaknya menyentuh
para kaum lansia yang jumlahnya juga cukup besar dan semakin meningkat di
Indonesia. Apalagi dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae art. 1 disebutkan
bahwa “Penyelenggaraan katekse oleh Gereja selalu dipandang sebagai salah satu
tugasnya yang amat penting… Tidak pernah Gereja berhenti mencurahkan tenaganya
untuk menunaikan tugas itu”. Dalam Anjuran Apostolik ini sangat jelas semangat
Gereja yang begitu besar untuk menyelenggarakan katekese dalam rangka membantu
umat “mengimani bahwa Yesus itu Putera Allah” (CT, art. 1). Formatio iman atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
katekese ini merupakan konsekuensi langsung dari identitas Gereja yang bersifat
misioner (Dewan Karya Pastoral KAS, 2014: 21). Pelayanan pastoral berupa katekese
bagi kaum lansia haruslah membantu para lansia untuk dapat menghayati hidup
mereka dalam terang iman dan mencapai kepenuhan di dalam Kristus. Oleh karena
itu, judul skripsi yang diangkat oleh penulis adalah “KATEKESE BAGI KAUM
LANSIA BERDASARKAN SURAT PAUS YOHANES PAULUS II KEPADA
UMAT LANSIA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa
permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi pesan Surat Paus Yohanes Paulus II kepada Umat Lansia?
2. Implikasi pendampingan melalui katekese macam apa yang dapat digali dari
Surat Paus Yohanes Paulus II kepada Umat Lansia bagi kegiatan katekese yang
sesuai untuk pendampingan terhadap kaum lansia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan skripsi ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pesan Surat Paus Yohanes Paulus II kepada Umat Lansia.
2. Untuk mengetahui implikasi katekese macam apa yang dapat digali dari Surat
Paus Yohanes Paulus II kepada Umat Lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini, yaitu:
1. Memberi pengetahuan dan pemahaman mengenai pesan Surat Paus Yohanes
Paulus II kepada Umat Lansia.
2. Memberi alternatif pendampingan bagi kaum lansia berdasarkan Surat Paus
Yohanes Paulus II kepada Umat Lansia.
E. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan skripsi ini adalah studi pustaka dengan menggunakan
metode deskriptif intepretatif. Melalui metode deskriptif intepretatif, penulis akan
menyusun, mengungkapkan atau menyampaikan berbagai hal yang didapat melalui
studi pustaka. Hasil tersebut kemudian dimaknai dan dijelaskan secara komprehensif.
Penulis mengumpulkan informasi dan data dari berbagai buku, dokumen, majalah,
dan artikel yang dapat digunakan untuk memahami secara komprehensif mengenai
Surat Kepada Umat Lansia menurut Paus Yohanes Paulus II.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II DINAMIKA KEHIDUPAN KAUM LANSIA
Bab ini menjelaskan tentang dinamika kehidupan kaum lansia yang meliputi
pengertian kaum lansia, batasan kaum lansia, ciri-ciri kaum lansia bahagia dan kurang
bahagia, serta masalah-masalah yang dihadapi kaum lansia.
BAB III SURAT PAUS YOHANES PAULUS II KEPADA UMAT LANSIA
Bab ini menjelaskan tentang Surat Paus Yohanes Paulus II kepada Umat Lansia
yang meliputi makna dan nilai kaum lansia, kaum lansia dalam Kitab Suci, Gereja
dan kaum lansia, petunjuk untuk reksa pastoral kaum lansia.
BAB IV KATEKESE KEPADA UMAT LANSIA TERINSPIRASI DARI
SURAT PAUS YOHANES PAULUS II
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum katekese, gambaran katekese
umat, katekse model Shared Christian Praxis, program pendampingan katekese bagi
kaum lansia berdasarkan Surat Paus Yohanes Paulus II kepada umat lansia, dan
pengembangan katekese dengan model Shared Christian Praxis bagi kaum lansia
berdasarkan Surat Paus Yohanes Paulus II kepada umat Lansia.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan tentang simpulan dan saran dari hasil penulisan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
DINAMIKA KEHIDUPAN KAUM LANSIA
Gejala peningkatan usia tua merupakan fakta yang cukup menarik dan perlu
mendapat perhatian dari semua pihak, tidak terkecuali dari pihak Gereja Katolik.
Apalagi usia tua merupakan kenyataan yang harus dihadapi oleh semua orang di
dunia, tanpa memandang ras maupun agama. Oleh karena itu, berbagai kajian
mengenai kaum lansia sangat dibutuhkan untuk memahami lansia secara utuh dan
mendalam harapannya, dengan memahami kaum lansia dan berbagai
problematikanya secara mendalam, dapat menjadi dasar pijakan untuk mendampingi
dan memberdayakan kaum lansia secara optimal.
Bab II ini membahas secara khusus dinamika kehidupan kaum lansia yang
dibagi ke dalam empat bagian. Bagian pertama menjelaskan pengertian tentang kaum
lansia. Bagian kedua akan mengkaji batasan kaum lansia menurut WHO dan
Setyonegroho. Bagian ketiga menguraikan ciri-ciri kaum lansia bahagia dan kurang
bahagia. Bagian keempat mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi kaum
lansia.
A. Pengertian Kaum Lansia
Kaum lansia merupakan dua kesatuan fakta, yaitu fakta sosial dan biologis.
Sebagai suatu fakta sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dari berbagai status dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik, pertambahan usia
dapat berarti semakin melemahnya manusia secara fisik dan kesehatan (Suhargo
Prayitno, 1999: 4). Proses menua atau aging adalah suatu proses alami pada semua
makhluk hidup. Leslett menyatakan bahwa menjadi tua (aging) merupakan proses
biologis secara terus-menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan
waktu, sedangkan usia lanjut (old age) adalah istilah untuk tahap akhir dari proses
penuaan tersebut (Siti Partini Suardiman, 2011: 1).
Hal senada juga disampaikan oleh Maurus (2007: 17), bahwa secara biologis
proses penuaan dimulai saat manusia lahir. Sistem organisme manusia adalah
kumpulan fungsi yang sangat rumit dan bukan merupakan sebuah sel yang sederhana.
Hal inilah yang menyebabkan kebanyakan orang menyangka bahwa proses penuaan
yang dialami manusia dimulai pada akhir masa pertumbuhan. Pendapat umum
mengatakan bahwa, makin panjang kurun masa pertumbuhan makin lambat proses
penuaan dimulai dan akibatnya makin panjang pula masa hidup (Maurus, 2007: 17).
Dengan kata lain, masa pertumbuhan merupakan masa regenerasi sel yang baru
sehingga memungkinkan terjadinya penundaan proses penuaan. Namun semakin tua
seseorang, regenerasi sel ini semakin berkurang dan mengalami penurunan fisik yang
sangat drastis.
Setelah seseorang berusia 30 tahun, kira-kira terdapat 30.000 sel neuron, yaitu
sel yang aktif dalam proses mental untuk berpikir, merasa, dan menggerakkan otot-
otot, yang mengalami kematian (Wignyasumarta, 2013: 227). Dalam kurun waktu
satu tahun, jumlah sel neuron yang mati dapat mencapai 10 juta. Memang seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
tidak perlu khawatir akan segera kehabisan sel neuron, karena setiap orang
mempunyai 12 milyar sel neuron. Meskipun demikian, saat memasuki lansia ada
fakta yang tidak dapat dipungkiri oleh setiap orang bahwa mereka akan mengalami
penurunan fungsi organ atau penurunan mental.
Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998, kaum lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Dalam undang-undang ini, kaum lansia
dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu kaum lansia potensial dan kaum lansia tidak
potensial. Kaum lansia potensial adalah kaum lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa. Kaum
lansia tidak potensial adalah kaum lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada orang lain. Apapun status mereka, baik sebagai
kaum lansia potensial maupun kaum lansia tidak potensial, mereka sama-sama harus
memiliki kemampuan memisahkan dan membedakan garis biologis dan garis rohani
(Zahnweh, 2007: 8), mengingat mereka sudah sangat dekat dengan kematian. Garis
biologis manusia memang akan berakhir dengan kematian. Hal ini tentu berbeda
dengan garis rohani yang akan terus berlanjut sebagaimana yang disampaikan dalam
sabda Yesus:
Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap
satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi siapa
yang tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk
hidup kekal (Yoh. 12:24-25).
Oleh karena itu, lansia perlu dibantu untuk mempersipkan diri menyambut rahasia
Sang Sumber hidup dalam kematian yang akan segera mereka alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
B. Batasan Kaum Lansia
Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Australia,
Swedia, dan beberapa negara Eropa lainnya, yang angka harapan hidup penduduknya
relatif lebih tinggi dari pada negara-negara berkembang, menggunakan batasan usia
65 tahun sebagai batas terbawah untuk kelompok penduduk usia lanjut. Hal itu agak
beberbeda dengan negara Asia, termasuk Indonesia, yang menggunakan batasan umur
60 tahun ke atas (Siti Partini Suardiman, 2011: 2). Batasan mengenai umur kaum
lansia di Indonesia termuat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab1 Pasal 1 Ayat 2. Batasan mengenai umur kaum
lansia ini memang berbeda-beda. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa terdapat
berbagai pendapat mengenai batasan umur kaum lansia.
Menurut WHO, batasan usia lansia meliputi:
Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
Lanjut usia (elderly), yaitu antara 60 sampai 74 tahun.
Lanjut usia tua (old), yaitu antara 75 sampai 90 tahun.
Usia sangat tua (very old), yaitu di atas 90 tahun.
Batas bawah usia lansia yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 60 tahun. Artinya, batasan
mengenai usia lansia ini sama dengan batas bawah usia lansia yang ditetapkan oleh
pemerintah Indonesia. Batas bawah usia lansia juga senada dengan yang disampaikan
oleh Setyonegroho dalam Padila (2013). Ia menetapkan batasan usia lansia sebagai
berikut:
Usia dewasa muda (young adulthood) usia 18/20-25 tahun.
Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas: (1) Young old (usia
70-75); (2) Old (usia 75-80); (3) Very old (usia >80 tahun).
C. Ciri-ciri Kaum Lansia Bahagia dan Kurang Bahagia
Menurut Paul (2012:25-27) terdapat beberapa ciri yang dapat ditemukan dari
pribadi kaum lansia yang bahagia, yaitu:
1. Hidupnya dekat dan pasrah pada Tuhan yang tampak melalui kebiasaannya
untuk berdoa.
2. Ada kegembiraan batin yang mendalam; hidupnya damai
3. Ia menerima dirinya apa adanya, baik kekuatan dan kelemahannya, termasuk
menerima bahwa dirinya telah menjadi tua.
4. Ia berdamai dengan dirinya.
5. Ia mau berkorban dan bertahan dalam situasi yang kurang baik, seperti tidak
mengeluh karena sakitnya.
6. Ia dapat bersahabat dengan orang lain, dapat menerima orang lain.
7. Ia mudah mengampuni orang lain dan juga suka minta ampun kepada orang
lain dan Tuhan jika merasa bersalah.
8. Ia mudah mensyukuri keadannya.
Hal yang kurang lebih senada juga disampaikan oleh Wignyasumarta (2013).
Menurut (Wingnyasumarta, 2013:189-191), terdapat beberapa hal yang dapat
membantu agar masa lansia menjadi lebih menarik, tidak menjemukan, dan
menggembirakan, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
1. Siap menerima kenyataan lansia dengan rela. Sikap rela menerima ini adalah
sikap paling dasar untuk menerima diri dan mengakui bahwa diri telah menjadi
tua. Dengan sikap ini, kaum lansia akan dapat melihat sisi positif kehidupan
mereka, karena menjadi lansia berarti memasuki usia matang, tingkat
penyempurnaan hidup, dan pemenuhan diri.
2. Mengembangkan pandangan positif mengenai kaum lansia. Kaum lansia harus
mempunyai pandangan positif yang menonjolkan indahnya masa lansia,
memberi wacana dan makna ketenangan, kedamaian, serta kepasrahan hidup di
bawah berkat Tuhan pada tahap akhir tugas hidupnya.
3. Mengembangkan kekayaan pengalaman hidup untuk menjadi semakin arif
bijaksana. Hal ini dapat dilakukan oleh kaum lansia melalui pengalaman dan
kematangan diri dalam hidupnya.
4. Mengatasi problema kesepian. Ada berbagai macam cara untuk mengatasi yang
dapat dilakukan oleh kaum lansia, misalnya membaca, tulis-menulis, ataupun
meningkatkan hidup doa.
5. Mencapai keutuhan hidup. Ketika kekuatan fisik mulai berkurang, kaum lansia
masih memiliki potensi psikologis, intelektual, dan spiritual yang dapat
dikembangkan secara optimal, misalnya memberikan pemikiran atau ide yang
bermutu dalam bidang musik, sastra, agama, karya tulis dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Selain mengungkapkan beberapa ciri dari kaum lansia yang bahagia, (Suparno,
2012: 26) juga menyebutkan beberapa ciri kaum lansia yang kurang bahagia, yaitu:
1. Relasi dengan Tuhan kurang dekat.
2. Selalu mengeluh, mudah marah mengenai hal-hal yang kurang penting.
3. Sulit menerima keadaan diri.
4. Gelisah, tidak tenang.
5. Suka menyendiri, mengasingkan diri.
6. Suka mengkritik dan mencela orang lain, padahal dia sendiri tidak sempurna.
7. Sulit dilayani, sehingga yang melayani menjadi tidak suka.
8. Banyak orang tidak suka padanya.
9. Sombong, merasa paling hebat.
10. Kurang bersyukur.
D. Masalah-masalah yang Dihadapi Kaum Lansia
1. Penurunan Fisik
Usia biologis manusia meliputi tiga fase, yaitu fase pertumbuhan, fase
pematangan, dan fase penurunan (Siti Partini Suardiman, 2011: 36). Ketika seseorang
memasuki masa lansia, fungsi sel-sel di dalam tubuh akan mengalami penurunan,
karena telah lama berfungsi. Proses penurunan ini akan berlangsung secara alamiah
dan terus-menerus, sehingga menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, biokemis
pada jaringan tubuh. Perubahan tersebut akhirnya akan memengaruhi fungsi dan
kemampuan fisik secara keseluruhan. Beberapa perubahan aspek fisik yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dialami kaum lansia, yaitu adanya perubahan kerangka tubuh, sehingga setelah umur
60 tahun manusia menjadi lebih pendek (Maramis, 1993: 22). Rongga dada tidak
begitu mekar dan lebar seperti ketika berumur 30 tahun. Pundak menyempit dan
pinggul melebar. Tulang menjadi keras dan mudah patah. Kecepatan belajar dan
mengingat pada kaum lansia juga akan menurun, karena kemampua sistem saraf
pusat semakin berkurang. Rambut kaum lansia menjadi berubah dan berkurang.
Selain penurunan di atas, kaum lansia juga akan kehilangan elastisitas pada
kulitnya. Hilangnya elastisitas pada kulit menyebabkan kulit menjadi kering dan
keriput, sehingga tidak tahan pada suhu panas dan dingin. Mulai timbul bercak-
bercak putih dikulit karena pigmen yang mulai berkurang (Maramis, 1993: 22).
Sensitivitas pada organ alat indera juga turut mengalami penurunan, karena saraf
menjadi lebih lambat dalam mengantar impuls2 dan adanya perubahan pada organ
indera itu sendiri. Kecepatan reaksi dan dan koordinasi gerak pada kaum lansia
menjadi kurang baik dan semakin lamban, karena adanya penurunan kecepatan
motorik. Peredaran darah perlahan-lahan mulai terganggu, karena terjadi penebalan
pada dinding pembuluh darah. Kondisi ini kemudian mengakibatkan tekanan darah
pada kaum lansia meningkat. Daya tampung paru-paru untuk zat asam semakin kecil
dan semakin sedikit yang diserap, sehingga mengakibatkan energi untuk beraktivitas
dan daya tahan stres berkurang (Maramis, 1993: 23).
2 Rangsang atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh
neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf.
Contoh rangsangan, yaitu perubahan dari dingin menjadi panas dan berbagai aroma yang tercium oleh
hidung ”NN”. https://systembiosaraf.wordpress.com/2010/04/11, Impuls, diakses pada 26 Juni 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa menjadi tua
ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat dari gejala kemunduran fisik antara
lain (Siti Partini Suardiman 2011: 39):
a. Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang
menetap;
b. Rambut mulai beruban dan menjadi putih;
c. Gigi mulai tanggal;
d. Pengelihatan dan pendengaran mulai berkurang;
e. Mudah lelah;
f. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah;
g. Keterampilan tubuh menghilang, terjadi timbunan lemak terutama di bagian
perut dan pinggul.
Kemunduran atau penurunan fungsi biologis pada kaum lansia ini dapat terlihat
pada adanya gejala sebagai berikut:
a. Menopouse adalah perubahan hidup pada perempuan yang ditandai oleh
berakhirnya periode menstruasi bulanan secara rutin.
b. Andropouse adalah tahap penurunan tetosteron secara berangsur-angsur pada
usia lanjut laki-laki.
c. Climacteric adalah satu titik pada usia pertengahan, di saat laki-laki mengalami
perubahan kesehatan, kekuatan fisik, dan penampilan secara berarti.
d. Biological aging adalah perubahan fisik yang menyertai peningkatan usia pada
usia lanjut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2. Perubahan Sosio-emosional
Emosi memiliki peran penting dalam kehidupan usia lanjut. Kata emosi berasal
dari Bahasa Latin, yaitu motere yang berarti “bergerak” dan emosi mengandung arti
menggerakkan kita (Siti Partini Suardiman, 2011: 97). Kaum lansia yang mengalami
penurunan fisik, seperti hilangnya memori, daya tahan tubuh, maupun fleksibilitas
psikologis, juga turut berpengaruh pada emosi mereka. Emosi ini merupakan kondisi
yang menggerakkan dan mewarnai seseorang. Misalnya, pengalaman penting yang
mewarnai emosi seseorang, seperti pengalaman kegembiraan karena menikah, rasa
sedih saat menghadiri pemakaman, atau perasaan marah ketika hak miliknya
diganggu.
Erik Erikson dalam Siti Partini Suardiman (2011: 99) menyatakan bahwa usia
lanjut berada pada tahap atau fase integritas diri versus hilangnya harapan. Integritas
diri merupakan suatu pencapaian yang didasarkan pada refleksi tentang hidupnya.
Dalam hal ini usia lanjut perlu melakukan evaluasi diri untuk menerima hidupnya
seperti halnya menerima kenyataan bahwa dirinya sudah dekat dengan kematian.
Orang yang berhasil pada tahapan final ini (integritas diri), akan memperoleh arti
hidup dalam makna sosial yang lebih luas, pada masa lalu, kini, dan yang akan
datang. Kebajikan yang telah berkembang pada tahap ini adalah kearifan (wisdom).
Kearifan berarti penerimaan akan ketidaksempurnaan pada dirinya, pada orangtua,
dan dalam hidupnya. Erikson merasa yakin bahwa kaum lansia tetap harus menjaga
keterlibatan di dalam masyarakat meskipun fungsi tubuh melemah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
3. Kesepian (loneliness)
Meningkatnya usia lanjut, terutama di Indonesia harus mendapat perhatian yang
serius dari berbagai pihak, agar kaum lansia tetap dapat mandiri dan berguna.
Menuanya usia membuat banyak kaum lansia mengalami kemunduran dan
penurunan, terutama fungsi biologis dan psikis. Kemunduran atau penurunan fungsi
biologis dan psikis ini mempengaruhi mobilitas dan kontak sosial mereka. Keadaan
ini jika dibiarkan terus berlangsung secara terus-menerus akan membuat kaum lansia
mengalami kesepian atau loneliness.
Kesepian adalah perasaan terasing, tersisihkan, terpencil dari orang lain.
Kesepian umumnya akan muncul apabila seseorang merasa (1) tersisih dari
kelompoknya; (2) tidak diperhatikan oleh orang-orang di sekitarnya; (3) terisolasi
dari lingkungan; (4) tidak ada seseorang sebagai tempat berbagi rasa dan pengalaman;
dan (5) seseorang harus sendiri tanpa ada pilihan (Siti Partini Suardiman, 2011: 117).
Sedangkan menurut Nouwen dan Gaffney (1989: 31), kesepian adalah pengalaman
yang melumpuhkan karena semakin sempitnya lingkaran sahabat disertai kesadaran
bahwa dalam tahun-tahun kehidupannya yang masih tinggal, lingkaran itu tidak
mungkin bertambah besar lagi. Oleh karena itu, sebenarnya kesepian merupakan
gejala umum yang dialami oleh semua usia. Namun pada kaum lansia, kesepian
umumnya lebih disebabkan karena berkurangnya kontak dan peran sosial yang
mereka alami, baik dengan anggota keluarga, masyarakat maupun teman kerja. Hal
ini menunjukkan suatu kondisi putusnya sejarah hidup seseorang, terpotongnya
ikatan-ikatan kekeluargaan, suatu penelanjangan sosial. Dalam kesepian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
pengalaman kesendirian menusuk masuk dalam kehidupan seseorang (Nouwen dan
Gaffney, 1989: 32). Kesepian yang dialami kaum lansia ini juga dipengaruhi oleh
tatanan masyarakat modern yang semakin individualistik, sehingga membuat kaum
lansia kurang mendapat perhatian dan tersisih dari lingkungan sosial.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan berkurangnya kontak sosial yang
dialami kaum lansia, yaitu (Siti Partini Suardiman, 2011: 120):
Ditinggalkan oleh semua anaknya karena masing-masing sudah membentuk
keluarga dan tinggal terpisah di rumah atau kota lain.
Berhenti dari pekerjaannya karena pensiun sehingga kontak dengan teman
kerjanya juga terputus atau berkurang.
Mundur dari kegiatan yang memungkinkan bertemu dengan banyak orang.
Kurang dilibatkannya para usia lanjut dalam berbagai kegiatan.
Ditinggalkan oleh orang yang dicintai, seperti pasangan hidup.
Paling tidak ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesepian yang
dialami oleh kaum lansia seperti:
a. Upaya yang berasal dan dilakukan oleh usia lanjut itu sendiri.
Kaum lansia memang sering dilanda kesepian, namun hal ini tidak mengubah
mereka untuk tetap mengisi hari-hari dengan bahagia, caranya adalah mengenali diri
sendiri, mengenali perasaan, dan menyelesaikan masalah-masalah mereka. Selain itu,
para lansia juga harus melakukan aktivitas yang berguna bagi dirinya dengan
membuat pengaturan waktu, seperti; olahraga, membaca, ikut pertemuan keluarga,
reuni dengan teman-teman, dan mengikuti kegiatan keagamaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
b. Melalui bantuan orang lain, baik oleh anak, cucu, sanak keluarga maupun orang
lain yang peduli pada usia lanjut.
Orang-orang di sekitar dan anggota keluarga memiliki peranan yang sangat
penting untuk menghibur kaum lansia. Dari merekalah kaum lansia dapat menikmati
masa tuanya tanpa kesepian. Caranya ialah dengan senantiasa melibatkan mereka
dalam kehidupan sehari-hari, mengajak mereka berkomunikasi, memberi mereka
tanggung jawab, dan mengikutsertakan kaum lansia dalam pengambilan keputusan
baik dalam hidup berkeluarga maupun hidup bermasyarakat.
4. Marginalisasi
Marginalisasi merupakan salah satu permasalahan yang dialami oleh kaum
lansia dan sangat melukai martabat pribadi mereka. Berkembangnya masalah ini,
yang relatif baru, telah menemukan tempat pertumbuhan yang subur dalam
masyarakat yang hanya memuja keberhasilan jasmani dan citra awet muda, sampai-
sampai orang yang tidak lagi memiliki sifat-sifat itu praktis tersisih (Widyamartaya,
2015: 28-29).
Terdapat berbagai faktor yang menjadi penyebab kaum lansia mengalami
marginalisasi atau tersisih dari masyarakat atau hidup sosial. Menurunnya kondisi
fisik, kemiskinan atau menurunnya pendapatan atau sumber-sumber finansial secara
drastis, kurangnya perhatian dari keluarga, serta anggapan bahwa kaum lansia tidak
memiliki kemampuan atau sumber daya yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar
menjadi beberapa faktor yang menyebabkan kaum lansia tersisih dari lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
sosial. Penderitaan yang dialami kaum lansia bukan hanya karena tidak dapat
berkontak dengan lingkungan sosial atau orang-orang di sekitarnya, tetapi lebih
karena merasa ditinggalkan, kesepian dan terpencil dari hubungan-hubungan
manusiawi.
Berkurangnya kontak sosial yang dialami kaum lansia membuat mereka
menjadi miskin, tidak memiliki kesempatan untuk pengayaan intelektual dan budaya
yang mereka perlukan. Kaum lansia mengalami suatu rasa tidak berdaya karena tidak
dapat mengubah situasi mereka sebagai akibat ketidakmampuan mereka untuk
mengambil bagian dalam proses pembuatan keputusan yang menyangkut mereka,
baik sebagai pribadi maupun sebagai warga negara (Widyamartaya, 2015: 29). Hal ini
kemudian membuat mereka tercabut dari lingkungan sosialnya dan kehilangan rasa
kebersamaan dengan masyarakat tempat mereka berada sebagai anggota.
E. Rangkuman
Proses menua atau aging merupakan proses alami semua makhluk hidup,
termasuk manusia. Siapapun manusia yang ada di dunia ini akan mengalami menjadi
kaum lansia. Sedangkan batas usia kaum lansia di berbagai negara cukup bervariasi,
karena angka harapan hidup penduduk masing-masing negara cukup beragam. Di
negara-negara maju, angka harapan hidup relatif lebih tinggi, dari pada di negara-
negara berkembang. Di Indonesia sendiri batas usia kaum lansia yaitu 60 tahun ke
atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Terdapat bebagai ciri yang dapat diamati untuk mendeteksi apakah kaum lansia
bahagia atau kurang bahagia. Kaum lansia yang bahagia, salah satunya akan
ditunjukkan dengan ciri-ciri mampu menerima diri apa adanya dengan segala
kekuatan dan kelemahannya serta memiliki kegembiraan batin yang mendalam.
Sedangkan kaum lansia yang kurang bahagia, salah satunya ditunjukkan dengan ciri-
ciri selalu mengeluh dan mudah marah. Masalah paling mencolok yang dialami kaum
lansia pada umumnya, yaitu mengalami berbagai penurunan, terutama penurunan
fisik dan kesehatan. Selain itu, kaum lansia juga mengalami perubahan sosio-
emosional, kesepian, dan marginalisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB III
SURAT PAUS YOHANES PAULUS II KEPADA UMAT LANSIA
Paus Yohanes Paulus II memiliki perhatian yang khusus terhadap kaum lansia.
Perhatian Paus Yohanes Paulus II kepada kaum lansia ditunjukkan dengan menulis
surat kepada umat lansia. Dalam suratnya, beliau menyapa para kaum lansia dan
memberi peneguhan iman kepada mereka. Peneguhan iman yang Paus Yohanes
Paulus II sampaikan kepada kaum lansia sangat mendalam, karena merupakan hasil
refleksi hidup beliau sendiri yang juga telah memasuki usia senja.
Pada Bab III ini penulis fokus membahas mengenai isi surat Paus Yohanes
Paulus II kepada umat lansia dan melihat secara lebih mendalam pesan Paus melalui
suratnya. Terdapat beberapa hal yang akan dibahas dalam surat ini, yaitu makna dan
nilai kaum lansia, kaum lansia dalam Kitab Suci, Gereja dan kaum lansia, serta
petunjuk untuk reksa pastoral kaum lansia.
A. Surat Paus Yohanes Paulus II kepada Umat Lansia
Pada Tahun Lansia Internasional, tepatnya pada puncak peringatan Hari Lansia
Internasional yang jatuh pada 1 Oktober 1999, Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II
menulis Surat kepada Umat Lansia (Widyamartaya, 2015: 5). Surat yang ditulis oleh
Paus Yohanes Paulus II ini merupakan bentuk sapaan personal dan penghargaan Bapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Suci kepada kaum lansia. Hal ini tercermin di bagian awal surat kepada umat lansia
yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II dalam Letter to the Elderly, yaitu:
Sebagai orang tua sendiri, saya telah merasa rindu untuk bertemu-wicara
dengan Anda… Penuh kemesraan saya arahkan gagasan-gagasan saya kepada
Anda semua, saudara-saudari terkasih yang sudah lanjut usia dari semua bahasa
dan kebudayaan. Surat ini saya tulis kepada Anda pada tahun ini, yang oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa cocok sekali telah hendak dibaktikan kepada para
lanjut usia, untuk mengarahkan perhatian masyarakat secara keseluruhan
kepada situasi mereka semua yang, akibat beban tahun-tahun mereka, sering
harus menghadapi keragaman masalah-masalah yang sukar… Dalam surat ini
hendak saya ungkapkan melulu kedekatan rohani saya terhadap Anda… (art. 1).
Ungkapan atau sapaan personal yang disampaikan oleh Paus Yohanes Paulus II
dalam suratnya kepada umat lansia ini sungguh menunjukkan suasana kedekatan
rohani dan kemesraan beliau kepada kaum lansia. Paus Yohanes Paulus II juga
memiliki perhatian dan penghargaan yang besar kepada mereka. Melalui surat ini,
sebagai sesama lansia, Paus Yohanes Paulus II ingin memberi dukungan rohani
kepada mereka.
Selain itu, dalam surat ini juga dapat ditemukan adanya penghargaan yang
besar terhadap hidup, bukan kerena produktivitas kerja dan lain-lain, melainkan
karena martabat kehidupan itu sendiri. Surat ini juga sekaligus merupakan refleksi
Paus Yohanes Paulus II atas hidup beliau sendiri di usia senja dan mengajak kita
semua untuk mengevaluasi kehidupan kita sendiri. Surat yang ditulis Bapa Suci ini
dapat menjadi tuntunan atau panduan bagi kaum lansia untuk menghayati hidup di
usia senja dengan penuh syukur.
Menanggapi usia lansia dengan penuh syukur memang cukup mendapat
perhatin tersendiri dari Paus Yohanes Paulus II dalam suratnya kepada umat lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tampaknya Paus Yohanes Paulus II dapat menangkap kenyataan yang dialami oleh
kaum lansia pada umumnya. Kaum lansia umumnya melihat usia tua sebagai
pengalaman yang menakutkan, karena dianggap dekat dengan kelemahan, kesepian,
dan kematian. Oleh karena itu, Paus Yohanes Paulus II mengajak kaum lansia untuk
dapat memaknai usia tua mereka dengan penuh syukur dan tidak perlu merasa takut
dengan usia tua. Beliau menyatakan: „„…Kendati hidup kita masing-masing dibatasi
dan memang rapuh, kita dihibur oleh gagasan bahwa berkat kekuatan jiwa-jiwa
rohani kita, kita akan tetap hidup melampaui maut sendiri…‟‟ (LE, art. 2).
B. Makna dan Nilai Kaum Lansia
Di zaman sekarang ini usia tua seringkali dipandang sebagai masa kemunduran
serta masa kelemahan manusiawi dan sosial. Ada sebagian kaum lansia yang
memandang usia tua sebagai pengalaman yang traumatis dan menanggapinya dengan
sikap-sikap seperti kepasrahan pasif, pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan.
Ada sebagian kaum lansia juga yang mampu melihat usia tua dalam konteks
eksistensi manusia dan mampu menghadapi usia tua dengan ceria dan bermartabat.
Mereka juga mampu melihat masa tua sebagai kesempatan untuk tumbuh-
berkembang dan bertekad bakti serta membagikan kebijaksanaan mereka melalui
pengalaman yang telah mereka lalui. Hal itupun ditegaskan secara gamblang oleh
Paus Yohanes Paulus II dalam suratnya kepada umat lansia: Dalam arti tertentu,
itulah musim kebijaksanaan, yang pada umumnya bertumbuh dari pengalaman, sebab
waktu itu guru yang ulung. Doa pemazmur terkenal: Ajarilah kami menghitung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
cermat hari-hari kami, supaya kami mencapai kebijaksanaan hari (Mzm. 90:12) [LE,
art. 5]. Di dalam usia tua yang penuh dengan kerapuhan fisik, tetap memuat
keuntungan-keuntungan tersendiri, yakni kesempatan untuk berkembangnya
kebijaksanaan dalam diri kaum lansia yang muncul dari pengalaman masa lalu.
Mutu usia tua sangat bergantung pada kemampuan setiap kaum lansia dalam
memahami makna dan menghargai nilainya, baik dalam tingkat manusiawi maupun
pada tingkat iman. Oleh karena itu, kaum lansia harus meletakkan usia tua dalam
konteks rencana penyelenggaraan Allah sendiri yang adalah kasih (Widyamartaya,
2015: 16). Masa tua hendaknya disambut sebagai tahap dalam perjalanan yang
digunakan oleh Kristus untuk menuntun umat-Nya ke rumah Bapa (Yoh. 14:2).
Hanya dengan diterangi iman dan diperkuat oleh pengharapan yang tidak akan sia-sia
(Rm. 5:5), kaum lansia akan mampu menyambut usia tua dengan cara-cara yang
benar-benar Kristiani, baik sebagai anugerah maupun sebagai tugas.
Sumbangan yang dapat diberikan oleh kaum lansia berkat pengalaman mereka
akan sangat berharga untuk membuat kebudayaan dan masyarakat menjadi lebih
manusiawi. Itulah mengapa dalam awal suratnya, Paus Yohanes Paulus II
menyatakan bahwa: „„…refleksi yang pertama muncul di hati ada hubungannya
dengan lalunya waktu yang tak terelakkan‟‟ (LE, art. 2). Artinya, kaum lansia
memiliki begitu banyak pengalaman bersama berlalunya waktu yang telah mereka
lewati. Hal itu dapat menjadi sumbangan yang dapat dibagikan oleh kaum lansia.
Terdapat beberapa sumbangan yang dapat diberikan oleh lansia dengan memupuk
kharisma-kharisma khas usia tua (Widyamartaya, 2015: 19-20), yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
1. Sikap tanpa pamrih
Sikap tanpa pamrih adalah keberanian untuk memberi sesuatu atau memberikan
diri kita sendiri tanpa berharap mendapat balasan. Kaum lansia tidak lagi diburu-buru
oleh waktu, maka mereka dapat mengingatkan masyarakat yang selama ini selalu
mengukur nilai tindakan menurut kriteria efisiensi dan sukses jamani.
2. Ingatan
Saat ini banyak generasi muda yang kehilangan kesadaran bersejarah. Hal ini
kemudian membuat mereka kehilangan jati diri mereka sendiri. Masyarakat yang
kehilangan kesadaran bersejarah akan gagal mendidik orang-orang muda, karena
mereka akan cenderung mengulangi kesalahan-kesalahannya pada masa lalu.
Hilangnya kesadaran bersejarah ini juga turut menyebabkan kaum lansia menjadi
tersingkir dan terasing.
3. Pengalaman
Di zaman modern ini ilmu dan teknologi yang semakin maju telah
menggantikan nilai pengalaman kaum lansia. Orang muda sudah tidak memiliki lagi
ketertarikan untuk mendengar kisah-kisah pengalaman dari para lansia. Cerita-cerita
kuno yang dialami oleh kaum lansia dianggap sudah tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Rintangan budaya semacam inilah yang tidak boleh
menghalangi kaum lansia yang memiliki begitu banyak kisah menarik untuk
dikatakan dan dibagikan kepada generasi muda terbuang begitu saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
4. Kebergantungan satu sama lain
Kaum lansia mengingatkan masyarakat akan kodrat sosial manusia dan
perlunya memperbaiki tata susunan hubugan antar pribadi dan sosial. Melalui sikap
kebergantungan inilah kaum lansia dan masyarakat di sekitar dibantu untuk saling
membantu dan mengisi, baik lewat perilaku dan keteladanan hidup sehari-hari. Sikap
individualistik dan pencarian kepentingan pribadi masyarakat di zaman modern ini
harus digerus sehingga didapati Visi hidup yang lebih lengkap dan bermutu.
5. Visi hidup yang lebih lengkap
Hidup kita dikuasai oleh sikap buru-buru, resah-gelisah, dan tidak jarang oleh
neurosis3. Hidup seperti ini adalah hidup yang kacau, hidup yang melupakan
pertanyaan-pertanyaan pokok tentang panggilan martabat dan tujuan akhir manusia.
Usia lansia merupakan usia kesederhanaan dan kontemplasi. Nilai-nilai afektif,
moral, dan religius yang hidup dalam diri kaum lansia merupakan sumber daya yang
sangat diperlukan untuk mengembangkan keselarasan masyarakat, keharmonisan
keluarga, dan keserasian individu. Nilai-nilai ini mencakup kesadaran
bertanggungjawab, iman akan Allah, persahabatan, sikap tidak memihak pada
kekuasaan, pertimbangan, kebijaksanaan, kesabaran, dan keyakinan batin yang dalam
akan perlunya menghormati alam ciptaan dan memupuk kedamaian.
3 Neurosis, sering disebut juga psikoneurosis, adalah istilah umum yang merujuk pada
ketidakseimbangan mental yang menyebabkan stress ”NN”. https://id.wikipedia.org/wiki, Neurosis,
diakses pada 26 Juni 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
C. Kaum Lansia dalam Kitab Suci
Kitab Suci dapat menjadi sumber acuan untuk memahami sepenuhnya makna
dan nilai kaum lansia. Gambaran kaum lansia dalam Kitab Suci memang tidak selalu
positif, misalnya dalam kata-kata yang disampaikan Pengkotbah: ‟‟umur muda dan
fajar hidup itu kesia-siaan‟‟ (Pkh. 11:10) [LE, art. 6]. Kendati Kitab Suci memuat
kenyataan pahit mengenai kaum lansia, namun Kitab Suci tetap mempertahankan visi
yang positif sekali tentang nilai hidup. Manusia selamanya tetap “dalam gambar
Allah” (Kej. 1:26), dan tiap tahap hidup mempunyai keindahannya sendiri dan tugas-
tugasnya sendiri (LE. art. 6). Berikut beberapa ulasan dan renungan dalam Kitab Suci
mengenai kaum lansia serta tantangan yang mereka hadapi dalam masyarakat dewasa
ini:
1. Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus
menaruh hormat kepada orang yang tua dan engkau harus takut akan Allahmu
(Im. 19:32).
Dalam Kitab Suci penghormatan kepada orang tua menjadi hukum dan perintah
yang harus ditaati oleh seluruh umat (Im. 19:32, Ul.5:16). Dalam Putra Sirakh (3:16),
juga secara jelas disampaikan nasihat atau himbauan agar menghormati orang tua,
terutama mereka yang telah memasuki masa lansia. Menghormati orang-orang tua
mencakup tiga tugas, yakni menyambut mereka, menolong mereka, dan memanfatkan
baik sifat-sifat mereka (LE, art. 12). Sehingga dibutuhkan usaha bersama untuk
melawan kecenderungan yang meluas dewasa ini, yakni kecenderungan untuk
mengabaikan dan meminggirkan kaum lansia (Widyamartaya, 2015: 22). Oleh karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
itu, kaum muda perlu dididik sejak dini agar tetap menghormati dan tidak
meninggalkan kaum lansia, karena pada hakikatnya mereka saling membutuhkan dan
dapat saling melengkapi. Paus Yohanes Paulus II juga mengajak seluruh umat agar
mengembangkan peradaban penuh manusiawi yang menampakkan sikap hormat dan
penuh cinta kasih kepada kaum lansia (LE, art. 12).
2. Mereka masih berbuah pada masa tua (Mzm. 92:15).
Kuasa Allah dapat dinyatakan dalam usia tua, sekalipun ciri khas usia tua
adalah kelemahan-kelemahan serta rintangan-rintangan jasmani (Widyamartaya,
2015: 23). 1Kor. 1:27-29 juga memberikan penegasan yang senada:
Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang
yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah
untuk
memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi
dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti,
dipilih Allah untuk
meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang
memegahkan diri di hadapan Allah.
Melalui 1Kor. 1:27-29 diungkapkan secara indah bagaimana karya Allah justru
seringkali terlaksana dalam diri orang-orang yang dipandang lemah atau tidak berarti
oleh dunia. Dalam sejarah keselamatan juga telah memberi bukti nyata bahwa
rencana penyelamatan Allah justru terlaksana dalam tubuh-tubuh yang lemah, rapuh
dan tidak berdaya. Di dalam rahim Sara yang mandul dan tubuh Abraham yang telah
menua, janji Allah dinyatakan dan lahirlah bangsa terpilih (Kej. 12:12:2-3; Rm. 4:18-
20).
Kisah yang kurang lebih sama juga disampaikan dalam Perjanjian Baru melalui
kisah Elisabet dan Zakharia, pasangan lanjut usia, yang mendapat berkat dari Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
untuk melahirkan Yohanes Pembaptis (Luk. 1:5-25, 39-79). Tobit di masa tuanya
menunjukkan sikap rendah hati dan setia kepada Allah (Tob. 3:16-17). Eleazar,
melalui kematiannya sebagai martir, memberi kesaksian tentang jiwa besar dan iman
yang teguh (2Mak. 6:18-31). Simeon yang lanjut usia dan sudah lama mendambakan
al-Masih boleh mengalami perjumpaan dengan kanak-kanak Yesus, Sang Mesias
yang dijanjikan (Luk. 2-29). Hana, janda berumur delapan puluh empat tahun yang
berulang-kali mengunjungi Bait Allah, sekarang bergembira karena dapat berjumpa
dengan Yesus (Luk. 2:38). Nikodemus, anggota Sanhedrin dan telah lanjut usia yang
mendapat kesempatan untuk menyaksikan Sang Guru ilahi yang menyingkapkan diri
melalui Yesus (Yoh. 3:1-21). Petrus juga diusia tuanya mendapat kesempatan untuk
memberi kesaksian mengenai imannya melalui jalan kemartiran dan hal ini telah
dinubuatkan oleh Yesus (Yoh. 12:18).
Tokoh-tokoh di atas telah menunjukkan dan memberi kesaksian bahwa dalam
kerapuhan fisik usia tua, karya Allah tidak berhenti. Bahkan mereka digunakan oleh
Allah untuk menyatakan kebesaran-Nya. Oleh karena itu dalam suratnya, Paus
Yohanes Paulus II menuliskan:
Begitulah ajaran dan bahasa Kitab suci menyajikan lanjut usia sebagai “masa
yang sungguh menguntungkan” bagi usaha mengantarkan hidup hingga
pemenuhannya, dan – sesuai rencana Allah bagi setiap orang – sebagai waktu
segala-sesuatu berhimpun dan lebih memampukan kita menangkap arti hidup
serta mencapai “kebijaksanaan hati (LE, art. 8).
3. Ingatlah akan penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang
malang dan mendekat tahun-tahun yang kau katakan: tak ada kesenangan
bagiku di dalamnya! (Pkh. 12:1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Ayat yang termuat dalam Kitab Pengkotbah ini memberikan gambaran yang
sangat gamblang mengenai usia tua. Usia tua dianggap sebagai keadaan penuh
kesuraman, kemunduran jasmani, dan kematian. Gambaran mengenai usia tua yang
diungkapkan dalam Kitab Pengkotbah tersebut juga hampir senada dengan gambaran
yang disampaikan oleh pemazmur: “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika
kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan
penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap” (Mzm. 90:10).
Namun, “Kitab Suci juga mengingatkan agar kita menengadah memandang Allah
selama hidup kita karena Allah adalah tujuan perjalanan peziarahan kita, terlebih-
lebih pada saat kita dicekam rasa takut bila usia tua dialami sebagai cobaan berat”
(Widyamartaya, 2015: 25).
Dalam suratnya kepada umat lansia, Paus Yohanes Paulus II pun
menyampaikan dengan sangat indah bahwa: “Dalam Kristus, maut – tragis dan
membingungkan – ditebus dan dirombak; bahkan itu diwahyukan sebagai “saudari”,
yang mengantar kita ke dalam tangan Bapa kita”. Paus Yohanes Paulus II ingin
memberikan pengaharapan kepada kaum lansia agar di tengah kerapuhan fisik dan
kematian yang semakin dekat, mereka tidak perlu khawatir atau merasa takut, karena
semua itu merupakan sebuah proses yang menghantar ke dalam perjumpaan dengan
Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
4. Abraham meninggal pada waktu telah putih rambutnya, tua, dan suntuk umur,
maka ia dikumpulkan pada kaum leluhurnya (Kej. 25:8).
Ayat Kitab Suci ini memiliki relevansi sangat erat dengan kenyataan dunia saat
ini yang sudah tidak dapat lagi melihat arti penting dan kesakralan dari usia tua dan
kematian. Banyak orang berusaha sekuat tenaga menghindari dan menyingkirkan
segala hal yang berhubungan dengan kematian. Bahkan di kota-kota besar, umumnya
suasana berkabung atas keluarga yang meninggal juga sudah mulai terkikis.
Singkatnya, masyarakat modern zaman ini berusaha sedapat mungkin menghindari
segala hal ataupun perjumpaan yang dapat membuat mereka sedih, takut, dan gelisah.
Tidak hanya berhenti di situ, latar kematian bagi kaum lansia juga mengalami
pergeseran, terutama kaum lansia yang telah disingkirkan masyarakat. Mereka tidak
lagi meninggal di dalam rumah dengan dikelilingi oleh seluruh anggota keluarga dan
orang-orang yang mereka cintai. Kini banyak kaum lansia yang harus
menghembuskan nafas terakhirnya di dalam rumah sakit atau panti jompo. Yesus
Kristus, Sang Juru Selamat melalui karya penebusan-Nya telah membalik arti
kematian dan memberikan pengharapan, terutama bagi mereka yang percaya kepada-
Nya: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup
walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku,
tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Yoh. 11:25-26).
Melalui kutipan ayat di atas, terjadi pergeseran mengenai makna kematian yang
selama ini dipandang negatif, tanpa arti, dan menakutkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Bagi orang-orang beriman, kematian justru merupakan saat pengharapan untuk
mengalami perjumpaan atau bertemu muka dengan Tuhan, Sang Pemberi hidup
(Widyamartaya, 2015: 26). Sikap yang lebih positif dalam memandang maut juga
disampaikan secara eksplisit oleh Paus Yohanes Paulus II dalam suratnya kepada
umat lansia:
…iman menyinari misteri maut dan mendatangkan keheningan kepada usia
lanjut, yang sekarang tidak lagi dipandang dan dihayati secara pasif sebagai
sikap menantikan melapetaka, tetapi sebagai pendekatan penuh janji terhadap
tujuan penuh kematangan. Itulah tahun-tahun yang harus dihayati dengan
citarasa penyerahan diri penuh kepercayaan ke dalam tangan Allah, Bapa
Penyelenggara kita yang penuh kerahiman (LE, art. 16).
Paus Yohanes Paulus II ingin mengajak kaum lansia agar menghadapi kematian
dengan iman dan sikap hati yang lebih positif, yaitu dengan berserah diri dan
kepercayaan kepada Allah yang Maha Rahim.
5. Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian hingga kami beroleh hati
yang bijaksana (Mzm. 90:12).
Menurut Kitab Suci “kharisma hidup panjang” adalah kebijaksanaan. Namun
kebijaksanaan tidak secara otomatis menjadi milik mereka yang telah memasuki usia
tua. Kebijaksanaan semata-mata merupakan anugerah dari Allah dan harus
diusahakan oleh setiap orang sebagai tujuan hidupnya. Mengingat hidup manusia
sangat terbatas dan pasti akan berakhir dengan kematian fisik, maka setiap orang
harus memanfaatkan waktu yang ada untuk menempa diri dan menghayati hidup
dengan penuh tanggung jawab. Sikap semacam ini diharapkan dikemudian hari dapat
membuahkan kebijaksanaan. “Hakikat kebijaksanaan ini ialah penemuan makna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
mendalam hidup manusia dan penemuan tujuan transenden hidup manusia dalam
Allah (Widyamartaya, 2015: 27). Paus Yohanes Paulus II secara khusus melalui surat
kepada umat lansia juga mengajak seluruh umat untuk bersama-sama menimba
kebijaksanaan kepada kaum lansia:
Hendaklah masyarakat sepenuh mungkin menggunakan kekuatan para lanjut
usia, yang di berbagai daerah di dunia–khususnya saya pikirkan Afrika–tepat
dihormati sebagai “ensiklopedi-ensiklopedi hidup” kebijaksanaan, para penjaga
harta-karun tiada taranya perihal pengalaman-pengalaman manusiawi dan
rohani (LE, art. 12).
6. Pada-Mu ya Tuhan, aku berlindung; janganlah sekali-kali aku mendapatkan
malu (Mzm. 71:1).
Ayat dari Kitab Mazmur ini dengan sangat indah menggambarkan mengenai
salah satu dari sekian banyak doa dari kaum lansia yang ada dalam Kitab Suci. Ayat
ini sekaligus menggambarkan dan memberi kesaksian mengenai jiwa yang saleh di
hadapan Tuhan. “Doa adalah sarana utama untuk memperoleh pengertian rohani
tentang hidup yang khas bagi kaum lansia” (Widyamartaya, 2015: 27). Doa adalah
bentuk kekuatan dan pelayanan yang dapat dilakukan kaum lansia, bahkan bagi
mereka sedang terbaring sakit, cacat, dan tak berdaya demi kesejahteraan Gereja dan
seluruh dunia. Doa dapat menjadi sarana bagi kaum lansia untuk mendobrok segala
bentuk isolasi untuk tampil dan turut merasakan derita dan suka cita orang lain.
Dalam suratnya pun secara tegas, Paus Yohanes Paulus II mengajak kaum lansia
untuk terus berdoa dan melayani sesama dengan cinta kasih: “Itulah waktu yang
hendaknya digunakan secara kreatif untuk mendalami hidup rohani kita melalui doa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dan komitmen yang lebih bersemangat untuk melayani saudari-saudara kita dalam
cinta-kasih” (LE, art. 16).
D. Gereja dan Kaum Lansia
Di dalam Gereja, ketergantungan umat Allah dari berbagai generasi erat terjadi
dan dapat saling melengkapi. “Berbagai generasi dipanggil untuk mengambil bagian
dalam rencana Allah yang penuh kasih dengan saling bertukar anugerah yang
dikaruniakan oleh rahmat Roh Kudus untuk memperkaya setiap orang”
(Widyamartaya, 2015: 27). Kaum lansia dapat membagikan nilai-nilai religius dan
moral yang merupakan kekayaan rohani mereka. Nilai-nilai tersebut dapat menjadi
sumbangan yang berharga bagi jemaat kristiani, keluarga, maupun dunia.
Dalam suratnya kepada umat lansia, Paus Yohanes Paulus II juga
mengungkapkan secara jelas bahwa generasi muda dapat menimba kekayaan rohani
kaum lansia sebagai sumber inspirasi atau teladan: “Kita semua akrab dengan
teladan-teladan para lanjut usia, yang mengagumkan tetap masih muda dan kuat
rohani. Mereka yang menemukan kontak dengan kaum lanjut usia itu, merasakan
kata-kata mereka sebagai inspirasi, dan teladan mereka menjadi sumber hiburan”
(LE, art. 12). Menurut beliau, ada banyak kaum lansia yang meskipun telah menjadi
kaum lansia tetap memiliki semangat seperti anak muda dan kuat secara rohani. Dari
kaum lansia seperti inilah, Paus Yohanes Paulus II mengajak agar anak muda tidak
menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk menimba inspirasi atau teladan yang akan
berguna bagi kehidupan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Pada masa lansia ini, nilai-nilai transendental umumnya semakin kuat muncul
dalam diri mereka. Dapat dijumpai kaum lansia di berbagai belahan dunia yang
semakin rajin berdoa justru saat mereka telah menjadi lansia. Doa mereka dapat
menjadi sumbangan yang sangat besar bagi Gereja. Mereka yang tadinya tidak pernah
pergi ke gereja, akhirnya kembali lagi ke gereja. Memang penghayatan iman kaum
lansia umumnya sangat sederhana, namun bukan berarti tidak berguna atau kurang
mendalam.
Gereja perlu terlibat dalam katekese bagi kaum lansia. Kehidupan kaum lansia
yang seringkali diwarnai oleh kerapuhan, kelemahan, dan penyakit membuat mereka
merasa mendapat hukuman dari Allah atau sekurang-kurangnya merasa bahwa Allah
tidak mencintai mereka. Gereja perlu hadir untuk membuka cakrawala pengharapan
mereka, serta menunjukkan bahwa Allah adalah kasih. Kaum lansia juga perlu
dibantu untuk semakin mendalami Kitab Suci, isi iman dan merenungkan kematian
serta kebangkitan Kristus. Dengan demikian diharapkan pandangan atau konsepsi
mereka tentang Allah yang tidak peduli atau Allah yang penghukum dapat berubah.
Gereja memiliki kewajiban memberi kesempatan yang besar kepada kaum
lansia untuk berjumpa dengan Kristus. Mereka perlu dibantu sedemikian rupa agar
dapat menemukan arti penting dari rahmat baptisan yang telah mereka terima, yaitu
berkat baptisan mereka dilahirkan kembali di dalam Kristus. “Kesadaran bahwa
dengan baptis kita dilahirkan kembali membuat kaum lansia mampu menjaga dalam
hati mereka rasa kagum di hadapan misteri Kasih Allah yang dinyatakan dalam
penciptaan dan penebusan” (Widyamartaya, 2015: 37).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
“Gereja berkewajiban menyadarkan kaum lansia sedalam-dalamnya bahwa
mereka juga mempunyai tugas untuk menyebarkan Injil Kristus ke seluruh dunia dan
menyatakan kepada setiap orang misteri kehadiran-Nya dalam sejarah untuk selama-
lamanya” (Widyamartaya, 2015: 37). Kaum lansia dapat hadir sebagai saksi yang
istimewa untuk menunjukkan kepada dunia mengenai Allah yang setia, Allah yang
selalu peduli dan menepati janji-Nya kepada manusia. Paus Yohanes Paulus II secara
tegas juga mengungkapkan bahwa:
Gereja masih memerlukan anda. Gereja menghargai jasa-pelayanan, yang
kiranya Anda ingin menyelenggarakan di sekian banyak lahan kerasulan.
Gereja mengandalkan laporan periode-periode lebih lama Anda berdoa. Gereja
mengandalkan nasihat Anda yang berasal dari pengalaman, dan Gereja
diperkaya berkat kesaksian harian anda akan Injil, (LE, art. 13).
Terlihat jelas melalui ungkapan Paus Yohanes Paulus II tersebut bahwa lansia
masih sangat dibutuhkan oleh Gereja. Lansia bukanlah barang usang yang sudah
tidak berguna dan tidak memiliki arti lagi. Mereka masih dapat terlibat dalam banyak
kegiatan kerasulan. Mereka tetap dapat memberikan sumbangan bagi Gereja melalui
doa, nasihat yang bersumber dari pegalaman mereka, serta kesaksian hidup.
Kesaksian hidup mereka mengenai iman yang mereka hayati akan memberi dampak
yang baik, terutama bagi orang-orang di sekelilingnya.
Tugas pastoral Gereja untuk mewartakan Injil kepada kaum lansia pertama-
tama adalah untuk memperkembangkan dan memupuk kerohanian yang khas bagi
kaum lansia, yakni “kerohanian yang berdasarkan kelahiran kembali terus-menerus
yang dianjurkan oleh Yesus Kristus sendiri kepada Nikodemus supaya tidak
membiarkan kelahiran kembali dirinya dihalangi oleh usia tua. Kelahiran di sini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dimaksudkan bahwa seseorang memiliki relasi yang semakin intim dengan Allah dan
memiliki kedewasaan iman tanpa takut terpengaruh oleh fisik yang semakin lama
semakin rapuh” (Widyamartaya, 2015: 38). Kelahiran kembali di dalam Yesus, tidak
harus seseorang masuk lagi ke dalam rahim ibunya, tetapi dalam arti lahir secara
rohani (membuang manusia lama dan hidup menjadi manusia baru dalam
pengharapan, penyerahan dan rasa syukur). Lahir baru atau lahir kembali merupakan
tindakan Allah yang disediakan bagi orang percaya sehingga memungkinkan mereka
memperoleh hidup kekal (Yoh. 1:12-13). Oleh karena itu, kaum lansia harus dibantu
untuk senantiasa menghayati imannya melalalui doa, mensyukuri setiap tahap
hidupnya, dan berserah atas rahmat hidup yang diterima.
Tugas pastoral untuk mendampingi kaum lansia perlu disiapkan dengan melatih
imam, sukarelawan, orang muda maupun orang dewasa. Mereka harus mampu
memberikan pelayanan pastoral yang dapat menjawab kebutuhan kaum lansia dengan
cara yang berbeda-beda. Imam dapat mendapingi kaum lansia agar mereka tetap
dapat mengambil bagian dalam hidup Sakramental Gereja, misalnya dibantu untuk
mengambil bagian dalam Perayaan Ekaristi, memberikan sakramen perminyakan, dan
sakramen tobat, terutama bagi kaum lansia yang sudah mengalamai kelemahan-
kelemahan fisik. Sukarelawan, orang muda maupun orang dewasa dapat mengunjungi
dan memberikan penghiburan kepada kaum lansia, terutama kaum lansia yang
mengalami sakit yang sudah tidak dapat terobati lagi.
Sumbangan dari kaum lansia melalui keterlibatan mereka dalam karya pastoral
ini juga sangat dibutuhkan. Melalui kekayaan iman dan pengalaman yang dimiliki,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
sesama kaum lansia dapat saling memperkaya dan memperteguh. Kaum lansia
bukanlah orang yang secara pasif menerima reksa pastoral Gereja. „„Mereka adalah
rasul yang tak tergantikan tempatnya, terutama di kalangan mereka sendiri, sebab
tidak seorangpun lebih mengetahui dari pada mereka mengenai masalah-masalah dan
perasaan-perasaan yang khas pada tahap hidup ini (Widyamartaya, 2015: 39).
E. Petunjuk untuk Reksa Pastoral Kaum Lansia
Dalam Amanat Apostolik Christifideles Laici tentang panggilan dan perutusan
kaum awam, Yohanes Paulus II berbicara kepada orang-orang lanjut usia:
Masa pensiun yang dinantikan memberi kesempatan baru dalam kerasulan
tersebut kepada mereka yang tidak lagi pergi ke tempat kerja dan melalukan
berbagai profesi. Dalam tugas itu ialah kebulatan tekad mereka untuk
mengalahkan godaan yang mendorong mereka supaya lari ke dalam nostalgia
masa lalu yang tak akan pernah kembali atau lari dari tanggug jawab masa kini
karena kesulitan-kesulitan yang dijumpai dalam dunia yang dari waktu ke
waktu menampilkan sesuatu yang baru. Mereka selalu mengetahui dengan jelas
bahwa peranan orang dalam Gereja dan masyarakat sama sekali tidak berhenti
pada usia tertentu. Pada waktu-waktu seperti itu, peranan itu hanyalah
mengahadapi cara-cara penerapan yang baru… mencapai usia tua harus
dipandang sebagai keistimewaan tidak hanya karena tidak setiap orang
beruntung mencapai usia tua tetapi juga, dan terutama, karena masa ini
memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk menilai masa lalu dengan lebih
baik, untuk mengenal dan menghayati misteri Paskah dengan lebih dalam, dan
untuk menjadi teladan dalam Gereja bagi seluruh umat Allah (art. 48).
Melalui Amanat Apostoliknya tersebut, Paus Yohanes Paulus II menegaskan
bahwa kaum lansia yang telah pensiun dari pekerjaan mereka tetap memiliki
kesempatan untuk dapat terlibat dalam karya kerasulan Gereja. Usia tua tidak
menghalangi mereka untuk tetap berkarya bagi Gereja dan masyarakat, misalnya,
dapat menjadi teladan dalam Gereja melalui sikap hidup atau kesaksian hidupnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
memberikan nasihat-nasihat yang baik bagi orang yang lebih muda, serta menjadi
pendoa bagi siapa saja. Usia tua harus dipandang secara positif, yaitu sebagai
kesempatan istimewa karena dapat mencapai usia tua; dengan cara mengevaluasi atau
menilai masa lalu dengan melakukan refleksi untuk melihat kembali rahmat Tuhan
dalam perjalanan hidupnya.
Dalam suratnya kepada umat lansia, Paus Yohanes Paulus II kembali
menegaskan mengenai keterlibatan yang masih dapat dilakukan oleh kaum lansia di
dalam Gereja:
Itulah waktu yang hendaknya digunakan secara kreatif untuk mendalami hidup
rohani kita melalui doa dan komitmen yang lebih bersemangat untuk melayani
saudari-saudara kita dalam cinta-kasih. Maka sangat dianjurkan semua program
sosial, yang memampukan para lanjut usia untuk masih melanjutkan
memperhatikan kesejahteraan fisik mereka, pengembangan intelektual mereka,
dan hubungan-hubungan pribadi mereka, begitu pula program-program yang
memampukan mereka menjadikan diri penuh manfaat, dan menyediakan waktu,
bakat-pembawaan dan pengalaman mereka untuk melayani sesama (LE. 16).
Oleh karena itu, Gereja perlu membuka kemungkinan reksa pastoral yang dapat
melibatkan kaum lansia dalam karya kerasulan. Dari berbagai bidang yang terbuka
kemungkinannya untuk kesaksian kaum lansia dalam Gereja mencakup bidang-
bidang sebagai berikut (Widyamartaya, 2015: 43-46):
1. Keluarga
Kaum lansia merupakan bagian dari keluarga yakni sebagai penyambung
ingatan sejarah bagi generasi muda (Widyamartaya, 2015: 44). Bila ingatan ini tidak
ada, maka mereka akan tercabut dari akar dan kehilangan harapan untuk mencapai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
tujuan di masa depan yang melampaui masa kini. Peran kaum lansia sebagai penjaga
“ingatan sejarah” juga disampaikan oleh Paus Yohanes Paulus II:
Merekalah penjaga-penjaga kenangan kolektif kita, oleh karena itu para
penafsir istimewa keseluruhan cita-cita dan nilai-nilai bersama, yang
mendukung dan memandu hidup dalam masyarakat. Menyingkirkan para lanjut
usia dalam arti tertentu berarti mengingkari masa lampau, masa sekarang ini
berurat-akar mendalam, atas nama modernitas tanpa kenangan. Justru karena
pengalaman mereka matang, para lanjut usia mampu menyajikan kepada kaum
muda nasehat dan bimbingan yang bernilai tinggi” (LE, art. 9).
Menurut beliau,kaum lansia merupakan penjaga kenangan kolektif atau bersama,
sehingga mereka layak disebut sebagai penafsir istimewa mengenai seluruh cita-cita
dan nilai bersama. Berkat pengalaman yang matang dari masa lampau, maka kaum
lansia dapat menyajikan nasihat dan bimbingan yang bernilai tinggi bagi generasi
muda. Oleh karena itu, kaum lansia dapat menjadi pendidik yang luar biasa bagi
keluarga dan masyarakat luas.
2. Kegiatan-Kegiatan Amal Kasih
Masih dapat dijumpai banyak kaum lansia di dalam Gereja yang kuat secara
fisik dan spiritual. Mereka masih mampu untuk membaktikan diri mereka dalam
karya pelayanan cinta kasih bagi sesama. Hal itu juga ditekankan secara jelas oleh
Paus Yohanes Paulus II dalam suratnya kepada kaum lansia. Beliau mengajak agar
kaum lansia membangun komitmen penuh semangat untuk melayani saudara-saudari
dalam cinta kasih (LE, art. 16).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3. Kerasulan
Kaum lansia dapat memberikan sumbangan yang sangat besar bagi karya
pewartaan Injil dan dapat memberikan kesaksian yang luar biasa bagi seluruh anggota
Gereja. Semangat semacam ini sudah ditelandankan oleh banyak tokoh dalam Kitab
Suci. Misalnya saja Nikodemus, anggota Sanhedrin yang telah lanjut usia. Di tengah
malam, secara diam-diam ia menjumpai Yesus. Dalam perjumpaan itu, Yesus
menyingkapkan diri bahwa Ia adalah Putera Allah (Yoh. 3:1-21). Kemudian
Nikodemus tampil lagi dalam pemakaman Yesus untuk membawa mur dan
menunjukkan diri murid Tuhan yang disalibkan (Yoh. 19:38-40). Apa yang dilakukan
oleh Nikodemus menegaskan bahwa usia tua tidak menghalangi karya pelayanan
untuk terus mewartakan Injil. Hal ini juga ditegaskan oleh Paus Yohanes Paulus II
dalam suratnya kepada umat lansia: “Contoh itu mengingatkan kita, bahwa pada
setiap tahap hidup Tuhan dapat meminta dari kita masing-masing untuk
menyumbangkan bakat-kecakapan yang ada pada kita. Pelayanan Injil tiada sangkut-
pautnya dengan umur hidup sedikit pun” (LE, art. 7).
Singkatnya, kaum lansia masih dapat terlibat dan dilibatkan dalam karya
pewartaan Injil di dalam Gereja dan kesaksian hidup mereka dapat menjadi Injil yang
hidup. Masih dalam suratnya kepada umat lansia, Paus Yohanes Paulus II
melanjutkan:
Yang terutama saya pikirkan dalam rangka pewartaan Injil: sifat efektifnya
tidak pertama-tama tergantung dari kemahiran teknis. Dalam sekian banyak
keluarga cucu-cucu diajari pokok-pokok sederhana iman oleh kakek atau nenek
mereka! Ada sekian banyak lahan, tempat para lanjut usia dapat memberi
sumbangan yang sungguh menguntungkan (LE, art. 13).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Melalui suratnya ini, Paus Yohanes Paulus II sungguh ingin mengajak dan
melibatkan kaum lansia dalam karya pewartaan Injil. Beliau juga mengingatkan
bahwa kaum lansia tetap memiliki lahan yang luas untuk memberikan sumbangan
yang berguna bagi Gereja, termasuk dalam karya pewartaan Injil.
4. Kontemplasi dan Doa
Usia tua merupakan rahmat istimewa dari Allah yang diterima oleh kaum
lansia. Orang-orang lanjut usia harus didorong untuk mempersembahkan tahun-tahun
hidupnya yang tersisa, yang jumlahnya hanya diketahui Allah, kepada suatu
perutusan baru yang diterangi oleh Roh Kudus” (Widyamartaya, 2015: 44-45). Paus
Yohanes Paulus II juga menyampaikan hal yang sama, bahwa kaum lansia dapat
menggunakan waktunya di usia tua ini secara kreatif mendalami hidup rohani melalui
doa (LE, art. 16). Doa dapat menjadi sumbangan dari kaum lansia yang berharga bagi
Gereja.
5. Cobaan, Sakit, dan Penderitaan
Kaum lansia umumnya mulai mengalami penurunan fisik yang drastis dan
menjadi mudah terserang penyakit. Kondisi semacam ini tentu saja membuat banyak
kaum lansia menderita. Gereja memiliki tanggung jawab untuk membantu kaum
lansia mengahayati kondisi sakit dan penderitaan mereka. Hal itu hanya dapat
dilakukan jika kaum lansia merasa dicintai oleh orang-orang disekelilingnya
sebagaimana yang diungkapkan oleh Paus Yohanes Paulus sendiri: “Segala-sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
menjadi lebih mudah, bila setiap penghuni lanjut usia ditolong oleh keluarga,
sahabat-sahabat atau jemaat-jemaat paroki, supaya merasa dikasihi dan masih
berguna bagi masyarakat” (LE, art. 13). Dengan perasaan dicintai akan membantu
kaum lansia untuk tidak lagi merasa sebagai beban. Akhirnya, Keluarga merupakan
orang terdekat yang sekiranya sungguh mampu menjadi penyalur berkat untuk
merawat, memperhatikan, mendukung, dan menjaga mereka dengan penuh cinta.
Selain itu, jemaat-jemaat paroki di dalam Gereja juga perlu membantu kaum lansia
agar dapat mengahayati penderitaan yang mereka alami dengan turut serta
memberikan katekese atau pendampingan iman sesuai dengan kebutuhan mereka.
F. Rangkuman
Paus Yohanes Paulus II memiliki perhatian yang istimewa kepada kaum lansia.
Beliau juga memiliki pandangan yang sangat positif mengenai kaum lansia.
Meskipun kaum lansia penuh dengan kerapuhan fisik, namun menurut beliau kaum
lansia memiliki kesempatan yang besar untuk mengembangkan kebijaksanaan dalam
diri yang bersumber dari pengalaman masa lalu. Beliau juga menggunakan ayat-ayat
dalam Kitab Suci sebagai pijakan refleksinya. Tidak ketinggalan, tokoh-tokoh dalam
Kitab Suci juga digunakan oleh Paus Yohanes Paulus II sebagai suri teladan bagi
kaum lansia agar dapat lebih memaknai dan mensyukuri hidupnya.
Paus juga mengajak kaum lansia agar tidak menanggapi usia tua dengan
kepasrahan pasif, sebagai sikap menantikan malapetaka, tetapi sebagai pendekatan
penuh janji untuk meraih tujuan penuh kematangan. Kaum lansia masih dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
memberi banyak sumbangan dan terlibat dalam kerasulan Gereja. Doa menjadi
sumbangan yang sangat berharga dari kaum lansia bagi Gereja. Selain itu, kaum
lansia juga dapat memberi kesaksian melalui hidup mereka yang dijiwai oleh
semangat Injil. Paus Yohanes Paulus II juga tidak lupa mengajak generasi muda
untuk menyambut, menolong dan memanfaatkan sifat-sifat baik dari kaum lansia.
Kaum lansia merupakan penjaga harta karun perihal pengalaman-pengalaman
manusiawi dan rohani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB IV
KATEKESE UNTUK KAUM LANSIA
BERDASARKAN SURAT PAUS YOHANES PAULUS II
Kaum lansia bukanlah barang usang atau kelompok orang-orang yang tidak
produktif, sebagaimana anggapan kebanyakan orang selama ini. Mereka harus
mendapat perhatian dan dukungan yang dibutuhkan untuk melalui masa tuanya.
Gereja perlu hadir dan terlibat secara langsung dengan segala kemampuannya untuk
mendukung dan memberi perhatian kepada kaum lansia. Salah satu wujud konkret
perhatian Gereja kepada kaum lansia dapat diwujudkan melalui katekese yang khusus
dirancang untuk menjawab kebutuhan kaum lansia, supaya mereka dapat menjalani
hari tua dengan bahagia dan penuh syukur.
Bab IV ini secara khusus membahas lima hal, yaitu pertama, gambaran umum
katekese; kedua, gambaran katekse umat; ketiga katekese model Share Christian
Praxis; keempat, program pendampingan katekese bagi kaum lansia berdasarkan
Surat Paus Yohanes Paulus II kepada umat lansia; dan kelima pengembangan
katekese dengan model Share Christian Praxis bagi kaum lansia terinspirasi dari
Surat Paus Yohanes Paulus II kepada umat Lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
A. Gambaran Umum Katekese
1. Pengertian Katekese
Kata katekese berasal dari kata Yunani, yaitu katekeo yang berarti membuat
bergema. Istilah ini kemudian digunakan oleh umat Kristiani menjadi istilah khusus
dalam bidang pewartaan (Rukiyanto, 2012: 59). Dalam Kitab Suci juga terdapat
sejumlah kata katekse. Kata katekese ditemukan dalam Luk. 1:4 (diajarkan); Kis.
18:25 (pengajaran dalam Jalan Tuhan); Kis. 21:21 (mengajar); Rm. 2:18 (diajar);
1Kor. 14:19 (mengajar); Gal. 6:6 (pengajaran). Dalam konteks ini, katekese
dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar seorang
Kristen semakin dewasa dalam iman (Telaumbanua, 1999: 4).
Hal senada mengenai pengertian katekese juga disampaikan oleh Huber (1979).
Menurur Huber (1979: 20), katekese adalah usaha saling menolong terus-menerus
dari setiap orang untuk mengartikan dan mendalami hidup pribadi maupun hidup
bersama menurut pola Kristus menuju kepada hidup Kristiani dewasa. Huber (1979)
juga menekankan bahwa katekese merupakan pemakluman Sabda Allah, suatu bentuk
pewartaan; pewartaan bahwa Allah mewahyukan rencana penyelamatan-Nya yang
dilangsungkan Kristus dalam kekuatan Roh Kudus.
Catechesi Tradendae art. 18, katekese dirumuskan sebagai pembinaan iman
orang-orang yang telah dibaptis dan diberikan secara organis dan sistematis dengan
maksud mengantar mereka memasuki kepenuhan hidup Kristen. Dengan demikian,
katekese dapat diartikan sebagai usaha Gereja untuk membantu umat agar dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
semakin berkembang dalam iman serta mampu mewujudkan iman itu dalam
kehidupan sehari-hari (Rukiyanto, 2012: 59).
Dalam Catechesi Tradendae art. 20 menjelaskan bahwa katekese menjadi salah
satu metode dan bentuk pemberitaan Injil yang khas. Kekhasan tersebut terletak
bahwa katekese menjadi karya ampuh yang memuat segi pemahaman dan
pengetahuan iman. Kekhasan tersebut tampak melalui rumusan-rumusan, bentuk, dan
motode katekese, serta isi dari pemahaman dan pengetahuan iman itu sendiri untuk
membentuk pola-pola hidup Kristen yang sejati. Katekese mempunyai tujuan sebagai
tahap pengajaran dan pendewasaan. Tujuan ini memungkinkan seseorang untuk
menuju kepenuhan sebagai seorang Kristen. Melalui taraf pengetahuan ini, seseorang
diajak untuk sampai pada penghayatan dan pengertian tentang misteri Kristus yang
sejati. Penghayatan dan pengertian tersebut hendaknya membantu umat mencapai
kedewasaan imannya melalui setiap pengalaman yang direfleksikan terus-menerus.
(Purnomo Nugroho Adhi, 2015: 376).
Dalam konteks biblis, katekese dirumuskan sebagai pengajaran, pendalaman,
dan pendidikan iman agar orang kristiani semakin dewasa dalam iman (lih. Kis.
18:25; Kis. 21:21; Gal. 6:6; 1Kor. 14:19) [Dewan Karya Pastoral KAS, 2014].
Dengan kata lain, kekhususan katekese adalah usaha membantu umat dalam proses
memahami iman, sehingga penghayatan iman umat berkembang dalam kenyataan
hidup sehari-hari (Banyu Dewa Harya Sigit, 2016: 131).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2. Dasar Katekese
Penyelenggaraan katekese oleh Gereja selalu dipandang sebagai tugas yang
sangat penting dalam karya pelayanan di dunia ini. Dasar katekese adalah “penugasan
Kristus kepada para rasul dan pengganti-pengganti mereka”. Dalam Mat. 28:19-20,
sebelum terangkat ke surga, Yesus mengutus para rasul untuk “pergi”, “menjadikan
semua bangsa murid-Ku”, “baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus”, dan “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu”. Hal ini juga secara tegas disampaikan dalam Catechesi Tradendae:
...begitulah dipercayakan-Nya kepada mereka misi dan kuasa untuk
mewartakan kepada umat manusia apa yang telah mereka dengar, yang telah
mereka lihat dengan mata sendiri, yang telah mereka saksikan dan mereka
sentuh dengan tangan mereka sendiri, mengenai sabda kehidupan. Kepada
mereka diserahkannya pula perutusan dan kuasa untuk dengan berwibawa
menjelaskan apa yang telah diajarkannya kepada mereka, amanat sabda serta
kegiatan-Nya, tanda-tanda maupun perintah-perintah-Nya. Dan dicurahkan-Nya
kepada mereka Roh untuk menjalankan misi itu (art.1).
3. Tujuan Katekese
Katekese sebagai sebuah pendidikan iman juga mempunyai tujuan, yaitu
membentuk mentalitas iman. Melalui katekese orang dibentuk sedemikian, sehingga
dia memiliki kebiasaan untuk mengamalkan karya iman yang sadar dan serasi di
dalam hidup (Huber, 1979: 26). Hal senada juga disampaikan dalam Anjuran
Apostolik Catechesi Tradendae, yaitu:
…tujuan katekese ialah mengembangkan pengetahuan tentang misteri Kristus
dalam cahaya firman Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi oleh
firman itu. Begitulah orang Kristen, yang berkat karya rahmat diubah menjadi
ciptaan baru, memutuskan untuk mengikuti Kristus, dan dalam Gereja makin
banyak belajar berpikir seperti Dia, menilai segalanya seperti Dia, bertindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
seturut dengan perintah-perintah-Nya, dan berharap sesuai dengan ajakan-Nya”.
(art. 20).
Berdasarkan tujuan katekese yang tertuang dalam Anjuran Apostolik Catechesi
Tradendae art. 20, tampak jelas bahwa di dalam tujuan katekese terkandung hakikat
inti dan pusat dari katekese, yaitu Yesus Kristus. Melalui katekese orang diharapkan
dapat mengembangkan pengertian tentang misteri Kristus dalam terang Sabda Allah,
sehingga seluruh pribadinya diresapi oleh sabda itu (Rukiyanto, 2012: 62). Yesus
Kristus menjadi sumber dan pokok dalam kegiatan katekese. Terdapat beberapa
alasan Yesus Kristus menjadi pusat katekese (Papo, 1987: 18), yaitu:
a. Allah telah mewahyukan diri-Nya melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus.
b. Yesus Kristus adalah puncak Injil, karena semua orang mendapat keselamatan
melalui wafat dan kebangkitan-Nya.
c. Yesus Kristus sendiri mengajarkan cinta kasih sebagai dasar pokok kehidupan
dan pewartaan Kristen. Setiap orang Kristen hidupnya harus berdasarkan pada
kasih akan Allah dan sesama manusia.
Katekese juga bertujuan sebagai tahap pengajaran dan pendewasaan (CT, art.
20). Pendewasaan yang diharapkan dapat dicapai melalui katekese, yaitu dewasa
dalam iman pribadinya, dewasa dalam menggereja, dan dewasa dalam bermasyarakat
(Papo, 1987: 18). Dewasa dalam iman pribadinya, artinya umat beriman selalu
memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan, menyerahkan diri seutuhnya kepada
Allah, bertobat atas segala dosa-dosanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Selain itu, umat juga semakin mampu meyakini bahwa rahmat iman berasal
dari Allah serta menerima kesatuan ajaran dan mampu menyatukan iman dengan
hidupnya. Dewasa dalam menggereja, artinya “sebagai umat percaya teguh akan
Kristus, dasar dan pegangan hidup mereka adalah Kristus, hidup dalam semangat
persaudaraan dan saling mencintai, sehati dan sejiwa dengan sesama, rela menjadi
garam dalam masyarakat” (Papo, 1987: 18).
Dewasa dalam hidup bermasyarakat, artinya umat secara sadar
mewujudnyatakan imannya dalam bermasyarakat, ikut serta mengembangkan
masyarakat, dan berani memberikan kesaksian iman di tengah masyarakat. Mereka
juga harus mampu mewujudkan pelayanan kasih bagi sesama manusia, terutama
kepada orang-orang yang sangat membutuhkan perhatian dan pertolongan mereka.
Oleh karena itu, karya katekese untuk membina umat menjadi dewasa
merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, karena kedewasaan umat sifatnya
berkembang terus-menerus sesuai dengan perkembangan jiwa, badan, masyarakat,
dan jaman (Papo, 1987: 18). Sehingga dapat dipahami bahwa proses pendampingan
katekese dimulai sejak lahir, memasuki masa kanak-kanak dan sekolah, menginjak
masa dewasa dan masa tua (Papo, 1987: 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
4. Tugas Utama Katekese
Secara ringkas, terdapat tiga tugas utama katekese (Telaumbanua 1999:9-10),
yaitu:
a. Katekese memberitakan Sabda Allah, mewartakan Kristus
Sabda Allah yang tertuang dalam Kitab Suci memuat berita tentang
penyelamatan umat manusia. Dari pihak Allah yang memuncak dalam diri Yesus
Kristus. Dalam diri Yesus, maklumat diri Allah dikonkretkan dan rencana
penyelamatan umat manusia direalisasikan. Dalam diri Kristuslah puncak segala
wahyu, ditemukan arti hidup setiap manusia. Orang yang mengimani Kristus
mewujudkan pengiaan Allah atas harapan terdalam manusia.
Peristiwa definitif manusia menuju pertemuan abadi dengan Allah Tri Tunggal
terjadi melalui peristiwa sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus. Oleh karena itu,
katekese memiliki tugas untuk menghadirkan Sabda Allah supaya manusia dapat
bertemu secara pribadi dengan Kristus. Pokok dan pusat pewartaan katekese adalah
Yesus Kristus. Itulah sebabnya katekese harus bersifat kristosentris. Seorang pewarta,
seperti katekis atau tenaga pastoral pada umumnya, perlu menyadari sungguh-
sungguh bahwa yang ia wartakan kepada umat ialah Kristus; sedangkan ia sendiri
ialah alat di tangan Kristus agar tercipta pertemuan pribadi manusia dengan Kristus,
Sang Guru Ilahi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
b. Katekese mendidik untuk beriman
Iman merupakan suatu anugerah dari Allah sehingga seseorang mau terpaut
pada-Nya (Yoh. 6:65-66), berserah dan menaati Allah. Di sini peran manusia berifat
skunder. Katekese mencari kemungkinan agar jawaban manusia terhadap tawaran
Allah (yang tertera dalam teks-teks Kitab Suci) dapat terjawab dengan semestinya.
Katekese menolong agar umat terpikat pada diri Allah, yang diwartakan oleh Yesus
Kristus dan agar mereka terdorong untuk melakukan kehendak dan perintah Allah.
Dengan demikian diharapkan tercapailah pembaruan dalam hidup manusia.
Iman yang dihidupi senantiasa membutuhkan pengembangan yang berproses. Maka
dalam katekese terdapat tiga komponen yang memainkan peranan penting, yakni
komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen operatif. Dalam komponen
kognitif, katekese disajikan untuk memberi pemahaman kepada umat agar semakin
yakin dan dapat bertanggungjawab atas iman atau agamanya. Dalam komponen
afektif katekese harus mampu membangkitkan perasaan atau penghayatan sehingga
umat semakin mencintai agamanya, Allahnya, dan berkorban untuk berbagi,
bersembah, dan bersyukur. Sedangkan dalam komponen operatif katekese perlu
memberikan contoh-contoh konkret sehingga umat melihat kemungkinan untuk
mengkonkretkan imannya dalam hidup sehari-hari.
c. Katekese mengembangkan Gereja
Umat Allah yang mengimani Kristus sebagai pemimpin dan Juru selamatnya
disebut Gereja. Kegiatan-kegiatan atau usaha untuk mengukuhkan persaudaraan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Gerejawi dan untuk mengobarkan semangat iman anggota Gereja termasuk tugas
utama katekese. Tidak ada katekese yang benar kalau bukan dalam konteks
kegerejaan. Dalam Catechesis Tradendae art. 16 mengatakan
…katekese di masa lampau maupun di masa mendatang selalu merupakan
karya yang harus termasuk tanggung jawab Gereja memang harus diinginkan
sebagai salah satu tanggung jawabnya. Tetapi para anggota Gereja mengemban
tanggung jawab yang berbeda-beda, tergantung dari perutusan mereka masing-
masing.
Usaha katekese dalam rangka menyebarkan sabda penyelamatan Alllah kepada
manusia sangat menentukan perkembangan suatu Gereja. Gereja ada, berkembang,
dan menyebar karena aktivitas katekis.
B. Gambaran Katekese Umat
1. Pengertian Katekese Umat
PKKI II (Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan se-Indonesia) berhasil
merumuskan secara jelas pengertian katekese umat. Katekese umat diartikan sebagai:
Komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara
anggota jemaat/kelompok, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan
dihayati secara semakin sempurna. Dalam katekese umat tekanan terutama
diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan.
Katekese umat mengandaikan adanya perencanaan (Huber, 1993: 12).
Berdasarkan pengertian di atas, tampak jelas bahwa katekese umat pertama-tama
merupakan komunikasi iman. Komunikasi iman yang dilakukan bukan hanya antara
pembimbing dengan peserta, tetapi lebih dari itu komunikasi yang diharapkan dapat
terbangun, yaitu komunikasi antarpeserta sendiri. Dalam komunikasi ini yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dibagikan adalah pengalaman atau penghayatan iman yang mereka alami sendiri
berdasarkan rumusan-rumusan iman yang resmi dalam Gereja. Jadi, titik tolak
komunikasi ini adalah penghayatan iman yang mereka alami sendiri dan bukan
sekedar pengetahuan tentang rumusan iman belaka.
Selain itu, dalam katekese umat yang berkatekese adalah umat sendiri. Artinya,
“semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas
berkumpul untuk lebih memahami Kristus: Kristus menjadi pola hidup pribadi pun
pula kehidupan kelompok: jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok
basis, maupun sekolah atau perguruan tinggi” (Huber, 1993: 15). Oleh karena itu,
katekese umat ditunjukkan kepada seluruh orang beriman dan yang menjadi pola atau
muara komunikasi iman adalah Yesus Kristus. Melalui katekese umat ini diharapkan
bahwa katekese tidak lagi tergantung mutlak pada para imam atau katekis, karena
peran aktif umat mendapat ruang yang luas untuk dapat saling meneguhkan imannya.
2. Tujuan Katekese Umat
Katekese umat pada hakekatnya merupakan komunikasi iman, sehingga tujuan
katekese umat dapat dirumuskan sebagai berikut (Huber, 1993: 10):
a. Dalam terang Injil umat dapat semakin meresapi arti dari pengalaman hidupnya
sehari-hari.
b. Umat dapat bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari
kehadiran-Nya dalam kenyataan sehari-hari yang mereka alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
c. Umat dapat semakin sempurna dalam mengahayati imannya, berpengharapan,
mampu mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan dalam hidup
Kristiani.
d. Umat dapat semakin bersatu dengan Kristus, makin menjemaat, makin tegas
mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengkokohkan Gereja semesta.
e. Umat dapat semakin mampu memberikan kesaksian tentang Kristus dalam
hidup mereka di tengah masyarakat.
Poin a, b, dan c dari tujuan katekese berfokus pada masing-masing diri peserta
sendiri, yaitu dapat semakin meresapi arti pengalaman hidupnya, bertobat, dan
semakin sempurna menghayati imannya. Sedangkan poin d dan e lebih menegaskan
mengenai tujuan sebagai Gereja dan berpuncak dalam hidup di tengah masyarakat.
Poin e merangkum semua menuju tujuan dari katekese umat, yaitu memberikan
kesaksian di tengah masyarakat mengenai iman kepada Kristus yang mereka hayati.
3. Kekhasan Katekese Umat
Letak kekhasan dari katekese umat, yaitu yang berkatekese adalah umat sendiri.
Umat yang dimaksud di sini adalah semua orang beriman yang percaya kepada
Kristus sebagai satu-satunya Juru Selamat. Dalam katekese ini, umat saling
berkomunikasi atau berdialog secara terbuka serta bertukar pengalaman iman akan
Yesus Kristus yang mereka hayati dalam hidup sehari-hari. Suasana katekese ini
ditandai oleh semangat saling mendengarkan dan saling menghormati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Pengalaman iman dalam katekese umat berangkat dari peristiwa hidup sehari-
hari yang mereka hayati. Di sini Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup umat dalam
Kitab Suci, khususnya dalam Perjanjian Baru, yang mendasari pengahayatan iman
Gereja di sepanjang trandisinya. Pemimpin katekese umat bertindak terutama sebagai
pengarah dan pemudah (fasilitator) dalam proses katekese. Ia adalah seorang pelayan
yang membantu menciptakan suasana komunikatif atau membangkitkan gairah
peserta untuk dapat saling bertukar pengalaman iman secara terbuka (Huber, 1993:
10).
C. Katekese Model Shared Christian Praxis
Terdapat cukup banyak model katekese yang dapat digunakan untuk
menyelenggarakan katekese, misalnya model biblis, Shared Christian Praxis (SCP),
dan model campuran. Model biblis merupakan model katekese yang bertolak dari
pengalaman Kitab Suci atau Tradisi. Model campuran merupakan gabungan dari
model biblis dan model pengalaman hidup yang lebih bertolak pada hubungan antara
Kitab Suci atau Tradisi dengan pengalaman hidup konkret (Sumarno Darmasuwarna,
2016: 11). Namun dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan model
SCP untuk memberikan katekese kepada lansia. Salah satu pertimbangan penulis
menggunakan model Shared Christian Praxis karena model ini dirasa lebih mampu
mengangkat pengalaman hidup peserta sebagaimana yang ditekankan dalam Surat
Paus Yohanes Paulus II kepada lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Shared Christian Praxis merupakan suatu alternatif katekese umat model
pengalaman hidup. Pengalaman hidup yang dimaksud adalah pengalaman hidup
peserta atau umat sendiri. Pengalaman tersebut kemudian direfleksikan secara kritis
dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi kristiani. Tujuan yang
diharapkan dari proses tersebut adalah munculnya sikap dan kesadaran baru yang
mampu memotivasi pada keterlibatan baru dari peserta (Sumarno Darmasuwarna,
2016: 14). “Sebagai suatu pendekatan, model ini menekankan proses katekese yang
bersifat dialogis-partisipatif supaya dapat mendorong peserta, berdasar komunikasi
antara “tradisi” dan visi hidup mereka dengan “tradisi” dan visi kristiani, sehingga
baik secara pribadi maupun bersama mampu mengadakan penegasan dan
pengambilan keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah di dalam
kehidupan manusia” (Heryatno Wono Wulung, 1997: 1).
Katekese model SCP menempatkan peran dan keberadaan dari peserta sebagai
subjek yang bebas dan bertanggungjawab. “Berdasarkan pada refleksi kritis terhadap
pengalaman hidupnya dalam kaitannya dengan situasi konkret masyarakat dan
komunikasinya dengan iman dan visi Gereja, kesadaran diri peserta sebagai subjek
yang secara aktif dan kreatif menghayati imannya dapat makin diwujudkan”
(Heryatno Wono Wulung, 1997: 1). Proses dialogis yang dibangun dalam katekese
model SCP tidak hanya antarpeserta dengan pendamping, tetapi juga antarpeserta itu
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
1. Komponen utama Shared Christian Praxis
Terdapat tiga komponen utama dalam katekese model SCP, yaitu shared,
christian, praxis. Berikut ini penjelasan ketiga komponen utama dalam katekse model
SCP.
a) Shared
Istilah shared merujuk pada sebuah proses komunikasi yang terbangun secara
timbal balik, artinya terdapat peran serta aktif dan kritis dari peserta. Istilah ini
sekaligus menekankan aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan, dan solidaritas
antarpeserta (Groome, 1997: 4). Dalam sharing peserta membagikan pengalaman,
pengetahuan, perasaan mereka secara terbuka dengan sikap persaudaraan dan cinta
kasih. Dengan demikian tampak jelas bahwa terdapat hubungan dilogis yang kuat
dalam proses ini.
Dalam sharing setiap peserta, sesuai dengan gayanya, pengalaman konkret dan
kepentingannya, memberikan sumbangan yang khas dalam proses katekese ini
(Heryatno Wono Wulung, 1997: 4). Masing-masing peserta memiliki kedudukan
yang unik sebagai subjek yang otonom dan bertanggungjawab. Oleh karena itu,
seluruh peserta memiliki hak dan porsinya masing-masing untuk secara aktif dan
kritis mengolah pengalaman hidup yang mereka rasakan dan situasi faktual yang
terjadi dalam masyarakat. Pengalaman tersebut kemudian dikonfrontasikan dengan
iman dan visi Gereja. Kemudian peserta didorong untuk membuat penegasan,
penilaian, dan pengambilan keputusan untuk melakukan aksi konkret sebagai wujud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dari perubahan hidupnya. Dalam proses ini sungguh sangat dibutuhkan sebuah sikap
hati yang jujur, saling menghargai, dan kerelaan untuk saling mendengarkan satu
sama lain.
b) Christian
Katekese model SCP mengusahakan sebuah model katekese yang dapat
merangkum kekayaan iman Kristiani beserta visinya dan relevan untuk menanggapi
kebutuhan umat di jaman sekarang (Groome, 1997: 2). Harapannya, melalui proses
tersebut kekayaan iman Gereja sepanjang sejarah dapat berkembang menjadi
pengalaman iman umat pada zaman sekarang. Terdapat dua unsur pokok kekayaan
iman yang ditekankan dalam model ini, yaitu pengalaman hidup iman Kristiani
sepanjang sejarah (tradisi) dan visinya (Heryatno Wono Wulung, 1997: 3).
Dalam Gereja, tradisi bukan hanya sekedar sejarah naratif atau adat istiadat
ritual masa lampau saja, tetapi seluruh pengalaman iman umat dalam bentuk apapun
yang sudah terungkap dan sudah dibakukan oleh Gereja dalam rangka untuk
menanggapi pewahyuan Allah di dunia (Sumarno Darmasuwarna, 2016: 14). Dengan
demikian, tradisi merupakan realitas iman yang dihidupi oleh Gereja dan sekaligus
merupakan wujud tanggapan manusia atas pewahyuan Allah yang terjadi dalam hidup
manusia. Tradisi tidak hanya sekedar pengajaran Gereja tetapi juga meliputi Kitab
Suci, spiritualitas, refleksi teologis, sakramen, liturgi, seni dan nyanyian rohani,
kepemimpinan, kehidupan jemaat, dan lain-lain (Heryatno Wono Wulung, 1997: 3).
Sedangkan visi kristiani lebih menekankan pada tuntutan dan janji yang terkandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dalam tradisi, tanggung jawab dan pengutusan orang Kristiani sebagai jalan untuk
menghidupi semangat dan sikap kemuridan mereka (Groome, 1997: 3). Terwujudnya
nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan manusia merupakan wujud visi kristiani
yang paling hakiki.
c) Praxis
Istilah praxis mengacu pada tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk
tercapainya suatu transformasi kehidupan yang di dalamnya terkandung proses
kesatuan dialektis antara praktik dan teori, yaitu kreativitas, antara kesadaran historis
dan refleksi kritis, yaitu keterlibatan baru. Dengan demikian, praxis merupakan suatu
praktik yang didukung oleh refleksi teoritis yang didukung oleh praktik dan
merupakan ungakapan pribadi yang meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual,
spiritual dari hidup manusia (Sumarno Darmasuwarna, 2016: 14).
Terdapat tiga komponen pokok yang membentuk praxis, yaitu aktivitas,
refleksi, dan kreativitas (Groome, 1997: 2; bdk. Sumarno Darmasuwarna, 2014: 15).
Ketiga komponen ini saling terkait. Berikut ini penjelasan ketiga komponen tersebut.
1) Aktivitas
Aktivitas meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran, tindakan personal dan
sosial, hidup pribadi dan kegiatan publik yang semuanya merupakan medan
yang dapat digunakan oleh sesorang untuk mewujudkan dirinya sebagai subjek.
Aktivitas ini bersifat historis. Dengan demikian aktivitas harus ditempatkan
dalam konteks ruang dan waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2) Refleksi
Refleksi yang dimaksud di sini adalah refleksi kritis terhadap tindakan historis
personal dan sosial, terhadap praksis pribadi dan kehidupan masyarakat, serta
terhadap tradisi dan visi iman Kristiani sepanjang sejarah. Melalui refleksi kritis
ini peserta dimungkinkan untuk menganalisis dan memahami tempat dan peran
mereka. Selain itu, melalui refleksi kritis peserta juga dimungkinkan untuk
memahami keadaan masyarakat dan permasalahannya, sekaligus mengalami
perjumpaan dengan kekayaan refleksi iman kristiani sebagai sebuah sabda yang
hidup dan menyentuh kehidupan mereka.
3) Kreativitas
Bentuk kreativitas yang di maksud di sini merupakan perpaduan antara aktivitas
dan refleksi. Aktivitas berfungsi membangkitkan berkembangnya imajinasi
yang direfleksikan untuk meneguhkan kehendak sehingga kreativitas
mendorong praksis baru yang secara etis dan moral dapat dipertanggung
jawabkan.
2. Langkah-langkah Katekese Model Shared Christian Praxis
Dalam katekese model Shared Christian Praxis, terdapat lima langkah pokok.
Berikut ini penjelasan kelima langkah katekese model Shared Christian Praxis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
a) Langkah 0 (awal): Pemusatan Aktivitas
Hakikat atau maksud utama pada langkah 0 (awal) adalah menentukan topik
atau tema yang bertolak dari pengalaman hidup konkret atau keadaan faktual yang
terjadi dalam masyarakat. Tema atau topik itu dapat digali bersama melalui dialog.
Dengan demikian tema atau topik yang dipilih sungguh bersumber dari keprihatinan,
kebutuhan, dan permasalahan yang sungguh-sungguh mereka alami. Selain itu, perlu
diusahakan juga sebuah lingkungan proses katekese yang mendukung, seperti
membangun suasana persaudaraan, keterbukaan, dan saling percaya (Heryatno Wono
Wulung, 1997: 10).
Terdapat berbagai sarana yang dapat digunakan untuk mencari dan menemukan
tema atau topik yang relevan dengan situasi dan kebutuhan peserta, misalnya cerita,
foto, film, video, surat kabar dan lain sebagainya. Sarana-sarana ini dapat sangat
membantu peserta membangkitkan keterlibatan dan kesadaran untuk menemukan
topik yang sesuai dengan keprihatinan dan kebutuhan mereka. Selain itu, penentuan
topik melalui proses dialog diharapkan dapat membangun perasaan dalam diri peserta
bahwa topik yang telah dipilih adalah milik bersama, bukan perseorangan.
Langkah 0 (awal) yang merupakan pemusatan aktivitas mau mengungkapkan
mengenai keyakinan bahwa Allah selalu hadir dalam setiap pergulatan hidup manusia
dan Allah senantiasa secara aktif mewahyukan diri-Nya. “Melalui refleksi, sejarah
hidup manusia dapat menjadi medan perjumpaan antara pewahyuan Allah dan
tanggapan manusia terhadap-Nya” (Sumarno Darmasuwarna, 2016: 18).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
b) Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
Setelah tema ditemukan pada langkah 0 (awal), pada langkah pertama peserta
kemudian diajak untuk mengungkapkan pengalaman konkret mereka. Pengungkapan
pengalaman tersebut dapat dilakukan melalui sharing di antara para peserta sendiri.
Selama peserta membagikan pengalamannya, tidak boleh ada yang menanggapi.
Proses pengungkapan pengalaman ini dapat dibantu melalui sarana-sarana yang dapat
dimengerti oleh peserta dan betul-betul mengungkapkan pengalaman hidup faktual,
misalnya film, video, gambar simbol atau lambang, tarian, nyanyian, puisi,
pantomim, dan sebagainya (Sumarno Darmasuwarna, 2016: 19).
Pada langkah ini, pembimbing memiliki peran atau tanggung jawab sebagai
fasilitator yang harus mampu memciptakan suasana pertemuan yang hangat dan
saling mendukung di antara peserta untuk membagikan pengalaman konkretnya
sesuai dengan tema yang telah ditetapkan. Pembimbing juga dapat membantu
membagi peserta ke dalam kelompok-kelompok kecil, terutama jika pesertanya dalam
jumlah banyak. Selain itu, pembimbing harus memiliki kemampuan untuk
merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang jelas, terarah, dan tidak menyinggung
harga diri peserta. Dengan demikian, seorang pemimpin harus memiliki sikap ramah,
sabar, hormat, bersahabat, dan peka pada latar belakang dan keadaan peserta
(Sumarno Darmasuwarna, 2016: 19).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
c) Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
Hakikat dan tujuan dari langkah ini adalah mendalami pengalaman hidup
peserta melalui refleksi kritis. Peserta diajak untuk mendalami pengalaman faktual
yang telah mereka ungkapkan pada langkah pertama. Dalam langkah ini terdapat tiga
perspektif yang perlu diperhatikan agar dapat membantu menjelaskan hakikat dan
maksudnya, yaitu refleksi kritis pada pengalamannya sendiri; intepretasi kritis dan
kreatif pada komunikasi pengalaman faktual; dan komunikasi “tradisi” dan visi
antarpeserta (Groome, 1997:5-6). Berikut ini penjelasan ketiga perspektif tersebut.
1. Pemahaman yang kritis dan kreatif
Pemahaman yang kritis dan kreatif dapat memberi arti dan nilai pada
keterlibatan peserta dan kondisi sosial masyarakat. Selain itu, pemahaman ini juga
dapat menjadi sarana untuk membangkitkan kesadaran peserta sebagai subyek yang
dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor-faktor sosial masyarakat. Peserta juga
dimampukan untuk dapat melakukan analisa sosial yang secara sistematis memahami
dan menganalisa keadaan masyarakat, permasalahan, jaringan, dan strukturnya,
termasuk di dalamnya ideologi dan pranata sosial yang memengaruhi praksis mereka
(Sumarno Darmasuwarna, 2016: 17).
2. Kenangan kritis dan kreatif
Kenangan merupakan aspek yang penting karena dapat membantu peserta
untuk menyadari sejarah hidupnya. Melalui kenangan, peserta dapat mengetahui
keberadaannya sebagai subjek yang mendapat bentuk atau wujudnya dari perbuatan
yang mereka lakukan. Kenangan kritis dapat menjadi sumber kekuatan baru bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
peserta yang dapat mendatangkan penyembuhan dan pembebasan luka-luka pribadi.
Kesadaran peserta sebagai subjek juga dibentuk oleh kondisi-kondisi sosial yang
berlaku dalam masyarakat. Di sini kenangan kritis dapat medatangkan keberanian
untuk memprotes ketidakadilan dan penderitaan sesama, serta memberanikan peserta
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut (Sumarno Darmasuwarna, 2016: 17).
3. Imajinasi yang sosial dan kreatif
Dengan imajinasi peserta dapat semakin menyadari konsekuansi, kemungkinan,
dan tanggung jawab dari praksis faktual baik yang bersifat personal maupun sosial.
Imajinasi yang kreatif dapat sangat berguna bagi kepentingan personal atau pribadi,
yakni untuk meningkatkan kesadaran pada sumber hidup yang meneguhkan identitas
pribadi, memperkokoh harapan akan masa depan yang lebih baik, menyadarkan
peserta pada tanggung jawab etis, serta menemukan visi dari pengalaman hidup yang
telah diperoleh. Selain itu, pendamping juga dapat menyadarkan tanggung jawab
sosial peserta mengenai bagaimana tradisi dan visi praksis konkret mereka dapat
diarahkan demi terwujudnya kesejahteraan bersama (Sumarno Darmasuwarna, 2016:
18).
Pada langkah ini, pembimbing memiliki tanggung jawab untuk dapat
menciptakan suasana pertemuan yang saling menghormati dan mendukung gagasan
dari peserta, mampu mengundang refleksi kritis, mendorong terjadinya dialog antar
peserta. Selain itu, pembimbing harus memiliki kemampuan untuk membuat
pertanyaan tanpa peserta merasa seperti diintrogasi serta memiliki kepekaan
mengenai kondisi peserta. Kepekaan untuk membaca dan mengetahu kondisi peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
ini sangat dibutuhkan, terutama apabila berhadapan dengan peserta yang tidak
terbiasa melakukan refleksi kritis.
d) Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani
Pada langkah ini peserta diajak untuk mengkonfrontasikan atau mendialogkan
“tradisi” dan visi hidup mereka dengan tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visinya
(Heryatno Wono Wulung, 1997: 19; bdk. Groome, 1997: 6). Hal ini bertujuan agar
tradisi dan visi Gereja dapat lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan
peserta, sehingga dapat membangkitkan semangat keterlibatan baru dari peserta.
Tradisi dan visi Kristiani ini mengungkapkan pewahyuan diri dan kehendak Allah
yang memuncak pada misteri hidup dan karya Yesus Kristus serta mengungkapkan
tanggapan manusia atas pewahyuan tersebut (Sumarno Darmasuwarna, 2016: 20).
Tradisi Kristiani hadir dalam Kitab Suci, liturgi, doa, kredo, sakramen, dan lain-lain.
Tradisi Kristiani ini merupakan sumber utama bagi kehidupan dan penghayatan umat.
Pada tahap ini pembimbing memiliki sikap hormat pada tradisi dan visi
Kristiani sebagai yang otentik dan noratif. Cara dan isi tafsiran yang disampaikan
oleh pembimbing haruslah dapat membantu peserta agar nilai-nilai dari tradisi dan
visi kristiani dapat menjadi milik masing-masing peserta. Pembimbing perlu
menggunakan metode yang tepat, misalnya dengan menggunaka diskusi kelompok
atau memanfaatkan produk-produk audio. Pembimbing harus menghindari sikap
menggurui atau mendikte peserta. Pembimbing dalam memberikan tafsiran harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
mengikutsertakan kesaksian iman, harapan, dan hidupnya sendiri. Oleh karena itu,
semuanya harus dipersipakan secara matang (Sumarno Darmasuwarna, 2016: 21).
e) Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret
Langkah ini lebih menekankan pada intepretasi atau tafsir dialektis antara
tradisi dan visi Kristiani dengan tradisi dan visi peserta yang menghadirkan nilai-nilai
baru yang hendak dihidupi dan diperkembangkan. Peserta mendialogkan hasil
pengolahan mereka pada langkah pertama dan kedua dengan isi pokok langkah
ketiga. Dengan demikian maksud utama pada langkah ini, yaitu “memampukan
peserta untuk secara kritis mempersonalisasikan dan mengintegrasikan nilai-nilai
tradisi dan visi kriatiani bagi kehidupan mereka sendiri” (Heryatno Wono Wulung,
1997: 30; bdk. Groome, 1997: 7).
Peran pembimbing adalah dengan menghormati kebebasan dan hasil peneguhan
peserta, termasuk peserta yang menolak peneguhan dari pembimbing. Pembimbing
harus meyakinkan kepada peserta bahwa mereka memiliki kemampuan
mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai-nilai tradisi
dan visi kristiani. Pembimbing harus selalu ingat bahwa tafsirannya bukanlah kata
mati, sehingga harus selalu terbuka pada pengembangan tafsiran yang lain. Selain itu,
pembimbing juga harus mampu mendorong peserta agar dapat menjadi pihak yang
aktif serta mampu mendengarkan dengan hati setiap tanggapan ataupun pemikiran
peserta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
f) Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret
Maksud utama pada langkah lima adalah “mengritik visi-visi yang diwujudkan
dalam tindakan masa kini peserta dari sudut Visi Kerajaan Allah dan untuk
menentukan tindakan masa yang akan datang yang akan menjadi respon yang cocok
terhadap Visi itu” (Groome, 2010: 325). Dengan demikian, pada langkah ini peserta
diajak untuk sampai pada keputusan praktis sebagai tanggapan umat terhadap
pewahyuan Allah yang terus berlangsung dalam sejarah kehidupan umat manusia
dalam kontinuitasnya dengan tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi Kristiani.
Keputusan praktis yang dimaksud adalah sebuah keterlibatan baru yang
mengusahakan metanoia, yaitu pertobatan pribadi dan sosial yang terus berlangsun
(Sumarno Darmasuwarna, 2016: 22).
Pada langkah ini pembimbing harus menyadari mengenai hakikat praktis,
inovatif, dan transformatif pada langkah ini. Pembimbing harus mampu merumuskan
pertanyaan (tidak perlu muluk-muluk) yang membantu ke arah itu serta menekankan
sikap optimis yang realistis kepada peserta. Pembimbing juga perlu merangkum hasil
langkah pertama sampai keempat, supaya dapat lebih membantu peserta. Kemudian
sebagai penutup, pembimbing mengajak peserta untuk merayakan liturgi sederhana
untuk mendoakan keputusan (Sumarno Darmasuwarna, 2016: 22).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
D. Program Pendampingan Katekese bagi Kaum Lansia Berdasarkan Surat
Paus Yohanes Paulus II Kepada Umat Lansia
Berdasarkan Surat Paus Yohanes Paulus II Kepada Umat Lansia terdapat
berbagai program katekese yang dapat diaplikasikan. Berikut ini contoh program
pendampingan katekese bagi lansia, yaitu:
No Isi Surat
Paus Yohanes Paulus
II Kepada Umat
Lansia
Tema Tujuan
1. ..Tahun-tahun berlalu
dengan cepat, dan
anugerah hidup,
meskipun mengandung
segala jerih payah dan
derita, sangat indah dan
berharga sehingga tidak
selayaknya kita merasa
jemu…(art. 1)
Memaknai jerih
payah dan derita
di usia lanjut
Kaum lansia dapat
merefleksikan dan menyadari
anugerah hidupnya.
Kaum lansia memaknai jerih
payah dan derita sebagai.
2. Tetapi kendati hidup
kita masing-masing
dibatasi dan memang
rapuh, kita dihibur oleh
gagasan bahwa berkat
kekuatan jiwa-jiwa
rohani kita, kita akan
tetap hidup melampaui
maut sendiri…(art. 2)
Menikmati usia
tua dengan
penuh syukur
Kaum lansia semakin
menerima diri apa adanya,
baik kekuatan dan
kelemahannya, termasuk
menerima bahwa dirinya telah
menjadi tua.
Kaum lansia terbuka atas
bantuan dan pelayanan orang-
orag di sekitarnya.
3. …Selanjutnya,
terjadilah proses dialog
dan rekonsiliasi yang
sulit, tetapi berbuah
tujuan untuk
membangun
koeksistensi yang
sejahtera dan
bersaudara di antara
bangsa-bagsa (art. 3)
Membangun
semangat dialog
dan rekonsiliasi
Kaum lansia dapat berdialog
dengan orang-orang di sekitar.
Kaum lansia berdamai dengan
pengalaman-pengalaman pahit
di masa lalu dan dengan orang-
orang di sekitar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
No Isi Surat
Paus Yohanes Paulus
II Kepada Umat
Lansia
Tema Tujuan
4. …Betapa pesatlah
waktu berlalu, tidak
untuk memasrahkan diri
kepada nasib yang
mustahil dielakkan,
tetapi justru untuk
sepenuhnya
memanfaatkan tahun-
tahun yang masih kita
hadapi (art. 4)
Memanfaatkan
waktu di usia
lanjut secara
bijaksana
Kaum lansia dapat terlibat
dalam kegiatan-kegiatan sosial
dan keagamaan yang masih
dapat dijangkau oleh keadaan
fisiknya.
5. …Kadang-kadang
lanjut usia dikatakan
sebagai musim gugur
hidup, usia lanjut bukan
berarti tidak
bermanfaat, usia lanjut
memperbesar
kebijaksanaan dan
membuahkan lebih
banyak nasihat yang
matang…(art. 5)
Tetap
bermanfaat di
usia tua dengan
membagikan
kebijaksanaan
Kaum lansia mampu
memberikan teladan iman dan
kebaikan kepada yang lebih
muda.
6. Di samping Abraham
ada Sarah, dan wanita
menyaksikan makin tua
tubuhnya, tetaopi dalam
batas-batas lanjut umur
dagingnya ia toh
mengalami kuasa Allah,
yang memperbaiki
setiap kekurangan
manusiawi (art. 6)
Bekerjasama
dengan Allah
memperbaiki
setiap
kekurangan
manusiawi di
masa tua
Kaum lansia semakin mampu
berbenah diri dan
memperbahurui sikap-sikap
diri yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Kristiani.
Kaum lansia dapat
mengevaluasi diri dan
mengambil nilai positif dalam
perjalanan hidupnya.
7. …Dan ketika Yohanes
Pembaptis lahir,
Zakharia mengajukan
pujian “Benedictus” di
situlah kita saksikan
pasangan lanjut usia
yang istimewa,
Membangun
semangat doa
yang mendalam
di usia tua
Kaum lansia memiliki relasi
yang mendalam dengan Tuhan
melalui hidup doa.
Kaum lansia mampu
membangun hidup doa secara
teratur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
No Isi Surat
Paus Yohanes Paulus
II Kepada Umat
Lansia
Tema Tujuan
dipenuhi semangat doa
yang mendalam (art. 7)
8. …Pada masa tuapun
mereka masih berbuah,
menjadi gemuk dan
segar, untuk
memberitakan, bahwa
Tuhan itu benar, bahwa
Ia gunung batuku dan
tidak ada kekurangan
pada-Nya (Maz. 92:15-
16) [art. 8]
Menjadi saksi
diusia tua atas
kebaikan Tuhan
Kaum lansia dapat
menemukan dan
mengumpulkan kebaikan
Tuhan yang telah dikerjakan
dalam hidupnya.
Kaum lansia berani menjadi
saksi.
9. …Karena sikap seperti
itu, tidak jarang usia
lanjut diremehkan,
sedang orang-orang
lansia bertanya dalam
hati apakah hidup
mereka masih ada
gunanya (art. 9)
Menjadi berkat
di usia tua
Kaum lansia tetap dapat
membuat dirinya tetap berguna
bagi sesame di lingkungan
sekitarnya.
10. …Justru karena para
lansia mempunyai
pengalaman yang
matang, mereka mampu
memberikan nasihat
dan bimbingan yang
berharga pada kaum
muda (art. 10)
Kaum lansia
menjadi panutan
bagi orang muda
Kaum lansia dapat menjadi
panutan bagi orang muda.
Kaum lansia dapat
membagikan kesaksian
hidupnya untuk dapat
memperteguh iman.
11. Perintah itu juga
mengajarkan sikap
hormat terhadap mereka
yang telah mendahului
kita dan atas segala
kebaikan yang telah
mereka jalankan…(art.
11)
Memperkokoh
sikap hormat
antar generasi
Kaum lansia dapat
menghormati generasi muda.
Membimbing generasi muda
untuk dapat menghormati
gennerasi tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
No Isi Surat
Paus Yohanes Paulus
II Kepada Umat
Lansia
Tema Tujuan
12. Kita semua akrab
dengan teladan-teladan
para lanjut usia, yang
mengagumkan tetap
masih muda dan kuat
rohani…para lanjut usia
itu, merasakan kata-
kata mereka sebagai
inspirasi, dan teladan
mereka menjadi sumber
hiburan (art. 12)
Menggali dan
membagikan
Harta rohani di
usia tua
Kaum lansia dapat saling
meneguhkan.
Kaum lansia mampu
membagikan kekayaan
pengalaman hidup untuk
orang-orang di sekitarnya.
13. a) …Gereja masih
memerlukan anda.
Gereja menghargai
jasa-pelayanan, yang
kiranya anda ingin
menyelenggarakan di
sekian banyak lahan
kerasulan…(art. 13)
Tetap setia
dalam pelayanan
kendati raga
semakin
melemah
Kaum lansia semakin
merasakan bahwa hidupnya
berharga.
Kaum lansia tetap menjaga
semangat pelayanan kendati
raganya lemah.
14. Jika hidup ini
merupakan peziarahan
menuju rumah surgawi,
maka usia lanjut
merupakan waktu yang
paling wajar untuk
memandang kepada
ambang keabadian (art.
14)
Penyerahan diri
kepada Sang
sumber hidup
Kaum lansia mampu berserah
diri kepada Sang sumber
hidup.
Kaum lansia menyadari kasih
Allah dalam hidupnya.
15. Kristus, setelah
melintasi ambang
kematian, membukakan
hidup yang ada di
seberang batas ini,
dalam “wilayah” yang
tidak dipetakan, yakni
keabadian (art. 15)
Menghadapi
kematian
dengan iman
Kaum lansia semakin
menyadari bahwa Allah tetap
memberikan karunia untuk
bertumbuh menuju
kematangan jasmani dan
rohani di masa tuanya.
Kaum lansia semakin mampu
merefleksikan maksud dari
perkataan Yesus dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
No Isi Surat
Paus Yohanes Paulus
II Kepada Umat
Lansia
Tema Tujuan
perumpamaan “benih yang
tumbuh”.
16 Maka iman menyinari
misteri maut dan
mendatangkan
keheningan kepada usia
lanjut… Itulah tahun-
tahun yang harus
dihayati dengan citarasa
penyerahan diri penuh
kepercayaan ke dalam
tangan Allah, Bapa
Penyelenggara kita
yang penuh kerahiman
(art. 16)
Menyadari
karunia
bertumbuh
semakin menuju
kematangan
iman dalam usia
lanjut
Kaum lansia semakin
menyadari bahwa Allah tetap
memberikan karunia untuk
bertumbuh menuju
kematangan jasmani dan
rohani di masa tuanya.
Kaum lansia tetap memberi
kesaksian hidup yang baik
bagi siapa saja yang tinggal
bersama mereka dalam
mewujudkan iman melalui
sikap dan tindakan mereka
sehari-hari, baik di lingkungan
keluarga dan masyarakat.
17. …Seperti saya
mendorong anda
masing-masing, agar
hening-hening
menghayati tahun-
tahun, yang oleh Tuhan
dikaruniakan kepada
anda…(art. 17)
Menemukan
Tuhan dalam
keheningan
Kaum lansia dapat
menciptakan keheningan
dalam kehidupan sehari-hari
melalui doa dan meditasi.
Kaum lansia semakin
mensyukuri setiap perjalanan
hidupnya.
18. Berilah supaya kami
penuh kasih menerima
kehendak-Mu, dan
menaruhkan diri tiap
hari ke dalam tangan-
Mu penuh kerahiman
(art. 18)
Hidup dalam
penyerahan pada
kasih Allah
Kaum lansia dapat
menyerahkan seluruh
hidupnya kepada Allah.
Kaum lansia dapat senantiasa
mengandalkan Allah dalam
segala situasi hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
E. Implementasi Pendampingan Melalui Katekese dengan Model Shared
Christian Praxis bagi Kaum Lansia Berdasarkan Surat Paus Yohanes
Paulus II Kepada Umat Lansia
Di atas telah diurakan berbagai program pendampingan katekese bagi kaum
lansia berdasarkan surat Paus Yohanes Paulus II kepada umat lansia. Dalam
penulisan skripsi ini secara khusus penulis memilih satu program berdasarkan
beberapa program yang telah disusun di atas. Program yang penulis pilih, yaitu
“Menyadari karunia bertumbuh semakin menuju kematangan iman dalam usia
lanjut”. Dalam suratnya, Paus Yohanes Paulus II memberikan penekanan cukup kuat
mengenai kekayaan pengalaman yang dimiliki oleh kaum lansia sebagai harta yang
sangat berharga, sehingga perlu dibagikan untuk saling memperteguh di antara kaum
lansia dan umat pada umumnya. Program ini akan diperdalam dengan model katekese
SCP. Model katekese SCP ini akan dapat membantu kaum lansia untuk menggali dan
membagikan kekayaan iman mereka.
Suatu Persiapan Katekese Model SCP untuk Kaum Lansia;
I. IDENTITAS PPL PAK PAROKI
1. Pelaksana: Sisiliya Yudiyanti
2. NIM: 131124015
3. Tema: Menyadari karunia bertumbuh semakin menuju kematangan iman
dalam usia lanjut.
4. Tujuan: Bersama-sama pendamping, peserta semakin menyadari dalam usia
lanjut, Allah tetap memberikan karunia yang terus bertumbuh menuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
kematangan jasmani dan rohani, sehingga semakin mampu merefleksikan
maksud dari perkataan Yesus dalam perumpanaan benih tanaman yang
tumbuh, dan tetap memberi kesaksian hidup yang baik bagi siapa saja yang
tinggal bersama mereka dalam mewujudkan iman melalui sikap dan tindakan
mereka sehari hari, baik di lingkungan keluarga dan mayarakat.
5. Peserta: Kaum Lansia
6. Tempat:
7. Hari/Tgl Pelaksana:
8. Waktu:
9. Model: Shared Christian Praxis
10. Metode: - Sharing pengalaman pribadi
- Refleksi pribadi
- Informasi
- Tanya jawab
- Sharing kelompok
11. Sarana: - Buku Madah Bakti
- Cerita “Apa itu Hidup?”
- Teks pertanyaan pendalaman
- Teks/Kitab Suci Perjanjian Baru
- Teks renungan “Disaat daku tua”
- Lilin dan Salib
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
12. Sumber Bahan: - Mrk 4:26-34
- Wolfgang, Bock, SJ (2007). Usia Lanjut
yang Berahmat dan Berdaya Pikat. Jakarta: Obor, hh. 80-97.
- Dianne, Bergant, CSA; Robert, Karris, J, OFM (2002).
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, hh. 89.
- Pernyataan Dewan Kepausan untuk Kaum Awam dan Surat
Paus Yohanes Paulus II (2002). Dari Roma untuk Lansia.
Yogyakarta: Kanisius.
II. PEMIKIRAN DASAR
Akhir-akhir ini, tema mengenai kaum lansia menjadi topik yang cukup banyak
dibicarakan di kalangan luas. Bahkan di Indonesia sendiri sebenarnya terdapat Hari
Lanjut Usia Nasional (Hari Lansia) yang diperingati setiap 29 Mei sebagai wujud
penghargaan dan kepedulian terhadap kaum lansia. Menurut Kementerian Kesehatan
RI (2013), setengah jumlah lansia di dunia (400 juta jiwa) berada di Asia;
pertumbuhan lansia pada negara sedang berkembang lebih tinggi dari pada negara
yang sudah berkembang; dan diperkirakan pada 2050 lansia penderita penyakit
degeneratif tidak dapat beraktivitas (tinggal di rumah).
Berdasarkan data tersebut, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang
juga memiliki pertumbuhan jumlah kaum lansia yang besar. Persentase penduduk
lansia tahun 2008, 2009, dan 2012 telah mencapai di atas 7% dari keseluruhan total
penduduk Indonesia. Jika dilihat berdasarkan provinsi, Provinsi DI Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
memiliki persentase penduduk lansia tertinggi, baik yang tersebar di wilayah maupun
paroki-paroki. Hampir dari keseluruhan yang memasuki usia lanjut mereka berhasrat
menghayati sisa hidup dengan tenang dan memuaskan, namun kaum lansia kurang
menyadari apa yang harus dilakukan di masa tua secara sehat dan bijaksana. Hal ini
tidak terjadi begitu saja atau sebuah kebetulan, dibutuhkan proses yang menuntut
perencanaan yang teliti dalam bidang jasmani dan rohani. Kaum lansia yang menua
dengan baik adalah manusia yang berpikir positif dan bersikap proaktif dalam segala
keterbatasan di usia lanjutnya. Satu hal yang juga sangat mengagumkan dari para
lanjut usia adalah tampilan diri yang tenang, memandang sesuatu dengan cermat,
bertindak dengan hati-hati, menunggu dengan sabar, dan dengan suka hati
memberikan ruang lingkup yang luas kepada sesama.
Usia lanjut merupakan karunia, yakni masa untuk tetap bertumbuh menuju
wujud akhir kematangan pribadi. Karunia merupakan pemberian cuma-cuma yang
sudah diterima dan bertumbuh pada waktunya, sehingga manusia mampu melakukan
hal-hal yang sesuai kepentingan dan kebaikan sesama. Karunia-karunia itu dapat juga
diminta dari Allah guna pelayanan kasih. Kaum lansia tidak hanya menerima saja
tetapi juga memberi. Menjadi tua bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu proses
yang wajar yang dialami setiap insan, sesuai jenjang hidup yang telah diatur oleh
Sang Pencipta.
Injil Markus 4:26-34 menceritakan tentang pertumbuhan pada benih tanaman.
Yesus menjelaskan Kerajaan Surga seumpama benih yang ditanam kemudian tumbuh
menjadi pohon yang besar yang dapat memberi naungan bagi makhluk hidup lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Proses pertumbuhan benih atau biji sesawi mengalami proses yang panjang: ada
pertumbuhan, ada kenikmatan, ada kerja keras dan ada cahaya baru. Yesus mau
mengajarkan kepada kita bahwa setiap manusia mengalami proses pertumbuhan
menuju kematangan iman dan pribadi. Proses pertumbuhan itu diwarnai dengan
berbagai macam peristiwa. Ibarat sebuah pohon yang tumbuh dimulai dari satu butir
biji atau benih saja. Setiap musim pohon menumbuhkan daun-daun dan buah-buahan
baru. Pohon tersebut akan semakin tua tetapi ia tetap memberi keteduhan dan
kesejukan di panas terik siang hari. Orang suka duduk di bawah dedaunannya guna
melepaskan lelah dari perjalanan jauh. Bila angin bertiup keras, pohon itu
mengayunkan dahan-dahannya dan saat angin sepoi-sepoi berdesiran, daun-daun itu
bergesekan membisikan kata-kata manis tentang irama hidup lembut di umur tua.
Akar-akar pohon yang tua itu menjulur jauh dan tetap tertanam kuat-kuat dalam
tanah, batangnya pun kokoh kuat. Para lansia dalam umur tua atau lanjut juga tetap
mendapat karunia dari Allah untuk terus bertumbuh dan memberi kesejukan bagi
orang-orang di sekitar asalkan mereka setia dan percaya pada rahmat Allah.
Dari pertemuan ini, kita berharap akan semakin mampu menyadari karunia dari
Allah untuk terus bertumbuh menuju kematangan jasmani dan rohani dalam usia
lanjut. Dengan demikian, para lansia dapat semakin mampu merefleksikan maksud
dari perkataan Yesus dalam perumpanaan benih tanaman yang tumbuh. Para lansia
juga diharapkan tetap memberi kesaksian hidup yang baik dan menjadi tempat
naungan bagi siapa saja yang tinggal bersama mereka dalam mewujudkan iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
melalui sikap dan tindakan mereka sehari-hari, baik di lingkungan keluarga dan
masyarakat.
III. PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH
1. Pembukaan
a. Pengantar
Makan bolu sambil merem, sugeng ndalu berkah dalem, apa kabar eyang
kakung lan eyang putri, tentu semua dalam keadaan sehat dan penuh sukacita. Kita
berkumpul di tempat ini sebagai saudara karena satu iman akan Yesus Kristus, juga
karena kasih dan kemurahan Allah sendiri. Secara khusus sebagai orang beriman
yang telah dikaruniai usia yang panjang, kita diajak untuk merasakan sapaan-sapaan
kasih Allah melalui orang-orang di sekitar kita. Namun terkadang hal ini kurang kita
sadari. Melalui pengalaman-pengalaman hidup yang telah kita terima, entah itu
menggembirakan atau menyakitkan, Tuhan ingin agar semuanya itu sebagai bekal
sekaligus kesaksian hidup untuk terus bertumbuh menuju kematangan hidup jasmani
dan rohani.
Usia lanjut tidak menghalangi lansia untuk tetap bertumbuh menuju
kematangan hidup beriman. Yesus mengajak kita untuk merenungkan tentang
pertumbuhan dan perkembangan sebutir benih tanaman atau biji sesawi. Dalam
pertumbuhan itu pasti memerlukan proses yang panjang dan campur tangan banyak
pihak sampai benih tanaman itu tumbuh menjadi sebatang pohon yang besar, yang
dapat menaungi dan memberi kenyamanan bagi setiap orang yang bernaung di
bawahnya. Dengan demikian, kita diharapkan semakin mampu mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
karunia yang Tuhan berikan pada kita untuk semakin bertumbuh menuju kematangan
hidup rohani dan jasmani. Harapannya kehadiran kita sebagai lansia baik di tengah
keluarga maupun di masyarakat dapat memberikan teladan dan kesaksian hidup yang
baik.
b. Lagu pembukaan: “Ndherek Gusti”
(https://madahliturgi.wordpress.com/2013/08/19, teks lagu terlampir pada lampiran 1)
c. Doa pembukaan:
Allah Bapa yang maha baik, kami bersyukur dan berterimakasih kepada-Mu
karena Engkau menyertai dan memelihara kami hingga saat ini. Secara khusus, kami
mengucapkan terima kasih atas kesempatan berahmat yang Engkau berikan sehingga
kami dapat berkumpul bersama-sama untuk menggali, merefleksikan, dan saling
berbagi pengalaman iman. Kami mohon terang Roh Kudus-Mu agar memampukan
kami untuk bertumbuh menuju pada kematangan jasmani maupun rohani. Kami
percaya bahwa apa yang Engkau kehendaki melalui pewartaan Yesus Kristus Putera-
Mu dalam perumpamaan benih dan biji sesawi, sungguh dapat kami hayati dan kami
ambil maknanya. Bimbinglah dan hantarlah kami agar semakin menyadari karunia-
karunia yang telah Engkau berikan kepada kami diusia lanjut ini, sehingga kami
semua mampu menjadi benih yang dapat bertumbuh dan menghasilkan buah
berlimpah lewat perkataan, perbuatan, tindakan, serta kesaksian hidup kami sehari-
hari. Kami persembahkan kegiatan pendalaman iman ini ke dalam tangan-Mu,
semoga Engkau berkenan memberkatinya. Demi Yesus Putera-Mu yang hidup dan
berkuasa kini dan sepanjang segala masa. Amin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
2. Langkah I: Mengungkap pengalaman hidup peserta
a. Pendamping membagikan teks cerita hikayat dari Swedia tentang “Apa itu
hidup?” kepada peserta dan memberi kesempatan kepada mereka untuk
membaca dan mempelajarinya (Purnawati Olsson,
http://www.goodreads.com/book/show/13076119, teks cerita terlampir pada
lampiran 2).
b. Penceritaan kembali isi cerita: Pendamping meminta salah satu peserta untuk
menceritakan kembali dengan singkat tentang isi pokok cerita “Apa itu hidup?”
c. Intisari cerita “Apa itu hidup?” tersebut adalah;
Cerita menggambarkan suasana hari yang cerah dan tenang di tengah hutan.
Pada saat semua burung sedang istirahat, burung cenderawasih tiba-tiba bertanya
dengan satu pertanyaan singkat: “Apa itu hidup?”. Semua burung dan binatang
lainnya tepekur-terperana dan mulai memikirkan jawabannya. Pertanyaan itu sulit.
Jawaban pertama berasal dari setangkai bunga mawar yang mengatakan hidup itu
ibarat pertumbuhan. Kemudian jawaban pertanyaan tersebut, dijawab oleh kupu-kupu
yang sedang riang gembira mengisap sari bunga. Ia mengatakan hidup itu serba enak
dan nikmat. Semut yang sedang susah payah mengangkat sehelai rumput kering
mengatakan hidup hanyalah jerih payah dan kerja keras. Beruntung ada gerimis disaat
mereka hampir mulai bertengkar. Dan gerimis mengatakan hidup itu segar dengan
curahan tetes-tetes air. Tiba-tiba seekor rajawali yang sedang terbang tinggi
mengatakan hidup itu usaha naik semakin tinggi. Tibalah malam hari. Seorang
pejalan kaki yang baru kembali dari acara pesta mengatakan hidup itu ibarat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
kebahagiaan tercampur kekecewaan. Sampailah esok harinya saat fajar mulai
menyingsing. Sang fajar pun berpendapat “Akulah awal hari baru. Hidup di dunia ini
menjadi permulaan hidup kekal.”
d. Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut
dengan tuntunan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana situasi tanaman, binatang, manusia, dan cuaca saat menjawab
pertanyaan apa itu hidup?
2. Jawaban mana yang kiranya menyentuh hati kita dan mendorong kita guna
merenungkan arti dan inti hidup kita di dunia ini? Mengapa?
e. Suatu Contoh Arah Rangkuman:
Dari cerita tadi, situasi yang terjadi adalah setangkai bunga mawar sedang
memekarkan kuntumnya, membuka daun demi daun yang indah dan harum, makanya
bunga mengatakan hidup itu ibarat pertumbuhan. Kupu-kupu sedang dalam situasi
riang gembira terbang kesana kemari mengisap sari bunga, maka ia mengatakan
hidup itu enak dan nikmat. Semut dalam situasi susah payah berjalan memikul sehelai
rumput kering, maka rumput mengatakan hidup itu hanyalah jerih payah dan kerja
keras. Gerimis berada dalam situasi hujan rintik-rintik, maka ia berkata hidup itu
kesegaran dalam curahan tetes-tetes air. Seekor rajawali dalam situasi terbang
berputar-putar dan penuh keanggunan, maka ia mengatakan hidup itu usaha naik
semakin tinggi. Seorang pejalan kaki dalam situasi malam hari dari sebuah perjamuan
meriah, maka ia mengatakan hidup itu ibarat kebahagiaan tercampur kekecewaan.
Terakhir fajar yang baru muncul dari ufuk timur setelah melewati malam yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
panjang, maka ia mengatakan hidup itu adalah aku awal hari baru. Hidup di dunia ini
menjadi permulaan hidup kekal.
Salah satu jawaban di atas tadi kiranya menyentuh hati kita dan mendorong kita
guna merenungkan arti dan inti hidup kita di dunia ini. Ada pertumbuhan, ada
kenikmatan, ada kerja keras, dan ada cahaya mulia. Misalnya, hidup itu ibarat
pertumbuhan. Cerita ini membuka mata kita guna melihat dan mengakui tawaran
yang beraneka macam dalam usia lanjut, baik di dalam maupun di luar diri kita.
Dengan bertambah tua dan mengolah masalah-masalah kita masing-masing, kita
bertumbuh semakin matang. Proses kejiwaan semakin tua bukanlah proses menjadi
kaku, mundur atau pasrah, melainkan merupakan proses bertambah semakin luas dan
lebar, luwes dan maju yang akan memuluskan jalan menuju kepenuhan diri. Selain itu
ada tolak ukur yang menentukan apakah masih mungkin ada pertumbuhan pada diri
kita, yakni sikap dan keterbukaan menghadapi sesuatu yang baru atau masalah-
masalah yang ada.
3. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
a. Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau cerita di atas
dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut:
1. Menurut eyang kakung dan eyang putri, serta bapak dan ibu, apa arti hidup jika
diibaratkan sebagai pertumbuhan, kesulitan apa saja yang dialami untuk bisa
bertumbuh menjadi pribadi yang matang?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
2. Dan cara apa saja yang telah ditempuh untuk keluar dari kesulitan-kesulitan
tersebut?
b. Dari jawaban yang telah diungkapkan peserta, pendamping memberikan arahan
rangkuman singkat, misalnya:
Berbagai jawaban tentang apa itu hidup pasti berbeda-beda sesuai dengan sudut
pandang dan situasi yang sedang dihadapi seseorang. Hidup dapat berarti karunia
yang diberikan Tuhan untuk kita jalankan dan kita isi dengan kegiatan yang semakin
menumbuhkan iman, harapan dan kasih kepada Tuhan dan sesama. Hidup bisa
diartikan sebagai perjuangan menuju kepada Allah. Inilah bertumbuh menuju pada
kematangan hidup baik jasmani maupun rohani. Kesulitan yang terkadang dihadapi
adalah ketika orang tidak mau membuka diri terhadap sesuatu yang baru, sehingga
tidak terjadi pertumbuhan dalam hidupnya. Cara utama yang dapat dilakukan oleh
setiap orang untuk keluar dari kesulitan tersebut adalah masuk kedalam diri sendiri
dan membuka diri terhadap pembaruan.
4. Langkah III: Menggali pengalaman iman Kristiani.
a. Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikop
langsung dari Kitab Suci, Injil Markus 4:26-34. Peserta yang lain dibagikan
teks Kitab Suci yang telah di fotocopy (terlampir dalam lampiran 3).
b. Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi
merenungkan dan menanggapi teks Kitab Suci dengan dibantu beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
1. Ayat manakah yang menunjukan benih itu tumbuh dan berkembang?
2. Bila dikaitkan dengan hidup kita, sikap mana saja yang ingin Yesus tekankan
agar dihayati dan dilaksanakan di usia lanjut ini?
3. Makna apa saja yang dapat kita ambil untuk perkembangan hidup kita di usia
lanjut ini?
c. Peserta diajak untuk mencari dan menemukan sendiri pesan inti perikop
sehubungan dengan jawaban atas 3 (tiga) pertanyaan di atas.
d. Pendamping memberikan tafsir dari Injil Markus 4:26-34 dan
menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema
dan tujuan.
Dalam perikop Injil Markus, Yesus memberikan perumpaan tentang benih dan
biji sesawi. Biji itu sangat kecil, jatuh dan hilang di tanah; namun kemudian ia
bertumbuh menjadi pohon yag bersar, tempat dimana banyak burung membuat sarang
pada cabang-cabang pohonnya. Bukan hanya burung yang menikmati rindangnya
pohon tersebut. Tentu setiap mahluk hidup lainnya juga menikmati kenyamanan yang
diberikan oleh pohon tersebut. Kerajaan Allah dibangun oleh setiap pribadi yang
kecil, sederhana namun melayani karya pelayanan Allah menuju persekutuuan Ilahi.
Ini dapat diartikan bertumbuh menuju kematangan hidup jasmani dan rohani. Untuk
bertumbuh tentu memerlukan perjuangan yang keras. Seperti halnya benih atau biji
sesawi tersebut, ia harus betarung dengan panas, hujan, dan angin agar menjadi teruji
oleh cobaan, kegagalan dan kesuksesan, kekuatan, dan ketidakberdayaan. Begitu juga
dalam diri kita masing-masing, Tuhan memberikan kemampuan dasar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
kepercayaan untuk tumbuh berkembang menjadi besar dan kuat. Semua memerlukan
proses. Lalu bagaimana dengan kita yang sudah berusia lanjut? Tentu semangat
bertumbuh dan berkembang juga harus tetap ada dalam diri kita. Karunia dari Allah
senantiasa dicurahkan dalam hidup kita. Ke arah manakah kiranya pertumbuhan di
usia lanjut ini? Itulah pertanyaan yang menentukan. Jawabannya bergantung cara kita
memandang diri, apakah sebagai orang yang semakin menurun dan habis, sebagai
orang makin dipotong dari pusat hidup, atau sebagai orang yang sedang bertambah
sesuatu yang semakin giat bertumbuh.
Pertumbuhan di usia lanjut bukan berarti bertumbuh tinggi, lebar, dan besar,
melainkan bertumbuh ke dalam, menjadi lebih terinci, lebih jelas dan lebih tepat,
lebih mengerti dan menjadi lebih utuh. Adapun pertumbuhan ke dalam diri kita, dan
perkembangan keaslian kita, berciri khas sangat pribadi dan tak tergantikan. Bisa jadi,
orang sadar bahwa segala sesuatu yang dulu dicari di luar dirinya, sesungguhnya
dapat ditemukan di dalam diirinya sendiri. Maka tepatlah bila kita dalam umur ini
sekali lagi bertanya, “Siapakah aku sebenarnya? Sebagai siapakah aku direncanakan?
Apa yang masih mau tumbuh di dalam diriku?” Pertanyaan berikut jawabannya mau
membimbing kita kepada sumber daya dan kemampuan terpendam, kepada bagian-
bagian dalam diri kita yang sudah menunggu untuk lahir dan menjelma menuju
kepenuhan dan kematangan wujud pribadi yang utuh dan luhur.
Dalam pertumbuhan semakin menjadi diri sendiri, tampaklah unsur kearifan
dan kebijaksanaan, baik dalam melepaskan sesuatu yang telah usang maupun dalam
menerima dan meresapkan sesuatu yang serasi dengan tahap pematangan itu, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
bakat rohani, nilai agung, atau sikap baru. Jika kita tetap bertumbuh ke dalam wujud
semakin utuh, maka kita akan terbuka bagi apa yang masih mau mekar, antara lain
semakin peka pada hal-hal kecil dalam pengalaman hidup sehari-hari dan bagi sesama
yang mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan arahan dari kita. Kita semakin
menjadi lebih bersimpati, yaitu merasakan kasih sayang, sukacita, atau kesedihan.
Baiklah kita merenungkan dan bertanya dalam diri kita masing-masing „adakah iman,
harapan, dan kasihku bertumbuh seirama dengan usiaku?‟
Kita pun dapat belajar dari tokoh-tokoh dalam Kitab Suci, yakni Simeon,
Hana, Zakaria, Abraham, Yohanes dan lain-lain, yang juga pada masa tuanya
bertumbuh dalam imannya. Ibarat benih atau biji sesawi yang ditanam dan terus-
menerus bertumbuh menuju kematangan imannnya. Iman bertumbuh secara bertahap,
mulai dari yang kecil hingga menjadi besar. Karya-karya kita pun mulai dari yang
kecil hingga menjadi besar. Kita dipanggil untuk mencintai dan melayani sesama
yang lain dengan terus bertumbuh hingga menuju kematangan hidup jasmani dan
rohani kita.
5. Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkret
a. Pengantar
Melalui perbincangan sebelumnya kita sudah menemukan sikap-sikap yang
ingin Yesus tekankan untuk kita laksanakan di usia lanjut. Riwayat sebutir benih atau
biji sesawi memberikan inspirasi bagi kita untuk terus bertumbuh menuju pada
kematangan hidup jasmani dan rohani dengan mengembangkan karunia yang Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
berikan pada kita. Dalam pertemuan kali ini, Allah mengajak kita untuk semakin
menyadari sebagai para lansia agar tetap berani memberikan kesaksian hidup baik
dalam sikap, tindakan, maupun dalam setiap perkataan yang kita lakukan setiap hari.
b. Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menyadari karunia yang diberikan
Tuhan untuk bertumbuh menuju kematangan hidup jasmani dan rohani, kita mencoba
merenungkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut (dipilih salah satu yang sesuai
dengan situasi).
1. Apakah arti bertumbuh menuju kematangan hidup jasmani dan rohani dalam
usia lanjutku?
2. Sikap-sikap mana saja yang kita perjuangkan agar semakin mensyukuri karunia
yang diberikan Tuhan untuk semakin bertumbuh menuju kematangan hidup
jasmani dan rohani pada usia lanjut ini?
3. Apakah eyang kakung dan eyang putri serta bapak dan ibu semakin disadarkan,
ditegur, atau diteguhkan dalam menjalankan hidup dengan mengembangkan
karunia untuk semakin bertumbuh menuju kematangan hidup jasmani dan
rohani?
c. Saat hening sejenak untuk merenungan secara pribadi pesan Injil dengan situasi
konkret eyang-eyang sebagai orang-orang yang telah berusia lanjut dengan panduan
salah satu dari 3 (tiga) pertanyaan di atas. Kemudian peserta diberi kesempatan
secukupnya untuk mengungkapkan hasil renungan pribadi tersebut. Akhirnya,
sebagai bahan renungan dalam langkah konfrontasi ini pendamping dapat memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
arah rangkuman singkat sesuai hasil-hasil renungan pribadi mereka, misalnya sebagai
berikut:
Bertumbuh menuju kematangan hidup jasmani dan rohani dalam usia lanjut
berarti terus menerus mengembangkan karunia-karunia yang diberikan Tuhan dalam
hidup kita. Usia lanjut bukan berarti memasuki masa pasif tetapi justru semakin
bertambah usia, kita semakin harus menunjukan sikap hidup yang baik untuk menjadi
panutan bagi siapa saja, khususnya kaum muda. Tentu hal ini perlu didukung dengan
sikap-sikap baik yang telah diajarkan Yesus dalam nasihat-nasihat-Nya kepada para
murid-Nya antara lain beriman teguh, penuh cinta kasih, senantiasa memiliki
pengharapan, rela berkorban, rela berbagi, rela menderita, mendengarkan dengan
baik, memberi nasihat dengan arif dan bijaksana, dan masih banyak sikap hidup
lainnya yang dapat kita tumbuh kembangkan menuju kematangan hidup jasmani dan
rohani. Yesus menyadarkan kita untuk tetap memberikan sesuatu yang terbaik
terutama kesaksian hidup kita yang dapat dijadikan panutan bagi anak cucu dan
sesama yang kita jumpai dan kita layani atau yang melayani kita di usia lanjut ini.
6. Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkret
a. Pengantar
Eyang dan bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, setelah kita bersama-
sama menggali pengalaman kita sebagai lansia yang harus tetap bertumbuh menuju
kematangan hidup rohani dan jasmani melalui cerita apa itu hidup. Demikianpun
pengalaman kita bersama di usia lanjut ini, kita dapat mengartikan hidup sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
situasi yang kita hadapi seperti situasi hati yang gembira, hati yang sedang susah,
situasi hidup yang gelap atau belum menemukan jalan keluar bagi permasalahan kita.
Kita tidak dapat memaksa orang lain untuk mengartikan hidup sama dengan situasi
kita. Hidup yang kita jalani saat ini dapat berarti karunia yang diberikan Tuhan untuk
kita jalankan dan kita isi dengan kegiatan yang semakin menumbuhkan iman,
harapan, dan kasih kepada Tuhan dan sesama. Hidup bisa diartikan sebagai
perjuangan menuju kepada Allah. Inilah bertumbuh menuju pada kematangan hidup
baik jasmani maupun rohani.
Yesus pun menginginkan kita terus bertumbuh semakin ke dalam diri dengan
mewujudkan karunia-karunia yang Ia berikan kepada kita. Ibarat benih atau biji
sesawi yang tumbuh memerlukan sebuah proses, demikian iman kita pun tumbuh
memerlukan proses yang panjang. Para santo dan Bapa-bapa Gereja di masa lalu telah
memberikan teladan hidup dalam bertumbuh dan berkembang menuju kematangan
hidup baik jasmani maupun rohani. Kita pun dituntut untuk tetap bertumbuh dalam
memberikan kesaksian dan teladan hidup yang baik bagi sesama kita dengan
mengembangkan sikap-sikap hidup kita yang baik. Marilah sekarang kita memikirkan
niat dan tindakan apa yang dapat kita perbuat untuk bertumbuh menuju kematangan
hidup jasmani dan rohani. Hal ini dapat diwujudkan melalui hidup sehari-hari dan
sebagai bentuk pembaruan diri kita.
b. Memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru (pribadi,
kelompok, atau bersama) untuk lebih meningkatkan semangat kita dalam
mengembangkan karunia agar semakin bertumbuh menuju kematangan jasmani dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
rohani. Berikut ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membuat
niat-niat:
1. Niat apa yang hendak kita lakukan untuk semakin mengembangkan karunia
agar semakin bertumbuh menuju kematangan jasmani dan rohani diusia lanjut
baik dalam keluarga, lingkungan, kelompok lansia sendiri dan Paroki di mana
kita tinggal?
2. Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan niat-niat
tersebut?
c. Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan
sendiri-sendiri tentang niat-niat pribadi atau bersama yang akan dilakukan.
d. Niat-niat pribadi dapat diungkapkan untuk saling meneguhkan.
e. Kemudian pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan
mendiskusikan bersama guna menentukan niat bersama konkret yang dapat
segera diwujudkan, agar mereka semakin membarui sikap bersama atau
kelompok sebagai lansia.
7. Penutup
a. Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama, kemudian semua diajak
untuk merenungkan syair puisi: “Di saat Daku Tua”
(http://hshn.weebly.com/berita/puisi-orang-tua, teks puisi terlampir pada
lampiran 4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
b. Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan puisi tersebut. Sementara lilin
dan salib dapat diletakkan di tengah umat untuk kemudian dinyalahkan.
c. Kesempatan doa umat spontan yang diawali pendamping dengan
menghubungkan kebutuhan dan situasi kelompok lansia. Sesudah itu doa umat
disusul secara spontan oleh para peserta yang lain. Akhir Doa Umat ditutup
dengan doa penutup dari pendamping yang merangkum keseluruhan langkah
ini, seperti di bawah ini:
d. Doa penutup
Bapa yang mahabaik, kami bersyukur atas proses pendalaman iman malam hari
ini. Kami telah Engkau sadarkan akan arti hidup yang telah kami jalankan hingga
memasuki usia lanjut ini. Berbagai situasi hidup telah kami alami dan itu tetap terus
kami alami hingga akhir hayat kami. Engkau tetap mengingikan kami untuk terus
bertumbuh dan berkembang menuju kematangan hidup jasmani dan rohani. Ibarat
benih atau biji sesawi yang ditanam dan melebur hilang di dalam tanah, namun
kemudian ia tumbuh menjadi satu pohon yang besar, dimana setiap mahluk hidup
mendapat naungan dan perlindungan dari cabang-cabangnya. Semakin memasuki usia
lanjut, pohon itu semakin kokoh dan berdiri tegar dengan akar yang tertanam kuat.
Kami mengerti Engkau pun menghendaki kami berbuat demikian, terus bertumbuh
dan berkembang dalam mengembangkan karunia-karunia yang Engkau berikan pada
kami, terutama dalam memberikan teladan dan kesaksian hidup yang baik kepada
siapa saja. Semoga kami dapat mewujudkan niat-niat baik kami dengan tetap terus
bertumbuh dan berkembang seperti benih atau biji sesawi yang ditanam. Doa ini kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
haturkan dengan perantaraan Yesus Kristus, Putera-Mu yang terkasih yang hidup dan
meraja bersama Dikau kini dan sepanjang masa. Amin.
e. Sesudah doa penutup, pertemuan diakhiri dengan nyanyian “Sakjegé Aku
Ndhèrèk Gusti”. (http://kandangjago.web.id/lirik-lagu-paduan-suara, teks lagu
terlampir pada lampiran 5).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
BAB V
PENUTUP
Pada bagian ini disampaikan simpulan dan saran menganai “Pengembangan
Katekese Bagi Kaum Lansia Berdasarkan Surat Paus Yohanes Paulus II kepada Umat
Lansia”.
A. Simpulan
Di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia kaum lansia seringkali
dipandang secara negatif dan dianggap tidak dapat memberikan manfaat bagi orang-
orang disekitarnya. Selain itu, diberbagai negara, terutama di negara yang sedang
berkembang juga dihadapkan pada kenyataan adanya peningkatan jumlah kaum
lansia yang cukup besar. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang juga
dihadapkan pada kenyataan adanya jumlah pertumbuhan kaum lansia yang besar.
Yogyakarta sebagai salah satu kota di Indonesia memiliki persentase penduduk kaum
lansia paling besar. Berdasarkan kenyataan dan keprihatinan tersebut, penulis merasa
bahwa katekese kepada kaum lansia yang terinspirasi dari surat Paus Yohanes Paulus
II kepada umat lansia dapat memberikan sumbangan yang berharga, terutama dalam
memberikan katekese bagi kaum lansia yang selama ini masih dipandang sebelah
mata.
Pemahaman yang komprehensif mengenai kaum lansia sangat diperlukan
sebelum menyusun dan menyiapkan model katekese yang paling sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
kebutuhan kaum lansia. Proses menua atau aging merupakan proses alami semua
mahluk hidup. Siapapun manusia yang ada di dunia ini hampir dapat dapat dipastikan
akan mengalami menjadi kaum lansia. Kenyataan ini perlu disadari oleh semua orang,
terutama oleh semua umat Kristiani yang terlibat secara khusus dalam mendampingi
dan membina iman umat. Apalagi memahami kaum lansia bukanlah hal yang
sederhana. Misalnya saja soal penetapan kategori usia lansia yang mengalami
perbedaan antara negara maju dan negara berkembang. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan angka harapan hidup yang lebih tinggi di negara maju dari pada di negara
berkembang. Singkatnya pemahaman yang cukup lengkap mengenai kaum lansia
dapat menjadi jembatan untuk mengenal kaum lansia secara mendalam, sehingga
dapat menjadi titik tolak atau pijakan untuk memulai pendampingan atau pembinaan
iman kepada kaum lansia.
Perhatian kepada kaum lansia dalam Gereja Katolik telah ditunjukkan secara
khusus oleh Paus Yohanes Paulus II melalui suratnya kepada umat lansia. Surat ini
memuat ungkapan atau sapaan personal Paus Yohanes Paulus II kepada umat lansia.
Dalam suratnya, beliau memberikan dukungan rohani kepada kaum lansia. Surat ini
sekaligus dapat menjadi tuntunan atau panduan bagi kaum lansia untuk menghayati
hidupnya dengan penuh syukur dan tidak perlu takut dengan usia tua sembari
mengevaluasi diri berdasarkan pengalaman hidup yang telah berlalu. Paus Yohanes
Paulus II juga memberikan penghargaan yang besar terhadap hidup, bukan karena
produktifitas kerja dan lain-lain, melainkan karena martabat kehidupan itu sendiri.
Hal ini sekaligus ingin meruntuhkan stigma negatif yang selama ini disematkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
masyarakat tentang kaum lansia yang dipandang sebagai beban dan tidak dapat lagi
memberi manfaat. Justru melalui kaum lansia inilah menurut Paus Yohanes Paulus II,
umat beriman dapat menimba kekayaan rohani kaum lansia sebagai sumber inspirasi
atau teladan.
Salah satu model katekese yang penulis tawarkan untuk menggali kekayaan
pengalaman iman kaum lansia adalah Shared Christian Praxis (SCP). Pemilihan
model katekese SCP berdasarkan pertimbangan penulis bahwa model ini memberikan
ruang yang luas kepada peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidup mereka
masing-masing serta sesuai dengan yang diharapkan dalam Surat Paus Yohanes
Paulus II kepada umat lansia, yaitu mengenai pentingnya mengevauasi diri dan
menggali kekayaan pengalaman yang dimiliki oleh kaum lansia. Melalui katekese
model SCP ini diharapkan kaum lansia dapat semakin menyadari bahwa pada usia tua
mereka, Allah tetap memberikan karunia bagi mereka untuk bertumbuh menuju
kematangan jasmani dan rohani, serta tetap mampu memberikan kesaksian iman
kepada orang-orang di sekitar melalui sikap dan tindakan mereka.
B. Saran
Berikut ini beberapa saran bagi para katekis, dewan pastoral paroki dan seluruh
umat berkaitan dengan pengembangan katekese bagi kaum lansia berdasarkan surat
Paus Yohanes Paulus II kepada umat lansia:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
1. Para Katekis
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki keterbatasan dan
kekurangan. Dalam pengembangan katekese bagi kaum lansia, penulis hanya
memilih satu model katekese, yaitu SCP. Masih terdapat model katekese lain,
seperti model biblis, model campuran, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
penulis menyarankan kepada para katekis yang turut terlibat dalam karya
pelayanan umat untuk mendalami dan menggunakan berbagai macam katekese
bagi kaum lansia sesuai situasi dan kondisi setempat dengan tetap
mempertahankan sumber inspirasi dari Surat Paus Yohanes Paulus II kepada
umat lansia.
2. Dewan Pastoral Paroki
Dewan pastoral paroki khususnya Bidang Pewartaan perlu menyiapkan tema
dan materi yang dapat digunakan untuk memberikan pendampingan atau
katekese yang berkelanjutan kepada kaum lansia.
3. Seluruh Umat
Seluruh umat dapat menggunakan model katekese SCP yang terinspirasi dari
Surat Paus Yohanes Paulus II kepada umat lansia yang telah penulis susun. Model
katekese ini dapat digunakan atau dimanfaatkan dalam memberikan pelayanan
katekese bagi kaum lansia. Penggunaan model katekese SCP yang telah penulis susun
tetap harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing kaum lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Oleh karena itu, beberapa modifikasi dari model SCP yang telah penulis susun sangat
disarankan. Dengan demikian, katekese tersebut sungguh dapat menjawab dan
memenuhi kerinduan kaum lansia di setiap wilayah yang ada, terutama dalam
wilayah Gerejawi Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Daftar Pustaka
Agist Triatno, F.X. “Pengertian, Dasar dan Prinsip-Prinsip Katekese”.
http://www.imankatolik.or.id/pengertian-dasar-dan-prinsip-katekese.html.
Diakses pada 15 Februari 2017.
Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014. Jakarta.
Banyu Dewa Harya Sigit, Petrus. (2016). “Sumbangan Psikologis dan Ilmu
Pendidikan Bagi Ilmu Katekese: Sebuah Tanggapan”. Dalam C. Putranta, I.L.
Madya Utama, B. Agus Rukiyanto, F.X. Dapiyanta. Ilmu Kateketik dan
Identitasnya. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. Hlm. 31.
Bock, Wolfgang. (2007). Usia Lanjut yang Berahmat dan Berdaya Pikat: Penuntun
menikmati karunia dan menghayati karya di usia lanjut. Jakarta: Obor.
Dewan Karya Pastoral KAS. (2014) Formatio Iman Berjenjang. Yogyakarta:
Kanisus.
Dewan Kepausan untuk Kaum Awam. (2015). The Dignity of The Older People and
Their Mission in the Church and in the World, (A. Widyamartaya, Penerjemah)
Yogyakarta: Kanisius (Dokumen asli diterbitkan tahun 1998).
Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese.
(FX. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Puskat (Buku asli
diterbitkan tahun 1990).
Groome, Thomas H. (2010). Christian Religious Education – Pendidikan Agama
Kristen. (Daniel Stefanus, Penerjemah). Jakarta: (Buku asli diterbitkan tahun
1980).
Huber, Th. (1979). Arah Katekese di Indonesia? Yogyakarta: Kanisius.
____. (1993). Arah Katekese Gereja Indonesia. Malang: Dioma.
Madah Liturgi. https://madahliturgi.wordpress.com/2013/08/19/nderek-gusti. Diakses
pada 26 Juni 2017.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Madya Utama, I.L dan Matheus Purwatma. (2015). Setelah Setengah Abad, ke Mana
Kita Melangkah? Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 376.
Maramis, W.F dan Piet Go. (1993) Siap Menjadi Tua. Malang: Dioma.
Maurus, J. (2007). Bahagia di Hari Tua. Yogyakarta: Trubadur.
Nara Yuuki. “Disaat Daku Tua”. http://hshn.weebly.com/berita/puisi-orang-tua-di-
saat-daku-tua. Diakses pada 14 juli 2017.
NN. ”Impuls”. https://systembiosaraf.wordpress.com/2010/04/11. Diakses pada 26
Juni 2017.
NN. ”Neurosis”. https://id.wikipedia.org/wiki. Diakses pada 26 Juni 2017.
NN. ”Sakjege Aku Ndherek Gusti”. http://kandangjago.web.id/lirik-lagu-paduan-
suara. Diakses pada 26 Juni 2017.
NN. “Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia”. www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/45/438.bpkp. Diakses pada
17 Juli 2017.
Nouwen, H.J.M., dan Gaffney, W.J. (1989). Meniti Roda Kehidupan. (I. Suharyo,
Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius. (Buku asli diterbitkan tahun 1976).
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Papo, Yakob. (1987). Memahami Katekese. Ende: Arnoldus.
Purnawati Olsson. “Cerita Rakyat dari Swedia”.
http://www.goodreads.com/book/show/13076119. Diakses pada 14 Juli 2017.
Rukiyanto, B.A. (2012). “Katekese di Tengah Arus Globalisasi”. Dalam B.A
Rukiyanto (Ed.). Pewartaan di Zaman Global. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 59.
Siti Partini Suardiman. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Suhargo Prayitno. (1999). “Penduduk Lanjut Usia: Tinjauan Teori, Masalah dan
Implikasi Kebijakan”. Dalam Judul Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. Vol.
12. No.4. Hlm. 45-50.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Sumarno Darmasuwarna, M. (2016). ”Program Pengalaman Lapangan Pendidikan
Agama Katolik Paroki”. Diktat Mata Kuliah Mahasiswa Semester VI. Fakultas
Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Suparno, Paul. (2012) . “Menjadi Tua dan Bahagia”. Rohani. No. 11, hlm. 25-28.
Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik-Hakikat, Metode, dan Peserta
Katekese Gereja. Jakarta: Obor.
Triana Primalia Irawati. ” Penyakit Degeneratif”.
http://www.kerjanya.net/faq/6648/html. Diakses pada 14 Juli 2017.
Maramis, W.F. (1993). “Makin Bijaksana dalam Usia Lanjut”. Dalam Piet Go (Ed.).
Siap Menjadi Tua. Malang: Dioma. Hlm. 1-81.
Wignyasumarta, Ig. (2013). Upaya Hidup Bahagia di Usia Senja. Yogyakarta:
Kanisius.
Yohanes Paulus II. (2014). Letter to the Elderly. (R. Hardawirjana, Penerjemah).
Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1999).
____. (2016). Catechesi Tradendae. (R. Hardawirjana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen
KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979).
Zahnweh, P. (2007). “Persiapan Masuk Hari Tua”. Rohani. No. 6. Hlm. 8-11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1
Ndherek Gusti
Bait 1:
Yen atimu kroso ora tentrem awan bengi ora biso merem
Aja nganti kowe njur salah dalan bingung pikiran lunga saparan-paran
Raja brana ra marakke ayem pangkat mulyo ra ndadekke tentrem
Ngelingana donyane kebak godha sapa lena uripe bakal cilaka
Reff,
Ndherek Gusti Yesus ati ayem dalan padhang pikiran dadi tenang
Ndherek Gusti Yesus ati tentrem sapa wonge sing ngandel lan pracaya
Bait 2:
Ndherek Gusti Yesus ati ayem dalan padhang pikiran dadi tenang
Ndherek Gusti Yesus ati tentrem sapa wonge sing ngandel lan percaya
Kembali ke Reff.
Sumber: NN, Ndherek Gusti, https://madahliturgi.wordpress.com, diakses pada 26
Juni 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2
Hikayat dari Swedia
"Apa itu hidup?'
Pada suatu hari yang cerah ada ketenangan di tengah hutan. Burung-burung
memasukkan paruhnya di bawah bulu-bulunya. Segalanya sedang istirahat di
siang yang panas. Burung Cendrawasih yang memecah keheningan dengan
bertanya
"Apa itu hidup?"
Semua burung dan binatang lain terpekur-terperana dan mulai memikirkan
jawaban atas pertanyaan begitu singkat, lagi sulit itu. Setangkai bunga mawar
merah sedang memekarkan kuntumnya, membuka daun demi daun yang indah
dan harum . Lalu ia menjawab...
"Hidup itu ibarat pertumbuhan".
Lain sekali si kupu-kupu. Dengan riang gembira ia terbang dari bunga ke
bunga sambil mengisap di sana situ, lalu berkata...
"Hidup itu serba enak dan nikmat".
Dengan susah payah berjalanlah seekor semut di atas tanah hutan itu. Ia
sedang memikul sehelai rumput kering dan berkata...
"Hidup hanyalah jerih payah dan kerja keras".
Hampir saja terjadi pertengkaran di antara mereka, kalau di saat itu tidak
turun hujan rintik-rintik. Lalu gerimis itu berkata...
"Hidup itu kesegaran dalam tetes-tetes air".
Jauh di atas mereka terbanglah seekor rajawali yang berputar-putar penuh
keanggunan. Ia berkata...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
"Usaha naik semakin tinggi".
Kemudian, tibalah malam hari. Seorang pejalan kaki sedang lewat di tempat
itu dari sebuah perjamuan meriah. Sambil menggeleng-gelengkan kepala ia
bergumam...
"Hidup itu ibarat kebahagiaan tercampur kekecewaan".
Sesudah malam panjang lewat, muncullah fajar di ufuk timur, sambil
berbisik... "Akulah awal hari baru. Hidup di dunia ini menjadi permulaan hidup
kekal".
Sumber: Purnawati Olsson, "Cerita Rakyat dari Swedia",
http:/www.goodreads.com/book/show?1307119, diakses pada 14 Juli 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
Lampiran 3
Injil Markus 4:26-34
(Perumpamaan tentang benih yang tumbuh)
4:26 Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang
menaburkan benih di tanah,
4:27 lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu
mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak
diketahui orang itu.
4:28 Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu
bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.
4:29 Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab
musim menuai sudah tiba.
4:30 Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan. Kerajaan Allah
itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya?
4:31 Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang
biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi.
4:32 Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada
segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga
burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya."
4:33 Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman
kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka,
4:34 dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada
murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
Lampiran 4
Di Saat Daku Tua
Di saat daku tua, bukan lagi diriku yang dulu.
Maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku.
Di saat daku menumpahkan kuah sayuran di bajuku. Di saat daku tidak lagi
mengingat cara mengikatkan tali sepatu.
Ingatlah saat-saat bagaimana daku mengajarimu, membimbingmu untuk
melakukannya.
Di saat saya dengan pikunnya mengulang terus menerus ucapan yang
membosankanmu,
Bersabarlah mendengarkanku, jangan memotong ucapanku.
Di masa kecilmu, daku harus mengulang dan mengulang terus sebuah
cerita yang telah saya ceritakan ribuan kali hingga dirimu terbuai dalam
mimpi.
Di saat saya membutuhkanmu untuk memandikanku, janganlah
menyalahkanku.
Ingatkah di masa kecilmu, bagaimana daku dengan berbagai cara membujukmu
untuk mandi?
Di saat saya kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern,
janganlah mentertawaiku.
Renungkanlah bagaimana daku dengan sabarnya menjawab setiap pertanyaan
yang engkau ajukan di saat itu.
Di saat kedua kakiku terlalu lemah untuk berjalan,
Ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku.
Bagaikan di masa kecilmu daku menuntunmu melangkahkan kaki untuk
belajar berjalan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
Di saat daku melupakan topik pembicaraan kita,
berilah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya.
Sebenarnya, topik pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku, asalkan
engkau berada di sisiku untuk mendengarkanku, daku telah bahagia.
Di saat engkau melihat diriku menua, janganlah bersedih.
Maklumilah diriku, dukunglah daku, bagaikan daku terhadapmu di saat engkau
mulai belajar tentang kehidupan.
Dulu daku menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini, kini temanilah daku
hingga akhir jalan hidupku.
Berilah daku cinta kasih dan kesabaranmu.
Daku akan menerimanya dengan senyuman penuh syukur.
Di dalam senyumku ini, tertanam kasihku yang tak terhingga padamu.
Sumber: Nara Yuuki,"Di Saat Daku Tua, http:/hshn.weebly.com/berita/puisi-
orang-tua, diakses pada 14 Juli 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
Lampiran 5
Sakjege Aku Ndherek Guti
Sakjeke aku nderek gusti,
uripku tansah diberkahi.
Atiku ayem tentrem, atiku ayem tentrem,
kabeh iku Gusti Yesus sing maringi.
Reff
Matur nuwun, matur nuwun.
Matur nuwun Gusti Yesus, kulo matur nuwun.
Matur nuwun, matur nuwun.
Matur nuwun Gusti Yesus, kulo matur nuwun.
Sumber: http://kandangjago.web.id/lirik-lagu-paduan-suara/sakjege-aku-ndherek-
gusti, diakses pada 26 Juni 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI