katara k

20
 TUGAS : KELOMPOK DOSEN : Arbianingsih, S.kep, Ns KELOMPOK IV IRMAYANTI FATHUL (70300106008) ITA SULISTIANI (70300106009) NURLIAH (70300106036) JURUSAN KEPERAWATAN AKULTAS !LMU KESE"ATAN U!N ALAUDD!N MAKASSAR #$$%

Upload: lusia-henny-mariati

Post on 05-Oct-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep katarak

TRANSCRIPT

TUGAS : KELOMPOK

TUGAS : KELOMPOKDOSEN : Arbianingsih, S.kep, Ns

KELOMPOK IV IRMAYANTI FATHUL (70300106008)

ITA SULISTIANI (70300106009)

NURLIAH (70300106036)JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2008BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPenyebab kebutaan yang utama berbeda beda sesuai tingkat perkembangan social suatu daerah yang diteliti. Di Negara yang sedang berkembang, katarak adalah penyebab utama, dengan trakoma, lepra, onkoserkariasis, dan seroftalmia juga penting.

Katarak merupakan penyebab pada paling sedikit 50% kasus kebutaan di seluruh dunia. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, jumlah orang yang terkena semakin meningkat. Di berbagai bagian dunia yang sedang berkembang, fasilitas yang tersedia untuk mengobati katarak jauh dari mencukupi, sulit untuk mengatasi kasus kasus baru yang muncul dan tidak mungkin mengobati kasus kasus yang lama.

Katarak adalah istilah kedokteran untuk setiap keadaan kekeruh an yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.Katarak biasanya terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan oleh: Cedera mata Penyakit metabolik (misalnya diabetes) Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid). Penyakit katarak banyak terjadi di negara-negara tropis seperti Indonesia. Hal ini berkaitan dengan faktor penyebab katarak, yakni sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari. Penyebab lainnya adalah kekurangan gizi yang dapat mempercepat proses berkembangnya penyakit katarak.Secara umum terdapat 4 jenis katarak seperti berikut:1. Congenital, merupakan katarak yang terjadi sejak bayi lahir dan berkembang pada tahun pertama dalam hidupnya. Katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, galaktosemia. Jenis katarak ini sangat jarang terjadi.

2. Traumatik, merupakan katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata.

3. Sekunder, katarak yang disebabkan oleh konsumsi obat seperti prednisone dan kortikosteroid, serta penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih umum oleh penderita diabetes daripada oleh populasi secara umum.

4. Katarak Senil adalah katarak yang berkaitan dengan usia, merupakan jenis katarak yang paling umum. Berdasarkan lokasinya, terdapat 3 jenis katarak ini, yakni nuclear sclerosis, cortical, dan posterior subcapsular. Nuclear sclerosis merupakan perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru. Katarak jenis cortical terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam hari. Posterior subcapsular merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta pandangan baca menurun.

BAB IIKONSEP MEDIS

A. DefenisiKatarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul mata. Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.B. Etiologi

Penyebab utama katarak adalah proses penuaan . Anak dapat menderita katarak yang biasanya merupakan penyakit yng diturunkan, peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak congenital.Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa seperti DM, dan obat tertentu, sinar ultraviolet B dari cahaya matahari, efek racun dari rokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahan di dalam bola mata. Obat yang dipergunakan untuk penyakit tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin, klorpromazin, kortizon, ergotamin, indometasin, medrison, pilokarpin dan beberapa obat lainnya.Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM, dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata.Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong, panas yang tinggi, bahan Kimia, dapat merusak lensa mata dan keadaan ini di sebut sebagai katarak traumatic.C. Patofisiologi

Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium, dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresisentral serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi di korteks, serat lensa ditekan menuju sentral. Serat serat lensa yang padat lama lama menyebabkan hilangnya transparansi lensa yang tidak teras nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katrak diatas menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan bahan yang ada di dalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang di berbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh / buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterpretasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi cokelat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna. D. Manifestasi Klinis Penurunan ketajaman penglihatan, silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu.

pengembunan seperti mutiara keabuaan pada pupil sehingga retina tidak akan tampak dengan oftalmoskop.

Pandangan kabur atau redup, menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.

Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.E. Komplikasi - Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,

sehingga menimbulkan reaksi radang/ elergi.

- Glokoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut balik mata sehingga

mengganggu aliran cairan bilik mata depan.F. Pemeriksaan Penunjang

Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit sistem saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis / otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg) Pengukuran gonioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma. Tes pravokatif : digunakan dalam menentukan adanya / tipe glaukoma bila TIO normal atau hanya meningkat ringan. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan belahan lampu memastikan diagnosa katarak. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemia sistemik / infeksi. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan aterosklerosis, PAK Tes toleransi glukosa : menentukan adanya / kontrol diabetes.G. Penatalaksanaan Medik

Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi. Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi glaukoma dan uveitis.Tekhnik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karena seluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn. Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.BAB IIIKONSEP KEPERAWATANA. PengkajianData-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan katarak adalah :

a. Pola aktivitas/istirahat

Gejala : Perubahan aktivitas / hoby sehubungan dengan gangguan penglihatan.

b. Pola nutrisi

Gejala : Mual/muntah (glaukoma akut)

c. Pola neurosensori

Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa diruang gelap (katarak).Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut).Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak).Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat).Peningkatan air mata d. Pola penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler, riwayat stress, alergi, ketikseimbangan endokrin, terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.Pertimbangan

Rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat; 4,2 hari (biasanya dilakukan sebagai prosedur pasien rawat jalan).

Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan makanan, perawatan diri, perawatan/pemeliharaan rumah. e. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)Nyeri tiba tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut). B. Diagnosa Keperawatan

a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi / misinterpretasi tentang penyakit, pengobatan dan prognosis.Dapat dihubungkan dengan : Tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi.

Kurang terpajan/mengingat.

Keterbatasan kognitif.

Kemungkinan dibuktikan oleh : Pertanyaan/pernyataan salah konsepsi.

Tak akurat mengikuti instruksi.

Terjadi konplikasi yang dapat dicegah.Kriteria evaluasi: - Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan.

- Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakanb. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (sebelum operasi sampai sesudah operasi)Dapat dihubungkan dengan : faktor fisiologis, perubahan status kesehatan; adanya nyeri; kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan.

Bicara negatif tentang diri sendiri

Kemungkinan dibuktikan oleh : Ketakutan, ragu ragu

Menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.

Kriteria Evaluasi : - Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi.

- Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah.

- Menggunakan sumber secara efektif

c. Nyeri yang berhubungan dengan trauma peningkatan TIO, inflamasi, intervensi bedah atau pemberian tetes mata dilator.Faktor resiko meliputi : Peningkatan TIO

Kemungkinan dibuktikan oleh : Melaporkan kekakuan leher, pusing, penglihatan kabur, mual dan muntah.

Kriteria evaluasi : - Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol

Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan

Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif / insisi kornea.Faktor resiko meliputi : Prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak)

Kemungkinan dibuktikan oleh : [ tidak dapat diterapkan; adanya tanda tanda dan gejala gejala membuat diagnosa aktual ].

Kriteria evaluasi: - Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema dan demam.

- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.

e. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.

Faktor resiko meliputi : Peningkatan TIO

Perdarahan intraokuler, kehilangan vitreous

Kemungkinan dibuktikan oleh : [ tidak dapat diterapkan; adanya tanda tanda dan gejala gejala membuat diagnosa aktual ].

Kriteria evaluasi : - Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor risiko dan untuk melindungi diri dari cedera.

- Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.

- Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

f. Gangguan persepsi sensorik visual berhubungan dengan keadaan patologik lensa atau keterbatasan penglihatan.

Faktor resiko meliputi : Gangguan penerimaan sensori/status organ indera.

Lingkungan secara terapeutik dibatasi.

Kemungkinan dibuktikan oleh : Menurunnya ketajaman gangguan penglihatan

Perubahan respons biasanya terhadap rangsang

Kriteria evaluasi : - Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.

- Mengenal gangguan sensori dan berkompenasi terhadap perubahan.

- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan. C. Intervensi Keperawatana. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi / misinterpretasi tentang penyakit, pengobatan, dan prognosis.Mandiri Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur / lensaR/ : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan program pascaoperasi.

Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beri tahu untuk melaporkan penglihatan berawan.R/ : Pengawasan periodik menurunkan resiko komplikasi serius pada beberapa pasien kapsul posterior dapat menebal atau menjadi berkabut dalam 2 minggu sampai beberapa tahun pascaoperasi. Memerlukan terapi laser untuk memperbaiki defisit penglihatan.

Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebasR/ : Dapat bereaksi silang atau campur dengan obat yang diberikan.

Diskusikan kemungkinan efek / interaksi antara obat mata dan masalah medis pasien. Contoh peningkatan hipertensi, PPOM, diabetes. Ajarkan metode yang tepat memasukkan obat tetes untuk meminimalkan efek sistemik.R/ : Penggunaan obat mata topikal, contoh agen simpatomimetik, penyekat beta, dan agen antikolinergik dapat menyebabkan TD meningkat pada pasien hipertensi, pencetus dispnea pada pasien PPOM, gejala krisis hipoglikemik pada diabetes tergantung pada insulin. Tindakan benar dapat membatasi absorbsi dalam sirkulasi sistemik, meminimalakan masalah seperti interaksi obat dan efek sistemik tak diinginkan. Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung, pengguanaan sprei, bedak bubuk, merokok (sendiri / orang lain).

R/ : Aktifitas yang menyebabkan mata lelah / regang, manuver valsalva, atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan. Catatan; iritasi pernafasan yang menyebabkan batuk / bersin dapat meningkatkan TIO.

Kolaborasi

Dorong aktifitas pengalih seperti mendengar radio, berbincang bincang, menonton televisi. R/ : Memberikan masukan sensori, mempertahankan rasa normalitas, melalui waktu lebih mudah bila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh. Catatan: menonton televisi frekuensi sedang menuntut sedikit gerakan mata dan sedikit menimbulkan stres dibanding membaca.

Anjurkan pasien memeriksa ke dokter tentang aktivitas seksualR/ : Dapat meningkatkan TIO, menyebabkan cedera kecelakaan pada mata.

Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari pembedahan / penutup pada malam.R/ : Mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan resiko peningkatan TIO sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala. Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat / kasar, gunakan pelunak feses yang dijual bebas bila diindikasikan.R/ : Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari mengejan.

Identifikasi tanda / gejala memerlukan upaya evaluasi medis. Contoh nyeri tajam tiba tiba, penurunan penglihatan, kelopak bengkak, drainase purulen, kemerahan, mata berair, fotofobia.R/ : Intervensi dini dapat mencegah terjadinya komplikasi serius, kemugkinan kehilangan penglihatan. b. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (sebelum operasi sampai sesudah operasi.

Mandiri

Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri / timbulnya gejala tiba tiba dan pengetahuan kondisi saat ini. R/ : Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus ansietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO.

Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan.R/ : Menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan / harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.

Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.R/ : Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.

Identifikasi sumber / orang yang menolong.R/ : Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah.c. Nyeri yang berhubungan dengan trauma peningkatan TIO, inflamasi, intervensi bedah atau pemberian tetes mata dilator. Mandiri Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep.R/ : Pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri dan TIO serta meningkatkan rasa nyaman.

Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul.R/ : Mengurangi edema akan mengurangi nyeri.

Kurangi tingkat pencahayaan, cahaya diredupkan, diberi tirai/kain.

R/: Tingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyaman setelah pembedahan.

Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat.

R/: Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif / insisi kornea.Mandiri Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata.R/ : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi.

Gunakan atau tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam ke luar dengan tisu basah / bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan, dan masukan lensa kontak bila menggunakan.

R/ : Teknik aseptik menurunkan risiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.

Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi.R/ : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.

Observasi / diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahan, kelopak bengkak, drainase purulen. Identifikasi tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK R/ : Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi. Adanya ISK meningkatkan risiko kontaminasi silang.

Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi : antibiotik (topikal,parenteral,atau subkonjungtival).R/ : Sediaan topikal digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi. Catatan : steroid mungkin ditambahkan pada antibiotik topikal bila pasien mengalami implantasi IOL.

SteroidR/ : Digunakan untuk menurunkan inflamasi.

e. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.

Mandiri Diskusikan apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata.

R/ : Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang diperlukan. Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.

R/ : Isterahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan risiko perdarahan atau stress pada jahitan jahitan terbuka. Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba tiba, menggaruk mata, membokkok.R/ : Menurunkan stress pada area operasi/menurunkan TIO Dorong nafas dalam, batuk untuk persiapan paru.R/ : Batuk meningkatkan TIO

Anjurkan menggunakan teknik manajemen stres contoh, bimbingan imajinasi, visualisasi, nafas dalam dan latihan relaksasi.

R/ : Meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasiR/ : Digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata

Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.

R/ : Menunjukkan prolaps iris atau ruptur luka disebabkan oleh kerusakan jahitan atau tekanan mata. Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi:

Antiemetik, contoh proklorverazin (Compazine)

R/ : Mual/muntah dapat meningkatkan TIO, memerlukan tindakan segera untuk mencegah cedera okuler.

Asetazolamid (Diamox)

R/ : Diberikan untuk menurunkan TIO bila terjadi peningkatan. Membatasi kerja enzim pada produksi akueus humor. Sikloplegis R/ : Diberikan untuk melumpuhkan otot siliar untuk dilatasi dan istirahat iris setelah pembedahan bila lensa tidak terganggu.

Analgesik, contoh Empirin dengan Kodein, asetaminofen (Tyenol)

R/ : Digunakan untuk ketidaknyamanan ringan, meningkatkan istirahat/mencegah gelisah, yang dapat mempengaruhi TIO .

f. Gangguan persepsi sensorik visual berhubungan dengan keadaan patologik lensa atau keterbatasan penglihatan.

Mandiri

Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.

R/ : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif.

Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, dan orang lain diareanya.

R/ : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disiorientasi pascaoperasi.

Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.

R/ : Gangguan penglihatan/iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.

Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada.

R/ : Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan/meningkatkan risiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang tak dioperasi.R/ : Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan bila diperlukan.D. Evaluasi Pasien dapat menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan dan pasien akan melakukan prosedur dengan benar dan dapat menjelaskan alasan tindakan. Pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi, dan pasien dapat menunjukkan keterampilan pemecahan masalah. Pasien akan melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol dan pasien akan mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan nyeri. Pasien akan mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi. Pasien akan menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera. Pasien akan mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan dan meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.DAFTAR PUSTAKA

http://ta. Sinus. Ac. Id/pakar mata/imeges isi/mata2 jpghttp:// www. Mentor healt care. Com/image/ katarak I. Jpg ( Marilynn E. Doenges.1999. RAK : Pedoman untuk perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien edisi3 Jakarta: EGC

( Vaughan Daniel.200.Oftalmologi Umum. Jakarta: widya medika