katara k

14
REFERAT KATARAK Penyusun: Victor M. Putera C1103209 Heka Priyamurti C1103212 Jetty Kalembang C1103214 Pembimbing: Kautsar Boesoirie, dr., SpM Bambang Setioadjie, dr., SpM LO: Helen, dr. Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjara n Bandung 2006

Upload: zoe-rina

Post on 30-Oct-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mata

TRANSCRIPT

7/15/2019 Katara k

http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 1/14

REFERAT

KATARAK 

Penyusun:

Victor M. Putera C1103209

Heka Priyamurti C1103212

Jetty Kalembang C1103214

Pembimbing:

Kautsar Boesoirie, dr., SpM

Bambang Setioadjie, dr., SpM

LO:

Helen, dr.

Bagian Ilmu Kesehatan Mata

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Bandung

2006

7/15/2019 Katara k

http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 2/14

I. PENDAHULUAN

Katarak adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan

adanya kekeruhan atau perubahan warna dari lensa mata yang menyebabkan lensa

tersebut tidak tembus cahaya. Katarak sering dikaitkan dengan faktor usia tua

walaupun katarak sendiri dapat ditemukan pada kelainan kongenital. Selain itu,

katarak juga sering berhubungan dengan adanya riwayat trauma pada mata,

kelainan metabolik tubuh, proses inflamasi, kekurangan nutrisi dan penggunaan

obat-obatan dalam jangka waktu lama terutama golongan kortikosteroid.

Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata

Lensa mata berfungsi untuk memfokuskan bayangan jelas pada retina.

Lensa mata ini disanggah oleh zonula zinii yang berasal dari badan siliar. Bagian

anterior berbatasan dengan pupil dan iris dan bagian posterior berbatasan dengan

vitreous. Lensa mata tidak memiliki vaskularisasi ataupun innervasi. Nutrisi lensa

mata didapatkan dari cairan aqueous dan vitreous.

Dari lensa mata sendiri dapat dibagi menjadi beberapa lapisan, antara lain:

1. Kapsul lensa

2. Epitel

3. Korteks

4. Korteks Epinuklear  

5. Nukleus

Kekuatan lensa mata adalah +18 Dioptri dan dengan proses akomodasi

dapat meningkatkan kekuatan lensa tersebut. Sedangkan proses akomodasi adalah

suatu proses kontraksi otot siliar sebagai akibat dari peregangan zonula zinii,

sehingga kecembungan lensa mata dapat berubah sesuai dengan dayaelastisitasnya. Iris juga berperan dalam mengatur jumlah cahaya yang masuk 

dengan mengatur ukuran pupil. Di samping itu, iris juga berperan melindungi

 bagian perifer lensa mata supaya tidak terjadi aberasi.

7/15/2019 Katara k

http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 3/14

 

Gambar 1. Anatomi Lensa Mata

Lensa mata yang normal akan tumbuh dan berkembang sepanjang hidup.

Sel epitelnya terus menerus memproduksi jaringan ikat baru pada daerah kortikal

lensa mata. Kondisi ini akan menambah ukuran, berat dan kepadatan lensa mata

secara perlahan-lahan. Lensa yang normal mengandung 35% protein. Protein ini

 bersifat tidak larut dan bertambahnya persentasi protein ini sejalan dengan

 bertambahnya usia.

II. DEFINISI KATARAK 

Katarak adalah suatu kekeruhan pada lensa mata atau lensa mata yang

kehilangan transparansi dan menyebabkan gangguan penglihatan ataupun

 penurunan ketajaman penglihatan.

III. PATOFISIOLOGI KATARAK Katarak bisa terbentuk pada janin selama organogenesis. Penyebab

 biasanya infeksi-infeksi pada ibu dalam masa awal kehamilan. Terbentuknya

lensa adalah minggu kelima, kedelapan masa kehamilan. Karena pada masa ini

 belum terbentuk kapsul pelindung, maka virus bisa masuk langsung ke dalam

 jaringan lensa.

Metabolisme Katarak 

7/15/2019 Katara k

http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 4/14

Telah diketahui lensa terbentuk dari unsur-unsur asam amino, protein dan

derivatnya yang secara konstan berasal dari serum melalui aquos yang merupakan

 proses yang berlangsung sangat essensial yang memakai fosfat energi tinggi

(ATP) dan enzim aktif dari mikrosom. Perubahan biokimia pada kataraktogenesis

sebagian besar ditentukan oleh protein dan hanya sebagian kecil saja oleh

karbohidrat dan lemak. Dengan bertambahnya umur, cepat atau lambat, akan

terjadi penurunan total protein dibandingkan dengan lensa yang jernih pada umur 

sama. Pada pembentukan katarak terjadi agregasi protein dan proteolisis pada

 protein yang larut, penambahan hasil protein tak larut, oksidasi grup sulfihidril,

menghasilkan non-disulfida kovalen dari hubungan silang di antara polipeptida,

 peningkatan pigmen nukleus dan menghasilkan fluoresensi biru yang bersifat

triptofan. Proses ini terjadi di nukleus, korteks dan subkapsular posterior.

Perubahan ini sejalan dengan melibatkan mekanisme lain pada masing-masing

 bagian.

Proses transpor aktif pada katarak 

Karena seluruh aktivitas metabolik lensa tergantung pada pertukaran ion

melalui kapsul lensa, perubahan permeabilitas kapsul lensa dianggap berhubungan

dengan etiologi katarak. Ruptur pada lensa dapat menyebabkan terjadinya katarak 

traumatika. Pada orang tua, kekeruhan lensa berhubungan dengan penurunan

 permeabilitas kapsul lensa, beberapa mendukung adanya observasi bahwa

terjadinya pengeluaran substansi difus yang larut dari kapsul lensa. Kapsul lensa

 bertindak sebagai membran yang inert di mana permeable terhadap molekul kecil

dan impermeable terhadap molekul besar.

Telah diketahui bahwa molekul kecil melewati kapsul lensa secara difusisederhana tergantung dari perbedaan konsentrasi di dalam tumor akuos dalam

lensa, tetapi kenyataannya terjadi pemasukan kation, glukosa, fosfat dan asam

amino yang berlebihan melalui transpor aktif. Mekanisme ini terjadi juga pada

epitel subkapsuler diikuti oleh epitel permukaan posterior serabut retikuler yang

mempunyai aktivitas sedikit berkurang dari epitel anterior. Kegagalan mekanisme

ini dalam menyeimbangkan kation antara lensa dan humor aquos menyebabkan

terjadinya katarak.

7/15/2019 Katara k

http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 5/14

Ada sumber lain yang menyebutkan katarak dapat terjadi oleh karena dua

 proses utama, yaitu:

1. Hidrasi

• Suatu mekanisme kegagalan dalam pemompaan cairan

lensa secara aktif 

• Terjadi kebocoran antara kapsul anterior dan posterior lensa

mata

• Tekanan osmotic lensa mata yang meningkat

2. Sklerosis

Proses sklerosis belum diketahui secara pasti, diduga terjadi karena adanya

 proses pada nukleus dan korteks. Proses pada nukleus oleh karena serabut-

serabut yang terbentuk lebih dahulu, selalu terdorong ke arah tengah, maka

serabut-serabut lensa pada bagian tengah menjadi lebih padat (nukleus),

mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium dan sklerosis. Pada nukleus

ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi

lebih hipermetrop. Lama kelamaan nukleus lensa yang pada mulanya

 berwarna putih menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan

kemudian menjadi kehitaman. Karena itulah dinamakan katarak brunesen

atau katarak nigra.

Sedangkan proses pada korteks terjadi pembentukan celah-celah di

antara serabut-serabut lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan

membengkak, menjadi lebih miop. Sehubungan dengan terjadinya

 perubahan refraksi ke arah miopia pada katarak kortikal, penderita seolah-

olah mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang

 bertambah.

IV. KLASIFIKASI KATARAK 

Klasifikasi katarak didasarkan pada beberapa hal, antara lain:

• Etiologi

• Morfologi

• Stadium maturitas

7/15/2019 Katara k

http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 6/14

• Kronologis

1. Klasifikasi katarak berdasarkan etiologi dapat dibagi menjadi:

a. Katarak senilis

 b. Katarak traumatika :

 Penetrating 

Concussion (Rosette Cataract)

Radiasi sinar infra merah

 Electrocution

Radiasi ionik 

c. Katarak metabolik :

Diabetes (Snow Storm Cataract)

Hipoglikemia

Galaktosemia (Oil Drop Cataract)

Defisiensi galaktokinase

Mannosidosis

Fabry’s disease

Lowe’s syndrome

Wilson’s disease (Sunflower Cataract)

Hipokalsemia

d. Toksik dan Drug Induced Katarak :

Kortikosteroids

Chlorpromazine

Miotics

Busulphan

Emas

Amiodarone

e. Katarak Komplikata

Katarak akibat uveitis anterior 

Katarak akibat gangguan retina dan vitreoretinal herediter 

7/15/2019 Katara k

http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 7/14

Katarak akibat miopia tinggi

Katarak akibat glaukoma flikten

Katarak akibat neoplasia intraokuler 

f. Katarak akibat faktor dari maternal

Rubella

Toksoplasmosis

Cytomegalovirus

Konsumsi obat thalidomid

Konsumsi obat kortikosteroidg. Katarak Presenilis

Distrofi miotonik 

Dermatitis atopik 

Defisiensi GPUT dan enzim

h. Sindroma dengan katarak 

Down’s syndrome

Werner’s syndrome

Rothmund’s syndrome

Lowe’s syndrome

i. Herediter  

 j. Katarak sekunder 

Posterior capsular opacification (PCO)

2. Klasifikasi katarak menurut morfologi, antara lain:

a. Katarak polaris anterior  

Katarak ini dapat sporadik atau familiar. Diduga pada kehidupan janin

terjadi uveitis anterior sesuai dengan kelainannya yang terletak pada polus

anterior.

 b. Katarak polaris posterior 

7/15/2019 Katara k

http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 8/14

Katarak ini juga dapat sporadik atau familial, merupakan bentuk 

kongenital dari kekeruhan kapsuler. Kelainannya berbentuk putih kecil

dan bulat yang terletak pada polus posterior.

c. Katarak Subkapsuler  

Katarak subkapsuler ini dapat dibagi menjadi katarak subkapsuler anterior 

(Cupuliforme) dan katarak subkapsuler posterior.

d. Katarak zonularis

Katarak zonularis adalah adanya kekeruhan dari sebagian area atau

zona jaringan lensa, sedangkan bagian lain masih jernih, kadang bisa

mengenai kedua mata. Kekeruhan menyerupai cakram berwarna abu-abu

 pada korteks di luar nukleus, yang terpisah dari nukleus oleh lapisan jernih

korteks dan oelh korteks yang jernih di antara bagian yang keruh dan yang

 jernih kapsul lensa.

Pada pemeriksaan sinar yang menyamping pupil dalam keadaan

lebar, maka akan tampak kekeruhan berbentuk cakram yang dikelilingi

oleh substansia lensa yang jernih.

Katarak jenis ini dapat berupa nulear dan lamelar. Katarak 

nuklearis sering dijumpai bilateral dan gangguan lebih buruk dibandingkan

dengan tipe zonularis yang lain. Sifat penurunannya dapat autosomal

dominan, resesif atau X-linked. Sedangkan katarak lamelar paling banyak 

dijumpai pada katarak infantil, kekeruhan lensanya pada tepi mengelilingi

 bagian nukleus yang jernih. Bentuk lamelar ini dapat dijumpai pada

katarak kongenital akibat rubella, akibat hipoglikemia dan hipokalsemia,

akibat kelainan saraf sentral dan akibat radiasi.e. Katarak totalis

Katarak totalis alah semua katarak yang kekeruhannya pada seluruh lensa

atau hampir seluruhnya atau katarak yang kekeruhannya tidak rata, tetapi

kemudian cepat rata selama satu tahun pertama kehidupan. Ini khas

dijumpai pada galaktosemia.

f. Katarak membranosa

7/15/2019 Katara k

http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 9/14

Katarak ini berbentuk tipis, sangat keruh, kadang-kadang berisi jaringan

ikat. Dapat dijumpai secara kongenital atau berkembang dari katarak 

totalis dan kebanyakan unilateral.

g. Katarak aksialis

Pada katarak ini, kekeruhan terletak pada axis dari lensa. Keluhan dan

tindakan sama dengan katarak polaris anterior.

h. Katarak Stelata (Katarak Sutura)

Pada katarak ini, kekeruhan terjadi sutura, di mana serat dari substansia

lentis bertemu yang merupakan huruf Y tegak di depan dan huruf Y

terbalik di belakang. Biasanya tidak mengganggu visus, sehingga tidak 

memerulan pengobatan.

3. Katarak menurut stadium maturitas dibagi menjadi 4 stadium :

a. Stadium Insipien

Merupakan stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan

visus. Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5 – 5/6. kekeruhan terutama

terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji ( jari-jari

roda), terutama mengenai korteks anterior, sedang aksis relative masih

 jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel, yang nyata bila pupil

dilebarkan. Pada stadium yang lanjut, gambaran baji dapat dilihat pada

 pupil yang normal.

 b. Stadium Imatur 

Kekeruhan belum mengenai seluruh bagian lensa. Kekeruhan itu terutamaterdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa sehingga

sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi

sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil, ada daereah yang terang

sebagai refleks pemantulan cahaya pada bagian lensa yang keruh dan

daerah yang gelap akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh.

Keadaan ini disebut shadow test (+). Pada stadium ini terjadi hidrasi

korteks yang mengakibatkan lensa menjadi cembung, sehingga indeks

7/15/2019 Katara k

http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 10/14

refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi

myopia. Keadaan ini dinamakan intumesensi.

c. Stadium Matur 

Terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran normal kembali

sehingga bilik depan normal kembali. Pada stadium ini lensa telah menjadi

keruh seluruhnya sehingga semua sinar yang melalui pupil dipantulkan

kembali dipermukaan anterior lensa. Tidak ada bayangan iris. Shadow test

(-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara.

d. Stadium hipermatur  

Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga

nucleus lensa turun oleh daya beratnya kebawah. Melalui pupil, pada

daerah yang keruh, nucleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran

dibagian bawah, dengan warna yang lain, daripada bagian yang diatasnya

yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa,

yang menjadi lebih permeable, sehingga isi korteks yang cair menjadi

keluar dan lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nucleus lensa

dan disebut sebagai katarak Morgagni.

4. Klasifikasi katarak berdasarkan kronologis, antara lain:

a. Congenital : sejak lahir  

 b. Infantile : usia 0 – 1 tahun

c. Juvenile : usia 1 sampai 13 tahun

d. Presenile : usia 13 sampai 35 tahun

e. Senile : usia 35 tahun ke atas

V. DETEKSI DAN PEMERIKSAAN KATARAK DENGAN ALAT

SEDERHANA

Penatalaksanaan katarak didasarakan oleh informasi-informasi yang

didapat dari pemeriksaan pasien dan mempertimbangkan beberapa faktor yang

mungkin terkait. Tiap-tiap pasien memiliki situasi yang berbeda dengan

kataraknya. Evaluasi pasien katarak dibuat untuk mendapatkan informasi di

 bawah ini:

7/15/2019 Katara k

http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 11/14

Hubungan antara kekeruhan lensa dengan derajat penurunan

 penglihatan

Perlukah tindakan operasi untuk kataraknya

Tingkat kesehatan mata, bila operasi jadi dilakukan dan diharapkan

tanpa komplikasi setelah operasi dilakukan

Penyebab katarak yang diderita (primer atau dari penyakit

sistemik)

Diagnosis katarak didasarkan oleh anamnesis, pemeriksaan fisik yang menyeluruh

dan bila mungkin dengan pemeriksaan penunjang yang lebih baik untuk 

mendapatkan diagnosis tepat. Diagnosis yang tepat akan menghasilkan

manajemen yang tepat pula. Anamnesis katarak meliputi gejala-gejala yang

timbul pada penglihatan pasien.

Gejala-gejala tersebut antara lain adalah:

Penurunan visus yang progresif baik dekat maupun jauh yang tidak dapat

dikoreksi dengan kacamata. Biasanya penglihatan pasien seperti berkabut

atau seperti melihat asap.

Fotofobia

Hilang atau berkurangnya ketergantungan pasien pada penggunaan

kacamata. Pasien-pasien presbiopia sering mendapatkan bahwa penglihatan

dekatnya membaik. Ini berhubungan dengan membesarnya lensa sehingga

meningkatkan kekuatan lensa.

Diplopia monookular 

Pada pemeriksaan fisik, pasien katarak harus diperiksa secara menyeluruh.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mencari penyebab sistemik yang mungkin ada

dan penyulit-penyulit untuk melakukan tindakan operasi. Pemeriksaan okular 

dapat digunakan lampu senter. Pemeriksaan dengan inspeksi, yang dinilai adalah:

 Muscle ballance 

Gerak bola mata

Adakah kelainan pada kelopak (infeksi, anatomi, paresis)

Konjungtiva

Keadaan kornea (adakah infeksi, kekeruhan)

7/15/2019 Katara k

http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 12/14

COA

Pupil

Iris

Lensa (kekeruhan, shadow test )

VI. TERAPI KATARAK 

Dahulu, terapi katarak masih mengenal terapi konservatif dengan

menggunakan siklopegik, terutama pada katarak sentral karena masih ada bagian

 perifer lensa yang masih jernih. Diharapkan dengan pemberian midriatika ini

dapat memperoleh visus yang lebih baik. Efek samping dari midriatika ini adalah

fotofobia dan terdapat paralisa akomodasi, namun menurut Saul Merlin terapi

konservatif seperti ini sudah ditinggalkan.

Prinsip terapi katarak adalah untuk mendapatkan visus yang lebih baik.

Hal ini didapatkan dengan melakukan pembedahan pada lensa yang keruh. Pada

dua dekade ini teknik pembedahan katarak semakin maju dengan

diperkenalkannya mikroskop operasi, instrumen, benang jahit yang lebih baik, dan

meningkatnya mutu lensa intraokuler. Dalam bedah katarak, lensa diangkat dari

mata dengan prosedur intra atau ekstra kapsuler, dan sekarang dengan metode

fakoemulsifikasi. Indikasi bedah katarak adalah indikasi optik (ketajaman visus),

indikasi medis (katarak hipermatur, glaukoma, uveitis, ablasio retina, dislokasio

lensa, retinopati diabetik), dan indikasi kosmetik.

Ekstraksi intrakapsuler adalah mengangkat lensa in toto, yakni di dalam

kapsulnya, melalui insisi limbus superior antara 140° sampai 160°. Teknik ini

kontrra indikasi pada pasien berusia di bawah 40 tahun karena masih mempunyai

membran hyaloidea. Pada ekstraksi ekstrakapsular juga dilakukan insisi limbus

superior; bagian anterior kapsul dipotong dan diangkat; nukleus diekstraksi; dan

korteks lensa diirigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga menyisakan kapsul

 posterior.

Beberapa pasien mengalami kekeruhan sekunder di kapsul posterior dan

memerlukan disisi dengan laser neodymium:YAG. Penggunaan laser ini non-

invasif. Denyut-denyut energi laser akan menyebabkan ”ledakan-ledakan” kecil

7/15/2019 Katara k

http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 13/14

 pada jaringan target, sehingga menimbulkan sebuah lubang kecil di kapsula

 posterior di sumbu pupil.

Fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau keduanya) adalah

teknik ekstrakapsular dengan menggunakan getaran ultrasonik untuk mengangkat

nukleus dan korteks lensa melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm), sehingga

mempermudah penyembuhan luka pasca operasi. Teknik ini bermanfaat pada

katarak kongenital, katarak traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Teknik ini

kurang efektif pada katarak senilis yang padat dan timbulnya kesulitan untuk 

memasukkan lensa intraokuler karena insisi yang kecil, walaupun sekarang lebih

sering digunakan lensa intraokuler yang fleksibel, sehingga dapat dimasukkan

kedalam mata walaupun dengan insisi kecil.

Komplikasi yang mungkin timbul bila dilakukan operasi adalah

komplikasi yang timbul saat operasi, komplikasi dini dan komplikasi lambat.

Komplikasi yang timbul saat operasi antara lain adalah perdarahan intra okuler,

 perdarahan vitreus, perdarahan koroid, perdarahan COA, vitreus loss, iris

terpotong, dan kapsula pecah. Komplikasi dini terjadi 1-3 hari  post-op, antara lain

adalah luka operasi terbuka, prolapsus iris, prolapsus vitreus, hypopyon, dan

endoftalmitis. Komplikasi lambat terjadi > 3 hari  post-op, antara lain adalah

keratopati bulosa, malposisi IOL, edema makula, ablasio retina, uveitis, glaukoma

(sudut tertutup maupun sudut terbuka). Pada teknik ekstraksi ekstrakapsular, dapat

terjadi katarak-ikutan karena kekeruhan pada kapsula posterior.

VII. PERAWATAN PASCA OPERASI KATARAK 

Jika digunakan teknik insisi-kecil, masa penyembuhan biasanya lebih

 pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari operasi itu juga, tetapidianjurkan untuk bergerak hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat

 benda berat sekitar satu bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari, tetapi

 jika mata terasa nyaman balutan dapat dibuka pada hari pertama  post-op dan mata

dilindungi dengan kacamata atau dengan pelindung seharian. Bersihkan mata

setiap hari dan berikan antibiotik topikal setiap 4-6 jam selama 4-6 minggu.

7/15/2019 Katara k

http://slidepdf.com/reader/full/katara-k-5633832eb69fc 14/14

 Follow-up pasien  post-op katarak adalah melihat kemajuan ketajaman

visus, keadaan luka operasi, kekeruhan kornea, kedalaman COA, keadaan pupil,

lensa intraokuler, kapsula posterior dan besar tekanan intra okuler. 

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy Of Ophtalmology. BASIC AND CLINICAL

SCIENCE COURSE. Section 11, Lens and Cataract. San Fransisco: AAO;

2003-2004

2. American Academy Of Ophtalmology. BASIC AND CLINICAL

SCIENCE COURSE. Section 2,Fundamentals and Principles of 

Ophtalmology. San Fransisco: AAO; 1995-1996

3. Guyton, A.C. , Hall J.E, editor. Text Book of Medical Phisiology.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1999

4. ___________. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998

5. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 1998.