kata penghubung

8
Macam-Macam Konjungsi, Dan Perbedaan Teks Diskriptif Dan Laporan Hasil Observasi Bahasa Indonesia DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO SMK NEGERI 2 BOJONEGORO , JURUSAN ELEKTRONIKA INDUSTRI 1 JL. PATIMURA NO. 3 TLEP. (0353) 881912

Upload: arusli-wahyu-setiawan

Post on 12-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

good

TRANSCRIPT

Page 1: Kata Penghubung

Macam-Macam Konjungsi, Dan Perbedaan Teks Diskriptif Dan Laporan Hasil Observasi

Bahasa Indonesia

Kata Penghubung (Konjungsi)

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO

BOJONEGORO 62115

Page 2: Kata Penghubung

A. Pengertian Kata Penghubung

Kata penghubung disebut juga konjungsi atau kata sambung, yang berarti kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa (Hasan Alwi, dkk., 2003: 296). Dalam pengertian lainnya, konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi (Harimurti, 2007: 102).

B. Jenis-jenis Kata Penghubung

Dilihat dari fungsinya dapat dibedakan dua macam kata penghubung sebagai berikut:

1. (1) Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya setara. Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang:

(a) menggabungkan biasa, yaitu dan, dengan, serta.(b) menggabungkan memilih, yaitu atau.(c) menggabungkan mempertentangkan, yaitu tetapi, namun, sedangkan,

sebaliknya.(d) menggabungkan membetulkan, yaitu melainkan, hanya.(e) menggabungkan menegaskan, yaitu bahwa, malah, lagipuula, apalagi,

jangankan.(f) menggabungkan membatasi, yaitu kecuali, hanya.(g) menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu, kemudian, selanjutnya.(h) menggabungkan menyamakan, yaitu yaitu, yakni, adalah, bahwa, ialah.(i) menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi, karena itu, oleh sebab itu.

2. (2) Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat.Kata penghubung ini dibedakan lagi menjadi kata penghubung yang menggabungkan:

(a) menyatakan sebab, yaitu sebab, karena.(b) menyatakan syarat, yaitu kalau, jikalau, jika, bila, apabila, asal.(c) menyatakan tujuan, yaitu agar, supaya.(d) menyatakan waktu, yaitu ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.(e) menyatakan akibat, yaitu sampai, hingga, sehingga.(f) menyatakan sasaran, yaitu untuk, guna.(g) menyatakan perbandingan, yaitu seperti, laksana, sebagai.(h) menyatakan tempat, yaitu tempat.

Jika dilihat dari kedudukannya konjungsi dibagi dua, yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif.

1. Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat atau lebih yang kedudukannya sederajat atau setara (Abdul Chaer, 2008: 98). Contoh:

dan penanda hubungan penambahan

serta penanda hubungan pendampingan

Ahmad Rusli Wahyu Setiawan, X-TEI1

Page 3: Kata Penghubung

atau penanda hubungan pemilihan

tetapi penanda hubungan perlawanan

melainkan penanda hubungan perlawanan

padahal penanda hubungan pertentangan

sedangkan penanda hubungan pertentangan

Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain, karena selain menghubungkan klausa juga menghubungkan kata. Seperti contoh berikut:

(a) Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.

(b) Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku?

(c) Dia terus saja berbicara, tetapi istrinya hanya terdiam saja.

(d) Andi pura-pura tidak tahu, padahal tahu banyak.

(e) Ibu sedang mencuci baju, sedangkan Ayah membaca Koran.

2. Konjungsi Subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (kalusa) yang kedudukannya tidak sederajat (Abdul Chaer, 2008: 100). Konjungsi subordinatif dibagi menjadi tiga belas kelompok sebagai berikut:

1. Konjungsi suordinatif waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, tatkala, ketika, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai.

2. Konjungsi subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.

3. Konjungsi subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya.

4. Konjungsi subordinatif tujuan: agar, supaya, biar.

5. Konjungsi subordinatif konsesif: biar(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, kendati(pun).

6. Konjungsi subordinatif pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alih.

7. Konjungsi subordinatif sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.

8. Konjungsi subordinatif hasil: sehingga, sampai(sampai), maka(nya).

9. Konjungsi subordinatif alat: dengan, tanpa.

10. Konjungsi subordinatif cara: dengan, tanpa.

11. Konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa

12. Konjungsi suboerdinatif atributif: yang

Ahmad Rusli Wahyu Setiawan, X-TEI1

Page 4: Kata Penghubung

13. Konjungsi subordinatif perbandingan: sama …. dengan, lebih …. dari(pada)

OBSERVASI 

Teks laporan hasil observasi terdiri atas definisi umum (pembukaan), deskripsi

bagian, dan deskripsi manfaat. Bagian definisi umum (pembukaan) berisi pengertian akan

sesuatu yang dibahas. Deskripsi bagian berisi gambaran tentang sesuatu secara terinci.

Sementara itu, deskripsi manfaat merupakan bagian yang berisi manfaat atau kegunaan.

Ciri-ciri teks observasi:

a.       Struktur:

1. definisi umum (pembukaan),

2. deskripsi bagian, dan

2. deskripsi manfaat.

b.       Isi:

1. Definisi umum (pembukaan) berisi pengertian akan sesuatu yang dibahas.

2. Deskripsi bagian berisi gambaran tentang sesuatu secara terinci.

3. Deskripsi manfaat merupakan bagian yang berisi manfaat atau kegunaan. 

Contoh:

Burung Merpati

Burung merpati adalah salah satu hewan tersukses di dunia, karena burung jenis ini

ditemui di seluruh belahan dunia kecuali Antartika. Di daerah Boja, burung merpati hidup

berdampingan dengan manusia sebagai hewan peliharaan.

Burung merpati termasuk burung berukuran sedang. Ukuran panjang burung ini antara

20 cm hingga 30 cm dan berat antara 700 gram hingga 900 gram. Bahkan di Desa Puguh

pernah di jumpai burung merpati dengan berat hingga hampir mencapai 1 kg.

Burung merpati memiliki beragam jenis warna, antara lain coklat, putih, hitam, atau

perpaduan dari beberapa warna tersebut. Merpati memiliki semacam  sensor dalam

hidungnya yang di gunakan untuk mengenali bau rumahnya, inilah  penyebab burung merpati

dapat pulang kerumahnya setelah terbang jauh. Makanan burung ini adalah biji-bijian seprti,

jagung, beras, kacang hijau, dan lain sebagainya. Bahkan di daerah Boja burung merpati

biasa memakan gabah yang sedang di jemur oleh petani.

Di Boja burung merpati tinggal di dalam sarang berbetuk balok dengan lubang persegi

sebagai pintunya. Sarang burung merpati sering di sebut pagupon. Pagupon biasanya

ditempel di dinding rumah pemilik burung merpati. Burung ini adalah burung yang mudah

dipelihara, tak heran di Boja sangat mudah di temui burung merpati.

Ahmad Rusli Wahyu Setiawan, X-TEI1

Page 5: Kata Penghubung

Burung merpati juga dapat digunakan dalam perlombaan, misalnya balapan atau kontes

kecantikan burung merpati. Namun yang sering dijumpai di Boja adalah belapan. Balapan

biasanya dilakukan pada lintasan yang lurus atau diterbangkan dari jarak jauh. Dalam hal ini

yang digunakan untuk balapan adalah merpati jantan, sedangkan merpati betina hanya untuk

pancingan saja. Burung merpati dapat mengenali pasanganya masing-masing, karena burung

merpati termasuk burung yang setia terhadap satu pasanganya.

Populasi burung merpati di Indonesia sangatlah besar, namun kebanyakan burung

merpati di Indonesia adalah peliharaan. Keberadaan burung merpati liar sangatlah sedikit,

mungkin hal ini karena berkurangnya habitat merpati karena pesatnya pembangunan. Burung

merpati patut di lestarikan, agar anak cucu kita dapat melihat burung merpati secara

langsung, bukan hanya cerita dari orang tuanya.

DESKRIPTIF

Teks tanggapan deskriptif disusun dengan struktur yang terdiri atas identifikasi,

klasifikasi, dan deskripsi bagian. Bagian identifikasi berisi ciri, benda, tanda, dan sebagainya

yang ada di dalam teks tersebut. Bagian klasifikasi berisi pengelompokan menurut jenis,

kelompok, dsb., Sementara itu, deskripsi bagian berisi tentang gambaran-gambaran bagian di

dalam teks tersebut.

Ciri-ciri teks deskriptif:

a.       Struktur:

1. identifikasi,

2. klasifikasi, dan

3. deskripsi bagian.

b.       Isi:

1. Identifikasi berisi ciri, benda, tanda, dan sebagainya yang ada di dalam teks tersebut.

2. klasifikasi berisi pengelompokan menurut jenis, kelompok, dsb.,

3. deskripsi bagian berisi tentang gambaran-gambaran bagian di dalam teks tersebut.

Contoh:

1.     Meja yang dibelikan bapak untuk Budi sebagai hadiah ulang tahun sudah sampai. Meja itu

terbuat dari kayu jati. Meja itu tingginya kurang lebih 75 cm lebarnya sekirar 50 cm dengan

panjang 1,5 meter. Meja bewarna coklat muda ini terlihat sangat cocok dengan ruang belajar

Budi yang sedikit gelap. Meja ini punya 2 lemari yang 1 sebelah kiri dan yang satunya

Ahmad Rusli Wahyu Setiawan, X-TEI1

Page 6: Kata Penghubung

sebelah kanan. Dengan adanya penyangga kaki membuat meja ini nyaman digunakan untuk

belajar.

2.     Pulau Komodo yang terletak di dekat pulau Flores Nusa Tenggara Timur menjadi

perhatian dunia karena disana terdapat hewan langka Komodo. Pulau ini bisa dikunjungi

kurang lebih 1-2 jam dari pelabuhan terdekat. Populasi komodo di pulau ini mencapai 1300

ekor(pada tahun 2009) ini sudah lebih dari cukup untuk menarik minat wisatawan lokal

maupun asing. Pulau yang luasnya 390 km2 ini telah diumumka sebagai salah satu dari 7

keajaiban dunia.

Kesimpulan :

Teks Laporan Teks DeksripsiBersifat global dan universal Bersifat unik dan individualMenekankan pada pengelompokan berbagai hal ke dalam jenis-jenis sesuai dengan ciri-cirinya

Menitik beratkan pada uraian bentu ciri-ciri,keadaan

Berkaitan dengan hubungan berjenjang antara sebuah kelas dan sub-sub kelas yang ada

Berkaitan dengan hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagiannya.

Ahmad Rusli Wahyu Setiawan, X-TEI1