katara k
DESCRIPTION
mataTRANSCRIPT
7/15/2019 Katara k
http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 1/14
REFERAT
KATARAK
Penyusun:
Victor M. Putera C1103209
Heka Priyamurti C1103212
Jetty Kalembang C1103214
Pembimbing:
Kautsar Boesoirie, dr., SpM
Bambang Setioadjie, dr., SpM
LO:
Helen, dr.
Bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung
2006
7/15/2019 Katara k
http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 2/14
I. PENDAHULUAN
Katarak adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan
adanya kekeruhan atau perubahan warna dari lensa mata yang menyebabkan lensa
tersebut tidak tembus cahaya. Katarak sering dikaitkan dengan faktor usia tua
walaupun katarak sendiri dapat ditemukan pada kelainan kongenital. Selain itu,
katarak juga sering berhubungan dengan adanya riwayat trauma pada mata,
kelainan metabolik tubuh, proses inflamasi, kekurangan nutrisi dan penggunaan
obat-obatan dalam jangka waktu lama terutama golongan kortikosteroid.
Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata
Lensa mata berfungsi untuk memfokuskan bayangan jelas pada retina.
Lensa mata ini disanggah oleh zonula zinii yang berasal dari badan siliar. Bagian
anterior berbatasan dengan pupil dan iris dan bagian posterior berbatasan dengan
vitreous. Lensa mata tidak memiliki vaskularisasi ataupun innervasi. Nutrisi lensa
mata didapatkan dari cairan aqueous dan vitreous.
Dari lensa mata sendiri dapat dibagi menjadi beberapa lapisan, antara lain:
1. Kapsul lensa
2. Epitel
3. Korteks
4. Korteks Epinuklear
5. Nukleus
Kekuatan lensa mata adalah +18 Dioptri dan dengan proses akomodasi
dapat meningkatkan kekuatan lensa tersebut. Sedangkan proses akomodasi adalah
suatu proses kontraksi otot siliar sebagai akibat dari peregangan zonula zinii,
sehingga kecembungan lensa mata dapat berubah sesuai dengan dayaelastisitasnya. Iris juga berperan dalam mengatur jumlah cahaya yang masuk
dengan mengatur ukuran pupil. Di samping itu, iris juga berperan melindungi
bagian perifer lensa mata supaya tidak terjadi aberasi.
7/15/2019 Katara k
http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 3/14
Gambar 1. Anatomi Lensa Mata
Lensa mata yang normal akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup.
Sel epitelnya terus menerus memproduksi jaringan ikat baru pada daerah kortikal
lensa mata. Kondisi ini akan menambah ukuran, berat dan kepadatan lensa mata
secara perlahan-lahan. Lensa yang normal mengandung 35% protein. Protein ini
bersifat tidak larut dan bertambahnya persentasi protein ini sejalan dengan
bertambahnya usia.
II. DEFINISI KATARAK
Katarak adalah suatu kekeruhan pada lensa mata atau lensa mata yang
kehilangan transparansi dan menyebabkan gangguan penglihatan ataupun
penurunan ketajaman penglihatan.
III. PATOFISIOLOGI KATARAK Katarak bisa terbentuk pada janin selama organogenesis. Penyebab
biasanya infeksi-infeksi pada ibu dalam masa awal kehamilan. Terbentuknya
lensa adalah minggu kelima, kedelapan masa kehamilan. Karena pada masa ini
belum terbentuk kapsul pelindung, maka virus bisa masuk langsung ke dalam
jaringan lensa.
Metabolisme Katarak
7/15/2019 Katara k
http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 4/14
Telah diketahui lensa terbentuk dari unsur-unsur asam amino, protein dan
derivatnya yang secara konstan berasal dari serum melalui aquos yang merupakan
proses yang berlangsung sangat essensial yang memakai fosfat energi tinggi
(ATP) dan enzim aktif dari mikrosom. Perubahan biokimia pada kataraktogenesis
sebagian besar ditentukan oleh protein dan hanya sebagian kecil saja oleh
karbohidrat dan lemak. Dengan bertambahnya umur, cepat atau lambat, akan
terjadi penurunan total protein dibandingkan dengan lensa yang jernih pada umur
sama. Pada pembentukan katarak terjadi agregasi protein dan proteolisis pada
protein yang larut, penambahan hasil protein tak larut, oksidasi grup sulfihidril,
menghasilkan non-disulfida kovalen dari hubungan silang di antara polipeptida,
peningkatan pigmen nukleus dan menghasilkan fluoresensi biru yang bersifat
triptofan. Proses ini terjadi di nukleus, korteks dan subkapsular posterior.
Perubahan ini sejalan dengan melibatkan mekanisme lain pada masing-masing
bagian.
Proses transpor aktif pada katarak
Karena seluruh aktivitas metabolik lensa tergantung pada pertukaran ion
melalui kapsul lensa, perubahan permeabilitas kapsul lensa dianggap berhubungan
dengan etiologi katarak. Ruptur pada lensa dapat menyebabkan terjadinya katarak
traumatika. Pada orang tua, kekeruhan lensa berhubungan dengan penurunan
permeabilitas kapsul lensa, beberapa mendukung adanya observasi bahwa
terjadinya pengeluaran substansi difus yang larut dari kapsul lensa. Kapsul lensa
bertindak sebagai membran yang inert di mana permeable terhadap molekul kecil
dan impermeable terhadap molekul besar.
Telah diketahui bahwa molekul kecil melewati kapsul lensa secara difusisederhana tergantung dari perbedaan konsentrasi di dalam tumor akuos dalam
lensa, tetapi kenyataannya terjadi pemasukan kation, glukosa, fosfat dan asam
amino yang berlebihan melalui transpor aktif. Mekanisme ini terjadi juga pada
epitel subkapsuler diikuti oleh epitel permukaan posterior serabut retikuler yang
mempunyai aktivitas sedikit berkurang dari epitel anterior. Kegagalan mekanisme
ini dalam menyeimbangkan kation antara lensa dan humor aquos menyebabkan
terjadinya katarak.
7/15/2019 Katara k
http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 5/14
Ada sumber lain yang menyebutkan katarak dapat terjadi oleh karena dua
proses utama, yaitu:
1. Hidrasi
• Suatu mekanisme kegagalan dalam pemompaan cairan
lensa secara aktif
• Terjadi kebocoran antara kapsul anterior dan posterior lensa
mata
• Tekanan osmotic lensa mata yang meningkat
2. Sklerosis
Proses sklerosis belum diketahui secara pasti, diduga terjadi karena adanya
proses pada nukleus dan korteks. Proses pada nukleus oleh karena serabut-
serabut yang terbentuk lebih dahulu, selalu terdorong ke arah tengah, maka
serabut-serabut lensa pada bagian tengah menjadi lebih padat (nukleus),
mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium dan sklerosis. Pada nukleus
ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi
lebih hipermetrop. Lama kelamaan nukleus lensa yang pada mulanya
berwarna putih menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan
kemudian menjadi kehitaman. Karena itulah dinamakan katarak brunesen
atau katarak nigra.
Sedangkan proses pada korteks terjadi pembentukan celah-celah di
antara serabut-serabut lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan
membengkak, menjadi lebih miop. Sehubungan dengan terjadinya
perubahan refraksi ke arah miopia pada katarak kortikal, penderita seolah-
olah mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang
bertambah.
IV. KLASIFIKASI KATARAK
Klasifikasi katarak didasarkan pada beberapa hal, antara lain:
• Etiologi
• Morfologi
• Stadium maturitas
7/15/2019 Katara k
http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 6/14
• Kronologis
1. Klasifikasi katarak berdasarkan etiologi dapat dibagi menjadi:
a. Katarak senilis
b. Katarak traumatika :
Penetrating
Concussion (Rosette Cataract)
Radiasi sinar infra merah
Electrocution
Radiasi ionik
c. Katarak metabolik :
Diabetes (Snow Storm Cataract)
Hipoglikemia
Galaktosemia (Oil Drop Cataract)
Defisiensi galaktokinase
Mannosidosis
Fabry’s disease
Lowe’s syndrome
Wilson’s disease (Sunflower Cataract)
Hipokalsemia
d. Toksik dan Drug Induced Katarak :
Kortikosteroids
Chlorpromazine
Miotics
Busulphan
Emas
Amiodarone
e. Katarak Komplikata
Katarak akibat uveitis anterior
Katarak akibat gangguan retina dan vitreoretinal herediter
7/15/2019 Katara k
http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 7/14
Katarak akibat miopia tinggi
Katarak akibat glaukoma flikten
Katarak akibat neoplasia intraokuler
f. Katarak akibat faktor dari maternal
Rubella
Toksoplasmosis
Cytomegalovirus
Konsumsi obat thalidomid
Konsumsi obat kortikosteroidg. Katarak Presenilis
Distrofi miotonik
Dermatitis atopik
Defisiensi GPUT dan enzim
h. Sindroma dengan katarak
Down’s syndrome
Werner’s syndrome
Rothmund’s syndrome
Lowe’s syndrome
i. Herediter
j. Katarak sekunder
Posterior capsular opacification (PCO)
2. Klasifikasi katarak menurut morfologi, antara lain:
a. Katarak polaris anterior
Katarak ini dapat sporadik atau familiar. Diduga pada kehidupan janin
terjadi uveitis anterior sesuai dengan kelainannya yang terletak pada polus
anterior.
b. Katarak polaris posterior
7/15/2019 Katara k
http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 8/14
Katarak ini juga dapat sporadik atau familial, merupakan bentuk
kongenital dari kekeruhan kapsuler. Kelainannya berbentuk putih kecil
dan bulat yang terletak pada polus posterior.
c. Katarak Subkapsuler
Katarak subkapsuler ini dapat dibagi menjadi katarak subkapsuler anterior
(Cupuliforme) dan katarak subkapsuler posterior.
d. Katarak zonularis
Katarak zonularis adalah adanya kekeruhan dari sebagian area atau
zona jaringan lensa, sedangkan bagian lain masih jernih, kadang bisa
mengenai kedua mata. Kekeruhan menyerupai cakram berwarna abu-abu
pada korteks di luar nukleus, yang terpisah dari nukleus oleh lapisan jernih
korteks dan oelh korteks yang jernih di antara bagian yang keruh dan yang
jernih kapsul lensa.
Pada pemeriksaan sinar yang menyamping pupil dalam keadaan
lebar, maka akan tampak kekeruhan berbentuk cakram yang dikelilingi
oleh substansia lensa yang jernih.
Katarak jenis ini dapat berupa nulear dan lamelar. Katarak
nuklearis sering dijumpai bilateral dan gangguan lebih buruk dibandingkan
dengan tipe zonularis yang lain. Sifat penurunannya dapat autosomal
dominan, resesif atau X-linked. Sedangkan katarak lamelar paling banyak
dijumpai pada katarak infantil, kekeruhan lensanya pada tepi mengelilingi
bagian nukleus yang jernih. Bentuk lamelar ini dapat dijumpai pada
katarak kongenital akibat rubella, akibat hipoglikemia dan hipokalsemia,
akibat kelainan saraf sentral dan akibat radiasi.e. Katarak totalis
Katarak totalis alah semua katarak yang kekeruhannya pada seluruh lensa
atau hampir seluruhnya atau katarak yang kekeruhannya tidak rata, tetapi
kemudian cepat rata selama satu tahun pertama kehidupan. Ini khas
dijumpai pada galaktosemia.
f. Katarak membranosa
7/15/2019 Katara k
http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 9/14
Katarak ini berbentuk tipis, sangat keruh, kadang-kadang berisi jaringan
ikat. Dapat dijumpai secara kongenital atau berkembang dari katarak
totalis dan kebanyakan unilateral.
g. Katarak aksialis
Pada katarak ini, kekeruhan terletak pada axis dari lensa. Keluhan dan
tindakan sama dengan katarak polaris anterior.
h. Katarak Stelata (Katarak Sutura)
Pada katarak ini, kekeruhan terjadi sutura, di mana serat dari substansia
lentis bertemu yang merupakan huruf Y tegak di depan dan huruf Y
terbalik di belakang. Biasanya tidak mengganggu visus, sehingga tidak
memerulan pengobatan.
3. Katarak menurut stadium maturitas dibagi menjadi 4 stadium :
a. Stadium Insipien
Merupakan stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan
visus. Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5 – 5/6. kekeruhan terutama
terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji ( jari-jari
roda), terutama mengenai korteks anterior, sedang aksis relative masih
jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel, yang nyata bila pupil
dilebarkan. Pada stadium yang lanjut, gambaran baji dapat dilihat pada
pupil yang normal.
b. Stadium Imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh bagian lensa. Kekeruhan itu terutamaterdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa sehingga
sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi
sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil, ada daereah yang terang
sebagai refleks pemantulan cahaya pada bagian lensa yang keruh dan
daerah yang gelap akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh.
Keadaan ini disebut shadow test (+). Pada stadium ini terjadi hidrasi
korteks yang mengakibatkan lensa menjadi cembung, sehingga indeks
7/15/2019 Katara k
http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 10/14
refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi
myopia. Keadaan ini dinamakan intumesensi.
c. Stadium Matur
Terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran normal kembali
sehingga bilik depan normal kembali. Pada stadium ini lensa telah menjadi
keruh seluruhnya sehingga semua sinar yang melalui pupil dipantulkan
kembali dipermukaan anterior lensa. Tidak ada bayangan iris. Shadow test
(-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara.
d. Stadium hipermatur
Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga
nucleus lensa turun oleh daya beratnya kebawah. Melalui pupil, pada
daerah yang keruh, nucleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran
dibagian bawah, dengan warna yang lain, daripada bagian yang diatasnya
yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa,
yang menjadi lebih permeable, sehingga isi korteks yang cair menjadi
keluar dan lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nucleus lensa
dan disebut sebagai katarak Morgagni.
4. Klasifikasi katarak berdasarkan kronologis, antara lain:
a. Congenital : sejak lahir
b. Infantile : usia 0 – 1 tahun
c. Juvenile : usia 1 sampai 13 tahun
d. Presenile : usia 13 sampai 35 tahun
e. Senile : usia 35 tahun ke atas
V. DETEKSI DAN PEMERIKSAAN KATARAK DENGAN ALAT
SEDERHANA
Penatalaksanaan katarak didasarakan oleh informasi-informasi yang
didapat dari pemeriksaan pasien dan mempertimbangkan beberapa faktor yang
mungkin terkait. Tiap-tiap pasien memiliki situasi yang berbeda dengan
kataraknya. Evaluasi pasien katarak dibuat untuk mendapatkan informasi di
bawah ini:
7/15/2019 Katara k
http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 11/14
Hubungan antara kekeruhan lensa dengan derajat penurunan
penglihatan
Perlukah tindakan operasi untuk kataraknya
Tingkat kesehatan mata, bila operasi jadi dilakukan dan diharapkan
tanpa komplikasi setelah operasi dilakukan
Penyebab katarak yang diderita (primer atau dari penyakit
sistemik)
Diagnosis katarak didasarkan oleh anamnesis, pemeriksaan fisik yang menyeluruh
dan bila mungkin dengan pemeriksaan penunjang yang lebih baik untuk
mendapatkan diagnosis tepat. Diagnosis yang tepat akan menghasilkan
manajemen yang tepat pula. Anamnesis katarak meliputi gejala-gejala yang
timbul pada penglihatan pasien.
Gejala-gejala tersebut antara lain adalah:
Penurunan visus yang progresif baik dekat maupun jauh yang tidak dapat
dikoreksi dengan kacamata. Biasanya penglihatan pasien seperti berkabut
atau seperti melihat asap.
Fotofobia
Hilang atau berkurangnya ketergantungan pasien pada penggunaan
kacamata. Pasien-pasien presbiopia sering mendapatkan bahwa penglihatan
dekatnya membaik. Ini berhubungan dengan membesarnya lensa sehingga
meningkatkan kekuatan lensa.
Diplopia monookular
Pada pemeriksaan fisik, pasien katarak harus diperiksa secara menyeluruh.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mencari penyebab sistemik yang mungkin ada
dan penyulit-penyulit untuk melakukan tindakan operasi. Pemeriksaan okular
dapat digunakan lampu senter. Pemeriksaan dengan inspeksi, yang dinilai adalah:
Muscle ballance
Gerak bola mata
Adakah kelainan pada kelopak (infeksi, anatomi, paresis)
Konjungtiva
Keadaan kornea (adakah infeksi, kekeruhan)
7/15/2019 Katara k
http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 12/14
COA
Pupil
Iris
Lensa (kekeruhan, shadow test )
VI. TERAPI KATARAK
Dahulu, terapi katarak masih mengenal terapi konservatif dengan
menggunakan siklopegik, terutama pada katarak sentral karena masih ada bagian
perifer lensa yang masih jernih. Diharapkan dengan pemberian midriatika ini
dapat memperoleh visus yang lebih baik. Efek samping dari midriatika ini adalah
fotofobia dan terdapat paralisa akomodasi, namun menurut Saul Merlin terapi
konservatif seperti ini sudah ditinggalkan.
Prinsip terapi katarak adalah untuk mendapatkan visus yang lebih baik.
Hal ini didapatkan dengan melakukan pembedahan pada lensa yang keruh. Pada
dua dekade ini teknik pembedahan katarak semakin maju dengan
diperkenalkannya mikroskop operasi, instrumen, benang jahit yang lebih baik, dan
meningkatnya mutu lensa intraokuler. Dalam bedah katarak, lensa diangkat dari
mata dengan prosedur intra atau ekstra kapsuler, dan sekarang dengan metode
fakoemulsifikasi. Indikasi bedah katarak adalah indikasi optik (ketajaman visus),
indikasi medis (katarak hipermatur, glaukoma, uveitis, ablasio retina, dislokasio
lensa, retinopati diabetik), dan indikasi kosmetik.
Ekstraksi intrakapsuler adalah mengangkat lensa in toto, yakni di dalam
kapsulnya, melalui insisi limbus superior antara 140° sampai 160°. Teknik ini
kontrra indikasi pada pasien berusia di bawah 40 tahun karena masih mempunyai
membran hyaloidea. Pada ekstraksi ekstrakapsular juga dilakukan insisi limbus
superior; bagian anterior kapsul dipotong dan diangkat; nukleus diekstraksi; dan
korteks lensa diirigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga menyisakan kapsul
posterior.
Beberapa pasien mengalami kekeruhan sekunder di kapsul posterior dan
memerlukan disisi dengan laser neodymium:YAG. Penggunaan laser ini non-
invasif. Denyut-denyut energi laser akan menyebabkan ”ledakan-ledakan” kecil
7/15/2019 Katara k
http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 13/14
pada jaringan target, sehingga menimbulkan sebuah lubang kecil di kapsula
posterior di sumbu pupil.
Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah
teknik ekstrakapsular dengan menggunakan getaran ultrasonik untuk mengangkat
nukleus dan korteks lensa melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga
mempermudah penyembuhan luka pasca operasi. Teknik ini bermanfaat pada
katarak kongenital, katarak traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Teknik ini
kurang efektif pada katarak senilis yang padat dan timbulnya kesulitan untuk
memasukkan lensa intraokuler karena insisi yang kecil, walaupun sekarang lebih
sering digunakan lensa intraokuler yang fleksibel, sehingga dapat dimasukkan
kedalam mata walaupun dengan insisi kecil.
Komplikasi yang mungkin timbul bila dilakukan operasi adalah
komplikasi yang timbul saat operasi, komplikasi dini dan komplikasi lambat.
Komplikasi yang timbul saat operasi antara lain adalah perdarahan intra okuler,
perdarahan vitreus, perdarahan koroid, perdarahan COA, vitreus loss, iris
terpotong, dan kapsula pecah. Komplikasi dini terjadi 1-3 hari post-op, antara lain
adalah luka operasi terbuka, prolapsus iris, prolapsus vitreus, hypopyon, dan
endoftalmitis. Komplikasi lambat terjadi > 3 hari post-op, antara lain adalah
keratopati bulosa, malposisi IOL, edema makula, ablasio retina, uveitis, glaukoma
(sudut tertutup maupun sudut terbuka). Pada teknik ekstraksi ekstrakapsular, dapat
terjadi katarak-ikutan karena kekeruhan pada kapsula posterior.
VII. PERAWATAN PASCA OPERASI KATARAK
Jika digunakan teknik insisi-kecil, masa penyembuhan biasanya lebih
pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari operasi itu juga, tetapidianjurkan untuk bergerak hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat
benda berat sekitar satu bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari, tetapi
jika mata terasa nyaman balutan dapat dibuka pada hari pertama post-op dan mata
dilindungi dengan kacamata atau dengan pelindung seharian. Bersihkan mata
setiap hari dan berikan antibiotik topikal setiap 4-6 jam selama 4-6 minggu.
7/15/2019 Katara k
http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 14/14
Follow-up pasien post-op katarak adalah melihat kemajuan ketajaman
visus, keadaan luka operasi, kekeruhan kornea, kedalaman COA, keadaan pupil,
lensa intraokuler, kapsula posterior dan besar tekanan intra okuler.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy Of Ophtalmology. BASIC AND CLINICAL
SCIENCE COURSE. Section 11, Lens and Cataract. San Fransisco: AAO;
2003-2004
2. American Academy Of Ophtalmology. BASIC AND CLINICAL
SCIENCE COURSE. Section 2,Fundamentals and Principles of
Ophtalmology. San Fransisco: AAO; 1995-1996
3. Guyton, A.C. , Hall J.E, editor. Text Book of Medical Phisiology.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1999
4. ___________. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998
5. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 1998.