katara k

38
12BAB I PENDAHULUAN Di Amerika Serikat prevalensi katarak meningkat sampai sekitar 50% pada usia 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia dari 75 tahun. Sebagian kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya pada masing-masing mata jarang sama. 1 Berdasarkan hasil survei Departemen Kesehatan pada tahun 1997 didapatkan distribusi kelainan lensa sebagai penyebab kebutaan sebesar 52%, sedangkan prevalensi kebutaan yang disebabkan oleh kelainan lensa sebanyak 0,78%. Kelainan lensa atau katarak ini termasuk dalam golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah dan dapat disembuhkan 2 Lensa keruh atau katarak tidak hanya didapat pada orang tua namun juga didapat akibat kelainan bawaan, kecelakaan, keracunan obat, atau umumya pada proses ketuaan normal. Katarak mengenai semua umur dan pada orang tua katarak seperti rambut beruban yang merupakan bagian umum pada usia lanjut. Makin lanjut usia seseorang makin besar kemungkinan mendapatkan katarak. Pada saat ini katarak banyak ditemukan pada masyarakat. Hal ini akibat bertambahnya manula sebagai dampak dari meningkatnya kesejahteraan. 3 Makalah ini memaparkan mengenai definisi, klasifikasi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, jenis-jenis, tatalaksana serta prognosis dari penyakit katarak. Penulis mengharapkan dengan adanya pemaparan serta diskusi mengenai katarak dapat turut membantu mahasiswa kedokteran tingkat terakhir ini dapat meningkatkan pengetahuan sehingga dapat turut membantu program pokok puskesmas sebagai Usaha Kesehatan Mata dan Pencegahan Kebutaan (UKM-PK) lini pertama untuk dapat mendiagnosis katarak dengan melakukan pemeriksaan mata dasar, menentukan sikap dan tatalaksana katarak, skrining mata terhadap Penanggulangan Kebutaan Katarak Paripurna serta melakukan pencatatan, pelaporan serta penelitian.

Upload: tarmidi-midzi

Post on 07-Aug-2015

42 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Katara k

12BAB I

PENDAHULUAN

Di Amerika Serikat prevalensi katarak meningkat sampai sekitar 50% pada usia

65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia dari 75

tahun. Sebagian kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatan perkembangannya

pada masing-masing mata jarang sama.1 Berdasarkan hasil survei Departemen

Kesehatan pada tahun 1997 didapatkan distribusi kelainan lensa sebagai

penyebab kebutaan sebesar 52%, sedangkan prevalensi kebutaan yang

disebabkan oleh kelainan lensa sebanyak 0,78%. Kelainan lensa atau katarak ini

termasuk dalam golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah dan dapat

disembuhkan2

Lensa keruh atau katarak tidak hanya didapat pada orang tua namun juga

didapat akibat kelainan bawaan, kecelakaan, keracunan obat, atau umumya pada

proses ketuaan normal. Katarak mengenai semua umur dan pada orang tua

katarak seperti rambut beruban yang merupakan bagian umum pada usia lanjut.

Makin lanjut usia seseorang makin besar kemungkinan mendapatkan katarak.

Pada saat ini katarak banyak ditemukan pada masyarakat. Hal ini akibat

bertambahnya manula sebagai dampak dari meningkatnya kesejahteraan.3

Makalah ini memaparkan mengenai definisi, klasifikasi, epidemiologi,

etiologi, patogenesis, jenis-jenis, tatalaksana serta prognosis dari penyakit

katarak. Penulis mengharapkan dengan adanya pemaparan serta diskusi

mengenai katarak dapat turut membantu mahasiswa kedokteran tingkat terakhir

ini dapat meningkatkan pengetahuan sehingga dapat turut membantu program

pokok puskesmas sebagai Usaha Kesehatan Mata dan Pencegahan Kebutaan

(UKM-PK) lini pertama untuk dapat mendiagnosis katarak dengan melakukan

pemeriksaan mata dasar, menentukan sikap dan tatalaksana katarak, skrining

mata terhadap Penanggulangan Kebutaan Katarak Paripurna serta melakukan

pencatatan, pelaporan serta penelitian.

Komplikasi pasca operasi :1. Ruptur kapsul posterior2. endoftalmitis3. Glaukoma4. Uveitis

Page 2: Katara k

5. Astigmatisme pascaoperasi6. Prolaps iris, prolaps vitreus

BAB II

ISI

II.1. Anatomi Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks,

avaskular, tak berwarna dan hampir transparan

sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan

diameternya 9 mm. Di belakang iris digantung

oleh zonula, yang menghubungkannya dengan

korpus siliaris. Di sebelah anterior lensa terdapat

humour aqueus dan di sebelah posteriornya

vitreous. Kapsul lensa adalah suatu membran

semipermeabel yang memperbolehkan air dan

elektrolit masuk.1

Di bagian depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih

keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat

lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa semakin lama semakin besar

dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamela konsentris yang

panjang. Garis-garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan

Page 3: Katara k

lamela ini ujung ke ujung berbentuk Y bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk Y ini

tegak di anterior dan terbalik di posterior.1

Lensa ditahan di tempatnya oleh

ligamentum yang dikenal sebagai zonula

(zonula Zinnii), yang tersusun dari

banyak fibril dari permukaan korpus

siliaris dan menyisip ke dalam ekuator

lensa.1

Enam puluh lima persen lensa terdiri

dari air, sekitar 35% protein (kandungan

protein tertinggi di antara aringan-

jaringan tubuh), dan sedikit sekali

mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi

di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation

terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.1

Lensa tida ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.1

II.2. Definisi

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies yang berarti air terjun.

Pandangan pasien dengan katarak tampak seperti terhalang air terjun. Kesan

tersebut terjadi akibat keruhnya lensa akibat hidrasi lensa, denaturasi protein

lensa atau keduanya.3 Sehingga dapat disimpulkan katarak adalah opasifikasi

lensa yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan.4

II.3. Patogenesis

Patogenesis katarak belum dapat dimengerti sepenuhnya. Namun, lensa katarak

memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, peningkatan proliferasi, dan

kerusakan kontinuitas normal serat-serat lensa. Lensa mata mempunyai bagian

yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak

antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja

nukleus bersifat lembek sedang pada orangtua nukleus ini menjadi keras. Katarak

dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa. Secara umum, edema

lensa bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak.

Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat

juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.

Bermacam-macam penyakit mata dapat mengkibatkan katarak seperti glaukoma,

Page 4: Katara k

ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat pula berhubungan dengan

proses penyakit intraokular lainnya.

Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air

dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya,

sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai

terlihat pada usia 40 tahun di mana mulai timbul kesukaran melihat dekat

(presbiopia). Dengan bertambahnya usia, lensa mulai berkurang kebeningannya,

keadaan ini akan berkembang dengan bertambah beratnya katarak. Pada usia 60

tahun hampir 2/3 mulai mengalami katarak atau lensa keruh. Katarak biasanya

berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya berbeda. Kadang-

kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang

sebelahnya.1

Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan

oksigen dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi.

Kandungan natrium dan kalsium meningkat; kandungan kalium, asam askorbat,

dan protein berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak tidak ditemukan

glutation. Usaha-usaha untuk mempercepat atau menahan perubahan-perubahan

kimiawi ini dengan terapi medis sampai saat ini belum berhasil.1

Perkembangan katarak menjadi berat memakan waktu dalam bulan

hingga tahun. Kadang-kadang katarak berhenti berkembang pada stadium dini

dan penglihatan terlihat tidak mengalami kemunduran. Dapat saja katarak

berjalan agak cepat sehingga mengganggu penglihatan.1

II.4. Faktor Risiko

Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya katarak antara lain adalah usia

lanjut, diabetes mellitus, riwayat katarak pada keluarga, riwayat peradangan atau

trauma mata, riwayat pembedahan mata, penggunaan kortikosteroid yang lama,

pajanan sinar matahari, pajanan radiasi, merokok, konsumsi alkohol, dan

kelahiran prematur.3

II.5. Gejala Klinis

1. Penurunan tajam penglihatan – tergantung dari tipe katarak:

Katarak polar kortikal dan anterior

Kelainan tampak mencolok namun gangguan penglihatan biasanya ringan

Katarak polar posterior dan subkapsul posterior

Kelainan tampak ringan, gangguan penglihatan biasanya berat

Katarak sklerosis nukleus

Menyebabkan peningkatan miopia

2. Peningkatan sensitivitas terhadap cahaya: terutama pada katarak

subkapsular posterior dan katarak kortikal

Page 5: Katara k

3. Pergeseran miopi (myopic shift): perjalanan katarak dapat meningkatkan

kekuatan dioptri lensa sehingga menyebabkan terjadinya miopia ringan

sampai sedang atau pergeseran miopia.

4. Pada pasien dengan presbiopi bisa terjadi peningkatan kemampuan

membaca dekat sehingga tidak memerlukan kacamata bacanya, disebut

second sight.

5. Penglihatan ganda (diplopia) monokular

6. Rabun senja

Eye without cataract Eye with cataract

II.6. Pemeriksaan Oftalmologis

Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai menjadi

cukup padat (matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namun,

katarak, pada stadium perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui

melalui pupil yang didilatasi maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar,

atau slitlamp.

Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin

padatnya kekeruhan lensa, sampai refleks fundus sama sekali hilang. Pada

stadium ini katarak biasanya telah matang dan pupil mungkin tampak putih.

Derajat klinis pembentukan katarak, dengan menganggap bahwa tidak

terdapat penyakit mata lain, dinilai terutama dengan uji ketajaman penglihatan

Snellen. Secara umum, penurunan ketajaman penglihatan berhubungan langsung

dengan kepadatan katarak.

Page 6: Katara k

Tabel 1. Grading Jenis Katarak5

Derajat nuklear sklerosis dengan mengevaluasi derajat warna dan

kekeruhan nukleus. Katarak kortikal dan subkapsular dapat divisualisasi sebagai

agregat dan dikuantifikasi dari persentase dari ruang intrapupil. Pada derajat

katarak subkapsular posterior dilihat berdasarkan gangguan pada garis

penglihatan.5

Page 7: Katara k

Derajat Katarak

Derajat 1 : nukleus lunak, visus > 6/12, tampak sedikit keruh ,agak

keputihan. Refleks fundus (+), usia < 50 tahun

Derajat 2 : nukleus dengan kekerasan ringan, tampak nukleus

kekuningan,

visus 6/12 6/30. Refleks fundus juga masih mudah diperoleh,

paling sering memberikan gambaran seperti katarak subkapsularis

posterior

Derajat 3 : nukleus dengan kekerasan medium, kuning, kekeruhan korteks

keabu-abuan. Visus 3/60 - 6/30

Derajat 4 : nukleus keras, kuning kecoklatan,visus 3/60 -1/60, refleks

fundus

sulit dinilai

Derajat 5 : nukleus sangat keras, kecoklatan - agak kehitaman. Visus <

1/60,

usia>65 tahun(brunescent cataract atau black cataract)

II.7. Klasifikasi Katarak

1. Berdasarkan usia:

Kongenital, juvenil, senilis

2. Berdasarkan morfologi

Subkapsular, inti, kortikal

3. Berdasarkan stadium kematangan

Insipien, imatur, matur, hipermatur

II.8. Katarak Senilis

Katarak senilis adalah jenis yang paling sering dijumpai. Katarak ini terjadi pada

usia lanjut, biasanya >40 tahun. Kedua mata dapat terlihat dengan derajat

kekeruhan yang sama atau berbeda. Konsep penuaan meliputi beberapa teori

antara lain teori putaran biologik, teori mutasi spontan, teori radikal bebas, teori

cross link.

Perubahan lensa pada usia lanjut meliputi :

1. Kapsul : menebal, kurang elastis, presbiopia, bentuk lamela

berkurang

2. Epitel : makin tipis, sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah

besar, epitel bengkak dan vakuolisasi mitokondria

3. Serat lensa : lebih ireguler, pada korteks terjadi kurasakan serat sel,

sinar UV lama kelamaan merubah protein nukleus (histidin,

Page 8: Katara k

triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa menjadi

brown sclerotic nucleus

4. Korteks : tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi

dan

menghalangi fotooksidasi, serat tidak banyak mengubah

protein pada serat muda.

II.8.1. Stadium Katarak Senilis

Katarak senilis terdiri dari beberapa stadium, yaitu:

1. Katarak insipien

Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior

dan posterior (katarak kortikal).

2. Katarak intumesen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degeneratif

menyerap air. Lensa yang membengkak dan membesar akan mendorong iris

sehingga bilik mata menjadi dangkal, hal ini dapat menimbulkan penyulit

berupa glaukoma.

3. Katarak imatur

Lensa sebagian keruh, belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa

bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang

degeneratif.

4. Katarak matur

Kekeruhan telah mengenai seluruh lapisan

lensa. Bila katarak imatur atau intumesen

tidak dikeluarkan maka cairan akan keluar

sehingga ukuran lensa kembali normal dan

terjadi kalsifikasi lensa. Bilik mata depan

kembali normal, tidak terdapat bayangan

iris pada lensa yang keruh sehingga shadow

test menjadi negatif.

5. Katarak hipermatur

Massa lensa yang berdegenerasi mencair

dan keluar dari kapsul lensa sehingga

ukuran lensa mengecil.

6. Katarak Morgagni

Page 9: Katara k

Jika katarak hipermatur tidak dikeluarkan, akan terjadi pengerutan dan

korteks telah mencair sehingga nukleus lensa akan turun dari tempatnya

dalam kapsul lensa.

II.8.2. Pemeriksaan Oftalmologis

• Iris dan bilik mata depan

• Shadow Test

• Funduskopi

• Lapang pandang

• Respon pupil

• TIO

• Uji Anel

• Laboratorium

• Penapisan praoperatif: diabetes melitus, hipertensi, dan kelainan jantung.

• Pencitraan

• Ultrasonografi, CT-scan, dan MRI

Pemeriksaan lain:

• Fungsi makula: Tes Maddox Rod, tes photostress recovery, blue light

entoptoscopy, Purkinje entoptic phenomenon, dan elektroretinografi

• Biometri dan integritas korne

II.8.3. Tatalaksana

Meningkatkan fungsi penglihatan merupakan indikasi paling umum untuk

ekstraksi katarak, walaupun kepentingannya bersifat individual. Misalnya, seorang

petugas perpustakaan dengan katarak subkapsular posterior membutuhkan

operasi bila penglihatan jarak dekat terganggu dan seorang petani membutuhkan

penglihatan jauh.

Indikasi medis adalah bila katarak tersebut mempengaruhi kondisi

kesehatan mata seperti menyebabkan glaukoma fakolitik atau glaukoma sudut

tertutup sekunder karena lensa intumesen, dan retinopati diabetik (katarak

mengganggu terapi penyakit ini)

Indikasi kosmetik yaitu mengangkat katarak matur pada mata yang buta

untuk menunjukkan kembali pupil yang hitam.

Refraksi Optimal Pasca Operasi

Refraksi optimal pasca operasi tergantung pada kebutuhan pasien akan koreksi

monookular atau binokular.

Page 10: Katara k

Bila pasien membutuhkan koreksi monookular dengan keadaan sebelah

mata memiliki visus yang buruk karena katarak pekat atau amblyopia. Refraksi

pasca operasi yang terbaik pada keadaan ini adalah -1D. Koreksi ini cukup bagi

pasien untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari tanpa menggunakan kacamata

dan bila perlu penglihatan lebih jelas dapat menggunakan kacamata bifokal.

Beberapa pasien yang tidak puas adalah pasien miopia yang menjai hipermetrop

setelah implantasi IOL.

Apabila diperlukan koreksi binokular, perbedaan refraksi ke2 mata tidak

boleh lebih dari 3D. hal ini karena pasien dapat mengalami penglihatan ganda

ketika melihat ke atas dan ke bawah. Apabila pasien memiliki penglihatan dengan

visus normal di mata yang tidak dioperasi refraksi pasca operasi di mata yang

dioperasi seharusnya berada dalam perbedaan antara 1-2 D dengan mata yang

tidak dioperasi.

Teknik Operasi

Dua teknik yang sering digunakan dalam penanganan katarak terkait usia adalah

large incision extracapsular extraction dan fakoemulsifikasi.

Komplikasi Operasi

1. Ruptur kapsul posterior

Merupakan komplikasi yang cukup serius karena dapat menyebabkan

kehilangan vitreus yang kemudian akan menyebabkan komplikasi postoperasi

lain seperti updrawn pupil, uveitis, vitreus touch, vitreous wick syndrome,

expulsive haemorrage, glaukoma sekunder, ablasio retina dan chronic cystoid

macular edema.

2. Kehilangan fragmen lensa ke posterior

Fragmen lensa dapat bermigrasi ke vitreus terutama setelah kerusakan zonula

dan ruptur kapsul posterior. Komplikasi ini lebih sering berhubungan dengan

fakoemulsifikasi. Tatalaksananya bergantung pada besarnya fragmen. Pada

fragmen yang kecil dapat diobservasi tanpa penatalaksanaan. Fragmen besar

yang berisi lebih dari 25% lensa sebaiknya diangkat. Biasanya dilakukan 2

minggu setelah operasi katarak untuk memberi kesempatan rehabilitasi fungsi

visual, mengurangi inflamasi jangka panjang dan kemungkinan glaukoma.

Teknik yang digunakan adalah vitrektomi pars plana dan menghilangkan

fragmen dengan fragmentasi ultrasonik.

3. Perdarahan suprakoroidal

Perdarahan suprakoroidal masif merupakan terdapatnya darah dalam jumlah

besar dalam ruang suprakoroid yang dapat menyebabkan pendorongan keluar

kandungan intraokular atau pergeseran permukaan retina. Merupakan

Page 11: Katara k

komplikasi yang berbahaya dari ekstraksi katarak yang terjadi pada 1:1000

pasien.

Komplikasi Dini Pasca Operasi

1. Prolaps iris

Disebabkan pembentukan sutura insisi yang tidak adekuat, biasanya

menyertai penatalaksanaan kebocoran vitreus yang kurang tepat. Tanpa

penatalaksanaan yang benar dapat mengakibatkan penyembuhan yang

kurang baik, astigmatisma berat, pertumbuhan ke dalam epitel, chronic

cystoid macular edema, dan endolftamitis. Diatasi dengan eksisi dari iris yang

prolaps dan pembentukan ulang sutura.

2. Keratopati striae

Ditandai dengan edema kornea dan pembentukan lekukan di membran

descemet. Disebabkan karena kerusakan endotel kornea akibat instrumentasi,

IOL atau penekukan yang berlebihan. Risiko terjadinya kerusakan saat

memasukkan IOL dapat dikurangi dengan substansi vikoelastik.

Penatalaksanaan tidak diperlukan pada kebanyakan kasus, dapat terjadi

remisi spontan dalam beberapa hari, beberapa kasus yang jarang terjadi

adalah kasus berat dan persisten yang dapat membutuhkan keratoplasti.

Endolftalmitis Bakterial Akut

Merupakan komplikasi berbahaya yang terjadi pada 1:1000 kasus. Kebutaan

terjadi pada 50% kasus walaupun telah diberikan penatalaksanaan dini.

Organisme penyebab kelainan ini tersering adalah S. epidermidis, S. aureus,

Pseudomonas sp. dan proteus sp.

Sumber infeksi biasanya idiopatik, diduga flora yang terdapat pada

palpebra sebelah luar, konjungtiva dan aparatus lakrimal. Sumber lain diduga

adalah kontaminasi saat operasi. Dapat diatasi dengan pemberian pengobatan

pra operasi pada infeksi di sekitar mata, desinfeksi yang benar dan injeksi

antibiotik pascaoperasi. Interval waktu antara ekstraksi katarak dengan onset

endolftalmitis berguna dalam memprediksi kemungkinan organisme penyebab. S.

aureus dan organisme gram negatif biasanya timbul antara hari pertama sampai

ketiga pasca operasi dengan gejala yang berat. S. epidermidis biasanya mulai

muncul antara hari ke-4 sampai ke-10 pasca operasi dengan gejala yang ringan.

Diagnosis banding yang perlu dipikirkan adalah:

Adanya materi lensa yang tertahan pada anterior chamber atau vitreus yang

dapat menyebabkan uveitis anterior berat tanpa hipopion dan nyeri.

Reaksi toksik terhadap cairan irigator atau benda asing yang dimasukkan

pada mata saat operasi.

Operasi yang lama atau sulit dapat menyebabkan uveitis anterior dan edema

kornea.

Page 12: Katara k

Penatalaksanaan dimulai dengan identifikasi organisme penyebab dengan

pemeriksaan sampel akueus dan vitreus. Walaupun demikian hasil kultur yang

negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Sampel harus diambil dalam ruang

operasi.

Vitrektomi dapat berguna hanya pada infeksi sangat berat dan visus yang

menurun sampai persepsi cahaya. Apabila pasien masih dapat melihat lambaian

tangan, vitrektomi tidak diperlukan. Antibiotik yang efektif untuk eradikasi bakteri

gram positif dan gram negatif harus diberikan. Jenis antibiotik yang

direkomendasikan sekarang ini adalah amikacin atau ceftazidim untuk gram

positif dan negatif serta vankomisin untuk kokus koagulase negatif dan koagulase

positif. Amikasin bekerja secara sinergis dengan vankomisin, namun lebih potensil

untuk menjadi retinotoksik dibanding ceftazidim yang tidak sinergis dengan

vankomisin.

Terapi dengan steroid tidak akan berpengaruh terhadap kontrol infeksi bila

organisme penyebab sensitif terhadap antibiotik tersebut. dapat diberikan dalam

bentuk injeksi periokular, sistemik atau topikal.

Komplikasi Lanjut Pasca Operasi

1. Opasifikasi dari kapsul posterior

Merupakan komplikasi lanjut paling umum dari ekstraksi katarak yang tidak

berkomplikasi.

Dibagi menjadi:

Elschnig pearls, disebabkan proliferasi epitel lensa ke kapsul posterior

pada daerah aposisi antara sisa kapsul anterior dan posterior. Umumnya

ditemui pada anak dan 50% orang dewasa setelah 3-5 tahun.

Fibrosis kapsul biasanya terjadi 2-6 bulan setelah operasi. Dapat

melibatkan kapsul posterior atau sisa kapsul anterior.

Indikasi pengobatan adalah penurunan visus visualisasi fundus yang

berkurang (penting untuk diagnosis dan terapi) dan diplopia monookular atau

glare berat akibat berkerutnya kapsul posterior. Hal ini dapat diatasi dengan

YAG laser kapsulotomi.

2. Malposisi dari lensa intraokular

Kelainan ini jarang terjadi, namun bila terjadi dapat berhubungan dengan

masalah optik dan struktural.

3. Dekompensasi kornea

Merupakan suatu keadaan yang sangat jarang terjadi. Biasanya berhubungan

dengan pemasangan AC-IOL, terutama Leiske closed loop style lens.

4. Retinal detachment

Faktor risiko terjadinya retinal detachment pada operasi katarak adalah:

disrupsi kapsul posterior

Page 13: Katara k

kehilangan vitreus, terutama bila ditangani secara kurang baik,

berhubungan dengan 7% risiko ablasio retina. Pada pasien miopia >6D

risiko meningkat menjadi 15%

degenerasi lattice, seharusnya diterapi pra-operasi atau secepatnya

setelah operasi.

4. Sunset syndrome

Komplikasi sangat jarang yang timbul beberapa bulan sampai tahun setelah

implantasi PC-IOL kedalam vitreus.

5. Endolftalmitis kronik

Endolftalmitis indolen kronik terjadi bila organisme dengan virulensi rendah

terperangkap dalam kantung kapsul lensa. Dua organisme yang paling umum

menyebabkan penyakit ini adalah Propionibacterium acnes dan S. epidermidis.

II.9 Katarak Kongenital

Katarak kongenital adalah katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir

atau pada bayi sebelum usia 1 tahun. Ada yang mendefinisikan katarak infantil

untuk kekeruhan lensa yang timbul pada tahun pertama kehidupan.

Kekerapannya 1 dari 2000 kelahiran. Katarak kongenital dapat unilateral atau

bilateral dan parsial atau total. Kekeruhan lensa sangat bervariasi, beberapa ada

yang tidak progresif. Walaupun ada yang secara visual tidak bermakna, beberapa

yang lain dapat sangat mengganggu penglihatan.

Banyak katarak kongenital tidak diketahui penyebabnya walaupun

mungkin terdapat faktor genetik; yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau

metabolik atau berkaitan dengan bermacam-macam sindrom. Dapat dilakukan

penelitian untuk mencari penyebab, tetapi pada sebagian besar kasus tidak

ditemukan penyebabnya.

II.9.1. Klasifikasi

Secara morfologi, katarak kongenital dapat dibagi menjadi:

1. Katarak Sentralis Pulverulenta

Katarak ini terdapat dalam nukleus lensa berupa kekeruhan yang berbentuk

sferoid dengan diameter 1-4 mm. Pada bagian tengah sferoid tampak lebih

jernih. Biasanya diturunkan secara genetik dan tidak progresif.

2. Katarak Nuklear

Terdapat kekeruhan pada daerah sentral, antara sutura Y bagian anterior dan

posterior. Pada dua pertiga kasus, katarak nuklear terjadi bilateral dan

biasanya disertai mikroftalmus dan mikrokornea.

3. Katarak Lamelar

Gambarannya khas berupa kekeruhan yang berselang-seling di antara nukleus

dan korteks yang jernih. Dapat progresif menjadi katarak nuklear. Katarak

Page 14: Katara k

lamelar erat kaitannya dengan kelainan sistemik seperti galaktosemia,

hipokalsemia dan hipoglikemia.

4. Katarak Sutural

Katarak sutural menunjukkan kekeruhan tepat pada sutura Y bagian anterior

atau posterior. Dapat timbul sendiri atau bersamaan dengan katarak lain.

5. Katarak Supranuklear (Coronary)

Katarak supranuklear menunjukkan kekeruhan berbentuk bulat pada korteks

bagian dalam yang mengelilingi nukleus seperti sebuah mahkota. Biasanya

sporadik dan berhubungan dengan kelainan herediter.

6. Katarak Polar

a. Katarak Polar Anterior

Katarak polar anterior bisa hanya mengenai kapsul lensa saja atau

berbentuk piramid yang puncaknya mengarah ke bilik mata depan.

b. Katarak Polar Posterior

Katarak polar anterior dapat mengenai kapsul lensa atau membentuk plak.

7. Kekeruhan Fokal Bintik Biru

Sangat sering ditemukan dan innocuous. Katarak ini dapat terjadi bersamaan

dengan katarak kongenital lain.

8. Katarak Membranosa

Jenis yang sangat jarang ditemukan. Katarak timbul ketika materi lentikuler

mengalami reabsorpsi sebagian atau sempurna meninggalkan bagian lensa

yang putih seperti kapur berselang-seling di antara kapsul anterior dan

posterior.

Page 15: Katara k

II.9.2. Etiologi

Katarak Bilateral

IdiopatikKatarak herediter (autosomal dominan, autosom resesif, terkait kromosom x)Genetik dan penyakit metabolik

Sindrom Down

Sindrom Hallermann-Streiff

Sindrom Lowe

Galaktosemia

Sindrom Marfan

Trisomi 13-15

Hipoglikemia

Sindrom Alport

Penyakit Fabry

Hipoparatiroidisme

Sindrom Conradi

Infeksi maternal

Rubella

Page 16: Katara k

CMV

Varisela

Sifilis

Toxoplasmosis

Kelainan ocular

Aniridia

Sindrom disgenesis segmen anterior

Toksik

Kortikosteroid

Radiasi (dapat unilateral)

Katarak Unilateral

Idiopatik

Anomali ocular

Persistent hyperplastic primary vitreus (A5PHPV)

Disgenesis segmen anterior

Lenticonus posterior

Tumor kutub posterior

Traumatik

Rubella

Masked bilateral cataract

Kelainan Genetik Tanpa Kelainan Sistemik

Lebih dari sepertiga kasus katarak kongenital terjadi pada neonatus dengan

kelainan genetik dan tanpa adanya kelainan sistemik. Kelainan genetik yang

paling sering terjadi adalah kelainan autosomal dominan di samping autosomal

resesif, atau X-linked resesif. Morfologi kekeruhan dan perlu tidaknya operasi

biasanya sama antara orangtua dengan anaknya.

Metabolik

1. Galaktosemia. Gambaran khas katarak ini adalah kekeruhan sentral berbentuk

’oil droplet’, tampak pada beberapa hari hingga minggu pertama. Jika

galaktosa yang terkandung di dalam susu atau produknya dihilangkan,

katarak tersebut dapat dicegah dan kekeruhan lensa masih reversibel

sifatnya.

2. Defisiensi Galaktokinase. Pada fetus dan early infancy tampak kekeruhan

lamelar. Katarak presenilis juga dapat disebabkan karena defisiensi

galaktokinase.

3. Mannosidosis. Gambaran katarak berupa kekeruhan posterior ‘spoke-like’.

4. Hipokalsemia Neonatal. Pada awalnya katarak hanya berupa kekeruhan

kortikal yang halus, punktata kemudian secara progresif dapat menjadi

katarak lamellar.

Page 17: Katara k

5. Hipoglikemia. Pada masa perinatal dapat menyebabkan kekeruhan pada

lensa, yang bersifat reversibel.

6. Lain-lain. Penyebab metabolik lainnya adalah defisiensi sorbitol

dehidrogenase, hiperglisinuria, dan sialidosis.

Infeksi Intrauterin

Pada 15% kasus katarak kongenital disebabkan oleh adanya rubella kongenital.

Pada usia gestasi 6 minggu, virus tersebut tidak dapat menembus kapsula lensa

sehingga lensanya imun. Walaupun kekeruhan lensa (unilateral ataupun bilateral)

biasanya telah tampak saat bayi baru saja dilahirkan, kadang-kadang kekeruhan

lensa tersebut baru tampak pada beberapa minggu atau bulan kemudian.

Kekeruhan pekat tampak pada nukleus dengan gambaran seperti mutiara atau

terkadang kekeruhan yang difus dan mencakup keseluruhan lensa. Pada usia

lebih dari 3 tahun, virus akan menetap di dalam lensa.

Infeksi intrauterin lainnya yang berhubungan dengan katarak neonatal

adalah toksoplasmosis, sitomegalovirus, herpes simpleks dan varisela.

Sindroma Sistemik

Berdasarkan penelitian didapatkan informasi bahwa katarak neonatal memiliki

korelasi dengan beberapa sindroma sistemik. Sindroma sistemik tersebut antara

lain sindroma Lowe, sindroma Hallerman-Streiff-Francois, sindroma Nance-Horan,

sindroma Rubenstein-Taybi, sindroma Marinesco-Sjogren, dan beberapa kelainan

kromosomal, seperti sindroma Down (trisomi 21), sindroma Patau (trisomi 13),

sindroma Edward (trisomi 18), sindroma Cri-du-chat (delesi kromosom 5), dan

sindroma Turner.

II.9.3. Pemeriksaan Oftalmologis

Katarak kongenital umumnya tidak bergejala klinis. Orang tua bisa menyadari

adanya bercak putih pada pupil atau disebut leukokoria. Hal ini menjadi dasar

perlunya screening agar tidak terjadi gangguan seperti amblioplia. Pada anak

dapat terlihat kurangnya minat pada rangsang visual dan perkembangan

terhambat. Gerakan fiksasi mata dan gerakan mengikuti dapat hilang.

Strabismus dapat terjadi pada anak dengan katarak unilateral. Adanya nistagmus

adalah tanda prognosis kurang baik.

Pemeriksaan Okular

Pemeriksaan menggunakan slitlamp bertujuan mencari morfologi katarak dan

membantu mencari etiologi dan prognosis. Oftalmoskopi untuk melihat refleks

merah dan melihat keadaan retina, fovea dan papil. Visus pada anak yang sudah

besar dan membandingkannya dengan kekeruhan lensa.

1. Densitas Kekeruhan

Page 18: Katara k

Densitas kekeruhan dapat dinilai dengan melakukan pemeriksaan

oftalmoskopi direk dan indirek. Semakin keruh lensa, bahkan hingga menutupi

pupil, maka penglihatan akan semakin terganggu. Pada katarak yang

gambaran lensanya tidak terlalu keruh, fundus dapat dilihat dengan

pemeriksaan oftalmoskopi indirek. Pada katarak yang densitas kekeruhannya

sangat rendah, fundus masih dapat dilihat menggunakan oftalmoskopi indirek

ataupun direk.

2. Morfologi Kekeruhan

Morfologi kekeruhan memberikan petunjuk mengenai kemungkinan etiologi

katarak tersebut, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Lokasi kekeruhan

juga perlu dideskripsikan, berkaitan dengan derajat gangguan penglihatan.

Secara umum, jika kekeruhan tampak pada daerah posterior dan sentral,

semakin besar kemungkinan terjadi gangguan penglihatan.

3. Kelainan Okular Lainnya yang Berhubungan

Kelainan pada segmen anterior; seperti cornea clouding, mikroftalmus,

glaukoma, persistent hyperplastic primary vitreous; dan kelainan pada

segmen posterior; seperti korioretinitis, amaurosis Leber, retinopati rubella,

hipoplasia foveal dapat menjadi petunjuk adanya katarak neonatal. Terkadang

untuk melakukan pemeriksaan tersebut perlu dilakukan anestesi. Selain itu

pemeriksaan tersebut harus dilakukan berulang kali dan berkesinambungan

untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya progresivitas katarak tersebut.

4. Tanda Klinis Lainnya

Tanda klinis lainnya yang dapat menjadi petunjuk adanya gangguan

penglihatan berat adalah ketiadaan fiksasi sentral atau jika pada neonatus

tersebut didapatkan nistagmus dan strabismus.

5. Tes Khusus

Tes khusus seperti forced choice preferential looking dan visually evoked

potential dapat dilakukan.

II.9.4. Pemeriksaan Sistemik

Jika kasus katarak bilateral terjadi pada infant harus dilakukan beberapa hal

berikut, kecuali memang ada kelainan herediter, yaitu:

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Tes serologis untuk mengetahui adanya infeksi intrauterin, seperti

TORCH. Jika ada riwayat timbulnya rash selama kehamilan, harus

dilakukan pemeriksaan titer antibodi varicella zoster.

b. Urinalisis; pada pemeriksaan urin yang diambil setelah konsumsi

susu didapatkan zat reduksi.

c. Urine chromatography asam amino untuk sindrom Lowe

Page 19: Katara k

2. Analisis kromosom; perlu dicari kemungkinan adanya penyakit sistemik

dan dismorfik

II.9.5. Tatalaksana

Pembedahan adalah terapi katarak kongenital. Katarak unilateral maupun

bilateral yang mengganggu secara klinis dibuang secepatnya. Untuk hasil terbaik

dikatakan operasi dilakukan pada 6-8 minggu usia anak. Pada anak yang lebih

tua, kapan operasi dipengaruhi lamanya dan derajat gangguan penglihatan.

Katarak unilateral ataupun bilateral yang tidak mengakibatkan gangguan visual

dapat dioperasi kapan saja dengan hasil baik.

Operasi Katarak Kongenital

Waktu melakukan operasi pada kasus katarak sangatlah penting. Katarak yang

secara signifikan mempengaruhi fungsi penglihatan seseorang harus segera

dioperasi.

Lensektomi – Vitrektomi merupakan suatu teknik insisi minor di mana

lensa yang mengalami kelainan diangkat menggunakan instrumen pemotongan

ke dalam vitreus. Prosedur pengangkatan ini dilakukan melalui insisi limbus atau

pars plana (pars plikata). Pada bayi, insisi limbus menjadi pilihan utama karena

pars plana secara anatomis belum berkembang sempurna dan dengan teknik ini,

risiko terjadinya disinsersi retina oral pada saat insersi instrumen menjadi

berkurang. Oleh karena tingginya insiden terjadinya opasifikasi kapsular pasca

operasi, maka sebagian kapsul posterior juga diangkat sebagaimana vitreus

anterior.

Komplikasi Pasca Operasi

Insiden komplikasi pasca operasi pada katarak kongenital lebih tinggi

dibandingkan pada orang dewasa. Beberapa komplikasi pasca operasi yang dapat

terjadi sebagai berikut :

1. Opasifikasi kapsul posterior

Di mana hampir selalu terjadi pada mata bayi bila kapsul posterior

ditinggalkan.

2. Pembentukan membran

Dapat melewati pupil, umumnya terjadi pada mata mikroftalmik atau yang

mengalami uveitis kronik. Membran yang tipis dapat dibuka dengan laser YAG,

sementara membran yang tebal memerlukan tindakan bedah.

3. Reproliferasi lensa

Komplikasi ini sangat sering terjadi. Namun hal ini tidak terlalu mempengaruhi

fungsi penglihatan sebab tidak mengenai aksis visual. Reproliferasi lensa ini

Page 20: Katara k

kemudian diliputi sisa-sisa kapsul lensa anterior dan posterior dan bilamana

menjadi opak, dikenal dengan istilah “Soemmerring ring”.

4. Glaukoma

Insiden sekitar 20%. Glaukoma sudut tertutup dapat terjadi segera dalam

periode pasca operasi pada mata mikroftalmik, akibat blokade pupil. Dalam

beberapa kasus, glaukoma sekunder sudut terbuka juga dapat terjadi

beberapa tahun setelah operasi. Oleh karenanya, sangatlah penting dilakukan

pemeriksaan tekanan intraokular secara rutin selama bertahun-tahun.

5. Ablasi retina

Umumnya merupakan komplikasi yang dapat muncul belakangan.

Rehabilitasi Visual

Meskipun telah ditemukan teknik-teknik operasi katarak kongenital yang mudah

dilakukan, ternyata belum didapatkan hasil memuaskan terhadap fungsi

penglihatan selanjutnya. Hal ini berkaitan dengan terjadinya ambliopia yang berat

dan ireversibel. Secara umum, pemilihan metode rehabilitasi visual pada anak

afakia mempertimbangkan dua faktor, yakni usia dan lateralitas afakia

(unilateral/bilateral).

Alat bantu yang dapat digunakan dalam upaya rehabilitasi visual ini antara

lain:

1. Lensa intraokular. Saat ini, frekuensi penggunaannya meningkat pada anak-

anak afakia. Tujuannya yakni mengkondisikan mata dalam keadaan

hipermetrop ringan setelah implantasi lensa dan menginduksi miopia ringan di

kemudian hari. Namun demikian, risiko terjadinya komplikasi masih signifikan.

2. Lensa kontak. Merupakan solusi terbaik bagi pasien dengan afakia

unilateral maupun bilateral, di mana hal ini masih sangat beralasan sampai

usia sekitar dua tahun. Setelah usia dua tahun, di mana anak menjadi lebih

aktif dan mandiri, lensa kontak sering diletakkan sembarangan dan mudah

hilang. Dengan demikian, akan terdapat suatu periode deprivasi visual dan

risiko ambliopia meningkat.

3. Kacamata afakia. Bermanfaat bagi anak yang cukup besar dengan

afakia bilateral, tetapi tidak tepat bagi pasien dengan afakia unilateral

berhubungan dengan anisometropia san aniseikonia. Pada bayi dengan afakia

bilateral, hal ini juga kurang tepat sehubungan dengan berat badan,

penampilan, distorsi prismatik, dan konstriksi lapang pandang.

II.10. Katarak Traumatik

Katarak traumatik paling sering

disebabkan benda asing di

lensa atau trauma tumpul

Katarak traumatic dengan intralental foreign body

Page 21: Katara k

terhadap bola mata. Tembakan benda baja sering merupakan penyebab.

Penyebab lain yang lebih jarang adalah anak panah, batu, kontusio, pajanan

berlebihan terhadap panas (glassbower cataract), sinar X, dan bahan radioaktif.

Sebagian besar katarak traumatik dapat dicegah. Di dunia industri, tindakan

penanganan terbaik adalah sepasang kacamata pelindung yang bermutu baik.

Secara umum, berdasarkan penyebabnya, katarak traumatik dapat

dibedakan menjadi:

1. Direct penetrating injury pada lensa

2. Electic shock / lightning

3. Ionizing irradiation (tumor okular)

4. Concussion yang memunculkan gambaran flower-shaped atau Vossius ring

yang berasal dari pigmen iris dalam kapsular anterior.

II.10.1. Patofisiologi

Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada

kapsul lensa menyebabkan aqueus humor dan kadang-kadang korpus vitreum

masuk ke dalam struktur lensa

Pasien yang sering terkena adalah orang pekerja industri yang

pekerjaannya memukulkan baja ke baja yang lain. Potongan kecil palu baja dapat

menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi dan

tersangkut di korpus vitreum. Benda tersebut biasanya dapat dilihat dengan

oftalmoskop.

Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata menjadi

merah, lensa opak, dan mungkin terjadi perdarahan intraokular. Apabila aqueus

humor dan korpus vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit

adalah infeksi, uveitis, ablasio retina, dan glaukoma.

II.10.2. Tatalaksana

Benda asing magnetik intraokular harus segera dikeluarkan. Harus diberikan

antibiotik sistemik dan topikal serta kortikosteroid topikal dalam beberapa hari

untuk memperkecil kemungkinan infeksi dan uveitis. Atropin sulfat 1%, 1 tetes

tiga kali sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan mencegah

pembentukan sinekia posterior.

Katarak dapat dikeluarkan pada saat pengeluaran benda asing atau

setelah peradangan mereda. Apabila terjadi glaukoma selama periode menunggu,

bedah katarak jangan ditunda walaupun masih terdapat peradangan. Beberapa

waktu setelah tindakan bedah katarak, mungkin masih terdapat suatu membran

opak tipis, yang mungkin memerlukan diinsisi dengan laser neodymium: YAG atau

pisau memperbaiki penglihatan. Untuk mengeluarkan katarak traumatik, biasanya

Page 22: Katara k

digunakan teknik-teknik yang sama dengan yang digunakan untuk mengeluarkan

katarak kongenital terutama pada pasien kurang dari 30 tahun.

II.11. Katarak Diabetes

Katarak diabetik merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes

melitus. Jenis katarak ini dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu:

1. Katarak pada pasien DM dengan dehidrasi berat, asidosis, dan

hiperglikemia nyata. Pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat

kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa,

kekeruhan akan ilang bila dilakukan rehidrasi dan kadar gula darah kembali

normal.

2. Katarak pada pasien diabetes juvenil dan tua yang tidak terkontrol, di

mana terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam. Bentuknya

dapat snow flake atau piring subkapsular.

3. Katarak pada pasien diabetes dewasa. Gambaran secara histologis dan

biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia, terjadi

penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa.

Pada mata, terlihat peningkatan angka kejadian maturasi katarak yang

lebih pada pasien diabetes. Jarang ditemukan “true diabetic cataract”. Pada lensa,

akan tampak kekeruhan tebaran salju subskapular yang sebagian jernih dengan

pengobatan. Diperlukan pemeriksaan tes urin dan pengukuran gula darah puasa.

Galaktosemia pada bayi, akan memperlihatkan kekeruhan anterior dan

subskapular posterior. Bila dilakukan tes galaktosa akan terlihat meningkatkan di

dalam darah dan urin.

II.12. Katarak Sekunder Akibat Penyakit Intraokular (Katarak

Komplikata)

Katarak dapat terbentuk sebagai efek langsung penyakit intraokular pada fisiologi

lensa (mis: uveitis, rekuren yang parah). Katarak biasanya berawal di daerah

subkapsular posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit-

penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah

uveitis, kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa, dan pelepasan

retina.

Katarak ini biasanya unilateral. Prognosis visualnya tidak sebaik katarak

senilis biasa.

II.13. Katarak Toksik

Page 23: Katara k

Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus terjadi pada tahun 1930-an sebagai

akibat penelanan dinitrofenol, suatu obat yang dipakai untuk menekan nafsu

mkan. Kortikosteroid yang diberikan dalam waktu yang lama, baik secara sistemik

maupun dalam bentuk tetes, dapat menyebabkan kekeruhan lensa. Diduga

bahwa ekotiofat iodida, yang merupakan suatu miotika kuat yang digunakan

dalam terapi glaukoma dapat menyebabkan katarak.

Katarak di kapsul posterior akibat penggunaan steroid yang lama.

II.14. Katarak Sekunder

Katarak sekunder terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa

yang tertinggal. Keadaan ini paling cepat terlihat setelah 2 hari EKEK. Bentuk lain

yang merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder berupa mutiara

Elsching dan cincin Soemmering. Katarak sekunder merupakan fibrin sesudah

suatu trauma yang memecah lensa.

Cincing Soemmering mungkin akan

bertambah besar oleh karena daya

regenerasi epitel yang terdapat di

dalamnya. Cincing Soemmering terjadi

akibat kapsul anterior yang pecah dan traksi

ke arah pinggir-pinggir melekat pada kapsul

posterior meninggalkan daerah yang jernih

di tengah, dan membentuk gambaran cincin.

Pada cincin ini tertimbun serabut lensa

epitel yang berproliferasi.

Mutiara Elsching adalah epitel subkapsular yang berproliferasi dan

membesar sehingga tampak sebagai busa sabun atau telur kocok. Mutiara ini

mungkin akan menghilang dalam beberapa tahun oleh karena pecahnya dinding.

II.15. Pencegahan

Hingga saat ini belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang

dapat menghindari atau menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak.

Soemmerring's Ring

Page 24: Katara k

Hindari merokok. Asap roko menghasilkan radikal bebas sehingga dapat

meningkatkan risiko terhadap terjadinya katarak.

Makan dengan teratur dan seimbang. Perbanyak pula buah dan sayur.

Sejumlah evidens menunjukkan bahwa banyak makan buah dan sayuran

dapat mencegah terhadap terjadinya katarak

Lindungi mata terhadap sinar matahari dengan menggunakan kacamata

gelap. Baik digunakan ketika pasien berada di luar ruangan.

Atasi masalah-masalah kesehatan seperti diabetes dan hipertensi.

II.16. Tata Laksana

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala

katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup

dengan mengganti kacamata. Tindakan operasi dilakukan atas indikasi medis dan

sosial. Indikasi medis yaitu: visus kurang atau sama dengan 3/60, jenis katarak

pasien adalah matur, dan jika timbul penyulit seperti fakolisis, fakoanafilaksis,

serta glaucoma. Sedangkan indikasi sosial misalnya karena mengganggu aktivitas

pasien atau karena alasan kosmetik.

Persiapan Operasi

Lokal:

Tidak ada infeksi di sekitar mata

Tekanan Intra Okuler normal

Uji anel (+)

Sistemik:

Gula Darah Sewaktu normal

Tekanan darah normal

BT/CT dalam batas normal

Bedah Katarak

Bedah katarak sudah berubah secara dramatis pada 20 tahun terakhir ini, yang

prinsipnya disebabkan oleh adanya mikroskop operasi, instrumentasi yang lebih

baik, benang jahit yang lebih baik, serta lebih baiknya lensa intraokuler. Dalam

bedah katarak, lensa diangkat dari mata (eksraksi lensa) dengan prosedur

intrakapsular atau ekstrakapsular.

Ekstraksi Katarak Intrakapsular dan Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular

Teknik ini jarang dilakukan lagi sekarang. Lensa diangkat in toto, yakni di dalam

kapsulnya, melalui insisi limbus superior 140 hingga 160 derajat. Pada ekstraksi

ektrakapsular, juga dilakukan insisi limbus posterior, bagian anterior kapsul

Page 25: Katara k

dipotong dan diangkat, nukleus diekstraksi, dan korteks lensa dibuang dari mata

dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga menyisakan kapsul posterior.

Beberapa pasien mengalami kekeruhan sekunder di kapsul psterior dan

memerlukan disisi dengan laser neodymium: YAG.

Ekstraksi Katarak Intrakapsular

Fakoemulsifikasi

Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular

Page 26: Katara k

Fakofragementasi dan fakomulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau

keduanya) adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran

ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi lumbus yang kecil

(2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pascaoperasi. Teknik ini

bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.

Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang padat, dan keuntungan insisi

lumbus yang kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler,

meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intraokuler fleksibel yang dapat

dimasukkan melalui insisi kecil seperti itu.

Pada beberapa tahun silam, operasi ekstrakapsular telah menggantikan

prosedur intrakapsular sebagai jenis bedah katarak yang paling sering. Alasan

utamanya adalah bahwa apabila kapsul anterior utuh, ahli bedah dapat

memasukkan lensa intraokuler ke dalam kamera posterior. Insidensi komplikasi

pasca-operasi, seperti ablasio retina dan edema makula sistoid, lebih kecil kalau

kapsul posteriornya utuh.

Lensa Intraokular

Lebih dari 90% dari semua operasi katarak di Amerika Serikat, atau lebih dari 1

juta per tahun, diikuti dengan implantasi lensa intraokuler. Membaiknya teknik

Page 27: Katara k

bedah dan implan lensa yang semakin membaik memainkan peranan yang besar

dalam kemajuan ini. Akan tetapi, perangsang utamanya adalah kerugian yang

ditimbulkan oleh kacamata afakia, antara lain: pembesaran bayangan, aberasi

sferis, lapangan pandang terbatas, dan tidak adanya kemungkinan menggunakan

lensa binokuler bila mata lainnya fakik.

Sekitar 90% implan berada di kamera posterior dan 10% di kamera

anterior. Ada banyak lensa, tetapi semuanya terdiri dari dua bagian dasar: optik

sferis, dan biasanya dibuat dari polimetilmetakrilat; dan “footplates” atau haptik

untuk menahan lensa dari posisinya.

Lensa kamera posterior umunya digunakan pada prosedur ekstrakapsular.

Kombinasi ini lebih disukai daripada lensa kamera anterior karena insidensi

komplikasi yang mengganggu padangan lebih kecil, seperti hifema, glaukoma

sekunder, edema makula, dan blok pupil. Insidensi kerusakan kornea dan

keratopati bulosa pseudofakik pada pasien dengan lensa kamera posterior juga

lebih kecil. Akan tetapi, jenis lensa kamera anterior yang lebih baru sudah

menurunkan insidensi komplikasi-komplikasi ini. Lensa kamera anterior digunakan

pada pasien-pasien yang menjalani bedah intrakapsular atau jika kapsul psoterior

sudah ruptur tanpa sengaja pada saat pembedahan ekstrakapsular.

Kontraindikasi untuk implantasi lensa intraokular antara lain uveitis

berulang, retinopati diabetik proliferatif, rubeosis iridis, dan glaukoma

neovaskular. Pasien dengan glaukoma sudut terbuka dan hipertensi okuler dapat

menerima lensa intraokuler, tetapi lensa kamera posterior lebih disukai. Usia

dianggap merupakan kontraindikasi relatif, tetapi semakin muda saja, pasien

menerima lensa intraokuler setiap tahunnya.

Sebagai pengganti lensa intraokuler adalah lensa kontak, tetapi banyak

pasien usia lanjut tidak dapat menerima atau memasanganya dengan mudah.

Pada keadaan-keadaan tertentu, kalau tidak dapat digunakan lensa intraokuler

atau lensa kontak, digunakan kacamata afakia.

Gambar: Lensa intraokuler

Page 28: Katara k

Sumber: www.edow.com/html/cataracts.html

Komplikasi Bedah Katarak

Komplikasi bedah katarak sebenarnya jarang terjadi. Komplikasi intra operasi

misalnya perdarahan, prolaps vitreus, ruptur kapsul posterior, iridodialisis, dan

perdarahan suprakoroidal.

Perdarahan dapat terjadi pada pasien pasca-operasi dengan inflamasi

berulang. Pandangan ganda, seperti ada sesuatu yang melayang, melihat sinar,

dapat pula terjadi selama beberapa minggu setelah operasi. Hati-hati jika pasien

mengeluh adanya bayangan melayang yang semakin memburuk, karena mungkin

telah terjadi ablasio retina.

Infeksi juga dapat terjadi, dan jika tidak ditangani segera akan

menyebabkan komplikasi serius sehingga terjadi endoftalmitis. Kemungkinan ini

dapat dicegah dengan pemberian antibiotik. Lensa intraokuler yang dipasang bisa

terlepas atau mengalami pergeseran. Namun, adanya perkembangan jenis IOL

yang semakin baik saat ini mengurangi risiko tersebut.

Kemungkinan lain seperti glaukoma, dan sangat jarang, kebutaan.

Mungkin pula terjadi katarak sekunder yang berkembang dari kapsul posterior.

Keadaan ini biasanya terjadi sekitar 2 tahun pasca-operasi. Tindankan yang dapat

dilakukan jika terjadi hal itu adalah kapsulotomi YAG, yang menggunakan laser.

Perawatan Pasca-Operasi

Jika digunakan teknik insisi kecil, masa penyembuhan pasca-operasi biasanya

lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan

untuk hati-hati dalam bergerak, menghindari peregangan atau mengangkat

benda berat selama sekitar satu bulan. Mata pasien dibalut selama beberapa hari.

Namun jika pasien sudah merasa nyaman, balutan dapat dibuang pada hari yang

sama dengan operasi. Setelah itu mata pasien dilindungi dengan kacamata atau

dengan pelindung lain selama sehari. Perlindungan pada malam hari dengan

pelindung dari logam diperlukan selama beberapa minggu. Kacamata sementara

dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien melihat

Page 29: Katara k

dengan cukup baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata

permanen (biasanya disediakan 6-8 minggu setelah operasi).

Di Amerika Serikat, bedah katarak sudah merupakan suatu prosedur rawat

jalan sejak tahun 1984. Keputusan ini tidak berpengaruh buruk pada angka

keberhasilan badah katarak.

II.17. Prognosis

Teknik bedah katarak yang digunakan saat ini telah memberikan peluang bagi

pasien katarak untuk dapat melihat kembali dengan normal. Dikatakan bahwa

90% pasien akan mengalami perbaikan penglihatan. Sedangkan hanya 10% nya

mengalami komplikasi pasca bedah. Kemungkinan komplikasi ini dapat

diturunkan dengan teknik operasi yang baik. Pasien yang sembuh setelah operasi

ECCE atau fakoemulsifikasi biasanya dapat melihat 2 baris pada grafik Snellen.

Page 30: Katara k

BAB III

KESIMPULAN

Katarak merupakan penyakit pada mata yang terjadi akibat kekeruhan pada

lensa. Faktor usia merupakan penyebab tersering katarak di samping faktor lain

seperti penyakit sistemik, kelainan genetik, kongenital, dan toksin.

Hingga saat ini katarak belum dapat dicegah. Namun, beberapa faktor

risiko dapat dihindari agar katarak tidak terjadi secara dini. Faktor risiko tersebut

antara lain rokok pajanan terhadap sinar matahari, dan penyakit sistemik.

Pengobatan satu-satunya untuk menyembuhkan katarak adalah dengan operasi.

Beberapa teknik yang digunakan yaitu ektraksi katarak intrakapsular

(Intracapsular Cataract Extraction/ICCE), ekstraksi katarak ekstrakapsular

(Extracapsular Cataract Extraction/ECCE), dan fakoemulsifikasi.

Dengan adanya teknik bedah katarak, angka kesembuhan pasien

mencapai 90%. Keberhasilan ini akan terus dikembangkan sehingga prevalensi

katarak dapat dikurangi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 31: Katara k

1. Shock, JP. Harper, RA. Lensa. Dalam: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva

P. Oftalmologi umum (ed. 14). Jakarta: Widya Medika. 2000. Hlm. 175-83.

2. Masalah Kebutaan di Indonesia.

3. Sidharta, I. Ilmu penyakit mata (ed. 3, cet. I). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

2004. Hlm. 175-176.

4. Care of the Adult Patient with Cataract. Optometric Clinical Practice

Guidelines.

5. Shady Awwad, MD. Cataract Surgery. In:

www.eyeweb.org/cataract_surgery. diunduh pada 7 Desember 2007.

6. Jaffe, Norman S., Mark S. Jaffe, and Gary F. Jaffe. Cataract Surgery and Its

Complications, 6th Edition. St. Louis: Mosby, 1997.

7. American Academy of Ophthalmology. http://www.aao.org.

8. Online Journal of Ophtalmology. www.onjoph.com.

Kekeruhan yang terjadi akibat dari :

Hidrasi cairan lensa

Denaturasi protein lensa

Atau dapat keduanya